92 2. Alih Baring Alih baring merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengubah posisi seseorang yang mengalami tirah baring untuk mencegah kejadian luka tekan pada kulit. Posisi alih baring dilakukan dengan memiringkan lansia dari terlentang ke miring maupun sebaliknya. Biasanya dilakukan pada penderita kelumpuhan dan koma dengan kurun waktu tiap 2 jam. a. Pencegahan Luka Tekan pada Lansia Tirah Baring Ubah posisi tiap 2 jam. Pastikan pakaian dan alas tidur tidak terlipat, sehingga dapat menekan kulit. Gunakan bantal untuk menyokong sendi-sendi. Ubah posisi setiap 2 jam untuk mencegah luka akibat tekanan. Jika ada tangan / kaki yang lumpuh, pasang bantal untuk mencegah bengkak dan memperlancar peredaran darah. Dalam posisi berbaring miring / posisi lateral, lansia berbaring di satu sisi tubuh dengan tungkai atas di depan tungkai bawah dan pinggul serta lutut tertekuk. Posisi ini membantu meringankan tekanan pada area tulang ekor dan tumit. Untuk memposisikan miring dengan benar, diperlukan bantal penopang.
93 Cara memiringkan lansia yang tirah baring (posisi lateral): 1) Menata bantal di sebelah lansia 2) Caregiver berdiri di sisi lansia akan menghadap, misal: lansia akan dimiringkan ke kiri, maka caregiver berdiri di sebelah kiri 3) Tangan lansia yang dekat dengan caregiver diposisikan ditekuk ke atas di samping kepala lansia 4) Tangan caregiver yang dekat dengan kepala lansia memegang pundak sisi jauh, dan tangan satunya memegang bagian lutut dalam pada sisi jauh 5) Miringkan lansia dengan menarik pundak dan lutut ke arah caregiver 6) Posisikan bantal di bawah tangan dan juga kaki
94 b. Pencegahan Luka Tekan pada Lansia dengan Kursi Roda Untuk mengurangi tekanan pada bokong dapat digunakan bantalan berupa potongan busa atau sejenisnya, yang diletakkan di kursi roda pada bagian alas duduk atau sandaran. Cara lain adalah dengan mengubah posisi atau mengangkat bokong dari kursi roda untuk beberapa saat. Bantalan harus ditempatkan di kursi roda untuk mengurangi tekanan pada bokong. Mengangkat bokong setiap 2 jam sekali selama beberapa saat (3 – 5 detik) Bersandar ke samping, pantat sedikit diangkat, bahu sejajar Upaya untuk mengurangi tekanan harus dilakukan setiap 2 jam sekali dan tahan selama 3 – 5 detik
95 3. Membantu Lansia Berpindah Tempat Gangguan gerak akan menimbulkan kesulitan bagi lansia untuk berpindah tempat, untuk itu caregiver harus mampu membantu lansia berpindah tempat dengan cara yang benar agar terhindar dari komplikasi atau kecelakaan pada lansia dan caregiver. Yang perlu dipelajari adalah bagaimana mengontrol dan menjaga keseimbangan tubuh, sehingga caregiver dapat dengan mudah memindahkan atau membantu lansia untuk bergerak dengan aman, sekaligus mencegah terjadinya cedera pada caregiver. Prinsip yang diterapkan saat membantu lansia berpindah: a. Jelaskan tiap langkah berpindah dan biarkan lansia menyelesaikan secara perlahan b. Berikan aba-aba pada setiap tahapan berpindah dengan jelas c. Jangan mencengkram / menarik / mengangkat lansia pada sendi lengan (siku, bahu, pergelangan) karena dapat menyebabkan cedera sendi, terlebih pada anggota tubuh yang lumpuh. Posisi membantu mengangkat yang tepat: Jangan tarik tangan dan lengan yang lumpuh
96 a. Membantu lansia bergeser ke atas tempat tidur 1) Arahkan lansia ke posisi datar dengan melepaskan bantal. 2) Minta lansia menekuk lutut, kaki menjejak terhadap kasur untuk membantu mendorong dirinya naik. 3) Caregiver berdiri di samping tempat tidur dan menempatkan satu tangan pada bahu lansia dan yang lainnya di bawah bokong. 4) Hitung "1-2-3" dan minta lansia untuk mendorong tubuhnya ke arah kepala tempat tidur dengan bertumpu pada kaki dan tangannya. 5) Pasang kembali bantal di bawah kepala lansia. b. Membantu lansia duduk 1) Duduk di tempat tidur 1) Caregiver berdiri di sisi tempat tidur dengan kaki membuka selebar bahu, lutut ditekuk, punggung pada posisi netral. 2) Minta lansia mengangkat kepala dan bahu, dengan menjejakkan kedua siku ke tempat tidur, untuk mendukung tubuhnya sendiri. 3) Bantu lansia mengangkat bahu dengan menempatkan tangan dan lengan caregiver di bawah tulang bahunya. 4) Berikan aba-aba, angkat tubuh lansia bagian atas dengan perlahan hingga lansia pada posisi duduk. Pada langkah ini, lutut caregiver tetap ditekuk, punggung pada posisi netral dan lengan mengunci untuk membantu mengangkat. 5) Sesuaikan bantal untuk sandaran lansia.
97 2) Duduk di tempat tidur dengan kaki menjuntai 1) Tekuk lutut lansia pada sisi yang jauh dari caregiver 2) Gulingkan lansia sehingga menghadap ke arah caregiver. Usahakan untuk menggulingkan seluruh tubuh lansia bersamaan agar tidak menimbulkan cedera 3) Masukkan satu lengan caregiver pada bahu lengan lansia yang ada di bawah. Tempatkan lengan lainnya di belakang lutut lansia pada bahu lengan lansia yang ada di bawah. Tempatkan lengan lainnya di belakang lutut lansia. 4) Posisi kaki caregiver terbuka selebar bahu, punggung pada posisi netral. 5) Hitung "1-2-3" dan geser berat badan caregiver ke kaki belakang. 6) Geser kaki lansia ke tepi tempat tidur hingga kaki lansia menjuntai sambil menarik bahu ke posisi duduk. 7) Tetap di depan lansia sampai berada dalam posisi yang stabil. Pada saat membantu lansia berganti posisi, Jangan lakukan hal tersebut, karena dapat menyakitkan.
98 3) Duduk dengan bantuan alat sederhana Bagi lansia yang masih mampu bergerak sendiri, caregiver dapat membuat alat bantu sederhana dengan mengikat kursi / bangku dekat dengan posisi tepi tempat tidur, pastikan ikatan kuat dan aman, serta bimbing lansia cara berganti posisi dari tidur ke duduk, sebagai berikut:
99 c. Mengangkat lansia Bila lansia sama sekali tidak mampu berperan dalam perpindahan tempat, maka berpindah dilakukan dengan cara mengangkatnya. Mengangkat lansia bisa dilakukan oleh satu orang caregiver atau dua orang caregiver. Mengangkat lansia oleh 1 orang caregiver membutuhkan kekuatan yang besar, sehingga harus betul-betul dipertimbangkan apakah mungkin dilakukan. Bila tidak yakin sebaiknya dilakukan oleh dua orang caregiver. 1) Mengangkat oleh 1 orang 1. Minta lansia merangkul leher caregiver dengan kedua tangannya atau pada lansia yang kondisinya lebih lemah letakkan salah satu tangan lansia pada leher caregiver agar tidak menyulitkan caregiver dalam melakukan pemindahan. 2. Letakkan satu tangan caregiver di belakang kedua lutut lansia dan tangan yang lain merangkul di belakang punggung lansia hingga mencapai ketiak lansia pada sisi yang jauh. 3. Angkat lansia secara hati-hati kemudian caregiver berdiri perlahan-lahan dan melangkah untuk memindahkan ke tempat yang diinginkan
100 2) Mengangkat oleh 2 orang 1. Satu caregiver berdiri di belakang, kemudian masukkan kedua tangan pada bagian ketiak/lengan lansia untuk menopang bagian tubuh atas. 2. Satu caregiver lainnya berdiri di depan (menghadap ke arah kaki lansia) dan masukkan kedua tangan kebawah kaki lansia untuk menopang tubuh lansia bagian bawah. 3. Berikan aba-aba, angkat tubuh lansia secara bersamaan dengan hati-hati, lalu pindahkan ke tempat yang diinginkan. d. Memindahkan lansia dari tempat tidur ke kursi roda 1. Posisikan kursi roda menghadap ke arah lansia membentuk sudut dengan tempat tidur di arah kepala lansia. 2. Bantu lansia duduk menjuntai (seperti pada uraian cara membantu lansia berganti posisi, dari tidur ke posisi duduk menjuntai di sisi tempat tidur). 3. Berdirikan lansia dengan cara:
101 a. Letakkan lengan caregiver di sekeliling dada dan di belakang punggung lansia. b. Topang kaki lansia dengan kaki caregiver. c. Pindahkan tumpuan berat badan dan angkat lansia hingga posisi berdiri di peluk oleh caregiver dengan erat. d. Cagiver dapat menstabilkan posisi lansia dengan menempatkan lutut caregiver berlawanan dengan lutut lansia 4. Dudukkan lansia di kursi roda dengan cara: a. Putar arah berdiri caregiver menghadap kursi roda sehingga posisi lansia membelakangi kursi roda. b. Tekuk lutut caregiver dan posisikan lutut caregiver lebih rendah dari posisi lansia. Lalu dudukkan lansia secara perlahan di kursi roda. - JANGAN menurunkan / mendudukkan lansia dengan posisi caregiver yang tetap berdiri, karena dapat mengakibatkan lansia terjatuh. - Pastikan posisi duduk lansia nyaman dan tidak ada anggota tubuh lansia yang terjepit.
102 e. Membantu lansia dengan kursi roda 1. Turun undakan dengan roda bagian belakang terlebih dahulu, naik undakan dengan roda depan terlebih dahulu Cara naik undakan Cara turun undakan Ketika mendorong lansia dengan kursi roda: Dinding di persimpangan jalan agak berbahaya bagi lansia. Caregiver dapat berhenti dan mengonfirmasi terlebih dahulu ketika hendak lewat Caregiver tidak dapat melihat bagian bawah tubuh lansia. Sangat penting untuk sering memperhatikan dan melihat keamanan bagian depan jalan Perhatikan tangan dan pakaian: Pakaian / selimut dapat terjepit di roda. Selalu cek dan pastikan pakaian lansia dalam keadaan aman. Tangan lansia yang lemah dapat jatuh dan tergesek roda. Posisikan tangan lansia di atas lutut lansia, bukan pada sandaran tangan kursi roda.
103 f. Membantu lansia berpindah dari kursi roda ke toilet duduk Untuk lansia yang tidak mampu berjalan dan tidak menginginkan BAB/BAK di tempat tidur, dapat melakukannya di kursi komod dengan penampung atau di toilet. Kursi komod Kursi komod modifikasi Untuk memindahkan lansia dari tempat tidur ke kursi komod dapat dilakukan sesuai dengan Cara memindahkan lansia dari tempat tidur ke kursi roda (hal. 100), lalu dorong kursi komod ke kamar mandi dan posisikan kursi komod di atas lubang kakus.
104 Bagi lansia yang menggunakan kursi roda dan masih mampu berpindah sendiri dapat dilakukan dengan cara: 1) Mendekatkan kursi roda ke arah toilet, kemudian kunci kursi roda untuk menghindari tergelincir. 2) Lansia dibantu berpindah dari kursi roda ke toilet secara perlahan. 3) Atur posisi duduk di toilet senyaman mungkin. Kemudian caregiver dapat menunggu di luar kamar mandi/ WC atau sesuai permintaan lansia. 4) Untuk kembali ke kursi roda dapat diulangi langkah 2.
105 g. Cara penggunaan alat bantu jalan Ada banyak jenis alat bantu jalan untuk lansia dengan keterbatasan gerak. Pastikan ukuran tinggi alat bantu sesuai dengan tubuh lansia. Walker Tongkat kaki 3 atau 4 Tongkat - Pegang tongkat di sisi tubuh yang lemah atau terluka untuk menjaga ayunan lengan yang baik, meningkatkan pemindahan berat badan, dan mendukung pola berjalan normal. - Saat melangkah maka tongkat dan kaki yang sakit maju terlebih dahulu, kemudian baru kaki yang sehat maju. Hal ini juga berlaku untuk penggunaan kruk dan walker. Kruk - Berdiri tegak dan menempatkan ujung kedua kruk di lantai, sekitar 15 cm dari sisi masing-masing kaki. - Lengan dapat beristirahat dengan nyaman di sisi tubuh lansia, sesuaikan ketinggian kruk hingga terdapat jarak 5 cm (sekitar tiga jari) antara ketiak lansia dan ujung atas kruk, lengan dapat ditekuk sedikit. - Saat melangkah maka kruk dan kaki yang sakit maju terlebih dahulu, kemudian baru kaki yang sehat maju.
106 Penggunaan Alat Bantu Jalan Untuk Naik-Turun Tangga - Saat naik tangga, didahului alat bantu jalan sebagai penopang tubuh dan kaki yang sehat / kuat, kemudian diikuti dengan kaki lemah. - Ketika turun tangga, didahului alat bantu jalan sebagai penopang tubuh dan kaki yang lemah turun lebih dulu. Naik tangga Turun tangga
107 h. Membantu lansia duduk – berdiri dengan alat bantu Duduk dengan bantuan walker - Jika lansia kesulitan untuk duduk, siapkan kursi berlengan. - Putar tubuh membelakangi kursi dan melangkah mundur sampai lansia merasa kursi menyentuh kakinya. - Dengan salah satu tangan lansia mencoba meraih lengan kursi. - Dengan satu tangan menumpu pada lengan kursi, turunkan tubuh perlahan hingga duduk. Berdiri dengan bantuan walker - Posisikan kruk / tongkat / walker di depan lansia hingga mudah dijangkau. Walker dalam posisi terkunci (jika ada rodanya) . - Lansia diminta menyorongkan tubuhnya kedepan hingga duduk di tepi kursi, condongkan tubuh ke depan (hingga hidung lebih dari jari kaki) lalu berdiri perlahan dengan bertumpu pada lengan yang berpegangan kursi. - Jangan menggunakan alat bantu jalan untuk menarik tubuh sebagai tumpuan saat berdiri, karena alat tersebut dapat terbalik dan menyebabkan cedera.
108 Perhatikan: - Kenali batas kemampuan caregiver. Perhatikan teknik yang benar dalam memindahkan lansia, terlebih bila lansia lebih berat dari caregiver. Bila perlu mintalah bantuan orang lain. - Selalu jaga posisi tubuh caregiver pada kedudukan sendi dan titik berat tubuh yang tepat dan seimbang. - Kenali tingkat kemampuan lansia, bantuan yang diberikan sesuai dengan tingkat kemampuannya. - Dalam menentukan posisi untuk kondisi lansia yang mengalami sakit pada bagian tubuh tertentu, sebaiknya berkonsultasi dengan petugas kesehatan. - Berikan motivasi agar lansia turut berusaha sesuai dengan kemampuan dirinya. - Pastikan posisi pegangan tangan / handrail di kamar mandi / WC memiliki kesesuaian tinggi dan kuat dalam menopang tubuh.
109 F. MEMBANTU PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA Caregiver harus memahami dan menerapkan tentang pengaturan makan yang dianjurkan sehingga kebutuhan gizi lansia terpenuhi. Oleh karena itu penting bagi caregiver untuk mengetahui materi berikut: 1. Kebutuhan energi dan zat gizi Bahan makanan yang dianjurkan untuk lansia a. Makanan pokok (sumber karbohidrat) digunakan sebagai energi seperti nasi dan kelompok bahan penukarnya Misal: beras merah tumbuk, jagung, ubi, singkong, sagu, kentang, talas, sukun, bihun, mie, roti gandum dan havermut. b. Lauk pauk (sumber protein, lemak dan mineral) - Sumber protein hewani: ikan (dianjurkan ikan teri bila tidak mengalami gangguan mengunyah, ikan kembung basah dan segar lainnya), daging ayam tanpa kulit, daging sapi tanpa lemak, telur dan susu rendah lemak dan lainnya - Sumber protein nabati: tempe, tahu dan kacang-kacangan serta olahannya c. Sayuran berwarna (sumber vitamin, mineral dan serat) Contoh: bayam, kangkung, wortel, brokoli, labu kuning, labu siam, dan lalapan dan sayuran segar lainnya d. Buah berwarna: pepaya, pisang, jeruk manis, alpukat, apel, dll. e. Makanan sumber zat besi, seperti hati sapi, hati ayam, daging ayam, daging sapi, sayuran berwarna hijau (bayam) dan kacang-kacangan f. Makanan sumber kalsium, seperti: ikan (contoh ikan teri basah dan segar), sayur hijau (sawi hijau, daun singkong, daun pakis/paku, brokoli, dan lainnya) dan buah (jeruk, pisang, jambu biji, pepaya, alpukat, apel, strawberry, buah naga dan lainnya). g. Minum air putih minimal 8 gelas sehari, sumber cairan dapat juga dari kuah sayur, minuman lainnya yang dikonsumsi seharihari.
110 Bahan makanan yang dibatasi untuk lansia a. Bahan makanan bergas, antara lain ketan, kol, kembang kol, nangka muda, nangka matang, durian, serealia dan kacang– kacangan dalam jumlah banyak. b. Gula murni tidak lebih dari 4 sendok makan sehari baik dalam pemasakan makanan utama maupun makanan selingan. Gula murni dapat dalam bentuk gula pasir, gula merah, gula batu, gula aren, gula palm dan madu. c. Makanan tinggi natrium baik dalam bentuk garam dapur maupun pengawet yang terdapat dalam bahan makanan misalnya telur asin, ikan asin, makanan kemasan (sarden kalengan, dendeng, sosis, nuget dan lainnya), asinan sayur dan buah serta snack kemasan. d. Makanan tinggi lemak, misalnya snack gorengan, kerupuk, makanan ringan yg digoreng (kletikan).
111 2. Gizi seimbang Makanan yang bergizi baik tidak harus selalu mahal dan mewah, penting diingat bahwa komposisi tiap-tiap jenis makanan atau kandungan zat gizinya harus seimbang. Contoh perbandingan jumlah yang dianjurkan dapat dilihat dari diagram “Isi PiringKu”, dimana setengan piring terdiri dari sayur dan buah, sepertiga lagi terdiri dari lauk pauk dan sisanya (2/3 porsi) terdiri dari makanan pokok. Contoh Menu Sehari Pagi Siang Malam Nasi / bubur / tim Telur dadar Tumis tauge + tahu Nasi / bubur / tim Ikan bumbu kuning Tempe bacem Sayur asem Pepaya Nasi / tim Pepes teri segar Capcay Jeruk Jam 10:00 (selingan) Pisang rebus Jam 16:00 (selingan) Jus alpukat Jam 21:00 (selingan) Susu rendah lemak
112 3. Bentuk dan tekstur makanan Ada bermacam-macam bentuk dan tekstur makanan yang pemberiannya disesuaikan dengan kondisi lansia, antara lain: a. Makanan cair Disarankan untuk lansia dengan gangguan mengunyah, menelan, mencerna makanan maupun lansia yang menggunakan selang makan baik melalui mulut, hidung atau langsung ke lambung. Makanan cair bisa didapatkan berupa produk yang sudah jadi di apotek / supermarket. Makanan cair ini dapat juga dijadikan makanan utama atau sebagai makananan tambahan (ekstra) pada lansia yang masih mampu mengonsumsi makanan biasa / padat. b. Makanan dihaluskan dengan menggunakan blender Makanan ini disarankan untuk lansia dengan gangguan mengunyah, menelan, mencerna makanan, lansia yang menggunakan selang makan baik melalui mulut, hidung atau lambung, dan lansia dengan alergi susu sapi. c. Makanan yang dihaluskan Disarankan untuk lansia yang masih dapat makan melalui mulut dengan gangguan mengunyah atau tidak punya gigi. Makanan ini diberikan dengan tekstur semi padat seperti nasi tim / bubur dengan lauk pauk yang dicincang / blender, sayur yang di potong kecil-kecil / blender, buah yang dipotong kecil atau jus. d. Makanan biasa Disarankan untuk lansia yang masih mampu mengunyah makanan dengan cukup baik, yaitu nasi biasa dengan lauk pauk, serta sayur dan buah sesuai dengan anjuran.
113 4. Pengaturan makanan (diet) bagi lansia sesuai kondisi kesehatan Untuk lansia dengan kondisi kesehatan tertentu, dibutuhkan jenis diet yang berbeda antara lain: a. Diet tinggi serat Diet ini disarankan untuk lansia yang mengalami gangguan sulit buang air besar (BAB), kegemukan (obesitas), dan penyakit jantung. Jumlah yang dianjurkan paling sedikit 25 gram sehari (2 ½ mangkok sayur dan 3 porsi buah). Sumber serat antara lain: sayuran berdaun, beras merah, serealia, gandum, buahbuahan. b. Diet rendah garam Diet ini disarankan untuk lansia dengan tekanan darah tinggi. Batasi asupan garam / natrium, baik dalam makan utama maupun makanan selingan jumlahnya tidak lebih dari 1 sendok teh dalam sehari. Sumber natrium antara lain: garam dapur, kecap asin, keju, makanan yang diawetkan, dsb. Penerapan diet rendah garam juga dapat di kombinasikan dengan diet tinggi serat untuk mencegah hipertensi pada lansia. c. Diet rendah lemak Diet ini disarankan untuk lansia dengan masalah pankreas, penyakit hati / liver, dan masalah lemak darah. Dianjurkan untuk membatasi asupan lemak. Sumber lemak antara lain: mentega, margarin, daging yang berlemak, makanan yang diolah dengan lemak berlebih. d. Diet tinggi energi dan protein Diet ini disarankan untuk lansia dengan kekurangan gizi. Diet ini mengutamakan makanan dengan kalori lebih tinggi dari pola makan biasanya, misalnya: selingan kacang–kacangan, penambahan lemak pada makanan, margarine pada sup, tahu/tempe pada tumisan sayur, penambahan susu rendah lemak pada makanan selingan.
114 e. Diet rendah energi Diet ini disarankan untuk lansia dengan kelebihan berat badan, dengan cara mengurangi jumlah energi / makanan dari kebiasaan asupan gizi sehari-hari. Dalam mengurangi jumlah makanan dalam diet rendah energi sebaiknya dilakukan secara bertahap. Perhatikan: Selalu berkonsultasi dengan petugas kesehatan dalam menentukan pilihan diet sesuai dengan kondisi kesehatan. 5. Keamanan Pangan Langkah agar keamanan pangan pada lansia terjamin untuk menghindari penularan penyakit akibat makanan yang tercemar: a. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyiapkan makanan b. Pastikan semua masakan matang sempurna c. Selalu tutup kembali makanan apabila telah selesai diambil d. Makanan yang telah dimasak, pastikan makanan diluar ruangan hanya dalam kurun waktu 4 jam dan dalam keadaan tertutup e. Ambil dalam porsi sedikit dan tambahkan jika perlu. Tidak mencampurkan sisa masakan dengan masakan yang baru. 6. Tanda awal gizi kurang Seringkali tidak mudah untuk mengenal tanda-tanda kekurangan gizi pada lansia. Setelah kondisi memberat barulah terlihatdan perluk waktu lama untuk memulihkannya. Agar penanganan lebih mudah, perlu diketahui tanda-tanda awal keadaan gizi kurang: a. Kurang nafsu makan b. Gejala kurang cairan: tidak berupa rasa haus melainkan terjadi perubahan sikap menjadi pendiam, tidak mau bicara, mudah lupa, sulit berkonsentrasi c. Tanda-tanda fisik: berat badan berkurang, wajah lebih pucat, raut wajah lesu d. Berkurangnya frekuensi makan
115 7. Membantu lansia makan dan minum Untuk lansia yang masih mampu makan melalui mulut, caregiver dapat mendukung lansia untuk makan secara mandiri. Bila harus dibantu maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Untuk lansia yang masih mampu duduk, selalu ajak lansia dalam makan posisi duduk b. Pada lansia yang harus makan dalam posisi berbaring, selalu posisikan kepala lebih tinggi dengan menggunakan ganjalan bantal sehingga kemiringan posisi tubuh sekitar 30⁰ - 45⁰ c. Beri jeda untuk suapan satu ke suapan berikutnya, jika perlu selingi dengan minum d. Selalu perhatikan nafas lansia ketika makan e. Untuk mencegah tersedak, usahakan makanan dalam potongan kecil, suapan dalam porsi kecil agar lebih mudah dikunyah dan ditelan, serta jangan mengajak bicara saat membantu lansia makan f. Apabila lansia tersedak segera bantu lansia untuk memuntahkan makanannya Cara yang benar Cara yang salah
116
117 8. Membantu lansia makan dengan NGT Ada beberapa keadaan yang membuat lansia tidak bisa makan melalui mulut, diantaranya karena kesulitan untuk mengunyah dan menelan, atau masalah kesehatan seperti akibat penyakit stroke. Caregiver perlu berkonsultasi apabila ditemukan kesulitan makan pada lansia. Dengan demikian petugas kesehatan dapat menilai apakah lansia tersebut harus dibantu dengan penggunaan selang makanan (Nasogastric Tube / NGT). Pada lansia yang menggunakan NGT, caregiver perlu belajar terlebih dahulu kepada tenaga kesehatan bagaimana cara memberikan makan melalui NGT dengan benar. Langkah-langkah pemberian makanan melalui NGT: 1. Cuci tangan dengan sabun kemudian keringkan, 2. Siapkan makanan cair dan minuman hangat yang tertutup, 3. Naikkan bagian kepala tempat tidur 30 – 45 derajat pada saat memberi makan, hingga 30 menit setelah memberi makan (sangga dengan bantal).
118 4. Buka tutup NGT namun dengan tetap melipat selang NGT agar udara tidak masuk. 5. Pasang spuit besar yang berfungsi sebagai corong makanan cair. 6. Tuang air hangat perlahan, kemudian buka lipatan selang dan tutup kembali jika air hampir habis. 7. Lanjutkan dengan memasukkan makanan cair. Lakukan berulang-ulang sampai makanan cair habis. Kemudian bilas kembali selang dengan air hangat hingga tidak tersisa makanan dalam selang. 8. Tutup selang & lipat kembali ketika tak digunakan untuk memberi makan. INGAT: a. Selang harus dipasang oleh tenaga kesehatan. b. Caregiver yang membantu memberikan makan melalui NGT, sebelumnya harus mendapat pelatihan atau di bawah pengawasan oleh tenaga kesehatan. c. Pastikan ujung selang bersih dari sisa makanan karena dapat mengakibatkan diare. d. Periksa kerekatan selang, jika selang longgar beritahu tenaga kesehatan. e. Laporkan adanya mual dan muntah dengan segera. f. Jangan lakukan tindakan yang dirasa masih ragu-ragu g. Selalu berhati hati saat membantu lansia minum atau makan karena berisiko tersedak, jika hal tersebut terjadi segera miringkan lansia dan tepuk punggung hingga dapat dimuntahkan. Jangan memasukkan air ke dalam mulut atau NGT pada saat lansia tersedak. h. Untuk pemberian makan baik oral / mulut maupun NGT dianjurkan dengan posisi duduk atau minimal 45º dapat dengan cara disangga bantal dengan posisi kepala tegak.
119 G. MENDUKUNG LANSIA MEMPERTAHANKAN AKTIVITAS INSTRUMENTAL KEHIDUPAN SEHARI-HARI Aktivitas Instrumental Kehidupan Sehari-hari adalah aktivitas kehidupan sehari-hari yang yang lebih kompleks yang mengarah pada kemampuan lansia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan komunitasnya yaitu: berkomunikasi dengan menggunakan telepon, berbelanja, menyiapkan makanan, mengurus rumah, mencuci pakaian, menggunakan transportasi, menyiapkan dan meminum obat, serta mengatur keuangan. Caregiver dapat mendukung lansia untuk mempertahankan kemampuan dalam melakukan IADL sesuai dengan kondisinya, antara lain dengan cara: 1. Berkomunikasi dengan telepon - Tempatkan di tempat yang mudah dilihat dan dijangkau oleh lansia - Catat nomor-nomor penting dan alat tulis untuk mencatat di dekat pesawat telepon - Sebisa mungkin biarkan lansia menggunakan telepon secara mandiri, bantuan diberikan bila diperlukan 2. Berbelanja - Tanyakan mengenai kebutuhan lansia yang ingin dibeli. - Tanyakan apakah lansia menginginkan untuk berbelanja sendiri. - Apabila masih memungkinkan maka sedapat mungkin lansia didampingi untuk berbelanja sendiri sesuai dengan kondisinya misalnya mobilisasi dengan menggunakan tongkat atau dengan kursi roda. - Perhatikan jarak dari tempat tinggal dengan tempat belanja serta kondisi fisik lansia.
120 3. Menyiapkan makanan - Buat perencanaan menu bersama lansia sehingga jenis makanan lebih sesuai dengan selera lansia. - Sedapat mungkin melibatkan lansia di dalam proses penyiapan dan penyajian makanan sesuai dengan kemampuan dan kondisinya. 4. Mengurus rumah - Pada lansia yang kondisi fisiknya masih memungkinkan, dapat ditanyakan apakah lansia menginginkan terlibat dalam mengurus rumah. - Bila sesuai dengan kondisi fisik dan keinginan lansia, maka dapat dilibatkan dalam mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan seperti mencuci piring, menyiangi sayuran yang akan dimasak, merapihkan tempat tidur, dan sebagainya. 5. Mencuci / mengurus pakaian - Pada lansia yang kondisi fisiknya masih memungkinkan, dapat ditanyakan apakah lansia menginginkan terlibat dalam mengurus pakaiannya. - Bila sesuai dengan kondisi fisik dan keinginan lansia, maka dapat dilibatkan dalam mengurus pakaian seperti mencuci, menjemur, melipat pakaian dan sebagainya. 6. Menggunakan transportasi - Pada lansia yang memiliki tingkat ketergantungan sedang kemungkinan masih dapat menggunakan tongkat atau kursi roda menuju kendaraan yang telah disediakan untuk transportasi, sedangkan pada lansia yang tingkat ketergantungan berat atau total perlu bantuan penuh untuk menuju kendaraan. - Caregiver sedapat mungkin membantu lansia dalam memutuskan cara yang paling tepat untuk menuju kendaraan dan melakukan transportasi ke tempat yang diinginkan sesuai dengan kondisinya.
121 - Pastikan lansia selalu didampingi dalam proses perpindahan ketika naik atau turun kendaraan, sehingga selalu terjamin keamanan dan kenyamanannya. 7. Menyiapkan dan meminum obat - Sediakan tempat penyimpanan obat- obatan khusus milik lansia dengan pemisahan setiap jenis obat. Letakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh lansia. - Bantu lansia untuk memilah-milah obat sesuai dengan waktu meminum obat setiap harinya, dan beri label tulisan yang jelas. Dapat digunakan tempat obat yang sudah memiliki sekat-sekat untuk memilah obat. - Sediakan catatan pemantauan minum obat, sedapat mungkin ajak lansia secara aktif berperan dalam penyiapan dan pencatatan meminum obat sesuai dengan kondisinya. 8. Mengatur keuangan - Bantu lansia untuk melakukan pengaturan, penggunaan, dan penyimpanan keuangan. - Sediakan buku catatan keuangan dan sedapat mungkin bantu lansia untuk melakukan pencatatan sendiri sesuai dengan kondisi fisik dan kemampuannya.
122
123 BAB PERAWATAN KHUSUS 6 PADA LANSIA A.MENANGANI GANGGUAN PERILAKU PADA LANSIA DENGAN DEMENSIA / PIKUN Apabila lansia telah mengalami pikun/demensia, caregiver harus membantu agar kepikunannya tidak bertambah dan menghindari akibat-akibat yang merugikan lansia maupun orang di sekitarnya. Penanganan yang dapat dilakukan oleh caregiver pada lansia diantaranya : 1. Membantu lansia untuk meletakkan barang pribadi yang sering digunakan di tempat yang tetap, mudah dilihat dan mudah dijangkau, serta menjelaskan dengan baik apabila lansia lupa dan mulai menduga-duga 2. Membantu lansia menuliskan beberapa hal penting untuk diingat dan menempelkan ditempat yang mudah dilihat dengan tulisan yang mudah dibaca dan jika perlu ditambah gambar untuk membantu memudahkan lansia mengingat sesuatu (contoh: jadwal harian, tempat menyimpan dokumen penting, kotak obat dll) 3. Ajak lansia berkomunikasi, agar tetap dapat mengingat, menghitung, memutuskan sesuatu. Jawab pertanyaan lansia yang berulang-ulang dengan sabar dan jelas. 4. Alihkan pembicaraan atau perhatian kepada hal yang lebih positif dan menyenangkan bila lansia mulai membicarakan hal yang membuat sedih/marah atau perasaan negatif lainnya. 5. Penggunaan aromaterapi dan pijat untuk mencegah penurunan fungsi kognitif dan menurunkan tingkat kecemasan
124 B.PENGELOLAAN STRESS Stres merupakan suatu kondisi perasaan tertekan, cemas dan tegang yang berkaitan dengan respon terhadap lingkungan. Stres dapat terjadi pada semua orang termasuk lansia. Kondisi pencetus stres yang sering ditemukan pada lansia adalah kesepian karena ditinggalkan oleh pasangan dan anak-anak telah memiliki kehidupan sendiri. Kesepian dapat menimbulkan perasaan tidak berdaya, kurang percaya diri, ketergantungan, dan keterlantaran. Rasa kesepian akan semakin dirasakan oleh lansia yang sebelumnya adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan orang banyak. Penyebab kesepian pada lansia antara lain: - Sudah berkurangnya kegiatan dalam mengasuh anak-anak - Berkurangnya teman / relasi akibat kurangnya aktivitas luar rumah - Kurangnya aktivitas sehingga waktu luang bertambah banyak - Meninggalnya pasangan hidup - Ditinggalkan anak-anak karena menempuh pendidikan yang lebih tinggi, atau meninggalkan rumah untuk bekerja - Anak-anak telah dewasa dan membentuk keluarga sendiri. Stres akibat rasa kesepian yang berkepanjangan dapat menimbulkan tindakan yang merugikan diri sendiri yang merugikan diri sendiri bahkan dapat mendorong keinginan untuk bunuh diri.
125 Selain kesepian, hal-hal lain yang dapat menimbulkan stress pada lansia seperti pada tabel di bawah ini: Fisik Lingkngan Psikologis - Suhu ekstrim (terlalu panas, dingin, lembab) - Cahaya ekstrem - Kebisingan - Penyakit yang tidak kunjung sembuh - Kematian atau perceraian - Kebangkrutan - Pensiun - Tidak ada teman - Frustasi - Jijik - Rasa Bersalah - Khawatir - Kebingungan - Rendah diri - Rasa marah - Cemas - Kebencian - Kesedihan Caregiver dapat mengenali hal-hal tersebut, dan berusaha untuk membantu mengurangi atau mengendalikan agar tidak terlalu stres berkepanjangan. Gejala-gejala yang timbul akibat stress: Gejala Fisik Gejala Mental Gejala Perilaku - Perubahan waktu tidur - Mudah lelah sepanjang waktu - Sakit kepala, sakit dan nyeri - Mudah terkena demam - Pusing - Pingsan - Berkeringat & gemetar - Kesemutan tangan & kaki - Mudah berdebardebar - Kurang konsentrasi - Pelupa Sulit untuk membuat keputusan - Mudah panik - Depresi - Ketidaksabaran - Mudah marah - Ketakutan - Menurunnya kebersihan dan penampilan pribadi - Kegelisahan - Menggigit kuku - Perubahan nafsu makan - Makan tidak sesuai kebiasaan - Penggunaan alkohol & obat lain secara tidak benar
126 BAB PENANGGULANGAN KEGAWATDARURATAN 7 SEDERHANA Pertolongan pertama adalah tindakan langsung yang diberikan kepada lansia yang mengalami kadaan yang membahayakan jiwanya sebelum ambulan atau petugas kesehatan tiba. Tujuan dari pertolongan pertama adalah untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk menyelamatkan hidup lansia. Hal penting yang perlu diperhatikan oleh caregiver diantaranya: o Segera hubungi petugas kesehatan dan ambulan o Meminta bantuan orang terdekat atau tetangga o Amankan lingkungan sekitar lansia dan hindarkan jalur pemindahan lansia dari penghalang o Selama menunggu bantuan datang, jangan melakukan Tindakan tertentu apabila tidak yakin atau ragu-ragu o Menanyakan apa saja yang bisa dilakukan kepada petugas kesehatan melalui alat bantu komunikasi INGAT !!! • Saat melakukan bantuan selalu libatkan orang lain dan minta bantuan orang lain (anggota keluarga lain atau tetangga untuk menghubungi petugas kesehatan sembari memberikan bantuan pada lansia) • Simpan nomor darurat dimana semua orang dapat menemukannya • Simpan kotak pertolongan pertama dan periksa isinya secara teratur • Pastikan caregiver telah dilatih tentang pertolongan pertama pada keadaan darurat • Pemberian penanganan utama merupakan kewenangan petugas kesehatan
127 Beberapa kondisi gawat darurat dan penanganan yang bisa dilakukan caregiver: A.PENURUNAN KESADARAN Penyebab: gagal jantung, serangan jantung, infeksi paru-paru, infeksi saluran kemih, gula darah terlalu rendah / tinggi, kadar garam terlalu tinggi, dll. Pertolongan pertama: 1. Periksa kesadaran, goyangkan bahu dan panggil nama 2. Bila tidak ada respon, panggil bantuan orang sekitar dan telepon ambulans / rumah sakit terdekat. Untuk kegawatan di wilayah Sleman bisa menghubungi Sleman Emergency Service (SES) melalui call center 24 jam (0274) 860 9000, 0811 2668 900, 119 (bebas pulsa) 3. Baringkan tanpa alas kepala 4. Pastikan tidak ada sesuatu yang menutupi bagian hidung dan tenggorokan lansia agar tetap dapat bernafas dan aliran udara tetap masuk. Bila ada segera bersihkan. 5. Periksa apakah masih ada nafas dengan meletakkan tangan di atas dada lansia, dari hidung terasa ada hembusan angin yang berasal dari pernafasannya. 6. Segera periksa adakah denyut nadi leher. 7. Bila tidak ada nadi dan nafas, maka segera lakukan penekanan/kompresi jantung dari luar sebanyak 15 kali, diselingi
128 2 kali pernafasan buatan sehingga menghasilkan denyut jantung sekitar 100 x/menit. 8. Lakukan pernafasan buatan dengan cara meniupkan udara pernafasan kita ke lansia melalui mulut. 9. Lakukan penekanan dada dan pemberian nafas sebanyak 5 siklus. Lalu cek nafas dan nadi lagi. - Bila tidak ada nafas dan nadi, ulangi langkah 7 dan 8. - Bila ada nadi tapi tidak ada nafas, lakukan langkah 8. 10. Jika teraba denyut nadi dan pernafasan terlihat atau jika lansia muntah maka miringkan badan dan kepala agar tidak tersedak.
129 B.LUKA BAKAR Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan karena adanya kontak dengan sumber panas misalnya api, terkena air panas, tersentuh benda panas, akibat sengatan listrik, akibat bahan kimia, dan sengatan matahari. Pertolongan pertama: 1. Hentikan sumber pembakaran misalnya matikan api, cabut arus listrik, dsb. 2. Dinginkan area luka bakar atau melepuh selama 2-3 menit di bawah air mengalir atau rendam dalam air dingin 3. Tutup dengan kassa steril atau kain bersih yang telah dibasahi dengan air 4. Panggil bantuan petugas kesehatan atau rujuk ke rumah sakit
130 C.PATAH TULANG Patah tulang atau tulang yang retak dapat disebabkan oleh tekanan atau benturan keras. Tanda-tanda adanya patah tulang: - Nyeri di tempat luka atau di sekitarnya - Timbul bengkak / benjolan - Timbul memar - Bentuk anggota tubuh tidak terlihat normal, dibandingkan dengan anggota badan lain - Pada patah tulang terbuka, dapat terjadi perdarahan - Anggota tubuh yang terluka mengalami keterbatasan atau tidak bisa bergerak - Mungkin dapat timbul tandatanda syok (dada berdebar, bibir dan mata pucat serta diikuti pingsan) Jika caregiver mencurigai ada patah tulang pada lansia, lakukan: 1. Memanggil anggota keluarga lain atau tetangga untuk segera mencari bantuan petugas kesehatan 2. Sementara orang lain menghubungi petugas kesehatan, caregiver dapat melakukan hal berikut: a. Berikan penyangga, cegah gerakan pada area yang terluka b. Tutupi luka terbuka (bila ada) dengan kassa steril / kain bersih c. Pertahankan area yang terluka dalam posisi yg paling nyaman d. Mencegah pergerakan anggota tubuh dengan meletakkan gulungan selimut / bantal di samping area yang terluka e. Perhatikan apakah ada tanda-tanda penurunan kesadaran. Lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan terdekat. Sebaiknya didampingi oleh petugas kesehatan.
131 D. PERDARAHAN 1. Perdarahan kecil dan luka yang tidak dalam 1. Caregiver mencuci tangan dengan sabun, keringkan, gunakan sarung tangan bila tersedia 2. Bersihkan luka dan daerah sekitar luka dengan air bersih, lalu keringkan dengan kassa steril sambil ditekan untuk menghentikan perdarahan 3. Oleskan antiseptik, letakkan kassa steril kering di atas luka 4. Balut luka dengan kassa steril, gunakan plester 2. Perdarahan hebat 1. Cuci tangan dengan sabun, keringkan, pakai sarung tangan 2. Hentikan perdarahan dengan membebat bagian yang terluka sambil memberikan tekanan selama sekitar 10 menit 3. Jika perdarahan terjadi pada anggota badan, baringkan lansia dan angkat anggota badan yang terluka 4. Balut dengan perban di atas kain pembebat, beri tekanan lebih besar pada luka tetapi tidak terlalu ketat untuk memungkinkan sirkulasi darah tetap terjadi 5. Lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan terdekat Jika terdapat bagian tubuh yang tertusuk benda besar, JANGAN ambil bendanya. Berikan pengganjal di kanan dan kiri benda tersebut, balut dengan perban tanpa memberikan tekanan. Baru lakukan rujukan.
132 E.SYOK Syok disebabkan karena kegagalan jantung untuk memompa darah sehingga aliran darah di dalam tubuh menjadi berkurang. Kondisi ini dapat terjadi karena pendarahan hebat, kekurangan cairan yang parah (dehidrasi) dan penyakit misalnya penyakit jantung. Tanda-tanda syok, adalah sebagai berikut: - Lansia terlihat pucat - Kulit dingin dan lembab - Bernafas cepat dan pendek - Denyut nadi cepat dan lemah - Dalam kasus lanjut, lansia bisa menjadi tidak sadar Hal-hal yang harus dilakukan caregiver jika ditemukan tandatanda syok pada lansia: - Baringkan lansia, angkat dan tahan kakinya - Longgarkan pakaian ketat terutama di leher dan pinggang - Pastikan sirkulasi udara yang baik - Jaga lansia agar tetap hangat dengan memakaikan mantel atau selimut - Jangan berikan makanan atau minuman apapun - Periksa denyut nadi dan pernapasan secara teratur - Berikan kenyamanan - Konsultasi ke petugas kesehatan untuk penanganan lebih lanjut
133 F. TERSEDAK Tersedak adalah terjadinya penyumbatan pada jalan nafas yang menyebabkan kesulitan bernafas. Pada lansia yang sering terjadi adalah tersedak saat pemberian makan karena adanya penurunan kemampuan menelan. Tanda-tanda: - Kesulitan berbicara dan bernafas - Terjadi bendungan aliran darah pada wajah hingga kulit wajah berwarna merah sampai menjadi kebiruan - Lansia memegang lehernya karena kesulitan bernafas
134 Pertolongan pertama: • Tenangkan lansia, minta untuk atur nafas sambil mengeluarkan makanan / minuman yang masuk ke saluran nafas dengan cara mendehem atau batuk • Jika tersedak dengan makanan padat yang cukup besar hingga menyumbat jalan nafas seluruhnya, lakukan langkah “Manuver Heimlich” sebagai berikut: 1. Pertama, caregiver berdiri di belakang lansia. Posisikan kepalan tangan dengan ibu jari pada perut lansia bagian atas. 2. Kemudian pegang kepalan tangan pertama dengan tangan kedua. 3. Lakukan hentakan pada perut lansia dengan menggunakan kedua tangan ke arah dalam dan ke atas. 4. Ulangi hingga jalan nafas bebas dari sumbatan dan lansia dapat batuk atau bernafas. 5. Jika lansia tidak sadarkan diri, segera cari bantuan petugas kesehatan. ( 1 ) (2)
135 BAB PEMANTAUAN 8 PEMBERIAN OBAT Caregiver perlu mengenali obat-obatan yang sedang digunakan oleh lansia sesuai dengan anjuran/resep dokter atau petugas kesehatan. Selalu lakukan pengecekan mengenai hal-hal berikut: • Obat yang sedang dikonsumsi: pastikan obat tersebut sedang digunakan sesuai instruksi petugas kesehatan. Bila ada obat yang sudah tidak digunakan agar dipisah tersendiri • Tanggal kadaluarsa: obat yang sudah kadaluarsa harus dibuang • Cara penyimpanan: harus sesuai dengan petunjuk • Petunjuk penggunaan: pelajari dosis, waktu dan cara pemberian obat sesuai petunjuk Untuk memudahkan lansia dan caregiver, sebaiknya obat yang akan diberikan sudah dipilah menurut dosis dan waktu pemberian untuk setiap harinya. Untuk memudahkan pemantauan, dapat dibuat format seperti contoh di bawah ini: TANGGAL NAMA OBAT CARA PAKAI WAKTU JUMLAH OBAT WAKTU KONTROL KET PAGI SIANG SORE MALAM
136 BAB PEMANFAATAN PENGOBATAN TRADISIONAL DAN TERAPI 9 KOMPLEMENTER Pada lansia sering ditemui ketidaknyamanan karena adanya perubahan hormonal dan fungsi tubuh lain. Namun jika keluhan ringan tersebut belum sampai mengganggu aktivitas sehari hari dapat diupayakan perawatan melalui asuhan mandiri kesehatan tradisional. A.PEMANFAATAN MASASE Teknik masase harus dikerjakan secara lembut dan mantap. Prosedur masase diawali pada daerah utama atau pusat (punggung), diikuti daerah perifer (leher, lengan, paha, jari-jari, dll) tergantung pada keluhan pasien. Sebagai tanda lancarnya oksigen dan relaksasi otot adalah penderita merasa semakin nyaman dan hilang rasa sakit / pain free. Biasanya pada awal prosedur masase, pasien akan merasakan kesakitan. Setelah 8 – 10 kali masase, rasa sakit akan berangsurangsur hilang. Hal ini diduga karena asam laktat yang mulai mencair dan tidak menumpuk lagi. Teknik masase punggung sekali atau dua kali sehari lebih efektif dalam mencegah perkembangan luka tekan. Masase yang dilakukan menyebabkan sirkulasi darah menjadi lancar dengan efek yang langsung dirasakan ke saraf–saraf sehingga dalam darah tidak terjadi endapan gula dan darah yang membawa oksigen dan nutrisi yang akan disampaikan keseluruh bagian dapat mengalir sehingga dengan sirkulasi baik menyebabkan seseorang bisa merasa lebih rileks. Cara Masase: lakukan masase dengan menggunakan telapak tangan dan jari dengan tekanan halus.
137 1. Teknik menggosok (eflurasi) dengan kedua permukaan telapak tangan dan jari-jari. Mulai dengan tekanan ringan. Tujuannya untuk memperlancar peredaran darah dan cairan getah bening. Setiap masase dimulai dan diakhiri dengan teknik ini. 2. Teknik masase dengan gerakan tangan selang-seling (tekanan pendek, cepat dan bergantian tangan) dengan menggunakan telapak tangan dan jari dengan memberikan tekanan ringan. 3. Teknik masase dengan gerakan menggesek-gesek dengan menggunakan ibu jari dan gerakan memutar. 4. Teknik remasan (mengusap otot) untuk merelaksasi otot. 5. Teknik menekan secara berirama dengan telapak tangan, kepalan tangan maupun jari. Tujukannya untuk mengurangi perlengketan jaringan dan mengendorkan otot yang tegang. 6. Teknik petrisasi dengan menekan, memeras atau mengangkat otot. Efek gerakan ini mempengaruhi saraf motorik. Tujuannya untuk memperlancar aliran darah dan mengeluarkan sisa metabolisme terutama pada saat terjadi kelelahan otot.
138 7. Teknik pukulan ringan (tapotemen) merupakan gerakan berirama dengan berbagai macam variasi gerakan. Tujuannya mempercepat aliran darah dan mendorong keluar sisa-sisa pembakaran energi, serta merangsang serabut ssaraf tepi. 8. Teknik menggerus (friksi) menggunakan ujung jari / ibu jari dengan menggeruskan melingkar untuk mengurangi ketegangan otot. 9. Teknik getaran (vibrasi) dilakukan dengan menggetarkan secara berirama untuk meningkatkan sirkulasi darah.
139 B. PEMANFAATAN AKUPRESUR Akupresur adalah salah satu jenis/cara perawatan kesehatan tradisional keterampilan yang dillakukan melalui teknik penekanan di permukaan tubuh pada titik-titik akupunktur dengan menggunakan jari, atau bagian tubuh lain, atau alat bantu yang berujung tumpul, dengan tujuan pearawatan kesehatan. • Teknik penekanan: ditekan sebanyak 30 kali hitungan sampaterasa ngilu dan dilakukan 1-2 kali sehari • Alat yang digunakan: jari tangan, telapak tangan, siku, alat bantu lain yang • Bahan: minyak/pelicin Kondisi yang tidak dianjurkan tindakan akupresur: • Terlalu lapar atau terlalu kenyang • Emosi yang labil • Tubuh sangat lemah Kontraindikasi Keadaan yang tidak dapat ditangani dengan akupresur: • Gawat darurat • Kasus yang perlu pembedahan • Penggunaan obat pengencer darah/antikoagulan • Diketahui ada kelainan pembekuan darah
140 Keluhan kesehatan ringan yang dapat ditanggulangi dengan asuhan mandiri kesehatan tradisional akupresur antara lain: 1. Susah Tidur Di lekukan garis pergelangan tangan bagian dalam, segaris dengan jari kelingking Tiga jari di atas pertengahan pergelangan tangan bagian dalam Di punggung tangan pada tonjolan tertinggi ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan Di punggung kaki pada cekungan antara pertemuan tulang kaki ibu jari dan jari kedua kaki
141 2. Sakit Kepala Di lekukan tulang pelipis, sejajar dengan sudut mata luar Di belakang kepala, 1 ibu jari tangan di atas batas rambut bagian belakang Untuk sakit kepala daerah puncak kepala, dapat dilakukan pemijatan pada lokasi yang terletak di puncak kepala Di puncak bahu, pertengahan antara tengkuk dan pangkal Lengan Di punggung tangan pada tonjolan tertinggi ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan Di punggung kaki pada cekungan antara pertemuan tulang telapak kaki ibu jari dan