142 3. Kram otot tungkai Pada bagian paha yang letaknya sejajar ujung jari tengah pada posisi tubuh berdiri dan lengan menggantung di sisi paha. Di bawah tonjolan tulang, sisi bawah luar lutut Di lekukan bagian bawah otot betis. 4. Nyeri pinggang Pemijatan pada lokasi yang letaknya di pinggang sejajar dengan pusar, selebar 2 jari tangan ke samping kiri dan kanan dari garis tengah tubuh Lokasi yang terletak di pertengahan lipat lutut
143 5. Mual dan Muntah Akupresur untuk mengatasi mual dan muntah dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang letaknya 3 jari di atas pertengahan. Pergelangan tangan bagian dalam. Lokasi yang terletak di garis tengah tubuh depan di pertengahan ujung bawah tulang dada dengan pusar. Lokasi yang terletak pada 4 jari di bawah tempurung lutut di tepi luar tulang kering.
144 6. Meningkatkan daya tahan tubuh Pemijatan pada lokasi yang letaknya 4 jari di atas mata kaki bagian dalam. Lokasi yang terletak 4 jari di bawah tempurung lutut di tepi luar tulang kering. 7. Sesak napas Pemijatan pada lokasi yang letaknya di bawah tengkuk, setengah jari ke arah luar. Lokasi yang terletak di garis tengah tubuh bagian depan setinggi sela iga ke-4 (sejajar dengan puting susu). Lokasi yang terletak pada pertengahan antara tulang tempurung lutut dengan mata kaki bagian luar, 2 jari tepi luar tulang kering.
145 8. Sembelit Pemijatan pada lokasi yang letaknya 4 jari ke atas dari punggung pergelangan tangan segaris jari tengah.
146 C. TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) Dalam penatalaksanaan asuhan mandiri kesehatan tradisional pemanfaatan TOGA dan Akupresur tetap harus DIDAHULUI dengan KONSULTASI pada tenaga kesehatan agar tidak terjadi komplikasi atau perburukan kondisi kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan akupresur 1. Syarat bahan Dalam memilih bahan ramuan tanaman obat, seperti: akar, rimpang, umbi, kulit batang, kayu, daun, bunga, buah, atau seluruh tanaman (herba) harus memperhatikan: • Bahan dan buah segar, tidak keriput, telah tua/matang/masak sempurna • Kulit batang tidak retak • Daun, bunga, kulit, umbi berwarna cerah, tidak berubah warna atau layu • Masih dalam keadaan utuh • Tidak rusak oleh hama dan penyakit tanaman lainnya, tidak bercendawan / berjamur atau akar yang berlumut • Bahan yang digunakan harus dicuci dengan air bersih yang mengalir
147 2. Meramu Peralatan yang digunakan untuk membuat ramuan tanaman obat: • Periuk/kuali dari tanah liat atau panci dari bahan gelas/kaca, email atau bahan anti karat (stainless steel) • Spatula/pengaduk yang terbuat dari bahan kayu • Saringan dari bahan kain, plastik, atau nilon • Pisau stainless steel Pembuatan ramuan obat tradisional dari bahan-bahan segar dilakukan dengan mendidihkan air terlebih dahulu, kemudian bahan dimasukkan, dan dibiarkan selama 10-15 menit di atas api kecil dalam keadaan panci tertutup Urutan memasukkan bahan tanaman obat dalam merebus, dahulukan yang keras yaitu batang kayu, kulit dan akar, setelah itu masukkan bahan yang lebih lunak yaitu umbi, bunga dan daun Jangan menggunakan peralatan dari bahan alumunium, timah,atau tembaga karena mudah bereaksi dengan tanaman obat sehingga dapat meracuni dan mengurangi khasiat tanaman obat tersebut
148 Keluhan kesehatan ringan yang dapat ditanggulangi dengan asuhan mandiri kesehatan tradisional dengan pemanfaatan TOGA antara lain: 1. Susah Tidur Bahan ramuan: - Biji pala 1/5 bagian - Madu 1 sendok makan - Air panas 1 cangkir Cara Pembuatan: 1/5 bagian biji pala ditumbuk halus. Seduh dengan 1 cangkir air hangat dan madu 1 sendok makan. Cara Pemakaian: Diminum 1-2 kali sehari dalam keadaaan hangat. 2. Sakit kepala Bahan ramuan: - Bawang putih 1 ruas ibu jari - Pegagan 1 jumput - Air 1 ½ gelas Cara Pembuatan: Bawang putih dimemarkan, campurkan semua bahan kemudian direbus dalam air mendidih selama 10-15 menit dengan api kecil. Cara Pemakaian: Ramuan diminum 3 kali sehari, masing-masing 1/3 gelas. Perhatian: Tidak diperkenankan bagi yang sedang mengkonsumsi obat pengencer darah dan yang sensitif terhadap bawang putih.
149 3. Kram otot Bahan ramuan : - Daun landep ½ genggam - Kapur sirih ½ genggam - Air matang 2 sendok makan Cara Pembuatan : Daun landep dari jenis berbunga kuning ditumbuk halus dengan kapur sirih, tambahkan air dan aduk sampai rata. Cara Pemakaian : Dilumurkan di bagian yang sakit 2 kali sehari. Perhatian : Hindari pemakaian pada kulit yang peka. 4. Nyeri pinggang Bahan ramuan : - Jahe merah 1 jempol - Sereh 2 batang - Gula merah 1 sendok makan - Garam seujung sendok teh - Air 2 gelas Cara Pembuatan : Jahe dibakar dan memarkan, masukkan bersama sereh dalam air mendidih. Tunggu 10 menit tambahkan gula merah serut dan garam, aduk-aduk dan dinginkan Cara Pemakaian : Minum 2 kali sehari
150 5. Mual dan Muntah Bahan ramuan : - Jahe 2 ibu jari - Gula merah secukupnya - Air 1 ½ gelas Cara Pembuatan : Didihkan air terlebih dahulu, setelah itu masukkan jahe yang telah dikupas dan dimemarkan, tambahkan gula merah yang telah dipotong kemudian diaduk. Tutup panci dan matikan kompor. Diminum dalam keadaan hangat-hangat kuku. Cara Pemakaian : Minum ramuan jahe 2 - 3 kali sehari sampai rasa mual hilang. Perhatian: Hindari penggunaan untuk penderita nyeri lambung. 6. Meningkatkan daya tahan tubuh Bahan Ramuan: - Jahe emprit / jahe merah 1 ibu jari - Pegagan 1 jumput - Temulawak 1 iris - Gula Merah secukupnya - Air 1 ½ gelas Cara Pembuatan : Jahe dan temulawak dimemarkan. Pegagan dan gula merah dipotong kecil-kecil. Semua bahan dicampur dan direbus di dalam air mendidih selama 10-15 menit dengan api kecil. Cara Pemakaian : Ramuan diminum hangat-hangat 2 kali sehari sebanyak 1 gelas. Perhatian: Hindari penggunaan bagi yang sedang mengonsumsi pengencer darah.
151 7. Sesak napas Bahan Ramuan: - Patikan kebo 4 batang - Gula secukupnya - Air 3 gelas Cara Pembuatan : Masukkan Patikan kebo kedalam air mendidih biarkan selama 10 menit masukkan gula secukupnya. Cara Pemakaian : Diminum 3 kali sehari 8. Sembelit Bahan Ramuan: - Buah mengkudu masak 2 buah - Garam Secukupnya Cara Pembuatan : Buah mengkudu diparut, diberi garam sedikit, diperas, disaring. Cara Pemakaian : Diminum 2 kali sehari
152 BAB PEMELIHARAAN KEAMANAN DAN KEBERSIHAN 10 LINGKUNGAN A.LINGKUNGAN YANG RAMAH BAGI LANSIA Lingkungan yang inklusif dalam perawatan jangka panjang lansia di rumah adalah lingkungan di mana lansia dapat merasa nyaman, aman, dan terlibat dalam kehidupan sehari-hari mereka tanpa adanya hambatan fisik, sosial, atau emosional. Berikut adalah beberapa prinsip yang perlu diperhatikan untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dalam perawatan jangka panjang lansia di rumah: 1. Aksesibilitas dan Keselamatan Pastikan rumah punya aksesibilitas yang baik, seperti menghindari ambang pintu yang tinggi, anak tangga yang curam / lorong yang sempit. Pastikan terdapat pegangan tangan di tempat-tempat yang memerlukan, serta pencahayaan yang cukup agar lansia dapat bergerak dengan aman. 2. Peralatan Bantu Sediakan peralatan bantu seperti kursi roda, tongkat, kursi mandi khusus / pegangan di kamar mandi agar lansia dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan lebih mandiri dan aman. 3. Penyesuaian Ruang Sesuaikan ruang agar lansia dapat mengakses semua fasilitas dengan mudah, termasuk toilet yang sesuai, kamar tidur yang nyaman dan ruang tamu yang aman. 4. Komunikasi Perhatikan kebutuhan komunikasi lansia, terutama jika mereka memiliki gangguan pendengaran / penglihatan. Sediakan peralatan bantu seperti alat bantu dengar atau pembesar huruf dan ajarkan anggota keluarga atau pengasuh cara berkomunikasi dengan efektif.
153 5. Aktivitas dan Rekreasi Berikan lansia kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas dan rekreasi. Hal ini dapat mencakup kegiatan seperti membaca, berkebun, atau bermain permainan yang sesuai dengan kemampuan mereka. 6. Dukungan Sosial Pastikan lansia tetap terhubung dengan keluarga, teman dan komunitas. Sediakan waktu untuk berkumpul / bantu mereka dalam mengakses layanan transportasi jika perlu. 7. Ketersediaan Pelayanan Kesehatan Pastikan lansia memiliki akses yang mudah ke pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan, termasuk pemeriksaan kesehatan rutin dan perawatan medis jika diperlukan. 8. Perencanaan Perawatan Bersama dengan lansia, buat rencana perawatan yang mempertimbangkan preferensi dan kebutuhan mereka, termasuk rencana keadaan darurat dan dokumen medis yang diperlukan. 9. Dukungan Emosional Jaga kesejahteraan emosional lansia dengan memberikan dukungan sosial dan konseling jika diperlukan. Perhatikan tandatanda depresi atau kecemasan. 10.Pendidikan Keluarga dan Pengasuh Pastikan anggota keluarga atau pengasuh memiliki pemahaman yang cukup tentang perawatan lansia dan cara mengatasi perubahan yang terjadi seiring bertambahnya usia. Lingkungan yang inklusif dalam perawatan jangka panjang lansia di rumah adalah tentang menciptakan kondisi yang memungkinkan lansia untuk tetap hidup dengan martabat, merasa dihargai, dan terlibat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan memperhatikan aspek-aspek ini, perawatan di rumah dapat lebih efektif, membantu lansia merasa nyaman, aman, dan bahagia dalam lingkungan yang familier.
154 B.PEMELIHARAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN Tujuan menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan adalah untuk mencegah timbulnya penyakit karena keadaan lansia yang rentan, mencegah terjadinya kecelakaan, dan menjaga kesehatan anggota keluarga yang lain. Hal-hal yang harus dilakukan dalam pemeliharaan kebersihan: 1. Cuci tangan dengan sabun secara rutin untuk menjaga kebersihan 2. Buang kotoran ke dalam kakus / kloset; jika menggunakan popok sekali pakai, setelah kotoran dibuang, bersihkan sisa kotoran yang menempel pada popok kemudian bungkus popok dalam kantong dan sebaiknya tidak dicampur dengan sampah rumah tangga yang lain agar tidak dibongkar oleh binatang atau manusia 3. Selalu mengganti baju minimal setelah mandi pagi dan sore atau jika berkeringat, serta handuk, sprei, selimut dan sarung bantal guling minimal seminggu sekali atau segera jika terkena kotoran 4. Bersihkan ruangan dan buang sampah setiap hari 5. Buka jendela dan pintu ruangan setiap pagi agar udara berganti dan usahakan agar sinar matahari masuk ruangan.
155 C. SARANA DAN PRASARANA YANG AMAN BAGI LANSIA Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga keamanan dan kenyamanan lingkungan: 1. Kamar lansia sebaiknya berada di lantai dasar dan mudah dijangkau. Upayakan lansia untuk lebih banyak beraktivitas di lantai dasar apabila hunian bertingkat dan dekat dengan ruang yang sering digunakan, seperti toilet dan ruang makan. 2. Tinggi tempat tidur disesuaikan dengan tinggi badan lansia dan sebaiknya terdapat pembatas di sisi tempat tidur untuk mencegah jatuh. 3. Upayakan jalur yang dilalui oleh lansia aman dan dapat dilewati kursi roda (bila lansia menggunakan kursi roda). Terdapat pegangan pada dinding koridor/selasar, dengan tinggi yang sesuai dengan lansia. 4. Lantai rata, mudah dibersihkan tidak licin dan tidak banyak perbedaan ketinggian. Jika terdapat perbedaan tinggi lantai (undakan), harus diberi warna ubin yang berbeda atau mencolok agar jelas terlihat, bila perlu diberikan pegangan / handrail di dinding.
156 5. Pastikan pencahayaan yang cukup terang di ruang keluarga, kamar tidur, jalur antar ruangan yang sering dilewati, toilet dan dapur. 6. Usahakan terdapat aliran udara/ventilasi dan sinar matahari dapat memasuki ruangan dengan baik, dan hindarkan polusi udara dari dapur atau lainnya. 7. Bila ada tangga, jarak dan ketinggian anak tangga disesuaikan, dan harus ada pegangan/handrail di sisi tangga. Selain itu usahakan agar ujung anak tangga tidak terlalu tajam. Sebaiknya lansia selalu didampingi saat naik turun tangga. 8. Kamar mandi / WC / Toilet mempunyai lantai yang tidak licin, menggunakan alas karet dan tidak timbul genangan (pastikan tidak ada genangan sebelum dan sesudah menggunakan Kamar mandi / WC). Sebaiknya menggunaka WC duduk, terdapat pegangan di dinding kamar mandi / WC, dilengkapi dengan bel, dan pintu membuka ke luar atau pintu geser. sediakan tempat duduk di kamar mandi agar lansia bisa mandi pada posisi duduk.
157 9. Kabel-kabel listrik ditata rapih dan direkatkan ke dinding / lantai untuk menghindari tersandung dan tersetrum. 10. Perabotan jangan terlalu banyak dan ditata dengan rapi agar ruang gerak lebih bebas. 11. Perlengkapan dapur terutama yang tajam dan membahayakan, seperti: pisau, dll, agar selalu disimpan di tempat yang tertutup dan aman, serta pastikan kompor aman untuk menghindari kebakaran. Sebaiknya dampingi lansia saat beraktivitas di dapur.
158 BAB PENGENALAN DAN PENGELOLAAN KEKERASAN 11 PADA LANSIA Tujuan pengenalan dan pengelolaan kekerasan pada lansia adalah memberikan perlindungan berdasarkan pengelolaan kekerasan pada lansia sesuai dengan jenis kekerasan. Kekerasan terhadap lansia adalah segala tindakan yang secara sengaja dilakukan untuk melukai atau menyakiti lansia. Kekerasan pada Lansia dikelompokkan menjadi: 1. Kekerasan fisik, terjadi ketika Lansia mengalami kekerasan fisik, didorong / terpapar oleh tindakan yang bisa melukai secara fisik. 2. Kekerasan emosional, terjadi ketika lansia diperlakukan secara memalukan, diabaikan, dll, yang bisa mengakibatkan luka psikis. 3. Kekerasan seksual, terjadi ketika lansia terkena risiko untuk diperkosa; atau ketika ada tindakan memalukan seperti pemaksaan untuk membuka baju, penggunaan bahasa yang tidak layak dan sindiran berbau seks, dan lain-lain. Risiko salah perlakuan Kompleksitas hubungan dua arah antara orang yang menerima asuhan dan pendamping lansia menuntut perhatian lebih yang mungkin tidak disukai oleh satu atau kedua pihak. Informasi dari pengamatan perilaku lansia, pendamping lansia atau kerabat mereka, atau dari tandatanda pelecehan fisik harus digunakan untuk mengidentifikasi potensi salah perlakuan.
159 A.MENGIDENTIFIKASI KEKERASAN FISIK DAN SEKSUAL 1. Amati Tanda-tanda Kekerasan pada Tubuh - Perhatikan tanda-tanda fisik seperti memar, lebam, luka sayat, atau luka lainnya pada tubuh lansia. - Jika pakaian mereka tampak kotor, sobek, atau terbakar, ini bisa menjadi indikasi kekerasan atau pengabaian. - Perhatikan apakah ada barang pribadi mereka yang rusak secara tiba-tiba, seperti kacamata atau perhiasan. 2. Perhatikan Tanda-tanda Pengabaian - Jika lansia dirawat oleh orang lain, amati tanda-tanda pengabaian seperti pakaian yang kusam, kebersihan yang terabaikan, atau kerusakan kulit akibat terlalu lama berada dalam posisi yang sama. - Waspadai kuku dan rambut yang terlalu panjang dan tidak terawat, serta masalah kesehatan gigi. 3. Perhatikan Penggunaan Obat dan Dosisnya - Pastikan pemberian obat-obatan terutama jika dikendalikan oleh caregiver, sesuai dengan dosis yang benar. 4. Perhatikan Infeksi atau Masalah Kesehatan pada Organ Intim - Perhatikan keluhan iritasi atau infeksi genital seperti penyakit menular seksual. - Periksa area pangkal paha untuk melihat tanda-tanda luka atau lebam, yang dapat mengindikasikan kekerasan seksual. 5. Amati Kesulitan Berjalan atau Duduk - Waspadai perubahan tiba-tiba dalam kemampuan lansia untuk berjalan atau duduk. - Kesulitan gerak seperti ini dapat menjadi tanda adanya kekerasan seksual yang mengakibatkan luka atau memar, terutama di area pangkal paha.
160 B. MENGIDENTIFIKASI KEKERASAN EMOSIONAL / MENTAL 1. Tanyakan apakah mereka merasa takut atau terancam Bertanya apakah lansia merasa takut atau terancam dengan keberadaan caregiver atau orang-orang terdekat. Tanyakan hanya ketika sedang berbicara empat mata, agar lansia merasa nyaman dan aman untuk menceritakan situasinya. 2. Amati jika mereka terlihat depresi atau mengasingkan diri. Terkadang korban kekerasan tidak sanggup menceritakan pengalamannya kepada orang lain dan memilih untuk menyimpan ketakutan dan kecemasannya dalam diam. Lansia mungkin juga akan terlihat depresi dan enggan meninggalkan kamarnya untuk bersosialisasi dengan orang lain. 3. Amati adanya perubahan rutinitas atau sikap mereka. Perubahan sikap ke arah yang negatif dapat menjadi pertanda bahwa ada sesuatu yang salah, misalnya mereka mengalami kekerasan atau pengabaian dari orang lain. Adanya perubahan rutinitas olahraga (misalnya tidak lagi mau berjalan- jalan sore), perubahan pola makan atau perubahan pola sosialisasi dengan orang lain (termasuk menolak dikunjungi oleh orang lain). Hal-hal tersebut dapat menandai adanya luka emosional dan mental yang benar-benar ingin mereka sembunyikan dari orang lain. 4. Amati adanya tanda-tanda kecemasan, kecanggungan, atau ketakutan di depan orang lain. Waspadai jika mereka terlihat takut atau canggung kepada sosok tertentu, matanya kerap membelalak ketakutan, atau justru menghindari kontak mata dengan siapa pun. Ketakutan tersebut bisa saja muncul akibat kekerasan yang mereka alami. Bisa jadi mereka akan terlihat canggung dan “grogi” di hadapan orang lain, seperti sibuk menggigit kuku, menarik rambut, memainkan pakaiannya atau berbicara dengan tergagap-gagap di depan Anda atau pelaku kekerasan.
161 C. MENGIDENTIFIKASI KEKERASAN FINANSIAL 1. Amati adanya aktivitas yang mencurigakan di rekening bank mereka 2. Amati jika mereka mengubah warisan atau surat kuasanya 3. Amati apakah mereka memiliki tunggakan atau utang 4. Perhatikan apakah ada barang-barang berharga mereka yang hilang D. FAKTOR-FAKTOR YANG MENINGKATKAN KEMUNGKINAN HUBUNGAN YANG KASAR 1. Hubungan jangka panjang yang tidak baik 2. Riwayat kekerasan keluarga 3. Kesulitan pendamping lansia yang terus menerus dalam menyediakan asuhan yang dibutuhkan 4. Pendamping lansia memiliki masalah kesehatan fisik atau mental 5. Pendamping lansia mengalami depresi serta penyalahgunaan alkohol dan zat (terutama pada pria) E. CARA MELAPORKAN KEKERASAN 1. Hubungi polisi Apabila ada tindak kekerasan dalam bentuk apa pun, segera laporkan pelakunya ke polisi. Deskripsikan dengan jelas apa yang 2. Jalin komunikasi dengan kerabat mereka Memberitahukan kekerasan yang terjadi kepada keluarga/orang terdekat 3. Hubungi layanan hotline yang menangani kekerasan terhadap lansia
162 BAB KOMUNIKASI 12 YANG EFEKTIF Tujuan komunikasi yang efektif agar lansia memperoleh kenyamanan dalam berinteraksi dengan keluarga dan orang lain. Teknik Komunikasi dengan Lansia 1. Asertif (Penuh Peduli): dengarkan dengan sabar dan peduli, tunjukkan perhatian pada pembicaraan mereka, dan usahakan agar pesan dapat dimengerti. 2. Responsif (Aktif): bersikap aktif, tawarkan bantuan tanpa menunggu permintaan, yang dapat memberikan ketenangan pada lansia. 3. Fokus (Konsisten): pertahankan fokus pada topik pembicaraan yang diinginkan. 4. Supportif (Mendorong Kemandirian): berikan dukungan, baik secara emosional maupun materiil, untuk meningkatkan kepercayaan diri lansia dan mendorong mereka untuk tetap mandiri. 5. Klarifikasi (Penjelasan Lebih Lanjut): ajukan pertanyaan ulang dan berikan penjelasan tambahan jika diperlukan agar pesan dapat dipahami dengan baik oleh lansia. 6. Sabar dan Ikhlas: hadapi perubahan dan perilaku lansia yang mungkin sulit atau meresahkan dengan kesabaran dan ketulusan. Ini menjaga hubungan yang baik. Contoh cara berkomunikasi secara efektif dengan seseorang yang terkena dementia terkena dementia: gunakan perpaduan metode verbal dan non-verbal agar proses komunikasi berjalan lebih efektif dengan mereka yang terkena demensia.
163 BAB PELAKSANAAN 13 IBADAH Kegiatan ibadah merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan lansia, karena dengan melaksanakan kewajibannya lansia akan merasa lebih dekat dengan Tuhan dan lebih merasa tenang. Caregiver dapat membantu memfasilitasi lansia melaksanakan beribadah dengan cara: 1. Mengingatkan apabila sudah masuk waktu ibadah 2. Menawarkan bantuan pada lansia dalam pelaksanaan ibadah sesuai dengan kondisinya 3. Memastikan lansia dalam keadaan bersih agar lansia dapat beribadah dengan baik dan tenang 4. Meletakkan perlengkapan ibadah di tempat yang mudah dilihat dan dijangkau 5. Memfasilitasi lansia untuk mendapatkan bimbingan rohani lebih lanjut dari pemuka/ guru agama atau pembimbing rohani di lingkungan terdekat sesuai dengan agama dan keyakinan lansia.
164 BAB PELAYANAN PALIATIF SAMPAI DENGAN 14 KEMATIAN Pelayanan paliatif sampai akhir hayat bertujuan memberikan kenyamanan dan ketenangan kepada individu yang menghadapi penyakit tak tersembuhkan. Perawatan palliatif adalah perawatan yang berfokus pada meringankan penderitaan, bukan penyembuhan medis. Dilakukan oleh tim spesialis, termasuk dokter dan perawat, pelayanan paliatif mendukung pasien dan keluarganya dalam menghadapi kematian yang tak terhindarkan. Perawatan ini melibatkan aspek fisik, emosional, sosial, ekonomi, dan spiritual untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya. Tidak terbatas pada usia atau tingkat keparahan penyakit, perawatan ini dimulai sejak diagnosis hingga akhir hayat. Ini memberikan pasien kesempatan untuk menjalani hidup dengan kualitas sebaik-baiknya sebelum menghadapi kematian yang tak terduga. Penting bagi pasien agar bisa memiliki akses ke ahli kesehatan yang mengkhususkan diri dalam kesehatan mental, sehingga mampu membantu mereka agar lebih kuat menjalani setiap masalah psikologis yang harus mereka hadapi. Ketakutan tentang masa depan sering menjadi perhatian besar bagi pasien, dan tak jarang mereka kadang merasa perlu untuk mengungkapkan hal tersebut. Untuk membantu mengatasi kecemasan mereka, perawatan ini terdiri dari: 1. Konseling: percakapan mendalam untuk memahami dan meredakan ketakutan 2. Visualisasi: teknik membayangkan situasi yang membantu mengatasi stres 3. Terapi Kognitif: mengubah pola pikir atau perilaku yang memengaruhi kualitas hidup 4. Terapi Obat: penggunaan obat untuk mengurangi gejala atau rasa sakit. 5. Manajemen Relaksasi Stres: dukungan emosional yang membantu pasien dalam menghadapi tantangan.
165 BAB MERUJUK LANSIA KE 15 FASILITAS KESEHATAN A.KERJASAMA DALAM TIM DAN JEJARING Tujuan kerjasama dalam tim yang berjenjang agar lansia memperoleh kenyamanan secara utuh dengan pendekatan holistik dan komprehensif. Dalam menangani lansia yang membutuhkan perawatan jangka panjang, dibutuhkan kerjasama dalam kelompok atau jejaring. Dalam kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL), perawatan jangka panjang dilakukan secara terintegrasi agar lansia yang rentan mendapatkan penanganan yang menyeluruh (holistik) dan komprehensif dengan cara sebagai berikut: 1. Melibatkan berbagai pihak dan keahlian a. Anggota keluarga sebagai caregiver/ pendamping b. Kader (BKL, PKK, Posyandu, dsb.) c. Petugas Sosial d. Tokoh agama e. Tokoh masyarakat f. BPJS Kesehatan g. Tetangga atau lingkungan masyarakat sekitar h. Donatur pemerintah/yayasan/perusahaan/perorangan i. Dokter j. Dokter gigi k. Perawat l. Ahli gizi m. Psikolog/psikiater n. Petugas kesehatan lainnya seperti mantri, fisioterapis, dsb.
166 2. Tips dalam melakukan kerjasama dalam tim dan jejaring a. Kader memiliki daftar lansia di wilayahnya, bila memungkinkan termasuk data kesehatannya b. Kader memiliki data lansia dengan risiko tinggi (misal lansia yang tirah baring, lansia yang tinggal sendiri, dll) c. Kader memiliki catatan nama, nomer kontak, alamat dari berbagai pihak yang terlibat dengan lansia (jejaring lingkungan keluarga dan masyarakat) d. Lansia sebaiknya memiliki “Buku Kesehatan Lanjut Usia” yang diantaranya berisi identitas, riwayat kesehatan, catatan keadaan kesehatan dan keluhan, catatan perkembangan kesehatan lansia, pemantauan penggunaan obat, serta informasi kesehatan yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan e. Caregiver dan kader terlibat dalam skrining kesehatan lansia di tingkat rumah dan di tingkat posyandu demi mengidentifikasi kebutuhan perawatan jangka panjang yang diperlukan f. Dalam pelayanan kesehatan, lansia dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan apabila diperlukan. g. Anggota keluarga dan masyarakat berperan penting untuk membawa lansia ke fasilitas kesehatan terdekat pada saat lansia sakit atau mengalami kondisi kegawatdaruratan h. Diperlukan kerjasama dari tokoh masyarakat dan unsurunsur masyarakat dalam merawat lansia yang terabaikan atau lansia yang tinggal sendiri. Sebaiknya ditunjuk kader / masyarakat untuk menjadi caregiver pada kelompok lansia tersebut. Bisa dilakukan penjadwalan bila memungkinkan.
167 B.MERUJUK LANSIA Kegiatan rujukan pada prinsipnya dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan bagi Lansia. Rujukan adalah upaya pelimpahan tanggung jawab timbal balik dengan fasilitas kesehatan terdekat. Sebagai pengetahuan umum bagi caregiver, di tingkat individu, lanjut usia dan keluarga/masyarakat, proses rujukan akan memanfaatkan institusi-institusi sebagai berikut: 1. Institusi tingkat masyarakat - Kelompok Lanjut Usia - Posyandu Lanjut Usia/Posbindu 2. Fasilitas kesehatan tingkat pertama - Puskesmas pembantu - Puskesmas - Praktek dokter/Klinik swasta 3. Fasilitas kesehatan Rujukan tingkat lanjut - Rumah Sakit Tingkat Kabupaten - Rumah Sakit Tingkat Provinsi, yaitu Rumah Sakit tipe A atau B Untuk kasus rujukan tertentu, caregiver bertindak sebagai pelapor yang nantinya akan ditindaklanjuti oleh tenaga kesehatan yang ada di wilayahnya. Selain itu caregiver juga merupakan informan utama yang dapat digali informasi riwayat kesehatan selama proses merujuk berlangsung. Saat merujuk, caregiver memastikan semua perlengkapan yang diperlukan sudah disiapkan, diantaranya: - Kartu identitas Lansia - Kartu Jaminan Kesehatan - Buku Kesehatan Lansia - Buku catatan kesehatan lain apabila ada
168 Apabila Lansia sakit, maka caregiver berkewajiban untuk membawa Lansia ke Pelayanan Kesehatan Dasar terdekat untuk mendapatkan perawatan profesional oleh tenaga kesehatan. Hal yang bisa dilakukan caregiver adalah membantu menyiapkan dokumen: a. Kartu identitas Lansia b. Kartu Jaminan Kesehatan c. Buku Kesehatan Lansia d. Buku catatan kesehatan lain apabila ada e. Perlengkapan pribadi f. Obat-obatan pribadi Apabila masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan di fasilitas kesehatan tingkat pertama maka caregiver bersama tenaga kesehatan melakukan Rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan tingkat lanjut (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dapat berupa: a. Puskesmas atau yang setara b. Praktik dokter c. Klinik pratama atau yang setara d. Rumah Sakit Tipe D atau yang setara Rujukan lebih komprehensif dapat dilakukan di Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan dapat berupa: a. Klinik utama atau yang setara b. Rumah Sakit Umum c. Rumah Sakit Khusus Catatan: Apabila kegawatan terjadi pada malam hari, caregiver dapat melakukan pertolongan pertama dan langsung merujuk pada fasilitas kesehatan tingkat pertama 24 jam atau langsung ke fasilitas kesehatan rujukan terdekat.
169 BAB PENCATATAN DAN 16 PELAPORAN Pencatatan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam manajemen kesehatan. Melalui pencatatan, yang merupakan bagian sistem informasi, merupakan salah satu alat bantu dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi dari kegiatan yang dilakukan. Demikian juga halnya dalam melaksanakan perawatan jangka panjang bagi Lansia, seorang pendamping lanjut usia perlu melakukan kegiatan pencatatan untuk pengaturan yang baik dalam pelaksanaan kegiatan. Untuk memudahkan caregiver melakukan pekerjaan sehari hari di rumah atau panti dapat dilakukan kontrol dengan menggunakan daftar checklist sederhana agar lebih terarah. Adapun contoh format tersebut adalah sebagai berikut (namun dapat dikembangkan sesuai kebutuhan masing masing lansia (dalam penyusunannya libatkan Lansia): Contoh Format Check List Sederhana untuk Memantau Pekerjaan Caregiver Sehari-hari Hari / Tanggal Waktu Kegiatan Dilakukan Sudah (√) Belum (X) Selain itu tujuan dari kegiatan pencatatan adalah untuk mendapatkan data-data lansia yang diperlukan oleh pendamping jika dibutuhkan pada waktu konsultasi dengan tenaga kesehatan.
170 Komponen yang perlu dicatat meliputi: 1. Identitas lansia 2. Riwayat kesehatan lansia 3. Keadaan kesehatan dan keluhan lansia 4. Catatan perkembangan kesehatan lansia 5. Pemantauan penggunaan obat 6. Rencana kunjungan Lansia ke dokter/fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya 7. Mengumpulkan informasi: informasi kontak dokter lain, Kartu BPJS Jika lansia sudah memiliki Buku Kesehatan Lanjut Usia, data-data hasil pelayanan yang didapatkan oleh lansia dapat dicatat seluruhnya di buku tersebut. Buku kesehatan lansia merupakan alat untuk pencatatan dalam rangka memantau dan mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan pada pra-lansia / lansia sekaligus media komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) bagi pra lansia / lansia, pengasuh, keluarga maupun masyarakat mengenai kesehatan pra-lansia / lansia. Pada bagian-bagian tertentu dari Buku Kesehatan Lansia disamping diisi oleh petugas kesehatan, ada pula yang harus diisi oleh lansia / keluarga lansia / kader atau caregiver sebagai pendamping lansia. Buku Kesehatan Lansia yang berisi catatan tentang keadaan lansia tersebut harus dibawa serta ketika lansia akan berkunjung ke fasilitas kesehatan untuk konsultasi dengan petugas kesehatan maupun untuk memeriksakan kesehatannya.
171 Bagian Buku Kesehatan Lansia yang harus diisi oleh lansia / keluarga / kader atau caregiver adalah pada Bab 1, Bab 3, dan Bab 5. Penggunaan buku kesehatan lansia secara benar diharapkan akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pra-lansia / lansia karena melalui buku tersebut dapat diperoleh informasi data kesehatan pra-lansia / lansia. Buku Kesehatan Lansia juga berisi tentang program Gizi, Pencegahan Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa dan Intelegensia, Kesehatan Haji serta Kesehatan Olah Raga sehingga diharapkan dapat menjadi alat deteksi masalah kesehatan pada lansia. Buku ini disimpan dan dipelajari oleh lansia bersama caregiver dan selalu dibawa ke Pelayanan Kesehatan saat melakukan pemeriksaan. Selain itu untuk lansia yang berada di panti juga memiliki pencatatan dan pelaporan yang tujuannya memantau status kesehatan dan menentukan tindakan apa yang harus dilakukan. Namun dengan adanya Buku Kesehatan Lansia, diharapkan dapat digunakan secara nasional oleh seluruh fasilitas pelayanan kesehatan maupun panti sebagai media untuk mencatat hasil pelayanan yang diberikan kepada Lansia. Petugas kesehatan membimbing caregiver dalam membuat pencatatan dan memantau catatan yang dibuat oleh caregiver serta mengambil informasi yang diperlukan untuk pelaporan. Bagi lansia yang belum memiliki Buku Kesehatan Lansia, petugas kesehatan dapat membuatkan lembar pencatatan yang mengacu kepada buku tersebut, sehingga data yang dicatat di lembar pencatatan tersebut dapat digunakan untuk memantau perkembangan kesehatan lansia.
172 BAB PENUTUP 17 Banyaknya masalah kesehatan yang dialami dan meningkatnya tingkat disabilitas pada lansia, merupakan indikasi dibutuhkannya bantuan baik yang bersifat sementara maupun menetap sesuai dengan tingkat ketergantungannya. Sangat penting adanya pendampingan yang berkualitas dari caregiver yang mampu memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan Lansia. Buku Pedoman Praktis Pelita Senja diharapkan dapat menjadi panduan sederhana bagi penggunanya.
ix DAFTAR PUSTAKA Airlangga Nursing Journalist. (2020). Pentingnya Mengetahui Cara Batuk Efektif untuk Pengeluaran Dahak. Diakses pada 16 Oktober 2023, dari https://ners.unair.ac.id/site/lihat/index.php?/read/499/pentingnyaAmbardini, Rachmah Laksmi. (n/a). Terapi Manipulatif: Massage. (Bahan Ajar, FIK Universitas Negeri Yogyakarta). https://staffnew.uny.ac.id. American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes– 2019. Diabetes Care. 2019;38 (Sppl 1):S1-S87 American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes– 2019. Diabetes Care. 2019;38 (Sppl 1):S1-S87 American Association of Clinical Endocrinologists and American College of Endocrinology – Clinical Practice Guidelines for Developing a Diabetes Mellitus Comperehensive Care Plan –2015. Endocrinbe Practice. 2015;21 (sppl1):1-87 Anissa, M. (2022). Kualitas Hidup: Studi Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK). Penerbit Adab. Arifah, Karlinda Nuriya - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta. (2023, 6 Februari). Kombinasi Massage & Alih Baring Cegah Dekubitus. Diakses pada 16 Oktober 2023, dari https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2096/kombinasimassage-alih-baring-cegah-dekubitus Arovah, Novita Intan. (n/a). Masase dan Prestasi Atlet. (Karya Tulis Ilmiah, Dosen Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY). https://staffnew.uny.ac.id/upload/132300162/penelitian/4.+Masase+dan+Prestasi+Atl et.pdf Aryana, IGP Suka. (2023). Pentingnya Peran Keluarga sebagai Caregiver lansia.(Materi Seminar Hari Lanjut Usia Nasional), PP Pergemi. Blakemore, A., Dickens, C., Chew-Graham, C. A., Afzal, C. W., Tomenson, B., Coventry, P. A., & Guthrie, E. (2019). Depression Predicts Emergency Care Use in People with Chronic Obstructive Pulmonary Disease: A Large Cohort Study in Primary Care.International Journal of COPD, 14, 1343–1353. https://doi.org/10.2147/COPD.S179109 Direktorat Bina Kesehatan Keluarga Lansia dan Rentan. (2017). Pedoman Perawatan Jangka Panjang (PJP) / Long Term Care (LTC) bagi Lansia Berbasis Keluarga. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. (2016). Buku Kesehatan Lanjut Usia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. (2019). Panduan Praktis untuk Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lanjut Usia. Kementterian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2016). Buku Saku 1 Petunjuk Praktis TOGA dan Akupresur. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Kesehatan Keluarga – Direktorat Jenderal Keseahtan Masyarakat. (2020). Panduan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia pada Era Pandemi Covid-19. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat P2PTM. Pedoman Umum Pengendalian Osteoporosis. (2017). Kemenkes: Jakarta Graha, Ali Satia. Masase Terapi Penyakit Degeneratif. (2020). (n.p.): UNY Press. Hastuti, Rini Tri. Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes Melitus Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta [dissertation]. Universitas Diponegoro (Semarang). 2008. Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Diakses pada 16 Oktober 2023, pada https://kesmas.kemkes.go.id/. Khotimah, Meilinda Nurul dkk. TERAPI MASASE DAN TERAPI NAFAS DALAM PADA HIPERTENSI. (2021). (n.p.): Ahlimedia Book. Kompas.com. (2022, 18 Oktober). Timpangnya Harapan Hidup dan Harapan HIDUP Sehat Penduduk Indonesia. Diakses pada 16 Oktober 2023, dari
x https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/10/17/ketimpangan-harapan-hidupdan-harapan-hidup-sehat-di-indonesia. Marniati, A. D., SE, M. K., & Notoatmodjo, S. (2022). Lifestyle of Determinant: Penderita Penyakit Jantung Koroner. PT. RajaGrafindo Persada-Rajawali Pers. Kurnianto P., Duwi. (2015). Menjaga Kesehatan di Usia Lanjut. Jurnal Olahraga Prestasi, 11 (2), 19 – 30. https://journal.uny.ac.id/download. Mohamed, S. A. (2019). The Effects of Positioning andPursed-Lip Breathing Exercise on Dyspnea and Anxiety Status in Patients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Journal of Nursing Education and Practice, 9(6), 41– 51. https://doi.org/10.5430/jnep.v9n6p41 Nur, Akbar dan Wenny Gloria. Modul Edukasi Persiapan Operasi dan Teknik Relaksasi Napas Dalam untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Pasien. (2022). (n.p.): CV. Mitra Cendekia Media. Nursing Care Work ID. (2021). “Apa itu Relaksasi Perawatan Lansia?”. Diakses pada 16 Oktober 2023, pada https://japancwg.com/id/8381/ Ovsyannikov, E. S., Avdeev, S. N., Budnevsky, A. V., & Shkatova, Y. S. (2019). Influence of Anxiety/Depression on the Subjective Evaluation of Cough in Patients with ChronicObstructive Pulmonary Disease and Obesity. Medicina (Lithuania), 55(5), 1–9. https://doi.org/10.3390/medicina55050134 Ping, Maria Floriana, dkk. BUKU AJAR KEPERAWATAN DASAR. (2023). (n.p.): PT. Sonpedia Publishing Indonesia. Prayitno. (2019). Fisioterapi pada Paru-Paru. Diakses pada 16 Oktober 2023, dari https://rsprespira.jogjaprov.go.id/fisioterapi-pada-paru-paru/. Pusat Data dan Informasi (Pusdatin). (2022). Infodatin: Lansia Berdaya, Bangsa Sejahtera. Kementerian Kesehatan RI. Putra, Ardia dkk. (2022). Skrining Kesehatan Lanjut Usia Melalui Program Edukasi USK. Jurnal Sains dan Teknologi, 3 (2), 53 – 59. https://www.researchgate.net/publication/363834935_SKRINING_KESEHATAN_LAN JUT_USIA_MELALUI_PROGRAM_EDUKASIC_USK. Ralph A. DeFronzo. From the Triumvirate to the Ominous Octet: A New Paradigm for the Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus. Diabetes. 2009; 58: 773-79 R. Dwi, “Metode Backward Chaining Untuk Diagnosa Penyebab Stroke Pada Pasien Penderita,”Expert Manag. Sist. Inf. dan Teknol., vol. 8, no. 2, pp. 49–55, 2018. R. E. H. Patriyani and D. F. Purwanto, “Faktor Dominan Risiko Terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK),” J. Keperawatan Glob., vol. 1, no. 1, pp. 23–30, 2016, doi: 10.37341/jkg.v1i1.12. Rizka, Aulia. (2021, 15 Juni). Sindrom Geriatri, Keluhan Lansia yang Dapat Disiasati. Diakses pada 16 Oktober 2023, dari https://www.rspondokindah.co.id Silaswati, Shinta. (2023). Keluarga sebagai Caregiver dalam Memberikan Perawatan Bagi Lanjut Usia (Materi Seminar Hari Lanjut Usia Nasional). IPEGERI. Soewondo, P. Current Practice in the Management of Type 2 Diabetes in Indonesia: Results from the International Diabetes Management Practices Study (IDMPS). J Indonesia Med Assoc. 2011; 61. Suryanto, S. (2010). Pentingnya Olahraga bagi Lansia. Jurnal Medikora, VI (1), 23 – 30. https://journal.uny.ac.id/download Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. (2022, 26 Juli). Ulkus Dekubitus. Diakses pada 16 Oktober 2023, dari https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/504/ulkus-dekubitus Tim Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. (2021). Senam Otak. Diakses pada 16 Oktober 2023, pada https://rsj.jabarprov.go.id/artikel/baca_artikel/000047. Tim WHO. (2019). Buku Pegangan Panduan Penilaian dan Alur Layanan Berbasis Individu di Layanan Kesehatan Primer. World Health Organization (WHO). Utama, Y. A., & Nainggolan, S. S. (2022). Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kejadian Stroke: Sebuah Tinjauan Sistematis. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 22(1), 549-553
xi Wahyuningsih, Santi – RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. (2022). Cancer Caregiver: The Unsung Heroes. Diakses pada 16 Oktober 2023 pukul 11:08 WIB pada Wiharni, Ratih - Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung. (2022). Teknik Batuk Efektif dan Etika Batuk yang Benar. Diakses pada 16 Oktober 2023, pada https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1/teknik-batuk-efektif-dan-etika-batuk-yangbenar. Waspadji S. Kaki diabetes. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, edisi kelima. Jakarta: Interna publishing, 2009.h.1961. W. G. Amisi, J. E. Nelwan, and F. K. Kolibu, “Hubungan Antara Hipertensi Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien Yang Berobat Di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,” J. KESMAS,vol. 7, no. 4, pp. 1–7, 2018. Yanita, N. I. S. (2022). Berdamai dengan hipertensi. Bumi Medika. Daftar Sumber Gambar https://www.kavacare.id/assets/uploads/2022/06/infografis-derajat-lukadekubitus-ciri-cirinya.jpg. Diunduh tanggal 16 Oktober 2023 pukul 09:26 WIB. https://www.physio.co.uk/treatments/massage/our-massagetechniques/beating-and-pounding.php. Diunduh 16 Oktober 2023 pukul 10:31 WIB. https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stress. Diunduh 16 Oktober 2023 pukul 11:19 WIB. https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantungdan-pembuluh-darah. Diunduh 16 Oktober 2023 pukul 11:19 WIB. https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus. Diunduh 16 Oktober 2023 pukul 11:19 WIB. https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-jantung-danpembuluh-darah. Diunduh 16 Oktober 2023 pukul 11:19 WIB. https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-paru-kronik. Diunduh 16 Oktober 2023 pukul 11:19 WIB. https://alzi.or.id/10-gejala-awal-demensia-alzheimer/. Diunduh 16 Oktober 2023 pukul 11:28 WIB. https://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz0 9/2017/10/Infografis_Osteoporosis.pdf. Diunduh 16 Oktober 2023 pukul 11:53 WIB. https://www.freepik.com/. Diunduh 16 Oktober 2023 pukul 15:00 WIB. https://www.facebook.com/BKKBNOfficial/photos/a.1651799591548814/3353 494128046010/?type=3. Diakses 16 Oktober 2023 pukul 15:25 WIB. https://hellosehat.com/urologi/kandung-kemih/cara-pemasangan-kateter/. Diakses 16 Oktober 2023 pukul 15:35 WIB. https://www.abc-med.com/abcmedicalblog/catheter-supplies-how-to-cleanurinary-drainage-bag. Diakses 16 Oktober 2023 pukul 15:37 WIB.
xii https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/urinal-plastik-wanita. Diakses 16 Oktober 2023 pukul 15:39 WIB. https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/urinal-plastik-pria. Diakses 16 Oktober 2023 pukul 15:41 WIB. https://www.alatkesehatan.id/toko/pispot-sodok-plastik-buang-air-besar/. Diakses 16 Oktober 2023 pukul 15:45 WIB. https://id.wikihow.com/Menyediakan-Pispot. Diakses 16 Oktober 2023 pukul 17:00 WIB. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2096/kombinasi-massage-alihbaring-cegah-dekubitus. Diakses 16 Oktober 2023 pukul 17:30 WIB.
xiii