89 oleh perusahaan publik syariah dan saham yang memenuhi kriteria seleksi saham syariah. 3. Obligasi syariah (sukuk) Obligasi syariah atau yang lebih dikenal dengan sukuk ini merupakan surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah. Sukuk dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang sukuk yang mengharuskan emiten untuk membayar pendapatannya berupa bagi hasil, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Instrumen pasar modal syariah ini memiliki prinsip pengalihan piutang dengan tanggung bagi hasil. Dengan kata lain, jual beli sukuk hanya boleh dilakukan pada harga nominal pelunasan jatuh temponya 4. Exchange traded fund syariah Exchange traded fund syariah (ETF syariah) termasuk produk reksa dana syariah berupa kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek, seperti perdagangan saham. ETF syariah adalah sekumpulan aset yang dipilih oleh Manajer Investasi dengan tujuan tertentu. Sebagai investor, Anda berhak memperjualbelikan unit penyertaan ETF di Bursa Efek, sehingga harganya dapat berubah selama jam perdagangan. Soal keamanan tidak perlu khawatir, karena ETF syariah berada di bawah pengawasan Dewan Pengawas Syariah. Dalam pasar modal syariah, pengelolaan dana ETF syariah mengikuti ketentuan Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-
90 MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. 5. Efek beragun aset syariah Instrumen pasar modal syariah berikutnya yaitu efek beragun aset syariah (EBA) yang termasuk sekuritas investasi dengan jaminan yang terbagi menjadi Kontrak Investasi Kolektif (KIK EBA) dan Surat Partisipasi (EBA-SP). Portofolio EBA syariah terdiri atas aset keuangan berupa tagihan yang berasal dari surat berharga komersial, tagihan yang timbul kemudian hari, jual beli kepemilikan aset fisik oleh lembaga keuangan, efek bersifat investasi, dan aset keuangan setara yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islami. 6. Dana investasi real estat syariah IDX mendefinisikan dana investasi real estat (DIRE) syariah sebagai sebuah wadah penghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk diinvestasikan pada aset real estat, aset yang berkaitan dengan real estat, dan/atau kas dan setara kas sesuai prinsip syariah. Objek yang dapat dijadikan sebagai DIRE dalam pasar modal syariah di antaranya yaitu pusat perbelanjaan, hotel, rumah sakit, apartemen, perkantoran, gudang, dan aset real estat lainnya. Penggunaan dana nantinya akan dibagikan secara berkala dengan tingkat pembagian dividen minimal 90 persen dari penghasilan bersihnya.
91 C. Peran Pasar Modal Syariah Pasar modal syariah memiliki peran yang signifikan dalam membantu pembiayaan berbagai proyek pembangunan dan ekonomi. Ini termasuk pembiayaan infrastruktur, investasi dalam sektor produktif, dan dukungan untuk perusahaan-perusahaan yang mematuhi prinsip-prinsip syariah. Dalam perekonomian nasional pasar modal syariah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu: 1. Sumber pendanaan bagi perusahaan untuk pengembang-an usahanya melalui penerbitan efek syariah; 2. Sumber pendanaan bagi negara untuk pelaksanaan program pemerintah berupa peningkatan layanan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur melalui peneribitan efek syariah; 3. Sarana investasi bagi investor untuk mendapatkan dana eksternal. Ini semua sejalan dengan misi dari pasar modal syariah, yaitu sarana pembiayaan bagi pemerintah dan sektor swasta, serta sebagai sarana investasi pilihan masyarakat. Keunggulan pasar modal syariah dibandingkan dengan pasar modal konvensional adalah cakupan investor yang lebih luas. Pada pasar modal konvensional, yang dapat berinvestasi hanya investor konvensional, sedangkan pada pasar modal syariah yang dapat berinvestasi adalah investor konvensional dan investor yang berpreferensi syariah. Keunggulan inilah yang menjadi salah satu pertimbangan perusahaan dalam menerbitkan efek syariah.
92 Semakin luas cakupan investornya, maka peluang terserapnya efek yang diterbitkan oleh perusahaan akan semakin tinggi. Perusahaan yang menerbitkan efek syariah tersebut tidak terbatas hanya perusahaan yang menyatakan kegiatan usahanya sesuai prinsip syariah (misalnya emiten syariah, bank syariah, dan asuransi syariah), namun juga perusahaan yang tidak menyatakan kegiatan usahanya sesuai prinsip syariah sepanjang penerbitan efek tersebut tidak bertentangan dengan prinsip syariah. D. Prospek Pasar Modal Syariah Prospek pasar modal syariah sangat menjanjikan, didorong oleh beberapa faktor kunci: 1. Peningkatan Kesadaran: Semakin banyak investor yang menyadari pentingnya kepatuhan syariah dalam investasi mereka. Ini menciptakan permintaan yang lebih besar untuk instrumen keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. 2. Pertumbuhan Populasi Muslim: Dengan populasi Muslim yang terus berkembang secara global, terutama di negara-negara berkembang, permintaan untuk produk dan layanan keuangan syariah juga meningkat. 3. Dukungan Pemerintah: Banyak negara yang mendorong pengembangan pasar modal syariah melalui kebijakan dan regulasi yang mendukung pertumbuhan industri ini. Ini termasuk insentif fiskal, peraturan yang ramah syariah, dan promosi internasional. 4. Inovasi Produk: Industri keuangan syariah terus mengembangkan produk-produk inovatif yang sesuai
93 dengan prinsip-prinsip syariah. Ini termasuk obligasi sukuk, reksa dana syariah, dan instrumen keuangan lainnya yang semakin diminati oleh investor. 5. Peningkatan Kepatuhan: Lebih banyak perusahaan dan institusi keuangan mulai memahami pentingnya kepatuhan syariah dalam bisnis mereka. Ini mendorong pertumbuhan ekosistem keuangan syariah secara keseluruhan. Meskipun pasar modal syariah memiliki prospek yang cerah, tantangan tetap ada, termasuk kurangnya keseragaman dalam standar syariah, likuiditas yang lebih rendah dibandingkan dengan pasar konvensional, dan kurangnya pemahaman yang luas tentang produk dan prinsip syariah di kalangan investor. Namun, dengan terus berinovasi dan meningkatkan pemahaman tentang pasar modal syariah, industri ini memiliki potensi untuk terus berkembang dan menjadi salah satu pilar utama dalam ekonomi global yang berkelanjutan dan inklusif.
94 ada zaman era milenial saat ini, perputaran keuangan banyak di pergunakan. Pada dasarnya yang menyebabkan perputaran keuangan sangat pesat adalah penggunaan uang secara konsumtif dan tidak bisa di kelola dengan baik. Maka dari itu sebagai orang yang bijak, kita harus menggunakan uang dengan se efektif mungkin dan sesuai P BAB 8 PENGELOLAAN KEUANGAN PRIBADI DALAM PERSEPEKTIF EKONOMI SYARIAH M Gelar Faisal, S.E., M.M.
