Manajemen Investasi Syariah 91 4. Risiko berkurangnya nilai unit pelayanan Nilai unit penyertaan reksadana dapat berfluktuasi akibat kenaikan atau penurunan nilai aktiva bersih reksadana. Penurunan dapat disebabkan karena perubahan harga efek ekuitas dan efek lainnya serta biaya-biaya yang dikenakan setiap kali pemodal melakukan pembelian dan penjualan 5. Risiko nilai tukar Risiko ini dapat terjadi jika terdapat sekuritas luar negeri dalam portofolio yang dimiliki. Pergerakan nilai tukar akan mempengaruhi nilai sekuritas yang termasuk foreign investment setelah dilakukan konversi dalam mata uang domestik. 6. Risiko inflasi Risiko ini dapat dirasakan jika terjadi inflasi yang menyebabkan turunnya real return investasi. Pendapatan yang diterima dari investasi dalam reksadana bisa jadi tidak dapat menutup kehilangan karena menurunnya daya beli. 7. Resiko spesifik Risiko ini merupakan risiko yang dimiliki setiap sekuritas. Didamping dipengaruhi pasar secara keseluruhan, setiap sekuritas mempunyai risiko sendiri-sendiri. Setiap sekuritas dapat menurun nilainya jika kinerja perusahaannya sedang tidak baik, atau juga karena mengalami default.
92 Manajemen Investasi Syariah F. Tata Cara Berinvestasi pada Reksadana Syariah Berinvestasi pada reksadana tidaklah sulit investor cukup menghubungi manajer investasi reksadana yang dipilih, kemudia isi formulir penyertaan modal/pembelian unit penyertaandan transfer uang ke bank kustodian. Setelah itu investor mengirimkan bukti setor dan formulir yang telah di isi ke Manejer Investasi. Investor akan mendapatkan tanda bukti penyertaan modal di reksadana yang dikirimkan langsung ke alamat investor. Besarnya uang investasi minimal ditentukan oleh manejer investasi dan telah tercantum resmi dalam prospectus reksadana. Prospektus adalah buku atau keterangan lain yang memberikan gambar lengkap mengenai suatu reksadana sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih reksadana mana yang akan dijadikan tempat investasi. Investor dapat memperolehnya di manajer investasi. Berinvestasi pada reksadana syariah melibatkan beberapa langkah yang perlu diikuti untuk memastikan prosesnya berjalan lancar dan sesuai dengan prinsipprinsip syariah. Adapun tata cara/ mekanisme berinvestasi pada reksadana syariah terdapat dua prosedur, yaitu: 1. Tata cara/ mekanisme pembelian Pastikan untuk membaca prospektus sebelum membeli reksadana, prospektus adalah buku/ kumpulan materi yang berisi informasi mengenai berbagai hal terkait dengan reksadana. Investor dapat langsung membeli ke perusahaan manajer investasi atau
Manajemen Investasi Syariah 93 melalui agen penjual (bank) dengan mengisi form pembukaan rekening reksadana, form pembelian unit penyertaan, dan fotokopi identitas secara benar dan lengkap. Investor kemudian mengisi formular profil invetasi nasabah dan melakukan pembayaran pembelian unit penyertaan di bank yang sudah ditunjuk. Setelah itu, investor menyerahkan formular pembelian yang telah diisi kepada petugas di manajer investasi. Investor yang melakukan pembelian unit berhak atas bagi hasil investasi sampai dengan ditariknya kembali unit penyertaan tersebut pada periode yang telah ditentukan. 2. Tata cara/ mekanisme penjualan Sedangkan untuk menjual, cukup dengan mengisi formulir penjualan dan menyampaikannya pada perusahaan manajer investasi atau melalui agen. Bagi pemodal perorangan mengisi formulir penjualan kembali reksadana syariah yang mencakup nomor registrasi UP yang akan dijual nomor surat tanda pengenal diri menanda tangani kembali formulir penjualan, sedangkan dari pemodal berbadan hukum mengisi formulir penjualan yang mencakup nomor regristasi UP yang akan dijual, nomor anggaran dasar, dan nomor surat tanda pengenal diri pejabat yang berwenang, menandatangani formulir penjualan. Selain itu, penjualan Memenuhi batasan minimum dan maksimum UP misalnya minimum rp. 200,000 apabila jumlah kepemilikan UP yang tersisa kurang dari saldo minimum kepemilikan UP sesuai dengan syarat pada hari penjeualan kembali. Penjualan bisa
94 Manajemen Investasi Syariah dilakukan kapan saja, dan membutuhkan proses 4-7 hari bursa untuk mencairkan dananya yang kemudian akan dilakukan dalam bentuk pemindahbukuan atau dikirimkan melalui transfer langsung ke rekening bank yang sudah ditentukan sebelumnya. Berikut ini adalah pola mekanisme yang dilakukan oleh beberapa pihak di reksadana: Sumber: Dery Ariswanto, Investasi Pada Reksadana Syariah Di Indonesia
Manajemen Investasi Syariah 95 Deden Hidayat, S.Pd.I, M.E.Sy, CDAI
96 Manajemen Investasi Syariah A. Pendahuluan 1. Pengantar Manajemen modal adalah disiplin yang penting dalam dunia bisnis yang bertujuan untuk mengelola sumber daya keuangan perusahaan secara efisien dan efektif. Hal ini melibatkan perencanaan, pengendalian, dan pengalokasian modal perusahaan untuk mencapai tujuan keuangan yang ditetapkan. Dalam konteks bisnis yang kompetitif saat ini, manajemen modal menjadi kunci untuk keberhasilan jangka panjang suatu organisasi. Pertama-tama, perencanaan modal merupakan tahap awal dalam proses manajemen modal. Ini melibatkan identifikasi sumber daya keuangan yang tersedia, menetapkan tujuan keuangan jangka pendek dan jangka panjang, serta mengembangkan strategi untuk mencapainya. Menurut Brigham dan Ehrhardt (2013), perencanaan modal yang matang memungkinkan perusahaan untuk mengantisipasi kebutuhan keuangan di masa depan dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk memenuhinya. Selanjutnya, pengendalian modal adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan keuangan perusahaan. Pengendalian modal melibatkan pemantauan secara berkala terhadap penggunaan modal perusahaan dan evaluasi terhadap kinerja keuangan. Menurut Ross, Westerfield, dan Jordan (2017), pengendalian modal yang efektif memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi
Manajemen Investasi Syariah 97 masalah keuangan dengan cepat dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan. Terakhir, pengalokasian modal adalah langkah dalam proses manajemen modal yang melibatkan investasi sumber daya keuangan perusahaan pada proyek-proyek atau aset-aset yang dianggap menguntungkan. Menurut Gitman dan Zutter (2019), pengalokasian modal yang tepat memungkinkan perusahaan untuk memaksimalkan pengembalian modal mereka dan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Dalam era digital dan globalisasi saat ini, manajemen modal menghadapi tantangan baru. Perubahan cepat dalam teknologi, fluktuasi pasar global, dan perubahan regulasi keuangan semuanya mempengaruhi cara perusahaan mengelola modal mereka. Oleh karena itu, fleksibilitas dan adaptabilitas menjadi kunci dalam praktik manajemen modal yang sukses. Secara keseluruhan, manajemen modal merupakan aspek yang penting dalam keseluruhan strategi bisnis perusahaan. Dengan menerapkan prinsipprinsip manajemen modal yang efektif, perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangannya, mengurangi risiko, dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.
98 Manajemen Investasi Syariah 2. Peran Penting Manajemen Modal dalam Kesuksesan Bisnis Manajemen modal memegang peran krusial dalam kesuksesan bisnis karena mengatur bagaimana perusahaan mengelola dan menggunakan sumber daya keuangannya. Dalam konteks bisnis modern yang dinamis dan kompetitif, manajemen modal menjadi pondasi yang penting untuk mencapai pertumbuhan dan keberlanjutan jangka panjang. Berikut ini merupakan penjelasan beberapa peran penting manajemen modal dalam kesuksesan bisnis. Pertama, manajemen modal membantu perusahaan dalam mengelola risiko keuangan. Menurut studi oleh Moyer, mcguigan, dan Rao (2015), manajemen modal yang efektif memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko keuangan yang terkait dengan penggunaan modal. Dengan memiliki strategi manajemen risiko yang solid, perusahaan dapat mengurangi dampak potensial dari risiko keuangan seperti fluktuasi pasar, perubahan suku bunga, dan volatilitas mata uang. Kedua, manajemen modal memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya keuangan. Menurut Brigham dan Ehrhardt (2017), pengelolaan kas yang efisien, pengendalian biaya yang ketat, dan pengalokasian modal yang cerdas merupakan komponen kunci dalam manajemen modal yang sukses. Dengan mengalokasikan modal secara strategis pada investasi
Manajemen Investasi Syariah 99 yang menguntungkan dan mengurangi pemborosan dalam pengeluaran, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan mencapai tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Selain itu, manajemen modal juga memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan strategis. Menurut Gitman dan Zutter (2019), perusahaan sering dihadapkan pada berbagai pilihan investasi dan pendanaan. Manajemen modal yang baik membantu dalam mengevaluasi opsi-opsi ini dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti risiko, pengembalian investasi, dan tujuan jangka panjang perusahaan. Dengan memiliki pemahaman yang mendalam tentang implikasi keuangan dari setiap keputusan, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencapai tujuan mereka. Terakhir, manajemen modal juga berperan dalam menciptakan nilai bagi pemegang saham. Menurut Ross, Westerfield, dan Jordan (2019), perusahaan yang menerapkan praktik manajemen modal yang baik cenderung memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dan menciptakan kepercayaan investor. Hal ini dapat menghasilkan peningkatan nilai pasar saham dan memberikan keuntungan bagi pemegang saham. Manajemen modal memiliki peran yang sangat penting dalam kesuksesan bisnis. Dengan mengelola risiko keuangan, mengoptimalkan penggunaan sumber daya keuangan, membantu dalam
100 Manajemen Investasi Syariah pengambilan keputusan strategis, dan menciptakan nilai bagi pemegang saham. 3. Tujuan Manajemen Modal dalam Kesuksesan Bisnis Manajemen modal bertujuan untuk mengelola sumber daya keuangan perusahaan secara efisien dan efektif guna mencapai tujuan-tujuan bisnis yang telah ditetapkan. Dalam konteks bisnis yang dinamis dan kompetitif, tujuan manajemen modal memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan pertumbuhan dan keberlanjutan perusahaan. Berikut ini penjelasan beberapa tujuan utama manajemen modal dalam kesuksesan bisnis. Pertama, salah satu tujuan utama manajemen modal adalah untuk memastikan likuiditas yang memadai. Menurut Brigham dan Ehrhardt (2017), likuiditas yang cukup merupakan aspek kritis dari manajemen modal yang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang muncul, seperti pembayaran gaji, pembelian persediaan, dan penyelesaian utang. Dengan memiliki likuiditas yang memadai, perusahaan dapat menghindari masalah keuangan yang serius seperti kebangkrutan. Kedua, manajemen modal bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan modal. Studi oleh Gitman dan Zutter (2019) menunjukkan bahwa perusahaan harus menggunakan sumber daya keuangan mereka dengan bijaksana untuk memaksimalkan nilai bagi pemegang saham. Hal ini
Manajemen Investasi Syariah 101 melibatkan pengalokasian modal pada investasi atau proyek-proyek yang memiliki tingkat pengembalian yang tinggi, serta meminimalkan biaya modal. Selanjutnya, tujuan manajemen modal adalah untuk mengelola risiko keuangan. Menurut Ross, Westerfield, dan Jordan (2019), risiko keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari operasi bisnis, dan manajemen modal bertujuan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko tersebut dengan cara yang efektif. Ini melibatkan penggunaan instrumen keuangan seperti asuransi, diversifikasi portofolio, dan manajemen risiko mata uang. Selain itu, tujuan manajemen modal juga mencakup pengambilan keputusan investasi yang tepat. Moyer, mcguigan, dan Rao (2015) menunjukkan bahwa perusahaan harus memilih investasi yang sejalan dengan tujuan jangka panjang mereka, menghindari proyek-proyek yang tidak menguntungkan, dan mengevaluasi pengembalian investasi secara cermat. Dengan mengalokasikan modal pada investasi yang menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan, manajemen modal dapat membantu dalam mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Tujuan utama manajemen modal dalam kesuksesan bisnis adalah untuk memastikan likuiditas yang memadai, mengoptimalkan penggunaan modal, mengelola risiko keuangan, dan mengambil keputusan investasi yang tepat. Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, perusahaan dapat meningkatkan
102 Manajemen Investasi Syariah kinerja keuangannya, menciptakan nilai bagi pemegang saham, dan mencapai keberlanjutan jangka panjang. B. Konsep Dasar Manajemen Modal 1. Pengertian Manajemen Modal Manajemen modal merupakan konsep yang penting dalam dunia bisnis yang telah didefinisikan oleh para ahli dan juga terdokumentasi dalam kamuskamus yang berkaitan dengan bidang keuangan dan manajemen. Manajemen modal melibatkan pengelolaan sumber daya keuangan perusahaan dengan tujuan untuk mencapai efisiensi, efektivitas, dan keberlanjutan dalam operasi bisnis. Dalam penjelasan ini, kita akan menggabungkan definisi dari para ahli dan kamus untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang pengertian manajemen modal. Menurut Brigham dan Ehrhardt (2017), manajemen modal adalah proses perencanaan, pengendalian, dan pengalokasian modal perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan yang telah ditetapkan. Ini melibatkan manajemen kas, pengelolaan investasi, pengelolaan piutang dan kredit, serta strategi pendanaan perusahaan. Definisi ini menyoroti aspek-aspek penting dalam manajemen modal yang meliputi semua aspek dari sumber daya keuangan perusahaan.
Manajemen Investasi Syariah 103 Berdasarkan kamus finansial, manajemen modal dapat didefinisikan sebagai pengelolaan dan pengaturan modal atau kekayaan perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut kamus investasi Investopedia, manajemen modal juga mencakup pengelolaan risiko keuangan dan pengambilan keputusan investasi yang cerdas. Definisi ini menekankan pentingnya manajemen modal dalam mengoptimalkan penggunaan modal perusahaan dan mengelola risiko keuangan yang terkait dengan operasi bisnis. Dalam literatur manajemen, Ahlstrom dan Bruton (2018) menggambarkan manajemen modal sebagai proses pengelolaan dan alokasi sumber daya keuangan perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang. Mereka menekankan pentingnya manajemen modal dalam menciptakan nilai bagi pemegang saham dan memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan perusahaan. Pengertian manajemen modal mencakup proses perencanaan, pengendalian, dan pengalokasian modal perusahaan untuk mencapai tujuan keuangan yang telah ditetapkan. Ini melibatkan manajemen kas, investasi, piutang, dan strategi pendanaan yang efektif. Dengan pengelolaan yang baik, perusahaan dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya keuangan mereka, mengelola risiko keuangan, dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.
104 Manajemen Investasi Syariah a. Komponen Utama dalam Manajemen Modal Komponen utama dalam manajemen modal mencakup berbagai aspek yang penting dalam mengelola sumber daya keuangan perusahaan secara efisien dan efektif. Memahami komponen-komponen ini penting untuk mencapai tujuan keuangan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Berikut adalah beberapa komponen utama dalam manajemen modal: 1) Manajemen kas. Manajemen kas adalah komponen penting dalam manajemen modal yang melibatkan pengelolaan arus kas masuk dan keluar perusahaan. Ini termasuk pemantauan kas yang tersedia, perencanaan pembayaran, dan pengelolaan likuiditas. Menurut Brigham dan Ehrhardt (2017), manajemen kas yang efektif memastikan bahwa perusahaan memiliki cukup likuiditas untuk memenuhi kewajiban keuangan mereka secara tepat waktu. 2) Manajemen investasi. Manajemen investasi melibatkan pengelolaan portofolio investasi perusahaan dengan tujuan untuk memaksimalkan pengembalian investasi. Ini meliputi pemilihan investasi yang tepat, diversifikasi portofolio, dan evaluasi kinerja investasi secara berkala. Menurut Gitman dan Zutter (2019), manajemen investasi yang baik membantu perusahaan untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang mereka.
Manajemen Investasi Syariah 105 3) Manajemen piutang dan kredit melibatkan pengelolaan hubungan dengan pelanggan dan pemasok dalam hal pengiriman barang atau jasa secara kredit. Ini mencakup penetapan kebijakan kredit, pengawasan terhadap piutang yang belum dibayar, dan penagihan piutang yang efektif. Menurut Ross, Westerfield, dan Jordan (2019), manajemen piutang yang baik dapat meningkatkan likuiditas perusahaan dan mengurangi risiko kredit. 4) Pendanaan. Pendanaan merupakan komponen penting dalam manajemen modal yang melibatkan pengelolaan struktur modal perusahaan. Ini termasuk pemilihan sumber pendanaan yang tepat, seperti utang atau ekuitas, serta manajemen biaya modal. Menurut Ahlstrom dan Bruton (2018), struktur modal yang optimal membantu perusahaan untuk meminimalkan biaya keuangan dan mencapai nilai maksimum bagi pemegang saham. 5) Manajemen risiko keuangan melibatkan identifikasi, evaluasi, dan pengelolaan risiko keuangan yang terkait dengan operasi perusahaan. Ini termasuk risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko operasional. Menurut Moyer, mcguigan, dan Rao (2015), manajemen risiko keuangan yang efektif membantu perusahaan untuk
106 Manajemen Investasi Syariah mengurangi kerugian potensial dan melindungi nilai perusahaan. Memahami dan mengelola komponen-komponen utama dalam manajemen modal merupakan kunci untuk mencapai kesehatan keuangan dan pertumbuhan yang berkelanjutan bagi perusahaan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen modal yang efektif dalam setiap aspek operasi keuangan mereka, perusahaan dapat mencapai tujuan keuangan yang telah ditetapkan dan menciptakan nilai bagi pemangku kepentingan mereka. b. Hubungan Manajemen Modal dengan Keberlangsungan Bisnis Hubungan antara manajemen modal dan keberlangsungan bisnis adalah krusial dalam konteks operasi perusahaan yang sukses dan berkelanjutan. Manajemen modal mencakup pengelolaan sumber daya keuangan perusahaan, termasuk pengelolaan kas, investasi, piutang, pendanaan, dan manajemen risiko keuangan. Keberlangsungan bisnis merujuk pada kemampuan perusahaan untuk bertahan dan tumbuh dalam jangka panjang, menciptakan nilai bagi pemangku kepentingan dan memenuhi tujuan-tujuan bisnis mereka. Berikut adalah penjelasan tentang bagaimana hubungan antara manajemen modal yang efektif dan keberlangsungan bisnis: 1) Manajemen kas yang efektif adalah komponen penting dalam manajemen modal yang berkontribusi pada keberlangsungan bisnis. Likuiditas yang memadai memastikan
Manajemen Investasi Syariah 107 bahwa perusahaan memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kewajiban keuangan mereka, seperti pembayaran gaji, tagihan pemasok, dan utang lainnya, tanpa mengalami kesulitan keuangan yang serius (Brigham & Ehrhardt, 2017). 2) Dengan mengelola investasi dan sumber daya keuangan perusahaan secara efisien, manajemen modal membantu dalam mengoptimalkan penggunaan modal dan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Ini membantu perusahaan untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan menciptakan nilai bagi pemegang saham (Gitman & Zutter, 2019). 3) Manajemen modal juga berhubungan dengan struktur modal perusahaan, termasuk keputusan tentang utang dan ekuitas. Pendanaan yang tepat membantu perusahaan untuk meminimalkan biaya keuangan dan mencapai tingkat pengembalian yang optimal (Ross et al., 2019). 4) Manajemen risiko keuangan. Ini merupakan aspek penting dari manajemen modal yang berdampak pada keberlangsungan bisnis. Dengan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko keuangan yang terkait dengan operasi bisnis, perusahaan dapat mengurangi potensi kerugian dan menjaga stabilitas keuangan mereka (Moyer et al., 2015).
108 Manajemen Investasi Syariah 5) Pengambilan keputusan investasi yang tepat dan cerdas merupakan bagian penting dari manajemen modal yang berkontribusi pada keberlangsungan bisnis. Dengan mengalokasikan modal pada investasi yang menghasilkan nilai tambah dan menghindari proyek-proyek yang tidak menguntungkan, perusahaan dapat mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan (Brigham & Houston, 2018). Apabila perusahaan memperhatikan berbagai aspek manajemen modal yang berkaitan dengan keberlangsungan bisnis, maka perusahaan akan dapat mengembangkan strategi keuangan yang kuat dan berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan dan kesuksesan jangka panjang. C. Pentingnya Manajemen Modal dalam Berbagai Konteks Bisnis Pentingnya manajemen modal mencakup berbagai konteks bisnis yang beragam. Dalam konteks keuangan, manajemen modal memastikan likuiditas yang memadai dan pengelolaan risiko keuangan. Dalam konteks investasi, manajemen modal membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan investasi yang cerdas dan optimal. Dalam konteks operasional, manajemen modal membantu mengoptimalkan penggunaan sumber daya keuangan dan mengelola pendanaan perusahaan. Di tingkat strategis, manajemen modal membantu menciptakan struktur modal yang tepat dan mendukung
Manajemen Investasi Syariah 109 pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Dengan demikian, manajemen modal adalah faktor kunci dalam memastikan kesehatan keuangan, stabilitas operasional, dan pertumbuhan jangka panjang perusahaan dalam berbagai aspek bisnisnya. 1. Manajemen Modal dalam Bisnis Kecil dan Menengah Manajemen modal dalam bisnis kecil dan menengah (UKM) memegang peran penting dalam memastikan kelangsungan dan pertumbuhan bisnis di tengah tantangan yang sering kali unik. Bisnis skala kecil dan menengah sering kali memiliki keterbatasan sumber daya dan akses terbatas ke pasar keuangan, yang membuat manajemen modal menjadi krusial untuk keberhasilan mereka. Dalam UKM, manajemen likuiditas merupakan faktor kunci untuk menjaga kelangsungan operasional. Mengelola arus kas masuk dan keluar dengan cermat adalah penting agar perusahaan dapat memenuhi kewajiban keuangan mereka secara tepat waktu (Berger & Udell, 1998). Manajemen modal di UKM melibatkan keputusan tentang sumber pendanaan yang paling sesuai, seperti pinjaman bank, modal ventura, atau pendanaan internal. Pilihan yang tepat akan mempengaruhi biaya modal dan struktur permodalan (Ferrera & Muñoz, 2019). UKM sering kali dihadapkan pada masalah piutang yang tinggi. Manajemen piutang yang efisien, termasuk kebijakan kredit yang ketat dan penagihan
110 Manajemen Investasi Syariah yang agresif, dapat meningkatkan likuiditas dan mengurangi risiko kredit (Iqbal et al., 2020). Dalam UKM, pengambilan keputusan investasi harus dilakukan dengan hati-hati. Ini termasuk memilih proyek-proyek investasi yang paling menguntungkan dan meminimalkan risiko (Abor & Quartey, 2010). UKM sering kali rentan terhadap risiko keuangan. Manajemen risiko yang baik, seperti asuransi dan diversifikasi portofolio, dapat membantu melindungi perusahaan dari kerugian yang tidak terduga (Pagach & Warr, 2011). Manajemen modal di UKM juga mencakup perencanaan keuangan jangka panjang, termasuk pengembangan rencana bisnis dan proyeksi keuangan yang realistis (Block et al., 2018). UKM sering kali harus siap menghadapi perubahan ekonomi dan pasar yang cepat. Manajemen modal yang fleksibel dan adaptif dapat membantu perusahaan menanggapi perubahan dengan cepat (Gutter & Saleh, 2019). Manajemen modal di UKM juga mencakup manajemen hubungan dengan pihak eksternal, seperti pemasok, pelanggan, dan mitra bisnis. Kemitraan yang baik dapat membantu dalam mengakses sumber daya tambahan dan peluang bisnis (Westhead & Wright, 2017). Penggunaan teknologi dan inovasi dalam manajemen modal dapat membantu UKM meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya, dan meningkatkan daya saing (Al Mamun et al., 2019).
Manajemen Investasi Syariah 111 Manajemen modal juga mencakup pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang efektif. Pelatihan dan pengembangan karyawan dapat meningkatkan keterampilan dan produktivitas, sehingga berkontribusi pada keberhasilan bisnis (Longenecker et al., 2019). Penerapan prinsip-prinsip manajemen modal yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan khusus bisnis kecil dan menengah, perusahaan dapat meningkatkan peluang mereka untuk bertahan dan tumbuh di pasar yang kompetitif. 2. Peran Manajemen Modal dalam Bisnis Korporat Besar Peran manajemen modal dalam bisnis korporat besar sangatlah signifikan dalam mengelola sumber daya keuangan perusahaan yang besar dan kompleks. Dalam konteks perusahaan besar, manajemen modal menjadi landasan untuk pengambilan keputusan strategis yang berdampak pada kesehatan keuangan dan pertumbuhan jangka panjang. Berikut adalah penjelasan mengenai peran manajemen modal dalam bisnis korporat besar: Pertama, Manajemen modal memainkan peran penting dalam memastikan perusahaan memiliki likuiditas yang memadai untuk memenuhi kewajiban keuangan yang timbul dan memanfaatkan peluang investasi yang muncul (Brigham & Ehrhardt, 2017). Kedua, Perusahaan besar sering melakukan investasi besar dalam proyek-proyek strategis. Manajemen modal membantu dalam memilih sumber
112 Manajemen Investasi Syariah pendanaan yang optimal dan struktur modal yang tepat untuk membiayai investasi ini (Gitman & Zutter, 2019). Ketiga, Manajemen modal membantu perusahaan besar dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko keuangan yang terkait dengan operasi mereka, termasuk risiko pasar, risiko kredit, dan risiko operasional (Ross et al., 2019). Keempat, Manajemen modal membantu dalam menentukan struktur modal yang optimal, yang mencakup perbandingan antara utang dan ekuitas serta pemilihan instrumen keuangan yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan (Brigham & Houston, 2018). Kelima, Dalam bisnis korporat besar, pengelolaan piutang dan kredit menjadi aspek penting dalam manajemen modal. Kebijakan kredit yang efektif dan penagihan yang agresif membantu mengoptimalkan arus kas dan mengurangi risiko kredit (Moyer et al., 2015). Keenam, Manajemen modal memfasilitasi evaluasi kinerja keuangan perusahaan melalui penggunaan rasio keuangan, analisis laporan keuangan, dan pemantauan terhadap metrik keuangan kunci lainnya (Brealey et al., 2017). Ketujuh, Pengambilan keputusan investasi yang tepat adalah bagian penting dari manajemen modal dalam bisnis korporat besar. Ini melibatkan analisis
Manajemen Investasi Syariah 113 proyek-proyek investasi yang potensial dan estimasi pengembalian investasi (Block et al., 2018). Kedelapan, Perusahaan besar sering memiliki dana pensiun dan portofolio investasi yang besar. Manajemen modal membantu dalam pengelolaan dana pensiun dan investasi dengan tujuan untuk memaksimalkan pengembalian investasi (Ahlstrom & Bruton, 2018). Kesembilan, Manajemen modal mendukung inovasi dan ekspansi bisnis dengan menyediakan sumber daya keuangan yang diperlukan untuk penelitian dan pengembangan produk baru serta ekspansi ke pasar baru (Hitt et al., 2019). Kesepuluh, Manajemen modal membantu dalam penyusunan rencana keuangan jangka panjang perusahaan, termasuk pengembangan strategi keuangan yang sesuai dengan tujuan-tujuan bisnis jangka panjang (Petty & Titman, 2015). Dengan memperhatikan berbagai aspek ini, manajemen modal memainkan peran sentral dalam keseluruhan strategi keuangan dan operasional perusahaan besar, memastikan kelangsungan dan pertumbuhan jangka panjang mereka. 3. Tantangan yang Dihadapi dalam Manajemen Modal Dalam dunia bisnis yang dinamis dan kompleks, manajemen modal menjadi salah satu aspek yang krusial untuk kesuksesan jangka panjang perusahaan. Namun, di tengah-tengah tantangan yang beragam, pengelolaan modal tidaklah mudah. Seiring dengan
114 Manajemen Investasi Syariah perubahan ekonomi, teknologi, dan regulasi, perusahaan dihadapkan pada berbagai tantangan yang mempengaruhi cara mereka mengelola sumber daya keuangan mereka. Tantangan-tantangan ini berkisar dari likuiditas yang tidak memadai hingga risiko keuangan yang kompleks, dan dari keterbatasan sumber daya hingga ketidakpastian pasar yang terus berubah. Menyadari dan mengatasi tantangan-tantangan ini merupakan langkah kunci dalam merancang strategi manajemen modal yang efektif. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang dihadapi dalam manajemen modal: a. Likuiditas yang tidak memadai sering menjadi tantangan utama dalam manajemen modal, terutama di tengah fluktuasi arus kas dan kewajiban keuangan yang mendesak (Brigham & Ehrhardt, 2017). b. Keterbatasan sumber daya finansial sering kali menjadi hambatan bagi perusahaan, terutama bagi bisnis kecil dan menengah yang tidak memiliki akses yang sama ke pasar modal (Mudambi & Zahra, 2007). c. Volatisasi pasar. Perubahan yang cepat dan tidak terduga dalam kondisi pasar dapat mengakibatkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu rencana manajemen modal perusahaan (Ross et al., 2019).
Manajemen Investasi Syariah 115 d. Risiko keuangan, termasuk risiko pasar, risiko kredit, dan risiko likuiditas, merupakan tantangan signifikan dalam manajemen modal yang dapat memengaruhi stabilitas keuangan perusahaan (Brealey et al., 2017). e. Biaya modal yang tinggi, terutama dalam bentuk bunga dan dividen, dapat mengurangi profitabilitas perusahaan dan membatasi akses terhadap sumber daya keuangan tambahan (Gitman & Zutter, 2019). f. Perubahan regulasi. Perubahan dalam peraturan dan kebijakan pemerintah, baik di tingkat lokal maupun internasional, dapat memiliki dampak besar pada strategi dan praktik manajemen modal perusahaan (Moyer et al., 2015). g. Kesenjangan kepercayaan antara manajemen dan pemegang saham bisa menyulitkan pengumpulan modal dan pengambilan keputusan investasi yang tepat (Brigham & Houston, 2018). h. Perubahan teknologi yang cepat dapat mengubah lanskap bisnis secara drastis, mempengaruhi strategi investasi dan pengelolaan modal perusahaan (Ahlstrom & Bruton, 2018). i. Ketidakpastian ekonomi global, termasuk fluktuasi nilai tukar mata uang dan perubahan dalam siklus bisnis, dapat menyulitkan perencanaan keuangan jangka panjang (Hitt et al., 2019).
116 Manajemen Investasi Syariah j. Tantangan kepemimpinan dalam mengelola manajemen modal meliputi pengambilan keputusan yang sulit, memotivasi tim, dan mengatasi hambatan organisasi yang mungkin muncul (Longenecker et al., 2019). Dalam menghadapi berbagai tantangan yang kompleks dalam manajemen modal, perusahaan dituntut untuk beradaptasi, berinovasi, dan mengembangkan strategi yang responsif terhadap perubahan lingkungan bisnis. Tantangan-tantangan seperti likuiditas yang tidak memadai, keterbatasan sumber daya, volatilitas pasar, dan risiko keuangan menjadi ujian bagi kemampuan manajemen dalam mengelola modal dengan bijak. Namun demikian, dengan pemahaman yang mendalam tentang tantangan-tantangan ini dan penerapan strategi yang tepat, perusahaan dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut dan menciptakan fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan jangka panjang. Dengan memanfaatkan teknologi, meningkatkan transparansi, dan memperkuat kolaborasi antardepartemen, perusahaan dapat merumuskan pendekatan yang holistik dan terintegrasi dalam manajemen modal. Melalui penelitian dan inovasi yang berkelanjutan, serta komitmen untuk memperbaiki proses dan praktik manajemen, perusahaan dapat memperoleh keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Dengan demikian, manajemen modal bukan hanya menjadi tantangan, tetapi juga peluang untuk menciptakan
Manajemen Investasi Syariah 117 nilai tambah bagi perusahaan dan pemangku kepentingan mereka secara keseluruhan. D. Strategi Manajemen Modal yang Efektif Dalam dunia bisnis yang kompetitif dan terus berubah, pengelolaan modal menjadi salah satu aspek kunci dalam mencapai kesuksesan jangka panjang perusahaan. Strategi manajemen modal yang efektif adalah fondasi yang penting bagi kelangsungan dan pertumbuhan bisnis. Dengan mengalokasikan sumber daya keuangan dengan bijak, perusahaan dapat meminimalkan risiko, memaksimalkan pengembalian, dan menciptakan nilai tambah bagi pemangku kepentingan. Namun, dalam mengembangkan strategi manajemen modal yang efektif, perusahaan dihadapkan pada berbagai tantangan dan kompleksitas. Perubahan ekonomi, fluktuasi pasar, dan perubahan regulasi merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam merancang strategi yang tepat. 1. Pengelolaan Arus Kas Pengelolaan arus kas adalah proses yang penting dalam manajemen keuangan suatu perusahaan yang bertujuan untuk memantau, mengendalikan, dan mengoptimalkan masuk dan keluar dana perusahaan. Arus kas yang efektif memastikan bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang memadai untuk memenuhi kewajiban keuangan saat ini, menjaga kelancaran
118 Manajemen Investasi Syariah operasional, dan memanfaatkan peluang investasi yang muncul. Salah satu aspek kunci dalam pengelolaan arus kas adalah perencanaan kas yang efektif. Perusahaan perlu merencanakan penerimaan dan pengeluaran dana mereka untuk jangka waktu tertentu, memungkinkan mereka untuk mengantisipasi kebutuhan kas yang akan datang dan mempersiapkan strategi yang tepat (Brigham & Ehrhardt, 2017). Selain perencanaan, monitoring arus kas juga sangat penting. Dengan memantau arus kas secara teratur, perusahaan dapat mengidentifikasi tren, anomali, dan potensi masalah yang mempengaruhi likuiditas mereka. Ini memungkinkan manajemen untuk mengambil tindakan korektif dengan cepat jika diperlukan (Ross et al., 2019). Pengelolaan piutang dan utang juga merupakan bagian integral dari pengelolaan arus kas. Kebijakan kredit yang baik, pemantauan piutang secara teratur, dan tindakan penagihan yang efektif membantu memastikan arus kas yang lancar. Di sisi lain, manajemen utang melibatkan pemantauan tingkat bunga, jangka waktu pembayaran, dan struktur pembayaran utang untuk meminimalkan dampaknya terhadap arus kas perusahaan (Gitman & Zutter, 2019). Pengelolaan persediaan juga merupakan aspek penting dalam pengelolaan arus kas. Persediaan yang terlalu besar dapat mengikat modal perusahaan yang berharga, sementara persediaan yang terlalu kecil dapat mengganggu kelancaran operasi. Oleh karena
Manajemen Investasi Syariah 119 itu, pengelolaan persediaan yang efisien, termasuk pengurangan persediaan yang tidak perlu dan meningkatkan putaran persediaan, membantu memperbaiki arus kas (Petty & Titman, 2015). Pengelolaan arus kas adalah suatu proses yang kompleks dan terus-menerus dalam manajemen keuangan perusahaan. Dengan memperhatikan aspekaspek ini dan menerapkan praktik-praktik terbaik, perusahaan dapat memastikan kelancaran kegiatan operasional mereka, mengoptimalkan likuiditas, dan mencapai tujuan keuangan mereka. 2. Pengelolaan Kebutuhan Modal Kerja Pengelolaan kebutuhan modal kerja adalah salah satu aspek kunci dalam manajemen keuangan perusahaan yang berkaitan dengan pengelolaan dana untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari. Modal kerja merujuk pada seluruh aset dan kewajiban jangka pendek yang digunakan untuk menjalankan operasi perusahaan, termasuk persediaan, piutang, dan utang lancar. Pengelolaan modal kerja yang efektif memastikan bahwa perusahaan memiliki cukup dana untuk membiayai operasi sehari-hari dan menghindari kekurangan likuiditas yang dapat mengganggu kelancaran operasional. Salah satu aspek penting dalam pengelolaan kebutuhan modal kerja adalah manajemen persediaan. Perusahaan perlu memantau dan mengendalikan tingkat persediaan mereka agar tidak terlalu tinggi yang dapat mengikat modal berlebihan atau terlalu rendah yang mengganggu kelancaran produksi dan
120 Manajemen Investasi Syariah penjualan. Penyusutan persediaan dan peningkatan putaran persediaan dapat membantu memperbaiki efisiensi penggunaan modal kerja (Hendriarto, 2017). Manajemen piutang juga merupakan bagian penting dari pengelolaan kebutuhan modal kerja. Perusahaan perlu memiliki kebijakan kredit yang baik untuk menghindari penundaan pembayaran oleh pelanggan dan memastikan arus kas yang lancar. Pengendalian piutang melalui pemantauan teratur dan tindakan penagihan yang efektif membantu memastikan bahwa piutang tidak melebihi batas waktu yang dapat diterima (Hermuningsih & Maryati, 2018). Pengelolaan utang juga menjadi faktor penting dalam pengelolaan modal kerja. Perusahaan perlu memantau tingkat utang mereka dan memastikan bahwa pembayaran dilakukan tepat waktu untuk menghindari biaya tambahan seperti bunga dan denda. Struktur pembayaran utang yang tepat dan pemantauan tingkat bunga yang cermat dapat membantu meminimalkan beban keuangan perusahaan (Maryanto & Salamah, 2016). Selain itu, perusahaan juga perlu memperhatikan manajemen kas operasional yang efektif. Ini termasuk memantau dan mengendalikan aliran kas harian perusahaan, menyeimbangkan pembayaran dan penerimaan, dan memastikan bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Wulandari & Rini, 2018).
Manajemen Investasi Syariah 121 Dengan memperhatikan aspek-aspek ini dan menerapkan praktik-praktik terbaik dalam pengelolaan kebutuhan modal kerja, perusahaan dapat memastikan kelancaran operasi sehari-hari, meningkatkan efisiensi penggunaan modal kerja, dan menciptakan nilai tambah bagi pemangku kepentingan perusahaan. 3. Penggunaan Modal Eksternal dan Internal Penggunaan modal eksternal dan internal merupakan dua strategi penting dalam manajemen keuangan perusahaan yang mempengaruhi keputusan investasi, ekspansi, dan pertumbuhan bisnis secara keseluruhan. Modal eksternal adalah dana yang diperoleh dari sumber di luar perusahaan, seperti pinjaman bank, obligasi, atau penawaran saham baru, sementara modal internal adalah dana yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan, seperti laba ditahan atau modal yang diperoleh dari penjualan saham sebelumnya. Penggunaan modal eksternal dapat memberikan akses cepat terhadap dana yang dibutuhkan tanpa mengurangi kepemilikan perusahaan, Namun, perusahaan harus membayar bunga atau dividen kepada pemberi pinjaman atau pemegang saham. Sementara itu, penggunaan modal internal dapat memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada perusahaan karena tidak ada kewajiban pembayaran bunga atau dividen yang terkait, namun, ini juga dapat membatasi kemampuan perusahaan untuk membiayai investasi atau ekspansi yang besar.
122 Manajemen Investasi Syariah Keputusan antara menggunakan modal eksternal atau internal seringkali didasarkan pada berbagai faktor seperti tujuan perusahaan, kondisi pasar, tingkat bunga, dan risiko keuangan. Perusahaan harus mempertimbangkan secara cermat manfaat dan konsekuensi dari kedua opsi tersebut sebelum membuat keputusan strategis yang mempengaruhi struktur modal mereka. Menurut Brigham dan Ehrhardt (2017), modal eksternal dapat menjadi pilihan yang lebih tepat jika perusahaan membutuhkan dana tambahan untuk ekspansi atau investasi yang besar, sementara modal internal lebih cocok untuk membiayai proyek-proyek yang lebih kecil atau untuk memperkuat posisi keuangan perusahaan. Gitman dan Zutter (2019) juga menekankan pentingnya mempertimbangkan struktur modal yang optimal untuk mencapai tujuan keuangan perusahaan. Namun, dalam analisis Sari dan Fathoni (2017), mereka menemukan bahwa terlalu mengandalkan modal eksternal dapat meningkatkan risiko keuangan perusahaan, sementara terlalu mengandalkan modal internal dapat membatasi kemampuan perusahaan untuk tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, perusahaan harus mencari keseimbangan yang tepat antara penggunaan modal eksternal dan internal untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Dalam pengambilan keputusan tentang penggunaan modal eksternal dan internal, perusahaan juga harus mempertimbangkan aspek-aspek seperti biaya
Manajemen Investasi Syariah 123 modal, kebijakan pajak, dan kebijakan dividen. Dengan mempertimbangkan semua faktor ini dengan hati-hati, perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat yang mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan jangka panjang mereka. 4. Analisis Risiko dalam Pengelolaan Modal Analisis risiko dalam pengelolaan modal merupakan proses mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko-risiko yang dapat memengaruhi kinerja keuangan dan operasional mereka. Risikorisiko ini bisa berasal dari berbagai sumber, termasuk perubahan pasar, volatilitas ekonomi, perubahan regulasi, dan bahkan bencana alam. Pentingnya analisis risiko adalah untuk membantu perusahaan mengantisipasi dan merespons risiko-risiko ini dengan cara yang tepat, sehingga dapat meminimalkan dampak negatifnya dan memaksimalkan peluang pertumbuhan. Langkah pertama dalam analisis risiko adalah identifikasi risiko. Perusahaan perlu mengidentifikasi dan memahami risiko-risiko yang mungkin dihadapi dalam konteks bisnis mereka. Ini melibatkan evaluasi faktor-faktor eksternal dan internal yang dapat memengaruhi perusahaan, seperti kondisi pasar, persaingan industri, dan kebijakan perusahaan itu sendiri (Afriyanti & Martini, 2020). Setelah risiko diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah evaluasi risiko. Perusahaan perlu menilai kemungkinan terjadinya risiko dan dampaknya terhadap kinerja keuangan dan operasional mereka.
124 Manajemen Investasi Syariah Ini melibatkan penggunaan metode analisis risiko seperti analisis sensitivitas, analisis skenario, dan analisis varian untuk mengidentifikasi risiko-risiko kritis dan menilai tingkat risiko yang dapat diterima oleh perusahaan (Hendriarto, 2017). Setelah evaluasi risiko dilakukan, langkah terakhir adalah mitigasi risiko. Perusahaan perlu mengembangkan strategi untuk mengurangi dampak risiko atau meningkatkan kemampuan mereka untuk mengelola risiko yang terjadi. Ini bisa melibatkan diversifikasi portofolio, penggunaan instrumen derivatif untuk lindung nilai, pengembangan prosedur operasional yang lebih baik, atau pembentukan rencana kontinjensi untuk menghadapi situasi darurat (Wulandari & Rini, 2018). Pentingnya analisis risiko dalam pengelolaan modal tidak dapat dipandang enteng, terutama dalam lingkungan bisnis yang kompleks dan tidak pasti seperti saat ini. Tanpa analisis risiko yang tepat, perusahaan berisiko menghadapi kerugian finansial yang besar, reputasi yang rusak, atau bahkan kebangkrutan. Oleh karena itu, analisis risiko harus menjadi bagian integral dari proses pengambilan keputusan perusahaan. Dengan melakukan analisis risiko yang komprehensif dan menerapkan strategi mitigasi yang efektif, perusahaan dapat meningkatkan kemungkinan kesuksesan mereka, melindungi kepentingan mereka, dan mencapai tujuan keuangan jangka panjang mereka (Maryanto & Salamah, 2016).
Manajemen Investasi Syariah 125 E. Manajemen Modal dalam Investasi Syariah Dalam konteks ekonomi Islam, manajemen modal dalam investasi syariah memegang peranan krusial dalam menjaga kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah dan memastikan pertumbuhan serta kelangsungan portofolio investasi yang berkelanjutan. Manajemen modal dalam investasi syariah melibatkan pengelolaan dana dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam hukum Islam, seperti larangan riba (bunga), larangan maysir (perjudian), dan larangan gharar (ketidakpastian atau spekulasi yang berlebihan). Seiring dengan pertumbuhan pasar keuangan syariah yang pesat, manajemen modal dalam investasi syariah menjadi semakin penting. Investasi syariah tidak hanya menjadi pilihan bagi umat Islam yang ingin mengikuti prinsip-prinsip agama mereka dalam berinvestasi, tetapi juga menarik minat dari berbagai pihak yang mencari investasi yang lebih berkelanjutan dan etis. Pada saat yang sama, tantangan dalam manajemen modal dalam investasi syariah juga semakin kompleks. Perusahaan investasi harus memastikan bahwa portofolio investasi mereka sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, sementara juga mencapai tujuan keuangan dan investasi yang telah ditetapkan. Ini memerlukan pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip syariah, serta kemampuan untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam pengelolaan portofolio investasi secara efektif.
126 Manajemen Investasi Syariah 1. Tujuan dan Pentingnya Manajemen Modal dalam Investasi Syariah Manajemen modal dalam investasi syariah memiliki tujuan yang sejalan dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam serta aspirasi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan. Salah satu tujuan utama dari manajemen modal dalam investasi syariah adalah untuk menciptakan portofolio investasi yang mematuhi prinsip-prinsip syariah, seperti larangan riba, maysir, dan gharar, serta mempromosikan investasi yang berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Keberhasilan dalam manajemen modal dalam investasi syariah tidak hanya diukur dari segi keuntungan finansial semata, tetapi juga dari dampak sosial dan ekonomi yang dihasilkan. Tujuan ini sejalan dengan konsep maqasid al-shariah (tujuan-tujuan syariah) yang menekankan pentingnya kesejahteraan sosial, keadilan, dan keberlanjutan ekonomi. Pentingnya manajemen modal dalam investasi syariah juga tercermin dalam kontribusinya terhadap pengembangan pasar keuangan syariah secara keseluruhan. Investasi syariah tidak hanya memberikan alternatif bagi umat Islam yang ingin berinvestasi sesuai dengan prinsip-prinsip agama mereka, tetapi juga membuka peluang bagi pengembangan instrumen-instrumen keuangan syariah yang inovatif dan berkelanjutan. Menurut El-Galfy dan Abdelsalam (2017), tujuan dari manajemen modal dalam investasi syariah adalah
Manajemen Investasi Syariah 127 untuk mencapai pertumbuhan portofolio investasi yang berkelanjutan, melindungi kekayaan pemodal, serta memberikan manfaat sosial dan ekonomi yang luas bagi masyarakat. Mereka menekankan pentingnya pengelolaan modal yang cermat dan pemilihan instrumen investasi yang sesuai dengan prinsipprinsip syariah untuk mencapai tujuan ini. Dalam pandangan Hasan dan Dridi (2017), manajemen modal dalam investasi syariah juga bertujuan untuk menciptakan lingkungan investasi yang berkelanjutan dan beretika, yang tidak hanya menghasilkan keuntungan finansial bagi investor, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Manajemen modal dalam investasi syariah memiliki tujuan yang mencakup pencapaian keuntungan finansial, kepatuhan terhadap prinsipprinsip syariah, serta dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Dengan memperhatikan tujuan-tujuan ini, manajemen modal dalam investasi syariah dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. 2. Komponen Utama Manajemen Modal dalam Investasi Syariah Komponen utama dalam manajemen modal dalam investasi syariah merupakan aspek-aspek kunci yang harus dipertimbangkan dan diimplementasikan secara cermat oleh para pengelola dana dan investor syariah. Komponen pertama adalah pemilihan
128 Manajemen Investasi Syariah instrumen investasi yang sesuai dengan prinsipprinsip syariah. Ini melibatkan identifikasi dan investasi dalam instrumen-instrumen keuangan yang mematuhi ketentuan-ketentuan syariah, seperti saham syariah, obligasi syariah, dan reksa dana syariah (Hasan & Dridi, 2017). Kedua, Analisis risiko. Adalah komponen penting dalam manajemen modal syariah. Ini melibatkan penilaian terhadap risiko-risiko yang terkait dengan investasi, termasuk risiko pasar, risiko kredit, dan risiko syariah, serta pengembangan strategi untuk mengelolanya dengan baik (El-Galfy & Abdelsalam, 2017). Al-Hussainy et al., (2017) berpendapat bahwa penilaian risiko dalam investasi syariah mencakup identifikasi risiko, evaluasi dampaknya, dan pengelolaan risiko secara proaktif. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek syariah dan keuangan untuk menghindari risiko-risiko yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Ketiga, Diversifikasi portofolio. Yaitu strategi untuk mengurangi risiko dengan mengalokasikan dana ke berbagai instrumen investasi dan sektorsektor yang berbeda. Dengan diversifikasi yang tepat, investor dapat mengurangi paparan mereka terhadap risiko tertentu dan meningkatkan potensi pengembalian investasi (Maryanto & Salamah, 2016). Keempat, Pengelolaan likuiditas yang efektif. Komponen ini penting dalam manajemen modal syariah. Investor perlu memastikan bahwa mereka memiliki akses yang cukup terhadap likuiditas untuk
Manajemen Investasi Syariah 129 memenuhi kebutuhan pembayaran dan penyelesaian transaksi (Afriyanti & Martini, 2020). Kelima, Pengelolaan portofolio aktif melibatkan pemantauan dan penyesuaian portofolio investasi secara berkala sesuai dengan kondisi pasar dan tujuan investasi yang telah ditetapkan. Ini melibatkan pengambilan keputusan yang tepat mengenai alokasi aset dan tindakan lainnya untuk mengoptimalkan kinerja portofolio (Hendriarto, 2017). Keenam, Kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah adalah komponen utama dalam manajemen modal syariah. Investor harus memastikan bahwa semua kegiatan investasi mereka sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah, seperti larangan riba, larangan maysir, dan larangan gharar (Hasan & Dridi, 2017). Pandangan yang sama dikemukakan oleh Hameed (2018) bahwa penempatan modal dengan bijak dalam investasi syariah mencakup pemilihan instrumen investasi yang sesuai dengan prinsipprinsip syariah dan memperhitungkan aspek-aspek risiko dan keuangan yang relevan. Zarqa & Bhatti (2019) juga berpendapat bahwa pengelolaan dana dalam investasi syariah harus memperhatikan prinsip-prinsip syariah seperti larangan riba dan maysir. Investor dalam investasi syariah harus memastikan bahwa dana yang dikelola dipergunakan secara efisien dan sesuai dengan ketentuan syariah.
130 Manajemen Investasi Syariah 3. Instrumen Keuangan Syariah dalam Manajemen Modal Dalam era globalisasi dan kekhawatiran akan kestabilan ekonomi, semakin banyak individu dan lembaga keuangan yang mencari alternatif investasi yang tidak hanya memberikan keuntungan finansial, tetapi juga konsisten dengan prinsip-prinsip moral dan etika agama yang mereka anut. Salah satu pilihan yang semakin populer adalah investasi dalam instrumen keuangan syariah. Instrumen keuangan syariah, atau sering disebut juga dengan instrumen keuangan Islam, merupakan alat-alat keuangan yang dikembangkan dan dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dalam Islam. Prinsip-prinsip ini melarang praktik-praktik yang dianggap tidak etis dalam keuangan konvensional, seperti bunga (riba), spekulasi (gharar), dan keuntungan yang diperoleh dari sektor-sektor yang dianggap haram menurut ajaran Islam. Pengembangan instrumen keuangan syariah menjadi semakin penting karena meningkatnya kesadaran akan pentingnya investasi yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan moral. Hal ini juga terjadi seiring dengan perkembangan industri keuangan Islam yang semakin dinamis dan berkembang pesat di berbagai negara. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang instrumen keuangan syariah, diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih baik bagi para investor dan pelaku pasar keuangan untuk memilih alternatif investasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip
Manajemen Investasi Syariah 131 agama dan memberikan dampak positif bagi masyarakat secara luas. Berikut ini beberapa instrumen keuangan syariah yang umum digunakan: a. Saham Syariah. Saham syariah merupakan saham dari perusahaan yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Perusahaan yang terlibat dalam industri yang melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti alkohol, judi, atau industri pornografi, dikecualikan dari daftar saham syariah. Investasi dalam saham syariah memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kepemilikan perusahaan yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam (Kadir, 2018). b. Obligasi syariah. Obligasi syariah adalah instrumen utang yang diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah yang mematuhi prinsipprinsip syariah. Pembayaran bunga dalam obligasi syariah diganti dengan pembayaran keuntungan yang bersifat wajar dan tidak mengandung unsur riba. Obligasi syariah memberikan alternatif investasi yang stabil dengan potensi pengembalian yang kompetitif (Rusydiana & Kurniawati, 2019). c. Reksa dana syariah. Yaitu wadah investasi yang dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dana dari berbagai investor dikumpulkan dan diinvestasikan dalam portofolio yang terdiversifikasi yang terdiri dari saham syariah, obligasi syariah, dan instrumen keuangan lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Reksa dana syariah memberikan kesempatan bagi
132 Manajemen Investasi Syariah investor untuk berinvestasi dalam portofolio yang dipilih dan dikelola oleh para ahli syariah (Rachman et al., 2020). d. Murabahah. Murobahah adalah transaksi jual beli antara dua pihak di mana penjual mengungkapkan harga beli aset dan menambahkan margin keuntungan yang disepakati. Pembeli setuju untuk membayar harga beli aset plus margin keuntungan dalam jangka waktu tertentu. Murabahah digunakan dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam Islam (Al-Harbi et al., 2021). e. Mudharabah. Mudharabah merupakan kontrak kerjasama antara dua pihak di mana satu pihak menyediakan modal (shahib al-mal) dan pihak lainnya menyediakan tenaga kerja dan keterampilan (mudharib). Keuntungan dari bisnis dibagi sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal (Kawthar & Abdullah, 2019). f. Musyarakah. Musyarakah dikenal dengan kontrak kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk mendirikan dan mengoperasikan usaha dengan modal dan keterampilan yang disediakan oleh setiap pihak. Keuntungan dan kerugian dari usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Musyarakah sering digunakan dalam pembiayaan proyek-proyek besar dan investasi jangka panjang (Akbar & Ahmadi, 2018). Dengan adanya instrumen-instrumen keuangan syariah ini, para investor memiliki berbagai pilihan
Manajemen Investasi Syariah 133 untuk melakukan investasi sesuai dengan prinsipprinsip syariah dan mencapai tujuan keuangan mereka. a. Strategi Manajemen Modal dalam Investasi Syariah Strategi Manajemen Modal dalam Investasi Syariah merupakan aspek krusial dalam pengelolaan dana dan portofolio investasi yang memadukan prinsip-prinsip syariah dengan tujuan keuangan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Investasi syariah bukan hanya tentang mencapai pengembalian finansial yang maksimal, tetapi juga tentang mematuhi aturan etika dan moral dalam Islam. Dalam konteks ini, strategi manajemen modal perlu dipertimbangkan secara komprehensif, sesuai dengan jangka waktu investasi yang ditentukan. Strategi-strategi ini mencakup penggunaan instrumen investasi yang tepat, penilaian risiko yang cermat, dan pemilihan portofolio yang seimbang. Strategi jangka pendek, menengah, dan jangka panjang memungkinkan para investor untuk mengelola risiko, memaksimalkan pengembalian dana, dan mencapai tujuan keuangan mereka dengan memperhatikan aspek syariah. Berikut adalah penjelasan mengenai strategistrategi tersebut berdasarkan jangka waktu investasi: 1) Strategi jangka pendek dalam investasi syariah lebih tepat difokuskan pada instrumen investasi yang likuid dan stabil, yang memungkinkan investor untuk memanfaatkan peluang investasi
134 Manajemen Investasi Syariah dalam jangka waktu singkat. Instrumeninstrumen yang cocok untuk strategi jangka pendek termasuk deposito syariah, surat berharga komersial syariah, dan instrumen pasar uang syariah yang memberikan likuiditas tinggi dan imbal hasil yang stabil dalam jangka waktu yang relatif singkat (Abdullah & Wahid, 2019). 2) Strategi jangka menengah dalam investasi syariah lebih cocok untuk instrumen investasi yang memiliki potensi pertumbuhan yang moderat dalam jangka waktu yang lebih panjang. Instrumen-instrumen seperti saham syariah dan reksa dana syariah dapat menjadi pilihan yang tepat untuk strategi jangka menengah, karena mereka memberikan kesempatan untuk pertumbuhan modal yang stabil dan potensi pengembalian yang lebih tinggi daripada instrumen-instrumen jangka pendek (Chen & Fadzlan, 2020). 3) Strategi jangka panjang dalam investasi syariah lebih berkaitan dengan pembentukan portofolio investasi yang seimbang antara saham syariah, obligasi syariah, dan instrumen investasi lainnya untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang, seperti pensiun atau pendidikan anak-anak. Instrumen-instrumen investasi jangka panjang seperti obligasi syariah, sukuk, dan investasi properti syariah dapat memberikan kombinasi pertumbuhan modal yang stabil dan imbal hasil yang kompetitif dalam jangka waktu yang lebih panjang (Hassan & Muhsin, 2018).
Manajemen Investasi Syariah 135 Memilih instrumen investasi yang sesuai dengan jangka waktu investasi yang diinginkan, serta melaksanakan manajemen risiko yang efektif, investor dapat memaksimalkan potensi pengembalian investasi sambil meminimalkan risiko yang terkait dengan fluktuasi pasar. Selain itu, pemahaman yang kuat tentang prinsip-prinsip syariah dan penerapan strategi manajemen modal yang tepat akan membantu memperkuat fondasi investasi yang beretika dan berkelanjutan dalam jangka panjang. Melalui kesadaran akan pentingnya strategi manajemen modal dalam investasi syariah, diharapkan para investor dapat meraih kesuksesan finansial yang berkelanjutan sambil tetap mematuhi nilai-nilai moral dan etika agama yang menjadi landasan utama dari investasi syariah.
136 Manajemen Investasi Syariah
Manajemen Investasi Syariah 137 Irma Citarayani, S.E., M.Si.
138 Manajemen Investasi Syariah alam menjalankan kegiatan investasi syariah, khususnya mengenai kegiatan transaksi Pasar Modal Syariah terdapat beberapa Fatwa DSN-MUI yang menjadi salah satu pedoman dalam berkegiatan. Meskipun tidak bersifat mengikat, namun dalam prakteknya Fatwa DSN-MUI adalah salah satu rujukan dalam mengembangkan pasar modal syariah Indonesia. Hingga saat ini terdapat 27 Fatwa DSN – MUI yang berhubungan dengan Pasar modal syariah. Berikut adalah Fatwa-Fatwa DSN-MUI terkait dengan kegiatan investasi syariah: 1. Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah (DSN-MUI, 2019) 2. Fatwa DSN-MUI No. 32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah (DSN-MUI, 2002) 3. Fatwa DSN-MUI No. 33/DSN-MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah Mudharabah (Fatwa DSN MUI No. 33, 2002) 4. Fatwa DSN-MUI No: 40/DSN-MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.(DSN-MUI, 2008c) 5. Fatwa DSN-MUI No. 41/DSN-MUI/III/2004 Tentang Obligasi Syariah Ijarah (DSN-MUI, 2004) 6. Fatwa DSN-MUI No. 59/DSN-MUI/V/2007 Tentang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi (Dewan Syariah NasionalMajelis Ulama Indonesia, 2007) 7. Fatwa DSN-MUI No. 65/DSN-MUI/III/2008 Tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Syariah (DSNMUI, 2008d) 8. Fatwa DSN-MUI No. 66/DSN-MUI/III/2008 Tentang Waran Syariah (Syari et al., 2008) D
Manajemen Investasi Syariah 139 9. Fatwa DSN-MUI No. 69/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara (Syariah & Majelis, 2008) 10. Fatwa DSN-MUI No. 70/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Metode Penetapan Surat Berharga Syariah Negara (DSN-MUI, 2008a) 11. Fatwa DSN-MUI No. 71/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Sale and Lease Back (DSN-MUI, 2008b) 12. Fatwa DSN-MUI No. 72/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara Sale and Lease Back (DSN-MUI, 2008e) 13. Fatwa DSN-MUI No. 76/DSN-MUI/VI/2010 Tentang SBSN Ijarah Asset To Be Leased (DSN-MUI, 2010) 14. Fatwa DSN-MUI No. 80/DSN-MUI/III/2011 Tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek (DSN-MUI, 2011) 15. Fatwa DSN-MUI No. 94/DSN-MUI/IV/2014 Tentang Repo Surat Berharga Syariah (SBS) Berdasarkan Prinsip Syariah (DSN-MUI, 2014) 16. Fatwa DSN-MUI No. 95/DSN-MUI/VII/2014 Tentang SBSN Wakalah (DSN- MUI, 2014) 17. Fatwa DSN-MUI No. 120/DSN-MUI/II/2018 Tentang Sekuritisasi Berbentuk Efek Beragun Aset Berdasarkan Prinsip Syariah (DSN-MUI, 2018c) 18. Fatwa DSN-MUI No. 121/DSN-MUI/II/2018 Tentang Efek Beragun Aset Berbentuk Surat Partisipasi (EBA-SP) Berdasarkan Prinsip Syariah (DSN-MUI, 2018a) 19. Fatwa DSN-MUI No. 124/DSN-MUI/XI/2018 Tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Pelaksanaan Layanan Jasa Penyimpanan dan Penyelesaian Transaksi Efek Serta
140 Manajemen Investasi Syariah Pengelolaan Infrastruktur Investasi Terpadu (DSN-MUI, 2018d) 20. Fatwa DSN-MUI No. 125/DSN-MUI/XI/2018 Tentang Kontrak Investasi Kolektif - Efek Beragun Aset (KIK EBA) Berdasarkan Prinsip Syariah (DSN-MUI, 2018b) 21. Fatwa DSN-MUI No. 127/DSN-MUI/VII/2019 Tentang Sukuk Wakalah bi al-Istitsmar (Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, 2019) 22. Fatwa DSN-MUI No. 131/DSN-MUI/X/2019 Tentang Sukuk Wakaf (Dewan Syariah Nasional MUI, 2019) 23. Fatwa DSN-MUI No. 135/DSN-MUI/V/2020 Tentang Saham (Dewan Syariah Nasional-MUI, 2020) 24. Fatwa DSN-MUI No. 137/DSN-MUI/IX/2020 Tentang Sukuk (DSN-MUI, 2020b) 25. Fatwa DSN-MUI No. 138/DSN-MUI/V/2020 Tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Kliring, dan Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa atas Efek Bersifat Ekuitas di Bursa Efek (DSN-MUI, 2020a) 26. Fatwa DSN-MUI No. 140/DSN-MUI/VIII/2021 Tentang Penawaran Efek Syariah Melalui Layanan Urun Dana Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah (Islamic Securities Crowdfunding) (Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama, 2021) 27. Fatwa DSN-MUI No. 154/DSN-MUI/V/2023 Tentang Exchange Traded Fund (ETF) Syariah (DSN-MUI, 2023) Namun berdasarkan situs Bursa Efek Indonesia, saat ini yang menjadi rujukan utama bagi pengembangan pasar modal syariah adalah 5 (lima) Fatwa-Fatwa DSN-MUI yaitu: