Pemasaran Internasional 43 memengaruhi keputusan pembelian konsumen Jepang. Mitra lokal membantu IKEA untuk mengadaptasi desain, ukuran, dan fitur produk mereka agar lebih sesuai dengan preferensi konsumen lokal. Hasilnya, IKEA berhasil memperkenalkan produk-produk yang disukai dan diinginkan oleh konsumen Jepang, sehingga mencapai kesuksesan yang signifikan di pasar tersebut. C. Kesimpulan Dalam pemasaran internasional, pemahaman tentang budaya lokal merupakan kunci kesuksesan. Budaya memainkan peran penting dalam membentuk perilaku konsumen, preferensi pembelian, serta cara mereka menafsirkan pesan pemasaran. Oleh karena itu, perusahaan yang ingin sukses di pasar internasional harus memahami secara mendalam budaya, norma, dan nilainilai yang berlaku di pasar target. Penyesuaian pesan pemasaran dengan budaya lokal menjadi esensial dalam meraih kesuksesan dalam pasar internasional. Hal ini mencakup penggunaan bahasa yang sesuai, simbol-simbol yang dikenali, dan gambar-gambar yang relevan dengan audiens target. Kolaborasi dengan mitra lokal atau konsultan budaya juga merupakan strategi yang efektif dalam mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya. Mitra lokal dapat memberikan wawasan yang berharga tentang dinamika budaya dan preferensi konsumen di pasar target,
Pemasaran Internasional 44 membantu perusahaan mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif.
Pemasaran Internasional 45 Strategi Pasar Internasional Detya Wiryany, S.I.Kom., M.I.Kom., CICS
Pemasaran Internasional 46 A. Penetapan Posisi Pasar Penetapan posisi pasar adalah proses strategis dalam pemasaran yang melibatkan penentuan citra atau posisi yang diinginkan sebuah merek atau produk dalam pikiran konsumen di pasar. Penetapan posisi pasar adalah proses di mana suatu merek atau produk ditentukan oleh konsumen berdasarkan sejumlah atribut atau karakteristik tertentu, yang membedakannya dari produk pesaing. Ini melibatkan bagaimana produk atau merek dipersepsikan oleh konsumen dalam kaitannya dengan produk lain di pasar (Kotler, dkk., 2002). Tujuannya adalah untuk menciptakan persepsi unik yang membedakan merek dari pesaingnya dan membuatnya menjadi pilihan yang diinginkan oleh target pasar. Penetapan posisi pasar yang efektif dapat membantu perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan menciptakan hubungan yang kuat dengan konsumen. Penetapan posisi pasar bukan hanya tentang apa yang pemasar lakukan terhadap produk, tetapi juga tentang bagaimana pemasar memengaruhi pemikiran calon pelanggan untuk menanamkan posisi yang tepat bagi produk dalam benak mereka. 1. Identifikasi Target Pasar Langkah pertama dalam penetapan posisi pasar adalah mengidentifikasi target pasar yang jelas. Perusahaan perlu memahami siapa target konsumen mereka, karakteristik mereka, dan kebutuhan serta preferensi mereka. Dengan mengetahui siapa target pasar mereka, perusahaan dapat mengarahkan upaya
Pemasaran Internasional 47 mereka untuk membangun citra merek yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut. Dalam praktiknya, pemasar menggunakan berbagai strategi dan atribut untuk menentukan posisi pasar yang optimal, seperti atribut produk, manfaat yang ditawarkan, penggunaannya, kelompok konsumen yang menjadi target, dan posisi relatif terhadap pesaing. Langkah-langkah utama dalam penetapan posisi pasar, menurut Kotler (2005), adalah Segmentasi Pasar (Segmentation), Membidik Pasar (Targeting), dan Menetapkan Posisi Pasar (Positioning). Segmentasi pasar melibatkan pembagian pasar menjadi kelompok pembeli potensial yang memiliki karakteristik atau kebutuhan serupa. Membidik pasar melibatkan evaluasi daya tarik dari masing-masing segmen dan memilih segmen mana yang akan menjadi target. Terakhir, penetapan posisi pasar melibatkan pengembangan posisi bersaing bagi produk dan pengembangan bauran pemasaran yang sesuai dengan posisi tersebut. 2. Analisis Pes Konkurensi Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis pesaing untuk memahami posisi dan strategi pesaing di pasar. Perusahaan perlu mengetahui keunggulan kompetitif pesaing, citra merek mereka, serta kelemahan yang dapat dieksploitasi. Informasi ini akan membantu perusahaan dalam menemukan celah di pasar dan menetapkan posisi yang unik dan relevan.
Pemasaran Internasional 48 3. Penentuan Posisi yang Diharapkan Setelah memahami target pasar dan analisis pesaing, perusahaan kemudian menentukan posisi yang diharapkan atau citra yang ingin mereka projeksikan kepada konsumen. Posisi ini harus relevan dengan kebutuhan dan keinginan target pasar, serta membedakan merek dari pesaing. Misalnya, merek dapat memposisikan diri sebagai pilihan premium dengan kualitas yang superior, atau sebagai merek yang terjangkau dengan nilai yang baik. 4. Komunikasi Posisi kepada Konsumen Setelah menetapkan posisi yang diharapkan, perusahaan perlu mengkomunikasikan posisi tersebut kepada konsumen melalui strategi pemasaran yang tepat. Ini melibatkan penggunaan pesan pemasaran, branding, iklan, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya untuk membentuk dan memperkuat citra merek yang diinginkan di pikiran konsumen. 5. Mempertahankan Posisi Pasar Penetapan posisi pasar bukanlah tugas yang selesai sekali waktu, tetapi merupakan proses berkelanjutan yang memerlukan pemantauan dan penyesuaian terus menerus. Perusahaan perlu mempertahankan posisi mereka di pasar dengan terus memperkuat citra merek, menyesuaikan strategi pemasaran dengan perubahan dalam pasar dan pesaing, serta merespons umpan balik konsumen dengan cepat dan efektif. Keuntungan dari Penetapan Posisi Pasar adalah:
Pemasaran Internasional 49 a. Keunggulan Kompetitif:. b. Meningkatkan Kesadaran Merek: c. Menarik Konsumen Target: d. Memperkuat Hubungan dengan Konsumen: B. Pengembangan Produk Internasional Pengembangan produk internasional adalah proses merancang, mengembangkan, dan memperkenalkan produk atau layanan baru atau yang disesuaikan ke pasar di luar batas wilayah domestik perusahaan. Dalam era globalisasi, di mana batasan pasar semakin kabur dan pelanggan di seluruh dunia memiliki kebutuhan dan preferensi yang beragam, pengembangan produk internasional menjadi kunci untuk keberhasilan bisnis di pasar global yang kompetitif. 1. Pemahaman Terhadap Kebutuhan dan Preferensi Konsumen Langkah awal dalam pengembangan produk internasional adalah memahami dengan baik kebutuhan dan preferensi konsumen di pasar target. Ini melibatkan analisis pasar yang mendalam untuk memahami tren konsumen, keinginan, dan tantangan yang mereka hadapi. Perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor budaya, sosial, ekonomi, dan demografis yang memengaruhi perilaku konsumen di berbagai negara untuk merancang produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Pemasaran Internasional 50 2. Adaptasi Produk yang Tepat Setelah memahami kebutuhan konsumen, langkah berikutnya dalam pengembangan produk internasional adalah melakukan adaptasi produk yang tepat. Ini melibatkan modifikasi produk atau layanan yang ada agar sesuai dengan preferensi dan kebutuhan konsumen di pasar target. Modifikasi ini dapat meliputi perubahan dalam fitur produk, desain, ukuran, kemasan, bahasa, dan harga untuk memastikan produk relevan dan menarik bagi konsumen setempat. 3. Standarisasi Produk Di sisi lain, dalam beberapa kasus, perusahaan mungkin memilih untuk melakukan standarisasi produk untuk pasar global. Ini terutama terjadi ketika produk atau merek perusahaan telah dikenal secara luas dan memiliki keunggulan kompetitif yang kuat. Dalam hal ini, perusahaan akan mempertahankan fitur, desain, dan atribut produk yang sama di seluruh pasar internasional untuk memanfaatkan ekonomi skala dan memperkuat citra merek global mereka. 4. Inovasi Produk Inovasi produk menjadi kunci dalam pengembangan produk internasional yang berhasil. Perusahaan perlu terus melakukan riset dan pengembangan untuk menciptakan produk atau layanan baru yang memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen di pasar global. Inovasi dapat berupa peningkatan kualitas, fitur baru, teknologi
