PELANGI SETELAH HUJAN
Penulis : Arfina Indahsari, Azzahra Bunga H I,
Nathanael Caesar Sapta Cakra, dkk
Ilustrator
Penyunting : Team Kecamatan Genteng
Penyunting Akhir : Editor Penulis Dispusip
: Faradila Elifin dan Vivi Sulviana
Diterbitkan pada tahun 2021 oleh
Tim Penulis Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya
Jl. Rungkut Asri Tengah 5-7, Surabaya
Buku ini merupakan kumpulan karya dari bibit Gendis Sewu, sebagai
penghargaan atas partisipasi yang telah diberikan dalam Gerakan Seribu
Mendongeng dan Menulis.
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang begitu besar, sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan e-book ini sebagai bentuk apresiasi kepada
para bibit penulis yang mengikuti Gerakan Melahirkan 1000 Penulis dan
1000 Pendongeng (Gendis Sewu) dengan baik dan lancar.
Dalam penyusunan e-book ini, kami mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu,
membimbing, dan mengarahkan kami. Dengan kerendahan hati, kami
menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Ir. Musdiq Ali Suhudi, M.T selaku Kepala Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kota Surabaya
2. Imam Budi Prihanto, S.IP, MM selaku Kepala Bidang Informasi dan
Layanan, Kepala Seksi Informasi dan Layanan Perpustakaan
3. Para Bibit Penulis Gendis Sewu
4. Kapten Tim Penulis
5. Editor Tim Penulis:
a. Tutor Kelas Reguler Tingkat Kecamatan
b. Tutor Kelas Khusus Minat dan Bakat (MinBak) Tingkat Kota
6. Segenap pegawai Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Surabaya
7. Ilustrator
Kami menyadari bahwa sebuah karya memiliki
ketidaksempurnaan. Apabila dalam penyusunan e-book ini masih jauh
dari kesempurnaan dan masih ada kekurangan kami mengharap kritik
dan saran yang bisa membangun dari segenap pembaca e-book ini.
Semoga e-book ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
karya tulis anak bangsa khususnya di Kota Surabaya dan seluruh
Indonesia pada umumnya.
Surabaya, 20 Mei 2021
Tim Penulis Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya.
SAMBUTAN
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Pemerintah Kota Surabaya
Kita panjatkan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, hanya
dengan kemurahan Nya kita selalu dapat berikhtiar untuk berkarya
dalam ikut serta membangun Kota Surabaya yang kita cintai.
Kita patut bangga dan memberi apreasiasi kepada para bibit
penulis Gendis Sewu (Gerakan Melahirkan 1000 Bibit Penulis Dan 1000
Bibit Pendongeng), para editor penulis Dispusip, dan Petugas TBM di
Kota Surabaya yang telah bekerja keras membuat karya tulis yang
berjudul „Pelangi Setelah Hujan‟. Judul e-book yang diambil dari salah
satu karya dalam e-book ini diangkat karena setiap usaha yang kita
lakukan akan memperoleh hasil. Kata pepatah bilang setiap usaha tidak
menghianati hasil.
Para bibit penulis Gendis Sewu yang telah melalui proses
sangat panjang dan berjenjang melalui kelas reguler maupun kelas
khusus minat bakat dalam platform Tempat Menampung Karya Literasi
Masyarakat (TAMAN KALIMAS).
E-book para bibit Gendis Sewu ini sangat layak dinikmati
karena merupakan karya-karya imajinatif dengan gaya bahasa menarik
dan mudah dipahami oleh anak-anak, serta penuh dengan pesan moral.
Semoga kelak hal ini akan memicu tumbuh kembangnya budaya literasi
untuk berbagai kalangan usia, terutama di Kota Surabaya.
Saya selaku Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Surabaya menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang terlibat.
Akhir kata, kita semua patut memberi dukungan secara terus
menerus kepada para bibit penulis Gendis Sewu agar selanjutnya
semakin produktif dalam berkarya.
Surabaya, 20 Mei 2021
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya,
Ir. Musdiq Ali Suhudi, M.T.
SEKAPUR SIRIH
Kapten Tim Penulis Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kota Surabaya
Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami sangat bersyukur atas kehadirat-
Nya, hanya dengan kemurahan Allah SWT, kami dapat menghimpun
berbagai karya para bibit penulis Gendis Sewu dan menerbitkannya
dalam sebuah e-book kumpulan cerita dengan judul „Pelangi Setelah
Hujan‟.
‘E-book Pelangi Setelah Hujan‟ merupakan hasil karya bibit
Penulis Gendis Sewu untuk memperingati Sayembara Bulan Bahasa
yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Surabaya.
Dari hasil ketekunan para bibit Gendis Sewu yang didampingi
oleh para petugas Taman Bacaan Masyarakat, dimentori oleh para Tim
Inti Penulis, disunting oleh Editor Area (Dira), dan penyunting akhir yang
semuanya adalah pegawai Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Surabaya.
Kegiatan Gendis Sewu memanfaatkan platform buatan Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya yang bernama TAMAN
KALIMAS.
TAMAN KALIMAS yang merupakan singkatan dari Tempat
Menampung Karya Literasi Masyarakat memberikan layanan literasi
yang di dalamnya terdapat tiga layanan sekaligus, antara lain layanan
Taman Kalimas Pembelajaran, Taman Kalimas Karya dan Taman
Kalimas Publikasi.
Para bibit penulis Gendis Sewu terlebih dahulu didaftarkan
untuk mengikuti kelas berjenjang dari mulai kelas reguler Taman Kalimas
di tingkat kecamatan, lalu untuk bibit terbaik akan mendapatkan reward
naik ke kelas khusus minat dan bakat setelah itu karyanya akan dibuat e-
book dan dipublikasikan.
