i
KISAHDANPERAN
PEJABATDANPENDUKUNG
DI YAYASANPENDIDIKANDANPENGAJARANPAHOA
JILID1EDISI 2022
PEMBINA, PENGAWAS, DANPENGURUSYPPPAHOA
Penerbit Sekolah Terpadu Pahoa
2022
iii
KISAH DAN PERAN
PEJABAT DAN PENDUKUNG
DI YAYASAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN PAHOA
JILID 1 EDISI 2022
PEMBINA, PENGAWAS, DAN PENGURUS YPP PAHOA
©2022 Penerbit Sekolah Terpadu Pahoa
Jl. Ki Hajar Dewantara No.1, Summarecon Serpong, Tangerang 15810
Penyusun Buku:
Pengarah:
Dali Santun Naga
Ketua:
Hendriani
Administrasi:
Aaron Timothy
Santirini Soertjiady
Penyunting:
Dali Santun Naga
Afiyon Kristiyan
Faustine Valent Gunawan
Penulis:
Leonardus Jegho
Desain Sampul dan Tata Letak:
Fransisca Natasia
v
DAFTAR ISI
Daftar Isi ...................................................................................................................................... vii
Kata Pengantar ........................................................................................................................... ix
Pembina YPP Pahoa ....................................................................................................... 1
Soetjipto Nagaria .......................................................................................................... 3
Suryono Limputra ......................................................................................................... 8
Soeseno Boenarso ........................................................................................................ 13
Siang Hadi Widjaja ........................................................................................................ 18
Sukanta Tanudjaja ......................................................................................................... 21
Hendra Adidarma .......................................................................................................... 25
Pengawas YPP Pahoa ..................................................................................................... 29
Dali Santun Naga ........................................................................................................... 31
Surjanto Sosrodjojo ...................................................................................................... 37
Henky Tanudjaja ............................................................................................................ 40
Hans Kartikahadi ........................................................................................................... 44
Tjiong Thiam Siong ....................................................................................................... 48
Touw Tjoen Han ............................................................................................................ 53
Abraham Koko Tanumihardja ...................................................................................... 57
Iskandar Jusuf ................................................................................................................ 62
Pengurus YPP Pahoa ...................................................................................................... 67
Yoedono Goeinawan ..................................................................................................... 69
Liliawati Rahardjo .......................................................................................................... 73
Suhandi Sutardi ............................................................................................................. 77
Liong Seng Chu/Liong Siak Tjhie ............................................................................. 81
Anthon Sunarcia ............................................................................................................ 85
Lanywati Adinata ........................................................................................................... 88
Halim Santoso ................................................................................................................ 92
vii
KATA PENGANTAR
Pada bulan Februari 2022, Yayasan Pendidikan dan Pengajaran (YPP) Pahoa merevisi visi
dan misinya. Sebagai tindak lanjut dari misi tahun 2022 disusun Rencana Strategis (Renstra) dengan
lima belas proyek. Proyek 6 adalah Pelestarian Sejarah dan Budaya Pahoa. Di antara program dari
Proyek 6 adalah penerbitan tiga jilid buku berkenaan dengan orang-orang yang terlibat di Pahoa
sejak Pahoa didirikan kembali pada tahun 2008. Di sini Pahoa mencakup seluruh kegiatan untuk
mendirikan kembali Sekolah Pa Hoa, sejak Yayasan Pancaran Hidup, Perkumpulan Pancaran Hidup,
Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Pahoa, dan Sekolah Terpadu Pahoa. Program ini dipimpin oleh
Hendriani dari Bagian Kontrol Dokumen beserta beberapa personil lintas bagian yang tergabung
dalam tim redaksi dan tata letak.
Jilid I berkenaan dengan kisah hidup para anggota pembina, pengawas, dan pengurus
Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Pahoa. Jilid II berkenaan dengan kisah hidup mereka yang
berjasa kepada pendirian kembali Pahoa di luar mereka pada Jilid I. Jilid III berkenaan dengan kisah
hidup pelaksana yang terdiri atas kepala dan wakil kepala sekolah, kepala dan wakil kepala bagian,
dan kepala seksi.
Buku ini adalah jilid pertama yang berisikan 21 orang anggota pembina, pengawas, dan
pengurus Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Pahoa sejak tahun 2008 sampai sekarang. Kisah
hidup mereka ditulis oleh Leonardus Jegho, penulis independen, berdasarkan dokumen yang ada
dan wawancara. Sebagian di antara mereka terlibat langsung dalam pendirian kembali alma mater
mereka, di dalam Perkumpulan Pancaran Hidup.
Di dalam pembina, pengawas, dan pengurus, jabatan mereka masing-masing adalah sebagai
berikut.
Ketua Pembina : Soetjipto Nagaria
Anggota : Suryono Limputra
Soeseno Boenarso
Siang Hadi Widjaja
Sukanta Tanudjaja
Hendra Adidarma
Ketua Pengawas : Dali Santun Naga (2008 - )
Anggota : Surjanto Sosrodjojo (2008 – 2018)
Henky Tanudjaja (2008 – 2018)
Hans Kartikahadi (2008 – 2018)
Tjiong Thiam Siong (2008 – 2012)
Touw Tjoen Han (2008 – 2018)
Abraham Koko Tanumihardja (2012 – )
Leonard Iskandar Jusuf (2018 - )
ix
Ketua Pengurus : Abraham Koko Tanumihardja (2008 – 2012)
Suryono Limputra (2012 – 2016)
Yoedono Goeinawan (2016 - )
: Leonard Iskandar Jusuf (2012 – 2018)
Liliawati Rahardjo (2012 - )
Suhandi Sutardi (2018 - )
Wakil Ketua : Liong Siak Tjhie (2008 - 2012)
Anthon Sunarcia (2012 - )
: Lanywati Adinata (2008 - 2012)
Yoedono Goeinawan (2012 – 2016)
Lim Halim Santoso (2016 - )
Sekretaris
Bendahara
Hampir semua pembina, pengawas, dan pengurus ini adalah alumni Sekolah Pa Hoa,
Sekolah Jajasan Pendidikan dan Pengadjaran (JPP), dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 19
Jakarta sampai lulusan tahun 1979. Gedung tiga sekolah itu adalah sama yakni di Jalan Perniagaan
31 Jakarta dan di Jalan Blandongan Jakarta. Sekalipun berasal dari tiga sekolah namun sekolah-
sekolah itu termasuk ke dalam rumpun Sekolah Pa Hoa.
Peralihan dari Sekolah Pa Hoa ke Sekolah JPP pada tahun 1957 menyebabkan mereka bersekolah
di Sekolah Pa Hoa tetapi lulus di Sekolah JPP. Demikian pula peralihan dari Sekolah JPP ke Sekolah
Negeri (SMAN 19, SMPN 63 dan 69, serta SD Perniagaan) pada tahun 1966-1967 menyebabkan
mereka bersekolah di Sekolah JPP tetapi lulus di SMAN 19 Jakarta sampai terakhir pada tahun 1979.
Itulah sebabnya ada kalanya terdapat jalinan di antara Sekolah Pa Hoa dan Sekolah JPP serta terdapat
jalinan juga di antara Sekolah JPP dengan SMAN 19 Jakarta sampai tahun 1979. Ada kalanya juga
tiga-tiganya disebut sebagai Sekolah Pahoa sehingga Sekolah JPP dan SMAN 19 sampai lulusan
tahun 1979 dianggap dan disebut juga sebagai Sekolah Pa Hoa.
Di dalam buku ini, sekolah lama ditulis sebagai Pa Hoa dengan dua kata terpisah seperti yang ditulis
pada saat itu dan sekolah baru ditulis sebagai Pahoa dengan satu kata seperti yang ditulis sekarang.
Dan yang dinamakan Sekolah Pa Hoa, sebenarnya secara resmi, adalah Sekolah Tiong Hoa Hwe
Koan Jakarta.
Menurut Proyek 6, buku ini akan menjadi arsip dan sejarah serta menjadi informasi bagi siswa, guru,
dan karyawan dari keluarga besar Sekolah Terpadu Pahoa (Dali Santun Naga).
x
PEMBINA
YPP PAHOA
1
L ahir di Jakarta ketika Perang Dunia Kedua
sedang berkecamuk, Soetjipto Nagaria
梁世桢 bertumbuh dalam keluarga yang
rukun. Di tengah kehidupan yang sulit karena
perang, kedua orang tuanya mendidik Soetjipto
dan kelima saudaranya dengan ajaran Konfusius
dan semangat patriotik. Karena itu keluarga ini
sanggup bertahan ketika sang ayah, Liong Sit
Joe, ditahan tentara Jepang.
Kini Soetjipto dikenal luas sebagai
pengusaha yang piawai. PT Summarecon Agung
yang didirikannya pada akhir tahun 1975 telah
tumbuh menjadi perusahaan raksasa di bidang
properti. Soetjipto Nagaria masuk dalam daftar
orang terkaya di Indonesia, selama lebih dari 10
tahun, di sekitar 100 orang teratas.
Keberhasilan Soetjipto tidak terlepas SOETJIPTO NAGARIA
dari pendidikan yang diperoleh dari orang
tuanya. Sarjana Teknik Kimia dari Institut Selain berdagang, Nio Hoey Oen aktif
Teknologi Bandung (ITB) ini mewarisi jiwa dalam berbagai kegiatan sosial. Nio Hoey Oen
berdagang dan jiwa sosial, tidak hanya dari juga dipercaya oleh pemerintah Hindia Belanda
ayahnya tetapi juga dari kakek dan kakek menjabat sebagai salah satu kapitan di Batavia.
buyutnya. Selain itu, pendidikan di sekolah Ia menerima jabatan itu secara resmi pada bulan
juga mempunyai andil besar bagi keberhasilan Januari 1913. Atasan para kapitan adalah mayor
Soetjipto selama ini. Pengusaha kondang yang Batavia. Belanda membangun struktur jabatan
lahir di Jakarta pada Desember 1940 ini tidak Kongkoan yang dipangku oleh orang Tionghoa
melupakan sedikit pun jasa Sekolah Pa Hoa dan untuk mengurus soal sehari-hari dari masyarakat
ITB. Dari kedua lembaga pendidikan ini Soetjipto Tionghoa. Dengan struktur jabatan tersebut
tidak hanya menimba ilmu pengetahuan tetapi masyarakat Tionghoa di Batavia dikepalai oleh
juga nilai-nilai kehidupan. seorang Mayor, 4 orang Kapitan, dan 8 orang
Letnan. Pada tanggal 17 Maret 1900, bersama
Sebuahbuku biografi berjudul “Pancaran dengan 20 perantau asal Tiongkok, Nio Hoey
Cahaya Tujuh Generasi” bercerita tentang Oen mendirikan Tiong Hoa Hwe Koan (THHK),
perjalanan keluarga besar Soetjipto yang sampai sebuah perkumpulan warga Tionghoa di Batavia.
hari ini telah mencapai tujuh generasi. Generasi Setahun kemudian yaitu pada tahun 1901,
pertama adalah Liong Cai Cen dan generasi THHK mendirikan Sekolah Pa Hoa di Batavia.
ketujuh adalah keenam cucu Soetjipto. Cucu Nio Hoey Oen mengabdi sebagai wakil presiden
pertama berusia 18 tahun saat ini (tahun 2022). perkumpulan itu selama 12 tahun.
Dikisahkan dalam buku yang terbit tahun 2012
itu, Liong Cai Cen datang sendiri dari Tiongkok
ke Batavia pada abad 19 atau sekitar tahun
1830. Anaknya yang bernama Liong Ying Tang
(Nio Hoey Oen) menjadi pengusaha sukses.
3
Di tengah kesibukan mengurus Selanjutnya, jiwa dan semangat
perusahaan-perusahaannya, Nio Hoey Oen mengembangkan pendidikan bagi kaum muda
pada tahun 1906 ikut mendirikan Tiong Hoa mengalir ke Liong Sie Tjin (Soetjipto Nagaria),
Siang Hwee, suatu asosiasi dagang yang setara generasi kelima keturunan Cai Cen. Soetjipto
dengan Kamar Dagang Indonesia. Ia menjabat memainkan peran penting dalam pendirian
sebagai ketua kamar dagang untuk periode kembali Sekolah Pahoa yang ditutup oleh
kedua selama satu periode (pada waktu itu satu Pemerintah Orde Baru pada tahun 1966.
tahun). Berlokasi di Gading Serpong, Tangerang, Sekolah
Pa Hoa yang dihidupkan lagi dan dibangun
Juga pada tahun 1908, Nio Hoey dengan bangunan sembilan lantai itu diberi
Oen memimpin rombongan 38 siswa sekolah nama Sekolah Terpadu Pahoa.
Tionghoa dari Batavia ke sekolah Jinan di kota
Nanjing di Tiongkok. Kelak setelah pulang ke Terima kasih kepada Soeseno Boenarso
Batavia, siswa-siswa tersebut berkembang
di berbagai bidang sebagai profesional atau Soetjipto mengetahui peran penting
pimpinan perusahaan yang handal. Dua belas kakek buyutnya dalam bidang pendidikan di
tahun Nio Hoey Oen menjadi tokoh dominan di Hindia Belanda itu baru pada awal tahun 2000-
perkumpulan THHK Batavia. Selain itu, Nio Hoey an. Pada waktu itu keinginan mendirikan kembali
Oen juga mengambil peran yang sangat penting Sekolah Pa Hoa sedang menguat di kalangan
dalam pendirian de Techniche Hoogeschool te para alumninya.
Bandoeng yang kelak bernama Institut Teknologi
Bandung (ITB). Nio Hoey Oen dan dua warga Soetjipto meresapi anjuran Soeseno
Tionghoa lainnya termasuk dalam tim 13 orang untuk membangun kembali Sekolah Pa Hoa
yang ikut menjadi pendiri sekolah tinggi teknik yang kemudian berdiri di kawasan Summarecon
tersebut. Sepuluh orang lainnya termasuk orang di Gading Serpong. Setelah berunding dengan
Belanda dan Bumiputera. Nio Hoey Oen dan keluarga di rumah dan juga berbicara dengan
kedua rekan Tionghoanya menjadi tim pencari Suryono Limputra, maka diambillah keputusan
dana dari orang Tionghoa perantauan (overseas besar untuk membangun kembali Sekolah
Chinese) dan mereka berhasil. Pahoa. Dalam pertemuan alumni yang dihadiri
Soetjipto, Ketua Perkumpulan Pancaran Hidup
De Techniche Hoogeschool te Bandoeng Soeseno memberi buku Peringatan 40 Tahun
yang secara resmi berdiri pada tahun 1920 itu Tiong Hoa Hwe Koan Batavia yang menyebut
dimaksudkan untuk mendidik tenaga-tenaga nama Nio Hoey Oen sebagai salah satu pendiri
teknik yang semakin langka akibat Perang Dunia Sekolah Pa Hoa. Artikel itu menghentak lubuk
Pertama. Mahasiswa-mahasiswa angkatan hati Soetjipto. “Jangankan ITB, saya juga baru
pertama berjumlah 28 orang yang terdiri dari tahu melalui tulisan majalah itu bahwa kakek
warga negara Belanda, warga Bumiputera, buyut saya adalah salah satu pendiri Sekolah Pa
dan empat warga Tionghoa. Presiden pertama Hoa,” kata Soetjipto.
Republik Indonesia, Soekarno, termasuk
angkatan kedua. Aneka informasi ini dapat Jadi, selama 12 tahun di Sekolah Pa Hoa
ditemukan di dokumen Arsip Nasional. dan lima tahun berkuliah di ITB, Soetjipto tidak
tahu bahwa salah satu pendiri kedua lembaga
Semangat Nio Hoey Oen memajukan bergengsi tersebut adalah kakek buyutnya
Sekolah Pa Hoa turun kepada anak dan cucunya sendiri, Nio Hoey Oen. Soetjipto tidak pernah
yang bernama Liong Njoek Ki dan Liong Sit Joe. mendengar kisah itu dari sang ayah, Liong
Keduanya juga pernah masuk dalam jajaran Sit Joe. Melihat tulisan di buku Peringatan 40
pengurus perkumpulan THHK itu.
