Yesus yang Bangkit Berjalan Bersama Kita
Dua orang murid Yesus memutuskan kembali ke tempat asal
mereka di Emaus, padahal pagi tadi mereka baru saja mendengarkan
kabar dari beberapa perempuan dan beberapa teman mereka
bahwa Kubur Yesus kosong, Yesus telah bangkit (Yohanes 24: 22-24).
Itu berarti mereka tidak percaya berita tentang kebangkitan Yesus.
Mengapa tidak percaya? Mereka telanjur kecewa dan sedih
karena kematian Yesus. Mereka juga mengalami ketakutan ketika
melihat kemarahan dan kebrutalan massa serta para prajurit dalam
peristiwa penyaliban Yesus.
Penulis Injil Lukas mengungkap situasi mereka ini dengan
menuturkan dua orang murid itu berjalan dengan wajah muram. Hal
itu akhirnya membuat mereka tidak menyadari orang yang sedang
berjalan dan bercakap-cakap dengan mereka adalah Yesus yang
bangkit.
Saudara, kesedihan, kekecewaan, ketakutan, kemarahan, dan
kesakitan dapat membuat kita tidak merasakan dan menyadari
kehadiran Tuhan. Kita menjadi tidak percaya kepada Firman Tuhan.
Padahal, dengan jelas Tuhan berfirman Ia tidak akan pernah
meninggalkan kita (bdk Ibrani 13: 5).
Beberapa hari terakhir ini saya mengalami kesakitan yang
amat sangat pasca kemoterapi, kesulitan untuk bernapas dan
tidak dapat tidur. Kondisi seperti itu menghadirkan kecemasan dan
ketakutan dalam diri saya.
Lagu KJ 140 menemani dan menjadi doa saya, mengingatkan
saya Tuhan selalu dekat, Tuhan ada bersama saya, dan Tuhan tidak
pernah meninggalkan saya.
42
Makin dekat Tuhan kepada-Mu, walaupun saliblah
mengangkatku
Inilah laguku dekat kepada-Mu, makin dekat Tuhan
kepada-Mu
Bagi Saudara yang sampai hari ini mengalami ketakutan,
kesedihan, kekecewaan, dan kesakitan, teguhkan hati dan ingatlah
Yesus yang bangkit itu ada bersama Saudara dan berjalan bersama
Saudara. Biarlah kehangatan kasih-Nya memenuhi hati dan pikiran
Saudara.
Pikullah Kuk dan Belajar pada-Ku
”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,
Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang
dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati
dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Matius 11: 28-29).
Hidup terkadang berjalan sesuai yang kita pikirkan dan
rancangkan. Tetapi, terkadang juga tidak. Ketika hidup berjalan
tidak seperti yang kita pikirkan, kita berusaha untuk mencari tahu
rancangan Tuhan dalam hidup kita. Dan, itu bukanlah pekerjaan
yang mudah. Itu bisa menjadi pekerjaan yang membuat kita letih
lesu bahkan berputus asa. Dan, dalam perjalanan mencari tahu
rancangan Tuhan tersebut, bisa jadi kita ingin berhenti berjalan
karena tidak sanggup lagi. Mengapa bisa demikian?
Mungkin saja dalam perjalanan mencari tahu rancangan
Tuhan itu kita berjalan sendirian dengan mengandalkan pemikiran
kita dan kekuatan kita sebagai manusia. Kita tidak berjalan bersama-
sama Tuhan dan memperhatikan petunjuk yang Tuhan berikan
43
kepada kita. Padahal, dengan jelas Tuhan telah mengajak kita untuk
berjalan bersama-Nya dan belajar dari-Nya.
Dengan jelas Tuhan Yesus berkata kita akan mendapatkan
ketenangan. Ketenangan yang Tuhan berikan memampukan kita
menapaki perjalanan yang sulit sekalipun. Seperti pengalaman Daud
berjalan bersama dengan Tuhan yang memampukan Daud berkata:
”Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut
bahaya” (Mazmur 23: 4).
Apa yang harus kita lakukan? Terima kuk yang Tuhan Yesus
berikan kepada kita dan belajar memaknai hidup dalam hikmat
yang diberikan kepada kita. Tuhan akan menuntun kita langkah
demi langkah untuk memahami rancangan-Nya bagi kita. Jika saat
ini hidup kita bagaikan benang kusut dan tidak tahu akan mulai dari
mana mengurainya, sambutlah ajakan Tuhan Yesus untuk belajar
dari-Nya dan lihatlah Tuhan akan mengurai benang yang kusut
tersebut dan merangkainya menjadi sesuatu yang indah.
Janji Allah kepada Abraham
“Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk Tuhan? Pada
waktu yang telah ditetapkan itu, tahun depan, Aku akan kembali
mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara mempunyai seorang
anak laki-laki.” (Kejadian 18: 14).
Ketika Allah memanggil Abraham, Allah berjanji akan
memberikan keturunan kepadanya seperti bintang-bintang di langit
(Kejadian 15: 5). Pada saat itu usia Abraham 75 tahun dan ternyata
janji Allah itu tidak langsung terwujud dalam kehidupan Abraham.
Abraham harus menunggu 25 tahun sebelum janji itu digenapi.
44
Dalam proses menunggu, Abraham telah menjadi tua, dan
istrinya, Sara, telah mati haid. Karena itu ketika janji Allah ini kembali
diperdengarkan, Sara tertawa karena merasa itu adalah sesuatu
yang mustahil.
Secara manusia rasanya memang tidak mungkin lagi
Abraham dan Sara akan memiliki anak. Ternyata melalui Abraham
dan Sara, Allah menyatakan tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Pada waktunya Sara melahirkan seorang anak laki bagi Abraham
dan Abraham menamakan anak itu Ishak (Kejadian 21: 2-3).
Memang tidak mudah untuk dapat menanti Allah bekerja
dalam kehidupan kita karena pada dasarnya manusia tidak sabar
menunggu. Kita lebih mudah berputus asa dan menyerah, atau
bertindak mengikuti pemikiran kita. Padahal, Allah menginginkan
kita percaya dan berpegang teguh pada janji-Nya. Janji Allah pasti
akan ditepati sesuai rancangan-Nya dan semua akan indah pada
waktunya.
Karena itu mari kita belajar berproses bersama dengan
Allah dan menikmati setiap proses bersama dengan-Nya, walau
mungkin harus melewati proses panjang. Percayalah proses itu akan
membawa kita semakin dekat kepada-Nya.
Janji Allah kepada Yosua
Yosua adalah pengganti Musa yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Yosua lahir di Mesir sehingga ia menyaksikan sendiri
bagaimana bangsa Israel ditindas dan dijadikan budak di tanah
Mesir.
Allah memakai Yosua sejak peristiwa bangsa Israel keluar dari
tanah Mesir sampai bangsa Israel memasuki dan menduduki tanah
45
Kanaan. Nama Yosua mulai terdengar ketika ia memimpin bangsa
Israel melawan orang Amalek (Keluaran 17: 9).
Yosua juga menyertai Musa ke Gunung Allah selama 40 hari
(Keluaran 24). Yosua menjadi pengintai yang dikirim ke tanah Kanaan
dan memberikan pesan optimistis Israel akan menduduki Kanaan
dengan pertolongan Allah (Bilangan 14).
Apa yang dijanjikan Allah kepada Yosua sebagai pengganti
Musa?
Pertama, tempat yang berlimpah susu dan madu yang
dijanjikan kepada bangsa Israel.
Kedua, setiap tempat yang diinjak oleh telapak kaki Yosua
akan diberikan kepada Yosua seperti yang dijanjikan kepada Musa
(Yosua 1: 3).
Ketiga, Allah berjanji menyertai Yosua sebagaimana Allah
menyertai Musa (Yosua 1: 5).
Pada akhir hidupnya, Yosua menyatakan kepada bangsa Israel
apa yang dijanjikan Allah kepada Israel telah dipenuhi Allah. Tidak
ada satu pun yang tidak dipenuhi (Yosua 23: 14). Yosua meninggal
pada usia 110 tahun.
Kisah kehidupan Yosua ini kembali membuat kita belajar,
ketika Allah berjanji, Allah pasti akan menepati janji-Nya. Memang
waktu yang dibutuhkan dalam proses menggenapi janji itu bisa
sangat panjang.
Bahkan dalam pemenuhan janji tanah yang berlimpah susu
dan madu bagi Israel, Allah membawa bangsa Israel berkeliling di
padang gurun selama 40 tahun. Banyak dari mereka yang keluar dari
tanah Mesir meninggal di padang gurun. Bangsa Israel yang masuk
ke tanah perjanjian sebagian besar adalah generasi yang baru.
Yosua menjadi salah satu generasi lama yang menyaksikan
janji Allah digenapi karena Yosua hidup sesuai permintaan Allah, yaitu
46
mengikuti perintah Allah, merenungkan Taurat, dan mengajarkan
kepada bangsa Israel (Yosua 1: 7-9).
Janji Tuhan kepada Nabi Yeremia
“Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya
rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Ratapan 3:
22-23).
Ayat dari kitab Ratapan ini adalah ayat yang sangat terkenal
yang sering dikutip untuk memberikan kekuatan dan penghiburan
bagi orang yang sedang mengalami pergumulan. Tidak banyak
orang yang menyadari ayat ini keluar dari mulut Nabi Yeremia
sebagai ungkapan iman dan kepercayaannya akan janji Tuhan dalam
kehidupan orang Israel.
Nabi Yeremia yang dikenal sebagai nabi peratap menulis kitab
Ratapan. Ia dipanggil sejak masih belia (Yeremia 1: 6) dan melayani
selama 40 tahun.
Nabi Yeremia menyaksikan kejatuhan Yerusalem dan Bait Suci
dihancurkan serta dibawanya umat Tuhan ke Babel sebagai tawanan
sesuai dengan nubuat Tuhan. Yeremia dipanggil untuk menyatakan
bahwa Tuhan Allah Israel adalah setia, dan Tuhan Allah berjanji akan
menyelamatkan dan memulihkan Israel ketika mereka bertobat dari
penyembahan berhala dan kembali kepada Tuhan.
Selama 40 tahun pelayanannya, Nabi Yeremia menyaksikan
bagaimana Tuhan bekerja dalam kehidupan umat Israel. Nabi
Yeremia menyaksikan Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-
Nya. Walaupun umat Israel ada dalam pembuangan, kasih Tuhan
menyertai mereka.
47
Tuhan membangkitkan orang-orang muda Israel yang setia
dalam iman kepada Tuhan untuk menjadi teladan bagi umat Israel.
Tuhan juga menjadikan orang muda seperti Nabi Yeremia yang tidak
dibuang ke Babel dan melayani di Yerusalem menjadi teladan bagi
umat Israel dalam ketaatan kepada Tuhan, tidak takut menyatakan
kebenaran, tetap melayani dalam kasih, dan pantang menyerah.
Saudara, kalau hari ini pergumulan seolah terus menghantui
kehidupan Saudara dan kasih Tuhan tidak tampak jelas, ingatlah
ungkapan iman Nabi Yeremia bahwa Tuhan setia dan kasih setia
Tuhan tidak berkesudahan seumur hidup Saudara.
Janji Tuhan kepada Murid-murid
Setelah dibaptis dan akan memulai pelayanan-Nya, Tuhan
Yesus memanggil beberapa orang untuk menjadi murid-Nya.
Pemanggilan itu dimulai dengan Simon Petrus dan Andreas di Danau
Galilea (Matius 4: 18-20), lalu dilanjutkan dengan murid-murid yang
lain.
Dalam kebersamaan pelayanan yang dijalani sekitar tiga tahun
tersebut Tuhan Yesus membentuk mereka dan mempersiapkan
untuk melanjutkan pelayanan tersebut. Lewat suka dan duka serta
ketakutan dan kegentaran, Tuhan Yesus membentuk iman mereka
untuk percaya dan setia kepada panggilan pelayanan mereka.
Tuhan Yesus juga memperlihatkan kepada mereka cara yang
benar dalam mengasihi Allah dan sesama lewat pertemuan Tuhan
Yesus dengan orang-orang yang dianggap berdosa dan disingkirkan
dalam masyarakat. Melalui peristiwa kematian, kebangkitan, dan
penampakan diri Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya, Yesus
48
menunjukkan kepada mereka bahwa Yesus berkuasa atas kehidupan
dan meneguhkan iman para murid yang sempat porak-poranda.
Sebelum meninggalkan murid-murid, Tuhan Yesus
memberikan tugas kepada mereka: “Pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu” (Matius 28: 19-20).
Tentu saja Tuhan Yesus tidak membiarkan murid-murid-Nya
melakukan tugas mereka seorang diri. Ada janji penyertaan yang
diberikan kepada murid-murid seperti yang dikatakan Tuhan Yesus
dalam Matius 28: 20 yaitu: “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Janji Tuhan Yesus ini sangat sederhana tetapi mendalam.
Menyertai berarti tidak pernah dibiarkan sendirian. Menyertai,
berarti Tuhan Yesus selalu ada bersama murid-murid. Menyertai,
berarti murid-murid akan dikuatkan dan dihibur saat mereka harus
berhadapan dengan rintangan yang berat. Menyertai, berarti mereka
akan menjadi pemenang dalam hidup iman walau kehidupan
berakhir.
Janji ini tentu bukan saja diberikan kepada murid-murid Yesus
tetapi juga kepada kita. Apa yang kita butuhkan dalam kehidupan
ini untuk menjalankan tugas pengutusan dari Tuhan? Ada banyak
hal menurut pemikiran kita manusia. Tetapi, Tuhan Yesus tahu yang
terbaik, yaitu penyertaan-Nya bagi kita sampai akhir zaman.
Jika Tuhan Yesus beserta kita maka kita akan tenang dan
damai, bahkan di tengah badai yang mengamuk. Jika Tuhan Yesus
beserta kita, kita akan berdiri teguh dalam badai dan berjalan
melintasi badai. Jika Tuhan Yesus beserta kita maka kita akan
diberikan keberanian untuk bersaksi dan memuliakan nama Tuhan.
49
Maria Magdalena
Maria Magdalena adalah seorang pengikut Yesus yang
sangat setia. Sejak Yesus menolong Maria Magdalena dengan
membebaskannya dari tujuh roh jahat (Lukas 8: 2), Maria Magdalena
mengikut Yesus dan tidak takut menunjukkan identitasnya sebagai
pengikut Yesus.
Menyaksikan kematian Yesus di kayu salib saja telah
menghadirkan kesedihan yang mendalam bagi Maria Magdalena.
Hatinya semakin hancur ketika ia tidak menemukan mayat Yesus
di dalam kubur. Maria Magdalena menyangka mayat Yesus telah
dicuri orang. Betapa teganya orang yang telah mencuri mayat Yesus.
Apakah mereka tidak puas setelah menyiksa dan menyalibkan Yesus?
Demikian mungkin pemikiran Maria Magdalena.
Maria Magdalena terpuruk dalam kehancuran hati dan
kesedihan yang mendalam sehingga tidak mengenal Yesus yang
hadir di hadapannya.
