4. Transaksi Pemakaian Bahan
Transaksi Pemakaian Bahan Baku dan Bahan Penolong pada kasus Klise Production, adalah
sebagai berikut:
Contoh 1 : Bahan Baku untuk Produksi Kaos Hammer Katun Combad
Analisa Transaksi:
Pada tanggal 2 Desember 2020 bagian produksi akan memproduksi 200 Kaos Hammer Katun
Combad, untuk pembuatan Kaos tersebut akan menggunakan 300 meter bahan baku Kain
Katun Combad senilai Rp. 10.500.000,-. Adapun jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Sesuai bukti transaksi PBB-01 tanggal 2 Desember 2020 pemakaian bahan baku kain katun
Combad akan mengurangi Persediaan Kain Katun Combad dicatat pada kolom Kredit dan
akan menambah Biaya Bahan Baku dicatat pada kolom Debit sebesar Rp 10.500.000,-
Contoh 2 : Bahan Penolong untuk Produksi Kaos Hammer Katun Combad
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 5
Analisa Transaksi:
Sebagai pendukung dalam pembuatan 200 Kaos Hammer Katun Combad pada tanggal 3
Desember 2020 bagian produksi mengeluarkan bahan penolong (rincian tertera pada bukti
pemakaian bahan penolong) dengan total berjumlah Rp 4.300.000,-. Adapun jurnal yang
dibuat adalah sebagai berikut:
Sesuai bukti transaksi PBP-01 tanggal 3 Desember 2020 pemakaian bahan penolong akan
mengurangi Persediaan Bahan Penolong dicatat pada kolom Kredit dan akan menambah Biaya
Overhead Pabrik dicatat pada kolom Debit sebesar masing-masing Rp 4.300.000,-
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 6
Contoh 3 : Bahan Baku untuk Produksi Kaos Hammer Katun Pique
Analisa Transaksi:
Pada tanggal 9 Desember 2020 bagian produksi akan memproduksi 250 Kaos Hammer Katun
Pique, untuk pembuatan Kaos tersebut akan menggunakan 375 meter bahan baku Kain Katun
Pique senilai Rp. 16.875.000,-. Adapun jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Sesuai bukti transaksi PBB-02 tanggal 9 Desember 2020 pemakaian bahan baku kain katun
Pique akan mengurangi Persediaan Kain Katun Pique dicatat pada kolom Kredit dan akan
menambah Biaya Bahan Baku dicatat pada kolom Debit sebesar Rp 16.875.000,-
Contoh 4 : Bahan Penolong untuk Produksi Kaos Hammer Katun Pique
Analisa Transaksi:
Sebagai pendukung dalam pembuatan 250 Kaos Hammer Katun Pique pada tanggal 10
Desember 2020 bagian produksi mengeluarkan bahan penolong (rincian tertera pada bukti
pemakaian bahan penolong) dengan total berjumlah Rp 5.375.000,-. Adapun jurnal yang
dibuat adalah sebagai berikut:
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 7
Sesuai bukti transaksi PBP-02 tanggal 10 Desember 2020 pemakaian bahan penolong akan
mengurangi Persediaan Bahan Penolong dicatat pada kolom Kredit dan akan menambah Biaya
Overhead Pabrik dicatat pada kolom Debit sebesar masing-masing Rp 5.375.000,-
Contoh 5 : Bahan Baku untuk Produksi Kaos Hammer Katun Polyester
Analisa Transaksi:
Pada tanggal 16 Desember 2020 bagian produksi akan memproduksi 180 Kaos Hammer
Katun Polyester, untuk pembuatan Kaos tersebut akan menggunakan 270 meter bahan baku
Kain Katun Polyester senilai Rp. 6.750.000,-. Adapun jurnal yang dibuat adalah sebagai
berikut:
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 8
Sesuai bukti transaksi PBB-03 tanggal 16 Desember 2020 pemakaian bahan baku kain katun
Polyester akan mengurangi Persediaan Kain Katun Polyester dicatat pada kolom Kredit dan
akan menambah Biaya Bahan Baku dicatat pada kolom Debit sebesar Rp 6.750.000,-
Contoh 6 : Bahan Penolong untuk Produksi Kaos Hammer Katun Polyester
Analisa Transaksi:
Sebagai pendukung dalam pembuatan 180 Kaos Hammer Katun Polyester pada tanggal 17
Desember 2020 bagian produksi mengeluarkan bahan penolong (rincian tertera pada bukti
pemakaian bahan penolong) dengan total berjumlah Rp 3.870.000,-. Adapun jurnal yang
dibuat adalah sebagai berikut:
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 9
Sesuai bukti transaksi PBP-03 tanggal 17 Desember 2020 pemakaian bahan penolong akan
mengurangi Persediaan Bahan Penolong dicatat pada kolom Kredit dan akan menambah Biaya
Overhead Pabrik dicatat pada kolom Debit sebesar masing-masing Rp 3.870.000,-
Contoh 7 : Bahan Baku untuk Produksi Kaos Hammer Katun Pique
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 10
Analisa Transaksi:
Pada tanggal 30 Desember 2020 bagian produksi akan memproduksi 100 Kaos Hammer
Katun Pique, untuk pembuatan Kaos tersebut akan menggunakan 150 meter bahan baku Kain
Katun Pique senilai Rp. 6.750.000,-. Adapun jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Sesuai bukti transaksi PBB-04 tanggal 30 Desember 2020 pemakaian bahan baku kain katun
Pique akan mengurangi Persediaan Kain Katun Pique dicatat pada kolom Kredit dan akan
menambah Biaya Bahan Baku dicatat pada kolom Debit sebesar Rp 6.750.000,-
Contoh 8 : Bahan Penolong untuk Produksi Kaos Hammer Katun Pique
Analisa Transaksi:
Sebagai pendukung dalam pembuatan 100 Kaos Hammer Katun Pique pada tanggal 30
Desember 2020 bagian produksi mengeluarkan bahan penolong (rincian tertera pada bukti
pemakaian bahan penolong) dengan total berjumlah Rp 2.150.000,-. Adapun jurnal yang
dibuat adalah sebagai berikut:
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 11
Sesuai bukti transaksi PBP-04 tanggal 30 Desember 2020 pemakaian bahan penolong akan
mengurangi Persediaan Bahan Penolong dicatat pada kolom Kredit dan akan menambah Biaya
Overhead Pabrik dicatat pada kolom Debit sebesar masing-masing Rp 2.150.000,-
Berikut jurnal khusus pemakaian bahan keseluruhan:
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 12
A. Kompetensi Dasar
3.21 – 3.24 Menerapkan pencatatan transaksi kedalam buku jurnal khusus
4.21 – 4.24 Melakukan pencatatan transaksi kedalam buku jurnal khusus
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran, peserta didik mampu:
1. Menjelaskan jurnal khusus yang digunakan pada perusahaan manufaktur
2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk jurnal khusus yang digunakan pada perusahaan
manufaktur
3. Mencatat transaksi ke dalam jurnal khusus
4. Mencatat transaksi ke dalam jurnal umum
3. Transaksi Pembelian
Transaksi Pembelian pada kasus Klise Production, adalah sebagai berikut:
Contoh 1 : Pembelian Kredit Bahan Baku
Analisa Transaksi:
Pada tanggal 08 Desember 2020 perusahaan melakukan pembelian bahan baku sebesar Rp.
21.450.000,- kepada PT Pioner sebagai pemasok. Pembelian dilakukan secara kredit dengan
termin 2/10, n/30. Atas pembelian tersebut PT Pioner mengenakan PPN terhadap bahan baku
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 1
yang dibeli oleh Klise Production. Transaksi ini akan dicatat pada Jurnal Pembelian. Adapun
jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Sesuai bukti transaksi PR14-12 tanggal 08 Desember 2020 jumlah Penjualan yang tertera pada
Invoice sebesar Rp. 19.500.000,- dicatat pada kolom Debit Akun Persediaan Bahan Baku.
PPN 10% senilai Rp. 1.950.000,- dicatat pada kolom Debit Akun PPN Masukan dan Total
Harga Rp 21.450.000,- dicatat pada kolom Kredit Akun Hutang Usaha.
Hal yang sama dilakukan pencatatan pada transaksi 23 Klise Production
Analisa Transaksi:
Pada tanggal 22 Desember 2020 perusahaan melakukan pembelian bahan baku sebesar Rp.
16.500.000,- kepada PT Primisima sebagai pemasok. Pembelian dilakukan secara kredit
dengan termin 2/10, n/30. Atas pembelian tersebut PT Primisima mengenakan PPN terhadap
bahan baku yang dibeli oleh Klise Production. Transaksi ini akan dicatat pada Jurnal
Pembelian. Adapun jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 2
Sesuai bukti transaksi PM-10 tanggal 22 Desember 2020 jumlah Penjualan yang tertera pada
Invoice sebesar Rp. 16.500.000,- dicatat pada kolom Debit Akun Persediaan Bahan Baku.
PPN 10% senilai Rp. 1.650.000,- dicatat pada kolom Debit Akun PPN Masukan dan Total
Harga Rp 18.150.000,- dicatat pada kolom Kredit Akun Hutang Usaha.
Contoh 2 : Pembelian Bahan Penolong
Analisa Transaksi:
Pada tanggal 15 Desember 2020 perusahaan melakukan pembelian bahan penolong sebesar
Rp. 4.700.000,- kepada CV. Kentaru sebagai pemasok. Pembelian dilakukan secara kredit
dengan termin 2/10, n/30. Atas pembelian tersebut CV. Kentaru mengenakan PPN terhadap
bahan baku yang dibeli oleh Klise Production. Transaksi ini akan dicatat pada Jurnal
Pembelian. Adapun jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 3
Sesuai bukti transaksi K-13 tanggal 15 Desember 2020 jumlah Penjualan yang tertera pada
Invoice sebesar Rp. 4.700.000,- dicatat pada kolom Debit Akun Persediaan Bahan Penolong.
PPN 10% senilai Rp. 470.000,- dicatat pada kolom Debit Akun PPN Masukan dan Total Harga
Rp 5.170.000,- dicatat pada kolom Kredit Akun Hutang Usaha.
Berikut tampak Jurnal Khusus Pembelian keseluruhan (Jurnal Khusus harus dijumlah
pada bagian akhir jurnalnya)
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 4
5. Transaksi Penyelesaian Produksi
Tahapan berikutnya setelah pengolahan / proses produksi adalah penyelesaian produksi jadi atau
produk jadi selesai di proses. Adapun pencatatan transaksi penyelesaian produksi dicatat pada
jurnal umum, baik produk jadi selesai 100 % maupun masih dalam proses. Transaksi Penyelesaian
Produksi pada kasus Klise Production, adalah sebagai berikut:
Contoh 1 : Penyelesaian Produk Jadi Kaos Hammer Katun Combad
Analisa Transaksi:
Bagian produksi mengeluarkan catatan berupa memo tertanggal 7 Desember 2020 mengenai
produk jadi selesai di proses sebanyak 200 Kaos Hammer Katun Combad dengan total biaya
sebesar Rp 18.700.000,00. Transaksi ini akan dicatat pada jurnal umum sebagai berikut:
Sesuai bukti transaksi M-01 tanggal 7 Desember 2020 produk yang telah diselesaikan proses
produksinya sebesar Rp 18.700.000,00 dicatat pada akun Persediaan Produk Jadi kolom
Debit. Pada kolom Kredit dicatat berupa rincian biaya produksi yang telah digunakan yang
terdiri dari Biaya Bahan Baku (BBB) Rp 10.500.000,00, Biaya Tenaga Kerja Langsung
(BTKL) Rp 3.000.000,00 dan Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 5.200.000,00 (nilai ini terdiri
dari Biaya Bahan Penolong senilai Rp 4.300.000,00 dan Biaya Overhead Pabrik Lainnya
sebesar Rp 900.000,00).
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 13
Contoh 2 : Penyelesaian Produk Jadi Kaos Hammer Katun Pique
Analisa Transaksi:
Bagian produksi mengeluarkan catatan berupa memo tertanggal 14 Desember 2020 mengenai
produk jadi selesai di proses sebanyak 250 Kaos Hammer Katun Pique dengan total biaya
sebesar Rp 27.125.000,00. Transaksi ini akan dicatat pada jurnal umum sebagai berikut:
Sesuai bukti transaksi M-02 tanggal 14 Desember 2020 produk yang telah diselesaikan proses
produksinya sebesar Rp 27.125.000,00 dicatat pada akun Persediaan Produk Jadi kolom
Debit. Pada kolom Kredit dicatat berupa rincian biaya produksi yang telah digunakan yang
terdiri dari Biaya Bahan Baku (BBB) Rp 16.875.000,00, Biaya Tenaga Kerja Langsung
(BTKL) Rp 3.750.000,00 dan Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 6.500.000,00 (nilai ini terdiri
dari Biaya Bahan Penolong senilai Rp 5.375.000,00 dan Biaya Overhead Pabrik Lainnya
sebesar Rp 1.125.000,00).
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 14
Contoh 3 : Penyelesaian Produk Jadi Kaos Hammer Katun Polyester
Analisa Transaksi:
Bagian produksi mengeluarkan catatan berupa memo tertanggal 21 Desember 2020 mengenai
produk jadi selesai di proses sebanyak 180 Kaos Hammer Katun Polyester dengan total biaya
sebesar Rp 14.130,00. Transaksi ini akan dicatat pada jurnal umum sebagai berikut:
Sesuai bukti transaksi M-03 tanggal 21 Desember 2020 produk yang telah diselesaikan proses
produksinya sebesar Rp 14.130.000,00 dicatat pada akun Persediaan Produk Jadi kolom
Debit. Pada kolom Kredit dicatat berupa rincian biaya produksi yang telah digunakan yang
terdiri dari Biaya Bahan Baku (BBB) Rp 6.750.000,00, Biaya Tenaga Kerja Langsung
(BTKL) Rp 2.700.000,00 dan Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 4.680.000,00 (nilai ini terdiri
dari Biaya Bahan Penolong senilai Rp 3.870.000,00 dan Biaya Overhead Pabrik Lainnya
sebesar Rp 810.000,00).
Setelah bukti transaksi selesai dicatat pada jurnal umum, maka jurnal umum dijumlahkan saldo
nya.
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 15
Contoh 3 : Penyelesaian Produk Jadi Kaos Hammer Katun Polyester
Analisa Transaksi:
Bagian produksi mengeluarkan catatan berupa memo tertanggal 21 Desember 2020 mengenai
produk jadi selesai di proses sebanyak 180 Kaos Hammer Katun Polyester dengan total biaya
sebesar Rp 14.130,00. Transaksi ini akan dicatat pada jurnal umum sebagai berikut:
Sesuai bukti transaksi M-03 tanggal 21 Desember 2020 produk yang telah diselesaikan proses
produksinya sebesar Rp 14.130.000,00 dicatat pada akun Persediaan Produk Jadi kolom
Debit. Pada kolom Kredit dicatat berupa rincian biaya produksi yang telah digunakan yang
terdiri dari Biaya Bahan Baku (BBB) Rp 6.750.000,00, Biaya Tenaga Kerja Langsung
(BTKL) Rp 2.700.000,00 dan Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 4.680.000,00 (nilai ini terdiri
dari Biaya Bahan Penolong senilai Rp 3.870.000,00 dan Biaya Overhead Pabrik Lainnya
sebesar Rp 810.000,00).
Setelah bukti transaksi selesai dicatat pada jurnal umum, maka jurnal umum dijumlahkan saldo
nya.
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 15
6. Transaksi Penjualan (secara kredit)
Jurnal khusus penjualan ini berfungsi sebagai pencatatan transaksi penjualan produk jadi
atau pun jasa yang biasanya dilakukan dengan pembayaran secara kredit.
Tahapan pencatatan transaksi penjualan pada kasus Klise Production adalah sebagai berikut:
Analisa Transaksi:
Bagian penjualan pada tanggal 4 Desember 2020 perusahaan menjual produk jadinya kepada
salah satu pelanggannya Fantasy Kaos. Penjualan dilakukan secara kredit dengan termin 2/10,
n/30. Penjualan tersebut dikenakan PPN 10%. Atas transaksi ini dicatat pada jurnal Penjualan.
Jurnal khusus penjualan yang dibuat sebagai berikut:
Sesuai bukti transaksi F-01 tanggal 4 Desember 2020 produk jadi yang dijual sebesar Rp
40.000.000,- , nilai ini dijurnal pada kolom Penjualan Produk Jadi sisi Kredit, kemudian PPN
10% sebesar Rp 4.000.000,- dicatat pada kolom PPN Keluaran sisi Kredit. Sedangkan Total
Faktur sebesar Rp 44.000.000,- dicatat pada kolom Piutang Dagang/Usaha sisi Debit. Untuk
Harga Pokok Penjualan atas transaksi ini dicatat pada kolom Debit dan Persediaan Produk
Jadi (berkurang) dicatat pada kolom Kredit, masing-masing Rp 20.200.000,- (diambil dari
Kartu Persediaan Produk Jadi).
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 16
Transaksi berikutnya:
Analisa Transaksi:
Bagian penjualan pada tanggal 16 Desember 2020 perusahaan menjual produk jadinya kepada
salah satu pelanggannya Mira Fashion. Penjualan dilakukan secara kredit dengan termin 2/10,
n/30. Penjualan tersebut dikenakan PPN 10%. Atas transaksi ini dicatat pada jurnal Penjualan.
Jurnal khusus penjualan yang dibuat sebagai berikut:
Sesuai bukti transaksi F-02 tanggal 16 Desember 2020 produk jadi yang dijual sebesar Rp
45.000.000,- , nilai ini dijurnal pada kolom Penjualan Produk Jadi sisi Kredit, kemudian PPN
10% sebesar Rp 4.500.000,- dicatat pada kolom PPN Keluaran sisi Kredit. Sedangkan Total
Faktur sebesar Rp 49.500.000,- dicatat pada kolom Piutang Dagang/Usaha sisi Debit. Untuk
Harga Pokok Penjualan atas transaksi ini dicatat pada kolom Debit dan Persediaan Produk
Jadi (berkurang) dicatat pada kolom Kredit, masing-masing Rp 22.625.000,- (diambil dari
Kartu Persediaan Produk Jadi).
Transaksi berikutnya:
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 17
Analisa Transaksi:
Bagian penjualan pada tanggal 23 Desember 2020 perusahaan menjual produk jadinya kepada
salah satu pelanggannya Hits Jakarta. Penjualan dilakukan secara kredit dengan termin 2/10,
n/30. Penjualan tersebut dikenakan PPN 10%. Atas transaksi ini dicatat pada jurnal Penjualan.
Jurnal khusus penjualan yang dibuat sebagai berikut:
Sesuai bukti transaksi F-03 tanggal 23 Desember 2020 produk jadi yang dijual sebesar Rp
43.000.000,- , nilai ini dijurnal pada kolom Penjualan Produk Jadi sisi Kredit, kemudian PPN
10% sebesar Rp 4.300.000,- dicatat pada kolom PPN Keluaran sisi Kredit. Sedangkan Total
Faktur sebesar Rp 47.300.000,- dicatat pada kolom Piutang Dagang/Usaha sisi Debit. Untuk
Harga Pokok Penjualan atas transaksi ini dicatat pada kolom Debit dan Persediaan Produk
Jadi (berkurang) dicatat pada kolom Kredit, masing-masing Rp 21.125.000,- (diambil dari
Kartu Persediaan Produk Jadi). Setelah selesai, Jurnal Khusus Penjualan di Jumlah.
Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur 18
Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran pada modul ini, Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan definisi buku besar perusahaan manufaktur dengan tepat
2. Menjelaskan definisi Neraca Saldo perusahaan manufaktur dengan tepat
3. Melakukan posting ke buku besar perusahaan manufaktur dengan tepat
4. Menyusun Neraca Saldo perusahaan manufaktur dengan tepat
Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator Pencapaian Kompetensi Pengetahuan:
1. Menjelaskan buku besar perusahaan manufaktur dengan tepat
2. Menjelaskan neraca saldo perusahaan manufaktur dengan tepat
Indikator Pencapaian Kompetensi Keterampilan:
1. Melakukan posting ke buku besar perusahaan manufaktur dengan tepat
2. Menyusun neraca saldo perusahaan manufaktur dengan tepat
Materi Belajar
Dalam akuntansi, pencatatan keuangan dilakukan dengan menggunakan 2 kumpulan catatan
transaksi yang lebih sering disebut buku besar umum (general ledger) dan buku besar pembantu
(subsidiary ledger).
Dua buku dalam pencatatan keuangan ini sangat diperlukan dan penting. Buku besar dalam ilmu
akuntansi merupakan rincian catatan keuangan sebuah perusahaan dalam periode tertentu. Jenis
pencatatan keuangan secara keseluruhan lebih dikenal dengan istilah buku besar umum.
A. Pengertian Buku Besar Pembantu
Buku besar pembantu atau subsidiary ledger adalah perpanjangan dari buku besar umum yang
mencatat lebih detail dan spesifik mengenai transaksi tertentu. Tentunya, dalam buku besar jenis
ini, transaksi telah dikelompokkan menjadi satu kategori transaksi yang sama. Hal ini dilakukan
agar dapat merinci transaksi detail yang terjadi di perusahaan.
Banyak yang mengatakan bahwa buku pembantu merupakan perluasan yang merupakan rincian
detail dari akun tertentu serta perubahannya. Sehingga detail informasi transaksi yang tidak
tercantum pada buku besar umum, biasanya dapat ditemukan pada buku besar ini.
Jenis Buku Besar Pembantu
1
Ada lebih dari lima jenis buku pembantu sesuai dengan akun yang ada pada sistem akuntansi.
Banyaknya jenis buku besar tergantung pada jenis akun pada jenis perusahaan, contoh beberapa
buku pembantu pada perusahaan manufakturing berdasarkan akun-akun berikut ini:
Utang
Piutang
1. Buku Besar Pembantu Utang
Buku ini berisi kumpulan catatan transaksi utang yang diberikan kepada perusahaan. Pada buku
ini juga mencatat perubahan jumlah dan nominal kepada kreditur. Dalam buku ini, akan terlihat
informasi jelas mengenai siapa kreditur pemberi utang, nominal serta cara pembayarannya
sekali saja dalam tempo tertentu atau berkala.
Format buku besar pembantu utang tidak ada yang baku, berikut contoh format buku pembantu
utang dan rekapitulasi buku pembantu piutang.
2. Buku Besar Pembantu Piutang
buku ini ini merupakan kebalikan dari buku utang. Pada buku ini berisi kumpulan piutang atau
tagihan dari langganan yang membayar secara kredit. Dalam hal ini, perusahaan menjual
barangnya kepada pihak lain dengan melakukan transaksi penjualan kredit. Di buku ini tercatat
rincian data debitur, nominal tagihan, dan cara pembayaran secara kredit dilakukan setiap
tanggal berapa.
Format buku besar pembantu piutang tidak ada yang baku, berikut contoh format buku
pembantu piutang dan rekapitulasi buku pembantu piutang.
2
Dua buku ini merupakan perpanjangan dari perubahan utang maupun piutang yang dicatat
secara keseluruhan di buku besar umum. Sehingga, pada buku besar umum hanya mengambil
informasi penting seperti nominal utang – piutang. Selain itu, pada buku besar umum lebih
dikenal dengan perkiraan induk dari akun utang piutang tersebut.
Fungsi Buku Besar Pembantu
Sebuah perusahaan menjadi sangat terbantu karena adanya sistem akuntansi yang jelas. Sistem
akuntansi ini diperinci dengan adanya buku besar umum dan buku pembantu. Fungsi dari buku
pembantu dalam sebuah perusahaan ada empat, yaitu sebagai berikut:
Pertama, karena dalam buku ini tercatat dengan rinci maka buku ini akan memudahkan
dalam proses penyusunan laporan keuangan sehingga meminimalisir kesalahan pencatatan
pada buku besar umum.
Kedua sebagai pembanding dalam ketelitian pencatatan buku besar umum, karena dalam
buku pembantu berisi detail rincian dari saldo-saldo pada buku besar umum.
Ketiga, bisa terjadi pembagian tugas dalam pengerjaan laporan akuntansi keuangan sebuah
perusahaan.
Keempat, mempermudah dalam pencarian informasi mengenai jumlah akun dari pihak-
pihak yang terkait.
Sumber Pencatatan Buku Besar Pembantu
Dalam sebuah sistem akuntansi, sumber pencatatan adalah hal yang utama dalam semua transaksi.
Tanpa adanya sumber pencatatan, maka sebuah laporan keuangan dapat dikatakan fraud
(kecurangan) karena tidak ada hal yang mendasari terjadinya transaksi. Sehingga perlu juga
memahami sumber pencatatan dalam buku pembantu.
3
Sumber pencatatan dalam buku adalah segala bukti transaksi yang berakibat pada perubahan
nominal akun utang-piutang tersebut. Contoh dari sumber pencatatan keuangan adalah faktur, nota,
bukti penerimaan kas, kuitansi dan sebagainya.
Metode yang dilakukan untuk memasukkan data dari sumber pencatatan ada dua. Pertama,
pencatatan dilakukan di dalam buku jurnal umum atau jurnal khusus, lalu dibukukan ke dalam buku
besar. Setiap pos jurnal wajib diposting secara individu maupun kolektif.
Kedua, pencatatan di buku pembantu. Pencatatan ini dibuat daftar saldonya setiap akhir periode
tertentu. Daftar saldo ini dibuat berdasarkan akun pada buku pembantu tersebut.
1. Pencatatan Buku Besar Pembantu Piutang
Berikut langkah-langkah pencatatan buku pembantu piutang
a. Mencatat saldo awal dari neraca saldo
b. Mencatat tanggal terjadinya transaksi atau tanggal posting apabila menggunakan jurnal
khusus
c. Mencatat keterangan sesuai dengan jurnal yang akan diposting
d. Mencatat jumlah debit dan kredit
Berikut buku besar pembantu piutang pada contoh kasus Klise Production
4
2. Pencatatan Buku Besar Pembantu Utang
Berikut langkah-langkah pencatatan buku pembantu utang
a. Mencatat saldo awal dari neraca saldo
b. Mencatat tanggal terjadinya transaksi atau tanggal posting apabila menggunakan jurnal
khusus
c. Mencatat keterangan sesuai dengan jurnal yang akan diposting
d. Mencatat jumlah debit dan kredit
Berikut buku besar pembantu piutang pada contoh kasus Klise Production
5
Langkah-langkah Pembuatan Buku Besar Pembantu pada Aplikasi Excel Akunting
1. Buka format yang telah diberikan mulai dari Akun dan Saldo Akun (ASA), jurnal khusus
hingga NS STLH BB (NS setelah Buku Besar), format ini sudah berisi jurnal khusus yang
telah terisi lengkap.
2. Tahap berikutnya lengkapi format 3. BP (buku pembantu) yang umum dengan rumus dibawah
ini, format ini biasa digunakan dalam pembelajaran. Namun untuk rekapitulasi tidak
menggunakan foramt ini, rekapitulasi akan menggunakan format yang ada pada sheet
“Piutang” dan “Hutang”.
Buku besar piutang dagang
a. Bagian judul, dapat di tulis manual
b. Baris ke 5 “Acc. Name: pada kolom C, di input rumus :
=VLOOKUP(G5;ASA!$A$6:$D$150;2;FALSE)
c. Baris ke 5 “Acc. No: pada kolom G, di input rumus : =ASA!A83
d. Baris ke 8 Saldo Awal tanggal hingga kolom kredit di isi manual, pada kolom balance
Debit di isi dengan rumus :
=SUMIF(ASA!$A$6:$A$160;G5;ASA!$E$6:$E$160)+SUMIF(ASA!$A$6:$A$160;
G5;ASA!$F$6:$F$160)
Untuk kolom balance Credit di kosongkan
e. Baris ke 9 Penjualan tanggal hingga kolom Ref di isi manual,
6
- Kolom Debit dengan rumus =SUMIF(SJ!$D$8:$D$12;G5;SJ!$G$8:$G$12)
- Kolom Credit dikosongkan
- Kolom Balance Debit dengan rumus =G8+E9-F9
- Kolom balance Credit dikosongkan
f. Baris ke 10 Penerimaan Kas tanggal hingga kolom Ref di isi manual,
- Kolom Debit dikosongkan
- Kolom Credit dengan rumus =SUMIF(CR!$D$8:$D$24;G5;CR!$K$8:$K$24)
- Kolom Balance Debit dengan rumus =G9+E10-F10
- Kolom balance Credit dikosongkan
g. Baris ke 11 Umum tanggal hingga kolom Ref di isi manual,
- Kolom Debit dikosongkan
- Kolom Credit dengan rumus =SUMIF(JM!$B$8:$B$16;G5;JM!$H$8:$H$16)
- Kolom Balance Debit dengan rumus =G10+E11-F11
- Kolom balance Credit dikosongkan
Lakukan cara yang sama untuk membuat buku besar pelanggan lainnya
Buku besar hutang dagang
a. Bagian judul, dapat di tulis manual
b. Baris ke 41 “Acc. Name: pada kolom C, di input rumus :
=VLOOKUP(G41;ASA!$A$6:$D$150;2;FALSE)
c. Baris ke 41 “Acc. No: pada kolom G, di input rumus : =ASA!A89
d. Baris ke 44 Saldo Awal tanggal hingga kolom kredit di isi manual, pada kolom balance
Debit di kosongkan.
Untuk kolom balance Credit di isi dengan rumus
=SUMIF(ASA!$A$6:$A$160;G41;ASA!$E$6:$E$160)+SUMIF(ASA!$A$6:$A$160;
G41;ASA!$F$6:$F$160)
e. Baris ke 45 Pembelian tanggal hingga kolom Ref di isi manual,
- Kolom Debit dikosongkan
- Kolom Credit dengan rumus =SUMIF(PJ!$D$8:$D$11;G41;PJ!$J$8:$J$11)
- Kolom Balance Debit dikosongkan
- Kolom balance Credit dengan rumus =H44-E45+F45
f. Baris ke 46 Pengeluaran Kas tanggal hingga kolom Ref di isi manual,
- Kolom Debit dengan rumus =SUMIF(DJ!$D$8:$D$16;G41;DJ!$G$8:$G$16)
7
- Kolom Credit dikosongkan
- Kolom Balance Debit dikosongkan
- Kolom balance Credit dengan rumus =H45-E46+F46
g. Baris ke 46 Umum tanggal hingga kolom Ref di isi manual,
- Kolom Debit dengan rumus =SUMIF(JM!$B$8:$B$19;G41;JM!$F$8:$F$19)
- Kolom Credit dikosongkan
- Kolom Balance Debit dikosongkan
- Kolom balance Credit dengan rumus =H46-E47+F47
Lakukan cara yang sama untuk membuat buku besar pelanggan lainnya
Berikutnya membuat Rekapitulasi dan Buku besar piutang
1. Klik/pilih atau buat sheet dengan nama Piutang (atau boleh nama lain seperti AR), lihat format
yang tersedia atau buatlah seperti contoh pada format yang telah diberikan.
2. Lengkapi terlebih dahulu bagian format Account Receivable Subsidiary Ledger dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Baris ke 4 kolom G4 No. Akun pada posisi kolom J4, di isi manual Nomor Akun
Pelanggan
b. Baris ke 5 kolom G5 Nama. Akun pada posisi kolom J5, di isi dengan rumus
=VLOOKUP(J4;ASA!$A$6:$D$150;2;FALSE)
c. Baris ke 6 kolom G6 Akun D/K pada posisi kolom J6, di isi dengan rumus
=IF(VLOOKUP(J4;ASA!$A$6:$D$150;3;FALSE)="D";"Debit";"Kredit")
d. Baris ke 8 J. Penerimaan Kas kolom Debit dikosongkan, kolom Kredit di isi dengan rumus
=SUMIF(CR!$D$8:$D$24;J4;CR!$K$8:$K$24)
e. Baris ke 11 J. Penjualan kolom Debit di isi dengan rumus
=SUMIF(SJ!$D$8:$D$12;J4;SJ!$G$8:$G$12)
, kolom Kredit dikosongkan
f. Baris ke 12 J. Umum kolom Debit dikosongkan
, kolom Kredit di isi dengan rumus =SUMIF(JM!$B$7:$B$53;J4;JM!$H$7:$H$53)
g. Baris ke 15 kolom G15 (C-01) di isi dengan rumus =J4
Baris ke 15 kolom K15 Saldo Awal di isi dengan rumus
8
=SUMIF(ASA!$A$6:$A$96;J4;ASA!$E$6:$E$96)+SUMIF(ASA!$A$6:$A$96;J4;AS
A!$F$6:$F$96)
Baris ke 15 kolom L15 Debit di isi dengan rumus =SUM(L8:L14)
Baris ke 15 kolom M15 Kredit di isi dengan rumus =SUM(M8:M14)
Baris ke 15 kolom N15 Saldo Akhir di isi dengan rumus
=IF(J6="Debit";K15+L15-M15;IF(J6="Kredit";K15-L15+M15;0))
h. Untuk baris lainnya boleh dibuat atau dihapus (optional)
i. Lakukan cara yang sama untuk membuat buku besar pelanggan yang lainnya
3. Kemudian lengkapi bagian format List Of Account Receivable dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Bagian judul di isi secara manual
b. Kolom B6 , B7 dan B8 Kode Pembantu di isi secara manual sesuai dengan kode masing-
masing pelanggan
c. Kolom C6 Nama Customer di isi dengan rumus
=VLOOKUP(B6;ASA!$A$6:$D$96;2;FALSE) , jika sudah dapat dicopikan/copas
kebawah
d. Kolom D6 Saldo Awal Bulan di isi dengan rumus
=VLOOKUP(B6;ASA!$A$6:$F$96;5;FALSE) , jika sudah dapat dicopikan/copas
kebawah
e. Kolom E6 Saldo Akhir Bulan di isi dengan rumus
=D6+SUMIF($G$15:$G$42;B6;$L$15:$L$42)-
SUMIF($G$15:$G$42;B6;$M$15:$M$42) , jika sudah dapat dicopikan/copas kebawah
f. Kolom D12 dan E12 gunakan rumus SUM
9
Berikutnya membuat Rekapitulasi dan Buku besar hutang
1. Klik/pilih atau buat sheet dengan nama Hutang (atau boleh nama lain seperti AP), lihat format
yang tersedia atau buatlah seperti contoh pada format yang telah diberikan.
2. Lengkapi terlebih dahulu bagian format Buku Pembantu Hutang Dagang dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Baris ke 4 kolom G4 No. Akun pada posisi kolom J4, di isi manual Nomor Akun Pemasok
b. Baris ke 5 kolom G5 Nama. Akun pada posisi kolom J5, di isi dengan rumus
=VLOOKUP(J4;ASA!$A$6:$D$150;2;FALSE)
c. Baris ke 6 kolom G6 Akun D/K pada posisi kolom J6, di isi dengan rumus
=IF(VLOOKUP(J4;ASA!$A$6:$D$150;3;FALSE)="D";"Debit";"Kredit")
d. Baris ke 9 J. Pengeluaran Kas kolom Debit di isi dengan rumus
=SUMIF(DJ!$D$8:$D$16;J4;DJ!$G$8:$G$16)
, kolom Kredit dikosongkan
e. Baris ke 10 J. Pembelian kolom Debit dikosongkan, kolom Kredit di isi dengan rumus
=SUMIF(PJ!$D$8:$D$11;J4;PJ!$J$8:$J$11)
f. Baris ke 12 J. Umum kolom Debit di isi dengan rumus
=SUMIF(JM!$B$7:$B$53;J4;JM!$F$7:$F$53), kolom Kredit dikosongkan
g. Baris ke 15 kolom G15 (C-01) di isi dengan rumus =J4
Baris ke 15 kolom K15 Saldo Awal di isi dengan rumus
=SUMIF(ASA!$A$6:$A$96;J4;ASA!$E$6:$E$96)+SUMIF(ASA!$A$6:$A$96;J4;AS
A!$F$6:$F$96)
Baris ke 15 kolom L15 Debit di isi dengan rumus =SUM(L8:L14)
Baris ke 15 kolom M15 Kredit di isi dengan rumus =SUM(M8:M14)
Baris ke 15 kolom N15 Saldo Akhir di isi dengan rumus
=IF(J6="Debit";K15+L15-M15;IF(J6="Kredit";K15-L15+M15;0))
h. Untuk baris lainnya boleh dibuat atau dihapus (optional)
i. Lakukan cara yang sama untuk membuat buku besar pemasok yang lainnya
3. Kemudian lengkapi bagian format HUTANG DAGANG dengan ketentuan sebagai berikut:
10
a. Bagian judul di isi secara manual
b. Kolom B6 , B7 dan B8 Kode Pembantu di isi secara manual sesuai dengan kode masing-
masing pelanggan
c. Kolom C6 Nama Supplier di isi dengan rumus
=VLOOKUP(B6;ASA!$A$6:$D$96;2;FALSE) , jika sudah dapat dicopikan/copas
kebawah
d. Kolom D6 Saldo Awal Bulan di isi dengan rumus
=VLOOKUP(B6;ASA!$A$6:$F$96;5;FALSE) , jika sudah dapat dicopikan/copas
kebawah
e. Kolom E6 Saldo Akhir Bulan di isi dengan rumus
=D6+SUMIF($G$15:$G$42;B6;$L$15:$L$42)-
SUMIF($G$15:$G$42;B6;$M$15:$M$42) , jika sudah dapat dicopikan/copas kebawah
f. Kolom D12 dan E12 gunakan rumus SUM
11
B. Kartu Persediaan
Kartu persediaan barang atau dikenal dengan Bin Card atau Stock Card, adalah ringkasan
pergerakan persediaan dan sisa saldo atas persediaan. Laporan ini berisi informasi dari pergerakan
yang mencakup saldo awal, penerimaan stok, penerbitan stok, dan kuantitas akhir. Sangat penting
bagi gudang untuk mengetahui sisa stok hanya dengan melihat laporan ini.
Pengelola stok atau bagian gudang harus menulis ke dalam kartu persediaan barang setiap kali
barang masuk atau keluar dari gudang. Catatan ini hanya berisi jumlah gerakan masuk dan keluar
dan keseimbangan pada titik tertentu.
Kartu persediaan stok adalah laporan dari semua kuitansi dan pengeluaran stok dari departemen
gudang. Tanggung jawab penjaga inventori dan gudang untuk mencatat setiap stok yang masuk
dan keluar dari gudang. Jumlah stok fisik dan jumlah stok yang dilaporkan menurut pada laporan
harus sama; jika tidak, departemen audit internal akan memiliki hak untuk menyelidiki masalah
tersebut dengan manajemen.
Fungsi Kartu Persediaan Barang
Fungsi kartu persediaan adalah dapat membantu para pekerja gudang jika nanti terjadi audit
dadakan dari auditor internal pada ketersediaan persediaan dengan membandingkan jumlah
sebenarnya dengan kartu bin/persediaan.
Tidak ada format khusus untuk kartu persediaan barang karena organisasi dapat merancang kartu
stok mereka sendiri sesuai dengan kebutuhan dan analisis pelaporan mereka.
Kelebihan Menggunaakan Kartu Persediaan Barang
Dapat mewaspadai tingkat persediaan
Ini akan membantu penanggung jawab inventori untuk melacak setiap persediaan atau tingkat
material dan mengusulkan pembelian apa pun jika perlu. Pastikan tertera level minimum dari setiap
materi di kartu yang akan membantu staf untuk waspada terhadap pengawasan mereka.
Pengendalian Internal di gudang
Ini akan membantu staf untuk mengidentifikasi bahan dan barang yang benar lebih cepat. Tentu ini
akan bermanfaat jika semua item yang ada sangat mirip. Risiko mengeluarkan barang yang salah
juga berkurang.
Mengurangi kemungkinan kehilangan faktur
Setiap ada faktur atau tanda terima, staf harus segera memperbarui dalam laporan ini yang disimpan
di sebelah item. Ini akan membantu mengurangi risiko kesalahan atau lupa.
Membantu selama penghitungan inventori dan stok opname
Selama penghitungan tahunan, ini akan membantu auditor dan penanggung jawab untuk
mengidentifikasi materi dari daftar ke stok sebenarnya dan sebaliknya. Selain itu, ini juga
membantu auditor untuk menginventarisir kuantitas selama penghitungan yang dilakukan.
12
Kekurangan Menggunakan Kartu Persediaan Barang
Membutuhkan lebih banyak waktu
Petugas gudang perlu meluangkan waktu untuk memperbarui kartu ini. Selain itu, staf dapat
memeriksa level stok dengan memeriksa laporan stok dari pembukuan daripada kartu ini.
Terjadinya duplikasi pekerjaan
Selama penerimaan dan pengeluaran persediaan, harus dipastikan seluruh laporan stok yang ada di
kartu dan laporan keuangan (Excel atau sistem kontrol lainnya) dilaporkan secara seimbang. Hal
ini memang berisiko untuk terjadinya duplikasi perkerjaan, namun dengan kombinasi kedua
laporan ini selama penghitungan data yang didapat lebih bisa diandalkan.
Membutuhkan ruang gudang
Walaupun hanya berbentuk kartu, namun jika barang yang disimpan dalam jumlah banyak, maka
otomatis kartu persediaan barang juga akan banyak dan kemungkinan memerlukan ruang untuk
penyimpanan yang dapat digunakan untuk menyimpan barang lain.
Ingatlah, semakin banyak detail yang dibutuhkan, semakin banyak ruang yang akan terpakai.
Jika perusahaan memiliki banyak item produk yang dijual dan hampir serupa, ada baiknya
menggunakan kartu ini untuk memastikan ketersediaan stok yang optimal pada bisnis tersebut.
1. Kartu Persediaan Bahan Baku
Kartu Persediaan Bahan baku digunakan untuk mencatat perubahan-perubahan/mutasi
persediaan dari setiap jenis bahan yang dimiliki perusahaan.
Pengelolaan bahan baku harus mendapat perhatian demi berlangsungnya proses produksi.
Agar pengelolaan bahan baku terkontrol, digunakan kartu persediaan bahan baku. Kartu
persediaan bahan baku adalah kartu yang digunakan untuk mencatat perubahan-perubahan
persediaan dari setiap jenis bahan yang dimiliki perusahaan. Kartu ini mempunyai beberapa
fungsi, antara lain :
a. Sebagai alat bantu untuk memelihara kuantitas persediaan bahan baku yang benar.
b. Memuat data mutasi bahan dalam waktu berjalan dan saldo akhir dalam kuantitas
harganya.
c. Membantu bagian akuntansi dalam pentuan harga pokok dan harga penjualan barang jadi.
Berikut contoh kartu persediaan bahan baku dalam kasus Klise Production
13
2. Kartu Persediaan Bahan Penolong
Kartu Persediaan Bahan Penolong digunakan untuk mencatat perubahan-perubahan/mutasi
persediaan dari setiap jenis bahan penolong yang dimiliki perusahaan dalam proses produksi.
Pengelolaan bahan penolong perlu diperhatikan demi berlangsungnya proses produksi. Agar
pengelolaan bahan penolong terkontrol, digunakan kartu persediaan bahan penolong. Kartu ini
mempunyai beberapa fungsi, antara lain :
a. Sebagai alat bantu untuk memelihara kuantitas persediaan bahan penolong yang benar.
b. Memuat data mutasi bahan dalam waktu berjalan dan saldo akhir dalam kuantitas
harganya.
c. Membantu bagian akuntansi dalam pentuan harga pokok dan harga penjualan barang jadi.
Berikut Contoh Kartu Persediaan Bahan Penolong dalam kasus Klise Production
14
15
3. Kartu Persediaan Produk Jadi
Barang/Produk jadi adalah hasil produksi yang telah selesai dibuat dan siap utuk dijual atau
dipakai. Barang/produk jadi di setiap jenis perusahaan manufaktur berbeda-beda
perlakuannya. Misalnya, barang jadi pemintalan benang adalah benang, sedangkan benang di
dalam usaha tekstil dianggap sebagai bahan baku.
Agar dapat mengelola persediaan barang jadi dengan baik, diperlukan adanya sistem yang baik
dalam manajemen persediaan produk jadi. Kartu persediaan barang/produk jadi adalah kartu
yang berisi rincian mutasi persediaan barang/produk jadi setelah proses produksi selesai pada
satu jenis produk
Berikut contoh Kartu persediaan barang/produk jadi pada kasus Klise Production.
16
17
C. Buku Besar (general ledger)
Buku Besar merupakan buku utama yang merangkum semua catatan transaksi keuangan dari semua
jurnal akuntansi. Buku inilah yang menjadi dasar dalam pembuatan laporan neraca maupun laporan
laba rugi (L/R). Sedangkan sumber buku besar itu sendiri adalah jurnal dengan cara membuat jurnal
umum maupun jurnal khusus. Setelah buku besar diposting maka saldo masing-masing akun akan
dikumpulkan pada Neraca Saldo.
Metode Pencatatan
Buku besar merupakan buku yang mengkumpulkan/merekap atau merinci semua catatan dari jurnal
umum maupun khusus yang telah dibuat dengan menggolongkan rekening maing-masing yang
sejenis. Banyaknya jumlah akun buku besar yang dibutuhkan perusahaan berbeda-beda, karena
tergantung kepada kekayaan dan keuangan perusahaan, jenis kegiatan, volume transaksi, dan
informasi yang diinginkan perusahaan.
Aktivitas mencatat buku besar disebut juga dengan posting. Buku besar merupakan
pemindahan akun dari jurnal umum. Sehingga, posting dilakukan setelah membuat jurnal
umum atau jurnal khusus.
Dalam buku besar, akun-akunnya digolongkan dalam akun ril atau real account dan
juga nominal account atau akun nominal. Akun ril merupakan akun yang ada pada neraca
seperti hutang, aktiva, modal, dan kewajiban. Sedangkan akun nominal merupakan akun yang
ada pada laporan laba rugi seperti akun beban dan pendapatan.
Fungsi
Berikut adalah fungsi buku besar, yaitu:
Alat untuk meringkas data transaksi yang telah dicatat pada jurnal umum maupun khusus
Alat penggolongan data keuangan sehingga mudah untuk mengetahui saldo
rekening/akun sebenarnya
Bahan kelengkapan dalam penyusunan laporan keuangan
Metode Pencatatan
1. Bentuk T
Bentuk T buku besar akuntansi adalah buku besar yang paling sederhana dan hanya berbentuk
seperti huruf T besar. Sebelah kiri menunjukan sisi debit dan sebelah kanan menunjukan sisi
kredit. Nama akun diletakkan di sisi kiri atas dan kode akun diletakkan pada sisi kanan atas.
18
2. Bentuk Scontro
Bentuk scontro buku besar akuntansi adalah buku besar yang biasanya disebut dengan dua
kolom. Scontro berarti sebelah menyebelah atau dibagi 2 yaitu sebelah debit dan sebelah kredit.
3. Bentuk Staffle Berkolom Saldo Tunggal
Bentuk ini digunakan jika diperlukan penjelasan dari transaksi yang relative banyak.
4. Bentuk Staffle Berkolom Saldo Rangkap
Bentuk ini hamper sama dengan bentuk kolom saldo tunggal. Hanya perbedaannya kolom dibagi
dua kolom yaitu kolom debit dan kolom kredit.
Langkah-langkah Posting ke Buku Besar
Ada beberapa tahapan yang harus dilewati sebelum melakukan posting ke buku besar, terutama
bagi perusahaan yang menggunakan jurnal khusus.
Pertama, saldo-saldo pada kolom jurnal khusus harus dijumlahkan terlebih dahulu. Kemudian
Langkah kedua penjumlahan saldo yang berasal dari jurnal khusus harus dibuatkan rekapitulasi
jurnal untuk memudahkan posting ke buku besar. Setelah itu, barulah posting dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
19
a. Pindahkan saldo neraca awal pada kolom saldo di buku besar pada masing-masing akun
dan diberi tanggal sesuai awal periode
b. Pindahkan saldo rekapitulasi jurnal khusus sesuai dengan akun yang bersangkutan dan
saldonya mengikuti saldo pada rekapitulasi jurnal khusus
c. Tanggal diisi dengan tanggal akhir periode akuntansi. (khusus untuk tanggal posting,
tanggal ini bisa harian jika posting dilakukan setiap hari, makanya dalam buku besar yang
menggunakan aplikasi akuntansi buku besar akun akan berurutan menurut tanggal, bisa
juga per periode posting (mingguan atau bulanan/akhir periode).
d. Keterangan bisa diisi “Posting” atau sesuai uraian yang diinginkan, bisa singkatan dari
jurnal khusus.
e. Ref, diisi bisa singkatan jurnal khusus atau nomor halaman (jika manual)
f. Akumulasi saldo akhir buku besar sesuai dengan nominal yang diposting.
SKKNI Teknisi Akuntansi – Memproses Buku Besar
KODE UNIT : M.692000.008.02
KODE UNIT : Memproses Buku Besar
DISKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan ketrampilan, pengetahuan dan
sikap kerja yang dibutuhkan dalam memproses buku besar sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan pada perusahaan.
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
1. Mempersiapkan 1.1 Peralatan dan Perlengkapan yang dibutuhkan untuk
pengelolaan buku besar pengelolaan buku besar disediakan
1.2 Buku besar yang diperlukan disediakan
1.3 Rekapitulasi Jurnal disajikan
2. Membukukan jumlah 2.1 Akun-akun dalam buku besar yang diperlukan
angka dari jurnal ke buku diidentifikasi
besar 2.2 Jumlah yang ada dalam rekapitulasi jurnal dibukukan
3. Menyusun daftar saldo 3.1 Daftar saldo akun dalam buku besar disajikan sesuai
akun dalam buku besar dengan format yang telah ditetapkan
3.2 Saldo akun dalam buku besar dipastikan kebenarannya
20
Contoh Rekapitulasi Jurnal dan Buku Besar pada kasus Klise Production
Berikut rekap keseluruhan dari kasus Klise Production
21
Tahapan berikutnya setelah rekapitulasi selesai maka memposting ke buku besar, berikut contoh
buku besar Klise Production keseluruhan:
22
23
24
25
26
27
28
29
Langkah-langkah Pembuatan Rekapitulasi Jurnal dan Buku Besar pada Aplikasi Excel
Akunting
1. Lihat Kembali jurnal khusus yang telah dibuat sebelumnya, lengkapi kolom akun yang khusus
(misalnya Kas, Penjualan, Piutang Usaha, dll) dengan memberikan nomor akun.
12 3
4
5
7
6
8
30
Keterangan :
1. isikan dengan kode customer
2. isikan kolom nama akun dengan rumus =VLOOKUP(D8;'Akun+Saldo
Awal'!$A$85:$F$93;2;FALSE), perhatikan dan sesuaikan dengan sheet dan kolomnya
3. isikan kolom khusus akun dengan nomor akunnya masing-masing (fungsi nya untuk membaca
rekapitulasi pada aplikasi excel, pada manual tanda sudah diposting)
4. jumlahkan dengan menggunakan fungsi SUM
5. jumlahkan dengan fungsi "+"
6. isikan dengan kode akun yang ada pada akun debit, begitu juga pada akun yang di kredit
7. daftar Rekapitulasi gunakan fungsi SUMIF, pada contoh lihat rumus ini : =SUMIF(G7;G20;G13),
perhatikan syntax/perintahnya, sesuaikan dengan kolom nya. Lakukan hal yang sama pada sisi kredit
8. jumlah kan hasilnya dengan fungsi SUM, jumlah ini harus sama dengan jumlah yang ada di jurnal
sisi debit, lakukan hal yang sama pada sisi kredit
2. Buat format rekapitulasi seperti contoh dan input rumus excelnya.
Point 7 diatas, Daftar Rekapitulasi boleh dibuat di satu sheet khusus. Pada bagian ini saya
membuat 2 kali sehingga untuk sheet khusus rekapitulasi saya tidak lagi menggunakan
fungsi SUMIF tapi hanya “=”
2
34
5
1
31