Saya mengapresiasi bangga kepada para bibit penulis Gendis
Sewu yang memiliki semangat literasi dengan tidak hanya menjadi
pembaca pasif melainkan menjadi pembaca aktif, yaitu selain membaca
juga mampu menulis.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Tim Gendis Sewu
dan Tim Inti Penulis Dispusip yang terdiri dari para tutor kelas reguler di
tingkat kecamatan, para editor area (Dira), para penyunting akhir hingga
e-book ini terselesaikan secara baik.
E-book adalah jawaban nyata atas kinerja para Tim Inti Penulis
Dispusip yang berkolaborasi dengan petugas Taman Bacaan
Masyarakat Kota Surabaya.
Membangun kota maka perlu disertai 'membangun' manusia di
dalamnya. Tentu tidaklah mudah, karena awal membangun sering kali
terlihat abstrak, dipertanyakan, atau diragukan. Walaupun begitu, tetap
terus 'membangun' karena 'membangun' manusia melalui literasi adalah
sebuah investasi jangka panjang untuk kota tercinta kita Kota Surabaya.
Salam Literasi,
Surabaya, 20 Mei 2021
Kapten Tim Penulis
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya
Vegasari Yuniati
DAFTAR ISI
1. Lika-liku Nyantri ..........................................1
2. Hadiah Terindah .........................................10
3. Lucky yang Lucky .......................................18
4. Kado Terindah untuk Bunda .......................27
5. Sepeda Impian ............................................33
6. Semangat dari Kakek ..................................41
7. Hikmah Pandemi .........................................47
8. Penyambung Nyawa ...................................53
9. Teman Belajar Tina .....................................60
10. Skip Life .....................................................68
11. Aku Pasti Bisa .............................................78
12. Jalan Kesuksesan ......................................85
13. Cinta untuk Ayah .........................................91
14. Pelangi Setelah Hujan .................................100
15. Sebuah Pembuktian ....................................109
16. Menulis adalah Hidupku ..............................117
17. Pak Darto ....................................................126
LIKA LIKU NYANTRI
Oleh Arfina Indahsari
Namaku Alfi Zulfaidatul Khusna. Aku baru
saja lulus sekolah dasar (SD). Untuk ke jenjang
selanjutnya aku sudah memutuskan sekolah di
pesantren, sekaligus menimba ilmu agama di sana.
Untung orang tuaku mendukung keputusan yang
aku inginkan.
Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, itu nama
pondok yang insya Allah akan aku tuju. Di situ pula
dulu bapak menimba ilmu agama. Aku tahu sedikit
gambaran tentang bagaimana kehidupan di sana.
Aku mendapatkan banyak cerita kehidupan di
pondok yang membuatku risau. Bayanganku
tentang kehidupan di pesantren sangat buruk.
Berulang kali Ibu dan Bapak memberiku
nasihat dan semangat agar aku tetap yakin dengan
keputusanku tanpa pemaksaan sedikit pun.
„‟Alfi,” panggil Bapak yang baru pulang salat
isya dari musala.ꞁ
Gendis Sewu Berkarya
2 Lika-Liku Nyantri
“Iya, Pak. Sudah selesai jamaahnya?”
“Sudah nak, sini Bapak mau ngomong sama
kamu sebentar.”
Bapak yang sedang mengarahkanku untuk
duduk di kursi ruang makan.
„‟Gini nduk, Bapak sudah mendapat info
tentang pendaftaran santri baru di Pesantren
Lirboyo. Kamu gimana nduk sudah benar-benar
meyakinkan hati untuk menimba ilmu di pesantren
belum?„‟
“Iya, Pak. Insya Allah Alfi sudah benar-benar
yakin dengan keputusan ini.”
Tiba tiba Ibu datang membawa masakan
untuk makan malam bersama.
“Nah gitu dong. Alfi putri Bapak Ibu satu-
satunya. Kalau gitu ayo, Pak segera kita daftarkan
Alfi ke pesantren.”
“Ehm, besok ya nduk. Bapak akan kesana
untuk daftarkan kamu.”
“Iya pak,” sahutku.
Gendis Sewu Berkarya
3 Lika-Liku Nyantri
„‟Ayo sekarang kita makan malam dulu,”
perintah Ibu yang menyuruhku dan Bapak
menyantap masakannya.
Perutku yang sedang kelaparan ini secepat
kilat mengambil makanan, karena pasti setelah ini
aku tidak bisa mencicipi masakan Ibuku.
Tidak terasa air mataku hampir jatuh, saking
terharunya.
***
“Yakin kamu mau masuk pesantren?” tanya
Bela teman rumahku.
„‟Iyaa Bel. Aku sudah mantap untuk
melanjutkan ke jenjang pesantren, karna aku
berfikir bahwa pergaulan saat ini sudah semakin
memburuk.”
“Bukan gitu, Fi. Emang kamu sudah siap
dengan peraturan dan kegiatan pesantren? Di sana
kamu harus bangun pagi terus loh, Fi,” ujar Bella.
“Iya Bel. Insya Allah aku udah siap dengan
itu semua. Doain aja ya Bel.”
Pagi ini aku sengaja main ke rumah Bella
untuk memberi tahu hal ini.
Gendis Sewu Berkarya
4 Lika-Liku Nyantri
Gendis Sewu Berkarya | Lika-Liku Nyantri
“Yaudah, Fi. Kalau emang itu benar
keputusan baik bagimu, aku doakan supaya kamu
betah disana,” kata Bella.
