150 Alif Syaifuddin Rahman, dkk. ilmu yang dimiliki untuk memastikan bahwa mereka telah mencapai kompetensi sesuai standar yang ditetapkan dan menjadi bukti bagi personel tersebut atas kemampuannya, serta mampu bersaing secara internasional dengan negara-negara lainnya. Menurut Space Treaty 1967, antariksa adalah wilayah kepentingan bersama, artinya dapat digunakan oleh bangsa apa pun dan di mana pun dalam mencapai tujuan damai atau kemanusiaan. Merupakan tanggung jawab bersama seluruh bangsa untuk memastikan bahwa hukum ruang angkasa internasional yang ada diimplementasikan sepenuhnya, dan tata kelola yang efektif tersedia untuk mendorong inovasi serta mengurangi risiko. Pemerintah Indonesia perlu mempertimbangkan bagaimana memfasilitasi partisipasi pelaku komersial, masyarakat sipil, dan aktor-aktor terkait lainnya, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, untuk membentuk konsep kerja sama serta regulasi yang berhubungan dengan teknologi keantariksaan. Oleh karena itu, diplomasi antariksa menjadi modal utama dalam rangka mengarahkan pembangunan kapabilitas teknologi keantariksaan untuk kepentingan nasional dan mengakomodasi kepentingan perdamaian di kawasan regional maupun global, seperti yang tercantum dalam tujuan negara Indonesia pada pembukaan UUD 1945. Namun demikian, persoalan keamanan nasional/ negara adalah hak setiap bangsa dan negara, sehingga tinjauan
151 Mengamankan Antariksa Menjaga Dirgantara strategis ini diarahkan untuk menjaga dari ancaman-ancaman yang tidak dikehendaki dalam menjaga kelangsungan kepentingan nasional.
153 I ndonesia telah menunjukkan komitmennya dalam diplomasi antariksa dengan menjalin kerja sama dengan berbagai negara mitra, baik secara bilateral, regional, maupun global. Di tingkat nasional, pemerintah Indonesia juga telah membangun kerja sama antarlembaga, dengan pihak swasta, maupun dengan akademisi. Kerja sama tersebut telah memberikan manfaat bagi Indonesia, baik dalam hal pengembangan teknologi antariksa, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, maupun pemanfaatan angkasa luar untuk pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan analisis ancaman (threat), peluang (opportunity), kekuatan (strength), dan kelemahan (weakness), dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain kunci dalam bidang keantariksaan, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Namun, potensi ini juga hadir dengan konsekuensi ancaman dan tantangan yang harus diatasi. Bab 7 Penutup
154 Alif Syaifuddin Rahman, dkk. Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan space awareness dan kerja sama antariksa antarnegara ASEAN yaitu dengan memanfaatkan kekuatan lembaga antariksa nasional dan undang-undang keantariksaan, mengatasi kelemahan dalam sumber daya dengan mengajak negara ASEAN untuk melakukan investasi bersama, mengoptimalkan peluang dalam mengembangkan kekuatan bersama bidang antariksa, dan mendorong pemerintah untuk memberikan dukungan dengan melibatkan multistakeholder. Strategi yang lainnya adalah dengan berinisiatif untuk membentuk forum antariksa, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan antariksa bersama, meningkatkan investasi untuk akselerasi perkembangan antariksa, serta membangun hubungan baik melalui diplomasi antariksa. Konsep kerja sama bidang keantariksaan