E-MODUL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Seksualitas seseorang bermula dari perilaku
seksualnya, yakni bagaimana hubungan seseorang
dengan orang lain, suasana hubungan tersebut, dan
dipengaruhi oleh budaya. Seksualitas bersifat
individual, karena dipengaruhi oleh kepribadian dan
karakter seseorang, penampilan biologis, serta
perasaan terhadap dirinya secara utuh. Pada
akhirnya, seksualitas merupakan kombinasi pikiran,
perasaan dan perilaku yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan seksual dan reproduksi.

2. Orientasi Seksual
Orientasi seksual adalah keterkaitan seseorang

kepada orang lain secara fisik dan emosional (Sobur,
2019). Ada banyak hal yang bisa melatarbelakangi
orientasi seksual, seperti faktor lingkungan, emosional,
hormonal, dan biologis. Umumnya, seseorang akan
menemukan orientasi seksualnya pada saat remaja atau
memasuki usia dewasa. Orientasi seksual bisa saja
muncul tanpa ada pengalaman seksual sebelumnya.

44

Setiap manusia memiliki orientasi berbeda (Kartono,
2009) antara lain:
a. Heteroseksual adalah jika seseorang teratarik pada

lawan jenis. Inilah yang dianggap paling umum baik dari
sosial maaupun ajaran agama.
b. Biseksual adalah jika seseorang tertarik kepada dua
jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan.

Sumber gambar: alodokter.com

c. Homoseksual adalah jika seseorang tertarik pada
sesama jenis kelamin. Pria tertarik dengan pria disebut
gay sedangkan perempuan tertarik dengan perempuan
disebut lesbian.

Homoseksualitas rentan
mendapatkan penyakit kelamin

seperti HIV/AIDS

45

d. Panseksual adalah jika seseorang tertarik secara
seksual kepada siapa saja. Tertarik kepada pria,
wanita, transgender dan interseks.

e. Aseksual adalah jika seseorang tidak memilik
ketertarikan seksual kepada orang lain.

3. Dorongan dan Perilaku Seksual
a. Dorongan Seksual
Ketika seseorang mulai memasuki masa
pubertas, organ-organ seksualnya sudah mulai
matang karena hormon. Laki-laki dipengaruhi hormon
testoteron sedangkan perempuan lebih dipengaruhi
oleh hormon esterogen dan progrsteron.

46

Hormon-hormon tersebut membuat seseorang
mengalami dorongan seksual, mulai memasuki masa
pubertas menjadi makin sadar akan sensasi seksual

Sumber gambar: indozone.id

Dorongan seksual adalah keinginan untuk
mendapatkan kepuasan secara seksual yang
diperoleh dengan perilaku seksual (Sobur, 2019). Hal
yang wajar pada remaja muncul dorongan seksual
karena ketika memasuki usia pubertas, dorongan
seksual akan muncul dalam diri seseorang.

Hormon itu juga berpengaruh pada syaraf yang
mengatur emosi, membuat seseorang menjadi tertarik
secara seksual dengan orang lain, bahkan terjerumus
ingin memeluk, mencium, dan seterusnya yang
bertujuan mecapai tujuan kepuasan seksuas
(Dianawati, 2016).

47

Sumber gambar: psychologymania.com

Agama hanya membolehkan hasrat seksual
disalurkan melalui pernikahan, begitu pula dengan
budaya ketimuran. Remaja diharapkan mampu
memiliki kontrol diri yang kuat, terutama perihal hasrat
seksual.
b. Perikaku Seksual

Seiring berkembangnya fisik remaja perilaku
seksual juga berkembang ketika remaja. Menurut
Sarwono (2011) perilaku seksual adalah segala
tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik
dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis.

Ketertarikan pada lawan jenis pada remaja pada
umumnya diwujudkan dengan pacaran. Remaja harus
waspada sampai sejauh mana aktivitas pacarannya
untuk mencegah perilaku pacaran beresiko, yaitu yang
mengarah pada ”hubungan seksual sebelum menikah.

48

Adapun faktor-faktor penyebab perilaku seksual
remaja menurut Kusmiran (2014) antara lain:
1) Meningkatnya libido seksualitas menimbulkan

keinginan dan hasrat untuk melakukan prilaku
seksual.
2) Penundaan usia perkawinan.
3) Tabu dan larangan pembicaraan tentang seks
karena dianggap dilarang norma dan budaya
sehingga terjadi salah persepsi dan pengetahuan
tentang seks.
4) Kurangnya informasi tentang seks dan sering
mendapatkan informasi yang salah.
5) Pergaulan yang semakin bebas dari luar yang
semakin marak dan sering diimitasi oleh remaja.

Sumber gambar: kumparan.com

Menurut Samsunuwiyati (2013) bentuk-bentuk
perilaku seksual remaja antara lain:
1) Berkencan.

49

2) Berpegangan tangan.

Sumber gambar: klikdokter.com

3) Mencium pipi.
4) Bepelukan.
5) Mencium bibir.
6) Melakukan hubungan seksual.

Untuk mendapatkan masa depan yang cerah,
remaja harus melakukan kegiatan yang positif dan
berusaha menahan menahan dorongan dan perilaku
seksual. Menurut Pramudiarja (2021) cara remaja
mengontrol dorongan seksualnya, antara lain:
1) Memahami bahwa seks bebas memiliki resiko

penyakit menular seksual yang bisa menyebakan
kematian.
2) Menghargai diri tidak mudah terpengaruh bujukan
teman maupun kekasih tidak melakukan hubungan
seksual sebelum menikah.
3) Hindari konten pornografi.

50

4) Bertanggung jawab terhadap diri, sehingga bisa
menghindari perilaku yang berdampak negatif bagi
diri sendiri dan keluarga.

Sumber gambar: pramukaupdate.id

5) Mengikuti kegiatan positif seperti kegiatan
organisasi, ektrakurikuler, mendalami hobi dan
meningkatkan rutinitas berolahraga.

4. Dampak Seks Pranikah
Maraknya perederan video porno dan mudahnya

mengakses internet mengenai seksual membuat remaja
dengan mudah mendapatkan informasi mengenai
seksualitas. Remaja yang terbiasa melihat pornografi
dengan mudah akan melakukan hubungan seksual

51

pranikah dan dapat menjadi korban atau pelaku
kekerasan seksual.

Sumber gambar: islamkaffah.com

Menurut Wisnuwardhani (2012) dampak seks
pranikah pada remaja, antara lain:
a. Perasaan berdosa.
b. Berpotensi terjadi kehamilan yang tidak diinginkan.
c. Secara fisik belum siap hamil dan melahirkan.
d. Belum siap menghadapi pernikahan.
e. Dampak pada bayi yang dilahrikan.
f. Akan berhenti sekolah dan pekerjaan menjadi terbatas.

52

E. Ringkasan

1. Seks (sex) adalah suatu konsep tentang pembedaan jenis kelamin
manusia berdasarkan faktor-faktor biologis, hormonal, dan
patologis. Seksual adalah aktifitas seks yang juga melibatkan
organ tubuh lain baik fisik maupun non fisik. Seksualitas adalah
bagian dari manusia mengenai jenis kelamin, identitas gender dan
peran, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan dan
reproduksi.

2. Orientasi seksual adalah keterkaitan seseorang kepada orang lain
secara fisik dan emosional. Adapun jenisnya: 1) heteroseksual
(tertarik pada lawan jenis), 2) biseksual (tertarik kepada laki-laki
dan perempuan, 3) homoseksual (tertaring pada sesama jenis, 4)
panseksual (tertarik kepada siapa saja, 5) anseksual (tidak tertarik
kepada siapapun).

3. Dorongan seksual adalah keinginan untuk mendapatkan kepuasan
secara seksual yang diperoleh dengan perilaku seksual. perilaku
seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis.

4. Dampak seks pranikah pada remaja adalah: 1) perasaan berdosa,
2) berpotensi terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, 3) secara
fisik belum siap hamil dan melahirkan 4) belum siap menghadapi
pernikahan, 5) dampak ke bayi yang dilahrikan, 6) akan berhenti
sekolah dan pekerjaan menjadi terbatas, 7) aborsi, 8) Rentan
terkena infeksi menular seksual dan AIDS.

53

F. Aktivitas Siswa
Seksualitas

Ananda diminta untuk menjawab pertanyaan berikut
sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman ananda
setelah membaca materi ini.
1. Tulislah pengertian seks, seksual dan seksualitas?

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

2. Tulislah pengertian orientasi seksual beserta
jenisnya?

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

54

3. Tulislah perbedaan dorongan seksual dengan
perilaku seksual?

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

4. Jelaskan dampak seks pranikah bagi remaja?

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

55

G.Lembar Evaluasi

Jawablah pertanyaan ini pada kolom yang telah
disediakan.
1. Apa yang ananda pahami setelah membaca materi

tentang seksualitas?

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

2. Bagaimana perasaan ananda setelah membaca
materi tentang seksualitas?

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

56

3. Bagaimana sikap ananda setelah membaca materi

tentang seksualitas?

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

4. Apa yang akan/dapat ananda lakukan setelah

memahami materi tentang seksualitas?

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

5. Apa yang menjadi tanggung jawab ananda setelah

membaca materi tentang seksualitas?

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

57

H.Lembar Refleksi

Pilih salah satu kolom di bawah ini dengan memberikan

tanda ceklist (√) di salah satu emotion yang tersedia,

yang mana pilihan tersebut merupakan gambaran
suasana diri ananda setelah mendapatkan pendidikan
kesehatan reproduksi remaja. Berikan alasan ananda di
kolom komentar. Isilah dengan sejujurnya dan sebaik
mungkin, kerahasian ananda akan terjamin. Ananda
tidak perlu menuliskan identitas. Selamat bekerja!

Sangat Memuaskan Memuaskan Cukup Memuaskan

Membosankan Rumit dipahami Tidak bermanfaat

58

Komentar

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………..……………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………….

59

BAGIAN 3
PERILAKU SEKSUAL

BERESIKO

A.Tujuan Pelayanan

Setelah mempelajari materi perilaku seksual beresiko
diharapkan siswa dapat berfikir secara kritis tentang dampak
perilaku seksual beresiko.

B.Indikator Keberhasilan

Ananda diharapkan mampu memahami tentang:
2. Perundungan/bullying secara seksual
3. Kekerasan seksual
4. Perilaku seksual yang dilarang
5. Kelainan dan gangguan seksual
6. Cara menghindari perilaku seksual beresiko

C. Waktu

Waktu yang dapat ananda gunakan untuk memahami materi ini
1x45 menit.

60

D. Materi

Perilaku seksual dikatakan berisiko apabila perilaku
tersebut membawa akibat yang tidak diinginkan seperti
tindakan aborsi, hamil diluar nikah, penyakit menular seksual
(PMS), dan HIV/AIDS. Perilaku seksual berisiko menyebabkan
timbulnya dampak negatif bagi kehidupan remaja (Chandra,
Rahmawati & Hardiani, 2014).

Sumber gambar: newsdetik.com

1. Perundungan/Bullying Seksual
Perundungan/bullying merupakan salah satu tindakan

agresi/serangan yang dilakukan satu orang dengan tujuan
untuk menyakiti atau menganggu orang lain atau korban
yang lebih lemah darinya (Bulu, 2019).

61

Sumber gambar: pikiranrakyat.com

Mereka yang menjadi korban bullying kemungkinan
akan menderita depresi dan kurang percaya diri, yang pada
akhirnya korban bullying menjadi kesulitan dalam bergaul.
Yang banyak Terjadi sekarang adalah bullying seksual
(Sofhia, 2016) .

dampak bullying seksual berakibat
penurunan rasa percaya diri, kesehatan

fisik, dan mental memburuk, serta
beragam gejala trauma.

62

Menurut Rayani (2017) ada tiga bentuk tindakan bullying
seksual, antara lain:
a. Bullying dalam bentuk fisik, seperti mengancam membuat

video yang sensual dan disebar melalui media sosial.
b. Bullying dalam bentuk psikologis, seperti pelecehan

seksual.
c. Bullying dalam bentuk verbal, seperti dipaksa melakukan

telepon, bertema seksual/ phone sex.

Sumber gambar: viva.com

Jika ananda merasa sedang di-bully secara seksual,
langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mencari
bantuan dari seseorang yang ananda percaya seperti
orang tua, anggota keluarga terdekat atau orang dewasa
terpercaya lainnya. Di sekolah, ananda bisa menghubungi
guru yang dipercaya seperti Guru BK, Guru olahraga, atau
Guru mata pelajaran lainnya.

63

2. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah setiap tindakan, baik

berupa ucapan ataupun perbuatan, yang dilakukan
seseorang untuk menguasai atau memanipulasi orang lain
serta membuatnya terlibat dalam aktivitas seksual yang tidak
dikehendakinya (Rayani, 2017).

Aspek yang penting dalam kekerasan seksual antara
lain:

a. Aspek pemaksaan dan tidak adanya persetujuan dari
korban.

b. Korban tidak/belum mampu memberikan persetujuan
(misalnya kekerasan seksual pada anak atau individu
yang mengalami disabilitas intelensi).

3. Perilaku Seksual yang Dilarang
a. Hubungan seksual sebelum menikah
Hubungan seksual sebelum menikah atau seks pranikah
(sex before marriage) adalah hubungan seksual yang
dilakukan sebelum menjadi pasangan yang sah sebelum
menikah (BKKBN, 2011).

64

Sumber gambar: akbiduktirahayu.ac.id

Untuk menghindari hubungan seks pranikah jangan
berpacaran yang berlebihan, hindari menonton video
porno.

Hubungan seksual
pranikah memiliki dampak buruk bagi remaja,
yaitu resiko terkena penyakit menular seksual,
kehamilan yang tidak diinginkan, dan trauma

kejiwaan dan merusak masa depan

Hubungan seks sebelum menikah perlu dihindari karena
beresiko akan terjadinya kehamilan. Bila kehamilan
terjadi namun remaja tidak siap akan beresiko menjadi

65

kehamilan yang tidak diinginkan dan merusak masa
depan.
b. Hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan
Hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan
meningkatkan resiko terjadinya penularan infeksi menular
seksual dan HIV/AIDS.

Hubungan seksual dengan lebih dari satu
pasangan mengakibatkan depresi

sehingga bisa menggunakan zat adiktif

Hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan
memicu perilaku beresiko yang sangat banyak merugikan
remaja.

Sumber gambar: workamerica.ac.id

66

c. Hubungan seksual di usia terlalu muda
Memulai hubungan seksual sebelum usia 16 tahun

meningkatkan risiko kanker servicks dua kali lipat
dibandingkan orang dewasa (Emelia, 2010).

Di masa remaja, organ reproduksi belum berkembang
sempurna dan kehamilan bisa jadi sangat berbahaya.
Hubungan seksual di usia muda bisa meningkatkan
berbagai risiko gangguan kesehatan berbahaya seperti
penyakit menular seksual, kanker serviks, hingga
komplikasi kehamilan yang berbahaya bagi ibu dan bayi.

Sumber gambar: kompas.com

d. Hubungan seksual transaksional
Aktivitas seksual transaksional, yaitu yang dilakukan

untuk mendapatkan imbalan misalnya uang dan barang
(Darmasih, 2011). Istilah lain menyebutkan hal ini yaitu

67

menjual diri. Hal ini sangat dilarang dari norma agama dan
norma kesusilaan.

Sumber gambar:

Selain itu, tindakan ini juga termasuk kriminal dan
diproses polisi. Oleh karena itu hindarilah perbuatan ini.
Salah satu dampak psikologis yang paling terlihat dari
melakukan hal ini adalah hilangnya harga diri sendiri.
Menyebabkan seseorang merasa harga dirinya telah
jatuh, dan kemudian susah untuk mengembalikannya
dalam kondisi sebelumnya dan susah mencari pasangan
hidup.
e. Hubungan seksual lewat anus (seks anal)

Masalah kesehatan yang lebih rentan muncul pada
seks anal, misalnya penularan penyakit menular seksual
serta kanker anus (Dermatoto, 2020).

Seks anal banyak ditemukan pada
kelompok Gay (laki-laki suka
laki-laki)

68

Seks anal banyak ditemukan pada kelompok laki-laki
yang berhubungan seks dengan laki-laki, meskipun tidak
terbatas kepada kelompok lain.

Sumber gambar: republika.com

Tidak hanya memicu infeksi bakteri, seks anal juga
bisa memicu infeksi menular seksual, seperti klamidia,
gonore, hepatitis, HIV, dan herpes. Hal ini terjadi karena
risiko robek akibat seks anal yang tinggi juga memicu
penyebaran infeksi menular seksual dan penyakit lainnya.
4. Kelainan dan Gangguan Seksual

Menurut Sarwono (2011) adapun kelainan dan
gangguan seksual antara lain:
a. Gangguan identitas jenis, yaitu ketidaksesuaian antara alat

kelamin dengan jenis yang terdapat pada diri seseorang,

69

jenis kelamin laki-laki merasa dirinya wanita atau
sebaliknya. Adapun jenis-jenisnya sebagai berikut:
1) Transeksualisme adalah minat kaum transeksual sejenis

kelamin (homoseksual).
2) Gangguan identitas jenis kelamin masa anak-anak.
3) Gangguan identitas diri tidak khas adalah

tidak sepenuhnya menunjukkan tanda-tanda
transeksualisme, akan tetapi ada perasaan tertentu yang
menolak struktur anatomi dirinya seperti merasa tidak
memiliki vagina pada perempuan atau tidak merasa
punya penis pada laki-laki.
b. Parafilia adalah gangguan seksual yang memerlukan
suatu khayalan atau perbuatan seksual yang tidak lazim
untuk mendapatkan gairah seksual. Adapun jenis-jenisnya
antara lain:
1) Zoofilia (Bestialitas) adalah perbuatan atau fantasi
mengadakan aktivitas seksual dengan hewan.

70

2) Pedofilia adalah perbuatan atau fantasi melakukan
aktivitas seksual dengan anak prapubertas.

3) Transvestisme adalah pemakaian pakaian wanita oleh
laki-laki heteroseksual untuk mendapatkan gairah
seksual.

4) Ekshibisionisme adalah mempertunjukkan alat kelamin
secara tidak terduga kepada orang yang tidak
dikenalnya dengan tujuan untuk mendapatkan
kegairahan seksual.

5) Fetishisme adalah penggunaan benda yang lebih
disukai untuk mendapatkan gairah seksual.

6) Voyeurisme adalah mengintip orang lain yang telanjang.
7) Masokisme seksual adalah mendapatkan gairah seksual

melalui cara dihina, dipukul atau penderitaan lainnya.
8) Sadisme seksual adalah mencapai kepuasaan seksual

dengan cara menimbulkan penderitaan psikis dan fisik
(bisa berakibat cedera ringan sampai kematian) pada
pasangan seksnya.

71

9) Parafilia tidak khas adalah pencapaian kepuasan melalui
cara-cara yang tidak lazim, seperti dengan ditinju
(koprofilia), dengan menggosok (froteurisme), dengan
kotoran (misofilia), dengan mayat (nekrofilia), dengan air
seni (urofilia) dan dengan berbicara kotor melalui telepon
(skatologia telephon).
Menghindari Penyimpangan dan gangguan
seksual sangat penting untuk dilakukan. Sebab jika
tidak segera ditangani, kelainan seksual dapat
membahayakan diri sendiri, keluarga, hubungan sosial
dengan orang lain termasuk pasangan, pekerjaan,
maupun masyarakat umum yang berisiko menjadi
korban. Pedofilia, voyeurisme, sadisme,
ekshibisionisme, dan froteurisme adalah tindakan
kriminal dan dapat dijatuhi hukuman pidana.

72

5. Cara Menghindari Pelecehan Seksual
Menurut (Rosyid, 2017) cara menghindari kekerasan

seksual beresiko antara lain:
a. Tanamkan pada diri sendiri bahwa: ”TUBUH KITA
MERUPAKAN MILIK PRIBADI YANG BERHARGA”.
b. ”TIDAK SEMUA ORANG BOLEH MENYENTUH
BAGIAN PRIBADI seperti alat kelamin dan dada.
c. Bedakan ”SENTUHAN BOLEH” dan ”SENTUHAN
TIDAK BOLEH”
d. Berani berkata ”TIDAK” pada setiap ajakan yang
mengarah ke kekerasan seksual.
e. Biasakan budaya malu dengan ”TIDAK
MEMPERLIHATKAN AURAT” kepada orang lain.
f. ’SEGERA MELAPOR’ ke orang terdekat dan dipercaya
jika melihat atau mengalami peristiwa yang tidak
diinginkan.

Sumber gambar: liputan6.com

73

H. Ringkasan

1. Perundungan/bullying seksual merupakan salah satu tindakan agresi/serangan yang
dilakukan satu orang dengan tujuan untuk menyakiti atau menganggu orang lain
atau korban yang lebih lemah darinya secara seksual (Bulu, 2019).

2. Kekerasan seksual adalah setiap tindakan, baik berupa ucapan ataupun perbuatan,
yang dilakukan seseorang untuk menguasai atau memanipulasi orang lain serta
membuatnya terlibat dalam aktivitas seksual yang tidak dikendakinya.

3. Perilaku seksual yang dilarang ketiak remaja adalah: 1) hubungan seksual sebelum
menikah, 2) hubungan seksual di usia yang terlalu muda, 3) hubungan seksual di
usia yang terlalu muda, 4) hubungan seksual transaksional, 5) hubungan seksual
lewat anus (seks anal)

4. Kelainan dan gangguan seksua ada 2, antara lain:
a. Gangguan identitas jenis, yaitu ketidaksesuaian antara alat kelamin dengan
jenis yang terdapat pada diri seseorang, jenis kelamin laki-laki merasa dirinya
wanita atau sebaliknya.
b. Parafilia adalah gangguan seksual yang memerlukan suatu khayalan atau
perbuatan seksual yang tidak lazim.

5. Cara menghindari perilaku seksual beresiko adalah: 1) tanamkan pada diri sendiri
bahwa: ”TUBUH KITA MERUPAKAN MILIK PRIBADI YANG BERHARGA”. 2)
”TIDAK SEMUA ORANG BOLEH MENYENTUH BAGIAN PRIBADI seperti alat
kelamin dan dada, 3) Bedakan ”SENTUHAN BOLEH” dan ”SENTUHAN TIDAK
BOLEH”, 4) Berani berkata ”TIDAK” pada setiap ajakan yang mengarah ke
kekerasan seksual., 5) Biasakan budaya malu dengan ”TIDAK
MEMPERLIHATKAN AURAT” kepada orang lain, 5) SEGERA MELAPOR’ ke
orang terdekat dan dipercaya jika melihat atau mengalami peristiwa yang tidak
diinginkan.

74

I. Aktivitas Siswa
Perilaku Seksual Beresiko

Ananda diminta untuk menjawab pertanyaan berikut
sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman ananda
setelah membaca materi ini.
1.Tulislah Pengertian Bullying secara seksual?

2. Jelaskan cara menghindari kekerasan seksual?

75

3.Tulislah perilaku seksual yang dilarang ?

4.Tulislah jenis-jenis penyimpangan dan kelainan
seksual?

5. Bagiamana cara menghindari diri dari perilaku seksual
beresiko?

76

J. Lembar Evaluasi

Jawablah pertanyaan ini pada kolom yang telah
disediakan.
1. Apa yang ananda pahami setelah membaca materi

tentang perilaku seksual beresiko?

2. Bagaimana perasaan ananda setelah membaca
materi tentang perilaku seksual beresiko?

77

3. Bagaimana sikap ananda setelah membaca materi
tentang perilaku seksual beresiko?

4. Apa yang akan/dapat ananda lakukan setelah
memahami materi tentang perilaku seksual beresiko?

5. Apa yang menjadi tanggung jawab ananda setelah
membaca materi tentang perilaku seksual beresiko?

78

K.Lembar Refleksi

Pilih salah satu kolom di bawah ini dengan memberikan

tanda ceklist (√) di salah satu emotion yang tersedia,

yang mana pilihan tersebut merupakan gambaran
suasana diri ananda setelah mendapatkan pendidikan
kesehatan reproduksi remaja. Berikan alasan ananda di
kolom komentar. Isilah dengan sejujurnya dan sebaik
mungkin, kerahasian ananda akan terjamin. Ananda
tidak perlu menuliskan identitas. Selamat bekerja!

79

80

BAGIAN 4
INFEKSI MENULAR SEKSUAL

(IMS)

A.Tujuan Pelayanan

Setelah mempelajari materi infeksi menular seksual (IMS)
seksual diharapkan siswa dapat mengetahui dan memahami
dampak dari infeksi menular seksual.

B.Indikator Keberhasilan

Ananda diharapkan mampu memahami tentang:
1. Pengertian infeksi menular seksual
2. Faktor penyebab infeksi menular seksual
3. Jenis-jenis, gejala dan dampak infeksi menular seksual
4. Kelompok yang paling beresiko terinfeksi infeksi menular

seksual
5. Cara mencegah infeksi menular seksual

C. Waktu

Waktu yang dapat ananda gunakan untuk memahami materi ini
1x45 menit.

81

D. Materi

Pada era milenial sekarang ini pergaulan remaja seringkali
tidak terkontrol. Minimnya pengetahuan tentang bahaya seks
bebas akan berdampak pada penularan penyakit seksual atau
infeksi menular seksual yang dapat menyebabkan kematian.

Sumber gambar: krogja.com

1. Pengertian Infeksi Menular Seksual
Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan

dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual
atau kontak alat kelamin (Lestari, 2018). Penyakit ini memberi
ancaman terhadap banyak remaja yang saat ini tengah
menderita Infeksi Menular Seksual (IMS) tanpa menyadarinya
dan terganggu oleh gejala-gejalanya. Beberapa jenis IMS akan
merusak organ reproduksi.

82

Sumber gambar: sehatq.com

Sesuai namanya, penyakit menular seksual menyebar
melalui hubungan intim, baik melalui vagina, anal, maupun oral.
Tidak hanya hubungan intim, penularan juga dapat terjadi
melalui transfusi darah dan berbagi jarum suntik dengan
penderita. Infeksi juga dapat ditularkan dari ibu hamil ke janin,
baik selama kehamilan atau saat persalinan.

83

Menurut Nilasari, H (2018) , pasien infeksi menular seksual
sekarang makin marak yang berusia remaja. Bahkan ada yang
masih usia Sekolah Menengah Pertama. Data di RSCM
menunjukkan bahwa sekitar 15% dari kasus IMS baru yang
dilaporkan, terdiri dari anak berusia 12-22 tahun. Berdasarkan
data rekam medis Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Divisi Infeksi Menular Seksual di RSUP dr. Hasan Sadikin tahun
2013 terdapat 900an pasien IMS, dan 9 persen dari jumlah
tersebut adalah pasien berusia 10-19 tahun. Sementara RSUD
Soetomo, Surabaya, mencatat ada sekitar 30 pasien IMS berusia
muda setiap bulannya. Wajar bila akhirnya masalah ini
menimbulkan kekhawatiran.

Sumber gambar: merdeka.com

Masa remaja memang masa yang rentan IMS.
Perkembangan hormonal yang memengaruhi perkembangan
fisik, psikologis dan kognitif sedikit banyak menyebabkan remaja
mulai menunjukkan ketertarikan pada aktivitas seksual. Tentu

84

saja tanpa pemahaman yang tepat atau informasi yang salah
mengenai masalah seksualitas, meletakkan remaja pada risiko
tinggi tertular IMS. Perilaku seksual yang tidak aman, atau
penyalahgunaan jarum suntik saat menyalahgunakan
narkotika, meningkatkan risiko menyebarnya IMS seperti
gonore, klamidia, hingga yang paling parah HIV/AIDS dikalangan
remaja.
2. Faktor Penyebab Infeksi Menular Seksual

Penyakit menular seksual tidak selalu menimbulkan gejala
atau bisa hanya menyebabkan gejala ringan. Hal ini disebabkan
perubahan pola distribusi dan pola perilaku.

Sumber gambar: akbiduktirahayu.ac.id

85

a. Faktor Perilaku Beresiko
Menurut Pinem, S (2019) perilaku yang memudahkan

seseorang tertular penyakit menular seksual, antara lain:
1) Sering berganti-ganti pasangan seksual atau mempunyai

lebih dari satu pasangan seksual, baik yang dikenal
maupun tidak dikenal misalnya wanita tuna susila
(pelacur).

Sumber gambar: ibunda.id

2) Melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang
juga mempunyai pasangan seksual lainnya.

3) Tetap melakukan hubungan seksual walaupun
mempunyai keluhan PMS dan tidak memberitahukan
kepada pasangannya

4) Melakukan hungan seksual sesama jenis.

Bergonta-ganti pasangan rentan
mendapatkan Infeksi Menular

Seksual

86

b. Faktor Medis
Menurut Manuba, G (2012) faktor medis penyeban

PMS, antara lain:
1) Gejala klinis pada wanita dan homoseksualitas.
2) Akibat pengobatan modern.
3) Pengobatan yang murah, mudah, cepat dan efektif

sehingga resiko resistensi tinggi dan bila
disalahgunakan akan meningkatkan risiko penyebaran
infeksi.
4) Kontrasepsi modern.
c. Faktor Biologi
Menurut Tjokronegoro (2012) faktor biologi penyebab
IMS, antara lain:
1) Usia, perempuan muda mempunyai mukosa vagina dan
jaringan serviks yang mudah terinfeksi.
2) Jenis kelamin, perempuan lebih mudah tertular daripada
laki-laki karena permukaan alat kelamin perempuan lebih
luas.
3) Pengaruh khitan, laki-laki yang tidak dikhitan lebih mudah
terinfeksi dari pada yang dikhitan.

87

Sumber gambar: liputan6.com

3. Jenis-jenis Infeksi Menular Seksual
Infeksi menular seksual atau penyakit menular seksual

adalah infeksi yang menular melalui hubungan intim. Penyakit ini
dapat ditandai dengan ruam atau lepuhan dan rasa nyeri di area
kelamin. Adapun jenis-jenisnya menurut Hartanto, H (2012)
sebagai berikut:
a. HIV/AIDS

Gejala terjadi beberapa bulan atau tahun setelah infeksi
dan dapat termasuk:
1) Keletihan yang terus menerus.
2) Kehilangan lebih dari 10% berat tubuh.
3) Diare dan demam yang terus menerus.

88

HIV tidak dapat disembuhkan setelah ananda
terinfeksi dan hidup dengan virusnya. Jika ananda tidak
memiliki akses terhadap perawatan perpanjangan umur, HIV
dapat berkembang menjadi AIDS, yang dapat berakibat fatal.
Ananda dapat menularkan HIV kepada pasangan seksual
atau seseorang yang berbagi jarum suntik atau bertukar
darah dengan ananda. HIV dapat diturunkan dari ibu ke anak
saat kehamilan, persalinan atau proses menyusui.
b. Gonorea (Kencing Nanah)
Pada pria lubang kencing bengkak, nyeri, gatal, memerah
dan mengeluarkan cairan putih atau kuning kehijauan. Pada
wanita keputihan yang lebih banyak dan biasanya nyeri saat
kencing.

Sumber gambar: en.wikipedia.org

Akibanya, kemandulan pada pria dan wanita, memudahkan
masuknya virus HIV. Selain itu bisa juga menyebabkan

89

keguguran. Jika melahirkan bayi bisa menyebabkan
prematur dan mengalami infeksi.
c. Sipilis (Raja Singa)
Luka pada kemaluan tanpa disertai rasa sakit, luka tunggal.
Bintik bercak merah ditubuh tanpa gejala klinis yang jelas,
kelainan syaraf pembuluh darah dan kulit. Akibatnya, jika
diobati dapat menyebakan kerusakan berat pada otak dan
jantung. Memudahkan penularan HIV, keguguran dan bayi
yang dilahirkan bisa cacat.

Sumber gambar: sehatfresh.com

d. Herpes Genitalis
Rasa terbakar atau kesemutan. Bintik berkelompok yang
nyeri dan berbentuk seperti anggur pada kemaluan dan
meninggalkan luka yang kering dan berkerak lalu hilang
sendiri.

90

e. Trikomoniasis
Jarang menimbulkan gejala. Namun, pada wanita biasanya
mengalami keputihan berwarna kuning kehijauan, berbusa,
dan berbau busuk. Akibatnya memudahkan penularan HIV
dan bisa menyebabkan bayi lahir prematur.

f. Hepatitis B
Kulit dan sklera mata berwarna kuning, tubuh lemah dan lesu.
Akibatnya bisa menyebabkan kanker hati.

g. Infeksi HPV
Muncul kutil di sekitar alat kelamin. Akibatnya muncul kutil
kelamin dan kanker servick (leher rahim)

Penyakit menular seksual tidak selalu
menimbulkan gejala atau bisa hanya mnyebabkan

gejala ringan. Oleh karena itu, tidak heran
beberapa orang baru mengetahui dirinya
menderita penyakit menular seksual setelah
muncul komplikasi atau ketika pasangannya
terdiagnosis menderita penyakit menular seksual.

91

4. Kelompok yang Paling Beresiko Terinfeksi Infeksi Menular
Seksual
Biasanya penyakit IMS terjadi pada usia antara 15 hingga
34 tahun, namun tidak tertutup kemungkinan kelompok usia lain
juga mengalaminya. Para pendatang seperti turis asing maupun
lokal bahkan pendatang karena urusan bisnis dapat menjadi
golongan dengan risiko tinggi terkena IMS.
Menurut Wiknyosastro (2014) kelompok yang beresiko
terinfeksi IMS, antara lain:
a. Remaja melakukan seks bebas, karena alat reproduksi
belum produktif, sehingga mudak terinfeksi.

Sumber gambar: kompasiana.com

b. Remaja yang menawarkan seks demi uang atau yang kini
populer dengan istilah "cabe-cabean" menghadapi risiko
kesehatan yang tidak kecil. Mereka berisiko tinggi tertular dan
menularkan HIV, serta infeksi menular seksual (IMS).

92

c. Remaja yang melakukan hubungan intim tanpa
menggunakan kondom. Seks anal lebih berisiko daripada
seks vaginal. Risiko HIV juga tinggi pada orang yang memiliki
banyak pasangan seksual.

d. Remaja yang terkena infeksi menular seksual lainnya.
Banyak IMS akan menghasilkan luka terbuka pada alat
kelamin. Luka ini dapat menjadi pintu masuk bagi virus HIV
untuk memasuki tubuhmu.

e. Pengguna narkoba suntik, terutama yang alat suntiknya
digunakan bergantian satu sama lain.

Sumber gambar: international.komas.com

f. Orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik.
Mengingat jarum suntik dapat menjadi media penularan virus,
jadi bila kamu ingin membuat tato atau melakukan tindik,
pastikan jarum suntik yang digunakan steril.

93