Modul Pelatihan
Pengabdian kepada
Masyarakat
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
JANUARI 2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan Kami Nabi
Muhammad SAW karena atas berkat rahmah dan hidayah Nya kami bisa melaksanakan kegiatan
Pengabdian Masyarakat secara terjadwal setiap tahunnya. Kegiatan Pengabdian Masyarakat kali ini
dilaksanakan dalam bentuk Pelatihan/workshop yang mengangkat topik besar Praktikum Virtual
Laboratory IPA (Biologi) Di Era Abad 21. Sesuai dengan topik tersebut materi kegiatan diadakan
secara daring (virtual) sehingga dalam pelaksanaannya beberapa hal perlu kami sesuaikan. Walaupun
secara daring namun diharapkan mampu memberikan tambahan wawasan kepada peserta (guru – guru
sekolah menengah di sekitar Surakarta dan Sukoharjo bahkan di beberapa kota lain di Indonesia) serta
mengimplementasikan proses pembelajaran di sekolah nantinya dengan lebih baik di era pandemi
kepada peserta didik. Dari topik tersebut kami breakdown menjadi beberapa judul penting yang
bertujuan untuk mendukung terlaksananya kegiatan Pengabdian Masyarakat ini. Judul yang dimaksud
dipecah menjadi dua kategori utama yaitu Praktek Pendidikan Biologi dan Biologi murni.
Judul mengenai Pendidikan Biologi yang diangkat dalam pelatihan ini yaitu:
1. Pembelajaran Inovatif, Tantangan Di Era Abad 21.
2. Praktikum Sistem Ekskresi Manusia Berbasis Daring
3. Pengembangan RPP IPA dan Biologi Dalam Pembelajaran STEM (Sains, Technology,
Engineering, Mathematics)
4. Pentingnya Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Praktikum Dalam
Pembelajaran Biologi
5. Pembuatan Tes Berpikir Tingkat Tinggi Interaktif Bagi Guru IPA Sekolah Menengah
Sedangkan judul – judul Biologi murni adalah sebagai berikut :
6. Sistem Pengangkutan Dalam Pembuluh Tanaman.
7. Produktivitas Jamur
8. Gerak Fototropisme (Tanggapan Tanaman Terhadap Cahaya)
9. Biodiversitas Tumbuhan Indeksasi Ekologi
10. Ekologi Populasi Serangga Metode Capture Recapture Berbasis Daring
11. Jaringan Epithel
12. Jaringan Germinal
Kami harapkan Modul Pengabdian Masyarakat ini bisa memberikan manfaat dengan sebaik –
baik manfaat bagi peserta maupun kepada pembaca sekalian. Terima kasih.
Surakarta, 29 Januari 2021
Tim Modul PengMas
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………… ii
Kata Pengantar ………………………………………… iii
Daftar isi …………………………………………
Materi: 1
19
1. Pembelajaran Inovatif, Tantangan ………………………………………… 27
Di Era Abad 21 31
40
2. Sistem Pengangkutan Dalam ………………………………………… 49
Pembuluh Tanaman ………………………………………… 60
83
3. Produktivitas Jamur 96
4. Gerak Fototropisme (Tanggapan ………………………………………… 102
Tanaman Terhadap Cahaya)
107
5. Biodiversitas Tumbuhan …………………………………………
Indeksasi Ekologi 115
6. Ekologi Populasi Serangga …………………………………………
Metode Capture Recapture
Berbasis Daring …………………………………………
…………………………………………
7. Jaringan Epithel
8. Jaringan Germinal
9. Praktikum Sistem Ekskresi …………………………………………
Manusia Berbasis Daring
10. Pengembangan RPP IPA dan …………………………………………
Biologi Dalam Pembelajaran
STEM (Sains, Technology,
Engineering, Mathematics)
11. Pentingnya Pengembangan …………………………………………
Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) Praktikum Dalam
Pembelajaran Biologi
12. Pembuatan Tes Berpikir Tingkat …………………………………………
Tinggi Interaktif Bagi Guru IPA
Sekolah Menengah
13. Integrasi Critical Thinking …………………………………………
Skills Dalam Pembelajaran
Melalui Inquiry Based
Activities
iii
PEMBELAJARAN INOVATIF, TANTANGAN DI ERA ABAD 21
Oleh:
Dra. Hariyatmi, M.Si.
Mengacu pada Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pasal 3, pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pernyataan tersebut
menunjukkan tugas yang sangat mulia sekaligus sarat beban berat bagi guru, mengingat
tantangan masa depan peserta didik dan bangsa tidak dapat diprediksi keberadaannya,
sehingga guru dituntut selalu meningkatkan kualitas dirinya sebagai guru profesional.
Selanjutnya dalam pasal 10 Undang-undang Guru dan Dosen tahun 2005 menyebutkan bahwa
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi professional. Berdasarkan hal tersebut perlu guru untuk meningkatkan empat
kompetensi guru khususnya kompetensi pedagogi yang relevan dengan tuntutan
perkembangan abad 21.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) abad 21, mengubah
karakteristik peserta didik sehingga memerlukan orientasi dan cara pembelajaran yang
inovatif. Pembelajaran inovatif merupakan proses pembelajaran yang dirancang oleh guru
sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya (Wahyono, 2016).
Dapat juga didefinisikan bahwa pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dirancang
oleh guru yang bersifat baru, tidak seperti biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk
memfasilitasi peserta didik dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang
dimiliki (Hafid, 2015). Maka pembelajaran inovatif di abad 21 diartikan sebagai serangkaian
kegiatan yang dilakukan dan dikembangkan oleh pendidik dalam merancang pembelajaran
untuk memfasilitasi peserta didik dalam memperoleh pengetahuan melalui pencapaian
keterampilan-keterampilan inovatif abad 21.
Pembelajaran inovatif penting dilakukan, karena menurut OECD (Organisation for
Economic Co-operation and Development) mencatat peringkat nilai PISA Indonesia
(Programme for International Student Assessment-PISA). Berdasarkan survei tahun 2018
1
menempatkan siswa Indonesia dalam peringkat yang kurang memuaskan. Kemampuan Literasi
siswa Indonesia berada di peringkat 72 dari 77 negara, Matematika berada di peringkat 72 dari
78 negara, dan Sains berada di peringkat 70 dari 78 negara.
Berdasarkan kondisi tersebut penyesuaian peran guru perlu dilakukan karena adanya
perubahan karakteristik peserta didik generasi mileneal menjadi karakteristik generasi z
(kelahiran tahun 1995-2010), istilah yang mewakili generasi abad 21. Perubahan-perubahan
pembelajaran abad 21 meliputi perubahan pada pola pembelajaran, perubahan orientasi
kebutuhan, dan perubahan kebiasaan-kebiasaan belajar peserta didik abad 21.
Fenomena pembelajaran abad 21 dipengaruhi karakteristik peserta didik abad 21,
perkembangan teknologi dalam pembelajaran abad 21, model-model pembelajaran potensial
abad 21, dan peran guru dalam pembelajaran abad 21. Guru di abad 21 akan dan bahkan saat
ini sudah menghadapi serta merasakan perubahan-perubahan cepat di dunia pendidikan akibat
perkembangan teknologi. Dilihat dari tujuan pembelajaran tentu memiliki orientasi-orientasi
baru akibat perkembangan ilmu pengetahuan, dan dilihat dari aspek karakteristik bidang studi
juga dipengaruhi pula oleh penemuan-penemuan baru. Perubahan-perubahan tersebut
membawa konsekwensi adanya penyesuaian peran guru. Dengan demikian karakteristik
pembelajaran abad 21 dengan segala aspeknya perlu untuk disadari, diantisipasi perubahannya,
bahkan mampu mengembangkan orientasi-orientasi baru yang lebih visioner. Guru memiliki
peran strategis untuk membangun budaya belajar generasi muda Indonesia dengan
meningkatkan peran sebagai guru abad 21.
Karakteristik pembelajaran abad 21
a. Fenomena perubahan pembelajaran abad 21
Jika masa lalu ruang-ruang kelas berisi meja atau bangku, kursi, dan papan tulis yang
terpampang di depan kelas beserta sekotak kapur lengkap dengan penghapus. Perkembangan
berikutnya ruang kelas menggunakan whiteboard dan spidol. Saat ini, kelas yang sudah
menggunakan proyektor LCD didukung laptop atau komputer yang terhubung dengan
jaringan internet, atau ruang-ruang kelas multimedia dilengkapi papan tulis elektrik,
komputer tablet, iPAD, PDA, smartphone, dan perangkat canggih lainnya yang dilengkapi
jaringan internet berkecepatan tinggi. Namun demikian, masih ada kelas-kelas di daerah
terpencil yang memiliki papan tulis berlubang atau bahkan tidak memiliki ruang kelas yang
layak. Hal ini adalah kenyataan yang ada, namun sebagai guru harus bergerak Maju Bersama
membangun bangsa.
2
Saat ini peserta didik dapat belajar dimanapun dan kapanpun dengan beragam pilihan
materi pembelajaran. Ilmu pengetahuan mungkin tidak lagi tersekat dalam batasan ruang,
waktu, dan paket-paket pengetahuan yang harus diselesaikan dalam istilah semester ataupun
tahun ajaran. Perubahan mendasar sedang terjadi dalam dunia pendidikan yang popular
dengan istilah “fenomena disrupsi” yang ditandai dengan; 1) belajar tidak lagi terbatas pada
paket-paket pengetahuan terstruktur namun belajar tanpa batas sesuai minat (continuum
learning), 2) pola belajar menjadi lebih informal, 3) keterampilan belajar mandiri
(selfmotivated learning) semakin berperan penting, dan 4) banyak cara untuk belajar dan
banyak sumber yang dapat diakses seiring pertumbuhan MOOC (massive open online
course) secara besar-besaran.
Proses pembelajaran yang hanya mengandalkan buku paket dan guru sebagai satu-
satunya sumber utama menjadi sulit untuk terjadi pembelajaran mutakhir mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan. Berfokus kepada materi penting, namun fokus kepada
pengembangan keterampilan belajar menjadi lebih penting. Peserta didik harus belajar cara
melacak, menganalisis, mensintesis, mengubah, mendekontruksi bahkan menciptakan lalu
membagikan pengetahuan kepada orang lain. Fokus guru sebenarnya memberikan kesempatan
peserta didik untuk menghubungkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata.
Salah satu pengaruh signifikan teknologi terhadap pembelajaran abad 21 adalah adanya
kemudahan akses atau aksesibilitas terhadap sumber belajar digital untuk memenuhi beragam
kebutuhan peserta didik. Komponen pembelajaran abad 21 yang meningkat interaksinya satu
sama lain, yaitu: 1) aktifitas instruktur/guru/ mentor/fasilitator, 2) desain pembelajaran online,
3) data sebagai sumber belajar (big data), dan 4) strategi pembelajaran online, dan 5) unjuk
kerja peserta didik (gambar 1).
Gambar 1. Komponen Utama Pembelajaran Abad 21
3
Lima tahun terakhir, penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) oleh
rumah tangga di Indonesia menunjukkan perkembangan yang pesat seiring peningkatan
persentase penduduk yang menggunakan telepon selular. Berdasarkan survei BPS
perkembangan penggunaan TIK di Indonesia terus meningkat. Gambar 2. memperlihatkan
bahwa di Indonesia ada 175.4 Juta pengguna internet.
Fenomena abad 21 lainnya adalah adanya pergeseran kebutuhan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang menggeser SDM berketerampilan tingkat rendah (pekerjaan tangan)
dengan pekerjaan SDM berdaya kreatifitas tinggi. Kreatifitas adalah satu-satunya
kemungkinan pekerjaan SDM berdaya kreatifitas tinggi.
Gambar 2. Pengguna Internet di Indonesia tahun 2020
https://inet.detik.com/cyberlife/d-4907674/riset-ada-1752-juta-pengguna-internet-di-indonesia
Kreatifitas adalah satu-satunya kemungkinan bagi negara berkembang untuk tumbuh
sehingga sebagai guru pembelajaran abad 21 perlu mengorientasikan pembelajaran untuk
menghasilkan peserta didik yang berdaya kreatifitas tinggi. Hal ini akan lebih cepat tercapai
jika proses peserta didik menjadi subyek aktif mengkontruksi pengalaman belajar, berlatih
berpikir tingkat tinggi (HOTS), dan mengembangkan kebiasaaan mencipta (habit creation).
Anak-anak Indonesia diyakini mampu melebihi tokoh-tokoh pencipta apabila peserta didik
memperoleh pengalaman bermakna dari proses pembelajaran yang bermutu tinggi.
Pembelajaran abad 21 harus memiliki orientasi-orientasi baru pembelajaran abad 21.
Bishop (2006) mengemukakan orientasi-orientasi pembelajaran abad 21 dalam bentuk
berbagai keterampilan abad 21 yang penting dikuasai peserta didik untuk menjadi warga
negara dan insan yang kreatif produktif di abad 21 (gambar 3).
Berdasarkan gambar 3, pembelajaran inovatif di abad 21 merujuk pada framework for
21st century learning dengan komponen seperti: 1). lingkungan pembelajaran, 2).
4
pengembangan kemampuan professional, 3). kurikulum dan instruksionalnya, dan 4). standard
dan penilaian, menjadi gerbang masuk untuk menuju era globalisasi agar mampu bersaing di
dunia kerja. Core cubjects and 21st century themes sebagai fondasi akademik di abad 21, dan
komponen life and career skills, learning and innovation skills, information, media, and
technology skills sebagai produk belajar peserta didik.
Gambar 3. Kompetensi Abad 21 (Partnersip for 21st Century Skills, 2011)
Beberapa keterampilan penting abad 21 (gambar 3.) relevan menjadi orientasi
pembelajaran di Indonesia:
1. Berpikir kritis dan penyelesaian masalah (critical thinking and problem solving),
keterampilan yang diperlukan peserta didik untuk menghadapi kompleksitas dan ambiguitas
informasi yang besar, perlu dibiasakan untuk berpikir analitis, membandingkan berbagai
kondisi, dan menarik kesimpulan untuk dapat menyelesaikan masalah. Berpikir kritis akan
melatih budaya kritis dan teliti, tidak mudah menerima info hoax.
2. Kreatifitas dan inovasi (creativity and innovation); melalui kurikulum 2013 peserta
didik disiapkan untuk menjadi manusia Indonesia yang memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif. Kreatifitas akan memunculkan
daya tahan hidup dan menciptakan nilai tambah sehingga mengurangi kebiasaan untuk
mengeksploitasi sumber daya alam, namun berusaha menciptakan ekonomi kreatif berbasis
pengetahuan dan warisan budaya. Salah satu contoh pembelajaran yang mengembangkan
kreativitas adalah pembelajaran STEAM.
3. Pemahaman lintas budaya (cross-cultural understanding); Keragaman budaya di
Indonesia sangat penting dipahami oleh peserta didik selain pengenalan keragaman budaya
lintas negara. Peserta didik harus memiliki sikap toleransi dan mengakui eksistensi dan
5
keunikan dari setiap suku dan daerah yang ada di Indonesia. Peserta didik sering berinteraksi
dan berkomunikasi melalui media sosial dengan orang dari berbagai latar belakang budaya dan
adat istiadat yang berbeda. Pemahaman kebiasaan, adat istiadat, bahasa, keunikan lintas budaya
adalah pengetahuan sangat penting dalam melakukan komunikasi dan interaksi agar tidak
menimbulkan kesalahpahaman dan terpelihara rasa persatuan dan kesatuan nasional.
4. Komunikasi, literasi informasi dan media (media literacy, information, and
communication skill); melalui literasi informasi peserta didik dapat menjalin hubungan dan
menyampaikan gagasan dengan baik secara lisan, tulisan maupun nonverbal, melalui literasi
informasi peserta didik dapat mempergunakan informasi secara efektif kapan informasi
diperlukan, bagaimana cara mengidentifikasi, bagaimana cara menentukan kredibilitas dan
kualitas informasi. Melalui literasi media peserta didik mampu memahami, menganalisis,
dan adanya dekonstruksi pencitraan media, ada kesadaran cara media dibuat dan diakses
sehingga tidak menelan mentah-mentah berita dari media.
5. Komputer dan literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (computing and ICT
literacy); merupakan kemampuan untuk memformulasikan pengetahuan, mengekpresikan diri
secara kreatif dan tepat, serta menciptakan dan menghasilkan informasi bukan sekedar
memahami informasi. Melek TIK memiliki cakupan lebih luas dari melek komputer bukan
hanya menguasai aplikasi komputer kontemporer namun termasuk konsep dasar (foundational
concept) berupa prinsip-prinsip dasar dan ide-ide berkenaan dengan komputer, jaringan
informasi dan kemampuan intelektual (intellectual capabilities) berupa kemampuan untuk
menerapkan teknologi informasi dalam situasi komplek dan berbeda. Peserta didik penting
dilatih untuk melek data dan pemograman agar mampu belajar memecahkan persoalan dalam
kehidupan sehari-hari dengan pemikiran logis melalui pemanfaatan dan penciptaan program.
6. Karir dan kehidupan (life and career skill); untuk berkarya dan berkarir di
masyarakat dan dunia kerja memerlukan kemandirian, pandai mengambil inisiatif, pandai
mengelola waktu, dan berjiwa kepemimpinan. Pengembangan karir dan bagaimana karir
seharusnya diperoleh melalui kerja keras dan sikap jujur penting dikenali peserta didik.
Pemahaman pentingnya sikap profesional, menghargai kerja keras, disiplin, amanah, dan
menghindari praktek-praktek kolusi, koneksi, dan nepotisme.
Keenam jenis keterampilan tersebut perlu dijadikan orientasi pembelajaran abad 21
dapat dikelompokkan menjadi: 1. keterampilan belajar dan inovasi meliputi berpikir kritis dan
pemecahan masalah, komunikasi dan kolaborasi, serta kreatifitas dan inovasi, 2. literasi
digital meliputi literasi informasi, literasi media, dan literasi TIK, dan 3. keterampilan dalam
6
karir dan kehidupan meliputi sikap luwes dan mampu beradaptasi, inisiatif dan
mengarahkan diri, mampu berinteraksi dalam lintas sosial budaya, produktif dan akuntabel.
b. Karakteristik Peserta Didik Abad 21
Generasi z (rentang usia 14-19) ada dalam lingkungan digital. Tidak atau jarang
dijumpai generasi z masih mendengarkan siaran radio, memutar CD, memutar kaset
video, dan menonton televisi. Interaksi dengan media generasi sebelumnya (old media) seperti
televisi, media cetak, dan musik audio mulai berkurang intensitasnya. Fenomena ini bukan
hanya merubah “apa” yang dipelajari, namun merubah cara “bagaimana” generasi z ini
mempelajarinya. Di Indonesia generasi z bisa dikatagorikan mereka yang lahir sekitar tahun
1995. Kesenjangan digital tidak lagi sekedar ditentukan faktor ekonomi seperti kepemilikan
handphone, namun lebih disebabkan perbedaan tingkat literasi lintas antara generasi guru dan
generasi peserta didik.
Ada beberapa ciri generasi z, yaitu:
1. Generasi z menyukai kebebasan dalam belajar (selfdirected learning) mulai dari
mendiagnosa kebutuhan belajar, menentukan tujuan belajar, mengidentifikasi
sumber belajar, memilih strategi belajar, dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.
2. Generasi z suka mempelajari hal-hal baru yang praktis sehingga mudah beralih fokus
belajarnya meskipun memiliki kecukupan waktu untuk mempelajarinya.
3. Merasa nyaman dengan lingkungan yang terhubung dengan jaringan internet karena
memenuhi hasrat berselancar, berkreasi, berkolaborasi, dan membantu berbagi informasi
sebagai bentuk partisipasi.
4. Generasi z lebih suka berkomunikasi dengan gambar images, ikon, dan simbol- simbol
daripada teks. Generasi z tidak betah berlama-lama untuk mendengarkan ceramah guru,
sehingga lebih tertarik bereksplorasi daripada mendengarkan penjelasan guru.
5. Memiliki rentang perhatian pendek (short attention span) atau dengan kata lain sulit untuk
berkonsentrasi dalam jangka waktu lama. Generasi z terbiasa bersentuhan dengan
teknologi tinggi dengan aksesibilitas cepat misalnya smartphone. Rentang perhatian
manusia semakin pendek ada di kisaran 8 detik (Glum, 2015).
6. Berinteraksi secara kompleks dengan media seperti smartphone, televisi, laptop, desktop,
dan iPod. Ibu dan Bapak dapat mengamati adakah fenomena seorang peserta didik
7
mengetik dengan laptop sambil melacak informasi lewat smartphone sekaligus menonton
televisi
7. Generasi z lebih suka membangun eksistensi di media sosial daripada di lingkungan
nyata dan cenderung memilih menggunakan aplikasi seperti Instagram, Snapchat, Secret
dan Whisper daripada whatsapp.
Bagaimanapun peserta didik sulit menghindarkan diri dari dampak teknologi, dimana
pertumbuhan penggunaan perangkat teknologi tentu akan meningkat. Generasi muda perlu
diarahkan untuk mengambil manfaat maksimal dari TIK untuk pembelajaran tanpa memasung
kebebasan namun justru memberikan saluran ke arah yang positif. Teknologi di satu sisi
memberikan dampak negatif apabila salah dalam memanfaatkan, sementara di satu sisi dapat
meningkatkan mutu pembelajaran. Banyak kasus peserta didik yang mengalami kecanduan
game sehingga mengalami gangguan kejiwaan yang merugikan perkembangan peserta didik.
Di sinilah peran penting guru dalam membantu peserta didik dalam menghadapi pembelajaran
abad 21. Sebagai guru abad 21 idealnya canggih, berempati, mampu memahami peserta didik,
menjadi mitra belajar yang dekat bagi peserta didik.
Dalam teori generasi (Generation Theory) yang dikemukakan Graeme Codrington &
Sue Grant-Marshall, Penguin, (2004) dibedakan 5 generasi manusia berdasarkan tahun
kelahirannya, yaitu: Generasi Baby Boomer, lahir 1946-1964; Generasi X, lahir 1965-1980;
Generasi Y, lahir 1981-1994, sering disebut generasi millennial; Generasi Z, lahir 1995-2010
dan Generasi Alpha, lahir 2011-2025. Gambar 4, memperlihatkan komposisi penduduk
Indonesia berdasarkan generasi.
Peran Guru dalam Pembelajaran Abad 21
Setelah memahami karakter peserta didik abad 21, peran guru abad 21 menjadi lebih
lebih menantang. Kehadiran guru dalam pembelajaran abad 21 sangat diperlukan untuk
menjamin terjadinya proses pembelajaran yang bermakna, berkarakter, dan memiliki orientasi
pengembangan keterampilan-keterampilan penting abad 21. Guru tidak sekedar berfokus
menyajikan materi, fakta, data, hasil riset, teori, cerita, dan rumus-rumus semata karena cara-
cara seperti ini akan segera akan menjadi usang. Peserta didik dapat diajak melacak informasi
dan beragam pengetahuan memanfaatkan sumber-sumber digital kapanpun dan dimanapun
melalui mesin pencari. Saat ini jaringan internet dan handphone telah menjadi bagian hidup
keseharian peserta didik, maka guru tetap perlu mengantisipasi perkembangan teknologi dan
8
mentransformasi diri dari pembelajaran berpusat pada guru menjadi lebih berpusat pada
peserta didik, dimana peserta didik dan sama-sama aktif. Guru penting memberi kesempatan
peserta didik untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri dengan menemukan berbagai
sumber belajar digital karena sudah terbiasa mengoperasikan beragam perangkat akses
informasi digital.
Gambar 4. Hasil sensus penduduk Indonesia berdasarkan Generasi (BPS,2021)
Hal yang perlu diperhatikan membantu generasi z adalah cara: 1. memvalidasi
informasi, 2. mensintesa informasi, 3. mengambil manfaat dari informasi, 4.
mengkomunikasikan informasi dengan baik kepada orang lain, 5. menggabungkan informasi
secara kolaboratif, dan 6. menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah yang
produktif.