di kawasan ASEAN yang bertujuan untuk meningkatkan space awareness dapat dikategorikan menjadi pengembangan infrastruktur dan teknologi antariksa bersama. Misalnya, mendirikan pusat penelitian dan pengembangan antariksa, meningkatkan pendidikan dan kapasitas keantariksaan seperti kerja sama dalam pelatihan dan penelitian, serta menjalin kerja sama dalam operasional dan logistik melalui kegiatan peluncuran antariksa bersama. Regulasi untuk konsep kerja sama antariksa di kawasan ASEAN mencakup beberapa aspek, antara lain penyusunan perjanjian kerja sama antariksa, pendirian badan pengaturan
155 Mengamankan Antariksa Menjaga Dirgantara antariksa nasional yang bertanggung jawab terhadap perizinan dan registrasi objek antariksa, pembiayaan dan pembagian biaya proyek antariksa, pengaturan tentang pertukaran teknologi dan keamanan, kesepakatan dalam kegiatan perlindungan dari ancaman antariksa, serta mekanisme penyelesaian sengketa dan penyusunan hukum internasional bidang antariksa. TNI AU sebagai leading sector dalam mewujudkan SSA dapat mengambil beberapa langkah untuk mengembangkan kemampuannya di bidang antariksa, termasuk membentuk unit khusus antariksa, berkolaborasi dengan lembaga-lembaga seperti BRIN, bekerja sama dengan instansi swasta untuk pengembangan teknologi, serta bermitra dengan lembaga pendidikan dan lembaga penelitian untuk pelatihan dan pendidikan. TNI AU memiliki peranan penting sebagai komponen utama dalam hal Space Domain Awareness dan Space Traffic Management dengan memiliki Space Operation Center (SOC) untuk mewujudkan SSA dan melindungi keamanan nasional. Harapan untuk Masa Depan Berdasarkan tinjauan strategis diplomasi antariksa Indonesia dalam rangka mewujudkan space awareness kawasan ASEAN yang telah kita bahas pada bab-bab di depan, maka akan jauh lebih baik jika ke depannya, Indonesian Space Agency (INASA) diberikan kewenangan dalam melakukan akuisisi bidang keantariksaan Indonesia secara independen, sehingga mereka
156 Alif Syaifuddin Rahman, dkk. dapat merencanakan, mempersiapkan, dan melaksanakan pengembangan teknologi keantariksaan melalui kerja sama dengan badan antariksa lainnya, industri swasta, maupun lembaga penelitian dan pengembangan di Indonesia dan negara lain. Sebagaimana kita ketahui, kerja sama negara ASEAN dalam bidang keantariksaan saat ini diwadahi oleh SubCommittee on Space Technology and Application (SCOSA). Namun, kewenangan subkomite ini masih terbatas sehingga perlu wadah baru yang memiliki kewenangan independen dalam pengembangan teknologi keantariksaan melalui pembentukan SESCO. Oleh karena itu, pembentukan SESCO dapat dijadikan salah satu agenda utama dalam pelaksanaan KTT ASEAN dan diharapkan mampu menjadi leading sector pengembangan teknologi antariksa di kawasan ASEAN. Sementara, untuk membangun kemandirian dalam bidang antariksa, diperlukan komitmen nasional (national will) yang kuat dan dukungan anggaran yang besar. Oleh sebab itu, ke depannya perlu dilakukan pembentukan program strategis nasional berupa kolaborasi TNI dan elemen pentaheliks (pemerintah, masyarakat, lembaga usaha, akademisi, dan media) dalam penguasaan teknologi keantariksaan beserta teknologi pendukung lainnya dalam rangka memanfaatkan, melindungi, dan mempertahankan kepentingan terhadap bumi, laut, dan ruang udara di atas Indonesia.
157 Abdurrasyid, P. 1989. Hukum Antariksa Nasional; Penempatan Urgensinya. Jakarta: Rajawali. Alfathimy, D.H.A., Y. Permatasari, E. Susilawati, D. Susanti, S.R. Diana, J. Susanto, & A.R. Darmawan. 2021. “Di Antara Tiga Launchpad; Indonesia dan Dinamika Diplomasi Antariksa dalam Geopolitik Indo-Pasifik”. Intermestic: Journal of International Studies, 6(1), 147. Boyd, A., J. Gatewood, S. Thorson, & T. Dye. 2019. “Data Diplomacy”. Science & Diplomacy. Creswell, J.W. & J.D. Creswell. 2018. Research Design; Qualitative, Quantitative, & Mixed Methods Approaches. 5th Edition. International Student Edition. SAGE. Diamond, L. & J.W. McDonald. 1996. “Multi-track Diplomacy; A Systems Approach to Peace”. (No Title). Dolman, E.C. 2005. Astropolitik; Classical Geopolitics in the Space Age. London: Routledge. DPR. 2013. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. Daftar Pustaka
158 Alif Syaifuddin Rahman, dkk. Emsa, A.P., H. Agus, & K.R. Leo. 2020. “Diplomasi Keantariksaan dalam Mewujudkan Agenda Keantariksaan 2030 di Indonesia”. Paper dipresentasikan dalam Prosiding Seminar Nasional Kebijakan Penerbangan dan Antariksa V (SINAS KPA-V) 2020. Gove, P.B. (2002). Webster’s Third New International Dictionary of the English Language Unabridged (Vol. 1). MerriamWebster Inc. Herdiansyah, H. 2018. “Kebijakan Strategis Mitigasi Ancaman Peredaran Orbit Satelit terhadap Keamanan Nasional; Pendekatan Analytical Hierarchy Process”. Jurnal Keamanan Nasional, 4(2), 141-164. Hidayatullah, P. 2015. “Kedaulatan Antariksa Indonesia; Frontir Terakhir yang Terlupakan”. Jurnal Lemhannas RI, 3(1), 53-73. Holsti, K.J. 1988. Politik Internasional; Kerangka untuk Analisis. Jakarta: Erlangga. Imburgia, L.C.. 2011. “Space Debris and Its Threat to National Security; A Proposal for a Binding International Agreement to Clean up the Junk”. Vanderbilt Journal of Transnational Law. 44, 589. Vanderbilt University. James, S. 2010. “The Cambridge Aerospace Dictionary”. Reference Reviews, 24(7), 35-36. Mann, A. 2023. “What was the Space Race?” Dikutip dari www.space.com.
159 Mengamankan Antariksa Menjaga Dirgantara Marshall, C. & G.B. Rossman. 2014. “Designing Qualitative Research”. Sage Publications. Rangkuti, F. 2015. Personal SWOT Analysis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Roy, S.L. 1995. Diplomasi (Diplomacy). Jakarta: Raja Gravindo Persada. Saputro, L.H.A. 2019. Hambatan ASEAN dalam Mengembangkan Kerja Sama Antariksa Regional yang Signifikan. Surabaya: Universitas Airlangga. Sarnita, Sadya. “Indonesia Jadi Pemilik Satelit Terbanyak di ASEAN”. Dikutip dari dataindonesia.id, 28 Juni 2023. Scaparotti, C. 2013. Joint Publication 3-14, Space Operations. US Department of Defense, Joint Chiefs of Staff, Washington, DC. Siagian, S.P. 2005. Manajemen Stratejik. Edisi keenam. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjatmiko, T. 2011. “Kompetisi dan Kerja Sama dalam Eksplorasi Antariksa”. Berita Dirgantara, 12(4). Sumardi, J. 2018. “Perkembangan Hukum Antariksa Nasional dan Tindak Lanjut yang Harus Dilakukan”. Paper dipresentasikan dalam Prosiding Seminar Nasional 2017 Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa LAPAN. Tedjabuwana, Rosa, Hesti Septianita, & E. Riezky. 2022. Prinsip Non-Appropriation of Outer Space dalam
160 Alif Syaifuddin Rahman, dkk. Komersialisasi Ruang Angkasa oleh Korporasi Swasta. Bandung: Universitas Pasundan. Verspieren, Q., M. Berthet, G. Coral, S. Nakasuka, & H. Shiroyama. 2022. ASEAN Space Programs; History and Way Forward. Singapura: Springer Singapore.
161 Alif Syaifuddin Rahman, lahir di Kediri, 13 Juli 1983. Penulis adalah lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 2004. Setelah menempuh pendidikan dasar dan menengah pertamanya di SD dan SMP Taruna Dra. Zulaeha, Probolinggo, Jawa Timur, penulis melanjutkan studinya di SMA Taruna Nusantara, Magelang pada tahun 1998–2001. Selang beberapa tahun, penulis kembali melanjutkan pendidikannya di jenjang S1 di Sekolah Teknik Elektro Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma dan lulus pada tahun 2023. *** Ardhimas Wimbo Wasisto, S.T., M.Eng., lahir di Semarang, 29 Oktober 1982. Penulis adalah lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 2005. Penulis menyelesaikan pendidikan sarjananya (S1) di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, subjurusan teknik kendali, pada tahun 2011. Dua tahun kemudian, penulis melanjutkan pendidikan pascasarjananya di jurusan Teknik Elektro UGM, konsentrasi Sistem Isyarat dan Elektronika, dan lulus pada tahun 2015. Tentang Penulis
162 Alif Syaifuddin Rahman, dkk. Selama tahun 2011–2019, penulis menjadi dosen dan mengajar di program studi Elektronika Pertahanan Departemen Elektronika AAU, mengampu mata kuliah Elektronika Dasar, Elektronika Analog, Teknik Digital, Sistem Kendali, Teori Medan Elektromagnetik, Mikrokontroler, Pemrograman Berorientasi Obyek, dan Teknik Robotika. *** Wanto, S.E., lahir di Tuban, 4 Juli 1984. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengahnya di SD Negeri Mrutuk II Tuban, SMP Negeri 1 Tuban, dan SMU Negeri 1 Tuban. Kemudian, penulis melanjutkan studinya di Akademi Angkatan Udara (2006), S1 Ekonomi Manajemen di Universitas Yos Sudarso Surabaya (2014), dan Magister Pertahanan Universitas Pertahanan. Riwayat penugasan penulis di lingkungan pendidikan, antara lain di Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) Surabaya (2013–2014), Resimen Candradimuka Akademi TNI (2015–2017), dan SMA Taruna Angkasa JawaTimur (2018–2021). Saat ini, penulis berdinas di Dinas Administrasi Personel Mabesau. *** Langgeng Andy S., lahir di Tuban pada Februari 1983. Ia mengikuti pendidikan militer (AAU) pada tahun 2002 dan lulus tahun 2005. Empat tahun kemudian, ia menempuh pendidikan S1 Teknik Elektro di ITS dan lulus tahun 2012. Ia mendapatkan kesempatan untuk berdinas di Depohar 50 sejak tahun 2012 sampai 2023.
163 Mengamankan Antariksa Menjaga Dirgantara Tak cukup dengan pendidikan S1-nya, pada tahun 2019, di tengah-tengah masa dinasnya di Depohar 50, ia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil program Magister Teknik Indistri di UNS dan lulus tahun 2022. Pria yang memiliki ketertarikan dalam bidang pengembangan dan inovasi teknologi ini pun telah beberapa kali mengikuti lomba KCT (Karya Cipta Teknologi) yang diselenggarakan oleh Mabes TNI dalam rangka HUT TNI. Jabatan terakhirnya saat di Depohar 50 adalah Dansathar 51, dan saat ini menjabat sebagai Pamen Diskomlekau selama mengikuti pendidikan Seskoau A-60 tahun 2023. *** Rizki Muldani Winatapura, lahir di Tasikmalaya, 19 Desember 1984. Setelah lulus dari SMU pada tahun 2003, ia mengikuti pendidikan Akademi Angkatan Udara dan dilantik pada tahun 2006. Ketika berpangkat letnan dua, ia mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan S1 Teknik Industri di Institut Teknologi Bandung hingga memperoleh gelar sarjana teknik pada tahun 2011. Dalam kedinasan sehari-hari, ia memiliki konsentrasi tugas di bidang administrasi personalia. Selama mengabdi di TNI AU, ia pernah menjabat di Disminpersau, Badiklat Kemhan RI dan Slog TNI, serta saat ini menjabat Pamen Disminpersau dalam rangka mengikuti pendidikan Seskoau Angkatan 60. ***
164 Alif Syaifuddin Rahman, dkk. Heri Ristanu, S.S., M.App.Ling., lahir di Cibinong pada 21 Januari 1981. Ia menyelesaikan studi S1 Sastra Inggris di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tahun 2005 dan S2 di Master of Applied Linguistics di University of Melbourne tahun 2000. Adapun riwayat pendidikan militernya dimulai dari pendidikan dasar militer Prajurit Karir lulus tahun 2007, dilanjutkan Sekolah Komando Kesatuan Angkatan Udara (SEKKAU) angkatan ke-102 lulus tahun 2017, dan saat ini sedang melaksanakan pendidikan Sekolah Komando dan Kesatuan TNI Angkatan Udara (SESKOAU) angkatan ke-60 tahun 2023. Ia telah berdinas di TNI AU selama 16 tahun. Selama kurun waktu itu, ia pernah menjabat sebagai Instruktur Bahasa Inggris di Skadron Pendidikan 505 Wing Pendidikan Umum dan Pusdiklat Bahasa Kemhan RI, dan pada 2019–2020 mendapat kesempatan menjabat sebagai Indonesia Seconded Officer di DITC. Saat ini, ia menjabat sebagai Pamen Disminpersau Mabesau. *** Hendra K., lahir di Jambi pada 20 September 1982, adalah anak ketiga dari pasangan suami istri, Djoni K. dan Indrawati (Ngang Heng). Saat ini, ia sedang mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara, Lembang, Bandung. Sebelumnya, ia bertugas di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing, RRT, periode 2019–2022. Ia sangat berminat mengikuti perkembangan politik dan pertahanan, baik dalam maupun luar negeri (Country Expert khusus RRT). ***
165 Mengamankan Antariksa Menjaga Dirgantara Syafrullah Hasan Dami Latallengkang, S.T., saat ini menyandang pangkat Mayor, korps Elektronika NRP 528672. Anak pertama dari tiga bersaudara ini lahir di Maros pada 12 April 1980. Pendidikan umum yang ditempuh penulis dimulai dari SD Angkasa II (lulus tahun 1992), SMP Negeri 6 Makassar (lulus tahun 1995), dan SMA Taruna Nusantara (lulus tahun 1998). Selang beberapa tahun selepas kelulusannya dari SMA, ia berkesempatan melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Teknik Elektro ITB Bandung dan lulus tahun 2008. Karier militer penulis di TNI AU dimulai pada tahun 1998, di mana ia melanjutkan pendidikan di AAU Yogyakarta, yang kemudian lulus dan dilantik menjadi Letda pada tahun 2001. Beberapa sekolah dan kursus yang pernah diikuti penulis, antara lain Sekolah Para Dasar A-133 tahun 1999, Sesarcab Lek tahun 2002, Suspa Radar tahun 2013, Sekkau tahun 2013, dan Suspa GCI tahun 2016. Penulis menikah dengan Ika Widyanigsih pada tahun 2007 dan telah dikaruniai dua orang anak, yaitu Amira Bilqis Kusumadewi dan Muhammad Akbar Hafidz Latallengkang. *** Indria Sari, lahir di Kota Pahlawan, Surabaya, pada 1 Februari 1979. Anak pertama dari dua bersaudara ini mengenyam pendidikan kedokteran di Universitas Brawijaya Malang sebelum bergabung dengan TNI AU, melalui jalur beasiswa PaPK 12/2005. Pada tahun 2009, ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S2 di KIT Royal Tropical Institute, Amsterdam.
