The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Andi Rosnaeni_E021201036_Ebook Teori Dasar Ilmu Komunikasi

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by andirosnaeni123, 2021-10-13 08:41:05

Andi Rosnaeni_E021201036_Ebook Teori Dasar Ilmu Komunikasi

Andi Rosnaeni_E021201036_Ebook Teori Dasar Ilmu Komunikasi

Kata Pengantar

Manusia adalah makhluk sosial yang dalam hidupnya perlu
berinteraksi dengan manusia lain sehingga tidak bisa terlepas dari
komunikasi. Pada kehidupan sosial terdapat banyak sekali fenomena-
fenomena yang hadir dan berkaitan dengan komunikasi. Oleh karena
itu, mempelajari teori dasar ilmu komunikasi dapat memudahkan
dalam memahami berbagai fenomena di dalam kehidupan sehari-hari
seperti sebab dan akibat dari terjadinya sesuatu sehingga dapat
menjadi landasan saaat menyelesaikan permasalahan yang ada atau
meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.

Berangkat dari tujuan untuk menyelesaikan tugas untuk mata kuliah
Teori Dasar Ilmu Komunikasi serta memberikan pemahaman yang
telah disebutkan pada paragraf sebelumnya kepada pembaca dan
juga penulis sendiri maka ebook dengan judul Teori Dasar Ilmu
Komunikasi ini telah diselesaikan.

Selesainya ebook ini tentu tidak luput dari segala rahmat dan karunia
yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada penulis. Selain itu juga
kepada Bapak Drs. Syamsuddin Azis, M. Phil., Ph.D sebagai dosen
ilmu komunikasi yang telah memberikan banyak ilmunya kepada
penulisserta teman-teman jurusan yang telah banyak memberikan
pencerahan terkait bagaimana cara yang semestinya untuk membuat
ebook ini.

Ebook ini menjelaskan teori dasar ilmu komunikasi mulai dari
pengertian teori hingga kepada pengelompokan ke dalam tradisi-
tradisi dengan harapan bahwa tujuan yang disebutkan sebelumnya
dapat tercapai. Penulis juga menerima kritik dan saran terkait ebook
ini agar dapat menciptakan ebook yang lebih baik lagi pada
kesempatan berikutnya. Atas berbagai kontribusi yang diberikan
penulis mengucapkan terima kasih dengan harapan ebook ini dapat
bermanfaat dalam mempelajari teori dasar ilmu komunikasi.

Penulis

i

Review Buku

(oleh Andi Nirmala - E021201012)

Ebook yang telah dibuat memuat tentang materi teori dasar ilmu
komunikasi, covernya membuat tanda bahwa pembahasan yang
akan dibahas mengenai dasar komunikasi dan judul dari ebook
tersebut.
Selanjutnya ada kata pengantar mengenai ebook dari materi ini.
Daftar isinya memuat tentang semua materi-materi yang telah
dibahas pada pertemuan awal sampai akhir.
Ebook ini membahas materi pertama terkait objek formal dan material
dalam ilmu komunikasi, selanjutnya asumsi filosofi membahas materi
yang lengkap mengenai pengertian-pengertian, konsep serta prinsip.
Ebook ini juga membahas mengenai tradisi-tradisi teori komunikasi
menurut robert craig penjelasannya sudah sangat lengkap dan
pembaca dapat mengerti apa yang dituliskan. Pada bab terakhir
membahas mengenai teori-teori ilmu komunikasi dan
pengelompokkannya teori-teori yang dibahas sudah lengkap dengan
asumsi penjelasan dan keterkaitan pengelompokannya.
Ebook ini juga didasari dengan sumber yang jelas dan memiliki sitasi
untuk beberapa kutipan sehingga dapat dikatakan bahwa ebook ini
dapat menjadi pilihan yang tepat untuk dibaca saat mencari referensi
terkait materi teori dasar ilmu komunikasi.

ii

Review Buku

(oleh Maike Lusiana Tarukallo – E021201040)

Buku dengan judul Teori Dasar Ilmu Komunikasi: Pembahasan Dasar
Teori-Teori Komunikasi yang ditulis oleh Andi Rosnaeni adalah buku
yang sangat menarik bagi saya.

Dari segi tampilan, khususnya pada bagian sampul, terkesan
sederhana namun elegan. Pemaduan gambar, jenis font dan warna
yang berbeda terasa begitu cocok satu sama lain. Selain itu, buku ini
juga disusun sedemikian rupa sehingga tampilannya begitu rapi dan
membuat mata tetap nyaman saat membacanya.

Selain tampilannya yang sangat bagus, kelengkapan materi dalam
buku ini juga memberikan poin plus. Buku ini terdiri dari lima bagian.
Bagian pertama menjelaskan tentang objek kajian dan teori ilmu
komunikasi. Bagian kedua menjelaskan tentang dimensi teori. Bagian
ketiga menjelaskan tentang paradigma penyelidikan. Bagian keempat
menjelaskan tentang tradisi-tradisi teori komunikasi. Dan bagian
kelima menjelaskan tentang teori-teori ilmu komunikasi dan
pengelompokannya.

Hal yang paling menarik dari buku ini, menurut saya, ada pada
bagian pembahasan. Ketika membaca isi buku ini, semuanya terasa
mengalir begitu saja. Kita mungkin bisa berasumsi bahwa membaca
bacaan yang berbau teori akan membuat kita kesulitan memahami
isinya karena merupakan bacaan yang tergolong lumayan berat. Tapi
dengan membaca buku ini, hal yang pada awalnya terasa begitu sulit
untuk dipahami, dengan seketika terasa lebih mudah untuk
memahaminya.

Tampilan buku yang menarik dan isi buku yang berbobot menjadikan
buku ini layak untuk direkomendasikan bagi mereka yang ingin
belajar tentang dasar teori-teori komunikasi karena buku ini
membahasnya dengan cukup detail.

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
REVIEW BUKU..........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................... iv
BAB I OBJEK KAJIAN DAN TEORI ILMU KOMUNIKASI............................................1
BAB II DIMENSI TEORI..........................................................................................................3

1. Asumsi Filosofis .........................................................................3
2. Konsep.......................................................................................6
3. Penjelasan .................................................................................7
4. Prinsip........................................................................................7
BAB III PARADIGMA PENYELIDIKAN................................................9
BAB IV TRADISI-TRADISI TEORI KOMUNIKASI .............................12
1. Tradisi Sosial-Psikologis ..........................................................12
2. Tradisi Fenomenologi ..............................................................13
3. Tradisi Sosiokultural.................................................................14
4. Tradisi Sibernetika ...................................................................15
5. Tradisi Kritis .............................................................................16
6. Tradisi Retorika........................................................................16
7. Tradisi Semiotik .......................................................................17
BAB V TEORI-TEORI ILMU KOMUNIKASI DAN PENGELOMPOKANNYA......18
A. The Self and Messages
1. Teori Interaksionisme Simbolik (Simbolik Interaction Theory) .18
2. Manajemen Makna Yang Terkoordinasi (Coordinated

Management of Meaning) ........................................................19
3. Teori Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance Theory) .........21
4. Teori Pelanggaran Harapan (Expectancy Violation Theory) ....22

iv

B. Relationship Development
1. Teori Pengurangan Ketidakpastian (Uncertainty Reduction

Theory) ....................................................................................23
2. Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory) .................24
3. Teori Penetrasi Sosial (Social Penetration Theory) .................26
4. Teori Dialektika Rasional (Relational Dialectics Theory)..........27
5. Teori Manajemen Privasi Komunikasi (Communication Privacy

Management Theory)...............................................................28
6. Teori Pemrosesan Informasi Sosial (Sosial Information

Processing Theory)..................................................................29
C. Group, Teams, and Organizations
1. Pemikiran Kelompok (Groupthink) ...........................................30
2. Teori Strukturasi (Structuration Theory)...................................32
3. Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture Theory) ......33
4. Teori Informasi Organisasi (Organizational Information Theory) 34
D. The Public
1. Retorika (The Rethoric)............................................................35
2. Dramatisme (Dramatism) .........................................................36
3. Paradigma Naratif (Narrative Paradigm) ..................................38
E. The Media
1. Teori Pengaturan Agenda (Agenda Setting Theory) ................39
2. Teori Spiral Keheningan (Spiral of silence Theory)..................40
3. Teori Penggunaan dan Kepuasan (Uses and Gratifications

Theory) ....................................................................................41
4. Teori Kultivasi (Cultivation Theory) ..........................................42
5. Studi Budaya (Cultural Studies) ...............................................44
6. Teori Ekologi Media (Media Echology Theory) ........................45
F. Culture and Diversity................................................................46
1. Teori Negosiasi Wajah (Face Negotiation Theory) ..................46

v

2. Teori Akomodasi Komunikasi (Communication Accomodation
Theory) ....................................................................................47

3. Teori Kelompok Bungkam (Muted Group Theory) ...................47
4. Teori Sudut Pandang Feminis (Feminist Standpoint Theory) ..49
Daftar Pustaka..........................................................................................................................51

vi

BAB I

OBJEK KAJIAN DAN TEORI ILMU KOMUNIKASI

Ilmu komunikasi yang merupakan salah satu ilmu pada bidang sosial
terdiri atas berbagai teori. Namun, sebelum mempelajari teori ilmu
komunikasi maka perlu untuk memahami terlebih dahulu objek
material (subject matter) dan objek formal (focus of interest) pada
ilmu komunikasi. Keduanya penting untuk memahami suatu ilmu
karena dengan memahami keduanya maka kita dapat menentukan
apakah sesuatu termasuk ke dalam cakupan kajian suatu ilmu atau
tidak.

Pada ilmu komunikasi, objek material atau yang disebut juga segala
hal yang bersifat konkrit atau abstrak yang dipelajari ialah perilaku
maanusia di dalam konteks sosial. Objek formal – berbeda dengan
objek material – bersifat lebih khusus lagi karena merupakan
pandangan khusus yang membedakan dari disiplin ilmu lain yaitu
fenomena komunikasi yang melibatkan seluruh elemen komunikasi
yaitu di antaranya adalah komunikator, pesan, media, dan
komunikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang
termasuk dalam lingkup kajian ilmu komunikasi ialah segala sesuatu
yang berkaitan dengan proses penyampaian pesan yang terjadi di
antara manusia.

