The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by handojo.e, 2022-12-02 11:06:39

Goresan Hati - Izack Yusuf Sipasulta

Goresan Hati - Izack Yusuf Sipasulta

Keywords: goresanhati,izackyusufsipasulta

Izack Dalam Kenangan Keluarga

Rosalina Djuharto: Teman Menempuh Perjalanan

Berawal dari hobi yang sama pada dunia teater…

Kami sama-sama suka teater, terutama yang berhubungan
dengan budaya dan sejarah.

Pada bulan Mei 2011, Bakti Budaya Djarum Foundation
menghadirkan program “Indonesia Kita”, dengan menggelar
pertunjukan Konser Cinta Beta Maluku, Nyanyian Damai untuk
Indonesia, dengan salah satu tim kreatifnya adalah Butet Kertaredjasa.
Pertunjukan digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki.
Pentas musikal itu cukup banyak peminatnya, sehingga sebelum hari
pertunjukan, tiket-tiket sudah terjual habis.

Saya mempunyai kebiasaan mengunggah (posting) iklan
teater yang akan saya tonton di picture profile (PP). Izack langsung
menghubungi saya dan menanyakan bagaimana bisa mendapatkan
tiket konser tersebut? Saya menjawab kebetulan teman saya adalah
anggota tim event organizer (EO) acara tersebut, dan saya membeli
tiket melalui teman saya itu.

Izack meminta tolong untuk menanyakan apakah masih ada
sisa tiket yang bisa dibeli? “Ok, saya tanyakan dulu, ya, Pak,” jawab
saya pada saat itu.

Teman saya akhirnya berhasil mendapatkan satu buah tiket
untuk Izack. Jadilah kami menonton konser tersebut, tentu tidak
berangkat bersama-sama. Saya duduk di bagian sayap sebelah kiri

143


bersama teman-teman yang juga suka nonton teater, sementara
Izack duduk di bagian sayap kanan.

Sejak saat itu kami saling memberikan informasi tentang
pertunjukan teater. Dan, suatu saat, Izack mengajak saya menonton
teater “Matah Ati”, di Teater Jakarta, yang menghadirkan penata
artistik sangat kreatif dan inovatif. Kala itu Izack mengatakan akan
membeli tiketnya, agar bisa memilih posisi duduk yang bagus. Itulah
pertama kalinya kami pergi nonton teater berdua saja. Ehmmm …

Dan, berlanjut dengan nonton pertunjukan-pertunjukan
teater yang lain. Waktu itu saya menganggap Izack sebatas “teman
nonton” saja.

Tahun 2012, ketika Izack Menyatakan Cintanya

Ada rasa senang, lega, tetapi juga ada rasa khawatir dan
tidak percaya, apakah Izack sungguh-sungguh mau menjalankan
hubungan yang serius dengan saya? Karena saya tahu, dengan
pergaulan Izack yang luas dan pembawaannya yang supel, banyak
wanita yang dekat dengan dia. Pergumulan saya yang lain adalah,
bagaimana menghadapi keluarga saya sendiri?

Sebagai perempuan yang terlahir dari keturunan Tionghoa,
dari remaja sudah ditanamkan, dalam mencari teman hidup harus 3S
(seiman, sesuku, sepadan). Keluarga kami bukan keluarga yang rasis,
Papi-Mami berdagang bahan bangunan. Papi sebelum meninggal
aktif di gereja dalam Komisi Bapak, dan beberapa kali menjadi
penatua. Kami terbiasa bergaul dengan lingkungan Jawa dan Betawi
di rumah.

Tetapi, masalah 3S itu memang doktrin, yang tanpa sadar
sudah berlaku turun-temurun. Belum pernah ada seorang pun dalam

144


keluarga besar Papi dan Mami yang melanggar 3S ini. Jadi sudah
pasti Mami kaget begitu mengetahui hubungan saya dan Izack.
Koko dan Cici saya juga langsung menelepon saya dan menanyakan
hal itu. Akhirnya Mami berkata; “Kita sama-sama berdoa ya, kalau
memang Izack adalah jodoh dari Tuhan untuk kamu, Tuhan pasti
dekatkan dan buat hati Mami ini bisa menerimanya, tetapi kalau
Izack bukan jodoh yang terbaik untuk kamu, maka Tuhan akan
jauhkan hubungan kalian.”

Saya menjawab, “Ya Mi, itu juga yang menjadi doa saya
sejak awal, dan saya akan menunggu restu dari Mami. Kalau Mami
merestui hubungan saya dan Izack, maka saya akan lanjutkan, tetapi
kalau Mami tidak merestui, maka saya akan mundur.” Bagi saya,
restu orang tua adalah syarat mutlak untuk melangkah ke jenjang
pernikahan.

Pendekatan Izack ke Calon Istri dan Calon Mertua

Perhatian Izack semakin intens ke saya. Mengirimkan
buket bunga mawar putih ke kantor pada hari ulang tahun saya,
mengirimkan boneka dan candy pada saat hari Valentine, mengajak
makan malam di tempat-tempat yang romantis dan unik. Hmm, di
luar perkiraan kalau melihat sosok Izack yang cool dan cuek.

Berbeda dengan pasangan kekasih pada umumnya, yang
tidak pernah lupa menikmati malam mingguan, tugas pelayanan
seorang pendeta justru penuh di akhir pekan. Jadi kadang kami
bertemu di hari-hari kerja. Tidak selalu pergi keluar rumah, tetapi
sering hanya mengobrol saja di rumah bersama Mami. Sehingga
Mami pun terbiasa berkomunikasi dan lebih mengenal Izack lagi
secara pribadi, yang selama ini terbatas antara pendeta dan jemaat.

145


Seiring dengan berjalannya waktu, Izack pun semakin sering
ikut dalam acara keluarga kami. Dengan mudah ia diterima oleh
keluarga besar kami. Kebetulan adik-adik Papi juga bergereja di GKI
(Bandung), sehingga mereka sudah tahu dan mengenal sosok Izack.
Justru mereka mempertanyakan, ke mana saja selama belasan tahun
bersama-sama berjemaat dan melayani di GKI Cawang? Ya, itulah
yang dinamakan Tuhan membuat segala sesuatunya indah dan
tepat pada waktunya. Amin.

