Cintaku Seindah Lautan
i
Cintaku Seindah Lautan
CINTAKU SEINDAH LAUTAN
Hersan. S
Pana tambora
([email protected])
ii
Cintaku Seindah Lautan
Cintaku Seindah Lautan
Oleh Hersan’ S
27082015 : La Ndolo dan SR. Yadien
Editing : Fadlin
Desain Cover : Syah
Layout
iii
Cintaku Seindah Lautan
PENGANTAR
Pada dasarnya saya bukan seorang sastra yang memiliki
segudang kemampuan dalam merangkai kata indah bebas laksana
kuda yang berlari kencang diseluruh jagad tak seperti kereta api yang
hanya berdiam pada relnya. Mungkin saat ini saya laksana kereta api
yang membutuhkan rel.
Sulaman kalimat yang ada didalamnya merupakan sebuah
rangkaian kata yang mungkin lebih banyak keliru dan kurang
merespon keinginan pembaca dalam uraian cerita yang tepat untuk
dipersembahkan. Akan tetapi itulah suguhan kelebihan sekaligus
kekurangan yang mendasar, saya mengucapkan banyak maaf dan
terimakasih telah singgah dalam uraian cerita sederhana dalam
tulisan ini, untuk mewujudkan cerita yang tepat dan bahasa yang
lugas mungkin butuh proses, novel yang ada dalam tangan pembaca
ini merupakan sebuah proses uji coba saya untuk menulis cerita
dalam waktu 4 hari tanpa membaca kembali dan langsung
diserahkan ke teman-teman editor. Tak ada kata-kata lain yang
pantas bagi saya, “hari ini saya belajar dan besok saya akan mengajar”
juga “hari ini saya butuh proses agar besok tidak gampang terperosok”.
Novel Cintaku Seindah Lautan ini tak lain merupakan
bentuk imajinasi iseng saya tentang perjalanan kehidupan dan cinta
seorang wanita yang di titipkan oleh tuhan hingga ia terlahir dari
rahim seorang ibu lalau menganggapnya sebagai anak yang akan
membawa bencana dalam hidupnya dibandingkan saudara-
saudaranya yang laki-laki seharusnya ia berhak hidup bersama
dengan kedua orang tuanya,? Apa mungkin, wanita umumnya
sebagai pembawa bencana bagi orang tuanya? Akhiri kisahnya agar
semua terjawab.
iv
Cintaku Seindah Lautan
Lewat novel ini pula saya menyatakan ternyata sulit untuk
membagun sebuah penokohan wanita secara terperinci bagai saya
seorang penulis laki-laki, jika ditemukan hal yang tidak seseui dengan
karakter seorang wanita, sekali lagi saya mengucapkan mohon maaf,
juga saya mengucapkan terimakasih kepada shobat-shobat yang
telah memberikan apresiasi pada novel sederhana ini untuk
dipublikasikan, yang pada dasarnya novel ini hanya iseng uji coba
mencapai target 4 hari menulis sampai tuntas.
Terimakasih khususnya kepada bang la ndolo yang sepakat
bahwa novel ini bisa untuk dipublikasikan sebagai bacaan pelajar
dan umum sekaligus yang melakukan editing pertama novel ini dan
terimakasih banyak pada SR. Yadien yang sebagai editing
penyempurna dalam novel ini. Terimaksih pula pada bung Andang
(Papa Naura) yang selalu menemani lewat sepiring berdua selama
ini.
Untuk semua para sahabatku yang tidak tercantum namanya
salam hormat telah mendukung segala aktifitas saya selama ini. Tak
lupa pula pada pembaca yang setia membaca novel ini.
Ta cua tio ro tana’o kani ade ma na’e, mai ta ngoa kancore warasi
ma kancaru.
16 Agustus 2015
Salam hormat
Hesan’S
v
Cintaku Seindah Lautan
Cinta yang terlindung oleh langit, dilapangkan oleh bumi. Tersaksi
oleh cahaya, dilindungi oleh kegelapan. Hati merenungi, tangan
membelai, kaki mengunjungi, jika cinta mengutus rindu untuk
memanggilnya.
Biarlah semuanya bersuara sebelum pemilik suara mengirim
risalah. Biarlah semuanya bercinta sebelum maha-cinta
meneguhkan kehendak.
****
Kupersembahkan karya ini untuk mereka yang
mengisi hatinya dengan Dzikir, dalam akal
berpikir dan tangannya berkarya.
___ ___ ___
vi
Cintaku Seindah Lautan
DAFTAR ISI
1. Indahnya Cinta Pertama-----
2. Cintaku Terbingkai-----
3. Lampiran Cinta-----
4. Detakan Hati----
5. Senyum Bengis-----
6. Penawar Racun-----
7. Teka-Teki Cinta-----
8. Kasmaran-----
9. Lidah Tak Bertulang-----
10. Keruhnya Hati-----
11. Rumah Sakit Primadona-----
12. Putih yang Kusukai-----
13. Gelombang Lautan-----
14. Keruhnya Hati Tak Sekeruh Lautan -----
15. Cintaku Seindah Lautan -----
vii
Cintaku Seindah Lautan
Sinopsi
Tidak bisa dipungkiri jika ada orang tua yang
menggangap bahwa anak wanita sebagai aib yang akan
membawa bencana dalam rumahnya, jika selintas ada
tetangganya yang memiliki anak gadis, hamil diluar nikah
padahal didikan orang tuanya begitu ketat akan tetapi, ada
satu hal yang ia lalaikan dalam mendidik anak, yaitu
menjadi pribadi mandiri dan beragama, rupa dan sosok
manakah dikatakan anak telah didik oleh orang tua saat
ini, apakah karna banyak harta?, lalu dipenuhi
kebutuhannya, karna tinggi jabatan sang ayah, sehingga
tak ada yang di takutkan, atau selalu di manja dengan
segala permintaannya, semua itu tidak menjamin.
Akan tetapi wanita ini memiliki cara hidup yang
tepat, hati terbuka untuk mendidik dirinya sendiri, jika
agama dan kesadaran diri memberi jalan untuk menelusuri
usia hingga bahagia ditiap lorong kesempatan walau
kedaan sempit tanpa kedua orang tua ia bisa meraih
kebahagiaan dan menjadi hebat tanpa menyalahkan orang
tua, segalanya ia anggap ujian.
viii
Cintaku Seindah Lautan
Bagian 1
INDAHNYA CINTA PERTAMA
“Sembari kuberbalik, terlihat indah kadang dalam sudut gelap kan sempurna, cinta
pertama memberi perhatian terasa tak ada dosa”.
-----Hersan’S-----
Matahari baru saja membuka matanya. Menyapa
bumi dengan cahaya yang terang. Bunga-bunga terlihat
indah saat sinar matahari meneranginya. Kelopak bunga
tersenyum menyambut pagi yang bahagia, walau
kebahagiaan itu hanya diterjemahkan dalam rasaku.
Sangat indah suasana pagi itu, aku baru saja merapikan
tempat tidur dan keluar di halaman rumah sekedar
menyapa mentari dan bunga-bunga yang lagi berbaris rapi
menghormati cahaya untuk menerima kehangatan pagi.
Aku merasa indah sungguh “Indah…” Begitulah
kata yang muncul dalam benakku. Aku mengungkapkan
kata itu untuk diriku. Kata indah sering digunakan oleh
para penyair sebagai sapaan yang amat tak lentur dan tak
pernah membeku dalam sebuah rasa dan perasaan,
banyak spekulasi hati yang diungkapkan dengan statement
buta setiap jengkalan langkah. Sekilas terlintas dalam
benakku tentang kata cinta untuk seseorang pada sebuah
buku yang aku baca saat pulang ujian nasional, pada hari
1
Cintaku Seindah Lautan
terakhirnya hari yang menolak segala urusan melainkan
rasa haru, tawa dan rindu yang berbalut sedih, perangkat
sekolahku tidak aku hiraukan lagi. Bahkan buku yang
selama ini selalu aku genggam untuk dipelajari. Rasa
sedihku timbul dengan keadaan yang tak seperti biasanya,
aku duduk dengan santai di taman depan rumah orang tua
asuhku yang merasa aku adalah anak yang mereka keluar
dari rahimnya, aku duduk menikmati suasana yang begitu
membuat aku tak sanggup lagi untuk tersenyum, aku
memasung kedua bibirku hingga keduanya kering, hal
yang sama juga yang dirasakan oleh teman-temanku di
rumahnya, tak kunjung lama rasa itu terrundung hanyut
oleh kesedihan tingkat tinggi, terdegar suara salam, sapa
dan canda yang tak pernah hilang dari kebiasaan masa
sekolah berada di depan rumahku, ternyata teman-
temanku datang berkunjung untuk melepas rindu, cerita
kesan masa sekolah dan mengikat cita-cita bersama
menjadi sukses. Cita-cita itu sebagai kunci kesuksesan
masa depan. Naskah ikrarnya amat simpel “Kita harus
lanjut ke jenjang yang lebih tinggi. Kita harus kuliah.”
