141 tidak ada tujuan lain selain untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta rancangan pembelajaran yang ada di sekolah. A. Kurilum Istilah kurikulum berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu) dan pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga. Pada konteks di masa itu, kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari star sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan. Dalam konteks dunia pendidikan, kurikulum dipahami sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pembelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah(Penyusun, 2017). Dari uraian di atas terdapat dua hal penting dalam kurikulum yakni 1) adanya sekumpulan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa dan 2) tujuan utamanya adalah untuk memperoleh ijazah (Hamalik, 2013). Dengan demikian, dapat dipahami bahwa implikasi kurikulum dalam praktik pengajaran bagi setiap siswa adalah seluruh mata pelajaran yang diberikan dan menempatkan guru dalam posisi yang sangat penting dan menentukan. Artinya keberhasilan siswa akan sangat ditentukan oleh seberapa mata pelajaran yang dikuasai melalui skor yang diperoleh setelah mengikuti suatu test atau ujian. Dalam konteks saat ini seperti tugas harian, Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester. Namun perlu diketahui bahwa kurikulum itu tidak hanya sebatas pada mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa dikelas.
142 Kurikulum itu bersifat luas meliputi semua usaha sekolah yang berhubungan dengan pengalaman siswa belajar dan terjadi bukan hanya dilingkungan sekolah, akan tetapi juga diluar sekolah dan sifatnya dapat mempengaruhi siswa dalam belajar, maka itu disebut kurikulum. Kurikulum juga tidak hanya terbatas pada mata pelajaran, tetapi meliputi kegiatan-kegiatan lain di dalam dan di luar kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah (Sudarman, 2019). Artinya, ruang lingkup kajian kurikulum itu bersifat luas, sehingga bukan hanya terbatas pada kumpulan mata pelajaran yang diajarkan di dalam kelas akan tetapi kegiatan-kegiatan di luar kelas yang dapat dipertanggung jawabkan baik oleh sekolah mapun guru. Dapat dipahami bahwa kurikulum tidak hanya sebatas daftar mata pelajaran siswa tetapi mencakup pengalaman belajar siswa di dalam dan di luar kelas untuk mencapai tujuan. Kurikulum adalah pengalaman belajar yang dirancang untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu, kurikulum telah berkembang menjadi pengalaman belajar yang disajikan di bawah tanggung jawab sekolah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Dalam hal ini, kurikulum mencakup sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada siswa, agar mereka dapat berfikir dan berbuat sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat. Oleh sebab itu, kurikulum harus menggambarkan semua pengalaman siswa yang sedang dan akan dilakukan dikemudian hari, sehingga setiap siswa mempunyai bekal sebagai hasil pengamalaman belajar yang dibutuhkan ketika meraka sudah lulus dan hidup ditengah-tengah masyarakat. Dengan demikian kurikulum itu tidak dibatasi pada kegiatan
143 di dalam kelas saja, tetapi mencakup juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa di luar kegiatan pembelajaran. Kurikulum dipahami sebagai rancangan yang memuat seperangkat mata pelajaran dan/atau materi yang akan dipelajari, atau yang akan diajarkan oleh guru kepada siswa. Kurikulum dimakanai dari berepa aspek seperti a) dari aspek siswa kurikulum merupakan tugas pelajaran, latihan atau isi buku pelajaran, b) dari aspek orang tua kurikulum adalah latihan atau pekerjaan rumah bagi anak, c) bagi guru kurikulum merupakan pedoman materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada siswa (Ansyar, 2015). Jadi kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar atau pendidikan bagi siswa pada hakekatnya adalah kurikulum. B. Landasan Kurikulum 1. Filosofis Filosofis kurikulum didasarkan pada prinsipprinsip filsafat sebagai landasannya. Oleh karena itu, dalam pengembangan kurikulum, kita akan merujuk pada identifikasi dasar-dasar filsafat dan konsekuensinya dalam pengembangan kurikulum secara filosofis. Filsafat membicarakan soal-soal yang dihadapi manusia termasuk dalam konteks pendidikan, yang dikenal juga dengan sebutan filsafat pendidikan (Mubarok et al., 2021). Filsafat memberikan panduan dan strategi bagi praktik pendidikan, sementara praktik pendidikan menyediakan materi untuk dipertimbangkan secara
144 filosofis. Kedua hal ini sangat terkait, oleh karena itu dasar-dasar filosofis menjadi krusial dalam peningkatan kurikulum. Filsafat memberikan arah dan metodologi untuk praktik pendidikan, sementara praktik pendidikan memberikan landasan bagi pertimbangan filosofis. Menentukan arah yang ingin dicapai oleh siswa sangatlah penting. Mendapatkan pemahaman yang jelas tentang tujuan pendidikan yang perlu dicapai. Belajar materi yang penting dan mencapai target yang diinginkan memungkinkan penilaian hasil yang tepat. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa filsafat menjadi landasan utama dalam pengembangan kurikulum dengan fokus pada tiga aliran yaitu idealisme, realisme, pragmatisme. Pertama Idealime, menurut Rusdi Pemikiran idealisme telah memiliki dampak signifikan terhadap sistem pendidikan global selama berabad-abad. Sebagai suatu bentuk pemikiran, idealisme berdampak langsung pada dunia pendidikan melalui konsep-konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh Plato pada masa lampau (Rusdi, 2013). Filsafat pendidikan idealisme dapat dilihat dari perspektif tiga bidang filsafat, yaitu ontologi yang berkaitan dengan prinsip umum tentang segala hal, epistemologi yang mengkaji pengetahuan, dan aksiologi yang membahas nilai-nilai (Muslim, 2022). Penerapan idealisme dalam pendidikan mencakup sejumlah elemen, termasuk siswa, guru, kurikulum, metode pengajaran, tujuan pendidikan, dan pandangan terhadap institusi pendidikan. Kedua Realisme, Yuliyanti et al mengatakan Realisme merupakan aliran klasik yang
145 selalu mengacu pada pemikiran Aristoteles, yang menekankan pandangan dunia dari perspektif material. Apabila realisme dapat terhubung dengan proses pembelajaran sebagai upaya mendalami pengetahuan, pendekatan realisme seharusnya difokuskan pada pemahaman masalah-masalah praktis tentang manusia yang bersifat tertentu dan kasuistis (Yuliyanti et al., 2023). Aliran realisme merupakan salah satu aliran dalam filsafat yang selalu memiliki sistem pemikiran yang berbeda dengan sistem pemikiran yang terdapat dalam aliran idealisme seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Realisme adalah doktrin filosofis yang meyakini bahwa benda-benda yang dapat dirasakan oleh indera kita adalah nyata dan benar-benar ada (Marjuni, 2018). Semua hal ada, dan tidak bergantung pada pengetahuan atau persepsi manusia. Makna dari realisme dalam konteks pendidikan meliputi tujuan pendidikan, materi pelajaran, strategi pengajaran yang rasional dan sesuai dengan psikologi, serta peran para guru dan siswa. Ketiga Pragmatis, menekankan pada konteks lingkungan yang selalu berubah dan menolak ide bahwa pengetahuan itu bersifat kekal. Salah satu tokoh terkemuka dalam aliran pendidikan pragmatis adalah John Dewey. Dewey menempatkan fokus pada pentingnya bagi generasi muda untuk mengembangkan keahlian dalam menyelesaikan masalah(Wasitohadi, 2012). Implikasi bagi kurikulum sekolah, fokus pada metode ilmiah serta pendekatan sistematis lainnya untuk mengatasi masalah adalah ide utama dari aliran pragmatis. Dalam usaha untuk menyelaraskan kurikulum, kelompok ini lebih fokus pada
146 pengembangan keterampilan berpikir daripada perhatian pada pengetahuan yang harus diajarkan, karena mereka meyakini bahwa kemampuan dalam pemecahan masalah lebih penting daripada pengetahuan yang bisa saja berubah seiring waktu (Suprihatin, 2017). 2. Sosiologis Pada awalnya, kurikulum sosiologi hanya merupakan bagian dari studi dalam bidang pendidikan sosiologi. Kemunculan kurikulum sosiologi juga disebabkan oleh perkembangan dalam sistem pendidikan di berbagai negara yang menganggap kurikulum sebagai hal yang sangat penting di semua tingkatan sekolah. Landasan sosiologis dalam pengembangan kurikulum adalah dasar dari perencanaan pembelajaran yang mempertimbangkan aspek sosial masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara pengembangan kurikulum dan kebutuhan sosial dalam masyarakat. Secara keseluruhan, kurikulum dan sosiologi menegaskan bahwa pendidikan, termasuk di dalamnya sekolah dan lingkungan masyarakat, tidak dapat dipisahkan (Syatriadin, 2017). Artinya, keduanya saling terkait dan berpengaruh satu sama lain. Pendidikan merupakan alat untuk melestarikan dan mewariskan warisan budaya yang telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat sejak zaman dahulu hingga saat ini. Selama bertahun-tahun sudah terbukti bahwa keberlangsungan dan perkembangan masyarakat bergantung pada kebudayaan. Oleh karena
147 itu, tanpa kebudayaan, masyarakat tidak akan dapat bertahan. Kebudayaan tidak akan ada tanpa kehadiran masyarakat. Sebaliknya, keberadaan masyarakat sangat penting dalam keberlangsungan kebudayaan. Budaya meliputi segala bentuk perilaku dan sikap yang terus mengalami perkembangan dan diadopsi oleh setiap anggota masyarakat. Salah satu contohnya adalah pola pikir dan perilaku yang terwujud dalam kebiasaan, praktik tradisional, norma sosial, konsepsi, keyakinan, serta prinsip moral. Peranan landasan sosiologi sangat vital dalam pengembangan kurikulum. Hal ini memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Menurut Ahmad Dwi Nur Khalim, individu yang lahir tidak memiliki budaya, baik dalam hal kebiasaan, harapan, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan lainlain. untuk memperhatikan dan menyesuaikan dengan pertimbangan sosial dan budaya sesuai norma yang disetujui oleh masyarakat (Ahmad Dwi Nur Khalim, 2019). Pendidikan berisi serta memberikan evaluasi nilai yang diselaraskan untuk mempersiapkan individu dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan terpengaruh dan mendapat dukungan dari masyarakat di sekitar tempat pendidikan tersebut berlangsung. Asumsi-asumsi sosiologis menjadi dasar utama dalam pengembangan kurikulum, dimana landasan ini bersumber dari teori-teori sosiologis yang digunakan sebagai pedoman dalam menyusun kurikulum. Sosiologi kurikulum melibatkan aktivitas intelektual untuk menyusun, memilih, dan mengatur kurikulum di
148 sekolah, serta bagaimana hal tersebut berkaitan dengan interaksi sosial dalam struktur sosial yang lebih besar (Saputri, 2020). Pengembangan kurikulum seharusnya memperhatikan aspek sosial masyarakat. Karena siswa berasal dari komunitas, mereka belajar di lingkungan masyarakat dan dituntun untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, aspekaspek kehidupan sosial dan budaya beserta semua ciri khasnya harus menjadi dasar utama dalam pelaksanaan pendidikan. Seseorang bisa memperoleh semua itu melalui hubungan dengan lingkungan budaya, keluarga, komunitas, dan institusi pendidikan. Oleh sebab itu, sekolah/institusi pendidikan mempunyai tanggung jawab khusus untuk menyediakan pengalaman bagi siswa-siswa dengan menggunakan kurikulum sebagai salah satu sarana. Pendidikan di institusi pendidikan memiliki tujuan untuk membentuk anggota masyarakat agar mampu berintegrasi, berinteraksi, dan beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya serta meningkatkan mutu kehidupan mereka sebagai individu yang berbudaya (Fitri, 2023). Hal ini menyiratkan bahwa kurikulum sebagai sebuah sarana untuk mencapai tujuan pendidikan harus mengandung aspek kebudayaan yang meliputi: norma-nilai, perilaku, pengetahuan, dan keterampilan. Dasar sosiologis dalam penyusunan kurikulum memiliki peran dalam mengubah peserta didik menjadi bagian integral dari sistem kepercayaan hidup.
149 3. Psikologis Landasan psikologis bertujuan untuk memahami hubungan antara perkembangan siswa, kesiapan mental dan fisik mereka, dan kompleksitas materi pembelajaran sehingga proses pembelajaran dan pelatihan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Melalui proses pendidikan, diharapkan terjadi transformasi dalam perilaku para siswa menuju kedewasaan, termasuk kedewasaan secara fisik, mental, emosional, moral, intelektual, dan sosial (Isy et al., 2023). Oleh karena itu, minimal ada dua area psikologi yang harus diperhatikan oleh para pengembang kurikulum, yaitu psikologi perkembangan serta psikologi pembelajaran. Keduanya sangat penting, terutama dalam proses pemilihan dan penataan isi kurikulum pendidikan, serta dalam proses mendidik atau mengajar. Ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang seimbang kepada siswa. Psikologi adalah bidang pengetahuan yang meneliti perilaku manusia, sedangkan kurikulum adalah rangkaian rencana pendidikan yang menjadi panduan dalam mencapai tujuan. Psikologi juga turut mempengaruhi pembentukan kurikulum. Sebagai bagian dari proses pengembangan kurikulum, para pengembang harus memperhatikan kondisi peserta didik ketika merancang dan menerapkan kurikulum agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan maksimal (Falasifa & Umdaturrosyidah, 2021). Beberapa unsur psikologi yang perlu diperhatikan antara lain adalah psikologi perkembangan, psikologi
150 belajar, dan psikologi sosial. Dengan mempertimbangkan hal ini, diharapkan agar guru dapat mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan tingkat perkembangan, sehingga potensi anak dapat berkembang sejalan dengan perkembangan psikologis mereka. Saat membuat kebijakan mengenai pengembangan kurikulum, penting untuk mempertimbangkan pengetahuan tentang psikologi anak dan cara mereka belajar. Hal ini harus menjadi dasar pertimbangan utama. Agar anak-anak tidak terpengaruh oleh ketidakmampuan dalam memahami teori-teori psikologi anak secara umum, seperti teoriteori belajar, teori-teori kognitif, pengembangan emosional, dinamika kelompok, perbedaan kemampuan individual siswa, kepribadian, pembentukan sikap, dan perubahan saat merancang kurikulum. Kurikulum berperan sebagai panduan utama dalam mencapai tujuan pendidikan, dan memiliki peran penting dalam menentukan proses dan mengevaluasi pelaksanaan pendidikan. Dikarenakan peranan kurikulum yang sangat penting, penyusunannya tidak bisa dilakukan dengan asal-asalan. Penyusunan kurikulum harus didasari oleh landasan yang kokoh, yang berasal dari pemikiran dan penelitian yang komprehensif dan mendalam (Kholik, 2019). Psikologi sebagai bagian integral dari landasan utama dalam perancangan kurikulum memiliki peranan penting dalam proses pendidikan. Namun, penyusunan kurikulum harus didasarkan pada asumsi-asumsi yang berasal dari bidang psikologi yang mencakup studi tentang proses perkembangan peserta didik, serta cara
151 peserta didik belajar (Yuliawati, 2018). Hal yang perlu dipahami bersama adalah bahwa perubahan dalam perilaku siswa dipengaruhi oleh kematangan mereka serta faktor-faktor eksternal di luar program pendidikan dan lingkungan mereka. C. Pengembangan Kurikulum di Indonesia Pengembangan Kurikulum di Indonesia 1 Kurikulum 1947 Rentjana Pelajaran Daftar mata pelajaran dan jam pengajaranya Garis-garis besar pengajaran 2 Kurikulum 1952 Rentjana Pelajaran Terurai Rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajarannya menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru mengajar satu mata pelajaran 3 Kurikulum 1964 Rentjana Pendidikan berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral pengembangan moral, kecerdasan, emosional/ artistik, keprigelan
152 (keterampilan), dan jasmani. 4 Kurikulum 1968 Pembinaan jiwa pancasila Membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. 5 Kurikulum 1975 Menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien 6 Kurikulum 1984 Kurikulum 1975 yang disempurnakan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) Mengutamakan proses Tujuan Siswa ditempatkan sebagai subjek belajar 7 Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999 Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan
153 daerah, dan lain-lain. 8 Kurikulum 2004, ‚KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)‛ Pemilihan kompetensi Spesifikasi indikator-indikator Evaluasi Penentuan keberhasilan 9 Kurikulum 2006, ‚KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)‛ Pemenrintah menentukan standa kompetensi dan kompetensi dasar Guru mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. 10 Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Kompetensi Inti (KI) sikap, pengetahuan dan keterampilan 11 Kurikulum merdeka Kebebasan belajar guru atau siswa pembelajaran mandiri. Belajar lebih nyaman, guru dan siswa bisa berbicara lebih leluasa Belajar bisa dilakukan di luar
154 kelas, tidak hanya itu saja Mendengarkan penjelasan guru tetapi membangun keberanian Siswa mandiri Cerdas Bermasyarakat Beradap Sopan Kompeten D. Pengembangan Kurikulum dalam Pendidikan Agama Kristen 1. Kurikulum Pendidikan Agama Kristen Kurikulum merupakan unsur terpenting dalam pendidikan agama Kristen (PAK). Dalam hal ini, Kurikulum seabagai alat yang menjurus pada cetak biru pembelajaran yang digunakan guna mencapai hasil yang diharapkan dalam pembelajaran PAK. Dalam konteks PAK Kurikulum terbagi dalam tiga bagian yakni kurikulum PAK di keluarga, gereja dan sekolah(Sidjabat, 2019). Namun dalam konteks penulis hanya membahas kurikulum yang mengcu pada pendidikan formal yakni kurikulum PAK di sekolah. Merujuk pada kurikulum PAK sebenarnya sudah dalam Alkitab Perjanjian Lama, yang dimana Allah telah memberikan kurikulum untuk mengajar anak – anak sehingga mengenal akan Allah itu Tuhan kita dan Allah
155 itu esa. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Ulangan 6:4-9 dan Bilangan 15:37-41, yang kemudian ini dipahami sebagai pengakuan iman (shema) bagi orang Israel (Setiawana & Pujiono, 2021). Artinya, Shema berarti perintah dari Allah yang harus terus menerus diajarkan kepada umat Israel agar mereka senantiasa menggingat dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, kurikulum PAK di sekolah tidak hanya dijabarkan untuk mencapai aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Tetapi, penekanan terhadap PAK mencakup keseimbangan ketiga ranah di atas, dengan berlandaskan iman kekristenan(Gostin, 2023). Artinya, selain anak berkembang secara kognitif, afekti dan psikomotorik tetapi juga iman. Kurikulum PAK akan menolong siswa dan guru di sekolah untuk melihat sejauh mana proses pengembangan pelayanan itu berkembang apakah mengalami kemajuan atau justru sebaliknya. Dalam penerapan kurikulum PAK ada beberapa pokok penting yang harus diperhatikan (Hasugian, 2019) yakni: pertama perlu adanya gagasan yang jelas dalam pembelajaran PAK, kedua pembelajaran PAK berpusat kepada Yesus Kristus, ketiga pembelajaran PAK harus memiliki dasar yang kuat, keempat, PAK di sekolah sangat penting, kelima, perlu adanya materi pembelajaran PAK yang kontekstual dan situasional, keenam, pembelajaran PAK membutuhkan kreaivitas dari guru, ketujuh, perlu adanya evaluasi secara jangka pendek dan jangka panjang, kedelapan perlu adanya manajemen yang baik. Sependapat dengan hal tersebut di atas, Sijabat juga mengatakan beberapa pokok
156 penting dalam kurikulum PAK(Sidjabat, 2019) yakni: a) Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan, b) Manusia, c) Hukum, d) moral, e) IPTEK f) kerukunan antar umat beragama, g) masyarakat, h) budaya, i) politik. Menurut Telaumbenua et al (Telaumbanua et al., 2022) untuk mengembangkan kurikulum PAK ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yakni pertama perlu memahami prinsip dasar dari kurikulum, kedua penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran, ketiga target dari pembelajaran peserta didik harus memahami, megetahui dan mengimplementasikan. Telaumbenua et al juga mengemukakan beberapa prinsip dasar dalam kurikulum yakni a) kurikulum PAK sebagai rangkaian dalam kegiatan belajar mengajar, b) kurikulum sebagai sumber daya akademik dan bahan ajar yang telah dirancang, c) kurikulum PAK di sekolah memiliki makna yang cukup luas, d) kurikulum PAK harus meningkatkan kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik, e) peserta didik mengonstruksi pengetahuannya secara kritis dan mengimplementasikan (Telaumbanua et al., 2022). Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dalam pengembangan kurikulum PAK perlu memperhatikan prinsip-prinsip tersebut yang telah diuraikan di atas sebab itu akan menjadi acuan utama. Terkait dengan pengembangan kurikulum PAK di sekolah Nelci Tobing mengemukakan beberapa hal(Tobing, 2022) sebagai berikut: a) berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, b) relevan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, c) pelaksanaannya efektif dan efesien, d) bersifat fleksibilitas sehingga bisa
157 di ubah dan disesuikan dengan kebutuhan yang ada, e) berkesinambungan sesuai dengan tahap jenjang pendidikan, f) bersifat seimbang sesuai dengan aspek sosiologis, psikologis dalam kehidupan peserta didik, g) perpadauan antara teori, kesenjangan dan fakta di lapangan, h) mutu kualitas seperti aspek bahan sumber, guru, fasilitas, dan sarana prasarana. Dalam hal ini, Tobing juga mengemukakan prinsip-prinsip sebagai pedoman dalam pengembangan kurikulum PAK(Tobing, 2022) sebagai berikut: a) kurikulum PAK disusun mengacu kepada Alkitab, b) penyususn kurikulum PAK harus bersumber kepada Yesus Kristus, c) pengembangan dan penyusunan kurikulum PAK harus sesuai dengan situasi,kondisi dan kebutuhan peserta didik, d) penyusunan kurikulum PAK harus memiliki unsur yang kuat, e) pengembangan kurikulum PAK diterapkan untuk mengakomodir kehidupan peserta didik sehari-hari. Dengan demikian, dapat dapat dipahami bahwa dalam penyusun kurikulum PAK di Indonesia harus mempertimbangkan dasar pengembangan sebagai tolok ukur yang kontekstua sesuai dengan situasi dan kondisi beragama. Adapun hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan kurikulum(Tobing, 2022) tersebut sebagai berikut: a) bersifat inklusif sebagai bentuk mewujudkan iman Kristen dengan mengarahkan dan menerapkan ajaran serta pengalaman rohani, yang akan membantu siswa dalam merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari. b) memiliki landasan teologis yang kuat untuk dapat memberikan sumbangsih bagi penyusunan
158 kuriukulum PAK. c) memiliki landasan edukatif yang kuat untuk mempertimbangkan masalah terkait gaya belajar, konteks, peserta didik, metode. d) bersifat aplikatif yakni apa yang dipelajari juga diterapkan. e) dapat membangun hubungan sosial melalui nilai-nilai Kristen. f) bersifak praktis yang melalui pengalaman guru dan peserta didik. g) membimbing dan mengarahkan peserta didik dalam penerapan. h) penyusun kurikulum PAK harus memiliki keterkaitan dengan mata pelajaran lain.
159 DAFTAR PUSTAKA Agustin, S. (2021). Peran kreativitas seni dalam proses pendidikan. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 1507– 1511. Astawa, I. N. T. (2021). Pendidikan Inklusi dalam Memajukan Pendidikan Nasional. Guna Widya: Jurnal Pendidikan Hindu, Vol. 8(No. 1), hlm. 69. Addawiyah, R., & Kasriman, K. (2023). Peran Sekolah Dalam Pembentukan Karakter Disiplin Siswa. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 9(3), 1516-1524. Acemoglu, D., & Autor, D. (2011). Skills, tasks and technologies: Implications for employment and earnings. Handbook of Labor Economics, 4, 1043-1171. Alam, D.R.M., Firdaus, R. and Jaenudin, J. (2023) ‘Urgensi Pendidikan Karakter Islami di Era Disrupsi’, AlMadrasah: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 7(3), pp. 1131–1146. Adnan, M. and Anwar, K. (2020) ‘Online learning amid the COVID-19 pandemic: Students’ perspectives’, Journal of
160 Pedagogical Sociology and Psychology, 2(1), pp. 45–51. Available at: https://doi.org/10.33902/JPSP. Ardita, S. (20222) ‘Penerapan Pendekatan Active Learning Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Menggunakan Metode Bermain Peran Serta Peran Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Upaya Membentuk Karakter Siswa Kelas VI Di SD Negeri Kandang Mbelang Aceh Tenggara’. JKPD: Jurnal Kajian Pendidikan Dasar, 7(1), pp. 16–27. Amelia, U. (2023) ‘Tantangan Pembelajaran Era Society 5.0 dalam Perspektif Manajemen Pendidikan’, Al-Marsus : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(1), pp. 68–82. Available at: https://doi.org/10.30983/almarsus.v1i1.6415. Ahmad Dwi Nur Khalim. (2019). Landasan Sosiologis Pengembangan Kurikulum Sebagai Persiapan Generasi Yang Berbudaya Islam AS SIBYAN. Jurnal Kajian Kritis Pendidikan Islam Dan Manajemen Pendidikan Dasar, 2(1), 54–79. Ansyar, M. (2015). KURIKULUM Hakikat, Fondasi, Desain, & Pebgembangan. KENCANA PRENADANEDIA GROUP. Afriana, J. (2015). Project-Based Learning (PjBL). Prodi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Artawan, P. (2023). Pengantar Ilmu Pendidikan: Teori, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. PT Sonpedia Publishing Indonesia.
161 Aziz, A. A. (2019). Implementasi Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam. Kelompok Kerja Implementasi Moderasi Beragama Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia Bekerjasama dengan Lembaga Daulat Bangsa. Beyhan, B. (2010). Effects of multiple intelligences supported project-based learning on students ‟ achievement levels and attitudes towards English lesson. International Electronic Journal of Elementary Education, 13, 255– 256. Buchari, Alma, 2008. Guru professional, Bandung: Alfa Beta. Bates, A. W. (2015). Teaching in a Digital Age: Guidelines for designing teaching and learning. Tony Bates Associates Ltd. Boyle, E. A., Duffy, T., & Dunleavy, K. (2016). Designing for deeper learning in a blended computer science course for middle school students. Journal of Educational Computing Research, 54(1), 63-84. Christensen, L., Joseph, K., & Lemon, T. (2016). Schools and communities working together for sustainable improvement: The impact of professional learning communities. Journal of Educational Change, 17(1), 95- 121. Campbell, D. (2017). Mengembangkan Kreativitas diterjemahkan oleh A.M. Mangunhardjana. PT. Kanisius.
162 Dimyati dan Mujiono, 1996. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Deni Darmawan, 2012, Inovasi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Dede, C. (2010). Comparing frameworks for 21st century skills. In J. Bellanca & R. Brandt (Eds.), 21st Century Skills: Rethinking how students learn (pp. 51-76). Solution Tree Press. Dennen, V. P., Arfstrom, K. M., & Kern, C. L. (2013). Bridging the Gap between Common Sense and Science: Affective Learning of Cyberethics. Journal of Educational Computing Research, 48(4), 385–408. https://doi.org/10.2190/EC.48.4.e Epstein, J. L., Sanders, M. G., Sheldon, S. B., Simon, B. S., Salinas, K. C., Jansorn, N. R., & Van Voorhis, F. L. (2009). School, family, and community partnerships: Your handbook for action (3rd ed.). Corwin Press. Ertmer, P. A., Ottenbreit-Leftwich, A. T., Sadik, O., Sendurur, E., & Sendurur, P. (2012). Teacher beliefs and technology integration practices: A critical relationship. Computers & Education, 59(2), 423-435. Effendi, R. (2024). Pendidikan Pancasila. Yayasan Cendekia Mulia Mandiri. Fullan, M. (2001). The new meaning of educational change (3rd ed.). Teachers College Press.
163 Fullan, M. (2016). The NEW pedagogy: Students and teachers as learning partners. The Learning Professional, 37(3), 16- 20. Fajri, K. N. (2019). Proses Pengembangan Kurikulum. Islamika: Jurnal Keislaman Dan Ilmu Pendidikan, 1(2), 35–48. Falasifa, I., & Umdaturrosyidah. (2021). Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum. Jurnal Al-Qiyam, 2(1), 86–96. Fitri, S. W. (2023). Implementasi Landasan Sosiologis Dalam Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Berbasis Keagamaan di Pondok Pesantren Adat Dan Syara’ Matua Mudiak. Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 1(3), 86–92. Gostin, G. (2023). Fondasi Alkitabiah Dalam Pengembangan Kurikulum PAK Dan Moralitas Bagi Pelajar. Jurnal Teologi Injili Dan Pendidikan Agama, 1(3), 54–63. Hargittai, E. (2010). Digital Na(t)ives? Variation in Internet Skills and Uses among Members of the "Net Generation". Sociological Inquiry, 80(1), 92–113. https://doi.org/10.1111/j.1475-682X.2009.00317.x Hattie, J. (2012). Visible learning for teachers: Maximizing impact on learning. Routledge. Hendarman dkk. (2018). Konsep dan Pedoman Penguatan pendiidkan karakter Tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Jakarta: Tim PPK KEMENDIKBUD.
164 Harianti Diah. (2010). Integrasi Pendidikan Karakter Bangsa Dalam Kurikulum. Jurnal Akrab! Volume I Edisi 3/September/2010. Husna, K. et al. (2023) ‘Transformasi Peran Guru Di Era Digital: Tantangan Dan Peluang’, Perspektif : Jurnal Pendidikan dan Ilmu Bahasa, 1(4), pp. 154–167. Available at: https://doi.org/10.59059/PERSPEKTIF.V1I4.694. Hamidah, H., Rabbani, T. A. S., Fauziah, S., Puspita, R. A., Gasalba, R. A., & Nirwansyah. (2020). Project BasedLearning. SEAMEO QITEP in Language. Hamdani, A.D., Nurhafsah, N. and Silvia, S. (2022) ‘Inovasi Pendidikan Karakter Dalam Menciptakan Generasi Emas 2045’, JPG: Jurnal Pendidikan Guru, 3(3), p. 170. https://doi.org/10.32832/jpg.v3i3.7291. Hartinah, S. et al. (2024) ‘Inovasi Pendidikan Berkarakter Menciptakan Generasi Emas 2045’, Journal on Education, 06(02), pp. 13230–13237. Hasbullah, Juhji, & Maksum, A. (2019). Strategi Belajar Mengajar dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 3(1), 17– 24. Hasbullah. (2020). Pemikiran Kritis John Dewey Tentang Pendidikan (Dalam Perspektif Kajian Filosofis). Tarbiyah Islamiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam, 10(1), 1–21. Hamalik, O. (2013). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.
165 Rosdakarya. Hasugian, J. W. (2019). Kurikulum dan Pembelajaran Warga Jemaat Dewasa di Gereja. Kurios: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 6(1), 36–53. Isy, L. K., Syukrillah, A., Rozak, A., Zuhdi, M., & Setiawan, A. (2023). Landasan Psikologis Dalam Mengembangkan Manajemen-Kurikulum Pendidikan. Islamic Management: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 6(1), 235–244. Jayanthi, R. and Dinaseviani, A. (2022) ‘Kesenjangan Digital dan Solusi yang Diterapkan di Indonesia selama Pandemi COVID-19’, JURNAL IPTEKKOM Jurnal Ilmu Pengetahuan & Teknologi Informasi, 24(2), pp. 187–200. Available at: https://doi.org/10.17933/IPTEKKOM.24.2.2022.187-200. Japar, M. (2020). Pendidikan Toleransi Berbasis Kearifan Lokal. Jakad Media Publishing. Jannah, A. M., Setiyowati, A., Lathif, K. H., Devi, N. D., & Akhmad, F. (2021). Model Layanan Pendidikan Inklusif di Indonesia. Anwarul, 1(1), 121–136. https://doi.org/10.58578/anwarul.v1i1.51 Jungwoo Ryoo, 2021, Innovative Learning Environments in STEM Higher Educations, Springer. Khairuddin. (2020). Pendidikan Inklusif Di Lembaga Pendidikan. Jurnal Tazkiya, Vol. 9(No. 1), 82–104.
166 Khusaini and Muvera (2020) ‘Prestasi Belajar dan Karakteristik Orang Tua: Studi Perbandingan Sekolah Menengah Atas Perkotaan-Pedesaan’, Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, 12(2), pp. 296–310. Available at: https://doi.org/10.23887/JJPE.V12I2.28343. Kulkarni, C., Wei, K. P., Le, H., Chia, D., Papadopoulos, K., Cheng, J., & Koller, D. (2015). Peer and self assessment in massive online classes. ACM Transactions on Computer-Human Interaction (TOCHI), 22(1), 1-24. Kholik, A. N. (2019). Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum Abad 21. A-Salam : Jurnal Studi Hukum Dan Pendidikan, 8(1), 65–86. Kariadi, D. and Suprapto, W. (2018) ‘Model Pembelajaran Active Learning Dengan Strategi Pengajuan Pertanyaan Untuk Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran PKn’. Educatio, 13(1), p. 11. DOI: 10.29408/edc.v12i1.838. Krajcik, J. S., & Shin, N. (2014). Project-based learning. In R. K. Sawyer (Ed.). The Cambridge Handbook of the Learning Sciences, 275–297. Khoiruzzadi, M. and Prasetya, T. (2021) ‘ Perkembangan Kognitif Dan Implikasinya Dalam Dunia Pendidikan: Ditinjau Dari Pemikiran Jean Piaget Dan Vygotsky ’. Jurnal Ilmiah Madaniyah, 11(1), pp. 1–14. Kristanto, A. (2017). Memahami Paradigma Pendidikan Seni. Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen, Dan Musik Gereja, 1(01), 119–126. https://doi.org/10.37368/ja.v1i01.90
167 Lubis, N. A. (2021). Seni dan Pendidikan. Sabilarrasyad: Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Pendidikan, 6(1), 21–35. Lickona, T., (1991). Educating for Character How Our Scholls Can Teach. Respect and Responsibility. New York: Bantan Book. ICENIS 2021. Leath, S. et al. (2019) ‘Racial Identity, Racial Discrimination, and Classroom Engagement Outcomes Among Black Girls and Boys in Predominantly Black and Predominantly White School Districts’, American Educational Research Journal, 56(4), pp. 1318–1352. Available at: https://doi.org/10.3102/0002831218816955/ASSET/IMAG ES/LARGE/10.3102_0002831218816955-FIG3.JPEG. Li, L., Li, G., & Sun, X. (2020). Virtual Reality Technology Promotes the Application of Modern Education. In Advances in Smart Learning Environments (pp. 247- 255). Springer. Li, Q., & Ma, X. (2010). A meta-analysis of the effects of computer technology on school students' mathematics learning. Educational Psychology Review, 22(3), 215- 243. Melvin L. Silbermen, 1996, Active Learning : 101 Strategies to Teach Any Subject, Jakarta: Yapendis. Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta Nurdyansyah, N., & Andiek Widodo. 2015. Menegemen Sekolah Berbasis ICT, Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
168 Mela. (2020). Moderasi Beragama dalam Menumbuhkan Sikap Toleransi dan Moral Generasi Muda. Guepedia. Muntoha, T., & Subiantoro. (2023). Moderasi Agama: Pendampingan dan Penanaman Nilai-Nilai Toleransi dan Moderasi (Pendamping Komunitas Marginal). Jejak Pustaka. Marjuni. (2018). Landasan Pengembangan Kurikulum Dalam Komponen Tujuan Pembelajaran PAI. Jurnal Inspiratif Pendidikan, 7(1), 33–41. Mubarok, A. A., Aminah, S., Sukamto, Suherman, D., & Berlian, U. C. (2021). Landasan Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Indonesia. Jurnal Dirosah Islamiyah, 3(2), 103–125. Muslim, A. (2022). Landasan Filsafat Idealisme dan Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. JETISH: Journal of Education Technology Information Social Sciences and Health, 1(1), 45–60. Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Reneka Cipta. Musbikin, I. (2021). Pendidikan Karakter Toleransi. Nusamedia. Maswan & Khoirul Muslimin, 2017, Teknologi Pendidikan , 1st edn., Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Nurkholis. (2013). PENDIDIKAN DALAM UPAYA MEMAJUKAN TEKNOLOGI Oleh: Nurkholis Doktor Ilmu Pendidikan, Alumnus Universitas Negeri Jakarta Dosen Luar Biasa Jurusan Tarbiyah STAIN Purwokerto. 1(1), 24–44.
169 Ni’mah, Z. (2022). Pendidikan Agama Multikultural Membangun Toleransi Generasi Muda. Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia. Nurdyansyah, N., & Widodo, Andiek. 2015. Inovasi Teknologi Pembelajaran, Sidoarjo: Nizamia Learning Center. Nosratabad, T.H., Bayrami, M. and Shiri, A. (2020) ‘Structural Relationships Between Negative Cognitive Emotion Regulation Strategies and Symptoms of Internet Addiction: Mediating Role of Anxiety’, Zahedan Journal of Research in Medical Sciences 2020 22:3, 22(3), p. 90569. Available at: https://doi.org/10.5812/ZJRMS.90569. Partnership for 21st Century Learning. (2009). Framework for 21st Century Learning. http://www.p21.org/ourwork/p21-framework Puentedura, R. R. (2006). Transformation, technology, and education. Retrieved from http://www.hippasus.com/resources/transformationtec hnologyeducation.pdf Pangestu, M.H., Juniarta, P.A.K. and Mahendrayana, G. (2022) ‘The Implementation of Process Based Approach in Teaching Writing on The Tenth Grade Students in Senior High School’. Indonesian Journal Of Educational Research and Review, 5(1), pp. 100–110. DOI: 10.23887/ijerr.v5i1.42346. Pratiwi, M.E., Imbar, K. & Prawiradilaga, D.S., 2022, ‘Pemanfaatan Prinsip Personalisasi Belajar dalam
170 Pembelajaran Daring pada Mata Kuliah Designing ELearning’, Jurnal Pembelajaran Inovatif, 5(1), 56–62. Prof. Dr. Hasan Langgulung, 2004, Manusia dan Pendidikan, PT. Pustaka Al Husna Baru , Jakarta. Purhanudin. (2016). Jurnal Waspada FKIP UNDARIS. Jurnal Waspada, 2(3), 12–23. Pujiriyanto, Ch. Ismaniati, C. Asri Budiningsih, Haryanto & Suyantiningsih, 2022, Teknologi Pendidikan Masa depan, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Pangestu, H. P. (2021). entingnya Pengembangan Kurikulum di Sekolah dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 6(1), 1–17. Penyusun, T. (2017). Materi Bimbingan teknis Fasilitator dan Instruktur Kurikulum 2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Prasetyo, A. R., & Hamami, T. (2020). Prinsip-Prinsip Dalam Pengembangan Kurikulum. Palapa: Jurnal Studi Keislaman Dan Ilmu Pendidikan, 8(1), 42–55. Qurtubi, A. et al. (2023) ‘Pengembangan Metode Penilaian Kinerja Guru Berbasis Kompetensi Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Tinggi’, Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP), 6(4), pp. 3051–3061. Available at: https://doi.org/10.31004/JRPP.V6I4.22467. Rosnaeni, Sukiman, Muzayanati, A., & Pratiwi, Y. (2022). Model-
171 Model Pengembangan Kurikulum Di Sekolah. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(1), 467 – 473. Rusdi. (2013). Filsafat Idealisme (Implikasinya Dalam Pendidikan). Dinamika Ilmu, 15(2), 236–249. Ribble, M. (2015). Digital citizenship in schools: Nine elements all students should know (3rd ed.). International Society for Technology in Education. Rostitawati, T. (2014). Konsep pendidikan John Dewey. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2(2). Rahmat, S. T., & Sum, T. A. (2017). Mengembangkan Kreativitas Anak. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Missio, 9(2), 95–106. https://doi.org/10.36928/jpkm.v9i2.123 Rahman, R., Sirajuddin, S., Zulkarnain, Z., & Suradi, S. (2023). Prinsip, Implementasi dan Kompetensi Guru dalam Pendidikan Inklusi. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 9(2), 1075–1082. Sukatin, Shoffa S.A (2020). Pendidikan Karakter. CV Budi Utama: Yogyakarta. Sukatin, S., Munawwaroh, S., Emilia, E., & Sulistyowati, S. (2023). Pendidikan Karakter dalam Dunia Pendidikan. Anwarul, 3(5), 1044-1054. Soehardjo, A. . (2012). Pendidikan Seni Dari Konsep sampai Program. Universitas Negeri Malang. Stoller, F. (2006). Establishing a theoretical foundation for project-based learning in second and foreign-language
172 contexts. Information Age Publishing. Sakiinah, A.N., Mahya, A.F.P. and Santoso, G. (2022) ‘Revolusi Pendidikan di Era Society 5.0; Pembelajaran, Tantangan, Peluang, Akses, Dan Keterampilan Teknologi’, Jurnal Pendidikan Transformatif, 1(2), pp. 18–28. Available at: https://doi.org/10.9000/JPT.V1I2.508. Sutarto, S. (2017) ‘Teori Kognitif Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran’. Islamic Counseling: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 1(2), p. 1. DOI: 10.29240/jbk.v1i2.331. Syakur, Abd., Fanani, Z. and Ahmadi, R. (2020) ‘The Effectiveness of Reading English Learning Process Based on Blended Learning through ‚Absyak‛ Website Media in Higher Education’. Budapest International Research and Critics in Linguistics and Education (BirLE) Journal, 3(2), pp. 763–772. DOI: 10.33258/birle.v3i2.927. Subroto, D.E. et al. (2023) ‘Implementasi Teknologi dalam Pembelajaran di Era Digital: Tantangan dan Peluang bagi Dunia Pendidikan di Indonesia’, Jurnal Pendidikan West Science, 1(07), pp. 473–480. Available at: https://doi.org/10.58812/JPDWS.V1I07.542. Siti Hawa, Ishaq, Rahmad Syah Putra & Amirul Haq Rd, 2021, ‘Personalisasi dan Platform Pengajaran Digital (Blended Learning, Online Learning, Adaptif Learning)’, AtTa’lim, 20(1). Suhaya. (2016). Pendidikan Seni Sebagai Penunjang Kreativitas.
173 Jurnal Pendiidikan Dan Kajian Seni, 1(1), 1–15. https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPKS/article/view/ 837 Sari, R. K. (2022). Merawat Sikap Toleransi Beragama di Tengah Masyarakat Majemuk. Uwais Inspirasi Indonesia. Shihab, Q. (2022). Toleransi Ketuhanan, Kemanusiaan, Keberagaman. Lentera Hati. Solong, N. P. (2022). Pendidik Lintas Agama & Toleransi Beragama: Konsep, Strategi, Problem dan Solusi. Feniks Muda Sejahtera. Sugarda, Y. (2022). Multikulturalisme & Toleransi Sebuah Catatan Konsepsional dari Perspektif Filsafat dan Psikologi. Gramedia Pustaka Utama. Sari, W.N. and Faizin, A. (2023) ‘Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar pada Kurikulum Merdeka’, ULIL ALBAB: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 2(3), pp. 954–960. Sanjaya, W. (2023) ‘Implementasi Pendidikan Karakter Pada Kurikulum Merdeka Menurut Kajian Filsafat Progresivisme’, Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 8(1), pp. 1–8. Singh, B. (2019) ‘Character education in the 21st century’, Journal of Social Studies (JSS), 15(1), pp. 1–12. https://doi.org/10.21831/jss.v15i1.25226.
174 Syakhirul Alim, W. and Zumru Diana, A. (2021) Pendidikan Karakter. https://www.researchgate.net/publication/349279262. Sunarto, S. (2018). Pengembangan Kreativitas-Inovatif Dalam Pendidikan Seni Melalui Pembelajaran Mukidi. Refleksi Edukatika : Jurnal Ilmiah Kependidikan, 8(2). https://doi.org/10.24176/re.v8i2.2348 Saputri, R. Y. (2020). Implementasi Landasan Sosiologis Dalam Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Berbasis Keagamaan Di SMAN 1 Pleret Bantul. Jurnal Pendidikan Islam, 3(2), 80–94. Setiawana, S. A., & Pujiono, A. (2021). Urgenitas Penerapan Kurikulum Pendidikan Agama Kristen dalam pelayanan anak sekolah Minggu. Jurnal Teologi Injili, 1(2), 103– 109. Setiyadi, B., Rohima, Sari, Y., & Yani, M. A. (2020). Komponen Pengembangan Kurikulum. Likhitaprajna Jurnal Ilmiah, 22(1), 13–21. Sidjabat, B. S. (2019). Kerangka Kurikulum Pendidikan Agama Kristen Berbasis Karakter di Perguruan Tinggi. JURNAL JAFFRAY, 17(1), 73–90. Sudarman. (2019). Pengembangan Kurikulum: Kajian Teori dan Praktek. Mulawarman University Press. Suprihatin, E. W. (2017). Filosofi Sebagai Landasan Pengembangan Kurikulum. Jurnal Manajemen, 3(1), 48–59.
175 Syatriadin. (2017). Landasan Sosiologis Dalam Pendidikan. Jurnal Sosial Dan Ilmu Pendidikan, 1(2), 101–107. Telaumbanua, I. S., Rahajeng, L., & Hutahaean, H. (2022). Penerapan Kurikulum Pendidikan Agama Kristen Sekolah Minggu dengan Menggunakan Teori Maria Harris. Jurnal Shanan: Pendidikan Agama Kristen, 6(2), 241–258. Tobing, N. F. . (2022). Kurikulum Pendidikan Agama Kristen di Indonesia. Mitra Sriwijaya: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen, 1(1), 77–108. Taylor, Deborah L et al. (2021) Personalized and Adaptive Learning. Springer, Cham. Available at: https://doi.org/10.1007/978-3-030-58948-6_2. Thorne, K. (2019). Blended Learning in Higher Education: Framework, Principles, and Guidelines. Routledge. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2003 (2009), tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Rhusty Publiser. UNESCO. (2020). Education in a post-COVID world: Nine ideas for public action. UNESCO. Uliyandari, M. et al. (2021) ‘Problem-Based Learning To Improve Concept Understanding and Critical Thinking Ability of Science Education Undergraduate Students’. IJORER : International Journal of Recent Educational Research, 2(1), pp. 65–72. DOI: 10.46245/ijorer.v2i1.56.
176 Wang, J.K., Xue, H.Q. and Wu, X.F. (2023) ‘Mental health and academic achievement among Chinese adolescents during COVID-19 pandemic: The mediating role of selfregulation learning’, Social Psychology of Education, 26(4), pp. 1001–1015. Available at: https://doi.org/10.1007/S11218-023-09772-4/TABLES/4. Warschauer, M. (2003). Technology and social inclusion: Rethinking the digital divide. MIT Press. Warschauer, M. (2004). Technology and social inclusion: Rethinking the digital divide. MIT Press. Wandani, E. et al. (2023) ‘Teori Kognitif Dan Implikasinya Dalam Proses Pembelajaran Individu’. Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(5), pp. 858–876. Wang, C.-C. (2021) ‘The Process of Implementing Problem-Based Learning in a Teacher Education Programme: An Exploratory Case Study’. Cogent Education, 8(1). DOI: 10.1080/2331186X.2021.1996870. Wahyudi, F. (2023). Pendidikan Inklusif di Indonesia Perspektif Maqashid Syariah. 2(2), 12–23. Wasitohadi. (2012). Pragmatisme, Humanisme Dan Implikasinya Bagi Dunia Pendidikan di Indonesia. Satya Widya, 28(2), 175–189. Yuni, Q. F. (2017). Kreativitas Dalam Pembelajaran Seni Musik Di Sekolah Dasar: Suatu Tinjauan Konseptual. ELEMENTARY: Islamic Teacher Journal, 4(1). https://doi.org/10.21043/elementary.v4i1.1980
177 Yuliana. (2022). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Adiba: Journal Of Education, 2(2), 215–230. Yuliawati, L. (2018). Pentingnya Landasan Psikologis Dalam Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Inovasi Kurikulum, 8(1), 45–70. Yuliyanti, E. D., Hidayat, S., & Dewi, R. S. (2023). Filsafat Pendidikan Realisme. Lingua Rima: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 12(11–11). Zulaekah, Z. et al. (2023) ‘The Effect of The Project Based Learning Model on Students’ Science Process Skills. : A Meta-Analysis’. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 7(2), pp. 214
178 TENTANG PENULIS Sri Kurniawati, lahir di Kumun Mudik, 30 September 1998. Penulis menempuh pendidikan untuk gelar sarjana dengan program studi Pendidikan Bahasa Inggris di IAIN Kerinci dan lulus pada tahun 2020. Saat ini, penulis sedang menyelesaikan program magister dengan program studi Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Selain itu, saat ini penulis merupakan salah satu awardee dari Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) pada tahun 2022 yang diberikan oleh Kementerian Agama yang bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Penulis tertarik dalam dunia pendidikan dan Bahasa Inggris. Salah satu filosofi kehidupan yang menjadi nasehat bagi penulis adalah kutipan dari Imam Syafi'i, "Jika Kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan". Kutipan ini memotivasi penulis untuk terus bersemangat untuk terus belajar dan memperbaiki diri di bidang akademik. Untuk berkomunikasi dengan penulis, pembaca dapat menghubungi melalui email: [email protected]
179 Hamdil Mukhlishin. Penulis lahir di Rasau Jaya tanggal 3 Oktober 1988. Penulis adalah dosen tetap pada Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhamamdiyah Pontianak. Ketertarikan penulis terhadap ilmu pendidikan dimulai pada tahun 2006 silam. Hal tersebut membuat penulis memilih untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi dan berhasil menyelesaikan studi S1 di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Tanjungpura pada tahun 2011. Selanjutnya penulis melanjutkan studi S2 di Program Studi Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Tanjungpura, dan lulus pada tahun 2014. Ditahun 2019, penulis berhasil lulus pada program studi S2 Kimia FMIPA Universitas Tanjungpura. Saat ini, penulis sedang melanjutkan kuliah S2 di Program Pascasarjana Pendidikan Agama Islam IAIN Pontianak. Penulis memiliki kepakaran dibidang pendidikan kimia, teknologi pendidikan, kimia lingkungan, dan pendidikan agama islam. Dan untuk mewujudkan karir sebagai dosen profesional, penulis pun aktif sebagai peneliti dibidang kepakarannya tersebut. Beberapa penelitian yang telah dilakukan didanai oleh internal perguruan tinggi. Selain peneliti, penulis juga aktif menulis buku dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara yang sangat tercinta ini.
180 Mustafidatus Showinah, S.Pd.I., lahir di Kab. Semarang, 7 Januari 1990. Menyelesaikan pendidikan formalnya di MI Karangduren Kecamatan Tengaran, SMP Negeri 2 Tengaran dan SMA Negeri 1 Tengaran. Kemudian ia melanjutkan ke jenjang Madrasah Diniyah PP. Wahid Hasyim Yogyakarta dan S1 jurusan Pendidikan Agama Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, lulus tahun 2013. Mengawali pengabdiannya di MI Wadas Kecamatan Kajoran, SMK Al-Huda Salaman Magelang, dan di tahun 2014 melanjutkan pengabdian di SMA Negeri 1 Tengaran, Kab. Semarang, Jawa Tengah sampai saat ini. Baginya menulis adalah salah satu jalan untuk mengabdikan diri menjadi orang yang memberi manfaat bagi orang lain, juga sebagai jalan dakwah li mardhotillah. Ir. Nuur Wachid Abdul Majid, M.Pd., MCE., IPM., ASEAN Eng. merupakan dosen dan akademisi di Universitas Pendidikan Indonesia. Saat ini menjabat sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Sistem dan Teknologi Informasi (PSTI), Kampus UPI di Purwakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, Periode 2022 – 2026. Selain itu merupakan Ketua Pusat Unggulan IPTEK Center of Excellence Advanced Technology for Sustainable Education (CATSE), Universitas Pendidikan Indonesia. Matakuliah yang diampu berkaitan dengan Pengelolan Pendidikan, Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Literasi ICT dan Media Pembelajaran, Sistem Informasi
181 Pendidikan, Manajemen Laboratorium dan Bengkel, Multimedia Interaktif, dan beberapa Matakuliah lainnya. Penelitian yang sedang dilakukan berkaitan dengan topik: Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Pendidikan Vokasional Informatika, E-Learning, Pengembangan Media Digital untuk Pembelajaran, Sistem Informasi Pendidikan, dll. Terdapat beberapa publikasi artikel jurnal di tingkat nasional maupun internasional yang sudah dilakukan. Di luar Prodi PSTI, mengajar juga para Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Pendidikan Profesi Guru (PPG), dan prodi lainnya yang berkaitan dengan Pendidikan dan teknologi. Selain dosen, saat ini sebagai Fasilitator Program Sekolah Penggerak, Kementrian Pendidikan Kebudayaan, Riset & Teknologi (Kemdikbudristek) mulai tahun 2022, Komisaris PT Fakta Kreasi Media, menjadi narasumber di berbagai forum ilmiah, reviewer Jurnal Nasional & Internasional, serta aktivitas lainnya. Srinita Susanto, lahir di Campurejo 03 Mei 2000. Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar diperoleh di Universitas Cokroaminoto Palopo. Saat ini, penulis menempuh pendidikan Program Magister Pendidikan Dasar di Universitas Negeri Yogyakarta. Saat kuliah, saya tertarik untuk mengambil program studi PGSD karena termotivasi dari ibu saya yang menjadi seorang guru pada salah satu sekolah dasar di Provinsi Sulawesi Selatan. Saya adalah seorang penulis pemula yang bersemangat ingin
182 menuangkan ide lewat sebuah tulisan. Oleh karena itu, saya ingin menulis lebih banyak karya yang berguna dalam dunia pendidikan. Wiwi Dwi Daniyarti, M.Pd. Kebumen, 15 Oktober 1992. Asal Kebumen, Jawa Tengah. Alumni Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Pendidikan Islam, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Tinggal di Kota Metro, Lampung. Aktivitas sehari-hari mengabdi sebagai Dosen dibawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia, tepatnya sebagai dosen Pendidikan Agama Islam (PAI) di Institut Agama Islam negeri (IAIN) Metro Lampung. Kebermanfaatan adalah visi kehidupan, traveling dan kuliner bagian dari kegemaran, mencoba hal baru merupakan tantangan kehidupan. Mengajar, menulis dan mengabdi adalah bagian dari aktivitas kehidupan. Semoga keberkahan dari setiap aktivitas melahirkan kebermanfaatan bagi lingkungan. Lingkungan sebagai tempat tumbuh kembang manusia sesuai dengan fitrahnya. Setiap fitrah membutuhkan pendidikan, maka semoga setiap diri dapat mengembangkan fitrah diri yang baik sesuai dengan amanah manusia di bumi.
183 Anisa Kurniasih, lahir di Arga Makmur 30 Oktober 2001. Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar diperoleh di Universitas Sriwijaya. Saat ini, penulis adalah seorang mahasiswa Program Magister Pendidikan Dasar di Universitas Negeri Yogyakarta. Saat kuliah, saya tertarik dengan dunia pendidikan khusu snya pendidikan tingkat dasar. Saya tertarik pada bagaimana mengembangkan pendidikan dengan cara yang kreatif. Hal ini mendorong saya untuk melanjutkan studi S2 di bidang pendidikan. Mempelajari hal baru adalah sesuatu yang saya sukai, salah satunya menulis. Oleh karena itu saya tertarik menulis dan ingin menciptakan lebih banyak karya yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Penulis bernama Vitry Rayani Bethesda Saragih yang lahir pada tanggal 24 Oktober 2000 di Bangun Raya. Ia menempuh pendidikan S1 di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa dengan mengambil jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Setelah menyelesaikan pendidikan S1, lalu melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Negeri Yogyakarta dengan jurusan Pendidikan Dasar. Dengan latar belakang pendidikan yang dimilikinya, penulis memiliki keahlian dan pengetahuan yang mendalam dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan dasar. Penulis memiliki semangat dan dedikasi yang tinggi dalam memberikan kontribusi positif dalam dunia pendidikan.
184 Lailatul Istiqomah. Penulis lahir di desa Tanjung Kemuning tanggal 7 Desember 1998. Penulis adalah mahasiswa Magister semester dua pada Program Studi Pendidikan Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi, Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2023. Ketertarikan penulis terhadap ilmu pendidikan dimulai pada tahun 2016 silam. Penulis merupakan alumni dari Perguruan Tinggi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Program Studi PGMI pada tahun 2016 dan lulus pada tahun 2020. Penulis memiliki daya juang yang tinggi dan pantang menyerah dalam belajar kepenulisan. Penulis juga aktif mengikuti projek kegiatan dibidang pendidikan dasar. Penulis berharap bisa konsisten aktif menulis buku dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan negara dan berbagi wawasan. Robby Cahyadi. Penulis lahir di Kota Banyuwangi pada tanggal 02 Mei 1996. Adapun latar belakang pendidikan penulis pada saat Strata-1 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan melanjutkan studi pada Strata-2 di Universitas Negeri Malang (UM) dengan program studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Sejak tahun 2022, penulis mendapatkan amanah sebagai Dosen Luar Biasa (LB) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), bertugas dan mengampu Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) dengan
185 fokus pada Bahasa Indonesia Keilmuan, Bahasa Indonesia dan Karya Tulis Ilmiah, serta Bahasa Indonesia dan Komunikasi. Di tengah perjalanan akademisnya, penulis menghadapi beberapa tantangan tersendiri dalam mengajar mahasiswa GenZ yang memiliki perbedaan usia yang cukup signifikan. Oleh karena itu, penulis terus mengembangkan strategi maupun metode khusus untuk menyesuaikan dengan karakteristik serta kebutuhan belajar mahasiswa di era modern saat ini. Selain memberikan motivasi dan inovasi kepada mahasiswa untuk menghasilkan sebuah karya yang dapat dipublikasikan, baik melalui media sosial maupun media cetak, penulis juga secara konsisten terus berupaya untuk mengembangkan diri dengan menciptakan karya-karya terbaru berupa jurnal dan/atau artikel yang berhasil dipublikasikan, baik di jurnal terindeks SINTA maupun dalam prosiding nasional dan internasional. Fredik Melkias Boiliu, M.Pd atau sering disapa dengan panggilan Bung Fredik adalah nama penulis buku ini. Penulis dilahirkan di HumoneNiki-Niki Nusa Tenggara Timur pada Tangal 31 Mei 1989. Menumpuh Pendidikan di SMA PGRI 1 So’e (2009); melanjutkan pendidikan strata satu jurusan Pendidikan Agama Kristen di FKIP UKI Jakarta (2018): strata dua pada Magister Pendidikan Agama Kristen Pasca Sarajana UKI Jakarta (2020). Penulis mengajar sebagai dosen tetap di STT Real Batam 2020-2024, dan Saat ini sebagai dosen tetap dan ketua Badan Penjamin Mutu Internal (BPMI) di STT Pelita Dunia Banten. Penulis juga aktif sebagai editor buku,
186 Punulis Buku, Penulis Jurnal, penilai buku agama, reviewer Jurnal, dan Peneliti.
187