The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

5. 2019 - Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by yanlabherbalmmb, 2021-08-08 04:09:31

5. 2019 - Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis

5. 2019 - Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis

Farmakologi Efek Ekstrak Etanol Daun Sawo Manila

persentase penurunan kadar asam urat. KESIMPULAN
Dari Tabel1 menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang

pemberian pakan tinggi purin selama 14 hari diperoleh dapat disimpulkan bahwa ekstrak
mampu meningkatkan kadar asam urat dalam etanol 70% daun sawo manila (Manilkara zapota
darah hewan uji. Hati ayam mengandung kadar (L.) P. Royen) dapat menurunkan kadar asam
purin yang tinggi sehingga dapat digunakan urat dalam darah tikus putih jantan. Aktivitas
sebagai bahan baku pembentuk asam urat. antihiperurisemia terbesar ditunjukkan pada
Pemberian ekstrak etanol 70% daun sawo manila dosis 3(165,8 mg/Kg BB) dengan presentase
selama 7 hari dapat menurunkan kadar asam urat penurunan kadar asam urat sebesar 42,3% dan
pada tikus hiperuresemia. Semakin tinggi dosis sebanding dengan allopurinol dosis 4,107
ekstrak daun sawo manila yang diberikan maka mg/200 g BB.
persentase penurunan kadar asam urat semakin
tinggi dan persentase terbaik adalah pada DAFTAR PUSTAKA
kelompok perlakukan III (42,30%). Alldredge B.K., Corelli, R.L., Ernst, M.E.,

Presentase penurunan kadar asam urat Guglielmo, B.J., Jacobson, P.A., Kradjan,
dianalisa menggunakan uji Anova satu arah yang W.A., et al., 2013, Koda-Kimble & Young's
sebelumnya telah dilakukan uji normalitas dan uji Applied Therapeutics The Clinical Use of
homogenitas. Data persentase penurunan kadar Drugs, 10th ed., Lippincott Williams &
asam urat menunjukkan data tersebut Wilkins, Pennsylvania, United States of
terdistribusi normal dengan nilai sig. 0,966 > 0,05 America.
Dan pada uji homogenitas menunjukkan nilai sig. Azmi S.M.N., Jamal, P. Amid, A. 2012. Xanthine
0,991 > 0,05, nilai sigma tersebut menunjukkan oxidase inhibitory activity from potential
data bervariasi homogen. Selanjutnya dilakukan Malaysian medicinal plant as remedies
uji Anova satu arah. Dari hasil tabel Anova for gout. Malaysia :Department of
terhadap persen penurunan kadar asam urat Biotechnology Enggineering.
diperoleh nilai sig. 0,000 < 0,05. Hal ini Candrawati. 2010. Efek Pemberian Ekstrak
menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna DaunSeledri (Apium graveolens Linn.)
antara tiap kelompok perlakuan. Sehingga dapat Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat
disimpulkan adanya pengaruh pemberian Tikus Putih Jantan (Ratus norvegicus).
ekstrak etanol daun sawo manila terhadap Fakultas Farmasi Universitas Katolik
penurunan kadar asam urat. Widya Mandala. Surabaya. Hlm. 50
Departemen Kesehatan Republik
Analisa data dilanjutkan dengan uji Tukey, Indonesia.1995. Materi Medika
hasilnya menunjukkan bahwa terdapat Indonesia.Jilid VI. Jakarta (ID) :
perbedaan bermakna antara kelompok kontrol Departemen Kesehatan Republik
negatif dengan kelompok perlakuan III (dosis 3) Indonesia.
dan kelompok kontrol positif. Kelompok Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
perlakuan III (dosis 3) tidak berbeda bermakna 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi
dengan kelompok kontrol positif Allopurinol. I. Jakarta (ID) : Direktorat Jendral
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok Pengawasan Obat dan Makanan.
perlakuan III (dosis 3) ekstrak daun sawo manila Hanani E. 2014. Analisis Fitokimia. Jakarta (ID)
dapat menurunkan kadar asam urat yang Penerbit Buku Kedokteran.EGC.
sebanding dengan kelompok kontrol positif yang Islam R., Shahnas P., Rikta B., Nusrat J., Nantita
diberi obat pembanding allopurinol. D., Ekramul I., 2013, Antibacterial and
Phytochemical Screening of Ethanol
Kandungan senyawa aktif dalam ekstrak Extract of Manilkara zapota Leaves and
etanol 70% daun sawo manila yang diduga Bark, Bangladesh : University of Raj
memiliki aktivitas antihiperurisemia adalah Shahi
flavonoid dan tanin.Flavonoid memiliki Katzung, B.G, 2007. Obat Antiinflamasi
kemampuan selain sebagai antioksidan juga Nonsteroid; Obat Antireumatik
mampu menghambat enzim xantin Pemodifikasi Penyakit, Analgesik
oksidase(Azmi et al., 2012).Enzim xantin Nonopioid, Obat Yang Digunakan Pada
oksidase berperan sebagai katalisator untuk Gout dalam Farmakologi Dasar dan
mengubah hipoxantin menjadi xantin dan Klinik, Ed. 8., Penerbit Buku Kedokteran
selanjutnya menjadi asam urat (Price dan Wilson, EGC. Jakarta, Hlm 488-489.
2006). Penghambatan enzim xantin oksidase Price SA, Wilson LM. 2006, Patofisiologi :Konsep
akan menghambat pembentukan asam urat. Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2.
Tanin juga merupakan senyawa polifenol yang EGC, Jakarta, 1402 - 1404
dapat berfungsi sebagai antioksidanyang dapat Milind, P., Preeti, 2015, Chickoo : A Wonderful
mengikat radikal bebas selama perubahan purin Gift From Nature, University of Science
menjadi asam urat (Candrawati 2010).

154

Ema Dewanti, Ani Pahriyani, Fitri Arista PROSIDING POKJANAS TOI KE 57

and Technology, India.
Wilmana Freddy P. Dan Gan Sulistia, 2007,

Analgesik – Antipiretik Analgesik Anti-
Inflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan
Sendi Lainnya dalam Farmakologi dan
Terapi, Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FKUI, Jakarta, 243 – 244

155

Ika Yanti M. Sholikhah, Sari Haryanti, Mery Budiarti PROSIDING POKJANAS TOI KE 57

AKTIVITAS ANTIKANKER Acalypha wilkesiana Mull.Arg., Ziziphus nummularia (Burm.f.) Wight
& Arn., DAN Glochidion zeylanicum (Gaertn.) A.Juss.
TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7

ANTICANCER ACTIVITY OF Acalypha wilkesiana Mull.Arg., Ziziphus nummularia (Burm.f.)
Wight & Arn., ANDGlochidion zeylanicum (Gaertn.) A.Juss.
ON MCF-7 BREAST CANCER CELL LINE

Ika Yanti M. Sholikhah1, Sari Haryanti1, Mery Budiarti1
1Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan, Tawangmangu, Surakarta

Naskah diterima tanggal 24 Desember 2019

ABSTRACT
Akalifa (Acalypha wilkesiana),bidara (Ziziphus nummularia),and glosidion
(Glochidion zeylanicum) have been used to treat cancer in several ethnics in
Indonesia. The plants are potential candidates as anticancer drug development.
The purpose of the study was to examine the effect of 3 medicinal plants on cell
viability, cell cycle, and apoptosis in human breast cancer MCF-7. The plants were
macerated with 96% ethanol, fractionation was done by liquid-liquid partition using
hexane, ethyl acetate, and methanol. Cytotoxic activity was carried out using the
MTT assay. Cell cycle profile and apoptosis induction were observed by flow
cytometry. Akalifa extract performed the strongest cytotoxic effect on MCF-7 cells
with the IC50 values of 163,38 μg/ml. Among 3 fractions, the hexane fraction of
akalifa exhibited the highest cytotoxic activity with the IC50 of 122,01 μg/ml. Yet the
fraction has no effects on cell cycle and apoptosis.

Keywords: anticancer, Acalypha wilkesiana,Ziziphus nummularia,Glochidion
zeylanicum, MCF-7

ABSTRAK
Akalifa (Acalypha wilkesiana),bidara (Ziziphus nummularia),dan glosidion
(Glochidion zeylanicum) merupakan tanaman yang diketahui sudah digunakan
oleh beberapa etnis di Indonesia untuk mengobati kanker. Tumbuhan tersebut
sangat potensial dikembangkan lebih lanjut untuk penemuan senyawa baru
berkhasiat antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek 3 tumbuhan
uji terhadap viabilitas sel, siklus sel, dan apoptosis pada sel kanker payudara
MCF-7. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut
etanol 96%, sedangkan fraksinasi dengan metode partisi cair cair menggunakan
pelarut heksan, etil asetat, dan metanol. Uji aktivitas sitotoksik dilakukan pada sel
kanker payudara MCF-7 dengan metode MTT, uji penghambatan siklus sel dan
induksi apoptosis dengan metode flow cytometry. Hasil uji sitotoksik menunjukkan
bahwa ekstrak akalifa memiliki aktivitas sitotoksik tertinggi dengan nilai IC50 163,38
μg/ml. Hasil uji sitotoksik fraksi akalifa menunjukkan bahwa fraksi heksan memiliki
aktivitas sitotoksik tertinggi dengan nilai IC50 122,01 μg/ml pada sel MCF-7. Namun
fraksi aktif tersebut tidak mempengaruhi profil siklus sel dan apopotosis.

Kata Kunci : antikanker, Acalypha wilkesiana,Ziziphus nummularia,Glochidion
zeylanicum, MCF-7

PENDAHULUAN menghancurkan sel-sel normal tubuh. Menurut
Perkembangan sel kanker berhubungan data SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) tahun
2007, kanker payudara merupakan kasus
dengan perubahan genom dari suatu sel terbanyak (16,85%) yang diderita pasien rawat
sehingga terjadi pertumbuhan sel mutan secara inap di seluruh rumah sakit di Indonesia
tidak terkontrol yang mampu menginvasi dan (Kementerian Kesehatan, 2013). Estimasi
kejadian kanker payudara di dunia hingga tahun
Alamat korespondensi : 2012 mencapai 1,7 juta kasus, setara dengan 43
[email protected]
157

Farmakologi Aktivitas Antikanker Acalypha wilkesiana

kasus per 100.000 wanita. Hampir 24% dari target penghambatan proliferasi dan metastasis.
semua kasus terjadi di region Asia-Pasifik Agen tersebut diharapkan dapat menjadi agen
(30.000 per 100.000 wanita). Hingga tahun 2012, kokemoterapi yang handal, meningkatkan
angka kematian karena kanker payudara berada efektivitas dan efisiensi terapi, serta
pada kisaran 41% di China, 17% di Indonesia, meningkatkan kualitas hidup penderita kanker
dan 12% di Jepang (Youlden dkk., 2014). payudara.

Senyawa isolat maupun produk derivat Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
yang berasal dari tumbuhan, seperti vinkristin, aktivitas 3 tumbuhan hasil penelitian Ristojayang
vinblastin, dan taksan terbukti efektif dan aman berpotensi sebagai agen kemopreventif melalui
digunakan dalam terapi kanker payudara saat ini. target aksi penghambatan proliferasi, apoptosis,
Namun demikian, etiologi dan patologi sel kanker dan siklus sel dengan model sel kanker payudara
berkembang dengan cepat dan cukup kompleks, MCF-7. MCF-7 adalah salah satu model sel
yang kemudian mengakibatkan terjadinya kanker payudara dengan ekspresi ERα positif
resistensi, efek samping, penurunan daya efikasi, (Simstein dkk., 2003), populer digunakan karena
dan inefisiensi kemoterapi. Sebagai contoh sensitivitasnya terhadap hormon yang cukup
adalah subtipe triple negative, merupakan jenis sempurna, melalui ekspresi reseptor estrogen
kanker payudara agresif yang mematikan dan (ER) (Holliday dan Speirs, 2011). MCF-7
menunjukkan resistensi terhadap kemoterapi menunjukkan peningkatan ekspresi p-53 wild
antrasiklin dan taksan (André dan Zielinski, type. Protein tersebut berperan penting pada
2012). Inovasi manajemen terapi kanker yang rendahnya prognosis kanker payudara (Vojtesek
berkesinambungan dan komprehensif masih dan Lane, 1993). Sel MCF-7 yang digunakan
sangat diperlukan untuk meningkatkan dalam penelitian ini, diharapkan dapat
keberhasilan penyembuhan, mengurangi angka merepresentasikan sifat-sifat kompleksitas
kematian, dan meningkatkan kualitas hidup kanker payudara yang terjadi pada manusia.
penderita.
METODE PENELITIAN
Salah satu metode pembaruan terapi Alat
kanker yang potensial adalah melalui riset
eksplorasi dan identifikasi senyawa dengan Inkubator CO2 (Sanyo), sentrifus (Biosan),
aktivitas antikanker dari tumbuhan (Naithani dkk., mikroskop inverted (Olympus), microplate reader
2008). Tumbuhan beraneka spesies dengan (Biorad),flowcytometer (BD Accuri C6).
keragaman manfaat obat di berbagai etnis di Bahan
Indonesia, merupakan kekayaan yang potensial
untuk terus digali dan dikembangkan menjadi Simplisia tumbuhan uji berupa daun akalifa
agen terapi kanker berbasis riset. Berdasarkan yang diperoleh dari daerah Karanganyar, herba
data Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (Ristoja), bidara yang berasal dari Kulon Progo Yogyakarta,
telah dilakukan penelitian aktivitas sitotoksik dan daun glosidion dari Magelang. Reagen yang
terhadap 141 bagian tumbuhan pada model sel digunakan yaitu etanol 96% teknis, akuades,
kanker payudara MCF-7. Hasil penelitian heksan p.a. (Merck), etilasetat p.a. (Merck),
menunjukkan terdapat 3 bagian tumbuhan, yaitu metanol p.a. (Merck), kloroform p.a. (Merck),
daun Acalypha wilkesiana Mull.Arg. (akalifa), asam sulfat pekat, pereaksi Dragendorf, pereaksi
herba Ziziphus nummularia (Burm.f.) Wight & sitroborat, lempeng lapis tipis silika gel F254
Arn. (bidara), dan daun Glochidion zeylanicum (Merck), dimethyl sulfoxide (DMSO) (Sigma), sel
(Gaertn.) A.Juss. (glosidion) yang berpotensi MCF-7, phosphate-buffered saline (PBS)
dikembangkan lebih lanjut ke arah penemuan (Sigma), Dulbeco Modified Eagle Media (DMEM)
agen kemopreventif baru. (Gibco), Fetal Bovine Serum (FBS) (Sigma),
penisilin-streptomisin 1% (v/v) (Sigma), tripsin-
Kemopreventif didefinisikan sebagai EDTA 0,25% (Sigma), 3-(4,5-dimethylthiazol-2-
suatu substansi yang dapat membalikkan, yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide (MTT)
menekan, dan atau mencegah perkembangan (Sigma), sodium dodecyl sulphate (SDS) 10%
karsinogenesis lebih lanjut (Tsao dkk., 2004). dalam HCl 0,1 N (Sigma), propidium iodide (PI)
Karakteristik sel kanker yang dapat digunakan (Sigma), RNAse (Sigma), Triton-X 100 (Sigma),
sebagai target penting dalam kemoprevensi FITC Annexin V Apoptosis Detection Kit (BD).
adalah siklus sel untuk menghambat proliferasi Metode
sekaligus memacu terjadinya apoptosis. Target 1. Ekstraksi dan Fraksinasi Tumbuhan Uji
lain yang cukup penting adalah metastasis,
melalui penghambatan proses molekuler migrasi Serbuk tumbuhan uji diekstraksi dengan
sel dan protease yang berperan dalam invasi sel metode maserasi menggunakan pelarut etanol
(Hanahan dan Weinberg, 2011). Berdasarkan 96% selama 3x24 jam, rendaman disaring
uraian di atas, penting dilakukan penelitian sehingga diperoleh maserat. Maserat yang
sebagai upaya penemuan agen kemopreventif diperoleh diuapkan pelarutnya dengan rotary
baru yang dapat mematikan sel kanker melalui evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.
Pengeringan ekstrak dilanjutkan di dalam oven
158

Ika Yanti M. Sholikhah, Sari Haryanti, Mery Budiarti PROSIDING POKJANAS TOI KE 57

suhu 40°C. Ekstrak dilarutkan dalam air hangat sama. Selanjutnya, ditambahkan 200 µl tripsin-
(1:1), kemudian difraksinasi bertingkat EDTA 0,25% inkubasi selama 3 menit. Kemudian,
menggunakan corong pisah dengan pelarut n- ditambahkan 1000 µl medium kultur dan
heksan, etil asetat, dan metanol. Masing-masing diresuspensi sampai sel lepas satu per satu, sel
fraksi yang diperoleh kemudian diuapkan dengan kemudian ditransfer ke conical dan disentrifus
rotary evaporator dilanjutkan dalam oven suhu dengan kecepatan 2000 rpm selama 3 menit.
40°C hingga diperoleh ekstrak kering. Untuk pengamatan siklus sel, endapan sel dalam
2. Profil kromatografi lapis tipis (KLT) tabung konikel yang ditutup dengan aluminium
foil dilarutkan dengan 400 µl reagen PI yang
ekstrak dan fraksi mengandung 1 mg/ml PI, 10 mg/ml RNAse dan
Ekstrak dan fraksi aktif dilakukan 0,1% (v/v) Triton-X 100. Sel diresuspensikan dan
penetapan profil kromatografi lapis tipis. Fase diinkubasi 5 menit kemudian suspensi sel
diam menggunakan plat KLT Silika gel F254. ditransfer ke dalam tabung flowcytometry dan
Golongan terpenoid menggunakan fase gerak dianalisis (Ayers dkk., 2011). Untuk pengamatan
heksan-etil asetat (1:1), visualisasi bisa dilakukan apoptosis, supernatan dibuang kemudian
pereaksi asam sulfat pekat 10% dalam metanol. ditambahkan 100 µl Annexin-V-FLUOS staining
Golongan alkaloid menggunakan fase gerak etil yang terdiri atas 100 µl binding buffer, 2 µl Anexin
asetat:metanol:air (100:13,5:10), visualisasi V dan 2 µl PI. Kemudian diinkubasi dalam ruang
dengan pereaksi Dragendorf. Golongan gelap selama 10 menit dan selanjutnya running
flavonoid dengan fase gerak kloroform:etil asetat pada flowcytometer (Van Engeland dkk., 1996).
(6:4), visualisasi dengan pereaksi sitroborat.
3. Uji sitotoksik (MTT Assay) Analisis Data
Uji sitotoksik dilakukan melalui Data berupa viabilitas sel digunakan
pengamatan viabilitas sel kanker payudara MCF-
7 dengan MTT assay. Kultur sel yang telah untuk menghitung IC50menggunakan analisis
konfluen dipanen kemudian didistribusikan ke regresi linier dengan program Microsoft Excel
dalam sumuran 96-well microplate dengan 2013. Data hasil flocytometry dianalisis dengan
jumlah 104 sel/sumuran. Sel tersebut diinkubasi BD Accuri C6 software.
selama 24 jam di dalam inkubator CO2 agar dapat
beradaptasi sehingga siap untuk perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Larutan uji dibuat stok dalam pelarut DMSO Uji sitotoksik dilakukan untuk
kemudian diencerkan menggunakan media
kultur sesuai seri konsentrasi yang ditentukan. memperoleh gambaran aktivitas bahan uji
Sel dicuci dengan PBS kemudian larutan uji terhadap penghambatan proliferasi sel kanker
dimasukkan ke dalam sumuran (triplo). Sel payudara MCF-7. Parameter yang digunakan
diinkubasi kembali selama 24 jam di dalam adalah inhibition concentration 50% (IC50), yaitu
inkubator CO2. Setelah inkubasi, larutan uji konsentrasi yang dapat menghambat proliferasi
dibuang dan ditambahkan pereaksi MTT sel sebesar 50% dari populasi sel. Nilai IC50
sejumlah 100 µl/sumuran. Pereaksi stopper dihitung dari hasil regresi linier antara log
berupa SDS 10% dalam HCl 0,01 N ditambahkan konsentrasi dengan persentase viabilitas sel.
setelah 4 jam inkubasi dengan MTT. Sel Hasil perhitungan nilai IC50 disajikan pada
diinkubasi semalam pada suhu kamar dan Tabel 1 dan 2. Berdasarkan viabilitas sel, masing-
terlindung dari cahaya. Pada akhir inkubasi, masing perlakuan ekstrak menunjukkan
dibaca dengan microplate reader pada panjang hubungan yang linier antara konsentrasi dan
gelombang 595 nm (Mosmann, 1983). aktivitas penghambatan proliferasi sel.
4. Uji penghambatan siklus sel dan induksi
apoptosis Tabel 1 menunjukkan bahwa ekstrak
Uji ini dilakukan pada fraksi aktif. Kultur etanol daun akalifa memiliki aktivitas sitotoksik
sel yang telah konfluen didistribusikan ke 6 well paling kuat dengan nilai IC50 di bawah 200 μg/ml,
plate masing-masing 1000 μl (untuk perlakuan yaitu 163,38 μg/ml. Dua bahan uji lainnya, ekstrak
dan untuk kontrol sel). Setelah inkubasi 24 jam, etanol herba bidara dan daun glosidion,
dilakukan pembuatan seri konsentrasi fraksi aktif. menunjukkan nilai IC50 di atas 200 μg/ml.
Sel dicuci dengan PBS, dan 1000 µl larutan fraksi
aktif dengan seri konsentrasi tertentu Tabel 1. Nilai IC50 ekstrak etanol daun akalifa,
dimasukkan ke dalam sumuran. Sebagai kontrol herba bidara, dan daun glosidion
sel, ditambahkan 1000 µl media kultur ke dalam
sumuran. Sel diinkubasi kembali selama 24 jam pada sel MCF-7
di dalam inkubator CO2. Setelah inkubasi, media
dari sumuran 6 well plate dimasukkan ke conical Ekstrak IC50 (µg/ml)
tube, lalu dicuci dengan 500 µl PBS dan hasil Daun akalifa 163,3 8
pencucian dimasukkan ke conical tube yang Herba bidara 222,9 8
Daun glosidion 528,7 3

159

Farmakologi Aktivitas Antikanker Acalypha wilkesiana

Tabel 2. Nilai IC50 fraksi heksan, etil asetat, bahwa ekstrak etil asetat dan heksan dari
dan metanol daun akalifa pada sel Acalypha wilkesiana memiliki aktivitas sitotoksik
terhadap sel kanker otak U87MG dan sel kanker
MCF-7 paru-paru A549 (Lim, dkk., 2011). Hal ini
menguatkan kemungkinan bahwa senyawa yang
Fraksi IC50(µg/ml) memiliki aktivitas sitotoksik pada tumbuhan
Heksan 122,01 akalifa adalah senyawa yang bersifat non polar
Etil asetat 161,23 karena larut dalam heksan. Penelitian lain juga
Metano l 222,98 mengungkapkan bahwa ekstrak etil asetat biji
akalifa memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel
Sehingga ekstrak akalifa merupakan ekstrak kanker hati HepG2 dan sel kanker payudara
yang paling potensial dikembangkan sebagai MCF-7. Senyawa yang diduga bertanggung
agen kemopreventif. Hasil pengamatan morfologi jawab dalam aktivitas tersebut adalah ellagitanin,
sel yang ditampilkan pada Gambar 1 geraniim, korilagin, punikalin, dan turunan asam
menunjukkan bahwa ekstrak akalifa karboksilat brevifolin (El-raey, dkk., 2016).
mengakibatkan perubahan morfologi sel
dibandingkan dengan kontrol sel. Dari Gambar 1 Uji sitotoksisitas dengan MTT assay
tersebut nampak adanya penghambatan hanya mampu menjelaskan aktivitas ekstrak
proliferasi pada sel yang diberi perlakuan ekstrak maupun fraksi dalam menghambat pertumbuhan
akalifa. Perubahan morfologi sel paling nampak sel kanker dengan parameter IC50. Nilai IC50 dan
pada pemberian ekstrak akalifa konsentrasi 100 perubahan morfologi sel belum bisa
μg/ml. Perubahan tersebut berupa menyusutnya merepresentasikan penyebab kematian sel. Oleh
ukuran sel, sel tampak mengapung, dan karena itu, dilakukan uji penghambatan siklus sel
terlepasnya ikatan antar sel. Penghambatan dan induksi apopotosis dengan metode flow
proliferasi sel dan perubahan morfologi sel cytometry. Siklus sel merupakan pengatur
tersebut mengindikasikan kematian sel, secara proliferasi dan pertumbuhan sel, termasuk
apoptosis maupun nekrosis. pembelahan sel setelah kerusakan DNA. Siklus
sel mengatur transisi dari fase quiscence (G0)
Selanjutnya ekstrak akalifa difraksinasi menuju proliferasi sel, dan melalui berbagai
dengan metode partisi cair-cair menggunakan checkpoint, memastikan keberlangsungan
pelarut bertingkat heksan, etil asetat, dan transkripsi genetik. Penghambatan siklus sel
metanol untuk melakukan pemisahan senyawa merupakan mekanisme pertahanan hidup sel
berdasarkan kepolarannya. Masing-masing dengan cara memperbaiki kerusakan DNA. Saat
fraksi diuji aktivitas sitotoksiknya terhadap sel checkpoint tidak berfungsi dan perbaikan DNA
kanker payudara MCF-7. Nilai IC50 masing- belum selesai, terjadi aktivasi sinyal apoptosis
masing fraksi dirangkum pada Tabel 2. Hasil uji (Schwartz dan Shah, 2005).
sitotoksik menunjukkan bahwa fraksi heksan
akalifa memiliki aktivitas penghambatan Uji penghambatan siklus sel dan induksi
proliferasi tertinggi dengan nilai IC50 122,01 apoptosis dilakukan terhadap fraksi paling aktif
μg/ml, paling kecil dibandingkan 2 fraksi lainnya. yang menunjukkan aktivitas sitotoksik tertinggi
Hal ini berarti fraksi heksan akalifa bersifat lebih yaitu fraksi heksan daun akalifa. Analisis siklus
poten dibandingkan 2 fraksi lainnya. Potensi sel dilakukan dengan metode flow cytometry
fraksi tersebut perlu diuji aktivitas sitotoksiknya untuk memperlihatkan persentase sel hidup di
terhadap sel normal atau non kanker untuk setiap fase siklus sel. Hasil pengamatan profil
melengkapi data keamanannya sehingga bisa siklus sel dapat dilihat pada Gambar 2. Dari
dikembangkan lebih lanjut sebagai agen Gambar 2 tersebut diketahui bahwa perlakuan
antikanker. fraksi heksan akalifa konsentrasi 60 dan 120
μg/ml tidak mempengaruhi profil siklus sel MCF-7
Penelitian sebelumnya menyatakan secara keseluruhan. Pengamatan siklus sel
dengan reagen PI untuk mengamati efek

Gambar 1. Morfologi sel MCF-7 dengan perlakuan ekstrak akalifa konsentrasi 5 (A), 25 (B),
dan 100 (C) μg/ml dibandingkan dengan kontrol sel (KS)

160

Ika Yanti M. Sholikhah, Sari Haryanti, Mery Budiarti PROSIDING POKJANAS TOI KE 57

Gambar 2. Profil siklus sel MCF-7 dengan perlakuan fraksi heksan akalifa konsentrasi
60 μg/ml (B) dan 120 μg/ml (C) dibandingkan dengan kontrol sel (A)

perlakuan fraksi heksan akalifa terhadap antara protein pro-apoptosis dan anti-apoptosis,
persentase sel hidup pada setiap fase siklus sel menurunnya ekspresi caspase, serta
menunjukkan tidak ada perubahan yang terganggunya sinyal reseptor kematian sel
bermakna dibandingkan dengan kontrol sel, baik (Wong, 2011). Selain itu, pada apoptosis juga
pada fase sub G1, G0/G1, S, maupun G2/M. terjadi serangkaian perubahan biokimia yang
Penghambatan siklus sel pada fase tertentu meliputi aktivasi caspase, pemecahan DNA dan
menyebabkan resistensi sel terhadap suatu agen protein, serta modifikasi permukaan membran sel
kemoterapi, sehingga mekanisme induksi (Koff, dkk., 2015).
apoptosis diperlukan untuk mengatasi hal
tersebut (Shah dan Schwartz, 2001). Ketika sel menua atau rusak, sel tersebut
mengalami kematian melalui mekanisme
Apoptosis merupakan kematian sel apoptosis, nekrosis, ataupun keduanya dan
terprogram yang memegang peranan penting digantikan oleh sel-sel baru. Sel kanker bisa
dalam menjaga homeostasis jaringan normal. bersifat immortal karena adanya resistensi
Apoptosis mengeliminasi sel yang tidak terhadap apoptosis. Agen kemoterapi bisa
diperlukan dalam rangka menjaga membunuh sel kanker melalui mekanisme
keseimbangan fisiologis antara sel yang apoptosis maupun nekrosis (Behera dkk., 2016).
bertahan hidup dan sel yang mati. Kekurangan Pada penelitian ini, efek induksi apoptosis dari
apoptosis bisa mengakibatkan terjadinya kanker fraksi heksan akalifa terhadap sel kanker
maupun penyakit autoimun, sedangkan payudara MCF-7 diamati dengan pewarnaan
apoptosis yang berlebihan menyebabkan Annexin-V dan PI menggunakan metode flow
penyakit degeneratif kronis, imunodefisiensi, dan cytometry. Annexin-V merupakan protein yang
infertilitas (Hassan dkk., 2014). dapat terkonjugasi pada pewarna fluorescent
hijau untuk mendeteksi apoptosis, sedangkan PI
Apoptosis memegang peranan penting merupakan pewarna fluorescent merah yang
dalam pengobatan kanker karena merupakan dapat mewarnai DNA pada sel yang mengalami
salah satu target terapi kanker. Beberapa nekrosis dan apoptosis awal dengan kerusakan
mekanisme terkait berkurangnya insidensi membran (Mahassni dkk., 2013).
apoptosis antara lain adalah ketidakseimbangan
Perlakuan fraksi heksan akalifa
Gambar 3.Persentase apoptosis dan konsentrasi 60 dan 120 μg/ml pada sel MCF-7
nekrosis sel MCF-7 dengan menunjukkan terjadinya late apoptosis namun
perlakuan fraksi heksan akalifa persentasenya jauh lebih kecil dibandingkan
konsentrasi 60 μg/ml dan 120 dengan kontrol sel, sebagaimana ditunjukkan
μg/ml dibandingkan dengan pada Gambar 3. Hal ini diduga karena
kontrol sel mekanisme fraksi heksan akalifa dalam
membunuh sel kanker adalah tanpa melalui jalur
apoptosis, tetapi melalui mekanisme nekrosis.
Namun dugaan ini perlu dibuktikan lebih lanjut
dengan mencoba perlakuan fraksi heksan akalifa
dengan konsentrasi yang diperkecil dan waktu
inkubasi yang lebih lama.

Penetapan profil kormatografi lapis tipis
pada ekstrak dan fraksi akalifa menunjukkan
bahwa tumbuhan tersebut mengandung alkaloid,
terpenoid, dan flavonoid. Dari hasil penelitian

161

Farmakologi Aktivitas Antikanker Acalypha wilkesiana

sebelumnya (Madziga dkk. 2010) diketahui Chemoresistance in the Metastatic 4T1
bahwa ekstrak air daun akalifa mengandung Breast Cancer Model. The American
karbohidrat, tanin, dan flavonoid dalam jumlah Journal of Pathology, 178: 838–852.
tinggi; saponin, alkaloid, dan glikosida dalam Behera, Bandana, Jyoshna Dash, Debasish
jumlah sedang; serta terpen dan steroid dalam Pradhan, Gitanjali Tripathy, Rakesh
jumlah kecil. Pradhan. Apoptosis and Necrosis of
Human Breast Cancer Cells by an
Flavonoid merupakan salah satu Aqueous Extract of Euphorbia hirta
golongan senyawa yang terbukti memiliki efek leaves. Journal of Young Pharmacists,
antikanker. Vijayalakshmi dkk. (2013) 8(3):186-193.
menemukan bahwa fraksi flavonoid yang Doyle, A. dan Griffiths, J.B., 2000. Cell and Tissue
diperoleh dengan cara kromatografi kolom dari Culture for Medical Research. Wiley.
herba Cissus quadrangularis memiliki potensi El-raey, Mohamed A, Tahia K Mohamed, Walaa A.
sitotoksik terhadap sel kanker payudara MCF-7 El-kasha2, Walid O. Fayad. 2016.
dengan nilai IC50 40 μg/ml. Mekanisme aksi Phenolic Constituents and Biological
flavonoid sebagai agen antikanker meliputi Activities of Acalypha wilkesiana F.
penghambatan proliferasi sel, penghambatan Tricolor Müll. Arg.Seeds. International
aktivitas protein kinase, induksi apoptosis, Journal of Pharmacognosy and
penghambatan sekresi MMP, penghambatan Phytochemical Research, 8(3): 386-392.
invasi sel, penghambatan penempelan sel, serta Girish, V. dan Vijayalakshmi, A., 2004. Affordable
antiangiogenesis (Kanadaswami dkk., 2005). image analysis using NIH Image/ImageJ.
Dari profil KLT ekstrak dan fraksi heksan akalifa, Indian Journal of Cancer, 41: 47.
diketahui adanya golongan senyawa flavonoid. Hanahan, D. dan Weinberg, R.A., 2011.
Sehingga dapat diduga bahwa flavonoid yang Hallmarks of cancer: the next generation.
terkandung dalam daun akalifa bertanggung Cell, 144: 646–674.
jawab terhadap aktivitas sitotoksik. Mohamed Hassan, Hidemichi Watari, Ali
AbuAlmaaty, Yusuke Ohba, and Noriaki
KESIMPULAN Sakuragi. Apoptosis and Molecular
Daun akalifa memiliki potensi yang lebih Targeting Therapy in Cancer. BioMed
Research International.
besar untuk dikembangkan sebagai obat Hsieh, C.-Y., Tsai, P.-C., Chu, C.-L., Chang, F.-R.,
antikanker dibandingkan herba bidara dan daun Chang, L.S., Wu, Y.C, 2013. Brazilein
glosidion. Ektrak etanol akalifa dan fraksi heksan suppresses migration and invasion of
akalifa memiliki aktivitas penghambatan MDA-MB-231 breast cancer cells.
proliferasi tertinggi dengan nilai IC50 masing- Chemico-Biological Interactions, 204:
masing sebesar 163,38 μg/ml dan 122,01 μg/ml. 105–115.
Namun fraksi heksan akalifa tidak mempengaruhi Kaur, P., Nagaraja, G.M., Zheng, H., Gizachew,
apoptosis dan profil siklus sel MCF-7. D., Galukande, M., Krishnan, S, 2012. A
mouse model for triple-negative breast
UCAPAN TERIMA KASIH cancer tumor-initiating cells (TNBC-TICs)
Penulis mengucapkan terima kasih exhibits similar aggressive phenotype to
the human disease. BMC cancer, 12: 120.
kepada Kepala Balai Besar Penelitian dan Koff, Jean L., Sampath Ramachandiran and Leon
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Bernal-Mizrachi. 2015. A Time to Kill:
Tradisional yang telah memberikan kesempatan Ta r g e t i n g A p o p t o s i s i n C a n c e r.
dan dukungan untuk melaksanakan penelitian ini. International Journal of Molecular
Sciences, 16:2942-2955.
DAFTAR PUSTAKA Lim, S.W., K.N. Ting, T.D. Bradshaw, N.A.
André, F. dan Zielinski, C.C., 2012. Optimal Zeenathul, C. Wiart, T.J. Khoo, K.H. Lim,
H.S. Loh. 2011. Acalypha wilkesiana
strategies for the treatment of metastatic extracts induce apoptosis by causing
triple-negative breast cancer with single strand and double strand DNA
currently approved agents. Annals of breaks. Journal of Ethnopharmacology,
Oncology, 23: vi46–vi51. 138 (2011): 616–623.
Ayers, L., Kohler, M., Harrison, P., Sargent, I., Lowe, Scott W. and Athena W. Lin. 2000.
Dragovic, R., Schaap, M., 2011. Apoptosis in Cancer. Carcinogenesis,
Measurement of circulating cell-derived 21(3):485-495.
microparticles by flow cytometry: sources Madziga, H. A., Sanni S. and Sandabe U. K.
of variability within the assay. Thrombosis Phytochemical and Elemental Analysis of
Research, 127: 370–377. Acalypha wilkesiana Leaf. 2010. Journal
Bao, L., Haque, A., Jackson, K., Hazari, S.,
Moroz, K., Jetly, R., 2011. Increased
Expression of P-Glycoprotein Is
Associated with Doxorubicin

162

Ika Yanti M. Sholikhah, Sari Haryanti, Mery Budiarti PROSIDING POKJANAS TOI KE 57
Priyadarsini, and C. Meenaxshi. 2013. In
of American Science, 6(11¬): 510-514. Vitro Antioxidant and Anticancer Activity
Mahassni, Sawsan Hassan, Roaa Mahdi Al- of Flavonoid Fraction from the Aerial
Parts of Cissus quadrangularis Linn.
Reemi. 2013. Apoptosis and necrosis of against Human Breast Carcinoma Cell
human breast cancer cells by an aqueous Lines. Journal of Chemistry, 2013: 1-9.
extract of garden cress (Lepidium Wong, Rebecca SY. 2011. Apoptosis in cancer:
sativum) seeds. Saudi Journal of from pathogenesis to treatment. Journal
Biological Sciences 20:131–139. of Experimental & Clinical Cancer
Mosmann, T., 1983. Rapid colorimetric assay for Research. 30: 87.
cellular growth and survival: application to Youlden, D.R., Cramb, S.M., Yip, C.H., dan
proliferation and cytotoxicity assays. Baade, P.D., 2014. Incidence and
Journal of Immunological Methods, 65: mortality of female breast cancer in the
55–63. Asia-Pacific region. Cancer Biology &
Naithani, R., Huma, L.C., Moriarty, R.M., Medicine, 11: 101–115ww
McCormick, D.L., and Mehta, R.G., 2008.
Comprehensive review of cancer 163
chemopreventive agents evaluated in
experimental carcinogenesis models and
clinical trials. Current Medicinal
Chemistry, 15: 1044–1071.
Pulaski, B.A. dan Ostrand-Rosenberg, S., 2001.
Mouse 4T1 breast tumor model. Current
Protocols in Immunology/Edited by John
E. Coligan, Chapter 20: Unit 20.2.
Reynolds, C.P. dan Maurer, B.J., 2005.
Evaluating response to antineoplastic
drug combinations in tissue culture
models. Methods in Molecular Medicine,
110: 173–183.
Schneider, C.A., Rasband, W.S., dan Eliceiri,
K.W., 2012. NIH Image to ImageJ: 25
years of image analysis. Nature methods,
9: 671–675.
Schwartz, Gary K. and Manish A. Shah. 2005.
Targeting the Cell Cycle: A New Approach
to Cancer Therapy. Journal Of Clinical
Oncology. 23 (36):9408-9421.
Shah, Manish A. and Gary K. Schwartz. 2001.
Cell Cycle-mediated Drug Resistance: An
Emerging Concept in Cancer Therapy.
Clinical Cancer Research, 7:2168–2181.
Sztalmachova, M., Gumulec, J., Raudenska, M.,
Polanska, H., Holubova, M., Balvan, J.,
2015. Molecular response of 4T1-
induced mouse mammary tumours and
healthy tissues to zinc treatment.
International Journal of Oncology.
Tao, K., Fang, M., Alroy, J., and Sahagian, G.G.,
2008. Imagable 4T1 model for the study
of late stage breast cancer. BMC Cancer,
8: 228.
Tsao, A.S., Kim, E.S., dan Hong, W.K., 2004.
Chemoprevention of cancer. CA: a
cancer journal for clinicians, 54: 150–180.
Van Engeland, M., Ramaekers, F.C., Schutte, B.,
dan Reutelingsperger, C.P., 1996. A novel
assay to measure loss of plasma
membrane asymmetry during apoptosis
of adherent cells in culture. Cytometry,
24: 131–139.
Vijayalakshmi, A., P. R. Kumar, S. Sakthi

Joni Tandi, Renita Y, Riski Vebriyanti, Tien Wahyu H PROSIDING POKJANAS TOI KE 57

UJI POTENSI NEFROTERAPI EKSTRAK ETANOL, SEDUHAN SIMPLISIA DAN JUS UMBI
BAWANG HUTAN (Eleutherine bulbosa (Mill) Urb.) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN(Rattus

norvegicus) DIABETES MELITUS

TEST OF THE NEFFOTHERAPY POTENTIAL OF ETHANOL EXTRACTS, SIMPLICIAN MEDIUM
AND FORESTRY UMBI JUICE (Eleutherine bulbosa (Mill) Urb.)

Joni Tandi, Renita Yustiningsih, Riski Vebriyanti Maleta, Tien Wahyu Handayani
Program Studi S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Pelita Mas

Naskah diterima tanggal 25 Desember 2019

ABSTRACT
This study aims to examine the presence or absence of secondary metabolite
compounds in ethanol extract, simplicia steeping and forest onion tuber juice, in male
glucose parameters and kidney histopathology. Using test animals as many as 30
male white rats divided into 6 groups and each group consisted of 5 rats with group I
details as normal controls, group II as negative controls given 0.5% Na-CMC
suspension, group III as positive control who were given Metformin 45 mg / kg BB and
IV, V, VI as the test group were given ethanol extract, simplicia extract and forest onion
tuber juice with each dose of 20 g/kg BB. The results showed that there were
secondary metabolites in the ethanol extract of forest onion bulbs, namely flavonoids
with quantitative results of 6.213 %, saponins 10.658 %, alkaloids 0,2 % and tannins
0.031 %. The administration of forest onion tuber ethanol extract has the effect of
reducing blood glucose levels at a dose of 20 g/kgBB with an average of 133.6 mg/dL
and renal cell regeneration in white rats at a dose of 20 g/kgBB with an average of
0.75.

Keywords: forest onion bulbs (Eleutherine bulbosa (Mill) Urb.) Diabetes,
histopathology, kidneys.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji ada tidaknya kandungan senyawa metabolit
sekunder pada ekstrak etanol, seduhan simplisia dan jus umbi bawang hutan, pada
tikus jantan parameter glukosa dan histopatologi ginjal. Menggunakan hewan uji
sebanyak 30 ekor tikus putih jantan dibagi menjadi 6 kelompok dan tiap kelompok
terdiri dari 5 ekor tikus dengan rincian kelompok I sebagai kontrol normal, kelompok II
sebagai kontrol negatif yang diberikan suspensi Na-CMC 0,5%, kelompok III sebagai
kontrol positif yang diberikan suspensi Metformin 45 mg/kg BB, dan kelompok IV,V,VI
sebagai kelompok uji diberikan ekstrak etanol, seduhan simplisia dan jus umbi
bawang hutan dengan masing-masing dosis 20 g/kg BB. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat senyawa metabolit sekunder pada ekstrak etanol umbi
bawang hutan yaitu flavonoid dengan hasil kuantitatif6,213%, saponin10,658%,
alkaloid 0,2 %dan tanin0,031%. Pemberian ekstrak etanol umbi bawang hutan
memberikan efek menurunkan kadar glukosa darah pada dosis 20g/kgBB dengan
rata-rata 133.6 mg/dL dan regenerasi sel ginjal pada tikus putih dosis 20g/kgBB
dengan rata-rata 0,75.

Kata kunci: umbi bawang hutan (Eleutherine bulbosa (Mill) Urb.), diabetes,
histopatologi ginjal

PENDAHULUAN Aktifitas kehidupan yang modern menyebabkan
Diabetes mellitus merupakan suatu gerakan tubuh tidak terpakai dan akibatnya dapat
menyebabkan terjadi obesitas (Tandi J, et al,
penyakit yang di sebabkan oleh perilaku 2019).
kehidupan yang terjadi karena ketidak
seimbangnya antara energi yang di hasilkan oleh Obesitas merupakan suatu masalah di
tubuh dan aktifitas kehidupan (Tandi J, 2018). dunia modern hingga saat ini, pola makan sudah
bergeser dari makanan yang mengandung serat
Alamat korespondensi : berupa makanan asli tradisional bergeser ke
Jonitandi757yahoo.com
165

Farmakognosi dan Fitokimia Uji Potensi Nefroterapi Ekstrak

makanan siap saji. Makanan siap saji banyak olympus,Gunting,Kandang hewan uji, Labu ukur
mengandun lemak dan kurang mengandung (Pyrex),Lumpang dan Alu, Mortir dan stamper,
serat selain itu didukung oleh adanya bahan Penangas air, Pipet tetes, Rak tabung, Rotary
pengawet. Hal ini merupakan suatu tantangan vaccum evaporator(Eyela), Sonde oral 3 ml
didunia modern (Tandi J, et al, 2019). (Terumo Syringe), spidol (Snowman), Spuit
injeksi1 ml, 3 ml (Terumo Syringe), Spuit oral 3 ml,
Makanan yang mengandung lemak tinggi 5 ml (Terumo Syrinege), Spot plate, Tabung
dan kurang serat, kurang vitamin merupakan reaksi (Pyrex), Tempat minum dan makan tikus,
salah satu penyebab timbulnya radikal-radikal Timbangangram, Timbangananalitik (Ohaus),
bebas yang tidak terkontrol, radikal bebas ini Wadah ekstrak, seduhan dan jus.
dapat mengganggu system imun bahkan system Bahan
metabolism tubuh dan dapat menyebabkan
percepatan penyakit degenerative seperti stroke, Air suling, Aluminium foil, Aqua pro injeksi
hipertensi, diabetes dan gagal ginjal. Gagal ginjal (Otsuka), Asam klorida pekat P (Merck), Asam
merupakan salah satu efek samping terjadinya sulfat (Merck), Asam asetat anhidrat (Merck),
komplikasi dari penyakit diabetes, penyakit ini Asam sitrat, Besi (III) klorida (Merck), Ekstrak,
terjadi akibat system transporter, terutama GLUT seduhan simplisia dan jus umbi bawang hutan,
4 dan 5 tidak dapat menembus jaringan sel ginjal Etanol 96% (Merck), Eter, Handskun, Hewan Uji,
sehingga dapat menimbulkan penyakit anemia Kertas saring, Liebermann-Burchard (Merck),
dan dapat terjadi system mekanisme ginjal Natrium klorida, Natrium sitrat, Natrium
terganggu sehingga dapat menyebabkan gagal Carboxymethyle Cellulose (Bioworld), Pakan
ginjal. Selain gagal ginjal terjadi, dapat juga tinggi kolesterol (Pakan standar 80%, lemak babi
menyebabkan terjadinya kerusakan system 15%, kuning telur bebek 5%), Pereaksi
pencernaan terutama pada lambung dan usus Dragendorff, hematoxsylin, eosin, PTU
(rahayu dkk, 2012) (Hidayah dkk, 2015). Oleh ( P r o p i l t i o u r a s i l ) , S e r b u k m a g n e s i u m P,
sebab itu diperlukan pengobatan yang mudah Streptozotocin (Bioworld USA) dan Tablet
didapatkan dan mudah terjangkau Metformin.
penggunaannya, misalnya pengobatan
tradisional. Pembuatan Ekstrak Etanol, Seduhan
Simplisia dan Jus Umbi Bawang Hutan
Penggunaan obat tradisional sudah lama Ekstrak Etanol
dilakukan oleh masyarakat Indonesia misalnya
bawang hutan (Eleutherine bulbosa (Mill) Pembuatan ekstrak umbi bawang hutan
Urb.).Kandungan kimia yang memiliki dilakukan dengan menggunakan metode
antioksidan kuat yang terdapat pada bawang maserasi dengan cara serbuk simplisia ditimbang
hutan yaitu fenolik, flavonoid dan tanin yang baik sebanyak 3000 gram lalu dimasukkan ke dalam
untuk menangkap radikal bebas. Hasil sari atau bejana maserasi dengan menggunakan pelarut
perasan umbi bawang hutan secara tradisional etanol sebanyak 5 L, lalu dibiarkan selama 3 x 24
diyakini mempunyai berbagai khasiat, antara lain jam terlindung dari cahaya sambil sesekali
sebagai obat kanker payudara, darah tinggi diaduk. Ekstrak disaring menggunakan kertas
(hipertensi), kencing manis (diabetes melitus), saring lalu diperoleh filtrat. Selanjutnya filtrat
kolesterol dan bisul (Tandi, J 2018). dievaporasi dengan menggunakan rotary
vacuum evaporator pada suhu 70°C dan
Berdasarkan data-data dan hasil tinjauan dilanjutkan dengan pengentalan yang dilakukan
pustaka di atas maka peneliti tertarik untuk dengan menggunakan waterbath suhu 60°C
melakukan pengujian ekstrak etanolseduhan hingga diperoleh ekstrak kental.
simplisia dan jus umbi bawang hutan dengan Seduhan Simplisia
masing-masing dosis 20 g/kg BB dalam
memberikan hasil yang maksimal untuk Pembuatan seduhan simplisia umbi
menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian ini bawang hutan (Eleutherine bulbosa (Mill) Urb)
diharapkan dapat menjadi sumber pustaka dilakukan dengan cara mengambil 20 gram
kepada pemerintah terutama pada departemen simplisia umbi bawang hutan (Eleutherine
kesehatan tentang khasiat umbi bawang hutan bulbosa (Mill) Urb) yang telah dihaluskan dan
untuk di informasikan kepada masyarakat dilarutkan ke dalam air hangat yang sebelumnya
(Departemen Kesehatan, 2006). air dididihkan, kemudian didiamkan sebentar,
agar suhunya turun ke temperatur 70-80oc yaitu
METODE PENELITIAN temperatur dalam penyeduhan sebanyak 200 ml.
Jus
Alat
Pembuatan jus umbi bawang hutan
Ayakan nomor 40 mesh, Bejana (Eleutherine bulbosa (Mill) Urb.) dilakukan
denggan cara mengambil 20 gram umbi bawang
maserasi, Blender (Cosmos), Cawan porselin, hutan (Eleutherine bulbosa (Mill) Urb) segar yang
telah dirajang, kemudian di blender dengan 200
Corong kaca (Pyrex), Gelas ukur (Pyrex),

Glukometer (Accu chek), Glukotest strip test

(Accu chek),Mikroskop

166

Joni Tandi, Renita Y, Riski Vebriyanti, Tien Wahyu H PROSIDING POKJANAS TOI KE 57

ml air lalu menunggu beberapa saat sampai air hutan (Eleutherine bulbosa (Mill) Urb.)
berwarna kemerahan, saring dan sisihkan mengandung senyawa metabolik sekunder yaitu
ampasnya. alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan steroid. Hal
Pembuatan Larutan Koloidal Na CMC 0,5% ini sesuai dengan literatur yang diperoleh bahwa
umbi bawang hutan (Eleutherine bulbosa (Mill)
Natrium karboksimetil selulosa (Na CMC) Urb.) memiliki kandungan senyawa metabolik
ditimbang sebanyak 0,5 gram ditaburkan dalam sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, saponin
lumpang yang berisi 10 ml aquades yang telah dan steroid. Hasil uji penapisan fitokimia dapat
dipanaskan, didiamkan selama 15 menit hingga dilihat pada Tabel 1. (Ririn, dkk, 2013)
diperoleh massa yang transparan, lalu
dicampurkan sampai homogen. Larutan Na CMC Hasil pengukuran kadar glukosa darah hari
dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml. ke-0 tikus putih jantan (Rattus norvegicus) masih
Volumenya dicukupkan dengan aquades hingga dalam rentang normal yaitu berkisar antara 83-
100 ml. 110 mg/dL. Berdasarkan literatur kadar glukosa
Metode darah normal tikus wistar antara 50-135 mg/dL.
Setelah 28 hari pemberian pakan tinggi kolesterol
Penentuan pengujian sekunderekstrak dan 1 minggu setelah penginduksian
etanol umbi bawang hutan menggunakan streptozotocin. Hasil pengukuran kadar glukosa
Spektrofotometri UV-vis. Kemudian dilakukan darah tikus setelah induksi mengalami
pengujian kadar glukosa darah menggunakan peningkatan yang signifikan antara 214–509
alat Accu Chek. Selanjutnya pemeriksaan mg/dL yang menunjukkan tikus mengalami
histopatologi ginjal dengan menggunakan kondisi diabetes (tikus dinyatakan diabetes
mikroskop olympus-Bx51 dengan perbesaran apabila kadar glukosa darah > 200 mg/dL). Hasil
200x dan menggunakan pewarnaan Hematoxilin pengukuran kadar glukosa darah tikus putih
dan Eosin. jantan (Rattus norvegicus) hari ke-35 setelah
pemberian pakan tinggi kolesterol dan diinduksi
Analisis Data streptozotocin dosis 30 mg/kg
Data glukosa darah dianalisis
BB untuk kontrol normal, kontrol negatif,
menggunakan uji One Way Anova pada tingkat kontrol positif, ekstrak etanol, seduhan simplisia
kepercayaan 95% dan data scoring kerusakan dan jus berturut-turut adalah 90.2, 408.2, 287,
ginjal, dianalisis secara statistika menggunakan 252.6, 431.4 dan 416.8. Hal ini menunjukkan
uji Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan uji Mann- bahwa semua kelompok perlakuan telah
Whitney untuk mengetahui perbedaan antar mengalami hiperglikemia yang ditandai dengan
semua kelompok perlakuan. Pengolahan data kadar glukosa darah > 200 mg/dL, kecuali kontrol
menggunakan program SPSS. (Tandi, J 2018). normal. Kenaikan kadar glukosa darah
disebabkan pemberian pakan tinggi kolesterol
HASIL DAN PEMBAHASAN dan induksi streptozotocin dosis 30 mg/kg BB.
Penelitian ini menggunakan bahan uji Hal ini sesuai dengan literatur dimana pemberian
pakan tinggi lemak secara signifikan dapat
umbi bawang hutan (Eleutherine bulbosa (Mill) meningkatkan kadar glukosa darah yang
Urb.) yang diperoleh dari Desa Tipo Kecamatan disebabkan terjadinya resisten terhadap aksi
Ulujadi Provensi Sulawesi Tengah. Sebelum insulin, dengan terjadinya resisten insulin sel
melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan tidak mampu merespon peningkatan kadar
identifikasi tanaman di UPT. Sumber Daya Hayati glukosa darah sehingga kadarnya tetap meninggi
Universitas Tadulako Sulawesi Tengah. Hasil dan STZ digunakan sebagai induksi insulin-
identifikasi membuktikan bahwa umbi bawang dependent dan non–insulin –dependent DM pada
hutan yang digunakan dalam penelitian benar hewan uji karena selektif merusak sel beta
adalah spesies Eleutherine bulbosa (Mill) Urb. pankreas (Tandi, J 2017).

Berdasarkan hasil uji penapisan fitokimia
menunjukan bahwa ekstrak etanol umbi bawang

Tabel 1. Hasil Uji Kuantitatif Ekstrak Etanol Umbi Bawang Hutan

No. Parameter Uji Hasil (%)

1. Total Alk aloid Ekuivalen Quinine 0,2 %

2. Total Flavonoid Ekuivalen Quercetin 6,213 %

3. Saponin From Quilaja bark Kuantitattif 10,658 %

4. Tanin Total Ekuivalen Tannic Acid 0,031 %

167

Farmakognosi dan Fitokimia Uji Potensi Nefroterapi Ekstrak

Tabel 2. Rerata Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah

Rerata ± SD Kadar Glukosa Darah (mg/dL)

Hari Kontrol Kontrol Kontrol positif Ekstrak Seduhan Jus P
ke- Normal Neg ati f (Metformin) etanol

0 98.8±7.32 94.4±12.09 98.8±7.66 93.4±6.91 92.8±6.14 94.4±5.81 0.719

35 90.2±9.17 408.2±12.35 287±82.86 252.6±61.91 431.4±113.44 416.8±28.04 0.000

42 103.8±7.41 355±47.93 184.8±25.86 189.2 21 203.6±20.98 229.4±44.25 0.000

49 113±8.16 370±48.14 124.2±28.82 133.6±15.58 140.8±25.07 167.8±37.69 0.000

Gambar 1. Grafik kadar glukosa darah tikus putih jantan setiap kelompok pada
hari ke 0, ke 35, ke 42dan ke 49

Hasil uji statistik one way Anova hari ke-35 tetapi berbeda signifikan dengan kontrol normal,
memperlihatkan hasil signifikan dengan nilai kontrol positif dan kelompok ekstrak etanol.
P=0,000 (P<0,05) yang artinya terdapat Kontrol positif berbeda tidak signifikan dengan
perbedaan yang signifikan pada semua kelompok ekstrak etanol tetapi berbeda signifikan
kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan dengan kontrol normal, kontrol negatif, kelompok
adanya efek dari pemberian streptozotocin, seduhan dan jus. Hal ini disebabkan oleh kondisi
sehingga dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD tikus yang secara fisiologi berbeda-beda
untuk melihat perbedaan yang bermakna antara sehingga kenaikan kadar glukosa darah pun
kelompok perlakuan. Hasil uji lanjut Post Hoc berbeda dalam memberikan respon peningkatan
LSD yang menunjukkan bahwa kontrol normal kadar glukosa darah setelah induksi
berbeda signifikan dengan semua kelompok, streptozotocin dosis 30 mg/kg BB.
sedangkan kontrol negatif berbeda tidak
signifikan dengan kelompok seduhan dan jus Hasil pengukuran kadar glukosa
darahhari ke-42 untuk kontrol normal, kontrol

Tabel 3. Skoring tingkat kerusakan ginjal tikus

Perlakuan Skor Histopatologi Rerata SD
Ginjal Hewan Uji
12 34 0
0,433013
Kontrol Normal 00 00 0 0,433013
0,433013
Kontrol Negatif 2 3 2 2 2,25
0
Ekstrak Etanol umbi Bawang Hutan 20 g/mg 1 1 0 1 0,75
BB

Seduhan Simplisia Umbi Bawang Hutan 20 1 1 1 2 1,25
g/mg BB

Jus Umbi Bawang Hutan 20 g/mg BB 11 11 1

168

Joni Tandi, Renita Y, Riski Vebriyanti, Tien Wahyu H PROSIDING POKJANAS TOI KE 57

Gambar 2. Histopatologi ginjal tikus skor 0 dengan pewarnaan H&E perbesaran 200x dan 400x
Gambar 3. Histopatologi ginjal tikus skor 1 dengan pewarnaan H&E perbesaran 200x dan 400x

Gambar 4. Histopatologi ginjal tikus skor 2 dengan pewarnaan H&E perbesaran 200x dan 400x

Gambar 5. Histopatologi ginjal tikus skor 3 dengan pewarnaan H&E perbesaran 200x dan 400x

negatif, kontrol positif, kelompok ekstrak etanol, mencapai kadar glukosa darah normal.
seduhan simplisia dan jus berturut-turut adalah Hasil uji statistik one way Anova hari ke-
103.8, 355, 184.8, 189.2, 203.6 dan 229.4. Hal ini
menunjukan bahwa adanya penurunan kadar 42 memperlihatkan hasil signifikan dengan nilai
glukosa darah pada kontrol normal, kontrol positif P=0,000 (P<0,05) yang artinya terdapat
dan kelompok ekstrak sedangkan kontrol negatif, perbedaan yang signifikan pada semua
kelompok seduhan dan jus menunjukkan adanya kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan
penurunan kadar glukosa darah namun belum adanya efek antidiabetes dari pemberian variasi
sediaan umbi bawang hutan, sehingga

169

Farmakognosi dan Fitokimia Uji Potensi Nefroterapi Ekstrak

dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD untuk bawang hutan dengan variasi sediaan ekstrak,
melihat perbedaan yang bermakna antara seduhan dan jus umbi memiliki efek terhadap
kelompok perlakuan. penurunan kadar glukosa darah tikus putih jantan
Hiperkolesterolemia–Diabetes. Berdasarkan
Kelompok IV (ekstrak etanol umbi hasil yang maksimal untuk menurunkan kadar
bawang hutan) berbeda tidak signifikan dengan glukosa darah antara ekstrak etanol, seduhan
kontrol positif, kelompok seduhan dan jus tetapi dan jus umbi bawang hutan (Eleutherine bullbosa
berbeda signifikan dengan kontrol normal dan (Mill) Urb) pada tikus putih jantan
kontrol negatif. Hal ini berarti ekstrak etanol umbi Hiperkolesterolemia–Diabetesyaitu ekstrak
bawang hutan sudah memberikan efek dalam etanol karena memberikan pengaruh
menurunkan kadar glukosa darah. penunurunan kadar glukosa darah yang lebih
mendekati kontrol normal.
Kelompok seduhan berbeda tidak
signifikan dengan kontrol positif, kelompok Hal ini menunjukkan sediaan ekstrak
ekstrak etanol dan jus namun berbeda signifikan adalah sediaan kental yang diperoleh dengan
dengan kontrol normal dan kontrol negatif. mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau
Kelompok jus berbeda tidak signifikan dengan simplisia hewani dengan menggunakan pelarut
kelompok ekstrak etanol dan kelompok seduhan yang sesuai, kemudian menggunakan metode
namun berbeda signifikan dengan kontrol ekstraksi dengan proses penarikan kandungan
normal, kontrol negatif dan kontrol positif. Hal ini kimia yang dapat larut dari suatu serbuk simplisia,
menunjukan bahwa ketiga kelompok ekstrak, sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat
Seduhan dan jus sudah dapat memberikan efek larut (Depkes RI. 2000). Sedangkan Jus adalah
menurunkan kadar glukosa darah yang cairan yang diperoleh dari bagian buah yang
sebanding dengan metformin, dimana metformin dapat dimakan yang dicuci, dihancurkan,
dapat memperbaiki sensitivitas insulin, terutama dijernihkan (jika dibutuhkan), dengan atau tanpa
menghambat pembentukan glukosa dalam hati pasteurisasi dan dikemas untuk dapat
sebagian besar dengan menghambat dikonsumsi langsung. Seduhan adalah cara
glukoneogenesis hepatik. (Tandi, J, 2018) penyediaan obat tradisional dengan jalan
menyiram bahan obat dengan air mendidih,
Data hasil pengukuran kadar glukosa setelah dibiarkan beberapa saat, yaitu agak
darah hari ke-49 untuk kontrol normal, kontrol dingin baru diminum (Anggriani. 2010).
negatif, kontrol positif, kelompok ekstrak etanol,
seduhan simplisia dan jus berturut-turut adalah Adanya efek penurunan kadar glukosa
113, 355.2, 124.2, 133.6, 140.8 dan 167.8. Hal ini daraholeh ekstrak etanol umbi bawang hutan
menunjukkan bahwa adanya penurunan kadar disebabkan karena memiliki kandungan senyawa
glukosa darah yang mendekati nilai normal pada tanin, saponin, flavonoid dan alkaloid. Hal ini
kontrol positif, ekstrak etanol dan seduhan sesuai dengan hasil uji penapisan
simplisia, sedangkan kelompok jus menunjukkan fitokimia.Senyawa yang terkandung didalam
adanya penurunan kadar glukosa darah namun ekstrak etanol umbi bawang hutan seperti tanin
belum mencapai kadar glukosa darah normal mempunyai aktivitas hipoglikemik yaitu
yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang meningkatkan glikogenesis dan berfungsi
masih cukup tinggi. (Tandi, J, 2016) sebagai astringent atau pengkelat yang dapat
mengerutkan membran epitel usus halus
Hasil uji statistik one way Anova hari ke- sehingga mengurangi penyerapan sari makanan
49 memperlihatkan hasil signifikan dengan nilai akibatnya menghambat asupan glukosa dan laju
P=0,000 (P<0,05) yang artinya terdapat peningkatan glukosa tidak terlalu tinggi.Saponin
perbedaan yang signifikan pada semua menghambat transport glukosa didalam saluran
kelompok perlakuan. Hal menunjukkan adanya cerna dan merangsang sekresi insulin pada sel β
efek antidiabetes dari pemberian variasi sediaan pankreas (Rahayu, dkk, 2005). Flavonoid
umbi bawang hutan, sehingga dilanjutkan berperan sebagai antioksidan sehingga dapat
dengan uji Post Hoc LSD untuk melihat menghambat pembentukan radikal bebas dan
perbedaan yang bermakna antara kelompok mnetralisir peningktan Ractive Oxygen Species
perlakuan. Hasil uji lanjut Post Hoc LSD yang (ROS) akibat diabetes dab mampu meregenerasi
menunjukkan bahwaKelompok kontrol negatif sel-sel β pankreas yang rusak sehingga
berbeda signifikan dengan semua kelompok defisiensi insulin dapat diatasi. Selain itu
perlakuan.Kontrol normal berbeda tidak senyawa Alkaloid dapat menurunkan
signifikan dengan kontrol positif, kelompok glukoneogenesis sehingga kadar glukosa dalam
ekstrak etanol dan seduhan simplisia namun tubuh dan kebutuhan insulin menurun (Rahayu,
berbeda signifikan dengan kontrol negatif dan dkk, 2005).
kelompok jus.Hal ini disebabkan karena ekstrak
etanol dan seduhan simplisia dapat menurunkan Berdasarkan hasil pengujian kadar
kadar glukosa darah tikus putih jantan sebanding glukosa darah di dapatkan pada ekstrak etanol
dengan kontrol positif. dosis 20g/kg BB dengan nilai rata-rata

Kelompok perlakuan ekstrak etanol umbi

170

Joni Tandi, Renita Y, Riski Vebriyanti, Tien Wahyu H PROSIDING POKJANAS TOI KE 57

133.6mg/dL sudah memberikan efek dalam Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
menurunkan kadar glukosa darah tikus kemudian Bali. Hal. 26
pada hasil preparat histopatologi ginjal tikus Tandi, J. 2017. Effect of Ethanol Extract Gendola
maka dapat dilihat pada dosis ekstrak etanol Leaf (Basella alba L.) 0n Decreasing
20g/kg BB dengan nilai skoring kerusakkan 0,75 Blood Glucose Condition And
memberi pengaruh dalam regenerasi sel jaringan Histopatology Pancreas White Rats
ginjal tikus putih. Hal ini di sebabkan bahwa zat (Rattus norvegicus) Inducated
aktif yang terkandung dalam ekstrak etanol umbi Streptozotocin. Journal of Islamic
bawang hutan yaituflavonoid dan saponin Medicine Research. Vol. 1. No. 2.
memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi Tandi, J. 2018. Analisis Daun Gedi Merah
sehingga dapat menghambat pembertukkan (Abelmoscus manihot ( L.) Medik)
radikal bebas dengan menetralisir peningkatan Sebagai obat Diabetes Melitus. Buku
reactive oxygen species (ROS), memberikan Kedokteran EGC. ISBN: 978-979-044-
perlindungan pada membran sel sehingga 874-2.Hal 91,92
peroksida lipid dapat di cegah dan dapat Tandi J, 2016. Obat Tradisional. STIFA Pelita Mas
meregenerasi sel jaringan ginjal lebih baik. Palu Press. Hal. 380-384. ISSBN 978-
602-74003-1-3
KESIMPULAN Tandi J, Ayu G, Norbetson. 2018. Uji efek ekstrak
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat etanol daun kenikir (Cosmos caudatus
Kunth) Terhadap penurunan Kadar
disimpulkan bahwa ekstrak etanol, seduhan Kolesterol Pada Tikus Wistar (Rattus
simplisia, dan jus umbi bawang hutan norvegicus) Hiperkolesterolemia –
(Eleutherine bulbosa (Mill) Urb.) memiliki Diabetes. Farmakologi Jurnal Farmasi 14,
senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, 112-118.
alkaloid, saponin, steroid, dan tanin. Ekstrak Tandi, J., Muthi'ah H Z, Yuliet, Yusriadi. 2016.
etanol umbi bawang hutan pada dosis 20 g/Kg Efektivitas ekstrak daun gedi merah
BB dapat menurunkan kadar glukosa darah terhadap glukosa darah. Malondialdehid,
dengan nilai rata-rata 133,6 mg/dl dan dapat 8-hidroksi-deoksiguanosin, insulin tikus
meregenerasi sel ginjal pada tikus putih jantan diabetes. Journal Of Tropical
dengan nilai kerusakan 0,75. andChemistry. Vol 4. No. 1. p-ISSN: 2087-
7099. e-ISSN: 2407-6090
SARAN Tandi, J., Ayu Wulandari, Asrifa, A. 2016. Efek
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Ektrak Etanol Daun Gendola Merah
(Basella alba L.) terhadap Kadar
untuk melihat ada tidaknya potensi toksisitas Kreatinin, Ureum dan Deskripsi Histologis
pada ekstrak etanol umbi bawang hutan. Tubulus Ginjal Tikus Putih Jantan (Rattus
norvegicus) Diabetes yang diinduksi
DAFTAR PUSTAKA streptozotocin. Galenika Journal of
Anggriani I. Klasifikasi dan Pelabelan Pharmacy. 3(2): 93-8744. e-ISSN: 2442-
8744
Minuman Buah. www. Foodreview. Biz. Tandi. J. Suryani As'ad, Rosdiana Natzir,
2010 Agussalim Bukhari. 2016. Test of Ethanol
Departemen Kesehatan. 2006. Monografi Ekstrak Red Gedi Leaves (Albelmoschus
Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia.Vol. 2 Manihot (L) Medik) in White Rat (Rattus
No. 124, Jakarta: Depkes RI. Norvegicus) Type 2 Diabetes Mellitus
Hidayah, S. A. Kiki, M. Purwani ,L. 2015 uji Tandi J, Danthy R, Purwaningsih, Kuncoro
aktivitas antioksidan umbi bawang dayak H,.2019.Effect of Ethanol Extract from
(eletheurine bulbosa merr). Posiding Purple Eggplant Skin (Solanum
penelitian spesia unisba melongena L) On Blood Glucose Levels
Ririn Puspadewi, Adirestuti Putranti, Menawati and Pancreatic Β Cells Regeneration on
Rizka.2013. Khasiat Umbi Bawang Dayak White Rats Male Hypercholesterolemia-
(Eleutherine Bullbosa (Mill) Urb) Sebagai Diabetic. Research Journal of Pharmacy
Herbal Antimikroba Kulit. Kartika Jurnal and Technology, Vol 12 No.6. ISSN Online
Ilmiah Farmasi. ISSN 2354-6565 : 0974-360X. Hal : 2936-2942
Prabawati, R.K.. 2012. Mekanisme Seluler dan
Molekuler Resistensi Insulin. Program 171
Pasca Sarjana Ilmu Biomedik.Malang.
Hal 1-2.
R a h a y u , E . Y. M u d i t e , K . N o v e l i n a , S .
Agungpriyono, S. 2005. Studi Histologi
Sel Endokrin Ekstra Insular Pankreas
Kambing dan Domba Lokal. Jurnal
Veteriner. 6 (1) 25-30. Fakultas

Novi Fajar Utami, Oom Komala, Eki Andaresta PROSIDING POKJANAS TOI KE 57

AKTIVITAS ANTIBAKTERI Shigella dysenteriae DARI DAUN JERUK BALI (Citrus
maxima) BERDASARKAN PERBEDAAN METODE EKSTRAKSI

Novi Fajar Utami1), Oom Komala2), Eki Andaresta3)
1,3)Program Studi Farmasi, Fakultas MIPA – Universitas Pakuan

2)Program Studi Biologi, Fakultas MIPA – Universitas Pakuan

Bogor, Jawa Barat

Naskah diterima tanggal 26 Desember 2019

ABSTRACT
Pomelo leaves (Citrus maxima) contain secondary metabolites i.e. flavonoids and
saponins. Based on several studies, flavonoids and saponins can act as antibacterial.
Based on these indications, it is important to do research on the antibacterial potential
of pomelo leaf extract (Citrus maxima) against Shigella dysenteriae bacteria. This
study aims to determine the antibacterial activity of 96% ethanol extract of pomelo
leaves as a result of maceration and reflux methods to Shigella dysenteriae and
determine the total flavonoid content of 96% ethanol extract of pomelo leaves as a
result of maceration and reflux methods. This study was an experimental study by
determining the total flavonoid content of pomelo leaf extract and testing the
antibacterial activity of pomelo leaf extract resulting from maceration and reflux as
measured by the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Zone of Inhibition (ZOI)
against Shigella dysenteriae bacteria. The results of the study it was obtained 89.9 g of
reflux extract with a yield of 17.98±0.39% and maceration yield of 95.45 g with a yield of
19.09±0.49%. Flavonoid content of pomelo leaf extract from reflux was 1.49±0.01%
while maceration yield was 2.28±0.10%. Pomelo leaf extract from reflux and
maceration did not provide inhibition at concentrations of 5% to 30%, the results
showed that MIC from both extraction methods was at a concentration of 35%. The
highest ZOI was found in the 45% which was 10.92±0.08 mm on the results of the reflux
method and 9.15±0.03 mm on the results of the maceration method. The conclusion of
this study is that the extract from reflux results in greater ZOI and biggest of flavonoids
content.
Keywords: Citrus maxima, flavonoids, maceration, reflux, Shigella dysenteriae

ABSTRAK
Daun jeruk bali (Citrus maxima) mengandung senyawa metabolit sekunder berupa
flavonoid dan saponin. Berdasarkan beberapa penelitian, flavonoid dan saponin dapat
berperan sebagai antibakteri. Berdasarkan indikasi tersebut, maka penting dilakukan
penelitian tentang potensi antibakteri ekstrak daun jeruk bali (Citrus maxima) terhadap
bakteri Shigella dysenteriae. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas
antibakteri ekstrak etanol 96% daun jeruk bali hasil metode maserasi dan refluks
terhadap Shigella dysenteriae serta menentukan kadar flavonoid total ekstrak etanol
96% daun jeruk bali hasil metode maserasi dan refluks. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimental dengan menentukan kadar flavonoid total ekstrak daun jeruk
bali serta menguji aktivitas antibakteri ekstrak daun jeruk bali hasil maserasi dan
refluks yang diukur dengan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Diameter
Daerah Hambat (DDH) terhadap bakteri Shigella dysenteriae. Dari hasil penelitian
didapatkan ekstrak hasil refluks sebanyak 89,9 g dengan rendemen sebesar
17,98±0,39% serta hasil maserasi sebanyak 95,45 g dengan rendemen sebesar
19,09±0,49%. Kandungan flavonoid ekstrak daun jeruk bali hasil refluks sebesar
1,49±0,01% sedangkan hasil maserasi sebesar 2,28±0,10%. Ekstrak daun jeruk bali
hasil refluks dan maserasi tidak memberikan daya hambat pada konsentrasi 5%
sampai 30%, KHM kedua metode ekstraksi berada pada konsentrasi 35%. DDH
kedua metode ekstraksi terbesar terdapat pada konsentrasi 45% yaitu sebesar
10,92±0,08 mm pada hasil metode refluks dan 9,15±0,03 mm pada hasil metode
maserasi. Kesimpulan penelitian ini yaitu ekstrak hasil refluks memberikan DDH yang
lebih besar serta kadar flavonoid yang lebih tinggi.
Kata Kunci : Citrus maxima, flavonoid, maserasi, refluks, Shigella dysenteriae

Alamat korespondensi :
[email protected]

173

Farmakognosi dan Fitokimia Aktivitas Antibakteri Shigella dysenteriae

PENDAHULUAN refluks, botol maserasi, bunsen, cawan uap,
Bakteri Shigella dysenteriae merupakan cawan petri (Pyrex®), grinder (Airlux®),
inkubator (Memmert®), kertas cakram
penyebab disentri. Disentri merupakan salah (whatmann nomor 40), krus, mikropipet (Proline
satu jenis penyakit diare akut yang disertai plus®), neraca digital (Lab pro®), vacuum dryer
dengan tinja cair yang bercampur dengan darah (OSK 6513®), oven (Memmert®), ayakan mesh
dan lendir yang disebabkan oleh bakteri 40, tanur (Vulcan A-550®), spektrofotometer UV-
(Munfaati dkk., 2015). Salah satu tanaman yang Vis (V-730®), lemari pendingin(LG).
dapat bermanfaat sebagai antibakteri yaitu daun
jeruk bali (Citrus maxima). Daun jeruk bali Bahan-bahan yang digunakan pada
mengandung metabolit sekunder berupa penelitian ini: daun jeruk bali (Citrus maxima),
alkaloid, flavonoid, fenol, steroid, triterpenoid dan etanol 96%, etanol pro analis (p.a.), akuades
saponin (Azizah dkk., 2015). Senyawa flavonoid steril, nutrient agar, akuades, Shigella
dan saponin dapat berguna sebagai antibakteri. dysenteriae, kloramfenikol, quersetin, AlCl3, HCl,
Flavonoid memiliki mekanisme kerja Na asetat, spirtus, NaCl 0,9%.
mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak
membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi Pembuatan Simplisia
sedangkan saponin akan merusak membran Daun jeruk bali dipisahkan dari bagian
sitoplasma dan membunuh sel (Aiello,2012).
lainnya, kemudian dilakukan pencucian dengan
Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan air mengalir yang bersih dan dikeringkan
kandungan kimia yang dapat larut sehingga menggunakan oven hingga kering. Setelah
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan kering bahan tersebut dipisahkan dari pengotor
pelarut cair. Simplisia yang diekstrak lalu dihaluskan hingga berupa serbuk dan diayak
mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan menggunakan mesh 40.
senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, Pembuatan Ekstrak Etanol
karbohidrat, protein dain lain-lain (Depkes RI, a. Maserasi
2000). Maserasi memiliki kelebihan yaitu proses
pengerjaan dan peralatan yang digunakan Metode maserasi dilakukan dengan
sederhana serta mudah didapat sedangkan merendam serbuk simplisia daun jeruk bali
refluks memiliki kelebihan yaitu dapat digunakan sebanyak 500 g dalam 5.000 mL pelarut etanol
untuk mengekstraksi sampel yang mempunyai 96% (1:10), kemudian dilakukan pengocokan
tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. setiap 6 jam sekali dalam waktu 24 jam, lalu
(DepKes RI,1986). disaring untuk memisahkan ampas dan filtrat,
kemudian ampas tersebut dimaserasi
Pelarut yang digunakan yaitu etanol 96% menggunakan pelarut etanol 96%, proses
yang dapat menarik zat aktif pada daun jeruk bali maserasi dilakukan selama 4 hari, kemudian
yang bersifat polar. Etanol dapat melarutkan hasil masing-masing filtrat disatukan dan
hampir semua metabolit sekunder, khususnya dievaporasi menggunakan Vacuum dryer pada
untuk senyawa-senyawa yang banyak suhu 450C hingga diperoleh ekstrak kental
mengandung gugus hidroksil (-OH) dan yang (Depkes RI, 1986).
bersifat polar (Manaari dkk.,2014). b. Refluks

Flavonoid merupakan senyawa fenol Metode refluks dilakukan dengan cara
yang bersifat koagulator protein (Dwidjoseputro, memasukkan 500 g simplisia daun jeruk bali ke
1998), senyawa flavonoid dalam merusak dalam labu dasar bulat, kemudian ditambahkan
membran sel bakteri yaitu membentuk senyawa 5.000 mL etanol 96%. Labu dasar bulat kemudian
kompleks dengan protein ekstraseluler sehingga diset alat refluks dan serbuk simplisia direfluks
membran sel bakteri rusak dan diikuti dengan selama 6 jam pada suhu 700C. Hasil refluks
masuknya air yang tidak terkontrol ke dalam sel disaring sehingga diperoleh ekstrak daun jeruk
bakteri, hal ini menyebabkan pembengkakan dan bali. Ekstrak daun jeruk bali hasil refluks
akhirnya membran sel bakteri pecah (Black dan kemudian dievaporasi menggunakan Vacuum
Jacobs,1993). dryer pada suhu 450C hingga diperoleh ekstrak
kental (Depkes RI,1986).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan pada UJI FITOKIMIA
a. Uji Alkaloid
bulan Januari sampai dengan Maret 2019
bertempat di Laboratorium Farmasi dan Sebanyak 0,5 g sampel ditambahkan 1
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika mL HCl 2 N dan 9 mL akuades, dipanaskan di atas
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas penangas air selama 2 menit didinginkan dan
Pakuan,Bogor. disaring. Kemudian di uji dengan 3 pereaksi
Alat dan Bahan alkohol yaitu pereaksi bouchardat, dragendrof
dan pereaksi mayer. Hasil uji positif diperoleh bila
Alat-alat yang digunakan meliputi: alat terbentuk endapan coklat merah dengan
gelas (Pyrex®), autoklaf (All American®), alat

174

Novi Fajar Utami, Oom Komala, Eki Andaresta PROSIDING POKJANAS TOI KE 57

bouchardat ,endapan merah hingga jingga quersetin 100 ppm, dilakukan dengan cara
dengan dragendrof dan endapan putih dipipet 10 mL larutan standar 1000 ppm,
kekuningan dengan pereaksi mayer dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
(Hanani,2015). kemudian dilarutkan dengan etanol p.a. sampai
b. Uji Flavonoid tanda batas (100 ppm).
b. Penentuan Panjang Gelombang
Sebanyak 0,5 g sampel dilarutkan dalam
5 mL etanol 96%. Larutan sampel diambil 2 mL, Maksimum
ditambahkan sedikit 0,1 g serbuk Mg, dan Sebanyak 5 mL larutan standar quersetin
ditambahkan 10 tetes HCl pekat dari sisi tabung dalam etanol konsentrasi 100 ppm dimasukkan
serta dikocok perlahan. Warna merah atau jingga dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan 15 mL
terbentuk menunjukan adanya flavonoid, jika etanol p.a., lalu ditambahkan 1 mL aluminium
terjadi warna kuning jingga menunjukan adanya klorida 10%, 1 mL natrium asetat 1 M dan air
flavon, khalkol, dan auron. (Hanani, 2015). suling sampai batas. Dikocok homogen lalu
c. Uji Saponin didiamkan selama 30 menit, diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 400-
Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke 450 nm menggunakan spektrofotometer.
dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air c. Penentuan Waktu Inkubasi Optimum
panas, didinginkan, dan dikocok kuat-kuat Sebanyak 5 mL larutan standar quersetin
selama 10 detik. Hasil positif ditandai dengan 100 ppm dimasukkan dalam labu ukur 50 mL,
terbentuknya buih hingga stabil selama tidak ditambahkan 15 mL etanol p.a., lalu ditambahkan
kurang dari 1 menit (Hanani, 2015). 1 mL aluminium klorida 10%, 1 mL natrium asetat
d. Uji Tanin 1 M dan akuades sampai batas. Kemudian
dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu kamar.
Sebanyak 0,2 g sampel dilarutkan dalam Serapan diukur pada panjang gelombang
2 mL akuades di dalam sebuah tabung uji. Dua maksimum pada 5, 10, 15, 20, 25, 30 menit dan
atau tiga tetes larutan FeCl3 1% ditambahkan ke 35 menit, sehingga didapat waktu optimum yang
dalam larutan ekstrak tersebut. Jika terbentuk stabil.
warna biru-hijau maka ekstrak tersebut d. Penentuan Kurva Standar
mengandung tanin (Cathecin tanin). Sedangkan Deret standar quersetin 2, 4, 6, 8, dan 10
jika terbentuk biru hitam maka ekstrak tersebut ppm dibuat dari larutan 100 ppm, sebanyak 1, 2,
mengandung tanin (Galic tanin) (Hanani, 2015). 3, 4, 5 mL larutan standar 100 ppm dipipet ke
dalam labu ukur 50 mL. Kemudian ditambahkan
PENETAPAN KADAR FLAVONOID etanol p.a. 15 mL, lalu ditambahkan 1 mL
Penetapan kadar flavonoid dilakukan aluminium klorida 10%, 1 mL natrium asetat 1 M
dan diencerkan dengan akuades sampai batas.
sesuai metode Chang et al., 2002. Berikut Dikocok homogen lalu dibiarkan selama waktu
merupakan tahapannya: optimum, diukur absorbansinya pada panjang
a. Pembuatan Larutan Pereaksi gelombangmaksimum.
Pengukuran absorbansi tersebut dibuat
Pembuatan larutan pereaksi, meliputi: kurva antara konsentrasi larutan standar
1. Pembuatan Natrium Asetat 1 M ditimbang quersetin dengan nilai absorban yang diperoleh
dengan seksama 8,2 gram natrium asetat, dan akan dihasilkan persamaan regresi linier (y=
kemudian dilarutkan dengan air suling sampai bx + a). Persamaan regresi ini untuk menghitung
tanda batas pada labu ukur 100 mL, lalu diaduk kadar ekstrak (ppm) dengan memasukkan
hingga homogen. absorban ekstrak sebagai nilai y ke dalam
2. Pembuatan Aluminium Klorida 10% persamaan.
e. Penetapan Kadar Flavonoid
Ditimbang dengan seksama 10 gram Sebanyak 50 mg ekstrak kental etanol
aluminium klorida, kemudian dilarutkan dengan 96% daun jeruk bali ditimbang lalu dilarutkan
natrium asetat hingga larut, lalu ditambahkan dengan etanol p.a. sampai 50 mL. Dipipet
akuades sampai tanda batas pada labu ukur sebanyak 10 mL dari larutan ekstrak ke dalam
100mL. labu ukur 50 mL lalu ditambahkan etanol p.a.
3. Pembuatan Larutan Blanko sebanyak 15 mL, ditambahkan 1 mL aluminium
klorida 10%, 1 mL natrium asetat 1 M dan
Ke dalam labu ukur 25 mL dipipet 2,5 mL akuades sampai batas. Dikocok homogen lalu
aluminium klorida 10%, kemudian ditambahkan didiamkan selama waktu optimum, lalu serapan
2,5 mL natrium asetat 1 M dan ditambahkan 15 diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada
mL etanol p.a. lalu ditambahkan akuades sampai panjang gelombang maksimum (Chang
tanda batas. etal.,2002). Absorban yang dihasilkan
4. Pembuatan Standar Induk Quersetin 100 dimasukkan ke dalam persamaan regresi dari

ppm 175
Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
quersetin 100 mg yang sudah ditimbang
seksama lalu dilarutkan dengan etanol p.a.
sampai tanda batas kemudian dihomogenkan
(1000 ppm). Untuk mendapatkan larutan standar

Farmakognosi dan Fitokimia Aktivitas Antibakteri Shigella dysenteriae

kurva standar quersetin (Saifudin dkk., 2011). g. Pada tabung kelima, dimasukkan 1 mL
suspensi bakteri dari tabung keempat, kemudian
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI diencerkan menggunakan 9 mL larutan fisiologis,
1. Penyiapan Inokulum diaduk hingga homogen, didapat bakteri dengan
a. Sterilisasi Alat dan Bahan konsentrasi 105.
h. Pada tabung keenam, dimasukkan
Alat yang digunakan untuk pengujian 1 mL suspensi bakteri dari tabung kelima,
disterilkan dengan cara dibungkus kertas polos kemudian diencerkan menggunakan 9 mL larutan
terlebih dahulu, dimasukkan ke dalam autoklaf fisiologis, diaduk hingga homogen, didapat
pada suhu 1210C selama 15 menit, kemudian bakteri dengan konsentrasi 106.
alat-alat dimasukkan ke dalam oven untuk i. Media biakan nutrient agar diinkubasi
dikeringkan pada suhu 1000C selama 30 menit. selama 24 jam dengan suhu 370C. Setelah
b. Pembuatan Media Bakteri bakteri tumbuh, biakan disimpan
dalamlemaripendingin pada suhu 40C sebagai
Media bakteri yang digunakan yaitu stok.
nutrient agar. Dalam 1 L akuades dicampurkan
dengan 28 g medium agar lalu suspensikan. 2. Pembuatan Larutan Uji dan Pembanding
Diaduk agar homogen, sterilkan menggunakan a. Larutan Uji
autoklaf selama 15 menit dengan suhu 1210C,
kemudian dituang sebanyak 20 mL ke dalam Dibuat bermacam-macam konsentrasi
cawan petri di dekat api bunsen, di simpan plate ekstrak daun jeruk bali yaitu 5% 7,5%, 10%,
media nutrient agar pada inkubator dengan suhu 12,5%, 15%,20%, 25%, 30%, 35%, 40% dan
300C (perlakuan uji sterilisasimedia). 45% menggunakan pelarut DMSO 10% 1 mL lalu
c. Penyiapan Isolat Bakteri ditambahkan akuades hinggal tanda batas labu
ukur 10 mL.
Penyiapan isolat bakteri,meliputi: b. Larutan Pembanding
1. Peremajaan Bakteri
Kloramfenikol 10 ppm digunakan sebagai
Secara aseptis diambil isolat bakteri ke kontrol positif untuk bakteri Shigella dysenteriae
dalam nutrient agar lalu diinkubasi pada suhu serta DMSO dan akuades sebagai kontrol
370C selama 24 jam. (Disimpan biakan yang negatif. Kloramfenikol 10 ppm diperoleh dengan
sudah tumbuh pada suhu 40C di lemari pendingin cara melarutkan 100 mg kloramfenikol dalam
sebagai stok). akuades sampai 100 mL pada labu ukur.
2. Pengenceran Bakteri Kemudian dipipet 1 mL dari larutan tersebut dan
diencerkan kembali dalam 100 mL akuades,
Pengenceran bakteri untuk pengujian didapat konsentrasi 10 ppm.
antibakteri digunakan bakteri dengan konsentrasi
106, perlakuan ini harus selalu dekat dengan api 3. Uji Antimikroba
bunsen. Cara pengenceran bakteri,yaitu: a. Pembuatan Kertas Cakram
a. Dibuat 1 mL suspensi bakteri dengan
kekeruhan yang sama dengan 1 McFarland. Kertas saring whatman no. 40 dipotong
b. Dilakukan pengenceran bakteri, menjadi kertas cakram dengan diameter 6 mm,
menggunakan enam (6) tabung reaksi yang berisi disimpan pada cawan petri lalu disterilkan dalam
9 mL larutan fisiologis (NaCl0,9%). autoklaf selama 15 menit pada suhu 1210C.
c. Pada tabung pertama,dimasukkan 1 mL Direndam kertas cakram dalam ekstrak, kontrol
suspensi bakteri, kemudian diencerkan positif dan kontrol negatif selama 24 jam, lalu
menggunakan 9 mL larutan fisiologis, diaduk dikeringkan menggunakan oven pada suhu 400C.
hingga homogen, didapat bakteri dengan Ditetesi 20 μL ekstrak lalu dikeringkan
konsentrasi 101 menggunakan oven.
d. Pada tabung kedua, dimasukkan 1 mL b. Uji Diameter Daerah Hambat
suspensi bakteri dari tabung pertama, kemudian
diencerkan menggunakan 9 mL larutan fisiologis, Digunakan metode difusi Kirby Bauer
diaduk hingga homogen, didapat bakteri dengan untuk uji sensitivitas. Pada metode ini dilihat
konsentrasi 102. daerah atau zona bening yang dihasilkan di
e. Pada tabung ketiga, dimasukkan 1 mL sekitar kertas cakram. Pada media nutrient agar
suspensi bakteri dari tabung kedua, kemudian hangat ditambahkan 0,2 mL bakteri, aduk hingga
diencerkan menggunakan 9 mL larutan fisiologis, homogen dan didiamkan agar memadat, lalu
diaduk hingga homogen, didapat bakteri dengan kertas cakram yang sudah bercampur dengan
konsentrasi 103. ekstrak pada konsentrasi 35%, 40% dan 45%
f. Pada tabung keempat, dimasukkan 1 mL diletakkan pada permukaan agar kemudian di
suspensi bakteri dari tabung ketiga, kemudian inkubasi selama 24 jam pada
diencerkan menggunakan 9 mL larutan fisiologis,
diaduk hingga homogen, didapat bakteri dengan suhu 370C, diukur dengan jangka sorong
konsentrasi 104. zona bening di sekitar cakram.

176

Novi Fajar Utami, Oom Komala, Eki Andaresta PROSIDING POKJANAS TOI KE 57

c. Uji Konsentrasi Hambat Minimum Gambar 1. Simplisia Daun Jeruk Bali
Pada 20 mL media nutrient agar
Gambar 2. Ekstrak Etanol Daun Jeruk Bali
dimasukan bakteri Shigella dysenteriae
sebanyak 0,2 mL, lalu ditambahkan 1 mL ekstrak saponin.
pada konsentrasi uji, kemudian diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 370C dalam inkubator, PENETAPAN KADAR FLAVONOID
diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri Pada penetapan kadar flavonoid,
setelah inkubasi. Menurut Hadioetomo (1985)
konsentrasi terendah dari ekstrak yang tidak digunakan senyawa quersetin sebagai standar
menyebabkan pertumbuhan bakteri pada cawan karena merupakan flavonoid golongan flavonol.
petri merupakan konsentrasi hambat minimum Pengukuran serapan panjang gelombang
(KHM). maksimum dilakukan pada rentang 400-450 nm
(Chang et al., 2002). Pada penelitian ini panjang
PARAMETER YANG DIAMATI gelombang maksimum yang didapat yaitu 430
1. M e n e n t u k a n K o n s e n t r a s i H a m b a t nm, digunakan untuk mendapatkan nilai
Minimum (KHM) dari ekstrak daun jeruk bali absorbansi yang memberikan sensitivitas
berdasarkan perbedaan metode ekstraksi pengukuran tertinggi. Nilai absorbansi yang stabil
(maserasi dan refluks) sebagai antibakteri. dari hasil pencampuran larutan quersetin dengan
2. Menentukan Diameter Daerah Hambat pereaksi alumunium klorida terjadi pada menit ke
(DDH)dari ekstrak daun jeruk bali sebagai 30. Hasil ini menunjukan bahwa waktu inkubasi
antibakteri. optimum terdapat pada menit ke 30.
3. Menentukan kadar senyawa flavonoid
yang terkandung dalam ektrak daun jeruk bali. Panjang gelombang maksimum dan
waktu inkubasi optimum tersebut digunakan
ANALISIS DATA untuk mengukur serapan kurva kalibrasi dan
Analisis data digunakan untuk sampel ekstrak etanol 96% hasil metode
maserasi dan refluks. Menurut penelitian
mengetahui pengaruh metode ekstraksi terhadap Permadi (2018) panjang gelombang maksimum
diameter daerah hambat serta menyimpulkan pada penetapan kadar flavonoid yaitu 430 nm,
hasil penelitian. Pada penelitian ini digunakan waktu inkubasi optimum pada menit ke 30
metode eksperimen Rancangan Acak Kelompok (Haeria, 2018). Dari kurva kalibrasi didapat
(RAK) dengan 2 metode ekstraksi (maserasi dan persamaan regresi linier yaitu y= 0,0933x +
refluks), 5 perlakuan (35%, (-0,0103) dengan nilai koefisien korelasi (r)
sebesar 0,999. Nilai r yang mendekati 1
40%, 45%, kontrol positif dan kontrol menunjukan kurva kalibrasi linier berhubungan
negatif) dan dilakukan sebanyak 3 kali dengan konsentrasi larutan quersetin dengan
pengulangan. Kemudian dilakukan uji lanjut nilai serapan. Hasil penetapan kadar flavonoid
Duncan untuk mengetahui adanya pengaruh dapat dilihat pada Tabel 1.
antar perlakuan.
Berdasarkan data di atas kadar flavonoid
HASIL DAN PEMBAHASAN ekstrak etanol 96% daun jeruk bali hasil metode
Pada penelitian ini digunakan 5.500 g refluks lebih banyak dibandingkan hasil metode
maserasi. Hal ini dikarenakan, mekanisme kerja
daun jeruk bali segar, lalu diperoleh simplisia
serbuk daun jeruk bali sebanyak 2.200 g dengan 177
rendemen sebesar 40%. Simplisia serbuk daun
jeruk bali kemudian diesktraksi menggunakan
etanol 96% dengan metode maserasi dan refluks.
Ekstrak hasil maserasi didapat sebanyak 89,9 g
dengan rendemen sebesar 17,98±0,39% serta
hasil maserasi sebanyak 95,45 g dengan
rendemen sebesar 19,09±0,49%. Simplisia
serbuk daun jeruk bali dapat dilihat pada Gambar
1. dan ekstrak etanol daun jeruk bali dapat dilihat
pada Gambar 2.

UJI FITOKIMIA
Penentuan uji fitokimia dilakukan untuk

mengetahui kandungan metabolit sekunder yang
terdapat dalam simplisia dan ekstrak daun jeruk
bali. Berdasarkan hasil uji fitokimia, simplisia dan
ekstrak etanol 96% daun jeruk bali mengandung
senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid dan

Farmakognosi dan Fitokimia Aktivitas Antibakteri Shigella dysenteriae

Tabel 1. Hasil Penetapan Kadar Flavonoid Gambar 3. Hasil Uji Konsentrasi Hambat
Minimum Hasil Metode
Samp el Kadar Rata-rata Maserasi
Ek st rak Flavonoid (%)
Gambar 4. Hasil Uji Konsentrasi Hambat
Maserasi I (%) 1,49±0,0 1 Minimum Hasil Metode
Maserasi II 2,28±0,1 0 Refluks
Refluks I 1,48
RefluksII 1,50 1 aktivitas antibakteri. Aktivitas antibakteri tersebut
2,36 disebabkan oleh kandungan metabolit sekunder
2,2 yang terdapat pada ekstrak etanol 96% daun
jeruk bali seperti flavonoid dan saponin. Gambar
dari ekstraksi refluks yaitu melibatkan gerakan Diameter Daerah Hambat (DDH) dapat dilihat
sampel dan pelarut berputar melewati pendingin pada Gambar 5 dan Gambar 6. Hasil pengujian
balik karena proses konveksi yang dipengaruhi diameter daerah hambat (DDH) dapat dilihat
oleh suhu sedangkan pada ekstraksi maserasi pada Tabel 2.
hanya melibatkan kepolaran pelarut untuk
menarik komponen yang diinginkan dengan cara Pada Tabel 2 menunjukan pengujian
perendaman sampel pada suhukamar.
Gambar 5. Hasil Uji Diameter Daerah
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI Hambat Hasil Metode
a. Konsentrasi Hambat Minimum Maserasi

Berdasarkan h a s i l p e n g a m a t a n Gambar 6. Hasil Uji Diameter Daerah Hambat
pengujian konsentrasi hambat minimum (KHM) Hasil Metode Refluks
ektrak etanol 96% daun jeruk bali hasil metode
maserasi dan refluks, pada konsentrasi 20% hasil
metode refluks sudah menunjukan adanya daya
hambat yang ditandai dengan pertumbuhan
koloni bakteri yang sedikit pada media nutrient
agar, semakin meningkat konsentrasi ekstrak
maka semakin sedikit pertumbuhan koloni bakteri
tersebut. Koloni bakteri tidak tumbuh pada
konsentrasi 35%, hasil ini menunjukan bahwa
pada konsentrasi tersebut merupakan
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak
etanol 96% daun jeruk bali hasil metode refluks
terhadap bakteri Shigella dysenteriae.
Sedangkan pada konsentrasi 20% hasil metode
maserasi terdapat banyak pertumbuhan koloni
bakteri, tetapi semakin meningkat konsentrasi
ekstrak maka semakin sedikit pertumbuhan
koloni bakteri tersebut. Pada konsentrasi 35%
menunjukan adanya daya hambat terhadap
bakteri Shigella dysenteriae ditandai dengan
tidak adanya pertumbuhan koloni bakteri. Oleh
karena itu KHM hasil metode maserasi berada
pada konsentrasi 35%. Hasil Uji KHM dapat
dilihat pada Gambar 3. dan Gambar 4.
a. Diameter Daerah Hambat

Pengujian Diameter Daerah Hambat
(DDH) ditandai dengan adanya zona bening di
sekitar kertas cakram. Aktivitas antibakteri
dilakukan dengan mengukur diameter daerah
hambat dengan dua metode ekstraksi yaitu
maserasi dan refluks menggunakan konsentrasi
hasil uji KHM yaitu 35%, 40% dan 45%, serta
digunakan kloramfenikol 10 ppm sebagai kontrol
positif dan campuran DMSO dan akuades
sebagai kontrol negatif. Terbentuknya zona
bening pada masing-masing konsentrasi di
sekitar kertas cakram menunjukan adanya

178

Novi Fajar Utami, Oom Komala, Eki Andaresta PROSIDING POKJANAS TOI KE 57

Tabel 2. Diameter Daerah Hambat dan saponin. Flavonoid merupakan senyawa
yang bersifat polar sehingga lebih mudah
Metode Konsentrasi Rata-rata menembus lapisan peptidoglikan yang bersifat
(mm) polar daripada lapisan lipid yang nonpolar (Dewi,
2010), Dinding sel bakteri Shigella dysenteriae
Maserasi I 35% 8,08±0,03 yang mengandung lapisan peptidoglikan dapat
ditembus oleh senyawa metabolit sekunder yaitu
40% 8,41±0,02 flavonoid. Senyawa flavonoid dapat menembus
45% 9,08±0,06 dinding sel bakteri dengan mudah sehingga
pertumbuhan bakteri menjadi menurun dalam
Kontrol Positif 13,66±0,57 jumlah yang banyak. Dinding bakteri yang
Kontrol Negatif 0 terkena flavonoid akan kehilangan permeabilitas
sel (Nurul, 2015).
Maserasi 35% 8,10±0,03
II Saponin sebagai antibakteri dan antifungi
40% 8,47±0,04 menyebabkan kerusakan protein dan enzim di
45% 9,15±0,03 dalam sel. Saponin dapat berdifusi melalui
membran luar dan dinding sel bakteri yang rentan
Kontrol Positif 15 kemudian mengikat membran sitoplasma
Kontrol Negatif 0 sehingga mengganggu dan mengurangi
kestabilan sel. Hal ini menyebabkan sitoplasma
Refluks I 35% 9,44±0,04 bocor keluar dari sel yang mengakibatkan
kematian sel bakteri (Taufiq dkk., 2015).Saponin
40% 9,96±0,15 bersifat sebagai surfaktan yang berbentuk polar
45% 10,92±0,08 akan menurunkan tegangan permukaan
membran sterol dari dinding sel Shigella
Kontrol Positif 15,66±1,15 dysenteriae, sehingga menyebabkan gangguan
Kontrol Negatif 0 permeabilitas membran yang berakibat
pemasukan bahan atau zat-zat yang diperlukan
Reflluks II 35% 9,35±0,02 dapat terganggu akhirnya sel membengkak dan
pecah (Fitriani dkk.,2013).
40% 9,92±0,08
45% 10,90±0,05 Hasil analisis statistik dengan uji sidik
Kontrol Positif 14,66±0,57 ragam Anova pada perbedaan metode ekstraksi
diperoleh Sig. sebesar 0,000 dan nilai α sebesar
Ko n tr olN eg atif 0 0,05 membuktikan bahwa terdapat pengaruh
perbedaan metode ekstraksi yang nyata
Keterangan : (signifikan) terhadap diameter daerah hambat.
Kontrol Positif = Kloramfenikol 10 ppm Selanjutnya pada perbedaan konsentrasi uji
Kontrol Negatif = Akuades dan DMSO menunjukan Sig. sebesar 0,000 dan nilai α
sebesar 0,05 membuktikan bahwa terdapat
diameter daerah hambat (DDH) ekstrak etanol pengaruh perbedaan konsentrasi uji yang nyata
96% daun jeruk bali hasil metode maserasi dan (signifikan) terhadap diameter daerah hambat.
refluks terhadap bakteri gram negatif Shigella Kemudian dilakukan uji lanjut Duncan untuk
dysenteriae. Data diatas menunjukan diameter mengetahui adanya pengaruh antar perlakuan.
daya hambat ekstrak etanol 96% daun jeruk bali
hasil metode refluks lebih baik dibandingkan Pada perbedaan metode ekstaksi, hasil
dengan hasil metode maserasi, dapat dilihat perlakuan maserasi ulangan I dan II memberikan
dengan diameter daya hambat yang lebih besar. pengaruh yang sama terhadap diameter daerah
Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh suhu hambat karena berada dalam subset yang sama,
ekstraksi, pada metode refluks digunakan suhu begitu pula dengan hasil perlakuan refluks
700C sehingga dapat mempercepat proses ulangan I dan II memberikan pengaruh yang
ektraksi dibandingkan pada metode maserasi sama terhadap diameter daerah hambat karena
dengan suhu ruang (Suhardiman, 2018). berada dalam subset yang sama. Tetapi hasil
perlakuan maserasi I dan II memberikan
Pada penelitian ini digunakan kontrol pengaruh diameter daerah hambat yang berbeda
positif kloramfenikol 10 ppm didapat diameter dibandingkan hasil perlakuan refluks I dan refluks
daya hambat sebesar 15mm±0,47 mm. Kontrol II karena berada dalam subset yang berbeda.
negatif yang digunakan adalah campuran DMSO
dan akuades dengan diameter daya hambat Pada perbedaan konsentrasi larutan uji
sebesar 0 mm. Pelarut DMSO 10% merupakan yaitu 35%, 40% dan 45%, masing- masing
pelarut organik dan tidak bersifat bakterisidal konsentrasi tersebut memberikan pengaruh
(Reynolds, 1996). Selain itu, dimethylsulfoxide diameter daerah hambat yang berbeda karena
(DMSO) dapat melarutkan senyawa polar berada dalam subset yang berbeda.
maupun nonpolar dan biasa digunakan sebagai
pengencer ekstrak untuk memperoleh ekstrak 179
dengan kadar konsentrasi tertentu (Assidqi,
2012).

Ekstrak daun jeruk bali mengandung
senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid

Farmakognosi dan Fitokimia Aktivitas Antibakteri Shigella dysenteriae

KESIMPULAN DAN SARAN Tumbuhan. Jakarta. Erlangga.
a. Kesimpulan Hanani, Endang. 2015. AnalisisFitokimia.

Aktivitas antibakteri Shigella dysenteriae Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
dari ekstrak etanol 96% daun jeruk bali hasil Haeria, Nurshalati T., dan Munadiah. 2018.
metode refluks lebih baik dengan KHM pada
konsentrasi 35% dan DDH sebesar 10,92±0,08 Penentuan Kadar Flavonoid Dan
mm pada konsentrasi 45% dibandingkan hasil Kapasitas Antioksidan Ekstrak Etanol
metode maserasi dengan KHM pada konsentrasi Kulit Batang Kelor (Moringa oleifera L)
35% dan DDH sebesar 9,15±0,03 mm pada dengan Metode DPPH, CUPRAC Dan
konsentrasi 45% terhadap Shigella dysenteriae. F R A P. J u r n a l F a r m a s i F a k u l t a s
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UINAM.
Kadar flavonoid ekstrak etanol 96% daun Vol.6. No.2. Hal90-96.
jeruk bali hasil metode refluks lebih besar yaitu Hadioetomo, Ratna S. 1985. Mikrobiologi Dasar-
2,28±0,10% dibandingkan hasil maserasi dasar Praktik. Gramedia. Jakarta.
sebesar1,49±0,01%. Munaari, Chaleb, Edi S., dan Julius P. 2014.
b. Saran Aktivitas Penangkal Radikal Hidroksil
Fraksi Flavonoid dari Limbah Tongkol
Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut Jagung Pada Tikus Wistar. Jurnal
dengan metode ekstraksi bertingkat dari daun MIPAUNSRAT Online. Vol. 3. No. 2. Hal.
jeruk bali yang berpotensi sebagai antibakteri. 136.
Munfaati, Putri N., Ratnasari, E., dan Trimulyono,
Perlunya dilakukan penetapan kadar G. 2015. Aktivitas Senyawa Antibakteri
saponin dari ekstrak daun jeruk bali yang Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus
berpotensi sebagai antibakteri. niruri) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Shigella dysenteriae Secara in Vitro.
UCAPAN TERIMAKASIH LenteraBio. Vol. 4. No. 1. Hal. 64-65.
Fakultas Matematika dan Ilmu Permadi, Afif, Sutanto, Sri W. 2018.
Perbandingan Metode Ekstraksi
Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan atas Bertingkat Dan Tidak Bertingkat
dukungannya dalam penelitian ini. Terhadap Flavonoid Total Herba Ciplukan
(Physalis angulata L.) Secara
DAFTAR PUSTAKA Kolorimetri. Jurnal Online Mahasiswa
Aiello, Susan E. 2012. The Merck Etinary Manual. (JOM) Bidang Farmasi. Vol. 1. No. 1 . Hal.
8.
Merck Sharp & Dohme Corp. USA. Reynolds, James. E. F. 1996. Martindale, The
Assidqi, Khoirunnisa, Wahyu T., dan Setyawati S. Extra Pharmacopeia 31th Edition. The
Royal Pharmaceutical. Society Press.
2012. Potensi Ekstrak Daun Patikan London.
Kebo (Euphorbia hirta) Sebagai Saifudin, Aziz, Viesa R., dan Hilwan Y. T. 2011.
A n t i b a k t e r i Te r h a d a p A e r o m o n a s Standarisasi Bahan Obat Alam.
hydrophila Secara In Vitro. Journal of Yogyakarta. Graha Ilmu.
Marine and Coastal Science. Vol. 1 No. 2. Suhardiman, Ari, Dadang J., Maryzka D. 2018. Uji
Hal. 117. Antibakteri Rimpang Gandasuli
Azizah, Nur, Afghani J., dan Harlia. 2015. (Hedychium coronarium) Terhadap
Aktivitas Anti Rayap Ekstrak Daun Jeruk Bakteri Staphylococcus Aureus dan
Bali (Citrus maxima (Burm.) Merr.) Escherichia coli dengan Perbandingan
Terhadap Rayap Tanah Coptotermes sp. Metode Ekstraksi. Journal of
Jurnal Kimia Khatulistiwa. Vol. 4. No. 3. Pharmacopolium. Vol. 1. No. 2. Hal.62-
Hal. 33-39. 68.
Black, Joyce M. dan Jacobs E. M. 1993. Medical
Surgical Nursing (4th Edition). W.B.
Saunders Company. Philadelphia.
Chang, Chia C., Yang Ming H., Wen Hwei M.,
Chern Jiing C. 2002. Estimationof Total
Flavonoid Content in Propolis by Two
Complementary Colorimetric Methods.
Journal of Food and Drug Analysis. Vol.
10. Hal. 178-182.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1986. Sediaan Galenik. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2000. Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat. Jakarta. Dirjen POM.
Dwidjoseputro. 1988. Pengantar Fisiologi

180


Click to View FlipBook Version