Teori adalah serangkaian konsep untuk menjelaskan fenomena atau
peristiwa komunikasi yang panjang secara singkat dengan
mengabaikan beberapa hal yang tidak penting. Hal ini sesuai dengan
pendapat Little John bahwa teori komunikasi merupakan serangkaian
konsep, penjelasan, serta prinsip yang tergonisasi untuk
menggambarkan pengalaman manusia yang merupakan fenomena
komunikasi.

1

Menurut Stephen LittleJohn mendefinisikan teori secara teknis
berfungsi sebagai penyedia gambaran konsisten dari suatu subjek
secara filosofis. Ahli lain yaitu Jonathan H. Turner, menganggap teori
sebagai alat yang membantu untuk memahami mengapa dan
bagaimana suatu fenomena dapat terjadi. Selain pendapat dari kedua
ahli tersebut, teori juga memiliki kegunaan untuk memberikan
petunjuk dan membimbing bagaimana pelaku komunikasi sebaiknya
berpikir dan bertindak mengenai sesuatu. Meskipun teori memiliki
banyak kegunaan, suatu teori tidak bersifat mutlak karena teori
merupakan konstruksi yang berasal dari hasil observasi para ilmuwan
dengan melibatkan perspektif dan perasaannya. Teori yang berbeda
berarti cara berbeda dalam berbicara tentang komunikasi. Sudut
pandang teori yang berbeda membuat setiap teori memiliki cara
berbeda dalam berbicara tentang komunikasi.

2

BAB II

DIMENSI TEORI

Teori pada dasarnya terdiri atas dimensi yaitu asumsi filosofis,
konsep, penjelasan, dan prinsip. Namun, meskipun terdiri atas empat
dimensi, beberapa teori ada yang hanya terdiri atas dua dimensi saja.
Akan tetapi, para ilmuwan percaya bahwa teori setidaknya harus
memiliki tiga dimensi sedangkan untuk dimesi yang teraksir masih
menjadi perdebatan yang kontroversial.

1. Asumsi Filosofis

Sebelum kita membahas asumsi filosofis, alangkah baiknya kita
memahami pengertian dari asumsi terlebih dahulu. Asumsi adalah
anggapan atau dugaan yang belum terbukti kebenarannya dan
memerlukan pembuktian secara langsung dengan tujuan mencari
pengetahuan.
Lalu, apa yang dimaksud dengan asumsi filosofis? Asumsi filosofis
adalah pendapat atau keyakinan terhadap suatu fenomen yang
kebanyakan tidak dilandaskan pada suatu teori ilmiah. Asumsi
filosofis ini menjadi landasan dan poin penting yang perlu diketahui
agar dapat memudahkan dalam memahami suatu teori dn kaitannya
dengan teori lain.
Asumsi filosofis sendiri terdiri atas beberapa lingkup di antaranya
yaitu asumsi tentang epistemologi, asumsi tentaang ontologi, dan
asumsi tentang aksiologi.

3

a. Epistemologi

Epistemologi merupakan sebuah cabang filsafat atau filosofi yang
berkaitan dengan hakikat dari pengetahuan. Contohnya adalah apa
itu pengetahuan?, bagaimana cara memperoleh pengetahuan?, serta
bagaimana asal muasal pengetahuan?.

Mengutip dari buku LittleJohn, terdapat beberapa isu yang paling
sering diperdebatkan pada ranah epistemologi di antaranya adalah
sebagai berikut:

Yeng pertama adalah dalam cakupan apa pengetahuan ada sebelum
pengalaman? Ada yang berpendapat bahwa pengetahuan hadir
melalui pengalaman saat kita mengobservasi dunia. Namun, ada juga
yang berpendapat bahwa bisa saja sifat dasar kita sudah
menyediakan pengetahuan terlebih dahulu

Yang kedua adalah melalui proses apa pengetahuan muncul? Kaum
rasionalisme berpendapat pengetahuan muncul dari kekuatan pikiran
manusia untuk mengetahui kebenaran, kaum empirisme berpendapat
bahwa pengetahuan muncul dari persepsi kita saat mengalami dunia
dan mengamati apa yang terjadi, kaumkonstruktivisme berpendapat
bahwa manusia menciptakan pengetahuan dengan dipengaruhi oleh
lingkungan dan aspek psikologi, lalu yang terakhir adalah kaum
konstruktivisme sosial yang menganggap bahwa pengetahuan
berasal dari budaya pada suatu grup. Jenis proses ini merupakan hal
yang penting karena proses yang dipilih akan menentukan
pengetahuan seperti apa yang berkembang dari proses tersebut.

b. Ontologi

Berbeda dengan epistemologi, ontologi adalah cabang filosofi yang
berkaitan dengan hakikat keberadaan sesuatu dengan tujuan untuk
menemukan arti, struktur, prinsip benda tersebut sehingga terdapat
ide atau gambaran yang membuat kita mengenali sesuatu. Ontologi
menganggap bahwa bagaimana komunikator dilihat mempengaruhi
bagaimana teori dikonseptualisasikan. Oleh karena itu terdapat

4

beberapa isu yang menjadi perdebatan pada ranah ontologi di
antaranya adalah sebagai berikut:

Yang pertama adalah sejauh mana manusia membuat pilihan nyata?
Pada determinis berpendapat bahwa manusia pada hakikatnya reaktif
dan pasif sehingga hanya menanggapi dunia yang ada di sekitarnya.
Namun bertentangan dengan hal tersebut, para pragmatis
berpendapat bahwa manusia secara aktif berencana dan membuat
kepurutsan yang memengaruhi nasib mereka. Di tengah-tengah
perdebatan tersebut, terdapat kaum yang memilih untuk berada di
posisi tengah dan beranggapan bahwa beberapa dari perilaku
manusia memang ditentukan namun beberapa lagi secara bebas
ditentukan oleh diri merka sendiri.

Yang kedua adalah perilaku manusia lebih baik dipahami dengan
istilah keadaan atau sifat? Ada yang berpendapat bahwa sifat
manusia sesuai dinamis karena sesuai dengan keadaam yang
dialaminya. dapat gembira, cemas, dan lainnya tergantung apa yang
dialami (keadaan). Namun, ada juga yang berpendapat bahwa
manusia berisfat dapat diprediksi karena karakter yang mereka miliki
cukup konsisten dan tidak mudah berubah. Sama seperti yang
sebelumnya, pada isu kali ini juga ada yang mengambil posisi tengah
dan beranggapan bahwa baik keadaan maupun sifat membentuk
karakteristik manusia.

c. Aksiologi

Aksiologi adalah cabang dari filosofi yang berkaitan tentang nilai yaitu
hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan dan
bagaimana manusia menggunakan pengetahuan yang sudah
didapatkannya. Sama seperti cabang-cabang filsafat sebelumnya,
pada aksiologi juga terdapat beberapa isu yang menjadi perdebatan
yang beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

Yang pertama adalah apakah teori bisa bebas dari nilai? Beberapa
berpendapat bahwa teori dapat bebas nilai karena para ahli
mengungkapkan fakta secara netral dan bagaimana adanya. Namun,

5

ada yang berpendapat bahwa tidak mungkin suatu teori bisa terbebas
dari nilai karena saat para ahli menciptakan teori tersebut pasti
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dimilikinya seperti preferensi dan
cara tertentu dalam memandang dunia.

Yang kedua adalah apakah tujuan ilmuwan menciptakan
pengetahuan adalah untuk menciptakan perubahan atau semata-
mata hanya untuk menghasilkan pengetahuan? Ada yang
menganggap bahwa tujuan diciptakannya pengetahuan adalah untuk
menciptakan perubahan kepada masyarakat dan ilmuwan
bertanggung jawab atas pengetahuan yang diciptakannya. Namun,
ada juga yang menganggap bahwa tugas ilmuwan hanayalah untuk
menciptakan pengetahuan, selanjutnya bagaimana pengetahuan
tersebut digunakan oleh individu tidak lagi menjadi
tanggungjawabnya dan masyarakat dapat menggunakannya secara
bebas.

2. Konsep

Manusia pada dasarnya adalah makhluk konseptual yang
mengelompokkan berbagai hal ke dalam kategori dengan dipengaruhi
oleh pengalaman serta lingkungan seperti keluarga,komunitas, dan
budaya sehingga pengkategorian yang ada tidak universal. Pada
awalnya dalam membangun teori, para ahli komunikasi mengamati
banyak variabel dalam interaksi manusia lalu mengklasifikasikan dan
melabelinya menurut pola yang dirasakan.

Teori yang berhenti pada tingkat konseptual dikenal sebagai
taksonomi dan tujuannya hanya menyediakan daftar kategori untuk
sesuatu tanpa menjelaskan bagaimana hubungannya satu sama lain.
Oleh karena tidak adanya pemahaman tentang bagaimana sesuatu
bekerja atau bagaimana konsep dihubungkan bekerja maka banyak
yang tidak mau menganggap taksonomi sebagai teori.

6

3. Penjelasan

Terdapat banyak jenis penjelasan yang terlibat dalam teori. Beberapa
di antaranya adalah penjelasan yang memandang peristiwa
terhubung secara kausal dengan variabel lain dan penjelasan yang
praktis yaitu memandang tindakan dilakukan dengan tujuan mencapai
keadaan pada masa depan dan dipilih karena ingin hasil tertentu.

Teori pun ada yang bersifat nomotetik karenamencari dan
menjelaskan hukum yang bersifat umum dan menggambarkan secara
akurat bagaimana kehidupan sosial berlangsung seakan akan
peristiwa itu berlangsung seperti yang dijelaskan teori namuntidak
memberikan penilaian atau memberikan anjuran sama sekali

Selain itu, teori ada juga yang bersifat praktis yaitu meningkatkan
kehidupan dalam cara yang konkret dan dirancang untuk memahami
nilai nilai perbedaan di antara situasi situasi sosial serta mencapai
keadaan masa depan

Ahli teori tradisional mengutarakan bahwa teori cukup sampai pada
tingkat penjelasan karena sesuai dengan tujuan teori yaitu untuk
menggambarkan hal sebagaimana adanya hadirnya teori
memberikan gambaran yang akurat terkait bagaimana fenomena
komunikasi bekerja. Namun, pada sisi lain banyak yang menganggap
teori harus melampaui penjelasan dan memberikan panduan untuk
bertindak dalam situasi.

