The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Dalam dunia usaha banyak masalah yang datang silih berganti, belum lagi iklim usaha yang sering berubah drastis dan semakin menantang. Para pengusaha yang berkecimpung dalam dunia usaha harus paham medan, pandai mencari jalan keluar, atau win-win solution agar tetap eksis.

Namun kadang pengusaha belum siap dalam menghadapi masalah, memilah apalagi mencari jalan keluar atas masalah yang dihadapi, untuk itu perlu rasanya dalam berusaha paham tata kelola manajemen usaha.

Buku Pengantar Manajemen Usaha ini hadir untuk menjadi bahan bacaan dan pedoman menggeluti dunia usaha.

Dalam buku ini dimuat beberapa hal mendasar mengenai manajemen usaha, mulai dari manajemen usaha, tata kelola dan Skema keuangan perusahaan yang sehat, bagaimana UMKM agar bisa meningkat di era digital, dan Distribusi Barang dibahas secara detail dengan bahasa yang sangat ringan.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by penamudamedia, 2024-01-26 07:14:33

Pengantar Manajemen Usaha

Dalam dunia usaha banyak masalah yang datang silih berganti, belum lagi iklim usaha yang sering berubah drastis dan semakin menantang. Para pengusaha yang berkecimpung dalam dunia usaha harus paham medan, pandai mencari jalan keluar, atau win-win solution agar tetap eksis.

Namun kadang pengusaha belum siap dalam menghadapi masalah, memilah apalagi mencari jalan keluar atas masalah yang dihadapi, untuk itu perlu rasanya dalam berusaha paham tata kelola manajemen usaha.

Buku Pengantar Manajemen Usaha ini hadir untuk menjadi bahan bacaan dan pedoman menggeluti dunia usaha.

Dalam buku ini dimuat beberapa hal mendasar mengenai manajemen usaha, mulai dari manajemen usaha, tata kelola dan Skema keuangan perusahaan yang sehat, bagaimana UMKM agar bisa meningkat di era digital, dan Distribusi Barang dibahas secara detail dengan bahasa yang sangat ringan.

Pengantar Manajemen Usaha - 91 penyesuaian yang diperlukan. Faktor ekonomi lain yang membuat pemantauan titik impas dalam industri ini penting adalah bahwa bahkan dalam ekonomi yang kuat, tingkat pertumbuhan permintaan secara keseluruhan rendah. Persaingan untuk pengeluaran pelanggan di rumah makan bisa sangat ketat di beberapa pasar.


92 - Pengantar Manajemen Usaha


Pengantar Manajemen Usaha - 93 BAB 7 MANAJEMEN KAS DAN ASET PERUSAHAAN


94 - Pengantar Manajemen Usaha ETIAP perusahaan memiliki tujuan demi terjaminnya keberlangsungan perusahaan. Tujuan perusahaan disesuaikan dari jenis perusahaannya misalnya perusahaan barang atau jasa (Apriyanti, 2018). Pemanfaatan sumber daya yang ada demi keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan sangat diperlukan. Sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selain dari sumber daya manusia, bahan baku persediaan dan bahan baku produksi lainnya termasuk Kas atau ketersediaan dana untuk menjalankan operasional perusahaan (T. P. Astuti & Herawati, 2022). Ketersediaan dana kas ini harus dikelola secara maksimal namun tetap efisien. Sehingga manajemen kas ini menjadi penting supaya alokasi dana tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Serta kecukupan dana kas tersebut berada dalam kondisi yang optimal ketersediaannya. Ketika perusahaan dapat mengelola dana kasnya dengan baik maka akan lebih mudah dalam mengembangkan usahanya (Muhammad Sabiq Hilal Al Falih, Reza Muhammad Rizqi, 2019). Seperti halnya dalam pengelolaan dana masuk dan dana keluar. Dengan manajemen kas yang baik maka perusahaan akan lebih mudah dalam menyediakan sumber daya lainnya. Kas merupakan komponen dari aktiva lancar yang paling mudah dicairkan (liquid) (Tuti Hermelinda, Upi Niarti, Nia Natalia, 2022). Manajer keuangan harus dapat mengelola kas dan surat berharga supaya dalam kondisi optimal karena asset ini juga memiliki posisi yang sangat strategis. investasi dalam bentuk kas dan surat berharga merupakan jenis asset yang memiliki risiko lebih rendah jika dibandingkan dengan investasi dalam bentuk barang ataupun proyek (Ramadhanti, 2019). Hal ini dikarenakan biaya modal seperti biaya pajak dan perawatannya bisa lebih mahal dibandingkan dengan investasi kas dan surat berharga. S


Pengantar Manajemen Usaha - 95 Selain itu investasi dengan menggunakan barang juga cenderung mengalami depresiasi. A. Pengertian Kas Terdapat beberapa definisi kas yang dapat dipelajari. Definisi kas menurut Standar Akuntansi Pemerintah yaitu uang cash ataupun non cash dalam bentuk simpanan di bank yang digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan pemerintah (Standar & Pemerintahan, 2021). Kas pemerintah daerah disimpan oleh Bendaharawan Umum daerah sedangkan kas pemerintah pusat disimpan oleh pemerintah pusat atau dalam hal ini adalah Menteri Keuangan. Kedua, yaitu pengertian Kas menurut Standar Akuntansi Keuangan yaitu kas baik berupa rekening giro atau saldo yang mudah dicairkan dalam jangka pendek tanpa menghadapi berbagai risiko perubahan nilai yang besar (Standar & Pemerintahan, 2021). Kas atau setara kas merupakan asset lancar yang disimpan untuk kebutuhan jangka pendek dan tidak ada tujuan untuk melakukan investasi (Tia Saptianti Agustina & Helliana, 2023). Investasi jangka pendek juga sewaktu-waktu dapat berubah menjadi kas jika dibutuhkan. Sehingga Setara kas sebisa mungkin tidak mempengaruhi risiko likuiditas dari kas. Menurut Undang Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang keuangan negara dijelaskan bahwa kas negara adalah tempat dimana uang negara disimpan dan dialokasikan untuk kebutuhan belanja negara yang bersumber dari seluruh pemasukan negara (Presiden Republik Indonesia, 2006).


96 - Pengantar Manajemen Usaha B. Aliran Kas Aliran kas pada umumnya terdiri dari aliran kas masuk dan aliran kas keluar. Aliran kas juga ada yang bersifat kontinyu atau berkelanjutan dan yang bersifat non kontinyu atau tidak berkelanjutan (R. P. Astuti, 2017). Contoh masing masing aliran kas adalah sebagai berikut : 1. Aliran kas masuk kontinyu contohnya adalah hasil penjualan produk yang di bayar secara cash. Kemudian penerimaan piutang juga termasuk dalam kategori aliran kas masuk kontinyu. 2. Aliran kas masuk intermittent contohnya adalah pendapatan dari saham pemilik perusahaan, hasil penjualan saham, serta dana pinjaman dari bank. 3. Aliran kas keluar kontinyu contohnya adalah belanja bahan baku, membayar upah pegawai, membayar tagihan listrik dan lain sebagainya yang bersifat berkelanjutan. 4. Aliran kas keluar intermittent, contohnya adalah membayar dividen kepada pemegang saham, membayar cicilan bank, membeli kembali saham yang beredar. C. Faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan kas Kas merupakan asset yang harus ada dalam perusahaan, karena kas merupakan modal kerja dengan tingkat likuiditas yang paling tinggi dibandingkan dengan asset lain. Perputaran kas dipengaruhi oleh tingkat penjualan produk,


Pengantar Manajemen Usaha - 97 dimana semakin tinggi penjualan produk semakin bagus tingkat perputaran kasnya (Sirait, 2021). Kas memiliki jumlah yang optimal atau disebut dengan Safety Cash Balance jika jumlah tersebut telah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keuangan perusahaan jika sewaktu waktu diperlukan (Zagoto & Gohae, 2021). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya kas (Hapsari, 2015), yaitu : 1. Aliran kas masuk dengan aliran kas keluar berjalan seimbang. 2. Memperkirakan aliran kas yang diluar kebiasaan (kebutuhan urgent) 3. Adanya hubungan kerjasama dengan pihak luar. D. Motif Penahanan Kas Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam menahan kas (Indriyani, Retno, 2017) diantaranya: 1. Motif Transaksi Dalam hal ini kas digunakan untuk kebutuhan transaksional seperti membayar gaji pegawai, membeli bahan baku, membayar tagihan bulanan, dan lain sebagainya. 2. Motif Antisipatif Dimana kas digunakan untuk mengantisipasi terjadinya pembengkakan biaya atau transaksi yang unpredigtable yang kemungkinan akan terjadi dimasa yang akan datang.


98 - Pengantar Manajemen Usaha 3. Motif Spekulatif Hal ini terjadi jika kas atau setara kas berbentuk surat berharga. Jika terjadi kenaikan harga surat berharga maka perusahaan akan mendapat keuntungan dari kenaikan harga tersebut. E. Tujuan manajemen kas Manajemen kas merupakan kegiatan mengelola kas meliputi kas keluar, kas masuk dan opname kas yang diperlukan untuk kegiatan operasional (Rochmaniah, 2020). Perusahaan dapat berjalan dengan baik jika didukung dengan manajemen kas yang baik pula. Perusahaan perlu mengelola kas dengan efektif dan efisien supaya perusahaan dapat berkembang. Tujuan dari manajemen kas adalah supaya perusahaan dapat memenuhi kebutuhan operasional, memenuhi kewajiban jangka pendek, dan mendanai pengeluaran perusahaan baik yang bersifat rutin maupun insidental. Penjabaran tujuan manajemen kas adalah sebagai berikut : 1. Tersedianya kas untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang selama perusahaan beroperasi. 2. Memberikan tanggung jawab atas kas masuk dan kas keluar serta kecukupan dana untuk operasional 3. Kecukupan saldo kas dibank sebagai bentuk kerjasama dengan pihak bank 4. Adanya pencatatan terhadap setiap transaksi yang menggunakan uang kas


Pengantar Manajemen Usaha - 99 5. Adanya kendali atas setiap transaksi yang dilakukan dengan tujuan yang benar dan sah F. Model-model manajemen kas Model manajemen kas mengacu pada strategi perusahaan dalam mengelola arus kas baik yang masuk maupun yang keluar. Tujuan utamanya tidak lain adalah untuk memastikan ketersediaan dana yang cukup untuk memenuhi kewajiban keuangan perusahaan serta dana yang tersedia dapat dioptimalkan dalam penggunaannya (Sulaeman & Dwinanda, 2021). Ada beberapa kunci dalam dalam model manajemen kas. Terdapat beberapa elemen kunci dalam manajemen kas : 1. Perencanaan kas Menyusun perencanaan kas yang jelas sehingga arus kas masuk dan keluarkan dapat diproyeksikan. Melakukan identifikasi terhadap sumber sumber pendanaan yang potensial. Melakukan analisis tren dan pola arus kas sehingga dapat kebutuhan kas di masa depan dapat diramalkan. 2. Pengelolaan pengeluaran Manajer keuangan perlu melakukan pengendalian kas supaya pengeluaran tidak melenceng dari dana kas yang sudah dianggarkan. Mencari bagian pengeluaran atau belanja yang dapat di efisiensikan.


100 - Pengantar Manajemen Usaha 3. Pengelolaan penerimaan kas Kas masuk dimaksimalkan dari berbagai sumber baik penjualan maupun sumber lain. Mengelola pembayaran dari pelanggan dengan lebih cepat. 4. Pengelolaan likuiditas Melakukan pemantauan terhadap ketersediaan kas dalam memenuhi kewajiban yang akan jatuh tempo pembayaran. Menentukan jenis instrument investasi yang dapat memberikan imbal gasil yang menarik. 5. Analisis risiko Melakukan identifikasi risiko yang berpengaruh terhadap ketersediaan kas. Menyusun strategi untuk mengelola risiko 6. Pemantauan dan pelaporan Manajer keuangan harus melakukan pemantauan secara teratur untuk memastikan ketersediaan dana kas. Menyusun laporan keuangan yang relevan yang diseseaikan dengan posisi keuangan dan kas pada periode tersebut. 7. Kebijakan dan prosedur Manajer keuangan menyusun dan menetapkan prosedur dan kebijakan yang berkaitan dengan manajemen kas. Memastikan setiap prosedur dan kebijakan telah dipatuhi.


Pengantar Manajemen Usaha - 101 8. Hubungan dengan pihak eksternal Menjalin hubungan baik dengan investor, perbankan dan kreditur dalam rangka untuk mendapatkan sumber modal yang memadai 9. Penggunaan teknologi Optimaslisasi dalam penerapan sistem informasi keuangan dan teknologi yang memadai sehingga pengelolaan keuangan menjadi lebih efisien Beberapa bentuk model manajemen kas adalah sebagai berikut (Yupitasari et al., 2019): 1. Model Miller-Orr Manajemen kas ini dikembangkan oleh Jack Miller dan Daniel Orr. Model ini dirancang untuk kas yang terlalu tinggi dan memungkinkan manajer keuangan untuk mengambil keputusan dalam investasi atau pencairan kas untuk menjaga liquiditas tetap stabil. Model ini biasanya dipakai ketika arus kas dalam kondisi yang fluktuatif. Ada beberapa konsep kunci dalam model Miller-Orr:


102 - Pengantar Manajemen Usaha a. Titik Tengah (Target Level) Perusahaan menentukan sebuah titik dimana jika tingkat kas berada dibawah titik tersebut maka perusahaan perlu melakukan penambahan kas, dan jika kondisi kas berada di atas titik maka perusahaan perlu mengurangi kas. b. Batas Atas Dan Batas Bawah Batas Atas atau Upper Control Limit (UCL) yaitu batas maksimal kas yang diperbolehkan. Sehingga jika dana kas melebihi batas atas maka sisa dana harus diinvestasikan. Batas Bawah atau Lower Control Limit (LCL) yaitu batas minimum kas yang diperbolehkan. Sehingga jika dana kas lebih rendah dari batas limit minimum, manajer keuangan perlu menambah dana kas. c. Biaya Transaksi Setiap biaya yang muncul dari transaksi dalam menambah atau mengurangi kas harus diperhitungkan. Biaya ini meliputi biaya tranfer, biaya penjualan atau pembelian saham dan biaya tambahan. d. Biaya Penyimpanan Kas Merupakan biaya yang muncul dari penyimpanan kas seperti biaya keamanan, biaya asuransi, dan lain lain. e. Frekuensi Pengendalian Merupakan seberapa sering perusahan melakukan pengecekan terhadap jumlah kas yang tersedia. Apakah dalam keadaan aman, terlalu sedikit atau terlalu banyak.


Pengantar Manajemen Usaha - 103 f. Pengambilan keputusan Merupakan tindakan yang dilakukan ketika dana kas berada dibawah atau diatas limit. 2. Model Baumol Pada tahun 1953 seorang ahli keuangan bernama William J. Baumol pertama kali mencetuskan model manajemen kas yang diberi nama Baumol. Model ini lebih fokus menyorot biaya transaksi baik untuk menambah maupun mengurangi jumlah kas dan biaya kesempatan (opportunity cost) dari pilihan apakah kas yang dipegang terlalu banyak atau terlalu sedikit jumlahnya. Terdapat beberapa poin kunci dari model ini: a. Permintaan transaksi harian Perusahaan melakukan estimasi seberapa besar kas yang dgunakan untuk transaksi yang terjadi setiap harinya b. Biaya transaksi Meliputi biaya-biaya yang timbul dari transaksi yang terjadi misalnya biaya transfer antar bank, baiya administrasi, biaya transaksi dan lain-lain. c. Biaya penyimpanan Biaya penyimpanan meliputi biaya penyimpanan atas keamanan dana kas dan kesempatan untuk mendapatkan bunga dari hasil investasi dana kas. d. Frekuensi pemeriksaan kas Kapan kas akan diperiksa dan dicek jumlah ketersediannya setiap periode tertentu untuk


104 - Pengantar Manajemen Usaha memastikan bahwa ketersediaan kas dalam kondisi stabil. e. Modal kuantitatif Model ini digunakan untuk menentukan bahwa kas berada dalam posisi optimal beserta memeprtimbangkan biaya transaksi dan biaya penyimpanan. G. Aset Aset Dalam Ilmu Keuangan dan akuntansi memiliki definisi semua benda atau properti yang dimiliki oleh individu, kelompok, atau entitas lainnya yang memiliki nilai ekonomi. Asset merupakan komponen penting dalam perusahaan karena merupakan kekayaan dari perusahaan itu sendiri. Asset dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis (M. Setiadi Hartoko, 2017) diantaranya : 1. Asset keuangan meliputi uang tunai, saham, obligasi atau instrument keuangan lain yang memiliki nilai dan dapat diperdagangkan.


Pengantar Manajemen Usaha - 105 2. Asaet tetap merupakan asset fisik yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan untuk jangka waktu yang lama (lebih dari satu tahun). Misalnya tanah, bangunan, mesin dan peralatan lain. 3. Asset lancar merupakan asset yang bisa dibilang paling liquid karena berupa kas maupun setara kas yang mudah dicairkan. 4. Asset tidak lancar merupakan asset yang dimiliki perusahaan namun tidak bisa diubah menjadi uang cash dan biasanya dimiliki oleh perusahaan dalam jangka panjang (lebih dari satu tahun). 5. Asset manusia (SDM) merupakan tangkat keahlian dan tingkat pendidikan SDM yang tinggi dapat meningkatkan potensi penghasilan yang lebih tinggi. Selain itu degan adanya SDM yang unggul akan dapat menentukan posisi pekerjaan yang lebih baik. Asset juga merupakan sesuatu yang penting baik bagi individu maupun perusahaan. Ada beberapa alasan mengapa asset sangat penting (M. Setiadi Hartoko, 2017), diantaranya: 1. Alat dalam mengukur kesehatan financial. Besarnya asset menentukan besarnya nilai yang dimiliki oleh perusahaan. ketika perusahaan memiliki asset yang cukup dan dikelola dengan baik bisa menjadi tanda bahwa perusahaan tersebut memiliki kesehatan financial yang baik juga. 2. Pendapatan dan penghasilan. Ada beberapa asset yang dapat menghasilkan pendapatan seperti saham, obligasi, reksadana dan properti. Beberapa asset investasi ini bisa


106 - Pengantar Manajemen Usaha menghasilkan pendapatan yang cukup baik bagi keuangan perusahaan. 3. Diversifikasi dan Risiko. Selain dapat menjadi penghasilan, memiliki banyak asset juga dapat menjadi alternatif ketika perusahaan mengalami masalah keuangan. 4. Kesehateraan pension. Asset investasi seperti dana pension, investasi jangka panjang dan properti bisa dipakai untuk keamanan ketika sudah memasuki usia pension. 5. Sumber pembiayaan dan Kredit. Asset yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan oleh perusahaan sebagai jaminan saat ingin melakukan pembiayaan di bank. 6. Pengambilan keputusan keuangan. Besar kecilnya nilai asset dapat membantu dalam merumuskan startegi keuangan yang lebih bijak. H. Jenis-Jenis Aset Perusahaan Pada dasarnya dalam perusahaan ada dua jenis asset yaitu asset lancar dan asset tetap (M. Setiadi Hartoko, 2017). Asset lancar adalah sekumpulan asset yang ada dalam perusahaan dan sifatnya mudah dicairkan serta dimanfaatkan dalam waktu satu tahun. Sedangkan asset tetap merupakan asset perusahaan yang masa manfaatnya bisa lebih dari satu tahun. Asset tetap dibagi menjadi dua macam yaitu asset berwujud dan tidak berwujud (M. Setiadi Hartoko, 2017). Asset tetap yang berwujud misalnya adalah Gedung, mesin, peralatan, tanah, kendaraan dan lain lain. Sedangkan


Pengantar Manajemen Usaha - 107 asset tetap tidak berwujud yaitu merk dagang, lisensi dan formula, resep, desain dan lain sebagainya. Asset tetap bisa diperoleh dengan berbagai cara yaitu bisa dengen membelinya, membuat atau mendirikan dan bisa dari pemberian. Perusahaan perlu melakukan perawatan rutin supaya tidak terjadi kerusakan pada asset tetap. Apalagi asset tetap memiliki nilai depresiasi setiap tahunnya. Setelah umur pemakaian habis, pemakaian asset tetap bisa dihentikan dan diganti dengan asset baru yang memiliki kinerja lebih bagus. Perusahaan perlu melakukan pencatatan asset tetap mulai dari pembelian, perawatan (maintenance), dan sampai dengan pemberhentian. Menurut PSAK No.16, Tahun 2015, Asset tetap merupakan asset berwujud yang dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa yang direntalkan atau untuk tujuan lain dan diperkirakan lebih dari satu tahun. Asset tetap adalah asset yang dibangun dan siap untuk digunakan untuk kegiatan operasional dan tidak untuk diperjual belikan sebelum pakai diatas satu tahun. Asset tetap memiliki waktu pakai jangka panjang atau bahkan bersifat permanen seperti mesin, bangunan dan tanah ( Warren, James et al dalam M. Setiadi Hartoko, 2017). Asset tetao dibagi menjadi dua yaitu: 1. Asset berwujud (tangible asset) merupakan harta tetap yang memiliki wujud kebendaan yang real. Asset tetap dapat memberikan manfaat dalam beberapa tahun kedepan serta memiliki nilai ekonomis. 2. Asset tidak berwujud (intangible asset) merupakan asset yang tidak memiliki wujud nyata tetapi memiliki nilai


108 - Pengantar Manajemen Usaha yang tinggi. Asset tak berwujud ini contohnya adalah hak paten, merk dagang, hak cipta dan goodwill. Dilihat dari sisi dapat disusutkan atau tidaknya asset tetap diklasifikasikan menjadi dua yaitu: 1. Asset tetap yang dapat disusutkan (Depreciated Plan asset) yaitu asset berwujud yang nilai ekonomisnya terus menurun seiring berjalannya waktu, misalnya bangunan, kendaraan, mesin dan peralatan. 2. Asset tetap yang tidak dapat disusutkan (Undepreciated Plan Asset) yaitu asset berwujud yang nilai ekonomisnya tidak pernah menurun meski berjalannya waktu bahkan nilainya cenderung naik misalnya tanah. Menurut PSAK No.16, 2015 tahun Penyusutan adalah biaya yang dibebankan secara sistematis terhadap asset yang dimanfaatkan berdasarkan umur ekonomisnya. Penyusutan atau yang biasa disebut depresiasi adalah pembebaban biaya terhadap asset tetap selama masa pemakaian. Beberapa hal yang menjadi penentu besar dan kecilnya nilai penyusutan (Rahmawaty et al., 2021) : 1. Harga dalam memperoleh asset (Cost) merupakan biaya atau sejumlah dana yang diperhitungkan terhadap asset tetap yang bersangkutan dapat dimanfaatkan oleh perusahaan. 2. Nilai residua tau nilai sisa (Salvage Value) adalah nilai taksir asset ketika dijual pada saat akhir masa pemakaian. 3. Perkiraan umur ekonomis (Usefull live) merupakan berapa lama kira-kira asset tersebut akan digunakan.


Pengantar Manajemen Usaha - 109 4. Metode perhitungan yang digunakan merupakan metode perhitungan untuk menghitung nilai penyusutan sehingga akan mempengaruhi nilai penyusutan asset tersebut. Menurut Mulyadi (2013) dalam bukunya yang berjudul sistem akuntansi menyatakan bahwa jika dalam pertimbangan teknis dan ekonomis suatu asset sudah tidak lagi bisa digunakan maka perusahaan dapat melakukan penghentian penggunaan asset tersebut. Jika perusahaan sudah tidak lagi menggunakan asset tersebut karena masa manfaat telah habis maka perlu dilakukan penghapusan asset. Penghentian penggunaan asset juga bisa disebebkan karena kerusakan asset sebelum masa manfaatnya habis atau ketika dilakukan perbaikan justru kurang ekonomis karena biaya yang terlalu besar. Pemberhentian penggunaan asset juga bisa dilakukan jika perusahaan mengharuskan untuk menggunakan asset yang lebih maju dari segi teknologinya. Pemberhentian penggunakaan asset bisa dilakukan dengan delisting atau penghapusan asset, bisa juga dengan menjual asset tersebut. I. Optimalisasi Aset Optimalisasi asset dilakukan dengan cara memaksimalkan fungsi asset itu sendiri dalam mencapai tujuan bisnis dengan biaya yang minimal (Ilmiah, 2019). Ada beberapa langkah dalam optimalisasi asset dalam konteks manajemen asset diantaranya adalah: 1. Pemantauan dan Evaluasi Asset yaitu dengan melakukan pemantauan secara terus menerus, melakukan


110 - Pengantar Manajemen Usaha identifikasi asset terkait dengan kinerja dari asset tersebut. 2. Perencanaan dan Strategi Asset yaitu meliputi bagaimana asset tersebut akan digunakan, menjadwalkan untuk perawatan rutin, perbaikan atau pembaruan. 3. Pemeliharaan Terjadwal yaitu melakukan penjadwalan pemeliharaan asset secara berkala sehingga umur pakai bisa lebih lama dan menjaga performa asset menjadi lebih maksimal. 4. Manajemen Siklus Hidup Aset yaitu mengadakan asset yang sesuai kebutuhan, bagaimana mengelola asset ketika usaha beroperasi serta mengganti asset yang kurang efisien dan sudah melebihi masa pakai. 5. Teknologi dan sistem manajemen asset yaitu dengan memanfaatkan teknologi tepat guna pada perusahaan sehingga hasilnya bisa lebih efisien. 6. Pengukuran kinerja asset yaitu mengukur performa asset secara berkala sehingga jika ada asset yang kinerjanya sudah menurun atau buruk dapat di hentikan pemakaian. 7. Manajemen risiko asset yaitu dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kehilangan dan kerusakan asset seperti membuat strategi mitigasi dalam kegawat daruratan yang disebabkan dari penggunaan asset. 8. Pemantauan lingkungan dan Regulasi yaitu dengan memastikan bahwa asset tersebut telah mematuhi standar peraturan lingkungan, peraturan limbah dan perpajakan.


Pengantar Manajemen Usaha - 111 9. Pelatihan dan pengembangan Tenaga Kerja yaitu adanya SDM yang handal dan terlatih dalam mengoperasikan asset sehingga perlu adanya pelatihan dan pengembangan SDM. 10. Perbaikan berkelanjutan yaitu dengan melakukan pemantauan asset secara berkala dan berkelanjutan serta mencari startegi untuk terus meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja asset. J. Menghitung Aset Dalam menghitung semua asset yang dimiliki individu atau entitas diperlukan akumulasi semua asset yang dimiliki. Dalam menghitung asset ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Ada beberapa variasi tergantung apakah asset tersebut merupakan milik perseorangan atau individu. Ada beberapa langkah umum yang dapat digunakan dalam menghitung asset: 1. Mengidentifikasi asset yaitu mengidentifikasi semua asset yang dimiliki termasuk asset keuangan seperti kas, setara kas dan asset fisik seperti property, kendaraan, Gedung, mesin dan lain lain. 2. Melakukan Penilaian Aset. Untuk asset keuangan bisa menggunakan nilai pasar saat ini sedangkan untuk asset non keuangan atau asset fisik bisa menggunakan nilai buku ataupun nilai pasar. 3. Mengklasifikasikan asset yaitu mengelompokkan asset kedalam kategori yang sesuai seperti asset lancar dan asset tidak lancar.


112 - Pengantar Manajemen Usaha 4. Menghitung total asset yaitu dengan menjumlahkan nilai dari total asset yang sudah diklasifikasikan dalam kategori. 5. Laporan keuangan yaitu menghitung asset untuk tujuan akuntansi atau laporan keuanga. Contoh perhitungan asset


Pengantar Manajemen Usaha - 113 BAB 8 MANAJEMEN MODAL KERJA


114 - Pengantar Manajemen Usaha ETIAP perusahaan dalam menjalankan usaha membutuhkan modal kerja. Sebuah alasan mengapa modal kerja diperlukan oleh perusahaan dikarenakan adanya ketidaksempurnaan pasar (Hanafi ,2018) . Adanya ketidakpastian, ketidaksinkronan aktivitas, biaya kebangkrutan menjadi salah satu sebab perusahaan harus mandiri secara financial dalam modal kerja. Perusahaan harus paham bagaimana menggunakan modal kerja yang baik sehingga bermuara pada keberlanjutan operasional perusahaan,oleh karena itu sangat penting bagi manajer keuangan menganalisis bagaimana sumber daya modal tersebut dibelanjakan dimana tingkat resiko dan profitabilitas menjadi acuan bagi manajer keuangan dalam mengelola sebuah perusahaan. A. Terminologi Modal Kerja Berawal dari Pedagang Yankee memuat gerobaknya dan berangkat untuk menjual barang- dagangannya. Barang dagangan ini disebut “modal kerja” dikarenakan ia menjualnya untuk mendapatkan keuntungan.Gerobak dan kuda sebagai asset tetapnya.yang didanai dari ekuitas tetapi ia membeli barang dagangan secara kredit dari pemasoknya, pinjaman tersebut dinamakan pinjaman modal kerja. Operasional yang baik dan perputaran yang cepat mendorong peningkatan laba yang ia peroleh.(Weston 2011) B. Pengertian Manajemen Modal Kerja Manajemen adalah suatu proses yang terstruktur (sistematis) menjadi acuan dasar dalam melaksanakan serangkaian pekerjaan atau kegiatan lainnya secara maksimal. S


Pengantar Manajemen Usaha - 115 Manajemen modal kerja menurut (Husnan Suad 1996) bisa diartikan sebagai pengaturan aktiva-aktiva termasuk kas , surat-surat berharga , piutang dan persediaan serta pengaturan utang lancar. Manajemen modal kerja melibatkan penentuan tingkat kas, efek yang dapat diperjualbelikan , piutang usaha serta persediaan yang optimal dan mendanai asset-aset seefisien mungkin.( Bringham, Eugene F& Houston 2011) Maka dapat disimpulkan Manajemen modal kerja adalah proses pengelolaan sehari-hari seluruh aspek arus kas suatu bisnis sehingga pengeluaran yang diharapkan dan tidak terduga dapat dibayar dalam hal ini melibatkan pengelolaan piutang, hutang, arus kas, dan persediaan yang baik. C. Tujuan Manajemen Modal Kerja Tujuan manajemen modal kerja bagi perusahaan antara lain: 1. Memungkinkan perusahaan mempunyai persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. 2. Berguna dalam memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan. 3. Pada modal kerja yang cukup, perusahaan mampu memenuhi kewajibannya tepat waktu 4. Memungkinkan untuk menambah modal dari kreditur, jika rasio keuangan perusahaan memenuhi persyaratan


116 - Pengantar Manajemen Usaha D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktiva Lancar Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi aktiva lancar adalah : 1. Karakter Bisnis Karakter yang berbeda satu sama lain bisa kita jumpai dibeberapa perusahaan misalnya perusahaan retail memiliki persediaan barang dagangan lebih besar dibanding perusahaan manufaktur. 2. Ukuran Perusahaan Semakain kecil ukuran perusahaan cenderung memiliki modal kerja lebih besar, sedangkan Perusahaan yang lebih besar memiliki akses yang lebih baik ke pasar keuangan oleh karena mereka tidak perlu memiliki lebih banyak modal kerja. 3. Aktifitas perusahaan Apabila terjadi peningkatan aktivitas pada suatu perusahaan artinya semakin tinggi tingkat penjualan semakin besar aktiva lancarnya. 4. Stabilitas penjualan Apabila penjualan bersifat stabil, aktiva lancar semakin kecil selanjutnya apabila penjualan fluktuatif aktiva lancar akan semakin besar


Pengantar Manajemen Usaha - 117 E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Utang Lancar 1. Factor Eksternal Pada usaha retail biasanya memiliki utang lancar lebih besar dibanding perusahaan manufaktur. 2. Factor Internal Dalam kaitannya dengan internal kebijakan manajemen memiliki opsi apakah akan menggunakan utang lancar rendah atau tinggi.pada umumnya perusahaan akan menggunakan utang lancar tinggi pada saat kebutuhan mendadak. Manajemen akan mengguna-kan utang lancar kecil jika fleksibilitas manajemen cukup tinggi. F. Pengelolaan Modal Kerja 1. Pengelolaan Kas Karena sifatnya yang likuid, sangat penting dalam upaya perusahaan melakukan pengelolaan kas dengan baik antara lain menyajikan kas yang memadai dengan proporsional. Model Manajemen Kas (Model Persediaan) Perlunya mengubah aktiva lain(misalnya sekuritas) menjadi kas halini dapat dicari dengan metode persediaan: Q = √2CD I


118 - Pengantar Manajemen Usaha Keterangan Q = jumlah aktiva lain yang dijadikan kas C = biaya transaksi saatmengubah sekuritas menjadi kas D = jumlah kebutuhan kas tiap tahun I= tingkat bunga per tahun. Misalnya PT “ACB” memiliki kebutuhan kas setiap tahun sebesar Rp.1.400 juta , pemakaian tiap hari tetap. Biaya transaksi setiap kali mengubah sekuritas menjadi kas sebesar Rp.60.000,00. Tingkat bunga 12% per tahun. yaitu; Q =√2 X 60.000 X 1.400 juta 0,12 Q= 37,416 juta Yang berarti bahwa perusahaanperlu menjual sekuritas sebesar Rp. 37,416 jt saat saldo kas tersebut nol, serta meminimalkan biaya dengan menanamkan dana melalui sekuritas dan biaya transaksi diantaranya; - By. hilang kesempatan = (Rp. 37,416 jt/2)x 12% = Rp.2,245 jt - By. transaksi = (Rp 1.400/ 37,416) x Rp. 60.000 = Rp.2,245 jt - Jumlah Biaya menjadi 2x(Rp. 2,245 jt) = Rp. 4.490 jt 2. Pengelolaan Piutang Perusahaa mempunyai piutang bisa diartikan perusahaan melakukan penjualan secara kredit dengan


Pengantar Manajemen Usaha - 119 maksud menaikan penjualan,meningkatkan laba meskipun akan menanggung berbagai biaya,untuk itu diperlukan analisis tentang piutang. Misalnya Manajer keuangan PT “DJONO” ingin agar piutang lebih cepat terkumpul dengan memberi discount 2/30 net 120 penjualan selama satu tahun berkisar Rp.7.000juta dengan profit margin 15%, seandainya 50% pembeli memanfaatkan discount yang ditawarkan, berapakah rata-rata periode pengumpulan piutangnya? apakah penawaran discount menguntungkan secara ekonomi jika biaya dana sebesar 18% per tahun? Jawab: Rata-rata periode pengumpulan piutang = (0,5x30)+(0,5x120)= 75 hari. Dengan demikian perputaran piutangnya akan naik menjadi; =360 hari/75 hari =4,8 x a. Piutang tanpa discount = 85% x 7.000 juta= 1.983,3 juta 3 b. Piutang discount = 85% x 7.000 juta= 1.239,5 juta 4,8 Penghematan investasi pada piutang = Rp1.983,3 juta – Rp 1.239,5 juta = Rp743,8juta Jika biaya dana sebesar 18%per tahun maka biaya yang bisa dihemat adalah: = 0,18 x Rp743,8juta = Rp 133,88 juta


120 - Pengantar Manajemen Usaha Discount yang diberikan = 0,02 x Rp7000 x 0,50 = Rp 70juta Pemberian discount menguntungkan. G. Menetukan Kebutuhan Modal Kerja Terdapat dua metode dalam menentukan kebutuhan modal kerja diantaranya 1. Metode Waktu Keterikatan Dana Metode waktu keterikatan dana yaitu metode dengan menghitung kebutuhan kerja berdasarkan waktu keterikatan dana dengan periode terikatnya modal kerja (Kas—Kas). pengeluaran kas berjalan setiap hari. Contoh PT. ABC membeli kebutuhan bahan mentah sebesar 350.000,00 bahan harus dipesan 4 ( empat ) hari sebelumnya untuk dapat digunakan.akan dibayarkan pada waktu pesan. Selanjutnya proses produksi memerlukan waktu 3 (tiga) hari.dan disimpan digudang selama 2(dua) hari, pembelian secara kredit serta [embayaran 3(tiga)hari sebelumnya.


Pengantar Manajemen Usaha - 121 Jika pembayaran pembelian bahan mentah dilakukan saat bahan sudah datang dan penjualan dilakukan cara tunai , maka kebutukan modal untuk membeli bahan juga akan berubah 2. Metode Perputaran Modal Kerja Metode ini dihitung dengan rumus working capital turnover yaitu total penjualan dibagi dengan total aktiva lancar(net working capital or cross working capital). Contoh PT.INDORASA memiliki penjualan tahun ini sebesar Rp.120.000.000,00dan total aktiva lancar Rp. 18.000.000,00 maka tingkatperputaran modal kerja = penjualan/aktiva lancar= Rp 120.000.000,00/Rp 18.000.000,00 = 6,67 x Apabila tahun depan perusahaan merencanakan meningkatkan penjualan sebesar Rp 144.600.000,00 maka kebutuhan modal kerjanya= Rp 144.600.000/6,67 =21.680.000,00.


122 - Pengantar Manajemen Usaha H. Memonitor Modal Kerja Beberapa indikator dalam memonitor modal kerja yaitu 1. Waktu pelunasan utang yang semakin lambat 2. Penurunan Aliran kas masuk harian 3. Persediaan yang semakin menumpuk 4. Rasio aset menurun yang berarti utang jangka pendek semakin meningkat. Kemajuan bidang teknology dan informatika mendorong perusahaan untuk selalu menyesuaikan perkembangan zaman Sehingga untuk mempermudah kebijakan modal kerja berfokus pada persediaanya,penentuan produk-produk baru yang muncul dimana produk baru tersebut diperoleh dengan biaya yang lebih murah dan diantar dengan tepat waktu,menjalin hubungan baik yang disertai dengan trust/kepercayaan.


Pengantar Manajemen Usaha - 123 BAB 9 PENGELOLAAN UMKM


124 - Pengantar Manajemen Usaha A. Pengertian UMKM UMKM melalui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1999 dan karena keadaan perkembangan yang semakin dinamis diubah ke Undang-Undang Nomor 20 Pasal 1 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah maka pengertian UMKM adalah sebagai berikut (Hanim, 2018) : 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini. 4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan


Pengantar Manajemen Usaha - 125 bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. 5. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia. B. Kriteria UMKM Kriteria UMKM yang ditentukan berdasarkan aset dan omzet yang dimiliki dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Sri et al., 2019) Tabel 1. Kriteria UMKM berdasarkan aset dan omzet yang dimiliki No Uraian Aset Omset 1 Usaha Mikro Maks. Rp.50jt Maks. Rp.300jt 2 Usaha Kecil >Rp.50jt-500jt >Rp.300jt-2,5 miliar 3 Usaha Menengah >Rp.500jt- <1miliar >Rp.2,5 miliar-50 miliar Sumber : Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang kriteria UMKM dalam bentuk permodalan adalah sebagai berikut:


126 - Pengantar Manajemen Usaha 1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) 3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).


Pengantar Manajemen Usaha - 127 C. Pengelolaan UMKM Dalam pengelolaan UMKM dapat menyangkut dalam 4 (empat) bidang pengelolaan diantaranya (Candra Wijaya & Rifa’i, 2016): 1. Perencanaan Perencanaan merupakan tindakan awal dalam aktivitas manajerial pada setiap organisasi. Perencanaan merupakan salah atau fungsi manajemen, sehingga dengan demikian perencanaan adalah merupakan salah satu syarat mutlak untuk dapat melaksanakan manajemen yang baik. 2. Pengorganisasian Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang kedua dan merupakan langkah strategis untuk mewujudkan suatu rencana organisasi. 3. Pengarahan pengarahan ini mengandung kegiatan pemberian motivasi (motivating). Kegiatan ini sebenarnya terdapat pada kegiatan directing sebagai sebuah fasilitas atau sarana melakukan pengarahan terhadap para personil dalam organisasi. 4. Pengendalian Pengendalian dan pengawasan sebagai proses terdiri atas tiga langkah universal, yaitu (1) mengukur perbuatan (2) membandingkan perbuatan dengan standar yang ditetapkan dan menetapkan perbedaannya jika ada, dan (3) memperbaiki penyimpangan dengan


128 - Pengantar Manajemen Usaha tindakan pembetulan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi karakteristik transformasional yang dimiliki pemilik UMKM maka semakin rendah tingkat turnover karyawan. D. Pengelolaan Bisnis Skala UMKM Dalam pengelolaan UMKM ini ada beberapa kriteria yang wajib di perhatikan dalam pelaku UMKM yaitu (Khairunnisa dkk, 2022) : 1. Manajemen keuangan 2. Manajemen sumber daya manusia 3. Manajemen risiko 4. Manajemen pemasaran 5. Manajemen produksi 6. Manajemen pengembangan 7. Manajemen pemulihan Apabila seluruh aspek pengelolaan bisnis sudah baik, maka para pelaku UMKM perlu melakukan monitoring supaya tidak hilang control/ pengawasan. Sistem pengelolaan yang baik tentunya tidak hanya akan mempermudah pengelolaan bisnis saja tetapi juga dapat memperoleh laba/ keuntungan yang optimal.


Pengantar Manajemen Usaha - 129 Empat aspek yang perlu diperhatikan dalam mengelola UMKM, yaitu (Sulfati, 2018) : 1. Aspek Pengelolaan Keuangan a. Masalah permodalan menjadi masalah yang patut diperhatikan bagi UMKM. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan salah satu solusi atas masalah permodalan yang dihadapi UMKM. b. UMKM yang baik harus dapat menerapkan pengelolaan keuangan dengan baik dan disiplin. c. Dapat memisahkan keuangan pribadi dengan keuangan usaha. d. UMKM yang tidak memiliki pengelolaan keuangan yang baik akan mengakibatkan beberapa masalah pembayaran kredit yang disebut kredit macet pada bank pemberi KUR / Lembaga-lembaga lainnya. 2. Aspek Pengelolaan SDM a. Pengelolaan SDM untuk UMKM biasanya tidak membutuhkan terlalu banyak tenaga kerja dan dengan sistem perekrutan yang cukup sederhana. b. Namun tetap dibutuhkan keterampilan yang memadai guna mendukung sistem operasional dan untuk itu diperlukan beberapa pelatihan kecil. 1) Jumlah Tenaga Kerja 2) Usaha Mikro : 1-4 orang 3) Usaha Kecil : 5-19 orang 4) Usaha Menengah : 20-99 orang


130 - Pengantar Manajemen Usaha 3. Aspek Pengelolaan Operasional a. Mikro : Pengelolaan manajemennya hanya ditangani sendiri dengan teknik sederhana. Usaha mikro tergolong ke dalam usaha produksi rumah tangga. Karena pengelolaan operasionalnya dilakukan di dalam rumah. b. Kecil : Pengelolaan manajemennya juga ditangani secara sederhana namun sedikit lebih kompleks dibanding Mikro. Pengelolaan operasional usaha kecil pada dasarnya hampir sama dengan usaha mikro, namun bedanya terletak pada skalanya yang lebih besar. c. Menengah : Biasanya sudah mengenal sistem organisasi yang mempermudah pembagian tugas operasional meskipun masih tergolong sederhana. 4. Aspek Pengelolaan Pemasaran a. Mikro: Dapat melalui penitipan produk di warungwarung yang memperbolehkan penitipan. Biasanya pemasaran seperti ini memakai sistem bagi hasil. b. Kecil : Sudah melakukan promosi terutama promosi dari mulut ke mulut dan selebaran-selebaran foto copy brosur. c. Menengah : Pemasaran sudah lebih kompleks dan terarah. Hampir sama dengan usaha kecil, namun lebih banyak media yang digunakan seperti teknologi, koran dan papan reklame.


Pengantar Manajemen Usaha - 131 E. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan UMKM Prinsip pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang telah tertuang pada pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah yaitu : 1. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri; 2. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan; 3. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; 4. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; dan 5. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian secara terpadu. Sedangkan tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang telah tertuang pada pasal 5 Undang- Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah yaitu : 1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan; 2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri dan;


132 - Pengantar Manajemen Usaha 3. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. F. Upaya Pengembangan UMKM Pengembangan UMKM pada hakikatnya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat (Sulfati, 2018) : 1. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif 2. Bantuan Permodalan Pemerintah 3. Perlindungan Usaha Jenis-jenis Usaha Tertentu 4. Pengembangan Kemitraan 5. Pelatihan Pemerintah 6. Membentuk Lembaga Khusus


Pengantar Manajemen Usaha - 133 BAB 10 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DI ERA DIGITAL


134 - Pengantar Manajemen Usaha SAHA Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bidang industri yang terus berkembang dan konsisten dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Nasional. UMKM menjadi suatu wadah yang sangat strategis untuk menciptakan lapangan kerja yang produktif. UMKM merupakan usaha yang bersifat padat karya, yang tidak memerlukan persyaratan seperti latar belakang tingkat pendidikan tertentu atau harus memiliki keahlian/keterampilan yang mumpuni, dengan penggunaan modal usahanya relatif kecil dan terjangkau, serta teknologi yang digunakan cukup mudah dan praktis ditengah gempuran media sosial dalam jaringan internet. Di Penghujung Tahun 2019, hampir seluruh Negara didunia dikejutkan dengan wabah virus Covid-19 yang berasal dari Negara China, dan hampir melumpuhkan perekonomian global, sehingga penduduk bumi merasakan dampaknya termasuk Negara Indonesia. Tidak sedikit perusahaan-perusahaan berskala besar pada berbagai sektor Industri mengalami kelumpuhan, Perdagangan dan Jasa mengalami penurunan drastis bahkan sampai terhenti aktifitas produksi dan service-nya pada empat bulan pertama yaitu bulan Maret, April, Mei dan Juni Tahun 2020 karena pada saat itu diberlakukannya Pembatasan Sosial Skala Besar (PSPB) oleh pemerintah dimana aktivitas masyarakat diluar rumah dibatasi, sebagai upaya dalam menekan penyebaran virus Covid-19 seluruh Instansi Pemerintah maupun swasta memberlakukan peraturan tertulis agar staff/ karyawannya bekerja dari rumah (Work From Home) atau disingkat WFH. Pandemi Covid-19 ternyata merebak sampai pertengahan Tahun 2022, Usaha Mikro Kecil dan Menengah tetap survive , bahkan menjadi pemulih perekonomian nasional ditengah keterpurukan akibat pandemi Covid-19 pada berbagai sektor U


Pengantar Manajemen Usaha - 135 ekonomi. Untuk meningkatkan profit usahanya Para pengusaha UMKM tak sedikit mengajukan kredit modal ke berbagai Bank Konvensional maupun Bank Syari’ah ditengah kondisi pandemi Covid-19 . Menurut data Badan Pusat Statistika Tahun 2019 - 2021 jumlah kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang tercatat di Bank Umum Konvensional maupun Bank Syari’ah : Jenis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Data Pengajuan Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syari’ah (Milyar Rupiah) Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 UMKM 1107240 1088333 1221015 Lapangan Usaha 1107240 1088333 1220459 Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 109544 130012 161456 Perikanan 9379 11416 14751 Pertambangan dan Penggalian 8544 8039 8969 Industri Pengolahan 111401 112601 128136 Listrik, gas dan air 6669 4039 3808 Konstruksi 72033 59164 57583 Perdagangan 548276 530653 601384


136 - Pengantar Manajemen Usaha Grosir dan Eceran Penyediaan Jasa akomodasi, Makanan dan Minuman 45137 50623 58603 Transportasi, pergudangan dan komunikasi 44767 42710 41876 Perantara Keuangan 17233 12167 10001 Jasa Real Estate, Persewaan, dan Layanan Bisnis 58428 50702 48499 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja 160 100 214 Layanan Bidang Pendidikan 6872 7235 8294 Layanan Bidang Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11718 10257 11824 Layanan Bidang Kemasyarakatan, Sosial Budaya, 53399 54513 60959


Pengantar Manajemen Usaha - 137 Hiburan dan Perorangan lainnya Layanan Perorangan dan Rumah Tangga 3093 2875 3825 Layanan Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 6 7 5 Kegiatan lainnya yang tidak terbatas 583 1219 273 Bukan Lapangan Usaha Lainnya 0 0 556 Jenis Penggunaan 1107240 1088333 1221015 Modal Kerja 796926 796710 925184 Investasi 310314 291623 295831 Tidak Teridentifikasi 0 0 0 Skala Usaha 1107240 1088333 1221015 Mikro 283518 247142 389871 Kecil 343245 352923 459541 Menengah 480477 488268 371603


138 - Pengantar Manajemen Usaha Catatan : Berdasarkan Data dari Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah Sumber : Otoritas Jasa Keuangan UMKM memiliki peran yang sangat strategis dalam pertumbuhan perekonomian skala nasional. UMKM sangat membantu dalam sektor ekonomi dan menyerap cukup banyak tenaga kerja serta membantu menyediakan lapangan pekerjaan. Sisi lain produk yang dihasilkan UMKM memiliki kontribusi yang cukup besar dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Keberadaan sektor UMKM tidak hanya dianggap sebagai wadah penampungan sementara bagi para pekerja yang tidak masuk ke sektor formal, tetapi juga sebagai penggerak kegiatan ekonomi. UMKM juga termasuk sektor industi yang menyerap banyak tenaga kerja yang sangat besar di Indonesia. Mengingat latar belakang yang telah dialami Indonesia pada saat krisis moneter yang dimana sektor ekonomi dan keuangan anjlok di titik rendah, tidak berlebihan jika pemerintah lebih fokus mengembangkan sektor swasta di bidang UMKM. Dilihat berdasarkan segi jumlah perusahaan, segi penciptaan lapangan pekerjaan, maupun dari segi pertumbuhan ekonomi tingkat nasional yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB). UMKM yang populer di Indonesia yang beraneka ragam dan memiliki ciri khasnya masing-masing, diantaranya yaitu: 1. UMKM di Sektor Kuliner Kegiatan Ekonomi dalam sektor UMKM yang sangat populer adalah usaha dibidang kuliner. Berbekal


Pengantar Manajemen Usaha - 139 kreatifitas dan inovasi terbarukan dengan menawarkan produk makanan dan minuman mulai dari penyajian, cara pembuatan, sampai dengan komposisi makanan atau minuman yang disajikan dengan berbagi kreasi yang menarik. Dengan modal yang relatif cukup kecil, bisnis ini terbilang sangat menggiurkan dan peluamg yang besar, dimana setiap hari semua orang membutuhkan makanan. Meskipun sedang berlangsungnya wabah pandemi Covid-19 beberapa silam, para pelaku wirausaha kuliner tidak kehabisan ide. Makanan-makanan yang biasa dijajakan dipinggir jalan dibuat se kreatif mungkin dalam bentuk frozen food dan adapula jajanan yg dikemas kering seperti bakso, mie ayam, seblak, cilok dan lainnya dijual kering dan bisa dimasak sendiri dirumah secara praktis dikukus dengan bumbu yang tentu sudah dikemas tinggal diseduh. 2. UMKM Sektor Kecantikan Kosmetik merupakan salah satu kebutuhan wajib terutama bagi kaum hawa yang sangat diperlukan. Tidak hanya berkaitan dengan bedak dan lipstick saja tapi juga untuk perawatan seluruh tubuh. Kosmetik yang bisa disebut juga dengan skincare yang sangat banyak digemari kaum hawa umumnya, tapi tak sedikit banyak kosmetik yang diperuntukkan untuk kaum adam khususnya. Dewasa ini beragamp jenis-jenis merek kosmetik ataupun skincare yang bermunculan hasil dari kreativitas para pengusaha UMKM. Produk yang dijualpun bervariatif dan tentunya bersertifikat BPOM dan DSN MUI, yang bertujuan agar kosmetik yang dijual dan beredar dimasyarakat aman dan halal dikonsumsi.


140 - Pengantar Manajemen Usaha 3. UMKM Sektor Fashion Bidang fashionpun tak kalah dari menjamurnya kreativitas para pengusaha UMKM yang selalu mengikuti trend mode, terutama bisnis fashion. Trend hijab, gamis, kaos, kemeja, celana jeans, jaket, sepatu, tas dsb banyak dibutuhkan masyarakat. Banyak brand-brand fashion lokal bermunculan dan tidak kalah saing dengan brand luar negeri. Seperti eiger, jeans lea, Erigo, The Excekutive, Buttonscraves, Tas dan dompet kulit Papilon dsb, merupakan hasil karya pengusaha UMKM yang sudah Go Internasional. 4. UMKM Sektor Agribisnis Sejak diberlakukannya Work From Home (WFH) yang diberlakukan oleh Instansi pemerintah maupun swasta dikala pandemi Covid-19 beberapa tahun kebelakang, masyarakat mempunyai kegemaran baru yaitu mengoleksi tanaman hias, menanam tanaman secara hidroponik maupun bercocok tanaman dihalaman rumah ataupun dalam pot. Dampak positifnya, semakin bermunculannya sektor UMKM di sektor agribisnis ini. Selain jual beli tanaman, berbagai produk yang ditawarkan dalam sektor agribisnis ini yaitu berupa alatalat pertanian atau perkebunan, pupuk dan vitamin tanaman, bibit-bibit tanaman untuk tumbuh kembang tanaman dsb. 5. UMKM Sektor Otomotif Terlihat memang tampak sulit usaha yang bergerak di bdang otomotif, tidak sedikit pengusaha UMKM yang mencoba peruntungan wirausaha di sektor otomotif yang


Click to View FlipBook Version