95 dengan kebutuhan kita. Fungsi uang dapat melambangkan kemakmuran. Kesejateraan, atau bahkan kebahagiaan. Pada dasarnya tujuan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. sebagaimana disebutkan dalam Al-Qol’[h Sol[n A^t Zariyat Ayat 56-58 : ن ْ و ُ د ُ ت ْ ػ َ ِي ا ه َّ َسِال ْ ِان ْ ال َ و َّ ٌ ِ ج ْ ال جُ ْ ق َ و َ ا خ َ ي و ٥َ ْ ن َ ا ُ د ْ ي ِ ر ُ آ ا َ ي َّ و ٍ ق ْ ز ِ ّ ر ْ ٌ ِ ّ ي ْ ى ُ ّ ْ ِيَ ُ د ْ ي ِ ر ُ آ ا َ ي ُ ن ْ ي ِ خ َ ً ْ ِة اه َّ ْ ُ ق ْ و اه ُ ذ ُ اق َّ ز اهرَّ َ ْ ُ ِ َ ه اَلل َّ ِن ِان ْ ْ ُ ِػً ْ ط ه ي Artinya : Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali beribadah (mengesakan ibadahnya) kepada-Ku, Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan pada-Ku, Sesungguhnya Dialah Allah yang Maha Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan Lagi Maha Sangat Kuat. (Q.s. al-Dzariyat : Ayat 56-58). Hidup ini bukan untuk uang tapi untuk beribadah kepada Allah SWT. Manusia diperintahkan untuk bekerja keras, ikhlas terhadap hasil yang dicapai, dan selalu mensyukuri nikmat yang dianugerahkan Allah SWT. Usaha mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup merupakan ibadah bila dijalankan sesuai ketentuan syariat. Uang yang diperoleh juga bisa menjadi sarana ibadah demi keamanan dan kebahagiaan dunia dan akhirat, asalkan dikelola dengan baik dan tidak melanggar aturan syariat. Oleh karena itu, memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk menjamin keamanan dan meningkatkan taraf hidup kita bukanlah hal yang buruk tetapi merupakan hal yang bijaksana. Kebanyakan orang akan merasa bahagia jika tujuan hidupnya
96 tercapai. Kemampuan finansial yang baik dapat menjamin keamanan dalam kehidupan ini dan akhirat. Di sisi lain, kemampuan finansial yang buruk juga dapat membawa manusia pada bencana dalam kehidupan ini dan akhirat. Setiap manusia mempunyai hak atas barang yang diperoleh dari hasil usahanya, baik halal maupun tidak. Akumulasi harta inilah yang disebut harta atau kekayaan. Untuk bisa mengelola kekayaan secara Islam, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa definisi kekayaan menurut Islam, karena kekayaan berbeda dengan definisi umum. Kekayaan menurut Islam adalah Pendapatan lebih besar dari pengeluaran. Jika pendapatan harian meningkat dan pengeluaran jauh lebih rendah daripada pendapatan, berarti kita memiliki aset dan cadangan yang semakin banyak. Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak akan mempunyai hutang, karena seluruh kegiatan perekonomian akan dibiayai oleh cadangan. A. Pengelolaan Keuangan Pribadi Secara Ekonomi Syari’ah Menurut BSI Corporate University Tahun 2021 Adapun Beberapa Perencanaan Pengelolaan Keuangan Pribadi D[f[g P_lmj_enc` Eeihigc Ss[lc’[b. 1. Todo[h P_l_h][h[[h K_o[ha[h Plc\[^c S_][l[ Ss[lc’[b Todo[h j_l_h][h[[h e_o[ha[h ms[lc’[b [^[f[b untuk mengehemat apapapun sehingga menjadikan pengeluaran menjadi lebih efektif, atau digunakan untuk hal-hal yang prioritas. Tujuan perencanaan keuangan dalam perspektif Islam adalah perencanaan
97 menjadikan fallah sebagai tujuan finansial yang berarti mendapat keberuntungan, kemuliaan, dan ketenangan tidak hanya di dunia namun juga di akhirat. 2. M[h`[[n P_l_h][h[[h K_o[ha[h Plc\[^c S_][l[ Ss[lc’[b Pengelolaan Aset Referensi Perencanaan Keuangan secara Ekonomi Syariah adalah : a. Memastikan terpenuhinya seluruh kebutuhan dasar. b. Untuk menilai kondisi/keuangan aset keuangan. c. Motivasi untuk menjadi lebih baik dalam pengelolaan asset. 3. Keperluan Pengelolaan Keuangan Pribadi Secara Ss[lc’[b a. Manusia memiliki keterbatasan usia, namun dituntut untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sebagai wujud tanggung jawabnya. b. Kondisi keuangan manusia mengikuti siklus kehidupan manusia. c. Usia produktif memiliki kesempatan lebih besar untuk mengakumulasi harta. d. Masa pensiun cenderung bergantung pada hasil akumulasi harta pada saat usia produktif. 4. Prioritas Keuangan Pribadi dengan Konsep ZAHFIN a. Zakat, Infak & Shodaqoh Zakat adalah bagian tertentu dari harta yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim apabila telah mencapai
98 syarat yang ditetapkan. Sebagai salah satu rukun Islam, zakat ditunaikan untuk diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (asnaf). Zakat berasal dari bentuk kata "zaka" yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan (Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq: 5)/ Perintah zakat terdapat dalam Al-Qol’[h Sol[n Ann[o\[b : As[n 103 َ ك َ ْح ٰ و صَ َّ ِان ْ ى ِ ّ ْ ي َ و َ ع ِ ّ ن صَ َ ا و َ ِّ ة ْ ى ِ ّ ْ ِ ي ّ ل َ ز ُ ح َ و ْ ى ُ ِ ِ رُ ّ ّ َ ط ُ ح ً ث َ ق َ د صَ ْ ى ِ ِّ اه َ ْ ْ ي َ ا ْ ِيٌ ْ ذ ُ خ ى ْ ِي و َ ع ع ْ ًِي شَ ُ ه اَلل َ و ْ ى ُ ّ َّ ه ٌ َ م شَ Artinya : Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Attaubah : Ayat 103). Fungsi lain dari zakat, infak dan sedekah adalah untuk membantu fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan terutama orang-orang di sekitar kita. Harta yang kita miliki tidak akan berkah dan lengkap hingga kamu memberikan sebagiannya kepada orang yang membutuhkan, sebagaimana dikutip dalam AlQol’[h Sol[n QS. Afc Igl[h: As[n 92
99 ى ْ ِي و َ ُٖ ع ِ ة َ ه اَلل َّ ِن ا َ ْيٍء ف َ ش ْ ا ِيٌ ْ ْ ُ ِفق ْ َ ُ ا ح َ ي َ و َ ن ْ ْ ه ِحت ُ ا ت َّ اِِم ْ ْ ُ ِفق ْ َ ُ ى ح ه ت َ ح َّ ِ د ب ْ ْا ال ُ اه َ ن َ ت ْ ٌ َ ه Artinya : Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya (QS. Ali Imran: Ayat 92). Dan apa pun yang Anda capai, Allah mengetahuinya Alokasi dana zakat, infaq dan sedekah harus masuk dalam dana wajib yang harus kalian alokasikan setiap bulannya. b. Habbit/ Menggunakan Keuangan Seperlunya Rasulullah SAW adalah tokoh yang sangat sederhana Meskipun beliau berkecukupan secara finansial, namun beliau menggunakan kekayaannya untuk menyebarkan dakwah Islam dan membantu mereka yang membutuhkan. Sudah sepantasnya kita sebagai umat Rasulullah SAW selalu meneladani perilakunya. Kesederhanaan adalah awal dari kebahagiaan, karena hidup sederhana tidak selalu berarti kekurangan, melainkan gaya hidup yang bertujuan untuk terbebas dari keserakahan dan keserakahan. Mulailah menjalani gaya hidup hemat dan sederhana, kelola pemasukan dan pengeluaran dengan cermat dan biasakan membeli hanya yang diperlukan saja dan tidak menghambur-hamburkan uang. Selain
100 itu, jika kita mempunyai kelebihan materi, kita harus membagikan kekayaan tersebut kepada orang lain yang membutuhkan, termasuk orang yang kita cintai. ُ ك َّ ِجٍد و ص ْ َ ي ِ ّ ل ُ ك َ د ْ ِغَ ْ ى ُ م َ خ َ ن ْ ي ِ ا ز ْ و ُ ذ ُ خ َ م َ د ٰ ٓ ا ِ يْ ن َ ت ٰ ي ا ْ ْ ُ ف ِ ر سْ ُ ا ت َ ل َ ا و ْ ْ ُ ة َ ر ْ اش َ ا و ْ ْ ُ ل َ ن ْ ِفي ِ ر ْ س ُ ً ْ ب اه ه ِح ُ ا ي َ ل ٗ ُ َّ ِاٍ Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. (QS. Al-Airaf : Ayat 31) c. Future/Masa Depan Menabung adalah salah satu prinsip penting Islam. Allah SWT memerintahkan kita untuk menabung untuk masa depan kita. Menabung membantu kita merencanakan masa depan yang lebih baik dan menangani keadaan darurat tanpa kesulitan keuangan s[ha nc^[e m_g_mnchs[. M_holon b[n^cn’m lcq[s[ Boeb[lc menjelaksan babq[ ‚Scgj[hf[b m_\[ac[h ^[lc b[ln[ kamu untuk kebaikan masa depan kamu, karena itu d[ob f_\cb \[ce \[acgo.‛ (H.R Boeb[lc). c. Investment/Ihp_mn[mc S_][l[ Ss[lc’[b Investasi Syariah merupakan bentuk investasi yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Syariah, yang bertujuan untuk memastikan bahwa investasi dilakukan dengan cara yang sesuai dengan prinsip Syariah, menghindari riba (bunga), praktik spekulasi
101 berlebihan, serta bisnis yang tidak sesuai dengan prinsip Syariah. Dalam konteks pasar modal, investasi Syariah didukung oleh beberapa fatwa DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia). A^[joh B_\_l[j[ g[h`[[n Ihp_mn[mc Ss[lc’[b s[cno sebagai berikut : a. Investasi yang Bersifat Halal Salah satu manfaat utama dari investasi Syariah adalah sifatnya yang halal dan sesuai dengan prinsip Syariah. Dalam investasi Syariah, dana akan dialokasikan hanya pada bisnis-bisnis yang sah dan sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Hal ini memberikan keyakinan kepada investor bahwa uang mereka bekerja untuk tujuan yang sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, sehingga mendapatkan keberkahan dan keuntungan yang halal. b. Bebas Riba Investasi Syariah menawarkan manfaat signifikan dengan prinsip utamanya yang melarang riba (bunga). Dalam investasi konvensional, bunga sering kali merupakan komponen penting, terutama dalam produk-produk keuangan seperti pinjaman, obligasi, atau deposito bank. Riba sendiri adalah suatu bentuk praktik keuangan yang dilarang dalam prinsip Syariah. c. Dikelola Sesuai dengan Syariat Islam Salah satu aspek penting dari investasi Syariah adalah sistem pengelolaan dananya. Tim manajemen
