43 mengendalikan kelas maka suasana kelas akan menjadi gaduh dan riuh akibat perbedaan sikap dan perilaku siswa. Faktor kedua yaitu lingkungan di sekitar kelas atau sekolah. Suasana belajar yang kondusif akan tercipta jika suasana terasa nyaman dan tentram di sekitar kelas atau sekolah. Lokasi sekolah yang terletak terlalu dekat dengan keramaian seperti pasar, pinggiran jalan raya atau pabrik mudah mengganggu fokus siswa dalam belajar. Tidak hanya persoalan bunyi, bau tidak sedap juga dapat mengganggu fokus siswa dalam belajar. (Juwita, 2022) Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka guru harus menguasai teknik pengelolaan kelas agar dapat membantu siswa baik secara individu maupun klasikal dalam berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku, menyadari kebutuhan siswa dan memberikan respons yang positif serta efektif terhadap perilaku siswa. Adapun teknik-teknik pengelolaan kelas yang dapat dilakukan guru yaitu: 1. Teknik pendekatan, artinya jika siswa mulai melakukan tingkah yang kurang baik maka guru dapat melakukan pendekatan secara interpersonal kepada siswa tersebut.
44 2. Teknik memberi isyarat, artinya jika siswa berbuah kenakalan kecil maka guru dapat memberikan isyarat dengan petikan jari, tatapan tajam atau lambaian tangan sebagai tanda bahwa siswa tersebut sedang dalam pengawasan. 3. Teknik mengadakan humor, artinya jika terjadi sebuah insiden kecil maka guru dapat melihat secara humoristis untuk mecairkan suasana. Hal tersebut dapat mempertahankan suasana yang baik dan memberikan peringatan kepada siswa agar menyadari pelanggaran yang diperbuat. 4. Teknik tidak mengacuhkan, artinya jika terjadi sebuah kasus pada siswa maka guru harus luwes dan tidak mengacuhkan siswa. 5. Teknik menghimbau, artinya guru mengeluarkan kata-kata atau kalimat himbauan kepada siswa untuk tidak melakukan sesuatu yang melanggar. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam melakukan pengelolaan kelas, teknik dalam pengelolaan kelas sangat perlu dilakukan agar guru mengetahui cara yang tepat dalam menghadapi siswanya, guru juga dapat mengatasi kondisi ketika proses pembelajaran dilaksanakan. Dalam pengelolaan kelas, guru juga dapat melakukan teknik pengorganisasian kelas, melakukan
45 komunikasi, serta melakukan kegiatan monitoring seperti apa ketika menyampaikan pembelajarannya. (Aslamiah et al., 2022) Keberhasilan guru dalam mengelola kelas merupakan kemampuannya dalam mencegah munculnya perilaku siswa yang mengganggu terlaksananya kegiatan pembelajaran serta kondisi fisik ruang kelas sebagai tempat belajar. Teknik yang dilakukan guru dalam mengelola kelas yang memiliki banyak siswa dalam satu ruangan yang sama, dapat dilakukan dengan cara mengenali karakteristik siswa serta memahami suasana belajar yang tepat untuk siswanya. Terdapat dua teknik penting dalam pengelolaan kelas dengan efektif yaitu: 1. Pengaturan Peserta Didik Guru memiliki peran penting dalam membimbing, mengarahkan dan mendampingi segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu, pengaturan siswa dalam kelas harus sesuai dengan kemampuan intelektual dan perkembangan emosionalnya. Guru berupaya mengenal dan mendalami karakteristik setiap siswanya dengan melakukan pendekatan secara kekeluargaan yaitu melakukan
46 komunikasi yang baik dengan semua wali siswa dengan membentuk paguyuban kelas. Sehingga orang tua terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran diluar jam pelajaran dengan mengingatkan materi ataupun tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. 2. Pengaturan Fasilitas a. Pengaturan tempat duduk Guru memberikan kebebasan kepada siswa dalam memilih tempat duduk untuk menanamkan rasa bertanggung jawab dan sikap disiplin. Sehingga siswa setiap hari mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dengan berganti teman belajar disekitar tempat duduknya. Susunan fisik seperti ini mampu meningkatkan perasaan lebih baik dan mengurangi timbulnya permasalahan sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif. b. Pengaturan alat-alat pengajaran Alat peraga atau media pembelajaran adalah hal penting untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pengaturan alat-alat pembelajaran yang tertata dengan baik dapat menjaga manfaat alatalat peraga agar dapat digunakan dalam jangka panjang.
47 c. Penataan keindahan dan kebersihan ruang kelas Penataan benda-benda yang terdapat di ruang kelas dapat menambah keindahan dan memunculkan kesan rapi pada ruang kelas. Selain itu, menjaga kebersihan kelas juga sangat penting untuk memberikan kenyamanan pada siswa dalam kegiatan pembelajaran. Menjaga kebersihan kelas dapat dilakukan oleh semua siswa dengan melaksanakan tugas piket. (Juwita, 2022) Lingkungan belajar yang kondusif merupakan lingkungan belajar dengan suasana berlangsungnya interaksi dalam kegiatan pembelajaran dengan baik. Lingkungan belajar yang kondusif ini perlu diciptakan dan dipertahankan agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan siswa melalui pembelajaran yang efektif dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Lingkungan pembelajaran yang kondusif ini penting untuk dirancang dan diupayakan oleh guru untuk menghindarkan kondisi yang merugikan siswa.
48 Lingkungan belajar yang kondusif berkaitan erat dengan kualitas belajar siswa. Terciptanya kelas yang kondusif dapat menghidari siswa dari kejenuhan, kelelahan psikis dan juga terciptanya kelas yang kondusif dapat memberikan motivasi dan ketahanan pada siswa dalam belajar. Guru sebagai pembimbing berperan sangat penting dalam keberhasilan capaian pembelajaran. Guru harus mampu menumbuhkan suasana dan memotivasi siswa untuk melakukan proses interaksi yang kondusif dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam proses pembelajaran yang aktif terjadi interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Sebelum membangun lingkungan belajar yang kondusif, guru harus memperhatikan beberapa faktor penting dalam meningkatkan kualitasnya sebagai pendidik yaitu: 1. Meningkatkan kesadaran diri sebagai pendidik. Jika pendidik menyadari profesinya sebagai guru pada hakikatnya akan meningkatkan rasa tanggung jawab serta rasa memiliki, menunjukkan kepribadian yang stabil, harmonis dan berwibawa. Sikap tersebut dapat menghasilkan respon yang baik dari peserta didik.
