RESTRUKTURISASI PORTOFOLIO COMPUTASIONAL THINKING UJIAN AKHIR SEMESTER KRISNA WATI (A2G423151)
P O R T FOLIO K R I S N A W A T I C O M P U T A T I O N A L T H I N K I N G T O P I K 1 P E N D A L A M A N P E M A H A M A N C O M P U T A T I O N A L T H I N G K I N G
Mulai dari Diri..........................................................................................................1 Eksplorasi Konsep................................................................................................2 Ruang Kolaborasi.................................................................................................6 Demonstrasi Kontekstual...............................................................................8 Elaborasi Pemahaman.....................................................................................12 Koneksi Antar Materi.........................................................................................12 Aksi Nyata..................................................................................................................14 DAFTAR ISI
TOPIK 1 PENDALAMAN PEMAHAMAN COMPUTATIONAL THINKING krisna wati
No Pertanyaan Jawaban 1 Nama/Jenjang/Mapel yang akan diajar: Nama: Krisna Wati Jenjang: PPG Mapel: Computational Thinking 2 Saat ini, komputer cukup banyak digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan berbagai hal, misalnya belanja online (daring) atau mencari jalur untuk menuju suatu tempat. Menurut Anda, bagaimana cara komputer ‘berpikir’ sehingga dapat membantu manusia melakukan berbagai kegiatan? Computational thinking merupakan metode pemecahan masalah yang dibuat dan digunakan untuk segala macam bidang. CT merupakan teknik pemecahan masalah dengan proses pragrammer saat membuat perintah melalui algoritma komputer. Cara berpikir komputer membutuhkan suatu skenario yang dapat dipahami seutuhnya untuk kemudian mengembangkan solusi yang jelas bagi komputer dan manusia. Dengan kata lain, seseorang harus memahami masalah terlebih dahulu, lalu memecah masalah menjadi potongan yang lebih kecil dan lebih sederhana, serta mengatasinya dengan solusi yang dapat dipahami oleh siapapun. ada beberapa cara komputer berpikir sehingga dapat membantu manusia melakukan kegiatan, yaitu: (1) Decomposition: memecah masalah menjadi lebih kecil (2) Pattern recognition: mencari pola (3) Abstraksi: Melakukan generalisasi dan mengidentifikasi prinsip umum (4) Algorithm: mengembangkan petunjuk pemecahan masalah secara bertahap 3 Apakah Anda pernah mendengar/mengetah ui tentang CT? Jika pernah, uraikan dengan ringkas apa yang Anda ketahui tentang CT! Ya, saya pernah mendengar CT dan mengetahui sedikit informasi terkait CT. CT merupakan metode penyelesaian masalah dengan menerapkan ilmu komputer. CT sebagai cara berpikir dengan menguraikan masalah menjadi beberapa tahapan yang efektif, efisien, dan menyeluruh. 4 Jika belum pernah mendengar tentang CT dan saat ini Anda mengambil mata kuliah ini, apa motivasi Anda dalam mengambil mata kuliah ini? CT merupakan teknik pemecahan masalah yang sangat luas penerapannya, tidak hanya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga mampu membawa siswa berpikir secara terstruktur yang dapat membantu siswa menyelesaikan masalah yang rumit sekalipun. Mulai Dari Diri 01 MULAI DARI DIRI
EKSPLORASI KONSEP Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali dihadapkan dengan berbagai persoalan, baik yang sederhana maupun rumit. Semua masalah tersebut tentunya memerlukan solusi yang tepat. Berpikir komputasional ada empat fondasi utama yang membantu dalam menangani masalahmasalah kompleks. Keempat fondasi tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini. Dekomposisi: proses memecah masalah besar menjadi bagianbagian yang lebih kecil dan lebih terkelola. Pattern Recognition: fondasi ini melibatkan kemampuan untuk mengenali pola dan karakteristik dari masalah atau situasi tertentu. Abstraction: kemampuan untuk menyederhanakan masalah dengan mengabaikan detail yang tidak relevan. Algoritmic: melibatkan kemampuan untuk merancang Langkah-langkah berurutan yang membentuk suatu algoritma untuk menyelesaikan masalah secara efisien dan efektif. Eksplorasi Konsep 02 Sampai saat ini, Anda sudah mendapatkan contoh-contoh implementasi CT dalam kehidupan sehari-hari. Dalam contoh-contoh tersebut, dapat dilihat bahwa CT dapat diterapkan dengan ataupun tanpa menggunakan “komputer”. Tuliskanlah hal atau persoalan apa yang zaman sekarang tidak memakai “komputer”, TIK, dan robot tapi membutuhkan CT! Keempat pilar ini berperan penting dalam proses berpikir komputasional, yang pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan solusi-solusi inovatif dan efektif dalam menangani berbagai permasalahan. Berikut adalah contoh CT dan bukan CT dalam kehidupan sehari-hari (Angeli and Giannakos, 2020)
Kegiatan CT/ Bukan CT Alasan Memasak Nasi CT Memasak nasi pun juga melibatkan computational thinking. Pertama adalah dekomposisi. Dalam memasak nasi,tentu kita pecahkan dulu masalah besar menjadi masalah kecil seperti menyiapkan beras, air, tempat nasi, rice cooker. Kemudian ada pengenalan pola. Kalau dalam kasus memasak nasi, kita harus bisa mengenali pola yang ada seperti harus memasak air dulu baru memasak beras atau menyalakan rice cooker. Metode ketiga adalah abstraksi. Seperti contoh, berapa banyak beras yang kita butuhkan untuk makan nanti. Dan yang terakhir adalah algoritma. Contohnya dari sehari - hari dalam memasak nasi. Pertama - tama memasukkan beras sebanyak yang dibutuhkan, kemudian masukkan air lalu kemudian menyalakan rice cooker tugas-tugas berbentuk laporan yang diberikan oleh dosen setelah pembelajar an. CT Pertama, dekomposisi. Laporan terdiri dari berbagai bagian sehingga seorang mahasiswa sebaiknya melihat laporan bukan sebagai satu kesatuan tetapi dari bagian-bagiannya. Sehingga, ketika pengerjaan, dia akan berfokus pada laporan tidak sebagai satu tugas yang besar, melainkan sebagai kumpulan tugas-tugas kecil. Kedua, pengenalan pola. Kerap laporan yang kita kerjakan meliput sebuah source code yang harus kita buat, test dan kemudian kita jelaskan. Biasanya seorang mahasiswa akan memulai dengan bagian pemodelan dari source code tersebut dulu, baru berlanjut ke bagian algoritmanya dan kemudian source codenya itu sendiri, terakhir baru penjelasan dari source code. Abstraksi yang dapat diambil adalah ketika pengerjaan laporan, apa yang diminta oleh source code dan seperti apa narasi dan penjelasannya nanti. Terakhir, penciptaan algoritma, yaitu langkah-langkah yang perlu diambil ketika mengerjakan laporan, seperti pembuatan model dahulu, baru algoritma kemudian source code berserta narasi dan penjelasannya Menghitung Uang Bukan CT Dalam proses menghitung menghitung kita tidak membutuhkan beberapa langkah karena adapat dilakukan secara langsung tanpa melalui beberapa fondasi dasar. Mengukur Panjang benda Bukan CT Dalam proses mengukur panjang benda kita tidak membutuhkan beberapa langkah karena adapat dilakukan secara langsung tanpa melalui beberapa fondasi dasar. Eksplorasi Konsep 03
Berpikir komputasi adalah berpikir dalam memahami permasalahan, bernalar pada beberapa Tingkat abstraksi dan mengembangkan penyelesaian. Melalui pengertian tersebut, jelas bahwa berpikir komputasi sangat terkait dengan pemecahan masalah termasuk merumuskan masalah, mengatur dan menganalisis data secara logis, mengidentifikasi, menganalisis, dan mengimplementasikan Solusi dengan strategi yang paling efisien, efektif, dan optimal. Berpikir komputasi dapat digunakan dalam pembelajaran matematika dengan memberikan soal-soal pemecahan masalah. Soal tersebut tentunya dirancang dengan Langkah penyelesaian berdasarkan indikator keterampilan berpiki komputasi. Indikator keterampilan dalam berpikir komputasi yaitu dekomposisi permasalahan berpikir algoritma, pengenalan pola, serta abstraksi dan generalisasi (Angeli and Giannakos, 2020) Contoh soal matematika bentuk pemecahan masalah yang menggunakan keterampilan berpikir komputasi (Cahdriyana dan Rino, 2020) Eksplorasi Konsep 04 Tuliskan dan jelaskan minimal satu contoh penerapan untuk masing-masing fondasi CT dalam kehidupan sehari-hari! Contoh yang Anda berikan dapat mengandung lebih dari satu fondasi. Krisna mempunyai beberapa apresasi penghargaan dari ajang perlombaan olimpiade matematika diantaranya yaitu perak, perunggu, emas, paladium, dan rhodium. 2 perak sama dengan 1 perunggu, 1 perunggu ditambah 3 perak sama dengan 1 emas, 1 emas ditambah 2 perak sama dengan 1 paladium, 1 perunggu ditambah 1 emas ditambah 1 paladium sama dengan 1 rhodium. Berapa banyak perak yang dibutuhkan untuk 1 rhodium? Dekomposisi Masalah Dalam keterampilan ini, siswa diminta untuk memecah masalah menjadi beberapa bagian sehingga mudah dipahami. bagian ini mencakup (1) informasi atau hal-hal yang diketahui, dan (2) pertanyaan pertanyaan. Sehingga siswa dapat menulis 1. Informasi yang diketahui dari masalah 2 Perak = 1 Perunggu 1 Perunggu + 3 Perak = 1 Emas 1 Emas + 2 Perak = 1 Paladium 1 Perunggu + 1 Emas + 1 Paladium = 1 Rhodium 2. Pertanyaan tentang Berapa banyak perak yang dibutuhkan untuk menukar 1 Rhodium
Berpikir Algortima Dalam keterampilan ini, siswa diminta untuk memahami dan menganalisis masalah, mengembangkan urutan langkah-langkah untuk mendapatkan solusi yang tepat. Sehingga untuk mengetahui jumlah Perak yang dibutuhkan untuk 1 Rhodium Langkah 1 Hitung jumlah Perak untuk mendapatkan 1 perungggu Langkah 2 Hitung jumlah Perak untuk mendapatkan 1 Emas Langkah 3 Hitung jumlah Perak untuk mendapatkan 1 Paladium Langkah 4 Hitung jumlah Perak untuk mendapatkan 1 Rhodium Eksplorasi Konsep 05 Abstraction Dalam keterampilan ini, siswa dapat menggunakan cara cepat dengan memilih dan menghubungkan beberapa informasi yang benar. Jadi, Siswa dapat menulis. Berdasarkan persamaan I dan II diperoleh 1 Emas = 5 Perak ....... (V) Berdasarkan persamaan III dan V diperoleh 1 Palladium = 5 Perak + 2 Perak = 7 Perak.... (VI) Untuk mendapatkan 1 Rhodium, kita bisa menggunakan persamaan I, V, dan VI 1 Rhodium = 2 Perak + 5 Perak + 7 Perak = 14 Perak. Jadi, Pak Richard dapat menukar 1 Rhodium dengan 14 Perak Pengenalan Pola Dalam keterampilan ini, siswa diminta untuk mengenali dan mengembangkan pola, hubungan, atau kesamaan untuk memahami informasi dan strategi yang digunakan. Sehingga siswa dapat membuat pola sebagai sistem persamaan. Ini karena setiap persamaan memiliki hubungan antara satu dan yang lainnya. 1 Perunggu = 2 Perak ... (I) 1 Emas = 1 Perunggu + 3 Perak ..... (II) 1 Paladium = 1 Emas + 2 Perak .... (III) 1 Rhodium = 1 Perunggu + 1 Emas + 1 Paladium .... (IV) Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah metode substitusi Berdasarkan informasi tersebut, jelas bahwa matematika dan pembelajarannya dapat diterapkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir komputasi.
Nama/ No. Kelompok Kelompok 2 No. Induk / Nama Mahasiswa : 1. Agia Mulyani 2.Devi Sanjaya Samosir 3.Krisna Wati 4.Sucni Ningsih Sinaga Ruang Kolaborasi 06 RUANG KOLABORASI Dalam ruang kolaborasi, mahasiswa beraktivitas dalam kelompok untuk saling sharing, diskusi, tukar pendapat tentang pemahamannya terhadap CT. Kelompok terdiri dari 2-3 orang. Anggota kelompok tidak harus berasal dari jenjang (SD/SMP/SMA) dan mata pelajaran yang sama. Hasil diskusi dicatat dalam lembar kerja yang sudah disediakan. Hasil diskusi kelompok dapat berupa lembar kertas flipchart (hard copy) atau kolaborasi digital (Jamboard atau kakas lainnya). Satu kelompok cukup mengerjakan satu lembar kerja. Hasil Diskusi secara umum : Saat ini computer semakin berperan dalam menyelesaikan permasalahan atau problem yang dihadapi oleh manusia, padahal computer itu pintar karena ddibuat oleh manusia yang mana pemikiran manusia ditransfer atau dituangkan ke dalam pemrograman computer. Computational thinking adalah proses berpikir dalam memformulasikan persoalan pemecahan masalah dalam berstrategi dalam memilik Solusi yang paling efektif, efisien dan optimal dari agen pemroses informasi. Saat ini CT mulai banyak dibahas semenjak diusung sebagai literasi abad ke 21 yang sekarang sudah diintegrasikan ke dalam kurikulum Merdeka. Karena masih baru, terdapat beberapa salah persepsi yang perlu dikoreksi seperti CT itu berpikir seperti computer, coding, sama untuk semua usia, dan sederhana. Padahal CT perlu diajarkan sesuai usia karena problem yang diselesaikan pun semakin kompleks seiring berkembangnya usia. Pendidikan CT Tingkat Pendidikan dasar menengah adalah mengajar teori yang dapat diajarkan sebagai teori adalah keliru, karena CT harus dilakukan secara berlatih secara terus menerus. Saat ini CT menjadi bagian kurikulum Merdeka yang mana untuk SD mulai di integrasi dalam Pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPAS, pada jenjang SMP dan SMA secara lebih dijabarkan detail pada mata Pelajaran informatika, karena CT tidak cukup diajarakan pada maple infromatika saja, maka CT juga perlu diterapkan pada setiap mata Pelajaran tanpa perlu mengubah esensi materi Pelajaran. Tujuan mata kuliah CT dalam Pendidikan ini adalah memperkuat pemahaman konsep CT, mengimplementasikan CT, mengintegrasikan CT di setiap mata Pelajaran. CT ditularkan dengan cara kebiasaaan guru menyelesaikan persoalan seperti rutin management kelas dan studi kasus. Mata kuliah. Harapan CT dalam kurikulum Merdeka adalah agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran HOTS. Karena Berpikir Komputasi adalah berpikir dengan memformulasikan beberapa strategi yang efektif, efisien, dan optimal dalam memecahkan masalah maka ada pondasi yang memenuhinya yaitu yaitu dekomposisi permasalahan berpikir algoritma, pengenalan pola, serta abstraksi dan generalisasi (Angeli and Giannakos, 2020)
Ruang Kolaborasi 07 RUANG KOLABORASI Contoh hal atau persoalan zaman sekarang yang tidak memakai “komputer”, TIK, dan robot tapi membutuhkan CT. 1.Mencuci Pakaian 2.Mencuci Piring 3.Memasak Nasi 4.Menyetrika Menyelesaikan soal matematika dan mata Pelajaran lainnya Penerapan fondasi CT dalam kehidupan sehari-hari. A. Jawaban yang sudah tepat 1. Mencuci Piring a. Dekomposisi 1) Mengelompokkan jenis piring atau peralatan yang berbahan kaca, platik, dan aluminium. 2) Memastikan tidak ada sisa makanan atau sampah di piring. 3) Mempersiapkan bahan yang dibutuhkan untuk mencuci piring seperti sabun cuci piring dan air. b. Pengenalan Pola 1) Menentukan piring berbahan apa yang akan terlebih dahulu di cuci. Hal ini dilakukan Untuk menghindari terjadinya kontaminasi dengan peralatan yang berminyak. 2)Memperkirakan banyak air terhadap banyaknya sabun cuci piring yang digunakan a. Abstraksi 1)Untuk mencuci piring kita tidak perlu mengelompokkan piring berdasarkan warnanya. 2)Untuk mencuci piring yang perlu kita perhatikan yaitu berhati-hati saat membersihkan piring yang berbahan kaca. b. Algoritma Langkah yang harus dilakukan sebelum mencuci piring adalah memisahkan piring atau peralatan berbahan kaca, plastik, aluminium. Setelah itu memastikan bahwa tidak ada sampah atau sisa makanan di piring, lalu mempersiapkan sabun cuci piring dan ukuran air untuk itu. Saat membersihkan piring berbahan kaca harus berhati-hati. Langkah terakhir yaitu menyusun piring yang sudah dicuci ke rak piring. 2. Menyuci Baju a) Dekomposisi Pada bagian dekomposisi mencuci baju, yang saya lakukan adalah menyiapkan terlebih dahulu ember cuci baju, air bersih, deterjen, kain kotor. b) Pengenalan pola Pada bagian pengenalan pola saya mengenali terlebih dulu pola yang akan saya lakukan ketika saya akan mencuci baju. Pada tahap ini saya mengenali pola dalam mencuci baju yaitu memisahkan terlebih dahulu baju putih dan baju berwarna agar tidak ada warna baju yang luntur, kemudian saya merendam terlebih dahulu agar menudahkan proses penyikatan pada noda-noda yang terdapat pada baju, kemudian setelah dicuci baju yang berwarna putih dikasih blau untuk hasil yang maksimal c) Abtraksi Pada langkah selanjunya yaitu abstraksi dimana pada saat menentukan seberapa banyak air dan deterjen yang digunakan dalam mencuci baju. d) Algoritma Pada tahap selanjutnya yaitu algoritma, bagian algoritma adalah merupakan langkah terakhir dalam proses mencuci baju dan menerapkan computational thingking adalah algoritma sebagai berikut: 1.Pertama memisahkan baju yang berwarna dengan yang berwarna putih 2.Kedua memasukan air yang bersih dan secukupnya 3.Memasukan deterjen secukupnya 4.Memasukan kain yang sudah dipisahkan tadi 5.Merendam selama beberapa menit untuk memudahkan dalam membros pakaian 6.Setelah direndam, dibros pakaian yang ingin cuci 7.Dibilas pakai air yang bersih 8.Di jemur di bawah terik matahari atau ditempat yang memadai 9.Jika sudah kering pakaian yang dijemur langsung diangkat dari jemuran 10. Proses mencuci pakaian sudah selesai
3. Menyelesaiakan soal matematika Soal: Krisna mempunyai beberapa apresasi penghargaan dari ajang perlombaan olimpiade matematika diantaranya yaitu perak, perunggu, emas, paladium, dan rhodium. 2 perak sama dengan 1 perunggu, 1 perunggu ditambah 3 perak sama dengan 1 emas, 1 emas ditambah 2 perak sama dengan 1 paladium, 1 perunggu ditambah 1 emas ditambah 1 paladium sama dengan 1 rhodium. Berapa banyak perak yang dibutuhkan untuk 1 rhodium? Jawaban: a. Decomposisi Dalam keterampilan ini, siswa diminta untuk memecah masalah menjadi beberapa bagian sehingga mudah dipahami. bagian ini mencakup (1) informasi atau hal-hal yang diketahui, dan (2) pertanyaan pertanyaan. Sehingga siswa dapat menulis 1. Informasi yang diketahui dari masalah 2 Perak = 1 Perunggu 1 Perunggu + 3 Perak = 1 Emas 1 Emas + 2 Perak = 1 Paladium 1 Perunggu + 1 Emas + 1 Paladium = 1 Rhodium 2. Pertanyaan tentang Berapa banyak perak yang dibutuhkan untuk menukar 1 Rhodium b. Berpikir Algoritma Dalam keterampilan ini, siswa diminta untuk memahami dan menganalisis masalah, mengembangkan urutan langkah-langkah untuk mendapatkan solusi yang tepat. Sehingga untuk mengetahui jumlah Perak yang dibutuhkan untuk 1 Rhodium Langkah 1 Hitung jumlah Perak untuk mendapatkan 1 perungggu Langkah 2 Hitung jumlah Perak untuk mendapatkan 1 Emas Langkah 3 Hitung jumlah Perak untuk mendapatkan 1 Paladium Langkah 4 Hitung jumlah Perak untuk mendapatkan 1 Rhodium c. Pengenalan Pola Dalam keterampilan ini, siswa diminta untuk mengenali dan mengembangkan pola, hubungan, atau kesamaan untuk memahami informasi dan strategi yang digunakan. Sehingga siswa dapat membuat pola sebagai sistem persamaan. Ini karena setiap persamaan memiliki hubungan antara satu dan yang lainnya. 1 Perunggu = 2 Perak ... (I) 1 Emas = 1 Perunggu + 3 Perak ..... (II) 1 Paladium = 1 Emas + 2 Perak .... (III) 1 Rhodium = 1 Perunggu + 1 Emas + 1 Paladium .... (IV) Ruang Kolaborasi 08 RUANG KOLABORASI DEMONSTRASI KONTEKSTUAL Pada bagian ini, mahasiswa menunjukkan pemahaman dari hasil belajarnya dengan melakukan presentasi hasil diskusi pada ruang kolaborasi. Durasi presentasi adalah maksimal 10 menit untuk setiap kelompok.
Demonstrasi Kontekstual 09 FEEDBACK/PERTANYAAN Pada hasil presentasi yang disajikan, terdapat penggunaan mixer pada pembuatan kue. Padahal pada soal diminta untuk menjelaskan CT yang tidak menggunakan robot, computer ataupun TIK. Penggunaan mixer tersebut terdapat pada prinsip Pengenalan Pola Penggunaan mixer merupakan bagian dari penggunaan robot, hal ini tentunya bertolak dari pertanyaan yang diminta. Soal meminta memberikan contoh penggunaan/penerapan CT tanpa menggunakan Robot, computer ataupun TIK. Penggunaan mixer dapa digantikan menggunakan alat whisk yang mana tidak menggunakan bantuan dari computer, TIK ataupun robot. TANGGAPAN/SOLUSI Nama Kelompok: Agia Mulyani Devi Sanjaya Samosir Krisna Wati Sucni Ningsih Sinaga
Demonstrasi Kontekstual 10 FEEDBACK/PERTANYAAN Apakah penggunaan CT yang menggunakan bantuan mixer pada salah satu prinsip CT ataupun mesin cuci dapat dikatakan penggunaan CT yang tidak menggunakan robot, TIK, atau computer? Penerapan CT yang masih menggunakan bantuan computer, TIK ataupun robot pada salah satu saja prinsip CT tidak dapat dikatakan sebagai penerapan CT tanpa computer, TIK ataupun robot. Penerapan CT tanpa menggunakan computer, TIK ataupun robot harusla murni dari hasil pemikiran sendiri yang menggunakan alat-alat atau bahan manual tanpa menggunakan computer, TIK ataupun robot sebagai alat bantu. TANGGAPAN/SOLUSI Nama Kelompok: Agia Mulyani Devi Sanjaya Samosir Krisna Wati Sucni Ningsih Sinaga
Demonstrasi Kontekstual 11 FEEDBACK/PERTANYAAN Pada contoh CT yang menyatakan bahwa seseorang yang mencuci pakaian menggunakan mesin cuci adalah contoh penerapan CT yang tidak menggunakan computer, TIK, atau robot. Padahal mesin cuci adalah bagian dari robot Penggunaan mesin cuci tidak dapat dikatakan sebagai CT tanpa penggunaan computer, TIK ataupun robot. Karna mesin cuci sudah deprogram sedemikian rupa oleh bantuan computer yang kemudian menjadi suatu alat bantu atau robot yang dapat digunakan hanya dengan beberapa klik pada menu pencucian. Penggunaan mesin cuci tanpa bantuan computer, TIK ataupun robot dapat diganti dengan mencuci pakaian secara tradisional. Berpikir CT untuk mencuci pakaian secara tradisional merupakan CT tanpa bantuan computer, TIK ataupun robot karena menerapkan prinsip Decompotition, Pattern Recognition, Algoritm, dan Abstraction. TANGGAPAN/SOLUSI Nama Kelompok: Agia Mulyani Devi Sanjaya Samosir Krisna Wati Sucni Ningsih Sinaga
Elaborasi Konsep dan Koneksi Antar Materi 12 Untuk mempertajam pemahaman Saya tentang CT, Saya membuat pertanyaan tentang konsep-konsep CT yang masih belum saya pahami yaitu: Apakah prinsip-prinsip CT mempunyai urutan ? karena melihat dari berbagai literasi, saya tidak menemukan bahwa prinsip CT harus dilakukan secara berurutan? Pada tahap ini saya dan rekan-rekan Mahasiswa mengajukan pertanyaan yang belum dipahami. Dosen meluruskan pemahaman mahasiswa yang kurang tepat atau mengkoreksi pemahaman yang salah. ELABORASI KONSEP KONEKSI ANTAR MATERI
Tidak ada urutan yang baku dalam prinsip-prinsip Computational Thinking (CT). Prinsip-prinsip CT sering kali dianggap sebagai seperangkat keterampilan atau konsep yang saling terkait dan saling melengkapi. Meskipun demikian, berbagai sumber dapat mengelompokkan prinsip-prinsip CT ke dalam kerangka kerja yang berbeda-beda, tetapi tidak ada urutan yang pasti yang harus diikuti. Urutan prinsip CT yang dimulai dari dekomposisi, pola pengenalan, abstraksi, dan terakhir adalah algoritma. Namun, prinsip-prinsip tersebut seringkali berinteraksi satu sama lain dan tidak harus diikuti secara linier. Sebagai contoh, seseorang mungkin perlu melakukan dekomposisi sebelum dapat mengidentifikasi pola persamaan atau melakukan abstraksi sebelum analisis selesai. Jadi, prinsip-prinsip CT dapat diterapkan dengan fleksibel sesuai dengan konteks dan jenis masalah yang dihadapi. Yang terpenting adalah memahami setiap prinsip CT dan bagaimana mereka saling berhubungan untuk membantu dalam pemecahan masalah secara sistematis dan efektif. Pada pertanyaan tersebut didapatkan hasil diskusi yaitu: Koneksi Antar Materi 13
Aksi Nyata 14 AKSI NYATA Pada kegiatan ini, Saya diminta untuk berbagi dan diskusi mengenai 2 topik bahasan berikut.
Aksi Nyata 15
Aksi Nyata 16
Aksi Nyata 17 REFERENSI Angeli, C. and Giannakos, M. (2020) ‘Computational thinking education: Issues and challenges’, Computers in Human Behavior. Elsevier Ltd, 105, p. 106185. doi: 10.1016/j.chb.2019.106185. Cahdriyana, Rima Aksen dan Rino Ricardo. 2020. Jurnal Pendidikan Matematika. Berpikir Komputasi Dalam Pembelajaran Matematika. Vol. XI: 1
PORTFOLIOTOPIK 2 C T D ALA M K U RIK U L U M K R I S N A W A T I
Mulai dari Diri..........................................................................................................1 Eksplorasi Konsep................................................................................................4 Ruang Kolaborasi.................................................................................................9 Demonstrasi Kontekstual...............................................................................11 Elaborasi Pemahaman.....................................................................................15 Koneksi Antar Materi.........................................................................................16 Aksi Nyata..................................................................................................................17 DAFTAR ISI
Mulai Dari Diri 01 MULAI DARI DIRI CT adalah literasi baru yang masuk dalam Kurikulum Merdeka. Sebagai literasi “baru”, tidak semua pihak sudah memahami mengenai Capaian Pembelajaran (CP) CT yang terdapat dalam Kurikulum Merdeka. Untuk dapat memahami CP CT, diperlukan pemaknaan terhadap setiap istilah yang terdapat pada CP tersebut. Pada modul ini juga akan dibahas mengenai peningkatan CP CT pada masingmasing jenjang. Selain itu, kita perlu mengetahui bahwa sudah ada beberapa negara yang terlebih dahulu mengupayakan CT di dalam kurikulumnya. Hal tersebut akan dibahas agar kita dapat belajar dari penelitian dan pengalaman-pengalaman terkait implementasi CT dalam kurikulum di negara lain. 1. Bagaimana pendapat Anda mengenai keberadaan CT di dalam Kurikulum Merdeka? Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang diterapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia. Kurikulum ini bertujuan untuk meningkatkan soft skill dan hard skill peserta didik, serta mengacu pada kebebasan berpikir dan potensi lokal daerah. Beberapa penelitian menyoroti aspekaspek tertentu terkait Kurikulum Merdeka, seperti peningkatan soft skill, kesiapan guru dalam implementasi, penerapan metode proyek untuk pembentukan kemandirian anak, dan pemanfaatan fitur Pelatihan Mandiri pada Platform Merdeka Mengajar (Liana dkk, 2023; Hilmin dkk, 2022; Sitinjak dkk, 2023; Mahmudah, 2023). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurikulum ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik dari segi keterampilan afektif maupun kognitif, serta memberikan kemudahan akses dan pemahaman terkait implementasinya
Mulai Dari Diri 02 2. Karena CT berada dalam kurikulum, CT dipandang sebagai sesuatu yang perlu dipelajari oleh peserta didik. Menurut Anda, mengapa CT tidak diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri? CT atau Computational Thinking dipandang sebagai keterampilan penting yang perlu dipelajari oleh peserta didik karena CT dapat membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, pemikiran logis, dan kreativitas. Namun, mengapa CT tidak diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri? Dalam kurikulum SD, CT diintegrasikan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPAS. Untuk jenjang SMP dan SMA, CT secara eksplisit terdapat pada mata pelajaran Informatika. Namun, karena CT adalah literasi berpikir yang perlu dilatih secara terusmenerus, maka tidak cukup hanya dilatih pada mata pelajaran Informatika. CT sangat disarankan diintegrasikan pada seluruh mata pelajaran lain. Integrasi CT dalam mata pelajaran selain Informatika dibahas pada Topik Integrasi CT dalam Mata Pelajaran. Hal ini juga mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, seperti keterbatasan waktu dan sumber daya, serta prioritas kurikulum yang lebih mengutamakan mata pelajaran yang dianggap lebih fundamental seperti matematika, bahasa, dan sains. Selain itu, CT juga dapat diajarkan melalui integrasi dengan mata pelajaran yang sudah ada, seperti matematika dan sains, sehingga tidak perlu diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Namun, beberapa negara seperti Inggris dan Amerika Serikat sudah mulai memasukkan CT sebagai mata pelajaran tersendiri dalam kurikulum mereka.
Mulai Dari Diri 03 3. Pada saat Anda membaca referensi-referensi yang ditugaskan oleh dosen Anda, bagian mana yang: a. Paling menarik untuk Anda? Mengapa? Pada saat saya membaca beberapa referensi dari barr dan Stephenson tahun 2011, weintrop tahun 2016, dan juga kotsopoulus tahun 2017. Saya tertarik dengan bacaan wintrop dalam karya ilmiahnya berjudul “ringing Computational Thinking to K-12: What is Involved and What is the Role of the Computer Science Education Community?”. Referensi ini mengajak saya untuk meningkatkan keterpaparan siswa terhadap pemikiran komputasional yangbersifat kompleks dan memerlukan perubahan sistemis, keterlibatan guru, dan pengembangan sumber daya yang signifikan. Kolaborasi dengan komunitas pendidikan ilmu komputer sangat penting dalam upaya ini. Komunitas pendidikan ilmu komputer dapat memainkan peran penting dalam menyoroti praktik pemecahan masalah algoritmik dan penerapan komputasi secara menyeluruh disiplin ilmu dan membantu menginterasikan penerapan CT b. Paling sulit untuk diajarkan? Mengapa? Tantangan dalam menerapkan computational thinking (CT) dalam integrasi mata pelajaran sekolah meliputi pemahaman konsep CT oleh guru, pengembangan kurikulum yang terintegrasi, serta peningkatan keterampilan guru dalam mengajar CT. Guru perlu merancang dan menerapkan praktik pembelajaran yang mendorong CT selama kegiatan pemecahan masalah, serta mengintegrasikan CT ke dalam mata pelajaran. Selain itu, guru juga perlu menyoroti pentingnya pendekatan CT yang beragam untuk mendukung berbagai hasil pembelajaran, mulai dari keterampilan yang dapat dialihkan hingga persiapan untuk mengeksplorasi Pelajaran. Dengan demikian, tantangan utama meliputi pemahaman konsep CT, pengembangan kurikulum terintegrasi, dan peningkatan keterampilan guru dalam mengajar CT.
EKSPLORASI KONSEP Eksplorasi Konsep 04 Pendekatan pembelajaran pada bagian ini adalah dengan flipped learning. Mahasiswa diminta untuk mempelajari materi sebelum pertemuan kuliah dan membuat ringkasan dari materi-materi tersebut. Materi ini terkait kurikulum CT dalam Kurikulum Merdeka dan beberapa makalah mengenai posisi CT dalam tatanan global. Mahasiswa diajak untuk mempelajari dan memahami CP CT secara rinci. Selain itu, mahasiswa diajak untuk menyadari bahwa ada negara-negara lain yang sudah terlebih dahulu mengintegrasikan CT pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Pada Gambar 2.1, dituliskan secara eksplisit mengenai CT dalam kurikulum SD dan SMP. Dalam kurikulum SD, CT diintegrasikan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPAS. Untuk jenjang SMP dan SMA, CT secara eksplisit terdapat pada mata pelajaran Informatika. Namun, karena CT adalah literasi berpikir yang perlu dilatih secara terus-menerus, maka tidak cukup hanya dilatih pada mata pelajaran Informatika. CT sangat disarankan diintegrasikan pada seluruh mata pelajaran lain. Integrasi CT dalam mata pelajaran selain Informatika dibahas pada Topik Integrasi CT dalam Mata Pelajaran.
Eksplorasi Konsep 05 Apakah Anda dapat melihat peningkatan capaian dari fase A-C? Jelaskan jawaban Anda! Apakah ada istilah-istilah atau kata-kata yang belum Anda pahami pada CP tersebut? Capaian pembelajaran yang akan saya ampu berada pada fase D untuk kelas VII, CP fase D: Pada akhir fase D, peserta didik mampu menerapkan berpikir komputasional untuk menghasilkan beberapa solusi dari persoalan dengan data diskrit bervolume kecil serta mendisposisikan berpikir komputasional dalam bidang lain terutama dalam literasi, numerasi, dan literasi sains (computationally literate). Dari CP fase D tersebut ada beberapa istilah yang kurang saya pahami yaitu data diskrit bervolume kecil dan disposisi berpikir komputasional Ada juga istilah yang menarik yang ingin saya diskusikan, yaitu istilah literasi sains. Dalam penelitian "Analisis Rendahnya Literasi Sains Peserta Didik Indonesia: Hasil PISA dan Faktor Penyebab" yang ditulis oleh Firdha dan Rizka pada tahun 2023 mengatakan bahwa literasi sains merupakan bagian dari keterampilan abad 21 yang harus dikuasai oleh peserta didik agar dapat mengikuti arus global, sedangkan kondisi sekarang menunjukkan kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia masih rendah. Permasalahannya adalah bagaimana memunculkan aspek literasi dengan menerapkan disposisi berpikir komputasi pada CP fase D ini?
Eksplorasi Konsep 06 Menurut Anda, bagaimana posisi CT di Indonesia jika dibandingkan keberadaannya di beberapa negara lain yang sudah berupaya terlebih dahulu untuk memasukkan CT ke dalam kurikulumnya? Berpikir komputasional telah diakui sebagai kompetensi penting dalam sistem pendidikan Indonesia. Hal ini diperkenalkan dan diintegrasikan ke dalam kurikulum di berbagai tingkat pendidikan, termasuk sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Inisiatif Berpikir Komputasi Bebras, yang didukung oleh universitas-universitas di Indonesia, telah berperan penting dalam mempromosikan pemikiran komputasi di kalangan guru dan siswa. Tujuannya adalah untuk membekali siswa dengan keterampilan memecahkan masalah dengan menggunakan CT. Berbagai kegiatan seperti pelatihan, workshop, dan kompetisi telah dilakukan untuk memperkenalkan dan memperkuat pemahaman berpikir komputasi di kalangan guru dan siswa di Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menekankan perlunya penguatan kemampuan berpikir komputasi baik guru maupun siswa di sekolah dasar melalui kurikulum merdeka. Untuk mencapai hal tersebut, telah dilakukan kegiatan pelatihan dan sosialisasi untuk membiasakan guru memahami konsep berpikir komputasi dan implementasinya dalam berbagai mata pelajaran. Penggunaan pemikiran komputasi unplugged juga telah dieksplorasi dalam mata pelajaran non-teknis, seperti tari, untuk mendorong kemampuan pemecahan masalah dan berpikir secara kreatif di kalangan siswa. Menanggapi tren global yang mengintegrasikan pemikiran komputasi ke dalam pendidikan, Indonesia juga telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan keterampilan berpikir komputasi masyarakat, khususnya di kalangan pelajar. Hal ini termasuk memberikan pelatihan pemrograman, khususnya dalam konteks aplikasi IoT (Internet of Things), kepada siswa sekolah menengah. Pelatihan ini, yang mencakup komponen teoretis dan praktis.
Eksplorasi Konsep 07
Eksplorasi Konsep 08
Ruag Kolaborasi 09 RUANG KOLABORASI
Ruang Kolaborasi 10
Ruang Kolaborasi 11 DEMONSTRASI KONTEKSTUAL
Ruang Kolaborasi 12
Ruang Kolaborasi 13
Ruang Kolaborasi 14
Elaborasi Konsep 15 Berdasarkan pemahaman mahasiswa terkait CP CT yang mengacu pada Lembar Kerja pada Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, dan Demonstrasi Kontekstual, dosen dapat meluruskan pemahaman mahasiswa yang kurang tepat atau mengkoreksi pemahaman yang salah terkait CT dalam Kurikulum Merdeka dan posisi CT dalam tatanan global. ELABORASI KONSEP Apa saja hambatan atau kesulitan yang sering dialami pendidik dalam menerapkan CT pada pembelajaran matematika? Penerapan berbagai strategi pemikiran kritis (CT) dalam pembelajaran matematika sering dihadapkan pada beberapa hambatan atau kesulitan. Berikut beberapa di antaranya: Kurangnya Pelatihan: Banyak pendidik tidak memiliki pelatihan yang memadai dalam penerapan CT dalam pembelajaran matematika. Ini dapat menyulitkan mereka untuk mengintegrasikan pemikiran kritis ke dalam kurikulum dan pengajaran sehari-hari. Kurikulum yang Terlalu Padat: Kurikulum yang terlalu padat sering kali membuat pendidik merasa terbatas dalam waktu yang mereka miliki untuk menekankan aspek CT. Mereka cenderung fokus pada materi dan pengetahuan dasar daripada pengembangan keterampilan berpikir kritis. Evaluasi yang Tidak Mendukung: Sistem evaluasi yang terlalu berfokus pada tes standar dan jawaban langsung sering tidak mendukung pengembangan pemikiran kritis. Pendidik mungkin merasa terbebani untuk menyesuaikan pembelajaran mereka dengan persiapan tes standar daripada memberikan kesempatan untuk eksplorasi dan pemecahan masalah. Persepsi Keliru tentang CT: Terkadang, pendidik atau bahkan siswa mungkin memiliki pemahaman yang kurang tepat tentang apa itu pemikiran kritis dan bagaimana mengembangkannya dalam konteks matematika. Ini dapat menghambat upaya penerapan yang efektif. Mengatasi hambatan-hambatan ini membutuhkan komitmen untuk pelatihan yang berkelanjutan, pengembangan kurikulum yang mendukung, pemberian sumber daya yang memadai, dan membangun lingkungan belajar yang mendorong pemikiran kritis serta eksplorasi aktif dalam matematika.
Koneksi Antar Materi 16 KONEKSI ANTAR MATERI Kaitan CP Mata Pelajaran dengan CP CT Pada CP Mata Pelajaran fase D, peserta didik diminta untuk memiliki kecenderungan atau kebiasaan dalam menerapkan kemampuan berpikir komputasional dengan melakukan literasi, numerasi dan literasi sains untuk menyelesaikan suatu masalah relasi, fungsi, dan persamaan linier dua variabel dengan menggunakan bilangan bulat yang berskala rendah.
Aksi Nyata 17 AKSI NYATA 1. Bagaimana perasaan Anda saat menelaah lebih lanjut mengenai CP CT dalam pertemuan kuliah ini? CT merupakan kompetensi penting bagi pelajar untuk berkembang sebagai individu yang kreatif, kritis, dan efektif dalam dunia yang semakin digantung oleh teknologi. Integrasi CT ke dalam kurikulum akan memberikan pelajar keterampilan strategis, analitik, dan logika yang diperlukan untuk masa depan yang semakin kompleks dan berbasis teknologi. Oleh karena itu, pengetahuan dan keterampilan CT pada pendidikan dasar dan menengah sangat penting walaupun membutuhkan proses untuk berkembang dan menghasilkan Solusi yang efisien, efektif dan optimal. Pendidikan CT Tingkat pendidika dasar sampai menengah tidak dapat diajarkan di kelas secara lisan melainkan perlu proses dan Latihan terus menerus. Kemdikbudistek Indonesia juga mulai memberikan perhatian untuk CT. Saat ini CT sudah menjadi bagian kurikulum Merdeka. Untuk jenjang Pendidikan Dasar CT diintegrasikan pada terutama pada mata pelajaram Bahasa Indonesa, Matematika, dan IPAS. pembelajaran CT untuk Pendidikan Dasar dapat dipelajari pada CP informatika, untuk jenjang menengah dan atas secara lebih spesitifik dijabarkan dalam mata pelajar informatika yang menjadi mata Pelajaran wajib. CT adalah literasi berpikir atau generic skill sehingga CT tidak cukup diajarkan kepada peserta didik dalam mata Pelajaran informatika saja tetapi perlu pada semua mata Pelajaran tanpa mengubah esensi materi ajar yang disampaikan. Mata kuliah CT untuk Pendidikan ini ditawarkan untuk guru semua mata Pelajaran di semua jenjang. Tujuan mata kuliah CT dalam Pendidikan adalah memperkuat pemahaman konsep dan pemahaman disposisi CT, memahami posisi CT dalam kurikulum Merdeka, melatih mahasiswa untuk mengimplementasikan CT melalui aktivitas-aktivitas pembelajaran serta mengintegrasikan CT di mata pelajarannya masing-masing. CT tidak diajarkan tetapi ditularkan dari cara kebiasaan guru menyelesaikan persoalan baik dalam persoalan mata pelajaran maupun sehari-hari.
Aksi Nyata 18 2.Tuliskan pengetahuanpengetahuan baru yang Anda dapatkan dari pertemuan ini Pengetahuian baru yang saya dapatkan yaitu saya mengetahui bahwa CP CT yang terdapat pada kurikulum terbagi dalam beberapa fase dari fase A sampai F. Untuk CP CT pada mata Pelajaran matematika yang akan saya ampu yaitu saya mendapatkan makna istilah dan mengaitkan CP CT dengan CP mata Pelajaran matematika yaitu “ Pada CP Mata Pelajaran fase D, peserta didik diminta untuk memiliki kecenderungan atau kebiasaan dalam menerapkan kemampuan berpikir komputasional dengan melakukan literasi, numerasi dan literasi sains untuk menyelesaikan suatu masalah relasi, fungsi, dan persamaan linier dua variabel dengan menggunakan bilangan bulat yang berskala rendah”
TOPIK 3 CT DALAM PROBLEM SOLVING Computational Thinking OLEH: KRISNA WATI
Mulai dari Diri..........................................................................................................1 Eksplorasi Konsep................................................................................................2 Ruang Kolaborasi.................................................................................................3 Demonstrasi Kontekstual...............................................................................17 DAFTAR ISI SUBTOPIK 1: MENYELESAIKAN PERSOALAN SEHARI-HARI DENGAN CT SUBTOPIK 2: CT DALAM MENYELESAIKAN SOAL LITERASI, MEMBACA, MATEMATIKA, SAINS, DAN FINANSIAL Mulai dari Diri..........................................................................................................18 Eksplorasi Konsep................................................................................................19 Ruang Kolaborasi.................................................................................................33 Elaborasi Pemahaman.....................................................................................15 Koneksi Antar Materi.........................................................................................16 Aksi Nyata..................................................................................................................17 SUBTOPIK 3: MENGENALI POLA BERPIKIR DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN (PROBLEM SOLVING) UNTUK BERBAGAI KASUS
SUB TOPIK 1 Menyelesaikan Persoalan Sehari-hari dengan CT
MULAI DARI DIRI Mulai Dari Diri 01 CT dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Salah satu cara untuk melatih CT adalah dengan mencoba menyelesaikan persoalan pada kehidupan sehari-hari yang sederhana. Ada banyak sumber yang menyediakan contoh-contoh persoalan sederhana yang dapat digunakan untuk berlatih CT, salah satunya adalah dengan mencoba soal-soal pada Tantangan Bebras. Pernahkah Anda mengerjakan soal Bebras sebelum masuk ke Topik 3? Ya, saya pernah mengerjakan soal bebras. Saya menjumpainya pada soal-soal figural, penalaran umum, dan penalaran kuantitatif Apa pendapat Anda mengenai soal bebras? Menurut saya soal bebrasmembantu siswa untuk mengembangkan keterampilan pemrograman dan pemecahan masalah yang sangat penting dalam dunia teknologi saat ini. Selain itu, Bebras juga membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan logika dan kreativitas mereka. Oleh karena itu, saya sangat merekomendasikan Bebras sebagai cara yang bagus untuk memperkenalkan siswa pada dunia pemrograman dan teknologi. Latihan CT apa saja yang pernah Anda kerjakan selain soal Bebras? Apa nama situs/sumber Anda mengerjakan latihan CT? soal-soal penalaran kuantitaif dari buku-buku persiapan UTBK Pernahkah Anda mendapat informasi mengenai Tantangan Bebras? saya hanya mendapat informasi mengenai tantangan bebras pada mata kuliah CT Pernahkah Anda membimbing siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan CT (dengan soal Bebras atau soal CT lainnya)? belum pernah membimbing siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan CT
EKSPLORASI KONSEP Tuliskan hal baru apa sajakah yang Anda dapatkan dari mempelajari CT melalui aktivitas problem solving menggunakan soal Bebras Kemampuan dalam memecah masalah: Mempelajari CT melalui aktivitas problem solving menggunakan soal Bebras akan membantu Saya mengembangkan kemampuan dalam memecah masalah yang kompleks dan menyeluruh. Kreativitas: Soal Bebras akan membantu Saya mengembangkan kreativitas dalam memecah masalah, seperti membuat alat yang unik dan memecahkan masalah dengan cara yang unik. Kemampuan dalam mengembangkan ide: Soal Bebras akan membantu Saya mengembangkan kemampuan dalam mengembangkan ide yang unik dan kreatif. Kemampuan dalam mengembangkan keterampilan kritis: Soal Bebras akan membantu Saya mengembangkan kemampuan dalam mengembangkan keterampilan kritis, seperti memilih solusi yang tepat dan memahami konsep yang diberikan. Eksplorasi Konsep 02 Menurut pengalaman Anda mengajar atau saat Anda menjadi siswa, apakah soal Bebras yang digunakan untuk contoh soal memiliki kompleksitas yang sesuai dengan jenjang yang ditargetkan dan bidang pelajaran Anda? Jika tidak, berikan alasannya dan usulkan jenjang serta bidang apa yang sesuai untuk soal tersebut!
Ruang Kolaborasi 03 RUANG KOLABORASI
Ruang Kolaborasi 04