Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang
komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang
masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa
metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin
primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini
melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan
air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan
tubulus distal.
3. Augmentasi / sekresi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96%
air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang
berfungsi memberi warm dan bau pada urin.
Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi Urin
Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan
mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias
sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin
menjadi banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak
sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan
penyakti diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer.
Uji Urinalisa (Kualitas Fisik Urin)
Urinalisa adalah pemeriksaan urin yang dilakukan untuk mengetahui tentang keadaan
ginjal dan saluran urin. Urinalisa juga dapat digunakan untuk mengetahui keadaan fisiologis
berbagai organ lain dalam tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, dan
lain-lain.
1. Bau Urin
Bau urin normal sebagian disebabkan oleh asam-asam organik yang mudah menguap. Dalam
hal ini harus dibedakan antara bau yang semula ada dengan yang terjadi dalam urin yang
dibiarkan tanpa pengawet (bau amoniak). Biasanya hanya bau yang ada dari semula yang
bermakna untuk pemeriksaan. Bau yang tidak normal dipengaruhi oleh jenis makanan yang
dikonsumsi, obat-obatan, penyakit, dan lain-lain.
2. Warna Urin
98
Warna urin kadang-kadang dapat memberi makna secara klinis. Pada umumnya warna urin
ditentukan oleh besarnya diuresis. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning
tua. Warna ini disebabkan oleh beberapa macam zat terutama urokrom dan urobilin. Pada
beberapa keadaan, warna urin mungkin baru berubah setelah dibiarkan.
3. Kejernihan Urin
Kejernihan urin kadang-kadang dapat memberi makna secara klinis. Urin normal terlihat
jernih, walaupun tidak semua kekeruhan menyatakan adanya keadaan abnormal. Urin normal
akan menjadi keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringan itu disebut nubecula
dan tejadi akibat adanya lendir, sel-sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap.
4. Derajat Keasaman Urin
Penetapan reaksi atau pH tidak banyak berarti dalam pemeriksaan penyaring, tetapi pada
gangguan keseimbangan asam basa penetapan tersebut dapat memberi kesan tentang keadaan
dalam tubuh. Pemeriksaan pH urin segar dapat memberi petunjuk ke arah etiologi infeksi
saluran kemih. Contoh, infeksi yang disebabkan oleh E. coli biasanya menghasilkan urin asam,
sedangkan infeksi yang disebabkan oleh Proteus yang merombak ureum menjadi amoniak,
akan menyebabkan urin menjadi basa. Derajat keasaman urin segar adalah 4,8-7,8.
C. LATIHAN
1. Alat/ Bahan/ Media
• Plastic cup 50 ml
• Urin segar
• Asam cuka
• Lampu senter
2. Cara Kerja
a. Bau Urine
1) Masukkan urine segar ke dalam wadah dan identifikasi bau yang keluar dari
urine.
2) Catat hasil pemeriksaan.
b. Warna Urine
1) Tuang urine segar ke dalam cup plastik, kemudian miringkan cup plastik.
2) Berikan penyinaran terhadap cup plastik tersebut.
3) Tentukan warna urin dengan pernyataan: tidak berwarna, kuning muda, kuning
tua, kuning bercampur merah, merah bercampur kuning.
99
4) Catat hasil pemeriksaan.
c. Kejernihan Urine
1) Tuang urine segar ke dalam cup plastik, kemudian miringkan cup plastik.
2) Berikan penyinaran terhadap tabung tersebut.
3) Tentukan kejernihan urin dengan pernyataan: jernih, agak jernih, keruh, dan
sangat keruh.
4) Catat hasil pemeriksaan
d. KandunganCl Urin
1) Gunakan cup plastic bagian belakang atau bawah
2) Tuang beberapa tetes urin segar
3) Keringanginkan beberapa saat
4) Tetesi dengan asam cuka
5) Amati perubahan yang terjadi
D. DISKUSI
Setelah siswa melakukan pengamatan, mari ajak mereka untuk mendiskusikan beberapa
hal:
1. Mengapa dalam urin dapat tercium bau lain selain bau khas urin?
2. Mengapa warna urin dapat berbeda-beda?
3. Mengapa warna urin dapat menjadi indicator kondisi Kesehatan seseorang?
4. Bagaimanakah kekeruhan urin terjadi?
5. Bagaimanakah kesimpulan anda tentang uji Cl urin?
6. Perhatikan studi kasus berikut :
“Ketika bangun tidur di pagi hari, Andika menghasilkan urin yang tidak berwarna
(bening). Analisalah mengapa kira-kira hal ini dapat terjadi?”
7. Perhatikan studi kasus berikut :
“Zulfikar melakukan ibadah puasa sunnah di hari senin. Saat sore hari sebelum
berbuka, Zulfikar menghasilkan urin yang berwarna kuning tua. Mengapa hal ini
dapat terjadi?”
E. DAFTAR PUSTAKA
Nismawati Natrsir. (2019). Gambaran Hasil Pemeriksaan Leukosit Urine Menggunakan
Metode Mikroskopik Dengan Alat Automatik Meditron Junior. Media Laboran
Analisis Kesehatan. Vol 9 No 2.
100
Naid Tajhuddin. (2015). Pengaruh Fisik Urin Terhadap Pemeriksaan Sedimen Urin Pada
Pasien Infeksi Saluran Kemih. Assyia . Vol 7 No 1
F. LEMBAR KEGIATAN
Nama Usia Bau Warna Kejernihan Urine Uji Cl Urin setelah di
(tahun) Urine Urine tetesi asam cuka
1.
2.
101
PENGEMBANGAN RPP IPA DAN BIOLOGI DALAM
PEMBELAJARAN STEM (Sains, Technology, Engineering, Mathematics)
Oleh:
Endang Setyaningsih, M.Si.
A. TUJUAN
Pelatihan Pengembangan RPP IPA dan Biologi pada Guru-guru dalam pembelajaran
kurikulum Sekolah Menengah dengan pendekatan STEM terintegrasi Problem Based Learning
(PBL) atau Project Based Learning (PjBL) untuk meningkatkan keterampilan abad 21 (4C)
peserta didik.
B. DASAR TEORI
Pada era globalisasi, permintaan dunia untuk kualifikasi dan keterampilan STEM
sangat tinggi, dan akan dimungkinkan untuk meningkat terus kedepannya (WEF, 2018a).
Kondisi sekarang ini, 75% pekerjaan dalam skala industri yang paling cepat tumbuh,
memerlukan pekerja yang berketerampilan STEM (WEF, 2018b). Dalam menghadapi kondisi
ini, agar kompetitif, tenaga kerja dunia membutuhkan orang yang dapat beradaptasi pada
lingkungan pekerjaan barunya. STEM dapat memberdayakan individu dengan keterampilan
untuk berhasil dan beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru. Tentu saja hal ini perlu
didukung factor lain, yaitu untuk mendapatkan individu yang berketerampilan STEM, maka
diperlukan individu yang memiliki karakter keterampilan abad 21. Hal ini disebabkan karena
dalam keterampilan abad 21 terdapat 3 keterampilan yang harus dipenuhi, yaitu keterampilan
belajar, keterampilan baca dan tulis, serta keterampilan hidup.
Dalam keterampilan belajar, individu dituntut untuk dapat berpikir kreatif, berpikir
kritis, berkomunikasi, dan berkolaborasi dengan baik. Sedangkan untuk keterampilan baca
tulis, setiap individu sudah dibekali sejak masih sekolah dasar, dan untuk keterampilan hidup,
akan didapatkan pada saat terjun langsung dimasyarakat dengan asumsi dapat berhasil dan
dapat gagal. Aplikasi dimasyarakat akan dapat berhasil maksimal apabila individu sering
melakukan praktik secara langsung (Widarti, 2020). Akan tetapi praktik secara langsung saja
juga belum cukup, karena untuk menjadikan individu tersebut berkualitas terhadap segala
bentuk kemungkinan, diperlukan kecakapan pengalaman kerja atau pengalaman belajar
berbasis proyek maupun problem. Problem dalam pembelajaran di era merdeka belajar ini,
memerlukan solusi yang terarah (Suryawati, 2020). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
102
untuk mendapatkan individu yang dapat bersaing di pasar global diperlukan individu yang
memiliki karakter abad 21. Individu berkarakter abad 21 dapat diperoleh apabila individu
tersebut memiliki keterampilan STEM. Sedangkan kenyataannya, penerapan STEM di
Indonesia sekarang ini masih sangat minim atau terbatas. Hal ini terlihat dari hasil penelitian
tentang STEM pada lima tahun terakhir, yaitu mulai tahun 2015 sampai 2019.
Langkah penyerta yang dapat dilakukan secara nyata pada saat ini dimana kurikulum
Merdeka Belajar sedang gencar-gencarnya dicanangkan oleh pemerintah, yaitu bagaimana
caranya menerapkan STEM di sekolah menengah berbasis permasalahan yang ada disekitarnya
terlebih dahulu (Problems Based Learning). Penerapan PBL yang terintegrasi STEM ini dapat
dimulai oleh guru-guru sekolah menengah melalui perangkat pembelajarannya yang berupa
RPP. Berdasarkan uraian di atas, penting kiranya guru-guru sekolah menengah pertama (SMP)
maupun guru-guru sekolah menengah atas (SMA) diberikan pelatihan mengenai pembuatan
RPP IPA maupun Biologi. Dalam merancangkan penerapan PBL-STEM ke dalam RPP, unsur
4C (Communication, Collaboration, Critical thinking skill, and Creative thinking skill) dari
keterampilan abad 21 juga tidak boleh ditinggalkan karena ini merupakan pondasi utama untuk
keberhasilan pencapaian kemampuan STEM.
C. LATIHAN
1. Alat/ Bahan/ Media
- Modul pelatihan
- PPT materi
- RPP IPA atau Biologi milik Guru
- Laptop/PC
- Alat tulis dan buku
2. Cara Kerja
- Pemaparan materi tentang STEM dan penerapannya dalam RPP IPA dan Biologi
- Menyampaikan bentuk isian format RPP yang standar
- Guru menyiapkan RPP IPA atau Biologi yang sering digunakan guru dalam
mengajar sehari-hari.
