Liaw Tat Yen, Lim Tek Tjau, Lim Tek Lun, dan Loa
Se Tiok. Kebanyakan dari mereka ini telah tiada.
Henky beruntung. Di Vancouver, kota
terbesar ketiga di Kanada, ia mempunyai
hiburan “istimewa” yaitu kehadiran seorang
alumnus Sekolah Pa Hoa bernama Tjiong Pi Hong
(angkatan 1958). Alumnus ITB seperti Henky,
Tjiong Pi Hong telah lebih dahulu bermigrasi
ke Kanada sehingga ia banyak membantu
perpindahan Henky sekeluarga dari Indonesia
ke negara itu.
HENKY TANUDJAJA Dalam Buku Peringatan 110 Tahun Sekolah
Pa Hoa, nama Henky tercatat sebagai anggota
Keindahan dan sejuknya kota Vancouver, Pengawas Yayasan Pendidikan dan Pengajaran
Kanada, tidak meluluhkan setitik pun Pahoa selama dua periode yaitu dari tahun
kenangan Henky Tanudjaja 陈联兴 pada 2008 sampai 2018. Rekan-rekan kepengurusan
almamaternya, Sekolah Pa Hoa dan Sekolah JPP. Pengawas termasuk Dali Santun Naga, Surjanto
Bersama dengan istri dan kedua anaknya, Henky Sosrodjojo, Hans Kartikahadi, Tjiong Thiam
telah bermukim di Kanada sejak tahun 1990. Siong, dan Abraham Koko Tanumihardja.
“Kami masih pulang pergi ke Jakarta. Dan Tentang pendirian kembali Sekolah Pa Hoa
di Jakarta saya selalu menemui teman-teman di Gading Serpong, Henky bercerita bagaimana
alumni Sekolah Pa Hoa dan juga mengunjungi ia tetap menjalin komunikasi dengan Soetjipto
Sekolah Terpadu Pahoa di Gading Serpong,” Nagaria dan para tokoh alumni yang lain.
kata Henky melalui email dari Kanada di awal Henky ikut menyumbang dana awal bagi proses
tahun 2022. pembangunan kembali almamater di Gading
Serpong. Ia mengikuti rapat-rapat tahunan para
Henky yang bersekolah di Sekolah Pa Hoa pemegang saham PT Pahoa apabila ia sedang
dan tamat di SMA JPP pada tahun 1959 juga berada di Jakarta. Rapat-rapat RUPS tersebut
ingin bertemu secara khusus dengan teman- membicarakan penambahan dana oleh para
teman seangkatannya pada setiap kali ia berada pemegang saham.
kembali di Indonesia. Tetapi hal ini tidak selalu
terjadi karena banyak dari mereka mempunyai Saat ini, sudah dua tahun Henky tidak
kesibukan sendiri-sendiri atau sudah dipanggil kembali ke Jakarta karena wabah Covid-19.
Tuhan. Teman seangkatan Henky antara lain Tetapi ia tetap berkomunikasi dengan para
adalah Kho Ek Liong, Hiu Tjen Auw, Hui Huk Tjai, pengurus Yayasan Pendidikan dan Pengajaran
Pahoa sehingga dapat mengikuti perkembangan
lembaga pendidikan ini dari waktu ke waktu.
Henky lahir di Manado pada Juni 1940 dan
menamatkan Sekolah Dasar Tionghoa di kota itu
pada tahun 1953. Pada tahun yang sama ia pindah
ke Jakarta dan masuk SMP Pa Hoa. Kemudian di
SMA Pa Hoa – JPP ia mengambil jurusan khusus
agar dapat masuk sekolah tinggi di Indonesia.
Untuk mendapatkan ijazah SMA yang diakui oleh
40
pemerintah, para siswa harus mengikuti ujian Istrinya mengelola indekos milik sendiri di
negeri. Di luar dari itu Henky beruntung karena lokasi strategis. Sebelumnya bangunan tersebut
di SMA Pa Hoa, mereka mendapat pengajaran merupakan rumah cukup besar yang mereka
bahasa Tionghoa yang kelak juga berguna bagi beli, lalu mengubahnya menjadi indekos
pergaulan dan pekerjaannya. dengan banyak kamar. Mahasiswa-mahasiswa
asal Indonesia menyewa kamar-kamar indekos
Namun ijazah SMA yang diakui pemerintah tersebut.
tidak otomatis memuluskan jalan untuk masuk
universitas negeri di Indonesia. Pada waktu “Vancouver Forum”
itu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
membatasi jumlah siswa Tionghoa untuk masuk Henky bercerita betapa mereka di Kanada
perguruan tinggi negeri. Dari lulusan SMA Pa sangat bergembira ketika Presiden BJ Habibie
Hoa − JPP angkatan 1959, hanya sekitar 20 orang menerima utusan “Vancouver Forum.” Utusan
yang berhasil masuk universitas-universitas forum yang didampingi seorang anggota
negeri seperti ITB dan Universitas Padjajaran. parlemen Kanada membawa petisi kepada
Jumlah ini sangat kecil dibandingkan dengan Presiden Habibie agar pemerintah Indonesia
mereka yang masuk universitas Katolik misalnya. melindungi warga Tionghoa di Indonesia.
Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta menggugah
Henky termasuk lulusan Sekolah JPP tahun perasaan sedih warga Indonesia di Vancouver.
1959 yang lolos masuk jurusan Teknik Kimia Mereka berkumpul dan berbicara tentang hal-
ITB. Ia merasakan peristiwa tersebut sebagai hal yang perlu dilakukan untuk ikut memperbaiki
“rezeki” yang sangat besar. keadaan di Indonesia.
Pada masa belajar di Bandung, ia Vancouver Forum dibentuk pada tahun
menemukan sekitar 100 mahasiswa lulusan 1998 di Vancouver dengan motif yang sangat
Sekolah Pa Hoa − JPP di ITB dan di perguruan- politis dan bertujuan melawan pelanggaran hak-
perguruan tinggi lain di kota itu. Mereka hak asasi di Indonesia, khususnya, hak-hak asasi
sangat bersatu, saling membantu, dan akhirnya warga Tionghoa.
membentuk perkumpulan alumni Pa Hoa.
Perkumpulan mengadakan pertemuan tahunan. Ketika keadaan politik di Indonesia
berubah menjadi lebih baik, Henky pun
Setelah lulus ITB, Henky bekerja di sebuah bersemangat mendukung ide dan rencana para
pabrik penanaman modal dalam negeri. Pada alumni Sekolah Pa Hoa mendirikan kembali
tahun 1980 Henky menikahi Toh Aifung, wanita almamater mereka. Kebijakan pemerintah di
asal Medan yang fasih berbahasa Indonesia dan era reformasi mengizinkan perayaan Tahun Baru
Tionghoa. Imlek secara terbuka dan memberi masyarakat
Tionghoa kebebasan untuk mengekspresikan
Pada tahun 1990, Henky dan keluarganya kebudayaannya secara terbuka. Dengan
berimigrasi ke Kanada. Pada waktu itu kedua demikian bahasa Tionghoa boleh masuk
anak mereka berumur delapan tahun (laki-laki) kurikulum sekolah-sekolah di Indonesia.
dan enam tahun (perempuan). Sekalipun tinggal Perkembangan baru ini sangat melegakan hati
di Kanada, namum sampai saat ini Henky masih Henky dan warga asal Indonesia di Kanada dan
pulang pergi ke Jakarta karena ia mempunyai di semua negara lain. “Pada waktu itu saya
usaha di Indonesia. merasa terang telah terbit di Indonesia,” kenang
Henky.
Di Vancouver, Toh Aifung (sang istri)
banyak membantu kehidupan keluarga Henky.
41
Tentang masa depan Sekolah Terpadu yang sangat profesional. Sebagian dari para
Pahoa, Henky tidak ingin berkomentar. Ia guru bekerja di perusahaan-perusahaan besar
menyerahkan hal itu sepenuhnya kepada para dan karena itu dapat meluangkan waktu untuk
pengurus Yayasan Pendidikan dan Pengajaran mengajar di Sekolah Pa Hoa usai jam kerja.
Pahoa. Ia yakin pada kemampuan dan dedikasi
pimpinan dan anggota pengurus Yayasan. Henky Di Sekolah Pa Hoa dulu, Henky sangat
juga percaya bahwa visi dan misi yang telah terkesan pada guru sains dan matematika, Tan
digariskan bagi Sekolah Terpadu Pahoa telah Bian Hok. Ia sangat berdedikasi dan mempunyai
berada pada jalan yang benar. cara mengajar yang menarik sehingga para
murid mudah menyerap apa yang dipelajari.
Sampai saat ini, melihat Sekolah Mata pelajaran kimia kelak sangat mendukung
Terpadu Pahoa secara langsung dan melalui kuliahnya di jurusan Teknik Kimia ITB.
foto-foto selalu menggugah kenangan Henky
pada almamaternya, teman-teman, sahabat- Mengapa Henky dan orang tuanya dulu
sahabatnya, dan juga guru-gurunya. memilih bersekolah di Sekolah Pa Hoa? “Kami
memilih sekolah yang ada pelajaran bahasa
Pada masa Henky menjadi siswa Sekolah Tionghoa. Apalagi Sekolah Pa Hoa sangat dekat
Pa Hoa − JPP di Jalan Patekoan, gedung sekolah dengan rumah kami,” kata Henky. Selain itu,
yang berlantai tiga itu terasa sangat sempit lulusan SMA Pa Hoa dapat masuk universitas
karena harus menampung banyak murid. Selain negeri di Indonesia.
menampung siswa warga negara Indonesia dari
Sekolah Pa Hoa, Sekolah JPP juga menampung Selama periode 1950-1966 tidak sedikit
siswa warga negara Indonesia dari sekolah- lulusan SMA Pa Hoa − JPP masuk perguruan
sekolah Tionghoa lainnya. Namun keadaan tinggi negeri ternama seperti Universitas
ini tidak menyurutkan semangat belajar para Indonesia, ITB, dan Universitas Padjajaran.
murid.
Tahun 1950-an merupakan tahun Sekolah
Menyukai sains dan matematika Pa Hoa dan sekolah-sekolah lain di Indonesia
berbenah diri mengikuti reformasi pendidikan
Henky mengikuti kelas SMA yang nasional yang dijalankan oleh pemerintah.
menyiapkan murid-muridnya untuk dapat masuk Pada waktu itu Belanda baru saja mengakui
universitas di Indonesia termasuk perguruan- kedaulatan Republik Indonesia.
perguruan tinggi negeri ternama. Kebanyakan
kelas SMA Pa Hoa pada waktu itu mempunyai Pemerintah menerbitkan kebijakan baru
jadwal belajar di sore hari dengan guru-gurunya di bidang pendidikan agar sekolah-sekolah di
Indonesia menyesuaikan diri dengan keadaan
visi dan misi yang telah baru dan kebutuhan negara dan masyarakat
digariskan bagi Sekolah di zaman kemerdekaan. Karena itu pelajaran-
pelajaran di Sekolah Pa Hoa berlangsung
Terpadu Pahoa telah dalam bahasa Indonesia. Sekolah Pa Hoa mulai
berada pada jalan yang mengundang guru-guru lulusan universitas
ternama untuk mengajarkan mata pelajaran
benar. penting.
Henky memang fasih bercerita tentang
almamaternya. Ia mengetahui dan bahkan
mengalami sendiri sebagian dari dinamika
42
sejarah almamaternya. Ia selalu senang Henky bertemu dengan begitu banyak alumni
berkumpul dengan sesama alumni untuk almamaternya yang tercinta. Apabila pandemi
bernostalgia. Covid-19 telah usai, Henky ingin datang ke
Indonesia lagi. Bertemu dengan teman-teman
Reuni dalam rangka peringatan hari alumni dan mengunjungi Sekolah Terpadu Pahoa
ulang tahun ke-110 Sekolah Pahoa pada bulan di Gading Serpong pasti membuatnya bahagia.
Maret 2011 adalah peristiwa terakhir bagi
43
Hadi Purwanta dan seangkatan dengan Hendra
Adidarma dan lain-lain. Ia lahir di Jakarta pada
Juni 1941.
Saat ini Hans tidak lagi mengikuti
pertemuan-pertemuan para pengurus Sekolah
Terpadu Pahoa di Gading Serpong sejak ia
tidak lagi menjadi anggotanya. Namun, sekali-
sekali ia berkomunikasi dengan mereka untuk
saling tukar informasi tentang perkembangan
terkini, khususnya, Pahoa dan pendidikan
pada umumnya. Maklum, sebagai akademikus
dengan pergaulan yang luas Hans cukup banyak
memahami perkembangan pendidikan di tanah
air.
HANS KARTIKAHADI Nama Hans terukir dalam sejarah
berdirinya Sekolah Terpadu Pahoa di Gading
Postur tubuhnya yang tetap gagah dan Serpong pada awal tahun 2008. Sekolah ini
suara baritonnya membuat pria ini merupakan wujud baru dari Sekolah Pa Hoa
terasa berwibawa. Tetapi begitu memulai yang sudah melegenda di bumi Indonesia
percakapan, siapa pun yang baru mengenalnya sejak didirikan oleh Perkumpulan Tiong Hoa
akan merasakan keramahan alamiah Pak Hans Hwe Koan (THHK) di Batavia pada tahun 1901.
yang bernama lengkap Hans Kartikahadi 李奎翰, Pemerintah Orde Baru menutup Sekolah Pa Hoa
salah seorang akuntan terkenal di Jakarta. dan sekolah-sekolah Tionghoa di Indonesia pada
tahun 1966.
Para pecinta buku-buku serius yang
belum pernah bertemu dengannya dapat Di tengah kesibukannya sebagai dosen
merasakan aroma keramahannya begitu melihat Universitas Indonesia dan praktisi akuntansi,
wajahnya pada sampul buku-buku karyanya. Hans terlibat aktif dalam diskusi-diskusi dan
Buku-bukunya tergolong “best seller” bagi para rapat-rapat sejak ide menghidupkan kembali
profesional akuntansi, para mahasiswa, dan Sekolah Pa Hoa makin menggelora di kalangan
masyarakat umum. alumni Sekolah Pa Hoa sampai dengan
sekolah ini resmi beroperasi pada tahun 2008.
Kehadirannya dan pandangan-pandangannya
menguatkan hati para alumni Sekolah Pa Hoa
yang merindukan berdirinya kembali almamater
mereka.
“Saya masih saling kontak dengan Karir tiga-jalur
sesama alumni Pa Hoa. Dengan para pengurus
Sekolah Pahoa Gading Serpong hanya sekali- Pengabdian Hans sebagai staf pengajar di
sekali,” kata Hans di awal tahun 2022. jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia (FEUI) hanyalah salah satu dari tiga
Hans bersekolah di SMA Pa Hoa dan jalur karirnya yang dikembangkannya secara
lulus di SMA JPP angkatan 1959, sekelas dengan berimbang. Dua jalur lain adalah praktiknya
44
sebagai akuntan publik dan keaktifannya di Saat ini Hans menjabat sebagai anggota
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Ia adalah pendiri Majelis Wali Amanat (WA) Universitas Indonesia
Kantor Akuntan Publik Drs. Hans Kartikahadi & untuk masa bakti 2019-2024.
Co, dan salah seorang founding partners Hans
Tuanakotta & Mustofa (HTM), member firm Pendidikannya selama 12 tahun di
Deloitte Touche Tohmatsu LLC (Deloitte), salah Sekolah Pa Hoa sejak Sekolah Dasar sampai lulus
satu dari “the big four” di bidang jasa akuntansi SMA banyak menentukan keberhasilan karirnya.
publik dan konsultan di dunia. Ia pernah Ia meraih gelar sarjana akuntansi dari Universitas
dipercaya menjabat consulting member Asia Indonesia tahun 1966. Kemudian di tahun 1969
Pacific Regional Management DTT, Global Board mendapat tugas melakukan penelitian dalam
Member DTT International. bidang organisasi, manajemen, dan akuntansi di
Jerman Barat, dan pada tahun 1982 ditugaskan
Kantor Akuntan Publik dan Konsultan sebagai visiting scholar di University of Illinois at
yang didirikan Hans bersama rekannya banyak Urbana-Champaign, USA.
melayani perusahaan-perusahaan besar BUMN
dan perusahaan-perusahaan swasta nasional Hans merasa berutang budi kepada
dan internasional. Sekolah Pa Hoa termasuk para gurunya yang
bermutu, bermoral, dan bertanggung jawab.
Hans memegang prinsip selalu melihat Salah seorang guru yang dikaguminya adalah
ke depan dengan optimis dan mengantisipasi Bapak Chen Teh Kuo, guru wali kelas SD V dan SD
globalisasi lebih sebagai peluang di samping VI. Ia seorang guru yang tidak hanya mengajar
sebagai tantangan. tetapi mendidik. Di SMA bagian C, guru-guru
yang paling mengesankan adalah guru ekonomi
Sebagai akademikus, pada tahun 2017, Mr. Kwik Hok Hoo; guru tata buku Mr. Ong Ling
Hans mendapat penghargaan Wiraprakarsa Kok; dan guru aljabar Mr. Tan Thiam Khing.
Adhitama, sebuah penghargaan prestisius yang Mereka semua adalah alumni FEUI.
diberikan kepada alumni FEB UI atas terobosan
pemikiran, tindakan, maupun kebijakannya. Warna-warni perjalanan karirnya
Terobosan mereka memberikan dampak nyata terungkap melalui memoarnya yang berjudul
bagi pembangunan dan kemajuan perekonomian “Pelangi di Cakrawala Profesi Akuntan”.
dan bisnis Indonesia. Mereka dianggap sebagai Diterbitkan oleh BIP kelompok Gramedia, buku
legenda atau tokoh yang sangat berpengaruh ini dengan fasih memberi informasi sekaligus
pada bidangnya masing-masing. Hans yang menginspirasi para akuntan dan para pembaca
pertama kali memperkenalkan mata kuliah lain. Di dalam buku tersebut Hans menyebutkan
Akuntansi Internasional (International Sekolah Pa Hoa sebagai “sekolah yang sangat
Accounting) di Indonesia dengan UI sebagai terkenal, bermutu, dan legendaris.”
pionir; dan telah memimpin Komite Prinsip
Akuntansi Indonesia (cikal bakal Dewan Standar Hans menulis: “Ketika perang
Akuntansi Keuangan) selama dua periode 1986- kemerdekaan masih berlangsung pada tahun
1990, 1990-1994 dan merupakan pionir dalam 1947, saya mulai masuk sekolah. Saya sangat
mengubah standar akuntansi di Indonesia yang beruntung karena tinggal di Jakarta dan di dekat
semula mengacu pada Generally Accepted rumah saya ada sekolah yang sangat terkenal
Accounting Principle (GAAP) Amerika Serikat dan bermutu, THHK (Tiong Hoa Hwe Koan) di
menjadi harmonisasi dan konvergensi dengan Jalan Patekoan Nomor 31. Sekolah legendaris
International Accounting Standard (IAS)/ ini dikenal sebagai Sekolah Pa Hoa. Karena
International Financial Reporting System (IFRS). pemerintah kolonial Belanda sangat diskriminatif
45
dalam pendidikan, maka pada tahun 1901 para Jangan lakukan terhadap
pemuka Tionghoa mendirikan sekolah THHK.” orang lain apa yang
Bagi Hans, penampilan fisik sekolah engkau tak ingin orang
adalah penting. Tetapi lebih penting dari itu lain lakukan terhadapmu.
adalah mutu para lulusan. Mengutip pernyataan Dalam masyarakat majemuk
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan seperti Indonesia, jangan
Riset dan Teknologi Nadiem Makarim, Hans
menegaskan bahwa ranking, NEM (nilai ebtanas mencampuri apalagi
murni), dan IPK (indeks prestasi kumulatif) mencela kepercayaan,
seringkali tidak menjamin kesuksesan lulusan agama, dan adat istiadat
di masyarakat. Karena itu pendidikan karakter golongan atau suku lain.
sangat penting. Melakukan hal itu akan
merusak persatuan dan
Belajar untuk diamalkan
kesatuan bangsa.
