Pengantar Manajemen Usaha - 41 B. Tujuan dan Manfaat Rasio Keuangan Penggunaan rasio keuangan bertujuan untuk membantu mendapatkan gambaran kinerja keuangan. Selain itu, rasio keuangan juga membantu manajer maupun pemilik dalam melakukan evaluasi keuangan pada masa sekarang agar dapat menentukan kebijakan keuangan pada masa mendatang. Analisis dengan menggunakan rasio keuangan dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, dengan melakukan perbandingan antara rasio saat ini dengan rasio yang telah lampau. Kedua, dapat pula dilakukan dengan melakukan perbandingan rasio keuangan terhadap usaha sejenis. Manfaat yang didapat baik pihak internal maupun eksternal antara lain: 1. Sebagai pengukur kinerja keuangan bisnis. 2. Sebagai penentu kemampuan perusahaan dalam melunasi utang. 3. Sebagai bahan evaluasi kinerja keuangan. 4. Sebagai salah satu alat pengambil keputusan. 5. Sebagai alat penghubung antara pihak internal dengan pemangku kepentingan seperti investor, pemerintah maupun kreditur. C. Keunggulan dan Keterbatasan Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan menjadi salah satu cara agar mendapatkan gambaran umum tentang situasi keuangan. Hal ini juga berfungsi sebagai analisis internal dan eksternal
42 - Pengantar Manajemen Usaha dalam menentukan hasil keuangan yang ingin dicapai dalam perencanaan masa depan. Menurut Wardiyah (2017), berikut beberapa keunggulan dalam penggunaan rasio keuangan bagi bisnis: 1. Penggunaan angka sebagai ringkasan perbandingan komponen laporan keuangan lebih mudah dipahami. Trend keuangan selama beberapa periode serta prediksi keuangan pada masa mendatang lebih dapat diintepretasikan pemangku kepentingan. 2. Rasio keuangan juga dapat menjadi pengganti informasi yang ada dalam laporan keuangan. 3. Dapat sebagai pembanding antar usaha dalam industri yang sama serta mengetahui posisi usaha saat ini dalam industri tersebut. 4. Dapat dijadikan sebagai bahan pengambil keputusan manajemen. Sedangkan keterbatasan penggunaan rasio keuangan antara lain: 1. Penggunaan rasio keuangan akan sulit mengidentifikasi kategori dan posisi industri jika usaha bergerak dalam berbagai bidang. 2. Adanya penggunaan metode akuntansi yang berbeda tentu akan menghasilkan rasio keuangan yang berbeda pula. 3. Sebuah rasio keuangan tidak dapat menggambarkan kondisi keuangan secara keseluruhan, perlu menggabungkan beberapa rasio untuk melihat kondisi keuangan secara menyeluruh. Selain itu, apabila laporan
Pengantar Manajemen Usaha - 43 keuangan yang disajikan belum teraudit dapat menimbulkan hasil penilaian rasio dengan data manipulatif. D. Jenis Rasio Keuangan Rasio keuangan memiliki berbagai fungsi antara lain sebagai alat analisis untuk melihat perkembangan usaha dari perode satu ke periode lain, mengetahui apakah efektivitas dan efisiensi telah berjalan optimal serta untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola aset dan utang. Rasio keuangan terdiri atas berbagai jenis yang secara umum digunakan oleh pemangku kepentingan antara lain: 1. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba atas penjualan, aset maupun ekuitas. Ukuran profitabilitas menunjukkan seberapa baik perusahaan mengelola asetnya untuk menghasilkan keuntungan dan nilai bagi pemegang saham. Dengan ukuran profitabilitas yang tinggi, menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan pendapatan, laba, dan arus kas. a. Gross Profit Margin (GPM) Rasio ini digunakan untuk membandingkan penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan dengan tujuan untuk melihat seberapa besar laba dapat diperoleh dari penjualan. Berikut rumus untuk menghitung gross profit margin:
44 - Pengantar Manajemen Usaha b. Return on Assets Ratio (ROA) Rasio ini dapat menggambarkan bagaimana perusahaan mengelola asetnya untuk menghasilkan laba. Makin tinggi nilai ROA artinya makin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba serta mengelola asetnya. Perhitungan return on assets ratio dapat menggunakan rumus sebagai berikut: c. Return on Equity (ROE) Rasio ini menggambarkan bagaimana perusahaan mengelola ekuitasnya guna meningkatkan laba. ROE menggambarkan perhitungan sederhana sebagai bahan evaluasi pengembalian investasi yang diambil manajer. Berikut rumus return on equity ratio: d. Return on Sales Ratio (ROS) Rasio ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan mengubah penjualan menjadi laba. Tujuannya membantu perusahaan memahami dan menentukan logika di balik keseluruhan strategi dan anggaran penjualannya. Berbeda dengan ROE, metrik ini menunjukkan gambaran pada investor tentang operasi yang lebih efisien, sebagaimana tercermin dalam margin
Pengantar Manajemen Usaha - 45 laba operasi yang sangat baik, pengembalian yang lebih tinggi dari waktu ke waktu, total pendapatan, dan peningkatan margin laba bersih. Di sisi lain, ROS juga bertujuan untuk mengukur dampak penjualan terhadap pendapatan perusahaan secara keseluruhan, bukan hanya pada ekuitas pemegang saham. Rumus untuk menghitung ROS sebagai berikut: e. Return on Investment Return on Investment (ROI) adalah rasio keuangan yang digunakan untuk menghitung laba yang diterima investor dibandingkan dengan biaya investasi. Secara umum rasio ini diukur dengan cara pendapatan bersih dibagi dengan biaya modal awal investasi. Dengan menggunakan rasio ini, pemangku kepentingan dapat mengevaluasi kegiatan operasional serta memperkirakan tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan. Rumus untuk menghitung ROI sebagai berikut: 2. Rasio Likuiditas Menurut Wardiyah (2017), rasio ini biasanya digunakan untuk melihat bagaimana kemammpuan yang dimiliki perusahaan dalam menangani kewajiban atau utang yang akan jatuh tempo. Secara umum, berikut jenis rasio likuiditas:
46 - Pengantar Manajemen Usaha a. Current Ratio Penggunaan rasio ini biasanya untuk mengukur kesanggupan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya. Utang jangka pendek memiliki jangka waktu pembayaran sampai dengan 12 bulan, contohnya seperti utang dagang dan utang wesel. Rasio ini juga sering digunakan oleh kreditur dalam pemberian pinjaman. Berikut rumus untuk menghitung current ratio: Konsep dasar rasio ini yaitu perusahaan membutuhkan lebih banyak uang tunai untuk membayar kewajiban lancarnya. Jika nilai rasio lancar di atas 1, berarti perusahaan berada dalam posisi aman untuk melunasi seluruh kewajiban lancarnya dari modal kerjanya. Di sisi lain, jika rasio ini kurang dari 1, berarti perusahaan berisiko tidak dapat membayar kembali ketergantungan jangka pendek tepat waktu dan harus mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut. b. Quick Ratio Rasio ini bertujuan untuk mengukur aset likuid perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Aset likuid merupakan aset yang biasanya dapat dicairkan menjadi kas dalam jangka waktu 90 hari. Berikut rumus yang digunakan dalam perhitungan quick ratio:
Pengantar Manajemen Usaha - 47 Makin besar quick ratio berarti makin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. c. Cash Ratio Cash ratio biasa digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya melalui kas dan setara kasnya. Kas dan setara kas yang dimaksudkan dapat berupa uang tunai, giro, cek dan wesel.Untuk mengukur cash ratio dapat menggunakan rumus sebagai berikut: 3. Rasio Aktivitas Menurut Wardiyah (2017), pengukuran mengenai efektivitas pengelolaan bisnis melalui sumber daya yang dimiliki dapat menggunakan rasio aktivitas. Rasio ini memberikan gambaran mengenai aktivitas perusahaan seperti penjualan, pembelian dan investasi. Menurut Wastam (2018), penggunaan rasio aktivitas menimbulkan beberapa persepsi karena penjualan yang dilakukan berdasarkan pada harga pasar saat ini, sedangkan persediaan dinilai berdasarkan pembelian pada periode tertentu. Hal ini tentu akan memengaruhi nilai rasio. Berikut beberapa jenis rasio aktivitas yang umum digunakan :
48 - Pengantar Manajemen Usaha a. Total Asset Turnover Ratio Rasio ini menunjukkan efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan volume penjualan tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio ini menunjukkan perputaran aset untuk meraih laba. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: b. Inventory Turnover Ratio Rasio ini memberikan gambaran tentang aset perusahaan yang berupa persediaan dapat dikelola untuk menghasilkan laba perusahaan. Hal ini dilakukan dengan mengubah persediaan menjadi harga pokok produksi. Rasio perputaran persediaan ini dihitung melalui jumlah rata-rata hari untuk menjual persediaan. Berikut rumus untuk mengukur inventory turnover ratio: c. Cash Conversion Cycle Ratio (CCC) Cash conversion cycle ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui berapa lama aset lancarnya seperti kas, piutang dan persediaan sebagai modal kerja dapat diubah dari arus kas keluar menjadi arus kas masuk. Pengelolaan CCC yang baik membantu perusahaan menentukan keputusan pendanaan dan investasi jangka panjang lebih baik, mengurangi risiko
Pengantar Manajemen Usaha - 49 kredit macet dan peningkatan likuiditas. Berikut rumus untuk menghitung CCC ratio: Keterangan: CCC Ratio: Cash conversion cycle ratio. DIO (Days Inventory Outstanding) :Rata-rata hari untuk mengubah persediaan menjadi penjualan. DSO (Days Sales Outstanding) :Rata-rata hari piutang tertagih. DPO (Days Payables Outstanding) :Rata-rata hari utang dapat terbayar. d. Working Capital Turnover Ratio (WCT) Metrik ini digunakan untuk mengukur hubungan antara dana yang digunakan untuk mendanai operasi perusahaan dan pendapatan yang dihasilkan perusahaan untuk terus beroperasi. Perputaran modal kerja yang lebih tinggi berarti lebih baik karena mengindikasikan bahwa perusahaan dapat menghasilkan lebih banyak penjualan. Siklus modal kerja yang lebih cepat menunjukkan bahwa modal kerja digunakan secara efisien dan investasi dalam modal kerja menurun. Siklus modal kerja juga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, modal kerja dan kewajiban lancar yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. Makin cepat periode pengembalian menjadi uang tunai, makin banyak modal kerja yang dapat dibalikkan oleh perusahaan, makin tinggi potensi pengembalian modal yang diinvestasikan, dan pertumbuhan pendapatan
50 - Pengantar Manajemen Usaha perusahaan akan maksimal. Rumus untuk menghitung WCT adalah: 4. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas atau yang dikenal pula sebagai rasio leverage merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya melalui pendanaan baik internal maupun eksternal. Tujuan penggunaan rasio solvabilitas antara lain untuk memberikan bagaimana posisi kewajiban jangka panjang perusahaan terhadap kemampuan membayarnya serta sebagai bahan evaluasi manajemen dalam pendanaan. Berikut beberapa rasio solvabilitas yang umum digunakan: a. Debt to Asset Ratio (DAR) Menurut Kasmir (2010), rasio ini berfungsi untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang, serta seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan aset. Jika rasio ini tinggi artinya makin banyak utang digunakan dalam kegiatan perusahaan sehingga makin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pendanaan karena dapat menimbulkan ketidakmampuan perusahaan dalam membayar utangnya. Berikut rumus untuk menghitung debt to asset ratio:
Pengantar Manajemen Usaha - 51 b. Debt to Equity Ratio (DER) Rasio ini yang digunakan untuk membandingkan seluruh kewajiban, termasuk kewajiban lancar terhadap total ekuitas. Rasio ini penting dalam penilaian keuangan perusahaan apakah dapat mencukupi dalam pembayaran kewajiban. Tujuannya yaitu membantu kreditur menentukan jumlah dana yang diberikan pada perusahaan. Berikut rumus untuk menghitung DER:
52 - Pengantar Manajemen Usaha
Pengantar Manajemen Usaha - 53 BAB 5 PERENCANAAN KEUANGAN
54 - Pengantar Manajemen Usaha AB ini membicarakan perencanaan keuangan/financial plan. Perencanaan keuangan memiliki manfaat yang sangat besar dalam mengarahkan maupun mengendalikan keuangan (arus kas) suatu perusahaan. Perencanaan keuangan pada dasaranya merupakan proses mencapai tujuan perusahaan melalui manajemen keuangan yang terintegrasi dan terencana. Perencanaan tersebut mencangkup pencapaian tujuan perusahaan, analisis terhadap perbedaan tujuan perusahaan dengan kondisi perusahaan saat ini serta alternatif yang perlu dilakukan untuk pencapaian tujuan perusahaan dengan mendasarkan pada posisi dan kondisi perusahaan saat ini. Perencanaan keuangan bertujuan agar dapat memposisikan keuangan perusahaan di masa akan datang seperti bulan depan, tri wulan depan, tahun depan dan seterusnya. Selaian itu perkiraan mengenai seberapa besar pendanaan ekstern yang harus diperoleh. Analisis mengenai kondisi yang telah terjadi memanglah penting, namun perncanaan terhadap kondisi pada masa yang akan datang lebih penting lagi. Dalam pengambilan keputusan, prakiraan mengenai kondisi ataupun posisi pada masa yang akan datang lebih relevandibandingkan dengan apa yang telah terjadi. Meskipun demikian, dalam perencanaan kondisi di masa yang akan datang perusahaan sering menggunakan kejadian historis sebagai tolakukurnya, meskipun dasar pertimbangan yang lain juga dapat digunakan. A. Pengertian Perencanaan Keuangan Perencanaan keuangan merupakan strategi atau proses yang digunakan dalam memperkirakan kondisi dan posisi B
Pengantar Manajemen Usaha - 55 keuangan perusahaan pada masa yang akan datang (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2015 : 96). Berdasarkan pengertian tersebut, perencanaan keuangan diperlukan agar tujuan- tujuan bisnis dimasa mendatang dapat tercapai. Selain itu, perencanaan keuangan juga berfungsi untuk memastikan semua proses berjalan dengan efisien serta berfungsi sebagai Langkah pencegahan terhadap potensi kerugian serta resiko lain yang dimungkinkan timbul dimasa mendatang. Berdasarkan masa pengambilan keputusannya, perencanaan keuangan dapat dibedakan menjadi dua: 1. Perencnaan Keuangan Jangka Panjang Perencanaan keuangan jangka Panjang dapat diartikan sebagai proses menafsirkan strategi operasi perusahaan kedalam informasi keuangan guna meramalkan posisi dan kondisi keuangan orgsnisasi dengan periode yang cukup pajang pada waktu yang akan datang (biasanya 5 tahun kedepan) (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2015 : 97). Perencanaan keuangan jangka Panjang ini diperlukan setelah perusahaan mengambil keputusan strategis tertentu, seperti setelah melakukan investasi yang cukup besar agar dapat memperkirakan bagaimana kondisi keuangan perusahaan pada masa mendatang. Oleh karena itulah lalu disusun menjadi laporan keuangan yang diproyeksikan, konsisten dengan keputusan keuangan yang diambil. Dengan demikian maka akan terlihat bagaimana perkiraan kondisi keuangan perusahaan pada masa mendatang.
56 - Pengantar Manajemen Usaha Adapun tujuan dari perencanaan atau peramalan jangka Panjang antara lain sebgai berikut; a. Mermalkan posisi keuangan di masa yang akan datang. b. Memperkirakan kebutuhan dana dimasa yang akan datang c. Bagaimanan menggunakan rencana tersebut untuk system kompensasi manajemen. 2. Perencanaan Keuangan jangka pendek Sesuai dengan namanya, perencanaan keuangan jangka pendek adalah perkiraan kondisi dan posisi keuangan dimasa mendatang dalam dimensi waktu yang singkat (biasanya kurang dari 12 bulan). Perencanaan keuangan jangka pendek memiliki tujuan utama yaitu guna menjaga likuiditas perusahaan. Dalam perencanaan keuangan jangka pende, penyusunan anggaran kas diperlukan untuk pertimbangan dalam melakukan perkiraan kondisi keuangan suatu perusahaan. Hal ini diperlukan untuk melihat arus kas dari suatu perusahaan. B. Arus Kas Perusahaan Arus kas sebuah perusahaan atau organisasi merupakan salah satu bagian terpenting yang harus diperhatiakan oleh seorang manajer keuangan. Dengan memperhatikan arus kas yang ada, manajer keuangan dapat menentukan rencana keuangan atau arus kas pada periode tertentu di masa mendatang. Langkah yang dilakukan seorang manajer
Pengantar Manajemen Usaha - 57 keuangan sebelum Menyusun rencana keuangan, perlu adanya pemahaman bagaimana arus kas dalam perusahaan. Keuangan kas menjadi prioritas utama bagi seorang manager, bukan laba (rugi) menurut pengertian akuntansi. Adapun tahapan dalam penyusunan anggaran kas adalah: 1. Menentukan asumsi yang dibutuhkan. 2. meramalkan penjualan di waktu yang akan datang 3. Mengidentifikasi uang masuk lainnya, misalnya hasil penjualan asset, surat berharga, dan lain-lain. 4. Identifikasi uang keluar. Yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya penjualan, administrasi dan lain-lain. 5. Mengkalkulasi aliran kas bersih (kas masuk - kas keluar), untuk melihat apakah ada surplus atau deficit. Arus kas digambarkan oleh Van Home secara skematis seperti ta el dibawah ini:
58 - Pengantar Manajemen Usaha C. Analisis Sumber dan Penggunaan Dana Analisis sumber dan penggunaan dana berfungsi agar dapat mengetahui dari mana sumber maupun penggunaan kas suatu perusahaan pada periode tertentu. Analisis sumber dan penggunaan dana mengarah pada penerapan matching principle dalam pendanaan. Matching principle sendiri menjelaskan mengenai penggunaan dana jangka panjang harus dibiayai dengan dana jangka Panjang, adapun keperluan jangka pendek harus menggunakan dana jangka pendek. Oleh karena itu prinsip ini lebih fokus pada pertimbangan likuiditas. Sumber dana sendiri berasal dari beberapa instrument, diantaranya: 1. Menurunkan bersih aktiva (kecuali aktiva tetap dan kas). 2. Menurunkan bruto aktiva tetap. 3. Menaikan kewajiaban dan hutang. 4. Menambahkan modal. 5. pendapatan yang diperoleh dari operasi. Adapun penggunaan dana bersumber dari: 1. Kenaikan bersih aktiva tetap, kecuali aktiva tetap dan kas. 2. Penambahan bruto aktiva tetap. 3. Penurunan kewajiban dan hutang. 4. Penggunaan modal sendiri. 5. Pembayaran dividen.
Pengantar Manajemen Usaha - 59 Contoh analisis sumber dan penggunaan dana untuk PT “ABC” berdasrkan table berikut: Apabila analisis sumber dan penggunaan dana diterapkan pada PT “ABC”,maka bisa dilihat hasilnya seperti yang terdapat di table tersebut, bahwa sumber dana PT “ABC” sebagian besar merupakan operasi perusahaan (jumlah laba setelah pajak dan penyusutan). Sebagian besar dana digunakan untuk membayar deviden dan pengurangan hutang jangka panjang. Jika sumbernya bersifat jangka Panjang, maka penggunaannya untuk mengurangi hutang jangka panjang dan pembayaran dividen, hal ini sesuai dengan matching principle.
60 - Pengantar Manajemen Usaha Sebagian besar analis lebih suka melakukan analisa sumber dan penggunaan modal kerja (dalam artian asset lancar dikurangi kewajiban lancr). Yang mana penggunaan terbesar adalah untuk mengurangi hutang jangka Panjang dan pembayaran dividen, dapat dipenuhi dengan dana dari hasil operasi. Oleh karena itu diharapkan tidak akan memunculkan likuiditas. Analisis tersebut dijadikan sebagai data historis. perusahaan juga dapat melaksanakan analisis dari data penggunaan dana keuangan di masa yang akan datang (laporan keuangan yang diproyeksikan atau proformafinancial statement). D. Perencanaan keuangan dan perencanaan strategis Sering kali dalam melaksanakan prakiraaan dan perencanaan keuangan, analis sering tergoda menggunakan model keuangan yang rumit, bukan sesederhana model presentase penjual. Sebernarnya segala model keuangan yang diterapkan, merupakan suatu hal yang terabaikan dan tidak memperhatikan faktor keuangan pada model tersebut. Kas Rp 30 Hutang dagang Rp 148 Piutang Rp 144 Hutang bank Rp 206 Persediaan Rp 69 Modal sendiri Rp 449 Aktiva tetap (net) Rp 560 Jumlah Rp 803 Jumlah Rp 803
Pengantar Manajemen Usaha - 61 berikut ini contoh model persentase penjualan: Pada contoh tersebut, kita bisa memprediksi adanya penambahan penjualan yang memghasilkan profit margin tertentu. Sehingga perusahan akan membutuhkan tambahan modal dari luar perusahaan guna mendapatkan dukungan dalam penamambahan aktiva lancar dan aktiva tetap. Akan tetapi dalam model tersebut tidak menampilkan apakah bertambahnya aktiva tersebut bisa dinilai benar secara ekonomis atau penambahan aktiva tersebut akan meningkatkan kredibilitas perusahaan? Model di atas tidak mampu menjawab permasalahan tersebut. Hal ini disebabkan karena tampilan pendanaan yang dikerjakan hanya berdasar mekanisme akuntansi. kita tidak dapat memakai model untuk memprediksi nilai perusahaan di waktu yang akan datang. jika perusahaan menampilkan keuntungan setelah pajak, maka tampilan nilai perusahaan secara tidak langsung akan dilakukan yaitu dengan mengunakan price earnings ratio (PER). Apabila prediksi PER konstan maka nilai pasar modal sendiri akan sebesar PER X (laba setelah pajak). Adapun perencanaan strategis sendiri adalah upaya yang secara sadar dilakukan guna mempengaruhi kondisi maupun posisi perusahaan dalam persaingan, baik pada masa kini maupun masa yang akan datang. Oleh karena itu, perencanaan keuangan (terutama perencanaa keuangan jangka panjang) pada dasarnya dibuat bersamaan dengan penyususunan perencanaa strategis perusahaan. Dalam perencanaan strategis, terdapat tiga model perencanaan strategis, diantaranya:
62 - Pengantar Manajemen Usaha 1. Pertumbuhan agresif. Yaitu strategi perusaahaan yang mencoba merebut konsumen pada pesaing. Yang mengakibatka perusahaan memerlukan dana yang cukup besar dari luar perusahaan. 2. Pertumbuhan moderat. Yaitu strategi perusahaan yang mana pertumuhan penjualan diakibatkan oleh pertumbuhan permintaan. Tidak ada upaya untuk merebut konsumen pesaing. Dengan harapan pertumbuhan dapat dipenuhi dengan menggunakan dana dari hasil oprasi perusahaan. 3. Mengurangi bisnis yang dijalankan. ketika produk yang dihasilkan berpotensi berada pada tahap akhir, maka perusahaan melakukan persiapan untuk berpindah atau menambah bisnis yang lain. dari bisnis tersebut dapat di investasikan pada bisnis lain. Oleh kaena itu, pemilihan strategi perusahaan dapat berdampak pada biaya yang disediakan oleh perusahaan. Dengan syarat pembiayaan ekstern diambil dari modal sendiri. E. Fungsi Perencanaan Keuangan Perencanaan keuangan bisnis yang baik akan membimbing perusahaan menuju usaha-usaha untuk meningkatkan, mengoptimalkan, dan membuat oprasional bisnis menjadi lebih efisien, seperti: 1. Evaluasi kemajuan bisnis. Perencanaan keuangan bisnis bisa berfungsi sebagai indicator kemajuan bisnis yah dapat digunakan untuk megukir pendapatan dan aloiran
Pengantar Manajemen Usaha - 63 kas. Data ini memiliki nilai pentig dalam menentukan Langkah-lamgkah strategis ang diperlukan untuk menjaga kelangsungan usaha yang lebih baik 2. Menetapkan prioritas pengeluaran. Perencanaan keuangan bisa menolong pengusaha mengarahkan biaya bisnisnya. Oleh karenanya model usaha bisa dialokasikan dalam aspek-aspek strategis yang lebih penting. Penetapan prioritas dalam pengeluaran bisa membantu mengenali pengeluaran yang kurang esensial. Tindakan ini mampu memberikan efek positif pada perusahaan, misalnya peningkatan produktufitas, ekspansi pasar dan peningkatan efisiensi. 3. Pengelolaan finansial. Keuntungan selanjutnya yang akan diperoleh dari perencanaa keuangan adalah upaya yang lebih lancer dalam mengelola anggaran. Dengan perencanaan yang terstruktur, akan memberikan wewenang kepada menajemen perusahaan untuk membuat keputusan anggaran dengan bijak. Pratek manajemen finasial yang cermat akan berfungsi sebgai penyelamat saat pendapatan mengalami penuruna. Sebaliknya jika tidak dikelola dengan baik bisa berdmpak merugikan semua aspek perusahaan F. Langkah-Langkah Dalam Membuat Perencanaan Bisnis Berikutnya adalah Langkah-langkah yang perlu perusahaan ikuti dalam proses pembuatan perencaaan bisnis yang efektif, yaitu antara lain;
64 - Pengantar Manajemen Usaha 1. Mengestimasi biaya perusahaan. Langkah pertama dalam prose perencanaan keuangan adalah melakkan perhitugan biaya setup. Biaya ini mencakup semua pengeluaran yang terkait dengan aktifitas pengolahan, penyaluran, penyimpanan serta biaya lain yang sesuai. Pada tahap ini perusahaan akan menetapkan sejumlah dana untuk dialkokasikan dalam memulai bisnis yang perlu diajukan dari bank. Berikut adalah beberapa contoh biaya awal yang perlu dipertimbangkan: a. Asuransi b. Biaya gaji karyawan c. Pengeluaran untuk bahan utama d. Biaya pemasaran e. Biaya maintenance dan perbaikan mesin prouksi f. Biaya pengembangan serta penelitin g. Biaya petjalan bisnis h. pengeluaran untuk keperluan kantor i. biaya overhead j. pajak k. sewa gedung, kendaraan, atau mesin produksi l. utiltas seperti internet, listrik dan air mengidentifikasi dan menghitung biaya setup ini dalah Langkah penting dalam perncanaa bisnis dan utuk memastikan apakah perusahaan memiliki dana yang cukup untuk memulai bisnis dengan lancae
Pengantar Manajemen Usaha - 65 2. Memprediksi laba rugi Setelah mengetahui biaya persiapan, tahapan selanjutnya dalam perencanaa keuangan adalah membuat proyeksi laba rugi untuk 1tahun kedepan dari bisnis mulai beroperasi. Dengan mebandingakan pendapatan dan biaya pokok penjualan (cost of goods sold), ditambah biaya operasional tetap Proyeksi laba rugi dapat dihitung mengunaan rumus-rumus berikut: Dengan membuat proyeksi laba rugi ini perusahaan akan memiliki gambaran yang lebih jelas tentang perkiraan pendapatan dan pengeluaran perusahaan selam tahun pertam operasi. Hal ini akan membantu perusahaan dalam merencanan keuangan bisnsi dengan lebig baik dan mengambil keputusanyang tepat 3. Perkirakan arus kas Selanjutnya dalam perencanaa keuangan dalah estimasikan aliran kas bisnis.hal ini sangat penting agar perusahaan dapt menjalankan operasinya secara lancar. Perusahaan dpat mengakses pebdanaan melalui berbagi cara, sperti penjualan saham,penerbitan oligasi, menerima pembayaran dividen atau mengajukan kredit.
66 - Pengantar Manajemen Usaha 4. Perkirakan neraca saldo Langkah selanjutnya dalam perencanaan keungan adalah merancang neraca keuanga. Neraca ini mencangkup aset (nilai keuangan perusahaan), liabilitas (hutang yang harus dibayar kepada klreditor) dan ekuitas yang merupakan selisih antara asset dan liabilitas. 5. Menganalisis titik impas Pada tahap akhir perencanaan keuangan diperlukan titik impas. Dengan memahaminya akan membantu pengusaha dalam menetapkan nilai penjualan, mengukur tingkat proteksi dengan merencanakan laba yang diinginkan. G. Tujuan perencanaan keuangan perusahaan 1. Mewujudkan perkembangan dan profitabilitas perusahaan. Semua kegiatan dilakukan bertujuan untuk meperoleh keuntungan dari segi ekinomi, seperti keuntungan pengakuan sampai dengan posisi di dalam perusahaan. 2. Mengoptimalkan operasional yang efisien Salah satu tujuan perencanaan keuangan adalah untuk memilah kebutuhan perusahaan yang mempunyai perlu ditambah atau dikurangi besaran anggarannya, proses pengendalian perusahhan, pemanfaatan aset dalam perusahaan, dan optimalisasi produk menjadi cara yang bisa dipakai perusahaan, untuk melakukan efesiensi anggaran.
Pengantar Manajemen Usaha - 67 3. Meningkatkan jalur sumberdaya keuangan Meningkatkan jalur sumber daya keuagan dapat meperbesar peluang dalam mendapatkan sumberdaya keuangan untuk keberlangsunag opersional perusahaan. Hal ini sangat krusian. Mengingat hal tersebut bisa menjadi dasar pertimbangan calon pemberi modal, untuk menilai kemampuan perusahaan saat memenuhi kebutuhannya (jangka pendek maupun jangka Panjang). Dengan demikian peluang perusahaan dalam mendapatkan tambahan modal menjadi lebih besar. Peluamg ini bisa didapat dari melalui investor, pinjaman bank ataupun IPO. 4. Pemenuhan kewajiban terhadap hukum dan peraturan keuangan Perencanaa keuangan yang baik dapat membantu perusahaan untuk memenuhi kewajiban hukum dan aturan keuangan. Dengan menunjukan bukti bahwa mereka telah melengkapi kewajiban sesuai prosedur dan hukum yang berlaku. seperti pada kepatuhan perusahaan dalam melaksanakan bisnis sesuai dengan hukum atau kewajiban membayar pajak kepada pemerintah. 5. Mengatur ketidakpastian dan resiko Dalam perjalanan bisnis tidak selamanya berjalan dengan mulus. Ada kalanya perusahaan mengalami kedaaan yang tidak diinginkan sehingga perusahaan mengalami kendala. Dengan adanya perencanaan keuangan yang baik, maka perusahaan dapat memperkecil resiko, kerugian dan ketidakpastian dalam
68 - Pengantar Manajemen Usaha bisnis, dengan cara , menggunakan asuransi, melakukan difesufikasi portofolio, atau mekanisme pengelolaan resiko lainnya. H. Aspek-aspek dalam perencanaan keuangan Beberpa aspek dalam perencanaan keuangan yang perlu diperhatikan oleh perusahaan untuk keperluan bisnis. 1. Proyeksi penjualan Proyeksi penjualan menggambarkan mengenai perkiraaan penjualan yang dapat diraih oleh suatu perusahaan secara periodic (rentan waktu tertentu). Dalam menyususun proyeksi penjualan, perusahaan dapat membuat spreadsheet yang menampilkan penjualan bisnis selam 3 tahun kedepan. Adapun dalam pembuatan spreadsheet pada tahun pertama harus dipishakan dalam kolom yang berbeda untuk data penjualan perbulannya. Sedangkan untuk tahun berikutnya, pembuatan data penjualan dapat dipisahkan pertriwulannya. Idealnya dalam memproyeksikan penjualan meliputi 4 bagian, diantaranya: a. Potensi penjualan per unit b. Harga per unit c. Potensi pendapatan penjualan + jumlah penjualan unit X harga d. Biaya per unit
Pengantar Manajemen Usaha - 69 e. Harga pokok penjualan = jumlah unit terjual X biaya perunit Dengan menyusun data-data di atas, maka perusahaan dapat menghitung perkiraaan laba kotor atau yang biasa disebut dengan gross margin. Penghitungan gross margin sendiri diperoleh dari hasil pengurangan dari potensi pendapatan penjualan dengan harga pokok penjualan. 2. Buget pengeluaran Dengan memperkiraan biaya yang dibutuhkan, maka perusahaan dapat mengetahui biaya yang dibutuhkan. Perencanaan keuangan perusahaan pun akan lebih terarah. Yang terrdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variable (variable cost). Biaya tetap adalah pengeluaran secara kontan ,diantaranya uang sewa, upah karyawan dan lain-lain. sedangkan biaya variable adalah biaya yang dikeluarkan bersifat tidak menentu misalnya pengeluaran untuk iklan dan promosi. Buget pengeluaran perusahaan bisa dibuat dengan cara lain seperti membagi antara biaya setup dan biaya operasional. Biaya setup adalah biaya yang diperlukan pada awal dalam membangun bisnis termasuk hal ini adalah biaya pendaftaran dan biaya perizinan bisnis. Sedagkan biaya opreasional adalah pengeluaran perusahhan terkait dengan keberlangsungan perusahaan. misalnya biaya logistic, biaya promosi, biaya internet, jasa pembuatan wibesite toko online dan lainlain
70 - Pengantar Manajemen Usaha 3. Laporan pendapatan Laporan pendapatan merupakan pendapatan, pengeluaran dan keuntungan bisnis pada rentan waktu tertentu. Hal ini sangat penting bagi owner maupun investor yang tertarik pada bisnis ini, yang tujuannya dapat diketahui adanya laporan pendapatan yang jelas dan usahanya menguntungkan atau tidak. Biasanya laporan pendapatan pada perusahaan besar dibuat perkuartal, sedangakan perusahaan baru sebaiknya laporan pendapatan dibuat perbulan salama satu tahun pertama 4. Perkiraan arus kas Perencanaa keuangan yang benar memiliki perkiraan arus kas didalamnya. Dengan adanya laporan arus kas ini dapat diketahui bagaimana arus keluar masuk uang tunai. Uang tunai penting untuk memastikan bisnis tersebut tetap bisa berjalan dan tidak kekutangan dana. Dalam membuat perkiraan arus kas yang paling dasar yaitu pendapatan tunai dan pengeluaran tunai. Membuat perkiraan arus kas untuk 12 bulan kedepan diperlukan supaya keluar masuk uang tunai pada bisnis dapat dilihat secara akurat. Dengan memperhatikan keadaan nyata saat proses pembayaran faktur. Biaya mana saja yang dibayar secara tunai, yang dibayar dalam 30 hari, 60 hari dan seterusnya supaya tidak bingun saat mengelola keuangan bisnis.
Pengantar Manajemen Usaha - 71 5. Neraca keuangan Neraca keuangan adalah laporan kekayaan perusahaan yang tujuannnya untuk manilai keadaan keuangan suatu bisnis apakah sehat atau tidak, yang meliputi Asset, liabilitas, ekuitas 6. Analisi break even point (BEP) Break even poin merupakan titik dimana saat pengeluaran bisnis sama dengan pendapatan penjualan. jika bisnis perusahaan layak, maka jumlah pendapatan perusahaan pada kuartal tertentu bisa melebihi total pengeluaran. Dengan ini bisa diketahui oleh investor, apakah bisnis tersebut bertumbuh, menguntungkan atau tidak.
72 - Pengantar Manajemen Usaha
Pengantar Manajemen Usaha - 73 BAB 6 ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)
74 - Pengantar Manajemen Usaha ENCAPAI profitabilitas merupakan tujuan dalam menjalankan sebuah bisnis. Akan tetapi sebelum mencapai profit, pemilik bisnis harus mengetahui titik impas dimana bisnis dalam situasi tidak untung maupun tidak rugi. Selain itu, saat dalam situasi untuk memulai bisnis baru, mengeluarkan produk baru, menambah produk yang tawarkan, atau merekrut lebih banyak karyawan, pemilik bisnis perlu melakukan analisis keuangan untuk mengurangi risiko terjadinya kerugian di masa datang. Analisis titik impas atau yang sering disebut Break Even Point (BEP) akan membantu mengetahui kapan bisnis akan mulai menghasilkan keuntungan, sehingga pemilik bisnis bisa mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang. Menurut Lohmann (1976) Analisis BEP dapat didefinisikan sebagai teknik matematis untuk memproyeksikan dan memanipulasi kuantitatif hubungan antara pendapatan yang diantisipasi dan pengeluaran yang diantisipasi dari sebuah entitas. Analisis semacam ini dapat bersifat "aljabar"—manipulasi rumus untuk memecahkan masalah yang belum diketahui, atau bersifat "geometri"—penyelesaian dengan menggunakan grafik dan diagram. Batkovskiy et al. (2017) menyebutkan Break Even Point (BEP) terjadi saat pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sama dengan pendapatan yang diperoleh. Dengan kata lain, Perusahaan ada di posisi tidak menghasilkan keuntungan atau mengalami kerugian. Melakukan analisis BEP membantu manajer perusahaan untuk memahami seberapa besar biaya produksi perusahaan. M
Pengantar Manajemen Usaha - 75 Sehingga dapat disimpulkan Analisis BEP merupakan perhitungan keuangan yang membandingkan biaya dari bisnis, layanan, atau produk dengan harga jual per unit untuk menentukan titik di mana bisnis akan mencapai titik impas. Dengan kata lain, ini analisis ini mengungkapkan titik di mana bisnis telah menjual unit-unit yang cukup untuk menutupi semua biaya. Pada titik itu, bisnis tidak akan kehilangan uang ataupun menghasilkan keuntungan. Sebuah bisnis menggunakan Analisis BEP setiap kali mempertimbangkan penambahan biaya. Analisis BEP memiliki berbagai penggunaan yang penting. Namun, juga merupakan elemen kunci dalam proyeksi keuangan untuk perusahaan yang baru mulai merintis dan produk baru yang di-launching atau produk yang diperluas area penjualannya. Analisis BEP juga dapat digunakan untuk menentukan berapa banyak modal awal yang dibutuhkan, dan apakah bisnis akan memerlukan pinjaman bank sebagai tambahan modal. Bagi bisnis baru, analisis ini penting dalam perencanaan bisnis. Calon investor dalam suatu bisnis tidak hanya ingin tahu pengembalian yang bisa mereka harapkan dari investasinya, tetapi juga kapan mereka akan mencapai pengembalian. Hal ini karena beberapa perusahaan mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum menghasilkan keuntungan, sering kali mengalami kerugian pada bulan-bulan atau tahun-tahun pertama sebelum mencapai titik impas. Oleh karena itu, titik impas merupakan bagian penting dari setiap rencana bisnis yang disajikan kepada calon investor. Sedangkan, untuk perusahaan yang lebih matang, Analisis BEP digunakan untuk mengevaluasi risiko dalam berbagai
76 - Pengantar Manajemen Usaha aktivitas, seperti inovasi produk baru, menambah atau menghapus produk dari bauran produk, dan skenario lainnya. Salah satu contohnya adalah dalam penganggaran penambahan karyawan baru. Analisis BEP akan mengungkapkan berapa banyak penjualan tambahan yang diperlukan untuk mencapai titik impas dalam biaya yang terkait dengan perekrutan karyawan baru. Selain itu, Analis BEP juga untuk membuktikan potensi pemulihan setelah skenario situasi bisnis terburuk. Analisis BEP sering juga disebut dengan Analisis Cost-ProfitVolume (CPV). Analisis ini didasarkan pada perilaku biaya dalam kaitannya dengan hasil penjualan. Berdasarkan sifatnya, biaya dibagi menjadi dua, yaitu biaya variabel dan biaya tetap (Walther and Skousen, 2009). A. Biaya Variabel Biaya variabel akan bervariasi secara langsung sebanding dengan perubahan tingkat aktivitas produksi. Sebagai contoh, bahan baku, tenaga kerja langsung, komisi penjualan, biaya bahan bakar untuk perusahaan truk pengiriman, dan lain sebagainya. Biaya ini diprediksi akan meningkat dengan setiap unit tambahan yang diproduksi. Misalkan Perusahaan GoKlik memproduksi kamera digital. Setiap unit yang diproduksi memerlukan lensa yang biayanya Rp. 110.000. Tabel 1 menunjukkan peningkatan biaya lensa seiring dengan peningkatan produksi unit. Tabel 1 Biaya Variabel - Lensa Produksi Kamera Digital Unit Lensa Lensa per unit 100 Rp11.000.000 Rp110.000
Pengantar Manajemen Usaha - 77 125 Rp13.750.000 Rp110.000 150 Rp16.500.000 Rp110.000 175 Rp19.250.000 Rp110.000 200 Rp22.000.000 Rp110.000 Sebagai contoh, Rp16.500.000 dibelanjakan ketika diproduksi 150 unit (150x Rp110.000 = Rp16.500.000). Data ini ditampilkan dalam Gambar 1. Gambar 1. Total Biaya Variabel Grafik di atas menunjukkan bahwa biaya variabel total meningkat secara linear seiring dengan peningkatan produksi total. Kemiringan garis adalah konstan. Tentu saja, ketika ditampilkan dalam basis per unit (grafik bawah), biaya variabel per unit tetap sebesar Rp110.000. Gambar 2. Biaya Variabel per unit
78 - Pengantar Manajemen Usaha Peningkatan dalam volume tidak mengubah biaya per unit. Secara ringkas, setiap unit tambahan yang diproduksi menyebabkan unit biaya variabel tambahan. Pusat aktivitas adalah hal atau kejadian yang membuat biaya berubah-ubah. Mudahnya, bayangkan pusat aktivitas seperti hal yang mempengaruhi biaya yang dikeluarkan. Ini bisa berhubungan dengan berapa banyak produk yang dihasilkan, berapa jam tenaga kerja yang digunakan, berapa banyak produk yang dijual, atau faktor lain yang memengaruhi biaya. Sebagai contoh, seorang dokter gigi yang menggunakan sepasang sarung tangan sekali pakai untuk setiap pasien yang datang. Tidak masalah berapa banyak gigi yang diperbaiki pasien, yang penting adalah jumlah pasien. Sarung tangan ini adalah contoh biaya yang berkaitan dengan aktivitas pasien. Namun, ada juga biaya yang berubah berdasarkan sesuatu yang berbeda. Misalnya, bahan yang digunakan untuk mengisi gigi. Jumlah bahan yang digunakan akan berubah tergantung pada berapa banyak gigi yang perlu diperbaiki. Beberapa pasien tidak memiliki gigi yang berlubang, beberapa hanya memiliki satu gigi berlubang, dan yang lain mungkin memiliki banyak gigi berlubang. Jadi, setiap biaya ini harus diperhitungkan secara terpisah dan bergantung pada aktivitas yang memengaruhi biaya tersebut.
Pengantar Manajemen Usaha - 79 B. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah-ubah seiring dengan perubahan tingkat aktivitas. Misalnya, jika GoKlik menyewa fasilitas manufaktur tempat mereka merakit kamera digital, biaya sewa tetap pada jumlah tertentu, misalnya Rp.12.000.000, tidak peduli seberapa banyak unit yang diproduksi. Ini berarti biaya sewa dianggap sebagai biaya "tetap" karena jumlah total biaya sewa tidak akan berubah jika produksi meningkat atau menurun. Dalam Tabel 2 yang disajikan, kita dapat melihat berapa banyak biaya sewa yang dikeluarkan pada berbagai tingkat produksi, dan ketika dihitung per unit, biaya sewa per unit akan menurun dengan peningkatan produksi. Sifat biaya tetap ini adalah faktor penting yang perlu dipertimbangkan ketika menilai sejauh mana suatu usulan bisnis dapat ditingkatkan. Ada berbagai jenis biaya tetap, termasuk gaji administrasi, sewa, pajak properti, keamanan, dukungan infrastruktur jaringan, dan sebagainya. Tabel 2 Biaya Sewa Pabrik Produksi Kamera Digital Unit Sewa Pabrik Sewa per Unit 100 Rp12,000,000 Rp120,000 125 Rp12,000,000 Rp96,000 150 Rp12,000,000 Rp80,000 175 Rp12,000,000 Rp68,571 200 Rp12,000,000 Rp60,000
80 - Pengantar Manajemen Usaha Gambar 3. Total Biaya Tetap Gambar 4. Biaya Tetap per unit
Pengantar Manajemen Usaha - 81 C. Break Even Point (BEP) 1. Pendekatan Biaya Salah satu metode mendasar untuk menerapkan analisis titik impas adalah dengan mempertimbangkan saat di mana total pendapatan sama dengan total biaya selama periode waktu tertentu (Cafferky, 2010). Dengan membedakan antara biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), kita juga dapat menyatakan bahwa titik impas tercapai ketika total pendapatan sama dengan jumlah biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan dalam periode tersebut. Karena total pendapatan adalah jumlah kuantitas yang terjual dikalikan dengan harga jual per unit, sehingga kita juga bisa merumuskan break even sebagai berikut: ) ) Contoh : Perusahaan GoKlik mempunyai data sebagai berikut: Biaya Tetap = Rp. 5.200.000 Biaya Variabel= Rp. 11.050.000
82 - Pengantar Manajemen Usaha Sehingga Total Biaya = Rp. 16.250.000 Jumlah break even adalah jumlah rupiah yang dikeluarkan untuk biaya operasional atau dihasilkan dalam pendapatan penjualan selama periode tertentu. Dengan memperkirakan total biaya, kita dapat menentukan berapa pendapatan total yang perlu dicapai, dan sebaliknya. Pengguna informasi ini cenderung fokus pada salah satu sisi persamaan tersebut. Sebagai contoh, seorang akuntan mungkin lebih tertarik pada sisi biaya total, dengan pengetahuan sejarah atau perkiraan pendapatan yang akan dihasilkan. Pemimpin pemasaran mungkin cenderung lebih fokus pada sisi pendapatan total dari persamaan ini ketika mempertimbangkan proses penjualan dan pemasaran yang diperlukan untuk menutupi biaya yang diharapkan. Harap diperhatikan bahwa meskipun kita menggunakan rupiah dalam perhitungan titik impas, pada titik ini, jumlah unit yang telah diproduksi dan dijual juga merupakan titik impas dalam hal jumlah unit. Pilihan periode waktu yang sesuai untuk analisis ini dapat bervariasi tergantung pada jenis bisnis dan seberapa sering analisis semacam ini digunakan dalam pengambilan keputusan. Periode waktu yang relevan dapat berupa unit waktu umum seperti harian, mingguan, bulanan, triwulanan, atau tahunan (Cafferky, 2010). Perkiraan total biaya tahunan dapat dipecah menjadi basis bulanan dan disesuaikan untuk fluktuasi biaya yang
Pengantar Manajemen Usaha - 83 sudah diketahui. Namun, perlu diingat bahwa semakin lama periode waktu yang digunakan, pengaruh faktor lain terhadap perubahan biaya dan pendapatan akan menjadi lebih signifikan. Penerapan analisis titik impas ini melibatkan pemahaman gambaran besar model bisnis. Ini mencerminkan ukuran keseluruhan operasi. Pendekatan ini dapat berguna ketika hanya diperlukan hasil yang bersifat umum, dan perubahan dalam struktur biaya tetap dan biaya variabel diperkirakan minimal. Pendekatan secara umum seperti ini dapat digunakan sebagai metode perkiraan awal ketika detail-detail lebih spesifik tidak tersedia. Pendekatan ini yang bersifat menyeluruh juga lebih efisien dalam hal waktu dan usaha. Namun, karena sifatnya yang menyeluruh, ia tidak mencakup detail penting yang, jika diketahui, dapat meningkatkan akurasi perhitungan break even. Pendekatan ini dapat dianggap memberikan hasil yang lebih kasar. Dalam beberapa situasi bisnis, mendapatkan rincian mengenai biaya, pendapatan, atau harga mungkin menjadi tantangan, terutama pada tahap awal perencanaan usaha baru. Pendekatan yang lebih umum seperti yang digunakan dalam formula dasar ini tidak mempertimbangkan jumlah unit produk atau layanan yang perlu diproduksi dan dijual selama periode waktu. Ini juga tidak memberikan informasi tentang campuran penjualan. Menentukan perkiraan yang tepat mengenai total biaya dan total pendapatan untuk operasi bisnis bisa menjadi tugas yang rumit. Memisahkan biaya tetap dan biaya variabel juga bisa menjadi hal yang sulit.
84 - Pengantar Manajemen Usaha Untuk beberapa situasi, jika perusahaan hanya menjual satu produk dan jika perkiraan harga pasar saat ini untuk produk tersebut diketahui, dan pembuat keputusan mengasumsikan bahwa perusahaan perlu menyesuaikan harga pasar ini, informasi ini dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah unit yang perlu diproduksi oleh perusahaan. Berikut adalah contoh perhitungan ini: Jadi, sebagai contoh apabila GoKlik mempunyai total biaya sebesar Rp. 162.500.000 dan harga jual per unit adalah Rp. 325.000, maka jumlah yang harus terjual agar BEP yaitu: Menggunakan perkiraan harga pasar menyiratkan asumsi ekonomi penting dalam penggunaan formula ini untuk pengambilan keputusan. Manajer perusahaan mengasumsikan bahwa jika mereka harus mengikuti harga pasar untuk tetap bersaing, maka pelanggan akan sangat responsif terhadap perubahan harga. Dalam situasi ini, perusahaan dan pesaingnya berhadapan dengan prospek bersaing tidak hanya dalam hal harga, tetapi juga dalam kemampuan relatif mereka untuk menurunkan struktur biaya masing-masing jika mereka ingin terus menghasilkan keuntungan. Menghubungkan aktivitas operasional dengan rumus BEP adalah hal yang
Pengantar Manajemen Usaha - 85 sangat penting jika ingin memanfaatkan pemikiran titik impas dengan maksimal. 2. Pendekatan Margin Kontribusi Metode ini merupakan penyempurnaan dari metode biaya total. Dalam metode ini, kita dapat menentukan berapa banyak unit yang harus diproduksi dan dijual, dan metode ini sangat bermanfaat terutama bagi mereka yang terlibat dalam pengadaan bahan baku, tenaga kerja, produksi produk jadi, serta penyimpanan dan pengiriman produk. Angka hasil dari unit yang perlu diproduksi dan dijual akan memberikan panduan bagi berbagai fungsi departemen dalam perusahaan. Jumlah unit yang diperlukan untuk mencapai target akan memfokuskan sisi produksi perusahaan pada sejauh mana pekerjaan harus dilakukan. Departemen pengadaan akan menentukan pembelian bahan berdasarkan "jumlah" tersebut. Sumber daya manusia akan menentukan berapa banyak karyawan yang dibutuhkan; manajer produksi akan menentukan cara menjadwalkan produksi dan shift kerja; manajer gudang akan menilai berapa banyak ruang penyimpanan yang diperlukan; dan departemen transportasi akan mengatur kontainer, truk, atau gerbong kereta api yang cukup untuk mengatasi volume barang yang akan dikirim. Untuk menggunakan metode ini, pengguna perlu mengetahui harga jual per unit, biaya variabel per unit, dan total biaya tetap untuk periode yang sedang dianalisis. Margin kontribusi adalah selisih antara pendapatan dan biaya variabel. Ingatlah bahwa margin
86 - Pengantar Manajemen Usaha kontribusi dihitung sebagai selisih antara harga jual per unit dan biaya variabel per unit. Margin kontribusi memberi informasi bahwa setelah biaya variabel tertutupi, setiap unit produk atau layanan yang dijual kepada pelanggan akan memberikan sejumlah tertentu untuk membantu membayar biaya tetap. Misal Perusahaan GoKlik mempunyai data biaya tetap per tahun sebesar Rp. 52.000.000. Perusahaan menjual produknya dengan harga Rp. 300.000, sedangkan biaya variabel per unit yang diperlukan adalah Rp. 260.000. Sehingga margin kontribusi Rp. 300.000 – Rp. 260.000 = Rp 40.000. Maka produk yang harus dijual agar BEP adalah: Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, beberapa pengguna memerlukan informasi dalam bentuk unit, sementara yang lain lebih tertarik pada jumlah pendapatan dalam bentuk rupiah daripada unit yang akan dijual. Jumlah pendapatan penjualan yang diperlukan untuk mencapai target akan mengarahkan sisi pemasaran perusahaan pada seberapa besar pekerjaan yang harus dilakukan. Pengguna-pengguna ini akan merencanakan berapa banyak kontak yang harus dibuat dengan calon pelanggan, berapa banyak kesepakatan yang harus diselesaikan, berapa banyak tim penjualan yang harus dipekerjakan untuk melakukan
Pengantar Manajemen Usaha - 87 kontak tersebut, anggaran biaya perjalanan penjualan, jenis dan jumlah upaya promosi, serta anggaran komisi penjualan untuk tahun mendatang. Salah satu keunggulan metode rasio margin kontribusi dibandingkan dengan metode dasar margin kontribusi adalah bahwa metode rasio dapat digunakan apakah jumlah unit sudah diketahui atau tidak, karena rasio dapat dihitung dari jumlah per unit atau jumlah total. Jika BEP dalam unit sudah diketahui, maka BEP dalam pendapatan penjualan dapat dihitung dengan mengalikan harga jual per unit dengan jumlah unit penjualan titik impas. Menggunakan data tahunan dari contoh sebelumnya, titik impas dalam pendapatan penjualan akan menjadi: Jika BEP dalam unit belum diketahui, maka BEP dalam pendapatan penjualan dapat dihitung langsung: Sedangkan rasio margin kontribusi dihitung menggunakan rumus berikut: Jika mengaplikasikan rumus ini dengan data contoh sebelumnya, maka diperoleh:
88 - Pengantar Manajemen Usaha 3.3 Pendekatan Target Profit Tujuan utama dalam bisnis adalah untuk melewati titik BEP dan mendapatkan keuntungan. Rumus BEP dapat dimodifikasi dengan mengikutsertakan target profit ke dalam biaya tetap sehingga diperoleh rumus sebagai berikut: Sebagai contoh masih menggunakan data sebelumnya dengan biaya tetap sebesar Rp. 52.000.000; harga jual per unit nya Rp. 300.000 dengan biaya variabel per unit Rp. 260.000, sehingga margin kontribusinya adalah Rp. 40.000. Jika menargetkan keuntungan Rp. 20.000.000 per tahun, maka BEP nya adalah: 3. Pendekatan Beban Pokok Penjualan /HPP Dalam situasi di mana berbagai produk memiliki volume yang tinggi dan membuat pendekatan tradisional menjadi tidak memungkinkan, metode HPP mungkin lebih cocok dalam menentukan break even. Sebagai contoh, jika Anda mengoperasikan rumah makan yang menawarkan banyak pilihan menu kepada pelanggan, menghitung biaya variabel per unit untuk setiap item menu bisa sulit karena banyak bahan digunakan dalam jumlah kecil untuk setiap item yang dijual. Meskipun harga jual setiap item menu diketahui, kombinasi item
Pengantar Manajemen Usaha - 89 menu yang dipilih oleh setiap pelanggan sangat bervariasi, sehingga menghitung harga jual per unit menjadi sangat sulit. Seiring berjalannya waktu, mungkin kita bisa mengembangkan beberapa pedoman berdasarkan rata-rata pendapatan per pelanggan untuk berbagai waktu dalam sehari dan berbagai musim dalam setahun. Meskipun menggunakan rata-rata ini kemungkinan akan mengurangi ketepatan dalam perkiraan. Oleh karena itu, menghitung BEP untuk setiap item menu kemungkinan tidak praktis. Untuk menggunakan metode HPP, persamaan dasar BEP masih berlaku, seperti kenyataan bahwa perusahaan dalam contoh ini rumah makan memiliki biaya tetap dan ada potensi bagi setiap hidangan yang disajikan untuk memberikan Margin Kontribusi untuk menutupi biaya tetap. Contoh: Berikut adalah laporan laba rugi sederhana Perusahaan. Akun Saldo Persentase dari penjualan Penjualan 70.000.000 100% Beban Pokok Penjualan 35.000.000
90 - Pengantar Manajemen Usaha Laba Kotor 35.000.000 Biaya variabel lain 250.000 Margin Kontribusi/laba bersih sebelum bunga dan pajak 34.750.000 49,64% Biaya tetap 28.500.000 Laba sebelum pajak 6.250.000 8,93% Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengidentifikasi elemen pengeluaran mana pada laporan pendapatan yang mewakili biaya tetap. Berikutnya, mengidentifikasi Margin Kontribusi. Sehingga diperoleh BEP sebagai berikut: Dalam contoh usaha rumah makan, rumah makan harus menjual setidaknya Rp. 57.413.376, 31 atau sebesar Rp. 57.413.000 pada satu periode untuk mencapai BEP. Pendapatan yang diperoleh juga bergantung dengan keadaan ekonomi dan persaingan industri. Ketika ekonomi secara keseluruhan mengalami penurunan, pendapatan dalam industri rumah makan juga menurun, karena lebih banyak orang memilih untuk makan di rumah. Perubahan dalam kondisi ekonomi adalah alasan yang kuat untuk memantau BEP dan melakukan