tekanan darah. Magnesium dan zat besi yang terkandung dalam
seledri bermanfaat memberi gizi pada sel darah, membersihkan
dan membuang simpanan lemak yang berlebih, dan membuang
sisa metabolisme yang menumpuk, sehingga mencegah
terjadinya aterosklerosis yang dapat menyebabkan kekakuan
pada pembuluh darah yang akan mempengaruhi resistensi
vaskuler.12
Pemberian 300 mg/kg ekstrak heksan, metanol dan
air:etanol (20:80 v/v) biji seledri secara intra peritonial pada
tikus hipertensi yang diinduksi dengan deoksikortikosteron
asetat dapat menurunkan tekanan darah berurutan sebesar 38;
24 dan 23 mmHg serta mampu meningkatkan denyut jantung
sebesar 60; 25 dan 27 denyut per menit.13
Ekstrak air dan etanol seledri memberikan efek hipotensif,
efek inotropik dan kronotropik negatif yang sebagian besar
dimediatori oleh stimulasi reseptor muskarinik. Pemberian 0,5-
15 mg/kg ekstrak air dan ekstrak etanol secara intra vena pada
kelinci yang dianestesi mampu menurunkan tekanan darah
berurutan sebesar 14,35+2,94% dan 45,7+10,86%.14
b. Kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.)
Secara empiris, kumis kucing dimanfaatkan sebagai diuretik
dan peluruh batu ginjal.9
Kumis kucing memiliki efek sebagai diuretik alami karena
adanya kandungan kalium pada daun dan keberadaan inositol
serta lavonoid sinensetin berkontribusi terhadap efek kumis
kucing sebagai diuretik.15
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak
kumis kucing, seledri dan mengkudu dosis 20,25 dan 40,5 mg/
kg bb tikus galur SD betina memiliki efek penurunan tekanan
darah baik pada tikus normotensi maupun hipertensi. Pada
kelompok normotensi, persentase penurunan tekanan darah
40 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
sistol dan diastol yaitu sebesar 7,1±1,8% dan 12,3±3,1%. Pada
kelompok hipertensi, persentase penurunan tekanan darah sistol
dan diastol sebesar 16,10±0,90 % dan 19,48±1,03 %.16 Penelitian
secara in vitro menunjukkan bahwa infusa 10% daun kumis
kucing dapatmelarutkan kalsium batu ginjal. Infusa 20% daun
kumis kucing muda menunjukkan efekdiuretik yang lebih efektif
dari pada infusa daun kumis kucing yang tua dan mempunyaiefek
diuretik yang lebih besar dibandingkan dengan daun meniran
atau kombinasinya. Efek diuretika dari infusa daun kumis kucing
dapat memperkuat adanya khasiat terhadapbatu kandung kemih.
Penelitian tentang pengaruh pemberian campuran ekstrak daun
salam dan daunkumis kucing terhadap tekanan darah 40 ekor
tikus putih jantan yang dibuat hipertensidengan diberi NaCl
2,5% telah dilakukan di BPPT. Ekstrak campuran kedua tanaman
diberikan secara peroral dan pada hari ke-36 perlakuan, tikus-
tikus tersebut diukur tekanan darahnya secara langsung. Ternyata
formula campuran kedua bahan alam tersebut memiliki efek
penurunan tekanan darah tikus yang efek maksimum dicapai
pada dosis 100 mg/200 gbb.
c. Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.)
Secara empiris, pegagan digunakan untuk membantu
memperlancar aliran darah.9 Data Ristoja (2015) menunjukkan
penggunaan pegagan oleh penyehat tradisional di Jawa Barat dan
banten sebagai obat penurun tekanan darah dan mengobati sakit
kepala.
Kandungan zat aktif yang berperan dalam aktivitas sebagai
pelancar aliran pembuluh darah adalah asiatikosid yaitu senyawa
golongan glikosida triterpenoid. Senyawa ini meningkatkan
mikrosirkulasi, menurunkan permeabilitas kapiler dan
memproteksi memburuknya proses mikrosirkulasi.17
Ekstrak air etanol 80% pegagan (16 g/20 ml/kg) yang
dilarutkan dalam akuabides memberikan efek penurunan
JAMU SAINTIFIK 41
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
tekanan darah pada tikus hipertensi yang diinduksi dengan
L-NAME (L-nitro L-arginin metil ester).18
d. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia yang secara
tradisional digunakan untuk mengobati berbagai penyakit
diantaranya hipertensi.19
Temulawak mengandung lavonoid yang memiliki fungsi
melindungi endotel vaskular.
Hasil penelitian menujukkan pemberian temulawak dalam
kombinasi dengan kumis kucing, seledri, pegagan, kunyit dan
meniran dosis 72 mg/kg bb memberikan efek penurunan tekanan
darah pada tikus Wistar hipertensi yang diinduksi prednison 1,5
mg/kg bb dan NaCl 2%.20
Hasil penelitianmenunjukkan pemberian dosis tunggal
ekstrak air dan ekstrak alkohol rimpang kunyit 100 dan 200
mg/bb secara oral memberikan efek analgesik pada tikus wistar
jantan dan betina dengan pembanding analgin (10 mg/ml) dan
asetaminofen (50 mg/ml).21
e. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Hasil Ristoja (2015) di etnis Meranjat, Sumatra Selatan,
herba meniran digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi.
Secara empiris, herba meniran digunakan untuk pengobatan
tekanan darah tinggi dan peluruh air seni.9
Meniran mengandung kalium.9 Kalium bermanfaat
meningkatkan cairan intraseluler dengan menarik cairan
ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan keseimbangan pompa
natrium–kalium yang akan menyebabkan penurunan tekanan
darah. Bharati22 melaporkan pemberian ekstrak air meniran
dosis 600 mg/kg/hari selama 28 hari pada tikus hipertensi
spontan yang dibuat diabetes dengan induksi streptozotocin,
42 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
memberikan efek proteksi terhadap terjadinya kerusakan organ
yang ditimbulkan akibat tekanan darah tinggi.
Kombinasi rimpang temulawak, rimpang kunyit dan
herba meniran dimanfaatkan dalam ramuan jamu Analgetic
Antiin lamation Immunomidulator (AAI) yang berkhasiat sebagai
ramuan kebugaran.23
3. Penelitian Ramuan Jamu Saintifik Hipertensi
a. Studi Pra Klinis
Telah dilakukan penelitian pengaruh pemberian ekstrak
seledri terhadap tekanan darah kucing, hasilnya ternyata mampu
menurunkan tekanan darah 13-17 mm Hg untuk pemberian
perasan daun seledri, sedangkan jika pemberian ekstrak daun
seledri dengan cara re luks menurunkan tekanan darah 10-30 mm
Hg. Seledri berefek seperti kalsium antagonis, yaitu beraktivitas
pada reseptor pembuluh darah dan akan memberi efek relaksasi.
Infusa Seledri (Apium graveolens. L) juga memiliki efek diuretik
pada tikus jantan galur wistar (Rattus norvegicus).24
Pemberian ekstrak pegagan secara in vivo pada tikus
teranestesi terbukti dapat menurunkan tekanan darah melalui
penurunan daya kontraksi dan denyut jantung.
Hasil uji toksisitas akut pada hewan coba menunjukkan
ekstrak pegagan pada dosis maksimal (2000 mg/kgBB) tidak
terdapat kematian pada seluruh mencit sehinngga digolongkan
pada kriteria “praktis tidak toksik.”25
b. Studi Klinis
Hasil penelitian Badan Litbangkes tahun 2011 dengan pre-
post test design selama 28 hari pada 123 subjek dengan hipertensi
grade 1 selama 28 hari, menunjukkan ramuan jamu sainti ik
penurun tekanan darah dapat menurunkan tekanan darah secara
JAMU SAINTIFIK 43
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
bermakna setelah pemberian selama 28 hari. Ramuan jamu
sainti ik penurun tekanan darah menurunkan tekanan darah
sistolik subjek rata-rata 20 mmHg (rata-rata TD sistolik sebelum
mendapat intervensi jamu sebesar 153,7 ± 11,8 mmHg menjadi
134,1 ± 13,8 mmHg pada hari ke-28) dan penurunan tekanan
darah diastolik subjek rata-rata 10 mmHg (rata-rata TD diastolik
sebelum mendapat intervensi jamu sebesar 93,9 ± 7,2 mmHg
menjadi 82,6 ± 6,6 mmHg pada hari ke-28. Ramuan jamu sainti ik
penurun tekanan darah dalam penggunaan selama 28 hari
terbukti tidak mengganggu darah rutin, fungsi hati dan fungsi
ginjal serta tidak ditemukan gejala efek samping yang serius.
Hasil penelitian Triyono A dkk pada tahun 2012 dengan
judul “Uji Klinik Multi Center Formula Jamu hipertensi,
hiperkolesterolemia, hiperglikemia dan hiperurisemia dibanding
obat standar”26 pada 80 subjek dengan hipertensi grade 1 56 hari
menunjukkan :
1) Pemberian ramuan jamu sainti ik penurun tekanan darah
selama 56 hari berkhasiat menurunkan tekanan darah
(sistolikdan diastolik) setara dengan obat standar (HCT)
dan berkhasiat menurunkan tekanan darah menjadi normal
(normotensi) sebesar 58,3 % subjek penelitian.
2) Tekanan darah pada H0, kelompok ramuan jamu 152 ± 14
/94 ± 4 mmHg, kelompok obat standar 151 ± 9 / 93 ± 5
mmHg), tekanan darah pada H56, kelompok ramuan jamu
129 ± 14 /83 ± 9 mmHg, kelompok obat standar 130 ± 15 /
83 ± 9 mmHg)
3) Pemberian ramuan jamu sainti ik penurun tekanan darah
dapat menghilangkan gejala klinis hipertensi (pusing/
sakit kepala, tengkuk kaku/cengeng dan pegel linu) subjek
penelitian pada waktu yang hampir bersamaan dengan
menghilangnya gejala klinis akibat pemberian obat standar
(HCT).
44 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
4) Pemberian ramuan jamu sainti ik penurun tekanan darah
selama 56 hari menaikkan skor kualitas hidup (SF-36)
setara dengan kenaikan skor kualitas hidup (SF-36) akibat
intervensi obat standar (HCT).
5) Pemberian ramuan jamu sainti ik penurun tekanan darah
selama 56 hari tidak ditemukan gejala efek samping jamu
yang serius, serta tidak mengganggu fungsi hati, fungsi ginjal
dan darah rutin jumlah dan kriteria sampel, penulisan rata
rata ditambah standar deviasi (±).
Hasil Penelitian Triyono, A dkk pada tahun 2014 di B2P2TO2T
Tawangmangu dengan judul “Study Klinik Dua Sediaan Formula
Jamu Penurun Tekanan Darah” pada 60 subjek dengan hipertensi
grade 1 selama 56 hari,27 menunjukkan:
1) Pemberian sediaan rebusan simplisia ramuan jamu sainti ik
penurun tekanan darah dapat menurunkan tekanan darah
subjek penelitian sebanding dengan penurunan tekanan
darah dengan perlakuan seduhan serbuk ramuan jamu
sainti ik penurun tekanan darah
2) Tekanan darah pada H0, kelompok rebusan simplisia 155 ±
5 /92 ± 6 mmHg, kelompok seduhan serbuk 151 ± 9 / 91 ± 6
mmHg), tekanan darah pada H56, kelompok rebusan serbuk
141 ± 11 /83 ± 5 mmHg, kelompok seduhan serbuk 136 ± 10
/ 83 ± 8 mmHg.
3) Pemberian sediaan rebusan simplisia ramuan jamu sainti ik
penurun tekanan darah dapat menghilangkan gejala klinis
hipertensi (pusing/sakit kepala, tengkuk kaku/cengeng
dan pegel linu) subjek penelitian pada waktu yang hampir
bersamaan dengan menghilangnya gejala klinis akibat
pemberian sediaan seduhan serbuk ramuan jamu sainti ik
penurun tekanan darah.
4) Pemberian sediaan rebusan simplisia ramuan jamu sainti ik
penurun tekanan darah selama 56 hari menaikkan skor
JAMU SAINTIFIK 45
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
kualitas hidup (SF-36) setara dengan kenaikan skor kualitas
hidup (SF-36) akibat pemberian sediaan seduhan serbuk
ramuan jamu sainti ik penurun tekanan darah.
5) Pemberian sediaan rebusan simplisia ramuan jamu sainti ik
penurun tekanan darah dan sediaan seduhan serbuk ramuan
jamu sainti ik penurun tekanan darah selama 56 hari tidak
ditemukan gejala efek samping jamu yang serius, serta tidak
mengganggu fungsi hati, fungsi ginjal dan darah rutin.
4. Penyiapan dan Peracikan Ramuan
a. Komposisi Ramuan
Satu kemasan formula ramuan asam urat terdiri atas:
1) Herba seledri 15 g
2) Herba pegagan 9 g
3) Daun kumis kucing 9 g
4) Rimpang temulawak 9 g
5) Rimpang kunyit 9 g
6) Herba meniran 9 g
b. Peracikan
Ramuan disiapkan dengan mengikuti prinsip dasar
pembuatan infusa, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut
1) Didihkan 5 gelas air.
2) Masukkan 1 kemasan ramuan jamu.
3) Tunggu selama ± 15 menit (sampai air tersisa 3 gelas dengan
nyala api kecil dengan sesekali diaduk).
4) Diamkan hingga hangat/dingin.
5) Saringlah dan minum 3 x 1 gelas tiap hari.
Ramuan ini disiapkan dengan menggunakan alat yang
terbuat dari tanah liat, porselen, stainless steel, atau enamel.
Ramuan diminum setelah makan.
46 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
c. Aturan Minum
Aturan minum ramuan ini adalah 3 x 1 gelas sesudah makan
setiap hari.
d. Peringatan penggunaan
Pemberian antihipertensi dengan dosis yang tidak tepat
pada pasien gagal jantung memungkinkan terjadi hipotensi
ortostatik.28
Pemakaian Apium graveolens L. bersama dengan ACE
inhibitor atau konsumsi alkohol menyebabkan terjadinya syok
ana ilaksis dan sensiti itas alergi. Konsumsi Apium graveolens
L. bersamaan dengan obat sedatif meningkatkan efek sedatif,
sementara dengan antikoagulan menyebabkan peningkatan efek
samping dari antikoagulan tersebut (Boroujeni et al,. 2015).29
JAMU SAINTIFIK 47
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
PUSTAKA
1. Krummel, D.A. 2004. Medical Nutrition Therapy in Hypertension. Di
dalam: Mahan LK dan Escott-Stump S, editor. 2004. Food, Nutrition,
and Diet Therapy. USA: Saunders co. hlm. 900-918
2. Anonim. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
3. Sudoyo, A.W., S. Bambang, A, Idrus, S.K. Marcellus, S. Siti, 2007.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat jilid I. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia.
4. Guyton, A.C., dan J.E. Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Edisi 12.
5. Elsanti, S. 2009.Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke,
Hipertensi & Serangan Jantung. Yogyakarta : Araska.
6. Ganong, W.F. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. Edisi 22,
Jakarta:EGC.
7. Hoeymans, N., H.A. Smit, H. Verkeij dan D. Kromhout. 1999.
Cardiovascular Risk Factors in Netherlands. Eur Heart.
8. James, P. 2014. Evidence based guideline for the managementof high
blood presure in adults. Report from the panel members appointed
to the english joint national commitee (JNC 8). JAMA. 311(5):507-20.
9. Vademekum Tanaman Obat untuk Sainti ikasi Jamu jilid 1 edisi
revisi. 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
10. Smeltzer, Bare. Medical surgical nursing Phildelphia: Lippincott
Williams& Wilkins; 2008. 15.
48 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
11. John, A. dan J. Nancy. 2005. Senyawa-Senyawa Antihipertensi dan
Terapi Obat Hipertensi. Dalam Goodman dan Gillman, Editor. The
pharmacological basis and therapeutics. EGC. Jakarta.
12. Jatmiko S. dan M. Pramono. 2001. Standarisasi Sediaan Daun Seledri
(Apium graveolens L.) Secara KLT- Densitometry Menggunakan
Apigenin sebagai Parameter. Majalah Farmasi Indonesia. 59-64.
13. Moghadam MH, Imenshahidi M and Mohajer SA. 2013.
Antihypertensive Effect of Celery Seed on Rat Blood Pressure in
Chronic Administration. J Med Food, 16(6): 558–563.
14. Branković S, Kitić D, Radenković M, Veljković S, Kostić M, Miladinović
B and Pavlović D. 2010. Hypotensive and Cardioinhibotory Effects
of the Aqueous and Ethanol Extracts of Celery (Apium Graveolens,
Apiaceae).Acta Medica Medianae, 49(1):13-16.
15. Anon, 2001. Orthosiphon Medicinal and Poisonous Plants, Leidin:
Buckhuys Publication, 368-371.
16. Rumiyati, Hakim AR, Winarti AD dan Septia DN. 2016. Uji
Antihipertensi Kombinasi Ekstrak Herba Seledri, Daun Kumis Kucing
dan Buah Mengkudu Pada Tikus Galur Sprague Dawley Normal dan
Hipertensi. Trad. Med. J. 21(3): 149-156.
17. Cesarone, M.R., L. Incandela, M.T. De Sanctis, G. Belcaro, P. Bavera,
M. Bucci dan E. Ippolito. 2001. Evaluation of treatment of diabetic
microangiopathy with total triterpenic fraction of Centella asiatica: A
clinical prospective randomized trial with a microcirculatory model,
Angiol 62: 49-54.
18. Thida I and Srisawat R. 2013. Antihypertensive Effects of Centella
asiatica Extract. International Conference on Food and Agricultural
Sciences. IPCBEE vol.55: 122-126.
19. Salleh, N.A., S. Ismail dan M.R. Halim. 2016. Effects of Curcuma
xanthorrhiza extracts and their constituents on phase ii drug-
metabolizing enzymes activity. Phcog Res. 8:309-15.
JAMU SAINTIFIK 49
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
20. Fatmawati, Khaleda. 2016. Pengaruh Formula Jamu Antihipertensi
Enam Herbal Terhadap Tekanan Darah Tikus Wistar-Studi Efektivitas
Formula Jamu Antihipertensi dengan Komponen Seledri, Kumis
Kucing, Pegagan, Meniran, Kunyit dan Temulawak. Undergraduate
thesis, Fakultas Kedokteran UNISSULA.
21. Neha S, Ranvir GD and Jangade CR. 2009. Analgesic and antipyretic
activities of Curcuma longa rhizome extracts in Wister Rats.
Veterinary World, 2(8):304-306.
22. Bharati D, Tauro S, Rawat S, Sharma P adn Shrivastav B.2015. Diabetes
with Hypertension: Etiology, Pathogenesis and Management. Review
Paper. International Journal of Integrative Sciences, Innovation and
Technology. IV (4): 7- 14.
23. Siswoyo H. dkk. 2011. Laporan Penelitian Formularium Jamu Untuk
Anti Hipertensi, Hiperglikemia, Hiperurisemia, Hiperkolesterolemia.
Badan Litbang Kesehatan Kementerian kesehatan RI. Jakarta.
24. Jayadi dan C. Aprilia. 2015. Uji efektivitas infusa akar seledri (Apium
graveolens L.) Sebagai diuretik pada tikus putih jantan galur wistar
(Rattus novergicus). Pharmacon 4(4).
25. Sulastry, Feni. Uji toksisitas Akut yang Diukur dengan Penentuan
LD50 Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap
Mencit Balb/c. Diss. Medical Faculty, 2009.
26. Triyono A. dkk. 2012. Laporan Penelitian Uji Klinik Multi Center
Formula Jamu Hipertensi, Hiperglikemia, Hiperurisemia,
Hiperkolesterolemia Dibanding Obat Standar. Balai Besar Litbang
Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu.
27. Triyono A. dkk. 2012. Laporan Study Klinik Dua Sediaan Formula
Jamu Penurun Tekanan Darah. Balai Besar Litbang Tanaman Obat
dan Obat Tradisional Tawangmangu.
28. Depkes, 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.
50 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
29. Boroujeni,H.R., H.Rouhi-Boroujeni,M.Gharipou,F.Mohammadizadeh,
S. Ahmadi, M. Ra ieian-kopaei. 2015. A systematic review on safety
and drug interaction of herbal therapy in hyperlipidemia: a guide for
internist Acta Biomed; Vol. 86, N. 2: 130-136.
JAMU SAINTIFIK 51
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
C
Ramuan Jamu Saintifik Osteoartritis
Penyusun:
1. dr. Danang Ardiyanto
2. Ika Yanti MS, M.Sc
3. Nita Supriyati, M.Biotech, Apt
4. Tofan Aries M, S.Farm, Apt
JAMU SAINTIFIK 53
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
1. Penjelasan Penyakit
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degeneratif pada sendi.
Pada umumnya penderita OA berusia di atas 40 tahun dan populasi
bertambah berdasarkan peningkatan usia. Osteoartritis adalah
gangguan yang penyebabnya multifaktorial antara lain usia, mekanik,
genetik, hormonal dan faktor kebudayaan. Penyakit ini merupakan
penyebab utama gangguan muskuloskeletal di seluruh dunia dan
menjadi penyebab ketidakmampuan isik terbesar kedua setelah
penyakit jantung iskemik untuk usia diatas 50 tahun.1
OA menyebabkan hilangnya jam kerja yang besar serta
biaya pengobatan yang tinggi. World Health Organization (WHO)
memperkirakan 400 per seribu populasi dunia yang berusia di atas
70 tahun menderita OA dan 800 per seribu pasien OA mempunyai
keterbatasan gerak derajat ringan sampai berat yang mengurangi
kualitas hidup mereka. Prevalensi OA meningkat dengan meningkatnya
umur.2 Osteoartritis terjadi di seluruh belahan dunia dengan angka
prevalensi kurang dari 50 orang per seribu penduduk di populasi
penduduk berumur di bawah 45 tahun dan meningkat tajam pada
beberapa dekade.3
a. Epidemiologi
Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, menurut
WHO pada tahun 2025 populasi usia lanjut di Indonesia akan
meningkat 414% dibanding tahun 1990. Di Indonesia prevalensi
OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5% pada
pria dan 12,7% pada wanita yang berumur antara 40-60 tahun.4
b. Klasifikasi
Osteoartritis diklasi ikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu OA
primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer disebut idiopatik,
disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen
sehingga mudah rusak. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang
didasari kelainan endokrin, in lamasi, metabolik, pertumbuhan,
54 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama serta
faktor risiko lainnya, seperti obesitas dan sebagainya. Secara
radiologik didapatkan penyempitan celah sendi, pembentukan
osteo it, sklerosis subkondral dan pada keadaan yang berat akan
tampak kista subkondral. Diagnosis osteoartritis lutut ditegakkan
berdasarkan klasi ikasi dari American College of Rheumatology
(ACR) yaitu:5
1) Nyeri sendi lutut.
2) Secara radiologis tampak gambaran osteo it pada sendi yang
terserang.
3) Disertai paling sedikit 1 dari 3 keadaan berikut: Usia lebih
dari 50 tahun, kekakuan sendi pagi hari kurang dari 30 menit
atau krepitasi tulang pada pergerakan sendi.
c. Patogenesis dan Faktor Risiko
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada
di dalam tubuh manusia. Sebanyak 230 sendi menghubungkan
206 tulang yang memungkinkan terjadinya gesekan. Untuk
melindungi tulang dari gesekan, di dalam tubuh ada tulang rawan.
Namun karena berbagai faktor risiko yang ada, maka terjadi erosi
pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi. Tulang
rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang.
Tulang rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi
untuk menguatkan sendi, proteoglikan yang membuat jaringan
tersebut elastis dan air (70% bagian) yang menjadi bantalan,
pelumas dan pemberi nutrisi.6
Penelitian klinis mulai memberikan bukti bahwa produk
proses in lamasi memberikan pengaruh negatif terhadap
jaringan sendi, terutama tulang rawan sendi. Pengaruh ini berupa
penghancuran sendi, tidak hanya pada sendi yang mengalami
penyakit in lamasi pada artritis reumatoid, tetapi juga pada OA.
Pendekatan lain dalam menjelaskan patogenesis osteoartritis
adalah berdasarkan hasil pengamatan bahwa penderita
JAMU SAINTIFIK 55
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
osteoartritis menunjukkan peningkatan aktivitas koagulasi
dan berkurangnya aktivitas ibrinolitik. Penumpukan trombus
dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral dikatakan
sebagai salah satu penyebab terjadinya rasa nyeri dan perubahan
struktur tulang pada osteoartritis.6
d. Gambaran Klinis
Pada umumnya, gambaran klinis osteoartritis berupa nyeri
sendi, terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban,
yang akan berkurang bila penderita beristirahat. Nyeri dapat
timbul akibat beberapa hal, termasuk dari periostenum yang
tidak terlindungi lagi, mikrofaktur subkondral, iritasi ujung-ujung
saraf di dalam sinovium oleh osteo it, spasme otot periartikular,
penurunan aliran darah di dalam tulang dan peningkatan tekanan
intraoseus dan sinovitis yang diikuti pelepasan prostaglandin,
leukotrien dan berbagai sitokin. Selain nyeri, dapat pula terjadi
kekakuan sendi setelah sendi tidak digerakkan beberapa lama
(gel phenomenon), tetapi kekakuan ini akan hilang setelah sendi
digerakkan. Jika terjadi kekakuan pada pagi hari, biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit (tidak lebih dari 30 menit).4
Gambaran lainnya adalah keterbatasan dalam bergerak,
nyeri tekan lokal, pembesaran tulang di sekitar sendi, efusi
sendi dan krepitasi. Keterbatasan gerak biasanya berhubungan
dengan pembentukan osteo it, permukaan sendi yang tidak
rata akibat kehilangan rawan sendi yang berat atau spasme
dan kontraktur otot periartikular. Nyeri pada pergerakan dapat
timbul akibat iritasi kapsul sendi, periostitis dan spasme otot
periartikular. Secara radiologik didapatkan penyempitan celah
sendi, pembentukan osteo it, sklerosis subkondral dan pada
keadaan yang berat akan tampak kista subkondral. Bila dicurigai
terdapat robekan meniskus atau ligamen, dapat dilakukan
pemeriksaan MRI yang akan menunjukkan gambaran tersebut
lebih jelas. Walaupun demikian, MRI bukan alat diagnostik yang
56 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
rutin, karena mahal dan seringkali tidak merubah rancangan
terapi. Gambaran laboratorium umumnya normal. Bila dilakukan
analisis cairan sendi juga didapatkan gambaran cairan sendi
yang normal. Bila didapatkan peninggian jumlah leukosit, perlu
dipikirkan kemungkinan artropati kristal atau artritis in lamasi
atau artritis septik.4
e. Penatalaksanaan7
Tahap Pertama
Terapi Non farmakologi
1) Edukasi pasien
2) Program penatalaksanaan mandiri (self management
programs): modi ikasi gaya hidup
3) Bila berat badan berlebih (BMI > 25), program penurunan
berat badan, minimal penurunan 5% dari berat badan,
dengan target BMI 18,5-25
4) Program latihan aerobik (low impact aerobic itness
exercises)
5) Terapi isik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi,
penguatan otot-otot (quadrisep/pangkal paha) dan alat
bantu gerak sendi (assistive devices for ambulation): pakai
tongkat pada sisi yang sehat
6) Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi
energi, menggunakan splint dan alat bantu gerak sendi untuk
aktivitas isik sehari-hari
Tahap kedua
Terapi Farmakologi: (lebih efektif bila dikombinasi dengan
terapi nonfarmakologi diatas)
Pendekatan terapi awal
1) Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, dapat
diberikan salah satu obat berikut ini, bila tidak terdapat
kontraindikasi pemberian obat tersebut dapat diberikan
salah satu obat berikut ini:
JAMU SAINTIFIK 57
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
a) Acetaminophen ( kurang dari 4 gram per hari).
b) Obat anti in lamasi non-steroid (OAINS) topikal
c) Obat anti in lamasi non-steroid (OAINS) non selektif,
dengan pemberian obat pelindung gaster (gastro-
protective agent).
Bila dengan terapi awal tidak memberikan respon yang
adekuat :
1) Untuk penderita dengan keluhan nyeri sedang hingga berat,
dan memiliki kontraindikasi pemberian COX-2 inhibitor
spesi ik dan OAINS, dapat diberikan Tramadol (200-300 mg
dalam dosis terbagi). Manfaatnya dalam pengendalian nyeri
OA dengan gejala klinis sedang hingga berat dibatasi adanya
efek samping yang harus diwaspadai, seperti: mual (30%),
konstipasi (23%), pusing/dizziness (20%), somnolen (18%),
dan muntah (13%).
2) Terapi intraartikular seperti pemberian hyaluronan (Level of
Evidence: I dan II) atau kortikosteroid jangka pendek (satu
hingga tiga minggu) pada OA lutut. (Level of Evidence: II)
3) Kombinasi :
Manfaat kombinasi paracetamol-kodein meningkatkan
efekti itas analgesik hingga 5% dibandingkan paracetamol
saja, namun efek sampingnya lebih sering terjadi: lebih
berdasarkan pengalaman klinis.
Tahap Ketiga
Indikasi untuk tindakan lebih lanjut:
1) Adanya kecurigaan atau terdapat bukti adanya artritis
in lamasi: bursitis, efusi sendi: memerlukan pungsi atau
aspirasi diagnostik dan teurapeutik (rujuk ke dokter ahli
reumatologi/bedah ortopedi.
2) Adanya kecurigaan atau terdapat bukti artritis infeksi
(merupakan kasus gawat darurat, resiko sepsis tinggi: pasien
harus dirawat di Rumah Sakit)
58 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
Segera rujuk ke dokter bedah ortopedi pada:
1) Pasien dengan gejala klinis OA yang berat, gejala nyeri
menetap atau bertambah berat setelah mendapat pengobatan
yang standar sesuai dengan rekomendasi baik secara non-
farmakologik dan farmakologik (gagal terapi konvensional).
2) Pasien yang mengalami keluhan progresif dan mengganggu
aktivitas isik sehari-hari.
3) Keluhan nyeri mengganggu kualitas hidup pasien:
menyebabkan gangguan tidur (sleeplessness), kehilangan
kemampuan hidup mandiri, timbul gejala/gangguan psikiatri
karena penyakit yang dideritanya.
4) Deformitas varus atau valgus (>15 hingga 20 derajat) pada
OA lutut
5) Subluksasi lateral ligament atau dislokasi: rekonstruksi
retinakular medial, distal patella realignment, lateral release.
6) Gejala mekanik yang berat (gangguan berjalan/giving way,
lutut terkunci/locking, tidak dapat jongkok/inability to
squat): tanda adanya kelainan struktur sendi seperti robekan
meniskus: untuk kemungkinan tindakan artroskopi atau
tindakan unicompartmental knee replacement or osteotomy/
realignment osteotomies.
7) Operasi penggantian sendi lutut (knee replacement: full,
medial unicompartmental, patellofemoral and rarely lateral
unicompartmental) pada pasien dengan:
a) Nyeri sendi pada malam hari yang sangat mengganggu
b) Kekakuan sendi yang berat
c) Mengganggu aktivitas isik sehari-hari.
JAMU SAINTIFIK 59
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
2. Tanaman Penyusun Ramuan Jamu Saintifik
a. Rumput bolong (Equisetum debile Roxb.ex Vaucher.)
Secara empiris, rumput bolong digunakan untuk mengatasi
demam, nyeri sendi, air seni kurang lancar, dan untuk
penyembuhan luka pada patah tulang.8
Rumput bolong mengandung megastigman glukosida, fenol
glikosida, lignan glikosida, lavonoid, fenilheksan debilitriol, 8-O-
4’ neolignan glukosida debilignanosida, dan ekuisetumin.9
Kandungan lavonoid, sterol, saponin, dan tanin dalam herba
rumput bolong memiliki aktivitas antiin lamasi. Mekanisme
antiin lamasi dari rumput bolong mempengaruhi susunan saraf
pusat (seperti narkotika) dan perifer (seperti NSAID) namun
mekanisme pastinya masih menjadi pertanyaan.10
b. Kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.)
Secara empiris, kumis kucing digunakan sebagai diuretik,
peluruh batu ginjal, dan untuk mengatasi encok.11
Herba kumis kucing mengandung diterpen tipe-isopimarana
(ortosifol F-J) dan dua senyawa diterpen lain yang disebut
tipe-staminana (staminol A dan staminol B), serta senyawa
yang teroksigenasi tinggi dari tipe ini (staminolakton A,
staminolakton B, dan norstaminol A). Selain itu, juga terkandung
senyawa golongan lavonoid (7,3’,4’-tri-O-metilluteolin,
eupatorin, sinensetin, 5,hidroksi-6,7,3’,4’-tetrametoksi lavon,
salvigenin, ladanein, tetrametilskutelarein, 6-hidroksi-5,7,4’
trimetoksi lavon), dan vomifoliol, aurantiamida asetat, asam
rosmarinat, asam kafeat, asam oleanolat, asam ursolat, asam
betulinat, dan β-sitosterol.12,13
Esktrak metanol:air (50:50) daun kumis kucing yang
diberikan secara oral dengan dosis 500 dan 1000 mg/kg bb
secara signi ikan mampu mengurangi in lamasi pada tikus pada
60 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
3 dan 5 jam setelah pemberian karagenan. Ekstrak tersebut pada
dosis 1000 mg/kg bb juga menunjukkan aktivitas analgesik pada
mencit dengan metode acetic acid-induced writhing test serta
pada tikus menggunakan metode formalin-induced licking test.14
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa herba
Orthosipon stamineus dari Indonesia, menunjukkan aktivitas
penghambatan yang potensial melawan produksi NO pada sel
menyerupai makrofag J774 yang diinduksi lipopolysaccharide
(LPS).15 Peningkatan konsentrasi NO, menunjukkan adanya
tingkat NO yang tinggi pada proses peradangan cairan sinovial
dan serum sendi rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis,
dan osteoartritis,16 diperlukan inhibitor dalam menghambatnya.
Berbagai NO synthase inhibitor nonselektif yang ada dalam
kumis kucing antara lain orthosiphols A, B, D, X, H, K, M,
dan N, 7-O-deacetylorthosiphol B, 6- hydroxyorthosiphol B,
3 - O- deacetylorthosiphol I, 2 - O- deacetylorthosiphol J,
Neoorthosiphols A dan B, norstaminol A, Siphonols A-E, Staminols
A-D, Orthosiponon C dan D, 14-deoxo14-O-acetylorthosiphol Y,
2-O- deasetotelosiphonon A, dan neoorthosiphonone A.17
c. Adas (Foeniculum vulgare Mill)
Penggunaan buah adas secara tradisional antara lain untuk
melancarkan peredaran darah, meredakan nyeri, meningkatkan
nafsu makan, meluruhkan dahak, serta meningkatkan produksi
ASI.11 Minyak atsiri biji adas mengandung trans-anetol, α-fenkon,
estragol, α-pinen, kavikol, dipenten, α-limenen, dan limonen.18-20
Pemberian per oral 500 mg/kg bb ekstrak etanol 95% buah
adas pada mencit, dapat menurunkan rasa nyeri yang diukur
dengan uji hot-plate test. Infusa buah adas dosis 910 mg/kg bb
pada mencit jantan memberi efek analgesik yang setara dengan
parasetamol dosis 145 mg/kg bb.21
Ekstrak etranol buah adas dosis 50, 100, dan 200 mg/kg
bb menunjukkan aktivitas penghambatan nyeri pada mencit
JAMU SAINTIFIK 61
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
yang diuji dengan metode writhing test dan pada tikus yang
diuji dengan formalin test. Ekstrak ini pada dosis yang sama juga
menunjukkan aktivitas antiin lamasi pada tikus yang diinduksi
karagenan.22
Pemberian 200 mg/kg bb ekstrak metanol buah adas secara
per oral pada mencit menunjukkan efek penghambatan terhadap
penyakit in lamasi akut dan subakut yang diujikan dengan 3
metode yaitu carrageenan-induced paw edema, arachidonic acid-
induced ear edema assay, serta formaldehyde-induced arthritis
assay.23
Ekstrak etanol 95% buah adas memiliki aktivitas analgesik
yang diukur dengan metode reaksi hot plate. Pemberian ekstrak
dosis 500 mg/kg bb pada mencit menunjukkan aktivitas analgesik
moderat yang signi ikan setelah menit ke-90 dan pada menit ke-
150.24
d. Kunyit (Curcuma domestica Val.)
Beberapa contoh penggunaan kunyit secara tradisional
antara lain untuk mengatasi rematik, bengkak, dan encok.11
Kunyit mengandung senyawa kurkuminoid berupa kurkumin,
desmetoksikurkumin, dan bisdesmetoksi kurkumin. Minyak atsiri
kunyit memiliki komponen utama α dan β tumeron, artumeron, α
dan ¥ atlanton, kurlon, zingiberen, serta kurkumol.11
Kunyit mempunyai bioaktif yang mampu mengurangi nyeri dan
memperbaiki fungsi sendi.Salah satu bioaktif yang telah terbukti
yaitu kurkumin.Kurkumin mempunyai efek yang setara dengan
ibuprofen dalam mengurangi nyeri. Ekstrak kunyit terbukti aman
apabila digunakan untuk mengatasi keluhan yang disebabkan
osteoarthritis.25
Kombinasi kurkuminoid ekstrak rimpang kunyit dan
minyak atsiri rimpang temu lawak terbukti mampu menurunkan
angka leukosit, menurunkan prosentase polimorfonuklear dan
62 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
makrofag serta konsetrasi malondialdehyde cairan sendi yang
terserang osteoartritis dengan kekuatan yang sebanding dengan
piroksikam.26 Penderita artritis reumatoid yang diberikan
kurkumin, dapat mengurangi kaku, pembengkakan sendi dan
walking time.27
Hasil review menyatakan bahwa kurkuminoid yang
terkandung dalam kunyit memiliki berbagai mekanisme aksi
dalam pengobatan osteartritis. Mekanisme aksi tersebut antara
lain sebagai antiin lamasi melalui down-regulation enzim-enzim
terkait in lamasi yaitu fosfolipase A2, siklooksigenase 2, dan
lipooksigenase, serta melalui penurunan TNF-α dan beberapa
interlukin yaitu IL-1β, IL-6, dan IL-8. Mekanisme lain yaitu
dengan menginduksi apoptosis pada sinoviosit dan mengurangi
sintesis reactive oxygen species.28
Hasil uji klinik pemberian ekstrak kunyit selama 4 bulan
terhadap pasien osteartritis lutut menunjukkan bahwa ekstrak
kunyit menunjukkan perbaikan klinis yang signi ikan ditandai
dengan meningkatnya skor VAS dan WOMAC ostearthritis index.
Selain itu, beberapa biomarker in lamasi juga menurun, yaitu IL-
1β, ROS, dan MDA.29
Delapan uji klinik telah dilakukan untuk menyelidiki efek
kurkumin terhadap rasa sakit, kekakuan, dan fungsionalitas
penderita osteoastritis lutut.Hasil review menunjukkan bahwa
kurkumin menunjukkan perbaikan yang signi ikan dibandingkan
plasebo, kecuali 1 jenis produk. Ketika dibandingkan dengan
kontrol positif, kurkumin memiliki efek yang setara dengan obat
anti in lamasi non steroid.30
d. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Secara tradisional, temulawak digunakan pada penderita
gangguan hati, demam, diare berdarah, bengkak pada dubur,
dan beberapa penyakit lain.11 Rimpang temulawak mengandung
JAMU SAINTIFIK 63
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
kurkumin, xanthorizol, kurkuminoid, minyak atsiri dengan
komponen α-kurkumen, germaktan, ar-turmeron, β-atlantanton,
d-kamfor.11
Temulawak mengandung xanthorizol yang berfungsi
mengurangi nyeri. Aktivitas xanthorizol dapat menghambat
ekskresi enzim E2 di prostaglandin. Berkurangnya produksi
enzim E2 menyebabkan terhambatnya respon siklooksigenase-2
(COX-2) terhadap nyeri. Hal ini membuktikan bahwa xanthorizol
merupakan penghambat COX-2 yang potensial.31
Hasil uji klinik menunjukkan bahwa pemberian kapsul berisi
kombinasi ekstrak kurkuminoid rimpang kunyit dan minyak
atsiri temulawak mampu menurunkan angka leukosit cairan
sinovial pada penderita dengan osteoastritis lutut.32
f. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Secara tradisional, meniran digunakan untuk pengobatan
gangguan ginjal, sariawan, malaria, tekanan darah tinggi, nyeri
ginjal, diare, demam, dan berbagai indikasi lain.11
Meniran mengandung golongan senyawa lavonoid, terpen,
kumarin, lignan, tanin, dan alkaloid. Senyawa lavonoid quercetin
dan quercitrin merupakan zat aktif yang memiliki aktivitas
antiin lamasi.33
Selain lavonoid, lignans adalah senyawa penting dalam
Phyllantus niruri yang memiliki antiin lamasi. Lignan mempunyai
aktivitas langsung atau tidak langsung terkait dengan potensinya
untuk menghambat ET-1 dan menurunkan tingkat respons
in lamasi yang dimediasi oleh PAF.34
Ekstrak air meniran yang dikeringkan dengan cara spray-
dried terbukti memiliki efek antiin lamasi dengan mekanisme
penurunan respons vaskular pada proses in lamasi tikus yang
diinduksi karagenan. Selain itu, pemberian ekstrak tersebut
secara oral juga mampu menghambat migrasi leukosit pada
64 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
in lamasi yang diinduksi tioglikolat. Efek analgesik juga
ditunjukkan ekstrak meniran melalui aktivitas analgesik periferal
saat uji dengan metode Randall dan Selitto, serta aktivitas
analgesik sentral pada uji hot plate dan tail lick.35
3. Penelitian Ramuan Jamu Saintifik Osteoartritis
a. Studi Pra Klinis
Hasil uji toksisitas akut menunjukkan bahwa ramuan jamu
OA termasuk ke dalam kategori praktis tidak toksik. Dosis
tertinggi yang masih dapat diberikan adalah 100 g/kg bb. Hasil
uji toksisitas subkronis menunjukkan bahwa ramuan jamu yang
digunakan memberikan perubahan yang tidak berbeda nyata
dengan kontrol tanpa perlakuan, terhadap parameter yang
diukur yaitu SGPT-SGOT, BUN, ureum dan kreatinin.36
b. Studi Klinis
1). Studi Klinis Pre-Post
Penelitian yang telah dilaksanakan di Klinik Sainti ikasi Jamu
Hortus Medicus Tawangmangu tahun 2011 oleh Danang dkk.,
pada 29 orang pasien OA yang diberikan formula jamu yang
terdiri dari rimpang temulawak 15 gram, herba meniran
7 gram, rimpang kunyit 15 gram, biji adas 3 gram, daun
kumis kucing 5 gram, herba pegagan 3 gram, herba rumput
bolong 5 gram terbukti efektif untuk osteoarthritis dengan
menurunkan nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi dan
kemampuan fungsional sendi lutut. Ramuan ini aman karena
tidak mempengaruhi fungsi hati dan fungsi ginjal.36
2). Studi Klinis Multi Senter37
Untuk meningkatkan level of evidence dari penelitian jamu
OA dilakukan penelitian lanjutan dengan membandingkan
khasiat dan keamanan formula jamu OA dengan obat
JAMU SAINTIFIK 65
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
standar piroxicam. Penelitian ini bersifat multicenter dengan
melibatkan 30 dokter yang telah mendapatkan pelatihan
Sainti ikasi Jamu yang memiliki serti ikat kompetensi
dari IDI. Dokter peneliti berasal dari 20 Kabupaten yaitu
Temanggung, Karanganyar, Surakarta, Sragen, Klaten,
Sukoharjo, Wonogiri, Semarang, Kendal, Pekalongan, Tegal,
Bantul, Kulon Progo, Metro Lampung, Palembang, Kapuas,
Makassar, Kendari, Malang, Denpasar serta RRJ Hortus
Medicus.
Kemanfaatan jamu didasarkan atas adanya perbaikan
parameter klinis dan laboratoris berupa penurunan skor Visual
Analogue Scale, perbaikan lingkup gerak sendi dan meningkatnya
kualitas hidup (SF-36) yang diukur sebelum, selama dan sesudah
pemberian jamu atau obat standar piroxicam. Hasil penelitian
RCT menunjukkan bahwa ramuan jamu mampu membuat Skor
VAS menurun bermakna baik (p=0,000) pada kelompok yang
mendapat terapi jamu maupun pada kelompok yang mendapat
terapi piroxicam. Jamu juga mampu memperbaiki fungsional sendi
dengan mengurangi rasa kekakuan sendi, kesulitan bergerak dan
mengurangi derajat ketergantungan secara signi ikan (p=0,000)
sejak hari ke-7 sampai hari ke-28. Intervensi ramuan jamu OA
pada subjek penelitian menaikkan skor kualitas hidup SF36
sebanding (p=0,780)dengan kenaikan skor kualitas hidup SF36
akibat intervensi obat pembanding.
Pemberian ramuan jamu untuk OA selama 28 hari intervensi
dan obat pembanding, tidak ditemukan gejala atau efek samping
yang serius. Jamu untuk OA dan obat pembanding tidak
mengganggu fungsi hati dan fungsi ginjal. Penelitian yang telah
dilakukan oleh Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat
Tradisional semua bahan yang digunakan dalam bentuk kering
sehingga dalam pengunaannya disarankan dalam bentuk kering
juga.
66 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
4. Penyiapan dan Peracikan Ramuan
a. Komposisi Ramuan
Ramuan ini menggunakan simplisia, yaitu sediaan kering
dari tanaman obat. Formula ramuan OA tersebut adalah sebagai
berikut
1) Biji adas 3g
2) Daun kumis kucing 5g
3) Herba rumput bolong 5 g
4) Rimpang temulawak 15 g
5) Rimpang kunyit 15 g
6) Herba meniran 7g
b. Penyiapan Ramuan11
Ramuan disiapkan dengan mengikuti prinsip pembuatan
infusa, dengan langkah-langkah sebagai berikut
1) Panaskan 5 gelas air hingga mendidih.
2) Masukkan ramuan jamu.
3) Tunggu selama ± 15 menit (sampai air tersisa 3 gelas dengan
nyala api kecil dengan sesekali diaduk).
4) Diamkan hingga hangat/dingin.
5) Saringlah dan minum 3 x sehari 1 gelas pagi dan sore.
Ramuan ini disiapkan dengan menggunakan alat yang
terbuat dari tanah liat, porselen, stainless steel, atau enamel.
c. Aturan Minum
Ramuan di minum 3 x sehari 1 gelas setelah makan.
Pemakaian bersamaan dengan obat konvensional dapat dilakukan
dengan selang waktu 2 jam.
d. Peringatan Penggunaan
Selama pengobatan disarankan untuk menjaga berat badan
dan menghindari aktivitas lutut yang berlebihan.
JAMU SAINTIFIK 67
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
PUSTAKA
1. American Academy of Orthopaedic Surgeons,“Treatment Of
Osteoarthritis Of The Knee Evidence Based Guideline 2nd
Edition Adoptedby theA merican Academy of Orthopaedic
S u r g e o n s B o a r d o f D i r e c t o r s ,”A m . A c a d . O r t h o p . S u r g .
BoardDir.,p.973,2013
2. Palletier, J.M. and Palletier J.P. Effect of Aceclogenac and Diclofenac
on In lamatory in Human Osteoarthritis. Clinical Drugs Investigation,
1997; 14 (3) : 326 – 332.
3. Setiyohadi Bambang. Osteoartritis Selayang Pandang. Dalam Temu
Ilmiah Reumatologi. Jakarta, 2003 : 27 – 31.
4. Isbagio, H. Nyeri pada Penyakit Reumatik (Pentingnya Pengkajian
dan Pengobatan Awal) dalam Setiyohadi, B., Kasjmir, Y.I. (eds) Naskah
Lengkap Temu Ilmiah Reumatologi, hal. 225. 2003. Pusat Informasi
dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-UI, Jakarta.
5. Hansen K.E; Elliot M.E., 2005. Osteoarthritis, Pharmacotherapy,
APathophysiological Approach, McGraw-Hill.
6. Dieppe PA, Lohmander LS. Pathogenesis and management of pain in
osteoarthritis. The Lancet. 2005 Mar 18;365(9463):965-73.
7. Kementerian Kesehatan. Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit
Arthritis Rematik. 2006. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas
dan Klinik.
8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Vademekum
Tanaman Obat untuk Sainti ikasi Jamu Jilid II. Jakarta: Badan
Litbangkes, Kemenkes RI; 2011.
9. Tan, JM, Qiu YH, Tan XQ,Tan CH, Xiao K. Chemical constituents
of Equisetum debile. Journal of Asian Natural Products Research.
2011;13(9):811-816.
68 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
10. Amit S, Saraswati B, Kamalesh U, Kumud U. Formulation and
evaluation of a novel herbal gel of Equisetum arvense extract. Journal
of Pharmacognosyand Phytochemistry. 2013; 1(5):80-86
11. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Vademekum
Tanaman Obat untuk Sainti ikasi Jamu Jilid I edisi revisi. Jakarta:
Badan Litbangkes, Kemenkes RI; 2012.
12. Tezuka Y, Stampoulis P, BanskotaAH, AwaleAS, TranKQ, Saiki I,
KadotaS. Constituents of the Vietnamese Medicinal Plant Orthosiphon
stamineus. Chem. Pharm. Bull.2000;48(11):1711—1719.
13. Awale S, Tezuka Y, Banskota AH, Adnyana IK, Kadota S. Highly-
Oxygenated Isopimarane-Type Diterpenes from Orthosiphon
stamineus of Indonesia and Their Nitric Oxide Inhibitory Activity.
Chem. Pharm. Bull. 2003;51(3):268—275.
14. Yam, MF, Asmawi MZ, Basir R. An Investigation of the Anti-
In lammatory and Analgesic Effects of Orthosiphon stamineus Leaf
Extract. Journal Of Medicinal Food. 2008;1 (2): 362–368.
15. Adnyana IK, Setiawan F, Insanu M. From Ethnopharmacology to
clinical study of Orthosiphon stamineus Benth. Int J Pharm Pharm Sci.
2013.5(3):66-73.
16. Sharma JN, Al-Omran A, Parvathy SS. Role ofnitric oxide in
in lammatory diseases. In lammopharmacology.2007;15(6):252–9.
17. Ameer OZ, Salman IM, Asmawi MZ, Ibraheen ZO, Yam MF. Orthosiphon
stamineus : Traditional Uses, Phytochemistry, Pharmacology, and
Toxicology. J. Med. Food.2012;15(8):678–90/
18. Kaur, GJ, Arora DS. Bioactive potential of Anethum graveolens,
Foeniculum vulgare and Trachyspermum ammi belonging to the
family Umbelliferae - Current status. Journal of Medicinal Plants
Research. 2010;4(2): 087-094.
19. Aprotosoaie ACl, Spac, Hancianu AM, Miron A,Tanasescu VF, Dorneanu
JAMU SAINTIFIK 69
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
V, UStanescu. The Chemical Pro ile Of Essential Oils Obtained From
Fennel Fruits (Foeniculum vulgare Mill.). Farmacia. 2010;58(1):46-
53.
20. Shahat AA, Ibrahim AY, Hendawy SF, Omer EA, Hammouda FM, Abdel-
Rahman FH, Saleh MA. Chemical Composition, Antimicrobial and
Antioxidant Activities of Essential Oils from Organically Cultivated
Fennel Cultivars. Molecules,2011;16:1366-1377.
21. Shu-ping Z, C Pu-zhu, and Q Li-hui.Chemical Studies on the
essentialoils of Foeniculum vulgare, Acta Botanica Sinica. 1991;33(1):
82-84.
22. Elizabeth AM, Josephine G, Muthiah NS, Muniappan M. Evaluation
of Analgesic and Anti-In lammatory Effect of Foeniculum vulgare.
Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical
Sciences. 2014;5(2): 658-668.
23. Choi EM, Hwang JK. Anti-in lammatory, analgesic and antioxidant
activities of the fruit of Foeniculum vulgare. Fitoterapia. 2004;75:
557–565.
24. Tanira, MOM, Shah AH, Mohsin A, Ageel AM, Qureshi S.
Pharmacological and Toxicological Investigations of Foeniculum
vulgare dried fruit exctract in Experimental Animals. Phytotheraphy
Research.1996;10:33-36.
25. Kuptniratsaikul V, Thanakhumtorn S, Chinswangwatanakul P,
Wattanamongkonsil L, Thamlikitkul V. Ef icacy and safety of Curcuma
domestica extracts in patients with knee osteoarthritis. The Journal
of Alternative and Complementary Medicine. 2009; 15(8):891-897.
26. Kertia N, Asdie AH, Rochmah W, Marsetyawan M. Ability of
Curcuminoid from Curcuma domestica Val. in Reducing the Secretion
of Reactive Oxygen Intermediates by Synovial Fluid Monocytes in
Patients with Osteoarthritis. Indonesian Journal of Biotechnology.
2012 Feb 16;16(2):111-7.
70 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
27. Panahi Y, Rahimnia AR, Shara i M, Alishiri G, Saburi A, Sahebkar A..
Curcuminoid Treatment for Knee Osteoarthritis: A Randomized
Double-Blind Placebo- Controlled Trial, Phytother. Res. 2014. 28(11):
1625–1631. doi: 10.1002/ptr.5174.
28. Akuri MC, Barbalho SM, Val RM, Guiguer EL. Re lections about
Osteoarthritis and Curcuma longa. Pharmacogn. Rev. 2017;11(21):
8-12.
29. Srivastava S, Saksena AK, Khattri S, Kumar S, Dagur RS. Curcuma
longa extract reduces in lammatory and oxidative stress biomarkers
in osteoarthritis of knee: a four-month, double-blind, randomized,
placebo-controlled trial. In lammopharmacol. 2016;DOI 10.1007/
s10787-016-0289-9.
30. Perkins K, Sahy W, Robert D. Beckett RD. Ef icacy of Curcuma
for Treatmentof Osteoarthritis. Journal of Evidence-
BasedComplementary & Alternative Medicine. 2017;22(1) 156-165
31. Oon, S. F., Nallappan, M., Tee, T. T., Shohaimi, S., Kassim, N. K.,
Sa’ariwijaya, M. S. F., & Cheah, Y. H. Xanthorrhizol: a review of its
pharmacological activities and anticancer properties. Cancer cell
international. 2015; 15(1): 100.
32. Kertia N, Sudarsono, Imono AD, Mufrod, Catur E, Rahardjo P, Asdie
AH. Pengaruh pemberian kombinasi minyak atsiritemulawak dan
ekstrak kunyit dibandingkan dengan piroksikam terhadap angka
leukosit cairan sendi penderita dengan osteoartritis lutut. Majalah
Farmasi Indonesia. 2005;16(3):155 – 161.
33. Bagalkotkar G, Sagineedu SR, Saad MS, Stanslas J. Phytochemicals
from Phyllanthus niruri Linn. and theirpharmacological properties:
a review. Journal of Pharmacy and Pharmacology. 2006;58:1559–
1570.
34. Joseph B, Raj SJ. An overview: pharmacognostic properties of
Phyllanthus amarus Linn. Int J Pharmacol. 2011; 7: 40-45.
JAMU SAINTIFIK 71
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
35. Porto CRC, Soares LAL, Souza TP,Petrovick PR, Lyra IL, Araujuo RF,
Langassner SMZ, Ferreira AAA, Guerra GCB. Anti-in lammatory
and antinociceptive activities of Phyllanthus niruri spray-dried
standardized extract. Revista Brasileira de Farmacognosia Brazilian
Journal of Pharmacognosy. 2013;23(1): 138-144.
36. Ardiyanto D, Ismoyo SP. Clinical study of jamu formula for genu
osteoarthritis. Widyariset. 2013 Aug 1;16(2):251-8.
37. Ardiyanto D, Triyono A, Astana PR, Mana TA. Clinical trial of
osteoarthritis jamu formula compare to piroxicam. Health Science
Journal of Indonesia. 2016 Dec 30;7(2):84-92.
72 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
D
Ramuan Jamu Saintifik Hiperkolesterolemia
Penyusun:
1. dr. Ulfatun Nisa
2. Saryanto, S.Farm, Apt
3. Drs. Slamet Wahyono, MS, Apt
4. Enggar Wijayanti., S.Gz
JAMU SAINTIFIK 73
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
1. Penjelasan Penyakit
Hiperkolesterolemia adalah kondisi medis yang ditandai
dengan peningkatan nilai kolesterol di dalam darah melebihi batas
normal. Pada kondisi tersebut apabila terjadi dalam jangka panjang
menyebabkan terbentuknya gumpalan lemak dalam pembuluh
darah sehingga dapat berisiko aterosklerosis.1 Aterosklerosis berupa
penyempitan pembuluh darah terutama di jantung, otak, ginjal, dan
mata disebabkan oleh karena kondisi tingginya kolesterol dalam
darah. Pada otak, aterosklerosis menyebabkan stroke, sedangkan
pada jantung menyebabkan penyakit jantung koroner.2
a. Epidemiologi
Data riskesdas 2013 menyebutkan penyakit jantung
koroner menduduki peringkat ketujuh penyakit tidak menular
terbanyak di Indonesia.3 Penyakit jantung koroner disebabkan
oleh aterosklerosis. Faktor resiko terjadinya atrosklerosis
antara lain hipertensi, diabetes mellitus, hiperkolesterolemia,
obesitas, dan kurangnya akivitas isik.4 Berdasarkan data WHO
tahun 2014 bahwa sebanyak 37% angka kematian di Indonesia
disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Sebanyak 35.9%
penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas memiliki
kadarkolesterol total dalam darah diatas nilai normal. Prevalensi
hiperkolesterolemia lebih tinggi diperkotaan dibandingkan
pedesaan dan penderita hiperkolesterolemia pada wanita lebih
banyak dibanding pria.5
b. Klasifikasi
Nilai kolesterol darah dapat diklasi ikasikan sebagai berikut:
Tabel 1. Klasi ikasi Nilai Kolesterol dalam Darah4
Total Kolesterol (mg/dL) Klasifikasi
<200 Normal
200-239 borderline high
>240 Tinggi
74 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
c. Patogensis dan faktor resiko
1) Pato isiologi terjadinya hiperkolesterolemia6
Lipid atau lemak adalah senyawa kimiawi yang bersifat
tidak larut didalam air, dimana didalam plasma terdiri dari
kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas.
Lipid ditranspor didalam plasma sebagai komponen dari
kompleks lipoprotein.Lipoprotein merupakan partikel-
partikel kompleks yang dibentuk dari ratusan molekul-
molekul lipid dan protein.Berdasarkandensitasnya
lipoprotein diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Kilomikron —> Berperan dalam transpor trigliserida
dari usus halus melalui pembuluh limfe menuju plasma
b) Very Low Density Lipoprotein (VLDL) —> Secara
endogen mengangkut kolesterol dan trigliserida yang
disintesis oleh sel.
c) Low Density Lipoprotein (LDL) —> Merupakan alat
transpor utama bagi kolesterol dan diambil oleh
reseptor2 LDL pada sel-sel hati dan sel-sel perifer, jadi
berperan dalam melepaskan komponen kolesterol
untuk memenuhi kebutuhan sel.
d) High Density Lipoprotein (HDL) —> berperan dalam
memediasi transpor balik kolesterol dari jaringan
perifer menuju hati.
Peningkatan kadar lipoprotein, kecuali HDL, merupakan
dasar dari patofisiologi dislipidemia. Peningkatan lipid
dalam darah akan mempengaruhi kolesterol, trigliserida
dan keduanya (hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia
atau kombinasinya yaitu hiperlipidemia). Pasien dengan
hiperkolesterolemia (>200–220mg/dL serum) merupakan
gangguan yang bersifat familial, berhubungan dengan
kelebihan berat badan dan diet. Makanan berlemak
JAMU SAINTIFIK 75
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
meningkatkan sintesis kolesterol di hepar yang menyebabkan
penurunan densitas reseptor LDL di serum (> 135 mg/
dL). Ikatan LDL mudah melepaskan lemak dan kemudian
membentuk plak pada dinding pembuluh darah yang
selanjutnya akan menyebabkan terjadinya arterosklerosis
dan penyakit jantung coroner.
2) Faktor risiko 7,8
Faktor risiko terjadinya hiperkolesterol antara lain sebagai
berikut:
a. Pola makan sehari-hari
b. Usia
c. Genetik
d. Jenis kelamin
e. Merokok
f. Minum alkohol
g. Obesitas
h. Kurang aktivitas isik
d. Gambaran klinis
Pada umumnya hiperkolesterolemia tidak menimbulkan
gejala. Adapun gejala yang pernah dilaporkan ialah sakit kepala,
rasa tegang di otot leher, bintik putih di atas kelopak mata.
e. Penatalaksanaan
Keberhasilan menurunkan hiperkolesterolemia diutamakan
dengan melakukan perubahan perilaku mengarah ke pola hidup
sehat (non medikamentosa) namun dapat juga disertai dengan
penggunaan obat-obatan (medikamentosa). Bukti penurunan
morbiditas dan mortalitas kardiovaskular yang berhubungan
dengan intervensi gaya hidup tidak sekuat bukti yang
berhubungan dengan intervensi farmakologis. Tujuan intervensi
gaya hidup adalah untuk mengurangi kolesterol LDL, mengurangi
konsentrasi TG, dan meningkatkan kolesterol HDL. Intervensi
76 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
gaya hidup dilakukan pada semua orang, dengan atau tanpa
tambahan obat penurun lipid, kecuali pada pasien risiko rendah
dengan kolesterol LDL awal <100 mg/dL. Pasien risiko rendah ini
hanya perlu diyakinkan agar tetap dalam keadaan risiko rendah.9
1) Non medikamentosa9
a) Diet
Diet yang dapat dipakai untuk menurunkan
kolesterol LDL adalah diet asam lemak tidak jenuh
seperti MUFA dan PUFA karena faktor diet yang paling
berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi
kolesterol LDL adalah asam lemak jenuh. Konsumsi
PUFA omega-3 pada dosis farmakologis (>2 gram/hari)
mempunyai efek netral terhadap konsentrasi kolesterol
LDL dan mengurangi konsentrasi TG.Asam lemak
trans meningkatkan kolesterol LDL dan menurunkan
kolesterol HDL. Sumber asam lemak trans di dalam diet
biasanya berasal dari produk yang terbuat dari minyak
terhidrogenasi parsial seperti biskuit asin (crackers),
kue kering manis (cookies), donat, roti dan makanan
lain seperti kentang goreng atau ayam yang digoreng
memakai minyak nabati yang dihidrogenasi. Diet
makanan tinggi serat seperti kacang-kacangan, buah,
sayur dan sereal memiliki efek hipokolesterolemik
langsung.
b) Aktivitas isik
Tujuan melakukan aktivitas isik secara teratur
adalah mencapai berat badan ideal, mengurangi risiko
terjadinya sindrom metabolik dan mengontrol faktor
risiko PJK. Aktivitas isik yang dianjurkan adalah
aktivitas yang terukur seperti :
• Berjalan cepat (4,8-6,4 km per jam) selama
30-40 menit
JAMU SAINTIFIK 77
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
• Berenang – selama 20 menit
• Bersepeda untuk kesenangan atau transportasi,
jarak 8 km dalam 30 menit
• Menggunakan mesin pemotong rumput yang
didorong selama 30 menit
• Membersihkan rumah (secara besar-besaran)
• Bermain basket selama 15 hingga 20 menit
• Bermain golf tanpa caddy (mengangkat peralatan
golf sendiri)
• Berdansa selama 30 menit
• Bermain voli selama 45 menit
• Menyapu halaman selama 30 menit
c) Penurunan berat badan
Indeks Masa Tubuh dan lingkar pinggang dipakai
sebagai ukuran untuk menilai obesitas umum dan
obesitas abdominal.Baik obesitas umum maupun
obesitas abdominal berhubungan dengan risiko
kematian.
Tabel. 2 Klasi ikasi IMT untuk populasi Asia dewasa7
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat badan Kurang <18,5
Berat badan Normal 18,5 – 22,9
Berat badan Lebih ≥ 23
Berisiko 23 – 24,9
Obesitas I 25 – 29,9
Obesitas II ≥ 30
d) Kebiasaan merokok.
Menghentikan merokok dapat meningkatkan
konsentrasi kolesterol HDL sebesar 5-10%. Merokok
78 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
berhubungan dengan peningkatan konsentrasi TG,
tetapi menghentikan merokok diragukan menyebabkan
penurunan konsentrasi TG.
e) Diet suplemen9
• Fitosterol
Fitosterol berkompetisi dengan absorbsi
kolesterol di usus sehingga dapat menurunkan
konsentrasi kolesterol total. Secara alami, itosterol
banyak didapat dalam minyak nabati dan, dalam
jumlah lebih sedikit, dalam buah segar, kacang
kenari, dan kacang polong. Fitosterol sering
ditemukan sebagai bahan tambahan pada minyak
goreng dan mentega.
• Protein kedelai
Protein kedelai berhubungan dengan
penurunan 3-5% kolesterol LDL.Sebagian besar
studi menggunakan asupan protein kedelai lebih
dari 40 mg/hari.Sebuah studi menunjukkan asupan
25 mg/hari berhubungan dengan penurunan
kolesterol LDL sebesar 5 mg/dL.
• Makanan kaya serat
Diet serat yang larut dalam air seperti kacang
polong, sayuran, buah, dan sereal mempunyai efek
hipokolesterolemik. Diet serat yang larut dalam
air sebanyak 5-10 gram/hari dapat menurunkan
kolesterol LDL sebesar 5%.78,79 Anjuran diet serat
yang larut dalam air untuk menurunkan kolesterol
LDL adalah 5-15 gram/hari.
• PUFA Omega-3
Polyunsaturated fatty acid (PUFA) Omega-3
adalah komponen yang ada dalam minyak ikan atau
diet mediterania
JAMU SAINTIFIK 79
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
2) Medikamentosa9
a) Statin (inhibitor HMG-CoA reduktase)
Cara kerja statin adalah dengan menghambat
kerja HMG-CoA reduktase. Pada tahun 2011, FDA
Amerika Serikat mengeluarkan rekomendasi baru
tentang keamanan simvastatin 80 mg. Simvastatin
yang digunakan dengan dosis maksimum (80 mg)
berhubungan dengan miopati atau jejas otot terutama
jika digunakan selama 12 bulan berturutan.
b) Inhibitor absorpsi kolesterol.
Ezetimibe merupakan obat penurun lipid pertama
yang menghambat ambilan kolesterol dari diet dan
kolesterol empedu tanpa mempengaruhi absorpsi
nutrisi yang larut dalam lemak. Dosis ezetimibe yang
direkomendasikan adalah 10 mg/hari dan harus
digunakan bersama statin, kecuali pada keadaan tidak
toleran terhadap statin, di mana dapat dipergunakan
secara tunggal.
c) Bile acid sequestrant
Terdapat 3 jenis bile acid sequestrant yaitu
kolestiramin, kolesevelam, dan kolestipol.Bile acid
sequestrant mengikat asam empedu (bukan kolesterol)
di usus sehingga menghambat sirkulasi enterohepatik
dari asam empedu dan meningkatkan perubahan
kolesterol menjadi asam empedu di hati. Dosis harian
kolestiramin, kolestipol, dan kolesevelam berturutan
adalah 4-24 gram, 5-30 gram, dan 3,8-4,5 gram.
d) Fibrat
Fibrat adalah agonis dari PPAR-α.Melalui
reseptor ini, ibrat menurunkan regulasi gen apoC-
III serta meningkatkan regulasi gen apoA-I dan A-II.
Berkurangnya sintesis apoC-III menyebabkan
80 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
peningkatan katabolisme TG oleh lipoprotein lipase,
berkurangnya pembentukan kolesterol VLDL, dan
meningkatnya pembersihan kilomikron.
e) Asam nikotinat (niasin)
Asam nikotinat menghambat mobilisasi asam lemak
bebas dari jaringan lemak perifer ke hepar sehingga
sintesis TG dan sekresi kolesterol VLDL di hepar
berkurang. Dosis awal yang direkomendasikan adalah
500 mg/hari selama 4 minggu dan dinaikkan setiap 4
minggu berikutnya sebesar 500 mg selama masih dapat
ditoleransi sampai konsentrasi lipid yang dikehendaki
tercapai.
2. Penyusun Ramuan Jamu Saintifik
Beberapa jenis tanaman telah digunakan secara empiris
sebagai penurun kolesterol darah. Diantara tanaman tersebut sudah
dilakukan penelitian antara lain daun jati belanda, daun jati china,
daun teh, herba tempuyung yang mengandung senyawa yang
berkhasiat sebagai anti kolesterol.
a. Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)
Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) Zat utama yang
terkandung dari seluruh bagian tanaman adalah tanin dan
musilago. Kandungan lainnya yaitu resin, lavonoid, karotenoid,
asam fenolat, zat pahit, karbohidrat, kafein, terpen, juga senyawa
– senyawa lain seperti sterol, beta-sitosterol, friedelin-3-alfa-
asetat, friedelin -3-beta-ol, alkaloid serta karbohidrat dan minyak
lemak.Tanin yang banyak terkandung di bagian daun, mampu
mengurangi penyerapan makanan dengan cara mengendapkan
mukosa protein yang ada dalam permukaan usus. Sementara
itu, musilago yang berbentuk lendir bersifat sebagai pelicin.
Dengan adanya musilago, absorbsi usus terhadap makanan
JAMU SAINTIFIK 81
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
dapat dikurangi. Hal ini yang yang menjadi alasan banyaknya
daun jati belanda yang dimanfaatkan sebagai obat susut perut
dan pelangsing.10 Dalam perkembangannya, daun jati belanda
juga banyak dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit kolesterol
dan rematik. Sementara kandungan tannin yang ada di dalamnya
berfungsi mencegah absorpsi lemak dan kolesterol di usus.11,12
Daun jati belanda (Guazuma ulmifolia L) mengandung
senyawa tannin, damar, triterpen, alkaloid, karotenoid, lavonoid,
dan asam fenol glicose. Kandungan lavonoid total daun jati
belanda tidak kurang dari 0,3% dihitung sebagai kuersetin dan
sebagai senyawa penanda adalah tilirosida.13 Pada penelitian
ekstrak air daun jati belanda dengan dosis 50mg/ kg bb dapat
menurunkan kadar kolesterol total dan LDL secara signi ikan
dibandingkan kontrol. Kandungan musilago dalam jati belanda
dapat mengembang dalam lambung sehingga menekan
nafsu makan. Alkaloid dalam jati belanda memiliki akti itas
menghambat enzim pankreatik lipase yang dapat menghidrolisis
lemak.14
b. Daun Jati China (Senna alexandrina Mill.)
Daun Jati Cina (Senna alexandrina Mill.) mengandung
hydroxyanthracene glycosides, derivatnya yaitu sennosides
(B-O-linked glycosides) memiliki efek laksatif. Sennosides tidak
diabsorbsi di usus bagian atas, sehingga akan diubah oleh bakteri
di dalam usus besar menjadi metabolik aktif rheinanthrone.
Rheinanthrone ini merupakan senyawa yang akan menginduksi
sekresi air dan mencegah reabsorbsi air dalam saluran
pencernaan sehingga meningkatkan motilitas usus besar. Daun
jati cina mengandung lavonoid yang mampu menghambat
enzim pankreatik lipase yang dapat menghidrolisis lemak. Dosis
sennosides sampai dengan 50 0mg/kg bb yang diberikan pada
anjing selama 4 minggu tidak menunjukkan efek toksik, demikian
pula dosis sampai 100 mg/kgbb pada tikus selama pemberian 6
bulan.14
82 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
c. Daun Teh (Camillia sinensis L.)
Daun teh mengandung polifenol (katekin dan lavonoid),
alkaloid, minyak volatil, polisakarida dan asam amino. Kandungan
katekin dalam teh dapat menurunkan kadar kolesterol total
dan LDL dalam darah. Hal ini dikaitkan dengan meningkatnya
metabolisme tubuh.15-18
d. Tempuyung (Sonchus arvensis L)
Herba tempuyung (Sonchus arvensis L) mengandung
kaempfenol, quercetin, orientin, rutin, katekin dan mirisetin. Dari
hasil penelitian pada tikus, ekstrak etanol tempuyung dengan
dosis 1000 mg/kgbb terbukti aman dan berkhasiat menurunkan
kolesterol darah.19,20
e. Kunyit (Curcuma domestica Val.)
Kurkuminoid termasuk kurkumin, desmetoksikurkumin,
bisdesmetoksi kurkumin, resin, minyak atsiri termasuk α dan β
tumeron, artumeron, α dan ¥ atlanton, kurlon, zingiberen, dan
kurkumol. Pemberian ekstrak kunyit 200 mg/kg bobot badan
tikus menunjukan aktivitas sebagai antihiperkolesterolemia
serta dapat menurunkan LDL tanpa mempengaruhi HDL. Ekstrak
etanol rimpang kering kunyit dosis 30 mg/kg bb, diberikan pada
tikus secara intragastrik setiap 6 jam selama 48 jam, memiliki
aktivitas antihiperkolesterolemia.21 Kunyit dibeberapa penelitian
dapat menurunkan kadar cholesterol dan gula darah dengan
cara menghambat absorbsi dan biosintesis oleh kandungan
curcumnoid.22 Penelitian lain menunjukkan penurunan
trigliserida serum melalui proses penghambatan pembentukan
asam lemak.22
f. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb)
Rimpang temulawak mengandung minyak atsiri
(sikloisoprenmirsen, ptolilmetilkarbinol, kamfer), kurkumin,
JAMU SAINTIFIK 83
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
xantorizol. Kurkuminoid, minyak atsiri dengan komponen
xanthorrhizol; α-kurkumen, germakran, ar-turmeron,
β-atlantanton, d-kamfor. Tanaman temu lawak secara empirik
banyak digunakan sebagai obat dalam bentuk tunggal maupun
campuran untuk mengatasi gangguan-gangguan saluran cerna,
gangguan aliran getah empedu, sembelit, radang rahim, kencing
nanah, mencret, kurang nafsu makan, kelebihan berat badan,
radang lambung, cacar iar, eksema, jerawat dan sebagainya.21
g. Meniran (Phillanthus niruri L.)
Herba meniran mengandung karbohidrat, protein, alkaloids
and lavonoids.23 Komponen utama yang bertanggung jawab
dalam aktivitas meniran antara lain, ilantin, hipo ilantin,
dan triacontanal.24 Meniran pada ramuan ini berfungsi untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
Hasil uji praklinik menunjukkan bahwa ekstrak meniran
dapat memodulasi sistem imun lewat proliferasi dan aktivasi
limfosit T dan B, sekresi beberapa sitokin spesi ik seperti
interferon-γ, tumor necrosis factor α dan beberapa interleukin.25
3. Penelitian Ramuan Jamu Saintifik
a. Studi Pra Klinis
1) Uji khasiat untuk ramuan penurun kolesterol darah
Hasil pengamatan pada tikus terhadap uji khasiat sari
rebusan ramuan jamu untuk hiperkolesterolemia, setelah
pengukuran kadar kolesterol, dean trigliserid darah hari ke-
0, setelah induksi dengan makanan tinggi kolesterol ( selama
30 hari ) dan hari ke-12 setelah pemberian ramuan jamu
hiperkolesterolemia. Penurunan kolesterol setelah induksi
dengan makanan tinggi kolesterol, dan pemberian sari
rebusan ramuan jamu hiperkolesterolemia sebagai berikut:
dosis 270 mg/200 g bb sebesar 57 mg/dL, 540 mg/200 g
84 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
bb sebesar 120 mg/dL, 1080 mg/200 g bb sebesar 121 mg/
dL, kontrol mengalami kenaikan sebesar 5 mg/dL, kontrol
negatif mengalami kenaikan sebesar 36 mg/dL sedangkan
kontrol positif mengalami penurunan sebesar 99 mg/dL.26
2) Uji khasiat untuk ramuan hiperkolesterolemia terhadap
penurunan kadar trigliserid dalam darah
Hasil penelitian ramuan jamu yang terdiri dari jati
belanda, daun jai cina, teh hijau dan tempuyung pada tikus
puith yang diinduksi makanan tinggi kolesterol menunjukkan
penurunan rerata kadar trigliserid yaitu pada dosis 270
mg/200 g bb sebesar 83,3 mg/dL, 540 mg/200 g bb sebesar
154 mg/dL, 1080 mg/200 g bb sebesar 134 mg/dL, kontrol
mengalami penurunan sebesar 6 mg/dL, kontrol negatif
mengalami penurunan sebesar 15 mg/dL sedangkan kontrol
positif mengalami penurunan sebesar 126 mg/dL.26
3) Toksisitas akut dan subkronik
Penelitian mengenai ramuan jamu untuk menurunkan
kadar kolesterol darah telah dilakukan di Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional Tawangmangu. Pemberian sari rebusan ramuan
jamu untuk hiperkolesterolemia pada hewan coba yang
terdiri daun jati belanda 6 gr, jati cina 1 gr, daun tempuyung
6 gr, daun teh 5 gr, temulawak 5 gr, kunyit 4 gr dan meniran
3 gr dengan dosis pemakaian untuk satu hari. Pada
pemberian dosis tunggal oral tidak menimbulkan efek
toksik, dengan nilai LD50 lebih besar dari 5000 mg/Kgbb.
Termasuk Practicial Non Toxcik (PNT) atau termasuk bahan
yang tidak toksik.26
Uji toksisitas sub kronis ramuan jamu untuk
hiperkolesterolemia. Pada pemberian selama 3 bulan
dalam pengamatan tidak terlihat adanya tanda toksik dan
kematian pada hewan uji, pada pemeriksaan organ tidak
JAMU SAINTIFIK 85
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
ditemukan kerusakan, sehingga ramuan ini dalam kategori
aman digunakan dalam jangka menengah ( 2-3 bulan ).26
b. Studi Klinis
1) Uji Klinis pre-post ramuan jamu hiperkolesterolemia ringan
Pada tahun 2014 Zuraida dkk telah melakukan
penelitian uji klinik fase I, yang bertujuan untuk menguji
keamanan dan manfaat ramuan jamu hiperkolesterolemia.
Penelitian ini dilakukan terhadap 50 orang subyek manusia,
selama 28 hari. Subyek pada studi klinis ini merupakan
pasien yang datang berobat dan memenuhi kriteria inklusi
penelitian di Klinik Sainti ikasi Jamu Hortus Medicus Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional. Kriteria responden/subjek yakni laki-
laki atau perempuan berusia 25-60 tahun baik pasien lama
atau baru dengan diagnosis hiperkolesterolemia ringan/
borderline (kolesterol total 200-239mg/dL). Kondisi pasien
stabil dibuktikan dengan pemeriksaan klinis, laboratorium
dan EKG, bersedia mengikuti penelitian/jadwal follow up
dengan menandatangani informed consent, perempuan tidak
sedang hamil atau menyusui (berdasarkan pengakuan),
tidak sedang mengonsumsi obat atau bahan herbal lain
selain bahan uji yang memiliki indikasi untuk menurunkan
kolesterol, serta obat pengencer darah seperti warfarin, obat
jantung digoxin, tidak mempunyai komplikasi penyakit berat
(misal kanker stadium lanjut/terminal, gagal jantung NYHA
2,3,4, DM berat, Hipertensi berat ). Subyek juga disyaratkan
tidak memiliki alergi/ hipersensitif terhadap komponen
bahan uji, serta tidak memiliki penyakit saluran pencernaan,
seperti gastritis, ulcus pepticum, crohn’s disease dan colitis.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental
pre dan post test design untuk menilai keamanan dan
kemungkinan kemanfaatan penggunaan jamu pada subyek
86 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
penelitian dengan hiperkolesterolemia ringan/borderline.
Penelitian ini dilakukan dalam dua (2), tahap pertama
berupa skrining pasien dan tahap kedua yakni perlakuan
dengan ramuan jamu selama 28 hari.
Ramuan jamu yang digunakan dalam penelitian
ini sudah diuji preklinik dengan hasil uji toksisitas
terbukti tidak toksik pada hewan coba. Ramuan jamu
hiperkolesterolemia yang terdiri dari daun jati belanda,
daun jati cina, daun tempuyung, daun teh hijau dan AAI
(temulawak, kunyit, meniran). Ramuan dalam penelitian
ini merupakan ramuan yang digunakan di Rumah Riset
Jamu Hortus Medicus Tawangmangu. Dosis pada ramuan
jamu ini diperoleh berdasarkan dosis empiris per simplisia
yang biasa dipakai di masyarakat. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa ramuan jamu penurun kolesterol
darah menurunkan rerata kolesterol total subyek penelitian
pada konsumsi secara teratur serta aman dikonsumsi
setiap hari selama 28 hari. Keamanan jamu pada penelitian
ini didasarkan pada parameter klinis dan laboratorium.
Parameter klinis yang dinilai adalah timbulnya tanda dan
gejala klinis selama minum jamu. Parameter laboratorium
yang dinilai yaitu pengaruh minum jamu terhadap gambaran
darah rutin, asam urat, fungsi hati dan fungsi ginjal subyek
penelitian. Parameter penilaian untuk fungsi hati dengan
mengukur nilai SGOT dan SGPT pada H-0, H-14 dan H-28.
Penilaian fungsi ginjal juga menggunakan 2 parameter yaitu
pengukuran nilai Ureum dan Kreatinin pada H-0, H-14 dan
H-28. Masing-masing tanaman obat tersebut telah terbukti
secara klinis aman dan berkhasiat untuk menurunkan kadar
kolesterol dalam darah.27
JAMU SAINTIFIK 87
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
2) Uji Klinis Ramuan Jamu Hiperkolesterolemia ringan
Selain penelitian uji klinik fase I, pada tahun 2015 di
B2P2TOOT Tawangmangu juga telah dilakukan penelitian
uji klinik bersifat multicenter. Penelitian yang dilakukan oleh
Agus Triyono dkk yakni penelitian uji klinik multi center
formula jamu hiperkolesterolemia dibanding simvastatin
oleh 100 dokter yang telah mendapatkan pelatihan Diklat
Sainti ikasi Jamu yang berasal dari 34 kabupaten di Indonesia.
Subjek penelitian yang memenuhi kriteria berjumlah 170
meliputi subjek laki-laki atau perempuan berusia 26-55
tahun, memiliki kadar kolesterol total darah 200 – 300
mg/dL. Subyek perempuan disyaratkan tidak sedang hamil
atau menyusui. Subyek disyaratkan juga tidak sedang
mengkonsumsi obat penurun kolesterol darah golongan
statin (simvastatin, atorvastatin, luvastatin, lovastatin,
pravastatin), resin, ezetimibe, ibrates (gem ibrozil,
feno ibrate, cipo ibrate), tidak memiliki komplikasi penyakit
berat (misal kanker stadium lanjut/terminal, gagal jantung
NYHA 2,3,4, DM berat, Hipertensi berat ), tidak memiliki
riwayat alergi/hipersensitif terhadap komponen bahan
uji, tidak memiliki penyakit saluran pencernaan seperti
gastritis, ulcus pepticum, crohn’s disease dan colitis, serta
tidak memiliki penyakit gangguan fungsi hati (SGOT >35
U/L, SGPT >45 U/L). Penelitian ini menggunakan rancangan
open label randomized clinical trial, dengan paralel design
yang bertujuan untuk menilai keamanan dan kemanfaatan
penggunaan jamu pada subjek penelitian dengan
hiperkolesterolemia dibandingkan obat simvastatin.28
Ramuan jamu penurun kolesterol darah yang terdiri
dari daun jati belanda (Guazuma ulmifolia L), daun jati
cina (Cassia sennae L), daun tempuyung (Sonchus arvensis),
daun teh hijau (Camillia sinensis L), temulawak, kunyit dan
88 JAMU SAINTIFIK
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu
meniran direbus dengan 4 gelas air (800 cc) sampai mendidih
dan dibiarkan air rebusan tinggal 2 gelas air (400 cc),
didinginkan, disaring dan diminum 2 kali sehari pagi dan sore.
Ramuan jamu tersebut diberikan selama 6 minggu dengan
kontrol setiap minggu. Pada kunjungan pertama diberikan
jamu selama 1 minggu, kemudian dilanjutkan kontrol
dan pemberian jamu untuk minggu kedua dan seterusnya
sampai dengan minggu keenam. Sedangkan untuk obat
simvastatin, diberikan kepada subjek dengan dosis 1 x 10
mg per hari selama 6 minggu. Kunjungan pertama diberikan
obat simvastatin 10 mg, tujuh tablet untuk diminum selama
1 minggu, seterusnya tiap minggu sampai minggu keenam.28
Hasil penelitian tersebut menunjukkan perbedaan yang
bermakna kadar kolesterol total darah, LDL kolesterol dan
SF-36 sebelum dan sesudah pemberian jamu selama 42 hari
sedangkan tidak ada perbedaan bermakna kadar trigliserida
sebelum dan sesudah perlakuan selama 42 hari. Penggunaan
formula jamu hiperkolesterolemia selama 42 hari memiliki
khasiat yang dapat menurunkan kadar kolestetol total, kadar
trigliserida dalam darah sebanding dengan simvastatin tetapi
lebih rendah dalam menurunkan kolesterol LDL dibanding
simvastatin.28
Keamanan penggunaan formula jamu
hiperkolesterolemia dan simvastatin selama perlakuan
dapat dinilai dari hasil anamnesis dan pemeriksaan isik,
serta hasil pemeriksaan laboratorium fungsi hati (kadar
SGOT dan SGPT), fungsi ginjal (kadar ureum dan kreatinin)
subjek penelitian sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang bermakna kadar SGOT dan SGPT sebelum dan sesudah
pemberian formula jamu hiperkolesterolemia hari ke-21
dan hari ke-42. Selain itu juga tidak terdapat perbedaan yang
JAMU SAINTIFIK 89
Suatu Lompatan Ilmiah Pengembangan Jamu