6. Berikut ini termasuk unsur yang harus ada dalam pementasan drama,
kecuali...
a. panggung
b. pemain
c. penonton
d. naskah
7. Setting sebuah drama mengandung unsur...
a. tempat terjadinya peristiwa
b. waktu peristiwa bergulir
c. tempat, waktu, dan suasana cerita
d. tempat dan waktu cerita
8. Pada tahap persiapan pementasan drama, seorang sutradra
melakukan seleksi untuk memilih pemeran yang sesuai dengan peran
aka dimainkan. Tahapan ini disebut...
a. akting
b. casting
c. bloking
d. editing
9. Agar terlihat bermuka jahat, pemeran antagonis memerlukan jasa....
a. seni tata rias
b. seni tata busana
c. seni lukis
d. seni vokal
Bacalah pengalan dialog drama dibawah ini, untuk pertanyaan nomor 10!
Romeo : Petunjuk cinta yang gaib telah mempersatukan aku ke hadapanmu. Dan
untuk cinta yang kudapatkan akan kutaruhkan segalanya. Tapi......aku seorang
Montague.....
Juliet : Dan aku seorang Capulet. Mengapa kita punya nama? Biarlah aku menjadi
bukan Capulet dan kau bukan Montague, Romeo!
10. Tema yang tersirat dari penggalan drama di atas adalah....
a. kepercayaan
b. permusuhan
c. percintaan
d. pertentangan keluarga
94
ESSAI
Petunjuk : Jawablah pertanyaan essai di bawah ini dengan memberikan
penjelasan yang tepat!
1. Jelaskan perbedaan antara karya sastra puisi dengan prosa!
2. Jelaskan perbedaan jenis cerita rakyat Mite dan Fabel! Dan berikan masing-
masing contohnya!
3. Perbedaan sastra imajinatif dan non imajinatif,jelaskan!
4. mengapa pengertian sastra sebagai seni susah di defenisikan ?
Bacalah isi puisi berikut dengan saksama!
Karangan Bunga
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu
"Ini dari kami bertiga
Pita hitam dalam karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati siang tadi.
5. Maksud puisi tersebut adalah ........
95
KUNCI JAWABAN
PILIHAN BERGANDA
1.D 6.C
2.B 7.C
3.A 8.B
4.B 9.A
5.A 10.D
ESSAI
1. Puisi adalah jenis karangan yang dalam penyajiannya sangat mengutamakan
gaya bahasa. Sedangkan prosa adalah karangan bebas/tidak terikat oleh aturan
tertentu.
2. Mite adalah cerita yang mempunyai latar belakang sejarah, dipercaya
masyarakat, sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak
mengandung hal-hal yang ajaib, dan umumnya ditokohi oleh dewa. Contoh: Nyi
Roro Kidul dan Dewi Sri. Sedangkan Fabel adalah cerita yang menggambarkan
watak manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang. Contoh: Si Kancil
dengan Buaya.
3. Kalau sastra imajinatif sastra tersebut menonjolkan sifat khayali ,yang
menggunakan bahasa yang konotatif, dan memenuhi syarat-syarat estetika seni.
dan sastra non-imajinantif adalah sastra yang lebih banyak unsur faktualnya
daripada khayalinya, cenderung menggunakan bahasa denomatif, dan tetap
memenuhi syarat-syarat estetika seni.
4. Sastra sulit di defenisikan disebab beberapa hal
a. sastra bukan ilmu karna mengandung di dalam perasaan.
b. sastra itu terbatas oleh ruang dan waktu.
c. semua di defenisikan tidak mencapai hakikat karena bentuk karyanya berbeda
–beda ada yang berpentuk puisi prosa dan drama.
d. tidak terbatas ada deskrifsi saja, tapi di dalamnya terdapat penilaian sehingga
menjadi subjektif tergantung orang yang menilainya.
5. Isi puisi tersebut menceritakan tentang tiga orang anak kecil yang datang ke
Salemba sambil membawa karangan bunga berpita hitam sebagai tanda ikut
berduka cita kepada kakak mereka yang ditembak mati. Jadi isi puisi tersebut
menggambarkan peristiwa kedukaan.
96
BAB VII
PENERAPAN MODEL, METODE DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA
A. Capaian Kompetensi
Adapun kompetensi yang harus dicapai mahasiswa :
1. Mampu menjelaskan berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya untuk SD kelas renda.
2. Mampu menjelaskan ciri-ciri setiap pendekatan.
3. Mampu menjelaskan berbagai metode dan strategi pembelajaran bahasa.
4. Mampu menyusun model/perencanaan pembelajaran berdasarkan berbagai
pendekatan.
B. Latar Belakang
Akan dibahas 3 hal, yakni:
1. Pendekatan Pembelajaran Bahasa
2. Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa
3. Model-model Pembelajaran Bahasa
Ketiga aspek ini sangat penting Anda kuasai sebab keseluruhannya akan
mewarnai proses belajar-mengajar di kelas, perencanaan, pemilihan bahan, media
pembelajaran dan proses penilaian. Apa pun bentuk kurikulum yang Anda gunakan,
ketika sampai pada tataran implementasi kurikulum di kelas, maka Anda harus dapat
melakasanakan pembelajaran sesuai dengan keyakinan tentang hakikat serta
pengajaran dan belajar bahasa, khususnya bagi siswa sekolah dasar.
Ketidakberhasilan siswa SD dalam kemampuan berkomunikasi, salah satu
penyebabnya guru kurang menguasai berbagai pendekatan pembelajaran bahasa
sehingga kurang bervariasi dalam pemilihan metode atau strategi pembelajaran.
C. Pendekatan Pembelajaran Bahasa
Pendekatan merupakan seperangkat asumsi yang aksiomatik tentang hakikat
bahasa,pengajaran dan belajar bahasa yang dipergunakan sebagai landasan dalam
merancang, melaksanakan dan menilai proses belajar-mengajar bahasa. Asumsi
tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa
sebagai kebiasaan; bahasa sebagai sistem komunikasi dan ada pula yang
97
menganggap bahasa sebagai seperangkat peraturan/kaidah. Di bawah ini akan
dibahas beberapa pendekatan yang selayaknya difahami oleh guru-guru sekolah
dasar, baik guru kelas maupun guru bidang studi.
1. Pendekatan Behaviorisme
Kelompok ini berpandangan bahwa proses penguasaan kemampuan berbahasa
anak sebenarnya dikendalikan dari luar sebagai akibat berbagai rangsangan yang
diterapkan lingkungan kepada Si Anak. Bahasa sebagai wujud perilaku manusia
merupakan kebiasaan yang harus dipelajari. Jadi kemampuan berkomunikasi anak
melalui bahasa pada dasarnya sangat ditentukan oleh stimulus-respon dan
peniruan-peniruan.
2. Pendekatan Nativisme
Pandangan ini berpendapat bahwa anak sudah dibekali secara alamiah dengan
apa yang disebut LAD (Language Acquisition Device). LAD sudah diprogramkan
untuk mengolah butir-butir tatabahasa yang dianggap sebagai suatu bagian dari
otak. LAD membekali anak dengan kemampuan alamiah untuk dapat berbahasa.
Dengan demikian belajar berbahasa pada hakikatnya hanyalah mengisi detail dalam
struktur yang sudah ada secara alamiah.
3. Pendekatan Kognitif
Kemapuan berbahasa anak berasal dan diperoleh sebagai akibat dari
kematangan kognitif anak. Bahasa dalam pandangan kognitif distrukturlisasi dan
dikendalikan oleh nalar. Dengan demikian perkembangan kognisi sangat
berpengaruh pada perkembangan bahasa.
4. Pendekatan Interaksi Sosial
Pendekatan ini merupakan perpaduan teori-teori yang telah disebutkan di atas.
Kesimpulan teori-teori bahasa anak mempunyai potensi dasar (kognitif) dari
bawaannya yang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan melalui proses interaksi.
Inti pembelajaran interaktif adalah siswa membuat pertanyaan atau mencari
masalah sendiri dan berusaha menyelesaikan sendiri.
5. Pendekatan Tujuan
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan ‘’cara belajar tuntas’’.
Dengan ‘’cara belajar tuntas’’, berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap
berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu
menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penetuan
keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif; jika sekurang-kurangnya 85% dari
98
jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul minimal 75%
dari soal yang diberikan oleh guru maka pembelajaran dapat
dianggap berhasil.
6. Pendekatan Struktural
Pandangan ini berpendapat bahwa bahasa adalah data yang didengar/ditulis
untuk dianalisis sesuai dengan tatabahasa. Jadi belajar bahasa adalah belajar
struktur-struktur (tatabahasa).
7. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif didasarkan pada pandangan bahwa bahasa adalah
sarana berkomunikasi. Karena itu tujuan utama pengajaran bahasa adalah
meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, bukan kepada pengetahuan tentang
bahasa, pengetahuan bahasa diajarkan untuk menunjang pencapaian keterampilan
bahasa.
8. Pendekatan Pragmatik
Pendekatan ini mengutamakan keterampilan berbahasa dengan memperhatikan
faktor-faktor penentu berbahasa, seperti: pemeran serta, tujuan, situasi, konteks
juga aspek pengembangan: emosi, moral, sosial dan intelektual.
9. Pendekatan “Whole Language”
Suatu pendekatan untuk mengembangkan mengajarkan bahasa yang
dilaksanakan secara menyeluruh, meliputi: mendengar, berbicara, membaca dan
menulis. Keterampilan tersebut memiliki hubungan yang interaktif yang tidak
terpisahpisah dengan aspek kebahasaan: fonem, kata, ejaan, kalimat, wacana dan
sastra. Di samping itu pendekatan ini juga mementingkan multimedia, lingkungan,
dan pengalaman belajar anak.
10. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning atau CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat,hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalamai, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran
lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa
makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan begaimana
99
mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya
nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan
suatu bekal untuk hidupnya nanti.
11. Pendekan Terpadu
Pendekatan terpadu dalam bidang bahasa hampir sama dengan pendekatan
“Whole Language”, yang pada dasarnya pembelajaran bahasa senantiasa harus
terpadu, tidak terpisahkan antara keterampilan berbahasa
(menyimak,berbicara,membaca,menulis) dengan komponen kebahasaan (tatabunyi,
tatamakna, tatabentuk, tatakalimat) juga aspek sastra. Di samping itu untuk kelas
rendah pendekatan terpadu ini menggunakan jenis pendekatan lintas bidang studi,
yang artinya pembelajaran Bahasa Indonesia dapat disatukan dengan mata
pelajaran lain seperti: Pendidikan Agama, Matematika, Sains, Pengetahuan Sosial,
Kesenian dan Pendidikan Jasmani.
11. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pendekatan ini merupakan suatu sistem pembelajaran yang menekankan kadar
keterlibatan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Kadar CBSA dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa tinggi,
aktivitas guru sebagai fasilitator, desain pembelajaran berfokus pada keterlibatan
siswa, suasana belajar kondusif. Misal:dalam pembelajaran membaca permulaan di
kelas satu, dapat dilaksanakan secara individual, kelompok atau klasikal. Kegiatan
secara individual dapat membaca nyaring (bagi siswa yang sudah lancar membaca),
dapat pula membaca gambar, menyusun balok-balok huruf menjadi kata,
menjodohkan gambar dan kata.
12. Pendekatan Keterampilan Proses
Keterampilan proses adalah kemampuan yang dibangun oleh sejumlah
keterampilan dalam proses pembelajaran yang meliputi:
1. keterampilan intelektual
2. keterampilan sosial
3. keterampilan fisik
Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan
konsep. Konsep itu akan menunjang pula keterampilan proses. Keterampilan proses
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia meliputi kegiatan: mengamati,
menggolongkan, menafsirkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan.
100
D. Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa
Setelah guru memahami pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran bahasa,
selanjutnya guru harus menentukan metode atau cara apa yang akan digunakan
dalam pelaksanaan pembelajarannya. Dalam bidang pengajaran metode adalah
rencana penyajian bahan secara menyeluruh dengan urutan yang sistematis
berdasarkan pendekatan atau approach tertentu. Jika approach masih bersifat
filosofis atau aksioma, maka metode adalah implementasi atau cara melaksanakan
pembelajaran tersebut, dalam hal ini proses belajar-mengajar bahasa. Metode
meliputi, pemilihan bahan, penentuan urutan bahan, pengembangan bahan,
rancangan evaluasi dan remedial. Dikaitkan dengan Kurikulum 2004, maka langkah
metode ditetapkan setelah guru menetapkan kompetensi dasar beserta indikator
indikatornya. Dewasa ini ada beberapa metode pembelajaran bahasa yang masih
dipergunakan, baik secara terpisah-pisah maupun digabungkan beberapa metode
dalam pelaksanaannya.
1. Metode Langsung
Metode ini menerapkan secara langsung semua aspek bahasa dalam bahasa
yang diajarkan. Misal, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi anak-anak di
daerah, bahasa pengantar di kelas adalah Bahasa Indonesia tanpa diselingi
bahasa daerah/ bahasa ibu. Keunggulan dari metode ini, antara lain: murid terhindar
dari verbalistik dan dapat menggunakan bahasa yang diajarkan secara wajar dan
kontekstual.
2. Metode Alamiah
Metode ini banyak memiliki nama, yaitu metode murni, metode natural atau
“customary method”. Metode ini memiliki prinsip bahwa mengajar bahasa baru
(seperti bahasa kedua) harus sesuai dengan kebiasaan belajar berbahasa yang
sesungguhnya sebagaimana yang dilalui oleh anak-anak ketika belajar bahasa
ibunya. Proses alamiah inilah yang harus dijadikan landasan dalam setiap langkah
yang harus ditempuh dalam pengajaran bahasa kedua, seperti bahasa Indonesia.
Seperti Anda ketahui proses belajar bahasa anak-anak dimulai dengan mendengar,
kemudian berbicara, kemudian membaca dan akhirnya menulis atau mengarang.
Jadi pada awal pelajaran, gurulah yang banyak berbicara/bercerita dalam rangka
memperkenalkan bunyi-bunyi, kosa kata dan struktur kalimat sederhana. Setelah
101
mereka dapat menyimak dengan baik, kemudian anak-anak diajak berbicara dan
selanjutnya mulai diperkenalkan dengan membaca dan menulis.
3. Metode Tatabahasa
Metode ini dipusatkan pada pembelajaran vokabuler (kosakata) dan tatabahasa.
Isi pelajaran terutama ditujukan untuk mempelajari kata-kata dan tatabahasa. Daftar
kata-kata dipandang sebagai unit bahasa yang harus diajarkankan dan untuk itu
sering pula diselingi terjemahan. Kelebihan metode ini terletak pada
kesederhanaannya dan sangat mudah dalam pelaksanaanya. Guru memberikan
daftar kosakata dari teks dan kemudian diberikan penjelasan-penjelasan tentang
tatabahasanya.
4. Metode Terjemahan
Metode terjemahan (the translation method) adalah metode yang lazim
digunakan untuk pengajaran bahasa asing, termasuk dalam hal ini Bahasa
Indonesia yang pada umumnya merupakan bahasa kedua setelah penggunaan
bahasa ibu yakni bahasa daerah. Prinsip utama pembelajarannya adalah bahwa
penguasaan bahasa asing dapat dicapai dengan cara latihan terjemahan dari
bahasa asing ke dalam bahasa ibu murid atau ke dalam bahasa yang dikuasainya.
Misal: latihan terjemahan dari Bahasa Indonesia ke dalam bahasa daerah atau dari
Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Kelebihan metode ini dalam hal
kepraktisan dalam pelaksanaannya dan dalam hal penguasaan kosakata dan
tatabahasa dari bahasa yang baru dipelajari siswa.
5. Metode Pembatasan Bahasa
Metode ini menekankan pada pembatasan dan penggradasian kosakata dan
struktur bahasa yang akan diajarkan. Pembatasan itu dalam hal kekerapan atau
penggunaan kosakata dan urutan penyajiannya. Kata-kata dan pola kalimat yang
tinggi pemakaiannya di masyarakat diambil sebagai sumber bacaan dan latihan
penggunaan bahasa. Pola-pola kalimat, perbendaharaan kata, dan latihan lisan
maupun tulisan dikontrol dengan baik oleh guru.
5. Metode Linguistik
Nama lain dari metode ini adalah metode “oral aural”. Prinsip yang menjadi
landasan metode ini adalah pendekatan ilmiah sebab yang menjadi landasan
pembelajarannya senantiasa hasil penelitian para linguis (ahli-ahli bahasa). Titik
pembelajarannya pada penguasaan bahasa lisan. Sebelum pembelajaran, diteliti
terlebih dahulu persamaan dan perbedaan bahasa ibu dengan bahasa yang akan
102
diajarkan, terutama persamaan dan perbedaan mengenai: bunyi-bunyi bahasa,
perbendaharaan kata-kata, struktur kata dan kalimat. Urutan penyajian bahan
pembelajaran disusun sesuai tahap-tahap kesukaran yang mungkin dialami siswa.
Persamaan kedua bahasa tersebut terlebih dulu diajarkan, kemudian baru
perbedaan-perbedaannya melalui latihan-latihan yang intensif. Dengan demikian
pada metode ini tidak dilarang menggunakan bahasa ibu murid, karena bahasa ibu
murid akan memperkuat pemahaman bahasa baru tersebut.
7. Metode SAS
Metode SAS ( struktural analitik sintetik) bersumber pada ilmu jiwa gestalt yang
berpandangan bahwa pengamatan/penglihatan pertama setiap manusia adalah
global atau bersifat menyeluruh. Dengan demikian segala sesuatu yang akan
diajarkan kepada murid haruslah mulai ditunjukkan atau diperkenalkan struktur
totalitasnya atau secara global. Setelah itu baru mencari atau menemukan
bagianbagian dari struktur global tersebut, ini yang disebut tahap analisnya. Setelah
mengenal bagian serta fungsinya orang dewasa atau siswa akan mengembalikan
bagian-bagian itu menjadi struktur totalitas seperti pada awalnya, yang disebut tahap
sintesa. Metode ini banyak digunakan dalam metode pembelajaran membaca
permulaan, tetapi sesungguhnya dapat dipergunakan dalam setiap aspek
pembelajaran bahasa, seperti: pembelajaran kosa kata, kalimat, wacana bahkan
dalam apresiasi sastra. Selain itu metode ini banyak pula dipakai dalam
pembelajaran mata pelajaran lain.
8. Metode Bibahasa
Metode ini hampir sama dengan metode lingustik seperti yang telah diuraikan di
muka. Dalam pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing, bahan pembelajaran
dididasarkan pada persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu dengan bahasa
yang akan diajarkan tersebut. Bahasa ibu murid-murid digunakan untuk
menerangkan perbedaan-perbedaan fonetik, kosakata, struktur kalimat dan
tatabahasa kedua bahasa itu. Perbedaan-perbedaan tersebut digunakan sebagai
dasar dalam latihan-latihan yang diberikan secara sistematis.
9. Metode Unit
Metode ini berdasarkan 5 tahapan pembelajaran, yaitu: mempersiapkan murid
untuk menerima pelajaran, penyajian bahan, bimbingan melalui proses induksi,
generalisasi dan penggunaannya. Di sekolah dasar, tahap-tahap tersebut dapat
dikembangkan sebagai berikut:
103
a. Dipilih unit/tema yang paling menarik bagi para siswa dengan cara
memungut suara terbanyak dari siswa suatu kelas.
b. Dibentuk kelompok untuk mempersiapkan percakapan dalam bahasa ibu
murid.
c. Guru menerjemahkan percakapan itu ke dalam bahasa yang akan diajarkan
berikut tatabahasanya.
d. Guru memberikan teks yang sesuai dengan tema yang dipilih tersebut,
kemudian siswa mempelajari kosakata, terutama kosakata baru dan yang
dianggap sukar.
e. Siswa mulai berlatih menggunakan kata-kata tersebut dalam kalimat sesuai
konteks pemakaiannya.
f.Guru memperhatikan kalimat-kalimat yang disusun siswa sesuai kaidah
tatabahasa.
g. Siswa membaca kalimat-kalimat tersebut atau mendramatisasikannya, jika
siswa telah mampu menyusun wacana percakapan yang sederhana.
h. Untuk kelas-kelas tinggi kegiatan di atas dapat dilanjutkan dengan
mengarang bebas. Setelah Anda memahami pendekatan dan metode
pembelajaran bahasa, berikutnya Anda harus memahami dan dapat
menggunakan strategi atau teknik-teknik dalam pembelajaran bahasa yang
dalam pengajaran umum lazim juga disebut metode. Strategi yang dimaksud
adalah : ceramah, diskusi, demonstrasi, bermain peran, karyawisata dsb.
E. Teknik Pembelajaran Bahasa
Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang
telah disusun berdasarkan metode dan pendekatan yang dipilih guru. Di bawah ini
akan diuraikan beberapa teknik pembelajaran bahasa, dari teknik yang paling abadi
seperti teknik ceramah sampai dengan teknik pembelajaran mutakhir.
1. Teknik Ceramah
Teknik ini digunakan untuk menyampaikan informasi. Bagi siswa sekolah dasar
kelas rendah, teknik ini diperlukan sebagai latihan keterampilan menyimak.
Pelaksanaan teknik ceramah di kelas rendah dapat berbentuk cerita kenyataan,
dongeng atau informasi tentang ilmu pengetahuan. Selesai ceramah, dapat diikuti
dengan teknik tanya jawab.
104
2.Teknik Tanya Jawab
Penggunaan teknik tanya jawab ini dapat diterapkan pada latihan keterampilan
menyimak,berbicara,membaca dan menulis. Selain guru yang bertanya pada siswa,
juga dapat dilakukan siswa yang bertanya pada guru, setelah guru ceramah atau
bercerita. Di samping itu,guru dapat pula pada awal pelajaran sebagai pretest dan
pada akhir pembelajaran yang disebut posttest.
3.Teknik Diskusi Kelompok
Teknik ini dapat dilakukan di SD kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran
guru terutama dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan
memotivasi siswa lainnya agar mau berbicara atau bertanya.
4. Teknik Pemberian Tugas
Teknik ini biasanya diberikan secara individual atau kelompok. Teknik ini
bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki
keterampilan tertentu. Untuk siswa kelas rendah tugas individual, seperti membuat
catatan kegiatan harian atau disuruh menghapal puisi atau lagu.
5. Teknik Bermain Peran
Teknik ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang
dalam hubungan sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba
menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misal: sebagai guru, sopir,
dokter, pedagang, tukang becak dsb. Selain itu dapat pula memerankan tokoh-tokoh
dari benda-benda sekitar, misal: gunung, pohon, binatang, awan,angin, matahari
dsb. Dengan menghayati peran-peran tersebut, diharapkan siswa terlatih untuk
menghargai jasa dan peranan orang lain dalam kehidupannya, juga berlatih kerja
sama dengan orang lain.
6.Teknik Karyawisata
Teknik ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek
yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran. Untuk kelas rendah, guru dapat
membawa siswa untuk berjalan-jalan di sekitar lingkungan sekolah, kemudian
secara bergiliran siswa disuruh menceritakan benda-benda atau peristiwa yang
ditemuinya. Untuk siswa kelas tinggi, siswa dapat mengarang atau mendeskripsikan
tempat-tempat yang telah mereka kunjungi, misal: museum, kebun binatang, tempat
pameran atau tempat karyawisata lainnya.
105
7.Teknik Sinektik
Teknik pengajaran sinektik merupakan suatu strategi untuk menciptakan kelas
menjadi suatu masyarakat intelektual , yang menyediakan berbagai kesempatan
bagi siswa untuk bertindak kreatif dan menjelajahi gagasangagasan baru dalam
bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi,bahasa dan seni. Pada dasarnya,
kreativitas seseorang dapat dideskripsikan, didorong dan dapat ditingkatkan dengan
sengaja karena kreativitas pada dasarnya adalah proses emosional. Kreativitas
pada diri seseorang atau pada kelompok dapat ditingkatkan dengan cara menyadari
proses kreatif dan memberikan bantuan secara sadar ke arah terjadinya kreativitas.
Contoh dalam bahasa
dengan meminta murid menggunakan gaya bahasa analogi atau metapora.
Kelebihan teknik ini antara lain:
a. Teknik ini bermanfaat untuk mengembangkan pengertian baru pada diri
siswa tentang sesuatu masalah sehingga dia sadar bagaimana bertingkah
laku dalam situasi tertentu.
b. Teknik ini bermanfaat karena dapat mengembangkan kejelasan pengertian
dan internalisasi pada diri siswa tentang materi baru.
c. Strategi ini dapat mengembangkan berpikir kreatif, baik pada diri siswa
maupun pada guru.
d. Teknik ini dilaksanakan dalam suasana kebebasan intelektual dan
kesamaan martabat antara siswa. Teknik ini membantu siswa menemukan
cara berpikir baru dalam memcahkan suatu masalah.
F. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDOONESIA MENYELURUH (WHOLE
LANGUAGE)
Konsep bahasa menyeluruh telah diperkenalkan oleh Jerome Harrte dan
Carolyn Burke pada tahun 1977, sesudah itu Doroty Waston menyusul dengan
istilah “Teachers Whole Language” (TAWL) pada tahun 1978 kemudian Ken
Goodman memperkenalkan kaidah ini dengan nama “Whole Language
Comperhension Centered Reading Program” pada tahun 1979. Pendekatan bahasa
menyeluruh sangat populer dalam pembelajaran bahasa setelah tahun 1980. Hal ini
karena kaidah bahasa menyeluruh memiliki kelebihan antara lain :
1. Melibatkan lingkungan dan pengalaman nyata yang dialami anak-anak.
2. Penyampaian menyeluruh dan melibatkan berbagai disiplin ilmu.
106
3. Menggunakan pendekatan tematik, programnya disusun berdasarkan pendekatan
fungsional dan memperhatikan perkembangan anak, baik perkembangan fisik,
sosial-emosi, dan mental intelektual. Konsep bahasa menyeluruh telah
digunakan pada anak usia dini (anak usia prasekolah dan SD kelas rendah)
dalam pengembangan bahasa anak. Kaidah ini ternyata telah berhasil membantu
anak-anak memahami bahasa secara menyeluruh.
Hal ini bermakna perkembangan bahasa anak-anak menjadi luas karena anak
belajar dari berbagai unsur atau sumber. Mernurut Ferguson (dalam Mac Hado,
1995) bahwa kaidah bahasa menyeluruh sangat penting untuk meningkatkan
keterampilan mendengar, berbicaa, membaca dan menulis diawali dengan
pembelajaran perilaku bahasa yang alamiah yaitu bercakap-cakap. Tokoh Cullinan
(dalam Mac Hado, 1995) mengidentifikasikan bahwa kaidah ini berpusat pada
bacaan atau program gabungan seni bahasa yang bermakna dan berfungsi.
Bergeron (dalam Marrow, 1993) mengidentifikasikan bahasa menyeluruh sebagai
suatu konsep terdiri dari dua unsur pendukung yaitu perkembagan bahasa dan
pendekatanpengajaran. Pendekatan ini berdasarkan pada penggunaan literatur
nyata yaitu pengalaman kehidupan dan tulisan yang bermakna dan berfungsi serta
keterpaduan penglaman motivasi dan minat anak-anak dalam pembelajaran bahasa.
Sementara Eliason (1994) menyatakan bahwa dalam pendekatan bahasa
menyeluruh terdapat hubungan yang interaktif antara mendengarkan, berbicara,
membaca, menulis. Belajar bahasa harus terintegrasi ke dalam bukan terpisah dari
semua aspek kurikulum. Definisi agak lengkap dikemukakan oleh Brenner (1990)
yang berpendapat bahwa “Whole Language” adalah cara mengajar prapembaca,
membaca dan keterampilan bahasa lainnya melalui keseluruhan proses yang
melibatkan bahasa, menulis, berbicara, mendengarkan cerita, mengarang cerita
karya seni, bermain drama, maupun melalui caracara yang lebih tradisional.
Berdasarkan pendapat tokoh-tokoh di atas, maka pembelajaran bahasa berdaarkan
pendekatan bahasa menyeluruh mempunyai ciri-ciri:
1. Menyeluruh (Whole/Coorperative Eksperances)
2. Bermakna (Meanigful)
3. Berfungsi (Function)
4. Alamiah (Natural/Authentic)
107
a. Materi Pembelajaran
Model pembelajaran bahasa menyeluruh, sangat tepat digunakan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah (I,II), oleh karena itu, sebelum guru
merancang pembelajaran, sebaiknya memahami dan menganalisis terlebih dahulu
materi pokok Bahasa Indonesia di kelas rendah tersebut. Di dalam modul
sebelumnya dicantumkan materi pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah (I,
II) berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
b. Desain Pembelajaran
Dari uraian tentang konsep bahasa (Whole Language) maka tujuan model
pembelajaran Bahasa Indoneisa di sekolah dasar berdasarkan pendekatan tersebut
sebagai berikut : mengintegrasikan seluruh keterampilan berbahasa
(mendengarkan, berbicara,membaca dan menulis) dan komponen kebahasaan (tata
bunyi, tata bentuk, tata kalimat, dan tata makna) juga penggunaan multimedia,
selanjutnya dikaitkan dengan pengalaman lingkungan dan pengembangan fisik,
sosial, mental, intelektual dan emosi anak. Aspek –aspek ini diikat dengan tema dan
dipadukan dengan bahan pembelajaran (materi pokok) dari kurikulum. Hal di atas
sesuai dengan tuntutan kurikulum, kompetensi guru dan standar kompetensi siswa
sekolah dasar serta karakteristik anak dan geografis yang beragam. Dengan
demikian maka diperlukan rancangan pembelajaran di SD yang sifatnya
menyeluruh, terpadu dan fleksibel yang memungkinkan anak didik memiliki
kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi, intelektual, kematangan sosial dan emosional. Jadi “Whole
Language” adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa secara utuh
(menyeluruh). Melalui pendekatan ini pembelajaran dilaksanakan secara
kontekstual, logis, kronologis, dan komunikatif dengan menggunakan setting yang
nyata dan bermakna. Dalam pendekatan ini terjadi hubungan yang interaktif antara 4
keterampilan berbahasa yaitu : mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
108
RANGKUMAN
Pendekatan merupakan seperangkat asumsi yang aksiomatik tentang hakikat
bahasa, pengajaran dan belajar bahasa yang dipergunakan sebagai landasan dalam
merancang, melaksanakan dan menilai proses belajar-mengajar bahasa. Ada
beberapa pendekatan yang selayaknya difahami oleh guru-guru sekolah dasar, baik
guru kelas maupun guru bidang studi, yaitu pendekatan behaviorisme, pendekatan
nativisme, pendekatan kognitif, pendekatan interaksi sosial, pendekatan tujuan,
pendekatan struktural, pendekatan komunikatif, pendekatan pragmatik, pendekatan
“Whole Language”, pendekatan kontekstual, pendekatan terpadu,pendekatan CBSA
dan keterampilan proses.
Metode adalah rencana penyajian bahan secara menyeluruh dengan urutan
yang sistematis berdasarkan pendekatan atau approach tertentu. Metode meliputi,
pemilihan bahan, penentuan urutan bahan, pengembangan bahan, rancangan
evaluasi dan remedial. Dewasa ini ada beberapa metode pembelajaran bahasa yang
masih dipergunakan, baik secara terpisah-pisah maupun digabungkan beberapa
metode dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah: metode langsung, metode
alamiah, metode tatabahasa, metode terjemahan, metode pembatasan bahasa,
metode linguistik, metode SAS,metode bibahasa, dan metode unit. Teknik
pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun
berdasarkan metode dan pendekatan yang dipilih guru.
Dalam pembelajaran bahasa ada beberapa teknik yang dapat digunakan,
diantaranya: teknik ceramah, teknik tanya jawab, teknik diskusi kelompok, teknik
pemberian tugas, teknik bermain peran, sinektik dan teknik karyawisata. Model
pembelajaran bahasa menyeluruh (Whole Language) pada hakikatnya pembelajaran
yang mengutamakan pengintegrasian kemampuan berbahasa (mendengar,
berbicara, membaca, menulis) dan komponen kebahasaan (tata bunyi, tata bentuk,
tata kalimat, tata makna) dengan latar yang alami, holistik (tidak parsial) dan
bermakna. Dalam pendekatan ini siswa didorong menggunakan bahasa, baik
lisan(bercakap-cakap, bercerita) maupun tulisan (mengarang cerita, puisi atau
drama sederhana). Ciri-ciri pendekatan bahasa menyeluruh (Whole Language)
sebagai berikut ;
1. Menyeluruh (Whole/Coorperative Eksperances)
2. Bermakna (Meaningful)
3. Berfungsi (Function)
4. Alamiah (Natural/Authentic)
109
EVALUASI
Petujuk : Setelah mempelajari materi di atas, jawablah pertanyaan pilihan
berganda di bawah ini dengan benar!
1.“Setiap anak sudah memiliki alat pemerolehan bahasa (LAD) sebelum dilahirkan”,
pendapat ini sesuai dengan pandangan: ....
a. behaviorisme
b. nativisme
c. interaksi sosial
d. konstruktivisme
2. Pendekatan dalam bahasa menyangkut hal-hal di bawah ini, kecuali: ...
a. hakikat bahasa
b. pengajaran bahasa
c. belajar bahasa
d. kritik bahasa
3. “Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar struktur-struktur (tatabahasa)”.
pendapat ini sesuai dengan pandangan: ...
a. behaviorisme
b. nativisme
c. interaksi sosial
d. struktural
4. Keterampilan proses pembelajaran terdiri hal-hal di bawah ini, kecuali:..
a. keterampilan dasar
b. keterampilan intelektual
c. keterampilan sosial
d. keterampilan fisik
5. Pendekatan terpadu yang paling sesuai bagi siswa SD kelas rendah:...
a. terpadu pokok bahasan
b. terpadu keterampilan
c. terpadu kebahasaan
d. terpadu bidang studi
110
6.Pembelajaran bahasa yang menerapkan semua aspek kebahasaan dalam bahasa
yang diajarkan, disebut metode…
a. langsung
b. alamiah
c. tatabahasa
d. pembatasan bahasa
7. Metode yang memfokuskan pada pembelajaran bahasa lisan, disebut metode…
a. bibahasa
b. linguistik
c. pragmatik
d. SAS
8.Teknik pembelajaran yang bertujuan agar siswa kreatif, disebut teknik...
a. kritis
b. analitik
c. sinektik
d. adaptif
9. Membawa anak-anak SD kelas rendah berkeliling di sekitar lingkungan sekolah
kemudian mereka disuruh menceritakan kegiatan tersebut, tergolong teknik...
a. bermain peran
b. pemberian tugas
c. dramatisasi
d. karyawisata
10. Kelebihan pendekatan ”Whole Language”, tertera di bawah ini, kecuali …
a. Melibatkan berbagai pakar bidang kebudayaan.
b. Melibatkan lingkungan dan pengalaman nyata yang dialami anak-anak.
c. Penyampaian menyeluruh dan melibatkan berbagai disiplin ilmu.
d. Menggunakan tematik, programnya disusun berdasarkan pendekatan
fungsional serta memperhatikan perkembangan anak.
111
ESSAI
Petunjuk : Jawablah pertanyaan essai di bawah ini dengan memberikan
penjelasan yang tepat!
1. Jelaskan persamaan pendekatan terpadu dengan pendekatan “whole language”!
2. Apakah mungkin pendekatan struktural digunakan bersama-sama dengan
pendekatan komunikatif?
3. Jelaskan keunggulan dan kelemahan masing-masing metode di bawah ini:
metode langsung, dan metode SAS !
4. Mengapa model pembelajaran bahasa menyeluruh ( whole language) sangat
sesuai bagi pembelajaran di SD kelas rendah!
5. Jelaskan yang dimaksud dengan teknik karya wisata !
112
KUNCI JAWABAN
PILIHAN BERGANDA
1B 6.D
2D 7.A
3D 8.B
4A 9.C
5D 10.A
ESSAI
1. Pendekatan terpadu dalam bidang bahasa hampir sama dengan pendekatan
“Whole Language”, yang pada dasarnya pembelajaran bahasa senantiasa harus
terpadu, tidak terpisahkan antara keterampilan berbahasa
(menyimak,berbicara,membaca,menulis) dengan komponen kebahasaan
(tatabunyi, tatamakna, tatabentuk, tatakalimat) juga aspek sastra. Di samping itu
untuk kelas rendah pendekatan terpadu ini menggunakan jenis pendekatan lintas
bidang studi, yang artinya pembelajaran Bahasa Indonesia dapat disatukan
dengan mata pelajaran lain seperti: Pendidikan Agama, Matematika, Sains,
Pengetahuan Sosial, Kesenian dan Pendidikan Jasmani.
2. Pendekatan structural bahwa bahasa adalah data yang didengar/ditulis untuk
dianalisis sesuai dengan tatabahasa. Jadi belajar bahasa adalah belajar struktur-
struktur (tatabahasa). Sedangkan pendekatan komunikatifdidasarkan pada
pandangan bahwa bahasa adalah sarana berkomunikasi. Karena itu tujuan utama
pengajaran bahasa adalah meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, bukan
kepada pengetahuan tentang bahasa, pengetahuan bahasa diajarkan untuk
menunjang pencapaian keterampilan bahasa. Kedua pendekatan ini bisa saja
dilakukan bersamaan dengan tata bahasa yang sudah baik dan benar siswa juga
dilatih untuk dapat berkomunikasi.
3. Metode ini menerapkan secara langsung semua aspek bahasa dalam bahasa
yang diajarkan. Misal, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi anak-anak di
daerah, bahasa pengantar di kelas adalah Bahasa Indonesia tanpa diselingi
bahasa daerah/ bahasa ibu. Keunggulan dari metode ini, antara lain: murid
terhindar dari verbalistik dan dapat menggunakan bahasa yang diajarkan secara
wajar dan kontekstual.
113
Metode SAS ( struktural analitik sintetik) bersumber pada ilmu jiwa gestalt yang
berpandangan bahwa pengamatan/penglihatan pertama setiap manusia adalah
global atau bersifat menyeluruh. Dengan demikian segala sesuatu yang akan
diajarkan kepada murid haruslah mulai ditunjukkan atau diperkenalkan struktur
totalitasnya atau secara global. Setelah itu baru mencari atau menemukan
bagianbagian dari struktur global tersebut, ini yang disebut tahap analisnya.
Setelah mengenal bagian serta fungsinya orang dewasa atau siswa akan
mengembalikan bagian-bagian itu menjadi struktur totalitas seperti pada awalnya,
yang disebut tahap sintesa. Metode ini banyak digunakan dalam metode
pembelajaran membaca permulaan, tetapi sesungguhnya dapat dipergunakan
dalam setiap aspek pembelajaran bahasa, seperti: pembelajaran kosa kata,
kalimat, wacana bahkan dalam apresiasi sastra. Selain itu keunggulan metode ini
banyak pula dipakai dalam pembelajaran mata pelajaran lain.
4. Karena dalam pembelajaran melibatkan lingkungan dan pengalaman nyata yang
dialami anak-anak, penyampaian menyeluruh dan melibatkan berbagai disiplin
ilmu, menggunakan pendekatan tematik, programnya disusun berdasarkan
pendekatan fungsional dan memperhatikan perkembangan anak, baik
perkembangan fisik, sosial-emosi, dan mental intelektual. Konsep bahasa
menyeluruh telah digunakan pada anak usia dini (anak usia prasekolah dan SD
kelas rendah) dalam pengembangan bahasa anak. Kaidah ini ternyata telah
berhasil membantu anak-anak memahami bahasa secara menyeluruh. Hal ini
bermakna perkembangan bahasa anak-anak menjadi luas karena anak belajar
dari berbagai unsur atau sumber.
5. Teknik ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada objek
yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran. Untuk kelas rendah, guru dapat
membawa siswa untuk berjalan-jalan di sekitar lingkungan sekolah, kemudian
secara bergiliran siswa disuruh menceritakan benda-benda atau peristiwa yang
ditemuinya. Untuk siswa kelas tinggi, siswa dapat mengarang atau
mendeskripsikan tempat-tempat yang telah mereka kunjungi, misal: museum,
kebun binatang, tempat pameran atau tempat karyawisata lainnya.
114
BAB VIII
EVALUASI DALAM KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA
A. Capaian Kompetensi
Adapun kompetensi yang harus dicapai mahasiswa :
1. Mampu dan mengetahui mengenai pengertian evaluasi dalam pembelajaran.
2. Mampu dan mengetahui pelaksanaan evaluasi.
3. Mampu dan mengetahui alat-alat dalam evaluasi.
4. Mampu dan mengetahui evaluasi dalam membaca dan menulis.
5. Mampu dan mengetahui evaluasi dalam berbicara dan menyimak.
B. Latar Belakang
Evaluasi dalam pembelajaran merupakan salah satu komponen yang tak kalah
penting dengan proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran dipandang
sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, peran evaluasi proses pembelajaran
menjadi sangat penting. Evaluasi merupakan suatu proses untuk mengumpulkan,
menganalisa dan menginterpretasi informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian
tujuan pembelajaran oleh peseta didik. Sistem evaluasi yang baik akan mampu
memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya
akan mampu membantu pengajar merencanakan strategi pembelajaran. Bagi
peserta didik sendiri, sistem evaluasi yang baik akan mampu memberikan motivasi
untuk selalu meningkatkan kemampuannya. Dalam bab ini akan dibahas tentang
alat-alat evaluasi khususnya dalam keterampilan berbahasa Indonesia yang meliputi
membaca, menulis, berbicara dan menyimak.
C. Pengertian Evaluasi Dalam Pembelajaran
Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan dari kegiatan
belajar-mengajar khususnya, dan dalam bidang pendidikan pada umumnya. Tanpa
evaluasi para pengambilan keputusan pendidikan tidak dapat ata sangat sulit
menentukan kebijaksanaan. Dalam hal ini, evaluasi berguna sebagai pemberi
informasi faktual tetang proses dan hasil pendidikan. Peran evaluasi dalam
pendidikan berkembang bersama dan sesuai dengan peranan pendidikan. Evaluasi
juga berperan sebagai alat untuk memiliah-milah siswa antara yang mampu dan
yang tidak mampu, antar yang pintar dengan yang tidak pintar, dan sebagai sarana
115
dan wadah untuk pengembangan individu. Dalam hal ini, evaluasi berperan sebagai
pemberi informasi tentang tidak adanya perubahan yang terjadi pada siswa dan
berapa besarnya perubahan.
Evaluasi dipandang sebagai proses sistematik untuk mengumpulkan,
menganalisis, serta menafsirkan informasi guna menentukan keberhasilan siswa
dalam mencapai tujuan belajarnya. Evaluasi sering dikaitkan dengan pengukuran
dan tes.
Kegiatan evaluasi akan menjawab pertanyaan tetang kualitas pencapaian hasil
apakah sudah memuaskan, memadai, dan sudah berjalan dengan baik. Kegiatan
evaluasi dalam prosesnya menggunakan pemberian kualitatif ataupun kuantitatif
yang dinyatakan dalam angka maupun dengan pemaparan verbal. Nilai-nilai
tersebut diberikan makna kualitatif : sangat baik, baik, cukup, dan seterusnya.
Sedangkan pengukuran yaitu proses untuk mendapatkan pemberian kuantitatif ,
yaitu mengenai tinggi rendahnya taraf pencarian hasil seseorang dalam suatu
perilaku tertentu. Dalam hal ini, sangat diperlukan penggunakan nilai yang
digunakan sebagai alat ukur. Alat ukur yang digunakan bersifat verbal
(menggunakan bahasa sebagai sarana utamanya, misalnya tes). Dan terakhir tes,
tes merupakan salah satu jenis alat ukur yang bersifat kuntitatif tentang perilaku
seseorang.
Tes merupakan salah satu jenis alat evaluasi yang digunakan di Sekolah. Sering
kali tidak memenuhi persyaratan. Tes dalam proses belajar-mengajar harus dapat
memberikan informasi yang sesungguhnya tentang tingkat keberhasilan belajar
siswa, sebab tujuan utamanya adalah untuk meperbaiki dan meningkatkan hasil
belajar.
D. Pelaksanaan Evaluasi
Pelaksananaan evaluasi dalam pembelajaran bahasaIndonesia dapat dilakukan
dengan 3 cara yatiu secara klasikal, secara individual, dan evaluasi di laboratorium.
Pelaksanaan evaluasi secara klasikal yaitu siswa bersama-sama di dalam kelas
di evaluasi dan mngeikuti evaluasi tes pada waktu yang bersamaan. Testersebut
dapat dilakukan secara berkala pada khir suatu program. Evaluasi yang diberikan
dapat berntuk kuis dan dilaksanakan pada waktu yang terbatas. Evaluasi klasikal
digunakan untuk mengukur semua aspek kemampuan berbahasa pada ranah
kognitif dan afektif.
116
Sedangkan pelaksanaan evaluasi secara individual digunakan seperti program
pengajaran dengan sitem modul. Pada evaluasi individual, hasil evaluasi dapat
diperoleh sesegara mungkin. Evaluasi ini memerlukan waktu lebih banyak, dan jika
dilaksanakan secara lisan, seringkali cenderung subjektif. Tes yang digunakan
berupa tes lisan yang berstruktur.
Dan terakhir, evaluasi di laboratorium. Pada evaluasi ini, siswa diminta menjawab
soal dengan menulis atau mengisi lebar jawaban. Evaluasi ini dapat bersifat
objektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi, hal tersebut dikarenakan siswa menjapat
soal yang sama dengan waktu pengerjaan yang sama.
E. Alat Evaluasi Dalam Pengajaran Bahasa
Alat yang digunakan dalam pengajaran bahasa terdiri atas alat ukur atau tes
yaitu Tes menyimak, Tes berbicara, Tes membaca, Tes kosa kata, Tes struktur, Tes
menulis, dan Tes pragmatik.
F. Evaluasi Dalam Pembelajaran Membaca dan Menulis
Evaluasi merupakan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam kegiatan pembelajaran, evaluasi mempunyai peranan yang amat penting.
Melalui evaluasi, guru dapat mengetahui keberhasilan ataupun kegagalan kegiatan
yang diselenggarakan, sehingga ia dapat memikirkan tindakan selanjutnya dengan
arah yang jelas. Dari hasil evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar, tidak hanya
hasil belajar siswa yang diketahui, tetapi keberhasilan belajar anak, atau kegagalan
program pembelajaran juga terpantau. Dalam kaitanya dengan KBM, evaluasi perlu
dilakukan oleh guru, terutama ialah (1). Evaluasi terhadap hasil belajar anak (untuk
mengetahui kemajuan anak), dan (2) evaluasi terhadap program pembelajaran.
1. Evaluasi Kemajuan Anak
Untuk mengetahui kemajuan anak, guru perlu mengadakan evaluasi. Evaluasi
yang diadakan di sekolah menggunakan bentuk tes atau non tes sebagai alatnya.
Setiap teknik evaluasi memiliki kelemahan dan keterbatasan disamping kelebihanya.
Tidak ada teknik evaluasi yang dapat mengukur dengan ketercapaian pas dengan
tujuan tertentu. Evaluasi hanya diadakan dalam hubungan program pembelajaran,
serta menafsirkan informasi tentang perubahan perilaku yang terjadi pada siswa.
Tujuanya adalah memperbaiki serta meningkatkan pembelajaran.
117
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran bahasa dapat pada awal pembelajaran,
tengah dan akhir program. Selain itu, evaluasi dapat pula di laksanakan secara
klasikal, individual atau evaluasi di laboraturium.
- Evaluasi klasikal : siswa sekelas sama-sama di evaluasi. Mereka mengikuti
tes pada waktu yang sama. tes ini dapat diadakan secara berkala atau pada
akhir program. Evaluasi ini di berikan dalam bentuk kuis.
- Evaluasi secara individual : evaluasi ini diadakan dalam program individual
seperti program pembelajaran dengan modul.
- Evaluasi laboraturium : siswa diminta menjawab soal dengan menulis atau
mengisi lembar jawaban.
2. Evaluasi dalam Pembelajaran Membaca
Pembelajaran membaca disekolah dasar merupakan pembelajaran membaca
permulaan. Tujuan pembelajaran ini terutama di tekankan pada kemampuan
membaca teknik pada kewajaran lafal dan intonasi. Di dalam kurikulum tujuan
pembelajaran membaca permulaan yaitu anak dapat mengenal, membaca, kata-
kata dengan lafal dan intonasi yang wajar.
Dari tujuan pembelajaran diatas dapat dilihat bahwa tekanan tujuan terletak pada
aspek teknis membaca. Sejalan dengan tujuan tersebut, maka alat evaluasi yang
digunakan haruslah dapat mengukur kemampuan-kemampuan itu.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa yang perlu di perhatiakan dalam
mengevaluasi pembelajaran membaca mencakup :
a. ketepatan menyuarakan tulisan
b. kewajaran lafal
c. kewajaran intonasi
d. kelancaran
e. kejelasan suara
f. pemahaman kata/ makna kata
3. Evaluasi dalam Pembelajaran Menulis
Pembelajaran menulis anak di SD merupakan pembelajaran menulis tahap
awal atau menulis. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran menulis
permulaan adalah sebagai berikut:
a) anak dapat menggambar/mencontoh huruf-huruf
b) anak dapat menggambar/mencontoh suku kata atau kata-kata
c) anak dapat menggambar/mencontoh kalimat sederhana
118
Untuk mengevaluasi tingkat kepercayaan tujuan melalui: (1) mencontoh atau
meniru dan (2) tugas. Untuk melaksanakan mencontoh/ meniru guru harus memilih
gambar huruf-huruf yang sederhana. Misalnya gambar huruf k,u,d,a, dsb.
Evaluasi menulis diadakan agar siswa mampu memperoleh informasi tentang
kemampuan siswa dalam menulis lambang-lambang bunyi dalam hubungan kata
atau kalimat.
G. Evaluasi Dalam Pembelajaran Berbicara dan Menyimak
1. Evaluasi Dalam Pembelajaran Berbicara
Aspek-aspek yang digunakan dalam evaluasi pembelajaran berbicara yaitu
sebagai berikut :
a. pengulangan, digunakan melalui rekaman yang diperddengarkan pada kalimat
pendek dan siswa diminta untuk mengulang.
b. Hafalan, siswa mengucapkan sautu sajak yang sudah dihafalkan. Guru menilai
dengan menggunakan pedoman penilaian yang sudah dipersiapkan.
c. Percakapan terpimpin, huru menceritakan situasi percakapan, misalnya anatar
guru dan siswa. Dua orang siswa diminta melakukan percakapan, untuk
membatu ingatan. Penilaian diberikan terkait lafal, urutan kata, struktur kalimat,
kelogisan, dan lain sebagianya.
d. Percakapan bebas/wawancara, penilaian jenis ini berbentuk percakapan antar
siswa dan guru atau dengan pewawancara. Guru berada di belakang
pewawancara agar dapat menilaia siswa secara objektif dan cermat.
2. Evaluasi Dalam Pembelajaran Menyimak
Kemampuan menyimak bersifat perspektif, siswa memahami pesan yang
dikomunikasikan secara lisan, pada dasarnya kemampuan tersebut bersifat kognitif.
Evaluasi tersebut dapat memberikan informasi tentang kemampuan siswa dalam
menangkap makna yang didengar dan dapat mengklasifikasikannya.
Kemampuan menyimak dapat dievaluasi dengan cara sebagai berikut :
a) Informasi/Deskripsi Lisan, siswa diminta menduga sebab kejadian.
b) Informasi/Deskripsi Lisan Mengenai Sesuatu, melalui rekaman bacaan
disampaikan suatu informasi. Siswa diminta menuliskan kejadian tersebut
dalam bahasanya sendiri.
c) Indentifikasi Tema.
119
d) Identifikasi Topik Berdasarkan Informasi Pendek, siswa diminta menuliskan
kembali topik percakapan yang telah diperdengarkan.
e) Pilihan Ganda Bberdasarkan Informasi Pendek, siswa diminta mengisi lembar
jawaban dengan mengklasifikasikan siaran itu.
120
RANGKUMAN
Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan dari kegiatan
belajar-mengajar khususnya, dan dalam bidang pendidikan pada umumnya. Tanpa
evaluasi para pengambilan keputusan pendidikan tidak dapat ata sangat sulit
menentukan kebijaksanaan. Dalam hal ini, evaluasi berguna sebagai pemberi
informasi faktual tetang proses dan hasil pendidikan. Peran evaluasi dalam
pendidikan berkembang bersama dan sesuai dengan peranan pendidikan. Evaluasi
juga berperan sebagai alat untuk memiliah-milah siswa antara yang mampu dan
yang tidak mampu, antar yang pintar dengan yang tidak pintar, dan sebagai sarana
dan wadah untuk pengembangan individu. Dalam hal ini, evaluasi berperan sebagai
pemberi informasi tentang tidak adanya perubahan yang terjadi pada siswa dan
berapa besarnya perubahan. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran bahasa dapat
pada awal pembelajaran, tengah dan akhir program. Selain itu, evaluasi dapat pula
di laksanakan secara klasikal, individual atau evaluasi di laboraturium.
Evaluasi dalam pembelajaran membacadisekolah dasar merupakan
pembelajaran membaca permulaan. Tujuan pembelajaran ini terutama di tekankan
pada kemampuan membaca teknik pada kewajaran lafal dan intonasi. Di dalam
kurikulum tujuan pembelajaran membaca permulaan yaitu anak dapat mengenal,
membaca, kata-kata dengan lafal dan intonasi yang wajar. Dari tujuan pembelajaran
diatas dapat dilihat bahwa tekanan tujuan terletak pada aspek teknis membaca.
Sejalan dengan tujuan tersebut, maka alat evaluasi yang digunakan haruslah dapat
mengukur kemampuan-kemampuan itu. Yang perlu di perhatiakan dalam
mengevaluasi pembelajaran membaca mencakup : ketepatan menyuarakan
tulisan,kewajaran lafal, kewajaran intonasi, kelancaran, kejelasan suara,
pemahaman kata/ makna kata.
Evaluasi dalam pembelajaran menulis anak di SD merupakan pembelajaran
menulis tahap awal atau menulis. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran menulis permulaan adalah sebagai berikut: anak dapat
menggambar/mencontoh huruf-huruf, anak dapat menggambar/mencontoh suku
kata atau kata-kata, anak dapat menggambar/mencontoh kalimat sederhana.
Evaluasi menulis diadakan agar siswa mampu memperoleh informasi tentang
kemampuan siswa dalam menulis lambang-lambang bunyi dalam hubungan kata
atau kalimat.
121
Evaluasi dalam pembelajaran berbicara dan menyimak aspek-aspek yang
digunakan dalam evaluasi pembelajaran berbicara yaitu sebagai berikut
:pengulangan, digunakan melalui rekaman yang diperddengarkan pada kalimat
pendek dan siswa diminta untuk mengulang, hafalan siswa mengucapkan sautu
sajak yang sudah dihafalkan. Guru menilai dengan menggunakan pedoman
penilaian yang sudah dipersiapkan, percakapan terpimpin guru menceritakan situasi
percakapan, misalnya anatar guru dan siswa. Dua orang siswa diminta melakukan
percakapan, untuk membatu ingatan, penilaian diberikan terkait lafal, urutan kata,
struktur kalimat, kelogisan, dan lain sebagianya, percakapan bebas/wawancara,
penilaian jenis ini berbentuk percakapan antar siswa dan guru atau dengan
pewawancara. Guru berada di belakang pewawancara agar dapat menilaia siswa
secara objektif dan cermat.
122
EVALUASI
Petujuk : Setelah mempelajari materi di atas, jawablah pertanyaan pilihan
berganda di bawah ini dengan benar!
1. Keguanaan evaluasi yaitu.......
a. Memberikan informasi yang faktual.
b. Memberikan informasi yang berimbang.
c. Memberikan informasi yang baik.
d. Memberikan informasi yang jelek.
2. Kemampuan yang dapat dievaluasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
adalah......
a. Membaca, Melihat, Mengingat, dan Mendengar.
b. Membaca, Menulis, Berbicara, dan Menyimak.
c. Menulis, Merapikan, Membersihkan, Dan Mengangkat.
d. Menulis, Membaca Menyimak, dan Mengikat.
3. Kemampuan menyimak bersifat......
a. Objektif.
b. Figuratif.
c. Pragmatik.
d. Prespektif.
4. Kegiatan evaluasi dalam prosesnya menggunakan pemberian ...... yang
dinyatakan dalam angka maupun dengan pemaparan verbal.
a. Kualifikasi ataupun kuantitatif.
b. Kualitatif ataupun koalisi.
c. Kualitatif dan kuantitatif.
d. Semua Benar.
5. Tes dalam proses belajar-mengajar harus dapat memberikan informasi yang
sesungguhnya tentang tingkat keberhasilan belajar .......
a. Siswa.
b. Guru.
c. Satpam.
d. Dokter.
6. Salah satu alat yang digunakan dalam evaluasi adalah....
a. Tes
b. Lembar.
123
c. Buku.
d. Gambar.
7. Evaluasi dipandang sebagai proses .....
a. Sistematik.
b. Tersistem.
c. Akurat.
d. Tajam.
8. .....digunakan melalui rekaman yang diperddengarkan pada kalimat pendek dan
siswa diminta untuk mengulang. Titik tersebut berisikan mengenai ?
a. Pengulangan b. pengakhiran.
c. Penghabisan. d. penerusan.
9. Kemampuan menyimak dapat dievaluasi dengan ....
a. Informasi/Deskripsi Lisan, siswa diminta menduga sebab kejadian,
Informasi/Deskripsi Lisan Mengenai Sesuatu, Indentifikasi Tema.
b. Informasi/Deskripsi Lisan Mengenai Sesuatu, Indentifikasi Tema.
c. Identifikasi tema saja.
d. Semua benar.
10. Siswa sekelas sama-sama di evaluasi. Mereka mengikuti tes pada waktu yang
sama. tes ini dapat diadakan secara berkala atau pada akhir program. Evaluasi ini
di berikan dalam bentuk kuis. Merupakan pengertian dari evaluasi.......
a. klasikal b. kuno
c. modern. d. terbaru
ESSAI
Petunjuk : Jawablah pertanyaan essai di bawah ini dengan memberikan
penjelasan yang tepat!
1. Jelaskan pengertian evaluasi dalam pembelajaran?
2. Bagaimana pelaksanaan evaluasi pembelajaran?
3. Apa tujuan yang hendak di capai dalam pembelajaran menulis ?
4. Aspek apa yang digunakan dalam pembelajaran berbicara ?
5. Bagaimana cara evaluasi pembelajaran menyimak ?
124
KUNCI JAWABAN
PILIHAN BERGANDA
1. A 6. A
2. B 7. A
3. A 8. A
4. C 9. A
5. A 10. A
ESSAI
1. Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan dari kegiatan
belajar-mengajar khususnya, dan dalam bidang pendidikan pada umumnya.
Tanpa evaluasi para pengambilan keputusan pendidikan tidak dapat ata sangat
sulit menentukan kebijaksanaan
2. Pelaksananaan evaluasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan
dengan 3 cara yatiu secara klasikal, secara individual, dan evaluasi di
laboratorium
3. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran menulis permulaan
adalah sebagai berikut:
a) anak dapat menggambar/mencontoh huruf-huruf
b) anak dapat menggambar/mencontoh suku kata atau kata-kata
c) anak dapat menggambar/mencontoh kalimat sederhana
4. Aspek-aspek yang digunakan dalam evaluasi pembelajaran berbicara yaitu
sebagai berikut :
a. pengulangan, digunakan melalui rekaman yang diperddengarkan pada
kalimat pendek dan siswa diminta untuk mengulang.
b. Hafalan, siswa mengucapkan sautu sajak yang sudah dihafalkan. Guru
menilai dengan menggunakan pedoman penilaian yang sudah dipersiapkan.
c. Percakapan terpimpin, huru menceritakan situasi percakapan, misalnya
anatar guru dan siswa. Dua orang siswa diminta melakukan percakapan,
untuk membatu ingatan. Penilaian diberikan terkait lafal, urutan kata, struktur
kalimat, kelogisan, dan lain sebagianya.
d. Percakapan bebas/wawancara, penilaian jenis ini berbentuk percakapan
antar siswa dan guru atau dengan pewawancara. Guru berada di belakang
pewawancara agar dapat menilaia siswa secara objektif dan cermat.
125
5. Kemampuan menyimak dapat dievaluasi dengan cara sebagai berikut :
a) Informasi/Deskripsi Lisan, siswa diminta menduga sebab kejadian.
b) Informasi/Deskripsi Lisan Mengenai Sesuatu, melalui rekaman bacaan
disampaikan suatu informasi. Siswa diminta menuliskan kejadian tersebut
dalam bahasanya sendiri.
c) Indentifikasi Tema.
d) Identifikasi Topik Berdasarkan Informasi Pendek, siswa diminta menuliskan
kembali topik percakapan yang telah diperdengarkan.
e) Pilihan Ganda Bberdasarkan Informasi Pendek, siswa diminta mengisi lembar
jawaban dengan mengklasifikasikan siaran itu.
126
BAB IX
PEMBELAJARAN BERBAHASA INDONESIA DI KELAS TINGGI DAN DI KELAS
RENDAH
A. Capaian Kompetensi
Adapun kompetensi yang harus dicapai mahasiswa :
1. Mengetahui dan Mampu mengidentifikasi karakteristik siswa kelas rendah dan
tinggi.
2. Mampu menjelaskan dan membedakan cakupan pembelajaran di kelas rendah
dan tinggi.
3. Mampu memahami teknik pengajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
di kelas rendah dan tinggi.
B. Latar Belakang
Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar harus disesuaikan dengan
karakteristik siswa hal ini bertujuan agar materi pembelajaran sesuai dengan tahap
perkembangan berpikir siswa. Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar
berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang
lebih kompleks. Dalam pembelajaran sebaiknya pendidik materi pembelajaran di
desain sehingga makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang
dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pembelajaran Bahasa Indonesia
baik di kelas rendah maupun dikelas tinggi harus tetap memperhatikan teknik/ cara
mengajarkan materi. Hal ini agar tercapai tujuan pembelajaran dengan teknik yang
bervariasi akan membuat pembelajaran lebih efektif dan menarik minat belajar anak.
Dalam bab ini akan dibahas mengenai karakteristik siswa sekolah dasar, cakupan
materi untuk sekolah dasar, serta teknik pengajaran yang dapat menjadi pedoman
dalam melaksanakan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar.
C. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya mengkreasi lingkungan dimana struktur kognitif
murid dapat muncul dan berubah. Karakteristik anak usia SD yang telah mampu
melakukan koordinasi antara otak dan otot nya sehingga mereka selalu aktif
bergerak melakukan aktivitas baik permainan maupun gerakan gerakan jasmaniah
127
lainnya, seperti melompat, lari, memegang pensil dan sebagainya. Tujuannya adalah
menyediakan pengalaman belajar yang member kesempatan murid mempraktikkan
operasi-operasi itu.
Pembelajaran bahasa Indonesia SD kelas rendah mencakup : perkembangan
bahasa anak, pembelajaran membaca dan menulis permulaan, pembelajaran sastra,
pembelajaran terpadu (pendekatan pembelajaran bahasa), evaluasi pembelajaran
membaca-menulis kelas rendah.
D. Karakteristik Siswa Kelas Rendah dan Tinggi
Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelas rendah
dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan
kelas-kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi, 1992: 44). Di
Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia
siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9 tahun. Siswa
yang berada pada kelompok ini termasuk dalam rentangan anak usia dini. Masa usia
dini ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat penting bagi kehidupan
seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu
didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia
sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
1. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit
yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik
penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan
lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan
bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya,
keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermaknas,dan
kebenarannya lebih dapat dipertanggung jawabkan.
2. Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari
sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai
disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum
ke bagian demi bagian.
128
3. Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara
bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis,
keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi.
Nasution (1992) mengatakan bhawa masa kelas tinggi sekolah dasar
mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut :
1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit
2. Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran
khusus
4. Pada umumnya anak menganggap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha
menyelesaikan sendiri
5. Pada masa ini anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat yang tepat
mengenai prestasi sekolah
6. Anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebayanya, biasanya untuk
bermain.
E. Cakupan Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di Kelas Rendah
dan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah mencakup:
1. Perkembangan Bahasa Anak
Anak mengenal bahasa ketika berumur kurang dari setahun. Anak belum dapat
mengucapkan kata namun mereka dapat membedakan ucapan orang dewasa
(Eimas dalam Zuhdi dan Budiarsih, 1996/1997:4). Setelah satu tahun bayi sudah
dapat mengoceh, bermain dengan bunyi yang sering disebut perkembangan
pralinguistik. Bruner maupun Piaget mengatakan bahwa anak mengalami
perkembangan bahasa. Terdapat tiga fase perkembangan bahasa yaitu
perkembangan enaktif (periode melakukan tindakan dan pekerjaan), fase ekonik
(perkembangan khayalan 1-4 tahun) dan fase simbolik (anak menggunakan simbol
bahasa). Selanjutnya perkembangan prakmatik (penggunakan bahasa) pada anak
sekolah.
129
2. Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan
Pembelajaran keterampilan berbahasa yang mencakup empat aspek,
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis tidak dapat saling dipisahkan.
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif
karena pembaca akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan dan pengalaman
baru.
3. Pembelajaran Sastra
Karya sastra memenuhi berbagai kebutuhan (rohani dan menanamkan nilai-nilai
kepada anak didik. Melalui karya sastra anak dapat mempelajari dan memaknai
dunia mereka, seperti cerita yang melukiskan seorang anak yang sering menolong
sehingga disayangi guru dan teman-temannya. Selain itu dengan karya sastra dapat
membangkitkan rasa ingin tahu mereka, menjadikan pengalaman lebih bermakna
karena sebelum ke kebun binatang anak-anak disarankan membaca buku tentang
binatang atau ceritanya.
4. Pembelajaran Terpadu dalam Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang dalam pelaksanaannya
memadukan aspek-aspek bahasa. Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa
antara aspek keterampilan tidak boleh dipisah-pisah, keempat aspek tersebut dapat
dipadukan.
5. Evaluasi Pembelajaran Membaca dan Menulis
Evaluasi atau penilaian merupakan alat ukur pencapaian tujuan. Penilaian dapat
berbentuk tes dan nontes. Evaluasi pembelajaran membaca permulaan mencakup
butir-butir : ketepatan menyuarakan kalimat, kewajaran lafal, kewajaran intonasi,
kelancaran, kejelasan suara, dan pemahaman makna atau isi bacaan.
Evaluasi pembelajaran menulis permulaan,yang menjadi tujuan adalah menulis
kata dan kalimat sederhana, menuliskan kegiatan sehari-hari dengan kalimat
sederhana dan menceritakan dan menulis benda-benda yang dikenal di sekitar
dengan kalimat sederhana. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi
mencakup:
1. Kebahasaan
Aspek kebahasaan bahasaIndonesia meliputi, aspek bunyi, bentukan kata,
kalimat, dan makna. Aspek kebahasaan merupakan unsur pembentuk bahasa yang
dipakai dalam kegiatan berbahasa.
130
Materi pembelajaran kebahasaan, meliputi bunyi atau huruf, lafal, intonasi, kata,
kalimat, dan makna. Materi pembelajaran kebahasaan di kelas awal SD
meliputi pengenalan bunyi atau huruf, lafal, intonasi, kata, dan kalimat sederhana.
Materi pembelajaran kebahasaan di kelas tinggi SD, meliputi merangkai kata
menjadi kalimat dengan bahasa yang baik dan benar (ejaan yang tepat dan pilihan
kata yang tepat dan santun).
2. Keterampilan Berbahasa
Komunikasi menurut Tohir, Muhammad (2011) adalah hubungan antara manusia
yang satu dengan manusia yang lainnya. Dalam melakukan interaksi komunikasi,
manusia tidak bisa terlepas dari komunikasi lisan dan tulisan. Dilihat dari segi
aktivitas, ketrampilan komunikasi terbagi menjadi dua yaitu ketrampilan reseptif dan
ketrampilan produktif. Ketrampilan reseptif yang terdiri dari membaca dan
mendengarkan tidak bisa dipisahkan dengan berbicara dan menulis yang
merupakan ketrampilan produktif. Produktif adalah sikap aktif dari manusia dalam
menghasilkan sesuatu yang telah diperolehnya.
3. Kesusastraan
Pengertian sastra menurut Sumarno dan Saini (dalam
situsnya http://sugikmaut.blog.com/) adalah ungkapan pribadi manusia berupa
pengalaman, pemikiran, perasaan, gagasan, semangat, keyakinan, dalam suatu
bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa.
Pembelajaran sastra di SD ditekankan pada apresiasi sastra Indonesia, khususnya
pada apresiasi sastra anak. Yang dimaksud dengan sastra anak adalah karya sastra
untuk konsumsi anak, yang dapat ditulis oleh orang dewasa maupun oleh anak.
Seperti halnya karya sastra secara umum, sastra anak juga meliputi puisi anak,
cerita anak, dan drama anak.
F. Macam-macam Metode Pembelajaran di Kelas Rendah dan Tinggi
Macam-macam metode pembelajaran di kelas rendah menurut Mackey
sebagai berikut:
1. Metode Eja
Metode eja memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut
dihapalkan sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A a, B b, C c, D
d, E e, F f, dan seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef, dan seterusnya.
131
Kegiatan ini diikuti dengan →latihan menulis lambang tulisan, seperti a, b, c, d, dan
seterusnya atau dengan huruf rangkai, a, b, c, d, dan seterusnya.
Setelah melalui tahapan ini, para murid diajarkan untuk perkenalan dengan suku
kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya :
b, a → ba (dibaca be. a → ba )
d, u → du ( dibaca de, u → du )
ba-du dilafalkan Badu
b, u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u → bu )
k, u → ku (dibaca ka, u → ku ) contoh, ambillah kata’’
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana.
Contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata
menjadi kalimat.
Kelemahan yang mendasar dari penggunaan metode eja ini meskipun murid
mengenal dan hafal abjad dengan baik, namun murid tetap mengalami kesulitan
dalam mengenal rangkaian huruf yang berupa suku kata atau kata.
2. Metode suku kata dan metode kata
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca,
ci, cu, ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya. Suku-suku kata
tersebut kemudian dirangkai menjadi kata bermakna. Misalnya :
ba – bi cu – ci da – da ka – ki
ba – bu ca – ci du – da ku – ku
bi – bi ci – ca da – du ka – ku
ba – ca ka – ca du – ka ku – da
Perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat sederhana, kemudian
ditindak lanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut
menjadi satuan
bahasa terkecil dibawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata kedalam
suku-suku kata. Kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini yakni metode
rangkai kupas.
3. Metode Global
Metode Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang
disajikan pertama kali pada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut
132
dituliskan dibawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. Setelah berkali-kali
membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.
Sebagai contoh :
a. Memperkenalkan gambar dan kalimat
b. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata
c. Kata menjadi huruf-huruf
Ini mama
ini mama
i -ni ma - ma
i–n–i m-a–m–a
4. Metode Structural Analisis Sintesis (SAS)
Metode ini mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan
dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah
struktur yang memberi makna lengkap , yakni skruktur kalimat. Hal ini dimaksudkan
untuk membangun konsep-konsep “ kebermaknaan” pada diri anak. Akan lebih baik
jika strukturnya kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajan MMP dengan
metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si
pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) MMP
yang sesungguh nya dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai cara.
Proses penguraian atau pengalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode
SAS meliputi :
1. Kalimat menjadi kata-kata
2. Kata menjadi suku-suku kata
3. Suku kata menjadi huruf-huruf
Macam-macam metode pembelajaran di kelas Tinggi menurut Mackey sebagai
berikut:
1. Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan
pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976),
melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru
dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
133
2. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau
lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan
pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara
mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan
pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
3. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang
sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
seperti: Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru
atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa
memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu
alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
4. Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang
menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan
dengan metode lainnya.
G. Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Rendah dan Tinggi
Berikut sejumlah teknik pengajaran bahasaIndonesia yang biasa dipraktikan
guru bahasa Indonesia:
1.Teknik Ceramah
Pelaksanaan teknik ceramah di kelas rendah dapat berbentuk cerita kenyataan,
dongeng atau informasi tentang ilmu pengetahuan.
2.Teknik Tanya Jawab
Teknik tanya jawab dapat diterapkan pada latihan keterampilan menyimak,
membaca, berbicara dan menulis. Selain guru bertanya pada murid, murid juga
dapat bertanya pada guru.
3. Teknik Diskusi Kelompok
Teknik ini dapat dilakukan di kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran guru
terutama dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi
siswa lainnya agar mau berbicara atau bertanya.
134
4. Teknik Pemberian Tugas
Teknik ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan
memiliki keterampilan tertentu, untuk siswa kelas rendah tugas individual seperti
membuat catatan kegiatan harian atau disuruh menghapal puisi atau lagu.
5. Teknik Bermain Peran
Teknik ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang
dalam hubungan sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba
menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misal: sebagai guru, sopir,
dokter, pedagang, hewan, dan tumbuhan. Setelah itu diharapkan siswa dapat
menghargai jasa dan peranan orang lain, alam dalam kehidupannya.
6. Teknik Karya Wisata
Teknik ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek
yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Misalkan : museum, kebun binatang,
tempat pameran atau tempat karya wisata lainnya.
Berikut sejumlah teknik pengajaran bahasaIndonesia di kelas tinggi yang
biasa dipraktikan guru bahasa Indonesia:
1. Teknik Bermain Peran
Teknik ini dapat aplikasikan saat mempelajari karya sastra. Misalnya
menganalisis naskah drama. Agar dapat menghayati karya sastra tersebut, siswa
dapat mempraktikkan bermain drama.Penerapan teknik belajar Bahasa Indonesia ini
untuk sangat mudah. Pertama, kumpulkan beberapa siswa dalam satu kelompok.
Lalu, pilihlah seorang sutradara dan lainnya menjadi pemain. Sutradara bertugas
untuk memilih pemain dan mengarahkan mereka. Dengan demikian, seluruh siswa
aktif dalam pembelajaran.
2. Teknik Wawancara
Cara menerapkan teknik ini sangat mudah. Siswa diminta berpasangan. Satu
sebagai penanya dan lainnya penjawab. Kemudian, bergantian. Dengan teknik ini,
siswa memahami teori wawancara dengan langsung mempraktikkannya. Lebih jauh
lagi, siswa dapat mencoba praktik mewawancarai narasumber di luar sekolah.
Bahkan, tokoh-tokoh penting di masyarakat. Hal tersebut bergantung jenjang
pendidikan siswa.
3. Teknik Penyelesaian Masalah
Jenis materi yang dapat diaplikasikan dengan teknik ini adalah menulis
argumentasi. Misalnya, siswa diberi rekaman tentang suatu permasalahan, banjir
135
dan bencana alam. Kemudian, siswa diminta untuk menulis karangan cara
mencegah banjir.
Teknik ini juga dapat dijadikan alternatif agar guru tidak selalu memberikan
ceramah di kelas. Misalnya, siswa diberi teks pantun. Kemudian siswa diberi soal
untuk mengidentifikasi bagian-bagiannya. Siswa akan mengerti perbedaan sampiran
dan isi pada pantun saat menemukan bagian-bagian tersebut.
4.Teknik Permainan
Bermainan bisa juga digunakan sebagai salah satu teknik belajar Bahasa
Indonesia untuk menguji pemahaman siswa terhadap suatu materi.
Misalnya saja, belajar dengan permainan Who Wants To Be A Millionaire. Anda
dapat memodifikasi permainan ini untuk menguji salah satu materi. Siswa diminta
untuk maju dan menyelesaikan soal ejaan misalnya. Soal tersebut ditampilkan di
layar sehingga siswa lainnya bisa membaca. Lalu, guru memberikan skor untuk soal
yang bisa dijawab. Dengan teknik ini, siswa akan tertarik dan lebih berusaha
menjawab soal. Ditambah dengan hadiah menarik, kelas akan makin semarak.
5. Teknik Pembelajaran di Luar Kelas
Teknik belajar Bahasa Indonesia tersebut mengarahkan siswa sebagai
pusatnya. Guru sebagai fasilitator. Guru yang membuat konsep pembelajaran,
mengawasi, dan mengonfirmasi hasil belajar siswa. Siswa tidak hanya diberi
ceramah dan soal-soal. Mereka mempraktikkan materi pelajaran secara langsung.
Hal yang tidak kalah penting adalah menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan. Jika siswa senang, minat belajar akan meningkat.
136
RANGKUMAN
Pembelajaran bahasa Indonesia SD kelas rendah mencakup : perkembangan
bahasa anak, pembelajaran membaca dan menulis permulaan, pembelajaran sastra,
pembelajaran terpadu (pendekatan pembelajaran bahasa), evaluasi pembelajaran
membaca-menulis kelas rendah.Di Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6
atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau
7 sampai 8 atau 9 tahun. Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam
rentangan anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi
sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh
potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara
optimal.
Tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia
sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:konkrit, integrative,hierarkis Pada tahapan usia
sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal
yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan
cakupan keluasan serta kedalaman materi.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah mencakup : perkembangan
bahasa anak, pembelajaran membaca dan menulis permulaan, pembelajaran sastra.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang dalam pelaksanaannya
memadukan aspek-aspek bahasa. Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa
antara aspek keterampilan tidak boleh dipisah-pisah, keempat aspek tersebut dapat
dipadukan.
Evaluasi pembelajaran membaca dan menulis atau penilaian merupakan alat
ukur pencapaian tujuan. Penilaian dapat berbentuk tes dan nontes. Evaluasi
pembelajaran membaca permulaan mencakup butir-butir : ketepatan menyuarakan
kalimat, kewajaran lafal, kewajaran intonasi, kelancaran, kejelasan suara, dan
pemahaman makna atau isi bacaan. Evaluasi pembelajaran menulis
permulaan,yang menjadi tujuan adalah menulis kata dan kalimat sederhana,
menuliskan kegiatan sehari-hari dengan kalimat sederhana dan menceritakan dan
menulis benda-benda yang dikenal di sekitar dengan kalimat sederhana.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi mencakup: kebahasaan,
keterampilan berbahasa, kesusastraan. Macam-macam metode pembelajaran di
kelas rendah dan Tinggi antara lain : metode eja, metode suku kata dan metode
137
kata, metode global, metode Structural Analisis Sintesis(SAS), metode ceramah,
metode diskusi, metode demonstrasi, metode ceramah plus. Adapunteknik
pengajaran bahasaIndonesia yang biasa dipraktikan guru bahasa Indonesia: teknik
ceramah, teknik tanya jawab, teknik diskusi kelompok, teknik pemberian tugas,
teknik bermain peran, teknik bermain peran, teknik karyawisata, teknik wawncara,
teknik penyelesaian masalah, teknik permainan, teknik pembelajaran diluar kelas.
138
EVALUASI
Petujuk : Setelah mempelajari materi di atas, jawablah pertanyaan pilihan
berganda di bawah ini dengan benar!
1. Yang bukan merupakan karakteristik sifat khas masa kelas tinggi menurut
nasution (1992) adalah ....
a. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat sebagai prestasi.
b. Amat ingin tahu dan ingin belajar.
c. Berpikir abstrak.
d. Gemar membentuk kelompok sebaya.
2. Yang merupakan cakupan pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia
dikelas tinggi adalah.....
a. Kesastraan.
b. Kesantunan.
c. Kesukarelaan.
d. Kebersamaan.
3. Metode yang memaparkan materi secara praktek sesuai materi pembelajaraan
saat itu disebut metode....
a. Metode ceramah.
b. Metode proyek.
c. Metode demonstrasi.
d. Metode ceramah plus.
4. Metode pembelajaran yang menggunakan lebih dari satu metode yaitu...
a. Metode ceramah.
b. Metode proyek.
c. Metode demonstrasi.
d. Metode ceramah plus.
5. Teknik yang dapat dijadikan alternatif agar guru tidak selalu memberikan ceramah
dikelas yaitu....
a. Teknik penyelesaian masalah.
b. Teknik mengumpulkan informasi.
c. Teknik berceramah.
d. Teknik wawancara.
139
6. Adapun cakupan pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia di kelas
rendah adalah ....
a. Perkembangan bahasa anak.
b. Perkembangan tubuh anak
c. Perkembangan kognitif anak
d. Perkembangan sensorik anak
7. Macam-macam metode pembelajaran di kelas rendah adalah ....
a. Metode saintifik
b. Metode eja.
c. Metode ceramah
d. Metode pengenalan
8. Yang termasuk tahapan berpikir siswa sd di kelas rendah ialah....
a. Konkrit.
b. Abstrak
c. Berpikir dewasa
d. Berpikir ke kanak-kanakan
9. Teknik pengajaran bahasa Indonesia yang biasa dipraktikan guru bahasa
Indonesia ialah....
a. Teknik mendengarkan
b. Teknik tanya jawab.
c. Teknik menyimak
d. Semua jawaban benar
10. Teknik yang bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang
dalam hubungan sosialnya adalah.....
a. Teknik ceramah
b. Teknik tanya jawab
c. Teknik bermain peran.
d. Semua jawaban salah
140
ESSAI
Petunjuk : Jawablah pertanyaan essai di bawah ini dengan memberikan
penjelasan yang tepat!
1. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran diluar kelas ?
2. Sebutkan macam-macam metode pembelajaran dikelas tinggi !
3. Jelaskan perbedaan metode pembelajaran kelas rendah !
4. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran?
5. Sebutkan teknik-teknik dalam pengajaran bahasa Indonesia!
141
KUNCI JAWABAN
PILIHAN BERGANDA
1. C 6. A
2. A 7. B
3. C 8. A
4. D 9. B
5. D 10. C
ESSAI
1.Teknik belajar Bahasa Indonesia yang membawa siswa belajar ke luar kelas
mengarahkan siswa sebagai pusatnya. Guru sebagai fasilitator. Guru yang
membuat konsep pembelajaran, mengawasi, dan mengonfirmasi hasil belajar
siswa. Siswa tidak hanya diberi ceramah dan soal-soal. Mereka mempraktikkan
materi pelajaran secara langsung. Hal yang tidak kalah penting adalah
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Jika siswa senang, minat
belajar akan meningkat.Misalnya : dengan mengamati lingkungan sekolah dan
membuat laporan pengamatan.
2. a. Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan
pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh
Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan
metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
b. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau
lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling
mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan
kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi
merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
c. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat
efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
seperti: Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang
guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang
142
siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya
bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
d. Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang
menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang
dikombinasikan dengan metode lainnya.
e. Metode Eja
Metode eja memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut
dihapalkan sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A a, B b, C c,
D d, E e, F f, dan seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef, dan
seterusnya.
-Metode suku kata dan metode kata
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci,
cu, ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya. Suku-suku kata
tersebut kemudian dirangkai menjadi kata bermakna.
f. Metode Global
Metode Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang disajikan
pertama kali pada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan
dibawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. Setelah berkali-kali
membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.
g. Metode Structural Analisis Sintesis (SAS)
Metode ini mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan
dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah
struktur yang memberi makna lengkap , yakni skruktur kalimat. Proses penguraian
atau pengalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS meliputi :
1. Kalimat menjadi kata-kata
2. Kata menjadi suku-suku kata
3. Suku kata menjadi huruf-huruf
4. Pembelajaran adalah upaya mengkreasi lingkungan dimana struktur kognitif
murid dapat muncul dan berubah. Karakteristik anak usia SD yang telah mampu
melakukan koordinasi antara otak dan otot nya sehingga mereka selalu aktif
bergerak melakukan aktivitas baik permainan maupun gerakan gerakan
jasmaniah lainnya, seperti melompat, lari, memegang pensil dan sebagainya.
143