The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku pengantar ilmu komunikasi adalah sebuah karya yang memberikan gambaran umum tentang konsep, teori, dan praktik dalam ilmu komunikasi. Buku ini menyajikan penjelasan tentang bagaimana komunikasi terjadi, berbagai elemen komunikasi seperti pesan, pengirim, penerima, saluran, dan konteks, serta berbagai pendekatan dan teori yang digunakan untuk memahami komunikasi
manusia.

Buku ini juga dapat membahas mengenai sejarah dan perkembangan ilmu komunikasi, isu-isu kontemporer dalam bidang ini, dan aplikasi komunikasi dalam berbagai konteks seperti media massa, organisasi, dan hubungan interpersonal.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by penamudamedia, 2024-01-26 04:02:55

Pengantar Ilmu Komunikasi

Buku pengantar ilmu komunikasi adalah sebuah karya yang memberikan gambaran umum tentang konsep, teori, dan praktik dalam ilmu komunikasi. Buku ini menyajikan penjelasan tentang bagaimana komunikasi terjadi, berbagai elemen komunikasi seperti pesan, pengirim, penerima, saluran, dan konteks, serta berbagai pendekatan dan teori yang digunakan untuk memahami komunikasi
manusia.

Buku ini juga dapat membahas mengenai sejarah dan perkembangan ilmu komunikasi, isu-isu kontemporer dalam bidang ini, dan aplikasi komunikasi dalam berbagai konteks seperti media massa, organisasi, dan hubungan interpersonal.

Pengantar Imu Komunikasi 93 terhadap orang lain. Komunikasi nonverbal digunakan untuk memastikan bahwa makna yang sebenarnya dari pesan-pesan verbal dapat dimengerti atau bahkan tidak dapat dipahami. Keduanya, komunikasi verbal dan nonverbal, kurang dapat beroperasi secara terpisah, satu sama lain saling membutuhkan gunamencapai komunikasi yang efektif.[13] G. Karakteristik Komunikasi Nonverbal Komunikasi nonverbal memiliki karakteristik yang bersifat universal, diantaranya: 1. Komunikatif, yaitu perilaku yang disengaja/tidak disengaja untuk mengkomuniasikan sesuatu sehingga pesan yang ada bisa diterima secara sadar. Contoh mahasiswa memandang keluar jendela saat kuliah yang menunjukkan perasaan bosan. 2. Kesamaan perilaku, yaitu kesamaan perilaku nonverbal antara 1 orang dengan orang lain. Secara umum bisa dilihat pada gerak tangan, cara duduk, berdiri, suara , pola bicara, kekerasan suara, cara diam 3. Artifaktual, yaitu komunikasi nonverbal bisa juga dalam bentuk artefak seperti cara berpakaian, tata rias wajah, alat tulis, mobil, rumah, perabot rumah & cara menatanya, barang yang dipakai seperti jam tangan. 4. Konstektual, yaitu bahasa nonverbal terjadi dalam suatu konteks. membantu tentukan makna dari setiap perilaku non verbal. Misalnya, memukul meja saat pidato akan berbeda makna dengan memukul meja saat dengar


Pengantar Imu Komunikasi 94 berita kematian. 5. Paket, yaitu bahasa nonverbal merupakan sebuah paket dalam satu kesatuan. Paket nonverbal jika semua bagian tubuh bekerjasama untuk komunikasikan makna tertentu. Harus dilihat secara keseluruhan (paket) dari perilaku tersebut Contoh : ada cewek lewat kemudian kedipkan mata. Gabungan paket verbal dan nonverbal, misalnya marah secara verbal disertai tubuh & wajah menegang, dahi berkerut. Hal yang wajar jadi tidak diperhatikan. Dikatakan tidak satu paket bila g_hy[t[e[h ‚S[y[ s_h[ha \_rdugj[ ^_ha[h [h^[‛ (verbal) tapi hindari kontak mata atau melihat/ mencari orang lain (non verbal). 6. Dapat dipercaya, Pada umumnya kita cepat percaya perilaku non verbal. Verbal & non verbal haruslah konsisten. Ketidak konsistenan akan tampak pada bahasa nonverbal yang akan mudah diketahui oranglain. Misalnya seorang pembohong akan banyak melakukan gerakan- gerakan tidak disadari saat ia berbicara. 7. Dikendalikan oleh aturan, sejak kecil kita belajar kaidah-2 kepatutan melalui pengamatan perilaku orang dewasa. Misalnya: Mempelajari penyampaian simpati (kapan, dimana, alasan) atau menyentuh (kapan, situasi apa yang boleh atau tidak boleh) Dari komunikasi yang kita lakukan, komunikasi verbal hanya memiliki porsi 35% , sisanya 65% adalah komunikasi nonverbal. Bahasa yang umum digunakan dalam komunikasi verbal itu memiliki lebih banyak keterbatasan dibandingkan dengan komunikasi nonverbal. Keterbatasan tersebut dipengaruhi oleh faktor integritas, faktor, budaya, faktor


Pengantar Imu Komunikasi 95 pengetahuan, faktor kepribadian, faktor biologis dan faktor pengalaman. Komunikasi verbal dan nonverbal itu saling melengkapi satu sama lain. Meskipun beda cara maupun bentuk tetap saja tujuan utama dari komunikasi verbal dan nonverbal itu sama yaitu bertujuan untuk menyampaikan pesan untuk mendapatkan respon, timbal balik maupun efek. H. Perbedaan Komunikasi Verbal Dan Non Verbal Komunikasi verbal dan nonverbal memiliki perbedaan yang mendasar. Perbedaan pertama dapat kita lihat dari pernyataan Anderson (19990 yang menyatakan bahwa ‚nonverbal communication is perceived as more honest. If verbal and nonverbal behaviors are inconsistent, most people trust the nonverbal behavior. There is little evidence that nonverbal behavior actually is more trustworthy than verbal communication; after all, we often control it quite consciously. Nonetheless, it is perceived as more trustwirtby‛. Pernyataan diatas menyatakan bahwa ada perbedaan antara kedua sistem komunikasi. Pertama, komunikasi nonverbal yang dianggap lebih jujur. Jika muncul perilaku verbal dan nonverbal yang tidak konsisten, kebanyakan orang percaya perilaku nonverbal. Ada beberapa bukti menyatakan bahwa perilaku nonverbal sebenarnya lebih dapat dipercaya daripada komunikasi verbal, walaupun kita sering mengontrolnya cukup sadar. Namun, komunikasi nonverbal dianggap lebih dapat dipercaya. [12] Perbedaan kedua komunikasi nonverbal memiliki saluran yang banyak. komunikasi verbal biasanya terjadi dalam satu saluran, komunikasi verbal lisan yang diterima


Pengantar Imu Komunikasi 96 melalui pendengaran, dan komunikasi verbal tertulis dapat dilihat, dirasakan, didengar, berbau, dan mencicipi. Kami sering menerima komunikasi nonverbal secara bersamaan melalui dua atau lebih saluran, seperti ketika kita merasa dan melihat pelukan sambil mendengar berbisik "I love you". Perbedaan ketiga, komunikasi verbal adalah diskrit, sedangkan komunikasi nonverbal berlangsung terus menerus. Simbol verbal mulai dan berhenti secara bergantian. Saat seseorang mulai berbicara pada satu saat dan berhenti berbicara saat yang lain. Komunikasi nonverbal cenderung mengalir terus. Sebelum kita berbicara, ekspresi wajah dan postur mengungkapkan perasaan kita, saat kita bicara, gerakan tubuh kita dan mengkomunikasikan penampilan, dan setelah kita berbicara postur tubuh berubah, mungkin santai).[12] Komunikasi verbal dan nonverbal merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dalam arti. kedua bahasa tersebut bekerja bersama-sama untuk menciptakan suatu makna. Namun, keduanya juga memiliki perbedaanperbedaan. Menurut Don Stacks, ada tiga perbedaan utama diantara komunikasi verbal dan non verbal, yaitu : 1. Kesengajaan (intentionality) Perbedaan utama komunikasi verbal dan nonverbal adalah persepsi mengenai niat (intent). Niat menjadi lebih penting ketika kita membicarakan lambang atau kode verbal. Michael Burgoon dan Michael Ruffner menegaskan bahwa sebuah pesan verbal adalah komunikasi kalau pesan tersebut dikirimkan oleh sumber dengan sengaja dan diterima oleh penerima secara sengaja pula. Komunikasi nonverbal tidak banyak


