JAMU
SAINTIFIK
SUATU LOMPATAN ILMIAH PENGEMBANGAN JAMU
Diterbitkan oleh :
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
Jl. Raya Lawu No. 11 Tawangmangu, Karanganyar Jawa Tengah 57792
Telp. (0271) 697010 Faks. (0271) 697451
JAMU SAINTIFIK
SUATU LOMPATAN ILMIAH PENGEMBANGAN JAMU
Pengarah : Kepala Badan Litbang Kesehatan
Penanggung Jawab : Dra. Lucie Widowati, M.Si., Apt
Editor : Prof. Dr. Suwijiyo Pramono, DEA., Apt
Dr. dr. Noor Wijayahadi., M.Sc
Dr. dr. Setyo Rahardjo., M.Kes
Dra. Nani Sukasediati., MS., Apt
Layout dan Gra is : Kristoforus Ivan PW, S.I.Kom
Diterbitkan oleh :
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
Jl. Raya Lawu No. 11 Tawangmangu, Karanganyar Jawa Tengah 57792
Telp. (0271) 697010 Faks. (0271) 697451
Cetakan pertama, November 2017
Hak cipta dilindungi Undang-undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
ii JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
SAMBUTAN
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah
dan rahmatNya, sehingga buku Jamu Sainti ik, Suatu Lompatan Ilmiah
Pengembangan Jamu ini bisa terwujud. Penyusunan buku ini merupakan
tindak lanjut dari pelaksanaan amanat dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No. 003 tahun 2010 tentang Sainti ikasi Jamu melalui Penelitian Berbasis
Pelayanan Kesehatan.
Dalam pelaksanaan Sainti ikasi Jamu, pembinaan dari Komisi
Sainti ikasi Jamu Nasional perlu terus dilakukan. Diantara 12 tugas
dari Komisi Sainti ikasi Jamu Nasional, adalah membina pelaksanaan
sainti ikasi jamu, meningkatkan pelaksanaan penegakan etik penelitian
jamu serta mengusulkan kelayakan hasil penelitian manjadi program
sinergi, integrasi dan rujukan pelayanan jamu.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari Sainti ikasi Jamu, yaitu
meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat nyata yang
teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan
sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan.
JAMU SAINTIFIK iii
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
Saya berharap pemanfaatan jamu di fasilitas pelayanan kesehatan
dapat segera terwujud, sejalan dengan berkelanjutannya penemuan bukti
ilmiah ramuan jamu. Tentunya dari sisi hulu yaitu penguatan ketersediaan
bahan baku jamu harus terus didorong oleh Komisi Sainti ikasi Jamu
Nasional, untuk bersinergi dengan stakeholder sektor hulu.
Saya menyambut baik terbitnya buku ini, semoga implementasi
penelitian pelayanan jamu yang saat ini terfokus di Klinik Sainti ikasi Jamu
Hortus Medicus, akan dapat semakin luas dapat dijalankan oleh jejaring
Dokter Sainti ikasi Jamu di berbagai provinsi di Indonesia.
Jakarta, September 2017
Kepala Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan
dr. Siswanto MHP,DTM
iv JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT atas terbitnya buku “Jamu
Sainti ik, Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu”, yang berisi
informasi lengkap tentang hasil penelitian pelayanan ramuan jamu
yang dilakukan di Rumah Riset Jamu B2P2TOOT dan jejaring Dokter
Sainti ikasi Jamu, sejak tahun 2010. Disebut suatu lompatan ilmiah karena
diperolehnya evidence ramuan jamu empiris yang selama ini tidak berbukti
ilmiah.
Buku berisi tentang penjelasan penyakit; tanaman penyusun ramuan
jamu sainti ik; penelitian ramuan jamu sainti ik serta metoda penelitian
dan hasil penelitian ramuan jamu sainti ik. Tujuan penggunaan buku
ini adalah agar dapat digunakan oleh jejaring dokter Sainti ikasi Jamu
diberbagai provinsi.
Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya disampaikan
kepada peneliti jamu sainti ik sisi hulu hingga hilir, yang menyusun buku
JAMU SAINTIFIK v
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
ini dan tidak lupa ucapan penghargaan bagi para narasumber yang telah
berkontribusi dalam penyusunan buku ini.
Tawangmangu, September 2017
Kepala Balai Besar Litbang
Tanaman Obat dan Obat Tradisional
dra. Lucie Widowati, MSi. Apt.
vi JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
DAFTAR ISI
Sambutan....................................................................................................................... iii
Kata Pengantar............................................................................................................ v
Daftar Isi ........................................................................................................................ vii
Glosary dan Singkatan.............................................................................................. ix
BAB 1. Pendahuluan ............................................................................................... 1
BAB 2. Penjelasan Umum ..................................................................................... 7
BAB 3. Ramuan Jamu Sainti ik ........................................................................... 11
A. Ramuan Jamu Sainti ik Hiperurisemia .................................... 13
B. Ramuan Jamu Sainti ik Hipertensi ............................................ 33
C. Ramuan Jamu Sainti ik Osteoartritis........................................ 53
D. Ramuan Jamu Sainti ik Hiperkolesterolemia........................ 73
E. Ramuan Jamu Sainti ik Hemorhoid .......................................... 95
F. Ramuan Jamu Sainti ik Hepatoprotektor ............................... 109
G. Ramuan Jamu Sainti ik Dispepsia.............................................. 123
JAMU SAINTIFIK vii
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
BAB 4. Penutup......................................................................................................... 137
Lampiran ................................................................................................................... 141
viii JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
Glosarium
BoK : Body of Knowledge
SJ : Sainti ikasi Jamu
AAI : Analgesik Anti In lamasi
OHT : Obat Herbal Terstandar
DSJ : Dokter Sainti ikasi Jamu
ASJ : Apoteker Sainti ikasi Jamu
RCT : Randomized Control Trial
Fasyankes : Fasilitas pelayanan kesehatan
Study site : Tempat pelaksanaan studi klinik jamu
JAMU SAINTIFIK ix
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
JAMU SAINTIFIK 1
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
Indonesia merupakan negara yang sangat menguntungkan secara
geogra is. Pada tahun 2017, negara kita ditetapkan mempunyai 16.062
pulau tersebar dari Sabang hingga Merauke. Diantara pulau-pulau di
Indonesia terdapat berbagai etnis dengan budaya yang berbeda. Data BPS
menyebutkan, Indonesia memiliki 1.068 etnis.
Budaya memelihara kesehatan dan pengobatan dengan jamu atau
dengan tanaman obat, sudah merupakan warisan leluhur. Hal ini terlihat
pada relief yang berada di Candi Borobudur, serta sejarah masuknya
pengobatan tradisional.
Penggolongannya di Indonesia berdasarkan ijin edar, obat tradisional
dibagi menjadi Fitofarmaka, Obat Herbal Terbatas (OHT) dan Jamu.