166 Alif Syaifuddin Rahman, dkk. Pulang ke tanah air, ia menjabat Kakes Skadron 3 Fightingn Falcon Lanud Iswahjudi Madiun. Ia kemudian berkesempatan untuk mengikuti program pendidikan dokter spesialis bedah di Universitas Airlangga, Surabaya. Pada pertengahan tahun 2020, ia mendapatkan amanah sebagai kepala RSAU dr. Hoediyono Lanud Suryadarma Kalijati. Selanjutnya, pada awal tahun 2023, ia bergabung di Seskoau, The Centre of Excellent of the Indonesian Air Force. *** Adhe Irmansyah, lahir di Sumbawa pada 29 Agustus 1984. Pendidikan militer pertamanya dimulai dari Akademi Angkatan Udara lulus tahun 2006, dilanjutkan pendidikan Sekolah Penerbang TNI Angkatan Udara A-76. Pada tahun 2016, ia mengikuti pendidikan Sekolah Instruktur Penerbang TNI A 76, kemudian melanjutkan di SEKKAU Angkatan 102 pada tahun 2017. Sebelum melaksanakan pendidikan Seskoau Angkatan ke-60, ia berdinas sebagai Kaurlat Opslat Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma. *** Bambang Irawan, lahir di Pontianak pada Juni 1985, merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 2006. Setelah menempuh pendidikan dasar dan menengah di Pontianak, ia melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Subang, Jawa Barat, jurusan Administrasi Negara dan lulus tahun 2010. Riwayat penugasannya antara lain Dispamsanau, Lanud Suryadharma, Lanud Padang, Seskoau, Lanud Halim
167 Mengamankan Antariksa Menjaga Dirgantara Perdana Kusuma, Kantor Atase Pertahanan RI di Bangkok, dan Bais TNI. Saat ini, ia sedang menempuh program magister di Universitas Pertahanan program studi Strategi Perang Udara. *** Zul Supri Nazara, lahir di Kota Sibolga pada 11 Agustus 1985. Pendidikan formalnya dimulai dari SD tahun 1991– 1997, SMP tahun 1997–2000, dan SMA tahun 2000–2003. Selepas lulus SMA, ia memulai pendidikan militer di Akademi Angkatan Laut (2003–2006). Ia pun aktif mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan di TNI Angkatan Laut, di antaranya Dikspespa Pelaut TNI AL pada tahun 2012 dan Kursus PWO TNI AL pada tahun 2015. Ia juga berkesempatan melanjutkan pendidikan S1 di STIE Yapan Surabaya dan lulus tahun 2015. Pada tahun 2020, ia kembali menempuh pendidikan S1, kali ini mengambil jurusan Teknik Manajemen Industri di STTAL Surabaya. Selama berkarier, ia juga pernah mengikuti Kursus Komandan KRI pada tahun 2017. Pada 2023, ia melaksanakan pendidikan Seskoau A-60. Kariernya di TNI Angkatan Laut melibatkan berbagai penugasan di kapal-kapal perang. *** Alipian Adista Rindiasta, lahir di Sumbawa pada 23 Februari 1986. Pendidikan militer pertamanya dimulai di Akademi Angkatan Udara, lulus tahun 2007, dilanjutkan pendidikan Sekolah Penerbang TNI Angkatan Udara A-78. Pada 2018, ia mengikuti pendidikan Sekolah Instruktur Penerbang TNI A 78, dan pada 2017 mengikuti pendidikan di SEKKAU
168 Alif Syaifuddin Rahman, dkk. Angkatan 102. Sebelum melaksanakan pendidikan Seskoau Angkatan ke-60, ia berdinas sebagai Kapokinst Skadik 101 Wingdik Terbang Lanud Adisutjipto. *** Hendiananta Ginting M.Psi., lahir di Kabanjahe, 20 Mei 1983, adalah lulusan Sepa PK TNI tahun 2007. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada pada 2006. Pada 2015, ia melanjutkan pendidikan pascasarjana di Magister Profesi Psikologi Universitas Indonesia, jurusan Psikologi Industri dan Organisasi. Selama berdinas, ia banyak berkecimpung dalam dunia Psikologi Penerbangan dan pernah menjadi delegasi TNI AU dalam International Military Testing Association (IMTA) 59th tahun 2017 di Bern, Switzerland. Saat ini, ia berdinas di Dinas Psikologi TNI Angkatan Udara (Dispsiau). *** Budi Prasetyo, S.H, S.I.K., M.H., lahir di Tanjung Karang pada April 1983. Ia pernah mengikuti pendidikan Kepolisian di Akademi Kepolisian Semarang (Akpol) dan lulus pada tahun 2009. Selepas lulus Akpol, ia kemudian menempuh pendidikan S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian PTIK Jakarta pada 2013. Sebelum mengikuti pendidikan Seskoau A-60, ia berdinas di Polda Kalimantan Selatan sebagai Kasi Sidik Subdit Gakkum, Direktorat Kepolisian Perairan dan Udara. ***
9 786231 893055