Hans merasa beruntung telah belajar
di Sekolah Pa Hoa yang memegang teguh moto Dengan latar belakang pemikiran ini,
“Belajar untuk Diamalkan”. Ini merupakan prinsip Hans kadang-kadang memberikan masukan-
belajar dan mengajar yang sangat penting untuk masukan bagi para pengurus dan pendidik
dihayati oleh guru dan murid terutama di zaman Sekolah Terpadu Pahoa di Gading Serpong
yang terus berubah. tentang perkembangan dunia pendidikan dan
pengajaran nasional dan global.
Prinsip tersebut juga dipegang oleh
Sekolah Terpadu Pahoa di Gading Serpong yang Ia mengingatkan bahwa arah, tujuan,
merupakan wujud baru Sekolah Pa Hoa. “Belajar dan metode pendidikan dan pengajaran
untuk Diamalkan” tercantum sebagai moto berkembang sangat cepat dalam dekade
Sekolah Terpadu Pahoa. terakhir, khususnya, terkait dengan dampak
teknologi informasi digital. Ia juga mengingatkan
Pengalaman akademis dan karya nyata pentingnya para siswa dan alumni Pahoa ikut
yang dijalaninya mengajari Hans bahwa belajar menjaga persatuan dan kesatuan Negara
teori semata tidak berguna. Teori yang dipelajari Kesatuan Republik Indonesia.
di sekolah dan di perguruan tinggi harus dapat
diimplementasikan di dunia nyata. Selain moto “Belajar untuk Diamalkan,”
Hans menjalani hidupnya dengan moto ajaran
Kata Hans, “Banyak perguruan tinggi Konfusius: Jangan lakukan terhadap orang lain
yang hanya merupakan menara gading. Banyak apa yang engkau tak ingin orang lain lakukan
sarjana yang menulis skripsi dan tesis berupa terhadapmu. Dalam masyarakat majemuk
teori di atas kertas yang tak ada manfaatnya bagi seperti Indonesia, jangan mencampuri apalagi
masyarakat.” Karena itu Universitas Indonesia mencela kepercayaan, agama, dan adat istiadat
sekarang sedang menggagas entrepreneurial golongan atau suku lain. Melakukan hal itu akan
university untuk menghasilkan lulusan yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
berjiwa wirausaha yang mampu melakukan
inovasi dan terobosan baru bagi kemajuan
kehidupan masyarakat di segala bidang.
46
Hans lahir di Jakarta ketika Perang Dunia Dari pernikahannya dengan Jane
Kedua sedang berkecamuk. Ayahnya adalah Susilawaty Sindhunata, Hans mempunyai tiga
seorang tabib dan pengusaha obat Tionghoa putra dan dua cucu laki-laki. Dua dari ketiga
yang sukses. Ia mengharapkan Hans menjadi putranya itu lulusan akuntansi di Amerika Serikat
dokter namun putranya ini lebih tertarik kepada dan satu lulusan jurusan bisnis di Australia.
ilmu pengetahuan sosial, ekonomi, dan budaya. Mereka bekerja di Indonesia dan di Australia.
47
gambarnya dianggap bagus. Wiradi pun merasa
puas.
“Waktu itu saya menjadi sadar bahwa Mr.
Tjiong tidak hanya sedang mengajarkan cara
menggambar yang baik tetapi lebih dalam lagi.
Sebenarnya Mr. Tjiong sedang mengajarkan
prinsip-prinsip kehidupan yang lebih luas,” kata
Wiradi dalam sebuah tulisannya.
Tulisan Wiradi termuat dalam buku
yang berjudul “Tjiong Thiam Siong Alumni
Pahoa Sejati.” Buku yang berisikan kesaksian-
kesaksian para alumni Sekolah Pa Hoa dan JPP
tentang Tjiong itu diterbitkan oleh Perkumpulan
Pancaran Hidup pada tahun 2013.
TJIONG THIAM SIONG Tjiong wafat karena sakit pada tanggal
6 Juni 2012, sekitar lima bulan sebelum ulang
tahunnya yang ke-78. Ia lahir di Jakarta pada
November 1934. Kepergian Tjiong meninggalkan
duka yang begitu mendalam di kalangan mantan
murid dan rekan-rekan guru.
Murid-muridnya tidak hanya Menjadi guru dan wartawan merupakan
mengenalnya tetapi juga passion Tjiong dan ia menjalani panggilan ini
dengan setia. Selain berbakti begitu lama sebagai
mencintainya. Gayanya yang blak- guru Sekolah Pa Hoa, Tjiong juga menjadi jurnalis
dengan mengelola “Media Aspirasi” bersama
blakan sedikitpun tidak mengurangi rasa hormat teman-temannya. Ia bangga menjadi guru dan
jurnalis karena passion-nya membuat orang lain
dan sayang para mantan muridnya dan rekan- tahu dan mengerti.
rekan gurunya kepada Tjiong Thiam Siong Dali Santun Naga, teman se-angkatan
Tjiong di SMA Pa Hoa, ingat bagaimana Tjiong
钟添祥. Di Sekolah Pa Hoa dulu para muridnya sangat aktif di organisasi siswa. Bahkan setelah
lulus SMA Tjiong menjadi ketua ikatan lulusan
suka menyapanya Mr. Tjiong. tahun 1954. Dali menjadi rekan guru Tjiong di
Sekolah JPP selama satu semester saja sehingga
Wiradi Prayogi (Jo Tjoan Sin) tidak akan tidak banyak mengenal Tjiong yang lama
melupakan pesan-pesan moral yang begitu mengajar di sana sekalipun sejak menjadi siswa
kuat di balik ketegasan Tjiong di kelas. Wiradi Sekolah Pa Hoa mereka sudah saling mengenal.
menjadi muridnya di SMA JPP pada tahun 1959-
1960. Sebagai guru menggambar Tjiong begitu “Ketika mengajar pada tahun 1960 di
“njlimet” menilai gambar Wiradi berupa sebuah Sekolah JPP, para guru dan karyawan Sekolah
vas bunga. Bolak-balik Wiradi membetulkan JPP merasa resah,” kenang Dali, “sehingga
semua detail gambarnya sesuai dengan arahan pada waktu itu Dali membentuk dan mengetuai
sang guru. Tetapi tetap saja ada yang kurang, Dewan Konsolidasi untuk memberesi keresahan
seperti sisi kiri-kanan vas yang tetap belum
simetris, tangkai bunga harus ada yang panjang
dan ada yang pendek, dan lain-lain. Wiradi
mengikuti semua arahan sang guru sampai
48
itu. Terjadi salah paham dengan pengurus JPP Dali. Ketika ada tawaran lahan di Jalan Jembatan
sehingga sekolah ditutup selama beberapa hari.” Lima untuk mendirikan kembali Sekolah Pa
Kedekatan mereka baru lebih terasa ketika Dali Hoa, Pak Tjiong pergi memeriksa lahan itu dan
dan Tjiong aktif di Yayasan dan Perkumpulan ternyata tidak cocok. Demikian juga ketika ada
Pancaran Hidup sampai dengan pendirian dan tawaran sekolah di Muara Karang untuk dibeli
pengoperasian Sekolah Terpadu Pahoa di Gading oleh YPH, ia terlibat negosiasi yang kemudian
Serpong. tidak terlaksana karena tiada dana. Kami pernah
menolak tawaran mendirikan sekolah di Jakarta
Dali bercerita betapa Tjiong sangat Utara karena pemilik lahan ingin mendirikan
mencintai almamaternya. Suatu ketika sekolah dengan dasar profit yang tidak sesuai
keduanya terlibat dalam penyelenggaraan dengan prinsip YPH. Itulah beberapa pengalaman
kursus perbankan yang diadakan oleh Yayasan Pak Tjiong dan Pak Dali di kepengurusan YPH.
Pancaran Hidup pada akhir tahun 1980-an
dan awal tahun 1990-an. Kursus itu digagas Para alumni Sekolah Pa Hoa menggelari
Andi Buana Wangsadjaja, alumnus Sekolah Pa Tjiong “Guru Tiga Zaman”. Ia mengajar di
Hoa yang bekerja di BCA yang memerlukan sekolah Pa Hoa/THHK (1954-1958), sekolah JPP
karyawan. Sekalipun kursus diketuai Dali namun (1958-1966), dan SMA Negeri 19 Jakarta (1966-
pelaksanaannya sepenuhnya dilakukan oleh 1990).
Thiam Siong bertempat di sekretariat yayasan
di Muara Karang. Dari bulan September 1989 Tjiong sangat mencintai pekerjaannya
sampai Maret 1991 telah diluluskan 7 angkatan sebagai guru dan mengetahui banyak tentang
dengan jumlah lulusan sebanyak 182 orang. sejarah Sekolah Pa Hoa. Para alumni dan orang-
orang lain yang membutuhkan informasi dari
Pada rapat tanggal 17 Maret 1991 Tjiong menjulukinya “kamus berjalan.”
ketika memperingati 90 tahun Sekolah Pa Hoa,
kursus perbankan telah ditingkatkan menjadi Lie Goat Kiauw (Lim Siok Tjeng), wanita
Lembaga Pendidikan Budidarma dengan sesama guru yang dinikahi Tjiong pada tahun
program setingkat pendidikan diploma dengan 1966, memiliki banyak cerita tentang kecintaan
Dali sebagai direktur dan Thiam Siong sebagai suaminya kepada Sekolah Pa Hoa. Ia tidak pernah
pembantu direktur II. Namun karena lulusan melupakan kekhasan Tjiong yaitu kesukaannya
kursus kemudian tidak terserap oleh bank maka memakai kemeja dengan dua kantong. Sebagai
Lembaga Pendidikan Budidarma tidak dapat guru, Tjiong suka menaruh kertas-kertas catatan
dioperasikan. atau buku kecil di saku-saku bajunya itu. Lebih
menarik lagi, Lie Goat Kiauw menjahit sendiri
“Beberapa kali Tjiong Thiam Siong, baju-bajunya.
entah memiliki atau entah menerima gagasan,
berbicara tentang pendirian kembali Sekolah Pa Jiwa tanpa pamrih Tjiong sudah terlihat
Hoa. Dan hal itu menjadi diskusi di antara kami,” ketika pada tahun 1958 Kementerian Pendidikan
kata Dali dalam tulisannya yang berjudul “Kamus dan Kebudayaan memisahkan pelajar berstatus
Pa Hoa Tjiong Thiam Siong” pada buku “Tjiong WNI dari sekolah asing. Semua sekolah asing
Thiam Siong Alumni Pahoa Sejati.” Ketika itu Dali di Jakarta dilarang mendidik murid WNI. Pada
menjabat Ketua I bidang pendidikan di pengurus waktu itu 82 persen dari murid Sekolah Pa Hoa
Yayasan Pancaran Hidup dan Tjiong Thiam Siong berstatus WNI.
sangat membantunya.
Pemerintah menunjuk Sekolah JPP untuk
Beberapa kali kami menerima tawaran menampung para pelajar WNI dari sekolah Pa
untuk pembangunan kembali almamater, kata Chung, Hua Chung, dan sekolah-sekolah Tionghoa
lain. Mengatur pendaftaran penerimaan murid-
49
murid baru yang mencapai empat ribu orang Sekolah Terpadu Pahoa resmi berdiri di
sangat menguras tenaga. Dalam situasi ini Tjiong Gading Serpong pada tanggal 17 Maret 2008,
tampil menjadi sukarelawan tanpa upah apapun sekitar tiga bulan setelah pemancangan tiang
dan bekerja hingga larut malam selama dua pertama. Tanggal 17 Maret adalah tanggal
bulan. Tjiong dan kawan-kawan juga mengatur “keramat” karena Sekolah Pa Hoa lama atau
pembagian kelas dan mengerahkan para alumni Sekolah Tiong Hoa Hwe Koan didirikan di Jakarta
Sekolah Pa Hoa yang masih berkuliah dan yang pada tanggal 17 Maret 1901 sementara THHK
lulus sarjana menjadi guru cadangan. juga didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Maret
1900.
Sebuah gedung sekolah yang sudah
lama kosong di Jalan Blandongan ditata untuk Upacara peresmian berdirinya Sekolah
menampung pelajar asing Sekolah Pa Hoa Terpadu Pahoa pada tanggal 17 Maret 2008
yang tidak kebagian kelas. Sedangkan pelajar (yang diselenggarakan pada tanggal 16 Maret
yang berstatus WNI semuanya dipindahkan ke 2008) dihadiri oleh seribu lebih alumni Sekolah
gedung sekolah di Jalan Patekoan (sekarang Pa Hoa dan JPP. Upacara meriah pada hari itu
Jalan Perniagaan 31) dan dikelola oleh Jajasan sangat mengharukan bagi Tjiong dan semua
Pendidikan dan Pengadjaran (JPP). Seluruh yang hadir saat itu. Tjiong bukan pendonor
perubahan ini melekat kuat pada ingatan Tjiong besar bagi berdirinya kembali Sekolah Pahoa
dan semua alumni Sekolah Pa Hoa. tetapi semangat dan pengorbanannya sekian
lama tidak ternilai. Hal ini sungguh-sungguh
Pada awal tahun 1980-an, Tjiong yang diakui oleh para alumni Sekolah Pa Hoa dan JPP.
dikenal “provokatif” bercakap-cakap dengan
para guru JPP yang masih aktif dan para pengurus Ketika panitia mempersiapkan buku
yayasan tentang ide mendirikan kembali Peringatan 110 Tahun THHK-Pahoa yang jatuh
Sekolah Pa Hoa. Ide tersebut sudah cukup lama pada bulan Maret tahun 2011, Tjiong sangat
muncul dan dibicarakan di kalangan para alumni sibuk. Dalam keadaan kurang sehat ia bekerja
Sekolah Pa Hoa. Teman-teman diskusi Tjiong keras untuk memastikan bahwa tulisan-tulisan
masih ingat kata-kata yang diucapkannya pada di buku peringatan disiapkan dengan sungguh-
waktu itu. Ia berkata, “qiang niu de gua bu tian sungguh dan terbit pada waktu yang telah
(buah semangka belum waktunya dipetik, jika direncanakan.
dipaksa petik maka tidak akan manis rasanya)”.
Ucapan ini menandakan keyakinan Tjiong bahwa Tjiong menjadi anggota Pengawas Sekolah
Sekolah Pa Hoa akan berdiri kembali pada waktu Terpadu Pahoa untuk periode 2008-2012 yang
yang tepat. Keyakinannya menjadi kenyataan diketuai oleh Dali Santun Naga. Selain Tjiong,
yaitu berdirinya Sekolah Terpadu Pahoa yang anggota Pengawas adalah Surjanto Sosrodjojo,
megah di Gading Serpong dan kini mempunyai Hengky Tanudjaja, Hans Kartikahadi, dan Touw
ribuan murid. Tjoen Han. Pembina diketuai Soetjipto Nagaria
dengan anggota Suryono Limputra, Soeseno
Keyakinannya membuat Tjiong berani Boenarso, Siang Hadi Widjaja, dan Hendra
menjadi Ketua Panitia Grand Reunion Sekolah Pa Adidarma.
Hoa/JPP pada tahun 1984 yang menghadirkan
alumni Sekolah Pa Hoa dari semua angkatan Kesaksian keluarga Tjiong
dan alumni JPP. Reuni tersebut mencetuskan
rencana mendirikan sebuah Yayasan untuk Agus Anang Sumanas, putra sulung Tjiong,
pendirian kembali Sekolah Pa Hoa. bersaksi betapa ayahnya sangat mencintai
almamaternya. Tjiong mengorbankan banyak
50
“qiang niu de gua bu tian As a father, Dad loved my brother and
(buah semangka belum me from the very beginning. He often took us
waktunya dipetik, jika to the art, craft, music, and dance exhibitions
dipaksa petik maka tidak performed by our countrymen and women and
akan manis rasanya)”. foreigners alike. It was fun to meet his artist
friends and to admire their paintings. Dad
waktunya bagi Sekolah Terpadu Pahoa di Gading taught my brother and me the watercolor and
Serpong dan memberikan perhatian besar oil painting techniques. He and my brother gave
kepada sesama alumni terutama mereka yang me a crash-course in perspective drawing, which
sakit atau menderita karena berbagai alasan. helped me to score an A on the visual-art final
exam at the elementary school.
Kata Agus, “Karena tanggung jawabnya,
memang waktu papi bersama keluarga sangat He was a dedicated and passionate
sedikit. Ketika kami masih kecil, masih ada waktu teacher. He loved and was proud of his alumni.
bagi kami untuk berlibur bersama.” Waktu- He introduced us to his former classmates and
waktu seperti itu menjadi kenangan yang sangat took us to his alumni reunions, picnics, and
manis bagi Agus, adiknya, dan ibunya. Mereka activities.
berjalan-jalan ke Pekan Raya Jakarta, Taman
Ria, Monas, Ancol. Paling sering mereka diajak Dad lived a humble life. Material
berlibur ke Puncak, Lembang, atau tempat lain possession did not have a hold on him, yet we
bersama keluarga besar guru-guru SMAN 19 were (and are) so blessed to have him as our
Jakarta. father. He said to me one time that if we were
to throw a banquet, we should also invite those
Felila Narotski, putri Tjiong yang kini who were less fortunate. He was a very tolerant
tinggal bersama suami dan anaknya di Oregon, person, and he treated people with respect. He
Amerika Serikat, mengungkapkan perasaannya was true to himself and to his vocation that he
yang terdalam tentang ayahnya. Ia menulis lived up the maxim of “Ik zeg wat Ik denk en doe
dalam buku kenangan “Tjiong Thiam Siong wat Ik zeg.” (I say what I think and do what I say).
Alumni Pahoa Sejati” sebagai berikut:
Dan apa kata Lie Goat Kiauw tentang
“Dad was never selfish. Besides working suaminya? “Ia baik sekali … ia orang baik,” katanya
very hard and taking care of his family, he always suatu ketika. Ia tidak sanggup meneruskan kata-
made time to help others. I remember when he katanya. Tjiong menikahi Lie Goat Kiauw pada
went around to collect donation from his friends tahun 1966 di Jakarta setelah saling berkenalan
to help their mutual friend who was very ill and sebagai sesama guru SMA JPP. Lie Goat Kiauw
needed financial aid for hospitalization.“ lulusan SMP Pa Hoa dan melanjutkan pendidikan
sekolah menengah atas di Pa Chung.
“Dad loved Mum dearly. He never forgot
her birthday. I still remember when he and I were Agus bercerita bagaimana ayahnya
preparing a surprise birthday present for Mum. membina keluarga yang hidup tenang walaupun
He bought Mum a cake decorating book, and I sederhana. Mereka tinggal di rumah milik sendiri.
was charged to wrap the present as beautifully Tjiong mengatur keuangan keluarga dengan rapi
as possible.” sehingga kedua anaknya bisa masuk universitas
swasta yang tergolong mahal. Ia mengutamakan
pendidikan bagi anak-anaknya.
Agus dan ibunya pernah berkunjung ke
Sekolah Terpadu Pahoa di Gading Serpong. Ia
51
melihat Pahoa sebagai sebuah sekolah swasta ayahnya yang ditunjukkan oleh Soeseno
yang unik dengan para siswa belajar ilmu-ilmu Boenarso, Soetjipto Nagaria, dan banyak alumni
modern dan mengenali nilai-nilai luhur dari lain Sekolah Pa Hoa dan JPP. Keluarga Tjiong
kebudayaan Tionghoa. sangat berterima kasih atas dukungan nyata
dari para alumni dan bahkan dukungan sampai
Agus juga merasakan kesatuan hati para Lie Goat Kiauw wafat pada tahun 2017, atau
alumni Sekolah Pa Hoa. Ia sangat menghargai sekitar lima tahun setelah kepergian suaminya
dan tidak akan melupakan begitu banyak yang tercinta.
kebaikan, keramahan, dan penghargaan kepada
52
Coba ajukan pertanyaan ini kepada para
alumni Sekolah Pa Hoa lama yang masih
hidup atau kepada alumni Sekolah
Terpadu Pahoa di Gading Serpong: Apakah ada
di antara mereka yang sudah membaca karya-
karya asli Shakespeare? Jawabannya: Ada. Ia
adalah Touw Tjoen Han 杜俊汉, lulusan SMA
Pa Hoa tahun 1953. Sejak sebagai siswa Touw
sudah aktif di organisasi pelajar Sekolah Pa Hoa.
