Cintaku Seindah Lautan
memang tidak pernah menjaga pakaian putih kita dalam
incaran noda.
Hatipun demikian, kita harus sanggup mensucikanya
dari segala noda, baik marah, jengkel, iri, dengki dan
sebagainya itu adalah tantangan sang putihnya hati yang
suci berseri, seandainya noda itu yang menodai kesucian
hati yang aku miliki tak sadar kata putus asa akan
menengelamkanku di dunia ini tanpa berkata panjang.
Beberapa hari kemudian kak Imam menawarkanku
untuk melepas lelah dan refresing di pantai, aku setujui
tawaranya kebetulan aku libur panjang dari kampus. Di
pagi yang buta aku dijemput oleh kak Imam besama
teman-teman kedokteranya, lumayan hampir penuh dua
sedan silfer avanza. Aku duduk di kursi pertama bersama
kak Imam kebetulan dia suka menyetir sendiri mobilnya.
Hatiku sangat bahagia selama dalam perjalanan. Teman-
teman kak Imam baik cowok dan cewek semuanya
bernyayian sepanjang jalan.
Aku tidak tau ternyata mereka juga sekumpulan
anggota pecinta alam senang berkemah dan berjalan-jalan
di gunung dan di hutan. Aku kaget ketika turun dari
mobil langsung menuju pantai yang amat bersih indah
dan lautnya luas itu. Ada beberapa orang yang
membangun kemah.
“Kak Imam, kok bangun kemah juga?” Tanyaku
spontan.
93
Cintaku Seindah Lautan
“Memangnya kenapa? Kamukan libur juga.” Jawab
kak Imam.
“Tapi kak, aku merasa tidak enak pada teman cowo
dan cewenya kak Imam, nanti kak tidak bisa bersenang-
senang bersama teman-temanya.” Ujarku.
“Senang-senang yang bagaimana maksudnya, kita
kumpul bareng dan bisa menikmati suasana ini sudah
bersenang-senang.” Jawab kak Imam dengan lembut.
“Kalau dengan temanku tak usah sungkan mereka
adalah sahabat pilihanku yang selalu bersamaku di setiap
saat.” Ujar kak Imam lagi.
“Begitu ya, lalu kapan aku jadi sahabat terpilihnya
hingga ada bersama mereka saat ini?” Tanyaku lagi
dengan sedikit manja.
“Kalau kamu bukan sekedar sahabatku, tapi detakan
nadi dalam hatiku yang memompa aliran darahku.”
Jawabnya yang terkesan merayuku.
“Puisi lagi. Jika begitu adanya, memangnya rencana
kita kemah berapa hari?” Tanyaku.
“Sampai kamu puas menatap indahnya lautan dan
juga habisnya bekal, biasanya kita gitu bekal juga
penentu.” Jawabnya sambil menatap wajahku.
“Gak apa-apa.”
Aku menikmati indahnya perkemahan itu.
Malamnya teman kak Imam bernyanyi bareng, ada yang
memainkan musik dari piring, ember, genting dan
sebagainya, aku sering melirik kak Imam saat dia memetik
94
Cintaku Seindah Lautan
gitarnya, terlihat laksana satria bergitar. Ia lakukan dengan
sepenuh hati. Saat ia berpuisi baru aku lihat kemahirannya
dalam sastra walaupun dia belum mendapatkan gelar pada
jurusan sastra. Syair puisi yang dia baca cukup bagus, cara
ucapanya indah dan bahkan fokalnya tak kalah dari yang
lain, aku hanya mendoakan mudah-mudahan masa
cutinya segera berakhir agar ia mendapatkan dua gelar
sekaligus, bukan hanya sebagai dokter tapi sastrawan.
Mereka semua memuaskan masa kemahnya pada
malam itu hingga kelelahan dan satu persatu menuju
kemah. Mereka membawa empat tenda yang tersedia, dua
untuk cewek dan begitu juga buat cowok.
“Kalau kamu sudah ngatuk tidur duluan saja.” Saran
kak Imam dan kebetulan aku juga sudah ngantuk karena
diterpa oleh angin laut itu.
Aku masuk tenda lalu tidur lelap. Pada saat pagi
kakiku terkena cahaya sinar matahari hingga aku terhentak
bangun dan binggung aku tak sadar bahwa sedang berada
dalam tenda, aku melihat seluruh sudut tenda itu.
Beberapa menit kemudian baru aku sadarkan diri bahwa
aku berada di tempat kemah, hatiku cemas soalnya tak
ada satu orang yang ada di sampingku.
Aku keluar dari kemah itu. Di atas tikar depan pintu
kemahku terlihat ada roti yang telah dilapis seresnya. Aku
pandang ke tepi pantai, temannya kak Imam lagi bermain-
main di pinggir gelombang ombak lautan. Ada yang
membuat gedung dengan tumpuan pasir, ada yang lari
95
Cintaku Seindah Lautan
kejar-mengejar dan ada juga yang memakai seragam
karate sambil sparing. Tiba-tiba kak Imam datang dari
belakangku setelah mengambil kamera yang tertinggal di
mobilnya.
“Kamu makan dulu rotinya.” Saran kak Imam
sambil mengambil air minum di dalam wadah yang imut
dan ramping.
Aku tak menjawab, aku menikmati rotinya perlahan
sambil menikmati teduhnya embun pagi itu.
Aku menatap keadaan air laut hingga siang, tiba-tiba
datang angin dari timur hingga ombak lautan semakin
lama semakin besar dan mengamuk. Terlihat indah di
tengahnya bagaikan ayunan yang silih berganti dari
kebiruannya. Aku mengambil sebagai pelajaran yang amat
berharga pada lautan. Awalnya laut itu tenang dan tak
berombak. Rasanya tak ada yang mampu menggoyangkan
sekencang itu dari hamparan lautan yang luas. Ternyata
ini yang dinamakan dengan gelombang lautan sangat
menyeramkan, terdegar ada suara tangisan yang terpercik
dari ujung-ujung ombak yang terbanting dari ketepian.
Gelombang seperti membawa berita bahagia dan derita
dari seberang sana untuk dikabarkan pada tepi pantai.
Ada keluhan yang mahadahsyat yang dibawa oleh
gelombang lautan, kesedihan penghuninya gelombang
mengarkan ke bumi agar bisa saling berbagi. Gelombang
datang perlahan-lahan atau keras tergantung dari beban
yang mereka hadapi. Jika aku mengingat masa yang aku
96
Cintaku Seindah Lautan
lewati, kadang aku seperti gelombang siang ini.
Gelombang lautan yang menjadi perantara suka-dukanya
samudera luas.
***
97
Cintaku Seindah Lautan
Bagian 13
GELOMBANG LAUTAN
“Apa yang dapat dipahami dari lautan selain keganasan deburan ombak? Dia
menyimpan ketenangan dan kedamaian juga tentang keteguhan”
------SR. Yadien------
Kesempurnaan kebahagian telah aku rasakan, laut
menyajikan beragam cerita. Laut bisa mengisahkan makna
hidup melalui gelombangnya. Ada canda tawa dan
tangisan yang terkirim dalam gulungan gelombang yang
datang berganti. Aku menikmati rasa hangat pada hari
yang memelukku dalam kebahagian. Aku menatap
sejauh-jauhnya hingga terlihat ciuman langit dan lautan
yang bersahajah pada kebiruan langit dibalik gumpalan
awan putih. Gunung-gunung di sekitarnya terlihat indah
dan sejuk dari kehijaunan dedaunannya. Burung-burung
berlomba-lomba mengeluarkan nyayian besama desar
desirnya ombak di bawah pasir.
Mataku sahayu kala angin laut menerpa dengan
siuran hangatnya. Aku duduk untuk menyaksikan antara
lautan dan kak Imam bersama teman-temanya menunjuk
gigi dengan tawa dan canda bahagia di ketepian. Lautan
bergoyang lekuk-lekuk punggungnya dari uraian ombak.
Terpaan badai siang itu yang tak menenangkannya.
98
Cintaku Seindah Lautan
Kehidupan manusia yang selalu ada gelombang
masalah sesuai dengan badai yang menerpanya. Tak terasa
tanganku mencoret dalam kertas putih yang telah
diberikan oleh kak Imam dengan curahan hati yang
bersemayam dari kedipan mataku saat memandang lautan
luas itu.
----Lautan----
Pandanganku tak terdampar
Kejauhan sana kau mencium langit-langit
Engkau luas dan dalam
Warnamu biru tak pernah keruh
Kau tak pernah pudar sepanjang masa
Perutmu berhias dengan binatang berseragam
Punggungmu tempat berlayarnya para nelayan
Engkau adalah yang terindah dari yang indah ku pandang
saat ini
Titipkan semboyan ramahmu buat diriku
Dari incaran badai siang dan malam
Aku titipkan seluruh gundah dalam hatiku
Bersama gulingan ombak-ombakmu
hari ini, dalam tatapanku terurai sebuah kebahagiaan
Kuharap kau menyaksikanya
Wahai gelombang lautan
Engkau telah menaburkan sebuah kejernihan dalam
tatapan mataku
99
Cintaku Seindah Lautan
tak terlupakan, aku mengucapkan terimakasih pada
penciptamu.
aku ingin…….
Tak terasa tanganku menulis kata-kata itu hingga
kak Imam penghampiriku yang lagi duduk tesayup
diteriknya matahari. Hingga kata hatiku tak tercurahkan
semua dalam kertas itu, aku hanya menambahkan titik
panjang tertanda akan aku lanjutkan nanti. Aku
menggulung dan menyembunyikan tetapi kak Imam
meminta tulisanku, aku menyatakan belum selesai karena
kata-kata yang tergores pada kertas belum sempat aku
membacanya kembali bagus atau tidaknya. Aku lebih
takut tulisanku itu dikoreksi, bukan pada kata hatiku akan
diketahui oleh kak Imam.
Kak Imam betul-betul penasaran dengan tulisan,
hingga agak sedikit memaksaku untuk memberikanya.
Aku bangkit dari duduk lalu lari menelusuri sepanjang
pantai itu, melihat tingkahku dia tak tinggal diam, dia juga
bangkit dari duduknya dan mengejarku. Aku merasa
bahagia melihat kak Imam berlari bagai anak kecil yang
mengiginkan sesuatu pada orang tuanya. Butuh diraih
dengan kemauan dan kesanggupanya.
Teman-temannya terdiam, hanya mengamati aku
dan kak Imam yang saling mengejar. Akhirnya aku merasa
lelah dan menyerahkan kertas itu dengan baik. Begitu juga
kak Imam sudah ngos-ngosan. Aku menyerahkan kertas
100
Cintaku Seindah Lautan
itu pada tanganya. Kak Imam tidak membacanya hanya
memadang diam wajahku. Aku memecah keheningn itu
dengan syarat membaca tulisanku itu. Aku tidak
menyuruhnya mengejek tulisanku. Hanya suruh membaca
apa adanya. Kak Imam tidak menjawabnya malah
menyanjungku karena aku kuat lari hingga ia tidak bisa
menggapaiku.
“Kamu kuat juga untuk lari”
“Gak juga.! Wajar saja kak Imam tidak bisa
mengejarku, sebab tadi sudah lelah bermain kejar-kejaran
dengan teman-temanya melebihi anak kecil. Akupun
gerak reflek dan tenaga yang belum terkuras, namanya lari
takut juga tak masalah tembok beton yang menghadap
bisa saja ambruk.” Jawabku spontan.
Dia membaca tulisanku itu, tiba-tiba dia pergi
mengambil pulpen lalu menyambung kata-kataku yang
belum sempat aku selesaikan itu dengan kata hatinya
sendiri.
…aku ingin mencintaimu laksana lautan
Dalam nan biru
Indah nan luas
Siap diterpa badai
Aku akan menggulung segala keinginanmu
Untuk aku simpan dalam hatiku
Sebagai mana ombak menggulung airnya hingga ketepian
Lalu kering dan berakhir untukmu selamanya.
101
Cintaku Seindah Lautan
Aku tersenyum ketika membaca kata-kata kak Imam
yang berakhir, aku tidak berkata-kata lagi saat itu. Hanya
berjalan menuju perkemahan dan mengusap keringat yang
membasahi wajahku. Kami semua istrahat untuk
menunggu petang agar mengambil gambar sunsetnya.
Memandang lautan dari kejauhan memang indah
menyejukan hati, keruhnya hati tak sekeruh lautan yang
kuduga sebelumnya, ketika aku melangkahkan kakiku
mendekati pinggirnya ternyata kekeruhanya terlihat pada
ketepian itu, ia tak akan berakhir kekeruahanya sepanjang
obak itu ada. Ombak lautan tak akan pernah diam walau
sedetikpun, hanya kala badai tak ada ia kecil jika kala
badai datang ia akan besar dan mengamuk. Apabila
dibandingkan hati kadang ia tergenang kebahagiaan akan
tercermin paras yang berbeda dari sebelumnya.
Kegundahan itu bisa saja hilang seketika tanpa tersisa
sedikitpun terlihat di balik senyum.
Aku merasakan itu dengan nyata saat aku selalu
tersenyum, tak aku temui dalam hatiku sebuah
permasalahan yang telah berlalu, aku juga menyadari aku
selalu bertahan untuk tersenyum hingga saat itu karena
ada yang selalu memperhatikanku. Memang cinta
membutakan mata bagi pengguna yang tak pernah
membuka mata hatinya karena Allah.
***
102
Cintaku Seindah Lautan
Bagaian 14
KERUHNYA HATI TAK SEKERUH LAUTAN
“Segalanya membutuhkan proses. Bila semuanya laksana kain terbilas kering dari
kebasahan, maka tak sehebat keringnya kain dalam tiang jemuran.
Segala sesuatu yang di hadapi dengan prasangka buruk dan mata tertutup maka akan
sulit dipahami, lebih baik menghadapi dengan prasangka baik dan mata terbuka,
karana ia akan lebih tenang dan cepat terleraikan dari segala urusan”.
-----Hersan’S-----
Tak semua bahasa bisa mewakili rasa,
kebahagianku kini sulit dikisahkan dengan bahasa yang
sempurna. Aku terdiam sejenak untuk merenung langkah
yang digerakkan selama ini, tiba-tiba kak Imam mengeluar
kata-kata yang membuat hatiku tersentuh. Sekeruh
apapun hati kita tak sekeruh lautan yang tiap hari berdiri
dan berada di tempat, menjadi bantal tidur para nelayan,
amukan badai dan angin tak ada satupun yang
menahanya. Dia selalu terlihat seperti itu tiap saat. Tak
ada yang memayungnya dari panasnya matahari, tak ada
yang menyelimutinya kala malam kian dingin. Bentangnya
tidak kurang dan tidak lebih hanya sepanjang pasang
surutnya.
Dia terlihat indah karena ia ramah dan setia, siap
untuk menjamu terpaan badai. Hanya berterik lewat
ombak-ombaknya yang berguling sepanjang pantai.
Kekeruhanya tak pernah berakhir semasih ombak itu ada
103
Cintaku Seindah Lautan
sepanjang masa karena sudah menjadi watak bawaanya,
sedangkan hati kita selalu silih berganti untuk
menemukan kecocokan dan kesabaran dalam berkreasi di
dunia ini hingga mendapatkan tingkatan tangga yang
berbeda-beda. Lalu kita melewati dengan cara yang
berbeda-beda pula. Kak Imam mengeluarkan kertas, lalu
menyodorkan padaku, “Buka dan bacalah dengan baik.
Tulisan yang bisa mewakili perasaanku. Aku belum cukup
berani melisankan kata hatiku.” Tuturnya. Aku menerima
kertas itu, kemudian membuka dengan sedikit tangan
bergetar. Aku ragu untuk membacanya karena takut isi
tulisan itu tentang sesuatu yang buruk. Perlahan-lahan aku
membacanya.
“Maka Cinta Itu adalah anugrah terindah dari Tuhan,
Aku bersujud dan berdoa pada Tuhan, dan Akhirnya
kutemukan Anugrah terindah itu yaitu Kamu. Kebahagiaanku
belum sempurna tanpa dirimu di sisiku. Apapun yang kulakukan
tidak membuatku bahagia, kecuali jika aku melakukan sesuatu
hal untukmu.
Terimakasih kamu telah membuatku bahagia dan
kebahagiaan ini baru aku merasakanya, untuk itu aku akan setia
di hatimu hari ini dan sampai kapanpun. Selama nafas ini masih
ada, selama jantung ini masih berdenyut, aku akan mencintaimu
dan membahagiakanmu.
Memilikimu adalah hal yang terindah dalam hidupku.
Wajahmu tidak membuatku takluk, senyummu juga tidak bisa
membuatku tersimpuh, kecuali ketulusanmu mencintaiku yang
104
Cintaku Seindah Lautan
membuat hatiku bertekuk lutut di hatimu. Aku tidak mencari
kecantikanmu ataupun harta milikmu, yang kubutuhkan adalah
ketulusanmu mencintaiku. Kamu boleh berbangga hati memilikiku
karena akulah lelaki setia yang akan mewarnai duniamu.
Aku menangis memilikimu, bukan karena aku sedih
memilikimu. Aku bangga mempunyai kekasih sepertimu hingga
hati ini terharu. Sebenarnya aku tidak pernah memilihmu, tapi
cintalah yang memilihmu menjadi kekasihku.
Seseorang tak akan pernah menyadari dalamnya rasa cinta
sampai tiba saat perpisahan. Aku bisa menemukan kamu di
tengah keramaian dengan telinga dan mata tertutup. Itu karena
aku mencari dengan hatiku. Mekar mawar yang kautanam di
hatiku, tercium wangi semerbak. Lambangkan segala sayang dan
cinta, hanya untukmu seorang.
Cinta tidak pernah sendiri. Cinta selalu mendua, cinta
adalah kau dan aku. Maafkan, Kau boleh lakukan apa saja
untuk membalas, mencaci, memaki, tapi jangan pernah tinggalkan
aku.
Sepanjang nafasku masih berhembus, aku akan terus
menjaga, menyayangi dan melindungi satu-satunya kekasih hatiku.
Lambat tapi pasti, merasuk ditengah keraguanku. Aku rasa aku
jatuh cinta padamu.
Tidak ada yang mampu membuat hati ini tersentuh, kecuali
dirimu, karena kamulah bidadari terindah dalam hidupku. Kamu
bukanlah yang pertama untukku tapi kamu yang terakhir bagiku.
Jangan biarkan api asmara kita padam oleh tiupan badai
cemburu. Kuingin cinta kita seperti bara yang makin benderang
105
Cintaku Seindah Lautan
oleh hembusan angin. Jika kau pernah rasakan hidup sendiri, tak
kan mau lagi kau rasa untuk kedua kali. Karena ketika
bersamamu, yang kurasa adalah hidup. Berusaha melupakanmu,
sama sulitnya dengan mengingat seseorang yang tak pernah
kukenal.
Cintai aku seperti aku mencintai dirimu. Sepenuh hati,
tanpa paksaan dan tanpa kecurigaan. Aku pernah jatuhkan
setetes air mata di selat sumbawa. Di hari aku bisa
menemukannya lagi, itulah waktunya aku berhenti mencintaimu.
Airmataku menetes haru saat membaca kata-kata
kak Imam, kata-kata yang menodongku dengan seribu
janji, aku merasa bagaikan pangkalan untuk menampung
kisah sedih di hari tua, suasana telah berbalik aku laksana
lautan yang terdiam dan siap diterpa badai yang bermodal
ramah dan setia, ternyata cinta sejati sulit untuk digapai
semakin kita mengejarnya semakin jauh. Kala kita
sanggup menyilipkan tabiat ramah dan lembut ternyata
cinta sejati akan menggapai. Aku harus banyak bercermin
pada lautan yang banyak menempuh permasalahan yang
berfariasi di balik terdiamnya, tetapi tak menghapus ia
menjadi lautan yang biru, luas dan dalam. Cintaku seindah
lautan luas dan tak terpisah dengan badai dan ombak yang
tetap kokoh pada pendirianya.***
106
Cintaku Seindah Lautan
107
Cintaku Seindah Lautan
Bagian 15
CINTAKU SEINDAH LAUTAN
“Dalamnya lautan dapat terukur
tapi dalamnya hati tak dapat di ukur
juga cinta serupa lautan memiliki pasang surut dalam setiap waktunya, walau
demikian tak satupun yang bisa merubah nama dan muaranya”
------Hersan’S------
Cinta selalu memanggil makhluk agar saling
berbagi kasih. Cinta memendam rindu untuk dicurahkan
saat perjumpaan yang sejati. Langit hari ini cerah, bunga-
bunga mekar dengan baik, burung bercinta di bukit awan
yang membeku. Aku tersenyum saat cintaku bermuara
laksana lautan. Aku tak pernah menganggap masalah
dalam hidupku sebagai titian yang terakhir, tetapi sebagai
proses perbaikan diriku. Walau apapun yang
menggulingku aku selalu mencoba tersenyum. Tak ada
yang membebani pikiranku. Aku telah dikokohkan oleh
cinta yang sejati kuat dan handal. Rasanya termotivasi.
Aku menjalankan kuliahku hingga akhir dan tak menoleh
untuk melihat ukiran-ukiran masa laluku. Jika aku lemah
maka aku akan tenggelam dengan masa laluku untuk
selama-lamanya. Aku tak diijinkan untuk berlabu lagi
melaikan berlayar terus hingga akhir hidup. Ocehan,
pojokan dan sebagainya dari lidah-lidah yang tak
108
Cintaku Seindah Lautan
bertulang dan tak tercuci itu aku anggap bagaikan lautan
yang diterpa badai saat malam gelap gulita hanya
terdengar sorakan suara ombak yang merana di sepajang
pantai.
Kak Imam menikmati cinta yang ia dapatkan itu
hingga ia selalu bersamaku untuk mengawasiku sampai
aku menjadi lulusan terbaik dari kuliahku. Dua gelar yang
dimiliki kak Imam membuat aku semakin kagum padanya.
Di samping ia sebagai dokter tapi waktu kosong ia isi
dengan menulis novel, sehinga ia seorang dokter berparas
novelis.
Kak Imam menikahiku tanpa memandang asal
usulku dari mana dan bagaimana status keluargaku, tak
ada satupun yang keberatan dari pihak kak Imam untuk
kami melakukan pernikahan itu. Aku merasakan begitu
lamanya meraih cinta sejati dan diakhiri dengan ratu dan
raja sehari. Ikrar cinta kami telah disaksikan oleh bumi
dan langit serta ribuan mata yang menatapnya.
Setiap saat aku selalu dibumbuinya dengan kata-kata
indah hingga aku terpesona olehnya. Pada suatu malam
aku ingin mencoba mengalihkan profesi kak Imam
sebagai novelis itu menjadi seorang dokter saja. Walau
aku terlahir dari gelar sosiologi, tapi aku tak terlalu
semangat dengan gelarku itu malah menelusuri jalan
sastra.
Hingga aku mencoba menulis sebuah novel. Aku
menulisnya dengan bahasa-bahasa yang amat sederhana
109
Cintaku Seindah Lautan
sebagai langkah awal aku mencoba menulis sebuah cerita
yang bersambung dan panjang. Kisah perjalan cintaku itu
merupakan inspirasi awal untuk aku mengukir sebuah
novel.
Akupun tak percaya sehingga tulisan itu menjadi
bacaan yang terlaris hingga ke pelosok daerah. Aku
mengungkapkan setiap kosa kata seakan aku mencari jati
diri dan kedua orang tuaku. Beberapa hari kemudian
novel itu terbaca oleh kakak kandungku yang tinggalnya
sangat jauh dari kedua orang tua juga. Memang dia
pencinta novel, tak ada sedikit ragunya ia mengenalku di
dalam foto profil dalam novel itu.
Kakak pertamaku itu pulang ke rumah dan
menanyakan tentang keadaanku selama ia tinggalkan.
Kedua orang tuaku terus terang kepada kakaku bahwa
selama ini mereka tidak pernah membimbing aku dan
bersamaku selama ini. Aku dititip dan dibesarkan oleh
orang lain sejak kelas satu SMP memang pada saat itu aku
nakal membuat kedua orang tuaku tak mau bersamaku
bahkan tak mau melihatku lagi karena anak wanita hanya
membawa bencana saja, terukir kuat pernyataan itu ketika
orang-orang disamping rumahnya memiliki masalah yang
sama tetang anak gadisnya yang melakukan hubungan
diluar kehalalannya. tidak ada yang bisa diharapkan lalu
aku dititipkan pada orang lain, lagi pula kedua orang
tuaku tak ada waktu sedikitpun, semuanya asyik dengan
kesibukanya masing-masing. Mereka hanya
110
Cintaku Seindah Lautan
mengongkosiku sekedarnya saja lewat orang tua asuhku
saja tanpa sepengetahuanku sesuai perjanjian awal terasa
aku laksana peliharaan saja yang tak membutuhkan
belaian kasih sayang, selama itu tidak pernah bertanya
kabarku sama sekali.
Kakaku menangis dengan tersenduh-senduh karena
kelakuan kedua orang tuaku. Kakakku meletakan novel
itu di hadapan kedua orang tuaku terpampang foto yang
berwarna di bagian profilnya serta foto asli juga didesain
untuk sampul novel. Ibuku menangis memeluk novel, ia
kaget ketika aku sudah dewasa dan berhasil tanpa ada
dalam pelukan kasih sayang mereka.
Kedua orang tuaku menelusuri tempat tinggalku
yang tercantum dalam novel. Akupun tidak berkecil hati
menerimanya karena mereka adalah orang yang
melahirkanku. Saat itu aku sudah tinggal di apartemen
sebagai hadiah pernikahanku dengan kak Imam, sehingga
mereka agak sedikit kelelahan karena berputar-putar terus
untuk mencari alamat tempat tinggalku.
Malah aku terharu karena kedua orang tuaku sudah
berada bersamaku, rasanya hidupku telah sempurna dan
terpenuhi. Seakan tak ada yang perlu diceritakan lagi, aku
hanya menahan sakit dan lelahnya hamil tuaku. Itulah
yang dirasakan oleh ibuku waktu ia mengandung diriku.
Kebahagian yang sangat sempurna ketika semua keluarga
berkumpul dalam satu rumah. Bagiku harta yang
berlimpah dan hidup dalam istana yang berdinding emas,
111
Cintaku Seindah Lautan
tetaplah tidak bernilai jika hubungan dengan sahabat dan
saudara retak. Cinta yang aku jaga dan dirawat dengan
baik telah mempertemukan aku dengan orang yang aku
anggap bagian dari jiwaku. Cinta yang dihirup dan cinta
yang ditiup hanya bisa disajikan dalam kebersamaan dan
pertemuan yang dihembuskan dengan nafas yang tulus.
Aku berjanji bahwa bayi mungil yang akan ku
lahirkan dengan berjenis kelamin apapun karna itu keluar
dari rahimku adalah generasi hidup yang tiada tara yang
allah berikan padaku dan suamiku yang mesti ku taburkan
segudang kasih sayang yang melimpah hingga jasadku
diletakan dalam liang lahad, Amin……..
***
THE END
Terima kasih
112
Cintaku Seindah Lautan
TENTANG PENULIS
Hermawansyah (Hersan,S) Tambora lahir tahun 1988
disalah satu Desa terpencil dari himpitan gunung terganas
yang meletus pada tahun 1815, tepatnya di Labuan
kananga Kab.Bima, mulai mengenyam pendidikan di
SDN 2 Labuan Kananga (2000), MTs Muhammadiyah
Bima (2003), SMA Muhammadiyah Bima (2006), sejak
MTs dan SMA Sudah Senang menulis kata-kata puitis dan
suka membangun ide cerita dalam benturan rasa dan
gelisah sehingga selalu mengisi kolom cerita ponpes al-
ikhlas muhammadiyah bersama Ustaz Ridwanullah dan
Ustas ilyas
Selama MTs dan SMA Senang membaca karya-karya
yang memotivasi untuk berimajinasi seperti karya Lendra
dan Khalil Gibran, selama itu juga senang menulis puisi
kata-kata bijak dan motivasi. Kemudian melanjutkan
pendidikan s1 di STAI Muhammadiyah Bima yang
sekarang telah berubah status menjadi IAIM Bima (2010),
Melanjutkan Studi s2 di Universitas Muhammadiyah
Malang (2013) Sekarang mengabdi di Kampus STIT
Sunan Giri Bima, novel yang ada pada pembaca ini
113
Cintaku Seindah Lautan
merupakan novel yang di tata dari kalimat yang amat
ringan dan sederhana. Senandung kalimat dan cerita yang
tertata dalam novel ini di tulis dalam waktu empat
hari(iseng menulis kisah yang pernah terlintas waktu itu).
Semoga novel-novel berikut yang terbangun dengan
ketulusan ku berpikir, niat yang kuat kebulatan tekad bisa
selesai secepatnya.
114
Cintaku Seindah Lautan
115