The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Bakti Kami di Pelosok Negeri - Pengabdian Kepada Masyarakat LPPM ITB

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Irvan Sidik, 2021-01-06 09:57:33

Bakti Kami di Pelosok Negeri

Bakti Kami di Pelosok Negeri - Pengabdian Kepada Masyarakat LPPM ITB

LEMBAGA PENELITIAN Desa
DAN PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

diBAPNKTIeeKglAeMorsI oik

BAKTI KAMI DAFTAR Isi

DI PELOSOK 4 KATA PENGANTAR REKTOR ITB
NEGERI 5 KATA PENGANTAR KETUA LPPM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 8 KHIDMAT ITB UNTUK DESA

PENANGGUNG JAWAB 11 61
R. Sugeng Joko Sarwono, Ph.D.
LINGKAR 5 LINGKAR 4
Ketua LPPM ITB
MEMBUKA SELAMATKAN
PENGARAH PINTU EMAS EKOSISTEM
Deny Willy Junaidy, Ph.D. PERBATASAN DANAU MANINJAU

Sekretaris Bidang Pengabdian 22 SMKN 1 SEI MENGGARIS DARI 65 JAMUR UNTUK
kepada Masyarakat LPPM ITB KOLONG RUMAH SAMPAI KE ITB KETAHANAN PANGAN
Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha
EDITOR TETRAPOD UNTUK
Islaminur Pempasa 69 HISTORIOGRAFI PROGRAM
28 KEBERLANJUTAN MANINJAU
PENULIS & PERISET Prof. Budi Sulistianto
Endan Suhendra 70 BUKAN SEKADAR
Catur Ratna Wulandari 34 MEREKA KOK LEBIH MANINJAU
Risa Anggraeni MENGENAL ‘NEGARAKU’
Yudi Noorachman Rusmini Hakim 72 CENDAWAN,
BUKAN JAMUR!
FOTOGRAFER 36 BERDAYA LEWAT PAKAN Prof. Dr. Eng. Khairurrijal, M.Si.
Ferdyansyah Poernama, A.Md. TERNAK & NATA DE COCO
Una Nizar Gumrah 74 MENGUBAH LIMBAH
Andriansyah 40 MENGHIDUPKAN AIR, MENJADI PUPUK HAYATI
Akhyar Fikri MERAWAT GENERASI
Lucky W. Purnama (Foto Udara) 76 PENDEKATAN TRANSDISIPLINER
44 MENINGGALKAN JEJAK UNTUK DESA
DESAIN GRAFIS KEMANDIRIAN Drs. Budi Isdianto, M.Sn.
Aninda Purnamashari, M.Ds.
47 TANTANGAN PENGELOLAAN
ILUSTRATOR Rofiq Iqbal, S.T., M.Eng., Ph.D.
Ernest Widi Iswanto, S.Ds.
48 MENGEMBANGKAN
SEKRETARIAT POTENSI PARIWISATA
Maharlika Rhasunda Yulian
52 UPAYA MEMPERKECIL
Cetakan pertama: Desember 2020 KESENJANGAN
Ir. Budi Faisal Maud, MLA, Ph.D.
ISBN: 978-623-297-086-1
54 DAYAK SEI KALAYAN SIAP
Hak Cipta © 2020 MENYAMBUT WISATAWAN
Dokumen ini diterbitkan oleh ITB Press. Kuin Surang
Hak Cipta milik LPPM ITB - Bandung
dan dilindungi Undang-Undang.
Tidak diperbolehkan mencetak ulang,
mengutip sebagian atau
keseluruhan isi tanpa izin.

Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat
Institut Teknologi Bandung
Gedung CRCS lt. 6-7
Jl. Ganesha No. 10 Bandung
40132 - Jawa Barat Indonesia
(022) 86010050 / 8601005
www.lppm.itb.ac.id

2

79 129 153

LINGKAR 3 LINGKAR 2 LINGKAR 1

MENDORONG SELAAWI ITU SOLUSI
PEMBANGUNAN BAMBU PERTANIAN
BERKELANJUTAN TERPADU

84 EMBUNG KERUK BEBASKAN 136 PENINGKATAN KAPASITAS 156 BELAJAR KEAHLIAN
RANDUBLATUNG DARI KRISIS AIR PERAJIN BAMBU 158 & KEARIFAN LOKAL
139 163
86 AIR UNTUK KEMASLAHATAN 142 SINERGI RISET 165 Dr. Taufikurahman
MASYARAKAT 146 & KEAHLIAN PERAJIN 166
Prof. Ir. Muhammad Syahril B.M., Ph.D. 148 171 SEJAHTERAKAN MASYARAKAT
150 Dr. Muhammad Ihsan, M.Sn. 176 DENGAN MAGGOT DAN MOCAF
94 HISTORIOGRAFI EMBUNG 179
KERUK RANDUBLATUNG PENGEMBANGAN DESAIN & SABAR & TELATEN
PASAR KERAJINAN BAMBU
96 MENILIK POTENSI AIR DAN Dr. Ramadhani Eka Putra, Ph.D.
WISATA KARST BLORA BOBOKO Dr. Mia Rosmiati, Ir., M.P.
PENEBUS IJAZAH Dr. Rijanti Rahayu Maulani
102 BARONGAN ROH SENI
BUDAYA BLORA Utang Mamad SINERGI YANG
MENGHADIRKAN APRESIASI
109 MENJADIKAN SOSOK MENGEMBANGKAN BAMBU
110 BARONGAN DISUKAI LEWAT LAB LAPANGAN MEWUJUDKAN CANGKUL
BANYAK ORANG PERTAMA BERSTANDAR
BIOGAS KOTORAN SAPI NASIONAL INDONESIA
Drs. Muksin M.D., M.Sn.
MULAI PERTANIAN
SUATU SAAT BARONGAN SAMPAI PERTAHANAN
BISA DIJUAL
Dr. Dr. Eng. Akhmad Ardian Korda, S.T., M.T.
Purwadi
EDUKASI BENCANA LEWAT
112 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WISATA
114 ALA UPAT UPAT BUMI
117 PENGABDIAN MASYARAKAT
118 DATANG, DUDUK, DULU, BARU RISET
DENGARKAN
Dr. Irwan Meilano, S.T., M.Sc.
Prof. Edy Soewono, Ph.D.

PERUBAHAN BERAWAL
DARI PENDIDIKAN

Supat

MENATAP MASA DEPAN LEBIH
BAIK BERSAMA JAMUR

122 OMAH SUSU, JEPARA BUKAN
CUMA UKIRAN KAYU

182 LAMPIRAN
186 UCAPAN TERIMA KASIH

3

PeKnAgaTnAtar

In Harmonia Progressio untuk Menggapai Martabat Bangsa dan Reputasi Dunia

Sejalan dengan upaya menempatkan ITB di kancah persaingan global dan menjadi institusi yang
globally respected, sejatinya ITB secara konsisten mengokohkan pijakan untuk berkembang
bersama masyarakat dan bangsa. Secara eksplisit hal ini tertuang dalam visi keunggulan, ataupun
misi kemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi masyarakat dan bangsa. Keindonesiaan
memang menjadi bagian komitmen ITB untuk menjadi institusi yang memiliki reputasi kebangsaan,
memberikan solusi terhadap masalah bangsa, dan dapat senantiasa menjaga dan meningkatkan
martabat bangsa.

Pengembangan keunggulan di tingkat global juga ditopang dengan kemampuan iptek untuk
memberikan solusi terhadap masalah yang ada di masyarakat dan bangsa, termasuk tantangan
belum terkelolanya kawasan Tertinggal, Terdepan, Terluar (3T) nasional. Pengembangan penelitian
yang unggul, antara lain juga harus sejalan dengan kondisi sosial dan ekonomi di masyarakat. Salah
satu pintu untuk memahami tantangan dan menemukan iptek yang tepat adalah melalui pengabdian
kepada masyarakat.

Dalam perspektif ini, Program Pengabdian Masyarakat merupakan mata rantai pembangunan
endogen yang memanfaatkan sumber daya dan potensi lokal. Melalui program ini, pemecahan
masalah diharapkan muncul dari aktivitas inovasi dan penelitian hulu ataupun hilir yang locally relevant,
terutama dengan menciptakan dan menerapkan iptek untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan
penyelesaian masalah bangsa dan dunia secara berkelanjutan.

Melalui program ini, para ilmuwan ITB terjun langsung ke masyarakat, khususnya masyarakat desa
melalui program Desa Binaan, merangkul desa di sekitar ITB hingga desa di perbatasan. Dalam
“laboratorium” pengabdian masyarakat, kemanfaatan iptek dirajut dalam kelindan interaksi sosial,
kultural, dan sumber daya untuk menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan gagasan,
proses, dan solusi yang dihasilkan. Iptek dari interaksi yang intens, menemani masyarakat desa,
merumuskan masalah serta mengidentifikasi potensi penerapan iptek diarahkan menjadi produk riset
unggul untuk dibawa ke kancah global.

Penyusunan dan penerbitan publikasi yang bersifat populer ini menjadi berharga, sebagai
rekognisi dari aksi kolaboratif dan upaya saling belajar serta memahami para pihak dan pemangku
kepentingan pengembangan desa. Berjuta pengalaman dalam berpuluh tahun program pengabdian
masyarakat, tentu saja tidak cukup dituliskan dalam lembar buku ini, meskipun setidaknya apa yang
telah diupayakan untuk dicatat, diharapkan bisa menjadi bagian dari ekstensi memori dan audiens,
sekaligus menjadi salah satu inspirasi bagi langkah ITB menjadi universitas yang Globally Respected
dan Locally Relevant.

Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D.
Rektor ITB

4

Sentuhan Sains dan Teknologi untuk Mendorong Kemandirian “

LPPM ITB merupakan lembaga di bawah Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi yang diberi Desa Binaan ITB adalah
tugas untuk mengawal, mengelola proses-proses kegiatan dan program penelitian dan arena diseminasi ilmu
pengabdian kepada masyarakat. Sejalan dengan misi ITB, untuk secara fungsional memiliki pengetahuan, sains, dan
reputasi internasional dalam konteks globally respected, program-program yang dirancang teknologi untuk membuat
juga tidak melupakan sumbangsih atau impact kepada masyarakat dalam konteks locally desa lebih berkembang
relevant. Dengan demikian, ITB tidak dikenal hanya melalui publikasi, tetapi juga berupa dan mandiri.
karya nyata yang bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

Secara spesifik ITB merupakan sebuah perguruan teknologi, yang hasil penelitiannya diarahkan
menjadi inovasi, dan salah satu tugas LPPM adalah menerjemahkan inovasi tersebut menjadi
teknologi tepat guna yang bisa digunakan di industri, selain juga mempercepat pertumbuhan
ekonomi bangsa, termasuk pengembangan kemandirian desa melalui Program Desa Binaan
ITB. Program ini menjadi arena diseminasi ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi oleh para
dosen ITB untuk mengembangkan dan menciptakan kegiatan-kegiatan yang akan membuat
kawasan itu lebih berkembang dan mandiri.

Dari tahun ke tahun, impact dari program ini semakin dirasakan khususnya oleh masyarakat
maupun bagi para dosen yang terjun ke lapangan. Tentu saja semua kegiatan itu tidak
bisa dilakukan sendiri, ITB memang memiliki kompetensi, teknologi, dan para ahli, tetapi
tetap saja diperlukan kerja sama dengan pemerintah daerah, para local champions, dan
unsur pentahelix lainnya.

Berbagai kisah dan pengalaman dari lapangan kami rasakan perlu untuk ditularkan kepada
komunitas akademik maupun masyarakat dan pemangku kepentingan lain. Salah satu cara
yang dilakukan dalam diseminasi dari kegiatan ini adalah dengan membangun wahana
knowledge management system, antara lain dalam bentuk buku yang dikemas dengan
format populer.

Upaya diseminasi ini juga diimbangi dengan penerapan pendekatan komunikasi digital
untuk bisa lebih cepat menularkan apa-apa yang sudah dilakukan dengan baik, dan semakin
memberikan manfaat dalam membangun kemandirian. Kami berharap, semakin banyak pihak
yang bisa ikut menarik pembelajaran dan mendorong penyempurnaan pelaksanaan program
sehingga memberi efek domino bagi kesejahteraan masyarakat desa binaan khususnya,
ataupun pertumbuhan di daerah-daerah lainnya di pelosok Indonesia.*

Ir. R. Sugeng Joko Sarwono M.T., Ph.D.
Ketua LPPM ITB

5

Sei Menggaris
6

7

KHIDMAT ITB

UNTUK DESA

DENY WILLY JUNAIDY, PHD.

Sekretaris Bidang Pengabdian kepada Masyarakat LPPM ITB

Deny Willy Junaidy, Ph.D. BUDaya kepedulian terhadap masyarakat serta luasnya kegiatan pengabdian dosen ITB di Indonesia
merupakan upaya ITB mendukung pemerintah meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang merata
di seluruh Indonesia. Tahun 2020 menjadi salah satu tonggak penting perjalanan ITB yang telah
melakukan layanan pendidikan kepada bangsa Indonesia selama 100 tahun. Oleh karena itu, arah
pengembangan program Pengabdian Masyarakat LPPM ITB 2020-2025 menjadi bagian penting
dalam kontribusi ITB menuju 100 tahun berikutnya. Untuk menjadi lebih mandiri dan dihormati
bangsa-bangsa lain dengan menggunakan kata kunci Locally Relevant and Globally Respected. ITB
harus dihargai secara global atas berbagai daya dan upayanya dalam menangani masalah-masalah
lokal yang terjadi di masyarakat.

Buku Bakti Kami di Pelosok Negeri menceritakan sebagian kecil pengalaman dosen ITB mengabdikan
pengetahuan, teknologi, sains, dan seni di tengah-tengah masyarakat. Kegiatan pengabdian yang
tampak senyap di tengah masyarakat mengungkap aksi heroik, baik dari para tokoh desa lokal
maupun dosen ITB yang sebelumnya tidak saling mengenal, tetapi mengikat persaudaraan dalam
semangat dan saling percaya. Di Jawa Barat tim pelaksana pengabdian masyarakat ITB selama
bertahun-tahun mendampingi masyarakat Rancakalong, Kabupaten Sumedang dalam hal budi daya
hayati dan pengolahan pangan. Hasilnya, mereka memperoleh penghargaan Kecamatan Inovatif
dan Desa dengan Integrasi Intervensi Stunting Terbaik dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.
Kemudian, di perbatasan RI-Malaysia, tim pengabdian masyarakat ITB bertahun-tahun mengabdikan

8

“ilmunya, jejaringnya, hingga Desa Srinanti, Sei Menggaris.Tim harus berjam-jam menyusuri anak
sungai dan estuari Sei Menggaris dengan berbagai keterbatasan, termasuk persoalan ketiadaan listrik.
Di desa ini sebuah SMK berdiri, dari belajar di bawah kolong rumah hingga tumbuh berkembang
menjadi SMK terbaik nomor 1 di Kabupaten Nunukan. Sekolah yang kemudian menjadi magnet
bagi guru-guru dan murid-murid dari pulau masuk ke pedalaman untuk bergabung dengan SMK
tersebut. Masih di Desa Srinanti, sarana penyediaan air bersih yang telah bertahun-tahun mangkrak
diperbaiki oleh tim pengabdian masyarakat ITB. Hasilnya harga air bisa dikikis, dari Rp300 ribu per
meter kubik menjadi Rp10 ribu saja. Lebih dari lima tahun tim pengabdian ITB keluar masuk anak
Sungai Sei Menggaris, memberikan berbagai pendampingan, pelatihan, jejaring hingga melatih
siswa dan guru hingga ke ITB.

Beragam peristiwa inspiratif di pelosok negeri ditorehkan
bukan hanya oleh “gajah-gajah” ITB, melainkan juga
melalui mereka para penggerak desa, tokoh desa, komunitas,
pemerintah lokal, local champion, dan pihak swasta yang
selalu sepenuh hati mencurahkan keyakinannya.“

Kolaborasi lintas pihak telah menjadi ciri yang khas dari kegiatan pengabdian masyarakat
menggenapi unsur pentahelix. Peristiwa harum yang telah menjadi jejak-jejak ITB sekaligus
menjadi rumah-rumah baru dan menjadi keluarga besar dari ITB di pelosok Indonesia. Berbagai
pengalaman ITB di pelosok Indonesia yang penuh dengan cerita haru dan bahagia belum
pernah tersampaikan selama bertahun-tahun. Maka, melalui buku Bakti Kami di Pelosok Negeri
ini kami berniat menceritakan pengalaman-pengalaman heroik tersebut agar menjadi inspirasi
bagi banyak pendidik di Indonesia dan rekognisi bagi ITB.
Kumpulan kecil cerita-cerita pengabdian masyarakat ini menjelaskan sasaran dari penerapan iptek di
tengah masyarakat. Pengabdian yang memperkuat pembangunan endogen dengan memanfaatkan
sumber daya dan potensi lokal di daerah-daerah terdampak di daerah yang dibagi menjadi 5 zona
(lingkar) di Indonesia, yakni: Lingkar 1: Lingkungan Kampus ITB, Bandung dan sekitarnya; Lingkar 2: Zona
Provinsi Jawa Barat; Lingkar 3: Zona Pulau Jawa (di luar Jawa Barat); Lingkar 4: Zona Luar Pulau Jawa;
Lingkar 5: Zona Perbatasan atau Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T). Pengabdian masyarakat
dan kemanfaatannya yang selalu senyap dalam pemberitaan menyimpan banyak cerita besar. Ke
depan sudah saatnya cerita-cerita besar ini memperoleh atensi.

9

Wisata Air Terjum Blok 17, Sei Menggaris
10

5LINGKAR

ZONA PERBATASAN ATAU
DAERAH TERTINGGAL,
TERDEPAN, DAN TERLUAR (3T)

11

PiMnEMtBuUKEA mas
PERBATASAN

DERMaGa kecil Sekitang yang sedikit tersembunyi dari rimbun hutan bakau (mangrove), cukup untuk
perahu kecil bermesin tunggal merapat. Beberapa perahu lain berjajar tertambat di panggung papan
dengan tinggi yang sejajar dengan lunas. Turun dari perahu, terdapat tangga kayu untuk naik ke platform
lebih tinggi dan beratap seng. Barongkok, penganan manis dari olahan pisang, dan wajah-wajah ramah para
perintis dan pengabdi menyajikan kesegaran setelah berbelas jam dan ribuan kilometer perjalanan dari Institut
Teknologi Bandung (ITB) di Jl. Ganesha, Bandung.

Di atas panggung papan kayu yang sama, pos kecil berdinding papan, kami lewati untuk mendapati
bus sekolah – sebuah truk kecil dengan kursi panjang dari papan yang disangga pipa besi di sisi kanan
dan kiri bak truk. Bus sekolah melintasi jalan perkebunan sawit dan rawa gambut dengan variasi jalan
tanah berlumpur, mendekati desa dengan jalan sudah relatif mulus mengantar sampai Desa Sri Nanti,
Kecamatan Sei Menggaris, daerah yang berbatasan langsung dengan Sabah, Malaysia.

Hanya beberapa tahun lalu, desa dan kecamatan ini belum bernama dan belum ada dalam peta. Saat
itu, desa ini dikenal sebagai SP, satuan permukiman, tempat bagi para transmigran membuka lahan bagi
sebentuk penghidupan baru. Mimpi besar kemudian ditanam di tengah belantara, untuk mengubah
dari daerah perbatasan yang identik dengan ketertinggalan menjadi gerbang kemajuan bagi seluruh
masyarakat. Melalui upaya sungguh-sungguh dan kerja keras berbagai pihak, desa dan kecamatan ini
berproses untuk mentransformasi dirinya menjadi “Pintu Emas” perbatasan, yang masih terus bergerak
hingga saat ini.

12

Bukit Bahagia, Sei Menggaris

Ibarat sebuah rumah, daerah perbatasan layaknya beranda bagi Indonesia. Halaman depan yang
mencerminkan baik buruknya rumah itu. Tetapi, untuk sekian lama, daerah perbatasan sering kali
diperlakukan seperti halaman belakang. Dibiarkan tidak terurus sehingga kondisinya serba-kekurangan
dibandingkan dengan daerah yang lain. Lewat “pintu emas”, Sei Menggaris berusaha mengubah keadaan
garis depan Indonesia. Sei Menggaris merupakan salah satu dari 19 kecamatan di Kabupaten Nunukan,
Provinsi Kalimantan Utara. Daerah ini berbatasan langsung dengan Malaysia. Kabupaten Nunukan
mempunyai luas 14.247,50 km2 dan memiliki bentangan perbatasan baik darat, sungai, maupun laut.

Sei Menggaris hanya bisa dicapai dengan menggunakan kapal dari Nunukan. Dengan perahu bermesin tunggal,
waktu tempuhnya sekitar satu jam. Menyusuri sungai di antara bakau. Sementara untuk mencapai Nunukan,
harus lewat Tarakan menggunakan kapal cepat yang sedikit lebih besar, perjalanan laut menghabiskan waktu
tiga jam. Opsi untuk mencapai Tarakan bisa menggunakan pesawat dari Jakarta ke Tarakan, atau dari Bandung
ke Balikpapan, dan berganti penerbangan dari Balikpapan ke Tarakan. Konektivitas ini menjadi salah satu
tantangan besar mengembangkan daerah perbatasan seperti Kabupaten Nunukan ini.

Sebagian jalan di Sei Menggaris memang sudah beraspal, terutama di dekat pusat pemerintahan
kecamatannya. Sebagian besar ada ruas-ruas jalan di area perkebunan kelapa sawit yang masih berupa
tanah liat. Jika hujan datang, jalanan menjadi becek dan licin. Kawasan Sei Menggaris didominasi oleh
perkebunan kelapa sawit. Kebun itu sebagian dimiliki oleh warga transmigran, sebagian lagi dimiliki
oleh korporasi. Setiap transmigran mendapat lahan plasma 2 hektare ditambah lahan usaha seluas 0,75
hektare. Lahan itu yang kemudian ditanami kelapa sawit oleh warga.

13

Transportasi untuk mencapai Sei Menggaris
14

Hanya beberapa tahun lalu, desa dan kecamatan ini belum
bernama dan belum ada dalam peta. Saat itu, desa ini dikenal
sebagai SP, satuan permukiman, tempat bagi para transmigran
membuka lahan bagi sebentuk penghidupan baru.

Kecamatan Sei Menggaris terbentuk pada 2010. Wilayah seluas 84.000 hektare itu didiami oleh sekitar
8.950 jiwa yang tersebar di empat desa, yaitu Sri Nanti, Tabur Lestari, Samaenre Semaja, Sekaduyan Taka.
Warga Sei Menggaris merupakan transmigran dari berbagai daerah serta para Tenaga Kerja Indonesia
(TKI).

Pada mulanya, Sei Menggaris bukanlah kampung ramai. Wilayah ini hanya dihuni oleh para pekerja
perusahaan kayu. Pertama hanya ada satu rumah panjang yang biasa disebut konsi. Rumah itu disekat
menjadi beberapa ruangan. Sekitar tahun 2003, sudah ada pekerja yang membawa keluarganya. Seiring
waktu berjalan bisnis kayu tak lagi menjanjikan. Perusahaan-perusahaan di sana kemudian banting setir
membuka perkebunan kelapa sawit. Wilayah itu menjadi satu RT yang berada di bawah Desa Nunukan
Barat Kecamatan Nunukan. Selama kurun waktu hingga 2007 mulai masuk warga transmigran. Perusahaan
sawit di sana berperan membawa transmigran ini menghuni Sei Menggaris. awalnya terdapat 340 KK
yang menempati Satuan Permukiman (SP) 1, lokasinya kini menjadi wilayah Desa Tabur Lestari.

Transmigran gelombang pertama itu mayoritas datang dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan Lombok Timur. Sebagian lagi berasal mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang dipulangkan
lewat Nunukan. Penempatan transmigran di Nunukan dianggap berhasil sehingga dilanjutkan dengan
penempatan transmigran gelombang dua. Mereka tinggal di SP2. Lokasi itu kemudian menjadi wilayah
Desa Sri Nanti. Pada 2005, wilayah itu diisi oleh para transmigran yang berasal dari Toraja, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Jawa Barat, Lombok, dan Timor. ada juga mantan TKI yang sebagian dari suku Tidung dan
Bugis, Selain itu, ada pula warga dari Nunukan yang tidak punya rumah. Pada 2007 kawasan ini kemudian
menjadi Desa Srinanti, bagian dari Kecamatan Nunukan.

Kepala Desa Sri Nanti Abdul Hafid mengatakan, nama Sri Nanti diusulkan oleh salah seorang transmigran
dari Jawa Barat yang menjadi tokoh di sana. Sri Nanti artinya penantian, menanti apakah desa ini akan
menjadi maju atau malah terperosok. “Pada masa itu, masyarakat merasa resah karena mereka ini dari
kota lalu diturunkan ke hutan. Waktu itu masih hutan di sini,” kata Abdul Hafid. Dua desa itu kemudian
menjadi cikal bakal berdirinya Kecamatan Sei Menggaris. Kecamatan ini secara resmi berdiri pada 2012.
Sejak 2012 itu, Nunukan menjadi bagian Provinsi Kalimantan Utara yang merupakan pemekaran dari
Provinsi Kalimantan Timur.

15

Mimpi besar kemudian ditanam di tengah belantara, untuk mengubah
dari daerah perbatasan yang identik dengan ketertinggalan
menjadi gerbang kemajuan bagi seluruh masyarakat.

Robby Nahak Serang Sebagai provinsi termuda, banyak hal yang harus ditata dan dibenahi. Mulai dari kelengkapan birokrasi,
Junianto sarana prasarana, sampai pembangunan manusianya. asisten Kepala Daerah Bidang Ekonomi dan
Pembangunan Kabupaten Nunukan Robby Nahak Serang mengatakan, citra daerah perbatasan selama

ini masih lekat dengan kekurangan dan ketertinggalan. “Dalam kurun waktu yang berjalan,
perlahan sudah menunjukkan tren yang cukup baik.”

Kabupaten Nunukan memiliki 232 desa dan 8 kelurahan. Sebagian besar statusnya masih desa tertinggal
dan sangat tertinggal. Semula tidak ada desa mandiri di Nunukan. Namun pada 2020, tercatat 6

desa sudah masuk kategori desa mandiri. “Desa mandiri ini harapan semua. Untuk
menyejahterakan masyarakat di Nunukan supaya bisa jadi desa mandiri,” kata

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Nunukan, Junianto. Desa kategori maju yang
pada 2016 hanya ada 2, kini sudah berkembang menjadi 32 pada 2020. Pada 2020 ini, desa kategori
tertinggal saat ini tersisa 154 desa dan sangat tertinggal sebanyak 24 desa. Junianto mengatakan,
pengembangan masing-masing desa disesuaikan dengan tipologinya. Pengembangan di wilayah
pantai lebih mudah karena sudah tersedia listrik. Sementara di pedalaman, tidak ada listrik juga sinyal
telekomunikasi. Sumber daya manusianya pun sebagian besar hanya lulusan SD.

Camat Sei Menggaris arif Budiman mengatakan, pemenuhan kebutuhan dasar menjadi tantangan besar
wilayah terluar Indonesia ini. Baru dua desa, Sri Nanti dan Tabur Lestari, yang sudah teraliri listrik. Itu pun
hanya 12 jam. Dua desa lainnya sama sekali belum teraliri listrik. Kondisi yang kontras dengan negara
tetangga yang tepat berada di sebelahnya, Malaysia. “Kalau di Malaysia sudah terang, di sini masih
gelap. Sekarang sudah ada listrik masuk, tetapi ke depannya perlu ditingkatkan lagi,” kata arif.

Ketiadaan listrik ini tentu berpengaruh pada aktivitas ekonomi warga. Pengembangan ekonomi tak bisa
dilakukan cepat. Itu baru listrik, belum lagi soal telekomunikasi. Hanya Desa Tabur Lestari yang sudah
terjangkau jaringan seluler. Padahal di masa pandemi, masyarakat membutuhkan internet. Terutama para
pelajar yang harus melakoni pendidikan jarak jauh. “Janjinya akan ada BTS di sini. Mudah-mudahan akan
dibangun juga di desa-desa lainnya,” tambah arif. anak-anak di Sei Menggaris tadinya hanya bersekolah
sampai SMP. Mereka sulit melanjutkan sekolah karena SMa atau yang sederajat hanya ada di Pulau
Nunukan. Baru akhir 2013 Sei Menggaris punya SMK negeri. Kehadiran SMK ini melengkapi tiga SD dan
7 SMP negeri yang ada di sana.

16

Perbatasan Triangulasi

17

Tari Suku Kenyah di Air Terjun Bangen Tawai
18

MENYIAPKAN PINTU EMAS

Kehadiran SMK baru di Sei Menggaris terdengar juga oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Institut Teknologi Bandung (LPPM ITB). Kabar itu didapat dari alumni ITB, Budi Hartono, yang kini berkarier di
Medco Mining. Ia mengajak ITB untuk membantu masyarakat setempat membangun kehidupan yang lebih
baik di perbatasan. Pada mulanya, tim LPPM ITB terjun ke Sei Menggaris untuk memberi siswa dan guru SMK
di sana pelatihan pembuatan pakan ternak dan pupuk organik. Kegiatan ini bekerja sama dengan PT Duta
Tambang Rekayasa – Medco Mining dan PT Sago Prima Pratama.

LPPM ITB melihat Prof. Dr. Ir. Budi Sulistianto, M.T. yang mengomandani tim LPPM ITB ke Sei
antusiasme masyarakat Menggaris ketika itu melihat langsung kegigihan masyarakat setempat. Ia
bertemu dengan tokoh-tokoh daerah setempat yang gigih memperjuangkan
untuk membekali diri perubahan. “Kesulitan di pengabdian masyarakat itu, kita memang harus
dengan ilmu pengetahuan mendapatkan suatu local agent yang semangat. Itu kuncinya,” kata Prof. Budi
Sulistianto. Program pengabdian masyarakat tak selamanya berhasil. Salah satu
dan keterampilan baru faktor kegagalan yang sering terjadi, kata Prof. Budi Sulistianto, masyarakat hanya
yang mereka butuhkan. fokus pada bagaimana menghasilkan uang sehingga proses pembelajaran tidak
menjadi perhatian. Di Sei Menggaris, Prof. Budi Sulistianto melihat sebaliknya.
Mereka melihat antusiasme masyarakat untuk membekali diri dengan ilmu
pengetahuan dan keterampilan baru yang mereka butuhkan. Hal ini yang membuat
LPPM ITB mantap menjadikan Sei Menggaris, Kabupaten Nunukan sebagai daerah
pengabdian masyarakat. Keterlibatan ITB ini kemudian diikat dalam sebuah nota
kesepahaman bersama yang ditandatangani Rektor ITB dan Bupati Nunukan serta
Rektor ITB dan Gubernur Kaltara.

LPPM ITB kemudian merancang serangkaian program yang lebih luas. Tidak hanya membantu SMK, tetapi Sei
Menggaris secara luas. ITB berupaya untuk mendampingi warga mencari jalan keluar atas berbagai persoalan
yang dihadapi daerah itu seperti penyediaan air bersih, pemberdayaan sumber daya manusia, ekonomi, serta
pengembangan pariwisata. ITB membawa pakar-pakar terbaik di bidangnya ke perbatasan. Itu sebabnya
program kemitraan ITB dengan Sei Menggaris terus berkembang sejak 2015 hingga sekarang.

Pemberdayaan di Sei Menggaris menerapkan konsep pentahelix yang melibatkan pemerintah, akademisi,
bisnis, masyarakat, dan media. Konsep ini dipercaya menjadi kunci sukses pengembangan yang berkelanjutan.
PT PT Duta Tambang Rekayasa (DTR) – Medco Mining menjadi penggerak penting dari sektor bisnis di Sei
Menggaris. Manajer Eksternal Medco Mining, Budi Hartono menjelaskan, pemerintah telah mengamanatkan
perusahaan minyak, mineral, dan batu bara agar memberdayakan masyarakat di sekitar tambang sehingga
mereka bisa mandiri, sejahtera, dan berkelanjutan. akan tetapi, ia menyadari, kewenangan yang dimiliki oleh
swasta amatlah terbatas. Oleh karena itu, ia menggandeng ITB yang mempunyai kemampuan lebih besar
lewat program pengabdian masyarakat. Ditambah dengan dukungan pemerintah dan masyarakat setempat,
program ini menjadi lebih mengena karena bisa mengembangkan sumber daya manusia dan kawasan sekaligus.

19

Arif Budiman “Filosofinya sederhana, tambang itu pasti habis. Jadi kita memastikan bahwa program kami harus sustain jadi
20 fokus utama di SDM. Kami ingin membangun generasi perbatasan yang baik,” tuturnya. SMK Negeri 1 Sei
Menggaris yang terbangun berkat kegigihan masyarakat setempat dan dukungan swasta kemudian dijadikan
sebagai “Pintu Emas” atau Pusat Inovasi dan Teknologi untuk Ekonomi Masyarakat Perbatasan. Di sana dibuat
berbagai program yang tujuannya memberikan bekal kepada masyarakat sehingga bisa berdaya. Program
untuk meningkatkan keterampilan perbengkelan, mesin industri, pertanian, perkebunan, dan lainnya yang
bertujuan untuk memecahkan persoalan masyarakat, akan digodok dan dimatangkan di SMK itu.

Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Sei Menggaris Rusmini Hakim mengatakan, program Pintu Emas ini berupaya
agar SMK tidak hanya berbuat untuk lingkungan sekolah sendiri, tetapi untuk masyarakat Sei Menggaris.
Upaya itu dilakukan dengan membuat kelompok binaan di masyarakat. Melalui kelompok binaan ini, SMK
terlibat dalam usaya pemberdayaan masyarakat, misalnya lewat program menanam sayur-mayur. Upaya lain
dilakukan lewat kegiatan ekstrakurikuler, misalnya membersihkan lapangan kecamatan, embung, dan melatih
siswa SD dan SMP utnuk menjaga lingkungan hidup. “Supaya masyarakat merasakan manfaat keberadaan SMK
ini,” ujar Rusmini. Guru dan siswa SMK menjadi agen yang mentransfer ilmu juga keterampilan baru kepada
masyarakat. “anak-anak ini juga belajar jadi guru, bahwa mentransfer ilmu adalah suatu seni dan sangat
nikmat. Sekecil apa pun ilmu kita, kalau kita sudah mentransfer berarti kita pasti belajar, kita pasti menuntut
ilmu yang lebih luas agar bisa kita ajarkan ke anak-anak,” tutur Rusmini. Semua program pemberdayaan
itu diharapkan benar-benar menjadi pintu emas yang mengantarkan masyarakat Sei Menggaris mencapai
kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan.

arif bersyukur LPPM ITB bersedia ambil bagian memajukan Sei Menggaris. Ia yakin berbagai ilmu
pengetahuan dan riset yang dilakukan ITB bisa membawa perubahan besar jika diterapkan di Sei Menggaris.
Ia begitu optimistis karena setiap pelatihan dan kegiatan lain yang digelar ITB selalu membuahkan hasil
baik bagi warga.

“Dengan adanya upaya dari Bandung ke Sei Menggaris sini, semoga
ke depan ada perhatian lebih dari pemerintah daerah dan pusat untuk
membenahi fasilitas dan sarana yang belum ada di sini,” tutur Arif.

Roby mengatakan, kemitraan seperti pentahelix itu mampu membuat lompatan tinggi bagi daerah seperti
Nunukan. Kemajuan itu tak bisa dilakukan jika hanya mengandalkan anggaran pemerintah. “Tidak ada pilihan
lain untuk melakukan kemitraan. Salah satunya yang harus digandeng ialah dari lembaga pendidikan. ITB
punya kajian, analisis, bahkan bisa me-manage,” tegas Roby.

Ia berharap kolaborasi dengan ITB ini bisa membangun Nunukan dengan menggali potensinya yang bisa
menjadi andalan dan menjadi fokus pengembangan. “Dua atau tiga tahun lalu diskusi dengan Medco dan
ITB menjadikan Sei Menggaris sebagai kawasan wisata yang terus dikembangkan sehingga punya dampak
ekonomi, punya daya tarik ke luar, punya martabat,” tutur Roby.

Ia menekankan agar ITB juga bisa membantu pemerintah menyiapkan sumber daya manusia. “Masyarakat
harus diedukasi. Menempatkan jetski di pantai itu gampang, tetapi yang penting manusianya dahulu,” kata
Roby. Ketika sumber manusianya sudah mumpuni, mereka akan mampu membuka pintu emas dan membawa
daerah perbatasan melesat.***

Blok 17

Perbatasan Triangulasi Rumah Adat Suku Kenyah

21

SSMKeNEiGEMRI1enggaris

DARI KOLONG RUMAH
SAMPAI KE ITB

SMK PERTAMA DI SEI MENGGARIS tetapi persoalan ini merupakan kewenangan Dinas
Pendidikan Kabupaten Nunukan. Ia bertemu dengan
Berdirinya SMK Negeri 1 Sei Menggaris menjadi bukti sejumlah pejabat di instansi itu. Namun, semuanya
nyata bahwa tidak ada cita-cita yang mustahil jika mengalami jalan buntu. Pemerintah berpegang pada
diupayakan dengan sungguh-sungguh. Kecamatan ketentuan yang mensyaratkan lokasi, guru, biaya
Sei Menggaris semula tak punya sekolah setingkat operasional, dan setidaknya terdapat 40 siswa per
SMa. Setelah menamatkan SMP, anak-anak Sei kelas untuk mendirikan sekolah baru. Tak ada satu
Menggaris yang ingin melanjutkan sekolah harus syarat pun yang terpenuhi.
hijrah ke Pulau Nunukan.

Kepala SMKN 1 Seimenggrais Rusmini Hakim masih “Waktu saya mau pulang, turun dari ruangannya
ingat kejadian 2013. Ia ditemui oleh 14 siswa lulusan Pak Kadis, Pak Sekretaris Dinas ternyata ada di
SMP Negeri 1 dan 2 Sei Menggaris. Mereka ingin ikut lobi kantor. Sebelum saya ke Pak Kadis saya coba
belajar Kejar Paket C karena tak mau melanjutkan komunikasi ke Pak Sekretaris, cuma Pak Sekretaris
ke sekolah formal di Pulau Nunukan. Mereka tak sampaikan ini wewenang Kadis. Begitu Pak Sekretaris
mempersoalkan keterbatasan yang ada di Kejar lihat, saya dipanggil masuk ruangan,” tutur Rusmini.
Paket C. Mereka hanya ingin bisa tetap belajar tanpa Sekretaris Dinas Pendidikan menyarankan agar
harus meninggalkan Sei Menggaris. “Sayang masih Rusmini berkomunikasi dengan SMK Negeri 1
muda, umur 14 tahun kok ambil Paket C. Saya coba Nunukan. apakah memungkinkan dilakukan kelas
dudukkan di rumah,” kata Rusmini. jauh. anak-anak itu akan tercatat sebagai siswa SMKN
1 Nunukan, tetapi mereka belajar di Sei Menggaris.
Mereka tak mau sekolah di Nunukan karena itu Rusmini bisa menempuh jalan ini tanpa perlu restu
berarti orang tua harus menyiapkan uang untuk dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan.
transportasi dan membayar uang kos dan biaya
hidup di Nunukan. Sementara mereka tak bisa lagi Seperti secercah harapan, Rusmini tak mau membuang
membantu orang tua di kebun. Selain itu, para waktu. Ia segera bergegas menyampaikan gagasan
remaja itu belum siap menghadapi pergaulan di kota. ini kepada Kepala Sekolah SMKN 1 Nunukan yang
Rusmini tak bisa mengabaikan kondisi ini. Inilah yang sudah ia kenal saat mengajar di sana. Ternyata
menjadi momentum untuk memulai upaya pendirian usulan ini bisa diterima. Namun, sekolah tidak akan
sekolah menengah atas di Sei Menggaris. Pertama mengirim guru ke Sei Menggaris. “Tidak apa-apa,
kali ia sampaikan niat ini ke Unit Pelaksana Teknis yang penting anak-anak ini terdaftar sebagai siswa
(UPT) Dinas Pendidikan Kecamatan Sei Menggaris, SMK Nunukan,” jawab Rusmini ketika itu.

22

SMKN 1 Sei Menggaris

23

Ilustrasi kegiatan pembelajaran di kolong
rumah, membangun sekolah bersama

sepulang sekolah hingga akhirnya gedung
pertama selesai dan dapat digunakan oleh

Pelajar SMKN 1 Sei Menggaris

24

Kembali ke Sei Menggaris, ia bergegas dengan Budi Hartono yang menjabat sebagai Humas
mengumpulkan 14 anak yang siap belajar. Tak hanya PT Duta Tambang Rekayasa (DTR) bagian dari Medco
siswa, para orang tua pun berlega hati dengan kabar Mining. “Jadi anak-anak ini duduk bersila?” tanya
baik ini. Terhitung sejak Juni 2013, kelas filial pertama Budi kepada Rusmini. Budi kemudian menanyakan
SMK Negeri 1 Nunukan dimulai di Sei Menggaris. berbagai hal terkait aktivitas belajar di sana. Saat
itu sudah ada 28 siswa. Mereka mengambil jurusan
Mereka melaksanakan kegiatan belajar mengajar di pertanian, sesuai dengan jurusan di sekolah induknya.
kolong rumah panggung Rusmini. Tempat itu biasa
digunakan untuk pengajian ibu-ibu. Bangku mengaji Satu bulan setelah pertemuan itu, mobil tambang
dipakai untuk belajar. Rusmini menghubungi teman- kembali datang. “Bu, ada mobil tambang, kayanya ada
temannya di perusahaan kayu tempat ia bekerja barang di belakang mobilnya pake kotak,” lapor siswa
sebelum menjadi PNS. Ia mengajak mereka menjadi kepada Rusmini. Rusmini sama sekali tak menduga
guru sukarelawan sebab tak mungkin Rusmini mobil itu datang khusus ke sekolah itu. “ya allah luar
sendirian. apalagi ia masih terdaftar sebagai guru biasa! Kami ternyata dibawakan kursi Chitose kuliahan,”
SMP 2 Sei Menggaris. “alhamdullillah, sukarelawan ujar Rusmini. Murid-murid bahagia bukan kepalang.
pertama saya itu ada namanya Pak Mansur. Beliau Mereka tak perlu lagi menahan sakit pinggang karena
itu chief mechanic di perusahaan yang sama dengan duduk bersila selama belajar. Rusmini tak kuasa
saya. Gajinya (di sana) luar biasa. Mendengar saya menahan haru, ia keluar ruangan dan menengadahkan
membutuhkan sukarelawan, akhirnya ia langsung kepalanya ke langit. “ya allah, kenapa terlalu cepat
tinggalkan perusahaan,” kata Rusmini. akhirnya, ia saya dibantu? Kasih saya kesempatan untuk berbuat
berhasil mengumpulkan empat sukarelawan untuk dulu, jangan dulu dibantu,” ucapnya ketika itu.
mengajar di sekolah filial SMK Negeri 1 Nunukan.
Kegiatan belajar pun dimulai. Setelah bangku, perusahaan tambang itu memberi
bantuan berupa bantuan honorarium untuk para
Jangan pernah takut pengajar di sana. Sebuah berkah yang tak pernah
pada apa pun disangka-sangka. Karena keberadaan sekolah ini tak
diketahui oleh pemerintah, tak ada secuil pun bantuan
karena sejatinya pemerintah yang sampai. Para pengajar hanya diberi
hidup ini ada tujuannya. imbalan Rp 200 ribu setiap bulan yang berasal dari
hasil kebun milik Rusmini. Uang itu hanya cukup untuk
mengganti uang bensin.

Setelah berjalan beberapa bulan, Camat Sei Bantuan demi bantuan yang terus diterima
Menggaris kala itu datang langsung melihat kondisi membuat Rusmini semakin yakin untuk merawat
sekolah. Sebelumnya, Camat telah memberikan dan membesarkan sekolah ini. “Jangan pernah
dukungan penuh pada langkah Rusmini ini. Ia takut pada apa pun karena sejatinya hidup ini ada
meminta agar langkah yang sudah dimulai ini tujuannya. Tetapi, kita harus langkahi aliran itu sesuai
tidak terhenti di tengah jalan. Hari itu, ia datang dengan proporsinya dan jangan pernah tidak berani
bersama seseorang menggunakan mobil putih, melangkah. Kalau kalian tidak berani melangkah, tidak
mobil yang identik dengan perusahaan tambang. akan tahu di depan itu ada apa,” tutur Rusmini. Tidak
Merasa tak punya kenalan orang tambang, Rusmini ada usaha yang mengkhianati hasil. Pada penghujung
tak memberikan sambutan khusus pada ‘teman Pak 2013, Wakil Bupati Nunukan asmah Gani berkunjung
Camat’. Terlebih ketika itu ia sedang mengajar. ke Sei Menggaris. Ia dan rombongan singgah di
rumah Rusmini untuk makan siang. Karena jauh dari
Selang seminggu, Pak Camat datang lagi bersama pasar dan rumah makan, jamuan makan siang digelar
orang yang sama. Baru saat itu Rusmini berkenalan di rumah Rusmini yang juga dipasrahi untuk memasak
hidangannya.

25

untuk membangun sekolahnya. Sementara siswa
putra melanjutkan pekerjaan pembangunan, siswa
putri memasak untuk mereka.

SMK ini tak hanya Gedung baru itu mulai dibangun setelah sekolah ini
menjadi tempat menimba mempunyai dua angkatan murid. Pada lahan sekolah,
banyak terdapat pasir yang jadi incaran orang-orang.
ilmu, melainkan juga Sering truk datang untuk mengeruk pasir di sana.
menjadi poros pergerakan Murid-murid tak tinggal diam. Mereka pasang kayu
balok besar untuk menghalau truk. Setiap malam
di Sei Menggaris. murid bergantian berjaga agar tidak ada pencuri
pasir. Irfandy sempat tak mau bergabung dengan
Di sana, asmah melihat pelajar berbaju putih abu- SMK ini. Untung saja ia tak menuruti kehendak
abu. Ia yang selama ini hanya tahu sekolah di Sei hatinya saat itu. Irfandy sebenarnya telah bersekolah
Menggaris hanya sampai SMP akhirnya mendengar di sebuah SMK di Nunukan, tetapi baru beberapa
cerita lengkap tentang sekolah filial ini. “Dalam ranah bulan tidak betah. Namun, baru beberapa bulan, ia
pendidikan tidak ada layak dan tidak layak. yang jelas tidak betah. Ia pun kembali ke Sei Menggaris. atas
ada kemauan, ada sasaran. Buka (sekolah),” kata bujukan guru SMP dan orang tuanya, ia bergabung
asmah ketika itu. Ia pun berjanji untuk membereskan ke SMK Sei Menggaris.
izin operasional yang menjadi hambatan sekolah ini
tak bisa berdiri sendiri. Namun, ia merasa ganjil dengan sekolah itu.
Siswanya tidak berseragam, tidak bersepatu, bahkan
Setelah kunjungan itu, giliran Bupati Nunukan belajar di lantai. Tidak ada meja dan kursi seperti di
yang sedang kunjungan kerja ke Sei Menggaris sekolah. “Bukan sekolah itu namanya,” ujar Irfandy
melihat langsung apa yang dilihat oleh wakilnya. yang sedang menunggu diwisuda sebagai Sarjana
Ia pun langsung meminta Kepala Dinas Pendidikan Ekonomi Pembangunan.
Kabupaten Nunukan membantu sekolah ini. Tak
sampai sebulan, izin operasional SMK Negeri 1 Sei Pendidikan tak hanya soal
Menggaris pun terbit. Rusmini kemudian menjadi yang terlihat di luar.
Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Sei Menggaris. Tak mengapa jika belum
Lewat program Sarjana Mendidik di Daerah Terluar, berseragam atau bersepatu,
Terdepan, dan Tertinggal (SM3T), SMK ini akhirnya sepanjang ada kemauan sekolah,
mendapat empat guru muda dari Universitas Negeri Irfandy belajar bisa tetap dilakukan.
Malang. Pemerintah kemudian memberi sebidang
tanah di Desa Tabur Lestari untuk dibangun gedung Kerja keras dan kegigihan selama menempuh
sekolahnya. pendidikan itu terbayar sudah. Teman-temannya kini
banyak yang merampungkan pendidikan sampai
Memasuki tahun kedua, SMK Negeri 1 Sei perguruan tinggi. Bahkan, ada yang berpredikat
Menggaris menambah jurusan otomotif sebagai sebagai lulusan terbaik di kampus negeri. Beberapa
peminatan. Jurusan ini ditujukan agar anak-anak temannya bahkan mencicipi pendidikan di Cina.
bisa mengoperasikan mesin-mesin yang digunakan
di industri yang ada di wilayah mereka. Irfandy, SMK ini tak hanya menjadi tempat menimba ilmu.
salah seorang siswa angkatan pertama, masih SMK tersebut menjadi poros pergerakan di Sei
ingat bagaimana ia dan teman-temannya turut Menggaris. Berbagai gerakan lahir dari sana, mulai
membangun sekolah ini. Selepas pulang sekolah, ia dari Karang Taruna, PKK, hingga perhimpunan
melepas seragamnya dan mulai mengaduk semen masyarakat memberantas buta aksara juga dirintis
dari sana.

26

Kegiatan sekolah di kolong rumah Membangun
sekolah

Kondisi awal pembangunan
Kondisi awal pembangunan

Pengadaan Gedung pertama selesai dibangun
fasilitas sekolah

27

Kegiatan yang dilakukan bersama ITB TETRAPOD
dititkberatkan pada memberikan bekal UNTUK
ilmu pengetahuan dan keterampilan KEBERLANJUTAN
kepada masyarakat.
PROF. BUDI SULISTIANTO
MEMBANGUN SINERGI
Prof. Budi Sulistianto merupakan
Rusmini merasa berkah yang diterima sekolah salah seorang sosok penting di
pimpinannya tak berkesudahan. Pada 2015, ia balik sepak terjang LPPM ITB turun
kembali mendapat kabar baik dari Budi Hartono. Tim ke berbagai desa di tanah air.
LPPM ITB akan terjun langsung ke Sei Menggaris. Pengabdian ITB tidak hanya di daerah
Para profesor dan ahli akan ke SMK untuk sekitar kampus, tetapi meluas hingga
menularkan ilmunya. Rusmini tak ingin kedatangan garis perbatasan negeri. LPPM ITB
perguruan tinggi bereputasi internasional itu hanya menggandeng para ahli terbaik di
menjadi berkah bagi sekolah. Ia ingin masyarakat Sei bidangnya yang dimiliki ITB untuk
Menggaris juga merasakan manfaatnya. Rusmini dan turun langsung ke masyarakat.
pemangku kebijakan setempat membuat rancangan Mereka menjadi pendorong penting
yang bisa menjadi panduan tim ITB menentukan dalam memajukan masyarakat. Berikut
program kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan penuturan Prof. Budi Sulistianto
Sei Menggaris. Kehadiran rombongan ITB disambut menceritakan pengalamannya turun
sukacita oleh masyarakat dan pemerintah. Semua ke berbagai daerah, khususnya di
menaruh harap, kehadiran ITB bisa membantu daerah perbatasan.
memajukan Sei Menggaris.
Bagaimana pengalaman terlibat
Kegiatan yang dilakukan bersama ITB dititikberatkan dalam pengabdian masyarakat?
pada memberikan bekal ilmu pengatahuan dan Saya pertama kali diberi tugas
keterampilan kepada masyarakat, bukan lewat di LPPM pada 2012. Dengan
pendekatan bangunan fisik. Keterlibatan para melanjutkan beberapa hasil rapat
profesor dari ITB diharapkan bisa memotivasi pada tahun-tahun sebelumnya,
siswa dan warga untuk memperbaiki wilayahnya. yang kebetulan saya ditempatkan
Sebagai kegiatan pertama kolaborasi antara dalam Komisi Penelitian dan
ITB dan SMK Negeri 1 Sei Menggaris dipilihlah Pengabdian Masyarakat (PPM),
pelatihan pembuatan pakan ternak dan pupuk Subkomisi Pengabdian Masyarakat.
organik. Kegiatan ini dipilih karena diharapkan bisa ada beberapa agenda bagaimana
menjadi solusi persoalan kala itu. Saat itu, warga meningkatkan partisipasi Institut
sering mengeluh karena pucuk kelapa sawit yang Teknologi Bandung (ITB) di bidang
baru tumbuh dimakan oleh sapi. akhirnya dibuat pengabdian masyarakat. Khusus untuk
pelatihan pembuatan pupuk organik oleh tim dari program pengabdian masyarakat
Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH) ITB yang murni, kami datang ke suatu tempat
dipimpin oleh Prof. Dr. I Nyoman Pugeg aryantha. lalu memberi pelatihan. Itu berjalan
sampai 2014. Secara pribadi saya
Pakan ternak dan pupuk organik ini memanfaatkan ditempatkan di Perhimpunan ahli
sumber daya alam setempat dengan menggunakan Pertambangan Indonesia sebagai
teknologi fermentasi. Pakan ternak yang dibuat Pelaksana Tugas Ketua Umum.
bisa dimanfaatkan warga sehingga hewannya
bisa mendapatkan nutrisi yang baik tanpa harus

28

Di dalam organisasi itu, ada working sudah berpikir nanti kalau membuat ini Perbatasan. Pintu ini singkatan dari
group yang cukup aktif. Pada saat bisa dipasarkan ke mana, saya langsung Pusat Inovasi dan Teknologi. Sementara
diskusi seperti itu, salah satu anggota, menutup diri. Hal tersebut sudah Emas adalah Ekonomi Masyarakat
yaitu Pak Budi Hartono dari Medco menutup prospek untuk berkembang Perbatasan. Jadi, semuanya digodok di
Mining mengajak dan berkata, “Pak, dan maju berjalan lebih jauh SMK tersebut, apakah itu pembibitan
bagaimana kalau ke perbatasan?” atau perbengkelan. Begitu ada industri
Kata Budi Hartono, di sana ada Namun, kalau local agent bertanya, di sekitar sini, seperti tambang ataupun
masalah yang sangat krusial. Tenaga “Pak, kalau saya ingin begini perkebunan, yang membutuhkan, kita
kerja yang tertolak ke Malaysia bagaimana?” Itu artinya ada tinggal masuk. Setelah itu, mereka
selain malu pulang, akhirnya berdiam semangat. Tenaga kami juga tidak tergugah untuk melakukan semacam
di sekitar Nunukan. Hal tersebut banyak sehingga kalau ada local nota kesepahaman (MoU) dengan ITB.
menjadi problem sendiri karena untuk agent yang punya semangat seperti akhirnya, bupati dengan perwakilan
melaksanakan proses sosial dan ini, kita masuk. Harapannya, local pemda berangkat ke Bandung untuk
kebudayaan seperti itu cukup rumit. agent-lah yang mengembangkannya. menandatangani MoU pada Mei 2018.
yang kedua, perbatasan ini rawan hilir Proses ini menggugah teman-teman
mudik perdagangan narkoba. Nah, Karena diceritakan ada pendirian di Provinsi Kalimantan Utara yang
asal ada support-nya, ya oke kita coba SMK yang potensial, akhirnya dengan juga membangun nota kesepahaman
masuk. akhirnya, program ini berjalan. dukungan teman-teman Medco Mining dengan Rektor ITB pada agustus
pada 2015, kami berdiskusi. Hasilnya, 2018. Ini selanjutnya sebagai acuan
Kesulitan dalam program pengabdian disarankan bagaimana kalau kami pendampingan pembuatan RTRW
masyarakat itu, kami harus melakukan program secara maraton dan Riparda kalau memang mau
mendapatkan local agent yang di perbatasan. Kemudian, menjadikan mengembangkan pariwisata dan
bersemangat. Itu kuncinya. Perjalanan SMK yang sudah memiliki fasilitas merangkul turis dari negara tetangga.
kami banyak gagalnya juga, tidak yang cukup maju ini sebagai pusat Harusnya tahun 2020 ini
semua sukses. Kalau local agent-nya pelatihan yang kita sebut Pintu Emas ada pembuatan cetak biru transportasi
Kaltara, tetapi apakah berjalan atau
tidak karena memang program kami
tahun ini juga tersendat. Tetapi, insya
Allah kami masih terus berkomunikasi.

Bagaimana proses menemukan
masalah dan solusi dalam
pengabdian masyarakat ini?
Begitu kami berminat datang (ke
suatu lokasi), kami tanya terlebih
dahulu program yang diinginkan,
karena kami tidak pernah menjanjikan
bisa begini atau bisa begitu dalam
program pengabdian masyarakat ini.
Setelah kebutuhannya disampaikan,
lalu kami siapkan. Kalau misalnya
berhubungan dengan pengolahan
makanan, atau terkait dengan biopori,
kami akan carikan staf pengajar di
ITB yang bisa. Lalu, kami rundingkan
bersama staff tersebut bagaimana
metode dan strateginya, lalu kami ajak
jalan menuju lahan yang dimaksud.

29

Tantangan apa yang Bapak lihat program ini. Minimal, kalau yang atas Kegiatan pelatihan
di depan dan harapan di masa jadi benderanya (penyemangat) saja,
mendatang apa, Pak? tetapi kalau suatu saat nanti ketendang Gedung SMK sudah
Ketika berdiskusi dengan Wakil ombak dan menggelundung, maka berdiri, tetapi saat ke
Rektor Bidang Perencanaan dan gantian ketiga agen yang di bawah toilet, tidak ada air
Keuangan terkait pendanaan PM, mendukung proses ini dan yang atas yang bisa digunakan
kami sangat berharap adanya membawa benderanya. Hubungan
pendanaan yang sustain. Jadi, stakeholders harus dijaga. Itu juga
siapa pun nanti yang menggantikan bukan hal yang mudah.
tinggal meneruskan. Syukur-syukur
yang menggantikan ada rancangan Bagaimana Bapak memandang
sendiri dengan keahliannya, tinggal urgensi pengabdian masyarakat ini
menyambungkan sehingga menjadi di perguruan tinggi?
program yang never ending. Untuk Saat ini mau tidak mau kita harus
itu butuh dukungan dari Rektor dan menghadapi pemeringkatan
Wakil Rektor untuk kebijakan ini. internasional. Kalau di nasional,
pemeringkatan universitas berdasarkan
Seperti yang dilakukan sekarang pengabdian masyarakat itu sudah
ini, kami merekam semua kegiatan, diberitahukan. ITB termasuk yang
itu juga terkait dengan program dipandang dalam program asia Engage
yang sustain tadi. Biasanya kami (programnya Chulalongkorn University
hanya membuat foto-foto lapangan, Universitas Kebangsaan Malaysia)
menulis laporan, selesai. akibatnya di situ ada NUS Singapura, dan
kami mengerti, tetapi orang lain lainnya. Walaupun dibungkus dengan
tidak. Pencatatan perekaman community service, di dalamnya bisa
seperti ini sangat membantu proses penelitian. Misalnya di NUS Singapura
dan keberlanjutan program ini. setelah ada dana, kondisi desa akan
Melacaknya dan/atau melanjutkannya dievaluasi dulu sebelumnya. Lalu
jadi relatif gampang. perguruan tinggi memberi pendapat,
apa keilmuan yang akan diterapkan.
Selain itu soal stakeholders. Bisa Begitu dilaksanakan satu program
dengan pemerintah setempat camat, bersama-sama, nanti dievaluasi
lurah. yang tidak kalah penting efeknya. Hasil evaluasinya juga bisa
adalah industri yang beberapa ahli dipublikasikan di jurnal. Dengan begitu,
menyebutnya kerja sama pentahelix. nanti bisa menaikkan pangkat dosennya
Namun saya menyebutnya dengan ke profesor, meluluskan doktor dan
tetrapod, seperti penahan ombak di seterusnya sehingga jadi terintegrasi.
laut, yang kakinya empat.yang kami
garap ini di tengahnya karena punya Kalau goal-nya ke pemeringkatan ya
kaki empat kalaupun menggelundung monggo, tetapi integrasi pendidikan,
ke sana masih berjalan, penelitian, pengabdian masyarakat
menggelundung ke sini juga masih itu sangat bagus kalau bisa dijalani
berdiri. Siapa yang tiga di bawah dengan jargon ITB yaitu locally
itu? agen yang harus mendukung relevant, globally respected.

30

MENGHIDUPKAN SUMBER AIR

Pendampingan LPPM ITB di SMK Negeri 1 Sei
Menggaris tak hanya soal peningkatan kapasitas,
tetapi juga merespons persoalan yang dihadapi
sekolah. Pada 2017, Prof. Budi Sulistianto kembali ke
Sei Menggaris untuk menggelar pelatihan, gedung
SMK sudah berdiri. Tetapi, saat ke toilet, tidak ada
air yang bisa digunakan. “Diceritakan bahwa air dari
talang. Wah kita kaget,” katanya.

Padahal, Sei Menggaris didapuk sebagai tuan rumah
Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Kabupaten
Nunukan pada 2018. Soal ketersediaan air ini
memang menjadi momok bagi Sei Menggaris.
Seharusnya MTQ di sana digelar pada 2017, namun
gagal lantaran kesulitan air bersih.

Rupanya di dekat lokasi SMK berada ada mata air
yang sudah mati. Tim LPPM ITB mendatangi lokasi
untuk melihat langsung kondisi mata air di sana.
Di belakang SMK terdapat lereng dan terlihat
lembap. “Nah betul, akhirnya tim dibantu bapak
ibu guru mencoba mengais beberapa tanah dan
alhamdulillah ada sedikit aliran air kecil,” kata
Rusmini.

merusak perkebunan. Sementara bagi masyarakat Tempat tersebut digali lebih lebar dan diberi
yang mengelola kebun bisa memanfaatkan pupuk pembatas dari drum. air ini yang kemudian juga
organiknya. Dengan pengetahuan dan keterampilan digunakan oleh warga setempat. Penggalian
baru ini, warga bisa menghemat biaya dan dilakukan lagi di lokasi yang lebih tinggi dari aliran
meningkatkan kualitas ternak dan kebunnya. air itu. Ternyata ditemukan lagi aliran air yang lebih
besar.
Prof. Budi Sulistianto mengatakan, salah satu kunci
penting keberhasilan kegiatan pengabdian masyarakat Sebelum air digunakan, terlebih dahulu dilakukan
ialah lebih pada kemauan untuk mendapatkan ilmu- pengujian untuk memastikan kandungan air
ilmu baru yang bermanfaat dan berdampak pada aman untuk digunakan. Selanjutnya bersama
masyarakat sekitar. “Tolong saya dilatih membuat tas, Prof. Ir. Muhammad Syahril Badri Kusuma, Ph.D.
tolong latih jahit, tolong kami ingin beternak, ingin mengambil sampel air dari lokasi itu. Ternyata
biogas, dan lainnya. Nah kalau seperti itu cepat sekali kandungan Fe atau zat besinya tergolong tinggi.
(berkembangnya). Kami semangat mengajarnya,” Solusinya dengan melakukan aerasi, yaitu proses
kata Prof. Budi Sulistianto. menambahkan udara atau oksigen ke dalam air.
Setelah itu air bisa dipompa lalu bisa dimanfaatkan.
antusiasme seperti ini yang akan menambal Dengan sumber air itu, kini SMK tak lagi kesulitan
keterbatasan sumber daya manusia yang dibawa air. air dipompa untuk mengisi seluruh toilet di
oleh LPPM ITB ke lokasi. Local agent nanti yang sekolah. Tak ada lagi toilet yang kering tak ada air.
banyak berperan mentransfer dan mengembangkan Bahkan kini warga setempat juga bisa menikmati
ilmu di wilayahnya. air bersih dari sumber air itu.*

31

Mencicipi belajar di salah satu perguruan tinggi
terbaik yang dimiliki Indonesia bersama para
ahli adalah kesempatan emas.

PROGRAM MAGANG DI ITB mandiri,” tutur Prof. Budi Sulistianto yang bertindak
sebagai Ketua Pelaksana program magang ini.
Perekonomian Kabupaten Nunukan ditopang oleh
sektor pertanian dan perkebunan, di antaranya Syaiful, salah seorang guru yang berkesempatan
kelapa dan kedelai. Hasil alam itu berpotensi untuk belajar di ITB. Mencicipi belajar di salah satu
dikembangkan menjadi produk-produk olahan yang perguruan tinggi terbaik yang dimiliki Indonesia
mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Misalnya bersama para ahli adalah kesempatan emas. Ia dan
pengolahan air kelapa menjadi nata de coco melalui para peserta magang berkesempatan belajar tentang
proses fermentasi. Sementara kedelai bisa diolah mikrobiologi dasar, pembuatan makanan fermentasi,
menjadi tempe melalui fermentasi menggunakan ragi. pengujian kualitas air, budi daya jamur, membuat
anyaman, membuat pupuk organik. Ia belajar budi
Pengembangan lain juga bisa dilakukan lewat daya jamur merang dan jamur tiram, membuat
budi daya jamur. Mikroba juga bisa dimanfaatkan tempe, juga tape.
untuk membuat pupuk organik yang dibutuhkan
masyarakat. “Proses fermentasi memerlukan keahlian Produk-produk itu, kata Syaiful, merupakan produk
laboratorium mikrobiologi dasar,” kata Prof. Budi yang sudah merakyat. Tetapi, masyarakat hanya
Sulistianto. Oleh karena itu, LPPM ITB membuat sebagai konsumen, belum tahu cara membuatnya.Oleh
program magang bagi guru dan siswa SMK Negeri karena itu, ilmu yang sudah ia dapatkan di Bandung
1 Sei Menggaris. Pada November 2017, selama satu ditularkan kembali kepada siswa di Sei Menggaris. Siswa
bulan guru dan siswa terpilih akan belajar langsung di juga warga setempat tidak hanya menjadi konsumen,
Laboratorium Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biosains tetapi juga bisa memproduksi dan memasarkannya.
dan Bioteknologi ITB. Dengan demikian, pengetahuan ini mempunyai daya
ungkit terhadap perekonomian warga.
Selama di Bandung, mereka dilatih dan dibina
langsung oleh para pengajar dan asisten ITB (Sri Kepala Bidang Pendidikan SMK Dinas Pendidikan
Utami, Muhandini azahra, azizah Nur Fitriani, dan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara amat
Wuddan Nadhirah). Harapannya, mereka bisa mengatakan, keberadaan SMK Negeri 1 Sei
membimbing dan menularkan pengetahuan ini Menggaris sangat strategis untuk menyiapkan
kepada siswa dan warga setempat. “Pelatihan dan anak-anak di perbatasan. Mereka bisa menjadi
pembinaan yang didapat bisa dipraktikkan secara sumber daya manusia yang memiliki kompetensi
kontinu. Untuk jangka panjang, diharapkan para dan keahlian, baik sebagai tenaga kerja untuk
siswa dapat membentu masyarakat memenuhi industri maupun sebagai penggerak berbagai
kebutuhan pangan warga Kabupaten Nunukan aktivitas ekonomi di sana.
dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat melalui sebuah sentra usaha yang

32

Pelatihan Sumur Biopori

amat tidak ingin SMK ini hanya fokus pada satu pendidikan di Sei Menggaris, juga Kalimantan Utara
bidang. Itu sebabnya sejak lima tahun lalu telah pada umumnya, bisa setara dengan pendidikan di
dibentuk juruan analis kimia. Konsekuensinya, kota besar.
pemerintah pun menambah fasilitas SMK ini, baik
laboratorium maupun ruang belajar. Bagi Rusmini, kemajuan Sei Menggaris tak cukup
hanya dilihat dari pertumbuhan ekonominya.
Amat Sahar, M.Pd. “Kami ingin nanti keunggulan- Menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni
keunggulan teknologi kultur menjadi kerja besar yang tak boleh dilupakan.
jaringan tidak hanya dikembangkan “Saya yakin mereka akan menjadi pemegang
di kota, tetapi juga dikembangkan modal untuk mengembangkan Sei Menggaris. Saya
di daerah pedalaman perbatasan.” selalu yakinkan anak-anak jangan harap orang luar
memajukan kampung kalian kalau bukan kalian yang
Ia memahami, sebagai daerah perbatasan yang berpikir,” kata Rusmini.
jauh dari pusat kota, masih banyak pekerjaan
rumah untuk mengatasi ketertinggalan. akan tetapi, Melihat kegigihan, kerja keras, dan keberanian anak
dengan bantuan industri juga akademisi seperti yang muda Sei Menggaris, Rusmini yakin mereka akan
dilakukan Medco Mining dan ITB di Sei Menggaris, menjadi orang berhasil. Dari tangan merekalah
kemajuan Sei Menggaris akan terwujud.***

33

MEREKA KOK

L‘ENBeIHgMaErNaGkENuA’L

RUSMINI HAKIM

Hati Rusmini Hakim telah tertambat Wilayah itu kemudian menjadi lokasi Meskipun tak punya latar belakang
di Sei Menggaris. Bertahun-tahun transmigrasi. Mereka berasal dari sebagai pendidik, ia tergugah melihat
mengabdikan diri untuk pendidikan Sei Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa anak-anak ini. Sebagian besar adalah
Menggaris membuat Rusmini tak ingin Timur, Lombok Timur. Sebagian lagi anak-anak mantan TKI ilegal yang
meninggalkan daerah perbatasan itu. Sei merupakan mantan Tenaga Kerja dipulangkan ke Indonesia. Ia tahu anak-
Menggaris telah menjadi jati dirinya. Indonesia (TKI) yang dipulangkan dari anak itu adalah anak Indonesia, tetapi
Malaysia, juga warga Nunukan yang mereka berbicara dengan aksen Malaysia.
Rusmini menjejakkan kakinya di Sei tidak punya rumah Rusmini dipanggil Mak Cik. Mereka tidak
Menggaris pada 3 Juni 2003. “Saya menyebut abjad a, B, C, D, E, seperti
ingat dengan menaiki perahu kayu dari Belum ada sekolah di Sei Menggaris umumnya anak Indonesia. anak-anak itu
Nunukan ke Sei Menggaris dengan kala itu. Sementara lambat laun menyebutnya dengan ei, bi, ci, di, dst.
jarak tempuh 6 jam. Sepanjang semakin banyak pekerja yang Dalam berhitung pun demikian. Mereka
perjalanan dari Nunukan ke Sei memboyong keluarganya, termasuk menyebut tambah (+) dengan campur
Menggaris saya tidak menemukan anak-anaknya. Bagi yang punya dan kurang (-) dengan tolak.
satu pun perkampungan. Saya hanya uang, mereka mengirim anak-
menemukan anak sungai, hutan bakau, anaknya sekolah ke Nunukan. anak-anak itu terbiasa dengan dialek
dan sungai luas. Waktu saya memasuki Tinggal di rumah kos di sana. Sabah yang mereka dengar sehari-
Sei Menggaris, semua hutan belantara, Bagi yang tidak mampu, mereka hari. Tak hanya bahasa, pengetahuan
belum ada perkebunan. Saya seperti terpaksa membiarkan anak-anaknya kebangsaan pun lebih dekat dengan
menemukan jiwa saya. Wah ini yang tidak sekolah. Malaysia. Mereka lebih mengenal
saya cari selama ini,” kata perempuan “Negaraku” sebagai lagu kebangsaan
kelahiran Sidrap, 17 Juli 1976 ini. Rusmini kemudian berinisiatif ketimbang “Indonesia Raya”.
mengumpulkan anak-anak pada sore
Semula Sei Menggaris hanya ditinggali hari di teras masjid. Ketika itu ia belum
pekerja perusahaan kayu. Rusmini berkeluarga, ia ingin memanfaatkan
bekerja untuk PT Nunukan Jaya waktu luangnya untuk mengajari anak-
Lestari (NJL) yang bergerak di bidang anak di sana. Tak disangka-sangka,
pengolahan kayu kemudian banting ternyata hampir seratus anak yang
setir ke perkebunan kelapa sawit. datang ke masjid.

34

“Kami yakin bahwa rumah, membantu orang tua bekerja,”
pendidikan bukan modal tutur Rusmini.
dari luar, melainkan
dari dalam sendiri.” Hafid turut membantu Rusmini bertemu
dengan sejumlah pejabat, mulai camat
tua, tetapi tidak memiliki ijazah. Selain hingga bupati untuk membahas soal
kemampuan, ijazah masih menjadi sekolah ini. akhirnya usaha itu terbayar.
syarat bagi perusahaan untuk mencari Pemerintah menerbitkan izin operasional
pekerja. Tidak berhenti di situ, Rusmini SMK Negeri 1 Sei Menggaris. Pemerintah
kemudian mendirikan Pendidikan anak kemudian memberikan lahan seluas 5
Usia Dini (PaUD) pada 2010. hektare di Desa Tabur. Setelah hampir
dua tahun belajar di kolong rumah, siswa
“Saya tidak menyalahkan mereka karena aktivitas Rusmini membangun dunia dan guru-guru kini sudah bisa menikmati
kondisi hidup mereka memang lahir di pendidikan di Sei Menggaris kian gedung yang layak.
Malaysia. Sampai Malaysia agak ketat padat. Pada 2010, ia memutuskan untuk
dengan pemeriksaan surat administrasi mengundurkan diri dari perusahaan. Meskipun awalnya merupakan sekolah
keluarga, mereka harus tinggalkan Rusmini lalu mencoba peruntungan filial yang belajar di kolong rumah
Malaysia,” kata alumni Fakultas sebagai PNS Kabupaten Nunukan. Rusmini, SMK itu kini berkembang dan
Pertanian Universitas Hasanuddin itu. Nasib baik berpihak kepada Rusmini menjadi SMK mandiri, SMK Negeri 1
Ia justru bertekad untuk mendampingi dan suaminya. Mereka berdua diterima Sei Menggaris. Kini sekolahnya sudah
anak-anak ini. sebagai guru PNS. Setelah mencicipi memiliki gedung yang memadai.
beberapa bulan sebagai guru di Lulusannya pun sudah berhasil, bahkan
Baru pada 2006-2007, PT NJL kota, permintaannya kembali ke Sei ada yang melanjutkan sekolah ke Cina.
mendirikan sekolah formal pertama Menggaris dikabulkan.
di sana, yaitu SD dan SMP satu atap. SMK Negeri 1 Sei Menggaris bukan
Sistem penyaringan siswa dibuat Kembali ke Sei Menggaris, Rusmini garis finis bagi Rusmini. Masih banyak
sangat sederhana. anak-anak yang seperti mendapat energi baru untuk cita-citanya untuk pendidikan Sei
usianya lebih tua dan bisa membaca mengabdi. Ia kemudian mengupayakan Menggaris yang akan ia wujudkan. Kini
dimasukkan ke kelas IV. anak yang berdirinya SMK di sana. Kepala Desa Rusmini ingin membuat yayasan yang
memiliki kemampuan yang kurang dari Srinanti Abdul Hafid mengatakan, tanpa fokus pada pendidikan agama Islam.
itu dimasukkan ke kelas III, II, atau I. kegigihan dan ketangguhan Rusmini, Rusmini terpikir, mengapa tidak membuat
Rusmini kemudian membuka program barangkali SMK Negeri 1 Sei Menggaris lembaga pendidikan agama Islam di Sei
belajar Kejar Paket a, B, dan C yang tak akan terbentuk. Ketika itu, Hafid Menggaris? “Saya lihat pendidikan dasar
ditujukan bagi para pekerja yang sudah termasuk orangtua yang gelisah. agama itu yang dipakai dari lahir sampai
anaknya sudah hampir lulus SMP, tetapi mati,” ujar Rusmini.
belum ada sekolah setara SMa yang
ada di wilayahnya. Sementara, untuk Rusmini adalah sumber insipirasi dan
mengirim anaknya ke Nunukan perlu semangat Sei Menggaris. Ia meyakini,
dana yang tidak sedikit. perubahan itu hanya akan terjadi jika
diusahakan oleh orang-orang Sei
“Harus ada SMa di Sei Menggaris. Menggaris sendiri. “Kami tidak pernah
anak-anak kasihan juga. Kalau saya ke merasa terbelakang, terkucilkan meskipun
Nunukan, anak saya yang sekarang jadi realitanya ada. Kami yakin bahwa
polisi itu, masih di kapal sudah pegang pendidikan bukan modal dari luar, tapi dari
perut, lapar. Kalau ada SMa, anak-anak dalam sendiri, dari kami yang ada di sini,
enggak kececeran lagi. Bisa makan di dari support masyarakat, dari semangat
anak yang mau dididik. Buat saya itulah
pendidikan perbatasan,” kata Rusmini.***

35

BERDAYA LEWAT

PADKANANNatTaEdReNCAocKo

Pendekatan yang dipilih LPPM ITB di daerah- ternak sendiri, ternaknya tak perlu mencari makan di
daerah binaannya bukan seperti Sinterklas yang kebun. Dengan begitu perkebunan bisa diselamatkan.
membagikan berbagai macam hadiah. Sebagai
institusi pendidikan teknik, ITB membekali Pada 2017, ITB kembali ke SMK Negeri 1 Sei
masyarakat dengan pengetahuan dan kemampuan Menggaris untuk memberi masyarakat beberapa
baru yang bisa digunakan untuk mengatasi persoalan pelatihan pemberdayaan. Salah satunya pelatihan
dan mengembangkan potensi daerah. Prof. Budi pembuatan nata de coco. Pelatihan ini bertujuan
Sulistianto mengatakan, program yang dirancang, agar masyarakat mempunyai keterampilan untuk
termasuk di Sei Menggaris, berasal dari kebutuhan mengolah sumber daya alam yang tersedia di Sei
masyarakat. Biasanya masyarakat menyampaikan Menggaris. Salah satu sumber daya itu berupa kelapa
persoalan apa yang sedang dihadapi, kemudian yang merupakan bahan dasar pembuatan nata de
ITB berupaya mencari solusi yang efektif untuk coco. Selain itu, dilakukan pelatihan pembuatan
mengatasinya. tempe dan kecap yang terbuat dari kedelai. Prof.
Budi Sulistianto berharap, pelatihan ini bermanfaat
Program pertama yang dilakukan ITB di Sei Menggaris untuk mengatasi persoalan pangan yang ada di Sei
pada 2015 ialah melatih siswa dan guru SMK Negeri Menggaris.
1 Sei Menggaris membuat pakan ternak dan pupuk
organik. Langkah itu juga sesuai dengan kebutuhan Selain menggelar pelatihan langsung di Sei
masyarakat kala itu. “Pupuk sama pakan ternak ini Menggaris, pelatihan ini juga dilakukan lewat
karena ternak di sini bisa jalan-jalan menghabisi program magang. Siswa dan guru SMK Negeri 1 Sei
beberapa tanaman yang ada di sini. Maka, bagaimana Menggaris yang terpilih dibina selama sebulan sampai
kalau kita ajari beternak,” kata Prof. Budi. Kemudian 2 bulan (2 kali magang) di Laboratorium Mikrobiologi
dipilihlah pelatihan pembuatan pakan ternak yang Pusat Penelitian Biosains dan Bioteknologi pimpinan
terbuat dari sumber daya lokal yang sudah tersedia I Nyoman Pugeg aryantha. Tujuannya, mereka bisa
dan mudah dicari. Pembuatannya memanfaatkan menularkan dan turut mendampingi masyarakat
mikroorganisme. Jika masyarakat bisa membuat pakan setempat mempelajari kemampuan ini.

36

PEMBUATAN PAKAN TERNAK 2TAHAP FERMENTASI PAKAN

Prof. Budi menjelaskan bahwa pelatihan pembuatan
pakan ternak secara garis besar terdiri dari dua tahap
utama, yaitu pembuatan biang dan fermentasi pakan.
adapun untuk proses pembuatan skala kecil dapat
dilakukan melalui tahapan berikut.

1TAHAP MEMBUAT BIANG JAMUR
MARASMIELLUS

BAHAN-BAHAN BAHAN-BAHAN

• Serbuk kayu (25%) (persentase megacu ke bahan utama)
• Beras merah (20%)
• Jagung Pecah (50%) • Tandan kosong • Air keran
• NPK (1%) atau pelepah (tanpa kaporit)
• Gula pasir (4%) daun sawit)
• Kultur murni • Biang jamur
• Dedak (10%) (Marasmiellus sp)
PERALATAN • NPK/urea (1%)

(skala kecil) PERALATAN • Baki/Loyang
• Kukusan • Baskom
• Panci (skala kecil) • Kompor
• Wadah • Chopper/pencacah
• Kompor • Kukusan
• Gelas ukur
Untuk pembuatan biang sebanyak 2 Kg dapat dilakukan • Wadah tahan panas
sebagai berikut. • Sendok
1. Pertama, masukkan 1 kg jagung dan 0,4 kg beras merah serta • Centong

80 g gula pasir ke dalam panci. Lalu tambahkan air sebanyak Untuk pembuatan pakan skala kecil sekitar 3 kg
dua buku jari di atas permukaan bahan. Masak hingga sampai 1. Cara membuatnya, pelepah daun kelapa sawit atau
tanak, sekitar 1 jam. Jagung dan beras merah yang sudah
dimasak itu kemudian dicampur dengan serbuk kayu sekitar tandan kosong ditimbang sebanyak 3 kilogram.
setengah kilogram dan NPK 20 gram dalam sebuah wadah Kemudian dicacah agak halus menggunakan alat
besar. Setelah merata dimasukkan ke dalam beberapa pencacah. Hasil cacahan diletakkan ke dalam baskom.
botol selai sebanyak 3/4 dari volume botol. Botol lalu Lalu campur dengan dedak 300 gram dan NPK 30
ditutup dengan aluminium foil atau lembaran plastik tahan gram. Tambahkan air hingga mencapai kelembapan
panas dan diikat dengan karet gelang. 60%. Kelembapan yang diharapkan itu tandanya jika
2. Selanjutnya, perlu disterilisasi. Sterilisasi dilakukan dengan diperas akan membekaskan air di telapak tangan, namun
menggunakan autoklaf atau dengan metode pasteurisasi tidak tidak meneteskan air saat diperas dengan tenaga
dengan alat kukusan dalam waktu lebih lama. Masukkan maksimum. Campuran bahan itu kemudian dibungkus
dalam autoklaf lalu kukus selama 20 menit, hitungan dalam plastik tahan panas sehingga membentuk baglog.
waktu ini dimulai sejak muncul uap air mendidih. Jika Kemudian dipasteurisasi dengan mengukusnya selama
menggunakan prinsip pasteurisasi kukusan dilakukan kurang lebih 200 menit.
proses pengukusan minimal 1 jam 2. Diamkan bahan hingga mencapai suhu di bawah 40oC.
3. Proses selanjutnya dilakukan proses penanaman jamur atau Kemudian media dikeluarkan dari kantong plastik dan
inokulasi. Tahap ini memerlukan ruang kerja yang bersih. ditaburkan biang jamur di dalam wadah baki yang
Oleh karena itu, sebelum dimulai ruang kerja disemprot aseptik, aduk secara merata di dekat api. Kemudian baki
dengan alkohol 70%. Media steril yang telah diingin kemudian ditutup dengan kantong plastik yang bekas wadah lalu
diberikan (diinokulasi) kultur murni jamur secukupnya secara didiamkan hingga 2-3 minggu. Pada waktu itu merupakan
aseptik. Proses ini dilakukan di dekat api untuk menghindari masa inkubasi jamur hingga ditumbuhi miselin putih di
kontaminasi. Setelah itu disimpan selama 2-3 minggu pada seluruh permukaan baglog.
suhu ruang dan tempat yang bersih.

37

Selain itu, ternak juga membutuhkan probiotik dan silase. yang diawetkan dengan cara fermentasi. Dengan cara ini,
Starter (biang) probiotik ini terbuat dari mikroba hidup. hasilnya bisa disimpan lebih lama tanpa merusak zat gizi
Mengonsumsi suplemen probiotik dapat mencegah yang terkandung di dalamnya. Pembuatan minuman
terjadinya kelainan metabolisme, mengurangi produksi probiotik terdiri atas dua tahapan, yaitu perbanyakan
gas metana, mendetoksifikasi racun, dan merangsang biang dari bakteri probiotik dan penumbuhan bakteri
sistem kekebalan tubuh. Mikroba probiotik ini lebih mudah probiotik dalam skala besar. Kemudian dilanjutkan
diproduksi, harganya pun lebih murah. Sementara silase dengan pembuatan silase.
merupakan pakan yang berasal dari limbah pertanian

1TAHAP PENYIAPAN BIANG & 2TAHAP PEMBUATAN SILASE
PENUMBUHAN BAKTERI (skala kecil)
PROBIOTIK

BAHAN-BAHAN BAHAN-BAHAN

(mpeemngbaucautapnadbaiavnogludmenegaairn) persentase (persentase mengacu ke bahan hijauan)
• Air • bahan hijauan
• Gula merah (10%) • NPK atau urea (1%)
• Susu murni (1%) • air keran tanpa kaporit
• Bakteri probiotik (10%) • dedak (10%)
• molase (2,5%)
PERALATAN • Botol semprot • plastik alas
• Centong • biang bakteri probiotik (10%).
(skala kecil) • Corong
• Panci • Gelas ukur 1. Siapkan limbah bahan hijauan (rumput, jerami dan
• Kompor • Lem perekat daun jagung) sebanyak 1,5 kg. Kemudian potong
• Botol 1,5 liter • Dakron/kapas menjadi berukuran sekitar 3-5 cm. Setelah itu,
• Botol 330 ml • Alkohol (70%) campur dengan kultur bakteri probiotik 150 ml,
• Pompa aerator dedak 150 gram, molase 40 gram, NPK 15 gram.
• Sedotan
• Selang 2. Tempatkan campuran tersebut dalam wadah yang
tertutup rapat. Setelah 1-2 minggu, silase siap
1. Untuk penyiapan biang, caranya dengan dikonsumsi oleh ternak.
mencampur 1 liter air mineral dengan gula
merah 100 gram. Campuran tersebut direbus Pelatihan ini tidak sekadar
selama sekitar 45 menit, kemudian didinginkan. untuk memenuhi kebutuhan
Selanjutnya, tambahkan 10 ml susu dan 1 botol pangan masyarakat, tetapi
bakteri probiotik. Lalu masukkan ke dalam botol juga untuk bisa menjadi
steril dan simpan selama 24 jam. sumber penghasilan baru
yang berkesinambungan.
2. Selanjutnya, tahap memperbanyak probiotik skala
lebih besar (5 L), caranya dengan mencampur
molase atau gula merah atau bisa juga air tebu
sebanyak 500ml atau 500gr dengan 4 liter air dan
500 ml biang ke dalam wadah steril. Media gula
diberikan aerasi secara kontinyu dengan udara
bersih melalui sistim filtrasi dengan bahan serat
dakron 2-3 hari, akan muncul bau harum yang
menandakan probiotik sudah dapat digunakan
untuk minuman ternak dan pembuatan silase

38

PEMBUATAN NATA DE COCO

Nata de coco merupakan makanan hasil olahan
air kelapa melalui proses fermentasi. Proses
fermentasinya dibantu oleh bakteri Acetobacter
xylinum. Prof. Budi Sulistianto menjelaskan, hasil
dari fermentasi ini berupa lapisan selulosa berwarna
putih yang biasa disebut nata.

BAHAN-BAHAN

(skala kecil)

• Air kelapa 1 liter
• Kecambah tauge 10 g
• Cuka 50 ml
• Gula putih 100 gram
• Bibit nata 100 ml

PERALATAN • Kertas roti/kain kasa
• Kompor
• Panci • Sendok
• Pembungkus
• Loyang/nampan

1. Untuk membuat nata de coco, saring 1 liter air Selain membuat nata de coco, warga juga dilatih
kelapa ke dalam panci. Tambahkan 100 gram gul untuk membuat makanan fermentasi misalnya, kecap
aputih dan 50 ml cuka. Masak hingga mendidih, dari kedelai, dan terasi dari ikan ataupun udang.
lalu segera matikan kompor. Ketika masih panas, Kecap dibuat melalui proses fermentasi oleh jamur
tuangkan ke loyang yang bersih kemudian tutup Aspergillus sp dan Rhizopus sp. Sedangkan olahan
dengan kertas roti / kain kasa, lalu ikat dengan karet. di bidang perikanan yaitu terasi yang dibuat dari
2. Setelah dingin, tambahjan bibit naya (Acetobacter ikan atau udang yang bernilai ekonomis rendah.
xylinum) sebanyak 100 ml. Jangan lupa mengocoknya Pembuatan terasi menggunakan rebon (Atya sp.).
terlebih dahulu. Kemudian simpan dalam suhu ruang
agar proses fermentasi berjalan, sekitar 5-7 hari. Prof. Budi berharap, pelatihan ini tidak sekadar untuk
3. Setelah terbentuk lapisan nata, ambil lalu dipotong- memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, tetapi juga
potong sesuai selera, setelah itu dicuci dan dibilas untuk bisa menjadi sumber penghasilan baru yang
dengan air mengalir. Lalu rebus nata agar aman berkesinambungan di Sei Menggaris. Masyarakat
dikonsumsi, kemudian tiriskan. bisa sejahtera dengan membangun sentra usaha
4. Bibit nata bisa dibuat dengan cara menambahkan mandiri.***
air kelapa dengan gula putih dan cuka lalu
mendidihkannya. Masukkan dalam botol, lalu tutup
dengan plastik. Ketika sudah dingin, tambahakan
Acetobacter xylinum sebanyak 10%. Simpan dalam
ruangan. Setelah 5-7 hari bisa digunakan sebagai
bibit nata. Jika di permukaan botol muncul lapisan
nata, itu berarti sudah siap digunakan.

39

MMEENRGAHGWIeDnAUeTPrKaAsNi AIR,

Sei Menggaris pernah mempunyai sumber air yang Ketika itu, pengaliran air ke warga dibantu dengan
melimpah ruah. Menilik masa itu, sulit membayangkan pompa air menggunakan dinamo yang berbehan bakar
jika kemudian Sei Menggaris kekurangan air sampai solar. Sayangnya, operasional SPaM macet pada 2012.
harus menadah air hujan. Berkat bantuan para pakar Desa Sri Nanti kemudian mau mengelolanya sendiri.
dan kalangan usaha, akhirnya Sei Menggaris bisa Tetapi, sistem swadaya ini tidak berumur panjang.
menikmati air bersih lagi. Meski tetap dibayangi oleh Baru setahun pengelolaannya sudah terhenti. Rupanya
berkurangnya sumber air bersih lantaran beradu pendapatan dari pembayaran warga tak setimpal
dengan perkebunan kelapa sawit, air bersih di Sei dengan biaya yang dikeluarkan. Penerimaannya
Menggaris kini terkelola dengan baik. tidak cukup untuk membiayai keperluan solar dan
gaji petugas. Pemerintah desa jadi tekor terus.
Dany Wokal ingat sekitar tahun 2005 ditemukan Pengelolaannya waktu itu dipegang oleh Lembaga
sumber air di Satuan Permukiman (SP) 2, kini daerah Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Sri Nanti. Belum
ini bernama Desa Sri Nanti. Menurut Dany, mata air juga setahun, sudah tekor Rp40 juta. akhirnya, SPaM
itu dulu merupakan hulu sungai. “Setiap air surut baru harus berhenti lagi.
kelihatan sumber mata airnya berupa lubang sebesar
batok kepala. ada tiga titik,” kata Dany. Mata air itu Tahun 2015, Dany kembali dipanggil oleh pemerintah
kemudian dibangun, dibendung menjadi embung desa. Setelah mengadakan rapat antara pemerintah
sehingga airnya bisa dialirkan untuk keperluan warga. dan warga Desa Sri Nanti, semua sepakat untuk
Kapasitas airnya sangat besar. Saat alirannya kecil kembali menghidupkan SPaM, tetapi tidak ada
saja, debitnya bisa mencapai 50 liter per detik. instansi yang mengelolanya. Pengelolaannya
diserahkan kepada SPaM sendiri. akhirnya Dany dan
Memanfaatkan sumber air itu, pada 2009 dibangun rekannya kembali mengoperasikan lagi SPaM. Setelah
Sistem Penyediaan air Minum atau yang biasa melakukan perbaikan dengan bantuan warga, SPaM
disebut dengan SPaM. Pengelolanya ketika itu bisa kembali normal. Sayangnya, lagi-lagi usaha ini
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur. terhenti lagi. Kali ini karena genset rusak. Meskipun
Operasionalnya dibantu oleh Dinas PU Kabupaten pendapatan yang diterima sudah lebih tinggi, uang
Nunukan. Dany merupakan satu dari dua orang yang itu habis untuk menutup utang sebelumnya. akhirnya
direkut untuk mengurusi operasional SPaM ini. tak ada anggaran yang tersisa untuk melakukan

40

Embung Air Srinanti

41

Proses pengolahan air dari
Embung Sri Nanti hingga
didistribusikan ke masyarakat desa

perbaikan alat. akhirnya dengan berat hati, operator Setuju dengan skema itu, akhirnya SPaM kembali
SPaM sekali lagi harus terhenti. dihidupkan atas bantuan PT DTR. Operasional tahap
pertama dilakukan di 4 RT. Lantaran hasilnya baik,
Sampai akhirnya sekitar 2018, Dany menerima akhirnya dilanjutkan ke RT yang lain.
panggilan telepon dari Budi Hartono dari PT Duta
Tambang Rekayasa, bagian dari Medco Mining. Setiap rumah warga dipasang watermeter. Mereka
Budi mengutarakan niatnya untuk membantu harus membayar Rp10.000/kubik air. Sebelum
menghidupkan kembali SPaM. Dany diminta untuk menggunakan watermeter warga membayar
membuat perkiraan apa saja yang perlu diperbaiki Rp20.000 untuk berapa pun air yang terpakai. Ini
dan besaran anggaran yang diperlukan. Perbaikan yang membuat SPaM menenggak kerugian. Ketika
yang dilakukan mulai dari instalasi pipa, mesin, SPaM tidak ada, warga mengambil air dari mata air
pemasangan watermeter, dan lain-lain. langsung. Mereka harus membayar Rp6.000 untuk 20
liter air atau sekitar Rp150.000 untuk satu tangki profil
“Pertama (menyerahkan anggaran), kaget. Enggak air berkapasitas 1.800 liter. Bahkan, dahulu warga
sanggup (sebesar itu). Kedua, masih terlalu besar sempat harus membeli air setangki profil air seharga
anggarannya. Ketiga, baru mereka bilang, bagaimana Rp300.000. Dengan kembali beroperasionalnya
kalau dilakukan bertahap. Misalnya 3 RT dulu, SPaM, warga cukup membayar air yang digunakan
nanti kalau berhasil baru dilanjutkan,” tutur Dany. seharga Rp10.000/kubik.

42

Dahulu warga sempat Meskipun semua sudah berjalan baik, Dany masih
harus membeli air setangki punya menyimpan resah. Ia ingat betul tahun 2007-
profil air seharga Rp300.000. 2008 saat air meluap-luap. Sejak 2015, debit airnya
Dengan kembali beroperasionalnya hanya tersisa 15 liter per detik. Ia khawatir tahun
SPAM, warga cukup membayar air ini dan seterusnya tidak akan ada cukup air. “Tiap
menyedot air 5 liter per detik, setelah 9-11 jam sudah
yang digunakan seharga tidak ada air yang keluar. Dahulu 25 liter per detik,
Rp10.000/kubik. sekarang sudah tidak ada,” tutur Dany.

Kapasitas air di bendungan pun sudah menurun.
Dahulu kedalaman air bisa mencapai 4 meter,
sekarang tinggal 1,8 meter saja. Penyebabnya karena
banyaknya endapan pasir yang terbawa aliran air.

Dany mengatakan, hidupnya kembali SPaM Dany Wokal “Dahulu air jernih, sekarang
sokongan PT DTR dan melibatkan Badan Usaha Milik airnya untuk penyaringan
Desa (BUMDes) Sri Nanti. Medco melalui PT DTR sudah mulai keruh ada zat
membantu dana sebesar Rp20 juta. Pemerintah Desa asam dan zat besi tinggi.
Sri Nanti mengeluarkan dana dengan nominal yang Sekarang menampung
sama. Sekarang SPaM bisa memperoleh pemasukan lumut juga. Debit sudah
sekitar Rp15 juta per bulan. jauh berkurang,”

SPaM saat ini tidak lagi menggunakan solar. Genset Kekurangan air ini juga sudah dirasakan warga.
dioperasikan dengan listrik. Biaya yang dikeluarkan Dahulu warga menggunakan air tanpa perhitungan
jadi lebih hemat. Sebelumnya, pembelian solar jadi karena merasa biayanya kecil. akan tetapi, sejak
celah untuk memainkan uang. Sekarang tidak bisa merasakan sumber air yang berkurang, warga pun
lagi. Listrik setiap bulan menghabiskan dana sekitar mulai hemat air. “Permasalahan nanti itu nanti bukan
Rp5juta. “Masih ada sisa uang untuk pemeliharaan,” dari sistem dan pelanggan,melainkan dari sumber.
kata Dany. Untuk gaji petugas, setiap orang mendapat Sumber air satusatunya yang bisa dikonsumsi, tetapi
Rp1juta dari BUMDes dan tambahan dari PT DTR di atasnya semua orang menanam sawit. Semakin
sebesar Rp500 ribu. Dany sebagai yang paling senior besar sawitnya, semakin kecil airnya,” tutur Dany.
mendapat Rp1,5 juta, tetapi biaya bensin tidak Ia mengatakan, pada 2010 SPaM memperoleh
ditanggung seperti petugas lainnya. tanah hibah dari pemerintah seluas 4 hektare. Lahan
itu seharusnya menjadi lahan resapan yang bisa
Kini SPaM sudah melayani 11 RT di Desa Sri Nanti, merawat sumber air bersih untuk warga. akan tetapi
tetapi masih ada RT yang menggunakan air tanpa saat diukur di lapangan, luasnya mengecil. Sebagian
watermeter. Penggunaan airnya jadi cukup boros, lahannya sudah dipenuhi kelapa sawit. Tak jelas juga
tidak cukup 20 kubik. Untungnya ada bantuan dari siapa pemilik kelapa sawit itu. “Kita tahu bahwa
dana desa untuk melengkapi watermeter. Selain sumber air kurang akibat sawit,” ujar Dany.
itu, ada juga bantuan dari Pemerintah Kabupaten
Nunukan untuk pemipaan di RT 6. Pemipaan ini bisa LPPM ITB memahami kondisi ini sehingga pada 2018
mengaktifkan juga jalur ke RT yang lain. “Sementara dilakukan penanaman bambu di kawasan sumber
berjalan ini, sudah bagus cara pemakaiannya. Sudah air. “Kami juga dikasih tahu soal penghijauan dan
tidak boros air seperti dahulu,” ujar Dany. memperkaya tanah dengan air,” kata Dany. Dany
bersyukur adanya keterlibatan Medco dan ITB

43

di SPaM ini. SPaM sebagai sumber air bersih satu- Budi Hartono MENINGGALKAN
satunya bagi dua desa di Sei Menggaris, SPaM sudah JEJAK
seharusnya mendapat perhatian yang besar. “Kami Manajer Eksternal KEMANDIRIAN
butuh pemerintah yang meu memperhatikan karena Medco Mining
hanya ini sumber air yang ada. Sumber lain sudah tidak Hubungan masyarakat dengan
layak karena isinya pupuk dari sawit semua,” kata Dany. perusahaan tambang kerap tidak
harmonis. Dua pihak ini seolah tidak
“Mata air yang telah dibendung bisa hidup berdampingan, tetapi tidak
dalam embung itu merupakan demikian di Sei Menggaris. Masyarakat
setempat justru sangat akrab dengan
sumber daya yang sayang jika tidak PT Duta Tambang Rekayasa, anak
diberdayakan untuk masyarakat.” perusahaan Medco Mining yang
mengelola tambang batu bara di Sei
Itu sebabnya Medco Mining melalui PT DTR Menggaris.
membangkitkan kembali SPaM. Ia menyadari salah satu
persoalan besarnya ialah sumber air yang tak sebesar Perusahaan ini terlibat saat masyarakat
dahulu. Bersama dengan para profesor di LPPM merintis pendirian SMK pertama di
ITB dilakukan usaha untuk mencari sumber air yang daerah itu dan berperan menghidupkan
mampu menghidupi masyarakat. Prof. Syahril turut kembali saluran air yang sempat
untuk mengecek langsung adakah sumber air yang mangkrak. Perusahaan ini pula yang
bisa dimanfaatkan. “Jadi, waktu dipastikan memang menjembatani masyarakat dengan LPPM
ada air yang sangat luar biasa, yang(sebelumnya) di situ ITB sehingga masyarakat mendapat
enggak ada sumber air yang bagus dan dibor enggak banyak keterampilan baru yang bisa
pernah dapat. Satu atau dua bulan bulan kemudian menjadi bekal memajukan masyarakat,
Prof. Syahril ya datang mengecek potensi airnya. seperti keterampilan bercocok tanam,
Diperkirakan bisa digunakan oleh 6.000 orang. Kalau 1 budi daya jamur, membuat nata de coco,
orang per hari 200 liter,” kata Prof. Syahril. tempe, kecap, bahkan pakan ternak.

Ia melihat keberadaan SPaM sebenarnya bisa Manajer Eksternal PT Medco
menguntungkan masyarakat dalam hal pengelolaan air. Mining Budi Hartono mengatakan,
Sayangnya ketika itu kondisinya mangkrak. “akhirnya keharmonisan antara perusahaan dan
kami telusuri itu sebetulnya punya siapa. Ternyata masyarakat ini tidak begitu saja terjadi.
punya PU Kalimantan Utara, asetnya masih PU,” Saat PT DTR memulai eksplorasi, sekitar
ujarnya. Setelah memahami jelas duduk persoalannya, 2013, sempat terjadi konflik dengan
PT DTR menyatakan kesediaannya untuk mengelola masyarakat Sei Menggaris. Konflik
SPaM, tetapi pengelolaan itu dilakukan bersama-sama itu bisa selesai dengan pendekatan
dengan BUMDes. “Pak Syahril waktu itu menggaris dan komunikasi yang baik dengan
bawahi, pastikan jangan nanti pas sudah jalan, sudah
bagus, tidak diposisikan BUMDes,” kata Budi.

Budi juga meyakini keikutsertaan BUMDes akan
menjadi kunci SPaM yang berkelanjutan. akhirnya
kemitraan ini diikat dalam Nota Kesepahaman antara
PT DTR dan BUMDes. Sepakat untuk memperbaiki
instalasi pipa, memasang sambungan PLN, dan
mengelola operasional SPaM. “akhirnya sejak 2019
sudah mandiri,” ujar Budi. Budi tidak ingin program
untuk kemaslahatan orang banyak ini lagi-lagi mandek

44

masyarakat. Buka puasa bersama dan Oleh karena itu, kata Budi, kegiatan “
penanaman pohon menjadi ajang yang dilaksanakan tak bisa sekadar Saya melihat
untuk berkenalan lebih dekat dengan bagi-bagi bantuan, tetapi direncanakan semangat. Yang saya
masyarakat. Tidak hanya mengenal agarkegiatan bisa berkelanjutan. PT DTR tidak bisa lupakan itu
tokoh kunci di sana, tetapi juga memilih pembangunan sumber daya
mendapat informasi tentang persoalan manusia sebagai fokusnya. SMK Negeri 1 semangatnya.”
yang dihadapi warga. Sei Menggaris kemudian dipilih menjadi
mitra strategis. Lewat sekolah, indeks
“Diinformasikan oleh Pak Camat, pembangunan manusia di kawasan itu
katanya, ‘Pak Budi, ada warga yang bisa meningkat. Lebih jauh, keberadaan
berinisiatif bikin SMK filial di kolong SMK menjadi mitra yang signifikan untuk
rumah’. Beberapa kali saya diingatkan bisa mengembangkan kawasan Sei
oleh Pak Camat untuk melihat, baru Menggaris.
ketiga kali saya dan Pak Camat ke kolong
rumah itu. Dan memang bener di kolong
rumah, saya lihatin,” tutur Budi.

Beberapa bulan setelah itu, Budi terus
memantau dari jauh perkembangan
sekolah itu. Jumlah siswanya terus
bertambah, tetapi situasi belajarnya
masih sangat terbatas. Tanpa kursi,
hanya menggunakan bangku pengajian
ibu-ibu. Dari sana, PT DTR menawarkan
diri untuk membantu menyiapkan
sebanyak 40 kursi belajar. “Saya melihat
semangat. yang saya tidak bisa lupakan
itu semangatnya,” ujar Budi.

Dari sana hubungan baik mulai terbina. Embung Sri Nanti
Budi jadi bisa melihat lebih jelas, apa
saja persoalan yang dihadapi warga.
Tak hanya pendidikan, tetapi juga
pertanian, peternakan, juga lingkungan.
Pemerintah lewat Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
41 Tahun 2016 tentang Pengembangan
dan Pemberdayaan Masyarakat pada
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara mewajibkan setiap badan
usaha pertambangan untuk memiliki
rencana induk Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat (PPM).
Inilah yang menjadi kerangka aktivitas
sosial PT DTR di Sei Menggaris.
“Misinya supaya masyarakat sekitar
tambang bisa mandiri, sejahtera, dan
berkelanjutan,” kata Budi.

45

Berbagai pihak kemudian bergandengan ingin melanjutkan sekolah,” kata diajarkan budi daya jamur, buah naga,
tangan untuk membangun Sei Menggaris Tonny. Oleh karena itu, Medco Mining sayur-mayur, produksi madu, membuat
secara serius. ITB dan Pemkab Nunukan mendukung inisiasi masyarakat pakan ternak, pupuk organik, membuat
melangkah membuat nota kesepahaman mendirikan SMK. Bahkan ketika tempe, kecap, nata de coco, dan
bersama agar ada ikatan yang kokoh itu, ijazah sebagai insinyur mesin sebagainya.
untuk menyelesaikan berbagai program pegawainya disertakan sebagai syarat
di sana. pendirian selain turut mengajar untuk Meski masih memiliki anak perusahaan
bidang mesin alat berat. “Bantuan yang PT Duta Tambang Sumber alam
Presiden Direktur PT Medco Mining, diberikan perusahaan kepada masyarakat dan PT Nunukan Bara Sentosa Satu,
Tonny P. Sastramihardja mengatakan, sebagian besar bukan berupa uang, eksplorasi PT DTR di Sei Menggaris
kunci penting keharmonisan sektor usaha melainkan juga berupa jaringan. Jaringan akan rampung pada 2022, dan Tonny
dengan masyarakat di Seimenggaris ialah ini salah satunya untuk menggandeng ingin meninggalkan jejak yang baik.
kejelian melihat apa yang dibutuhkan pemerintah,” papar Tonny. “Ini kewajiban moral, yang ditinggalkan
masyarakat “Pertama, kami melihat jangan sampai susah,” ucapnya.
kebutuhan masyarakat area tambang. Selain pendidikan, pemenuhan Setelah tambang DTR rampung,
Kedua barangkali karena kami ini kebutuhan air bersih juga menjadi pihaknya harus memulai proses
perusahaan yang eksekutifnya ada persoalan warga. Perusahaan berusaha reklamasi dan revegetasi di lokasi
yang idealis. Jadi, tidak mau sekadar untuk mengurai benang kusut bekas tambang. Tonny berharap proses
memberikan community development pengelolaan air bersih di sana. Tonny ini tidak dilakukan secara konvensional.
(comdev) atau CSR kepada masyarakat, mengatakan, keterlibatan perusahaan Model reklamasi dan revegetasi perlu
tetapi terus tidak ada ujung pangkalnya,” tak boleh menihilkan masyarakat. memperhatikan kebutuhan masyarakat.
kata Tonny. Masyarakat harus tetap menjadi aktor
penting pada setiap program. “Mereka “Harmonisasi kegiatan pascatambang
Tonny P. Sastramihardja harus bantu, tidak cuma duduk-duduk dengan manfaat sebesar-besarnya
saja. Bikin apa, siapa yang mengurusnya, untuk masyarakat tambang. Kalau ada
Kami tak ingin masyarakat sehingga bisa self financing,” kata Tonny. 300 hektare untuk hutan, kenapa tidak
hanya mendapatkan sesuatu sekelilingnya ditanami durian supaya
untuk jangka pendek. Kami Proses ini penting untuk melahirkan masyarakat bisa menikmati. Hutan
memilih memberikan kail, bukan kemandirian. Dukungan perusahaan tidak memang bagus untuk lingkungan,
membuat masyarakat merasa bergantung. tetapi mungkin ada yang bisa jadi kebun
ikannya. Agar manfaatnya Masyarakat didorong untuk menciptakan jeruk, sirsak, nanti ibu-ibunya bisa bikin
bisa dirasakan masyarakat sistem yang baik. Mulai dari pemasangan sirupnya,” tutur Tonny.
secara jangka panjang hingga dan pengaturan pemasangan pipa,
pengelolaan keuangan, sampai perawatan Untuk mewujudkan gagasan tersebut,
generasi berikutnya. peralatan. Perusahaan menjadi mentor perlu proses panjang. “ITB sebagai
yang mendampingi di awal. Selanjutnya rumah para pemikir bisa membuat
Menurut Tonny, pendidikan masyarakat yang menjalankannya sendiri. kajian bagaimana konsep ideal
reklamasi dan revegetasi ini,” ujarnya.
merupakan salah satu kendala yang Selain memberi solusi atas persoalan Ia berharap area bekas tambang
masyarakat, pemberdayaan masyarakat bisa dimanfaatkan oleh warga sesuai
paling kentara. “Dengan kondisi dilakukan dengan menumbuhkan dengan kebutuhannya. “Misalnya
kesadaran untuk menciptakan sumber- menjadi ekowisata, hutan sosial, atau
ekonomi yang terbatas, mereka harus sumber pendapatan baru. Itu sebabnya lainnya, reklamasi menjadi sesuatu
masyarakat diberi berbagai pelatihan yang mudah diimplementasikan dan
untuk memberi alternatif sumber memberi manfaat bagi masyarakat
pendapatan yang tidak konvensional. setempat.*
Bersama dengan ITB, masyarakat
mengirim anaknya ke Nunukan jika

46

di tengah jalan. Oleh karena itu, PT DTR berharap Abdul Hafid “Di situ, kami berbangga hati
BUMDes mempunyai komitmen yang kuat. Untuk bahwa seorang profesor mau
mengujikan, PT DTR tak mau menanggung semua langsung datang ke desa
biayanya. Berbagai biaya harus ditanggung bersama kami menanam bambu untuk
dengan BUMDes. Setelah dua tahap awal berjalan masyarakat,” kata Hafid.
baik, barulah BUMDes mengelola sepenuhnya uang
pembayaran dari pelanggan. Ketika mengaktifkan menjadi resapan air. Kini ia sudah bisa lega. Dahulu
kembali SPaM ini, Budi memahami salah satu penampungan air kecil saja, kini sudah dibesarkan.
persoalan yang dihadapi ialah sumber air yang airnya cukup untuk memenuhi kebutuhan warga.
mulai menipis sehingga sumber air yang ada di Sei Secara kualitas, air SPaM juga membaik. Menurut
Menggaris harus dijaga agar tetap lestari. Sebelum penelitian, airnya bersih dan bisa diminum langsung.
SPaM mulai diaktifkan, terlebih dahulu dilakukan Kekeringan yang menjadi momok setiap tahun,
penanaman bambu di sekitar mata air. Para profesor terkikis perlahan. Budi sadar betul, usaha tambang
dari LPPM ITB turun langsung mendampingi tidak akan berlangsung selamanya. Pada saatnya akan
masyarakat. Mereka mengajari bagaimana cara habis juga. Oleh karena itu, perusahaannya bertekad
terbaik melestarikan sumber air. untuk membuat program yang berkesinambungan
di masyarakat agar mereka tetap sejahtera sampai
Kepala Desa Sri Nanti Abdul Hafid mengatakan, generasi-generasi berikutnya.
bambu yang ditanam bahkan didatangkan langsung
dari Bandung. Bambu-bambu itu ditanam untuk

TANTANGAN PENGELOLAAN

ROFIQ IQBAL, S.T., M.Eng., Ph.D.

PENYEDIAAN air berbasis masyarakat masih pengelolaan air bersih, dan hitung-hitungan untuk menyisihkan dana perbaikan. “Pada
sangat ringkih. Beberapa proyek seperti pengelolaan air, termasuk membandingkan beberapa kasus, planning untuk itu tidak
(Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat dengan biaya listrik jika menarik air sendiri yang ada, jadi misalnya ada dana 30 juta langsung
(Pamsimas) atau Sanitasi Berbasis Masyarakat bisa sampai Rp 20 juta per bulan,” kata Rofiq dihabiskan. Begitu ada masalah, ya sudah,
(Sanimas) untuk membangun sebuah sistem Iqbal, Ph.D. ketika datang ke Sei Menggaris selesai. Itu tidak pernah ada solusi, yang
penyediaan air minum biasanya hanya berjalan untuk memberikan sarasehan pengadaan air setahu saya kebanyakan begitu,” lanjut Rofiq.
20% meskipun sebenarnya sederhana. Air bersih berbasis masyarakat pada kunjungan
diambil untuk diberikan kepada masyarakat dan pertamanya pada 2018. Sejauh ini, pengelolaan air di Sei Menggaris
masyarakat mau membayarkan apa yang mereka berjalan cukup lancar. “Harus ada usaha menjaga
dapatkan. Akan tetapi, karena memang berbasis Tantangannya memang lebih ke arah sumber air tersebut, misalnya kemarin kita sudah
masyarakat, tidak ada standar prosedur atau pengelolaan. Selama ini, lanjut Rofiq Iqbal, Ph.D., melaksanakan kegiatan mengenalkan sumber
kedisiplinan dan pengaturan yang cukup rapi. mereka mengoperasikan air dengan genset dan air ke anak SMK sehingga mereka melakukan
Sei Menggaris salah satunya. itu hanya seminggu sekali dan bayarannya Rp kegiatan. Artinya, ada semacam usaha untuk
100 ribu. “Jadi mengapa tidak mengoperasikan membuat masyarakat merasa memiliki sumber
Meskipun banyak masyarakat yang kesulitan air secara optimal dan rutin? Mereka sepakat dan air tersebut,” kata Rofiq Iqbal, Ph.D.*
bersih, menurut dosen teknik lingkungan ITB, alhamdulillah ketika sepakat, mereka menyusun
Rofiq Iqbal, S.T., M.Eng., Ph.D. sebenarnya di rencana. Setelah beberapa bulan berikut
Sei Menggaris sudah ada sistem penyediaan air saya datang dan menjelaskan pengoperasian
bersih, tetapi tidak berjalan dengan baik. Kalau lebih detail dan sekarang alhamdulillah cukup
secara teknis, apa yang dilakukan di sana tidak berjalan,” papar Rofiq Iqbal, Ph.D.
terlalu susah. Mengambil air, memompa air
kemudian dari pompa air disalurkan ke tangki Tantangan berikutnya adalah menjaga
yang sudah tersedia. Semua sudah tersedia komitmen karena secara teknis mesin yang
dan yang rusak hanya pompa dan tanki air yang dijalankan pasti akan mengalami kerusakan.
sedikit bocor. “Saya menceritakan pengalaman Jadi, dalam pengelolaan harus ada mekanisme

47

MPOETNEGNESMI BPAaNrGiKwANisata

Ilustrasi Taman Mangrove Tarakan
48


Click to View FlipBook Version