Pengantar Imu Komunikasi 97 dibatasi oleh niat. Komunikasi nonverbal cenderung dilakukan dengan tidak sengaja. Komunikasi nonverbal juga mengarah pada norma-norma yang berlaku. Sebagai contoh, norma- norma untuk penampilan fisik. Kita semua berpakaian, namun berapa sering kita dengan sengaja berpakaian untuk sebuah situasi tertentu? Berapa kali seorang teman memberi komentar terhadap penampilan kita? Persepsi receiver mengenai niat ini sudah cukup untuk memenuhi persyaratan guna mendefinisikan komunikasi nonverbal. 2. Perbedaan simbolik (symbolic differences) Niat dapat dipahami karena beberapa dampak simbolik dari komunikasi. Misalnya, memakai pakaian dengan warna atau model tertentu, mungkin akan dipahami sebagai suatu `pesan' oleh orang lain (misalnya berpakaian dengan warna merah akan diberi makna sebagai orang yang berani). Komunikasi verbal merupakan sebuah bentuk komunikasi yang diantarai. Pada komunikasi verbal kita mencoba mengambil kesimpulan terhadap makna apa yang diterapkan pada suatu pilihan kata. Kata-kata yang kita gunakan adalah abstraksi yang telah disepakati maknanya, sehing komunikasi verbal bersifat intensional dan harus 'dibagi' di antara orang-orang yang terlibat didalammnya. Sebaliknya, komunikasi nonverbal lebih alami, sebagai perilaku yang didasarkan pada norma. Mehrabian menjelaskan bahwa komunikasi verbal dipandang lebih eksplisit dibanding bahasa nonverbal yang bersifat implisit. Isyarat- isyarat verbal dapat didefinisikan melalui sebuah kamus yang eksplisit dan


Pengantar Imu Komunikasi 98 lewat aturan-aturan, namun komunikasi nonverbal hanya memiliki penjelasan yang samar-samar dan informal. Berdasarkan hal tersebut dapat kita lihat bahwa ada ketidaksamaan antara tanda (sign) dengan lambang (simbol). Tanda merupakan representasi alami dari suatu kejadian atau tindakan. Tanda adalah apa yang kita lihat atau rasakan. Lambang merupakan sesuatu yang ditempatkan pada sesuatu yang lain. Lambang merepresentasikan tanda melalui abstraksi. Apa yang secara fisik menarik bagi kita adalah tanda (sign) dan bagaimana menciptakan perbedaan yang berubah-ubah untuk menunjukkan derajat ketertarikan tersebut adalah lambang (simbol). Komunikasi verbal lebih spesifik dari bahasa nonverbal, karena dapat dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah cara yang berubah-ubah. Bahasa nonverbal lebih mengarah pada reaksi-reaksi alami seperti perasaan atau emosi.[12] 3. Mekanisme pemrosesan (processing mechanism) Semua informasi termasuk komunikasi diproses melalui otak, kemudian otak kita menafsirkan informasi ini lewat pikiran yang berfungsi mengendalikan perilaku-perilaku isiologis (refleks) dan sosiologis (perilaku yang dipelajari dan perilaku sosial). Satu perbedaan utama dalam pemrosesan adalah dalam tipe informasi pada setiap belahan otak. Belahan otak kiri adalah tipe informasi yang lebih tidak berkesinambungan dan berubah-ubah, sedangkan belahan otak kanan, tipe informasinya Iebih berkesinambungan dan alami. Pesan-pesan verbal dan


Pengantar Imu Komunikasi 99 nonverbal juga berbeda dalam konteks struktur pesannya. Komunikasi nonverbal kurang terstruktur. Aturan-aturan ketika kita berkomunikasi secara nonverbal akan lebih sederhana dibanding komunikasi verbal yang mempersyaratkan aturan-aturan tata bahasa dan kalomat. Komunikasi nonverbal diekspresikan pada saat komunikasi berlangsung. Bahasa nonverbal tidak bisa mengekspresikanperistiwa komunikasi di masa lalu atau masa mendatang. Selain itu, komunikasi nonverbal mempersyaratkan sebuah pemahaman mengenai konteks di mana interaksi tersebut terjadi, sebaliknya komunikasi verbal justru menciptakan konteks tersebut. [11] 4. Struktur vs Nonstruktur Komunikasi verbal sangat terstruktur dan mempunyai aturan-aturan tata bahasa. Komunikasi nonverbal tidak ada struktur formal yang mengarahkan komunikasi karena terjadi secara tidak disadari, tanpa urut-urutan kejadian yang dapat diramalkan sebelumnya. Perilaku nonverbal yang sama dapat memberi arti yang berbeda pada saat yang berlainan atau pada tempat yang berbeda 5. Linguistik vs Nonlinguistik Linguistik mempelajari macam-macam segi bahasa verbal, yaitu suatu sistem dari lambang-lambang yang sudah diatur pemberian maknanya. Pada komunikasi nonverbal, sulit untuk memberi makna pada lambang karena tidak memiliki struktur.


Pengantar Imu Komunikasi 100 6. Continuous vs Discontinuous Komunikasi nonverbal dianggap bersifat kontinyu, sementara komunikasi verbal bersifatterputus-putus. Komunikasi nonverbal baru berhenti bila orang yang terlibat di dalamnya meninggalkan suatu tempat. Tetapi selama tubuh, wajah dan kehadiran kita masih dapat dipersepsikan oleh orang lain atau diri kita sendiri, berarti komunikasi nonverbal dapat terjadi. Tidak sama halnya dengan kata-kata dan simbol dalam komunikasi verbal yang mempunyai titik awal dan akhir yang pasti.[12] 7. Dipelajari vs Didapat secara Ilmiah Komunikasi nonverbal sangat jarang untuk dipelajari. Manusia lahir dengan naluri-naluri dasar nonverbal. Sebaliknya komunikasi verbal adalah sesuatu yang harus dipelajari. 8. Pemrosesan Bagian Otak Kiri vs Pemrosesan Bagian Otak Kanan Kebanyakan stimuli nonverbal diproses dalam bagian otak sebelah kanan, sedangkan stimuli verbal yang memerlukan analisis dan penalaran, diproses dalam bagian otak sebelah kiri. Dalam buku Komunikasi Antar Budaya karya Ilya Sunarwinadi Samovar, Porter dan Jain melihat perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal dalam hal sebagai berikut. [10] Banyak perilaku nonverbal yang diatur olehdorongan-dorongan biologik. Sebaliknya komunikasi verbal diatur oleh aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang dibuat oleh manusia, seperti


Pengantar Imu Komunikasi 101 kalimat dan tata bahasa. Kita bisa secara sadar memutuskan untuk berbicara, tetapi dalam berbicara secara tidak sadar pipi menjadi memerah dan mata berkedip terus-menerus. Banyak komunikasi nonverbal serta lambanglambangnya yang bermakna universal. Sedangkan komunikasi verbal lebih banyak yang bersifat spesifik bagi kebudayaan tertentu. Dalam komunikasi nonverbal bisa dilakukan beberapa tindakan sekaligus dalam suatu waktu tertentu, sementara komunikasi verbal terikat pada urutan waktu. Komunikasi nonverbal dipelajari sejak usia sangat dini. Sedangkan penggunaan lambang berupa kata sebagai alat komunikasi membutuhkan masa sosialisasi sampai pada tingkat tertentu. Komunikasi nonverbal lebih dapat memberi dampak emosional dibanding komunikasi verbal Secara ringkas, perbedaan komunikasi verbal dan non verbal dapat dilihat pada tabel berikut. Tipe komunikasi Vokal Non Vokal Verbal Bahasa lisan Bahasa tulisan Nonverbal Nada Suara (tone of voice), desah (sighs), jeritan (screams),kualitas vokal (vocal quality) Isyarat (gesture), gerakan (movement) penampilan (appearance), ekspresi wajah(facial expression)


Pengantar Imu Komunikasi 102 ERNAHKAN Anda berpikir, bagaimana caranya suatu kelompok mengikuti dan memenangkan perlombaan game online mobile legend? Atau bagaimana suatu organisasi relawan lingkungan Greenpeace Indonesia dapat memiliki hubungan harmonis antar anggotanya? Beberapa contoh aktivitas tersebut merupakan gambaran aktivitas komunikasi kelompok dan organisasi, di mana pelakunya harus berkomunikasi dan berinteraksi agar tercapai tujuan yang dimaksud. Di dalam kelompok dan organisasi tersebut terdapat pembagian peran yang dijalankan oleh masing-masing anggota, seperti pencetus ide, pencari informasi, pemberi informasi, pengulas, koordinator, pengarah, penggerak, pencatat, dan lainnya (Octavianakesuma & Parlindungan, 2022). Kelompok ialah sekumpulan orang-orang yang berinteraksi dan ketergantungan antara satu dan yang lainnya (Wood, 2018). Berkelompok menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia P KOMUNIKASI KELOMPOK DAN ORGANISASI


Pengantar Imu Komunikasi 103 (Hefni, 2015; Fadillah & Baharun, 2022). Sebagai contoh, manusia memiliki keluarga. Manusia menjadi bagian dari masyarakat tempat tinggalnya. Ia juga memiliki hobi yang membuatnya bergabung dalam perkumpulan tertentu. Suatu kelompok terbentuk karena memiliki tujuan yang sama. Kelompok membuat aturan-aturan yang dipahami dan diikuti oleh seluruh anggotanya. Sebagai contoh, suatu kelompok memiliki aturan keterlambatan tidak boleh lebih dari lima belas menit, maka bagi yang terlambat akan mendapatkan teguran. Hal tersebut menggambarkan bahwa suatu aturan disepakati dan diikuti oleh semua anggota kelompok. Bagi yang melanggar, tentu ada konsekuensi yang disepakati juga. A. Komunikasi Kelompok Suatu kelompok harus saling berkomunikasi dan berinteraksi agar menjadi eksis. Komunikasi kelompok ialah komunikasi tatap muka yang dilakukan sekumpulan orang untuk memperoleh tujuan yang dikehendaki, seperti membagikan informasi, memecahkan suatu permasalahan, sehingga anggota kelompoknya dapat mengembahkan karakter pribadinya (Burgoon & Ruffner dalam Silviani, 2020). Karena komunikasi merupakan inti dari kelompok, maka cara anggota berkomunikasi sangatlah penting untuk efektivitas proses kelompok. Komunikasi kelompok terdiri dari komunikasi tugas, prosedural, iklim, dan egosentris (Wood, 2018). Komunikasi tugas, prosedural, dan iklim dinilai konstruktif, yakni karena mendorong proses dan hasil kelompok yang baik. Sementara itu, komunikasi egosentris cenderung mengurangi kohesi kelompok dan pengambilan keputusan yang efektif.


