The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by herlinaspdsd03, 2023-01-10 07:26:31

SEL.06.2-T3-2-b Eksplorasi Konsep

SEL.06.2-T3-2-b Eksplorasi Konsep

PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK BERMUATAN ETNOSAINS
DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN
LITERASI SAINS SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

TIWI ANDIKA PUTRI
NIM: 1786206073

Skripsi Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PACITAN
2021

ABSTRAK

Tiwi Andika Putri. Pengembangan Media Komik Bermuatan Etnosains
dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa. Skripsi.
Pacitan: STKIP PGRI Pacitan, 2021

Peneliti melakukan sebuah pengembangan media komik bermuatan
etnosains dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan literasi sains siswa di
sekolah dasar dengan tujuan penelitian: (1) mendeskripsikan prosedur
pengembangan media pembelajaran komik bermuatan etnosains untuk
meningkatkan literasi sains siswa siswa SD, (2) mengetahui kevalidan media
pembelajaran komik bermuatan etnosains untuk meningkatkan literasi sains siswa
SD, (3) mengetahui hasil pengembangan media pembelajaran komik bermuatan
etnosains terhadap peningkatan literasi sains siswa SD. Metode yang digunakan
pada penelitian ini adalah research and development (R&D) dengan model
pengembangan ADDIE yang terdiri dari lima tahapan yaitu Analysis, Design,
Developmment, Implementation, dan Evaluate. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara, angket, dokumentasi dan tes literasi sains.

Media komik bermuatan etnosains telah diuji kevalidannya berdasarkan
penilaian berikut: 1) penilaian oleh ahli materi dengan skor rata-rata 3,8 “Valid”;
2) penilaian oleh ahli media dengan skor rata-rata 3,9 “Valid”; 3) penilaian ahli
bahasa dengan skor rata-rata 4 “Valid”; 4) respon peserta didik dengan skor rata-
rata 4,7 “Sangat Baik”; 5) hasil pretest literasi sains dengan skor 275 dan hasil
posttest literasi sains dengan skor 400. Berdasarkan nilai N-gain 0,55 kriteria
“Sedang” yaitu antara 0,55≤0,77 artinya penggunaan media komik bermuatan
etnosains dapat meningkatkan literasi sains siswa.

Kata Kunci: Media Komik, Etnosains, Literasi Sains

ii

ABSTRACT

Tiwi Andika Putri. Development of Ethnoscience Containing Comic Media
in Science Learning to Improve Student's Science Literature. Thesis. Pacitan:
STKIP PGRI Pacitan, 2021

The researcher carried out a development of comic media containing
ethnoscience in science learning to improve students' scientific literacy in
elementary schools with the research objectives: (1) describing the procedure for
developing ethnoscience comics learning media to improve science literacy for
elementary school students, (2) knowing the validity of comic learning media
containing ethnoscience to improve the scientific literacy of elementary school
students, (3) knowing the results of the development of learning media containing
ethnoscience of comics on increasing the scientific literacy of elementary school
students. The method used in this study was research and development (R&D)
with the ADDIE development model consisting of five stages, namely Analysis,
Design, Development, Implementation, and Evaluate. Data collection techniques
used observation, interviews, questionnaires, documentation, and scientific
literacy tests.

The validity of comics containing ethnoscience has been tested based on the
following assessments: 1) an assessment by a material expert with an average
score of 3.8 "Valid"; 2) assessment by media experts with an average score of 3.9
“Valid”; 3) assessment of linguists with an average score of 4 “Valid”; 4) student
responses with an average score of 4.7 "Very Good"; 5) the results of the
scientific literacy pretest with a score of 275 and the posttest results of scientific
literacy with a score of 400. Based on the N-gain value of 0.55 the "Medium"
criteria, which is between 0.55≤0.77 means that the use of ethnoscience-laden
comics media can improve students' scientific literacy.
Keywords: Comic Media, Ethnoscience, Scientific Literacy

iii

iv

v

vi

MOTTO

“Belajar tentu keharusan yang tidak boleh diabaikan, namun merugilah jika
disempitkan semata perkuliahan”
-Najwa Shihab-

“Sabar merupakan saudara kandung kemenangan. Dimana ada kesabaran, di situ
ada kemenangan”

-Uddatush Shoobiriin-
“Setiap tantangan merupakan kkesempatan untuk mengenal siapa diri kita dan

untuk apa diri kita”
-unknow-

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik Allah Subhanahuwata’ala. Syukur terimakasih
skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Keluargaku tercinta, bapak, ibuk serta kakakku yang telah memberikan
do’a, dukungan dan motivasi untuk kelancarann pendidikanku.

2. Diri saya sendiri, yang menghibur dan menyelesaikan semua masalah yang
saya buat sendiri, selamat skripsimu selesai.

3. Ibu Urip Tisngati, M.Pd, saya sangat bersyukur menjadi salah satu
mahasiswa bimbingan beliau dan Ibu Lina Erviana, M.Si yang telah
membimbing saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Tim ilustrator media komik saya, Estu dan Mela dimana saya mendapat
revisi kalian juga revisi, maaf apabila kerja tim ini seperti kerja rodi.

5. Bapak Arif Mustofa, M.Pd, Mbak Sofwa Zahrotul Humaira, S.Pd, dan Ibu
Bulan Septia, S.Pd selaku validator instrumen dari media saya.

6. Teman-teman KKN 32 kelompok 1 yang menjadi support system selama
penyelesaian skripsi ini.

7. Team research SDN Arjowinangun yang saling bahu membahu, panik satu
panik semua, sukses satu sukses semua.

8. Bapak-bapak yang selalu mengkhawatirkan kesehatan saya dengan selalu
mengecek suhu tubuh saya di depan gerbang kampus.

9. Semua pihak yang sering bertanya “kapan wisuda?”.
Saya mengucapkan terimakasih

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ilahi Rabbi,
sebagai ungkapan rasa bahagia, yang telah memberikan kasih sayang dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini dengan
baik.

Skripsi dengan judul ”Pengembangan Media Komik Bermuatan Etnosains
dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Kelas V Di
Sekolah Dasar” akhirnya dapat penulis selesaikan. Skripsi ini merupakan salah
satu tugas akhir dalam menyelesaikan kuliah Program Strata Satu (S1) pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP PGRI Pacitan. Sumbang
saran dari berbagai pihak akan sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya
tulis ilmiah ini.

Sebagaimana karya pada umumnya, banyak pihak yang terlibat dalam
penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
setinggi-tingginya kepada :

1. Dr. Mukodi, M.S.I., selaku Ketua STKIP PGRI Pacitan,
2. Para Wakil Ketua STKIP PGRI Pacitan
3. Mega Isvandiana P., M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar STKIP PGRI Pacitan,
4. Urip Tisngati, M.Pd., dosen pembimbing I, yang dengan ketulusan dan

kearifan telah membimbing dan mengarahkan penulis demi penyelesaian
skripsi ini.

ix

5. Lina Erviana, M.Pd.Si dosen pembimbing II, yang dengan ketulusan dan
kearifan telah membimbing dan mengarahkan penulis demi penyelesaian
skripsi ini.

6. Dosen STKIP PGRI Pacitan, karena berkat ilmu yang diajarkannya telah
membukakan pikiran, mata, dan hati penulis sehingga bermanfaat dalam
penelitian ini.

7. UPT Perpustakaan STKIP PGRI Pacitan yang telah menyediakan buku-
buku, sehingga membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini.

8. Kepala Sekolah, guru, dan siswa SDN Arjowinangun, terima kasih telah
membantu memberikan data dalam studi awal.

9. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penyelesaian tugas akhir ini kami ucapkan terimakasih.

Penulis menyadari masih bnayak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat
bemanfaat bagi dunia pendidikan. Sumbang saran dari berbagai pihak akan sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan karya ini. Semoga segala bantuan,
bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak mendapat balasan dari Allah SWT,
Amin.

Pacitan, 20 Mei 2021
Penulis,

Tiwi Andika Putri

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i
ABSTRAK .............................................................................................. ii
ABSTRACT .............................................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. vi
MOTTO .................................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................ ix
DAFTAR ISI........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 8
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 8
C. Pembatasan Masalah............................................................... 9
D. Rumusan Masalah .................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian.................................................................... 10
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ................................ 12
G. Manfaat Penelitian.................................................................. 14
H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan .............................. 15
I. Definisi Istilah ........................................................................ 17
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 17
A. Kajian Teori............................................................................ 17
17
1. Teori Perkembangan Anak .............................................. 17
a. Perkembangan Psikologis......................................... 19
b. Perkembangan Kognitif............................................
c. Perkembangan Sosial ...............................................

xi

2. Pendidikan di Sekolah Dasar........................................... 19
a. Karakteristik Siswa SD ........................................... 19
b. Karakteristik Pendidikan di SD............................... 20
22
3. Teori Pembelajaran di Sekolah Dasar ............................. 22
a. Teori Belajar Ausubel .............................................. 23
b. Teori Konstruktivisme.............................................. 24
24
4. Mata Pelajaran IPA.......................................................... 25
a. Pengertian IPA ........................................................ 27
b. Prinsip Pembelajaran IPA di SD ............................. 27
28
5. Tinjauan Materi Perpindahan Kalor ................................ 31
a. Pengertian Kalor...................................................... 31
b. Jenis-jenis Perpindahan Kalor ................................. 32
34
6. Media Pembelajaran ...................................................... 34
a. Pengertian Media..................................................... 35
b. Jenis dan Karakter Media ........................................ 35
c. Manfaat Media ........................................................ 36
d. Kriteria Pemilihan Media ........................................ 38
38
7. Komik .............................................................................. 39
a. Pengertian Komik.................................................... 41
b. Unsur Komik ............................................................ 41
c. Jenis-jenis Komik ..................................................... 42
d. Kelebihan dan Kekurangan Komik ........................ 43
e. Aplikasi Komik dalam Pembelajaran IPA ............... 43
45
8. Etnosains.......................................................................... 47
a. Pengertian Etnosains ............................................... 49
b. Pentingnya Etnosains ..............................................

9. Literasi Sains ...................................................................
a. Pengertian Literasi Sains .........................................
b. Dimensi dalam Literasi Sains..................................
c. Pentingnya Literasi Sains ........................................

10. Teori Penelitian dan Pengembangan ...............................

xii

a. Pengertian Penelitian dan Pengembangan................. 49
b. Model Penelitian dan Pengembangan ....................... 49
B. Kajian Penelitian yang Relevan ........................................... 54
C. Kerangka Pikir...................................................................... 57
D. Pertanyaan Penelitian ........................................................... 60
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 62
A. Model Pengembangan ............................................................ 62
B. Prosedur Pengembangan ........................................................ 63
C. Uji Coba Produk ..................................................................... 70
1. Desain Uji Coba ................................................................... 70
2. Subjek Coba ......................................................................... 72
3. Jenis Data ............................................................................. 72
4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ........................... 73
5. Teknik Analisis Data............................................................ 80
BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................. 84
A. Data Uji Coba....................................................................... 84
B. Analisis Data ........................................................................ 92
C. Revisi Produk ....................................................................... 97
D. Kajian Produk Akhir ............................................................ 100
BAB V PENUTUP.................................................................................. 109
A. Simpulan tentang Produk ....................................................... 109
B. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 110
C. Saran Pemanfaatan Produk..................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 112
LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................... 115

xiii

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Profil Siswa Sebagai Subjek Penelitian ............................. 73
Tabel 3.2 : Kriteria Penilaian Media Pembelajaran ............................ 76
Tabel 3.3 : Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi .......................... 77
Tabel 3.4 : Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Media........................... 78
Tabel 3.5 : Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Bahasa.......................... 79
Tabel 3.6 : Kisi-kisi Instrumen Angket Respon Siswa ........................ 79
Tabel 3.7 : Konversi Data Kuantitatif .................................................. 81
Tabel 3.8 : Kriteria Kevalidan Produk ................................................. 81
Tabel 3.9 : Kriteria Peningkatan Hasil Belajar..................................... 83
Tabel 4.1 : Skor Penilaian Ahli Materi................................................. 85
Tabel 4.2 : Skor Penilaian Ahli Media ................................................. 87
Tabel 4.3 : Skor Penilaian Ahli Bahasa................................................ 88
Tabel 4.4 : Skor Respon Siswa Uji Coba Kelompok Kecil.................. 90
Tabel 4.5 : Hasil Penilaian Produk....................................................... 91
Tabel 4.6 : Rekap Nilai Tes Literasi Sains........................................... 92
Tabel 4.7 : Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif..................... 93
Tabel 4.8 : Distribusi Frekuensi Penilaian Oleh Ahli Materi............... 94
Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Penilaian Oleh Ahli Media ............... 94
Tabel 4.10 : Distribusi Frekuensi Penilaian Oleh Ahli Bahasa.............. 95
Tabel 4.11 : Distribusi Frekuensi Penilaian Angket Siswa .................... 95
Tabel 4.12 : Rekap Nilai Tes Literasi Sains........................................... 96

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Bagian-bagian dari Buku Komik ..................................... 12
Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir ........................................................... 60
Gambar 3.1 : Prosedur Pengembangan Model ADDIE......................... 63
Gambar 4.1 : Sampul Buku Komik Sesudah dan Sebelum Revisi ........ 98
Gambar 4.2 : Daftar Isi Seseudah dan Sebelum Revisi ......................... 99
Gambar 4.3 : Perubahan Bahasa pada Daftar Isi ................................... 99
Gambar 4.4 : Sampul Buku Komik Sesudah Revisi.............................. 101
Gambar 4.5 : Halaman Prakata .............................................................. 102
Gambar 4.6 : Halaman Identitas Buku ................................................ 103
Gambar 4.7 : Halaman Biodata Penulis................................................. 103
Gambar 4.8 : Halaman Daftar Isi........................................................... 104
Gambar 4.9 : Halaman Pengenalan Tokoh ............................................ 105
Gambar 4.10 : Halaman Bagian 1............................................................ 105
Gambar 4.11 : Halaman Bagian 2............................................................ 106
Gambar 4.12 : Halaman Bagian 3............................................................ 107
Gambar 4.13 : Halaman Kamus Mini...................................................... 108

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Observasi ......................................................... 115
Lampiran 2 : Lembar Observasi ............................................................ 117
Lampiran 3 : Lembar Validasi Pedoman Observasi.............................. 119
Lampiran 4 : Surat Keterangan Validasi Insstrumen Observasi ........... 121
Lampiran 5 : Kisi-kisi Pedoman Wawancara........................................ 122
Lampiran 6 : Lembar Wawancara ......................................................... 125
Lampiran 7 : Lembar Validasi Pedoman Wawancara........................... 128
Lampiran 8 : Surat Keterangan Validasi Instrumen Ahli Materi .......... 130
Lampiran 9 : Lembar Instrumen Angket Ahli Materi ........................... 131
Lampiran 10 : Lembar Validasi Instrumen Angket Ahli Materi............. 134
Lampiran 11 : Surat Keterangan Validasi Instrumen Ahli Media........... 136
Lampiran 12 : Lembar Instrumen Angket Ahli Media............................ 137
Lampiran 13: Lembar Validasi Instrumen Angket Ahli Media .............. 140
Lampiran 14 : Surat Keterangan Validasi Instrumen Ahli Bahasa ......... 142
Lampiran 15 : Lembar Instrumen Angket Ahli Bahasa .......................... 143
Lampiran 16 : Lembar Validasi Instrumen Angket Ahli Bahasa ............ 146
Lampiran 17 : Surat Keterangan Validasi Instrumen Respon Siswa ...... 148
Lampiran 18 : Kisi-kisi Instrumen Angket Respon Siswa ...................... 149
Lampiran 19 : Lembar Instrumen Angket Respon Siswa ....................... 151
Lampiran 20 : Lembar Validasi Instrumen Angket Respon Siswa ......... 154
Lampiran 21 : Surat Keterangan Validasi RPP ....................................... 156
Lampiran 22 : Lampiran RPP.................................................................. 157
Lampiran 23 : Lembar Validasi RPP ...................................................... 162
Lampiran 24 : Kisi-kisi Tes Literasi Sains.............................................. 165

xvi

Lampiran 25 : Lembar Soal Tes Literasi Sains ....................................... 165
Lampiran 26 : Lembar Validasi Soal Tes Literasi Sains......................... 175
Lampiran 27: Hasil Validasi Ahli Materi................................................ 177
Lampiran 28: Hasil Validasi Ahli Media ................................................ 178
Lampiran 29: Hasil Validasi Ahli Bahasa............................................... 179
Lampiran 30: Hasil Angket Respon Siswa ............................................. 180
Lampiran 31: Hasil Pretest Tes Literasi Sains........................................ 181
Lampiran 32: Hasil Posttest Tes Literasi Sains ...................................... 182
Lampiran 33: Kartu Bimbingan Bimbingan Skripsi ............................... 183
Lampiran 34: Berita Acara Seminar Proposal ........................................ 184
Lampiran 35: Daftar Hadir Sempro ........................................................ 185
Lampiran 36: Notulensi Sempro ............................................................. 186
Lampiran 37: Surat Izin Penelitian ......................................................... 187
Lampiran 38: Kartu Bimbingan Skripsi.................................................. 188
Lampiran 39: Berita Acara Ujian Skripsi................................................ 189
Lampiran 40: Dokumentasi Penelitian.................................................... 190
Lampiran 41: Artikel Skripsi .................................................................. 191

xvii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetauhan dan teknologi saat ini mempengaruhi
berbagai kehidupan pada manusia, salah satunya dalam dunia pendidikan
dasar. Pendidikan di sekolah dasar adalah sebuah pendidikkan untuk anak
yang berusia 7 sampai 13 tahun yang dikembangkan sesuai dengan satuan
pendidikan di tingkat dasar dan disesuaikan dengan potensi daerah setempat.
Pendidikan di sekolah dasar merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan
anak bangsa yang bertaqwa, terampil, kreatif, serta berbudi pekerti luhur dan
mampu menyelesaikan permasalahan di lingkungannya. Proses ini dilalui
melalui usaha berkelanjutan yang melibatkan berbagai elemen, utamanya
antara peserta didik dan pendidik. Seperti dinyatakan bahwa pendidikan
merupakan hal manusiawi dan usaha sadar yang berhubungan dengan peserta
didik, pendidik, interaksi pendidikan, serta lingkungan dan sarana prasarana
pendidikan (Siswoyo, 2011;61).
Tujuan pendidikan dapat dicapai melalui pemberian muatan ilmu
pengetauhan, sikap, dan keterampilan kepada peserta didik, salah satunya
adalah ilmu sains atau Ilmu Pengetauhan Alam (IPA). IPA merupakan konsep
pembelajaran mengenai gejala alam yang memiliki hubungan dengan
kehidupan manusia dan objek kajian luas, yang terdiri dari kumpulan suatu
konsep, prinsip, hukum, dan teori yang terbentuk melalui sikap ilmiah dan
keterampilan proses penemuan (Setyowati et al. dalam Puspasari, 2019:26).

1

Melalui pembelajaran IPA, peserta didik memperoleh pengalaman secara
langsung untuk menggali dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya
secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari. Sains mengacu pada
kegiatan sehari-hari dengan demikian peserta didik dapat berpikir secara
ilmiah terhadap suatu keadaan di sekitarnya.

Ilmu Pengetauhan Alam (IPA) atau sains pada tingkat sekolah dasar
merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting dalam
pendidikan hal ini karena sains dapat menjadi bekal bagi siswa dalam
menghadapi berbagai tantangan di era global. Oleh karena itu, diperlukan
cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk memiliki
kompetensi yang baik dan melek sains serta teknologi, mampu berpikir logis,
kritis, kreatif, berargumentasi secara benar, dapat berkomunikasi serta
berkolaborasi. Melek akan sains dapat diistilahkan sebagai kemampuan
literasi sains. Kunci utama dalam mengembangkan literasi sains adalah
menarik keterlibatan peserta didik dalam belajar dan menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan sehingga peserta didik mampu belajar
berdasarkan pengalaman yang telah mereka alami dalam kehidupan sehari-
hari yang terintegrasi dengan pengetauhan yang didapatkan dari literasi sains.
Jadi peserta didik mampu untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan data PISA (Programe for International Student Assesment)
kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia masih dibawah rata-rata jika
dibandingkan dengan rerata skor internasional dan secara umum berada pada

2

tahap pengukuran terendah PISA. Sebagaimana dikutip oleh OECD (The
Oganization for Economic Co-operation and Development) peringkat
Indonesia pada tahun 2018 Indonesia berada pada peringkat ke-70 dari 78
negara yang ikut serta, dengan perolehan skor yaitu 396 (Harususilo:2019).
Hal itu terjadi karena proses pembelajaran IPA yang kurang memberikan
dorongan kepada peserta didik untuk mampu berpikir kritis. Dengan
demikian perlu adanya perbaikan dari proses pembelajaran IPA dengan
menggunakan metode yang menarik atau sesuai dengan tingkat zaman dan
dapat dilakukan dengan cara mengembangkan literasi sains agar peserta didik
memiliki pengetauhan yang lebih bermakna.

Literasi sains dapat diartikan sebagai pengetauhan dan kecakapan
ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetauhan
baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil kesimpulan
berdasarkan fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains
dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta
kamauan untuk melibatkan dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains
(OECD, 2016). Pada literasi sains, pembelajaran dapat dilakukan dengan
metode yang interaktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan, diantaranya
dengan memanfaatkan lingkungan, peserta didik diajak untuk melakukan
pengamatan dan kegiatan ilmiah sederhana karena peserta didik dapat
berinteraksi langsung serta memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
Melalui pembelajaran dan pengamatan sederhana langsung di alam, tujuan
dari pembelajaran literasi sains dapat diserap secara sempurna.

3

Kenyataan di lapangan berdasarkan wawancara dengan beberapa
peserta didik di salah satu sekolah di Kabupaten Pacitan pada tanggal 19
Maret 2021 perlu upaya perbaikan dan peningkatan penggunaan media
pembelajaran IPA, media yang digunakan masih kurang bervariasi sehingga
membuat peserta didik sulit menangkap materi. Sumber utama dalam
kegiatan pembelajaran peserta didik menerima materi berasal dari buku ajar
yang banyak teori dengan sedikit ilustrasi gambar. Hal ini membuat
ketertarikan belajar peserta didik menjadi kurang dan mudah bosan.

Berdasarkan permasalahan di atas, guru sebagai penyampai materi
pembelajaran IPA kepada peserta didik sekolah dasar diharapkan harus
mampu menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan kreatif yang
mana selain dapat menarik bagi peserta didik juga dapat mencapai tujuan
kurikulum yang telah ditentukan. Media pembelajaran sangat penting sebagai
sarana yang membantu para pendidik dalam menyampaikan materi. Media
dalam proses pembelajaran diharapkan dapat menyajikan sebuah pesan serta
merangsang pikiran peserta didik untuk belajar.

Penggunaan media pembelajaran yang efektif bisa berdampak pada
hasil belajar peserta didik. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Lestari (2016:148)
yang mengungkapkan bahwa siswa lebih senang dengan penggunaan media
pembelajaran serta pemilihan yang efektif karena membuat siswa lebih
mudah untuk memahami materi sehingga berdampak pada meningkatnya
hasil belajar siswa. Media pembelajaran yang cocok diterapkan dalam
pembelajaran IPA di sekolah dasar salah satunya adalah media grafis, yaitu

4

komik. Komik adalah buku berbentuk kartun yang berisi gambar dan berisi
rangkaian kata-kata yang dituliskan didalam ballons dengan membentuk
sebuah cerita yang dirancang untuk memberikan hiburan bagi para pembaca.
Komik dijadikan sebagai salah satu sumber belajar untuk menunjang aktivitas
dalam proses pembelajaran. Buku-buku komik dapat digunakan secara efektif
oleh guru dalam usaha membangkitkan minat, mengembangkan
perbendaharaan kata, dan keterampilan membaca, serta memperluas minat
baca (Sudjana & Rivai.,2020:64).

Komik dapat menjadi pilihan sebagai media pembelajaran yang tepat
dan efektif. Keberhasilan penggunaan media komik pada beberapa penelitian,
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Arifah (2020) menyatakan dari
hasil penelitian menunjukkan rata-rata validasi media, materi dan bahasa
adalah 87,1%, kepraktisan media adalah 91,5% dan peningkatan hasil belajar
adalah 0,65 secara klasikal. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa media
komik interaktif valid dan praktis digunakan dalam pembelajaran IPA materi
perpindahan kalor. Hal ini mungkin adanya kecenderungan banyak peserta
didik lebih menyenangi bacaan media hiburan seperti komik dibandingkan
dengan membaca buku mata pelajaran. Alasan lain, terdapat banyak gambar
yang merangsang peserta didik untuk membaca komik. Berarti dengan ini
komik sebagai media yang bersifat sederhana, menggunakan bahasa
keseharian serta bersifat informatif dan edukatif yang disertai gambar
menarik diharapkan mampu memotivasi meningkatkan pemahaman materi
dan pengetauhan peserta didik.

5

Terdapat berbagai jenis media komik yang dapat dijadikan sebagai
media pembelajaran IPA, diantaranya adalah media komik bermuatan
etnosains. Hal ini diberikan kepada peserta didik sebagai upaya untuk
mengoptimalkan pembelajaran yang kontekstual dan menguatkan lingkungan
sebagai sumber belajar. Etnosains merupakan pembelajaran yang bermakna
memungkinkan peserta didik belajar sambil melakukan atau learning by
doing. Learning by doing memungkinkan peserta didik mampu
menghubungkan materi pelajaran yang dipelajari dengan konteks kehidupan
sehari-hari. Implementasi pembelajaran berbasis etnosains akan menjadikan
kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan sesuai dengan tujuan pelaksanaan
pembelajaran menurut kurikulum 2013.

Pembelajaran bermuatan etnosains penting dalam pelaksanaan
pembelajaran karena sesuai dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang
sesuai dengan kurikulum 2013 yang meliputi: mengamati, menanya,
mengumpulkakkn informasi, mencoba, dan mengkomunikasikan. Penerapan
pembelajaran etnosains tidak hanya sesuai dengan perkembangan zaman dan
kaidah kurikulum pendidikan yang saat ini dianut oleh bangsa Indonesia,
akan tetapi juga bertujuan untuk menanamkan sikap cinta terhadap budaya
dan potensi yang dimiliki oleh daerahnya. Pembelajaran IPA dengan
pendekatan etnosains diharapkan dapat meningkatkan kecintaan terhadap
budaya lokal, menciptakan pembelajaran kontekstual dan bermakna. Sesuai
dengan pendapat Atmojo (2012:116) bahwa pembelajaran berpendekatan
etnosians yang mengaitkan pembelajaran dengan budaya masyarakat tersebut.

6

Berdasarkan studi awal yang dilaksankan pada tanggal 23 Maret 2021
dengan guru kelas V di salah satu sekolah di Kabupaten Pacitan, media
kontekstual bermuatan budaya dalam bentuk buku komik pada pembelajaran
IPA belum tersedia. Menimbang pentingnya keberadaan media, peneliti
tertarik melakukan penelitian tentang pengembangan media komik bermuatan
etnosains. Pengembangan media komik ini dilakukan berdasarkan
karakteristik peserta didik sekolah dasar yang pada dasarnya lebih menyukai
sesuatu yang menarik, konkret, disertai rasa ingin tahu yang tinggi. Peneliti
berpikir untuk mengembangkan komik sebagai media pembelajaran karena
komik juga memiliki karakteristik yang dilengkapi dengan tampilan gambar
menarik dinilai akan mampu menarik perhatian siswa dan rasa ingin tahu
peserta didik. Materi perpindahan kalor menjadi alternatif pilihan yang tepat
sebab materi perpindahan kalor sangat erat hubungannya dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Artinya media komik bermuatan etnosains menjadi
pembeda dengan penelitian sebelumnya karena materi dapat dikembangkan
lebih menarik dan kontekstual sesuai dengan lingkungan dan pengalaman
belajar peserta didik.
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahan
sebagai berikut:
1. Kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia masih di bawah rata-

rata jika dibandingkan dengan rerata skor internasional dan secara umum.

7

Hal ini mungkin disebabkan proses pembelajaran IPA kurang
memberikan dorongan kepada peserta didik untuk berpikir kritis.
2. Beberapa peserta didik di sekolah dasar masih menganggap media yang
digunakan dalam pembelajaran kurang bervariasi sehingga peserta didik
sulit memahami materi.
3. Media pembelajaran bermuatan kontekstual berbasis budaya dalam
bentuk buku komik pada pembelajaran IPA belum tersedia sehingga
sumber utama dalam kegiatan pembelajaran berasal dari buku ajar yang
banyak teori dengan sedikit ilustrasi gambar.
C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1. Penelitian ini untuk mengembangkan media pembelajaran komik pada

pembelajaran IPA kelas V kurikulum 2013 pada materi perpindahan
kalor di sekitar kita.
2. Media pembelajaran yang dikembangkan adalah jenis komik bermuatan
etnosains untuk meningkatkan literasi sains siswa
3. Produk penelitian ini dilakukan uji validasi oleh dosen ahli dan diujikan
kepada peserta didik serta uji efektivitasnya.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut:

8

1. Bagaimana prosedur pengembangan media komik bermuatan etnosains
dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan literasi sains siswa kelas
V sekolah dasar?

2. Bagaimana kevalidan media komik bermuatan etnosains dalam
pembelajaran IPA untuk meningkatkan literasi sains siswa kelas V
sekolah dasar?

3. Bagaimana hasil pengembangan media komik bermuatan etnosains
dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan literasi sains siswa kelas
V sekolah dasar?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diperoleh tujuan

penelitian sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan prosedur pengembangan media komik bermuatan
etnosains dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan literasi sains
siswa kelas V sekolah dasar?
2. Mendeskripsikan kevalidan media komik bermuautan etnosains daam
pembelajaran IPA untuk meningkatkan literasi sains siswa kelas V
sekolah dasar.
3. Mendeskripsikan hasil pengembangan media komik bermuatan
etnosains dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan literasi sains
siswa kelas V sekolah dasar.

9

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini mempunyai spesifikasi

sebagai berikut:
1. Aspek Pembelajaran
a. Tujuan: untuk menyampaikan materi pembelajaran “Perpindahan
Kalor di Sekitar Kita” yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-
hari dan diharapkan siswa mampu memecahkan masalah dalam
pembelajaran maupun kehidupan.
b. Materi: materi tema 6 Panas dan Perpindahannya, sub tema 2
“Perpindahan Kalor di Sekitar Kita” kelas V semester II.
2. Aspek Model
Media komik dengan materi “Perpindahan Kalor di Sekitar Kita”
merupakan sebuah media pembelajaran menggunakan komik dalam
bentuk buku sebagai alat bantu belajar. Dalam komik ini terdapat
karakter dan alur cerita yang berhubungan erat dengan materi
perpindahan kalor yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari
dengan visualisasi gambar dan warna yang menarik sehingga peserta
didik diharapkan akan lebih termotivasi dalam kegiatan belajar
mengajar serta memahami pembelajaran yang berbasis etnosains dan
meningkatkan pemahaman peserta didik tentang literasi sains. Hal
inilah yang membedakan buku komik sains dengan buku paket yang
digunakan guru dalam pembelajaran di sekolah.

10

Media komik yang dibuat oleh peneliti memiliki ukuran 16,5 cm x
21,5 cm. Pada cover bagian depan komik dicetak dengan tinta
berwarna, menggunakan kertas BC 150 gram. Pada bagian cover
terdapat gambar sesuai tema komik yang akan dikembangkan, tertulis
judul komik “Cara Panas Berpindah di Sekitarku” yang
menggambarkan alur cerita tentang materi perpindahan kalor di
sekitarku.

Isi komik terdiri dari tiga bagian, yang pertama yaitu “Panas
Merambat Melalui Sendok Alumunium” yang kedua yaitu “Nelayan
Berlayar Mengikuti Angin Darat dan Angin Laut” dan yang ketiga
“Pancaran Api Unggun Penghangat Tubuh”.

Tokoh yang digunakan dalam komik ini mengambil tokoh Beni
dan Dayu dimana kedua tokoh tersebut merupakan tokoh yang ada di
buku tema 6 kelas V, dan satu tokoh Kak Ratna sebagai kakak
pendamping. Pada bagian akhir terdapat Kamus Mini sebagai penjelas
kata asing yang ada dalam cerita yang bertujuan agar tidak terjadi salah
penafsiran berbeda dari peserta didik. Berikut bagian dari buku komik
bermuatan etnosains yang dikembangkan.

11

Halaman depan komik Halaman Prakata

Halaman biodata penulis Halaman Peta Isi

Halaman Pengenalan Tokoh Halaman Kamus Mini

Gambar 1.1 Bagian-bagian Buku Komik

G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai manfaat, antara lain:

1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

peneliti pendidikan dan menambah hasil penelitian yang telah ada
sebelumnyya dan dapat memberi gambaran mengenai media
pembelajaran yang dapat digunakan sebagai sarana dalam menunjang

12

pembelajaran peserta didik terhadap materi “Perpindahan Kalor di
Sekitarku” yang ada dalam buku tema 6 kelas V sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peserta Didik

Media komik ini diharapkan dapat menjadi media tambahan bagi
peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran IPA tentang
“Perpindahan Kalor di Sekitarku”, serta menambah pemahaman
peserta didik tentang materi yang dihubungkan dengan pendekatan
etnosains. Kegiatan pembelajaran dirancang unuk meningkatkan
literasi sains siswa tenatng permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari, siswa juga dapat
berlatih secara kelompok dan memecahkan masalah yang ada secara
bersama-sama.
b. Bagi Guru
Media komik yang dikembangkan dapat dijadikan media untuk
menyampaikan materi pelajaran. Hasil pengembangan media komik
ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam media pembelajaran
yang digunakan oleh guru dalam mayampaikan materi IPA tentang
“Perpindahan Kalor di Sekitarku” serta guru dapat
mengintegrasikan pendekatan etnosains dalam materi pembelajaran
di sekolah dasar untuk meningkatkan literasi sains siswa.

13

c. Bagi Sekolah
Meningkatkan mutu pendidikan sekolah dan sebagai masukan pada
sekolah bahwa dengan adanya pengembangan media pembelajaran
komik bermuatan etnosains dapat meningkatkan pemahaman materi
dan literasi sains siswa.

d. Bagi Peneliti
Mengembangkan wawasan yang berkaitan dengan pengembangan
media pembelajaran komik. Menambah pengetauhan kepada
peneliti tentang pengembangan media pembelajaran komik pada
pembelajaran IPA kelas V sekolah dasar.

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1. Asumsi
a. Komik disusun sebagai media pembelajaran IPA bermuatan
etnosains didesain dengan memanfaatkan budaya dan kehidupan di
sekitar peserta didik untuk memudahkan pemahaman peserta didik.
b. Peserta didik memiliki ketertarikan yang besar terhadap media
pembelajaran yang berhubungan dengan gambar.
c. Peserta didik sebagai subjek penelitian mampu mengikuti
pembelajaran IPA dengan menggunakan media komik jika peserta
didik telah memiliki pemahaman terhadap materi suhu dan kalor.
d. Ada kelancaran komunikasi dan transfer materi pembelajaran dari
guru ke peserta didik terbantu dengan menggunakan media
pembelajaran komik.

14

e. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran IPA lebih terorganisir
dengan penggunaan media pembelajaran komik.

f. Guru dapat melakukan variasi kegiatan pembelajaran IPA dengan
bantuan media pembelajaran komik.

2. Keterbatasan Pengembangan
a. Peneliti membatasi bahwa media pembelajaran yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah media komik.
b. Penyajian materi pada media ini mencakup pembelajaran pada mata
pelajaran IPA materi “Perpindahan Kalor di Sekitar Kita” kelas v
sekolah dasar.
c. Peneliti memfokuskan bagaimana prosedur pengembangan media,
kevalidan media komik, dan hasil pengembangan media komik pada
pembelajaran IPA bermuatan etnosains untuk meningkatkan literasi
sains siswa.

I. Definisi Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman presepsi, beberapa istilah penting

dalam pelaksanaan pengembangan ini didefinisikan sebagai berikut:
1. Metode penelitian dan pengembangan atau Research & Development
(R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan prooduk tersebut.
2. Media Pembelajaran
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,

15

perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian
rupa sehingga proses belajar terjadi.
3. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetuahan Alam) merupakan salah satu ilmu
dasar yang dipelajari di sekolah dasar sebagai bekal peserta didik untuk
dapat hidup dalam masyarakat dengan menyesuaikan diri akan
perubahan-perubahan yang ada di sekeliling.
4. Komik merupakan suatu kumpulan gambar kartun berkarakter dan
memiliki alur cerita yang digunakan untuk menyampaikan suatu
informasi bagi yang melihatnya.
5. Etnosains adalah pengetauhan yang dimiliki suatu daerah dan bangsa
sebagai studi kebudayaan dengan cara pendekatan menggunakan
pengetuahan yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat yang
dipelajari.
6. Literasi sains merupakan kemampuan menggunakan pengetuahan sains,
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan
berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam
melalui aktivitas manusia.

16

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Teori Perkembangan Anak
a. Perkembangan Psikologis
Pada usia sekolah dasar (khususnya di kelas tinggi 4,5, dan 6),
anak mulai menyadari bawa pengungkapan emosi secara kasar
tidaklah diterima atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu,
anak mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol diri terlebih
emosinya. Adapun perkembangan sosial pada usia dini ditandai
dengan adanya perluasan hubungan dengan lingkungannya, disamping
dengan anggota keluarga, juga dengan teman sebaya. Tetapi, akibat
perluasan hubungan ini anak tidak lagi mudah untuk menuruti
perintah yang diberikan dan lebih banyak dipengaruhi oleh teman-
teman sebaya. Pada usia ini anak memiliki kesanggupan
menyesuaikan diri dari sikap berpusat pada diri sendiri (egosentris),
pada sikap bekerjasama (kooperatif) atau sosiosentris (mau
memperhatikan kepentingan orang lain) (Sutirna, 2013:34).
b. Perkembangan Kognitif
Kognitif atau intelektual adalah suatu proses berpikir berupa
kemampuan atau daya untuk menghubungkan suatu peristiwa dengan
peristiwa lainnya serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan
segala sesuatu yang diamati dari dunia sekitar. Kognitif dapat

17

diartikan sebagai pengetauhan yang luas daya nalar, kreatifitas atau
daya cipta, kemampuan berbahasa serta daya ingat. Gabungan antara
kematangan anak dengan pengaruh lingkungan disebut kognisi.
Dalam kognisi anak dapat menyelesaikan masalah lingkungannya
sendiri. Perkembangan kognitif adalah kemampuan cara berpikir anak
usia dini dalam memahami lingkungan sekitar sehingga pengetauhan
anak bertambah (Khadijah, 2016:32). Artinya dengan kemampuan
berpikir ini anak dapat mengeksplorasi dirinya sendiri, orang lain,
hewan dan tumbuhan, serta berbagai benda yang ada di sekitarnya
sehingga mereka dapat memperoleh berbagai pengetauhan tersebut.

Ahli psikologi yang memberikan konstribusi teori penting
mengenai perkembangan kognitif adalah Jean Piaget (Latifa,
2017:188). Menurutnya, tahap perkembangan kognitif menurut
periode usia adalah sebagai berikut: (a) sensormotorik (0-2 tahun),
bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan mendorong
mengeksplorasi dunianya; (b) pra-operasional (2-7 tahun), anak
belajar menggunakan dan mempresentasikan objek dengan gambaran
dan kata-kata. Tahap pemikirannya lebih simbolis tetapi tidak
melibatkan pemikiran operasional dan lebih bersifat egosentris dan
intuitif ketimbang logis; (c) operasional konkret (7-11 tahun),
penggunaan logika yang menandai tahap ini telah memahami operasi
logis dengan bantuan benda konkret; (d) operasional formal (11 tahun
ke atas), kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara

18

logis dengan bantuan, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia.
c. Perkembangan Sosial

Masa anak-anak adalah masa perkembangan dari usia 2 tahun
sampai dengan usia 6 tahun, pada masa ini perkembangan biologis
dan fisik berjalan sangat cepat dan pesat, akan tetapi secara
sosiologisnya anak-anak masih sangat tertarik dengan lingkungannya
terutama keluarga. Oleh karena itu, pada masa awal ini keluarga
sangat berperan penting dalam mempersiapkan anak untuk terjun ke
lingkungan yang lebih luas, terutama lingkungan sekolah dasar untuk
sosialisasi pada anak-anak dengan meningkatnya hubungan antara
anak dengan teman-teman sebanyanya dari tahun ke tahun. Anak tidak
hanya bermain tetapi juga lebih banyak bicara.

Pada pernyataan di atas dijelaskan bahwa perkembangan
sosialisasi pada awal masa ini ditandai dengan meningkatnya
intensitas hubungan dengan teman-teman sebayanya, dan
perkembangan ini meningkat dari tahun ke tahun. Pada fase ini juga
anak-anak tidak hanya senang bermain tetapi juga lebih banyak
bicara.
2. Pendidikan di Sekolah Dasar
a. Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar

Perkembangan peserta didik yang terjadi merupakan sesuatu
yang kompleks dan sudah konkret adanya. Artinya terdapat banyak

19

sekali faktor yang turut berpengaruh dalam berlangsungnya proses
perkembangan anak. Faktor-faktor tersebut bawaan maupun faktor
pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan
yang sama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap
perkembangan anak.

Terdapat karakteristik pada anak usia sekolah dasar yang perlu
diketauhi, antara satu peserta didik dengan peserta didik lainnya
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Berikut karakteristik
peserta didik usia sekolah dasar. Menurut Nursidik (Indriyani,
2017:22): (1) Anak sekolah dasar senang bermain; (2) Anak sekolah
dasar senang bergerak; (3) Anak usia sekolah dasar senang bekerja
dalam kelompok; (4) Anak sekolah dasar merasakan atau melakukan
sesuatu secara langsung. Bagi anak sekolah dasar, penjelasan guru
tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan
sendiri. Guru hendaknya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
b. Karakteristik Pendidikan di Sekolah Dasar

Pendidikan di sekolah dasar mempunyai ciri yang berbeda dari
satuan pendidikan yang lainnya. Terdapat beberapa sasaran utama
dalam pendidikan di sekolah dasar, antara lain sebagai berikut
(Dikjendikti dalam Mukholifah, 2019:19):

20

1) Kemelekwacanaan (literacy)
Kemelekwacanaan merujuk pada pemahaman peserta didik
terhadap berbagai gagasan ataupun fenomena yang terjadi
dilingkungan sekitarnya untuk menyesuaikan perilaku siswa
dengan kehidupan yang sedang dijalaninya.

2) Kemampuan berkomunikasi
Pendidikan di sekolah dasar diarahkan pada pembentukan
kemampuan berkomunikasi siswa dengan lingkungannya,
tujuannya supaya siswa dapat berkomunikasi dengan baik.
Siswa juga dapat mengkomunikasikan ide yang dimiliki ataupun
informasi yang didapat dari berbagai sumber kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

3) Kemampuan memecahkan masalah (problem solving)
Kemampuan memecahkan masalah mencakup beberapa hal
antara lain, siswa dapat merasakan adanya masalah yang sedang
terjadi, mengidentifikasi suatu masalah, mencari
informasi/solusi yang dapat digunakan sebagai cara untuk
memecahkan masalah.

4) Kemampuan menalar (reasoning)
Kemampuan menalar yaitu proses berpikir menggunakan logika
dan bukti-bukti secara sistematis dan tetap konsisten sampai
pada kesimpulan yang akan diambil. Pendidikan sekolah dasar
diarahkan pada pengembangan kemampuan berpikir siswa

21

secara logis sehingga kemampuan bernalar siswa juga ikut
berkembang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan karakter
pendidikan di sekolah dasar yaitu kemelekwacanaan (literacy),
kemampuan berkomunnikasi, kemmapuan memecahkan masalah
(problem solving), dan kemampuan menalar (reasoning).
3. Teori Pembelajaran di Sekolah Dasar
Pada sub-bab ini akan dibahas berkaitan dengan teori-teori
pembelajaran di sekolah dasar. Teori pembelajaran adalah teori yang
mendeskripsikan cara peserta didik menerima, memproses, merespon, dan
menguasai suatu pengetauhan selama proses belajar. Teori yang dibahas
meliputi teori belajar Ausubel dan teori Konstruktivisme.
a. Teori Belajar Ausubel

David Ausubel berpendapat bahwa keberhasilan pada
pembelajaran siswa ditentukan pada kebermaknaan sesuatu bahan
ajar yang dipelajarinya (Suardi, 2018:73). Materi yang dipelajari
dialurkan kemudian dihubungkan dengan pengetauhan yang telah
dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif. Teori ini memusatkan
perhatiannya pada konsep bahwa perolehan dan penyimpanan
pengetauhan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah
dimiliki oleh siswa. Hal tersebut berarti bahwa pembelajaran
bermakna merupakan suatu proses yang erat kaitannya dengan
informasi baru pada konsep-konsep yang sesuai dalam struktur

22

kognitif siswa. Struktur kognitif meliputi fakta yang ada, konsep,
dan pengetauhan yang telah dipelajari kemudian diingat oleh siswa.

Menurut Dahar (Suardi, 2018:20) Ausubel menegaskan
keutamaan belajar bermakna antara lain: (1) Informasi yang akan
dipelajari oleh siswa akan lebih mudah diingat apabila dipelajari
secara bermakna; (2) Informasi yang dipelajari kemudian dikaitkan
dengan pengetauhan baru untuk meningkatkan konsep yang telah
dikuasai sehingga mempermudah proses belajar mengajar yang
dilakukan; (3) Informasi yang pernah dilupakan setelah mendapatkan
pengetauhan baru masih meninggalkan bekas sehingga
mempermudah dalam melakukan proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori
belajar bermakna Ausubel memberikan suatu pemahaman bahwa
proses belajar tidak hanya menghafal suatu konsep dan fakta saja
melainkan merupakan kegiatan yang mengaitkan konsep untuk
menghasilkan suatu pengetauhan yang utuh, sehingga konsep yang
sedang dipelajari dapat tersimpan dengan baik juga tidak akan
mudah dilupakan.
b. Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme merupakan teori yang menyatakan
bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi dari kegiatan atau
tindakan seseorang. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang ada diluar,
tetapi ada dalam diri seseorang yang membentuknya berdasarkan

23

hasil dari pengalaman yang didapatkannya. Lebih lanjut menurut
teori ini proses pembentukan pengetahuan berlangsung secara
bertahap dan akan selalu melengkapi atribut-atribut yang belum ada
dalam skema seseorang. Pembentukan pengetahuan ini akan selalu
dihadapkan pada pengalaman atau fenomena yang dijumpai oleh
seseorang individu (Wisudawati dalam Kumala, 2016:21).

Implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran,
diantaranya peserta didik dapat belajar melalui pengamatan dan
pemberian pengalaman kepada peserta didik, untuk mengkonstruksi
pengetauhan pada peserta didik makna pembelajaran lebih
didasarkan pada permasalahan sehari-hari, pemecahan masalah dapat
dilakukan melalui pemikiran pribadi peserta didik dan akan lebih
baik berasal dari tukar pikiran dengan orang lain untuk memperkaya
pengetauhan peserta didik.
4. Mata Pelajaran IPA
a. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari kata
bahasa inggris natural science. Science dapat diartikan secara
harafiah adalah ilmu, ilmu adalah pengetahuan yang ilmiah. Ilmu
memiliki sifat yang rasional dan objektif. Natural adalah alam
sehingga jika diartikan IPA adalah suatu ilmu yang mengkaji segala
sesuatu tentang gejala yang ada di alam baik benda hidup maupun
benda mati (Wisudawati, 2015). IPA dapat dijabarkan pada beberapa

24

ilmu seperti, astronomi, kimia, meteorologi, fisiologi, dan biologi.
IPA tidak didapatkan dari hasil pemikiran manusia, namun IPA
merupakan hasil dari pengetuahan maupun eksperimentasi suatu
gejala alam yang ada di bumi.

Menurut Conant (Samatowa, 2011:1), sains sebagai suatu
deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama
lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimen dan observasi serta
berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut.
Pendidikan sains menekankan pada pemberian secara langsung dan
kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik
mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga
dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang alam sekitar.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan salah satu ilmu dasar yang dipelajari di sekolah dasar
sebagai bekal bagi peserta didik untuk dapat hidup dalam masyarakat
dengan menyesuaikan diri akan perubahan-perubahan yang ada di
sekelilingnya.
b. Prinsip Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Seyogyanya dalam mengajarkan IPA ada prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan. Adanya prinsip akan memberikan arahan terhadap
pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar. Dalam bahan ajar PLPG

25

(Rodiati, 2015:13) ada enam prinsip pelaksanaan pembelajaran IPA,
yaitu sebagai berikut: (1) Prisip motivasi, motivasi sangat penting
diberikan kepada siswa sekolah dasar, hal ini untuk mendorong
mereka mau belajar IPA dengan baik; (2) Prinsip latar, seorang guru
harus mampu memperhatikan latar belakang pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman siswa, hal ini untuk memudahkan guru
ketika mengajarkan IPA di dalam kelas; (3) Prinsip menemukan, pada
dasarnya siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk
menemukan sesuatu. Guru harus memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melakukan penyelidikan dalam rangka menemukan
sesuatu; (4) Prinsip belajar sambil melakukan (learning by doing),
supaya pembelajaran IPA lebih bertahan lebih lama dalam ingatan
siswa, hendaknya guru mendorong siswa untuk melakukan kegiatan
proses sains; (5) Prinsip belajar sambil bermain, belajar tidak selalu
menuntut siswa untuk belajar di dalam kelas. Untuk menarik minat
siswa, guru dapat merancang pembelajaran yang menyenangkan
seperti observasi lingkungan sekitar, permainan dan kegiatan lainnya;
(6) Prinsip sosial, guru harus mampu membuat pembelajaran IPA
dapat menumbuhkan sikap sosial antar peserta siswa, seperti tolong
menolong dan kerjasama.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketauhi bahwa prinsip
pembelajaran IPA bukan hanya difokuskan kepada kompetensi yang
berkaiatan dengan potensi kognitif saja, tetapi juga ada prinsip-prinsip

26

lainnya yang harus diperhatikan. Sehingga pada akhirnya mengarah
kepada pembentukan karakter peserta didik agar mampu melakukan
perubahan-perubahan tingkah laku yang positif dan relatif menetap.
5. Tinjauan Materi Kalor
a. Pengertian Kalor

Kalor adalah perpindahan energi kinetik dari satu benda yang
bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah. Oleh karena
itu, kalor merupakan salah satu bentuk energi. Sebagai energi, kalor
dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya, dari satu
keadaan ke keadaan lainnya (Masygur, 2015:122). Pada dasarnya
setiap benda atau zat dapat berubah dari satu wujud (padat, cair, dan
gas) ke wujud lain dan perubahan ini terjadi karena adanya peranan
kalor.

Kalor dapat mengakibatkan perubahan suhu dan wujud benda,
seperti:

1) Pengaruh kalor terhadap suhu benda
Kalor merupakan energi yang diterima atau dilepaskan

suatu benda. Kalor yang diterima suatu benda bisa berasal dari
matahari, api, atau benda lain. Kalor yang diterima oleh benda
dapat mengubah suhu benda. Ketika kalor diberikan kepada air,
maka suhu air bertambah. Makin banyak kalor yang diberikan
makin banyak pula perubahan pada suhu air. Bila kalor terus
diberikan, lama kelamaan air akan mendidih, ketika air sudah

27

mendidih suhu air tidak akan bertambah melainkan tetap. Dapat
disimpulkan bahwa kalor mengubah suhu benda.

Benda yang melepas kalor seperti air panas dalam gelas.
Air panas yang kita letakkan di atas meja akan melepaskan kalor
ke udara karena air panas melepas kalor, maka suhu air panas
makin lama makin turun. Air panas berubah menjadi air dingin.
Hal ini menunjukkan bahwa kalor merubah suhu benda.
2) Pengaruh kalor terhadap wujud benda

Zat dapat berbentuk dalam beberapa wujud yaitu padat,
cair dan gas. Masing-massing wujud tersebut dapat berubah dari
wujud yang satu ke wujud lainnya. Perubahan wujud disertai
dengan penyerapan kalor atau pelepasan kalor. Perubahan wujud
disebut juga perubahan fase. Contoh perubahan kalor terhadap
wujud benda yaitu melebur (padat ke cair), membeku (cair ke
padat), menguap (cair ke gas), mengembun (gas ke cair), dan
menyublim (padat ke gas).
b. Jenis-jenis Perpindahan Kalor
1) Konduksi

Perpindahan kalor secara konduksi disebut juga perpindahan
kalor secara hantaran, yaitu perpindahan kalor tanpa
memindahkan zat perantaranya. Pada peristiwa perpindahan kalor
secara konduksi, yang berpindah hanya energi kalornya saja.

28

Umumnya perpindahan kalor secara konduksi terjadi pada zat
padat.

Saat membuat teh dan memegang salah satu ujung sendok
yang dimasukkan ke dalam air panas, lama-kelamaan ujung
sendok juag akan terasa panas. Peristiwa tersebut merupakan salah
satu contoh perindahan kalor secara konduksi. Perpindahan kalor
secara konduksi, kalor akan berpindah dari benda bersuhu tinggi
menuju benda yang bersuhu lebih rendah. Peristiwa konduksi juga
dapat dijumpai saat memasak. Pada saat menggoreng, ujung
spatula jika dipegang akan terasa panas walaupun ujungnya tidak
bersentuhan dengan api kompor. Seterika merupakan alat yang
cara kerjanya menggunakan prinsip perpindahan panas secara
konduksi. Ketika setrika dihubungkan dengan arus listrik maka
arus listrik akan mengalir melalui elemen pemanas. Panas dari
elemen akan berpindah kebagian alas besi seterika yang tebal.
2) Konveksi

Perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan kalor
yang disertai dengan perpindahan zat perantaranya. Umumnya
peristiwa perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada zat cair
dan gas. Zat yang menerima kalor akan memuai dan menjadi lebih
ringan sehingga akan bergerak ke atas. Saat zat yang lebih ringan
tersebut pindah ke atas, molekul zat yang ada di atasnya akan
menggantikannya.

29

Peristiwa konveksi terjadi pada saat merebus air. Air yang
letaknya dekat dengan api akan mendapat panas sehingga air
mejadi lebih ringan. Air akan bergerak ke atas dan digantikan oleh
air yang ada di atasnya, demikian seterusnya. Perpindahan kalor
secara konveksi juga mengakibatkan terjadinya angin darat dan
angin laut. Angin darat terjadi karena udara di darat pada malam
hari lebih cepat dingin daripada udara di laut, sehingga udara yang
berada di atas laut akan naik dan udara dari darat akan
menggantikan posisi udara yang naik tadi. Angin laut terjadi
karena pada siang hari daratan lebih cepat panas, dibandingkan di
laut, sehingga udara di darat akan naik dan udara di laut akan
mengalir ke darat menggantikan tempat udara yang naik tadi.
Keadaan ini digunakan para nelayan untuk pergi melaut pada
malam hari dan kembali ke darat pada pagi hari atau siang hari.
3) Radiasi

Proses perpindahan kalor yang tidak memerlukan zat
perantara dinamakan radiasi. Peristiwa perpindahan panas secara
radiasi ialah ketika berkemah di pegunungan udaranya sangat
dingin. Untuk menghangatkan badan perlu membuat api unggun.
Panas dari api unggun tersebut dapat sampai ke tubuh tanpa
melalui zat perantara. Perpindahan panas seperti ini dikatakan
secara radiasi. Benda-benda berwarna hitam lebih banyak
menyerap kalor/panas dan memantulkan sebagian kalor jika

30

dibandingkan dengan benda-benda yang berwarna putih dan
berkilap. Sebaliknya, pada malam hari orang memakai baju hitam
merasa lebih dingin daripada orang yang memakai baju putih, hal
tersebut terjadi karena pakaian yang berwarna hitam menyerap
kalor yang dikeluarkan tubuh.
6. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau
pengantar. Model adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
ke penerima pesan (Sadiman, dkk.,2011:6). Menurut Suparman
(Maswan, 2017:116), media merupakan alat yang digunakan untuk
menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima
pesan. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah
merupakan media. Secara lebih khusus, media cenderung diartikan
sebagai alat-alat yang menjadi perantara dalam penyampaian materi
kepada siswa.

Media merupakan sesuatu yang bersifat menyakinkan pesan dan
dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien atau peserta
didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri
peserta didik tersebut. Sedangkan menurut Gagne’ & Briggs (Arsyad,
2011:4), secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran
meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi

31

materi pengajar, yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video
camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar,
grafik, televisi, dan komputer.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan pengertian media
adalah alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari
pengirim pesan kepada penerima pesan. Sedangkan media
pembelajaran adalah alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan materi atau informasi kepada siswa, sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan sesuai dengan capaian
kompetensi yang diinginkan.
b. Jenis dan Karakter Media

Media pembelajaran mempunyai karakteristik masing-masing
antara satu media dengan media lainnya. Dalam memilih media yang
akan digunakan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
guru dapat menyesuiakan materi dengan situasi tertentu. Media
pembelajaran dapat dipilah menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut
(Hernawan, 2011:11):

1) Media Visual
Media visual merupakan media yang hanya dapat dilihat

menggunakan indera penglihatan. Jenis media ini sering
digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi
pembelajaran di dalam kelas. Contoh dari media visual adalah
foto, slide, table, dan poster.

32

2) Media Audio
Media audio merupakan media yang mengandung unsur

pesan yang bersifat audiktif (hanya dapat didengar) yang dapat
merangsang siswa untuk berpikir, pemusatan perhatian,
penyampai perasaan, dan kemauan siswa untuk mempelajari
bahan ajar. Kaset suara dan radio termasuk kedalam media
audio karena penggunaannya dengan cara mendengar. Media
audio pada umumnya dalam kegiatan pembelajaran untuk
melatih keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan
aspek-aspek yang berkaitan dengan mendengarkan.
3) Media Audiovisual

Media audiovisual merupakan kombinasi antara media
audio dan media visual atau biasa disebut dengan media
pandang-dengar. Penggunaan media audiovisual dapat
menggantikan peran dan tugas guru dalam menyampaikan
materi pelajaran kepada peserta didik. Berdasarkan hal tersebut
peran guru digantikan oleh media pembelajaran yang berperan
sebagai penyaji materi. Oleh sebab itu, peran guru beralih
menjadi fasilitator belajar, sehingga memudahkan peserta didik
dalam belajar. Contoh media audiovisual diantaranya video,
televisi, program slide suara, dan pembelajaran dengan suara.

33


Click to View FlipBook Version