9
Upaya penting bagi guru adalah merubah cara pandang terhadap generasi z, yaitu perlu
meyakini bahwa generasi z memiliki potensi kreatif yang dapat menghasilkan gagasan
cemerlang apabila diberikan kesempatan berkreasi. Peserta didik perlu diberi kepercayaan
dalam melacak, menemukan, mengelola, menerapkan, menganalisis, mensintesis,
mengevaluasi, dan menciptakan sesuatu dengan memanfaatkan beragam perangkat dan sumber
yang dimiliki. Generasi z belajar dari teman, orang-orang baru, dan dengan dirinya sendiri.
Beberapa cara sederhana yang dapat membangun iklim positif bagi generasi z, yaitu;
1. Mengurangi kebiasaan berdiri di depan kelas dan di tengah kelas sebagai satu- satunya
sumber dan pusat perhatian. Penting diingat teknologi digital adalah infrastruktur belajar
yang digemari bagi generasi z.
2. Guru lebih berperan dan bertindak sebagai mentor pendamping, pembimbing, dan pelatih
dengan kebijaksanaan, pengetahuan, dan pengalaman. Lakukan monitoring kemajuan dan
pemahaman konsep-konsep kunci hasil eksplorasi oleh peserta didik di dunia digital.
Penuhi hasrat peserta didik berselancar di dunia maya atau beraktivitas nyata untuk dapat
menimbulkan antusiasme. Kurangi kebiasaan meminta peserta didik sekedar
mendengarkan penjelasan guru.
3. Memotivasi peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah dipilih melalui inspirasi-
inspirasi baru. Misalnya guru menyediakan forum berdiskusi secara online melalui
instagram, facebook atau whatsapp group di sore hari sehingga menjadi perbincangan
menyenangkan dipagi harinya atau pertemuan berikutnya.
4. Peran guru adalah memberikan saran atas proses dan hasil belajar peserta didik sehingga
perlu memfokuskan diri kepada monitoring proses belajar peserta didik. Misalnya guru
menyediakan wadah untuk mengunggah karya peserta didik kemudian guru memberikan
komentar konstruktif secara berkala.
c. Konsekwensinya bagi guru abad 21
Guru harus lebih luwes membuat rancangan pembelajaran teori maupun praktikum
karena bukan saja peserta didik memiliki kebutuhan, minat, aspirasi dan kemampuan yang
berbeda, namun secara alamiah mereka adalah generasi modern yang memerlukan cara belajar
berbeda, diantaranya:
a. Generasi z abad 21 memerlukan tugas-tugas dan atau aktivitas pembelajaran yang
bervariasi.
10
b. Abad 21 memerlukan konteks dan lingkungan belajar yang berbeda dengan kelas
konvensional yaitu lingkungan dunia maya
c. Transisi dapat dimulai dari kelas konvensional dengan mengubah metode pembelajaran
sesuai kebutuhan generasi z dan dunia masa depan. Perubahan dimaksud adalah
menekankan pengintegrasian teknologi ke dalam kelas sesuai kondisi, kesiapan, dan
aksesibilitas perangkat TIK.
d. Pemanfaatan sumber belajar lingkungan fisik dikombinasikan dengan sumber belajar
digital. Sumber digital bersifat memperkaya dan interaksi dengan lingkungan fisik adalah
sumber belajar yang kaya.
Model pembelajaran abad 21 dalam membangun kompetensi, pendekatan utama
adalah student center learning dan paradigma belajar kontruktivistik dengan guru tetap
aktif.
d. Model-model Pembelajaran Abad 21
Berdasarkan kerucut pengalaman Edgar Dale (gambar 5.), pengalaman langsung
merupakan pengalaman belajar yang paling tinggi, sehingga pemanfaatan sumber-sumber
digital tetap perlu diikuti dengan pengalaman langsung dengan memanfaatkan sumber belajar
fisik.
Gambar 5. Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Berkenaan dengan model-model pembelajaran abad 21 yang dipandang potensial
untuk mengintegrasikan teknologi dan luwes diterapkan pada berbagai tingkatan usia,
jenjang pendidikan dan bidang studi, Ibu dan Bapak dapat menyesuaikan dengan kondisi
sekolah. Model-model pembelajaran dimaksud diantaranya;
11
1. Discovery learning; belajar melalui penelusuran, penelitian, penemuan, dan
pembuktian.
2. Pembelajaran berbasis proyek;
3. Pembelajaran berbasis masalah dan penyelidikan;
4. Belajar berdasarkan pengalaman sendiri (Self Directed Learning/SDL); SDL
merupakan proses di mana insiatif belajar dengan/atau tanpa bantuan pihak lain
dilakukan oleh peserta didik sendiri mulai dari mendiagnosis kebutuhan belajar
sendiri, merumuskan tujuan, mengidentifikasi sumber, memilih dan menjalankan
strategi belajar, dan mengevaluasi belajarnya sendiri.
5. Pembelajaran kontekstual;
6. Bermain peran dan simulasi;
7. Pembelajaran kooperatif;
8. Pembelajaran kolaboratif; merupakan belajar dalam tim dengan tugas yang berbeda
untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kolaboratif lebih cocok untuk peserta
didik yang sudah menjelang dewasa. Kolaborasi bisa dilakukan dengan bantuan
teknologi misalnya melalui dialog elektronik, teknologi untuk menengahi dan
memonitor interaksi, dimana masing-masing pihak memegang kendali dirinya dalam
berkomunikasi untuk mencapai tujuan bersama. Fasilitasi bisa diberikan oleh guru,
ketua kelompok pelatih online maupun mentor.
9. Diskusi kelompok kecil.
Berbagai model pembelajaran di atas memberikan peluang pengintegrasian teknologi
dalam prosesnya (TPACK), dan guru harus memiliki penguasaan aspek pengetahuan (Content)
penguasaan aspek Pedagogi dan penguasaan aspek Teknologi.
e. TPACK (Technological Pedagogical and Content Knowledge)
Istilah PCK pertama kali diperkenalkan oleh Shulman pada tahun 1986. Istilah PCK
berkembang menjadi TPCK dimana “T” adalah teknologi. Guna memudahkan penyebutannya
TPCK dirubah menjadi TPACK (gambar 6). Konsep TPACK melibatkan 7 domain
pengetahuan berdasarkan irisan, yaitu; a. Content Knowledge/CK; b. Pedagogical
Knowledge/PK, c. Technological Knowledge/TK; d. Pedagogical content knowledge/PCK;
e. Technological Content Knowledge/TCK; f.Technological Paedagogical Knowledge/TPK;
g. Technological, Pedagogical, Content Knowledge/TPCK
12
PCK, TPK, dan TCK merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru pada bidang
studi apapun. TPCK sintesa pengetahuan guru sesuai konteks, sehingga guru dapat
membelajarkan materi tertentu menggunakan teknologi pembelajaran untuk memudahkan
proses belajar peserta didik. Ketiga irisan ini PCK, TPK, dan TCK merupakan satu
kemampuan yang disebut TPACK yang diperkenalkan oleh Mishra & Koesler (2007. Yeh et.al
(2014) memberikan gambaran penerapan secara praktis. Penerapannya nyata dalam
pembelajaran secara praktis TPACK menurut Yeh et.al (2014) melibatkan 8 domain
pengetahuan.
Gambar 6. TPACK (Mishra & Koesler (2007)
Ke delapan domain untuk penerapan TPACK, melipui pengitegrasian:
1. Menggunakan TIK untuk menilai peserta didik. Misalnya : menggunakan Microsoft excel
untuk mengolah nilai, menggunakan kuis online untuk menilai partisipasi peserta didik,
menggunakan grup chatting untuk memahami cara berkomunikasi melalui medsos dan
sebagainya
2. Menggunakan TIK untuk memahami materi pembelajaran, mengemas materi abstrak ke
dalam animasi video, mensimulasikan prinsip kerja mesin menggunakan animasi,
memberikan rujukan tautan untuk belajar lebih lanjut dan sebagainya.
3. Mengintegrasikan TIK untuk memahami peserta didik, misalnya meminta peserta didik
memvisualisasikan idenya menggunakan corel draw, menggunakan whatsapp atau email
untuk menampung keluhan peserta didik, menyediakan forum konsultasi secara online
dan sebagainya.
4. Mengintegrasikan TIK dalam rancangan kurikulum termasuk kebijakan, seperti
melibatkan guru dalam pengembangan sumber belajar digital, diskusi rutin pengembangan
konten digital, memasukkan program peningkatan melek TIK bagi guru dan sebagainya
13
5. Mengintegrasikan TIK untuk menyajikan data, misalnya menggunakan TIK untuk
menyajikan data akademik, data induk peserta didik, data mutasi peserta didik, membuat
grafik dan sebagainya TIK dalam strategi pembelajaran
6. Mengintegrasikan TIK dalam strategi pembelajaran, misalnya mengembangkan
pembelajaran berbasis web, mengelola forum diskusi online, melaksanakan
teleconference, menggunakan video pembelajaran untuk memotivasi peserta didik dan
sebagainya.
7. Menerapkan TIK untuk pengelolaan pembelajaran, misalnya menggunakan TIK untuk
presensi online, memasukkan dan mengolah nilai peserta didik, menggunakan sistem
informasi akademik dan sebagainya.
8. Mengintegrasikan TIK dalam konteks mengajar, misalnya menyediakan pilihan
pembelajaran berbasis online, menciptakan lingkungan pembelajaran yang kaya sumber
digital, memanfaatkan sumber belajar berbasis teknologi dan sebagainya
Penerapan TPACK dapat mencakup delapan domain yang mencakup lima area yaitu
bidang studi, peserta didik, kurikulum, penilaian, dan praktek mengajar.
Content Knowledge/CK merupakan penguasaan kompetensi professional. Untuk
bidang biologi sebagai bagian dari IPA memiliki kajian sesuai apa yang disampaikan BSCS
(Biological Sciences Curriculum Study), meliputi kajian yang disajikan pada gambar 7.
Gambar 7. Ragam kajian Biologi
Berdasarkan gambar 7, maka keragaman materi biologi yang harus dikuasai oleh
seorang guru biologi sebagai tanda keprofesionalnnya disertai keluasan dan kedalamannya.
Demikian pula untuk bidang Fisika, kajian yang dibelajarkan meliputi: Mekanika,
Gelombang, Optik, Listrik, Magnet dan Termodinamika. Setelah menguasai content bidang
14
studi, sebagai seorang guru tentunya kemampuan pedagogipu harus dikuasai kurikulum,
karakter peserta didik, media pembelajaran, strategi pembelajaran (model dan pendekatan
pembelajaran) yang kekinian dan evaluasi sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan
siswa. Untuk membelajarkan peserta didik, tentulan berikutnya kuasai model pembelajaran
yang sesuai dengan karakter materi yang akan dibelajarkan, sekaligus teknologi apa yang
akan digunakan, apalagi dunia dan Indonesia saat ini berada pada masa pandemic Covid 19
maka perlu mencari jalan keluar untuk tetap mampu melaksanakan pembelajaran.
Tingginya kasus aktif Covid-19 yang terjadi di Indonesia hingga September 2020
memberikan dampak yang nyata bagi berbagai bidang kehidupan yaitu ekonomi, sosial,
pariwisata, dan Pendidikan (Owen, 2020). Semakin maraknya penyebaran Covid-19 di
masyarakat membuat pemerintah harus sigap dan tepat dalam menentukan langkah-langkah
untuk menghentikan penyebaran Covid-19. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah di
masing-masing wilayah memiliki pengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan seperti
kebijakan pembatasan interaksi sosial atau social distancing (Asmara, 2020). Dalam bidang
pendidikan pembatasan interaksi sosial menyebabkan guru dan siswa harus melakukan
kegiatan pembelajaran dari rumah (Cahyadi, 2020).