- Guru mulai mencoba mengisi format RPP kosong yang sudah disediakan dengan
pendekatan STEM yang terintegrasi dengan PBL atau PjBL
D. DISKUSI
- Membuat RPP dengan topik sesuai hasil analisis STEM pada kurikulum
103
- Melengkapi RPP dengan LKS dan instrument penilaian milik guru
- Menelaah RPP dengan pendekatan STEM sesuai instrumen guru
- Melakukan pembuatan RPP secara individu
E. DAFTAR PUSTAKA
Suryawati, E., Suzanti, F., Zulfarina, Putriana, A. R., & Febrianti, L. (2020). The
implementation of local environmental problem-based learning student worksheets
to strengthen environmental literacy. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 9(2), 169–
178. https://doi.org/10.15294/jpii.v9i2.22892
Widarti, H. R., Rokhim, D. A., & Syafruddin, A. B. (2020). The development of
electrolysis cell teaching material based on stem-pjbl approach assisted by learning
video: A need analysis. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 9(3), 309–318.
https://doi.org/10.15294/jpii.v9i3.25199
World Economic Forum. (2018a). The Future of Jobs Report. Economic Development
Quarterly (Vol. 31).
World Economic Forum. (2018b). The Future of Jobs Report 2018 | World Economic
Forum. Research Report, (January), 135. Retrieved from
https://www.weforum.org/reports/the-future-of-jobs-report-
2018%0Ahttp://reports.weforum.org/future-of-jobs-2016/shareable-
infographics/%0Ahttp://reports.weforum.org/future-of-jobs-2016/chapter-1-the-
future-of-jobs-and-skills/%0Ahttps://www.weforum.org/rep
F. LEMBAR KEGIATAN
I. Identitas : ………………………………………………………
1. Sekolah : ………………………………………………………
2. Mata Pelajaran : ………………………………………………………
3. Kelas/Semester : ………………………………………………………
4. Materi Pokok : …JP x 40 menit
5. Alokasi Waktu
II. Kompetensi Inti (KI)
………………………………………………………………………………………………………………..
III. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
KD 3 IPK KD 3
………………………………………………… ………………………………………………
KD 4 IPK KD 4
………………………………………………… …………………………………………………
104
IV. Tujuan Pembelajaran
………………………………………………………………………………………………………………
V. Materi Pembelajaran
…………………………………………………………………………………………………………………
VI. Pendekatan/ Model/Metode Pembelajaran
Pendekatan STEM terintegrasi Problem Based Learning (PBL)/ Project Based Learning
(PjBL)/ Diskusi Tanya jawab, penyelidikan /praktik
VII. Media/Alat dan Bahan Pembelajaran
………………………………………………………………………………………………………………
VIII. Sumber Belajar
……………………………………………………………………………………………
I. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama (.....JP)
No Tahap Kegiatan Karakter Estimasi
Waktu
1 Pendahuluan a. ……………………………
b. ……………………………
c. …………………………….
d. …………………………….
e. dst
2 Inti a. ……………………………
b. ……………………………
c. …………………………….
d. …………………………….
e. dst
3 Penutup a. ……………………………
b. ……………………………
c. …………………………….
d. …………………………….
e. dst
IX. Penilaian
1. Teknik Penilaian:
a. Penilaian Sikap : Observasi/pengamatan/Jurnal
b. Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis/Lisan/Penugasan*)
c. Penilaian Keterampilan : Praktik/Produk/Portofolio/Projek*)
*) coret yang tidak perlu
2. Bentuk Penilaian:
a. Observasi : lembar pengamatan aktivitas peserta didik
b. Tes tertulis : uraian dan lembar kerja
105
c. Unjuk kerja : lembar penilaian presentasi
d. Portofolio : penilaian laporan
3. Instrumen Penilaian (terlampir)
Mengetahui : ……………, ……….. 2021
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran,
…………………………… ………….………………………
NIP …………………….. NIP ……………………………
LAMPIRAN :
1. Bahan ajar
2. Instrumen Penilaian
106
PENTINGNYA PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
(LKPD) PRAKTIKUM DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Oleh:
Putri Agustina M.Pd., Sania Rahayu, Irfan Akbar
A. TUJUAN
Tujuan pelatihan ini antara lain:
1. Memberikan informasi pentingnya praktikum dalam pembelajaran Biologi
2. Memberikan informasi keterampilan yang dapat dikembangkan melalui praktikum
Biologi
3. Memberikan informasi pentingnya penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
praktikum pembelajaran Biologi baik daring maupun luring
4. Melatih menyusun LKPD berbasis aktivitas ilmiah (scientific activity)
B. URAIAN MATERI
1. Hakekat Biologi sebagai Sains dan Implikasinya dalam Pembelajaran
Biologi berasal dari bahasa latin bios yang artinya hidup dan logos yang artinya
ilmu sehingga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup,
termasuk di dalamnya manusia, hewan, dan tumbuhan. BSCS (NSTA, 2009)
mengkonstruk struktur keilmuan sederhana dari Biologi berupa diagram blok yang
terdiri dari objek, level organisasi kehidupan, dan tema besar. Persoalan yang dikaji
menurut BSCS terdiri dari: (1) Biologi sebagai proses inkuiri; (2) sejarah konsep
Biologi; (3) evolusi; (4) keanekaragaman dan keseragaman; (5) genetika dan
kelangsungan hidup; (6) organisme dan lingkungannya; (7) kajian perilaku; (8)
struktur dan fungsi; serta (9) regulasi. Ruang lingkup Biologi berdasarkan struktur
keilmuan BSCS ruang lingkup Biologi meliputi obyek berupa limaKingdom yang
dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yaitu Plantae,
Animalia, Protista, Fungi, Archaebacteria, dan Eubacteria. Jika ditinjau dari
organisasi kehidupannya maka obyek kajian Biologi mencakup molekul (seperti
Virus), sel (Protozoa, Bakteri, dan tumbuhan uniseluler), jaringan (Porifera dan
Coelenterata), organ (hati, ginjal, paru-paru, dan sebagainya), sistem organ (sirkulasi,
reproduksi, imun, dan lain sebagainya), individu (manusia), populasi, komunitas,
ekosistem, dan biosfer (Gambar 1).
107
Gambar 1. Struktur Keilmuan Biologi (NSTA, 2009)
Biologi merupakan salah satu bagian dari IPA (sains). Carin and Sund (1972)
mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur,
berlaku umum, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Sedangkan
Collete dan Chiappetta (1994) menyatakan bahwa sains merupakan: (1) kumpulan
pengetahuan (body of knowledge); (2) cara atau jalan berpikir (a way of thinking);
serta (3) cara untuk menyelidiki (a way of investigating). Berdasarkan beberapa
karakteristik sains, maka Biologi sebagai bagian dari sains juga memiliki hakekat
yang sama dengan sains secara umum yang pada bagian ini akan dijelaskan hakekat
Biologi sebagai sains meliputi tiga aspek yaitu Biologi sebagai produk (kumpulan
berbagai pengetahuan sains yang luas/ body of knowledge), Biologi sebagai proses
(proses mencari tahu kebenaran ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah), dan
Biologi sebagai sikap (nilai).
Beberapa hakekat Biologi sebagai sains yang telah diuraikan di atas
menimbulkan konsekuensi bahwa pembelajaran Biologi seharusnya disesuaikan
dengan hakekat Biologi sebagai sains. Bahwa belajar Biologi tidak sama dengan usaha
mengumpulkan pengetahuan tetapi merupakan suatu proses mengembangkan
keterampilan berpikir, bersikap, dan keterampilan proses sains. Pembelajaran Biologi
seharusnya dirancang untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan
fakta, membangun konsep, dan menemukan nilai baru. Biologi merupakan salah satu
108
cabang dari IPA yang dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif,
dan deduktif dalam mengenali dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
peristiwa alam sekitar. Hal ini didukung pernyataan yang dikeluarkan Depdiknas
(2001) yang menyatakan bahwa “Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan
memahami tentang alam secara sistematis, sehingga Biologi bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, dan atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Berdasarkan pernyataan
tersebut maka selama proses pembelajaran, siswa dituntut untuk aktif dalam
menemukan konsep-konsep utama dari materi Biologi baik melalui kegiatan
observasi, eksperimen, membuat gambar, grafik, tabel, dan mengkomunikasikan
hasilnya pada orang lain.
2. Praktikum dalam Pembelajaran Biologi
Praktikum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran
IPA, termasuk Biologi. Hal ini didukung pendapat Rustaman (2006) bahwa praktikum
merupakan bagian integral dari pembelajaran sains (IPA). Hal ini yang menyebabkan
IPA sering disebut juga dengan experimental science (Sumardjo, 2013). Proses belajar
mengajar dengan praktikum memberi kesempatan pada siswa untuk mengalami
sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan,
dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu.
Pada kegiatan praktikum, terjadi penerapan beragam keterampilan proses sains
sekaligus pengembangan sikap ilmiah yang mendukung proses perolehan pengetahuan
(produk keilmuan) dalam diri siswa. Hal ini tampak bahwa praktikum memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam pembelajaran IPA, karena melalui praktikum
siswa memiliki peluang untuk mengembangkan dan menerapkan keterampilan proses
sains dan sikap ilmiah sebagai wujud dari penguasaan pengetahuan yang dimilikinya.
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menjelaskan
bahwa IPA berkaitan dengan cara memahami alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan hanya sebatas penguasaan kumpulan pengetahuan (produk ilmu) yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi lebih sebagai proses
penemuan. Lebih lanjut, pada Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa karakteristik proses
pembelajaran dasar dan menengah ditekankan pada pendekatan ilmiah (scientific),
109
tematik terpadu, dan tematik yang diterapkan pada pembelajaran yang berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning).
Praktikum dalam pembelajaran Biologi merupakan salah satu hal penting dalam
meningkatkan mutu pembelajaran Biologi terutama dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang metode
pembelajaran praktikum dalam pembelajaran IPA termasuk Biologi. Hodson (1996)
dalam Hayat, dkk. (2011) menyatakan bahwa pelaksanaan praktikum dalam
pembelajaran IPA dapat: (a) memotivasi siswa dan merangsang minat serta hobinya;
(b) mengajarkan keterampilan-keterampilan yang harus dilakukan di laboratorium; (c)
membantu perolehan dan pengembangan konsep; (d) membantu mengembangkan
konsep IPA dan keterampilan-keterampilan dalam mengaplikasi konsep tersebut; (e)
menanamkan sikap ilmiah; serta (f) mengembangkan aspek keterampilan sosial.
Halimatul dan Supriyanti (2006) menyatakan bahwa fungsi praktikum antara
lain: (a) memperjelas konsep yang disajikan di kelas melalui contoh langsung dengan
alat, bahan atau peristiwa alam; (b) meningkatkan keterampilan intelektual siswa
melalui observasi atau pencarian informasi teori secara lengkap dan selektif yang
mendukung pemetaan persoalan praktikum, melatih siswa dalam memecahkan
masalah, menerapkan pengetahuan dan keterampilan terhadap situasi yang dihadapi;
serta (c) melatih dalam merancang eksperimen, melakukan eksperimen,
menginterpretasi data, dan membina sikap ilmiah. Beberapa pendapat ahli tentang
pentingnya praktikum mengarah pada berkembangnya sikap ilmiah siswa.
Pembelajaran sains menuntut peserta didik terlibat di dalam kegiatan ilmiah sehingga
dapat mengembangkan sikap ilmiah. Carin (1997) menyatakan bahwa serangkaian
sikap dan nilai yang dapat ditumbuhkan melalui kerja ilmiah antara lain: (a) memupuk
rasa ingin tahu (being curious) dalam memahami dunia sekitarnya; (b) mengutamakan
bukti; (c) bersikap skeptis; (d) mau menerima perbedaan; (e) dapat bekerja sama
(kooperatif); serta (f) bersikap positif terhadap kegagalan.
3. Pelaksanaan Praktikum dalam Masa Pandemi
Adanya pandemi COVID-19 menyebabkan perubahan dan penyesuaian pada
berbagai bidang termasuk pembelajaran. Pembelajaran online menggunakan berbagai
macam platform menjadi salah satu solusinya. Namun, penggunaan berbagai platform
media belajar online menunjukkan bahwa selama pandemi COVID-19 tidak lagi ada
pertemuan tatap muka sebagaimana pembelajaran di sekolah. Guru tidak bisa melihat
110
secara langsung proses belajar siswa secara detail, komunikasi dua arah sangat
terbatas, perubahan atas sikap dan perilaku dari siswapun sulit untuk diamati. Selain
itu, guru juga tidak bisa memberikan contoh perilaku secara langsung sebagai bentuk
pendidikan pada siswa. Beberapa hal tersebut menyebabkan guru kesulitan dalam
menumbuhkan dan menilai aspek afektif serta aspek psikomotor siswa. Padahal kedua
aspek tersebut merupakan sasaran pembelajaran yang harus dicapai selain aspek
kognitif. Pelaksanaan praktikum menjadi terkendala dengan adanya pembelajaran
secara online (Khusnah, 2020). Lebih lanjut hasil penelitian Khusnah (2020)
menunjukkan bahwa 29% guru menyatakan siap melaksanakan praktikum secara
daring, 38% menyatakan kurang siap, dan 33% menyatakan tidak siap melaksanakan
praktikum secara daring. Beberapa hambatan pelaksanaan praktikum secara daring
antara lain: (1) tidak semua alat dan bahan praktikum tersedia di rumah; (2) latar
belakang pendidikan dan ekonomi orang tua tidak sama; serta (3) sebagian besar siswa
berada di wilayah pedesaan dan pegunungan yang sulit dijangkau oleh jaringan
internet.
Berdasarkan uraian di atas, perlu adanya terobosan pembelajaran Biologi
dengan karakteristik utama pembelajaran berbasis aktivitas ilmiah dan praktikum
selama masa pandemi. Salah satu solusi yang bisa digunakan adalah laboratorium
virtual. Laboratorium virtual adalah laboratorium yang berada di dalam perangkat
komputer/ laptop
yang digunakan siswa dalam melakukan eksperimen dengan aplikasi tanpa
memerlukan adanya alat-alat laboratorium nyata. Media laboratorium virtual adalah
suatu media berbasis komputer berupa simulasi kegiatan praktikum seperti halnya
kegiatan eksperimen di laboratorium sebenarnya. Siswa dapat mengembangkan
kemampuan dalam mengoperasikan komputer dan sudah mengenal pentingnya
pendidikan yang menjadi masalah dalam suatu proses pemecahan masalah di dalam
kehidupan (Sugiharti dan Sugandi, 2020). Hasil penelitian Dewa, dkk (2020)
menunjukkan bahwa ada pengaruh pembelajaran daring berbantuan laboratorium
virtual terhadap minat dan hasil belajar peserta didik.
4. Pengembangan LKPD Praktikum dalam Pembelajaran Biologi
Praktikum dapat berjalan dengan baik apabila semua komponen yang terlibat di
dalamnya memenuhi standar minimal pelaksanakaan praktikum di sekolah.
Komponen-komponen tersebut diantaranya laboratorium dan pengelolaaannya, guru,
111
proses pembelajaran, dan bahan ajar. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan
dalam merencanakan, melaksanakan, serta mengevaluasi praktikum antara lain: (1)
materi pokok pembelajaran harus benar-benar sesuai dengan tujuan dan tuntutan
kompetensi yang diinginkan, atau dengan kata lain, materi yang dipraktikumkan
memang benar-benar materi yang memerlukan praktikum; (2) ketersediaan alat-alat
dan bahan yang dibutuhkan untuk metode praktikum; (3) penuntun praktikum yang
benar-benar sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang harus dikembangkan.
Penuntun praktikum yang jelas dan benar-benar menuntun siswa melakukan percobaan
tidak harus selalu berbentuk “resep”. Penuntun praktikum sebaiknya sudah diterima
dan dapat dipelajari siswa beberapa hari sebelum melaksanakan percobaan. Tugas awal
atau pra-tes praktikum dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk “memaksa”
siswa mempelajari penuntun praktikum dan materi yang berkaitan sebelum mereka
melaksanakan praktikum; (4) lembar kerja siswa yang benar-benar menggambarkan
dan menuntut apa yang harus dilakukan oleh siswa sebelum, selama, dan sesudah
melaksanakan praktikum; serta (5) praktikum yang benar-benar menggambarkan
ketercapaian tujuan dan indikator pembelajaran yang ditetapkan.
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan sarana untuk membantu dan
mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga terbentuk interaksi efektif
antara peserta didik dengan pendidik, dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
peserta didik. LKPD adalah salah satu bentuk sumber belajar yang dapat
dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator pembelajaran. LKPD disusun dan
dikembangkan sesuai dengan tuntutan kompetensi dalam kegiatan pembelajaran
(Umbaryati, 2016). Prastowo (2014) menyatakan 3 syarat dalam penyusunan LKPD
yaitu:
a. Syarat Didaktik
Syarat didaktik dalam penyusunan LKPD artinya, LKPD harus mengikuti asas
belajar mengajar yang efektif, yaitu memperhatikan adanya perbedaan individual
dan menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKPD
dapat berfungsi sebagai petunjuk bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.
b. Syarat Konstruksi
Syarat konstruksi berkaitan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa
kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan LKPD. LKPD hendaknya ditulis dengan
bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, menggunakan
struktur kalimat yang jelas, serta tidak menimbulkan kebingungan.
112
c. Syarat Teknis
Syarat teknis dalam pengembangan LKPD diantaranya penggunaan huruf,
gambar, serta penampilan LKPD. Pemilihan huruf dan ilustrasi pada LKPD dapat
mempengaruhi daya tangkap dan minat peserta didik dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
Kemampuan guru dalam mengembangkan LKPD penting untuk dikuasai agar
guru dapat menjadi fasilitator yang baik dalam pembelajaran. Namun, berdasarkan
beberapa penelitian kemampuan guru dalam mengembangkan LKPD masih perlu
ditingkatkan. Masih banyak guru yang memanfaatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
diterbitkan oleh penerbit komersial sehingga kurang sesuai dengan kondisi peserta
didik. Selain itu, LKS yang biasa digunakan guru lebih bersifat informatif dan kurang
mengedepankan aspek aktifitas saintifik peserta didik. Dalam kaitannya dengan
kegiatan praktikum, LKPD penting dikembangkan agar kegiatan praktikum lebih
terarah serta kompetensi yang menjadi target dalam kegiatan praktikum dapat terukur
dengan jelas.
C. LATIHAN
Berdasarkan praktikum virtual yang telah Bapak/Ibu lakukan, pilihlah satu materi
praktikum kemudian kembangkan LKPD untuk praktikum tersebut. LKPD yang
Bapak/Ibu kembangkan tentu harus mempertimbangkan syarat-syarat didaktik, konstruksi,
dan teknis pengembangan LKPD. Struktur LKPD dapat Bapak/Ibu kembangkan sesuai
dengan kreatifitas Bapak/Ibu namun, paling tidak memuat beberapa komponen wajib
diantaranya: (1) Kompetensi Dasar; (2) Indikator Pencapaian Kompetensi; (3) Tujuan
Pembelajaran; (4) Materi Pokok; (5) Alat dan Bahan; (6) Cara Kerja; (7) Lembar Kegiatan;
serta (8) Diskusi. Bapak ibu dapat membaca contoh-contoh LKPD yang telah diupload
pada folder Putri Agustina, S.Pd., M.Pd. di Schoology.
D. DAFTAR PUSTAKA
Carin, A.A., and R.B., Sund. 1972. Teaching Science Through Discovery 2nd Edition.
Columbus, Ohio: Charles E. Merill Publishing Co.
Collete, A.T., and Chiappetta, E.L. 1994. Science Instruction in the Middle and Secondary
School. 3rd Edition. New York: Merril Publishing Co.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran
Biologi untuk SMA. Jakarta: Balitbang Puskurbuk Depdiknas.
113
Dewa, E., dkk. 2020. Pengaruh Pembelajaran Daring Berbantuan Laboratorium Virtual
Terhadap Minat dan Hasil Belajar Kognitif Fisika. Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi
Pendidikan (JARTIKA). 3(2): 351-359.
Halimatul dan Supriyanti. 2006. Penerapan Model Hipotesis Deduktif pada Praktikum
Kinetika Enzim untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa.
Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan IPA. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Hayat, M.S., S., Anggraini, dan S., Redjeki. 2011. Pembelajaran Berbasis Praktikum pada
Konsep Invertebrata untuk Pengembangan Sikap Ilmiah Siswa. Bioma 2(2): 141-152.
Khusnah, L. 2020. Persepsi Guru IPA SMP/MTs terhadap Praktikum IPA selama Pandemi
COVID-19. Science Education and Application Journal (SEAJ). 2(2): 112-118.
http://jurnalpendidikan.unisla.ac.id/index.php/SEAJ
Prastowo, A. 2014. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva
Press.
Rustaman, N. 2006. Strategi Pembelajaran Biologi. Bandung: Jurusan Biologi FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sugiharti, S., M.K. Sugandi. 2020. Laboratorium Virtual: Media Praktikum Online untuk
Meningkatkan Pemahaman Siswa di Masa Pandemi. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan FKIP UNIPMA.
Sumardjo, A.P. 2013. Pengaruh Penggunaan Metode Praktikum dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup (Kuasi
Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Metro Semester Genap Tahun
Pelajaran 2012/2013). Lampung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
Umbaryati. 2016. Pentingnya LKPD pada Pendekatan Scientific Pembelajaran
Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika. Vol. 1. No. 1
114
PEMBUATAN TES BERPIKIR TINGKAT TINGGI INTERAKTIF
BAGI GURU IPA SEKOLAH MENENGAH
Oleh:
Annur Indra Kusumadani, M.Pd.
Isi modul cara pembuatan tes berpikir tingkat tinggi interaktif berbantuan komputer
dengan Microsoft Powerpoint dan Visual Basic for Application sebagai berikut.
1. Buat Indikator Materi dan Indikator Soal berdasarkan SK dan KD
2. Cermati contoh Indikator Materi dan Indikator Soal berikut.
KISI-KISI TES BERPIKIR TINGKAT TINGGI
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
Kelas / Semester : VIII (delapan) / 1
Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Standar Kompetensi : 2. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
Kompetensi Dasar : 2.1 Mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan
hubungannya dengan kesehatan
2.3. Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan
hubungannya dengan kesehatan
2.4. Mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia
dan hubungannya dengan kesehatan.
NO Dimensi Dimensi Kognitif
Indikator Soal Pengetahuan C4 C5 C6
1. Faktual 7
Mengevaluasi komponen darah pada manusia Konseptual
berdasarkan perbedaan ketinggian tempat Prosedural 9
tinggal Metakognitif
8
2. Faktual
Konseptual 37
Mengevaluasi bagian-bagian jantung manusia Prosedural
Metakognitif
3.
Mengevaluasi mekanisme peredaran darah pada Faktual
jantung Konseptual
Prosedural
4. Mengevaluasi perbedaan mekanisme sistem Metakognitif
peredaran darah besar dan kecil pada system
peredaran darah manusia Faktual
Konseptual
Prosedural
115
Metakognitif
5. Faktual
Mengevaluasi proses peredaran getah bening Konseptual 42
pada manusia Prosedural
Metakognitif
6. Menganalisis penyakit/kelainan yang Faktual 15
berhubungan dengan sistem peredaran darah Konseptual
manusia yang biasa dijumpai dalam kehidupan Prosedural
sehari-hari Metakognitif
7. Mengevaluasi penyebab penyakit/kelainan yang Faktual
berhubungan dengan sistem peredaran darah Konseptual 16
38
manusia yang biasa dijumpai dalam kehidupan Prosedural
sehari-hari Metakognitif
8. Memberikan ide pencegahan dan penyembuhan Faktual
penyakit/kelainan yang berhubungan dengan Konseptual 18
sistem peredaran darah manusia yang biasa Prosedural
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari Metakognitif
9. Faktual
Menganalisis penggolongan darah ABO Konseptual 40
berdasarkan perbedaan aglutinogen dan Prosedural
aglutinin yang terkandung dalam darah manusia
Metakognitif
10. Faktual
Menganalisis proses tranfusi darah pada Konseptual 10
manusia Prosedural
Metakognitif
11. Faktual
Mengevaluasi proses tranfusi darah pada Konseptual 14
manusia Prosedural
Metakognitif
12 Faktual
Memberikan ide proses tranfusi darah pada Konseptual 33
manusia Prosedural
Metakognitif
13 Faktual 32
Mengevaluasi frekuensi dan fungsi peredaran Konseptual
darah dalam melewati organ pada sistem Prosedural
peredaran darah manusia Metakognitif
14 Faktual
Menganalisis penggolongan darah rhesus Konseptual 23
berdasarkan perbedaan aglutinogen dan Prosedural
aglutinin yang terkandung dalam darah manusia
Metakognitif
15 Faktual
Menyimpulkan sebab akibat penyakit/kelainan Konseptual 20
yang berhubungan dengan sistem peredaran Prosedural
darah manusia yang biasa dijumpai dalam
Metakognitif
116
kehidupan sehari-hari yang ditimbulkan oleh Faktual 39
darah yang kotor Konseptual
16 Prosedural
Memberikan ide diagnosa dan pencegahan Metakognitif
resiko terserang salah satu jenis penyakit/
kelainan pada jantung manusia
3. Setelah membuat indikator soal, langkah selanjutnya adalah membuat soal berdasarkan
indikator soal tersebut.
Soal 7. KONSEPTUAL MENGEVALUASI
Orang yang hidup di pegunungan mempunyai hemoglobin lebih banyak dari pada orang yang
hidup di dataran rendah. SEBAB. Kandungan oksigen di gunung lebih rendah dibandingkan di
dataran rendah
Soal 8. PROSEDURAL MENGEVALUASI
Sel-sel jantung yang mendapatkan asupan oksigen dan sari makanan berlebih akan mengalami
lemah jantung sehingga lama kelamaan akan mengalami gagal fungsi jantung dan berhenti
berdetak. SEBAB. Darah mengalir dari jantung keluar menuju seluruh sel tubuh melalui aorta
yang bercabang menjadi arteri superior dan posterior, salah satunya bercabang menuju sel
jantung mengalirkan darah kotor ke sel jantung
Soal 9. KONSEPTUAL MENGEVALUASI
Bilik kiri jantung memiliki katup lebih banyak dari pada bilik kanan SEBAB. Bilik kiri jantung
memiliki dinding yang lebih tebal dari bilik kanan
Soal 10. PROSEDURAL MENGANALISIS
Pada saat transfusi darah, proses yang pertama kali dilakukan adalah cek darah untuk
megetahui golongan darah dan kondisi kesehatan. Kemudian pengambilan darah minimal 3
liter kemudian darah disimpan dalam kantong darah. SEBAB. Setelah pengambilan darah,
pendonor diberi makanan begizi dan susu untuk mempercpat produksi darah lagi sehingga
tidak lemas
Soal 14. KONSEPTUAL MENGEVALUASI
117
Dalam transfusi darah selain golongan darah yang perlu diperhatikan adalah golongan rhesus.