49 2. Peningkatan kesadaran siswa. Kurangnya kesadaran siswa pada dirinya tampak dari sikap emosi yang kurang stabil dan mudah tersinggung. Upaya peningkatan kesadaran siswa ini akan membuat siswa melakukan tindakan yang terpuji. Guru harus berusaha menciptakan kesadaran siswa tentang hak dan kewajibanya serta menciptakan rasa saling memahami antara pendidik dan siswa. 3. Sikap tulus dari pendidik, pendidik di harapkan bersikap tulus dan ikhlas, maksudnya dalam kegiatan sehari-hari guru bertindak yang sebenarnya tidak pura-pura. hal ini akan membuat stimulus yang baik bagi siswa. Penciptaan suasana sosioemosional di kelas banyak terpengaruh oleh tindakan seorang pendidik. Setelah guru mampu memperhatikan faktor-faktor penting tersebut, maka selanjutnya guru harus memperhatikan enam prinsip utama dalam proses pembelajaran yang berkesan sehingga mampu menciptakan lingkungan pembelajaran kondusif yaitu: 1. Minat dan penjelasan. Seperti yang diketahui bahwa penjelasan yang jelas tentang isi materi membuat siswa merasa tertarik untuk mempelajarinya.
50 2. Kepedulian dan rasa hormat terhadap siswa adalah ciri guru yang baik. Sangat penting bagi guru untuk menghargai dan mempertimbangkan siswa dalam membuah kegiatan pembelajaran yang berkesan. 3. Penilaian dan umpan balik yang tepat. Membuat umpan balik terhadap hasil kerja siswa membuat siswa merasa senang jika diberikan evaluasi terhadap karyanya. 4. Tujuan pembelajaran yang jelas dan tantangan intelektual. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru hendaknya terlebih dahulu memberikan penjelasan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dsehingga peserta didik dapat memahami tujuan dari kegiatan tersebut dan juga sangat perlu dilaksanakan kegiatan yang dapat meningkatkan intelektual siswa sehingga siswa termotivasi untuk mempelajarinya. 5. Kebebasan, pendampingan, dan pelibatan aktif. Pembelajaran yang berkualitas dapat tercipta jika siswa terlibat secara aktif, memiliki pilihan terhadap cara belajarnya dan memiliki pendampingan terhadap aspek yang dipelajari. Pengajaran yang baik dapat menumbuhkan rasa kontrol dan minat siswa dalam memahami materi pembelajaran.
51 6. Belajar dari siswa. Idealnya seorang guru terbuka untuk menerima masukan dan melakukan perubahan. (Jumrawarsi & Suhaili, 2021) Selain itu, upaya untuk membangun lingkungan kelas yang kondusif bagi siswa dapat pula dilakukan dengan memberikan penghargaan terhadap perlaku yang baik. Untuk pemberian penghargaan dalam mengelola kelas, guru harus memilih penguatan yang efektif, menggunakan prompt dan shapping dengan efektif. Menggunakan penghargaan yang mamuat informasi mengenai kemampuan siswa dapat meningkatkan motivasi intrinsik dan rasa tanggung jawab siswa, bukan untuk mengontrol perilaku. Aspek penting yang harus dikembangkan oleh seorang guru agar dapat membangun lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa, yaitu pribadi guru dan suasana pembelajaran. Kombinasi kedua aspek tersebut dapat menjadikan dimensi inspiratif semakin menemukan momentum untuk mengkristal dan menumbuhkan energi perubahan positif dalam diri siswa. Kepribadian guru sebagai orang dewasa dapat menjadi model sekaligus pengarah dan fasilitator belajar yang tercermin melalui suasana atau iklim pembelajaran yang diciptakan di dalam
52 kelas. Kedua aspek ini, pada waktunya akan dapat mengakumulasi potensi diri para siswa untuk semakin meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya. (Wahid et al., 2018) Dengan demikian dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas, guru berperan sebagai pendidik, pembimbing dan pengarah serta sebagai motivator yang bertanggung jawab atas keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Dengan kata lain guru sebagai pendidik selain harus mampu menciptakan suatu proses pembelajaran yang kondusif dan bermakna sesuai metode pembelajaran yang digunakan juga harus mampu meningkatkan perhatian dan minat serta motivasi belajar siswa dalam lingkungan belajar yang kondusif. (Aulia Dini Hanipah et al., 2022) Perilaku siswa sangat beragam seperti perbedaan sifat pada tiap individunya. Beragam perilaku siswa merupakan permasalahan bagi guru dalam upaya pengelolaan kelas. Masalah pada perilaku siswa di dalam kelas dapat berdampak pada kurang optimalnya proses pembelajaran.
53 Adapun masalah-masalah perilaku siswa dalam upaya pengelolaan kelas yaitu: 1. Kurangnya kesatuan Kurangnya kesatuan dapat terjadi misalnya adanya kelompok, faksi, dan perbedaan gender. Hal ini menyebabkan terjadinya perpecahan di dalam kelas.Tentu saja dalam konflik kelompok ini, ketika guru mencoba melakukan kegiatan diskusi atau kerja kelompok dengan siswa yang heterogen, maka kerjasama menjadi sulit dan sulit dilakukan karena tidak mau bersatu. Selain itu, karena adanya kelompok seperti itu, masalah ini juga dapat mempengaruhi efisiensi siswa dalam bekerja sama dan saling mencintai. 2. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok Saat bekerja dalam kelompok, tidak ada kode etik yang dapat menimbulkan kebisingan, percakapan privat yang berlebihan, kebingungan, dan penolakan bekerja sama dengan guru. Hal ini dapat meningkatkan rasa frustrasi guru dan menciptakan suasana kelas yang negatif. Pelanggaran berulang terhadap kode etik ini dapat merusak sistem administrasi dan pembelajaran serta mengganggu alur kegiatan kelas.
54 3. Reaksi negatif terhadap anggota kelompok Reaksi negatif Reaksi negatif terhadap anggota kelompok antara lain kebisingan, permusuhan, keterasingan, dan penghinaan terhadap kelompok yang belum cerdas. Reaksi buruk ini dapat menimbulkan pertengkaran antar siswa. Ketika terjadi pertengkaran, siswa kehilangan fokus dalam kegiatan belajar. Jadi masalah ini memang harus dihindari 4. Kelas mentoleransi kesalahan-kesalahan temannya, menerima dan mendorong perilaku anak didik yang keliru. Adanya kesalahan yang ditoleransi oleh kelas akan memberikan lampu hijau untuk melakukan kesalahan-kesalahan lainnya. Ketika siswa lain melihat suatu kesalahan itu terjadi ada kemungkinan akan ditiru. Maka akan semakin banyak siswa yang melakukan kesalahan. 5. Mudah merespon ke hal-hal yang negatif/mengganggu Respon terhadap hal-hal negatif/mengganggu misalnya ketika kedatangan pemonitor maka keadaan iklim kelas akan berubah. Siswa dapat memberikan respon yang kurang baik kepada hal-hal baru, seperti merasa terganggu akan hal itu. Cara berpikir mereka yang tidak ingin membuka dan tidak mengambil sisi
55 positif maka dapat membuat munculnya pengaruh yang kurang baik. 6. Moral rendah, permusuhan dan agresif Perilaku moral rendah, terdapat permusuhan dan agresif, dan dalam kegiatan pembelajaran misalnya, sebagian siswa kekurangan alat belajar dan uang. Rendahnya semangat kerja ini merupakan perilaku buruk dan perlu diperbaiki. Hal ini disebabkan semangat kerja yang rendah dapat menyebabkan siswayang tidak terampil kehilangan rasa percaya diri dan menjadi terisolasi. Parahnya lagi, siswa mungkin tidak mau bersekolah. Tentu saja hal ini menimbulkan hambatan dalam kegiatan pembelajaran 7. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah Ketidakmampuan siswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah seperti adanya tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru ataupun situasi baru. Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru memiliki artian bahwa siswa tidak ingin melakukan kegiatan di dalam lingkungan tersebut. Rasa tidak ingin ini juga mengacu pada kegiatan pembelajaran yang berarti dapat terjadinya keterhambatan.
56 Berbagai macam masalah perilaku siswa tersebut bukan tanpa sebab. Faktor-faktor penyebab masalah perilaku siswa yaitu: 1. Pengelompokan (pintar, moderat, tidak terlalu pintar) dan kelompok kurang pintar menimbulkan sikap negatif, penolakan, atau sikap apatis. 2. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi kinerja, seperti kurangnya keterampilan, ketidakpuasan, atau latar belakang ekonomi yang buruk. 3. Kelompok yang cerdas merasa dikekang oleh teman yang kurang cerdas. Kelompok ini sering menolak standar yang ditetapkan oleh guru. Kelompok ini seringkali membuat peraturan sendiri yang tidak sesuai dengan harapan sekolah. Dari berbagai macam permasalahan perilaku siswa tersebut, maka seharusnya guru dapat mengidentifikasi masalah, sehingga dapat diberikan solusi yang tepat. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah perilaku siswa sebagai berikut: 1. Identifikasi masalah siswa. Pada fase ini, guru melakukan kegiatan untuk mengidentifikasi dan memahami permasalahan yang terjadi di kelas. Di sini guru perlu mengetahui karakteristik siswa di kelas,
57 seperti apakah ada pertengkaran antar siswa.Jika guru mengetahui masalah apa yang terjadi di kelasnya, mereka dapat menemukan solusi terbaik untuk mencegah masalah terus berlanjut. Suasana di dalam kelas sangat 2. Buatlah rencana untuk memecahkan masalah siswa. Ketika guru menyadari permasalahan yang terjadi di kelas, mereka mempunyai rencana dan solusi yang disiapkan untuk diberikan kepada siswa yang bermasalah. 3. Menetapkan Waktu pertemuan yang disepakati bersama dengan siswa yang bermasalah. Saat bertemu dengan siswa, jelaskan tujuan pertemuan tersebut dan diskusikan potensi manfaat pertemuan tersebut bagi siswa atau sekolah. 4. Tunjukkan kepada siswa bahwa guru tidaklah sempurna atau tanpa kesalahan. Namun yang terpenting antara guru dan siswa harus ada rasa belajar dan saling mengingat untuk meningkatkan demi kebaikan bersama. 5. Jika menyangkut masalah seperti pelanggaran peraturan sekolah, kami dengan sabar menarik perhatian siswa terhadap hal tersebut dan secara perlahan meningkatkan kesadaran mereka.
58 6. Bila rupanya, sesi yang diadakan kurang mendapat respon positif dari para siswa. Oleh karena itu, guru dapat mendorong siswa untuk melakukan kegiatan diskusi mengenai permasalahan yang dihadapinya pada kesempatan lain. Waktu diskusi akan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara guru dan siswa. Pertemuan-pertemuan ini dapat diadakan pada waktu istirahat atau pada jam pelajaran sepulang sekolah. 7. Pertemuan guru-siswa hendaknya membahas tentang pemecahan masalah dan membuat kesepakatan individu yang diterima siswa untuk meningkatkan perilaku siswa. 8. Melacak (memantau) kemajuan siswa setelah menyelesaikan suatu masalah dan menindaklanjutinya untuk memastikan masalah tersebut tidak terulang kembali. Permasalahan yang timbul selama perkuliahan harus segera diselesaikan agar tidak terjadi gangguan pembelajaran dalam jangka panjang. Terdapat pula tujuh langkah untuk mengatasi masalah perilaku siswa secara personal menurut Glesser sebagai berikut: 1. Guru mengembangkan komunikasi yang baik dengan siswa dengan menunjukkan kepedulian dan keter-
59 tarikan terhadap apa yang dialami siswa, dan siswa merasa bahwa guru bersedia dan mampu bekerja sama dengan mereka untuk mengubah perilaku siswa yang bermasalah. 2. Mintalah siswa untuk menjelaskan tindakan mereka dan menunjukkan tindakan mereka. Kesadaran akan perubahan merupakan bagian penting dari program perubahan perilaku. Lakukan percakapan dengan siswa Anda yang berfokus pada apa yang tidak mereka ikuti atau lakukan pelanggaran tanpa menyebutkan pelanggaran tersebut atau melabeli siswa tersebut sebagai telah melakukan kesalahan atau melakukan pelanggaran. 3. Setelah siswa mendeskripsikan perilakunya, guru hendaknya membantu siswa menentukan perilaku yang diinginkan. Siswa tidak menafsirkan perilaku yang ingin diubahnya, namun guru perlu memberikan gambaran kepada siswa apakah perilakunya berdampak positif atau negatif dan meminta siswa menafsirkan apakah perilaku tersebut benar atau perlu diubah. 4. Setelah siswa menentukan bahwa perilakunya perlu diubah, guru kemudian membantu siswa mengembangkan rencana untuk perubahan. Hal ini penting
60 karena memungkinkan siswa untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab dan mem-berikan dukungan serta modifikasi untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan baru. 5. Pastikan guru dan siswa memahami rencana dengan jelas dan meminta siswa mengerjakan rencana yang telah dibuat. Guru hendaknya memuji rencana siswa. Hal ini dapat menyebabkan siswa merasa didorong oleh guru mereka untuk menindaklanjutinya. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa mereka dapat datang kepada ibunya jika mereka merasa ada masalah, atau menyarankan agar mereka mencari bantuan dari teman yang mungkin dapat membantu, dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut. Tindakan sangat berguna ketika siswa mencoba memecahkan suatu masalah untuk pertama kalinya atau ketika membuat rencana akhir dalam bentuk kontrak dimana kedua belah pihak menyetujui tindakan tertentu. 6. Langkah keenam adalah mencari solusi efektif terhadap masalah tersebut. Penting untuk menjadwalkan waktu bagi kedua belah pihak untuk bertemu dan mendiskusikan rencana tersebut agar dapat dilaksanakan. Langkah 6 memberikan
61 kesempatan kepada guru untuk memperkuat keterlibatan siswa dan mendiskusikan masalah apa pun yang mungkin timbul. Jika rencana tersebut mencakup tindakan yang sering terjadi sepanjang hari, guru hendaknya mendiskusikannya secara singkat dengan siswa pada hari yang sama ketika mereka membuat rencana tersebut. 7. Langkah terakhir dalam model Glasser menyangkut apa yang harus dilakukan jika rencana Anda tidak berhasil. Hal ini berarti menghindari kritik keras, mengambil pendekatan langsung dalam pemecahan masalah, dan mendorong siswa untuk bertindak secara bertanggung jawab dan tepat. Selain pemecahan masalah perilaku siswa secara personal, terdapat pula pemecahan masalah perilaku siswa secara berkelompok sebagai berikut: 1. Pertemuan Kelas Pertemuan kelas memungkinkan guru dan siswa untuk secara terbuka mengatasi masalah sebelum menjadi masalah besar yang dapat menimbulkan konsekuensi negatif. Jika Anda menghabiskan beberapa jam setiap hari dalam kelompok yang dekat, penting untuk meluangkan waktu untuk menyelesai-
62 kan konflik kecil secara terbuka. Pertemuan kelas diharapkan dapat menjadi pelumas agar perkuliahan dapat berjalan lancar dan memberikan dampak positif. Pertemuan kelas merupakan bagian integral dari program dan dirancang untuk mendorong siswa memecahkan masalah mereka sendiri. Selain mendukung penggunaan diskusi pemecahan masalah secara individu, pertemuan kelas juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial dan pemecahan masalah. 2. Pedoman untuk Mengadakan Rapat Kelas Langkah pertama dalam mengadakan pertemuan kelas adalah mendiskusikan konsep tersebut dengan siswa Anda. Ingatkan siswa bahwa pertemuan kelas adalah kesempatan untuk mendiskusikan apa yang mereka sukai tentang kelas dan apa yang perlu diubah agar kegiatan kelas berjalan lebih lancar. Mintalah siswa membuat daftar sendiri alasan mengapa penting mengadakan pertemuan kelas. Penting bagi siswa untuk menunjukkan antusiasme dan minat selama pertemuan kelas.
63 3. Frekuensi dan Panjang Pertemuan Di kelas dasar, rapat kelas diadakan secara harian sekitar lima belas menit atau seminggu sekitar satu jam. 4. Memulai Rapat Kelas Mulailah rapat kelas dengan mengemukakan tujuan dan pedoman yang digunakan untuk rapat kelas. Selama rapat berlangsung, sangat penting untuk memantau perilaku siswa untuk memastikan bahwa prosedur umum dan tanggung jawab telah patuhi agar rapat berjalan lancar dan siswa dapat mengembangkan kebiasaan yang baik. Untuk memastikan bahwa kegiatan rapat dipandang positif dan berguna, yakin setiap item dari agenda rapat diselesaikan dengan jelas. Tumbuhkan perasaan positif dalam rapat kelas yang dapat ditingkatkan dengan meminta tiap siswa mengungkapkan hal-hal menarik yang terjadi pada dirinya atau yang pernah dilakukannya. 5. Meningkatkan Keterlibatan Siswa dalam Rapat Kelas Tujuan utama pengimplementasian rapat kelas adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan yang mencakup penggunaan secara efektif pemecahan masalah dalam kelompok, maka diharapkan secara bertahap dapat dilakukan peningkatan tanggung
64 jawab mereka untuk memfasilitasi rapat kelas. Meskipun pada tahap ini cenderung sulit untuk dilakukan pada siswa tingkat dasar, namun guru dapat mengajarkan siswa secara perlahan dan memberikan kepercayaan kepada siswa untuk terlibat dalam rapat kelas. (Aslamiah et al., 2022)
65 BAB 4
66 stilah fasilitator mulai digunakan dalam bidang pendidikan umum, khususnya yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang atau kelompok terhadap perilaku yang diharapkan dari seorang individu. Tugas guru adalah melengkapi pembelajaran dan kolaborasi, terutama sebagai fasilitator, dengan memberikan berbagai bentuk dukungan ketika bekerja dengan siswa untuk mengembangkan pengalaman tersebut. Pendidik sebagai pengajar harus menyediakan fasilitas yang memberikan kenyamanan bagi aktivitas belajar peserta didik. Guru akan menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan khusunya keberhasilan proses pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mampu memposisikan dirinya sebagai coordinator pembelajaran dikelas, harus mampu membimbing siswa dan memberikan layanan bagi perkembangan psikologis dan pendidikan siswa sehingga siswa merasa leluasa untuk berkonsultasi dengan guru mengenai permasalahan atau materi yang mereka belum fahami sepenuhnya. Peran guru sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Tugas utama guru adalah mengajar dan melatih siswa agar mencapai tingkat pengetahuan, etika, dan kemampuan yang ideal. Untuk dapat menuliskannya dengan baik, guru harus memimpin kegiatan pembelajaran. Sebagai seorang spesialis dalam pembelajaran, guru memiliki peran sebagai fasilitator,
67 pemberi inspirasi, penggerak, insinyur pembelajaran, dan pendamping siswa dalam proses belajar. Guru bertindak sebagai fasilitator dengan cara menyediakan berbagai jenis bantuan untuk bekerja sama dengan siswa melalui latihanlatihan yang dapat meningkatkan pengalaman, seperti menyusun latihan pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan siswa. Dengan demikian, hubungan antara pengalaman mengajar dan peningkatan kemampuan siswa dapat terjalin dengan baik. Sebagai fasilitator, tugas guru dapat diwujudkan dengan cara memberikan perhatian kepada siswa, memberikan isyarat yang baik, serta adil dalam memberikan instruksi kepada siswa.. (Jadidah et al., 2023) Guru yang berperan sebagai fasilitator memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan kebutuhan dan tujuan pembelajaran mereka, serta menggunakan berbagai sumber belajar. Siswa aktif terlibat dalam diskusi dan mencari pengalaman mereka sendiri melalui sistem, teknik, dan metode pembelajaran yang disediakan oleh guru. Terdapat tujuh unsur penting dalam peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, yaitu konteks iklim, perencanaan, perencanaan kebutuhan pembelajaran, penetapan tujuan, perancangan rencana pembelajaran, dan keterlibatan siswa. dalam kegiatan pembelajaran serta melakukan evaluasi
68 terhadap hasil belajar siswa. Indikator variabel peran guru sebagai fasilitator terdiri dari 3 ukuran yaitu: 1. Tindakan guru untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan memiliki sikap yang baik. 2. Mampu memahami siswa melalui berbagai kegiatan pembelajaran. 3. Memiliki kompetensi dalam menyikapi perbedaan individual siswa. (Rahmawati & Suryadi, 2019) Dalam perannya sebagai fasilitator, guru harus memberikan kesempatan dan rasa nyaman kepada siswa dengan meghadirkan kegiatan pembelajaran yang beragam dan menarik, sesuai dengan perkembangan siswa, sehingga dapat terjalin interaksi yang baik dalam kegiatan pembelajaran dan pembelajaran dapat berjalan efektif. Adapun peran guru sebagai fasilitator yaitu: 1. Mendengarkan dan tidak memerintah Siswa mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran, oleh karena itu guru sebagai fasilitator harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi aktif dan dinamis. Proses penyerahan tanggung jawab dari fasilitator ke siswa harus dilakukan secara bertahap dan terencana.
69 2. Tunjukkan pengekangan Kebanyakan pembelajaran adalah pengalaman formatif yang dilakukan oleh siswa secara langsung. Apabila guru perlu mengintervensi siklus yang tidak berjalan dengan baik dan mengontrolnya, berarti siswa tidak mendapatkan manfaat dari pembelajaran yang seharusnya terbuka. 3. Menghargai dan rendah hati Guru perlu berusaha memberikan penghargaan kepada siswa dengan menunjukkan minat pada pengetahuan dan memberikan kesempatan untuk berkembang. 4. Jadilah setara Guru seharusnya mampu membangun sikap solidaritas agar siswa berpikir sebagai teman atau mitra kerja. 5. Siap untuk belajar Seorang guru tidak bisa berinteraksi dengan siswanya jika ia memilih untuk tidak memahami atau belajar tentang mereka. 6. Ramah dan Bersatu Keterhubungan antara guru dan siswa sebaiknya dibangun dalam suasana yang nyaman, rileks, dan terbuka, agar siswa tidak merasa kaku dan tertekan saat berada di bawah Arah guru.
70 7. Melakukan apapun yang diperlukan untuk tidak mengatasi Siswa memiliki pertemuan, posisi, dan keyakinan mereka sendiri. Oleh karena itu, pendidik tidak perlu menonjolkan dirinya sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan yang luas, melainkan berupaya untuk saling berbagi pengalaman dengan siswanya agar tercipta pemahaman yang mendalam antara guru dan siswa. 8. Berwibawa Walaupun pembelajaran harus dilakukan dalam suasana yang pribadi dan santai, seorang fasilitator tetap harus menunjukkan integritas dan kewibawaannya dalam berinteraksi dengan siswa, agar siswa tetap menghormati guru mereka. 9. Bersikap adil dan tidak memihak Dalam lingkungan kelompok siswa, sering terjadi gangguan terkait penilaian. Dalam hal penilaian ini, guru berusaha untuk tetap netral dan bekerja sama dengan semua pihak yang memiliki pandangan yang berbeda, dengan tujuan mencapai pemahaman dan solusi yang terbaik. 10. Terbuka Umumnya, siswa akan lebih terbuka ketika mereka memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap guru mereka. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memastikan
71 bahwa siswa-siswa tersebut selalu jujur, sehingga mereka memahami bahwa belajar adalah hal yang penting bagi setiap individu. 11. Bersikap positif Guru harus membimbing siswa untuk memahami diri mereka sendiri dengan menonjolkan potensi-potensi yang dimiliki, bukan sebaliknya fokus pada kelemahankelemahan mereka. Penting untuk diingat bahwa keinginan dari diri siswa sendiri adalah potensi terbesar untuk meningkatkan perilaku dan kemampuan belajar mereka. Selain itu, terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat guru dalam menjalankan perannya sebagai fasilitator yaitu: 1. Faktor Pendukung a. Pentingnya pembelajaran adalah penyajian materi yang efektif. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam, disarankan untuk menggunakan buku referensi atau buku bantuan sebagai sumber belajar yang penting. b. Dalam proses pembelajaran, kantor dan pembingkaian pembelajaran yang berbeda diperlukan. Penggunaan perangkat pembelajaran dapat dioptimalkan
72 dengan bidang studi. Sebagai pendidik, penting untuk memiliki pilihan dalam merancang kantor dan kerangka kerja yang dapat diakses untuk mencapai tujuan pembelajaran c. Sumber pembelajaran Merujuk pada semua sumber pembelajaran yang ada di sekitar lingkungan pembelajaran yang dapat digunakan secara praktis untuk mencapai hasil pembelajaran. Sumber pesan adalah salah satu jenis sumber pembelajaran yang berisi pesan-pesan formal. Setiap individu, tanpa kecuali, dapat berperan sebagai sumber pembelajaran. d. Materi adalah kumpulan yang digunakan untuk menyimpan pesan dalam kegiatan pembelajaran, seperti buku pelajaran, buku terbuka, modul, video program, slide program, dan panduan visual. e. Strategi dan prosedur merupakan metode yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. f. Media pembelajaran memiliki peran penting dalam memperkaya proses pembelajaran. Sebagai alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari berbagai sumber, media pembelajaran mampu menyampaikan
73 materi pembelajaran dengan lebih efektif dan menarik. 2. Faktor Penghambat a. Dalam konteks hiburan, pendidik harus memanfaatkan strategi yang rasional agar materi yang diajarkan dapat menarik perhatian siswa dan mudah dipahami. b. Rencana pendidikan yang tidak tepat dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar. Kurikulum memiliki peran penting dalam pendidikan dan harus disesuaikan dengan perkembangan penelitian otak anak c. Pemanfaatan disiplin, disiplin sekolah sangat penting dalam membimbing siswa di lingkungan sekolah. Disiplin yang berlebihan dapat membuat siswa merasa tertekan dan peluang mereka untuk tumbuh menjadi terbatas. d. Dengan memahami pentingnya hubungan antara guru dan teman sebaya, suasana kelas dapat dijaga oleh tanggung jawab guru dan siswa. Ketidakstabilan lingkungan rumah dapat menghambat proses belajar siswa, terutama ketika guru memberikan banyak tugas sekolah kepada mereka. e. Fasilitas yang tersedia sangat mendukung keberhasilan belajar siswa. Lingkungan belajar yang nyaman
74 dan lengkap juga berperan dalam mencapai hasil belajar yang optimal. f. Lingkungan sosial masyarakat, Kondisi lingkungan tempat tinggal siswa juga mempengaruhi proses belajar siswa. Misalnya, jika siswa tidak memiliki teman belajar atau kesulitan berkomunikasi, maka akan sulit baginya untuk meminjamkan buku atau materi pelajaran lainnya. (Jadidah et al., 2023) Peran guru sebagai fasilitator sangat penting, karena guru harus dapat membimbing siswa dalam aspek pedagogis, psikologis, dan kognitif. Guru harus mampu memberikan materi penjelasan, memberikan dukungan psikologis kepada siswa, serta membantu siswa dalam berpikir dan menalar. Keberhasilan tujuan pembelajaran akan tercapai jika guru mampu memberikan fasilitas dalam aspek ketiga tersebut. Namun kenyataannya di lapangan, banyak guru yang hanya fokus pada aspek pedagogis saja, sehingga aspek psikologis dan kognitif sering kali terabaikan (Sulistriani et al., 2021)
75 Guru adalah salah satu elemen manusiawi dalam proses pembelajaran. Guru memiliki peran penting dalam upaya membentuk sumber daya manusia yang profesional di bidang pendidikan. Oleh karena itu, sebagai unsur dalam bidang pendidikan, guru harus aktif dan menjalankannya sebagai tenaga profesional. Dalam dunia pendidikan yang terus berkembang dan maju, setiap guru memiliki tanggung jawab untuk membimbing siswa menuju kedewasaan dan tingkat kematangan tertentu. Sebagai pengajar, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengajar, melatih, dan memberikan bimbingan kepada siswa. Guru juga berperan penting dalam memberikan bimbingan terkait penguasaan nilai, disiplin diri, perencanaan masa depan, serta membantu siswa mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, guru juga merupakan pendidik formal di sekolah yang bertanggung jawab sebagai pengelola kegiatan pembelajaran. Dalam menjalankannya sebagai pengajar, guru harus melakukan beberapa hal dalam kegiatan belajar mengajar. Pertama, guru perlu menciptakan suasana kelas yang kondusif agar siswa dapat
76 belajar dengan nyaman. Selain itu, guru juga perlu membangun rasa percaya kepada siswa agar mereka merasa nyaman untuk bertanya dan berinteraksi dalam proses pembelajaran. Guru juga harus memberikan respon yang baik kepada siswa, memberikan dorongan positif, serta mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan oleh siswa. Selain itu, guru juga perlu menyediakan media pembelajaran yang sesuai agar siswa dapat memahami materi dengan lebih baik. Guru juga harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran dengan baik, memberikan arahan yang jelas kepada siswa, dan membantu mereka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan melakukan semua hal ini, guru dapat menjadi pengajar yang efektif dan mampu membantu siswa dalam mencapai potensi terbaik mereka dan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Untuk menjadikan kegiatan belajar mengajar mempunyai kekuatan yang maksimal, tentu seorang guru harus selalu berkomitmen untuk meningkatkan dan juga mempertahankan semangat dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa. (Arfandi & Samsudin, 2021) Saat ini, peran guru tidak lagi hanya sebagai satusatunya sumber informasi bagi siswa. Guru kini lebih fokus sebagai fasilitator untuk menciptakan kelas yang
77 lebih interaktif dan dinamis. Dengan demikian, siswa akan lebih aktif secara fisik maupun mental. Hal ini juga secara otomatis akan mengubah paradigma pengajaran dari teacher centered (berpusat pada guru) menjadi student centered (berpusat pada siswa). Metode pembelajaran yang hanya mengandalkan ceramah harus diganti dengan pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif terlibat dalam proses belajar. Pentingnya peran guru dalam proses pembelajaran menjadikan guru sebagai individu yang lebih mampu dan memiliki peran penting sebagai sumber informasi, memberikan nasihat, dan ilmu pengetahuan. Metode pembelajaran dengan metode ceramah mulai dianggap sebelah mata di era modern ini. Meskipun demikian, kita tidak boleh mengabaikan keberhasilannya dalam melahirkan individu hebat di masa lalu. Berbagai model, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang digunakan berdasarkan cara belajar siswa yang aktif. Oleh karena itu, peran guru sebagai pendidik dan pengajar yang paling menonjol tidak lagi mampu di era revolusi 4.0 saat ini. (Siti Nurzannah, 2022) Oleh karena itu, peran guru yang awalnya hanya sebagai pengajar dan seluruh kegiatan pembelajaran berpusat pada guru dengan metode pembelajaran konvensional seperti metode ceramah yang
78 menjadikan siswa cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran, kini mulai berkembang sejak dikembangkannya kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013, ditekankan bahwa kegiatan pembelajaran harus melibatkan siswa secara aktif dengan siswa belajar dari pengalaman dan mampu berpikir kritis sehingga pada kurikulum 2013 ditekankan bahwa guru berperan sebagai fasilitator. (Rahmawati & Suryadi, 2019) Sebagai fasilitator, guru memiliki peran penting dalam membantu siswa belajar dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru menyediakan fasilitas pedagogis, psikologis, dan pengembangan kognitif bagi siswanya. Fasilitas pedagogis mencakup strategi pembelajaran dan gaya mengajar guru. Guru bertanggung jawab dalam menyampaikan materi kepada siswa. Fasilitas psikologis guru yang melibatkan pemahaman perilaku individu dalam konteks pendidikan, di mana guru harus menciptakan lingkungan yang tenang bagi siswa selama proses pembelajaran dan membuat siswa merasa nyaman dengan interaksi guru. Terakhir, fasilitas pengembangan kognitif siswa menuntut guru untuk merancang kegiatan pembelajaran yang dapat dipahami dengan mudah oleh siswa dan mendorong
79 mereka untuk berpikir kritis terhadap materi yang diajarkan. (Sulistriani et al., 2021) Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter individu dan kemajuan suatu bangsa. Melalui pendidikan, seseorang dapat mengembangkan potensi, pengetahuan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, dan kemampuan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Guru memegang peran kunci dalam proses pembelajaran dan berkontribusi dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang profesional di bidang pendidikan. Sebagai pendidik yang profesional, guru bertanggung jawab dalam mendidik, membimbing, mengajar, melatih, mengarahkan, menilai, dan memberikan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran selama proses belajar. Dalam proses belajar, siswa diharapkan memiliki kemandirian. Siswa harus mampu belajar secara mandiri. Dengan belajar mandiri, siswa dapat melakukan kegiatan belajar tanpa orang lain. Kemandrian belajar siswa sangat penting karena siswa harus aktif dalam proses belajar sebelum dan sesudah pembelajaran. Siswa yang telah
80 mempelajari dan memahami materi sebelum pembelajaran akan mencapai prestasi yang baik dan dapat mengubah perilaku siswa dalam hal mengamati, membaca, meniru, mendengarkan, berpikir kritis, dan menggunakan gaya belajar yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka serta menggali kecerdasan yang dimiliki. Kemandirian siswa dapat ditingkatkan dengan cara membantu mereka mengenali diri dan lingkungan sekitar, sehingga mereka dapat mengembangkan potensi, pengetahuan, dan kreativitasnya. Dengan demikian, siswa akan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dan menjadi individu yang mandiri melalui strategi belajar yang melibatkan penggunaan media, permainan, dan strategi kreatif. Cara yang dapat dilakukan dalam membimbing siswa untuk belajar mandiri yaitu dengan melakukan penerapan metode pembelajaran yang menarik kepada siswa sehingga siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran serta dapat dengan mudah memahami materi pembelajaran. Metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan kemampuan berpikir siswa dapat mengembangkan kemampuan dan pemahaman siswa agar siswa mampu berpikir secara kritis. (Damayanti & Anando, 2021)
81 Dalam proses belajar, penting bagi setiap siswa untuk memiliki kemandirian belajar. Dengan sikap ini, siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Kemandirian belajar memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri, baik dengan bantuan orang lain maupun tanpa bantuan. Salah satu keunggulan belajar mandiri adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Untuk mencapai kemandirian belajar, siswa perlu aktif mengontrol pekerjaan mereka, menyiarkan kemajuan mereka, merencanakan langkah-langkah selanjutnya, dan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. (Hayani, 2020) Tersedianya sumber-sumber belajar, media pembelajaran sebagai alat yang memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami sesuatu dengan mudah serta berbagai fasilitas yang memadai dalam mendukung kegiatan pembelajaran juga menjadi faktor pendukung siswa dalam belajar secara mandiri. Selain itu, penggunaan teknologi belajar dari berbagai platform digital juga dapat digunakan dalam membimbing dan membantu siswa untuk belajar secara mandiri. Mengingat saat ini, berbagai materi dan kebutuhan penunjang kegiatan pembelajaran dapat dengan mudah diakses
82 melalui platform digital serta agar siswa memiliki kemampuan dalam menggunakan teknologi sehingga siswa tidak tertinggal oleh perkembangan zaman. Jika seluruh kebutuhan belajar siswa telah tersedia atau terpenuhi maka siswa dapat dilatih untuk belajar secara mandiri. Kemandirian belajar siswa bukan berarti siswa belajar sendiri melainkan siswa boleh bertanya dan berdiskusi kepada pendidik, orang tua atau orang lain dalam meningkatkan proses pembelajaran agar tercapainya kemampuan dan peningkatan dalam belajar. Dalam proses pendidikan, hubungan antara guru dan siswa sangatlah penting. Keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Guru bertanggung jawab sebagai pendidik di kelas dan memiliki peran yang sama dengan orang tua. Guru harus menjalankannya dengan profesional dan memiliki kompetensi yang mampu. Selain itu, seorang pendidik juga diharapkan dapat berinteraksi dengan siswa dengan moral dan etika yang baik, baik selama pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran. Hal ini penting agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara menyeluruh (Kurniawati & Basuki, 2023)
83 Membangun hubungan yang positif antara guru dan siswa yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Guru harus memiliki kemampuan sosial yang baik agar dapat berinteraksi dengan siswa. Interaksi ini akan berdampak pada kemampuan guru dalam menjalin hubungan yang baik dengan siswa, sehingga siswa dapat mempercayai guru. Proses pembentukan hubungan antara guru dan siswa melibatkan kesadaran akan karakteristik masingmasing pihak, interaksi yang hangat, serta persepsi positif di antara keduanya. Keterlibatan yang baik antara guru dan siswa memiliki dampak positif yang signifikan bagi kedua belah pihak. Siswa yang merasa dekat dengan guru akan lebih percaya diri untuk mencari bantuan ketika menghadapi kesulitan. Mereka juga lebih terbuka dalam berbagi perasaan dan pengalaman, terutama saat menghadapi situasi yang menantang. Sebaliknya, siswa yang tidak memiliki hubungan yang baik dengan guru cenderung menutup diri saat menghadapi masalah. Selain memberikan manfaat bagi siswa, hubungan yang positif ini juga memberikan kepuasan bagi guru. Keterlibatan yang erat dengan siswa membuat guru merasa dihargai dan memberikan arti penting dalam dirinya sebagai pendidik. Kelelahan emosional juga cenderung lebih rendah jika guru merasa
84 dekat dengan semua siswa, termasuk yang mungkin tidak terlalu akrab. Salah satu peran guru di sekolah adalah menjadi teladan yang baik bagi siswa. Sebagai figur yang berada di tengah-tengah siswa, guru memiliki tanggung jawab untuk memahami apa yang sedang terjadi dengan siswa. Namun, dalam prosesnya, seringkali guru menghadapi kesulitan dalam memulai percakapan dengan siswa. Beberapa guru merasa kebingungan dalam berinteraksi dengan siswa secara tepat. Ada juga guru yang mengalami kesulitan dalam mengetahui perkembangan tugas siswa, terutama dalam hal pembuatan tugas. Hal ini terjadi karena siswa tidak menanggapi pesan dari guru. Solusi ini muncul meskipun guru sudah berusaha menggunakan berbagai saluran komunikasi, seperti media sosial dan menghubungi orang tua, untuk mendapatkan dukungan bagi siswa dari rumah. Namun perubahan perilaku siswa tidak terlalu signifikan. Keterlambatan dalam mewujudkan komunikasi ini membuat guru merasa bingung tentang langkah apa yang harus diambil agar dapat memahami kondisi siswa dengan lebih baik. Dalam situasi seperti ini, guru juga mempertimbangkan cara untuk membangun kepercayaan siswa terhadap guru agar siswa bersedia berbagi dan bercerita kepada
85 guru. Bagi guru yang merasa lebih senior, ada kekhawatiran bahwa perbedaan generasi membuat mereka kurang memahami topik yang sedang dibicarakan siswa sehingga mempengaruhi interaksi yang terjadi. Kadang-kadang mereka tidak tahu apa yang disampaikan oleh siswa dan berharap untuk lebih memahami karakteristik siswa. Beberapa guru yang diyakini memiliki hubungan dekat dengan siswa dapat lebih mudah berinteraksi secara santai dengan siswa. Mereka dapat menanyakan kabar atau sudah mengenal minat siswa dan menggunakan informasi tersebut dalam percakapan. (Margijanto & Purwanti, 2021) Hubungan antara guru dan siswa harus didasari dengan saling menghormati dan memahami kedudukan masing-masing. Guru harus menyadari dirinya sebagai pendidik, sedangkan siswa sebagai peserta didik. Meskipun memiliki tujuan yang sama, namun kedudukan dan peran keduanya berbeda. Hubungan ini bukanlah seperti hubungan atasan dan bawahan, melainkan lebih mirip hubungan kekeluargaan yang didasari oleh konsep psikologis. Dalam hubungan ini, setiap kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa difokuskan pada pengembangan potensi dan pembentukan karakter. Jika kedua belah pihak menyadari keseimbangan dan peran
86 masing-masing, maka akan tercipta interaksi yang harmonis, baik dalam proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran Membangun hubungan yang baik antara guru dan siswa bukanlah tugas yang mudah. Terutama bagi guru pemula yang baru memulai karya di dunia pendidikan, mereka akan dihadapkan pada berbagai tantangan yang harus diatasi. Untuk menghadapi kesulitan dalam membangun hubungan ini, seorang guru seharusnya melakukan beberapa langkah yang sangat penting. Beberapa hal mendasar yang dapat dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut: 1. Guru perlu menyadari bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Siswa yang memiliki kemampuan analisis yang tinggi biasanya lebih suka belajar di kelas, sementara siswa yang kreatif akan lebih unggul dalam keterampilan sosial dan mungkin tidak selalu mendapat peringkat tertinggi. Penting bagi guru untuk mengenali potensi setiap siswa agar tidak salah menilai. 2. Menghargai pendapat dan memberikan penghargaan kepada siswa merupakan sikap yang penting bagi seorang guru. Namun, tidak selalu berarti guru harus menuruti setiap keinginan siswa. Situasi di mana
87 keinginan siswa tidak akan berdampak baik bagi perkembangan mereka. Dalam hal ini, guru tidak langsung menyatakan bahwa pendapat siswa buruk, melainkan memberikan arahan yang lebih baik dan tetap memberikan penghargaan atas keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya. 3. Memberikan peluang kepada murid untuk berpartisipasi aktif di dalam dan di luar kelas merupakan hal yang penting. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah memberikan kesempatan kepada murid untuk bertanya tentang hal-hal yang belum mereka ketahui atau belum mereka pahami. Dengan memberikan kesempatan ini, diharapkan dapat membangun pemikiran bahwa tidak memahami suatu materi bukanlah kesalahan, sehingga murid akan lebih berani bertanya kepada guru jika mereka belum memahami suatu hal 4. Mendorong kolaborasi di antara siswa. Dalam proses pembelajaran di kelas, kerja sama merupakan aspek yang sangat penting untuk ditekankan, baik di dalam maupun di luar lingkungan kelas. Dengan adanya kerja sama di antara siswa, tujuan pendidikan dapat tercapai dengan lebih efisien. Kelompok belajar pada
88 dasarnya akan memberikan hasil yang lebih baik daripada siswa yang belajar secara individu. 5. Guru harus bersikap adil dan setara terhadap semua siswa. Tidak boleh ada perbedaan perlakuan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Contohnya, tidak boleh ada perlakuan baik terhadap siswa yang pintar sementara siswa yang kurang pintar didiskriminasi. Tindakan seperti itu akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal. Dalam menjalankan hubungan guru dan siswa hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1. Guru harus memberikan penghargaan kepada semua siswa tanpa membedakan mereka. Sikap menghargai ini dapat ditunjukkan dengan menghargai pendapat dan saran dari siswa, serta melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki siswa dan memberikan arahan yang tepat 2. Memberikan penghargaan kepada siswa yang telah menciptakan karya. Hal ini bertujuan untuk memberikan semangat dan mendorong motivasi siswa untuk terus melakukan inovasi yang lebih baik
89 3. Mengidentifikasi masalah yang mengganggu konsentrasi belajar siswa dan memberikan solusi yang tepat. Guru dapat melakukan tindakan ini selama masalah tersebut masih dalam lingkup pendidikan 4. Guru bertanggung jawab untuk menciptakan keselarasan di antara siswa dan membagi tugas secara adil di dalam kelas. Pembagian tugas yang adil merupakan kewenangan guru 5. Memperhatikan perbedaan individu karena potensi yang berbeda akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini penting untuk diperhatikan oleh guru agar tidak terjadi kesalahan penilaian terhadap siswa. (Kurniawati & Basuki, 2023) Untuk membangun hubungan yang positif, para guru dapat dibantu untuk mengoptimalkan hubungan siswa dan guru secara lebih positif, sehingga muncul rasa kedekatan dan perasaan hangat tanpa konflik atau ketidaknyamanan. (Margijanto & Purwanti, 2021) Salah satu kunci dalam membangun hubungan yang positif antara guru dan siswa yaitu terjalinnya komunikasi yang baik. Keterhubungan positif dalam komunikasi menciptakan lingkungan yang mendukung, menginspirasi, dan merangsang minat belajar siswa. Guru berperan menjadi pihak yang bertanggung jawab sebagai pemberi pesan atau komunikator,
90 sementara siswa berperan sebagai penerima pesan atau komunikan. Guru harus menguasai pola interaksi dan teknik komunikasi yang efektif dalam kegiatan pembelajaran. Interaksi tersebut dikenal sebagai interaksi edukatif, yang memiliki ciri-ciri khusus seperti tujuan yang terdefinisi, prosedur yang terencana, penggarapan materi khusus, aktivitas siswa, peran guru sebagai pembimbing, kebutuhan disiplin, serta adanya batas waktu. Pendidikan yang efektif membutuhkan komunikasi yang baik agar materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dan dapat dicerna secara optimal oleh siswa sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Penguasaan strategi komunikasi merupakan kemampuan dasar dan vital yang harus dimiliki seorang guru guna mendukung tercapainya kompetensi/subkompetensi dalam kegiatan pembelajaran. Usaha membangun hubungan positif dalam konteks pendidikan merujuk pada upaya menciptakan ikatan yang baik antara guru, siswa, dan antar siswa. Hubungan positif ini merupakan elemen kunci dalam membentuk lingkungan pembelajaran yang kondusif, mendukung perkembangan siswa, serta meningkatkan efektivitas pengajaran. Komunikasi yang efektif antara guru dan siswa merupakan dasar dari hubungan positif dalam kelas.
91 Guru yang mendengarkan dengan penuh perhatian, merespons kebutuhan siswa, dan bersikap terbuka terhadap pertanyaan atau masukan siswa dapat membangun kepercayaan dan kenyamanan. Hubungan positif ini menciptakan lingkungan di mana siswa merasa dihargai dan termotivasi untuk terus terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Membangun hubungan positif bukan hanya tugas guru, melainkan melibatkan partisipasi aktif siswa serta dukungan dari orang tua. Hubungan positif antara guru dan siswa mampu membantu menciptakan iklim pembelajaran yang mendukung pertumbuhan pribadi serta akademis siswa. (Parawangsa et al., 2024) Dengan membina hubungan siswa dan guru yang positif, siswa dapat menyadari bahwa guru merupakan pihak yang dapat diandalkan. Hubungan yang positif juga dapat memacu siswa dalam kegiatan belajarnya yang diharapkan membawa pengaruh terhadap kehadiran siswa yang lebih rutin di kelas. Bantuan ini dapat sangat bermanfaat untuk guru yang mengalami kesulitan dalam membangun kedekatan dengan siswa.
92 BAB 5