PRODI S2 BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
E-MODUL
PENDIDIKAN
KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA
Oleh:
Iskandar Rahman
i Herman Nirwana
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat, Hidayah dan Inayah yang luar biasa sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan “E-Modul Pendidikan
Kesehatan Reproduksi Remaja”. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW karena
atas jasa beliaulah kita semua masih dapat merasakan indahnya
Islam.
E-Modul ini adalah salah satu media yang bisa digunakan
Guru Bimbingan dan Konseling (BK) dalam memberikan
pendidikan kesehatan reproduksi kepada remaja. E-modul ini
memuat beberapa materi dan mekanisme pembinaan bagi siswa
yang mencakup tujuan, indikator keberhasilan, waktu, materi,
kata-kata motivasi, ringkasan, aktivitas siswa dan evaluasi.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati,
penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak memberikan bantuan dan bimbingan dalam penyusunan
ii
e-modul ini, terkhusus kepada dosen pembimbing
Prof. Dr. Herman Nirwana, M.Pd., Kons, teman-teman mahasiswa
S2 BK FIP UNP, orangtua dan istri yang telah memberikan
dorongan moril maupun materil. Semoga Allah SWT memberikan
balasan untuk semua bantuan yang telah diberikan. Penulis
berharap saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan
e-modul ini. Wassalam.
Padang, Oktober 2021
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................. iv
PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Tujuan Penggunaan E-modul ............................................... 10
C. Landasan Penyusunan E-modul........................................... 11
D. Pemetaan Kompetensi Dasar dan Indikator ......................... 12
E. Pemilihan Topik/Materi.......................................................... 13
F. Sasaran E-modul .................................................................. 13
G. Prosedur Penggunaan E-modul............................................ 14
BAGIAN 1. PUBERTAS............................................................. 15
A. Tujuan Pelayanan ................................................................. 15
B. Indikator Keberhasilan .......................................................... 15
C. Waktu .................................................................................... 15
D. Materi .................................................................................... 16
1. Perubahan Fisik................................................................ 16
2. Organ Reproduksi ........................................................... 20
3. Perkembangan Pola Pikir, Sosial dan Emosi................... 26
4. Menstruasi dan Mimpi Basah ........................................... 28
E. Ringkasan ............................................................................. 35
iv
F. Aktivitas Siswa ...................................................................... 36
G. Lembar Evaluasi ................................................................... 38
H. Lembar Refleksi .................................................................... 40
BAGIAN 2. SEKSUALITAS ....................................................... 41
A. Tujuan Pelayanan ............................................................... 41
B. Indikator Keberhasilan......................................................... 41
C. Waktu .................................................................................. 41
D. Materi................................................................................... 42
1. Seks, Seksual dan Seksualitas ........................................ 42
2. Orientasi Seksual ............................................................. 44
3. Dorongan dan Perilaku Seksual ...................................... 46
4. Dampak Seks Pranikah .................................................... 51
E. Ringkasan............................................................................ 53
F. Aktivitas Siswa .................................................................... 54
G. Lembar Evaluasi.................................................................. 56
H. Lembar Refleksi .................................................................. 58
BAGIAN 3. PERILAKU SEKSUAL BERESIKO........................ 60
A. Tujuan Pelayanan ............................................................... 60
B. Indikator Keberhasilan......................................................... 60
C. Waktu .................................................................................. 60
D. Materi................................................................................... 61
1. Perundungan/Bullying Secara Seksual ............................ 61
v
2. Kekerasan Seksual ........................................................... 64
3. Perilaku Seksual yang Dilarang ........................................ 64
4. Kelainan dan Gangguan Seksual ..................................... 69
5. Cara Menghindari Pelecehan Seksual.............................. 73
E. Ringkasan............................................................................ 71
F. Aktivitas Siswa .................................................................... 75
G. Lembar Evaluasi.................................................................. 77
H. Lembar Refleksi .................................................................. 79
BAGIAN 4. INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)................... 81
A. Tujuan Pelayanan ............................................................... 81
B. Indikator Keberhasilan......................................................... 81
C. Waktu .................................................................................. 81
D. Materi................................................................................... 82
1. Pengertian IMS.................................................................. 82
2. Faktor Penyebab IMS........................................................ 85
3. Jenis-jenis, Gejala dan Dampak IMS ................................ 88
4. Kelompok yang Paling Beresiko Terinfeksi IMS ............... 92
5. Cara Mencegah IMS ......................................................... 94
E. Ringkasan ............................................................................ 98
F. Aktivitas Siswa ..................................................................... 99
G. Lembar Evaluasi................................................................ 101
H. Lembar Refleksi ................................................................ 103
PENUTUP................................................................................. 105
vi
DAFTAR RUJUKAN .................................................................... 1
vii
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah seksual menjadi masalah utama remaja
di Indonesia. Banyaknya peristiwa ini pada remaja menjadi
berita di media. Hal ini menjadi serius karena jumlah remaja
tergolong besar dari jumlah penduduk. Masalah seks bebas
tidak hanya banyak terjadi di kota besar saja di Indonesia, akan
tetapi telah sampai ke berbagai kota kecil di Indonesia. Hal ini
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang pesat terutama
dikalangan remaja, seperti perkembangan alat komunikasi dan
kebebasan mengakses internet.
Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) dalam website resmi BKKBN (2019)
memperlihatkan bahwa Indonesia merupakan negara ke 37
dengan jumlah perkawinan remaja terbanyak di dunia yaitu
34%. Sedangkan di Asia Tenggara, Indonesia berada diurutan
kedua setelah Kamboja yaitu 23% remaja yang sudah menikah.
Hasil penelitian Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(Depkes RI) tahun 2008 di 72 SMA didapatkan hasil bahwa
1
10,3% remaja sudah melakukan hubungan seks dan 35,95%
remaja mempunyai teman yang sudah melakukan seks bebas.
Berdasarkan penelitian BKKBN tahun 2010 di Padang,
didapatkan hasil 11% remaja sudah melakukan hubungan seks.
Sedangkan berdasarkan wawancara tanggal 27 Januari 2020
dengan Kabid PIK-R Badan Pemberdayaan Perempuan
Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP2KB) Kota
Pariaman menunjukan data tahun 2019 bahwa 34 remaja pria
dan 76 remaja wanita secara terbuka menyatakan bahwa
mereka pernah melakukan hubungan seksual.
Berdasarkan Razia yang dilakukan Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP) Kota Pariaman pada tanggal 6
Februari 2020, ketika razia di beberapa SMA kota Pariaman
ditemukan 60 gambar porno dan 30 video porno pada
handphone siswa. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap
perkembangan remaja. Perkembangan teknologi ini justru
sering dijadikan sumber informasi bagi remaja dalam
memperoleh pengetahuan tentang seks yang justru membuat
remaja menjadi ingin melakukan perilaku seks tanpa
mempertimbangkan bahaya atau dampak negatif yang akan
terjadi.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Dinas
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Pariaman tanggal
17 Februari 2020 mengemukakan bahwa salah satu sekolah di
2
Pariaman telah membentuk grup Whatsapp (WA) yang
bernama grup “Pantak” mereka beranggotakan pelajar dan
berisikan konten porno, bahkan ada yang berisi konten LGBT.
Dari hasil pemeriksaan terhadap beberapa orang siswa
tersebut diperoleh hasil berupa penyimpangan seksual sesama
jenis (homoseksual), ada yang gay dan ada pula yang lesbian.
Selain itu, berdasarkan wawancara dengan Dinas Sosial kota
Pariaman tanggal 10 Februari 2020 mengatakan bahwa jumlah
remaja yang terkena pelecehan seksual baik oleh keluarga
terdekat maupun orang lain semakin tahun semakin meningkat
30%. Hal ini cukup meresahkan dan menjadi perhatian
pemerintahan Kota Pariaman.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Na’mah (2014)
tentang seks pranikah remaja, menemukan bahwa 40,26%
penyebab remaja melakukan seks pranikah karena rayuan
pacar, dan untuk kesenangan atau nafsu. Selain itu sumber
informasi atau media juga menjadi penyebab remaja dalam
melakukan hubungan seks pranikah dalam hal ini adalah video.
Dari 3 partisipan perilaku seks pranikah remaja awalnya adalah
karena rasa penasaran dan tergoda. Pada respon remaja yang
melakukan seks pranikah awalnya adalah stres, takut, cemas,
dalam melakukan seksual, mereka melakukan di rumah, rumah
teman, dan kamar hotel. Sebagian remaja tidak menggunakan
pengaman (kondom) dan berdampak pada kehamilan remaja.
3
Periode remaja merupakan masa peralihan dari masa
anak-anak menuju kedewasaan. Menurut Papalia & Olds
(Putro, 2017) masa remaja adalah masa transisi perkembangan
antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir
belasan tahun atau awal dua puluh tahun. Pada periode ini,
remaja mengalami perubahan yang cepat secara fisik yang juga
disertai kematangan seksual. Menurut Hurlock (Elida, 2006)
remaja mengalami perubahan yang cepat secara fisik yang juga
disertai kematangan seksual. Pada masa remaja akan
mengalami perubahan fisik yang menyangkut ukuran tubuh,
perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer
dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMAN 5
Pariaman, sebagian besar siswa tidak mendapatkan
pendidikan kesehatan reproduksi remaja sesuai seperti yang
mereka butuhkan. Hal ini terlihat 36 siswa yang datang kepada
guru Bimbingan dan Konseling untuk bertanya dan meminta
penjelasan mengenai pendidikan kesehatan reproduksi remaja.
Dan 26 siswa yang mengatakan kurang mengetahui dan tidak
mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi remaja baik di
rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Masyarakat masih
menganggap pendidikan kesehatan reproduksi remaja tabu
dan tidak layak diberikan kepada anak. Siswa yang tidak paham
4
tentang perkembangan dan perilaku seks yang terjadi pada
dirinya, menyebabkan terjadi kasus tentang permasalahan seks
dikalangan siswa.
Pada masa remaja, salah satu tugas perkembangan yang
harus dicapai oleh individual adalah pembentukan hubungan
baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Hurlock (Mudjiran,
2016) mengemukakan bahwa remaja mencari informasi
tentang seks dengan cara membahas dengan teman,
membaca buku-buku tentang seks atau mengadakan
percobaan dengan jalan masturbasi, onani, bercumbu atau
berhubungan seksual.
Untuk meminimalisir hal tersebut pemberian informasi
tentang pendidikan kesehatan reproduksi remaja harus
diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain
atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru
sama sekali. Banyaknya seks bebas maupun seks dibawah
umur serta terjadinya seks menyimpang diduga antara lain
karena mereka kurang mendapatkan pendidikan kesehatan
reproduksi remaja (Helmi, Paramastri, & Mada, 2018).
Menurut Hanifah (2000) masalah seksual pada remaja
antara lain: perubahan-perubahan hormonal yang
meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja,
penundaan usia perkawinan baik secara hukum maupun norma
sosial, norma-norma agama tetap berlaku dimana seseorang
5
dilarang untuk melakukan hubungan seks di luar nikah, adanya
informasi dan ransangan seksual melalui media massa dengan
adanya teknologi canggih, orang tua yang mentabukan
pembicaraan mengenai seks dengan dan pergaulan yang
semakin bebas. Akibatnya remaja melakukan masturbasi, seks
bebas, hamil di luar nikah dan homoseksualitas (Sarwono,
2011).
Pendidikan kesehatan reproduksi remaja merupakan
sebuah diskusi yang realistis, jujur dan terbuka bukan
merupakan dikte moral belaka. Pendidikan kesehatan
reproduksi remaja merupakan suatu upaya mendidik dan
mengarahkan perilaku seksual secara baik dan benar
(Ernawati, 2018). Jalur yang tepat di sekolah untuk memberikan
pendidikan kesehatan reproduksi remaja kepada siswa adalah
melalui Bimbingan dan Konseling. Menurut Prayitno (Zamroni
& Rahardjo, 2017) mengemukakan bimbingan dan konseling
adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik secara
perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan
berkembang secara optimal dalam bidang bimbingan pribadi,
bimbingan belajar, bimbingan sosial dan bimbingan karir
melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Pendidikan kesehatan reproduksi remaja diberikan
kepada siswa melalui berbagai layanan, salah satunya adalah
6
layanan informasi. Menurut Prayitno (2006:14) layanan
informasi merupakan layanan yang berusaha memenuhi
kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan.
Pelaksanaan layanan informasi melaksanakan beberapa fungsi
layanan.
Prayitno (2006:16) mengungkapkan fungsi layanan
bimbingan dan konseling di sekolah adalah melaksanakan
fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan,
fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan. Prayitno
mengemukakan fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan
konseling yang menghasilkan pemahaman oleh pihak-pihak
tertentu untuk pengembangan dan penanganan masalah
peserta didik (Saragi, 2016).
Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pemahaman siswa terhadap pendidikan kesehatan reproduksi
remaja. Menurut Prayitno (Marjanti, 2015) fungsi pencegahan
merupakan fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu
peserta didik mampu mencegah dan menghindarkan diri
dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat
perkembangan dirinya. Pencegahan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah agar siswa terhindar dari permasalahan
seksual remaja.
Tingginya tingkat kebutuhan siswa terhadap informasi
tentang kesehatan reproduksi remaja diperlukan media yang
7
menarik dalam mendapatkan infomasi tersebut. Berdasarkan
wawancara dengan siswa SMAN 5 Pariaman, selama ini
cenderung guru menggunakan modul cetak berupa hardcopy
dalam proses pembelajaran. Hal itu membuat siswa jenuh,
kesulitan dalam memahami materi dan kurang termotivasi saat
proses pembelajaran.
Modul cetak kurang menarik menyajikan suatu informasi
karena membuat siswa bosan. Karena tampilannya monoton
belum mampu menyampaikan informasi gambar dan video.
Sedangkan siswa di era 4.0 seperti sekarang siswa bisa dengan
mudah mengakses informasi yang menarik. Dalam
memberikan informasi kepada siswa, Guru Bimbingan dan
Konseling dituntut kreatif dan inovatif dalam membuat media
layanan sehingga siswa menjadi tertarik dalam mengikuti
layanan. Sekarang ini siswa lebih tertarik menggunakan media
pembelajaran secara online. Untuk itu Guru Bimbingan dan
Konseling harus mampu merancang e-modul dalam
menyampaikan informasi kepada siswa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Syahrial (2019)
tentang penggunaan e-modul dalam belajar bawa 76% siswa
menunjukan termotivasi dalam menggunakan e-modul.
Disamping itu, menurut penelitian yang dilakukan Setiawan
(2016) tentang penggunaan e-modul bahwa 61.29% siswa
sangat setuju dalam menggunakan e-modul dalam proses
8
pembelajaran. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Alfiriani
(2017) tentang penggunaan modul berbasis komputer terlihat
97% siswa menunjukan bahwa merekamampu menghasilkan
sebuah karya yang sangat baik. Jadi dari beberapa penelitian
di atas dapat disimpulkan bahwa e-modul berpengaruh dalam
meningkatkan motivasi.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (Bancin&
Mudjiran, 2016) menggunakan e-modul dapat meningkatkan
motivasi siswa, dalam hal ini siswa dapat melakukan kegiatan
belajar sendiri tanpa kehadiran pengajar secara langsung.
Dengan kata lain siswa dapat belajar mandiri dan aktif sehingga
diharapkan siswa memperoleh pemahaman dan pengetahuan
yang baru sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. E-modul
juga sering disebut bahan instruksional mandiri yaitu pengajar
tidak harus secara langsung memberi pelajaran atau
mengajarkan sesuatu kepada para siswanya dengan tatap
muka, tetapi cukup dengan memberikan e-modul.
Uraian materi e-modul disusun sistematis dan dibagi
menjadi beberapa bagian agar mudah dipahami. Setiap materi
saling terkait dan memiliki pembahasan guna meningkatkan
pemahaman siswa terhadap pendidikan kesehatan reproduksi
remaja. Adapun materi yang dibahas meliputi: Pertumbuhan
Fisik Remaja, Orientasi Seksual, Kesiapan Berkeluarga, Infeksi
Menular Seksual.
9
Memanfaatkan e-modul ini dapat memberikan
kemudahan bagi siswa dalam mendapatkan informasi tentang
pendidikan kesehatan reproduksi remaja, sehingga terhindar
dari masalah seksual. Melalui e-modul ini diharapkan siswa bisa
memberikan ilmu yang didapatkan tentang kesehatan
reproduksi kepada teman atau saudara dan bisa menjaga diri
sehingga menjadi remaja yang bisa merencanakan masa depan
dengan baik.
B. TUJUAN PENGGUNAAN E-MODUL
1. Siswa
E-modul ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahauan
siswa terhadap kesehatan reproduksi remaja dan
memproteksi diri dari masalah seksual sehingga bisa
merencanakan masa depan dengan baik.
2. Guru BK
E-modul ini dapat dijadikan referensi tambahan bagi Guru
BK dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi
kepada siswa.
10
C. LANDASAN PENYUSUNAN E-MODUL
Adapun landasan dalam penyusunan e-modul
pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebagai berikut:
1. Landasan Teoritis
a. Perlunya Pengembangan e-modul sebagai salah satu
media alternatif dalam pemberian layanan bimbingan
dan konseling yang dilakukan oleh Guru BK.
b. Penggunaan e-modul diharapkan dapat membantu
meningkatkan pemahaman siswa terhadap pentingnya
kesehatan reproduksi remaja
c. Siswa mampu menggunakan e-modul secara mandiri
dan kelompok.
d. E-modul lebih praktis digunakan di zaman yang serba
teknologi seperti sekarang ini, sehingga siswa mampu
meningkatkan pemahaman terhadap konsep materi
layanan yang diberikan dengan mengkaitkannya pada
kehidupan nyatadan kemudian mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Landasan Praktis
a. Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) dalam website resmi BKKBN (2019)
memperlihatkan bahwa Indonesia merupakan negara ke
37 dengan jumlah perkawinan remaja terbanyak di dunia
yaitu 34%. Sedangkan di Asia Tenggara, Indonesia
11
berada diurutan kedua setelah Kamboja yaitu 23%
remaja yang sudah menikah.
b. Hasil penelitian Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (Depkes RI) tahun 2008 di 72 SMA
didapatkan hasil bahwa 10,3% remaja sudah melakukan
hubungan seks dan 35,95% remaja mempunyai teman
yang sudah melakukan seks bebas.
c. Berdasarkan penelitian BKKBN tahun 2010 di Padang,
didapatkan hasil 11% remaja sudah melakukan
hubungan seks.
d. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Na’mah (2014)
tentang seks pranikah remaja, menemukan bahwa
40,26% penyebab remaja melakukan seks pranikah
karena rayuan pacar, dan untuk kesenangan atau nafsu.
D. PEMETAAN KOMPETENSI DASAR DAN
INDIKATOR
Kompetensi dasar dalam e-modul ini merujuk kepada
sejumlah kemapuan pemahaman yang harus dikuasai oleh
siswa. Untuk mecapai kematangan intelektual mempelajari
cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
terutama tentang masalah seksual. Sebagai rujukan
penyusunan indikator kompetensi dalam e-modul pendidikan
kesehatan reproduksi remaja, indikator kompetensi
12
merupakan perilaku yang dapat diukur atau di observasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu untuk
mencapai acuan yang dicapai, yaitu meningkatknya
pemahaman siswa setelah mendapatkan pendidikan
kesehatan reproduksi remaja. Sebagai salah satu tugas
perkembangan remaja membentuk hubungan baru yang lebih
matang dengan lawan jenis.
E. PEMILIHAN TOPIK/MATERI
Materi dalam e-modul ini dirumuskan berdasarkan hasil
studi kebutuhan melalui angket pendidikan kesehatan
reproduksi remaja yang dilakukan peneliti terhadap 200 siswa.
Berdasarkan studi kebutuhan tersebut maka materi diurutkan
dari persentase terendah ke persentasi terttinggi. Materi
tersebut kemudian dikembangkan dan dijadikan e-modul
pendidikan kesehata remaja, sebagai berikut.
1. Pubertas
2. Seksualitas
3. Perilaku seksual beresiko
4. Infeksi menular seksual
F. SASARAN E-MODUL
E-modul ini dirancang untuk siswa SMA di Pariaman
yang sedang mengalami masa remaja.
13
G. PROSEDUR PENGGUNAAN E-MODUL
Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan oleh siswa ketika
akan menggunakan e-modul ini.
1. E-modul ini bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan siswa
untuk meningkatkan pemahaman terkait hal-hal penting apa
saja yang harus dipahami siswa dalam masa remaja terkait
pendidikan kesehatan reproduksi remaja.
2. Bacalah dengan cermat e-modul pendidikan kesehatan
reproduksi remaja ini. Apabila mengalami kesulitan dalam
proses memahami materi, siswa bisa mendiskusikannya
dengan teman atau Guru BK.
3. Setiap lembar aktivitas siswa dan lembar evaluasi yang
terdapat pada setiap bagian akhir materi harus dikerjakan
dengan jujur serta tangung jawab baik secara individu
maupun kelompok.
4. Jika siswa sudah menguasai materi e-modul ini secrara
tuntas, diharapkan siswa bisa mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari
14
BAGIAN I
PUBERTAS
A.Tujuan Pelayanan
Setelah mempelajari materi pubertas diharapkan siswa dapat
mengetahui dan memahami informasi mengenai perubahan
yang terjadi pada remaja saat pubertas.
B.Indikator Keberhasilan
Ananda diharapkan mampu memahami tentang:
1. Perubahan fisik dan psikis
2. Organ reproduksi
3. Perkembangan pola pikir, sosial dan emosi
4. Menstruasi dan mimpi basah
C. Waktu
Waktu yang dapat ananda gunakan untuk memahami materi ini
1x45 menit.
15
D. Materi
Pubertas adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi
dewasa (masa remaja), ditandai dengan matangnya organ
reproduksi.
Sumber gambar: tribunnews.com
1. Perubahan Fisik dan Psikis
a. Perubahan Fisik Pada Laki-laki
Perubahan fisik pada remaja laki-laki dipengaruhi oleh
hormon testosteron. Hormon ini dihasilkan oleh testis.
Pada masa pubertas, hormon testosteron akan
meningkat drastis. Setelah produksi testosteron
mencapai tahap yang cukup tinggi, hormon ini akan mulai
memproduksi sperma. Menurut Fudyartanta (2012:31)
Perubahan fisik anak laki-laki lainnya pun akan terjadi,
seperti:
16
1) Bahu dan dada bertambah lebar.
2) Tubuh menjadi lebih berotot bertambah berat dan
tinggi.
3) Tumbuh jakun.
4) Suara pecah dan menjadi lebih dalam.
5) Tumbuh rambut-rambut halus di sekitar ketiak dan alat
kelamin (pada sebagian remaja laki-laki juga tumbuh
rambut di lengan, tungkai, dada, punggung, dan
wajah: kumis dan janggut).
6) Penis dan skrotum menjadi lebih besar dan berwarna
gelap.
7) Terjadi ejakulasi (keluarnya air mani) diantaranya
melalui mimpi basah)
Sumber gambar: fkbi.diy-info
17
b. Perubahan fisik pada perempuan
Ketika anak perempuan akan mengalami pubertas,
ovarium atau indung telur akan membesar dan
memproduksi dua jenis hormon. Hormon tersebut
bernama estrogen dan progesteron. Kedua hormon inilah
yang akan menyebabkan perubahan fisik pada anak
perempuan. Beberapa perubahan fisik yang terjadi pada
anak perempuan saat pubertas, diantaranya:
1) Bentuk tubuh menjadi sedikit bulat karena lemak mulai
menumpuk.
2) Pinggul melebar.
3) Payudara mulai membesar.
4) Puting mulai menonjol.
5) Tumbuh rambut-rambut halus di sekitar ketiak dan alat
kelamin.
6) Warna alat kelamin menjadi agak gelap dan mulai
berotot.
7) Mulai menstruasi.
Sumber gambar: yayasanpulih.org
18
c. Hal yang Harus Diperhatikan Saat Terjadinya
Perubahan Fisik
Pubertas bisa menjadi tantangan tersendiri bagi
remaja. Beberapa remaja bisa merasa tidak aman dan
nyaman dengan perubahan yang terjadi padanya.
Menurut Samsunuwiyati (2013) hal yang harus
diperhatikan remaja saat terjadinya perubahan fisik,
antara lain:
1) Menjaga kebersihan tubuh agar tidak bau badan.
2) Merawat wajah agar tidak berjerawat.
3) Menjaga kesehatan giginya.
4) Jika diperlukan, anak laki-laki bisa bercukur.
5) Menjaga kebersihan organ intim saat anak perempuan
menstruasi.
6) Bicarakan tentang perubahan fisik itu kepada orang
yang dipercaya seperti Guru BK.
d. Perubahan Psikis
Pubertas tidak saja menyebabkan perubahan besar
dan perkembangan pada tubuh remaja, namun juga
mempengaruhi dan mengubah mental. Menurut Rosyid
(2013) perubahan pada psikis remaja pasca pubertas,
antara lain:
1) Perubahaan mental akibat perubahan fisik.
19
2) Perubaahn mood dan emosi.
3) Krisis identittas diri.
4) Lebih senang bergabung dengan teman sejiwa.
5) Menjadi lebih sensitif, lebih emosi dan mudah
tersinggung.
6) Merasa aneh dengan bentuk tubuh dan merasa
bingung.
7) Dorongan hormon akan mendorong perasaan seksual
sehingga mulai tertarik dengan lawan jenis.
8) Ingin menjadi diri sendiri.
Pubertas tidak saja menyebabkan perubahan
besar dan perkembangan pada tubuh, namun
juga mempengaruhi dan mengubah mental
2. Organ Reproduksi
a. Organ reproduksi laki-laki dan fungsinya
Penting bagi remaja untuk mendapatkan informasi
yang tepat tentang kesehatan reproduksi dan berbagai
faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi.
Dirangkum dari laman resmi Kementerian Kesehatan,
sebagai pengenalan terhadap kesehatan reproduksi
20
dasar, remaja harus mengetahui tentang proses, fungsi,
dan sistem alat reproduksi. Menurut Syamsuniwiyati
(2013) oragn reproduksi dan fungsi yang harus diketahui
remaja, antara lain:
1) Organ reproduksi luar
a) Penis, organ reproduksi laki-laki untuk berhubungan
seksual. Berfungsi sebagai alat untuk berhubungan
seksual.
b) Glan, bagian depan atau kepala penis. Berfungsi
untuk tempat keluarnya sperma.
c) Skortum, berupa kantung yang melingkari dan
melindungi testis. Berfungsi menjaga suhu produksi
sperma.
Sumber gambar: klikdokter.com
21
2) Organ repdoduksi dalam
a) Testis, berbentuk oval, terdapat dua buah di dalam
skortum. Berfungsi memproduksi dan menyimpan
sperma.
b) Kelenjer prostat, terletak pada dasar kandung
sperma. Berfungsi membawa sperma ke testis.
c) Vas deferens, saluran sperma. Berfungsi
menyalurkan sperma ke prostat.
d) Uretra, saluran tempat keluar air seni dan sperma.
Berfungsi mengeluarkan sperma.
b. Organ reproduksi perempuan dan fungsinya
Sistem atau alat reproduksi perempuan menjadi organ
penting yang perlu diketahui dan dijaga kesehatannya.
Alat reproduksi pada perempuan tidak hanya sebatas
vagina atau rahim saja. Menurut Dianawati (2016) berikut
penjelasan lengkap mengenai alat atau organ reproduksi
perempuan:
1) Organ reproduksi luar
a) Vulva, berbentuk segitiga terbalik terletak pada
daerah dasar panggul. Berfungsi sebagai tempat
letak mons pubis, labia mayora dan labia minora.
b) Mons pubis, berada dibagian puncak vulva,
penghasil lemak tertutup kulit rambut kemaluan.
22
c) Klitoris, organ kecil pada biagian vulva. Berfungsi
memberikan perasaan kepuasan saat distimulasi.
d) Labia mayora, bibir kemaluan luar. Berfungsi
memberikan perlindungan pada klitoris, lubang
kecing dan lubang vagina.
e) Labia minora, bibir vagina bagian dalam. Berfungsi
saluran sel telur.
Sumber gambar: dosenpendidikan.com
2) Organ reproduksi dalam
a) Vagina, berbentuk pipih, terbentuk dari otot.
Berfungsi sebagai penghubung rahim dan bagian
luar tubuh, tempat keluarnya darah menstruasi dan
jalan bayi ketika persalinan normal.
b) Uterus, merupakan rahim. Berfungsi tempat
tumbuhnya janin.
23
c) Cevic, merupakan leher rahim. Berfungsi sebagai
batas vagina dengan rahim, saat persalinan akan
membuka sehingga bayi dapat keluar.
c. Cara Menjaga Organ Reproduksi
1) Cara menjaga organ reproduksi laki-laki
Kesehatan organ reproduksi merupakan salah
satu sisi kesehatan yang patut diperhatikan. Bukan
hanya oleh perempuan, melainkan juga kaum laki-laki.
Organ reproduksi laki-laki memiliki banyak peran,
diantaranya adalah menentukan kesuburan, berperan
dalam proses berkemih dan ejakulasi. Untuk
menjaganya, ada beberapa hal yang mesti dilakukan.
Menurut Wardhani (2012) cara menjaga organ
reproduksi laki-laki, antara lain:
a) Laki-laki bersunat, selalu cuci secara bersih penis
habis buang air.
b) Laki-laki tidak bersunat, tarik kulit luar dari ujung
penis dan cuci secara lembut daerah tersebut setiap
habis buang air.
c) Mandi dua kali sehari dan membersihkan organ
kelamin.
d) Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari.
e) Tidak menggunakan air yang kotor membersihkan
kelamin.
24
f) Dianjurkan mencukur atau merapikan rambut
kemaluan.
2) Cara menjaga organ reproduksi perempuan
Menjaga kesehatan reproduksi penting dilakukan
bagi setiap kaum hawa. Hal tersebut dapat dimulai dari
melakukan kebiasaan sederhana sehari-hari. Menurut
Manuaba (2016) cara menjaga kebersihan organ
repoduksi perempuan, antara lain:
a) Bersihkan organ reproduksi luar dari depan ke
belakang, gunakan air bersih dan keringkan
menggunakan handuk atau tisu.
b) Tidak perlu membasuh bagian dalam vagina
karena dapat mengganggu keseimbangan kimia
pada bagian itu sehingga meningkatkan resiko
infeksi.
c) Tidak boleh mencuci vagina dengan cairan
pembilas wanita.
d) Selama masa menstruasi, pembalut harus diganti
berkala paling lama setiap empat jam sekali atau
setiap setelah buang air kecil, untuk
mempertahankan kebersihan.
e) Pemakaian panty liner tidak disarankan dalam
waktu yang lama (lebih dari empat jam).
25
3. Perkembangan Pola Pikir, Sosial dan Emosi
a. Perkembangan pola fikir
Menurut Fudyartanta (2012) perkembangan pola fikir
remaja sebagai berikut:
1) Mampu berfikir secara ilmiah dan abstrak.
2) Bisa memperkirakan hal-hal yang akan terjadi di masa
depan.
3) Memiliki kemampuan pemahaman literatur.
4) Belum matang memutuskan sesuatu.
5) Lebih mampu memahami sudut pandang orang lain
dan berempati.
6) Cendrung menggunakan bahasa yang khas dalam
pertemanan.
b. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial remaja adalah suatu perubahan
progresif organisme mulai berpikir tentang sekitar atau
sekelilingnya (konteks sosial) dan mengekspresikan
emosinya baik dalam tingkah laku atau tidak. Menurut
Jahya (2011) beberapa perkembangan sosial remaja,
antara lain:
1) Pencarian identitas diri.
2) Senang berkelompok dan sering terlibat banyak
kegiatan dengan teman.
3) Mudah terpengaruh pada hal-hal yang trend.
26
4) Ketertarikan pada lawan jenis.
5) Kemandirian dalam bertingkah laku.
Remaja merasa bangga jika
menjadi populer diantara
teman terutama diantara
lawan jenis
c. Perkembangan emosi
Pada masa remaja,muncul emosi yang berbeda jika
dibandingkan dengan masa anak-anak maupun orang
dewasa. Pada masa remaja, emosi sering sekali
meluap-luap/tinggi. Keadaan ini lebih cenderung
disebabkan oleh masalah dalam pemenuhan kebutuhan
mereka. Remaja akan lebih mudah emosi jika
permintaannya tidak dipenuhi. Menurut Cole (2007) tiga
jenis emosi yang menonjol dimasa remaja, antara lain:
1) Emosi marah
Lebih mudah timbul, penyebanya karena direndahkan,
dipermalukan, dihina. Cara meredamnya adalah
dengan cara bersabar dan mencari kegiatan lain yang
positif.
27
2) Emosi takut
Emosi ini muncul karena takut tidak populer,
memikirkan keadaan fisik yang tidak sesuai keinginan,
takut nilai rendah. Cara mengatasinya adalah dengan
cara menenangkan diri dan selalu berfikir positif.
3) Emosi Cinta
Pada masa remaja emosi cinta diarahkan kepada
lawan jenis. Pada masa ini biasanya remaja laki-laki
sudah mulai menggoda remaja wanita dan menarik
perhatian. Sedangkan remaja wanita biasanya lebih
bisa menahan diri.
Sumber gambar: istokfotho.com
4. Menstruasi dan Mimpi Basah
a. Menstruasi
Menstruasi menunjukan kedewasaan seksual bagi
perempuan. Menstruasi adalah periode pelepasan darah
dan jaringan dari uterus atau janin. Dimulainya
menstruasi berarti seorang perempuan mampu menjalani
kehamilan dan mempunyai anak.
28
1) Siklus menstruasi
Sumber gambar: doktergenz.hipwee.com
a) Gambar 1, perempuan memiliki ribuan sel telur di
dalam ovarium.
b) Gambar 2, setiap bulan satu telur matang dan
meninggalkan ovarium.
c) Gambar 3, sel telur bisa berkembang menjadi bayi
jika bertemu sel sperma.
d) Gambar 4, jika sel telur tidah dibuahi sperma, maka
akan mengalir keluar peristiwa ini disebut
menstruasi yang berlangsung 4-6 hari.
29
2) Perawatan diri saat menstruasi
Menurut Adrian (2018) perawatan diri saat menstruasi
antara lain:
a) Mandi setiap hari.
b) Memakan makanan bergizi dan disarankan
meminum penambah darah.
c) Gunakan kain bersih, pembalut atau material lain
yang bersih atau dapat diganti dan ganti dengan
rutin agar darah menstruasi tidak muncul dipakaian,
dianjurkan mengganti pembalut minimal 4x sehari.
d) Kebersihan merupakan hal penting untuk
mencegah infeksi dan bakteri.
e) Beristirahat cukup dan menahan emosi.
Sumber gambar: hellosehat.com
f) Jika mengalami kram, lakukan mandi air hangat,
minum minuman panas, pijat bagian bawah perut.
30
g) Berolahraga. Olahraga mempercepat sirkulasi dan
mengurangi ketegangan dan sakit kepala.
h) Kurangi mengkonsumsi garam untuk mengurangi
dehidrasi.
i) Terkadang selama kurang lebih seminggu sebelum
menstruasi, perempuan dapat mengalami beberapa
gejala seperti: payudara terasa sakit, suasana hati
berubah-ubah, mengidam makanan. Perubahan ini
adalah hal biasa terjadi.
b. Mimpi basah
Mimpi basah merupakan pengeluaran air mani atau
sperma yang terjadi saat tidur. Mimpi basah umumnya
muncul pada masa-masa menjelang remaja atau
pubertas.
Sumber gambar: healthkompas.com
Saat itu, tubuh pria mulai memproduksi hormon
testosteron yang akan memproduksi sperma. Pada masa
ini, remaja pria mengalami beberapa perubahan pada
tubuhnya. Ketika usianya menginjak 12 tahun, penis
31
remaja pria mulai berkembang dan memanjang.
Testisnya juga akan mengalami perkembangan dan
pertumbuhan rambut kemaluan yang semakin tebal dan
menyebar di sekitar alat kelamin. Pada masa-masa inilah
umumnya remaja pria mulai mengalami mimpi basah.
Remaja laki-laki yang sudah
mengalami mimpi basah, apabila
melakukan hubungan seksual dapat
mengakibatkan kehamilan
Seberapa sering seorang pria mengalami mimpi
basah diduga juga berkaitan dengan masturbasi (onani).
Secara umum, mimpi basah paling banyak dialami oleh
pria yang jarang melakukan masturbasi.
32
Mimpi basah merupakan respon normal dan alami
tubuh terhadap perubahan hormonal. Mimpi basah juga
tidak memiliki resiko kesehatan maupun gangguan
kesuburan di masa yang akan datang. Mimpi basah
merupakan tanda bahwa seorang pria telah memasuki
pubertas dan akan menjadi pria dewasa dalam waktu
beberapa tahun ke depan.
Meski demikian, mimpi basah kerap memicu rasa
malu, bingung, atau perasaan tidak nyaman. Untuk
mengatasi hal tersebut, remaja perlu untuk
membicarakan mimpi basah kepada orang yang
dipercaya seperti Guru BK atau Guru laki-laki.
Sumber gambar: dokumen pribadi
33
Dengan cara ini, para remaja pria akan lebih paham
bahwa apa yang dialaminya merupakan hal yang normal.
Jika masih memiliki pertanyaan seputar mimpi basah atau
mengalami keluhan tertentu, misalnya terlalu sering
mengalami mimpi basah. Remaja bisa berkonsultasi ke
dokter.
Sumber gambar: hallodoc.com
34
E. Ringkasan
1. Perubahan fisik terjadi saat remaja antara lain: a) tinggi badan
bertambah bertambah, b) wajah berminyak, c) berat badan
bertambah, d) keringat bertambah banyak, e) muncul jerawat pada
wajah, f) tubuh mulai berbulu.
2. Organ reproduksi laki-laki antara lain: a) penis, b) glan, c) skortum,
d) testis, e) kelenjer prostat, f) vas deferens, g) uretra. Sedangkan
organ reproduksi perempuan antara lain: a) vulva, b) mons pubis,
klitoris, c) labia mayora, d) labia minora, e) vagina, f) uterus, g)
servic.
3. Perkembangan pola pikir remaja antara lain: a) mampu berfikir
secara ilmiah dan abstrak, b) bisa memperkirakan hal-hal yang akan
terjadi di masa depan, c) memiliki kemampuan pemahaman literatur,
d) belum matang memutuskan sesuatu, e) lebih mampu memahami
sudut pandang orang lain dan berempati, f) cendrung menggunakan
bahasa yang khas dalam pertemanan. Perkembangan sosial remaja
adalah: a) encarian identitas diri, b) senang berkelompok dan sering
terllibat banyak kegiatan dengan teman, c) sudah terpengaruh pada
hal-hal yang trend, d) ketertarikan pada lawan jenis, e) kemandirian
dalam bertingkah laku. Perkembangan emosi yang menonjol saat
remaja adalah: a) emosi marah, b) emosi takut, c) emosi cinta.
4. Menstruasi adalah periode pelepasan darah dan jaringan dari uterus
atau janin. Mimpi basah merupakan pengeluaran air mani atau
Fs.pAermkatiyvanitgatesrjaSdiissaawt taidur.
35
F.AKTIVITAS SISWA
PUBERTAS
Ananda diminta untuk menjawab pertanyaan berikut
sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman ananda
setelah membaca materi ini.
1. Tulislah Perkembangan fisik yang terjadi pada
remaja laki-laki dan remaja perempuan?
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
.
2. Tulislah cara menjaga organ reproduksi laki-laki dan
perempuan?
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
.
36
3. Tulislah perkembangan pola fikir, sosial dan emosi
yang terjadi saat remaja ?
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
.
4. Jelaskan pengertian menstruasi dan mimpi basah?
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
.
37
G.Lembar Evaluasi
Jawablah pertanyaan ini pada kolom yang telah
disediakan.
1. Apa yang ananda pahami setelah membaca materi
tentang pubertas?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
2. Bagaimana perasaan ananda setelah membaca
materi tentang pubertas?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
38
3. Bagaimana sikap ananda setelah membaca materi
tentang pubertas?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
4. Ap…a……y…a…ng……a…k…a…n/…d…ap…a…t …a…n…a…n…da……l…ak…u…k…an……s…e…te…la…h…
memahami materi tentang pubertas?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
5. Ap…a…y…a…n…g…m…e…n…ja…d…i t…a…ng…g…u…n…g …ja…w…a…b…a…n…a…nd…a…s…e…te…la…h…
membaca materi tentang pubertas?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
39
H.Lembar Refleksi
Pilih salah satu kolom di bawah ini dengan memberikan
tanda ceklist (√) di salah satu emotion yang tersedia,
yang mana pilihan tersebut merupakan gambaran
suasana diri ananda setelah mendapatkan pendidikan
kesehatan reproduksi remaja. Berikan alasan ananda di
kolom komentar. Isilah dengan sejujurnya dan sebaik
mungkin, kerahasian ananda akan terjamin. Ananda
tidak perlu menuliskan identitas. Selamat bekerja!
Sangat Memuaskan Memuaskan Cukup Memuaskan
Membosankan Rumit dipahami Tidak bermanfaat
40
BAGIAN 2
SEKSUALITAS
A.Tujuan Pelayanan
Setelah mempelajari materi seksualitas diharapkan siswa dapat
mengetahui dan memahami informasi mengenai seks dan
seksualitas merupakan hal yang berbeda, serta perubahan
hormon pada masa remaja dapat memicu dorongan seksual,
dan diharapkan remaja mampu mengendalikan dorongan
seksual.
B.Indikator Keberhasilan
Ananda diharapkan mampu memahami tentang:
1. Seks, Seksual, Seksualitas
2. Orientasi Seksual
3. Dorongan dan Perilaku Seksual
4. Dampak Seks Pranikah
C. Waktu
Waktu yang dapat ananda gunakan untuk memahami materi ini
1x45 menit.
41
D. Materi
Memahami pengertian dan perbedaan seks, seksual dan
seksualitas sangatlah penting. Sering kali pemakaian istilah ini
tidak tepat, hal itu punya arti yang berbeda. Simak
penjelasannya berikut ini.
Sumber gambar: klikdokter.com
1. Seks, Seksual, Seksualitas
a. Seks
Seks (sex) adalah suatu konsep tentang
pembedaan jenis kelamin manusia berdasarkan
faktor-faktor biologis, hormonal, dan patologis
(Dianawati, 2016). Secara biologis manusia hanya
dibedakan dalam dua jenis kelamin (seks), yaitu
laki-laki (male) dan perempuan (female). Demikian
pula konsep jenis kelamin yang bersifat sosial,
manusia juga hanya dibedakan dalam dua jenis
42
kelamin sosial (gender), yakni laki-laki (man) dan
perempuan (woman).
Kendati umumnya seks memiliki perbedaan yang
tegas, ada juga sebuah kondisi kelainan bawaan yang
menyebabkan seseorang terlahir dengan gabungan
ciri kelamin laki-laki dan perempuan (kelamin ganda),
baik secara fisik maupun genetik. Kondisi ini disebut
dengan interseks. Contohnya adalah sindrom
Klinefelter (khunsa).
b. Seksual
Seksual adalah aktifitas seks yang juga melibatkan
organ tubuh lain baik fisik maupun non fisik.
c. Seksualitas
Seksualitas adalah bagian dari manusia mengenai
jenis kelamin, identitas gender dan peran, orientasi
seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan dan
reproduksi (WHO, 2006) Seksualitas terksit aspek-
aspek terhadap kehidupan manusia terkait faktor
biologis, sosial, politik dan budaya, terkait dengan
seks dan aktifitas seksual yang mempengaruhi
individu dalam masyarakat.
Sumber gambar: yayasanpulih.org
43