Keterangan :
1. ganti nama sheet dengan singkatan yang mudah, disini saya menggunakan RK-J (maksudnya
Rekap Jurnal)
2. buat format daftar rekapitulasi jurnal seperti ini, atau copy paste kan daftar rekap jurnal yang
ada/kalian buat dibawah jurnal
3. isikan kolom no. akun dengan =SJ!G20, kemudian sort ke bawah untuk baris berikutnya
4. isikan kolom jumlah dengan =SJ!H20, kemudian sort ke bawah untuk baris berikutnya
5. jumlahkan dengan fungsi SUM
catatan :
jika kalian ingin menggunkan rumus yang sama maka kalian bisa menggunakan fungsi SUMIF pada
kolom jumlah, untuk kolom no. akun menggunkan rumus =SJ!G20
untuk mudah dalam penulisan rumus yang sama, kalian dapat gunakan Copy Paste khusus, yaitu
dengan cara :
1. copy rumus yang ada pada kolom jumlah di baris fx, lihat contoh
2. kemudian tekan Esc
3. pastekan di kolom jumlah yang ada di daftar rekapitulasi sheet khusus
4. selesai
3. Buat format buku besar seperti contoh dan input rumus excelnya terlebih dahulu, selesaikan
dalam 1 format buku besar, baru setelah itu copy dan pastekan untuk membuat buku besar
akun berikutnya.
21
3
4
4
32
Nama sheet diganti seperti dibawah ini, boleh diganti dgn istilah lainnya.
Keterangan :
1. bagian ini yang pertama diisi, baris Acc. No. diisi dengan rumus "=" disini diisikan ='Akun+Saldo
Awal'!A7, ke daftar akun
2. baris Acc. Name diisi dengan rumus =VLOOKUP(G5;'Akun+Saldo
Awal'!$A$6:$D$152;2;FALSE), sesuaikan dengan sheetnya dan kolom dalam daftar akunnya
3. Saldo awal , pada kolom ref boleh di isi dengan cek list v, dan saldonya isikan pada kolom sisi debet
dengan rumus =SUMIF('Akun+Saldo Awal'!$A$6:$A$63;G5;'Akun+Saldo
Awal'!$E$6:$E$63)+SUMIF('Akun+Saldo Awal'!$A$6:$A$63;G5;'Akun+Saldo
Awal'!$F$6:$F$63)
4. pengisian kolom deskripsi setelah saldo sesuaikan dengan urutannya agar tidak negatif di kolom
saldo
Penerimaan kas kolom Ref boleh di singkat CR/JKM
Penerimaan kas di kolom Debit diisikan rumus =SUMIF(CR!$I$31:$I$38;G5;CR!$J$31:$J$38)
Penerimaan kas di kolom Kredit diisikan rumus =SUMIF(CR!$K$31:$K$38;G5;CR!$L$31:$L$38)
Pengeluaran kas kolom Ref boleh di singkat DJ/JKK
Pengeluaran kas di kolom Debit diisikan rumus =SUMIF(DJ!$I$25:$I$34;G5;DJ!$J$25:$J$34)
Pengeluaran kas di kolom Kredit diisikan rumus =SUMIF(DJ!$K$25:$K$34;G5;DJ!$L$25:$L$34)
Pembelian kolom Ref boleh di singkat PJ/JPb
Pembelian di kolom Debit diisikan rumus =SUMIF(PJ!$G$20:$G$23;G15;PJ!$H$20:$H$23)
Pembelian di kolom Kredit diisikan rumus =SUMIF(PJ!$I$20:$I$23;G15;PJ!$J$20:$J$23)
Penjualan kolom Ref boleh di singkat SJ/JPj
Penjualan di kolom Debit diisikan rumus =SUMIF(SJ!$G$20:$G$22;G15;SJ!$H$20:$H$22)
Penjualan di kolom Kredit diisikan rumus =SUMIF(SJ!$I$20:$I$22;G15;SJ!$J$20:$J$22)
Umum kolom Ref boleh di singkat MJ/JU
Umum di kolom Debit diisikan rumus =SUMIF(JM!$E$7:$E$53;G15;JM!$F$7:$F$53)
Umum di kolom Kredit diisikan rumus =SUMIF(JM!$G$7:$G$53;G15;JM!$H$7:$H$53)
5. Saldo untuk sisi Debit diisi dengan rumus =G8+E9-F9
6. Tambahan untuk pengisian Pemakaian Bahan
33
Pemakaian Bahan kolom Ref boleh di singkat JPB
Penjualan di kolom Debit diisikan rumus =SUMIF(JPB!$F$25:$F$26;G35;JPB!$G$25:$G$26)
Penjualan di kolom Kredit diisikan rumus =SUMIF(JPB!$H$25:$H$26;G35;JPB!$I$25:$I$26)
Format ini mengikuti pembuatan buku besar secara manual, untuk
aplikasi kita akan buat 2 format 1 seperti yang diatas dan 1 lagi seperti
sebagai berikut:
Rumus yang digunakan sama, hanya beda format dan beberapa kolom.
1 5 AJP 10
2 67
9
3
4
8
Keterangan :
1. bagian ini yang pertama diisi, baris Acc. No. diisi dengan rumus "=" disini diisikan ='Akun+Saldo
Awal'!A7, ke daftar akun
2. baris Nama Akun diisi dengan rumus =VLOOKUP(D6;'Akun+Saldo
Awal'!$A$6:$D$152;2;FALSE), sesuaikan dengan sheetnya dan kolom dalam daftar akunnya
3. baris Akun D/K diisi dengan rumus =IF(VLOOKUP(D6;'Akun+Saldo
Awal'!$A$6:$D$152;3;FALSE)="D";"Debit";"Kredit")
34
4. Saldo awal , pada kolom ref boleh di isi dengan cek list v, dan saldonya isikan pada kolom sisi debet
dengan rumus =SUMIF('Akun+Saldo Awal'!$A$6:$A$63;D6;'Akun+Saldo
Awal'!$E$6:$E$63)+SUMIF('Akun+Saldo Awal'!$A$6:$A$63;D6;'Akun+Saldo
Awal'!$F$6:$F$63)
5. pengisian kolom deskripsi setelah saldo sesuaikan dengan urutannya agar tidak negatif di kolom
saldo
Penerimaan kas di kolom Debit diisikan rumus =SUMIF(CR!$I$31:$I$38;D6;CR!$J$31:$J$38)
Penerimaan kas di kolom Kredit diisikan rumus =SUMIF(CR!$K$31:$K$38;D6;CR!$L$31:$L$38)
Pengeluaran kas di kolom Debit diisikan rumus =SUMIF(DJ!$I$25:$I$34;D6;DJ!$J$25:$J$34)
Pengeluaran kas di kolom Kredit diisikan rumus =SUMIF(DJ!$K$25:$K$34;D6;DJ!$L$25:$L$34)
Pembelian di kolom Debit diisikan rumus =SUMIF(PJ!$G$20:$G$23;D6;PJ!$H$20:$H$23)
Pembelian di kolom Kredit diisikan rumus =SUMIF(PJ!$I$20:$I$23;D6;PJ!$J$20:$J$23)
Penjualan di kolom Debit diisikan rumus =SUMIF(SJ!$G$20:$G$22;D6;SJ!$H$20:$H$22)
Penjualan di kolom Kredit diisikan rumus =SUMIF(SJ!$I$20:$I$22;D6;SJ!$J$20:$J$22)
Umum di kolom Debit diisikan rumus =SUMIF(JM!$E$7:$E$53;D6;JM!$F$7:$F$53)
Umum di kolom Kredit diisikan rumus =SUMIF(JM!$G$7:$G$53;D6;JM!$H$7:$H$53)
6. Saldo Debit dan Kredit menggunakan rumus SUM
7. Saldo Akhir diisi rumus =IF(D8="Debit";E18+F18-G18;IF(D8="Kredit";E18-F18+G18;0))
8. kode akun diisi dengan fungsi "=" / =D8
AJP di kolom Debit diisikan rumus =SUMIF(AJP!$E$7:$E$62;D6;AJP!$F$7:$F$62)
AJP di kolom Kredit diisikan rumus =SUMIF(AJP!$G$7:$G$62;D6;AJP!$H$7:$H$62)
9. Saldo AJP Debit dan Kredit menggunakan rumus SUM
10. SA STL AJP diisi rumus =IF(D8="Debit";H18+I18-J18;IF(D8="Kredit";H18-I18+J18;0))
35
D. Neraca Saldo
Neraca saldo atau trial balance termasuk bagian dalam sebuah proses tahapan siklus akuntansi yang
disusun setelah dilakukan posting jurnal umum buku besar. Sehingga neraca saldo merupakan salah
satu dari beberapa karakteristik laporan keuangan yang harus diperhatikan secara detail. Selain itu
neraca ini biasanya disebut sebagai trial balance adalah laporan pembukuan yang mencantumkan
saldo di setiap akun buku besar akuntansi.
Neraca saldo adalah istilah dari trial balance yang merupakan suatu daftar dan memiliki
keseluruhan data-data dari buku besar perusahaan. Seperti contoh neraca saldo nomor akun, nama
akun, debit, dan kredit pada periode tertentu.
Secara ringkas, apa itu neraca atau trial balance adalah daftar yang disusun setelah
penyusunan buku besar. Akun dalam laporan neraca harus dibuat secara sistematis, yaitu sesuai
dengan kode atau tidak boleh acak. Sehingga kesimpulannya apa itu neraca adalah suatu buku yang
menyediakan informasi, mengenai kumpulan saldo yang dimiliki oleh rekening bank-bank terkait
tetapi neraca saldo berbeda dengan rekening koran. Laporan neraca ini tidak memberikan bukti
lengkap atas keakuratan buku besar. Neraca ini hanya menunjukkan kesamaan jumlah sisi
debit dan sisi kredit.
Jenis Neraca Saldo
Secara umum ada 3 jenisnya, yaitu:
1. Neraca Saldo yang Belum Disesuaikan (Unadjusted Trial Balance)
Neraca yang belum disesuaikan adalah daftar saldo yang dibuat setelah semua transaksi
diposting ke buku besar. Saldo-saldo akun dibuku besar tersebut selanjutnya dipindahkan ke
daftar saldo.