102 investasi Syariah memiliki pengetahuan mendalam tentang hukum Syariah dan memastikan bahwa portofolio investasi tidak melibatkan bisnis-bisnis yang tidak sesuai, seperti perjudian, minuman keras, atau produk-produk yang tidak halal. d. Memiliki Tingkat Risiko Relatif Kecil Investasi Syariah cenderung menghindari sektorsektor yang berisiko tinggi serta lebih memilih bisnisbisnis yang stabil dan berpotensi memberikan hasil jangka panjang. Dengan demikian, portofolio investasi Syariah cenderung memiliki tingkat risiko yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan beberapa instrumen investasi konvensional. 5. Kebutuhan Kebutuhan dan Keinginan dalam Masqashid Syariah Menurut Ghulam, Z. (2016) M[k[mbc^ Ss[lc’[b terdiri dari dua kata, Maqashid serta Syariah. Secara etimologi, Kata Maqashid adalah bentuk jamak dari kata maqshad dan berakar pada kata qasada -yaqsiduqassam yakni maksud, berniat, dan menghendaki. Sedangkan menurut (Solihin et al., 2019) Maqashid ms[lc’[b adalah sebagai makna dan tujuan yang ^cj_fcb[l[ if_b ms[l[’ ^[f[g m_folob g[ojoh m_\[ac[h \_m[l boeoghs[, ^[h nodo[h [ebclhs[ ^[lc ms[lc’[n m_ln[ l[b[mc[ s[ha n_lf_n[e if_b ms[l[’ s[ha n_le[h^oha dalam semua hukum syariah. Maqashid Syariah ditujukan untuk mewujudkan kepentingan manusia untuk menyelamatkan mereka dari kerugian, kerusakan dan bahaya. Menurut para pengusung
103 gagasan ini, tujuan-tujuan ini dapat ditemukan atau disarikan dari sumber utama hukum Islam (yaitu Quran dan Sunnah) dan harus senantiasa dijaga saat memutuskan perkara hukum. Bersama dengan gagasan klasik lainnya yaitu mashlahah (kemaslahatan umum), gagasan ini mulai banyak berperan pada zaman modern. Berikut yang termasuk kebutuhan dan Keinginan dalam Masqashid Syariah yaitu sebagai berikut : a. Dharuriyat Dasar kebutuhan, apabila tidak dipenuhi kehidupan akan hancur. Misalnya: makanan, minuman, pakaian, rumah/tempat, berlindung. b. Hajiyat Untuk memudahkan kehidupan. Misalnya: mobil, motor, telepon, listrik, perawatan Kesehatan, perawatan rumah. c. Tahsiniyat Kemewahan yang sifatnya di atas hajiyat, tetapi bukan berarti boros. Misalnya: pakaian untuk pesta atau mobil kedua.
104 A. Konsep Kewirausahaan 1. Definisi Usaha, Wirausaha, dan Kewirausahaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menerangkan bahwa usaha merupakan kegiatan yang di dalamnya mengeluarkan tenaga, pikiran, serta badan BAB 9 KEWIRAUSAHAAN SYARIAH: ETIKA & PRAKTIK BISNIS YANG BERKELANJUTAN Andika Rendra Bimantara, M.E
105 untuk menggapai suatu tujuan dalam pekerjaan (perbuatan, ikhtiar, daya Upaya, dan Prakarsa) untuk menuju tujuan tersebut. Arti usaha dalam UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Usaha mengungkapkan bahwa usaha adalah setiap perbuatan, Tindakan apapun dalam bidang ekonomi yang dilaksanakan oleh setiap pengusaha atau individu demi tujuan memperoleh laba atau keuntungan (Solihin 2006). Adapun menurut Kapoor dan Hughes, Usaha merupakan kegiatan untuk melaksanakan sesuatu yang terorganisasi demi menghasilkan serta menjual barang dan jasa untuk menggapai keuntungan dalam memenuhi kebutuhan Masyarakat (Alma 2003). Kedua adalah Wirausaha. Wirausaha sendiri dalam bahasa Prancis adalah enterprenew yang bermakna orang yang membeliobarang dengan harga tetap walaupun orang tersebut belum mengetahui berapa harga barang yang hendak dijualnya (Kusnadi & Novita 2020). Kusnadi dan Novita juga mengungkapkan yang bersumber dari Encylopedia of America, arti Wirausaha atau entrepreneur adalah pengusaha yang mempunyai tekat untuk mengambil risiko dengan menciptakan produksi, termasuk didalamnya adalah modal, bahan, dan tenaga kerja dari usaha bisnis demi mendapat laba atau keuntungan. Di Amerika Serikat, Wirausaha menurut Drucker adalah seseorang yang memulai bisnis baru dalam skala kecil serta dimilikinya sendiri. Dalam bahasanya, Drucker memaparkan bahwa seseorang yang disebut memiliki jiwa wirausaha ketika ia selalu mencari perubahan, meresponnya, lalu mengubahnya menjadi kesempatan (Alifuddin & Razak
106 2015). Dari definisi ini, secara tersirat seorang wirausaha adalah seorang yang memiliki keinginan kuat untuk mewujudkan gagasan inovatif dalam praktiknya pada dunia usaha serta dapat mengembangkannya agar lebih kuat. Di sisi yang lain, kewirausahaan dan wirausaha adalah faktor yang bisa memanfaatkan sumber daya alam, teknologi serta modal sampai dapat menciptakan kemakmuran dan kekayaan melalui hasil jeri payahnya dalam menciptakan lapangan kerja, penghasilan, serta produk yang dibutuhkan oleh Masyarakat (Suryana & Bayu 2010). Sebetulnya, kewirausahaan berasal dari kata wirausaha itu sendiri yang artinya padanan dari Bahasa Inggris yaitu kata entrepreneurship dan dalam Bahasa Jerman adalah unternehmer seperti apa yang diungkapkan oleh Kusnadi dan Novita. Menurut Hisrich, Peters, dan Sheperd, kewirausahaan merupakan proses penciptaan sesuatu yang nilainya baru menggunakan waktu serta upaya, menanggung risiko keuangan, fisik dan risiko modal yang membersamai, menerima imbalan dari apa yang dihasilkan, dan kepuasan serta kebebasan pribadi (Hisrich et al. 2008). Menyempurnakan dari yang ada sebelumnya, menurut Fredrick, Kuratko, dan Hodgetts kewirausahaan adalah proses dinamis yang berisi visi, perubahan, serta penciptaan. Aktivitas kewirausahaan membutuhkan energi serta gairah membentuk ide baru serta solusi kreatif (Frederick et al. 2006). Ketika disederhanakan, sebetulnya kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang baru dengan usaha
107 serta ikhtiar yang kuat sehingga menghasilkan suatu nilai baru. Kewirausahaan termasuk aspek kunci dalam perekonomian di berbagai negara, dan merupakan langkah penting dalam penciptaan lapangan pekerjaan dan pendorong pertumbuhan ekonomi (Heflin 2010). Selain hal positif, terdapat juga hal negatif berupa hambatan internal dan eksternal, hambatan internal bisa datang dari diri sendiri seperti malas menggali potensi diri, mudah putus asa dan tidak kreatif. Sedangkan hambatan eksternal seperti tidak mengenali karakteristik pasar, sosial budaya dan lain sebagainya. Faktor seperti regulasi atau kebijakan yang tidak jelas, infrastruktur juga termasuk faktor penghambat yang datang dari faktor eksternal (Alifuddin & Razak 2015). 2. Tujuan dan Manfaat Kewirausahaan Menurut Kusnadi dan Yulia, Wirausaha adalah salah satu sektor potensial dalam pembangunan, baik dalam kuantitas maupun dalam kualitas wirausaha itu sendiri. Di Indonesia sendiri, meski UMKM pelakunya sangat besar yakni mencapai 64 juta, namun rasio jumlah wirausaha baru hanya 3,47% yang dimana untuk dikatakan mengimbangi negara maju minimal skornya mencapai 4% (Permana 2023). Hal ini menandakan perlunya stimulus dalam persoalan pembangunan wirausahawan di Indonesia. Kusnadi dan Novita (2020), menjelaskan untuk menambah wawasan pentingnya manfaat kewirausahaan, berikut adalah poin-poin penting diantaranya:
108 a. Mengurangi pengangguran berkat bertambahnya daya tampung tenaga kerja. b. Berperan sebagai pembangkit pembangunan lingkungan, bidang produksi dan distribusi pemeliharaan lingkungan, kesejahteraan dan lainnya. c. Sebagai suri tauladan bagi Masyarakat yang lain sebagai pribadi yang unggul. d. Berusaha selalu menjaga serta membangun lingkungan, dan selalu menghormati hukum dan peraturan yang berlaku. e. Pengembangan CSR (Corporate Social Responsibility) dengan berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial sesuai dengan kemampuannya. f. Mendidik karyawannya untuk menjadi mandiri, jujur dan disiplin dalam menjalankan pekerjaan. g. Hidup secara efisien atau tidak boros. h. Dapat memelihara keserasian lingkungan, baik dalam bergaul maupun tindak tanduknya terhadap lingkungan di sekitarnya. Selain manfaat, pentingnya kita mengetahui tujuan berwirausaha atau kewirausahaan yang tertuang dalam nilai-nilai sebagai berikut: a. Meningkatkan jumlah wirausaha yang mempunyai kualitas tinggi. b. Meningkatkan budaya semangat dalam bersikap atau berperilaku dalam berwirausaha agar makin handal dan tangguh.
109 c. Untuk mewujudkan kemampuan serta kemantapan para wirausaha demi membuahkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. 3. Hakikat Kewirausahaan Walaupun hingga sekarang belum ada definisi yang sama persis tentang kewirausahaan, namun umumnya nilai serta hakikatnya itu sama yakni merujuk pada watak, sifat serta ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang memiliki keinginan kuat yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh (Suryana 2006). Zimmerer (2002) mengemukakan potensi-potensi yang membuat seorang wirausahawan mundur dari kewirausahaan, antara lain: 1. Tingkat pendapatan yang tidak pasti, baik di fase awal maupun dalam fase pertumbuhan. Dalam dunia bisnis, tidak ada yang bisa menjamin untuk terus mendapatkan pendapatan yang berkelanjutan. 2. Kerugian yang diakibatkan oleh hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi usaha yang baru sangatlah tinggi. Gagalnya investasi berakibat mundurnya seseorang dari kegiatan berwirausahanya. 3. Membutuhkan waktu serta kerja keras yang lama. B. Kewirausahaan Dalam Sudut Pandang Islam 1. Definisi Islamic Entrepreneurship Salah satu permasalahan penting dari tiap kehidupan manusia modern saat ini adalah masalah
110 ekonomi. Salah satu jalan keluar dari permasalahan ini adalah dengan adanya teori kewirausahaan (entrepreneurship). Kajian terhadap teori ini dianggap mampu menuntaskan masalah-masalah yang muncul pada ilmu aslinya, yakni ekonomi. Ditambah Indonesia sendiri adalah negara dengan Muslim terbanyak. Maka tentu akan banyak pertanyaan tentang kewirausahaan yang dapat digunakan tanpa meninggalkan nilai-nilai Islami. Maka akhirnya ilmu Kewirausahaan ini dielaborasikan dengan teori atau Keislaman itu sendiri, dan muncullah Islamic Entrepreneurship (Kewirausahaan Islami). Islamic Entrepreneurship atau kewirausahaan Islam merupakan sebuah usaha kreatif dalam membangun suatu nilai yang asalnya belum ada menjadi ada dan dinikmati oleh orang banyak sesuai dengan ajaran Islam (Utomo et al. 2021). Atau dengan kata lain, merupakan suatu proses menciptakan barang dan jasa melalui kegiatan usaha yang disertai dengan semangat, inovasi, kreativitas, keterampilan, manajemen, dan komunikasi guna mendapat hal-hal baru yang berbeda, dan dapat menghasilkan keuntungan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Islam. Memilih jalan berbisnis secara Islami berarti g_ha_^_j[he[h Qol’[h ^[h Sohh[b m_\agai pedoman dasarnya. Berbisnis dengan berlandaskan nilai Keislaman dimaknai sebagai pelaksanaan bisnis yang selalu memperhatikan nilai-nilai yang menjamin kesuksesan suatu bisnis, karena bisnis bagi umat Islam adalah bagian dari ibadah kepada Allah SWT (Nuranisa 2018).
111 Contoh nyata implementasi kewirausahaan Islami ada pada kisah Baginda Nabi Muhammad SAW. Di usianya yang baru menginjak 7 tahun, sudah memulai untuk berwirausaha, bahkan sejak usianya belasan tahun telah terbiasa menggembalakan ternak untuk mendapatkan upah. Sektor kewirausahaan Nabi Muhammad SAW adalah berdagang. Motivasi berdagang Nabi muncul karena dorongan sang paman, Abu Thalib agar dapat melepaskan diri dari beban keluarga. Dorongan ini seketika menjadikan Nabi sebagai pedagang yang hebat dan memiliki integritas unik dan berbeda dari pedagang lainnya (Siswanto 2016). 2. Unsur-Unsur Islamic Entrepreneurship Pemerintah Indonesia saat ini terus berupaya untuk menaikkan taraf ekonominya untuk setidaknya mendekati negara yang maju, terutama dalam bidang kewirausahaan. Namun dibalik upaya Pemerintah ini, terdapat fakta bahwa menurut data dari MPR RI (2023) butuh 8,53% lagi untuk mencapai angka 12% rasio entrepreneurship negara maju. Utomo, Aji, & Aravik (2021) menjelaskan untuk mencapai hal tersebut, kita wajib mengetahui unsur-unsur Islamic Entrepreneurship sebagai pedomannya, yaitu: a. Percaya Diri (Confidence) Adalah sikap serta keyakinan seseorang dalam melakukan dan menyelesaikan tugas tugasnya. Selain itu, seorang Muslim juga wajib mengilhami bahwa rezeki setiap makhluk hidup itu telah diatur oleh Allah SWT. (QS. Al-Qashash [28]:77)
112 b. Berorientasi pada Tujuan (Goal Oriented) Seorang Wirausaha Islam wajib mempunyai sikap yang berorientasi pada tujuan dalam bentuk selalu mengutamakan tugas dan hasil (QS. At-Taubah [9]: 105 dan Al-Insyiqaq [84]: 6) c. Sedia untuk Berspekulasi (Want to Speculate) Hal ini karena seorang Wirausaha kerap bertemu dengan risiko, dan seseorang yang menyukai usahausaha yang menantang untuk mencapai kesuksesan dan profesional melakukannya. d. Kepemimpinan (Leadership) Kepemimpinan adalah fitrah yang telah tercantum dalam Al-Qol’[h dimana manusia diberi mandat oleh Allah untuk menjadi Khalifah Allah (wakil Allah) di muka Bumi (QS. Al-Baqarah [2]: 30). Tugas khalifah adalah mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran dalam hidup. e. Berorientasi pada Masa Depan (Future Oriented) Seorang Wirausahawan Islam yang fokusnya ke masa depan adalah orang yang mempunyai perspektif dan pandangan ke depan, selalu mencari peluang, tidak mudah puas, serta niat usahanya atas keikhlasan kepada Allah SWT untuk mendapat ridho-Nya. Selain kelima unsur di atas, Adapun menurut Abdurrahman (2013), Aspek lain yang tak terpisahkan, yakni: Daya Pikir, Keterampilan, Mental Maju, dan Intuisi. C. Etika Bisnis & Praktik Bisnis Berkelanjutan Etika bisnis berasal dari dua kata, yakni etika dan bisnis. Etika menurut Nurmadiansyah (2021) adalah
113 kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Serta bisnis berarti usaha, perdagangan, perusahaan, urusan, tugas, dan hak. Untuk mengukur kualitas etika berbisnis yang baik, maka dapat ditinjau dari sejauh mana kualitas cara berbisnis itu sesuai dengan nilai-nilai kebijakan yang berlaku. Dalam agama Islam, bisnis yang baik adalah bisnis yang sesuai dengan kaidah agama yang senantiasa diukur menggunakan nilai-nilai yang ada di dalam Al-Qol’[h ^[h Sohh[b N[\c (H[^cmn). Etika bisnis dalam agama Islam sendiri disebut Akhlak, maka dari itu berbisnis harus memenuhi tuntunan akhlak sebagaimana tertuang dalam sumber ajaran agama Islam itu sendiri. Ridwan (2013) menjelaskan bahwa etika bisnis itu mengatur aspek hukum kepemilikan, pengelolaan dan pendistribusian harta, sehingga etika bisnis sesuai kaidah Islam yaitu: 1. Menolak monopoli 2. Menolak eksploitasi 3. Menolak diskriminasi 4. Menuntut keseimbangan antara hak dan kewajiban 5. Terhindar dari usaha yang tidak sehat 1. Bisnis Berkelanjutan Dahulu bisnis hanya berorientasi pada profit, namun pelan-pelan beralih pada pemikiran komprehensif menuju aspek lain di luar profit, yaitu sosial (people), dan lingkungan (environment/planet) atau yang lebih dikenal dengan istilah triple bottom line (Battistella et al. 2018). Menurut Poerwanto, Kristia, dan Pranasari (2021) penerapan praktik model bisnis berkelanjutan adalah salah satu bentuk komitmen para
114 Wirausahawan yang dilaksanakan dengan cara memiliki tata kelola yang etis serta senantiasa berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi dengan tidak mengesampingkan kualitas kehidupan tenaga kerja, masyarakat sekitar, dan komunitas lokal lainnya. Bocken (2014) beranggapan, untuk menggapai ekonomi yang berkelanjutan, maka sebuah usaha perlu mengarahkan diri pada beberapa nilai pengembangan usaha, yaitu: a. Sistem usaha yang disusun dengan meminimalkan konsumsi dan memacu efisiensi pemakaian air, energi, dan sumber daya lainnya. b. Sebuah sistem yang dirancang untuk memaksimalkan masyarakat dan lingkungan manfaat, daripada memprioritaskan pertumbuhan ekonomi. c. Mengubah sistem menjadi preferensi daur ulang agar tidak banyak yang terbuang sia-sia atau terbuang menjadi limbah yang mencemari lingkungan. d. Sistem yang dibentuk berdasarkan kolaborasi dan berbagi, bukan kompetisi yang negatif dan agresif. e. Sistem yang mengedepankan fungsionalitas dan pengalaman. 2. Praktik Bisnis Berkelanjutan a. Praktik Bisnis Berkelanjutan Pelaku UMKM di Pasar Mustokoweni Pasar Mustokoweni merupakan sebuah komunitas UMKM yang menjual makanan buah hasil produsen lokal dari Yogyakarta yang berbahan organik, sehat dan
115 alami seperti appetizer, main course, serta hidangan penutup atau dessert yang dibuat tanpa bahan pengawet sama sekali. Letak pasar ini ada di Mustokoweni the Heritage Jl. Mangkubumi No. 72, Jetis, Cokrodiningratan, Kota Yogyakarta. Yang menarik dari pasar ini selain makanannya yang dibuat tanpa bahan pengawet, juga konsumen diajak untuk membawa tempat makan serta minum sendiri untuk meminimalisir penggunaan plastik. Pasar Mustokoweni ini membantu anggota komunitas untuk melaksanakan operasional bisnis yang berkelanjutan sehingga tidak hanya pada profit oriented namun juga menjunjung nilai kepedulian sosial dan lingkungan (Poerwanto et al. 2021). Hubungannya dengan proposisi nilai, produk yang dijajakan dalam Pasar Mustokoweni adalah makanan jadi, hasil dari kebun, dan beberapa kebutuhan rumah tangga seperti sabun. Produk-produk yang dijajakan mengandung nilai keberlanjutan yangosetidaknya adalah tangan pertama produsen, produk sehat, dan produk yang ramah lingkungan sosialnya. Setelahnya akan dilaksanakan proses seleksi makanan organik untuk setiap pesertanya. Adapun segmen pasar dalam pasar ini adalah ibu muda, anak muda, dan orang-orang yang betul-betul penasaran dengan produk produk sehat. Dalam kaitannya dengan penangkapan nilai, komunitas ini sifatnya nonoprofit karena misi nya adalah untuk menyebarkan gerakan peduli lingkungan yang positif dari berbagai aspek secara holistik. Poerwanto, Kristia, dan Pranatasari (2021) juga memaparkan bahwa Hal ini bisa dilihat dari tidak
116 adanya biaya tertentu dalam kegiatan di Pasar Mustokoweni, hanya ada iuran kebersihan sebesar Rp. 20.000,- per 2 kali pasar dalam 1 bulan. Sisi kewirausahaannya adalah Pasar Mustokoweni juga memberikan ketahanan serta peluang berbisnis komunitas UMKM yang terdaftar dengan mendukung pemangku kepentingan untuk memajukan usaha mereka secara bersama-sama walaupun sifatnya non profit, tapi setidaknya konsep serta keberanian terjun berjualan di Pasar Mustokoweni sudah layak menjadi tempat mengembangkan jiwa-jiwa wirausahawan. b. Praktik Bisnis Berkelanjutan Pelaku UMKM di Pasar Kamisan Pasar Kamisan adalah pasar mingguan yang memperdagangkan komoditas makanan vegetarian lokal, baik yang belum diolah sampai yang siap dikonsumsi. Selain itu, tersedia juga kerajinan handmade (buatan tangan pengrajin). Secara garis besar, segmen pasar dari Pasar Kamisan terdiri dari 2 segmen, yakni konsumen yang mengonsumsi produk serta pelaku usaha lokal yang menyediakan produk. Vendor yang tergabung di dalamnya adalah pelaku usaha yang tinggal atau berdomisili di Yogyakarta yang menjual produk vegetarian dengan produk yang dibuat sendiri dengan bahan lokal. Sebagai peguyuban nonprofit, adapun arus pendapatan dari para UMKM di Pasar Kamisan ini bersumber dari iuran yang dibayarkan oleh masing-masing vendor yakni sebesar Rp. 30.000 per bulan. Untuk para konsumen yang hadir ke Pasar Kamisan ini tidak dikenai biaya retribusi
117 apapun, hanya membayar sesuai harga produk yang dibeli kepada vendor (Kristia 2019). Vendor di Pasar Kamisan menggunakan minyak kepala sebagai pengganti kelapa sawit. Hal ini karena Komunitas UMKM di Pasar Kamisan peduli dengan persoalan sawit yang dapat mengakibatkan Deforestasi, hilangnya habitat Orangutan, dan rusaknya kualitas tanah yang pernah ditanami tumbuhan kelapa sawit. Selain itu, kristia (2019) menambahkan bahwa manfaat sosial yang terkait dengan aspek misi organisasi berfokus terhadap penciptaan dampak baik bagi para pemangku kepentingan serta masyarakat yang lebih luas. Hal ini untuk mencapai keadilan harga (fair trade), bukan untuk menurunkan harga. Penerapan praktik model bisnis berkelanjutan yang tidak mengesampingkan kualitas kehidupan tenaga kerja, komunitas lokal dan masyarakat sekitar ini penting untuk mengembangkan perekonomian. Namun dalam pelaksanaannya, membutuhkan konsistensi dan komitmen yang tinggi terutama bagi UMKM yang ada di dalamnya. Maka dari itu, peran komunitas UMKM ini untuk menjaga keberlanjutan komitmen UMKM yang melakukan kegiatan usahanya dengan menggunakan aspek triple bottom line, yaitu value proposition, value creation, dan value capture ini bernilai penting bagi UMKM di Indonesia untuk mampu bertahan dengan jangka waktu yang panjang.
118 konomi Syariah merupakan suatu kesatuan dengan Islam yang mengandung ke universalan. Oleh karena itu Islam mengatur seluruh sendi kehidupan manusia, termasuk masalah ekonomi. Namun yang menjadi tantangan yang dihadapi oleh umat Islam saat ini adalah bagaimana membangun ekonominya selaras dengan ideologi Islam itu E BAB 10 EKONOMI SYARIAH DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Kuliman, SE., M.Si
119 sendiri. Jika kita perhatikan, maka akan kita saksikan bahwa umumnya negara-negara Islam di dunia ini memiliki kekayaan alam yang melimpah, akan tetapi dari segi ekonomi kita menyaksikan bahwa negara-negara Islam umumnya tengah menderita keterbelakangan ekonomi secara luar biasa, yang disebabkan tidak optimalnya pemanfaatan sumber daya manusia, fisik dan alam yang dimilikinya. Akibatnya, kemiskinan, keterbelakangan dan stagnasi ekonomi menjadi masalah serius. Penguasaan ekonomi yang lemah oleh umat Islam mengakibatkan pembangunan dan eksploitasi sumber daya ekonomi hanya dinikmati oleh sekelompok tertentu saja dari masyarakatnya, dikarenakan konsentrasi ekonomi dan distribusi pendapatan dan kekayaan yang tidak merata. Padahal jika berkaca pada maha Rasulullah SAW atapun sahabat, maka ditemukan banyak para sahabat yang memiliki penguasaan ekonomi yang bagus dan berdampak pada kemajuan dakwah Islam. Pembangunan berkelanjutan juga menjadi hal penting dalam ekonomi syariah. Karena pembangunan berkelanjutan menjadi bagian penting untuk tercapainya maqashid syariah. Model pembangunan dan teori yang dikembangkan di Barat sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai sekulerisme, liberalisme dan kapitalisme yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Barat. Sementara ummat Muslim menjadikan agama sebagai variabel utama dalam pembangunan ekonomi. Namun, tentu tidak menutup kemungkinan akan ada kesamaan model pembangunan antara apa yang diaplikasikan di dunia Barat dengan dunia Muslim selama tidak bertentangan dengan tujuantujuan utama dari ajaran Islam (Maqashid Syariah).
120 Intisari dalam pembangunan ekonomi dalam Islam menempatkan pemenuhan kebutuhan dasar sebagai prioritas utama demi memelihara lima maslahat pokok, yaitu pemeliharaan agama, jiwa, akal, keterunan dan harta. Setiap individu berhak mendapatkan pemenuhan kebutuhan dasarnya, agar dapat mempertahankan eksistensi hidup dan menjalankan peran utamanya sebagai khalifah di muka bumi. Pembangunan ekonomi hendaknya memberikan dampak positif bagi masyarakat, sehingga keberlanjutan dari sebuah pembangunan ekonomi dapat dirasakan oleh generasi yang akan datang. Fenomena adanya dampak pertumbuhan ekonomi yang negatif terhadap lingkungan maupun sumber daya alam yang mengalami kelangkaan sudah menjadi isu global. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dan adil yang sesuai dengan maqashid salah satu upaya nya adalah dengan adanya syariat yang harus dipenuhi oleh manusia. Kerusakan lingkungan hidup ini merupakan dampak ulah negatif manusia dalam beraktivitas dalam pemenuhan kebutuhannya. Firman Allah dalam (QS. arRum Ayat 41) yang artinya: ‚T_f[b h[gj[e e_lom[e[h ^c^[l[n ^[h ^cf[on ^cm_\[\e[h karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar g_l_e[ e_g\[fc (e_d[f[h s[ha \_h[l)‛. A. Konsep Ekonomi Syariah Ekonomi Syariah hadir sebagai salah satu solusi dalam mencapai kesejahteraan dan keadilan. Hal ini didasarkan karena Ekonomi Syariah berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam, yaitu keadilan, keseimbangan, dan keberkahan
121 dalam setiap transaksi ekonomi. Prinsip-prinsip ini didasarkan pada ajaran agama Islam dan telah diterapkan oleh masyarakat Muslim selama berabad-abad. Prinsipprinsip tersebut mencakup larangan terhadap riba (bunga), spekulasi, dan transaksi yang merugikan salah satu pihak. Ekonomi Islam dibangun di atas landasan filsuf, yaitu tauhid, keadilan dan keseimbangan, kebebasan, serta pertanggungjawaban (Fuadi, dkk: 20210) : 1. Tauhid Secara harfiah, tauhid artinya mengesakan Allah SWT. yakni pandangan bahwa semua yang ada merupakan ciptaan dan milik Allah SWT., dan hanya Dia yang mengatur segala sesuatunya, termasuk mekanisme hubungan antara manusia, cara memperoleh rizqi, dan sebagainya rububiyyah. Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat : 284. artinya : Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandakiNya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 2. Keadilan dan Keseimbangan Yang dimaksud dengan landasan keadilan dan keseimbangan ini adalah bahwa seluruh kebijakan dan kegiatan ekonomi harus dilandasi paham kedilan, yakni
122 menimbulkan dampak positif bagi pertumbuhan dan pemerataan pendapatan dan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan keseimbangan adalah suatu keadaan yang mencerminkan kesetaraan antara pendapatan dan pengeluaran, pertumbuhan dan pendistribusian, dan antara pendapatan kaum yang mampu dan yang kurang mampu. Firman Allah dalam Surah Al-Hasyr ayat7, Alnchs[: ‚Aj[ m[d[ b[ln[ l[gj[m[h (`[c-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. 3. Kebebasan Kebebasan mengandung pengertian bahwa manusia bebas melakukan seluruh aktiviitas ekonominya sepanjang tidak ada ketentuan Allah yang melarangnya. Landasan kebebasan ini menunjukkan bahwa melakukan inovasi dan kreativitas ekonomi adalah suatu keharusan. Manusia yang baik menurut Allah SWT. adalah manusia yang dapat menggunakan kebebasannya itu dalam rangka penerapan tauhid dan keseimbangan di atas. Yakni, bahwa adanya kebebasan tersebut merupakan ciptaan dan anugerah Allah SWT.
123 Ia tidak tunduk pada siapapun kecuali kepada Allah SWT. 4. Pertanggungjawaban Menurut Islam, bahwa sungguhpun Orang diberi kebebasan untuk menentukan gaya hidup dan memilih bidang usaha ekonomi yang akan dilakukan, tetapi kebebasan ini harus bertanggung jawab, atau dapat bertanggung jawab secara sosial, etis dan moral, yaitu kebiasaan yang dapat dilaporkan kepada orang atau kebebasan yang tidak bertentangan. dengan kebebasan. dimiliki oleh orang lain, serta kebebasan yang berjalan di atas landasan etika dan sopan santun masyarakat yang beradab, dan bukan kebebasan tanpa etika seperti kebebasan binatang, dan kebeasan yang sejalan dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi, seperti kejujuran, keadilan, dan kebenaran. Dalam sebuah b[^cnm R[mofoff[b SAW. \_lm[\^[: ‚S_m_il[ha j[^[ b[lc akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat hal: usianya untuk apa dihabiskan, jasmaninya untuk apa digunakan, hartanya dari mana didapatkan dan untuk [j[ ^caoh[e[h, ^[h cfgohs[ ohnoe [j[ ^caoh[e[h.‛ (HR. Abu Daud). B. Filosofi Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan Pembangunan ekonomi berkelanjutan menjadi perhatian para pemangku kepentingan, hal ini ditujukan agar generasi berikutnya mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengelola sumber daya yang ada.
124 Strategi pembangunan dalam desain teori pertumbuhan ekonomi kadang mengalami konflik tujuan yang ingin dicapai, antara tujuan kemakmuran dan keadilan. Kecenderungan inilah yang selanjutnya memunculkan teori pertumbuhan (economic growth), pertumbuhan dengan keadilan (growth with justice) dan pertumbuhan dengan pemerataan (growth with equity) (Safri: 2020). Teori pembangunan adalah faktor-faktor pokok yang mempengaruhi proses pembangunan itu sendiri. Teori adalah dasar bagi strategi pembangunan. Teori dan strategi pembangunan tidak berdiri sendiri, dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama oleh pandangan hidup masyarakatnya. Pandangan hidup suatu bangsa memberikan warna arah (perspektif) pada suatu strategi, serta mempengaruhi pilihan teoritis mengenani pembangunan yang akan dilaksanakan (Saifullah: 2012). Berdasarkan paradigma ekonomi konvensional setidaknya terdapat dua tujuan pokok dari pembangunan ekonomi. Pertama meningkatkan pendapatan riil per kapita. Kedua menegakkan keadilan distribusi pendapatan. Namun jika dilihat fakta di lapangan justru masalah terbesar dalam perekonomian modern ini khususnya di negara-negara berkembang adalah rendahnya pendapatan masyarakat yang selanjutnya diperparah oleh tingkat kesenjangan pendapatan antara yang kaya dan miskin yang semakin lebar. Perekonomian hanya digerakkan oleh segelintir orang dan tentunya juga dinikmati oleh segelintir orang tersebut. Artinya adalah permasalahan utama yang diahadapi adalah ketidakadilan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan ekonomi di antara sesama mereka. Tujuan
125 dan strategi dari suatu sistem ekonomi pada hakekatnya adalah hasil logis dari pandangannya tentang dunia (Chapra: 2000). Sebagai contoh sederhana, jika alam semesta termasuk sumber ekonomi di dalamnya terjadi dengan sendirinya, tanpa ada desain dan tujuan utama dari penciptanya, maka manusia akan berkehendak sebebasbebasnya dan sesuka hatinya dalam mengeksploitasinya. Tujuan hidupnya hanya untuk mencapai keuntungan dan kepuasan maksimum tanpa mempertimbangkan bagaimana merealisasikannya dan dampaknya terhadap pihak lain. Dengan demikian suatu teori yang cocok dan dapat diterima dalam suatu sistem masyarakat dengan pandangan hidup tertentu, belum cocok bagi yang lain. Dalam Islam, Pembangunan ekonomi harus berorientasi pada peningkatan komitmen individu terhadap agamanya. Artinya harus ada korelasi antara pembangunan ekononomi dengan peningkatan pemenuhan kewajibankewajiban terhadap agama. Dalam pendekatan pengembangan manusia, memperluas pilihan manusia sesuai dengan kehendaknya berarti memiliki keinginan kehidupan yang lebih baik; tetapi dalam interpretasi pendekatan ini beberapa persyaratan telah disebutkan termasuk: peluang yang sama, keberlanjutan dalam bentuk tanggung jawab untuk generasi masa depan dan produktivitas dalam kerangka investasi SDM (Engineer: 2008). Hal terpenting dalam pembangunan islam adalah keberlangsungan pembangunan itu sendiri bagi generasi yang akan datang dengan memperhatikan alam dan tingkat produksi yang adil dan tidak berlebihan, hal ini biasa
126 disebut dengan Sustainable Development yang pada akhirnya akan memlihara berbagai unsur pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara. Tujuan akhir dari pembangunan ekonomi bukanlah seperti slogan ekonomi konvensional yang berbunyi ‚bigi _]ihigc]om‛ tapi justru terjadinya ‚bigi Imf[gc]om‛, yaitu individu yang berperilaku sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Oleh karena itu kegagalan pembangunan di dunia muslim terutama yang memaksakan sistem kapitalisme dan sosialisme sebagai rujukan utama selalu mengalami kegagalan karena pilihan tujuan dan strategi pembangunannya berbeda dengan pandangan hidup yang diajarkan Islam. Sehingga setiap pembahasan tentang pembangunan ekonomi di negara-negara Muslim, haruslah terlebih dahulu melihat pandangan hidup Islam dan tujuantujuannya yang seirama dengan pandangan tadi serta jenis pembangunan yang berkaitan dengannya. C. Relevansi Ekonomi Islam Dan Pembangunan Tujuan Ekonomi Islam sejatinya berasaskan pada nilai nilai yang kompleks dan bermuara pada terwujudnya Maqashid Syariah yang mencerminkan Falah atau kebahagian pada setiap pelaku ekonomi di dunia maupun diakhirat. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yaitu dalam melaksanakan kegiatan ekonomi memegang prinsip memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan persediaan kebutuhan untuk generasi selanjutnya. Empat Nilai penting diantaranya, keberlangsungan ekonomi, kelestarian lingkungan, kelestarian sosial dan pembangunan berkelanjutan.
127 Pembangunan ekonomi dalam Islam bersifat komprehensif dan mengandung unsur spiritual, moral, dan material. Pembangunan merupakan aktivitas yang berorientasi pada tujuan dan nilai. Aspek material, moral, ekonomi, sosial spiritual dan fisikal tidak dapat dipisahkan. Kebahagian yang ingin dicapai tidak hanya kebahagian dan kesejahteraan material di dunia, tetapi juga di akhirat. Pada level mikro, falah mengacu kepada pemenuhan kebutuhan dasar, kebebasan dalam bekerja untuk mendapatkan kesenangan spiritual dan materi. Pada level makro, terbentuknya stabilitas dan kesejahteraan ekonomi dengan standrad kehidupan masyarakat dapat tercapai di dunia dan akhirat. Turunan dari konsep falah adalah, distribusi pendapatan yang merata, keadilan ekonomi, berkurangnya kemiskinan dan terbukanya kesempatan kerja. Selain itu, Pembangunan ekonomi adalah aktivitas multidimensional sehingga semua usaha harus diserahkan pada keseimbangan berbagai faktor dan tidak menimbulkan ketimpangan. Terwujudnya tujuan syariah atau Maqashid Syariah yang meliputi pemeliharaan agama, jiwa, akal, keterunan dan harta dapat diderivasikan dalam kegiatan amaliyah duniawiyah yang menunjukan sisi relevansi nya meliputi pembangunan akhlak, spiritual dan kebendaan, sosial dan ekonomi. Manusia sebagai pelaku utama ekonomi memainkan peran penting dalam pandangan islam agar tercapainya kesejahteraan. Representasi Khalifah pada diri manusia merupakan penghargaan atas kontrol yang diberikan oleh yang maha kuasa dalam pengelolaan sumber daya yang ada baik secara individual maupun bersama sama dalam sebuah pemerintahan. Indikator-indikator
128 pembangunan ekonomi yang didasarkan pada Maqashid Syariah dapat dilihat dari (Saifullah: 2012): 1. Pemeliharaan Agama Jika pokok-jieie c\[^[b m_j_lnc ‚cg[h‛, mengucapkan kalimat syahadat, pelaksanaan sholat, zakat, haji dan lain-lain, adalah sebagai indikator bagi terpeliharanya keberadaan agama, maka segala sesuatu yang mutlak dibutuhkan baik materil maupun non materil, sarana barang dan jasa untuk melaksanakan ibadah tersebut harus tersedia dan terealisasi terlebih dahulu. Kebutuhan dasar tersebut antara lain merujuk pada identifikasi kebutuhan berupa sarana, barang dan d[m[ (Moh’cg: 1992): 2. Pemeliharaan Akal Kebutuhan akan pemeliharaan jiwa dan akal meliputi makan dan minum, berpakaian dan bertempat tinggal (kebutuhan akan rumah). Artinya kebutuhan akan pangan, sandang dan papan adalah mutlak harus terpenuhi untuk menjaga jiwa dan akal manusia, agar dapat menjaga eksistensi hidup serta menjalankan fungsi utamanya sebagai pelaku utama pembangunan (khalifah). Terpenuhinya. kebutuhan dasar tersebut adalah merupakan hak dasar dari setiap individu. Pembangunan ekonomi harus menempatkan pemenuhan kebutuhan dasar setiap individu sebagai prioritas utama, karena jika tidak terpenuhi akan mengancam eksistensi hidup manusia (jiwa).
129 3. Pemeliharaan Keturunan Dan Harta Tidak ada peradaban yang mampu bertahan jika generasi mudanya memiliki kualitas spiritual, fisik dan mental yang rendah, sehingga berdampak pada ketidakmampuan untuk menghadapi tantangan kehidupan yang semakin dinamis. Oleh kerenanya mesti dilakukan perbaikan secara terencanan dan berkelanjutan untuk memperbaiki kualitas generasi muda. Salah satu langkah untuk memperbaiki karakter dan keperibadian mereka adalah dengan menanamkan akhlak baik (khuluq hasan) melalui proses tarbiyah di keluarga dan lembaga pendidikan. Sementara harta merupakan fasilitas yang dianugerahkan Allah kepada manusia untuk menunjang fungsi utamanya sebagai khalifah di bumi. Harta adalah amanah yang harus dikembangkan secara terencana untuk tujuan menghilangkan kemiskinan, memenuhi kebutuhan dasar setiap individu, membuat kehidupan terasan nyaman dan mendorong terciptanya distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata. Dalam memperoleh dan mengembangkan harta dituntut untuk didasarkan pada nilai-nilai Islam. Harus ada filter moral dalam pengelolaannya (Chapra: 2000). Berdasarkan uraian di atas, maka pembangunan berkelanjutan memperhatikan kebutuhan dasar minimal yang harus ada dan diperlukan untuk menjaga keselamatan agama, jiwa, kekuatan jasmani, akal dan harta manusia, agar setiap individu dapat melaksanakan kewajiban terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, sistem sosial dan keamanan; kebutuhan yang dimaksud mencakup segala
130 macam barang dan jasa primer, sebagai sarana yang harus dihasilkan dalam proses pembangunan dengan perencanaan yang tepat disertai anggaran yang memadai. Oleh karenanya Al-Ghazali mengungkapkan bahwa tujuan utama dari syariah adalah untuk mendorong kemaslahatan (kesejahteraan) manusia yang mana terletak pada pemeliharaan agama, hidup, akal, keturunan dan kekayaan. Selanjutnya, segala sesuatu yang melindung lima unsur kepentingan publik tersebut maka dianjurkan dilakukan dan sebaliknya, segala sesuatu yang mengancamnya adalah harus dihilangkan (Chapra: 2008).
131 emajuan ekonomi suatu negara sangat tergantung pada Level literasi keuangan masyarakatnya. Semakin besar pemahaman tentang keuangan, semakin lancar penerapan sistem keuangan dan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Tingkat literasi keuangan yang tinggi K BAB 11 PENDIDIKAN EKONOMI SYARIAH: MEMBANGUN LITERASI KEUANGAN ISLAMI Meichio Lesmana, M.E.
132 juga memudahkan Lembaga keuangan memungkinkan masyarakat untuk mengakses layanan keuangan. Menurut Komisi Literasi dan Pendidikan Keuangan A.S. (FLEC), literasi keuangan adalah keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk secara efektif mengelola aset keuangan mereka untuk mencapai kesejahteraan. Untuk mencapainya, strateginya mencakup peningkatan pemahaman dan kemungkinan untuk mengakses pendidikan keuangan yang berdampak, integrasi kompetensi keuangan inti, peningkatan fasilitas dalam pendidikan keuangan, identifikasi, peningkatan, serta berbagi praktik yang efektif. Menurut The Association of Chartered Certified Accountants (2014), literasi keuangan melibatkan pemahaman konsep keuangan, kemampuan untuk memahami informasi keuangan, keterampilan dalam manajemen keuangan pribadi atau perusahaan, dan kemampuan untuk membuat keputusan keuangan dalam situasi khusus. (Liebowitz, 2016) Huston dan Remund (2010) menjelaskan bahwa istilah literasi keuangan, pengetahuan keuangan, dan kapasitas keuangan sering digunakan secara bergantian. Literasi keuangan diartikan sebagai penggabungan dari dua aspek kunci: kemampuan seseorang untuk memahami informasi keuangan dan kemampuan mereka dalam menggunakan informasi tersebut untuk mengelola keuangan pribadi mereka, baik dalam pengambilan keputusan sehari-hari maupun perencanaan keuangan jangka panjang (Harrison, 2016). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendefinisikan literasi keuangan sebagai upaya individu untuk meningkatkan pemahaman, keyakinan, dan keterampilan konsumen serta masyarakat secara keseluruhan, sehingga mereka memiliki
133 kemampuan yang lebih baik dalam mengelola keuangan untuk mencapai kesejahteraan dimasa depan (OJK, 2014). Retzmann dan Seeber (2016) menganggap Literasi keuangan dianggap sebagai bagian dari konsep literasi ekonomi yang lebih umum. Mereka mengidentifikasi tiga area keterampilan dalam literasi keuangan, yaitu: (1) Kemampuan individu dalam membuat keputusan dan berpikir rasional, (2) interaksi dan hubungan dengan orang lain, dan (3) pemahaman tentang struktur dan sistem keuangan secara keseluruhan. Menurut mereka, bidang-bidang ini mencakup aspek-aspek penting dari literasi keuangan secara komprehensif, dengan tujuan menciptakan individu yang memiliki kompetensi dan pemahaman keuangan yang baik. Menurut Aprea et al. (2016), kompetensi keuangan merujuk pada kapasitas kognitif individu dalam mengevaluasi, membuat keputusan, dan merancang secara praktis dan teknis terkait dengan penerapan rencana keuangan dan pengambilan keputusan. Ini mencakup kemampuan seseorang dalam mengelola uang, mengelola pendapatan dengan membeli aset material dan non-material untuk diri sendiri atau orang lain, serta berperan sebagai perwakilan sosial atau politik bagi masyarakat umum. Tujuannya adalah untuk menghasilkan dan mengelola aset secara efisien dan bertanggung jawab untuk mencapai kesejahteraan individu dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Istilah "terdidik secara finansial" digunakan untuk menggambarkan individu yang bersedia dan mampu menilai, mengambil keputusan, dan bertindak secara independen, tepat, dan bertanggung jawab sesuai dengan keterampilan ini dalam situasi keuangan sehari-hari.
134 Menurut Houston (2010), literasi keuangan (financial literacy) dan pengetahuan keuangan (financial knowledge) sama-sama penting bagi individu dalam mengelola keuangan mereka dengan baik, meskipun keduanya memiliki konsep yang berbeda. Pengetahuan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari pemahaman menyeluruh tentang keuangan. Sebaliknya, literasi keuangan menekankan pada kemampuan dan keyakinan individu dalam menggunakan pengetahuan keuangan tersebut dalam mengambil keputusan finansial. Dalam pengembangan alat untuk mengukur literasi keuangan, penting untuk menentukan apakah seseorang tidak hanya memiliki pengetahuan keuangan tetapi juga mampu mengaplikasikannya dengan benar. A. Literasi Keuangan Islam Menurut Djuwita dan Yusuf (2018), literasi keuangan syariah adalah perluasan dari konsep literasi keuangan yang mencakup elemen-elemen yang sesuai dengan prinsipprinsip syariat Islam. Literasi keuangan syariah melibatkan berbagai aspek keuangan, termasuk manajemen uang dan aset (seperti menabung untuk masa depan dan keadaan darurat), perencanaan finansial seperti persiapan dana pensiun, investasi, dan asuransi, serta aspek bantuan sosial seperti wakaf, infaq, dan sadaqah. Selain itu, aspek lainnya mencakup kewajiban zakat dan pembagian warisan. Menurut Rahim et al. seperti yang dirujuk dalam Yulianto (2018), literasi keuangan syariah merujuk pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap individu dalam mengatur keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Literasi keuangan syariah dianggap sebagai tugas yang
135 harus dipenuhi oleh setiap Muslim karena memiliki dampak positif baik dalam kehidupan dunia maupun dikehidupan akhirat. Menurut Herdianti dan Utami (2017), literasi keuangan syariah dapat dinyatakan sebagai kemampuan individu untuk mengaplikasikan pengetahuan keuangan, keterampilan finansial, dan menilai informasi yang relevan dalam mengelola sumber daya keuangan sesuai dengan prinsipprinsip Islam yang tercantum dalam Al-Qur'an dan Hadis, dengan tujuan mencapai kesejahteraan. Menurut Shobah (2017), literasi keuangan syariah mengacu pada kesadaran masyarakat dalam mengelola dana berdasarkan pengetahuan yang mereka peroleh sesuai dengan prinsip syariat Islam. Tujuannya adalah untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Menurut Isnurhadi (2013), definisi literasi keuangan syariah masih terbatas jika dibandingkan dengan literasi keuangan konvensional. Literasi keuangan syariah diartikan sebagai pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku individu dalam mengambil keputusan terkait aktivitas perbankan, khususnya dalam konteks perbankan syariah. Dengan kata lain, literasi keuangan syariah mencakup pemahaman individu tentang prinsip-prinsip dasar dalam perbankan syariah. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa literasi keuangan syariah mencakup pengetahuan individu dalam mengatur dan merencanakan keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam, dengan tujuan mencapai kesejahteraan yang sesuai dengan ajaran Islam.
136 Menurut Shobah (2017), literasi keuangan syariah memberikan keuntungan yang penting, yaitu: 1. Masyarakat memiliki kemampuan untuk memilih dan memanfaatkan produk dan layanan keuangan syariah sesuai dengan kebutuhan mereka. 2. Masyarakat dapat merencanakan keuangan mereka dengan lebih baik sesuai dengan prinsip syariah. 3. Masyarakat dapat menghindari investasi dalam instrumen keuangan yang tidak transparan. 4. Masyarakat akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang manfaat dan risiko yang terkait dengan produk dan layanan keuangan syariah. Prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan literasi keuangan syariah, sebagaimana yang terdapat dalam cetak biru strategi nasional literasi keuangan Indonesia, adalah sebagai berikut: 1. Prinsip Universal dan Inklusif menekankan bahwa program literasi keuangan syariah harus tersedia untuk semua individu tanpa memandang agama atau kelompok. 2. Prinsip Sistematis dan Terukur menandakan bahwa program literasi keuangan syariah harus disampaikan dengan cara yang terstruktur, mudah dimengerti, dan dapat diukur hasilnya. 3. Prinsip Kemudahan Akses menunjukkan bahwa informasi dan layanan terkait literasi keuangan syariah harus mudah diakses oleh seluruh penduduk Indonesia. 4. Prinsip Kemaslahatan mengimplikasikan bahwa program literasi keuangan syariah harus memberikan manfaat yang konkret bagi seluruh lapisan masyarakat.
137 5. Prinsip Kolaborasi menegaskan pentingnya melibatkan semua pihak terkait (stakeholder) untuk mencapai tujuan literasi keuangan syariah secara bersama-sama. B. Prinsip Keuangan Islam Islam adalah agama yang mencakup semua aspek kehidupan manusia, baik dalam hal spiritual maupun material. Selain mengajarkan kepercayaan agama, Islam juga memberikan pedoman tentang berbagai aspek lainnya seperti politik, sosial budaya, dan ekonomi yang relevan bagi kehidupan manusia. Sebagai agama yang komprehensif, Islam tidak hanya menitikberatkan pada satu aspek saja, tetapi menyediakan berbagai sistem dan konsep ekonomi sebagai panduan bagi manusia dalam kegiatan ekonominya. Islam mengajarkan bahwa kehidupan manusia didunia ini hanya merupakan bagian kecil dari perjalanan hidupnya, karena kehidupan akhirat yang abadi akan mengikuti setelahnya. Namun, nasib seseorang diakhirat sangat ditentukan oleh tindakan dan perbuatan yang dilakukan selama hidup di dunia, sebagaimana disampaikan dalam ucapan Nabi Muhammad Saw bahwa "dunia adalah ladang akhirat". Dalam konteks ini, Islam berfungsi sebagai pedoman untuk mengarahkan manusia menjalani kehidupan yang benar, dengan harapan agar mencapai kebahagiaan baik didunia maupun diakhirat. Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang ekonomi dan lembaga keuangan. Dalam ilmu ushul fiqh, terdapat prinsip yang menyatakan bahwa "sesuatu yang diperlukan untuk menyempurna-
138 kan kewajiban, maka itu menjadi kewajiban". Mencari nafkah adalah kewajiban, dan karena kegiatan ekonomi tidak akan sempurna tanpa lembaga perbankan pada zaman modern ini, maka lembaga perbankan juga dianggap sebagai kewajiban. Dengan demikian, hubungan antara Islam dan perbankan menjadi jelas. Islam memberikan pedoman tentang bagaimana lembaga keuangan harus diatur dan dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. (Adiwarman Karim, 2010) Menurut Mutmainah et al. (2022), prinsip-prinsip keuangan syariah mencakup: 1. Larangan riba: Dalam sistem keuangan syariah, segala bentuk riba atau bunga tidak diizinkan. Artinya, Pendapatan yang diperoleh dari bunga atau keuntungan yang berasal dari bunga tidak diperbolehkan. 2. Larangan terhadap maysir, yang merupakan perjudian, juga berlaku dalam sistem keuangan syariah. Transaksi yang melibatkan unsur spekulasi atau ketidakpastian yang tidak adil tidak diizinkan. 3. Larangan terhadap gharar, yaitu ketidakpastian yang tidak dapat dihindari dalam transaksi, juga berlaku dalam sistem keuangan syariah. Transaksi yang melibatkan tingkat ketidakpastian yang signifikan atau bersifat spekulatif tidak diizinkan. 4. Prinsip partisipasi dalam keuntungan dan risiko: Konsep kerja sama dan pembagian keuntungan serta risiko antara investor dan pengelola modal, atau antara pemilik modal dan pengusaha, ditekankan oleh prinsip ini.