Akuntansi Biaya
Akuntansi Biaya I Kadek Bagiana, S.E., M.Si., Herwening Sindu Lestari, SE., MSi., Zulaika Putri Rokhimah, S.E., M.Si., Ak., Titi Purbo Sari, SE.,M.Si., Eny Suprapti, SE, M.Ak., Putu Sri Arta Jaya Kusuma, S.E., M.Si., Desti Fitriani, SE.Ak., MA, CPMA, CA, CRP., Dr. Rr. Dian Indriana TriLestari SE., Msi., Ak., CA., CRP., Dr.Muhtar Sapiri,SE.,MM.,M.Kes.
Akutansi Biaya Copyright© PT Penerbit Penamuda Media, 2024 Penulis: I Kadek Bagiana, S.E., M.Si., Herwening Sindu Lestari, SE., MSi., Zulaika Putri Rokhimah, S.E., M.Si., Ak., Titi Purbo Sari, SE.,M.Si., Eny Suprapti, SE, M.Ak., Dr. Rr. Dian Indriana TriLestari SE., Msi., Ak., CA., CRP., Putu Sri Arta Jaya Kusuma, S.E., M.Si., Desti Fitriani, SE.Ak., MA, CPMA, CA, CRP., Dr.Muhtar Sapiri,SE.,MM.,M.Kes. ISBN: 978-623-8586-67-7 Desain Sampul: Tim PT Penerbit Penamuda Media Tata Letak: Enbookdesign Diterbitkan Oleh PT Penerbit Penamuda Media Casa Sidoarium RT 03 Ngentak, Sidoarium Dodeam Sleman Yogyakarta HP/Whatsapp : +6285700592256 Email : [email protected] Web : www.penamuda.com Instagram : @penamudamedia Cetakan Pertama, Juni 2024 viii + 124, 15x23 cm Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin Penerbit
v elamat datang dalam dunia akuntansi biaya, sebuah bidang yang menarik yang memungkinkan kita untuk memahami bagaimana biaya dipantau, dianalisis, dan dikendalikan dalam suatu organisasi. Buku ini dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam tentang konsep-konep dasar akuntansi biaya serta bagaimana informasi biaya ini dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. S Kata Pengantar
vi Kata Pengantar ...................................................................... v Daftar Isi ............................................................................. vi Bab 1 - Akuntansi Biaya .......................................................... 1 A. Gambaran Umum Siklus Akuntansi Biaya ......................... 2 B. Tujuan dan Fungsi Siklus Akuntansi Biaya ........................ 3 C. Siklus Kegiatan Perusahaan............................................. 5 D. Siklus Pembuatan Produk dan Siklus Akuntansi Biaya Pada Perusahaan Manufaktur .......................................... 9 E. Ringkasan .....................................................................15 F. Latihan Soal ..................................................................16 Bab 2 - Akuntansi Biaya Bahan Baku ...................................... 17 A. Bahan Baku, Pembelian dan Harga Pokok........................18 B. Penilaian Bahan Baku dan Pencatatan Bahan Baku...........22 C. Perencanaan Dan Pengendalian Bahan Baku ...................26 Bab 3 - Biaya Tenaga Kerja ................................................... 27 A. Akuntansi Biaya.............................................................28 B. Biaya Tenaga Kerja ........................................................29 Daftar Isi
vii C. Penggolongan Biaya Tenaga Kerja .................................. 30 D. Anggaran Tenaga Kerja.................................................. 34 E. Akuntansi Biaya Tenaga Kerja ........................................ 34 F. Soal.............................................................................. 35 Bab 4 - Job Order Costing ...................................................... 37 A. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi ....................... 38 B. Contoh Soal .................................................................. 41 Bab 5 - Sistem Harga Pokok Proses ........................................ 49 Bab 6 - Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dan Metode Harga Pokok Pesanan .............................................. 61 A. Metode Harga Pokok Proses ........................................... 62 B. Metode Harga Pokok Pesanan ........................................ 64 C. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses yang Disajikan Dalam Neraca......... 67 D. Perbedaan metode harga pokok proses dan metode harga pokok pesanan (Supriyono, 1999) ................................... 68 Bab 7 - Produk Bersama ....................................................... 71 A. Definisi Produk Bersama ............................................... 72 B. Definisi Biaya Bersama .................................................. 73 C. Karakteristik Produk Bersama........................................ 73 D. Akuntansi Produk Bersama ............................................ 74 E. Biaya Bersama dan Keputusan Manajemen ..................... 81
viii Bab 8 - Proses Pencatatan Akuntansi Biaya ............................. 85 A. Sistem Pencatatan Akuntansi Biaya dengan Pendekatan Normal Costing .............................................................86 B. Biaya Produksi, Beban Pokok Penjualan dan Laporan Laba Rugi dari Pencatatan Akuntansi Biaya......................94 Bab 9 - Permasalahan dalam Akuntansi Biaya.......................... 97 A. Karakteristik Lingkungan Bisnis Saat Ini dan Akan Datang ..........................................................................98 B. Pengalokasian Biaya Overhead dalam Akuntansi Biaya Terhadap Produk/Jasa.................................................. 100 C. Activity Based Costing System (Abc) .............................. 102 D. Contoh Penerapan Perhitungan antara Akuntansi Biaya dan Activity Based Costing (Abc) pada Industri Manufaktur................................................................. 106 E. Efek Hasil Perhitungan Berdasarkan Akuntansi Biaya Terhadap Keputusan Strategi........................................ 111 Daftar Pustaka ................................................................... 112 Tentang Penulis ................................................................. 112
1 Akuntansi Biaya I Kadek Bagiana, S.E., M.Si. 1
2 A. Gambaran Umum Siklus Akuntansi Biaya Siklus akuntansi biaya adalah rangkaian prosedur dan langkah-langkah yang cermat dilaksanakan untuk mengumpulkan, mengelompokkan, menganalisis, serta melaporkan informasi biaya yang berkaitan dengan operasi suatu perusahaan. Dengan menjalankan siklus akuntansi biaya ini secara teratur dan sistematis, perusahaan mampu memperkuat kontrol biaya, mengejar optimasi keuntungan, dan merumuskan keputusan yang lebih matang secara finansial, memastikan bahwa setiap tindakan dan kebijakan yang diambil didasarkan pada pemahaman yang komprehensif akan aspek-aspek biaya yang terlibat dalam berbagai aspek operasionalnya. Informasi biaya yang dihasilkan dari Siklus Akuntansi Biaya juga penting dalam pengambilan keputusan investasi. Manajer dapat menggunakan data biaya untuk melakukan analisis kelayakan investasi, memperkirakan pengembalian investasi, dan mengevaluasi proyek-proyek baru. Analisis biaya juga memungkinkan manajer untuk mengembangkan strategi bisnis yang lebih baik. Mereka dapat memahami struktur biaya perusahaan serta faktorfaktor yang mempengaruhi profitabilitas, yang kemudian dapat digunakan untuk merancang strategi yang lebih efektif. Dengan memahami pentingnya Siklus Akuntansi Biaya dalam pengambilan keputusan manajerial, perusahaan dapat menggunakan informasi biaya dengan lebih efektif untuk meningkatkan kinerja operasional dan mencapai tujuan bisnis mereka.
3 B. Tujuan dan Fungsi Siklus Akuntansi Biaya Siklus akuntansi biaya memiliki tujuan dan fungsi yang sangat penting dalam manajemen biaya perusahaan. Berikut ini adalah detail tentang tujuan dan fungsi siklus akuntansi biaya: Tujuan Siklus Akuntansi Biaya: 1. Menghitung Harga Pokok Produk. Salah satu tujuan utama dari siklus akuntansi biaya adalah untuk menghitung harga pokok produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Ini termasuk semua biaya yang terlibat dalam produksi barang atau jasa, seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 2. Membantu Pengambilan Keputusan Manajerial. Informasi yang dihasilkan dari siklus akuntansi biaya membantu manajemen dalam mengambil keputusan terkait penetapan harga produk, perencanaan produksi, pengendalian biaya, dan evaluasi kinerja. 3. Membantu dalam Pengendalian Biaya. Siklus akuntansi biaya memainkan peran penting dalam pengendalian biaya perusahaan. Dengan memantau biaya produksi dan mengevaluasi varian biaya, manajemen dapat mengidentifikasi area-area di mana penghematan dapat dilakukan dan mengambil tindakan korektif yang sesuai.
4 4. Menyediakan Informasi untuk Perencanaan Anggaran. Informasi biaya yang dikumpulkan selama siklus akuntansi biaya digunakan untuk menyusun anggaran perusahaan. Hal ini membantu manajemen dalam merencanakan dan mengalokasikan sumber daya dengan efisien. Fungsi Siklus Akuntansi Biaya: 1. Pencatatan Biaya. Fungsi utama siklus akuntansi biaya adalah mencatat semua biaya yang terkait dengan produksi barang atau jasa perusahaan. Ini termasuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 2. Penghitungan Harga Pokok Produksi. Siklus akuntansi biaya mengumpulkan dan menghitung biaya-biaya yang terlibat dalam produksi untuk menentukan harga pokok produksi. Ini melibatkan penentuan harga pokok bahan baku yang dibeli, biaya bahan baku yang dipakai, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, dan biaya lainnya. 3. Analisis Varian Biaya. Fungsi lain dari siklus akuntansi biaya adalah menganalisis varian biaya, yaitu perbedaan antara biaya aktual dan biaya standar yang diharapkan. Analisis ini membantu manajemen dalam meng-
5 evaluasi kinerja dan mengidentifikasi penyebab perbedaan biaya. 4. Pelaporan Informasi Biaya. Siklus akuntansi biaya juga bertanggung jawab untuk menyajikan informasi biaya dalam laporan keuangan perusahaan. Ini termasuk laporan laba rugi, di mana harga pokok produk diungkapkan, serta laporan lain yang memuat informasi biaya relevan untuk manajemen. Dengan demikian, siklus akuntansi biaya memiliki tujuan yang jelas untuk menghitung harga pokok produk, membantu pengambilan keputusan manajerial, dan mengendalikan biaya perusahaan, sementara juga menjalankan berbagai fungsi penting seperti pencatatan biaya, penghitungan harga pokok produksi, analisis varian biaya, dan pelaporan informasi biaya. C. Siklus Kegiatan Perusahaan Siklus akuntansi biaya merupakan serangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dalam berbagai jenis perusahaan dan siklus ini sangat dipengaruhi oleh siklus kegiatan usaha perusahaan tersebut. Terdapat tiga jenis perusahaan dengan siklus kegiatan usaha yang secara khusus mempengaruhi siklus akuntansi biaya: 1. Perusahaan Jasa. Perusahaan jasa terlibat dalam menyediakan layanan kepada pelanggan. Karakteristik khusus dari layanan yang disediakan adalah intangible dan tidak berwujud, siklus akuntansi biaya dalam bisnis jasa
6 akan sangat dipengaruhi oleh kegiatan yang terkait langsung dengan penyediaan layanan. Dengan demikian, siklus akuntansi biaya di setiap jenis perusahaan akan bervariasi tergantung pada sifat kegiatan usaha yang dilakukan. Berikut ini merupakan penjelasan dari siklus kegiatan dan siklus akuntansi biaya perusahaan jasa: a. Siklus Kegiatan Perusahaan Jasa: Siklus kegiatan dimulai dengan persiapan segala hal yang diperlukan untuk penyerahan jasa kepada pemakai. Persiapan ini bisa meliputi perencanaan, pengorganisasian, dan pengadaan sumber daya yang diperlukan. Siklus ini berakhir ketika jasa tersebut benar-benar diserahkan kepada pemakainya. Ini menandakan penyelesaian dari proses kegiatan yang dimaksud. b. Siklus Akuntansi Biaya Perusahaan Jasa: Siklus akuntansi biaya dalam konteks perusahaan jasa dimulai dengan pencatatan biaya yang terkait dengan persiapan penyerahan jasa. Biaya-biaya ini mencakup semua pengeluaran yang terkait dengan penyediaan jasa, seperti biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya overhead. Siklus ini berakhir ketika harga pokok jasa yang diserahkan telah disajikan. Harga pokok jasa adalah total biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan satu unit jasa kepada pemakai. 2. Perusahaan Dagang. Dalam dunia bisnis, perusahaan dagang memainkan peran kunci dalam rantai pasokan, di mana siklus
7 kegiatan mereka dimulai dengan pembelian barang dagangan dan berakhir dengan penjualan kembali kepada pelanggan. Dalam konteks ini, siklus akuntansi biaya perusahaan dagang menjadi penting sebagai cara untuk mencatat dan menganalisis informasi harga pokok barang dagangan yang dibeli dan dijual, serta biaya-biaya lain yang terkait dengan operasi mereka. Berikut ini merupakan penjelasan dari siklus kegiatan dan siklus akuntansi biaya perusahaan dagang: a. Siklus Kegiatan Perusahaan Dagang: Siklus kegiatan perusahaan dagang dimulai dengan pembelian barang dagangan dari pemasok. Barang dagangan ini kemudian disimpan dalam persediaan perusahaan. Selanjutnya, barang dagangan tersebut dijual kembali kepada pelanggan tanpa melalui proses pengolahan lebih lanjut. Siklus kegiatan berakhir ketika barang dagangan telah terjual dan perusahaan menerima pembayaran dari pelanggan. b. Siklus Akuntansi Biaya Perusahaan Dagang: Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan dagang dimulai dengan pencatatan harga pokok barang dagangan yang dibeli dari pemasok. Harga pokok ini mencakup biaya pembelian barang dagangan dan biaya-biaya lain yang terkait dengan proses pembelian, seperti biaya pengiriman atau biaya penerimaan. Selanjutnya, ketika barang dagangan dijual kepada pelanggan, pencatatan dilakukan untuk mencatat penjualan beserta harga pokok barang
8 dagangan yang dijual. Harga pokok barang dagangan yang dijual mencakup biaya pembelian barang dagangan dan biaya-biaya lain yang terkait dengan proses penjualan. 3. Perusahaan Manufaktur. Pada industri manufaktur, perusahaan mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Proses produksi memainkan peran penting dalam perusahaan manufaktur, siklus akuntansi biaya akan sangat dipengaruhi oleh proses ini. Berikut ini merupakan penjelasan dari siklus kegiatan dan siklus akuntansi biaya perusahaan manufaktur: a. Siklus Kegiatan Perusahaan Manufaktur: Siklus perusahaan dalam konteks manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku di bagian produksi. Bahan baku ini kemudian diolah dan diproses menjadi produk jadi melalui berbagai tahapan produksi. Siklus ini berakhir ketika produk jadi telah diproduksi dan diserahkan ke bagian gudang untuk disimpan atau dipersiapkan untuk dijual. b. Siklus Akuntansi Biaya Perusahaan Manufaktur: Siklus akuntansi biaya dalam konteks manufaktur dimulai dengan pencatatan harga pokok bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Selain itu, biaya pemakaian bahan baku dalam proses produksi juga dicatat sebagai bagian dari siklus ini. Selanjutnya, biaya tenaga kerja langsung yang digunakan dalam proses produksi juga dicatat dalam siklus akuntansi
9 biaya. Siklus ini juga mencatat biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi, seperti biaya penyusutan mesin dan biaya utilitas pabrik. Siklus berakhir ketika harga pokok produk jadi telah disajikan, yang merupakan total biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk jadi, termasuk bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. D. Siklus Pembuatan Produk dan Siklus Akuntansi Biaya Pada Perusahaan Manufaktur Hubungan yang saling terkait antara siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi biaya memiliki peran yang sangat penting dalam operasional perusahaan manufaktur. Siklus pembuatan produk adalah proses fisik yang kompleks yang terdiri dari serangkaian langkah yang dimulai dari tahap perencanaan, pengadaan bahan baku, produksi, hingga tahap akhir di mana produk jadi dihasilkan. Tahap-tahap ini mencakup aktivitas seperti perencanaan produksi, pengaturan mesin, pengolahan bahan baku, perakitan, pengujian kualitas, dan pengemasan. Setiap tahap memerlukan waktu, sumber daya, dan tenaga kerja yang berbeda-beda. Di sisi lain, siklus akuntansi biaya bertanggung jawab untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan menganalisis semua biaya yang terjadi selama proses produksi tersebut. Mulai dari pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja langsung maupun tidak langsung, biaya overhead pabrik, hingga biaya penyimpanan produk jadi, semuanya dicatat
10 dan dianalisis secara hati-hati. Ini melibatkan pembuatan catatan transaksi, pembebanan biaya ke unit produk, perhitungan biaya per unit, dan penentuan harga jual yang tepat. Hubungan erat ini dapat diilustrasikan melalui integrasi antara dua siklus tersebut. Misalnya, dalam siklus pembuatan produk, pengaturan mesin dan penggunaan bahan baku tertentu akan menghasilkan biaya langsung yang harus dicatat dalam siklus akuntansi biaya. Begitu juga dengan biaya tidak langsung, seperti biaya overhead pabrik, yang harus dialokasikan secara proporsional ke unit produk berdasarkan metode yang telah ditetapkan. Ketika produk mencapai tahap akhir produksi, informasi yang terkumpul dari siklus akuntansi biaya akan memberikan wawasan berharga kepada manajemen perusahaan. Data tentang biaya produksi, efisiensi operasional, dan perbandingan antara biaya aktual dengan anggaran akan membantu manajemen membuat keputusan yang lebih baik. Misalnya, jika biaya produksi melebihi anggaran, manajemen dapat melakukan analisis lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebabnya dan mengambil tindakan korektif. Selain itu, informasi yang diberikan oleh siklus akuntansi biaya juga berperan dalam menentukan harga jual yang sesuai untuk produk. Dengan mengetahui biaya produksi per unit, perusahaan dapat menetapkan harga jual yang memungkinkan mereka untuk mencapai laba yang diinginkan sambil tetap bersaing di pasar.
11 Dengan demikian, integrasi antara siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi biaya memainkan peran penting dalam mengelola operasi perusahaan manufaktur secara efisien. Melalui pemahaman yang mendalam tentang biaya-biaya yang terlibat dalam produksi dan analisis yang teliti terhadap data akuntansi, perusahaan dapat mengoptimalkan proses produksi mereka, meningkatkan profitabilitas, dan tetap kompetitif di pasar. Berikut ini merupakan ilustrasi dari hubungan tersebut: Siklus Pembuatan Produk Gambar 1. Siklus Pembuatan Produk Pada Perusahaan Manufaktur Pembelian dan Penyimpanan Bahan Baku Pengolahan Bahan Baku menjadi Produk Jadi Penyimpanan Produk Jadi dalam Gudang
12 Siklus Akuntansi Biaya Gambar 2. Siklus Akuntansi Biaya Pada Perusahaan Manufaktur Penentuan Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli Biaya Tenaga Kerja Langsung Penentuan Harga Pokok Bahan Baku Dipakai Biaya Overhead Pabrik Pengumpulan Biaya Produksi Penentuan Harga Pokok Produk Jadi
13 Siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi biaya memiliki hubungan dalam mengelola proses produksi dan pencatatan biaya yang terlibat dalam pembuatan produk. Pertama-tama, Siklus Pembuatan Produk dimulai dengan pembelian dan penyimpanan bahan baku yang diperlukan untuk produksi. Langkah ini berkaitan langsung dengan Siklus Akuntansi Biaya yang dimulai dengan penentuan harga pokok bahan baku yang dibeli. Selanjutnya, dalam proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, biaya-biaya seperti biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik terjadi. Informasi mengenai biaya ini kemudian dikumpulkan dalam Siklus Akuntansi Biaya untuk menentukan harga pokok produksi. Akhirnya, setelah produk jadi selesai diproduksi, produk tersebut disimpan dalam gudang dalam Siklus Pembuatan Produk. Pada tahap ini, Siklus Akuntansi Biaya menyelesaikan proses dengan menentukan harga pokok produk jadi, yang mencakup biaya-biaya produksi termasuk biaya penyimpanan dalam gudang. Oleh karena itu, siklus-siklus ini saling melengkapi dalam mencatat dan mengelola biaya produksi, serta memberikan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan manajerial yang efektif dalam perusahaan. Siklus akuntansi biaya juga bisa direpresentasikan melalui hubungan rekening-rekening dalam buku besar, seperti yang diperlihatkan dalam penjelasan mengenai penyaluran biaya yang terjadi selama proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Salah satunya adalah rekening barang dalam proses, yang mencatat biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik sebagai debet, serta harga pokok produk jadi yang
14 dipindahkan ke bagian gudang sebagai kredit. kemudian, terdapat rekening persediaan bahan baku, yang mencatat harga pokok bahan baku yang dibeli sebagai debet, dan harga pokok bahan baku yang digunakan dalam produksi sebagai kredit. selanjutnya, rekening gaji dan upah mencatat utang gaji dan upah sebagai debet, dan upah langsung yang digunakan untuk memproses produk sebagai kredit. rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan mencatat biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditetapkan di muka sebagai kredit. Terakhir, rekening Persediaan Produk Jadi mencatat harga pokok produk jadi yang dipindahkan dari bagian produksi ke bagian gudang sebagai debet, dan harga pokok produk jadi yang dijual sebagai kredit. Siklus akuntansi biaya yang digambarkan melalui hubungan rekening-rekening buku besar dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini: Gambar 3. Aliran Biaya Produksi dalam Rekening Buku Besar Persediaan Barang Persediaan Bahan Baku dalam Proses Produk Jadi Gaji dan Upah Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan
15 E. Ringkasan Siklus akuntansi biaya merupakan prosedur penting dalam mengelola informasi biaya perusahaan dengan tujuan utama mencakup menghitung harga pokok produk, membantu pengambilan keputusan manajerial, dan mengendalikan biaya perusahaan. Siklus ini memiliki fungsi-fungsi seperti pencatatan biaya, penghitungan harga pokok produksi, analisis varian biaya, dan pelaporan informasi biaya. Siklus akuntansi biaya berbeda-beda tergantung pada jenis perusahaan, baik perusahaan jasa, dagang, maupun manufaktur, dengan setiap jenis memiliki siklus kegiatan usaha yang mempengaruhi siklus akuntansi biaya. Dalam konteks perusahaan manufaktur, hubungan antara siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi biaya sangat penting dalam mengelola proses produksi dan pencatatan biaya yang terlibat dalam pembuatan produk, memastikan bahwa keputusan manajerial didasarkan pada informasi yang akurat dan terperinci. Siklus akuntansi biaya adalah serangkaian prosedur yang penting dalam mengelola informasi biaya perusahaan dengan tujuan utama mencakup menghitung harga pokok produk, membantu pengambilan keputusan manajerial, dan mengendalikan biaya perusahaan. Siklus ini memiliki fungsi-fungsi seperti pencatatan biaya, penghitungan harga pokok produksi, analisis varian biaya, dan pelaporan informasi biaya. Berbeda tergantung pada jenis perusahaan, siklus akuntansi biaya dalam konteks perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur dipengaruhi oleh siklus kegiatan usaha masing-masing. Dalam
16 perusahaan manufaktur, hubungan antara siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi biaya sangat penting dalam mengelola proses produksi dan pencatatan biaya yang terlibat dalam pembuatan produk, memastikan keputusan manajerial didasarkan pada informasi yang akurat dan terperinci. F. Latihan Soal Berikut ini merupakan soal-soal yang dapat dijawab dan didiskusikan untuk mengasah pemahaman terhadap siklus akuntansi biaya. 1. Jelaskan perbedaan antara siklus akuntansi biaya dalam konteks perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur? 2. Apa saja tujuan dan fungsi utama dari siklus akuntansi biaya? 3. Jelaskan bagaimana informasi yang dihasilkan dari siklus akuntansi biaya dapat membantu manajemen dalam mengambil keputusan terkait dengan harga produk, perencanaan produksi, pengendalian biaya, dan evaluasi kinerja perusahaan. 4. Bagaimana hubungan antara siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur? 5. Bagaimana pencatatan biaya dalam siklus akuntansi biaya berperan dalam menyusun laporan keuangan perusahaan?
17 Akuntansi Biaya Bahan Baku Herwening Sindu Lestari, SE., MSi 2
18 A. Bahan Baku, Pembelian dan Harga Pokok Dalam sebuah kegiatan produksi, bahan baku akan diolah menjadi barang jadi. Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi. Bahan baku merupakan bahan utama pembentuk sebuah produk. Bahan langsung (direct material) merupakan bahan baku yang terikat dengan produk jadi. Sedangkan yang tidak langsung terikat disebut dengan bahan tidak langsung (indirect material) (Sugiarto, 2022). Memperoleh bahan baku dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan pembelian maupun memproduksi sendiri. Dalam sistem pembelian bahan baku, perusahaan mengeluarkan biaya diantaranya biaya harga beli dan seluruh biaya yang timbul akibat pembelian tersebut. Sehingga muncul permasalahan harga pokok pembelian bahan baku. Pembelian bahan baku dalam sistemnya di perusahaan melibatkan bagian produksi, bagian gudang, bagian pembelian, bagian penerimaan barang, dan bagian akuntansi serta menggunakan dokumen dokumen utama dan pendukung. Biaya biaya yang diperhitungkan saat transaksi pembelian atas bahan baku diantaranya harga beli bahan ditambah dengan biaya biaya lain pembelian hingga bahan baku siap diolah. Harga beli dan biaya angkut bahan baku merupakan unsur yang relatif mudah diperhitungkan sebagai harga pokok. Lain halnya dengan biaya lainnya seperti biaya pesan, pembongkaran, asuransi, gudang, pemeriksaan yang cukup sulit untuk diperhitungkan
19 sehingga secara umum akan dimasukkan dalam unsur biaya overhead pabrik (Mulyadi, 2018). Diskon harga atau potongan harga bahan baku yang dibeli menjadi pengurang total harga pembelian. Biaya angkut yang dikenakan atas pembelian bahan baku sebagai berikut : 1. Diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok 2. Tidak diperhitungan sebagai tambahan harga pokok namun diperhitungkan sebagai biaya overhead pabrik 1. Biaya angkut sebagai tambahan harga pokok Apabila biaya angkut diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok, maka alokasi biaya angkut dapat dihitung sebagai berikut : a. Alokasi Biaya Angkut : Perbandingan kuantitas Contoh 1 : Perusahaan membeli 600 kg bahan baku dengan perincian bahan 1 (250 kg), bahan 2 (250kg), dan bahan 3 (100kg). Biaya angkut yang dikeluarkan sebesar Rp. 500.000. Perhitungan alokasi biaya angkut dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Alokasi biaya angkut berdasarkan kuantitas Perhitungan alokasi berdasar kuantitas hanya bisa dilakukan jika memiliki satuan kuantitas yang sama.
20 Harga pokok Bahan Baku Bahan Baku Harga faktur Tarif Biaya Angkut 1 200,000 0.5 100,000 300,000 2 100,000 0.5 50,000 150,000 3 150,000 0.5 75,000 225,000 4 250,000 0.5 125,000 375,000 600,000 300,000 900,000 Biaya Angkut b. Alokasi Biaya Angkut : Perbandingan Harga Faktur Contoh 2 : Perusahaan membeli 4 jenis bahan baku sebagai berikut: bahan baku jenis 1 dengan harga Rp. 200.000,- bahan baku jenis 2 dengan harga Rp. 100.000,- bahan baku jenis 3 dengan harga Rp. 150.000,- bahan baku jenis 4 dengan harga Rp. 250.000,-. Biaya angkut yang dikeluarkan sebesar Rp. 300.000. Tarif biaya angkut dihitung sebesar 0.5 (Rp.300.000 : Rp.600.000). Perhitungan pembagian biaya angkut dijelaskan pada gambar 2. Gambar 2. Alokasi biaya angkut berdasarkan perbandingan harga faktur c. Alokasi Biaya Angkut : Tarif di Muka Biaya angkut dibebankan atas dasar tarif yang ditentukan dimuka dihitung dengan melakukan penaksiran biaya yang akan dikeluarkan. Biaya angkut sesungguhnya akan dicatat dalam biaya angkut. Pencatatan sebagai berikut 1) Pembebanan biaya angkut atas dasar tarif ditentukan dimuka Persediaan Bahan Baku xx Biaya Angkut xx 2) Pencatatan biaya angkut sesungguhnya
21 Biaya Angkut xx Kas xx Apabila terdapat perbedaan antara biaya angkut yang dibebankan dengan yang sesungguhnya maka bisa ditutup ke akun harga pokok penjualan atau dialokasikan ke akun persediaan pada akhir periode. 2. Biaya angkut tidak menjadi tambahan harga pokok Dalam hal ini biaya angkut yang dikeluarkan ditaksir pada awal tahun anggaran kemudian dihitung sebagai biaya overhead pabrik dalam penentuan tarif. Biaya angkut yang sesungguhnya kemudian dicatat pada akun biaya overhead pabrik sesungguhnya. 3. Perolehan Bahan Baku : Biaya unit organisasi Biaya unit organisasi diantaranya biaya biaya yang terjadi di bagian perusahaan yang terkait dengan transaksi pembelian atas bahan baku. Sehingga biaya yang terjadi dalam bagian tersebut harus diperhitungkan. Tarif pembebanan dapat dijelaskan sebagai berikut a. Bagian terkait transaksi pembelian atas bahan baku, diperkirakan besar jumlah biayanya b. Penaksiran jumlah dan dasar biaya yang dibebankan ditentukan pada tiap bagian dalam tahun anggaran c. Membagi biaya dengan dasar pembebanan sebagai penentuan tarif pembebanan pada tiap bagian.
22 B. Penilaian Bahan Baku dan Pencatatan Bahan Baku Dalam menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi beberapa metode penilaian bahan baku dapat digunakan diantaranya metode : 1. Identifikasi khusus 2. Masuk pertama keluar pertama /MPKP 3. Masuk terakhir keluar pertama/MTKP 4. Rata-rata bergerak 5. Biaya standar Beberapa metode dalam melakukan pencatatan bahan baku dalam kegiatan produksi bisa menggunakan metode perpetual maupun metode fisik. Dalam metode perpetual setiap mutasi dicatat dalam kartu persediaan. Sedangkan dalam metode fisik untuk mengetahui biaya pemakaian baku dapat diketahui dari penghitungan akhir periode. Pada metode fisik, pada saat pemakaian bahan baku tidak melakukan pencatatan (Narsa and Narsa, 2020). Jurnal saat pembelian bahan baku (metode perpetual) Persediaan Bahan Baku xx Kas / Utang Usaha xx Jurnal pemakaian bahan baku (metode perpetual) Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku xx Persediaan Bahan Baku xx
23 Gambar 3. Perbandingan Pencatatan Metode Fisik dan Perpetual Transaksi Fisik Perpetual Pembelian Pemakaian Pembelian xx Kas/ Utang usaha xx Tidak ada jurnal Persediaan BB xx Kas/Utang Usaha xx Brg Dlm ProsesBBB xx Persediaan BB xx 1. Metode Identifikasi Khusus (Specific Identification Method) Dalam metode ini, tiap jenis bahan baku diberi tanda jelas identitasnya sehingga dapat diketahui dengan jelas pemakaian bahan bakunya. 2. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First in First Out Method)/ MPKP Berikut ilustrasi untuk perhitungan pemakaian bahan baku. Diawal periode terdapat bahan baku 100 unit bahan baku dengan harga @ Rp. 1.500; 150 unit @ Rp. 1.700; 200 unit @ Rp. 2.000; dan 140 unit @ Rp.2.200. Bahan baku yang dipakai sebanyak 300 unit. Berapakah biaya pemakaian bahan baku?
24 Gambar 4. Perhitungan pemakaian bahan baku metode MPKP Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku 505.000 Persediaan Bahan Baku 505.000 3. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last in First Out Method)/ MTKP Gambar 5. Perhitungan pemakaian bahan baku metode MTKP Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku 628.000 Persediaan Bahan Baku 628.000 4. Metode Rata-rata Bergerak Berikut ilustrasi untuk perhitungan pemakaian bahan baku. (1) Pembelian bahan baku 100 unit Tersedia dipakai Persediaan Akhir Unit Harga Rp. Unit 100 1,500 100 unit 150,000 0 - 150 1,700 150 unit 255,000 0 - 200 2,000 50 unit 100,000 150 300,000 140 2,200 - 140 308,000 590 505,000 290 608,000 Metode MPKP Pemakaian 300 unit Tersedia dipakai Persediaan Akhir Unit Harga Rp. Unit 100 1,500 - - 100 150,000 150 1,700 - - 150 255,000 200 2,000 160 320,000 40 80,000 140 2,200 140 308,000 0 - 590 300 628,000 290 485,000 Pemakaian 300 unit Metode MTKP
25 Tgl Keterangan Kuantitas Harga Jumlah Kuantitas Harga Jumlah Kuantitas Harga Jumlah 1 pembelian 100 1,500 150,000 100 1,500 150,000 2 pembelian 150 1,700 255,000 150 1,700 255,000 250 1,620 405,000 3 pemakaian 150 1,620 243,000 4 pembelian 140 2,200 308,000 100 1,620 162,000 140 2,200 308,000 240 1,958 470,000 5 pemakaian 150 1,958 293,750 6 pembelian 50 2,000 100,000 90 1,958 176,250 50 2,000 100,000 140 1,973 276,250 Jml pembelian 440 813,000 Jml pemakaian 300 536,750 Sisa akhir 140 276,250 Pembelian Pemakaian Sisa bahan baku dengan harga @ Rp. 1.500; (2) Pembelian 150 unit @ Rp. 1.700; (3) Pemakaian 150 unit; (4) Pembelian 140 unit @ Rp.2.200; (5) Pemakaian 150 unit; (6) Pembelian 50 unit @ Rp. 2.000 Bahan baku yang dipakai sebanyak 300 unit. Berapakah biaya pemakaian bahan baku? Gambar 6. Kartu persediaan Metode Rata-Rata Bergerak Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku 536.750 Persediaan Bahan Baku 536.750 5. Metode Biaya Standar Metode biaya standar memperhitungkan pencatatan sebesar harga standar yaitu harga taksiran tahun anggaran tertentu. Jurnal saat pembelian bahan baku harga standar Persediaan bahan baku xx Selisih harga xx
26 Jurnal saat pembelian bahan baku harga sesungguhnya Selisih harga xx Kas/Utang usaha xx Pemakaian bahan baku Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku xx Persediaan Bahan Baku xx Pemakaian bahan baku dicatat sebesar kuantitas x harga standar C. Perencanaan Dan Pengendalian Bahan Baku Perencanaan dan pengendalian bahan baku yang dilakukan dalam proses produksi memiliki tujuan diantaranya meminimalkan biaya dan memaksimalkan laba. Perencanaan bahan baku meliputi jumlah kebutuhan produksi dan jumlah yang harus dibeli, waktu pembelian yang tepat, dan batas jumlah minimum bahan yang harus tersedia di gudang bahan baku. Teknik perencanaan bahan baku yaitu Economic Order Quantity (EOQ). Pengendalian bahan baku dilakukan untuk mengetahui kemampuan melakukan pesanan sesuai waktu, kuantitas dan kualitas tepat dengan harga terbaik (Dewi, 2019).
27 Biaya Tenaga Kerja Zulaika Putri Rokhimah, S.E., M.Si., Ak 3
28 A. Akuntansi Biaya Akuntansi secara umum merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan serta penyajian dengan caara terstruktur terkait dengan transaksi keuangan yang terjadi didalam Perusahaan. Menurut Surwadjono (2015:10) menyatakan bahwa: Akuntansi dapat didefinisikan sebagai seperangkat yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian pelaporan informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi. Akuntansi biaya merupakan suatu sistem informasi untuk mengidentifikasi, menganalisa dan melaporkan informasi keuangan dan non keuangan terkait dengan biaya perolehan maupun penggunaan sumber daya dalam suatu Perusahaan atau organisasi (Drury, 2006) Dengan memberikan informasi-informasi yang diperlukan oleh Perusahaan, maka akuntansi biaya dianggap sangat penting bagi Perusahaan. Menurut Ahmad Firdaus., dkk. (2019:18) biaya (cost) biaya adalah pengeluaran – pengeluaran atau nilai pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna di masa yang akan datang, atau memiliki manfaat yang lebih dari satu periode akuntansi tahunan. Menurut Mulyadi (2018:7) tujuan akhir dari akutansi biaya adalah menyediakan informasi tentang biaya untuk manajemen guna membantu mereka didalam mengelolah perusahaan atau departemennya. Biaya-biaya yang
29 dikumpulkan sesuai dengan golongan atau klasifikasi yang diinginkan, kemudian disajikan dan dianalisa akan akan bermanfaat bagi manajemen. Data biaya tersebut akan dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk berbaga tujuan. Dengan adanya akuntansi biaya, Perusahaan bisa mengukur efisiensi dan mengendalikan pengeluaran sehingga dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan. B. Biaya Tenaga Kerja Menurut Hansen dan Mowen (2012:47) biaya merupakan kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang dan jasa yang akan memberikan manfaat saat ini dan dimasa yang akan datang bagi Perusahaan. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan oleh Perusahaan dan diberikan kepada para tenaga kerja karena adanya pemanfaatan dari tenaga kerja yang telah melaksanakan proses produksi, dimana nantinya mereka akan mendapatkan imbalan. Biaya tenaga kerja terjadi dan diperlukan dalam suatu proses produk untuk mengubah bahan baku meniadi barang jadi. Biaya-biaya ini timbul sehubungan dengan penggunaan sumber daya manusia atau tenaga kerja tersebut dalam Memproduksi suatu produk. Manajemen perusahaan sangat membutuhkan informasi biaya tenaga kerja yang tepat waktu dan akurat untuk digunakan sebagai suatu dasar dalam perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.
30 C. Penggolongan Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja merupakan harga atau jumlah rupiah tertentu yang dibayarkan kepada para pekerja atau karyawan yang bekerja pada bagian produksi. Menurut Mulyadi (2018: 13-16) Kegiatan tenaga kerja dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran Penggolongan menurut objek pengeluaran berdasarkan nama objek pengeluaran itu sendiri sebagai dasar penggolongan biaya. Misalnya objek pengeluaran adalah perjalanan, maka biaya yang berhubungan dengan pemasaran disebut “biaya perjalanan”. 2. Penggolongan menurut fungsi pokok organisasi Penggolongan ini tujuannya membedakan antara tenaga kerja pabrik dan non pabrik. Tujuan dari penggolongan ini adalah untuk membedakan biaya tenaga kerja yang merupakan unsur harga pokok produk dari biaya tenaga kerja non pabrik, yang bukan merupakan unsur harga pokok produksi, melainkan merupakan unsur biaya tenaga usaha. Terdapat 3 fungsi dalam fungsi pokok organisasi yaitu: a. Biaya tenaga kerja produksi, contoh : gaji karyawan, kesejahteraan, lembur karyawan pabrik, upah mandor, gaji manajer pabrik. b. Biaya tenaga kerja pemasaran, contoh : upah dan kesejahteraan karyawan pemasaran, komisi pramuniaga, gaji manajer pemasaran.
31 c. Biaya tenaga kerja administrasi & umum, contoh : gaji dan kesejahteraan karyawan bagian akuntansi, personalia dan sekretariat. 3. Penggolongan menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Dalam hubungannya dengan produk, biaya tenaga kerja ini terdiri atas dua elemen utama yaitu: a. Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dapat diidentifikasikan dengan suatu proses tertentu yang diperlukan yang terkait dengan penyelesaian proses produksi produk yang dihasilkan Perusahaan. Semua biaya tenaga kerja langsung tersebut akan dibebankan langsung pada barang jadi maupun produk yang dihasilkan. Biaya ini menentukan elemen biaya produk Bersama biaya bahan baku langsung atau biasa disebut biaya utama atau prime cost. Contoh dari biaya tenaga kerja langsung adalah biaya upah dan gaji pekerja yang terlibat langsung, termasuk tunjangan, asuransi Kesehatan maupun dana pensiun bila ada. b. Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung (BTKTL) Biaya tenaga kerja tak langsung merupakan biaya yang diidentifikasi secara tidak langsung yang terlibat dalam kegiatan proses produksi suatu produk. Biaya ini merupakan biaya tenaga kerja yang terjadi dalam departemen pendukung. Biaya tenaga kerja tidak langsung akan masuk kedalam biaya overhead pabrik. Contoh dari biaya tenaga kerja tak langsung adalah
32 gaji supervisor, gaji mandor, pembersih bengkel dan sebagainya. Pentingnya pemisahan antara biaya tenaga kerja langsung dengan biaya tenaga kerja tak langsung diantaranya adalah: 1) Supaya informasi biaya yang diberikan dapat menunjukkan biaya suatu produk dengan lebih tepat serta mempermudah pelaksanaan pengendalian atas biaya tenaga kerja. 2) Supaya pengukuran efisiensi dari biaya tenaga kerja langsung berdasarkan pada jumlah unit yang selesai, sedang untuk biaya tenaga kerja tak langsung berhubungan dengan jumlah unit produk yang dihasilkan. 3) Supaya mempermudah alokasi biaya overhead pabrik yang sering dilakukan dengan basis biaya tenaga kerja langsung. Bila sampai pemisahan tidak dilakukan maka kesalahan alokasi biaya overhead pabrik sangat mungkin terjadi. 4. Penggolongan menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume aktivitas Penggolongan biaya dalam kaitannya dengan volume aktivitas, dibagi menjadi: a. Biaya Variabel Biaya variabel merupakan biaya yang secara keseluruhan jumlahnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Misalnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
33 b. Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang secara keseluruhan jumlahnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Misalnya gaji direktur dan gaji manajer. 5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya Penggolongan biaya berdasarkan jangka waktu manfaat dapat dibagi menjadi: a. Pengeluaran Modal (capital expenditures) Pengeluaran modal merupakan biaya yang dikeluarkan mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (satu tahun kalender). Pengeluaran modal pada saat terjadi dibebankan sebagai kos aktiva, dan dibebankan tahun – tahun yang menikmati masa manfaat dengan cara depresiasi, amortisasi, atau deplesiasi. Contoh pengeluaran modal adalah pembelian aktiva tetap, biaya pemeliharan besar, biaya pemasaran besar – besaran, biaya riset dan pengembangan. b. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditures) Pengeluaran pendapatan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk masa manfaat dalam satu periode akintansi. Pada saat terjadinya, pengeluaran, pengeluaran pendapatan dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan adalah biaya iklan dan biaya tenaga kerja.
34 D. Anggaran Tenaga Kerja Anggaran tenaga kerja merupakan anggaran yang direncanakan secara terperinci terkait dengan upah yang akan dibayarkan kepada tenaga kerja langsung untuk periode yang akan datang (Nurhadi dan Aidil, 2020:155). Dasar penyusunan anggaran tenaga kerja adalah anggaran jam kerja langsung dan anggaran biaya tenaga kerja langsung. Dengan penyusunan yang baik dalam anggaran tenaga kerja dapat mendatangkan beberapa manfaat dalam Perusahaan seperti: 1. Penggunaan tenaga kerja bisa menjadi lebih efisien 2. Pengeluaran biaya terkait dengan tenaga kerja menjadi efisien 3. Harga pokok produk dihitung secara lebih tepat 4. Dapat dipakai sebagai alat pengawasan biaya tenaga kerja E. Akuntansi Biaya Tenaga Kerja Akuntansi biaya tenaga kerja dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu: 1. Gaji dan Upah Salah satu cara menghitung upah karyawan dalam Perusahaan adalah dengan mengkalikan terif upah dengan jam kerja karyawan.
35 2. Pendapatan Lembur Premi lembur dibagi menjadi dua elemen yaitu tarif upah regular dan premi lembur. Pendapatan lembur sendiri merupakan tambahan untuk ja kerja yang telah melebihi batas waktu. 3. Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja Set up time merupakan waktu yang diperlukan untuk memulai produksi. Set up costs merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memulai produksi. Terdapat tig acara perlakuannya yaitu dimasukkan ke dalam kelompok biaya tenaga kerja langsung, dimasukkan sebagai unsur biaya overhead atau dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan. F. Soal Perusahaan ABC mempersiapkan penyusunan anggaran tenaga kerja untuk tahun 2023, data yang tersedia adalah sebagai berikut: Rencana Produksi (Triwulan) Jumlah (Unit) 1 7000 2 5000 3 6000 4 10000 Departemen Jam Tenaga Kerja Tarif 1 2,1 jam Rp 500,- 2 1,5 jam Rp 800,-
36 Berapa anggaran jam kerja langsung dan anggaran biaya tenaga kerja langsung? Jawaban: 1. Anggaran Jam Kerja Langsung Triwulan Produksi Dept. 1 Dept. 2 Total STD JML STD JML 1 7000 2,1 14700 1,5 10500 25200 2 5000 2,1 10500 1,5 7500 18000 3 6000 2,1 12600 1,5 9000 21600 4 10000 2,1 21000 1,5 15000 36000 Jumlah 28000 58800 42000 100800 2. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Triwulan Dept. 1 Dept. 2 Total (RIBUAN) JAM Upah JML (RIBUAN) JAM Upah JML (RIBUAN) 1 14700 500 Rp 7.350 10500 800 Rp 8.400 Rp 15.750 2 10500 500 Rp 5.250 7500 800 Rp 6.000 Rp 11.250 3 12600 500 Rp 6.300 9000 800 Rp 7.200 Rp 13.500 4 21000 500 Rp10.500 15000 800 Rp12.000 Rp 22.500 Jumlah Rp29.400 Rp33.600 Rp 63.000
37 Job Order Costing Titi Purbo Sari, SE.,M.Si 4
38 alam sistem pengumpulan biaya produksi terdapat dua metode untuk memperhitungan harga pokok produk, yaitu metode harga pokok pesanan (job-order costing) dan metode harga pokok proses (process costing). Penentuan penggunaan sistem perhitungan harga pokok disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, namun kedua metode bertujuan sama yaitu untuk menentukan biaya produksi dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Kegiatan produksi yang berdasarkan pesanan dilakukan atas dasar pesanan, sehingga sifat produksinya terputus-putus menyesuaikan ada tidaknya pesanan yang diterima oleh perusahaan. Oleh karena itu, pengumpulan biaya produksi bedasarkan pesanan dapat diidentifikasi secara terpisah antara suatu pesanan dengan pesanan yang lain dengan membuat kartu biaya produksi pesanan, yang berfungsi sekaligus sebagai buku pembantu biaya. Sistem perhitungan biaya produksi berdasarkan pesanan (job-order costing) dilakukan dengan cara mengakumulasikan biaya produksi masingmasing pesanan pada saat pesanan selesai. Perhitungan biaya produksi berdasarkan pesanan (job-order costing) umumnya diterapkan pada perusahaan meubel, percetakan, konstruksi, dan lain-lain. A. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Manfaat informasi harga pokok produksi atas dasar pesanan, antara lain : 1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan pada produk pesanan melalui perhitungan berikut : D
39 Estimasi biaya produksi per pesanan Rp. xxx Estimasi biaya non produksi per pesanan Rp. xxx Estimasi total biaya per pesanan Rp. xxx Laba yang diinginkan Rp. xxx Estimasi harga jual yang dibebankan Rp. xxx 2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan dengan membandingkan besarnya estimasi biaya produksi dan biaya non produksi dengan harga penawaran dari konsumen. Biaya produksi pesanan : Estimasi Biaya Bahan Baku Rp. xxx Estimasi Biaya Tenaga Kerja Rp. xxx Estimasi Biaya Overhead Pabrik Rp. xxx Rp. xxx Biaya non produksi pesanan : Estimasi Biaya Adm & Umum Rp. xxx Estimasi Biaya Pemasaran Rp. xxx Rp. xxx Total Harga Pokok Pesanan Rp. xxx
40 3. Memantau realisasi biaya produksi agar tidak menyimpang dari estimasi perhitungan biaya produksi. Biaya Bahan Baku Sesungguhnya Rp. xxx Biaya Tenaga Kerja Sesungguhnya Rp. xxx Estimasi Biaya Overhead Pabrik Rp. xxx Total Biaya Produksi Sesungguhnya Rp. xxx 4. Mengetahui jumlah laba atau rugi pada tiap pesanan. Harga jual yang dibebankan Rp. xxx Biaya Produksi Pesanan : Biaya Bahan Baku Sesungguhnya Rp. xxx Biaya Tenaga Kerja Sesungguhnya Rp. xxx Estimasi Biaya Overhead Pabrik Rp. xxx Total Biaya Produksi Sesungguhnya Rp. xxx Laba/ Rugi Bruto Rp. xxx 5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam Neraca.
41 B. Contoh Soal Pada bulan Nov. PT Garuda mendapat pesanan 1.500 undangan dari PT. Jaya dengan harga Rp 3 000/undangan dan diberi nomor 101. Perusahaan juga menerima pesanan pamflet iklan dari PT. Maju sebanyak 20.000 lembar dengan harga Rp 1.000/ lembar. Pesanan ini diberi nomor 102. Untuk keperluan diatas perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong sebagai berikut : Bahan Baku : Kertas grade A 85 rim @ Rp. 10.000 = Rp. 850.000 Kertas grade B 10 roll @ Rp. 350.000 = Rp. 3.500.000 Tinta jenis X 5 kg @ Rp. 100.000 = Rp. 500.000 Tinta jenis Y 25 kg @ Rp. 25.000 = Rp. 625.000 Rp. 5.475.000 Bahan Penolong : Bahan Penolong 1 17 kg @ Rp. 10.000 = Rp. 170.000 Bahan Penolong 2 60 lt @ Rp. 5.000 = Rp. 300.000 Rp. 470.000
42 Rincian biaya produksi masing-masing pesanan adalah : Penggunaan bahan baku : Pesanan 101 Kertas grade A 85 rim @ Rp. 10.000 = Rp. 850.000 Tinta jenis X 5 kg @ Rp. 100.000 = Rp. 500.000 Rp. 1.350.000 Pesanan 102 Kertas grade B 10 roll @ Rp. 350.000 = Rp. 3.500.000 Tinta jenis Y 25 kg @ Rp. 25.000 = Rp. 625.000 Rp. 4.125.000 Penggunaan bahan penolong : Bahan Penolong 1 10 kg @ Rp. 10.000 = Rp. 100.000 Bahan Penolong 2 40 lt @ Rp. 5.000 = Rp. 200.000 Rp. 300.000 Biaya tenaga kerja : Upah pesanan 101 225 jam @ Rp. 4.000 = Rp. 900.000 Upah pesanan 102 1.250 jam @ Rp.4.000 = Rp. 5.000.000 Upah tidak langsung = Rp. 3.000.000