“Aaaminn Bel, makasih ya Bel doanya kamu
emang teman terbaik ku.”
“Fii aku sedih harus jauh dari teman seperti
mu, jangan lupain aku yaa Fi disana,” ujar Bella.
“Tentu enggak lah Bell,” jawabku yang agak
mewek.
Aku akan jarang bertemu Bella lagi, satu
satunya sahabatku. Lebih dari sahabat. Bella sudah
kuanggap layaknya saudaraku sendiri.
***
Hari demi hari pun berganti, kini aku
menjalani kehidupan di dalam pesantren. Aisya
Dewi Rabi‟ah panggilannya Isya. Dia teman
pertama yang aku kenal di pesantren. Kebetulan
aku sama Isya ini berasal dari kota yang sama,
Nganjuk. Kota yang memiliki julukan kota angin.
Kami berdua ditempatkan di satu kamar yang
sama.
5 Gendis Sewu Berkarya
Lika-Liku Nyantri
Sekarang madrasah diniyah pondok
pesantren sudah benar-benar mulai aktif. Aku, Isya,
dan beberapa teman disibukkan dengan banyak
kitab-kitab yang diajarkan sesuai tingkatan kelas
masing-masing. Alhamdulillah sama sekali tidak
sia-sia aku dan Isya belajar dengan sangat tekun
selama masa tes tingkat diniyah. Aku bisa masuk di
tingkat tsanawiyah. Itu adalah tingkatan tertinggi
kedua. Betapa senangnya karena ini aku bisa
memberi info yang membahagiakan Bapak Ibu
ketika sambang.
***
Hari ini adalah hari minggu, hari yang paling
ditunggu oleh kalangan santriwati yang mendapat
kunjungan orang tuanya, atau lebih dikenal dengan
istilah sambang. Tapi, sebelum waktu sambang
dibuka oleh pengurus, santriwati harus ro’an
pondok yang artinya bersih-bersih pondok. Seluruh
santriwati wajib mengerjakan tugasnya masing
masing. Jika tidak, mereka akan menerima
konsekuensi takziran dari pengurus.
Gendis Sewu Berkarya
6 Lika-Liku Nyantri
“Panggilan kepada ananda Alfi Zulfaidatul
Khusna dikunjungi keluarganya ditunggu di ruang
sambang‟‟
Terdengar panggilan dari pengeras suara
yang memanggil nama-nama santriwati.
“Fiii kamu dikunjungi tuh! Sana cepet,” teriak
Isya.
Aku yang baru aja masuk ke kamar mandi
langsung keluar.
“Aduh! Bentar, ini mau keluar.”
“Hahahaha makanya Fi, kalau udah tau mau
dikunjungi, antri mandinya yang awal biar enggak
kedandapan gini. Emang sih santri itu kalau dapat
panggilan sambang senengnya minta ampun,” Isya
berceloteh.
“Aduh udah kangen sama Ibu dan Bapak.
Kangen masakannya juga sih, semoga Ibu bawain
aku eseng-eseng kangkung soalnya Ibu kan tau
aku doyan banget eseng-eseng kangkung hehe,”
kataku sambil berjalan ke ruangan sambang.
Gendis Sewu Berkarya
7 Lika-Liku Nyantri
“Buk, Pak,” Aku yang melihat sosok Ibu dan
Bapak langsung lari ke dalam pelukannya
melepaskan rindu.
Aku meminta Ibu dan Bapak untuk tidak
sering datang berkunjung ke pesantren. Aku
kasihan jika Ibu dan Bapak harus keseringan
warawiri dari rumah ke pesantren. Aku juga
berusaha selalu menghemat uang saku dari Ibu
dan Bapak agar tidak kehabisan sebelum waktu
sambang.
Satu jam waktu sambang pun telah
berakhir. Aku pamit pada Ibu dan Bapak untuk
kembali masuk ke asrama.
Kiriman yang dibekalkan oleh Ibu dan
Bapak, aku buka ke kamar. Alhamdulillah Ibu
membawakan banyak makanan. Ibu sengaja
membawa banyak untuk dimakan bersama teman-
teman yang lain. Teman-teman yang lain langsung
mendekat untuk menyantap masakan Ibuku. Santri
memang begini, solidaritasnya besar. Misalnya ada
yang dikunjungi, pasti bekal bawaannya dimakan
bersama.
Gendis Sewu Berkarya
8 Lika-Liku Nyantri
***
Dua tahun kini sudah kulewati lika-liku
kehidupan seorang santri. Awalnya aku berpikir
yang tidak tidak tentang kehidupan di pesantren.
Ternyata kehidupan di pondok pesantren sangat
berwarna dan penuh dengan pelajaran berharga.
Gendis Sewu Berkarya
9 Lika-Liku Nyantri
HADIAH TERINDAH
Oleh Azzahra Bunga H I
Ada seorang anak perempuan bernama Lily.
Ia cantik, imut dan lucu. Ia sangat menginginkan
HP baru karena HPnya rusak.
“Mama, aku ingin HP baru,” kata Lily.
“Kalau Lily ingin HP baru, Lily harus rajin
belajar, ya?” timpal Mama.
Lily pun meninggalkan Mamanya yang
masih sibuk memasak untuk hidangan makan
malam. Sambil melangkahkan kaki ke kamar, Lily
berkata dalam hati.
Aku harus bisa, aku pasti bisa.
Setiap hari Lily belajar dengan tekun dan
usahanya membuahkan hasil dengan
meningkatnya nilai mata pelajaran di sekolah.
Selain itu, Lily juga mengubah sikapnya menjadi
lebih baik dan sopan kepada orang yang lebih tua
darinya.
