Cintaku Seindah Lautan
Walau masih pemulihan kondisi aku diijinkan untuk
meninggalkan rumah sakit itu dan diantar oleh kak Imam
hingga ke tempat kosku. Lalu kak Imam menyarankan
agar istrahat selama satu pekan baru bisa beraktifitas lagi.
Mendengar nasehatnya aku malu dan menunjukan
sikap gengsiku terhadap kak Imam. Aku tidak sempat
menayakan latar belakang yang sebenarnya pada kak
Imam aku hanya berdiam diri selama diperjalanan menuju
kos. Terasa hatiku pilu yang melebur dalam kesal,
terkesan terpatri dalam diriku saat itu dengan keadaan
yang amat tidak aku duga sebelumnya.
Hayalan dalam istrahat panjangku selalu bergumam
dengan keterlenaan yang amat serius, aku tak kuasa
berada di atas kasur empuk berkepanjangan, terasa
pemulihanku sudah berakhir dalam beberapa hari itu. Aku
mencoba melangkahkan kaki menuju kampus yang hanya
jaraknya dibatasi oleh jalan raya propinsi yang ukuranya
20 meter dari gerbang kampus. Aku masuk dalam
ruangan sekret, teman-temanku yang sedang duduk
diskusi kaget melihat keadaan wajahku yang masih pucat.
Lalu aku masuk duduk di tengah mereka semua.
“Memangnya Rin sakit, kok tidak ada kabarnya.
Sepengetahuan kita kamu ada di lokasi penelitian.” Tanya
kak Dion dengan begitu kaget melihat kondisi yang masih
pucat.
43
Cintaku Seindah Lautan
Teman-temanku yang lain tak ada satupun yang
bersuara hanya memandang wajahku dengan bingung dan
teman-teman memelukku dengan penuh kecemasanya.
“Iya gak apa-apa aku cuman sedikit capek dari
kemarin makanya aku kekurangan darah sehingga
berbaring di keempukan sprimbet rumah sakit untuk
pemulihan.” Jawabku dengan sedikit canda.
Tanpa membiarkan waktu bergulir begitu saja, aku
langsung saja menjalankan misi saat meninggalkan
kontrakan. Aku ingin tau keberadaan kak Imam, “Apa
kemarin kamu melihat kak Imam datang ke kampus?”
Aku menanyakan dengan harapan yang besar.
“Gak ada. Kak Imam masih cuti. Tahun depan dia
rencananya selesai.” Kak Dion menjawabnya.
“Begitu ya.” Ucapaku singkat.
“Memangnya ada janji sama kak Imam, Rin?”
“Tak ada, tapi memang teman-teman tidak tau
dimana kegiatan atau penelitian kak Imam selama ini?”
Tanyaku sedikit kesal.
“Jujur kami semua tidak ada yang tau Rin.” Jawab
kak Dion meyakinkanku.
“Aneh.” Ucapku dengan tak sadar.
“Apanya yang aneh, Rin?”
“Gak.! Hanya ingin tau keadaan kak Imam saja”
“Ada apa ya? Jangan-jangan ada sesuatu”, kak Dije,
bendahara teater memancingku.
44
Cintaku Seindah Lautan
“Jangan di pikirkan, suatu saat dengan cara apapun
Tuhan akan mempertemukanmu dengannya.” Lanjut kak
Dije.
Aku hanya bisa tersenyum menanggapi kak Dije.
Aku sangat bangga dengan teman-temanku, tak ada
satupun yang jahil dan berperpikir negatif dan kelewatan
dengan keadaanku saat itu. Semuanya menggapnya biasa-
biasa saja. Sebab aku dengan kak Imam adalah sosok yang
tak pernah bisa akur bagaikan tom and jerry dalam sebuah
flm karton anak-anak yang berlaga dengan saling
mengejar itu. Persis itu kadang setiap pertemuan tak ada
surutnya kejengkelanku terhadap kak Imam. Tapi giliran
dia hilang aku malah merasakan seperti sebatang karang.
Dimalam yang memilukan terlihat ukuran
kontrakanku yang luas itu terasa sempit dan
menghimpitku, pikiranku tak bisa berpikir lagi, aku hanya
mencoba menyalakan leptoku dan menancapkan modem
untuk mencoba melacak kata-kata puisi cinta dalam situs
internet, aku menemukan puisinya Dian A. Noor
Peradilan-Mu Yaa Illahi di kehidupan
Malam dan siang yang terciptakan
Alam yang tercipta dengan kehidupan
Semua bergantung pada kekuatan
Kekuatan yang memiliki daya pergerakan
Bahkan pada urat nadi berpompakan
45
Cintaku Seindah Lautan
Malam ini ku menuju peristirahatan
Malam ini kembali ku renungkan
Ku hamparkan tubuh yang terlelahkan
Tak luput doa juga serahku ku panjatkan
Di dalam tidur bersama ketenangan
Namun tidak pada atas pengkhianatan
Yang semoga kan mendapat pelajaran
Selaksana kelak saat dikuburkan
Atas sebenar-benarnya peradilan
Dengan atas nama Mu Tuhan
yang tidak pada ego juga kuserakahan
Nan selama ini manusia lakonkan
Dengan rendah serendah diri hamba tuturkan
Dengan segenap hati jiwa hamba memohon….
Dimalam manusia yang terlelapkan
Dimalam manusia dengan waktu terlewatkan
Keajaiban alam maya mimpi berbalaskan
Atas yang telah diperbuat dengan nafsu seorang insan
AMIN YAA ROBBAL ALLAMMIN.
Aku membaca puisi berlatar merah muda itu hingga
aku tertidur lelap sepanjang malam di hadapan leptop,
terasa leptop menyaksikan tidur pasrahku di hadapanya
yang tak berdaya dibalik denyutan nadiku. Aku terbagun
dan badan terasa hangat dan lengah. Aku hanya senyum
bengis yang tak pasti arah pikiran, maksud dan tujuan
yang sebenarnya. Benar-benar terasa hampa untuk
46
Cintaku Seindah Lautan
memahami gejolak hatiku sendiri, tak kupahami tentang
apa yang berputar dalam memori hidup ini. Semuanya
terasa melelahkan untuk dipikirkan suasana hati yang
gersang nan tandus seperti sekarang, aku merasa kering
setelah lama tak disirami oleh sikap tegasnya kak Imam.
Walau aku telah menunjukan sikap gengsi bahwa
dalam lembaran hati sudah tertulis secara sembunyi
tentang dirinya. Semakin lama aku gengsi justru semakin
membuatku tersakiti, sangat derita rasanya.
***
47
Cintaku Seindah Lautan
Bagian 5
SENYUM BENGIS
“Segalanya akan lunak dengan umpatan senyum yang pasti,
bukan pada kebengisan lalu tetesan airmata palsu yang akan memasung dalam gelap
dan gundah”
------Hersan’ S------
Bulan-bulan yang telah berlalu, sudah banyak
kenangan yang tergoreskan. Kisah tentang kebencian
yang berbumbu kagum hampir mewarnai persahabatan
kami. Perhatian yang dicurahkan dengan kemarahan juga
ikut melingkupi kebersamaan. Aku seorang yunior yang
dididik oleh senior untuk menjadi orang yang baik
sekaligus pelanjut generasi yang mesti ditaburi kekuatan
yang terpasung niat untuk mekar dan dikenang laksana
bunga-bunga didalam taman. Tentang semua itu masih
aku ingat semuanya sambil membayangkan ketegasanmu
ketika berlatih.
Tiupan angin yang begitu sepoi meraih kelopak
mataku yang terbagun dari sakit. Aku menghiasi diriku
dengan senyum. Aku mencari tempat-tempat yang
suasananya teduh dilingkungan kampus, mengisi waktuku
dengan merangkai kata-kata yang tertimbun dalam hatiku
dengan rangkain kata puisi, terasa dengan rangkaian kata
puisi yang tertulis dalam lembah kertas agendaku dan
48
Cintaku Seindah Lautan
laptopku, laksana aku curhat pada Ilahi, aku termotivasi
dengan puisi yang aku baca semalam. Yang membuat aku
tidur lelap dan tak berhayal lagi.
Terasa yang terjadi itu merupakan sebuah bingkisan
yang ada dalam ujung pena dan petikan jariku, untuk
menuangkan kata-kata dalam lembaran kertas catatan
harian. Semuanya terasa tercurahkan. Aku tak
membiarkan jiwaku terlena dengan masalah, ide-ideku
tertuang dalam lembaran putih dan terangkai indah
mewarnai hatiku dalam suasana apapun.
Curahan itu penuh dengan kata-kata cinta. Aku
hanya bisa tersenyum bengis terasa bimbang mengarugi
hidup. Sejenak aku melupakan masalah kak Imam,
bahkan sama sekali aku tidak mengharapkan ia akan hadir
di hadapanku, tapi aku tak berdaya karena rangkaian kata
yang aku ciptakan dalam hatiku itu merupakan akar dari
kekesalanku atas ajaran kak Imam hingga aku bisa mandiri
untuk merangkainya hingga terarah dan memiliki roh
yang indah agar enak dinikmati.
Aku berdiskusi dengan perasaan, tatapan dan
hayalanku. Tapi jawaban Allah memang selalu menjadi
cobaan atas aduanku. Sehingga di balik kekesalan
panjangku, aku mengukir kata kesalku, dengan kata yang
amat kejam dalam sebuah puisi. Aku menulis puisi
dengan kemarahan yang memuncak.
49
Cintaku Seindah Lautan
Sepercik Ludah Untuk Kelelawar Hitam
Sungguh engkau terlalu bengis
Tak kau hiraukan jeri tangis
Kau bantai hatiku dengan sadis
Apakah itu ajaranmu yang tragis
Menusuk menikam bakduri kaktus
Walau kau lunyah hatiku dengan pukulanmu beratus ratus
Kau bakar jasadku hangus
Sungguh itu kau anggap bagus
Karena kau memang rakus
Tapi nyala imanku tak pernah pupus
Tunggulah giliranmu wahai hati rakus
Jejakmu tak akan pernah terhapus
Atau kita sama-sama mampus.
30-11-2012
By; Ririn yang terluka.
Lalu aku menggulung dalam selembar kertas. Aku
memasukan dalam kotak pensil, tak terasa hingga hari
petang aku bangkit dari duduk dan pulang di kost. Terasa
kesehatanku pulih aku mencoba kembali ke lokasi
penelitian dan memfokuskan penelitian yang menjadi
50
Cintaku Seindah Lautan
tugas akhir semester. Saat aku teringat masa lalu yang
terkesan itu, aku menuangkanya dalam sebuah kata-kata
puisi hingga semua agendaku tak ada yang kosong lagi.
Selama satu bulan aku berada di lokasi penelitian terasa
seperti setahun karena tidak pernah lagi ada komunikasi
dengan teman seorganisasi. Hanya bersama teman-teman
fakultas saja.
Berakhirnya tugas penelitian, aku pulang dan
istrahat menghilangkan kelelahan, perjalanan panjang itu
membuatku sangat lelah. Sebab, tepat siang hari yang
panas sehingga sinar matahari terasa menusuk melewati
atap bus yang aku tumpangi.
Aku berbaring pasrah. Aku teringat kembali masa
lalu yang sangat tidak masuk akal akan terjadi, kok tiba-
tiba kak Imam ada di hadapan aku yang terkapar di atas
kasur rumah sakit saat itu, lalu tiba-tiba hilang tak tau ke
mana, ia terbang dan kabarnya pun lenyap seketika seusai
ia mengantarku pulang. Bagaikan burung yang terlepas di
sangkar serta terbang menjulang tinggi di alam bebas dan
tak tau akan ke mana. Sebuah pertanyaan besar bagiku
hingga mataku tak bisa menutup untuk tertidur lelap,
sangat paya dan bahkan teman-teman pun sama sekali tak
ada yang tau ke mana perginya. Membuat hatiku tersakiti
dan air mata mulai menetes seakan ada yang
mempermainkanku, apa arti dari itu semua? Terasa racun
dalam hatiku semakin lama semakin tumbuh kembang,
penawar racun itu hanya dengan tetesan air mata. Aku
51
Cintaku Seindah Lautan
merasa terzolimi oleh masalah itu, satu-satunya penawar
racun hatiku hanya tetesan air mata, tak tau air mata
antara sadar, kecewa, kesal dan semuanya bercampur rata.
***
52
Cintaku Seindah Lautan
Bagian 6
PENAWAR RACUN
“Aku pernah bermimpi ketemu tabib dengan ilmu yang luar biasa tapi tak juga dapat
mengobatiku. Aku hanya akan merasa membaik jika bayangannya lekat memelukku
atau dirinya hadir membelaiku”
-----SR. Yadien-----
Langit kelihatannya tak lagi membiru, matahari
agak malas bercahaya. Daun-daun pohon mulai layu.
Hatiku sangat terpukul oleh perasaanku sendiri, tak aku
rasakan mengalirnya butiran air mata yang keluar dari
kelopaknya, pikiranku selalu terhunus oleh ruang dan
waktu. Aku hanya bisa meratapinya di dalam kontrakan
dengan kesendirian. Aku mencoba membuka catatan
harian pribadiku untuk membaca goresan yang tertulis
saat aku berada dalam kegelisahan waktu masa penelitian.
Di saat tetesan air mata aku membaca tulisan yang ada
sejak laman dalam agendaku.
Ungkapan Bijak Tentang Cinta dan Perasaan
“Dicintai dan disayangi olehmu adalah anugerah terindah
yang Tuhan berikan padaku. Mencintai kamu butuh waktu
beberapa detik, namun untuk melupakanmu butuh waktu
seumur hidup. Mungkin Tuhan sengaja mempertemukan kita
53
Cintaku Seindah Lautan
dengan orang yang salah sebelum menemui insan yang betul, jika
telah menemui insan yang betul kita akan tahu bagaimana untuk
bersyukur dengan pemberian dan hikmah di balik pemberian
tersebut.
Aku ingin meraih cintamu menjadi kenyataan. Saat diriku
dalam siksaan cinta, tapi kenyataannya dirimu melenggang pergi
tanpa pernah memikirkan aku.
Cinta bukan mengajar kita lemah tetapi membangkitkan
kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri tetapi
menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat
tetapi membangkitkan semangat.
Jika esok pagi tiba aku tantang matahari yang terbangun
dari tidur lelapnya. Sinarnyalah yang kelak akan mampu
menghangatkan dinginnya hati. Apabila salah satu pintu
kebahagiaan tertutup dan lainnya yang terbuka, tapi selalu kita
akan memandang pintu yang telah tertutup itu terlalu lama hingga
pintu yang terbuka nampak untuk kita.
Buat apa berlari dalam kelam sementara kabut tak mau
menyibak. Biarlah semuanya berlalu karena bermimpi pun aku
tak mau, meskipun rindu ini tercipta untukmu.
Cinta pertama adalah kenangan, Cinta kedua adalah
pelajaran dan cinta yang seterusnya adalah satu keperluan karena
hidup tanpa cinta bagaikan masakan tanpa garam. Jagalah cinta
yang dianugerahkan dengan sebaik-baiknya agar ia terus mekar
sepanjang musim.
Aku tidak tau sampai kapan usiaku, tapi aku yakin
cintaku selamanya untukmu. Walaupun hari ini kau mengukir
54
Cintaku Seindah Lautan
luka di hatiku. Aku akan tetap mencintai kamu seperti aku
mencintai diriku sendiri.
Cinta sebenarnya tidak buta. Cinta adalah sesuatu yang
murni, luhur dan diperlukan. Kebutaan itu bila cinta menguasai
diri tanpa suatu pertimbangan.
Saat bertemu, aku tak peduli. Saat kau pergi, aku selalu
menantimu. Apakah ini namanya cinta?
Kau datang di saat keegoisan akan tentang cinta tengah
mendera. Membawa cahaya dan kedamaian, membuatku tidak
mudah menyerah untuk merengkuh kisah cinta bersamamu.
Saat bertemu aku tak peduli
Saat kau pergi aku selalu menanti
Apakah ini namanya cinta?
Pernahkah kau merasakan hal yang sama?
Di dunia ini cuma ada beberapa orang yang aku cintai.
Ibuku, Ayahku, Saudaraku, Teman-temanku dan kau. Cintaku
padamu karena ridho dari cintanya Allah. Kau adalah titipan
untuk pelengkap jiwaku dari Allah.
Bila Allah masih memberiku kesempatan untuk hidup
lebih lama,
aku hanya ingin lalui itu denganmu.
Untuk apa bicara cinta
Jika hatimu tak terbuka
Untuk apa bicara cinta
Jika matamu tak bercahaya
Untuk apa bicara cinta
Jika itu akan membuatmu terluka
55
Cintaku Seindah Lautan
Bagiku, dirimulah sang cinta.
Dalam hatiku menanti, kuserahkan hati sebagai tanda
ketulusan cinta.
Kau hanya mengambil waktu satu menit untuk jatuh hati
pada seseorang, satu jam untuk menyukai seseorang, satu hari
untuk mencintai seseorang tetapi kau mengambil waktu sepanjang
hidup untuk melupakan seseorang.
Penderitaanku adalah bayangan gelap bagi dirimu, saat
kesetiaan menjadi alasan untuk mencampakanku. Aku takkan
lari dari cintamu yang selalu memasungku.
Bibit duri yang kau beri
Mekar mawar yang tumbuh di hatiku
Begitu wangi semerbak
Lambangkan segala saying dan cinta
Hanya untukmu seorang.
Jangan pandang kecantikan karena hal itu akan lapuk
ditelan usia, jangan kejar kemewahan karena akan susut ditelan
masa. Apa yang kekal hanyalah kecantikan hati seseorang.
Tak pernah kau sadari besarnya cintamu
Sampai tiba perpisahan
Aku terhenyak aku takut
Maafkan ketololanku yang amat gengsi
Aku sangat butuh kamu
Cinta bermula dengan senyuman, mekar dengan tatapan
dan berakhir dengan tangisan.
Cintailah seseorang itu atas dasar siapa dia sekarang dan
bukan siapa dia sebelumnya. Kisah silam tidak perlu diungkit
56
Cintaku Seindah Lautan
lagi, kiranya kamu benar-benar mencintainya setulus hati. Walau
dia tak ada dihadapamu saat engkau menanti.”
Aku mengakhiri bacaan dari goresan catatan
harianku, tak terasa bagian catatan itu basah terguyur
airmata yang menetes.
Aku berjalan menuju lemari dan mengangkat
pakaian yang terlipat rapi, lalu aku ambil piagam
penghargaan yang kudapat dari kampus. Ketika aku
memengangnya tergiang-giang rasanya suara kak Imam
yang lagi memberi ucapan selamat dari podium tertinggi
pada ruangan aula kampus yang luas dan indah itu. Air
mataku semakin menetes dan tak tertahan lagi hingga aku
tertidur memeluk piagam penghargaan yang aku raih
waktu itu.
Butiran cinta telah tumbuh dalam hatiku terhadap
kak Imam saat itu tapi aku tak kuasa mengungkapkan
dalam bibir tipisku ini aku hanya mencurahkan pada angin
dan waktu sehingga tercipta racun dalam hatiku. Aku
menawarkan racun itu hanya dengan air mata. Hanya
bersama air mata. Terasa cintaku penuh dengan teka-teki,
tapi teka-teki itu sulit terjawab karena aku telah
memasang sifat gengsi, hal itu aku lakukan karena pernah
dihianati, maka aku takut tergores untuk sekian kalinya.
Dulu kak Ifan membuat aku tidak konsisten belajar dan
waktuku tertelan dengan sia-sia, lalu aku dihianati dengan
genggaman cinta yang dipolesi dengan kebohongan.
57
Cintaku Seindah Lautan
Sekarang lebih parah lagi karena kak Imam belum aku tau
latar belakangnya yang jelas.
Aku lelah memikirkan itu dan sungguh tak kuat
untuk menjalaninya, aku berada dalam ambang teka-teki
cinta yang ada dalam diriku.
***
58
Cintaku Seindah Lautan
Bagian 7
TEKA-TEKI CINTA
“Hidup yang tak pasti itu laksana menjaring air atau menangkap angin
Benturkan segala rasa yang di inginkan walapun pahit rasanya”
------Hersan’S-----
Hidup seperti permainan saja. Kadang aku rasakan
dimainkan oleh perasaan yang tak menentu. Permainan
tentu ada tantangan, peluang dan bahkan ada
penghianatan. Aku tak juga terlalu buruk memikirkan
tentang permainan hidup yang sedang dijalani. Kehidupan
telah diciptakan dengan sempurna, tidak ada yang
namanya kebetulan atau disengaja tapi semuanya adalah
kenyataan. Cuman hanya lambat atau cepatnya sesuatu
yang terjadi itu tertatap mata atau diraba oleh jari-jari
tangan.
Sungguh merupakan di luar dari kemampuan
hambaNya, aku sebagai manusia biasa hanya bisa
berusaha secara ideal. Aku jalani dari titik pandangaku
yang tercurahkan oleh nasib yang bermuara di tengah
lautan luas dan dalam.
Aku menjalani semuanya dengan sabar dan tekun
walau tetesan air mata bercucuran. Tanganku selalu
menengadah agar ada jawaban dari teka-teki yang
merenggut hatiku dari sesuatu yang mutlak
59
Cintaku Seindah Lautan
mengadakannya. Aku percaya bahwa teka-teki itu pasti
ada jawabanya nanti. Sebaliknya kemauan hambanya yang
hakiki pasti akan dihamparkan oleh Allah di muka bumi
dengan nyata.
Aku meraba hatiku saat kosong, terlintas butiran
cinta yang tumbuh di dalamnya. Aku merasakan itu
dengan jelas lewat ingatanku, tetesan airmataku dan
tulisan-tulisanku yang terurai rapi di dalam agenda harian.
Aku merasakan teka-teki yang hadir dalam diriku
terjawab dengan jelas atas cinta yang terpendam dari
keegoisan dan kegensianku. Aku mengakui dari bibir-
bibirku yang bergetar dan merintih selama ini. Aku
bimbang mengarungi selembar kaidah itu dengan
sempurna karena bayangan wajahnya tak aku temui lagi,
bagaikan aku menyelam laut yang tak memiliki dasar. Aku
tenggelam dan sulit untuk keluar lagi dari daratan. Mau
tidak mau aku menyelamnya lebih kuat, lebih dalam lagi
baru aku tau jawaban dari teka-teki yang aku buat itu.
Seadainya aku mati dan tenggelam berarti aku hanya
mendapatkan jawaban untuk berakhir segalanya. Tapi jika
aku menemukan dasar lautnya maka ada harapan aku
untuk menggenggam butiran pasir yang ada di dalamnya
dengan kedua tanganku.
Hari-hariku mengharapkan kak Imam hadir di
kampus dan rasanya tak akan aku biarkan sedikitpun
waktu untuk melewati tanpa menyampaikan sebuah
pertanyaan. Sudah beberapa hari aku selalu hadir
60
Cintaku Seindah Lautan
dikampus walau tak ada kepetingan yang terjadwalkan.
Dihari yang amat sunyi aku duduk diperpustakaan sambil
membaca buku kedokteran yang ada di rak fakultas
kedokteran. Tiba-tiba terdengar suara teman-temanku
yang menyebut tentang kedatangan kak Imam. Akupun
kaget dan tergesah-gesah keluar dari perpustakaan. Aku
tak hiraukan tas dan laptopku yang tersimpan di atas meja
dalam perpustakaan. Tak sadar aku keluar dan
digenggamanku masih ada buku kedokteran.
Pandanganku tak melihat wajah kak Imam, hanya sempat
melihat berjalan masuk menuju ruangan rektor.
Aku menghampiri teman-temanku, lalu aku tanya
kak Dije yang sempat ngobrol dengannya. Kata kak Dije
bahwa kak Imam datang mau meminjam buku
perpustakaan buat ngerjain tugas penelitian karena tak
membawa referensi sebelumnya. Kak Dije tidak memberi
tau buku apa yang yang dibutuhkan kak Imam. Aku juga
sungkan terlalu banyak bertanya.
Setelah bertanya sama kak Dije, aku kembali masuk
perpustakaan sambil berharap agar bisa bertemu dengan
kak Imam di perpustakaan. Aku duduk melanjutkan
membaca buku kedokteran yang aku baca sejak awal,
buku itu membuatku semakin penasaran. Hingga aku
meminjamnya dari perpustakaan untuk melanjutkan
bacaan materinya.
Aku ingin mengusai materi yang ada dalam buku itu
sebagai bahan sensasi untuk ngobrol dengan kak Imam,
61
Cintaku Seindah Lautan
hingga menjelang waktu Ashar. Tiba-tiba kak Dije
memanggilku saat di kontrakan, biasanya selama ini aku
yang menghampiri mereka. Mendengar panggilan kak
Dije aku keluar dari kontrakan, mungkin ada yang
berkaitan dengan kak Imam.
“Ada apa kak Dije, kedengarannya penting sekali?”
Tanyaku sambil menatap muka kak Dije yang kemerahan
terasa aku mau tertawa saja melihatnya.
“Cepat sekarang ke kampus dan bawa buku
kedokteran itu.” Jawab kak Dije dengan nada yang sedikit
tersesak.
“Memangnya ada apa dengan buku itu?” Tanyaku
lagi dengan sedikit takut.
“Pokoknya cepat Rin, buku itu lagi dicari oleh kak
Imam dan penjaga perpustakaan sekarang.”
“Kenapa kamu pinjam buku anak kedokteran?”
Tanya kak Dije dengan kesalnya.
“Aku butuh belajar buku apa saja kak Dije. Bukan
hanya buku yang berkaitan dengan jurusanku saja. Kak
Imam juga untuk apa buku kedokteran sedangkan dia
jurusan sastra?” Tanyaku dengan sopan sambil memakai
jilbab dan setelah itu memasukan buku dalam tas.
“Ia juga Rin, buat apa dia buku kedokteraan?”
Tanya kak Dije dengan heran pula.
“Dari mana kak Imam tau buku itu sama aku?”
tanyaku sedikit penasaran.
62
Cintaku Seindah Lautan
Lalu kak Dije menceritakan bahwa kak Imam
memanggilnya saat melewati perpustakaan, kemudian
meminta bantuan untuk mencarikan buku itu di rak.
Takutnya terselip di rak yang lain soalnya tak ada di daftar
dan penjaga perpustakaan juga lupa menghapus bahwa
buku itu sudah dipinjam. Kak Dije bersama penjaga
perpustakaan membatu kak Imam untuk mencari buku
secepatnya karena waktu untuk mengerjakan tugasnya
hanya malam ini. Besok sudah berangkat studi banding ke
America, jadi kak Dije mencoba melihat di computer
peminjaman lewat Nimko mahasisawa muncul
identitasku. Kak Dije disuruh oleh kak Imam untuk
memanggilku sekaligus membawa buku.
Akhirnya aku menemui kak Imam. Kak Imam
sudah minta ijin ke petugas kampus untuk menggunakan
perpustakaan dalam menyelesaikan tugasnya. Dia harus
menyelesaikan tugas sampai pada target yang ditentukan,
aku dan kak Dije tak rela meninggalkan kak Imam
sendirian. Lalu kami membantunya, bagian-bagian tugas
kak Imam kami ambil alih sesuai dengan petunjuknya.
Aku mencari materi dalam buku kemudian tugasnya kak
Dije mengetiknya sedangkan, kak Imam mencari bahan
lain yang bisa melengkapi tugasnya.
Berkat kerjasama yang kompak sehingga semua
tugasnya terselesai dalam dua jam. Aku mikir tugasnya itu
hanya segitu saja ternyata yang paling berat adalah
mereview buku yang pernah aku baca, buku tentang
63
Cintaku Seindah Lautan
kedokteran. Sangat terlihat panik dalam raut wajah kak
Imam karena buku setebal itu harus ia baca hingga tuntas
baru bisa dirangkum.
Aku tak tega melihat kegelisahan yang Nampak
dalam perilakunya, wajahnya menunjukan kelelahan yang
sangat. Melihat hal itu aku tegur kak Imam.
“Bacanya jangan terlalu buru-buru, soalnya isi buku
sulit di analisis dengan secepat itu.” Aku melontarkan
kata-kata dengan penuh hati-hati karena takut jawaban
kak Imam tak seperti yang aku inginkan.
“Ia juga, terima kasih.” Jawabnya dengan begitu
lembut dan terlihat ia menarik nafas leganya
Perasaanku saat itu sangat bahagia karena baru
direspon dengan baik dan santai oleh kak Imam. Sikap
kak Imam pada kesempatan itu membuat aku dan kak
Dije heran karena sebenarnya dia jurusan sastra.
Menyadari yang dia lakukan sedikit membuat aku curiga
mungkin juga kuliah kedokteran, bisa saja ia merahasiakan
kepada seluruh mahasiswa lainya. Jika disadari selama ini
kepribadian kak Imam sangat tertutup, maka bisa saja
banyak kemungkin tentang dirinya.
Di tengah kesunyian, jam sudah menunjuk angka
Sembilan. Aku sama kak Dije sudah merasa merinding
berada di dalam perpustakaan malam itu. Aku beranikan
diri untuk bicara sama dia.
“Kak Imam, bagaimana kalau aku bantu mereview
buku itu kebetulan aku juga sudah baca seharian”,
64
Cintaku Seindah Lautan
tawarku penuh kehati-hatian. Soalnya gak enak minta
pamit duluan, tugasnya harus selesai sebelum pagi tiba.
“Boleh, seharusnya dari tadi tawaranya.” Jawabnya
guyon. Baru aku melihat kak Imam tersenyum manis di
hadapanku. Hatiku terasa sejuk. Terasa permasalahanku
hilang dan terkubur karena terbawa suasana kak Imam
yang serba buru-buru.
Aku merangkum tugasnya kak Imam dan dia sendiri
yang mengetiknya. Kebetulan juga isi buku yang aku
rangkum sudah banyak dibaca dalam buku lain, cuman
saja buku itu agak sedikit terperinci hingga aku bisa
mengambil kesimpulan buku itu dengan sempurna sesuai
dengan keinginan kak Imam. Dia merasa bahagia dengan
cepat terselesainya rangkuman tersebut.
Kak Imam mengajak aku dan kak Dije untuk
makan bersama di warung yang agak mewah sebagai
ucapan terimakasihnya. Setelah mentraktir kami berdua,
dia mengantar kami ke kontrakan. Rasanya nyaman
karena selama aku kuliah baru kali ini dibawa jalan-jalan
ke kota lingkungan kampusku menggunakan mobil
semewah itu. Sepanjang jalan kak Imam menceritakan
kepada kami berdua tentang dirinya yang sebenarnya.
Sebelum dia masuk jurusan sastra Indonesia
ternyata sudah menjadi mahasiswa kedokteran kampus
yang terbesar di wilayah Jakarta. Awalnya kak Imam
hanya mengikuti hobi dalam lomba tulisan karya ilmiah
dan puisi hingga mendapatkan penghargaan yang terbaik.
65
Cintaku Seindah Lautan
Berkat mendapat penghargaan dia dikuliahkan dengan
gratis oleh kelembagaan perfilman yang melaksanakan
kegiatan. Satu-satunya fakultas sastra yang baik hanya ada
dialmamaterku, sehingga ia mengambil cuti selama dua
tahun dari kedokteran saat menjelang akhir kuliahnya di
jurusan tersebut, sehingga tak ada satupun yang melacak
kepribadian kak Imam. Rektor saja yang mengetahui
tentang kak Imam karena lembaga perfilman teman baik
pimpinan kampusnya tersebut.
Masa akhir skripsinya di fakultas sastra kak Imam
mengambil cuti lagi karena harus menyelesaikan jenjang
kedokteran sebagai cita-cita utamanya. Di balik ceritanya
itu baru aku sadar bahwa itu yang menyebabkan kak
Imam berada di rumah sakit umum saat aku sakit kritis
dulu. Kak Imam tak menyinggung sama sekali kejadian
itu, betul-betul kak Imam orang yang amat menjaga
kepribadianya dari fitnah dan masalah selama ia kuliah.
Saat itu aku merasa sangat dekat dengan kak Imam,
kebetulan sewaktu di jalan aku duduk di kursi depan
mobil Honda zazznya yang begitu mengkilap warna silver
putih. Sedangkan kak Dije duduk di belakang sambil
serius mendengar cerita kak Imam yang tercampur
dengan suara musik bimbo yang diputar. Lagu kenangan
yang dinyanyikan penuh penghayatan oleh penyanyinya.
Setelah aku sampai kontrakan aku merasa gelisah
sekali, mata melek terus tak bisa tertutup. Masih
mengingatkan suara-suara kak Imam sepanjang jalan.
66
Cintaku Seindah Lautan
Hingga tak sadar aku ketiduran. Tiba-tiba handphone
bersuara dan aku dengan spontan bangun untuk
mengagkatnya. Ternyata kak Dije menelponku karena aku
tidak ada di bandara saat mengantar keberangkatan kak
Imam. Aku buru-buru mencuci muka lalu keluar dari
kontrakan agar cepat pergi, secara kebetulan ada kak Dion
yang lewat dan aku minta numpang pada motornya. Kak
Dion juga tujuannya ke bandara karena baru ditelepon
oleh teman-teman. Sehingga kami telat beberapa menit
hingga kami hanya dapat memandang kelap kelip lampu
pesawatnya saja. Mulai itu aku murung dan kak Imam
hanya sempat titip salam buatku pada kak Dije. Aku
merasa bersalah dan teman-temanku merasa curiga
dengan keadaanku sehingga mereka menjustifikasi bahwa
aku dan kak Imam ada hubungan yang melebihi sebagai
seorang sahabat. Aku betul-betul merasa kasmaran baru
sehari aku terobati dengan kebahagian. Aku merasa sangat
bersalah saat aku tidak hadir bersama teman-temanku di
saat kak Imam berangkat mengadu kemampuan
akademiknya di kejauhan sana yang tak ada seorangpun
bersamanya. Hanya bermodal nekat dan keberanian untuk
menguji kemampuan yang dia miliki. Semua makanan tak
ada yang membangkitkan selera, lidahku terasa pahit, tiap
hari aku murung. Kenapa seharusnya kasmaran hadir
sebagai pelipu lara dalam diriku saat itu. Pikiranku kosong
penuh dengan kebimbangan, setelah sedih terlahir bahagia
lalu kesedihan datang mengujiku lagi secara berulang.
67
Cintaku Seindah Lautan
***
Bagian 8
KASMARAN
68
Cintaku Seindah Lautan
“Setiap anak manusia pasti pernah mencinta tapi hal yang paling indah dan memberi
energy baginya adalah ketika berada pada ruang kasmaran”
-----SR. Yadien-----
Hidup hanyalah menerima kenyataan, walau cara
menerimanya banyak. Kita sering sebut ujian dalam
menerima tantangan dan selalu mengatakan cobaan dalam
menerima musibah. Kebahagiaan pun sering disebut
anugerah dari yang berkuasa. Aku memahami kesedihan
hati kali ini sebagai ujian yang harus dijalani. Hidupku
melakoni perasaan yang sangat gelisah. Aku lagi dipeluk
rasa kasmaran yang amat menyuramkan, antara ada dan
tiada, terasa kehidupanku bagaikan sebuah titipan yang
akan menunggu jemputan. Pikiranku melayang dengan
sesuatu kepastian yang tak tentu jawaban. Cinta dalam
hatiku telah terdengar di balik qalbuku tapi telinga tak ada
kata dan suara yang jelas serta pasti, aku sangat sedih
merasakan ini semua. Saat aku tidur telingaku seakan
menguping suara yang datang mengetok pintu, aku sangat
berharap agar yang aku pikirkan itu akan hadir di tengah-
tengah kegundahanku, saat berjalan selalu menatap arah
jalan yang pernah ia lewati, saat duduk di kampus
membuat aku selalu mengharapkan suaranya terdegar
dalam gendang telingaku.
Aku hanya berdiam diri laksana ratu menunggu
kedatangn sang raja, tak ada seuntai senyuman yang aku
sajikan dalam bibir untuk teman-temanku, aku mencoba
69
Cintaku Seindah Lautan
curhat pada keheningan malam kala aku duduk
bersimpuh menatap bintang-bintang yang berkelap-kelip
indah dengan warna-warni.
Suara jangkrik di belakang rumah menghiburku
dengan alunan nada yang mereka pahami, angin-angin
menghebus kelopak mataku terasa membelai rasa
ngantuk. Rasa cinta aku kirim lewat angin-angin yang
menerpa hangatnya sekeping rindu yang ada dalam lubuk
hatiku. Aku sangat berharap ada burung-burung cemara
mengantarkan rinduku lewat tidur dan mimpinya.
Ditengah dedaunan melambai-lambai terdengar
getaran handphone, ada sebuah sms yang masuk. Aku
membacanya dengan mata lesuh. “Assalamu’alaikum.
Terimakasih atas bantuanya.” Isi sms singkat yang muncul
di handphoneku.
“Walaikumsalam, maaf kalau boleh tau ini dengan
siapa?” Tanyaku dengan hati yang gundah.
“Mohon maaf aku telah lancang meminta nomormu
pada teman-teman tanpa seijin yang punya, saya mau
mengucapkan terimakasih secara langsung padamu hingga
aku meraih cita-cita.” Ujarnya tanpa menjawab tanyaku.
“Ya gak masalah, tapi ini siapa dulu?” Tanyaku lagi
dengan penasaran.
“Aku bukan orang yang terpenting buat kamu,
cuman saja aku yang mempunyai kepentingan atas kamu.”
Jawabnya.
70
Cintaku Seindah Lautan
“Kalau masalah kepentingan siapa pun
membutuhkan, hidup bukan hanya sebatas bicara
kebutuhan. Jadi apa maksudnya tak ada angin tak ada
hujan hingga kau sampaikan ucapan terimakasih.”
Balasku.
“Tak perlu ada yang mengantar hujan dan angin, hal
itu sulit juga bisa sampai dibandingkan dengan sms yang
terkirim. Aku mendapatkan jawaban langsung dari
petikan jarimu yang amat lembut dan halus itu.” Kata-
katanya yang sampai padaku.
Jawaban itu membuat aku semakin penasaran. Aku
mencari siapa di balik sms itu. Aku mencoba mencurigai
kak Imam atau kak Dion tapi tipe mereka bukan tipe
orang yang banyak bercanda tanpa kepastian. Aku
bingung memikirkanya, aku hanya bisa melayani terus
smsnya agar aku tau asal usul sms itu, tapi hasilnya nihil.
“Maaf jangan membodohiku. Aku tau kau di sana
tidak bermaksud untuk melakukannya tapi aku harus jujur
bahwa sekarang merasa dibodohi.” Kataku dengan kesal.
“Jangan suka merasa seperti itu, tak ada yang
bermaksud melakukannya.” Ungkapnya dengan kata-kata
santun.
“Seandainya kamu beling kaca akanku sapu agar
tidak tergores dalam hatiku, tapi kau adalah beling kata
sehingga aku tak bisa apa-apa.” Aku mencoba
mengungkapkan kata-kata romantis untuk
memancingnya.
71
Cintaku Seindah Lautan
“Bagus sekali kata-kata yang kau sampaikan. Aku
sangat terpesona membacanya. Kau sungguh indah
merangkainya, pakar puisi ya? Aku hanya ingin menjadi
gugusan bintang kala tertutup awan, aku bisa
menyinarimu di balik kegelapan. Hehehe, aku bisa kata-
katanya dikit.” Tuturnya yang bernada merayu.
”Engkau menebarkan harummu tapi tak tau pangkal
harum dari mana, aku tak kuasa menebaknya ini harum
kasturi, melati atau apa? Sejujurnya kau ungkapkan agar
aku tidak alergi menghirupnya.” Aku menantangnya
dengan kata-kata yang seimbang.
“Tak perlu kau takut, aku mencoba meraciknya agar
siapapun yang menghirupnya tidak akan alergi, asalkan
kau bisa menikmatinya.”
“Waduh, indah sekali puisinya. Memangnya kamu
siapa?” Tanyaku dengan tak bergurau lagi.
“Kak Imam atau kak Dion yang sms ini?” Tanyaku
langsung tanpa basa basi lagi.
“Siapa yang kamu maksud, aku tidak kenal.”
Balasnya singkat.
“Aduh maaf, sudah larut malam. Aku mau istrahat
karena besok mau kuliah.” Aku mengakhirinya karena tak
ada yang penting untuk dilanjutkan.
“Wajahmu yang bercahaya takluk di urai malam,
engkau laksana lilin-lilin putih yang tak pernah padam
ditelan kepanasan. Sungguh Tuhan meridhoi
kelembutanmu bertingkat.” Balasan sms lagi .
72
Cintaku Seindah Lautan
“Aduh ngawur ini orang.” Kataku dalam hati dan
aku tak membalasnya hingga aku tertidur lelap.
Di pagi buta itu aku membuka kembali sms yang
tersimpan dalam handphone, setelah aku membacanya
dengan jelas ternyata lucu juga isinya. Aku ke kampus
ingin mencari tau siapa yang mempunyai nomor itu.
Setelah sampai di kampus aku tanya sama teman dan isi
sms itu dibaca oleh mereka semua. Ternyata yang
memiliki nomor tersebut kak Imam. Setelah membaca
sms tersebut teman-teman mengejekku dengan kata-kata
yang tak baik didengar. Ada yang bilang aku pura-pura,
sok egois, sok perhatian dan sebagainya. Sementara aku
sendiri belum tau apa maksud dari mereka. Dasar lidah
tak bertulang hanya mencari masalah di balik iri, dengki
dan saingan. Hal yang paling aku tidak terima ocehanya
bahwa aku tidak pantas mendekati kak Imam. hari-hariku
semakin buruk saja dalam pandangan teman-temanku.
Bukan kebahagiaan yang aku rasakan malahan
penderitaan yang bertambah. Aku hanya bisa mengelus
dada saja, terus meyakini bahwa tak mungkin Tuhan
memberi cobaan di luar kemampuanku.
***
73
Cintaku Seindah Lautan
Bagian 9
LIDAH TAK BERTULANG
”Bersilatlah dengan pedang dan tongkat sebab ia gampang terobati jika luka, jangan
mencoba dengan lidah tusukannya
membuat hati remuk dan sulit terobati”
------Hersan’S------
Sungguh luar biasa dinamika hidup, tak semua
yang dilisankan oleh lidah mampu disadari oleh hati.
Kadang lidah hanya ringan mengucapkan tetapi hati berat
untuk memahaminya. Banyak orang yang indah
memotivasi dengan deretan kata-kata puitis, namun hati
berat mengemban amanah yang pernah diucapkan oleh
lidah. Kini aku merasa bersalah walau belum tau
kesalahanku apa. Memang manusia tidak ada yang bisa
dipercaya begitu saja. Kak Dije saja yang mengerti
keadaan ku yang sebenarnya. Memang lidah itu tak
bertulang tetapi tajamnya melebihi pedang Saifullahnya
Rasulullah, ucapan merupakan luka yang tergores yang
sangat sulit di obati, lebih baik tertusuk pedang dari pada
tertusuk kata-kata.
Aku bagaikan duri yang menusuk mereka untuk bisa
mendekati kak Imam sedangkan maksud dan tujuan kak
Imam dalam smsnya itu aku belum tau pasti apa maunya.
Aku seperti seorang kandidat pemimpin yang
74
Cintaku Seindah Lautan
mencalonkan diri menjadi kepala daerah, mereka
mengganggu hari-hariku dengan umpatan kata-kata yang
tak senonoh.
Aku sangat tidak terima ucapan mereka bahwa aku
memperlihatkan sms itu pada teman-teman agar mereka
tau bahwa kak Imam mempunyai kedekatan secara
pribadi denganku. Rasanya lucu sebab aku menanyakan
ke temanku dengan kata Lillah karena betul-betul aku
tidak tau. Seadainya aku tau maka satu orang pun yang
mengetahuinya selain dari Allah. Aku sangat
mengharapkan kak Imam untuk seperti itu, mengisi hari-
hari kegundahan dan kasmaranku yang tertumpuk dalam
hatiku yang tiap malam meneteskan air mata perih tak
henti-henti.
Aku sangat takut untuk bertemu dengan teman-
teman lagi agar masalah itu tak berpanjangan, aku juga
takut jangan sampai kak Imam balik dari kegiatannya
mendegarkan masalah yang terjadi, sedikit tidaknya aku
yang menjadi penyebab masalah itu. Akhir-akhir ini nama
kak Imam sangat familiar dalam ucapan teman-teman di
kampusku. Kasian kak Imam yang tak tau masalah ini tapi
jadi buah bibir dan lidah para yuniornya.
Terasa beban yang kupikul berat, aku merasa tak
mampu menampung beban yang berat ini. Setiap hari
kata-kata temanku selalu berfariasi dan bertambah-
tambah, bagaikan rerumputan yang tumbuh di tengah
benih padi yang tertanam para petani sawah. Kata-kata
75
Cintaku Seindah Lautan
mereka tak bermanfaat sedikit pun buatku justru
mengganggu saja.
Telingaku terasa panas dengan segala umpatan kata
yang bertingkat mengalahkan kesabaran yang tertanam
dalam hatiku. Aku tak terpanas oleh kata-kata mereka
yang selalu keteteran dan ucapan yang tidak bernilai
sopan-santun, namun aku pikirkan wajahku harus
bersembunyi dimana seandainya kak Imam tau hal yang
lagi dibincangkan oleh banyak teman-teman. Aku merasa
tertekan dengan masalah yang menimpaku.
Tak ada cara untuk aku menghadapi masalah itu,
seribu penjelasanku sudah tak pernah mereka percayai
lagi. Banyak yang memandangku sebagai buaya darat yang
berpura-pura manis dan centil tapi ekornya kelayapan.
Mendengar anggapan itu aku hampir pingsan, merasa
malu terhadap bumi yang aku pijaki.
Aku seperti terpenjara dalam jeruji besi yang kokoh,
air mataku sudah tidak bisa menetes lagi. Setiap
langkahku penuh dengan kewaspadaan. Setiap kutemui
teman-teman selalu mendapatkan hujatan, segala agenda
hidupku tertahan sejenak karena pikiranku lebih banyak
terkuras oleh ketakutan dan kewas-wasan. Kampus
idolaku terasa bagaikan bangun tua yang dihuni oleh
ribuan iblis dari berbagai jenis.
Aku betul-betul terbelenggu dengan kata-kata yang
dikembangkan oleh teman-teman, sosokku sebagai wanita
tangguh rasanya ditelan waktu. Aku tak kuat dengan
76
Cintaku Seindah Lautan
ancaman pahit, aku ingin bebas melayang sebagai mana
mestinya gaya hidup sebelumnya. Rasanya ini bukan
salahku aku hanya memastikan siapa di balik sms itu.
Beberapa hari aku murung hingga jatuh sakit lagi.
Rasanya hatiku keruh untuk mendowload nama kak
Imam dalam hatiku, keruhnya hatiku tak sedikitpun aku
mau mengingatnya lagi, tapi perih rasanya hingga aku
teropnamen di sebuah rumah sakit terbesar di kota itu.
Satu pekan aku tak nongol lagi di arena kampus
yang semakin membuatku tidak nyaman. Aku menutup
diriku tanpa memberi tau siapapun hingga mata kuliahku
tertinggal. Nyaman rasanya aku berbaring di rumah sakit
karena telingaku tak mendengar lagi kata-kata yang tak
baik. Aku lebih senang menjalani rasa sakit dari pada
hidup dikampus yang sangat mencekam.
***
77
Cintaku Seindah Lautan
Bagian 10
KERUHNYA HATI
“Hal yang paling menyedihkan dan paling menyakitkan dalam hidup adalah
mencintai tapi tak punya kekuatan untuk menyampaikannya”
-----SR. Yadien-----
Air mataku telah mengering. Badan sangan lelah
menjalani liku-liku kehidupan. Hati sudah keruh selama
meladeni maslah hidup yang berwarna. Aku mencoba
menghapus nama kak Imam dalam hatiku. Rasanya aku
digulai habis oleh kata-katanya. Aku tertidur menikmati
ranjang rumah sakit yang terbuat sempit itu. Air mataku
selalu menetes di balik tanganku yang menengadah untuk
hilangnya rasa dan perasaanku yang ada dalam hatiku.
Aku sudah pasrah dan siap bertanggung jawab sama kak
Imam tentang isi sms sudah dibaca oleh teman-temanku.
Aku merangkai kata-kata yang amat berfariasi agar aku
bisa dipercayai oleh kak Imam.
Aku sudah tidak mengharapkanya juga, dia percaya
atau tidak yang penting aku bisa menyampaikan dengan
sejujurnya. Aku menelan dalam-dalam ludahku untuk
tidak cemas, tapi sulit sekali memaafkan diri sendiri
karena aku telah membunuh banyak orang dengan
kelakuanku yang polos.
78
Cintaku Seindah Lautan
Semakin lama aku dirawat semakin lemah rasanya,
tak ada satu orang yang menjengukku dan aku juga tak
mengharapkan siapapun yang akan menjegukku. Aku
memaklumi rasa sakit sebagia ujian dalam hidup, sakit ini
tak terlalu membebani diriku. Kadang dokter binggung
melihat kondisiku, obat apapun yang telah diberinya tak
ada perubahan, semakin lama semakin badanku loyo dan
lemas.
Beberapa dokter yang mencoba menyuntikku
dengan obat yang sangat mahal dan kualitas, setelah
masuk dalam tubuhku hanya mengalir tidak lebih seperti
air tawar. Begitu juga botol infus semakin bertambah
namun tidak memberi efek pada tubuhku.
Kekeruhan hatiku menciptakan penyakit aneh dalam
tubuh yang tak ditemui oleh dokter, sehingga banyak
dokter yang mundur untuk menangani penyakitku. Ada
satu dokter spesialis jiwa berusaha menanyakan apa yang
aku rasakan.
“Nak, apa yang kamu rasakan saat ini?” Tanya
dokter sambil mengusap kepalaku.
“Aku tak merasakan apa-apa, hanya saja pikiranku
melayang-layang.” Jawabku dengan jujur.
“Apa kamu punya masalah sebelumnya?” Lanjutnya
bertanya.
“Ia pak dokter, hatiku rapuh dan pikiranku
melayang.” Jawabku.
79
Cintaku Seindah Lautan
“Apa ada sesuatu yang terjadi sehingga kamu merasa
demikian?” Tanya dokter. Matanya fokus menatapku.
“Sementara aku hanya ingin menyendiri saja. Aku
sangat butuh kata-kata yang lembut bukan cemoohan.”
Jawabku terus terang.
“Kalau begitu infusnya aku cabut, kamu pindah
ruangan saja supaya banyak waktu menemanimu.” Tawar
pak dokter.
Akhirnya aku dipindahkan oleh dokter itu dekat
dengan ruanganya. Beberpa hari kemudian dokter punya
tugas di luar yang amat penting. Dia amanahkan pada
ponaanya yang baru saja pulang ujian spesialis jiwa di
laboratorium luar negeri akhir-akhir ini.
Pada waktu malam aku terhentak bangun tiba-tiba
ada orang yang berpakaian putih yang membelakangiku.
Dia sedang mengupas apel merah di atas meja ruangan
rumah sakit. Akupun terkejut melihatnya, orangnya tinggi
rapi dan berkulit putih.
“Sudah bangun?” Tanyanya dengan lembut.
“Ia, memangnya pak dokter ponaanya dokter Jiko”,
Tanyaku.
“Ia, kamu tenang saja. Jangan khawatir karena aku
diamanahkan untuk menemanimu oleh dokter Jiko.” Dia
bicara sambil mengupas apel merah di tanganya.
Aku mencoba mengintip wajahnya tapi tak bisa aku
melihat jelas paras wajahnya. Batinku berkata dan gelisah
ingin tau siapa ponaan dokter Jiko itu. Terasa suaranya
80
Cintaku Seindah Lautan
amat familiar dari pendengaranku. Aku tak kuasa untuk
menebaknya siapa dia sebenarnya.
Setelah dia mengupas apel itu lalu dia menuju kamar
mandi untuk mencuci tanganya. Aku hanya bisa
memandang belakangnya, aku betul-betul penasaran.
Tiba-tiba dia keluar langsung berhadapan denganku.
“Apa kamu tidak mengenal suaraku, Rin”, ucapanya.
Aku hanya terdiam ketika aku memandang wajahnya
ternyata dia adalah kak Imam. “Sombong sekali kamu
tidak memberi tau siapa pun.” Ujarnya sambil mengambil
apel di atas meja.
“Ia, kamu gak usah takut padaku. Tadi siang aku ke
kampus dan mendengarkan sesuatu hal yang mungkin
kamu tak mau mendengarnya. Aku juga tidak enak
mendengar cerita di kampus. Aku juga cemas karena tak
melihat kamu kemudian saya tanya pada teman-temanmu,
malah mereka jawabnya dengan guyon yang tak pasti.”
Jelas kak Imam. “Masalah itu sudah diceritakan semua
oleh kak Dije.” Lanjutnya.
Aku merasa lega sekali ketika mendengar ucapan
kak Imam. Kak Imam juga mengaku salah padaku karena
ia tidak memberitau siapa orang di balik sms itu. Dia
merasa cemas padaku karena belum sempat bertemu saat
ia dipanggil oleh pamanya untuk menjaga pasien yang
membutuhkan perawatan khusus. Ternyata di daftar
nama pasien dia membaca namaku. Kak Imam juga rasa
lega dan tak cemas lagi untuk mencari aku ada di mana.
81
Cintaku Seindah Lautan
Malah dia lagi yang menjadi penolongku saat ini, dia
bagaikan malaikat titipan Tuhan buatku.
Hingga aku betul-betul terpoles rasa, hangatnya
kebahagiaan pada waktu itu. Aku hanya bisa meneteskan
air mata haru. Sangat merasa ini semua bukan kebetulan
lagi seperti waktu aku menyikap cinta pertamaku,
ternyata cinta terakhir akan hadir juga.
“Rasanya sebuah ridha Allah mempertemukan kita
yang terulang kalinya.” Ucap kak Imam sambil
menyuapku dengan bubur nasi yang telah diantar oleh
petugas gizi.
“Aku sangat berterima kasih untuk sekian kalinya
berkat review bukunya kemarin hingga aku mendapatkan
predikat terbaik dalam memahami isi buku dalam
menghadapi ujian.” Jelas kak Imam dengan suara yang
amat lembut.
“Itukan berkat kak Imam juga yang mengajariku.”
Imbalku.
“Lebih besarnya dari ketekunan kamu yang mau
berusaha mengembangkan diri kamu sendiri.” Balas kak
Imam dengan merendah.
“Aku hanya belajar. Aku hanya mencoba menekuni
yang berikan oleh kak Imam.”
Setelah beberapa jam kami ngobrol tiba-tiba kak
Imam menayakan alamatku, aku tidak menjawabnya. Aku
hanya diam hingga kak Imam mengeluarkan kata-kata,
“Itu tak penting, asalkan kamu bisa membaik.”
82
Cintaku Seindah Lautan
Aku semakin binggung tanpa basa-basi kak Imam
mengungkapkan perasaanya padaku. Aku ingin berteriak
saat ucapan itu keluar dalam dari bibirnya. Ucapan itu
merupakan teka-teki panjang yang aku tunggu dalam
lembaran cintaku. Aku terharu dan meneteskan air mata
dengan sepuas-puasnya.
Aku sangat berterima kasih pada kak Imam karena
hatiku yang telah lapuk dan mengeruh mampu
mendapatkan sosok kebenaran yang telah dianugrahkan
oleh Allah. Aku mengukir cerita itu dengan pahit dan
amat pahit, aku memikirkan tak ada jalan keluar sama
sekali dari keegoisanku. Ternyata kak Imam selalu
menilaiku dan menjaga martabatku.
Rumah sakit itu, merupakan rumah sakit yang paling
nyaman buatku, telah menjadi pemecah masalahku yang
amat rumit melebihi pengadilan yang perpalu dalam meja
persidangan. Aku merasa memiliki semuanya, kesehatan,
kekasih hati dan semua masalah terurai rapi hingga
sempurna.
Rumah sakit primadonaku yang menabur segala rasa
juangku. Aku mencoba menguburkan masa laluku
bersama penyakit yang aku alami itu. Good bay, selamat
tinggal segala rasa yang selalu menjeraku, aku ingin
memoles rasa yang baru dengan polesan ridho dari cinta
Allah. Hatiku terketuk untuk mengakhiri rasa cinta yang
tak pasti itu dengan pembenahan diri dan tak mendengar
ocehan yang menenggelamkanku dalam duka yang
83
Cintaku Seindah Lautan
panjang. Aku takutkan apa kata dunia jika terbunuh oleh
jiwaku sendiri. Bagaimana siksaan Tuhanku. Terimakasih
rumah sakit primadonaku yang telah mempetemukan aku
denganya melalui alunan yang panjang serta penuh liku.
Mungkin ini yang sering disebut oleh orang, setelah
kesedihan yang panjang bahagia pun datang berkunjung.
Terima kasih pemilik cinta yang tak terbatas. Engkau
hanya akan memberi kemegahan kepada orang yang
mampu bersyukur pada nikmatMu dan bersabar
menerima ujianMu dalam menjalani kisah hidup.
***
84
Cintaku Seindah Lautan
Bagian 11
RUMAH SAKIT PRIMADONA
“Segala penyakit membutuhkan obat dari para dokter untuk menyembuhkan
Kadang hati tidak membutuhkan semua itu
melainkan ketenangan dan cinta yang memasungnya”
------Hersan’S------
Jika Tuhan berkendak maka semuanya bisa terjadi.
Perjalan panjang dan berliku yang aku jalani kini telah
mendapatkan hasilnya. Aku mendapatkan suguhan cinta
dari orang yang paling baik. Dihari-hari itu aku selalu
mendapatkan perhatian yang utuh, kak Imam selalu
memperhatikanku di celah-celah ia melaksanakan
tugasnya sebagai dokter. Aku sangat mengenal karakter
kak Imam di saat aku bersamanya, ternyata orangnya
lembut dan disiplin cara kerjanya, ia mengawalinya
dengan keras dan mengakhirinya dengan lembut.
Tak banyak orang yang bisa seideal yang aku
pandang terhadap kak Imam. Pribadi yang tertutup dan
rendah hati, aku mengikat ikrarku di rumah sakit itu
sebagai rumah sakit primadona dalam hidupku, aku
merasa nyaman dan bahagia.
Aku hadir di dalam rumah sakit itu bagaikan putri
atas raja yang selalu diawasi, dihargai dan diperhatikan,
rasanya kesehatanku pulih laksana tubuhku tak pernah
85
Cintaku Seindah Lautan
sakit dan seperti kuatnya olah ragawan saat persiapan
turnamen. Aku rasanya betah berada di rumah sakit itu,
tak tega rasanya aku meninggalkan rumah sakit, walau
keadaan rumah sakit itu penuh dengan pasien, suara
tangisan, rintihan dan bau obat-obatan.
Pihak rumah sakit memberi ijin untuk pulang
sehingga aku mencoba beranjak. Aku diantar oleh kak
Imam untuk kedua kalinya. Sampainya di kontrakanku
kak Imam dan sopirnya masuk dalam kamar untuk
memposisikan semua kebutuhanku termasuk tempat tidur
dan obat-obatan.
Aku merasa betul-betul diperhatikan, kemudian kak
Imam mengeluarkan obat untuk aku minum sebelum aku
tidur, ada satu obat yang belum sempat ia tulis untuk
diminum perharinya. Ia meminta spidol untuk menuliskan
di obat yang belum ada petunjuk minumnya. Aku
menyuruhnya mengambil di kotak pensil, tiba-tiba
gulungan kertas jatuh, saat kak Imam membuka stret
kotak pensilku. Dia mengambil dan membacanya yang
tertulis dalam kertas itu.
Kak Imam menyadari bahwa tanggal puisi yang
berjudul Sepercik Ludah Untuk Kelelawar Hitam itu
bertepatan dengan tanggal keberangkatannya ke Amerika.
Membaca puisi itu kemudia dia berkata padaku, “Puisi ini
kiranya jangan disimpan lagi.” Kata kak Imam dengan
sedikit terpesona.
86
Cintaku Seindah Lautan
“Puisi apa?”Tanyaku, soalnya aku sudah lupa
dengan puisi yang aku simpan dalam kotak pensil.
“Ya sekarang aku sudah tau. Kenapa kamu tidak
membatalkan saja dulu.” Jelas kak Imam sambil
tersenyum.
“Sudah tau apa kak?” Tanyaku dengan nada
bingung.
“Sudahlah hilangkan gengsimu nanti bisa tambah
sakit lagi. Kata-kata ini hadir karena gengsimu dulu.”
Ujarnya dengan nada rendah.
“Tidak mungkinlah aku yang memulai, aku sebagai
wanita harus tau diri juga.” Timpalku dengan lembut pula.
“Sudahlah, semuanya ada hikmahnya. Mungkin kita
dalam taraf ujian Allah.” Katanya kak Imam sambil
menggulung kembali kertas puisi itu dan memasukanya
lagi dalam kotak pensil.
Saat itu kak Imam tidak mau menghilangkan tulisan
dalam lembaran kertas itu dengan tanganya sendiri, ia
menginginkan aku sendiri untuk memusnahkan kata itu.
Aku tidak mengingatnya lagi sehingga dikemudian hari
aku tidak mengungkitnya. dengan serupa kata-kata dalam
tulisanku.
Aku merasa tercermin dengan cara kak Imam,
ternyata telah banyak yang dia tau tentang gerak-geriku
selama ini, tapi selalu ia menutupinya dan masa bodoh
karena ia ingin mendapatkan orang tanpa paksaan dan
diraihnya betul-betul karena ketulusan hati.
87
Cintaku Seindah Lautan
Masalah yang terlewati itu pupus begitu saja di
hadapan kak Imam, tak satu ia angkat dari permukaan,
terasa tertelan jauh dari lapisan bumi yang ketujuh dari
bawah. Bahkan terbang menjulang tinggi hingga lapisan
langit yang ketujuh teratas. Sudah tidak ada ruang untuk
diingat dan diungkit lagi.
Citra dirinya amat terjaga laksana panglima perang
yang memakai pakaian terbuat dari baja sekujur tubuhnya
hingga tak ada selah untuk unjung pedang melukainya.
Akupun mencoba melakukan hal yang demikian, aku
mecerminkan lewat kepribadian kak Imam walau sebatas
kemampuan sebagain wanita. Awalnya aku tidak mengerti
dengan jati diriku sebagai wanita yang dihargai sehingga
aku berhijrah untuk merubah pakaian super mini yang
bertengger dalam tubuhku menjadi pakaian yang tertutup
dan terpandang indah layak dipandang oleh laki-laki
soleh. Aku berhijrah lewat cerminan pribadi kak Imam,
menjadi wanita yang lembut dan sopan serta bisa
mengemas diriku dengan sebaik mungkin.
Hatiku mulai bertaut dengan putih indah serta
menanti saat mataku menatap seluruh ruangan dan sudut
rumah sakit primadonaku. Terlihat para malaikat
penolong yang berseragam putih yang aku sukai. Seragam
yang kompak dan begitu bersih di ujung pandanganku.
Tak bisa dipungkiri bahwa putih itu lambang dari
kesucian.
88
Cintaku Seindah Lautan
***
89
Cintaku Seindah Lautan
Bagian 12
PUTIH YANG KUSUKAI
“Kesucian bukan pada kain putih yang terhindar noda saja
Tapi kesucian juga bagaimana cara berpikir tenang
pada urusan apa saja”
------Hesan’S-----
Tak salah seorang dokter menggunakan seragam
putih, menampilkan kelembutan dan kebersihan bahkan
kesucian hatinya selalu ditunjukan dihadapan pasien. Aku
memotret serangam-seragam putih itu sebagai bingkai
hidup yang tak ternoda, sangat terlihat kotor manakala
diantara kain putih dinodai oleh setitik bintik hitam.
Aku terlena, aku terdiam, aku tidak lebih dari
seorang anak manusia yang mencintai titah Tuhanya. Aku
merasa terlenah karena kesalahan dan kebodohanku, aku
tidak menggunakan kain putih itu sebagai contoh
hidupku, aku tau setiap orang menghindari dari masalah,
tapi aku selalu memikul masalah, masalahku selalu kupikul
tak ada satupun yang berani memikulnya bersamaku
selama ini.
Aku adalah anak konglomerat, tapi aku hidup lebih
dari seorang yatim dan piatu. Kebahagian bukan hanya
terdapat pada kecukupan yang lebih, tetapi kebahagian
lebih tampak pada saat airmata menetes serta merasakan
90
Cintaku Seindah Lautan
peluk hangatnya orang tua atau tetesan airmata selalu
diusap oleh kedua tangan sang ibu. Aku selama ini tidak
pernah menaburkan masalahku kepada kedua orang tua
sebagai penanggung jawab hidupku.
Entah kemana mereka berada, aku juga tak tau apa
salahku di hadapan mereka, sehingga mereka
menelantarkanku. Semuanya mereka menyelesaikan
dengan uang yang mereka miliki tapi tak meratapi nasib
bimbang pada jiwa anaknya ini. Mereka lebih
mengedepankan jabatannya, semoga mereka sadar
sebelum usianya berlanjut. Aku merindukan ingin
bersama mereka walau sedetik saja, sebab seusia dini aku
dititip dan dibesarkan oleh orang lain. Kedua orang tuaku
selalu mengandalkan uang yang mereka miliki untuk
membuat jalan hidupku lebih baik.
Aku merasakan kasih sayang sang Illahi Rabbi,
setiap masalahku tetap ada jalan keluar yang terang, tapi
kadang di tengah-tengah himpitan masalah aku sesali
kenapa aku harus terlahir menjadi seorang wanita kalau
memang aku dihadapkan dengan seribu masalah yang
terapung-apung laksana kapal yang tidak bisa berlabu di
samudera luas. Aku sadar ini merupakan aturan Allah
yang patut disyukuri adanya sehingga aku hanya mampu
menatap langit dan menghentakkan kaki di bumi penuh
duka serta derita.
Kadang aku benci pada pertikaian yang selalu
menyapaku tiap waktu. Banyak problem yang selalu
91
Cintaku Seindah Lautan
menjadi cerminan tiap langkahku. Aku hanya bisa
mengadu pada sang Illahi Rabbi. Aku hanya hamba
titipan untuk hidup sementara. Aku canggung mengakhiri
hidupku dengan jalan pintas berada di pangkuan sang
Illahi Rabbi. Banyak hal yang perlu aku jalani untuk
menggapai surganya Tuhan.
Aku ingin menjadi wanita yang kuat yang dapat
melewati terminal dunia dengan bekal yang utuh dan
bermanfaat. Aku sering mempersalahkan kedua orang
tuaku, tapi aku tidak pernah mempersalahkan diriku
sendiri bahwa ini merupakan sebuah kehendak yang perlu
ditekuni dan dijalani tapi bukan disesalkan.
Kasih sayang sang Illahi Rabbi lebih penting dan
utama dari pada kasih sayang yang lainya. Kasih sayang
yang lain bisa saja membutakan mata hati dan kepala kita,
tapi kasih sayang sang Illahi Rabbi yang membuatku
masih bisa melangkah dan menatap indahnya dunia.
Satu hal yang aku jauhi dalam hidup agar tidak
berguling bersama masalahku, aku tidak mengucapkan
kata putus asa dalam menghadapi masalahku. Kata putus
asa terasa akan mengakhiri segalanya tanpa jejak yang
indah di hadapan Allah malah murkanya Allah lebih berat
menindis di hari kemudian nanti.
Sepantasnya aku mensyukuri semua itu. Aku
mencoba membersihkan hatiku seputih kain dari segala
noda, tak akan pernah terjadi kain putih ternoda tanpa
ada noda yang berusaha menodainya atau kita yang
92