Tabel analisis vegetasi tingkat anakan pohon (tiang)
No Nama lokal Nama ilmiah KR FR DR INP H’
Tabel analisis vegetasi tingkat pancang
No Nama lokal Nama ilmiah KR FR DR INP H’
Tabel analisis vegetasi tingkat semai
No Nama lokal Nama ilmiah KR FR DR INP H’
48
EKOLOGI POPULASI SERANGGA METODE CAPTURE RECAPTURE
BERBASIS DARING
Oleh:
Dr. Santhyami, M.Si.
A. TUJUAN
1. Siswa dapat mensimulasikan metode capture recapture dengan pendekatan Schnabel
2. Siswa dapat mensimulasikan metode capture recapture dengan pendekatan Lincoln
Peterson
B. PENDAHULUAN
Ekologi merupakan ilmu yang membicarakan tentang hubungan timbal balik antara
organisme dan lingkungannya serta antara organisme itu sendiri. Dalam proses hubungan
timbal balik atau interaksi ini, organisme saling mempengaruhi satu dengan yang lain dan
dengan lingkungan sekitar, begitu pula lingkungan mempengaruhi kegiatan hidup organisme.
Semua individu yang hidup dalam suatu daerah membentuk suatu populasi. Dan beberapa
populasi spesies yang cenderung untuk hidup bersama di suatu daerah geografis tertentu
membentuk suatu komunitas ekologi dimana suatu komunitas tersebut beserta lingkungan fisik
dan kimia disekelilingnya secara bersama-sama membentuk suatu ekositem yang dipelajari
dalam ekologi.
Populasi didefinisikan sebagai kelompok kolektif organisme. Organisme dan spesies
yang sama (kelompok-kelompok lain di mana individu-individu dapat bertukar informasi
genetika) menduduki ruang atau tempat tertentu, memiliki berbagai ciri atau sifat yang
merupakan sifat milik individu di dalam kelompok itu. Populasi mempunyai sejarah hidup
dalam arti mereka tumbuh, mengadakan pembedaan-pembedaan dan memelihara diri seperti
yang dilakukan oleh organisme. Sifat-sifat kelompok seperti laju kelahiran, laju kematian,
perbandingan umur, dan kecocokan genetik hanya dapat diterapkan pada populasi
(Odum,1993).
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu ke waktu. Beberapa populasi
mempertahankan ukuran populasinya yang relatif konstan, sedangkan populasi-populasi lain
berfluktuasi cukup besar. Pengamatan tentang ekologi populasi menggambarkan bahwa
ekologi populasi relatif konstan sepanjang waktu. Hal ini disebabkan oleh dua hal; yang
pertama, spesies-spesies tidaklah sama melimpahnya dalam seluruh wilayah, beberapa spesies
49
mungkin banyak jumlahnya sedangkan spesies lain sedikit; yang kedua, spesies-spesies
tidaklah sama melimpahnya disuatu daerah dibandingkan dengan daerah lainnya di wilayah
tersebut (Naughton, 1998).
Populasi merupakan kelompok organisme sejenis yang hidup dan berkembangbiak
pada daerah tertentu (Resosoedarmo et al., 1992). Salah satu cara pengukuran besar populasi
dengan menggunakan metode cuplikan (sampel) untuk menduga atau memperkirakan seluruh
populasi, diantaranya dengan metode Capture-recapture (tangkap – beri tanda – lepaskan –
tangkap lagi) (Safitri et al. 2016). Metode Capture-recapture dikategorikan menjadi dua, yaitu
Capture-recapture untuk populasi tertutup dan Capture-recapture untuk populasi terbuka
(Lubis et al. 2017). Populasi tertutup merupakan sebuah populasi hewan yang tertutup dari
faktor tambahan (kelahiran dan imigrasi) dan faktor pengurangan (kematian dan emigrasi),
populasi dianggap konstan selama waktu penelitian.
Metode capture recapture baik digunakan untuk mengestimasi ukuran populasi hewan
yang bersifat motil seperti salah satunya populasi serangga terestrial (Carvalho 2013). Metode
capture recapture ini telah dikembangkan sedemikian rupa menggunakan berbagai macam
media pembelajaran sebagai latihan simulasi (Whiteley et al. 2007), antara lain biji tasbih,
kriket berwarna bahkan simulasi komputasi untuk eksperimen lebih lanjut (Rees et al. 2011).
Dalam pengabdian masyakarat ini akan dilakukan pelatihan praktikum metode capture
recapture ini tetapi dengan menggunakan sarana video pembelajaran dan teknis simulasi
menggunakan tasbih yang merepresentasikan populasi serangga kepada guru-guru SD dan
SMP pengampu mata pelajaran IPA dan Biologi. Diharapkan melalui kegiatan ini, guru dapat
mengaplikasikan praktikum materi ekologi populasi berbasis daring. Metode Capture-
recapture meliputi dua metode yaitu Metode Lincoln-Peterson dan Metode Schnabel.
1. Metode Lincoln-Peterson
Metode Lincoln-Peterson lebih dikenal sebagai metode penangkapan, penandaan,
pelepasan, dan penangkapan kembali atau T-3 (tangkap, tanda, tangkap) dalam periode selang
waktu pendek dengan selang waktu tertentu antara periode penangkapan pertama dan kedua.
Misalkan periode pertama jam 08.00 – 10.00 dan periode penangkapan kedua jam 11.00 –
13.00.
Dari dua periode penangkapan tersebut besar populasi dari suatu hewan dapat diduga
dengan rumus sebagai berikut :
a. Besar Populasi
50
∑( ). ∑( )
= ∑( )
Keterangan :
N = Besar populasi total
M = Jumlah individu yang tertangkap pada periode penangkapan pertama
n = Jumlah individu yang tertangkap pada penangkapan periode kedua
R = Jumlah individu yang bertanda dari penangkapan periode pertama yang tertangkap kembali
pada penangkapan periode kedua
Dalam melakukan pendugaan populasi dengan metode Lincoln-Peterson selalu ada
kesalahan (error). Untuk menghitung kesalahan tersebut digunakan rumus kesalahan baku
(standart eror) sebagai berikut :
b. Kesalahan Baku (Standard Eror)
= √ (∑ . ∑ ) (∑ − ∑ ) (∑ − ∑ )
(∑ )
Setelah kesalahan bakunya diketahui maka bisa ditentukan selang kepercayaannya dengan
rumus sebagai berikut :
c. Selang Kepercayaan
± ( )( )
Nilai (t) = (df, α), dapat dilihat dalam tabel distribusi “t” dengan tingkat signifikan 0,05%
(5%). Dalam perhitungan ini nilai (t) = 1,96.
Dengan perhitungan rumus diatas maka besar populasi yang diduga berada pada
kisaran interval (±).
Asumsi yang harus diperhatikan dalam penggunaan Metode Lincoln-Peterson, antara lain :
1. Semua individu dalam populasi harus mempunyai peluang sama untuk tertangkap
dengan distribusi secara acak.
51
2. Populasi harus konstan. Tidak ada perubahan rasio antara individu yang tertanda
dengan yang tidak bertanda. Dalam selang waktu antara periode penangkapan pertama
dengan periode penangkapan kedua tidak ada penambahan dan pengurangan individu
(lahir, mati, migrasi).
3. Individu yang bertanda memiliki distribusi yang menyebar merata dalam populasi,
sehingga antara individu yang bertanda dan tidak bertanda memiliki peluang yang sama
untuk tertangkap pada periode penangkapan kedua.
4. Pemberian tanda tidak menyebabkan terjadinya perubahan perilaku atau cacat yang
mengganggu aktifitas individu dan mati.
2. Metode Schnabel
Metode Schnabel pada dasarnya untuk mengoreksi dan memperbaiki metode Metode
Lincoln-Peterson. Metode Schnabel membutuhkan asumsi yang sama seperti pada Metode
Lincoln-Peterson. Dalam setiap penangkapan semua hewan yang belum bertanda diberi tanda
dan dilepaskan kembali seperti pada Metode Lincoln-Peterson.
Perbedaan kedua metode tersebut adalah pada metode Lincoln-Peterson hewan yang
ditandai pada sampling periode pertama tidak dihitung, sedang pada metode Schnabel hewan
yang tertangkap setiap sampling baik hewan tertanda atau bukan tetap diperhitungkan, metode
Schnabel tidak dikenal jeda waktu sampling.
Dengan adanya perbedaan tersebut maka besarnya populasi pada metode Schnabel
dapat diduga dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
a. Besar Populasi = ∑( . )
Keterangan : ∑
ni = Jumlah hewan yang tertangkap pada periode ke i
Mi = Jumlah total hewan yang tertangkap pada periode ke i ditambah periode sebelumya.
Ri = Jumlah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i.
Karena pengambilan sampel pada metode ini dilakukan berulang kali maka kesalahan dalam
sampling akan lebih kecil. Kasalahan baku dalam metode Schnabel dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
b. Kesalahan Baku (SE)
52
=
√( + − − ∑ ( )
− −
Dengan tambahan, nilai K adalah jumlah periode penangkapan yang dilakukan. Setelah
kesalahan bakunya diketahui maka bisa ditentukan selang kepercayaannya dengan rumus
sebagai berikut :
c. Selang Kepercayaan
± ( )( )
Nilai (t) = (df, α), dapat dilihat dalam tabel distribusi “t” dengan tingkat signifikan 0,05%
(5%). Dalam perhitungan ini nilai (t) = 1,96.
Praktikum latihan 1 dilakukan dengan model simulasi, dapat dilakukan siswa masing-masing
di rumah. Untuk praktek di lapangan, siswa dapat disertai dengan teknis menangkap serangga
di habitat asli (lapangan terbuka) menggunakan video. Contoh video teknis menangkap
serangga dapat diakses pada folder Schoology.
C. LATIHAN
1. Percobaan 1. Simulasi Metode Capture – Recapture
a. Alat dan Bahan
1. Biji tasbih dengan dua warna yang berbeda
2. Stoples / baskom sebagi habitat populasi
3. Alat tulis dan kalkulator
b. Cara Kerja
Metode Lincoln-Peterson
a) Masukkan biji tasbih yang memiliki warna yang sama kedalam stoples, biji tasbih
dianggap sebagai suatu populasi.
b) Sampling pada periode pertama, ambil satu jumput biji tasbih dalam stoples.
c) Hitung berapa biji tasbih yang terambil, tukar dengan warna berbeda dan masukkan
kedalam stoples (M).
d) Kocok hingga biji yang sudah berbeda warna hingga tercampur acak.
e) Lakukan kegiatan sampling 20 kali dalam periode pertama.
53
f) Untuk jumputan ke 2 hingga ke 20 lakukan seperti cara kerja (2), (3) dan (4), bila dalam
sampling ke2 hingga ke 20 disertai warna kancing pengganti, maka kancing pengganti
tersebut tidak dihitung.
g) Istirahat sejenak dalam melakukan sampling, tetapi biji dalam stoples tetap terus
dikocok agar tercampur secara acak.
h) Setelah istirahat (jeda waktu) sejenak mulailah melakukan sampling pada periode ke 2,
lakukan seperti pada sampling pertama 20 kali sampling,
i) Mencatat total biji tasbih pada sampling periode ke 2 ini terambil (n).
j) Mencatat total biji tasbih bertanda pada sampling periode ke 2 (R).
k) Masukkan data dalam tabel di Lembar Kegiatan (Sub Bab F)
Metode Schnabel
a) Sampling urutan cara kerja 1 sampai 5 sama seperti pada Lincoln-Peterson.
b) Pada urutan cara kerja ke 6 ada sedikit perbedaan, bila pada metode Lincoln-Peterson
kancing pengganti yang terambil pada sampling periode pertama tidak boleh dihitung,
sedang pada metode Schnabel biji yang terambil setiap sampling baik biji pengganti
atau bukan tetap diperhitungkan (ni), biji yang belum diganti tetap harus diganti setiap
sampling (Ri) dan masukkan kembali dalm stoples agar isi stoples selalu konstan. (Mi)
jumlah total biji yang tersamping pada periode ke-I ditambah periode sebelumnya
(metode Schnabel tidak dikenal jeda waktu sampling)
c) Lakukan sampling sebanyak 20 kali kemudian tentukan besar populasinya
d) Masukkan data dalam tabel di Lembar Kegiatan (Sub Bab F)
2. Percobaan 2. Praktikum di Alam Terbuka Metode Capture-Recapture
Percobaan 2 ini berupa kegiatan mengamati video untuk mempelajari estimasi besar
populasi serangga dengan metode Lincoln-Peterson dan Schnabel di alam terbuka. Untuk
teknik penangkapan serangga dengan menggunakan jaring insect, bisa dilihat pada video yang
dapat di upload pada schoology. Pembuatan video dilakukan oleh asisten praktikum Ekologi
Hewan Pendidikan Biologi, FKIP UMS.
a. Alat dan Bahan
1. Jaring insecta untuk sampling serangga.
2. Spidol warna hitam, merah, ungu, dan biru untuk penandaan sampel.
3. Termohygrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban udara lokasi sampling.
4. Tabel data dan alat tulis.
54
b. Cara Kerja
Metode Lincoln-Peterson
a) Tentukan lokasi dan perkiraan luas area untuk sampling.
b) Ayun-ayunkan jala serangga untuk menangkap serangga yang ada dalam lokasi
samling, cata berapa banyak serangga yang tertangkap (M).
c) Berikan tanda pada bagian tubuh yang telah disepakati antar kelompok misalkan kaki
kanan, kaki kiri, kepala, dada, perut, dll. Tanda yang diberikan tidak boleh
mengganggu aktivitas hewan.
d) Lepaskan kembali serangga yang tertangkap dan telah diberi tanda.
e) Lakukan sampling pada periode pertama sebanyak 20 kali.
f) Berikan jeda atau selang waktu antara periode sampling pertama dengan periode
sampling kedua selama 60 menit.
g) Mulailah sampling kedua setelah jeda waktu 60 menit.
h) Catat jumlah serangga yang tertangkap baik yang bertanda maupun yang tidak
bertanda (n).
i) Catat berapa banyak serangga yang bertanda tertangkap kembali (R).
j) Masukkan data dalam tabel pengamatan metode Lincoln-Peterson
k) Tetukan besar populasi kepadatan populasi serangga dalam area sampling.
Metode Schnabel
a) Prinsip dasar sampling urutan ke 1 sampai ke 4 sama seperti pada sampling metode
Lincoln-Peterson.
b) Lakukan sampling sebanyak 20 kali. Pada metode ini tidak ada jeda waktu.
c) Catat serangga yang tertangkap pada sampling kedua dan berikutnya sesuai dengan
ketentuan pada schnabel. ni untuk jumlah serangga yang tertangkap pada periode ke-
i. Mi untuk total hewan yang tertangkap pada periode ke-i ditambah jumlah serangga
yang tertangkap pada periode sebelumnya. Ri jumlah serangga yang tertangkap
kembali pada periode ke-i.
d) Masukkan data ke dalam tabel pengamatan metode schnabel.
e) Tentukan besar populasi dan kepadatan populasi serangga dalam area sampling.
55
D. DISKUSI
1. Jelaskan karakteristik populasi hewan yang cocok di estimasi dengan metode capture
recapture dan contohnya!
2. Bandingkan karakteristik masing-masing metode yang digunakan! Tunjukkan
perbedaan dari kedua metode tersebut!
3. Berdasarkan data percobaan, manakah metode yang mudah digunakan? Berikan
penjelasan!
E. DAFTAR PUSTAKA
Carvalho DA, Collins PA, De Bonis CJ. 2013. The mark recapture method applied to
population estimates of a freshwater crab on an alluvial plain. Marine and Freshwater
Research 64: 317 – 323.
Lubis AR, Dasari D, Agustina F. 2017. Penerapan model Mo dan Model Mt untuk
mengestimasi ukuran populasi tertutup pada data capture recapture. EureMatika 5(1):
46 – 62.
Naughton S. J. 1998. Ekologi Umum. Jogyakarta : UGM Press.
Odum E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Jogyakarta : UGM Press
Rees SG, Goodenough AE, Hart AG, Stafford R. 2011. Testing the effectiveness of capture
mark recapture population estimation techniques using a computer simulation with
known population size. Ecological Modelling 222: 3291 – 3294.
Resosoedarmo S. 1992. Pengantar Ekologi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Safitri G, Dasari D, Agustina F. 2016. Penerapan metode Schnabel dalam mengestimasi jumlah
anggota populasi tertutup (Studi kasus perhitungan populasi ikan mola-mola).
EureMatika 4(1): 75 – 91.
Whiteley AR., Woolf J, Kenneoy K, Oberbillig D, Brewer C. 2007. Classroom mark-recapture
with crickets. The American Biology Teacher 69(5): 292 – 297.