SEBAB. Rhesus negatif bertemu rhesus negatif akan mengalami penggumpalan walaupun
golongan darah sama
Soal 15. FAKTUAL MENGANALISIS
Varises terjadi karena posisi tubuh yang salah setelah melakukan aktivitas berat maupun
olahraga. SEBAB. Varises terjadi pada pembuluh vena
Soal 16. KONSEPTUAL MENGEVALUASI
Penderita penyakit jantung adalah orang yang mengalami kegemukan. SEBAB. Jantung
bekerja ekstra pada orang yang mengalamii obesitas
4. Setelah membuat soal, langkah selanjutnya adalah membuat tes tersebut interaktif
berbantuan Microsoft Office dan Visual Basic
5. Anda bisa mengedit file powerpoint tes yang sudah dikembangkan
6. Buka file tes.
7. Aktifkan menu Visual Basic dengan cara klik menu utama Microsoft kemudian klik
Powerpoint options. Lihat gambar Berikut!
1
2
8. Kemudian klik Customize, kemudian pilih command prompt pada developer tab!
118
2
1
3
9. Kemudian klik Visual Basic kemudian klik tombol Add lalu OK!
1 2
10. Kemudian menu Visual Basic 3
119
11. Akan muncul tampilan Visual Basic sebagai berikut.
12. Anda tinggal mengubah soal tes, kunci jawaban tes, skor tes, dan profil kemampuan
siswa pada area code visual basic sebagai berikut
120
Code Scroll ke bawah untuk
melihat semua code
13. Silakan ubah soal pada code soal berikut maksimal 45 soal. Sub S1, S2, S3
menunjukkan soal nomer 1, 2, 3, dan seterusnya sampai soal nomer 45.
Ubah soal
Code
Soal
Keterangan lanjut dapat dilihat pada code soal berikut.
Ubah soal
Sub S1()
121
konfirmasi = MsgBox("Tulang rusuk melayang melekat pada tulang dada dan tulang
punggung. SEBAB. Tulang rusuk melayang mengandung banyak kartilago", vbOK, "
NOMER 1 ")
End Sub
14. Silakan ubah kunci jawaban sesuai soal pada code kunci berikut. Jawab 1, 2, 3
menunjukkan kunci nomer 1, 2, 3, dan seterusnya sampai soal nomer 45. Selain
mengubah kunci, silakan ubah skor benar dan salah sesuai kunci.
Code Ubah Kunci
Kunci Ubah Skor Benar
Ubah Skor Salah
Keterangan lanjut dapat dilihat pada code kunci dan skor berikut.
periksa no.1 Ubah Kunci
If jawab1 = "D" Then
Ubah Skor Benar
nilai7 = nilai7 + 20
ActivePresentation.Slides(3).Shapes("p1").TextFrame.TextRange.Text = "1"
Else Ubah Skor Salah
nilai7 = nilai7 + 0
ActivePresentation.Slides(3).Shapes("p1").TextFrame.TextRange.Text = "0"
End If
15. Ubah kategori soal! Instrumen pengembangan ini ada 9 kategori soal berpikir tingkat
tinggi dengan 9 kategori nilai total untuk keterangan profil kemampuan siswa. Nilai 1
sebagai kategori nilai kemampuan 1, Nilai 2 sebagai kategori nilai kemampuan 2, dan
seterusnya sampai Nilai 9 sebagai kategori nilai kemampuan 9, Tentukan soal Anda
menjadi beberapa kategori sehingga jelas pengelompokannya dan tidak salah dalam
penentuan profil kemampuan siswa. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada code
kunci dan skor berikut sama seperti code di atas..
122
periksa no.1 Ubah Kategori
If jawab1 = "D" Then
nilai7 = nilai7 + 20
ActivePresentation.Slides(3).Shapes("p1").TextFrame.TextRange.Text = "1"
Else
nilai7 = nilai7 + 0
ActivePresentation.Slides(3).Shapes("p1").TextFrame.TextRange.Text = "0"
End If
16. Keterangan profil kemampuan siswa. Ada 9 keterangan profil kemampuan siswa.
Keterangan profil kemampuan siswa harus sesuai dengan kategori soal, Sebagai contoh
Jika keterangan menunjukkan code nilai7 maka nilai akan masuk pada keterangan7
yang akan menunjukkan profil kemampuan siswa. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat
pada code keterangan profil kemampuan siswa berikut
'keterangan7 =
If nilai7 >= 80 Then =
ActivePresentation.Slides(3).Shapes("keterangan7").TextFrame.TextRange.Text =
"TINGGI" =
Else
ActivePresentation.Slides(3).Shapes("keterangan7").TextFrame.TextRange.Text
"SEDANG"
If nilai7 < 60 Then
ActivePresentation.Slides(3).Shapes("keterangan7").TextFrame.TextRange.Text
"RENDAH"
Else
ActivePresentation.Slides(3).Shapes("keterangan7").TextFrame.TextRange.Text
"SEDANG"
End If
End If
123