Finally, 14 Juni 2014

Setelah melalui proses lamaran dan sangjit (seserahan dalam
adat China), akhirnya kami menikah, diberkati di GKI Cawang oleh
Pdt. Em Paul Suradji dan Pdt Melanie Ayub Egne. Lembaran baru
hidup bersama dan sebagai pendamping seorang pendeta sudah
dimulai. Saya tahu dan sudah dengar sebelumnya bahwa menjadi
pendamping seorang pendeta itu tidak mudah dan akan menjadi
sorotan jemaat. Ternyata memang tidak mudah menjalaninya. Saya
harus bisa menerima kritikan dan saran dari sisi positifnya dan
berpikir secara objektif.

Pelayanan Izack makin bertambah dengan menjadi Ketua
BPMK Klasis Jakarta Selatan tahun 2015 - 2018, Penasihat Pengurus
BPK Penabur Jakarta tahun 2018 - 2022, ditambah lagi sebagai dosen
pembantu S2 Psikologi di UI. Saya sudah pernah menyarankan untuk
melepaskan aktivitasnya sebagai pembantu dosen di UI, karena
jadwal mengajar di kelas sore/malam sering kali menyebabkan
Izack sampai di rumah sudah tengah malam bahkan kadang sampai
pagi dini hari, akibat kondisi jalan yang padat. Tetapi, Izack tetap
bersemangat menjalani semua kegiatannya dan tidak pernah
menghiraukan saran saya.

146


Saya akhirnya sadar, passion Izack adalah menjadi seorang
pengajar, dan itu adalah dirinya. Ia sama sekali tidak terbebani
menjalani semuanya itu, walaupun sebagai seorang istri saya sering
kali merasa khawatir dengan kesehatan dan keselamatannya.

Boy is Coming …

Kehadiran Timothy Dominick dalam keluarga kami adalah
karunia Tuhan yang terindah dan melengkapi kebahagiaan kami.
Kami terus belajar menjadi orang tua dan yang penting adalah dalam
hal mendidik anak. Pasti ada beda pendapat di antara kami, tetapi
yang pasti kami berusaha bersama menanamkan karakter kristiani
dalam kehidupan sehari-hari.

Kata pertama yang keluar dari bibir Timothy ketika pertama
kali mulai bicara adalah “Pipi…Mimi…” Dan, sejak saat itu panggilan
kami pun sebagai orang tua menjadi Pipi dan Mimi. Panggilan
sayang Izack untuk Tim adalah “Boy”.

Badai Itu Mulai Datang …

Pada 10 Agustus 2019, Mami jatuh lemas di rumahnya. Puji
Tuhan ada pertolongan tepat pada waktunya. Mami langsung
dibawa ke RS PON.

Saat kejadian itu saya sedang bekerja di kantor. Saya langsung
menyusul ke RS PON dan ketika saya datang, Mami sudah berada
di IGD. Dari pemeriksaan laboratorium, dokter memberikan analisa
terjadi pendarahan pada otak sebelah kanan.

147


Satu minggu menjalani perawatan, kondisi Mami menurun,
tiba-tiba tidak sadarkan diri. Tim dokter memutuskan untuk
segera melakukan prosedur bedah dengan memasang alat
ventriculoperitoneal shunt (VP Shunt) yang berfungsi untuk
mengalirkan cairan otak yang menumpuk, karena cairan otak yang
menumpuk itu lambat laun akan memicu kerusakan yang serius.

Selama 20 hari Mami dirawat di RS, selanjutnya Mami tinggal
bersama kami dan melanjutkan terapi yang intensif di rumah. Belum
dua bulan Mami menjalani perawatan di rumah, tiba-tiba kondisinya
menurun. Setelah menjalani pemeriksaan, ternyata ada saraf terjepit
di bagian leher belakang. Hal itu menyebabkan motorik tangan dan
kaki menjadi lemah. Dengan kondisi tulang Mami yang osteoarthritis
serta pertimbangan usia, tidak memungkinkan dilakukan operasi
untuk saraf terjepit itu. Kondisi Mami makin lemah dan akhirnya
tidak bisa berjalan. Ia bergantung pada kursi roda, sampai sekarang.

Vonis Itu Datang ….

Minggu, 1 September 2019, malam hari sesudah Izack selesai
melayani di kebaktian umum sore di GKI Cawang, ia mengatakan
ada tugas dari Sinode (GKI Sinode Wilayah Jawa Barat) untuk ke Riau
sehubungan dengan pembinaan jemaat (Dikemudian hari saya tahu,
ternyata Izack tidak pernah tugas ke Riau). Sekalipun heran mengapa
begitu mendadak baru memberitahukan ke saya, malam itu juga
Izack berangkat ke bandara.

Sebelumnya, Izack mengatakan hanya dua hari bertugas di
Riau. Tetapi, setelah dua hari, ia mengatakan tidak langsung pulang
ke Jakarta. Ia hendak sekalian cek kesehatan dan berobat ke Penang,
Malaysia, terlebih dulu, karena beberapa bulan ini sering batuk-
batuk dan tangan kanannya sakit kalau diangkat tinggi ke atas.

148


Izack menolak ketika saya mengatakan hendak menyusul
untuk menemaninya. “Jangan Mi, Pipi besok juga pulang. Kasihan
Tim kalau ditinggal,” begitu kata Izack pada saat itu. Namun, dua
hari berlalu dan Izack tetap belum pulang juga. Ketika saya hubungi,
ia menjawab, “Tinggal tunggu ketemu dokter dan minta surat
keterangan pulang dari RS.”

Ketika saya tanyakan hasil pemeriksaan laboratorium, ia
menjawab, “Pipi nggak apa-apa, hanya frozen shoulder (frozen
shoulder adalah nyeri dan kaku di area bahu yang membuat
penderitanya sulit menggerakkan sendi bahu atau lengan atas –
Red) saja.” Tetapi, hati saya tidak tenang. Saya merasakan ada yang
aneh dalam Izack menjawab pertanyaan-pertanyaan dan chat saya
melalui WA. Menjawabnya pun lama.

Pada hari Jumat, saya mengatakan, “Mimi akan nyusul ke
Penang!” Tetapi, lagi-lagi Izack meyakinkan saya bahwa ia akan
pulang esok pagi.

Minggu, 8 September 2019

Akhirnya, Izack pulang ke rumah. Terlihat biasa saja,
tersenyum dan tertawa bersama Timothy. Saya membiarkan Izack
beristirahat dan tidak menanyakan apa-apa terlebih dahulu. Malam
harinya, ketika Timothy sudah tertidur, Izack memanggil saya dan
mengatakan ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.

Tiba-tiba Izack menangis. Saya bingung dan kaget. Belum
pernah saya lihat Izack menangis seperti itu. “Tenang, Pi. Ada apa
Pi, apa kata dokter?” Itu yang saya tanyakan ke Izack. Dalam isak
tangisnya, dengan terbata-bata Izack berkata, “Pipi divonis kanker
paru stadium lanjut.”

149


Ya Tuhan Yesus… Ada apa lagi ini? Baru saja Mami saya terkena
stroke dan saraf terjepit serta masih dalam masa pemulihan, tiba-
tiba datang lagi ujian yang sangat berat bagi kami.

Kaget dan tidak menyangka. Mengapa kanker? Kanker paru?
Jenis kanker yang menyebabkan kematian nomer 1 di dunia?
Mengapa Izack? Karena saya tahu selama ini Izack hidup sehat,
mengonsumsi healthy food, dan tidak pernah jajan sembarangan.
Sejak kecil tidak pernah sakit parah yang menyebabkannya harus
dirawat di rumah sakit. Tidak ada tanda-tanda yang signifikan,
hanya batuk-batuk kering biasa yang sering muncul beberapa bulan
terakhir ini, tetapi akan sembuh setelah minum obat.

Semalaman kami menangis dan tidak bisa tidur.

Semuanya Berubah

Keesokan harinya saya mulai mengubah pola makan dan
minum kami dengan bahan makanan dan bumbu-bumbu organik.
Kami terus browsing untuk mengetahui apa dan bagaimana
penanganan untuk kanker paru. Makanan, minuman dan vitamin-
vitamin apa saja yang bisa menunjang kesembuhan penyakit kanker
ini. Termasuk yoga khusus untuk kanker.

Kami memutuskan untuk melanjutkan pengobatan di
Penang. Puji syukur, Tuhan memberikan kemudahan bagi Izack
dalam menjalani pengobatan di Penang. Dari hasil lab dan biopsi,
dokter memutuskan langkah pertama pengobatan dengan cara
terapi target menggunakan obat minum tablet untuk menghentikan
pertumbuhan dan penyebaran sel kanker di paru sebelah kanan.
Metode pengobatan ini sesuai dengan harapan Izack. Ia tidak mau
melakukan kemoterapi infus, yang efeknya lebih berat daripada
minum tablet setiap hari.

150


Selama tiga bulan pertama terapi minum tablet ini berjalan
dengan baik. Hampir tidak ada efek samping sama sekali. Dari hasil
pemeriksaan PET-Scan, sel-sel kanker berkurang banyak, tumor
yang ukurannya besar mengecil, tidak ada penyebaran. Karena itu
dokter menyarankan untuk meneruskan pengobatan terapi target
ini untuk tiga bulan mendatang.

Semua berjalan dengan baik sampai waktunya ia harus kontrol
lagi ke Penang. Namun, hasil CT-Scan kali ini tidak sesuai dengan
harapan kami. Ada penyebaran sel-sel kanker ke paru sebelah kiri
(yang tadinya bersih). Dalam ilmu kedokteran, hal itu berarti obat
yang sekarang dikonsumsi sudah tidak efektif lagi, sehingga dokter
memutuskan untuk mengganti cara pengobatan, dari terapi target
ke terapi infus.

Izack terlihat tenang mendengar penjelasan dari dokter,
walaupun saya tahu pengobatan terapi infus adalah terapi yang ia
hindari. Izack harus menjalani Siklus 1 sebanyak 10 kali kemoterapi.
Dokter sudah menjadwalkan kemoterapi dimulai akhir bulan Maret
2020.

Tidak diduga, pandemik Covid-19 melanda. Kami tidak bisa
berangkat ke Penang karena Pemerintah Malaysia memberlakukan
larangan masuk bagi warga beberapa negara termasuk Indonesia.
Saya berusaha untuk menghubungi Mount Miriam Cancer
Hospital tempat Izack menjalani pengobatan. Tetapi, pada saat
itu dokter di sana tidak dapat menentukan kapan Pemerintah
Malaysia memperbolehkan izin masuk. Dokter menyarankan untuk
melanjutkan kemoterapi di Jakarta dan memberikan surat pengantar
untuk rumah sakit di Jakarta.

Puji Tuhan, kami dipertemukan dengan Prof. Aru (Prof. Dr.
dr. Aru W. Sudoyo, Sp.PD-KHOM), yang bersedia menerima pasien
pindahan dari rumah sakit di Malaysia dan meneruskan pengobatan
sesuai dengan permintaan dr. Fabian Lee dalam surat pengantarnya.
Prof. Aru juga Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan pasiennya

151


diperbolehkan untuk membeli obat kemoterapi di Apotek YKI, yang
harganya lebih murah dibandingkan beli dari rumah sakit.

Kemo infus demi kemo infus dijalani. Izack harus menanggung
semua kesakitan dari efek-efek kemo yang harus ia jalani, seperti
demam, pusing, tenggorokan sakit, diare, mual, muntah, sariawan,
tidak nafsu makan, berat badan turun drastis, rambut rontok, kulit
kering, dan yang paling berat adalah tidak bisa tidur. Kadang Izack
baru bisa tertidur di pagi hari, itu pun hanya sesaat.

Bolak-balik ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan
lab, rontgen, CT Scan, Pet Scan, dan tindakan medis, membuat
Izack merasa lelah. Apalagi ketika harus ditusuk jarum pada saat
pengambilan darah dan memasukkan obat kemo melalui infus.
Namun, Izack tidak pernah mengeluh dan marah kepada Tuhan
dengan sakit kanker yang didapatnya.

Ia malah mengajarkan saya bahwa sakit dan kesembuhan itu
adalah otoritas Tuhan. Izack juga tidak pernah meminta mukjizat
untuk dirinya, “Pipi tidak pernah meminta dan menuntut Tuhan
untuk memberikan mukjizat bagi Pipi, karena Pipi tahu di luar
sana banyak anak kecil yang menderita kanker seperti Pipi dan
harus menjalani kemoterapi, Pipi sudah merasakan bagaimana
menderitanya dikemoterapi, bagaimana dengan anak-anak kecil
itu? Mereka masih kecil tetapi sudah harus menanggung kesakitan
yang luar biasa. Biarlah Tuhan berikan mukjizat-Nya untuk anak-
anak itu saja.”

Ya Tuhan, saya belum bisa menerima ini semua, karena saya
juga tidak mau kehilangan Izack. Tidak terbayang harus menjaga
dan mendidik Timothy seorang diri. Dan, pernyataan Izack itu sangat
bertolak belakang dengan apa yang kami doakan dan mohonkan
kepada Tuhan setiap hari.

152


Tanggal 14 Juni 2021

Bertepatan dengan ulang tahun perkawinan kami yang
ketujuh dan ulang tahun saya juga, Izack harus menjalani radiasi di
MRCCC karena ada pembengkakan dari bagian lengan sampai ke
leher bagian kanan. Tetapi, suatu hal yang tidak kami duga terjadi.
Prosedur tes PCR (PCR, polymerase chain reaction. Tes PCR merupakan
metode pemeriksaan virus SARS Co-2 dengan mendeteksi DNA
virus – Red) yang harus ia jalani sebelum dilakukan radiasi, ternyata
menyebutkan hasil positif. Izack seakan tak percaya, karena ia tidak
merasakan gejala apa pun. Ia merasa kondisinya baik-baik saja.

MRCCC tidak bisa menerima pasien Covid-19. Kami
memutuskan untuk pulang dan Izack menjalani karantina di rumah
dengan meminum obat-obatan yang dikirim oleh RS Ukrida.

Dokter menyarankan supaya kami mencari rumah sakit yang
mau menerima pasien Covid-19 untuk diradiasi.

Tanggal 18 Juni 2021

Hasil saturasi oksigen Izack tidak stabil, di bawah 100, padahal
alat bantu oksigen sudah dipasang. Kami terus berkoordinasi dengan
dr. Eka Widrian Suradji dari RS Ukrida. Dokter Eka menyarankan agar
Izack dirawat di rumah sakit saja mengingat ada komorbit kanker
paru. Dengan berat hati akhirnya Izack setuju untuk dirawat di RS
Ukrida. Pada saat itu pandemi Covid-19 Varian Delta sangat parah
dan menakutkan, begitu banyak memakan korban jiwa. Karena itu
sangat sulit mencari sopir atau orang yang mau membawa Izack
ke rumah sakit. Puji Tuhan, akhirnya RS Ukrida bisa mengirimkan
bantuan mobil ambulans untuk menjemput dan membawa Izack.
Saya hanya bisa mengantar dan menunggu di pintu luar IGD. Dokter

153


IGD pun menyarankan saya untuk pulang, karena tidak ada yang
bisa saya lakukan di sana.

Sebelum pulang saya menyempatkan diri menelepon Izack
yang saat itu masih berada di ruang IGD. Kami, sama-sama, menahan
tangis. Berat untuk meninggalkan Izack di rumah sakit karena selama
ini saya yang menjaga dan membantu Izack jika menjalani rawat
inap di rumah sakit. Begitu pula yang dirasakan Izack.

Ya Tuhan… berikan Izack kekuatan untuk bisa melalui
semuanya itu. Setiap pagi saya menunggu info perkembangan
kesehatan Izack dari WhatsApp Command Center RS Ukrida. Dari
hasil pemeriksaan CT Thorax, tidak ada inflamansi Covid di paru
Izack. Kerusakan karena Covid minimal sekali. Napas sesak berat
dikarenakan tumor dan Covid. Tetapi, secara medis, tetap Covid
yang harus disembuhkan terlebih dahulu. Karena itu radiasi pun
tidak bisa dilakukan.

Terisolasi tanpa komunikasi dengan dunia luar, tumor semakin
membesar serta menekan, membuat hampir seluruh badan Izack
membengkak. Tidak boleh turun dari tempat tidur rumah sakit, tidak
bisa tidur, hal-hal itu menyebabkan Izack tertekan dan berhalusinasi.

Karena jari-jari tangan juga sudah mulai membengkak dan
tidak bisa menggunakan HP dengan leluasa, Izack menggunakan
video call atau audio dalam berkomunikasi dengan saya dan
Timothy. Izack merasa berakhir sudah hidupnya. Banyak pesan dan
ungkapan sayang melalui video dan audio yang dibuat Izack untuk
saya dan Timothy. Beberapa teman dan juga dokter menasihati saya
agar ikhlas dan siap melepaskan Izack. Tetapi, hati kecil saya berkata
dan yakin, ini belum saatnya. Tidak akan ada kematian.

Saya berusaha untuk menghubungi dan mendatangi rumah
sakit yang mau menerima pasien Covid untuk menjalani radiasi. Tetapi,
beberapa rumah sakit yang memiliki peralatan untuk radiasi, tidak
bisa menerima pasien Covid. Secercah harapan timbul, salah satu

154


dokter dari rumah sakit rujukan untuk pasien Covid, bersedia untuk
melakukan radiasi. Namun, pada saat saya sedang berkoordinasi
dengan tim dokter dari RS Ukrida untuk mengupayakan rawat
jalan dan transfer pasien dengan ambulans, dokter yang bersedia
melakukan radiasi itu dinyatakan positif Covid.

Saya berusaha menemui dokter penggantinya, tetapi ia
menyatakan bahwa apabila hasil Swab PCR pasien masih positif,
pasien harus rawat inap di bagian kamar khusus pasien-pasien
Covid, sambil dilakukan tindakan radiasi. Hal itu sangat tidak
memungkinkan untuk kondisi Izack pada saat itu. Kami memutuskan
untuk menunggu beberapa hari lagi sambil melakukan Swab PCR
secara berkala.

Tanggal 4 Juli 2021

Izack dinyatakan sembuh dari Covid dan diperbolehkan
pulang. Tetapi, hasil Swab PCR masih dinyatakan positif dengan CT
Value: 39,37. Izack keluar rumah sakit dengan kondisi badan yang
bengkak, tidak bisa berjalan karena kaki sangat lemah, dan mata
hampir tertutup karena wajahnya yang membengkak.

Beberapa malam di rumah, ia tidak bisa tidur dan masih
berhalusinasi. Kondisi Izack makin parah, tidak dapat berjalan dan
tidak bisa melihat. Rawat jalan untuk tindakan radiasi masih tidak
dapat dilakukan karena pihak rumah sakit tetap meminta hasil PCR
harus negatif, baru bisa melakukan radiasi rawat jalan. Pihak rumah
sakit menyarankan kami untuk masuk lewat IGD jika masih ingin
melakukan tindakan radiasi.

Dalam kondisi yang masih sama, kami pun berangkat dengan
membawa tabung oksigen kecil di dalam mobil. Tetapi, keadaan di

155


rumah sakit pun sangat mencekam. Dari IGD tempat kami menunggu,
pasien-pasien Covid berdatangan dan isak tangis histeris terdengar
dari keluarga pasien Covid yang meninggal. Ruangan kamar rumah
sakit sudah penuh, sehingga mereka membuat ruangan kamar
darurat sederhana dengan dinding tripleks dan kipas angin di
teras parkir IGD. Pasien-pasien Covid menunggu kamar di teras
IGD, dengan tabung-tabung oksigen. Saya berusaha menghubungi
petugas dan dokter yang sudah kami hubungi sebelumnya, tetapi
memang pada saat itu situasi tidak memungkinkan Izack untuk
mendapatkan tindakan medis. Kalaupun mau melanjutkan, harus
rawat inap di kamar darurat terlebih dahulu sampai mendapatkan
kamar di rumah sakit tersebut.

Melihat situasi seperti itu, Izack meminta dan memutuskan
untuk pulang saja. Izack berkata, “Pipi tidak mau dirawat inap lagi,
apalagi harus masuk ke kamar darurat yang penuh dengan pasien-
pasien Covid yang baru datang, sedangkan Pipi sudah dinyatakan
sembuh.”

Saya setuju dengan Izack, karena jika dipaksakan akan
membuat Izack semakin stres dan akan memperburuk kondisinya.
“Ok Pi, kita cari jalan lain lagi, ya,” kata saya waktu itu. Sepanjang
perjalanan pulang, dalam hati saya berkata, “Tuhan, mengapa setiap
ada harapan, ternyata harapan itu kandas. Apa yang harus saya
lakukan lagi, ya Tuhan?”

Malam harinya saya langsung menghubungi Prof Aru,
sebagai dokter yang menangani kankernya Izack. Saya melaporkan
Izack belum berhasil diradiasi, sedangkan kondisi badannya semakin
bengkak. Saya bertanya, apakah ada obat kemo oral yang bisa
membantu memperkecil tumor kankernya?

Bulan lalu, Prof Aru meminta Izack untuk melakukan
“Oncopanel Lung NGS” dengan tujuan mencari terapi yang relevan
dengan jenis/tipe kanker paru Izack. Saya sudah mengecek satu
persatu semua jenis obat kemo yang relevan dengan tipe kanker

156


paru Izack (EGFR G719S) dan masih ada satu jenis obat kemo lagi
yang belum pernah dikonsumsi oleh Izack, yaitu Erlotinib (Tarceva).

Apakah obat kemo oral itu bisa efektif membantu? Prof. Aru
menjawab, “Ok Bu, kita coba ya.”

Pada saat itu, hampir semua dokter di rumah sakit
melaksanakan praktik online. Apotek YKI juga hanya buka di hari
tertentu. Dengan bantuan Prof Aru, pagi-pagi resep obat diantar
sopir Prof Aru ke YKI. Saya langsung ke Apotek YKI untuk mengambil
obat itu. Prof memberikan resep untuk delapan tablet terlebih
dahulu dan diminum satu kali sehari.

Puji Tuhan, perlahan-lahan mata kiri Izack terbuka. Beberapa
hari kemudian mata kanannya juga terbuka. Bengkak di wajah Izack
berkurang. Buat saya itu adalah mukjizat yang Tuhan berikan. Izack
bisa kembali melihat, Izack juga mulai belajar berjalan. Puji Tuhan
Izack kembali bisa berjalan. Bagi saya, itu adalah mukjizat yang
Tuhan tunjukkan untuk kami, “orang buta melihat, orang lumpuh
kembali berjalan.”

Tanggal 23 Oktober 2021

Kejutan ulang tahun untuk Izack dari teman, saudara, dan
jemaat. Ternyata itu adalah perayaan ulang tahun terakhir untuk
Izack.

157


Tanggal 19 November 2021

“Pi, napas Pipi kok berat begitu?” kata saya pada saat Izack
lagi sarapan pagi. “Ah, biasanya juga begini,” jawab Izack.

Ketika siang hari di meja makan saya masih mendengar
napas Izack yang berat, saya mengajaknya ke rumah sakit. Tetapi,
Izack menolak dan menganggap itu biasa dan akan normal kembali
setelah berjemur. Izack langsung duduk dan mengetik di laptopnya
di teras di depan rumah sambil berjemur. Kebetulan Sabtu esok
harinya, tanggal 20 November, Izack menjadi salah satu pembicara
pada acara Pembinaan GSM Klasis Jakarta Selatan.

Cukup lama Izack berada di teras depan rumah, kemudian
masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu bersama Timothy
sambil menonton dan mengobrol. Pada pukul 15.00 WIB, Izack
mengajak Timothy untuk tidur siang. Saat itu saya sedang work from
home (WFH). Saya bisa memperhatikan Izack dan Timothy yang
sedang tidur di dalam kamar. Tetapi, saya melihat Izack tidak bisa
tidur nyenyak. Sering kali terbangun, duduk sebentar di tepi tempat
tidur, kemudian berusaha tidur kembali. Waktu Izack terbangun
kembali, saya tanyakan apakah perlu alat bantu tabung oksigen?
Izack bilang tidak usah dulu karena saturasi masih di angka normal.

Sekitar pukul 19.00 WIB, Izack meminta saya membawakan
tabung oksigen ke dalam kamar. Ketika saya pasang dan pakaikan,
Izack mengatakan, “Oksigennya nggak masuk, Mi, seperti ada yang
mengganjal dan tertahan di Pipi. Mi, tolong kasih tahu ke Panitia,
sepertinya Pipi nggak kuat untuk jadi pembicara besok.”

Saya bilang, “Tenang Pi, tadi Mimi sudah infokan ke Panitia
tentang kondisi Pipi, jadi mereka sudah minta Pdt. Grace Bustami

158


yang bertugas di Sesi 1, untuk mem-backup dan mempersiapkan
juga materi Pipi di Sesi 2”.

“Kita siap-siap ke rumah sakit, ya, Pi,” saya mengajaknya. Kali
ini Izack mengiyakan. Saya meminta bantuan salah seorang jemaat
yang tinggal tidak jauh dari rumah kami, untuk menjemput dan
membawa kami ke RS Medistra, rumah sakit tempat selama ini Izack
melakukan pengobatan dan kemoterapinya.

Izack masih bisa berjalan dan naik ke dalam mobil. Saya tetap
membawa tabung oksigen kecil untuk dipakai Izack di dalam mobil.
Tetapi, ketika dalam perjalanan, tiba-tiba napas Izack tersengal-
sengal dan kemudian tidak sadarkan diri. Kami berteriak dan berseru
kepada Tuhan, kami memanggil-manggil Izack supaya sadar.

Sesampai di rumah sakit, Izack langsung masuk IGD, dalam
keadaan masih tidak sadar. Petugas medis langsung melakukan
tindakan dan upaya agar napas Izack bisa kembali normal. Angka
saturasi terus naik turun. Dan dokter memberikan dua pilihan;
tindakan maksimal dengan memasang ventilator atau membiarkan
secara alami dengan menggunakan alat bantu tabung oksigen.

Dengan saran dari beberapa dokter yang saya hubungi dan
juga keputusan dari keluarga, kami memutuskan untuk melakukan
tindakan maksimal. Setelah pemasangan alat ventilator, dilakukan
rontgen paru pada Izack. Ternyata dari hasil rontgen terlihat seperti
kabut putih yang menyelimuti paru kiri Izack. Padahal, dua bulan
sebelumnya, Izack baru saja menjalankan pemeriksaan CT Scan dan
paru kiri hasilnya bagus, tidak ada masalah. Sementara paru kanan
Izack memang sudah tidak berfungsi karena kankernya memang di
paru kanan. Hasil analisa dokter menyebutkan, terjadi pembentukan
lendir dalam waktu cepat. Malam itu juga Izack langsung dibawa ke
ICU.

Hari-hari berjalan menegangkan dan melelahkan selama Izack
dirawat di ICU. Menghadapi kenyataan kondisi Izack yang up and

159


down, menunggu dokter visit yang tidak pasti jadwalnya, hanya bisa
menunggu di luar ruangan ICU sambil menunggu dipanggil dokter,
mengejar dokter yang sedang praktik hanya untuk memastikan
apakah visit ke ruang ICU atau tidak, semua itu mewarnai hari-hari
kami selama menunggu Izack di ICU. Saat itu penjagaan di rumah
sakit sangat ketat. Keluarga yang akan masuk ke dalam ruang ICU
harus melakukan antigen terlebih dahulu. Itu pun dibatasi hanya
keluarga inti.

Saya meminta Timothy membuat doa dan menyapa Pipinya
dalam bentuk audio. Saya memperdengarkannya kepada Izack
setiap pagi.

Izack belum bisa bicara, tetapi terlihat respons air mata yang
keluar dari matanya.

Pipi, good morning, Pipi.
Pipi, Timothy kangen banget sama Pipi, pengen bobo bareng
lagi sama Pipi.
Pipi cepat sembuh ya, Tuhan pulihkan kembali keadaan Pipi.
Pipi cepat sadar biar bisa pulang ke rumah lagi. Pipi pulang ya,
kita tertawa bersama-sama lagi.
Doa:
Tuhan tolong jamah Pipi yang lagi sakit Tuhan, biar bisa cepat
sembuh, biar bisa sadar lagi, biar bisa napasnya lancar Tuhan.
Tuhan Yesus tolong jamah Pipi biar bisa kembali ke normal
Tuhan. Tolong pulihkan Pipi biar bisa sembuh.
Haleluya Puji Tuhan, Amin.

Beberapa hari Izack di ICU, dokter memanggil saya dan
menjelaskan tidak ada perubahan pada kondisi Izack. Kondisi paru
semakin parah, lapisan lendir semakin banyak, pemakaian oksigen
sudah 100 persen, pemakaian obat sudah maksimal dan pungsi
pleura/penyedotan cairan paru tidak dapat dilakukan karena sudah
terjadi penebalan/lapisan membentuk seperti gel.

160


Dokter menyarankan saya segera memanggil pendeta dan
keluarga untuk melakukan doa pelepasan. Ya Tuhan, apakah ini saat
akhir dari perjuangan Izack melawan penyakit kankernya? Tidakkah
Engkau sudi memberikan perpanjangan waktu hidup lebih lama
lagi?

Saya belum mau menyerah. Saya berusaha untuk
menghubungi dokter spesialis paru Izack yang saat itu sedang cuti.
Saya mohon agar ia bisa melakukan visit sebentar ke ruangan ICU
untuk mengecek keadaan Izack.

Keesokan malamnya, ia datang dan setelah melihat semua hasil
lab dan progres perkembangan Izack selama di ICU, ia menyarankan
untuk melakukan tindakan lasik, yaitu mengeluarkan cairan melalui
air seni, dan kalau itu berhasil akan lebih meringankan/melegakan
napasnya.

Ya Tuhan, biarlah itu boleh menjadi harapan yang baik untuk
Izack. Syukur kepada Tuhan, hasil lasiknya bagus. Cairan di paru
kiri sudah berkurang banyak, yang tadinya berbayang warna putih
sekarang sudah terlihat hitam. Namun, ternyata kondisi Izack secara
umum tidak bagus. Badannya demam panas hingga 40 derajat,
yang disebabkan infeksi karena kankernya. Hal itu berpengaruh
juga kepada napasnya, yang sebelumnya bisa memakai oksigen 70
persen, sekarang balik lagi harus memakai oksigen 100 persen.

Saya jadi teringat, kira-kira satu bulan sebelumnya Izack
terbangun malam-malam dan memanggil saya. Izack berpesan; “Mi,
kalau Pipi nanti sampai masuk ICU, Pipi nggak mau lama-lama ya,
cukup dua-tiga hari saja.” Dan, waktu itu saya menjawab; “Pipi sehat
kok. Pipi tidak akan masuk ICU.”

161


Jumat, 26 November 2021

Pagi-pagi sebelum berangkat ke rumah sakit, saya berpesan
ke Timothy, “Tim, hari ini buat doa lagi untuk Pipi ya. Tapi, kali ini Tim
doanya mohon kepada Tuhan berikan yang terbaik untuk Pipi, biar
kehendak Tuhan yang terjadi untuk Pipi.”

Begitu saya sampai di rumah sakit, dokter memanggil saya,
menjelaskan bahwa mereka sudah berbuat semaksimal mungkin.
Saya melihat kalau kaki-kaki Izack sudah membiru karena sirkulasi
oksigen tidak bisa berjalan dengan baik. Topangan obat sudah sangat
tinggi, jadi menurut dokter seandainya obat-obatan dihentikan
serta alat bantu pernapasan ventilator dilepas, maka Izack tidak akan
dapat bertahan hidup. Ya Tuhan, inikah hari terakhir hidup Izack?

Dengan berusaha menahan tangis saya keluar dari ruang ICU.
Kebetulan pagi itu Pak Indra Sihombing dan Ibu Seri Sihombing
datang ke rumah sakit, karena memang Pak Indra sudah berencana
akan masuk ke dalam ruangan ICU untuk mendoakan Izack setelah
melakukan swab antigen.

Akhirnya saya masuk kembali ke ruang ICU bersama Pak
Indra. Kami berdoa untuk Izack. Pak Indra terus menaikkan pujian
dan saya memperdengarkan audio dari Timothy ke Izack. Saya tidak
bisa menahan tangis mendengar suara Timothy yang begitu yakin
dan lancar menyapa, memberikan kekuatan dan mengikhlaskan
Pipinya…

Halo Pipi, Timothy sayang banget sama Pipi. Mimi juga sayang
sama Pipi. Tapi Tuhan Yesus lebih sayang sama Pipi.
Pipi kalau mau pergi jalan-jalan sama Tuhan Yesus gak papa.
Pasti Tuhan Yesus jaga Mimi sama Timothy.
Pipi, kalau Pipi pergi, Pipi jagain Timothy, doain Timothy, biar
Timothy jadi anak Tuhan yang pintar, yang sopan dan kuat.
Love you, Pipi.

162


Kami memutuskan untuk membiarkan obat-obatan serta
alat bantu pernapasan ventilator tetap berjalan sampai semuanya
berhenti sendiri secara alami.

Pukul 12.00 … Selamat jalan Pipi kesayangan Mimi dan
Timothy, till we meet again.

Ya … Izack Yusuf Sipasulta telah kembali ke rumah Bapa diiringi
oleh puji-pujian. Senyuman dan ketenangan menghiasi wajahnya.

Seandainya …
Seandainya saya lebih cepat membawa Izack ke rumah sakit,
seandainya saya lebih memaksa Izack untuk ke rumah sakit pada
siang hari itu….
Rasa penyesalan dan kecolongan menghantui diri saya. Tetapi,
kembali lagi saya diingatkan kata-kata dan ajaran Izack kepada saya
sebelum meninggal; “Mati dan hidup adalah otoritas Tuhan, kita
harus tunduk kepada kehendak-Nya.”
Inilah waktunya saya harus menerima dan tunduk kepada
otoritas Tuhan.
Selamat jalan, Teman Menempuh Perjalanan …

Tanggal 29 November 2021

TPU Pondok Kelapa.
Peristirahatan terakhir, 23 Oktober 1973 – 26 November 2021.
Seperti ada yang hilang dari hidup saya. Saya seperti sedang
menggambar impian-impian indah untuk keluarga saya pada
sebuah kertas, namun tiba-tiba kertas itu dirusak dan hilang. Hancur
sudah semua impian-impian saya. Sosok suami dan ayah adalah

163


kebanggaan keluarga. Kehilangan suami dan ayah, ibarat rumah
yang tiang utamanya roboh. Hanya Tuhan sumber kekuatan dan
pengharapan dalam beratnya dukacita ini.

Engkaulah perisaiku
Saat badai hidup menerpaku
Firman-Mu di dalamku
Tenangkan jiwaku
Ku ‘kan berdiri di tengah badai
Dalam kekuatan yang Kau berikan
Sampai kapan pun ‘ku ‘kan bertahan
Karena Yesus selalu menopang

Itu adalah bagian dari lirik lagu “Engkaulah Perisaiku” yang
Izack putar sebagai penghantar tidur selama satu bulan sebelum
dia meninggal. Entah mengapa ia selalu memutarnya, tetapi lagu itu
menjadi kekuatan untuk saya sampai saat ini.

Memang saya tidak bisa memilih badai apa yang akan datang
dalam hidup saya, tetapi kepada siapa saya memandang saat badai
itu datang, itu yang dapat saya pilih. Dan, saya tetap percaya waktu
Tuhan pasti yang terbaik.

Tuhan, jika Tuhan mengizinkan duka cita ini terjadi, saya
hanya meminta kekuatan yang dari pada-Mu saja, untuk saya dan
Timothy bisa menjalani hari demi hari. Kekuatan dari Tuhan yang
memampukan kami untuk menghadapi setiap situasi dan juga
memampukan kami untuk bersyukur dalam segala hal di setiap
musim kehidupan kami.

“Pipi percaya, kalau Tuhan ambil Pipi, maka Tuhan pasti akan
jaga Mimi dan Timothy.”

Ya, itu adalah kata-kata yang pernah diucapkan Izack sebelum
ia meninggal. Ternyata benar, Tuhan kita adalah Tuhan yang

164


bertanggung jawab. Tuhan yang peduli dan tidak meninggalkan kita
sendirian.

Saya dapat merasakannya, betapa Tuhan begitu baik dan
mengasihi keluarga kami sepeninggal Izack.

Tuhan menolong dan menyediakan semua yang kami
butuhkan.

Berjuang Menjalani Hidup

Itu yang sekarang saya lakukan pascakeberdukaan. Rasanya
berat menjalani hidup tanpa didampingi Izack.

Tidak ada lagi teman berbagi senang dan susah, tempat
bertanya dan bercerita, teman untuk berdebat dan teman travelling.
Tetapi, saya harus bisa melepaskan perasaan duka ini walaupun
tidak mungkin melupakan.

Saya harus bangkit dan berjuang demi anak kami, Timothy.
Dengan kekuatan dari Tuhan dan dukungan teman, jemaat, serta
saudara-saudara yang mengasihi kami, maka kami bisa melewati
hari demi hari.

165


Pertanyaan-pertanyaan Timothy

Mi, internet siapa yang bayar? Pipi sudah nggak ada …
Pipi sudah die … rumah ini bukan rumah Pipi, kita tinggal di
mana Mimi?
Mimi, salary Mimi cukup nggak untuk bayar sekolah Tim dan
kita beli rumah?
Wah, anakku yang selalu terlihat happy dan cuek, ternyata
mempunyai pemikiran yang kritis dan panjang.
Saya menjawab, “Tim, jangan pikirin macam-macam. Hidup
Tim itu tanggung jawab Mimi. Tugas Tim Cuma belajar dan bermain.”
Mimi, mengapa Pipi hidup sama Timothy hanya seven years?
Anak-anak yang lain masih ada papanya…
Mimi, setiap malam Timothy berdoa supaya Tuhan Yesus
jamah Oma agar bisa jalan lagi, jamah Pipi supaya paru-parunya
normal lagi … tapi kenapa kok sekarang Pipi malah die dan Oma
belum bisa jalan?
Ya, itulah pertanyaan-pertanyaan Timothy pasca kematian
Pipinya. Anak seusia Timothy cenderung ingin tahu tentang kematian,
mengajukan pertanyaan spesifik dan menginginkan detail.
Kembali saya diingatkan untuk tidak larut sendiri dalam
kesedihan. Saya harus bisa mengarahkan serta merangkulnya, agar
Timothy bisa mengungkapkan kesedihannya dan tetap merasa
aman karena ia tahu saya selalu ada untuknya. (*)

166


Terima Kasih

Terima kasih untuk berkat yang selalu baru dan berlimpah
Terima kasih untuk air mata yang menjadikanku kuat

Terima kasih untuk tawa bahagia yang membuat hidupku semakin
indah

Terima kasih untuk keluarga kecil yang sangat kucintai
Terima kasih untuk keluarga yang selalu mendukungku
Terima kasih untuk mereka yang mengasihi dan memelukku
Terima kasih untuk mereka yang membenci dan mencibir kepadaku
Karena hidup adalah untaian syukur yang terus mengalir ….

Amin (RD)

167


Biodata Izack Yusuf Sipasulta

Izack Yusuf Sipasulta
Lahir di Ambon, 23 Oktober 1973
Ayah, Anthon Sipasulta (Alm.)
Ibu, Ariance Huwae
Anak ke-5 dari 6 bersaudara
Istri, Rosalina Djuharto
Anak, Timothy Dominick
Baptis di Gereja Protestan Maluku Lahai Roi, pada tanggal 26
Desember 1975, dilayani Pendeta M Efruan
Sidi di Gereja Kristen Indonesia Layur, pada tanggal 2 Desember
1990, dilayani oleh Pendeta John Ch Panuluh

168


Lulus Sekolah Dasar Negeri 3, Dobo, tahun 1986
Lulus Sekolah Menengah Pertama Strada Budi Luhur, Bekasi tahun
1989
Lulus Sekolah Menengah Atas Negeri I, Tual, tahun 1992
Lulus Sekolah Tinggi Theologia, Jakarta, tahun 1998

Guru Sekolah Minggu di Gereja Kristen Indonesia Agus Salim, Bekasi,
tahun 1994
Pengurus Komisi Pemuda Gereja Kristen Indonesia Agus Salim,
Bekasi, tahun 1994
Praktik Lapangan di Desa Tipes-Solo, Desa Palalangon-Cianjur, dan
Rumah Sakit
Kusta Sintanala-Tangerang, tahun 1994
Bendahara Persekutuan Mahasiswa Theologi Asal Gereja Kristen
Indonesia Jawa Barat, tahun 1994
Praktik Jemaat pertama di Kerapatan Gereja Protestan Minahasa,
Jakarta, tahun 1995
Colegium Pastorale pertama di Gereja Kristen Indonesia Pengampon,
Cirebon, tahun 1995

169


Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia Jakarta, Bidang
Hubungan Gereja dan Masyarakat, tahun 1995
Praktik Jemaat kedua di Gereja Protestan Indonesia bagian Barat
Jatipon-Jatiwaringin, Jakarta, tahun 1996
Colegium Pastorale kedua di Gereja Protestan Indonesia bagian
Barat Imanuel, Mataram, Lombok, tahun 1996

Masa Orientasi di Gereja Kristen Indonesia Bekasi Timur, Jakarta,
tahun 1998-1999
Masa Perkenalan di Gereja Kristen Indonesia Cawang, Jakarta, tahun
1999-2000
Diteguhkan menjadi Penatua Khusus di Gereja Kristen Indonesia
Cawang, Jakarta, pada tanggal 2 November 2000
Penahbisan Panatua Khusus Ke Dalam Jabatan Pendeta di Gereja
Kristen Indonesia Cawang, Jakarta, pada tanggal 19 Agustus 2002
Ketua BPMK GKI Klasis Jakarta Selatan tahun 2015-2018
Pengurus PGIW DKI Jakarta tahun 2015-2018
Penasihat Pengurus BPK PENABUR Jakarta tahun 2018-2022

170


Click to View FlipBook Version