4. Prinsip

Prinsip merupakan proposisi, ajaran, dan pedoman yang
memungkinkan seseorang untuk menafsirkan dan mengevaluasi
suatu peristiwa dan bagaimana harus bertindak dalam situasi
tersebut. Prinsip yang dianggap penting karena dapat digunakan
sebagai dasar tindakan terdiri atas tiga bagian prinsip yaitu untuk
mengidentifikasi situasi atau peristiwa, menyangkut seperangkat

7

norma atau nilai, serta mempertegas hubungan antar berbagai
tindakan dan kemungkinan konsekuensi.

8

BAB III

Paradigma Penyelidikan

Pada tahun 1979 Burell dan Morgan menjelaskan bahwa terdapat
empat paradigma penyelidikan mengenai ilmu sosial dan sifat
masyarakat secara umum yang kemudian dikembangkan menjadi
bagaimana penyelidikan ilmu sosial dalam kaitannya dengan
masyarakat.

Hakikat Ilmu Sosial

Burell dan Morgan mengkategorikan teori dalam ilmu sosial ke dalam
empat perdebatan utama di antarnya yaitu:

1. Perdebatan utama menyangkut ontologi yaitu “apakah realitas
berada di luar individu?” atau “apakah realitas adalah produk
dari pikiran manusia?”. Doktrin realisme di luar sana
menyatakan bahwa dunia nyata di luar sana akan tetap ada
baik kita menyadarinya atau tidak sedangkan doktrin
nominalisme menganggap bahwa segala sesuatu yang ada di
dunia itu hanyalah konsep yang diciptakan oleh manusia.

2. Perdebatan kedua menyangkut epistemologi yaitu “apakah
realitas adalah sesuatu yang objektif dan nyata, bisa diketahui
dan ditransmisikan pada orang lain dalam bentuk yang jelas?”
atau “apakah realitas itu bersifat personal dan subjketif serta
merupakan hasil dari pemikiran dan wawasan?”. Positivisme
menganggap bahwa apa yang terjadi di dunia bisa dipresiksi
dengan aturan dan hubungan kausalitas di antara elemen-
elemen. Berbeda dengan positivisme, ani positisme
menganggap bahwa prinsip yang universal itu tidak mungkin
dan dunia tidak bisa diketahui keuali dari perspektif partisipan
itu sendiri.

9

3. Perdebatan ketiga menyangkut isu terkait sifat manusia yaitu
“apakah manusia ditentukan oleh lingkungan mereka atau
mereka adalah pencipta dari lingkungan mereka?”.
Determinisme yakin bahwa tindakan manusia disebabkan oleh
kondisi yang berada di sekitar mereka. Namun, di sisi lain
voluntarisme melihat bahwa manusia secara bebas mengatur
tindakannya tanpa dipengaruhi oleh faktor situasional.

4. Perdebatan keempat berkaitan dengan pendekatan yang
menjadi metode dalam penyelidikan. Burell dan Morgan
menamai pendekatan yang diberikan sebagai nomotetis dan
ideografis. Penyelidikan nomotetis merupakan penyelidikan
dalam ilmu alam yang melibatkan pengujian hipotesis yang
mana hasilnya untuk memprediksi tindakan di masa depan
sedangkan penyelidikan ideografis bergantung pada laporan
subjektif dari individu untuk memahami sesuatu yang mana
peneliti pun harus masuk ke pengalaman yang diselidiki.

Hakikat Masyarakat

Burell dan Morgan selanjutnya beralih ke karakterisasi sifat
masyarakat. Mereka menggunakan istilah regulasi untuk merujuk
pada teori-teori yang fokus pada kesatuan dan kekompakan yang
mendasari masyarakat dan kebutuhan akan regulasi untuk
menyatukan.

Empat Paradigma

Berada dalam paradigma tertentu berarti memandang dunia dengan
cara tertentu.Burell dan Morgan menyebut empat kuadran paradigma
sebagai cara yang eksklusif untuk menganalisis kehidupan sosial
manusia. Masing masing paradigma dimulai dengan asumsi dan
sudut pandang yang berbeda tentang sains, ilmu sosial, dan
masyarakat. Empat kuadran paradigma tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Paradigma fungsionalis dengan pendirian yang objektif dan
memiliki pandangan bahwa dunia sosial bersifat stabil dan
akan memberikan respon seperti apa yang diprediksi.

10

2. Paradigma interpretatif dengan pendirian yang subjektif dan
berusaha menjelaskan bahwa pada dasarnya dunia diatur dan
kohesif.

3. Paradigma strukturalis radikal dengan pendirian objektif dan
bertujuan mencari perubahan dalam struktur dan hubungan
masyarakat sehingga emansipasi yaitu hak yang sepantasnya
ada pada seseorang dapat diberikan.

4. Paradigma humanis radikal dengan pendirian subjektif dan
berorientasi pada perubahan kesadaran individu untuk lepas
dari ideologi yang mengasingkan dan membatasi sifat
masyarakat. Tujuan dari paradigma ini adalah untuk
membebaskan kesadaran individu dari batasan-batasan yang
dimiliki oleh pengaturan sosial terhadap perkembangan
manusia.

11

BAB IV

TRADISI-TRADISI TEORI KOMUNIKASI

Robert Craig membagi dunia teori komunikasi menjadi tujuh tradisi
yang masing-masing tradisi dapat dianggap menawarkan perspektif
yang berbeda tentang komunikasi.

1. Tradisi Sosial-Psikologis

Tradisi sosial-psikologis adalah tradisi yang berangkat dari aspek
psikologis dalam konteks hubungan sosial. Tradisi ini terbagi menjadi
tiga bagian di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Kognitif
Bagian kognitif menekankan proses penyampaian pesan
seperti bagaimana individu memproses sebuah pesan dan
efek apa yang didapatkan oleh individu.

2. Perilaku
Bagian kedua berfokus pada perilaku individu dalam hubungan
sosial seperti bagaimana perilaku individu saat berkomunikasi
dan seperti apa kaitannya dengan berbagai variabel dari
individu tersebut.

3. Biologi
Bagian biologi menekankan bahwa berbagai aspek pada
individu seperti sifat dan perilaku memiliki kaitan dengan
biologis dan dipengaruhi oleh negurobiologis sejak lahir.

Oleh karena teori-teori dalam tradisi sosial-psikologis berbicara tetang
variabel psikologis maka tradisi ini menggunakan perspektif ilmiah
atau objektif. Ulama percaya bahwa ada komunikasi kebenaran yang

12

dapat ditemukan dengan pengamatan yang cermat dan sistematis.
Mereka pun mencari hubungan sebab-akibat yang memprediksi hasil
ketika orang berkomunikasi dengan mencoba untuk fokus pada apa
yang ada tanpa bias oleh pandangan pribadi mereka. Kemudian,
mereka melihat apakah komunikasi berpengaruh terhadap khalayak
dengan melihat proses kognitif yang diterima oleh masyarakat.
Dikarenakan refleksi saja tidak cukup maka pada proses untuk
melihat pengaruh tersebut dilakukan pengukuran.

Teori S-R (stimulus-respon) yang berfokus tentang bagaimana
individu berperilaku dalam situasi komunikasi merupakan salah satu
teori yang tergolong ke dalam tradisi ini. Menrut teori ini, individu akan
memberikan respon saat menerima stimulus dari komunikan. Teori
tersebut kemudian dievaluasi dengan memasukkan unsur organisasi
sehingga berubah menjadi S-O-R yaitu stimulus organisasi dan
respon.

2. Tradisi Fenomenologi

Tradisi fenomenologi memandang individu sebagai penafsir
merupakan komponen kunci dalam proses komunikasi.Individu
diasumsikan secara aktif menafsirkan pengalaman mereka dan
berusaha memahami dunia melalui pengalaman pribadinya.
Penekanan utamanya adalah pada individu yang melakukan dialog
atau refleksi terhadap tanda yang diterimanya.

Fokus tradisi fenomenologi adalah analisis pengalaman sehari-hari
yang disengaja dari sudut pandang orang yang menjalaninya. Oleh
karena itu, fenomenologi sangat menekankan persepsi dan
interpretasi individu tentang pengalaman individu itu sendiri yang
mana hasil penafsiran tersebut menciptakan kenyataan bagi individu.

Pada tradisi ini tanda bisa dalam kondisi tertentu yang kadang
disebut sebagai suatu fenomenal contohnya kegalauan yaitu
fenomenal psikis. Namun, alih-alih berfokus pada tanda, tradisi
fenomenologi lebih berfokus pada bagaimana individu yang melihat

13

suatu fenomena berusaha untuk menafsirkan fenomena tersebut
sebagai proses dialog. Oleh karena itu, tradisi ini sangat jauh dari
objektivitas dan lebih subjektif dalam melihat fenomena tadi sehingga
proses penafsiran itu jelas sekali.

Proses saat individu berusaha untuk memahami kondisi atau
fenomena yang disaksikannya pada saat itu disebut kontemplasi.
Akan tetapi, penafsiran fenomena juga dapat dilakukan oleh orang
yang tidak menyaksikan fenomena tersebut secara langsung namun
juga dapat melalui pemahaman akan karya yang diciptakan oleh
orang yang menyaksikan fenomena tersebut dan proses ini disebut
sebagai hermonetik. Oleh karena adanya proses hermonetik untuk
menafsirkan tadi maka teori-teori yang masuk ke dalam tradisi
fenomenologi menganggap bahwa ada beberapa teks yang sifatnya
menggerakkan karena ia tidak terpisahkan dari siapa yang
menafsirkan.

3. Tradisi Sosiokultural

Berbeda dengan tradisisosio-psikologi, tradisi sosiokultural menempatkan
fokusnya pada interaksi sosial yaitu pola interaksi di antara manusia. Tradisi
ini mengeksplorasi dunia interaksional tempat manusia hidup dengan
menganggap bahwa realitas bukanlah serangkaian pengaturan
objektif di luar diri kita tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi
dalam kelompok, komunitas, dan budaya.

Menurut tradisi ini, interaksi adalah proses dan tempat di mana
makna, peran, aturan, dan nilai budaya dihasilkan sehingga realitas
yang kita lihat bukanlah serangkaian pengaturan objektif diluar diri
kita tetapi hasil konstruksi melalui proses interaksi. Dikarenakan
manusia dianggap secara bersama-sama menciptakan realitas
kelompok sosial, organisasi, dan budaya mereka maka teori-teori
yang terdapat dalam tradisi ini juga melihat pada penciptaan makna
dalam interaksi sosial. Selain itu, teori-teori yang ada juga berfokus
pada identitas yang dibangun melalui interaksi tersebut dan

14

bagaimana identitas yang ada dinegosiasikan dari situasi ke situasi
yang lain.