Saudara, terkadang peristiwa menyedihkan terjadi dalam
kehidupan kita, seperti kehilangan orang yang kita kasihi atau
kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi kita. Kita terpuruk
dalam kesedihan dan air mata, sehingga tidak dapat merasakan
kehadiran Tuhan. Padahal, Tuhan ada bersama kita dan tidak pernah
meninggalkan kita.
Pemazmur berkata: “Tuhan itu dekat kepada orang-orang
yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk
jiwanya” (Mazmur 34: 19).
Maria menyadari kehadiran Yesus ketika Yesus menyapanya.
Kesedihannya berganti dengan suka cita. Saudara, sadarilah bahwa
Tuhan selalu ada bersama kita. Jadilah tenang agar kita dapat
mendengarkan suara Tuhan yang menyapa kita.
50
Thomas
”Tanda paku di kaki dan tangan, tanda cinta, tanda cinta
Tanda tombak menusuk di pinggang, tanda cintanya Tuhan,
Itu semua Tuhan sudah terima, untuk tebus dosa manusia,
Selamat orang yang tidak melihat tapi percaya juga”
Itu adalah salah satu lagu Anak Sekolah Minggu yang
dinyanyikan pada saat Paskah. Setiap kali menyanyikan lagu itu
bisa jadi kita langsung mengingat Thomas, murid Yesus yang
berkata tidak akan percaya sebelum melihat Yesus yang bangkit dan
mencucukkan jarinya pada bekas paku di tangan Yesus dan juga
mencucuk lambung Yesus (Yohanes 20: 25).
Orang sering kali tanpa sadar merasa Thomas adalah murid
Yesus yang kurang beriman karena tidak percaya dengan berita
kebangkitan Yesus yang telah disaksikan murid-murid yang lain.
Padahal, apa yang dilakukan Thomas adalah hal yang wajar. Thomas
menggunakan akal sehatnya dan tidak mau percaya begitu saja
tanpa ada bukti yang jelas.
Thomas mengalami pengalaman luar biasa ketika Yesus
menampakkan diri dan secara khusus meminta Thomas melakukan
apa yang Thomas inginkan agar dapat percaya bahwa Yesus
bangkit. Dan, Thomas langsung mengungkapkan imannya dengan
menjawab: “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yohanes 20: 28).
Kita sepatutnya bersyukur karena kehadiran seorang murid
seperti Thomas yang sesungguhnya mewakili sikap manusia
yang diberkati Allah dengan akal. Tidak ada yang salah ketika
kita menggunakan akal untuk memproses sebuah berita sebelum
menerimanya sebagai sebuah kebenaran.
Allah menciptakan manusia dengan karakter yang berbeda-
beda dan masing-masing mempunyai cara dan pengalaman pribadi
yang berbeda dalam perjumpaan dengan-Nya. Kita bersyukur karena
berita kebangkitan Yesus menjadi lengkap dalam pengalaman
kehidupan seorang Thomas dijumpai oleh Yesus.
51
Simon Petrus
Simon Petrus adalah salah seorang murid Yesus yang sangat
populer. Namanya disebutkan dalam beberapa peristiwa penting
terkait dengan kisah perjalanan pelayanan Yesus di dunia. Simon
Petrus adalah murid pertama yang dipanggil Yesus untuk mengikuti-
Nya (Matius 4: 18).
Simon Petrus adalah murid yang mengungkapkan pernyataan
iman kepada Yesus dengan berkata: “Engkau adalah Mesias, Anak
Allah yang hidup” (Matius 16: 16). Simon Petrus juga menyaksikan
peristiwa Yesus dimuliakan di atas gunung (Matius 17: 1). Simon
Petrus berjalan di atas air (Matius 14: 29).
Simon Petrus menyangkal sebagai murid Yesus ketika Yesus
ditangkap dan dibawa ke istana imam besar (Yohanes 18: 17). Simon
Petrus adalah murid yang pergi ke kubur Yesus setelah mendengar
kabar dari Maria Magdalena bahwa kubur Yesus kosong (Yohanes
20: 3-7). Dalam peristiwa penampakan di Danau Tiberias, Yesus
bertanya tentang kasih Simon Petrus kepada-Nya dan memberikan
kepercayaan kepada Simon Petrus untuk menggembalakan pengikut
Yesus kelak (Yohanes 21: 15).
Setelah pencurahan Roh Kudus (Pentakosta), Simon Petrus
tampil dengan berani dalam khotbah di Yerusalem (Kisah Para Rasul
2 dan 3). Simon Petrus juga menyembuhkan seorang yang lumpuh
di pintu gerbang Bait Allah (Kisah Para Rasul 3). Simon Petrus tidak
lagi takut walau terus-menerus mendapatkan tekanan dan ancaman
serta larangan untuk memberitakan tentang Yesus dari pemimpin
Yahudi, tua-tua, dan ahli Taurat.
52
Kehidupan Simon Petrus diubahkan dalam peristiwa
perjumpaan dengan Yesus yang bangkit. Simon Petrus tidak lagi
mengutamakan dirinya. Ia mengutamakan Yesus dalam hidupnya,
dan mengabdikan diri untuk menyatakan kasih Yesus bagi semua
umat manusia.
Saudara, sudahkah Saudara mengalami perjumpaan dengan
Yesus yang bangkit? Pribadi yang telah mengalami perjumpaan
dengan Yesus yang bangkit akan berlaku seperti Simon Petrus
yang hidup untuk Yesus. Adakah Saudara mengutamakan Yesus
dalam hidup Saudara? Apakah Saudara mengasihi Yesus dengan
sepenuh hati? Apakah Saudara menghidupi kasih Yesus yang tidak
membedakan, dan berani menyatakan dalam keseharian hidup
Saudara?
HIDUP DALAM KEBENARAN FIRMAN TUHAN
Pemberita Injil
Tahukah Saudara, setiap orang yang percaya kepada Yesus
dipanggil untuk menjadi pemberita Injil? Ya, pemberita Injil! Orang
yang menceritakan tentang kasih Allah bagi dunia melalui kehadiran
Yesus di dunia.
Simon Petrus sejak awal sudah mengikuti Yesus,
mendengarkan pengajaran Yesus serta melihat tindakan kasih Yesus
yang tidak membedakan. Tetapi, Petrus keberatan ketika diutus
untuk menyampaikan kabar keselamatan bagi Kornelius, orang
bukan Yahudi (Kisah Para Rasul 10).
Bagi Petrus, keselamatan dari Allah itu hanya untuk orang
Yahudi. Petrus juga tidak mau bersinggungan dengan orang bukan
53
Yahudi karena haram hukumnya. Tetapi, akhirnya Petrus menyadari
Allah mengasihi semua umat manusia tanpa membedakan. Bahkan
Petrus mengungkapkan: “Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa
aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir” (Kisah Para
Rasul 10: 28).
Lebih jauh lagi Petrus mengungkapkan: “Sesungguhnya aku
telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang” (Kisah Para
Rasul 10: 34). Kisah ini berakhir dengan indah karena kasih dan
keselamatan dari Allah dinyatakan dalam kehidupan Kornelius
bersama keluarganya.
Sedih dan prihatin rasanya kalau saat ini masih bertemu
pengikut Yesus yang masih suka membeda-bedakan orang lain.
Orang-orang seperti ini tidak menjadi pemberita Injil yang menabur
benih cinta kasih, sebaliknya menabur benih kebencian dan
permusuhan. Orang-orang seperti ini menjadi penghalang cinta
kasih Allah dinyatakan bagi sesama manusia.
Apakah Allah berkenan kepada orang-orang seperti ini?
Tentu Allah tidak berkenan. Karena itu, mari kita doakan bersama
jika menemukan ada orang-orang seperti ini di komunitas kita, agar
Allah membuka hati dan pikiran mereka sama seperti Petrus.
Mari kita doakan agar pengikut Yesus sungguh dapat menjadi
pemberita Injil yang menghadirkan cinta Allah lewat perkataan dan
perbuatan nyata yang mewarnai dunia.
54
Allah yang Pengasih dan Panjang Sabar
Orang sering berkata dunia semakin jahat. Kejahatan manusia
bukan semakin berkurang, tetapi bertambah-tambah. Bahkan hal-
hal jahat yang tidak terpikirkan sebelumnya sekarang dilakukan
manusia, seolah tanpa rasa bersalah.
Orang kemudian mempertanyakan tentang kehadiran Tuhan
dan karya-Nya? Misalnya: Jika Tuhan hadir dalam kehidupan manusia
saat ini mengapa Tuhan membiarkan orang-orang jahat itu berbuat
sesuka hati mereka? Mengapa Tuhan tidak melenyapkan saja orang-
orang jahat itu dari muka bumi?
Saudara, dengan jelas Daud menuturkan pengenalannya
akan Allah. Daud sebagai raja yang juga melakukan kesalahan,
menyaksikan kasih Allah yang mengampuni umat manusia dari dosa
dan kejahatan yang dilakukannya. Karena itu Daud berkata: “Tuhan
adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih
setia … Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita,
dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita”
(Mazmur 103: 8 dan 10).
Lebih lanjut Daud berkata: “…setinggi langit di atas bumi,
demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut
akan Dia; Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada
kita pelanggaran kita” (Mazmur 103 : 11-12).
Allah kita adalah yang Maha Kasih. Allah mengasihi semua
manusia ciptaan-Nya. Jika ada manusia yang berbuat jahat, Allah
menanti dengan penuh kesabaran agar manusia menyadari
kesalahannya dan berbalik kepada-Nya. Pengampunan dari Allah
selalu tersedia.
Nah, panggilan kita sebagai anak-anak Tuhan adalah hiduplah
dalam kebenaran Firman Tuhan dengan penuh kasih, agar orang-
orang yang melakukan kejahatan dapat melihat Allah di dalam
55
kita dan mereka berjumpa dengan Allah. Tetaplah tekun dan setia
mendoakan dunia ini agar menjadi tempat di mana Kasih Allah dan
damai sejahtera bersemi setiap hari.
Melatih Cinta
Pernahkah Saudara menyaksikan pengendara motor terjepit
bus transjakarta di jalur khusus bus transjakarta? Tentu kita merasa
kasihan kepada pengendara motor tersebut. Tetapi, yang menjadi
pertanyaan adalah salah siapa ini? Apakah pengendara motor
tersebut tidak tahu ada larangan bagi pengendara motor atau mobil
melintas di jalur khusus bus transjakarta?
Menurut saya, pengendara tersebut tahu, tetapi
mengabaikannya. Tahu, tetapi tidak menaati. Tahu, tetapi tidak
melakukan!
Ahli Taurat yang juga adalah orang Farisi mengajukan
pertanyaan tentang hukum yang terutama. Apakah ahli Taurat
tersebut tidak tahu? Tentu saja tahu, tetapi ia mengajukan pertanyaan
itu untuk mencobai Yesus. Yesus menjawab sesuai pengajaran
Taurat yaitu mengasihi Allah (Matius 22: 37; bdk Ulangan 6: 5) dan
mengasihi sesama (Matius 22: 39; bdk Imamat 19: 18).
Bagi Yesus, sikap hidup ahli Taurat dan orang Farisi tidak
benar dan tidak dapat diterima. Mereka tahu tentang hukum yang
terutama yaitu kasih, tetapi tidak melakukan itu dalam keseharian
kehidupan mereka. Hati mereka jauh dari Tuhan (Matius 15:8),
mengabaikan keadilan dan kebenaran (Lukas 11:42), dan menelan
rumah janda-janda (Matius 23:14).
Yesus tentu tidak ingin kita seperti ahli Taurat dan orang Farisi
yang tahu tentang ajaran cinta kasih tetapi tidak melakukan. Yesus
56
ingin agar kita tahu dan melakukan ajaran cinta kasih. Yesus menjadi
teladan dengan menunjukkan kepada kita agar mulai dari diri sendiri
dan mulailah dari sesama yang terdekat dengan kita, yaitu pasangan
kita, anak kita, orang tua kita, teman, sahabat, dan tetangga kita.
Mengasihi mudah diucapkan tetapi sulit dipraktikkan, karena
itu latihlah terus diri kita agar menjadi seperti yang Yesus inginkan.
Teladan Hidup Daniel
Beranilah seperti Daniel
Yang pegang terus kebenaran
Meski di gua singa
Tetap percaya Tuhan
Itu adalah salah satu lagu sekolah yang mencerita tokoh
Alkitab bernama Daniel, yang mengutamakan Tuhan di dalam
hidupnya. Daniel hidup di pembuangan di bawah pemerintahan Raja
Darius. Walau di negeri asing, Daniel selalu menjalankan ibadahnya
kepada Tuhan. Hidup Daniel diberkati Tuhan hingga Daniel unggul
di antara para pejabat istana. Bahkan Daniel akan diangkat menjadi
pemimpin para pejabat istana oleh Raja Darius yang percaya dan
mengasihi Daniel.
Hal itu membuat iri para pejabat yang lain. Mereka berusaha
mencari kelemahan Daniel untuk menjatuhkan dia, tetapi mereka
tidak menemukan apa-apa selain ibadah Daniel kepada Tuhan
(Daniel 6:6). Dan, itu yang dipakai untuk menjatuhkan Daniel.
Mereka membujuk Raja Darius mengeluarkan perintah agar
dalam 30 hari tidak boleh ada yang menyampaikan permohonan
selain kepada Raja. Daniel yang mendengar perintah itu tetap
berdoa kepada Tuhan seperti yang dilakukannya setiap hari. Dan, itu
membuat Daniel dilemparkan ke gua singa.
Tetapi apa yang terjadi? Daniel tetap hidup! Singa-singa itu
tidak menyentuhnya karena Tuhan menolongnya.
57
Saudara, Daniel adalah salah satu tokoh Alkitab yang
bernubuat tentang akhir zaman. Daniel menunjukkan pada akhir
zaman akan ada banyak kesusahan menimpa orang benar. Tetapi,
jika orang benar hidup dengan setia dan mengasihi Tuhan melebihi
dirinya sendiri atau jabatannya, atau harta kekayaannya, atau apa
pun yang ditawarkan dunia ini kepadanya, Tuhan akan meluputkan
orang benar itu dari segala jeratan. Apa yang tidak terpikirkan
oleh manusia dilakukan oleh Tuhan pencipta alam semesta. Daniel
menunjukkan betapa ia tidak gentar terhadap jeratan manusia dan
bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.
Karena itu Saudara, mari kita ikuti teladan Daniel. Dunia dan
manusia sekitar kita bisa saja membenci dan menjerat kita dengan
segala yang jahat, tetapi Tuhan akan melepaskan kita dengan cara
yang luar biasa. Kita akan tetap berdiri tegar di tengah kesukaran.
HIDUP BERBAGI
Menjadi Sahabat yang Peduli
“Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang
berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.”
(Amsal 3:27).
Pada masa pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama
hampir dua tahun ini (ketika renungan ini ditulis – Red) kita bisa
melihat dengan jelas kelompok orang yang peduli pada sesama dan
kelompok yang mementingkan diri sendiri.
Ada yang menceritakan pengalaman ketika keluarganya positif
Covid-19 dan harus isoman (isolasi mandiri) maka para tetangga
yang sigap dan peduli memberikan bantuan. Ada paket sembako,
sayur-sayur, dan berbagai kebutuhan harian yang disiapkan dan
58
digantung di pagar rumah. Hal sederhana ini sangat menolong
keluarga tersebut untuk cepat pulih dan memutus rantai penularan.
Tetapi, pada sisi lain ada juga cerita yang memilukan ketika
ada yang terpapar Covid-19 dan tidak ada yang bersedia membantu.
Semua orang menjauh karena takut terpapar, sehingga ia harus
mencari pertolongan medis sendiri dan berusaha memenuhi
kebutuhan hariannya dalam kondisi sakit.
Saudara, panggilan kita sebagai pengikut Tuhan Yesus
dapat kita aplikasikan dengan sangat nyata dalam situasi pandemi
Covid-19 ini.
Penulis Amsal mengingatkan agar jika mampu jangan sampai
menahan melakukan hal yang baik dan menolong mereka yang
membutuhkan pertolongan. Jangan biarkan ada sesama yang
merasa sendiri menjalani masa sulit karena Covid-19.
Ada banyak kegiatan gereja yang mungkin harus terhenti,
tetapi kehadiran gereja memiliki hati peduli tidak boleh berhenti.
Hadirlah, ungkapkan kasihmu sebagai seorang sahabat yang peduli,
sebagaimana Yesus telah menjadi sahabat bagimu.
Roti yang Memberi Kehidupan
“Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang
makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang
Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup
dunia.” (Yohanes 6:51).
Gereja Katolik Santo Yahanes di Ciamis melakukan suatu
pelayanan yang nyata di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai
ini, dengan menyediakan apa yang dibutuhkan warga masyarakat
setiap hari, yaitu makanan gratis. Pandemi berkepanjangan membuat
59
banyak warga kehilangan pekerjaan dan tidak punya penghasilan
untuk mencukupi kebutuhan harian mereka termasuk makanan.
Bekerja sama dengan warung-warung makanan milik warga,
disediakan 1.000 paket makanan. Warga dapat mengambil paket
makanan gratis tersebut pada warung yang ada tulisan “Warung
Silih Asih”.
Menyediakan makanan yang dibutuhkan setiap hari
tampaknya sederhana, tetapi itu jugalah yang dilakukan Allah
kepada Bangsa Israel dalam perjalanan menuju tanah perjanjian,
sebagai tanda Allah peduli dan memelihara kehidupan mereka.
Saat Elia mengalami kelelahan dalam pelayanannya dan putus
asa bahkan ingin mati, Allah menyediakan makanan bagi Elia agar
Elia makan dan melanjutkan kehidupan pelayanan.
Yesus juga peduli kepada ribuan orang yang mengikuti dan
mendengarkan pengajaran-Nya. Yesus tidak ingin mereka pulang
dengan kelaparan, karena itu Yesus memberi mereka makan dari
lima roti dan dua ikan (Yohanes 6).
Tetapi, Yesus tidak ingin orang banyak berhenti pada
kebutuhan sehari-hari. Kepedulian Yesus ini melampaui kebutuhan
sehari-hari umat manusia. Yesus peduli pada keselamatan umat
manusia karena itu Yesus menawarkan “Roti” yang memberikan
kehidupan yang kekal. Keselamatan hanya dalam Yesus.
Bersyukur kita punya Allah yang peduli yang mengajak kita
juga untuk peduli.
60
Lakukan Kebaikan dengan Tulus Hati
Beberapa hari terakhir ramai dibicarakan tentang selebgram
atau youtuber yang kaya raya membantu seorang nenek di panti
jompo. Dalam unggahan selebgram tersebut menuliskan nenek
tersebut ditelantarkan anak-anaknya, tetapi sekarang nenek itu
tidak sedih lagi karena ia akan menjadi anak nenek tersebut.
Unggahan itu mendapat berbagai tanggapan dari warganet
(netizen). Ada yang memuji apa yang dilakukan selebgram tersebut,
tetapi ada juga yang merasa apa yang dilakukan selebgram tersebut
sesuatu yang berpamrih karena video yang diunggah ditonton
ratusan ribu orang, dan dengan sendirinya menghasilkan uang
dalam jumlah besar bagi selebgram tersebut. Ada warganet yang
menulis komentar, yang dilakukan tangan kanan sebaiknya tidak
diketahui tangan kiri jika itu tulus.
Rasanya, itu bukan pertama kali kebaikan dipertontonkan
oleh para selebgram atau youtuber. Ada yang melakukan dengan
tulus, tetapi ada juga yang melakukan sebagai drama yang bertujuan
meraup keuntungan. Ternyata ada kepura-puraan dalam perbuatan
baik yang dipamerkan dalam video-video yang diunggah.
Dalam 1 Raja-raja 17: 8-16 diceritakan tentang seorang
perempuan janda yang miskin yang melakukan kebaikan bagi
Nabi Elia. Janda di Sarfat ini adalah seorang perempuan yang
berkekurangan. Tepung yang dimilikinya hanya cukup untuk ia dan
anaknya hari itu. Tetapi, ketika Nabi meminta bantuannya untuk
berbagi roti ia melakukannya dengan tulus hati.
Janda itu menunjukkan orang yang berkekurangan pun dapat
menjadi berkat bagi orang lain. Jangan merasa berkekurangan
sehingga tidak dapat melakukan kebaikan apa pun untuk orang di
sekitar kita. Tuhan pasti memampukan kita untuk berbagi berkat,
dan kita tidak akan kekurangan seperti yang dialami janda di Sarfat
itu.
61
Dan, itu bukanlah sebuah drama yang direkam dalam kepura-
puraan. Itu adalah kebaikan hati yang tulus. Mari Saudara, teruslah
lakukan kebaikan dalam ketulusan hati.
Mau Bahagia?
Bahagia itu sederhana. Ini adalah sebuah kalimat yang sering
saya baca. Dan rasanya jika mengacu kepada Sabda Bahagia yang
tuturkan Yesus, maka saya dapat memastikan bahwa bahagia itu
memang sederhana.
Bahagia tidak bergantung pada berapa banyak uang yang
dimiliki, juga tidak bergantung kepada harta kekayaan, kedudukan
dan jabatan.
Bahagia juga tidak bergantung pada tingkat pendidikan
seseorang. Bahagia itu suasana hati yang bermuara dalam sikap
menanggapi hidup.
Tulisan Rabindranath Tagore (1861-1941) dalam bukunya,
Gitanjali, mungkin dapat menolong kita menentukan sikap dalam
menanggapi hidup.
Janganlah aku berdoa agar diluputkan dari bahaya
Tetapi agar berani menghadapinya
Janganlah aku memohon untuk dihindari dari kesedihan
Tetapi agar mampu menaklukkannya
Janganlah aku mencari teman senasib dalam pergumulan
hidup ini
Tetapi mampu berjuang dengan daya upayaku
Janganlah aku meminta untuk diselamatkan dari
keterasingan
62
Tetapi agar dengan sabar melangkah menuju kebebasanku
Janjikanlah padaku agar aku tidak menjadi seorang
pengecut:
Tidak hanya sanggup merasakan keagungan-Mu dalam
keberhasilanku
Tetapi juga dapat merasakan genggaman-Mu dalam
kegagalanku.
Salah satu pertanyaan terbesar dalam hidup ini bukanlah
tentang apa yang akan terjadi pada kita, tetapi bagaimana sikap kita
menghadapi apa yang terjadi. Bisa larut dalam kecewa, sedih dan
putus asa. Tetapi bisa juga tersenyum, penuh harap dan bahagia.
