The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

If I Go Through Another September (New Version)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by izza azizah, 2024-01-24 10:38:25

If I Go Through Another September (New Version)

If I Go Through Another September (New Version)

If I Go Through Another September | 51 Aku menatap Mas Bian dengan mata berbinar dan berkaca-kaca. Sejenak aku merindukan mama dan ayah, aku tak tahu keadaan mama sekarang aku bahkan tidak berani untuk bertanya kepada Mas Bian karena takut aku patah hati mendengarnya. Mas Bian serontak memelukku dengan erat dan menitikkan air mata. Aku juga ikut menangis saat mengetahui Mas Bian menitikkan air matanya. There’s a moment of silence after we cried for a good 10 minutes. A peace silence. “Mama dibawa ke rumah sakit karena sempat pingsan pas di kamar mandi, ayah bilang itu karena anemia dan vertigo mama yang kambuh. Tapi buat menghindari kejadian yang tidak diinginkan ayah memutuskan buat mama dirawat dulu sampai mama bener-bener pulih.” Aku menoleh dan mengangguk, setidaknya sekarang aku tau keadaan mama sudah ada di tangan yang terpercaya dan ditemani pula dengan ayah. Aku merasa lega, Mas Bian akhirnya menyuruhku untuk memotong kue ulang tahunku dan kami pun memakannya bersama di kamar. Aku hanya berdiam di kamar dan membaca novel dan menonton sebuah film. Sedangkan Mas Bian dibawah mencoba untuk membereskan rumah sedikit, aku sudah bilang aku ingin membantunya tetapi ia bersikeras untuk mengerjakannya sendiri dan menyuruhku untuk menikmati hari ini untuk melakukan apapun yang aku mau untuk sedikit merayakan ulang tahun ini pada diriku sendiri.


If I Go Through Another September | 52 Tok..Tok..Tok.. “Adek?” “Iya abang masuk aja.” “Ini ada paket buat kamu, gak tau dari siapa gak ada namanya.” Aku menatap Mas Bian heran dan paket itu dengan heran, Mas Bian meninggalkannya di meja belajarku. Aku yang masih berbaring di kasur menatap paket tersebut dan mengobservasinya. Who could that be? Siapa yang sekiranya mengirimku paket di hari ulang tahunku? Alaia? Tidak mungkin, dia lebih suka untuk mengirim barang secara langsung dan melihat reaksiku. Mama dan ayah? Ah lebih tidak mungkin, mereka tidak membiasakanku untuk mendapatkan hadiah selama aku ulang tahun. Rasa ingin tahuku meningkat, aku bangkit dari kasur dan mengambil paket berbentuk persegi itu. Paket tersebut ada di box kardus berwarna coklat. Ada hiasan pita berwarna putih, dan benar kata Mas Bian tidak ada nama pengirimnya. Disitu hanya tertulis “Selamat Ulang Tahun Raline”. Aku tidak tau itu tulisan tangan siapa, sangat asing di bayangan otakku. Tanpa berpikir lagi aku membuka kardus tersebut dan menemukan sebuah canvas lukis, boneka, dan sebuah buku notes kecil. Di canvas lukis tersebut ada gambar sebuah kue ulang tahun yang sangat cantik. Boneka itu adalah boneka


If I Go Through Another September | 53 gurita yang saat aku telusuri ia ada dua sisi, satu sisi gurita itu bisa tersenyum dan di sisi lainnya gurita tersebut ekspresi marah. Buku notes kecil itu tidak terbungkus plastik atau apapun. Saat aku membukanya ada pesan yang tertulis disitu, Abhipraya? . . ABHIPRAYA? Selamat Ulang Tahun Raline, Knowing you was a pleasure to me and I hope I can get to know you better in the future. Happy birthday once again, I hope fifteen treats you well. -Abhipraya


If I Go Through Another September | 54 That name recalls a person in my memory, a name which written in a basketball jersey that I saw a few years ago in the arena. Yes. Danendra Athalla Harish. I wonder what Abhipraya means. I took my phone and start searching on what Abhipraya means on google and it says, Abhipraya means hope. A hope. Aduh aku tidak tahu harus bereaksi apa, jujur aku takut untuk terbawa perasaan. Tapi ini kali pertamaku mendapat hadiah ulang tahun dari seorang laki-laki. Aku bahkan terkesima sedikit melihat lukisan tersebut. Tanpa aku sadari aku menitikkan air mata lagi dengan melihat hadiah yang aku dapatkan ini. To be completely honest, behind my “careless” about birthdays actually, there is just a little girl who cherishes birthdays with huge happiness, especially when it comes to birthday cakes. She longs for affection and love , hoping that someone would give her a calming hug on her "special" day. I cherish every birthdays, Always, All ways. . It’s been a hell ride of a month. How could I get here? And everything is different, a lot of things has changed.


If I Go Through Another September | 55 With mama and ayah, with Alaia, now with him? What is going on right now? I can’t even process all of this at once. I’m scared yet excited of this change. I feel like this is a new chapter of my life, my story. After a while I finally get my own story. There’s something about this change make me feel like it leads me to something. Something I have never experience it before. I know there’s a bit of a gloomy change but there’s always a sun after rain. What if this change would cut and break me into many pieces? Nevertheless, someone once said change could be good, right?


If I Go Through Another September | 56 Chapter Four : Walking In The Wind


If I Go Through Another September | 57 Februari, 2021 Remember when I said about change? Last September has changed me so much, change everything surround me. Semenjak “family urgent” hadir hal itu membuat jarak antara aku dan Alaia. Let me give you a little update, keadaan mama sudah membaik, sangat baik bahkan. Ia mulai membuka butik kecil di rumah. Saat itu aku sedang dirumah membantu mama memasak, lalu tertiba saja mama menyeletuk. “Dek, selama sebulan ini mama tuh lagi persiapan mau buka butik loh dirumah.” “Loh iya? Ngapain ma? Nanti kalo mama kecapean gimana? “Ya gapapa biar mama bisa dapat uang jajan tambahan nanti dari hasil keringat mama sendiri tanpa harus kemana-mana, nanti buat ke pabriknya bakal diurus sama orang yang mama udah percaya. Pokoknya mama udah persiapin ini dengan baik semuanya, kamu tinggal doain mama aja dan bantuin ya dek kalo mama butuh bantuan.” “Ya ampun iya dong ma nanti pasti aku bantuin, yaudah semoga butik mama lancar terus ya ma aamiiin. Mama juga jangan kecapean oke?” Begitulah percakapanku dengan mama saat aku pertama kali tahu mengenai butiknya.


If I Go Through Another September | 58 Mas Bian dan ayah pun baik, layaknya gentlemen mereka selalu menemani dan memenuhi segala permintaanku dan mama dirumah. How about me? How is the change? Is it good? Is it going well? The answer is.. Good. Everything is good. Since Alaia apparently has a new group of friends that she hangs out more with, I decided to socialize more and not depending myself on her. Then I met Kanaya. Kanaya Rahayu. We met on the science club at our school. She’s gorgeous, kind, and really easy-going. We do have a lot in common as well, we both love books, one thing we’re different at is how we dressed up. She obsessed with black or any monochrome color and on the other hand I love love love pink, blue and a lot of pastel color. We spent a lot of times together these days, on the break time or after school. Apparently we’re not on the same class so that’s the only time we can hangout with each other at school. Oh! And the science club as well. But Raline, What about him? How is it? How was the change? Okay, let me explain.


If I Go Through Another September | 59 Aku pernah berkata bahwa aku mempunyai sebuah prinsip mengenai jalan percintaanku bukan? Ya, prinsip yang “I want my first love to be my last as well” itu masih akan aku terapkan dan aku bahkan tidak berniat untuk menggagalkan prinsip tersebut. Semenjak “perubahan” yang Nendra lakukan di September tahun lalu, banyak interaksi yang ia mulai. Entah dari ia sering duduk di sampingku dikelas, atau sering sekali memberiku pesan di Whatssapp. I don’t know what to call this situationship are, but I feel like it’s nice to have someone to talk to. When I feel bad or sad about Alaia, I often to tell it to him. Not only about Alaia but about everything I feel at that time. And he’s being my favorite ear and a shoulder to lean on for now. We text a lot these past few months, texts or calls. Or even a meetups. Aku dan Alaia sebenarnya baik-baik saja, hanya jarak yang ada di antara kita membuat kami jarang berinteraksi selain selama kita duduk sebangku di kelas. Itu pun jika Alaia tidak tiba-tiba pindah ke tempat duduk Septian, karena di pertemanan barunya ini memang Septian adalah salah satunya. Waktu berjalan dengan cepat, masa SMP-ku sudah hampir selesai. Sekarang adalah waktuku masuk ke lembaran baru dihidupku dan menghadapi dunia SMA. Selama liburan kenaikan kelas, aku, Alaia, Septian, Jasmine, dan teman-teman lainku yang berbeda sekolah sering bertemu. Entah dari kami olahraga bersama atau


If I Go Through Another September | 60 hanya makan siang bahkan pernah satu waktu kami hanya berkumpul hanya untuk keliling komplek lalu kembali ke rumah masing-masing. Nendra pun juga ada di pertemuan-pertemuan itu. Pertemanan dan situationship-ku dengannya seperti menerima member baru di pertemanan kami. Nendra pun juga semakin akrab dengan teman-temanku, everything is went very well this time. I’m glad. Tibalah hari dimana kami semua memilih pilihan untuk sekolah. Aku dan Septian secara tidak disengaja memilih pilihan pertama, kedua bahkan ketiga yang sama. Caca dan Jamine masuk ke sekolah swasta yang sama bersama. Sedangkan Alaia hanya memiliki satu pilihan yang sama denganku dan Septian, jadi masih ada sedikit harapan untuk kami dalam satu sekolah yang sama. Oh kalau Nendra, ia masuk ke sekolah swasta yang sama dengan Nala. Sejatinya aku senang sekali mereka berdua satu sekolah. Karena di sisi lain aku pun merasa senang bila ada yang bisa sangat akrab dengan Nendra. Terlebih lagi aku bisa mengetahui kabarnya melalui Nala hehe. Hari pengumuman pun tiba dan benar saja aku dan Septian lolos di pilihan sekolah yang sama. Alaia pun lolos di pilihan sekolah pertamanya, walaupun kami tidak bisa bersama dalam satu sekolah kembali aku tetap bangga ia bisa lolos ke pilihan sekolah impiannya. Menuju hari masuk sekolah kembali kami semua semakin sering menghabiskan waktu bersama. Bahkan kami mempunyai satu “projek” bersama yang kami sebut


If I Go Through Another September | 61 dengan “Berkah Untuk Bersama”, disini kami mengumpulkan uang bersama dan membelikan beberapa box makanan yang akan kami bagikan kepada orang yang membutuhkan di sekitar jalanan. “Raline, lo udah bawa kurma yang gue suruh kan?” “Iya udah kok ini gue udah bungkusin juga semuanya, tinggal dimasukin satu-satu aja” Kami semua berkumpul di rumah Caca, disana sudah lengkap sudah semuanya kecuali Nendra. Manusia satu ini memang sering sekali terlambat. *** Danendra Ralineee, lo udah di rumah Caca? Raline SUDAH. LO DIMANA KOK LAMA BANGET? KITA UDAH SIAP LOH SEMUANYA Danendra Aduh gue kesiangan banget tadi, masih untung ini gue bangun Danendra Ini outfitnya gimana? Bisa jelasin gak?


If I Go Through Another September | 62 Raline Aneh banget, apanya yang mau dijelasin? Disini ratarata pada pake warna terang sih Danendra OKE SABAR YA Danendra Aleeza Danendra Ini pake sepatu apa sendal? Danendra PLEASE JAWAB CEPAT Danendra Aduh ini manusia kenapa lama banget ya Raline Heh jangan sembarangan, ini lo yang lama ya Danendra. Raline Sendal aja udah Raline Pertanyaan apa lagi yang mau lo tanya? Raline Udah cepet berangkat Danendra 1+1 = ?


If I Go Through Another September | 63 Raline CEPET DANENDRA Danendra Ini otw 999 km/jam Raline Ya engga ngebut juga, hati-hati! *** Kami semua sudah menunggu kehadiran Nendra kurang lebih 15 menit. “Raline ya ampun ini cowo lo lama banget deh, kemana sih?” Septian yang kesabarannya sudah seperti tissue dibelah dua ini mulai membuka suara akan Nendra yang tidak muncul-muncul batang hidungnya. “Wow, wow, first of all Nendra bukan – belum jadi cowo gue dan second of all SABAR YA ini dia udah ngabarin gue dia udah berangkat kok sep” “Bukan cowonya tapi kok kabar-kabaran, kalian ini lucu banget.” Timpal Azka sambil menyikut Septian dan memberikanku pandangan aneh seperti mencoba menggodaku. Aku hanya membalasnya dengan memutar bola mataku dan mencoba mengalihkan pembicaraan kami. Selang sekitar 10 sampai 15 menit lagi kami menunggu akhirnya Danendra Athallla Harish pun sampai dengan motor vespa-nya yang berwarna hitam mengkilap.


If I Go Through Another September | 64 “Haduh haduh akhirnya abang ganteng pujaan hati Raline dateng juga.” Sekarang giliran Kemal yang menggoda. Tanpa ekspresi bersalah Nendra hanya membalasnya tersenyum polos. Kami pun akhirnya bersiap-siap untuk bergegas berangkat. Kemal yang membawa mobil sedan membawa bungkus makanan paling banyak dengan penumpangnya Alaia dan Septian. Lalu Jasmine dengan Azka sedangkan Nala dengan Caca dan aku sudah pasti bersama Nendra. Layaknya seperti di film-film sebelum aku menaiki vespanya, ia membukakan standar dengan tangannya. Aku yang melihat itu memutarkan bola mataku dihiasi dengan senyuman tipis. “Thank you.” “My pleasure princess.” Terlukis senyuman manis di wajahku, aku melirik pada kaca spion dan terlukis pula senyuman di wajahnya. Kami pun bergegas menulusuri jalanan dan memberikan makanan-makanan yang sudah kami siapkan. Melihat senyuman di wajah mereka dan mendengar kata syukur alhamdulillah lalu berterima kasih kepada kami membuat hatiku hangat rasanya. Tidak perlu waktu yang lama untuk kami menghabiskan makanan yang kami bawa, sekitar kurang lebih satu jam berkeliling pun sudah lenyap semuanya. Kami semua kembali ke titik kumpul awal.


If I Go Through Another September | 65 “Alhamdulillah udah habis semuanya.” Alaia begitu senang melihat semua makanan yang kami bawa sudah habis. “Iya alhamdulillah.” “Sekarang kita gak sih yang makan-makan? Aduh kalo boleh jujur gue udah laper banget ini gak sarapan.” “Ya siapa suruh bangun nya telat Nendra.” Kami pun memutuskan untuk pergi kembali untuk makan siang. Hari itu berjalan dengan baik, banyak memori dan kenangan yang terukir. Tak lupa juga kami mengabadian momen pada hari itu dengan berfoto bersama. That day couldn’t be much more better. Juli 2021 Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, hari dimana aku masuk ke dunia SMA. Sejujurnya aku sangat gugup dan takut tetapi di sisi lain aku pun juga excited dan siap untuk menemui wajah-wajah baru. “First day of school huh? Are you excited?” “I don’t know bang, I’m scared yet excited for what going to happen in senior highschool. How’s your senior highschool bang?” “A lot of things happen for sure in there but there’s nothing you have to be worried about. Just enjoy the moment and be yourself. Try to make new friends there


If I Go Through Another September | 66 and socialize more, trust me you’ll be needing a lot of help from everyone.” “Huft iya bang, terima kasih ya maba UI hihi.” Oh iya How can I forgot to mentioned it? For your information, Mas Bian got in to UI, he’s majoring in social welfare or we could say human rights as well. God I’m so proud of him, he puts a lot of effort and hardwork to get in, he deserve it. Aku berangkat sekolah diantar oleh Mas Bian, ia mengantarku dengan terus mengoceh selama perjalanan. Ia bercerita saat masa-masa SMA-nya, entah dari saat masa pengenalan, ujian atau saat ia masuk organisasi bahkan aktif mengikuti perlombaan di sekolahnya. Mas Bian memberiku saran untuk dapat aktif di SMA ini karena saat aku SMP memang seperti yang aku ceritakan bahwa aku tidak berniat untuk bersosialisasi ataupun mengikuti organisasi. Intinya aku lebih nyaman dengan duniaku sendiri. “Here we go. How could you grew up so fast dek?” “Stop being so dramatic bang. Okay here we go, thanks for the ride please wish me luck.” “My prayers will always surround you Raline.” Aku keluar dari mobil dan berjalan memasuki pagar sekolah sambil memakai nametag besar berwarna pink terang berisi nama, kelompok beserta fotoku yang masih menggunakan seragam sekolah SMP. Saat aku sudah


If I Go Through Another September | 67 berada di lapangan aku menoleh ke kanan dan ke kiri mencari wajah yang sekiranya approachable untuk aku ajak berbincang. “Alaia?!?!?” “Kanaya??” Gadis berparas cantik dan bertubuh lumayan tinggi itu menyapa sambil merangkulku dengan tangannya. Aku cukup terkejut ternyata kami lolos di sekolah yang sama. Semenjak liburan sekolah kami tidak berinteraksi sedikit pun karena kita berdua tahu bahwa kita tidak suka berinteraksi secara virtual. “I’m so glad we go to the same school again Lin.” “I can’t believe I met you here, I guess we both forget to give each others an update aren’t we?” Karena kebetulan tersebut, aku merasa tidak perlu mencari lagi seseorang untuk aku ajak bicara, setidaknya tidak perlu untuk sekarang. Aku dan Kanaya memutuskan untuk melewati masa pengenalan lingkungan sekolah atau biasa yang disebut dengan MPLS ini bersama. Lebih kebetulannya lagi saat disebutkan dan dibagi menjadi beberapa kelompok, kami berdua berada di kelompok yang sama. MPLS hari pertama berjalan dengan sangat lancar sekali, aku dan Kanaya memiliki beberapa teman baru. Sebenarnya ada kekhawatiran dalam diriku dan Kanaya, yaitu kelompok MPLS ini akan dirubah lagi saat masa pengenalan selesai. Aku dan Kanaya sangat berharap kami bisa


If I Go Through Another September | 68 masuk ke dalam kelas yang sama. Kami bahkan sudah merancang rencana untuk kegiatan dan hal apa saja yang akan kami lakukan since we’re now on the same school. Aku pulang dengan wajah sumringah dan hati yang berseri. Oh how I love this new chapter of my life. I wonder how’s Alaia doing… So I decided to give her a call. Unavalaible. A second call, No answer. Well I think she might be busy on the new school or maybe she could probably hangout with her new friends there. Maybe I could just leave her a message. Ting! *** Danendra Ralineeee Raline HAI HAI HAI, ADA APAA NENDRA? Danendra Hehe, nothing Lin. How was your first day??


If I Go Through Another September | 69 Raline It went great! Mau tau ga? Ternyata Kanaya juga masuk ke Taruna Bangsa bareng gue!! Danendra Oh iya? Asik sekarang udah jadi anak Tasa banget ya? Raline Hehehe iya deh yang anak Galaxy sekarang Danendra Ah di Galaxy mah ga ada primadona sekolah yang namanya Aleeza Raline Shamora Raline Ngarang aja kalo ngomong. Mana ada primadonaprimadona kaya gitu. Danendra Bener kok itu, temen gue yang masuk ke Tasa juga pada bilang lo bakal jadi primadona barunya Tasa Raline BOHONG BANGET, ENGGA PERCAYA Danendra Yah udah ini mah gue bakal banyak saingan Raline Apasih ngaco ajaaa, enggaa. Kebalik kali, gue yang bakal banyak saingan sama anak Galaxy *** *Tasa = Taruna Bangsa


If I Go Through Another September | 70 Aku dan Nendra berkirim pesan hingga lupa waktu, sekitar kurang lebih 4 jam mataku tidak berpaling dari ponselku. Kami terlalu tenggelam dalam percakapan hingga secara tidak sadar aku memejamkan mataku. Tok!Tok!Tok! Ketukan pintu kamar membangunkanku, aku bergegas bangun dari kasur dan membukakan pintu. “Eh mama.. Aduh aku ketiduran ma habis pulang sekolah tadi.” “Ya ampun anak mama ini kecapean ya? Sudah makan siang belum? Itu di bawah mama bikin nasi goreng di bawah.” “Aku ngga laper ma tadi siang sempet di kasih konsumsi sama kakak panitianya.” “Oalah yasudah kalau begitu. Dek, mama mau ngobrol sedikit nih sama adek.” “Ngobrol apa ma?” Mama jarang-jarang mengajakku bicara dengan nada serius seperti ini, apalagi sampai ia masuk ke kamarku. Sepertinya ada topik yang cukup serius. “Kamu kan sudah masuk SMA, anak mama sudah bertambah dewasa nih sekarang. Pesan mama hanya satu buat adek, kamu sekarang sudah harus tau ya yang mana pilihan yang buruk dan baik. Mama yakin anak mama yang makin cantik ini juga pasti banyak yang naksir,


If I Go Through Another September | 71 kamu fokus belajar dulu aja ya dek? Urusan hal itu mah bisa nanti-nanti saja, mama mau kamu bisa banggain mama sama ayah dulu ikutin jejak Mas Bian itu loh bisa ke UI.” Nasehat itu pasti akan selalu terlekat dalam benakku, masalahnya kalimat tersebut tidak hanya datang satu atau dua kali. Bukan hanya mama yang memberikanku wejangan tentang pendidikan, lelaki, dan masa depan tetapi ayah pun juga sama begitu. Aku paham betul maksud dari mereka itu apa, mereka ingin aku menitikkan fokusku pada pendidikan dan hanya itu saja. Bahkan secara tersirat pun mereka melarangku untuk berpacaran, which actually not really hard for me since I have this principle of not dating until marriage. But the thing is… This situationship I have with Nendra.. Well .. I don’t really know actually what are we. But I really am finding peace in him, he makes me feel the happiest at this time. All the jokes he tells me, the sweet messages, all the time we’ve spent together. I don’t know I feel like there’s just something about him that no one else could ever do it the same. It would never be the same if it’s not him. And mostly his smile stirred my soul. .


If I Go Through Another September | 72 Hari demi hari berlalu, kegiatanku setelah resmi menjadi anak SMA sudah semakin padat. Saat mulai memasuki semester kedua aku memutuskan untuk masuk ke organisasi sekolah yang tak lain adalah OSIS&MPK. Nendra dan teman-temanku yang lain sangat mendukungku untuk masuk ke organisasi tersebut walau sebenarnya aku belum pernah mengikuti kegiatankegiatan sosial seperti ini. Nendra selalu memberiku semangat dan kata-kata kalau aku pasti bisa meraih apapun yang aku mau. Days and nights the only intense interaction with me and Nendra had was only virtually. Not because we don’t to see each other but I’m actually the one who’s holding it up. I mean I am a “scaredy-cat” who cannot lie to my parents if I go with a boy out there but at the same time I wanted to see him as well. It is complicated. Hari ini hari Sabtu, Nala dan aku berkumpul bersama dirumahku hanya untuk melepas rindu. Beginilah kebiasaanku dan Nala, Nala pergi kerumahku dan kami hanya merebahkan tubuh di kasur. Jam-jam pertama pasti kami akan berbincang dan memberikan life update masing-masing, lalu setelahnya hanya diam dan sibuk maisng-masing. It’s like we’re having a silence peace with each other. Saat aku sedang tenggelam dalam novelku, Nala tibatiba terbangun dan memegang tanganku. “Lin! Gue lupa banget mau nanya ini.”


If I Go Through Another September | 73 “Bisa gak gausah ngagetin gitu? Apa sih mau nanya apa?” “How’s you with Nendra?” “Well we’re good. I think? I don’t know actually, kita sering banget chatan dan kadang juga callan kalau malam, tapi tetep aja pasti akan lebih enak kalau sering ketemu. But you know Nal I can’t do that for now.” “Okay I get it, so.. what are you gonna do about it? You know you can’t be in this position all the time, it will drain you and him as well.” “I know. Walaupun sebenarnya kita masih bisa ketemu sih ya kalau anak-anak lagi pada main juga.” Yang-Ku maksud dengan “anak-anak” disini adalah Alaia, Caca, Jasmine, Septian, Azka, dan Kemal. “Tapi ya kalau dipikir-pikir gue gemes banget deh sama perilaku dia.” “Gemes gimana?” “Yaa gitu, kalau gue lihat chat kalian tuh dia sangat antusias banget berinteraksinya. Tapi kalo udah ketemu sama kita-kita, mentalnya ciut mau nyamperin lo - kaya harus didorong dulu baru mau nyamperin duluan.” “Ya mungkin karena ini pertama kali dia deketin cewe juga kali Nal, jangan negative thinking dulu gitu.” “Ya iya sih pertama kali, tapi masa iya harus selalu didorong mulu sama Septian? Inget gak yang beberapa


If I Go Through Another September | 74 minggu lalu kita mau lari pagi? Padahal itu kesempatan emas banget buat dia lari sebelah-sebelahan sama lo Lin! But what did he do? He just lose the chance gitu aja.” “Well, that’s what I think juga sebenernya. Gue juga gatau kenapa setiap kali kita ngobrol kaya ada kaca ditengah-tengah yang membatasi gitu. Feels awkward. Tapi di sisi lain juga gue merasa nyaman aja if there’s only both of us.” “Tapi gak bisa begitu lah Lin, masa harus berduaan mulu gitu? Maksud gue kan kita semua udah tahu situationship di antara kalian berdua, ditambah lagi dengan lo yang strict parents kita udah bantuin lo berdua buat dapat kesempatan ketemu dan berinteraksi. Gue bahkan rela-rela aja waktu kita berdua tersita dengan kehadiran dia, I mean if he’s making you happy then I’d be happy too Lin.” “I know.. What do I have to do now?” “Raline. Listen and remember, if he wants to – he would.” Lagi-lagi kata wejangan yang melekat dalam benakku. April 2022 Setahun telah berlalu, aku sudah memasuki kelas 11. Aku mendaftar sebagai calon anggota OSIS&MPK dan aku sudah mengambil ektrakuriler Science Club. Yes Science Club, again.


If I Go Through Another September | 75 Alaia pun mengabari bahwa ia juga mendaftar sebagai calon anggota OSIS&MPK. Begitu juga dengan Nendra. Situationship-ku dengan Nendra semakin berjarak. Entah karena kami jarang bertemu atau hal lain tapi interaksi kami berdua sudah tidak seperti biasanya. Oke. Kembali dengan cerita sekolahku, sekolah Taruna Bangsa ini bisa kubilang cukup aktif dan mempunyai banyak sekali acara sekolah. Ekstrakuriler yang aku ambil pun termasuk salah satu kegiatan ekstrakuriler yang cukup aktif dari mengadakan pertemuan, membuat lomba sains ataupun mengikuti lomba di luar sekolah. Aku sudah merasa berada di fase keseharianku dipenuhi dengan kegiatan di sekolah. Dalam keanggotaan calon OSISMPK saat ini kami diberi satu program kerja yaitu seperti makrab atau malam keakraban, tetapi bedanya ini seperti acara pertemuan antara anggota OSISMPK yang menjabat dan para calonnya. Disaat itu pula aku sedang mengikuti lomba sains membuat sebuah karya tulis ilmiah dan harus mempresentasikannya dengan membuat sebuah video. Di selang waktu aku mengikuti rapat persiapan acara program kerja yang kami sebut “Bubble” dengan maksud kita akan menghabiskan waktu bersama dalam sehari di gelembung yang akan kami buat ini, di gelembung tersebut akan kami rancang dengan sedemikian rupa agar saat gelembung itu pecah tapi kebersamaan kami tetap ada.


If I Go Through Another September | 76 This position I’m into putting me in a chaotic time, with the competition and all of the meetings and stuff. But I know I can get through all of this. Mama pun juga mendukungku dengan sepenuh hati. Tapi.. Relapse has come, ayah gave me awareness again about boys and education. Ayah sangat bersikeras untuk aku fokus dalam hal yang sedang aku kerjakan. Aku paham sepertinya ayah hanya khawatir dan tidak mau aku kehilangan arah hanya karena jika aku nanti diperbodoh oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab. All of that leads to a new rules, a tons of rules that I have to obey. Like if I already hangout with friends today well then I have to be at home tomorrow, I have a curvew which I actually wouldn’t mind but thing is the curvew is at 4 PM. That I cannot accept. I still want to enjoy and don’t want to miss out everything in senior highschool. If you’re a pre-teenager I’m pretty sure you would understand how you don’t want to be left and miss out. The pressure is real. Ayah pushed me a little too hard this time and it makes me feel overwhelmed about everything. “Kan adek sudah kelas 11 sekarang, sudah harus bisa fokus sama sekolah juga. Mainnya nanti-nanti lagi aja ya dek? Kali ini tolong nurut sama ayah, ini untuk kebaikan adek juga.”


If I Go Through Another September | 77 Kurang lebih begitulah katanya. Seringkali aku tidak ikut teman-teman kumpul karena bahkan untuk meminta izin pada ayah saja aku sudah malas karena tebakanku akan jawaban ayah pasti selalu benar. Aku banyak menghabiskan waktu dengan diriku sendiri dan buku. Buku-lah satu-satunya benda yang bisa menemaniku kapan saja layaknya sosok yang mengisi kekosongan dalam diriku. Aku juga sering menghabiskan waktu luangku dengan melakukan berbagai hobi. Dari menggambar, menulis cerpen, menonton film series, dan berkreasi membuat kerajinan dari tanah liat pun aku lakukan semuanya just to keep me busy . Menghabiskan banyak waktu dengan diriku sendiri has leave me with guts. The guts that I already think about a million times. So, with all of the pressures I’ve been in right now has led me into thinking of cutting “him” off. Okay, a disclaimer. Now I can admit that I do have a crush on him, I do admire him physically and mentally. I know this decision would break both of us. But for this time I gotta left something behind to light my step in my path. It doesn’t mean he’s a burden in my life or something, but with all of the warning from mom and dad, and the talks about him who can’t give me a full effort, the awkwardness in between who haunted us all the time has pushed my guts into an action. Terlebih lagi, aku tahu pasti Nendra menginginkan kita untuk sering bertemu. Aku tahu kesabaran Nendra pasti akan habis nantinya. Aku takut jikalau nanti Nendra


If I Go Through Another September | 78 menemukan “teman” baru yang bisa memberikan dirinya pengalaman dan hal-hal layaknya a teenage love story lalu aku akan dilupakan begitu saja. Aku takut hal itu terjadi, aku lebih memilih untuk memberikan kami berdua jarak untuk saat ini dan berharap akan kembali lagi di waktu yang sudah tepat. *** Raline Alaia, I need you right now. Can you come to my house? Alaia Yes my love, I’m on my way. *** I can’t hold myself to ask for a company to do this. I can’t do this alone. I need a half of me, I need Alaia in this case. Tak membutuhkan waktu lama Alaia akhirnya sampai dirumahku dan aku pun juga sudah memberi tahu padanya bila ia sudah sampai untuk langsung pergi ke kamarku. Saat ia membuka pintu ia menjumpai diriku sedang duduk di lantai dengan tissue berserakan dan mata yang sembab. “Hey Raline, everything will be okay. Take a deep breath.”


If I Go Through Another September | 79 “I don’t think I will over this Al, I’m so overwhelmed with everything is happening right now and I don’t know if I will make the right decision or not.” “If it’s not a burden to you it won’t bothers you this much Raline, and please remember you have nothing to lose.” “Maksudnya?” “Well in my point of view all you guys did was texting each other, even if you guys had a chance to meetup he threw away and waste the chance to talk to you in person. I don’t even get it, once he’s really into you then he act like he doesn’t want to talk to you. Aku jadi bingung dan ragu sendiri sama dia Lin, apa yang dibilang sama Septian tentang perasaan Nendra ke kamu dengan kenyataannya tuh beda. It’s like he can’t put his word into action.” Semua kalimat itu sedikit menenangkanku sejujurnya, setelah aku pikir kembali Alaia ada benarnya. Aku berada di situasi mempertanyakan Why do I think I will regret this? Do I really have something to lose? What is he doing right now? Did he really have a feelings for me or not? Did he want this? Aku pun membulatkan keputusanku, dan memang belum lama ini Nendra baru saja ulang tahun. Aku sudah berniat memberinya sebuah hadiah. Hadiah yang aku buat sendiri, aku membuatkannya sebuah kerajinan dari tanah liat, handuk yang aku jahit dengan inisial namanya dan juga setangkai bunga mawar palsu. Aku tambahkan


If I Go Through Another September | 80 pula dengan secarik kertas berisikan paragraf panjang tentang apa yang aku ingin sampaikan kepadanya. To : Danendra Athalla Harish Hai, selamat ulang tahun Athalla. Tak banyak harapan dariku selain Athalla bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi, bisa banggain mama, papa dan kakak. And of course make yourself proud. I always believe in you that you will achieve everything you desire ‘cause I know you deserve it. Oh, there’s something I wanted to tell you. I am so sorry for all this time if I ever and will hurt you. Athalla, whatever we’re doing right now I don’t think I can continue it. I feel like I’m not the person you’re searching for, I can’t give you a lover experience like you want and needed. And this principle I have is making this harder. Even more, I cannot always lie to mama and ayah. They force me to focus on my academic. I had to do this Athalla, I hope you can understand this situation I’ve had. I hope you can understand me. You deserve a better experience, I hope you can find and meet that person who can give all the things you need. Thank you for all of this time, I’m sorry it has to end like this.


If I Go Through Another September | 81 *I did dedicated that song to him. If you wonder why, just listen and see the lyrics to it. Aku menaruh surat tersebut dalam sebuah amplop berwarna merah muda. Lalu aku masukkan seluruh hadiah yang aku berikan di dalam paper bag. Aku berniat untuk memberikannya lewat Septian, berhubung akan ada kumpul-kumpul dirumah Danendra bersama dengan teman-teman lelaki mereka. Septian sedikit terkejut mendengar kabar dan penjelasan dariku, tapi ia tahu tidak ada yang bisa ia lakukan dengan keputusanku ini. Alaia membantuku mengemas semuanya hingga siap untuk dikirim ke rumah Septian. Septian pun juga sudah aku kabari untuk meminta tolong memberikan barang titipan ini pada Nendra. Sungguh. And last, I want you to listen to this song. - Walking in the wind by One direction I hope you really listen to it, Once again happy birthday Athalla. Sincerely, Aleeza


If I Go Through Another September | 82 Aku benar-benar berharap ia bisa mengerti maksudku. Hal ini bukanlah hal yang mudah bagiku, untuk melepaskan dan merelakan seseorang yang benar-benar aku suka. Namun apa boleh buat aku pun tahu ini adalah pilihan terbaik untuk aku dan untuk dirinya. The package was sent to him but ever since that, I never heard anything from him again. Then there was it again, a change. It’s not even September yet but I guess it happens anyway. April until June I started get back up again, not even a single breath I will waste for anything. Obviously there’s a lot of tears coming in but I gotta say that is a part of the process. I don’t actually care about what other people said about me after the decision I made, I never heard any update about him from Septian. I think it is the right time for me to move on and bring in the next chapter. This summer, it would be different. And one quote I will plant in my mind, Whatever happens, It happens. The fact that we can sit right here and say goodbye Means we've already won A necessity for apologies between you and me Baby, there is none We had some good times, didn't we?


If I Go Through Another September | 83 We had some good tricks up our sleeve Goodbyes are bittersweet But it's not the end I'll see your face again And you will find me Yeah, you will find me In places that we've never been For reasons we don't understand Walking in the wind Walking in the wind. -Walking In the Wind By One Direction.


If I Go Through Another September | 84 Chapter Five : Afterglow


If I Go Through Another September | 85 “Raline jangan lupa ya sore ini ada rapat.” “Raline hari ini kita ada pertemuan sains ya!” “Raline besok kita survey ya.” “Raline besok ada pertemuan lagi sama OSISMPK jangan lupa.” Begitulah hal-hal yang memenuhi keseharianku belakangan ini, jadwalku sudah semakin padat dan tidak bisa diganggu gugat. Tidak ada lagi waku senggang yang bisa aku isi dengan melalukan hobi. Di keningku sudah seperti tertulis “Busy. Do Not Disturb.” Proses dan perjalananku untuk menjadi keanggotaan OSISMPK semakin dekat, ada pula rintangan dan segala tantangan selama ini tapi aku bisa melewati semua itu tentunya berkat dukungan orang-orang tersayang dan pula berkat diriku sendiri yang sudah mau berjuang. Hari ini hari Minggu, finally a day that I have no plans at all so I could just rest in my bed and read my novels again. Ugh I miss the smell of a book, I’m so ready to get my nose stuck up in the book today. Aku bangun sekitar pukul 6 pagi dan memutuskan untuk jalan pagi bersama mama. “Dek jangan lupa bawa minum itu sudah mama siapin di meja makan ya.” “Iya ma ini aku mau ambil kaus kaki dulu sebentar.”


If I Go Through Another September | 86 Setelah aku menemukan sepasang kaus kaki yang aku cari aku bergegas mengambil minum yang mama sudah siapkan untukku lalu bergegas mengenakan sepatu olahraga dan menghampiri mama yang sudah menunggu di teras sambil melakukan sedikit stretching. “Yuk ma, adek udah siap.” Saat aku membuka pagar rumah tiba-tiba ada suara Mas Bian menghentikanku. “EH LOH LOH mama sama adek mau kemana?” “Ya mau jalan pagi lah, enak tau udaranya lagi seger gini apalagi mataharinya lagi bagus nanti.” Ucap mama. “Kok ngga ngajak aku sih? Aku kan juga mau olahraga, selama liburan semester aku dirumah mulu ini kayanya timbangan aku naik.” “Aduh abang, tadi aku udah coba ketok pintu abang tapi gak ada respon jadi yaudah deh mama bilang tinggalin abang aja. Lagipula ini aku sama mama mau buru-buru nih takut kesiangan.” “Haha iya bang, tadi kamu udah kita bangunin tapi lelap banget kayanya anak bujang satu ini jadi kita duluan deh. Udah bang kamu ke gym aja ya nanti sama papa. Tuh papa juga abis dinas ke Palembang perutnya buncit itu mama curiga isinya pempek semua.” Mas Bian hanya memasang wajah cemberut tetapi sambil tertawa kecil karena candaan mama.


If I Go Through Another September | 87 Setelah itu akhirnya aku dan mama pergi dan jalan pagi mengelilingi komplek. I love how there is always a peace of silence between me and a person who understands my peace. Aku berjalan sambil mendengarkan sebuah lagu dari playlist spotify-ku dan mama menikmati pemandangan dan udara sejuk pagi di komplek perumahan kami. Saat matahari telah terbit sekitar pukul 8 kami sudah menuju arah pulang, sebelum itu kami mampir ke supermarket terdekat untuk membeli beberapa bahan untuk sarapan nanti. “Pancake with butter and cheese?” Pintaku pada mama dengan mata yang berbinar-binar seperti anak kucing. “Hmm boljug alias boleh juga hihi.” “Ih mama belajar bahasa kaya gitu diajarin siapa sih.” “Loh mama gaul tau, kalau cuma boljug doang mah mama juga tau.” Aku hanya membalas mama dengan menggelengkan kepala tak habis heran atas sikap mama yang penuh dengan candaan di pagi hari ini. Setelah selesai mendapatkan bahan-bahan untuk membuat pancake with butter and cheese yang sangat iconic buatan mama, kami berdua segera pulang. Sesampainya dirumah aku berjemur menatap matahari pagi yang masih terhitung sehat di halaman belakang


If I Go Through Another September | 88 sambil membaca novel, sedangkan mama langsung bersih-bersih dan lanjut membuat sarapan. Ting! Ting! Ting! Ponselku tiba-tiba mengeluarkan banyak bunyi notif pertanda ada pesan yang masuk. *** Caca @Raline are you okay? Have you seen it? Nala Hah Raline kenapa? Lihat apa? Ada apa? Jasmine Ssst Nal. Mending lo baca private chat gue aja Alaia Update us ya @Raline *** Jujur saat itu aku terkejut, heran, dan bingung. *** Raline Hey guys, what’s up?


If I Go Through Another September | 89 Caca Lin Ini, itu, kamu udah lihat snapgram nya Danendra? Raline Belum, what about it? Jasmine Mending kamu coba cek sendiri aja Lin *** Aku pun menuruti perkataan Jasmine, aku meninggalkan room chat dan bergegas membuka aplikasi Instagram. Hmm.. Aneh. Aku tidak melihat ada snapgram terbaru dari akunnya. *** Raline Guys? Kayanya gue di hide deh, akun dia ga ada snapgram terbaru di akun gue. Alaia Duh kayanya beneran emang di hide deh Raline Emangnya ada apa sih? Please give me the screenshot of it.


If I Go Through Another September | 90 Caca *sent a video* *** Hatiku berdegup kencang. Atau terhenti? Aku tidak tahu. Caca memberikan sebuah screen record video dari akun instagram Danendra. Disitu terlihat ia mengunggah foto dan video bahwa ia sedang berada di Indonesia Aquarium bersama seorang perempuan. Dalam foto tersebut terselipkan emoji hati. He's already moved on? Really? That fast? *** Alaia If you already seen it, let him go Lin. Sesuai sama apa yang kamu bilang, he’s finally found someone who can give him a lover experience Jasmine And you deserve better Lin, move on ya? Caca Tapi gue masih gapaham, Septian kemarin-kemarin cerita kalo Nendra mau dan bakal nunggu Raline sampai Raline siap. And now? He’s got his arm around a


If I Go Through Another September | 91 new girl? And post it on social media WITH HIDING RALINE? What a genius of him huh? Raline Thank you guys, it’s not his fault too. Mau dia bilang dia bakal nunggu gue atau gimanapun juga pasti kesabaran selalu ada batasnya. Dan itu hak dia kok untuk bareng sama siapapun itu sekarang. I know maybe it is too fast for him to found someone new? But idk I guess they’re both fills up each others empty space. Raline Alright then I guess this is it. It is my decision too in the first place Alaia You did great Raline, we’re so proud of you. Keep it together ya? You can go through this Nala Maaf gue ga jago rangkai kata kaya Alaia tapi serius Lin lo ga sendiri kok. Lo punya kita-kita semua dan masih ada anak-anak juga kan? Nanti kapan-kapan kita main ya kita ketemuan. Raline Thanks everyone it means a lot to me <3 *** Aku tidak tahu harus bereaksi apa saat itu, aku yang sedang berada di ayunan halaman belakang rumah memilih untuk masuk ke dalam dan bergegas pergi ke


If I Go Through Another September | 92 kamar. Secara tidak sadar, saat aku menaiki anak tangga satu demi satu tetes air mata keluar dari mataku. Aku takut orang rumah akan mengetahui bila aku menangis jadi aku mempercepat langkahku ke kamar. I know I shouldn’t cried I know that this is my decision I shouldn’t be jealous But why is it hurt to see him with another girl? Keesokan harinya aku datang ke sekolah seperti biasa, aku mencoba untuk menjaga kestabilan emosionalku karena hari ini akan ada banyak kegiatan di sekolah yang harus aku lakukan. “Raline.” Salah satu teman sekelasku yang bernama Kevin secara tiba-tiba datang dan memanggilku dengan nada yang cukup rendah. Aku menoleh dan mengeluarkan raut wajah seperti bertanya-tanya. “Apa?” “Nendra udah punya cewe? Bukannya dia sama lo ya?” Oh. Ternyata sudah menyebar berita itu.


If I Go Through Another September | 93 Kalian pasti bertanya kenapa Kevin bisa tahu soal Danendra? Begini, Seperti yang kalian tahu bahwa Danendra cukup aktif dalam klub basketnya. Danendra pun bisa dibilang sangat terkenal di sekolah lamaku, dan layaknya laki-laki yang baru memasuki fase pubertas sudah pasti Danendra masuk ke salah satu tongkrongan dan bertemu dengan anak-anak dari sekolah lain. Mulai dari situlah banyak sekali di sekitar sini yang mengenal Danendra, bahkan kebetulan juga banyak beberapa teman Danendra yang masuk ke sekolah yang sama seperti aku. Sekolah Taruna Bangsa atau sering kita singkat dengan Tasa. Jadi jangan heran apabila kabar mengenai dirinya sangat mengalir dengan cepat di Tasa. Bahkan adik kelas maupun kakak kelas disini juga tahu akan dirinya entah karena memang dunia ini sempit atau perihal alasan parasnya yang terlalu menarik. “Gue udah engga sama dia dari sebulan yang lalu. Iya kali dia udah punya cewe lagi.” “Loh loh tiba-tiba banget. Kenapa?” “Satu dan lain hal pokoknya Vin udah gausah diperpanjang deh, dia udah seneng sekarang. Let him do whatever he wants.” Kevin yang mendengar jawabanku dengan nada yang sangat rendah tapi ketus itu sedikit mundur untuk melanjutkan percakapan ini.


If I Go Through Another September | 94 Tolong ya, ini hari ketigaku sedang menstruasi. Untuk para perempuan diluar sana pasti kalian tahu rasanya seperti apa. Kevin diberikan sebuah isyarat oleh Kanaya yang ternyata berada di belakangku. Kanaya mengisyaratkan bahwa aku sedang haid dan akan menjadi singa yag lepas kendali bila terus dilanjutkan percakapan ini. Sejujurnya kalau aku bisa memukul seseorang saat itu aku sungguh ingin melakukannya untuk melampiaskan rasa sakit dari kram perutku ini. “Raline mau cokelat? Aku bawa cokelat Matcha loh!” Kanaya mencoba untuk menghiburku dengan segala cara. Tapi hasilnya nihil, aku hanya terdiam dengan posisi tangan di atas meja dan aku menaruh kepalaku diatas tangan. Entah rasa emosionalku hadir karena datang bulan atau karena perasaanku yang sedang hancur? Entahlah, keduanya membuatku sangat ingin untuk menolak siapapun yang mencoba untuk berbicara padaku di hari itu. Mau bagaimanapun itu aku tetap harus menjalani kegiatan-kegiatan di sekolah. Mulai dari belajar, lalu latihan olimpiade yang akan aku ikuti dalam waktu dekat, kumpul sesama calon anggota OSISMPK, dan terakhir ada forum science club untuk membahas beberapa keperluan aktivitas kami kedepan.


If I Go Through Another September | 95 September 2022 The month of the year has come. The tradition with my family and Alaia’s family thankfully still going on over the years. “Raalinee!!” “Alaiaa!!!” “Oh I miss you so badly!!!” “Finally the duo is baackkk.” “Yes love of course we always comeback together!” The roadtrip has begun, karena kerinduan yang sudah ditampung oleh aku dan Alaia selama ini akhirnya semua sepakat untuk aku dan Alaia berada di satu mobil dengan yang dikendarai oleh Mas Bian. Dan mobil satunya lagi berisikan om Alex, tante Zoe, mama dan ayah. Selama perjalanan, aku dan Alaia sangat menikmatinya. Dimulai dari deeptalks about our life update, lalu memakan cemilan sambil masih bercerita tentang beberapa drama disekolah kami masing-masing. This is actually fun when we’re not in the same school, we could share a lots of stories from our own school and make the conversation keeps on going for hours. And at times like this I already forgot that Alaia oftenly ignoring me since she got into a different school. When she treat me like this I always remember why she is the half part of a missing puzzle in me.


If I Go Through Another September | 96 Tentu saja Alaia juga bertanya bagaimana perasaanku sekarang terhadap Danendra dan situasi yang sekarang. Sejatinya aku senang mengetahui Nendra sudah bahagia disana bersama perempuan barunya, aku lihat ia pun akhirnya dapat merasakan the lover experience like having a cute date, hangout together, go to some places which I know I can’t give him all of that if he’s still be with me. Walaupun sebenarnya aku mengetahui semua kabar terbaru tentang dirinya dari teman-temanku karena Nendra hanya mempostingnya di akun pribadi yang ia private. Bahkan bisa dibilang aku tahu semua yang ia unggah dari teman Nendra yang berteman dengan Nala lalu Nala memberi tahu hal tersebut padaku. Sangat rumit sebenarnya, tapi memang aku juga yang meminta Nala untuk memberi tahu kabar terbaru tentangnya. Sebenarnya tak ada tujuan pasti mengapa aku ingin tahu kabar terbarunya tetapi aku hanya ingin tahu saja. Tetapi tetap masih ada beberapa rasa yang tertinggal dan terpendam dalam hatiku. Aku tak bisa melupakannya begitu saja, walaupun aku tau sebenarnya tidak ada kejadian khusus yang dapat membuatku bertahan selama ini untuk tidak berpaling darinya. Biarpun begitu aku sadar bahwa aku seharusnya sudah berpaling melanjutkan kehidupanku dan mencari kebahagiaanku sendiri. After talking about that crucial stories, Alaia end it with saying, “Well whatever happens, it happens. And it is what it is, maybe this is the best decision you made for your own good. Stop bugging your mind with it, enjoy


If I Go Through Another September | 97 the moment and live your life Raline. You have a lots of new friends now and everybody loves you. Do not waste that ever. Wake up Alaia, don’t stuck in one chapter of your life.” Alaia mengusap pipiku yang ternyata sudah dibasahi oleh air mata sedari tadi. Ia pun meminta izin kepada Mas Bian untuk menyambungkan bluetooth pada mobil dan langsung memutar lagu untuk menghibur diriku. IT’S CARPOOL TIME! Semua genre lagu kami putar, dari lagu Indonesia, lagulagu Barat, lagu-lagu latin, bahkan lagu Wali pun kami putar. Kembali lagi ke lagu Indonesia, dan terputarlah lagu yovie and nuno sacara acak. Aku dan Alaia memang sering mendengarkan lagu Yovie and Nuno berlandaskan telinga kami yang selalu diracuni oleh mama Alaia atau tante Zoe setiap kami sedang pergi bersama. Kali ini yang terputar adalah lagu Yovie and Nuno yang berjudul menjaga hati. Biarkan aku menjaga perasaan ini, oh Menjaga segenap cinta yang telah kau beri Engkau pergi, aku takkan pergi Kau menjauh, aku takkan jauh


If I Go Through Another September | 98 Sebenarnya diriku masih mengharapkanmu Sejujurnya diriku masih mengharapkanmu -Menjaga hati by Yovie and Nuno *** Selanjutnya aku meomohon kepada Alaia untuk memutar lagu yang masih dari Yovie and Nuno tetapi berjudul “Merindu Lagi (Pada Kekasih Orang)” Mungkin 'ku harus pergi untuk melupakannya Dalam hati berkata takkan sanggup pergi, wow-wowwow Tuhan, tolong, aku ingin dirinya Rindu padanya, memikirkannya Namun mengapa saat jatuh cinta? Sayang, sayang, dia ada yang punya *** I sang it on the top of my lungs, Alaia did as well. She’ll supported me with everything no matter what. Yovie and nuno was definitely my top artist for my moody emotional, all the lyrics that I can relate to is just making it perfect for me to sing it out loud.


If I Go Through Another September | 99 Akhirnya sampailah kami di Kota Belanda. Tahun ini akan terasa berbeda, lantaran tahun ini aku dan Alaia akan menghadiri sebuah kegiatan volunteer. Kami akhirnya sudah memasuki umur yang cukup untuk mengikuti kegiatan volunteer ini. Dan ini alasan kami berangkat lebih awal daripada biasanya karena kami butuh waktu yang cukup lama untuk mengikuti kegiatan tersebut. Kegiatan volunteer tersebut akan mengharuskan kami kumpul di balai kota setiap minggunya dan diberikan beberapa materi mengenai parenting dan juga craft. Materi parenting akan diberikan untuk kami nanti mengunjungi suatu panti asuhan yang diisi dengan bayi, batita dan balita. Kami akan mengurus dan memberi mereka kasih sayang selayaknya sosok ibu yang mereka butuhkan. Kami juga akan mengadakan sebuah acara untuk para warga yang ingin menyumbang dengan cara membeli barang-barang handmade yang kami buat setelah diberikan materi craft. Pertemuan pertama di balai kota telah dimulai saat hari kedua kami sampai di Kota Belanda. Disana, aku dan Alaia bertemu dengan gadis-gadis remaja lain. Kami menatap satu sama lain dan memilih untuk duduk di meja yang tepat berada di barisan depan karena hanya meja itu yang masih kosong. Sejatinya aku dan Alaia sedikit gugup bertemu dengan gadis-gadis ini, bukan karena kami tidak mau untuk berkenalan dengan mereka tetapi kami mengetahui beberapa hal tentang mereka.


If I Go Through Another September | 100 Gadis-gadis tersebut lahir ke dunia dengan sangat berkecukupan, lebih bakan jauh dari kata cukup. Semua yang mereka inginkan dan butuhkan akan mereka dapatkan tanpa mereka pinta. Kalaupun mereka meminta hal tersebut pasti akan terwujud semudah Thanos memetikkan jari. Bukan kami berburuk sangka pula dengan gadis seperti “itu”, lantaran pada suatu hari dimana aku dan Alaia membuat cookies dan memberikannya kepada anak-anak sepantaran kami yang tinggal di satu kompleks dengan rumah liburan kami ini, reaksi para gadis tersebut membuat Alaia dan Raline kecil patah hati. “How could we accept those ugly cookies” “Yeah what if you poisoned us?” “Sorry, I’m allergic to a hand to hand cookies.” Semenjak itulah kami mempunyai trust issues terhadap mereka semua. Tetapi kejadian tersebut tidak menghentikan kami untuk berbuat baik pada mereka. Kami melewati meja mereka dengan senyuman tipis di wajah kami. Tak lama kami duduk, ada 3 gadis cantik yang menghampiri meja kami. “Are these seats taken?” “No, you’re please to seat.” “Are you two new here?”


Click to View FlipBook Version