Pada 18 Maret 2020 pemerintah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 4 Tahun 2020
yang menyatakan bahwa segala kegiatan yang berlangsung di dalam dan di luar ruangan
diberbagai sektor termasuk Pendidikan untuk sementara waktu ditunda demi mengurangi
penyebaran Covid-19. Pemerintah juga memperkuat Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020
dengan Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 mengenai Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari
Rumah dalam Masa Darurat Covid-19 (Kemendikbud, 2020). Adanya Surat Edaran yang
dikeluarkan oleh Kemendikbud menuntut seluruh instansi pendidikan dijenjang Sekolah Dasar
(SD)/sederajat, Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat, Sekolah Menengah Atas
(SMA)/sederajat, dan Perguruan Tinggi baik negeri atau swasta diseluruh Indonesia untuk
melakukan pembatasan interaksi sosial dengan melakukan kegiatan pembelajaran dari rumah.
Hal tersebut mengharuskan mau tidak mau pembelajaran yang digambarkan pada
pembelajaran abad 21 menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Karakter guru berbeda, karakter
peserta didik disetiap daerah berbeda, bahkan sarana dan fasilitas belajar siswa juga berbeda,
tergantung dari status ekonomi keluarga dalam suasana pandemic covid 19. Inovasi
pembelajaran menjadi tantangan tersendiri bagi guru untuk menagantarkan peserta didik guna
mencapai tujuan pembelajaran dan pada akhirnya adalah Tujuan Pendidikan Nasional.
15
Dengan demikian perkembangan TIK dan kondisi saat ini menjadikan konsekwensi
bagi dunia pendidikan, yaitu perubahan paradigma guru, perubahan karakteristik peserta didik,
perubahan format materi pembelajaran, juga perubahan pola interaksi pembelajaran, bahkan
dengan orientasi baru abad 21 memerlukan ruang-ruang kelas lebih interaktif. Kelas-kelas
akan semakin banyak yang terkoneksi jaringan internet berkecepatan tinggi. Berkembangnya
MOOC memungkinkan orang belajar tanpa batas dan dapat diakses melalui perangkat pribadi
seperti handphone, tablet, laptop, PDA, maupun perangkat bergerak lainnya. Tanda-tanda era
disrupsi sudah nyata dengan tanda belajar tidak lagi terbatas pada paket-paket pengetahuan,
pola belajar menjadi lebih informal, orientasi belajar mandiri dan (banyak cara untuk belajar
dengan banyak sumber.
SDM dengan daya inovasi, daya belajar dan kreatifitas tinggi menjadi incaran banyak
organisasi. Jenis keterampilan yang dibutuhkan adalah terwadahi dalam 4C (Creativity,
Collaboration, Critical Thingking, dan Communication) yang pada sisi peserta didik menjadi
pergeseran karakteristik.
Generasi z menghendaki kebebasan belajar, menyukai hal baru yang praktis, selalu
terkoneksi internet, lebih menyukai visual daripada verbal, rentang perhatian pendek, suka
berinteraksi dengan banyak media, suka berkolaborasi dan berbagi namun tetap terjaga
privasinya.
Guru perlu merubah paradigma yang tidak hanya berfokus kepada konten namun
berfokus pula pada pengembangan kreatifitas dan keterampilan belajar mandiri. Peran guru
lebih sebagai mentor, fasilitator, kolaborator sumber daya dan mitra belajar. Gurupun harus
menjemput penerapan model-model pembelajaran yang sesuai seperti belajar penemuan
(discovery learning), pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah dan
penyelidikan, belajar berdasarkan pengalaman sendiri, pembelajaran kontekstual, bermain
peran dan simulasi, pembelajaran kooperatif, pembelajaran kolaboratif, maupun diskusi
kelompok kecil. Peserta didik harus dikembalikan haknya sebagai subyek pembelajaran yang
aktif. Dengan demikian guru harus mau memulai untuk dapat mengintegrasikan teknologi
dengan kerangka integrasi yang melibatkan pengetahuan pedagogi), penguasaan materi, dan
teknologi yang dikenal dengan TPACK.
Kesimpulan
1. Pengintegrasian TIK dengan kerangka TPACK dapat dijadikan perrtimbankan bahwa
kegiatan pembelajaran sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan sekolah. Setiap
16
guru yang sudah memiliki pengetahuan formal, pengalaman, cara pandang, dan sistem
kepercayaan mengenai teknologi, sekali lagi penting untuk mempertimbangkan
karakteristik peserta didik sebagai pijakan dalam menentukan strategi pembelajaran.
Karakteristik generasi z (SMP dan SMA) yang sudah terbiasa dengan teknologi digital
merupakan modal dasar yang besar untuk belajar, dengan demikian guru sangat perlu
besikap bijak dalam mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran. Kerangka TPACK harus
menjadi bagian upaya mentransformasi diri menuju sosok ideal guru abad 21.
2. Pemanfaatan modalitas belajar generasi z untuk diarahkan kepada kegiatan belajar
produktif sekaligus membangun budaya pemanfaatan perangkat digital yang baik.
Perbanyak penyajian materi secara visual dibanding verbal, dikemas dalam segmen-
segmen kecil yang praktis, gunakan waktu-waktu senggang peserta didik yang rawan
bermain game dengan tugas pembelajaran berbasis TIK yang menarik. Pemilihan topik
pembelajaran yang abstrak, sulit diamati langsung, bersifat kompleks, dan atau materi yang
mengandung cara kerja sistemik untuk disajikan dengan dukungan perangkat TIK.
4. Mengidentifikasi konten pembelajaran yang disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dan
menarik sebagai hasil inovasi.
5. Mengdentifikasi taktik mengajar dengan eksplorasi dunia maya masa depan
menggunakan TIK untuk mewadahi dan memvisualisasikan gagasan imajinatif peserta
didik.
Daftar Pustaka
Ananiadou, K., & Claro, M. (2009). 21st century skills and competences for new millennium
learners in OECD countries. OECD Education WorkingPapers, No. 41. Paris: OECD
Publishing. Retrieved from: http://dx.doi.org/10.1787/218525261154.Binkley, M.,
Arends, R. I. and Kilcher, A. (2010). Teaching for student learning: Becoming an
accomplished teacher.Oxon : Routledge.
ATC21S (2013) Assessment and Teaching of 21stCentury Skills. Official website. Available
online at: http://atc21s.org.
Bishop, J. (2006). Partnership for 21st Century Skills
Erstad, O., Herman, J., Raizen, S., Ripley, M. & Rumble, M. (2010). Defining 21stCentury
skills. Draft white paper.Part of a report to the Learning and Technology World Forum
2010, London. Conference Board of Canada. (2000). Employability skills 2000+.
Retrieved from: www.conferenceboard.ca/topics/education/learning-
tools/employability-skills.aspx.
17
Giunta, C. (2017). An Emerging Awareness of Generation Z Students for Higher, Education
Professors. Archives of Business Research, 5(4), 90-104.
Gusty, S. (2020). Belajar Mandiri Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid-19.
Yayasan Kita Menulis.
Haryanto, A.T, (2020), Riset: Ada 175.2 Juta Pengguna Internet di Indonesia, tersedia :
https://inet.detik.com/cyberlife/d-4907674/riset-ada-1752-juta-pengguna-internet-di-
indonesia, diakses : 20 Feb 2020 20:30 WIB
Herring, Mary C., Koehler, Matthew J., & Misra, P. (Handbook of Technological Content
Knowledge (TPACK) for educator (2nd edition). New York: Routledge.
Ismail. (2003). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama,
Depdikbud RI Departemen Pendidikan
Jayawardana, H. (2017). Paradigma Pembelajaran Biologi di Era Digital. Jurnal
Bioedukatika, 5(1), 12-17.
Kemendikbud. Kemendikbud Terbitkan Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah.
Tersedia :https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/05/kemendikbud-terbitkan-
pedoman-penyelenggaraan-belajar-dari-rumah, diakses pada: 15 Oktober 2020
Koh, J. H.; Ling; Woo, Huay-lit; Lim, W. (2013). Understanding the relationship between
Singapore preservice teachers’ ICT course experiences and technological pedagogical
content knowledge (TPACK) through ICT course evaluation. Educational Assessment,
Evaluation and Accountability; Dordrecht Vol. 25, Iss. 4, (Nov 2013): 321-339.
DOI:10.1007/s11092-013-9165-y
Komara, E. (2014). Belajar dan Pembelajaran Interaktif. Bandung: Penerbit Refika Aditama
Komara, E. (2018). Penguatan Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Abad 21.
SIPATAHOENAN, 4(1), 17-26.
Marshall, S. and Gregor, S. (2002). Distance education in the online world:Implications
for higher education. In R. Discenza, C. Howard and K. Schenk (Eds.), The Design &
Management of Effective Distance Learning Programs. Hershey, PA: Idea Group
Publishing
Nevrita, Asikin, N., & Amelia, T. (2020). Analisis Kompetensi TPACK Guru melalui Media
Pembelajaran Biologi SMA. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 8(2), 2013-217.
The OECD Programme for International Student Assessment (PISA) (2021), Pisa 2018
Results, tersedia: https://www.oecd.org/pisa/publications/pisa-2018-results.htm, diakses
tgl 27 januari 2021
Wahyono , P., Husamah , H., & Anto. (2020). Guru profesional di masa pandemi COVID-19:
Review implementasi, tantangan, dan solusi pembelajaran daring. Jurnal Pendidikan
Profesi Guru, 1, 51-65.
18
SISTEM PENGANGKUTAN DALAM PEMBULUH TANAMAN
Oleh:
Dra. Aminah Asngad, M.Si
A. TUJUAN
Menunjukkan pengangkutan larutan melewati sistem pembuluh
B. PENDAHULUAN
Tumbuhan memiliki akar, batang dan daun dengan fungsinya masing-masing. Untuk
mengangkut air dan zat lainnya, tumbuhan memiliki jaringan pengangkut yaitu xylem dan
floem. Proses fisiologi yang berlangsung pada tumbuhan banyak berkaitan dengan air atau
bahan-bahan (senyawa atau ion) yang terlarut di dalam air. Air dapat melarutkan lebih banyak
jenis bahan kimia dibandingkan dengan zat cair lainnya. Sifat ini disebabkan karena air
memiliki konstanta dielektrik yang paling tinggi. Konstanta dielektrik merupakan ukuran dari
kemampuan untuk menetralisir daya tarik-menarik antara molekul atau atom yang bermuatan
listrik berbeda. Oleh sebab itu, air merupakan pelarut yang sangat baik untuk ion-ion bermuatan
positif maupun negatif. Sisi positif molekul air dapat mengikat anion sedangkan sisi negatifnya
akan mengikat kation, sehingga molekul-molekul air seolah membentuk pembungkus bagi ion-
ion tersebut. Fenomena ini menyebabkan ion-ion tersebut tidak dapat menyatu untuk
membentuk kristal atau endapan (Lakitan, 2012).
Sistem jaringan pembuluh pada tumbuhan terdiri dari dua jaringan yaitu xylem dan
floem yang berfungsi transport air dan materi organik ke seluruh bagian tumbuhan dan
melakukan transport jarak jauh antara akar dan taruk (Iriawati, 2009). Pengangkutan air pada
tumbuhan meliputi 2 cara yaitu pengangkutan air dan garam mineral diluar pembuluh xylem
(ekstravaskuler) dan pengangkutan air melalui pembuluh xylem (intravaskuler).
1. Transportasi ekstravaskuler
Proses pengangkutan ekstravaskuler sebagai berikut, air bergerak secara horizontal
yaitu dari pemukaan akar menuju ke sel epidermis (rambut akar) kemudian bergerak diantara
sel-sel korteks. Untuk sampai ke stele air harus melewati sitoplasma sel-sel endodermis.
Transportasi ekstravakuler ada dua macam yaitu :
a. Transportasi simplas
Transportasi simplas adalah pengangkutan air dan zat terlarut secara difusi osmosis,
dari sel ke sel melalui bagian sel tumbuhan yang hidup misalnya sitoplasma (plasmodesmata)
19
dan vakuola. Pada transportasi simplas ini air dan zat terlarut terhalang oleh nilai osmosis dan
sel endodermis serta perisikel (perikambium) yang lebih rendah dari sel-sel korteks disebelah
luarnya sehingga transportasi air dan zat terlarut dari korteks ke stele baik simplas maupun
apoplas harus dengan transpor aktif atau pompa ion. Arus simplas berari air atau zat terlarut
bergerak dari plasma sel ke plasma sel lainnya, serta mampu menembus lapisan endodermis
(Dwidjoseputro, 1994).
b. Transportasi Apoplas
Merupakan pengangkutan air dan zat terlarut secara difusi osmosis (transpor pasif)
diluar sitoplasma melalui bagian sel tumbuhan yang tidak hidup, misalnya melalui dinding sel
dan ruang antar sel. Pada transportasi apoplas, air tidak bisa masuk ke xylem karena terhalang
penebalan zat gabus(suberin) pita kaspari sel endodermis, sehingga air harus dipompa
menembus sitoplasma sel endodermis dan transportasi menjadi bersifat simplastik terutama
melalui peresap (sel penerus air) yang letaknya sejajar dan dengan permukaan akar dan tidak
berhadapan dengan xylem. Arus apoplas berarti air atau zat terlarut masuk kedalam tmbuhan
melalui dinding sel sereta ruang antar sel yang menyebabakan arus ini hanya sampai pada
endodermis. Arus apoplas ini hanya sampai endodermis karena dinding sel endodermis
mempunyai penebalan lignin yang tidak tembus air (pita caspari atau penebalan lebih lanjut),
dan harus melewati plasma.
2. Transportasi Intravaskuler
Merupakan pengangkutan air dan garam mineral dari akar menuju bagian atas
tumbuhan (daun ) melalui xylem. Urutannya Xylem akar, xylem batang, xylem tangkai daun,
xylem tulang daun. Selanjutnya dari xylem tulang daun masuk ke sel-sel mesofil daun untuk di
gunakan dalam fotosintesis. Proses transportasi air melalui xylem bersifat apopplastik karena
sel-se xylem bersifat sel mati.
Gambar 1. Jaringan Pengangkut (xylem dan floem)
20
Air yang diserap bulu akar dan sel epidermis yang berdekatan dengan bulu akar itu akan
diteruskan ke sel-sel korteks akar, endodermis, perisikel sampai ke xylem akar. Jalur ini
dinamakan transport extravaskuler karena tidak melalui jaringan pengangkut. Air dapat
melewati plasma sel satu dan diteruskan ke plasma sel berikutnya dinamakan arus simplas atau
melalui dinding sel dan ruang antar sel, dinamakan arus apoplas. Arus apoplas ini hanya sampai
endodermis karena dinding sel endodermis mempunyai penebalan lignin yang tidak tembus air
(pita caspari atau penebalan lebih lanjut), dan harus melewati plasma. Karena xylem akar
berkesinambungan dengan xylem batang maka air diteruskan keatas lewat jaringan pengangkut
(ini disebut dengan transport intra vascular). Dalam perjalanannya ke atas mungkin air juga
meninggalkan xylem untuk bergerak menurut arah radial batang, lewat parenkim xylem atau
jari-jari empulur menuju korteks batang (Harso, 2010).
Pengangkutan melalui berkas pengangkutan (pengangkutan intravaskuler): Setelah
melewati sel-sel akar, air dan mineral yang terlarut akan masuk ke pembuluh kayu (xylem) dan
selanjutnya terjadi pengangkutan secara vertikal dari akar menuju batang sampai kedaun.
Pembuluh kayu disusun oleh beberapa jenis sel, namun bagian yang berperan penting dalam
proses pengangkutan air dan mineral ini adalah sel-sel trakea. Bagian ujung sel trakea terbuka
membentuk pipa kapiler. Struktur jaringan xylem seperti pipa kapiler ini terjadi karena sel-sel
penyusun jaringan tersebut tersebut mengalami fusi (penggabungan). Air bergerak dari sel
trakea satu ke sel trakea yang di atasnya mengikuti prinsip kapilaritas dan kohesi air dalam sel
trakea xylem.
Faktor yang mempengaruhi transportasi air dan zat terlarut melalui xylem dari akar
hingga ke daun antara lain:
a. Daya kapilaritas batang
Daya kapilaritas batang adalah kemampuan naiknya cairan didalam pipa kapiler
karena adanya adhesi (daya tarik menarik antar molekul tak sejenis) dan kohesi (daya tarik
menarik antar molekul sejenis). Air dan zat terlarut dapat diangkut keatas karena daya
adhesi lebih besar dari kohesi.
b. Daya hisap daun
Daya hisap daun adalah kemampuan daun untuk meningkatkan aliran air dari akar
kedaun pada saat transpirasi atau penguapan. Molekul air dari akar sampai kedaun berderet
secara berkesinambungan seolah-olah membentuk rantai molekul air. Potensial air akan
makin kecil jika menjauh dari air. Dengan demikian potensial air daun lebih kecil dari
21
potensial air di akar dan batang. Pada saat transpirasi, potensial air di daun akan mengecil
dan mengakibatkan terjadinya tarikan air keatas dari sel-sel dibawahnya.
c. Daya tekan akar
Daya tekan akar adalah kemampuan akar mendorong air dalam xylem akar menuju
keatas. Daya tekan akar merupakan hasil aktifitas sel-sel epidermis dengan rambut akarnya
yang terus menerus menyerap air dan zat terlarut dalam tanah dan menyebabkan
konsentrasi air dan tekanan turgor sel akar meningkat. Meningkatnya konsentrasi air dan
tekanan turgor sel akar menyebabkan terjadinya dorongan air keatas didalam pembuluh
xylem (Kimball, 1992).
Perjalanan air di dalam tanaman akan terlaksana karena bantuan sel-sel hidup, dalam
hal ini adalah sel-sel parenkim kayu & sel-sel jari-jari empulur yang ada di sekitar xylem.
Pengangkutan air serta zat hara berjalan dari sel ke sel dan arahnya horizontal. Didalam akar,
pengakutan ini terjadi dari bulu akar ke epidermis, korteks, endodermis, dan stele
(berkas pengangkut). Misalnya pengangkutan air dan garam mineral dari dalam tanah. bulu
akar merupakan tempat masuknya air dan mineral dari dalam tanah.masuknya air dan mineral
ini adalah secara osmosis. Dari bulu akar air dan mineral masuk lewat korteks menuju menuju
silinder pusat. Setelah mencapai stele, air dan mineral diangkut menuju silinder pusat, Setelah
mencapa stele, air dan mineral diangkut ke atas secaraintrafasikuler melalui xylem.parenkim
xylem mempunyai fungsi untuk transfor kearah lateral, pengangkutan air melalui xylem dapat
terus berlangsung meskipun xylem itu mati, ini membuktikan bahea tenaga untuk mendorong
air bukan berasal dari xylem itu sendiri.
Terdapat dua macam pembuluh angkut pada tumbuhan, yaitu pembuluh xylem dan
pembuluh floem. Xylem berfungsi untuk mengangkut air dan juga mineral-mineral dari dalam
tanah ke batang dan juga daun-daun. Selain itu, fungsi xylem adalah untuk menyangga tanaman
itu sendiri sehingga tidak mudah jatuh atau roboh. Xylem sel penyusunnya meliputi elemen
trakea, serat xylem dan parenkim xylem. Xylem pada tumbuhan berbunga mempunyai dua tipe
sel, yaitu trakeid dan unsur pembuluh. Kedua tipe sel ini merupakan sel mati. Pada dasarnya
xylem merupakan jaringan kompleks Karena terdiri dari beberapa tipe sel yang berbeda baik
hidup maupun tidak hidup. Dinding sel xylem tebal karena dilapisi oleh lignin.
Sedangkan fungsi floem yaitu membawa gula terlarut dari daun ke seluruh bagian
tumbuhan, dan pergerakan materi dari tempat produksi, daun dewasa, ke tempat
pemanfaatannya dalam jaringan yang sedang tumbuh dan bereproduksi atau ke tempat
penyimpanan. Floem Sel penyusunnya meliputi sel-sel tapis,komponen pembuluh tapis sel
22
pengantar, serat floem dan parenkim floem. Fungsinya untuk menyalurkan zat makanan hasil
fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.Pada tumbuhan tertentu, serabut floem dapat
digunakan sebagai tali, misalnya rami (Boehmeria nivea).
Adapun yang menyebabkan air dapat diangkut oleh tumbuhan melawan arah gaya berat
adalah karena tumbuhan menggunakan tekanan akar, tenaga kapilaritas, dan juga tarikan
transpirasi. Namun, pada tanaman-tanaman yang sangat tinggi, yang sangat berperan paling
penting adalah tarikan transpirasi. Dalam proses ini, ketika air menguap dari sel mesofil, maka
cairan dalam sel mesofil akan menjadi semakin jenuh. Sel-sel ini akan menarik air melalu
osmosis dari sel-sel yang berada lebih dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik
air yang diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan kolom berkelanjutan dari akar ke
daun. Oleh karena itu, air kemudian dapat terus dibawa dari akar ke daun melawan arah gaya
gravitasi, sehingga proses ini terus menerus berlanjut. Proses penguapan air dari sel mesofil
daun biasa kita sebut dengan proses transpirasi. Oleh itu, pengambilan air dengan cara ini biasa
kita sebut dengan proses tarikan transpirasi dan selama akar terus menerus menyerap air dari
dalam tanah dan transpirasi terus terjadi, air akan terus dapat diangkut ke bagian atas sebuah
tanaman.
C. LATIHAN
1. Alat/ Bahan/ Media
Alat:
a. Gelas plastik/gelas piala 600 ml (1 buah) e. Silet (1 buah)
b. Gelas ukur 100 ml (1 buah) f. Mikroskop (1 buah)
c. Pipet tetes (1 buah) g. Objek glass (2 buah)
d. Senter LED putih (1 buah) h. Deg glass (2 buah)
Bahan:
a. Batang seledri segar dengan daun-daunnya atau tanaman pacar air segar dengan
daun-daunnya (2 buah)
b. Pewarna makanan merah (teres)/eosin (secukupnya)
c. Air aquades (200 ml)
2. Cara Kerja
a. Isi gelas plastik/gelas pialadengan air200 ml (ukur air sebanyak 200 ml dengan
gelas ukur, bukan skala pada gelas piala)
23
b. Tambahkan pewarna makanan secukupnya untuk membuat air digelas berwarna
merah.
c. Gunakan pisau/silet untuk memotong melintang bagian bawah batang seledri.
d. Masukkan batang seledri didalam gelas yang berisi air berwarna merah.
e. Amati dan catat kenampakan batang setiap menit 30 selama 1 jam. Angkat dan
terawang batang seledri dengan senter. Batang seledri tidak boleh patah/rusak.
f. Setelah 1 jam, keluarkan satu batang seledri dari gelas plastik/gelas piala.
g. Amati dan catat kenampakan bagian luar batang seledri, dan hitung volume air
didalam gelas.
h. Iris dengan pisau/silet batang seledri sampai dapat sayatan tipis dan amati dibawah
mikroskop.
i. Catat hasil pengamatan dalam tabel pengamatan berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan sistemPengangkutan
30 menit pertama 30 menit kedua Gb - ket.
Seledri Warna Tinggi Warna Tinggi irisan
batang serapan warna batang serapan warna batang
1
2
Rata-rata
D. DISKUSI
1. Mengapa air bisa naik ke batang?Jaringan apa yang berperan?
2. Jelaskan mekanisme jalannya air dari akar ke batang?
E. DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro,1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.Jakarta : PT.Gramedia.
Iriawati, 2009. Jaringan Pembuluh. http://www.sith.itb.ac.id.
Kimball, John W, 1992. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Lakitan, Benjamin, 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
24
LEMBAR KERJA PESERTA
PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
A. IDENTITAS : ..................................................................................
Nama
B. JUDUL
SISTEM PENGANGKUTAN DALAM PEMBULUH TANAMAN
C. TUJUAN
Menunjukkan pengangkutan larutan melewati sistem pembuluh.
D. ALAT : .................
a. Gelas plastik/ Becker glass 600 ml : .................
b. Gelas ukur 100 ml : .................
c. Pipet tetes : .................
d. Pengaduk kaca : .................
e. Alat dokumentasi : .................
f. Alat tulis : ................
g. Senter : .................
h. Mikroskop : ................
i. Obyeck glass dan deck glass : .................
j. Penggaris : ................
k. Cutter/ silet : .................
l. Pensil warna
m. .............
n. .............
E. BAHAN : .........................
a. Tanaman seledri (.........................................) : .........................
b. Pewarna makanan/ eosin : .........................
c. Air aquades : ........................
d. ............................ : ........................
e. ............................
F. DATA PENGAMATAN
30 menit pertama 30 menit kedua
Seledri Warna batang Tinggi serapan Warna batang Tinggi serapan
warna warna
1
2
25
Rata- Keterangan
rata
Gambar Irisan melintang batang seledri
G. LAMPIRAN
Lampiran berupa foto kegiatan praktikum
26
PRODUKTIVITAS JAMUR
Oleh:
Dra. Suparti, M.Si
A. TUJUAN
Mengetahui Produktivitas Jamur Tiram
B. PENDAHULUAN
Indonesia termasuk salah satu negara yang dikenal sebagai produsen jamur pangan
terkemuka di dunia. Jamur-jamur yang telah dibudidayakan dan telah populer atau
memasyarakat sebagai makanan dan sayuran serta banyak diperdagangkan di pasar adalah
jamur merang (Volvariella volvacea), Jamur champignon (Agaricus bitorquis) jamur kayu
seperti jamur kuping (Auricularia, Sp.) Jamur Shiitake/payung (Lentinus edodes) dan jamur
tiram (Pleurotus ostreatus). Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu karena jamur
ini tumbuh banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk. Disebut jamur tiram atau Oyster
mushroom karena bentuk tudungnya bulat, lonjong dan melengkung seperti cangkang tiram.
Batang atau tangkainya tidak berada pada tengah tudung, tetapi agak miring ke pinggir
(Cahyana, 2005). Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur kayu karena jamur ini
banyak ditemukan dan tumbuh pada media kayu yang telah lapuk. Jamur tiram membutuhkan
selulosa dan lignin untuk tumbuh serta nutrisi tambahan dari media (Cahyana, 2005).
Jamur tiram putih mempunyai khasiat sebagai pencegah penyakit diantaranya kurang
darah atau darah rendah, perbaikan gangguan cerna, mencegah kanker, tumor, hipertensi atau
darah tinggi, menurunkan kadar kolestrol, diabetes, dan sebagai sumber gizi (Soenanto, 2000:
13). Jamur tiram putih ini berfungsi sebagai alternatif protein khususnya bagi vegetarian dan
penderita kolesterol tinggi. Kandungan gizi daging setara dengan jamur, bahkan cenderung
lebih baik karena bebas dari kolesterol jahat. Cocok bagi penderita kanker dan tumor karena
didalam jamur tiram putih ini terdapat senyawa pluran, yaitu senyawa antikanker dan
antitumor.
Media tanam jamur yaitu berupa serbuk kayu, bekatul dan kapur. Kayu sengon ini
adalah jenis kayu terbaik yang digunakan untuk media tanam jamur. Bekatul merupakan
substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur. Unsur-unsur yang dibutuhkan
pertumbuhan jamur tiram putih adalah berupa lignin dan selulosa. Selulosa merupakan bahan
yang kaya akan karbon yang berfungsi dalam proses fermentasi mikroba (Chazali dan Pertiwi,
27
2010). Selain zat-zat tersebut yang dibutuhkan oleh jamur, untuk pertumbuhannya jamur
membutuhkan sumber nutrisi lainnya yaitu fosfor, nitrogen, karbon, kalium dan belerang
(Suriawiria, 2000). Selain itu jamur juga membutuhkan vitamin untuk pertumbuhannya
diantaranya thiamin, inositol, Biotin, asam nikotinal, pyridoxin dan vitamin B5. Nitrogen dan
karbon dapat menambah kecepatan pertumbuhan miselium dan tubuh buah pada jamur
(Widyastuti, 2009). Jamur juga membutuhkan kalsium sebagai penetral pH asam pada media.
Pada proses budidaya jamur tiram, selain pembuatan media tanam, harus diperhatikan juga
kondisi lingkungan tumbuh untuk tumbuh dan produksi secara optimal yaitu:
a) Lokasi
Ketinggian tempat yang cocok untuk budidaya jamur tiram putih adalah 400-800 m dari
permukaan laut, tetapi mungkin dapat ditanam pada dataran rendah berjenis iklim sejuk atau
dibawah pohon rindang (Soenanto, 2000: 15).
b) Kelembaban
Kelembaban sangat penting dalam proses tumbuhnya jamur tiram. Kelembaban yang
tepat tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 1. Ukuran kelembaban dalam setiap tahap pertumbuhan jamur tiram putih
Tahap Kelembaban
Pembentukan tubuh buah 80%
Induksi primordial 70%
Kelembaban dapat diukur dengan alat yang disebut hygrometer. Kelembaban yang
kurang dapat diatasi dengan menaruh baglog di bawah pepohonan (Soenanto, 2000: 15).
Kelembaban yang dibutuhkan saat pembibitan yaitu 90%. Kelembaban tersebut berfungsi
untuk menjaga substrat tanah agar tidak mengering sehingga harus dijaga dengan baik.
Menjaga kelembaban pada jamur tiram dilakukan dengan penyiraman dengan air yang bersih
yaitu pada pagi dan sore hari pada lantai. Tidak hanya itu saja untuk menjaga jamur tiram
dilakukan upaya penjagaan asupan oksigen karena jamur tiram adalah tanaman saprofit yang
semiaerob. Jika asupan oksigen berkurang maka jamur tiram akan layu dan mati (Chazali dan
Pratiwi, 2010: 25-27).
c) Temperatur
Serat (miselium) jamur tiram putih tumbuh dengan baik pada kisaran suhu antara 23-
28°C, artinya kisaran temperatur normal untuk pertumbuhannya. Pertumbuhan tubuh buahnya
memerlukan kisaran suhu antara 13-15°C selama 2 sampai 3 hari. Bila temperatur rendah maka
28
ada dua kemungkinan yaitu tubuh buah tidak akan terbentuk dan terbentuk tetapi memerlukan
waktu lama (Meina, 2007: 4-5).
d) Sumber nutrien
Nutrisi yang harus ada dalam pertumbuhan jamur adalah fosfor, kalium, nitrogen,
belerang, kalium, karbon dan unsur-unsur lain. Nutrisi tersebut biasa diperoleh dari media kayu
atau pupuk tambahan (Suriawiria, 2000: 62).
e) Kandungan air
Kandungan air yang dibutuhkan sekitar 75% dan digunakan pertumbuhan miselium dan
tubuh buah (Soenanto, 2000: 15).
f) Keasaman (pH)
g) Cahaya
C. LATIHAN
1. Alat/ Bahan/ Media
a. Bag log jamur yang siap tanam
b. Hand sprayer
c. spatula
d. Kertas label besar
e. Bibit jamur F2 atau F3
2. Cara Kerja
a. Ambil bag log jamur yang telah siap tanam
b. Buka kapas pada ujung cincin bag log, buka botol yang berisi bibit F2/F3
c. Ambil bibit dengan spatula dan masukkan pada baglog kemudian tutup kembali
baglog dengan kapas
d. Tata baglog yang sudah diinokulasi/dimasukkan bibit jamur ke kubung/rumah
jamur
e. Amati sampai muncul miselium
f. Bila miselium sudah tumbuh, cincin lehernya dan plastiknya dipotong hingga
permukaan bag log, hal ini dilakukan agar tubuh buah jamur cepat muncul.
g. Siram lantai ruang penumbuhan dan semprot dengan hand sprayer bag log yang
telah dibuka sebanyak tiga per hari
h. Amati pertumbuhan tubuh buah jamur. Lakukan pemanenan pada tubuh buah yang
telah siap dipanen
29
i. Timbang hasil panen dan catat datanya
D. DISKUSI
1. Sebutkan macam-macam jamur yang dapat dikonsumsi?
2. Mengapa masyarakat banyak yang berminat untuk budidaya jamur?
E. DAFTAR PUSTAKA
Cahyana, dkk. 2005. Jamur Tiram Pembibitan, Pembudidayaan, dan Analisis Usaha. Jaarta:
Penebar Swadaya.
Chazali, S. dan Pratiwi, P. S. 2008. Usaha Jamur Tiram Scala Rumah Tangga (Niaga). Jakarta:
Penebar Swadaya.
Soenanto, Hardi. 2000. Jamur Tiram Budidaya dan Peluang Usaha. Semarang: CV. Aneka
Ilmu.
Suriawiria, Unus. 2000. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu, Shitake, Kuping, Tiram. Jaarta:
Penebar Swadaya.
Widyastuti, Netty. 2009. Jamur Shitae Budidaya dan Pengolahan Si Jamur Penakluk Kanker.
Yogyakarta: Lily Publisher.
F. LEMBAR KEGIATAN
LEMBAR KERJA PESERTA
Buatlah rencana usaha budidaya jamur dengan ketentuan:
a. Persiapan
- Kubung (luas lahan)
- Jenis jamur yang akan dibudidayakan (melihat kebutuhan pasar dan harga jual)
b. Produksi
- Kapasitas produksi (jumlah baglog)
- Proses produksi (cara inokulasi baglog dengan bibit jamur F3 siap pakai)
- Rencana Sumber daya manusia (apakah membutuhkan tenaga orang lain? Kira-kira
berapa orang? Dan bertugas sebagai apa?)
c. Strategi pemasaran
- Metode pemasaran
- Target pasar
30
GERAK FOTOTROPISME
(TANGGAPAN TANAMAN TERHADAP CAHAYA)
Oleh:
Lina Agustina, M.Pd
A. TUJUAN pengaruh cahaya pada pemanjangan batang kacang hijau (Phaseolus
Mengetahui
radiatus)
B. PENDAHULUAN
Salah satu ciri organisme adalah mampu menanggapi adanya rangsangan dari lingkungannya.
Kemampuan ini disebut iritabilitas. Bentuk rangsangan tersebut yang tampak oleh kita
adalah gerak.Berdasarkan faktor penyebab terjadinya gerak pada tumbuhan dibedakan
menjadi 3 yaitu higroskopis, esionom dan endonom.
1. Gerak Higroskopis
Gerak higroskopis adalah gerak yang ditimbulkan oleh adanya pengaruh perubahan kadar air.
Kehilangan air yang tidak merata menyebabkan kadar air tidak merata pada seluruh bagian
organ tubuh, akibatnya berkerut dan berkembangnya bagian organ tubuh tersebut juga tidak
merata. Dampak selanjutnya akan terjadi tarik menarik antara bagian yang akan berkerut dan
bagian yang akan berkembang. Bagian yang kuat akan menentukan arah gerak bagian tubuh
tersebut.
Gerak macam ini ditemukan pada :
a. gerak membuka dan menutupnya sel-sel unulus pada sporangium tumbuhan paku
b. gerak membuka dan menutupnya gigi peristom pada sporangium lumut
c. pecahnya kulit buah pada tumbuhan polongan
2. Gerak Esionom
Gerak esionom adalah gerak yang disebabkan adanya rangsangan dari luar. Berdasarkan
sifatnya gerak esionom dapat dibedakan menjadi 3 :
a. Gerak Nasti
Gerak nasti adalah gerak tidak bebas organ tubuh tumbuhan yang disebabkan terjadinya
perubahan tekanan turgor akibat adanya rangsangan dari luar. Arah gerak ini tidak
ditentukan/ditujukan ke atau dari sumber rangsang. Apabila ada rangsangan, terjadilah
perubahan tekanan turgor pada sel-sel yang menyusun organ tersebut.
31
Tekanan turgor adalah tekanan air pada dinding sel yang disebabkan oleh perubahan
kadar air dalam sel. Jika perubahan kadar air meningkat maka tekanan turgornya membesar.
Perubahan ini dipengaruhi oleh sentuhan, cahaya, kelembaban, suhu, dan lingkungan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut gerak nasti dibedakan menjadi :
1) Seismonasti
Seismonasti yaitu gerak membuka dan menutupnya daun majemuk yang disebabkan oleh
adanya getaran atau sentuhan. Misalnya, gerak membuka dan menutupnya daun sikejut/putri
malu jika disentuh/bergetar. Jika ujung daunnya disentuh maka akan terjadi aliran air yang
menjauhi daerah sentuhan. Adanya aliran air ini menyebabkan kadar air di daerah sentuhan
berkurang, sehingga tekanan turgornya mengecil. Akibatnya, daun putri malu akan menutup
dan tampak seperti layu.
Gambar 1 . Gerak membuka dan menutupnya daun sikejut /putri malu jika disentuh
Jika dibiarkan beberapa saat daun akan membuka kembali, karena air telah mengalir
kembali ke daerah sentuhan. Lamaya waktu menutup bergantung pada suhu dan keras
halusnya getaran. Arah gerak menutupnya daun putri malu adalah tetap, walaupun pusat
rangsangannya diubah.
2) Niktinasi
Gerak menutupnya daun tanaman berbuah polongan (Leguminosae) karena pengaruh gelap/
menjelang malam merupakan contoh gerak niktinasi. Gerakan ini disebabkan oleh
32
menurunnya tekanan turgor sel-sel di daerah persendian tangkai daun.
Gambar 2. Daun Cassia corymbosa pada siang (kiri) dan malam hari (kanan)
3) Termonasti dan Fotonasti
Termonasti adalah gerak nasti yang dipengaruhi oleh suhu, sedang fotonasti adalah gerak
nasti yang dipengaruhi oleh cahaya. Gerak ini dijumpai pada mekarnya bunga pukul empat
(Mirabilis jalapa), bunga waru, bunga mentimun, labu.
4) Nasti Kompleks
Gerak nasti kompleks adalah gerakan sebagian tubuh tumbuhan yang disebabkan oleh lebih
dari satu macam rangsang. Contoh gerak nasty kompleks adalah gerak membuka dan
menutupnya stomata karena pengaruh cahaya matahari, zat kimia, dan air.
Gambar 3. Membuka dan menutupnya stomata daun
b. Gerak Tropisme
Gerak tropisme/tropis adalah gerak bagian tubuh tumbuhan akibat adanya pertumbuhan
33
yang arahnya mendekati/menjauhi sumber rangsang. Jika arahnya mendekati sumber
rangsang disebut tropisme positif, sedangkan jika arahnya menjauhi sumber rangsang disebut
tropisme negatif. Berdasarkan macam rangsangannya, gerak tropisme dibedakan:
1) Fototropisme/Heliotropisme
Fototropisme adalah gerak tidak bebas bagian tubuh mendekati/menjauhi rangsangan yang
berupa cahaya matahari. Jika arah geraknya mendekati sumber cahaya disebut fototropi
positif, misalnya gerak batang yang selalu menuju sumber cahaya matahari. Fototropi negatif
misalnya gerak tumbuh ujung akar.
Gambar 4. Fototropi positif
2) Geotropi
Geotropi adalah gerak tidak bebas bagian tubuh tumbuhan karena pengaruh gaya gravitasi
bumi. Dikenal ada geotropi positif, misalnya gerak tumbuhnya ujung akar. Gerak geotropi
negatif jika arah geraknya berlawanan dengan arah gaya gravitasi bumi, misalnya gerak
tumbuhnya batang.
Contoh gerak geotropi yang lain adalah gerak bunga kacang tanah. Pada saat bunga
belum mekar atau akan mekar arah geraknya tegak ke atas, berarti geotropi negatif,
sedangkan setelah terjadi pembuahan arah geraknya sejajar dengan dengan gaya gravitasi
bumi, berarti geotropi positif.
Gambar 5. Gerak geotropi (akar menuju ke pusat bumi)
34
3) Tigmotropi/Haptotopri
Tigmotropi adalah gerak membeloknya arah pertumbuhan bagian tubuh tumbuhan karena
adanya rangsangan yang berupa sentuhan. Contohnya gerak sulur pada tumbuhan famili
Cucurbitaceae, seperti beligo dan markisa. Jika ujung sulur tersebut menyentuh ranting kayu
pada sisi kirinya maka sulur tersebut menyentuh ranting kayu pada sisi kirinya maka sulur
tersebut akan tumbuh melilit ranting ke arah kiri. Jika ujung sulurnya menyentuh ranting pada
sisi kanannya maka akan tumbuh memutar ke arah sisi kanan. Jika sentuhan ranting tersebut
tidak terasa lagi maka sulur tersebut akan tumbuh lurus.
Gambar 6 . Gerak Tigmotropi
4) Hidrotropi
Hidrotropi adalah gerak bagian tubuh tumbuhan ke arah lingkungan berair. Contohnya
gerakan ujung akar yang selalu berusaha menjangkau daerah yang cukup air. Bila kita
tumbuhkan kecambah di dalam serbuk gergaji, serbuk kita basahi serta kita kita tematkan
dalam suatu ayakan, maka jika ayakan itu kita gantungkan miring, setelah beberapa lama
kemudian ujung akar akan membelok ke arah serbuk yang cukup basah.
5) Kemotropi
Kemotropi adalah gerak bagian tubuh tumbuhan karena pengaruh bahan kimia. Misalnya
gerak ujung akar menuju lapisan tanah yang kaya unsur hara. Akar nafas tumbuhan bakau
yang hidup di rawa-rawa juga termasuk gerak kemotropi, gerak ini bukan melawan gaya
gravitasi tapi menuju tempat yang ada oksigennya. Hal ini terjadi karena tempat hidup
tumbuhan bakau biasa kekurangan oksigen sehingga akar muncul ke atas permukaan tanah
35
atau air.
Selain gerak di atas, terdapat beberapa gerak tropisme yang lain misalnya termotropi,
galvanotropi dan reotropi. Termotropi: gerak bagian tubuh tumbuhan karena pengaruh panas
atau suhu. Galvanotropi: gerak tropi yang dipengaruhi oleh listrik. Reotropi: gerak bagian
tubuh tumbuhan karena pengaruh aliran air.
6) Gerak Taksis
Gerak taksis adalah gerak bebas/pindah tempat seluruh tubuh tumbuhan menuju/menjauhi
sumber rangsang.
Berdasarkan jenis rangsanganya, gerak taksis dibedakan :
1) Fototaksis
Fototaksis adalah gerak bebas tumbuhan yang disebabkan oleh rangsangan cahaya. Gerak ini
dijumpai pada tumbuhan hijau bersel satu dan pada spora jamur jenis tertentu. Pada hari saat
matahari mulai menampakkan sinarnya, fitoplankton termasuk Euglena akan bergerak
mendekati arah sumber sinar, gerak ini disebut fototaksis positif. Pada siang hari yang terik,
intensitas cahaya terlalu tinggi sehingga melampai batas toleransi menyebabkan fitoplankton
bergerak menjauhi sumber cahaya, gerak ini merupakan fototaksis negatif.
Hal yang sama juga dijumpai pada Chlamydomonas yaitu sejenis algae hijau bersel satu.
Pada saat intensitas cahaya rendah atau sedang, algae ini akan bergerak menuju sumber sinar.
Jika intensitas cahaya terlalu tinggi hingga melampai batas toleransinya maka algae bergerak
menjauhi sumber cahaya. Jadi dalam hal ini terjadi gerak dari fototaksis positif ke fototaksis
negatif. Gerak fototaksis positif juga dijumpai pada jamur jenis Pilobolis. Spora jamur ini
selalu bergerak menuju sumber cahaya.
Gambar 7. Algae akan bergerak menuju sumber sinar
2) Kemotaksis
36
Kemotaksis adalah gerak bebas tumbuhan karena rangsangan zat kimia. Gerak ini dijumpai
pada berbagai bakteri yang bersifat aerob dan organisme satu sel lainnya. Bakteri-bakteri
aerob selalu berusaha mendapatkan lingkungan yang kaya oksigen. Spermatozoid selalu
bergerak menuju ke sel telur, karena adanya zat kimia tertentu (sukrosa dan asam malat) yang
menarik spermatozoid tersebut.
3) Gerak Endonom
Gerak endonom adalah gerak yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam tumbuhan sendiri,
contoh: gerak sitoplasma dalam sel, gerak kloroplas daun lidah buaya dan selaput umbi
bawang merah.
C. LATIHAN
1. Alat/ Bahan/ Media
Alat
a. Pot kecil/polibag dengan tanah siap tanam (2 buah)
b. Penggaris 30 cm (1 buah)
c. Penyungkup kertas karton (2 buah)
d. Cetok plastik (1 buah)
e. Sprayer/gembor (1 buah)
Bahan:
a. Biji kacang hijau (Phaseolus radiatus) yang bermutu baik (6 biji)
b. Tanah humus (secukupnya)
c. Air (secukupnya)
2. Cara Kerja
a. Tanamlah biji kacang hijau dengan kedalamam 2 cm, 3 biji kacang hijau untuk 1
pot/polibag
b. Basahi tanah pada setiap polibag dengan air dan jaga kelembabannya dengan
disiram sehari sekali (pagi hari) dan biarkan tumbuh selama 1 minggu
c. Tutuplah dengan penyungkup yang telah disiapkan
d. Ukur dan catatlah tinggi masing-masing tanaman setelah 1 minggu.
e. Catat pula gejala yang lain selain arah tumbuh (warna daun dan lain-lain).
f. Catatlah hasil pengamatan pada tabel berikut :
37
Tabel 1. Hasil pengamatan gerak fototropi
Polibag/Pot Biji Tinggi Warna Arah
tanaman (cm) daun tumbuh
I
(TanpaPenyungkup) 1
II 2
(Penyungkup)
3
1
2
3
Cara Membuat Penyungkup
D. DISKUSI
1. Adakah perbedaan ketinggian dan arah tumbuh tanaman dalam penyungkup dengan
tanpa penyungkup? Bila ada, karena pengaruh apa?
2. Rumuskan pendapat anda, bagaimana pengaruh intensitas cahaya yang semakin besar
terhadap gerakfototropisme!
E. DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro,1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.Jakarta : PT.Gramedia.
Lakitan, Benjamin, 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Salisbury, Frank, 1994. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Bandung: ITB.
Salisbury, Frank, 1994.Fisiologi Tumbuhan Jilid II. Bandung: ITB.
38
F. LEMBAR KEGIATAN
LEMBAR KERJA PESERTA
PRAKTIKUM GERAK FOTOTROPISME
A. IDENTITAS
Nama : ..................................................................................
B. JUDUL
Gerak Fototropisme (Tanggapan Tanaman Terhadap Cahaya)
C. TUJUAN
Mengetahui pengaruh cahaya pada pemanjangan batang kacang hijau (Phaseolus radiatus)
D. ALAT
a. Polibag : .................
b. Penggaris : .................
c. Kertas karton : .................
d. Cetok plastik : .................
e. Alat dokumentasi : .................
f. Alat tulis : .................
g. ………………… : .................
h. ...........................
i. ...........................
E. BAHAN : .........................
: .........................
a. Biji kacang hijau (.........................................) : .........................
b. Tanah : ........................
c. Air
d. ............................
F. DATA PENGAMATAN
Polibag Biji Tinggi Warna daun Arah tumbuh
tanaman (cm)
I (Tanpa 1
Penyungkup) 2
3
II (Penyungkup) 1
2
3
G. LAMPIRAN
Lampiran berupa foto kegiatan praktikum
39
BIODIVERSITAS TUMBUHAN INDEKSASI EKOLOGI
Oleh:
Efri Roziaty, M.Si.
A. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi yang ada di
lingkungan alami mulai dari tumbuhan tingkat berupa semak rendah hingga pohon.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Ekologi merupakan studi ilmiah tentang proses regulasi distribusi kelimpahan dan saling
interaksi di antara mereka, dan sebuah studi tentang desain dari struktur dan fungsi dari
ekosistem. Istilah ekologi ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1866 oleh E. Haeckel (ahli
biologi Jerman). Ekologi berasal dari dua akar kata Yunani (oikos = rumah dan Logos=ilmu),
sehingga secara harfiah bisa diartikan sebagai kajian organisme hidup dalam rumahnya.
Secara lebih formal ekologi didefenisikan sebagai kajian yang mempelajari hubungan
timbal balik antara organisme-organisme hidup dengan lingkungan fisik dan biotik secara
menyeluruh. Jadi dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ekologi itu adalah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya (biotik dan
abiotik) dalam suatu ekosistem.
Ekologi Tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara tanaman
(tumbuhan yang dibudidayakan) dengan lingkungannya. tanaman memperoleh sumberdaya
cahaya, hara mineral, dan sebagainyaRuang lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas,
ekosistem, dan biosfer. Dalam suatu sistem ekologi, tumbuhan sebagai satu kesatuan makhluk
hidup secara individu disebut jenis atau spesies, yang kemudian berkelompok dengan sesama
jenisnya membentuk populasi tumbuhan. Kumpulan berbagai jenis tumbuhan bersama-sama
membentuk komunitas tumbuhan.
Dalam ekologi tumbuhan kadang-kadang kajian tentang aspek ekologinya hanya pada
tingkat populasi tumbuh-tumbuhannya saja. Komunitas tumbuhan tidak mungkin dilakukan
penelitian pada seluruh area yang ditempati oleh suatu komunitas terutama area tersebut sangat
luas. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian di sebagian area komunitas tersebut dengan
syarat bagian tersebut dapat mewakili seluruh komunitas.
Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang jarang, sementara yang lainnya
mengandung jumlah spesies yang sama dengan jumlah spesies pada umumnya yang banyak
40
ditemukan. Untuk mempelajari suatu kelompok tumbuhan yang belum diketahui yaitu
baik digunakan dengan cara tehnik yang dapat berupa bidang (plot, kuadrat) garis atau titik.
Flora merupakan jenis tumbuhan dalam suatu wilayah, vegetasi adalah masyarakat
tumbuhan yang terbentuk oleh berbagai populasi jenis tumbuhan yang terdapat di dalam satu
wilayah atau ekosistem serta memiliki variasi pada setiap kondisi tertentu.
Analisis vegetasi (anveg) adalah cara untuk mempelajari struktur vegetasi dan
komposisi jenis tumbuhan. Anveg bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis (susunan)
tumbuhan dan bentuk (struktur) vegetasi yang ada di wilayah yang dianalisis. Caranya dalah
dengan analisis komunitas tumbuhan. Anveg bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu
lingkungan terhadap vegetasi. Beberapa aspek yang harus diketahui dalam analisis vegetasi
yaitu : 1) ada/tidaknya jenis tumbuhan tertentu di asuatu area misalnya untuk tumbuhan yang
endemik; 2) luas basal area; 3) luas area penutupan (cover); 4) frekuensi; 5) kerapatan; 6)
dominansi; dan 7) nilai penting.
Deskripsi vegetasi adalah cara untuk mempelajari komposisi dan struktur vegetasi ynag
disajikan secara kuantitatif dengan parameter kerapatan, frekuensi dan penutupan tajuk ataupun
luas bidang dasar. Untuk mempelajari analisis vegetasi diperlukan pengetahuan penunjang
mengenai sampling plot (misalnya petak tunggal), petak ganda, jalur (transek) atau tanpa plot,
misalnya dengan cara Bitterlich, individu terdekat, kuadran dan cara berpasangan.
Metode Pengumpulan Data
Pada Anveg khususnya pada proses pengambilan data vegetasi digunakan dua metode yaitu
metode plot/petakan dan non plot. Metode plot terdiri dari metode kualitatif dan metode
kuantitatif. Metode kualitatif dibahas mengenai deskripsi tumbuhan berupa deskripsi kondisi
daerah tempat pengambilan sampel. Deskripsi vegetasi meliputi spektrum bentuk hidup seperti
yang dikembangkan oleh Raunkiaer (1937). Spektrum kehidupan (life form) sudah dilakukan
di praktikum sebelum nya yaitu Praktikum ke – 3.
Metode Kuantitatif
Untuk analisis kuantitatif ada beberapa metode pengambilan sampel yaitu : 1) metode kuadrat;
2) metode transek; 3) metode loop; dan 4) metode titik.
Metode Kuadrat
Kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 10 m2
sampai dengan 100 m2. Bentuk petak sampel bisa bujur sangkar, persegi panjang atau
lingkaran. Metode kuadrat adalah beberapa jenis :
- Count/list count kuadrat
41
- Cover kuadrat (basal area kuadrat), cara umum untuk mengetahui basal area pohon
adalah dengan mengukur diameter pohon setinggi dada (sekitar 1.375 m dari permukaan
tanah).
Gambar 2. Cara penentuan/pengukuran diameter pohon setinggi dada
Metode Transek
Transek adalah jalur sempit melintang pada lahan yang akan di teliti. Ada dua macam transek
yaitu transek sabuk (belt transect) dan transek garis (line transect).
Transek sabuk (belt transect) merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat
panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang
sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1 – 10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan
tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon – pohon yang dewasa yang dipetakan,
transek yang baik adalah 10 m. panjang transek tergantung dari tujuan penelitian. setiap segmen
ditentukan jenis vegetasinya.
Transek garis (line transect) dalam metode ini menggunakan garis – garis merupakan
petak contoh (plot). Tanaman yang berada di garis di catat jenis dan bepara kali dijumpai.
Dalam pengukuran data vegetasi, ada beberapa hal yang perlu diukur antara lain
kerapatan, kerapatan relatif, dominansi, dominansi relatif, frekuensi, frekuensi relatif sehingga
akan memunculkan Indeks Nilai Penting (INP) suatu vegetasi di suatu habitat atau ekosistem.
Pengukuran tersebut dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan. Pengukuran
vegetasi membutuhkan banyak waktu dan tenaga.
- Lokasi plot atau petak cuplikan
- Ukuran petak cuplikan dan kurva kekayaan jenis
- Bentuk plot/petak cuplikan
- Cara pembuatan plot/petak cuplikan
Beberapa kategori untuk vegetasi adalah sebagai berikut :
42
- Pohon adalah adalah tumbuhan yang memiliki keliling batang lebih besar dari 31.4 cm
atau diameter lebih besar dari 20 cm
- Anakan pohon adalah tumbuhan yang memiliki keliling batang lebih besar dari 31.4 cm
atau diameter lebih besar dari 10 cm.
- Belta (sapling) adalah keliling batang 6.3 cm atau diameter 2 cm, yang termasuk di
dalamnya termasuk perdu berkayu, tumbuhan memanjat dan anakan pohon.
- Semai (seedling) adalah tumbuhan yang memiliki keliling batang < 6.3 cm,
termasuk di dalam kelompok ini adalah semai, kecambah, terna, paku – pakuan, rumput,
epifit dan lumut.
Penentuan Petak Sampling
Untuk pengambilan data yang luas areanya belum diketahui, paling efektif jika menggunakan
cara transek. Cara ini baik untuk mempelajari perubahan stratifikasi vegetasi menurut topografi
dan elevasi (kemiringan lahan), selanjutnya untuk petak ukur (plot) menggunakan metode
sistematik sampling.
Gambar 1. Desain Metode Garis Berpetak
(sumber :
www.google.co.id/search?hl=id&authuser=0&site=imghp&tbm=isch&source=hp&biw=1360&bih=63
3&q=desain+jalur+pengamatan+transek+vegetasi&oq=desain+jalur+pengamatan+transek+vegetasi
&gs_l=img.3...7473.16255.0.17020.40.10.0.30.30.0.374.1623.0j1j5j1.7.0....0...1ac.1.64.img..3.12.168
6.LXFdiHKNFDE#imgrc=3roKo5dli2jJFM%3A)
43
Pada areal sampling, dibuat transek yang terdiri atas petak – petak (Gambar 1). Transek
dibuat memanjang melintasi topografi, dengan jarak antar transek sekitar 100 m. setiap petak
ukur/plot dibuat dengan ukuran beragam sesuai dengan objek vegetasi yang akan dianalisis.
Berikut adalah kriteria plot berdasarkan tingkatan vegetasi :
1) Petak berukuran 20 m x 20 m digunakan untuk tingkat pohon dengan diameter pohon
> 20 cm, contoh : liana, epifit, parasit, serta pohon inang.
2) Petak berukuran 10 m x 10 m digunakan untuk tingkat tiang dengan diameter pohon 10
- 20 cm.
3) Petak berukuran 5 m x 5 m digunakan untuk tingkat pancang dengan diameter pohon <
10 cm, tinggi 1.5 m.
4) Petak berukuran 2 m x 2 m digunakan untuk tingkat semai (seedling) untuk tinggi
tumbuhan < 1.5 m dan tumbuhan bawah (tumbuhan penutup tanah).
Analisis Data
Untuk inventarisasi berbagai macam vegetasi hutan, savana, padang rumput dan rawa
terna maka dapat digunakan rumus di bawah ini. Nilai – nilai frekuensi, kerapatan dan
dominansi dalam suatu telaah vegetasi atau komunitas dapat dinyatakan dalam nilai mutlak
seperti tersebut di atas, atau dapat pula dinayatakan dalam rumus berikut :
a. Kerapatan (Density)cs
% Kerapatan= Jumlah seluruh tumbuhan x 100%
Jumlah seluruh sampling unit
% Kerapatan Relatif = Jumlah individu suatu jenis × 100%
individu seluruh jenis
b. Frekuensi
% Frekuensi = Jumlah Sampling unit yang mempunyai suatu jenis
Jumlah seluruh Sampling unit
% Frekuensi Relatif = Jumlah Frekuensi suatu jenis x 100%
Jumlah nilai frekuensi seluruh jenis
Frekuensi tumbuhan dibagi menjadi 5 kelas yaitu :
Kelas A : 0 -20%
Kelas B : 21 - 40%
Kelas C : 41 - 60%
44
Kelas D : 61 - 80%
Kelas E : 81 – 100 %
c. Dominansi (Dominance)
ℎ
% = ℎ ℎ 100%
% = ℎ ℎ ℎ 100%
Atau
ℎ
% = ℎ ℎ 100%
Nilai Dominasi
Untuk mengetahui kelimpahan (dominasi) suaatu jenis tumbuhan
dihitung nilai SDR (Summed Dominan Ratio) dengan rumus :
+
= 2 × 100%
Keterangan :
SDR = Nilai dominasi suatu jenis (Summed Dominan Ratio)
FR = Frekuensi relaif suatu jenis
DR = Dominasi atau kerapatan relatif suatu jenis.
d. Indeks Nilai Penting
= + +
Keterangan :
FR = Frekuensi Relatif
KR = Kerapatan Relatif
DR = Dominasi Relatif
e. Indeks Keanekaragaman
′ = − ∑ log
45
Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman shannon - wiener
Ni = Jumlah individu dari suatujenis i
N = Jumlah total individu seluruh jenis
Berdasarkan rumus indeks keanekaragaman diatas menurut Shannon –
Wiener dapat di definisikan sebagai berikut :
a. Nilai H’ > 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu
transek adalah melimpah tinggi.
b. Nilai H’ 1 ≤H’ ≤ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada
suatu transek adalah sedang / melimpah.
c. Nilai H’ < 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu
transek adalah sedikit atau rendah.
D. DISKUSI
1. Pilihlah salah satu tipe vegetasi yang dapat dipakai sebagai contoh dan tentukan batas
– batasnya. Kemudian buatlah Indeks Nilai Penting untuk satu kelas/angkatan
Saudara. Kemudian lakukan analisis data dan tentukan INP mana yang paling tinggi!
2. Menurut Anda, efektif kah penggunaan metode transek untuk hutan yang homogen ?
3. Untuk hutan sekunder seperti di Sekipan Ngargoyoso Karanganyar, INP manakah
yang paling tinggi dari keseluruhan vegetasi!
E. DAFTAR PUSTAKA
Budiman A. 2004. Pedoman Pengumpulan data Keanekaragaman Flora. Pusat Penelitian
Biologi LIPI Cibinong Bogor.
Fachrul MF. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Irwanto. sumber:
http://www.irwantoshut.net/analisis_vegetasi_Teknik_Analisis_Vegetasi.html
Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi.
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Swasono E. 2012. Metode Analisis Vegetasi dan Komunitas. Raja Grfindo Persada. Jakarta.
_________--- Plant Species Composition and Diversity
https://www.youtube.com/watch?v=fjxWGZGzePk
46
F. LEMBAR KERJA PESERTA
Nama :
Institusi :
Tabel analisis vegetasi tingkat pohon
No Nama lokal Nama ilmiah KR FR DR INP H’
47