ISBN : 978-602-71959-3-6
PROSIDING
POKJANAS TOI KE 57
Penggalian, Pelestarian, dan Pemanfaatan Berkelanjutan Tumbuhan Obat Indonesia
“Percepatan Pengembangan Bahan Baku Obat Tradisional”
Aula Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA, 10 – 11 Oktober 2019
---- PROSIDING POKJANAS TOI KE 57 ----
PROSIDING
POKJANAS TOI KE 57
Penggalian, Pelestarian, dan Pemanfaatan Berkelanjutan Tumbuhan Obat Indonesia
“Percepatan Pengembangan Bahan Baku Obat Tradisional”
Susunan Panitia
Penanggung Jawab : Dr. Hadi Sunaryo, M.Si.,Apt (Dekan)
Drs. Inding Gusmayadi, M.Si.,Apt (Wakil Dekan I)
Dra. Sri Nevi Gantini, M.Si (Wakil Dekan II)
Ari Wadayanti, M.Farm.,Apt (Wakil Dekan III)
Anang Rohwiyono, M.Ag (Wakil Dekan IV)
Kori Yati, M.Farm.,Apt (Kaprodi Farmasi)
Pengarah : Dr. Sherley, M.Si.,Apt
Prof. Dr. Endang Hanani, MS.,Apt
Panitia Pelaksana
Ketua : Vivi Anggia, M.Farm.,Apt
Sekretaris : Ni Putu Ermi Hikmawanti, M.Farm
Bendahara : Ema Dewanti, M.Si
Sandi Purnomo, ST
Sie Ilmiah : Dr. Priyo Wahyudi, M.Si
Drs. Sediarso, M.Si.,Apt
Drs. Sri Harsodjo, M.Si
Vera Ladeska, M.Farm.,Apt
Sofia Fatmawati, M.Si.,Apt
Tahyatul Bariroh, M.Biomed
Sie Acara : Wahyu Hidayati, M.Biomed
Maharadingga, M.Si
Etin Diah Permanasari, PhD.,Apt
Kesekretariatan : Rizky Archintya Rachmania, M.Si
Elly Wardani, M.Farm.,Apt
Septianita Hastuti, M.Sc.,Apt
Firmansyah
Sie Publikasi : Landyyun Rachmawan Sjahid, M.Sc.,Apt
dan dokumentasi Fitria Nugrahaeni, M.Farm.,Apt
Achmad Furkon, S.Kom
Sie Dana : Nuriza Rahmadini, M.CMM
dan Sponsor Imam Hardiman, M.Sc
Sie Konsumsi Dra. Herlina B. Setijanti, M.Si.,Apt
Sie Perlengkapan : Rini Prastiwi, M.Si.,Apt
Sie Transportasi Hayati, M.Farm
Iin Nurul Muthmainah
: Rindita, M.Si
Rifki Doni Kurniawan
: Heri Hendriawan
Pediyanto
---- PROSIDING POKJANAS TOI KE 57 ----
Reviewer:
Prof. Dr. Endang Hanani, MS.,Apt
Dr. Sherley, M.Si.,Apt
Dr. Hadi Sunaryo, M.Si.,Apt
Dr. Priyo Wahyudi, M.Si
Dr. Priyanto, M.Biomed.,Apt
Dr. Fith Khaira Nursal, M.Si.,Apt
Dr. Siska, M.Farm.,Apt
Vera Ladeska, M.Farm.,Apt
Rindita, M.Si
Editor:
Vera Ladeska, M.Farm., Apt.
Sofia Fatmawati, M.Si., Apt.
Tahyatul Bariroh, M.Biomed
Dr. Priyo Wahyudi, M.Si.
Desain Sampul dan Tata Letak:
Vera Ladeska, M.Farm., Apt.
Sofia Fatmawati, M.Si., Apt.
Tahyatul Bariroh, M.Biomed
---- PROSIDING POKJANAS TOI KE 57 ----
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan setinggi-tingginya kepada Allah subhanahu wata’ala
Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya Seminar Nasional Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan
Obat Indonesia (POKJANAS TOI) ke 57 Tahun 2019 telah dilaksanakan di Fakultas Farmasi dan
Sains Universitas Muhammadiyah Prof.DR. Hamka. Shalawat dan Salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah membawa kita menjadi
manusia berkemajuan dan semoga kita mendapat syafa’atnya di hari akhir nanti. Seminar yang
bertema “Penggalian, Pelestarian, dan Pemanfaatan Berkelanjutan Tumbuhan Obat Indonesia untuk
Percepatan Pengembangan Bahan Baku Obat Tradisional” dengan dua tanaman obat tema yang
dipilih adalah binahong (Anredera cordifolia) dan daun afrika (Vernonia amygdalina) ini
menghasilkan buku kumpulan abstrak dan prosiding dari seluruh makalah yang dipresentasikan.
Seminar POKJANAS TOI dilaksanakan secara periodik untuk mengkomunikasikan hasil-
hasil penelitian terkait penggalian, pengembangan, pembudidayaan dan pemanfaatan tanaman obat
Indonesia sehingga kekayaan alam di Indonesia dapat dimanfaatkan dengan benar. Seminar
Nasional POKJANAS TOI ke 57 ini diikuti oleh peneliti, mahasiswa S1, mahasiswa S2, mahasiswa
S3, dan praktisi. Seminar nasional ini memerlukan kajian agar menghasilkan manfaat bagi kita
semua dan diharapkan melalui kegiatan ini, peserta dengan latarbelakang ilmu farmasi dan ilmu
kesehatan terkait, produsen obat tradisional, pertanian, dan bidang ilmu terkait dapat menggali,
mengembangkan, membagi ilmu pengetahuan antar disiplin ilmu, menyampaikan dan
mempublikasikan hasil penelitiannya, serta membangun koneksi riset terkait perkembangan obat
tradisional Indonesia.
Seminar Nasional POKJANAS TOI Ke 57 tahun 2019 yang diselenggarakan oleh Fakultas
Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka telah menjadi wadah ide, temuan,
maupun solusi dari berbagai hasil penelitan dalam bentuk buku kumpulan abstrak dan prosiding.
Panitia berharap, prosiding ini dapat menjadi instrumen komunikasi ilmiah bagi penulis, peneliti, dan
pembaca.
Ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan kepada Bapak
Dekan Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Sekjen Pokjanas
TOI, para pemateri, para penyaji dan pemakalah, penyunting serta redaksi pelaksana yang telah
bekerja keras hingga prosiding ini dapat diterbitkan, serta kepada semua pihak yang yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu semoga semua kebaikan yang telah diberikan menjadi amal
shalih yang akan mendapat balasan kebaikan yang berlimpah dari Allah Subhanahu wata’ala.
Semoga prosiding ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan apabila ada
ketidaksempurnaannya, maka panitia berharap diberikan saran dan masukan untuk perbaikan di
masa mendatang.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, Desember 2019
Panitia
---- PROSIDING POKJANAS TOI KE 57 ----
DAFTAR ISI 1
9
PERUBAHAN STOMATA DAN KROMOSOM MUTAN PUTATIF JENGGER 17
AYAM (Celosia cristata L.) AKIBAT IRADIASI SINAR GAMMA 23
Syarifah Iis Aisyah, Dhieni Hayati, Krisantini, Waras Nurcholis ......................... 31
41
TINJAUAN PEMANFAATAN TRADISIONAL DAN POTENSI MEDIS 47
Glochidion Sp. DI KAWASAN KETAMBE, TAMAN NASIONAL GUNUNG 51
LEUSER, ACEH TENGGARA 57
Emma Sri Kuncari ................................................................................................ 63
PERBANDINGAN SEDIAAN BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEGAR
DAN HASIL FERMENTASI
Siti Mudaliana, Retno Indriatie, Febriyana Rizky Hapsari ...................................
SKRINING AKTIVITAS PENGHAMBATAN POLIMERISASI HEM EKSTRAK
DIKLOROMETANA DAN METANOL BEBERAPA TANAMAN BERPOTENSI
ANTIMALARIA HASIL RISET TANAMAN OBAT DAN JAMU (RISTOJA)
Mery Budiarti, Aniska Novita Sari .......................................................................
EFEK AFRODISIAKA EKSTRAK Euryco® (Eurycoma longifolia Jack)
TERHADAP SEXUAL BEHAVIOUR TIKUS JANTAN WISTAR
Victor S. Ringoringo, Lukman Hakim, Arief Nurrochmad, Puspitasari ............
INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT DI KAMPUS IPB DARMAGA,
BOGOR, JAWA BARAT
Primadhika Al Manar, Ervizal A.M. Zuhud .........................................................
STUDI ETNOMEDISIN DI BALI UNTUK DETOKSIFIKASI LOGAM BERAT
BERDASARKAN LONTAR USADA PEMUNAH CETIK KERIKAN GANGSA
Dwi Arymbhi Sanjaya, Asthadi Mahendra Bhandesa .......................................
UJI AKTIVITAS ANTI BAKTERI PERASAN DAN KRIM DAUN BINAHONG
{Anredera cordifolia (TENORE) STEEN.} PADA LUKA YANG
DISEBABKAN Staphylococcus aureus
Khairun Nida, Sujati WI, Yetri Elisya...................................................................
PERSENTASE JENIS LEUKOSIT PADA MENCIT SETELAH DIINFEKSI
Plasmodium berghei DAN DIBERI FRAKSI ETIL ASETAT CENGKEH
VARIETAS AFO
Umi Cahyaningsih, Dharmawaty M. Taher, Rizal Gusdinar...............................
PENGARUH HORMON GIBERELIN (GA3) TERHADAP KECAMBAH
BENIH TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) DI PERSEMAIAN
Fauzi, Dian Susanti, Didik Suharto .....................................................................
---- PROSIDING POKJANAS TOI KE 57 ----
GAMBARAN TANAMAN OBAT UNTUK MENGATASI GANGGUAN 69
PENCERNAAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH RISET 75
JAMU “Hortus Medicus”
Tyas Friska Dewi, Saryanto................................................................................. 79
87
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN CHERRY (Muntingia calabura L) 95
SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans 99
Ifmaily ................................................................................................................... 105
111
UJI POTENSI NEFROTERAPI DIABETES MELITUS FRAKSI n-HEKSAN, 121
ETIL ASETAT, DAN ETANOL AIR DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam) 127
TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)
Yasinta Rakanita, Ida Yanti Palinggi, Sirajudin, Tien Wahyu Handayati, 135
Joni Tandi ............................................................................................................
REVIEW BIOPROSPECTING ARTEMISININ DARI TANAMAN Artemisia
annua
Maratu Soleha ......................................................................................................
EVALUASI STOK SIMPLISIA TUMBUHAN OBAT, STUDI ANALISIS
RUNTUN WAKTU STOK Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.
M. Bakti Samsu Adi, Devi Safrina, Nengah Ratri R. Kusumowardhani ............
PENGGUNAAN OBAT HERBAL PADA PASIEN PENYAKIT KRONIS:
STUDI KASUS PADA PASIEN HIPERTENSI
Hanni Prihhastuti Puspitasari, Conny Nadia Ayun Ersalin, Anila
Impian Sukorini, Neny Purwitasari .....................................................................
PENGHAMBATAN ɑ-AMILASE DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK
ETANOL 70% DAUN ALPUKAT
Nur Fajriah Shoffiyanti, Lusi Putri Dwita, Vivi Anggia .......................................
POTENSI TANAMAN OBAT DAUN AFRIKA (Vernonia amygdalina)
SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI: SEBUAH ULASAN
Paramita Maris, Setyowati Retno Djiwanti..........................................................
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP
BAKTERI Staphylococcus epidermidis
Yunita Intan Ryandini, Yopi Hermawan ..............................................................
TANAMAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI OBAT ANTIVIRAL DENGUE
Marissa Angelina .................................................................................................
FORMULASI SEDIAAN TABLET NANOPARTIKEL CRUDE BROMELIN
BONGGOL NANAS (Ananas comosus.(L.) Merr.) BERBASIS TIOMER
HPC-SISTEAMIN
Deni Rahmat, Dian Ratih Laksmitawati, Liliek Nurhidayati, Vigo
Soambaton Sahat Simanjuntak...........................................................................
---- PROSIDING POKJANAS TOI KE 57 ----
POTENSI ANTIINFLAMASI RAMUAN HERBAL BINAHONG JAHE DAN 143
KUNYIT 151
Lusi Indriani, Min Rahminiwati, Sri Intan Pratiwi ............................................... 157
EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN SAWO MANILA (Manilkara zapota (L.) 165
P. Royen) SEBAGAI ANTIHIPERURISEMIA PADA TIKUS JANTAN 173
GALUR SPRAGUE DAWLEY
Ema Dewanti, Ani Pahriyani, Fitri Arista ............................................................
AKTIVITAS ANTIKANKER Acalypha Wilkesiana Mull.Arg., Ziziphus
nummularia (Burm.F.) Wight & Arn., Dan Glochidion zeylanicum (Gaertn.)
A.Juss. TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7
Ika Yanti M. Sholikhah, Sari Haryanti, Mery Budiarti .........................................
UJI POTENSI NEFROTERAPI EKSTRAK ETANOL, SEDUHAN SIMPLISIA
DAN JUS UMBI BAWANG HUTAN (Eleutherine bulbosa (Mill) Urb.)
TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN(Rattus norvegicus) DIABETES MELITUS
Joni Tandi, Renita Yustiningsih, Riski Vebriyanti Maleta, Tien Wahyu
Handayani.............................................................................................................
AKTIVITAS ANTIBAKTERI Shigella dysenteriae DARI DAUN JERUK BALI
(Citrus maxima) BERDASARKAN PERBEDAAN METODE EKSTRAKSI
Novi Fajar Utami, Oom Komala, Eki Andaresta ................................................
---- PROSIDING POKJANAS TOI KE 57 ----
Syarifah Iis Aisyah, Dhieni Hayati, Krisantini, Waras Nurcholis PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
PERUBAHAN STOMATA DAN KROMOSOM MUTAN PUTATIF JENGGER AYAM (Celosia cristata
L.) AKIBAT IRADIASI SINAR GAMMA
THE CHANGE OF STOMATA AND CROMOSOMES IN Celosia cristata PUTATIVE MUTAN
BY GAMMA IRRADIATION
Syarifah Iis Aisyah1, Dhieni Hayati1, Krisantini3, Waras Nurcholis2,3*
1Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
2Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor
3Pusat Studi Biofarmaka Tropika, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut
Pertanian Bogor
Naskah diterima tanggal 1 Desember 2019
ABSTRACT
Celosia cristata is a crucial medicinal and ornamental plants. The gamma
irradiation with in vitro mutagenesis can be used to form economically developed
mutants. The effects of gamma-ray irradiation on stomata and chromosome of in
vitro leaves cultures of C. cristata were evaluated. Leave cultures were gamma-
irradiated at 0-75 Gy, and the population at third-generation (MV3) was used to
assess the stomata and chromosome in C. cristata. The result demonstrated that
the treatments of gamma-ray irradiation could be useful to change anatomy of
stomata and chromosome of C. cristata putative mutants. Stomata density was
found higher in dose 75 Gy with value 101.4 /mm2. The chromosomes of putative
Celosia mutants were anatomically changed, which compared to control plantlets.
This result indicated that the gamma-irradiated treatment changed DNA in the
nucleus of C. cristata plantlets.
Keywords : Celosia cristata, chromosome, stomata, in vitro
ABSTRAK
Jengger ayam (Celosia cristata) merupakan tanaman ornamental dan tanaman
obat yang penting. Mutagenesis dengan radiasi sinar gama secara in vitro dapat
digunakan untuk meningkatkan nilai ekonomi tanaman mutan. Pengaruh iradiasi
sinar gama terhadap stomata dan kromosom tanaman mutan putatif dievaluasi
pada penelitian ini. Mutasi sinar gama dilakukan secara in vitro pada daun yang
diradiasi dengan dosis 0-75 Gy, selanjutnya untuk evaluasi stomata dan
kromosom dilakukan pada planlet generasi ke tiga. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan sinar gamma dapat mengubah stomata dan kromosom tanaman
mutan putatif. Densitas stomata (101.4 /mm2) tertinggi ditemukan pada perlakuan
sinar gama dosis 75 Gy. Kromosom mutan putatif secara anatomi berubah
dibandingkan dengan kontrol. Hasil ini mengindikasikan bahwa perlakuan iradiasi
sinar gama dapat mengubah DNA inti plantlet Jengger ayam.
Kata Kunci : In vitro, Jengger ayam, kromosom, stomata
PENDAHULUAN imunostimulan(Sun et al., 2015), hepatoprotektor
Jengger ayam merupakan tanaman hias –(Wang et al., 2010; Sun et al., 2011), antivirus
–(Balasubrahmanyam et al., 2000), dan
dar kelurga Amaranthaceae dengan nama ilmiah antioksidan(Kim et al., 2015).
Celosia cristata. Morfologi bunga yang berbentuk
jengger ayam dengan intensitas warna yang khas Program pemuliaan tanaman merupakan
menjadikan sebagai tanaman hias dalam bentuk salah satu cara yang dapat memfasilitasi dalam
bunga potong yang cukup tinggi peminatnya menghasilkan tanaman Jengger ayam yang
(Zuck, 2015). Selain tanaman ornamental, memiliki warna, bentuk, dan ukuran yang
Jengger ayam juga berpotensi sebagai tanaman beragam. Pemuliaan mutasi dengan radiasi sinar
obat. Beberapa potensi khasiat farmakologi dari gamma merupakan salah satu teknik mutasi yang
tanaman Jengger ayam diantaranya adalah banyak dimanfaatkan dalam menghasilkan
keragaman dalam program pemuliaan tanaman
Alamat korespondensi : (Parchin et al., 2019). Pemuliaan mutasi bagi
[email protected]
1
Bioteknologi dan Molekular Perubahan Stomata dan Kromosom Mutan
tanaman yang diradiasi baik secara fisik dan diamati adalah panjang, lebar dan jumlah
kimia secara langsung dapat menimbulkan stomata, serta kerapatan stomata. Data
perubahan beberapa karakteristik morfologi, pengukuran stomata merupakan nilai rata-rata
anatomi, fisiologi dan genetik tanaman (mutasi dari pengukuran 10 bidang pandang yang dipilih
titik dan mutasi kromosom). Besarnya perubahan secara acak masing-masing dengan 3 ulangan.
yang terjadi bergantung pada dosis iradiasi yang Kerapatan stomata dihitung dengan rumus pada
diberikan berkorelasi terhadap respon bidang pandang yang digunakan adalah
pertumbuhan sel tanaman. perbesaran 40 kali dengan diameter bidang
pandang 5.4 mm, sebagai berikut:
Beberapa studi menyatakan bahwa
akibat dari iradiasi menimbulkan gejala Jumlah stomata
hambatan pertumbuhan salah satunya adalah Kerapatan stomata =
penurunan performa tumbuh tanaman yang
berkaitan dengan perubahan bentuk anatomi sel- Luas bidang pandang
sel yang terdapat di dalamnya –(Wi et al., 2007).
Selain itu, beberapa penelitian telah Keterangan: = ¼ x 3.14 x d2
menunjukkan keunggulan mutasi sinar gamma Luas bidang pandang = ¼ x 3.14 x 5.42
untuk pemuliaan tanaman khususnya = 22.89 mm2
pembentukan keragaman pada morfologi dan
metabolit yang diinduksi oleh pemberiaan sinar Data kuantitatif yang diperoleh dianalisis
gamma (Asif & Khalil Ansari, 2019). Hambatan secara statistik dengan Analysis of Variance
pertumbuhan yang berkaitan dengan anatomi sel (ANOVA) taraf 5 %, jika terdapat perbedaan nyata
ini berhubungan dengan faktor anatomi seperti dilakukan uji lanjut dengan metode Duncan's
ukuran dan kerapatan stomata. Multiple Range Test (DMRT).
Hasil penelitian Lestari (2006) Identifikasi Kromosom
menunjukkan bahwa pemaparan sinar X Tahap pertama dalam identifikasi
menunjukkan hasil berpengaruh berbeda sangat
nyata pada panjang, jumlah, kerapatan dan kromosom adalah mempersiapkan larutan yang
indeks stomata tanaman padi. Selain perubahan digunakan. Larutan 8-hydroquinolin 0.002 M
struktur anatomi sel, perubahan juga terjadi dibuat dengan cara melarutkan 0,3 g 8
ditingkat genetik khusunya perubahan susunan hydroquinolin dalam 1 liter akuades pada suhu
basa nukleotida (DNA) ditingkat kromosom atau 70ºC, kemudian diaduk dengan menggunakan
dalam istilah mutasi disebut dengan mutasi magnetic stirer selama 1 jam sampai terlihat
kromosom (Hanafy & Akladious, 2018). Mutasi warna kekuningan. Larutan disimpan dalam
pada tingkat kromosom terbagi menjadi dua, wadah tertutup, di dalam lemari es. Larutan
yaitu mutasi yang menyebabkan perubahan former dibuat dengan mencampurkan 15 ml
struktur kromosom dan mutasi yang asam asetat dengan 45 ml alkohol absolut (3:1).
menyebabkan perubahan jumlah kromosom. Aceto orcein 2 % dibuat dengan cara
Perubahan ini dapat diamati secara genetik memanaskan 22.5 ml asam asetat dengan gelas
dengan mengetahui ada tidaknya aberasi reaksi sampai mendidih kemudian diangkat lalu
kromosom atau dengan mengetahui adanya dimasukkan tepung orcein sambil wadah
perubahan bentuk dan jumlah kromosom digoyang-goyangkan selama 10 menit (suhu
tanaman mutan. dipertahankan 90-95ºC). Setelah agak dingin,
ditambahkan 27.5 ml aquadest dan dibiarkan
Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk hingga suhu mencapai 20ºC. Selanjutnya
mengevaluasi perubahan stomata dan dilakukan filtrasi digelas lain kemudian disimpan
kromosom tanaman mutan putatif tanaman C. diruang gelap.
cristata yang diiradiasi dengan sinar gamma.
Tahap selanjutnya adalah pengamatan
METODE PENELITIAN mitosis. Akar sampel tanaman yang berwarna
Identifikasi Stomata putih dan masih segar dipotong sepanjang 1 cm
untuk dibuatkan preparat. Sisa agar-agar dari
Metode pengerjaan identifikasi stomata media yang menepel pada akar dibersihkan lalu
dilakukan dengan mengambil sampel daun dari dimasukkan ke dalam larutan 8-hydoquinolin
dalam botol kultur. Daun kemudian difiksasi selama 180 menit. Untuk perlakuan fiksasi
dalam 70% alkohol, kemudian dicuci dengan sebelum pengamatan, ujung akar dicuci bersih
akuades. Lapisan epidermis bawah daun yang selanjutnya direndam ke dalam larutan asam
terdapat stomata diperoleh dengan cara dikikis asetat 45% selama 10 menit. Akar tersebut
dengan bantuan pinset dan silet. Lapisan kemudian dimasukkan dalam botol yang berisi
epidermis tersebut diletakkan pada gelas objek, campuran asam asetat:HCl (3:1) selama 2 menit.
kemudian ditutup dengan gelas penutup. Ujung akar yang direndam tersebut dipanaskan
Preparat diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 40 kali. Karakter anatomi yang
2
Syarifah Iis Aisyah, Dhieni Hayati, Krisantini, Waras Nurcholis PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
Gambar 1. Ukuran panjang dan lebar somata planlet Celosia cristata; (A) 0 Gy
(kontrol), (B) 25 Gy, (C) 50 Gy dan (D) 75 Gy
dalam waterbath dengan suhu 60ºC selama dihasilkan bentuk stomata Celosia yang
2 menit. Setelah itu ujung akar diangkat dan merupakan tipe anomocytic. Tipe anomocytic
dimasukkan dalam orcein. Setelah dipindahkan merupakan karakter stomata yang tidak memiliki
ke gelas preparat, ujung akar dipotong bagian sel-sel anak (Illoh, 1995). Hasil pengamatan
ujungnya hingga 1-2 mm, kemudian ditetesi stomata planlet menggunakan mikroskop
2 tetes orcein dan dibiarkan selama 10 menit perbesaran 40x dengan pengukuran panjang
sambil ditutup dengan gelas penutup. Preparat irisan membujur diperoleh hasil panjang dan
dilewatkan di atas api bunsen, lalu diketuk lebar stomata yang ditunjukkan dengan tulisan
dengan pensil berkaret (squash); kemudian warna merah (Gambar 1). Berdasarkan hasil
ditekan dengan ibu jari. Selanjutnya preparat pengamatan anatomi jaringan stomata pada
diamati di bawah mikroskop. Pada saat daun planlet mutan dan kontrol menggunakan
pengamatan, preparat yang penyebaran mikroskop terdapat perbedaan ukuran dan
kromosomnya tampak baik dilakukan pemotretan kerapatan stomata pada setiap daun yang diberi
kemudian dilakukan editing untuk memperjelas perlakuan iradiasi sinar gamma (Tabel 1). Hasil
gambar dan bentuk kromosom. Berdasarkan tersebut sesuai dengan beberapa penelitian lain
hasil dokumentasi secara deskriptif dan khususnya pada tanaman lain bahwa perlakuan
kuantitatif diamati jumlah kromosom yang induksi sinar gamma dapat meningkatkan
terbentuk dan dibandingkan antara kromosom keragaman karakteristik stomata daun (Mallick et
tanaman normal dengan tanaman mutan. al., 2016; Rosmala, Khumaida & Sukma, 2016).
HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat pengaruh nyata dari dosis
Identifikasi Stomata iradiasi terhadap seluruh karakter yang diamati
pada mutan planlet C. cristata. Ukuran panjang
Berdasarkan pengamatan anatomi dan lebar stomata tertinggi terdapat pada dosis
stomata jaringan daun planlet Celosia cristata, 25 Gy namun tidak berbeda nyata dengan dosis 0
Tabel 1. Pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap karakter anatomi planlet C. cristata
generasi MV3
Dosis (Gy) Karakter anatomi
0 Panjang stomata (nm) Lebar stomata (nm) Rerata jumlah stomata Kerapatan stomata/mm2
25
50 32250a 30961a 55.57b 72.8
75 33646a 71.4
35183a 54.47b
32278a 40.1
27990b 29287b 30.6c 101.4
27174b 77.4a
3
Bioteknologi dan Molekular Perubahan Stomata dan Kromosom Mutan
Gambar 2. Penampilan stomata planlet mutan Celosia cristata; (A) 0 Gy (kontrol),
(B) 25 Gy, (C) 50 Gy dan (D) 75 Gy
Gy (kontrol), sedangkan ukuran stomata kerapatan stomata dapat dijadikan sebagai
terpendek terdapat pada dosis 75 Gy dengan nilai kriteria seleksi untuk menduga pertumbuhan
kerapatan yang paling tinggi (Tabel 1). Menurut manggis.
Dickison (2000) proses ionisasi dari iradiasi sinar
gamma dapat menyebabkan perubahan struktur Pada tanaman kontrol mempunyai
anatomi daun. Iradiasi sinar gamma diketahui kerapatan stomata sebesar 72.8/mm2 sedangkan
dapat meningkatkan ketebalan kutikula, pada planlet mutan yang diamati memiliki
epidermis, palisade dan tebal daun pada kerapatan stomata terendah 40.1/mm2 dan
beberapa individu hasil iradiasi sinar gamma, tertinggi 101.4/mm2. Menurut Wilmer (1983)
meskipun interval kenaikannya bersifat variatif terdapat keselarasan antara ukuran stomata
dan tidak menunjukkan pola terhadap kenaikan dengan kerapatannya, semakin kecil ukuran
dosis iradiasi. Hal tersebut yang memungkinkan stomata, semakin besar kerapatannya. Hasil
terjadinya perubahan stomata terhadap variasi demikian didapatkan pada mutan planlet dosis 75
dosis sinar gamma yang diberikan. Penghitungan Gy. Pada perlakuan dosis 25 Gy tidak memiliki
jumlah stomata pada beberapa bidang pandang banyak perbedaan kerapatan stomata
terhadap jaringan daun planlet mutan yang dibandingkan kontrol, demikian pula dengan rata-
diamati menunjukkan bahwa kerapatan stomata rata jumlah stomata pada beberapa bidang
planlet mutan dengan dosis 50 Gy memiliki pandang yang diamati. Frekuensi stomata yang
jumlah paling rendah dibanding 3 perlakuan dihasilkan berada pada kisaran 54.47-77.4,
iradiasi lainnya dan memiliki ukuran panjang namun menurut Illoh (1995) diperoleh frekuensi
stomata yang lebih besar daripada kontrol. stomata Celosia cristata berkisar 93.23-159.39
untuk tanaman yang tidak diinduksi mutasi.
Perbedaan dosis yang diberikan pada
setiap planlet menimbulkan respon terhadap Pada penelitian ini dihasilkan nilai
pertumbuhan terutama pada pembentukan kerapatan stomata terendah berada pada dosis
stomata yang berbeda-beda pula. Hal ini akan 50 Gy, hal ini berkorelasi dengan data
berkorelasi dengan pembentukan karakter pertumbuhan in vitro yang menunjukkan bahwa
genetik tanaman dan kemampuan tanaman pertumbuhan planlet 50 Gy memiliki persentase
dalam melanjutkan proses pertumbuhan. mutan pemendekan ruas paling tinggi yang
Widiastuti et al. (2010) menyatakan bahwa menyebabkan morfologi tanaman menjadi roset
kerapatan stomata memiliki korelasi positif atau kerdil. Lestari(2006) mengemukakan bahwa
dengan tinggi tanaman sebesar 90% dan tanaman padi yang memiliki kerapatan stomata
rendah yang dihasilkan dari iradiasi memiliki daya
4
Syarifah Iis Aisyah, Dhieni Hayati, Krisantini, Waras Nurcholis PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
tahan lebih baik terhadap kekeringan. sangat bermanfaat untuk menjelaskan
Berdasarkan nilai kerapatan stomata, perubahan karakter genetik pada proses tertentu
(Harahap 2005). Beberapa studi telah
dihasilkan nilai kerapatan stomata paling tinggi menjelaskan bahwa perubahan anatomi dapat
pada planlet dengan dosis 75 Gy sebesar menjadi faktor tanaman mutan dapat bertahan
101.4/mm2 namun ukuran panjang dan lebar hidup dan menghasilkan perubahan genetik. Sari
stomata berukuran paling kecil diantara et al. (2015) mendapatkan tanaman mutan
perlakuan iradiasi lainnya. Tampaknya pengaruh gandum dengan kandungan prolin dan glukosa
iradiasi dengan dosis 75 Gy pada penelitian ini lebih tinggi dari tanaman kontrol. Meilawati et al.
mempengaruhi pembentukan stomata tanaman (2017) juga menyatakan bahwa dihasilkan
lebih banyak. Berbeda dengan ukuran tiga dosis tanaman mutan lada hitam hasil iradiasi yang
perlakuan lainnya yang tidak memiliki perbedaan mengalami perubahan karakter anatomi stomata
ukuran yang terlalu signifikan. Nilai kerapatan dan indeks stomata yang tahan terhadap infeksi
stomata pada planlet Celosia cristata sangat P. capsici.
bervariasi, hal ini menunjukkan bahwa iradiasi
sinar gamma dapat menimbulkan perubahan Identifikasi Kromosom
anatomi stomata. Setiap spesies memiliki karakteristik
Perbedaan kerapatan stomata masing- jumlah kromosom di dalam nukleus. Jumlah
masing planlet yang diradiasi tampak pada kromosom bervariasi secara luas antar spesies
Gambar 2 dimana jaringan daun planlet 50 Gy dan dapat terjadi peningkatan maupun
memiliki stomata lebih sedikit daripada perlakuan penurunan jumlah selama akibat adanya evolusi
lainnya. Bentuk lebar dan panjang stomata juga dan spesiasi. Berdasarkan pengamatan
tampak berbeda antar perlakuan. Menurut Sari et kromosom yang telah dilakukan terhadap mutan
al. (2015), perbedaan ketebalan daun dan planlet Celosia cristata dihasilkan visualisasi
kerapatan stomata pada tanaman kontrol dan profase dalam fase mitosis yang terjadi di dalam
mutan antara lain terjadi karena adanya nukleus planlet. Namun karena gambar yang
perbedaan dalam penyerapan unsur hara dan dihasilkan tidak terlalu jelas maka penelitian ini
hilangnya air melalui proses transpirasi serta hanya dapat mendeskripsikan fase mitosis
intensitas cahaya terhadap sel-sel palisade. berdasarkan gambar yang telah diperoleh.
Intensitas yang tinggi dengan suhu tinggi
menyebabkan sel-sel palisade menjadi lebih Pada Gambar 3 dapat dilihat fase profase
panjang dan berlapis yang terdiri atas dua dan yang dihasilkan dari jaringan meristem akar
tiga lapisan. Tekanan yang diberikan pada saat planlet pada masing-masing perlakuan. Jumlah
iradiasi juga diduga menjadi faktor yang ploidi yang banyak dan berukuran sangat kecil
menyebabkan perubahan anatomi stomata. menjadikan sukar untuk dilakukan penghitungan
jumlah kromosom. Studi yang dilakukan oleh
Studi struktur anatomi tanaman mutan
Gambar 3. Kromosom planlet C. cristata; (A) 0 Gy (kontrol), (B) 25 Gy, (C) 50 Gy
dan (D) 75 Gy
5
Bioteknologi dan Molekular Perubahan Stomata dan Kromosom Mutan
Grant (1961) mengenai spesiasi dan jumlah mengalami perubahan jumlah kromosom akibat
kromosom dasar genus Celosia memberikan induksi mutasi pada dosis 50 Gy yang ditandai
informasi bahwa kromosom dasar dari genus ini dengan perubahan anatomi stomata yang juga
adalah n=9, namun dari empat spesies Celosia mengakibatkan restorasi DNA yang terdapat di
yang dilakukan studi sitologi, setiap spesies dalam nukleus sel mutan putatif planlet C.
memiliki jumlah level ploidi yang berbeda dari cristata.
diploid (2n) hingga dodecaploid (12n). Hasil
persilangan antar 2 spesies C. argentea (2n=72) UCAPAN TERIMA KASIH
x C. cristata (2n=36) menghasilkan anakan Penelitian ini dibiayai oleh Ditjen
dengan jumlah kromosom 2n=108.
Penguatan Riset dan Pengembangan,
Respon setiap individu tanaman terhadap Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
iradiasi berbeda-beda. Mutasi hasil iradiasi Tinggi melalui skim Penelitian Dasar Unggulan
bersifat acak. Proses ionisasi yang terjadi pada Perguruan Tinggi (PDUPT) Tahun Anggaran
saat induksi radiasi dilakukan dapat saja 2019 (Nomor: 4172/IT3.L1/PN/2019).
mengenai inti sel yang berisi DNA pembawa
materi genetik yang dapat diturunkan ke generasi DAFTAR PUSTAKA
selanjutnya. Berdasarkan Gambar 3 dapat
diduga jumlah kromosom pada sel-sel mutan Abubakar, A., Falusi, A.O., Daudu, O.A.Y.,
mengalami perubahan seiring dengan terjadinya
perubahan anatomi stomata berupa ukuran Oluwajobi, A.O., Dangana, M.C. &
panjang, lebar dan kerapatan stomata.
Pernyataan ini didukung oleh Mostafa & Ahmad Abejide, D.R. 2015. Mutagenic effects of
(2016) yang melaporkan bahwa tanaman Celosia
mutan tetraploid ditemukan pada tanaman sodium azide and fast neutron irradiation
dengan ukuran stomata, jumlah kloroplas per sel
penjaga dan kandungan DNA yang lebih banyak on the cytological parameters of M2
dari tanaman normal. Berdasarkan persentase
mutan paling besar terdapat pada planlet yang Lagos spinach (Celosia argentea var
diradiasi dosis 50 Gy dengan nilai kerapatan
stomata paling rendah, sebesar 60%, planlet cristata L.). World J Agri Res. 3:107-112.
generasi MV3 mengalami pemendekan ruas
yang membuat tanaman menjadi kerdil. Pada Asif, A. & Khalil Ansari, M.Y. 2019. Generation of
planlet ini diduga kromosom yang ada di
dalamnya juga terjadi perubahan. mutant lines of Nigella sativa L. by
Penurunan aktivitas indeks mitosis induced mutagenesis for improved seed
selanjutnya dilaporkan oleh Abubakar et al.
(2015) yang menyatakan bahwa telah terjadi yield. Industrial Crops and Products.
restitusi serbuk sari dan penurunan indeks
mitosis pada tanaman mutagenis C. argentea 1 3 9 : 111 5 5 2 . DOI:
yang diduga akibat indikasi gangguan pada
tingkat sel atau aktivitas fisiologis sel karena https://doi.org/10.1016/j.indcrop.2019.11
tindakan mutagenik. Kumar & Yadav (2010) juga
melaporkan bahwa terjadi abnormalitas genetik 1552.
tanaman Sesamum indicum L. akibat induksi
iradiasi sinar gamma yang terjadi pada semua Balasubrahmanyam, A., Baranwal, V.K., Lodha,
fase pembelahan meiosis, abnormalitas yang
banyak terjadi yakni fenomena stickiness yang M.L., Varma, A. & Kapoor, H.C. 2000.
dijumpai pada fase metafase I/II, anafase I/II dan
telophase. Purification and properties of growth
KESIMPULAN stage-dependent antiviral proteins from
Iradiasi sinar gamma dengan dosis 0, 25,
the leaves of Celosia cristata. Plant
50 dan 75 Gy mampu menghasilkan perubahan
anatomi stomata planlet. Terdapat pengaruh Science. 154(1):13-21. DOI:
nyata dari dosis iradiasi terhadap panjang, lebar
dan jumlah stomata. Dosis 75 Gy menghasilkan https://doi.org/10.1016/S0168-
kerapatan stomata tertinggi sebesar 101.4/mm2
dan dosis 50 Gy menghasilkan kerapatan 9452(99)00192-2.
stomata terendah sebesar 40.1/mm2. Kromosom
planlet yang dihasilkan pada penelitian ini diduga Dickison, W.C. 2000. Integrative plant anatomy.
6 Academic press.
Grant, W.F. 1961. Speciation and basic
chromosome number in the genus
Celosia. Canadian Journal of
Botany. 39(1):4550.Hanafy, R.S. & Akladious,
S.A. 2018. Physiological and molecular
studies on the effect of gamma radiation
in fenugreek (Trigonella foenum-
graecum L.) plants. Journal of Genetic
Engineering and Biotechnology. DOI:
https://doi.org/10.1016/j.jgeb.2018.02.01
2.
Illoh, H.C. 1995. Foliar epidermis and petiole
anatomy of four species of Celosia L. in
Nigeria. Feddes Repertorium.
106(1 5):15-23.
Kim, Y.-S., Hwang, J.-W., Sung, S.-H., Jeon, Y.-
J., Jeong, J.-H., Jeon, B.-T., Moon, S.-H.
& Park, P.-J. 2015. Antioxidant activity
and protective effect of extract of Celosia
cristata L. flower on tert-butyl
Syarifah Iis Aisyah, Dhieni Hayati, Krisantini, Waras Nurcholis PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
hydroperoxide-induced oxidative Fitoterapia. 82(4):591-594. DOI:
hepatotoxicity. Food Chemistry. 168:572- https://doi.org/10.1016/j.fitote.2011.01.0
579. DOI: 07.
https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2014. Sun, Z., Peng, Y., Zhao, W.-W., Xiao, L.-L. &
07.106. Ya n g , P. - M . 2 0 1 5 . P u r i fi c a t i o n ,
Kumar, G. & Yadav, R.S. 2010. Induced characterization and immunomodulatory
Intergenomic Chromosomal activity of a polysaccharide from Celosia
Rearrangements in Sesamum indicum L. cristata. Carbohydrate Polymers.
Cytologia. 75(2):157-162. 133:337-344. DOI:
Lestari, E.G. 2006. Hubungan antara kerapatan https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2015.06
stomata dengan ketahanan kekeringan .093.
pada somaklon padi Gajahmungkur, Wang, Y., Lou, Z., Wu, Q.-B. & Guo, M.-L. 2010. A
Towuti, dan IR 64. Biodiversitas. 7(1):44- novel hepatoprotective saponin from
48. Celosia cristata L. Fitoterapia.
Mallick, M., Awasthi, O.P., Paul, V., Verma, M.K. 81(8):1246-1252. DOI:
& Jha, G. 2016. Effect of physical and https://doi.org/10.1016/j.fitote.2010.08.0
chemical mutagens on leaf sclerophylly 11.
and stomatal characteristics of Kinnow Wi, S.G., Chung, B.Y., Kim, J.-S., Kim, J.-H.,
mandarin mutants. Indian Journal of Baek, M.-H., Lee, J.-W. & Kim, Y.S. 2007.
Horticulture. 73:291-293. DOI: Effects of gamma irradiation on
10.5958/0974-0112.2016.00063.3. morphological changes and biological
Meilawati, N.L.W., Bermawie, N., Purwito, A. & responses in plants. Micron. 38(6):553-
Manohara, D. 2017. Respon Tanaman 564. DOI:
Lada (Piper Nigruml) Varietas Ciinten https://doi.org/10.1016/j.micron.2006.1 1.
Te r h a d a p I r a d i a s i S i n a r 002.
Gamma/Respons of Gamma Irradiation Widiastuti, A., Sobir, S. & Suhartanto, M.U.H.R.
on Black Pepper (Piper Nigrum L.) 2010. Diversity analysis of mangosteen
Ciinten Variety. Industrial Crops (Garcinia mangostana) irradiated by
Research Journal. 22(2):71-80. gamma-ray based on morphological and
Mostafa, G.G. & Alhamd, M.F.A. 2016. Detection anatomical characteristics. Nusantara
and Evaluation the Tetraploid Plants of Bioscience. 2(1):23-33.
Celosia argentea Induced by Wilmer, C. 1983. Stomata. London (UK):
Colchicines. International Journal of Longman.Zuck, C. 2015. Reformation of
Plant Breeding and Genetics. 10(2):110- specialty cut flower production for
115. Celosia cristata. Available:
Parchin, R.A., Ghomi, A.A.N., Badi, H.N., https://conservancy.umn.edu/bitstream/h
Eskandari, A., Navabpour, S. & andle/11299/175833/Cameron Zuck -
Mehrafarin, A. 2019. Growth Celosia.pdf?sequence=1&isAllowed=y
characteristics and phytochemical [2019, August 28].
responses of Iranian fenugreek
(Trigonella foenum-graecum L.)
exposed to gamma irradiation. Industrial
Crops and Products. 139:111593. DOI:
https://doi.org/10.1016/j.indcrop.2019.11
1593.
Rosmala, A., Khumaida, N. & Sukma, D. 2016.
Alteration of Leaf Anatomy of
Handeuleum (Graptophyllum pictum L.
Griff) due to Gamma Irradiation. HAYATI
Journal of Biosciences. 23(3):138-142.
DOI: 10.1016/j.hjb.2016.12.003.
Sari, L., Purwito, A. & Sopandie, D.
2015.Characterization of Some
Morphology, Anatomy And Physiology Of
The Wheat Mutant (Triticum aestivum L.)
Dewata And Selayar In Tropical
Lowland. Widyariset. 1(1):21-30.
Sun, Z.-L., Gao, G.-L., Xia, Y.-F., Feng, J. & Qiao,
Z.-Y. 2011. A new hepoprotective
saponin from Semen Celosia cristatae.
7
Emma Sri Kuncari PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
TINJAUAN PEMANFAATAN TRADISIONAL DAN POTENSI MEDIS Glochidion sp. DI KETAMBE,
TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER, ACEH TENGGARA
OVERVIEW OF TRADITIONAL UTILIZATION AND MEDICAL POTENTIAL OF Glochidion sp.
IN KETAMBE, SOUTHEAST ACEH
Emma Sri Kuncari1
1Laboratorium Etnobotani, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Bogor
Naskah diterima tanggal 2 Desember 2019
ABSTRACT
The local wisdom of the people of the Ketambe area needs to bemaintainedin line
withefforts to manage biodiversity in a sustainable manner. Glochidion sp.
(Phyllanthaceae) includingone of the plants that are traditionallytaken advantage
of by local people, consists of about 280 species.The focus ofthis research was on
the use of Glochidion sp. traditionally, chemical content,potency, and several other
important aspects.The methods used includeexploration, direct observation,
interviews, followed by analysis in the laboratory,and literature study.The results
show three types of Glochidion,usually usetraditionally to overcome colds in
children (menet),runny ears (pepedem),andsharps stab wounds such as fish
spikes and nails (renggali).Phytochemicalscreening showed that the three
Glochidions contained sterols & triterpenoids,carotenoids, coumarin, tannins,
reducing sugars, steroid glycosides,polyuranides, emodol/anthracenoid, and
flavones.
Keywords : Glochidion, Phyllanthaceae, pharmacognotion, phytopharmacology,
traditional
ABSTRAK
Kearifan lokal masyarakat kawasan Ketambe perlu sekali dijaga sejalandengan
upaya pengelolaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.Glochidion sp.
(Suku Phyllanthaceae)termasuk salah satu tumbuhan yangbanyak diambil
manfaatnya secara tradisonal oleh masyarakat lokal, terdiri darisekitar 280
spesies.Fokus penelitian ini adalah pada pemanfaatan Glochidionsp. secara
tradisional, kandungan kimia,potensi, dan beberapa aspek
pentinglainnya.Metode yang digunakan meliputi eksplorasi, observasi
langsung,wawancara, dilanjutkan dengan analisa di laboratorium, dan studi
pustaka. Hasilpenelitian lapangan didapat tiga jenis tumbuhanGlochidion, biasa
digunakan secara tradisionaluntuk mengatasimasuk angin pada anak-anak
(menet), telinga yang berair(pepedem), danluka tusuk benda runcing seperti duri
ikan dan paku (renggali). Skrining fitokimia didapatkan hasil yaitu
ketigaGlochidiontersebut mengandungsterol & triterpenoid, karotenoid, kumarin,
tanin, gula pereduksi, glikosida steroid,poliuranida, emodol/ antrasenoid, dan
flavon.
Kata Kunci :Glochidion, Phyllanthaceae, farmakognosi,Fitofarmakologi,
tradisional
PENDAHULUAN (1981) dan Warisan Dunia (2004). UNESCO dan
Stasiun Penelitian Ketambe adalah salah Komite Warisan Dunia telah menetapkan dua
status ini atas proposal pemerintah Indonesia
satu stasiun tertua dan terlengkap di dunia setelah melalui proses seleksi yang ketat
yangmemiliki keanekaragaman hayati (Bappenas, 1993).
yangmelimpah. Terletak di kawasan Taman
Nasional Gunung Leuser (TNGL), Aceh Ketambe sangat terkenal karena
Tenggara. Saat ini TNGL memiliki dua status disamping sebagai stasiun penelitian dan
berskala global, yaitu sebagai Cagar Biosfer pendidikan kelestarian alam, juga merupakan
habitat mawas (Pongo pygmaeus), salah
Alamat korespondensi : satusatwa langka yang patut dipertahankan
[email protected]
9
Etnomedisin dan Etnofarmakologi Tinjauan Pemanfaatan Tradisional dan Potensi Medis
keberadaannya. Selain mawas juga terdapat owi METODE PENELITIAN
(Hylobatheslarvestitus), siamang Tempat dan Waktu
(H.syndactyllus), kedih(Presbytis thomasij),
monyet kra' (Macaca fasciailaris), dan beruk (M. Penelitian lapangan dilaksanakan pada
nemestrina) (Mirmanto, 1986). bulan Juli 2009 di sekitar kawasan hutan Stasiun
Penelitian Ketambe, Taman Nasional Gunung
Kegiatan eksplorasi diperlukan untuk Leuser (TNGL), Aceh Tenggara. Analisa
menggali potensi suatu wilayah tanpa laboratorium dilakukan pada bulan September
mengesampingkan aspek kerusakan terhadap 2009 di Laboratorium Fitokimia Bidang Botani,
lingkungan dan masyarakatnya. Salah satu cara Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor.
menggali potensi tersebut antara lain dengan Bahan
kegiatan bioprospektinguntuk menggali potensi
sumber daya hayati yang dapat dimanfaatkan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat. berupadaun tumbuhanmenet (Glochidion sp.1
Untuk menunjang kegiatan bioprospekting J.R. Forster & J.G. Forster), pepedem
tersebut, makabahan-bahan yang berasal dari (Glochidion coronatumHook.f.), dan renggali
tumbuhan, hewan maupun beberapa mineral (Glochidion rubrum Blume) yang dijumpai di
harus diselidiki terlebih dahulu untuk mengetahui sekitar Ketambe.
kualitas, khasiat dan keamanannya sehingga
dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai Bahan kimia yang digunakan antara lain: air
bahan baku obat, kosmetik, aromatik, pangan, suling, metanol, etanol 2% dan 10%, kloroform,
pakan, dan lain sebagainya. eter, larutan jenuh SbCl3, kloralhidrat, asam
klorida pekat, 2% dan 10%, asam asetat anhidrat,
Langkah awal yang sangat membantu ammonium hidroksida 10% dan 25%, larutan
untuk menggali pengetahuan suku lokal terhadap NaOH, KOH 0,5N dan 1N, asam sulfat pekat,
resep tradisional yang berkhasiat obat yaitu FeCL3, pereaksi Stiasny, pereaksi Dragendorf,
dengan berbagai pendekatan secara ilmiah pereaksi Libermann-Bouchard dan pereaksi
(Kuntorini, 2005). Salah satu pendekatan Mayer.
tersebut adalah pendekatan etnofarmasi.
Etnofarmasi adalah sebuah ilmu interdisiplin Alat-alat yang dipakai yaitu: ayakan mesh
yang mempelajari tentang bahan-bahan obat, 100, corong, corong pisah, tabung reaksi, cawan
dalam kaitannya dengan penggunaan bahan- penguap, pipet, batang pengaduk, erlenmeyer,
bahan obat tersebut sebagai penciri budaya gelas ukur, neraca analitik, pH meter, centrifuge,
dalam suatu kelompok masyarakat.Pendekatan lampu UV, penangas air, mesin penggiling
secara etnofarmakologis digunakan untuk sampel Merk Retsch Muhle, mikroskop binocular
menggali pengetahuan lokal masyarakat dalam Merk Nikon, dan perlengkapannya.
memanfaatkan tumbuhan sekitar terutama Metode
sebagai obat, tentunya berdasarkan pengalaman
turun-temurun (empiris). Penelitian dilakukan dengan metode
eksplorasi dan pengamatan langsung di kawasan
Glochidion sp. (Suku Phyllanthaceae) sekitar hutan Ketambe. Informasi mengenai
termasuk salah satu tumbuhan yang banyak Glochidion didapatkan melalui studi
diambil manfaatnya secara tradisional oleh etnofarmakognosi-etnofarmakologi dengan
masyarakat sekitar Ketambe, namun belum wawancara terhadap pengobat
begitu dikenal oleh masyarakat luas. Informasi tradisional(dukun, dukun beranak/ paraji, juru
dan publikasi mengenai tumbuhanGlochidionini kunci)dan wawancara dengan masyarakat
belum banyak didapatkan terutama mengenai sekitar yang mengetahui dan memanfaatkan
pemanfaatan dan potensi medisnya. Data ini tumbuhan tersebut secara tradisional dengan
tentu sangat diperlukan bukan hanya bagi menggunakan teknikwawancara semi struktural
masyarakat sekitar namun juga bagi kepentingan yang berpedoman padadaftar pertanyaan yang
pendidikan, penelitian, dan konservasi terutama telah dibuat sebelumnya,dilanjutkan dengan
dalam pencarian sumber obat-obatan baru. studi pustaka. Koleksi dilakukan, meliputi koleksi
untuk voucher spesimen herbarium guna
Pada kesempatan kali ini akan dipaparkan keperluan identifikasi tumbuhan serta
informasi mengenai pemanfaatan secara pengambilan sampeldaun Glochidionuntuk
tradisional dan potensi medis dari tumbuhan analisa lebih lanjut di laboratorium.
Glochidion sp. Tinjauan akan meliputi morfologi, 1. Determinasi Tumbuhan
fitokimia, dan etnofarmakologi dari tiga jenis
tumbuhan Glochidionyang banyak dimanfaatkan Spesimen tumbuhan yang akan diteliti,
di sekitar kawasan Ketambeyaitu menet terlebih dahulu dideterminasi di Herbarium
(Glochidion sp.1 J.R. Forster & J.G. Forster), Bogoriense, Puslit Biologi - LIPI, Bogor.
pepedem (Glochidion coronatumHook.f.), dan 2. Penyediaan Simplisia
renggali (Glochidion rubrum Blume) yang secara
tradisional telah digunakan sebagai obat. Daun Glochidion dibersihkan dari kotoran
yang melekat, kemudian dipotong kecil-kecil dan
10 dikeringanginkan. Bahan yang sudah kering
dihaluskan dengan mesin penggiling.
Emma Sri Kuncari PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
Selanjutnya serbuk yang diperoleh dikumpulkan turun temurun, bertahan lestari, dan tidak
dan disimpan dalam wadah tertutup rapatyang terpisahkan darikehidupan masyarakat, tanpa
diberi silika gel. Serbuk siap digunakan untuk dibuktikan secarailmiah (Depkes RI, 2000).
analisa selanjutnya.
3. Skrining Fitokimia Farmakognosi adalah ilmu yang
mempelajari pengetahuan dan pengenalan obat
Skrining fitokimia dilakukan dengan yang berasal dari tumbuhan dan zat-zat aktif
Metode Cuiley (1984). Serbuk daundiekstrak lainnya, termasuk mineral dan hewan. Tidak
dengan dietileter selanjutnya dengan ethanol dan semua bahan tersebut dapat dijadikan bahan
terakhir dengan air suling sehingga diperoleh obat, hanya bahan-bahan yang telah diketahui
hasil penyarian yaitu sari eter, alcohol, dan air. keamanan, kualitas dan manfaatnya dapat
Ketiga hasil penyarian selanjutnya dianalisa dijadikan bahan baku untuk bahan pangan,
kandungan senyawa kimianya (secara kualitatif) pakan, obat, kosmetik maupun aromatik. Ilmu
yaitu: farmakognosi berkembang terus dari zaman ke
Sari eter zaman awalnya berdasarkan pengalaman
Serbuk ditimbang ±25 gram kemudian disari (empiris). Saat ini farmakognosi berkembang
dengan dietileter. Filtrat yang terbentuk disaring semakin meluas hingga meliputi banyak hal yang
dan dikumpulkan. Prosedur ini diulang sampai dapat dikaji, antara lain sejarah, penyebaran,
hasil penyarian berwarna jernih. Sari eter kultivasi, koleksi, seleksi, preparasi,
dipekatkan sampai ±50 ml untuk selanjutnya perdagangan, identifikasi, evaluasi, pengawetan,
dilakukan identifikasi kandungan triterpenoid, pemakaian (pemanfaatan), isi zat berkhasiat dan
alkaloid dan flavonoid. Residu/ampas khasiat dari bahan yang diteliti.
dikeringkan terlebih dahulu untuk digunakan
pada penyarian lebih lanjut dengan pelarut Pemeriksaan morfologi terhadap
alkohol. tumbuhan Glochidion dari kawasan Ketambe
Sari alkohol adalah sebagaimana Gambar 1 di bawah
Residu dari penyarian dengan eter yang telah (lampiran).
kering, direfluks dengan ethanol 70-80%
sebanyak 2-3 kali selama 20-40 menit. Fitrat Deskripsi
dikumpulkan dan dipekatkan sampai±50 ml. Glochidion berupa pohon atau semak,
Reaksi yang dilakukan terhadap sari alkohol ini
meliputi identifikasi tanin dan alkaloid. monoecious, jarang dioecious; indumentum
Selanjutnya pada sari alkohol yang dihidrolisis rambut sederhana, sering tidak ada.Daun
dilakukan identifikasi glikosida dan flavonoid. alternate, distichous, atau spiral; stipula tebal,
Sari air sebagian besar persisten; tangkai daun pendek;
Residu dari penyarian dengan alkohol helaian daun sederhana, tepi daun rata,
dikeringkan, disari dengan air suling hangat pertulangan daun menyirip. Bunga aksiler atau
selama 30 menit, disaring dan dipekatkan sampai supra-aksiler, fascicle atau dalam cymosa
±50 ml. Selanjutnya dilakukan identifikasi pendek atau bunga payung (umbella), aksil
saponin, tanin dan alkaloid. Pada sari air yang proksimal dengan bunga jantan, aksil distal
dihidrolisis dilakukan analisa glikosida. biasanya dengan bunga betina, biasanya tangkai
bunganya jelas. Bunga jantan: tangkai bunga
HASIL DAN PEMBAHASAN ramping atau hampir tidak ada; sepal 5 atau 6,
Penggunaan obat tradisional di imbricata; kelopak bunga tidak ada; dasar bunga
tidak ada; benang sari 3–8, terhubung ke kolom
masyarakatmerupakan suatu kenyataan empirik, lonjong atau ellipsoid, lebih pendek dari kelopak
untukmencapai kesembuhan atau pemeliharaan bunga; benang sari 2-locular, ekstrorse, linear,
danpeningkatan taraf kesehatan serta diwariskan dehiscent longitudinal, tidak ada pistillode. Bunga
betina: tangkai bunga pendek atau terlalu
Gambar 1. Morfologi tumbuhan Glochidion sp.1 (menet), G. Coronatum(pepedem), dan
G. rubrum (renggali)
11
Etnomedisin dan Etnofarmakologi Tinjauan Pemanfaatan Tradisional dan Potensi Medis
Tabel 1. Tiga jenis tumbuhan Glochidionyang berpotensi sebagai bahan obat di Stasiun
Penelitian Ketambe
No Jenis Suku Nama Keg unaan
Daerah
1 Glochidion sp.1 Euphorbiaceae Menet Daun: obat masuk angin pada anak-anak
J.R. Forster & (wawancara); kulit batang dan daun:
Pepedem mengobati kekacauan system pencernakan
J.G. Forster Renggali seperti sakit lambung, disentri dan diare,
gigitan/ sengatan serangga dan masalah kulit
2 Glochidion Eu ph or bi ace ae (Nugroho, 2003).
coronatum Eu ph or bi ace ae Daun: obat telinga yang berair (wawancara).
Hook.f.
Daun: obat luka tusuk benda runcing seperti
3 Glochidion duri ikan dan paku agar tidak infeksi
rubrum Blume (wawancara), ekspektoran untuk batuk
(Nugroho, 2003), daun yang telah dimaserasi
digunakan dalam pengobatan wasir (Duke JA
and Ayensu ES, 1985), kayunya digunakan
untuk kayu bangunan (Ken Fern, 2019).
pendek; kelopak bunga seperti pada bunga senyawa kimia dalam tumbuhan dapat terekstrak
jantan, tetapi sedikit lebih tebal; ovarium globose, dengan baik.
3-15-lokular; ovula 2 per lokula; model terhubung
ke kolom pendek, tebal, silinder, apex lobed atau Data dan informasi mengenai jenis-jenis
bergigi, jarang bebas. Buah kapsul, globose atau keanekaragaman hayati (tumbuhan, hewan
globose tertekan, kurang lebih berlekuk maupun mikrobia) yang berpotensi sebagai
memanjang secara mencolok, cekung di apeks, sumber bahan pangan, pakan, obat, kosmetik,
dibagi menjadi 3-15 kisi 2-katup bulat ketika energi dan lain-lain, sangat diperlukan untuk
matang, jarang sekali tidak berlobus; eksocarp keperluan bioprospekting maupun untuk
kasar atau kertas; endocarp crustaceous; model konservasinya. Penelitian ini merupakan salah
biasanya tetap. Biji tidak strophiolate, satu upaya mengungkap kearifan lokal
hemispheric atau dikompresi secara lateral; masyarakat Indonesia khususnya sekitar
endosperma berdaging; kotiledon rata. Sekitar Ketambe dalam mengelola keanekaragaman
200 spesies: terutama di Asia tropis, kepulauan hayati secara berkelanjutan. Masyarakat sekitar
Pasifik, dan Malaysia, beberapa di Amerika tropis kawasan Ketambe masih memanfaatkan alam
dan Afrika; 28 spesies (tujuh endemik, satu untuk menjaga kesehatannya. Masyarakat
introduced) di Cina. Glochidion patut dicatat sangat melindungi hutan dan bergantung pada
karena mekanisme penyerbukannya, yang hutan yang dijadikan sebagai tempat untuk
melibatkan hubungan simbiosis dengan ngengat bertahan hidup dan menjaga kesehatannya.
dari genus Epicephala yang sejajar dengan yang Hasil wawancara dengan pemuka adat dan
ditemukan di Yucca (Li Bingtao (Li Ping-tao)& wawancara dengan masyarakat lokal didapatkan
Michael G. Gilbert, 2008.) informasi secara tradisional bahwa ketiga jenis
tumbuhan Glochidion yang dijumpai di kawasan
Hasil wawancara dengan pemuka adat dan Ketambe memilik manfaat medis yang berbeda-
kuesioner terhadap masyarakat sekitar Ketambe beda:
didapatkan informasi secara etnofarmakologi a. Menet
(berdasarkan pengalaman turun temurun) bahwa
ketiga jenis tumbuhan Glochidion yang dijumpai Daunnya digunakan untuk obat masuk
memiliki manfaat medis yang berbeda-beda, angin pada anak-anak (wawancara).
sebagaimana Tabel 1 di bawa. Cara pemakaian secara tradisional adalah
dengan meremas-remas daunnya kemudian
Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan digunakan untuk memandikan anak-anak yang
untuk obat, kosmetik, dan aromatik berkaitan sedang masuk angin.
dengan kandungan senyawa kimia pada
tumbuhan tersebut. Senyawa kimia yang Nugroho (2003) menyatakan bahwa kulit
terkandung dalam tumbuhan dapat terekstrak batang dan daun menet memiliki potensi medis
secara optimum apabila diekstrak dalam pelarut untuk mengobati kekacauan system
dengan tingkat kepolaran yang sesuai. Oleh pencernakan seperti sakit lambung, disentri dan
sebab itu skrining fitokimia perlu dilakukan diare, gigitan/ sengatan serangga dan masalah
dengan menggunakan pelarut pada berbagai kulit.
tingkat kepolaran sehingga diharapkan semua b. Pepedem
12 Daunnya dapat digunakan untuk
Emma Sri Kuncari PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
Tabel 2. Hasil identifikasi kandungan kimia tiga jenis daun Glochidion sp.
IDENTIFIKASI Glochidion sp.1 Glochidion Glochidion
J.R. Forster & J.G. rubrum Blume
Ekstrak Eter coronatumHook.f.
Minyak atsiri Forster (Pepedem) (Renggali)
Lemak & Asam lemak tinggi (M en et)
Sterol &Triterpenoid -
Karotenoid +- -
Alkaloid basa -- +
Aglikon flavonoid ++ +
Emodol/ antrasenoid ++ -
Kumarin -- -
-- -
Ekstrak Alkohol -- +
Ta ni n ++
Gula pereduksi +
Garam alkaloid ++ +
++ -
Ekstrak alkohol yang dihidrolisis --
Emodol/ antrasenoid -
Derivat kumarin -- +
Glikosida steroid -+ +
Flavonoid ++ -
+-
Ekstrak Air +
Pol iur an id a ++ +
Gula pereduksi -- -
Saponin +- +
Ta ni n ++ -
--
Garam alkaloid -
Ekstrak air Yang dihidrolisis -- +
++ +
Kumarin ++ +
Emodol/ antrasenoid ++
Flavon
Glikosida Steroid
mengobati telinga yang berair (wawancara). sterol & triterpenoid, karotenoid, kumarin, tanin,
Cara pemakaian secara tradisional gula pereduksi, glikosida steroid, poliuranida,
emodol/ antrasenoid, dan flavon.
adalah dengan menumbuk daunnya, kemudian
air yang didapat dimasukkan sedikit-sedikit ke Glochidion mengandung tanin. Tanin
dalam telinga yang berair. bersifat fenol, mempunyai rasa sepat dan
c. Renggali kemampuan menyamak kulit. Tanin mampu
bereaksi dengan protein, beberapa tanin terbukti
Daun digunakan untuk mengobati luka mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat
tusuk benda runcing seperti duri ikan dan paku pertumbuhan tumor dan dapat menghambat
agar tidak infeksi (wawancara). aktivitas enzim seperti reverse transcriptase dan
Cara pemakaian secara tradisional adalah DNA topoisomerase. Tanin lainnya ada yang
dengan menggiling (melumatkan) daunnya, dapat meracuni hati (Robinson, 1995). Tanin juga
kemudian ditempel di bagian yang terluka. dapat digunakan sebagai astringen, baik untuk
saluran pencernaan maupun kulit. Selain itu juga
Nugroho(2003) menyebutkan bahwa sebagai obat antidiare.
renggali memiliki potensi medis sebagai
ekspektoran untuk mengobatibatuk; daun yang Efek fisiologis dan farmakologis tanin
telah dimaserasi digunakan dalam pengobatan disebabkan oleh kemampuannya membentuk
wasir (Duke JA and Ayensu ES, 1985); dan kompleks, baik dengan protein maupun
kayunya digunakan sebagai kayu bangunan (Ken polisakarida. Pembentukan kompleks itu
Fern, 2019). berdasarkan pada pembentukan ikatan hidrogen
dan interaksi hidrofobik antara tanin (golongan
Skrining fitokimia dilakukan untuk polifenol) dengan protein. Kemampuan
mengetahui kandungan kimia dari simplisia daun antimikroba dari senyawa tanin berdasarkan
tiga jenisGlochidion secara kualitatif pada kemampuan senyawa ini menghambat
sebagaimana Tabel 2. kerja enzim tertentu secara selektif atau
Hasil skrining fitokimia didapatkan bahwa 13
ketiga jenis Glochidion yang diteliti mengandung
Etnomedisin dan Etnofarmakologi Tinjauan Pemanfaatan Tradisional dan Potensi Medis
kemampuannya dalam menghambat ikatan antar SARAN
ligan dengan suatu reseptor (Mahtuti & Yohani, Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
2004).
menemukan aktivitas biologis lebih banyak dari
Glikosida merupakan salah satu senyawa berbagai kandungan kimia dalam daun
jenis alkaloid. Glikosida terdiri atas gabungan dua Glochidion tersebut, terutama uji toksisitas
bagian senyawa, yaitu gula yang disebut dengan secara preklinis terlebih dahulu, untuk
gliko dan bukan gula biasa disebut aglikon. membuktikan apakah ketiga jenis daun
Glikosida yang menghubungkan glikon dan Glochidiontersebut memang aman dikonsumsi.
aglikon ini sangat mudah terurai oleh pengaruh Jika aman, selanjutnya dapat dilakukanuji
asam, basa, enzim, air, dan panas. manfaat atau uji klinisnya.
Menurut Robinson (1995), berbagai UCAPAN TERIMA KASIH
macam aktivitas fisiologi yang menarik Penulis ucapkan terima kasih kepada
ditunjukkan oleh beberapa triterpenoid, dan
senyawa ini merupakan komponen aktif dalam Kepala Puslit Biologi–LIPI yang telah menjalin
tumbuhan obat yang telah digunakan untuk kerjasama dan memperkenankan penelitian ini
penyakit termasuk diabetes, gangguan berlangsung dengan dana penelitian dari
menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, Direktorat Jenderal Pendidikan
kerusakan hati, dan malaria. Tinggi–Depdiknas, Drs. Razali Yusuf selaku
koordinator proyek penelitian Ketambe, Kepala
Ketiga Glochidion yang diteliti tidak Badan Pengelola Kawasan Ekosistem Leuser
mengandung lemak & asam lemak tinggi, alkaloid beserta seluruh staf dan tenaga ahli (terutama
basa, aglikon flavonoid, emodol/ antrasenoid, Bapak Abdullah) serta semua pihak yang telah
garam alkaloid, dan kumarin. membantu dalam penelitian dan publikasi tulisan
ini.
Alkaloid biasanya terdapat dalam
tumbuhan sebagai garam dari berbagai asam DAFTAR PUSTAKA
organik. Aksi farmakologi dari berbagai alkaloid Bappenas. 1993. Strategi dan Rencana Aksi
antara lain sebagai analgesik, stimulant dan
beberapa dapat meningkatkan tekanan darah Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-
(Tyler et al., 1988). 2020 (Indonesian Biodiversity Strategy
and Action Plan 2003-2020-IBSAP
Hasil skrining fitokimia secara kualitatif Regional). Regional Sumatera. Hlmn: 4-
tersebut, belum dapat membuktikan keamanan 46.
Glochidionjika akan digunakan sebagai bahan Cuiley, I. 1984. Methodology of Analysis of
baku obat, kosmetik, aromatik, pangan maupun Vegetable and Drugs. Ministry of Chemical
pakan. Walaupun secara empiris (berdasarkan Industry. Bucharest, Rumania, pp 1-67.
pengalaman), masyarakat sekitar Ketambe telah Depkes RI (2000): Pedoman PelaksanaanObat
membuktikan keamanan dan khasiatnya secara Tradisional, Cetakan
tradisional, misalnya untuk mengatasi masuk Pertama,Departemen Kesehatan RI,
angin pada anak-anak (menet), telinga yang Jakarta.
berair (pepedem), dan luka tusuk benda runcing Duke, J.A. and Ayensu, E.S. 1985. Medicinal
seperti duri ikan dan paku (renggali). Dari data Plants of China. Reference Publications,
empiris di atas, nampaknya ketiga jenis Inc. ISBN 0-917256-20-4.
Glochidion hanya digunakan secara topikal untuk Ken Fern. 2019. Tropical Plants Database,
menyembuhkan penyakit. Belum ada bukti tropical.theferns.info. Disitasi dari
keamanannya jika digunakan secara sistemik http://tropical.theferns.info/view tropical.ph
(misal diminum). Untuk itu maka perlu dilakukan p/id=Glochidion+rubrum.
penelitian lebih lanjut untuk mengungkap Kuntorini, E.M. 2005. Botani Ekonomi Suku
potensinya. Zingiberaceae Sebagai Obat Tradisional
Oleh Masyarakat Kotamadya Banjarbaru.
KESIMPULAN Bioscientiae. Banjarbaru: Fakultas MIPA
Daun Glochidion secara empiris Universitas Lambung Mangkurat. 2 (1): 25-
36.
(berdasarkan pengalaman turun temurun) Li Bingtao (Li Ping-tao); Michael G. Gilbert. 2008.
amandan berkhasiat digunakan secara GLOCHIDION J. R. Forster & G. Forster,
tradisional untuk mengatasi masuk angin pada Char. Gen. Pl. 57. 1775, nom. cons. Fl.
anak-anak (menet), telinga yang berair China 11: 193–202. 2008.
(pepedem), dan luka tusuk benda runcing seperti Mahtuti dan E., Yohani. 2004. Pengaruh Daya
duri ikan dan paku (renggali).Hasil skrining A n t i m i k r o b a A s a m Ta n a t t e r h a d a p
fitokimia didapatkan bahwa ketiga Glochidion Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi
yang diteliti mengandung sterol & triterpenoid, Secara In Vitro: Penelitian Eksperimental
karotenoid, kumarin, tanin, gula pereduksi,
glikosida steroid, poliuranida, emodol/
antrasenoid, dan flavon.
14
Emma Sri Kuncari PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
Laboratoris. Master Theses, Post
Graduate Airlangga University. http://adln.
lib.unair.ac.id/go.php?id. Disitasi pada
tanggal 18 Juni 2010.
Mirmanto, E. 1986. Habitat Primata di Stasiun
Penelitian Ketambe, Taman Nasional
Gunung Leuseur, Aceh. Berita Biologi 3 (5)
Sept. 1986.
Nugroho, Y.A. 2003. "Medicinal and Poisonous
Plants 3"PROSEA, 12 (3). Leiden:
Backhuys Publisher. Leiden.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi. Terjemahan Kosasih
Padmawinata – Bandung. Penerbit ITB.
Tyler, V.E, L.R. Brady, and J.E. Robbers. 1988.
Pharmacognosy9th ed. Lea & Febiger.
Washington.
15
Siti Mudaliana, Retno Indriatie, Febriyana Rizky Hapsari PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
PERBANDINGAN SEDIAAN BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEGAR DAN HASIL
FERMENTASI
COMPARISON FRESH AND FERMENTED JUICE OF NONI FRUIT (Morinda citrifolia L.)
Siti Mudaliana1, Retno Indriatie1, Febriyana Rizky Hapsari1
1UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Naskah diterima tanggal 3 Desember 2019
ABSTRACT
Mengkudu/ noni fruit is commonly used in traditional medicine, especially to
reduce the risk of diabetes. The people of East Java use Noni fruit in two ways, by
drinking fresh noni juice or fermented juice. However, the safety and quality of the
fermented juice had not been scientifically tested. This study aimed to compare
fresh noni juice and fermented juice. The first sample was an aquaeous extract of
ripen noni fruit. The second sample came from the fermentation process which
was carried out by fermented ripen noni under direct sunlight for 6 weeks in the
tightly closed transparent sterilized glass jar. The juice that came out from this
process then collected for further analysis. Analysis was performed on the total
plate count, yeast mold count, and phytochemical content. Bacterial and yeast
contamination in fermented juices are 0 and 5,1x103 cfu/ml, while fresh juices are
3,1x103 and 0 cfu/ml, respectively. Fermented noni fruits are known to contain
flavonoids and triterpenoids, while fresh noni contains flavonoids, alkaloids,
saponins, and triterpenoids. Further analysis showed that both samples did not
contain flavonoids of quercetin, rutin and catechins. In the conclusion,
fermentation process is proven not resulting better quality of noni fruits, even it
reduces the phytochemical content of noni fruit.
Keywords : Mengkudu, noni fruit, Morinda citrifolia, fermentation, noni fruit juice
ABSTRAK
Buah mengkudu sering digunakan dalam pengobatan tradisional, terutama untuk
diabetes. Masyarakat Jawa Timur memanfaatkan buah mengkudu dengan dua
cara, yaitu dengan meminum jus buah mengkudu segar atau jus hasil proses
fermentasi. Hanya saja, keamanan dan kualitas sediaan hasil fermentasi ini belum
teruji secara ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan jus buah
mengkudu segar dan sediaan hasil fermentasi. Sediaan pertama berasal dari jus
buah mengkudu yang sudah matang di pohon. Buah mengkudu ini dihaluskan
dengan blender. Sediaan kedua berasal dari proses fermentasi yang dilakukan
dengan cara, buah mengkudu dimasukkan ke dalam toples kaca transparan steril,
kemudian ditutup rapat dan didedahkan di bawah sinar matahari langsung selama
6 minggu. Jus yang keluar dari proses ini kemudian ditampung untuk dianalisis
lebih lanjut. Analisis dilakukan terhadap angka lempeng total, angka kapang
khamir, serta kandungan fitokimia. ALT dan AKK pada sediaan fermentasi adalah
0 dan 5,1x103 cfu/ml, sedangkan jus segar mengandung bakteri 3,1x103 dan fungi
0cfu/ml. Mengkudu hasil fermentasi diketahui mengandung flavonoid dan
triterpenoid, sedangkan mengkudu segar mengandung flavonoid, alkaloid,
saponin, dan triterpenoid. Analisis lebih lanjut menunjukkan kedua jenis sediaan
tidak mengandung flavonoid jenis quercetin, rutin, dan katekin.Dapat disimpulkan
bahwa proses fermentasi tidak menghasilkan produk yang lebih berkualitas,
bahkan terlihat fermentasi mengurangi kandungan fitokimia buah mengkudu.