56
F. LEMBAR KEGIATAN PRAKTIKUM CAPTURE RECAPTURE
:
Nama
Institusi Asal :
Gambar Bukti Pelaksanaan Praktikum Mandiri:
Lakukan estimasi populasi serangga dengan simulasi biji tasbih secara mandiri sesuai petunjuk
pengerjaan. Isilah tabel pengamatan berikut:
1. Tabel Metode Capture - Recapture Lincoln – Peterson
Sampling ke M n R
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
57
Sampling ke M nR
16
17
18
19
20
Jumlah
Keterangan :
M = Jumlah individu yang tertangkap pada periode penangkapan pertama kemudian diberikan
tanda yang mudah dikenali.
n = Jumlah individu yang tertangkap pada penangkapan periode kedua terdiri dari individu yang
bertanda hasil tangkapan periode pertama.
R = individu yang bertanda dari penangkapan periode pertama yang tertangkap kembali pada
penangkapan periode kedua.
Gunakan persamaan Lincoln-Peterson untuk mengetahui dugaan besar populasi.
Ketik/tulis perhitungan dugaan besar populasi pada kotak di bawah!
2. Tabel Metode Capture - Recapture Schnabel
Sampling ke Ni Jumlah Mi ni.Mi 1/N-ni
Ri hewan yang
1
2 diberi tanda
3
58
Sampling ke Ni Jumlah ni.Mi 1/N-ni
Ri hewan yang Mi
4
5 diberi tanda
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Jumlah
Keterangan :
Mi = Jumlah total hewan yang tertangkap pada periode ke i ditambah periode sebalumnya.
ni = Jumlah hewan yang tertangkap pada periode ke i.
Ri = Jumlah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i.
Gunakan persamaan Schanabel untuk mengetahui dugaan besar populasi.
Ketik/tulis perhitungan dugaan besar populasi pada kotak di bawah!
59
JARINGAN EPITHEL
Oleh:
Dr. Djumadi, M.Biomed
A. TUJUAN
Praktikan dapat memahami struktur dari jaringan epithel pada organ- organ penyusun tubuh
hewan maupun manusia, selain itu juga dapat memahami peran jaringan epithel pada organ
tubuh
B. DASAR TEORI
Jaringan adalah struktur histologi yang dibentuk oleh kumpulan sel-sel yang memiliki
sifat dan fungsi yang sama. Pada kelompok hewan multiseluler jaringan tubuh dibedakan
menjadi 2 yaitu : (1). Jaringan Somatis/Jaringan tubuh. Meliputi : Epithel, Pengikat,
Penunjang, Otot dan Saraf (2). Jaringan Germinal/Reproduksi meliputi : Testis dan Ovarium
Jaringan Epithel berasal dari kata Yunani yaitu Epi : tepi, pada dan thele : tonjolan kecil.
Jadi jaringan epithel yaitu jaringan yang tersusun atas lapisan sel yang membentuk lapisan
permukaan tubuh atau melapisi ruang-ruang (rongga) dalam tubuh. Jaringan epitel merupakan
jaringan yang membatasi tubuh dan lingkungannya, baik di sebelah luar maupun dalam.
Jaringan epitel berasal dari spesialisasi lapisan ectoderm. Jaringan epitel yang melapisi luar
tubuh disebut epidermis. Yang membatasi rongga dalam disebut endodermis, sedangkan yang
membatasi rongga disebut mesoderm. Tempat melekatnya sel epithel disebut membrana /
lamina basalis yang juga berfungsi sebagai penyalur nutrisi untuk kehidupan sel.
A: Lamina Basalis;
B: Lamina fibro retikuler;
C: Serabut kolagen;
D: Membrana Basalis
Gambar 1. Membrana Basalis (Mikroskop Elektron)
A. Fungsi Jaringan Epithel
1. Sebagai pelindung atau proteksi jaringan yang berada di sebelah dalamnya /
Menutupi dan melapisi permukaan tubuh (Kulit).
60
2. Sebagai kelenjar , yaitu cairan yang menghasilkan getah. Kelenjar merupakan
lekukan dari jaringan epitel dimana pada dindingnya terdapat sel kelenjar. Sel
kelenjar adalah sel yang mengambil bahan baku dari darah lalu dibuat menjadi
sesuatu. Kelenjar Ekskresi bila zat yang dikeluarkannya untuk dibuang, contohnya
urine. Kelenjar sekresi jika zat yang dikeluarkannya untuk digunakan kembali,
contohnya enzim-enzim. Kelenjar endokrin bila zat yang dikeluarkan (hormone)
langsung ke dalam darah.
3. Sebagai penerima rangsang atau reseptor, disebut epitel sensori atau
neuroepitelium. Epitel sensori kebanyakan berada di alat indra.
4. Sebagai pintu gerbang lalu lintas zat, berfungsi melakukan penyerapan zat ke dalam
tubuh dan mengeluarkan zat dari dalam tubuh (Absorbsi). Contohnya pada alveolus
paru-paru, jonjot usus, dan nefron ginjal
5. Kontraktil (myoepithel).
6. Transportasi (vesica felea).
B. Sifat Umum Jaringan Epithel
1. Bentuk dan ukuran sel berfariasi.
2. Adanya membran basalis.
3. Kohesi (ikatan) antar sel-selnya kuat.
4. Tersusun atas sel-sel bersisi dan bersudut banyak (poligonal) yang berhimpit padat.
C. Macam-macam Jaringan Epithel
a. Berdasarkan lapisan
1. Jaringan epithel selapis (Epithelium sympleks)
61
2. Jaringan epithel berlapis (Epithelium kompleks)
3. Jaringan epithel berlapis transisional (Epithelium transisional)
b. Berdasarkan bentuk
1. Epithelium squamosum (pipih/gepeng).
2. Epithelium kuboid (kubus).
3. Epithelium kolumner (silindris).
4. Epithelium polygonal
Epitel Selapis
1. Epithel Kubus Selapis ( Epithelium Cuboid Symplex).
a. Susunan selapis sel berbentuk kubus dengan susunan yang teratur.
b. Sitoplasmanya jernih atau berbutir-butir
c. Batas antar sel jelas karena adanya jala terminal.
d. Inti sel bulat, besar, terletak ditengah.
e. Fungsi penutup/pelindung/proteksi, sekresi, dan absorbs
f. Terletak di kelenjar keringat dan kelenjar air liur, retina mata dan lensa mata,
permukaan ovary, Glandula tiroid, dan saluran nefron ginjal (Tubulus contortus pars
proxsimalis ren).
g. Mempunyai ukuran tebal dan panjang yang sama sekarang nampak sebagai bujur
sangkar. Dari permukaan, epitel bentuk selnya nampak poligonal.
62
Gambar epithelium kubus selapis
2. Epithel Kolumner / Silindris Selapis ( Epithelium Columner Symplex)
a. Bentuk sel memanjang seperti tiang (silindris).
b. sitoplasmanya jernih atau berbutir-butir
c. Nukleus berbentuk oval, terletak didasar.
d. Ditemukan adanya Goblet cell (sel piala) dan brush border.
e. Fungsi proteksi, absorbsi, sekresi, & Tempat difusi dan absorbsi zat.
f. Terdapat pada dinding dalam lambung, usus (vili intestinalis), kandung kencing,
kantong empedu, tuba uterina, rahim, saluran pernafasan bagian atas, dan saluran
pencernaan.
➢ Epitel silindris selapis bersilia
Epitel ini berbentuk seperti epitel silindris berlapis, hanya saja memiliki bulu- bulu
getar atau silia. Epitel ini dapat ditemukan di dinding dalam rongga hidung,
dinding dalam saluran oviduct, saluran trakea, dan bronkus. Fungsinya : (a).
Penghasil mucus (lendir) untuk menangkap benda asing yang masuk.
(b). Dengan getaran silia menghalau benda asing yang masuk/ atau melekat
pada mucus.
➢ Epitel silindris semu berlapis (epitel Silindrisbersilia)
Epitel ini terdiri atas sel-sel epitelium batang yang berekatan satu sama lain dan
tidak semua selnya mencapai permukaan sehingga menyerupai epitelium berlapis.
Terletak pada rongga hidung & trakea. Fungsinya : Proteksi, Sekresi, dan gerakan
zat melalui permukaan.