Pemasaran Internasional 51 canggih, atau solusi yang lebih efisien untuk masalah yang dihadapi konsumen. 5. Penyesuaian dengan Regulasi dan Standar Internasional Dalam pengembangan produk internasional, perusahaan juga perlu memperhatikan regulasi dan standar internasional yang berlaku di pasar target. Ini mencakup peraturan kesehatan, keselamatan, lingkungan, dan standar kualitas yang berbeda di setiap negara. Perusahaan harus memastikan bahwa produk mereka mematuhi semua regulasi dan standar yang relevan untuk menghindari masalah hukum dan reputasi. 6. Manajemen Rantai Pasokan yang Efisien Manajemen rantai pasokan yang efisien juga sangat penting dalam pengembangan produk internasional. Perusahaan perlu bekerja sama dengan pemasok, produsen, dan distributor di berbagai negara untuk memastikan ketersediaan bahan baku, produksi yang tepat waktu, dan distribusi yang lancar produk mereka ke pasar target. Manajemen rantai pasokan yang baik dapat membantu perusahaan mengurangi biaya, mempercepat waktu ke pasar, dan meningkatkan kepuasan pelanggan. 7. Strategi Harga yang Tepat Penetapan harga produk juga merupakan pertimbangan penting dalam pengembangan produk internasional. Perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor seperti biaya produksi, harga pesaing,
Pemasaran Internasional 52 permintaan pasar, dan nilai produk di mata konsumen. Strategi harga yang tepat dapat membantu perusahaan memperoleh pangsa pasar yang signifikan dan meningkatkan profitabilitas mereka di pasar global. 8. Promosi dan Komunikasi yang Efektif Terakhir, perusahaan perlu merancang strategi promosi dan komunikasi yang efektif untuk memperkenalkan produk mereka kepada konsumen di pasar internasional. Ini melibatkan penggunaan berbagai saluran pemasaran, termasuk iklan, promosi penjualan, pemasaran digital, dan public relations, untuk meningkatkan kesadaran merek dan menghasilkan minat yang tinggi dari konsumen. C. Strategi Penetapan Harga Internasional Strategi penetapan harga internasional adalah proses menentukan harga produk atau layanan yang sesuai untuk pasar global. Di tengah persaingan yang semakin ketat dan dinamika pasar yang kompleks, penetapan harga yang tepat menjadi kunci untuk kesuksesan perusahaan dalam ekspansi internasional. Selain itu, perusahaan juga dapat meminimalkan biaya produksi untuk menetapkan harga yang kompetitif. Dengan menggunakan strategi penetapan harga yang tepat, perusahaan dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar internasional, menarik konsumen, dan mencapai tujuan keuntungan yang diinginkan (Siregar, & Aslami, 2021).
Pemasaran Internasional 53 1. Pentingnya Strategi Penetapan Harga Internasional Strategi penetapan harga internasional memainkan peran kunci dalam keberhasilan perusahaan di pasar global. Beberapa alasan mengapa strategi penetapan harga internasional penting antara lain: a. Memaksimalkan Keuntungan b. Menyesuaikan dengan Kondisi Pasar c. Mencapai Tujuan Pemasaran d. Menghindari Perang Harga 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga Internasional Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan harga internasional meliputi: a. Kondisi Ekonomi b. Persaingan c. Kebutuhan dan Preferensi Konsumen d. Regulasi Pemerintah e. Citra Merek f. Biaya Produksi dan Distribusi 3. Strategi Penetapan Harga Internasional yang Umum Beberapa strategi penetapan harga internasional yang umum digunakan oleh perusahaan meliputi: a. Harga Skimming Strategi ini melibatkan menetapkan harga yang tinggi untuk produk baru di pasar internasional. Ini cocok untuk produk yang unik atau inovatif yang ditujukan untuk segmen pasar yang relatif kecil tetapi bersedia membayar lebih untuk nilai tambah.
Pemasaran Internasional 54 b. Harga Penetrasi Sebaliknya, strategi harga penetrasi melibatkan menetapkan harga yang rendah untuk produk baru dengan tujuan memperoleh pangsa pasar yang besar secara cepat. c. Harga Diferensial: Perusahaan dapat menetapkan harga yang berbeda untuk produk yang sama di pasar internasional tergantung pada faktor-faktor seperti biaya transportasi, regulasi lokal, atau permintaan pasar. d. Harga Pasar Strategi ini melibatkan menyesuaikan harga produk dengan harga pesaing di pasar internasional. Ini sering digunakan dalam industri di mana produkproduk relatif homogen. e. Bundling Harga Bundling harga melibatkan penawaran produk atau layanan dalam paket dengan harga yang lebih murah daripada jika produk atau layanan tersebut dibeli secara terpisah. Ini dapat membantu meningkatkan penjualan produk atau layanan tambahan di pasar internasional.
Pemasaran Internasional 55 Standarisasi Produk Global Sarwoto, SE, MSc, PhD, LSS. Cp
Pemasaran Internasional 56 NDONESIA dikenal sebagai negara kepulaian terbesar di dunia yang di dalamnya terdapat 17.374 pulau (Badan Informasi Geospasial 2024) dengan jumlah penduduk lebih 278,6 juta jiwa pada pertengahan 2023 dan diprediksi naik pada tahun 2024 (Badan Pusat Statistik 2023). Secara geografis Indonesia terletak diantara 2 (dua) benua, yaitu benua Asia dan Australia dan diantara 2 (dua) samudera yaitu samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Kondisi demografi dan geografis inilah yang menyebabkan Indonesia menjadi bagian penting dari perdagangan global. Lokasi Indonesia yang menjadi jalur perdagangan global menjadikan Indonesia selain menjadi pasar potensial bagi perdagangan dunia, tetapi juga memiliki potensi tinggi menjadi pemain perdagangan dunia. Saat ini, Indonesia bersama negara-negara lain di dunia telah masuk pada era globalisasi ekonomi sehingga sistem perdagangan adalah perdagangan bebas. Dunia merupakan satu kesatuan pasar bersama, sehingga dalam hal perdagangan tidak mengenal batasan-batasan wilayah antar negara. Kondisi ini tentu saja menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. Dengan berbagai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki Indonesia mestinya situasi seperti ini dimanfaatkan untuk menjadi pelaku dalam perdagangan global. Tidak hanya menjadi obyek, melainkan menjadi subyek. Dalam rangka berkontribusi pada kompetisi global, maka pelaku bisnis di Indonesia harus memikirkan standarisasi produk. Saat ini pasar lokal maupun global sangat kritis mengenai standarisasi produk baik berupa barang maupun jasa layanan. Standarisasi produk bertujuan untuk memberikan jaminan mutu, daya saing, persaingan usaha agar I
Pemasaran Internasional 57 sehar dan transparan (Undang Undang Nomor 20, 2014). Standarisasi produk memberikan jaminan mutu kepada konsumen, bahwa produk yang digunakan aman, dan telah melalui serangkaian proses yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada masing-masing kelompok industri. Di Indonesia, standarisasi produk ditandai dengan adanya label SNI pada produk. Jika produk berupa barang, label SNI tercantum pada kemasan atau bagian tertentu dari barang tersebut. Jika jasa layanan label SNI ditempelkan pada tempat-tempat strategis yang sering dilihat pelanggan. Dalam konteks ASEAN, standarisasi produk ditunjukkan dengan label ACCSQ (ASEAN Consultative Committee for Standards and Quality. Dalam konteks dunia, standarisasi produk ditunjukkan dengan adanya label ISO pada produk. A. Ragam Standarisasi Global Dalam rangka memenuhi standarisasi global untuk sebuah produk, maka perlu mengenal tentang klasifikasi produk global. Klasifikasi produk global mengklasifikasikan produk dengan mengelompokkannya ke dalam kategori berdasarkan properti penting serta hubungannya dengan produk lain. Klasifikasi produk global menawarkan seperangkat standar universal untuk segala hal mulai dari mobil hingga satu liter susu, dan untuk segala hal mulai dari perlengkapan berkemah hingga alas kaki, rumah tangga dan peralatan hingga mainan. Standardisasi dibagi menjadi dua kategori dasar: Standardisasi produk dan Standardisasi proses produksi.
Pemasaran Internasional 58 1. Standarisasi produk Dalam rangka mengembangkan usaha model lintas negara mengharuskan dunia usaha untuk mewujudkannya produk pasar yang konsisten dalam kualitas dan citra merek terlepas dari negara mana yang dikonsumsi, dan juga cocok untuk budaya masing-masing dan standar internasional. Konsumsi item produk sangat didorong oleh faktor budaya, selera konsumen, kebiasaan dan pendapatan, kepentingan penelitian ini hanya pada faktor produk dari campuran tersebut. Menurut Doole dan Lowe (2008), bauran pemasaran yang dinilai terdiri dari 4 P: a. Produk b. Harga (harga) c. Tempat (lokasi) d. Promosi (promosi) 2. Standarisasi proses produksi Pada dasarnya standarisasi proses produksi terjadi ketika suatu bisnis menetapkan seperangkat aturan yang mengatur bagaimana orang-orang dalam suatu bisnis harus menyelesaikan suatu tugas atau urutan tugas. Bila prosesnya dilakukan dengan baik, standardisasi dapat mengurangi ambiguitas dan meningkatkan akurasi, menjamin kualitas, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan semangat kerja karyawan.
Pemasaran Internasional 59 B. Standarisasi Produk Hadapi Persaingan Global Perkembangan bisnis yang berkelanjutan ditandai dengan ketika perusahaan mulai beroperasi di banyak negara berbeda. Saat perusahaan disebut perusahaan global atau internasional, perkembangan di negara lain membuat peningkatan strategi bisnis menjadi suatu kebutuhan bagi banyak bisnis. Pada saat itu, diperlukan strategi bisnis global, meskipun tidak mungkin mencapai tujuan yang telah ditetapkan di pasar internasional, perusahaan juga dapat menerapkan strategi tersebut sendiri di negaranya sendiri dan pada saat yang sama juga memerlukan strategi bisnis global. untuk memenuhi tujuan jangka pendek dan jangka panjang organisasi, tujuan jangka pendek dapat berupa manajemen arus kas, tujuan pendapatan, pangsa pasar dan manajemen biaya, dan tujuan jangka panjang dapat berupa keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan membangun merek yang mengarah pada keuntungan dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Di era perdagangan saat ini, banyak tantangan yang dihadapi dalam menghadapi persaingan pasar global. Mulai dari peningkatan harga, biaya produksi, sampai dengan produk tidak aman. Untuk itu, masing-masing negara memiliki aturan dan kebijakan, salah satunya dengan menunjukkan bukti pemenuhan terhadap persyaratan. Salah satu persyaratan tersebut adalah pemenuhan standar, karena standar berperan penting dalam meningkatkan daya saing di pasar global, baik dilihat dari produk, sistem, maupun kompetensi
Pemasaran Internasional 60 personnya. Standar yang berlaku di Indonesia adalah Standar Nasional Indonesia (SNI). Produk ber SNI menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk memenuhi hak konsumen atas produk yang digunakan (Valensia dan Sartono 2020). Standarisasi produk merupakah salah satu strategi perusahaan dalam menghadapi persaingan global (Funk 2002). Dengan standarisasi pasar global akan lebih mudah mengenal perusahaan, melakukan pembelian, dan pembelian ulang serta memberikan referensi kepada konsumen lain terkait produk yang digunakan. Kepercayaan konsumen terhadap produk dengan citra merek yang kuat juga dapat menjadi alasan preferensi pembelian mereka. Pasar global lebih memilih produk yang bermutu. Indikator paling mudah yang dapat digunakan untuk menilai mutu suatu produk adalah label standarisasi produk seperti SNI, ISO, HACCP dan lain sebagainya. Salah satu strategi kunci untuk mengembangkan tujuan tersebut adalah standardisasi. Standardisasi sudah digunakan sejak awal produksi, prinsip dasar dari strategi ini adalah menciptakan produk atau jasa yang terstandarisasi untuk setiap target pasar, keseluruhan rencana pemasaran tetap sama. menjadi satu dan sama untuk segmen pasar yang berbeda, strategi ini memiliki satu hal blok bangunan. gagasan bahwa semua manusia mempunyai kebutuhan yang sama dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan produk standar terlepas dari wilayahnya dan tidak dipengaruhi oleh lokasi geografis.
Pemasaran Internasional 61 Terdapat berbagai definisi standardisasi dalam bisnis internasional. Standardisasi dianggap sebagai elemen penting globalisasi dan merupakan dokumen yang dibuat berdasarkan perjanjian dan disetujui oleh organisasi internasional yang menetapkan aturan, pedoman, atau karakteristik dasar. Untuk kegiatan, hasil kegiatan ditujukan untuk penggunaan umum dan disikluskan untuk mencapai tatanan optimal dalam konteks tertentu. Standardisasi menurut ISO adalah kegiatan menetapkan istilah-istilah untuk digunakan secara umum dan berulang-ulang atas masalah-masalah aktual atau potensial, guna mencapai tatanan optimal dalam suatu kegiatan tertentu. C. Penutup Standardisasi adalah pendekatan yang umum digunakan dalam pemasaran global untuk memenuhi kebutuhan konsumen di pasar yang berbeda. Pendekatan standar melibatkan penggunaan strategi yang seragam di seluruh pasar global. Pendekatan standardisasi mengasumsikan bahwa konsumen di pasar yang berbeda mempunyai kebutuhan, preferensi, dan perilaku yang serupa. Dengan strategi standardisasi, perusahaan berupaya mengadopsi pendekatan yang konsisten terhadap pengembangan produk, pemasaran, dan penjualan di pasar global. Manfaat dari strategi standardisasi adalah: 1. Efisiensi operasional: Dengan menggunakan strategi standardisasi, perusahaan dapat mengurangi biaya
Pemasaran Internasional 62 produksi, logistik, dan pemasaran. Hal ini disebabkan oleh skala ekonomi ketika memproduksi dan mengirimkan produk yang sama di pasar yang berbeda. 2. Konsistensi Merek: Pendekatan standardisasi membantu membangun citra merek yang konsisten di pasar global. Merek yang terkenal dapat memperoleh kepercayaan konsumen dan membedakan produk Anda dari pesaing. 3. Manfaat penelitian dan pengembangan: Dengan strategi standardisasi, penelitian dan pengembangan produk menjadi lebih fokus dan efisien. Inovasi dapat diuji dan diterapkan di berbagai pasar dengan biaya rendah.
Pemasaran Internasional 63 Skema Pembayaran Perdagangan Internasional Sarjiyanto, SE., MBA., Ph.D
Pemasaran Internasional 64 I Indonesia, skema pembayaran perdagangan internasional secara regulasi diatur dalam PP No. 24 Tahun 1985 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1982 Tentang Pelaksanaan Ekspor, Impor, dan Lalu Lintas Devisa. Pada PP No. 24 Tahun 1985 skema pembayaran ini, diklasifikasikan ada dua jenis skema; yaitu skema pembayaran tanpa jaminan dari bank (Non-Letter of Credit, Non-L/C Basis) dan dengan jaminan dari bank (Letter of Credit). Bagan 1. Skema Pembayaran Perdagangan Internasional Sumber: Sarjiyanto & Samudro, B.R., 2007 A. Skema Pembayaran Internasional Pada prinsipnya skema pembayaran perdagangan internasional dapat dilakukan dengan berbagai cara. Adapun cara atau metode pembayaran perdagangan internasional bahkan lazim juga skema ini digunakan untuk perdagangan lokal adalah sebagai berikut : D
Pemasaran Internasional 65 1. Pembayaran dimuka (Advance payment) 2. Pembayaran kemudian (Open account) 3. Pembayaran konsinyasi (Consignment) 4. Pembayaran imbal-beli (Counter Trade) 5. Pembayaran inkaso (Collection) 6. Pembayaran Surat Kredit Berdokumen/Letter Credit (L/C) 1. Pembayaran dimuka (Advance Payment) Pembayaran dimuka adalah suatu skema pembayaran perdagangan yang dilakukan oleh Pembeli/Importir kepada Penjual/Eksportir sebelum barang/jasa tersebut diterima baik seluruh maupun sebagian. Kesepakatan tentang cara pembayaran ini biasanya dicantumkan dalam kontrak jual-beli (sales contract) antara kedua belah pihak atau melalui surat pesanan (order) yang diterima oleh Penjual/Eksportir dari Pembeli/Importir. Pembayaran dimuka ini dapat dilakukan melalui jasa perbankan atau langsung. Cara pembayaran dapat dilakukan dengan transfer, payment order, cek, wesel dan sebagainya. Sedangkan dokumen pengapalan dikirim langsung kepada Pembeli/ Importir. Skema pembayaran perdagangan inter-nasional ini seolaholah Pembeli/Im-portir memberi kredit kepada Penju[f/Eesjirtcr g[e[ f[zcg ^cs_\ut ‚\uy_r’s ]r_^ct‛. Untuk memperjelas proses dan skema pembayaran perdagangan internasional dengan pembayaran
Pemasaran Internasional 66 dimuka maka dapat kita gambarkan prosesnya sebagai berikut: Gambar 2. Skema Pembayaran di Muka Sumber: Kim, 2021 Keterangan Skema Pembayaran di Muka : a. Pembayaran dimuka adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh Pembeli kepada Penjual sebelum barang diterima/dikapalkan, b. Bank tidak ikut terlibat dalam transaksi ini, c. Bank hanya diminta jasanya oleh Pembeli untuk mengirimkan uang kepada Penjual. d. Besarnya uang muka (advance payment) tergantung dari contract, bisa 10%, 25% atau 100%. e. Pembeli bersedia membayar lebih dahulu, karena barangnya dimonopoli oleh penjual atau ‚bargaining position‛ j_hdu[f s[ha[t eu[t. f. Barang dan dokumen pengapalan dikirim oleh Penjual langsung kepada pembeli, g. Resiko dalam cara pembayaran ini ditanggung oleh Pembeli.
Pemasaran Internasional 67 2. Pembayaran kemudian (Open Account) Suatu transaksi perdagangan dagang/jasa yang telah disepakati antara Pembeli/Importir dan Penjual/Eksportir, dimana pengiriman barang/jasa dilakukan lebih dahulu dan pembayarannya dilakukan kemudian. Skema pembayaran perdagangan internasional ini dikenal dengan istilah pembayaran kemudian. Kesepakatan bentuk pembayaran ini biasanya dicantumkan dalam sales contract. Pengiriman dokumen pengapalan dilaksanakan oleh Penjual/Eksportir langsung kepada Pembeli/Importir. Untuk memperjelas pengertian tentang cara pembayaran Open Account (pembayaran kemudian), gambar/flow berikut ini : Gambar 3. Skema Pembayaran Kemudian Sumber: Kim, 2021 Keterangan Skema Pembayaran Kemudian : a. Pembayaran kemudian adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh Pembeli kepada
Pemasaran Internasional 68 Penjual setelah barang diterima. Umumnya pembayaran ini dilakukan setelah tenggang waktu yang telah disepakati, misalnya : 30 hari atau 60 hari setelah pengapalan sesuai yang tercantum dalam sales contract, b. Bank tidak ikut terlibat dalam transaksi ini, c. Bank hanya diminta jasanya oleh Pembeli untuk mengirimkan uang kepada Penjual, d. Penjual mau melaksanakan transaksi ini karena ‚bargaining position‛ P_g\_fc f_\cb eu[t. s_j_rtc posisi Indonesia jika menjual barang keluar negeri, e. Barang dan dokumen pengapalan dikirim oleh Penjual langsung kepada Pembeli, f. Resiko dalam cara pembayaran ini ditanggung oleh Penjual. 3. Pembayaran Konsinyasi (Consignment) Skema Pembayaran perdagangan internasional dengan model konsinyasi adalah mengekspor /mengirim barang hanya untuk dititipkan kepada suatu pihak diluar negeri untuk dijualkan. Dengan demikian barang belum dijual oleh Penjual/Eksportir kepada Pembeli/Importir, tetapi hanya dititipkan saja untuk dijualkan. Kedudukan Importir disini bukan sebagai pembeli tetapi hanya sebagai agen/perwakilan untuk mencari pembeli yang sebenarnya. Selama barang belum terjual, hak atas barang itu masih ada pada Eksportir dan sewa gudang menjadi tanggung jawab Penjual/Eksportir. Sedangkan pembayar-an atas
Pemasaran Internasional 69 barang akan dikirimkan kepada Eksportir setelah barang terjual. Skema pembayaran perdagangan internasional ini berbeda dengan cara Open Account karena dalam cara Open Account hak atas barang sudah langsung pindah ke tangan Pembeli/Importir sejak barang dikirim. Untuk memperjelas pengertian mekanisme skema pembayaran perdagangan internasional konsinyasi (Consignment), perhatikan gambar/flow berikut ini: Gambar 4. Skema Pembayaran Konsinyasi Sumber: BPPEI Indonesia Export Training Centre, 2018 Keterangan Skema Pembayaran Konsinyasi : a. Konsinyasi adalah cara pembayaran dalam hal mana barang dikirim dan dititipkan kepada agen penjual untuk dijual kepada pembeli (ultimate buyer), b. Bank tidak ikut terlibat dalam transaksi ini,
Pemasaran Internasional 70 c. Bank hanya diminta jasanya oleh pembeli untuk mengirimkan uang kepada penjual, d. Barang dan dokumen pengapalan dikirim oleh penjual langsung kepada agen penjual, barang masih tetap menjadi milik penjual (title of document) sampai pembeli (ultimate buyer) membayar, penjualan kepada pembeli bisa langsung atau lewat lelang, e. Resiko dalam cara pembayaran ini ditanggung oleh penjual yaitu bila barang tidak laku atau sudah laku tetapi uangnya tidak diserahkan kepada penjual, f. Agen penjual mendapat keuntungan dari selisih hasil penjualan barang kepada pembeli (ultimate buyer) atau mendapat komisi sebagai keuntungan dari penjual, g. Konsinyasi ini terjadi karena penjual tidak/tidak dapat menjual langsung kepada pembeli (ultimate buyer). 4. Skema Pembayaran Imbal-Beli (Counter Trade) Skema pembayaran perdagangan internasional melalui counter trade (imbal-beli) adalah suatu sistem perdagangan timbal balik antara dua negara yaitu dengan mengirimkan barang keluar negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang yang dibutuhkan dalam negeri. Dalam hal ini berarti ada pengiriman barang tetapi tidak menerima pembayaran dan pembayarannya dalam bentuk barang yang dapat dijual didalam negeri atau ditempat lain. Dalam
Pemasaran Internasional 71 masyarakat yang belum mengenal dunia perdagangan, maka kebanyakan cara yang mereka tempuh dalam memenuhi kebutuhannya adalah mirip dengan ][r[ chc y[ctu ^_ha[h ][r[ ‚tue[r g_hue[r‛ (barter) apa yang dipunyainya (diproduksinya) dengan barang apa yang dibutuhkannya. Untuk memperjelas pengertian tentang Counter Trade (imbal-beli), perhatikan gambar/flow berikut ini: Gambar 5. Skema Pembayaran Imbal-Beli (Counter Trade) Sumber: BPPEI Indonesia Export Training Centre, 2018 Keterangan Skema Imbal-Beli: a. Counter Trade dikembangkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh negara-negara yang tidak mempunyai devisa atau cadangan devisa untuk membayar transaksi perdagangan internasionalnya,
Pemasaran Internasional 72 b. Sebagai ganti pembayaran, biasanya barang ditukar dengan barang yang dianggap mempunyai nilai yang sama, c. Counter Trade dapat terjadi antara: Pemerintah - Pemerintah (G to G), Pemerintah - Swasta (G to B) atau Swasta – Swasta (B to B), d. Jenis-jenis Counter Trade: a. Barter merupakan Counter Trade yang murni yaitu pertukaran barang dengan barang (G to G) secara langsung dan hal ini kurang fleksible. b. Counter Purchase adalah pihak penjual berjanji (commited) untuk membeli produk dari negara pembeli. c. Product buyback adalah janji penjual akan membeli seluruh atau sebagian barang yang diekspor ke negara pembeli setelah diolah/diproses oleh pembeli. d. Off-set adalah syarat dari pembeli bahwa sebagian komponen barang yang dibeli dari penjual adalah bikinan dari negara atau pihak pembeli. 5. Pembayaran dengan cara Inkaso (Documentary Collection) Skema pembayaran perdagangan internasional dengan cara inkaso (documentary collection) adalah suatu bentuk pembayaran yang penagihan pembayarannya dilakukan melalui jasa Bank. Dalam skema pembayaran perdagangan ini fungsi Bank hanya sebagai perantara dan tidak memjamin pembayaran kepada Penjual/Eksportir. Skema pembayaran ini Penjual/Eksportir meminta jasa Bank
Pemasaran Internasional 73 untuk mengirim dokumen pengapalan guna ditagihkan kepada Pembeli/Importir melalui Bank Korespondennya. Skema pembayaran perdagangan internasional s_\_fughy[ y[ctu ‚advance payment‛, ‚open account‛ ^[h ‚consignment‛ ^[h ‚Counter Trade‛ s[g[ s_e[fc tidak melibatkan Bank secara langsung bahkan pengiriman dokumen pengapalan dilakukan oleh Eksportir langsung kepada Importir. Jadi peranan Bank dalam skema pembayaran perdagangan ini adalah hanya sebatas jasa transfer/pengiriman uang saja dari Importir kepada Eksportir, maka dalam praktik perdagangan internasional dikenal dengan motode Telegrafic Transfer (TT). Dokumen pengapalan yang dimaksud dalam skema pembayaran internasional dengan cara inkaso (documentary collection) adalah dokumen yang dipakai untuk mengambil barang di pelabuhan, antara lain terdiri dari draft (wesel atau bill of axchange), invioce, dokumen pengangkutan barang, certificate of origin dan lain-lainnya. Dokumen-dokumen tersebut diserahkan oleh Eksportir kepada Bank untuk ditagihkan kepada Pembeli. Sesuai ketentuan internasional yang tertuang dalam Uniform Rules for Collection (URC) No. 522, dalam salah satu pasalnya menyatakan bahwa: ‚B[he tc^[e [e[h g_hy_r[be[h ^ieug_h pengapalan kepada Importir, sebelum Importir membayar sejumlah uang (untuk kondisi D/P = Documents against Payment) kepada Bank atau pihak
Pemasaran Internasional 74 Importir telah mengaksep wesel lebih dahulu (untuk kondisi D/A = Documents against Acceptance) sesuai j_rcht[b jcb[e Eesjirtcr‛. Skema pembayaran perdagangan internasional dengan cara inkaso (documentary collection) ada 2 (dua) cara penyelesaian traksaksi pembayarannya yaitu : a. Tunai (Sight atau D/P; Documents against Payment) artinya dokumen pengapalan dapat diserahkan kepada Pembeli/Importir bilamana Pembeli/Importir telah melunasinya. Mekanisme skema pembayaran perdagangan dengan Documentari Collection with Document against Payment/ at sight dapat kita lihat sebagai berikut: Gambar 6. Skema Pembayaran Documentary Collection dengan Mekasisme Tunai (Sight atau D/P) Sumber: Kim, 2021
Pemasaran Internasional 75 Keterangan Skema Documentary Collection Tunai atau D/P: a. Penjual dan pembeli mengadakan kontrak penjualan dimana syarat pembayaran adalah Documents against Payment (D/P), b. Penjual menyiapkan barang dengan cara memproduksi, atau dengan pengadaan di pasar dalam negeri, atau dengan menggunakan barang dalam persediaan. Penjual mengirimkan barang sesuai dengan ketentuan pengiriman dalam kontrak penjualan, dan memperoleh dokumen pengangkutan dari perusahaan pelayaran, c. Penjual menyiapkan semua dokumen yang diperlukan berdasarkan kontrak penjualan, termasuk wesel, dan memperoleh formulir instruksi penagihan/negosiasi dari Remitting Bank. Penjual mempercayakan penagihan pembayaran kepada Remitting Bank dengan menyerahkan dokumen-dokumen, termasuk wesel dan formulir instruksi penagihan/negosiasi yang telah diisi. Remitting Bank akan memeriksa dokumen dan formulir instruksi penagihan/negosiasi untuk memastikan bahwa dokumen tersebut sesuai dengan instruksi penagihan (Collection Intrustion), d. Remitting Bank mengirimkan dokumen-dokumen tersebut dan, bersama dengan instruksi penagihan (formulir instruksi Collecting Bank yang diisi oleh Remmiting bank), kepada
Pemasaran Internasional 76 Collecting Bank untuk mempercayakan penagihan (Collecting) pembayaran, e. Collecting Bank (bank penagih yang melakukan j_hy_r[b[h ^cs_\ut ‚Presenting Bank‛) g_g\_rc tahu pembeli tentang kedatangan dokumen dan meminta pembayaran wesel, f. Pembeli (drawee) memeriksa dokumen-dokumen dan melakukan pembayaran (membayar wesel; pays the draft) jika dokumen-dokumen tersebut sesuai dengan kontrak penjualan (Sales Contrac), g. Collenting Bank (bank penagih) mengeluarkan dokumen sebagai imbalan atas pembayaran dari pembeli, h. Collecting Bank (bank penagih) mentransfer pembayaran ke Remitting Bank (bank pengirim) sesuai instruksi, i. Remitting Bank (bank pengirim) mentransfer pembayaran kepada penjual, biasanya dengan mengkreditkan jumlah pembayaran ke rekening penjual. j. Berjangka (usance atau D/A; Document againts Acceptance) artinya dokumen pengapalan akan diserahkan kepada Pembeli, bilamana Pembeli telah meng-aksep draft/wesel yang diterbitkan oleh Penjual berarti Pembeli setuju membayar pada waktu jatuh tempo yang disepakatai (biasanya; 30, 60, atau 90 hari) dari dokumen tersebut diajukan. Mekanisme skema
Pemasaran Internasional 77 Documentary Collection dengan pembayaran berjangka adalah sebagai berikut: Gambar 7. Skema Pembayaran Documentary Collection dengan Mekasisme Berjangka (usance atau D/A) Sumber: Kim, 2021 Pembeli tidak wajib membayar wesel kecuali g_r_e[ g_h[h^[t[ha[hc ^[h g_hufcse[h ‚accepted‛ pada wesel tersebut. Proses formal penandatanganan ^[h j_hufcs[h ‚[]]_jt_^‛ j[^[ ^r[`t ^cs_\ut ‚acceptance‛ ^[f[g ^r[`t. S_ir[ha j_h[rce (drawee) ak[h g_hd[^c [es_jtir s_a_r[ s_t_f[b ‚acceptance‛ rancangan tersebut. Pembeli wajib membayar wesel setelah mereka menerimanya.
Pemasaran Internasional 78 Keterangan Skema Documentary Collection Berjangka atau D/A: a. Penjual dan pembeli mengadakan kontrak penjualan dimana syarat pembayaran adalah Documents against Acceptance (D/A), b. Penjual menyiapkan barang dengan cara memproduksi, atau melakukan pengadaan di pasar dalam negeri, atau menggunakan barang dalam persediaan. Penjual mengirimkan barang sesuai dengan ketentuan pengiriman dalam kontrak penjualan (sales contract), dan memperoleh dokumen pengangkutan dari perusahaan pelayaran, c. Penjual menyiapkan semua dokumen yang diperlukan berdasarkan kontrak penjualan termasuk time draft, dan memperoleh formulir instruksi penagihan/nego-siasi dari Remitting Bank (bank pengirim). Penjual mempercayakan penagihan pembayaran kepada bank pengirim dengan memberikan dokumen-dokumen termasuk time draft dan instruksi penagihan/nego-siasi. Bank pengirim memeriksa dokumen pengiriman dan formulir instruksi penagihan/negosiasi untuk memastikan bahwa dokumen tersebut sesuai dengan instruksi, d. Remitting Bank mengirimkan dokumen-dokumen tersebut, beserta instruksi penagihannya, kepada bank penagih (Collecting Bank) untuk mempercayakan penagihan pembayaran kepada bank penagih,
Pemasaran Internasional 79 e. Collection Bank (bank penagih yang melakukan j_hy_r[b[h t_rs_\ut ^cs_\ut ‚Presenting Bank‛) memberitahu pembeli tentang kedatangan dokumen dan meminta penerimaan wesel. Pembeli juga diberitahu tentang proses penagihannya, f. Pembeli (drawee) memeriksa dokumen dan menerima wesel jika dokumen tersebut sesuai dengan kontrak penjualan, g. Collecting Bank mengeluarkan dokumendokumen tersebut sebagai imbalan atas penerimaan wesel (acceptance of the draft) oleh pembeli, h. Collecting Bank menyimpan wesel yang telah diterima sampai jatuh tempo dan menyerahkan wesel tersebut untuk dibayar pada saat jatuh tempo, dan pembeli membayar wesel tersebut, i. Collecting Bank mentransfer pembayaran ke Remitting Bank sesuai instruksi dan nilai perdagangan yang disepakati dalam kontrak penjualan, j. Remitting Bank mentransfer pembayaran kepada penjual, biasanya dengan mengkreditkan jumlah pembayaran ke rekening penjual. Eksportir menyerahkan formulir instruksi penagihan kepada banknya yang akan membentuk instruksi penagihan. Setiap bank memiliki formulir instruksi penagihannya sendiri, dan sebagian besar bank menyediakan satu formulir untuk penagihan
Pemasaran Internasional 80 serta negosiasi. Oleh karena itu, judul formal formulir chc [e[h g_h][euj uhae[j[h ‚chstruesc ]iff_]tcih/h_aisc[sc‛. P_hdu[f [e[h gemperoleh formulir instruksi penagihan/ negosiasi dari banknya dan akan mengisi formulir tersebut untuk mempercayakan penagihan pembayaran. Meskipun formulir instruksi penagihan/negosiasi setiap bank berbeda-beda, instruksi penagihan harus memuat informasi, sebagaimana mestinya (URC 522 Pasal 4(b)). Skema pembayaran perdagangan ini memberikan resiko terkecil dan keuntungan bagi Ekspotir, karena selama dokumen pengapalan belum diserahkan kepada Importir, maka hak atas barang seperti yang tercantum dokumen pengapalan masih ditangan Eksportir sehingga Eksportir berhak menjual barang tersebut kepada Importir yang lain. Atau kalau Importir tetap tidak mau membayar maka Eksportir ^[j[t g_f[eue[h b[e ‚protest for non payment‛ artinya bila Importir tidak mau membayar pada waktu yang telah ditentukan maka pihak Bank dimana Importir berada akan menghubungi lawyer untuk mendatangi Importir guna menanyakan alasan-alasan tidak mau membayar, yang kemudian dituangkan ^[f[g ‚[et_ jrit_s‛. 6. Skema Pembayaran Documentary Credit atau Letter of Credit (L/C) Definisi: L/C adalah singkatan dari Letter of Credit atau lazim disebut documentary credit saja merupakan suatu instrument yang berisi janji
Pemasaran Internasional 81 (commitment) tertulis dari Bank penerbit L/C atas permintaan Pembeli/Importir untuk melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu kepada Penjual/Eksportir atau pihak lain yang dikuasakan, sepanjang pihak Penjual/Eksportir atau pihak yang dikuasakan dapat menyerahkan dikumen-dokumen sesuai dengan yang diminta atau disyaratkan dalam L/C. Jadi documentary credit (atau Letter of Credit; L/C) adalah janji pasti dari bank penerbit (Issuing Bank) untuk membayar presentasi yang sesuai (penyajian dokumen). Bank penerbit akan membayar penerima (biasanya penjual), jika dokumen yang diserahkan sesuai dengan syarat dan ketentuan kredit. Documentary credit (atau Letter of Credit; L/C) dengan demikian dapat dikatakan sebagai jaminan pembayaran bersyarat, bukan jaminan pembayaran tanpa syarat. The Uniform Customs and Practice for Documentary Credits (revisi keenam tahun 2007, UCPDC 600) Pasal 2 sebagai pedoman pelaksanaan documentary credit secara internasional g_h^_`chcsce[h er_^ct \_r^ieug_h (‚er_^ct‛): ‚Cr_^ct g_[hs [hy [rr[ha_g_ht, biw_v_r h[g_^ or described, that is irrevocable and thereby constitutes a definite undertaking of the issuing bank ti bihiur [ ]igjfycha jr_s_ht[tcih‛. (Kr_^ct \_r[rtc setiap perjanjian, bagaimanapun nama atau penjelasannya, yang tidak dapat dibatalkan dan dengan demikian merupakan suatu jaminan pasti dari bank penerbit untuk memenuhi penyerahan yang sesuai).
Pemasaran Internasional 82 Sebelum L/C ditentukan sebagai alat pembayaran, maka Penjual/Eksportir dan Pembeli/Importir akan menandatangani suatu perjanjian kesepakatan yang mengikat kedua belah pihak yang disebut kontrak jual-beli atau bahasa internasionalnya International Contract of Sales (ICOS). ICOS berisi semua keinginan untuk bisa terlaksananya transaksi dagang antara e_^u[ \_f[b jcb[e y[ha \_rsc`[t ‚win win solution‛ dan harus dengan jelas dan tegas disebutkan bahwa cara pembayaran dari transaksi dagang tersebut adalah dengan Letter of Credit yang disingkat L/C. Urutan setelah ditanda tangani kedua belah pihak kemudian dibuat aplikasi L/C oleh Importir yang b[rus ^cs_su[ce[h ‚t_rgs & ]ih^ctcihs‛ y[ha [^[ dalam ICOS lalu diserahkan ke Bank untuk diterbitkan suatu L/C. Walaupun urutannya seperti tersebut diatas tetapi tidak ada hubungan sama sekaliantara ICOS dan L/C. Semua pihak yang terlibat dalam L/C harus tunduk pada ketentuan internasional yang mengatur tata cara pembayaran denga L/C yaitu Uniform Custom and Practice for Documentary Credit (UCPDC), 2007 Revision, ICC Publication no 600, article 3, dalam artikel ini disebutkan bahwa antara International Contract of Sales (ICOS) atau kontrak jual-beli dan Letter of Credit (L/C) tidak dapat dikaitkan satu sama lain atau merupakan transaksi yang terpisah. Jadi bilamana ada sengketa/masalah (dispute) antara Penjual/Eksportir dan Pembeli/Importir karena adanya perbedaan interprestasi atau ketidaksamaan antara ICOS dengan L/C yang diterbitkan maka pihak Bank terutama Bank
Pemasaran Internasional 83 Penerbit tidak dapat disalahkan atau tidak dapat digugat oleh pihak-pihak yang bersengketa dengan syarat L/C yang diterbitkan harus sama atau tidak menyimpang dari aplikasi L/C yang diserahkan oleh Pembeli/Importir. Jadi yang penting dijaga adalah pada waktu Pembeli/Importir mengisi atau membuat aplikasi L/C harus sama dengan syarat dan kondisi ICOS. Pengguna Letter of Credit (L/C) sebagai instrumen pembayaran merupakan suatu kompromi yang telah disepakati oleh Pembeli/Importir dan Penjual/Eksportir untuk pelaksanaan pembayaran terhadap penyerahan barang. Kompromi ini ditempuh karena dalam perdagangan internasional penyerahan fisik barang dan pembayaran secara bersama sukar dilakukan. Dalam cara pembayaran dengan L/C, dokumen pengapalan mempunyai peranan sangat penting untuk pencairan suatu L/C. Jadi pihak Bank akan melakukan pembayaran apabila dokumen yang diserahkan oleh Penjual/Eksportir harus benar-benar sesuai dengan persyaratan dan kondisi L/C (comply with), jika ada penyimpanga terhadap dokumen yang dipersyaratkan maka Bank akan menolak pembayaran. Kalau ada penyimpangan Bank Pembuka harus minta persetujuan tertulis dari Pembeli/Importir lebih dahulu sebelum membayar kepada Penjual/Eksportir atau bank penegosiasi. Sebagai patokan/referensi dalam melaksanakan transaksi L/C sebagai alat pembayaran adalah
Pemasaran Internasional 84 Uniform Custom and Practice for Documentary Credit, 2007 Revision, International Chamber of Commerce Publication No. 600 atau lazim disingkat UCP-DC 600, sedangkan untuk transaksi yang menggunakan L/C dimana Pembeli dan Penjual ada di Indonesia dipergunakan ketentuan Surat Edaran Bank Indonesia no 29/35/ULN tanggal 31 Desember 1996 yang disebut Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri atau lazim disingkat SKBDN. Disamping itu juga Surat Edaran Bank Indonesia yang menyangkut transaksi L/C perlu diperhatikan dan dipatuhi. Dalam ketentuan-ketentuan diatas disebutkan bahwa pihak Bank hanya bertanggung jawab terhadap dokumen yang dipersyaratkan, tidak pada barang yang diperdagangkan. Documentary Credit (atau Letter of Credit; L/C) pada dasarnya adalah transaksi antara bank penerbit (Issuing Bank) dan penerima manfaat (Beneficiary = Eksportir). L/C adalah transaksi terpisah dari kontrak yang mendasari penerbitannya, dan tidak bergantung pada kontrak yang mendasarinya. Kewajiban bank penerbit berdasarkan kredit berdokumen tidak bergantung pada kewajiban pembeli berdasarkan kontrak yang mendasarinya. Karakteristik L/C ini ^cs_\ut ‚jrchscj ch^_j_h^_hsc‛ [t[u ‚jrchscj itihigc‛. K_w[dc\[h j_g\[y[ran bank penerbit (Issuing Bank) ditentukan hanya oleh dokumen yang diserahkan, bukan barang yang diserahkan atau jasa yang diberikan. Bank penerbit (Issuing Bank) memeriksa dokumen (bukan barangnya) untuk menentukan apakah akan membayar atau tidak.
Pemasaran Internasional 85 Transaksi L/C disebut transaksi kertas dan e[r[et_rcstce L/C ^cs_\ut ‚[\str[e‛. L/C s[ha[t berguna untuk pembiayaan perdagangan baik bagi eksportir maupun importir. L/C adalah salah satu metode pembayaran dasar dalam perdagangan internasional. Dengan L/C, eksportir dapat memperoleh pembiayaan pra-pengiriman dengan memberikan surat kredit lokal kepada pemasok lokal yang diterbitkan berdasarkan nilai L/C. L/C juga memungkinkan eksportir memperoleh pinjaman pembiayaan pra-pengiriman lainnya. L/C juga memungkinkan eksportir memperoleh pembiayaan pasca pengapalan seperti negosiasi, anjak piutang, forfaiting, dll. L/C dapat meningkatkan batas asuransi kredit ekspor (atau jaminan kredit ekspor) bagi eksportir, dan sehingga memungkinkan eksportir untuk meningkatkan volume ekspor. Dengan memberikan L/C, importir dapat meminta jangka waktu pembayaran kredit yang panjang kepada eksportir dan membayar dengan dana hasil penjualan barang impor tersebut. B. Alur Transaksi Docomentary Credit (Letter of Credit, L/C) Dalam perdagangan internasional dengan Docomentary Credit (Letter of Credit, L/C), eksportir dan importir mengadakan kontrak yang cara pembayarannya adalah L/C. Perantara pihak ketiga dalam transaksi L/C adalah bank (bank di negara pengimpor dan bank di negara
Pemasaran Internasional 86 pengekspor). Dengan demikian, pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi kredit berdokumen adalah 1. Eksportir (penerima kredit berdokumen disebut sebagai Beneficiary), 2. Importir (pemohon kredit berdokumen disebut sebagai Aplicant), 3. Bank importir (Issuing Bank) 4. Bank eksportir (Advising Bank, Nomited Bank Letter of Credit, L/C). Pihak-pihak ini membagi risiko menjadi beberapa risiko kecil dan dapat diperhitungkan, yang masing-masing risiko mudah ditanggung oleh masing-masing pihak. Bagaimana cara kerja transaksi kredit dokumenter? Langkah pertama adalah menyepakati ketentuan pembayaran sebagai kredit dokumenter dalam transaksi perdagangan internasional, dan kemudian eksportir dan importir membuat kontrak. Setelah kontrak selesai, importir mengajukan permohonan kepada banknya untuk menerbitkan L/C untuk kepentingan eksportir. Gambar 8 mengilustrasikan alur transaksi Docomentary Credit (Letter of Credit, L/C)
Pemasaran Internasional 87 Gambar 8. Skema Pembayaran Documentary Credit/ Letter of Credit, L/C) Sumber: Kim, 2021 Keterangan Skema Documentary Credit/ Letter of Credit L/C: a. Penjual (eksportir) dan pembeli (importir) mengadakan kontrak penjualan yang syarat pembayarannya adalah Documentary Credit/ Letter of Credit L/C, b. Importir (Aplicant) mengajukan permohonan kepada bank penerbit (Issuing Bank) untuk menerbitkan Documentary Credit/ Letter of Credit L/C untuk kepentingan eksportir dengan menyerahkan formulir permohonan penerbitan L/C, c. Bank penerbit (Issuing Bank) memproses persetujuan kredit formal atas permohonan dan menetapkan batas kredit untuk importir. (Jika batas kredit untuk importir telah ditetapkan, proses ini akan dihilangkan.) Bank penerbit
Pemasaran Internasional 88 (Issuing Bank) menerbitkan Documentary Credit/ Letter of Credit L/C untuk kepentingan eksportir (Beneficiary) dalam batas sisa kredit importir. Documentary Credit/ Letter of Credit L/C biasanya dikirim ke bank penasihat melalui sistem SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication); adalah sebuah Cooperative Providing di Belgia yang menyediakan layanan terkait pelaksanaan transaksi keuangan dan pembayaran antar bank di seluruh dunia, d. Setelah Advising Bank menerima Documentary Credit/ Letter of Credit L/C, mereka memeriksa keaslian kredit berdokumen tersebut dan mencetaknya untuk diberikan kepada eksportir. Advising Bank biasanya berlokasi di negara eksportir, dan perannya adalah untuk melakukan pemeriksaan yang wajar terhadap keaslian L/C dan memberitahukannya kepada eksportir sesuai dengan instruksinya. Namun, Advising Bank tidak mempunyai kewajiban untuk membayar, kecuali bank tersebut juga sebagai bank konfirmasi (Confirming Bank), e. Setelah eksportir menerima L/C, mereka akan memeriksa dan membandingkannya dengan kontrak penjualan. Jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kontrak penjualan, eksportir harus segera berkomunikasi dengan importir untuk perubahan yang diperlukan. Jika semua rinciannya sesuai dengan kontrak penjualan, maka eksportir menyiapkan dan mengirimkan
Pemasaran Internasional 89 barang, dan menerima dokumen pengangkutan dari pengangkut atau perusahaan jasa pengirim barang (Freight Forwarder), f. Beneficiary (eksportir) menyiapkan semua dokumen (biasanya bill of lading, faktur komersial, packing list, sertifikat inspeksi dan dokumen penyerta barang lainya) yang diperlukan berdasarkan L/C, dan meneruskannya ke Nominated Bank (biasanya Advising Bank). Dalam banyak kasus, Nomited Bank melakukan negosiasi (pembelian, atau diskon) dokumen dan membayar eksportir, dan kemudian Nomited Bank menjadi bank negosiasi (Negotioting Bank), g. Nomited Bank mengirimkan dokumen secara lengkap sesuai yang dipersyaratkan (full set of documents) tersebut ke Issuing Bank, h. Setelah menerima dokumen, bank penerbit (Issuing Bank) akan memeriksa dokumen tersebut. (Dalam praktiknya, Issuing Bank meminta importir untuk memeriksa dokumen dan memutuskan apakah akan menerima dokumen tersebut atau tidak.) Jika dokumen sesuai dengan L/C, Issuing Bank mengirimkan ‚acceptance advis‛ (A/A) e_ \[he y[ha ^ctuhdue, dan akan melakukan pembayaran pada saat jatuh tempo. i. Issuing Bank melepaskan dokumen tersebut kepada importir setelah importir memutuskan untuk menerima dokumen tersebut. Setelah Issuing Bank membayar penyerahan dokumen
Pemasaran Internasional 90 yang sesuai, importir harus membayar kembali (reimburse) kepada Issuing Bank. C. Jenis dan bentuk Documentary Credit/ Letter of Credit L/C Documentary Credit/ Letter of Credit L/C, mempunyai jenis dan bentuk yang masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri. Jenis dan bentuk L/C ini dapat dibedakan menurut berbagai segi peninjauan, antara lain seperti berikut ini : 1. Menurut kepastiannya : a. Revocable L/C adalah L/C yang dapat dirubah atau dibatalkan secara sepihak oleh bank pembuka atas permintaan pembeli/importir setiap saat tanpa persetujuan terlebih dahulu dari beneficiary. Walaupun demikian bank pembuka (Issuing Bank) tetap terikat untuk membayar kembali atau me-reimburse kepada pihak bank penjual (Advising Bank) yang telah membayar atau mengaksep atau mengambil alih dokumendokumen yang sesuai dengan persyaratan dan kondisi L/C, yang dilakukan sebelum diterimanya pemberitahuan mengenai perubahan atau pembatalan L/C yang bersangkutan (UCP –DC 600 Revision 2007). b. Irrevocable L/C adalah L/C yang tidak dapat dirubah atau dibatalkan tanpa persetujuan dari bank pembuka atau confirming bank (jika ada) dan penjual. Dengan demikian Irrevocable L/C
Pemasaran Internasional 91 merupakan jaminan yang pasti (a definitife undertaking) dari pihak bank pembuka kepada penjual sepanjang dokumen-dokumen yang diserahkan sesuai dengan syarat dan kondisi L/C yang bersangkutan (UCP –DC 600 Revision 2007). 2. Menurut jumlah bank penjamin : a. Confirmed L/C Adalah jenis Irrevocable L/C sebagaimana dikemukakan pada diatas yang diteruskan kepada pihak beneficiary tanpa ditambahkan konfirmasi oleh pihak bank lain. Arti dari konfirmasi (confirm) adalah jaminan ulang yang dilakukan oleh pihak bank lain. Dengan demikian pihak yang terikat pada penjaminan L/C adalah hanya bank pembuka saja, tidak ada bank lain yang turut mengikatkan diri sebagai bank penjamin. b. Unconfirmed L/C adalah jenis L/C apabila bank pembuka L/C (Issuing Bank) meminta bank lain untuk menambahkan konfirmasi pada L/C dan bila bank lain yang dimaksud bersedia melaksanakannya, maka konfirmasi demikian merupakan jaminan tambahan dari pihak bank lain yang lazim disebut Confirming Bank. Dengan melakukan konfirmasi tersebut, maka pihak Confirming Bank akan turut terikat atau memikul tanggung jawab untuk menjamin bilamana Issuing Bank bangkrut. L/C yang mendapatkan eih`crg[sc ^[rc \[he f[ch ^cs_\ut ‚Confirmed Irrevocable L/C‛. B[ac jcb[e beneficiary jenis L/C ini adalah yang paling aman dibanding dengan
Pemasaran Internasional 92 jenis L/C lainnya, karena pihak penjual mendapatkan jaminan pembayaran (double cover) dari 2 bank, yaitu bank pembuka (Issuing Bank) dan confirming bank. 3. Menurut cara dan saat pembayaran : a. Sight Payment L/C yang memberikan jaminan pembayaran tunai kepada penjual (beneficiary) segera setelah penyerahan dokumen yang sesuai dengan persyaratan dan kondisi L/C yang bersangkutan. Pelaksanaan pembayaran dalam rangka sight L/C ini ada yang menggunakan draft atau wesel ada pula yang tidak, hal ini tergantung pada persyaratan dalam L/C yang bersangkutan. Dalam hal menggunakan draft maka nama instrumennya adalah sight draft atau wesel unjuk. b. Usance L/C adalah L/C yang memberikan jaminan pembayaran dikemudian hari (berjangka) pada penjual (beneficiary) atau pada waktu yang telah ditetapkan (jatuh tempo), sepanjang dokumendokumen yang diserahkan sesuai dengan persyaratan dan kondisi L/C yang bersangkutan (comply with) dan dibuktikan dengan akseptasi wesel (draft) oleh bank pembuka atau pembeli. Lazimnya bank pembuka mengirim berita akseptasi wesel ke bank penjual melalui Teleks atau SWIFT atau kadang-kadang ada juga yang minta supaya wesel yang telah diaksep dikirim ke bank penjual untuk disimpan yang sewaktu-waktu dapat dijual/diskonto. Usance L/C dapat dibedakan antara: