Analisa Sistem Informasi - 141 memastikan kesesuaian tampilan visual sistem informasi telah memenuhi standar sistem informasi yang layak dengan penggunaan template, warna pada bagian sistem informasi dan ukuran font serta icon dan button yang digunakan sesuai dengan prioritas dan tujuan penggunaannya di sistem informasi. Hasil dari pengujian visual akan mendukung kenyamanan penggunaan oleh pengguna sistem informasi. E. Tingkatan dalam Pengujian (Mailewa et al. 2015) Pengujian memiliki tingkatan dalam fase pengembangan perangkat lunak, beberapa antaranya adalah sebagai berikut: 1. Unit Testing : Pengujian Unit dilakukan dengan menguji masing-masing unit kode sumber pemrograman bersama dengan data kontrol terkait. Unit merupakan bagian terkecil yang dapat diuji oleh pengembang sistem informasi untuk mengetahui apakah kode memenuhi desain dan berperilaku sebagaimana diharapkan pada desain sistem informasi. 2. Component Testing: Pengujian komponen juga dikenal dengan pengujian program dilakukan dengan menguji modul perangkat lunak individu untuk memverifikasi fungsionalitas yang sesuai. Pengujian dilakukan per modul sehingga dapat dilakukan secara terpisah antara modul-modulnya. 3. Integration Testing: Pengujian ini merupakan pengujian gabungan antar modul/fungsi dan/atau unit
142 - Analisa Sistem Informasi yang saling berhubungan yang ada di dalam sistem informasi dimana pengujian kesesuaian antar modul menjadi objek pengujian pada bagian ini. Pengujian ini juga menguji data yang digunakan di dalam sistem informasi apakah terhubung dengan pernyataan perintah didalam sistem. 4. System Testing: Pengujian dilakukan terhadap sistem secara lengkap dan keseluruhan untuk mengevaluasi sistem yang berjalan didalam sistem, termasuk kepatuhan terkait persyaratan yang telah ditentukan. Testing sistem juga dapat masuk ke dalam kategori Black Box Testing dimana objek pengujian berada pada fungsionaldannon-fungsional dengan kebutuhan penguji yang tidak harus memahami sistem secara keseluruhan. 5. Acceptance Testing: Pengujian ini merupakan pengujian yang dilaksanakan untuk menyatakan sistem diterima oleh pengguna pada lingkungan sistem, pengujian ini dilakukan ketika seluruh kesalahan/cacat yang ditemukan pada pengujian sebelumnya sudah selesai dilaksanakan. Objek pengujian ini adalah pengguna dan pelanggan serta pemangku keentingan pada pengembangan sistem informasi. 6. Alpha Testing: Pengujian alfa dilaksanakan dengan simulasi atau operasional pada sistem secara nyata (aktual) oleh tim penguji dan/ atau calon pengguna/pelanggan sesuai persyaratan sistem informasi, pengujian ini dilakukan setelah pengujian penerimaan dan dilakukan sebelum pengujian beta
Analisa Sistem Informasi - 143 dilakukan. Metode pengujian yang digunakan adalah pengujian White Box. Penguji disebut Alpha Tester. 7. Beta Testing: Pengujian beta juga disebut dengan pengujian formal atau pengujian lapangan dengan kegiatan nyata (aktual), pengujian dilakukan dengan skenario pekerjaan actual untuk menilai apakah sistem berjalan sesuai dengan harapan dengan pengguna aktual. Pelaksanaan pengujian beta memerlukan jangka waktu tertentu untuk melihat keberhasilan implementasi sistem informasi apakah sudah sesuai dengan kebutuhan pekerjaan yang dilaksanakan pada lapangan implementasi contohnya perusahaan dan juga pengguna/pelanggan mengklarifikasi terpenuhinya fungsi-fungsi yang dibutuhkan secara nyata dapat berhasil dilaksanakan. Hasil pengujian beta yang berhasil dapat mengkondisikan bahwa sistem informasi telah berhasil dikembangkan, berhasil digunakan oleh pengguna/ pelanggan dan berhasil diimplementasikan di lapangan sesuai dengan kebutuhan fungsional dan non-fungsionalnya sehingga siap untuk resmi dirilis digunakan. Penguji disebut Beta Tester(Jamil et al. 2016). F. Pengujian berdasarkan Tipe (Mailewa et al. 2015) Pengujian ini ditujukan pada tujuan tertentu dari pengujian, dua jenis pengujian berdasarkan tipe yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
144 - Analisa Sistem Informasi 1. Functional Testing Pengujian ini mengacu pada aktivitas yang memverifikasi tujuan fungsional kode pada sistem informasi, biasanya pengujian ini dilakukan pada fase kebutuhan dokumentasi dimana pengujian mencoba menyelesaikan masalah bagaimana pengguna menyelesaikan sesuatu masalah dengan fungsi yang disediakan. Beberapa yang termasuk dalam kategori pengujian fungsional antara lain: a. Installation Testing merupakan pengujian kemampuan sistem informasi untuk bisa diimplementasikan pada lingkungan sistem yang diharapkan. b. Development Testing adalah pengujian terhadap kemampuan sistem informasi untuk dapat dikembangkan pada lingkungan lainnya. c. Usability Testing adalah pengujian fungsionalitas pada unit, komponen dan modul serta pengujian fungsionalitas keseluruhan sistem informasi. d. Sanity Testing adalah pengujian terhadap kemampuan sistem informasi untuk bekerja dengan baik setelah adanya perbaikan dari kesalahan/cacat/kegagalan dari satu atau beberapa komponen sistem informasi. e. Smoke Testing terkait kemampuan sistem informasi untuk mengimplementasikan fungsi baru yag terhubung dengan fungsi lama untuk bekerja secara terintegrasi. f. Regression Testing adalah pengujian terhadap kemampuan sistem terhubung dengan sistem
Analisa Sistem Informasi - 145 lainnya dan bekerja dengan baik atau sesuai dengan tujuan. g. Destructive Testing adalah pengujian batas ambang kemampuan sistem informasi dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan tujuan. h. Recovery Testing terkait dengan pengujian kemampuan sistem informasi untuk memulihkan diri atas gangguan, kerusakan, dan kegagalan yang terjadi. i. Automated Testing terkait kemampuan sistem informasi melakukan pelaksanaan kegiatan secara otomatis untuk melihat apakah sistem berjalan sesuai dengan yang diharapkan. j. User Acceptance Testing terkait pengujian penerimaan kesesuaian kebutuhan pelanggan/ pengguna sistem terhadap kemampuan sistem informasi. 2. Non Functional Testing Pengujian non-fungsional mengacu kepada kemampuan sistem informasi pada aspek non fungsional seperti skalabilitas atau kinerja lainnya. Nahid Anwar & Susmita Kar juga menjelaskan terkait pengujian non-fungsional adalah pengujian yang berhubungan dengan persyaratan sistem informasi secara non fungsional dimana secara eksplisit pengujian ini dimodelkan untuk mengetahui kesiapan sistem informasi secara keseluruhan(Anwar & Kar 2019). Hasil dari pengujian dapat memperlihatkan batas ambang kemampuan sistem dalam melaksanakan tujuan tergantung tipe pengujian yang
146 - Analisa Sistem Informasi dilakukan. Beberapa pengujian yang masuk adalah sebagai berikut: a. Compatibility Testing adalah melakukan pengujian terhadap sistem informasi terkait dengan kompabilitas/kemampuan sistem terhadap lingkungan implementasi sistem informasi. Kemampuan keterhubungan dan kerjasama kinerja dengan perangkat lainnya seperti perangkat lunak, perangkat keras, manajemen basis data, sistem operasi dan lainnya. b. Performance Testing dimana pengujian ini menguji seluruh kinerja sistem pada jumlah dan tekanan beban kerja tertentu untuk menilai kemampuan ambang batas sistem informasi dalam melakukan pekerjaan. c. Accessibility Testing merupakan pengujian kemampuan sistem informasi dapat diakses dengan mudah oleh berbagai latar belakang pengguna/pelanggan atau pemegang kepentingan. d. Internationalization/Localization Testing merupakan pengujian kemampuan sisteminformasi untuk dapat diimplementasikan pada lokalisasi tertentu dalam regional atau internasional. e. Load Testing merupakan pengujian sistem pada beban tertentu, pengujian ini dilakukan unuk mengetahui perilaku sistem pada kondisi beban normal dan puncak.
Analisa Sistem Informasi - 147 f. Endurance Testing adalah pengujian ketahanan sistem informasi terhadap beban kerja yang diberikan, pengujian ini bisa memberikan hasil analisis batas sistem informasi tetap berjalan dengan baik dengan beban pekerjaan yang diberikan dalam waktu tertentu. g. Stress Testing adalah pengujian yang ditujukan untuk menentukan batas kapasitas kinerja kemampuan sistem informasi dalam meyelesaikan jumlah tugas yang diberikan secara normal. Hasil pengujian ini akan menentukan titik puncak beban yang mampu diberikan kepada sistem sehingga kebijakan penentuan jumlah pekerjaan masuk dapat diambil untuk menjaga kinerja sistem informasi tetap berjalan dengan baik. h. Security Testing merupakan pengujian untuk menentukan apakah sistem informasi yang dikembangkan memiliki keamanan yang mumpuni untuk memecahkan gangguan keamanan yang mungkin masuk untuk mengganggu, merusak atau menghancurkan data, fungsional, non-fungsional atau sistem secara keseluruhan. G. International Standar Operation (ISO) 25010 (Anon 2023) ISO 25010 merupakan standar internasional dalam melakukan penilaian atau evaluasi terhadap sistem informasi dengan tujuan yang disampaikan oleh situs isoindonesiacenter.com sebagai berikut:
148 - Analisa Sistem Informasi 1. Kerangka Kerja serta penilaian dalam Standar Internasional sebagai bentuk penyeragaman dan kesetaraan dalam penilaian sistem informasi yang dikembangkan 2. Peningkatan Kualitas, dimana dengan digunakannya standar akan memberikan kesempatan pada organisasi mengevaluasi dan mengembangkan sistem informasi dengan aspek yang telah terdefinisi dengan baik sesuai dengan standar yang ditetapkan. 3. Peningkatan Kepercayaan Pengguna akan terjadi dengan adanya jaminan standar yang sesuai dengan standar internasional, hal ini akan mempengaruhi pengguna untuk dapat menilai baik, penghindaran retensi pelanggan dan rasa ketidakpuasan terhadap sistem informasi yang dikembangkan. 4. Efisiensi Pengembangan, dimana dengan adanya kriteria penilaian standar pada ISO 25010 akan memberikan gambaran kepada tim pengembang terkait hal-hal apa saja yang dapat dikembangkan sesuai dengan hasil penilaian. Gambar 2. Karakteristik padaISO/ IEC 25010 Model penilaian kualitas produk sistem informasi yang didefinisikan dalam ISO/ IEC 25010 terdiri dari sembilan karakteristik yang dapat dilihat pada gambar 2. Model penilaian pada ISO 25010 gambar 2 terdiri dari sembilan kriteria. Penjelasan masing-masing karakteristik adalah sebagai berikut: 1. Functional Suitability merupakan kriteria penilaian terhadap kesesuaian fungsionalitas sistem informasi yang memiliki ciri (a) Functional Completeness yang
Analisa Sistem Informasi - 149 merupakan kelengkapan fungsionalitas, (b) Functional Correctness yang merupakan ketepatan fungsi dari fungsional sistem dan (c) Functional Appropriates yang merupakan kesesuaian fungsi dengan fungsional yang diharapkan yang menyesuaikan lingkungan sistem informasi. 2. Performance Efficiency merupakan kriteria yang menjelaskan terkait sejauh mana sistem informasi dapat melaksanakan fungsinya berupa hasil sesuai dengan tujuan dalam waktu dan masukan yang sesuai, ciri dari karakteristik ini adalah Time Behaviour yang merupakan ciri sejauh mana waktu respond an tingkat keluaran suatu sistem informasi ketika menjalankan fungsinya yang memenuhi persyaratan, Resource Utilization yang merupakan merupakan pemanfaatan sumber daya dimana membahas penilaian jumlah dan jenis sumber daya yang digunakan dalam sistem informasi pada fungsi memenuhi persyaratan. Serta kapasitas yang merupakan ciri batas maksimum parameter yang menyesuaikan persyaratan 3. Compability yang merupakan kriteria terkait kesesuaian sistem informasi dapat bertukar informasi atau perangkat dengan lingkungan sistem informasi yang lain, ciri dari karakteristik ini adalah coexistence dan interopabilitas untuk berbagi fungsi dan komponen serta informasi antar sistem. 4. Interaction Capibility merupakan karakteristik terkait kemampuan sistem informasi untuk berinteraksi dengan pengguna tertentu untuk bertukar informasi, ciri yang dimiliki adalah Appropriateness Recognizability dimana pengguna mampu mengenal
150 - Analisa Sistem Informasi penyesuaian dalam sebuah sistem informasi sesuai sistem informasi, Learnability dimana sistem informasi dapat dipelajari dengan baik, Operabillity dimana sistem informasi dikembangkan dengan tampilan dan fitur yang mampu dan mudah dioperasikan, User Error Protection dimana terdapat pencegahan dan perlindungan pada sistem informasi terhadap kesalahan pengguna dalam pengoperasian, User Engagement adalah kesesuaian penyajian fitur dan informasi pada sistem informasi untuk mendorong keinginan pemakaian sistem informasi, Inclusivity yang merupakan kemampuan pengembangan sistem informasi untuk dapat digunakan oleh berbagai latar belakang pengguna, User Assistance dimana sistem informasi menyediakan fitur bantuan penggunaan sistem informasi, dan Self-Descriptiveness terkait dengan kemampuan sistem informasi menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan tanpa menyulitkan pengguna mencari informasi yang diinginkan. 5. Interaction Capability adalah karakteristik sistem untuk mampu melakukan interaksi dalam sistem informasi. 6. Reability yang merupakan karakteristik terkait dengan kehandalan sistem informasi dalam menjalankan fungsi sesuai yang diharapkan, ciri yang dimiliki karakteristik ini adalah faultlessness yang merupakan kemampuan sistem informasi melakukan fungsi tanpa kesalahan, availability yang merupakan ketersediaan sistem informasi untuk dapat beroperasi sesuai, fault tolerance dimana sistem informasi dapat berjalan
Analisa Sistem Informasi - 151 semestinya walau masih ada kesalahan yang dapat ditoleransi, recoverability adalah kemampuan sistem informasi untuk dapat memulihkan data dan fungsi yang terkena kesalahan kembali ke keadaan normal. 7. Security merupakan standar penilaian terkait kemampuan system informasi untuk bertahan pada serangan atau tindakan jahat yang mungkin terjadi, ciri yang ada adalah confidentiality (kerahasiaan) sebagai kemampuan sistem informasi merahasiakan data dengan baik dan mengelola hak akses terhadap data sesuai dengan pengaturan perusahaan, integrity yang merupakan kemampuan sistem informasi melindungi sistem dan data dari modifikasi dan akses tidak sah, non-repudiation terkait dengan kemampuan sistem informasi membuktikan kejadian yang terjadi sehingga tidak dapat disangkal, accountability yang merupakan kemapuan sistem untuk menelusuri aktivitas secara unik, authentity dimana sistem informasi mampu membuktikan identitas subjek atau sumber daya sesuai yang diklaim, dan resistance terkait sistem informasi mampu mempertahankan operasi saat diserang oleh pelaku jahat. 8. Maintability atau pemeliharaan dimana penilaian ini mewakili tingkat efektifitas dan efisiensi sistem informasi mampu dimodifikasi dan diperbaiki dan menyesuaikan dengan perubahan lingkungan. Ciri yang ada adalah modularity (modularitas) terkait dengan kemampuan perangkat pada sistem informasi digunakan secara terpisah sehingga perubahan pada perangkat tidak mempengaruhi perangkat lain,
152 - Analisa Sistem Informasi reusability yaitu kemampuan sistem informasi untuk digunakan pada sistem lainnya sehingga dapat berbagi sumber daya perangkat, analysability dimana tingkat efektifitas dan efisiensi dapat dinilai terhadap dampak suatu produk atau sistem dari perubahan yang direncanakan atau kesalahan sistem serta titik kesalahan pada sistem informasi, modifiability yaitu kemampuan sistem informasi untuk dapat dimodifikasi secara efektif dan efisien tanpa mengurangi mutu dan kualitas, dan testability yaitu dimana kemampuan sistem informasi secara efektif dan efisien untuk diuji dengan kriteria yang ditetapkan untuk melihat apakah kriteria sistem telah terpenuhi. 9. Flexibility dimana sistem informasi mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar sistem. Ciri dari karakteristik ini adalah adaptability yaitu kemampuan adaptasi sistem informasi ke dalam perangkat, pengguna atau lingkungan lainnya, scalability yaitu kemampuan sistem informasi dapat menangani beban kerja yang fluktuatif dan variatif, installability adalah kemampuan implementasi sistem informasi dalam lingkungan tertentu dan replaceability yaitu penilaian kemampuan sistem informasi untuk dapat digantikan dengan produk lain dengan fungsi yang sama pada perangkat dan lingkungan yang sama. 10. Safety merupakan penilaian standar keamanan dimana mewakili kemampuan sistem informasi dalam menghindari dan melindungi pada kondisi berbahaya baik dari dalam maupun luar sistem. Ciri yang
Analisa Sistem Informasi - 153 terdapat pada karakteristik ini antara lain operational constraint yaitu batasan operasional sistem terhadap keadaan berbahaya pada sistem informasi, risk identification dimana sistem informasi mampu mengidentifikasi anomali kegiatan baik masukan, proses atau keluaran yang terjadi sebagai peringatan berbahaya atas keamanan sistem, fail safe yaitu kemampuan sistem informasi untuk mengatur ulang kondisi sistem kembali kepada kondisi aman operasional, hazard warning yaitu kemampuan sistem untuk memberikan peringatan kondisi berbahaya yang terjadi pada sistem informasi, dan Safe Integration yaitu kemampuan sistem informasi untuk mempertahankan kondisi aman operasional dalam integrasi atau setelah integrasi dengan komponen dan/atau sistem lain dilakukan.
154 - Analisa Sistem Informasi
Analisa Sistem Informasi - 155 Implementasi Perubahan Sistem Informasi Setiawan Assegaff, ST, MMSI, Ph.D 12
156 - Analisa Sistem Informasi alam beberapa dekade terakhir ini, kemajuan pesat dalam teknologi informasi telah memengaruhi semua aspek kehidupan manusia, termasuk bisnis. Penggunaan sistem informasi yang baik saat ini telah menjadi salah satu faktor yang sangat vital dalam menentukan keberhasilan sebuah perusahaan. Tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk membantu operasional sehari-hari sebuah perusahaan, tetapi juga berfungsi sebagai landasan untuk pengambilan keputusan yang bersifat strategis bagi Perusahaan. (Al-Delawi and Ramo, 2020). Saat ini perusahaan dituntut untuk dapat beradaptasi dengan segala perubahan internal dan eksternal dalam dunia yang serba cepat dan dinamis seperti sekarang ini. Sistem informasi yang baik dapat membantu perusahaan mengelola semua data dan informasi yang diperlukan, mulai dari proses produksi, manajemen keuangan, hingga pelaporan keuangan. Dengan demikian, perusahaan dapat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang semua aktivitas yang terjadi di dalamnya.(Wang et al., 2023). Sistem informasi yang baik juga dapat meningkatkan efisiensi operasional. A. Konsep Dasar Implementasi Perubahan Sistem Informasi Dalam era saat ini dimana hampir keseluruhan aspek kehidupan manusaia didominasi oleh peran teknologi informasi, organisasi sering kali dihadapkan pada kebutuhan untuk mengubah sistem informasi mereka yang telah ada dengan tujuan agar system Informasi tersebut tetap relevan dan efisien. Implementasi D
Analisa Sistem Informasi - 157 perubahan sistem informasi menjadi kunci untuk menjawab tantangan ini. (Pearlson et al., 2024). Bagian pertama dari Bab ini akan membahas materi terkait konsep dasar yang mendasari proses implementasi perubahan sistem informasi, termasuk definisi implementasi perubahan, peran sistem informasi dalam organisasi, dan alasan mengapa implementasi perubahan sistem informasi menjadi kritis. B. Definisi Implementasi Perubahan Berikut kita akan mendefinisikan implementasi perubahan yang fokus pada system Informasi pada Perusahaan. Implementasi perubahan sistem informasi pada dasrnya merujuk pada serangkaian langkah dan proses yang diperlukan untuk mengganti, meningkatkan, atau menyesuaikan sistem informasi dalam suatu organisasi yang telah berjalan. Ini bisa mencakup pengenalan teknologi baru, pembaruan perangkat lunak, restrukturisasi sistem yang ada, atau bahkan transformasi digital secara menyeluruh. Proses implementasi perubahan system Informasi ini tidak hanya tentang mengganti perangkat lunak atau perangkat keras. Lebih dari itu, implementasi perubahan sistem informasi melibatkan pengubahan dalam budaya organisasi, proses bisnis, serta keterlibatan dan pelatihan karyawan. (Khan et al., 2020) C. Peran Sistem Informasi dalam Organisasi Berikutnya kita akan melihat lebih jauh bagaimana sebenarnya Sistem Informasi punya peran dalam
158 - Analisa Sistem Informasi Organisasi. Pemahaman ini menjadi penting, supaya kita memiliki presepsi yang benar bagaimana peran sesungguhnya dalam sebuah Sistem Informasi. Sistem informasi memainkan peran krusial dalam operasi seharihari organisasi. Ini tidak hanya menjadi alat untuk memproses data, tetapi juga sebagai fondasi bagi pengambilan keputusan yang efektif, pengelolaan sumber daya, dan interaksi dengan pihak eksternal seperti pelanggan dan pemasok. Dengan kemajuan teknologi, sistem informasi telah menjadi lebih kompleks dan beragam. Dari sistem basis data hingga aplikasi perangkat lunak yang mengotomatisasi proses bisnis, sistem informasi memungkinkan organisasi untuk meningkatkan efisiensi, meningkatkan pengambilan keputusan, dan menjawab perubahan dalam lingkungan bisnis.(Khan et al., 2020) D. Alasan Pentingnya Implementasi Perubahan Sistem Informasi Pada bagian ini kita akan diskusikan mengapa penting bagi Organisasi untuk tetap uptodate dengan Sistrem Informasinya. Salah satu hal yang paling mendasar yang mendorong Organisasi untuk terus berubaha adalah Organisasi harus mampu menyesuaikan sistem informasi mereka agar tetap relevan dan berdaya saing di pasar yang terus berubah. Beberapa alasan mengapa implementasi perubahan sistem informasi menjadi penting antara lain: 1. Inovasi Teknologi: Teknologi terus berkembang, dan organisasi perlu mengadopsi inovasi terbaru untuk tetap bersaing.
Analisa Sistem Informasi - 159 2. Perubahan Kebutuhan Bisnis: Kebutuhan bisnis dapat berubah seiring waktu karena perubahan pasar, regulasi, atau tujuan strategis organisasi. 3. Peningkatan Efisiensi: Implementasi perubahan sistem informasi dapat membantu meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya. 4. Peningkatan Pengambilan Keputusan: Sistem informasi yang diperbarui dapat menyediakan data yang lebih akurat dan analisis yang lebih mendalam, memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik. 5. Adaptasi terhadap Lingkungan yang Berubah: Organisasi perlu dapat menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perubahan lingkungan bisnis, dan sistem informasi yang fleksibel dan adaptif mendukung kemampuan ini. Implementasi perubahan sistem informasi tidak hanya tentang mengganti teknologi. Ini melibatkan pengelolaan perubahan secara menyeluruh, termasuk aspek teknis, organisasional, dan manusia. Dengan memahami konsep dasar di balik implementasi perubahan sistem informasi, organisasi dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi perubahan dan mencapai kesuksesan dalam mengadopsi teknologi baru(Jayakody and Wijayanayake, 2021, Palvia et al., 2021, Farayola et al., 2024) Agar Implementasi Perubahan Sistem Informasi dapat berjalan dengan baik, maka dibutuhkan beberapa metode. Terdapat berbagai metode yang dapat digunakan dalam
160 - Analisa Sistem Informasi implementasi perubahan sistem informasi. Berikut beberapa di antaranya: 1. Metode Waterfall: Metode waterfall adalah pendekatan linear yang terstruktur dalam pengembangan sistem, dimulai dari analisis kebutuhan, desain, pengembangan, pengujian, dan implementasi. Setiap fase harus diselesaikan sebelum fase berikutnya dimulai. Meskipun kurang fleksibel dibandingkan dengan metode lain, tetapi metode ini memberikan kejelasan dan struktur yang baik. 2. Metode Prototyping: Metode prototyping melibatkan pembuatan prototipe sistem yang dapat digunakan untuk mendapatkan umpan balik dari pengguna sebelum implementasi penuh. Ini memungkinkan organisasi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan pengguna dan mengurangi risiko kegagalan implementasi. 3. Metode Spiral: Metode spiral menggabungkan unsurunsur dari model waterfall dengan pendekatan iteratif. Proses pengembangan berulang kali berputar di sekitar tahap-tahap analisis, perencanaan, pengembangan, dan evaluasi. Setiap putaran memberikan kesempatan untuk menambahkan fitur baru atau mengoreksi masalah yang ditemukan. 4. Metode Agile: Metode agile adalah pendekatan iteratif dan inkremental yang fokus pada kolaborasi tim, fleksibilitas, dan responsibilitas terhadap perubahan. Tim bekerja dalam periode waktu yang disebut "sprint" untuk menghasilkan hasil kerja yang dapat
Analisa Sistem Informasi - 161 digunakan dalam waktu singkat. Metode agile sangat cocok untuk proyek yang kompleks dan berbasis tim. 5. Metode Big Bang: Metode big bang melibatkan penerapan sistem baru secara langsung tanpa fase transisi. Ini sering digunakan ketika sistem lama tidak lagi berfungsi dan organisasi membutuhkan solusi yang cepat. 6. Metode Lean: Metode lean bertujuan untuk menghilangkan pemborosan dan meningkatkan efisiensi proses. Ini melibatkan analisis mendalam terhadap proses bisnis untuk mengidentifikasi dan menghapus aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah. 7. Metode ADKAR: ADKAR merupakan singkatan dari Awareness, Desire, Knowledge, Ability, dan Reinforcement. Metode ini fokus pada aspek manusia dari perubahan, seperti kesadaran akan perubahan, keinginan untuk berpartisipasi, pengetahuan yang diperlukan, kemampuan untuk berubah, dan penguatan untuk mempertahankan perubahan. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri, dan pilihan metode tergantung pada kebutuhan dan karakteristik spesifik dari proyek implementasi perubahan sistem informasi yang akan dilakukan. Adopsi metode yang tepat dapat membantu memastikan kesuksesan implementasi perubahan tersebut.(Senarath, 2021) Implementasi perubahan sistem informasi merupakan proses yang kompleks dan sering kali dihadapi dengan
162 - Analisa Sistem Informasi berbagai tantangan. Berikut adalah beberapa tantangan umum yang sering ditemui dalam implementasi perubahan sistem informasi: 1. Ketidaksesuaian dengan Kebutuhan Bisnis: Salah satu tantangan utama adalah memastikan bahwa sistem informasi yang diimplementasikan benar-benar memenuhi kebutuhan dan tujuan bisnis organisasi. Terkadang, kesenjangan antara solusi yang disediakan oleh sistem baru dengan kebutuhan bisnis yang sebenarnya dapat menyebabkan resistensi dari pengguna. 2. Kurangnya Dukungan Manajemen: Kegagalan dalam mendapatkan dukungan penuh dari manajemen senior dapat menghambat proses implementasi perubahan. Tanpa dukungan yang kuat dari puncak organisasi, sulit untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul selama implementasi. 3. Perubahan Budaya Organisasi: Implementasi perubahan sistem informasi seringkali membutuhkan perubahan dalam budaya dan kebiasaan kerja organisasi. Mengubah pola pikir dan perilaku yang sudah mapan bisa menjadi tantangan besar, terutama jika pengguna merasa nyaman dengan cara kerja yang lama. 4. Keterbatasan Sumber Daya: Implementasi perubahan sistem informasi membutuhkan investasi waktu, tenaga, dan sumber daya finansial yang signifikan. Terkadang, keterbatasan sumber daya dapat menjadi hambatan dalam merencanakan dan melaksanakan implementasi dengan efektif.
Analisa Sistem Informasi - 163 5. Kesulitan Integrasi: Jika sistem informasi yang baru harus diintegrasikan dengan sistem yang sudah ada, tantangan integrasi teknis dapat muncul. Masalah interoperabilitas antara sistem-sistem yang berbeda dan pemindahan data yang kompleks dapat memperlambat proses implementasi. 6. Ketidakpastian Teknologi: Lingkungan teknologi informasi terus berkembang dengan cepat, dan terkadang sulit untuk memprediksi perubahan teknologi yang akan terjadi di masa depan. Implementasi perubahan sistem informasi harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang terus berubah. 7. Kurangnya Keterlibatan Pengguna: Keterlibatan pengguna yang minim dalam proses perencanaan dan implementasi dapat menyebabkan resistensi dan penolakan terhadap perubahan. Melibatkan pengguna secara aktif sejak awal dan memberikan pelatihan yang memadai dapat membantu mengatasi tantangan ini. 8. Manajemen Perubahan yang Buruk: Kurangnya perencanaan dan manajemen perubahan yang efektif dapat menyebabkan ketidakpastian, kebingungan, dan resistensi terhadap perubahan. Strategi komunikasi yang baik, pelatihan yang efektif, dan dukungan yang berkelanjutan dari tim manajemen perubahan sangat penting untuk mengelola perubahan dengan sukses.(Owen, 2020) Berbagai pengalaman terkait dengan implementasi Perubahan Sistem Informasi memperlihatkan bahwa
164 - Analisa Sistem Informasi pelaksanaanya tidaklah mudah. Banyak ditemukan masalah dan kendala. Mengatasi tantangan-tantangan ini membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi. Dengan memahami potensi hambatan dan merencanakan strategi yang tepat, organisasi dapat meningkatkan peluang kesuksesan dalam implementasi perubahan sistem informasi. E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Perubahan Sistem Informasi Untuk mendapatkan Tingkat keberhasilan yang besar terhadap Kegiatan Impelementasi Perubahan Sistem Informasi, maka belajar dari pengalama-pengalaman yang pernah dilakukan berbagai organisasi yang telah sukses menjadi sangat penting. Dari berbagai literatur yang ada, maka dapat dipaparkan factor-faktor yang mempengaruhi kebeerhasilan sebuah organisasi terhadap Implementasi Perubahan Sistem Informasi.(Gumay et al., 2020, Kolasa et al., 2020, Noteboom et al., 2021, Aditya et al., 2022, Shakya and Shakya, 2020) 1. Dukungan Manajemen Dukungan dari tingkat manajemen yang tinggi merupakan landasan penting dalam keberhasilan implementasi perubahan sistem informasi. Tanpa dukungan yang kuat dari manajemen, implementasi perubahan bisa menghadapi hambatan yang sulit diatasi. Manajemen yang mendukung akan memastikan bahwa sumber daya yang cukup dialokasikan,
Analisa Sistem Informasi - 165 termasuk anggaran, personel, dan waktu yang diperlukan untuk implementasi yang sukses. 2. Keterlibatan Pengguna Keterlibatan pengguna adalah faktor kunci dalam keberhasilan implementasi perubahan sistem informasi. Pengguna adalah mereka yang akan menggunakan sistem baru, oleh karena itu, keterlibatan mereka dalam proses perencanaan, pengembangan, dan implementasi sangat penting. Melibatkan pengguna sejak awal akan membantu memastikan bahwa sistem yang diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan mereka dan bahwa mereka merasa memiliki perubahan tersebut. 3. Komunikasi yang Efektif Komunikasi yang efektif adalah kunci untuk mengelola perubahan dengan sukses. Selama implementasi perubahan sistem informasi, komunikasi harus terbuka, jelas, dan berkelanjutan. Tim implementasi harus secara teratur berkomunikasi dengan stakeholder untuk menyampaikan perkembangan, mengidentifikasi masalah yang muncul, dan mendiskusikan solusi. Komunikasi yang baik juga membantu mengurangi resistensi terhadap perubahan dengan memperjelas alasan di balik perubahan dan manfaat yang diharapkan. 4. Pelatihan dan Pendampingan Pelatihan yang memadai dan pendampingan setelah implementasi sangat penting untuk memastikan bahwa pengguna mampu menggunakan sistem
166 - Analisa Sistem Informasi informasi baru dengan efektif. Pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhan pengguna dan mencakup semua aspek sistem yang relevan. Pendampingan setelah implementasi juga penting untuk membantu pengguna menyelesaikan masalah yang muncul dan meningkatkan keterampilan mereka dalam menggunakan sistem. Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas, organisasi dapat meningkatkan peluang keberhasilan dalam implementasi perubahan sistem informasi dan memaksimalkan manfaat yang diperoleh dari investasi dalam teknologi Informasi F. Contoh kasus sukses implementasi perubahan sistem informasi yang ada di indonesia Salah satu contoh kasus sukses implementasi perubahan sistem informasi dalam kurun lima tahun terakhir di Indonesia adalah transformasi digital yang dilakukan oleh PT Angkasa Pura II (Persero), perusahaan yang mengelola sejumlah bandar udara di Indonesia, termasuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta.(Uri and Widagdo, 2023) Pada tahun 2019, PT Angkasa Pura II meluncurkan program "Soekarno-Hatta Digital Airport" sebagai bagian dari upaya mereka untuk meningkatkan efisiensi operasional, kenyamanan pengguna, dan keamanan di bandara tersebut. Program ini melibatkan sejumlah inisiatif berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang
Analisa Sistem Informasi - 167 bertujuan untuk mengubah pengalaman pelanggan di bandara.(Uri and Widagdo, 2023, Agung Sedayu, 2019) Beberapa inisiatif kunci dalam program "SoekarnoHatta Digital Airport" termasuk: 1. Self Check-in Kiosks: Pengenalan mesin self check-in yang memungkinkan penumpang untuk melakukan check-in sendiri dengan cepat dan mudah, mengurangi waktu tunggu di konter check-in tradisional. 2. Mobile Boarding Pass: Implementasi sistem pembaca boarding pass melalui perangkat mobile, memungkinkan penumpang untuk menunjukkan boarding pass mereka melalui ponsel pintar, mengurangi kebutuhan akan kertas boarding pass dan mempercepat proses boarding. 3. Smart Parking System: Pengenalan sistem parkir pintar yang menggunakan teknologi pengenalan plat nomor otomatis, memungkinkan penumpang untuk dengan mudah menemukan tempat parkir yang tersedia dan meminimalkan waktu mencari parkir. 4. Airport Mobile App: Pengembangan aplikasi seluler bandara yang menyediakan informasi real-time tentang penerbangan, fasilitas bandara, restoran, dan layanan lainnya, memungkinkan penumpang untuk merencanakan perjalanan mereka dengan lebih baik. Keberhasilan implementasi program "Soekarno-Hatta Digital Airport" dapat dilihat dari peningkatan efisiensi operasional, pengurangan waktu tunggu, peningkatan kepuasan pelanggan, dan peningkatan dalam pemanfaatan teknologi informasi di lingkungan bandara. Inisiatif ini
168 - Analisa Sistem Informasi merupakan contoh bagaimana perusahaan dapat mengubah pengalaman pelanggan dan meningkatkan efisiensi operasional melalui implementasi perubahan sistem informasi yang tepat
Analisa Sistem Informasi - 169 Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Cosmas Eko Suharyanto, S.Kom., MMSI 13
170 - Analisa Sistem Informasi istem informasi (SI) memainkan peran penting dalam mendukung kegiatan bisnis perusahaan. Evaluasi kinerja SI diperlukan untuk memastikan bahwa sistem berjalan sesuai dengan perencanaan, tujuan, dan proses bisnis perusahaan. Penggunaan teknologi informasi dalam suatu organisasi merupakan elemen penting dalam mendukung aktifitas dan layanan yang diberikan. Teknologi informasi sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari suatu proses bisnis dalam organisasi. Pemanfaatan sisteminformasi sangat berpengaruh untuk meningkatkan kinerja dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Sistem informasi yang digunakan harus diimbangi dengan pengolahan yang benar guna menunjang proses bisnis serta menjadi pendukung operational organisasi.Penggunaan Sistem informasi ini menjamin kinerja perusahaan atau organisasi agar lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuannya. Dalam implementasi Sistem informasi dibutuhkan tolok ukur keberhasilan, karena seiring dengan penggunaanya sistem informasi tentu akan menimbulkan resiko dan mengakibatkan kerugian pada organisasi ataupun perusahaan. Sehingga untuk mengatasi resiko dan meminimalisir kerugian tersebut harus ada kebijakan perusahaan untuk mengevaluasi sistem yang digunakan. Evaluasi kinerja sistem informasi adalah penilaian sistematis terhadap suatu sistem informasi untuk menilai sejauh mana sistem tersebut meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan strategis organisasi. S
Analisa Sistem Informasi - 171 A. Tujuan Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Evaluasi kinerja sistem informasi merupakan proses penting dalam manajemen teknologi informasi; melibatkan penilaian efektivitas, efisiensi, dan kontribusi sistem informasi terhadap tujuan organisasi. Evaluasi ini penting untuk memastikan bahwa investasi dalam sistem informasi memberikan nilai yang diharapkan dan mendukung strategi bisnis. Secara rinci, adapun tujuan evaluasi kinerja sistem informasi diantaranya: 1. Menilai Efektivitas Sistem Informasi dalam Mendukung Operasi Bisnis Artinya, mengevaluasi sejauh mana sistem informasi membantu menjalankan operasi bisnis sehari-hari secara efektif. Hal ini mencakup penilaian apakah sistem informasi membantu meningkatkan produktivitas, efisiensi proses, dan kualitas layanan. Misalnya, sebuah sistem manajemen inventaris harus dapat memonitor stok barang secara real-time dan mengurangi waktu tunggu untuk pengisian ulang. Contoh terkait tujuan ini misalnya sebuah perusahaan ritel menggunakan sistem ERP (Enterprise Resource Planning) untuk mengelola operasionalnya. Evaluasi akan melihat apakah ERP tersebut membantu dalam pengelolaan inventaris, pemrosesan pesanan, dan koordinasi antara departemen.
172 - Analisa Sistem Informasi 2. Mengidentifikasi Area untuk Perbaikan dan Pengembangan Lebih Lanjut Artinya, evaluasi kinerja sistem informasi juga bertujuan untuk menemukan kelemahan atau area yang memerlukan peningkatan. Oleh karena itu, hal ini melibatkan analisis terhadap fitur-fitur yang mungkin tidak berfungsi sebagaimana mestinya atau area yang memerlukan pembaruan teknologi. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa sistem informasi selalu up-to-date dan mampu memenuhi kebutuhan bisnis yang berkembang. Contoh khasus dalam hal ini misalnya, sebuah bank mungkin menemukan bahwa aplikasi mobile banking mereka sering mengalami downtime atau memiliki fitur yang tidak user-friendly. Evaluasi akan mengidentifikasi masalah ini dan menyarankan perbaikan seperti peningkatan infrastruktur atau pembaruan antarmuka pengguna. 3. Menilai Apakah Sistem Informasi Memberikan Keuntungan yang Diharapkan Maksudnya, untuk mengukur return on investment (ROI) dari sistem informasi. Evaluasi ini mempertimbangkan apakah investasi yang telah dilakukan dalam pengembangan dan implementasi sistem informasi menghasilkan manfaat yang diharapkan, seperti peningkatan pendapatan, penghematan biaya, atau peningkatan kepuasan pelanggan.
Analisa Sistem Informasi - 173 Contohnya, sebuah perusahaan e-commerce menginvestasikan dana besar untuk membangun platform belanja online. Evaluasi akan menilai apakah platform tersebut telah meningkatkan volume penjualan, mengurangi biaya operasional, atau meningkatkan kepuasan pelanggan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. 4. Memastikan bahwa Sumber Daya Teknologi Informasi Digunakan secara Efisien Efisiensi penggunaan sumber daya teknologi informasi (TI) sangat penting untuk mengurangi pemborosan dan memaksimalkan produktivitas. Evaluasi ini melihat seberapa baik sumber daya TI seperti perangkat keras, perangkat lunak, dan tenaga kerja digunakan dalam mendukung operasional bisnis. Misalnya, organisasi mungkin mengevaluasi penggunaan server mereka untuk memastikan bahwa tidak ada sumber daya yang terbuang karena underutilization atau overutilization. Evaluasi ini dapat membantu mengoptimalkan kapasitas server atau mempertimbangkan adopsi solusi cloud untuk efisiensi yang lebih baik. 5. Membantu dalam Pengambilan Keputusan Terkait Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Informasi Evaluasi kinerja sistem informasi memberikan data dan wawasan yang penting untuk pengambilan keputusan strategis. Ini membantu manajemen dalam merencanakan pengembangan lebih lanjut,
174 - Analisa Sistem Informasi memutuskan prioritas investasi, dan mengelola sistem informasi dengan lebih baik. Contoh khasusnya misalnya Sebuah perusahaan teknologi mungkin menggunakan hasil evaluasi untuk memutuskan apakah akan mengembangkan fitur baru pada perangkat lunak mereka atau mengalokasikan sumber daya untuk proyek TI lainnya yang lebih kritis. B. Metode Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Terdapat beberapa metode dalam mengukur kinerja sistem informasi dalam organisasi. Pada buku ini dibahas beberapa metode evaluasi kinerja sistem informasi diantaranya sebagai berikut: 1. IT Balanced Scorecard (IT BSC) IT Balanced Scorecard (IT BSC) yang dikembangkan oleh Van Grembergen dan Van Bruggen merupakan adaptasi dari Balanced Scorecard tradisional yang dirancang khusus untuk mengevaluasi kinerja teknologi informasi (TI). Metode ini membantu organisasi mengukur efektivitas dan efisiensi investasi TI mereka serta bagaimana TI mendukung tujuan bisnis strategis. IT BSC memperluas perspektif tradisional dengan menambahkan dimensi khusus yang relevan untuk pengelolaan TI. a. Perspektif Kontribusi Bisnis (Business Contribution Perspective) Perspektif ini mengukur sejauh mana fungsi TI mendukung dan meningkatkan kinerja bisnis.
Analisa Sistem Informasi - 175 Fokusnya adalah pada nilai tambah yang diberikan oleh TI terhadap strategi bisnis dan pencapaian tujuan bisnis. Misalnya perusahaan jasa keuangan mengevaluasi apakah investasi dalam sistem TI baru telah membantu meningkatkan layanan pelanggan dan mengurangi waktu pemrosesan transaksi, sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan dan loyalitas. Indikator Kinerja: 1) Value Delivery: Seberapa baik TI berkontribusi terhadap penciptaan nilai bagi bisnis, seperti peningkatan pendapatan atau pengurangan biaya. 2) Customer Satisfaction: Tingkat kepuasan dari pengguna akhir dan pelanggan terkait layanan TI yang disediakan. b. Perspektif Orientasi Pengguna (User Orientation Perspective) Perspektif ini menilai kepuasan dan persepsi pengguna terhadap layanan TI yang disediakan. Ini mencakup efektivitas layanan TI dalam memenuhi kebutuhan pengguna dan meningkatkan pengalaman mereka. Contohnya dalam sebuah organisasi pemerintah, evaluasi kepuasan pengguna sistem manajemen dokumen menunjukkan bahwa waktu respon untuk dukungan teknis telah berkurang, meningkatkan kepuasan dan produktivitas pegawai. Indikator Kinerja: 1) User Satisfaction Surveys: Hasil survei kepuasan pengguna terhadap berbagai aspek layanan TI.
176 - Analisa Sistem Informasi 2) Service Level Agreements (SLA): Kepatuhan terhadap SLA yang telah ditetapkan untuk berbagai layanan TI. 3) Incident Response Time: Waktu yang dibutuhkan untuk merespons dan menyelesaikan insiden atau masalah yang dilaporkan oleh pengguna. c. Perspektif Efisiensi Operasional (Operational Excellence Perspective) Perspektif ini mengevaluasi seberapa efisien proses internal TI dalam menyediakan layanan yang handal dan berkualitas. Fokusnya adalah pada optimisasi operasi, pengurangan biaya, dan peningkatan produktivitas dalam departemen TI. Indikator Kinerja: 1) Cost Efficiency: Pengukuran efisiensi biaya operasional dalam departemen TI. 2) Process Improvement: Jumlah dan dampak dari inisiatif perbaikan proses dalam operasi TI. 3) System Downtime: Frekuensi dan durasi downtime sistem yang mempengaruhi operasi bisnis. Contoh kasus misalnya sebuah perusahaan manufaktur menilai efektivitas operasional sistem ERP mereka, menemukan bahwa inisiatif pengurangan downtime telah berhasil meningkatkan produktivitas lini produksi dan mengurangi biaya operasional.
Analisa Sistem Informasi - 177 d. Perspektif Inovasi dan Pembelajaran (Future Orientation Perspective) Perspektif ini fokus pada kesiapan organisasi dalam menghadapi perubahan dan tantangan masa depan melalui inovasi, pengembangan keterampilan, dan investasi dalam teknologi baru. Misalnya, sebuah perusahaan teknologi mengevaluasi investasi mereka dalam proyek AI (Artificial Intelligence) dan program pelatihan bagi karyawan TI. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa investasi ini telah meningkatkan kapabilitas inovatif perusahaan dan kesiapan untuk mengadopsi teknologi masa depan. Indikator Kinerja: 1) Innovation Rate: Jumlah inovasi atau proyek TI baru yang diimplementasikan. 2) Employee Training and Development: Investasi dalam pelatihan dan pengembangan keterampilan karyawan TI. 3) Research and Development (R&D) Spending: Anggaran yang dialokasikan untuk penelitian dan pengembangan teknologi baru. 2. PIECES Framework PIECES Framework adalah kerangka kerja yang dikembangkan oleh James Wetherbe untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja sistem informasi. PIECES adalah akronim dari enam area utama yang menjadi fokus evaluasi: Performance (Kinerja), Information (Informasi), Economics (Ekonomi), Control (Kontrol), Efficiency (Efisiensi), dan Service (Layanan). Metode ini membantu
178 - Analisa Sistem Informasi mengidentifikasi masalah dan area untuk perbaikan dalam sistem informasi. Berikut adalah penjelasan setiap komponen dalam PIECES Framework: a. Performance (Kinerja) Evaluasi kinerja berfokus pada seberapa baik sistem informasi mendukung tugas-tugas yang harus diselesaikan. Ini mencakup kecepatan, volume, dan akurasi pemrosesan data. Indikator Kinerja: 1) Throughput: Jumlah transaksi yang diproses oleh sistem dalam periode tertentu. 2) Response Time: Waktu yang dibutuhkan oleh sistem untuk merespons permintaan pengguna. 3) System Reliability: Tingkat keandalan sistem dalam menjalankan tugas tanpa kesalahan atau gangguan. Misalnya, sebuah sistem pemesanan online dievaluasi berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk memproses pesanan dan tingkat keandalan dalam menangani volume transaksi selama periode puncak. b. Information (Informasi) Evaluasi informasi berfokus pada kualitas dan relevansi informasi yang dihasilkan oleh sistem. Ini mencakup akurasi, kelengkapan, dan keterkinian data. Misalnya sebuah sistem manajemen inventaris dievaluasi untuk memastikan bahwa data stok barang selalu akurat, lengkap, dan diperbarui secara realtime.
Analisa Sistem Informasi - 179 Indikator Kinerja: 1) Data Accuracy: Tingkat keakuratan data yang dihasilkan oleh sistem. 2) Data Completeness: Kelengkapan data yang tersedia untuk pengguna. 3) Data Timeliness: Keterkinian data yang dihasilkan oleh sistem. c. Economics (Ekonomi) Evaluasi ekonomi berfokus pada biaya yang terkait dengan sistem informasi, termasuk biaya pembangunan, operasional, dan pemeliharaan, serta manfaat ekonomis yang diperoleh. Contoh sebuah perusahaan melakukan analisis biaya-manfaat untuk menentukan apakah sistem ERP yang diimplementasikan memberikan nilai ekonomis yang sesuai dengan biaya investasi dan operasional. Indikator Kinerja: 1) Cost-Benefit Analysis: Perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh dari sistem. 2) Return on Investment (ROI): Tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan oleh sistem. 3) Total Cost of Ownership (TCO): Biaya total kepemilikan sistem, termasuk biaya operasional dan pemeliharaan jangka panjang. d. Control (Kontrol) Evaluasi kontrol berfokus pada mekanisme pengendalian yang ada dalam sistem untuk memastikan keamanan, privasi, dan kepatuhan
180 - Analisa Sistem Informasi terhadap regulasi. Contoh sebuah lembaga keuangan mengevaluasi sistem informasi mereka untuk memastikan bahwa data pelanggan terlindungi dengan baik dan sistem memenuhi persyaratan regulasi keamanan data. Indikator Kinerja: 1) Access Controls: Efektivitas kontrol akses untuk mencegah akses tidak sah. 2) Data Privacy: Kemampuan sistem dalam melindungi data pribadi pengguna. 3) Regulatory Compliance: Tingkat kepatuhan sistem terhadap regulasi dan standar industri. e. Efficiency (Efisiensi) Evaluasi efisiensi berfokus pada penggunaan sumber daya sistem informasi, termasuk waktu, tenaga kerja, dan teknologi. Misalnya, sebuah perusahaan manufaktur mengevaluasi efisiensi sistem otomatisasi produksi mereka untuk memastikan bahwa penggunaan mesin dan tenaga kerja telah dioptimalkan. Indikator Kinerja: 1) Resource Utilization: Tingkat penggunaan sumber daya seperti CPU, memori, dan jaringan. 2) Process Automation: Tingkat otomatisasi proses yang sebelumnya dilakukan secara manual. 3) User Productivity: Dampak sistem terhadap produktivitas pengguna. f. Service (Layanan)
Analisa Sistem Informasi - 181 Evaluasi layanan berfokus pada kualitas layanan yang diberikan oleh sistem informasi kepada pengguna. Ini mencakup dukungan teknis, kemudahan penggunaan, dan responsivitas terhadap masalah pengguna. Contoh, sebuah universitas mengevaluasi sistem manajemen pembelajaran online mereka berdasarkan tingkat kepuasan mahasiswa dan staf pengajar, serta ketersediaan sistem selama periode ujian. Indikator Kinerja: 1) User Satisfaction: Tingkat kepuasan pengguna terhadap layanan yang diberikan oleh sistem. 2) Help Desk Performance: Efektivitas dan efisiensi tim dukungan teknis dalam menangani masalah pengguna. 3) System Availability: Ketersediaan sistem untuk digunakan oleh pengguna tanpa gangguan. 3. Metode Evaluasi Kinerja Sistem Informasi dengan COBIT COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) adalah kerangka kerja untuk tata kelola dan manajemen TI yang dikembangkan oleh ISACA (Information Systems Audit and Control Association). COBIT menyediakan panduan komprehensif untuk membantu organisasi mencapai tujuan strategis mereka melalui penggunaan teknologi informasi yang efektif dan efisien. Evaluasi kinerja sistem informasi dengan COBIT melibatkan analisis
182 - Analisa Sistem Informasi dari berbagai domain dan proses yang mencakup tata kelola, manajemen, dan kontrol TI. Komponen Utama COBIT: a. Prinsip Utama COBIT: 1) Memenuhi Kebutuhan Pemangku Kepentingan: Menjaga keseimbangan antara kebutuhan pemangku kepentingan internal dan eksternal. 2) Mencakup Perusahaan dari Ujung ke Ujung: Meliputi seluruh organisasi dari perspektif TI. 3) Menerapkan Kerangka Terpadu Tunggal: Menggunakan satu kerangka kerja yang terpadu untuk mengelola dan mengatur TI. 4) Pendekatan Holistik: Menggunakan pandangan menyeluruh dengan mempertimbangkan berbagai faktor pengaruh. 5) Memisahkan Tata Kelola dari Manajemen: Menyediakan struktur yang jelas antara tata kelola dan manajemen. b. Enabler COBIT: 1) Prinsip, Kebijakan, dan Kerangka: Dasar yang menetapkan perilaku organisasi. 2) Proses: Mengatur dan mengelola tujuan TI dengan menggunakan proses yang diatur dengan baik. 3) Struktur Organisasi: Struktur yang menetapkan tanggung jawab dan kewenangan. 4) Budaya, Etika, dan Perilaku: Faktor manusia yang mempengaruhi penggunaan dan keberhasilan TI.
Analisa Sistem Informasi - 183 5) Informasi: Informasi sebagai produk dan pendukung proses 6) Layanan, Infrastruktur, dan Aplikasi: Sumber daya teknologi yang mendukung hasil layanan TI. 7) Orang, Keterampilan, dan Kompetensi: Keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan bisnis. Proses Evaluasi dengan COBIT 5: Evaluasi kinerja sistem informasi dengan menggunakan COBIT 5 melibatkan langkah-langkah sebagai berikut: a. Identifikasi Area Evaluasi: Tentukan domain dan proses yang akan dievaluasi berdasarkan tujuan strategis organisasi dan kebutuhan pemangku kepentingan. b. Penilaian Kemampuan Proses: COBIT 5 menggunakan model kemampuan proses yang diadaptasi dari ISO/IEC 15504 (SPICE). Tingkat kemampuan proses dievaluasi mulai dari Level 0 (Tidak Ada) hingga Level 5 (Optimalisasi). c. Pengumpulan Data: Kumpulkan data melalui wawancara, survei, analisis dokumen, dan observasi langsung untuk memahami bagaimana proses saat ini berjalan. d. Analisis dan Penilaian: Analisis data yang dikumpulkan untuk menilai kemampuan proses berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh COBIT 5. Identifikasi kesenjangan antara kemampuan saat ini dan tingkat yang diinginkan.
184 - Analisa Sistem Informasi e. Pelaporan dan Rekomendasi: Buat laporan yang merangkum temuan dari penilaian kemampuan proses. Berikan rekomendasi untuk perbaikan dan peningkatan kemampuan proses. f. Implementasi Perbaikan: Implementasikan rekomendasi yang diberikan untuk meningkatkan kemampuan proses TI dan mencapai tujuan strategis organisasi. C. Kendala Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Evaluasi kinerja sistem informasi merupakan proses yang kompleks dan sering kali dihadapkan pada berbagai kendala. Berikut adalah beberapa kendala utama yang dapat dihadapi dalam evaluasi kinerja sistem informasi: 1. Kurangnya Data yang Akurat dan Relevan Evaluasi kinerja sistem informasi memerlukan data yang akurat dan relevan untuk mendapatkan hasil yang valid. Namun, sering kali organisasi menghadapi kesulitan dalam mengumpulkan data yang tepat karena berbagai alasan seperti sistem pencatatan yang buruk, data yang tidak konsisten, atau kurangnya akses ke sumber data yang diperlukan. 2. Kompleksitas Sistem Informasi Sistem informasi sering kali kompleks dengan banyak komponen yang saling terkait. Kompleksitas ini menyulitkan proses evaluasi karena sulit untuk menentukan metrik yang tepat dan mengidentifikasi interaksi antar komponen sistem.
Analisa Sistem Informasi - 185 3. Kurangnya Dukungan Manajemen Dukungan dari manajemen sangat penting untuk keberhasilan evaluasi kinerja sistem informasi. Tanpa dukungan ini, upaya evaluasi mungkin tidak mendapatkan sumber daya yang diperlukan atau tidak dianggap sebagai prioritas oleh organisasi. 4. Resistensi dari Pengguna Pengguna sistem informasi mungkin menunjukkan resistensi terhadap proses evaluasi karena kekhawatiran akan perubahan yang mungkin terjadi atau karena mereka merasa dievaluasi secara pribadi. Resistensi ini dapat menghambat pengumpulan data yang akurat dan mengurangi efektivitas evaluasi. 5. Keterbatasan Sumber Daya Evaluasi kinerja sistem informasi membutuhkan sumber daya, termasuk waktu, tenaga kerja, dan dana. Keterbatasan sumber daya dapat menghambat proses evaluasi atau mengurangi cakupan evaluasi yang dapat dilakukan. 6. Ketidakjelasan Tujuan Evaluasi Ketidakjelasan atau ketidakpastian mengenai tujuan evaluasi dapat menyebabkan kebingungan dan fokus yang tidak tepat dalam proses evaluasi. Tujuan yang jelas dan terdefinisi dengan baik sangat penting untuk memastikan bahwa evaluasi berjalan efektif dan efisien.
186 - Analisa Sistem Informasi 7. Perubahan Teknologi yang Cepat Teknologi informasi berkembang dengan cepat, dan perubahan ini bisa membuat evaluasi kinerja menjadi usang atau tidak relevan dengan cepat. Hal ini mempersulit proses evaluasi karena metrik dan standar yang digunakan mungkin tidak lagi sesuai dengan teknologi yang terbaru.
Analisa Sistem Informasi - 187 Tantangan dan Inovasi dalam Analisis Sistem Informasi Ir.Pujo Hari Saputro, S.Kom., M.T. 13
188 - Analisa Sistem Informasi A. Tantangan Sistem Informasi Tantangan yang dihadapi sistem informasi mencakup berbagai aspek yang mempengaruhi pengembangan, implementasi dan pengelolaan sistem informasi dalam suatu organisasi. Pertama-tama, kompleksitas teknologi menjadi salah satu permasalahan utama di era digital saat ini. Sistem informasi seringkali terdiri dari berbagai komponen yang kompleks dan terintegrasi yang memerlukan pemahaman mendalam tentang infrastruktur teknologi, keamanan data, dan interoperabilitas antar platform. Mengelola kompleksitas ini memerlukan sumber daya teknis yang memadai serta kemampuan untuk mengimbangi perkembangan teknologi yang pesat. Selain itu, tantangan sistem informasi juga mencakup aspek manusia dan organisasi. Kebutuhan pengguna yang berbeda, mulai dari pengguna akhir hingga manajemen senior, meningkatkan kompleksitas perancangan dan penerapan sistem yang memenuhi kebutuhan seluruh pemangku kepentingan. Resistensi terhadap perubahan, kurangnya keterampilan teknis dalam tim TI, dan kesulitan menyelaraskan prioritas bisnis dengan strategi teknologi adalah beberapa tantangan manusia dan organisasi yang harus diatasi. Selain itu, masalah keamanan informasi merupakan inti dari sistem informasi modern. Ancaman keamanan siber yang semakin canggih dan kerentanan serangan dapat membahayakan kelangsungan operasi bisnis dan integritas data organisasi. Melindungi data sensitif, deteksi dini serangan, dan perlindungan dari protokol keamanan merupakan bagian integral dari sistem informasi strategis
Analisa Sistem Informasi - 189 yang efektif. Dengan memahami dan mengatasi permasalahan ini, organisasi dapat memanfaatkan potensi penuh sistem informasi untuk meningkatkan produktivitas dan mencapai tujuan bisnis mereka. 1. Tantangan sistem informasi saat ini Tantangan sistem informasi saat ini mencakup berbagai aspek yang memengaruhi pengembangan, implementasi, dan pengelolaan sistem informasi di berbagai organisasi. Beberapa tantangan utama meliputi: a. Kompleksitas Teknologi: Perkembangan teknologi informasi yang pesat telah menghasilkan sistem informasi yang semakin kompleks. Integrasi berbagai platform, perangkat keras, dan perangkat lunak memerlukan pemahaman yang mendalam dan keterampilan teknis yang kuat. b. Keamanan Informasi: Ancaman keamanan cyber semakin meningkat, dengan serangan yang lebih canggih dan beragam. Organisasi perlu memperhatikan perlindungan data sensitif, deteksi serangan, serta kepatuhan terhadap regulasi keamanan untuk melindungi informasi mereka. c. Kebutuhan Pengguna yang Beragam: Pengguna sistem informasi memiliki kebutuhan yang beragam, dari pengguna akhir hingga manajemen tingkat atas. Mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan pengguna dengan tepat merupakan tantangan yang penting dalam pengembangan sistem informasi.
190 - Analisa Sistem Informasi d. Big Data dan Analitika: Peningkatan volume dan kompleksitas data memunculkan tantangan dalam pengelolaan dan analisis data yang efektif. Organisasi perlu mengembangkan kemampuan untuk mengelola big data dan mendapatkan wawasan yang berharga dari analisis data. e. Perubahan Lingkungan Eksternal: Perubahan dalam regulasi, teknologi, dan kebutuhan pasar dapat mempengaruhi kebutuhan dan strategi sistem informasi. Organisasi perlu dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lingkungan eksternal yang terus berubah. f. Keterbatasan Sumber Daya Manusia: Kurangnya keterampilan teknis dalam tim IT, kekurangan personel yang berkualitas, dan pergantian personel dapat menjadi tantangan dalam pengembangan dan pengelolaan sistem informasi. B. Tantangan Sistem Informasi Kedepan Tantangan utama sistem informasi pada masa depan adalah semakin kompleksnya integrasi data dari berbagai sumber. Di era digital saat ini, data dihasilkan oleh berbagai perangkat, aplikasi, dan platform, sehingga menimbulkan tantangan dalam mengelola dan menyatukan informasi secara efektif. Selain itu, pertumbuhan volume big data memerlukan sistem yang dapat memproses analisis data secara real-time dengan presisi tinggi. Integrasi ini tidak hanya memerlukan infrastruktur teknologi yang canggih, namun juga standar interoperabilitas yang ketat dan kebijakan keamanan data