63
Gambar Epitelium silindris selapis dengan goblet sel
3. Epithel Gepeng/pipih Selapis (Epithelium Squamosum Symplex)
a. Selapis sel dengan bentuk pipih dan sitoplasma jernih, inti sel bulat terletak di tengah
b. Bentuk nukleus pipih.
c. Terletak di pleura, alveolus paru-paru, kapsula bowman pada ginjal, lapisan dalam
pembuluh darah dan limfa, ruang jantung(pericardium), selaput bagian dalam telinga
(cavum tympani), sel ekskresi kecil dari kebanyakan kelenjar dan endothelium.
d. Fungsi memudahkan gerakan visera, Pelapis bagian dalam rongga dan saluran
(endothelium), tempat transport aktif oleh pinositosis.
e. Karena berbentuk sebagai sisik ikan maka disebut sel squamuos. Dengan demikian
ukuran tinggi/tebal kurang dari ukuran panjang dan lebar selnya.
f. Pada potongan tegak lurus permukaan (melintang), epitel tampak bentuk sel yang
memanjang dengan bagian tengahnya yang berisi inti lebih menebal. Sedangkan
apabila dilihat dari permukaan epitil tampak sel-selnya berbentuk polygonal
Gambar Epitel pipih selapis
Epitel Berlapis
1. Epithel Gepeng/pipih Berlapis (Epithelium Squamosum Complex ).
64
a. Terdiri dari 3 lapisan sel yaitu :
Lapisan permukaan, terdiri dari sel squamosum dengan nukleus pipih.
Lapisan tengah, terdiri dari sel-sel poligonal dengan nuklues bulat.
Lapisan basal, terdiri dari sel-sel kolumner dengan nucleus oval.
b. Terletak di Esophagus cavis, Kulit, dan Vagina
c. Epitel ini lebih tebal dari epitel selapis. Pada potongan tegak lurus permukaan
(melintang) terlihat berbagai bentuk sel yang menyusunnya, walaupun disebut epitel
gepeng. Yang berbentuk gepeng hanyalah sel-sel yang terletak pada lapisan
permukaan,sedangkan sel-sel yang terletak lebih dalam bentuknya berubah. Sel-
sel yang terletak lebih dalam bentuknya berubah. Sel-sel yang terletak paling basal
berbentuk kuboid atau silindris melekat pada membrana basalis. Diatas sel-sel
silindris ini terdapat lapisan sel yang berbentuk polihedral yang makin mendekati
permukaan makin memipih.
d. Epitel jenis ini sangat cocok untuk berfungsi proteksi,tetapi sebaliknya kurang cocok
untuk fungsi sekresi. Oleh karena itu, apabila pada permukaan epitel gepeng berlapis
terdapat cairan, bukanlah berasal dari epitil itu sendiri melainkan berasal dari kelenjar
yang terdapat dibawah epitil. Karena berlapis dan tebal,maka kemungkinan
timbul gangguan nutrisi.Sekarang epitil jenis ini dibedakan 2 macam yaitu :
➢ Epitelium stratificatum squamosum noncornificatum/epitel gepeng berlapis
tanpa keratin (tanpa penandukan). Epitel ini terdapat pada permukaan
basal,misalnya pada covum oris, oesofagus, cornea, conjuntiva, vagina dan
urethrae feminina.
Gambar epitel pipih berlapis tanpa penandukan
➢ • Epitelium stratificatum squamosum cornificatum/epitel gepeng berlapis
berkeratin penandukan). Struktur epitel ini mirip dengan epitel gepeng berlapis
tanpa keratin, kecuali sel-sel permukaannya mengalami perubahan menjadi suatu
lapisan yang mati yang tidak jelas lagi batas-batas selnya. Lapisan permukaan
65
tersebut merupakan lapisan keratin. Jenis epitel ini diketemukan pada permukaan
epidermis kulit.
Gambar epitel pipih berlapis yang mengalami penandukan
Mempelajari epitel gepeng berlapis dapat dilihat lapisan-lapisan sel pada epidermis
kulit sebagai berikut :
• Stratum basale : merupakan lapisan dasar,sel berbentuk silindris pendek atau
kubus. Dalam sitoplasmannya terdapat butir-butir pigmen melanin.
• Stratum spinosum : lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk
polihedral. Pada pengamatan dengan mikroskop cahaya terlihat seakan-akan selnya
berduri (spina) yang sebenarnya disebabkan adanya bangunan yang disebut
desmosome.
• Stratum granulosum : lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel yang berbentuk belah ketupat
dengan sunmbu panjangnya sejajar permukaan. Didalam sel-selnya terdapat butir-butir
keratolin,oleh karena mulai lapisan ini terjadi perubahan-perubahn faali.
• Stratum lusidum : lapisan ini kadang-kadang tidak jelas karena tampak sebagai garis
jernih yang homogen. Sebenarnya lapisan ini terdiri atas sel-sel tidak berinti yangtelah
mati yang mengandung zat yang dinamakan eleidin dalam sitoplasmanya.
• Stratum korneum : merupakan lapisan yang teratas dari epidermis. Pada lapisan ini zat
eleidin telah berubah menjadi keratin. Bagian terluar dari lapisan ini, bagian-bagian
epidermis dilepaskan sehingga merupakan lapisan tersendiri yang dinamakan stratum
disjunctum.
2. Epithel Kubus Berlapis (Epithelium Cuboid Complex )
a. Terdiri atas dua lapis sel kuboid
b. Sel-sel lapisan permukaan lebih kecil daripada yang terdapat pada lapisan basal.
c. Berfungsi sebagai proteksi, sekresi.
d. Terletak di Kelenjar keringat, Folikel ovarium yang berkembang, pada dinding
antrum folikuli ovarii, dan duktus exkretorius glandula parotis.
66
Gambar Epitelium kuboid berlapis.
3. Epitel kolumner/silindris bersilia berlapis (Epithelium Pseudocomplex Columner
Bersilia).
a. Epitel ini sepintas lalu, mirip epitil berlapis, namun apabila diperhatikan secara
seksama ternyata tidak berlapis. Epitil jenis ini pun mempunyai modifikasi dengan
adanya silia pada permukaan sel yang berukuran tinggi sehingga epitil ini disebut epitil
silindris berlapis semu bersilia. Contoh : dijumpai pada trachea, broncus yang besar,
ductus deferens.
b. Lapisan–lapisan basal terdiri atas sel-sel poligonal yang tidak teratur, pendek.
c. Terdiri atas sel-sel kolumner bersilia.
d. Tidak semua sel dapat mencapai permukaan.
e. Nukleus pada bagian yang melebar.
f. Sel-sel permukaan berbentuk silindris panjang.
g. Dapat dijumpai pada trachea, broncus yang besar, ductus deferens, Konjungtiva
dan
mukosa rongga hidung.
h. Epitel ini terdiri atas beberapa lapisan sel dengan lapisan yang teratas berbentuk
silindris dan bagian basal selnya tidak mencapai membrana basalis. Lapisan sel-sel
dibawah sel silindris berbentuk lebih pendek bahkan bagian yang terbawah berbentuk
kuboid. Contoh : pada fornix conjunctiva, urethrae pars kavernosa, peralihan
oropharynx ke larynx. Pada permukaan sel dari lapisan teratas dilengkapi dengan silia,
misalnya pada facies nasalis falatum molle, larynx dan esofagus dari fetus.
67
Gambar epitel silindris berlapis (terlihat melapisi dinding lumen)
4. Epithel Transisional ( Epithelium Transisional )
Epitel peralihan. Jenis epitil ini terutama dimiliki oleh alat berongga yang dapat
mekar jika bertambah isi. Oleh karena itu bentuk sel berlapis yang kolumner dapat
berubah menjadi kuboid rendah jika alat penuh isi. Ciri khas epitil ini adalah bahwa
lapisan permukaan yang membatasi lumen dilengkapi dengan sel-sel
khusus,berbentuk bulat,yang akan menjadi sel payung jika alat mengembang. Contoh
dijumpai pada ureter dan Vesika urinaria.
• Pada epitel ini, strukturnya mirip epitel berlapis gepeng.
• Pada lapisan atas terdapat lapisan sel yang berbentuk payung (sel payung). Sel
payung dalam keadaan regang akan memipih, misalnya dalam keadaan saluran
terisi penuh. (a). Lapisan superfisial terdiri atas sel kuboid sampai gepeng. (b).
Lapisan tengah terdiri dari sel kuboid dan polyhedral. (c). Lapisan basal terdiri dari
sel-sel kuboid sampai silindris.
• Terdapat di ureter, vesica urinaria, Kaliks renal, dan kandung kemih
Fungsi: memungkinkan perubahan dalam bentuk.
Gambar epitel transisional
68
C. LATIHAN
3. Alat/ Bahan/ Media
1. Mikroskop
2. Pensil berwarna
3. Sediaan Preparat awetan
4. Slide
4. Cara Kerja
1. Epithel squamus selapis
Preparat : Mesotel peritonium, lapisan endotel, lapisan rongga perikardium,
pleura, dan capsula glomeruli ren
Pewarnaan : Hemaktosilin-eosin
Perhatikan : Slide mesotel peritonium dari potongan transversal dinding
yeyenum . Perhatikan bentuk sel, hubungan sel satu dengan sel
yang liannya, bentuk nukleus, jaringan ikat dibawahnya longgar
atau padat, adakah pada bagian ini tunica serosa dan perhatikan
pembuluh darah yang ada, apakah dibatasi oleh epithel squamus
endotel.