Yang terakhir ini adalah sikap orang-orang yang tahu betul
bahwa mereka tidak berjalan sendiri tetapi bersama Yesus. Paulus
berkata: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13)
Mau bahagia? Hidup bersama Yesus!
63
Tentang Kematian
Saudara-saudara, senang sekali bisa kembali menyapa
Saudara.
Dalam Yohanes 9 ayat yang ke-4, Yesus berkata: “Kita harus
mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selagi masih siang;
akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat
bekerja.”
Dalam sapaan kali ini saya ingin bicara tentang kematian.
Menakutkan, ya?
Nah, Saudara, ada dua hal yang pasti tentang kematian. Yang
pertama adalah semua manusia pasti akan meninggal. Yang kedua,
tidak ada seorang yang tahu kapan waktunya.
Bagi orang-orang yang sakit seperti saya, misalnya, atau
orang-orang yang sakit kritis, kadang-kadang kita berpikir kematian
itu begitu dekat dengan kita. Dan, itu menjadi sesuatu yang
kemudian terus-menerus kita pikirkan.
Sesungguhnya kematian sendiri bukanlah hal yang
menakutkan. Saya, misalnya, karena buat saya kematian berarti
berakhir segala penderitaan, kesakitan.
Kematian berarti bertemu dengan Yesus, memandang wajah
Yesus. Kematian berarti bertemu dengan orang-orang yang saya
kasihi yang telah mendahului.
Tetapi, yang menakutkan adalah ketika sering kali terpikirkan
bagaimana proses menuju kematian itu sendiri.
Ketika saya membaca apa yang akan terjadi dengan orang-
orang atau pasien kanker seperti saya, ataupun ketika pengalaman
melayani mereka yang sakit seperti saya, di situ saya menemukan
ada hal-hal yang menakutkan buat saya.
64
Karena itu sering kali terpikirkan oleh saya apa yang akan
terjadi. Apakah saya akan sesak napas, apakah akan tidak dapat
berjalan, apakah ketika sel kanker itu menuju ke otak mengganggu
saraf? Lalu, apakah saya tidak dapat melihat, ataukah pendengaran
saya terganggu?
Nah, hal-hal seperti itu akhirnya mengganggu pikiran,
membuat gelisah, membuat khawatir, membuat cemas, membuat
tidak dapat tidur dengan tenang. Sampai akhirnya firman Tuhan
Yohanes 9 ayat 4 tadi menjadi ayat yang menegur saya. Mengingatkan,
mengapa memikirkan sesuatu yang kamu sendiri nggak tahu.
Mengapa fokus pada sesuatu yang di luar kontrol kamu. Karena
itu semua kan di luar kontrol saya sebagai manusia. Hanya Allah
yang tahu. Yohanes 9 ayat 4 itu mengingatkan saya, fokuslah pada
pekerjaan Bapa. Pekerjaan Bapa adalah memberitakan kabar baik;
menyampaikan firman Tuhan, melakukan kebaikan, menyebarkan
cinta kasih.
Nah, Saudara, firman Tuhan itu mengingatkan saya, selama
masih hidup, selama masih bernapas, selama masih bisa berbicara,
maka lakukanlah pekerjaan Bapa.
Apa yang dapat saya lakukan, saya berpikir. Saya dapat
melakukan, rasanya masih banyak hal yang dapat saya lakukan.
Membuat sapaan seperti ini, atau juga bisa menggunakan media
sosial yang saya miliki untuk terus menyebarkan firman Tuhan.
Saya juga punya waktu untuk berdoa bagi orang-orang
yang mengalami pergumulan, mengalami kesakitan, mengalami
penderitaan seperti saya. Saya juga tetap dapat berdoa untuk
pelayanan, pekabaran Injil di Indonesia, dan di seluruh dunia.
Apalagi yang dapat saya lakukan? Saya masih bisa melakukan
video call dengan Bapak-Ibu, dengan anggota jemaat, bisa berdoa
bersama, toh masih bisa saya lakukan.
65
Lalu, juga berbuat kebaikan. Rasanya sekarang ada banyak
cara untuk berbuat kebaikan. Lewat aplikasi yang ada di ponsel, saya
bisa tetap dapat melakukan kebaikan. Ada banyak orang di luar sana
yang mengalami kesusahan, yang mengalami sakit, yang mengalami
pergumulan, yang mengalami penderitaan, yang ternyata dengan
sedikit pemberian yang dapat saya berikan, saya tetap dapat
melakukan kebaikan.
Nah, Saudara, semuanya itu mengingatkan saya, selagi masih
siang, selagi masih hidup, selagi masih diberikan napas, selagi masih
bisa berbicara, selagi masih bisa melakukan, lakukanlah apa yang
dapat kita lakukan, pekerjaan Bapa yang mengutus Yesus. Saya juga
mengajak Bapak-Ibu untuk melakukan hal tersebut.
Mari kita fokus pada apa yang dapat kita lakukan, jangan
fokus pada apa yang tidak dapat kita kontrol. Segala hal yang di luar
kemampuan kita, jangkauan kita, Tuhan yang akan menolong kita,
seperti yang sering kita dengar perkataan bijak: Bukan berapa lama
kita hidup, tetapi bagaimana kita hidup; itu yang penting.
Tuhan memberkati Saudara.
(Dari Sapaan Gembala 8 Juni 2021)
66
BAB III
Kumpulan Puisi
Pdt. Izack Sipasulta menulis puisi sejak masa mudanya. Karya
puisinya tersimpan rapi dalam buku dan media lain, sebagian ia
bukukan sebagai bagian dari cendera mata pada pemberkatan
pernikahannya.
Puisi semakin menjadi bagian dalam perjalanan kehidupannya
ketika ia menghadapi vonis berat: menderita kanker paru stadium
lanjut. Ia mencurahkan isi hati kepada Tuhan, dan melalui
pergumulan-pergumulan dan perjalanan hampir 20 tahun masa
pelayanannya sebagai pendeta, ia meyakini, Tuhan mendengarkan
curahan hati, kesedihan, tangisan, dan ratapannya.
Berikut karya puisi Pdt. Izack Sipasulta.
68
MENJADI PELAKU FIRMAN
Pejuang Damai
Hatiku tenang
Bagaikan lautan saat purnama
Karena kutahu Yesusku bangkit
Hatiku bernyanyi gembira
Bagaikan kicau burung menyambut mentari
Karena kutahu Yesusku hidup
Hatiku damai
Damai yang tak pernah kurasakan
Damai yang tak dapat kulukiskan
Damai Surgawi
Damai-Mu
Ya Yesus
Takut
Cemas
Bimbang
Lenyap bersama hadir-Mu
Hatiku siap
Siap menjadi pejuang damai
Seperti diri-Mu
Bagi dunia
Maka kata Yesus sekali lagi, “Damai sejahtera bagi kamu! Sama
seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus
kamu” (Yohanes 20:21).
69
Ajar Aku Cinta-Mu
Ajar aku setia-Mu
Yang tak berujung
Agar aku tak berpaling
Ajar aku sabar-Mu
Yang tak berakhir
Agar aku kokoh menghadapi hidup
Ajar aku lembut-Mu
Yang tak pernah pupus
Agar aku mampu mendamaikan hati
Ajar aku rendah hati-Mu
Yang tak ada bandingnya
Agar kemuliaan hanya untuk-Mu
Ajar aku cinta-Mu
Yang tak lekang oleh waktu
Agar dunia dipenuhi cinta-Mu
Yesusku,
Inilah pintaku
70
Hamba
Aku tahu
Tak mudah menjadi hamba
Cemooh dan caci maki
Datang silih berganti
Dan aku harus diam
Aku tahu
sulit menjadi hamba
perlakuan kasar
mendera terus menerus
Dan aku harus diam
Bapa,
Engkau Tahu
Aku terluka
Lebur dalam tangis
Dan aku harus diam
Engkau Tahu
Aku tercabik
Hati berdarah
Larut dalam derita
Dan aku harus berkata:
“Ampunilah mereka”
71
BERSANDAR KEPADA TUHAN
Hanya Pada-Mu
Saat hidup tak terangkai sempurna
Aku datang pada-Mu
Saat impian hancur berkeping
Aku mencari-Mu
Saat harap menggantung tak pasti
Aku berteduh pada-Mu
Saat hidup hanya tinggal sepenggal asa
Aku bersimpuh pada-Mu
Yesus,
Kau selalu ada
Tak pernah berpaling dariku
Setia
Penuh cinta
Pelipur hati yang patah
Pada-Mu
Kugantungkan harapku
“Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur,
sebab hanya Engkaulah, ya Tuhan, yang membiarkan aku diam
dengan aman” (Mazmur 4:9)
72
Dalam Dekap Cinta
Saat pagi
Kusambut mentari
Hati sarat syukur
Terima kasih untuk hari baru
Citaku…
Kututurkan pada-Mu
Siang datang menjelang
Bumi panas membara
Hari seolah tak lagi bersahabat
Asaku…
Kugantungkan pada-Mu
Di ujung senja
Kulabuhkan harap
Hanya pada-Mu
Sang Pemilik waktu
Ku ‘kan lelap
Dalam dekap cinta
“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut
bahaya, sebab Engkau besertaku…” (Mazmur 23: 4)
73
Aku Ingin Hidup
Dengan air mata
Aku datang
Bertelut
Pada-Mu
Allah pengasih
Kucurahkan isi hati
Hidup ini
Seolah berhenti
Karena derita tak kunjung usai
Dengan hati hancur
Aku datang
Bersimpuh
Pada-Mu
Allah Penyanyang
Kututurkan gundah hati
Hidup ini
Jangan berhenti
Walau derita tak kunjung usai
Ya Allah
Aku ingin hidup
Aku masih ingin hidup
74
Kehendak Allah
Kala itu langit membiru berhiaskan mega putih bergulung-gulung
Bagai tanaman kapas terjemur teriknya matahari
Cerahnya langit bersinar terang
Tak tampak tanda mendung akan menghampiri
Kala itu kilat berkerlip membelah angkasa yang tinggi
Bagaikan pujian bagi Maha Pencipta
Guruh menggelegar memberi hormat pada Yang Dikasihi
Begitulah Sang Bapa Memuliakan Sang Putra
Jangan heran...
Apa pun kan dapat terjadi apabila Allah menghendaki
Atas segala kejadian pujilah Allah Yang Maha Agung
Kehendak Allah tak seorang pun yang bisa menghalangi
Bapa Maha Pengasih
Jalannya tidak terpahami
Pujian menggegap sebelum jalan derita menghampiri
Kekuasaan hanyalah milik Allah
Dan kekuasaan Allah harus diyakini sepenuh hati.
“Tuhan semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah
Yakub.” (Mazmur 46: 12).
75
Saat Pergumulan Menghampiri
Saat pergumulan menghampiri
Hidup terasa begitu berat
Tidak ada canda
Tidak ada tawa
Setiap hari langit tampak gelap
Padahal matahari bersinar cerah
Kicau burung yang biasanya menghadirkan suka
terdengar bagaikan ejekan di hati yang berduka
Tidak ada gairah
Tidak ada masa depan
Tidak ada harapan
Tuhan,
Ambil saja napas ini
Leburkan tubuh ini kembali menjadi debu
Aku tidak lagi sanggup
Saat pergumulan menghampiri
Tuhan memelukku
Dan Ia berbisik di telingaku:
”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,
Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang
Kupasang
dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati
dan jiwamu akan mendapat ketenangan”
Saat pergumulan menghampiri lagi
Aku tenang
Tuhan bersamaku
76
KASIH TUHAN
Satu yang Tak Berubah
Hidup penuh warna
Hitam, putih
Merah, kuning
Biru
Hidup penuh cerita
Suka, duka
Tawa, tangis
Bahagia
Hidup ini sebuah perjalanan
Datar, putar
Naik, turun
Lurus
Hidup ini bergerak
Berganti
Berubah
Satu yang tak berubah
Kasih-Nya padaku
Tetap, selamanya
“Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita.
Allah adalah kasih… “ (I Yohanes 4:16)
77
Untuk Sahabat
Pandanglah dunia
Rasakan indahnya hidup ini
Begitu banyaknya berkat datang menghampirimu
Bahkan menari di depan pintu rumahmu
Bukalah hatimu
Nikmatilah hidupmu
Segalanya Kuberikan
Juga hidup-Ku
Bukalah matamu
Lihatlah
Kasih mengiringi langkahmu
Cinta melingkupimu
Sahabat,
Secepat itukah kau berpaling?
Secepat itukah kau melupakanku?
Hanya karena nafsu dunia
Godaan semu
Fana
Adakah balas ini pantas untuk Sang Sahabat?
Adakah malu di hatimu?
Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang
memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yohanes 15:13)
78
Karena Engkau Hidup
Saat memandang wajah-Mu
Aku tahu
Engkau Tuhan-Ku
Saat memandang wajah-Mu
Aku tahu
Engkau hidup
Saat memandang wajah-Mu
Aku tahu
Engkau mengasihiku
Saat memandang wajah-Mu
Hatiku bergejolak
Duka berganti suka
Yesus,
Aku tahu sekarang
Aku hidup
Karena Engkau hidup
79
Kasih Bapa
Cinta-Mu, Bapa, memulihkan hidupku
Kasih-Mu menyelamatkan aku dari kuasa maut
Putra Tunggal-Mu, Yesus, Engkau relakan menjalani penderitaan
dan diremukkan
dalam kehinaan untuk mendatangkan hidup bagiku yang berdosa.
Bapa, inilah doa dan janjiku
Biarlah kehidupan memancar melalui hidupku
Jadikan aku alat pendamai-Mu, ya Bapa
Di mana ada kebencian, biarlah aku menabur kasih
Di mana ada orang yang menyinggung perasaan, biarlah aku
mampu memaafkan
Di mana ada keraguan biarlah aku menguatkan iman
Di mana ada orang yang berputus asa, biarlah aku membawa
pengharapan
Di mana ada kegelapan, biarlah aku membawa terang, ya Bapa,
Aku berjanji untuk tidak selalu minta dihibur, tetapi justru
menghibur
Tidak untuk dimengerti tetapi belajar mengerti
Tidak menuntut untuk selalu dikasihi tetapi mengasihi
Biarlah kasih dan kemuliaan-Mu memenuhi seluruh bumi
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal.” (Yohanes 3: 16).
80
Satu Hari Bersama-Mu
Saat pagi menyapa dalam kehangatan
Aku tersenyum
Karena aku tahu
Engkau berjalan bersamaku
Saat siang menyengat panas
Aku tertawa
Karena aku tahu
Engkau berjalan di sisiku
Saat sore menjelang dalam keteduhan
Aku kembali tersenyum
Karena aku tahu
Separuh jalan ini telah kulalui bersama-Mu
Saat malam turun menyelimuti dalam gelap
Engkau tersenyum
Kau genggam tanganku
‘Tuk lalui malam bersama-Mu
Bapa, Engkau menuntunku
Merangkai hari dalam ketaatan
Merajut cerita indah dalam kasih
“Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan
kananmu. Matahari tidak akan menyakiti engkau pada waktu siang,
atau bulan pada waktu malam” (Mazmur 121: 5-6)
81
Cintaku vs Cinta-Mu
Aku mencintai-Mu
Karena:
Tatapan-Mu yang lembut
Senyuman-Mu yang mendamaikan hati
Tangan-Mu yang selalu terbuka menyambutku
Pelukan-Mu yang hangat
Kehadiran-Mu yang menceriakan
Kebaikan-Mu yang selalu nyata
Kasih sayang-Mu yang tak berujung
Pertolongan-Mu yang tak pernah terlambat
Berkat-Mu yang melimpah
Kesabaran-Mu yang tak bertepi
Kesetiaan-Mu seumur hidupku
Engkau mencintaiku
Karena:
Kelemahanku
Kekuranganku
Keterbatasanku
Ketidakberdayaanku
Kebodohanku
Karena cinta-Mu
Engkau rela Tersalibkan
MATI
Bagiku
“Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-
orang durhaka pada waktu yang telah ditentukan Allah” (Roma 5: 6)
82
Indonesia
Engkau memberikan tanah yang subur
Bukit dan gunung yang elok
Bentang laut luas dengan keindahan laksana negeri dongeng
Engkau menganugerahkan rimbun pohon yang hijau
Udara yang segar
Air yang jernih laksana butiran kristal
Engkau menghamparkan berbagai kebudayaan unik
Gerak tari penuh pesona
Nyanyian merdu laksana pujian penghuni surga
Engkau menghadirkan berbagai suku bangsa
Keragaman tutur bahasa indah
Laku bersahaja laksana Diri-Mu
Engkau menggoreskan cerita gumul dan juang
Laga Patriot
Lakon Pahlawan dalam kisah sejati
Engkaulah Sang Maha Pencipta
Engkau menciptakan kami
Engkau mencintai kami
Indonesia
“Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Mu, ya Tuhan, dan sangat
dalamnya rancangan-rancangan-Mu.” (Mazmur 92: 6).
83
Untuk Anakku …
Anakku, tak sabar rasanya Pikirkanlah bagaimana
melihat kamu berdiri di membuat Ia disenangkan oleh
hadapan Tuhan dan jemaat pikiranmu…
untuk mengikrarkan imanmu. tenagamu bahkan dengan
Mengaku iman bahwa engkau uangmu.
percaya pada Allah, Bapa dan Pastinya, Ia tidak akan
Roh Kudus. senang ketika engkau mabuk,
Tahukah ’Nak, itu tidak mudah ... berbohong,
sangat tidak mudah. berjudi, membolos, korupsi,
Hari-hari di depanmu akan bahkan ketika engkau berpisah
semakin jahat. dengan
Pandangan dunia akan pasangan hidupmu kelak...
mengajarkanmu,
engkau layak berjuang untuk Berdirilah dengan tegak
kesenanganmu, anakku…
meskipun itu mengorbankan ikrarkanlah imanmu di hadapan
imanmu. Allah dan jemaat-Nya.
Kami, orang tuamu, ada
Bahagia adalah kata yang akan bersamamu meniti hari-hari ke
sering ’dijual’ oleh dunia dan si depan,
jahat bagimu. agar hidupmu menjadi seperti
Itu tidak pernah salah... bila yang Ia ingini…
kesenanganmu ada dalam hidup yang memuliakan Dia,
Tuhan. karena hidup adalah tentang
Sesungguhnya, hidup bukanlah Dia.
tentang kita.
Hidup adalah tentang Tuhan. ”Sebab segala sesuatu adalah
dari Dia, dan oleh Dia, dan
Pikirkanlah bagaimana kepada Dia: Bagi Dialah
memuliakan Tuhan ketika kemuliaan sampai selama-
engkau duduk, berdiri, tidur... lamanya!” (Roma 11: 36)
dalam setiap kesempatan.
84
Kata
Kulihat senyum di matamu
Saat kata lembut
Indah bertutur
Kulihat duka di matamu
Saat kata pilu
Sedih bertutur
Kulihat luka di matamu
Saat kata hancur
Umpat bertutur
Kulihat tawa di matamu
Saat kata lucu
Gelak bertutur
Kulihat aku di matamu
Saat semua kata ditutur
Cerahkan satu hati dengan tutur katamu
“Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis
bagi hati dan obat bagi tulang-tulang” (Amsal 16:24)
85
CERMIN KESADARAN
Aku Ingin Kembali
Pernah aku mengikut-Mu
Setia
Tulus
Penuh kasih
Pernah aku mengikut-Mu
Setiap detik
Sekuat tenaga
Seutuhnya
Pernah aku mengikut-Mu
Tak berpaling
Janji hati
Tapi aku tergoda
Hati mendua
Larut dalam nikmat dunia
Ingkar
Dalam khianat
Dusta berkepanjangan
Bapa,
Aku ingin kembali
86
Pernah
Pernah
Aku tuturkan
Cinta pada-Mu
Setulus hati
Pernah
Aku ungkapkan
Kasih pada-Mu
Segenap jiwa
Pernah
Aku katakan
Sayang pada-Mu
Seumur hidup
Pernah
Aku janjikan
Tak berpaling
Sampai mati
Kini . . .
waktu menjawab semuanya
87
Menyalibkan Manusia Lama
Engkau tidak jauh
Bahkan selalu dekat
Kami menjauh
Aku menjauh
Aku ingin kembali pada-Mu
Tetapi rasanya tak mampu
Aku ingin kembali mendekat
Tetapi rasanya tak layak
Karena aku tak layak
Engkau mendekat
Karena aku berdosa
Engkau menyapa
Yang harus aku lakukan
Hanyalah membuka hati
Memberi ruang untuk-Mu
Menyalibkan manusia lamaku
“Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan,
supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita
menghambakan diri lagi kepada dosa.” (Roma 6:6)
88
Aku Berkata
Aku berkata
Aku mengasihi Tuhan
Tetapi aku memalingkan muka
Ketika sesamaku menangis
Aku berkata
Aku mencintai Tuhan
Tetapi aku menutup mata
Ketika sesamaku teraniaya
Aku berkata
Aku rela berkorban bagi Tuhan
Tetapi aku mengeraskan hati
Ketika sesamaku mati kelaparan
Aku berkata
Aku mengasihi sesama
Aku hanya berkata
Tanpa mampu melakukan
89
Aku
Saat matahari pagi menyapa
Aku bergegas
Ada banyak hal yang harus kukerjakan
Tergesa
Berlari
Berkejaran dengan sang waktu
Hari berlalu dalam sekejap
Lelah
Letih mendera
Lalu hening menghampiri
Aku terdiam
Apa yang telah kukerjakan?
Tentangku
Aku
Kepentinganku
“...Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya
sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” (Filipi 2: 4).
90
Tutur dan Laku
Hari ini Tuhan menemuiku dan menyapaku:
Anak-Ku,
Bibirmu berkata cinta
Tapi hatimu penuh bisa
Mulutmu menuturkan damai
Tapi lakumu sarat tikai
Lidahmu mengucapkan kasih
Tapi hidupmu penuh benci
Bibirmu berkata manis
Tapi hatimu penuh bengis
Mulutmu menuturkan sayang
Tapi lakumu sarat bangkang
Lidahmu mengucapkan ampun
Tapi hidupmu penuh dendam
Berhentilah berpura-pura
Karena Aku tahu segalanya
Berhentilah berupa topeng
Jadilah gambar-Ku yang sempurna
“Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan
lakukanlah yang baik” (Roma 12:9)
91