Kata Kunci : mengkudu, buah noni, Morinda citrifolia, fermentasi, jus buah mengkudu
PENDAHULUAN famili Rubiaceae. Penggunaan mengkudu dalam
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) pengobatan tradisional oleh masyarakat
Polinesia telah dilakukan sejak lebih dari 2000
merupakan tanaman yang termasuk ke dalam tahun yang lalu (Whistler, 1985). Bagian tanaman
yang sering dimanfaatkan dalam pengobatan
Alamat korespondensi :
[email protected] 17
Etnomedisin dan Etnofarmakologi Perbandingan Sediaan Buah Mengkudu
tradisional adalah buah, meskipun ada juga Scan 300), thin layer chromatography scanner
yangmenggunakan daun dan akar (MohdZin, et (Camag TLC Scanner 3) beserta software
al., 2002; Setyowati, et al., 2011; Haryono, et al., winCATS.
2014). Buah mengkudu secara empiris Bahan
dimanfaatkan untuk mengatasi diabetes,
mencegah kanker, antioksidan, dan menurunkan Bahan-bahan yang digunakan dalam
kolesterol. Suku Dayak Ngaju di Kalimantan penelitian ini adalah buah mengkudu (Morinca
Tengah memanfaatkan parutan buah mengkudu citrifolia) yang matang di pohon dengan umur
untuk membersihkan darah setelah persalinan sekitar 3 bulan dan dipanen pada pagi hari,
(Setyowati, et al., 2011). Studi etnobotani lainnya larutan NaCl 0,9% steril, plate count agar (PCA,
yang dilakukan di sebuah desa di Kalimantan Merck, cat.nr.1.05463.0500), potato dextrose
Barat menyatakan bahwa buah mengkudu agar (PDA, Merck cat.nr. 110130.0500), aquades
digunakan untuk mengobati hipertensi dan sakit steril, plat silica gel 60 F254 (Merck,
kuning atau hepatitis (Haryono, et al., 2014). cat.nr.1.05554.0001), standard quercetin
(Sigma-Aldrich, PC code 101419342 Q4951-
Studi secara in vivo menunjukkan bahwa 10G), dan rutin (Sigma, PC code 101293106
ekstrak buah mengkudu secara signifikan dapat R5143-50G).
menurunkan kadar gula darah pada hewan Metode
model (Adnyana, et al., 2004; Nayak, et al., 2011).
Buah mengkudu juga terbukti mempunyai Untuk penelitian ini dilakukan pengujian
aktivitas antioksidan (Rohman & Riyanto, 2005), cemaran mikroba dan kandungan fitokimia
antikanker (Akihisa, et al., 2007), dan terhadap sampel yang digunakan.
hepatoprotektif (Nayak, et al., 2011). Jus hasil 1. Preparasi jus buah mengkudu (Morinda
fermentasi buah mengkudu / fermented Morinda
citrifolia (FMC) bisa dimanfaatkan sebagai citrifolia)
makanan fungsional dalam mengatasi diabetes Sampel yang digunakan ada dua macam,
melitus tipe 2(Lee, et al., 2012). yaitu jus buah mengkudu segar dan jus
mengkudu fermentasi. Sampel yang digunakan
Buah mengkudu mengandung senyawa berupa buah mengkudu yang telah matang di
terpenoid dan asam lemak (Levand & Larson, pohon dengan umur sekitar 3 bulan dari sejak
1979). Beberapa senyawa juga ditemukan buah muncul. Proses pemanenan dilakukan
terdapat pada buah mengkudu, di antaranya pada pagi hari. Buah mengkudu yang telah
morindon, morindin, asperulosida, acubin, dipanen kemudian direndam dengan sodium
caproic acid, caprylic acid, damnacanthal, hipoklorit 5% selama 5 menit dan dibilas dengan
scopoletin, dan alkaloid (Heinicke, 1985). Studi akuades steril masing-masing sebanyak tiga kali
yang dilakukan oleh Akihisa, et al. (2007) sebelum diproses lebih lanjut dengan tujuan
menunjukkan bahwa ekstrak metanol buah untuk 'sterilisasi' dari mikroba yang menempel.
mengkudu mengandung antrakuinon dan Untuk sampel jus buah mengkudu segar, 880
flavonoid, serta saccharide fatty acid estersdan gram buah mengkudu ditambahkan sekitar 300
iridoid glycoside, sebuah senyawa terpenoid. ml aquades steril dan dihaluskan dengan
menggunakan blender yang sebelumnya telah
Pemanfaatan buah mengkudu sebagai disterilkan, kemudian disaring untuk
obat diabetes oleh masyarakat Jawa Timur memisahkan bagian biji. Semua langkah
dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan meminum dilakukan secara aseptis. Sedangkan jus buah
jus hasil fermentasi dan jus dari buah mengkudu mengkudu fermentasi dibuat dengan cara
segar. Studi pendahuluan menunjukkan bahwa memasukkan 4 buah mengkudu dengan berat
masyarakat Jawa Timur sangat meyakini bahwa total 880 gram ke dalam toples kaca steril.
jus hasil fermentasi lebih berkhasiat. Hanya saja Selanjutnya toples ditutup rapat dengan
belum ada jaminan akan keamanan pangan dari menggunakan lakban dan dipanaskan di bawah
bahan ini. Oleh sebab itu perlu dilakukan sinar matahari langsung selama 6 minggu. Jus
penelitian untuk menguji berbagai sediaan jus yang keluar dari buah kemudian ditampung dan
buah mengkudu. Penelitian ini dilakukan untuk dilakukan pengujian cemaran mikroba dan
melihat keamanan pangan jus buah mengkudu kandungan fitokimia secara kualitatif dan
dari sisi cemaran mikroba, serta dilakukan kuantitatif.
pengujian untuk membandingkan kandungan 2. Pengujian cemaran mikroba
aktif dari 2 sediaan jus buah mengkudu, yaitu jus Pengujian cemaran mikroba dilakukan
buah mengkudu segar dan hasil fermentasi. melalui pengujian angka lempeng total (ALT) dan
angka kapang/khamir (AKK). Untuk pengujian
METODE PENELITIAN angka lempeng total, sebanyak 10 ml sampel
Alat dilarutkan dalam 90 ml larutan 0,9% NaCl steril,
dan diaduk dengan batang pengaduk steril
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian hingga homogen. Larutan ini dianggap sampel
ini adalah botol/ toples kaca steril, autoklaf, dengan pengenceran 10-1. Selanjutnya dilakukan
inkubator, automatic colony counter(Interscience
18
Siti Mudaliana, Retno Indriatie, Febriyana Rizky Hapsari PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
pengenceran berseri 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, 10-6, 10-7, dikocok selama 1 menit, selanjutnya
dan 10-8 dengan pelarut 0,9% NaCl steril. ditambahkan dengan 2 tetes HCL 38%. Hasil
Selanjutnya masing-masing 1 ml sampel dipipet positif ditunjukkan dengan adanya busa yang
dan dikultur dalam medium PCA, kemudian terbentuk.
diinkubasi pada suhu 37˚C. Penghitungan koloni Skrining tanin
dilakukan setelah inkubasi 1 x 24 jam. Bila koloni
belum mencapai angka30 – 300, maka Sampel ditambahkan akuades 1 ml,
penghitungan dilakukan pada 24 jam berikutnya, kemudian dipanaskan selama 5 menit, setelah
dan seterusnya sampai maksimal hari ke-5. dipanaskan ditambahkan FeCl3 1%. Jika larutan
Penentuan jumlah koloni mengikuti aturan yang menjadi coklat kehijauan atau biru kehitaman
ditetapkan Pusat Pengujian Obat dan Makanan berarti positif mengandung tanin.
Nasional (MA PPOMN nomor 96/mik/00), serta Skrining terpenoid
dinyatakan dalam koloni/gram atau koloni/ml.
Masing-masing 5 ml sampel dicampur
Uji angka kapang/ khamir (AKK) dilakukan dengan 3 tetes reagen Bouchardat. Perubahan
dengan cara: sebanyak 25 gram sampel warna menjadi hijau kebiruan menunjukkan
dilarutkan dalam 225 ml larutan 0,9% NaCl steril, positif steroid. Lapisan warna coklat kemerahan
dan diaduk dengan batang pengaduk steril yang terbentuk menunjukkan hasil positif untuk
hingga homogen. Larutan ini dianggap sampel keberadaan triterpenoid.
dengan pengenceran 10-1. Dianggap demikian 4. P e n g u j i a n k a d a r fi t o k i m i a s e c a r a
karena 25 gram sampel ada dalam 250 ml total
campuran sesuai dengan metode standar yang kuantitatif
ditetapkan PPMON. Selanjutnya dilakukan Sebanyak 1 mL sampel dilarutkan dalam
pengenceran berseri 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, 10-6, 10-7, etanol p.a. 10 ml. Selain sampel, juga dilakukan
dan 10-8 dengan pelarut 0,9% NaCl steril. pelarutan 10 mg standar (quercetin, rutin, dan
Selanjutnya masing-masing 1 ml sampel dipipet katekin) dalam 50 ml etanol p.a., dilanjutkan
dan dikultur dalam medium PDA steril, kemudian dengan pengenceran hingga diperoleh standar
diinkubasi pada suhu 37˚C. Penghitungan koloni dengan kadar : 200; 175; 150; 125; dan 100 ppm.
dilakukan setelah inkubasi 1 x 24 jam. Bila koloni Kemudian 2 µl sampel ditotolkan pada plat silica
belum mencapai angka10 – 150, maka gel 60 F254 dan dieluasi menggunakan kloroform
penghitungan dilakukan pada 24 jam berikutnya, : etil asetat : asam format : metanol
dan seterusnya sampai maksimal hari ke-5. (3:3:0,8:0,2);etil asetat : butanol : asam format :
Penentuan jumlah koloni mengikuti aturan yang aquades (5:3:1:1); dan kloroform : etanol : etil
ditetapkan Pusat Pengujian Obat dan Makanan asetat : toluen : asam format (6:2:4:1:1) berturut-
Nasional, serta dinyatakan dalam koloni/gram turut untuk quercetin, rutin dan katekin. Deteksi
atau koloni/ml (BPOM, 2008). dilakukan di bawah sinar UV panjang gelombang
3. Pengujian kadar fitokimia secara kualitatif 425 nm dengan densitometer.
Pengujian kandungan fitokimia secara HASIL DAN PEMBAHASAN
kualitatif dilakukan untuk mengetahui adanya Angka lempeng total menunjukkan jumlah
flavonoid, alkaloid, saponin, dan tannin
menggunakan prosedur standar seperti bakteri dalam sampel. Pada sampel jus buah
dijelaskan sebelumnya (Harborne, 1987). mengkudu segar terdapat cemaran bakteri rata-
Skrining flavonoid rata sebanyak 3,1x103 koloni per ml sampel,
sedangkan pada jus buah hasil fermentasi
Sampel ditambahkan akuades 1 ml, diketahui bahwa tidak ada koloni yang tumbuh
kemudiandipanaskanselama 5 menit. seperti terlihat pada gambar 1 dan tabel 1. Pada
Selanjutnya, ditambahkan 0,1 g magnesium proses fermentasi dipastikan menghasilkan
powder dan 3 tetes HCL 38%. Jika larutan etanol. Jus buah mengkudu hasil fermentasi
berubah warna menjadi jingga hingga merah, diketahui mengandung etanol sebanyak ±10%
maka positif mengandung flavonoid dengan pH 4,5. Kandungan etanol dan pH yang
Skrining alkaloid relatif asam inilah kemungkinan yang
menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan
Sampel ditambahkan kloroform dan NH3 = pada jus buah segar terdapat pertumbuhan
2:1, kemudian sampel dimasukkan kedalam bakteri, hanya saja nilainya di bawah ambang
3 tabung reaksi yang berbeda. Masing-masing batas cemaran mikroba yang dipersyaratkan
ditetesi dengan reagen yang berbeda, yaitu 3 (≤105 koloni/ml).
tetes reagen Meyer, reagen Dragendrof dan
reagen Bouchardat. Hasil positif ditunjukkan Kandungan etanol dari sampel fermentasi
dengan adanya endapan larutan yang terbentuk pada penelitian ini relatif lebih tinggi dibanding
di dasar tabung. penelitian sebelumnya (Amar, et al., 2004), tetapi
Skrining saponin nilai pH lebih tinggi. Etanol diketahui mampu
mendenaturasi protein dan melarutkan asam
Sampel ditambahkan akuades 1 ml, lemak pada membran sel bakteri (Ingram, 1989).
kemudian ditambahkan 1 ml air panas dan Dari Gambar 1 dan Tabel 1 diketahui bahwa
19
Etnomedisin dan Etnofarmakologi Perbandingan Sediaan Buah Mengkudu
Gambar 1. Hasil ALT (1) dan AKK (2) untuk hasil nihil untuk kedua perlakuan. Aktivitas
sampel jus hasil fermentasi buah antidiabetes dari buah mengkudu kemungkinan
mengkudu, serta ALT (3) dan AKK terkait dengan kandungan flavonoid, tetapi bukan
(4) untuk sampel jus buah quercetin maupun rutin; dan triterpenoid di
mengkudu segar dalamnya. Flavonoid dapat mengatasi diabetes
melalui berbagai mekanisme, diantaranya
kapang/khamir masih dapat tumbuh pada sampel dengan (i) meningkatkan sekresi insulin,
hasil fermentasi, tetapi tidak ditemukan pada mengurangi apoptosis dan mendorong proliferasi
sampel dari sediaan segar. Angka kapang/khamir sel-sel β pankreas; (ii) meningkatkan
(AKK) pada sampel hasil fermentasi tidak hiperglikemia melalui regulasi metabolisme
melebihi nilai yang dipersyaratkan (≤5x105). glukosa pada hepatosit; (iii) mengurangi
Dengan demikian, baik sampel dari fermentasi resistensi insulin, peradangan dan stres oksidatif
maupun sediaan segar aman dikonsumsi. pada otot dan lemak dan (iv) meningkatkan
penyerapan glukosa pada otot rangka dan
Dari tabel 2 di bawah ini dapat dilihat bahwa jaringan adiposa putih (Babu, et al., 2013;
sediaan segar mengandung flavonoid, alkaloid, Vinayagam & Xu, 2015). Triterpenod juga
saponin, dan triterpenoid. Sedangkan hasil merupakan bahan alam yang menjanjikan dalam
fermentasi hanya mengandung flavonoid dan pencegahan komplikasi diabetes. Triterpenoid
triterpenoid. Akan tetapi, analisis lebih lanjut memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dan
terhadap flavonoid quercetin dan rutin diperoleh terbukti mampu menghambat pembentukan
produk akhir dari proses glikasi, yang
menyebabkan triterpenoid tidak hanya ampuh
dalam mengatasi diabetes, tetapi juga dapat
mencegah obesitas (Nazaruk & Borzym-Kluczyk,
2015). Quercetin dan rutin, dua senyawa
flavonoid, terbukti mampu menurunkan efek dari
diabetes tipe 2 (Jadhav & Puchchakayala, 2012).
Pada sampel jus buah mengkudu, baik segar
maupun fermentasi tidak mengandung flavonoid
jenis quercetin maupun rutin (tabel 2).
Kemungkinan aktivitas antidiabetes disebabkan
oleh kandungan flavonoid jenis lain dan
triterpenoid.
Pada sampel jus dari buah mengkudu
segar juga terdapat alkaloid dan saponin.
Beberapa studi menunjukkan hubungan positif
antara alkaloid yang terkandung pada tanaman
obat dan aktivitas antidiabetes, misalnya alkaloid
pada daun tapak dara (Catharantus roseus)
Tabel 1. Angka lempeng total (ALT) dan angka kapang/ khamir (AKK) jus buah mengkudu
(Morinda citrifolia L.)
Jenis sampel ALT rata-rata (cfu/ml) AKK rata-rata (cfu/ml)
Jus buah mengkudu segar 3,1 x 103
Jus buah mengkudu fermentasi 0
0 5,1 x 103
Tabel 2. Kandungan fitokimianjus buah mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Senyawa fitokimia Jus buah mengkudu segar Jus buah mengkudu fermentasi
Flavonoid + +
Alkaloi d + -
Saponin + -
Tani n - -
Terpenoid: steroid - -
Terpenoid: triterpenoid + +
Quercetin 0 0
Rutin 0 0
20
Siti Mudaliana, Retno Indriatie, Febriyana Rizky Hapsari PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
terbukti mampu menginduksi peningkatan 2(3), pp. 427-434.
penyerapan gula secara in vitro(Tiong, et al., Heinicke, R., 1985. The pharmacologically active
2013), serta alkaloid dari tanaman Capparis
decidua yang sudah umum ditambahkan dalam ingredient of Noni. Bulletin of the national
obat pengontrol diabetes (Sharma, et al., 2010). tropical Botanical garden, 15(1), pp. 45-52.
Begitu pula dengan saponin yang terbukti Ingram, L. O., 1989. Ethanol tolerance in bacteria.
mempunyai aktivitas anti-hiperglikemia Critical Reviews in Biotechnology , 9(4), pp.
(Elekofehinti, 2015). Dengan demikian bisa 305-319.
dikatakan jus dari buah mengkudu segar lebih Jadhav, R. & Puchchakayala, G., 2012.
banyak mengandung senyawa antidiabetes Hypoglycemic and antidiabetic activity of
dibandingkan dengan hasil fermentasi. flavonoids: boswellic acid, ellagic acid,
quercetin, rutin on streptozotocin-
KESIMPULAN nicotinamide induced type 2 diabetic rats.
Jus buah mengkudu hasil fermentasi International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences , 4(2), pp. 251-
terbukti tidak lebih baik dibandingkan dengan jus 256.
dari buah mengkudu segar. Jadi, dapat Lee, S.-Y.et al., 2012. Antidiabetic effect of
disimpulkan bahwa jus buah mengkudu hasil Morinda citrifolia (Noni) fermented by
fermentasi tidak lebih baik dalam mengatasi Cheonggukjang in KK-Ay diabetic mice.
diabetes. Evidence-Based Complementary and
Alternative Medicine, Volume 2012, p. 8
UCAPAN TERIMA KASIH pages.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Levand, O. & Larson, H. O., 1979. Some chemical
constituents of Morinda citrifolia. Planta
pimpinan UPT Laboratorium Herbal Materia Medica, 36(6), pp. 186-187.
Medica Batu. MohdZin, Z., Abdul-Hamid, A. & Osman, A., 2002.
Antioxidative activity of extracts from
DAFTAR PUSTAKA Mengkudu (Morinda citrifolia L.) root, fruit
Adnyana, I. K. et al., 2004. Uji aktivitas and leaf. Food Chemistry, 78(2), pp. 227-
231.
antidiabetes ekstrak etanol buah Nayak, B. S., Marshall, J. R., Isitor, G. & Adogwa,
mengkudu (Morinda citrifolia L.). Acta A., 2011. Hypoglycemic and
Pharmaceutica Indonesia, XXIX(2), pp. 43- hepatoprotective activity of fermented fruit
49. juice of. Morinda citrifolia. Evidence-Based
Akihisa, T. et al., 2007. Anti-inflammatory and Complementary and Alternative Medicine,
Potential Cancer Chemopreventive Volume 2011, pp. 1-5.
Constituents of the Fruits of Morinda Nazaruk, J. & Borzym-Kluczyk, M., 2015. The role
citrifolia (Noni). J. Nat. Prod., 70(5), pp. of triterpenes in the management of
754-757. diabetes mellitus and its complications.
Amar, A. et al., 2004. Analisis mikroorganisme, Phytochem Rev., 2015(14), pp. 675-690.
kandungan alkohol dan asam lemak sari RI, B., 2008. Pengujian Mikrobiologi Pangan.
buah mengkudu dengan gas Jakarta: BPOM.
chromatography. Jakarta, Prosiding Rohman, A. & Riyanto, S., 2005. Aktivitas
Seminar Nasional dan Konggres antioksidan ekstrak buah mengkudu
Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan (Morinda citrifolia L.). Agritech, 25(3), pp.
Indonesia (PATPI). 131-136.
Babu, P. V. A., Liu, D. & Gilbert, E. R., 2013. Setyowati, F. M. et al., 2011. Etnobotani
Recent advances in understanding the anti- masyarakat dayak ngaju di daerah Timpah
diabetic actions of dietary flavonoids. The Kalimantan Tengah. Jurnal Teknologi
Journal of Nutritional Biochemistry, 24(11), Lingkungan, 6(3), pp. 502-510.
pp. 1777-1789. Sharma, B. et al., 2010. Anti-diabetic potential of
BPOM, 2008. Pengujian Mikrobiologi Pangan. alkaloid rich fraction from Capparis decidua
Jakarta: BPOM RI. on diabetic mice. Journal of
Elekofehinti, O. O., 2015. Saponins: Anti-diabetic Ethnopharmacology, 127(2), pp. 457-462.
principles from medicinal plants – A review. Tiong, S. H. et al., 2013. Antidiabetic and
Pathophysiology, 22(2), pp. 95-103. Antioxidant Properties of Alkaloids from
Harborne, J., 1987. Metode fitokimia: penuntun Catharanthus roseus (L.) G. Don.
cara modern menganalisis tumbuhan. Molecules, 18(8), pp. 9770-9784.
Bandung: Penerbit ITB. Vinayagam, R. & Xu, B., 2015. Antidiabetic
Haryono, D., Wardenaar, E. & Yusro, F., 2014. properties of dietary flavonoids: a cellular
Kajian etnobotani tumbuhan obat di Desa mechanism review. Nutrition & Metabolism,
Mengkiang Kecamatan Sanggau Kapuas
Kabupaten Sanggau. Jurnal Hutan Lestari,
21
Etnomedisin dan Etnofarmakologi Perbandingan Sediaan Buah Mengkudu
12(60), pp. 1-20.
Whistler, W., 1985. Traditional and herbal
medicine in the cook islands. J
Ethnopharm 1985, Volume 13, pp. 239-80.
22
Mery Budiarti, Aniska Novita Sari PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
SKRINING AKTIVITAS PENGHAMBATAN POLIMERISASI HEM EKSTRAK DIKLOROMETANA
DAN METANOL BEBERAPA TANAMAN BERPOTENSI ANTIMALARIA HASIL
RISET TANAMAN OBAT DAN JAMU (RISTOJA)
SCREENING OF HEM POLYMERIZATION INHIBITORY ACTIVITY OF DICHLOROMETANE AND
METHANOL EXTRACT FROM SOME POTENTIAL ANTIMALARIAL PLANTS FROM RESEARCH
ON MEDICINAL PLANTS AND HERBS/RISET TANAMAN OBAT DAN JAMU (RISTOJA)
DATABASE
Mery Budiarti1, Aniska Novita Sari2
1,2Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT), JL.
Raya Lawu no. 11 Tawangmangu, Kab. Karanganyar
Naskah diterima tanggal 4 Desember 2019
ABSTRACT
Ethnomedicine approach in the development of drug raw materials is one of the
efforts that have been commonly done to eradicate a disease. The Ministry of
Health of the Republic of Indonesia has a database of medicinal plants compiled
based on research on medicinal plants and herbs (RISTOJA). Information on
malaria medicinal plants is one of the data collected in the database, which is 236
species. Malaria drug innovation is a challenge in itself because of the widespread
spread of resistance cases and the limitations of effective malaria drugs. This
study involved 20 plant species obtained from the RISTOJA database, each
extracted with dichloromethane and methanol. The extract is then subjected to
initial screening related to its activity as an antimalarial by determining the
inhibitory activity of hem polymerization. The screening results showed that there
were 4 plant species that had high antimalarial activity with IC50 values of the two
types of extracts approaching the IC50 value of chloroquine phospate (positive
control). Four species of medicinal plants include Bambusa vulgaris, Kaempferia
galanga, Momordica charantia L. and Sida rhombifolia.
Keywords : ethnomedicine, malaria, hem polymerization
ABSTRAK
Pendekatan etnomedisin dalam pengembangan bahan baku obat merupakan
salah satu upaya yang telah umum dilakukan untuk pemberantasan suatu
penyakit. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memiliki database
tumbuhan obat yang disusun berdasarkan riset tumbuhan obat dan jamu
(RISTOJA). Informasi tumbuhan obat malaria menjadi salah satu data yang
terkumpul dalam database tersebut, yaitu sebanyak 236 spesies. Inovasi obat
malaria adalah suatu tantangan tersendiri karena semakin meluasnya persebaran
kasus resistensi dan keterbatasan obat malaria yang efektif. Penelitian ini
melibatkan dari 20 spesies tumbuhan yang diperoleh dari database RISTOJA
yang masing-masing diekstrak dengan diklorometana dan metanol. Ekstrak
tersebut kemudian dilakukan skrining awal terkait aktivitasnya sebagai antimalaria
melalui penetapan aktivitas penghambatan polimerisasi hem. Hasil skrining
menunjukan bahwa terdapat 4 spesies tumbuhan yang memiliki aktivitas
antimalaria tinggi dengan nilai IC50 kedua jenis ekstrak mendekati nilai
IC50klorokuin fosfat (kontrol positif 1,9 mg/mL). Empat spesies tumbuhan obat
tersebut diantaranya Bambusa vulgaris, Kaempferia galanga, Momordica
charantia L. dan Sida rhombifolia.
Kata Kunci :etnomedisin, malaria, polimerisasi hem
PENDAHULUAN berkembang menempatkan pengobatan
Sebagian besar populasi di negara tradisional sebagai prioritas perlindungan
kesehatan. Faktor keamanan, efektivitas dan
Alamat korespondensi : biaya yang terjangkau menjadi alasan
[email protected] ketergantungan masyakarat terhadap obat
23
Etnomedisin dan Etnofarmakologi Skrining Aktivitas Penghambatan Polimerisasi HEM
tradisional (Umair, Altaf and Abbasi, 2017). Salah menerus dilakukan pengamatan, monitoring dan
satu praktik pengobatan tradisional yang telah evaluasi, serta diperlukan formulasi kebijakan
lama diterima masyarakat adalah pengobatan dan strategi yang tepat. Bahkan, pemerintah di
berbasis tanaman obat.World Health Indonesia telah menetapkan program eliminasi
Organization (WHO) mengemukakan bahwa 60- malaria yang tertuang dalam keputusan Menteri
80% populasi dunia sangat meyakini pengobatan Kesehatan RI No 293/MENKES/SK/IV/2009
tradisional berbasis tanaman. Pengetahuan (Pusat Data dan Informasi and Direktorat
tentang tanaman yang berpotensi sebagai obat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang,
umumnya diturunkan secara temurun ataupun 2011).
tertulis di naskah kuno. Salah satu cara untuk
menggali pengetahuan lokal suatu komunitas Berbagai upaya pengendalian malaria
terkait sistem kesehatan yang berlaku adalah sesuai rekomendasi WHO, tetapi terdapat
melalui studi etnomedisin. Studi etnomedisin juga beberapa rintangan yang dihadapi, seperti
mampu memberikan nilai yang signifikan penyebaran dan peningkatan jumlah parasit yang
terhadap penemuan bahan baku obat baru, salah resisten terhadap obat antimalaria serta vektor
satunya yang berbasis tanaman(Silalahi, yang resisten terhadap insektisida(Nindela,
Supriatna and Walujo, 2015; Hussain et al., 2015). Fakta tersebut mendorong peneliti untuk
2018). berupaya menemukan antimalaria baru guna
menggantikan antimalaria yang tidak efektif.
Indonesia, salah satu negara dengan Salah satu upaya penemuan antimalaria baru
predikat megabiodiveritas yang diberikan oleh adalah melalui eksplorasi senyawa aktif dari
dunia dalam Convention on Biological bahan obat alam, terutama tanaman obat yang
Biodiversity (CBD) memiliki potensi yang besar secara tradisional digunakan masyarakat untuk
dalam pengembangan bahan baku obat mengobati malaria(Syamsudin, 2008).
(Rintelen, Arida and Häuser, 2017). Elfahmi, dkk
(2014) mengungkapkan bahwa Indonesia Tahapan penting dalam eksplorasi
menduduki peringkat kedua tertinggi di dunia senyawa aktif dari bahan alam adalah proses
untuk kekayaan tanaman berpotensi sebagai ekstraksi. Pemilihan pelarut dan teknik ekstraksi
obat. Badan Penelitian dan Pengembangan menjadi dua faktor yang perlu diperhatikan untuk
Kesehatan (BALITBANGKES) melalui Eksplorasi memperoleh hasil rendemen yang maksimal dan
Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan aktivitas biologis tertentu.Maserasi bertingkat
Obat Berbasis Komunitas di Indonesia, juga sangat umum digunakan dalam ekstraksi untuk
dikenal dengan istilah Riset Tumbuhan Obat dan skrining bioaktifitas suatu bahan alam (Truong et
Jamu (RISTOJA) berhasil mengumpulkan al., 2019).Penelitian ini menggunakan dua
sejumlah data terkait spesies tanaman obat yang macam pelarut, yaitu diklorometana dan metanol.
telah umum digunakan sebagai bahan John Umaru dan A Umaru (2018)
pengobatan di 405 etnis di Indonesia(Wahyono, mengungkapkan bahwa diklorometana dapat
2017). mengekstrak sebagian besar senyawa metabolit
sekunder non polar, seperti alkaloid, steroid,
Malaria merupakan jenis penyakit yang terpenoid, flavonoid, karbohidrat, tannin,
ditinjau khusus oleh RISTOJA, dimana saponin, dan glikosida.Metanol dapat digunakan
penggolongan penyakit tersebut didasarkan untuk mengekstrak senyawa polar dan beberapa
pada gejala yang mendekati satu jenis penyakit. senyawa non polar yang memiliki sifat hidrofilik,
Database RISTOJA menunjukkan terdapat 236 seperti senyawa fenolik, flavonoid, alkaloid, dan
spesies tumbuhan obat yang telah umum terpenoid (Truong et al., 2019). Ekstrak hasil
digunakan sebagai bahan pengobatan maserasi bertingkat dengan dua macam pelarut
tradisional malaria(Wahyono, 2012, 2015). Akan tersebut mampu mengekstrak seluruh
tetapi, pada penelitian ini skrining hanya kandungan senyawa metabolit sekunder dalam
dilakukan pada beberapa spesies yang dipilih sampel.
melalui proses analisis kuantitatif etnobotani dan
studi literatur. Hal ini bertujuan agar pelaksanaan Penghambatan pembentukan hemozoin
penelitian fokus pada spesies tumbuhan yang Plasmodium merupakan salah satu pendekatan
potensial sebagai bahan baku obat baru. yang dapat digunakan untuk penemuan alternatif
senyawa antimalaria. Hemozoin diketahui
Berdasarkan data WHO menunjukkan sebagai pigmen malaria berupa kristal hem tidak
bahwa setiap tahun sekitar 300 juta orang di beracun yang terlarut dalam air dan terbentuk
dunia mempunyai resiko terjangkit penyakit didalam vakuola. Pembentukan hemozoin
malaria, dengan tingkat kematian dapat diawali oleh degradasi hemoglobin oleh protease
mencapai angka 1 hingga 5 juta orang(Hutomo aspartat menjadi hem dan globin. Selanjutnya,
and Winarno, 2005; Widyawaruyanti, Zaini and globin terdegradasi oleh falcipain menjadi
Syafruddin, 2011). Global Malaria peptida yang lebih kecil, kemudian akan diubah
Programme(GMP) menyatakan bahwa malaria oleh protease serin menjadi asam amino dan
termasuk penyakit yang harus secara terus digunakan sebagai sumber nutrisi parasit.
24
Mery Budiarti, Aniska Novita Sari PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
Sedangkan, hem bebas bersifat toksik terhadap penggunaan oleh penyehat tradisional (hattra),
Plasmodium sehingga akan dipolimerisasi kemudian dilakukan determinasi dengan
menjadi hemozoin oleh hem polimerase. pengamatan morfologi.
Penghambatan polimerisasi hem tersebut
menjadi salah satu target utama dalam Sampel yang telah terkumpul dilakukan
p e n g o b a t a n m a l a r i a( S y a r i f , S r i a n d sortasi, pencucian, penirisan dan pengeringan di
Wahyuningsih, 2018). laboratorium Pasca Panen, B2P2TOOT
Tawangmangu. Pengeringan dilakukan dengan
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan sinar matahari yang dilakukan hingga daun
untuk menemukan alternatif bahan baku obat setengah layu lalu dilanjutkan dengan
malaria baru melalui skrining terhadap beberapa pengeringan menggunakan oven room pada
jenis tanaman obat berpotensi antimalaria yang suhu + 40 oC. Pengeringan diakhiri apabila kadar
terdapat dalam database hasil riset etnomedisin air simplisia daun berada dibawah 10%.
di Indonesia melalui penetapan aktivitas 3. Ekstraksi
penghambatan polimerisasi hem.
Dua puluh spesies sampel tumbuhan,
METODE PENELITIAN masing-masing diekstraksi dengan pelarut
Alat dikrolometana dan metanol. Ekstrak disiapkan
dengan metode maserasi bertingkat, pertama
Peralatan yang digunakan pada menggunakan diklorometana teknis
penelitian ini, antara lain seperangkat alat perbandingan 1:10 (v/v) selama 3 x 24 jam. Filtrat
ekstraksi, rotary evaporator vacuum, microplate diklorometama hasil ekstraksi disaring,
reader, TLC densitometer, inkubator, oven, ditampung dan dipekatkan, sedangkan residu
vortex, dan sentrifus. sisa diekstraksi kembali dengan pelarut metanol
Bahan teknis lalu didiamkan kembali selama 3 x 24 jam.
Filtrat metanol hasil maserasi dipekatkan dengan
Bahan untuk ekstraksi terdiri dari metanol rotary evaporator dan diuapkan pelarut sisanya
p.a, diklorometana p.a, etil asetat p.a dan didalam oven dengan suhu 40 oC hingga
akuades steril. Sedangkan untuk profiling diperoleh ekstrak kental dengan bobot konstan.
senyawa kimia digunakan heksana p.a, etil asetat 4. Pengujian Antimalaria
p.a, kloroform p.a, asam format, H2SO4, dan
etanol p.a. Aktivitas antimalaria diuji secara in vitro,
yaitu menggunakan metode uji aktivitas
Bahan untuk pengujian antimalaria penghambatan polimerisasi hematin. Metode
secara in vitro, yaitu klorokuin fosfat, hematin, pengujian ini sesuai dengan metode Basilico
natrium hikdroksida (NaOH), asam asetat glasial, (1998) dengan modifikasi, yaitu pada variasi
dimetil sulfo oksida (DMSO) dan akuades steril. konsentrasi larutan hematin dan sampel uji.
Metode Tahapan pengujian antimalaria, diantaranya
pembuatan kurva baku hematin, uji
Tahapan prosedur kerja dalam penelitian penghambatan polimerisasi hematin dan
ini meliputi : penetapan nilai aktivitas penghambatan
1. Pemilihan sampel polimerisasi hematin melalui penghitungan
presentase penghambatan masing-masing
Sampel yang digunakan merupakan sampel hingga penentuan IC50. Konsentrasi
komponen penyusun ramuan antimalaria larutan baku hematin yang dipergunakan pada
diurutkan berdasarkan frekuensi kemunculan pengujian ini adalah 125; 62,5; 31,25; 15,6; dan
atau pemakaian oleh hattra (fidelity level). 7,8 μM.Sedangkan konsentrasi sampel uji, baik
Kemudian, dilakukan studi literatur terhadap jenis ekstrak diklorometana, metanol dan klorokuin
tumbuhan tersebut, jenis tumbuhan yang telah fosfatdigunakan seri konsentrasi 5,00; 2,50; 1,25;
telah banyak diteliti potensinya sebagai 0,63; dan 0,31 mg/mL sesuai dengan metode
antimalaria dan dinyatakan tidak aktif ataupun standar Basilico. Seluruh tahapan pengujian
jenis senyawa aktif spesifik yang berperan dilakukan sesuai metode Basilico (1998), hingga
sebagai antimalariaberhasil diisolasi dan diakhir metode ditentukan nilai absorbansi
dielusidasi, maka diekslusi dari sampel. Pada melalui pembacaan dengan mikroplate reader
akhir seleksi tumbuhan obat sampel diperoleh pada 405 nm(Basilico et al., 1998).
masing-masing berkisar 20 jenis tumbuhan.
2. Persiapan simplisia Aktivitas penghambatan polimerisasi
hematin dinyatakan dalam IC50, yaitu konsentrasi
Sampel tumbuhan obat diperoleh dari ekstrak yang mampu menghambat polimerisasi
beberapa lokasi tanam kebun Balai Besar hematin hingga 50%. Nilai IC50 pada pengujian
Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional antimalaria diperoleh menggunakan analisis
(B2P2TOOT) dan beberapa lokasi tertentu di probit. Sebelum menentukan nilai IC50, terlebih
pulau Jawa dan provinsi Aceh. Tabel 1 dahulu harus ditentukan nilai kadar kristal β-
menunjukkan spesies tanaman obat yang hematin yang terbentuk, yaitu dengan
digunakan dalam penelitian ini, beserta data
provinsi dan etnis penggunanya. Bagian 25
tumbuhan yang dikoleksi disesuaikan dengan
Etnomedisin dan Etnofarmakologi Skrining Aktivitas Penghambatan Polimerisasi HEM
menginterpolasikan nilai absorbansi yang tersebut. Semakin dekat tingkat kepolaran
diperoleh ke persamaan kurva baku hematin. senyawa kimia tersebut dengan kepolaran
Persentase penghambatan polimerisasi hematin pelarut organik yang dipergunakan, maka akan
dihitung dengan rumus : semakin tinggi pula nilai rendemennya(Maulida
and Guntarti, 2015).
% Penghambatan = [HKN] - [HS]
x 100% Rendemen ekstrak dapat digunakan
sebagai data pendukung untuk menentukan
[HKN] efisiensi pengembangan bahan baku obat dari
suatu jenis tanaman obat. Tanaman obat yang
Dengan HKN adalah kadar hematin pada kontrol memiliki aktivitas penghambatan polimerisasi
negatif (akuades) dan HS adalah kadar hematin hem paling berpotensi (IC50< kontrol positif)
setelah pemberian sampel pengujian. dengan rendemen ekstrak tertinggi dapat
dijadikan sumber alternatif untuk pengembangan
Analisis Data bahan baku obat baru. Pada penelitian ini,
Pengolahan data dilakukan spesies Kaempferia galanga menunjukkan hasil
rendemen ekstrak yang efisien untuk digunakan
menggunakan Microsoft Excel 2010 hingga sebagai alternatif pengembangan bahan baku
diketahui nilai persentase penghambatan obat malaria, karena nilai IC50 menunjukkan nilai
polimerisasi hematin. Kemudian data dosis yang berpotensi sebagai agen inhibitor
sampel pengujian dan persentase polimerisasi hem dengan rendemen ekstrak yang
penghambatan polimerisasi hematin diolah cukup tinggi dibandingkan tanaman yang
menggunakan SPSS 2.1 dengan analisis probit berpotensi lainnya (Tabel 1).
untuk mengetahui nilai IC50 atau konsentrasi
sampel yang dapat menghambat pertumbuhan Aktivitas Penghambatan Polimerisasi
plasmodium sebesar 50%. Hematin
HASIL DAN PEMBAHASAN Data pengujian aktivitas antimalaria
Rendemen Ekstrak meliputi dua hasil yang penting, yaitu persentase
penghambatan polimerisasi hematin dan nilai IC50
Sampel pengujian ekstrak aktivitas yang diperoleh dari analisis probit. Pada
antimalaria pada penelitian ini dipersiapkan penelitian ini nilai IC50 untuk kontrol positif, yaitu
dengan metode maserasi bertingkat yaitu klorokuin fosfat (1,9 mg/mL). Menurut
menggunakan pelarut diklorometana dan Baelsman (2000) mengungkapkan bahwa
metanol. Maserasi merupakan metode ekstraksi senyawa yang mempunyai nilai IC50lebih kecil
yang paling sederhana, yaitu dengan melakukan dari nilai IC50 kloroquin fosfat, yaitu 37,5 mM (12
perendaman simplisia dalam periode waktu mg/mL) dikatakan memiliki aktivitas
tertentu, tanpa proses pemanasan dan selama penghambatan polimerisasi hematin yang tinggi.
proses perendaman harus menghindari terkena Pada penelitian ini juga digunakan senyawa
sinar matahari langsung. Pada penelitian ini klorokuin fosfat sebagai kontrol positif, karena
dilakukan maserasi bertingkat dengan telah diketahui bahwa klorokuin memiliki
menggunakan pelarut diklorometana dan mekanisme mampu menghambat polimerisasi
metanol yang masing-masing memiliki nilai hem. Nilai IC50untuk klorokukuin fosfat pada
konstanta dielektrik 9,1 dan 32,6. Nilai konstanta penelitian kali ini adalah 1,9 mg/mL.Perbedaan
dielektrik menunjukan sifat polaritas dari suatu nilai IC50 dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
pelarut, semakin tinggi nilainya maka pelarut seperti temperatur, kandungan histidine-rich
tersebut semakin bersifat polar. Penggunaan dua protein, lipid, preformed beta hematin, alkohol,
macam pelarut dengan perbedaan polaritas dan sodium dodecyl sulfate (SDS)(Huy et al.,
tersebut bertujuan untuk memperoleh komponen 2007; Thanh et al., 2011).
senyawa yang lebih murni dengan memisahkan
antara komponen senyawa non polar dan polar Pada penelitian ini dilakukan pengujian
dalam ekstrak tersebut(Septiana et al., 2017). terhadap 20 jenis tumbuhan yang masing-
masingdiekstrak menggunakan dua pelarut, yaitu
Pada umumnya, proses ekstraksi dengan diklorometana dan metanol, sehingga total
menggunakan metode maserasi memberikan sampel adalah 40 ekstrak. Hasil pengujian
hasil berupa rendemen ekstrak yang cukup terhadap 40 ekstrak terdapat 17 ekstrak atau
tinggi.Nilai rendemen merupakan perbandingan 42,5% dari total sampel yang memiliki nilai IC50
bobot ekstrak yang dihasilkan terhadap bobot dibawah 1,9 mg/mL. Sejumlah 17 ekstrak
simplisia sampel. Rendemen ekstrak yang tinggi tersebut masing-masing berupa 9 ekstrak
menunjukkan bahwa jumlah sari yang dapat diklorometana dan 8 ekstrak metanol dengan
terekstrak atau dikeluarkan dari jaringan jenis tumbuhan yang berbeda.Akan tetapi, hanya
tumbuhan tersebut cukup optimal. Hal ini terdapat 4 spesies tumbuhan dengan masing-
tergantung pada jenis senyawa kimia yang masing nilai IC50, baik diklorometana dan metanol
terkandung dalam tumbuhan obat terpilih
26
Mery Budiarti, Aniska Novita Sari PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
Tabel 1. Rendemen dan IC50 antimalaria ekstrak 20 jenis tanaman obat hasil RISTOJA
No Nama Ilmiah Marga Provinsi E tnis Bagian yg Rendemen I C50 (mg/mL)
Pengguna Pengguna digunakan ekstrak
MeO
DCM MeOH DCM H
Akuades - NA
Klorokuin fosfat - 1,9
4,61
1 Annona squamosa Annonaceae Lampung P em ingg ir Daun 5,97 6,35 7,95
2 Ardisia crispa (Thunb.) Primulaceae Kepulauan Riau Mantang Daun 7,45 29,86 4,07 6,06
A. DC. 0,38 2,93
3,37 16,03
3 Bambusa vulgaris Poaceae Kalimantan Dusun Deyah Ak ar 0,81 0,34
Selatan 3,19 9,38 2,15
18,1
4 Callic arpa macrophylla Lamiaceae Kalimantan Dayak Segai Daun 1
Timur
Citrullus lanatus Cucurbitacea Sulawesi Selatan Wotu Daun 1,74 0,60
5 (Thunb.) Matsum. & e
Nakai
6 Citrus hystrix Rut acea e Aceh Devayan Daun 3,58 9,30 0,53 2,14
1 7, 4 2,06
Clerodendrum Gayo 9 2,04
S er ba ja di 2,48
7 chinens e (Thunb.) Lamiaceae Aceh Daun 3,22 11,74 0,07
S apa r ua 3,52 7,38
Sweet Seluruh 8,13 16,52 0,67
S in gkil tumbuhan
8 Cyanthillium cinereum Compositae Maluku Kulit buah
(L.) H.Rob.
9 Garcinia mangostana Clusiaceae Aceh
L.
Maluku Utara S ula
10 Kaempferia galanga L. Zingiberaceae Aceh Devayan Rimpang 15,82 5,53 0,32 0,38
Kalimantan Dayak Segai
Timur
Papua Barat A if at
11 Lansium domesticum M eliace ae Kalimantan Barat B akat i', Kulit 2,62 3,69 2,77 12,5
Corr. batang 5
B elan gin,
S ang ga u
Maluku Utara Galela
12 Leea indica Vit acea e Papua Barat Mey Brat, Daun 3,83 20,43 2,67 13,3
Kalimantan Wamesa Daun 3,79 8,93 4
13 Litsea glutinosa (Lour.) Laurac eae Selatan P it ap Daun 1,92 10,91 0,02 1,71
C.B. Ro b. Daun 2,44 12,92
Kalimantan Barat S ung kun g 2 2, 2 4,54
14 Mapania cuspidata Cyperaceae Kalimantan 6
(Miq.) Uittien Timur Dayak Bahau 5 3, 4 1,67
8
15 Mikania micrantha Compositae Lampung P em ingg ir
Kunth
Sumatera Utara Mandailing
16 Momordica charantia L. Cucurbitacea Lampung P ubia n Daun 3,94 8,82 0,61 0,61
e
Riau Hut an
Sulawesi Selatan Pattinjo
17 Scaevola taccada Goodeniacea Papua Demta Daun 2,35 11,57 2,90 4,72
(Gaertn.) Roxb. e Aceh
Maluku Devayan,
S ig ula i
S elar u
18 Sida rhombifolia L. Malvaceae Maluku Utara P ata ni Daun 2,97 6,22 0,87 0,96
19 Swietenia mahagoni M eliace ae Aceh Daun 3,55 20,74 3,41
Lampung Gayo 19,1
Banten S er ba ja di 2
A bun g
se pu tih
B ant en
20 Trema orientalis (L.) Cannabac eae Maluku S apa r ua Daun 2,77 17,50 2 8, 9 0,03
Blume Maluku Utara Morot ai 9
27
Etnomedisin dan Etnofarmakologi Skrining Aktivitas Penghambatan Polimerisasi HEM
dibawah 1,9 mg/mL dan tidak berbeda signifikan, IC50< 1,9 mg/mL sehingga dapat dikatakan
yaitu Bambusa vulgaris, Kaempferia galanga, berpotensi sebagai alternatif bahan baku obat
Momordica charantia L. dan Sida malaria.
rhombifolia(Tabel 1). Spesies tumbuhan dengan
nilai IC50 antimalaria pada ekstrak non polar dan UCAPAN TERIMAKASIH
polar dibawah 1,9 mg/mL diperkirakan lebih Terimakasih kami ucapkan Tim Penelitian
berpotensi untuk dikembangkan lebih jauh.
Lanjutan RISTOJA Antimalaria B2P2TOOT
Aktivitas penghambatan polimerisasi Tawangmangu yang telah membantu kelancaran
hem dapat dipengaruhi oleh beberapa jenis pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan
metabolit sekunder yang terdapat dalam bahan penelitian ini.
alam. Golongan senyawa flavonoid, saponin,
terpenoid, dan tanin diketahui memiliki aktivitas DAFTAR PUSTAKA
penghambatan polimerisasi hem tersebut, hal ini
dikarenakan adanya gugus hidroksil yang Anigboro (2018) Antimalarial Efficacy and
mampu menghambat Plasmodium melakukan
polimerisasi pigmen malaria (hemozoin) Chemopreventive Capacity of Bamboo
(Purwanto, 2011).
Leaf (Bambusa vulgaris) in Malaria
Berdasarkan beberapa penelitian
terdahulu, hasil identifikasi metabolit sekunder Parasitized Mice, J. Appl. Sci.
pada keempat tanaman tersebut, diantaranya
daun Bambusa vulgaris kaya akan senyawa Environ.Manage., 22(7), pp. 1141–1145.
flavonoid, saponin dan fenol, tetapi untuk bagian
akar informasi yang ada masih minim (Anigboro, Manage., 22(7), pp. 11411145.
2018). Kaempferia galanga diketahui terdapat
kandungan alkaloid, saponin, glikosida, fenol, Basilico, N. et al. (1998) A microtitre-based
terpenoid, kuinon, sterol, flavonoid dan tannin
(Lusiyana and Jamil, 2018). Senyawa alkaloid, method for measuring the haem
saponin, flavonoid, steroid dan triterpenoiddapat
ditemukan dala Momordica charantia L., polymerization inhibitory activity (HPIA)
sedangkan pada Sida rhombifolia terdapat
kandungan senyawa kumarin, flavonoid, alkaloid of antimalarial drugs, pp. 5560.
dan steroid (Chaves et al., 2013, 2017; Christy et
al., 2016). Chaves, O. S. et al. (2013) Secondary
Senyawa metabolit sekunder telah lama Metabolites from Sida rhombifolia L.
dapat digunakan sebagai fitoterapi dengan
mekanisme yang beragam, diantaranya mampu (Malvaceae) and the Vasorelaxant
mempengaruhi kinerja protein, asam nukleat dan
biomembran, serta mampu bertindak sebagai Activity of Cryptolepinone, pp.
antioksidan(Wink, 2015).Bambusa vulgaris,
Kaempferia galanga, Momordica charantia L. dan 27692777. doi:
Sida rhombifoliadiketahui memiliki kandungan
senyawa yang kaya akan gugus hidroksil, yaitu 10.3390/molecules18032769.
fenol dan flavonoid, sehingga mampu
menghambat polimerisasi hematin melalui Chaves, O. S. et al. (2017) Alkaloid and Phenolic
metode modifikasi protein sel sehingga
mempengaruhi kinerjanya. Tetapi perlu dilakukan Compounds from Sida rhombifolia L.
penelitian lebih lanjut agar dapat
mengungkapkan lebih jelas terkait jenis senyawa (Malvaceae) and Vasorelaxant Activity of
aktif serta mekanisme molekularnya.