Terdapat beberapa sudut pandang yang berpengaruh dalam
sosiokultural yang salah satunya adalah etnografi yang
mengobservasi bagaimana kelompok sosial membangun makna
melalui perilaku linguistik dan nonlinguistik. Etnografi menjelskan
upaya peneliti untuk melakukan pengamatan terhadap kelompok
sosial dan kelompok budaya dalam mengkonstruksi makna tertentu
dalam kehidupan mereka seperti bagaimana suatu masyarakat
mengkonstruksi suatu makna dan upaya untuk membagikan makna
tersebut karena menganggap bahwa makna itu adalah milik mereka
bersama.

4. Tradisi Sibernetika

Sibernetika adalah tradisi yang mengkaji sistem yang kompleks yang
terdiri atas elemen-elemen yang saling berinteraksi dan
mempengaruhi. Tradisi sibernetika memandang sistem sebagai
serangkaian komponen yang saling berinteraksi dan mempengaruhi.
Setiap sistem yang ada dianggap unik dan memiliki ciri pola
hubungannya sendiri.

Tradisi sibernetika juga sangat berkaitan dengan teknologi. Tradisi ini
menganggap teknologi dalam konteks komunikasi ialah informasi dan
sesuatu sistem yang bersifat kompleks. Jadi fokus sibernetika adalah
kepada sistem yang kompleks dimana di dalam kompleksitas tersebut
terdapat elemen-elemen yang saling terhubung dan berinteraksi satu
sama lain. Elemen dapat berupa individu dan dapat juga berupa
peralatan yang memungkinkan manusia terlibat di dalamnya. Oleh
karena itu sibernetika dapat berfokus pada interaksi manusia dan
dapat juga kepada teknologi.

Saat dilakukan penelitian maka banyak ditemukan pola hubungan
dari elemen elemen yang saling berhubungan. Pola tersebut terus
terjadi berulang-ulang dan hal itulah yang disebut sebagai sistem.

15

Sistem yang ada tersebut memerlukan regulasi atau aturan yang
memungkinkan sistem itu bekerja sehingga sistem dapat bergerak
dan bekerja dengan baik mengikuti pola yang sudah ditentukan
sebelumnya. Oleh karena tradisi sibernetika cukup berkaitan dengan
aturan-aturan sosial yang berlangsung dalam suatu organisasi dalam
satu komunitas. Meskipun diatur oleh aturan, sistem yang ada tidak
bersifat pasif melainkan aktif, sangat dinamis, dan dapat beradaptasi
dengan suatu pola baru.

5. Tradisi Kritis

Tradisi kritis menekankan ketidakstabilan dalam masyarakat yang
muncul dari kekuatan, tekanan, keistimewaan serta kekuatan material
dan ideologis. Oleh karena itu, tradisi kritik mencoba memahami
sistem yang sudah dianggp benar dan melihat apa yang
mendominasi masyarakat tersebut. para ahli pada tradisi ini pun
tertarik akan bagaimana suatuu pesan dapat memberi penekanan
kepada masyarakat. Mereka juga tertarik pada bagaimana sebuah
teks dapat memberikan sebuah ideologi kepada suatu kelompok.

Teori-teori pada tradisi ini menentang keteraturan tatanan sosial dan
memandang proses sosial sebagai suatu sistem dengan banyak
elemen yang saling berinteraksi di dalamnya. Komunikasi pun
dipahami dengan cara menjelaskan bagaimana ketidak adilan sosial
dan bagaimana keadilan dapat dipulihkan melalui praktik komunikasi
yang memungkinkan refleksi atau peningkatan kesadaran. Tradisi
kritis ini pada akhirnya dapat menjadi masuk akal dari sudut pandang
awam ketika mampu menarik kepercayaan umum tentang
ketidakadilan dan konflik dalam masyarakat.

6. Tradisi Retorika

Tradisi retorika merupakan seni dalam menyusun argumen
menggunakan semua sarana yang tersedia untuk persuasi. Namun,

16

tradisi ini tidak hanya berfokus pada argumen, ide, penggunaan
bahasa, dan bagaimana cara berbicara di depan umum melainkan
juga pada penggunaan simbol yang dilakukan manusia untuk
memberi pengaruh pada lingkungannya. Dengan kata lain, tradisi
retorika juga mengacu pada interpretasi dimana terjadi penentuan
makna di dalamnya. Selain itu, tradisi ini juga berkaitan dengan
bagaimana kita mengubah simbol yang ada menjadi aspek verbal,
non verbal, dan sebgainya sehingga pesan dapat dimediasi. Oleh
karena itu, tradisi ini menganggap bahwa bahasa yang kita gunakan
untuk menggambarkan sesuatu lebih penting dibandingkan dengan
situasi di sekitar kita.

7. Tradisi Semiotik

Tradisi semiotik merupakan tradisi yang berfokus pada bagaimana
suatu tanda mempresentasikan sesuatu yang di luar tanda itu sendiri.
Tanda berbeda dengan simbol karena tanda adalah stimulus yang
jelas mewakili sesuatu sedangkan simbol cukup kompleks dan dapat
dimaknai dengan berbagai cara.

Namun demikian, tradisi semiotik tidak hanya berfokus pada apa
yang ditunjukkan oleh tanda akan tetapi juga bagaimana hubungan di
antara tanda-tanda yang ada karena tanda-tanda tersebut dianggap
merupakan bagian dari suatu sistem dan dipahami melalui kaitannya
dengan tanda lain. Dengan begitu maka manusia dapat
mencampurkan tanda-tanda yang ada untuk mengungkapkan suatu
makna. Bagaimana seseorang memaknai sesuatu tentu dipengaruhi
oleh berbagai aspek seperti pengetahuan yang dimilikinya, budaya,
dan pengalaman saat berinteraksi dengan orang lain.

17

BAB V

Teori-teori Ilmu Komunikasi dan
Pengelompokannya

A. The Self and Messages

1. Teori Interaksionisme Simbolik (Simbolik
Interaction Theory)

George Herbert Mead yaitu orang yang memulai pergerakan teori
interaksionisme simbolik tertarik pada bagaimana kemampuan
manusia untuk menggunakan simbol. Dia mengatakan bahwa orang
bertindak berdasarkan makna dari simbol yang dikomunikasikan pada
situasi yang diberikan. Oleh karena itu, teori ini berfokus pada
hubungan simbol-simbol baik verbal maupun non-verbal dan interaksi
di antara orang-orang yang menggunakan simbol-simbol tersebut.

Ralph Larossa dan Donald C. Retzes (1993) mengatakan bahwa teori
ini merupakan kerangka dari referensi untuk memahami bagaimana
manusia menciptakan simbol dunia dan bagaimana dunia ini
membentuk perilaku manusia. Jadi Larossa menggambarkan
bagaimana menurut Mead individu dan masyarakat saling
bergantung.

Menurut teori ini, individu termotivasi untuk bertindak berdasarkan
makna yang mereka berikan kepada sesuatu. Makna tersebut
diciptakan pada bahasa yang mereka gunakan untuk berkomunikasi
secara interpersonal maupun intrapersonal.

Terdapat beberapa asumsi yang mendasari teori ini yaitu:

 Dalam berkomunikasi diperlukan adanya makna bersama yang
tidak hadir dengan sendirinya melainkan dibangun oleh
individu melalui proses komunikasi. Makna tersebut kemudian

18

menjadi landasan individu dalam bertindak terhadap orang
lain.
 Konsep diri yang merupakan karakteristik dikembangkan
secara aktif oleh individu melalui interaksi sosial dengan orang
lain yang kemudian menjadi motivasi dalam berperilaku.
 Adanya hubungan unik antara individu dan masyarakat dimana
budaya pada suatu masyarakat mempengaruhi pikiran dan
perilaku individu termasuk di dalamnya penghargaan akan
konsep diri.

Teori interaksionisme simbolik ini tergolong ke dalam dua tradisi,
yaitu:

 Tradisi semiotik karena teori ini berfokus pada kemampuan
manusia dalam menggunakan simbol. Menurut teori ini orang
tertarik untuk bertindak berdasarkan makna yang mereka
berikan kepada kejadian dan berbagai hal lainnya. Teori ini
juga berfokus pada simbol-simbol dan interaksi di antara orang
yang menggunakan simbol tersebut. Hal ini sesuai dengan
tradisi semiotika dimana manusia dipandang sebagai penafsir
dari suatu tanda.

 Termasuk tradisi fenomenologi karena teori ini melihat individu
secara aktif berusaha memahami dunia di sekitarnya seperti
memaknai sesuatu melalui pengalaman saat berinteraksi
dengan orang lain atau seperti apa budaya yang ada di
lingkungannya dan kemudian bertindak berdasarkan
penafsiran yang ia lakukan. Hal ini sesuai dengan tradisi
fenomenologi dimana manusia berusaha memahami atau
menafisrkan dunia melalui pengalamannya secara langsung.

2. Manajemen Makna Yang Terkoordinasi
(Coordinated Management of Meaning)

Barnett Pearce dan Vernon Cronen sang pengembang teori berusaha
memahami apa yang terjadi pada sebuah percakapan. Menurut teori

19

ini, individu sering jatuh pada pola yang bisa ditebak saat berbicara
satu sama lain dan bersandar pada norma sosial yang ditentukan.
Oleh karena itu, teori ini menganggap bahwa komunikasi manusia
dipimpin oleh aturan dan merujuk kepada bagaimana individu
mendirikan aturan untuk menciptakan dan menafsirkan makna. Teori
ini juga menekankan bahwa individu dalam bertukar informasi
bergantung pada makna pribadi yaitu pengalaman setiap individu
yang mempengaruhi penafsiran mereka terhadap sesuatu dan makna
antarpribadi yaitu kesepakatan makna yang dicapai setelah
berinteraksi dengan individu lain

Terdapat beberapa asumsi yang mendasari teori ini yaitu:

 Komunikasi bukan hanya sekedar berbicara akan tetapi cara
manusia dalam melakukan sesuatu atau menciptakan realitas
sehingga manusia disebut hidup di dalamnya.

 Manusia membantu menciptakan realitas sosial karena realitas
sosial sebelumnya mempengaruhi sudut pandang individu
sehingga saat individu berinteraksi dengan individu lain
dengan sudut pandang yang berbeda akan tercipta realitas
yang baru.

Manajemen makna yang terkoordinasi tergolong ke dalam dua tradisi
yaitu:

 Tradisi fenomenologi karena sesuai dengan asumsi yang ada
yaitu manusia akan berusaha menafsirkan sesuatu sesuai
dengan pengalaman pribadinya dimana hal ini sesuai dengan
tradisi fenomenologi yang menganggap manusia
menggunakan pengalamannya dalam memahami dunia.

 Tradisi sosiokultural karena teori ini berfokus pada hubungan
di antara individu dan sosialnya sesuai dengan tradisi
sosiokultural yang berfokus pada bentuk interaksi
antarmanusia. Selain itu, asumsi Pearce bahwa komunikasi
adalah tentang makna dan makna tersebut secara konstan
berubah dari interaksi ke interaksi sesuai dengan tradisi
sosiokultural yang menganggap bahwa suatu simbol dapat
memiliki makna berbeda pada situasi yang berbeda.

20

3. Teori Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance
Theory)

Teori ini meyakini bahwa otak individu akan mengorganisasi informasi
atau stimulus yang didapatkannya ke dalam sebuah pola dengan
informasi yang mereka miliki sebelumnya. Apabila stimulus yang baru
mereka terima tidak konsisten atau tidak sesuai dengan pola
sebelumnya maka akan timbul perasaan yang tidak nyaman.
Contohnya adalah saat seseorang melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan apa yang diketahuinya atau saat seseorang
memiliki pendapat yang tidak sesuai dengan prinsip yang sudah
tertanam pada diri mereka sebelumnya. Rasa tidak nyaman tersebut
membuat seseorang menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu
agar dapat mengurangi ketidaknyamanan yang dirasakan. Misalnya
dengan mengabaikan pandangan yang bertentangan dari apa yang
mereka miliki dan menyesuaikan antara pendapat dan perilakunya.

Terdapat beberapa sumsi yang mendasari teori ini yaitu :

 Konsistensi dalam keyakinan, sikap, dan perilaku penting
bagi manusia untuk merasa nyaman.

 Disonansi adalah inkonsistensi psikologis yang artinya
kedua keyakinan tidak harus bertentangan secara logika
untuk menciptakan disonansi akan tetapi perlu
bertentangan secara psikologis yaitu apa yang kita lakukan
tidak sesuai dengan yang kita inginkan.

 Disonansi merupakan kondisi yang tidak disukai karena
akan terasa tidak nyaman saat keyakinan, sikap, dan
perilaku saling bertentangan.

 Disonansi memotivasi manusia untuk meraih keselarasan
dan berusaha untuk mengurangi disonansi.

Teori disonansi kognitif tergolong ke dalam tradisi sosio-psikologi
karena teori ini berangkat dari aspek psikologi yang berkaitan dengan
kepuasan, kenyamanan, keyakinan, perilaku, motivasi, dan berbagai
variabel psikologi lainnya dimana apabila keyakinan, sikap, dan

21

perilaku individu tidak mencapai keselerasan maka akan timbul
ketidaknyamanan yang pada akhirnya mempengaruhi tindakan dari
individu seperti termotivasi untuk mengurangi disonansi.

4. Teori Pelanggaran Harapan (Expectancy Violation
Theory)

Judi borgoon mengembangkan teori pelanggaran harapan untuk
mengkaji komunikasi nonverbal dan bagaimana peranannya terhadap
komunikasi. Oleh karena itu, teori ini menganggap bahwa di dalam
komunikasi aspek non verbal lebih penting daripada aspek verbal.
Teori ini menganggap bahwa individu memiliki ekspektasi tentang
bagaimana perilaku nonverbal individu lain. Contohnya adalah jarak
di antara komunikator dan komunikan pada suatu percakapan .

Menurut teori ini di saat orang asing bertemu, fokus mereka adalah
mengurangi ketidakyakinan dalam situasi terkait perilaku dan
pengetahuan karena ketidakyakinan menimbulkan stress secara
kognitif. Mereka mungkin tidak yakin pada bagaimana harus
berperilaku atau bagaimana orang lain harus perilaku begitu juga
dengan apa yang dipikirkan. Oleh karena itu teori ini berfokus pada
apa yang orang harapkan dan bagaimana reaksi mereka pada orang
lain di dalam suatu percakapan

Terdapat beberapa asumsi yang mendasari teori ini yaitu:

 Saat berinteraksi, individu memiliki harapan tentang
pengetahuan dan perilaku orang lain seperti bagaimana aspek
verbal dan non-verbalnya dalam menyampaikan pesan.

 Ekspektasi atau harapan untuk perilaku manusia itu dipelajari
karena dipengaruhi oleh budaya dan pengetahuan yang
dimiliki.

 Dalam berkomunikasi, seseorang tidak hanya akan
memperhatikan apa yang disampaikan namun juga membuat
prediksi terkait perilaku non verbal lawan bicara yang
menimbulkan harapan.

22

Teori pelanggaran harapan tergolong ke dalam tradisi sosio-psikologi
karena teori ini berfokus pada variabel psikologi seperti persepsi dan
ekspektasi tentang bagaimana perilaku non verbal orang lain yang
mana apabila perilaku tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan
akan menimbulkan ketidaknyamanan. Selain itu, penekanannya pun
pada individu dalam konteks hubungan sosial karena variabel
psikologi seperti harapan yang dimiliki individu akan mempengaruhi
bagaimana reaksi yang diberikan kepada orang lain di dalam suatu
percakapan.

B. Relationship Development

1. Teori Pengurangan Ketidakpastian (Uncertainty
Reduction Theory)

Teori ini dibentuk oleh Bergre dengan tujuan menjelaskan bagaimana
komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian akan
kepercayaan dan sikap di antara orang asing saat pertama kali
melakukan percakapan. Menurut Berger ketika orang asing pertama
kali bertemu maka mereka tidak yakin bagaimana menafsirkan
perilaku satu sama lain sehingga mereka akan memberikan prediksi
terhadap berabgai hal agar dapat mengetahui maksud dari
pengalaman komunikasi mereka. Oleh karena itu teori ini berpusat
pada prediksi dan penjelasan.

Terdapat beberapa asumsi yang mendasari teori ini yaitu:

 Saat berinteraksi, individu memiliki harapan tentang
pengetahuan dan perilaku orang lain seperti bagaimana
aspek verbal dan non-verbalnya dalam menyampaikan
pesan.

 Ekspektasi atau harapan untuk perilaku manusia itu
dipelajari karena dipengaruhi oleh budaya dan
pengetahuan yang dimiliki.

23

 Dalam berkomunikasi, seseorang tidak hanya akan
memperhatikan apa yang disampaikan namun juga
membuat prediksi terkait perilaku non verbal lawan bicara
yang menimbulkan harapan.

Termasuk pengurangan ketidakpastian tergolong ke dalam tradisi
sosial-psikologi karena teori ini berfokus pada variabel psikologi
seperti persepsi dan ekspektasi tentang bagaimana perilaku non
verbal orang lain yang mana apabila perilaku tersebut tidak sesuai
dengan yang diharapkan akan menimbulkan ketidaknyamanan.
Selain itu, penekanannya pun pada individu dalam konteks hubungan
sosial karena variabel psikologi seperti harapan yang dimiliki individu
akan mempengaruhi bagaimana reaksi yang diberikan kepada orang
lain di dalam suatu percakapan.

2. Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)

Menurut Michael Roloff keberlangsungan hidup manusia
didasarkan pada kemampuan untuk mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan komunikasi dapat menjadi jalan keluar.
Teori pertukaran sosial berkaitan dengan gagasan yang
dimiliki seseorang tentang suatu hubungan dengan istilah
ekonomi yaitu cost yang merupakan biaya atau elemen yang
memiliki nilai negatif pada seseorang seperti waktu serta
usaha yang harus dikeluarkan untuk mempertahankan suatu
hubungan dan reward yaitu elemen yang memberikan nilai
positif seperti senang satu sama lain, saling peduli, dan
sebagainya. seberapa besar reward dan cost yang ada
mempengaruhi bagaimana individu memutuskan kelanjutan
dari suatu hubungan. Keputusan tersebut tidak hanya akan
mempengaruhi satu pihak namun kedua pihak yang terlibat.

24

Terdapa beberapa asumsi terkait teori ini yang berkaitan
dengan sifat manusia, di antaranya yaitu:
 Pada hakikatnya dalam memutuskan atau melakukan

sesuatu, manusia termotivasi untuk mengejar imbalan dan
menghindari hukuman.
 Manusia menggunakan pemikiran rasional dalam membuat
keputusan atau menentukan pilihan. Dalam membuat
keputusan maka orang akan memperhitungkan dengan
baik biaya dan imbalan dari situasi.
 Setiap orang memiliki standar yang berbeda terkait biaya
dan imbalan sehingga tidak ada standar yang ditetapkan
untuk hal tersebut.

Selain itu, terdapat juga beberapa asumsi terkait teori ini yang
berkaitan dengan sifat dari suatu hubungan yaitu:

 Individu saling bergantung pada suatu hubungan sehingga
apabila salah satu pihak mengambil keputusan maka
keputusan tersebut juga akan mempengaruhi orang lain di
dalam hubungan tersebut.

 Hubungan adalah sebuah proses yang terus berubah dan
berkembang seiring waktu dan dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalu yang memandu dalam menilai
imbalan dan biaya.

Teori pertukaran sosial tergolong ke dalam tradisi sosial-
psikologi karena sesuai dengan asumsinya, teori ini berfokus
pada aspek psikologi manusia yaitu motivasi dalam mengejar
imbalan atau sesuatu yang lebih baik dalam membuat
keputusan yang akan mempengaruhi kelanjutan suatu
hubungan. Dengan demikian, teori ini sesuai dengan tradisi
sosiopsikologi yang berpusat pada aspek psikologi individu
dalam kaitannya dengan interaksi sosial.

25

3. Teori Penetrasi Sosial (Social Penetration Theory)

Untuk memahami kedekatan hubungan antara dua orang, Irwin
Altman dan Daymaz Taylor mengkonseptualisasikan teori ini dengan
ilustrasi pola pada pengembangan hubungan. Oleh karena itu, teori
penetrasi sosial merujuk pada suatu proses pembangunan hubungan
dimana individu berpindah dari yang tidak intim menjadi lebih intim.
Keintiman dapat berupa aspek verbal, non verbal, serta perilaku.
Menurut teori ini, untuk meningkatkan hubungan menjadi intim sangat
disarankan untuk melakukan pengungkapan diri. Hal itulah yang
menyebabkan pada teori ini hubungan dua orang itu dapat diprediksi.

Terdadpat beberapa asumsi yang melandasi teori ini diantaranya
yaitu:

 Hubungan adalah proses yang berkembang dari tidak intim
menjadi intim mulai dari percakapan biasa hingga seiring
waktu sampai pada tahap yang membicarakan hal pribadi .
Namun, terdapat hubungan dimana saat kita dekat dengan
seseorang cukup sampai pada pengetahuan akan
kepribadiannya saja dan kita menolak untuk mengetahui
kehidupan pribadinya karena tidak ingin menjadi lebih
dekat.

 Pengembangan suatu huungan pada umumnya sistematis
mengikuti beberapa standar dan pola perkembangan yang
dapat diterima sehingga perubahannya dapat diprediksi.

 Pengembangan hubungan mencakup pembubaran dan
depenetrasi yaitu kembali menjadi tidak intim jika ada
konflik yang tidak terselesaikan.

 Dalam mengembangkan hubungan diperlukan
pengungkapan diri yang bertujuan untuk mengenal satu
sama lain dalam suatu hubungan.

Teori penetrasi sosial tergolong ke dalam tradisi sosiopsikologi
karena teori ini berfokus pada perilaku dan motivasi individu yaitu
bagaimana individu mempertimbangkan berbagai hal untuk

26

memutuskan apakah perlu menngungkapkan dirinya atau tidak yang
akan menentukan apakah hubungan tersebut akan berlangsung ke
arah yang lebih intim atau tidak. Keintiman tersebut menyangkut
aspek verbal, non verbal, dan bagaimana individu berperilaku sesuai
suasana.

4. Teori Dialektika Rasional (Relational Dialectics
Theory)

Teori dialektika rasional yang pertama kali diusulkan oleh Leslie
Baxter dan WK Rawlins ini menganggap bahwa hubungan hidup
dicirikan dengan keinginan dan kebutuhan yang saling bertentangan
yang dapat menimbulkan ketegangan apabila seseorang tidak
bertindak sesuai dengan keinginannya atau memaksakan
keinginannya terjadi. Menurut teori ini apabila sesuatu terjadi ppada
salah satu anggota yang berada di dalam suatu hubungan maka
anggota lain juga akan mendapatkan akibatnya.

Terdapat beberapa asumsi yang melandasi teori ini di antaranya
yaitu:

 Hubungan tidak berkembang secara linear karena pasti
terdapat keyakinan yang bertentangan.

 Hubungan hidup dicirikan oleh perubahan yang terjadi seiring
waktu dan adanya perbedaan dalam cara mengekspresikan
diri.

 Kontradiksi selalu hadir di dalam hubungan dan memberikan
ketegangan yang dapat diolah dengan komunikasi.

 Komunikasi merupakan cara untuk mengatasi kontradiksi pada
suatu hubungan dengan mengorganisasi dan menegosiasikan
kontradiksi tersebut.

Teori dialektika rasional tergolong ke dalam tradisi sosial budaya
karena teori ini berfokus pada interaksi antarmanusia yang sesuai
dengan asumsinya yaitu manusia pada hakikatnya ingin terhubung
dengan orang lain meskipun tidak ingin terkekang. Teori ini juga

27

berpusat pada bagaimana manusia berusaha menciptakan realitas
kelompok secara bersama sehingga tidak terjadi pertentangan pada
suatu hubungan dan apabila terjadi pertentangan pun maka individu
dapat berkomunikasi untuk menyelesaikannya.

5. Teori Manajemen Privasi Komunikasi
(Communication Privacy Management Theory)

Dalam hidup kita memiliki berbagai orang misalnya teman, rekan
kerja, dsb. Teori manajemen privasi komunikasi menjelaskan
kompleksitas hubungan yang dimiliki individu dengan orang di
sekitarnya. Kompleksitas pada suatu hubungan yang dimaksud
adalah saat seseorang memutuskan apakah harus mengungkapkan
dirinya atau tidak dan informasi apa saja yang dapat diungkapkan
dengan mempertimbangkan resiko dan imbalan.

Terdapat beberapa asumsi yang melandasi teori ini diantaranya yaitu:

 Manusia adalah pembuat pilihan dan mereka lebih memahami
pilihan yang mereka buat serta bagaimana pilihannya
mempengaruhi hubungan.

 Manusia adalah pembuat aturan dan pengikut aturan karena
hadirnya aturan dapat memimpin perilaku individu seperti apa
yang harus diungkapkan dan apa yang tidak dengan berbagai
pertimbangan terkait budaya, gender, dan konteks.

 Manusia saat membuat pilihan tidak hanya
mempertimbangkan dirinya sendiri tetapi juga
mempertimbangkan orang lain.

Teori manajemen privasi komunikasi tergolong ke dalam tradisi sosial
budaya karena teori ini berfokus pada bentuk interaksi antarmanusia
dan memperhatikan identitas individu sebagai anggota dari suatu
hubungan atau kelompok yang dapat dilihat pada bagaimana teori ini
beranggapan bahwa pilihan yang dibuat bukan hanya berdasarkan
keputusan individu tersebut namun juga atas pertimbangan akan
orang lain atau disebut juga sebagai negosiasi di antara pihak yang
berbagi informasi.

28

6. Teori Pemrosesan Informasi Sosial (Sosial
Information Processing Theory)

Teori ini tentang pengembangan dan mempertahankan hubungan
terkait internet. Ketika kita melihat bagaimana hubungan berkembang
bbrp tahun lalu dan sekarang maka perlu dinilai peran teknologi.

Teori yang diperkenalkan oleh Joseph Walter ini menganggap bahwa
individu mempunyai kemampuan untuk mempertahankan hubungan
yang bersifat online sebagaimana individu mempertahankan
hubungan yang bersifat tatap muka. Menurut teori ini aspek non
verbal pada hubungan tatap muka dapat digantikan dengan pesan
yang digunakan untuk membentuk kesan terhadap satu sama lain
melalui komputer meskipun untuk mencapai level yang intim
membutuhkan waktu yang lebih lama dari saat bertatap muka. Oleh
karena itu, jumlah frekuensi saat berkomunikasi dengan orang lain
secara online di dalam suatu hubungan menjadi aspek yang penting
pada teori ini.

Terdapat beberapa asumsi yang melandasai teori in yaitu:

 Komputer menyediakan kesempatan untuk terhubung dan
berkomunikasi dengan orang-orang dimana penafsiran serta
pertukaran informasi sebagian besar terjadi melalui teks dan
namun terdapat emosi di dalamnya.

 Komunikator online termotivasi untuk membentuk kesan yang
baik terhadap diri mereka sendiri dan bersedia
menginvestasikan waktu dalam membentuk kesan tersebut
kepada orang lain karena mereka cenderung tidak ingin
mengungkapkan hal yang buruk.

 Waktu yang dibuthkan untuk mengembangkan hubungan ke
tingkan yang lebih intim apabila secara online membutuhkan
waktu yang lebih panjang dan pengumpulan pesan yang
cukup.

29

Teori pemrosesan informasi sosial tergolong ke dalam tradisi sosial-
psikologi karena teori ini berfokus pada aspek psikologi dan perilaku
individu dalam konteks sosial yang dapat dilihat pada adanya
keinginan diri untuk membentuk kesan yang positif saat berinteraksi
dengan orang lain secara online. Teori ini juga berfokus pada
bagaimana individu merancang dan menafsirkan suatu pesan yang
dapat dilihat pada upaya individu membentuk sebuah kesan karena
adanya makna yang ingin disalurkan serta bagaimana individu
menafsirkan suatu teks sehingga tetap terdapat emosi di dalamnya.

C. Group, Teams, and Organizations

1. Pemikiran Kelompok (Groupthink)

Teori yang dikemukakan oleh Irving Janice ini menganggap bahwa
tingginya kohesif atau kekompakan pada suatu grup mengakibatkan
lahirnya tekanan yang lebih besar pada setiap anggota untuk merasa
nyaman dengan standar grup sehinnga mereka akan cenderung
menahan untuk mengungkapkan opininya agar suatu grup dapat
tetap kohesif dan tidak terjadi konflik. Hal itu lah yang kemudian
disebut dengan pemikiran kelompok.

Terdapat beberapa asumsi yang melandasi teori ini yaitu:

 Kelompok memiliki karakteristik yaitu keterpaduan baik dari
segi sikap, nilai, ataupun pola dalam berperilaku sehingga
individu pada kelompok tersebut akan cenderung
mempertahankan keterpaduan tersebut agar kelompok dapat
tetap utuh.

30

 Saat ada masalah yang harus diselesaikan maka dilakukan
dengan proses yang terpadu. Anggota kelompok akan
cenderung mengikuti keputusan pemimpin dan menahan diri
untuk memberi masukan agar tidak terjadi perpecahan di
dalam kelompok.

 Kelompok dan pembuatan keputusan di dalamnya merupakan
proses yang rumit karena anggota juga harus memberi
masukan dengan dipengaruhi oleh banyak faktor pada dirinya
sedangkan apabila setiap anggota tidak mempertimbangkan
pembuatan keputusan dengan matang maka situasi tersebut
akan menuju kepada pemikiran kelompok.

Teori pemikiran kelompok tergolong ke dalam beberapa tradisi di
antaranya yaitu:

1. Sosial-psikologi karena sesuai dengan tradisinya teori ini
berfokus pada bagaimana perilaku sosial individu yang dapat
dilihat pada bagaimana individu berusaha menahan diri untuk
tidak menyampaikan usulan agar suatu kelompok tetap kohesif
dan bagaimana efek tersebut untuk individu pada akhirnya
yaitu masuk ke dalam pemikiran kelompok.

2. Tradisi sosiokultural karena teori ini memandang individu
sebagai anggota suatu grup yang harus membuat keputusan
di dalamnya, teori ini menekankan bahwa untuk membuat
keputusan di dalam suatu grup maka anggota grup harus
saling setuju satu sama lain, teori ini berfokus pada bagaimana
kelebihan dan kekurangan dari adanya kepaduuan pada suatu
kelompok terhadap anggota kelompok tersebut. syarat yang
terpenuhi yaitu memandang individu sebagai anggota dari
sebuah kelompok dan berfokus pada bentuk interaksi
antarmanusia.

31

2. Teori Strukturasi (Structuration Theory)

Organisasi menggunakan aturan untuk menyatakan harapan dalam
anggotanya berperilaku di dalam organisasi. Aturan yang hadir pun
memimpin bagaimana perilaku individu dengan batasan-batasan. Kita
memerlukan aturan untuk memimpin dalam membuat keputusan
tentang bagaimana kita diharapkan untuk berperilaku. Dengan
demikian individu saat berinteraksi dengan orang lain akan
menyesuaikan pada aturan atau struktur yang ada. Dengan ditaatinya
aturan tersebut maka tujuan dari suatu organisasi yang berposisi
sebagai sistem dapat tercapai.

.

Terdapat beberapa asumsi yang melandasi teori ini yaitu:

 Kelompok dan organisasi diproduksi dan mereproduksi
melalui tindakan dan perilaku. Maksud dari produksi disini
ialah menghasilkan sesuatu yang baru seperti harapan
atau aturan akan sesuatu dengan dipengaruhi oleh masa
lalu sebagai referensi dalam bertindak.

 Terdapat aturan di dalam komunikasi yang berfungsi
sebagai pedoman bagi perilaku namun dapat juga menjadi
kendala karena adanya generalisasi tentang bagaimana
menghadapi sesuatu.

 Adanya faktor kekuasaan dan kekuatan yang
mempengaruhi proses pembuatan atau pengambilan
keputusan. Aturan telah ditetapkan untuk memberi
beberapa anggota kekuasaan atas anggota lain.

Teori strukturasi tergolong ke dalam beberapa tradisi di antaranya
yaitu:

1. Tradisi sibernetik karena teori ini tertarik pada bagaimana
suatu sistem mengatur untuk mengontrol diri dari waktu ke
waktu yang dibuktikan dengan bagaimana teori ini melihat
organisasi sebagai sebuah sistem yang menggunakan struktur

32

untuk menyatakan harapan pada anggota tentang bagaimana
mereka harus berperilaku di dalam organisasi. Selain itu, teori
ini menunjukkan bahwa aturan dari organisasi dan anggota
organisasi saling terkait karena anggota organisasi lah yang
menciptakan aturan dan aturan tersebut mempengaruhi
bagaimana seorang anggota harus berperilaku.

2. Tradisi sosiokultural karena teori ini memandang individu
sebagai anggota dari sebuah kelompok dan berfokus pada
bentuk interaksi antarmanusia. Hal ini dapat dilihat pada
bagaimana teori ini menganggap struktur suatu organisasi
mempengaruhi individu seperti bagaimana seseorang harus
berinteraksi dengan orang lain dan apa saja batasan di dalam
interaksi tersebut.

3. Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture
Theory)

Teori budaya organisasi dikonseptualisasikan oleh Michael teori ini
dengan kepercayaan bahwa oragnisasi bisa dipahami dengan baik
menggunakan lensa budaya karena inti dari kehidupan oganisasi
adalah budaya. Budaya tidak hanya berkaitan dengan, suku, etnis,
ras dan sebagainya akan tetapi juga pada bagaimana suasana pada
organisasi tersebut seperti tingkat produktivitas, kerja sama, atmosfer
dan banyak hal lainnya yang melibatkan moral dan sikap anggota
organisasi. Selain itu, budaya organisasi juga menyangkut rutinitas,
percakapan, dan makna yang ditangkap melalui simbol seperti
interaksi pegawai satu sama lain.

Terdapat beberapa asumsi yang melandasi teori ini yaitu:

 Anggota organisasi bersama-sama menciptakan dan
mempertahankan realitas serta menghasilkan pemahaman
yang lebih baik tentang nilai-nilai organisasi.

33

 Anggota organisasi membuat, menafsirkan, dan
menggunakan simbol setiap hari karena penggunaan dan
penafsiran simbol sangat penting bagi budaya organisasi
untuk saling berbagi nilai terkait organisasi.

 Dikarenakan beragamnya budaya antarorganisasi maka
persepsi dan partisipasi individu dalam budaya dapat
berbeda-beda.

Teori budaya organisasi tergolong ke dalam tradisi sosiokultural
karena sesuai dengan tradisinya yang berfokus pada bagaimana
individu bersama-sama menciptakan realitas di dalam suatu
kelompok, teori ini berfokus pada bagaimana individu sebagai
anggota organisasi membentuk realitas atau budaya pada organisasi
melalui interaksi berupa proses komunikasi. Selain itu, sesuai dengan
tradisinya yang berfokus pada bagaimana terciptanya pemahaman
yang sama di antara individu melalui komunikasi, teori ini berfokus
pada bagaimana identitas dibangun melalui interaksi dalam kelompok
sosial dan budaya, serta bagaimana makna diciptakan dalam
interaksi sosial.

4. Teori Informasi Organisasi (Organizational
Information Theory)

Teori informasi organisasi dikembangkan oleh Weick untuk
mendeskripsikan proses dimana organisasi mengatur dan
menggunakan informasi yang mereka terima sehingga penekanan
teori ini adalah pada proses dari mengorganisasi. Organisasi
dianggap sebagai suatu sistem yang mengambil informasi yang
ambigu dari lingkunan dan mengolahnya menjadi masuk akal.
Organisasi mbergantung pada kombinasi dari informasi berbagai unit
yang ada untuk dapat mencapai tujuan. Tidak hanya itu, teori ini juga
menjelaskan proses ketika anggota suatu organisasi harus
beradaptasi terhadap hal di sekitar sekitar mereka dikarenakan
terjadinya suatu perubahan.

34

Terdapat beberapa asumsi yang melandasi teori ini yaitu:

 Organisasi ada di dalam lingkungan informasi karena
organisasi bergantung pada informasi untuk berfungsi
secara efektif dan mencapai tujuan mereka.

 Pesan yang ambigu tidak dapat dihindari sehinga
diperlukan strategi untuk memahami informasi yang
diterima organisasi berbeda dalam hal ketidakjelasan.

 Ketidakjelasan atau ambiguitas informasi perlu diatasi
bersama oleh anggota organisasi dengan saling
memberikan umpan balik pada proses komunikasi.

Teori informasi organisasi tergolong ke dalam tradisi sibernetik
karena teori ini berfokus pada keterkaitan antarelemen pada suatu
sistem berupa organisasi yang di dalamnya terdiri atas berbagai unit.
Berbagai unit tersebut berbagi solusi atau kesimpulan yang mana
kombinasi informasi tersebut akan diambil oleh organisasi untuk
diubah dari yang ambigu menjadi masuk akal dan organisasi pun
bergantung pada informasi tersebut untuk mencapai tujuan.

D. The Public

1. Retorika (The Rethoric)

Retorika menjadi pusat dari gagasan yang menganggap bahwa
kemampuan berkomunikasi sangat dibutuhkan di dalam masyarakat
karena dengan adanya kemampuan tersebut maka akan mudah
untukmendapatkan pekerjaan, mempengaruhi orang lain, dan
berbagai hal lainnya. Namun, untuk mencapai hal tersebut maka
komunikasi yang terjadi haruslah efektif. Dengan efektifitas tersebut
maka efek yang diinginkan oleh komunikator dapat terjadi pada
komunikan. Aristoteles sendiri menjabarkan bahwa untuk mencapai
efektivitas tersebut maka terdapat tiga hal yang harus
dipertimbangkan yaitu ethos yang berkaitan dengan kredibilitas dan
kemampuan menimbulkan kepercayan, pathos yaitu kemampuan

35

dalam mengaduk emosi komunikan, dan logos yaitu menyampaikan
sesuatu yang dapat diterima oleh logika.

Terdapat beberapa asumsi yang melandasi teori ini yaitu:

 Pembicara publik yang efektif harus mempertimbangkan
hadirin sebagai sekelompok individu yang terdiri dari
berbagai variabel psikologi seperti keputusan dan motivasi
karena dengan memahami audiens maka hadirin juga
dapat memberi respon terhadap pidato sesuai yang
diinginkan sehingga pidato pun menjadi efektif.

 Pembicara publik yang efektif menggunkan sejumlah bukti
dalam presentasi yang menurut Aristoteles berkaitan
dengan kredibilitas, kemampuan mengelola emosi, dan
contoh yang mendukung klaim secara logis.

Retorika tergolong ke dalam tradisi retorika karena teori ini
berhubungan dengan persuasi dan seni dalam menyusun argumen
yaitu bagaimana menghasilkan komunikasi yang efektif di antara
individu serta bagaimana menjadi pembicara publik yang memberi
efek kepada individu yang merupakan hadirin.

2. Dramatisme (Dramatism)

Burke membentuk sebuah teori bernama dramatisme dengan
mengkonsepkan hidup sebagai sebuah drama yang terdiri atas
berbagai pemain dengan segala tindakannya seperti cara
penggunaan bahasa dan apa motif yang dimilikinya terhadap
khalayak.

Terdapat beberapa asumsi yang melandasi teori ini yaitu:

 Manusia adalah hewan yang dipengaruhi dan dimotivasi
oleh simbol-simbol seperti bahasa saat melakukan sesuatu
termasuk hal yang berkaitan dengan pemenuhan atau
pemuasan kebutuhannya

36

 Manusia menggunakan bahasa untuk memahami suatu
konsep atau objek. Akan tetapi, bahasa tidak hanya
digunakan oleh manusia melainkan juga membentuk
pemikiran manusia saat manusia menyimbolkan sesuatu
menggunakan bahasa. Bahasa menjadi sarana untuk
memahami dan menciptakan satu makna. Dengan
demikian, bahasa dan simbol memberikan pengaruh dan
membentuk sistem yangg sangat penting bagi manusia.

 Manusia adalah pembuat pilihan yang menentukan sendiri
pemaknaan akan sesuatu.

Dramatisme tergolong ke dalam beberapa tradisi di antaranya yaitu:

1. Retorika karena pendekatan ini berfokus pada penggunaan
bahasa dan simbol oleh manusia dengan melihat bagaimana
manusia menggunakan simbol dan bahasa secara kritis untuk
membentuk sistem yang penting. Pendekatan ini juga berfokus
pada proses penentuan makna dari simbol melalui interpretasi
dengan menganggap motif dari manusia dapat dikonstruksi
melalui tindakan yang dilakukan di dalam hidup.