Pengantar Imu Komunikasi 104 Tabel 9.1 Jenis Komunikasi Kelompok Task Communication Climate Communication Initiate ideas Seeks Information Gives Information Elaborates Ideas Evaluates and Offers Critical Analysis Establishes and Maintains Healthy Climate Energizes Group Process Harmonizes Ideas Recognizes Others Reconciles Conflicts Builds Enthusiasm for Group Procedural Communication Egocentric Communication Establish Agenda Provides Orientation Curbs Digressions Guides Participation Coordinates Ideas Sugg[rcz_s Otb_rs’ Contributions Record Group Progress Aggresses Toward Others Block Ideas Seeks Personal Recognition Dominates Interaction Pleads for Special Interests Confesses, Selfdiscloses, and Seeks Personal Help Unrelated ti tb_ Griuj’s Fi]us Disrupt Tasks Devalues Others Trivializes Group and Its work Sumber : (Wood, 2018)


Pengantar Imu Komunikasi 105 1. Komunikasi Tugas (task communication). Jenis komunikasi ini memiliki fokus pada suatu masalah, isu, informasi yang berada di dalam kelompok. Adapun kegiatan yang dilakukan berupa memberikan informasi, memberikan pemahaman yang sama pada anggota, dan mengevaluasi ide dan informasi. Kontribusi pada komunikasi tugas dapat berupa mengawali, meminta dan menanggapi ide, serta memberikan evaluasi kritis informasi di depan kelompok. 2. Komunikasi Prosedural (procedural communication). Jika Anda pernah berpartisipasi di dalam kelompok yang tidak terorganisir, maka Anda akan menyadari pentingnya komunikasi prosedural, yang membantu kelompok menjadi terorganisir. Kontribusi pada komunikasi prosedural dapat berupa menyusun dan menetapkan agenda, mengkoordinasikan komentarkomentar dari para anggota, dan merangkum catatan kemajuan kelompok. Komunikasi prosedural juga dapat membatasi penyimpangan, merangkum kemajuan, dan mengatur partisipasi semua anggota kelompok, sehingga setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk menyatakan pendapatnya dan tidak ada yang merasa mendominasi diskusi. 3. Komunikasi Iklim (climate communication). Jenis komunikasi ini memiliki fokus untuk membangun dan memelihara iklim anggota agar berkontribusi secara kooperatif dalam kelompok dan mengevaluasi ide-ide dari anggota lain secara kritis (Fujishin, 2014). Komunikasi iklim juga berfokus untuk memajukan kelompok, mendorong interaksi yang kooperatif, mengakui kontribusi anggota lain,


Pengantar Imu Komunikasi 106 mendamaikan perselisihan antar anggota, dan membangun antusiasme anggota kelompok dengan pekerjaannya. 4. Komunikasi Egosentris (egocentric communication). Jenis komunikasi ini dinilai dapat mengurangi kemajuan kelompok, karena kontribusinya tidak berpusat pada kelompok, melainkan untuk menarik perhatian pada diri sendiri. Sebagai contoh, meremehkan pendapat anggota lain, meremehkan upaya kelompok, bersikap agresif terhadap anggota lain, membual tentang prestasi sendiri, mendominasi, mengganggu kerja kelompok, dan membela tujuan khusus yang bukan kepentingan kelompok. B. Organisasi Sebagai makhluk sosial, sebenarnya kita menghabiskan banyak waktu di organisasi. Sebagai contoh, kita pergi ke sekolah, pergi ke kantor, atau bergabung pada organisasi professional, politik, agama, dan lainnya. Organisasi tersebut memiliki bentuk dan cakupan yang berbeda. Ada yang cakupannya besar, ada juga yang kecil; ada yang formal, ada juga yang informal, ada yang tampil di depan publik, ada juga yang menyembunyikan identitasnya (Scott, 2013). Organisasi dibedakan menjadi formal dan informal. Organisasi formal biasanya dibentuk karena adanya suatu tujuan yang spesifik dan dinyatakan secara jelas visi dan misinya. Sedangkan organisasi non formal terbentuk dengan alasan yang tidak jelas atau bahkan tidak disebutkan (Ruben & Stewart, 2019).


Pengantar Imu Komunikasi 107 C. Komunikasi Organisasi Elemen yang paling penting di dalam organisasi adalah komunikasi. Kualitas komunikasi yang berjalan baik oleh seluruh pimpinan dan anggota organisasi akan berdampak pada efektivitas organisasi (Siregar et al., 2021). Komunikasi organisasi didefinisikan sebagai bentuk kerja sama antara pimpinan dan anggota organisasi yang meliputi hubungan sosial atau kebudayaan (Mas & Haris, 2020). Pimpinan dan anggota organisasi harus saling berkomunikasi (two-way-communications) agar terlihat hasil nyata dalam mencapai tujuan dan mengembangkan organisasi menjadi lebih baik. Komunikasi organisasi secara formal dapat berlangsung ke atas, ke bawah dan lateral yang dijelaskan sebagai berikut. 1. Komunikasi ke atas Komunikasi yang berlangsung dari posisi yang rendah ke posisi yang lebih tinggi disebut dengan komunikasi ke atas. Bentuk komunikasi ini dapat berupa laporan di lapangan, masalah terkait pekerjaan, ide untuk perubahan, dan saran untuk peningkatan. Jenis komunikasi ini penting untuk pertumbuhan organisasi, karena pimpinan mendapatkan umpan balik dari anggotanya. Di sisi lain, anggota juga diberikan rasa memiliki dan dianggap menjadi bagian organisasi. 2. Komunikasi ke bawah Komunikasi yang berlangsung dari posisi yang tinggi ke posisi yang lebih rendah, misalnya dari manajer ke karyawan, disebut dengan komunikasi ke bawah. Bentuk dari komunikasi ini dapat berupa perintah, penjelasan


Pengantar Imu Komunikasi 108 mengenai visi-misi, prosedur, tujuan, dan perubahan, serta penilaian pekerja. 3. Komunikasi lateral Komunikasi yang berlangsung pada posisi yang setara di dalam organisasi, misalnya antara sesama manajer atau sesama karyawan, disebut dengan komunikasi lateral. Secara umum, komunikasi lateral bertujuan untuk mengkoordinasikan berbagai kegiatan organisasi. Komunikasi lateral juga membantu organisasi dalam menghindari dan memecahkan masalah, karena antar karyawan dapat saling bertukar wawasan, metode, masalah, dan solusi. Sedangkan komunikasi organisasi secara informal dapat berupa pesan selentingan (grapevine message). Pesan selentingan yang dimaksud adalah pesan-pesan seputar pekerjaan dan organisasi yang dibicarakan dalam suasana interpersonal. Pesan selentingan di kalangan pekerja magang, berbeda dengan pesan selentingan di kalangan staff dan manager. Bahkan, semakin besar cakupan organisasi, maka pesan selentingan juga semakin kompleks. Adapun halhal yang memicu pesan selentingan biasanya berkisar pada isu yang dianggap penting oleh pekerja, adanya ambiguitas atau ketidakpastian dari organisasi, dan adanya situasi yang membuat karyawan terancam dan tidak nyaman (DeVito, 2018). Di dalam komunikasi organisasi terdapat jaringan atau pola yang menggambarkan bagaimana pesan berpindah dari satu orang ke orang lain (DeVito, 2018). Jaringan atau pola komunikasi tersebut diantaranya, pola lingkaran, pola roda, pola Y, pola rantai, dan pola semua saluran (lihat Gambar 1).


Pengantar Imu Komunikasi 109 Gambar 1. Struktur Jaringan/Pola Komunikasi Sumber: (DeVito, 2018) a. Pola Lingkaran Tidak ada orang yang menjadi pemimpin di pola lingkaran. Masing-masing anggota dapat berkomunikasi dengan anggota di sisi kanan dan kirinya. Pola ini dianggap paling lambat dalam memecahkan suatu masalah, bahkan cenderung memunculkan banyak masalah. Hal ini disebabkan oleh butuh waktu lama untuk pesan kembali lagi ke anggota pertama. b. Pola Roda Pada pola roda, semua pesan harus melewati pemimpin sebagai posisi sentral. Anggota tidak boleh berkomunikasi langsung satu sama lain. Pesan yang disampaikan oleh pemimpin dapat diterima oleh semua anggota. Namun, anggota hanya dapat berkomunikasi dengan Pemimpinnya. Pola ini dianggap menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir. c. Pola Y Pada pola Y, pesan disampaikan diutamakan kepada orang ketiga dari bawah dan pada tingkat yang lebih rendah kepada orang kedua dari bawah. Pola ini dianggap rumit, serta memiliki permasalahan yang sama seperti pola lingkaran dan pola rantai.


Pengantar Imu Komunikasi 110 d. Pola Rantai Pesan hanya dapat dikirimkan kepada anggota yang bersebelahan di pola rantai. Dalam pola ini terdapat perbedaan kekuatan, di mana posisi tengah menerima pesan lebih banyak dibandingkan dengan posisi akhir. Hal ini berakibat pada posisi akhir yang sering tidak menerima pesan yang akurat. e. Pola Semua Saluran / Bintang Di pola ini, semua anggota dapat saling berkomunikasi dengan anggota lainnya. Hal ini memungkinkan partisipasi anggota organisasi sebesar-besarnya. Sama seperti pola lingkaran, masing-masing anggota memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi orang lain. Pola semua saluran atau bintang dianggap paling cepat menyelesaikan tugas jika ada permasalahan.


Pengantar Imu Komunikasi 111 OY & Miskel (dalam Riyanti & Parulian, 2023) mengemukakan definisi komunikasi antar pribadi sebagai sebuah proses transmisi pesan yang terjadi diantara pengirim dengan penerima pesan dengan tujuan agar penerima pesan dapat memahami makna dari pesan yang dikirimkan oleh pengirim pesan. Ia juga menegaskan bahwa bentuk pesan yang ditransmisikan tidak hanya dalam bentuk pesan lisan atau verbal melainkan dapat berupa pesan non-verbal seperti tanda, simbol atau sinyal. Ia mengingatkan bahwa banyak aspek kehidupan di dalam kehidupan individu yang dipengaruhi oleh proses komunikasi termasuk ketika membangun hubungan dan melakukan aksi interaksi sosial antar pribadi (Atzori et al., dalam Riyanti & Parulian, 2023). Namun, pada praktek di dalam lingkungan dan aktivitas sosial, tiap-tiap individu kerap menemukan hambatan-hambatan H KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI


Pengantar Imu Komunikasi 112 ketika menjalin hubungan sosial di antara diri kita sendiri dengan orang lain, salah satu hambatan yang ditemui dan dirasakan menurut Atmaja & Alvin (2023) yakni perhatian yang terbagi antara perhatian terhadap hubungan sosial yang sedang dijalin dengan situasi eksternal sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman, kesalahan penafsiran dan menyebabkan penurunan rasa keterhubungan antar individu, sehingga menghambat terbentuknya hubungan yang tulus. S_g_ht[r[ ctu, Kıfıç[rsf[h & P[rg[esız (^[f[g Atg[d[ & Alvin, 2023) berpendapat bahwa hasil dari proses komunikasi yang efektif bergantung juga pada kepekaan dalam menangkap pesan atau isyarat non-verbal. Sheehan et al. (dalam Atmaja & Alvin, 2023) juga menegaskan demi mendapatkan hasil sesuai dengan harapan dari proses komunikasi yang efektif maka memerlukan komitmen dari seluruh partisipan agar meminimalisir adanya hambatan atau gangguan. Oleh karena itu, agar diri kita mampu memahami lebih dalam akan proses komunikasi antar pribadi secara konseptual, maka pada bab ini akan dibahas mengenai jenis-jenis hubungan, tahap pengembangan hubungan romantis bagaimana mengelola konflik di dalam hubungan serta narasi mengenai sebuah hubungan antar pribadi yang juga dipengaruhi oleh identitas pribadi. A. Komunikasi dan Identitas Pribadi Sebagai mahkluk sosial, masing-masing individu, memiliki identitas pribadi yang terbentuk secara bertahap maupun yang terbentuk secara paralel. Satu atau lebih dari satu identitas pribadi masing-masing individu tidak hanya terlihat oleh diri kita sendiri melainkan juga terdeteksi oleh


Pengantar Imu Komunikasi 113 individu yang ada di sekitar kita. Identitas pribadi yang melekat di dalam diri kita di tangkap oleh orang lain akibat dari proses transmisi pesan dalam proses komunikasi sehingga menjadi sebuah umpan balik untuk diri kita sendiri (Beauchamp et al., 2017). Umpan balik yang diri kita terima dari orang lain yang berisi pesan tentang identitas pribadi kita sehingga membentuk konsep diri kita sebagai individu. Konsep diri merupakan proses multidimensi yang mampu mengarahkan sikap dan tindakan seseorang. Proses pembentukan konsep diri kita diawali dari interaksi sosial yang terjadi antar anggota keluarga seperti orang tua dan saudara kandung lalu dilanjutkan dengan guru, teman sebaya, rekan kerja, atasan, yang memberikan penilaian tentang karakteristik diri kita sebagai individu dan pada akhirnya dari semua pesan penilaian yang mereka sampaikan kepada diri kita, akan diserap ke dalam benak dan perasaaan kita sehingga membuat diri kita mampu merefleksikan diri atas penilaian yang mereka sampaikan (Wood, 2013). Konsep diri yang melekat di dalam diri masing-masing individu juga dapat dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya secara efektif. Goleman (dalam Ruben et al., 2017) menguraikan beberapa bentuk kemampuan seseorang dalam mengatur reaksi emosi yang terdiri dari: 1. Kesadaran diri: kemampuan untuk mengenali dan memahami suasana hati diri kita sendiri, emosi, dorongan serta efeknya kepada orang lain.


Pengantar Imu Komunikasi 114 2. Regulasi diri: kemampuan untuk mengendalikan gerak hati dan suasana hati dan mampu berpikir sebelum mengambil tindakan. 3. Motivasi: kesabaran bekerja dan cenderung penuh semangat untuk meraih tujuan. 4. Empati: kapasitas untuk memahami emosi dan reaksi orang lain. 5. Keterampilan sosial: kemampuan dalam membangun dan memelihara jaringan antar pribadi dan membangun hubungan baik. B. Hubungan Pearson et al. (2017) menguraikan pendapatnya mengenai hubungan. Ia berpendapat bahwa hubungan merupakan sebuah asosiasi atau koneksi. Namun ia juga berpendapat bahwa hubungan antar pribadi sebagai konsep teoritis yang jauh lebih kompleks. Hubungan antar pribadi dapat didefinisikan sebagai asosiasi antara setidaknya dua individu yang saling bergantung serta mampu memanfaatkan beberapa pola interaksi yang konsisten dan yang telah berinteraksi dalam jangka waktu tertentu. Secara garis besar, hubungan antar pribadi dapat diuraikan menjadi beberapa jenis hubungan yang terdiri dari: hubungan antara sepasang kekasih, orang tua tunggal dan seorang anak, pasangan suami dan istri, dua orang sahabat, atau dua orang rekan kerja. Hubungan antar pribadi juga bisa mencakup lebih dari dua orang seperti satu unit keluarga, sekelompok teman atau kelompok sosial (Pearson et al., 2017).


Pengantar Imu Komunikasi 115 Pearson et al. (2017) memberikan gambaran prinsip hubungan antar pribadi yang terdiri dari: a. Hubungan antar pribadi melibatkan orang-orang yang saling bergantung serta berdampak bagi satu sama lain. b. Masing-masing individu yang terlibat di dalam hubungan antar pribadi cenderung akan menggunakan beberapa pola interaksi yang konsisten. Pola-pola interaksi ini dapat mencakup perilaku yang umumnya dapat dipahami dalam berbagai situasi, serta perilaku unik yang menjadi kesepakatan di dalam hubungan tersebut. Misalnya, memiliki nama panggilan unik untuk pasangan yang tidak dipahami oleh individu yang ada di luar hubungan. c. Hubungan antar pribadi umumnya akan terbangun apabila setelah terjadi interaksi selama beberapa waktu tertentu. Hubungan antar pribadi dapat bertahan lama untuk jangka waktu yang berbedabeda, ada yang relatif singkat namun ada pula yang berlangsung seumur hidup. 1. Hubungan Romantis Karandashev (2017) menyatakan gagasannya akan definisi hubungan romantis sebagai hubungan heteroseksual di antara pria dan wanita yang kerap di hubungkan dengan perasaan cinta yang penuh gairah. Menurut pandangan Karandashev (2017) pengertian tersebut dapat berkembang dan memiliki interpretasi beragam dan arti khusus dari lingkungan sosial jika


Pengantar Imu Komunikasi 116 dihubungkan dengan tradisi yang berlaku di dalam satu kebudayaan tertentu. Kephart (dalam Karandashev, 2017) mendefinisikan hubungan romantis sebagai ungkapan emosi yang kuat akan keterikatan pada lawan jenis yang ditandai adanya ketertarikan fisik. Selain itu Berscheid et al. (dalam Karandashev, 2017) menganggap bahwa hubungan romantis dapat terbangun dengan adanya ketertarikan terhadap aspek kepribadian individu dalam hubungan antar pribadi. Hubungan romantis yang terjalin di antara seorang pria dan wanita tidak terlepas dari perasaan cinta yang terkandung di dalam hubungan antar pribadi keduanya. Perasaan cinta yang melekat di dalam diri masingmasing individu baik laki-laki maupun perempuan dipengaruhi oleh ragam jenis perasaan cinta yang dikemukakan oleh Singer (dalam Karandashev, 2017) yang terdiri dari: a. Cinta Eros: perasaan cinta yang dipengaruhi oleh hasrat akan kebaikan atau keindahan. b. Cinta Philia: perasaan cinta yang dalam layaknya hubungan persahabatan. c. Cinta Nomos: perasaan cinta akan ketaatan pada keinginan seseorang yang dicintai. d. Cinta Agape: jenis cinta yang ditandai dengan cinta yang mampu memberikan diri secara sukarela serta memiliki dorongan untuk mengembangkan pasangannya sesuai keinginannya atau potensi yang terkandung di dalam dirinya tanpa


Pengantar Imu Komunikasi 117 mempertimbangkan keuntungan atau kerugian bagi diri sendiri (Darim dalam Karandashev, 2017). 2. Tahapan Pengembangan Hubungan Romantis Salah satu prinsip akan terbentuknya hubungan romantis yakni bahwa hubungan romantis terbangun secara bertahap. Individu dan pasangannya tidak langsung menjalin hubungan romantis dengan intim tanpa diawali dengan tahap membangun hubungan menjadi teman dekat setelah pertemuan terjadi (Mongeau et al. dalam DeVito, 2023). DeVito (2023) menguraikan enam tahap pengembangan hubungan romantis yang terdiri dari: a. Kontak: tahap kontak merupakan suatu momentum untuk membentuk kesan pertama dari diri kita terhadap orang lain. Kesan pertama akan terbentuk dari pesan yang diperoleh dari orang lain atau pesan visual/audio-visual yang tersaji pada akun media sosial seperti foto profil atau video yang menampilkan gambaran fisik dan mental, kepercayaan dan nilai, tinggi badan, dsb. Pesan yang tersaji itu menjadi dasar keputusan yang menentukan keterlibatan hubungan yang lebih intensif di tahap berikutnya. b. Keterlibatan: pada tahap ini telah terjadi rasa kebersamaan serta daya keterhubungan yang semakin berkembang. Individu akan bereksperimen dan mencoba mempelajari banyak hal tentang orang lain. Kelanjutan keterlibatan hubungan dibuktikan dengan adanya interaksi sosial yang intesif dan


Pengantar Imu Komunikasi 118 memulai percakapan yang mengarah pada pengungkapan diri (self-disclosure). c. Keintiman: keintiman yang terbangun diantara masing-masing individu ditandai adanya kuantitas dan kualitas pertukaran informasi antar pribadi, aktivitas percakapan terjadi lebih sering dan rinci sekaligus adanya sikap berbagi jaringan sosial masing-masing melalui pengumuman resmi kepada keluarga, teman dan masyarakat luas. Pada tahap ini juga telah terjadi kesepakatan bersama sebagai bentuk komitmen adanya rasa puas akan keinginan, kewajiban, kebutuhan atau kombinasi dari faktorfaktor tersebut diantara diri kita dengan pasangan kita terhadap hubungan romantis yang terjalin. d. Kemunduran: tahap kemunduran hubungan romantis ditandai dengan melemahnya ikatan, mulai memandang masa depan bersama pasangan sebagai hal yang negatif, terjadi sikap menarik diri sehingga berbagi informasi menjadi lebih sedikit, terjadi keheningan dan perasaan canggung, sedikit pengungkapan diri sekaligus terjadinya konflik antar pribadi yang menciptakan situasi penyelesaiaan konflik menjadi lebih sulit dan tidak terarah. Selain itu pada tahap kemunduran ini, individu cenderung mempertimbangkan untuk mengakhiri hubungan serta mencari nasihat dari anggota keluarga atau teman. e. Perbaikan: pada tahap perbaikan ini, individu cenderung mencoba untuk memperbaiki hubungan romantis dengan membawanya kembali ke tahap


Pengantar Imu Komunikasi 119 yang lebih awal dengan tujuan agar menciptakan rasa bahagia sama seperti saat tahap-tahap awal pengembangan hubungan terjadi. Salah satu alternatif sikap yang muncul yakni mendiskusikan kondisi hubungan romantis ini dengan pasangan serta membahas upaya perbaikan kondisi hubungan romantis dalam bentuk kesepakatan dan perilaku yang baru. f. Pembubaran: tahap pembubaran berbentuk perpisahan dari hubungan romantis dan mulai menjalani kehidupan sosial yang terpisah, menghindari satu sama lain dengan memblokir akun media sosial mantan pasangan dengan tujuan agar tidak dapat mengakses profil serta kegiatan baru yang dilakukan di dunia maya. Pada tahap ini terjadi upaya untuk membangun hubungan romantis yang baru bersama orang lain atau kembali membina kehidupan sosialnya sendiri walaupun kadang kala tetap melakukan sikap merenungkan kembali akan masa-masa indah bersama mantan pasangan. 3. Hubungan Persahabatan Adler et al. (2020) menyatakan pandangannya tentang hubungan persahabatan sebagai suatu hubungan sosial yang unik. Ia menilai akan kehadiran seorang sahabat sebagai sosok yang mampu memperlakukan satu sama lain dengan setara, tidak seperti hubungan sosial antara orang tua–anak, guru–murid atau dokter-pasien yang memiliki wewenang atau status yang lebih tinggi dari yang lain. Ia juga menegaskan bahwa hubungan persahabatan dapat berbentuk lingkaran pertemanan


Pengantar Imu Komunikasi 120 yang jauh lebih besar. Sebagai contoh, lingkaran pertemanan masing-masing individu terurai menjadi beberapa bagian seperti lingkaran teman kerja yang berbeda dengan lingkaran pertemanan untuk rekreasi dan bersenang-senang, termasuk lingkaran teman di dalam media sosial. Adler et. al (2020) memberikan ciri-ciri dari sebuah hubungan persahabatan yang sehat antara lain mampu berbagi waktu, memberikan kesempatan untuk bicara banyak hal dan berbagi kegiatan bersama-sama. Ia juga memberikan beberapa alternatif kegiatan yang dapat dilakukan bersama dengan sahabat dalam suasana yang berbeda seperti duduk dan minum kopi bersama, menonton konser musik atau sekedar menyisihkan waktu untuk saling mengunjungi tempat tinggal masingmasing. Kegiatan rekreasi bersama juga sering kali menjadi tanda bahwa hubungan persahabatan itu semakin intim dan dalam. Ia juga menyatakan bahwa proses komunikasi di dalam hubungan persahabatan memainkan peran yang penting. Adler et al. (2020) menangkap makna akan hubungan persahabatan yang intim juga ditandai dengan keterbukaan diri (selfdisclosure) dan berdiskusi mengenai masalah-masalah pribadi sekaligus menggali informasi mengenai kabar dan berbagi rasa dan selera humor. Argyle et al. (dalam McCornack et al., 2022) berpendapat bahwa cara yang dapat membantu seseorang untuk membina hubungan persahabatan dengan mengikuti aturan yang berhubungan dengan proses komunikasi dan perilaku individu yang tepat. Ia


Pengantar Imu Komunikasi 121 menganggap bahwa cara-cara ini sebagai prinsip umum yang dapat dipatuhi oleh siapapun. Aturan-aturan yang ia rumuskan terbagi menjadi 10 (sepuluh) komponen yang terdiri dari: a. Menunjukkan dukungan: sebuah hubungan persahabatan akan utuh jika satu sama lain dapat memberikan dukungan emosional dan dengan sukarela menawarkan bantuan pada saat-saat dibutuhkan, tanpa harus mempertanyakan apa yang harus diri kita lakukan (Burleson et. al, dalam McCornack, 2022). Sebagai seorang sahabat yang baik, hendaknya mampu menerima dan menghormati identitas sosial sahabat sebagai sosok yang berharga. b. Mencari dukungan: dalam sebuah persahabatan, seorang sahabat tidak hanya dengan sukarela memberikan dukungan kepada sahabatnya melainkan mampu mencari dan mendapatkan dukungan dan nasihat dari ungkapan emosi yang diri kita sampaikan kepada sahabat. c. Hormati privasi: seorang sahabat perlu mengetahui dan memahami bahwa hubungan persahabatan itu umumnya memiliki batasan yang lebih rapat untuk berbagi informasi pribadi. Hubungan persahabatan memiliki keunikannya sendiri yang berbeda keunikannya dengan hubungan romantis atau hubungan keluarga, oleh sebab itu hindari sikap memaksa untuk membagikan informasi yang mereka anggap terlalu pribadi untuk dibagikan kepada diri kita. Hindari berbagi informasi tentang


Pengantar Imu Komunikasi 122 diri kita sendiri yang bersifat sangat pribadi apalagi tidak berkaitan dengan hubungan persahabatan yang dijalin. d. Jaga kerahasiaan: hubungan persahabatan akan abadi jika ada sikap saling percaya. Ketika seorang sahabat berbagi informasi pribadi dengan diri kita, itu artinya ia telah meletakkan sisi kepercayaannya kepada diri kita, oleh sebab itu janganlah mengkhianati kepercayaan yang sudah mereka berikan dengan membagikan dan menyebarkan informasi penting itu kepada orang lain. e. Pertahankan posisi sahabat: kunci dari hubungan persahabatan yang abadi adalah kesediaan untuk berdiri dan membela mereka. Lindungilah mereka, jika mereka diserang baik secara langsung atau tidak langsung. f. Hindari mengkritik di hadapan publik: seorang sahabat mungkin tidak setuju akan satu objek atau perilaku dalam satu persitiwa tertentu, sampaikan argumentasi kita tidak di hadapan publik sehingga membuat seorang sahabat tidak terlihat buruk di hadapan orang lain. g. Kelola rasa cemburu: hubungan persahabatan bersifat tidak eksklusif. Seorang sahabat juga memiliki ruang gerak yang besar untuk membangun hubungan persahabatannya dengan orang lain bahkan kadang kala cenderung yang lebih intim dengan mereka. Oleh sebab itu terimalah apa yang dimiliki oleh sahabat kita dan kelola rasa cemburu yang muncul di dalam diri kita secara konstruktif.


