A. Kartu Harga Pokok Pesanan
Berdasarkan hasil perhitungan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik yang dibebankan di atas, kita dapat menyusun Kartu Harga Pokok (Job Order Cost Sheet).
Kartu harga pokok ini berfungsi sebagai buku pembantu biaya untuk mengumpulkan biaya produksi
tiap pesanan. Kartu harga pokok pesanan memuat informasi mengenai pesanan yang bersangkutan
sebagai berikut:
a. Informasi umum, seperti: nama pemesan, jenis produk yang dipesan, jumlah pesanan,
tanggal pesanan dimulai, tanggal pesanan selesai, dan sebagainya.
b. Informasi biaya produksi, seperti: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik.
Berikut ini adalah Kartu Harga Pokok untuk Pesanan #111 dan Pesanan #222.
Kartu Harga Pokok untuk Pesanan #111
KARTU HARGA No. Pesanan PT. AMAN
POKOK PESANAN Pemesan
Jenis produk : 111
Jumlah : PT. Mantap
: Kalender
: 1.500 unit
Tanggal Pesanan : 5 Oktober 20X1
Tanggal Selesai : 25 Oktober 20X1
Keterangan Biaya Produksi
Tgl
Bahan Baku Tenaga BOP
(Rp) Kerja (Rp) Dibebankan Jumlah (Rp)
(Rp) Rp2.000.000
Rp1.500.000
Kertas A Rp2.000.000
Tinta X Rp1.500.000 Rp3.750.000
Upah tenaga kerja Rp4.687.500
langsung Rp3.500.000 Rp3.750.000 Rp4.687.500 Rp11.937.500
BOP dibebankan Rp3.750.000 Rp4.687.5000
Jumlah
Kartu Harga Pokok untuk Pesanan #222
PT. AMAN
No. Pesanan : 222 Pemesan
: PT. Jaya
KARTU HARGA Jenis produk : Brosur iklan
POKOK PESANAN Jumlah : 12.000 unit
Tanggal Pesanan : 15 Oktober 20X1
Tanggal Selesai : 5 November 20X1
Keterangan Biaya Produksi
Tgl Bahan Baku Tenaga Kerja BOP
(Rp) (Rp) Dibebankan Jumlah (Rp)
(Rp) Rp15.000.000
Rp3.600.000
Kertas B Rp15.000.000
Tinta Y Rp3.600.000
Praktikum Akuntansi Manufaktur 8
Upah tenaga Rp13.500.000 Rp13.500.000
kerja langsung
BOP Rp18.600.000 Rp13.500.000 Rp16.875.000 Rp16.875.000
dibebankan Rp16.875.000 Rp48.975.000
Jumlah
Di akhir periode, diketahui biaya overhead yang sesungguhnya terjadi (selain biaya bahan penolong
dan biaya tenaga kerja tidak langsung) sebagai berikut:
Biaya depresiasi mesin Rp2.500.000
Biaya depresiasi gedung pabrik Rp6.000.000
Biaya pemeliharaan mesin Rp2.250.000
Biaya pemeliharaan gedung pabrik Rp3.750.000
Biaya sewa gedung pabrik Rp2.350.000
Jumlah Rp22.925.000
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi tesebut adalah
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp22.925.000
Biaya depresiasi mesin Rp2.500.000
Biaya depresiasi gedung pabrik Rp6.000.000
Biaya pemeliharaan mesin Rp2.250.000
Biaya pemeliharaan gedung pabrik Rp3.750.000
Biaya sewa gedung pabrik Rp2.350.000
Selanjutnya, saldo rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ditutup ke biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya untuk mengetahui apakah terjadi selisih antara keduanya. Jurnal penutup yang
dibuat adalah:
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp21.562.500
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp21.562.500
Selisih antara saldo rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan kepada produkditentukan
dengan menghitung saldo rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
Biaya bahan penolong Debit Kredit
Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp 1.575.000 Rp 21.562.500
Biaya depresiasi mesin Rp 4.500.000
Biaya depresiasi gedung pabrik Rp 2.500.000
Biaya pemeliharaan mesin Rp 6.000.000
Biaya pemeliharaan gedung pabrik Rp 2.250.000
Biaya sewa gedung pabrik Rp 3.750.000
Rp 2.350.000
Biaya overhead yang dibebankan
Selisih biaya overhead pabrik Rp 1.362.500
Praktikum Akuntansi Manufaktur 9
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa terjadi selisih pembebanan kurang (under-applied)
sehingga jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.
Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp1.362.500
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp1.362.500
4. Penghitungan dan pencatatan Harga Pokok Produk Selesai
Pesanan yang telah diselesaikan proses produksinya akan ditransfer dari departemen produksi ke
bagian gudang. Harga pokok pesanan yang telah jadi ini dapat dihitung dari informasi biaya yang
terdapat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. Misalnya pesanan #111 telah
selesai diproduksi, maka harga pokok pesanannya dapat dihitung sebagai berikut:
Biaya bahan baku Rp3.500.000
Biaya tenaga kerja Rp3.750.000
Biaya overhead pabrik Rp4.687.500
Jumlah harga pokok pesanan Rp11.937.500
Berikut ini adalah jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi tersebut.
Persediaan Produk Jadi Rp11.937.500
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp3.500.000
Rp3.750.000
Barang Dalam Proses – Biaya TKL Rp4.687.500
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik
5. Penghitungan dan pencatatan Harga Pokok Barang dalam Proses
Pada akhir periode dimungkinkan adanya pesanan yang belum selesai proses produksinya.Biaya
yang telah dikeluarkan untuk pesanan tersebut dapat dilihat dalam kartu harga pokokpesanan yang
bersangkutan. Misalnya pesanan #222 belum selesai pengerjaannya sampaiakhir bulan Oktober
20X1, maka jurnal yang dibuat untuk mencatat pesanan yang belum selesai tersebut adalah
sebagai berikut:
Persediaan Produk Dalam Proses Rp48.975.000
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp18.600.000
Barang Dalam Proses – Biaya TKL Rp13.500.000
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp16.875.000
6. Pencatatan harga pokok produk yang dijual
Harga pokok produk yang diserahkan kepada pemesan dicatat dengan mendebit rekeningHarga
Pokok Penjualan Produk dan mengkredit rekening Persediaan Produk Jadi. Berikutini adalah
jurnal untuk mencatat harga pokok pesanan #111 yang diserahkan pada PT. Mantap sebagai
pemesan.
Harga Pokok Penjualan Rp11.937.500
Persediaan Produk Jadi Rp11.937.500
7. Pencatatan pendapatan penjualan produk
Pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk dicatat dengan mendebit rekening Piutang
Dagang atau Kas dan mengkredit rekening Pendapatan Penjualan. Berikut ini adalah jurnal untuk
mencatat harga pokok pesanan #111 berupa pesanan kalender sebanyak 1.500 unit dengan harga
Rp10.000/unit dan diserahkan pada PT. Mantap sebagaipemesan.
Piutang Dagang Rp15.000.000
Pendapatan Penjualan Rp15.000.000
Praktikum Akuntansi Manufaktur 10
Dengan melihat data harga pokok penjualan dan pendapatan penjualan di atas, maka laba kotor untuk
pesanan #111 dihitung sebagai berikut:
Pendapatan penjualan Rp15.000.000
Biaya produksi:
Biaya bahan baku Rp3.5000.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp3.750.000
Biaya overhead pabrik Rp.4.687.500
(Rp11.937.500)
Laba kotor pesanan Rp 3.062.500
Praktikum Akuntansi Manufaktur 11
2. Perhitungan Harga Pokok Proses
Pengertian dan konsep harga pokok proses
Harga pokok proses merupakan sistem akuntansi yang membebankan biaya bahan baku, tenaga kerja
dan BOP ke setiap departemen. Contoh: industri yang memproduksi kertas, plastik, tekstil, baja, semen,
gula, sabun, minuman kaleng, farmasi.
Karakteristik metode harga pokok proses
➢ Produk yang diproduksi dalam suatu departemen bersifat homogen, yaitu sumber daya yang
dikonsumsi setiap unit produk sama.
➢ Proses produksi bersifat kontinyu atau berkelanjutan.
➢ Tujuan produksi untuk mengisi sediaan atau disebut metode produksi massa.
➢ Kegiatan produksi dapat dilakukan melalui beberapa departemen, sebelum ditransfer ke gudang
barang jadi.
➢ Setiap departemen produksi membuat laporan harga pokok produksi pada akhir periode, misal:
bulan, atau triwulan.
➢ Biaya produksi dibebankan secara periodik per departemen produksi, misal setiap bulan.
➢ Biaya per unit produk dihitung dengan membagi total biaya yang dibebankan dengan total unit
yang diproduksi oleh departemen tersebut
Akuntansi BBB, BTKL, BOP
Pada sistem akuntansi harga pokok proses menggunakan rekening barang dalam proses untuk setiap
departemen produksi.
Biaya Bahan Baku
Secara periodik (misal: setiap bulan) dihitung total biaya bahan baku yang digunakan oleh setiap
departemen.
Contoh: Januari 2020, Departemen A dan Departemen B memakai bahan baku masing-masing sebesar
Rp350.000 dan Rp175.000.
Jurnal pemakaian Bahan:
BDP - Departemen A Rp 350.000
BDP - Departemen B Rp 175.000
Bahan Baku Rp 525.000
Biaya Tenaga Kerja
Setiap bulan dihitung total biaya tenaga kerja yang didistribusikan ke setiap departemen.
Contoh: Januari 2020, 15 karyawan Departemen A bekerja 25 hari dan 10 karyawan Departemen B
bekerja 25 hari. Tarif upah karyawan di kedua departemen sebesar Rp5.000 per hari.
Jurnal distribusi tenaga kerja:
BDP - Departemen A Rp 1.875.000
BDP - Departemen B Rp 1.250.000
Gaji dan Upah Rp 3.125.000
Biaya Overhead Pabrik BOP terdiri atas:
BOP Sesungguhnya
BOP dicatat dan digolongkan menurut departemen untuk perencanaan dan pengendalian biaya.
Praktikum Akuntansi Manufaktur 12
Contoh: Januari 2020, terjadi biaya listrik Rp 200.000, biaya air Rp 125.000 dan biaya telepon Rp
115.000, biaya depresiasi mesin pabrik Rp 165.000, biaya bahan penolong Rp 175.000, biaya tenaga
kerja tidak langsung Rp 200.000.
Jurnal BOP sesungguhnya: Rp 980.000
BOP Sesungguhnya Rp 200.000
Rp 125.000
Biaya listrik Rp 115.000
Biaya air Rp 165.000
Biaya telepon Rp 175.000
Biaya depresiasi mesin pabrik Rp 200.000
Biaya bahan penolong
Biaya tenaga kerja tidak langsung
BOP pembebanan
BOP dibebankan ke setiap departemen produksi pada akhir periode. Jumlah BOP dibebankan dihitung
dengan cara mengalikan tarif yang telah ditetapkan dengan jumlah sesungguhnya dari dasar
pembebanan yang digunakan di setiap departemen produksi.
Contoh: tarif BOP dibebankan Rp 1.000 per jam mesin pada Departemen A dan Rp 1.250 per jam tenaga
kerja langsung pada Departemen B. Selama Januari 2020, Departemen A menggunakan 500 jam mesin
dan Departemen B 600 jam tenaga kerja langsung.
Jurnal BOP dibebankan: Rp 500.000
BDP - Departemen A Rp 750.000
BDP - Departemen B
Rp 1.250.000
BOP dibebankan
Laporan Harga Pokok Proses
Biaya yang dibebankan ke departemen dilaporkan dalam laporan harga pokok produksi departemen.
Laporan harga pokok produksi menyajikan informasi tentang jumlah biaya yang diakumulasikan dan
dibebankan ke produksi selama periode tertentu (misalnya satu bulan). Selain itu, laporan harga pokok
produksi merupakan sumber informasi untuk menjurnal biaya unit yang ditransfer dari suatu
departemen produksi ke departemen produksi berikutnya atau ke sediaan barang jadi.
Laporan harga pokok produksi menunjukkan:
➢ Biaya total dan biaya per unit produk yang diterima dari satu atau lebih departemen lainnya.
➢ Biaya total dan biaya per unit dari bahan baku, tenaga kerja, dan BOP yang ditambahkan oleh
departemen tersebut.
➢ Biaya dari unit dalam proses, sediaan awal dan sediaan akhir.
➢ Biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke sediaan barang jadi
Laporan harga pokok produksi terbagi atas tiga bagian, yaitu data kuantitas, total biaya yang harus
dipertanggungjawabkan oleh departemen yang terkait, dan pertanggungjawaban biaya tersebut.
➢ Data Kuantitas
Data kuantitas menunjukkan jumlah unit produk yang diproses dalam suatu departemen pada
periode tertentu (misalnya satu bulan), dan hasil pemrosesan terhadap unit produk tersebut.
Jumlah kuantitas yang diproses (input) harus sama dengan jumlah kuantitas hasil pemrosesan
(output). Input terdiri atas unit dalam proses sediaan awal + unit masuk proses / diterima dari
Praktikum Akuntansi Manufaktur 13
departemen sebelumnya + unit ditambahkan ke produksi. Sedangkan, output meliputi unit
ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang barang jadi + unit dalam proses sediaan
akhir. Informasi data kuantitas digunakan untuk menghitung jumlah unit ekuivalen.
➢ Biaya yang Harus Dipertanggungjawabkan
Merupakan jumlah biaya yang harus dipertanggungjawabkan dalam suatu departemen, yang
mencakup biaya total dan biaya per unit yang diakumulasi dalam departemen tersebut. Biaya
yang diakumulasi pada departemen pertama terdiri atas biaya produksi (bahan baku, tenaga
kerja, dan BOP) yang ditambahkan oleh departemen tersebut. Sedangkan, biaya yang
diakumulasi pada departemen berikutnya, meliputi:
✓ Biaya yang ditransfer dari departemen sebelumnya
✓ Biaya yang ditambahkan oleh departemen terkait
➢ Biaya yang ditambahkan oleh departemen berikutnya tergantung pada sifat pemrosesan yang
dilakukan pada departemen tersebut:
✓ Proses produksi lengkap
✓ Biaya yang ditambahkan berupa biaya bahan baku, tenaga kerja dan BOP .
✓ Proses produksi finishing / menyempurnakan
✓ Biaya yang ditambahkan terdiri atas biaya tenaga kerja dan BOP.
➢ Pertanggungjawaban Biaya
Jumlah biaya pada bagian ini harus sama dengan jumlah biaya yang harus
dipertanggungjawabkan (bagian kedua laporan). Bagian ini menyajikan informasi
pertanggungjawaban biaya yang diakumulasi dalam suatu departemen.
Untuk menghitung biaya produk jadi dan biaya produk dalam proses sediaan akhir, maka biaya
yang diakumulasi tersebut dialokasikan ke:
✓ Unit produk selesai, dan ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang sediaan
barang jadi. Biaya yang dibebankan berupa total biaya per unit (meliputi biaya dari
departemen sebelumnya, bahan baku, tenaga kerja dan BOP)
✓ Unit dalam proses sediaan akhir. Biaya yang dibebankan berupa total biaya per unit
dikalikan dengan prosentase penyelesaian unit tersebut.
Contoh Laporan Harga Pokok Produksi
Berikut ini adalah contoh Laporan Harga Pokok Produksi pada perusahaan Klise Production:
Praktikum Akuntansi Manufaktur 14
Praktikum Akuntansi Manufaktur 15
Contoh kasus lainnya
1. Metode harga pokok proses untuk produk yang pengolahannya hanya melalui satu
departemen produksi
Data biaya PT. Makmur pada Januari 20X1
Biaya bahan baku : Rp 6.000.000
Biaya tenaga kerja : Rp 12.500.000
Biaya overhead pabrik : Rp 18.750.000
Total biaya produksi : Rp 37.250.000
Data produksi
Masuk proses : 1.500 unit
Produk jadi : 1.000 unit
Produk dalam proses akhir : 500 unit
(bahan baku 100%, tenaga kerja 50%, overhead 30%)
Berikut ini adalah mekanisme metode harga proses yang digunakan untuk menghitung
biaya per unit yang dikeluarkan PT. Makmur.
a. Menghitung aliran fisik unit
Masuk proses 1.500 unit
Produk jadi 1.000 unit
Produk dalam proses akhir 500 unit
b. Menghitung unit ekuivalen
Unit Ekuivalensi = Unit selesai + (unit dalam proses x % penyelesaian)
BBB = 1.000 + (500 x 100%) = 1.500 unit
BTK = 1.000 + (500 x 50%) = 1.250 unit
BOP = 1.000 + (500 x 30%) = 1.150 unit
Praktikum Akuntansi Manufaktur 16
c. Menghitung biaya per unit ekuivalen
Biaya produksi Total biaya Unit Biaya per unit
ekuivalensi ekuivalensi
Bahan baku Rp 6.000.000
Tenaga kerja Rp 1.250.000 1.500 Rp 4.000
Overhead pabrik Rp 4.025.000 1.250 Rp 1.000
Total Rp 11.275.000 1.150 Rp 3.500
Rp 8.500
d. Menghitung biaya yang dibebankan pada unit produk jadi dan unit produk dalam
proses serta total biaya yang harus dipertanggungjawabkan pada periode ini
Harga pokok produk jadi Rp 2.000.000 Rp 8.500.000
1.000 x Rp8.500: Rp 250.000
Harga pokok produk dalam proses: Rp 525.000 Rp 2.775.000
BBB: 100% x 500 x Rp4.000 Rp 11.275.000
BTK: 50% x 500 x Rp1.000
BOP: 30% x 500 x Rp3.500
Jumlah
Total biaya produksi Januari 20X1
Penjurnalan atas biaya-biaya tersebut dilakukan seperti berikut ini:
a. Mencatat biaya bahan baku
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp6.000.000
Persediaan bahan baku Rp6.000.000
b. Mencatat biaya tenaga kerja Rp1.250.000
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja
Rp1.250.000
Gaji dan upah
c. Mencatat overhead pabrik Rp4.025.000
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik
Rp4.025.000
Macam-macam kredit
d. Mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer gudang
Persediaan produk jadi Rp8.500.000
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp4.000.000
Rp1.000.000
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp3.500.000
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik
e. Mencatat harga pokok produk dalam proses yang belum selesai diolah
Persediaan produk dalam proses Rp2.775.000
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp2.000.000
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp250.000
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp525.000
Praktikum Akuntansi Manufaktur 17
Dari perhitungan biaya produksi PT. Makmur sebelumnya, berikut ini laporan harga pokok
produksi yang dapat disusun.
PT. Makmur Laporan Biaya Produksi
Januari 20X1
Skedul produksi Total biaya 1.500 unit
Masuk proses produksi Rp 6.000.000 1.000 unit
Produk jadi yang ditransfer ke gudang Rp 1.250.000
Produk dalam proses akhir Rp 4.025.000 500 unit
Jumlah produk yang dihasilkan Rp 11.275.000 1.500 unit
Biaya yang dibebankan dalam Biaya per Unit
Januari 20X1 Rp 2.000.000 Rp 4.000
Rp 250.000 Rp 1.000
Biaya Bahan Baku Rp 525.000 Rp 3.500
Rp 8.500
Biaya Tenaga Kerja
Biaya Overhead Pabrik Rp 8.500.000
Jumlah
Rp 2.775.000
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke gudang:
1.000 x Rp8.500
Harga pokok persediaan produk dalam
proses akhir:
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja
Biaya Overhead Pabrik
Jumlah
Total biaya produksi yang dibebankan Rp 11.275.000
dalam bulan Januari 20X1
2. Metode harga pokok proses untuk produk yang pengolahannya melalui lebih dari satu
departemen produksi
Dalam pengolahan produk yang melibatkan lebih dari satu departemen, maka perhitunganharga
pokok per unit produk yang dihasilkan oleh departemen I sama dengan yang telah dibahas
sebelumnya. Karena produk yang dihasilkan oleh departemen I ditransfer ke departemen selanjutnya
dan menjadi bahan baku dalam proses produksi di departemen tersebut, maka harga pokok produk
yang dihasilkan oleh departemen setelah departemenI terdiri dari:
a. Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
b. Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen I
Berikut ini adalah contoh perhitungan biaya produksi per unit pada produk yang diolah melalui dua
departemen produksi.
PT. Sejahtera memiliki dua departemen produksi, Departemen A dan Departemen B, untukmenghasilkan
produknya. Di bawah ini adalah data produksi dan biaya kedua departemenproduksi tersebut dalam
Praktikum Akuntansi Manufaktur 18
bulan Januari 20X1. Departemen A Departemen B
25.000 unit -
Masuk dalam proses 20.000 unit -
Produk jadi yang ditransfer ke Dep. B -
Produk jadi yang ditransfer ke gudangProduk 5.000 unit 16.000 unit
dalam proses akhir 4.000 unit
Biaya yang dikeluarkan Januari 20X1:
Biaya Bahan Baku Rp18.750.000 -
Biaya Tenaga Kerja Rp8.250.000 Rp4.500.000
Biaya Overhead Pabrik Rp9.350.000 Rp10.350.000
Tingkat penyelesaian poduk dalam 100% -
proses akhir: 40% 50%
Biaya Bahan Baku
Biaya Konversi
a. Perhitungan harga pokok produksi di Departemen A
Unit ekuivalensi:
BBB = 20.000 + (5.000 x 100%) = 25.000 unit
BTK = 20.000 + (5.000 x 40%) = 22.000 unit
BOP = 20.000 + (5.000 x 40%) = 22.000 unit
Biaya produksi Total biaya Unit Biaya per unit
ekuivalensi ekuivalensi
Bahan baku Rp18.750.000 Rp750
Tenaga kerja Rp8.250.000 25.000 Rp375
Overhead pabrik Rp9.350.000 22.000 Rp425
Total 22.000 Rp1.550
Rp36.350.000
Setelah biaya produksi per unit dihitung, maka harga pokok produk jadi yang ditransfer dari
departemen A ke departemen B dan harga pokok produk dalam prosesdi departemen A pada
Januari 20X1 dapat dihitung sebagai berikut:
Harga pokok produk jadi Rp3.750.000 Rp31.000.000
20.000 x Rp1.550 Rp750.000
Harga pokok produk dalam prosesBBB: Rp850.000 Rp5.350.000
100% x 5.000 x Rp750 Rp36.350.000
BTK: 40% x 5.000 x Rp375
BOP: 40% x 5.000 x Rp425
Jumlah
Total biaya produksi Januari 20X1
Berdasarkan perhitungan di atas, maka perusahaan menyajikan laporan biaya produksiberikut ini.
Praktikum Akuntansi Manufaktur 19
PT. Sejahtera
Laporan Biaya Produksi Departemen AJanuari 20X1
Skedul produksi 25.000 unit
Masuk proses produksi 20.000 unit
Produk jadi yang ditransfer ke dep. B
Produk dalam proses akhir 5.000 unit
Jumlah produk yang dihasilkan 25.000 unit
Biaya per Unit
Biaya yang dibebankan dalam Total biaya Rp 750
Januari 20X1 Rp 375
Rp 18.750.000 Rp 425
Biaya Bahan Baku Rp 8.250.000 Rp 1.550
Rp 9.350.000
Biaya Tenaga Kerja Rp 36.350.000 Rp 31.000.000
Biaya Overhead Pabrik
Jumlah Rp 5.350.000
Rp 36.350.000
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke dep. B:
20.000 x Rp1.550
Harga pokok persediaan produk dalam
proses akhir: Rp 3.750.000
Biaya Bahan Baku Rp 750.000
Biaya Tenaga Kerja Rp 850.000
Biaya Overhead Pabrik
Jumlah
Total biaya produksi yang dibebankandalam
Januari 20X1
Biaya produksi departemen A selama Januari 20X1 dicatat dengan jurnal sebagaiberikut:
1) Mencatat biaya bahan baku Rp18.750.000
BDP – Biaya Bahan Baku Dep. A
Persediaan bahan baku Rp18.750.000
2) Mencatat biaya tenaga kerja Rp8.250.000
BDP – Biaya Tenaga Kerja Dep. A Rp8.250.000
Gaji dan upah
3) Mencatat overhead pabrik Rp9.350.000
BDP – Biaya Overhead Pabrik Dep. A Rp9.350.000
Macam-macam kredit
4) Mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen B
Persediaan produk jadi Rp31.000.000
BDP – Biaya Bahan Baku Rp15.000.000
BDP – Biaya Tenaga Kerja Rp7.500.000
Praktikum Akuntansi Manufaktur 20
BDP – Biaya Overhead Pabrik Rp8.500.000
5) Mencatat harga pokok produk dalam proses yang belum selesai diolah
Persediaan produk dalam proses Rp5.350.000
BDP – Biaya Bahan Baku
BDP – Biaya Tenaga Kerja Rp3.750.000
BDP – Biaya Overhead Pabrik Rp750.000
Rp850.000
b. Perhitungan harga pokok produksi di Departemen B
Berdasarkan laporan harga pokok produksi di Departemen A, terdapat 20.000 unit produk jadi
yang ditransfer dari departemen A ke departemen B dengan total biaya Rp31.000.000,00 atau
Rp1.550,00 per unit. Selanjutnya, departemen B mengeluarkanbiaya tenaga kerja Rp4.500.000,00
dan biaya overhead Rp10.350.000,00 untuk menyelesaikan produk. Dari 20.000 unit yang diolah
lebih lanjut, dihasilkan 16.000 produk jadi yang ditransfer ke gudang dan 4.000 unit produk dalam
proses dengan tingkat penyelesaian 50% untuk biaya konversi.
Berikut ini adalah perhitungan unit ekuivalensi dan biaya per unit ekuivalensi yangditambahkan
di departemen B.
Unit ekuivalensi:
BTK = 16.000 + (4.000 x 50%) = 18.000 unit
BOP = 16.000 + (4.000 x 50%) = 18.000 unit
Biaya produksi Total biaya Unit Biaya per unit
ekuivalensi ekuivalensi
Tenaga kerja Rp4.500.000 Rp250
Overhead pabrik Rp10.350.000 18.000 Rp575
Total Rp14.850.000 18.000 Rp825
Setelah biaya produksi per unit yang dikeluarkan oleh departemen B dihitung, maka harga pokok
produk jadi yang ditransfer dari departemen B ke gudang dan harga pokok produk dalam proses di
departemen B pada Januari 20X1 dapat dihitung sebagai berikut:
Perhitungan harga pokok produksi
Harga pokok produk jadi yang ditransfer Rp24.800.000
dari departemen B ke gudang: Rp13.200.000
Harga pokok dari Dep. A:
16.000 x Rp1.550 Rp38.000.000
Biaya yang ditambahkan di dep. B:
16.000 x Rp825
Total harga pokok produk jadi yang
ditransfer dari departemen B ke gudang:
Praktikum Akuntansi Manufaktur 21
Harga pokok produk dalam proses: Rp6.200.000
Harga pokok dari Dep. A: Rp1.650.000
4.000 x Rp1.550
Biaya yang ditambahkan di dep. B: Rp500.000
BTK: 50% x 4.000 x Rp250 Rp1.150.000
BOP: 50% x 4.000 x Rp575
Total harga pokok persediaan Rp7.850.000
produk dalam proses di Dep. B Rp45.850.000
Total biaya produksi kumulatif Dep.
B bulan Januari 20X1
Berdasarkan perhitungan di atas, maka perusahaan menyajikan laporan biaya produksiberikut ini.
PT. Sejahtera
Laporan Biaya Produksi Departemen BJanuari 20X1
Skedul produksi 20.000 unit Biaya per Unit
Diterima dari Departemen A 16.000 unit
Produk jadi yang ditransfer ke gudang
Produk dalam proses akhir 4.000 unit
Jumlah produk yang dihasilkan 20.000 unit
Biaya kumulatif yang dibebankan ke Total biaya
Departemen B dalam Januari 20X1
Rp31.000.000 Rp1.550
Harga pokok dari Departemen A:
Rp4.500.000 Rp250
20.000 unit Rp10.350.000 Rp575
Biaya yang ditambahkan di Rp14.850.000 Rp825
Departemen B:
Biaya Tenaga Kerja Rp45.850.000 Rp2.375
Biaya Overhead Pabrik
Jumlah biaya yang ditambahkan di
Departemen B
Total biaya kumulatif di Departemen B
Praktikum Akuntansi Manufaktur 22
Perhitungan Biaya Rp38.000.000
Harga pokok produk jadi yangditransfer ke
gudang: Rp6.200.000
16.000 x Rp2.375 Rp500.000
Harga pokok persediaan produk dalam
proses akhir: Rp1.150.000
Harga pokok dari Departemen A:
Biaya Bahan Baku 4.000 x Rp1.550 Rp7.850.000
Biaya Tenaga Kerja Rp45.850.000
Biaya Overhead Pabrik
Jumlah harga pokok persediaan produk
dalam proses akhir
Total biaya produksi yang dibebankan
dalam Januari 20X1
Biaya produksi departemen A selama Januari 20X1 dicatat dengan jurnal sebagaiberikut:
1) Mencatat penerimaan produk dari Departemen A
BDP – Biaya Bahan Baku Dep. B Rp31.000.000
BDP – Biaya Bahan Baku Dep. A Rp15.000.000
BDP – Biaya Tenaga Kerja Dep. A Rp7.500.000
BDP – Biaya Overhead Pabrik Dep. A Rp8.500.000
2) Mencatat biaya tenaga kerja
BDP – Biaya Tenaga Kerja Dep. B Rp4.500.000
Gaji dan upah Rp4.500.000
3) Mencatat overhead pabrik Rp10.350.000
BDP – Biaya Overhead Pabrik Dep. B Rp10.350.000
Macam-macam kredit
4) Mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Dep. B ke gudang
Persediaan produk jadi Rp38.000.000
BDP – Biaya Bahan Baku Dep. B
BDP – Biaya Tenaga Kerja Dep. B Rp24.800.0001
BDP – Biaya Overhead Pabrik Dep. B Rp4.000.0002
Rp9.200.0003
1harga pokok produksi dari Dep. A : 16.000 x Rp1.550
2biaya tenaga kerja dikeluarkan oleh Dep. B : 16.000 x Rp250
3Biaya overhead dikeluarkan oleh Dep. B : 16.000 x Rp575
5) Mencatat harga pokok produk dalam proses yang belum selesai diolah di
Departemen B pada akhir bulan Januari 20X1
Persediaan produk dalam proses Rp7.850.000
BDP – Biaya Bahan Baku Rp6.200.000
BDP – Biaya Tenaga Kerja Rp500.000
BDP – Biaya Overhead Pabrik Rp1.150.000
Praktikum Akuntansi Manufaktur 23
Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran pada modul ini, Anda diharapkan dapat :
1. Mengidentifikasi laporan keuangan perusahaan manufaktur dengan tepat
2. Memahami proses penyusunan laporan keuangan perusahaan manufaktur dengan tepat
3. Mempersiapkan data informasi untuk menyusun laporan keuangan dengan tepat
4. Menyusun laporan keuangan perusahaan manufaktur dengan benar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator Pencapaian Kompetensi Pengetahuan:
1. Mengidentifikasi laporan keuangan perusahaan manufaktur dengan tepat
2. Memahami proses penyusunan laporan keuangan perusahaan manufaktur dengan tepat
Indikator Pencapaian Kompetensi Keterampilan:
1. Mempersiapkan data informasi untuk menyusun laporan keuangan dengan tepat
2. Menyusun laporan keuangan perusahaan manufaktur dengan benar
Materi Belajar
Praktikum Akuntansi Manufaktur 1
Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran pada modul ini, Anda diharapkan dapat :
1. Memahami konsep proses penutupan transaksi biaya overhead pabrik dengan tepat
2. Memahami konsep proses penutupan transaksi selisih biaya overhead pabrik ke
rekening harga pokok penjualan dengan tepat
3. Memahami konsep proses penutupan transaksi rekening nominal dan rekening
rekening lainnya dengan tepat
4. Mempersiapkan lembar kerja jurnal penutupan rekening akun perusahaan manufaktur dengan
tepat
5. Membuat jurnal penutup untuk perusahaan manufaktur dengan benar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator Pencapaian Kompetensi Pengetahuan:
1. Memahami konsep proses penutupan transaksi biaya overhead pabrik dengan tepat
2. Memahami konsep proses penutupan transaksi selisih biaya overhead pabrik ke rekening harga
pokok penjualan dengan tepat
3. Memahami konsep proses penutupan transaksi rekening nominal dan rekening rekening lainnya
dengan tepat
Indikator Pencapaian Kompetensi Keterampilan:
1. Mempersiapkan lembar kerja jurnal penutupan rekening akun perusahaan manufaktur dengan
tepat
2. Membuat jurnal penutup untuk perusahaan manufaktur dengan benar
Materi Belajar
Pengertian jurnal penutup
Jurnal penutup untuk perusahaan manufaktur berbeda dengan perusahaan dagang. Dalam
perusahaan manufaktur, rekening Harga Pokok Produksi digunakan untuk menutup semua rekening
yang akan dilaporkan di Skedul Harga Pokok Produksi. Saldo rekening ini kemudian ditransfer ke
rekening Ikhtisar Rugi-Laba.
Contoh:
Praktikum Akuntansi Manufaktur 1
Des. 31 Harga Pokok Produksi Rp 715.000
Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan Bahan Baku Rp 10.000
Pembelian Bahan Baku 5.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung 100.000
Biaya Listrik dan Air 200.000
Biaya Bahan Habis Pakai 50.000
Biaya Penyusutan Gedung Pabrik 140.000
Biaya Penyusutan Mesin 30.000
120.000
(untuk menutup rekening-rekening 60.000
Persediaan Bahan Baku awal, Barang
Dalam Proses awal, dan rekening-rekening
Biaya produksi)
31 Persediaan Barang Dalam Proses Rp 18.000
Persediaan Bahan Baku 9.000
Harga Pokok Produksi Rp 27.000
(untuk mencatat persediaan akhir barang Rp 1.515.000
dalam proses dan bahan baku) Rp 12.000
688.000
31 Persediaan Barang Jadi Rp 15.000
Penjualan 1.500.000
Ikhtisar Rugi-Laba
(untuk mencatat persediaan akhir barang
jadi dan menutup rekening penjualan)
31 Ikhtisar Rugi-Laba Rp 700.000
Persediaan Barang Jadi
Harga Pokok Produksi
(untuk menutup rekening persediaan awal
barang jadi dan harga pokok produksi)
31
Rp
Praktikum Akuntansi Manufaktur 2
40. Rp 40.000
000
Ikhtisar Rugi-Laba Biaya Pemasaran
(untuk menutup biaya pemasaran)
Praktikum Akuntansi Manufaktur 3