The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini beisikan tentang segala aspek mengenai Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan Bimbingan dan Konseling

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by , 2022-04-03 02:53:22

Buku Bimbingan dan Konseling

Buku ini beisikan tentang segala aspek mengenai Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan Bimbingan dan Konseling

Keywords: Bimbingan konesling,psikologi,pedagogik

Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan Bimbingan dan
Konseling

Penulis:
Anis Amin Sari’ah
Angela Christanti Yoseva Silalahi
Ecandra Julianto

Firda Rimadona
Nora Afiza
Sari Agraini
Yuli Yunita

Layout dan Cover
Ecandra Julianto

Penerbit
,,,,,,
……

ii
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

KATA PENGANTAR
Penulis tuturkan puji syukur serta nikmat dan hidayah Tuhan Yang
Maha Esa berkat rahmatnya yang berlimpah, sehingga terselesaikanya
pembuatan Buku BK (Bimbingan konseling) Mengenai Landasan Psikologi
dan Pedagogik Layanan BK (Bimbingan Konseling). Buku ini dibuat
untuk bahan pembelajaran BK (Bimbingan konseling) di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas
Bengkulu.

Adapun tujuan dibuatnya Buku ini untuk memberikan segala
informasi Pembelajaran tentang BK (Bimbingan konseling). Buku ini di
susun, tak lepas dari arahan dan bimbingan (konseling) dari bermacam pihak.
Maka dengan itu kami selaku penulis mengucapkan rasa hormat dan
terimakasih kepada semua yang telah membantu dan membina. Adapun
pihak yang terkait, yaitu:

1. Ibu Anna Ayu Herawati, M.Pd selaku dosen Mata kuliah BK
(Bimbingan konseling).

2. Orang tua tercinta dan teman-teman yang merupakan teman
seperjuangan satu kelas terimakasih atas dukungan dan semangatnya.

Karena adanya dukungan semua pihak yang mana penulis sampaikan
maka dengan ini penulis mampu menyelesaikan Buku ini dengan sebetul-
betulnya. Bagi penulis Buku ini masih jauh dari kata sempurna, akan tapi
kami sebagai penulis sudah sekuat tenaga sebaik mungkin untuk menulis
Buku ini dengan baik. Sekali lagi saya tuturkan terimakasih. Semoga dengan
adanya Buku ini bisa berguna bagi kita semua. Demi pengupgertan penulis,

i
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

penulis mengharapkan adanya kritik atau saran yang berguna bagi penulis
dan orang lain. Terima kasih.

Bengkulu, 08 Febuari 2022
Penulis

ii
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6

A. HAKIKAT BELAJAR ................................................................................ 6
B. PRINSIP-PRINSIP DAN ASAS-ASAS DALAM BIMBINGAN DAN
KONSELING .....................................................................................................8
C. HAKIKAT BELAJAR BK (Bimbingan Konseling) ................................... 15
D. HAKIKAT LANDASAN PSIKOLOGIS ................................................... 18

a. Masalah perkembangan individu............................................................ 19
b. Masalah perbedaan individu................................................................... 21
c. Masalah belajar...................................................................................... 22
d. Masalah kebutuhan individu .................................................................. 23
e. Masalah penyesuaian diri....................................................................... 23
f. Motif dan motivasi................................................................................. 25
g. Pembawaan dan lingkungan................................................................... 25
h. Perkembangan individu ......................................................................... 26
i. Belajar................................................................................................... 27
j. Kepribadian ........................................................................................... 27
E. KAJIAN PSIKOLOGI YANG PERLU DIKUASAI OLEH KONSELOR.. 31
1) Konseling Individual ............................................................................. 34
2) Keterampilan Konseling ........................................................................ 36
3) Keterampilan Komunikasi ..................................................................... 37
4) Keterampilan Diagnostik ....................................................................... 37
5) Keterampilan Memotivasi...................................................................... 37
6) Keterampilan Manajemen ...................................................................... 37

iii
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

7) Keterampilan Parafrase.......................................................................... 38
8) Keterampilan Mengajukan Pertanyaan ................................................... 39
9) Keterampilan Merefleksikan Perasaan ................................................... 40
10) Keterampilan Mendengarkan Konselor harus menjadi pendengar yang
aktif. 43
11) Keterampilan Meringkas.................................................................... 45
F. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK MENUJU KEDEWASAAN DARI
SEGI PSIKOLOGIS ......................................................................................... 46
1) Psikologi Perkembangan Anak .............................................................. 47
2) Pengertian Psikologi Perkembangan peserta Didik ................................. 48
3) Tujuan Psikologi Perkembangan Peserta Didik ...................................... 51
4) Manfaat Psikologi Perkembangan Peserta Didik .................................... 51
G. HAKIKAT LANDASAN PEDAGOGIK................................................... 54
H. PELAYANAN PROFESIONAL SEPERTI PEDAGOGIK DAPAT
MEMINIMALISIR KESALAHPAHAMAN TENTANG BK DI SEKOLAH .... 56
I. PENERAPAN KOMPETENSI PEDAGOGIK AGAR PENGELOLAAN
PROSES PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING YANG
DIBERIKAN KEPADA SISWA BERJALAN DENGAN BAIK ................... 59
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 63
A. KESIMPULAN......................................................................................... 63
B. SARAN .................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67

iv
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

BAB I

PENDAHULUAN

P eran guru bimbingan dan konseling (BK) di dunia pendidikan
semakin kompleks dan berat karena esensi dari fungsi guru BK
adalah membantu konseli merubah perilaku dan persepsi dirinya
untuk memenuhi keseimbangan aspek pribadi, sosial, pendidikan,
dan karirnya (Yeni Karneli 2021). Untuk dapat membantu konseli
mengembangkan potensi secara optimal dibutuhkan guru BK yang
memahami akan kualitas dan kompetensi yang dimilikinya serta dapat
menjalankan teori dan praksis pendidikan terutama esensi layanan bimbingan
dan konseling. Namun, tantangan dan permasalahan pendidikan dewasa ini
semakin kompleks dan berat menuntut peran konselor bekerja lebih
profesional. Konselor yang profesional akan memenuhi kompetensi dirinya
untuk dapat bekerja secara maksimal.

Pentingnya pendidikan ini telah diatur dalam Undang-Undang No.20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 butir 1 yang
meyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
agama.

Dalam undang-undang pendidikan juga disebutkan bahwa konselor
adalah pendidik. Dia membelajarkan kliennya untuk menguasai keterampilan
tertentu. Konselor mengupayakan terjadinya perubahan tingkah laku pada
klien dan pencapaian kehidupan efektif sehari-hari untuk klien tersebut. Guru

1
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

bimbingan konseling dituntut profesional dalam mengerjakan pelayanan
konseling kepada kliennya. Hal ini dilakukan dalam wujud motivasi altruistik
yang dimiliki guru bimbingan konseling tersebut. Guru bimbingan konseling
dihadapkan pada keadaan dimana ia harus bersikap profesional dalam situasi
menghadapi kliennya. Guru bimbingan konseling harus menjalankan layanan
yang ada di dalam BK dengan profesional. Melaksanakan pelayanan dengan
memulai dengan need assessment untuk kliennya. Dan dari olahan hasil need
asessment akan diketahui apa materi yang diinginkan oleh klien tersebut.
Yang menjadi sasaran pelayanan bimbingan konseling di sekolah adalah
siswa yang berada di sekolah. Siswa yang memang membutuhkan arahan
seperti apa baiknya ke depan, siswa yang sedang mencari jati diri, dan siswa
yang memang belum memahami dirinya secara utuh. Siswa-siswa ini dibantu
oleh guru bimbingan konseling untuk menyelesaikan masalah belajarnya dan
masalah yang berkaitan dengan kehidupannya.

Adapun karakteristik dari kompetensi guru bimbingan dan konseling
telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang
menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor yang dirumuskan
ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Diantara keempat kompetensi tersebut, kompetensi profesional dan
pedagogik yang lebih difokuskan oleh peneliti di dalam penelitian ini.
Kompetensi pedagogik berkaitan dengan pengelolaan proses pelayanan
bimbingan dan konseling yang diberikan kepada siswa; kompetensi
kepribadian berkaitan dengan etika akademik seorang konselor atau guru BK
dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling; kompetensi sosial berkaitan
dengan komunikasi dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling;
dan kompetensi profesional berkaitan dalam menguasai bidang keilmuan
bimbingan dan konseling.

2
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

Kemajuan di bidang profesionalisme konseling sekaligus
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap perlunya mengatasi masalah-
masalah psikisnya. Oleh karena itu cukup dipahami jika saat ini konseling
diselenggarakan pada berbagai institusi. Di antara macam institusi yang
secara umum menyelenggarakan konseling adalah lembaga pendidikan
seperti sekolah. Pendidikan merupakan institusi pembinaan anak didik yang
memiliki latar belakang sosial budaya dan psikologis yang beraneka ragam.
Pencapaian maksud dan tujuan pendidikan, beberapa peserta didik
menghadapi masalah tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Masalah yang
dihadapi sangat beraneka ragam, diantaranya masalah pribadi, sosial,
ekonomi, agama dan moral, belajar. Masalah-masalah tersebut seringkali
menghambat kelancaran proses belajar, meskipun masalah yang dihadapi
tidak ada sangkut pautnya dengan kegiatan akademik. Penyelenggara
pendidikan, khususnya tenaga pendidikan bertanggung jawab membina anak
didiknya sehingga berhasil sebagaimana yang diharapkan, termasuk mereka
yang mengalami masalah.

Tugas utama guru BK adalah melaksanakan bimbingan dan konseling
bagi siswa asuhnya. Seberapa besar keberhasilan yang dicapai guru BK
dalam melaksanakan kegiatan di sekolah sekaligus pula dijadikan sebagai
tolak ukur akan kemampuannya dalam melaksanakan peran di sekolah.
Untuk itu, seluruh perencanaan BK, pelaksanaak BK, dan evaluasi BK harus
disusun sedemikian rupa oleh guru BK dan tidak terlepas koordinasi dengan
personal sekolah lainnya agar tujuan di sekolah tersebut tercapai (Wardhani,
Farida, and Yudha 2019). Namun dalam pelaksanaan BK masih ada
pernyataan kurang mengenakkan mengenai BK. Anggapan-anggapan ini
terarah pada pelaksanaan BK yang masih dianggap abal-abalan. Guru BK
yang dianggap sebagai polisi sekolah, Guru BK yang dianggap tidak
menjalankan tanggung jawab dan fungsinya di sekolah, BK tidak perlu ada di
Sekolah dan masih banyak anggapan miris lainnya tentang BK. Maka penulis

3
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

disini ingin sedikit mengulas pentingnya keprofesionalan seorang guru BK
dalam meminimalisir anggapananggapan yang tidak menyenangkan tersebut.
Atau biasa kita sebut dengan kesalahpahaman tentang BK. Dan diharapkan
dengan adanya keprofesionalan seorang guru BK maka kesalahpahaman
tentang BK akan berkurang dan siswa akan merasakan bagaimana BK itu
bagi dirinya dan mengubah lingkungannya. Dengan adanya rasa kepuasan
atas keprofesionalan BK oleh guru BK maka siswa akan menyampaikan
bahwa BK itu bagus dan anggapan selama ini bisa terpatahkan.

Namun pada fakta lapangan, berkenaan dengan kompetensi
menyelenggarakan, merancang, melaksanakan, mengevaluasi program
bimbingan dan konseling, masih ditemui guru bimbingan dan konseling yang
belum memiliki kemampuan optimal dalam menyelenggarakan layanan
bimbingan dan konseling terutama dalam merancang dan menyusun program
bimbingan dan konseling, sehingga masih terlihat dalam pelaksanaan
program, bahwa guru bimbingan dan konseling bingung dan tidak mengerti
dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling. Dari hasil supervisi
akademik pengawas sekolah diperoleh informasi bahwa meskipun di
dokumen RPL tertulis metode pembelajaran modeling, role playing atau yang
lain, tetapi dalam praktik di kelas tetap menggunakan ceramah.

Kompetensi pedagogik dan profesional dari guru BK yang kurang
optimal dapat menimbulkan adanya kesenjangan antara harapan siswa dan
kenyataan dalam layanan Guru BK di lapangan. Pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling yang diharapkan pun tidak akan berjalan dengan
optimal. Tugas dan kewajiban guru BK akan terbengkalai, sehingga guru BK
kehilangan eksistensi konteks kinerja di sekolah bimbingan dan konseling.
Pelayanan yang dilakukan konselor tidak berada dalam konteks tugas
kawasan yang memandirikan individu dalam pengambilan keputusan guna
mencapai perkembangan secara optimal, mewujudkan kehidupan yang

4
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli
pada kemaslahatan umum melalui pendidikan.

Teknik pengumpulan data dalam buku ini dengan melakukan
penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang
berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan (Henricus Suparlan et al.
2015).

5
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT BELAJAR
Menurut Gagne (1985) belajar merupakan sebuah sistem yang

didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga
menghasilkan perubahan perilaku. Bell-Gredler (1986) menjelaskan
pengertian belajar yang cukup komprehensif yaitu belajar adalah
proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam
competencies, skills, and attitudes. Kemampuan (competencies),
keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara
bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua
melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses
belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan
informal, keturutsertaannya dalam pendidikan formal dan/atau
pendidikan nonformal kemampuan belajar inilah yang membedakan
manusia dari makhluk lainnya (Nora Yuniar Setyaputri, M.Pd)

Sedangkan Hitepeuw (2009) menjelaskan bahwa belajar
merupakan proses perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai
hasil dari pengalaman. Perubahan perilaku yang dimaksud adalah
berkaitan dengan dengan perubahan dari sisi kognitif, afektif, dan
psikomotor. Bersifat menetap adalah tidak temporer dan bertahan
lama. Sedangkan pengalaman berkaitan dengan apa yang dialami
sendiri, saat berinteraksi dengan dirinya sendiri atau lingkungan
diluar dirinya yang membawa perubahan. Secara umum dilihat dari
sudut pandang pendekatan behavioristik, belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku yang teramati. Dimana perilaku ini
bersifat relatif menetap serta merupakan hasil dari interaksi dengan

6
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

lingkungan (stimulus) dan dengan diri individu (respon). Jika dilihat
dari sudut pandang pendekatan kognitif, belajar merupakan suatu
proses perubahan mental yang memberikan kesempatan pada individu
untuk berpikir. Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang pendekatan
konstruktivistik, belajar adalah suatu proses membangun pengalaman
baru dari pengalaman yang telah ada. Pembangunan pengalaman baru
ini berupaya untuk merevisi pengalaman lama yang dirasa kurang
sesuai pada diri individu dan lingkungannya.

Berbeda lagi jika dilihat dari sudut pandang pendekatan
humanistic, belajar adalah suatu proses perkembangan dalam diri
individu untuk lebih bertanggung jawab. Proses dan sikap yang
dimunculkan ini disesuaikan dengan minat yang ada pada diri
individu dan kemampuan mereka untuk mewujudkan minat tersebut.

Dari penjelasan konsep belajar di atas maka dapat disimpulkan
beberapa ciri dari belajar antara lain:
1. Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada

diri individu.(aspek pengetahuan atau kognitif, sikap (afektif) dan
keterampilan (psikomotor);
2. Perubahan itu merupakan buah dari pengalaman. Perubahan
perilaku yang terjadi pada individu karena adanya interaksi antara
dirinya dengan lingkungan. interaksi ini dapat berupa interaksi
fisik dan psikis;
3. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar adalah:
1. Kemampuan kognitif & tingkat perkembangan pebelajar;
2. Pengalaman sebelumnya dari pebelajar;
3. Pengaturan lingkungan;

7
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

4. Gaya, tingkat interaksi, dan kemungkinan interaksi dengan media
yang ada;

5. Interaksi sosial dalam konteks belajar;
6. Tingkat motivasional;
7. Gaya belajar individu.

B. PRINSIP-PRINSIP DAN ASAS-ASAS DALAM BIMBINGAN
DAN KONSELING
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip yang
digunakan bersumber dari kajian filosofis hasil dari penelitian dan
pengalama praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan
kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pegertian,
tujuan, fungsi, dan proseses, penyelenggaraan bimbingan dan
konseling (KURNIATI 2018)

Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada
umumnya ialah berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien,
tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan,
penyelenggaraan pelayanan. Diantara prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan Sasaran
pelayanan

bimbingan dan konseling adalah individu-individu baik
secara perorangan aupun kelompok yang menjadi sasaran
pelayanan pada umumnya adalah perkembangan dan
perikehidupan individu, namun secara lebih nyata dan langsung
adalah sikap dan tingkah lakunya yang dipengaruhi oleh aspek-
aspek kepribadian dan kondisi sendiri, serta kondisi
lingkungannya, sikap dan tingkah laku dalam perkembangan dan
kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling sebagai berikut :

8
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

- BK melayani semua individu tanpa memandang umur,
jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.

- BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku
individu yang unik dan dinamis.

- BK memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan
berbagai apek perkembangan individu.

- BK memberikan perhatian utama kepada perbedaan
individual yang menjadi orientasi pokok
pelayanannya.

2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu Berbagai
faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan

individu tidaklah selalu positif, namun faktor-faktor negatif pasti
ada yang berpengaruh dan dapat menimbulkan hambatan-
hambatan terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan
individu yang berupa masalah. Pelayanan BK hanya mampu
menangani masalah klien secara terbatas yang berkenaan dengan
:

- BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut
pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap
penyesuaian dirinya dirumah, disekolah serta dalam
kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan
sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi
mental dan fisik individu.

- Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan
merupakan faktor timbulnya masalah pada invidu
yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan
BK.

3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan

9
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

Adapun prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelayanan
layanan BK itu adalah sebgaai berikut :

- BK merupakan bagian integrasi dari proses
pendidikan dan pengembangan, oleh karena itu BK
harus diselaraskan dan dipadukan dengan program
pendidikan serta pengembangan peserta didik.

- Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan
kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga.

- Program bimbingan dan konseling disusun secara
berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai
tertinggi.

4. Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan
Pelaksanaan
pelayanan BK baik yang bersifat insidental maupun
terprogram, dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan,
dan tujuan ini akan diwujudkan melalui proses tertentu yang
dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor
profesional. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hal tersebut
adalah :

- BK harus diarahkan untuk pengembangan individu
yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalm
menghadapi permasalahannya.

- Dalam proses BK keputusan yang diambil dan akan
dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan
individu itu sendiri bukan karena kemauan atau
desakan dari pihak lain.

10
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

- Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga
ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan
yang dihadapi.

- Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain
dan orang tua anak amat menentukan hasil pelayanan
bimbingan.

- Pengembangan program pelayanan BK ditempuh
melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil
pengukuran dan penilaian terhadap individu yang
terlibat dalam proses pelayanan dan program
bimbingan dan konseling itu sendiri (Hanen, 2002).

Adapun asas-asas yang harus terpenuhi dalam pelayanan
Bimbingan dan Konseling adalah:

a. Asas kerahasiaan:
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut

dirahasiakannya sejumlah data dan keterangan peserta
didik (klien) yang menjadi sasaran layanan yaitu data atau
keterangannya yang tidak boleh dan tidak layak diketahui
orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban
penuh memiliki dan menjaga semua data dan keterangan
itu sehingga kerahasiaannya benar-benar tejamin.
b. Asas kesukarelaan:

yaitu asas bimbingan dan konseling yang
mengkehendaki adanya kesukarelaaan dan kerelaan
peserta didik (klien) mengikuti/menjalani layanan/kegiatan
yang diperuntukan baginya. Dalam hal ini guru
pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan
kesukarelaan seperti itu.

11
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

c. Asas keterbukaan:
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran layanan/kegiatan bersikap trerbuka dan tidak
berpura-pura, baik di dalam keterangan tentang dirinya
sendiri maupun berbagai informasi dan materi dari luar
yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini
Guru Pembimbing berkewajiban mengembangkan
keterbukaan peserta didik (klien). Keterbukaan ini amat
terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya
kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi
sasaran/layanan kegiatan. Agar peserta didik dapat
terbuka, Guru Pembimbing terlabih dahulu harus bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura.
d. Asas kegiatan:

yatiu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran
berpatrisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan
layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini Guru
Pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif
dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
yang diperuntukan baginya.
e. Asas kemandirian:

yaitu bimbingan dan konseling yang menunjuk pada
tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu : peserta
didik (klien) sebagai sasaran layanan bimbingan dan
konseling diharapkan menjadi individu-individu yang
mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri
sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,

12
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri sebagaimana
telah diutarakan terdahulu. Guru Pembimbing hendaknya
mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan
konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya
kemandirian peserta didik.
f. Asas kekinian:

yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah
permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisinya
sekarang. Layanan yang berkenaan dengan ”masa depan
atau kondisi masa lampaupun” dilihat dampak dan atau
kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat
diperbuat sekarang.
g. Asas kedinamisan:

yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang
sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton,
dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke
waktu.
h. Asas keterpaduan:

yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling, baik yang dilakukan oleh Guru Pembimbing
maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan
terpadukan. Untuk ini kerjasama antara Guru Pembimbing
dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus
dikembangkan. Koordinasi segenap layanan/kegiatan

13
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
i. Asas kenormatifan:

yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar segenap layanan dan bimbingan dan konseling
didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan
nilai-nilai dan norma-norma yang ada, yaitu norma-norma
agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu
pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah
layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat
dipertanggungjawabkan apabila isi dan dan
pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma yang
dimaksudkan itu. Lebih jauh, layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik (klien) memahami, menghayati
dan mengamalkan norma-norma tersebut.
j. Asas keahlian:

yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional.
Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling hendklah tenaga yang benar-
benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling.
Keprofesionalan Guru Pembimbing harus terwujud baik
dalam penyelenggaraan jenisjenis layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode
etik bimbingan dan konseling.
k. Asas alih tangan:

14
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas
atas suatu permasalahan peserta didik (klien)
mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang
lebih ahli. Guru Pembimbing dapat menerima alih tangan
kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain dan
demikian pula Guru Pembimbing dapat
mengalihtangankan kasus kepada Guru Mata
Pelajaran/Praktik dan ahli-ahli lain.
l. Asas tut wuri handayani:

yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar pelayanan bimbingan dan konseling secara
keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi
(memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan,
memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan
yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk
maju.

C. HAKIKAT BELAJAR BK (Bimbingan Konseling)
Bimbingan dan Konseling Belajar merupakan bagian dari BK

perkembangan yang memiliki spesifikasi dan kapasitas untuk
memfasilitasi perkembangan aspek belajar seseorang. Siswa/ Konseli
berada dalam masa perkembangan khususnya belajar, mereka masih
kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang potensi yang
dimiliki dan lingkungannya serta pengalaman dalam menentukan arah
kehidupannya. Dengan adanya alasan tersebut maka diperlukan
Bimbingan dan Konseling Belajar ini.

Bimbingan dan Konseling Belajar adalah segala layanan
Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan konseli untuk dapat

15
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

mengembangkan aspek fisik, psikis & lingkungan belajarnya
sehingga dapat belajar dan berkembang dengan optimal. Kesimpulan
tersebut diperkuat oleh pendapat Prayitno & Amti (2009) yang
menyatakan bahwa bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk
layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Menurut
Prayitno & Amti (2009) pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-
kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan
oleh kebodohan atau rendahnya inteligensi. Seringkali kegagalan itu
terjadi disebabkan karena siswa tidak mendapatkan layanan BK yang
memadai, khususnya layanan BK Belajar. Ada dua jenis hal yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan BK Belajar dan ini dirasa perlu
untuk dibedakan fokusnya, yaitu mengenai bimbingan belajar dan
konseling belajar. Fokus dari bimbingan belajar adalah untuk
mengembangkan seluruh potensi konseli terkait dengan belajarnya
agar tercegah dari timbulnya masalah baik masalah yang berkaitan
dengan fisik, psikis dan lingkungan belajarnya sehingga dapat
berubah serta berkembang dengan optimal. Sedangkan fokus dari
konseling belajar adalah untuk mengentaskan masalah belajar siswa
sehingga dapat berkembang dengan optimal. Secara umum fokus/
perhatian dari BK Belajar ini meliputi 3 aspek, yaitu aspek
keterampilan untuk sukses belajar, aspek kesulitan dalam belajar, dan
aspek masalah dalam belajar.

Adapun tahapan manajemen BK Belajar adalah mulai dari
tahap analisis kebutuhan, perencanaan layanan, aksi pemberian
layanan, serta evaluasi dan tindak lanjut. Analisis kebutuhan disini
berkaitan dengan pencarian data mengenai masalah belajar apa yang
dialami siswa. Pencarian data ini dapat menggunakan beberapa
instrumen seperi pedoman observasi, skala psikologis, daftar
checklist, dan lainlain sesuai dengan kebutuhan. Kemudian jika data

16
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

telah diperoleh maka dilakukan diagnosa beserta analisis data masalah
belajar tersebut. Apabila telah ditemukan masalah belajar apa yang
akan ditangani maka lanjut pada tahap kedua, yaitu perencanaan
layanan.

Tahap perencanaan layanan meliputi penentuan tujuan
layanannya apa, strategi layanan apa yang sesuai dengan masalah
tersebut, pendekatan dan teknik konseling apa yang cocok, media apa
yang sekiranya akan digunakan, berapa lama durasi per sesi, materi
apa akan disampaikan disesuaikan dengan masalah belajar tersebut
beserta penentuan indikator ketercapaiannya serta penyusunan
RPLBK sesbagai acuan dalam tahap pelaksanaan layanan BK Belajar.
Setelah tahap kedua selesai, tahap selanjutnya adalah aksi pemberian
layanan BK Belajar sesuai dengan apa yang telah direncanakan pada
tahap sebelumnya dapat berupa bimbingan belajar atau konseling
belajar. Setelah pelaksanaan selesai dilakukan evaluasi proses
maupun hasil. Evaluasi proses berkaitan dengn seberapa tingkat
keberhasilan saat pelaksanaan layanan BK Belajar berlangsung
sedangkan evaluasi hasil berkaitan dengan seberapa ampuh layanan
BK Belajar ini untuk mereduksi masalah belajar yang telah ditentukan
tadi. Dalam evaluasi ini pun juga membahas bagaimana proses
pengubahan yang terjadi pada siswa, apa kelebihan dari layanan ini
serta kendala apa yang dialami. Hal ini sangat penting untuk
diungkapkan karena sebagai dasar dari pelaksanaan follow up atau
tindak lanjut pada sesi berikutnya untuk memastikan apakah setelah
mengikuti layanan BK Belajar, perubahan yang dialami siswa bersifat
permanen atau hanya sementara.

17
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

D. HAKIKAT LANDASAN PSIKOLOGIS
Thalib (2010) menjelaskan bahwa psikologi adalah suatu ilmu

mengenai deskripsi dan aplikasi yang digunakan untuk melakukan
interpretasi, prediksi, pengembangan dan peningkatan perilaku
manusia. Mengadakan deskripsi berarti menggambarkan secara jelas
fenomena yang dipersoalkan, menerangkan keadaan atau kondisi-
kondisi yang mendasari terjadinya suatu peristiwa dengan
menggunakan data empiris sebagai basis suatu deskripsi. Menyusun
teori berarti psikologi berfungsi mencari dan merumuskan hukum-
hukum atau ketentuan ketentuan mengenai hubungan antara peristiwa
yang satu dengan peristiwa lain, atau kondisi satu dengan kondisi lain.
Membuat prediksi berarti psikologi berfungsi melakukan estimasi
mengenai hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang mungkin terjadi atau
gejala-gejala yang akan muncul. Fungsi kontrol atau pengendalian,
yaitu tugas untuk mengendalikan atau mengatur peristiwa-peristiwa
atau gejala (Konseling, Era, and Daulay 2019)

Psikologi dapat bertujuan untuk memberi kesenangan dan
kebahagiaan hidup manusia. Oleh karena itu, ilmu psikologi ini
penting untuk dipelajari oleh kalangan manapun, karena manfaatnya
selain untuk memperoleh pemahaman tentang gejala-gejala kejiwaan,
psikologi juga dapat mengetahui kemampuan jiwa sebagai sarana
untuk mengenal tingkah laku seseorang, kemudian psikologi ini juga
dapat mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik. Bagi
guru-guru di sekolah upaya untuk mengenal peserta didiknya dapat
dilakukan dengan memahami proses pertumbuhan dan kematangan
anak, serta potensi-potensi yang mereka miliki untuk dikembangkan
melalui program sekolah. Dalam faktor perbedaan individual yaitu
peserta didik, diharapkan para pendidik untuk dapat memahami teori-

18
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

teori psikologi sebagai landasan dalam pengaplikasian bimbingan dan
konseling di lingkungan sekolah.

Urgensi Psikologi dalam Konseling Kemajuan ilmu dan
teknologi di era globalisasi sekarang ini, menuntut setiap profesi
khususnya para pendidik di sekolah untuk meningkatkan kompetensi
dan menguatkan konsep dasar keilmuan yang menjadi pijakan
keprofesionalannya sebagai seorang pendidik. Hal ini dipandang
penting, karena pendidik berupaya untuk memfasilitasi serta
memahami perkembangan potensi peserta didik baik dari segi
kognitif, afektif serta psikomotoriknya secara optimal. Segala upaya-
upaya yang dilaksanakan bertujuan untuk memahami secara
mendalam dan menyeluruh tentang perkembangan potensi peserta
didik dapat dipahami dari sebuah ilmu psikologi.Pentingnya layanan
bimbingan dan konseling dilaksanakan di sekolah mengingat
manfaatnya dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pelayanan
bimbingan dan konseling dalam pendidikan dilatar belakangi oleh
beberapa faktor diantaranya faktor perkembangan pendidikan, faktor
sosial kultural (sosial budaya) dan faktor perbedaan individu. Ditinjau
dari segi psikologi, sebenarnya peserta didik adalah pribadi yang
sedang berkembang menuju kedewasaan. Proses perkembangannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam dirinya maupun
lingkungannya. Perkembangan dapat berhasil dengan baik jika kedua
faktor tersebut saling melengkapi. Untuk mencapai perkembangan
yang baik dan optimal harus ada asuhan yang terarah (Abdurrahman,
2007)

a. Masalah perkembangan individu
Sekolah merupakan salah satu bentuk lingkungan yang

bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap proses

19
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

perkembangan individu. Dalam memasuki dunia kedewasaan
perlu persiapan yang matang dalam berbagai segi intelektual,
emosional, sosial dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Layanan
bimbingan dan konseling di sekolah merupakan satu-satunya
wadah yang dapat membantu para peserta didik untuk
menyelesaikan masa-masa transisi dan tugas-tugas
perkembangannya bagi setiap individu.

Prinsip-prinsip perkembangan yang harus diperhatikan
diantaranya adalah:
1) hasil proses belajar tergantung pada tingkat kematangan

individu;
2) perkembangan berlangsung pada permulaan;
3) setiap individu memiliki waktu pertentangan;
4) perkembangan individu mengikuti pola umum;
5) faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh terhadap

proses perkembangan individu.

Berdasarkan lima macam prinsip-prinsip perkembangan
individu di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan setiap
individu memiliki waktu yang berlangsung pada tahun-tahun
permulaan yang mengikuti pola umum, disamping faktor-faktor
pembawaan dan lingkungan juga tercermin pada hasil proses
belajar peserta didik yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan tingkat kematangan individu. Di samping prinsip-
prinsip perkembangan, tugas-tugas perkembangan bagi setiap
individu perlu mendapat perhatian sepenuhnya dalam
hubungannya dengan masalah perkembangan individu. Hurlock
(1990) dalam konsepsi tentang tugas-tugas perkembangan
memaparkan bahwa tugas-tugas perkembangan adalah tugas yang

20
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

muncul pada saat atau sekitar periode tertentu dari kehidupan
individu yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan
membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas
berikutnya. Akan tetapi jikalau gagal akan menimbulkan rasa
tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas
berikutnya.Kedua hal tersebut di atas baik yang berhubungan
dengan prinsip-prinsip perkembangan maupun tugas-tugas
perkembangan bagi setiap individu hendaknya menjadi perhatian
yang serius dalam melaksanakan layanan bimbingan dan
konseling terhadap peserta didik agar perkembangan setiap
individu lebih terarah dan sempurna.

b. Masalah perbedaan individu

Keunikan individu mengandung arti bahwa tidak ada dua

orang individu yang sama persis dalam aspek kepribadiannya,

baik aspek jasmani maupun aspek rohani. Timbulnya perbedaan

individu karena faktor pembawaan dan lingkungan. Mengingat

bahwa yang menjadi tujuan pendidikan adalah perkembangan

yang optimal dari setiap individu, maka masalah perbedaan

individu perlu mendapat layanan bimbingan dan konseling di

sekolah yaitu berupa bantuan kepada individu yang menghadapi

masalah sehubungan dengan perbedaan individu tersebut.

Beberapa perbedaan individu antara lain adalah perbedaan dalam

kecerdasan, perbedaan dalam kecakapan, perbedaan hasil belajar,

perbedaan dalam bakat, perbedaan dalam sikap, perbedaan dalam

kebiasaan, perbedaan dalam pengetahuan, perbedaan dalam cita-

cita, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam kebutuhan,

perbedaan dalam minat, perbedaan dalam pola-pola dan tempo

perkembangan, perbedaan dalam ciri-ciri jasmani, perbedaan

dalam latar belakang lingkungan.

21

Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

c. Masalah belajar
Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau

diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar merupakan
proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar,
manusia melakukan perubahanperubahan kualitatif individu
sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan
prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar
itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan
bukan suatu hasil. Dari keseluruhan proses pendidikan, kegiatan
belajar merupakan kegiatan inti. Karena belajar merupakan suatu
aktivitas mental atau psikis berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan, nilai dan sikap
perbuatan belajar dapat menimbulkan berbagai masalah baik
yang berhubungan dengan peserta didik yang belajar maupun
guru sebagai pengajar. Hal ini berarti proses belajar mengajar
bagi peserta didik masing-masing memiliki perbedaan. Perbedaan
tersebut terjadi karena beberapa alasan seperti perbedaan cara
menerima atau menangkap pelajaran yang disebabkan
berbedanya tingkat IQ, EQ dan ESQ masing-masing individu.
Hal tersebut sangat berpengaruh bagi peserta didik yang sama-
sama dalam belajar atau menuntut ilmu pada lingkungan atau
lembaga pendidikan yang sama. Oleh karena itu, sekolah atau
lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab yang besar agar
peserta didik dapat belajar dengan cara membantu mengatasi
masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar. Disinilah
letak pentingnya program layanan bimbingan dan konseling
untuk membantu peserta didik agar mereka dapat berhasil dalam

22
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

belajar dengan hasil yang memuaskan.

d. Masalah kebutuhan individu
Kebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu.

Individu dalam bertingkah laku karena adanya dorongan untuk
memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan merupakan
keharusan bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Pada
umumnya ada dua jenis kebutuhan pada setiap individu, yaitu
kebutuhan biologis dan kebutuha psikologis. Beberapa kebutuhan
anak yang harus dipenuhi diantaranya adalah kebutuhan
memperoleh kasih sayang, kebutuhan memperoleh harga diri,
kebutuhan memperoleh penghargaan dari orang lain, kebutuhan
untuk dikenal. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan diri,
kebutuhan memperoleh kemerdekaan diri.

Beberapa macam kebutuhan individu atau peserta didik yang
telah disebutkan di atas hendaklah tidak terlalu memberikan
secara berlebihan, karena hal tersebut akan berakibat fatal bagi
perkembangannya. Oleh karena itu, dengan adanya layanan
bimbingan dan konseling di lingkungan sekolah dapat membantu
peserta didik menjadi mandiri dan dapat menyeimbangkan
kebutuhan tersebut dengan lingkungannya.

e. Masalah penyesuaian diri
Setiap individu mempunyai cara penyesuaian diri yang

berbeda dengan lingkungannya masing-masing demikian juga
dengan peserta didik. Ada yang dapat bergaul atau
bermasyarakat, sehingga mudah baginya dalam menyesuaikan
diri, namun sangat disayangkan sekali bagi mereka yang biasanya
kurang pergaulan dan yang hanya suka menyendiri ataupun

23
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

menarik diri. Hal ini tentunya akan sangat menghambat bagi
perkembangan pemikiran dan jiwa peserta didik. Sehingga
layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik yang
biasanya kurang bergaul akan mampu menjadikan mereka
sebagai seorang individu yang bersosialisasi tinggi dengan
mengajarkan bagaimana mengenal dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.

Perkembangan manusia sepanjang hidup akan mengalami
siklus dari sejak masa janin di kandungan hingga lahir, tumbuh
menjadi bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan terakhir pada fase
kematian. Untuk dapat menjalani dengan baik, agar seorang
individu mencapai kebahagiaan lahir bathin di dunia dan akhirat,
diperlukan pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan
orang tua maupun pendidikan sekolah formal akan mampu
mempengaruhi perkembangan kepribadian yang baik. Demikan
pula, perkembangan fisik, kognitif maupun psikososial manusia
sejak lahir hingga dewasa akan dapat dijadikan dasar-dasar
penerapan strategi pengajaran dan pendidikan agar mampu
memaksimalkan potensinya dengan baik (Santrock, 1999, dalam
Dariyo, 1999).

Manusia terus berkembang dan mengalami perubahan secara
bertahap sehingga berpengaruh besar terhadap penyelenggaraan
layanan bimbingan dankonseling di berbagai bidang. Oleh karena
itu, landasan psikologi dianggap sebagai salah satu landasan yang
sangat penting dalam memberikan pemahaman bagi konselor
maupun pendidik tentang perilaku individu yang menjadi sasaran
layanan (klien). Landasan psikologi erat kaitannya dengan
tingkah laku manusia, dan bagaimana peran kognitif, afektif, dan
psikomotorik dalam memunculkan keberagaman perilaku

24
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

manusia, sehingga proses perkembangan manusia bersifat unik
dan berbeda dari individu lainnya. Sutirna (2013)
mengungkapkan untuk kepentingan bimbingan dan konseling,
beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor
maupun guru BK adalah:

f. Motif dan motivasi
Motif dan motivasi berkaitan dengan dorongan yang

menggerakkan seseorang berperilaku, baik motif primer maupun
motif sekunder. Motif primer adalah motif yang didasari oleh
kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir,
seperti rasa lapar, bernafas, dan sejenisnya. Sedangkan motif
sekunder adalah motif yang terbentuk dari hasil belajar seperti
rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu,
dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif tersebut diaktifkan dan
digerakkan baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik)
maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik), menjadi bentuk
perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada
suatu tujuan. Oleh karena itu,pelaksana layanan bimbingan dan
konseling diwajibkan dapat memahami motif dan motivasi
seseorang.

g. Pembawaan dan lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor

yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu.
Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan
merupakan hasil dari keturunan yang mencakup aspek psiko-
fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat,
kecerdasan, atau ciri-ciri kepribadian tertentu. Pembawaan pada

25
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan. Untuk
mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada
lingkungan dimana individu itu berada. Schopenhaver dengan
aliran Nativismenya mengatakan bahwa manusia sangat
dipengaruhi oleh faktor bawaan atau hereditas. Kemudian John
Locke dengan aliran Empirismenya mengatakan bahwa
perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor lingkungan
(dalam hal ini diperlukan pendidikan). Timbullah aliran
Konvergensi yang dipelopori oleh William Stern yang
menyatakan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh
faktor bawaan dan lingkungan. Pembawaan dan lingkungan
setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki
pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan
rendah. Misalnya saja dalam hal kecerdasan, ada yang di atas
rata-rata (jenius), rata-rata atau bahkan di bawah rata-rata (debil,
imbisil atau idiot). Demikian pula dengan lingkungan, ada
individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif
dengan saran dan prasarana yang memadai sehingga segenap
potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara
optimal. Namun, adapula individu yang dan berada dalam
lingkungan yang kurang kondusif dengan saran dan prasarana
yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang
dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik dan menjadi
tersia-siakan. Pembawaan dan lingkungan akan sangat
mempengaruhi dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling, baik itu dilaksanakan oleh guru BK dan guru mata
pelajaran di saat proses belajar mengajar.

h. Perkembangan individu

26
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

Perkembangan individu berkaitan dengan proses tumbuh dan
berkembangnya individu yang berlangsung sejak masa konsepsi
(prenatal) hingga akhir hayatnya, tidak ada yang sama satu
dengan lainnya. Perkembangan tersebut meliputi aspek fisik dan
psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial.
Dalam menjalani tugas-tugasnya, seorang guru BK harus
memahami berbagai aspek perkembangan individu yang
dilayaninya. Guru BK juga harus dapat melihat arah
perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya
dengan faktor pembawaan dan lingkungan. Dengan kata lain,
layanan pemberian bimbingan dan konseling setiap peserta didik
berbeda-beda.

i. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep psikologi yang sangat

mendasar. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang
tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya.
Dengan belajar, manusia mampu berbudaya dan mengembangkan
harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya
untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang
sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itu adalah
tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itu merupakan
tandatanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotor/keterampilan. Agar terjadi proses belajar
diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik
yang dihasilkan dari kematangan ataupun hasil belajar
sebelumnya.

j. Kepribadian

27
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

Kepribadian (personality) adalah sifat dan tingkah laku khas
seseorang yang membedakannya dengan orang lain, integrasi
karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat,
pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang,
segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui
oleh orang lain. Kepribadian yang sudah matang akhirnya
menjadi karakteristik kepribadian (trait), yaitu dapat bersumber
dari bakat, kemampuan, sifat yang secara konsisten diperagakan
oleh seseorang, termasuk pola perilaku, sifat fisik, dan ciri
kepribadian (Sjarkawi, 2009). Kepribadian adalah ciri atau
karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan
seseorang sejak lahir.

Abin Syamsudin (dalam Sutirna, 2013) mengemukakan
tentang aspekaspek kepribadian, mencakup:
1) Karakter:

yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku,
konsisten tidaknya dalam memegang pendirian atau
pendapat.
2) Temperamen:

yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat lambatnya
mereaksirangsangan-rangsangan yang datang dari
lingkungan
3) Sikap:

sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif,
atau ambivalen.
4) Stabilitas emosi:

28
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap
rangsangan dari lingkungan, seperti mudah tidaknya
tersinggung, sedih atau putus asa.
5) Responsibilitas (tanggung jawab),

kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan, seperti mau menerima risiko
secara wajar, cuci tangan, atau menghindar dari risiko yang
dihadapi.
6) Sosiabilitas:

yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal, seperti sifat pribadi yang terbuka atau tertutup
dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Secara keseluruhan dengan mendalami landasan-landasan
psikologi berarti seseorang telah mempersiapkan diri dengan
memahami, mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip dari teori
psikologi sebagai seorang guru BK di sekolah. Guru BK di sekolah
juga diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan-
permasalahan psikologis peserta didiknya. Kemajuan dunia
pendidikan sangat ditentukan oleh pihak-pihak yang mengenal
pendidikan secara menyeluruh, yaitu para guru dan instansi
pemerintah yang menaunginya. Siswa atau anak didik sebagai pihak
yang akan diberi bekal pendidikan juga tidak kalah pentingnya
mensukseskan kemajuan pendidikan ini. Interaksi yang baik antara
guru dan anak didik adalah dasar terbentuknya harapan anak didik
untuk lebih berprestasi. Dalam hal ini, guru sebagai pendidik
diupayakan dapat mengembangkan potensi positif anak didik dalam
segala aspeknya seperti intelektual, moral, sosial, dan emosional.
Melalui teknik konseling, guru khususnya guru BK dapat membantu

29
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

mengembangkan ke semua aspek tersebut menjadi lebih optimal
(Lubis, 2013).

Perhatian akan pendidikan formal yang dilaksanakan serta
didukung oleh pemerintah maupun semua warga masyarakat
mendapatkan respon yang positif, namun terkadang kurikulum
pembelajaran di sekolah tidak sesuai dengan tingkat perkembangan
anak. Beban materi pelajaran terlalu banyak dan sulit dicerna oleh
anak-anak. Hal ini dapat berdampak pada beban psikologis anak, anak
bisa menjadi stres dan kurang bermain. Padahal dunia anak adalah
dunia bermain. Oleh karenanya, kehadiran psikolog serta guru BK
sekolah dapat berperan memberikan pemikiran dan pandangan secara
ilmiah untuk membuat dan merancang pendidikan anak yang lebih
baik.

Kesimpulannya adalah beban pelajaran disesuaikan dengan
tahap perkembangan anak Pemahaman guru BK tentang dasar-dasar
perkembangan manusia merupakan suatu hal yang penting dalam
pengaplikasiannya sebagai seorang yang profesional di bidang
pendidikan. Mengingat guru BK dalam kesehariannya juga akan
melaksanakan proses konseling dalam penyelesaian masalah-masalah
yang dihadapi peserta didik di sekolah. Kegiatan konseling ini
bukanlah sekedar mengadakan sesi pertemuan antara konselor (guru
BK) dengan klien (peserta didik), lebih dari itu konseling memiliki
tujuan yang sangat mulia yaitu membantu manusia menemukan
fungsi diri dan hidupnya yang utuh. Dengan demikian,dibutuhkan
pemahaman yang mendalam dan menyeluruh sehingga tujuan
konseling dapat tercapai dengan optimal.

Mappiare (2002) juga menambahkan bahwa betapa
pentingnya konseling dalam upaya pengembangan proses bimbingan

30
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

bagi siswa. Beliau juga menambahkan bahwa faktor pendorong lain
berkembangnya konseling sekolah antara lain:

1) Untuk menghadapi saat-saat krisis, misalnya kegagalan sekolah,
kegagalan pergaulan atau pacaran, dan penyalahgunaan obat bius.

2) Untuk menghadapi kesulitan pemahaman diri dalam mengarahkan
diri mengambil keputusan dalam karir, akademik, dan pergaulan
sosial.

3) Mencegah kesulitan yang dihadapi dalam pergaulan atau seksual,
pilihan karir dan sebagainya

4) Menopang kelancaran perkembangan individual, seperti
pengembangan kemandirian, percaya diri, citra diri,
perkembangan karir dan akademik
(Mappiare, 2002).

E. KAJIAN PSIKOLOGI YANG PERLU DIKUASAI OLEH
KONSELOR
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang
penting dalam pelaksanaan program pendidikan. Salah satu tujuan
utama layanan bimbingan dan konseling adalah membentuk siswa
menjadi individu yang berkembang optimal, produktif dan berbudaya.
Prinsip bimbingan dankonseling adalah “Guidance for All”, artinya
individu memiliki hak yang sama dalam mendapatkan layanan
bimbingan dan konseling, siapa pun individu itu, dari mana pun
individu itu berasal, dan bagaimana pun kondisi individu itu memiliki
hak yang sama dalam mendapatkan pelayanan (Pgri and Buana 2017).
Salah satu layanan yang ada dalam bimbingan dan konseling
adalah layanan konseling individual. Konseling merupakan suatu
layanan yang bersifat kuratif dan banyak menggunakan keterampilan

31
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

dan teknik dalam membantu konselinya dalam menyelesaikan
masalahnya. Menurut ASCA makna konseling adalah hubungan tatap
muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan
pemberian kesempatan dari konselor kepada konseli, konselor
mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu
konselinya dalam mengatasi masalahnya (Yusuf, 2009: 44).

Dalam layanan bimbingan dan konseling, konselor memiliki
peran utama dan signifikan atas keberhasilan layanan bimbingan dan
konseling. Konselor mempunyai tugas dan tanggungjawab terhadap
peningkatan mutu dan pembaharuan kompetensi konselor yang
menjadi suatu bagian pasti dalam perkembangan dan kompleksitas
permasalahan yang ditangani oleh layanan bimbingan dan konseling
di sekolah. Semakin pesatnya perkembangan penyebaran informasi,
kondisi ini melahirkan karakteristik yang berbeda pada setiap siswa
dan selanjutnya menuntut konselor untuk memiliki kompetensi dalam
menggunakan keterampilan konseling pada pelaksanaan layanan
konseling. Hartono dan Soedarmadji (2013:57) menyatakan bahwa
seorang konselor sebagai tenaga profesional harus memiliki
keterampilan (skill) yang memadai dalam memberikan layanan
konseling. Keterampilan yang harus dimiliki seorang konselor adalah
memiliki keterampilan dalam melaksanakan sebuah proses konseling
dari awal sampai akhir.

Fenomena yang terjadi dilapangan menunjukkan bahwa
konselor masih belum sepenuhnya menggunakan keterampilan
konseling dalam layanan konseling individual. Hal tersebut senada
dengan hasil penelitian Kusmaryani (2010) tentang penguasaan
keterampilan penguasaan konseling guru pendamping (koselor)
sekolah di Yogyakarta yang menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan
konseling selama ini hanya sebagian konselor(47%) yang telah

32
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

menggunakan keterampilan konseling secara optimal, sebagian
konselor (53%) belum dapat menggunakan keterampilan konseling
secara optimal.

Jika fenomena tersebut dibiarkan dan tidak mendapat
perhatian khusus maka akan berdampak negatif. Salah satu
dampaknya adalah berkurangnya minat siswa terhadap layanan
konseling individual karena siswa mempersepsikan layanan konseling
hanya sebatas curhat dan pemberian nasihat semata. Tingginya minat
siswa terhadap layanan konseling individual setidaknya dipengaruhi
oleh optimalnya konselor dalam menggunakan keterampilan
konseling. Sejalan dengan hal tersebut, hasil penelitian Mahadhita
(2015) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
keterampilan dasar konseling dengan minat siswa mengikuti layanan
konseling individual di SMA Negeri 1 Godong tahun pelajaran
2014/2015.

Kurang optimalnya konselor menggunakan ketrampilan
konseling dalam layanan konseling individual tentu adanya faktor
yang mendasari. Kusmaryani (2010) menyebutkan beberapa faktor
penghambat dalam menggunakan keterampilan konseling antara lain:

1) Waktu yang sempit,
2) pengalaman yang kurang,
3) belum menguasai dengan optimal,
4) kurangnya pemahaman tentang keterampilan konseling,
5) tidak dapat berempati-masuk dengan perasaan konseli, dan
6) suasana yang tidak memungkinkan,
7) faktor lingkungan (ruang konseling tidak memadai),
8) banyaknya hal dari konseli yang perlu diungkap dan
9) kurangnya pemahaman dan pelatihan.

33
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, salah satu faktor
kegagalan dalam pelaksanaan layanan konseling individual dalam
mencapai tujuan yang diharapkan dikarenakan kurang optimalnya
konselor dalam menggunakan keterampilan konseling.

1) Konseling Individual
Cavanagh dan Levitov (1982:1-2) mendefinisikan konseling

sebagai suatu hubungan antara pemberi bantuan yang terlatih
dengan seseorang yang mencari bantuan, dimana keterampilan
pemberi bantuan dan suasana yang di buatnya membantu orang
lain belajar untuk berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang
lain dalam cara-cara yang lebih produktif. Senada dengan
ungkapan tersebut, Shertzer dan Stone (dalam Nurihsan, 2011:10)
mendefinisikan konseling sebagai upaya membantu individu
melalui proses interasksi yang bersifat pribadi antara konselor
dengan konseli agar konseli mampu memahami diri dan
lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan
tujuan berdasarkan nilai yang diyakini sehingga konseli merasa
bahagia dan efektif perilakunya.

Ciri-ciri konseling profesional sebagai berikut.
1) Konseling merupkan suatu hubungan profesioal yang

diadakan oleh seorang konselor yang sudah dilatih untuk
pekerjaannya itu.
2) Dalam hubungan yang bersifat profesional tersebut,
konseli mempelajari ketrampilan pengambilan keputusan,
penyelesaian masalah, serta tingkah laku atau sikap-sikap
baru.
3) Hubungan profesioal itu dibentuk berdasarkan
kesukarelaan antara konseli dengan konselor.

34
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

ASCA (American School Counselor Assosiation)
mengemukakan, bahwa konseling adalah hubungan tatap muka
yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan, dan
pemberian kesempatan dari konselor kepada konseli, konselor
mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk
membantu konselinya mengatasi masalah-masalahnya (Nurihsan,
2011:10). Dalam proses pelaksanaan konseling bisa dilakukan
dengan cara face to face atau yang sering kali dikenal dengan
konseling individual, bisa juga dilakukan secara berkelompok
tergantung pada permasalahan yang dihadapi oleh siswa.
Konseling individual menurut Hellen (2005:84), layanan
bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik atau
konseli mendapatkan layanan secara langsung tatap muka
(perorangan) dengan guru pembimbing atau konselor dalam
rangka pembahasan pengentasan masalah pribadi yang dialami
oleh konseli. Senada dengan hal tersebut, Prayitno dan Amti
(1994) mendefinisikan konseling individual sebagai suatu proses
pemberian bantuan yang dialakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang
sedang mengalami sesuatu masalah (konseli) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi konseli.

Pada hakikatnya konseling individual merupakan jantung
dari layanan Bimbingan dan Konseling yang berarti pemberi
layanan atau konselor harus mampu menguasai
keterampilanketerampilan yang dibutuhkan dalam proses
konseling untuk mencapai tujuan konseling yang diharapkan
secara efektif dan efisien. Hal tersebut senada dengan Holipah
(2011) yang menjelaskan bahwa Konseling individual merupakan
kunci semua kegiatan bimbingan dan konseling. Karena jika

35
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

menguasai keterampilan konseling individual berarti akan mudah
menjalankan proses konseling yang lain.

2) Keterampilan Konseling
Keterampilan konseling menurut Ivey (dalam Willis, 2004:86)

dipandang sebagai keterampilan minimal yang harus dimiliki

seorang konselor profesional, sehingga penguasaan keterampilan-

keterampilan konseling akan menjadi salah satu jaminan dalam

keberlangsungan proses konseling untuk mencapai tujuan

konseling yang diharapkan. Penguasaan ketrampilan konseling

merupakan salah satu aspek penting bagi keberlangsungan proses

konseling. Hampir semua pakar bimbingan dan konseling

mengakui pentingnya konselor menguasai

keterampilanketrampilan dasar konseling. Seorang konselor

dituntut memiliki berbagai keterampilan konseling serta

karakteristik yang memadai. Beberapa karakteristik yang perlu

dipenuhi oleh konselor tanpa memandang pendekatan/teknik yang

digunakan antara lain: empati, selalu siap berdialog dengan

konseli, dan menumbuhkan keberanian konseli untuk berbicara

(Dahlan, 1987:14). Agar kinerja seorang konselor bisa dinilai

efektif, maka konselor dituntut untuk menguasai beberapa

keterampilan dalam pemberian bantuannya.

Pada dasarnya, setiap tahapan dalam proses konseling

memerlukan keterampilan-keterampilan dasar yang harus dimiliki

konselor untuk membangun sebuah proses konseling yang

komprehensif. Apabila konselor tidak mampu menguasai

ketrampilan-ketrampilan dasar dalam konseling akan

dimungkinkan tidak dapat mencapai tujuan konseling yang

diharapkan.

36

Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

Gibson dan Mitchell (1995:150) menyebutkan ada empat
keterampilan dasar konseling yakni: keterampilan komunikasi,
keterampilan diagnostik, keterampilan memotivasi dan
keterampilan manajemen.

3) Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi terdiri atas dua yakni

keterampilan komunikasi nonverbal dan keterampilan
komunikasi verbal.

4) Keterampilan Diagnostik
Keterampilan ini mensyaratkan konselor terampil

dalam mendiagnosa dan memahami konseli, memperhatikan
konseli, dan pengaruh lingkungan yang relevan. Konselor
harus terampil dalam menggunakan pengukuran psikologi
terstandar dan teknik non standar untuk mendiagnosa konseli.

5) Keterampilan Memotivasi
Tujuan konseling biasanya untuk membantu perubahan

perilaku dan sikap konseli. Untuk memenuhi tujuan ini,
seorang konselor harus mempunyai keterampilan memotivasi
konseli.

6) Keterampilan Manajemen
Yang termasuk keterampilan manajemen adalah

perhatian terhadap lingkungan dan pengaturan fisik,
pengaturan waktu, mengatur proses membantu konseli
bahagia, mengatur kontribusi konselor dalam proses

37
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

konseling, mengenali dan bekerja dalam keprofesionalan
seorang konselor Jenis Keterampilan Konseling Berikut ini
adalah ketrampilan-ketrampilan dasar konseling yang harus
dikuasai oleh konselor profesional.

7) Keterampilan Parafrase
Menurut Asmani (2010:212) menangkap pesan

(paraphrasing) adalah teknik untuk menyatukan kembali
esensi atau inti ungkapan konseli, dengan teliti mendengarkan
pesan utama konseli, mengungkapkan kalimat yang mudah
dan sederhana. Kathryan yus& David Geldard (2011:80)
parafrase merupakan sebuah keterampilan dasar yang sangat
berguna untuk melakukan parafrase, konselor harus menyimak
dengan cermat dan kemudian mengulang kembali inti dari
perkataan konseli dengan kata-kata konselor sendiri. Parafrase
adalah cara merefleksikan (menegaskan) kembali pada konseli
poin penting dari pembicaraan konseli secara lebih jelas dan
dengan menggunakan kata-kata konselor sendiri. Parafrase
akan berjalan dengan sendirinya mengikuti alur berpikir
konseli. Parafrase yang bagus adalah yang tidak mengganggu
konseli. Hal yang paling penting pada bagian ini adalah
konselor bisa menjalin hubungan nyata berlandaskan
kepercayaan, kepedulian, dan empatik kepada konseli.
Hariastuti (2007:40) parafrase yaitu menyatakan kembali kata-
kata atau pikiran-pikiran pokok konseli.

Dalam parafrase konselor menyatakan ide pokok
konseli dengan kata-kata sendiri, tidak sekedar menirukan
kata-kata yang di ucapakan konseli. Konselor hendaknya
menggunakan pilihan kata yang tepat sehingga membantu

38
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

menekankan kata atau ide penting yang di ungkapkan konseli.
Parafrase yang cermat dapat membantu mengarahkan jalannya
wawancara serta dapat dipakai sebagai cara untuk melihat
kecermatan persepsi konselor. Perlakuan parafrase yang tepat
dari konselor akan mendapat persetujuan dari konseli. Perlu
diingat, bahwa parafrase hanya sebagai upaya untuk
memperoleh klarifikasi secara cermat dan tepat.

Beberapa tujuan di gunakannya parafrase yang akan
mempengaruhi konseli menurut Hariastuti (2007:41), yaitu:
a) Menyatakan pada konseli bahwa konselor memahami

pembicaraan.
b) Mendorong konseli untuk mengungkapakan ide atau

pemikirannya.
c) Membantu konseli memusatkan pembicaraan pada situasi,

kejadian, idea tau tingkah laku tertentu.
d) Membantu konseli yang membutuhkan kesimpulan.
e) Untuk lebih menekankan isi pesan dibandingkan afeksi.

8) Keterampilan Mengajukan Pertanyaan
Jika seorang konselor menanyakan terlalu banyak

pertanyaan, sesi konseling menjadi lebih seperti interogasi dan
konseli mungkin akan kurang terbuka dan kurang
komunikatif. Dalam ketrampilan mengajukan pertanyaan, ada
dua jenis pertanyaan, yakni pertanyaan terbua dan pertanyaan
tertutup. Beberapa pertanyaan disebut 'pertanyaan terbuka' dan
pertanyaan 'pertanyaan tertutup'.

Kedua kategori pertanyaan dapat berguna dalam proses
konseling dan perlu bagi konselor untuk memahami perbedaan
antara kedua jenis pertanyaan.

39
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

- Pertanyaan tertutup
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang

mengarah ke jawaban yang spesifik. Biasanya jawaban
untuk pertanyaan tertutup sangat pendek. Mungkin
jawaban seperti 'Ya 'atau 'Tidak' . Contoh pertanyaan
tertutup, 'Apakah Anda datang ke sini dengan bus hari
ini?' Jelas yang paling mungkin jawabannya adalah
baik 'Ya 'atau' Tidak'. Konseli dapat memilih untuk
memperluas pada jawaban tetapi tidak mungkin untuk
melakukannya. Contoh lain pertanyaan tertutup
seperti'Apakah Anda mencintai istri Anda? "dan'
Apakah Anda marah?" biasanya mengarah pada
jawaban 'Ya' atau 'Tidak'.
- Pertanyaan terbuka

Pertanyaan terbuka sangat berbeda dengan
pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka memberikan
ruangbagi konseli untuk menjelajahi area yang relevan,
dan bahkan mendorong konseli untuk bebas
menceritakan lebih banyak informasi. Contoh
pertanyaan terbuka ‘bisakah Anda ceritakan tentang
istri Anda?’, ‘apa yang membuat Anda marah?’
dengan pertanyaan tersebut maka akan sangat
memungkinkan konseli untuk menjawab dengan
jawaban yang panjang.

9) Keterampilan Merefleksikan Perasaan
Menurut Kathryan Geldard & David Geldard

(2011:93) Perasaan adalah emosi, bukan pikiran.
Merefleksikan perasaan adalah cara yang bermanfaat untuk

40
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

membantu pelepasan beban emosional dengan efek
penyembuhan. Ketika kita merefleksikan perasaan kita
menunjukkan pada konseli bahwa kita berempati dan
memahami apa yang mereka rasakan. Refleksi perasaan
serupa dengan parafrasa tetapi tidak sama. Kemiripannya
terletak pada tindakan perefleksian informasi yang di berikan
oleh konseli kepada konseli sendiri. Perbedaannya, bahwa
refleksi perasaan merefleksikan kepada konseli ekspresi-
ekspresi emosionalnya, sementara parafrasa merefleksikan
kepada konseli informasi-informasi dan pikiran-pikiran yang
menggambarakan isi pembicaraan konseli.Keterampilan ini
dapat dikembangkan bila konselor telah memiliki
keterampilan dalam mengidentifikasikan perasaan. Refleksi
perasaan yang tepat akan mendorong konseli untuk lebih
terbuka dan meyakini akan ekspresi perasaan sendiri, serta
lebih menaruh kepercayaan kepada konselor, karena persepsi
konselor benar.

Dalam merefleksi perasaan sebagai respon empatik,
sering dinyatakan secara tentatif, seperti: “mungkin anda
merasa kecewa dengan teman anda”, “apakah anda berharap
agar orangtua tenang dengan keputusan anda” Dapat
ditambahkan, bahwa dalam merespon konselor hendaknya
lebih menekankan pada emosional konseli. Sangat disarankan
bahwa dalam merespon ini konselor perlu menggunakan
bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan pengalaman
kultural dan pendidikan konseli, serta tidak perlu berlebihan.

Beberapa tujuan refleksi perasaan yaitu:
a) Membantu konseli memahami perasaanya.

41
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

b) Mendorong konseli agar lebih banyak mengekspresikan
perasaanya, baik positif maupun negatif, tentang situasi,
orang atau hal–hal khusus lainnya.

c) Membantu konseli menata atau mengatur perasaan-
perasaanya.

d) Memberitahukan pada konseli bahwa konselor memahami
perasaan konseli yang tidak suka atau marah kepada
konselor, sehingga perasaan tersebut berkurang.

e) Membantu konseli membedakan intensitas berbagai
perasaan yang ada dalam dirinya. Refleksi perasaan bisa
menjadi keterampilan yang sulit di pelajari karena sering
kali perasaan-perasaan tersebut di abaikan atau tidak di
pahami.

Cormier & Cormier (dalam Retno Tri Hariastuti, 2007:42)
mengemukakan enam langkah dalam membuat refleksi perasaan,
yaitu:

- Mendengarkan kata-kata yang di gunakan konseli untuk
menyatakan perasaanperasaanya, atau langkah-langkah afektif
dalam pesan atau pernyataan konseli.

- Perhatikan tingkah laku nonverbal konseli ketika ia
mengemukakan pernyataan atau pesan-pesan secara verbal.
Nada suara dan ekspresi wajah dapat memberi tanda atau
petunjuk mengenai perasaan dala diri konseli. Sering kali,
perilaku non-verbal menjadi petunjuk yang lebih sesuai
dengan emosi konseli karena perilaku non-verbal lebih sulit di
kontrol dibandingkan dengan kata-kata.

42
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

- Menyatakan kembali perasaan-perasaan konseli dengan
menggunakan kata–kata yang berbeda dari yang di ucapkan
konseli. Perlu di perhatikan dalam memilih kata yang tepat
untuk menggambarkan intensitas perasaan konseli. Untuk
membedakan intensitas perasaan dapat di buat daftar kata-kata
perasaan (feeling words). Daftar tersebut akan membantu
konselor dalam memilih kata-kata yang sesuai dengan emosi
atau perasaan konseli yang akn di refleksikan.

- Mengemukakan pernyatan refleksi dengan awalan kata yang
sesuai dengan petunjuk dari konseli, apakah di sampaikan
secara visual, auditoria tau kinestik.

- Menambahkan konteks atau situasi dimana perasaan itu
muncul.

- Memeriksa keefektifan refleksi berdasarkan respon konseli
terhadap pernyataan refleksi yang disampaikan konselor. Jika
identifikasi perasaan konseli dalam refleksi itu tepat, konseli
akan menyatakan “ ya, benar “ atau “ ya, itulah yang saya
rasakan.”

10) Keterampilan Mendengarkan Konselor harus menjadi
pendengar yang aktif.
Hal ini sangat penting dikarenakan beberapa faktor.
Pertama, menunjukkan sikap penuh kepedulian. Kedua,
merangsang dan memberanikan konseli untuk beraksi secara
spontan terhadap konselor. Ketiga, menimbulkan situasi yang
mengajarkan. Keempat, konseli membutuhkan gagasan-
gagasan baru.

43
Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK

Konselor sebagai pendengar yang baik memiliki
kualitas sebagai berikut:
a) Mampu berhubungan dengan orang-orang dari kalangan

sendiri, dan berbagi ide-ide.
b) Menantang konseli dalam konseling dengan cara-cara

yang bersifat membantu.
c) Memperlakukan konseli dengan cara-cara yang dapat

menimbulkan respons yang bermakna.
d) Keinginan untuk berbagi tanggungjawab secara seimbang

dengan konselin dalam konseling.

Untuk menjadi pendengar yang baik (active listener),
seseorang juga perlu mengindentifikasi sejumlah hambatan
(blocks) dalam mendengarkan. Berikut ini adalah beberapa
hambatan dalam mendengarkan yang secara sengaja maupun
tidak sengaja sering dilakukan namun berpengaruh pada
kemampuan atau latihan untuk menjadi pendengar yang baik,
yakni:

(1) membandingkan,

(2) Membaca pikiran,

(3) Mengulang-ulang,

(4) Menyaring/mendengar sebagian,

(5) Mendakwa (stereotype),

(6) Berimajinasi,

(7) Mengindentifikasi,

(8) Menasehati,
44

Landasan Psikologi dan Pedagogik Layanan BK


Click to View FlipBook Version