The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Bakti Kami di Pelosok Negeri - Pengabdian Kepada Masyarakat LPPM ITB

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Irvan Sidik, 2021-01-06 09:57:33

Bakti Kami di Pelosok Negeri

Bakti Kami di Pelosok Negeri - Pengabdian Kepada Masyarakat LPPM ITB

NUNUKaN merupakan daerah perlintasan yang
banyak dilalui orang, baik dari Indonesia maupun
Malaysia. Sayangnya, selama ini mereka hanya transit
untuk menuju ke destinasi utamanya. Memanfaatkan
potensi masyarakat, LPPM ITB membantu merancang
model pariwisata di Kecamatan Sei Menggaris,
Kabupaten Nunukan. Kelak orang tak hanya
lewat, tetapi sengaja singgah dan mendapatkan
pengalaman baru melancong di sana.

Kepala Program Studi Magister Lanskap ITB Budi
Faisal, MaUD, MLa, Ph.D. menilai, daerah perbatasan
seperti Kabupaten Nunukan, termasuk Sei Menggaris
dan sekitarnya, memiliki peluang besar untuk untuk
dikembangkan sebagai daerah wisata. Kekayaan budaya
dan alamnya tidak kalah dengan milik negara tetangga,
Malaysia. “Kalau sekarang terjadi kebalikannya, teman-
teman di Nunukan, di Sei Menggaris itu liburan ke
Malaysia, orang-orang Malaysia lewat saja ke Nunukan
karena mereka tujuannya ke Derawan terus lanjut lagi.
Nah kalau bisa menangkap peluang itu, peluangnya
besar,” kata Budi Faisal, Ph.D.

Pemerintah sendiri telah menetapkan, pembangunan
kepariwisataan di kawasan perbatasan ditujukan unuk
mempercepat pembangunan di berbagai bidang di
kawasan itu. Daerah perbatasan merupakan beranda
depan negara berperan sebagai pintu gerbang
aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan daerah
tetangga.

49

EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT

Budi Faisal, Ph.D. menjelaskan terdapat tiga jenis
pengembangan pariwisata, yaitu culture based
tourism (pariwisata berbasis kebudayaan), nature
based tourism (pariwisata berbasis kekayaan alam),
dan man made tourism (pariwisata buatan manusia).
“Faktanya dalam beberapa tahun terakhir orang
datang ke Indonesia 60% karena culture based
tourism atau karena budaya kita yang luar biasa kaya.
Kedua 30% karena alam atau nature based tourism.
Sisanya 10% karena man made. Menurut saya,
budaya kita tidak akan dikalahkan budaya mana pun
saking kayanya, termasuk budaya di Sei Menggaris,
Nunukan dan sekitarnya secara umum,” tutur Budi
Faisal, Ph.D.

Tren kenaikan kunjungan wisata ke Indonesia Budaya kita tidak akan dikalahkan
membuat sektor ini diprediksi sebagai sumber budaya mana pun saking
penerimaan negara tertinggi. Melampaui sektor kayanya, termasuk budaya di
pertambangan seperti minyak bumi dan batu bara, Sei Menggaris, Nunukan dan
juga sektor perkebunan yaitu kelapa sawit dan karet. sekitarnya secara umum.
Budi menambahkan, pengembangan kepariwisataan
bukan melulu soal menyiapkan destinasi yang indah- Budi Faisal, Ph.D. menawarkan konsep ecotourism
indah belaka. Tetapi, juga menyiapkan infrastruktur, berbasis masyarakat untuk mengembangkan
membangun masyarakat, menyiapkan tata kelola pariwisata di Nunukan. Ecotourism atau ekowisata
dan regulasi, nilai-nilai atau local wisdom yang harus menitikberatkan pada kegiatan pariwisata yang
dijaga, dan menjaga budaya setempat. apabila berwawasan lingkungan, mengutamakan konservasi
hanya infrastruktur fisik yang disiapkan, biasanya alam, serta mengandung unsur pemberdayaan
akan berujung pada kerusakan akibat tidak dikelola masyarakat lokal, baik dari sisi ekonomi maupun
dengan baik, masyarakat setempat juga tidak akan sosial budaya, juga terdapat unsur pembelajaran dan
merasakan manfaatnya. “Banyak contohnya di pendidikan.
Indonesia, di tempatkan di wilayah yang sangat
bagus, tetapi yang mengelolanya orang asing.
Pulau-pulau dikuasai orang asing yang bagus-bagus
dan kemudian, mohon maaf, orang Indonesia susah
masuk ke situ,” kata Budi Faisal, Ph.D.

Masyarakat menjadi komponen utama dari Sementara pengelolaannya, Budi Faisal, Ph.D.
pembangunan pariwisata. Menurut Undang-Undang berpendapat, model kerja sama pentahelix bisa
Kepariwisataan, tujuan pariwisata ialah kesejahteraan diterapkan. Model ini melibatkan kemitraan
masyarakat. Maka, sudah seharusnya masyarakat antara akademisi, perusahaan swasta, masyarakat,
setempatlah yang menikmati hasilnya, bukan hanya pemerintah, dan media. Kerja sama yang baik sudah
dinikmati oleh pengembangnya. “Hampir dapat terjalin antara masyarakat dan pemerintah dengan
dipastikan bahwa akan ada masalah. Begitu terjadi akademisi dan perusahaan swasta. Beberapa tahun
sesuatu, biasanya ada social clash yang tinggi sekali belakangan, LPPM ITB turut terlibat mengembangkan
di beberapa tempat karena ketidakadilan semakin Nunukan. Sementara dari sektor swasta, Medco
melebar,” kata Budi Faisal, Ph.D. Mining telah terjun lebih dahulu.

50

Air Terjun Bangen Tawai

51

“Medianya selama ini kurang. Tentu niatnya baik, kita UPAYA
menyosialisasikan kebaikan. Dengan media, menurut
saya, dia akan menjadi lompatan yang besar, banyak MKEeMsPeEnRKjEaCnILgan
kegiatan yang tidak direkam mungkin dengan niat
tidak mau ketahuan, tetapi menurut saya niat baik IR. BUDI FAISAL MAUD, MLA, PH.D.:
perlu ditularkan agar kebaikannya menular sehingga
apa yang perlu dilakukan ini niatnya melengkapi,” tutur Menginjakkan kaki di Sei Menggaris,
Budi Faisal, Ph.D. Kabupaten Nunukan meninggalkan
kesan yang amat dalam bagi Ir.
Kalimantan Utara punya banyak tujuan wisata yang Budi Faisal MaUD, MLa, Ph.D.
potensial untuk dikembangkan dengan model “Perjalanannya saja luar biasa butuh
ekowisata. Beberapa di antaranya adalah Desa Long waktu yang cukup panjang, berangkat
Bawan di Kecamatan Krayan Kabupaten Nunukan, dinihari, menjelang magrib baru
Hutan Lindung Sungai Sesayap di Kecamatan Sesayap sampai. Naik pesawat, naik boat, naik
Kabupaten Tanah Tidung, Pantai Batu Lamampu di sampan kadang-kadang. Banyak ular,
Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan, air Terjun buaya di sungai dan melihat kawasan
Semolon di Kecamatan Mentarang Kabupaten transmigrasi,” kata Budi Faisal, Ph.D.
Manilau, Persemaian Inhutani di Kecamatan Sesayap
Hilir, Kabupaten Tanah Tidung, Pantai Tanah Kuning di Begitu sampai di garis batas negeri,
Kecamatan Tanjung Palas Timur Kabupaten Bulungan, ia mengaku bertemu dengan orang-
Konservasi Mangrove dan Bekantan di Kecamatan orang dengan daya tahan tinggi. Walau
Tarakan Barat Kota Tarakan, dan masih banyak lagi. akses masih sulit dan kondisi yang serba
terbatas, mereka mempunyai semangat
Belum lagi wisata budaya seperti Desa Wisata Setulang yang sangat tinggi untuk membangun
di Kecamatan Malinau Selatan Kabupaten Malinau, daerahnya. “Kami ke sana banyak
Museum Roemah Boendar di Kecamatan Tarakan belajar. Ternyata selama ini saudara
Tengah Kota Tarakan, dan Museum Kesultanan saya di sana kesulitan. Mereka lebih
Bulungan di Kecamatan Tanjung Palas Kabupaten berketahanan, lebih resiliens terhadap
Bulungan, dan masih banyak lagi. banyak hal. Jadi dengan begitu, ketika
kami pulang mudah-mudahan tidak
Soal keindahan, tujuan wisata tersebut tidak kalah menjadi orang yang mudah mengeluh,”
bahkan lebih indah dari negara tetangga, tetapi tutur Budi Faisal, Ph.D.
beberapa tujuan wisata masih perlu pembenahan.
Misalnya ketersediaan infrastruktur di dalam area Lokasi yang sulit dijangkau membuat
wisata, perbaikan pintu gerbang, juga penambahan waktu begitu berharga, dua hari
aktivitas yang bisa dilakukan oleh wisatawan. khusus untuk perjalanan berangkat
dan pulang, apalagi layanan
Pengembangan pariwisata Nunukan bisa belajar dari telekomunikasi yang belum baik.
apa yang dilakukan oleh Malaysia di Tawau, wilayah Kondisi-kondisi seperti itu yang
yang berbatasan langsung dengan Nunukan. Beberapa membuat Budi merasa beruntung bisa
tujuan wisata di Tawau ialah Tawau Waterfront, terlibat dalam kegiatan pengabdian
Taman Muhibbah, Tawau Bell Tower Park, dan Tawau masyarakat. “Jadi saya sependapat
Monument Park. Dari tempat-tempat wisata ini terlihat
bagaimana pemerintahnya menangani ruang publik. Di
sana dilengkapi dengan fasilitas umum yang memadai,
desain jalanan dan lanskap yang ditata apik. Toilet
umum, jalur pejalan kaki, dan tempat parkir kendaraan
disiapkan demi kenyamanan pengunjung.

52

Mereka paham betul apa
yang dihadapi masyarakat
dan berupaya agar ilmu yang
dikuasainya memberi jalan keluar.

dengan orang yang mengatakan ilmu pengabdian masyarakat di banyak spektrum keragaman desa binaan ini
itu akan bermanfaat kalau diamalkan tempat, tetapi tidak sampai tuntas. dan bisa untuk pengembangan model
dan kemanfaatannya terasa oleh yang baik,” papar Budi Faisal, Ph.D.
masyarakat, kira-kira itu pengalaman apalagi, saat ini model pengabdian
batin di Sei Menggaris,” ujar Budi masyarakat yang fokus pada satu Dengan melihat bentuk pengabdian
Faisal, Ph.D. tempat dalam waktu yang lebih lama yang membutuhkan waktu dan tenaga
memungkinkan dilakukan perguruan yang tidak sedikit, Budi Faisal, Ph.D
Turun langsung ke tengah masyarakat tinggi. “Misalnya dengan menjadikannya mengingatkan bahwa kegiatan
dan mendarmakan kemampuan sebagai program merdeka belajar ini seyogianya dilandasi semangat
bukan hal baru bagi Kepala Program atau merdeka kampus, bisa juga lewat persaudaraan. “Sebagai anak bangsa,
Studi Magister Lanskap ITB Budi program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang harusnya kita semakin memperkecil
Faisal, Ph.D. Saat memimpin Pusat berkelanjutan. Daerah yang dibina akan gap yang sekarang ini besar. Mereka
Perencanaan dan Kepariwisataan ‘dikeroyok’ mahasiswa dan dosen dari saudara kita. Kalau mereka maju, kita
(P2PaR) ITB, Budi juga kerap turun ke berbagai bidang ilmu. Dengan begitu, juga maju karena kebahagiaan hakiki
desa untuk mendampingi masyarakat program yang direncanakan bisa lebih adalah membahagiakan orang lain,
mengembangkan destinasi wisata. komprehensif,” papar Budi Faisal, Ph.D. kesuksesan hakiki itu menyukseskan
“Pariwisata apabila dikelola dengan orang lain,” ujar Budi Faisal, Ph.D.
benar, biayanya murah, masyarakatnya Selain metode “mengeroyok”, Budi
akan lebih langsung merasakan Faisal, Ph.D. yang tergabung dalam Ia juga meyakini, para dosen yang sudah
dampaknya. Saya melihat di Sei kelompok keahlian Perencanaan terjun langsung ke daerah sulit seperti
Menggaris dan Nunukan punya arsitektur Sekolah arsitektur, ini akan memililki pendekatan yang
peluang besar untuk menjadi gerbang Perencaaan dan Pengembangan berbeda. Mereka tidak sekadar menjadi
Indonesia,” kata Budi Faisal, Ph.D. Kebijakan (SaPPK) ITB, ini juga ahli terbaik di bidangnya, tetapi juga
mendorong perluasan spektrum mengamalkannya kepada masyarakat
Ilmuwan yang sekitar setahun yang karakteristik kawasan binaan. “Lebih yang membutuhkan. “Jadi kalau nanti
lalu mendirikan research center baik fokus dan kita punya variasi model dia bicara di depan mahasiswa dan
Urban Landscape Hub (ULH) dalam dan keragaman kategori. ada daerah kolega sejawatnya, akan berbeda.
rangka membantu meningkatkan perbatasan misalnya daerah yang Mereka paham betul apa yang dihadapi
kualitas pengembangan kawasan sangat terpencil di pulau, ada yang masyarakat dan berupaya agar ilmu yang
perkotaan ini, mendorong agar di gunung, laut, sehingga kita punya dikuasainya memberi jalan keluar.”*
proses pengabdian dilakukan secara
berkala dan bahu membahu dengan
pemangku kepentingan lain agar
kawasan binaan makin mandiri.
Pendekatan ini menurutnya ini
lebih baik ketimbang melakukan

53

Air terjun ini berada tapal batas Indonesia dengan
Malaysia, tepatnya di Kampung Dayak Sei Kalayan,

Desa Sekaduyan Taka.

perahu. Gerombolan bekantan yang ada di sana sudah dibuat. Kami juga bekerja sama dengan
bisa menjadi hiburan tersendiri bagi wisatawan. pihak kehutanan supaya hutan untuk wisata
ini lebih aman dan bisa dinikmati masyarakat
Masyarakat adat yang ada di sana mendukung Nunukan,” tutur Kuin Surang.

pengembangan pariwisata di Sei Menggaris. Sebagai masyarakat adat, setiap tahun terdapat
beberapa acara budaya yang lagi-lagi potensial
Saat ini masyarakat adat Dayak Sei Kalayan untuk pengembangan pariwisata. Misalnya
saat panen dan hari raya. Setiap hari raya,
yang tinggal di sana sekitar 300 jiwa. Setiap hari terjadi mobilitas penduduk yang cukup ramai
ke kampung adat ini. Baik dari Tawau, Malaysia
mereka membuat kerajinan tangan. Kegiatan maupun Nunukan. Mobilitas ini hendaknya
segera dimanfaatkan untuk menghidupkan
ini juga potensial mendatangkan wisatawan. usaha pariwisata. “Dengan kunjungan seperti
ini, harus cepat membangun di perbatasan ini.
Meski sudah lama menekuni pembuatan Supaya pemerintah mau campur tangan agar
bisa membantu kami di situ,” ucap Kuin Surang.
kerajinan tangan, masyarakat masih terkendala
Menurut Kuin Surang, perlu peningkatan
pemasaran. Wisatawan menjadi salah satu infrastruktur untuk menggenjot pariwisata
di Sei Menggaris, terutama perbaikan akses
alternatif untuk memasarkan hasil kerajinan untuk menuju destinasi wisata. Masyarakat
sendiri sebelumnya selalu mengajukan kepada
ini. “Harapan kami sebagai masyarakat adat, pemerintah agar perbaikan bisa segera
dilaksanakan. Sayangnya permohonan itu belum
tolonglah dengan pembangunan yang bisa sepenuhnya terwujud. Ia berharap, perbaikan ini
bisa segera terlaksana pada masa mendatang
memajukan Sei Menggaris. Kita ini cermin agar mampu menarik lebih banyak wisatawan.

negara di perbatasan jadi tolong dibantu,” kata
DAYAK SEI KALAYAN Kuin Surang yang tinggal di sana sejak 1998.
SIAP MENYAMBUT Masyarakat adat tampaknya sudah
WISATAWAN mempersiapkan diri untuk pengembangan
wisatawan. Hal ini ditunjukkan dengan 12
Kuin Surang hektare hutan yang sudah diserahkan sebagai
hutan wisata. Di dalamnya sudah terbentuk

kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang akan

Sejak Maret 2020, Air Terjun Bangen Tawai resmi mengelola kegiatan pariwisata di hutan tersebut,
menjadi destinasi wisata di Kabupaten Nunukan. termasuk air terjun Bangen Tawai. “Siapa pun
Air terjun ini berada tapal batas Indonesia yang mengambil hasil (dari hutan ini) akan ada
dengan Malaysia, tepatnya di Kampung Dayak sanksi adat sesuai dengan aturan adat yang

Sei Kalayan, Desa Sekaduyan Taka, Kecamatan

Sei Menggaris. Bangen Tawai artinya senang

hati. Menurut tokoh adat Kampung Dayak Sei

Kalayan Kuing, nama itu dipakai karena memang

air terjun ini dijadikan tempat untuk melepas

kepenatan. Bagi mereka yang hobi memancing,

seperti dirinya, air terjun ini tidak hanya

memanjakan mata, tetapi juga menghilangkan

stres. Selain air terjun, Sungai Sekalayan juga

potensial untuk menarik pengunjung. Selain

memancing, pengunjung bisa menyusuri sungai, Hasil kerajinan Dayak
melewati hutan bakau (mangrove) dengan

54

Tarian Suku Kenyah

55

Taman Mangrove Tarakan
56

Kegiatan pariwisata bisa menjadi cara
untuk memulihkan kondisi lingkungan
setelah kegiatan eksplorasi selesai.

PARIWISATA DI KAWASAN Pariwisata yang dikembangkan di sana bahkan
PASCATAMBANG berhasil menghidupkan kembali Sawahlunto yang
sempat terpuruk setelah kegiatan pertambangan
Kegiatan pariwisata bisa menjadi cara untuk selesai. aktivitas pariwisata juga telah terbukti di
memulihkan kondisi lingkungan setelah kegiatan berbagai negara berhasil memberikan nilai tambah
eksplorasi selesai. Sekaligus bisa menjadi alternatif pada kawasan pertambangan.
sumber pendapatan masyarakat setelah kegiatan
tambang berakhir. Lokasi bekas pertambangan juga Model-model seperti ini yang bisa diterapkan pula
menjadi peninggalan sejarah yang bisa dimanfaatkan di lokasi bekas tambang yang ada di Nunukan.
sebagai tujuan wisata. Usaha ini sudah dilakukan di Budi yang pernah menjabat sebagai Ketua Pusat
banyak tempat. Misalnya saja Taman Danau Taiping Perencanaan dan Kepariwisataan (P2PaR) ITB,
di Malaysia yang dibuat dari kolam bekas tambang beberapa model pengembangan yang bisa dilakukan
timah. Lahan bekas tambang El Paso di Texas amerika misalnya membuat jalur wisata pertambangan seperti
Serikat kini menjadi tempat hiking favorit. yang dikembangkan oleh P2PaR ITB di area bekas
tambang timah di Pangkal Pinang.
Di Indonesia sendiri, ada Taman Satwa Kandi yang
dibuat di lahan bekas tambang di Sawahlunto. Selain itu, bisa juga dikembangkan eduwisata
Tambang batu bara Ombilin Sawahlunto kini menjadi pertambangan seperti yang dilakukan di Great Orme
geopark nasional. UNESCO telah menetapkan kawasan Wines, Wales. Di sini wisatawan bisa melihat langsung
ini sebagai warisan dunia pada 2019. Sebagai tambang lokasi penambangan tembaga sejak zaman perunggu
batu bara pertama di asia Tenggara sejak abad ke-19, (1800 SM). Wisatawan diajak belajar tentang
lokasi tambang ini menyimpan sejarah yang menjadi bahan-bahan pertambangan dan menjelajahi jalur
daya tarik bagi wisatawan. Satu-satunya tambang batu penambangan di bawah tanah. Tak hanya wisatawan,
bara bawah tanah di Indonesia, lokasi ini menyimpan para ilmuwan juga bisa melakukan riset di lokasi ini.
beberapa peninggalan yang menarik. Misalnya
Terowongan Mbah Soero, perumahan pekerja tambang,
pabrik kereta api, dan bangunan lain yang sarat sejarah
dan desain arsitektur yang menarik.

57

EDUTOURISM DI SEI MENGGARIS

Menurut pemaparan Budi Faisal, Ph.D., setidaknya
ada empat lokasi di Sei Menggaris yang potensial
dijadikan tempat wisata. Pertama, Sungai Blok
17. Lokasi ini potensial untuk dijadikan atraksi air
dan viewscape di sekitar sungai. Pariwisata di sini
juga bisa diintegrasikan dengan usaha konservasi
pascapenambangan batu bara yang ada di kawasan
ini. Dengan infrastruktur yang lebih baik dan lengkap,
Budi Faisal, Ph.D. meyakini, lokasi ini bisa menarik
wisatawan.

Kedua, embung alami yang bisa dimanfaatkan sebagai Selain mempersiapkan destinasi
kolam renang. agar fungsinya sebagai resapan air wisata, sangat penting untuk
tak terganggu, lokasi ini perlu dibagi menjadi area menyiapkan masyarakatnya.
konservasi dan area atraksi. area konservasi harus
turut dipelihara agar penyerapan air ke tanah tetap Budi Faisal, Ph.D. mengingatkan, selain mempersiapkan
maksimal. Budi Faisal, Ph.D. merekomendasikan agar destinasi wisata, sangat penting untuk menyiapkan
dibuat bioswale untuk mencegah penurunan debit masyarakatnya. Masyarakat harus siap menjadi tuan
air dan mencegah rambatan api kebakaran. Dengan rumah yang harus melayani para wisatawan yang
perencanaan yang tepat, lokasi ini berpotensi menjadi datang. “Kalau sistemnya jalan, tapi masyarakatnya
objek wisata seperti Bookenberg Park Pool di Belgia belum siap ada kekhawatiran karena budaya melayani
atau Pasir Ris Fishing Pond di Singapura. perlu dilatih. Budaya setiap orang bisa berbeda,
tetapi ada budaya universal untuk melayani tamu. Itu
Ketiga, Islamic Centre Sei Menggaris. Lokasi ini bisa juga perlu dilakukan,” kata Budi Faisal, Ph.D.
menjadi sarana penunjang wisata halal yang sedang
naik daun. Hanya perlu pengaturan ruang publik Hal itu juga diamini oleh asisten Kepala Daerah
dan privat sehingga aktivitas santri dan guru tidak Bidang Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten
terganggu dengan kehadiran wisatawan. Selain itu, Nunukan Robby Nahak Serang. Ia meyakini, soal
rekayasa teknologi bisa dilakukan untuk membuat infrastruktur jauh lebih mudah diatasi ketimbang
penampungan air. Mengingat lokasi ini masih minim soal kesiapan sumber daya manusia ini. Masyarakat
sumber air. Nunukan harus disiapkan untuk menjadi tuan rumah
yang baik bagi para wisatawan.
Terakhir, SMKN 1 Sei Menggaris. Sekolah yang
diprakarsai oleh masyarakat dan berhasil menjadi
penggerak berbagai aktivitas ini menyimpan potensi
agrowisata. Di sekolah ini terdapat taman pembibitan
(nursery) yang menarik bagi wisatawan.

58

Sungai Blok 17
Before-After
Gerbang Ticketing
Sungai Blok 17
Before-After
Entrance Area Kolam Pancing
Sungai Blok 17
Before-After
Viewing deck

59

Danau Maninjau, Foto: T. Bachtiar
60

4LINGKAR

ZONA LUAR
PULAU JAWA

61

EkosistemMENYELAMATKAN
DANAU MANINJAU

Jika adik memakan pinang,
makanlah dengan sirih hijau,
jika adik datang ke Minang,
jangan lupa singgah ke Maninjau

Pantun yang dibuat oleh Presiden RI Soekarno itu tergantung di Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka
di Kampung Tanah Sirah, Nagari Sungai Batang, Maninjau. Soekarno tampaknya terpukau betul dengan
keindahan Danau Maninjau yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten agam, Sumatera Barat.
Kabupaten agam merupakan kawasan pegunungan dan pesisir yang didominasi oleh kawasan lindung.
Kabupaten agam dihuni oleh 480.722 jiwa pada 2016.

Selain sumber daya alam, sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi wilayah ini. Sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan mempunyai kontribusi paling besar terhadap perekonomian Kabupaten agam.
Data BPS tahun 2017 menunjukkan, tingkat kemiskinan Kabupaten Agam (7,59%) berada di atas tingkat
kemiskinan Sumatera Barat (6,87%). Menurut Sensus Ekonomi 2016, tantangan perekonomian Kabupaten
agam berada pada kualitas sumber daya manusia yang rendah dan infrastruktur ekonomi yang terbatas.
agam dilalui pegunungan Batang agam di bagian utara dan Batang antokan di selatan. Wilayah ini memiliki delapan
aliran sungai yang menjadi sumber air masyarakat. Terdapat Danau Maninjau di Kecamatan Ranjung Raya seluas 94,5 km
persegi yang merupakan hulu Sungai Batang Sri antokan. Danau Maninjau merupakan daya tarik wisata kebanggaan
agam. Tidak hanya menyuguhkan panorama yang indah, tetapi juga memiliki tradisi budaya, keragaman kuliner,
serta pertanian dan perkebunan yang menarik.

Danau seluas 94,5 kilometer persegi itu terbentuk akibat letusan Gunung Sitinjau sekitar 700 tahun lalu.
airnya berwarna biru, karena itu pula danau ini berjuluk Talaga Biru. Di sekitarnya terhampar sawah bersusun

62

Danau Maninjau, Foto: T. Bachtiar

luas. Panoramanya tertangkap indah jika dilihat dari Kelok ampek Puluah ampek (44). Ini menjadi spot foto
favorit wisatawan yang berkunjung ke sana. Haji abdul Malik Karim amarullah atau yang dikenal dengan Buya
Hamka yang sudah berkeliling dunia mengaku tak ada satu tempat pun yang menandingi keindahan tempat
kelahirannya itu.

Sayangnya, kita tak seberuntung Buya Hamka atau Soekarno yang sempat mencicipi keindahan Maninjau
yang paripurna. Keindahan itu terkikis perlahan. airnya yang jernih berubah keruh. aroma tak sedap kerap
menyeruak bersama embusan angin. Penurunan kualitas air Danau Maninjau disebabkan sisa makanan
ikan yang dibudidayakan dengan sistem keramba jaring apung. Masyarakat di sekitar Danau Maninjau
sebagian besar menjadikan keramba jaring apung sebagai sumber penghasilan utama. Tidak heran jika
setiap tahun jumlah keramba jaring apung terus meningkat hingga tak terkendali. Penambahan jaring
apung ini meningkat tajam ketika Indonesia didera krisis moneter pada 1998. Para perantau di kota-kota
besar memilih balik kampung atau berdiam diri di kota kecil. Itu sebabnya jaring apung juga dimiliki para
pendatang juga.

Jumlah jaring apung pada 2015 tercatat sebanyak 17.000 meski menurut informasi di lapangan jumlahnya
sudah mencapai 30.000. Tingkat kerapatannya (densitas) penanaman ikan bervariasi antara 19.000-20.000 ikan
per keramba. Padahal menurut hasil studi yang pernah dilakukan sebelumnya, daya dukung Danau Maninjau
hanya sanggup untuk 6.000 keramba dengan densitas penanaman ikan 15.000/keramba. Pemanfaatan

63

Masyarakat perlu melihat alternatif lain di darat yang mampu
menjadi jalan hidup baru yang berkesinambungan.

Danau Maninjau yang melampaui daya dukungnya ini membuat kualitas lingkungan menurun. Sisa pakan ikan
yang mengandung zat anorganik terakumulasi membentuk sedimen di dasar laut. Data Balai Besar Wilayah
Danau dan Sungai Sumatera menunjukkan, tumpukan limbah pakan dan sedimen lainnya di dasar Maninjau
mencapai 50 ton atau setinggi 267 meter. akibatnya, terjadi pendangkalan danau. Pada 2017, kedalaman
danau mencapai 200 meter, tetapi kini tersisa 33 meter saja.

Kualitas air danau pun ikut menurun. Saat pola arus meningkat, air danau menjadi keruh. Perputaran zat
toksik sisa pakan menyebabkan kematian ikan secara massal. Menyebarkan bau tak sedap yang mengganggu.
Peningkatan fenomena kematian ikan massal menjadi lebih dari tiga kali per tahun. Produktivitas keramba
juga jadi menurun signifikan. Praktis, seluruh unsur lingkungan di sekitar Maninjau merosot. Beban yang
dipikulnya terlalu berat. Masyarakat pula yang harus menanggung akibatnya. Pariwisata Maninjau menurun
drastis. Sebagai objek wisata alam, kelestarian lingkungan menjadi tumpuan. Kondisi ini tak bisa dibiarkan terus-
menerus. Pada akhirnya, masyarakat yang selama ini bergantung pada Maninjaulah yang akan menanggung
kerugian terbesarnya. Pemerintah daerah berniat mengurangi jumlah jaring apung hingga tinggal 6.000 saja.
Rencana ini mendapat penolakan dari masyarakat. Mereka khawatir kehilangan mata pencaharian. Jika tidak
menjadi petani ikan, apa yang bisa mereka lakukan?

Perlu ada upaya untuk menarik masyarakat agar tak hanya menggantungkan diri pada budi daya ikan keramba
jaring apung. Masyarakat perlu melihat alternatif lain di darat yang mampu menjadi jalan hidup baru yang
berkesinambungan. Dengan begitu, warga bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan dengan berkurangnya
beban Danau Maninjau, lingkungan sekitarnya lambat laun akan pulih.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung bersama-sama dengan Pemda
Kabupaten agam dan Ikatan alumni ITB mencoba mencari solusi alternatif bagi masyarakat. Kewirausahaan
berbasis agroindustri dinilai menjadi solusi yang cocok dengan masalah yang dihadapi masyarakat setempat. Lewat
kegiatan pelatihan dan pendampingan yang terintegrasi, ITB menawarkan budi daya jamur tiram dan pembuatan
pupuk sedimen dari sumber daya alam lokal sebagai solusi menyelamatkan masyarakat dan lingkungan Maninjau.

Tidak mudah meyakinkan masyarakat untuk mau menyelami keterampilan baru ini. Bertahun-tahun mereka
telanjur hidup berkawan jaring apung. Bagi mereka, mata pencaharian baru belum memberi jaminan
keberhasilan. Prof. Nyoman dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB sebagai komandan lapangan
program ini cukup dibuat frustrasi dengan respons masyarakat. Pelatihan yang semula ditujukan kepada warga
secara luas, termasuk pemagangan salah seorang pemuda lokal Maninjau selama 1 bulan di ITB untuk budi
daya jamur dibayang-bayangi kegagalan. akhirnya sejak 2016, pelatihan difokuskan di SMa Negeri 1 Tanjung
Raya. Sekolah ini menangkap niat baik ITB. “Alhamdulillah dengan bantuan Kepala SMa 1 dan alumni ITB
juga, nah beliau punya penerimaan yang sangat baik. akhirnya kita jadikan SMa itu sebagai basisnya. Kita
melatih SMa sehingga kegiatan kita menjadi kurikulum anak SMa,” kata Prof. Nyoman.

64

JAMUR UNTUK
KETAHANAN
PANGAN

PROF. DR. I NYOMAN PUGEG ARYANTHA, Bergaul langsung dengan masyarakat
membuatnya bertemu dengan teman-
Prof. Dr. I Nyoman Pugeg aryantha teman baru. Teman yang bisa berdiskusi
berkeliling Indonesia mengajak dari hati ke hati. “Di Blora saya menjadi
masyarakat belajar budi daya jamur. seperti saudara dengan Supat. Begitu
Nyoman meyakini, jamur ialah masa ke Jepara saya dekat dengan Kharis,
depan pangan Indonesia. Budi daya jadi seperti saudara. Begitu ke Maninjau
jamur bisa menjadi penyelamat jadi dekat dengan Pak Chandra, kepala
lingkungan dan ekonomi sekaligus. sekolah di sana. Seolah-olah tidak ada
jarak dengan kepala sekolah. Di Sei
Tergabung dalam Kelompok Keilmuan Menggaris, saya sudah menjadi saudara
Bioteknologi Mikroba Sekolah Ilmu dengan guru-gurunya, siswanya. Saya
dan Teknologi Hayati (SITH) ITB, Prof. jadi merasa memiliki banyak saudara,”
Nyoman banyak meneliti tentang tutur Prof. Nyoman.
pemanfaatan jamur lokal, baik
untuk pertanian, industri pangan, Manfaat bertemu langsung dengan
maupun kesehatan. Pada banyak masyarakat, berikut berbagai
kesempatan, ia menyebut mikroba persoalannya, juga bermanfaat bagi
sebagai “biogaib”. Makhluk yang tak mahasiswa. Oleh karena itu, Prof.
kasat mata, tetapi mempunyai peran Nyoman selalu mengikutsertakan
penting untuk kemaslahatan bersama. mahasiswa yang sedang dibimbingnya
terlibat dalam kegiatan pengabdian
Meski sudah puluhan tahun mendalami masyarakat. “Jadi melekat apa
soal jamur – jasad renik yang yang saya ajarkan di kelas, melihat
termasuk dalam kelompok mikroba implementasi di masyarakat, kemudian
dan kategori eukariot – Prof. Nyoman dipraktikkan langsung di lapangan. Itu
tetap menikmati setiap kali turun ke yang menurut saya sangat penting dan
tengah masyarakat untuk menunaikan sangat besar maknanya bagi mahasiswa
tugas pengabdian. Bersama Lembaga saya,” kata Prof. Nyoman.
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
(LPPM) ITB, Prof. Nyoman membantu Di Maninjau, Prof. Nyoman dan tim
masyarakat memulai budi daya jamur berusaha untuk mencari jalan keluar
di setidaknya tiga lokasi, yaitu Danau dari masalah ekonomi juga lingkungan
Maninjau, Blora, dan Sei Menggaris. yang dihadapi warga Maninjau. Dari sisi
Prof. Nyoman mengaku, terjun ekonomi, jaring apung tak lagi berdaya
langsung untuk memberi solusi atas seperti dulu. Jumlah keramba jaring
persoalan masyarakat selalu membawa apung sudah terlalu padat sehingga
kepuasan batin. berpengaruh pada produktivitasnya.
Belum lagi ikan yang sering mengalami
kematian massal, tetapi berganti profesi
bukan perkara gampang.

65

Kerusakan lingkungan jelas terlihat. Maninjau. “Di Maninjau, kami sempat sudah di atas 2 kilogram per kapita.
akibatnya, usaha pariwisata merosot frustrasi,” kata Prof. Nyoman. Sementara, di Indonesia tak sampai 100
tajam. Pendapatan masyarakat gram per kapita. Sejauh ini dikonsumsi
setempat jadi terpuruk. Masyarakat Semula, upaya memperkenalkan budi sebagai bahan pangan dan obat.
perlu mengalihkan sumber daya jamur dilakukan di masyarakat
pendapatannya yang semula dari yang difasilitasi Bupati agam ketika Prof. Nyoman meyakini, jamur bisa
air ke darat. “Salah satunya dengan itu. Ternyata respons masyarakat jauh menjadi solusi ketahanan pangan
budi daya jamur,” kata pria kelahiran dari yang diharapkan. Sampai akhirnya Indonesia. Jamur memiliki kandungan
Denpasar, 22 Mei 1965 ini. terjalin komunikasi yang baik antara protein yang tinggi dan rendah
SMa Negeri 1 Tanjung Raya yang kolesterol, serta kandungan asam
Prof. Nyoman mengatakan, usaha difasilitasi oleh alumni ITB. Sekolah itu amino yang hampir sama dengan
masyarakat di darat, seperti pertanian, kemudian menjadi basis pelaksanaan telur. Kandungan lemaknya berupa
perlu dukungan agar berkelanjutan dan program ini. lemak tak jenuh atau lemah sehat.
berdampak baik bagi perekonomian
dan lingkungan. Itu sebabnya, Rupanya pendekatan sosial seperti Dari penelitian-penelitiannya, sejumlah
masyarakat tidak hanya diajak belajar ini lebih membuahkan hasil. Program paten telah ia kantongi, antara lain
budi daya jamur, tetapi juga membuat sekolah itu diharapkan bisa menjadi teknologi mikroba probiotik indigenous
pupuk hayati. contoh bagi masyarakat luas. Jika untuk aplikasi pertanian, perikanan,
di sana berhasil, masyarakat akan dan bioremediasi; sel bahan bakar
Hanya dengan lebih mudah diajak turut serta. Bagi menggunakan bakteri litotrof; produksi
kemandirian, masyarakat siswanya, kegiatan ini diharapkan bisa senyawa antikolesterol lovastatin dari
menjadi alternatif kegiatan wirausaha jamur tiram; dan proses produksi paket
mampu meninggalkan selepas lulus SMa nanti. mikroba penghasil fitrohormon.
cara hidup lama yang
Inilah yang membuat Prof. Nyoman Ketekunan dan kegigihan Prof. Nyoman
bergantung pada senantiasa bersedia membagi ilmu meneliti dan menyebarluaskan ilmu
Danau Maninjau. jamurnya kepada masyarakat luas. budi daya jamur selama ini diganjar
“Jamur ini sangat pas dijadikan objek sejumlah penghargaan. Ia pernah
Pupuk hayati itu dibuat dari sedimen kegiatan kewirausahaan, banyak sekali menyabet penghargaan atas hasil
Danau Maninjau. “Kalau rutin diambil masyarakat yang mengalami putus kerja lisensi karya Kekayaan Intelektual
sedimennya, jangka panjangnya dan sebagainya mengambil penelitian ITB 2001, adikhara Rekayasa award
Insya allah kualitas danaunya bisa kewirausahaan dengan topik jamur Persatuan Insinyur Indonesia (PII)
membaik,” ujar pria yang mendapat ini jadi sangat terbantu, jadi sangat 2003, aFEO award asean Federation
gelar master dan doktor dari The pas untuk dijadikan topik penelitian of Engineering Organization 2003,
University of Melbourne, australia. masyarakat. Itu alasan saya memilih Satya Lencana Pemerintah RI 2004,
budi daya jamur ini diaplikasikan ke Dosen Berprestasi ITB 2012 Bidang
Petani jadi mempunyai kemampuan masyarakat,” kata Prof. Nyoman. Pengabdian kepada Masyarakat
untuk memproduksi pupuk secara Kategori Penerapan Teknologi.
mandiri menghemat biaya pupuk yang Peluang membudidayakan jamur
sebelumnya harus beli. Hasilnya pun di Indonesia masih terbuka lebar. Ia berharap program pengabdian
terbukti baik. Kemandirian menjadi hal Jamur tidak hanya sebagai sumber seperti ini bisa terus dilanjutkan,
penting yang ditekankan Prof. Nyoman. protein masa depan, tetapi juga bahkan ditingkatkan sesuai dengan
Hanya dengan kemandirian, masyarakat bisa mengangkat kesejahteraan kapasitas anggaran LPPM ITB.
mampu meninggalkan cara hidup masyarakat. Di negara maju, seperti Koordinasi antara dosen, mahasiswa
lama yang bergantung pada Danau Prancis, Jepang, australia, Kanada, dan menjadi kunci keberhasilan program.*
amerika Serikat konsumsi jamurnya

66

Program pelatihan ini diharapkan dapat memberikan diversifikasi
lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar Danau Maninjau sehingga
masyarakat tidak hanya terpaku pada kegiatan keramba jaring apung.

BuDI DAYA JAMuR TIRAM
Prof. Nyoman menjelaskan, jamur tiram merupakan bahan pangan dengan kandungan protein yang tinggi,
mengandung zat antikolesterol, dan berbagai vitamin mineral yang bermanfaat bagi tubuh. Mengonsumsi jamur
tiram secara rutin akan berdampak baik bagi kesehatan. Dari sisi ekonomi, budi daya jamur tiram memiliki prospek
bisnis yang menjanjikan. Permintaan jamur tiram selalu meningkat setiap tahunnya. Ditambah lagi kondisi lingkungan
di sekitar Maninjau cocok untuk berbudi daya jamur tiram. Oleh karena itu, alternatif layak untuk dikembangkan.

Masyarakat di sekitar Maninjau juga hidup dari pertanian. Mereka menanam padi, cokelat, pala, cengkeh,
dan kacang-kacangan. Pembuatan pupuk diharapkan bisa menunjang pertanian masyarakat. Prof. Nyoman
mengatakan, masyarakat diajak untuk belajar membuat pupuk hayati yang terbuat dari sedimen. “Bersifat
alami, tidak merusak lingkungan dan memiliki kandungan nutrisi yang tinggi untuk tanaman,” kata Prof.
Nyoman. Pembuatan pupuk ini juga bertujuan memanfaatkan sedimen sisa pakan ikan yang mengendap di
dasar danau. Sedimen tersebut ditambahkan dengan mikroorganisme lokal.

Pupuk hayati memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pupuk kimia. Harganya lebih murah
dan tidak merusak lingkungan. “Program pelatihan ini diharapkan dapat memberikan diversifikasi lapangan
pekerjaan bagi masyarakat di sekitar Danau Maninjau sehingga masyarakat tidak hanya terpaku pada kegiatan
keramba jaring apung,” tutur Prof. Nyoman.

Prof. Nyoman merancang pelatihan yang bersifat berkesinambungan dan terintegrasi. Dengan konsep ini,
pelatihan yang dilaksanakan tidak sekadar selesai dalam satu kali pertemuan. Pelatihan dilakukan bertahap
dengan pendampingan yang berkesinambungan. Tim ITB memulai program ini pada 2015 dengan
mengumpulkan informasi, survei, dan membangun relasi dengan berbagai pihak. Program pelatihan terealisasi
pada 2016 dan terus berlanjut sampai sekarang. Pelatihan tidak saja soal budi daya jamur tiram, tetapi juga
pengolahan pascapanen.

Selain memproduksi tubuh buah jamur, nilai tambah produk jamur tiram juga dapat ditingkatkan dengan
pengolahan pascapanen. Masyarakat diajarkan tentang teknik pengawetan dengan prinsip yang sederhana,
yaitu memanfaatkan panas matahari untuk mengurangi kadar air pada tubuh buah jamur sehingga produk
dapat lebih tahan lama. Pengolahan pascapanen bioproduk selain dapat meningkatkan umur produk, juga
meningkatkan kandungan gizi, cita rasa, juga nilai ekonomi. Tubuh buah jamur tiram hasil panen diolah
menjadi produk-produk pangan inovatif dan menyehatkan seperti keripik jamur, nugget jamur, dan asinan
jamur. Dengan begitu, masyarakat Maninjau bisa berkreasi menghasilkan produk-produk olahan jamur tiram.
Langkah ini menjadi awal terciptanya industri budi daya jamur tiram oleh masyarakat Tanjung Raya, Maninjau.
Masyarakat dibekali kemampuan menanam jamur tiram hingga memasarkan berbagai produk olahannya.
Opsi yang dimiliki masyarakat jadi kian lebar. Mereka bisa memilih perannya dalam rantai budi daya jamur ini.

67

PuPuK HAYATI
Tingginya sedimentasi merupakan persoalan terbesar yang dipikul Danau Maninjau. Menyelamatkan lingkungan
Maninjau, mau tak mau, harus bisa mengatasi sedimentasi. LPPM ITB menawarkan solusinya menjadikan
sedimen Maninjau yang memiliki kandungan organik tinggi di dasar danau sebagai bahan baku pembuatan
pupuk cair hayati. Proses ini dibantu oleh mikroorganisme yang mudah dibuat. Pupuk hayati merupakan
istilah dari penggunaan agen-agen mikroba aktif seperti bakteri, jamur, dan mikroalga yang berfungsi sebagai
penyedia unsur hara di tanah bagi tanaman. Pupuk hayati mengandung mikroorganisme yang menghasilkan
berbagai enzim sehingga dapat melakukan pengikatan nitrogen udara, dekomposisi materi organik menjadi
unsur hara dan fitohormon, melarutkan unsur dari batuan mineral, juga meningkatkan kapasitas penyerapan
akar terhadap unsur hara dalam tanah yang secara keseluruhan dapat menjaga kesuburan tanah. Sedimen
Maninjau menjadi bahan baku pupuk cair yang berlimpah. Sedimen yang diambil bisa yang berada di pinggir
danau, maupun yang berada di dasar. Pengambilan sedimen di pinggir danau lebih mudah karena bisa
dilakukan dengan alat sederhana. Pengambilan sedimen di dasar danau mempunyai tantangan tersendiri.
“Karena ini berbasis kemandirian masyarakat, masyarakat mengambil (sedimen) dengan cara yang masih
tradisional seperti menggunakan pompa. akan tetapi, pakai pompa itu banyak yang terencerkan oleh air dan
hilang di jalan, akhirnya menggunakan teknik menyelam,” kata Prof. Nyoman.

ITB menawarkan Pupuk cair hayati ini dimanfaatkan langsung untuk lahan dan tanaman sayur. Setelah
solusinya menjadikan beberapa kali pemakaian, hasil panen terong petani meningkat dengan kualitas yang
baik. Selain pupuk cair, masyarakat juga diajak berinovasi dengan membuat pupuk
sedimen di dasar padat hayati yang terbuat dari limbah baglog jamur tiram. Peningkatan budi daya
danau Maninjau jamur tiram menghasilkan limbah baglog yang tidak digunakan. Baglog jamur tiram
sebagai bahan baku mengandung nutrisi yang menunjang pertumbuhan tanaman. Pelatihan pembuatan
pembuatan pupuk pupuk ini dirancang agar masyarakat bisa memanfaatkan alat dan bahan yang mudah
didapat, murah, dan dapat disubstitusi dengan bahan lain yang tersedia. Pupuk padat
cair hayati. hayati atau dikenal dengan istilah biofertilizer menggunakan agen mikroba aktif yang
mampu menyediakan unsur hara di tanah bagi tanaman melalui proses metabolisme
yang dilakukan oleh mikroba. Dalam hal ini, agen mikroba aktif yang digunakan
adalah jamur Trichoderma sp. Prof. Nyoman mengatakan, penggunaan pupuk padat
Trichoderma ini bisa mengurangi dampak negatif penggunaan pupuk kimia sintetis
secara terus-menerus. Setelah mengikuti pelatihan ini, masyarakat diharapkan tak
hanya bisa mengurangi kebergantungannya terhadap pupuk kimia, tetapi juga mampu
memproduksi pupuk hayati Trichoderma ini secara mandiri.

Siswa di SMaN 1 Tanjung Raya masih aktif memproduksi pupuk cair sedimen ini sampai sekarang. Bahkan
keterampilan membudidayakan jamur tiram dan membuat pupuk hayati ini menjadi kurikulum pengembangan
ilmu pengetahuan dan kewirausahaan. Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI) Sumatera
Barat tertarik untuk menguji kandungan pupuk cair hayati yang dikembangkan oleh SMaN 1 Tanjung Raya untuk
selanjutnya dikembangkan di koperasi petani.

Pembuatan pupuk hayati ini membantu sebagian masyarakat Maninjau yang hidup dari bertani. Mereka bisa
mendapatkan pupuk hayati yang lebih ramah lingkungan dengan harga yang lebih murah dari pupuk kimiawi.
Tentu saja ini kabar baik bagi petani karena bisa menghemat ongkos produksi sekaligus mendapatkan
hasil panen yang berkualitas. Budi daya jamur tiram dan pembuatan pupuk hayati akan mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap budi daya ikan keramba jaring apung. Masyarakat mempunyai banyak
pilihan sumber ekonomi baru yang lebih ramah lingkungan. Prof. Nyoman mengatakan, berbagai pelatihan

68

yang diselenggarakan LPPM ITB untuk meyakinkan masyarakat, keramba jaring apung bukan satu-satunya
mata pencaharian yang bisa dilakoni masyarakat. “Harapannya, tadinya sekian persen melihara ikan berbasis
keramba jaring apung, sebagian bisa pindah sehingga jangka panjang harapan kami danau bisa pulih
kembali,” tutur Prof. Nyoman. Mundur ke daratan bukan berarti kehilangan mata pencaharian Karena potensi
usaha di darat berbasis komoditas lokal cukup banyak yang potensial seperti kelapa untuk VCO, coklat, dan
kayu manis. Masyarakat kini justru memiliki keterampilan baru yang memberi banyak pilihan sumber ekonomi
yang lebih ramah lingkungan.***

Historiografi
PMROAGNRAINMJAU
2017 Pelatihan pascapanen
jamur tiram
Peserta pelatihan diajarkan teknik

pengawetan menggunakan

prinsip sederhana, yaitu

memanfaatkan panas matahari

2016 Budi daya jamur tiram untuk mengurangi kadar air pada
Produksi jamur tiram di SMA Negeri 1 tubuh buah jamur sehingga
Tanjung Raya produk dapat lebih tahan lama.

2015 Budi daya jamur tiram Sekolah ini diharapkan bisa 2018
dan yoghurt menjadi contoh untuk masyarakat
Di Nagari Bayur dan Maninjau dan sekitarnya. aktivitas Pelatihan pembuatan
Maninjau dilanjutkan ini masih berlangsung sampai hari pupuk cair hayati
dengan pemagangan ini bahkan menjadi program dan memanfaatkan sedimentasi
seorang pumuda lokal komoditas unggulan dari SMaN Danau Maninjau
belajar teknik bibit dan 1 Tanjung Raya. Budi daya jamur Pelatihan mulai mengarah pada
budidaya jamur di ITB tiram dan pupuk hayati masuk perbaikan Danau Maninjau.
selama 1 bulan. dalam kurikulum di sekolah.

2019

Pelatihan pembuatan pupuk
padat hayati memanfaatkan
limbah baglog jamur tiram
dengan bantuan jamur
Trichoderma sp.

Masyarakat diharapkan mengurangi
ketergantungan pada pupuk kimia.

69

BUKAN

SEMKAaDnAinRjau

Kegiatan pertama LPPM ITB ke kawasan Danau Danau Maninjau. Ketika danau berulah, para petani
Maninjau tidak langsung berjalan sebagaimana keramba mengalami kerugian sampai miliaran.
diharapkan. Ketika LPPM bekerja sama dengan
Nagari, belum ada tindak lanjut. “ada istilah, yang LPPM berusaha mencari jalan keluar bagaimana
namanya Maninjau itu hanya meninjau-meninjau menyelesaikan permasalahan danau, sekaligus
saja,” kata Surya Chandra, Wakil Kepala SMaN 1 persoalan mahalnya harga pupuk. Pada 2018,
Tanjung Raya Maninjau. Ketika acara homecoming Prof. Nyoman menginisiasi pembuatan pupuk cair
ITB 2015, Surya Chandra bertemu dengan teman dengan sedimen danau sebagai bahan dasar, selain
seangkatannya di Fisika 1983 yang menjadi dosen limbah pasar, sayur, dan buah-buahan. Pengambilan
di ITB, Prof. Dr. Eng. Khairurrijal, M.Si. Setelah itu, sedimen pertama kali dilakukan menggunakan
mereka bertemu dengan Prof. Nyoman dan Prof. Budi pompa sedot. Namun, karena lebih banyak airnya,
Sulistianto, kemudian membahas kegiatan LPPM di warga mengambil sedimen dengan teknik jaring atau
Maninjau. Setelah dibahas Chandra menawarkan didawu. Masyarakat menaruh jaring di dasar danau
sekolahnya dijadikan titik pusat aktivitas LPPM. Lalu untuk mengangkat sedimen.
disepakati kegiatan pertamanya adalah budi daya
jamur tiram yang dilaksanakan pada 2016. Selain Surya menceritakan, pada 2019, POC yang diajarkan
siswa SMa, beberapa kelompok tani juga menjadi diterapkan untuk organisasi PPNSI (Perhimpunan
peserta. Kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan Petani Nelayan Seluruh Indonesia) Tanjung Raya.
pengolahan pascapanen pada 2017. Saat kunjungan Pupuk tersebut digunakan salah satu kelompok
LPPM pada 2017, diceritakan mengenai masalah petani cabai, dan ternyata hasilnya memang unggul
limbah pakan ikan yang membentuk sedimen di dasar dan bagus. Jumlah daun jadi lebih banyak, tumbuh

70

Danau Maninjau, Foto: T. Bachtiar

lebih cepat, dan buahnya bagus. Salah satu anggota nya rendah karena POC berfungsi membangkitkan
kelompok tani tersebut bahkan membawa pupuk nutrisi dan bersifat organik,” kata Surya menirukan
untuk diterapkan. “Kebetulan di kelompok itu ada jawaban Prof. Nyoman. Program ini berlanjut pada
satu anak ITB. Begitu tahu kita bikin pupuk itu, dia 2019, LPPM memberikan pelatihan pembuatan
membawa semuanya, hampir satu ton. Karena yang pupuk Trichoderma. Di sekolah, seluruh program
lain cuek, saya mempersilakan dia membawanya. ini dimasukkan sebagai bagian dari mata pelajaran
Ternyata semua cabai di lahannya, mungkin sekitar khusus. Sebelum kurikulum 2013, masih 2006,
setengah hektare, yang dia tanam memakai pupuk dinamakan keterampilan pertanian. Pelajarannya
POC berbuah dengan baik. Setelah itu, salah satu budi daya jamur dan pascapanen. Jadi, setelah
kelompok tani menerapkan pupuk tersebut untuk panen jamur, mereka diberi pelatihan membuat
tanaman terong. Terong yang biasanya dipanen jamur krispi, bakso, dan beberapa olahan jamur
maksimal 15 kg, dengan menggunakan pupuk ini di kelas II. Pelatihan pembuatan pupuk POC dan
bisa mencapai 40 kg. Begitu pula dengan tanaman Trichodema diberikan untuk kelas III. Kelompok
buncis, yang panjangnya bisa mencapai dua siswa yang meneliti POC mendapatkan gelar
kali dari yang biasa. “PPL petani di sana sampai juara kedua. Banyak keunggulan lain dari pupuk
bingung,” kisah Surya. organik cair selain untuk pertanian. Bahkan, ketika
disandingkan dengan POC versi pabrik, pupuk
Sejauh ini pupuk organik cair hanya dimanfaatkan organik dari sedimen juga lebih unggul. “Orang
petani karena dalam pengujian nilai NPK-nya di sana berkata, ‘Profesor dari ITB yang ngajarin, jadi
bawah 1 sehingga tidak bisa dijual. “Tentu saja NPK- ya enggak main-main’,” kata Surya.*

71

CENDAWAN,
BUKAN
JAMUR!

PROF. DR. ENG. KHAIRURRIJAL, M.SI.

Berhadapan dengan masyarakat Maninjau Perlu usaha keras untuk menarik Tahun 2018 dan 2019, kegiatan
menjadi tantangan terbesar saat LPPM masyarakat yang sudah telanjur hidup
ITB memulai pengabdian masyarakat di di atas Danau Maninjau ke darat. pengabdian masyarakat di Maninjau
sana. Perlu waktu membuat masyarakat Perlahan, masyarakat diberi pandangan-
menerima ide yang ditawarkan oleh pandangan baru bahwasannya darat difokuskan pada perbaikan kualitas
LPPM ITB. Dengan pendekatan dan juga menjanjikan hidup yang baik.
pemahaman kultur yang tepat, akhirnya lingkungan. Caranya dengan
sinergi pun tercipta. Ketika memulai Sebenarnya, LPPM ITB sudah
program di Maninjau, LPPM ITB dipimpin menyusun grand design pemecahan memanfaatkan sedimentasi Danau
oleh Prof Rijal. Keterlibatan LPPM ITB di masalah di Maninjau. Namun,
Maninjau bisa berjalan berkat bantuan untuk melaksanakannya perlu dana Maninjau menjadi pupuk cair hayati.
teman seangkatan Khairul yang pulang yang sangat besar. Setelah upaya
kampung dan menjadi guru di SMa mendapatkan dana tak membuahkan Baglog sisa budi daya jamur tiram juga
Negeri 1 Tanjungraya. hasil maksimal, akhirnya rencana
tersebut dilaksanakan dengan dana dimanfaatkan menjadi pupuk padat.
“Namanya Pak Surya Chandra. Dia jadi yang ada. “Misalnya pengambilan
guru di SMaN 1 Tanjungraya, kemudian lumpur (sedimentasi) tidak memakai “
tahu saya di LPPM. Lalu dia bilang apa backhoe, tetapi ada nelayan yang kreatif. Oleh karena itu,
yang bisa digandeng dengan LPPM Setelah berdiskusi, dia kreatif mengambil penting kemudian
ITB, saya bilang sih banyak, tapi karena lumpur. Itu salah satu contoh biaya bisa melatih masyarakat
dengan sumber dana di LPPM itu ditekan,” tutur Prof. Rijal.
terbatas jadi kita perlu menggandeng sebagai agen
pihak ketiga,” kata Prof. Rijal. akhirnya Prof. Rijal mengatakan, dana memang multiplikasi kita.”
kegiatan LPPM ITB di Maninjau penting. Tapi, juga tidak boleh menjadi
mendapat sokongan dari Ikatan alumni penghambat, hanya menunggu Semua kegiatan itu tak bergulir mulus.
ITB. Kegiatan di Maninjau pun bergulir sampai ada dana baru bergerak. Prof. Rijal masih ingat, bagaimana
sejak 2015 dan terus terlaksana sampai Perlu mencari alternatif agar program respons negatif masyarakat setempat
tahun-tahun berikutnya. tetap bisa berjalan. LPPM ITB memilih dengan ajakan membudidayakan jamur
satu fokus kegiatan setiap tahunnya. tiram. Keengganan masyarakat karena
Misi utama LPPM ITB di Maninjau ialah Setelah pemetaan pemetaan masalah istilah jamur bagi masyarakat Sumatera
memperbaiki ekosistem Danau Maninjau awal tahun kegiatan pertama sejak Barat mempunyai konotasi negatif.
yang rusak akibat pertambahan keramba agustus 2015 di 2 Nagari Bayur dan Jamur dianggap sebagai penyakit.
jaring apung yang tak terkendali. Maninjau. Sejak 2016 terpusat di SMa “Bikin panu,” ujar Prof. Rijal.
Pendangkalan danau, ikan banyak N 1 Tanjungraya. Tahun berikutnya,
yang mati dan meninggalkan bau tak masyarakat diajari mengolah jamur Rupanya, masyarakat setempat tidak
sedap sehingga menurunkan kecantikan tiram menjadi produk lain yang menyebut tiram dan sebangsanya
Maninjau. Wisatawan berkurang drastis. mempunyai nilai ekonomi. sebagai jamur, melainkan cendawan.
akhirnya istilah jamur diganti dengan
cendawan. Meskipun masyarakat
tidak langsung menerima program

72

ini, ada satu keluarga yang mencoba
bertani jamur. Keluarga ini mendapat
dukungan dan perhatian penuh dari
LPPM ITB. Keluarga ini pun akhirnya
berhasil membudidayakan jamur tiram.
Keberhasilan inilah yang kemudian
mengubah pendirian warga.

Setelah berhasil, justru masyarakat ini. Mencari pendanaan dari berbagai Dengan begitu, segala keterbatasan
yang kemudian memberi masukan- sumber lalu dikumpulkan. Semua itu bisa diatasi tanpa mengurangi
masukan untuk kegiatan berikutnya. dilakukan karena harapan masyarakat manfaatnya.
akhirnya kegiatan ini terus bergulir terhadap ITB sangatlah besar. “Tapi,
setiap tahun. LPPM ITB juga tak sekadar sekali lagi, LPPM ITB khususnya, ITB pada Prof. Rijal mengatakan, peran aktif
menggandeng guru SMa Negeri 1 umumnya kan tenaganya terbatas. Oleh masyarakat justru menjadi kunci
Tanjung Raya. Seluruh siswanya juga karena itu, penting kemudian melatih keberhasilan program pengabdian
menjadi agen perubahan di daerahnya. masyarakat sebagai agen multiplikasi masyarakat ini. Ibaratnya, bukan ITB
Mereka mendapat berbagai ilmu dan kita,” kata Prof. Rijal. yang ngotot, melainkan masyarakat
keterampilan baru yang kemudian yang menyadari perlunya mencari solusi
ditularkan kepada keluarganya dan Maksudnya, masyarakat juga harus atas persoalan yang dihadapi. Di sisi
masyarakat di lingkungannya. Bahkan lain, para peneliti ITB juga membuka
semua materi yang didapat dijadikan berperan aktif. Bukan sekadar diri sehingga bisa berbaur dengan baik
materi pembelajaran di sekolah. “Jadi dengan masyarakat.
itu juga yang penting, multiplikasinya menerima materi atau menjadi objek
sangat-sangat banyak dan sangat Pengabdian masyarakat di Maninjau bisa
positif,” ujar Prof. Rijal. program pengabdian masyarakat. menjadi salah satu contoh sukses. Meski
pada awalnya tampak sulit. “Setelah lima
Setelah lima tahun tanpa jeda, Ia mencontohkan, beberapa warga tahun, budi daya jamur itu sekarang sudah
program pengabdian masyarakat jadi produk hilir. Mereka sudah membuat
yang digawangi LPPM ITB di Maninjau dari daerah binaan datang ke ITB berbagai olahan pangan,” ujar Prof. Rijal.*
mendapat apresiasi yang positif, baik
dari masyarakat maupun pemerintah untuk mendalami pengetahuan
daerahnya. Kegiatan pemberdayaan
memerlukan sumber daya yang besar. atau keterampilan tertentu.
Selain tenaga, perlu pula dana yang
memadai. Jika hanya mengandalkan Setelah menguasainya, ia kembali
anggaran yang dimiliki LPPM ITB,
barangkali pengabdian masyarakat ke daerahnya lalu menularkan
di Maninjau – juga di daerah lainnya –
tak akan tuntas. Manfaat yang diterima kemampuan itu kepada yang lain.
masyarakat tidak akan optimal.

Oleh karena itu, tidak segan tim peneliti
jungkir balik memenuhi kebutuhan dana

73

LMIMENBGAUHBAH

PupMEuNkJADHI ayati

Sisa pakan ikan di keramba jaring apung di Danau Proses metabolisme menggunakan substrat akan
Maninjau menyebabkan tingginya sedimentasi di menghasilkan unsur hara yang dibutuhkan
dasar danau. Tumpukan limbah pakan ditambah tanaman. Substrat yang digunakan ialah limbah
sedimen lainnya mencapai 50 ton atau setinggi 267 sayuran dan buah-buahan. Bahan-bahan ini diambil
meter. akibatnya, Danau Maninjau semakin dangkal. dari produk sampingan pertanian di Maninjau
Data yang menunjukkan, kedalamannya tinggal 33 yang sebelumnya belum dimanfaatkan. Limbah ini
meter saja. Padahal pada 2017, kedalamannya masih mengandung nutrisi, karbon, dan nitrogen yang
sekitar 200 meter. Sedimen tersebut mengandung dibutuhkan mikroba untuk tumbuh.
materi organik yang bisa dimanfaatkan, yaitu sebagai
bahan baku pembuatan pupuk cair hayati. Jika bisa Untuk membuat biang pupuk, limbah sayuran
dimanfaatkan, timbunan sedimen di Danau Maninjau dan buah-buahan dihaluskan menjadi jus setelah
bisa dikurangi. Pupuk hayati lebih ramah lingkungan sebelumnya dicuci bersih. Kemudian ditambahkan
dibandingkan dengan pupuk kimia. substrat gula merah sebagai sumber karbon dan
kecambah atau tauge sebagai sumber nitrogen dan
Pupuk hayati merupakan pembuatan pupuk dengan asam amino. Campuran ini yang disebut dengan
bantuan agen-agen mikroba, seperti bakteri, biang. Biang dibuat di bioreaktor sederhana yang
jamur, dan mikroalga yang fungsinya menyediakan dibuat dari botol bekas dan aerator akuarium.
unsur hara bagi tanaman. Enzim yang dihasilkan
mikroorganisme itu mampu mengikat nitrogen di Untuk membuat pupuk cair hayati, sedimen diambil
udara, mengurai materi organik menjadi unsur hara dari danau. Sedimen dan air ditampung dalam wadah.
dan fitrohormon, melarutkan unsur batuan mineral. Wadah yang digunakan bisa berupa ember kemudian
Pupuk hayati bermanfaat untuk meningkatkan disambungkan ke pompa. Bisa menggunakan pompa
kapasitas akar menyerap unsur hara tanah dan akuarium. Jika membuat dalam jumlah besar, sedimen
menjaga kesuburan tanah. bisa ditempatkan di tangki air kemudian disambungkan
ke pompa yang lebih besar pula. Tambahkan aerator
Pada intinya, sedimen danau ini menjadi media bakteri. ke dalam wadah. Fungsinya untuk proses pencampuran
Sedimen itu oleh bakteri diolah menjadi unsur hara. dan sebagai suplai oksigen. Lalu tambahkan inokulum
Pembuatan pupuk cair hayati ini terdiri atas dua proses yang sudah dibuat sebelumnya. Selanjutnya nyalakan
utama. Pertama, pembuatan inokulum atau bibit pupuk bioreaktor. Pupuk akan melewati proses fermentasi
sedimen. Kedua, pembuatan pupuk cair dengan sekitar satu minggu. Setelah itu pupuk dapat langsung
menggunakan biang yang sudah disiapkan. Inokulum digunakan. Pupuk cair ini bersifat pekat. Untuk
terbuat dari jus akar tanaman dari golongan Fabaceae, menggunakannya perlu diencerkan 10-100 kali. artinya,
misalnya akar tanaman Arachis pintoi, tanaman kacang- jika pupuk cair yang digunakan sebanyak 1 liter, perlu
kacangan seperti kedelai, mimosa, kacang tanah, dan diencerkan dengan 10 liter air. Untuk penggunaan yang
kacang babi yang memiliki nodul (bintil akar). Bintil akar lebih efisien, pupuk cair ini bisa disemprotkan ke lahan
itu berisi bakteri-bakteri yang mengikat nitrogen. pertanian atau perkebunan.

74

Nutrisi-nutrisi yang diperlukan
tanaman akan terbuang
jika limbah baglog tidak
dimanfaatkan.

PuPuK PADAT DARI lIMBAH BAGloG dan memperbanyak inokulum, serta pembuatan
Jika pupuk cair hayati dibuat dari sedimen danau, biang pupuk. Baru setelah itu pembuatan pupuk
pupuk padat hayati bisa dibuat dari limbah menggunakan baglog. Pembuatan media tumbuh
baglog jamur tiram. Nutrisi-nutrisi yang diperlukan dimaksudkan untuk menghasilkan jamur Trichoderma.
tanaman akan terbuang jika limbah baglog tidak Salah satunya bisa dibuat dari media dedak padi atau
dimanfaatkan. Pupuk padat hayati atau biofertilizer bekatul yang diberikan kultur murni. Simpan dalam
dibuat dengan bantuan agen mikroba aktif. Proses wadah tertutup yang steril kemudian diamkan selama
metabolisme mikroba itu akan menyediakan unsur beberapa hari. Maka, akan tumbuh Trichoderma
hara bagi tanaman. Dalam pembuatan pupuk padat berupa lapisan seperti kapas dengan permukaan
ini, agen mikroba aktif yang digunakan adalah berwarna hijau.
jamur Trichoderma sp. Jamur ini berperan sebagai
dekomposer yang mengurai limbah organik menjadi Untuk memperbanyak inokulum, Trichoderma yang
kompos. Jamur Trichoderma sp akan menyelimuti sudah dibiakkan dicampur dengan dedak, gula, dan
akar tanaman sehingga luas permukaannya lebih air. Simpan di tempat yang terlindung dari panas dan
besar. Dengan begitu, jumlah zat hara, air, dan hujan, diamkan selama beberapa hari. Setelah itu
mineral yang diserap oleh akar bisa semakin banyak. campurkan bahan ini dengan baglog jamur. Baglog
yang akan digunakan harus dipisahkan dulu dari
Selain itu, Trichoderma juga berperan sebagai bahan anorganiknya, misalnya plastik pembungkus
biofungisida yang mampu menghambat pertumbuhan dan pengikatnya. Baglog yang sudah mengeras juga
jamur patogen penyebab penyakit pada tanaman. Tidak harus dihancurkan terlebih dahulu hingga ukurannya
hanya mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman, kecil-kecil. Pengecilan ini dilakukan agar baglog
tetapi juga dapat melindungi tanaman dari hama dan lebih mudah dan cepat terurai. Setelah tercampur,
infeksi mikroorganisme patogen maupun hama. tutupi semua bagian dan biarkan proses fermentasi
mematangkan pupuk ini. Diperlukan waktu sekitar
Pembuatan pupuk padat ini diawali dengan satu bulan hingga pupuk padat ini siap digunakan.
pembuatan media tumbuh, kemudian menyiapkan

75

PENDEKATAN

TRANSDISIPLINER

UNTUK DESA

DRS. BUDI ISDIANTO, M.SN.

SUDaH sejak pertengahan ‘90-an, Drs. sederhana, di situ saja. Saya punya bukan ahli, melainkan saya mencoba
Budi Isdianto, M.Sn. berkecimpung teman yang istrinya itu orang memfasilitasi dan ada orang hebat
dalam program pemberdayaan Skandinavia dan dia ahli struktur. Saya di sini. Jadi, kalau kita membina,
masyarakat. Sebelumnya, bersama undang dia datang ke Tasikmalaya seperti pengabdian masyarakat di
dengan para seniman dan desainer, untuk melihat kerajinan mendong di desa dan sebagainya, bukan berarti
ia berupaya menjembatani antara sana. apa yang terjadi? Dia melihat sesuatu yang harus hebat yang
penawaran (supply) dan permintaan dan berkata, ‘Wah ini pekerjaan saya datang ke sana. Kita harus bisa
(demand). Ia juga menemukan sehari-hari yang tidak pernah saya membantu menggaet, menemani
bahwa desain adalah jembatan yang temukan di sini’. akhirnya, dia mencoba teman-teman di sana agar kalau ada
menghubungkan antara penawaran membuat sesuatu yang lebih dari apa apa-apa, kita bantu menjaga, dan
kebutuhan dan permintaan. Selama yang saya harapkan. Dia tidur di sana, bukan kita problem solver-nya. Kita
kurang lebih 11 tahun ia bergabung mencoba bekerja bersama-sama perajin. berperan sebagai katalis yang bisa
dengan lembaga pengabdian Banyak persoalan yang dulunya besar, mempertemukan antara persoalan
masyarakat. Dosen yang bergabung dapat disederhanakan. ‘Oh beginikan dan ahlinya. Jangan jarak jauh. Kalau
dalam Kelompok Keahlian Manusia saja’. Jadi, itu yang saya sebut gap. jarak jauh, kita tidak akan mendapatkan
dan Ruang Interior Fakultas Seni Saat perajin frustrasi ketika menenun inti persoalannya. Problem dan solusi
Rupa dan Desain ITB ini membagikan mendong karena mendongnya selalu itu bagai sahabat, tidak akan berpisah.
pengalamannya. patah akibat ketajaman benang, dia Problem dan solusi itu sama. Kalau
punya cara sederhana. Memasukkan dekat dengan masyarakat, kita akan
Bagaimana perjalanan pengabdian benangnya jangan lurus, tetapi miring. tahu persis persoalannya seperti apa.
masyarakat yang Bapak lihat? Semua dilakukan bertahap dengan Dengan demikian, kita bisa mencari
Dahulu saya lihat gap antara kota berapa kali latihan jadinya tidak putus- siapa kira-kira orang yang akan bisa
dan kampung itu jauh. artinya, kita putus, itu sederhana banget. Saya membantu mereka.
harus masuk ke sana, menyebar ke
mereka agar mereka bisa tumbuh. Nah
tumbuhnya seperti apa? Karena saya
di dunia seni dan desain, di tengah-
tengahnya ada kerajinan. Kerajinan
jadi sangat berpotensi karena terwarisi
dari masa lalu. Hal itulah yang dicoba
digali dan dikembangkan. awalnya,
saya masuk ke Purba Ratu di
Tasikmalaya yang memiliki produk
kerajinan tikar mendong. Tikar
mendong di sana punya masalah,
ujungnya selalu lepas-lepas karena
ikatannya tidak bagus. Perhatiannya

76

Apa yang paling menarik dari desa dari ujung Indonesia dikumpulkan “
yang dikunjungi? dalam wadah dan menugasi mereka Perubahan semakin
Hampir semua punya keunikan-keunikan. untuk bisa mengeluarkan problem- cepat dan persoalan
Jadi memberikan pengalaman yang problem yang ada di daerahnya semakin luas, tidak bisa
berbeda. yang belajar itu bukan cuma masing-masing. Nanti setelah matriks
mereka, saya juga langsung belajar dari mempertemukan dia dengan tools ini ditangani sendiri.”
mereka bagaimana memaknai hidup. (dengan pusat-pusat) sehingga pusat-
Saya cuma menyediakan mangkok pusat ini bisa bekerja dengan problem yang tidak bisa dipecahkan oleh
kosong, terus tumpahin di situ dan yang real yang benar-benar dialami satu atau dua keilmuan. Pendekatan
ngobrol-ngobrol, begitu ya. Setelah orang sana . Dengan menggunakan ini juga tidak kaku, perlu gabungan
dia tumpahin, dia pulang agak gagah pola segitiga, bagian bawah adalah dari macam-macam orang, termasuk
sedikit, padahal saya tidak melakukan masyarakat dengan pendidikan, di masyarakat, stakeholder untuk
apa-apa. atasnya adalah penelitian duduk sama-sama merumuskan
dan memecahkan persoalan yang
Bagaimana peran kampus dalam Hubungan masyarakat dengan di bawah. Ini adalah budaya baru
menemani masyarakat? penelitian ini menjadi R&D dengan karena ke depan akan sering kita
Perguruan tinggi kan punya industri. Penelitian dengan pendidikan lakukan. Perubahan semakin cepat
tridharma, pendidikan, penelitian, ini akan menjadi pendidikan melalui dan persoalan semakin luas, tidak bisa
dan pengabdian. Sekolah itu harus riset. Segitiga kecil tadi akan menjadi ditangani sendiri. Jadi, ada persoalan
membekas di masyarakat seperti pohon segitiga yang besar dan itu akan di mana pengetahuan tidak lagi
dengan akar di tanah dan kita punya membuat sekolah menjadi earthly, menjamin untuk bisa menerobos masa
langit sendiri, bukan langitnya negara Kenapa earthly? Karena dasarnya depan, ada pengetahuan lain yang
maju yang kita terus mengacu menjadi itu menjadi besar, yang tadinya non-akademik yang barangkali harus
followers. Kita menghasilkan buah dan pengabdian masyarakat hanya kita siapkan. Pengabdian masyarakat
buah itu kita usahakan agar manis, enak, seperti titik, sekarang pengabdian menghadapi problem yang luas dan
bermanfaat buat orang yang ada di situ. masyarakat ditemani penelitian variasinya banyak sekali. Menghadapi
Oleh karena itu, risetnya harus baik, berkelanjutan dan ada R&D, itu semua hal tersebut perlu perubahan mindset,
akarnya harus baik, beri pupuk yang buat masyarakat, hingga segitiga orang harus terus belajar dan harus
baik sehingga pohonnya kokoh dan jadi utuh. Dari tengah ke bawah itu bisa survive di setiap kondisi yang
buahnya bagus. akar itu memang pahit, cenderung transdisipliner, banyak cepat berubah. Kita harus terbiasa
tetapi buahnya manis. Jadi mengurus orang yang terlibat di sana karena dengan itu. Pendekatan transdisipliner
pendidikan itu memang pahit, tetapi problemnya luas. Kalau problemnya jadi sangat penting.
dengan satu orientasi yang buahnya luas harus dibantu dengan integrasi.
bermanfaat untuk orang. Itu yang harus Kalau segitiga kecil ke atas ini teoretis Apa tantangan pengabdian
kita kejar. Sekolah juga harus seperti itu, sehingga pengalaman di bawah masyarakat ke depan?
dia harus earthly dengan buminya dan menjadi sumber dari berkembangnya Ke depan kita harus berani melakukan
dengan langitnya. Di situlah baru terasa keilmuan yang di atas. Saya pikir itu redefinisi, tidak lagi cuma sekadar
bahwa sekolah itu benar-benar eksis. menjadi segitiga yang baik yang kita senggolan. Pengabdian masyarakat
kembangkan. harus bisa memfasilitasi fondasi.
Bagaimana menghubungkan Macam-macam persoalan di bawah
kemajuan ilmu pengetahuan dan Bagaimana pendekatan kita angkat dan kita beri solusi,
teknologi dengan pengabdian transdisipliner ini diterapkan pendekatannya harus transdisipliner.*
masyarakat di desa? dalam pendidikan dan pengabdian
Saya mengusulkan ada pusat kajian. masyarakat?
Pusat kajian Indonesia barat, tengah, Pendekatan transdisipliner itu muncul
timur. Kita akan mudah membuat karena melihat problem sebagai
pusat kajian itu mahasiswa ITB berasal sesuatu yang luas dan kompleks

77

78

3LINGKAR

ZONA PULAU JAWA
(DI LUAR JAWA BARAT)

79

MPEeNmDObROaNnGgunan
BERKELANJUTAN

JIKa mendengar nama Blora, boleh jadi yang pertama kali terbayang adalah hutan jati dan minyak bumi.
Maklum, meskipun harus diakui belum mampu mengangkat perekonomian warga setempat, dua komoditas
itulah yang sudah sejak lama melambungkan nama Blora ke dunia luar. Kabupaten yang berada di sebelah
timur Jawa Tengah, tepatnya 217 km dari Semarang, tercatat sebagai penghasil kayu jati terbesar di
Indonesia. Bukan hanya kuantitas, kualitas kayu jati Blora dianggap yang terbaik di Indonesia hingga terkenal
ke mancanegara. Wajar kalau kemudian Blora dijuluki sebagai Kota Kayu Jati.

Selain kayu jati, Blora juga tersohor sebagai penghasil minyak bumi nomor wahid di tanah air. Desa Cepu
merupakan area penambangan minyak bumi yang sudah dieksploitasi sejak zaman Hindia Belanda. Pada tahun
2006, eksploitasi di Blok Cepu semakin masif menyusul temuan cadangan minyak bumi sebanyak 250 juta barel.

Namun, Blora bukan hanya kayu jati dan minyak bumi. Kabupaten yang terbagi menjadi 16 kecamatan ini
memiliki potensi alam lain yang cukup besar, baik dari sektor pertanian, peternakan, dan perhutanan. Hanya,
ada faktor penghambat dalam pengembangan potensi-potensi tersebut. Salah satunya masalah ketersediaan
air dan pengelolaan sumber daya air (SDa).

Bayangkan, wilayah yang sebagian besar terdiri atas lahan pertanian, perkebunan dan hutan (90%),
46.143.958 hektare di antaranya areal persawahan, hanya didukung oleh ketersediaan air dari irigasi teknis
7.449 hektare (16,14%), irigasi setengah teknis 967 hektare (2,10%), pengairan sederhana/PU 4.114 hektare
(8,92%), pengairan irigasi desa/non-PU 1.640 hektare ((3,55%), tadah hujan 29.717,958 hektare (64,40%), dan
pengairan dari program P2AT 2.256 hektare (4,89%).

80

OEmmbauhnSguKsueruk, Randu Blatung

“Salah satu kelemahan Blora adalah sumber air. Kita enggak punya sumber air. Kita memang sudah mampu Djoko Nugroho
mengambil air dari Bengawan Solo. Tapi, tetap masih banyak kecamatan yang sangat membutuhkan air, Bupati Blora 2016-2021

terutama di Blora bagian selatan,” kata Bupati Blora, Djoko Nugroho. Persoalan mendasar lain
yang dihadapi Blora adalah menyangkut sumber daya manusia (SDM). Menurut

Djoko, pola pikir masyarakatnya masih terkungkung dan belum berkembang baik. “Mindset masyarakat sangat
berpengaruh. Ini yang membuat masyarakat saya sulit berkembang,” tambah Djoko Nugroho.

Berangkat dari dua persoalan tersebut, LPPM ITB menginisiasi program pengabdian masyarakat pada tahun
2009. Tim pioner dipimpin Ir. Oemar Handojo, M.Sn. dengan anggota Dr. Ibnu Syabri, B.Sc., M.Sc., Prof. Dr.
Edy, Prof. Syahril, dan Prof. Nyoman. Kegiatan perintis di Kecamatan Randublatung itu mengangkat tema
“Dukungan ke arah Pemecahan Krisis air di Kabupaten Blora”. Lewat kegiatan ini, LPPM ITB mencoba
menilik potensi kebutuhan air di Kecamatan Randublatung, menganalisis dan kemudian menghasilkan desain
bangunan air yang menjadi solusi atas masalah ketersediaan air di kawasan tersebut. Selain itu, sebagai upaya
peningkatan kesejahteraan warga setempat, dilakukan survei lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat.
Tujuannya untuk mengetahui potensi masyarakat di Kabupaten Blora, khususnya di Kecamatan Randublatung.

Kecamatan Randublatung dipilih karena di kawasan tersebut terdapat sebuah embung atau waduk buatan
yang menjadi sumber air bagi warga sekitarnya. Fungsi utamanya adalah sandaran air untuk sekitar 22 hektare
lahan pertanian di Kecamatan Randublatung dan sekitarnya, yang pada kenyataannya, keberadaan embung
belum bisa dimaksimalkan karena berbagai faktor. Kegiatan pengabdian masyarakat rintisan LPPM ITB di

81


Saya juga tertarik dengan cara pendekatan ITB
kepada masyarakat. Menurut saya, luar biasa
karena bisa mendekati, mengajak, dan memengaruhi
masyarakat ke arah yang lebih baik.”

Kecamatan Randublatung ini dinilai berhasil oleh Bupati Blora. “Ketika kita kesulitan membangun embung
keruk, ITB masuk dan mendesain ulang. Alhamdulillah berhasil dibangun dan sampai sekarang embung keruk
itu bisa dimanfaatkan. Warga sekitar embung pun merasakan manfaat dari pembangunan embung keruk dan
upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan LPPM ITB,” tutur Djoko.

Dalam perkembangannya, berkaitan dengan krisis air, atas permintaan Pemerintah Daerah Kabupaten
Blora, tim LPPM ITB juga melakukan investigasi analisis kondisi terkini Waduk Tempuran yang badan utama
bendungannya longsor pada tahun 2010. Waduk yang terletak di Kecamatan Kota Blora ini pertama kali
dibangun pada 1916. Waduk ini memiliki beberapa fungsi penting yang menopang kehidupan warga di
sekitarnya yaitu perikanan, pariwisata, pencegah banjir, penampung air, pemasok air warga melalui PDaM
Kota Blora dan venue latihan dayung. Bendungan tersebut menampung air hujan dari anak Sungai Lusi yang
merupakan wilayah pengelolaan TKPSDa WS Jratunseluna (Jragung, Tuntang, Serang, Lusi, dan Juana).

Kemudian, pada 2011, tim LPPM ITB melakukan survei awal untuk kegiatan penelitian formasi karst di
Kabupaten Blora. Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk menilik ulang potensi air dan pengelolaan air serta
wisata di kawasan Karst Blora. Penelitian difokuskan di Kecamatan Todanan karena kawasan ini merupakan
sumber air bagi Kecamatan Kunduran, dan daerah hutan jati milik Perhutani. ”Waktu itu, kita memang meminta
LPPM ITB untuk mendampingi, mencari sumber-sumber air yang sangat kami butuhkan. Dengan teknologi
yang dimilikinya, saya yakin ITB bisa membantu. Saya sangat berharap peran serta LPPM ITB karena saya yakin
dengan air, masyarakat Blora akan lebih sejahtera sebab air itu kebutuhan pokok kita,” ujar Djoko.

Bukan cuma pencarian sumber air, Djoko juga berharap, kerja sama dan peran serta LPPM ITB dalam geliat
pembangunan Blora di berbagai bidang terus berlanjut. Pemerintah Daerah Kabupaten Blora dan warganya
sudah merasakan manfaat besar dari program penelitian dan pengabdian masyarakat ITB di wilayahnya. ”Kami
butuh ITB. Saya melihat, kehadiran ITB di sini sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kepercayaan
diri dan cara berpikir masyarakat yang dipoles LPPM ITB sudah sangat berubah. Saya juga tertarik dengan
cara pendekatan ITB kepada masyarakat. Menurut saya luar biasa karena bisa mendekati, mengajak, dan
memengaruhi masyarakat ke arah yang lebih baik,” ungkap Djoko.***

82

Karst Blora

83

EMBUNG

BDREAaBnRdAIuKSbKRlaAItSuNInSgAIR

SELaIN Waduk Greneng dan Tempuran, Kabupaten beberapa bagian tanggul tidak mampu menahan
Blora memiliki penampungan air buatan bernama air dan menyebabkan keruntuhan. Bahkan, dinding
Embung Keruk Randublatung. Sesuai dengan fondasi terangkat dan terseret hampir 25 meter.
namanya, embung ini berada di Dukuh Keruk, Dampak luapan air dan banjir dirasakan warga di dua
Kecamatan Randublatung. Fungsi utamanya adalah desa yang berada di radius 2 kilometer dari embung
sandaran air untuk sekitar 22 hektare lahan pertanian sehingga menimbulkan kerugian material.
di Kecamatan Randublatung dan sekitarnya.
Berdasarkan hasil visit site pertama tim LPPM
Pertama kali dibangun pada tahun 2005, embung yang ITB diketahui, runtuhnya tanggul embung karena
hanya berjarak tiga kilometer dari kantor Kecamatan diabaikannya aspek hidrolis dalam perencanaan
Randublatung ini memiliki luas 8 hektare. Dalam sehingga tidak memperhitungkan debit banjir yang
perencanaan, penampungan air ini bakal diperluas akan terjadi. Jika ditinjau dari sisi kestabilan lereng
hingga 22 hektare untuk mencukupi kebutuhan air 250 secara geoteknis, perencanaan tanggul ini sangat
hektare lahan pertanian. Selain kebutuhan air pertanian, rawan. Tidak ada penyelidikan lapangan untuk
pembangunan Embung Keruk Randublatung bertujuan memperkirakan jenis tanah yang akan dibebani
sebagai tempat konservasi lingkungan, venue olahraga sehingga ketika menerima beban yang lebih besar,
air seperti dayung dan salah satu objek wisata di Blora struktur tanggul roboh, dan mengalami keruntuhan.
bagian selatan, termasuk memancing.
Dari sisi strukturalnya, dinding tanggul terbuat dari
Embung ini pertama kali dibangun warga Dukuh beton tanpa tulangan yang diplester seadanya
Keruk menggunakan biaya dari Bank Dunia melalui dengan adukan semen, batu bata tanpa ada
Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui perhitungan secara teknis. Fondasi pada dinding
Inovasi (P4MI) yang dilakukan Komite Investasi Desa tanggul menggunakan pasangan batu kali yang
(KID) pada 2005 dengan nilai Rp165 juta. Saat digali dan ditempatkan di dalam tanah. Lalu dinding
itu, pembangunan hanya dilakukan dengan dibangun dengan hanya menyusun batu bata dan
menggunakan peralatan sederhana dari masyarakat. memplesternya. Faktor ini yang sangat berpengaruh
Sama sekali tidak ada perencanaan teknis ataupun terhadap keruntuhan tanggul.
hidrolis yang memadai.
“Ketika itu ada permohonan dari salah satu anggota
Pada bulan Juli 2006, salah satu sisi tanggul embung tim kita untuk membantu renovasi embung,” kata
runtuh karena tekanan hidrolis. Penyebabnya adalah Prof. Syahril, anggota tim LPPM ITB dari kelompok
curah hujan yang sangat tinggi sehingga terjadi keahlian Teknik Sumber Daya air.
peningkatan volume air. akibat tekanan hidrostatis,

84

Embung Keruk, Randublatung

85

Kecamatan Randublatung termasuk kawasan paling“ AIR UNTUK
rawan krisis air. Bayangkan, hampir 65% areal KEMASLAHATAN
persawahan merupakan tadah hujan lantaran tidak MASYARAKAT
memiliki irigasi teknis. Pada 2009, tim LPPM ITB
yang dipimpin Oemar Handojo, M.Sn. melakukan PROF. IR. MUHAMMAD SYAHRIL BADRI KUSUMA, PH.D.
kegiatan pengabdian masyarakat di Kecamatan
Randublatung. Salah satu fokus kegiatannya adalah BERBICaRa soal sumber daya air,
renovasi Embung Keruk Randublatung. “Pada saat nama Prof. Syahril sudah tidak asing
ke lapangan, kita juga mengidentifikasi besarnya lagi. Maklum, sebagian besar hidupnya
harapan masyarakat terhadap manfaat embung itu. diabdikan dalam pengembangan
Intinya, manfaatkan embung itu sangat dinantikan sumber daya air (PSDa) yang ditujukan
masyarakat setempat,” tambah Prof. Syahril. untuk kemaslahatan umat manusia. “air
itu kemaslahatan orang banyak. Dalam
Analisis banjirnya kita agama saya pun dijelaskan bahwa tidak
betulkan, jumlah potensi ada surga yang tanpa air,” ujar Prof.
air yang bisa ditampung, Syahril dalam sebuah kesempatan.
kita naikkan dan berapa
kebutuhan masyarakatnya.” Saat ini, Prof. Syahril, demikian
sapaan akrab kesehariannya, menjadi
Prof. Syahril mengatakan, langkah pertama yang Guru Besar Fakultas Teknis Sipil dan
dilakukan tim LPPM ITB adalah melakukan kajian Lingkungan Institut Teknologi Bandung
desain awal embung keruk. Namun sebelumnya, tim (FTSL-ITB). Kelompok keahliannya
sudah mengantongi sudah data-data primer berupa adalah Teknik Sumber Daya air dengan
data hidrologi, geoteknik, dan topografi. Pada tahapan bidang dinamika fluida.
ini, sudah didapatkan peta kontur daerah embung
keruk, peta orientasi Kecamatan Randublatung di “Hanya, banyak beraplikasi pada
provinsi Jawa tengah, peta topografi serta situasi banjir, sumber daya air, drainase,
kecamatan. “Kemudian kita melakukan improvement struktur hidrolik, dan pengendalian
dengan strukturnya dan metode konstruksinya. Lalu, daya rusaknya. Sekarang, saya
analisisnya kita update, terutama yang kurang tepat. mengajar tentang hidrolika,
Jadi, analisis banjirnya kita betulkan, jumlah potensi hidrologi, perencanaan bangunan
air yang bisa ditampung, kita naikkan dan berapa pantai, pembangkit listrik tenaga air,
kebutuhan masyarakatnya. Pokoknya, semua aspek pemodelan, dan juga alirannya,” tutur
kita analisis lagi dari awal untuk kepentingan desain Prof. Syahril.
embung,” beber Prof. Syahril.
Lulus dari Teknik Sipil ITB pada 1984,
Rancangan desain peningkatan kapasitas air embung Prof. Syahril melanjutkan pendidikan
keruk sebagai solusi permasalahan ketersediaan air di master (S-2) dan doktornya (S-3)
Kecamatan Randublatung itu kemudian divisualisasi di Universitas De Nantes-Ecole
dalam bentuk maket dan diserahterimakan kepada Nationale Superieure De Mecanique,
Pemerintah Kabupaten Blora pada November 2009.* Nantes, Prancis pada 1988. Setelah
merampungkan studinya di Prancis
86

pada 1991, ia mengikuti program Bagi Masyarakat (2015), Implementasi
New-S1 di bidang Teknik Kelautan Teknologi dan Penumbuhan
yang dipelopori Prof. Dr. Ir. Hang Tuah, Kewirausahaan Berbasis agroindustri
M.Oc.E. bagi Masyarakat di Sekitar Danau
Maninjau (2016) dan Pengembangan
Nama Prof. Syahril sangat identik Platform Tata Kelola Manajemen DaS
dengan PSDa karena sudah banyak Ciliwung dari Perspektif ancaman
proyek di bidang ini yang digarapnya. Hidrometeorologi (2020).
Bersama Prof. Hang Tuah, ia terlibat
dalam pengerjaan proyek transmigrasi Bagi Prof. Syahril, seabrek proyek
yang dicanangkan pemerintah pada yang dijalaninya selama ini merupakan
1978-1979. Dalam proyek tersebut, ia wujud pengabdian masyarakat
mengerjakan perencanaan drainase, yang dilakukannya. “Bagi saya
rawa, sistem suplai air, dan irigasi. dan mahasiswa yang dilibatkan,
Selain itu, ia juga terlibat dalam proyek pengabdian masyarakat juga bisa
pemetaan wilayah kumuh kawasan menambah wawasan dan pendalaman
Balubur, Kota Bandung, serta proteksi metodologi,” kata Prof. Syahril.
jembatan akibat penggerusan banjir.
Selain itu, Prof. Syahril mengaku
Proyek besar Prof. Syahril lainnya adalah memiliki banyak pengalaman, baik
pengerjaan Bandar Udara Banda Neira pahit maupun manis, selama melakukan
di Pulau Banda, Pelabuhan Ikan Nasional pengabdian masyarakat. “ada macam-
di Palabuhanratu, Dam Muara Rempang macam persoalan yang kita temui di
di Batam, Studi Pengembangan masyarakat. Dari mulai kebutuhan
Peta Risiko Banjir di Kelurahan Bukit hidup, kondisi lingkungan yang tidak
Duri Jakarta (2009) dan Desa Telaga mendukung, hingga sumber daya
Karawang (2011), Dukungan ke arah terbatas. Makanya, ketika teknologi
Pemecahan Krisis air di Kabupaten yang diterapkan dirasakan manfaatnya
Blora (2010), Pemodelan Eutrofikasi oleh masyarakat, kita merasa sangat
Waduk Ir. H. Juanda Purwakarta (2011), puas,” ungkap Prof. Syahril.
Pembuatan Rencana Pengembangan
(Master Plan) Kayan Delta Farm Food Karena itu, dalam setiap kegiatan
Estate (Kadefe) di Kabupaten Bulungan pengabdian masyarakat, Prof. Syahril
Kalimantan Timur (2011), Konservasi selalu memprioritaskan kemanfaatan
dan Revitalisasi Kawasan DaS Citarum dan kemaslahatan teknologi yang bakal
sebagai Sumber Ketahanan Pangan, diterapkan. Menurut Syahril, setinggi
Energi, dan Lingkungan Hidup (2012), apa pun tidak semua teknologi bisa
Kajian Penerapan Model Estimasi cocok dan bermanfaat bagi masyarakat.
angkutan Sedimen pada Sungai-
sungai di Jawa Barat: Studi Kasus anak “Jadi, soal teknologi itu harus
Sungai Cimanuk (Sungai Cikamiri dan dikembalikan kepada masyarakatnya.
Sungai Cibuah) (2014), Dukungan bagi Kita harus cari tahu dahulu masyarakat
Upaya Pengelolaan Sumber Daya air butuh apa dan solusi apa yang mau
di Kabupaten Subang: Studi Kasus tercapai. Nah, kita harus benar-benar
Cipunegara (2014), Kajian Potensi air melihat kondisi itu dalam masyarakat.
Baku Bagi Kawasan Sekitar BIJB dan Kita yang harus menyesuaikan.
Kertajati Aerocity (2015), Identifikasi Soalnya, enggak bisa semua teknologi
Teknologi Pemanfaatan Danau Maninjau diterapkan,” pungkas Prof. Syahril.***

87

Embung Keruk, Randu Blatung
88

SURVEI SOSIAL EKONOMI

Selain kajian untuk kepentingan desain embung
keruk, tim LPPM ITB juga melakukan survei sosial
ekonomi. Tujuan survei untuk memperoleh gambaran
mengenai potensi keterlibatan penduduk dalam
mengelola dan memanfaatkan embung yang akan
dibangun dan memperkirakan kondisi sosial ekonomi
penduduk setelah pembangunan embung.

Beberapa hal yang diidentifikasi dalam survei sosial Dengan adanya sarana jalan dan
ekonomi ini adalah keadaan penduduk sebelum lahan parkir tersebut, wilayah
adanya embung, besaran kebutuhan air yang Embung Keruk Randublatung telah
harus disediakan/dihasilkan embung, karakteristik mulai dijadikan tempat wisata.
mata pencaharian masyarakat setempat, rata-
rata willingness penduduk untuk merawat dan Kendala lain yang dialami dalam proses pembangunan
mengelola embung, bentuk “pembayaran” yang embung adalah akses jalan yang cukup sulit. Sebagai
rela diberikan penduduk untuk memperoleh manfaat realisasi dukungan dalam kerja samanya dengan ITB,
embung, sistem yang baik menurut penduduk dalam Pemda Kabupaten Blora telah mengalokasikan dana
mengelola dan memanfaatkan embung, pengaruh sebesar Rp709 juta untuk pembangunan prasarana
embung terhadap daerah di sekitarnya, serta pendukung berupa peningkatan kualitas jalan menuju
tingkat kebergantungan masyarakat setempat pada kawasan embung keruk.
keberadaan embung.
Pada 2011, izin penggunaan lahan untuk perluasan
Dari hasil survei sosial ekonomi tersebut disimpulkan, embung belum turun dari pemerintah pusat. Surat
Taman Wisata Waduk “Ngudi Rahayu” dapat permohonan telah dikirimkan melalui Gubernur Jawa
dikembangkan lagi untuk meningkatkan sosial Tengah yang ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri
ekonomi masyarakat. Sebab, di wilayah taman wisata dan Menteri Kehutanan RI. Izin ini diperlukan karena
tersebut masih terdapat lahan kosong yang cukup bila embung diperluas, ada sekitar 14 hektare lahan
luas. Lahan kosong tersebut dapat dimanfaatkan untuk milik Perum Perhutani yang akan terendam. Salah
pengembangan tempat pemancingan ikan, taman satu alternatif yang ditawarkan Pemerintah Daerah
bermain, wisata alam dengan pemandangan, wisata Kabupaten Blora adalah tukar guling dengan lahan
outbound, tempat penjualan kerajinan masyarakat lain dengan luas yang sama.
(crafting), tempat penjualan industri pupuk cair,
pemondokan, dan museum kehutanan jati. Pembangunan infrastruktur pariwisata di sekitar
embung keruk telah dilakukan. Progresnya sudah
Permasalahan lain yang cukup penting adalah sampai pada tahap pembangunan sarana dan
perizinan lahan untuk pembangunan kawasan prasarana jalan dan lahan parkir. Biaya yang dikeluarkan
embung yang semula hanya sekitar 3 hektare Pemerintah Daerah Kabupaten Blora untuk perbaikan
menjadi 14 hektare. Sebab, lahan tersebut jalan tersebut kurang lebih Rp590.000.000. Dengan
masih dikuasai Kementerian Kehutanan di adanya sarana jalan dan lahan parkir tersebut, wilayah
bawah pengelolaan Perum Perhutani. Perizinan Embung Keruk Randublatung telah mulai dijadikan
penggunaan lahan embung tersebut sempat tempat wisata oleh masyarakat.
tertunda selama kurang lebih 6 bulan karena
adanya pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada) di Kabupaten Blora. Namun, secara
prinsip penggunaan lahan pembangunan kawasan
embung telah mendapatkan izin dari Menteri
Kehutanan.

89

PEMANTAPAN STRUKTUR TANGGUL Jawa Tengah, Bibit Waluyo pada bulan Desember
2012. “Setelah perbaikan dilakukan dan embung
Pada 2012, renovasi embung dilanjutkan dengan jadi, sawah yang bisa diairi menjadi lebih luas. Selain
menggunakan anggaran sebesar Rp3,8 miliar itu, panen petani juga sudah ada yang bisa dua kali
dari aPBN dan dana pendampingan Rp500 juta dalam setahun,” ujar Prof. Syahril.
dari aPBD Kabupaten Blora. Namun, dalam
perjalanannya terdapat ketidaksesuaian konstruksi. Meskipun terkadang mengalami kekeringan, dari sisi
Hal itu ditemukan saat tim peneliti LPPM ITB infrastruktur, Embung Keruk Randublatung sudah
melakukan kunjungan pada bulan Oktober 2012. bisa beroperasi dan masyarakat merasakan banyak
Dalam kunjungan itu, tim LPPM ITB melakukan kajian manfaatnya seperti lapangan kerja dan penghasilan
untuk memantapkan struktur tanggul. Kunjungan dan bertambah. Manfaat juga dirasakan oleh Perhutani
peninjauan dilakukan ketika pembangunan konstruksi karena memiliki cadangan air tanah untuk hutan jatinya.
embung keruk sedang berjalan. Kendati demikian, Prof. Syahril mengungkapkan,
persoalan Embung Keruk Randublatung bukan
Dalam kunjungan tersebut didapatkan sejumlah sekadar masalah teknis. Jadi, persoalan di lapangan
catatan mengenai ketidaksesuaian pelaksanaan tidak selesai begitu saja pada saat rampungnya
konstruksi dengan usulan tim LPPM ITB, risiko renovasi embung keruk. Sebab, ada masalah sosial
atau dampak akibat ketidaksesuaian, dan upaya yang mengiringi sejak awal pembangunan hingga
yang mungkin dilakukan. Dari petugas di lapangan masa yang akan datang. “Kalau secara teknis, kita
didapatkan informasi lisan tentang kemungkinan tinggal melakukan rekayasa saja. Tapi, di sini ada
adanya ketidaksesuaian tata letak bangunan air, masalah sosial. Itu yang membuat pembangunan
terutama lokasi pintu intake untuk irigasi. Secara visual embung keruk menjadi tidak sederhana. Itulah yang
juga teramati adanya ketidaksesuaian jenis, bentuk membuat kita harus melakukan monitoring yang
geometri, dimensi, dan struktur dari bangunan air benar-benar intensif . yang tidak kalah pentingnya
yang sedang dibangun. Identifikasi ketidaksesuaian ada juga masalah pendidikan dan budaya. Makanya,
berdasarkan pengamatan selama kunjungan kita terus melakukan edukasi dan pendekatan
terkonfirmasi melalui gambar dan Rencana Anggaran kepada masyarakat setempat yang fokus kepada
dan Belanja (RaB). asas kemanfaatan,” beber Prof. Syahril.

Selain itu, di lokasi tidak dijumpai pekerja atau Benar saja, setelah selesai direnovasi, konflik
pengawas yang mampu dan mengerti tentang sosial muncul. Karena merasa pasokan air tidak
aspek perencanaan dan konstruksi dari bangunan merata, sekelompok warga melakukan aksi dengan
yang sedang dikonstruksi. Hal ini teridentifikasi mengganjal pintu air embung untuk mengairi areal
dalam proses tanya jawab mengenai aspek teknis/ persawahan. akibatnya, pintu air rusak dan tak
konstruksi dan pengamatan visual, baik pada proses bisa mengairi seluruh areal pertanian, baik yang
atau pelaksanaan konstruksi maupun pada bangunan dekat maupun jauh dari embung. Konflik horizontal
terkonstruksi di lokasi pekerjaan. Ketidaksesuaian antarwarga pun tak terhindarkan. “Sebenarnya pintu
tersebut akan menimbulkan risiko perubahan fungsi airnya enggak mahal, tetapi karena ada masalah
dan faktor keamanan embung keruk. sosial itu, enggak ada yang betulin. Mereka berpikir,
biar sama-sama enggak kebagian air,” cerita Prof.
Berdasarkan hasil visit site terakhir kepelaksanaan Syahril.
konstruksi dan setelah selesainya pembangunan,
diusulkan langkah pencegahan untuk mengurangi Untuk menyelesaikan konflik tersebut, tim LPPM ITB
risiko atau dampak akibat ketidaksesuaian mencoba melakukan pendekatan melalui kepala
pembangunan embung dengan Guideline Teknis & desa setempat dan memberikan pemahaman
Desain LPPM ITB dan upaya yang mungkin dilakukan. kepada masyarakat terkait persoalan distribusi air
Setelah proses renovasi dianggap rampung, Embung
Keruk Randublatung diresmikan oleh Gubernur

90

Sutaat & Singgih Hartono

Karena merasa pasokan air tidak merata,
sekelompok warga melakukan aksi dengan
mengganjal pintu air embung untuk mengairi
areal persawahan.

itu, “Setelah itu, pintu airnya kita betulin lagi,” tegas
Prof. Syahril. Setelah itu, pada saat monitoring pada
bulan Oktober 2013, ditemukan adanya penurunan
permukaan air embung 80-100 cm. Menurut Kepala
Desa Randublatung, Sutaat, penurunan muka air
embung terjadi karena ketiadaan hujan sejak awal
bulan agustus.

Pada saat dibangun, Embung Keruk Randubaltung Dokumentasi musyawarah penyelesaian
direncanakan dapat mengairi sawah seluas 100-150 konflik sosial Embung Keruk
hektare. Namun, Sutaat menyebutkan, embung
tersebut hanya bisa mengairi 10-20 hektare sawah
di sekitarnya. Meskipun begitu, menurut Sutaat,
embung bekerja lebih baik ketimbang di kecamatan
lain yang mengering saat musim kemarau sehingga
tidak berfungsi untuk mengairi pesawahan.

“Karena embung belum dapat
bekerja secara maksimal, penduduk
yang memiliki sawah dan tidak
mendapatkan pengairan, kebanyakan
kembali beraktivitas menebang pohon
Sutaat jati di sekitar embung untuk dijual.”

91

Dam lereng Hilir Tampak Depan Dam lereng udik
arah Timur Barat Arah Selatan Utara Arah Timur Barat
(uncompacted local material) (Unproper Side Wall and (Unproper Riprap over
Riprap over uncompacted uncompacted local material)
local material)
Dam lereng udik
Arah Barat-Timur
(Unproper Riprap over
uncompacted local material)

Spilway Spilway Spilway
Tampak Miring Tembok Sayap Udik Kanan Dam Riprap Udik
Utara Timur Barat arah Timur-Barat
92 Spilway
Tampak Depan Udik

Ilustrasi gambar kerja Embung Keruk

Embung mampu meningkatkan produksi padi sehingga bisa
tiga kali panen dalam setahun. Itu artinya, embung keruk
sudah berhasil meningkatkan produktivitas padi.

Meskipun demikian, menurut pengakuan Sutaat, Fakta lain yang ditemukan, pertanian di sekitar
embung mampu meningkatkan produksi padi embung keruk masih terbatas pada komoditas
sehingga bisa tiga kali panen dalam setahun. Itu padi. Petani sebenarnya sudah mencoba
artinya, embung keruk sudah berhasil meningkatkan mengembangkan beberapa komoditas seperti
produktivitas padi, tetapi masih belum mampu bawang merah dan cabai. apalagi, saat itu
mengairi luas sawah sesuai rencana. Selain penurunan penyediaan bibit dan penjaminan biaya tanam
muka air, ada juga potensi pengembangan ketela di sudah dilaksanakan oleh pemerintahan desa
sekitar embung walaupun belum dilakukan secara setempat. Namun, masyarakat yang memiliki lahan
masif. Kemudian, embung juga dimanfaatkan pertanian di sekitar embung tidak ingin berpindah
sebagai area pemancingan dan objek wisata. Salah dari padi ke komoditas lainnya. Hal ini dikarenakan
satu jenis ikan yang dikembangkan adalah patin. biaya pertanian komoditas lainnya lebih mahal dari
“Sejak embung ini digenangi air dengan luas rata- padi sawah.
rata 10 hektare dan kedalaman rata-rata 80 cm,
jumlah kunjungan per hari diperkirakan sebanyak 30- Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang
100 orang,” ujar Sutaat. diambil, tim LPPM ITB mengeluarkan sejumlah
rekomendasi. Salah satunya menyangkut
Namun, pengembangan objek wisata ini belum pendampingan dan edukasi berkelanjutan.
didukung peraturan dan akses yang baik. Contohnya “Perlu adanya pembinaan berkelanjutan seperti
mengenai pengaturan sampah dan limbah yang community development untuk membina warga
dibuang sembarangan oleh pengunjung serta dalam mengembangkan potensi ekonomi baru yang
infrastruktur jalan yang masih kurang memadai. Karena mungkin dikembangkan dengan adanya potensi
itu, untuk mendukung pengembangan kegiatan jasa air di embung keruk tersebut. Masyarakat harus
pariwisata di daerah tersebut, perlu didukung suatu didampingi dan dibina dalam jangka waktu yang
sistem kelembagaan dan pembangunan infrastruktur cukup lama agar memiliki wawasan yang luas dalam
lain, terutama sarana dan prasarana yang berkaitan pemanfaatan air,” ujar Prof. Syahril. ***
dengan peningkatan aksesibilitas.

93

2005 Pertama kali dibangun oleh warga Dukuh EHMistoBriUogrNafi G
Keruk dengan menggunakan biaya dari Bank
Dunia melalui Proyek Peningkatan Pendapatan
Petani Melalui Inovasi (P4MI) yang dilakukan KERUK
Komite Investasi Desa (KID) dengan nilai
Rp 165 juta. Selain kebutuhan air pertanian,
pembangunan embung seluas 8 hektare
ini bertujuan sebagai tempat konservasi

lingkungan, venue olahraga air seperti dayung RANDUBLATUNG
dan salah satu objek wisata di Blora bagian
selatan, termasuk memancing.

2006 Salah satu sisi tanggul embung runtuh karena
tekanan hidrolis. Akibat tekanan hidrostatis,
beberapa bagian tanggul tidak mampu menahan
air dan menyebabkan keruntuhan. Bahkan, dinding

fondasi terangkat dan terseret hampir 25 meter.

Dampak luapan air dan banjir dirasakan warga di dua

desa yang berada di radius 2 kilometer dari embung

sehingga menimbulkan kerugian material.

2009 Tim LPPM ITB yang dipimpin Oemar Handojo, 2011
M.Sn. melakukan kunjungan awal. Setelah
melakukan survei, tim LPPM ITB membuat
rancangan desain peningkatan kapasitas
air embung sebagai solusi permasalahan
ketersediaan air di Kecamatan Randublatung.
Desain divisualkan dalam bentuk maket
dan diserahterimakan kepada Pemerintah
Kabupaten Blora.

Tim LPPM ITB melakukan survei sosial Izin penggunaan lahan untuk perluasan embung
keruk belum turun dari pemerintah pusat. Surat
ekonomi untuk kepentingan pemberdayaan permohonan telah dikirimkan melalui Gubernur
Jawa Tengah yang ditujukan kepada Menteri
masyarakat di sekitar embung. Tujuan survei Dalam Negeri dan Menteri Kehutanan RI. Izin ini
diperlukan karena bila embung diperluas, ada
untuk memperoleh gambaran mengenai sekitar 14 hektare lahan milik Perum Perhutani
yang akan terendam. Salah satu alternatif yang
potensi keterlibatan penduduk dalam 2010 ditawarkan Pemerintah Daerah Kabupaten Blora
mengelola dan memanfaatkan embung adalah tukar guling dengan lahan lain dengan
yang akan dibangun dan memperkirakan luas yang sama. Sedangkan untuk pembangunan
kondisi sosial ekonomi penduduk setelah infrastruktur pariwisata di sekitar embung keruk
telah dilakukan. Progresnya sudah sampai pada
pembangunan embung. tahap pembangunan sarana dan prasarana jalan
dan lahan parkir. Dengan adanya sarana jalan
dan lahan parkir tersebut, wilayah Embung Keruk
Randublatung telah mulai dijadikan tempat
wisata oleh masyarakat.

94

2012 Renovasi embung keruk dilanjutkan dengan menggunakan
anggaran sebesar Rp 3,8 miliar dari APBN dan dana
pendampingan Rp 500 juta dari APBD Kabupaten Blora. Namun,
dalam perjalanannya terdapat ketidaksesuaian konstruksi.
Dalam kunjungannya, tim LPPM ITB melakukan kajian untuk
memantapkan struktur tanggul embung. Kunjungan dan
peninjauan dilakukan ketika pembangunan konstruksi embung
keruk sedang berjalan. Setelah proses renovasi dianggap rampung,
Embung Keruk Randublatung diresmikan Gubernur Jawa Tengah,
Bibit Waluyo pada bulan Desember 2012.

2014 2013 Tim LPPM ITB untuk melakukan
kajian mengenai pemberdayaan dan
peningkatan ekonomi masyarakat

setempat. Kajian harus dilakukan

karena esensi pembangunan perdesaan

Tim LPPM ITB menemukan fakta embung keruk hanya bisa adalah pemberdayaan dan peningkatan
mengairi 25-30 hektare sawah di sekitarnya. Padahal pada saat kesejahteraan masyarakatnya. Pada
dibangun, direncanakan dapat mengairi sawah hingga 100- kunjungan 3 Oktober 2013, tim LPPM
150 hektare. Meskipun demikian, menurut pengakuan kepala ITB menemukan permukaan air embung
desa, embung mampu meningkatkan produksi padi sehingga menurun sekitar 80-100 cm. Hal ini
bisa tiga kali panen dalam setahun. Fakta lain yang ditemukan, disebabkan ketiadaan hujan sejak dua
pertanian di sekitar embung masih terbatas pada komoditas bulan sebelumnya.

padi. Petani sebenarnya sudah mencoba mengembangkan

beberapa komoditas seperti bawang merah dan cabai. Namun,

masyarakat yang memiliki lahan pertanian di sekitar embung

tidak ingin berpindah dari padi ke komoditas lainnya. Embung

keruk sudah dimanfaatkan sebagai area pemancingan ikan yang

dikembangkan kepala desa dengan menebar benih ikan patin. 2019

2015 Tim LPPM ITB mengeluarkan sejumlah rekomendasi sebagai Tim LPPM ITB menggelar kelompok diskusi
berikut: a) Embung keruk “Ngudi Rahayu” perlu diperbaiki sesuai terpumpun (focus group discussion, FGD)
dengan rencana awal, yaitu seluas 14 hektare sehingga persediaan membahas kemanfaatan dan progres kegiatan
air mampu mengairi lebih banyak lahan pertanian terutama di penelitian dan pengabdian masyarakat yang
beberapa dukuh yang dekat dengan lokasi embung keruk, yaitu sudah dilakukan di Kabupaten Blora.
Dukuh Balongkare dan Dukuh Karanganyar di Desa Pilang serta
seluruh Dukuh Keruk; b) Perbaikan embung keruk juga harus
disertai pembangunan saluran irigasi, baik saluran irigasi primer
maupun sekunder yang menyalurkan air dari embung menuju
lahan pertanian penduduk; c) Pengelolaan embung keruk sebaiknya
diserahkan kepada pihak Kecamatan Randublatung, terutama dalam
pembukaan pintu air agar debit air di dalam embung tetap terjaga;
d) Perlu adanya pembinaan berkelanjutan seperti community
development untuk membina warga dalam mengembangkan potensi
ekonomi baru yang mungkin dikembangkan dengan adanya potensi
air di embung keruk tersebut. Masyarakat harus didampingi dan
dibina dalam jangka waktu yang cukup lama agar memiliki wawasan
yang luas dalam pemanfaatan air.

95

AMKIaERrNsDtIALBINKlPWorOaISTAETNASI

Dr. Pindi Setiawan SEBaGIaN besar warga Blora hidup bertani, survei dan penelitian, tim LPPM ITB menyampaikan
berkebun, dan memanfaatkan hasil hutan lainnya. sejumlah rekomendasi untuk Pemerintah Daerah
Ironisnya, Blora merupakan kawasan yang rawan Kabupaten Blora. Rekomendasi itu meliputi
krisis air. Bukan lantaran tidak memiliki sumber air,
melainkan pengelolaan sumber daya airnya yang PENGELOLAAN SENDANG
belum optimal. Salah satu potensi air yang belum
teroptimalkan itu tersembunyi di balik Karst Blora. Sendang (sumber air) pada daerah penelitian
Di Kabupaten Blora, karst yang merupakan bagian muncul ke permukaan di atas formasi batuan karst.
sistem Pegunungan Kapur Utara ini membentang di Karena itu, penting memperhatikan struktur geologi
Kecamatan Todanan, Begorejo, dan Kradenan. sebelum melakukan pengelolaaan sendang agar
tidak menurunkan debit air alaminya. Pencucian
atas permintaan Pemerintah Daerah Kabupaten kendaraan berminyak dan air sabun juga perlu
Blora, LPPM ITB menerjunkan timnya untuk dikelola dengan benar agar tidak mengganggu
melakukan penelitian potensi air dan wisata Karst kualitas air di kemudian hari.
Blora pada tahun 2011. Tim peneliti beranggotakan
Dr. Pindi Setiawan, Dr. Budi Brahmantyo (LPPM ITB), PENGELOLAAN VEGETASI PADA
Sunu Wijarko, Qoirunna’im (aSC) Johannes yuda, PUNGGUNGAN KARST
dan yoga Sakyanto (KMPa Ganesa-ITB).
Pengelolaan vegetasi secara tepat penting untuk
Penelitian difokuskan di Kecamatan Todanan karena dilakukan. Punggungan karst di Kecamatan Todanan
kawasan ini merupakan sumber air bagi Kecamatan nyaris seluruhnya berada di kawasan Perhutani yang
Kunduran dan daerah hutan jati milik Perhutani. ditanami pohon jati. Tumbuhan lokal yang biasa
Kecamatan Kunduran yang berada di hilir Todanan tumbuh di sendang dapat diteliti oleh ahli vegetasi.
merupakan basis cadangan pangan Blora yang Tumbuhan tersebut, menurut penduduk dapat
mengandalkan pertanian. Secara statistik (BPS 2009), memelihara ketersediaan air, tetapi hal ini perlu
Kecamatan Todanan berpenduduk 60.629 jiwa dan ditelaah lebih lanjut.
Kunduran 65.450 jiwa.
Secara teoretis, hutan heterogen merupakan
Daerah penelitian berada pada Zona Rembang-Madura. vegetasi terbaik yang dapat menyerap dan menahan
Zona ini terutama dicirikan oleh struktur perlipatan gelontoran air. Sehingga air dapat maksimal masuk ke
antiklinorium yang membentuk perbukitan terlipat di celahan-celahan karst, dan kemudian menghasilkan
utara Grobogan, Blora hingga ke Cepu. antiklin-antiklin kuantitas yang optimal pula pada sendang-sendang.
yang terbentuk pada zona ini dikenal sebagai jebakan- Penghutanan kembali setidaknya hanya mencakup
jebakan minyak bumi yang potensial. Berdasarkan hasil daerah tangkapan air untuk sungai-sungai bawah
tanah yang berujung pada sendang-sendang di
Kecamatan Todanan.

96

Karst Blora

97

Pintu masuk Kompleks Goa Terawang

Karst Blora
98


Click to View FlipBook Version