Selain buku-buku klasik Barat, Touw yang
lahir di Pekalongan pada Juni 1931, menyukai
buku-buku sastra Tionghoa dalam bahasa
Tionghoa. Buku-buku sastra Tionghoa yang
dibacanya jauh lebih banyak dari buku-buku
sastra Barat.
Kini Touw telah tiada. Tuhan memanggilnya TOUW TJOEN HAN
pulang pada tanggal 15 Maret 2019. Para alumni
Sekolah Pa Hoa merasa sangat kehilangan. Touw 1966 dan berdiri kembali pada tahun 2008 di
bukan hanya alumnus Sekolah Pa Hoa tetapi Gading Serpong. Selain pernah menjadi murid
juga guru yang lama mengabdi dengan tulus di dan guru Sekolah Pa Hoa, ada alasan lain mengapa
Sekolah Pa Hoa. Di antara alumni yang aktif di Touw mempunyai kedekatan emosional pribadi
Sekolah Pa Hoa, Touw merupakan salah seorang dengan Sekolah Pa Hoa. Pakdenya, Touw Kiat
alumni angkatan tertua, dan bahkan menjadi Seng, adalah tamatan pertama dan lulusan
guru dari sejumlah alumni aktivis lainnya. terbaik Sekolah Dasar Pa Hoa pada awal abad
ke-20. Touw yang mempunyai hobi fotografi
Di Sekolah Pa Hoa Touw memegang mata merasa sayang tidak ada foto pamannya ketika
pelajaran Sejarah, Bahasa Indonesia, dan Ilmu lulus SD.
Bumi. Para mantan muridnya masih ingat cara
dan gayanya yang memikat ketika mengajar. Selain sejarah, Touw juga mengajar
Ia memadukan kebenaran objektif sejarah Bahasa Indonesia dan Ilmu Bumi. Ketika kursi
dengan emosi manusiawi ketika menilai sebuah guru kepala lowong, Touw dipercaya menjabat
kebenaran. sebagai “koordinator” sekolah SMA.
Iskandar Jusuf, salah seorang muridnya Mantan murid-muridnya banyak yang
di kelas satu SMP Pa Hoa, ingat dengan baik jadi “orang” di masyarakat. Touw menolak
bagaimana Touw mengajar bahasa Indonesia. Ia menyebut siapa dari mereka yang terkenal
sangat memperhatikan lafal kata. Touw misalnya nakal. Ia hanya menyebut bahwa para muridnya
menyuruh murid-muridnya mengulang-ulang termasuk Suryono Limputra, Soetjipto Nagaria,
lafal kata “kan” karena sebagian dari mereka Hans Kartikahadi, dan Soeseno Boenarso.
melafalkannya dengan “ken”. Dengan sabar Mereka lulusan SMA Pa Hoa angkatan 1958 dan
dan berulang kali ia memperbaiki kesalahan
tersebut.
Touw fasih berkisah tentang Sekolah Pa
Hoa, sejak sekolah itu berdiri tahun 1901 sampai
ditutup oleh Pemerintah Orde Baru pada tahun
53
1965 dan termasuk motor utama pembangunan Ia telah menyatu dengan Sekolah Pa Hoa dan
kembali Sekolah Pa Hoa di Gading Serpong. Sekolah JPP sejak kedatangannya ke Jakarta dari
Jawa Tengah pada tahun 1950 dan masuk SMA
Pada tahun 1957, ketika Sekolah Pa di sekolah ternama itu.
Hoa dipisah menjadi Sekolah Pa Hoa di Jalan
Blandongan dan Sekolah JPP di Jalan Perniagaan, Pihak Sekolah Pa Hoa termasuk Touw
Touw dan kawan-kawan bekerja keras sudah memperkirakan sebelumnya bahwa
mengurus berbagai hal dalam pemisahan itu. peristiwa itu akan terjadi. Mereka tidak kaget
Touw juga aktif di Sekolah Pa Hoa Blandongan. melihat tentara datang. Hari-hari berikutnya
Bahkan dalam pengurusan sekolah ini, konon murid-murid tidak lagi datang ke sekolah. “Ada
kabarnya, ketika membawa dokumen sekolah, perasaan sedih tetapi kami tidak panik,” kata
Touw sampai tercebur di kali dan ditolong oleh Touw. Mereka diberi waktu untuk menyelesaikan
penghuni di dekat kali itu. Untung dokumennya berbagai urusan termasuk gaji guru.
tidak sampai rusak.
Touw harus mencari nafkah setelah
Rekan-rekan guru Touw termasuk Tjiong sekolahnya ditutup. Ia mencoba membuka usaha
Thiam Siong (alm) dan Dali Santun Naga. Tentang kecil-kecilan untuk bertahan hidup. Kemudian,
Touw, Dali tidak bisa berkomentar banyak karena keterampilannya berbahasa Inggris dan
karena ia mengajar di SMA JPP (Pa Hoa) hanya Tionghoa, Touw diterima bekerja pada sebuah
selama satu semester pada tahun 1960 setelah biro perjalanan di Jakarta. Akhirnya, Touw
lulus dari ITB dan menjadi dosen di Universitas berpindah ke Salim Group dan bekerja cukup
Baperki di Jakarta. Ia juga sibuk dengan lama sebagai karyawan di sana.
pekerjaannya di Universitas Baperki. Kemudian
mereka bertemu lagi di Yayasan Pancaran Hidup Silaturahmi di kalangan alumni Sekolah
dan sering bekerja sama di bidang pendidikan. Pa Hoa menyemangati Touw. Ia rajin mengikuti
Pertemuan itu terus berlangsung sampai pada reuni-reuni alumni, baik reuni angkatan maupun
Perkumpulan Pancaran Hidup dan di Sekolah reuni lintas angkatan. Tanggal 8 April 1978, 250
Terpadu Pahoa. orang alumni Sekolah Pa Hoa dan Sekolah JPP
mengadakan reuni lintas generasi pertama di
Touw dan Sekolah Pa Hoa masuk dalam Orchid Palace Hotel. Peristiwa besar ini diikuti
pusaran gejolak nasional menyusul Gerakan oleh Grand Reunion pertama alumni Sekolah
30 September 1965. Pada tahun 1966 Sekolah Pa Hoa dan Sekolah JPP pada tahun 1979
Pa Hoa dan Sekolah Jajasan Pendidikan dan yang bertempat di Glodok Plaza dengan 2.800
Pengajaran (JPP) mengalami sebuah peristiwa peserta. Lima tahun kemudian, bertempat
pedih. Penguasa Orde Baru mengambil alih di Hotel Horison, Ancol, berlangsung Grand
gedung sekolah itu dan menjadikannya sekolah Reunion kedua yang dihadiri oleh 3.000 orang.
negeri bernama SMA Negeri 19 Jakarta, dua Pada waktu itu Dali Santun Naga menjabat
SMP Negeri, SD, dan TK. Demikian pula Sekolah sebagai manajer teknik di Hotel Horison
Pa Hoa di Jalan Blandongan diambil alih dan sehingga reuni itu terlayani dengan cukup baik.
dijadikan SMAN 17 Jakarta.
Pertemuan-pertemuan akbar ini
Para guru, murid, dan karyawan sedang membuka pintu bagi terbentuknya organisasi
berada di sekolah ketika tentara datang dan resmi para alumni Sekolah Pa Hoa dan Sekolah
menemui kepala sekolah dan para guru. “Lalu JPP berupa yayasan yang bernama Yayasan
diumumkan sekolah ditutup. Murid-murid Pancaran Hidup pada tanggal 10 November
disuruh pulang,” kenang Touw. Seperti semua 1984. Pada tahun 2002, Yayasan ini berubah
orang yang lain, Touw sangat bersedih hati. status dan nama menjadi Perkumpulan Pancaran
54
Hidup. Touw menjadi salah satu anggota badan Kartikahadi, Fifi Wangsadiputra, Liong Seng Chu,
pengurus Yayasan ini dan kemudian menjadi Lanywati Adinata, Juliana Tjandra, Salam Surjadi,
Ketua Pengawas di perkumpulan itu. Charlie Manopo, Sri Imena Latifah (almh), dan
Tono Setiadi.
Salah satu peristiwa yang melekat kuat
dalam ingatan Touw adalah sebuah pertemuan Anggota Dewan Pakar Pahoa
pada awal tahun 2007 di Hotel Alila di Jakarta
Pusat. Dalam acara makan bersama itu Proses mendirikan kembali Sekolah
Soeseno Boenarso sebagai ketua umum baru Pahoa yang legendaris itu pun bergulir sampai
Perkumpulan Pancaran Hidup berbincang- akhirnya berdiri kembali di Gading Serpong.
bincang dengan Touw dan sejumlah “tokoh” Sekarang Sekolah Terpadu Pahoa di Gading
alumni Sekolah Pa Hoa yang lain termasuk Serpong terus bersinar, tidak hanya karena
Tjiong Thiam Siong. Soeseno mengusulkan bangunan-bangunannya yang luas dan megah
Perkumpulan Pancaran Hidup membuka tetapi terutama karena mutu para lulusannya
kursus dengan menyewa berapa ruko. Tjiong yang makin bersaing di tingkat nasional. Ini
menentang usulan Soeseno dengan alasan kebanggaan besar bagi Touw.
Pa Hoa adalah sebuah nama besar yang tepat
untuk sekolah normal. Para peserta pertemuan Di Sekolah Terpadu Pahoa di Gading
pun berkesimpulan bahwa apabila membangun Serpong yang akhirnya berdiri pada tanggal
sekolah, bahkan yang lebih besar dari sekolah 17 Maret 2008 Touw menjabat sebagai
Pa Hoa di Patekoan, Perkumpulan Pancaran anggota Dewan Pakar Yayasan Pendidikan dan
Hidup harus mempunyai lahan yang luas. “Kita Pengajaran Pahoa (YPPP) dan anggota Pengawas
harus berusaha sedapatnya untuk membangun Perkumpulan Pancaran Hidup (PPH). Karena itu
kembali almamater kita,” kata Soeseno sebelum ia bekerja sama erat dengan para tokoh lain dari
pulang. kedua badan tersebut yaitu Soetjipto Nagaria,
Suryono Limputra, Soeseno Boenarso, Siang
Sebulan kemudian Soeseno Hadi Widjaja, Hendra Adidarma, Dali Santun
Naga, Surjanto Sosrodjojo, Hengky Tanudjaja,
mengumpulkan Touw dan kawan-kawan di Hans Kartikahadi, Tjiong Thiam Siong, dan
Abraham Koko Tanumihardja.
Hotel Alila. Soeseno menyampaikan kabar baik:
Lanywati Adinata seorang petugas
Soetjipto Nagaria mendukung gagasan mereka. sekretariat Perkumpulan Pancaran Hidup,
mengenang Touw sebagai pribadi yang simpatik,
Ia menyediakan lahan seluas tiga setengah bijaksana, dan rendah hati. “Pembawaannya
tenang dan penuh perhatian pada kegiatan-
hektar di Summarecon Gading Serpong dan kegiatan para alumni,” kata Lany. Touw benar-
benar bangga pada almamater dan merasa
berjanji mendukung keuangan pembangunan dekat dengan para alumni Sekolah Pa Hoa.
Dengan tekun ia mengantar istrinya yang
sekolah. Touw dan para peserta pertemuan pun mempunyai hobi menyanyi untuk ikut Paduan
Suara Perkumpulan Pancaran Hidup. Kadang-
bersorak gembira. kadang Touw sendiri ikut bergabung.
Semangat mendirikan kembali Sekolah Lany melihat “watak asli” Touw ketika
Pa Hoa juga membakar semangat Touw. Selain mereka mengikuti pertemuan-pertemuan dan
pertemuan-pertemuan di Hotel Alila, Touw juga
rajin mengikuti rapat-rapat para tokoh alumni
Sekolah Pa Hoa selanjutnya. Ia ikut dalam
pertemuan pertama di kantor Prof. Dr. Ir. Dali
Santun Naga yang pada waktu itu menjabat
sebagai rektor Universitas Tarumanagara. Selain
Dali dan Touw, hadir pula antara lain Suryono
Limputra, Soeseno Boenarso, Soetjipto Nagaria,
Touw Tjoen Han, Tjiong Thiam Siong, Hans
55
“Mari kita bahu di Indonesia. Mereka menyadari betapa
membahu meniti hakikinya mengubah pola ajaran lama dengan
landasan, merintis jalan pola baru yang lebih riil dan lebih menyentuh
agar generasi muda kebutuhan masa depan anak cucu mereka.
kita siap menempuh
masa depan yang penuh Dan Touw menghimbau para alumni
untuk tidak tenggelam dalam upacara-upacara
tantangan” peringatan dan penerbitan buku peringatan
yang tebal dan mewah. Moto Sekolah Pa Hoa,
“Belajar untuk Diamalkan” perlu menjadi
pegangan para alumni di dalam kegiatan dan
hidup mereka.
kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan Ia berkata, “Sebagai penerus kita
rencana mendirikan kembali Sekolah Pa Hoa.
Touw sangat bersemangat dan siap menerima berkewajiban melestarikan, bahkan
tugas apa saja apabila dibutuhkan. Bahkan Touw
selalu hadir pada berbagai kegiatan alumni, baik mengembangkan cita-cita para tetua kita. Lebih-
di rapat maupun di kegiatan lapangan lainnya.
lebih sekarang di saat masyarakat kita tengah
Touw mempunyai wawasan dan
pengetahuan luas tentang Sekolah Pa Hoa menghadapi terpaan hidup dan terombang-
sejak sekolah itu berdiri pada tahun 1901.
Karena itu ia fasih mengemukakan pandangan- ambing dalam kancah kehampaan identitas,
pandangannya, tetap dengan rendah hati.
Banyak pula hal-hal yang berkaitan dengan sehingga acapkali jadi bulan-bulanan gejolak
Sekolah Pa Hoa dialami sendiri oleh Touw yang
belajar dan kemudian aktif di Sekolah Pa Hoa. sosial, perlu kita upayakan jalan keluarnya”.
Buku Peringatan 100 Tahun Sekolah THHK/ “Mari kita bahu membahu meniti landasan,
Pahoa memuat kata sambutan Touw sebagai merintis jalan agar generasi muda kita siap
“Guru Senior THHK.” Ia memuji ketajaman menempuh masa depan yang penuh tantangan,”
visi para tetua Sekolah Pa Hoa/THHK dalam tegas Touw. Ia meminta para anggota pengurus
memprediksi masa depan masyarakat Tionghoa Perkumpulan Pancaran Hidup menjadi pelopor
dalam meniti jalan tersebut. Kini Perkumpulan
Pancaran Hidup sudah berubah nama menjadi
Perkumpulan Alumni Pahoa (PAP). Apabila Touw
masih ada dan melihat perkembangan pesat
Sekolah Terpadu Pahoa di Gading Serpong, ia
pasti berkata bahwa harapannya memang tidak
sia-sia.
56
Kalem, ramah, dan pendengar yang baik.
Itulah kesan banyak orang tentang
Abraham Koko Tanumihardja 陈友国
terutama dari Pahoa sekarang ini.
Saat ini Koko menjabat sebagai anggota
Pengawas Yayasan Pendidikan dan Pengajaran
Pahoa di Gading Serpong. Sekitar 14 tahun lalu
Koko memimpin sebuah tim kecil yang mencari
calon kepala sekolah, guru, dan staf administrasi
sebelum sekolah itu resmi berdiri. Sekolah
Terpadu Pahoa adalah kelahiran kembali Sekolah
Pa Hoa yang ditutup Pemerintah Orde Baru
pada tahun 1966 setelah lembaga pendidikan
yang legendaris itu beroperasi sejak tahun 1901.
Koko selalu merendah ketika mendengar ABRAHAM KOKO
pujian atas perannya. Sejak resmi berdiri pada TANUMIHARDJA
bulan Maret 2008, Sekolah Terpadu Pahoa telah
mengukir aneka prestasi. Lebih dari sekadar
bangunan-bangunannya yang megah, mutu
pendidikan sekolah ini telah menuai pengakuan
tidak hanya dari para orang tua murid tetapi
juga dari pemerintah dan masyarakat umum.
Koko telah ikut menyingsingkan lengan Pertemuan dengan “3S”
baju bagi berdirinya Sekolah Terpadu Pahoa.
Sebagai Ketua Pengurus Yayasan Sekolah Tentang keterlibatannya secara aktif dalam
Terpadu Pahoa yang pertama ia menangani pendirian kembali Sekolah Pa Hoa, Koko berkisah
sepenuhnya hal-hal teknis bagi pembukaan TK tentang pertemuannya dengan tiga tokoh
dan SD Sekolah Terpadu Pahoa. Perkumpulan Pancaran Hidup yaitu Soetjipto,
Suryono, dan Soeseno di sebuah restoran di
Memang dari awal Koko tidak ikut dalam Gading Serpong. Pada kesempatan itu ketiga
pertemuan-pertemuan para alumni Sekolah Pa tokoh bisnis tersebut mengungkapkan rencana
Hoa yang mematangkan gagasan mendirikan para alumni Sekolah Pa Hoa mendirikan kembali
kembali almamater mereka. Ia sendiri lebih almamater mereka. Karena rencana tersebut
suka menyebut peran “3S” (Soetjipto Nagaria, sudah matang, mereka pun berkonsultasi pada
Suryono Limputra, dan Soeseno Boenarso) Koko tentang rekrutmen guru-guru dan kepala
dan sejumlah alumni lain seperti Dali Santun sekolah bagi Sekolah Terpadu Pahoa yang akan
Naga dan Hans Kartikahadi. Mereka adalah didirikan.
motor utama yang merancang dan membangun
kembali Sekolah Pa Hoa, sebuah impian yang “Kepada mereka saya memberi usul
telah mengendap berpuluh-puluh tahun di bahwa sebaiknya start dulu dengan TK. Dan
dalam sanubari para alumni sekolah itu. nanti kalau TK sudah jalan, baru pikirkan
bagaimana kelanjutan murid-murid TK,” kenang
Koko. Intinya adalah apabila TK berjalan dengan
57
baik, SD dapat dibuka; dan seterusnya bertahap- sebagai Pembina Yayasan sedangkan Dali dan
tahap untuk SMP dan SMA. lain-lain sebagai Pengawas Yayasan. Posisi
Sekretaris dan Bendahara Pengurus Yayasan
Pertemuan mereka di restoran itu juga terisi.
berlangsung dalam suasana akrab karena
mereka sama-sama alumni Sekolah Pa Hoa. Untuk lebih memantapkan tugas mencari
Soetjipto dan Suryono adalah lulusan SMA Pa kepala sekolah dan guru, Soetjipto menyarankan
Hoa tahun 1958 sedangkan Koko seharusnya agar Koko memakai konsultan. Koko pun
lulus SMA bersama keduanya pada tahun yang menghubungi Jimmy Sadikin dan memintanya
sama. Ia bersekolah di Sekolah Pa Hoa dari SD menjadi konsultan. Jimmy menerima tawaran
sampai SMA kelas 1. Sedangkan Soeseno adalah itu sekaligus menyarankan agar konsultan
lulusan SMA Pa Hoa angkatan tahun 1965. berjumlah tiga orang. Usulannya diterima dan
Jimmy pun menjadi ketua tim konsultan. Ketiga
Menjadi Ketua Yayasan konsultan ini juga memberi pendapat dan saran
tentang banyak hal lain yang terkait seperti
Pertemuan di Gading Serpong berlanjut jumlah kelas dan jumlah murid untuk satu kelas.
dengan proses rekrutmen guru-guru dan Kelak Jimmy bergabung dan menjadi General
kepala sekolah bagi TK Pahoa. Beberapa waktu Manager Sekolah Terpadu Pahoa.
kemudian, setelah mengatasi keraguannya,
Koko pun menerima permintaan pengurus Selain ketiga konsultan tersebut, sejak
Perkumpulan Pancaran Hidup agar ia menjadi awal bertugas sebagai Ketua Pengurus Yayasan,
ketua Pengurus Yayasan Pendidikan dan Koko dibantu oleh sekelompok karyawan-
Pengajaran Pahoa. karyawati “pionir.” Karena pada waktu itu, tahap
pertama gedung sekolah belum selesai dibangun
“Pekerjaan itu berat dan harus dijalankan maka mereka mulai bekerja pada awal tahun
dengan serius,” kenang Koko. Dengan 2008 di kantor pemasaran PT Summarecon,
keikutsertaan Koko, semua jabatan di Yayasan tidak jauh dari lahan tempat gedung Sekolah
Pendidikan dan Pengajaran Pahoa pada akhirnya Terpadu Pahoa dibangun.
terisi. Misalnya, Suryono dan Soeseno menjabat
58
Selain Liong Seng Chu (sekretaris Yayasan) Perkembangan sekolah dan kesungguhan
dan Lany Adinata (bendahara Yayasan), para pengurus Perkumpulan Pancaran Hidup makin
karyawan-karyawati tersebut adalah Attlia memacu semangat Koko. Koko menyaksikan
Fercyanna (Kepala Sekolah KB-TK), Sianny Dewi keuletan dan komitmen Soeseno sebagai Ketua
(Pendidikan, Rekrutmen, dan Kepala Sekolah Perkumpulan. “Pak Soeseno sangat ulet, pantang
SD), David Setiadi (Sarana Umum), Budiarty mundur. Semua orang percaya, ia tidak berjuang
Sutanto (Keuangan), Liong Weng Seng (bahasa untuk kepentingan pribadi,” kenangnya.
Tionghoa), Susiana Lie (guru), Dini Juwita Suryani
(promosi), Santirini Soertjiady (staf sekretariat), Karena Sekolah Terpadu Pahoa makin
Endang Sutisna (office boy), dan Sudarto (sopir). dikenal maka usaha untuk merekrut guru dan
karyawan baru menjadi makin mudah pula.
Koko sangat menghargai keuletan Attlia Fasilitas sekolah sudah memadai. Karena itu
dan rekan-rekannya mempromosikan Sekolah setiap kali lowongan kerja dibuka, banyak
Terpadu Pahoa dengan berbagai cara dan lamaran masuk.
sarana. Selain menyebarkan leaflet dan lain-
lain, untuk pendaftaran para siswa, mereka Koko terus berusaha mempertahankan
membuka booth di Mall Summarecon yang juga semangat kerja sama di lingkungan sekolah.
dibantu oleh beberapa orang alumni Sekolah Pa Suasana kerja harus nyaman sehingga guru
Hoa. Di luar dugaan, promosi mereka membawa dan karyawan merasa at home. Rekan-rekan
hasil. pengurus mendukung semua upaya Koko.
Di Gading Serpong bermukim sejumlah “Suasana kerja yang nyaman bukan saja
alumni Sekolah Pa Hoa yang cucu-cucunya soal gaji. Kerja sama, kerukunan, dan perilaku
sudah dan akan mencapai usia sekolah. Melalui saling menghormati juga sangat penting,” kata
mereka itu keberadaan Sekolah Terpadu Pahoa Koko. Sejak awal ia berpegang teguh bahwa
menyebar dari mulut ke mulut. setiap lembaga pendidikan harus menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai
Para penggagas Sekolah Terpadu Pahoa moral.
telah melihat bahwa penekanan khusus pada
pengajaran bahasa Tionghoa dan budi pekerti Bersama itu sebagai Ketua Pengurus
yang berdasarkan ajaran Konfusius akan menjadi Yayasan, Koko sangat ramah kepada para
kelebihan lembaga pendidikan yang ingin karyawan sehingga para karyawan merasa
didirikan. “Kalau trilingual sih, Sekolah Pa Hoa tenang di bawah kepengurusan Koko. Setiap
dulu juga sudah trilingual,” kata Koko mengutip masalah diselesaikan secara manusiawi dan
percakapannya dengan Soetjipto, Suryono, tenang sehingga sangat membantu kepada
dan Soeseno. Dalam sejarahnya, Sekolah Pa suasana sekolah.
Hoa memang terkenal dengan pengajaran
“trilingual” yakni bahasa Tionghoa, Inggris, dan Pada kepengurusan Koko di Yayasan
Indonesia. Pendidikan dan Pengajaran Pahoa untuk
membantu siswa baru dalam pelajaran bahasa
Sekolah Terpadu Pahoa di Gading Serpong Tionghoa maka pada matrikulasi diadakan
memulai proses penerimaan murid pada awal kursus bahasa Tionghoa menjelang mereka
tahun 2008. Di bulan Juli pada tahun yang masuk sekolah. Kursus itu melayani juga orang
sama sekolah memulai tahun ajaran baru untuk tua siswa yang ingin belajar bahasa Tionghoa.
jenjang KB-TK dan SD kelas 1. Setelah SD berjalan Kelak kursus itu berkembang menjadi Pahoa
setahun, pengurus Yayasan memutuskan College Indonesia.
membuka kelas SMP dan SMA.
59
Pada satu titik Koko merasa “Suasana kerja yang
kemampuannya sebagai Ketua Pengurus Yayasan nyaman bukan saja
makin terbatas karena melihat perkembangan soal gaji. Kerja sama,
Sekolah Terpadu Pahoa yang makin pesat. kerukunan, dan perilaku
Jumlah murid sudah mencapai 1000 orang. saling menghormati juga
sangat penting,” kata Koko.
“Kemampuan dan waktu saya tidak dapat Sejak awal ia berpegang
lagi mengakomodasi tugas-tugas saya. Harus teguh bahwa setiap
ada pembagian tugas,” kata Koko. lembaga pendidikan harus
menjunjung tinggi nilai-
Karena itu tugas Ketua Pengurus Yayasan nilai kemanusiaan dan
dibagi dua. Koko memegang urusan-urusan
nonakademik sedangkan Suryono menangani nilai-nilai moral.
urusan akademik. Untuk urusan nonakademik
Koko dibantu oleh Iskandar Jusuf, alumnus
Sekolah Pa Hoa yang belajar dan berpraktik
hukum.
Untuk lebih memantapkan pelaksanaan dan karyawan dengan menyediakan keperluan
tugas-tugas, Koko dan Suryono mengambil mereka di sekolah.
langkah-langkah seperti mengangkat manajer-
manajer. Dengan demikian urusan harian yang Pada saat ini sebagai anggota Pengawas
makin banyak dapat tertangani segera. Langkah Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Pahoa, Koko
ini sangat menolong mengingat tidak semua setia mengikuti rapat-rapat yang pada umumnya
anggota Pengurus Yayasan bisa datang secara dilaksanakan pada hari Rabu. Rapat itu dihadiri
teratur. Mereka mempunyai kesibukan kerja oleh Pembina, Pengawas, dan Pengurus Yayasan
masing-masing. untuk membahas dan menyelesaikan berbagai
hal di Sekolah Terpadu Pahoa.
Sejak awal, kesejahteraan guru dan
karyawan menjadi perhatian Koko. Dengan Belajar di Jepang
posisinya sebagai penanggung jawab urusan
nonakademik Koko memberi perhatian lebih Koko lahir di Bandung sebagai anak bungsu
banyak kepada kesejahteraan guru dan pada Desember 1938. Kedua kakaknya yang
karyawan. Ia pun membentuk semacam badan semuanya perempuan juga lahir di Bandung.
kesejahteraan guru dan karyawan. Badan ini
mengadakan aneka kegiatan pengumpulan Kakek dan nenek Koko berasal dari
dana antara lain melalui pembukaan kantin di Tiongkok. Mereka merantau ke Klang, Malaysia,
kompleks sekolah, penjualan pakaian seragam, dan di tempat itu ayah Koko lahir.
buku-buku, dan lain-lain. Badan itu bernama
Unit Jasa Pelayanan Siswa, dari tahun 2009
sampai tahun 2014.
Kemudian kegiatan itu diteruskan oleh Ketika sudah dewasa, ayah Koko pindah
PT Usaha Jaya Prima Sejahtera (UJPS) yang dari Malaysia ke Banjarmasin tempat ia
dipimpinnya serta meluas sampai ke antar bekerja pada perusahan seorang kenalannya.
jemput siswa. UJPS sangat membantu para siswa Di Banjarmasin, ia berkenalan dengan seorang
wanita setempat yang akhirnya menjadi istrinya.
60
Setelah menikah dan belum mempunyai Hanya setahun Koko belajar di Jepang.
anak, pasangan tersebut pindah ke Bandung. Ia pulang ke Indonesia dan melanjutkan
Koko pun lahir di Bandung. Ketika berusia dua pendidikannya di SMA Gajah Mada di Menteng,
tahun kedua orang tuanya memboyong Koko Jakarta Pusat. Di sekolah ini, teman-temannya
dan kedua kakaknya ke Jakarta dan tinggal di ada yang berasal dari Sekolah Pa Hoa. Andaikata
daerah Jalan Gajah Mada. ia terus bersekolah di SMA Pa Hoa, Koko akan
masuk kelompok alumni angkatan 1958 seperti
Koko masuk TK Pa Hoa di Jalan Ketapang, Soetjipto, Suryono, dan Iskandar.
Jakarta Barat. Setelah itu ia bersekolah di SD
Pa Hoa di Jalan Mangga Besar dan di SD itu, Setelah tamat SMA Koko pun berkarir
Soetjipto dan Iskandar menjadi teman-teman di bidang bisnis. Ia mendirikan PT Arliscoputra
kelasnya. Dari SD kemudian Koko masuk SMP Hantama. Di tengah kesibukannya, ia
Pa Hoa, juga di Jalan Mangga Besar. meluangkan waktu sebanyak-banyaknya bagi
Sekolah Terpadu Pahoa. Pernikahannya dengan
Bersama dengan Soetjipto, Iskandar, dan Julia Widjaja memberinya tiga anak dan tiga
lain-lain, selanjutnya Koko masuk SMA Pa Hoa cucu.
di Jalan Patekoan. Tetapi ketika akan masuk
kelas 2 SMA, Koko keluar dari Sekolah Pa Hoa Seperti para alumni lainnya, Koko pun ikut
karena ayahnya mengirimnya ke Jepang. Di di dalam kegiatan di bidang pendidikan dengan
negeri Sakura itu Koko belajar bahasa Jepang terjun mengurus sekolah, khususnya, Sekolah
dan berpraktik di sebuah pabrik tekstil. Ayahnya Terpadu Pahoa.
berharap Koko akan membantunya dalam
bisnis tekstilnya yang pada waktu itu banyak
berhubungan dengan pabrik-pabrik di Jepang.
61
bola di tanah air. Gagasan-gagasannya menjadi
masukan bagi pengembangan dasar-dasar sepak
bola modern Indonesia.
Iskandar lahir di Jakarta pada November
1938. Ia mewarisi kegemaran pada sepak
bola dan minat menulis dari ayahnya. Sampai
sekarang Iskandar masih ingat turnamen sepak
bola ketika ia duduk di kelas 2 SMP Pa Hoa. Pada
turnamen itu kesebelasan Iskandar menang
melawan tim kelas satu SMP namun takluk
ketika melawan kesebelasan kelas dua SMA.
Tim Iskandar termasuk jagoan-jagoan seperti
Tek Siong, Tek Chao, Liong Sie Tjin (Soetjipto
Nagaria), dan Robert. Iskandar dan kawan-
kawannya cukup puas dengan medali perunggu.
LEONARD ISKANDAR Selain sepak bola, satu hal lain yang
JUSUF selalu dikenang Iskandar adalah penggerudukan
Sekolah Pa Hoa pada tahun 1966. Pada
Leonard Iskandar Jusuf 杨清龙 tidak akan waktu itu Iskandar sudah menjadi mahasiswa
melupakan pesan ayahnya, Kadir Yusuf, Universitas Kristen Indonesia (UKI) di Jakarta.
salah seorang tokoh sepak bola Indonesia. Almamaternya itu dituduh anti pemerintah Orde
Bunyinya, “When you lost your wealth nothing Baru yang sedang menumpas para pengikut
is lost; when you lost your health something Partai Komunis Indonesia (PKI). Tanpa rasa
is lost; when you lost your honour everything takut Iskandar dan teman-temannya berjuang
is lost.” Kehormatan sebagai manusia yang membebaskan para siswa SMA Pa Hoa − JPP
bermartabat, itulah harta tak ternilai dalam yang ditawan. Upaya mereka berhasil. Mereka
hidup ini. pun diajak makan malam di Restoran Fajar di
Lokasari oleh keluarga salah seorang siswa yang
Iskandar dan adik perempuannya yakin dibebaskan. “Itu kisah yang paling menyedihkan
akan kebenaran kata-kata ayahnya. Mereka yang berakhir dengan sangat menyenangkan,”
menyaksikan dari dekat betapa Kadir Yusuf kata Iskandar.
menjiwai kalimat bijak tersebut di dalam
kehidupannya sehari-hari. Kadir Yusuf adalah Iskandar dengan mudah dapat masuk
salah satu tokoh nasional yang dihormati. UKI karena ia berasal dari SMA JPP (Jajasan
Pendidikan dan Pengadjaran) yang telah
Di tahun 1970-an sampai 1980-an ulasan- menjadi sekolah nasional. Sebelumnya JPP
ulasan Kadir Yusuf di Harian Kompas dan media adalah Sekolah Pa Hoa yang kemudian dipecah
cetak lain menghipnotis para penggemar sepak menjadi dua sekolah: Sekolah Pa Hoa yang
tetap menjadi Sekolah Tionghoa untuk siswa
berstatus WNA dan JPP sebagai sekolah swasta
nasional. Dengan demikian murid-murid Sekolah
JPP dapat mengikuti ujian negeri dan dapat
mendaftar masuk universitas-universitas di
seluruh Indonesia, baik negeri maupun swasta.
62
Di sekolah Pa Hoa, Iskandar menyenangi Ketertarikan Iskandar dan orang tuanya
pelajaran bahasa, terutama bahasa Indonesia pada Sekolah Pa Hoa juga karena sejarah
dan bahasa Inggris. Hal ini dapat dimaklumi Sekolah Pa Hoa yang begitu panjang. Sampai
karena ayahnya penulis dan mempunyai minat hari ini Iskandar masih menyimpan sebuah
baca yang luar biasa. Kadir Yusuf, sang ayah, fasih tulisan lama yang berisikan permohonan dari
berbahasa Inggris dan Belanda. Keluarganya Boedi Oetomo agar utusannya boleh ikut rapat-
berlangganan tiga koran: Keng Po, Java Bode, rapat THHK (Pa Hoa). Tulisan yang berasal dari
dan The Straits Times. sebuah sumber tersebut mengatakan bahwa
Boedi Oetomo ingin belajar dari THHK (Pa Hoa)
Minat Iskandar pada bahasa-bahasa teknik berorganisasi. Boedi Oetomo berdiri pada
sangat membantu kuliahnya di Fakultas Hukum tanggal 20 Mei tahun 1908 atau delapan tahun
UKI. Ketika teman-temannya frustasi mencerna setelah THHK berdiri. Setelah Indonesia menjadi
tulisan-tulisan berbahasa Inggris, Iskandar negara merdeka, tanggal 20 Mei ditetapkan
dengan mudah melalap buku-buku wajib seperti menjadi Hari Kebangkitan Nasional.
“Economics, An Introduction Analysis” karangan
Paul A. Samuelson yang kesohor itu dan “The Didirikan oleh Dr. Soetomo dan
Web of Government”, karya RM MacIver. Saat beberapa mahasiswa STOVIA, organisasi
ini, Iskandar masih menyimpan buku-buku tersebut mempunyai misi sosial, ekonomi, dan
tersebut di ruang tamu rumahnya. Pengetahuan kebudayaan, dan tidak merupakan organisasi
berbahasa Inggris banyak membantu Iskandar politik. Terdapat sejumlah kesamaan di antara
kelak dalam karirnya sebagai profesional di Boedi Oetomo dengan THHK.
bidang hukum. Iskandar juga menulis buku dan
artikel.
Sebagai sarjana hukum, pengetahuannya Telepon dari Suryono Limputra
penting bagi yayasan dan sekolah Pahoa.
Urusan-urusan yang berkaitan dengan hukum, Karena rasa berutang budi kepada
sering dikonsultasikan ke Iskandar agar tidak Sekolah Pa Hoa, Iskandar tidak dapat
sampai terjadi tindakan yang melanggar hukum. menolak permintaan Suryono Limputra yang
Dalam hal ini Iskandar sangat memperhatikan meneleponnya pada suatu hari. Suryono
aspek hukum di dalam dokumen-dokumen yang meminta Iskandar bergabung mengurus Sekolah
berurusan dengan Pahoa. Iskandar sangat kritis Pahoa yang telah didirikan kembali di Gading
terhadap kata-kata yang menyangkut hukum di Serpong. Suryono menjelaskan bahwa sekolah
dalam dokumen-dokumen itu. tersebut adalah sekolah nasional dan bukan
sekolah Tionghoa. “Saya langsung tergugah
Orang tua Iskandar yang berpendidikan mendengar penjelasan Pak Suryono pada saat
Belanda menyekolahkannya di Sekolah Pa itu. Saya langsung menyatakan kesediaan saya
Hoa karena Sekolah Pa Hoa merupakan untuk bergabung,” kenang Iskandar. Suryono
sekolah trilingual. Sejak kelas satu SMP Pa Hoa Limputra dan Soetjipto Nagaria termasuk para
Iskandar sudah menjadi anggota United States pelopor utama pendirian kembali Sekolah
Information Service Library di Jalan Nusantara. Pahoa. Keduanya teman seangkatan Iskandar di
Seminggu sekali ia meminjam buku di Children SMA Pa Hoa.
Library. Ketika duduk di kelas satu SMA ia
lulus dalam ujian Pitman’s Examination grade Iskandar bercerita bahwa setengah jam
advance. sebelum Suryono meneleponnya, Abraham
Koko Tanumihardja sudah berbicara dengannya
63
melalui telepon juga. Koko juga teman sekelas Harmony in Diversity
dan sahabat terdekat Iskandar di SMA Pa Hoa.
Koko yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Satu hal lain yang juga mengesankan bagi
Pengurus Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Iskandar adalah semangat bekerja sama dan
Pahoa meminta Iskandar menjadi anggota saling mencintai di Pahoa. Pembina, Pengawas,
pengurus karena keahlian dan pengalamannya dan Pengurus Yayasan senantiasa dengan serius
di bidang hukum. “Ketika itu saya menolak memperhatikan keadaan semua karyawan,
dan berkata kepada Pak Koko bahwa bukan guru, dan siswa-siswi. Kedisiplinan dan semangat
zamannya lagi menghidupkan kembali Sekolah kompak serta bersatu makin terasa di seluruh
Tionghoa.” Koko meyakinkan Iskandar bahwa lingkungan Sekolah Terpadu Pahoa Gading
sekolah yang direncanakan itu adalah sekolah Serpong.
nasional.
“Untuk itu, memberi teladan dengan
Seminggu setelah pembicaraan telepon kata-kata tidak cukup. Teladan harus tampak
dengan Suryono dan Koko, Iskandar menerima melalui perbuatan. Dengan demikian terjadilah
keputusan Pembina yang mengangkatnya Harmony in Diversity,” kata Iskandar.
menjadi Wakil Ketua Pengurus Yayasan
Pendidikan dan Pengajaran Pahoa. Setiap hari Sekolah Terpadu Pahoa pada saat ini
Rabu Iskandar mengikuti rapat yang dihadiri sudah “on the right track.” Sebagai sekolah
para anggota Pembina, Pengawas, dan Pengurus nasional, Sekolah Terpadu Pahoa sudah
Yayasan. Kebiasaan itu kemudian menjadi tradisi. memenuhi kewajiban memberikan pelajaran
Hampir setiap hari Rabu ada rapat gabungan yang terbaik dalam bahasa Indonesia. Dan
pengurus, pembina, dan pengawas yayasan. sebagai sekolah trilingual – bahasa Indonesia,
Walaupun rapat gabungan seperti itu di luar Inggris, dan Tionghoa – Sekolah Terpadu Pahoa
kebiasaan yayasan, Iskandar merasa hal itu baik harus memberikan pelajaran bahasa Tionghoa
sekali. Semua keputusan menjadi keputusan dan bahasa Inggris yang terbaik bagi siswa-
bersama seluruh komponen yayasan. Pahoa siswinya.
menjadi semakin kompak.
Sekolah Terpadu Pahoa di Gading Serpong
Di mata Iskandar, Pahoa mempunyai juga menekankan pendidikan budi pekerti
pengurus yang beranggotakan orang-orang melalui pelajaran Dizigui yang didasarkan pada
hebat di bidang karya masing-masing. moral dan etika Konfusius. Pelajaran Dizigui
Pandangan mereka pun hebat-hebat. Iskandar bersifat universal. Dulu di Sekolah Pa Hoa,
ikut rapat hampir setiap hari Rabu. Ia berbicara Iskandar dan teman-temannya tidak mendapat
dan bersuara apabila ada pandangan yang pelajaran budi pekerti Dizigui. Walaupun
bertentangan dengan hukum. Ia mengoreksi demikian, para guru selalu menasihati mereka
sambil memberi penjelasan apa yang boleh untuk bermoral dan beretika berdasarkan ajaran
atau apa yang tidak boleh dari segi hukum. Konfusius. Para guru juga memberi teladan
Kadang-kadang Iskandar berbeda pandangan secara nyata.
dengan peserta rapat yang lain tetapi ia tidak
mengungkapkannya karena baginya orang Di Sekolah Terpadu Pahoa Gading Serpong
bebas berpendapat. Iskandar melihat hal ini Iskandar berbagi ide dan nasihat bagi siswa-
lumrah dalam hidup berorganisasi. Ia sangat siswi, para guru, dan karyawan melalui tulisan-
menghayati filsafat yang berbunyi: 7 itu bisa tulisannya dalam Majalah Pahoa dan Majalah
2+5; 1+6; 3+4; dan seterusnya. Studium. Ia senang menyampaikan pikiran
dan isi hatinya dengan bercerita. Gagasan-
gagasannya dapat diserap dengan mudah.
64
“Untuk itu, memberi ke Tiongkok tetapi ke Hindia Belanda. Penguasa
teladan dengan kata- imigrasi Hindia Belanda menahan Kwee Hing
Tjiat lalu mendeportasikannya ke Tiongkok.
kata tidak cukup. Ia mengalami kesulitan hidup di Shanghai dan
Teladan harus tampak merasa asing di negeri Tiongkok. Atas upaya
seorang konglomerat ia bisa pulang dan hidup
melalui perbuatan. di Hindia Belanda.
Dengan demikian
terjadilah Harmony in Kisah Kwee Hing Tjiat ini mengandung
petuah agar manusia harus berpikir sebelum
Diversity” berbuat; dan mengubah pikiran bukan sebuah
kesalahan karena mengubah pikiran adalah
Melalui tulisannya yang berjudul “Kita tanda orang berpikir. Itulah pesan yang selalu
Berpikir, Maka Kita Belajar”, Iskandar mengajak ingin disampaikan oleh Iskandar kepada siapa
para siswa pembaca sadar akan pentingnya pun.
berpikir. Berpikir bukan asal berpikir tetapi
berpikir sungguh-sungguh ketika menghadapi Iskandar sangat berharap bahwa para
sebuah situasi hidup. guru, murid, dan karyawan Sekolah Terpadu
Pahoa tetap memegang teguh kepada semangat
Di dalam tulisan itu Iskandar bercerita persatuan dan kerukunan, tidak hanya di
tentang Kwee Hing Tjiat, pemimpin redaksi lingkungan sekolah, tetapi juga di masyarakat
koran Sin Po. Kwee Hing Tjiat pada tahun 1915 umum. Untuk itu mereka sangat penting
menyatakan tidak setuju orang Tionghoa diberi memahami perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
status Nederlandsch Onderdaan. Dengan status
ini berarti orang Tionghoa adalah semi warga Secara khusus Iskandar menulis beberapa
negara Belanda. Kwee Hing Tjiat berkata, “Tidak! buku yang di antaranya berbicara tentang
Sekali bangsa Tionghoa tetap bangsa Tionghoa!” keberadaan suku Tionghoa sebagai bagian utuh
dari bangsa Indonesia. Buku-buku karyanya
Kampanye Kwee Hing Tjiat mendapat antara lain Jalan Panjang Asimilasi Etnis
dukungan dari organisasi-organisasi Tionghoa Tionghoa; Bangsa Tionghoa di Perantauan jadi
dan dari hampir semua Sekolah THHK di Hindia Bangsa Indonesia Suku Tionghoa; dan Dari
Belanda, kecuali Sekolah Pa Hoa dan Tiong Hoa Tionghoa Hwe Koan sampai Sekolah Terpadu
Siang Hwee. Pahoa 2008.
Setelah berhenti dari koran Sin Po, Kwee Iskandar Jusuf adalah salah seorang di
Hing Tjiat merantau ke Jepang dan Eropa dengan antara segelintir orang di Yayasan Pendidikan
memakai paspor Tiongkok dan bukan paspor dan Pengajaran Pahoa yang suka menulis.
Hindia Belanda. Selesai bepergian ia tidak pulang Tulisan-tulisan ini kelak di kemudian hari menjadi
dokumen tentang Pahoa pada zaman sekarang
ini.
65
PENGURUS
YPP PAHOA
67
Tak pernah terpikirkan oleh Yoedono
Goeinawan 游宏良 bahwa ia akan
menjabat sebagai Ketua Pengurus Yayasan
Pendidikan dan Pengajaran Pahoa. “Saya orang
bisnis. Belum ada pengalaman mengelola
sekolah. Menjadi guru pun tidak pernah,”
kata Yoedono Goenawan. Ia pemilik usaha
security printing yang sudah berpuluh-puluh
tahun khusus mencetak dokumen-dokumen
pemerintah.
Saat ini Yoedono menjabat sebagai Ketua YOEDONO
Pengurus Yayasan Pendidikan dan Pengajaran GOEINAWAN
Pahoa sejak diangkat pada tahun 2017. Ia
mengambil oper tugas tersebut dari Suryono serta alumni Sekolah Pa Hoa pada umumnya
Limputra yang masa jabatannya telah berakhir. mempunyai satu hati sehingga perbedaan
Di tengah kesibukannya sebagai pengusaha, pandangan dan pendapat selalu dapat
Yoedono dengan sepenuh hati meluangkan diselesaikan. Sikap mengalah menjadi bagian
waktu sebanyak mungkin bagi Sekolah Terpadu dari budaya para anggota pengurus Yayasan.
Pahoa.
Pengangkatan Yoedono menjadi Ketua
Pengurus Yayasan menandakan dimulainya
“peremajaan” fungsionaris kepengurusan
Sekolah Terpadu Pahoa. Yoedono adalah
alumnus SMA Pa Hoa dari angkatan 1968
sedangkan Suryono dari angkatan 1958.
Sebelum Suryono, Pengurus Yayasan Pendidikan
dan Pengajaran Pahoa diketuai oleh Abraham
Koko Tanumihardja, teman seangkatan dengan
Suryono di sekolah dulu.
Rasa percaya diri Yoedono bertumbuh Yoedono menjabat sebagai ketua pengurus
karena para anggota pengurus yayasan terdiri yayasan ketika Sekolah Terpadu Pahoa di Gading
atas orang-orang “hebat”. Lebih dari itu, Serpong telah dikenal luas. Di luar dugaan para
kekompakan dan semangat saling mendengarkan pendirinya, sekolah ini berkembang sangat
di kalangan pengurus sangat terasa. Yoedono cepat dan mutunya diakui oleh pemerintah,
menyukai kata “berunding” ketika melukiskan para orang tua, dan masyarakat umum.
proses pengambilan keputusan di dalam rapat-
rapat pengurus yayasan. Bahkan di dalam rapat Sekolah Terpadu Pahoa merupakan
pengurus itu hadir juga pembina dan pengawas kelanjutan dari Sekolah Pa Hoa yang didirikan
Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Pahoa. di Batavia pada tahun 1901 oleh Perkumpulan
Tiong Hoa Hwe Koan (THHK). Sekolah Pa Hoa
“Masukan banyak. Kita bisa melihat mana ikut mengukir kemajuan pendidikan di zaman
masukan-masukan yang baik dan cocok untuk Hindia Belanda dan di era Indonesia merdeka.
kebutuhan kita,” kata Yoedono. Ia melihat para Sekolah ini berdiri sekitar tujuh tahun lebih
anggota pembina, pengawas, dan pengurus dahulu sebelum Boedi Oetomo terbentuk.
69
Sejak berdirinya, ribuan alumni Sekolah Pa menyatukan semua alumni, baik alumni Sekolah
Hoa berkarir dan menyumbangkan tenaganya Pa Hoa − THHK, tamatan Sekolah Pa Hoa − JPP
secara berarti bagi pengembangan kehidupan dan lulusan sekolah negeri seperti Yoedono.
masyarakat dalam berbagai bidang, baik di
Indonesia maupun di negeri-negeri lain. Di Sekolah Terpadu Pahoa tidak berpuas
antara mereka ada tokoh-tokoh di bidang bisnis, diri dengan pencapaian-pencapaian yang telah
akademis, kedokteran, militer, dan lain-lain. diraih. Para anggota pengurus yayasan ingin agar
pendidikan di sekolah ini melampaui standar
Ditutup Pemerintah Orde Baru mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Karena
itu, di Sekolah Terpadu Pahoa, pemenuhan
Tentang Sekolah Pa Hoa dulu, Yoedono tak kurikulum sebagai sekolah nasional telah
akan melupakan apa yang dirasakannya pada dilengkapi dengan unsur-unsur tertentu dari
suatu pagi di bulan April tahun 1966. Saat itu kurikulum sekolah-sekolah di luar negeri seperti
para murid Sekolah Pa Hoa mendapati sekolah kurikulum dari Malaysia, Singapura, Taiwan, dan
mereka digembok. Sekolah-sekolah tersebut Tiongkok.
terletak di Blandongan, di Jalan Perniagaan,
dan di Jalan Mangga Besar. Waktu itu Yoedono “Prinsip kami adalah jangan cepat berpuas
duduk di kelas I SMA Pa Hoa di Blandongan. diri,” kata Yoedono. Pada beberapa kesempatan
para pejabat dinas pendidikan mengungkapkan
“Ketika sekolah kami ditutup kami kaget. penghargaan kepada Yoedono dan para anggota
Kami tahu itu waktu malam ketika menonton pengurus yayasan lainnya atas prestasi-prestasi
TV. Paginya saya pergi ke sekolah dan melihat yang telah diukir Sekolah Terpadu Pahoa. Acara
sekolah kami digembok,” kenangnya. wisuda Sekolah Terpadu Pahoa menjadi salah
satu ajang yang dinanti-nantikan para anggota
Pemerintah Orde Baru mengambil pengurus karena pada kesempatan tersebut
alih semua gedung sekolah Pa Hoa dan mereka dapat menerima masukan-masukan
menjadikannya tempat sekolah-sekolah negeri. dari para pejabat dinas pendidikan.
Maka ketika Yoedono naik ke kelas II SMA Pa
Hoa di Jalan Blandongan, sekolah itu telah Pujian dari pemerintah justru menjadi
menjadi SMA Negeri 17 dan sekolahnya di Jalan pressure bagi para anggota pengurus yayasan,
Perniagaan telah menjadi sekolah negeri yang kata Yoedono. Ia menyimpan perasaan khawatir
bernama SMA Negeri 19 bersama dengan SMP bahwa mutu Sekolah Terpadu Pahoa akan
Negeri, SD Perniagaan, dan TK Perniagaan. menurun apabila para anggota pengurusnya
terlena oleh aneka pujian serta penghargaan
Murid-murid Sekolah JPP (sekolah yang telah diterima.
nasional) dan Sekolah Pa Hoa Blandongan
yang belum selesai bersekolah melanjutkan Satu hal yang harus dihindarkan adalah
pendidikan mereka di TK, SD, SMP dan SMA rasa bangga yang berlebihan melihat tampilan
Negeri 19 Jakarta di Jalan Patekoan yang fisik sekolah berupa gedung-gedung dan aneka
kemudian nama jalan itu diganti menjadi Jalan fasilitas yang dimilikinya. Hardware sekolah
Perniagaan. memang penting tetapi Yoedono menegaskan
bahwa meningkatkan software berupa
Pengalamantakterlupakanitumenyalakan kurikulum sangat penting bagi mutu sekolah.
semangat Yoedono untuk menyumbangkan
tenaganya bagi kemajuan Sekolah Terpadu Satu hal lain yang mendapat perhatian
Pahoa di Gading Serpong. Label “Pahoawan” khusus dari Yoedono adalah membangun
keterikatan para alumni Sekolah Terpadu Pahoa
70
dengan almamaternya. Para anggota pengurus 1979 di Glodok Plaza dan reuni akbar pada
yayasan bercita-cita bahwa mereka yang akan tahun 1984 di Hotel Horison. Beberapa orang
mengurus Sekolah Terpadu Pahoa di masa alumni berkumpul di Hotel Borobudur dan
depan adalah alumninya sendiri. berunding untuk membeli gedung sekretariat
dan hal-hal lain. Setelah pertemuan di Hotel
“Generasi pengurus yang akan datang Borobudur tersebut para alumni Sekolah Pa Hoa
harus lepas dari vested interest. Mereka harus membentuk Yayasan Pancaran Hidup yang kelak
mempunyai hati sosial dan mempunyai hati berubah nama menjadi Perkumpulan Pancaran
bagi almamaternya,” kata Yoedono. Para Hidup. Kini Perkumpulan Pancaran Hidup telah
anggota pengurus yayasan di masa depan yang berubah namanya menjadi Perkumpulan Alumni
tidak mengetahui apa yang diinginkan oleh Pahoa (PAP).
para pengurus yayasan sekarang akan sulit
mengamalkan visi dan misi Sekolah Terpadu Reuni akbar terakhir berlangsung
Pahoa. bertepatan dengan perayaan HUT ke-110
Sekolah Pa Hoa. Yoedono ditunjuk menjadi
Visi Sekolah Terpadu Pahoa adalah: Wakil Ketua Panitia Perayaan. Ia mendampingi
Menjadi sekolah triligual unggulan dan Ketua Panitia, Anthon Sunarcia, yang adalah
terkemuka; standar pendidikan yang tinggi; teman sekelasnya di SMA Pa Hoa.
dan pendidikan moral dan etika yang mengacu
kepada ajaran Konfusius yang universal. Bahasa Tionghoa
Sedangkan misi Sekolah Terpadu Pahoa adalah:
Menyelenggarakan sekolah trilingual bagi Secara pribadi, Yoedono merasa senang
murid-murid pendidikan prasekolah, SD, SMP, melihat para siswa Sekolah Terpadu Pahoa belajar
dan SMA; mendidik murid sampai cerdas dan bahasa Tionghoa. Kadang-kadang ia mengajak
berakhlak mulia; dan mengemban misi sosial mereka berbicara dalam bahasa tersebut.
melalui bidang pendidikan. Beberapa dari mereka bisa berkomunikasi
dengannya walaupun tidak begitu lancar. Sekali
Demi keberlanjutan Visi dan Misi Sekolah dua kali ia menemukan siswa yang terasa
Terpadu Pahoa, Yoedono menggagas dan masih ‘kurang” dalam berbahasa Tionghoa,
membentuk Asosiasi Alumni Tunas Muda yang dibandingkan dengan teman-teman mereka. Ia
menaungi para alumni Sekolah Terpadu Pahoa. berharap para lulusan Sekolah Terpadu Pahoa
Beberapa dari mereka diundang mengikuti akan makin terampil berbahasa Tionghoa.
rapat-rapat pengurus yayasan. Pengurus
yayasan juga menyediakan ruang khusus di Yoedono sendiri berbicara lancar dalam
Sekolah Terpadu Pahoa tempat mereka dapat bahasa Tionghoa. Di Sekolah Terpadu Pahoa, ia
melakukan rapat, reuni, dan kegiatan-kegiatan sering berkomunikasi dengan sesama anggota
yang didanai yayasan. Semua hal ini bertujuan pengurus yayasan dalam bahasa tersebut.
membangun rasa sayang dan kedekatan hati Di Sekolah Pa Hoa Blandongan dulu bahasa
para alumni kepada almamaternya. Tionghoa menjadi bahasa untuk belajar dan
mengajar. Di rumah, orang tua Yoedono
Yoedono terkesan oleh semangat berkomunikasi dengan anak-anaknya dalam
“Pahoawan” yang mengadakan reuni-reuni bahasa Tionghoa dan bahasa Indonesia.
terutama pada tahun 1970-an sampai dengan
tahun 2000-an yang berujung pada didirikannya Sampai saat ini Yoedono membaca buku-
kembali Sekolah Terpadu Pahoa di Gading buku dan koran berbahasa Tionghoa. Bahasa
Serpong pada tahun 2008. Reuni-reuni tersebut ini sangat membantunya dalam berkomunikasi
termasuk reuni akbar pada bulan Maret
71
“Generasi pengurus budi pekerti dari kitab Gongming. Pelajaran
yang akan datang Gongming serupa dengan Dizigui yang sekarang
harus lepas dari vested diajarkan di Sekolah Terpadu Pahoa. Mata
interest. Mereka harus pelajaran yang bersumber dari ajaran Konfusius
mempunyai hati sosial itu membantu menata sikap dan perilaku para
dan mempunyai hati siswa untuk hidup di tengah keluarga, sekolah,
bagi almamaternya” dan masyarakat umum.
dengan rekan-rekan bisnis. Ia sadar akan makin Saat ini yayasan dan Sekolah Terpadu
pentingnya bahasa Tionghoa dalam pergaulan di Pahoa terus berupaya meningkatkan pendidikan
dunia dewasa ini. moral siswa melalui pengajaran Dizigui.
Beberapa buku telah diadakan untuk itu,
Menurut Yoedono, untuk benar-benar termasuk buku-buku Dizigui yang disadur oleh
menguasai bahasa Tionghoa, seorang anak harus Suryono Limputra.
mulai belajar bahasa tersebut ketika berusia
di bawah tujuh tahun atau ketika berusia TK. Sama seperti pengurus yayasan, para
Yoedono beruntung karena dulu ia mengalami orang tua juga berharap bahwa para lulusan
sendiri hal ini, baik di rumah maupun di sekolah. Sekolah Terpadu Pahoa akan menjadi pribadi-
pribadi yang tidak hanya pandai secara akademis
Selain bahasa Tionghoa, Yoedono juga tetapi juga mempunyai budi pekerti yang baik.
merasa berutang budi kepada almamaternya
atas pendidikan moral yang diperolehnya. Dari pernikahannya dengan Betty H.
Di Sekolah Pa Hoa dulu ia belajar moral dan Goeinawan, Yoedono dikaruniai tiga anak
dan lima cucu. Semua anaknya menamatkan
pendidikan pascasarjana di luar negeri. Yoedono
lahir pada Februari 1949. Yoedono lahir di Jakarta
sedangkan istrinya berasal dari Pontianak.
72
Liliawati Rahardjo 李丽英 saat ini menjabat
sebagai Direktur Akademik Sekolah
Terpadu Pahoa. Pada masa kecilnya ia
sudah bercita-cita menjadi guru dan sekarang ia
bahkan mengurus sekolah dengan jumlah murid
yang hampir mencapai 4000 orang.
Liliawati lahir pada Mei 1949 di Jakarta,
setelah masa Perang Dunia Kedua berakhir. Ia
melewati masa kecil dan remajanya di Taiwan.