2. Semiotik karena sesuai dengan tradisi semiotik yang
menganggap manusia menggunakan simbol dalam memahami
dan menentukan pilihan hidupnya, pendekatan ini melihat
perilaku manusia sebagai sesuatu yang dimotivasi oleh simbol
dan berfokus pada bagaimana manusia memaknai sesuatu
menggunakan bahasa sebagai simbol tersebut.

3. kritis karena pendekatan ini mencoba memahami bagaimana
suatu sistem yang ada mendominasi masyarakat yang dapat
dilihat pada bagaimana pendapat dan pemikiran dibentuk pada
saat memilih untuk menggunakan suatu simbol dan
bagaimana simbol untuk suatu motif dimiliki individu hanya
apabila budaya disekitarnya memiliki simbol untuk motif
tersebut.

37

3. Paradigma Naratif (Narrative Paradigm)

Paradigma ini mempromosikan kepercayaan bahwa manusia adalah
pencerita yang memiliki emosi dan mempertimbangkan estetika di
sekitar kepercayaan dan perilaku. Paradigma ini pun meyakini bahwa
manusia lebih tertarik dgn cerita yang bagus daripada argumen yang
bagus sehingga khalayak dapat menilai kredibilitas dari pembicara
dan kualitas isi cerita yang disampaikan.

Terdapat beberapa asumsi yang melandasi paradigma ini yaitu:

 Manusia pada dasarnya adalah pendongeng yag selalu
bercerita dan menggerakkan serta membentuk suatu
keyakinan melalui kata-kata yang disampaikan

 Manusia membuat keputusan tentang cerita mana yang
akan diterima dan ditolak berdasarkan rasionalitas dengan
mempertimbangkan alasan berupa argumen dan logika
yang kuat

 Dalam menentukan alasan, manusia juga mendapat
pengaruh dari sejarah, biografi, budaya, dan karakter
sehingga materi tersebut perlu relevan dengan konteks
yang tertanam pada diri mereka

 Rasionalitas didasasrkan pada penilaian orang tentang
konsistensi dan kebenaran cerita. Selama cerita tampak
konsisten secara internal dan benar maka cerita dianggap
dapat dipercaya

 Dunia adalah tempat yang penuh dengan cerita dan
perbedaan dalam memilih cerita membuat kita mengalami
hidup yang berbeda serta memungkinkan kita untuk
menciptakan realitas yang baru

Paradigma naratif tergolong ke dalam tradisi retorika karena berkaitan
dengan seni penyusunan argumen yaitu bagaimana manusia lain
memiliki kebebasan untuk menilai pembicara sehingga pembicara
perlu memiliki kredibilitas. Paradigma ini juga melihat bahwa sejarah,
budaya, serta latar belakang individu mempengaruhi proses

38

pengolahan informasi yaitu rasional atau tidaknya suatu cerita bagi
dirinya.

E. The Media

1. Teori Pengaturan Agenda (Agenda Setting
Theory)

Teori pengaturan agenda menjelaskan bagaimana media mengatur
agenda untuk publik sehingga apa yang dianggap penting oleh media
adalah apa yang dianggap penting oleh publik karena media hanya
akan menginformasikan sesuatu yang menurut mereka penting.
Media menyaring realitas yang ada kemudian diolah sedemikian rupa
untuk kemudian diberitakan kepada publik. Seberapa besar
berpengaruh media tersebut dtentukan oleh beberapa faktor seperti
kredibilitas media, bukti dari konflik, nilai yang dibagikan, dan
petunjuk yang dibutuhkan oleh audiens.

Terdapat beberapa asumsi yang melandasi teori ini yaitu:
 Media membentuk agenda tentang bagaimana publik
menciptakan dan memahami realitas dengan membentuk
apa yang akan didengar, dibaca, dan diperhatikan oleh
publik serta tidak menampilkan realitas secara sederhana
melainkan menyaring dan mempertajam relitas tersebut
untuk publik
 Media befokus pada isu yang dapat menjadi agenda untuk
mempengaruhi publik.

39

 Publik dan pembuat kebijakan memiliki kemungkinan untuk
mempengaruhi agenda media juga karena adanya
keterkaitan antara ketiga eleme tersebut dimana media
akan memulai suatu agenda dengan dipengaruhi oleh
tekanan dari dua elemen lainnya.

Teori pengaturan agenda tergoglong ke dalam tradisi sosiopsikologi
karena teori ini menekankan penciptaan realitas kelompok oleh
manusia menggunakan media dan menganggap komunitas seperti
media dan publik sebagai sesuatu yang penting.

2. Teori Spiral Keheningan (Spiral of silence Theory)

Pendapat yang dimiliki oleh setiap individu akan terus berubah
sepanjang waktu karena mendapatkan pengaruh dari media sehingga
dapat dikatakan bahwa pendapat yang kita miliki dipengaruhi oleh
media. Pada teori ini yang dikonstruksi oleh Noelle Neuemann ini
terdapat anggapan bahwa orang yang percaya sudut pandangnya
mayoritas akan berani untuk berbicara mengungkapkan pendapatnya
namun begitupula sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya perasaan
takut untuk terisolasi apabila memiliki pandangan yang berbeda.

.

Terdapat beberapa asumsi yang melandasi teori ini yaitu:

 Adanya ketakutan bagi individu dalam suatu masyarakat
untuk terisolasi apabila memiliki nilai yang berbeda atau
menyimpang dan ketakutan tersebut akan berkurang
apabila memiliki kepercayaan diri dan nilai yang sama.

 Ketakutan akan isolasi menyebabkan individu mencoba
menilai informasi dengan mendengarkan pandangan orang
lain dan memasukkan pengetahuan itu ke dalam sudut
pandang mereka sendiri.

40

 Perilaku publik dipengaruhi oleh penilaian opini publik atau
perasaan orang lain yang dapat dilihat pada bagaimana
individu akan mengkomunikasikan sesuatu apabila ia
merasakan adanya dukungan pada suatu topik namun jika
tidak maka mereka akan diam.

Teori spiral keheningan tergolong ke dalam beberapa tradisi yaitu:

1. Sibernetik karena teori ini berpusat akan elemen yang saling
berinteraksi dan mempengaruhi yaitu bagaimana media
berfokus pada pendapat mayoritas dan meremehkan pendapat
minoritas sehingga individu yang memiliki pendapat mayoritas
akan berani untuk berbicara sedangkan individu yang memiliki
pendapat minoritas tidak berani berbicara karena takut
terisolasi.

2. Tradisi sosiopsikologi karena teori ini berpusat pada
bagaimana individu mengolah suatu informasi yang
diterimanya dan bagaimana efek yang diberikan oleh informasi
tersebut kepada individu berupa adanya ketakutan akan isolasi
apabila memiliki nilai yang berbeda dengan masyarakat di
sekitarnya.

3. Teori Penggunaan dan Kepuasan (Uses and
Gratifications Theory)

Teori penggunaan dan kepuasan berfokus pada bagaimana
khalayak menentukan konten yang mereka konsumsi agar
tercapai kepuasan. Teori ini berkaitan dengan motivasi khalayak
saat mengkonsumsi suatu media yang mana hal tersebut
menggambarkan ketertarikan yang mereka miliki.

Terdapat beberapa asumsi yanag melandasi teori ini yaitu:

41

 Penonton secara aktif menggunakan media dengan
didorong untuk mencapai tujuan melalui media tersebut.

 Penonton secara aktif mengambil inisatif dalam
menghubungkan pemuasan kebutuhan dengan pilihan
media tertentu.

 Dikarenakan masyarakat adalah kelompok yang besar
maka media bersaing dengan sumber lain untuk
pemenuhan kepuasan.

 Individu memiliki kesadaran diri yang cukup tentang
penggunaan, minat, dan motif media.

 Penilaian terkait konten media hanya dapat dinilai oleh
khalayak dengan menghubungkan apakah kebutuhannya
terpenuhi melalui konten tersebut.

Teori penggunaan dan kepuasan tergolong ke dalam beberapa tradisi
yaitu:

1. sosiopsikologi karena berfokus pada aspek psikologi
individu dalam lingkup sosial yaitu bagaimana audiens
secara akatif menggunakan media yang kontennya
disesuaikan dengan kebutuhan agar tercapai kepuasan.
Dengan kata lain, teori ini berkaitan dengan motivasi yang
dimiliki individu dalam mengknsumsi suatu konten yang
menggambarkan ketertarikan dan preferensi mereka.

2. Sosiokultural karena teori ini berkaitan dengan hubungan di
antara para pelaku komunikasi yaitu media yang berusaha
untuk memenuhi kebutuhan khalayak dan khalayak yang
menggunakan media untuk pemenuhan kepuasan.

4. Teori Kultivasi (Cultivation Theory)

Teori kultivasi menganggap bahwa sebagian besar realitas yang di
dapat masyarakat adalah melalui media. Teori ini dikembangakan
untuk mengetahui dampak televisi secara menyeluruh seperti

42

bagaimana individu mengkombinasi realitas yang dimilikinya dengan
budaya yang terdapat di televisi. Oleh karena itu, teori ini berfokus
pada prediksi dan penjelasan terkait persepsi dan pemahaman
individu terhadap dunia sebagai hasil dari mengkonsumsi pesan
media.

Terdapat beberapa asumsi yang melandasi teori ini yaitu:

 Televisi pada dasarnya unik dan berbeda dari bentuk
media massa lain karena menggabungkan gambar dan
suara sekaligus, tidak memerlukan literasi, dan dapat di
akses oleh berbagai kalangan usia. Kehadiran televisi
dapat menyatukan kelompok dengan latar belakang yang
berbeda dengan memberikan mereka pengalaman
bersama.

 Televisi membentuk cara berpikir dan berhubungan di
dalam masyarakat karena sebagian besar cerita di
masyarakat berasal dari televisi.

 Efek televisi sebenarnya terbatas karena dapat diamati,
diukur, dan independen terhadap budaya relatif kecil.
Meskipun demikian, efek televisi tetap ada dan signifikan.

Teori kultivasi tergolong ke dalam beberapa tradisi di antaranya yaitu:

1. Tradisi sosiokultural karena teori ini berfokus pada interaksi
suatu kelompok yaitu bagaimana kehadiran televisi dapat
memberikan pengalaman dan realitas bersama.

2. Tradisi kritikal karena teori ini tertarik pada bagaimana pesan
membentuk pemikiran-pemikiran pada masyarakat yang dapat
dilihat pada anggapan bahwa televisi memberikan efek
terhadap cara berpikir masyarakat dan menghadirkan
pengalaman bersama.

43


Click to View FlipBook Version