Pengantar Imu Komunikasi 123 h. Menciptakan rasa bahagia: sebagai seorang sahabat hendaknya memiliki dorongan agar dapat melakukan hal-hal yang positif seperti berkomunikasi dengan cara yang ceria dan optimis, memberikan bantuan yang tidak diminta serta membeli atau memberikan hadiah untuk mereka. i. Bagikan rasa dan selera humor: menikmati rasa dan selera humor yang sama merupakan aspek penting dari hubungan persahabatan. Kisah sukses dari hubungan persahabatan diawali dari banyak menghabiskan waktu bersama dengan tawa, canda dan saling menggoda satu sama lain dengan penuh kasih dan sayang. j. Menjaga ekuitas: hubungan persahabatan yang abadi dan ketika dua orang dengan sukarela memiliki kemauan untuk saling memberi dan menerima dalam proporsi yang sama sehingga menciptakan rasa adil (Canary et.al dalam McCornack, 2022). Ia juga menyarankan agar mempertahankan daya keseimbangan sosial ini dengan cara yang sungguhsungguh seperti melakukan pembayaran atas hutang, adanya balas budi, menjaga tradisi atas pertukaran hadiah serta keseimbangan dalam memberikan pujian dan sanjungan. 4. Hubungan Keluarga Keluarga merupakan sekelompok orang terdekat yang cenderung menciptakan dan memelihara diri serta hubungan sosial melalui interaksi dengan orang lain. Hubungan keluarga dapat dikatakan hubungan sosial yang bersifat sukarela dan terkadang bersifat tidak


Pengantar Imu Komunikasi 124 sukarela. Ia juga menyimpulkan bahwa hubungan keluarga merupakan hubungan sosial yang memiliki batas-batas internal dan eksternal secara harfiah dan simbolis, hal itu terus berkembang melalui waktu sehingga membentuk sejarah, kondisi yang terjadi saat ini, dan masa yang akan datang (Turner et al., 2018) Anggapan dari sebagian besar anggota masyarakat bahwa hubungan keluarga hanya dapat terbentuk melalui domisili atau tempat tinggal (atau pernah tinggal) di dalam satu rumah yang sama, namun pada perkembangan fenomena sosial yang terjadi akhir-akhir ini hubungan keluarga dapat mencakup gabungan dari jenis hubungan sosial yang ada di tengah-tengah lingkungan sosial terlepas dari hubungan biologis atau dengan kata lain hubungan keluarga dapat terbentuk melalui dari hubungan sosial yang diawali dari hubungan persahabatan, teman dekat, bahkan rekan kerja sekalipun (Turner et al., 2018). Terlepas dari hubungan keluarga yang terbentuk secara biologis maupun sosial, pada prinsipnya hubungan keluarga memiliki fungsi yang sama salah satunya adalah memberikan pengakuan dan dukungan kepada tiap-tiap anggota keluarga. Pesan pengakuan dan pesan dukungan yang disampaikan, terjadi melalui proses komunikasi antar pribadi. Budyatna et al. (2014) berpendapat bahwa dengan mengungkapkan pesan pengakuan dan pesan dukungan di dalam hubungan keluarga merupakan tanggung jawab seluruh anggota keluarga, dengan menyampaikan pesan pengakuan dan dukungan akan membantu para anggoa


Pengantar Imu Komunikasi 125 keluarga untuk mengatasi masa-masa sulit yang sedang dihadapi sekaligus dapat menciptakan rasa aman. C. Mengelola Konflik dalam Hubungan Tiap-tiap hubungan yang diri kita kenal, bukan saja memperlihatkan sisi baiknya, namun kadang kala terjadi pertentangan akan keinginan dan tujuan yang diri kita miliki dengan orang lain. Masing-masing pihak yang bertentangan cenderung berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencapai tujuannya masing-masing, namun di sisi lain seringkali terdapat upaya orang lain untuk menghalangi diri kita untuk mencapai tujuan itu (Morreale et al., 2007). Morreale et al. (2007) menguraikan tiga cara utama untuk mengelola konflik dalam hubungan agar tercipta hubungan yang adil dan merata: 1. Keterampilan menghindar: merupakan teknik penyelesaikan masalah dengan cara menunda penanganan masalah dengan cara mengalihkan topik yang menjadi akar permasalahan dalam hubungan. Individu yang memiliki keterampilan ini sering kali akan menunda diskusi sampai nanti demi terciptanya situasi yang berpotensi menciptakan sikap lepas kendali dari pasangan atau orang lain. 2. Keterampilan distributif: merupakan teknik penyelesaian masalah dengan cara membagi dan mendistribusikan akar masalah yang menyebabkan konflik antar pribadi kepada orang lain sehingga diri kita menjadi menang dari orang lain. Cara ini kerap menggunakan pesan agresif seperti kompetisi, argumentasi, kritik bahkan keluhan.


Pengantar Imu Komunikasi 126 3. Keterampilan integratif: merupakan teknik penyelesaian masalah untuk menyatukan tujuan diri kita dengan tujuan orang lain sehingga dapat mencapai apa yang diinginkan oleh kedua belah pihak. Ketika menerapkan keterampilan integratif memerlukan sikap kehati-hatian karena melibatkan sikap untuk mengidentifikasi tujuan orang lain sehingga akan menumbuhkan upaya dari dalam diri kita untuk mengembangkan rencana demi mencapai kepentingan dan tujuan.


Pengantar Imu Komunikasi 127 A. Arti dan Unsur Pentingnya Persepsi Persepsi adalah proses penyusunan, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem saraf, yang merupakan hasil dari stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra (Ritonga, 2019; Diwyarthi et al., 2022). Secara etimologis, persepsi berasal dari bahasa Latin, yaitu "percipio" yang berarti "melihat" atau "menangkap". Dalam psikologi, persepsi didefinisikan sebagai proses mental yang memungkinkan kita untuk memahami dunia di sekitar kita (Budyatna, 2015; Nurhadi, 2017; Diwyarthi et al., 2022). PERSEPSI DAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA


Pengantar Imu Komunikasi 128 Persepsi merupakan proses yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor (Simbolon, 2007; Novinggi, 2019), termasuk: 1. Objek yang dipersepsi. Objek yang dipersepsi dapat berupa benda, orang, peristiwa, atau hubungan antar gejala. 2. Alat indera. Alat indera kita akan menerima stimulus dari objek yang dipersepsi. 3. Otak. Otak akan memproses informasi yang diterima dari alat indera. 4. Pengalaman. Pengalaman kita akan mempengaruhi cara kita mempersepsikan sesuatu. 5. Pengetahuan. Pengetahuan kita akan membantu kita untuk memahami objek yang dipersepsi. 6. Harapan. Harapan kita akan mempengaruhi cara kita mempersepsikan sesuatu. Berdasarkan objek yang dipersepsi, persepsi dapat dibagi menjadi dua jenis (Novinggi, 2019), yaitu: 1. Persepsi objek. Persepsi objek adalah persepsi terhadap objek yang berada di luar diri kita. Contoh persepsi objek adalah melihat sebuah mobil, mendengar suara musik, atau merasakan bau bunga. 2. Persepsi sosial. Persepsi sosial adalah persepsi terhadap orang lain, kelompok, atau peristiwa yang melibatkan orang lain. Contoh persepsi sosial adalah menilai kepribadian seseorang, memahami maksud dari suatu pesan, atau memahami situasi sosial. Persepsi memiliki peran yang penting dalam kehidupan kita. Persepsi memungkinkan kita untuk memahami dunia di sekitar kita dan untuk berinteraksi dengan orang lain.


Pengantar Imu Komunikasi 129 Persepsi yang akurat dapat membantu kita untuk membuat keputusan yang tepat dan untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Berikut adalah beberapa contoh persepsi dalam kehidupan sehari-hari: 1. Seorang anak melihat sebuah benda berwarna merah. Anak tersebut akan mempersepsikan benda tersebut sebagai sebuah apel, karena pengalamannya yang pernah melihat apel berwarna merah. 2. Seorang pria mendengar suara keras. Pria tersebut akan mempersepsikan suara tersebut sebagai suara tembakan, karena pengalamannya yang pernah mendengar suara tembakan sebelumnya. 3. Seorang wanita melihat seseorang tersenyum. Wanita tersebut akan mempersepsikan senyuman tersebut sebagai tanda kebahagiaan, karena pengalamannya yang pernah melihat orang tersenyum karena bahagia. Dari contoh-contoh tersebut, dapat kita lihat bahwa persepsi merupakan proses yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Persepsi kita dapat berbeda dari orang lain, karena dipengaruhi oleh pengalaman, pengetahuan, harapan, dan faktor-faktor lainnya. Unsur-unsur persepsi (Simbolon, 2007; Nurhadi, 2017; Novinggi, 2019) adalah sebagai berikut: 1. Sensasi. Sensasi adalah proses penerimaan stimulus oleh alat indera. Stimulus adalah segala sesuatu yang dapat diterima oleh alat indera, seperti cahaya, suara, bau, rasa, dan tekstur.


Pengantar Imu Komunikasi 130 2. Atensi. Atensi adalah proses pemusatan perhatian pada suatu stimulus tertentu. Kita tidak dapat mempersepsikan semua stimulus yang ada di sekitar kita, sehingga kita perlu memfokuskan perhatian kita pada stimulus tertentu yang kita anggap penting (Yanti, 2022). 3. Organisasi. Organisasi adalah proses pengelompokan dan pengorganisasian stimulus yang telah diterima oleh alat indera. Kita cenderung untuk mengelompokkan stimulus yang memiliki karakteristik yang sama. 4. Interpretasi. Interpretasi adalah proses pemberian makna pada stimulus yang telah diorganisasikan. Interpretasi dipengaruhi oleh pengalaman, pengetahuan, dan harapan kita. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut dari masingmasing unsur persepsi: 1. Sensasi Sensasi adalah proses penerimaan stimulus oleh alat indera. Alat indera kita memiliki reseptor yang berfungsi untuk menerima stimulus (Budyatna, 2015). Misalnya, reseptor mata berfungsi untuk menerima stimulus cahaya, reseptor telinga berfungsi untuk menerima stimulus suara, dan reseptor hidung berfungsi untuk menerima stimulus bau. Setelah stimulus diterima oleh reseptor, informasi tersebut akan dikirim ke otak melalui saraf sensorik. Otak akan memproses informasi tersebut dan menghasilkan sensasi. Misalnya, ketika kita melihat sebuah apel, reseptor mata kita akan mengirimkan informasi tentang warna, bentuk, dan ukuran apel ke


Pengantar Imu Komunikasi 131 otak. Otak akan memproses informasi tersebut dan menghasilkan sensasi melihat apel. 2. Atensi Atensi adalah proses pemusatan perhatian pada suatu stimulus tertentu. Kita tidak dapat mempersepsikan semua stimulus yang ada di sekitar kita, sehingga kita perlu memfokuskan perhatian kita pada stimulus tertentu yang kita anggap penting. Atensi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor(Kunandar, 2019), seperti: a. Intensitas stimulus. Stimulus yang memiliki intensitas yang lebih tinggi cenderung menarik perhatian kita. Misalnya, suara yang keras akan lebih menarik perhatian kita daripada suara yang pelan. b. Kebaruan stimulus. Stimulus yang baru dan tidak biasa cenderung menarik perhatian kita. Misalnya, kita akan lebih memperhatikan orang yang berpakaian aneh daripada orang yang berpakaian biasa. c. Relevansi stimulus. Stimulus yang relevan dengan kebutuhan dan minat kita cenderung menarik perhatian kita. Misalnya, kita akan lebih memperhatikan iklan makanan daripada iklan mobil. 3. Organisasi Organisasi adalah proses pengelompokan dan pengorganisasian stimulus yang telah diterima oleh alat indera. Kita cenderung untuk mengelompokkan stimulus yang memiliki karakteristik yang sama. Misalnya, ketika


Pengantar Imu Komunikasi 132 kita melihat sebuah meja dengan berbagai macam benda di atasnya, kita akan mengelompokkan benda-benda tersebut berdasarkan jenisnya, seperti buku, pensil, dan gelas. Organisasi membantu kita untuk memahami lingkungan kita dengan lebih baik. Misalnya, ketika kita melihat sebuah ruangan yang penuh dengan orang, kita akan mengelompokkan orang-orang tersebut berdasarkan jenis kelamin, usia, dan pakaian. Organisasi ini akan membantu kita untuk memahami siapa saja yang ada di ruangan tersebut dan apa yang mereka lakukan. 4. Interpretasi Interpretasi adalah proses pemberian makna pada stimulus yang telah diorganisasikan. Interpretasi dipengaruhi oleh pengalaman, pengetahuan, dan harapan kita. Misalnya, ketika kita melihat seseorang yang sedang tersenyum, kita dapat menginterpretasikan senyuman tersebut sebagai tanda kebahagiaan, keramahan, atau bahkan sinisme. Interpretasi kita akan senyuman tersebut akan tergantung pada pengalaman kita sebelumnya, pengetahuan kita tentang orang tersebut, dan harapan kita tentang situasi tersebut. Persepsi kita dapat berbeda dari orang lain, karena dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal yang berbeda. Misalnya, dua orang yang memiliki pengalaman yang berbeda akan mempersepsikan sebuah benda dengan cara yang berbeda.


Pengantar Imu Komunikasi 133 B. Hubungan Persepsi dan Komunikasi Antar Budaya Persepsi dan komunikasi antar budaya memiliki hubungan yang saling terkait dan saling memengaruhi (Liliweri, 2019; Sampurno, Kusumandyoko and Islam, 2020; Yanti, 2022). Persepsi adalah proses yang kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari diri kita sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri kita. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah budaya. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan mencakup berbagai hal, seperti bahasa, nilai, norma, kepercayaan, dan seni. Komunikasi antar budaya adalah proses komunikasi yang melibatkan orang-orang dari budaya yang berbeda. Komunikasi antar budaya dapat terjadi dalam berbagai konteks, seperti dalam bisnis, pendidikan, atau pariwisata (Utama, 2017; Kunandar, 2019). Hubungan antara persepsi dan komunikasi antar budaya dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Persepsi mempengaruhi cara kita berkomunikasi dengan orang lain dari budaya yang berbeda. Misalnya, jika kita berasal dari budaya yang menjunjung tinggi kesopanan, kita akan lebih cenderung menggunakan bahasa yang sopan dan santun saat berkomunikasi dengan orang lain dari budaya yang sama. Namun, jika kita berkomunikasi


Pengantar Imu Komunikasi 134 dengan orang lain dari budaya yang berbeda, kita mungkin perlu menyesuaikan cara kita berkomunikasi agar tidak menyinggung perasaan mereka. 2. Komunikasi antar budaya dapat mempengaruhi persepsi kita tentang orang lain dari budaya yang berbeda. Misalnya, jika kita berkomunikasi dengan orang lain dari budaya yang berbeda dan menemukan bahwa mereka memiliki nilai dan norma yang berbeda dari kita, kita mungkin akan mulai mempersepsikan mereka secara berbeda. Untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar budaya, diperlukan pemahaman yang baik tentang persepsi dan budaya. Kita perlu menyadari bahwa orang-orang dari budaya yang berbeda mungkin memiliki cara yang berbeda untuk mempersepsikan dunia dan berkomunikasi. Kita juga perlu menghormati perbedaan budaya dan menghindari membuat penilaian yang tidak adil tentang orang lain (Budyatna, 2011; Ridwan, 2016). Komunikasi antar budaya adalah proses komunikasi yang melibatkan orang-orang dari budaya yang berbeda. Komunikasi antar budaya dapat terjadi dalam berbagai konteks, seperti dalam bisnis, pendidikan, atau pariwisata. Persepsi adalah proses yang kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari diri kita sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri kita. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah budaya. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia yang diwariskan


Pengantar Imu Komunikasi 135 dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan mencakup berbagai hal, seperti bahasa, nilai, norma, kepercayaan, dan seni. Hubungan antara komunikasi antar budaya dengan persepsi dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Persepsi mempengaruhi cara kita berkomunikasi dengan orang lain dari budaya yang berbeda. Misalnya, jika kita berasal dari budaya yang menjunjung tinggi kesopanan, kita akan lebih cenderung menggunakan bahasa yang sopan dan santun saat berkomunikasi dengan orang lain dari budaya yang sama. Namun, jika kita berkomunikasi dengan orang lain dari budaya yang berbeda, kita mungkin perlu menyesuaikan cara kita berkomunikasi agar tidak menyinggung perasaan mereka. 2. Komunikasi antar budaya dapat mempengaruhi persepsi kita tentang orang lain dari budaya yang berbeda. Misalnya, jika kita berkomunikasi dengan orang lain dari budaya yang berbeda dan menemukan bahwa mereka memiliki nilai dan norma yang berbeda dari kita, kita mungkin akan mulai mempersepsikan mereka secara berbeda. Namun, hubungan ini juga memiliki beberapa keterbatasan. Salah satu keterbatasannya adalah bahwa persepsi kita tentang orang lain dari budaya yang berbeda dapat dipengaruhi oleh bias. Misalnya, kita mungkin cenderung mempersepsikan orang lain dari budaya yang berbeda sebagai orang yang aneh atau tidak sopan, hanya karena mereka memiliki cara yang berbeda untuk mempersepsikan dunia dan berkomunikasi.


Pengantar Imu Komunikasi 136 Komunikasi antar budaya adalah proses komunikasi yang melibatkan orang-orang dari budaya yang berbeda. Komunikasi antar budaya dapat terjadi dalam berbagai konteks, seperti dalam bisnis, pendidikan, atau pariwisata. Pengalaman budaya perseptual adalah proses yang kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari diri kita sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri kita (Simbolon, 2007; Ridwan, 2016). Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pengalaman budaya perseptual adalah budaya. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan mencakup berbagai hal, seperti bahasa, nilai, norma, kepercayaan, dan seni. Pengalaman dalam kehidupan berbudaya yang majemuk adalah pengalaman yang dialami oleh orang-orang yang hidup di lingkungan yang terdiri dari berbagai budaya. Pengalaman ini dapat menjadi kompleks dan menantang, tetapi juga dapat menjadi kaya dan bermanfaat. Komunikasi antar budaya, pengalaman budaya perseptual, dan pengalaman dalam kehidupan berbudaya yang majemuk memiliki hubungan yang saling terkait dan saling memengaruhi. Komunikasi antar budaya dapat mempengaruhi pengalaman budaya perseptual. Misalnya, jika kita berkomunikasi dengan orang lain dari budaya yang berbeda,


Pengantar Imu Komunikasi 137 kita mungkin akan mulai mempersepsikan dunia dan orang lain secara berbeda. Pengalaman budaya perseptual dapat mempengaruhi komunikasi antar budaya. Misalnya, jika kita memiliki pengalaman budaya perseptual yang positif, kita akan lebih cenderung berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dari budaya yang berbeda. Pengalaman dalam kehidupan berbudaya yang majemuk dapat mempengaruhi komunikasi antar budaya dan pengalaman budaya perseptual. Misalnya, jika kita hidup di lingkungan yang terdiri dari berbagai budaya, kita akan lebih terbiasa dengan perbedaan budaya dan akan lebih mudah untuk berkomunikasi dengan orang lain dari budaya yang berbeda. Hubungan antara komunikasi antar budaya, pengalaman budaya perseptual, dan pengalaman dalam kehidupan berbudaya yang majemuk adalah hubungan yang kompleks dan saling memengaruhi. Hubungan ini memiliki beberapa keterbatasan, tetapi juga memiliki beberapa potensi manfaat. Salah satu keterbatasannya adalah bahwa komunikasi antar budaya dapat menjadi sulit dan kompleks. Hal ini karena orang-orang dari budaya yang berbeda mungkin memiliki cara yang berbeda untuk menggunakan bahasa, memahami simbol, dan mengekspresikan diri. Namun, hubungan ini juga memiliki beberapa potensi manfaat. Misalnya, komunikasi antar budaya dapat membantu kita untuk memahami budaya lain dan untuk membangun hubungan dengan orang-orang dari budaya yang berbeda. Pengalaman budaya perseptual dapat


Pengantar Imu Komunikasi 138 membantu kita untuk menjadi lebih terbuka dan toleran terhadap perbedaan. Dan pengalaman dalam kehidupan berbudaya yang majemuk dapat membantu kita untuk menjadi lebih kaya dan fleksibel dalam cara kita berpikir dan bertindak. Meskipun memiliki beberapa keterbatasan, hubungan antara komunikasi antar budaya, pengalaman budaya perseptual, dan pengalaman dalam kehidupan berbudaya yang majemuk adalah hubungan yang penting untuk dipahami. Pemahaman yang baik tentang hubungan ini dapat membantu kita untuk berkomunikasi secara lebih efektif dengan orang lain dari budaya yang berbeda, untuk menjadi lebih terbuka dan toleran terhadap perbedaan, dan untuk menjadi lebih kaya dan fleksibel dalam cara kita berpikir dan bertindak. Komunikasi antar budaya adalah proses komunikasi yang melibatkan orang-orang dari budaya yang berbeda. Komunikasi antar budaya dapat terjadi dalam berbagai konteks, seperti dalam bisnis, pendidikan, atau pariwisata. Kemajemukan dapat menjadi sumber konflik dan ketegangan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perbedaan kepentingan dan perbedaan nilai-nilai. Keragamanan persepsi dapat menyebabkan bias. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan kita untuk mempersepsikan dunia dan orang lain dari sudut pandang budaya kita sendiri. Kemajemukan pluralitas warna kehidupan sosial manusia dapat menyebabkan diskriminasi. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan kita untuk membedakan orang lain berdasarkan latar belakang mereka.


Pengantar Imu Komunikasi 139 Kondisi komunikasi antar budaya, kemajemukaan, keragamanan persepsi, dan kemajemukan pluralitas warna kehidupan sosial manusia adalah kondisi yang kompleks dan penuh tantangan. Namun, kondisi ini juga dapat menjadi sumber kekuatan dan kekayaan. Untuk mengatasi keterbatasan dari kondisi ini, diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan pemahaman terhadap kemajemukan, mengurangi bias, dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil.


Pengantar Imu Komunikasi 140 OMUNIKASI massa merupakan proses penyampaian pesan yang dilakukan melalui media massa (Paxson, 2010). Oleh karena itu, Komunikasi massa tidak bisa dipisahkan dari media massa. Media massa menjadi saluran komunikasi yang sangat kuat karena memiliki kemampuan untuk menyampaikan berbagai informasi dan hiburan secara serentak. Selain itu, media massa juga mampu menjangkau khalayak massa yang tersebar luas di berbagai daerah, dengan waktu singkat. Dalam proses komunikasi massa, organisasi media bertindak sebagai komunikator atau pengirim pesan. Organisasi medialah yang memproduksi dan menyebarkan berbagai konten berita, hiburan dan edukasi kepada masyarakat luas. Lebih jauh, Turow (2009) menjelaskan terdapat beberapa hal yang membedakan K KOMUNIKASI DAN MEDIA MASA


Pengantar Imu Komunikasi 141 komunikasi massa dengan proses komunikasi di level yang berbeda, diantaranya: 1. Pengirim pesan (source) adalah organisasi, bukan individu 2. Proses transmisi pesan melibatkan berbagai organisasi yang berbeda 3. Umpan balik (feedback) tidak bisa langsung didapatkan (tertunda). 4. Gangguan (noise) bersifat mekanis dan berlangsung pada proses pengiriman dan penerimaan pesan Dari penjelasan tersebut maka diketahui bahwa pada proses komunikasi massa yang berlangsung melalui media berjalan satu arah dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Sehingga feedback atau umpan balik dari khalayak sebagai penerima pesan tidak mudah didapatkan; mengingat khalayak penerima pesan bersifat anonim, tersebar di berbagai lokasi yang berbeda sehingga sulit untuk diindentifikasi. Namun, sifat komunikasi satu arah ini mulai berubah dengan tumbuhnya media baru yang berbasis internet. Media baru ini memungkinkan terjadinya proses interaksi antara pengirim pesan dan penerima pesan. Sehingga feedback atau umpan balik dapat dengan cepat didapatkan (Turow, 2009; McQuail, 2010; Paxson, 2010). Komunikasi massa juga dapat dikaji melalui beberapa model. Menurut McQuail, (2010), model komunikasi massa terdiri atas model proses, transmisi, ritual, publisitas dan resepsi. Berikut adalah penjelasannya:


Pengantar Imu Komunikasi 142 1. Model Proses. Pada model ini komunikasi massa bergantung pada fungsi komunikasi massa dalam memproduksi pesan massal dan mendistribusikannya melalui berbagai macam saluran media. Model ini berfokus pada teknologi dan organisasi media, bukan pada manusia yang menjadi pengirim dan penerima pesan. 2. Model Transmisi Model transmisi memperlihatkan proses penyampaian pesan melalui media massa yang berjalan secara linear. Model ini sempat menjadi rujukan utama, sebelum akhirnya muncul definisi baru dari model transmisi komunikasi massa; yang melihat peran komunikator dalam komunikasi massa. Komunikator, yaitu jurnalis professional di organisasi media bertugas memediasi hubungan antara sumber informasi dan khalayak massa. Oleh karena itu, proses ini tidak dapat lagi dikategorikan sebagai proses yang linear, karena feedback atau umpan balik khalayak dapat disampaikan pada media maupun komunikator. 3. Model Ritual/Ekpresif. Model komunikasi ini bergantung pada pemahaman bersama di kalangan masyarakat yang berwujud perayaan dan pertunjukan sebagai salah satu bentuk komunikasi. Pesan yang disampaikan dalam model ini umumnya laten dan ambigu, dan menggunakan berbagai simbol yang ada pada kelompok budaya tertentu. Model komunikasi ritual cenderung statis dan tidak berubah. Contoh dari model ini dapat ditemukan dalam berbagai bentuk seni, perayaan keagamaan, dan berbagai perayaan publik.


Click to View FlipBook Version