Ayahnya, Lie Ie Tjoeng, adalah salah seorang
pemegang saham dari sebuah Surat Kabar
Tionghoa yang bernama Free Press di Jakarta.
Pemegang saham yang lain adalah Liong Sit Joe,
ayah dari Soetjipto Nagaria. Kelak, Soetjipto
menjadi suami Liliawati.
Liliawati mendapat pendidikan dari orang LILIAWATI RAHARDJO
tuanya yang menghayati ajaran Konfusius.
Dari kecil ayahnya sudah membaca kitab-kitab Setelah 25 tahun menjadi ibu rumah
ajaran-ajaran filosofi Tionghoa. Pada tahun tangga dan membesarkan anak-anaknya,
1958, setelah mengenyam pendidikan sampai Soetjipto meminta Liliawati ikut mengelola
kelas 3 SD, Liliawati dan kedua orang tuanya PT Summarecon Agung Tbk. (Summarecon).
meninggalkan Jakarta menuju Hongkong. Ia Sejak Liliawati masih menjadi ibu rumah
tinggal di Hongkong dan meneruskan pendidikan tangga, ternyata diam-diam Soetjipto melihat
SD-nya di sana selama dua tahun. kemampuan sang istri. Liliawati dalam waktu
cepat dapat membuktikan kemampuannya,
Dari Hongkong, Liliawati dan kedua sehingga Soetjipto tidak membutuhkan
orang tuanya pindah ke Taiwan dan di tempat waktu lama untuk memberinya wewenang
itu ia belajar sampai tamat SMA dan lulus ujian penuh mengawasi dan mengatur pengelolaan
masuk perguruan tinggi. Tinggal dan bersekolah perusahaan properti papan atas itu. “Saya biasa
di Taiwan membuat Liliawati fasih berbahasa gerak cepat dalam bertindak dan mempunyai
Tionghoa. Selain itu, ia memiliki pendidikan prinsip kalau bekerja, berusahalah memberikan
berlatar belakang kebudayaan Tionghoa. Di yang terbaik,” ungkap Liliawati. Dan kini gerak
Taiwan juga Liliawati belajar menjadi good team cepat itu pun diterapkan di Sekolah Terpadu
player. Ia belajar bahwa anggota kelompok Pahoa.
tidak boleh terlalu menonjolkan diri yang akan
berakibat mengganggu keselarasan tim. Dalam buku biografi Pancaran Cahaya
Tujuh Generasi (keluarga Soetjipto Nagaria),
Pada tahun 1969, setelah 11 tahun tinggal Soetjipto mengungkapkan betapa Liliawati telah
di negeri orang, Liliawati dan kedua orang menjadi kekuatan besar di balik keberhasilan-
tuanya kembali ke Indonesia. Akhirnya, setelah keberhasilannya. Liliawati telah memberi banyak
menginjak usia dewasa, Liliawati menikah
dengan Soetjipto pada tahun 1971. Sepanjang
perkawinannya, Liliawati melihat Soetjipto
sebagai pribadi yang memegang teguh setiap
komitmen.
73
pengaruh kepada cara pandang dan perilaku Liliawati juga melakukan pertemuan dengan
Soetjipto sehingga ia dapat mewujudkan para orang tua siswa sehingga mereka memiliki
idealisme dan cita-citanya. pandangan yang sama di dalam pendidikan para
murid sekolah.
Liliawati bercerita tentang masa-masa
awal ia ikut mengelola Summarecon. Karena Di Sekolah Terpadu Pahoa, Liliawati sangat
belum pernah bekerja, sehingga ia mengasah memperhatikan budi pekerti dan disiplin dari
pengetahuan dan kepekaannya dengan belajar seluruh warga sekolah. Demikian juga ia sangat
dari berbagai sumber seperti kaset, video, serta memperhatikan pengajaran bahasa Tionghoa,
buku-buku tentang manajemen, marketing, dan baik berkenaan dengan guru-gurunya yang
lain-lain. banyak didatangkan dari Tiongkok, maupun
kemampuan para siswa dalam berbahasa
Summarecon didirikan oleh Soetjipto Tionghoa. Dalam belajar bahasa Tionghoa, siswa
pada tahun 1975, dan kini dikenal luas sebagai dibagi ke dalam kelas A yang lebih menguasai
perusahaan terkemuka dalam pembangunan bahasa Tionghoa dan kelas B yang masih kurang
kota-kota satelit. Proyek-proyeknya berlokasi menguasainya.
di Jakarta dan di beberapa kota besar lainnya di
Indonesia. Salah satunya adalah Summarecon Jika ada masalah yang cukup rumit
Serpong tempat Sekolah Terpadu Pahoa berada. untuk diselesaikan di tingkat Yayasan, maka
Liliawati melakukan pendekatan orang per
Ikut mengurus Sekolah Terpadu Pahoa orang di kalangan Pembina, Pengawas, dan
Pengurus Yayasan, sehingga masalah itu dapat
Sekolah Terpadu Pahoa resmi berdiri pada diselesaikan secara baik. Pendekatan orang
awal tahun 2008. Pasangan Soetjipto-Liliawati demi orang ini sangat membantu, tidak saja
memberi perhatian dan dukungan yang begitu dalam menyelesaikan masalah, melainkan juga
besar bagi berdirinya kembali Sekolah Pa Hoa pada kelancaran dalam pengurusan sekolah.
yang legendaris itu. Di Sekolah Terpadu Pahoa,
Liliawati awalnya menjabat sebagai Wakil Ketua Jika ada gagasan yang baik maka Liliawati
pengurus yayasan bidang akademik mulai tahun segera mendukungnya sehingga menjadi
2012. Pengurus Yayasan kemudian menunjuknya kenyataan sambil menambahkannya agar
menjadi Direktur Akademik mulai tahun 2022 gagasan itu menjadi lebih baik. Sebagai contoh,
setelah melihat keterampilan manajemennya. ketika Dali menggagas jabatan fungsional
guru berupa jenjang jabatan akademik guru
Sebetulnya Liliawati merasa bahwa ia yang terkait dengan reformasi penggajian
bukan orang yang cocok untuk tugas sebagai berdasarkan jenjang jabatan, beban kerja, dan
Direktur Akademik. “Urusan di Pahoa berbeda tunjangan, Liliawati langsung mendukungnya
total dengan urusan di Summarecon,” katanya. sehingga reformasi penggajian guru dan
Karena bagi ibu dua anak dan nenek dari enam karyawan cepat terlaksana. Hal serupa terjadi
cucu ini, mengelola perusahaan berbeda dengan juga pada gagasan tiga M berupa pendidikan
mengurus sekolah, sehingga ia merasa perlu moral, mandarin, dan matematika.
mengamati banyak hal karena ingin belajar.
Liliawati yang selalu ingin bergerak cepat dalam Liliawati melihat Sekolah Terpadu Pahoa
menyelesaikan urusan-urusannya, juga belajar sudah on track. Sekolah ini telah membuat
untuk menyesuaikan gaya bekerjanya agar banyak langkah maju dalam mewujudkan
dapat lebih mudah diikuti dan dipahami oleh Visi dan Misi Pahoa. Setelah mengamati
para karyawannya di Sekolah Terpadu Pahoa. perkembangan 10 tahun terakhir, Liliawati
merasa bahwa pengajaran matematika di
74
sekolah ini perlu ditingkatkan. Matematika perlu dengan jelas dalam Visi dan Misi Sekolah
untuk mengasah logika agar dapat berpikir logis Terpadu Pahoa. Usaha ini telah membuahkan
dan menumbuhkan keterampilan berpikir kritis hasil melalui prestasi para siswa Sekolah Terpadu
pada diri siswa. Pahoa di antara sekolah-sekolah, tidak saja di
daerah Banten, melainkan juga secara nasional.
“Anak-anak harus belajar eksplorasi dan
berpikir kritis yang diperlukan dalam pembinaan Dalam sebuah wawancara dengan
sumber daya manusia di Indonesia,” ujar Majalah Pahoa, Liliawati berbagi pengalaman
Liliawati. Ia melihat bahwa negara-negara lain tentang cita-cita dan harapannya, pendidikan
telah berhasil mengembangkan keterampilan anak-anaknya, harapannya kepada siswa-siswi
berpikir kritis pada sumber daya manusianya, Sekolah Terpadu Pahoa, dan kegiatan-kegiatan
dengan menekankan pengajaran matematika di amal sosialnya.
sekolah-sekolah.
Liliawati berkata, “Cita-cita dan harapan
Karena itu pula Liliawati mendukung saya saat ini sederhana saja yaitu membantu
gagasan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim anak-anak saya agar dapat menerima tongkat
tentang pengembangan enam kompetensi anak estafet untuk meneruskan bisnis yang telah
yang dinilai sangat penting yaitu kreativitas, dibangun oleh suami saya.”
kolaborasi, kemampuan bekerja sama,
kemampuan memproses informasi secara Walaupun ia tidak bersekolah di Sekolah
kritis, kemampuan memecahkan masalah, dan Pa Hoa dulu, Liliawati berharap ia akan selalu
kemampuan berempati. Semua ini disebut core dapat membantu Soetjipto dan para alumni
competencies atau kemampuan-kemampuan Sekolah Pa Hoa yang lain memajukan Sekolah
dasar yang menjadi tujuan program “Merdeka Terpadu Pahoa. Sesungguhnya Sekolah Pa Hoa
Belajar” yang digagas oleh Menteri Pendidikan dulu juga pada sebagian besar kepengurusannya
Nadiem Makarim. Dengan kemampuan- bukan diurus oleh para alumni Sekolah Pa Hoa.
kemampuan dasar tersebut orang bisa membuat Liliawati sadar betul akan kebanggaan suaminya
keputusan atau menemukan solusi terbaik kepada almamaternya dan Sekolah Terpadu
setelah mempertimbangkan situasi dan kondisi Pahoa. Bersama itu, Liliawati telah mencurahkan
yang ada. banyak waktu dan tenaga dalam kelancaran dan
kemajuan pendidikan di Sekolah Terpadu Pahoa.
Liliawati mengamati bahwa banyak
orang tidak bisa mengambil keputusan, apalagi Tentang anak-anaknya, Liliawati bercerita
keputusan yang cepat pada situasi kritis. Mereka bagaimana ia mendidik mereka dengan ajaran
hanya mendengar perintah. Inilah alasan budi pekerti yang berlandaskan ajaran Konfusius.
mengapa ia berkeinginan Sekolah Terpadu Ia juga mengajarkan mereka bahasa Tionghoa.
Pahoa benar-benar memperhatikan pendidikan
matematika. Itu juga alasan mengapa Sekolah “Anak-anak harus belajar
Terpadu Pahoa menjalin kerja sama dengan eksplorasi dan berpikir
konsultan pembelajaran matematika dari kritis yang diperlukan
Malaysia dan Singapura.
dalam pembinaan
Selain kemampuan berpikir kritis, Sekolah sumber daya manusia di
Terpadu Pahoa juga perlu terus meningkatkan
pembelajaran budi pekerti dan bahasa yaitu Indonesia”
bahasa Indonesia, Tionghoa, dan Inggris. Semua
kompetensi dasar tersebut di atas dinyatakan
75
Ketika anak-anak mulai dewasa dan membantu perusahaan seperti bantuan pengobatan,
ayahnya, ia mengajar mereka bagaimana bencana alam, dan lain-lain.
bersikap dan bertindak ketika menghadapi
masalah. Yayasan Summarecon Peduli juga
memberi pelatihan-pelatihan kepada murid-
Kegiatan-kegiatan sosial sudah lama murid SMA di sekitar Kelapa Gading di Jakarta
menjadi bagian hidup Liliawati. Ia ikut Timur. Mereka mendapat pelatihan motivasi,
dalam kegiatan-kegiatan itu bukan karena etika, dan kesadaran lingkungan hidup.
ia mempunyai banyak waktu tetapi karena Pelatihan-pelatihan tersebut bertujuan untuk
panggilan jiwanya. Ia merasa cocok dalam memotivasi para siswa menjadi orang sukses
kegiatan sosial lintas agama dan lintas bangsa dan meningkatkan kepedulian mereka pada
seperti yang dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu lingkungan.
Chi.
Itulah Liliawati, wanita cekatan yang tahu
Summarecon melalui Yayasan membaca situasi dan membawa diri di tengah
keluarga, di dunia kerja, dan di dalam pergaulan
Summarecon Peduli memiliki program di tengah masyarakat. Diam-diam di relung
hatinya yang terdalam, Liliawati menyimpan
untuk membantu karyawan-karyawan yang keinginan untuk berbuat banyak hal demi
kebaikan banyak orang. Demikian juga bagi
membutuhkan dan memberi beasiswa kepada kebaikan warga Sekolah Terpadu Pahoa.
anak-anak mereka yang berprestasi. Yayasan
Summarecon Peduli juga memberi bantuan
kepada orang-orang di luar lingkungan
76
Suhandi Sutardi 黄雨淮 tidak dapat
menceritakan pengalamannya belajar
di Sekolah JPP. Alasannya di sekolah
itu ia masih bersekolah di TK saja dan itupun
hanya selama setengah tahun, karena pada
setengah tahun berikutnya sekolah JPP telah
dinasionalisasi. Setelah tamat TK, Suhandi masuk
SD Negeri Teladan, SMPN 69, dan SMAN 19
Jakarta. Semua sekolah itu menempati gedung
ex-Sekolah JPP/Pa Hoa di Jalan Perniagaan
Nomor 31 Jakarta Barat.
“Saya tidak mempunyai gambaran tentang SUHANDI SUTARDI
Sekolah JPP karena saya masih TK pada waktu
itu. Namun dapat saya katakan sekolah-sekolah
negeri tersebut cukup baik dan merupakan
sekolah-sekolah favorit pada masanya,” kata
Suhandi. Ia masuk TK di Sekolah JPP pada
tahun 1966. Seharusnya ia tamat dari SMA
Negeri 19 pada tahun 1978, namun karena ada
perpanjangan tahun pelajaran oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, maka ia menjadi
lulus pada tahun 1979.
Bagi PPH (Perkumpulan Pancaran Hidup), meluangkan waktu untuk ikut dalam rapat
perkumpulan alumni Sekolah Pa Hoa dan Sekolah pengurus pada setiap hari Rabu. Suhandi
JPP, Suhandi dan semua ex-pelajar sekolah- lulus dari jurusan arsitektur, Fakultas Teknik
sekolah negeri tersebut − hingga lulusan tahun Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, pada
1979 − dianggap sebagai bagian dari keluarga tahun 1986.
besar “Pahoawan”. Karena itu mereka, terutama
yang lulus sampai dengan pertengahan tahun Adalah Soeseno Boenarso, Ketua Umum
1970-an, ikut dalam reuni-reuni Sekolah Pa PPH (PPH kemudian berubah menjadi PAP,
Hoa dan JPP, baik pada reuni-reuni angkatan Perkumpulan Alumni Pahoa) yang mengajak
maupun pada reuni-reuni akbar. PPH inilah, Suhandi ikut dalam rapat-rapat pengurus
terutama yang dimotori oleh angkatan lulusan Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Pahoa.
tahun 1950an dan 1960an, yang berperan aktif Pada awalnya, sebagai “si bungsu” dalam PAP,
dalam perencanaan dan pendirian kembali Suhandi terutama ditugaskan pada seminar-
almamater. Sekolah yang dihidupkan kembali seminar pendidikan yang diadakan oleh PAP
tersebut berlokasi di Summarecon Serpong dan yang bekerja sama dengan pihak sekolah.
bernama Sekolah Terpadu Pahoa. Seminar ini diadakan dalam rangka peringatan
ulang tahun Sekolah Pa Hoa dan melibatkan
Saat ini Suhandi ikut serta dalam pakar dari dalam dan luar negeri.
kepengurusan Yayasan Pendidikan dan
Pengajaran Pahoa. Ia duduk sebagai Wakil Ketua “Sejujurnya, saat awal, saya kurang
Pengurus Bidang Nonakademik. Walaupun yakin untuk terlibat dalam kepengurusan,
memiliki kesibukan dalam menjalankan usaha mengingat nama-nama besar yang ada di dalam
dan profesinya, Suhandi tetap berusaha kepengurusan tersebut,” kata Suhandi. Akhirnya
77
ia merasa tertarik untuk bergabung setelah Visi dan Misi sebelumnya dan merupakan
melihat sikap simpatik para senior alumni. pengembangan dari rumusan yang dibuat
Alasan lain adalah pengelolaan Sekolah Terpadu oleh para pembina dan melibatkan pengawas
Pahoa yang tidak “profit oriented” membuatnya yayasan yang notabene adalah para pendiri
merasa ia akan dapat belajar banyak hal di dalam Sekolah Terpadu Pahoa. “Rumusan Visi dan Misi
organisasi pendidikan ini. yang baru merupakan ‘perasan’ pokok-pokok
pikiran para anggota pembina dan pengawas
Pada masa-masa awal mengikuti rapat karena dihasilkan dari proses diskusi yang intens
pengurus, Suhandi lebih banyak bertindak yang telah mereka lakukan,” kata Suhandi. Tim
sebagai pendengar. Sebagai junior, ia merasa perumus hanya menyunting secara redaksional
harus memakai waktu tersebut untuk belajar. dan melengkapinya dengan memperhatikan
Hingga kini pun ia hanya berbicara pada saat perkembangan dan kebutuhan masa kini dan
diperlukan dan mengenai hal-hal yang ia tahu masa mendatang.
dan kuasai.
Suhandi melihat para pendiri Sekolah
Suhandi tidak ingat ide-ide manakah Terpadu Pahoa sebagai pribadi-pribadi yang
yang telah disampaikannya yang disambut baik visioner. Mereka tidak hanya menyiapkan
oleh rekan-rekan pengurus. Yang diketahuinya Sekolah Terpadu Pahoa sebagai sarana
dengan pasti adalah setiap keputusan pendidikan yang mampu beradaptasi dengan
merupakan hasil urun rembug dari para peserta kebutuhan zaman tetapi juga menginginkan agar
rapat ketika telah terjadi proses pengayaan Sekolah Terpadu Pahoa dapat berjalan sesuai
terhadap setiap ide yang dibahas. dengan cita-cita luhur para pendiri tersebut.
Mengarahkan dua tim “Perumusan Visi dan Misi yang baru ini
adalah untuk memastikan bahwa Pahoa akan
Saat ini Suhandi masih bertanggung jawab tetap berada pada ‘track’ yang benar, siapapun
mengarahkan dua tim ad hoc: Tim Penerbitan pengurusnya nanti,” kata Suhandi.
Buku Peringatan 120 Tahun Sekolah Pahoa dan
Tim Perumus Visi dan Misi Pahoa. Tim pertama Dalam visinya, Pahoa ingin menjadi
dikoordinir oleh Hendriani dan tim kedua lembaga pendidikan yang berasaskan Pancasila
dikoordinir oleh Yohani Christi. dengan standar mutu yang tinggi. Dengan asas
dan standar mutu tersebut, Pahoa percaya
Tim Penerbitan Buku Peringatan 120 Tahun pada arah yang ditujunya dan dengan demikian
Sekolah Pahoa sebenarnya telah menyelesaikan menekankan proses untuk menghasilkan
seluruh proses persiapan penerbitan namun manusia-manusia yang sehat, cerdas, dan
pengurus yayasan memutuskan untuk menunda berakhlak mulia.
proses pencetakan, karena adanya pandemi,
sambil menunggu momen yang tepat. Suhandi memberi rumusan tentang
sekolah yang baik, seperti yang digariskan
Sedangkan Tim Visi dan Misi telah dalam Visi dan Misi yang baru dari Sekolah
menyelesaikan tugasnya dengan adanya Visi Terpadu Pahoa. Ia berkata, “Secara sederhana,
dan Misi yang baru dan saat ini mereka sedang sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu
menyusun rencana-rencana strategis sebagai menghasilkan lulusan yang baik. Dan lulusan
penjabaran Visi dan Misi tersebut. yang ingin dihasilkan oleh Pahoa adalah manusia
yang holistik, bukan hanya cerdas secara
Pada dasarnya, Visi dan Misi yang baru akademik, namun juga sehat dan berkarakter
tetap membawa spirit yang sama dengan baik.”
78
Sekarang ini teknologi berkembang “Secara sederhana,
dengan sangat cepat. Disrupsi terjadi hampir sekolah yang baik
di segala bidang kehidupan, termasuk dalam adalah sekolah yang
bidang pendidikan. Karena itu, Suhandi melihat mampu menghasilkan
bahwa Sekolah Terpadu Pahoa dan lembaga- lulusan yang baik. Dan
lembaga manapun membutuhkan orang-orang lulusan yang ingin
yang visioner dan organisasi yang ‘lincah’ agar dihasilkan oleh Pahoa
dapat cepat beradaptasi dengan perubahan adalah manusia yang
tersebut. holistik, bukan hanya
cerdas secara akademik,
Suhandi percaya bahwa teknologi- namun juga sehat dan
teknologi baru yang berkembang akan berkarakter baik.”
memungkinkan kecerdasan tidak lagi menjadi
persoalan di masa mendatang. Akhlak mulia Tentang bahasa Tionghoa, Suhandi
akan menjadi faktor pembeda dan menjadi memberi penjelasan panjang. Ia menegaskan
keunggulan komparatif bagi lulusan sebuah bahwa kebutuhan akan penutur bahasa tersebut
sekolah. Karena itu Suhandi mengakui bahwa sangat tinggi yang bahkan melebihi pasokan
pemikiran para pendiri Sekolah Terpadu Pahoa yang tersedia. Suhandi memberi alasan dengan
menekankan pendidikan moral yang mengacu bertanya, “Siapa yang dapat menyangkal
kepada ajaran Konfusius yang universal. pentingnya peran Tiongkok di dunia saat ini?”
Penekanan pendidikan moral yang demikian
merupakan keputusan yang tepat dan tak lekang Beberapa dekade lalu kemampuan
oleh waktu. berbahasa Inggris merupakan hal yang sangat
penting. Pada tahun 1980-an bahasa Jepang
Ada beberapa hal kecil yang menarik mulai diminati seiring dengan berkembangnya
yang diceritakan oleh beberapa lulusan Sekolah ekonomi dan industri Jepang. Komik-komik
Terpadu Pahoa yang membuat mereka merasa Jepang populer di Indonesia. Setelah itu banyak
‘berbeda’ dari tamatan sekolah-sekolah lain. orang belajar bahasa Korea seiring dengan
mendunianya Drama Korea (Drakor) dan lagu-
Misalnya, di perguruan tinggi ketika jam lagu K-Pop.
kuliah selesai, mahasiswa yang merupakan
alumni Sekolah Terpadu Pahoa membereskan Pengajaran bahasa Tionghoa di Sekolah
kembali kursi yang mereka duduki. Mereka juga Terpadu Pahoa tidaklah semata-mata bersifat
sering secara otomatis membalas salam anjali historis sebagai penerusan Sekolah Pa Hoa
(mengatupkan kedua tangan di depan dada) saat dulu. Lebih dari itu, kemampuan berbahasa
ada orang yang memberi salam anjali kepada Tionghoa, seperti telah disebutkan sebelumnya,
mereka, termasuk ketika mereka mendapat telah menjadi kebutuhan dunia bisnis saat ini.
salam dari pelayan restoran yang menyambut Selain itu karena Tiongkok sudah menjadi salah
mereka. satu raksasa ekonomi dunia maka penguasaan
bahasa Tionghoa akan lebih memungkinkan
“Maka, menurut saya Pahoa sudah seseorang mengenal budaya bangsa tersebut.
mempunyai ‘brand’ yang membedakannya
dengan sekolah-sekolah lain,” tegas Suhandi.
Selain pengajaran moral, pengajaran bahasa
Tionghoa juga menjadi alasan mengapa para
orang tua mempercayakan anak-anaknya
kepada Sekolah Terpadu Pahoa.
79
Di Sekolah Terpadu Pahoa, pembelajaran Sekolah Terpadu Pahoa mendukung acara
“trilingual” yaitu bahasa Indonesia, Tionghoa, ini sepenuhnya. Sebagai kakak, mereka juga
dan Inggris diterapkan mulai dari jenjang menjadi mentor bagi adik-adiknya, para siswa
pendidikan prasekolah (KB dan TK). Pembelajaran Sekolah Terpadu Pahoa, dalam acara “Pahoa
tiga bahasa sejak usia dini merupakan hal yang Fun Sports and Activities” (PASS).
positif. Hal ini sesuai dengan paparan Dr. Tjut
Rifameutia MA, wakil dekan Fakultas Psikologi Sebagai alumni Sekolah Terpadu Pahoa,
Universitas Indonesia, dalam sebuah seminar secara otomatis, mereka diakui sebagai anggota
yang diselenggarakan untuk memperingati usia Perkumpulan Alumni Pahoa (PAP). Perkumpulan
111 tahun Sekolah Pahoa. ini merupakan wadah satu-satunya bagi semua
alumni Sekolah Terpadu Pahoa dan alumni
Wadah Alumni Pahoa Sekolah Pa Hoa dan JPP yang dulu. “Tentu
disadari adanya ‘generation gap’ antara anggota
SMA Sekolah Terpadu Pahoa menghasilkan senior dan junior. Namun hal ini akan dapat
lulusan SMA pertamanya pada tahun 2012. diatasi. Akan tiba waktunya bagi para junior
Sampai dengan tahun 2022, lulusan sekolah menjadi ‘motor’ perkumpulan ini,” kata Suhandi.
ini sudah lebih dari 2.000 orang. Sebagian
dari mereka sudah berkarir di dunia kerja dan Dari Siantar ke Jakarta
sebagian lagi sedang berkuliah di dalam dan
luar negeri. Di dalam negeri, mereka belajar Suhandi lahir di Pematang Siantar,
di universitas negeri dan swasta. Beberapa di Sumatera Utara, pada Desember 1959. Orang
antara mereka diterima tanpa tes di perguruan tuanya pindah ke Jakarta dan membawa Suhandi
tinggi, baik di Indonesia maupun di luar negeri. ketika ia berusia satu tahun. Dari pernikahannya
dengan Liliharta Wibowo, mereka dianugerahi
Alumni, baik yang masih berkuliah seorang putri dan seorang putra. Putrinya
maupun yang telah berkarir, secara rutin setiap bersekolah di Sekolah Terpadu Pahoa saat
tahun membantu sekolah dengan memberikan belajar di SMA sedangkan putranya bersekolah
gambaran dunia pendidikan lanjutan dan profesi di Sekolah Terpadu Pahoa sejak di TK B dan saat
kepada adik-adik mereka lewat acara ABKM ini masih duduk di bangku SMP.
(Adik Bertanya Kakak Menjawab).
Suhandi merasa sangat beruntung pernah
Alumni “tunas baru” itu juga belajar Dizigui di bawah bimbingan guru yang
menyelenggarakan acara tahunan yang kompeten. Namun ia merasa belum cukup
bernama “Annual Revolving Consortium” (ARC). berbakti kepada orang tuanya, terutama sang
Acara ini menjadi ajang reuni dan sekaligus ayah. Ayahnya berpulang saat ia masih berkuliah.
kesempatan untuk “networking”. Yayasan dan
80
Liong Seng Chu (Liong Siak Tjhie) 梁成柱
suka berbicara lurus apa adanya. Ketika
ditanya siapa atau apa yang paling dikenang
di dalam hidupnya, ia menjawab: “Ibu saya dan
Sekolah Pa Hoa.”
Ibunya buta huruf tetapi teladannya
membantu siapa pun yang membutuhkan
pertolongan melekat erat dalam sanubari Seng
Chu. Dan Sekolah Pa Hoa adalah almamaternya
yang telah memberinya bekal untuk menapaki
jalan hidupnya. Selain ibunya dan Sekolah Pa
Hoa, tentu saja ada orang-orang lain yang juga
berjasa besar dalam hidup Seng Chu.
Seng Chu lahir di Jakarta pada Juni 1945 LIONG SENG CHU
dan lulus SMA Pa Hoa tahun 1964 atau dua
tahun sebelum almamaternya itu ditutup oleh
Pemerintah Orde Baru. Kedua orang tuanya
berasal dari Tiongkok. Dua kakak perempuannya
kini bermukim di Tiongkok sedangkan kakak
laki-lakinya satu-satunya telah dipanggil Tuhan.
Para alumni kagum pada perhatian “Saya memang senang berorganisasi.
Seng Chu yang begitu besar pada berbagai Sejak tahun 1979 saya sudah mengikuti kegiatan-
kegiatan mereka. Ia ikut dalam reuni-reuni kegiatan reuni alumni,” kenang Seng Chu. Pada
alumni termasuk reuni-reuni akbar yang diikuti tahun 1984 para alumni membentuk Yayasan
para eks-pelajar Pa Hoa dari semua angkatan. Pancaran Hidup dengan M. Amid sebagai ketua.
Seng Chu juga aktif sebagai anggota pengurus Seng Chu terlibat aktif di dalam kegiatan-kegiatan
Yayasan Pancaran Hidup sejak tahun 1984. yayasan bahkan sampai di masa-masa kemudian
ketika yayasan telah berganti status menjadi
Ketika Yayasan Pancaran Hidup dibentuk Perkumpulan Pancaran Hidup. Setelah M. Amid,
pada tahun 1984, Seng Chu juga ikut dalam jabatan ketua Yayasan dan Perkumpulan secara
kepengurusan organisasi ini sebagai bendahara berturut-turut dipegang oleh Rachmat M.S.,
dan sekretaris bidang komunikasi antaralumni. Suryono Limputra, dan Soeseno Boenarso.
Pada tahun 2007 Seng Chu ikut dalam Yayasan Pancaran Hidup dibentuk untuk
barisan para “pejuang” pembangunan kembali menggalang persatuan para alumni Sekolah Pa
Sekolah Pa Hoa. Pada awalnya ia menerima Hoa dari semua angkatan. Tak terduga, semangat
jabatan sekretaris Yayasan Pendidikan dan persatuan pada akhirnya mengerucut menjadi
Pengajaran Pahoa yang terbentuk pada waktu sebuah tekad mendirikan kembali almamater.
itu. Ketika almamaternya dihidupkan kembali Seng Chu menyaksikan betapa gembira para
di Gading Serpong pada awal tahun 2008, Seng alumni menyambut rencana menghidupkan
Chu berkata, “Saya telah menetapkan hati saya kembali Sekolah Pa Hoa. Sekolah legendaris ini
untuk tetap menjaga perjalanan almamater, ditutup oleh Pemerintah Orde Baru pada tahun
tidak peduli betapa besar sekalipun gejolak yang 1966 selama 42 tahun.
mungkin menerpanya.”
81
Pertemuan-pertemuan para alumni Penggalangan dana
Sekolah Pa Hoa di Universitas Tarumanagara
tak terlupakan oleh Seng Chu. Di sana, di kantor Setiap usaha dan pembangunan apapun
Prof. Dali Santun Naga yang pada waktu itu tidak mungkin terwujud tanpa dana. Maka Seng
menjabat sebagai rektor universitas tersebut, Chu pun terkenang pada upaya-upaya dan cara
berkumpul sejumlah tokoh alumni Sekolah Pa Soeseno sebagai ketua umum Perkumpulan
Hoa. Soeseno Boenarso dan Suryono Limputra Pancaran Hidup. Dengan tutur katanya yang
memimpin diskusi tentang pembangunan menyentuh Soeseno “merayu” para alumni
kembali almamater mereka. Sebagai alumnus dan tokoh-tokoh masyarakat Tionghoa untuk
Sekolah Pa Hoa, Prof. Dali memberi masukan- mengulurkan tangan bagi pembangunan
masukan khusus dari sisi undang-undang dan kembali Sekolah Pa Hoa.
peraturan tentang pendidikan di Indonesia.
“Luar biasa. Seperti mimpi saja. Saya
Kata Seng Chu: “Selaku sekretaris YPP terharu melihat kesungguhan Pak Soeseno dan
Pahoa, saya selalu mengikuti rapat-rapat, siang tanggapan para alumni lainnya,” kata Seng
dan malam.” Ia terharu melihat semangat para Chu tentang rencana pembangunan kembali
mantan guru Sekolah Pa Hoa seperti Tjiong almamater yang menjadi kenyataan dalam
Thiam Siong dan Touw Tjoen Han. Mereka selalu waktu yang relatif sangat singkat. Pada bulan
hadir dalam pertemuan-pertemuan tersebut. Januari 2008 berlangsung upacara pemancangan
tiang pertama gedung Sekolah Terpadu Pahoa
Rencana membangun kembali Sekolah di Gading Serpong. Segera setelah itu pimpinan
Pa Hoa mula-mula belum menyebar luas di perkumpulan berani mengadakan “open house”
kalangan alumni. Berkat kegigihan Soeseno dan penerimaan murid-murid baru untuk tahun
tim sosialisasi rencana tersebut sampai juga ke pertama pengajaran.
telinga banyak alumni. Seng Chu dan kawan-
kawan memakai media cetak Surat Kabar Hanyaenambulansetelahpemancangan
Tionghoa sebagai sarana sosialisasi. Dengan tiang pertama, pembangunan gedung tahap
demikian rencana pembangunan kembali pertama selesai dan siap menerima murid TK
almamater tersebar ke seluruh tanah air dan dan SD. Seng Chu mengagumi peran Soetjipto
bahkan ke luar negeri. Nagaria dan pimpinan Perkumpulan Pancaran
Hidup dalam pemenuhan target-target yang
Seng Chu bekerja sebagai wartawan telah direncanakan.
koran berbahasa Tionghoa Harian Nusantara
atau Qiandao Ribao sehingga banyak peristiwa Setelah sekolah berdiri, setiap ada
di Pahoa diberitakan di koran itu. Seng Chu momen penting Seng Chu pasti dipanggil dan
bertubuh kecil tetapi sangat gesit. Tidak heran dilibatkan. Ia berperan mempromosikan lebih
pada setiap acara, Seng Chu hadir dengan lanjut Sekolah Terpadu Pahoa di Gading Serpong
membawa alat foto untuk mengabadikan acara kepada para alumni dan masyarakat Tionghoa
serta mencatat jalannya acara untuk dijadikan pada umumnya.
berita di koran itu.
Setelah tidak lagi menjabat sebagai
Selain itu berita di koran Qiandao Ribao sekretaris Yayasan, Seng Chu tetap menyumbang
tentang kegiatan Pahoa, secara berkala, dimuat tenaganya untuk tugas apa saja.
juga karya siswa Sekolah Terpadu Pahoa berupa
tulisan-tulisan mereka dalam bahasa Tionghoa. Persiapan bagi perhelatan-perhelatan
besar seperti reuni-reuni akbar dan perayaan
82
peringatan Hari Ulang Tahun Pahoa menyita Dari Jembatan Lima
banyak waktu dan tenaga para pengurus Yayasan
dan panitia perayaan. Kapan saja Seng Chu Seng Chu kecil tinggal di Jalan Jembatan
siap membantu dengan sepenuh hati. Baginya, Lima bersama keluarganya. Pada tahun 1951 ia
berada di tengah para alumni serasa berada di masuk SD Pa Hoa Patekoan yang berjarak lima
dalam keluarga besar. Ia melihat sesama alumni menit jalan kaki dari rumahnya. Pada waktu
tidak sekadar sebagai teman tetapi juga saudara. itu sepeda merupakan kendaraan yang umum
yang dipakai oleh para siswa sedangkan sepeda
motor dan mobil dianggap sebagai kendaraan
mewah.
Nama harum Sekolah Terpadu Pahoa
Seng Chu dan keempat saudaranya
Kini Sekolah Terpadu Pahoa berdiri bersekolah di Sekolah Pa Hoa Patekoan. Ia
megah di dua lokasi yang berdekatan di masuk SD Pa Hoa tahun 1951. Setelah tamat SD
Gading Serpong yaitu di kawasan perumahan di Jalan Patekoan, Seng Chu pindah dan belajar
Summarecon. Bangunan bagi murid-murid di SMP Pa Hoa di Jalan Blandongan. Ia tidak akan
SD sampai SMA terletak di lokasi pertama melupakan Bapak Zeng Dao Zhi 曾道志 (alumnus
sedangkan bangunan sekolah TK berada di Pa Hoa) sebagai wali kelasnya di SMP. Zeng Dao
lokasi kedua. Pada awal tahun 2022, jumlah Zhi memberi teladan yang sangat bagus kepada
murid Sekolah Terpadu Pahoa hampir mencapai murid-muridnya dalam hal berorganisasi.
4.000 orang.
“Guru Zeng sangat dekat dengan
Namun, bagi Seng Chu, bangunan indah murid. Selain mengajar bahasa Tionghoa, ia
dan megah bukan segala-galanya. Ia bersyukur benar-benar menonjol mendidik kami dalam
bahwa pendidikan moral dan prestasi akademis character building,” kenang Seng Chu. Dari Guru
para siswa Sekolah Terpadu Pahoa di Gading Zeng para murid belajar membantu sesama
Serpong telah memikat hati para orang tua manusia terutama mereka yang tertinggal.
dan masyarakat umum. Karena itu pengurus Mereka juga belajar dari Guru Zeng bagaimana
sekolah ini harus berupaya mempertahankan mengembangkan semangat persatuan tidak
nama harum lembaga pendidikan ini. hanya di sekolah tetapi di tempat-tempat lain
manapun.
Di sana-sini Seng Chu mendengar
komentar orang bahwa siswa-siswi Sekolah Di SMA Pa Hoa Blandongan Seng Chu
Terpadu Pahoa berperilaku sopan, baik terhadap bersama Soeseno Boenarso bersama-sama
orang tua maupun kepada orang-orang lain di mengikuti kegiatan OSIS sekolah. Mereka
masyarakat. Ia makin sadar bahwa pendidikan membantu adik-adik kelas SMP belajar pada
moral Dizigui berpengaruh pada pengembangan waktu liburan sekolah.
budi pekerti para murid.
Ketika Sekolah Pa Hoa Blandongan
Seng Chu merasa bahwa minat para ditutup pada tahun 1966 Seng Chu dan teman-
orang tua mengirim anak-anaknya ke Sekolah temannya mengira sekolahnya akan dibuka
Terpadu Pahoa di Gading Serpong akan terus kembali tidak lama kemudian. Ternyata tidak
bertumbuh di tahun-tahun yang akan datang. demikian. Gedung Sekolah Pa Hoa Blandongan
Hal ini pasti menjadi kenyataan apabila uang diambil alih dijadikan sekolah negeri.
Sekolah Terpadu Pahoa makin terjangkau bagi
golongan kelas menengah ke bawah. Setelah tamat dari SMA Pa Hoa Seng
Chu belajar di sebuah universitas di Jakarta.
83
“Tidak lama lagi kita bekerja pada sebuah perusahaan gudang ikan
akan berpisah selama- asin dan kemudian di agen penjualan barang-
lamanya. Kami berharap barang pecah belah.
kalian tidak menyia-
nyiakan kesempatan Pengetahuan tiga bahasa (Indonesia,
emas belajar di Sekolah Tionghoa, dan Inggris) yang didapatnya dari
almamaternya sangat mendukung karyanya.
Pahoa. Galilah ilmu Demikian pula, pelajaran matematika dan ilmu
pengetahuan sedalam- pengetahuan alam memberinya bekal sehingga
dalamnya. Sumbanglah ia dapat dengan mudah menyesuaikan diri
kepintaran kalian bagi dengan tuntutan-tuntutan pekerjaan.
Ibu Pertiwi Indonesia!”
Rasa bangga melihat almamaternya
Namun ia tidak meneruskan kuliahnya karena yang mati suri selama sepertiga abad lalu hidup
keadaan yang tidak mendukung akibat peristiwa kembali tetap bernyala di hati Seng Chu. Karena
G 30 S tahun 1965. Seng Chu pun masuk dunia itu ia berpesan kepada para siswa-siswi Sekolah
perdagangan dengan menjadi karyawan sebuah Pahoa Gading Serpong sebagai berikut: “Tidak
perusahaan di Jakarta Kota. Ia memulai dengan lama lagi kita akan berpisah selama-lamanya.
Kami berharap kalian tidak menyia-nyiakan
kesempatan emas belajar di Sekolah Pahoa.
Galilah ilmu pengetahuan sedalam-dalamnya.
Sumbanglah kepintaran kalian bagi Ibu Pertiwi
Indonesia!”
84
Setiap orang mempunyai pengalaman-
pengalaman manis dan pahit dalam
hidupnya. Bagi Anthon Sunarcia
苏益民, inilah pengalaman yang tak terlupakan:
Ia menjalani pendidikan di Sekolah Pa Hoa dan
di sana ia melompat kelas, dari kelas 1 SMP ke
kelas 3 SMP.
“Saya merasa bangga sekali bisa sekolah di
Sekolah Pa Hoa yang memberi saya kesempatan
untuk lompat kelas. Saya adalah satu-satunya
murid yang lompat kelas dari kelas 1 SMP ke
kelas 3 SMP. Itu kebanggaan yang luar biasa,”
kata Anthon yang saat ini menjabat sebagai
Sekretaris Yayasan Pendidikan dan Pengajaran
Pahoa di Gading Serpong.
Anthon lahir di Jakarta pada Februari ANTHON SUNARCIA
1948. Ia adalah murid Sekolah Pa Hoa di Jalan
Blandongan, Jakarta Barat, dari SD sampai SMA Setelah Sekolah Pa Hoa ditutup, Anthon
kelas 1. Kalau semuanya berjalan lancar Anthon melanjutkan pendidikannya di Sekolah Katolik
seharusnya tamat SMA Pa Hoa pada tahun 1968. Ricci. Ia belajar di sana selama tiga bulan saja
Namun hal ini tidak terjadi. Pemerintah Orde karena pada waktu itu yaitu tahun 1966-1967
Baru menutup Sekolah Pa Hoa pada tahun 1966 para murid lebih sibuk ikut berdemonstrasi
ketika Anthon duduk di kelas 1 SMA. Itu sebuah bersama dengan KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda
pengalaman getir dalam hidup Anthon. Pelajar Indonesia) dan KAMI (Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia) pada tahun 1966-1967.
Di Sekolah Pa Hoa, Anthon adalah
langganan juara 1 atau juara 2 dari SD sampai Setelah keluar dari Sekolah Ricci Anthon
kelas 1 SMP. Ia mendapatkan nilai akademik tidak bersekolah lagi. Ia dan beberapa teman
nomor satu di kelas 3 SMP dan memperoleh eks-SMA 1 Pa Hoa membentuk grup les malam
nilai tertinggi seluruh sekolah. Karena prestasi hari bersama dengan harapan bisa melanjutkan
akademisnya yang menonjol dan rambutnya lagi pendidikan mereka. Di siang hari Anthon
yang mulai beruban pada saat itu, teman- membantu usaha tekstil kakaknya.
temannya pun menjulukinya “jenius” dan “kutu
buku.” Kekompakan, tekad, dan cita-cita mereka
untuk belajar setinggi-tingginya tidak terlepas
Ternyata, penutupan Sekolah Pa Hoa dari pendidikan budi pekerti yang mereka dapat
pada waktu itu bukan satu-satunya kepedihan dari Sekolah Pa Hoa. Di lembaga pendidikan ini
yang dialami Anthon. Sekolahnya ditutup justru mereka belajar prinsip-prinsip moral universal
ketika ayahnya belum lama wafat. “Ayah kami dari filsafat hidup Konfusius. Prinsip-prinsip itu
meninggal pada tanggal 1 April 1966. Keluarga
kami berkabung selama tujuh hari. Ketika
hendak kembali bersekolah, saya diberitahu
teman bahwa sekolah Pa Hoa telah ditutup
tentara,” kenangnya.
85
adalah: 孝 Filial Piety (Berbakti), 悌 Respect berdiri pada bulan Maret tahun 2008. Anthon
for Elders (Hormat kepada Orang Lebih Tua), menjabat sebagai Sekretaris Yayasan Pendidikan
忠 Loyalty (Kesetiaan), 廉 Honesty (Kejujuran), dan Pengajaran Pahoa sejak tahun 2012.
耻 Shame (Perasaan Malu), 仁 Benevolence
(Welas Asih), 义 Righteousness (Kebenaran Di Sekolah Terpadu Pahoa di Gading
dan Keadilan), 礼 Manner (Sopan Santun), 智 Serpong Anthon menjadi rekan Yoedono
Wisdom (Bijaksana dan Arif), 信 Trustworthy Goeinawan dan Siang Hadi Widjaja. Ketiganya
(Terpercaya). adalah teman sekelas di Sekolah Pa Hoa pada
tahun 1966. Di kelas 1 SMA, Anthon sebangku
Akhirnya, mimpi Anthon menjadi dengan Siang Hadi Widjaja. Saat ini Yoedono
kenyataan. Dua tahun setelah Sekolah Pa menjabat sebagai Ketua Pengurus Yayasan
Hoa ditutup, tepatnya di bulan Mei 1968, ia Pendidikan dan Pengajaran Pahoa sedangkan
berangkat menuju Sydney, Australia. Di kota Siang Hadi adalah anggota Pembina Yayasan.
itu ia langsung mengikuti program persiapan
ujian masuk pendidikan tinggi. Pada awal tahun Di Sekolah Pa Hoa dulu, mereka belajar
1969 ia mulai berkuliah di University of New bahasa Inggris dan bahasa Tionghoa dari guru-
South Wales (UNSW) di Sydney. Empat tahun guru yang bermutu. Selain kedua bahasa ini,
kemudian, pada tahun 1972 ia meraih gelar pendidikan moral Konfusius juga memberi
sarjana engineering dengan peringkat kelulusan mereka bekal yang baik bagi kegiatan usaha dan
cumlaude. pergaulan mereka di masyarakat kelak.
Setelah bekerja di Australia selama tiga Di tengah kesibukan menjalankan
tahun, pada akhir tahun 1975, Anthon pulang ke bisnisnya, Anthon pelan-pelan menjalin kembali
Indonesia atas desakan Ibunda tercinta. Setelah hubungannya dengan teman-teman lama dari
bekerja beberapa tahun di perusahaan nasional Sekolah Pa Hoa.
dan multinasional, Anthon memulai berusaha
sendiri dengan mendirikan perusahaan di bidang Pada tahun 1984, Anthon dan teman-
bisnis perlampuan dan sistem penerangan pada temannya membentuk kelompok angkatan 1968
tahun 1983. dengan sebutan perhimpunan “Alumni 168.”
Mereka pun sering mengadakan pertemuan-
Seperti banyak usaha lain yang ikut pertemuan reuni. Selain bersilaturahmi,
terpuruk akibat krisis multidimensional yang perkumpulan ini mengumpulkan dana dari
melanda Indonesia pada tahun 1998, Anthon kalangan mereka sendiri untuk kegiatan-
kemudian beralih usaha ke bidang manufaktur kegiatan reuni dan untuk membantu teman-
paving block dengan mengambil alih manajemen teman yang mengalami kesulitan. “Alumni 168”
perusahaan PT Conbloc Internusa pada tahun cukup dikenal sebagai perhimpunan angkatan
2002. Ia bersyukur bahwa “Conbloc” telah yang aktif dalam keluarga besar “Perkumpulan
menjadi merek generik buat produk concrete Alumni Pahoa” (PAP). Anthon adalah satu dari
paving block di Indonesia. anggota pengurus perkumpulan alumni itu.
Kesetiaan kepada almamater Sebagai Sekretaris Pengurus Yayasan
Pendidikan dan Pengajaran Pahoa, Anthon setia
Karena kesetiaannya kepada mengikuti rapat-rapat pengurus di Sekolah
Terpadu Pahoa di Gading Serpong. Sebagai
almamaternya, Sekolah Pa Hoa, Anthon sarjana teknik, di dalam rapat, Anthon banyak
menyumbangkan pikiran dalam hal keteknikan
ikut bersama para alumni Sekolah Pa Hoa di gedung sekolah.
mendirikan kembali sekolah legendaris itu
di Gading Serpong. Mereka memberi nama
sekolah itu “Sekolah Terpadu Pahoa” yang resmi
86
Di dalam rapat, ia menyaksikan “Para alumni telah dengan
kekompakan para pembina, pengawas, dan tulus sepakat membangun
pengurus Yayasan. Mereka mengamalkan
semangat seluruh alumni Sekolah Pa Hoa yang kembali Sekolah Pa Hoa
dengan tulus telah menghidupkan kembali sebagai sekolah nonprofit
almamater mereka yang legendaris. dan didedikasikan untuk
mendidik anak bangsa agar
Kata Anthon, “Para alumni telah dengan bisa ikut membangun negeri
tulus sepakat membangun kembali Sekolah Pa
Hoa sebagai sekolah nonprofit dan didedikasikan tercinta Indonesia.”
untuk mendidik anak bangsa agar bisa ikut
membangun negeri tercinta Indonesia.”
Karena itu perbedaan pendapat di Saat ini para pendiri Sekolah Terpadu
kalangan pengurus selalu dapat dikelola dengan Pahoa sudah memasuki umur lanjut usia. Anthon
semangat musyawarah mufakat. Semuanya dan para pengurus merasa bahwa pengurus
demi cita-cita bersama yaitu membuat Sekolah sekolah ini perlu menyiapkan generasi penerus
Terpadu Pahoa menjadi sekolah terkemuka dengan sebaik-baiknya agar Visi dan Misi
di Indonesia dan diharapkan bisa berdiri kuat lembaga pendidikan ini benar-benar terjaga dan
ratusan tahun ke depan. tercapai. Sekarang ini Sekolah Terpadu Pahoa
mempunyai hampir 4.000 murid dan karena itu
Dalam rapat-rapat Anthon merasa betapa sekolah ini harus dipimpin oleh Kepala Sekolah
pengurus dan staf mendapat kesempatan yang mumpuni, berpengalaman, serta dapat
seluas-luasnya menyampaikan pandangan dan diandalkan.
pendapatnya. “Pada akhirnya pengurus selalu
dapat menyatukan pendapat dengan semangat Di kampus UNSW Australia Anthon
musyawarah mufakat,” kata Anthon. berkenalan dengan Susan, seorang wanita asal
Indonesia yang juga belajar di universitas yang
Lebih dari itu, siapa pun di lingkungan sama. Keduanya akhirnya menikah di Australia
Sekolah Terpadu Pahoa tahu bahwa pengurus pada tahun 1974 dan mempunyai tiga anak.
tidak mencari keuntungan pribadi dari Anak pertama perempuan sedangkan anak
pengelolaan Sekolah Terpadu Pahoa. Singkatnya, kedua dan ketiga laki-laki. Si sulung memberinya
tidak pernah terjadi gontok-gontokan pada dua cucu dan yang bungsu juga memberi
kepengurusan dan manajemen di Sekolah mereka dua cucu. Anak kedua belum menikah.
Terpadu Pahoa. Anak pertama dan kedua kini tinggal di Jakarta.
Anak bungsu bekerja di Hongkong.
Anthon terlibat dalam kepengurusan
Sekolah Terpadu Pahoa berawal dari bujukan Anthon melihat anak-anaknya termasuk
Soeseno Boenarso agar ia menjadi Ketua Panitia generasi yang kurang beruntung. Mereka tidak
Pelaksana HUT ke-111 di Sekolah Terpadu mendapatkan pendidikan bahasa Tionghoa
Pahoa. Acara puncak HUT berlangsung pada yang cukup sehingga tidak dapat membaca dan
tanggal 10 Juni 2012 di Sekolah Terpadu Pahoa. mengerti karangan sastra asli dalam bahasa
Ketika menerima permintaan Soeseno bergema Tionghoa. Kemampuan berbahasa Tionghoa
di batinnya suara “once a Pahoa, always a yang mumpuni sangat penting agar dapat
Pahoa.” “Kami bangga Sekolah Terpadu Pahoa mengerti dengan benar konsep nilai dalam
merupakan sekolah nonprofit seperti Sekolah kebudayaan Tionghoa. Dalam hal ini mereka
Pa Hoa di Jalan Patekoan dulu,” kata Anthon. termasuk “lost generation”, kata Anthon.
87
aneka info, baik suka maupun duka. Kebanyakan
anggota grup tinggal di Jakarta. Ada juga
anggota yang dari luar Jakarta dan luar negeri
seperti Bandung, Yogyakarta, Australia, London,
dan Belanda. Mereka saling mendoakan dan
saling membantu kalau ada yang kesusahan.
Lany bangga pada almamaternya, SMA
Negeri 19 Jakarta yang berpuluh-puluh tahun
sebelumnya adalah Sekolah Pa Hoa, sebuah
lembaga pendidikan yang melegenda dalam
sejarah Indonesia. Kebanggaannya bertambah
ketika Sekolah Pa Hoa dihidupkan lagi di Gading
Serpong yang diresmikan pada bulan Maret
2008. Semua eks-murid SMA Negeri 19 Jakarta
pada waktu itu masuk kelompok “Pahoawan”
LANYWATI ADINATA Lany mengikuti seluruh proses berdirinya
kembali Sekolah Pa Hoa. Sebagai petugas
Lanywati Adinata 翁淑兰 sekarang ini sekretariat Yayasan dan Perkumpulan Pancaran
kian dekat dengan banyak teman alumni Hidup, ia hadir dalam berbagai rapat. Jauh
Sekolah SMA Negeri 19 Jakarta. Sekolah ini sebelum para alumni menggagas pendirian
sebelumnya merupakan sekolah swasta nasional Sekolah Pahoa, Lany sudah dikenal sebagai
yang bernaung di bawah Jajasan Pendidikan “penjaga gawang” Yayasan dan Perkumpulan
dan Pengadjaran (JPP). Sedang JPP merupakan Pancaran Hidup, sejak tanggal 3 Desember 2000.
sempalan dari Sekolah Pa Hoa untuk murid yang Kantor sekretariat Yayasan dan Perkumpulan
berwarga negara Indonesia pada tahun 1957. yang mewadahi para alumni Sekolah Pa Hoa
dan JPP tersebut terletak di Jalan Muara Karang
Di masa pandemi Covid-19 komunikasi Raya, Jakarta Utara. Kini kepemilikan gedung
Lany dengan teman-teman angkatan 1971 sekretariat itu telah dialihkan ke PT Pahoa dan
makin “lekat” melalui grup WA (whatsapp). Jauh menjadi aset PT Pahoa.
sebelum pandemi Covid-19, Lany dan teman-
teman alumni angkatan 1971 telah membentuk Di Yayasan dan Perkumpulan Pancaran
kelompok arisan yang para anggotanya tidak Hidup, Lany yang berpembawaan kalem ini
hanya dari SMA tetapi juga dari SMP, SD, dan mula-mula bekerja sebagai tenaga honorer.
TK. Sebelum pandemi mereka bertemu setiap Sebelum diterima bekerja Lany bertemu dengan
bulan. Suryono Limputra sebagai ketua umum Yayasan
Pancaran Hidup (masih berstatus Yayasan).
Grup WA menjadi ajang bagi Lany dan Setelah itu ia diperkenalkan kepada Annasari
teman-teman se-almamater mengucapkan Magdalen Mulia, bendahara Yayasan. Lany juga
selamat pagi, selamat ulang tahun, dan berbagi bertemu dengan John Winarto, sekretaris I di
Gedung sekretariat Muara Karang.
Sebagai tenaga honorer Lany
diperbantukan kepada panitia persiapan reuni
akbar 100 tahun Sekolah Pa Hoa/THHK. Ia ikut
dalam rapat-rapat panitia. Puncak reuni akbar
88
tersebut ditandai dengan acara meriah di Hailai Lany pernah bekerja di pabrik gula Gunung
International Executive Club Ancol pada Hari Madu Lampung dan di dua perusahaan lain. Ia
Minggu, tanggal 18 Maret 2001. Sekitar 2.000 sempat tinggal di Lampung sebelum menetap di
orang hadir pada pertemuan yang berjalan Jakarta. Lany berhenti bekerja setelah menikah.
lancar itu.
Di hari-hari awal bekerja di Muara Karang, Belajar dari Tjiong Thiam Siong
nama “Pa Hoa” terngiang-ngiang di telinga Lany.
Sekolah Pa Hoa sejak dulu memang terkenal Lany agak bingung ketika pertama kali
tidak hanya karena bangunannya yang terhitung diminta membuat notulen rapat di sekretariat
luas dan muridnya yang banyak tetapi juga Yayasan Pancaran Hidup di Muara Karang.
karena pelajaran-pelajarannya yang bagus. “Apalagi saya tidak diberi contoh format notulen.
Tetapi ketika Lany duduk di kelas 6 SD, pelajaran Saya dilepas berjalan sendiri dan tidak ada yang
bahasa Tionghoa mulai dikurangi karena pada membimbing,” kenangnya. Ia berusaha bekerja
waktu itu Sekolah Pa Hoa menjadi sekolah sebaik mungkin, learning by doing. Pada waktu
swasta nasional (JPP). Ketika duduk di kelas itu kantor sekretariat baru saja dikembalikan
dua SMP, gedung Sekolah JPP dialihkan menjadi ke Muara Karang dari Gedung Bank Bumi Arta
sekolah negeri atas kebijakan Pemerintah Orde di Jakarta Barat usai penyelenggaraan reuni
Baru. Siswa Sekolah Menengah Pertama JPP akbar dan panitia harus segera menyusun buku
dipecahkan menjadi SMP 63 (pagi hari) dan SMP peringatan 100 tahun Sekolah Pa Hoa.
69 (sore hari).
Tim penerbitan buku peringatan
Lany diangkat menjadi karyawati beranggotakan para alumni yang sibuk dengan
tetap Yayasan Pancaran Hidup pada bulan pekerjaan pokoknya. Karena itu mereka datang
Oktober 2001. Sebagai karyawati Yayasan dan ke sekretariat setelah jam kantor. Di Muara
Perkumpulan Pancaran Hidup, kegiatan rutin Karang Lany mengenal Tjiong Thiam Siong yang
Yayasan dan kegiatan-kegiatan besar seperti sering datang ke sekretariat yayasan dan yang
reuni-reuni akbar alumni Sekolah Pa Hoa kemudian banyak membantunya menyusun
membuat Lany sangat sibuk setiap hari. Lany notulen rapat. Tjiong dikenang para alumni
tidak mempunyai latar belakang pendidikan Sekolah Pa Hoa sebagai “guru sejati” dan kamus
sekretaris. Sebelumnya, ia tidak pernah berjalan tentang seluk-beluk Sekolah Pa Hoa
melakukan pekerjaan itu. dan JPP.
Di sekretariat Yayasan dan Perkumpulan Sebelum bekerja di Muara Karang, Lany
Pancaran Hidup Lany mengelola dokumen yang lahir pada Januari 1953 di Jakarta ini telah
yayasan dan perkumpulan serta sejumlah buku mendengar tentang adanya yayasan sebagai
yang terselamatkan dari Perpustakaan Sekolah wadah alumni Sekolah Pa Hoa dari Bapak Sanusi
Pa Hoa ketika gedung sekolah itu diambil alih. Satyananda yang kebetulan bertetangga dengan
orang tuanya.
Lany belajar sampai tingkat V pada jurusan
akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Alumni yang Saling Menolong
Jakarta. Ia tidak mengikuti ujian negara sehingga
ia bergulat dengan dunia kerja tanpa ijazah Bekerja di Yayasan dan Perkumpulan
sarjana. Berbeda dengan keadaan sekarang, Pancaran Hidup membuka mata Lany lebih
pada waktu itu, lulusan perguruan tinggi swasta lebar untuk melihat kebaikan hati manusia. Lany
diwajibkan untuk mengikuti ujian negara untuk menyaksikan langsung semangat dan wujud
dapat menyandang gelar akademik.
89