Tugas : Gambar dan beri keterangan gambar tersebut
2. Epithel squamus berlapis dengan atau tanpa kornifikasi
Preparat : Esophagus cavia (awetan), epidermis, mulut, vagina, laring, dan
saluran anus
Pewarnaan : Malory Acid Fuchsin
Perhatikan : Bentuk sel yang berlapis-lapis sel superfisial pipih, dibagian
tengah poligonal, dan bagian basal terlihat meninggi
Tugas : Gambar dan beri keterangan gambar tersebut
3. Epithel kuboid selapis
Preparat : Tubulus kontortus pasproksimalis ren (awetan), lapisan penutup
ovarium, dan tiroid
Pewarnaan : PAS
Perhatikan : Bentuk sel, letak inti, letak brush border, membrana basalis
Tugas : Gambar dan beri keterangan gambar tersebut
4. Epithel kolumner selapis dengan striated border
Preparat : Villi intestinalis (awetan)
69
Pewarnaan : PAS
Perhatikan • Bentuk sel, striated border tampak sebagai lapisan, sel goblet
(sel piala) terlihat jelas diantara sel epithel
• Sel-sel epithel kolumner selapis dengan 2 jenis sel yaitu sel
kolumner dengan striaded border tampak sebagai membrane
merah terang dengan garis lemah vertikal pada tepi bebas sel
kolumner.
Tugas : Gambar dan beri keterangan gambar tersebut
5. Epithel pseudo kolumner berlapis
Preparat : Trachea
Pewarnaan : Hemaktosilin-eosin
Perhatikan : Susunan sel, inti yang tampak 2- 3 deret, sel goblet, sillia pada
sel- selnya
Tugas : Gambar dan beri keterangan gambar tersebut
6. Epithel kolumner bertingkat dengan sillia
Preparat : Slide trachea
Pewarnaan : Malory
Perhatikan : Susunan sel, letak inti, hubungan dengan membran basalis,
letak sillia.
Tugas : Gambar dan beri keterangan gambar tersebut
7. Epithel transisional
Preparat : Urether, vesica urinaria (awetan), dan kaliks renal
Pewarnaan : Malory / hematoksilin-eosin
Perhatikan : Bentuk sel-sel dipermukaan dan sel di bagian bawah berbentuk
poligonal, lapisan-lapisan yang dibentuk.
Tugas : Gambar dan beri keterangan gambar tersebut
D. DISKUSI
1. Apa yang dimaksud jaringan epithel ?
2. Sebutkan ciri – ciri epithel selapis kuboid ?
3. Bentuk sel memanjang seperti tiang serta ditemukan adanya Goblet cell dan brush
border, merupakan ciri – ciri dari sel ?
4. Contoh dari Epithelium Squamosum Complex (Epithel Berlapis Gepeng) adalah ?
70
5. Sebutkan nama bagian yang ada dibawah ini ?
E. DAFTAR PUSTAKA
Mariano S.H diFiore. 1992. Atlas Histologi Manusia. Jakarta. EGC.
Jungueira,L Carlos dkk.1997. Histologi Dasar. Jakarta. EGC.
Leeson, C. Roland. 1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta. EGC.
Victor P. Eroschenko. 2003. Atlas Histologi di fiore. Jakarta. EGC.
71
F. LEMBAR KEGIATAN
PRAKTIKUM HISTOLOGI
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
LATIHAN JARINGAN EPITEL
Kelompok :
Nama / NIM :
Kelas :
A. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu memahami struktur jaringan pada organ-organ penyusun
tubuh hewan maupun manusia.
B. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu menggambarkan dan memberi keterangannya lengkap stuktur
jaringan epitel pipih, epitel berlapis dan epitel silindris serta epitel transisional. Organ-
organ (ren, discus intervertebralis, ephiglotis, usus, hidung dan ovarium) penyusun tubuh
hewan/manusia melalui pengamatan pada mikroskop dengan lengkap.
C. Alat dan Bahan ( ......................... )
1. Alat (disertai jumlahnya) ( ......................... )
a. ( ......................... )
b. ( ......................... )
c. ( ......................... )
d.
e.
2. Bahan (disertai jumlahnya) ( ......................... )
a. ( ......................... )
b. ( ......................... )
c. ( ......................... )
d. ( ......................... )
e.
D. Cara Kerja
1. Epithel squamus selapis
Preparat : Mesotel peritonium, lapisan endotel, lapisan rongga perikardium,
pleura, dan capsula glomeruli ren
Pewarnaan : Hemaktosilin-eosin
Perhatikan : Slide mesotel peritonium dari potongan transversal dinding
yeyenum Perhatikan bentuk sel, hubungan sel satu dengan sel yang
liannya, bentuk nukleus, jaringan ikat dibawahnya longgar atau
padat, adakah pada bagian ini tunica serosa dan perhatikan
72
pembuluh darah yang ada, apakah dibatasi oleh epithel squamus
endotel
Tugas - Gambar dan beri keterangan
- Gambar sketsa jaringan epithel
- Beri deskripsi mencakup ciri – ciri histologi, letak, fungsi, dll.
2. Epithel squamus berlapis dengan atau tanpa kornifikasi
a. Preparat : Esophagus cavia (awetan), epidermis, mulut, vagina, laring, dan
saluran anus
Pewarnaan : Malory Acid Fuchsin
Perhatikan : Bentuk sel yang berlapis-lapis sel superfisial pipih, dibagian tengah
poligonal, dan bagian basal terlihat meninggi
Tugas - Gambar dan beri keterangan
- Gambar sketsa jaringan epithel
- Beri deskripsi mencakup ciri – ciri histologi, letak, fungsi, dll.
b. Preparat : Slide esophagus dari potongan transversal
Pewarnaan : Hematoksilin-eosin
Perhatikan : Struktur dan bandingkan dengan preparat awetan yang tersedia
Tugas - Gambar dan beri keterangan
- Gambar sketsa jaringan epithel
- Beri deskripsi mencakup ciri – ciri histologi, letak, fungsi, dll.
3 Epithel kuboid selapis
Preparat : Tubulus kontortus pasproksimalis ren (awetan), lapisan penutup
ovarium, dan tiroid
Pewarnaan : PAS
Perhatikan : Bentuk sel, letak inti, letak brush border, membrana basalis
Tugas - Gambar dan beri keterangan
- Gambar sketsa jaringan epithel
- Beri deskripsi mencakup ciri – ciri histologi, letak, fungsi, dll.
4. Epithel kolumner selapis dengan striated border
a. Preparat : Villi intestinalis (awetan)
Pewarnaan : PAS
Perhatikan : Bentuk sel, striated border tampak sebagai lapisan, sel goblet (sel
piala) terlihat jelas diantara sel epithel
Tugas - Gambar dan beri keterangan
- Gambar sketsa jaringan epithel
- Beri deskripsi mencakup ciri – ciri histologi, letak, fungsi, dll.
b. Preparat : Slide villi intestinalis
Pewarnaan : Hematoksilin-eosin
Perhatikan : Sel-sel epithil kolumner selapis dengan 2 jenis sel yaitu sel kolumner
dengan striaded border tampak sebagai membran merah terang
dengan garis lemah vertikal pada tepi bebas sel kolumner. Sel goblet
terletak diantara sel dengan batas bergaris
Tugas - Gambar dan beri keterangan
- Gambar sketsa jaringan epithel
- Beri deskripsi mencakup ciri – ciri histologi, letak, fungsi, dll.
5. Epithel pseudo kolumner berlapis
Preparat : Trachea
Perhatikan : Susunan sel, inti yang tampak 2- 3 deret, sel goblet, sillia pada sel-
selnya
Tugas - Gambar dan beri keterangan
73
- Gambar sketsa jaringan epithel
- Beri deskripsi mencakup ciri – ciri histologi, letak, fungsi, dll.
6. Epithel kolumner bertingkat dengan sillia
Preparat : Slide trachea
Pewarnaan : Malory
Perhatikan : Susunan sel, letak inti, hubungan dengan membran basalis, letak
sillia.
Tugas : Bandingkan dengan preparat nomer 5 diatas
- Gambar dan beri keterangan
- Gambar sketsa jaringan epithel
- Beri deskripsi mencakup ciri – ciri histologi, letak, fungsi, dll.
7. Epithel transisional
a. Preparat : Urether, vesica urinaria (awetan), dan kaliks renal
Pewarnaan : Malory / hematoksilin-eosin
Perhatikan : Bentuk sel-sel dipermukaan dan sel di bagian bawah berbentuk
poligonal, lapisan-lapisan yang dibentuk.
Tugas - Gambar dan beri keterangan
- Gambar sketsa jaringan epithel
- Beri deskripsi mencakup ciri – ciri histologi, letak, fungsi, dll.
b. Preparat : Slide saluran keluar / urethra
Pewarnaan : Hemaktosilin eosin
Perhatikan : Susunan sel, bentuk dan letak inti, serabut-serabut otot polos.
Tugas : Bandingkan dengan preparat awetan yang digunakan
- Gambar dan beri keterangan
- Gambar sketsa jaringan epithel
- Beri deskripsi mencakup ciri – ciri histologi, letak, fungsi, dll.
E. Hasil Pengamatan : ............................
a. 1. Nama Preparat : ............................
2. Letak : ............................
3. Pewarnaan : ............................
4. Perbesaran :
5. Gambar dan Keterangan
Keterangan :
Gambar :
1.
2.
3.
4.
5.
7.
8.
9.
10.
74
Sketsa
Deskripsi
b. 1. Nama Preparat : ............................
2. Letak : ............................
3. Pewarnaan : ............................
4. Perbesaran : ............................
5. Gambar dan Keterangan :
Gambar : Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
75
7.
8.
9.
10.
Sketsa
Deskripsi
c. 1. Nama Preparat : ............................
2. Letak : ............................
3. Pewarnaan : ............................
4. Perbesaran : ............................
5. Gambar dan Keterangan :
Gambar : Keterangan :
1.
2.
3.
76
4.
5.
7.
8.
9.
10.
Sketsa
Deskripsi
d. 1. Nama Preparat : ............................
2. Letak : ............................
3. Pewarnaan : ............................
4. Perbesaran : ............................
5. Gambar dan Keterangan :
Gambar : Keterangan :
1.
2.
3.
77
4.
5.
7.
8.
9.
10.
Sketsa
Deskripsi
e. 1. Nama Preparat : ............................
2. Letak : ............................
3. Pewarnaan : ............................
4. Perbesaran : ............................
5. Gambar dan Keterangan :
Gambar : Keterangan :
1.
2.
3.
78
4.
5.
7.
8.
9.
10.
Sketsa
Deskripsi
f. 1. Nama Preparat : ............................
2. Letak : ............................
3. Pewarnaan : ............................
4. Perbesaran : ............................
5. Gambar dan Keterangan :
Gambar : Keterangan :
1.
2.
3.
79
4.
5.
7.
8.
9.
10.
Sketsa
Deskripsi
g. 1. Nama Preparat : ............................
2. Letak : ............................
3. Pewarnaan : ............................
4. Perbesaran : ............................
5. Gambar dan Keterangan :
Gambar : Keterangan :
1.
2.
3.
80
4.
5.
7.
8.
9.
10.
Sketsa
Deskripsi
F. Kesimpulan
1. Jaringan Epitel adalah
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……..………………………………………………………………………………
…………..…………………………………………………………………………
………………..........................................................................................................
81
2. Fungsi jaringan epitel adalah
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……….......................................................................................................................
G. Daftar Pustaka
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………....................................................
82
JARINGAN GERMINAL
Oleh:
Rina Astuti, M.Pd
A. TUJUAN
Diharapkan praktikan dapat mempelajari anatomi organ reproduksi dan memahami
macam dan perbedaan dari berbagai jenis jaringan jaringan germinal. Dengan kegiatan
praktikum ini diharapkan pula para praktikan lebih mantap dalam memahami konsep dasar dari
jaringan germinal tersebut
B. DASAR TEORI
Reproduksi merupakan suatu proses biologi untuk menghasilkan individu baru.
Sistem reproduksi merupakan suatu sistem yang berfungsi berkembangbiak agar makhluk
hidup dpat mempertahankan diri dari kepunahan. Reproduksi ada dua macam, yaitu
reproduksi seksual dan aseksual. Reproduksi seksual memerlukan adanya (keterlibatan) dua
individu yang biasanya dilakukan dengan jenis kelamin yang berdeda (tidak sama atau antara
jantan dan betina). Contoh pada manusia normal, yaitu secara umum reproduksi seksual,
organisme yang lebih kompleks melakukan reproduksi secara seksual. Sedangkan dalam
reproduksi aseksual, individu dapat dilakukan reproduksi tanpa keterlibatan individu lain dari
spesies yang sama. pembelahan pada sel bakteri menjadi dua sel anak adalah contoh dari
reproduksi aseksual. walaupun begitu, reproduksi aseksual tidak dibatasi dengan organisme
yang bersel satu. lebih kebanyakan tumbuhan juga memiliki kemampuan untuk melakukan
reproduksi aseksual.
1. Organ Reproduksi Feminina
a. Organ Genitalia Feminina Externa
Meliputi semua organ-organ yang terletak antara os pubis, ramus inferior
dan perineum. Antara lain: (1). Mons veneris / mons pubis (daerah tumbuhnya
rambut). (2). Labia Mayora (bibir besar). (3).Labia Minora atau Nimfae (bibir
kecil). (4). Clitoris (kelentit/ jaringan yang berisi saraf). (5). Vestibulum (muara
vagina). (6). Kelenjar Bartholini (kelenjar lendir). (7). Hymen (selaput dara).(8).
Lubang kencing (orifisium uretra externa). (9). Perineum (jarak vulva dan anus)
b. Organ Genitalia Feminina Interna
83
Genetalia interna antara lain terdiri dari : (1). Vagina (liang senggama). (2). Tuba
Uterina (saluran telur). (3). Uterus/ Rahim. (4). Ovarium (indung telur).
Gambar 2. Organ Reproduksi Feminina internal
Fungsi reproduksi wanita memiliki siklus aktivitas yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangan dari folikel dominan. Normalnya ovarium akan
memproduksi satu folikel dominan yang akan mengalami ovulasi pada setiap siklus
menstruasi. Folikel dominan akan memproduksi estradiol pada saat fase folikuler dari
siklus ovarium. Setelah ovulasi, folikel akan berubah menjadi corpus luteum yang akan
mensekresi progesteron dalam jumlah besar saat fase luteal dari siklus menstruasi.
Estradiol dan progesteron bekerja pada uterus untuk mempersiapkan kondisi uterus
sebagai tempat implantasi embrio. Oleh karena itu, untuk memahami siklus menstruasi dan
fertilitas wanita perlu dipahami mengenai siklus hidup dari folikel dominan dan apa saja
yang mempengaruhinya.
Gambar . Proses Folikulogenesis dan Ovulasi
84
Ovarium (indung telur)
Ovarium adalah kelenjar berbentuk buah kenari, terletak di kanan dan kiri uterus,
di bawah tuba uterina, dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri.
Ovarium berisi sejumlah besar ovum belum matang, yang disebut oosit primer. Setiap
oosit dikelilingi sekelompok sel folikel pemberi makanan. Pada setiap siklus haid sebuah
dari ovum primitif ini mulai mematang dan kemudian cepat berkembang menjadi folikel
ovari yang vesikuler (folikel Graaf).
Gambar. Struktur Histologis Ovarium
Sewaktu folikel Graff berkembang, perubahan terjadi di dalam sel-sel ini, dan
cairan likuor folikuli memisahkan sel-sel dari membran granulosa menjadi beberapa
lapis. Pada tahap inilah dikeluarkan hormon estrogen. Pada masa folikel Graff mendekati
pengembangan penuh atau pematangan, letaknya dekat permukaan ovarium, dan menjadi
makin mekar karena cairan, sehingga membenjol, seperti pembengkakan yang
menyerupai kista pada permukaan ovarium. Tekanan dari dalam folikel menyebabkannya
sobek dan cairan serta ovum lepas melalui rongga peritoneal masuk ke dalam lubang
yang berbentuk corong dari tuba uterina. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan
sebuah ovum dilepaskan dan dikeluarkan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14)
siklus menstruasi.
85
Gambar stuktur histologis ovarium
2. Organ Reproduksi Masculina
a. Organ Reproduksi Masculina externa
meliputi : Penis dan Skrotum
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang berisi testis.Berjumlah
sepasang, yaitu skrotum kanan dan kiri.Dinding skrotum tidak mengandung lemak
subkutan dan rambut tetapi mengandung sedikit otot. Otot ini bertindak sebagai
pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil.
b. Organ Reproduksi Masculina interna
Meliputi : testis, epididimis, vas dereferens, vesika seminalis, kelenjar prostat, uretra.
Gambar. Organ Reproduksi Masculina
Sistem reproduksi pria terdiri dari testis, genital ductus, accessory glands, dan
penis. Testis memilki fungsi ganda, yaitu memproduksi spermatozoa dan hormone.
86
Genital ductus dan accessory glands memproduksi cairan yang bersama- sama dengan
spermatozoa disebut dengan semen.
Tiap testis dibungkus oleh tunica albugenia. Testis dibagi menjadi 250 kompartemen
berbentuk pyramidal yang disebut testicular lobules. Setiap lobules diisi oleh satu sampai
empat tubulus seminiferus, diantara tubulus diisi oleh sel Leydig. Tubulus seminiferus
memproduksi spermatozoa, sedangkan sel Leydig memproduksi Testoteron.
Tubulus seminiferus dilapisi oleh dua jenis sel , yaitu sel spermatogenik dan sel sertoli.
Sel spermatogenik mengalami proses spermatogenesis dan menghasilkan spermatozoa.
Sel sertoli mempunyai peran sangat penting dalam proses spermatozoa yaitu
mensuport dan melindungi sel spermatogenik yang sedang tumbuh dan berkembang.
Spermatogenesis dimulai dari saat pubertas, yaitu terjadi pembelahan
spermatogonia dan menghasil dua jenis sel yaitu spermatogonia tipe A dan B. Spermatogonia
tipe B selanjutnya mengalami diferensiasi menjadi spermatosit primer, kemudian
membelah lagi dan menghasilkan spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder kemudian
membelah dan menghasilkan spermatid, setelah spermatid tidak ada lagi pembelahan sel.
Proses selanjutnya adalah pematangan sel yang dikenal dengan spermiogenesis.
Spermiogenesis menyebabkan perubahan morfologi spermatid menjadi spermatozoa.
Spermatozoa kemudian ditranport melewati beberapa duktus yaitu tubulus rectus,
rete testis, and ductuli efferentes, ductus epididymidis, ductus (vas) deferens, dan akhirnya
sampai di urethra.
Gambar penampang melintang testis
Spermatozoa
Spermatozoa dihasilkan didalam tubulus seminiferus testis. Spermatozoa yang telah
matang (mature) akan melepaskan diri dan bebas berada dalam saluran pengumpulan
87
spermatozoa. Sperma merupakan sel yang kecil, kompak, dan sangat khas. Berdasarkan
morfologinya sperma di bagi menjadi :
a. Kepala, yang membawa materi herediter. Bentuk oval memanjang berisi materi inti
yang bersenyawa dengan protein. Bagian anterior dilengkapi akrosome yang
mengandung enzim hyaluronidaseyang dapat menembus ovum.
b. Leher, yang mengandung organel penghasil energi yaitu mitokondrion, dan bagian
leher ini sering disebut sebagai “gudang mesiu” karena banyak mengandung energi.
c. Ekor, yang mengandung sarana penggerak.
Gambar 4. Morfologi Spermatozoa
Pratiwi (2004), menyatakan bahwa salah satu ciri terpenting dari makhluk hidup
adalah kemampuan untuk memperbanyak diri dan jenisnya. Bagi setiap organisme ada
saatnya kekuatan untuk metabolisme, pertumbuhan dan daya tanggapnya tidak memadai
untuk mempertahankan organisasinya yang rumit terhadap kekuatan-kekuatan lain.
Kekuatan yang menyebabkan punahnya makhluk hidup antara lain: Serangan oleh manusia,
Parasitisme, Bencana alam, Penuaan. Spesies makhluk hidup memiliki kemampuan untuk
bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dicapai dengan membentuk individu
baru sebelum diamati.
Dalam bukunya, Pearce (1987) menyatakan bahwa cara organ reproduksi berkembang
sangat menakjubkan, sel benih testis pada orang laki-laki maupun sel benih ovarium pada
orang perempuan tampak pada awal kehidupan janin. Maka kelamin sudah sangat pagi-pagi
ditentukan, tetapi sifat kelamin belum dapat dikenal. Kejadian bagaimana sel reproduksi ini
digerakkan kedaerah tepat yang telah ditentukan yaitu ovarium dan testis, merupakan
rahasia yang agung dan indah. Sel-sel reproduksi tersebut berkembang di sebelah depan
88
ginjal dan kemudian tertanam sebagai kolom-kolom sel yang kemudian membentuk
kelenjar reproduksi yang berisi sel benih dan juga membentuk struktur sekelilingnya.
Organ-organ reproduksi membentuk apa yang dikenal sebagai tractus genitalis, yang
berhubungan dengan tractus unnarius. Pada orang laki-laki kedua tractus itu erat
berhubungan. Pada perempuan, meskipun tractus genitalisnya erat berhubungan dengan
tractus urinarius, akan tetapi tidak bersambung. Tractus genitalis perempuan bersambung
dengan rongga peritoneum. Ini bukan hanya pada laki-laki. Tidak ada saluran dan tractus
genitalis yang terbuka pada rongga peritoneum (Suharno, 2004).
Pada manusia secara generative, alat reproduksi pada laki-laki terdiri dari vesica
seminalis, ductus ejakulatoris, penis, dan epididimis kelenjar kelamin terdiri dari vesica
seminalis, kelenjar postrat, kelenjar bulbeuretral, dan kelenjar penis. Pembentukan sperma
terjadi di skrotum yaitu di tubulus seminiferis (Maryati,2000). Sedangkan pada alat
reproduksi pada wanita terdiri dari bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar terdiri dari
labia mayora, labia minor, orificium urethrae, hymen, dan klitoris. Alat kelamin bagian dalam
terdiri dari ovarium, oviduct/tuba fallopi, uterus, dan vagina.
Malbandov (1990), menyatakan bahwa secara psikologi birahi ditimbulkan oleh
hormon seks betina, yakni estrogen yang dihasilkan oleh folikel-folikel ovarium. Birahi
yang jelas dapat ditimbulkan pmberian estrogen, bahkan dapat diberikan pada betina yang
overektomi. Perlu diingat bahwa meskipun birahi disebabkan oleh ovarium tetapi dngan
pengertian diluar aktivitas ovarium. Pada betina yang intak, estrogen dari luar dapat
menimbulkan birahi pada hampir tiap saat selama periode siklus estrus, oleh sebab itu maka
birahi dapat dipisahkan dari peristiwa yang terpenting dari ovarium, yaitu ovulasi.
Campbell (2004), menyatakan bahwa dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada
mammalia betina. Manusia dan banyak primate yang lain yang mempunyai siklus menstruasi,
sementara mammalia lain mempunyai siklus estrus. Pada kedua kasus ini ovulasi terjadi
pada suatu waktu pada siklus ini setelah endometrium mulai menebal dan terdiri banyak
darah. Karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantasi embrio. Satu perbedaan
pada kedua siklus itu melibatkan nasib kedua uterus jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus
menstruasi endometrium akan meluruh dalam uterus melalui serviks dan bagian vagina
dalam pendarahan yang disebut menstruasi. Pada siklus estrus, endometrium diserap kembali
oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak.
Shahrum (1994), menyatakan bahwa siklus estrus terjadi secara berkala. Bila dalam
satu tahun hanya satu siklus disebut dengan monoestrus, misalnya menjangan satu kali
89
dalam satu tahun. Pada mamalia kecuali primata terjadi birahi pada betina yang disebut
estrus, pada saat itu binatang betina siap untuk kawin. Terlihat keadaan betina yang gelisah.
Masa satu periode estrus ke estrus berikutnya disebut dengan siklus estrus. Apabila terjadi
perkawinan dan hamil, maka estrus terhenti sampai bayi lahir. Bila tidak maka siklus jalan
terus.
Bevelender (1988), menyatakan bahwa dalam testis yang masuk terdapat lebih sedikit
sel-sel sertoli daripada sel-sel germina (sel-sel benih), dan yang pertama cenderung untuk
terletak merata sekeliling tubule seminifera. Sel-sel sertoli cukup tahan terhadap banyak zat
beracun, seperti sinar x dan pengaruh proses tua. Ada dua tipe sel sertoli yang dapat terlihat,
satu berwarna gelap dan yang lainnya berwarna muda.
C. LATIHAN
1. Alat/ Bahan/ Media
a. Mikroskop
b. Pensil warna
c. Preparat awetan ovarium dan testis
d. Slide
2. Cara Kerja
1. Preparat Slide testis
Pewarnaan Hematoksilin eosin
Perhatikana. Lapisan fibrosa, tunica albugenia, Tubulus seminiferus, sel
spermatogen, Sel sertoli, leydiks
Tugas Gambar dan beri keterangan
2. Preparat Slide Ovarium
Pewarnaan Hematoksilin eosin
Perhatikan Ephitel germinatif, folikel primordial. stroma, tunika albugenia,
nukleus , teka internal, zona pelusida
Tugas Gambar dan beri keterangan
D. DISKUSI
1. Bagaimana proses oogenesis terjadi di ovarium?
2. Bagaimana proses spermatogenesis terjadi di testis?
3. Jelaskan 4 fase yg terjadi di ovarium (pra-ovulasi,ovulasi,pasca ovulasi,menstruasi)
90
4. Sperma yg terbntuk di testis memiliki ciri2 berkaitan dengan fertilisasi.jelaskan
morgologi dan fisiologi sperma
5. Kesimpulan apa yg bisa saudara kemukakan dr praktikum reproduksi ini
E. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Petunjuk Praktikum Fisiohewan Program Pascasarjana. Yogyakarta:
UGM.
. 2000. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Laboratorium Fisiologi
Hewan UGM
Geneser, Finn. (1994). Buku Teks Histologi (Arifin Gunawijaya, Elna Kartawiguna dan
Hans La Vina Arkeman, Terjemahan). Jakarta : Binarupa Aksara.
Jungueira,L Carlos dkk.1997. Histologi Dasar. Jakarta. EGC.
Kulshrestha, V.V. 1997. Experimental Physiology. New Delhi: Vikas Publishing House
PVT LTD.
Kartolo S. Wulangi. (1993). Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : DIKTI.
Laboratorium Fisiologi Hewan. (2004). Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta :
Laboratorium Fisiologi Hewan, Fakultas Biologi UGM.
Lehrer. 1994. Memahami Bunyi dan Bising Jantung Katak. Jakarta: Binarupa Aksara.
Leeson, C. Roland. 1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta. EGC. Victor
Mariano S.H diFiore. 1992. Atlas Histologi Manusia. Jakarta. EGC.
Soedjono Basoeki. (1988). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : DIKTI.
Ville, Walker & Barnes. (1988). Zoologi Umum (Nawangsari Sugiri, Terjemahan). Jakarta :
Erlangga.
https://nadzzsukakamu.wordpress.com/2009/03/22/perbedaan-siklus-estrus-dan-siklus-
menstruasi/
91
F. LEMBAR KEGIATAN
PRAKTIKUM HISTOLOGI
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
JARINGAN GERMINAL
Kelompok :
Nama / NIM :
Kelas :
A. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu memahami struktur jaringan pada organ-organ penyusun tubuh
hewan maupun manusia.
B. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu menggambarkan dan memberi keterangannya lengkap stuktur jaringan
Germinal (Ovarium dan Testis) organ-organ penyusun tubuh hewan / manusia melalui
pengamatan pada mikroskop dengan lengkap.
C. Alat dan Bahan ( ......................... )
( ......................... )
1. Alat (disertai jumlahnya) ( ......................... )
a. ( ......................... )
b. ( ......................... )
c.
d.
e.
2. Bahan (disertai jumlahnya) ( ......................... )
a. ( ......................... )
b. ( ......................... )
c. ( ......................... )
d. ( ......................... )
e.
D. Cara Kerja Preparat Awetan Jaringan Testis
1. Preparat Hematoksilin eosin
Pewarnaan 1. Lapisan fibrosa, tunica albugenia
Perbesaran 2. Tubulus seminiferus, sel spermatogen
Penampang 3. Sel sertoli, leydiks
Perhatikan - Gambar dan beri keterangan
Tugas
92
2. Preparat - Beri deskripsi mencakup ciri – ciri histologi, letak, fungsi, dll.
Pewarnaan Preparat Awetan Jaringan Ovarium
Perbesaran Hematoksilin eosin
Penampang
Perhatikan Ephitel germinatif, folikel premordial, stroma, tunika albugenia,
nukleus , teka internal, zona pelusida
Tugas - Gambar dan beri keterangan
- Beri deskripsi mencakup ciri – ciri histologi, letak, fungsi, dll.
E. Hasil Pengamatan : ............................
a. 1. Nama Preparat : ............................
2. Letak : ............................
3. Pewarnaan : ............................
4. Perbesaran :
5. Gambar dan Keterangan
Keterangan :
Gambar :
1.
2.
3.
4.
5.
7.
8.
9.
10.
Deskripsi
93
b. 1. Nama Preparat : ............................
2. Letak : ............................
3. Pewarnaan : ............................
4. Perbesaran : ............................
5. Gambar dan Keterangan :
Gambar : Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
7.
8.
9.
10.
Deskripsi
F. Kesimpulan
1. Bagian – bagian sel yang menyusun ovarium dan fungsi dari bagian-bagian sel
ovarium tersebut adalah
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………..……
……………………………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………..……
94
……………………………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………….
2. Bagian – bagian sel yang menyusun testis dan fungsi dari bagian-bagian sel testis
tersebut adalah
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………..……
……………………………………………………………………………………..……
………………………………………………………………………………………….
G. Daftar Pustaka
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………....................................................
95
PRAKTIKUM SISTEM EKSKRESI MANUSIA
BERBASIS DARING
Oleh:
Dwi Setyo Astuti, M.Pd.
A. TUJUAN
Melakukan uji urinalisasi (uji fisik urine) berbasis daring yang dapat dilakukan secara mandiri
oleh siswa
B. DASAR TEORI
Sistem ekskresi manusia adalah system yang bertugas untuk mengolah dan mebuang zat
sisa metabolisme serta racun dalam tubuh. Jika tidak dikeluarkan dari tubuh, zat-zat tersebut
dapat menimbulkan berbagai masalah fisiologis dan berdampak pada Kesehatan. Organ yang
bertanggungjawab dalam menjalankan system ekskresi adalah ginjal, kulit, hati dan paru-paru.
Organ-organ ini memiliki proses tersendiri beserta produk eksresi yang berbeda-beda. Organ-
organ ini pula saling bersinergi menjalankan fungsi masing-masing dalam upaya menciptakan
kondisi homeostatis dalam tubuh. Sistem ekskresi manusia terdiri dari empat organ penting:
paru-paru, hati, kulit, dan ginjal. Masing-masing mempunyai peran berbeda-beda.
Paru-paru dikenal sebagai sistem respirasi atau pernapasan. Namun, paru-paru juga
memiliki peran sebagai sistem ekskresi. Salah satu limbah terbesar dalam tubuh manusia
adalah karbon dioksida. Gas ini merupakan sisa metabolisme dari respirasi seluler. Setiap kali
menghela napas, paru-paru mengeluarkan gas karbondioksida serta uap air.
Keringat merupakan salah satu cara untuk mendinginkan temperatur tubuh. Selain itu,
keringat juga bermanfaat untuk mengeluarkan cairan dan garam berlebihan dalam tubuh. Kulit
manusia terdiri dari tiga lapisan yaitu:
1. Epidermis – lapisan paling luar, melindungi dari bakteri luar agar tidak masuk ke
dalam tubuh. Epidermis juga memberikan warna pada kulit untuk melindungi kita
dari sinar UV.
2. Dermis – lapisan kedua pada kulit. Lapisan dermis terdiri dari pembuluh kapiler,
ujung-ujung saraf, kelenjar keringat, kelenjar minyak, kantong rambut, dan
pembuluh darah. Indera perasa seperti rasa dingin, panas, sakit, dan tekanan diatur
pada lapisan dermis ini.
96
3. Subkutan (Hipodermis) – Lapisan paling bawah yang mengandung lemak paling
banyak untuk melindungi tubuh dari benturan. Lapisan subkutan juga berfungsi
meregulasi suhu tubuh kita, serta mengikat kulit ke otot dan jaringan di bawahnya.
Manusia memiliki dua ginjal, bentuk ginjal seperti kacang merah, dan terletak di dorsal
kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat
badan, dan panjangnya ± 10 cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang
mengalir menuju ginjal. Setiap hari memfiltrasi hampir 200 liter darah dan memproduksi
sekitar 2 liter urin setiap hari. Pada bagian ginjal, terdapat hampir 1 juta nefron, masing-masing
berfungsi membentuk urin, yang lalu dikeluarkan melalui uretra. Mengeluarkan urin membantu
menstabilkan kadar garam dan cairan dalam tubuh agar tidak berlebihan.
Proses pembentukan urin terjadi melalui 3 tahap, yaitu filtrasi, reabsorsi, dan sekresi/
augmentasi:
1. Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus
terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah
proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah
tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain
penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping
darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma,
seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan
urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang
komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat
glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan
garamgaram lainnya.
2. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat
glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan
terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke
darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam
urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan
150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
97