Neraca saldo yang belum disesuaikan disiapkan untuk menentukan apakah terdapat kesalahan
dalam postingan debit atau kredit ke buku besar. Melalui daftar saldo yang belum disesuaikan
akan mempermudah dalam menemukan kesalahan pencatatan dan membantu dalam
mengaudit laporan keuangan perusahaan.
2. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial Balance)
Neraca setelah penyesuaian adalah daftar saldo yang dibuat setelah proses penyesuaian akun-
akun tertentu. Dalam penggunaan akuntansi berbasis akrual, maka ada beberapa akun yang
perlu penyesuaian sebelum menyusun contoh laporan keuangan.
Apabila tidak dilakukan penyesuaian maka laporan keuangan yang dihasilkan kurang valid
alias kurang mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
3. Neraca Saldo Penutup (Post Closing Trial Balance)
Pengertian neraca penutup adalah daftar saldo yang digunakan untuk memastikan bahwa buku
besar telah memiliki saldo untuk awal periode berikutnya. Prosedur ini merupakan langkah
akhir dalam satu periode akuntansi setelah ayat jurnal penutup dimasukkan. Semua akun
beserta saldo dalam daftar saldo penutup harus sama dengan akun dan saldo neraca pada akhir
periode.
36
Fungsi dan Manfaat Neraca Saldo
Manfaat dari penyusunan trial balance bagi suatu perusahaan antara lain sebagai berikut:
1. Dapat memudahkan dalam melakukan pengecekan terhadap kebenaran buku besar
yang telah dibuat.
2. Sebagai sumber pembuatan kertas kerja (neraca lajur).
3. Sebagai dasar penyusunan laporan keuangan perusahaan.
Neraca saldo pada dasarnya berguna untuk bahan evaluasi karena menyajikan ringkasan daftar dari
saldo-saldo akun yang berasal dari buku besar. Dari evaluasi tersebut, maka fungsinya antara lain:
1. Untuk mempersiapkan pembuatan laporan akhir keuangan pada suatu perusahaan baik
perusahaan barang atau jasa (Fungsi Persiapan).
2. Untuk mencatat setiap data-data yang ada pada setiap akun (Fungsi Pencatatan).
3. Untuk melakukan koreksi terhadap seluruh catatan serta siklus akuntansi (Fungsi
Koreksi).
4. Melakukan pengawasan pada setiap akun dalam keuangan perusahan (Fungsi
Monitoring).
Contoh Neraca Saldo
Setidaknya bentuk neraca saldo terdiri atas kolom utama yaitu kolom kode (nomor) akun, kolom
nama akun (keterangan), kolom debet dan kolom kredit. Untuk lebih mudah memahami cara
membuat neraca saldo dapat melihat bentuk neraca saldo berikut:
Nama Perusahaan
Periode
berikut penjelasan dari setiap kolom:
Kolom Nomor Akun merupakan kolom yang berisi kode akun yang terdapat dalam
buku besar perusahaan.
Kolom Nama Akun (Keterangan) merupakan kolom yang berisi nama akun yang
tercantum dalam buku besar perusahaan.
Kolom Debit merupakan kolom yang berisi saldo dari setiap akun yang memiliki
saldo debit sesuai dengan buku besar.
Kolom Kredit merupakan kolom yang berisi saldo setiap akun yang memiliki
saldo total kredit sesuai yang ada di dalam buku besar.
37
Langkah-langkah Menyusun Neraca Saldo
Setelah posting ke buku besar, proses selanjutnya adalah Menyusun Neraca Saldo. Neraca Saldo
atau biasa dikenal dengan istilah Trial Balance merupakan daftar yang berisi seluruh jenis rekening
atau nama akun beserta dengan saldonya masing-masing yang tersusun secara sistematis sesuai
dengan kode akun yang bersumber dari buku besar pada periode tertentu.
Dalam neraca harus memperhatikan bentuk buku besarnya karena penyusunan neraca ini didasari
atas saldo akun yang terdapat dalam buku besar.
Neraca Saldo berfungsi sebagai bahan evaluasi dari ringkasan daftar akun berikut saldonya masing-
masing. Neraca Saldo memiliki format sederhana, yaitu terdiri dari empat kolom (nomor akun,
nama akun, debit dan kredit). Bentuk Neraca Saldo Sederhana:
Yang perlu diperhatikan dalam menyusun neraca saldo yaitu sebagai berikut:
Menyertakan nama akun dan saldonya.
Menyertakan kolom debit dan kredit.
Memberikan bukti kesamaan jumlah dari kedua kolom (kolom debit dan kolom
kredit)
Adapun Langkah-langkah Menyusun Neraca Saldo sebagai berikut:
a. Menjumlahkan kolom debet dan kredit pada buku besar, khusus untuk akun yang memiliki
dua atau lebih pendebetan ataupun pengkreditan
b. Menghitung selisih antara jumlah debit dan kredit untuk menentukan saldo debit atau
kredit, perhatikan penghitungan debit kredit pada penempatan saldo nya
c. Memindahkan masing-masing saldo debit atau kredit ke kolom neraca saldo.
38
Berikut contoh Neraca Saldo Kasus Klise Productio Keseluruhan
39
Menyusun Neraca Saldo dengan bantuan aplikasi Excel :
1. Buat format Neraca Saldo dan input rumus excelnya. Dengan rumus excel ini kita bisa tahu
mana kesalahan dalam merekap saldo buku besar ke neraca saldo.
1
2
3
4
5
40
Ganti sheet dengan atau istilah lainnya yang sejenis atau mudah.
Keterangan :
1. kolom No. Akun, di copy paste (spesial) saja dari daftar akun
2. kolom Nama Akun diisi dengan rumus =VLOOKUP(A8;ASA!$A$6:$D$152;2;FALSE)
3. kolom Akun D/K diisi dengan rumus =VLOOKUP(A8;ASA!$A$6:$D$152;3;FALSE)
4. kolom Saldo Debit diisi dengan rumus
=IF(D8="D";SUMIF(BB!$A$5:$A$976;A8;BB!$H$5:$H$976);0)
5. kolom Saldo Kredit diisi dengan rumus
=IF(D8="K";SUMIF(BB!$A$5:$A$976;A8;BB!$H$5:$H$976);0)
Lihat struktur “ASA”
41
Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran pada modul ini, Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian jurnal penyesuaian perusahaan manufaktur dengan tepat
2. Menjelaskan pengertian neraca lajur perusahaan manufaktur dengan tepat
3. Membuat jurnal penyesuaian perusahaan manufaktur dengan tepat
4. Menyusun neraca lajur perusahaan manufaktur dengan tepat
Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator Pencapaian Kompetensi Pengetahuan:
1. Menjelaskan jurnal penyesuaian perusahaan manufaktur dengan tepat
2. Menjelaskan neraca lajur perusahaan manufaktur dengan tepat
Indikator Pencapaian Kompetensi Keterampilan:
1. Membuat jurnal penyesuaian perusahaan manufaktur dengan tepat
2. Menyusun neraca lajur perusahaan manufaktur dengan tepat
Materi Belajar
Ayat jurnal penyesuaian merupakan jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan saldo perkiraan-
perkiraan ke saldo yang sebenarnya sampai akhir periode.
1. Tujuan Penyesuaian
Dalam akuntansi, dikenal dua dasar pencatatan, yaitu dasar cash /tunai (cash basis) dan
dasar akrual (acrual basis). Dasar akrual, yaitu mengakui pengaruh traksaksi pada saat
terjadi transaksi, apabila transaksi pemberian jasa, penjualan barang, dan pengeluaran
biaya maka traksaksi tersebut akan dicatat dalam akuntansi sebagai pendapatan atau biaya,
tanpa memandang apakah kas tersebut telah diterima atau telah dikeluarkan. Sebaliknya,
jika menggunakan dasar kas/tunai akan melakukan pencatatan apabila telah terjadi
penerimaan atau pengeluaran kas.
Dengan dasar akuntansi tersebut, maka proses penyesuaian perlu dilakukan agar
memperoleh pendapatan dan biaya yang akurat sehingga penyusunan laporan keuangan
dapat dilakukan dengan benar. Selain itu, perolehan laba rugi perusahaan dapat diketahui
dengan benar.
Jadi proses pemutakhiran saldo-saldo akun ini dimaksudkan untuk menyesuaikan dan
memutakhirkan akun pada akhir periode akuntansi sehingga dapat mencerminkan kondisi
yang sebenarnya pada aset, utang, pendapatan dan beban. Contohnya, beban dibayar di
muka biasanya dilaporkan terlalu besar (overstated) karena penggunaan aset ini tidak
dicatat dari hari ke hari (day-to-day).
Praktikum Akuntansi Manufaktur 1
Atas dasar uraian tersebut maka jurnal penyesuaian, yaitu jurnal yang dibuat untuk
menyesuaiakan saldo akun-akun buku besar ke saldo yang sesungguhnya dan memisahkan
pendapatan dan biaya dalam periode-periode sebenarnya.
Semua ayat jurnal penyesuaian paling sedikit mempengaruhi satu akun laporan laba rugi
dan satu akun pada laporan neraca. Dengan demikian, suatu ayat jurnal penyesuaian
akan selalu melibatkan akun pendapatan atau beban dan akun aset atau kewajiban.
Tujuan dilakukannya proses jurnal penyesuaian yaitu sebagai berikut :
a. Agar setiap rekening-rekening rill, khususnya rekening aset dan rekening utang
menunjukkan jumlah yang sebenarnya pada akhir periode.
b. Agar setiap rekening nominal (rekening pendapatan dan rekening biaya) menunjukkan
pendapatan dan biaya yang sebenarnya pada akhir periode.
2. Jenis-jenis Penyesuaian
Ayat jurnal penyesuaian apa sajakah yang diperlukan untuk memutakhirkan saldo akun di
buku besar? Pada umumnya terdapat beberapa akun penyesuaian yaitu akun penangguhan
(defferal)s dan akun akrual. Yang termasuk penangguhan adalah beban yang ditangguhkan
atau beban dibayar di muka dan pendapatan yang ditangguhkan atau pendapatan diterima
di muka. Sedangkan akun akrual meliputi beban akrual (yaitu beban yang sudah terjadi
tetapi belum dicatat) dan pendapatan akrual (yaitu pendapatan yang telah dihasilkan tetapi
belum dicatat). Selain akun-akun tersebut terdapat dua akun lainnya yang meliputi beban
depresiasi/ amortisasi serta kerugian piutang yang memerlukan penyesuaian untuk setiap
periode.
Akun yang biasanya memerlukan penyesuaian antara lain :
1. Penyusutan Persediaan (inventory shrinkage) atau kekurangan persediaan (inventory
shortage.
adalah kemungkinan akan kehilangan sejumlah persediaan akibat adanya pencurian,
kerusakan, kesalahan dalam pencatatan atau dalam perhitungan persediaan
2. Beban akrual (accrued expenses) atau kewajiban akrual (accrued liabilities)
adalah beban yang terjadi tetapi belum dicatat dalam akun. Contoh: Perlengkapan /
Bahan habis pakai (Supplies). Perlengkapan yang digunakan yaitu sebagian dari harga
beli perlengkapan yang sudah digunakan selama satu periode. Perlengkapan yang
digunakan menjadi beban perlengkapan. Beban yang masih harus dibayar (Accrued
Expense)
3. Pendapatan akrual (accrued revenues) atau aktiva akrual (accrued assets)
adalah pendapatan yang telah dihasilkan tetapi belum dicatat dalam akun
4. Beban ditangguhkan (deffered expenses) atau beban dibayar di muka (prepaid expenses)
merupakan pos yang pertama kali dicatat sebagai aktiva tetapi diharapkan menjadi beban di
kemudian hari atau selama operasi normal bisnis. Contoh: Beban dibayar di muka (
Prepaid Expense ), yaitu beban-beban yang sudah dibayar tetapi sebagian beban
sebenarnya harus dibebankan pada periode yang akan datang. Pencatatan bisa diakui
sebagai beban dan juga bisa diakui sebagai aset.
Praktikum Akuntansi Manufaktur 2
5. Pendapatan yang ditangguhkan(deferred revenues) atau pendapatan diterima di muka
(unearned revenues)
merupakan pos yang pertama kali dicatat sebagai kewajiban tetapi diharapkan menjadi
pendapatan di kemudian hari atau selama operasi normal bisnis.
6. Penyusutan aktiva tetap ( Depreciation )
yaitu penggunaan aset tetap berwujud yang harus dibebankan pada suatu periode
akuntansi.
7. Penyisihan piutang tak tertagih (bila perusahaan menggunakan metode penyisihan
kerugian piutang (Allowance for Bad Debt)
yaitu taksiran dari piutang usaha yang kemungkinan tidak bisa ditagih.
8. Beban Pajak (Income Tax Expense)
Yaitu beban pajak yang menjadi kewajiban perusahaan yang belum dicatat.
9. Beban produksi (Production cost)
Yaitu beban-beban yang terkait produksi seperti biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik yang dipindahkan pencatatannya kedalam persediaan dalam proses.
(Contoh lengkap masing-masing penyesuaian tersebut ada pada lampiran tambahan).
3. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian dibuat untuk memutakhirkan saldo akun pada akhir periode
akuntansi. Proses penyusunan ayat jurnal penyesuaian dilakukan sesuai dengan penyusunan
ayat jurnal umum. Proses ini diawali dengan analisis transaksi atau informasi untuk melihat
pengaruh suatu transaksi ke akun-akun baik ke akun neraca maupun akun laba rugi.
Langkah berikutnya adalah menyusun ayat jurnal penyesuaian dengan melakukan
pendebitan atau pengkreditan jumlah akun yang disesuaikan.
Analisis dilakukan terhadap informasi yang terjadi pada akhir periode. Setiap
informasi (baik berupa catatan manajemen maupun transaksi) dianalisis dan kemudian
ayat-ayat jurnal penyesuaian dibuat.
Berikut cara membuat jurnal penyesuaian pada kasus Klise Production:
1. Produksi Masih Dalam Proses
Praktikum Akuntansi Manufaktur 3
Analisis transaksi:
Pada akhir periode kemungkinan terdapat pesanan yang belum selesai di produksi. Biaya
yang telah dikeluarkan untuk pesanan tersebut dapat dilihat pada kartu harga pokok
pesanan yang bersangkutan (metode harga pokok pesanan) atau bukti memorial yang
dikirimkan dari bagian gudang. Jurnal atas transaksi ini adalah dengan mencatat
persediaan dalam proses pada sisi debit dan mengkredit biaya-biaya produksi.
Nilai/nominal yang dicantumkan disesuaikan dengan yang tertera pada bukti transaksi.
Ayat jurnal penyesuaiannya sebagai berikut:
2. Biaya Gaji Yang Masih Harus Di Bayar
Analisis transaksi:
Biaya Gaji dan Upah yang masih harus dibayar pada akhir periode teridiri dari biaya Upah
Bagian Produksi, Gaji Mandor dan gaji Bagian Adm & Penj pada periode bersangkutan
yang harus disesuaikan. Jurnal atas transaksi ini adalah dengan mencatat Biaya Gaji dan
Upah pada sisi debit dan mengkredit Hutang Gaji dan Upah. Nilai/nominal yang
dicantumkan disesuaikan dengan yang tertera pada bukti transaksi.
Ayat jurnal penyesuaiannya sebagai berikut:
Praktikum Akuntansi Manufaktur 4
3. Perlengkapan Terpakai
Praktikum Akuntansi Manufaktur 5
Analisis transaksi:
Berdasarkan stok opname/pemeriksaan perlengkapan digudang diketahui sisa
perlengkapan yang ada menunjukkan saldo Rp. 220.000,- nilai inilah yang harus tertera
pada Neraca Akhir, sehingga pada saat penyesuaian harus dihitung terlebih dahulu berapa
nilai perlengkapan yang terpakai yaitu dengan cara Saldo Perlengkapan sebelum adanya
stock opname (lihat pada neraca setelah buku besar/atau lihat buku besar perlengkapan)
Rp. 525.000,- dikurangi dengan stok opname Rp 220.000,- maka hasilnya Rp. 305.000,-
(Rp. 525.000 – Rp 220.000 = Rp 305.000,-), nilai inilah yang merupakan nilai
perlengkapan yang terpakai pada periode tersebut.
Ayat jurnal penyesuaiannya sebagai berikut:
4. Iklan Terpakai
Analisis transaksi:
Biaya Iklan yang terpakai selama periode tersebut adalah Rp. 240.000,-, nilai inilah yang
menjadi biaya iklan periode bersangkutan tanpa harus dihitung lebih lanjut.
Ayat jurnal penyesuaiannya sebagai berikut:
Praktikum Akuntansi Manufaktur 6
5. Kerugian Piutang
Analisis transaksi:
Taksiran kerugian atas piutang yang tidak tertagih ditentukan 10% dari saldo piutang, nilai
nominal yang harus tertera di Neraca Akhir adalah 10% x Rp 140.800.000,- (lihat di
Neraca saldo setelah buku besar atau buku besar piutang) = Rp. 14.080.000,-. Kemudian
hitung nominal yang harus dicantumkan dalam penyesuaian yaitu dengan cara lihat saldo
Cadangan Kerugian pada Neraca/buku besarnya lalu kurangkan nilai 10% dari PD dengan
saldo cadangan piutang (Rp. 14.080.000,00 – Rp 5.300.000,- (K) = Rp 8.780.000,-), nilai
Rp 8.780.000,- inilah yang dicantumkan pada jurnal penyesuaian.
Ayat jurnal penyesuaiannya sebagai berikut:
6. Penyusutan Aset Tetap
Analisis transaksi:
Biaya penyusutan atas aset tetap telah dihitung nilainya. Nilai/nominal yang dicantumkan
disesuaikan dengan yang tertera pada bukti transaksi yang ada dengan mendebit Biaya
Penyusutan dan mengkredit akun BDP – BOP (karena semua penyusutan terkait dengan
pabrikasi).
Ayat jurnal penyesuaiannya sebagai berikut:
Praktikum Akuntansi Manufaktur 7
7. PPh Final (PP 23 thn 2018)
Praktikum Akuntansi Manufaktur 8
Analisis transaksi:
Untuk menghitung besarnya nilai PPh Final maka lihat terlebih dahulu nilai atas omset,
ada beberapa pendapat dalam menentukan DPP (dasar pengenaan pajak), dalam
pembahasan ini DPP dihitung dari (omset/penjualan kotor – retur penjualan) sehingga
didapat penghitungan sebagai berikut:
Penjualan Kotor Rp 155.250.000,-
Retur Penjualan Rp. -
Penjualan Bersih Rp. 155.250.000,- x 0,5% = Rp. 776.250,-
.Nilai/nominal ini yang dicantumkan pada jurnal penyesuaian. Jika penghitungan DPP
berbeda, silakan ikuti aturan yang ada pada HPP (Harmonisasi Peraturan Perpajakan) yang
ada.
Ayat jurnal penyesuaiannya sebagai berikut:
8. Penutupan BOP ke BDP
Analisis transaksi:
Sebelum membuat penyesuaian penutupan BOP ke Persediaan barang Dalam Proses,
maka terlebih dahulu dihitung nilai BOPnya terlebih dahulu. Berikut cara
penghitungannya.
BOP pada Buku Besar (awal) (D) : Rp. 2.250.000,-
Adanya Penyesuaian (AJP) :
BOP atas Prod. Dalam Proses (K) : (Rp. 2.600.000,-)
BOP atas Gaji & Upah (D) : Rp. 350.000,-
Praktikum Akuntansi Manufaktur 9
BOP atas Penyusutan (D) : Rp. 3.111.750,-
Saldo BOP setelah AJP (D) : Rp. 3.111.750,-
Ayat jurnal penyesuaiannya sebagai berikut:
Berikut tampilan jurnal penyesuaian keseluruhan pada kasus Klise Production
Langkah-langkah Pembuatan Jurnal Penyesuaian dengan Aplikasi Excel Akunting
1. Buat format sebagai berikut:
Praktikum Akuntansi Manufaktur 10
2. Isikan rumus pada kolom Nama Akun
1
2
1. Rumus nya : =VLOOKUP(E7;ASA!$A$6:$D$150;2;FALSE)
2. Rumus nya : =VLOOKUP(G8;ASA!$A$6:$D$150;2;FALSE)
Lalu klik Alignment pada menu bar atur Indent menjadi 2 agar nama akun
mempunyai spasi beberapa jarak
3. Isikan kolom jumlah dengan rumus
Rumus jumlah : =SUBTOTAL(9;F7:F41) atau = SUM(F7:F41) 11
Praktikum Akuntansi Manufaktur
Neraca Lajur / Kertas Kerja (Worksheet)
A. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran pada modul ini, Anda diharapkan
dapat :
1. Menganalisis akun nominal dalam neraca lajur
2. Menganalisis akun riil dalam neraca lajur
3. Menganalisis prosedur penyusunan neraca lajur
4. Menerapkan prosedur penyusunan neraca lajur
5. Menyusun kelompok akun nominal dalam neraca lajur
6. Menyusun kelompok akun riil dalam neraca lajur
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator Pencapaian Kompetensi Pengetahuan:
1. Menganalisis akun nominal dalam neraca lajur
2. Menganalisis akun riil dalam neraca lajur
3. Menganalisis prosedur penyusunan neraca lajur
Indikator Pencapaian Kompetensi Keterampilan:
1. Menerapkan prosedur penysunan neraca lajur
2. Menyusun akun nominal dalam neraca lajur
3. Menyusun akun riil dalam neraca lajur
Pengertian dan Kegunaan Neraca Lajur
Untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan, maka dapat disusun kertas kerja yang
disebut Neraca Lajur (Work Sheet).
Neraca lajur disebut juga kertas kerja (worksheet) adalah kertas kerja yang berisi semua
data akuntansi yang akan digunakan untuk membuat laporan keuangan atau suatu daftar berkolom-
kolom (berlajur-lajur) yang direncanakan secara khusus untuk menghimpun semua data akuntansi
yang dibutuhkan pada saat perusahaan akan menyusun laporan keuangan dengan cara yang
sistematis
Neraca lajur bukan merupakan laporan keuangan, tetapi merupakan alat bantu untuk
memudahkan dalam membuat laporan keuangan. Karena bukan laporan keuangan, neraca lajur
merupakan suatu pilihan (option), artinya perusahaan boleh membuat neraca lajur, dan boleh tidak.
Apabila membuat, tidak perlu diberikan kepada pihak luar.
Untuk perusahaan dengan skala kecil dan akun buku besar tidak begitu banyak maka dalam
membuat laporan keuangan bisa di lakukan secara langsung dari neraca saldo yang telah
disesuaikan, akan tetapi untuk perusahaan yang mempunyai akun buku besar dalam jumlah yang
banyak untuk tujuan ketelitian bisa menggunakan alat bantu yaitu neraca lajur.
Neraca lajur berguna untuk memahami arus data informasi dari neraca saldo sampai dengan
laporan keuangan termasuk didalamnya adalah jurnal penyesuaian. Disamping itu neraca lajur juga
bermanfaat dalam hal kemudahan menemukan kesalahan dalam penyusunan jurnal penyesuaian.
Praktikum Akuntansi Manufaktur 12
Tujuan
Tujuan pembuatan neraca lajur:
1. Untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan
2. Untuk menggolongkan dan meringkas informasi-informasi dari neraca saldo dan data data
penyesuaian sehingga merupakan persiapan sebelum disusun laporan keuangan yang formal
3. Untuk menghindari kesalahan yang mungkin dilakukan dalam membuat jurnal penyesuaian
Akun Riil Dalam Neraca Lajur
Akun riil adalah akun - akun yang terdiri dari kelompok akun aset, akun kewajiban , dan akun
ekuitas. Dalam proses penyusunan neraca lajur, kelompok akun ini berada pada kolom neraca.
Kelompok akun aset berada pada sisi sebelah debet, sedangkan kelompok akun kewajiban dan
ekuitas berada pada sisi sebelah kredit. Kelompok akun ini nantinya menjadi dasar penyusunan
laporan keuangan yaitu neraca
Akun Nominal Dalam Neraca Lajur
Akun nominal adalah akun - akun yang terdiri dari kelompok akun pendapatan dan beban. Dalam
proses penyusunan neraca lajur, kelompok akun ini berada pada kolom laba rugi. Kelompok akun
pendapatan berada pada sisi sebelah kreditt, sedangkan kelompok akun bebanberada pada sisi
sebelah debit. Selisih antara kedua kelompok akun ini merupakan saldo laba atau rugi. Kelompok
akun ini nantinya menjadi dasar penyusunan laporan keuangan yaitu laporan laba rugi
Bentuk Neraca Lajur
Ada beberapa bentuk neraca lajur :
1. Bentuk 8 kolom (Neraca Saldo, Ayat Jurnal Penyesuaian, Laba Rugi, Neraca)
2. Bentuk 10 kolom (Neraca Saldo, Ayat Jurnal Penyesuaian, Neraca Saldo Disesuaikan, Laba
Rugi, Neraca)
3. Bentuk 12 kolom (Neraca Saldo, Ayat Jurnal Penyesuaian, Neraca Saldo Disesuaikan, Laba
Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca)
Menyusun Neraca Lajur
Menyusun neraca lajur dengan bentuk 10 kolom dapat kita praktikkan dengan langkah sebagai
berikut:
1. Menyiapkan sarana yang diperlukan dalam penyusunan neraca lajur :
a. Lembar kertas (neraca lajur) yang telah beri kolom-kolom
b. Neraca saldo yang seimbang
c. Data penyesuaian
2. Pada bagian atas lember kertas kerja (neraca lajur) ditulis judul yang terdiri dari
nama perusahaan, neraca lajur, dan tanggal penyusunan.
3. Tulis nomor dan nama akun sesuai buku besar yang ada
4. Masukkan saldo rekening buku besar ke dalam kolom neraca saldo, jumlah debet
harus sama dengan jumlah kredit.
5. Masukkan jurnal penyesuaian ke kolom penyesuaian, jumlah debet harus sama dengan
kredit.
6. Mengisi kolom neraca saldo setelah disesuaikan dengan cara:
a. Jika kolom neraca saldo terisi, kolom penyesuaian tidak terisi, maka neraca saldo
setelah penyesuaian angka dari kolom neraca saldo.
Praktikum Akuntansi Manufaktur 13
b. Jika kolom neraca saldo tidak terisi, kolom penyesuaian terisi, maka neraca saldo
setelah penyesuaian mengambil angka dari kolom penyesuaian.
c. Jika kolom neraca saldo terisi, kolom penyesuaian terisi, maka neraca saldo setelah
penyesuaian berasal dari:
1. Neraca saldo debet, penyesuaian debet angka tersebut menambah,
dipindahkan ke kolom neraca saldo setelah disesuaikan debet.
2. Neraca saldo debet, penyesuaian kredit angka tersebut mengurangi, dipindahkan
ke kolom neraca saldo setelah disesuaikan debet.
3. Neraca saldo kredit, penyesuaian kredit angka tersebut menambah, dipindahkan
di neraca saldo setelah disesuaikan kredit.
4. Neraca saldo kredit, penyesuaian debet, angka tersebut mengurangi pindahkan
ke neraca saldo setelah penyesuaian kredit.
Setelah semua terisi dijumlahkan, jumlah debet harus sama dengan kredit.
7. Memindahkan angka neraca saldo setelah penyesuaian ke laba rugi dan neraca dengan cara:
a. Untuk akun riil yaitu aktiva, kewajiban dan ekuitas (termasuk akun prive dan
akumulasi penyusutan) dipindahkan ke kolom neraca.
b. Untuk akun nominal yaitu beban dan penghasilan dipindahkan ke laba rugi.
8. Menjumlahkan kolom-kolom laba rugi kemudian menuliskan selisih pada jumlah yang
lebih kecil sehingga jumlah debet sama dengan kredit.
a. Jika debet lebih besar dari kredit selisih tersebut adalah rugi
b. Jika debet lebih kecil dari kredit selisih tersebut adalah laba
9. Memindahkan laba atau rugi ke neraca.
a. Jika laba ke neraca sebelah kredit
b. Jika rugi ke neraca sebelah debet
10. Menjumlahkan kolom neraca debet harus sama dengan kredit, kemudian memberi
garis dua (menutup).
Langkah-langkah diatas dapat dilihat lebih jelas pada ikhtisar di bawah ini
Akun Neraca Saldo Penyesuaian NS Disesuaikan Laba Rugi Neraca
DK DK DK DK DK
Aset (+) (-)
Utang (-) (+)
Modal (-) (+)
Pendapatan (-) (+)
Beban (+) (-)
Laba / Rugi LL
RR
Praktikum Akuntansi Manufaktur 14
Berikut Neraca Lajur contoh Kasus Klise Production
Praktikum Akuntansi Manufaktur 15
Praktikum Akuntansi Manufaktur 16
Langkah-langkah Pembuatan Neraca Lajur dengan Aplikasi Excel Akunting
1. Perhatikan nama sheet yang kalian gunakan, buatlah/atau ganti terlebih dahulu nama sheet
awalnya , contoh sheet 1 menjadi ASA, dan seterusnya, fungsinya untuk mempermudah
dalam membuat rumus.
2. Perhatikan pula sheet-sheet sebelumnya yang terkait dengan proses pembuatan otomatisasi
neraca lajur, yaitu sheet : ASA; BB; dan AJP
3. Buatlah format Neraca Lajur seperti berikut:
Keterangan :
Kolom Acc No
1. Copy pastekan nomor akun dari sheet ASA
Kolom Account Name
1. Isikan rumus =VLOOKUP(A7;ASA!$A$6:$D$150;2;FALSE)
2. Isikan dahulu semua rumus dalam 1 baris terlebih dahulu, setelah itu baru copy pastekan
ke bawah atau blok 1 baris lalu tarik ke bawah dari sisi paling kanan. Agar cepat proses
kerjanya.
Kolom Acc D/K
1. Isikan rumus =VLOOKUP(A7;ASA!$A$6:$D$150;3;FALSE)
Keterangan :
Kolom Trial Balance
Praktikum Akuntansi Manufaktur 17
Sisi Debit : =IF(C7="D";SUMIF(BB!$A$5:$A$1060;A7;BB!$H$5:$H$1060);0)
Sisi Kredit : =IF(C7="K";SUMIF(BB!$A$5:$A$1060;A7;BB!$H$5:$H$1060);0)
Keterangan : Akun NR/LR & Adjusted Entry
Kolom Akun NR/LR
1. Isikan dengan rumus =VLOOKUP(A7;ASA!$A$6:$D$150;4;FALSE)
Kolom Adjusted Entry
Sisi Debit : =SUMIF(AJP!$E$7:$E$41;A7;AJP!$F$7:$F$41)
Sisi Kredit : =SUMIF(AJP!$G$7:$G$41;A7;AJP!$H$7:$H$41)
Praktikum Akuntansi Manufaktur 18
Keterangan : Adjusted Trial Balance. Profit & Loss dan Balance Sheet
Adjusted Tria Balance
Kolom Adjusted Trial Balance
Sisi Debit : =IF(C7="D";SUMIF(BB!$A$5:$A$1060;A7;BB!$K$5:$K$1060);0)
Sisi Kredit : =IF(C7="K";SUMIF(BB!$A$5:$A$1060;A7;BB!$K$5:$K$1060);0)
Kolom Profit & Loss
Sisi Debit : =IF($F7="LR";I7;0)
Sisi Kredit : =IF($F7="LR";J7;0)
Praktikum Akuntansi Manufaktur 19
Kolom Balance Sheet
Sisi Debit : =IF($F7="NR";I7;0)
Sisi Kredit : =IF($F7="NR";J7;0)
Baris Penjumlahan Neraca Lajur
Keterangan :
Jumlah di isi dengan rumus =SUM(…..:…..)
Income Summary, apabila Laba
di kolom Profit & Loss sisi Debit di isi dengan rumus =L64-K64
di kolom Balance Sheet sisi Kredit di isi dengan rumus =M64-N64
Penjumlahan akhir
Profit & Loss sisi Debit di isi dengan rumus =K64+K65 atau dengan =SUM(….
Profit & Loss sisi Kredit di isi dengan rumus =SUM(L64:L65)
Balance Sheet sisi Debit di isi dengan rumus =SUM(M64:M65)
Balance Sheet sisi Kredit di isi dengan rumus =SUM(N64:N65)
Praktikum Akuntansi Manufaktur 20
Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran pada modul ini, Anda diharapkan dapat :
1. Memahami konsep departementalisasi dengan tepat
2. Mengetahui biaya langsung dan tidak langsung departemen dengan benar
3. Menguraikan tata cara perhitungan tarif BOP departemen dan metode alokasi biaya dengan benar
4. Mengidentifikasi akuntansi BOP dan selisih BOP dengan benar
5. Menghitung tarif BOP dengan benar
6. Menyusun laporan rekapitulasi alokasi BOP dengan benar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator Pencapaian Kompetensi Pengetahuan:
1. Memahami konsep departementalisasi dengan tepat
2. Mengetahui biaya langsung dan tidak langsung departemen dengan benar
3. Menguraikan tata cara perhitungan tarif BOP departemen dan metode alokasi biaya dengan benar
4. Mengidentifikasi akuntansi BOP dan selisih BOP dengan benar
Indikator Pencapaian Kompetensi Keterampilan:
1. Menghitung tarif BOP dengan benar
2. Menyusun laporan rekapitulasi alokasi BOP dengan benar
Materi Belajar
Rekapitulasi dan alokasi biaya overhead pabrik dimulai dengan menentukan biaya overhead pabrik
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dan diakhiri dengan penyajian selisih biaya overhead pabrik
dalam laporan laba rugi. Biaya overhead pabrik berdasarkan tarif ditentukan di muka dapat dihitung
dengan menyusun anggaran biaya overhead pabrik terlebih dahulu.
Pengertian BOP
Semua biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Atau lebih
tepatnya semua biaya produksi yang termasuk ke dalam biaya bahan tak langsung, biaya tenaga kerja
tak langsung, dan biaya-biaya produksi lainnya yang tidak secara mudah di identifikasikan atau
dibedakan langsung pada suatu proses produksi. Sehingga BOP ini sering juga disebut sebagai biaya
produksi tidak langsung.
1) Biaya bahan penolong
2) Biaya tenaga kerja tidak langsung
3) Penyusutan dan amortisasi aktiva tetap pabrik
4) Reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik
5) Biaya listrik, air pabrik
6) Biaya asuransi pabrik
7) Biaya overhead lain-lain
Praktikum Akuntansi Manufaktur 1
Karakteristik BOP
1. Jumlahnya tidak proporsional dengan volume produksi
2. Sulit ditelusur dan diidentifikasi langsung ke produk atau pesanan
3. Jumlahnya tidak material
Tujuan Penyusunan Anggaran BOP
1. Mengetahui penggunaan biaya secara efisien
2. Menentukan harga pokok
3. Mengetahui pengalokasian biaya overhead pabrik sesuai dnegan tempat atau departemen
dimana biaya dibebankan
4. Sebagai alat pengawasan BOP
Jenis-jenis BOP
1. Biaya bahan penolong
Adalah biaya bahan yang digunakan untuk membantu penyelesaian suatu produk yang
jumlahnya relative kecil. Misalnya lem dalam perusahaan percetakan, pernis dan paku dalam
perusahaan mebel.
2. Biaya tenaga kerja tak langsung
Adalah upah yang dibayarkan kepada karyawan pabrik yang secara fisik tidak berhubungan
dengan proses pembuatan produk. Termasuk dalam kelompok ini antara lain upah mandor, gaji
pegawai administrasi pabrik dll.
3. Biaya penyusutan aktiva tetap pabrik
Adalah biaya penyusutan atas aktiva tetap yang dipergunakan di pabrik untuk penyelesaian
produk baik secara lansung maupun tidak langsung, misalnya biaya penyusutan gedung pabrik,
mesin-mesin, kendaraan pabrik
4. Biaya reperasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan dan perawatan mesin, gedung pabrik dan
peralatan pabrik lainnya.
5. Biaya asuransi
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk menanggulangi resiko yang terjadi dalam proses
produksi, biaya asuransi gedung pabrik, biaya asuransi karyawan pabrik.
6. Biaya-biaya yang timbul karena penggunaan jasa pihak lain
Adalah biaya-biaya yang timbul karena penggunaan jasa pihak lain guna penyelesaian dan
kelancaran proses produksi, misalnya biaya listrik dan air untuk keperluan pabrik.
7. Biaya-biaya yang terjadi di departemen pembantu
Dalam perusahaan yang memiliki departemen pembantu, misalnya departemen bengkel atau
pembangkit tenaga listrik, maka semua biaya yang terjadi di departemen pembantu tersebut
diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik (BOP).
1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik adalah biaya
produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang
termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa golongan berikut ini:
a) Biaya Bahan Penolong.
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun
menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok
produk tersebut. Dalam perusahaan percetakan misalnya, yang termasuk dalam
Praktikum Akuntansi Manufaktur 2
bahan penolong antara lain adalah: bahan perekat, tinta koreksi dan pita mesin ketik.
b) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan.
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai
(factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan
atau pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan ekuipmen,
kendaraan, perkakas laboratorium dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.
c) Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung.
Tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan
secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu.Biaya ini terdiri dari upah, tunjangan dan
biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tak langsung tersebut. Tenaga kerja tidak
langsung terdiri dari:
• Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemen-departemen
pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan departemen gudang.
• Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, seperti kepala departemen
produksi, karyawan administrasi pabrik dan mandor.
d) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap.
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya depresiasi
emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan ekuipmen, perkakas laboratorium, alat kerja dan
aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.
e) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi gedung
dan emplasemen, asuransi mesin dan ekuipmen, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan
karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run.
f) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.
Biaya overhead yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi yang
diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya.
2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan dengan
perubahan volume produksi
Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan:
• Biaya Overhead Pabrik Tetap, adalah biaya overhead pabrik yang tidak berubah dalam kisar
perubahan volume kegiatan tertentu.
• Biaya Overhead Pabrik Variabel, adalah biaya overhead pabrik yang berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.
• Biaya Overhead Pabrik Semivariabel, adalah biaya overhead pabrik yang berubah tidak
sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Untuk keperluan penentuan tarif biaya overhead pabrik dan untuk pengendalian biaya, biaya
overhead pabrik yang bersifat semivariabel dipecah menjadi dua unsur: biaya tetap dan biaya
variabel.
Praktikum Akuntansi Manufaktur 3
3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen
Jika disamping memiliki departemen produksi, perusahaan juga memiliki departemen pembantu
(seperti misalnya departemen pembangkit tenaga listrik, departemen bengkel dan departemen air).
Departementalisasi adalah pembagian perusahaan ke dalam unit-unit yang disebut departemen.
Departementalisasi BOP adalah proses pengumpulan dan penentuan tarif BOP per departemen.
Departementalisasi BOP lebih tepat jika pabrik memproduksi berbagai produk yang tidak melewati
departemen yang sama. Tujuan departementalisasi BOP adalah menentukan biaya produk dengan teliti.
Produk yang diproses melalui lebih dari satu departemen akan dibebani dengan tarif yang berlaku di
masing-masing departemen. Departemen diklasifikasikan menjadi departemen produksi dan
departemen jasa. Departemen produksi memproses bahan baku menjadi produk jadi, contoh:
departemen pemotongan dan departemen penjahitan pada perusahaan garment. Departemen
jasa memberikan dukungan kepada departemen produksi dan tidak melakukan pekerjaan produksi,
contoh: penerimaan, inspeksi dan penyimpanan bahan baku pada perusahaan garment.
Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya overhead
pabrik dapat digolongkan menjadi dua kelompok:
✓ BOP langsung departemen adalah biaya overhead pabrik yang terjadi dalam departemen tertentu
dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tersebut. Contoh: gaji mandor departetemen
produksi, biaya depresiasi mesin dan biaya bahan penolong.
✓ BOP tidak langsung departemen adalah biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh
lebih dari satu departemen. Contoh: biaya depresiasi, pemeliharaan dan asuransi gedung pabrik.
Contoh :
BOP Langsung BOP Tidak Langsung
Jenis Bagian Bagian Bagian Bagian Listrik Bagian Bagian
Biaya Persiapan & Dekorsi Finishing Solar, Oli, Reparasi Gedung
Bahan Pembentukan Paku, Mur & Cat, Warna & Pelumas Office
Penolong Suku cadang supplies
TK Tidak Anti Jamur Baut Tiner Kepala bagian Kepala bagian Kepala bagian
Langsung Kepala bagian Kepala bagian Kepala bagian supervisor supervisor
Dep.Gedung supervisor Dep.Gedung
Depresiasi supervisor supervisor supervisor Dep.Mesin Dep.Gedung Dep.Mesin
Dep.Gedung Dep.Gedung Dep.Gedung Dep.Mesin Dep.Peralatan
Lain-Lain Dep.Mesin Dep.Mesin Dep.Mesin Dep.Peralatan Dep.Peralatan Alat Tulis
Dep.Peralatan Dep.Peralatan Dep.Peralatan Air & Listrik
Alat Tulis Alat Tulis
Alat Tulis Alat Tulis Alat Tulis Air & Listrik Air & Listrik Pajak
Air & Listrik Air & Listrik Air & Listrik Polis.Asurans
Pajak Pajak
Pajak Pajak Pajak Polis.Asuransi Polis.Asuransi i
Polis.Asuransi Polis.Asuransi Polis.Asuransi
4. Menghitung Tarif Biaya Overhead Pabrik/ BOP (Overhead Rate)
Tarif BOP diperlukan dalam rangka penentuan harga pokok produksi. Berdasarkan penentuan biaya
BOP untuk masing-masing bagian, maka dapat dihitung tarif BOP dengan cara membagi BOP
dianggarkan dengan tingkat kegiatan di masing-masing departemen (bagian). Penentuan tarif biaya
overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap berikut:
Praktikum Akuntansi Manufaktur 4
1. Menyusun anggaran BOP
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik adalah
sebaai berikut:
a. Kemampuan maksimal produksi yang dapat dihasilkan oleh pabrik
b. Kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang
c. Kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang
Contoh penyusunan anggaran biaya overhead pabrik:
PT Ingin Maju
Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Periode Tahun 2020
Kode Akun Nama Akun Tetap (Rp) Variabel (Rp)
5010 2.300.000
5020 Biaya Bahan Penolong - 2.600.000
5030 2.200.000
5040 Biaya Listrik - 3.600.000
5050 -
5060 Biaya Bahan Bakar - 1.600.000
5070 -
5080 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 4.400.000 -
Biaya Kesejahteraan Karyawan 3.600.000 12.300.000
25.000.000
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan 1.400.000
Biaya Sewa Gedung 1.500.000
Biaya Depresiasi 1.800.000
Jumlah 12.700.000
Jumlah Total
2. Memilih dasar pembebanan BOP kepada produk
Setelah anggaran BOP selesai disusun, maka langkah selanjutnya adalah memilih dasar
yang akan dipakai untuk membebankan secara adil BOP kepada produk. Dasar
pembebanan ini dikenal sebagai satuan kegiatan atau satuan penghitung yakni satuan yang
dipakai untuk mengetahui jumlah kegiatan yang telah dilakukan oleh bagian produksi dan
bagian jasa dalam rangka proses produksi. Satuan kegiatan ini sangat diperlukan dalam
penyusunan anggaran BOP karena pada prinsipnya BOP merupakan hasil perkalian antara
satuan kegiatan dengan tarif BOP.
Beberapa dasar yang dapat dipakai sebagai satuan kegiatan untuk membebankan BOP
kepada produk, antara lain:
a. Satuan produk
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan langsung membebankan
BOP kepada produk. Beban BOP untuk setiap produk dihitung dengan formula
berikut:
Taksiran BOP
Tarif BOP per satuan =
Taksiran jumlah satuan produk
Metode ini cocok digunakan untuk perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis
produk. Jika perusahaan menghasilkan lebih dari macam produk yang serupa dan
berhubungan erat satu dengan yang lain, maka pembebanan dengan dasar tertimbang
atau dasar nilai.
Praktikum Akuntansi Manufaktur 5
b. Biaya Bahan Baku
Jika BOP yang dominan bervariasi dengan nilai bahan baku, maka dasar yang dipakai
untuk membebankannya kepada produk adalah biaya bahan baku yang dipakai.
Formula perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut:
Tarif BOP (%) = Taksiran BOP
Taksiran biaya bahan baku yang dipakai
c. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Jika sebagian besar elemen BOP mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah
TKL (contoh pajak penghasilan atas upah karyawan yang ditanggung perusahaan),
maka dasar yang dipakai untuk membebankan adalah biaya TKL. Formula
perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut:
Tarif BOP (%) = Taksiran BOP
Taksiran BTKL
d. Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL)
Oleh karena ada keterkaitan yang sangat erat antara biaya TKL dengan jumlah jam
kerja langsung, maka BOP dibebankan atas dasar jam tenaga kerja langsung. Formula
perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut:
Taksiran BOP
Tarif BOP per satuan =
Taksiran jam tenaga kerja langsung
e. Jam Mesin
Apabila BOP bervariasi dengan waktu penggunaan mesin (contoh bahan bakar atau
listrik dipakai untuk menjalankan mesin), maka dasar yang dipakai untuk
membebankannya adalah jam mesin. Formula perhitungan tarif BOP adalah sebagai
berikut:
Taksiran BOP
Tarif BOP per satuan =
Taksiran jam kerja mesin
Penentuan atau pemilihan satuan kegiatan ini merupakan tanggung jawab manajer
produksi. Ia harus berhati-hati dalam hal ini. Kesalahan memilih satuan kegiatan
mengakibatkan kesalahan pembebanan biaya overhead ke setiap bagian, atau
kesalahan pembebanan biaya overhead kepada barang-barang yang disediakan. Ia
akan mengakibatkan kesalahan harga pokok produksi.
3. Menghitung tarif BOP
Setelah anggaran BOP selesai disusun dan ditentukan besar satuan kegiatan, maka langkah
terakhir adalah menghitung tarif BOP dengan rumus sebagai berikut:
Formula:
Jumlah BOP dianggarkan =
Tarif BOP x Tingkat kegiatan yang direncanakan
Praktikum Akuntansi Manufaktur 6
Contoh Hitung Pembebanan Biaya Overhead Pabrik
PT Ingin Maju
Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Periode Tahun 2020
Kode Akun Nama Akun Tetap (Rp) Variabel (Rp)
5010 2.300.000
5020 Biaya Bahan Penolong - 2.600.000
5030 2.200.000
5040 Biaya Listrik - 3.600.000
5050 -
5060 Biaya Bahan Bakar - 1.600.000
5070 -
5080 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 4.400.000 -
Biaya Kesejahteraan Karyawan 3.600.000 12.300.000
25.000.000
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan 1.400.000
Biaya Sewa Gedung 1.500.000
Biaya Depresiasi 1.800.000
Jumlah 12.700.000
Jumlah Total
a. Satuan produk
Misal, taksiran biaya overhead pabrik selama 1 tahun anggaran Rp. 25.000.000,-.
Taksiran jumlah produk yang dihasilkan 10.000 unit, sehingga tarif biaya overhead
pabrik:
Taksiran BOP
Tarif BOP per satuan =
Taksiran jumlah satuan produk
Rp. 25.000.000,-
= Rp. 2.500,- per unit
10.000
Artinya, jika suatu perusahaan mendapatkan pesanan sebanyak 1.000 unit, maka akan
dibebani biaya overhead pabrik sebesar Rp 2.500.000,- (Rp. 2.500,- x 1.000)
b. Biaya Bahan Baku
Misal, taksiran biaya overhead pabrik selama 1 tahun anggaran Rp. 25.000.000,-.
Taksiran biaya bahan baku selama 1 tahun anggaran Rp. 50.000.000,-, sehingga tarif
biaya overhead pabrik:
Tarif BOP (%) = Taksiran BOP
Taksiran biaya bahan baku yang dipakai
Rp. 25.000.000,-
x 100% = 50%
Rp. 50.000.000,-
Artinya, jika suatu perusahaan menggunakan bahan baku sebesar Rp. 10.000.000,-,
maka akan dibebani biaya overhead pabrik sebesar Rp 5.000.000,- (Rp. 10.000.000,-
x 50%)
Praktikum Akuntansi Manufaktur 7
c. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Misal, taksiran biaya overhead pabrik selama 1 tahun anggaran Rp. 25.000.000,-.
Taksiran biaya tenaga kerja langsung selama 1 tahun anggaran Rp. 40.000.000,-,
sehingga tarif biaya overhead pabrik:
Tarif BOP (%) = Taksiran BOP
Taksiran BTKL
Rp. 25.000.000,- x 100% = 62,5%
Rp. 40.000.000,-
Artinya, jika suatu perusahaan menggunakan biaya tenaga kerja sebesar Rp.
20.000.000,-, maka akan dibebani biaya overhead pabrik sebesar Rp 6.250.000,- (Rp.
10.000.000,- x 62,5%)
d. Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL)
Misal, taksiran biaya overhead pabrik selama 1 tahun anggaran Rp. 25.000.000,-.
Taksiran jam tenaga kerja langsung selama 1 tahun anggaran 5.000 jam, sehingga tarif
biaya overhead pabrik:
Taksiran BOP
Tarif BOP per satuan =
Taksiran jam tenaga kerja langsung
Rp. 25.000.000,-
= Rp. 5.000
5.000
Artinya, jika suatu perusahaan menggunakan jam tenaga kerja langsung sebanyak
1.200 jam, maka akan dibebani biaya overhead pabrik sebesar Rp 6.000.000,- (Rp.
5.000 x 1.200)
e. Jam Mesin
Misal, taksiran biaya overhead pabrik selama 1 tahun anggaran Rp. 25.000.000,-.
Taksiran jam mesin selama 1 tahun anggaran 200.000 jam mesin, sehingga tarif biaya
overhead pabrik:
Taksiran BOP
Tarif BOP per satuan =
Taksiran jam kerja mesin
Perhitungan biaya overhead pabrik berdasarkan jam mesin :
1. Tarif biaya overhead pabrik variabel :
Rp. 12.300.000,- = Rp. 61,5 per jam mesin
200.000
2. Tarif biaya overhead pabrik variabel :
Rp. 12.700.000,-
= Rp 63,5 per jam mesin
200.000
Praktikum Akuntansi Manufaktur 8
3. Total Tarif biaya overhead pabrik :
Tarif BOP variabel + Tarif BOP Tetap
Rp. 61,5 + Rp. 63,5 = Rp. 125,-
4. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik
Terdapat dua cara untuk menghitung pembebanan biaya overhead pabrik, yaitu metode full costing
dan variabel costing.
a. Metode Full costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan
semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel
maupun tetap.
Contoh besarnya BOP pada PT Ingin Jaya dengan metode full costing diketahui sebesar Rp.
125,- per jam mesin. Jika PT Ingin Maju menerima 30.000 unit pesanan dan menghabiskan
waktu 210.000 jam mesin, maka biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk
adalah sebesar Rp. 26.250.000,- (Rp. 125,- x 210.000). pencatatan untuk pembebanan tersebut
adalah sebagai berikut : Rp. 26.250.000,-
BDP – BOP
BOP yang dibebankan Rp. 26.250.000,-
b. Metode Variabel costing
Variabel costing merupakkan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
variabel.
Contoh besarnya BOP pada PT Ingin Jaya dengan metode variabel costing diketahui sebesar
Rp. 61,5,- per jam mesin. Jika PT Ingin Maju menerima 30.000 unit pesanan dan
menghabiskan waktu 210.000 jam mesin, maka biaya overhead pabrik yang dibebankan
kepada produk adalah sebesar Rp. 12.915.000,- (Rp. 61,5,- x 210.000). pencatatan untuk
pembebanan tersebut adalah sebagai berikut :
BDP – BOP Rp. 12.915.000,-
BOP variabel yang dibebankan Rp. 12.915.000,-
Pembebanan biaya overhead pabrik ini digunakan untuk menentukan biaya produksi selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Hal ini dikarenakan, biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya terjadi baru bisa diketahui pada akhir periode.
5. Pengumpulan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Berikut ini contoh jurnal/pencatatan pengumpulan biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan
metode full costing. Dalam Rp
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 26.450.000 -
Biaya Bahan Penolong - 2.600.000
Biaya Bahan Bakar - 1.450.000
BTK Tidak Langsung - 6.400.000
Biaya Suku Cadang - 1.500.000
Praktikum Akuntansi Manufaktur 9
Biaya Sewa Gedung - 1.100.000
Biaya Depresiasi Mesin - 1.400.000
Biaya Listrik - 2.400.000
Biaya Kesejahteraan Karyawan - 8.000.000
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan - 1.600.000
Berikut jurnal/pencatatn pengumpulan biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan menggunakan
metode variabel costing :
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 26.450.000 Dalam Rp
Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya -
Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya - -
12.450.000
14.000.000
Berikut perhitungan biaya overhead pabrik variable dan tetap sesungguhnya
PT Ingin Maju
Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Periode Tahun 2020
Pada Kapasitas Sesungguhnya 210.000 Jam Mesin
Kode Akun Nama Akun Tetap (Rp) Variabel (Rp)
5010 2.600.000
5020 Biaya Bahan Penolong - 1.450.000
5030 3.000.000
5040 Biaya Bahan Bakar - 1.500.000
5050
5060 BTK Tidak Langsung 3.400.000 2.400.000
5070
5080 Biaya Suku Cadang - 1.500.000
5090 12.450.000
Biaya Sewa Gedung 1.100.000 26.450.000
Biaya Depresiasi Mesin 1.400.000
Biaya Listrik -
Biaya Kesejahteraan Karyawan 8.000.000
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan 100.000
Jumlah 14.000.000
Jumlah Total
6. Perhitungan Selisih Biaya Overhead Pabrik
Cara mencari selisih Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan apabila memiliki perbedaan dengan
Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya adalah sebagai berikut :
Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan kepada produk:
Rp. 125,- x 210.000 = Rp. 26.250.000,-
Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya Rp. 26.450.000,-
Selisih Biaya Overhead Pabrik = BOP sesungguhnya – BOP dibebankan
= Rp. 26.450.000 - Rp. 26.250.000 = Rp. 200.000,-
7. Pencatatan Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp. 26.250.000
a. Menutup Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp. 26.250.000
Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan
Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya
Praktikum Akuntansi Manufaktur 10
b. Menutup Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya
Selisih Rugi: (BOP dibebankan < BOP Sesungguhnya)
Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp. 200.000
Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya Rp. 200.000
Selisih Laba: (BOP dibebankan > BOP Sesungguhnya)
Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya Rp. 200.000
Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp. 200.000
c. Perlakuan terhadap Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp. 200.000
Selisih Rugi: Rp. 200.000
Laba rugi
Selisih Biaya Overhead Pabrik
Selisih Laba: Rp. 200.000
Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp. 200.000
Laba rugi
Praktikum Akuntansi Manufaktur 11
Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran pada modul ini, Anda diharapkan dapat :
1. Memahami konsep metode harga pokok pesanan dengan tepat
2. Mengidentifikasi karakteristik metode harga pokok pesanan dengan tepat
3. Mengidentifikasi kartu harga pokok pesanan dengan tepat
4. Menguraikan prosedur pengumpulan biaya produksidalam metode harga pokok pesanan dengan
tepat
5. Menghitung biaya produksi untuk metode harga pokok pesanan dengan benar
6. Membuat kartu harga pokok pesanan dengan benar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator Pencapaian Kompetensi Pengetahuan:
1. Memahami konsep metode harga pokok pesanan dengan tepat
2. Mengidentifikasi karakteristik metode harga pokok pesanan dengan tepat
3. Mengidentifikasi kartu harga pokok pesanan dengan tepat
4. Menguraikan prosedur pengumpulan biaya produksidalam metode harga pokok pesanan dengan
tepat
Indikator Pencapaian Kompetensi Keterampilan:
1. Menghitung biaya produksi untuk metode harga pokok pesanan dengan benar
2. Membuat kartu harga pokok pesanan dengan benar
Materi Belajar
1. Perhitungan Harga Pokok Pesanan
Pengertian dan konsep harga pokok pesanan
Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk menentukan
harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan. Tujuan dari
penggunaan metode harga pokok pesanan adalah untuk menentukan harga pokok produk dari setiap
pesanan baik harga pokok secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk per satuan.
Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi
per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah
satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Pada pengumpulan harga pokok pesanan dimana
biaya yang dikumpulkan untuk setiap pesanan/kontrak/jasa secara terpisah dan setiap pesanan dapat
dipisahkan identitasnya. Atau dalam pengertian yang lain, penentuan harga pokok pesanan adalah suatu
sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan, kontrak atau tumpukan
produk yang spesifik.
Praktikum Akuntansi Manufaktur 1
Karakteristik biaya pesanan
➢ Sifat produksinya terputus-putus tergantung pada pesanan yang diterima
➢ Bentuk produk tergantung dari spesifikasi pemesanan
➢ Pengumpulan biaya produksi dilakukan pada kartu biaya pesanan, yang memuat rincian untuk
masing-masing pesanan.
➢ Total biaya produksi dikalkulasi setelah pesanan selesai
➢ Biaya produksi epr unit dihitung, dengan membagi total biaya produksi dengan total unit yang
dipesan.
➢ Akumulasi biaya umumnya menggunakan biaya normal
➢ Produk yang sudah selesai langsung diserahkan pada pemesan.
Kartu biaya pesanan
Kartu biaya pesanan adalah dokumen dasar dalam penentuan biaya pesanan yang mengakumulasi
biaya-biaya untuk setiap pesanan. Karena biaya diakumulasi setiap batch atau loy dalam sistem biaya
pesanan menunjukkan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung serta biaya overhead pabrik yang
dibebankan untuk suatu pesanan. File kartu biaya pesanan yang belum selesai dapat berfungsi sebagai
buku besar tambahan untuk persediaan dalam proses
Syarat penggunaan Metode Harga Pokok Pesanan:
➢ Masing-masing pesanan, pekerjaan, atau produk dapat dipisahkan identitasnya secara jelas dan
perlu dilakukan penentuan harga pokok pesanan secara individual.
➢ Biaya produksi harus dipisahkan ke dalam dua golongan, yaitu: biaya langsung (BBB & BTKL)
dan biaya tak langsung (selain BBB & BTKL).
➢ BBB dan BTKL dibebankan/diperhitungkan secara langsung terhadap pesanan yang
bersangkutan, sedangkan BOP dibebankan kepada pesanan atas dasar tarif yang ditentukan di
muka.
➢ Harga pokok setiap pesanan ditentukan pada saat pesanan selesai.
➢ Harga pokok per satuan produk dihitung dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang
dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang
bersangkutan.
➢ Untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan digunakan Kartu Harga Pokok (Job Cost
Sheet), yang merupakan rekening/buku pembantu bagi rekening kontrol Barang Dalam Proses
Pencatatan biaya produksi dalam metode harga pokok pesanan
Pencatatan Biaya Bahan Baku (BBB) Dibagi dua prosedur, yaitu:
Prosedur pencatatan pembelian bahan baku
jurnalnya:
Persediaan Bahan Baku xxx
Utang Dagang / Kas xxx
Prosedur pencatatan pemakaian bahan baku, menggunakan metode mutasi persediaan (perpetual).
Dalam setiap pemakaianbahan baku harus diketahui pesanan mana yang memerlukannya.
Jurnalnya:
BDP - Biaya Bahan Baku xxx
Persediaan Bahan Baku xxx
Praktikum Akuntansi Manufaktur 2
Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL)
Diperlukan pengumpulan dua macam jam kerja, yaitu
➢ Jam kerja total selama periode kerja tertentu.
➢ Jam kerja yang digunakan untuk mengerjakan setiap pesanan.
Perusahaan harus menyelenggarakan kartu hadir masing-masing karyawan, untuk mengumpulkan
informasi jam kerja total selama periode kerja tertentu, untuk pembuatan Daftar Upah. Disamping itu,
perusahaan harus mencatat penggunaan jam kerja masing-masing karyawan untuk mengerjakan
pesanan. (Masing2 karyawan dibuatkan Kartu Jam Kerja / Job Time Ticket)
Jurnal untuk pembagian upah: xxx
BDP - Biaya Tenaga Kerja Langsung
xxx
Gaji dan Upah
Pencatatan Biaya Overhead Pabrik (BOP)
BOP dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu:
➢ Biaya Bahan Penolong
➢ Biaya reparasi dan pemeliharaan, berupa pemakaian persediaan spareparts dan persediaan
supplies pabrik
➢ Biaya tenaga kerja tak langsung
➢ Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap (contoh: biaya penyusutan
aktiva tetap)
➢ Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu (contoh: terpakainya sewa dibayar di muka)
➢ Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran tunai (contoh: biaya
reparasi mesain pabrik, biaya listrik)
BOP dalam metode harga pokok pesanan harus dibebankan kepada setiap pesanan berdasarkan tarif
yang ditentukan di muka. Tarif BOP ditentukan pada awal tahun/periode dengan cara berikut ini:
Tarif BOP = Taksiran jumlah BOP selama 1 periode Jumlah Dasar pembebanan*
Dasar Pembebanan BOP:
➢ Satuan produk
➢ Biaya Bahan Baku
➢ Biaya Tenaga Kerja Langsung
➢ Jam Tenaga Kerja Langsung
➢ Jam Mesin
BOP yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan selama satu tahun yang sama, kemudian pada akhir tahun
dibandingkan dengan yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif.
Pencatatan BOP yang Dibebankan kepada produk:
BDP - Biaya Overhead Pabrik xxx
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan xxx
Jurnal penutupan rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan (untuk mempertemukan BOP
Dibebankan dengan BOP Sesungguhnya)
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
Praktikum Akuntansi Manufaktur 3
Pencatatan BOP yang Sesungguhnya: xxx
Pemakaian Bahan Penolong: xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Persediaan Bahan Penolong
Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Tak langsung: xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
Gaji dan Upah
Pencatatan Produk Selesai
Biaya produksi yang telah dikumpulkan dalam Kartu Harga Pokok dijumlah dan dikeluarkan dari
rekening Barang Dalam Proses dengan jurnal sbb:
Persediaan Produk Jadi xxx
BDP - Biaya Bahan Baku xxx
BDP - Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
BDP - Biaya Overhead Pabrik xxx
Harga Pokok Produk jadi dicatat dalam Kartu Persediaan (Finish Goods Ledger Card) dan Kartu Harga
Pokok Pesanan tersebut dipindahkan ke dalam arsip Kartu Harga Pokok Pesanan yang telah selesai.
Contoh Kartu Harga Pokok Pesanan pada Klise Production:
CONTOH HARGA POKOK PESANAN
PT. Aman bergerak di bidang usaha percetakan. Produk dibuat berdasarkan pesanan dari pelanggan
sesuai dengan spesifikasi yang mereka minta. Pada bulan Oktober 20X1, PT. Aman memperoleh
dua buah pesanan dari pelanggannya:
1. Pesanan cetak kalender sebanyak 1.500 unit seharga @Rp10.000,00 dari PT. Mantap,
selanjutnya disebut Pesanan #111
2. Pesanan cetak brosur iklan sebanyak 24.000 unit seharga @Rp2.500,00 dari PT. Jaya,
selanjutnya disebut Pesanan #222
Praktikum Akuntansi Manufaktur 4
Berikut ini adalah kegiatan produksi dan kegiatan lain yang dilakukan untuk memenuhi kedua
pesanan tersebut.
1. Perhitungan dan Pencatatan Biaya Bahan Baku
a. Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong
Bahan baku: 100 rim @Rp20.000 Rp 2.000.000
Kertas A 20 roll @Rp750.000 Rp 15.000.000
Kertas B 10 kg @Rp150.000 Rp 1.500.000
Tinta X Rp 3.600.000
Tinta Y 45 kg @80.000 Rp 22.100.000
Jumlah bahan baku yang dibeli
Bahan penolong: 15 kg @25.000 Rp 375.000
Bahan penolong 1 80 kg @15.000 Rp 1.200.000
Bahan penolong 2 Rp 1.575.000
Jumlah bahan penolong yang dibeli
Pembelian bahan baku dan bahan penolong tersebut dicatat ke dalam jurnal berikut.
Persediaan bahan baku Rp 22.100.000
Persediaan bahan penolong Rp 1.575.000
Utang dagang Rp 23.675.000
b. Pemakaian Bahan Baku dan bahan penolong
Berikut ini adalah pemakaian bahan baku untuk masing-masing pesanan #111 dan pesanan
#222
Bahan baku Pesanan #111:
Kertas A 100 rim @Rp20.000 Rp2.000.000
Tinta X 10 kg @Rp150.000 Rp1.500.000
Jumlah bahan baku pesanan #111 Rp3.500.000
Bahan baku Pesanan #222: 20 roll @Rp750.000 Rp15.000.000
Kertas B
Tinta Y 45 kg @80.000 Rp3.600.000
Jumlah bahan baku pesanan #222 Rp18.600.000
Jumlah bahan baku yang dipakai Rp22.100.000
Atas dasar dokumen bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang, pemakaian bahan
baku dicatat dengan mendebet rekening Barang Dalam Proses dan mengkreditrekening
Persediaan Bahan Baku. Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat pemakaianbahan baku
adalah:
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku Rp22.100.000
Persediaan bahan baku Rp22.100.000
Praktikum Akuntansi Manufaktur 5
Dalam memproses kedua pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong
berikut ini.
Bahan penolong 1 15 kg @25.000 Rp375.000
Bahan penolong 2 80 kg @15.000 Rp1.200.000
Jumlah bahan penolong yang dipakai Rp1.575.000
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi tidak langsung dipisahkan dari biaya
produksi langsung. Oleh karenanya, bahan penolong yang merupakan komponen biaya
produksi tidak langsung dicatat pemakaiannya dengan mendebet rekening Biaya
Overhead Sesungguhnya dan mengkredit rekening Persediaan BahanPenolong. Rekening
Barang Dalam Proses hanya didebet untuk mencatat pembebananbiaya overhead pabrik
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan penolong adalah sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp1.575.000
Persediaan Bahan Penolong Rp1.575.000
2. Perhitungan dan Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Data produksi menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja yang dikeluarkan perusahaanadalah
sebagai berikut:
Upah langsung untuk pesanan #111 250 jam @15.000 Rp3.750.000
Upah langsung untuk pesanan #222 900 jam @Rp15.000 Rp13.500.000
Upah tidak langsung Rp4.500.000
Jumlah upah Rp21.750.000
Gaji karyawan administrasi & umum Rp7.500.000
Gaji karyawan pemasaran Rp9.000.000
Jumlah gaji Rp16.500.000
Jumlah biaya tenaga kerja Rp38.250.000
Selanjutnya, pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan sebagai berikut.
a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan
Dengan menggunakan daftar gaji dan upah yang dibuat, jurnal berikut ini digunakan untuk
mencatat biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan.
Gaji dan Upah Rp38.250.000
Utang gaji dan upah Rp38.250.000
b. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja terdiri dari beberapa unsur biaya yang didistribusikan sebagai berikut:
1) Biaya tenaga kerja langsung
Biaya ini dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan dengan mendebit rekening
Barang dalam Proses dan mencatatnya dalam Kartu Harga PokokPesanan yang
bersangkutan.
2) Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya ini merupakan unsur biaya produksi tidak langsung sehingga dicatat sebagai
Praktikum Akuntansi Manufaktur 6
biaya overhead pabrik dan didebit dalam rekening Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya.
1) Biaya non-produksi
Biaya ini merupakan unsur biaya non-produksi dan dibebankan ke dalam
rekening Biaya Administrasi dan Umum serta rekening Biaya Pemasaran.
Berikut ini adalah jurnal distribusi biaya tenaga kerja yang dapat dibuat:
Biaya Dalam Proses - Biaya TKL Rp17.250.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp4.500.000
Biaya Administrasi dan Umum Rp7.500.000
Biaya pemasaran Rp9.000.000
Gaji dan Upah Rp38.250.000
c. Pencatatan pembayaran gaji dan upah
Gaji dan upah yang sudah dibayarkan akan dicatat ke dalam jurnal berikut.
Utang gaji dan upah Rp38.250.000.000
Kas Rp38.250.000.000
3. Penghitungan dan pencatatan Biaya Overhead Pabrik
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik tidak dicatat berdasarkan tarif
overhead pabrik yang sesungguhnya, tetapi dicatat berdasarkan pembebanan biaya overhead
pabrik dengan tarif yang ditentukan di muka. Tarif biaya overhead ini ditentukandi awal tahun
berdasarkan angka anggaran biaya overhead pabrik.
Pembebanan biaya overhead pabrik dilakukan mendebit rekening Barang Dalam proses dan
mengkredit rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan. Biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya dicatat dengan mendebit rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Secara
periodik, biaya overhead pabrik yang dibebankan akan dibandingkan dengan biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya dan dihitung selisihnya.Perbandingan ini dilakukan dengan menutup
rekening Biaya Overhead Pabrik yangDibebankan kepada rekening Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya.
Dalam kasus PT. Aman, biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarifsebesar
125% dari biaya tenaga kerja langsung. Dengan demikian, biaya overhead pabrik yang
dibebankan pada pesanan dihitung sebagai berikut:
Pesanan #111 125% x Rp3.750.000 Rp4.687.500
Pesanan #222 125% x Rp13.500.000 Rp16.875.000
Jumlah biaya overhead pabrikyang Rp21.562.500
dibebankan
Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik kepada dua pesanan adalah:
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik Rp21.562.500
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp21.562.500
Praktikum Akuntansi Manufaktur 7