Two Indoquinoline Alkaloids, Molecules,
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan dari 20 22(94), pp. 19. doi:
jenis tanaman obat yang berasal dari database 10.3390/molecules22010094.
RISTOJA terdapat 4 spesies yang memiliki
aktivitas penghambatan polimerisasi hematin Christy, A. O. et al. (2016) The antimalaria effect
dengan IC50< 1,9 mg/mL. Tanaman obat tersebut
diantaranya Bambusa vulgaris, Kaempferia of Momordica charantia L. and Mirabilis
galanga, Momordica charantia L. dan Sida
rhombifolia, baik ekstrak polar (metanol) ataupun jalapa leaf extracts using animal model,
non polar (diklorometana), keduanya memiliki
10(24), pp. 344350. doi:
28
10.5897/JMPR2016.6046.
Hussain, W. et al. (2018) Quantitative
ethnobotanical appraisal of medicinal
plants used by inhabitants of lower
Kurram , Kurram agency , Pakistan, 8(4),
pp. 313329.
Hutomo, R. and Winarno, W. (2005) Uji
Antimalaria Ekstrak Buah Morinda
citrifolia dan Aktivitas Makrofag pada
Mencit (Mus musculus) setelah Diinfeksi
Plasmodium berghei, Biofarmasi, 3(2),
pp. 6169. Available at:
http://eprints.uns.ac.id/790/.
Huy, N. T. et al. (2007) Alcohols Induce Beta-
hematin Formation via The Dissociation
of Aggregated Heme and Reduction in
Interfacial Tension of The Solution, Acta
Tropica, 101, pp. 130138. doi:
10.1016/j.actatropica.2007.01.001.
John Umaru, I. and A Umaru, H. (2018)
Phytochemical screening and in-vitro
activities of dichloromethane leaf extract
Mery Budiarti, Aniska Novita Sari PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
of leptadenia hastata (pers.) decne Assay, 39(4), pp. 119126. doi:
against pathogens, International Journal 10.2149/tmh.2011-29.
of Vaccines & Vaccination, 5(2), pp. Truong, D. H. et al. (2019) Evaluation of the use
3437. doi: 10.15406/ijvv.2018.05.00099. of different solvents for phytochemical
Lusiyana, N. and Jamil, N. A. (2018) constituents, antioxidants, and in vitro
Antiplasmodial activity of Kaempferia anti-inflammatory activities of severinia
galanga extract against Plasmodium buxifolia, Journal of Food Quality, 2019.
berghei infection in mice, in International doi: 10.1155/2019/8178294.
Conference on Pharmaceutical Umair, M., Altaf, M. and Abbasi, A. M. (2017) An
Research and Pratice, pp. 978979. Ethnobotanical Survey of Indigenous
Maulida, R. and Guntarti, A. (2015) Pengaruh Medicinal Plants in Hafizabad District,
Ukuran Partikel Beras Hitam (Oryza Punjab-Pakistan, PLoS ONE, 12(6), pp.
sativa L.) terhadap Rendemen Ekstrak 122.
dan Kandungan Total Antosiansin, Wahyono, S. dkk (2012) Laporan Nasional :
Pharmaciana, 5(1), pp. 916. Ekplorasi Pengetahuan Lokal
Nindela, R. (2015) Merozoite surface protein-1 Etnomedisin dan Tumbuhan Obat di
(MSP-1) dan Merozoite surface protein-2 Indonesia Berbasis Komunitas 2012.
(MSP-2) Plasmodium falciparum Jakarta.
sebagai kandidat vaksin malaria, MKS, Wahyono, S. dkk (2015) Laporan Nasional :
1(1), pp. 6773. Ekplorasi Pengetahuan Lokal
Purwanto (2011) Isolasi dan Identifikasi Etnomedisin dan Tumbuhan Obat di
Senyawa Penghambat Polimerisasi Indonesia Berbasis Komunitas 2015.
Hem dari Fungi Endofit Tanaman Jakarta.
Artemisia annua L. Universitas Gadjah Wahyono, S. dkk (2017) Laporan Nasional :
Mada. Ekplorasi Pengetahuan Lokal
Pusat Data dan Informasi and Direktorat Etnomedisin dan Tumbuhan Obat di
Pengendalian Penyakit Bersumber Indonesia Berbasis Komunitas 2017.
Binatang (2011) Epidemiologi Malaria di Jakarta.
Indonesia, Buletin Jendela Data dan Widyawaruyanti, A., Zaini, N. C. and Syafruddin
Informasi Kesehatan, 1, pp. 116. doi: (2011) Mekanisme dan aktivitas
2088-270X. antimalaria dari senyawa flavonoid yang
Rintelen, K. Von, Arida, E. and Häuser, C. (2017) diisolasi dari cempedak (Artocarpus
A review of biodiversity-related issues champeden), JBP, 13(2), pp. 6777.
and challenges in megadiverse Wink, M. (2015) Modes of Action of Herbal
Indonesia and other Southeast Asian Medicines and Plant Secondary
countries. doi: 10.3897/rio.3.e20860. Metabolites, pp. 251286. doi:
Septiana, E. et al. (2017) Toksisitas dan Aktivitas 10.3390/medicines2030251.
Antimalaria Melalui Penghambatan
Polimerisasi Hem Secara In Vitro Ekstrak 29
Daun Sambiloto (Andrographis
paniculata), pp. 255262.
Silalahi, M., Supriatna, J. and Walujo, E. K. O. B.
(2015) Local knowledge of medicinal
plants in sub-ethnic Batak Simalungun of
North Sumatra , Indonesia, 16(1), pp.
4454. doi: 10.13057/biodiv/d160106.
Syamsudin (2008) Penapisan Senyawa
Antimalaria yang Berasal dad
Tumbuhan, Ilmu Kefarmasian Indonesia,
6(2), pp. 9599.
Syarif, R. A., Sri, M. and Wahyuningsih, H. (2018)
Heme Polymerization Inhibition by
Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray
Leaves Fractions as Antiplasmodial
Agent and Its Cytotoxicity on Vero Cells,
23(December), pp. 37.
Thanh, N. et al. (2011) TMH of Inducers ,
Incubation Time and Heme
Concentration on IC 50 Value Effect
Variation in Anti-heme Crystallization
Victor S. Ringoringo, Lukman Hakim, Arief Nurrochmad, Puspitasari PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
EFEK AFRODISIAKA EKSTRAK EURYCO® (Eurycoma longifolia, Jack) TERHADAP SEXUAL
BEHAVIOUR TIKUS JANTAN WISTAR
THE APHRODISIAC EFFECT OF EURYCO® (Eurycoma longifolia, Jack) EXTRACT ON SEXUAL
BEHAVIOUR OF WISTAR MALE RAT
Victor S. Ringoringo1, Lukman Hakim2, Arief Nurrochmad3, Puspitasari4
1Research and Development/PT. Deltomed Laboratories/Wonogiri
2,3,4Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinik/Fakultas Farmasi/Universitas Gadjah Mada/
Yogyakarta
Naskah diterima tanggal 5 Desember 2019
ABSTRACT
Male stamina and vitality play an important role in the quality of sexual relations. The
use of conventional medicine as an aphrodisiac has serious side effects. EURYCO®
(Eurycoma longifolia, Jack) has long been used empirically to improve male sexual
ability. The content of cuasinoids, coumarin and alkaloids has aphrodisiac properties
and can increase testosterone synthesis. This study was conducted to determine the
aphrodisiac effect of EURYCO®, produced by P.T. Javaplant. The aphrodisiac effect
was tested by the method of testing sexual activity in Wistar male rats with EURYCO®
treatments (doses of 45 and 90 mg/ kgBW) for 7 days. Observed sex behavior of mice
on day 7 for 1 hour was also compared with the treatment of positive control VIAGRA®
(Sildenafil citrate, dose 4.5 mg/ kgBW) and negative control of Na-CMC 0.1%.
Observed parameters include frequency of introduction, climbing, and coitus. Data
were analyzed by the Kruskall Wallis method, followed by the Mann Whitney test / t-
test. The test results show that the administration of EURYCO® for 7 days a dose of
45 mg/ kgBW increased the introduction parameter and a dose of 90 mg/ kgBW
significantly increased the introduction parameter. The administration of EURYCO®
for 7 days in doses of 45 and 90 mg/ kgBW significantly increased the parameters of
climbing and coitus, although lower than VIAGRA® (doses of 4.5 mg/ kgBW). The
effective dose of EURYCO® as an aphrodisiac if converted to humans is 500 mg-
1,000 mg per day (2 tablets/ capsules @ 500 mg/ day).
Keywords: Eurycoma longifolia; Aphrodisiacs; Sexual behavior, Rat
ABSTRAK
Stamina dan vitalitas pria berperan penting dalam kualitas hubungan seksual.
Penggunaan obat konvensional sebagai afrodisiaka menimbulkan efek samping
yang serius. EURYCO® (Eurycoma longifolia Jack.) telah lama digunakan secara
empiris untuk meningkatkan kemampuan seksual pria. Kandungan kuasinoid,
kumarin dan alkaloid berkhasiat afrodisiaka dan dapat meningkatkan sintesis
testoteron. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek afrodisiaka EURYCO®
yang diproduksi oleh PT. Javaplant. Efek afrodisiaka diuji dengan metode pengujian
aktivitas seksual pada tikus jantan Wistar dengan pemejanan EURYCO® (dosis 45
dan 90 mg/kgBB) selama 7 hari. Diamati perilaku sex tikus pada hari ke-7 selama 1
jam yang juga dibandingkan dengan perlakuan kontrol postitif VIAGRA® (Sildenafil
sitrat, dosis 4,5 mg/kgBB) dan kontrol negatif Na-CMC 0,1%. Parameter yang diamati
meliputi frekuensi introduction, climbing, dan coitus. Data dianalisis dengan metode
Kruskall Wallis, dilanjutkan dengan uji Mann Whitney/ uji t-test. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa pemberian EURYCO® selama 7 hari dosis 45 mg/kgBB
meningkatkan parameter introduction dan dosis 90 mg/kg BB meningkatkan secara
signifikan parameter introduction. Pemberian EURYCO® selama 7 hari dosis 45 dan
90 mg/kgBB secara signifikan meningkatkan parameter climbing dan coitus,
walaupun lebih rendah dibanding VIAGRA® (dosis 4,5 mg/kgBB). Dosis efektif
EURYCO® sebagai afrodisiaka jika dikonversi ke manusia 500 mg-1,000 mg per hari
(2 tablet/kapsul @500 mg/hari).
Kata kunci : Eurycoma longifolia; Afrodisiaka; Sexual behaviour, Tikus.
Alamat korespondensi :
[email protected]
31
Farmakologi Efek Afrodisiaka Ekstrak Eurycoma longifolia
PENDAHULUAN malaria, dan penyakit kelamin.
Manusia melakukan pernikahan dan Pasak bumi merupakan salah satu
menjalin hubungan dengan lawan jenis dengan tanaman di Asia yang selama ini digunakan untuk
tujuan untuk meneruskan keturunan atau mengatasi disfungsi ereksi. Beberapa hasil
melakukan reproduksi. Dalam proses reproduksi, penelitian yang telah dilakukan di Indonesia
pria dan wanita melakukan hubungan seksual menyebutkan bahwa ekstrak metanol akar pasak
yang mengawali proses pembuahan sel telur oleh bumi dapat meningkatkan kadar testosteron, LH,
sel sperma. Hubungan seksual ini tidak semata dan FSH dalam darah (Taufiqqurrachman, 1999),
bertujuan hanya untuk meneruskan keturunan, meningkatkan jumlah dan motilitas sperma
tetapi juga merupakan kegiatan untuk memenuhi (Juniarto, 2004), dan ekstrak etanolnya
kebutuhan hasrat seksual manusia. Agar berpengaruh pada perilaku seksual mencit
hubungan seksual normal, organ seksual pria (Nainggolan dan Simanjuntak, 2005). Produk
dan semua faktor yang berhubungan seharusnya EURYCO® merupakan produk ekstrak dari PT.
berfungsi normal. Kepuasan yang didapatkan Javaplant yang terbuat dari ekstrak akar pasak
dalam hubungan seksual dapat mempengaruhi bumi. EURYCO® diklaim mengandung
keharmonisan dalam rumah tangga. konsentrat eurycomanone sebesar 8% yang
merupakan kandungan tertinggi saat ini dari
Seiring dengan bertambahnya usia serta produk yang tersedia di pasaran. Eurycomanone
aktivitas rutin yang padat, hal ini dapat merupakan senyawa bioaktif yang dihasilkan dari
mempengaruhi kemampuan seksualitas yang pasak bumi. Penelitian yang ada menunjukkan
dimiliki oleh seseorang. Seringkali seseorang bahwa senyawa eurycomanone dapat
dapat mengalami gangguan seperti disfungsi meningkatkan ketahanan fisik, energi, stamina,
seksual akibat faktor-faktor tertentu. Disfungsi dan performa seksual pada pria.
seksual dapat berupa disfungsi ereksi dan
ejakulasi dini. Potensi gangguan seksual setiap Pasak bumi atau Eurycoma longifolia
orang berbeda-beda. Penyebab gangguan Jack. dikenal penggunaannya dalam pengobatan
seksual dapat dibagi menjadi dua, yaitu tradisional, terutama di wilayah Asia Tenggara.
gangguan yang disebabkan oleh faktor fisik dan Tanaman ini banyak tumbuh di hutan Kalimantan,
faktor psikis. Gangguan seksual yang hutan Sumatra, dan tersebar di beberapa daerah
disebabkan oleh faktor fisik adalah gangguan di Asia Tenggara. Di Malaysia tumbuhan ini
seksual akibat adanya gangguan kesehatan, dikenal dengan nama Tongkat Ali, telah banyak
kebiasaan merokok, kurang berolahraga, faktor dipercaya kegunaannya untuk menigkatkan
genetika, kelainan pada saraf, dan anggota stamina dan sebagai afrodisiaka.
tubuh, konsumsi obat-obatan, dan pengaruh
radioterapi. Gangguan seksual yang disebabkan Pasak bumi merupakan tanaman semak
oleh faktor psikis adalah gangguan akibat stress, dengan batang berukuran medium yang dapat
depresi, kelelahan, dan rasa khawatir yang mencapai ukuran 10 meter. Umumnya tidak
berlebihan. memiliki cabang dan berwarna cokelat
kemerahan. Memiliki daun majemuk menyirip
Adanya gangguan seksual ini dapat yang panjangnya dapat mencapai 1 meter.
menyebabkan salah satu pasangan tidak Tanaman ini biasanya tumbuh di hutan-hutan
terpuaskan, sehingga akan mengganggu dataran rendah dan dapat hidup dalam berbagai
keharmonisan rumah tangga. Ada berbagai cara kondisi tanah, tetapi umumnya pada kondisi
yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan tanah yang agak asam dan kering. Kandungan
seksual, khususnya yang berhubungan dengan senyawa kimia yang terdapat di dalam pasak
gangguan hormonal. Upaya yang dilakukan baik bumi yaitu kuasinoid seperti eurycomanone,
dengan tindakan medis dan penggunaan obat- 13α,2-1-dihydroeurycomanone, 1 3 ( 2 1 ) -
obatan sintetis ataupun dengan cara tradisional, epoeurycomanone, dan eurycomanol. Selain
seperti pengobatan alternatif dan penggunaan itu megandung glikosida eurikomanosid dan
ramuan tradisional dalam bentuk jamu dan obat aglikonnya. Terdapat juga senyawa kumarin O-
herbal. methoxycoumarin-7-O-α-D-glycopyranoside dan
glikosida lain yang termasuk analog dan
Tumbuhan yang banyak digunakan turunannya. Senyawa alkaloid jenis β-karbolin,
dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi kantin-5-on, senyawa triterpen jenis skualen
gangguan seksual, salah satunya adalah pasak yang mengandung 2 sampai 3 cincin
bumi (Eurycoma longifolia, Jack.). Sejak lama tetrahidrofuran dan triterpen jenis tirukalan, tanin,
masyarakat menggunakan pasak bumi sebagai sterol, saponin, dan asam lemak sterol ester
obat tradisional, baik dalam bentuk rebusan (Chan et al., 2008; Achmad et al., 2009; Supriadi,
maupun dibuat serbuk seperti jamu. 2001).
Pemanfaatan pasak bumi dalam pengobatan
tradisional telah dipercaya dapat digunakan Masyarakat Indonesia sendiri telah sejak
sebagai afrodisiaka dan sebagai obat gangguan lama diketahui menggunakan pasak bumi dalam
pencernaan, diare, disentri, obat demam, pengobatan tradisional sebagai afrodisiaka, obat
32
Victor S. Ringoringo, Lukman Hakim, Arief Nurrochmad, Puspitasari PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
gangguan pencernaan, diare, disentri, demam, Suudarth, 2002).
malaria, dan penyakit kelamin, Mekanisme aksi afrodisiaka berdasarkan
Afrodisiaka berasal dari nama Aphrodite, aktivitas fungsi optimal seksual pria, sehingga
dewi kecantikan dalam mitos Yunani yang berarti afrodisiaka dapat dibedakan menjadi tiga
semua bahan yang dapat membangkitkan gairah kategori yaitu:
seksual. Afrodisiaka juga meningkatkan aspek a. P e n y e d i a n u t r i s i y a n g d a p a t
lain dari pengalaman sensoris seperti sentuhan, meningkatkan kesehatan penggunanya.
sinar, bau, rasa, dan pendengaran. Sehingga Sehingga dapat meningkatkan stamina,
peningkatan sensoris ini berkontribusi terhadap memperbaiki kebugaran, dan secara tidak
munculnya gairah seksual. langsung meningkatkan pula kemampuan kinerja
seksual dan libido. Contoh afrodisiaka ini adalah
Menurut sejarahnya, afrodisiaka telah pengguanan tanduk badak oleh masyarakat
dikarakteristikkan secara luas menjadi Tiongkok yang ternyata mengandung jaringan
pendekatan budaya dan ilmiah. Pendekatan serat yang mengandung kalsium dan fosfat
budaya didasarkan atas banyak budaya yang dalam jumlah yang cukup besar. Telah diketahui
berkembang seperti Kamasutra yang bahwa kekurangan senyawa kalsium dan fosfat
menyebutkan dengan merebus testikel biri-biri dapat menyebabkan lemah otot dan kelelahan.
ditambah susu dapat meningkatkan stamina Kandungan kalsium dan fosfat yang dikonsumsi
seksual pria. Di Inggris mempercayai tanaman oleh manusia, berperan penting dalam
yang menyerupai bentuk kelamin mampu berefek peningkatan kekuatan dan stamina.
sebagai afrodisiaka. Sedangkan di Cina lebih b. Mempengaruhi efek fisiologi secara
banyak digunakan gingseng dan tanduk badak spesifik seperti mempengaruhi aliran darah,
sebagai afrodisiaka (Yakubu et al., 2007). meningkatkan gairah seksual, dan meningkatkan
durasi aktivitas seksual. Afrodisiaka yang
Afrodisiaka dapat mempengaruhi secara termasuk jenis ini yaitu senyawa aktif yang
fisik berupa makanan yang dapat meningkatkan terdapat pada lalat Spanyol yang dapat
gairah seksual. Selain itu, dapat mempengaruhi meningkatkan aliran darah di dalam tubuh. Selain
secara psikis berupa wewangian dari parfum atau itu, terdapat juga obat lain yang mempunyai efek
minyak esensial. Aroma yang ditimbulkan fisiologis aktif yaitu memperpanjang waktu ereksi
mempengaruhi otak melalui indra penciuman dan membatasi pengaruh dari sistem saraf
yang kemudian ditransmisikan ke sistem saraf simpatetik seperti slidenafil sitrat dan yohimbine
pusat otak. Sehingga akan menimbulkan efek dari Pausinystalia yohimbe.
pada kebugaran mental dan emosional, salah c. Memiliki kandungan senyawa yang aktif
satunya pada pikiran dan perasaan dalam secara biologis mempengaruhi psikologis secara
aktivitas seksual. Sebagian besar afrosisiaka aktif untuk menimbulkan gairah seksual.
juga meningkatkan rangsangan yang diterima Afrodisiaka ini dapat bekerja melewati blood brain
panca indera seperti cahaya, sentuhan, barrier atau sawar otak dan menstimulasi
penciuman, pengecapan, dan pendengaran yang beberapa hormon dan berbagai macam
akhirnya dapat meningkatkan rangsangan neurotransmitter. Sehingga meningkatkan gairah
seksual (Yakubu et al., 2007). Peningkatan seksual penggunanya (Yakubu et al., 2007).
jumlah dan kadar hormon tertentu dalam tubuh
akan mempengaruhi intensitas libido (Gunawan, Hewan uji yang digunakan dalam
2003). penelitian ini adalah tikus putih (Rattus
norvergicus) dari galur Wistar. Penggunaan tikus
Tanaman obat yang dipercaya berkhasiat putih dalam penelitian ini dipilih karena relatif
sebagai afrodisisaka pada umumnya resisten terhadap infeksi dan tidak bersifat takut
mengandung senyawa aktif seperti saponin, terhadap cahaya (fotofobia) seperti halnya
alkaloid, tanin, dan senyawa lain yang secara mencit. Selain itu, aktivitas tikus putih umumnya
fisiologis dapat melancarkan peredaran darah tidak mudah terganggu oleh kehadiran manusia.
pada sistem saraf pusat atau sirkulasi darah tepi. Hal ini diperlukan dan akan memudahkan
Efek dari senyawa-senyawa tersebut dapat pengamatan secara langsung. Tikus putih
meningkatkan sirkulasi darah pada alat kelamin dewasa juga tidak memiliki periode perkawinan
pria (Khomsan, 2007). Menurunnya tingkat daya musiman dan lebih mudah untuk berkembang
tahan tubuh juga berpengaruh terhadap tingkat biak secara monogami ataupun poligami (Smith
gairah seksual. Hal ini disebabkan penurunan & Mangkoewidjojo, 1988).
stamina tubuh dapat menurunkan vitalitas tubuh
pria yang berpengaruh terhadap gairah seksual Sistem reproduksi pada hewan terdiri
(Daniel, 2008). Aktivitas fungsi optimal seksual atas organ reproduksi, saluran reproduksi, dan
pria dipengaruhi oleh gairah seksual atau libido, kelenjar seks aksesoris. Pada hewan mamalia
stamina dan ketahanan fisik, serta daya tahan jantan, organ reproduksi utama berupa sepasang
tubuh (Sandroni, 2001). Gairah seksual atau testis yang terdapat di dalam skrotum.
libido dapat dipengaruhi oleh hormon androgen Sedangkan pada hewan mamalia betina, organ
yang diproduksi di dalam tubuh (Brunner &
33
Farmakologi Efek Afrodisiaka Ekstrak Eurycoma longifolia
reproduksi utama berupa sepasang ovarium c. Rangkaian saluran saluran sebagai jalan
yang terhubung dengan vagina. sperma dan cairan keluar yaitu epididimis, duktus
deferen, dan uretra.
Perkembangan sistem reproduksi tikus d. Alat genital luar yaitu penis dan skrotum
putih jantan diiringi oleh turunnya testis ke
skrotum dan diikuti dengan spermatogenesis. (Anderson & Wilson, 1995).
Adanya sekresi hormon Gonadotropin releasing Proses seksual laki-laki normal secara
hormon (GnRH) menghasilkan level sekresi fungsional dibagi menjadi enam fase, yakni libido,
testosteron yang meningkat selama pubertas. ereksi, lubrikasi, emisi, ejakulasi, dan resolusi.
Lutenizing hormon juga mestimulasi sel Leydig Setiap fase memiliki ciri keadaan yang berbeda
untuk meningkatkan produksi testosteron dengan fase lainnya. Libido dapat diartikan
(Suckow et al., 2006). sebagai kebutuhan biologis akan aktivitas
seksual dan diekspresikan sebagai perilaku
Tikus putih betina siap dikawinkan jika pencarian seks (Yakubu et al., 2007). Intensitas
tikus sedang dalam siklus estrusnya (Smith& libido bervariasi tergantung individu. Libido
Mangkoewidjojo, 1988). Siklus estrus merupakan merupakan fenomena kompleks yang
periode dimana betina menerima pejantan menyangkut pengaruh biologis internal dan
secara seksual dan mengijinkan terjadinya eksternal serta faktor psikologis syaraf.
kopulasi (Suckow et al., 2006). Periode siklus Ereksi adalah keadaan dimana semakin
estrus biasanya terjadi setiap 4-5 hari dan besar, memanjang, dan padatnya organ seksual.
berlangsung selama sekitar 12 jam dan lebih Sehingga cukup untuk melakukan penetrasi ke
sering terjadi pada malam hari dibandingkan dalam vagina. Fase ereksi merupakan proses
siang hari. Terjadinya siklus estrus pada tikus dari fisiogenik berganda dan stimulasi sensoris
puith betina dapat diketahui dengan memeriksa yang ditimbulkan akibat imajinasi, visual,
sel-sel dinding vagina pada sediaan apus vagina pendengaran, penciuman, dan rangsangan pada
(Smith & Mangkoewidjojo, 1988). alat kelamin (Yakubu et al. 2007). Penyebabnya
oleh impuls saraf parasimpatis yang menjalar dari
Proses siklus estrus dibedakan menjadi bagian sacral medulla spinalis melalui nervus
dua fase, yaitu fase folikular dan fase luteal. Pada pelvikus ke penis. Saraf-saraf parasimpatis ini
fase folikular terjadi pembentukan folikel sampai akan menghasilkan nitrit oksida yang melebarkan
masak, sedangkan pada fase luteal terjadi pembuluh arteri pada penis dengan
pembentukan korpus luteum setelah ovulasi terbendungnya sebagian aliran vena sehingga
sampai pada mulainya siklus baru. Siklus estrus terjadi tekanan darah tinggi dalam sinusoid yang
memliki 4 fase, yaitu proestrus, estrus, metestrus, menyebabkan penggembungan pada jaringan
dan diestrus. Setiap fasenya dapat ditentukan erektil sehingga penis menjadi memanjang dan
berdasarkan bentuk sel epitel dinding vagina keras (Guyton dan Hall, 1996).
tikus putih betina (Spronitz et al., 1999). Lubrikasi adalah pengeluaran lendir dari
kelenjar uretra dan kelenjar bulbouretralis. Lendir
Struktur reproduksi pria terdiri dari penis, ini mengalir melalui uretra selama hubungan
testis dalam kantong skrotum, sistem duktus seksual untuk membantu melubrikasikan selama
yang terdiri dari epididimis, vas deferens, duktus coitus (Guyton dan Hall, 1996).
ejakulatorius, dan uretra serta glandula aksesoris Emisi adalah fase dimana puncak aksi
yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar seksual pria yang diawali dengan kontraksi vas
prostat, dan kelenjar bulbouretralis. deferens dan ampula yang menyebabkan
keluarnya sperma ke dalam uretra interna. Terjadi
Organ reproduksi pada pria dibagi empat kontraksi otot yang melapisi kelenjar prostat yang
kelompok utama yaitu terdiri dari: diikuti dengan kontraksi vesikula seminalis yang
a. Organ seks primer yang menghasilkan mengeluarkan cairan prostat dan cairan seminal
sperma yaitu testis. Testis merupakan organ yang mendorong sperma lebih jauh lagi. Semua
reproduksi yang berupa kelenjar kelamin yang cairan ini bercampur menjadi satu dalam uretra
terdapat pada pria. Berfungsi untuk interna dengan mukus disekresikan oleh kelenjar
memproduksi sperma dan hormon androgen, bulbo uretralis dan membentuk semen (Guyton
khususnya testosteron. dan Hall, 1996).
b. K e l e n j a r s e k s a k s e s o r i s y a n g Ejakulasi merupakan proses pengeluaran
menghasilkan cairan sebagai media transport cairan sperma dari uretra pada saat orgasme. Hal
sperma selama emisi dan dikeluarkan bersama- ini terjadi karena refleks spinalis dua bagian yang
sama dengan sperma pada saat ejakulasi. melibatkan emisi cairan semen yang bergerak ke
Kelenjar prostat adalah kelenjar yang berbentuk dalam uretra dan ejakulasi yang sebenarnya
seperti buah kenari yang terletak tepat di bawah yaitu dorongan semen keluar dari uretra pada
kandung kemih. Sewaktu perangsangan seksual, saat orgasme. Semen merupakan hasil ejakulat
prostat mengeluarkan cairan encer yang yang berasal dari seorang pria berbentuk cairan
mengandung berbagai enzim dan ion ke dalam
saluran ejakulasi. Cairan ini berfungsi untuk
menambah volume cairan vesikula seminalis dan
sperma.
34
Victor S. Ringoringo, Lukman Hakim, Arief Nurrochmad, Puspitasari PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
kental dan keruh yang berisi sekret dari kelenjar ini disebabkan oleh hilangnya fantasi seksual
prostat, spermatozoa, dan kelenjar lainnya yang sifatnya menetap dan sedikitnya gairah
(Ganong, 1983). untuk melakukan aktivitas seksual. Gairah
seksual yang rendah dapat dialami oleh pria
Resolusi adalah fase akhir dari tahap aksi maupun wanita (Brunner dan Suddarth, 2002).
seksual pria yang menyebabkan hilangnya
hampir semua gairah seksual secara Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
keseluruhan selama 1-2 menit dan diikuti dengan untuk mengetahui efek afrodisiak dari ekstrak
hilangnya ereksi (Guyton dan Hall, 1996). E. longifolia (EURYCO®) pada tikus jantan galur
Wistar, meliputi parameter frekuensi introduction,
Pengunaan obat afrodisiaka merupakan climbing, dan coitus.
suatu akibat dari banyaknya gangguan seksual
pada seseorang. Gangguan seksual ini METODE PENELITIAN
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya Alat
adalah faktor psikologis. Terdapat banyak jenis
gangguan seksual yang terjadi pada pria seperti Alat-alat yang digunakan dalam
disfungsi erektil, masalah ejakulasi, gairah penelitian ini berupa neraca Ohaus Triple Beam
seksual yang rendah, dan lain- lain. Disfungsi untuk menimbang hewan uji, neraca analitik
erektil atau impotensi adalah suatu untuk menimbang amonium klorida dan serbuk
ketidakmampuan untuk mencapai atau phenol red, kanul peroral, spuit injeksi 1 ml
mempertahankan ereksi yang cukup untuk OneMed®, spuit injeksi per oral 1 mL, syringe
menyelesaikan coitus. Penyebab disfungsi erektil needle 26G, alat-alat gelas, sarung tangan,
dapat berupa psikogenik maupun organik. masker, tabung konikel dan kamera video.
Penyebab psikogenik antara lain seperti anxiety Bahan
atau kecemasan, depresi, keletihan, dan tekanan
ketika sedang berhubungan seksual. Penyebab Bahan uji berupa Ekstrak EURYCO®
faktor organik termasuk kelainan neurologis yang didapat dari PT. JavaPlant, VIAGRA®
seperti neuropati dan parkinsonisme, penyakit sebagai control positif, bahan uji lain yang
vaskuler oklusif, penyakit endokrin, trauma pada mengandung hormone berupa ethinyl estradiol
pelvis dan area genital, gagal ginjal kronis, dan levonogestrel. Bahan-bahan kimia lain
sirosis,kondisi hematologis dan penyalahgunaan seperti akuades dan Na-CMC 0,1%. Hewan uji
obat. Masalah ejakulasi yang terjadi pada pria yang digunakan yaitu tikus putih dari galur Wistar,
meliputi ejakulasi prematur dan ejakulasi lambat. jantan dan betina dengan umur berkisar antara
Ejakulasi prematur terjadi ketika pria tidak dapat 2,53 bulan (120-150 g) yang diperoleh dari
secara sadar mengontrol refleks ejakulasi dan Laboratorium Farmakologi Universitas Gadjah
ketika mendapatkan rangsangan, seorang pria Mada.
akan mencapai orgasme sebelum atau segera Metode
setelah penis masuk ke liang vagina. Kondisi ini
merupakan disfungsi yang paling sering terjadi Penelitian ini merupakan penelitian
pada pria. Ejakulasi lambat merupakan eksperimental dengan rancangan acak lengkap
penghambatan introvolunter refleks ejakulasi pola searah. Subjek uji dipilih secara acak dan
berbagai respon mencakup ejakulasi okasional diklasifikasikan ke dalam kelompok kontrol dan
melalui hubungan seksual atau stimulasi mandiri perlakuan. Seluruh prosedur penelitian berada di
atatu ketidakmampuan komplit untuk ejakulasi. bawah pengawasan komisi Ethical Clearance
untuk penelitian praklinik Laboratorium Penelitian
Efek penyakit dan trauma serta dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM. Tahap-
kecacatan fisik pada fungsi seksual dapat tahap penelitian, dilakukan sebagai berikut:
menjadi faktor yang berdampak sangat besar 1. Persiapan larutan uji
dalam gangguan seksual pria. Selain efek faktor
psikogenik, perubahan fisik yang berkaitan Sediaan uji diperoleh dalam bentuk
dengan penyakit dan cidera dapat secara formulasi suspensi dengan kandungan ekstrak
potensial merusak fungsi seksual. Individu EURYCO® 20mg/mL dan untuk sediaan kontrol
dengan penyakit dan kecacatan membutuhkan positif berupa VIAGRA® (Sildenafil sitrat)
bantuan konselor seks untuk menemukan, dengan kandungan 1mg/mL. Sediaan dibuat stok
menerapkan, dan mengintegrasikan keyakinan dengan cara disuspensikan menggunakan
seksual serta perilaku mereka ke dalam gaya larutan Na-CMC 0,1%. Larutan stok selalu dibuat
hidup sehat. Bertambahnya usia seorang pria kembali setiap 5 hari.
menjadi penyebab penurunan fungsi seksual, 2. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji
respon seksual, dan peningkatan insidens kanker
saluran genitourinaria. Hewan uji dipilih dan dikelompokkan
secara acak menjadi tiga kelompok dengan
Gairah seksual yang menurun juga masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor tikus.
merupakan salah satu faktor yang dapat Hewan uji dipelihara di kandang Fakultas
mempengaruhi gangguan seksual pada pria. Hal Farmasi Universitas Gadjah Mada dengan
temperatur ruangan 23±3C, kelembaban
ruangan relatif 75±10%, dan penerangan 12 jam
35
Farmakologi Efek Afrodisiaka Ekstrak Eurycoma longifolia
terang 12 jam gelap, serta diberi makan dan statistik jika nilai p < 0,05.
minum ad libitum. Hewan uji diaklimatisasi Berikut adalah pembagian variable yang
terlebih dahulu selama 5-7 hari dengan tujuan
agar hewan uji dapat meyesuaikan diri dengan digunakan dalam penelitian uji aktivitas ekstrak
lingkungan dan dalam kondisi yang stabil. E. longifolia (EURYCO®) sebagai afrodisiak :
1. Variabel bebas
Hewan uji diberi perlakuan sesuai dengan
kelompok berikut: Variabel bebas dalam penelitian ini
Kelompok I : adalah dosis Produk EURYCO® yang
Kontrol negatif (Na-CMC 0,1%) diberikan. 2 variasi dosis. Yaitu dosis 45 dan 90
Kelompok II : mg/kg BB.
Kontrol positif VIAGRA® (Sildenafil sitrat) dengan 2. Variabel tergantung
dosis 4,5mg/kgBB
Kelompok III : Variabel tergantung dalam penelitian ini
Perlakuan ekstrak EURYCO® (E. longifolia) adalah parameter sexual behaviour tikus jantan
dengan dosis 45mg/kgBB Wistar yaitu introduction, climbing, dan coitus
Kelompok IV : selama 1 jam.
Perlakuan ekstrak EURYCO® (E. longifolia) 3. Variabel terkendali
dengan dosis 90mg/kgBB
Variabel terkendali dalam penelitian ini
Hewan uji diberi larutan uji secara per oral adalah galur, jenis kelamin, usia, berat badan,
satu kali sehari selama 7 hari. Volume pemejanan kondisi pemeliharaan hewan uji.
larutan uji disesuaikan dengan berat hewan uji.
Pengamatan sexual behaviour dilakukan pada HASIL DAN PEMBAHASAN
hari ke-7 perlakuan selama 1 jam di Laboratorium Uji Farmakologi (Afrodisiaka)
Farmakologi Universitas Gadjah Mada pada
pukul 19.00 sampai dengan 20.00. Pengujian farmakologi dilakukan untuk
3. Pengamatan sexual behaviour tikus mengetahui pengaruh pemberian ekstrak
EURYCO® terhadap efek afrodisiaka pada tikus
jantan jantan galur Wistar. Uji aktivitas afrodisiaka
Pengamatan dilakukan pada hari ke-7 bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak
pada malam hari selama 1 jam. Waktu EURYCO® terhadap sexual behaviour pada tikus
pengamatan dipilih pada pukul 19.00 sampai jantan Wistar. Penggunaan pasak bumi (E.
dengan 20.00. Tempat untuk mengamati perilaku Longifolia) sebagai afrodisiaka ini secara empiris
dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas bersifat turun temurun sehingga perlu adanya
Farmasi Universitas Gadjah Mada. Pengamatan pengujian secara ilmiah tentang kebenaran dosis
dilakukan dengan cara mengamati dan empiris penggunaan ekstrak agar menimbulkan
menghitung frekuensi terjadinya introduction, efek afrodisiaka.
climbing, dan coitus yang terjadi selama waktu
pengamatan. Penelitian ini diawali dengan pemilihan
dosis untuk ekstrak EURYCO® yang mengacu
Analisis Data pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
Pada penelitian ini akan diperoleh data terhadap ekstrak pasak bumi. Dosis pemejanan
ekstrak yang digunakan yaitu 500 mg dan 1000
kuantitatif berupa frekuensi terjadinya mg dalam sekali pemakaian untuk manusia.
introduction, climbing, dan coitus yang terjadi Dosis ini kemudian dikonversikan agar sesuai
selama waktu pengamatan dari masing- masing untuk pemejanan pada tikus, sehingga dosis
kelompok. Data kuantitatif yang diperoleh yang diberikan yaitu 45 mg/kgBB dan 90
kemudian akan dilakukan analisis secara statistik mg/kgBB dalam sekali pemejanan kepada tikus
dengan menggunakan program SPSS. Uji jantan. Pemilihan dosis ini berdasarkan
statistik dilakukan untuk mengetahui pada keterangan sebelumnya yang menyatakan
tidaknya perbedaan secara signifikan terhadap bahwa dosis tersebut memiliki rata-rata frekuensi
frekuensi terjadinya introduction, climbing, dan introduction, climbing, dan coitus yang lebih
coitus antar kelompok. besar dibandingkan dosis yang lainnya. Dosis ini
dipilih dalam penelitian ini yang diduga
Data dinyatakan sebagai purata ± berpengaruh terhadap sexual behaviour pada
standar deviasi. Analisis statistik dilakukan tikus jantan Wistar.
meliputi uji normalitas data, homogenitas varian
dan signifikansi varian. Jika data terdistribusi Penelitian ini menggunakan tikus putih
normal dan varian data homogen, maka (Rattus norvergicus) dari galur Wistar.
dilakukan analisis one-way ANOVA atau Kruskal- Penggunaan tikus putih dalam penelitian ini
Wallis dan dilanjutkan dengan uji Turkey atau dipilih karena relatif tahan terhadap infeksi dan
dengan t-test. Penelitian ini menggunakan taraf tidak takut terhadap cahaya (fotofobik) seperti
signifikansi 95%. Perbedaan antara kelompok halnya mencit. Selain itu, aktivitas tikus putih
kontrol dan perlakuan dianggap signifikan secara umumnya tidak mudah terganggu oleh kehadiran
manusia. Hal ini diperlukan dan akan
36 memudahkan pengamatan secara langsung.
Victor S. Ringoringo, Lukman Hakim, Arief Nurrochmad, Puspitasari PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
Tikus putih dewasa juga tidak memiliki periode introduction. Hasil pengamatan kemudian
perkawinan musiman dan lebih mudah untuk dilakukan pencatatan dan ditabulasi untuk
berkembang biak secara monogami ataupun melihat secara langsung efek afrodisiaka pada
poligami (Smith & Mangkoewidjojo, 1988). setiap kelompok setelah 7 hari perlakuan.
Bahan uji yang digunankan dalam Efek perlakuan Ekstrak E. Longifolia
penelitian ini dibagi menjadi empat kelompok, terhadap sexual behaviour Introduction pada
yaitu kelompok kontrol positif (VIAGRA® tikus jantan Wistar dapat dilihat pada Tabel 1.
(Sildenafil sitrat) dosis 4,5 mg/kgBB), kelompok
kontrol negatif (Na-CMC 0,1%), kelompok Data yang diperoleh menunjukkan bahwa
perlakuan 1 (ekstrak EURYCO® (Ekstrak E. efek terbesar dari frekuensi introduction
Longifolia) dosis 45 mg/kg BB), dan kelompok dihasilkan oleh VIAGRA® (Sildenafil sitrat) yang
perlakuan 2 (ekstrak EURYCO® (Ekstrak E. merupakan kontrol positif kemudian bahan uji
Longifolia) dosis 90 mg/kg BB) dengan masing- yaitu suspensi ekstrak EURYCO® (E. longifolia)
masing 5 ekor tikus tiap kelompok. dengan dosis 90 mg/kgBB, suspensi ekstrak
EURYCO® (E. longifolia) dengan dosis 45
Pengujian aktivitas dilakukan selama 7 mg/kgBB dan terakhir kontrol negatif suspensi
hari dengan pemejanan satu hari sekali dan Na-CMC 0,1%. Hal ini memungkinkan ekstrak
diamati pada hari ke-7 selama 1 jam. EURYCO® dengan dosis 90 mg/kgBB dapat
Pengamatan aktivitas afrodisiaka dilakukan meningkatkan frekuensi introduction sebagai
antara pukul 18.00 sampai 20.00 karena stadium parameter afrodisiaka (sexual behaviour)
estrus tikus betina dan perilaku seksual tikus meskipun efeknya tidak sebesar suspensi
terjadi pada malam hari (Smith dan VIAGRA® (Sildenafil sitrat 4,5 mg/kgBB). Data
Mangkoewidjojo, 1988) sehingga tikus betina kemudian dilakukan uji secara statistik yang
siap menerima tikus jantan untuk dikawinkan. bertujuan untuk melihat seberapa besar
Aktivitas seksual (sexual behaviour) tikus perbedaan signifikan efek yang terjadi antar
kemudian diamati menggunakan kamera digital kelompok perlakuan. Uji statistika yang
dan direkam dengan tujuan mempermudah digunakan adalah uji Analisis Varian (ANAVA)
dalam pengumpulan data dan tidak mengganggu satu jalan dan dilanjutkan dengan posthoc Tukey
aktivitas tikus. Uji aktivitas afrodisiaka dibagi test.
menjadi 3 parameter yang menjadi acuan yaitu
frekuensi terjadinya introduction, climbing, dan Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan
coitus. yang sangat signifikansi antar kelompok (P<
1. A k t i v i t a s a f r o d i s i a k a t e r h a d a p 0,0005) Hal ini berarti bahwa purata frekuensi
introduction perlakuan dengan kontrol positif
parameter sexual behaviour maupun kontrol negatif memberikan efek
(introduction) frekuensi introduction yang berbeda signifikan
Introduction adalah perilaku perkenalan jika dilihat secara statistik. Kemudian dilanjutkan
yang dilakukan tikus jantan sebelum terjadi dengan posthoct Tukey test dengan taraf
perkawinan. Perilaku ini ditandai dengan tikus kepercayaan sebesar 95% untuk mengetahui
jantan memeriksa dan menciumi bagian genital kelompok perlakuan mana yang memiliki
dari tikus betina. Pengamatan aktivitas terhadap perbedaan data yang signifikan. Hasil uji
parameter introduction dilakukan dengan menunjukkan bahwa didapatkan hasil antara
menghitung perilaku tikus jantan seperti kelompok kontrol positif VIAGRA® (Sildenafil
menciumi vagina dimana setiap perilaku dihitung sitrat 4,5 mg/kgBB) dan perlakuan EURYCO (E.
sebagai satu hitungan dalam frekuensi longifolia) 90 mg/kg BB dengan kontrol negatif
Tabel 1. Efek perlakuan Ekstrak E. Longifolia terhadap sexual behaviour
Introduction pada tikus jantan Wistar
Kelompok
No.T ikus Kontrol Negatif Kontrol Positif Ekstrak Ekstrak
(Na-CMC 0,1%) VIAGRA® EURYCO® EURYCO®
1 (E. longifolia) (E. longifolia)
2 3 (Sildenafil sitrat) 45 mg/kgBB 90 mg/kgBB
3 5 4,5 mg/kgBB
4 3 43
5 2 51 6 63
Purata±SD 1 50
2,8 ± 1,48 40 63 48
49 49 38
48,4 ± 9,40**
67 9
44 5
50,2 ± 10,33*** 26,4 ± 27,51
** P < 0.01, *** P < 0.001, berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol negatif
37
Farmakologi Efek Afrodisiaka Ekstrak Eurycoma longifolia
Tabel 2. Efek perlakuan Ekstrak E. longifolia terhadap sexual behaviour climbing
pada tikus jantan Wistar.
Kelompok
Kontrol Negatif Kontrol Positif Ek str ak Ek str ak
(Na-CMC 0,1%) VIAGRA® EURYCO® EURYCO®
(E. longifolia)
N o.Tikus (Sildenafil sitrat) (E. longifolia) 90 mg/kgBB
4,5 mg/kgBB 45 mg/kgBB 6
1 1 10 1 7
2 0 4
3 0 16 7 5
4 0
5 0 94 9
Purata±SD 0,2 ± 0,45 6,2 ± 1,92* *
14 1
16 3
13 ± 3,32*** 3,2 ± 2,49*
*P < 0.05, ** P < 0.01, *** P < 0.001, berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol negatif
menunjukkan perbedaan yang signifikan pencatatan dan ditabulasi untuk melihat secara
frekuensi introduction (P<0,05). Hasil pengujian langsung efek afrodisiaka pada setiap kelompok
juga menunjukkan bahwa perlakuan EURYCO setelah 7 hari perlakuan
(E. longifolia) 45 mg/kg BB menunjukkan
peningkatan frekuensi introduction pada tikus Efek perlakuan Ekstrak E. longifolia
jantan walapun tidak signifikan secara statistik terhadap sexual behaviour climbing pada tikus
karena besarnya simpangan baku data yang ada jantan Wistar dapat dilihat pada Tabel 2.
kemungkinan faktor biologis hewan uji. Hasil
pengujian juga menunjukkan bahwa pemberian Hasil pengujian menunjukkan bahwa efek
EURYCO (E. longifolia) 90 mg/kg BB terbesar dari frekuensi climbing dihasilkan oleh
memberikan hasil yang sebanding dengan suspensi VIAGRA® (Sildenafil sitrat) yang
VIAGRA® (Sildenafil sitrat 4,5 mg/kgBB). merupakan kontrol positif kemudian bahan uji
yaitu suspensi ekstrak EURYCO® (E. longifolia)
2. A k t i v i t a s a f r o d i s i a k a t e r h a d a p dengan dosis 90 mg/kgBB, suspensi ekstrak
parameter sexual behaviour (climbing) EURYCO® (E. longifolia) dengan dosis 45
Climbing merupakan bagian dari proses mg/kgBB dan terakhir kontrol negatif suspensi
Na-CMC 0,1%. Hasil uji statistik menunjukkan
perkawinan tikus yang dilakukan tikus jantan perbedaan bermakna kelompok perlakuan
dengan menunggangi tikus betina. Ada beberapa VIAGRA® (Sildenafil sitrat) dan ekstrak
hal yang dapat terjadi setelah climbing yaitu EURYCO® (E. longifolia) dengan dosis 45 dan 90
climbing tanpa coitus, climbing dengan coitus mg/kgBB terhadap kelompok kontrol (P<0,05).
namun tanpa ejakulasi yang kemudian Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
dilanjutkan dengan gerakan berbalik secara VIAGRA® (Sildenafil sitrat) dan ekstrak
mendadak, serta climbing dengan coitus EURYCO® (E. longifolia) dengan dosis 45 dan 90
disertai dengan ejakulasi. Seluruh aktivitas mg/kgBB selama 7 hari mampu meningkatkan
tersebut dihitung dalam sekali frekuensi climbing. sexual behaviour (climbing) pada tikus jantan
Hasil pengamatan kemudian dilakukan Wistar.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa
Tabel 3. Efek perlakuan Ekstrak E. longifolia terhadap sexual behaviour coitus pada
tikus jantan Wistar.
Kelompok
N o.Tikus Kontrol Negatif Kontrol Positif Ek str ak Ekstrak
(Na-CMC 0,1%) VIAGRA® EURYCO® EUR YCO®
1 (E. longifolia) (E. longifolia)
2 0 (Sildenafil sitrat) 45 mg/kgBB 90 mg/kgBB
3 0 4,5 mg/kgBB
4 0 2
5 0 50 3
Purata±SD 0 1
0± 0 93 3
20 2
2,2 ± 0,84*
40
00
4,4 ± 3,51** 0,6 ± 1,34*
*P < 0.05, ** P < 0.01, *** P < 0.001, berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol negatif
38
Victor S. Ringoringo, Lukman Hakim, Arief Nurrochmad, Puspitasari PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
ekstrak EURYCO® (E. longifolia) (dosis 45 dan KESIMPULAN
90mg/kg BB) memang terbukti dapat Pemberian ekstrak EURYCO® (E.
memberikan efek afrodisiak terhadap hewan uji
tikus jantan Wistar, terutama dalam parameter longifolia) selama 7 hari dengan dosis 45
climbing. mg/kgBB meningkatkan parameter introduction
dan pada dosis 90 mg/kg BB) mampu
3. A k t i v i t a s a f r o d i s i a k a t e r h a d a p meningkatkan secara signifikan efek afrodisiaka
parameter sexual behaviour (coitus) dilihat dari parameter introduction.
Coitus merupakan parameter terpenting
Pemberian ekstrak EURYCO® (E.
dalam aktivitas afrodisiaka karena diharapkan longifolia) selama 7 hari dengan dosis 45 dan 90
afrodisiaka mampu mengatasi masalah seksual mg/kgBB terbukti secara signifikan
sehingga tidak hanya mampu meningkatkan meningkatkan parameter afrodisiaka climbing
nafsu syahwat saja. Coitus adalah bagian akhir dan coitus walaupun masih lebih rendah
dari keseluruhan proses mating atau kawin. dibanding VIAGRA® (Sildenafil sitrat dosis 4,5
Selain itu, coitus seringkali dijadikan tolak ukur mg/kgBB).
sebagai kemampuan dapat melakukan
hubungan seksual. Hasil pengamatan kemudian Perkiraan dosis efektif EURYCO® (E.
dilakukan pencatatan dan ditabulasi untuk longifolia) sebagai afrodisiaka jika dikonversi ke
melihat secara langsung efek afrodisiaka pada manusia berkisar 500 mg-1000 mg per hari (2
setiap kelompok setelah 7 hari perlakuan. tablet/kapsul @500 mg/hari).
Efek perlakuan Ekstrak E. longifolia DAFTAR PUSTAKA
terhadap sexual behaviour coitus pada tikus Suckow, M.A., Weisbroten, S.H., Franklin, C.L.,
jantan Wistar dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil
pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa 2006. The Laboratory Rat. Elsevier Inc.
efek terbesar dari frekuensi coitus dihasilkan oleh United States of America.
suspensi VIAGRA® (Sildenafil sitrat) yang Wagner, H., Bladt, S., 1996. Plant Drug Analysis:
merupakan kontrol positif kemudian bahan uji A Thin Layer Chromatography Atlas.
yaitu suspensi ekstrak EURYCO® (E. longifolia) Springer. Heidelberg.
dengan dosis 90 mg/kgBB, suspensi ekstrak Yakubu, M.T., Akanji, M.A., Oladiji, A.T., 2007.
EURYCO® (E. longifolia) dengan dosis 45 Male Sexual Dysfunction and Method
mg/kgBB dan terakhir kontrol negatif suspensi Used In Assesing Medicinal Plant With
Na-CMC 0,1%. Aphrodisiac Potentials. Pharmacog Rev,
vol. I. Issue I, 49-56.
Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan Brunner dan Suddarth. 2002. Ajar Keperawatan
bermakna kelompok perlakuan VIAGRA® Medikal-Bedah, adisi VIII. Buku
(Sildenafil sitrat) dan ekstrak EURYCO® (E. Kedokteran EGC. Jakarta.
longifolia) dengan dosis 45 dan 90 mg/kgBB Guyton, A. C., Hall, J.E., 1997. Ajar Fisiologi
terhadap kelompok kontrol (P<0,05). Hasil Kedokteran. Kedokteran EGC. Jakarta.
penelitian menunjukkan bahwa pemberian dan Nainggolan, O., Simanjuntak, J.W., 2005.
ekstrak EURYCO® (E. longifolia) dengan dosis Pengaruh Ekstrak Etanol Akar Pasak
45 dan 90 mg/kgBB selama 7 hari mampu Bumi (Eurycoma longifolia Jack.)
meningkatkan sexual behaviour (coitus) pada terhadap Perilaku Seksual Mencit Putih,
tikus jantan Wistar. Hasil tersebut menunjukkan Cermin Dunia Kedokteran 146. 55-57
bahwa ekstrak EURYCO® (E. longifolia) (dosis Smith, J.B., Mangkoewidjojo, S., 1988.
45 dan 90 mg/kg BB) selama 7 hari terbukti Pemeliharaan, Pembiakan dan
mampu memberikan efek afrodisiaka terhadap Penggunaan Hewan Percobaan di
hewan uji tikus jantan Wistar, terutama dalam Daerah Tropis. Universitas Indonesia.
parameter coitus. Jakarta.
Secara keseluruhan pengujian
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
EURYCO® (E. longifolia) (dosis 45 dan 90 mg/kg
BB) selama 7 hari terbukti mampu meningkatkan
efek afrodisiaka dilihat dari parameter
introduction, climbing, dan coitus walapun masih
lebih rendah dibanding VIAGRA® (Sildenafil
sitrat dosis 4,5 mg/kgBB).
39
Primadhika Al Manar, Ervizal A.M. Zuhud PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT DI KAMPUS IPB DARMAGA, BOGOR, JAWA BARAT
INVENTARISATION OF MEDICINAL PLANTS IN CAMPUS OF IPB DARMAGA, BOGOR,
WEST JAVA
Primadhika Al Manar1, Ervizal A.M. Zuhud1
1Divisi Bioprospeksi dan Konservasi Tumbuhan Tropika, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan
dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
Naskah diterima tanggal 6 Desember 2019
ABSTRACT
IPB University has been declared as a biodiversity campus in 2016. The potential
of medicinal plants on the campus of IPB Darmaga is unknown, even though this is
very important in the development of science and technology in the field of
conservation of medicinal plants. This study aims to identify the diversity of species
and the potential benefits of medicinal plants on the campus of IPB Darmaga. The
method used in this research is exploration and literature study. The number of
medicinal plants found on the campus of IPB Darmaga was 170 species from 68
families. Medicinal plants family that has most found which are Euphorbiaceae and
Fabaceae of 11 species. Habitus from medicinal plants on the campus of IPB
Darmaga was dominated by 60 species of trees (35.29%). The largest percentage
of parts of plants that can be used as medicine is the leaf portion of 35.58%. In
general, medicinal plants found on the campus of IPB Darmaga are cultivated
plants. The diversity of medicinal plants found on campus of IPB Darmaga has the
most efficacy for digestive tract diseases.
Keywords : exploration, IPB, medicinal plants
ABSTRAK
Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) telah dideklarasikan sebagai kampus
biodiversitas pada 2016. Potensi tumbuhan obat di kampus IPB Darmaga belum
diketahui, padahal hal tersebut sangat penting dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang konservasi tumbuhan obat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman jenis dan potensi manfaat
tumbuhan berkhasiat obat di kampus IPB Darmaga, Bogor, Jawa Barat. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplorasi dan studi pustaka. Jumlah
tumbuhan berkhasiat obat yang ditemukan di kampus IPB Darmaga yaitu 170
spesies dari 68 famili. Famili tumbuhan berkhasiat obat yang paling banyak
ditemukan adalah famili Euphorbiaceae dan Fabaceae sebanyak 11 spesies.
Habitus dari tumbuhan obat di kampus IPB Darmaga didominasi oleh pohon
sebanyak 60 spesies (35.29%). Persentase bagian dari tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai obat yang paling besar adalah bagian daun sebesar 35.58%.
Secara umum tumbuhan berkhasiat obat yang ditemukan di kampus IPB Darmaga
merupakan tumbuhan yang dibudidayakan. Keanekaragaman jenis tumbuhan
obat yang ditemukan di kampus IPB Darmaga memiliki khasiat paling banyak
untuk penyakit saluran pencernaan.
Kata Kunci : eksplorasi, IPB, tumbuhan obat
PENDAHULUAN yang ada. Kampus IPB Darmaga memiliki areal
Tahun 2016 kampus Institut Pertanian seluas 256,97 hektar, dengan luasan tersebut
kampus IPB Darmaga memiliki tipe vegetasi yang
Bogor (IPB) dideklarasikan menjadi kampus bervariasi. Vegetasi yang bervariasi tersebut
biodiversitas. Kampus IPB Darmaga memiliki meliputi vegetasi homogen maupun campuran
potensi keanekaragaman hayati yang cukup (Hernowo, 1991). Potensi tumbuhan obat di
tinggi meliputi keragaman flora maupun fauna kampus IPB Darmaga belum diketahui, padahal
hal tersebut sangat penting dalam
Alamat korespondensi : pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
[email protected]
41
Budidaya Tanaman Obat Inventarisasi Tumbuhan Obat
di bidang konservasi tumbuhan obat. Tumbuhan 4. P e r s e n t a s e s t a t u s t u m b u h a n
obat merupakan seluruh spesies tumbuhan obat (budidaya/liar)
yang diketahui dan dipercaya mempunyai khasiat
obat (Zuhud, 1994). ∑ spesies budidaya x 100% …… (4)
∑ seluruh spesies
Penelitian sebelumya diperoleh jumlah
spesies tumbuhan obat yang ada di kampus IPB 5. Persentase manfaat obat
Darmaga sebanyak 100 spesies dari 48 famili
(Al Manar, 2019). Penelitian ini merupakan ∑ manfaat obat tertentu
penelitian lanjutan dari penelitian yang telah x 100% .… (5)
dilakukan sebelumnya. Tujuan dilakukan
penelitian ini adalah untuk memperoleh data ∑ seluruh manfaat obat
potensi tumbuhan obat di kampus IPB Darmaga
yang dapat digunakan sebagai sarana HASIL DAN PEMBAHASAN
pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan Tumbuhan berkhasiat obat yang
serta pengambilan kebijakan. Dengan
mengetahui potensi dan manfaatnya diharapkan ditemukan di Kampus IPB sebanyak 170 spesies.
penghargaan terhadap sumber daya hayati dan Kondisi tutupan lahan di Kampus IPB Darmaga
keanekaragaman genetiknya semakin yang masih tergolong rapat menjadi faktor utama
meningkat, sehingga kerusakan yang terjadi ditemukannya banyak spesies tumbuhan.
dapat ditekan (Suhartrislakhadi, 2007). Tumbuhan obat adalah tanaman yang salah satu,
beberapa atau seluruh bagian tanaman tersebut
METODE PENELITIAN mengandung zat aktif yang berkhasiat untuk
Alat menyembuhkan penyakit (Rahardi, 1996).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini 1. Keanekaragaman Tumbuhan Obat
antara lain, alat tulis, fieldguide tumbuhan obat, Berdasarkan Famili
dan beberapa pustaka ilmiah yang mendukung Berdasarkan kelompok familinya,
data penelitian.
Metode spesies-spesies tumbuhan obat yang ada dapat
dikelompokkan dalam 68 macam famili. Jumlah
Metode yang digunakan dalam penelitian spesies tumbuhan obat terbanyak termasuk
ini adalah eksplorasi dan studi pustaka. Metode dalam famili Euphorbiaceae, yaitu sebanyak 8
eksplorasi dilakukan dengan cara mencatat spesies. Secara umum terdapat 10 macam famili
seluruh tumbuhan yang ditemui saat yang memiliki spesies tumbuhan obat lebih dari 3,
pengambilan data di lapangan. Metode studi sedangkan 29 famili lainnya memiliki jumlah
pustaka digunakan untuk mengetahui khasiat spesies tumbuhan obat kurang dari 3, seperti
dan bagian yang digunakan dari spesies disajikan Tabel 1.
tumbuhan yang ditemukan di lapangan.
Analisa Data Famili Euphorbiaceae dan Fabaceae
merupakan famili yang paling banyak dijumpai.
Analisis data menggunakan tabulasi, dan Famili Euphorbiaceae tersebar luas di muka bumi
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Berikut (kosmopolit) dan merupakan spesies pionir
merupakan rumusan yang digunakan dalam (Manar, 2019). Jenis tumbuhan berkhasiat obat di
analisis data: Kampus IPB Darmaga yang berasal dari famili
1. Persentase Famili Euphorbiaceae adalah sambang darah
(Excoecaria cochinchinensis) yang memiliki
∑ spesies famili tertentu khasiat untuk mengobati muntah darah, batuk
x 100% …… (1) darah, luka berdarah dan disentri (Wijayakusuma
dkk, 1996; KEHATI, 2008; Albertus dkk, 2015;
∑ seluruh spesies Fadilah dkk, 2015). Selain sambang darah, jenis
tumbuhan berkhasiat obat di Kampus IPB
2. Persentase Habitus Darmaga yang berasal dari famili Euphorbiaceae
adalah meniran (Phyllanthus niruri) yang memiliki
∑ spesies habitus tertentu khasiat untuk pelancar kencing, diare, infeksi
x 100% …… (2) pencernaan, luka, radang ginjal, infeksi saluran
kencing dan radang selaput mata (Wijayakusuma
∑ seluruh spesies dkk, 1992). Meniran tumbuh liar pada tempat
yang lembab dan berbatu, di pinggir jalan, tanah
3. Persentase bagian yang digunakan kosong antara rumput-rumput dan pinggir
selokan.
∑ bagian yang digunakan
x 100% (3) Selain famili Euphorbiaceae, jenis famili
yang paling banyak ditemukan di kampus IPB
∑ seluruh bagian yang digunakan
42
Primadhika Al Manar, Ervizal A.M. Zuhud PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
Tabel 1. Jumlah spesies tumbuhan obat terbesar adalah pada habitus pohon, yaitu
berdasarkan kelompok famili sebanyak 60 spesies (35.29%), sedangkan epifit
merupakan habitus yang paling sedikit dijumpai,
No Famili Jumlah Spesies yaitu sebanyak 1 spesies (0.59%) seperti tersaji
11 pada Gambar 1.
1 Euphorbiaceae 11
9 Gambar 1 menunjukkan bahwa upaya
2 Fabaceae 9 konservasi tumbuhan obat dapat dilaksanakan
9 dengan memerlukan ekosistem hutan yang alami
3 Asteraceae 7 dengan stratifikasi tajuk yang beragam, sehingga
6 segala jenis habitus tumbuhan dapat hidup
4 Lamiaceae 6 dengan nyaman, seperti pohon, perdu, semak,
5 herba serta liana. Oleh karena itu, berkaitan
5 Zingiberaceae 4 dengan hal tersebut kampus IPB Darmaga harus
6 Apocynaceae 4 menjaga ekosistem alami yang ada sehingga
4 keanekaragaman tumbuhan obat di kampus IPB
7 Acanthaceae 4 Darmaga tetap ada dan lestari guna menunjang
4 kegiatan pendidikan dan pengembangan IPTEK.
8 Moraceae
<4 3. K e a n e k a r a g a m a n S p e s i e s
9 Piperaceae Berdasarkan Bagian yang Digunakan
Bagian dari tumbuhan obat yang dapat
10 Annonaceae
digunakan sebagai obat antara lain bunga, buah,
11 Myrtaceae daun, batang, kulit batang, akar, rimpang dan
umbi. Persentase bagian yang dapat digunakan
12 Rubiaceae sebagai obat paling banyak yaitu bagian daun
(Gambar 2).
13 Rutaceae
Gambar 2 menunjukkan bahwa bagian
14 Solanaceae dari tumbuhan yang dapat digunakan sebagai
obat dengan persentase terbesar adalah daun
15 Famili lainnya (54 (35.58%) dan bagian dengan persentase terkecil
famili) adalah kulit umbi dan cairan daun (0.37%).
Penggunaan daun sebagai obat berbanding lurus
Darmaga adalah famili Fabaceae. Fabaceae dengan usaha konservasi tumbuhan, karena
merupakan famili tumbuhan obat terbesar kedua daun merupakan bagian dari tumbuhan yang
yang terdiri dari lebih 490 spesies tumbuhan obat. mudah didapatkan tanpa harus merusak
Spesies-spesies dari famili tersebut tumbuhan tersebut (Zenebe dkk, 2012). Bagian
mengandung zat kimia yang penting bagi daun merupakan bagian yang mudah dijumpai
pengobatan dan kini telah banyak digunakan dan selalu tersedia, pengambilan dan
dalam berbagai produk kesehatan (Gao dkk, pemanfaatannya tergolong mudah dan
2010). Salah satu jenis tumbuhan berkhasiat obat sederhana. Selain itu, penggunaan daun sebagai
dari famili Fabaceae yang ditemukan di kampus bahan obat tidak berdampak negatif pada
IPB Darmaga adalah secang (Caesalpinia pertumbuhan tanaman, karena daun dapat
sappan). Secang (Caesalpinia sappan) tumbuh kembali pada pucuk-pucuk tumbuhan.
dimanfaatkan kulit kayunya sebagai obat Sedangkan penggunaan bagian lain, seperti
tradisional. Menurut Anariawati (2009) ekstrak
kayu secang berkhasiat untuk mengobati diare, Gambar 1. Persentase tumbuhan berkhasiat
sifilis, darah kotor, berak darah, malaria, dan obat berdasarkan habitus
tumor. Mufidah dkk (2012) mengemukakan
bahwa ekstrak etanol kayu secang mampu 43
menstimulasi sel osteoblast dan juga dapat
menghambat pembentukan sel osteoclast.
Ekstrak kayu secang juga bersifat antibakteri,
yaitu dapat menghambat aktivitas bakteri dalam
saluran pencernaan, karena diduga
mengandung asam galat di dalam ekstrak kayu
secang (Fazri, 2009).
2. Keanekaragaman Tumbuhan Obat
Berdasarkan Habitus
Berdasarkan hasil eksplorasi diperoleh
jenis habitus tumbuhan berkhasiat obat sangat
beragam dari jenis pohon, perdu, semak, herba,
liana maupun epifit. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Tjitrosoepomo (2005) habitus dari
spesies tumbuhan dapat dibagi ke dalam
beberapa kelompok, yaitu herba, pohon, semak,
perdu, liana dan epifit. Persentase jenis habitus
Budidaya Tanaman Obat Inventarisasi Tumbuhan Obat
Gambar 2. Persentase bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat
akar, batang, rimpang, umbi atau seluruh bagian sebagian besar tumbuhan yang ditemukan di
tumbuhan dapat mengganggu proses ekologi kampus IPB Darmaga merupakan tumbuhan
dan kemampuan bertahan hidup tumbuhan yang ditanam oleh pihak kampus IPB, sehingga
tersebut (Wakhidah dkk, 2017) persentase tumbuhan budi daya lebih besar
dibandingkan tumbuhan liar. Hal tersebut
4. Keanekaragaman Tumbuhan Obat menunjukkan bahwa, upaya konservasi
Berdasarkan Kondisi Tumbuhan tumbuhan harus terus dilakukan karena
Kondisi tumbuhan obat dibedakan tumbuhan liar yang berkhasiat obat sudah jarang
ditemukan akibat adanya pembangunan dan alih
menjadi dua, yaitu tumbuhan budidaya dan liar. fungsi lahan di kampus IPB Darmaga.
Tumbuhan budi daya merupakan jenis tumbuhan
yang sengaja dibudidayakan atau ditanam serta 5. K e a n e k a r a g a m a n S p e s i e s
mendapatkan perlakuan dari manusia. Berdasarkan Kelompok Penyakit
Tumbuhan liar merupakan jenis tumbuhan yang Berdasarkan hasil eksplorasi spesies
hidup liar tanpa perlakuan manusia. Kondisi
tumbuhan obat di kampus IPB Darmaga tersaji tumbuhan obat, dapat diklasifikasikan ke dalam
pada Gambar 3. 25 kelompok penyakit. Dilihat dari komposisi
jumlah spesies tumbuhan obatnya, kelompok
Berdasarkan hasil eksplorasi, kondisi penyakit yang tertinggi adalah penyakit saluran
tumbuhan obat di kampus IPB Darmaga yang pencernaan (62 spesies tumbuhan obat) dan
banyak ditemukan adalah jenis tumbuhan budi kelompok penyakit terendah adalah KB, patah
daya sebesar 77.00%, sedangkan tumbuhan liar tulang dan penyakit saraf (1 spesies tumbuhan
sebesar 23.00%. Hal tersebut dikarenakan
Gambar 3. Persentase kondisi tumbuhan obat di Kampus IPB Darmaga
44
Primadhika Al Manar, Ervizal A.M. Zuhud PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
Tabel 2. Keanekaragaman spesies tumbuhan Jawa Barat. In Prociding Seminar
obat berdasarkan kelompok penyakit Nasional Tumbuhan Obat Indonesia Ke-
55. LPPM-PMP Universitas Tidar.
No Kelompok Penyakit Jumlah Spesies Magelang. Halm 148-155
Anariawati. 2009. Studi eksperimen pembuatan
1 Penyakit saluran 62 serbuk instan kayu secang (Caesalpinia
pencernaan sappan) dengan menggunakan jumlah
gula yang berbeda sebagai minuman
2 Penyakit kulit 45 berkhasiat [skripsi]. Universitas Negeri
Semarang. Semarang
3 Penyakit saluran pernafasan 41 Fadilah, Lovadi I., Linda, R., 2015. Pemanfaatan
tumbuhan dalam pengobatan tradisional
4 Pengobatan luka 34 masyarakat suku Dayak Kanayatn di
Desa Ambawang Kecamatan Kubu
5 Sakit kepala dan demam 30 Kabupaten Kubu Raya. Protobiont 4(3),
49-59
6 Penyakit saluran 27 Fazri, M.E. 2009. Uji efektivitas antibakteri
pembuangan ekstrak metanol kayu secang
(Caesalpinia sappan L.) terhadap
7 Penyakit khusus wanita 27 Helicobacter pylori secara in vitro
[skripsi]. Universitas Muhammadiyah
8 Gangguan peredaran darah 25 Surakarta. Surakarta
Gao, T., Yao, H., Song, J., Liu, C., Zhu, Y., Ma, X.,
9 Penyakit diabetes 23 Pang, X., Xu, H., Chen, S., 2010.
Identification of Medical Plants in Famili
10 Kanker 22 Fabaceae Using a Potential DNA Barcode
ITS2. Journal of Ethnopharmacology 120,
11 Penyakit otot dan 21 116-121
persendian Hernowo, J.B., Soekmadi, R., Ekarelawan, 1991.
Kajian Pelestarian Satwaliar di Kampus
12 Penyakit mulut 13 IPB Darmaga. Media Konservasi 3(2), 43-
65
13 Penyakit liver 13 Mufidah, Subehan, Yusnita, R., 2012.
Karakterisasi dan uji antiosteoporosis
14 Radang 12 ekstrak kayu secang (Caesalpinia
sappan). In Prociding Seminar Insentif
15 Penyakit Paru-paru 7 Riset SINas Membangun Sinergi Riset
Nasional Untuk Kemandirian Teknologi.
16 Penyakit gigi 9 Kementerian Riset dan Teknologi. Jakarta
Rahardi, F. 1996. Membuat Kebun Tanaman
17 Penyakit malaria 8 Obat. Puspa Swara. Jakarta
Suhartrislakhadi, D., 2007. Konservasi
18 Penyakit ginjal 5 Sumberdaya Genetik Tanaman Hutan.
Buletin Konservasi Alam 7(2), 22-27
19 Penyakit mata 4 Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan
(Spermatophyta). UGM Press.
20 Penyakit jantung 4 Yogyakarta
Wakhidah, A.Z., Pratiwi, I., Azzizah, I.N., 2017.
21 Penawar racun 4 Studi Pemanfaatan Tumbuhan sebagai
Bahan Obat oleh Masyarakat Desa
22 Perawatan rambut 3 Marimbate di Kecamatan Jailolo,
Halmahera Barat. Jurnal Pro-Life 4, 275-
23 Keluarga Berencana (KB) 1 286
Wijayakusuma, H.M.H., Wirian, A.S., Yaputra, T.,
24 Patah tulang 1 Dalimartha, S., Wibowo, B., 1992.
Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia.
25 Penyakit saraf 1 Edisi 1. Pustaka Kartini. Jakarta. Halm
66-67
obat). Adapun data macam penyakit dan jumlah Wijayakusuma, H.M.H., Dalimartha, S., Wirian,
spesies tumbuhan obat yang dapat digunakan A.S. 1996. Tanaman Berkhasiat Obat di
pada masing-masing kelompok penyakit tersaji
pada Tabel 2. 45
KESIMPULAN
Tumbuhan di kampus IPB Darmaga yang
berpotensi sebagai obat ditemukan sebanyak
170 spesies dari 68 famili. Tumbuhan obat yang
ditemukan di kampus IPB Darmaga didominasi
oleh famili Euphorbiaceae dan Fabaceae.
DAFTAR PUSTAKA
Albertus, I., Dewantara, Herawatiningsih, R.,
2015. Jenis dan Potensi Tumbuhan Obat
pada Kawasan Hutan Adat Gunung
Semarong Kecamatan Tayan Hulu
Kabupaten Sanggau. Jurnal Hutan
Lestari 3(3), 446-455
Al Manar, P., 2019. Potensi tumbuhan berkhasiat
obat di kampus IPB Darmaga, Bogor,
Budidaya Tanaman Obat Inventarisasi Tumbuhan Obat
Indonesia. Edisi 3. Pustaka Kartini.
Jakarta
Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia.
2008. Tumbuhan untuk Pengobatan.
Yayasan Keanekaragaman Hayati
Indonesia. Jakarta
Zenebe, G., Zerihun, M., Solomon, Z., 2012. An
Ethnobotanical Study of Medicinal Plants
in Asgede Tsimbila District, Northwestern
Tigray, Northen Ethiopia. A Journal of
Plants, People, and Applied Research:
Ethnobotany Research & Applications
10, 305-320
Zuhud, E.A.M., Ekarelawan, Riswan, S., 1994.
Hutan Tropika Indonesia Sebagai
Sumber Keanekaragaman Plasma
Nutfah Tumbuhan Obat. In Prociding
Pelestarian Pemanfaatan
Keanekaragaman Tumbuhan Obat
Hutan Tropika Indonesia. Bogor. Halm 1-
15
46