93 Transaksi ini dicatat sebagai berikut: Penjualan 150.000.000 Piutang Dagang Kontrol 150.000.000 Beban Pokok Penjualan 80.000.000 Persediaan Barang Jadi Kontrol 80.000.000 8. PT Abrakadabra mengeluarkan biaya pemasaran dan administrasi umum selama bulan Mei 20X4 masingmasing sebesar Rp. 10.000.000,- dan Rp. 3.000.000. Biaya tersebut telah dibayarkan oleh Perusahaan. Transaksi ini dicatat sebagai berikut: Beban Pemasaran 10.000.000 Beban Administrasi dan Umm 3.000.000 Kas Kontrol 13.000.000 9. Pada akhir Mei 20X4 dicatat jurnal penyesuaian untuk memperhitungkan kelebihan atau kekurangan alokasi biaya overhead produksi ke akun Beban Pokok Penjualan. Dalam proses ini Perusahaan terlebih dahulu harus mempehitungkan total biaya overhead aktual yang terjadi yang merupakan total biaya Overhead Kontrol dan membandingkannya dengan biaya Overhead Alokasian. Selisih dari biaya tersebut
94 kemudian akan dibebankan ke akun Beban Pokok Penjualan. Overhead Kontrol = Rp. 9.000.000 (bahan baku tidak langsung) + Rp. 17.000.000 (tenaga tidak langsung) + Rp. 30.000.000 (penyusutan mesin, utilitas dan pajak pabrik) Overhead Kontrol = Rp.56.000.000,- Overhead Alokasian = Rp.40.000.000,- Kekurangan alokasi= Rp.16.000.000,- Penyesuaian ini dicatat sebagai berikut: Beban Pokok Penjualan 16.000.000 Overhead Alokasian 40.000.000 Overhead Kontrol 56.000.000 B. Biaya Produksi, Beban Pokok Penjualan dan Laporan Laba Rugi dari Pencatatan Akuntansi Biaya Setelah mencatat tahapan demi tahapan dalam proses pencatatan akuntansi biaya dalam ilustrasi PT Abrakadabra diatas, selanjutnya akan ditunjukkan bagaimana biaya pokok produksi dan beban pokok penjualan diperhitungkan selama periode berjalan, dan selanjutnya
95 disajikan dalam laporan laba rugi sebagaimana disajikan dalam Tabel 1 berikut: Tabel 1. Biaya Pokok Produksi, Beban Pokok Penjualan dan Laba/Rugi
96
97 Permasalahan dalam Akuntansi Biaya Dr.Muhtar Sapiri,SE.,MM.,M.Kes 9
98 A. Karakteristik Lingkungan Bisnis Saat Ini dan Akan Datang Salah satu pemicu atau efek terhadap munculnya permasalahan dalam akuntansi biaya, adalah karena telah terjadi pergeseran karakteristik lingkungan bisnis yang dimulai setelah abad ke 21 sampai sekarang dan akan datang. Adapun ciri-ciri lingkungnan bisnis saat ini dan akan datang bercirikan empat era, yaitu : 1. Era global, terutama yang berkaitan dengan era globalisasi ekonomi. Era tersebut ditandai dengan munculnya produk/jasa yang berasal dari luar atau negara lain yang banyak ditawarkan dalam negeri. Produk/jasa tersebut menawarkan kandungan kualitas yang sangat kompetitif. 2. Era Teknologi. Teknologi sekarang dibandingkan teknologi dulu sangat berbeda. Jika teknologi sebelumnya yang sangat diandalkan adalah penggunaan otot, karena mesin-mesin didesain dalam ukuran yang sangat besar, sementara sekarang teknologinya didesain dalam ukuran yang lebih kecil (smart teknology), maka yang sangat dibutuhkan adalah otak, bukan lagi mengandalkan otot. 3. Era Strategi Quality Management. Agar bisnis dapat unggul, salah aspek yang perlu diperhatikan adalah berkaitan dengan kualitas. Kualitas tidak hanya dipandang dari satu satu aspek saja. Misalnya. Jika kita sudah memiliki produk/jasa yang berkulitas, maka harus didukung oleh proses yang berkualitas, dari proses yang berkualitas harus didukung oleh kepemimpinan yang berkualitas, pemimpinan yang
99 berkualitas harus didukung oleh adanya komitmen secara bersama-sama. 4. Era revolusi manejemen. Era tersebut dicirikan dengan pengaplikasian manajemen dalam segala aspek kehidupan atau kegiatan. Dimulai dari revolusi industri, dimana manusia pada awalnya menghasilkan produk hanya dengan bantuan tangan, namun dicoba menerapkan manajemen pada penciptaan alatalat agar memudahkan di dalam menghasilkan produk, kemudian berlanjut sampai sekarang dimana penerapan aspek manajemen sudah lebih luas, misalnya pada aspek manajemen keuangan, manajemen produksi, manajemen pemasaran, manajemen sumber daya manusia,manajemen transportasi dll. Ke-empat era tersebut di atas memicu timbulnya 3 C, yaitu : 1. C yang pertama adalah Costumer, artinya pada abad 21 sekarang ini telah terjadi pergeseran kekuasaan di pasar. Jika dahulu yang memegang kendali di pasar adalah pihak produsen, apapun yang dihasilkan atau dijual oleh pabrikan seluruhnya akan laku terjual, maka disini berlaku semboyan jual produk/jasa apa yang bisa dibuat, namun sekarang ini telah terjadi perubahan pergeseran pemegang kendali di pasar yaitu pihak costumer. Hal tersebut mengharuskan setiap bisnis harus merespon apa kebutuhan atau keinginan setiap costumer, maka yang berlaku semboyan adalah buat produk/jasa apa yang dapat dijual. 2. C yang kedua, Competitive, Pada abad 21 sekarang terjadi persaingan di pasar oleh masing-masing pelaku
100 bisnis. Produk/jasa yang dijual menawarkan berbagai macam kandungan kualitas yang bervariasi, sehingga melahirkan hypert competitive. 3. C yang ketiga, Changes, Perubahan sebelumnya sangat lambat, namun pada abad 21 sekarang perubahan itu sangat cepat dan masif. Setiap pelaku bisnis dipaksa untuk selalu melakukan perubahan jika kondisi pasar mengalami perubahan. Pada kondisi tersebut mewajibkan setiap peusahaan untuk melengkapi dirinya dengan Effective Change-sensing radars. B. Pengalokasian Biaya Overhead dalam Akuntansi Biaya Terhadap Produk/Jasa. Efek dari perubahan lingkungan bisnis tersebut di atas, mengakibatkan timbulnya permasalahan di dalam akuntansi biaya yang berkaitan dengan penentuan harga pokok produksi. Pendekatan akuntansi biaya (tradisional) telah terjadi distorsi atau ketidak akuratan dalam penentuan harga pokok produksi, dimana biaya overhead pabrik yang dibebankan terhadap produk hanya menggunakan dasar alokasi yang didasari atas hubungan antara input dan output, artinya setiap satu tambahan output, maka input secara otomatis juga akan bertambah, sebaliknya bila output diturunkan, maka input juga akan turun. Namun pada saat sekarang ini, banyak pemicu biaya overhead atau dasar alokasi yang tidak berkaitan langsung antara input-output. Menurut Mulyadi (2007;102) Akuntansi biaya tradisional adalah sistem penentuan harga pokok produksi
101 yang menggunakan dasar pembebanan biaya sesuai dengan perubahan unit atau volume produk yang di produksi. Menurut Hansen dan Mowen yang di terjemahkan oleh Fitriasari (2009) metode akuntansi biaya tradisional adalah perhitungan biaya produk berdasarkan fungsi membebankan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung ke produk dengan menggunakan penelusuran langsung. Biaya overhead di lain pihak dibebankan dengan menggunakan penelusuran gerak alokasi, Contoh dasar alokasi dalam akuntansi biaya misalnya ,jumlah bahan yang digunakan, jumlah jam tenaga kerja, jumlah jam mesin, dan luas lantai. Kelemahan Sistem Biaya Tradisional Menurut Rudianto (2013), dengan berkembangnya dunia tekhnologi, sistem biaya tradisional mulai dirasakan tidak mampu menghasilkan biaya produk yang akurat lagi. Hal ini karena lingkungan global menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain: 1. Berkaitan dengan biaya overhead, sistem akuntansi biaya tradisional terlalu memusatkan pada distribusi dan alokasi biaya overhead ketimbang berusaha keras mengurangi pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah. 2. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya karena sering kali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal, seperti volume produk atau jam kerja langsung.
102 3. Sistem akuntansi biaya tradisional sering kali menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang justru menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan. 4. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak langsung serta biaya tetap dan biaya variabel hanya berdasarkan faktor penyebab tunggal, yaitu volume produk. Padahal dalam lingkungan tekhnologi maju, metode penggolongan tersebut menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai aktivitas. 5. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur hidup produk. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya tradisional terhadap biaya aktivitas perekayasaan serta penelitian dan pengembangan. Biaya-biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi harga pokok daur hidup produksi. C. Activity Based Costing System (Abc) Kelemahan penentuan harga pokok produksi pada pendekatan akuntansi biaya (tradiosonal), dapat diselesaikan dengan menerapkan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan pendekatan activity based costing (ABC). Pengertian Activity Based Costing System menurut Hongren (2008), ABC System (Activity Based Costing) Sebagai suatu system pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktvitas–aktivitas yang ada diperusahaan. Sistem ini berjalan dengan dasar bahwa
103 penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang dlakukan dalam suatu perusahaan, sehingga wajar bila pegalokasia biaya-biaya tidak langsung dilakukan bedasarkan aktivitas tersebut. Menurut Carter (2009), Activity Based Costing (ABC) System sebagai suatu system perhitungan biaya yag menerapkan penelusuran biaya-biaya aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi keluaran (output) secara lebih menyeluruh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ABC System Adalah sistem akutansi biaya dan pembebanan biaya ke produk dengan menggunakan berbagai cost driver, dilakukan dengan menelusuri biaya aktivitas dan setelah itu menelusuri biaya dari aktivitas ke produk. 1. Aktivitas Menurut Hansen dan Mowen (2009), Aktivitas merupakan suatu tindakan, peristiwa, tugas atau pekerjaan yang dilakukan dengan tujuan tertentu yang menjadi pemicu biaya (cost driver) dan menjadi objek biaya (cost driver) untuk pengukuran dan pembebanan biaya dalam suatu perusahaan. Selain itu Menurut Mulyadi (2001) Activity-based costing system (ABC) pada dasarnya merupakan metode penentuan harga pokok produk (product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat (accurate) bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk.
104 2. Jenis Aktivitas Menurut Hansen dan Mowen (2009:183), untuk tujuan perhitungan biaya, aktivitas dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu : a. Aktivitas Tingkat Unit Aktivitas yang dikerjakan setiap kali sebuah unti diproduksi, seperti perakitan peralatan dan permesinan b. Aktivitas Tingkat Batch Aktivitas yang dikerjakan setiap satu batch produk produksi, seperti pengiriman konsumen, aktivitas inspeksi, aktivitas pengelolaan dan aktivitas penjadwalan produksi. Gugus (batch) adalah sekelompok produk yang di produksi dalam satu kali proses. c. Aktivitas Tingkat Produk Aktivitas yang dikerjakan bila diperlukan untuk mendukung dan mengembangkan berbagai produk yang diproduksi, seperti merancang dan memasarkan produk d. Aktivitas Tingkat Fasilitas Aktivitas yang mendukung proses produksi suatu perusahaan. Sebagai contoh, kebersihan kantor, tata letak, dan sebagainya 3. Klasifikasi Aktivitas Dalam penelitian Muh Akbar (2011:23) dikatakan Sistem Activity Based Costing (ABC) pada dasarnya mencari suatu metode atau cara untuk menghasilkan informasi biaya yang lebih akurat dengan melakukan identifikasi atas berbagai aktivitas. Untuk mengidentifikasi biaya sumber daya
105 pada berbagai aktivitas, perusahaan perlu mengelompokkan seluruh aktivitas menurut cara bagaimana aktivitas-aktivitas tersebut mengkonsumsi sumber daya. Sistem ABC membagi aktivitas ke dalam 4 tingkatan, yaitu : a. Aktivitas tingkat unit (Unit-Level Activities) Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. b. Aktivitas tingkat kelompok unit (Batch-Level Activities). Aktivitas dilakukan setiap kelompok unit diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang ada pada kelompok unit tersebut.Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi dan pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel kelompok unit. c. Aktivitas pendukung produk/jasa (Product/ Service-Sustaining Activities) Aktivitas ini mendukung produksi produk/jasa spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau dijual. Aktivitas ini dilakukan karena dibutuhkan untuk menopang produksi setiap jenis produk/jasa yang berlainan. Sebagai contoh merancang produk atau mengiklankan produk. d. Aktivitas pendukung fasilitas (Facility-Sustaining Activities) Aktivitas ini tidak dapat
106 dihubungkan secara langsung dengan produk/jasa yang dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi secara keseluruhan. Pengelompokan untuk level ini sulit dicari hubungan sebab akibatnya dengan produk/jasa yang dihasilkan tetapi dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan proses produksi barang/jasa. Contoh:biaya keamanan dan biaya kebersihan. D. Contoh Penerapan Perhitungan antara Akuntansi Biaya dan Activity Based Costing (Abc) pada Industri Manufaktur.
107 1. Perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan Akuntansi Biaya. a. Biaya overhead dibebankan berdasarkan tarif Tunggal (single plant wide) Jika tarif tunggal yang digunakan dalam mengalokasikan biaya overhead, maka yang tepat menjadi dasar alokasi adalah jumlah kerja langsung. Hal ini dikarenakan jumlah biaya overhead secara keseluruhan lebih dominan dipicu oleh biaya yang berkaitan dengan aktivitas manusia. Dari soal di atas biaya overhead meliputi : Biaya persiapan mesin Rp.65 juta. Biaya ini dipicu oleh aktivitas manusia, Biaya perubahan desain Rp.44 juta. Biaya ini dipicu oleh aktivitas manusia, Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp.110 juta. Biaya ini dipicu oleh manusia. Biaya listrik Rp.133 juta. Biaya ini dipicu oleh pemakaian jam mesin. Berdasarkan hasil analisis biaya overhead di atas, selanjutnya dapat dihitung besarnya alokasi biaya overhead yang dialokasikan ke masing-masing produk kertas warna merah dan warna biru seperti berikut ini.
108 b. Biaya overhead dibebankan berdasarkan tarif Departemen Jika tarif departemen yang digunakan dalam mengalokasikan biaya overhead, maka kita akan menggunakan dua dasar alokasi, karena kedua produk kertas tersebut diproses melalui departmen yaitu departemen produksi dan departemen penunjang. Selanjutnya kita akan mencari dasar alokasi masingmasing departemen yang sesuai. Untuk departemen produksi dasar alokasi yang relevan adalah jumlah jam kerja langsung. Hal tersebut dipilih karena pada departemen produksi jumlah biaya overhead yang terjadi, lebih banyak diakibatkan oleh aktivitas manusia dibandingkan aktivitas penggunakan mesin. Sementara untuk departemen penunjang kita pilih dasar alokasi jam mesin, Hal tersebut dipilih karena pada departemen penunjang jumlah biaya overhead yang terjadi, lebih banyak diakibatkan oleh aktivitas mesin dibandingkan aktivitas manusia. Berdasarkan hasil analisis biaya overhead di atas, selanjutnya dapat dihitung besarnya alokasi biaya overhead yang dialokasikan ke masing-masing produk kertas warna merah dan warna biru seperti berikut ini.
109 Berdasarkan dari hasil perhitungan besarnya alokasi biaya overhead dan penentuan harga pokok produksi masing-masing kertas berdasarkan pendekatan akuntansi biaya, selanjutnya kita dapat melakukan review atas ketidak akuratan pendekatan tersebut. Terdapat dua jenis biaya overhead yang tidak berhubungan langsung antara input-output, yaitu biaya persiapan mesin dan perubahan desain. Kedua biaya overhead tersebut memiliki pemicu biaya masing-masing. Untuk biaya persiapan pemicu biayanya yang relevan adalah jumlah persiapan sebanyak 150 kali (100 kali untuk keras warna merah, dan 50 Kali untuk kertas warna biru, perbandingan 1:2), sementara biaya desain pemicu yang relevan adalah jumlah desain yang dilakukan sebanyak 55 kali (35 kali untuk keras warna merah, dan 20 Kali untuk
110 kertas warna biru, perbandingan 1:1,75). Pada saat dilakukan alokasi biaya overhead ke masing-masing produk dengan menggunakan pendekatan akuntansi biaya, dimana jumlah alokasi jam kerja sebagai dasar alokasi adalah sebesar 14.000 jkl, dimana 12.000 jkl dikonsumsi oleh kertas warna merah dan 2.000 jkl untuk warna biru (perbandingan 1:6), maka kita dapat menyimpulkan bahwa kita mengalokasikan biaya persiapan mesin dan biaya perubahan desain ke produk kertas merah 6 kali lebih besar dari sesungguhnya. Seharusnya kertas warna merah hanya 2 kali saja, dan kertas warna biru hanya 1,75 kali. Jika alokasi ke masing-masing produk salah, maka kita akan melakukan kesalahan dalam menghitung harga pokok produksi, dan dan mengambil keputusan dalam penetapan harga jual. 2. Perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan Activity based costing (ABC). Berikut ini adalah hasil perhitungaan kedua produk dengan pendekatan ABC seperti berikut ini
111 E. Efek Hasil Perhitungan Berdasarkan Akuntansi Biaya Terhadap Keputusan Strategi. Berikut ini hasil rekapan perhitungan harga pokok produksi kedua pendekatan Metode kalkulasi harga pokok produksi Kertas warna merah Kertas warna biru Akuntansi Biaya Tarif tunggal Rp.983 Rp.983 Tarif departemen Rp.853 Rp.1.005 Activiy based costing (ABC) Rp.1.130 Rp.959 Pertanyaan Keputusan Strategi: Jika saudara bekerja di PT.Indorayon sebagai manajer accounting dan finance, kemudian terdapat satu perusahaan pesaing namanya PT. Bola dunia, yang juga memproduksi kedua kertas tersebut, dimana proses produksi kedua perusahaan sama, mulai dari mesin, bahan baku, kualitas kertas, semuanya sama, yang berbeda hanya satu yaitu metode pendekatan perhitungan harga pokok produksi, dimana PT.Indorayon masih menggunakan pendekatan akuntansi biaya, sementara PT.Bola Dunia sebagai pesaing sudah menerapkan pendekatan Activity based costing (ABC), karena dianggap tidak akurat. Jika kedua Perusahaan menjual produknya yang memiliki kualitas yang sama, tentunya produk yang laku
112 dipasar untuk jenis kertas warna merah adalah perusahaan saudara karena harga pokok Rp.853, sementara pesaing produk kertas warna merah tidak akan terjual karena kemahalan (cost Rp.1.130), tapi perlu diingat kertas warna merah yang saudara jual cukup laris, namun saudara tidak menyadari bahwa produk yang saudara jual menderita kerugian, karena cost sebenarnya adalah Rp.1.130. Bagaimana dengan produk warna biru, terdapat dua keputusan strategi yang fatal bagi Perusahaan saudara. Pertama produk warna biru milik Perusahaan saudara tidak akan laku terjual karena kemahalan (cost Rp.1.005) dibandingkan dengan pesaing lebih murah (cost Rp.959). Kedua, jika diasumsikan PT.A ingin membeli kertas warna biru Perusahaan anda sebanyak 1.000.000.000 lembar, dengan harga Rp.960/lembar, tentunya Perusahaan anda tidak akan menerima tawaran tersebut karena jauh di bawah cost Perusahaan anda yaitu Rp.1.005, namun jika saudara menggunakan pendekatan ABC dalam menghitung costnya, sudah dipastikan penawaran tersebut layak diterima karena cost berdasarkan ABC Rp.959/lembar.
113 Ahmad, Firdaus., dkk (2019) Akuntansi Biaya Edisi 5 Jakarta: Salemba Empat.Baldric S, dkk. (2017). Akuntansi Biaya, Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Empat Astuti, W. A. & Komala, A. R. 2021. Akuntansi Biaya: Teori dan Implementasi. Cetakan Pertama. Bandung: Penerbit Informatika. Banerjee, B. (2021). Cost accounting: Theory and practice. PHI Learning Pvt. Ltd.. Baru Harahap, S. E., AK, M., Kom, T. S., & SI, M. (2020). Akuntansi Biaya. CV Batam Publisher. Boyd, K. W. (2022). Cost accounting for dummies. John Wiley & Sons. Carter., W.. (2006) Cost Accounting. 14th edn. Thomson, USA. Carter, Wiliam K, 2009, Akuntansi Biaya, Edisi 14, Terjemahan oleh Krista Datar, S. M., & Rajan, M. V. (2021). Horngren’s cost accounting: a managerial emphasis. Pearson. Drury, Colin. (2006). Cost and Management Accounting 6Th Edition. United Kingdom. Penerbit Thomson Learning Daftar Pustaka
114 Dewi, S. R. 2019. Akuntansi Biaya. Cetakan Pertama. Sidoarjo: UMSIDA Press. Daljono (2011) Akuntansi Biaya. Semarang: Universitas Diponegoro. Dewi, S.P. and Kristanto, S.B. (2013) Akuntansi biaya. Datar, S. M., & Rajan, M. V. (2021). Horngren’s cost accounting: a managerial emphasis. Pearson. Dewi, S. R. (2019). Akuntansi Biaya. Umsida Press. Dewi, S. R. (2019) Akuntansi Biaya. Umsida Press. doi: 10.21070/2019/978-623-6833-85-8. Drury, C. M. (2013). Management and cost accounting. Springer. Dunia, F. A., Abdullah, W., & Sasongko, C. (2012). Akuntansi biaya. Jakarta: Salemba Empat. Ekasari, K., Wahyuni, H., Miharso, A., Eltivia, N. & Nugrahani. N. 2017. Akuntansi Biaya. Cetakan Pertama, Februari 2017. Yogyakarta: Aditya Media Publishing. Firdaus Ahmad Dunia. 2011. Akuntansi Biaya. Salemba Empat, Jakarta Garrison Ray H, 2006, Akuntansi Manajerial, buku 1, Salemba Empat, Jakarta. Garrison, H. Ray; Eric W. Noreen; dan Peter C. Brewer. 2006, Akuntansi Manajerial, Buku I Edisi Kesebelas, Salemba Empat, Jakarta. Hansen, Don R, Mowen, Martanne M., 2006, Management Accounting buku 1, edisi ketujuh
115 Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M., 2009, Management Accounting; buku 1, edisi kedelapan Hansen, D. R., & Mowen, M. M. (2007). Managerial accounting. South-Western. Horngren, C. T., Bhimani, A., Datar, S. M., & Foster, G. (2002). Management and cost accounting. Harlow: Financial Times/Prentice Hall. Hansen, Don R. Dan Mowen, Maryane M. (2012). Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat. Harnanto. (2017). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: ANDI dan BPEE. Hansen, D.R. and Mowen, M.M. (2009) Akuntansi Manajerial. 8th edn, Erlangga. 8th edn. Edited by L. Alfiah. Jakarta: Salemba Empat. Horngren, C.T. et al. (2014) Pengantar Akuntansi Manajemen. 16th edn. Edited by S. Saat. Jakarta: Penerbit Erlangga. Henry Simamora, 2002, Akuntansi Manajemen, edisi kedua, Erlangga, Jakarta Iryanie, E., & Handayani, M. (2019). Akuntansi biaya. Poliban Press. Junita Iklina, 2016. “Analisis Penerapan Activity Based Costing System”.Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Kaunang, Brando & Walandow, Stanley Kho. 2015. Penerapan Metode Activity Based Costing System Dalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap Pada Rumah Sakit Umum Bethesda Kota Tomohon. Jurnal EMBA. Vol.3 No.1, Maret.Muh Akbar (2011:23).
116 Lanen, W. N., Anderson, S. W., Maher, M. W., & Dearman, D. T. (2010). Fundamentals of cost accounting. Issues in Accounting Education, 25(4), 791-792. Lestari, W. & Permana, D. B. 2018. Akuntansi Biaya dalam Perspektif Manajerial. Cetakan 2 Edisi 1. Depok: Rjawali Press. Mulyadi. (2015) Akuntansi Biaya. 5th edn. Yogyakarta: STIE YKPN. Mulyadi. (2018). Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP-STIM YKPN Mulyadi. (2018). Akuntansi Biaya. Cetakan 15. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Mulyadi. 2010. Akuntansi Biaya. Cetakan 10, Edisi 5. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolat Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Mulyati, S., Yunita, N. A., Satria, D. Y. I., Indrayani., Yusra, M. 2017. Akuntansi Biaya. Aceh: CV. Sefa Bumi Persada. Mulyadi, 2007, Activity-Based Costing System, edisi keenam, cetakan kedua, UPP STIM YKPN, Yogyakarta Mulyadi. 2003. Activity-Based Cost System: Sistem Informasi Biaya untuk Pengurangan Biaya, UPP STIM YKPN, Yogyakarta Mowen, M.M., Hansen, D.R. and Heitger, D.L. (2017) DasarDasar Akuntansi Manajemen. 5th edn. Edited by C. Sasongko. Jakarta: Salemba Empat. Mulyadi (2016) Akuntansi Biaya. 5th edn. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
117 Mulyadi. (2014). Akuntansi Biaya. Edisi-5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Mulyadi (2018) Akuntansi Biaya. 5th edn. Yogyakarta: STIM YKPN. Nurhadi, Ahmad dan Aidil Amin Effendy. (2020). Penganggaran perusahaan. Edisi Pertama. Tangerang Selatan. Unpam Press. Narsa, I. M. and Narsa, N. P. D. . H. (2020) Akuntansi Biaya. 3rd edn. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Pattinaja, E. M., Laitupa, M. F., & Kriswantini, D. (2023). Akuntansi Biaya. CV. AZKA PUSTAKA. Purwaji, A., & Muslim, S. (2023). Akuntansi Biaya Edisi 3. Penerbit Salemba. Ramdhani, D., & Hendrani, A. (2020). Akuntansi Biaya:(Konsep dan Implementasi di Industri Manufaktur). Cv Markumi. R. A. Supriyono, 2000, Akuntansi Manajemen, edisi ketiga, BPFE, Yogyakarta Styaningrum, F. (2022). Akuntansi Biaya: Teori dan Praktik Pada Perusahaan Manufaktur. UNIPMA Press. Sugiarto (2022) Pengantar Akuntansi. 2nd edn. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Supriyono, R.A. (1999) Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian Biaya Serta Pembuatan Keputusan. 2nd edn. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Supriyono. (2013).Akuntansi Biaya.Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
118 Suwardjono. (2015). Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta : BPEE-Yogyakarta Usry, M. F., Hammer, L. H., & Carter, W. K. (1988). Cost accounting: planning and Control.
119 I Kadek Bagiana, S.E., M.Si. Penulis dilahirkan di Kota Denpasar, Provinsi Bali, pada tanggal 16 Maret 1995. Riwayat pendidikan penulis yaitu lulus S1 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar pada tahun 2016, kemudian lulus S2 Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana pada tahun 2019. Saat ini penulis merupakan dosen di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar. Selain mengajar, penulis juga aktif membuat penelitian serta melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang juga merupakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Penulis aktif dalam mempublikasikan hasilhasil penelitiannya di jurnal ilmiah nasional maupun internasional. Penulis juga menjadi anggota Asosiasi Dosen Indonesia (ADI). Adapun karya buku yang telah dihasilkan sejak tahun 2021 baik sebagai penulis maupun editor, di antaranya berjudul Akuntansi Sektor Publik, Sistem Informasi Akuntansi, Corporate Governance, Analisis Laporan Keuangan, Pengantar Akuntansi. Penulis memilki motto “Profesionalitas dan Integritas”. Tentang Penulis
120 Herwening Sindu Lestari, SE., MSi merupakan alumni S1 Akuntansi pada Universitas Islam Sultan Agung Semarang Tahun 2005, dan Alumni S2 Magister Akuntansi Universitas Diponegoro Tahun 2012. Saat ini aktif mengajar pada program studi Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang serta aktif berkontribusi dalam kegiatan pengajaran, pengabdian kepada masyarakat, penelitian, dan penerbitan jurnal terakreditasi Zulaika Putri Rokhimah, S.E., M.Si., AK., CA. Adalah salah satu penulis pada buku Akuntansi Biaya. Lulus Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Sultan Agung (2009), Magister (2013) dan Profesi Akuntan (2014) di Universitas Diponegoro. Penulis merupakan Dosen Politeknik Negeri Semarang, Jurusan Akuntansi dan aktif dalam Lembaga Sertifikasi Profesi Teknisi Akuntansi (LSP TA). Titi Purbo Sari, SE.,M.Si lahir di Semarang, 6 Mei 1978. Lulusan S1 Akuntansi di STIE Stikubank Semarang dan lulusan Magister Akuntansi konsentrasi Akuntansi Forensik Universitas Diponegoro. Saat ini aktif sebagai dosen di Universitas Semarang dan tuton di Universitas Terbuka Jakarta. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan ilmiah, seminar nasional baik sebagai pemakalah maupun peserta. Berbagai hasil penelitian
121 telah dipublikasikan baik dalam jurnal maupun prosiding, diantaranya Analisis Faktor Risiko yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud : Perspektif Diamond Fraud, Pentagon Fraud Analysis In Detecting Fraudulent Financial Reporting Using F-Score Model, dan lain-lain. Eny Suprapti, SE, M.Ak. Lulus S1 di Jurusan Akuntansi STIE YKPN Yogyakarta Tahun 2000. Pernah mengajar di SMK Negeri Ihya’ Ulumudin Singojuruh Kabupaten Banyuwangi, dan SMK Gajah Mada Banyuwangi pada jurusan Akuntansi. Lulus S2 di Program Magister Akuntansi UPN “Veteran” Surabaya pada tahun 2014. Pada Tahun 2015 mulai menjadi Dosen Tetap di Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi (UNTAG Banyuwangi). Dan pada tahun 2019 hingga sekarang menjadi Dosen Tetap pada STIE Wira Bhakti Makassar. Penulis memiliki keahlian dibidang Teknisi Akuntansi pada Klaster Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis SAK ETAP. Sejak tahun 2010 hingga sekarang masih dipercaya menjadi Pengawas di BUMDESMA Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi. Dan untuk mewujudkan karir sebagai dosen profesional, penulis pun aktif sebagai peneliti dibidang kepakarannya tersebut. Selain peneliti, penulis juga aktif melakukan pengabdian dan pendidikan (Tri Dharma) Perguruan Tinggi dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara yang sangat tercinta ini. Email Penulis: [email protected]
122 Dr. Rr. Dian Indriana TriLestari SE., Msi., Ak., CA., CRP., lahir di Semarang, 4 April 1974. Lulusan S1 dan S2 Magister Akuntansi di Universitas Diponegoro Semarang serta lulusan S3 program Doktor di Universitas Islam Indonesia Yoyakarta. Saat ini aktif sebagai dosen pada Program Studi S1 Akuntansi dan Program Magister Manajemen Universitas Semarang. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan ilmiah, seminar nasional baik sebagai pemakalah maupun peserta. Berbagai hasil penelitian telah dipublikasikan baik dalam jurnal maupun prodiding, diantaranya The Effect Of Corporate Governance On Firm Performance Moderated By Manager Compensation and Foreign Ownership; Pengaruh Likuiditas Dan Kebijakan Utang Terhadap Nilai Perusahaan yang Dimediasi Kinerja Perusahaan; The Effect of Tax Understanding, Taxpater Awareness, Tax Socialization and Fiscus Services on Taxpayer Compliance of Personal Persons; dan lain-lain. Putu Sri Arta Jaya Kusuma lahir di Denpasar pada 3 April 1992. Manamatkan Pendidikan Sarjana (S1) Akuntansi dan Magister (S2) Akuntansi di Universitas Udayana, Bali. Sejak tahun 2019 hingga sekarang bekerja sebagai dosen tetap di program studi Akuntansi Universitas Pendidikan Nasional. Memiliki ketertarikan pada isu keuangan, perpajakan, akuntansi, perencanaan keuangan, investasi dan financial technology. Penulis memiliki beberapa sertifikat kompetensi seperti Associate Certified Public Accountant
123 (ACPA) dan Certificate in Teaching Auditing (CTA) dari Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan Certified Financial Planner dari Financial Planning Standard Boards (FPSB) Indonesia. Email Penulis: [email protected] Desti Fitriani SE., Ak., MA., CPMA, CA, CRP adalah kandidat Doktor dari School of Management, Universiti Sains Malaysia (USM) Malaysia. Desti menamatkan S2 dengan gelar Master of Arts (Finance) dari Hochscuele fuer Wirtschaft und Recht (HWR) Berlin, Jerman pada 2009, dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (Akuntansi) dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia pada tahun 2003. Saat ini ia merupakan staf pengajar di Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, dan aktif menjadi instruktur pada berbagai pelatihan di bidang akuntansi dan keuangan. Selain menjadi Anggota Utama di Ikatan Akuntan Indonesia, Desti merupakan pemegang beberapa sertifikasi profesi diantaranya Chartered Accountant (CA) dari Ikatan Akuntan Indonesia, Certified Professional Management Accountant (CPMA) dari Institut Akuntan Manajemen Indonesia, serta Certified Risk Professional (CRP) dari Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal. Selain berkecimpung di dunia akademik, Desti juga berperan aktif di dunia profesional sebagai anggota Komite Manajemen Risiko di PT Rajawali Nusantara Indonesia (2015- 2018), dan anggota Komite Nominasi dan Remunerasi di Perum Bulog (2023 hingga saat ini).
124 Dr. Muhtar Sapiri,SE.,MM.,M.Kes.Lahir di Kalosi tgl 31 Desember 1964, adalah Dosen Tetap pada Fakultas Ekonomi & Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Bosowa Makassar dengan jabatan akademik saat ini Lektor Kepala. Menyelesaikan pendidikan S-1 jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (1989), Program S-2 Magister Manajemen (MM) keahlian Manajemen Keuangan Universitas Hasanuddin (2002), Program S-2 Magister Kesehatan (M.Kes) keahlian Administrasi Kebijakan Kesehatan Universitas Hasanuddin (2009), Program S-3 Keahlian Manajemen Keuangan Universitas Hasanuddin (2015). Matakuliah yang diampu: Teori Portofolio & Analisis Investasi, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Akuntansi Perpajakan, Manajemen Keuangan, Akuntansi Biaya, Akuntansi Manajemen. Penulis selain pengajar pada Universitas Bosowa Makassar, juga mempunyai pengalaman mengajar di beberapa Perguruan Tinggi. Disela kesibukannya, penulis juga mempunyai pengalaman dan aktif sebagai praktisi Perpajakan dan Akuntansi di beberapa perusahaan. Buku yang sudah ditulis “Tax Accounting”
125