Gendis Sewu Berkarya
11 Hadiah Terindah
Suatu hari ketika Lily berada di teras rumah
ada seorang ibu yang menghampirinya dan
menanyakan alamat rumah.
“Permisi Dek, Ibu mau tanya alamat yang
tertulis di kertas ini. Sedari tadi Ibu sudah putar
keliling, tapi belum menemukannya,” tanya Ibu
tersebut kebingungan.
“Oh … ini. Ibu lurus saja nanti belok kanan,
rumahnya di urutan ketiga,” jawab Lily.
Mama memperhatikan dari dalam rumah.
Lily masuk ke dalam rumah tiba-tiba Mama
merangkul Lily.
“Mama bangga melihatmu hari ini karena
tidak cuek seperti biasanya, jadilah pribadi yang
baik, Nak,” ucap Mama.
“Ah … Mama.” Lili tersenyum malu.
***
Sekolah mengadakan seleksi untuk
mengikuti lomba Olimpiade Matematika. Ternyata
usaha keras menjadikan Lily terpilih untuk mewakili
sekolah. Lily sangat senang dan berjanji akan lebih
Gendis Sewu Berkarya
12 Hadiah Terindah
giat lagi dalam belajar dengan dibantu guru
pembimbing.
Rutinitas pagi Lily, berangkat sekolah
menggunakan jasa antar jemput. Pagi yang sibuk
Mama dan Papa bekerja serta Kakak yang selalu
kesiangan berangkat kuliah.
“Ma… Pa… aku berangkat sekolah dulu, ya.
Assalamualaikum,” pamit Lily dengan mencium
kedua tangan orang tuanya.
“Minta doa, ya Ma. Supaya aku bisa lolos
untuk mengikuti olimpiade,” tambah Lily.
"Insya Allah sayang, kamu pasti bisa," kata
Mama.
Lily pun tersenyum.
Terima kasih, Ma telah menyemangatiku
ucap Lily dalam hati.
Waktu olimpiade pun telah tiba. Lily diantar
Mama ke Universitas Negeri Surabaya sebagai
tempat penyelenggaraannya. Lily pun masuk ke
babak semi final, tetapi hanya mendapat juara 3.
Lily merasa sedih karena tidak sesuai dengan apa
yang diharapkannya.
Gendis Sewu Berkarya
13 Hadiah Terindah
“Selamat ya, Nak, kamu sudah melakukan
yang terbaik. Jangan berkecil hati. Mama bangga
denganmu,” bisik Mama sembari memeluk Lily.
Lily menyadari yang terbaik bukan selalu
juara 1. Berusaha ikhlas dan sungguh-sungguh
dalam belajar itu sudah lebih dari cukup buat Lily.
Hari Minggu pagi Mama masuk kamar Lily
dan membereskan barang-barang yang
berserakan. Mama menemukan sebuah diary yang
bertuliskan:
Aku sedih Ya Allah. Aku tidak mendapatkan juara 1. Apa Mama masih
mau membelikanku HP? Ya, sudah, aku harus bisa ikhlas apapun yang
diberikan Mama di hari ulang tahunku besok.
Mama Lily membuka lembar berikutnya,
ternyata ada amplop yang bertuliskan „Uang Ini
Untuk Membantu Mamaku Naik Haji‟. Mama
tersenyum geli dengan isi diary Lily.
Gendis Sewu Berkarya
14 Hadiah Terindah
Ya Allah berkahilah anakku ujar Mama
dalam hati.
Mama memanggil Lily.
"Ada apa, Ma," seruku.
"Lily, besok mau dibelikan apa waktu hari
ulang tahun kamu?" tanya Mama.
"Aku tidak ingin apa-apa, Ma," jawabku
pelan.
Setiap sore hari ada bapak tua yang
berkeliling kompleks perumahan. Bapak tua itu
berjualan minyak tanah dan sebagian besar
tetangga Lily memberikan koran atau buku bekas
kepadanya. Di depan rumah, Lily selalu menunggu
bapak itu untuk memberikan makanan yang ia
punya. Kebiasaan baru Lily ini didasakan karena
merasa iba. Lily belajar bersyukur pada nikmat
Allah yang sudah didapatkan selama ini.
Hari lahir Lilly telah tiba. Pagi hari ia bangun
tidur berharap Papa dan Mama memberi selamat.
Sayangnya, pupus sudah harapan Lily untuk
mendapatkan HP baru. Ternyata rumah sudah sepi
kebetulan hari ini adalah Sabtu. Jadi, Lily sendirian
Gendis Sewu Berkarya
15 Hadiah Terindah
di rumah. Ia merasa keluarganya melupakan hari
istimewanya. Lily duduk di kursi dengan kecewa.
Lily akhirnya dapat menerima keadaan. Sore
hari pun tiba Lily yang sedang tidur, terbangun
karena mendengar suara klakson yang memanggil.
Sigap dan cepat ia beranjak membuka pagar,
ternyata mereka pergi bertiga tanpa
memberitahunya.
“Loh, kalian kok bisa pulang bareng?” tanya
Lily.
“Memang kami pergi bertiga jalan-jalan. Ha
… ha … ha,” sahut Kakak.
Lily merasa sangat marah mendengarnya.
“Mereka jahat sekali sama aku, Ya Allah,”
gumam Lily.
Lily langsung masuk tanpa melihat barang
apa yang mau dikeluarkan Mama dari mobil. Kakak
masuk menyusul dan mendorongnya dengan
memutar musik lagu ulang tahun. Lily kaget dan
melihat ke belakang ternyata Mama dan Papa
membelikan HP dan sepeda baru. Lily menangis
sambil memukuli Kakaknya.
Gendis Sewu Berkarya
16 Hadiah Terindah
“Selamat hari lahir, Lily,” ucap Papa dan
Mama.
“Selamat ya, Dek! Semoga kamu selalu
menjadi yang terbaik,” sahut Kakak.
Lily sangat terharu dan malu serta bersyukur
pada Allah yang sangat baik.
Gendis Sewu Berkarya
17 Hadiah Terindah
LUCKY YANG LUCKY
Oleh Nathanael Caesar Sapta Cakra
Hai namaku Lucky, tapi hidupku berbeda
dengan arti dari kata lucky. Bisa dibilang aku
kurang beruntung, tapi aku percaya akan mendapat
keberuntungan suatu hari nanti.
Di pagi hari yang cerah aku berjalan-jalan ke
taman. Di sana aku melihat para dancer yang
sedang mengumpulkan uang untuk disumbangkan.
Impianku adalah menjadi idola, tapi keluarga dan
orang-orang di sekitar meremehkanku. Hanya satu
orang yang percaya padaku, yaitu sahabatku.
“Jangan putus asa. Anggap saja mereka
yang meremehkan sebagai pendukungmu,” kata
Nael sahabat baikku.
“Terima kasih, ya sudah menyemangatiku,“
jawabku pada Nael.
“Sama-sama. Kita kan sahabat, “ lanjut Nael.
***
Gendis Sewu Berkarya
19 Lucky yang Lucky
Satu tahun telah berlalu, aku dan Nael
sudah berada di kelas 3 SMP kami sekolah di SMP
swasta. Aku dan Nael mengikuti ekstrakurikuler
dance karena impian kita berdua adalah menjadi
seorang idola. Kita sudah banyak mengikuti lomba
dance beruntungnya kita selalu menang. Seiring
berjalannya waktu seakan aku hidup sendiri di
dunia ini.
Banyak yang mengatakan, mimpiku ini
mustahil terwujud. Mereka masih tetap sama
meremehkanku. Namun, aku menikmati hobiku.
“Lucky, kamu yang pasti-pasti saja! Bekerja
kok sebagai penari!” Ibu berseru sambil menunjuk
padaku.
“Iya, Ibu,” jawabku tersenyum.
Walaupun demikian, aku tetap fokus pada
tujuan, menutup telinga tentang pendapat mereka
yang tidak mendukungku. Kelak suatu saat aku
sukses mereka pasti akan menerimaku. Menurutku
mereka hanya tidak percaya dan beranggapan aku
ini bermimpi di siang bolong.
Gendis Sewu Berkarya
20 Lucky yang Lucky
Berlanjut saat masa SMA, setiap kontes
dance aku ikuti.
“Pemenangnya adalah Lucky,” ujar bapak
kepala sekolah berseru di lapangan basket
sekolah.
Beranjak dari kursi dan berjalan menuju
panggung, aku mendengar bisikkan teman-teman.
“Ya, pastilah dia pemenangnya. Dia kan ahli
begituan,” celetuk temanku.
Syukur aku meraih dan menyabet juara.
Apakah aku ini lucky? Hanya sebatas nama saja.
Impian hanya sekadar impian jika kamu hanya
membayangkan tanpa ada suatu aksi. Entah esok
bekerja di bagian yang mana, aku nyaman dan
senang saja. Hal ini merupakan cita-citaku.
Adrenalinku mengalir kencang ketika mendengar
alunan music K-pop. Bertambah dewasa sikapku
semakin terfokus untuk mewujudkan cita-cita
menjadi seorang penampil, mengikuti audisi
pertunjukkan seni.
Gendis Sewu Berkarya
21 Lucky yang Lucky
Melanjutkan sekolah setelah lulus SMA, aku
memilih sekolah seni. Risikonya adalah aku harus
membiayai kuliahku sendiri.
“Ibu, maaf. Aku masih saja membuat Ibu
risau dan khawatir akan masa depanku kelak.
Namun, aku membutuhkan doa restu darimu, Ibu.
Aku memilih sekolah seni. Semoga aku bisa
membiayai kuliahku sendiri dan membuat Ibu
bahagia atas jerih payahku,” ujarku agar Ibu
menaruh kepercayaan padanya.
***
Suatu ketika aku mengikuti audisi Broadway
di American Music and Dramatic Academy (AMDA),
New York. Penampilanku menarik perhatian salah
satu agency yang berafiliasi dengan industri K-pop
di Korea Selatan.
“Yes, you,” tegur salah satu grup agency
padanya.
Sejak saat itu aku semakin percaya,
mengasah kemampuanku, dan belajar bahasa
Korea.
Tiga bulan kemudian.
Gendis Sewu Berkarya
22 Lucky yang Lucky
“Ibu, aku mengikuti 1 Million Dance di Korea,
sekalian aku mau mengikuti audisi yang membuat
aku tertarik,” pinta Lucky dengan penuh harap
didoakan.
“Ya, Nak. Kenapa kamu seyakin ini?” tanya
ibu ragu.
“Jawab iya dan doakan anakmu, Bu.” Lucky
menjawab dan langsung to the point.
***
Cahaya kemilau diiringi suara backsound
pemenang.
Aku mendengar.
“Yes, you,” ujar ketua agency.
Kabar baiknya aku diterima menjadi trainee.
Sontak aku teringat temanku Nael, sudah cukup
lama aku tidak bertukar kabar. Kuraih HP dan
meneleponnya.
“Hallo, Nael? Bagaimana kabarmu?” tanyaku
semangat.
“Baik, sekarang aku menjadi trainee.
Bagaimana denganmu?” balasnya menanyakan.
Gendis Sewu Berkarya
23 Lucky yang Lucky
“Iya, Nael. Aku baru saja diterima menjadi
trainee di Korea Selatan,” jawabku sambil meringis
bahagia.
“Bagaimana kita sekarang berbeda agency?
Kita jadi musuh dong?” kataku.
“Tidak apa-apa kita berbeda agency yang
terpenting kita tetap menjadi teman yang saling
membantu susah dan senang, Apa kamu sudah di
Korsel?” tanyanya padaku.
“Belum,” jawabku singkat.
“Oke, aku mumpung masih di Surabaya.
Sekitar tanggal 20 November 2020 aku berangkat.
Bagaimana kalau kita berangkat sama-sama?”
tanyanya padaku.
Kita pun akan pergi ke Korea Selatan untuk
menjadi trainee. Aku berpamitan kepada orang
tuaku dan keluarga besarku. Mereka
mengizinkanku pergi. Paginya aku dan Nael
berangkat ke bandara bersama keluarga kami.
“Ibu, Ayah aku berangkat dulu, ya? Doakan
kita, ya?” pamitku dan Nael di bandara.
Gendis Sewu Berkarya
24 Lucky yang Lucky
“Kami di sini akan mendoakan kalian
berdua,“ jawab orang tua kami.
Setibanya di Korea Selatan kita makan
bersama lalu berpisah menuju agency masing-
masing. Lucky menjadi seorang trainee sekitar 6
tahun dan Nael menjalankan trainee selama empat
tahun. Nael memulai debutnya pada tanggal 16
Januari 2014 berbeda dengan Lucky memulai
debutnya tanggal 8 Agustus 2016.
Grup mereka berdua sama-sama telah
sukses. Mereka saling bertemu dan melepas rindu
satu sama lain. Mereka masih tetap mengobrol
bersama.
“Hai Lucky kamu apa kabar? Sudah lama
kita enggak ketemu, ya?” kata Nael.
“Hai, juga Nael! Aku baik-baik saja,” ujarnya
sambil tersenyum padanya.
“Enggak terasa kita berhasil menggapai
mimpi kita,“ kata Nael sambal menepuk pundak
Lucky.
Gendis Sewu Berkarya
25 Lucky yang Lucky
“Iya, dengan banyak hinaan di masa lalu
akhirnya kita bisa menggapai impian kita bersama,“
sahut Lucky.
Akhirnya mereka bisa menggapai mimpi
mereka bersama-sama. Walaupun mereka berbeda
agency dan grup tetapi, mereka tetap berteman.
Gendis Sewu Berkarya
26 Lucky yang Lucky
KADO TERINDAH UNTUK BUNDA
Oleh Febian Zaky
Saya memang bukan anak yang pintar, saya
hanya anak biasa-biasa saja. Tetapi saya anak
yang rajin dan tidak pernah membolos di sekolah.
Waktu penerimaan rapot, saya mendapatkan
peringkat sepuluh. Bunda tidak marah dan hanya
diam saja, tetapi aku memberanikan diri untuk
bertanya kepada bunda.
“Bunda kenapa diam saja?” tanyaku
Bunda hanya tersenyum saja,
“Bunda tidak marah. Cuma Bunda pengen
kamu jadi anak yang pintar agar berguna bagi nusa
dan bangsa,” kata Bunda.
Aku ingin membahagiakan Bunda tapi
bagaimana caranya. Tebersit sebuah ide untuk
menjadi peringkat satu. Sebelumya perkenalkan
namaku Febrian Zaky, aku tinggal di Kalibokor
Kencana. Aku bersekolah di SMP Giki 2 kelas
delapan.
28 Gendis Sewu Berkarya
Kado Terindah untuk Bunda
Untuk membuat Bunda bahagia, aku tahu
yang harus ku lakukan. Yaitu dengan belajar lebih
keras dan mengurangi waktuku bermain. Godaan
terbesarku dari handphone dan teman-teman. Aku
sangat senang bermain game dengan teman-
teman. Sangat sulit merubah kebiasaanku ini.
Semangat yang tinggi memacuku untuk bisa
jadi peringkat pertama agar Bunda bangga. Hari
pertama aku lewati dengan lancar, aku sudah
kurangi bermain handphone dan bermain dengan
teman-teman. Pada hari kedelapan semangatku
mulai menghilang. Aku berpikir bagaimana
menumbuhkan semangat belajar agar tidak
menurun, supaya Bunda bahagia denganku.
Tiba-tiba terbersit dalam pikiranku
bagaimana caranya agar semangat belajarku
bisa bertahan. Aku menulis di sebuah kertas
bertuliskan „Semangat Belajar Untuk Membuat
Bunda Bahagia‟. Tulisan itu aku ketik dan
diperbanyak. Aku tempel di kamar agar selalu ku
lihat, bahwa aku punya janji untuk memberikan
Gendis Sewu Berkarya
29 Kado Terindah untuk Bunda
hadiah terindah buat Bunda dan Ayah sehingga
mereka dapat tersenyum dan bangga padaku.
Suatu ketika aku bermimpi, semangatku
pulih kembali, namun teman-teman mengajakku
untuk bermain. Ini membuatku terbangun dari tidur
saat azan subuh berkumandang. Sehingga aku
langsung berwudu dan langsung salat. Dalam
hatiku yang paling dalam, aku ingin sekali
membahagiakan Bunda. Ini aku lakukan agar suatu
saat Bunda tidak perlu bekerja keras untuk
membiayai sekolahku.
Setelah salat subuh, aku membantu Bunda
untuk menjual nasi bungkus di depan Makam
Ngagel. Aku harus pergi berjualan sebelum orang-
orang berangkat kerja. Tak lupa, aku harus menata
dengan rapi nasi dagangan Bunda dan banyak
titipan dari orang-orang. Jika Ayah bekerja
sendirian, ekonomi keluarga kami tidak akan cukup
untuk memenuhi kebutuhan sekolahku dan adik-
adik. Itu sebabnya aku ingin memberikan kado
terindah untuk Bunda.
Gendis Sewu Berkarya
30 Kado Terindah untuk Bunda
Aku korbankan waktu bermainku untuk
belajar dan membantu Bunda. Ini aku lakukan
supaya janjiku segera terpenuhi. Seiring perjalanan
waktu, nilaiku mulai meningkat. Jika aku tidak
mengerti materi pelajaran, aku tanyakan pada
Bapak atau Ibu Guru.
Tidak terasa aku melakukan kegiatan ini
sudah enam bulan. Waktu pembagian hasil ujian
akhir sekolah tiba, aku sangat puas dan bangga
dengan nilaiku. Usahaku selama ini tidak sia-sia,
besok adalah hari pengambilan rapor. Hatiku
sangat gundah sampai tidak bisa tidur.
Keesokan paginya, aku dan Bunda pergi ke
sekolah untuk mengambil rapor. Aku berdoa agar
bisa menjadi juara kelas dan
mempersembahkan peringkat pertama untuk
Bunda. Waktu namaku di panggil, tubuhku menjadi
gemetar. Wali kelas pun menyalami bunda.
“Selamat Bu, Febrian Zaky mendapat juara
kelas.”
Bunda lalu membuka raporku dan
tersenyum.
Gendis Sewu Berkarya
31 Kado Terindah untuk Bunda
“Selamat ya Nak, membuat bunda bangga
denganmu,” sambil menepuk pundakku.
Aku belum paham apa yang dimaksud oleh
Bunda. Bunda menyerahkan rapor agar aku bisa
melihatnya sendiri. Seketika aku sangat bangga
akan usaha kerasku kali ini. Aku persembahkan
semua ini untuk keluargaku tercinta. Kelak agar
bunda tidak banyak mengeluarkan biaya untuk
sekolahku.
Ini karena sekolahku mempunyai aturan jika
juara kelas mendapatkan beasiswa penuh seperti
uang bulanan sekolah sampai uang gedung gratis.
Itu sebabnya aku sangat bangga dengan hasil kerja
kerasku selama ini, karena dapat meringakan
beban ekonomi keluarga kami.
Gendis Sewu Berkarya
32 Kado Terindah untuk Bunda
SEPEDA IMPIAN
Oleh Muhammad Safri
“Pri! Ini uang sakumu,” kata Ibu.
Pagi ini, aku sudah bersiap-siap pergi ke
sekolah. Sebelumnya perkenalkan namaku.
Sekarang aku duduk di bangku sekolah
dasar kelas lima.
“Ini uang jajanmu sekarang. Ibu tambah jadi
lima ribu,“
“Alhamdullilah. Terima kasih, Bu,“ ujarku.
Sambil mencium punggung tangan Ibu, lalu
aku segera berangkat ke sekolah. Sambil senyum-
senyum sendiri karena uang sakuku bertambah.
Saat perjalanan menuju sekolah, aku bertemu Alif.
Enak ya Alif ke sekolah naik sepeda,
seandainya aku punya sepeda pasti aku sampai
sekolah lebih pagi dan bisa bermain-main dulu
dengan teman-temanku batinku.
TET... TET...TET....
Gendis Sewu Berkarya
34 Sepeda Impian
Tanda bel istirahat berbunyi. Aku langsung
menuju kantin. Begitu sampai, aku langsung
mengambil gorengan dan memesan es teh. Aku
paling senang membeli jajan gorengan dan minum
es teh di kantin sekolah. Di sekolahku satu buah
gorengan yang ukurannya lumayan besar dijual
seharga seribu lima ratus rupiah dan es teh juga
dijual dengan harga yang sama.
Alhamdullilah kenyang. Sebelumnya uang
sakuku tiga ribu rupiah, tapi sekarang Ibu
memberiku uang saku menjadi lima ribu rupiah.
Jadi uangku masih ada sisa dua ribu rupiah.
Lumayan masih bisa buat jajan lagi, tapi bel masuk
sudah berbunyi akhirnya aku kembali ke kelas.
Sepulang sekolah uang dua ribu rupiah itu
masih ada di saku baju seragam sekolahku. Aku
berpikir, dari pada dibuat jajan lebih baik ditabung
saja. Aku juga ingin punya sepeda seperti milik Alif.
Lumayan kalau aku menabung dua ribu rupiah
setiap hari, paling tidak satu tahun akan terkumpul
tujuh ratus ribu rupiah. Niat itu aku sampaikan
kepada Ibu.
Gendis Sewu Berkarya
35 Sepeda Impian
“Ibu punya kaleng bekas atau botol bekas
yang sudah tidak terpakai?“ tanyaku pada Ibu.
“Ada banyak di belakang, memangnya buat
apa, Pri?“ tanya Ibu.
“Aku ingin membuat celengan, Bu,“ balasku.
“Waahh memang kamu mau nabung buat
beli apa, Pri?” tanya ibu.
“Aku ingin beli sepeda, Bu. Biar berangkat
sekolah tidak jalan kaki,” Ibu lalu pergi ke dapur
dan mengambil kaleng bekas kue.
“Ini kalengnya.”
“Terima kasih, Bu.”
Kaleng itu lalu aku rekatkan dengan isolasi
sampai benar-benar tertutup dan tidak bisa di buka.
Setelah benar-benar rapat, lalu aku buat lubang di
tengah-tengah tutup kaleng yang terbuat dari
plastik itu. Agar lebih terlihat keren, celengan ini
aku tutup dengan kertas gambar. Kertas gambar
ini sebelumya sudah aku gambar sepeda.
Biar semangat menabung pikirku.
Setiap hari sebelum berangkat sekolah, aku
selalu semangat memasukkan uang dua ribu rupiah
Gendis Sewu Berkarya
36 Sepeda Impian
ke dalam celengan. Aku menabungnya sebelum
berangkat ke sekolah, karena takut kalau nanti di
sekolah uang dua ribu rupiah itu kupakai buat jajan.
Semangat itu yang selalu aku ucapkan kepada
diriku sendiri ketika rasa ingin jajan datang.
“Pri, tolong belikan telur setengah kilo dan
garam di tokonya mbak Yul, ya,“ pinta Ibu.
“Iya, Bu,“ jawabku.
Lalu Ibu memberikan uang lima belas ribu
rupiah. Seketika aku berangkat ke toko
kelontong milik Mbak Yul yang jaraknya selisih
hanya enam rumah dari rumahku.
“Bu, ini telur dan garamnya. Lalu ini
kembaliannya tiga ribu rupiah,” ucapku.
“Iya makasi ya Pri, kembaliannya buat kamu
saja,“ kata ibu.
“Alhamdullilah,“ sahutku.
Wah lumayan ada tambahan lagi nih pikirku.
Uang dua ribu rupiah aku masukkan ke
celengan, dan sisanya yang seribu rupiah aku buat
jajan. Ternyata setiap kali Ibu atau Bapak minta
tolong membelikan sesuatu pasti aku diberi
Gendis Sewu Berkarya
37 Sepeda Impian
tambahan buat aku masukan tabungan, walaupun
aku tidak mengharapkan imbalan.
Tidak terasa sudah enam bulan aku selalu
mengisi celenganku. Hari ini, hari pertama puasa
dan tentu saja sekolahku libur jadi aku tidak dapat
uang saku.
Bagaimana aku bisa mengisi celenganku
kalau aku tidak pergi ke sekolah pikirku.
Aku merasa sedih karena di bulan puasa
tidak bisa setiap hari menabung. Tibalah Hari Raya
Idul Fitri, kami semua berkumpul di rumah nenek.
Ada Paman, Bibi, Om dan Tante yang membagi-
bagikan THR (Tunjangan Hari Raya) kepadaku dan
saudara-saudara yang lain.
Sesampainya di rumah segera kubuka satu
persatu amplop itu. Ada 15 pecahan sepuluh ribu
dan ada 10 pecahan dua puluh ribu jadi totalnya
tiga ratus lima puluh ribu rupiah. Aku senang sekali
karena ada tambahan untuk masuk ke celengan.
“Priii!” panggil Ibu.
“Iya, Bu.“
Gendis Sewu Berkarya
38 Sepeda Impian
“Apa kamu tidak ingin membuka
celenganmu?” tanya Ibu.
“Celenganku sepertinya belum cukup, Bu
kalau dibuka sekarang,” jawabku.
“Sudah dibuka saja. Nanti hasil celenganmu
dan uang hari raya di jumlah, kalau masih kurang
nanti Bapak yang akan menambahi.“
“Benar, Bu??” sahutku dengan gembira.
Lalu segera kubongkar celengan itu.
Kuhitung jumlahnya, ada empat ratus dua puluh
ribu rupiah. Aku menambahkan dengan uang yang
kudapat dari hari raya, jumlahnya tiga ratus lima
puluh ribu jadi total semua uangku tujuh ratus tujuh
puluh ribu rupiah. Uang itu, lalu kuserahkan kepada
Ibu. Tidak lama kemudian Bapak menyuruhku
untuk ganti baju.
“Pri, ayo ganti bajumu kita ke toko sepeda,”
kata Bapak.
“Siiaaappp, Pak!“ aku langsung menyahut
dengan semangat.
Akhirnya aku dan Bapak membeli sebuah
sepeda seharga satu juta rupiah. Aku senang sekali
Gendis Sewu Berkarya
39 Sepeda Impian
mulai besok aku bisa bersepeda bersama Alif dan
temanku yang lain. Nanti aku juga bisa membawa
sepeda ini ke sekolah. Aku benar-benar
menyayangi sepeda ini karena untuk
mendapatkannya butuh kesabaran dan perjuangan.
Gendis Sewu Berkarya
40 Sepeda Impian
SEMANGAT DARI KAKEK
Oleh Rani Edila
Namaku Rani, umurku 14 tahun. Aku lahir di
Surabaya, tetapi rumahku di Sidoarjo. Peraturan
Kementerian Pendidikan menerapkan sistem zona
membuatku harus sekolah jauh dari rumah yaitu di
SMP Negeri 8 Surabaya. Karena di Kartu Keluarga,
alamat yang tertulis adalah Surabaya. Namun
semua itu tidak membuatku putus asa untuk
bersekolah.
Aku berniat untuk sekolah agar bisa
mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Soal jarak,
aku tidak menghiraukannya karena bagiku sekolah
adalah kewajiban agar bisa mencapai kesuksesan.
Walaupun jauh tapi tekadku untuk bersekolah
sangat besar.
Hari pertama bersekolah aku sangat senang
dan bahagia. Aku bersyukur bisa bersekolah. Aku
diantar Ayah dari rumah sampai ke sekolah. Jarak
lumayan jauh, tetapi Ayah tidak menghiraukan hal
Gendis Sewu Berkarya
42 Semangat dari Kakek