Menurut perka Kabadan POM No 13 Tahun 2014, sediaan itofarmaka
dapat digunakan dalam fasyankes, karena sudah mempunyai bukti
ilmiah melalui uji klinik. Sampai dengan tahun 2010, jumlah Fitofarmaka
hanya 6 produk, a.l. akibat besarnya, biaya yang harus dikeluarkan dalam
menyelenggarakan uji klinik, dan memberatkan industri obat tradisional.
Perkembangan yang lambat dalam memperoleh produk itofarmaka,
mendorong pemerintah menerbitkan Permenkes 003 tahun 2010 tentang
penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Tujuannya adalah:
1. Memberikan landasan ilmiah (evidence based) penggunaan jamu
secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan.
2. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan tenaga
kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam rangka upaya preventif,
promotif, rehabilitatif dan paliatif melalui penggunaan jamu.
3. Meningkatkan kegiatan penelitian kualitatif terhadap pasien dengan
penggunaan jamu.
4. Meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat nyata
yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk
pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan.
Program ini dikenal dengan “Sainti ikasi Jamu” yang merupakan
terobosan untuk mengangkat jamu menjadi produk berbukti ilmiah dan
diharapkan dapat digunakan dalam fasyankes.
JAMU SAINTIFIK 3
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
Dengan Sainti ikasi Jamu, ramuan empiris dapat dipercaya oleh tenaga
kesehatan, sehingga dapat memberikan manfaat berbukti ilmiah. Biaya
yang dibutuhkan tidak besar, karena menggunakan pendekatan : ”reverse
pharmacology”, ramuan yang sudah turun menurun aman digunakan,
langsung dapat dilakukan uji klinik fase 2. Inilah suatu upaya memajukan
jamu, dengan suatu lompatan ilmiah, dan menjadi model yang dapat
digunakan untuk mempercepat perolehan sediaan itofarmaka, sehingga
jamu mempunyai kedudukan yang sama dengan itofarmaka.
Dalam mengawal program Sainti ikasi Jamu, dibentuk Komisi
Sainti ikasi Jamu Nasional oleh Menteri Kesehatan. Tugas dari Komisi
Sainti ikasi Jamu Nasional antara lain:
1. membina pelaksanaan sainti ikasi jamu
2. meningkatkan pelaksanaan penegakan etik penelitian jamu
3. menyusun pedoman nasional berkaitan dengan pelaksanaan
sainti ikasi jamu
4. mengusulkan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan mengenai bahan jamu, khusunya segi budi daya, formulasi,
distribusi dan mutu serta keamanan yang layak digunakan untuk
penelitian
5. melakukan koordinasi dengan peneliti, lembaga penelitian dan
universitas serta organisasi profesi dalam dan luar negeri, pemerintah
maupun swasta di bidang produksi jamu
6. membentuk jejaring dan membantu peneliti dokter atau dokter gigi
dan tenaga kesehatan lainnya yang melakukan praktik jamu dalam
seluruh aspek penelitiannya
7. membentuk forum antar tenaga kesehatan dalam sainti ikasi jamu
8. memberikan pertimbangan atas proses dan hasil penelitian yang
aspek etik, hukum dan metodologinya perlu ditinjau secara khusus
kepada pihak yang memerlukannya
9. melakukan pendidikan berkelanjutan meliputi pembentukan dewan
dosen, penentuan dan pelaksanaan silabus dan kurikulum serta
serti ikasi kompetensi
4 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
10. mengevaluasi secara terpisah ataupun bersamaan hasil penelitian
pelayanan termasuk perpindahan metode/upaya antara kuratif dan
non kuratif hasil penelitian pelayanan praktik/klinik jamu
11. mengusulkan kelayakan hasil penelitian menjadi program sinergi,
integrasi dan rujukan pelayanan jamu kepada Menteri Kesehatan
melalui Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
12. membina Komisi Daerah Sainti ikasi Jamu di provinsi atau Kabupaten/
Kota
13. memberikan rekomendasi perbaikan dan berkelanjutan program
sainti ikasi jamu kepada Menteri Kesehatan dan
14. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Menteri Kesehatan
Berbagai kegiatan dalam program Sainti ikasi Jamu dikoordinasikan
oleh Komisi Sainti ikasi Jamu Nasional, yaitu penyusunan pohon keilmuan
Kesehatan Tradisonal Indonesia (Body of Knowledge Kesehatan Tradisional
Indonesia; Studi klinik jamu; pelatihan dokter dan apoteker Sainti ikasi
Jamu.
Studi klinik dimaksudkan untuk memberikan bukti ilmiah manfaat
jamu empiric, seperti disebut dalam tujuan. Studi SJ terhadap ramuan
jamu telah dilaksanakan di Rumah Riset Jamu Tawangmangu dengan
menyertakan dokter SJ sebagai perekrut subjek di beberapa klinik jamu
dan puskesmas sebagai study sites.
Buku ini merupakan kumpulan ramuan yang telah memiliki data
klinik ilmiahyang diperoleh dari studi klinik yang telah diakukan oleh
Rumah Riset Jamu bersama study sites. Ramuan jamu ini disebut Jamu
Sainti ik, artinya jamu empirik yang telah tersainti kasi, Setelah menjadi
Jamu Sainti ik maka dapat dimanfaatkan oleh dokter/ tenaga kesehatan di
fasyankes primer.
Uraian berikut mencakup 7 ramuan jamu dengan rincian penjelasaan
penyakit, tanaman penyusun ramuan jamu, penelitian ramuan jamu
sainti ik dan kepustakaan yang diacu.
JAMU SAINTIFIK 5
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
JAMU SAINTIFIK 7
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
Hasil penelitian yang dijelaskan dalam buku ini bersumber dari
penelitian yang telah dilaksanakan oleh Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT).
Penelitian tersebut mencakup penelitian pra klinik dan penelitian klinik.
Penelitian pra klinik dilaksanakan pada hewan coba di laboratorium
farmakologi eksperimental. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui keamanan dan khasiat ramuan jamu sebelum diujikan pada
manusia. Penelitian klinik dilakukan mulai dengan uji tanpa pembanding
pada subjek terbatas, kemudian dilanjutkan uji klinik dengan pembanding
dengan subjek yang lebih banyak.
Ramuan jamu dipilih oleh Komisi Sainti ikasi Jamu Nasional. Ramuan
disusun berdasarkan ramuan empiris yang telah dilakukan kajian
pustaka sehingga layak untuk dipergunakan di masyarakat. Tanaman
yang digunakan dalam ramuan ini telah memenuhi kriteria standar
oleh Laboratorium B2P2TOOT. Ramuan terdiri dari komposisi inti
dan komposisi tambahan. Komposisi inti terdiri dari tanaman obat
yang mempunyai efek langsung dalam terapi penyakit. Komposisi
tambahan (Temulawak, Kunyit, Meniran) merupakan tanaman obat yang
dimaksudkan untuk dapat meningkatkan kualitas hidup dan kebugaran
pasien.
Ramuan disiapkan dengan mengikuti prinsip dasar pembuatan infusa,
yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Didihkan 5 gelas air.
2. Masukkan 1 kemasan ramuan jamu.
3. Tunggu selama ± 15 menit (sampai air tersisa 3 gelas dengan nyala api
kecil dengan sesekali diaduk).
4. Diamkan hingga hangat/dingin.
5. Saringlah dan minum 3 x 1 gelas tiap hari.
Ramuan ini disiapkan dengan menggunakan wadah yang terbuat
dari tanah liat, porselen, stainless steel, atau enamel. Ramuan diminum
setelah makan.
JAMU SAINTIFIK 9
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
Ramuan jamu sebagian besar digunakan untuk penyakit metabolik
degeneratif. Faktor risiko utama untuk penyakit ini adalah faktor resiko
gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mengurangi risiko terkena
penyakit metabolik degeneratif. Pencegahan secara umum dilakukan
dengan menjalankan pola hidup yang sehat, berolahraga secara teratur,
istirahat yang cukup, makan-makanan yang berserat, minum air yang
cukup, dan jangan merokok serta minum minuman keras.
10 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
JAMU SAINTIFIK 11
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
A
Ramuan Jamu Saintifik Hiperurisemia
Penyusun:
1. dr. Fajar Novianto
2. Awal Prichatin Kusumadewi, M.Sc
3. Tyas Friska Dewi, S.Farm, Apt
JAMU SAINTIFIK 13
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
1. Penjelasan Penyakit
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan
kadar asam urat darah di atas normal (wanita > 6 mg/dL, laki-laki
> 7 mg/dL). Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal
yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan
nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang
terdapat pada inti sel-sel tubuh.
Hiperurisemia yang berkepanjangan dapat menyebabkangout/
pirai, namun tidak semua hiperurisemia akan menimbulkan gout/
pirai. Gout/pirai adalah penyakit akibat adanya penumpukan kristal
monosodium urat pada jaringan akibat peningkatan kadar asam urat.1
a. Epidemiologi
Prevalensi gout semakin meningkat.Prevalensi penyakit
sendi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia
11,9% sedangkan berdasarkan wawancara sebesar 24,7%.
Prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi
di Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa Barat (17,5%) dan
Papua (15,4%). Provinsi Lampung memiliki angka Prevalensi
penyakit sendi berdasarkan diagnosis dokter/ tenaga kesehatan
pada umur ≥15 tahun yaitu 11,5%.prevalensi penyakit sendi
pada usia 55 - 64 tahun 45,0%, usia 65 – 74 tahun 51,9%, usia ≥
75 tahun 54,8%.2
b. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya gout dapat dibagi menjadi:1,3
1.) Gout primer
Hampir 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).
Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor
hormonal seperti kekurangan enzim HPRT (hypoxantin
phosphoribosyle tranferase) atau kenaikan akti itas enzim
PRPP (phosphoribosyle pyrophosphate), kasus ini yang dapat
diidenti ikasi hanya 1 % saja.
14 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
2.) Gout sekunder
Meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu
mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi.
c. Patogenesis dan Faktor Risiko
Beberapa penyebab terjadinya hiperurisemia antara lain sebagai
berikut:1,3,4,5
1) Produksi asam urat di dalam tubuh meningkat (overproduction).
2) Pembuanganasamuratsangatberkurangakibatketidakmampuan
ginjal untuk mengeluarkan asam urat yang berlebihan dari dalam
tubuh (underexcretion).
3) Produksi berlebih dan pembuangannya terganggu.
Penegakan diagnosis dengan pemeriksaan asam urat dalam
darah (hiperurisemia untuk pria > 7 mg/dL; wanita > 6 mg/dL).1
Faktor Risiko:3,4
1) Genetik
Sekitar 18% riwayat keluarga menderita gout/pirai.
2) Jenis kelamin dan usia
Pirai lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita, dan
lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan dengan
anak-anak.
3) Berat badan berlebih
4) Peminum alkohol
5) Makanan (jeroan, kacang-kacangan)
6) Gangguan fungsi enzim yang mengatur metabolisme purin
(Terjadinya peningkatan aktivitas enzim PRPP sintetase,
serta kekurangan HGPRTase, glukosa-6-fosfatase, dan
fruktosa-1 fofat aldolose).
d. Gambaran Klinis
Tahapan penyakit asam urat atau gout:4
1) Tahap asimtomatik
JAMU SAINTIFIK 15
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
Tahap ini merupakan tahap stadium awal. Kadar asam urat
darah meningkat tapi tidak menimbulkan gejala.
2) Tahap akut
Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan cepat memuncak.
Umumnya serangan pertama kali terjadi pada tengah malam
atau menjelang pagi. Serangan itu berupa rasa nyeri yang
hebat pada pangkal ibu jari kaki.
3) Tahap interkritikal
Penderita dapat kembali bergerak normal serta melakukan
berbagai aktivitas seperti olahraga tanpa rasa sakit sama
sekali.
4) Tahap kronik
Terjadi bila penyakit diabaikan sehingga bisa menjadi akut.
e. Penatalaksanaan
Penanganan non farmakologidapat digunakan sebagai
pencegahan meliputi:1,4
1) Mengatur pola makan
Kurangi makanan yang mengandung purin tinggi seperti
hati, ginjal, otak, jantung, paru, jeroan, udang, remis, kerang,
sardin, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), kacang-
kacangan, kembang kol, bayam, buncis, jamur, daun singkong,
daun pepaya, kangkung.
2) Menghindari alkohol
3) Banyak minum air
4) Menurunkan berat badan dengan olahraga
Pada penanganan secarafarmakologisasaran pengobatan
gout terdiri dari dua tahap, yang pertama ialah mengobati
serangan gout fase akut yang disusul dengan tahap kedua, yaitu
mengobati gout kronik atau fase pasca akut.
Tahap pertama: Dalam keadaan akut pasien dianjurkan hanya
memakai analgetik (anti nyeri) terutama untuk menghilangkan
rasa sakit.
16 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
Tahap kedua: Bila rasa sakit sudah hilang, maka pengobatan
bisa diarahkan ke penurunan kadar asam urat darah dengan
jangka waktu yang lebih panjang. Untuk ini ada dua jenis obat
yang baik, yaitu probenecid dan alopurinol.1,4,6
2. Tanaman Penyusun Ramuan Jamu Saintifik
Tanaman penyusun ramuan jamu sainti ik hiperurisemia terdiri
atas kepel, secang, tempuyung, dan ditambah dengan temulawak,
kunyit, meniran.
a. Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook. F. & Th.)
Daun kepel dimanfaatkan secara empiris untuk mengatasi
asam urat dan menurunkan kadar kolesterol. Buahnya mempunyai
kandungan vitamin C yang tinggi sehingga berkhasiat sebagai
antioksidan dan daunnya sekarang dipercaya untuk mengatasi
penyakit diabet.7 Kandungan kimia kepel antara lain lavonoid,
tanin dan steroid.8
Penelitian telah dilakukan untuk melihat seberapa besar
potensi ekstrak daun kepel dalam menurunkan kadar asam
urat (ekstrak etanol dan heksan) dibanding obat asam urat
alopurinol menggunakan hewan coba yang dikondisikan menjadi
hiperurisemia dengan pemberian jus hati ayam, melinjo, dan
urea. Hasil yang diperoleh menunjukkan secara in vivo baik
ekstrak etanol kepel maupun ekstrak heksan memiliki potensi
sebagai penurun kadar asam urat darah tikus. Efek ekstrak etanol
maupun heksan terhadap kadar asam urat darah setara dengan
alopurinol.9
Penelitian lain telah membuktikan pemberian ekstrak etanol
daun kepel dosis 100–200 mg/kg bb per oral terhadap yang
dikondisikan menjadi hiperurisemia dapat menurunkan kadar
asam urat dalam darah 60–78%, sedangkan ekstrak heksan 100–
200 mg/kg bb secara oral dapat menurunkan kadar asam urat
dalam darah 78–88%.10
JAMU SAINTIFIK 17
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
Penelitian lain mengenai penggunaan daun kepel pada
pengobatan asam urat telah dilakukan oleh Sutomo (2008),
menggunakan hewan uji ayam jantan Broiller. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa fraksi larut petroleum eter dari
daun kepel dapat mempengaruhi penurunan kadar asam urat
darah ayam yang telah dibuat hiperurisemia dengan pemberian
100% jus hati ayam mentah 5 mL/kg bb dua kali sehari selama 14
hari. Dosis efektif pemberian fraksi larut petroleum eter terhadap
penurunan kadar ayam jantan broiler hiperurisemia adalah 100
mg/kg bb.
Kandungan kimia yang diduga beraktivitas menurunkan
kadar asam urat pada daun kepel adalah lavonoid. Aktivitas
hipourisemia diperoleh melalui penghambatan enzim xantin
oksidase10, yaitu enzim yang berperan sebagai katalisator
dalam proses oksidasi hipoxantin menjadi xantin dan kemudian
menjadi asam urat. Flavonoid juga bersifat sebagai antioksidan
penangkap radikal superoksida.12
b. Secang (Caesalpinia sappan L.)
Kayu secang secara empiris digunakan untuk nyeri sendi,
diare, dan radang mata.13 Kayu secang mengandung fenolik,
lavonoid, tanin, polifenol, kardenolin, antrakinon, sappan
chalcone, caesalpin, resin, resorsin, brazilin, d-alfa phallandren,
oscimenen, dan minyak atsiri. Brazilin adalah golongan senyawa
yang memberi warna merah pada secang.14
Ekstrak etanol 70% kayu secang dilaporkan dapat
menurunkan kadar asam urat pada tikus hiperurisemia. Senyawa
aktif kayu secang diduga dapat menghambat pembentukan
asam urat yang berlebih di dalam tubuh. Pemberian ekstrak
etanol 90% dosis 2000 mg/kg bb, secara per oral pada mencit,
tidak memperlihatkan efek toksik. Mekanisme hipourisemia
kayu secang adalah melalui penghambatan aktivitas enzim
xantin oksidase, walaupun tidak lebih tinggi dari alopurinol.15
18 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
Kandungan kimia yang bertanggungjawab sebagai agen
hipourisemia pada kayu secang belum diketahui.
Kayu secang juga berfungsi sebagai analgetik yang
merupakan gejala dari hiperurisemia. Penelitian efek analgetik
infusa kulit kayu secang pada mencit putih dosis 225 mg/10 g
bb menunjukkan efek yang tidak berbeda dengan asetosal 0,25
mg/10 g bb dalam menekan rasa sakit akibat pemberian asam
asetat.16
c. Tempuyung (Sonchus arvensis L.)
Tempuyung dimanfaatkan untuk peluruh air kemih,
melarutkan batu saluran kemih, menurunkan tekanan darah
tinggi, peluruh batu empedu, wasir, asam urat, radang usus
buntu, luka bakar, dan memar.17 Tempuyung mengandung
senyawa lavonoid berupa luteolin-7-0 glukosida dan apigenin
7-0 glukosida dan senyawa kumarin berupa skopoletin. Senyawa
lain yang terdapat di dalam tempuyung adalah taraksasterol,
laktuserol, kalium, silika, dan kalsium.18
Hasil penelitian menyebutkan bahwa infusa daun tempuyung
0,5% dosis 1-8 mL/kg bb, per oral diberikan pada kelinci jantan
dengan pembanding air, menunjukkan adanya efek diuretik.19
Infusa daun tempuyung diketahui dapat melarutkan kolesterol,
kristal kalsium oksalat dan asam urat batu ginjal in vitro.20 Daun
tempuyung memiliki efek diuretika sehingga dapat bersifat
urikosurik melalui eliminasi asam urat dalam kandung kemih.17
d. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Temulawak secara empiris digunakan pada penderita
berbagai gangguan perut, gangguan hati (penyakit kuning), batu
empedu dan meningkatkan sekresi empedu. Rebusan rimpang
digunakan pada penderita demam dan konstipasi, memperlancar
air susu ibu, mencegah radang rahim pasca melahirkan.
Penggunaan lain pada penderita diare berdarah, desentri,
JAMU SAINTIFIK 19
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
in lamasi dubur, wasir, sakit perut karena lu, luka infeksi, jerawat,
eksema, cacar dan mual.21
Rimpang temulawak mengandung fenol, lavonoid, tanin,
saponin, terpenoid, sterol, protein, dan karbohidrat.22 Minyak
atsiri dari rimpang temulawak, antara lain: xanthorrhizol sebagai
komponen utama diikuti oleh camphene, Kurkumin, α pinene, α
thujene, β pinene, linalool kemudian zingiberene.23
Infusa temulawak dapat menghambat volume radang pada
dosis 480 mg/100 mg bb pada telapak kaki tikus yang diinduksi
0,2 ml/ekor suspensi 1% karagen dalam NaCl isiologis.24
Mekanisme kurkumin sebagai antiin lamasi yaitu menghambat
pembentukan prostaglandin.
Temulawak juga menunjukkan aktivitas analgesik yang jika
dibandingkan dengan aspirin melalui metode hot plate dan tail
lick tidak menunjukkan hasil yang signi ikan, sedangkan metode
induksi formalin menunjukkan hasil yang signi ikan.25
e. Kunyit (Curcuma domestica Val.)
Rimpang kunyit mengandung kurkumin, dihidrokurkumin,
desmetoksikurkumin, dan bisdes-metoksikurkumin. Kandungan
lain adalah minyak atsiri yang terdiri dari seskuiterpen dan
turunan fenilpropana turmeron, kurlon kurkumol, atlanton,
bisabolen, seskuifellandren, zingiberin, aril kurkumen, humulen.
Rimpang kunyit juga mengandung arabinosa, fruktosa, glukosa,
pati, tanin dan dammar. Mineral yang terkandung dalam rimpang
yaitu magnesium besi, mangan, kalsium, natrium, kalium, timbal,
seng, kobalt, aluminium dan bismuth.26
Pemberian secara intraperitonial kurkumin dan natrium
kurkuminatmenunjukan aktivitas antiin lamasi yang kuat pada
tes pembengkakan akut tikusyang diinduksi dengan karagen.
Aktivitas antiin lamasi kurkumin terjadi karenakemampuannya
mengikat radikal bebas oksigen yang dapat menyebabkan
prosesperadangan.
20 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
f. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Herba meniran secara empirik digunakan untuk pengobatan
gangguan ginjal, sariawan, malaria, tekanan darah tinggi, peluruh
air seni, nyeri ginjal, kencing batu, dan gangguan empedu serta
bersifat antidiare dan antipiretik.27
Herba meniran mengandung karbohidrat, protein, alkaloids
and lavonoids.28 Komponen utama yang bertanggung jawab
dalam aktivitas meniran antara lain, ilantin, hipo ilantin,
dan triacontanal.29 Meniran pada ramuan ini berfungsi untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
Hasil uji praklinik menunjukkan bahwa ekstrak meniran
dapat memodulasi sistem imun lewat proliferasi dan aktivasi
limfosit T dan B, sekresi beberapa sitokin spesi ik seperti
interferon-γ, tumor necrosis factor α dan beberapa interleukin.30
Uji klinis meniran menunjukkan aktivitas sebagai
imunomodulator, berperan membuat sistem kekebalan tubuh
lebih aktif menjalankan tugasnya sekaligus meningkatkan sistem
imun tubuh, sehingga meningkatkan kekebalan atau daya tahan
tubuh terhadap serangan virus, bakteri, atau mikroba.
3. Penelitian Ramuan Jamu Saintifik Hiperurisemia
Penelitian mengenai penggunaan tanaman obat yang digunakan
pada hiperurisemia telah banyak dilakukan baik studi pra klinik
terhadap hewan uji maupun studi klinik terhadap manusia.
a. Studi Pra Klinis
Telah dilakukan penelitian untuk menguji keamanan
(praklinis), ramuan hiperurisemia. Uji toksisitas akut
menggunakan tikus putih galur Wistar, sebanyak 50 ekor yang
dibagi dalam 5 kelompok dosis. Sedangkan pada uji toksisitas
subkronik digunakan 40 ekor tikus putih yang dibagi dalam 4
kelompok dosis. Hasil penelitian didapatkan angka LD50 ramuan
JAMU SAINTIFIK 21
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
hiperurisemia >10944 mg/200 g bb. atau > 54720 mg/kg bb;
sedangkan angka LD50 ramuan hipertensi >10038 mg/200 g bb.
atau >50190 mg/kg bb. 31
Kedua ramuan dapat dianggap termasuk ke dalam golongan
bahan Practically Non Toxic (PNT). Pada uji toksisitas subkronis
ramuan hiperurisemia dosis terbesar (3078 mg/200 g bb.), yang
diberikan terus menerus selama 90 hari, tidak menimbulkan
kelainan fungsi darah, hati dan ginjal. Begitu juga dengan ramuan
hipertensi dosis 3564 mg/200 g bb. yang diberikan terus menerus
selama 90 hari tidak menunjukkan kelainan pada fungsi darah,
hati dan ginjal.31
b. Studi Klinis
1) Studi Klinis Pre-Post
Observasi klinis asam urat darah telah dilakukan di Klinik
Sainti ikasi Jamu Hortus Medicus B2P2TOOT. Subjek
penelitian ini berjumlah 30 orang dan merupakan penderita
hiperurisemia rawat jalan di Klinik Sainti ikasi Jamu Hortus
Medicus B2P2TOOT. Disain penelitian ini menggunakan
quasi eksperimental pre dan post test design. Kriteria inklusi
penelitian ini adalah penderita hiperurisemia, perempuan
> 6 mg/dL, laki-laki > 7 mg/dL dengan umur lebih dari 17
tahun, kurang dari 60 tahun. Sedangkan kriteria eksklusi
meliputi wanita hamil, penderita hiperurisemia disertai
serangan akut berat, penderita hiperurisemia dengan
penyakit penyerta berat dan penderita hiperurisemia dengan
kegawat-daruratan lainnya.32
Perlakuan subyek penelitian adalah sebagai berikut :
a) Sebelum dilakukan observasi, dilakukan pemeriksaan
fungsi hati (SGOT, SGPT) dan fungsi ginjal (ureum,
kreatinin) yang dipergunakan sebagai data awal kondisi
kedua organ agar dapat dimonitor jika ada efek samping
22 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
pada kedua organ tersebut. Pemeriksaan fungsi hati dan
fungsi ginjal dilakukan pada awal observasi klinis, pada
pertengahan observasi dan pada akhir observasi klinis,
yaitu pada minggu ke 1, minggu ke 6 dan pada minggu
ke 12. Untuk pemeriksaan fungsi hati dan fungsi darah
dibutuhkan darah subyek sebanyak kurang-lebih 3
ml yang diambil dari darah vena, di fossa cubiti (vena
mediana cubiti).32
b) Pada hari ke 1 observasi, subyek diberi ramuan
simplisia (sediaan kering) kepel, secang dan tempuyung,
temulawak, kunyit, dan meniran yang telah dikemas
dan disertai aturan pembuatan jamu, kemudian jamu
tersebut diminum secara terus menerus selama 3 (tiga)
bulan.
c) Sediaan kering yang diberikan dipergunakan selama 1
(satu) minggu, dan subyek diminta datang lagi ke klinik
sainti ikasi jamu jika simplisia yang diberikan telah
habis.
d) Setiap subyek penelitian datang ke klinik sainti ikasi
jamu dilakukan anamnese tentang perkembangan
penyakit dan keluhan, serta dilakukan pemeriksaan isik
yang diperlukan.
e) Observasi kadar asam urat darah subyek dilakukan
pada awal minggu ke 1, akhir minggu ke 6 dan akhir
minggu ke 12. Kadar asam urat darah diperiksa dengan
metode sfektrofotometri. Pemeriksaan kadar asam urat
ini memerlukan sampel darah kurang lebih 0,5 mL yang
diambil dari darah vena, di fossa cubiti (vena mediana
cubiti).32
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dilihat dari
efektivitas formula anti asam urat terbukti menurunkan
asam urat darah pada subjek penelitian. Observasi mengenai
JAMU SAINTIFIK 23
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
pengalaman subjek selama menjalani terapi diketahui
bahwa formula mampu memberikan perbaikan gejala klinis
subjektif yaitu pengurangan nyeri sendi, bengkak sendi,
gangguan gerakan dan kesemutan. Observasi mengenai
keamanan formula menunjukkan bahwa formula asam urat
terbukti tidak mempengaruhi fungsi hati dan ginjal pada
pemakaian 3 bulan berturut-turut.32
2) Studi Klinis Pre-Post Lain
Penelitian lain telah dilakukan sebagai salah satu upaya
untuk mendapatkan informasi kemanfaatan dan keamanan
jamu sebagai upaya preventif maupun kuratif/terapi serta
peningkatan kebugaran (wellness), yaitu dengan melakukan
suatu studi kohort prospektif, yakni melakukan observasi
klinik terhadap pemanfaatan jamu untuk beberapa indikasi
seperti hiperglikemik, hipertensi, hiperkolesterolemia dan
hiperurisemia yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien
(subyek) di 30 klinik dokter yang telah mengikuti diklat
sainti ikasi jamu 50 jam.33
Penelitian dilakukan di klinik dokter SJ yang melakukan
pelayanan pengobatan tradisional dengan jamu untuk
indikasi hipertensi, hiperglikemia, hiperkolesterolemia, dan
hiperurisemia. Tempat penelitian adalah di klinik Hortus
Medicus B2P2TO2T (Tawangmangu), tempat praktik 60
dokter diklat SJ di RS dan Puskesmas yang sudah mempunyai
klinik jamu di Kabupaten/Kota Pekalongan (3 Puskesmas),
Kendal (7 Puskesmas), Sragen (9 Puskesmas), Klaten (1
RS), Semarang (2 Puskesmas), Solo (3 Puskesmas), dan
Karanganyar (18 Puskesmas).33
Pemeriksaan laboratorium pre dan post observasi
(darah rutin: kadar Hb, jumlah leukosit, hematokrit, jumlah
trombosit, hitung jenis leukosit; kadar ureum dan kreatinin;
kadar SGOT dan SGPT) dilaksanakan di laboratorium
24 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
B2P2TOOT. Pelaksanaan pengumpulan data penelitian
berlangsung selama 4 bulan (Juli s.d. Oktober 2011).33
Subyek penelitian adalah pasien dengan hiperurisemia
yang berobat dan mendapat ramuan/formula jamu di klinik
pelayanan jamu yakni sejumlah 118 orang. Subyek penelitian
akan di follow up selama 1 bulan (H7, 14, 21 dan 28).
Selama follow up dilakukan pengamatan dan pengukuran
terhadap adanya perubahan/perbaikan tanda-tanda vital,
pemeriksaan penunjang (laboratorium) dan gejala/tanda
klinis. Subyek hiperglikemia, hiperkolesterolemia dan
hiperurisemia diminta datang ke klinik untuk kunjungan
ulang sebanyak 2 kali selama 1 bulan, yakni pada H14 dan
H28, untuk pemeriksaan isik dan pengukuran kadar GDS,
kadar kolesterol total dan kadar asam urat.
Dari hasil penelitian pada subyek hiperurisemia
didapatkan bahwa, dengan pemberian ramuan jamu asam
urat dapat menurunkan kadar asam urat darah secara
bermakna setelah pemberian selama 28 hari. Ramuan
jamu untuk anti hiperurisemia menurunkan kadar asam
urat darah subyek rata-rata 3 mgdL. Dan dilihat dari segi
keamanan, ramuan jamu ini sedikit meningkatkan fungsi faal
hati dan faal ginjal, dengan adanya peningkatan angka SGPT
sebesar 30% dari angka awal penelitian, namun angka SGPT
pada keseluruhan subyek masih didalam angka normal.
Untuk itu perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menilai
keamanannya terutama pada fungsi hati (SGPT) pada
pemakaian jangka panjang dengan ramuan jamu ini.33
3) Studi Klinis RCT
Penelitian terhadap subyek manusia telah dilakukan
oleh Agus Triyono (2012) dengan formula jamu untuk
hiperurisemia terbukti dapat menurunkan kadar asam urat
darah yang tidak berbeda secara bermakna dibandingkan
JAMU SAINTIFIK 25
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
dengan obat alopurinol, serta aman untuk fungsi hati dan
ginjal.34
4. Penyiapan dan Peracikan Ramuan
a. Komposisi Ramuan
Ramuan ini menggunakan simplisia, yaitu sediaan kering
dari tanaman obat. Formula ramuan asam urat tersebut adalah
sebagai berikut
1) Daun tempuyung 6g
2) Kayu secang 15 g
3) Daun kepel 9g
4) Rimpang temulawak 9g
5) Rimpang kunyit 9g
6) Herba meniran 9g
b. Peracikan
Ramuan disiapkan seperti pembuatan infusa, yaitu dengan
langkah-langkah sebagai berikut
1) Didihkan 5 gelas air.
2) Masukkan 1 kemasan ramuan jamu.
3) Tunggu selama ± 15 menit (sampai air tersisa 3 gelas dengan
nyala api kecil dengan sesekali diaduk).
4) Diamkan hingga hangat/dingin.
5) Saring menggunakan saringan teh yang terbuat dari bahan
selain logam.
Ramuan ini disiapkan dengan menggunakan alat yang
terbuat dari tanah liat, porselen, stainless steel, atau enamel.
Ramuan diminum setelah makan.
c. Aturan Minum
Aturan minum ramuan ini adalah 3 x 1 gelas setelah makan
setiap hari.
26 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
d. Peringatan Penggunaan
Penggunaan ramuan ini pada ibu hamil dan menyusui
sebaiknya dihindari karena belum terdapat data keamanan yang
terkait. Penggunaan ramuan yang terdapat secang ini berkontra
indikasi dengan penderita menorrhagia. Ekstrak air kayu secang
memperlihatkan aktivitas antikoagulasi, sehingga penggunaan
kayu secang bersama obat antikoagulasi, sebaiknya dihindari.13
JAMU SAINTIFIK 27
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
PUSTAKA
1. PAPDI. 2005. Hiperurisemia. Jakarta: PB PAPDI
2. Balitbangkes. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013.
Jakarta: Badan Litbang Kesehatan RI.
3. Hawkins; Rahn. 2005. Gout and Hyperuricemia, Pharmacotherapy, A
pathophysiological Approach. New York: McGraw-Hill.
4. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius FK UI.
5. Sylvia; Lorraine; Wilson. 1995. Pato isiologi Penyakit, edisi 4. Jakarta:
EGC
6. Hoan Tjay, Tan., Rahardja, Kirana. 2002. Obat–Obat Penting. Jakarta:
PT Media Komputindo
7. Sunarni, T., 2007. Flavonoid Antioksidan Penangkap Radikal dari
Daun Kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook f. & Th.), Majalah
Farmasi Indonesia, 18(3): 111-116.
8. Hoan Tjay, Tan., Rahardja, Kirana. 2002. Obat–Obat Penting. Jakarta:
PT Media Komputindo.
9. Maat S, 1996. Phyllanthus niruri L., sebagai Imunostimulator,
Rangkuman Disertasi,Program Pascasarjana, UNAIR, Surabaya.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FK UI
10. Miyahara K., T. Kawasaki, J.E. Kinojo, T. Shimokawa, J. Yamahara and
M. Yamasaki, 1986. The X-ray Analysis of Caesalpinia from Sappan
Lignum, Chem. Pharm. Bull., 34: 4166-4169.
11. Sutomo. 2008. Penurunan Kadar Asam Urat Darah Ayam Jantan
Broiller Hiperurisemia oleh Fraksi Petroleum Eter Daun Kepel
(Stelechocarpus burahol Hook.). Sains dan Terapan Kimia, 2(1): 14 –
22.
28 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
12. Nagai, M., S. Nagumo, S.M. Lee, I. Eguchi and K.I. Kawai, 1986.
Protosappanin A, A novel biphenyl compound from Sappan lignum,
Chem. Pharm. Bull., 34: 1-6.
13. Balitbangkes, Kementerian Kesehatan RI. 2011. Vademekum
Tanaman Obat untuk Sainti ikasi Jamu Jilid 2.
14. Hariana, A. (2006). Tanaman obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya.
Surabaya.
15. Pertamawati dan Mutia. 2015. Uji Penghambatan Aktivitas Enzim
Xantin Oksidase terhadap Ekstrak Kulit Kayu Secang (Caesalpinia
sappan L.). Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(2) : 12-17.
16. Pudjiastuti, Budi N, dan Ali C. 1998. Uji Analgetik Infus Kulit Kayu
Secang (Caesalpinia Sappan L.) pada Mencit Putih. Warta Tumbuhan
Obat Indonesia, 4(3).
17. Balitbangkes, Kementerian Kesehatan RI. 2011. Vademekum
Tanaman Obat untuk Sainti ikasi Jamu Jilid 1.
18. Baruah NC, R Sharma, 1983. Monoacyl galactoglycerol from Sonchus
arvensis, Phytochemistry, Vol.22(8): 1741-1744.
19. Hidayat T, 1996. Penyebaran geogra is Sonchus spp. Bulletin Kebun
Raya Indonesia. 8(3):115-122.
20. Rusdeyti, 1985. Membandingkan efek diuretik daun Sonchus arvensis
dan daun Perseaamericana dengan daun Orthosiphon stamineus
pada kelinci jantan, Skripsi, JurusanFarmasi, Fakultas MIPA, Univ.
Andalas, Padang.
21. Acuan Sediaan Herbal, 2000. Dir Jen POM, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
22. Anjusha, S., & Gangaprasad, A. (2014). Phytochemical and
Antibacterial Analysis of Two Important Curcuma species, Curcuma
aromatica Salisb. and Curcuma xanthorrhiza Roxb.(Zingiberaceae).
Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 3(3), 50-53.
JAMU SAINTIFIK 29
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
23. Mary, Helen PA, et al. “Phytochemical characterization and
antimicrobial activity of Curcuma xanthorrhiza Roxb.” Asian Paci ic
Journal of Tropical Biomedicine 2.2 (2012): S637-S640.
24. Sa’roni, P., and Adjirni Nurendah. “Penelitian efek anti in lamasi
beberapa tanaman obat pada tikus putih.” Konggres Biologi Nasional
VIII. Purwokerto (1987): 8-10.
25. Devaraj, Sutha, et al. “Evaluation of the antinociceptive activity and
acute oral toxicity of standardized ethanolic extract of the rhizome of
Curcuma xanthorrhiza Roxb.” Molecules 15.4 (2010): 2925-2934.
26. Sumadji, S., & Hardjono, T. (1996). Pengaruh Ekstrak Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza) Terhadap Struktur Anatomi Kelenjar
Mammae Tikus Putih (Rattus norvegicus) Masa Pertumbuhan.
27. Balitbangkes, Kementerian Kesehatan RI. 2011. Vademekum
Tanaman Obat untuk Sainti ikasi Jamu Jilid 2.
28. Mathur, M., Sharma, R., Sharma, J., Pareek, R., & Kamal, R. (2012).
Phytochemical screening and antimicrobial activity of Phyllanthus
niruri Linn. Applied Botany, 46, 8487-8489.
29. Shimizu, M., Horie, S., Terashima, S., Ueno, H., Hayashi, T., Arisawa,
M., Suzuki, S., Yoshizaki, M& Morita, N. (1989). Studies on aldose
reductase inhibitors from natural products. II. Active components of
a Paraguayan crude” Paraparai-mi”, Phyllanthus niruri. Chem. Pharm.
Bull (Tokyo), 37, 2591-2532.
30. Maat, S. 1996. Phyllantus niruri Lsebagai Immunostimolator
padamencit. Rangkuman Disertasi. Program Pasca Sarjana.
Unair,Surabaya.
31. Winarno, M.W., Lucie, W., dan Dian S. Studi Keamanan Ramuan Jamu
untuk Hiperurisemia dan Hipertensi. Buletin Penelitian Kesehatan.
Vol 43 Nomor 3. September 2015. 137-146.
32. Triyono A. dkk. 2010. Laporan Observasi Klinis Ramuan Penurun
30 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
Asam Urat Darah. Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat
Tradisional Tawangmangu.
33. Siswoyo. 2011. Studi Observasi Klinik Penggunaan Jamu Pada
Hiperglikemia, Hipertensi, Hiperkolesterolemia Dan Hiperurisemia
Di Klinik Dokter SJ. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
34. Triyono A. dkk. 2012. Laporan Penelitian Uji Klinik Multi Center
Formula Jamu Hipertensi, Hiperglikemia, Hiperurisemia,
Hiperkolesterolemia Dibanding Obat Standar. Balai Besar Litbang
Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu.
JAMU SAINTIFIK 31
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
B
Ramuan Jamu Saintifik Hipertensi
Penyusun:
1. dr. Agus Triyono
2. Nuning Rahmawati, M.Sc, Apt
3. Sofa Farida, S.Farm, Apt
JAMU SAINTIFIK 33
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
1. Penjelasan Penyakit
Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah sistolik lebih
tinggi dari 140 mmHg atau tekanan darah diastolik yang lebih tinggi
dari 90 mmHg ataupun keduanya. Hipertensi adalah suatu penyakit
yang tidak menimbulkan gejala (asimptomatik), sehingga sering
ditemukan secara kebetulan. Penyakit hipertensi sering disebut
sebagai “silent killer” karena tidak terdapat tanda-tanda yang
dapat dilihat dari luar selama bertahun-tahun dan kemudian bisa
menyebabkan stroke dan berbagai penyakit jantung.1
a. Epidemiologi
Penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam
masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara
yang ada di dunia. WHO memperkirakan di dunia terdapat 11%
pasien hipertensi yang tidak terdeteksi dan 50 % diantaranya
di negara berkembang. Pada saat yang sama, hanya 34% pasien
hipertensi yang diobati dengan baik dan mencapai target tekanan
darah yang diharapkan. Data Riskesdas 2013 menunjukkan
prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 % untuk kriteria
umur ≥18 tahun.2
b. Klasifikasi
Klasi ikasi hipertensi didasarkan pada nilai rata-rata dari
dua atau lebih pengukuran tekanan darah yang baik, yang
pemeriksaannya dilakukanpada posisi duduk dalam setiap
kunjungan berobat. Menurut JNC 7 (The Joint National Committee
on Prevention, Detection. Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressur) tahun 2003, tekanan darah pada orang dewasa
diklasi ikasikan pada tabel 1.3
34 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
Tabel 1. Klasi ikasi Tekanan Darah
Klasifikasi TD sistolik TD Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 dan <80
Prahipertensi 120 – 139 atau 80 - 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 atau 90 - 99
Hipertensi derajat 2 atau ≥ 100
≥ 160
Sumber: JNC 7 dalam Sudoyo et al., (2007)
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dapat diklasi ikasikan
menjadi hipertensi primer (hipertensi esensial) dan hipertensi
sekunder. Lebih dari 90-95% kasus hipertensi termasuk dalam
kategori hipertensi primer. Hipertensi primer adalah hipertensi
dengan penyebab yang tidak diketahui, sedangkan hipertensi
sekunder disebabkan oleh penyakit lain. Hanya sekitar 5-10%
kasus hipertensi merupakan sekunder yang disebabkan
oleh penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah.4
c. Patogenesis dan Faktor Resiko
Patogenesis hipertensi primer sangat kompleks dan
multifaktorial. Faktor-faktor tersebut meliputi peningkatan
resistensi vaskular perifer, peningkatan curah jantung,
peningkatan volume darah, peningkatan kekentalan/viskositas
darah stimulasi hormon dan neural serta elastisitas pembuluh
darah. Mekanisme dasar hipertensi ditentukan oleh curah
jantung (cardiac output) dan tahanan vaskular perifer (peripheral
vascular resistance). Hipertensi terjadi jika curah jantung dan
tahanan vaskuler perifer meningkat.4
Faktor resiko hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu faktor
resiko yang tidak dapat dikontrol dan yang dapat dikontrol. Faktor
JAMU SAINTIFIK 35
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
risiko hipertensi yang tidak dapat dikontrol meliputiketurunan/
riwayat keluarga, jenis kelamin, umur dan etnis. Sedangkan
Faktor Risiko Hipertensi yang dapat dikontrol, antara lain gaya
hidup, kebiasaan merokok, kebiasaan minum kopi,kebiasaan
konsumsi alkohol, kebiasaan olahraga. 5
d. Gambaran Klinis
Sebagian besar hipertensi terjadi tanpa disertai tanda dan
gejala yang pasti. Sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet
(vertigo), jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan
kabur, telinga berdenging (tinnitus) dan mimisan dianggap
sebagai gejala non spesi ik dari hipertensi. Namun demikian,
gejala-gejala tersebut tidak jarang juga terjadi pada orang
dengan tekanan darah normal (normotensi).6 Ketidakpastian
tanda dan gejala menyebabkan hipertensi diketahui saat
pemeriksaan skrining rutin atau ketika penderita memeriksakan
komplikasinya. 6
Progresi itas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada
pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung)
kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40
tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi
hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi
hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun.7
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya
penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan
penglihatan dan penyakit ginjal. Hipertensi yang tidak diobati
akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.7 Dengan
pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang
mungkin terjadi akibat hipertensi pada tabel 2.
36 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
Tabel 2 Komplikasi Hipertensi pada Organ
Sistem organ Komplikasi Hipertensi
Komplikasi
Gagal jantung kongestif
Jantung Angina pectoris
Infark miokard
Sistem saraf pusat Ensefalopati hipertensif
Ginjal Gagal ginjal kronis
Mata Retinopati hipertensif
Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer
Sumber : Hoeymans et al., 1999
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang
mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa
perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan
kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering
ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan
miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan
oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan
kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses
tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient
Ischemic Attack/ TIA)7
e. Penatalaksanaan
Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler dan
ginjal. Dengan menurunkan tekanan darah kurang dari 140/90
mmHg, diharapkan komplikasi akibat hipertensi berkurang. 8
Percobaan klinik memperlihatkan bahwa penanganan
tekanan darah dapat menurunkan insidensi stroke dengan
persentase sebesar 35-40%; infark mioakrd 20-25%; gagal
JAMU SAINTIFIK 37
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
jantung lebih dari 50%. Diperkirakan bahwa pada pasien
dengan hipertensi stage 1 disertai dengan faktor resiko penyakit
kardiovaskuler, jika dapat menurunkan tekanan darah sebesar 12
mmHg selama 10 tahun akan mencegah 1 kematian dari setiap 11
pasien yang diobati.
Ada lima prinsip penatalaksanaan hipertensi yaitu :
1) Deteksi dini dan terapi dini sebelum timbul kerusakan organ
sasaran yang reversibel.
2) Terapi dengan memberikan komponen dasar yaitu
komponen non obat (modi ikasi gaya hidup) yang diikuti
dengan pemberian obat anti hipertensi (OAH) dan atau
ramuan jamu apabila TD belum terkendali.
3) Menurunkan target tekanan darah diastolik (TDD) lebih
rendah dari 90 mmHg yang dilakukan secara perlahan-lahan
secara gradual dengan memantau kualitas hidup dan tanda
vital pasien.
4) Mempertimbangkan derajat tingginya tekanan darah dan
tekanan sistolik dalam menetapkan prognosis hipertensi.
5) Pemilihan OAH yang sesuai atau sedikitnya mendekati faktor
penyebab hipertensi.8
Tatalaksana hipertensi ada dua yaitu :
a. Modi ikasi gaya hidup, meliputi :
1) Menurunkan berat badan (memelihara berat badan
normal (indeks massa tubuh 18,5 – 24,5 kg/m2 )
2) Diet (menkonsumsi makanan kaya buah buahan,
sayuran, rendah lemak)
3) Diet rendah garam (2,4 gram natrium atau 6 gram garam
per hari)
4) Olahraga (aerobic isik secara teratur, misalnya jalan
cepat 30 menit per hari, setiap hari.8
b. Terapi Farmakologis.
1) Pengobatan untuk mengontrol tekanan darah menjadi
38 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
normal. Terapi farmakologis dengan obat antihipertensi
yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama
jenis thiazide atau aldosteron antagonis, beta blocker,
calcium chanel blocker atau calcium antagonist,
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE I),
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor
antagonist / blocker (ARB).8
2) Pengobatan hipertensi dapat juga dilakukan dengan
ramuan jamu sainti ik dalam bentuk sediaan rebusan
simplisia. Ramuan tersebut tersusun atas daun kumis
kucing, seledri, pegagan, kunyit, temulawak, meniran.
2. Tanaman Penyusun Ramuan Jamu Saintifik
Tanaman penyusun ramuan jamu sainti ik hipertensi terdiri atas
seledri, kumis kucing, pegagan, temulawak, kunyit, dan meniran.
a. Seledri (Apium graveolens L.)
Secara empiris seledri dimanfaatkan sebagai peluruh air
seni dan penurun tekanan darah. Biji seledri telah digunakan
sebagaipeluruh air seni danmenurunkan tekanan darah.9
Apigenin dalam herba seledri berfungsi sebagai beta bloker
yang dapat memperlambat detak jantung dan menurunkan
kekuatan kontraksi jantung sehingga aliran darah yang
terpompa lebih sedikit dan tekanan darah menjadi berkurang.
Apiin, senyawa glikosida dari apigenin, bersifat diuretik yaitu
membantu ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari
dalam tubuh, sehingga berkurangnya cairan dalam darah akan
menurunkan tekanan darah.10,11
Potasium (kalium) yang terkandung dalam seledri
bermanfaat meningkatkan cairan intraseluler dengan menarik
cairan ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan keseimbangan
pompa natrium–kalium yang akan menyebabkan penurunan
JAMU SAINTIFIK 39
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu