The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

E-BOOK PELANGI SETELAH HUJAN

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by zikacubby, 2021-10-29 03:59:00

PELANGI SETELAH HUJAN

E-BOOK PELANGI SETELAH HUJAN

Keywords: PELANGI SETELAH HUJAN

itu. Di hari kedua tekadku untuk ke sekolah masih
sangat besar. Di sekolah aku mulai berkenalan
dengan teman-temanku dan saling berbagi cerita.
Tidak terasa bel pulang sudah berbunyi, seperti
biasa ayahku sudah menunggu di depan gerbang
sekolah. Satu jam berlalu akhirnya aku sampai di
rumah. Tiba-tiba badanku terasa pusing dan pegal.

“Bu, badanku kok pegal dan pusing, ya,”
kataku sambil memegang pundak.

“Iya Nak, karena perjalanan ke sekolah
lumayan jauh dan kamu juga terkena panas
matahari. Jadi kepalamu pusing,” kata Ibu yang
sambil mengelus-elus kepalaku.

Lalu Ibu mengambilkanku obat sakit kepala.
Kepalaku terasa lebih ringan sesudah meminum
obat. Hari telah berlalu, tidak terasa hari sudah
menjelang subuh. Seperti biasa, aku segera mandi
dan salat subuh. Sambil menunggu Ayah salat di
masjid, aku sarapan terlebih dahulu.

Ibu pun sudah menyiapkan sarapan untukku.
Setelah bersiap-siap, aku segera bergegas
berangkat ke sekolah. Aku melihat matahari yang

Gendis Sewu Berkarya
43 Semangat dari Kakek

baru saja terbit dan udara yang sangat sejuk.
Embun pagi yang segar membuatku semangat
untuk pergi ke sekolah. Walaupun badan terasa
belum sehat, aku tetap semangat karena hari ini
adalah hari ketiga bersekolah.

Aku tidak ingin menghilangkan
kesempatanku untuk belajar di sekolah.
Sesampainya aku di sekolah seperti biasa aku
berpamitan dengan mencium tangan Ayah. Setelah
aku masuk ke kelas, teman- temanku ternyata
belum ada yang datang. Mungkin aku yang terlalu
bersemangat. Aku memutuskan untuk
membersihkan kelas.

Temanku datang satu persatu hingga
kemudian bel masuk berbunyi. Belajar mengajar
pun dimulai. Setelah pelajaran sudah selesai dan
bel pulang juga sudah berbunyi aku segera pulang
dan berjalan ke arah gerbang. Aku tidak melihat
Ayah, lalu aku memutuskan untuk menelepon
menggunakan handphone Pak Satpam di sekolah.

Ayah menyuruh aku menunggu di rumah
Kakek. Kebetulan rumah Kakek sangat dekat

Gendis Sewu Berkarya
44 Semangat dari Kakek

dengan sekolahku. Aku bertemu dengan Kakek
yang sedang duduk santai. Kakek pun berbincang
denganku. Beliau bercerita padaku tentang
perjuangannya dulu waktu sekolah.

“Dulu Kakek kalau mau sekolah selalu
takut.”

“Loh, kenapa, Kek?” tanyaku penasaran.
“Dulu orang Belanda kalau lihat anak
Indonesia sekolah selalu ditembak,” jawab Kakek
“Kenapa bisa seperti itu, Kek?” tanyaku
heran.
“Supaya orang Indonesia tidak ada yang jadi
orang pintar. Oleh karena itu, kamu sekarang harus
rajin belajar. Hidup di zaman sekarang jauh lebih
enak dari zaman dulu,” jelas Kakek.
Seketika aku merasa malu pada diriku
sendiri. Selama ini aku sering mengeluh lelah dan
malas. Perjuanganku untuk menggapai ilmu
ternyata jauh lebih mudah dibandingkan
perjuangan Kakek di masa kecilnya. Semangat
yang menggebu juga terlihat dari wajah Kakek

Gendis Sewu Berkarya
45 Semangat dari Kakek

ketika dia menceritakan kenangan saat dia
bersekolah.

Terkadang aku mengeluh dengan uang
jajan yang sedikit sedangkan dulu Kakek bisa pergi
ke sekolah dengan selamat sudah membuatnya
bahagia.

Semenjak Kakek menceritakan masa
kecilnya itu semangatku untuk menggapai cita-cita
semakin menggebu-gebu. Aku akan selalu
berjuang untuk selalu bisa menggapai ilmu
setinggi-tingginya. Tidak peduli seberapa jauh aku
harus menempuh perjalanan ke sekolah. Tidak
peduli seberapa letihnya aku karena perjalanan
yang jauh. Tidak peduli seberapa banyak uang
jajan yang diberikan orang tuaku kepadaku.

Saat ini hanya satu tekad yang ada di hatiku,
yaitu harus selalu berjuang menggapai cita-cita.
Aku tidak ingin malas dan berujung penyesalan
nanti. Aku tidak akan mengecewakan orang tua
dan juga Kakek yang selalu menyemangati setiap
waktu.

Gendis Sewu Berkarya
46 Semangat dari Kakek



HIKMAH PANDEMI

Oleh Silvi

Belajar tahun ini berbeda dengan tahun-
tahun sebelumnya. Kenapa? Dan apa yang
membuat beda? Ya, tahun ini aku diwajibkan untuk
belajar dari rumah. Wabah penyakit bernama virus
corona datang menyerang dunia, bahkan
Indonesia. Virus ini berasal dari Wuhan, sebuah
kota di negara Cina. Virus ini juga sudah menyebar
di berbagai negara salah satunya negara
Indonesia. Banyak orang kehilangan kebebasan
untuk beraktivitas.

Adanya virus corona yang menyerang
negara Indonesia membuat aktivitas di sekolah
diliburkan. Banyak orang juga yang kehilangan
pekerjaan. Ayah juga terkena dampak dari virus ini.
Pabrik tempat bekerja Ayah juga tidak beroperasi,
sehingga semua pegawainya harus dirumahkan.
Hatiku merasa sedih, karena dengan Ayah tidak
bekerja itu artinya aku dan keluarga harus lebih

Gendis Sewu Berkarya
48 Hikmah Pandemi

berhemat. Tidak bisa membeli jajan sebanyak yang
aku mau.

Ayah hanya lulusan SMA, karena itu hanya
menjadi buruh pabrik. Aku ingin bisa lebih baik dari
Ayah. Aku ingin mengangkat derajat orang tuaku,
dengan menggapai pendidikan setinggi-tingginya.
Aku ingin menjadi orang sukses. Aku selalu giat
belajar, banyak membaca buku di perpustakaan
dan di TBM (Taman Bacaan Masyarakat) yang
berada dekat rumahku. Di TBM banyak sekali buku
bacaan yang menarik. Tidak hanya membaca dan
meminjam untuk kubaca di rumah, aku juga sering
mengerjakan tugas sekolah di TBM.

Petugas di TBM itu bernama Kak Ratih.
Orangnya sabar dan selalu membantu tugas
sekolahku. Aku juga diajari menulis cerpen, puisi,
dan pantun. Aku juga diajari mendongeng,
keterampilan dan banyak lagi. Semua itu
membuatku merasa senang, karena ilmu yang aku
dapat semakin banyak. Walaupun terkadang Ibu
memarahiku saat aku berkunjung ke TBM.

Gendis Sewu Berkarya
49 Hikmah Pandemi

“Silvi, ayo pulang tidur, nanti ngaji,” teriak
Ibu.

“Sebentar, Bu. Aku masih pinjam buku,”
sahutku.

Ibu selalu menyuruh untuk cepat pulang saat
aku di TBM. Hatiku rasanya sedih sekali, padahal
aku masih ingin lebih lama lagi di TBM. Aku tidak
menyerah begitu saja. Aku mencari cara agar bisa
ke TBM.

Saat ibuku bersantai melihat TV, aku
mencoba mendekatinya.

“Bu, lihat buku ini bagus, ya.”
Aku memperlihatkan buku berjudul
„Mengapa Kentut Membatalkan Wudu‟ kepada Ibu.
“Iya bagus,” sahut ibu.
“Apa aku boleh main ke TBM setiap hari,
Bu? Mbak Ratih juga bisa bantuin aku mengerjakan
PR,” jelasku kepada Ibu.
“Iya boleh,” jawab Ibu.
Hatiku rasanya senang sekali mendengar
jawaban itu. Semangatku menggapai ilmu setinggi-
tingginya semakin besar.

Gendis Sewu Berkarya
50 Hikmah Pandemi

Hari demi hari aku lalui. Rasa bosan mulai
kurasakan. Rasa jenuh sekolah, membaca dan
menulis. Aku terpengaruh oleh teman-teman untuk
bermain game online. Apalagi saat ini ada virus
corona, sekolah diliburkan.

Hari-hari pertama aku merasa senang sekali,
karena belajar dari rumah itu tidak terikat oleh
waktu. Aku bisa bangun siang, tetapi tetap bisa
mengikuti pelajaran sekolah. Hari demi hari, bulan
demi bulan telah kulalui belajar dari rumah.
Ternyata aku merasa bosan, karena tidak bisa
bertemu dengan teman-teman, Bapak dan Ibu
guru. Aku rindu dengan ketegasan, suara teriak
dan wajah-wajah beliau.

Tak hanya itu, aku juga ingin bisa membaca
lagi di perpustakaan sekolah. Dulu setiap jam
istirahat aku selalu berkunjung ke perpustakaan
untuk membaca buku. Aku mendapatkan banyak
ilmu dari membaca buku. Oleh sebab itu aku
melakukan banyak cara untuk tetap bisa membaca
buku dan mendapatkan ilmu yang lainnya. Salah
satunya dengan datang di TBM dekat rumah.

Gendis Sewu Berkarya
51 Hikmah Pandemi

“Kak Ratih, aku boleh pinjam buku?,”
tanyaku.

“Boleh, tetapi dibaca di rumah, ya,” jawab
Kak Ratih kepadaku.

Tidak hanya meminjam buku, aku juga
sering daring dengan Kak Ratih melalui whatsapp
untuk mendapatkan ilmu tentang menulis Cerita
Pendek, menulis puisi, dan belajar prakarya dari
stick ice cream. Semangatku untuk mencari dan
mendapatkan ilmu tak akan pernah padam lagi.
Walaupun ada virus corona seperti sekarang.

Aku juga tidak mau bermain game online
lagi, karena ternyata tidak ada manfaatnya bagiku.
Aku berharap virus corona ini segera berakhir, agar
aku bisa sekolah lagi, beraktivitas bebas seperti
dulu lagi tanpa takut terpapar virus. Aku berharap
semangatku untuk berjuang menggapai ilmu
sebanyak-banyaknya tidak pernah padam.

Gendis Sewu Berkarya
52 Hikmah Pandemi



PENYAMBUNG NYAWA

Oleh Icha

Perkenalkan, namaku Icha umur 14 Tahun.
Di umurku yang masih dini ini aku sudah
merasakan betapa susahnya mencari uang demi
sesuap nasi. Ayahku meninggal ketika aku masih
berusia tujuh tahun karena mengidap penyakit
jantung. Seharusnya di usia itu, aku memiliki masa
kecil yang menyenangkan. Tapi tidak, aku
kehilangan sosok yang aku butuhkan untuk menjadi
pemimpin, panutan, pelindung, dan bahu
ternyaman untuk aku bersandar.

Sekarang hanya ada Ibu yang aku miliki.
Hanya dia. Semula profesi yang hanya sebatas Ibu
rumah tangga mendadak harus merangkap menjadi
tulang punggung demi sesuap nasi. Semenjak
Ayah tidak ada, Ibu berpikir tentang apa yang harus
ia lakukan agar bisa menghasilkan uang, hingga
muncullah ide menjual jajanan khas jawa yang
hampir punah. Sesekali aku membantu ibu

Gendis Sewu Berkarya
54 Penyambung Nyawa

membuat jajanan sejenis serabi, carang emas, dan
jemblem.

“Bu, ini semua rencana mau dijual di mana?”
tanyaku.

“Entahlah Nak, Ibu juga belum tahu. Ini
usaha pertama Ibu, tapi rencananya mau Ibu
titipkan ke beberapa warung dekat rumah aja,” jelas
Ibu sedikit ragu.

Kulihat mukanya yang penuh lelah, namun ia
tak mengeluh sedikitpun.

“Istirahatlah Nak! Ini sudah malam sekali,”
ucap Ibu menghancurkan lamunanku.

Kulihat jam dinding sudah menunjukkan
pukul 21.00 WIB.

“Iya Bu, Ibu juga harus cepat istirahat,”
sahutku.

Aku harus tidur cukup mulai saat ini. Aku
harus jaga kondisi tubuhku agar tidak sakit dan bisa
bangun pagi lalu membantu Ibu mengantarkan
semua jajanannya kataku dalam hati sambil menuju
ke kamar tidurku.

Gendis Sewu Berkarya
55 Penyambung Nyawa

Petang di hari Minggu, samar aku dengar
suara berisik dari arah dapur. Astaga! Rupanya ibu
sudah bangun untuk menyiapkan dagangannya
dan kulihat jam masih menunjukkan pukul 05.00
WIB. Hari yang masih pagi sekali, bahkan matahari
pun masih enggan muncul.

“Ahhh, betapa tidak gunanya aku,” gumamku
menyesal tak bisa menemani Ibu lebih awal.

Aku bergegas lari menuju kamar mandi dan
ganti baju setelahnya. Kurapikan semua bajuku dan
menuju ke Ibu.

“Bu, manakah yang harus aku bantu?” sapa
tanyaku pada Ibu.

“Pintar sekali kamu Nak, pagi-pagi sudah
bersih, cantik dan rapi sekali” puji Ibu kepadaku
dan akupun tersenyum.

Aku bawa beberapa dagangan Ibu sesuai
kemampuanku. Kami berdua berjalan kaki
menghampiri satu persatu warung yang ada di
dekat rumah, menitipkan jualan kami dan
Alhamdulillah banyak diantara mereka yang
bersedia menerima jajanan Ibu.

Gendis Sewu Berkarya
56 Penyambung Nyawa

“Alhamdulillah,” ucap Ibu sambil mengusap
keringat di keningnya.

Kulihat ada perasaan lega di raut mukanya.
Setelah semua dagangan sudah dititipkan, kami
pun beranjak pulang karena sebentar lagi sudah
masuk waktu sholat zuhur. Sepanjang perjalanan
sesekali kami bercanda hanya untuk sekedar
menghilangkan rasa sedih atas kepergian Ayah.
Tak dapat dipungkiri, dalam hati Ibu pasti sama
dengan apa yang ada dalam hatiku, perasaan
waswas dan khawatir serta berharap agar semua
dagangan habis terjual.

Rasanya tidak ada yang lebih
membahagiakan daripada itu untuk saat ini.
Akhirnya kami pun sampai di rumah dan
beristirahat sejenak setelah menunaikan salat
zuhur.

Sore hari adalah waktunya bagi semua
pedagang untuk mengambil semua dagangan yang
dititipkan di warung termasuk dagangan Ibu dan
aku.

Gendis Sewu Berkarya
57 Penyambung Nyawa

“Bu, kita ke warung siapa dulu?” tanyaku
pada Ibu.

“Kayaknya kita ke warung Bu Aminah dulu
ya Nak, warung paling barat sendiri, biar tidak bolak
balik,” pikir Ibu.

Semoga habis, semoga habis, semoga habis
ucapku dalam hati. Namun tak dapat kupungkiri
segala usaha memang harus diawali dengan rasa
pahit. Sama dengan apa yang kami alami saat
pertama kali mengambil dagangan ibu.

Kulihat sisa 5 dari 15 jajanan Ibu yang laku,
sedih rasanya. Tapi mau bagaimana lagi, semua
harus tetap kami syukuri.

“Alhamdulillah, ya Nak,” kata Ibu sembari
membawa dagangannya.

“Iya, Bu,” sahutku dengan senyum paksa.
Lagi-lagi kulihat wajah Ibu yang penuh
senyuman dan rasa ikhlas.
“Betapa sabarnya engkau, Ibu,” gumamku.
“Ayo, kita ambil lagi ke warung berikutnya,”
ajak Ibu dengan semangat.
“Siap Bu, ayo!” jawabku tak kalah semangat.

Gendis Sewu Berkarya
58 Penyambung Nyawa

Akhirnya satu persatu dagangan yang
dititipkan di warung, kami ambil. Banyak sedikitnya
semua tergantung rasa syukur kita di dalam hati.
Kondisi seperti ini aku alami bersama Ibu setiap
hari. Semua kami lakukan lagi-lagi hanya demi
sesuap nasi dan biaya agar aku bisa melanjutkan
sekolahku. Terima kasih Ibu. Aku beruntung masih
memilikmu. Aku sangat menyayangimu.

Gendis Sewu Berkarya
59 Penyambung Nyawa



TEMAN BELAJAR TINA

Oleh Adit

Tina terlihat sangat murung di bangku
tempat duduknya saat jam istirahat. Tangannya
memegang kertas ulangan, dengan nilai yang tidak
memuaskan.

“Tina, kamu kenapa tidak istirahat?” tanya
Sani.

“Tidak apa-apa, aku sedang tidak ingin
istirahat saja,” jawab Tina.

“Apa yang ada di tanganmu itu?” tanya Sani.
“Bukan, ini bukan apa-apa kok,” jawab Tina
dengan sedikit takut.
Huh ... untung saja Sani tidak tahu ucap Tina
dalam hati.
Tiba-tiba tanpa sepengetahuan Tina, Tari
duduk di sebelahnya, dan tidak sengaja ia
melihat kertas yang dipegang Tina.
“Oh, jadi kamu menyembunyikan itu,” ucap
Tari.

Gendis Sewu Berkarya
61 Teman Belajar Tina

“Kamu sejak kapan di sini?” tanya Tina.
“Sejak tadi,” jawab Tari.
“Tari, kamu jangan bilang siapa-siapa ya,
kalau nilaiku jelek,” pinta Tina sambil memegang
tangan Tari.
“Hem,” Tari menganggukkan kepala.
Sesampainya di rumah, Tina masih terlihat
sangat lesu.
“Assalamualaikum” Tina mengetuk pintu
sambil mengucap salam.
“Waalaikumsalam,” jawab Bibi.
“Huft...,” Tina menghembus nafas.
“Kenapa Non, kok wajahnya terlihat murung
seperti itu?” tanya Bibi.
“Ini Bi, tadi di sekolah nilai ulanganku jelek
sekali. Aku tidak bisa mengerjakan soal yang
diberikan Ibu Guru karena setiap malam tidak ada
yang menemaniku belajar. Jadi aku tidak semangat
dan kesepian di kamar,” jawab Tina panjang lebar.
“Ya sudah. Bagaimana kalau nanti malam
Bibi yang menemani Non Tina belajar?” ujar Bibi
menawarkan bantuan kepada Tina.

Gendis Sewu Berkarya
62 Teman Belajar Tina

“Benarkah, Bi? Terima kasih ya, Bi. Bibi
memang pengertian sekali,” jawab Tina senang.

Malam harinya.
“Non, Bibi temenin belajarnya sekarang,
ya?” tawar Bibi sambil mengetuk pintu kamar.
“Iya, Bi. Ayo masuk kamarku, Bi,” jawab
Tina.
Bibi menemani Tina belajar. Tak jarang Bibi
juga mengajari semampunya. Tina terlihat
semangat sekali belajarnya tanpa terasa jam
menunjukkan sudah pukul 21.00 WIB. Tina
mengakhiri belajarnya lalu dengan segera
menyiapkan buku-buku yang akan dibawa besok ke
sekolah.
Pagi harinya Mama membangunkan Tina
pukul 05.00 dan menyuruh Tina untuk mandi lalu
salat subuh. Setelah itu, Tina bergegas
mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah.
Setiap hari Tina berangkat sekolah bersama Mama
dan Papanya.
“Hai, Tina,” teman-temannya menyapa Tina.
“Hai juga,” jawab Tina sambil tersenyum.

Gendis Sewu Berkarya
63 Teman Belajar Tina

KRING ... KRING ... KRING ....
Bel sekolah pun berbunyi pertanda pelajaran
akan dimulai. Semua murid langsung berdoa dan
menyebutkan Pancasila sebelum pelajaran dimulai.
Pada hari itu, ada ulangan harian yang kedua,
materi pada ulangan tersebut adalah matematika.
Matematika adalah pelajaran yang agak sulit,
menurut Tina.
Bu guru mulai membagikan lembar soal.
Ternyata ada 30 soal dan murid-murid harus bisa
mengerjakan soal itu selama 60 menit. Murid-murid
dengan sigap segera mengerjakan untuk
menghemat waktu. Satu jam telah berlalu begitu
cepat, waktu pengerjaan telah habis. Murid-murid
mengumpulkan lembar soal dan jawaban ke Ibu
Guru, lalu mereka mengoreksi bersama- sama.
Pada saat istirahat.
“Tina, ke kantin, yuk,” Ecca, Zahra, dan
Nabila mengajak Tina istirahat bersama.
“Ayo,” jawab Tina mengiyakan ajakan
teman-temannya.

Gendis Sewu Berkarya
64 Teman Belajar Tina

“Tina, bagaimana ulangannya tadi?” tanya
Ecca.

“Memang sih soalnya agak sulit, tapi…” Tina
memotong ucapannya.

“Kalau menurutmu bagaimana, Ca?” tanya
Tina melanjutkan ucapannya.

“Tadi ada soal yang tidak bisa aku kerjakan,
tapi ada juga yang aku jawab sebisaku,” jawab
Ecca.

KRING ... KRING ... KRING ....
Bel masuk kelas berbunyi. Hasil ulangan
akan dibagikan kepada murid-murid hari ini.
“Baik, anak-anak. Ibu akan membagikan
ulangannya hari ini. Ibu akan mengambil 3 orang
terbaik dari hasil ulangannya. Jadi langsung saja
urutan yang ke-3 adalah Toni dengan nilai 80,
urutan yang ke-2 adalah Thoriq dengan nilai 90,
urutan yang pertama adalah Tina dengan nilai 100,”
kata Ibu Guru mengumumkan hasil ulangan.
Tina tidak menyangka kalau dia mendapat
nilai terbaik. Ia mendapat ucapan selamat dari

Gendis Sewu Berkarya
65 Teman Belajar Tina

teman-temannya. Hari ini, Tina pulang dengan
wajah yang sangat bahagia.

“Assalamualaikum,” Tina mengetuk pintu
sambil mengucapkan salam.

“Waalaikumsalam,” jawab Bibi.
“Bibi, hari ini aku senang sekali. Tadi di
sekolah aku dapat nilai bagus. Bahkan, aku
mendapat nilai terbaik saat ulangan matematika,”
Tina berkata sambil menunjukkan kertas
ulangannya.
“Wah, selamat ya, Non. Tapi, Non Tina
harus belajar lebih giat lagi supaya dapat
mempertahankan nilai yang bagus ini,” Bibi
memberi motivasi kepada Tina.
“Iya, Bi. Aku juga berterima kasih kepada
Bibi, karena Bibi sudah membantuku belajar tadi
malam,” ujar Tina kepada bibi
“Iya, Non. Sama-sama,” jawab bibi sambil
merangkul Tina.
Malam harinya Mama dan Papa datang.
Tina segera memberi tahu Mama dan Papanya.

Gendis Sewu Berkarya
66 Teman Belajar Tina

“Ma, Pa, aku tadi di sekolah dapat nilai
bagus lho,” cerita Tina.

“Benarkah? Coba sini Mama lihat hasil
ulangannya,” jawab Mama penasaran.

“Wah bagus sekali, Nak. Alhamdulillah
dapat nilai 100,” ucap Mama lagi.

“Oh ya, Ma. Tadi malam Bibi yang
menemaniku belajar. Dia juga mengajariku.
Sebagai balasannya, bagaimana kalau besok kita
ajak Bibi jalan-jalan?” ujar Tina.

“Ide bagus. Boleh juga itu, Nak. Kebetulan
besok hari Minggu. Bagaimana, Pa? Boleh kan?”
tanya Mama.

“Dengan senang hati tuan putri,” jawab Papa
sambil tertawa dan diikuti tawa Mama dan Tina.

Keesokan harinya, Tina, Mama, Papa dan
Bibi berangkat jalan-jalan. Tujuan mereka ke
Atlantis Land. Mereka berenang bersama. Tina
juga ingin menaiki wahana-wahana yang seru. Tak
terasa hari sudah sore, mereka pun segera
bergegas pulang. Pada saat perjalanan mereka
berhenti untuk membeli camilan sebagai oleh-oleh.

Gendis Sewu Berkarya
67 Teman Belajar Tina



SKIP LIFE

Oleh Muthi‟aturrochmah

Sore itu, seorang anak perempuan yang
berparas manis sedang menyusuri jalan.
Rambutnya melayang-layang diterpa angin. Daun-
daun beterbangan. Membangkitkan suasana sore
yang damai. Burung-burung pun kembali ke
sarangnya.

Tanpa dia sadari, dirinya sudah sampai di
depan tempat tujuan. Sorang anak perempuan
yang lebih tua darinya melambai-lambai. Anak yang
melambaikan tangannya itu memiliki rambut
pendek berwarna pirang. Dia memakai kacamata
kotak.

“Julia!” teriak gadis kacamata itu.
Nama anak berambut panjang itu adalah
Julia. Lebih tepatnya adalah Julia Rossa
Margaretha, sedangkan gadis berkacamata itu
adalah pelatih vokalnya yang bernama Junita
Jasmine Asyifa. Dia sering dipanggil Kak Juni oleh

Gendis Sewu Berkarya
69 Skip Life

Julia. Julia bercita-cita menjadi seorang penyanyi,
maka dia latihan vokal kepada Kak Juni.

Penyanyi ini berumur 14 tahun. Orang yang
menginspirasinya adalah Mamanya sendiri.
Mamanya adalah penyanyi terkenal. Sayang, orang
yang menginspirasinya itu sudah meninggalkannya.
Sedangkan, Papa tercintanya bertugas di luar kota.

Di rumah hanya ditemani oleh asisten rumah
tangga. Maka dari itu, dia sangat membenci
Papanya. Julia berfikir bahwa Papanya membuang
dirinya. Tapi, di sisi lain Julia beruntung, karena
masih menerima kiriman uang dari Papanya. Uang
itu dipakai untuk biaya sekolah, les sekolah, les
vokal, dan sisanya dipakai kebutuhan yang lain.

Sore itu Julia datang ke studio milik Kak Juni
yang berada di dalam rumahnya untuk latihan
vokal. Studio milik Kak Juni cukup luas, ada banyak
alat musik di sana. Tiba-tiba musik pembuka sudah
terdengar dari keyboard Kak Juni. Dia memang
sangat ahli dalam bidang musik. Mungkin, kalian
tak akan percaya bahwa Kak Juni itu dapat melihat
masa depan. Namun masih samar-samar. Dia

Gendis Sewu Berkarya
70 Skip Life

berkata, bahwa Julia akan menjadi bintang besar di
atas panggung.

Lantunan lagu yang menenangkan keluar
dari mulut Julia. Lantunan itu didukung oleh iringan
keyboard. Ruangan itu kini hanya berisikan suara
merdu. Tiba-tiba suara Julia menjadi berat. Juni
langsung saja menghentikan permainan
keyboardnya itu.

“Jul, kamu minum es, ya?” tanya Kak Julia.
“Iya. Aku hanya minum es teh,” jawab Julia
sambil memainkan rambut Kak Juni.
“Jul, kamu tahu kan? Flu dan batuk itu
halangan terbesar untuk para penyanyi,” kata Kak
Juni.
“Jika kamu tidak bisa jaga kesehatan
bagaimana kamu bisa jadi penyanyi terkenal,”
sambungnya.
“Kamu harus semangat dong,” kata Kak
Juni.
Meskipun diiringi hentakan keyboardnya.
Kak Juni tetap menjaga senyumnya, sedangkan

Gendis Sewu Berkarya
71 Skip Life

Julia hanya diam saja menatap mikrofon di
depannya.

“Makanya, usulin aku ke produser dong.
Nanti aku bakal lebih semangat!” sahut Julia.

“Jika subscribe youtube kamu sudah lebih
dari 300.000 pengikut akan kuajukan,” jawab Kak
Juni.

Tanpa basa basi Kak Juni langsung saja
memainkan keyboardnya. Tapi kali ini dengan nada
minor. Julia sudah tahu maksud dari permainan
musik pelatihnya itu. Setelah musik pembuka
selesai, penyanyi cilik itu langsung saja bernyanyi
dengan nada yang sangat rendah.

Saat menyanyikan lagu itu, Julia memikirkan
hal lain. Dia masih keberatan dengan syarat
300.000 subscriber, ia merasa semakin malas
latihan. Belum lagi memikirkan hujatan-hujatan
yang nanti akan diterima oleh Julia. Benar-benar
menyusahkan. Tetapi, di sisi lain masih ada yang
suka pada Julia. Memang ya, selera orang itu
berbeda-beda.

***

Gendis Sewu Berkarya
72 Skip Life

Malam itu sebelum tidur, Julia memainkan
handphonenya. Dia mengusap-usap layar di
beranda instagramnya. Tiba-tiba ada iklan tentang
sebuah aplikasi dengan tulisan „Ingin Meloncati
Kehidupanmu?‟ tanpa Julia sadari, bulu kuduknya
merinding antara penasaran dan takut.

“Aku mau coba deh! Siapa tahu kan bisa ke
masa depan,” kata Julia.

Julia pun mengklik link yang sudah
disediakan. Dia menunggu pemasangan aplikasi
yang bernama Skip Life. Ketika dia membuka
aplikasi itu, tiba-iba ada perintah memasukkan
angka setengah dari umur, Julia pun langsung
memasukkan angka 7. Tak ada kejadian apapun.
Julia mematikan lampunya dan menarik
selimutnya, kemudian langsung tidur.

Keesokan harinya, Julia sangat terkejut.
Sekarang dia berada di kamar yang mewah.
Tubuhnya menjadi lebih tinggi. Dia menatap cermin
yang ada di depannya. Wajahnya menjadi sangat
cantik. Julia mengembil kalender.

Gendis Sewu Berkarya
73 Skip Life

“Apa sekarang 2027? Padahal waktu aku
latihan bersama Kak Juni tahun 2020,” gumam

Julia.

Dia pun sadar bahwa aplikasi itu benar.

Tiba-tiba seorang perempuan memakai jas hitam

menghampiri Julia. sekaligus
“Siapa kamu?” tanya Julia.
“Aku Juni! Aku pelatihmu

pengatur jadwalmu!” jawab orang itu.

Julia pun terdiam, menatap Juni dengan

sinis. Beberapa detik kemudian, Julia percaya

kalau itu adalah Juni.
“Ayo cepat! Bersiap-siap, kamu kan ada

jadwal konser untuk memperingati ulang tahun
stasiun TV terkenal,” perintah Juni.

Sekarang dia mengenakan gaun tanpa

lengan yang sangat panjang. Baju itu berwarna biru

keunguan. Serasi dengan rambut hitam

panjangnya. Ada hiasan keemasan di bawah dress

nya. Rambutnya dibiarkan tergerai.

Sesampainya di gedung stasiun TV, Julia

turun dari mobil berwarna putih yang mewah. Julia

Gendis Sewu Berkarya
74 Skip Life

langsung disambut para reporter TV. Setelah Julia
sampai di backstage, Juni berpesan kepada Julia
jika saat di atas panggung dia harus melakukan
yang terbaik. Ini adalah panggung besar pertama
Julia. Dia membawakan lagu „It‟s You‟. Julia sedikit
gelisah dan mengingat latihan terakhirnya di tahun
2020.

“Mari kita sambut penyanyi yang kita tunggu-
tunggu. Juliaaaa,” kata pembawa acara dengan
lantang.

Julia pun melangkah menuju panggung
dengan ragu, tangannya pun gemetaran. Julia tidak
menyangka jika dirinya bisa bernyanyi di panggung
semegah ini dengan ribuan penonton.

It’s you, it’s always you

If I’m ever gonna fall.

Julia menyanyi dengan merdu. Tiba-tiba
jantung Julia berdebar sangat kencang, pikiran
Julia kosong, dan tidak bisa mengeluarkan

Gendis Sewu Berkarya
75 Skip Life

suaranya. Seakan ada yang mengganjal di
tenggorokannya. Teriakan penonton gemuruh
meminta agar Julia segera turun. Penampilan
perdana Julia gagal total. Semua media
memberitakan tentang dirinya yang gagal dalam
penampilan perdananya.

Sejak kejadian itu Julia merasa gagal, Julia
menjadi orang yang murung dan ingin mengakhiri
cita-citanya untuk menjadi seorang penyanyi. Dia
ingin kembali ke masa lalu. Julia ingat aplikasi Skip
Life, tidak berpikir lama, dia langsung mengambil
handphone dan membuka aplikasi tersebut.
Berusaha menekan icon aplikasi Skip Life agar bisa
kembali, tetapi gagal.

Tiba-tiba Juni merampas handphone dan dia
berhasil membawa Julia kembali di tahun 2020.
Julia senang dan memeluk Juni. Juni berpesan
pada Julia jika kesuksesan tidak bisa didapatkan
secara instan, semua membutuhkan proses. Sejak
kejadian itu, Julia mulai berubah menjadi pribadi
yang semangat mengejar cita-citanya.

Gendis Sewu Berkarya
76 Skip Life

***
Julia mengisi acara perdana di panggung
yang mewah. Ia mengenakan gaun tanpa lengan
yang sangat panjang. Baju itu berwarna emas.
Serasi dengan rambut hitam panjangnya. Sebuah
liontin tergantung di lehernya. Rambutnya dibiarkan
tergerai Kali ini Julia melangkah dengan bangga
dan berhasil menghibur penonton dengan suara
merduanya. Julia banyak disukai penonton dan
memiliki banyak penggemar.

Gendis Sewu Berkarya
77 Skip Life



AKU PASTI BISA

Oleh Vanessa Velincia Desika

Siang itu, seperti biasa aku pergi ke Balai
RW untuk belajar. Suasana jalan sangat gelap
karena awan hitam. Sepertinya, akan segera turun
hujan yang lebat. Kubawa sebuah payung kecil
supaya nanti aku tidak kehujanan. Aku mulai
berangkat berjalan kaki, memang Balai RW
letaknya lumayan dekat dari rumahku. Setelah
tiga menit berjalan aku bertemu Selly, dia adalah
teman sekelasku di sekolah. Biasanya dia akan ikut
jika aku ke Balai RW.

“Sel, ayok melok tah nang balai RW?1”
ajakku.

“Sek, tak ngomong Mamaku disek, oh iyo
PR matematikamu wes mari ta, Awakmu nggowo
gak?2” sahut Selly.

1 Sel, ayo ikut ke balai RW?
2 Sebentar, aku bilang ke Mamaku dulu, oh iya PR
matematikamu sudah selesai belum, kamu bawa
tidak?

Gendis Sewu Berkarya
79 Aku Pasti Bisa

Setelah mendapatkan izin dari Mama Selly,
aku segera berangkat ke Balai RW yang jaraknya
hanya tiga rumah dari rumah Selly. Setibanya di
depan balai RW kami merasa suasana sangat sepi,
padahal biasanya sangat ramai.

Di pelataran balai RW kami hanya melihat
motor Kak Arum yang terpakir rapi di bawah pohon
jambu. Tidak ada motor lain atau sepeda yang
biasanya juga ikut terparkir di sana. Tidak ada juga
motor yang berlalu lalang karena jalan ujung
sedang dibangun sehingga motor tidak dapat
melewati jalan di sana.

Kami mulai masuk ke Balai RW. Namun, Kak
Arum tidak terlihat ada di sana. Kami juga mencari
di kamar mandi, tapi Kak Arum juga tidak terlihat di
sana.

“Kak Aruum. Kakak dimana?” kami mulai
memanggil manggil Kak Arum.

Suasana gelap sekali, mungkin Kak Arum
lupa menyalakan lampu dan pergi keluar untuk
membeli makanan. Saat hendak menyalakan
lampu kami dikagetkan dengan sosok putih yang

Gendis Sewu Berkarya
80 Aku Pasti Bisa

tiba-tiba berdiri dari balik meja. Seketika kami
menjerit ketakutan.

“Huaaaaaaaa ... setaaannnn!” jerit kami
kompak.

“Heiii ini Kak Arum. Kok dibilang setan. Enak
aja aku dibilang setan,” sahut si sosok putih yang
ternyata Kak Arum baru saja selesai sholat.

“Hahahahaha ... maaf Kak. Kakak sih
ngagetin aja, mana gelap gini enggak dinyalakan
lampunya. Terus dari pojokan putih-putih gitu,”
sahut Selly.

Setelahnya kami mulai menyalakan lampu
dan segera mengeluarkan alat tulis dan PR yang
telah kami bawa dari rumah. Kak Arum juga telah
selesai membereskan mukenanya dan mulai
membantu kami menyelesaikan PR Matematika
yang cukup sulit.

Selain mengerjakan PR, aku juga banyak
sekali belajar di Balai RW. Seperti belajar
membaca dan bimbel. Dulu, saat kelas dua aku
belum bisa membaca dengan lancar. Apalagi
membaca dua atau tiga huruf konsonan yang

Gendis Sewu Berkarya
81 Aku Pasti Bisa

berjejer. Aku masih ingat betul, rasanya malu sekali
saat belum lancar membaca. Teman-temanku
kadang menahan tawa jika giliranku yang
membaca sampai rasanya aku tidak mau sekolah
saja.

Saat masih TK aku sering tidak sekolah
karena harus bolak-balik ke rumah Nenek,
sehingga aku selalu tertinggal dalam pelajaran dan
tidak bisa lancar membaca. Keadaan keluargaku
yang tidak mampu jadi aku tidak bisa mengikuti les
yang biayanya sangat mahal. Pada waktu kenaikan
kelas tiga aku hampir tidak naik kelas. Guruku
menyarankan kepada Ibu, agar aku mengikuti les
yang diadakan agar aku bisa lancar membaca dan
tidak tertinggal. Namun, Ibu tidak mempunyai uang.
Setibanya di rumah, Ibu merasa sangat sedih
karena keadaan kami yang tidak mampu.

Karena tidak tahan melihat kesedihan Ibu,
aku pergi keluar untuk bersepeda, awalnya aku
iseng pergi ke Balai RW karena di sana ada banyak
sekali anak. Aku mulai ikut masuk dan ternyata di
dalam Balai RW ada banyak sekali buku yang seru.

Gendis Sewu Berkarya
82 Aku Pasti Bisa

Aku mulai mengambil salah satu buku yang bagus,
namun aku membaca sambil mengeja terbata.
Kulihat seorang perempuan mendekatiku dan mulai
mengajakku bicara.

“Halo, Dek, baru pertama kali kesini, ya?
Kenalan dulu yuk, saya Kak Arum, kamu namanya
siapa? Boleh absen dulu, ya tulis namanya disini!”
katanya sambil menyerahkan sebuah buku.

“Halo, namaku Vanessa,” jawabku malu dan
mulai menulis namaku pada buku besar berwarna
orange.

Saat mulai menulis namaku, ada seorang
anak yang kuketahui namanya Al mendekati Kak
Arum. Ternyata anak tersebut meminta belajar
membaca. Kulihat ia juga masih terbata-bata
membaca. Aku terus memperhatikan mereka juga
ikut mengeja dalam hati. Sambil malu-malu, aku
memberanikan berucap kepada kak Arum.

“Kak aku juga mau belajar membaca, aku
belum bisa membaca.”

Gendis Sewu Berkarya
83 Aku Pasti Bisa

“Wah ayo enggak apa-apa. Nanti kalau
belajar terus pasti lama-lama bisa, Dek,” jawab Kak
Arum sambil tersenyum.

Sejak itu, aku jadi rajin ke Balai RW dan
mulai belajar membaca. Setelah dua bulan
akhirnya aku mulai lancar membaca dan Ibu sangat
senang. Aku sering membaca dan meminjam buku
cerita yang bagus. Selain itu aku juga bisa
mengerjakan PR. Hingga tak terasa saat kenaikan
kelas empat aku mendapat peringkat lima. Ibu
sangat bangga padaku. Meskipun bukan peringkat
satu aku juga merasa senang, dari yang dulunya
tidak bisa membaca sekarang menjadi peringkat
lima. Sekarang aku tahu bahwa siapa yang
bersungguh-sungguh pasti nanti akan bisa sukses.

Gendis Sewu Berkarya
84 Aku Pasti Bisa



JALAN KESUKSESAN

Oleh Cicilia Agatha Putri Ave

Halo semua, perkenalkan nama saya Cicilia
Agatha Putri Ave, biasa di panggil Tata. Saya
sekarang duduk di bangku kelas 6 SD. Saya akan
menceritakan perjuangan saya mendapatkan
beasiswa dan menjadi youtuber.

Saat itu, saya masih kelas 3 SD. Nilai saya
di sekolah rata-rata 80 sampai 95, bahkan kadang-
kadang dapat 100.

"Kalau bisa, Tata harus mendapat beasiswa
saat SMP nanti."

Itulah yang dikatakan Mama. Semenjak itu,
saya mulai berusaha semaksimal mungkin untuk
meningkatkan pengetahuan. Saya berusaha dan
terus belajar.

Saat kelas 4 SD, saya mulai tertarik dengan
youtube. Saya bisa menonton video youtube
setelah belajar atau mengerjakan PR. Youtuber
kesukaan saya adalah MiawAug dan Jess No Limit.

Gendis Sewu Berkarya
86 Jalan Kesuksesan

Saya selalu menonton video mereka untuk
menghilangkan rasa bosan. Selain video tentang
game, saya juga sering menonton video cerita yang
di buat oleh youtuber. Biasanya mereka di panggil
GachaTuber. Saya mulai tertarik untuk menjadi
GachaTuber.

Saya bertekad untuk menjadi GachaTuber.
Untungnya, teman satu kelas saya juga seorang
GachaTuber. Dia mendukung saya untuk menjadi
GachaTuber yang lebih baik. Ia menunjukkan
beberapa cara untuk menjadi GachaTuber. Saya
memulai menjadi GachaTuber saat kelas 5 SD.
Meskipun saya menjadi GachaTuber, saya juga
masih belajar untuk mendapatkan beasiswa.

Saya membagi waktu dengan baik. Tentu
saja, saya lebih mementingkan belajar daripada
menjadi GachaTuber. Jika saya mempunyai waktu
luang, saya kadang membuat cerita di Gacha Life
atau Gacha Club, dan kadang membuat cerpen
(cerita pendek). Hasil kerja keras saya sudah
terlihat saat ini. Sekarang, subscriber saya sudah
ada empat puluh sembilan orang. Saya sangat

Gendis Sewu Berkarya
87 Jalan Kesuksesan

bahagia. Impian saya adalah, ingin mencapai
seratus ribu subscriber. Tapi, untuk mendapatkan
seratus ribu subscriber, saya harus lebih berusaha
lagi.

Semenjak ada wabah virus COVID-19,
kegiatan belajar saya semakin menurun. Saya lebih
banyak bermain daripada belajar. Akhirnya nilai
saya turun semua. Saya sangat kecewa.

"Kenapa saya tidak belajar lebih giat lagi?"
gumam saya.

Hal ini membuat saya tidak mempunyai
kepercayaan diri untuk mendapatkan beasiswa.
Saya putus asa. Saya tidak pantas untuk mendapat
beasiswa tersebut. Semangat saya pun semakin
menurun. Saat pelajaran matematika, saya merasa
saya tidak dapat mengerjakannya. Tapi, secara
tiba-tiba, saya mendapatkan semangat saya lagi.
Walaupun tidak sepenuhnya. Saya pun mulai
mencoba mengerjakannya dan itu membuat
semangat saya perlahan kembali.

Namun ketika dihadapkan dengan soal yang
sulit, semangat saya mulai hilang lagi. Saya sudah

88 Gendis Sewu Berkarya
Jalan Kesuksesan

menghitung dengan segala cara, tapi
jawabannya tidak sesuai. Saya terdiam sejenak.
Saya pun mencari cara mengerjakannya.

Saya mencari dengan perlahan. Jika saya
masih tidak menemukan jawabannya, maka saya
mencari cara menghitungnya di youtube. Akhirnya
jawabannya ketemu. Saya merasa sangat lega.
Saya pun melanjutkan soal-soal yang lain. Saya
mengerjakannya dengan perlahan dan tidak
terburu-buru dan akhirnya selesai juga. Saya pun
mengirimnya dan mendapat nilai 100. Saya sangat
senang. Saya bisa membalikkan keadaan, dari
yang sebelumnya nilainya menurun menjadi
kembali naik.

Jadi setiap pelajaran matematika, saya
sangat bersemangat. Sekarang matematika adalah
mata pelajaran kesukaan saya. Setiap pelajaran
matematika, saya selalu mengerjakannya dengan
senang hati. Nilai Matematika saya rata-rata 90-100
sekarang.

***

Gendis Sewu Berkarya
89 Jalan Kesuksesan

Pendaftaran masuk SMP sudah dibuka
untuk beberapa sekolah. Saya memilih sekolah
yang saya inginkan. Saya dan Ibu pun datang ke
sekolah tersebut untuk mendaftar. Ibu pun meminta
saya untuk masuk di jalur prestasi. Kepala Sekolah
berkata harus ada nilai-nilai yang membuktikan
bahwa saya siap masuk jalur prestasi. Ibu pun
mengumpulkan beberapa nilai-nilai saat SD.
Setelah terkumpul semua, Ibu kembali ke sekolah
tersebut.

Akhirnya saya mendapat beasiswa dan
masuk di jalur prestasi. Saya pun lebih
meningkatkan belajar, dan juga menjadi
GachaTuber. Itu lah kisah saya untuk mendapat
beasiswa dan menjadi youtuber. Intinya adalah,
jangan mudah menyerah. Karena semua orang
bisa sukses jika ia mau berjuang dan berusaha.
Terima kasih sudah mau membaca kisah saya.
Bagi kalian yang ingin berjuang mencapai apa yang
kalian inginkan, semangat, ya!

Gendis Sewu Berkarya
90 Jalan Kesuksesan



CINTA UNTUK AYAH

Oleh Safira Rachmania Sasono

Pagi yang cerah, berselimut panas terik
matahari seperti biasanya. Eline lebih memilih
untuk berjalan mengitari kompleks rumahnya.
Sudah menjadi kebiasaannya, selagi ia sedang
merasa bosan.

Eline Ayna Jihan nama lengkapnya, putri
tunggal Ayah dan Ibunya. Bisa dikatakan, ekonomi
di keluarganya tidak berkecukupan.

Eline berpikir Apa yang membuat
keluarganya bahagia?

Tentu saja Ayah dan Ibunya, kedua makhluk
ciptaan Tuhan yang Eline sayangi.

Aku harus bekerja lebih giat! Eline
tersenyum seraya berdoa dalam hati, yang ada di
benaknya hanya cara membahagiakan kedua
orang tuanya saja.

"Ma, Pa!" panggil Eline.

Gendis Sewu Berkarya
92 Cinta Untuk Ayah


Click to View FlipBook Version