4
Tahun tersebut,“ saya jadi tahu semuanya,” Namun ini juga mengingatkannya bahwa
kata Soetjipto. Hal ini menyebabkan hati lembaga pendidikan ini akan terus menghadapi
Soetjipto terhentak dan karena itu semangatnya tantangan-tantangan zaman.
menggebu-gebu untuk mengembangkan apa
yang sudah diletakkan oleh leluhurnya sebagai Di samping kesibukannya di
dasar yang mulia. Summarecon, Soetjipto hampir tidak pernah
absen dalam rapat-rapat rutin di Yayasan
Soetjipto sangat berterima kasih Pendidikan dan Pengajaran Pahoa. “Di dalam
kepada Soeseno yang telah memberinya buku rapat, biasanya, Pak Soetjipto jarang berbicara,”
Peringatan 40 Tahun tersebut. Pada saat itu kenang rekannya, “Pak Soetjipto berbicara ketika
Soeseno sedang gigih mendorong para alumni mengambil keputusan penting.” Yang banyak
Pa Hoa mendirikan kembali almamater yang berbicara adalah istrinya Liliawati Rahardjo yang
legendaris itu. Di lain pihak, Soeseno tidak akan juga ikut dalam rapat.
melupakan sambutan hangat Soetjipto atas
rencana mendirikan kembali Sekolah Pa Hoa. Peran serta aktif Soetjipto dan
keluarganya dalam menghidupkan kembali
Dengan dukungan Soetjipto dan banyak Sekolah Pa Hoa sangat dihargai oleh para
alumni Pa Hoa yang lain, Yayasan Pendidkan dan alumni. Kepada mereka Soetjipto berkata,
Pengajaran Pahoa akhirnya berdiri pada tanggal “Semua alumni telah menikmati pendidikan Pa
31 Januari 2008. Setelah diresmikan berdirinya Hoa, maka adalah wajar kita kembalikan apa
pada tanggal 17 Maret 2008, Sekolah Terpadu yang telah kita nikmati kepada almamater kita.”
Pahoa mulai membuka pintu sekolah pada bulan Ia bangga pada para alumni yang bergandengan
Juli 2008 di atas lahan PT Summarecon Agung di tangan mendukung pendirian kembali Sekolah
Gading Serpong. Terpadu Pahoa dalam segala bentuk.
Sekolah Terpadu Pahoa dibangun di “Peranan Soetjipto dengan
atas dua lahan dengan luas total 48.150 meter
persegi. Di atas Lahan pertama berdiri gedung menyediakan lahan di Gading Serpong serta
untuk SD, SMP, dan SMA, sedangkan di atas
lahan kedua dibangun gedung untuk Kelompok dana pembangunan adalah sangat penting
Bermain dan TK. Luas bangunan seluruhnya
mencapai 64.346 meter persegi. karena tanpa lahan dan dana tidak akan ada
Sekolah Terpadu Pahoa menekankan gedung sekolah,” kata rekannya di Yayasan
pendidikan trilingual – bahasa Indonesia,
Tionghoa, dan Inggris. Pada awal tahun Pendidikan dan Pengajaran Pahoa. “Bahkan,”
2022 jumlah siswa mencapai hampir 4.000
orang. Selain itu ditekankan juga pendidikan lanjut rekannya, “di dalam suatu rapat panitia
moral berdasarkan ajaran Konfusius dan
pengembangan metode pembelajaran pembangunan sekolah di Rektorat Universitas
matematika untuk meningkatkan daya berpikir
kritis siswa. Ini semua menjadi kekhasan Tarumanagara, Pak Soetjipto menetapkan
sekaligus daya tarik sekolah ini. Berbagai pihak
tidak memperkirakan bahwa sekolah ini akan tahun 2008 sebagai awal sekolah ketika ia
berkembang pesat dalam waktu yang singkat.
menemukan bahwa panitia pembangunan
Soetjipto merasa puas melihat aneka
prestasi yang diukir Sekolah Terpadu Pahoa. sekolah merencanakan pendirian sekolah pada
5 tahun 2009.”.
Berawal dari SD Pahoa Mangga Besar
Soetjipto lahir di Gang Caiho di daerah
Kota, Jakarta Barat, ketika Perang Dunia Kedua
sedang berkecamuk. Ketika berusia kurang dari
setahun, Soetjipto dan keluarganya pindah ke
Jalan Mangga Besar. Di SD Sekolah Pa Hoa di
Jalan Mangga Besar, pelajaran yang diikutinya kepribadian anak-anak. Enam cucunya belajar
dibawakan dalam tiga bahasa: Tionghoa, Inggris, di Sekolah Terpadu Pahoa yang menekankan
dan Indonesia. Murid-murid juga mendapat pengajaran Dizigui yang merupakan bagian
pengajaran moral Konfusius. Setelah tamat SMP penting pada ajaran Konfusius. Di rumah, cucu-
Sekolah Pa Hoa di Jalan Mangga Besar, Soetjipto cucunya mempraktikkan ajaran Dizigui; misalnya
masuk bagian B (Pasti Alam), SMA Pa Hoa di mereka tidak mendahului orang yang tua
Jalan Patekoan dan tamat pada tahun 1958. ketika mengambil makanan. Ketika dipanggil,
mereka cepat menjawab dan cepat datang.
Di SMA Pa Hoa, Soetjipto sekelas Kalau berjalan, mereka tidak mendahului orang
dengan Suryono yang kelak menjadi salah satu yang lebih tua. Pada hari Minggu, Soetjipto dan
motor utama pendiri kembali Sekolah Pa Hoa. Liliawati senang memperhatikan cucu-cucunya
Di kalangan alumni, Soetjipto, Suryono, dan menghayati Dizigui dan menghafalnya.
Soeseno dikenal dengan sebutan “3S”, karena
peran kunci mereka dalam pendirian kembali Bagi Soetjipto, budi pekerti sangatlah
almamater di Gading Serpong. penting bagi kemajuan suatu bangsa. Budi
pekerti membuat manusia tidak melakukan
Di SMP Pa Hoa Mangga Besar, teman- korupsi, tidak memelihara sukuisme, menjaga
teman Soetjipto seperti Iskandar Jusuf kesopanan, dan sebagainya. Salah satu butir dari
mempunyai hobi bermain sepak bola dan ajaran moral Konfusius yang sangat menjiwai
mereka berlatih di lapangan bola di depan hidup dan karya Soetjipto adalah “komitmen.”
rumah orang tua Soetjipto. Selain sepak bola, Ketika orang bertanya apa rahasia di balik
Soetjipto juga menyenangi bola basket dan keberhasilan PT Summarecon, Soetjipto serta
tenis. Pada tahun 1960 ia masuk dalam tim bola merta menjawab “komitmen.” Kata Soetjipto,
basket sekolah untuk mengikuti kejuaraan bola “kalau kami membuat janji dengan pembeli,
basket mahasiswa se-Indonesia. kami konsisten menjaga komitmen itu. Dengan
demikian orang tahu betul jika kami berbuat
Soetjipto merasakan pentingnya janji, kami akan tepati janji itu.”
pengajaran Dizigui bagi perkembangan
6
Soetjipto berharap pengajaran Dizigui Budi pekerti sangatlah
di Sekolah Terpadu Pahoa terus ditingkatkan. penting bagi kemajuan
Harapan yang sama diungkapkan oleh sang istri, suatu bangsa. Budi pekerti
Liliawati Rahardjo, Wakil Ketua Pengurus YPP membuat manusia tidak
Pahoa Bidang Akademik dan Direktur Akademik melakukan korupsi, tidak
Sekolah Terpadu Pahoa saat ini. memelihara sukuisme,
menjaga kesopanan, dan
Tentang masa depan Sekolah Terpadu
Pahoa, Soetjipto berharap bahwa di masa- sebagainya.
masa yang akan datang siswa-siswa Pahoa
tidak hanya pandai dalam ilmu-ilmu tetapi
juga menjadi manusia-manusia yang tinggi
budi pekertinya; dan bersama-sama mereka
akan menjaga kejayaan Sekolah Terpadu Pahoa
sampai beratus-ratus tahun.
7
Tionghoa yang apik. Mimpi Suryono dan kawan-
kawan terwujud.
Tetapi yang lebih membahagiakan
Suryono dan kawan-kawan alumni Sekolah Pa
Hoa adalah mutu Sekolah Terpadu Pahoa yang
menuai pengakuan dari otoritas pendidikan,
orang tua murid, dan masyarakat umum. Jumlah
siswa KB, TK, SD, SMP, dan SMA terus bertambah
dari tahun ke tahun dan mencapai hampir
4.000 orang pada awal tahun 2022. Pada tahun
pertama, jumlah siswa Sekolah Terpadu Pahoa
hanya 255 orang. Ini adalah sebuah lonjakan
yang luar biasa, di luar dugaan para alumni dan
pihak-pihak lain.
SURYONO LIMPUTRA Sebuah surat yang diterima Sekolah
Terpadu Pahoa pada pertengahan tahun 2021
Sekitar 40 tahun lalu, Suryono Limputra makin mengukuhkan nama baik sekolah ini.
林金將 dan kawan-kawan alumni Sekolah Surat dari Dekan FISIP Universitas Indonesia itu
Pa Hoa bermimpi. Mereka berangan-angan berisi permohonan agar tim peneliti dari fakultas
melihat almamater yang mereka banggakan tersebut boleh berkunjung dan melakukan
akan berdiri kembali dalam waktu yang tidak penelitian tentang bagaimana suasana damai
terlalu lama. Kini impian mereka sudah menjadi dan harmonis dapat tercipta di Sekolah
kenyataan yaitu Sekolah Terpadu Pahoa yang Terpadu Pahoa. Kementerian Pendidikan dan
resmi berdiri di Gading Serpong pada bulan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menugaskan
Maret 2008. tim tersebut meneliti mengapa dan bagaimana
Sekolah Terpadu Pahoa telah berhasil menjadi
“Melihat apa yang tampak di depan habitus toleransi bagi siswa-siswinya yang terdiri
mata kita sekarang ini, kami merasa terharu atas berbagai etnis dan suku di Indonesia.
dan bangga. Apa yang telah tercapai hingga kini
sungguh sejalan dan bahkan melampaui apa “Ternyata Pahoa adalah sebuah sekolah
yang menjadi harapan kami sejak awal,” kata umum yang ditunjuk Kemendikbud sebagai
Suryono. sekolah percontohan habitus toleransi,” kata
Suryono.
Suryono ingat pada lahan kosong di
Gading Serpong. Sekarang lahan di pinggir Suryono adalah alumnus SMA Pa
Sungai Cisadane itu tidak lagi kosong. Sejak Hoa lulusan tahun 1958 dan dikenal sebagai
14 tahun lalu, di atas lahan itu berdiri sebuah pengusaha yang berhasil membangun grup
kompleks bangunan megah. Dari jauh terlihat bisnis bidang kelistrikan. Sebelum mendirikan
jelas tulisan “PAHOA” dengan sebaris aksara perusahaan di bidang pembuatan alat-alat listrik
seperti transformator, Suryono pernah menjadi
instalatur lisrik. Pada waktu itu, ada kalanya,
Suryono bertemu dengan Dali Santun Naga
yang juga menjadi instalatur listrik. Suryono
tidak banyak bercerita tentang perusahaannya
8
namun perusahaannya cukup besar di bidang seorang guru atau dosen, ia tidak hanya
kelistrikan. menyebut siapa, kapan, dan di mana tetapi juga
dengan penuh semangat memaparkan sebab
Ia seangkatan dengan Soetjipto Nagaria dan akibat dari setiap peristiwa. Karena itu
yang menjadi temannya sejak kecil. Soetjipto para alumni dan orang-orang lain menyebutnya
adalah pemilik Summarecon Group, salah satu “kamus berjalan.” Suryono memang pecinta
kelompok usaha ternama di Indonesia. Mereka sejarah.
belajar bersama di Sekolah Pa Hoa sampai
lulus SMA. Hal ini menyebabkan pula mereka Pada tahun 1959, Suryono dianugerahi
bersama-sama berniat untuk membangun beasiswa berikatan dinas dari Departemen
kembali Sekolah Pa Hoa yang telah ditutup pada Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk full study
tahun 1966. Suryono, Soeseno Boenarso, dan hingga meraih gelar Master of Engineering pada
Soetjipto adalah pengusaha yang berhasil di bidang studi elektroteknik di Tian Jin University,
bidang mereka masing-masing. Tiongkok. Sekembalinya ke tanah air di tahun
1964, Suryono menjalani ikatan dinasnya
Suryono lahir di Jakarta pada November sebagai PNS di Kementerian Perindustrian RI
1940. Dari pernikahannya dengan Anika sambil merangkap menjadi dosen tidak tetap
Soertjiady, ia dianugerahi lima anak dan delapan di Fakultas Teknik Universitas Trisakti hingga
cucu. Semua anaknya menamatkan pendidikan tahun 1974. Tentang kisah hidupnya, Suryono
mereka di universitas-universitas di luar negeri menuangkannya ke dalam biografi keluarga
dan kini berkarir di bidang bisnis. Suryono yang berjudul Anugerah Tiada Henti.
Selain di bidang bisnis, Suryono juga Dengan fasih Suryono bercerita tentang
mempunyai kegemaran mengunjungi berbagai kejayaan Sekolah Pa Hoa sejak berdiri pada
negara. Ia telah mengunjungi negara-negara di tahun 1901 sampai akhirnya lembaga pendidikan
Asia, Eropa, Amerika, Afrika, dan Australia. Dapat legendaris itu ditutup oleh Pemerintah Orde
dikatakan bahwa sebagian besar negara di dunia Baru pada tahun 1966. Pada waktu itu, semua
ini telah dikunjunginya. Jika ditulis tentunya hasil sekolah Tionghoa di Jakarta dan di tempat-
kunjungan itu bisa menjadi satu buku tersendiri tempat lain di Indonesia ditutup menyusul
yang cukup menarik untuk dibaca. terjadinya Gerakan 30 September 1965.
Bersama dengan Soeseno Boenarso Sesungguhnya, sebagian Sekolah Pa Hoa
dan Soetjipto Nagaria, Suryono menjadi motor pada waktu itu sudah bernama Sekolah Jajasan
utama pendirian kembali Sekolah Pahoa di Pendidikan dan Pengadjaran (JPP) yang seluruh
Gading Serpong. Soeseno adalah lulusan SMA murid-muridnya berkewarganegaraan Indonesia
Pa Hoa tahun 1965 dan seorang pengusaha yang (WNI). Pemerintah Orde Baru mengambil alih
piawai. Di kalangan alumni Pahoa, ketiganya gedung Sekolah JPP dan menjadikannya sekolah
mendapat julukan “3S” – (S)uryono, (S)oetjipto, negeri yang hidup sampai hari ini. Pada waktu
dan (S)oeseno. itu semua yang berbau Cina ditabukan pada
zaman Orde Baru.
“Kamus Berjalan” Sejak kelahirannya pada tahun 1901
hingga ditutup pada tahun 1966, Sekolah Pa Hoa
Kepada siapa pun yang mengajaknya telah melahirkan puluhan ribu lulusan. Mereka
bicara tentang Sekolah Terpadu Pahoa di Gading menggeluti berbagai profesi dan bidang usaha di
Serpong, Suryono bercerita tentang lembaga seluruh pelosok Indonesia dan di mancanegara.
pendidikan itu dengan runtut dan apik. Bagaikan Suryono mengagumi dasar-dasar pendidikan
9
moral dari tokoh besar dunia, Konfusius, yang pembangunan kembali almamater Sekolah Pa
diajarkan di almamaternya. Hoa. Melalui Perkumpulan Pancaran Hidup,
para alumni merestui penggunaan nama Pahoa
Di zaman Orde Baru, walaupun berada untuk digunakan oleh yayasan dan sekolah
di bawah tekanan yang tidak diketahui kapan yang didirikan di Gading Serpong. Dapat
akan berakhir, para alumni Sekolah Pa Hoa tetap dikatakan bahwa Perkumpulan Pancaran Hidup
bersemangat berkumpul untuk mempererat ikut menjadi pendiri Yayasan Pendidikan dan
tali silaturahmi. Pertemuan-pertemuan alumni Pengajaran Pahoa yang kemudian mendirikan
lintas angkatan digelar dengan motor utamanya Sekolah Terpadu Pahoa di Gading Serpong ini,
angkatan 1957, 1958, 1959, dan 1960. Banyak
alumni angkatan tersebut adalah tokoh-tokoh Pembangunan gedung sekolah
di berbagai bidang terutama bidang bisnis berlangsung cepat. Tahap pertama dilakukan
dan akademis. Dengan dukungan penuh dari pada awal tahun 2008 dan pada pertengahan
mereka, para alumni akhirnya membentuk tahun itu Sekolah Terpadu Pahoa menerima
Yayasan Pancaran Hidup pada tahun 1984. murid baru. Pada tahun ketiga tercatat 2.411
M. Amid – alumnus angkatan 1958 – didaulat siswa, mulai dari kelas KB-TK hingga kelas XI
menjadi Ketua Umum Yayasan. SMA. Jumlah murid bertambah sejalan dengan
selesainya pembangunan tahap ketiga.
Pertemuan-pertemuan lintas angkatan
memicu semangat berkumpul dengan jumlah Suryono dan semua alumni Sekolah
alumni yang jauh lebih besar. Dan dalam reuni Pa Hoa sangat bersyukur atas peran aktif
akbar pada tahun 2001 di Hailai Ancol, Jakarta dan dukungan penuh Soetjipto Nagaria bagi
Utara, Suryono mengetuai panitia reuni didirikannya kembali Sekolah Pa Hoa. Soetjipto
bersejarah tersebut yang dihadiri sekitar 3.000 merelakan tanah milik Summarecon untuk lokasi
alumni dari berbagai kota di Indonesia dan sekolah. Semua alumni juga memberi dukungan
bahkan dari negara-negara lain. Pada pertemuan dalam aneka bentuk, moral, dan material.
di Ancol itu, makin kuat tercetus keinginan Sejumlah dari mereka memberi dukungan dana
terpendam para alumni untuk mendirikan dalam jumlah yang sangat berarti.
kembali almamater mereka. Cita-cita mereka
akhirnya tercapai dengan berdirinya Sekolah Di Yayasan Pendidikan dan Pengajaran
Terpadu Pahoa di Gading Serpong. Pahoa, Sekolah Terpadu Pahoa, dan PT Pahoa
Suryono memegang beberapa posisi. Posisi
Di Yayasan Pancaran Hidup (YPH), tersebut antara lain menjadi anggota Pembina
Suryono pernah menjabat sebagai Ketua Umum. YPP Pahoa, Direktur Utama PT Pahoa, serta
Reuni untuk memperingati 100 tahun Sekolah pernah menjabat menjadi Ketua Pengurus YPP
Pa Hoa terjadi pada masa kepemimpinannya di Pahoa. Pada posisi-posisi tersebut, Suryono
YPH. Demikian pula di masa kepemimpinannya mengutarakan banyak pandangan dan
itu, lahir pula Perkumpulan Pancaran Hidup gagasan yang berguna bagi pengelolaan dan
yang kelak melahirkan Yayasan Pendidikan dan pengembangan Sekolah Terpadu Pahoa.
Pengajaran Pahoa dan Sekolah Terpadu Pahoa.
Surat keputusan pembentukan
panitia pembangunan kembali Sekolah Pa Hoa Mewarisi Falsafah Sekolah Pa Hoa
diterbitkan oleh Perkumpulan Pancaran Hidup
pada masa Soeseno Boenarso menjabat sebagai Sejak semula, Suryono, Soetjipto, dan
Ketua Umum. Oleh karena itu Perkumpulan Soeseno bertekad bahwa Sekolah Pa Hoa yang
Pancaran Hidup sangat berperan di dalam akan dibangun harus mewarisi falsafah dan
tujuan pendidikan almamater Sekolah Pa Hoa.
10
Sekolah yang akan dibangun itu merupakan berbahasa Tionghoa sehingga berbagai masalah
terusan dari Sekolah Pa Hoa yang didirikan pada yang berkaitan dengan guru-guru yang datang
tahun 1901 dan telah ditutup oleh Pemerintah dari Tiongkok termasuk kerja sama dengan
Orde Baru pada tahun 1966. Hebei Normal University cepat diselesaikan
melalui hubungan langsung dengan mereka
Falsafah pendidikan Pa Hoa adalah dalam bahasa Tionghoa.
bahwa peserta didik Sekolah Pa Hoa tidak hanya
dididik menjadi siswa yang menguasai ilmu Suryono berkata, “berbekal falsafah dan
pengetahuan semata, melainkan juga menerima tujuan pendidikan tersebut, kami yakin bahwa
pendidikan moral dan budi pekerti yang wacana pembangunan kembali almamater
mengacu kepada ajaran Konfusius dari jenjang akan mendapat dukungan moral dan material
TK dan berlanjut terus hingga jenjang SMA; di dari sebagian besar alumni Pa Hoa.” Memang
samping pembelajaran tribahasa yang intensif, terbukti, dalam beberapa bulan saja dana
dengan tujuan agar siswa lulusan Sekolah Pa pembangunan sekolah sudah terkumpul. Pada
Hoa telah ditempa menjadi cerdas, menguasai akhir tahun 2007, pembangunan fisik sekolah
segala bidang ilmu, fasih dan terampil dalam sudah siap dimulai sehingga dapat dilakukan
tribahasa (Indonesia, Tionghoa, dan Inggris), dan pemancangan tiang pertama pada bulan Januari
berakhlak mulia. 2008.
Dalam hal ini, Suryono menyusun draf Walaupun tetap mempertahankan
visi dan misi sekolah serta minta Dali Santun statusnya sebagai sekolah nasional, Sekolah
Naga untuk memeriksanya dan kemudian Terpadu Pahoa akan terus menawarkan ke
ditetapkan sebagai visi dan misi sekolah di publik terobosan yang dilakukannya yaitu
Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Pahoa. kurikulum dengan pembelajaran tribahasa
Kemudian Suryono mengajak Dali untuk yang intensif dan pendidikan moral dan budi
bersama-sama menyusun tata nilai dan budaya pekerti yang mengacu kepada ajaran Konfusius.
sekolah. “Dalam hal tata nilai,” kenang Dali, Dengan kurikulum tersebut, Sekolah Terpadu
“saya mengusulkannya berdasarkan pilar-pilar Pahoa menjadi sekolah yang berkurikulum dan
pendidikan keterdidikan, keterpelajaran, dan bersilabus “Nasional Plus.”
keterlatihan, melalui budi pekerti, pengetahuan
ilmiah, keterampilan profesionalisme.” Telah terbukti bahwa tawaran tersebut
Memang Suryono sering mengajak Dali menuai tanggapan yang membesarkan
ketika merumuskan konsep tertulis termasuk hati dari masyarakat. Para orang tua murid
redaksinya dari suatu gagasan yang dicetuskan. melihat anaknya berperilaku lebih baik sehari-
hari setelah bersekolah di Sekolah Terpadu
Suryono itu sangat cepat bertindak Pahoa. Ditambah dengan mutu akademis
sehingga setiap gagasan langsung ditindaklanjuti Sekolah Terpadu Pahoa yang makin diakui oleh
secara nyata oleh Suryono, kenang rekannya pemerintah dan masyarakat umum, mereka
di Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Pahoa. pun terdorong menjadi orang-orang yang
Bahkan tindakan cepat ini sudah dimulai sejak menyebarkan kepada orang-orang lain tentang
persiapan pembangunan sekolah pada tahun apa yang mereka saksikan.
2007.
Kata Suryono, “Ada bukti nyata. Pada
Suryono juga sangat cepat menangkap hari-hari penerimaan murid baru, para orang tua
inti dari berbagai hal sehingga dapat datang mendaftarkan anaknya. Ketika ditanya,
dengan cepat mengambil keputusan untuk mereka menjawab bahwa kami ingin anak kami
menyelesaikan masalah yang ada. Suryono fasih
11
mendapat pendidikan moral dan budi pekerti Sekolah Terpadu Pahoa
dan bahasa Tionghoa.” tidak hanya mengajar
siswa menghafal saja buku-
Di Sekolah Terpadu Pahoa, Suryono buku pelajaran. Moto
sangat memperhatikan pendidikan budi pekerti “Belajar untuk Diamalkan”
ajaran Konfusius sampai-sampai mengundang mendorong guru dan
konsultan untuk menyusun buku pelajaran budi siswa menguji di lapangan
pekerti. Kemudian Suryono menemukan buku kebenaran isi buku-buku
Dizigui dan menetapkan buku itu untuk diajarkan
di dalam pendidikan budi pekerti. Bahkan pelajaran.
karena Dizigui itu, Suryono menjalin kerja sama
dengan Sekolah Chung Ling di Malaysia sehingga
sekolah itu menjadi sister school dengan Sekolah
Terpadu Pahoa.
Suryono juga ingin mendidik guru bahasa praktik-praktik di lapangan. Dengan demikian
Tionghoa agar pelajaran bahasa Tionghoa tidak para siswa dididik untuk menguji kebenaran
selalu bergantung kepada guru-guru yang ilmiah apapun. Dengan sikap demikian, para
didatangkan dari Tiongkok. Mula-mula Suryono, siswa akan terampil mengamalkan apa yang
sebagai Ketua Pengurus Yayasan pada waktu dipelajari di sekolah di dalam hidupnya. Bahkan
itu, mengadakan jurusan bahasa di SMA dengan mereka dapat melakukan bermacam-macam
tujuan mendidik guru bahasa Tionghoa. Karena inovasi pada kehidupan nyata. Moto “Belajar
pendidikan SMA tidak cukup untuk menjadi untuk Diamalkan” merupakan pilihan cerdas
guru dan juga ternyata siswanya tidak berniat Founding Fathers Sekolah Pa Hoa pada zaman
menjadi guru, maka sebagai gantinya Suryono dahulu.
merintis pembentukan Pahoa College Indonesia
(PCI) dari kursus bahasa Tionghoa yang ada Semua langkah maju selama ini
di Sekolah Terpadu Pahoa. Dengan bekerja mendorong Sekolah Pahoa terus berbenah
sama dengan Hebei Normal University (HNU), diri agar tetap dapat bersaing dalam hal mutu
peserta didik belajar bahasa Tionghoa di PCI dan lulusan dengan lembaga-lembaga pendidikan
meneruskan pendidikan mereka ke HNU untuk lain. Untuk itu Sekolah Pahoa menjalin kerja
lulus sebagai sarjana. sama dengan lembaga pendidikan yang
ternama di luar negeri. Sebagian lulusannya juga
Sekolah Terpadu Pahoa tidak hanya melanjutkan pendidikan mereka ke luar negeri.
mengajar siswa menghafal saja buku-buku Dengan bekal kemampuan berbahasa Tionghoa,
pelajaran. Moto “Belajar untuk Diamalkan” ada lulusan yang masuk perguruan tinggi di
mendorong guru dan siswa menguji di Tiongkok.
lapangan kebenaran isi buku-buku pelajaran. Suryono merumuskan harapannya bagi
Ilmu yang dipelajari di dalam kelas harus Sekolah Pahoa: Semoga Pahoa semakin dikenal
diuji dengan praktik-praktik di lapangan. dengan siswa-siswinya yang berjiwa Pancasila
yang berakhlak mulia, cerdas, serta membawa
Suryono menunjuk kepada sistem kemaslahatan bagi keluarganya, masyarakat, dan
pendidikan modern yang dianut Sekolah Pa Hoa negara. Untuk itu, Suryono sedang melakukan
dulu. Semua mata pelajaran sains di dalam kelas kajian untuk menyelaraskan pendidikan Dizigui
selalu diikuti dengan pelajaran praktik, baik di dengan Pancasila agar para siswa menjadi
laboratorium maupun di tempat lain. Ilmu yang warga Indonesia yang berbudi pekerti, berjiwa
dipelajari di dalam kelas harus diuji dengan Pancasila, dan setia kepada negara.
12
Jika ingin mengetahui lebih banyak tentang
kisah pendirian kembali Sekolah Terpadu
Pahoa di Gading Serpong, datanglah
kepada Soeseno Boenarso 徐胜文. Ia adalah
salah satu anggota kelompok alumni Sekolah Pa
Hoa yang mematangkan ide pendirian kembali
almamaternya. Soeseno juga adalah salah
satu tokoh kunci yang mewujudnyatakan ide
tersebut. Saat ini, Sekolah Terpadu Pahoa telah
berdiri megah di Gading Serpong, Tangerang.
Impian para alumni yang terpendam berpuluh-
puluh tahun telah menjadi kenyataan.
Sekarang ini Soeseno menjabat sebagai SOESENO BOENARSO
anggota Pembina Yayasan Pendidikan dan
Pengajaran Pahoa yang mengelola Sekolah Selama dua tahun menjabat sebagai
Terpadu Pahoa. Sebelumnya, selama 16 tahun Ketua Umum Perkumpulan, Soeseno berhasil
(2005-2021), ia menduduki jabatan Ketua Umum mewujudkan beberapa gagasan dan rencana,
Perkumpulan Pancaran Hidup. Perkumpulan ini antara lain: peralihan kepemilikan gedung
beranggotakan para alumni Sekolah Pa Hoa sekretariat Perkumpulan Pancaran Hidup
dan JPP dari semua angkatan yang kemudian di Muara Karang dari tangan M. Amid
keanggotaannya diperluas dengan alumni SMAN (Ketua Umum Perkumpulan periode I dan II
19 Jakarta sampai lulusan tahun 1979 karena tahun 1984-1991) ke PT Pahoa; penerbitan
pada waktu itu, siswanya berasal dari Sekolah majalah alumni Sekolah Pa Hoa dengan nama
JPP. Sejak awal, Soeseno melaksanakan tugas- Pioner; dan memperbanyak jumlah anggota
tugasnya tanpa pamrih di tengah kesibukannya Perkumpulan Pancaran Hidup. Semua urusan
sebagai pengusaha yang sudah dikenal luas. ini berhubungan erat dengan keinginan para
alumni untuk mendirikan kembali Sekolah Pa
Kisah Soeseno terlibat secara aktif Hoa yang sudah cukup lama dibicarakan secara
dalam pendirian kembali Sekolah Pa Hoa formal di kalangan para alumni.
bermula pada tahun 2005. Pada tahun itu ia
terpilih menjadi Ketua Umum Perkumpulan Pada tahun 2007 yaitu tahun terakhir
Pancaran Hidup untuk masa jabatan dua tahun, masa jabatan Soeseno sebagai Ketua Umum,
sampai tahun 2007, sesuai dengan ketentuan di Perkumpulan Pancaran Hidup mengubah
dalam anggaran dasar Perkumpulan. Soeseno ketentuan anggaran dasarnya tentang masa
menerima tongkat estafet ketua umum dari jabatan Ketua Umum, dari dua tahun menjadi
Suryono Limputra yang telah habis masa empat tahun. Sebelum Soeseno menerima
jabatannya. Sebelum menjadi Ketua Umum
Perkumpulan, Soeseno sudah merasakan impian
yang makin kuat di kalangan sesama alumni
Sekolah Pa Hoa untuk menghidupkan kembali
almamaternya yang legendaris itu. “Selama
dua puluh tiga tahun sebelumnya, keinginan
mendirikan Sekolah Pa Hoa tetap berupa cita-
cita yang dibicarakan saja,” kata Soeseno.
13
perpanjangan masa jabatannya, ia ditanya oleh Pertemuan di Hotel Alila
Tjiong Thiam Siong selaku Ketua Pengawas
Perkumpulan apakah ia bersedia menjabat lagi Sebagai Ketua Umum Perkumpulan,
untuk dua tahun berikutnya. Kepada Tjiong yang Soeseno pun memulai sebuah langkah awal
digelari “alumnus Pa Hoa sejati” itu Soeseno yaitu mengadakan pertemuan informal di Hotel
menjawab, “Saya ingin menjadi ketua umum Alila di Jakarta Pusat. Di sana para peserta
lagi. Saya ingin cita-cita besar tercapai yaitu pertemuan bertukar pikiran dan bersepakat
pendirian kembali Sekolah Pa Hoa.” untuk membangun kembali almamater mereka.
Untuk itu, mereka merencanakan pembicaraan-
Dengan demikian Soeseno melanjutkan pembicaraan yang lebih serius dalam
jabatannya sebagai Ketua Umum Perkumpulan pertemuan-pertemuan selanjutnya. Akhirnya
selama dua tahun berikutnya. Ia pun bertekad terjadi pertemuan di Universitas Tarumanagara.
mewujudkan impian para alumni untuk Di situ mereka mendapat julukan “Kelompok
menghidupkan kembali Sekolah Pa Hoa. Hari Kamis” karena mereka bertemu setiap hari
Soeseno sadar betul bahwa pendanaan Kamis di rektorat Universitas Tarumanagara.
merupakan kendala utama dalam mendirikan Mereka akhirnya berhasil menetapkan
kembali almamater mereka. Soeseno menjabat masterplan.
sebagai Ketua Umum Perkumpulan Pancaran
Hidup sudah selama 16 tahun. Dalam diskusi-diskusi lanjutan mereka
mendalami beberapa aspek pendirian kembali
Semangat Soeseno mendirikan kembali Sekolah Pa Hoa seperti aspek kelembagaan,
almamater makin bernyala ketika melihat lokasi sekolah, pendanaan, dan hal-hal lain
dukungan para alumni yang kian besar. Mereka seperti jadwal pemancangan tiang pertama,
termasuk Suryono Limputra, Soetjipto Nagaria, pembangunan gedung sekolah, dan pembukaan
Dali Santun Naga, Hans Kartika Hadi, Alm. Tjiong tahun pelajaran.
Thiam Siong, Alm. Touw Tjoen Han, Liong Seng
Chu, Lanywati Adinata, dan Juliana Tjandra. Salah satu pertemuan yang selalu
dikenang oleh Soeseno adalah rapat pada bulan
“Saya juga ingat Sandy Darmawan, Juli tahun 2007 di Universitas Tarumanagara,
Alm. Zhang Qi Sheng, dan Herman Kaligis. di kantor Prof. Dali Santun Naga yang pada
Secara khusus mereka menelepon saya dan waktu itu menjabat sebagai rektor universitas
bilang jangan lupa membangun kembali tersebut. Pada kesempatan itu Soeseno dan
almamater,” kenang Soeseno yang menamatkan alumni lain dari Sekolah Pa Hoa meminta Dali
pendidikannya di SMA Pa Hoa Blandongan pada menjadi Ketua Panitia Persiapan Pembangunan
tahun 1965. Kembali almamater. Dali yang adalah juga
alumnus SMA Pa Hoa angkatan tahun 1954
Pada awalnya Soeseno membayangkan menerima permohonan mereka. Para alumni
akan membeli ruko saja untuk memulai membutuhkan kepakaran Dali dalam bidang
Sekolah Pa Hoa. Bangunan yang lebih besar pendidikan dan pengetahuannya tentang
akan dipikirkan kemudian sambil melihat birokrasi pendidikan. Sebelum pertemuan
perkembangan keadaan. Tetapi Suryono lebih lanjut di Universitas Tarumanagara itu
menyarankan agar semuanya dirapatkan dulu. lokasi sekolah sudah disepakati yaitu di Gading
Ucapan Suryono membuat Soeseno berpikir Serpong.
lebih keras.
Setelah berdiskusi dalam pertemuan-
pertemuan selanjutnya, Soetjipto Nagaria yang
14
hadir pada pertemuan itu memutuskan untuk selama tiga tahun. Dukungan dana pun spontan
memajukan jadwal tahun pelajaran pertama ke datang dari sejumlah alumni Sekolah Pa Hoa dan
tahun 2008, dari ketetapan semula yaitu tahun JPP.
2009.
Soetjipto sendiri makin bersemangat
Pada awalnya, Soeseno melemparkan memberi dukungan setelah tahu bahwa kakek
gagasan bahwa Sekolah Pa Hoa yang ingin buyutnya adalah salah satu tokoh kunci yang
dibangun kembali agar berukuran sedikit lebih membangun THHK di Batavia pada tahun 1900
besar dari Sekolah Pa Hoa dulu. Namun beberapa dan Sekolah Pa Hoa pada tahun 1901. Soetjipto
orang alumni menginginkan area dan bangunan terkejut membaca tulisan dalam sebuah buku
sekolah yang “jauh lebih luas” dari almamater yang berjudul Riwayat 40 Taon THHK Batavia
dulu. Keinginan mereka tentu saja mempunyai yang ditulis oleh Nio Joe Lan. Tulisan dalam
konsekuensi pendanaan yang jauh lebih besar. buku tersebut menyebut nama kakek buyutnya
Tantangan pertama adalah mendapatkan lahan – Liong Ying Tang (Nio Hoey Oen) – sebagai
seluas yang diperlukan. salah seorang pendiri THHK Batavia dan Sekolah
Pa Hoa. Soetjipto pun makin bersemangat
Dan terjadilah sebuah “kebetulan” yang mengikuti diskusi-diskusi para alumni tentang
menentukan arah cita-cita mendirikan kembali pendirian kembali almamater mereka.
almamater. Pada tahun 2007, ketika ibu mertua
Soeseno wafat, para alumni Sekolah Pa Hoa Sebuah tabloid, Bulletin de Indische
datang melayat. Salah seorang dari mereka Universiteits-Vereeniging, terbitan Mei tahun
adalah Soetjipto Nagaria yang pada waktu itu 1914 juga mengejutkan Soetjipto. Di dalam
sudah dikenal luas sebagai pengusaha real buletin berbahasa Belanda tersebut ada kisah
estat. Soetjipto adalah lulusan SMA Pa Hoa tentang perencanaan dan pembangunan
tahun 1958, seangkatan dengan Suryono atau Technische Hogeschool (THS) di Bandung yang
tujuh tahun sebelum Soeseno menyelesaikan adalah cikal bakal Institut Teknologi Bandung
pendidikannya di SMA dari sekolah yang sama. (ITB) sekarang. Liong Ying Tang (Nio Hoey Oen),
kakek buyut Soetjipto yang jauh sebelumnya ikut
Di dalam percakapan di rumah duka mendirikan THHK Batavia dan Sekolah Pa Hoa,
itu Soeseno berkata kepada Soetjipto, “Kalau termasuk 13 tokoh pendiri THS. Bersama dengan
kita tidak membangun kembali Sekolah Pa dua tokoh Tionghoa yang lain, Phoa Keng Hek
Hoa sekarang ini, almamater kita akan menjadi dan H. H. Kan (Kan Hok Hoei), Liong Ying Tang
sejarah saja.” (Nio Hoey Oen) mencari dana untuk pendirian
technische hogeschool tersebut. Soeseno
Kalimat itu menghentak Soetjipto. mendapat tabloid tersebut dari tukang loak di
Soeseno berkata pula bahwa pengurus Jakarta pada tahun 2008 dan menyimpannya di
Perkumpulan mesti mendirikan Perseroan rak arsipnya sampai saat ini.
Terbatas (PT) agar dapat memiliki lahan dan
bangunan bagi Sekolah Pa Hoa yang akan Di luar dugaan Soeseno dan rekan-
didirikan kembali. rekan alumni, semua urusan berjalan lancar.
Pemancangan tiang pertama pembangunan
Pembicaraan mereka berujung gedung untuk Sekolah Terpadu Pahoa
pada keputusan keluarga Soetjipto yang berlangsung pada awal tahun 2008 dan
menyediakan sebidang lahan seluas 3,5 hektar pembangunan tahap pertama selesai pada
di area perumahan Gading Serpong milik PT. bulan Juni 2008. Penerimaan murid TK dan SD
Summarecon Agung. Kedua pihak menyepakati kelas 1 dimulai pada bulan Maret tahun itu juga.
harga yang pantas dan dibayar dengan mencicil
15
Dan pada tanggal 23 Juli 2008 Sekolah Terpadu seluruh dunia. Saat sekarang situasi politik
Pahoa memulai tahun pelajaran perdananya. di tanah air sangat mendukung. Kita jangan
Setahun kemudian yakni pada tahun 2009, membangun di lokasi yang lama. Kita mulai dari
Sekolah Terpadu Pahoa membuka jenjang bawah yang sesederhana mungkin. Hubungi Pak
pendidikan SMP dan SMA. Tjiong, beliau mengenal banyak alumni. Kita
harus berhasil. Berbuatlah sesuatu keberhasilan
Setelah itu jumlah murid Sekolah lagi di sisa perjalanan hidup kita.
Terpadu Pahoa terus bertambah pada semua
jenjang pendidikan yaitu TK, SD, SMP, dan Kecintaan dan kebanggaan Soeseno
SMA. Pada tahun pelajaran 2021-2022, jumlah pada almamater dan pada Sekolah Terpadu
murid Sekolah Terpadu Pahoa hampir mencapai Pahoa di Gading Serpong tak akan pudar. Di
4.000 orang. Sampai sekarang SMA Pahoa telah rumahnya terpajang rak khusus yang menyimpan
meluluskan sepuluh angkatan (2012 sampai buku-buku, tabloid-tabloid, dan aneka tulisan
dengan 2021). tentang Sekolah Pa Hoa. Ia mendapatkan
buku-buku tersebut melalui perburuannya di
Nama Sekolah Terpadu Pahoa makin Jakarta dan di berbagai negara lain. Selain buku,
dikenal luas dan mutu pendidikannya mendapat Soeseno juga menyimpan beberapa benda
pengakuan dari pemerintah, para orang tua termasuk bangku-bangku dari Sekolah Pa Hoa
murid, dan masyarakat umum. dulu yang sudah berusia seratusan tahun. Ia
membeli semuanya dengan uangnya sendiri.
Soeseno yakin kerja keras, kekompakan, Beberapa benda termasuk bangku-bangku itu
semangat, dan ketulusan jajaran Yayasan kini tersimpan di ruang Sejarah (Heritage) di
Pendidikan dan Pengajaran Pahoa dapat Sekolah Terpadu Pahoa.
mempertahankan kemajuan Sekolah Terpadu
Pahoa.
Dalam sebuah percakapan di awal tahun Pahoa menatap ke masa depan
2022, Soeseno mencurahkan perasaannya. “Saya
merasa dalam hidup ini saya sudah berbuat Soeseno melihat kemajuan Sekolah
sesuatu untuk almamater saya. Lebih dari itu Terpadu Pahoa sampai hari ini ditentukan oleh
saya merasa telah berbuat sesuatu membantu visi dan misi yang jelas. Para pemegang saham
orang banyak. Pendidikan di Sekolah Terpadu tidak menuntut dividen dari PT Pahoa. Kerja
Pahoa relatif tidak terlalu mahal,” kata Soeseno. sama yang erat dan komitmen para alumni juga
Ia juga bangga sekolah ini mendidik para murid menentukan kemajuan lembaga pendidikan ini.
menjadi manusia seutuhnya yaitu manusia yang
berilmu pengetahuan dan bermoral. Secara khusus, para alumni Sekolah
Pa Hoa mengakui peran kunci yang dimainkan
Sampai hari ini Soeseno masih selalu oleh sederetan nama antara lain Soeseno
ingat, sepucuk surat dari salah seorang alumnus Boenarso, Suryono Limputra, Soetjipto Nagaria
Sekolah Pa Hoa, bernama Lin Xi Ming angkatan dan Liliawati Rahardjo, Iskandar Jusuf, Siang
Sekolah Pa Hoa tahun 1953, yang tinggal di Hadi Widjaja, Rahman Sastra, Hendra Adidarma,
Toronto, Kanada. Surat itu berbunyi sebagai Sukanta Tanudjaja, Dali Santun Naga, Abraham
berikut: Koko Tanumihardja, Jamin Haryanto, Yoedono
Goeinawan, Anthon Sunarcia, Halim Santoso,
Saudara-saudari alumni, sudah saatnya Suhandi Sutardi, dan Alm. Liong Weng Seng.
kita membangun kembali almamater. Hubungi
alumni kita yang berhasil yang tersebar di
16
Penyair ternama Chairil Sembilan cucu di Pahoa
Anwar menggoreskan
Soeseno yang dikenal ramah ini lahir
kalimat “Aku ingin di Jakarta pada Juni 1945. Di kelas 1 SMP Pa
hidup seribu tahun Hoa, Soeseno menjadi salah seorang pengurus
lagi”. Tidak berlebihan OSIS. Jabatan ini memberinya kesempatan
apabila Soeseno berkata memimpin sekaligus mengasah wataknya untuk
“Aku ingin Pahoa hidup hidup berkelompok. Karena pandai dalam mata
beribu-ribu tahun lagi.” pelajaran matematika, Soeseno pun mengajar
matematika kepada adik-adik kelasnya pada
Soeseno mengakui keunggulan Suryono sore hari.
dan Soetjipto. Ia melihat Suryono sebagai orang
yang pintar dan “serba bisa” yang bisa seketika Bagi Soeseno, mengenang Sekolah
menjawab pertanyaan apa saja. Soetjipto Pa Hoa dulu berarti membangkitkan ingatan
dilihatnya sebagai orang yang piawai dalam kepada para gurunya. Mereka berwibawa dan
hal keuangan, strategis jangka panjang, dan karena itu para muridnya menaruh hormat
memiliki tim pembangunan yang unggul. Dan kepada mereka. Para murid menuruti apa yang
Soeseno melihat dirinya sebagai “pembelajar” dikatakan guru.
ketika berhadapan dengan kedua rekannya
tersebut. Soeseno sering bertukar pikiran dengan
istri dan anak-anaknya tentang Sekolah Pa
Salah satu tantangan yang kini dihadapi Hoa dulu dan Sekolah Terpadu Pahoa Gading
Sekolah Terpadu Pahoa adalah mencari generasi Serpong. Dari pernikahannya dengan Tjong
penerus dalam jajaran yayasan untuk memimpin Hian Tjoe, Soeseno dikaruniai empat putra dan
lembaga pendidikan ini. Yang dibutuhkan adalah 13 cucu. Sembilan dari 13 cucunya bersekolah
pemimpin yang sungguh-sungguh menjiwai Visi di Sekolah Terpadu Pahoa. Namun tiga dari
dan Misi Sekolah Terpadu Pahoa. sembilan cucu tersebut sudah pindah ke
Australia bersama orang tuanya.
“Kami sudah memulai proses regenerasi
ini. Kami membutuhkan orang-orang yang tidak Kesibukan mengelola PT Suburmitra
hanya lebih muda tetapi juga yang mempunyai Grafistama, sebuah perusahaan penyedia
hati untuk Pahoa,” kata Soeseno. Hal ini berarti layanan cetak terkemuka di Indonesia,
mereka harus sungguh-sungguh menghayati dan tidak mengendorkan gelora hati Soeseno
mengamalkan Visi dan Misi Pahoa. Ia berharap mengembangkan Sekolah Terpadu Pahoa.
para guru Sekolah Terpadu Pahoa sekarang dan Soeseno tidak pernah lupa bahwa Sekolah Pa
murid-muridnya kelak dapat menjadi pengurus Hoa telah memberinya bekal untuk menapaki
sekolah ini. jalan hidupnya. Penyair ternama Chairil Anwar
menggoreskan kalimat “Aku ingin hidup seribu
tahun lagi”. Tidak berlebihan apabila Soeseno
berkata “Aku ingin Pahoa hidup beribu-ribu
tahun lagi.”
17
beberapa alumni Sekolah Pa Hoa yang lain agar
kelak mereka mendirikan kembali sekolah itu
apabila pada suatu hari pemerintah mengizinkan
sekolah-sekolah Tionghoa dibuka lagi.
Oey Goan Tjiang, ayah Siang Hadi,
merasakan peristiwa sedih yang menimpa
anaknya. Pada tahun 1966 Pemerintah Orde
Baru menutup Sekolah Pa Hoa dan sekolah-
sekolah Tionghoa lainnya. Pada waktu itu
Pemerintah Orde Baru sedang mengadakan
pembersihan menyusul Peristiwa G 30 S. Murid-
murid yang sekolahnya ditutup sangat terkejut
dan sedih karena mereka tidak tahu mengapa
sekolah mereka ditutup. Mereka tidak tahu apa-
apa tentang politik.
SIANG HADI WIDJAJA Kelak kejadian yang menimpa Sekolah
Pa Hoa justru mempertebal rasa berutang budi
Ucapan ayahnya berpuluh-puluh tahun Siang Hadi kepada almamaternya itu. Sampai
lalu akhirnya membuka hati Siang Hadi sekarang, di tengah kesibukannya sebagai
Widjaja 黄志祥 lebar-lebar bagi Sekolah pengusaha, Siang Hadi selalu meluangkan
Pa Hoa, almamaternya. Kini Sekolah Pa Hoa yang waktu untuk mengikuti rapat-rapat pengurus
awalnya dibangun pada tahun 1901 berdiri lagi di Sekolah Terpadu Pahoa. Pada masa pandemi
dengan megah di Gading Serpong, Tangerang, Covid-19 pun ia setia hadir dalam rapat-rapat
dengan nama baru: Sekolah Terpadu Pahoa. secara daring.
“Dalam rapat-rapat, pembina,
pengawas, pengurus yayasan selalu memberikan
masukan dan pandangannya. Saya lebih banyak
memberikan pandangan mengenai keuangan,”
kata pria yang dikenal santun dan ramah ini.
Siang Hadi bergandengan tangan dengan Tentang Sekolah Pa Hoa dan pendidikan
para alumni Sekolah Pa Hoa mendirikan Sekolah pada umumnya, Siang Hadi selalu ingat akan
Terpadu Pahoa, mulai dari tahap perencanaan kegiatan ayahnya membiayai anak-anak tak
dan pembangunan gedung sampai saat ini. mampu agar dapat bersekolah di Sekolah Pa
Sekarang Siang Hadi duduk sebagai anggota Hoa. Oey Goan Tjiang sempat menjadi semacam
Pembina Yayasan Pendidikan dan Pengajaran ketua Board of Funding Sekolah Pa Hoa di Jalan
Pahoa. Patekoan. Ia tidak tega melihat anak-anak tidak
dapat mengenyam pendidikan karena tidak ada
“Saya masih ingat, ketika Sekolah Pa biaya, seperti yang dialaminya dulu.
Hoa ditutup, ayah berkata bahwa ia selalu
berkeyakinan suatu hari kelak pasti sekolah akan Di dunia bisnis, nama Siang Hadi tidak
dibuka kembali dan berjalan normal,” kata Siang asing lagi. Ia sukses membangun sejumlah
Hadi. perusahaan di aneka sektor. Pada tahun 1982
ia mendirikan PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk
Tidak lama sebelum meninggal, ayah yang bergerak dalam industri formalin dan
Siang Hadi berpesan lagi kepadanya dan kepada
18
lem. Produk-produk ini dipakai untuk keperluan administrasi bisnis. Ia tamat dari college ini pada
industri plywood. Selain itu, Siang Hadi juga tahun 1973.
memasuki bidang-bidang usaha lain seperti
bisnis properti, bisnis asuransi (PT Asuransi Pendidikan di Sekolah Pa Hoa sangat
Buana Independent), bisnis sewa guna usaha membantu Siang Hadi belajar di Singapura.
dan pembiayaan (PT Buana Finance), dan Bahasa Tionghoa dan Inggris serta juga
bisnis pertambangan batubara serta timah. matematika sangat membantunya menyerap
Bisnisnya maju karena manajemen perusahaan- pelajaran-pelajaran yang ada. Tentang hal ini,
perusahaan diserahkan ke tangan para Siang Hadi tidak merasa heran karena Sekolah
profesional. Pa Hoa terkenal kuat dalam bahasa Tionghoa,
Inggris, dan Indonesia.
Dari Bandung ke Jakarta
Setelah tamat dari Ngee Ann College,
Siang Hadi lahir di Bandung pada Siang Hadi langsung pulang ke Jakarta.
April 1950. Saat masih bayi, orang tuanya Pikirannya diselimuti obsesinya meneruskan
membawanya pindah ke Jakarta. usaha ayahnya. Maka ketika sampai di Jakarta
Siang Hadi langsung membantu ayahnya.
Di Jakarta, Siang Hadi masuk Sekolah
Pa Hoa di Jalan Patekoan (kini Jalan Perniagaan) Pada pertengahan tahun 1980-an Oey
di Jakarta Barat, mulai dari Taman Kanak-Kanak Goan Tjiang mengundurkan diri dari dunia bisnis.
pada tahun 1956. Pada tahun 1960 ia pindah Siang Hadi pun mengambil alih seluruh kegiatan
ke Sekolah Pa Hoa Blandongan, juga di Jakarta usaha ayahnya. Ia juga mendirikan perusahaan
Barat. Ia pindah sekolah karena pada waktu itu baru, PT Duta Pertiwi Nusantara, yang disusul
ia berstatus WNA, mengikuti ayahnya, Oey Goan dengan beberapa perusahaan lain.
Tjiang. Siang Hadi duduk di kelas 1 SMA Pa Hoa
di Blandongan ketika sekolahnya ditutup pada Sekolah Terpadu Pahoa
tahun 1966. Di SMA, teman-teman dekat Siang
Hadi yang juga sekelas dengannya termasuk Di samping pelajaran bahasa Indonesia,
Yoedono Goeinawan dan Anthon Sunarcia. Saat Tionghoa, dan Inggris, Sekolah Terpadu Pahoa
ini Yoedono menjabat sebagai Ketua Pengurus juga menekankan pengembangan pembelajaran
Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Pahoa, matematika. Para pengurus sekolah ini
sedangkan Anthon duduk sebagai Sekretaris berkeyakinan bahwa matematika mengasah
pengurus yayasan. logika dan critical thinking para siswa.
Oey Goan Tjiang adalah pengusaha Di mata Siang Hadi, pendidikan di
terkenal yang memiliki beberapa usaha Indonesia sekarang ini sudah sangat maju.
termasuk Bank Buana. Kelak kepemilikan bank Pelajaran matematika di sekolah-sekolah di
ini beralih ke tangan The United Overseas Bank Indonesia tidak kalah dengan pelajaran yang ada
(UOB), Singapura. Perhatian Oey Goan Tjiang di luar negeri.
pada dunia bisnis tidak membuatnya lupa akan
pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Khusus tentang bahasa Tionghoa dan
bahasa Inggris, Siang Hadi melihat bahwa
Karena itu, setelah Sekolah Pa Hoa sekarang ini keterampilan dalam kedua bahasa
ditutup, Oey Goan Tjiang mengirim Siang Hadi tersebut sangat dibutuhkan. Sekarang ini
ke Singapura untuk melanjutkan sekolahnya teknologi terus maju dengan sangat pesat
di sana. Siang Hadi tamat SMA di Singapura terutama di Tiongkok. Program “One Belt One
pada tahun 1970. Dari SMA ia masuk Ngee Road” yang diluncurkan oleh Tiongkok telah
Ann College, juga di Singapura, untuk belajar
19
berkembang di benua Eropa dan Afrika. “Investasi alumninya. Siang Hadi memberi contoh:
Tiongkok di Indonesia bertambah terus. Maka Para pembina, pengawas, pengurus Yayasan
dengan menguasai bahasa Tionghoa dan Inggris, Pendidikan dan Pengajaran Pahoa selalu sehati
murid-murid Pahoa akan mempunyai advantage walaupun kadang-kadang berbeda pikiran
lebih dibandingkan dengan murid-murid sekolah atau pandangan. Mereka berembuk jika ada
lain,” kata Siang Hadi. perbedaan pendapat dan dengan demikian
mereka sampai pada keputusan-keputusan yang
Sekolah Terpadu Pahoa juga perlu diterima oleh semua pihak. Sekolah Pa Hoa dulu
menyiapkan para siswa mengikuti perkembangan berhasil menanamkan pada diri para muridnya
dan kemajuan teknologi Artificial Intelligence jiwa sosial dan semangat berkorban.
and E-Commerce. Karena itu Siang Hadi melihat
bahwa sekolah harus menyiapkan fasilitas yang Siang Hadi berharap para alumni
cukup bagi murid-murid untuk berkembang Sekolah Terpadu Pahoa juga akan menghayati
maju lebih cepat dan lebih baik. semangat yang sama berkat pelajaran Dizigui.
Dan pada kenyataannya, hal itu sudah terjadi
Selain itu, sama seperti di Sekolah Pa Hoa demikian. Beberapa orang alumni Sekolah
dulu, Sekolah Terpadu Pahoa juga menekankan Terpadu Pahoa memberi kesaksian betapa
pelajaran budi pekerti yang berdasarkan ajaran sikap dan perilaku mereka “berbeda” dengan
Konfusius. Siang Hadi sangat mendukung sikap dan perilaku lulusan dari sekolah lain.
kebijakan ini. Ia sungguh-sungguh merasakan Contohnya adalah setelah mendengarkan
pengaruh pelajaran budi pekerti pada sikap dan kuliah di perguruan tinggi, mereka yang lulusan
perilaku para alumni Sekolah Pa Hoa. Di Sekolah Sekolah Pahoa merapikan kembali kursinya
Pa Hoa dulu pelajaran budi pekerti bernama sedangkan mahasiswa-mahasiswa yang lain
pelajaran Gong Min sedangkan di Sekolah tidak melakukan hal yang sama.
Terpadu Pahoa pelajaran itu disebut pelajaran
Dizigui. Siang Hadi juga merasa beruntung “Saya sangat bersyukur dan bangga
bahwa mendiang ayah dan ibunya mendidik dengan apa yang telah dicapai oleh Sekolah
anak-anaknya dengan moral etika Dizigui. Pahoa. Ini semua adalah hasil kerja keras,
kekompakan, dan jiwa sosial yang tidak mudah
Pelajaran budi pekerti yang didapat didapati pada alumni sekolah lain,” kata Siang
di Sekolah Pa Hoa dulu banyak mempengaruhi Hadi. Ia tidak mengira sama sekali bahwa
perkembangan sikap dan perilaku para Sekolah Terpadu Pahoa berkembang cepat
sehingga mencapai tingkat kemajuan sekarang
“Saya sangat bersyukur ini.
dan bangga dengan apa
yang telah dicapai oleh Sama seperti para alumni lain dari
Sekolah Pahoa. Ini semua Sekolah Pa Hoa, Siang Hadi rindu bertemu
adalah hasil kerja keras, kembali dengan sebanyak mungkin teman
kekompakan, dan jiwa se-almamater dan para mantan gurunya. Ia
sosial yang tidak mudah membayangkan nanti setelah badai Covid-19
usai, para alumni Sekolah Pa Hoa akan berkumpul
didapati pada alumni lagi merayakan HUT sekolah mereka.
sekolah lain,”
Siang Hadi menikah dengan wanita asal
Singapura yang memberinya seorang putri. Istri
dan anaknya lebih banyak menetap di Singapura
dan sekali-sekali datang ke Indonesia.
20
Boleh jadi Sukanta Tanudjaja 陈大江
adalah salah seorang alumnus Sekolah
Pa Hoa yang paling tua yang masih hidup
saat ini. Pada awal tahun 2022 usianya sudah
mencapai 97 tahun. Sementara itu di Bandung
terdapat juga alumnus Sekolah Pa Hoa yang
bernama Yo Tjin Hoa 杨震华 yang sudah
merayakan ulang tahun ke-100 pada Juni 2021.
Mereka merupakan murid Sekolah Pa Hoa pada
waktu sebelum Perang Dunia Dua.
Sukanta masih suka membaca dan
mengkliping koran-koran. Kesenangannya
membaca terpelihara sejak usia muda yaitu
setelah Sukanta berhenti bersekolah di Sekolah
Pa Hoa. Ia juga masih menonton televisi dan
menyimak berita-berita.
“Sampai sekarang Pak Sukanta masih SUKANTA
sering berkumpul dengan keluarga pada hari TANUDJAJA
Minggu setelah pulang gereja,” kata orang
dekatnya. Pada hari raya Natal, Imlek, dan Cap
Go Meh mereka biasa berkumpul dan makan
bersama di restoran. Sejak awal pandemi
Covid-19 Sukanta tinggal di Singapura.
Sukanta lahir di Hokkian, Tiongkok pada resmi berdiri pada awal tahun 2008 dengan
September 1925. Anak-anak dan cucu-cucunya dukungan penuh dari para alumni Sekolah Pa
mengenal Sukanta sebagai pribadi yang sangat Hoa dulu. Sukanta tetap melestarikan cintanya
berdisiplin, baik di rumah bersama keluarganya pada almamaternya dan kesetiaannya kepada
maupun di tempat kerja. Ia betul-betul mengatur sesama alumni Pa Hoa. Bahkan penandatangan
waktunya untuk pergi tidur dan bangun tidur. berdirinya Yayasan Pendidikan dan Pengajaran
Dari pernikahannya dengan Chiam Yok Kee, Pahoa pada tanggal 31 Januari 2008 di hadapan
Sukanta mempunyai 9 anak dan 18 cucu. Mereka notaris Fifi Wangsadiputra dilakukan di kantor
tinggal di Amerika, Tiongkok, Selandia Baru, dan Sukanta.
Indonesia.
Pendidikan Sekolah Pa Hoa dulu,
Watak penuh disiplin Sukanta bertumbuh khususnya guru-gurunya dan teman-temannya,
dan ditempa oleh perjalanan hidupnya yang meninggalkan kesan yang mendalam pada diri
penuh perjuangan. Ia suka berbagi pengalaman Sukanta. Sekolah Pa Hoa memberinya bekal
hidupnya dengan anak-anak dan cucu-cucunya, untuk menapaki jalan hidupnya. Berkat bekal
termasuk tentang kisahnya bersekolah di pendidikan dan ketekunannya Sukanta akhirnya
Sekolah Pa Hoa. tercatat sebagai usahawan yang piawai. Ia
mendirikan sejumlah perusahaan termasuk
Sukanta memberi donasi yang sangat PT Sinar Sahabat, PT Kanisatex, PT Great River
berarti bagi pendirian kembali Sekolah Pa Hoa International, PT Bridgestone Tire Indonesia,
di Gading Serpong. Sekolah di Gading Serpong dan Bank Bali.
ini bernama Sekolah Terpadu Pahoa yang
21
Salah satu kunci keberhasilan Sukanta Ia pun pulang ke orang tuanya di
dapat disimak melalui kata-kata bijak yang sering Purwakarta dan membantu usaha menjahit milik
diungkapkan kepada anak-anaknya, sebagai ayahnya. Pada waktu itu daerah Purwakarta
berikut: sudah dikenal sebagai lumbung beras.
“Kalau ada konflik atau friksi, kita harus Di Purwakarta ada seorang lelaki yang
mau mengalah untuk menang. Dengan begitu namanya melekat di hati Sukanta sampai hari
hoki akan datang. Kalau tidak mau mengalah, ini. Ia bernama Sahari yang sehari-hari bekerja
hoki akan meninggalkan kita. Kita harus cincai, sebagai pedagang roti di Kampung Meracang.
tidak boleh bersikeras untuk menang,” kata Sukanta ingat bagaimana ia dan keluarga lari
Sukanta. dan berlindung di rumah Sahari ketika toko-
toko di sepanjang lokasi mereka berusaha
Pesannya lagi, “Hubungan dengan relasi- dijarah oleh penduduk. Pendudukan Jepang
relasi tidak boleh semata-mata untuk mencari telah menyebabkan kekacauan dan penderitaan
uang tetapi demi persahabatan. Persahabatan sosial ekonomi karena tidak ada pemerintahan
harus dipelihara sampai maut memisahkan.” yang berfungsi. Perlindungan yang didapatkan
oleh Sukanta sekeluarga dari keluarga Sahari
Purwakarta tempat gemblengan mengajarkannya tentang kasih dan hubungan
baik dengan sesama. Dalam hidup ini pergaulan
Sukanta lahir di Hokkian, Tiongkok. manusia tidak boleh membeda-bedakan latar
Ayahnya bernama Tan Beng Hian dan kakeknya belakang apapun.
bernama Tan Seng Tjee. Ayahnya lulusan sekolah
Sin Ming School angkatan pertama, dan selama Kekacauan dan penutupan toko-toko
tiga tahun menjadi guru di sekolah itu, juga di pada zaman Jepang menyebabkan ayah Sukanta
Hokkian. Sukanta yang bernama asli Tan Tay sakit-sakitan. Ayahnya akhirnya meninggal dunia
Kang adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. setelah dirawat di rumah sakit di Bandung di
tempat paman Sukanta tinggal.
Teng Beng Hian datang ke Indonesia dan
tinggal di Purwakarta, Jawa Barat. Di kota kecil Sepeninggal ayahnya dan dengan bantuan
itu ia membuka toko yang bernama “Lam Hoat”. pamannya, Sukanta dan kakaknya dapat
Kerja kerasnya menghasilkan buah. Lam Hoat membangun kembali usaha ayahnya dari nol.
dikenal sampai di luar Purwakarta. Nama Toko Lam Hoat telah lama terukir di hati
masyarakat Purwakarta dan daerah-daerah
Namun di waktu kecil Sukanta tidak tinggal di sekitarnya. Ayah Sukanta selalu berusaha
di Purwakarta bersama orang tuanya. Ia tinggal menjaga mutu jualannya dan menetapkan
bersama dengan kakeknya di Batavia (Jakarta) harga yang layak bagi para pelanggan. Mereka
di tempat ia masuk SD Pa Hoa dengan harapan termasuk orang-orang dari kalangan menengah
akan terus belajar di sekolah yang sama sampai dan atas.
lulus SMA.
Keluarga Sukanta termasuk orang-
Perang Dunia Kedua dan pendudukan orang yang beruntung. Mereka mengenal dr.
Jepang di Indonesia mengakhiri perjalanan Leimena yang kelak menjadi pahlawan nasional
pendidikan Sukanta. Tentara Jepang menduduki Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang dr.
Pulau Jawa dan sekitarnya pada bulan Maret Leimena menjadi direktur Rumah Sakit Bayu
1942. Mereka menjadikan Sekolah Pa Hoa Asih di Purwakarta. Ia selalu memesan dari
tempat tahanan tentara Australia. Karena Toko Lam Hoat pakaian bagi dirinya dan anak-
sekolahnya ditutup maka Sukanta pun berhenti anaknya. Banyak orang penting lain menjadi
bersekolah.
22
“Hubungan dengan Sukanta sejak usia remaja mengumpulkan
relasi-relasi tidak boleh kliping-kliping surat kabar dan foto-foto yang
berhubungan dengan kegiatan kakeknya. Untuk
semata-mata untuk mengenang jasa-jasa kakeknya, Yayasan Tan
mencari uang tetapi Seng Tjee meluncurkan sebuah buku pada tahun
demi persahabatan. 1996.
Persahabatan harus
dipelihara sampai maut Pemulihan hubungan dengan Tiongkok
memisahkan.” Dengan pengalaman yang panjang
dan jaringan pergaulannya yang luas Sukanta
pelanggan toko tersebut. Mereka termasuk mendirikan CV Sahabat di Pintu Kecil, Jakarta
orang-orang yang pakaiannya sebelumnya biasa Barat. Ia bekerja sama dengan beberapa teman
dijahit di Batavia. asal Purwakarta. Perusahaan ini adalah cikal
bakal PT Sinar Sahabat. Mereka juga mendirikan
Setelah merdeka pada tanggal 17 Agustus PT Kanisatex, PT Great River Garment Industries,
1945, Negara Republik Indonesia memasuki PT Bridgestone Tire Indonesia, dan Bank Bali.
zaman revolusi untuk mempertahankan
kemerdekaannya melawan Belanda yang Saat ini, menatap sejarah hidupnya,
ingin menjajah kembali. Pada zaman revolusi Sukanta boleh berbangga. Satu sumbangan
dan setelahnya pakaian tentara dari Badan sangat berarti yang telah diberinya bagi
Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan negerinya, Indonesia, adalah perannya dalam
Rakyat (TKR), Tentara Nasional Indonesia (TNI), pemulihan hubungan Indonesia dan Tiongkok.
dan laskar-laskar pejuang dijahit di Toko Lam Hubungan diplomatik kedua negara terjalin
Hoat. Kelak, banyak jenderal dan pejabat tinggi kembali pada tahun 1989 setelah terputus
Indonesia berasal dari Purwakarta. Bersama itu selama 22 tahun menyusul Gerakan 30
Sukanta bertumbuh menjadi lelaki pekerja keras September 1965.
dan mempunyai pergaulan yang luas.
Sukanta termasuk dalam delegasi-
Rasa cinta Sukanta pada tanah air delegasi Kamar Dagang Indonesia (KADIN) yang
Indonesia mendorongnya bergabung di dalam berupaya menjalin kembali hubungan dagang
Palang Merah Tionghoa (PMT) di bawah naungan kedua negara dengan restu Pemerintah Orde
Chung Hwa Hwee Purwakarta. Ia menjadi Baru. Hubungan dagang yang terjalin kembali
anggota panitia penyambutan utusan khusus membuka jalan bagi pemulihan hubungan
pemerintah Tiongkok yang datang ke Purwakarta diplomasi antara kedua negara.
untuk menyapa masyarakat keturunan Tionghoa
di sana. Kisah panjang tentang peran KADIN
tersebut dipaparkan dalam buku berjudul
Kakek Sukanta di Batavia, Tan Seng Sukamdani SG Sejarah Perjalanan Hidup
Tjee, sangat memperhatikan kesejahteraan Meraih Prestasi. Foto-foto dalam buku tebal
masyarakat Tionghoa di kota ini. Untuk itu, ia ini menampilkan Sukanta bersama dengan
mendirikan beberapa organisasi seperti Hok para tokoh KADIN Indonesia dalam sejumlah
Kian Hwe Koan (Perkumpulan Hokkian) pada pertemuan mereka dengan para pejabat
tahun 1912 dan Balai Pengobatan Tiong Hoa Ji pemerintah serta tokoh-tokoh KADIN Tiongkok
Jok Sie Tjie Hwee pada tahun 1933. (CCPIT). Sukanta menyimpan banyak foto
dirinya dalam peristiwa-peristiwa tersebut dan
23
pertemuan-pertemuan lain yang melibatkan yang ketiga tersebut. Ia menulis: Salam untuk
banyak tokoh penting Indonesia dari lingkungan Bapak Sukanta Tanudjaja Tokoh Bangsa dan
pemerintah dan swasta. Foto-foto tersebut kawan seperjuangan saya. Semoga selalu dalam
tersimpan baik di lemari pajang dan juga dalam lindungan Tuhan Y.M.E. B.J. Habibie 27.11.2008.
bentuk digital.
Sukanta pun sadar bahwa semua yang
Hubungan hati antara Sukanta dan dicapainya di dalam hidupnya tidak terlepas dari
mantan presiden BJ Habibie misalnya tercermin pendidikan ilmu dan moral yang didapatnya dari
pada memoar Habibie yang berjudul Detik-Detik Sekolah Pa Hoa. Itulah alasan mengapa Sukanta
yang Menentukan. Pada halaman dalam buku mendukung sepenuhnya pendirian kembali
yang diterima Sukanta langsung dari Habibie ini almamaternya.
ada tulisan tangan presiden Republik Indonesia
24
Hendra Adidarma 钟炎生 bersyukur
kepada Tuhan karena ia tidak sakit-
sakitan walaupun sudah menginjak usia
84 tahun. “Dan puji Tuhan, otak saya masih
jernih,” kata Hendra di awal tahun 2022. Ia masih
masuk kantor setiap hari untuk membereskan
tugas-tugas yang belum selesai.
Hendra bersekolah di SMA Pa Hoa dan
tamat di SMA JPP di Jalan Patekoan, dari
angkatan tahun 1959. Ia pun menyebut sejumlah
nama teman-teman seangkatannya. Sebagian
dari mereka sudah dipanggil Tuhan.
“Nahar sudah lama meninggal. Chen HENDRA ADIDARMA
Shui sudah lama hilang entah ke mana. Yan
Hui sebagai dokter di Singapura, saya pernah Saat ini, Sekolah Pa Hoa yang didirikan
bertemu beliau 12 tahun lalu di sana. Sekarang kembali itu bernama Sekolah Terpadu Pahoa dan
saya tidak mendengar kabarnya lagi. Phang terletak di Kawasan Perumahan Gading Serpong,
Ming Lie yang sekarang berusia 86 tahun tinggal Tangerang. Pada awal tahun 2022, murid sekolah
di Nanjing sudah sakit-sakitan,” kata Hendra. ini dari Kelompok Bermain sampai dengan SMA
semuanya berjumlah sekitar 4.000 orang.
Hendra memang beruntung. Kenalan-
kenalannya dan para alumni Sekolah Pa Hoa Resmi berdiri pada awal tahun 2008,
− JPP tahu apa yang pernah terjadi padanya. pembangunan fisik tahap pertama untuk TK dan
Tanggal 19 Juli 2010, Hendra menjalani SD dimulai pada waktu yang hampir bersamaan
transplantasi lever di Queeen Mary Hospital di dan selesai beberapa bulan kemudian.
Hongkong. Kini, dengan sebagian lever baru hasil Seterusnya, pembangunan gedung tahap
cangkokan dari lever seorang karyawannya, fisik pertama disusul dengan tahap-tahap berikut,
Hendra menjadi lebih sehat. Setelah operasi masing-masing untuk SMP dan SMA. Partisipasi
pencangkokan itu pikirannya menjadi lebih yang tinggi terutama dalam pendanaan dari
jernih dan apa-apa yang perlu dikerjakannya para alumni yang dikoordinasi oleh Hendra
diselesaikannya dengan lebih tuntas. memungkinkan pembangunan sekolah secara
keseluruhan terlaksana diselesaikan dalam
Terima kasih kepada Pa Hoa waktu yang relatif pendek.
Hendra telah ikut memberi banyak Sejak Sekolah Terpadu Pahoa resmi
dukungan bagi pendirian kembali Sekolah berdiri di Gading Serpong pada awal tahun
Pa Hoa. Seperti para alumni Sekolah Pa Hoa 2008, Hendra duduk sebagai anggota pembina
yang lain, Hendra ingin membalas budi kepada
almamaternya. Sekolah Pa Hoa telah mengukir
nama besar dalam sejarah pendidikan di
Indonesia sejak berdiri pada tahun 1901 yaitu
ketika negeri ini masih merupakan tanah jajahan
Belanda. Sekolah ini dibentuk oleh Tiong Hoa
Hwe Koan, sebuah perkumpulan masyarakat
Tionghoa di Batavia yang berdiri pada tahun
1900.
25
Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Pahoa yang antara lain melalui pelajaran-pelajaran tersebut,
menaungi Sekolah Terpadu Pahoa. Jabatan ketua di samping pelajaran-pelajaran bahasa.
pembina dipegang oleh Soetjipto Nagaria. Selain
Hendra, para anggota pembina yang lain adalah Pengurus Sekolah Terpadu Pahoa harus
Suryono Limputra, Soeseno Boenarso, dan Siang mencari visi dan inspirasi baru agar “New
Hadi Widjaja. Pahoa” bisa terus berkembang dan menjadi
salah satu lembaga pendidikan yang terbaik
Dulu, ketika timbul suara-suara di kalangan di Asia Tenggara. Itulah pandangan Hendra
para alumni Sekolah Pa Hoa agar almamater tentang masa depan Sekolah Terpadu Pahoa.
mereka didirikan kembali, Hendra mengikuti
pertemuan-pertemuan yang membicarakan Khusus tentang para lulusan Sekolah
hal itu. Ia terlibat dalam tahap-tahap persiapan Terpadu Pahoa, inilah harapan Hendra:
menghidupkan kembali Sekolah Pa Hoa di “Kita harus bisa menciptakan manusia Pahoa
Gading Serpong. yang mempunyai dimensi baru. Kita harus
mempersiapkan manusia Pahoa menjadi ‘Welt
“Tiong Hoa Hwe Koan sudah menjadi Burger’ (warga dunia) yang berakar pada budaya
sejarah dan kenangan indah, inspirasi bagi kita Indonesia.”
semua yang pernah bersekolah di Sekolah Pa
Hoa Patekoan,” kata Hendra. Ia mengalami Harapan Hendra didasarkan pada zaman
bagaimana para alumni Sekolah Pa Hoa yang terus berkembang dan berkembang
mempunyai hubungan emosi yang sangat kuat dengan makin cepat. Sekolah Terpadu Pahoa
bahkan sampai dengan saat ini. berhadapan dengan kehidupan sosial, struktur
masyarakat, dan cara hidup yang sudah berubah.
Sekolah Pa Hoa dan JPP tidak beroperasi Karena itu Sekolah Terpadu Pahoa harus terus
lagi setelah Pemerintah Orde Baru menutupnya mencari visi dan inspirasi baru agar bisa terus
pada tahun 1966 dan mengalihkan gedungnya maju.
menjadi sekolah negeri. Peristiwa itu terjadi
sekitar enam tahun sesudah Hendra tamat dari Untuk itu Hendra berharap akan ada
SMA sekolah itu. semacam “Forum Komunikasi Alumni Pahoa”
agar mereka dapat bertukar pikiran dan
Harapan bagi Sekolah Terpadu Pahoa pengalaman. Melalui forum ini aspirasi para
alumni dapat ditampung demi kemajuan
Namun di awal tahun 2022 Hendra Yayasan, Sekolah Terpadu Pahoa, dan Indonesia.
berkata bahwa sungguh tidak mudah lagi
baginya mengingat keadaan dan perkembangan Bekerja tuntas
Sekolah Terpadu Pahoa saat ini. “Sudah lama
saya tidak lagi mengikuti kegiatan yayasan dan Hendra lahir di Pemangkat, Kalimantan
Sekolah Pahoa,” kata Hendra. Barat, pada September 1937, bersekolah di
Sekolah Pa Hoa, dan tamat SMA JPP di Jakarta
Ia berharap para pengelola Sekolah pada tahun 1959 ketika Sekolah Pa Hoa di Jalan
Terpadu Pahoa di Gading Serpong akan memberi Patekoan berubah menjadi Sekolah JPP. Bersama
perhatian makin besar kepada pelajaran putra sulungnya, Kris Adidarma, Hendra
matematika, fisika, kimia, dan pengetahuan sekarang ini memiliki dan mengelola sejumlah
umum. Dunia modern sekarang ini membutuhkan perusahaan yang semuanya berbasis teknologi.
manusia-manusia yang kecerdasannya dibentuk Salah satu dari perusahaan-perusahaan tersebut
26
adalah PT Propan Raya yang dikenal luas sebagai “Kita harus bisa
produsen cat dan politur beraneka merek. menciptakan manusia
Pahoa yang mempunyai
“Saya tidak pernah bermimpi menjadi dimensi baru. Kita harus
orang kaya. Saya hanya fokus untuk menciptakan mempersiapkan manusia
produk bermutu, mengerjakan suatu pekerjaan Pahoa menjadi ‘Welt
dengan baik dan tuntas,” kata Hendra. Burger’ (warga dunia)
Bisnis Hendra berkembang sesuai dengan yang berakar pada
latar belakang pendidikannya. Ia meraih gelar budaya Indonesia.”
doktor di bidang kimia dari Universität Stuttgart
di Jerman. Karena itu ia mampu menciptakan Pada awalnya, Hendra akan dioperasi
produk-produk dengan mutu kelas dunia di sebuah rumah sakit di Singapura, dengan
sekaligus dan memperhatikan sungguh-sungguh Putu sebagai donor. Operasi itu batal tanpa
kelestarian lingkungan di sekitar pabrik- penjelasan Komite Etik dari sebuah badan
pabriknya. pemerintah Singapura. Komite tersebut
meminta Hendra mencari donor lain.
Hendra sangat memperhatikan kehidupan
dan pengembangan mutu para karyawannya. Di Pa Hoa dulu
Dengan terus melatih para karyawan,
perusahaan dan para karyawan dapat bersaing Tentang Sekolah Pa Hoa dulu, Hendra
di era globalisasi. “Makin lama saya makin yakin sangat terkesan pada banyak kegiatan
bahwa di dalam perusahaan, manusia adalah ekstrakurikuler yang dilakukannya bersama
yang paling penting,” kata Hendra. dengan murid-murid SMA Pa Hoa yang lain.
Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain adalah
Karena itu para karyawan di perusahaan- olah raga, kesenian, fashion show, dan bazar.
perusahaan milik Hendra mempunyai loyalitas Dana yang terkumpul dimasukkan ke dalam kas
yang tinggi kepada perusahaan. Ikatan Lulusan Pelajar.
Adalahkaryawanpulayangmenyelamatkan Salah satu kegiatan bazar diorganisir oleh
nyawa Hendra. Putu, karyawannya yang berusia murid-murid angkatan tahun 1959. Hendra dan
27 tahun, tanpa pamrih merelakan separuh Yo Yoe Tiong 杨有忠 termasuk siswa-siswa yang
dari levernya diambil dan dicangkokkan pada menyebarkan pamflet lewat loper koran. Pada
lever Hendra. Pada waktu itu Hendra berusia 72 hari pertama, bazar yang dibuka pada pukul
tahun. Hari operasi tanggal 19 Juli 2010 di Queen 20:00 itu dibanjiri banyak pengunjung. Namun
Mary Hospital di Hongkong itu merupakan hari satu jam kemudian petugas Koramil datang dan
yang paling bersejarah baginya. Selain kagum menyegel bazar karena tidak mempunyai izin
pada kecanggihan ilmu kedokteran, Hendra dan dari mereka.
keluarganya juga sangat mengagumi Putu.
Hendra dan teman-temannya sangat
“Saya sungguh mengalami bahwa ada terpukul oleh peristiwa tersebut. Penutupan
orang di dunia ini yang mau menolong orang
lain tanpa pamrih dan bahkan mempertaruhkan
jiwanya sendiri. Dan orang itu adalah karyawan
saya sendiri,” kata Hendra. Putu tetap tegar dan
tidak peduli mendengar ungkapan-ungkapan
sinis dari orang-orang yang meragukan
ketulusan hatinya.
27
bazar menyebabkan kerugian besar. Karena itu Sekolah JPP terutama pada jam istirahat. Pada
panitia bazar menjual barang-barangnya dengan awalnya warung laku keras tetapi pada akhirnya
sistem undian. Upaya mereka berhasil karena bangkrut. Banyak murid tidak membayar.
barang-barang habis terjual. Hendra dan teman-
temannya tidak pernah melupakan pengalaman Di SMA Pa Hoa, kawan-kawan karib
ini. Hendra antara lain adalah Koh Jan Wie dan Pang
Bing Li. Koh Jan Wie kelak menjadi dokter lulusan
Kegiatan lain yang dilakukan Hendra Jerman dan membuka klinik medis di Singapura.
adalah membuka “Warung Kacang Hijau” di Pang Bing Li kelak menjadi dokter spesialis ginjal
kompleks sekolah untuk membantu para murid dan bermukim di Nanjing.
28
PENGAWAS
YPP PAHOA
29
“Sahabat saya Dali S. Naga memang sejak
semula terkenal anak cerdas yang all-
round. Bidang peminatannya banyak, mulai
dari matematika sampai sastra,” kata dr. Hansa
Wulur, teman sebangku Dali Santun Naga di
kelas 3 SMA Pa Hoa.
Kecerdasan Dali diakui pula oleh ahli DALI SANTUN NAGA
psikologi kondang Prof. Singgih D. Gunarsa
yang bersama-sama dengan Dali menjadi Jo Un Tat yang berasal dari Xiamen dikenal
penguji disertasi mahasiswa doktor di IKIP sebagai nakhoda kapal. Pada tahun 1941,
Jakarta. Selain menguji doktor di IKIP Jakarta, bersama anak-anak tantenya, ia disekolahkan
Dali juga pernah menguji doktor di Universitas ke Tomohon (Sulawesi Utara) di sekolah Belanda
Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas khusus anak lelaki, Fraterschool namanya,
Gunadarma, dan Universitas Atma Jaya. Bahkan dan tinggal di asrama sekolah. Empat bulan
ia telah membimbing sampai lulus sebanyak kemudian, ia dibawa lari pulang ke Tomini ketika
dua puluh tujuh orang doktor. Tidak lama tentara Jepang menyerbu Sulawesi pada bulan
kemudian mereka bertemu lagi di Universitas Desember 1941. Dari tahun 1942 sampai 1944,
Tarumanagara. Selain sebagai dosen, Pak Singgih ia dititip di rumah tantenya di desa Tinombo
duduk juga di pengurus Yayasan Tarumanagara. (Sulawesi Tengah) untuk bersama-sama dengan
anak tantenya belajar bahasa Tionghoa dari
“Pertemuan kami di Untar meninggalkan guru privat.
kesan mendalam. Di mata saya, Pak Dali tetap
seorang ilmuwan yang terbuka dan rendah hati Pada tahun 1944, ia kembali ke Tomini
padahal reputasi beliau di bidang keahliannya, dan masuk sekolah desa (sekolah kelas dua)
baik teori maupun praktik, tidak diragukan di Tomini sampai tahun 1947. Dari tahun 1947
lagi,” tulis Singgih dalam buku yang berjudul sampai akhir tahun 1948, bersama dua adik dan
“Naga nan Santun”. Buku terbitan Universitas anak-anak tantenya, ia berangkat ke Gorontalo
Tarumanagara tahun 2004 itu memuat tulisan- dan bersekolah di Sekolah Dasar Tionghoa di
tulisan kenangan tentang Dali oleh kawan- Gorontalo. Dali lulus SD di akhir tahun 1948
kawannya yang dalam waktu dekat akan genap dengan menyelesaikan pendidikan SD dari
berusia 70 tahun dan mengakhiri masa jabatan
pertamanya sebagai rektor.
Namun walaupun keahlian akademis
Dali tidak diragukan lagi, jangan coba-coba
menyuruhnya bernyanyi. Pasti fals, kata Hansa,
mengenang latihan paduan suara SMA Pa Hoa
yang diikuti Dali. “Entahlah, apakah sekarang
Pak Dali sudah mampu mengatasi kelemahannya
yang satu ini,” kata Hansa dalam tulisannya
dalam buku “Naga nan Santun.”
Dali S. Naga atau Yo Goan Li (Jo Goan Lie)
杨元利 lahir di desa Tomini di Teluk Tomini,
Sulawesi Tengah, pada Desember 1934, dari ayah
Jo Seng Hien dan ibu Keng Djok Ho. Kakeknya
31
kelas tiga sampai kelas enam dengan dua kali alumni Pa Hoa yang datang ke Bandung untuk
melompat kelas. Pada bulan Desember 1948, berkuliah.
diantar oleh saudara angkat ayahnya bersama
anaknya Lie Hoei In, ia berangkat dan tiba di Setelah lulus dari ITB, ia bekerja sebagai
Jakarta pada bulan Januari 1949 dan masuk SMP dosen di Universitas Baperki yang kemudian
kelas satu di Sekolah Pa Hoa di pertengahan menjadi Universitas Res Publica. Pekerjaan
tahun pelajaran. Dali bersekolah di Pa Hoa dosen ini berujung menjadi pegawai negeri sipil
sampai tamat SMA bagian B (ilmu pasti) tahun (PNS) sebagai dosen di IKIP Jakarta (Universitas
1954. Negeri Jakarta) yang pensiun pada akhir
tahun 1999 dan kemudian menjadi dosen di
Pada tahun 1966, ia menikah dengan Universitas Tarumanagara dan di beberapa
Majang Anggraini Tenggardjaja (Liem May perguruan tinggi lainnya termasuk Universitas
Hiang) alumna Sekolah Pahoa tahun 1956 yang Indonesia, Universitas Negeri Manado, dan
menjadi dokter serta memperoleh tiga anak Universitas Negeri Gorontalo. Kini Dali menjabat
perempuan, Dewi Rani Naga, Mira Rani Naga, sebagai ketua program studi magister di Sekolah
dan Tina Rani Naga serta enam orang cucu. Dua Tinggi Agama Buddha (STAB) Nalanda. Pak Dali
orang cucunya adalah lulusan SMA dari Sekolah juga yang memberi nama Gunadarma kepada
Terpadu Pahoa. Universitas Gunadarma.
Dali adalah alumnus SMA Pa Hoa yang Di IKIP Jakarta ia menjabat berbagai
telah malang melintang di dunia akademis jabatan, di antaranya, ketua jurusan, pembantu
sampai dikukuhkan sebagai guru besar Institut dekan, ketua proyek implementasi penataran
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta. guru wilayah Indonesia Barat, wakil ketua Ujian
Ia mendapat gelar Sarjana Teknik dari Institut Masuk Perguruan Tinggi Negeri wilayah Jakarta,
Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1960 dan termasuk mendirikan dan menjadi ketua Pusat
pada tahun 1980 ia adalah orang Tionghoa Komputer, merintis Jurnal Ilmu Pendidikan,
pertama yang memperoleh gelar doktor serta menjabat sebagai Ketua Lembaga
dalam ilmu pendidikan dari IKIP Jakarta atau Penelitian yang selanjutnya menjadi konsultan
Universitas Negeri Jakarta sekarang ini. Peraih di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
gelar Magister Manajemen Sistem Informasi di bidang pendidikan menengah kejuruan dan
tahun 1995 dari STIMK Gunadarma ini dikenal di bidang perbukuan serta duduk di beberapa
juga sebagai praktisi komputer pada tahun komisi di bidang penelitian dan jurnal ilmiah.
1980-an dan tahun 1990-an. Dali juga dikenal
sebagai penulis buku serta artikel di surat kabar. Karya tulis Dali antara lain “Laporan Studi
Pembudayaan Etika Penelitian yang Terkait
Ketika menjadi mahasiswa, ia aktif di Perguruan Tinggi di Indonesia”; “Sistem Operasi
organisasi mahasiswa Ta Hsueh Hsueh Sheng Hui Komputer: Teori dan Soal”; “The Changing Roles
(THHSH), menjadi ketua umum pengurus cabang of Universities” dalam Proceedings of ASPAC
Bandung pada tahun 1956-1957 dan menjadi on ASET 2004; sepuluhan buku; ratusan artikel
ketua umum pengurus pusat pada tahun 1957- dan makalah; “Kamar Dua Ratus Empat Belas”.
1958 ketika THHSH berubah nama menjadi Yang disebut terakhir adalah sebuah fiksi ilmiah
Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (Perhimi). yang pernah dimuat sebagai kisah bersambung
Pada waktu bersamaan, ia juga menjadi guru di Harian Kompas. Ia menjadi kontributor
matematika di SMA Tsing Hua sebagai guru tulisan pada majalah Komputer dan Elektronika,
penggal waktu. Di Bandung, pada tahun 1955 ia majalah ilmiah populer Akutahu, majalah Sinergi,
mengajak teman-temannya mendirikan Ikatan dan majalah Sinergi Indonesia selama bertahun-
Eks-Pelajar Pahoa Bandung yang membantu tahun. Dali juga pernah menjadi pendiri dan
32
ketua editor pertama Jurnal Ilmu Pendidikan diundang menjadi pemakalah di dalam berbagai
(JIP) dan selain itu ia juga pernah menjadi ketua seminar termasuk di konperensi di luar negeri.
editor Indonesian Journal of Educational Review
(IJER), dan bahkan buku peringatan 100, 115, Di bidang bahasa, ia sampai diundang
120 tahun Sekolah Pahoa; 10 tahun Sekolah menjadi salah seorang kontributor pada
Terpadu Pahoa. Ia juga menjadi peer reviewer Kamus Besar Bahasa Indonesia serta diundang
dari jurnal ilmiah internasional. mengikuti rapat pembahasan sebelum Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia ditetapkan oleh
Jabatan puncak di dunia akademis yang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di
diraihnya adalah ketika pada tahun 2000 terpilih bidang teknik, ia menjadi editor teknik pada
menjadi rektor Universitas Tarumanagara Ensiklopedi Nasional Indonesia. Kemudian ia
yang dijalaninya selama dua periode sampai menjadi editor di beberapa majalah.
tahun 2008. Dali juga menerima penghargaan
Satyalancana Karya Satya 20 Tahun dari Di Kelas 3 SMA Pa Hoa dulu, Dali
Presiden Republik Indonesia dan penghargaan- mempunyai beberapa teman dekat antara lain
penghargaan lain seperti Anugerah Sewaka Lim Giok San (Fredy Lingga, alm.), Lim Tong Gie
Winayaroha dari Departemen Pendidikan dan (Budi Haliman), Nio Hok Boen (Matthew Hok
Kebudayaan, dosen teladan tahun 1982 IKIP Boen Nio), Goh Hon Sang (Hansa Wulur), Tan
Jakarta, penghargaan Aditya Karya Nugraha dari Thiam Tjay (Tatang Iskandar), Tan Bok Goan
Universitas Negeri Jakarta, dan penghargaan (Winardi Pranata, alm), dan Lee Chun Tong
dari Yayasan Pancaran Hidup pada hari ulang (Tatang Handali, alm). Pada saat ini hanya Nio
tahun ke-100 Sekolah Pa Hoa. Dali adalah orang Hok Boen yang secara rutin berkomunikasi
Tionghoa pertama yang dikukuhkan dalam dengan Dali melalui email. Nio bekerja sebagai
jabatan profesor di IKIP Jakarta pada tahun dokter di Amerika Serikat. Tan Thiam Tjay sekali-
1991. Sejalan dengan profesinya, otobiografi sekali meneleponnya.
Dali berjudul Menjadi Guru.
Kata Dali, ”Saya merasa bangga akan
Itulah Dali yang bersuara fals. Kalau sekolah saya Pa Hoa, walaupun dalam keadaan
teman-teman SMA Pa Hoa ingat akan suaranya sederhana dan serba kekurangan, dapat
yang sumbang, sebaliknya Dali mempunyai menghasilkan banyak lulusan yang dapat
sebuah kenangan terindah bersama mereka. dikatakan berprestasi.”
Dali dan teman-temannya suka berkeliling ke
toko-toko buku mencari buku. “Kemudian kami Di SMA Pa Hoa dulu Dali menyukai
mengerjakan soal-soal terutama matematika matematika antara lain karena guru
yang biasanya sangat menantang,” kata Dali. matematikanya, Tan Bian Hok, pandai mengajar.
Dali juga menyukai pelajaran bahasa Indonesia.
Selama karirnya, ia menghasilkan Ia juga belajar bahasa Tionghoa sejak di
sejumlah buku dan banyak artikel yang terbit SD sehingga selepas SMA ia masih dapat
di media massa. Salah satu bukunya, Berhitung: mendengar, berbicara, dan menulis dalam
Sejarah dan Pengembangannya, memperoleh bahasa itu walaupun tidak sebaik ketika baru
penghargaan buku terbaik tahun 1980 dari lulus dari SMA.
Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Buku lainnya adalah Teori Sekolah Pahoa Gading Serpong
Sekor pada Pengukuran Mental yang menjadi
buku pelajaran di Universitas Negeri Jakarta Tentang Sekolah Terpadu Pahoa di Gading
dan di perguruan tinggi lainnya. Ia juga sering Serpong, Dali mempunyai banyak kisah tentang
33
awal berdirinya sampai sekarang. Bahkan Juli 2007, 3S bertiga mengadakan rapat sendiri
beberapa tahun sebelum sekolah ini berdiri, Dali dan pada rapat berikutnya tanggal 26 Juli 2007,
sudah ikut aktif dalam rapat-rapat di Yayasan Suryono melaporkan hasil rapat 3S bahwa
Pancaran Hidup tentang rencana menghidupkan lokasi sekolah adalah di Gading Serpong serta
kembali Sekolah Pa Hoa Jakarta, sebuah lembaga beberapa keterangan tentang sekolah yang
pendidikan legendaris dalam sejarah Indonesia. akan didirikan. Rapat pun menghitung jumlah
Ia termasuk salah seorang pendiri Yayasan sekolah, daya tampung, dan anak usia sekolah di
Pancaran Hidup dan beberapa kali menjabat daerah Gading Serpong dan menemukan masih
di pengurus dan pengawas yayasan itu. Di cukup banyak siswa yang dapat ditampung.
pengurus Yayasan Pancaran Hidup, sebagai
Ketua I bidang pendidikan, bersama dengan “Pada waktu itu,” kata Dali, “saya minta
Thiong Thiam Siong, Dali mengepalai kursus bantuan dosen Universitas Tarumanagara, Ir
perbankan di yayasan dari tahun 1989 sampai Tono Setiadi, arsitek, yang sudah berpengalaman
1991. Bahkan pada tahun 1991 melalui surat merancang kompleks sekolah untuk membuat
keputusan pengurus yayasan telah dibentuk rancangan pertama kompleks sekolah yang
Lembaga Pendidikan Budidarma yang setingkat akan dibangun itu dan kemudian dibawa ke
pendidikan diploma namun lembaga itu tidak rapat perwakilan alumni.”
sampai berjalan.
Hampir setiap hari Kamis pada minggu-
“Di suatu hari bulan Juli 2007, Suryono minggu dan bulan-bulan berikutnya mereka
Limputra mendatangi saya di Universitas dengan penuh semangat berkumpul di kantor
Tarumanagara. Suryono menjelaskan niatnya Dali di Tarumanagara. Alumni yang datang makin
membangun kembali Sekolah Pa Hoa,” kenang lama makin banyak. Selain Suryono Limputra,
Dali. Dali pun minta diadakan rapat para alumni peserta lain dalam rapat-rapat itu termasuk
dan rapat pun diselenggarakan tanpa melalui Soeseno Boenarso dan Soetjipto Nagaria.
surat undangan formal. Dihadari oleh banyak “Bahkan pada setiap rapat sampai malam itu,
alumni, rapat itu menjadi awal dari gerakan Pak Soeseno membawa makanan untuk peserta
untuk membangun kembali Sekolah Pa Hoa. rapat,” ingat Dali.
Setelah itu, di tengah kesibukannya Dali kemudian diangkat menjadi ketua
sebagai rektor Universitas Tarumanagara, Panitia Persiapan Pembangunan Sekolah Pahoa
pada hari Kamis tanggal 19 Juli 2007, Dali yang bekerja sampai terbentuknya Yayasan
dan sejumlah alumni Pa Hoa mengadakan Pendidikan dan Pengajaran Pahoa. Nama
rapat di ruang kerjanya. Mereka sangat serius yayasan ini merupakan gabungan dari nama JPP
berdiskusi tentang bagaimana membangun dan Pa Hoa. Menurut rencana semula, sekolah
kembali almamater mereka. Pada waktu itu, Dali akan dimulai pada tahun 2009, tetapi oleh Pak
menjelaskan peraturan perundang-undangan Soetjipto dipercepat setahun dan dimulai pada
tentang sekolah di Indonesia. tahun 2008.
Pada rapat pertama tanggal 19 Juli 2007, Akhirnya Sekolah Pa Hoa dengan resmi
mereka mulai menyusun proposal pembangunan berdiri kembali di Gading Serpong pada 17
kembali Sekolah Pa Hoa. Mereka membahas Maret 2008 dengan nama Sekolah Terpadu
organisasi, lokasi sekolah, dana, nama sekolah, Pahoa, sekitar dua bulan setelah pemancangan
status sekolah, kurikulum, pengelolaan tiang pertama. Tanggal 17 Maret adalah tanggal
sekolah, ukuran sekolah, dan hal-hal lain yang “keramat” karena Sekolah Pa Hoa lama atau
menyangkut pendirian sekolah. Pada tanggal 23 Sekolah Tiong Hoa Hwe Koan (THHK) didirikan
di Batavia (Jakarta) pada tanggal 17 Maret 1901
34
”Saya merasa bangga Pada tahun 2013, Dali diminta oleh
akan sekolah saya Pa Suryono, selaku ketua Yayasan, untuk menjadi
Hoa, walaupun dalam Direktur Akademik pertama di Sekolah Terpadu
keadaan sederhana dan Pahoa yang dijabatnya sampai tahun 2018.
serba kekurangan, dapat Pada waktu itu Dali menjalin kerja sama yang
menghasilkan banyak harmonis dengan Direktur Nonakademik,
lulusan yang dapat Hendriani. Di samping itu, Dali juga diminta oleh
dikatakan berprestasi.” Suryono untuk menjadi Direktur Pahoa College
Indonesia yang dijabat sampai sekarang. Ia juga
sedangkan THHK juga terbentuk pada tanggal 17 merintis majalah Studium di bidang akademik
Maret 1900. sebagai tempat warga sekolah menulis dan
mempublikasi karya tulis mereka serta majalah
Dali merasa bahwa ia telah ikut Pahoa Wenyuan 八华文苑 di PCI untuk
menggelindingkan bola gagasan yang pertama menampung karya para peserta PCI.
kali diutarakan kepadanya oleh Suryono
Limputra pada bulan Juli 2007. “Saya merasa Saat ini pendidikan Sekolah Terpadu
usaha kami sungguh tidak sia-sia,” ungkap Dali Pahoa di Gading Serpong menekankan tiga hal:
pada saat pemancangan tiang pertama dan pendidikan karakter, pendidikan bahasa (bahasa
ketika melihat Sekolah Terpadu Pahoa di Gading Indonesia, bahasa Tionghoa, dan bahasa Inggris),
Serpong berdiri megah kurang dari setahun dan pendidikan Matematika.
kemudian. Ia berharap sekolah ini memiliki
prinsip yang kuat sehingga tidak mengekor Tentang pendidikan karakter atau moral,
begitu saja praktik-praktik di sekolah-sekolah Dali berpandangan bahwa pendidikan moral
lain. Dizigui yang sekarang dijalankan di Sekolah
Terpadu Pahoa di Gading Serpong perlu dipadu
Sebagai ketua Dewan Pakar Sekolah dengan budaya dunia sekarang ini. Ia melihat
Pahoa Gading Serpong, Dali sedari awal pendidikan moral Dizigui sebagai bagian dari
menggarisbawahi pentingnya sekolah yang ajaran Konfusianisme klasik dari zaman kuno. Di
mengajarkan moral dan etika Konfusius ini Sekolah Pa Hoa zaman dulu tidak ada pendidikan
menjaga keselarasan dalam masyarakat Dizigui secara khusus. Yang ada pada waktu
multikulturalis. Pancasila harus dihayati sebagai itu adalah pelajaran civics dan praktik budaya
dasar hidup bermasyarakat, berbangsa, dan sekolah.
bernegara. Dali juga mengawasi penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan betul di dalam Pancasila masih relevan
kelas dan di bagian-bagian nonakademis di
Pahoa. Sejak awal berdirinya, rapat Pembina, Sekarang ini, kata Dali, semua pihak perlu
Pengawas, dan Pengurus Yayasan Pendidikan berpikir lebih serius bagaimana menyiapkan
dan Pengajaran Pahoa diadakan setiap hari bekal yang cukup bagi para siswa untuk
Rabu. Kini Pengawas yang diketuai oleh Dali, menghadapi dunia yang terus bergerak dinamis
beranggotakan Abraham Koko Tanumihardja dan cepat, penuh ketidakpastian, penuh
dan Iskandar Jusuf. kompleksitas, dan sulit diprediksi.
Pandangan Dali sejalan dengan apa yang
senantiasa diutarakan oleh para pemikir dan
praktisi pembangunan. Elon Musk, pengusaha
raksasa dan orang terkaya di dunia saat ini,
berkata bahwa sekitar sepuluh tahun dari
sekarang banyak sekali pekerjaan akan berbeda
35
dengan yang ada saat ini. Belum terbayangkan bebas berinovasi dalam proses belajar dan
manakah pekerjaan-pekerjaan yang akan mengajar. Pengajaran tidak monoton dan harus
berbeda atau belum ada sekarang ini. Karena disesuaikan dengan minat dan karakter murid.
itu pendidikan harus menghasilkan siswa yang
menjadi pembelajar seumur hidup. Tentang hal ini, Dali hanya berkomentar
bahwa kita memang tidak mengetahui dengan
Kurikulum “Merdeka Belajar” yang pasti bagaimana masa depan itu. Yang jelas,
dicanangkan oleh Menteri Pendidikan, Pancasila masih relevan untuk masa depan
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud- Indonesia. Dali berkata, “Pendidikan untuk
Ristek) Nadiem Makarim bermaksud menanggapi masa depan bagi Sekolah Terpadu Pahoa, saya
tantangan masa depan yang demikian. Diakui pikir, selain Pancasila adalah memerlukan
oleh banyak pihak termasuk orang tua murid kemampuan untuk beradaptasi dengan setiap
dan para guru sekolah bahwa mereka belum keadaan di masa depan dalam arti positif.
sepenuhnya memahami kurikulum ini. Pada Pendidikan perlu memperkuat hati nurani dan
intinya Merdeka Belajar artinya guru dan murid akal sehat di kalangan siswa.”
36
Menjadi pengusaha sukses bukan
segala-galanya bagi Surjanto
Sosrodjojo 苏怀泉. Manusia perlu
ikut memajukan kehidupan sosial masyarakat
agar hidupnya lebih berarti. Surjanto memilih
bidang pendidikan sebagai wahana mengabdi
masyarakat.
Karena itu almunus Sekolah JPP
ini terlibat aktif dalam beberapa upaya
memajukan pendidikan di tanah air. Ia bahkan
ikut mengembangkan sebuah partai politik.
“Dengan demikian saya jadi tahu lebih banyak
apa atau siapa itu politisi dan apa sesungguhnya
kebutuhan rakyat,” kata Surjanto yang menjadi
pengusaha setelah lulus dari sebuah universitas
di Jerman.
Di Sekolah Terpadu Pahoa di Gading SURJANTO
Serpong Surjanto menjabat sebagai anggota
Pengawas Yayasan Pendidikan dan Pengajaran
Pahoa yang diketuai oleh Prof. Dali Santun Naga.
Surjanto juga pernah duduk sebagai SOSRODJOJO
anggota Pengurus Yayasan Tarumanagara
ketika Yayasan Tarumanagara diketuai oleh membantunya dalam pergaulan bisnis dan
Ciputra. Selain itu, Surjanto juga ikut mendirikan dalam berkomunikasi dengan pihak-lain. Karena
President University bersama tokoh-tokoh lain itu Surjanto sering menganjurkan kepada anak-
seperti Prof. Charles Himawan, Laksamana anak dan cucu-cucunya untuk belajar bahasa
Sukardi, S.D. Darmono, Drs. Utomo Josodirdjo, Tionghoa.
dan Eka Tjandranegara. Universitas tersebut
diresmikan pada tahun 2004 dan berlokasi di Ajakan Suryono Limputra
Cikarang Utara, Bekasi.
Kedekatan hati Surjanto dengan
Surjanto belajar di Sekolah Pa Hoa dari almamaternya, Sekolah Pa Hoa, membawanya ke
SD sampai SMP. Setelah tamat SMP pada tahun sebuah restoran di lantai 18 Wisma Metropolitan
1958 ia pun melanjutkan pendidikannya di di Jalan Sudirman, Jakarta Selatan. Ia datang ke
SMA Arena Siswa (sekolah malam). Di SMP Pa sana atas undangan Suryono Limputra, alumnus
Hoa, teman-teman dekat Surjanto antara lain Sekolah Pa Hoa yang pada saat itu menjadi Ketua
adalah Aming (Lie Ting Ming) dan Nyuk Tjen. Ia Pengurus Perkumpulan Pancaran Hidup (PPH).
sangat senang ketika bertemu kembali dengan Perkumpulan ini menaungi para alumni Sekolah
mereka pada reuni-reuni dan pada kesempatan- Pa Hoa yang tersebar di berbagai tempat di
kesempatan lain. Indonesia dan di negeri-negeri lain.
Pendidikan di Sekolah Pa Hoa memberi Di tengah suasana percakapan serius
banyak bekal bagi siswa-siswinya. Surjanto bisa campur santai, Suryono berkata kepada Surjanto,
berbahasa Tionghoa karena ia belajar di Sekolah
Pa Hoa. Keterampilan berbahasa Tionghoa
37
“Sumbangkanlah sesuatu dari karyamu untuk gedung sekretariatnya di Muara Karang, Jakarta
nusa dan bangsa. Kita-kita yang sudah mapan Utara, Surjanto ikut sebagai pengajar. Surjanto
harus bertanggung jawab pada pendidikan anak adalah salah satu pendiri Kursus Pengetahuan
bangsa kita.” Dasar Perbankan yang dikelola YPH.
Ucapan Suryono menghentak Surjanto. Karena bangga pada almamaternya,
Tanpa berpikir panjang Surjanto mengiyakan Surjanto suka bercerita kepada istri dan anak-
ajakan Suryono. “Okelah, saya mendukung. anaknya tentang Sekolah Terpadu Pahoa, sejak
Tetapi let somebody do that,” kata Surjanto yang dari tahap perencanaan sampai ketika sekolah
sadar akan aneka kesibukannya sehari-hari. Ia telah beroperasi. Walaupun tidak mempunyai
tidak berani menjanjikan kepada Suryono waktu ikatan batin pada Sekolah Terpadu Pahoa,
dan tenaganya. Pada waktu itu para anggota mereka tahu bahwa apa yang dilakukan Surjanto
pengurus PPH sedang berkampanye kepada para merupakan pengabdian yang mulia.
alumni Sekolah Pa Hoa agar mereka mendukung
rencana pendirian kembali almamater mereka. Manusia global yang cinta tanah air
Dukungan dana sangat diperlukan selain tenaga
dan pemikiran. Pada waktu itu Suryono sudah Tentang Sekolah Terpadu Pahoa di Gading
dikenal luas sebagai pemilik grup perusahaan di Serpong, Surjanto berharap kurikulum sekolah ini
bidang produksi alat-alat kelistrikan. tetap menekankan pengajaran bahasa Indonesia
di samping bahasa Inggris dan Tionghoa yang
Pertemuan Suryono dan Surjanto terjadi membuka wawasan global. Ia berpesan kepada
sekitar tiga tahun sebelum Sekolah Pa Hoa para siswa Sekolah Terpadu Pahoa agar tidak
dihidupkan kembali di Gading Serpong pada minder dengan bahasa sendiri. Tahu bahasa
awal tahun 2008 dengan nama baru, Sekolah Indonesia dengan baik mencerminkan semangat
Terpadu Pahoa. cinta tanah air.
Dukungan Surjanto makin meneguhkan Surjanto lahir di Slawi, Jawa Tengah, pada
semangat Suryono dan anggoa pengurus September 1938 dari orang tua yang berbisnis
PPH yang lain. Barisan pendukung rencana teh. Setelah pindah ke Jakarta bersama saudara-
menghidupkan kembali almamater bertambah saudaranya, Surjanto bersekolah di Sekolah
panjang dari hari ke hari. Mereka yang telah Pa Hoa di Jakarta Barat. Setelah tamat SMA
menyatakan mendukung termasuk para alumni Arena Siswa, ia berangkat ke Jerman. Di sana
yang menonjol di bidang usaha dan berbagai ia berkuliah ilmu ekonomi dan pemasaran pada
bidang lain. sebuah universitas. Pada waktu itu pemerintah
Jerman sangat terbuka bagi mahasiswa-
Namun, walaupun sangat sibuk, Surjanto mahasiswa dari negara-negara Asia dan Afrika.
selalu meluangkan waktu untuk mengikuti Juga persyaratan untuk sekolah di Jerman
rapat-rapat pendirian kembali Sekolah Pa Hoa. sangat mudah, tidak seperti di Amerika.
Selain menyumbangkan dana, Surjanto juga
bersedia duduk dalam kepengurusan Pengawas Di Jerman, Surjanto sering terlibat di
Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Pahoa. dalam diskusi-diskusi dengan para mahasiswa
Ia hadir dalam upacara peresmian berdirinya dari negara-negara berkembang lain seperti
Sekolah Terpadu Pahoa. Vietnam dan Filipina. Mereka berbicara tentang
langkah-langkah nyata yang perlu dilakukan
Sebenarnya, jauh sebelum itu, Surjanto oleh para warga untuk memajukan negaranya.
telah ikut dalam reuni-reuni angkatan dan
reuni-reuni akbar Sekolah Pa Hoa. Juga ketika
YPH mengadakan kursus-kursus perbankan di
38
Pada tahun 1973 kakak-kakak Surjanto Tentang Jababeka Group, Surjanto
di Indonesia memanggilnya pulang untuk mempunyai kenangan tersendiri. President
memimpin proyek PT Sinar Sosro, produsen University terletak di kawasan industri Jababeka
teh botol “Sosro” yang pada waktu itu mulai di tempat terdapat sekitar 2000 pabrik
populer di Indonesia. Surjanto pun memutuskan milik perusahaan multinasional. Universitas
untuk tidak melanjutkan studi untuk meraih yang berlabel internasional itu tidak hanya
gelar doktor. Ia memilih pulang ke tanah air menanamkan wawasan global tetapi juga
untuk mengembangkan bisnis keluarganya semangat cinta tanah air.
sekaligus mewujudkan apa yang didiskusikannya
bersama teman-temannya di Jerman. Surjanto Di area Jababeka Cikarang juga berdiri
adalah anak ketiga dari empat bersaudara yang perumahan-perumahan yang membutuhkan
semuanya laki-laki. sarana pendidikan. Di sana pula terdapat SMA
Presiden yang menerapkan disiplin kemiliteran
Keterlibatan Surjanto membuat PT Sosro agar para lulusannya menjadi pribadi-pribadi
maju makin pesat. Saat ini, PT Sosro telah yang berdisiplin. SMA ini menyediakan calon
menjadi sebuah grup usaha, Sosro Group, mahasiswa bagi President University. Ini semua
yang memproduksi aneka produk air teh merupakan daya tarik bagi Surjanto sekaligus
kemasan. Salah satu anak perusahaan Sosro menjadi alasan ia bergabung di Jababeka
Group mempunyai usaha restoran waralaba Group. Melalui lembaga pendidikan Surjanto
berbendera McDonald. mengungkapkan secara nyata rasa tanggung
jawab sosialnya.
Pada tahun 1988 Surjanto pensiun dari
PT Sinar Sosro dan bergabung dengan Jababeka Dari pernikahannya dengan Yulie
Group sebagai pemegang saham dan komisaris. Setyawati Widjojo (Oei Siok Kwee) asal Tegal,
Pada tahun 2010 ia pensiun dari Jababeka Surjanto dikarunia dua putra, seorang putri,
Group dan mendirikan perusahaan logistik milik dan empat orang cucu. Kepada anak-anaknya
sendiri yang bernama PT Sinar Sosrodjojo Trans. Surjanto menekankan kepekaan terhadap
Selain itu, Surjanto membimbing anak-anaknya orang lain terutama mereka yang menderita.
memproduksi alat-alat kesehatan seperti Putrinya, Patricia, mengawali karirnya dengan
tensimeter untuk pasar Eropa. bekerja pada Bank Dunia di Bangkok. Di sana ia
mengepalai bagian “grass roots economy” yang
Ia berpesan kepada para membuatnya harus bolak-balik Bangkok-New
siswa Sekolah Terpadu York.
Pahoa agar tidak Perjalanan hidup Surjanto membuktikan
minder dengan bahasa bahwa almamaternya, Sekolah Pa Hoa, telah ikut
sendiri. Tahu bahasa mengantarnya menjadi manusia bagi sesama.
Indonesia dengan baik Hal ini dirasakan pula oleh para alumni lainnya
mencerminkan semangat dari Sekolah Pa Hoa.
cinta tanah air.
39