Kata-kataku disambut dengan senyum oleh teman-
temanku. Kami semua menyepakati untuk kuliah dan
pada waktunya kami berjanji untuk berkumpul lagi.
“Nanti kalau sudah sukses atau selesai kuliah kita harus
ngumpul lagi seperti ini.” Ungkap salah satu teman
diantara kami, yang merasa hal itu tidak akan pernah
berakhir sampai di situ saja.
2
Cintaku Seindah Lautan
Teringat saat itu si gadis imut tapi telah berumur
dibandingkan kami, ya… Emi. Emi kami kenal sebagai
gadis tertua dalam kelompok kami. Emi yang terlihat
imut, badanya agak pende k dan berkulit hitam manis, dia
senang membaca buku tentang cinta sejak kelas dua SMP,
buku kesukaannya itu selalu ada dalam tasnya, buku yang
berisis cerpen cinta dan komik-komik cinta, tanpa disadari
saat mereka pulang dari rumahku tertinggal satu buku
kecil yang bersampul warna putih kemerah-merahan.
Di waktu luang aku membacanya. Kata-katanya
indah melebihi keindahan mutiara. Aku membacanya
hingga selesai, ada sebuah rangkaian kata yang amat
pendek, singkat, padat dan jelas, membuat aku gampang
mengingatnya. Pada lembar terakhir dari buku itu telah
tertulis The End sebagai tanda berakhir alur kisah dalam
buku itu, kata yang ditulis dengan bahasa asing. Terurai
rangkain kata di bawahnya “TATAPANMU terasa
HANGAT ter ENDAP dalam hatiku, ANDAI aku
NADIMU aku siap jadi DAMBAANMU.” Tulisan yang
tertata dengan jenis Centur.
Juga merasa hal yang sama, aku bagaikan putri salju
yang dikawal oleh bidadari langit terbang menjulang tinggi
dengan sekeping hayalan, saat aku membaca kembali
tulisan itu. Hati terasa merontah dan berontak bersama
perasaan yang paripurna, perasaan ingin merasakan
laksana goresan dari buku Menggapai Cinta Abadi yang aku
baca, isinya penuh dengan kata-kata romantis yang
3
Cintaku Seindah Lautan
tersusun di dalamnya amat memukau dan terangkai
sempurna, terlihat bijak dan penuh dengan bumbu yang
mengemas rasa dan perasaan sehingga terasa
menyenangkan, seumpama kue tar pada hari ulang tahun
yang dilengkapi dan dihiasi dengan coklat, keju dan buah
merah strowberry yang berdiri tegak laksana menara
Borobudur. Terpandang bagaikan bangunan tua yang
tersusun laksana benteng perang Spanyol di atas meja hias
bertaplak ornamen bunga Jepang .
“Masa sih? Nggak mungkin.” Bisikan kata hatiku
setelah pijaran kata yang ada dalam buku itu yang
menjelajahi hatiku.
Aku hanya berduduk diam pada tangga hanyalan
penuh dengan bisikan asmara dengan kelopak mata yang
tak berkedip menatap tajam horden rumah yang
bergambar dua bebek saling bertatap pada muara air yang
bergenayang menutupi kaki-kakinya.
Emi sering tersenyum sendiri dengan untaian kata
yang ada dalam bacaanya itu. Tidak salah, perasaan
memang terasa tergugah. Wajar saja Emi sering
tersenyum di balik kelembutan hatinya. Ternyata
perasaanya ingin terurai sejenak laksana Ratu dan Raja
dalam sebuah genggaman kursi untuk menyatu belahan
hati yang terusung cinta yang diketahuinya dalam tulisan
yang ada di balik kertas-kertas itu. Tapi dayanya hanya
bisa menghayal, ikatan persahabat selalau menjadi
penawar hayalan tingkat tingginya dan lebih kuat
4
Cintaku Seindah Lautan
merangkul sehingga tidak bisa melangkah keluar dari janji
persahabatan untuk tidak mengenal pelengkap hatinya.
Janji yang terikat di antara kami hanya bisa terlepas
oleh selembar ijazah, karena kami sepakat hanya ijazahlah
sebagai pembatal janji itu, aku terasa aman dan nyaman
selama aku berada di bangku Sekolah Menengah Atas
dengan ikatan janji yang aku miliki dalam diriku.
Keyakinan itu tidak akan merugikanku hingga aku dan
teman-temanku menerima hasil yang amat
membanggakan. Tapi di satu sisi terasa bagaikan jalan di
atas jembatan sebatang bambu tanpa pegangan, terasa
goyah dan tidak percaya diri ketika berpikir akan berpisah
dengan teman sejati dalam komunitasku. Aku mulai
memilih jalan sendiri tanpa mereka berada disampingku,
baik dalam keadaan suka atau duka.
Beberapa bulan kemudian datang sebuah sms
singkat dari anggota perkumpulanku yang berjumlah
empat orang itu. “Dengan hormat, atas nama saya Rasti
Astuti mengundang saudara/i kelompok sejati selalu
menanti, untuk hadir di tempat syukuran kelulusanku
untuk kuliah di Fakultas kedokteran.” Aku sangat merasa
bangga dan bahagia usai membaca sms itu. Walaupun aku
masih menunggu hasil tes untuk kelulusanku juga.
Satu persatu dari sahabatku telah mendapatkan
ruang cita-citanya yang mereka inginkan, sedangkan aku
belum ada kabar kelulusanku. Dengan separuh meraju
aku menghadiri acaranya Rasti. Aku memasuki rumah dan
5
Cintaku Seindah Lautan
melewati orang yang begitu ramai, acara itu terkesan
serupa pesta ulang tahun seorang konglomerat. Aku
menelusuri meja makan yang terisi berbagai jenis
makanan, makan jalan dengan ditemani cahaya lampu
yang beremang-remang menyinari ruangan rumah, terasa
damai menyerbu hangat dalam tubuhku, dibalik pakaian
gamis berselendang. Sabuk pinggangku melambai-lambai
dari sorotan kipas pendingin tubuh.
Tak sengaja aku memperhatikan selendang yang
jatuh dari bahuku. Lalu aku menabrak seorang laki-laki
yang berada didepanku, hingga piring dan buah dalam
peganganku jatuh berserakan di bawah lantai karpet biru
yang terbentang sepanjang lantai rumah itu.
Aku tak menghiraukan orang yang menabrakku, aku
sangat malu dan salah tingkah, aku memungut makanan
yang terjatuh sambil mengucapkan kata maaf. Melihat aku
yang memungut makanan, pemuda tersebut membantuku
memungut. Dia bergerak secara refleksnya sehingga lebih
cepat memungutnya. Lalu aku mengangkat wajahku dan
kami saling bertatapan. Tak disangka dan diduga ternyata
pemuda itu adalah orang yang satu bus waktu aku
berangkat daftar kuliah minggu lalu.
Kami sama-sama salah tingkah dan tak saling
menegur lagi, hanya diam sambil mengingat karena terasa
sama-sama mengenal sebelumnya. Tapi rada-rada ingat
saat pertemuan itu. Lalu dia bertanya padaku.
6
Cintaku Seindah Lautan
“Siapa namamu? Sepertinya aku mengenalmu, tapi aku
lupa. Entah dimana kita pernah bertemu.” Ucapnya
dengan bingung.
“Sama. Aku merasa pernah berjumpa denganmu”
jawabku dengan singkat.
“Namaku Ririn.”!
“Oh, Ririn yang satu bus waktu itu?” Dia bertanya
untuk lebih jelas.
“Ia, itu benar.” Aku menjawabnya dengan sedikit
berlogat daerahku.
Dibalik perbincanganku dengannya. Dia
mengambil kembali makananku ditempat yang tersedia
yang berjejer di meja panjang tiap lorong jalan. Lalu kami
duduk makan sambil mengobrol.
“Kalau boleh saya tau, siapa namanya kak kemarin
aku lupa namanya kak?” Tanyaku sedikit malu-malu.
“Ifan..!!” Jawabnya.
“Lalu, kenapa bisa kak Ifan ada disini?” Ungkap
dengan spontan.
“Ya, namanya jodoh.” Jawab guyon kak Ifan.
“Kok jodoh? Memangnya jodoh apa maksudnya kak
Ifan.” Tanyaku yang merasa penarasan.
“Jodoh ketemu kamu.” Jawab kak Ifan agak
bercanda.
Aku hanya tersenyum ngemil dan terasa kegeeran juga
dengan kata-kata kak Ifan, kami berdua diam sehingga tak
ada yang mau memulai lagi perbincangan.
7
Cintaku Seindah Lautan
Tapi aku memecah keheningan dan gengsi juga di
hadapan dia. “Kak Ifan kenapa tidak jawab pertanyaanku
tadi?” Aku mengucapkan dengan nada lembut. “Oh ya,
maaf tadi aku guyon.” Jawab kak Ifan.
“Ya, sering-sering aja.” Balasku.
“Aku ada disini, karena kemarin diundang oleh
Rasti. Soalnya, ibunya Rasti teman ibuku, karena ibuku
gak bisa datang, ya… aku yang menggantinya, kebetulan
keluarganya Rasti juga baik denganku.” Jelas kak Ifan.
“Berarti kenal dengan Rasti dong,” Tanganku
sambil memegang-megang selendang di bahuku, sambil
mengingat handphone yang sudah tidak ada dalam
peganganku.
“Kenal baik kok” Jawab kak Ifan dengan suara yang
lembut.
Kami ngobrol tidak berlanjut karena aku tidak
konsen lagi, sebab handphone di tanganku dari tadi tidak
ada, lalu aku mencarinya diam-diam. Karena tak disadari
jatuh di tanganku pada saat aku tabrak kak Ifan. Tapi aku
tidak menemukanya. Kak Ifan memperhatikan gerak
gerikku yang panik mencari-cari di sekitar tempat aku
menabraknya tadi. Dia menanyakanku tapi aku tak
menghiraukannya dan tak menjawabnya, hanya bilang gak
apa-apa. Lalu aku pinjam handphone kak Ifan untuk call
handphoneku, Aku mencari handphoneku hingga acara
syukuran itu berakhir dan kamipun tidak sempat ngobrol
8
Cintaku Seindah Lautan
lagi, ternyata handphoneku masuk dalam lipatan sudut
karpet di dekat tiang tempat kipas angin.
Setelah menemukan handphone aku kembalikan
handphonenya kak Ifan, aku mengucapkan terimakasih
dan setelah itu pulang, begitupun dia tanpa ada basa-basi
lagi karena hari sudah larut. “Ya namanya jodoh tidak ada
yang diduga” Gumamku. Beberapa menit setelah sampai
aku menjatuhkan kepala di bantal untuk tidur dan terasa
bayang-bayang kak Ifan hadir dalam pikiranku. Betul-
betul aku menghayal kembali kejadian yang terjadi pada
saat itu. Tiba-tiba di balik bantal tidurku terdengar suara
musik yang berlagu Separuh Aku dari nada panggilan
handphone.
Aku terdiam sejenak menatap layar handphone tak
tertulis nama tapi nomor baru. Akupun enggan
mengangkatnya hingga paggilan itu berakhir. Beberapa
menit kemudian masuk layanan sms.
“Maaf dek mungkin itu nomor baru, dan aku
mungkin lancang sms adek malam-malam begini. Dari
Ifan.” Akupun kaget dan bingung dari mana dia tau
nomorku. Akupun tak membuang kesempatan itu.
Karena itu juga yang membuat pikiranku berhayal tentang
laki-laki.
“Ia gak apa-apa santai saja.” Jawabku “Oh ya, maaf
tadi aku di kamar kecil makanya tidak dengar nada
handphoneku.”, Alasanku dengan nomor baru yang
belum aku ketahui siapa yang punya nomor itu.
9
Cintaku Seindah Lautan
“Ia gak masalah. Sorry nomormu tersimpan dalam
handphone saat Ririn pinjam tadi.” Jelas kak Ifan.
“Iya gak apa-apa kak Ifan” Balasku.
Kak Ifan memberi penjelasan tentang alasan
smsnya, baru aku sadar bahwa nomor handphone dia
dapat dariku sendiri.
Lalu kak Ifan menelponku. Tak terasa dengan
bingkai kata-kata yang berputar dan kata romantis yang
terkandung di dalamnya hingga menjelang adzan subuh.
Aku sangat merasakan detakan indah yang amat besar
dalam diriku.
Esok harinya kak Ifan menyapaku lagi dengan sms,
kata-katanya sangat romantis di pagi hari yang cerah itu.
Aku terasa diriku selalu diperhatikan dan hari-hariku
penuh dengan perhatianya, lalu kak Ifan mengajakku
jalan-jalan hari Minggu di taman di antara pembatas
daerahku dan daerahnya. Kami pun bertemu dan jalan
keliling taman bunga di perbatasan itu. Lalu aku
berkeringatan dan terasa detak nadiku berlaju kencang
dan badanku terasa segar karena telah melakukan olahraga
ringan di pagi hari.
Dalam kelelahan itu Kami duduk di trotoal di
bawah rindangan pohon tua yang ada di taman itu. Tiba-
tiba kak Ifan mengeluarkan kata. “Tatapanmu terasa
hangat terendap dalam hatiku, andai aku nadimu aku siap
jadi dambaanmu.”
10
Cintaku Seindah Lautan
“Aduh kak Ifan kalimat itu sama dengan kata-kata
yang pernahku baca dalam buku.” Ucapku dengan
spontan dan sangat refleks. “Kok sebegitu bingungnya
kamu dengan kata itu, memengnya kenapa?” Tanya kak
Ifan.
“Gak juga kak.” Jawabku.
“Oh ya, memang kata-kata itu aku dapat dari salah
satu buku yang aku beli dulu waktu aku di Mataram, tapi
sayang buku itu hilang, waktu dipinjam sama temannya
Rasti.” kak Ifan berkata dengan nada lesu.
Mendengar cerita kak Ifan, Aku merasa bersalah.
Sebab buku yang dilupakan Emi di rumahku bulan yang
lalu aku belum mengembalikanya. Dan aku terus terang
pada kak Ifan, ternyata nama yang tertulis dalam buku itu
nama lengkapnya kak Ifan. Aku mengembalikan buku itu
kepada kak Ifan, kebetulan buku itu tidak pernah keluar
dari tas ransel mungilku yang selalu setia bersama aku di
mana pun pergi.
Tak diduga kak Ifan sangat bersimpati padaku dan
merasa kuat hatinya untuk bersamaku. Semuanya
berkaitan, mulai dari pertemuan pertama hingga saat itu.
Semuanya bukan kebetulan karena telah berulang-ulang
tetapi sudah kehendaknya. Hingga kak Ifan melontarkan
kata cinta padaku. Akupun tersenyum dan bahagia
ternyata ini yang namanya cinta. Terasa badanku yang
lelah menjadi kuat, perutku yang lapar terasa kenyang,
pandangan mataku terasa indah dan perjalanan yang jauh
11
Cintaku Seindah Lautan
terasa dekat. Sangat indah. Dan pada hari itu pula aku
menerima kelulusan untuk berangkat kuliah, tapi tidak
menyamai kebahagian yang melipat balik fakta
pengungkapan kata cinta itu, rasa dalam hatiku yang
termuara dengan perasaan cinta.
Percaya diri dan keberanian muncul dengan begitu
saja, bagaikan bunga yang tumbuh di puncak gunung,
tegar dan tuguh. Motivasiku untuk melangkah dan
mengembangkan diriku menjadi seorang yang berpijar
pada dunia pendidikan terasa ringan di balik perasaan
cintaku. Rasa takut, cemas dan jauh dari orang yang
membesarkanku terpupus ditelan oleh cinta yang
mengetuk hatiku. Aku terasa dewasa dan berpikir
menambah wawasan di balik keluguanku yang memotret
sepanjang masa sekolahku.
Segala kebahagiaan memoles kekurangan yang ada.
Aku terasa berada dalam kesempurnaan, aku memaknai
cinta pertama sunggulah indah, perasaan terasa damai,
yang pahit jadi manis, yang panas jadi dingin, yang gelap
jadi terang, lapar jadi kenyang, waktu luang jadi sempit,
segalanya dirasakan, tak terlepas, selalu bersama dalam
menelusuri hari-hariku.
Aku disuguhkan oleh cinta sebuah kado yang indah,
cinta mengajakku untuk menemani hidup dengan senyum
yang tulus. Terasa hidup tak bertuhan bahkan merasa tak
ada yang mengawasi, roda cintaku mulai menggilasnya
penuh dengan penyadaran. Aku mulai mengenal kembali
12
Cintaku Seindah Lautan
apa arti dari cinta itu. Ternyata cinta itu bukan hanya satu
cabang tetapi paling mendasar sebelum cabang cinta itu
terukir dalam hatiku.
Jebakan cinta itu sangat terasa pada diriku, karena
hari-hariku berakhir tanpa makna dan pangkal yang jelas.
Aku lahir sebagai hamba, aku hadir di kampus sebagai
pelajar. Aku tertitip tanggungjawab, aku sangat menyadari
itu semua saat aku menerima nilai dari kampusku dengan
nilai yang amat nihil. Aku mulai menanyakan diriku
sendiri. Handphone yang selalu menempel ditelingku
yang menjadi wadah yang meniduriku dengan perasaan
cinta yang tak pernah lepas dari hati dan benakku.
Kadang khayalanku muncul tak tau arah dan tempat yang
pantas.
Sosok cinta yang indah terasa hambar dalam diriku.
Tugas utamaku terpampang dalam kertas putih yang ada
di depanku, referensiku terbatas, keterbatasan referensi
membuat aku keluar dari kamar sempitku untuk pergi
toko buku. Berjejeran buku yang tersusun rapi dilemari
toko buku sepintas aku membaca buku yang berjudul
Cinta Kepada Allah. Aku menyadari, aku adalah orang
yang paling bandel dalam rumahku, karena orang tuaku
jarang ada di rumah, dan sibuk dengan pekerjaan. Aku
dibesarkan oleh orang yang mengasuhku sehingga aku
tidak pernah dididik oleh cinta kasih. Tetapi dididik
dengan serba kecukupan, malah lebih karena kedua orang
tuaku seorang konglomerat.
13
Cintaku Seindah Lautan
Aku membeli buku Cinta itu, ternyata ada cinta yang
mendasar. Cinta Kepada Allah. Cinta yang mutlak ada
pada perasaan dan hati kecil mulai dari kandungan rahim
hingga berada di liang lahat. Itulah sebenarnya cinta. Cinta
laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya itu adalah
cinta yang amat sementara sebelum ada ikatan dan sangat
bergantung dari cinta Allah. Tanpa cinta dan ridha Allah
itu tidak akan bisa hadir. Perbedaan cinta antara keduanya
adalah cinta manusia itu cinta sementara, kadang bubar
kadang tidak, kadang nyaman kadang tidak, karena penuh
dengan bumbu-bumbu yang cepat basi. Sedangkan cinta
kepada Allah sangat mendasar semasih kita bisa bernafas
dan berjalan berarti cintanya Allah masih ada. Bahkan
cobaan bertubi-tubi itupun salah satu cintanya Allah,
karena cintanya Allah memiliki tingkatan kelas, semakin
Allah cinta semakin hambanya diuji, semakin hambanya
mampu melewati ujianya semakin tinggi pangkat ujian dan
pahalanya.
Di balik butiran kata di dalam buku itu aku
mengubah rumusan cintaku mengikuti jalan cintanya
Allah, aku yakin bahwa cinta Allah yang akan memberiku
cinta sejati pada sang kekasih hati. Aku ingin hadir
menjadi wanita yang baik agar aku mendapatkan laki-laki
yang baik. Itulah sekilas isi buku yang aku ringkas dalam
diriku sebagai bingkai cintaku.***
14
Cintaku Seindah Lautan
15
Cintaku Seindah Lautan
Bagian 2
CINTAKU TERBINGKAI
“Jangan hinakan sebuah dongeng tentang cinta
Karena ia sebuah pujaan tanpa hamparan
Ia menyelinap dalam setiap rasa perlu dikemas rapi di setiap pemujanya”
------Hersan’S------
Cinta yang sedang aku jalani banyak menyita
waktu, aku dibiarkan untuk selalu berangan-angan dan
berkhayal setiap jengkal waktu. Cinta yang ada sekarang
membuatku terlena, saat pagi masih buta aku bangun dari
tempat tidurku dengan begitu enggan. Sangat enggan.
Aku membuka mataku perlahan-lahan terasa tertusuk
sinar yang masuk di balik kaca jendela kontrakanku. Aku
melihat layar handphone, ada 29 kali panggilan masuk.
Aku tak menghiraukan panggilan itu. Terasa muak dengan
handphone yang aku miliki. Aku membersihkan tempat
tidurku, bagiku bersih itu indah dan hal demikian menjadi
mottoku. Kata Nabi bahwa kebersihan bagaian dari pada
iman. Aku mencoba menutup rambutku dengan kain
yang ada sehingga aku terlihat cantik di depan cermin
hias lemari kayu di sudut kamarku, aku ingin merubah
diriku menjadi wanita yang baik dan sholehah, bukan
hanya berjilbab sebagai simbol Islam dalam kampus saja
tapi aku mencobanya untuk selalu bersamaku ke mana
16
Cintaku Seindah Lautan
dan di mana saja berada. Semuanya yang aku alami dan
aku lakukan sebelumnya, terasa berdosa setelah membaca
buku Cinta kepada Allah, buku tersebut secara detail
menjelaskan kaidah hidup yang islami.
Terpantul di kaca cermin tampak layar handphone
menyala-nyala, tanpa nada dan getaran, tanpa sadar aku
bangun dan mengambil handphone, lalu aku buka pesan
pertama dari sms itu. Tak ada angin tak ada hujan, tiba-
tiba kata-kata pesan itu membuatku marah, aku sangat
kaget membaca kalimat yang tertulis dalam pesan via sms
tersebut, “jangan kamu ganggu lagi Ifan, dia bukan
pacarmu. Kamu ingin merebut pacarku, dasar wanita yang
tak tau diri.” Membaca pesan itu membuatku merasa
muak, tanpa aku sadari handphone yang masih
tergenggam langsung aku banting, karena aku juga sudah
benci dengan handphone yang aku miliki, selalu merayuku
untuk berpijar menghabiskan waktu.
Ternyata di balik kata romantis kak Ifan yang
membuat aku tunduk. Ada sesuatu yang amat besar yang
ia sembunyikan. Beberapa hari kemudian terdengar kabar
dari Rasti teryata calon istrinya hamil muda. Peristiwa
seperti itulah yang membuat banyak orang tua tidak
menginginkan ada anak perempuan.
Aku sangat bersyukur menemukan cintanya Allah
sehingga aku dilindungi dan dijauhkan oleh orang yang
membuat aku tunduk selama ini. Tapi handphone yang
membuat aku berdosa. Aku akan menerima segala ujian
17
Cintaku Seindah Lautan
yang lain asal bisa jauh dari ujian atas nama cinta dalam
hidupku.
Lalu aku membakar handphone, handphone itu
bagaikan monster yang paling kejam dalam diriku saat itu.
Semua nomor yang ada hilang dan punah. Selama aku
kuliah juga orang tuaku tidak pernah mengawasiku
memberiku kasih sayang apa lagi menelpon untuk
menanyakan kabarku itu sangat aku rindukan. Walaupun
rekeningku tetap terisi setiap bulannya sebanyak sepuluh
juta tanpa banyak bertanya tentang kebutuhanku. Mereka
mengirim setiap bulan dengan jumlah yang sangat besar.
Tetapi tak berarti uang yang banyak itu jika dibandingkan
dengan kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Aku
terasa sebatang kara yang tak pernah dibimbing.
Kemandirianku terbangun lagi dengan gaya yang
berbeda. Aku menjadi wanita yang diam dan tak suka
banyak canda serta penuh keseriusan, bahkan bibirku tak
pernah tersenyum lagi. Lewat bimbingan buku yang
berjudul Cinta Kepada Allah. Aku mencoba hidup
dengan bersifat Qanaah, aku menggunakan
kesempurnaan yang ada dalam tubuh dan rupaku dengan
baik. Aku membingkai cinta yang ada dalam diriku agar
terpandang indah dan menyejukkan hati siapa pun juga.
Tiap waktu yang tertentu aku melakukan rukuk dan sujud
agar bisa menggapai cinta Allah suatu saat, cinta yang
penuh dengan kerendahan hati dan kemulian perilaku,
aku hanya bisa membingkainya dengan perilaku yang
18
Cintaku Seindah Lautan
fatonah, perilaku yang ideal di hadapan-Nya, tubuhku
terbungkus rapi dengan lembaran kain yang berlipat-lipat,
gerak langkahku penuh dengan aturan dan tak
bersewenang-wenang.
Lirikan mata mahasiswa kampus bagaikan mata
buaya melotot heran dan haru melihat penampilan yang
aku tunjukan. Rasa percaya diri tersembunyi di balik
seragam rapi yang berlipat. Benar-benar cintaku
terbingkai karena Allah dan aku mengharapkan
mendapatkan cinta yang begitu rapi dan tak rapuh dari
hamba sahaya-Nya.
Semester dua kulewati dalam beberapa bulan,
dengan keadaan hidupku yang masa penghijraan, ucapan
dan kata-kata teman-temanku hanya sebuah angin lewat.
Aku anggap kerikil kecil yang tersandung dari kakiku.
Pakaian jubahku dan jilbabku agak sedikit lebar yang
menghadirkan beberapa pertanyaan dari mahasiswa. Aku
menggapnya hanya sebagai tiupan balon yang pecah.
Karena terlalu banyak mengandung udara sehingga
mencapai kapasitas. Mereka juga wajar bertanya karena
berubah dari kebiasaan yang mendasar.
Hidup di tengah-tengah terpampang teknologi
malah aku mencoba tidak gunakanya, memang terasa sulit
tapi aku mencobanya untuk menghindari. Belum saatnya
untuk mencari pengganti handphone yang beberapa
waktu lalu dibanting karena masih trauma dengan luka
yang ada dalam hatiku.
19
Cintaku Seindah Lautan
Sepulang dari kuliah aku melihat di papan
pengumuman bahwa ada perlombaan penulisan kata-kata
yang berlirik cinta dengan gaya pembahasan yang bebas.
Pikiranku terasa gersang dengan kata-kata cinta. Sehingga
aku tidak tertarik untuk mengikuti perlombaan itu.
Pengumuman itu aku tak membacanya hingga selesai.
Tiba-tiba di tengah jalan terasa ada yang aku lupa,
sehingga aku kembali ke kampus dengan wajah rada-rada
bingung.
Aku sedang bingung dan mampir lagi di papan
pengumuman sambil mengingat apa yang aku lupa.
Hingga aku melanjutkan untuk membaca kembali
pengumuman itu. Ternyata di bawahnya ada
pengumuman untuk pelatihan teater dan berpuisi yang
dipandu oleh kakak kelas.
Mengisi waktu itu aku masuk dan mendaftar,
lumayan karna yang mendaftar terakhir itu aku, sehingga
aku urutan ke 62 orang dari sekian pendaftar. Dan akan
dieliminasi selama berjalanya kegiatan pelatihan itu, sebab
aturannya hanya mengambil orang yang memiliki bakat
untuk dilombakan di PTN, melombakan tentang menulis
dan membaca puisi cinta. Kegiatan perlombaan itu
berkerja sama departemen perguruan tinggi. Akupun
mengikuti dengan optimis walaupun tereliminasi asal
dapat ilmunya.
Aku berusaha untuk menghilangkan kenangan masa
laluku dengan serius berlatih untuk sebuah kegiatan yang
20
Cintaku Seindah Lautan
berguna. Aku berupaya mengikuti pelatihan itu dengan
baik dan serius baik dari suara, akting dan penampilanku.
Aku sangat senang dengan apa yang diajarkan oleh kakak
tingkatku yang betul-betul mengusai bidang itu, tak
terlihat kekurangannya selama ia melatih dan menyeleksi
kegiatan.
Berkat usaha yang gigih itu sehingga aku masuk
sampai babak dua besar. Detik terakhir aku pesimis
untuk bisa lolos menjadi orang nomor satu, babak akhir
itu kakak kelas yang mengajariku sering membentakku
dengan amat keras dan aku sudah tak tahan untuk
mendegarnya lagi, aku tak tau apakah di balik kekerasanya
itu adalah baik atau ingin membuatku bosan mengikuti
kegiatannya.
Sehingga satu jam sebelum seleksi yang terakhir.
Aku menegurnya sambil membaca nama di papan Id Card
yang bergantung di lehernya.
“Kak Imam, kenapa babak akhir dari seleksi ini ada
bentakan tanjam dari kak Imam. Seandainya dari awal
tanpa seleksi aku sudah keluar.” Aku menanyakan dengan
tegas.
“Kamu ikut dulu, nanti baru tau hasilnya sekaligus
jawabanya nanti.” Jawab kakak tingkatku dengan begitu
lembut.
Ungkapan kak Imam yang lembut itu membuatku
terasa disirami oleh kenyamanan dan tak memiliki beban.
Setelah semua peserta hadir termasuk Rektor di kampus
21
Cintaku Seindah Lautan
juga hadir pada saat itu untuk menyaksikan seleksi
terakhir.
Aku sangat khawatir untuk penampilan babak akhir
dalam memperebutkan tiket utusan kampus, sebelum
acara dimulai aku hanya jalan mondar-mandir sekedar
mengurangi rasa ketakutan yang berlebihan. Aku benar-
benar tegang menghadapi babak akhir itu, keringat pun
mulai keluar perlahan-lahan, baju dibagian punggung
terasa sedikit basah pengaruh keringat. “Oh, Tuhan. Ya
Allah.” Hatiku mengucapkan berkali-kali. Dalam keadaan
yang menegangkan itu namaku terdengar di pengeras
suara, “Ya Allah.” Keluhku lagi.
Setelah beberapa acara dilewati, pada kesempatan
itu langsung ditentukan orang yang berhak diutus oleh
kampus. Tanpa disadari ternyata aku yang meraih terbaik
pertama, aku hampir tidak percaya dengan kenyataan itu.
Aku yang bermodal percaya diri dan tampil dengan baik.
Mendapat hasil baik dari perjuangan itu membuat hatiku
terobati dengan nihilnya nilai yang aku terima waktu
semester satu. Entah kenapa nilai sangat berarti bagiku
waktu itu, tapi setelah aku meraih terbaik pertama pada
ajang seleksi peserta lomba baca puisi terasa aku telah
miliki semuanya, melebih rasa yang aku rasakan
sebelumnya, ternyata Allah meletakkan cintanya
kepadaku melalui usaha yang aku lakukan, mencintai
hambanya dari mana dan kapan saja. Aku terasa haru
ketika aku berjabat tangan dengan Rektor saat
22
Cintaku Seindah Lautan
memberikan selamat padaku, yang sebelumnya aku belum
pernah bertemu dengan Rektor apalagi berjabat tangan.
Hanya sering aku melihat wajahnya di baliho yang
terpasang memotong jalan depan gerbang kampus selama
ini. Bagiku mendapat respon yang baik dari pimpinan
kampus merupakan kebahagiaan yang sangat luar biasa,
sulit aku jabarkan rasa bahagia yang terasa saat
dinobatkan menjadi utusan kampus setelah melewati
seleksi yang ketat.
Aku keluar dari ruangan kegiatan itu dengan
selembar penghargaan dari kampusku. Tiba- tiba kak
Imam menyapaku, “Itulah jawabanya”, Kata kak Imam
yang begitu lembut pula. Mendengar ucapan singkat dari
senior aku pun bingung dan hanya bisa tersenyum. Kakak
tingkatku yang satu ini memang terkesan cuek walau kata-
katanya sangat lembut, tapi tipe orangnya gengsi dan sulit
dilacak sifatnya. Kalau ditanya jawabannya singkat, padat
dan jelas. Jika diajak ngobrol hanya poin penting saja, tak
sedikit pun mau basa-basi atau bercanda. Itu yang
membuat aku kesal saat bertemu denganya. Tapi apa daya
sudah masuk dalam bimbingan organisasainya hingga aku
selalu bertemu denganya, aku hanya bisa diam dan diam,
tanpa berkutip apa-apa kalau dia tidak bertanya atau
memberiku tugas. Payah! sangat payah! Bersama kak
Imam hidup bagaikan singa dan seekor tikus saja.
Tapi di balik itu semua membuat aku tertekan ingin
mengetahui yang sebenarnya pada diri kak Imam. Satu
23
Cintaku Seindah Lautan
sisinya aku sangat jengkel padanya tapi pada sisi yang lain
aku senang dengannya. Menjadi pertanyaan besar bagiku
dan teman-teman lain karena dia memperlakukannya
seakan-akan tanpa ada pembatas tingkatan dalam
organisasainya, sedangkan aku diperlakukan amat beda.
Kak Imam juga tipe lelaki yang tidak suka pada wanita
yang pakaian super ketat. Wanita yang tidak
menggunakan pakaian sewajarnya dia tidak mau
mendekatinya. Tapi aku sadar juga karena aku baru
bersamanya. Tapi itu mustahil seharusnya anak baru yang
perlu ditegasin agar tidak keteledoran. Tapi hanya sebatas
itu, aku tak bisa berkutik dan berkata-kata, aku hanya bisa
kembali kepada-Nya sebagai penjawab suara hatiku yang
mutlak. Allah membuka mataku agar aku bisa menghitung
perangkat diriku sendiri. Agar tidak keluar dari bingkai
cinta- Nya yang mutlak.
Aku tak memaksa kehendak itu. Hanya bisa
mengikuti arus perjalanan keadaan yang selalu menemani
tiap hari-hariku. Banyak kutipan yang perlu aku telaah
semenjak aku berada dalam kesibukan itu.
Beberapa menit aku duduk di depan sekretariat
teater. Tiba-tiba aku dipanggil oleh kak Imam. Aku
merasa jutek, baru kali itu dipanggil dengan lambain
tanganya di pintu ruangan dosen. Yang berhadapan
dengan sekret teater. Aku langsung menghampiri kak
Imam. Lalu kak Imam mengambil amplop dan
menyuruhku baca isinya, membuat pengumuman serta
24
Cintaku Seindah Lautan
dipasang di mading umum fakultas. Aku membaca
ternyata isi amplop itu ada lomba menulis puisi cinta yang
temanya bebas. Saatnya aku mencoba menulis untuk
sebuah lampiran cinta yang aku pendam saat itu. Aku
mencoba untuk menuangkan perasaan yang agak lama
disimpan selama mengenalnya. Kesempatan ini tak akan
aku sia-siakan, sebab tak mungkin aku harus bicara secara
jujur tentang hati ini padanya tentang perasaan yang
mencekik sanubari begitu dalam dan tak kunjung
berakhir. Aku menulis sebuah puisi sebagai simbol rasa
cintaku. Biarkan kata-kataku dalam naskah syair untuk
menyuarakan keinginan yang terpendam dalam diriku,
dengan santun petikan jari bermain dalam lika-liku
kalimat yang terwujud dari perasaan yang terpendam
sejak memandang wajahnya aku coba melampirkan segala
perasaan yang menggebu ini. Momen ini aku maknai
sebagai berkah untukku.
Aku mulai menenggelamkan rasa untuk berpikir
tentang kalimat yang tepat untuk ditulis dalam naskah
puisi itu. Aku mulai merangkai dalam imajinasi kalimat
yang beraturan untuk dituangkan dalam puisi. Aku tak
ingin puisi yang tertulis nanti tak sempurna melampirkan
semua isi hatiku. Membayangkan puisi yang aka kutilis
membuatku tersenyum sendiri, kadang murung dan kaku
untuk mengungkapnya lewat kata-kata kadang dilema
antara benar atau salah, tepat atau tidak.
Sungguh menyulitkan pikiranku.***
25
Cintaku Seindah Lautan
Bagian 3
LAMPIRAN CINTA
“Kutulis puisi ini kala langit menangis, burung-burung terbang melingkar dan
berlindung. Ku tulis puisi ini dengan hati yang tulus, kau masih sama seperti yang ku
kenal, masih serupa diriku sendiri dalam jasad yang berbeda”
-----SR. Yadien-----
Kami sangat antusias merespon lomba penulisan
itu, dengan segera kami mengeluarkan pengumuman
untuk rapat bersama seluruh anggota sekaligus
menentuka siapa yang akan mengoreksi dan menyeleksi
tulisan kami. Akhirnya kami semua bersepakat yang akan
menjadi tutor penyeleksi tulisan kami adalah senior-senior
yang ada, termasuk kak Imam. Aku merasa kecil hati
kalau selalu berurusan dengan kak Imam, memang aku
dan kak Imam tidak pernah akur, kadang dalam forum
sering terjadi pertentangan. Termasuk ide-ideku selalu
menjadi kritikannya, tapi kebijakannya terlihat sportif
dalam mengambil kesimpulan dalam hal apapun yang
berkaitan dengan kegiatan, sangat dirasakan bahwa
menyatukan pendapat dan presepsi para mahasiswa itu
sulit, tapi bagi kak Imam itu hal yang biasa saja.
Memang aku tidak menafikan bahwa hanya kak
Imam orang yang bisa di andalkan saat itu karena sudah
26
Cintaku Seindah Lautan
mencapai puncak kemampuan dalam penulisan.
Kemampuannya diakui karena kak Imam sering ikut
lomba penulisan karya ilmiah dan puisi, bahkan tak
tangung-tangung selalu menjadi terbaik pertama.
Aku dan seluruh teman-teman yang lain mengambil
keputusan sepihak tanpa pemberitahuan awal kepada kak
Imam. Sehingga menjadi pijaran dan pikiran panjang
padaku dan teman-teman setelah palu keputusan dalam
rapat kami jatuhkan. Aku mengambil leptopku lalu
mencoba membuat surat resmi untuk kak Imam sebagai
pemandu kami selama pelatihan penulisan itu
berlangsung, kerena pada saat itu, tak ada satupun yang
berani memintanya langsung sebagai seorang kakak atau
senior. Beberapa petikan dari jari ini pada keybord
laptopku dan rangkaian kata “Kepada Yth.”. Suara salam
di balik pintu sekretariat terdengar dengan sepontan aku
dan teman-teman dalam sekret menjawab salamnya.
“Kok tumben kalian ngumpul-ngumpul begini, ada
acara apa?” Tanya kak Imam sambil menatap kearahku.
Akupun salah tingkah dan sungkan menjawab
pertanyaan itu, teman-teman yang lain juga diam. Semua
teman-temanku menjuluki kak Imam singa ber-ide,
karena orangnya ganas dan banyak ide, terasa tidak
pernah ada jalan tumpul selama beliau menjalankan tugas
bersama kami dan saat membimbing kami, hanya kami
saja merasa takut dan sulit dekat dengannya termasuk aku,
kalau yang lain masih berani bercanda, tapi kalau sudah di
27
Cintaku Seindah Lautan
hadapannya aku tak tau entah kak Imam yang gengsi atau
aku, orangnya disiplin tinggi, selera belajarnya lain dari
yang lain dan menguasai dari seluruh pengetahuan tentang
keorganisasian, dari sisi itu membuat aku minder
terhadapnya.
Aku dan teman-temanku hanya diam dan salah
tingkah, lalu tiba-tiba salah satu dari kami memberanikan
diri untuk menyampaikan hasil rapat itu. Aku hanya diam
saja, takut jika kak Imam tidak menerima keputusan rapat
yang mempercayakan padanya untuk jadi pembimbing
dalam lomba tersebut.
“Kak Imam kami barusan rapat, dan kami
membutuhkan kak Imam lagi untuk membimbing kami.”
Ujar ketua dengan sedikit anggun dan pengharapan.
“Bimbing apa maksudnya?” Tanya kak Imam.
“Bimbing kami dalam penulisan agar kami tau dan
mengerti untuk menulis” Jawab Ketua.
“Boleh, asal kalian serius dan terima sebab-akibat
kalau kalian tidak serius.” Jawab kak Imam dengan
matanya menatap tajam kearah layar laptopku.
“Tapi dengan syarat.” Tegas kak Imam.
“Syarat apa kak Imam?” Suara kami serentak
bertanya.
“Syaratnya, kalian tidak hanya belajar pada waktu
kalian ingin mengikuti lomba saja. Siapapun yang jadi
terbaiknya nanti harus membagi pada teman ilmunya atau
membimbing yang lainya, supaya tidak seperti ulat
28
Cintaku Seindah Lautan
kepanasan kayak gini, kalau ada lomba baru hatinya
terpanggil untuk belajar, seharusnya mahasiswa itu
semuanya siap sebelumnya.” Jelas kak Imam dengan suara
yang lantang.
“Ia kak, siap!” Jawab kami dengan serentak pula.
Aku dan teman-teman terasa lega, awalnya aku
sangat pesimis karena permintaan itu akan ditolak oleh
kak Imam, karena beliau orang yang sangat sibuk,
sedangkan beliau juga lagi dalam penulisan tugas akhir
kuliah, penulisan skripsinya. Ternyata hati kak Imam
sangat beda dengan cara pandang dan ucapanya. Kami
semua membicarakan keidealan yang dimiliki oleh kak
Imam setelah kak Imam meninggalkan tempat kami.
Akupun memulai untuk menulis puisi itu dengan
mencari tema dan kata yang ideal agar tidak mendapat
ocehan dan kritikan kak Imam yang terlalu banyak,
teman-temanku yang lain sudah banyak tulisan yang telah
diserahkan ke kak Imam. Sedangkan aku masih
menentukan judul mana yang tepat dan pantas untuk aku
serahkan ke kak Imam. Jika tidak hadirnya karyaku
membuat seribu pertanyaan dari kak Imam.
Tiba-tiba Ketua menghampiriku yang sedang duduk
di bawah pohon pelam yang ada di samping sekretariat.
Ketua orangnya baik, lembut dan terbuka jadi siapapun
tak ada yang segan untuk bertemu denganya, akupun
merasa nyaman bagaikan saudaraku sendiri, sehingga aku
sering memanggil namanya langsung kalau aku bertemu
29
Cintaku Seindah Lautan
dengannya. Aku sering memanggilnya “kak Dion” sangat
familiar namanya, sebab dia mendapatkan tanggung jawab
sebagai Ketua saat itu, yang tidak pernah putus dengan
urusan kami juga.
“Rin kamu sering ditanya oleh kak Imam,” Kak
Dion yang menyampaikan amanat kak Imam sambil
mendekatiku.
“Memangnya kenapa kak Dion?” Tanyaku dengan
santai karena perasaan tidak enak.
“Aku juga tidak tau Rin entah kenapa, tak ada
penjelasan kongkritnya. Cuman aku dengar adik-adik
cerita, ingin mencari tau kenapa kamu tidak ikut
pelatihan penulisan itu”.
“Oh, sampaikan saja kak Dion aku ikut cuman
naskahnya lagi ditulis.” Jelasku dengan lembut.
“Lama amat, memangnya berapa judul Rin?” Tanya
kak Dion.
“Gak…! Judul aja masih bingung lagi dicari yang
tepat kak Dion soalnya takut kena ocehan lagi nanti
dibilang anak SD saja bisa buat puisi ini.” Jawabku
dengan santai.
“Kamu ada-ada saja, masa takut dengan kak Imam.
Asal kita berusaha.” Jelas kak Dion dengan senyumnya
yang lebar.
“Ya… Profesional dikit kak Dion, supaya tidak
banyak diomelin lagi, satupun gak masalah, yang penting
tepat.”
30
Cintaku Seindah Lautan
“Itu bagus.” Sanjung kak Dion.
“Tapi ingat, waktunya tinggal dua hari lagi.” Jelas
kak Dion.
Mendengar sisa waktu yang singkat itu membuat
hatiku gelisah kalau tulisanku lambat, tapi salah dan
bahkan tidak ada sama sekali, apabila puisi yang aku tulis
salah tidak masalah karena memang sebagai manusia tak
ada yang sempurna, tapi yang aku takutkan tidak sempat
saya serahkan malah tambah parah diomelin lagi.
Aku bercumbu dengan perasaanku, aku memandang
sejauh pandanganku, aku menggaruk-garuk kepalaku, aku
menoleh kiri dan kanan, aku menghentak-hetak jiwaku
penuh dengan kebingungan, seakan kumengingatnya
kadang hilang ditelan gundahku, aku mencoba dan
mencoba lagi, untuk berpikir tentang kata-kata yang tepat
hingga tertelan waktu hampir dua jam, aku menulis di
layar laptopku dengan gaya huruf yang berfariasi untuk
menenangkan pikiran dan membangkitkan semangat dan
motivasi dalam menorehkan kata-kata itu, berkali-kali
kumenghapus lalu menulisnya lagi dengan kata yang lain
belum juga tepat kala dibaca kembali, sangat berat untuk
mampu menempati perasaan yang tepat dalam tulisan itu.
kadang terlihat serpihan kalimat tidak bisa menjadi
cerminan dari temanya, juga kadang kalimatnya telah
tersusun rapi kadang temanya tidak menarik perhatian.
“Pusing…!!” Aku berteriak kecil sambil memegang
keningku.
31
Cintaku Seindah Lautan
Lalu aku mencoba menulis dalam buku harianku.
Malah setiap judul yang kutulis tidak ada yang benar
malah agenda harian milik kesayanganku satu-satunya
untuk mencatat alamat dan handphone teman-teman
selama tidak memegang handphone sudah tipis karena
tiap kesalahan dalam menulis di sobek lembar per lembar.
Pikiranku semakin dirajai oleh kebodohan yang tak
kunjung-kujung menghidar dari pelukan amarahku, aku
masuk dalam kamar mandi untuk mencuci wajah lesuhku.
Aku melirik tong sampah plastik yang berwarna biru di
sudut kamar kostku, tak ada satu lembar kertas yang
masuk kedalamnya, semuanya berserahkan di luar, tak
sadar setiap lemparanku tak mengarah ke mulut tong
sampah.
Aku memungutnya kembali dan memasukanya ke
tong sampah, lembaran terakhir aku membukanya. Dan
ada tulisan di baliknya, nama kak Imam saat aku
berkenalan di simpang jalan menuju kampus. Saat itu aku
menyapanya untuk mengambil kunci motornya yang jatuh
dalam lapisan tas yang ia buka diwaktu jalanya menuju
kampus, aku sempat berkenalan, namanya aku sempat
menulis di agenda harianku, tapi aku telah lupa halaman
berapa.
Maka dengan nama itu aku terinspirasi untuk
membuat kata-kata yang yang amat romantis untuk
melampirkan perasaan gelisahku yang tak tau arahnya
pada kak Imam. Aku memulai judul tulisan itu dengan
32
Cintaku Seindah Lautan
kata yang amat simpel. Aku berdoa dalam hati agar puisi
yang sedang ditulis bisa mewujudkan harapan.
Sesungguhnya puisi ini amanat hati yang ditujukan
untuknya.
Anugerahkan Imam Yang Tangguh Buat Kami
Kami wanita yang lemah
Ingin tidur di atas pembaringan yang aman
Jauh dari lumuran dosa
Kami kaum yang akan banyak menghuni neraka
Maka ringankan neraca kami
Tak ada yang berharga bagi kami
Hanya seorang Imam yang menghargai mahkota kami
Jangan menodai kami
Engkau Imam yang tangguh untuk kami
Milikilah kami
Sayangilah kami
Kami butuh sapaan manismu
Untuk mengantar
Tidur akhir kami
Kami butuh bimbingan
Janganlah buat kami bimbang
Yang akan mencipta dosa yang bergelimang.
Imam yang tangguh
Adalah Imam yang mengemas cinta kami.
33
Cintaku Seindah Lautan
Aku mengakhiri tulisan syair puisi itu hingga Adzan
subuh menemaniku, bersama rasa dingin mulai
menyelimuti ujung kakiku yang tak tertutup selimut, sang
fajar menggoda para ayam hutan, dan burung-burung
warga sekitar untuk bersuara menyambut kedatanganya,
akupun hanya bermodal air wudhu sholat subuh untuk
menjeput sang fajar yang mengetok pintu kamarku,
dengan penuh lega dan bahagia aku berangkat ke kampus
untuk menyerahkan tulisanku. Dengan wajah senyum dan
percaya diri aku meyerahkan tulisanku untuk diseleksi
bersama tulisan temanku yang lain. Menjelang dzuhur
teman-temanku berkerumun di mading depan sekret
untuk melihat daftar nama dan nominasi terbaik dalam
menulis naskah puisi itu. Tiba-tiba salah seorang teman
mendekatiku dengan wajah bahagia berpoles senyuman
yang menawan karena nama mereka keluar dalam
pengumuman itu, sebagai nominasi yang baik dan cukup
baik. Teman-temanku heran juga kenapa namaku tidak
tercantum sedangkan aku meyerahkan naskah itu pada
saat pagi sebelum batas waktu, ada juga yang
berprasangka karena terlambat diserahkan dan ada juga
yang bilang tidak masuk nominasi.
Yah…!! Saya hanya mendengarkan praduga mereka,
sambil berkomen tentang keberhasilan teman-temanku.
Tiba-tiba ada beberapa mahasiswa menghampiriku
yang sempat melewati mading itu kemudian membacanya,
lalu mendekati dan menyapa kami
34
Cintaku Seindah Lautan
“Hebat bangat kalian selalu ada kegiatan.”
“Iya kak biasa untuk latihan saja.” Jawabku dengan
lembut.
“Aku lihat ada tulisan puisi juga yang mengangkat
derajat kaum wanita, bagus sekali yang ada di madingnya”
Dia menyampaikan kata itu dengan santai.
Aku juga kaget dan teman-temanku menanyakan
siapa nama menulis itu, tidak ada nama serta nama
redaksi juga tidak ada. Aku bertanya sama teman-temanku
ternyata mereka juga tidak melihat tulisan itu karena
terfokus melihat nama yang keluar dalam mading
pengumuman.
Beberapa saat kemudian, Wiwin teman baikku yang
kontrakan bersebelahan dengan kosku itu sempat mikir.
Bahwa dalam pengumuman itu tidak ada nominasi terbaik
satunya. Karena penasaran kami berbondong-bondong
bersama menuju mading tersebut. Ternyata itu adalah
tulisanku, aku juga bahagia karena ada tambahan di pojok
atasnya puisi terbaik satu. Aku menyembunyikan siapa
yang menulis itu karena aku tidak sempat menulis nama di
lembar itu.
Semua teman-temanku menyatakan tulisan itu
adalah tulisan kak Dion, akhirnya mereka mencari kak
Dion dan memberi selamat padanya, mendapat ucapan
selamat kak Dion bingung. Dia hanya mengucapkan
terima kasih, seakan mengaku itu adalah tulisannya. Aku
diam dan pura-pura tidak tau. Walau di balik semua itu
35
Cintaku Seindah Lautan
kak Dion tau bahwa yang menulis itu adalah aku.
Sehingga kak Dion memberikan pernyataan palsu kepada
semua teman agar tak ada yang tau siapa yang menulis itu.
Kak Dionpun berpikir kenapa dia tidak menulis
namanya apa ia sengaja atau tidak, itu pula yang membuat
kak Dion tak bisa terus terang tentang siapa yang menulis
puisi itu, dalam bahasa trenya ia menjaga aku pribadi yang
lagi dalam sekatan maut jiwa yang gentayangan antara
ketakutan dan gengsi. Itu tepatnya mungkin.
Selang beberapa jam kemudian, semua teman-
temanku pulang. Tiba-tiba kak Dion menghampiriku dan
mengucapkan selamat padaku atas keberhasilan dalam
menulis puisi, sekalian dia menyampaikan salam haru kak
Imam. Akhirnya aku salah tingkah terhadap kak Dion.
“Dari mana kak Dion tau itu tulisanku, sedangkan
namaku tidak tercantum dalam puisi itu?” Tanyaku.
“Santai saja, tadi aku yang memasangnya di papan
itu setelah kak Imam menyerahkan, jadi kak Imam
memberiku amanat untuk menyampaikan salam harunya.”
Jawab kak Dion.
“Kok bisanya? Sementara kak Imam anti sama aku.”
Tanyaku sedikit gengsi.
“Biasalah laki-laki, di balik itu kamu tidak tau apa
yang sebenarnya yang ada dalam hatinya” Ujar kak Dion
dengan nada canda.
“Kakak bercanda lagi?“ Tanyaku sambil memukul
manjanya dengan gulungan kertas di tanganku.
36
Cintaku Seindah Lautan
Di balik itu semua, terasa bahagia. Aku merasa bisa
mengelabui kak Imam yang super ganas dan serius itu.
Walau aku tak menatap langsung wajahnya yang lagi
bahagia dan haru terhadapku. Aku hanya bisa memoles
diriku dengan rasa malu, walau sangat bahagia mendapat
penghargaan yang luar biasa dan tetap memasang gengsi
sebagai wanita yang bernilai di hadapanya.
Beberapa hari terlepas dari kegiatan itu tiba-tiba kak
Imam tidak pernah aku lihat lagi dari kampus, kadang
hatiku gelisah dan bertanya-tanya tapi tak kuasa aku
menanyakan kak Imam pada teman-teman, merasa
sungkan saja. Akhirnya aku menanyakan ke kak Dion.
Ternyata kak Imam ada tugas penelitian, tapi kak Dion
tidak bercerita secara jelas penelitian tentang apa
sedangkan kak Imam sudah selesai penelitian skripsinya.
Sejak itu aku sudah tidak terpandang cerah dan teman-
temanku bingung dengan keadaanku akhir-akhir itu. Aku
berusaha mencari kesibukan yang lain yang dapat
mengganjal kegelishanku tapi sulit sekali.
Aku sangat gelisah dengan keadaan yang sedang
dijalani sekarang, saat meminta tanda tangan pak rektor
aku kaget membaca surat cuti kak Imam yang ada di atas
meja pak rektor. Detakan hatiku akhir-akhir ini semakin
membingunkan dengan tiba-tiba hilangnya kak Imam
dalam pandanganku. Jika harus jujur aku harus akui
sangat merasa kehilangannya.
37
Cintaku Seindah Lautan
Bagian 4
DETAKAN HATI
“Antara keyakinan dan keraguan, hasrat bergerak dalam keheningan, untuk
mendesak hati dan memanggil nama agar kerinduan tertidur dalam pencapaian yang
sempurna”
-----La. Ndolo-----
Corong Masjid waktu maghrib baru saja
memanggil umat islam untuk beribadah. Suara adzan di
masjid sekitar tempat tinggalku sangat merdu, muadzin
mengumandankannya dengan sempurna dengan suara
yang begitu menyejuk hati agar para jamaah menghadiri
sholat bersama. Sejak siang aku melakukan aktivitas
dengan semangat walau suasana hatiku tak menentu. Aku
tidak ingin lalaikan kegiatanku karena ketidak tenangnya
hati, aku tetap bertahan pada stamina yang ada dalam
diriku. Sudah menjadi prinsipku bahwa apa pun yang
terjadi hidup harus dijalani dengan baik.
Selain suara adzan yang baru saja dikumandangkan,
samping tempat tinggalku terdengar suara orang yang
berteriak histeris. Awalnya aku mengira ada yang
kerasukan, tetapi setelah didengarkan dengan baik itu
pertengkaran kecil para anak muda. Ada seorang gadis
yang menangis sambil teriak-teriak, “Jangan siksa aku
terus. Kenapa aku yang selalu kamu salahkan.” Begitulah
potongan kalimat yang terdengar olehku. Aku mendengar
38
Cintaku Seindah Lautan
dengan jelas hal itu dikarenakan tempatnya tidak jauh.
Kejadian itu hampir menggenapkan rasa sedihku yang
sedang dilanda kehilangan seseorang yang mulai
membuatku nyaman.
Sulit juga aku pungkiri bahwa apa yang aku rasakan
ikut mempengaruhi kondisi tubuhku, tetapi hal itu tidak
juga menghalangi tanggung jawabku sebagai seorang
mahasiswi. Aku juga harus melakukan penelitian untuk
menyelesaikan urusan kuliahku. Di hari pertama aku
turun penelitian untuk memenuhi tugas semester duaku di
lingkungan desa tentang perilaku sosial masyarakat.
Hatiku tidak bisa mengindari rasa cemasku, seakan-akan
penelitianku tak berarti dan tidak penting untuk dijalani
dengan serius.
Di balik detakan hatiku yang tak memberikan
makna yang jelas. Arti dari apa yang aku rasakan sehingga
harus memenuhi keinginan hatiku. Aku mencoba mencari
tau kemana kak Imam yang sebenarnya di tengah-tengah
kegiatan pentingku.
Terasa selera makan tiap hari hambar, perasaanku
semakin berkecamuk dengan halusinasi yang ada dalam
diri ini, detakan-detakan hatiku sangat beda jauh dari
sebelumnya. Padahal kak Imam orang yang paling
menyebalkan tapi pengaruhnya pada diriku amat terasa.
Aku tidak merasa ini adalah sebuah getaran suka atau
tidak. Seakan-akan ada yang tidak lengkap dalam
kehidupanku semenjak dia pergi tanpa kabar.
39
Cintaku Seindah Lautan
Memang sering aku membaca kisah dalam buku
Cinta Kepada Allah, sesuatu hal yang kita benci itu adalah
hal yang amat baik dan sebaliknya sesuatu yang membuat
kita bahagia dan baik itu adalah hal yang amat kita benci.
Pendapat ini bukan hanya sinopsi dalam sebuah buku,
tetapi fakta dan kenyataan yang sedang aku rasakan.
Istilah renkarnasi yang terdapat pada ajaran budha
itu sesuatu hal yang tidak aku sukai, tetapi benda itu harus
aku punyai kini. Lalu aku mencoba lagi untuk memiliki
handphone dan mencari nomor kontak kak Imam, tapi
sepertinya usaha akan mendapatkan hasil nihil sebab
biasanya kak Imam sama sekali tidak memberikan kepada
siapapun nomor handphone. Cuman kak Dion, tetapi aku
pikir nasib selalu bertubi-tubi dalam penggapaian yang
amat tidak sejalan dengan keinginan. Beberapa menit aku
tiba di kampus karena baru saja balik dari tempat
penelitian, ternyata kak Dion udah pulang ke
kampungnya untuk menjenguk orang tuanya yang lagi
sakit.
Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi setelah
mendengar pengakuan teman bahwa mereka tidak pernah
mendapatkan nomor kontaknya akhir-akhir itu. Aku
hanya bisa bertawakal dan kembali ke tempat lokasi
penelitian untuk melanjutkan tugas sekaligus
menenangkan diri.
Kemurunganku semakin lama semakin meningkat
akhirnya aku jatuh sakit dan bidan-bidan yang ada di desa
40
Cintaku Seindah Lautan
itu tak satupun yang manpu menangani sakitku. Akhirnya
kepala desa di tempat penelitian membawaku ke rumah
sakit umum di kota.
Hampir dua hari dua malam aku di opnamen dan
selama itu aku tidak menyadarkan diri. Di tengah-tengah
seragam putih yang aku lihat dari kedipan mataku untuk
mencoba membuka kelopak mata dengan pelan-pelan.
Dan telingku terdengar suara di balik tenda seperti suara
orang yang pernahku kenal. Tapi aku tak kuat untuk
bergerak, tubuhku masih sangat lemah. Aku hanya
sanggup membuka mataku dan berkata kepada bidan
yang ada di depanku.
“Aku dimana sekarang?”
“Mbak lagi di tempat yang menyehatkan.” Jawab
bidan itu dengan santun sedikit bencanda.
Tiba-tiba seorang laki-laki yang bersisir rapi dan
berpakaian putih, di lehernya bergantungan tetoskop
masuk. Aku hanya bisa tersenyum dan tak menyapa
karena hanya pikiranku saja yang menyatakan dia adalah
kak Imam. Di sisi lain perasaanku menjawab itu bukan
kak Imam, tidak mungkin dia berada di rumah sakit
secara tiba-tiba datang untuk menolongku saat itu lalau
menyamar menjadi seorang dokter untukku itu hanya
kisah fiktif dalam sebuah sinetron Indonesia yang penuh
hayal atau setidaknya mimpi buruk yang aku rasakan pada
saat itu. Itu sama sekali gak mungkin. Setahuku dia hanya
41
Cintaku Seindah Lautan
seorang mahasiswa yang mengusai sastra dan
membimbing kami untuk bermain teater dan puisi.
Aku menatap tajam dengan kebingungan melihat
wajahnya, aku tidak menemukan permainan seindah ini
sebelumnya, hanya mendapat permasalahan yang amat
berat yang terjadi secara bertubi-tubi hingga aku berada di
rumah sakit dan tertancap jarum infuse di tangan dan
tergeletak di atas tempat tidur rumah sakit.
“Hai, gimana keadaanya?” Dia menyapaku sambil
mengaduk-aduk bubur di piring putih pada tanganya.
“Ini kak Imam ya?”, Aku menanyakan kepastian dan
tak menjawab pertanyaannya, dengan wajah bingung
dibalik bibir yang membiru.
“Ia, tapi tidak usah dipikirkan dulu. Kenapa aku
harus ada di sini dan pura-pura seperti ini, semua ini agar
bisa menjenguk kamu saja. Jadi kamu harus istrahat dan
cepat sembuh soalnya masih banyak orang yang
membutuhkan nyali dan idemu” Jelas kak Imam dengan
tenang agar aku cepat sembuh.
Aku tidak bisa berkata-kata lagi karena telah terobati
sesuatu yang membuatku gelisah selama ini, tapi ada
sedikit yang membuat aku penasaran. “Kok bisa dia
berpenampilan seperti itu?” Batinku bertanya. Dia
bergaya dokter, sungguh aku tidak percaya. Hari-hari
pemulihanku terasa terobati karena tiap hari aku menatap
wajah kak Imam bukan karena obatnya.
42