Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Copyright© PT Penerbit Penamuda Media, 2024 Penulis: Windy, S.Pd Milawati, S.Pd Hafsyatul Rizkiah, S.Pd Unik Ambar Wati, S.Pd., M.Pd., Ph.D ISBN: 978-623-8586-84-4 Desain Sampul: Tim PT Penerbit Penamuda Media Tata Letak: Enbookdesign Diterbitkan Oleh PT Penerbit Penamuda Media Casa Sidoarium RT 03 Ngentak, Sidoarium Dodeam Sleman Yogyakarta HP/Whatsapp : +6285700592256 Email : [email protected] Web : www.penamuda.com Instagram : @penamudamedia Cetakan Pertama, Juni 2024 viii + 100, 15x23 cm Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin Penerbit
v Kata Pengantar engan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, penulis persembahkan kata pengantar untuk buku ini. Buku ini ditulis dengan tujuan untuk memberikan sumbangsih pengetahuan dan wawasan mengenai Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna dan terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan dari para pembaca demi kesempurnaan buku ini di kemudian hari. Penulis berharap buku ini dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi para pembaca dalam menerapkan Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini. Terima kasih. Penulis, Juni 2024 D
vi Daftar Isi Kata Pengantar ...................................................................... v Daftar Isi ............................................................................. vi Bab 1 - Konsep Dasar Pendidikan Karakter................................ 1 A. Tujuan Pendidikan Karakter ............................................ 5 B. Sumber-Sumber Pendidikan Karakter .............................. 6 Bab 2 - Membangun Sekolah Berkarakter ............................... 21 A. Hakikat Sekolah Berkarakter ..........................................21 B. Nilai Karakter Yang Dikembangkan di Sekolah.................24 C. Membangun Budaya Moral di Sekolah.............................26 Bab 3 - Menciptakan Ruang Kelas yang Berkarakter ................. 32 A. Membangun Kelas Berkarakter.......................................32 B. Membangun Ikatan dan Model Karakter..........................40 C. Guru Sebagai Model Karakter .........................................45
vii Bab 4 - Menciptakan Proses Pembelajaran Berbasis Berkarakter ............................................................ 49 A. Kurikulum dan Pendidikan karakter ............................... 49 B. Membangun Pembelajaran Berbasis Karakter ................. 59 Bab 5 - Menciptakan Keluarga Berkarakter ............................. 67 A. Strategi Mendidik Anak Berkarakter di Sekolah ............... 67 B. Membangun kerja sama antar Sekolah dan Orang Tua dalam Pengembangan Karakter Anak ............................. 74 C. Strategi Penguatan Keluarga untuk Pendidikan Karakter Anak ............................................................................ 79 Bab 6 - Mengembangkan Potensi Karakter Peserta Didik .......... 83 A. Pendidikan Karakter Dimulai Dari Dalam Keluarga.......... 83 B. Pendidikan Karakter di Sekolah...................................... 86 C. Peran Lingkungan Masyarakat, Peran Kegiatan Olahraga, dan Peran Institusi ........................................................ 88 Daftar Pustaka .................................................................... 96 Tentang Penulis .................................................................. 99
viii
1 Bab 1 Konsep Dasar Pendidikan Karakter endidikan karakter terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter. Berasal dari kata raba yang berarti menjaga dan mendidik. Dalam kepustakaan Arab, kata “Talbiyyah” mempunyai pengertian yang beragam dan pada dasarnya merujuk pada proses pengembangan potensi yang ada dalam diri seseorang. Untuk memahami P
2 pengertian karakter kita dapat melihatnya dari dua aspek: linguistik (etimologis) dan konseptual (terminologis). Secara etimologis istilah “karakter” berasal dari kata latin caractor, charasein dan carax, sedangkan kata Yunani “character” berasal dari kata characein yang berarti mempertajam atau memperdalam. Karakter dalam bahasa Inggris berarti kualitas, mutu, peran, watak (John M. Ecole dan Hassan Sadiri, 2003). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, kata karakter berarti sifat kejiwaan, moral, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain, atau bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti , perilaku, kepribadian, sifat, kepribadian, temperamen, kepribadian. Oleh karena itu, istilah kepribadian berarti mempunyai watak, tingkah laku, Individu yang berakhlak baik atau baik adalah individu yang mengupayakan yang terbaik bagi Tuhan Yang Maha Esa sendiri, orang lain, dan lingkungannya. memberikan kontribusi kepada bangsa, bangsa, dan dunia internasional pada umumnya dengan cara mengoptimalkan potensi (pengetahuan) yang dimilikinya dan melibatkan kesadaran, perasaan, motivasi (emosi) (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010). Menurut terminologinya, beberapa definisi karakter telah diberikan oleh beberapa ahli seperti:
3 1. Hornby (1987) menyatakan bahwa karakter dapat diartikan sebagai kualitas mental atau moral yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. 2. Tadkirotun Musfiroh (2008), Kepribadian mengacu pada seperangkat sikap, perilaku, motif, dan kemampuan. Karakter berasal dari kata Yunani yang berarti tanda dan menitik beratkan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai yang pantas dalam bentuk tindakan dan perbuatan. 3. Hermawan Kartajaya (2010) mendefinisikan karakter sebagai kualitas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu (manusia). Ciri-ciri tersebut bersifat nyata, berakar pada objek atau kepribadian seseorang, dan merupakan kekuatan pendorong di balik bagaimana seseorang berperilaku, bertindak, berbicara, dan bereaksi terhadap sesuatu. 4. Simon Phillips (2008), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. 5. Doni Koesoema A. (2007) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dipahami sebagai ciriciri dan kualitas seseorang, atau corak dan sifat, yang dihasilkan dari bentukan yang diterima dari lingkungan. 6. Winnie memahami bahwa karakter berkaitan tingkah laku, dengan jika seseorang bertindak tidak jujur, kejam,
4 atau serakah, sudah pasti orang tersebut menunjukkan perilaku buruk. Kedua, konsep karakter erat kaitannya dengan “individualitas”. Seseorang dapat disebut orang yang berkarakter hanya jika perbuatannya sesuai dengan kaidah moral. 7. Sedangkan Imam Ghozali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, spontanitas perbuatan manusia, atau pelaksanaan perbuatan yang sudah tertanam dalam diri manusia, sehingga bila hal itu terjadi tidak perlu dipikirkan lagi. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, kepribadian dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang melekat pada diri seseorang dan membedakannya dengan orang lain. Makna budi pekerti, perangai, dan budi pekerti seringkali tertukar dalam penggunaannya. Oleh karena itu, tidak heran jika dalam menggunakannya seseorang terkadang bingung membedakan kepribadian, watak, dan kepribadian. Sebab, ketiga istilah tersebut mempunyai kesamaan yaitu merupakan hal mendasar yang ada dalam diri individu dan cenderung menetap secara permanen. Akan tetapi, Alport (dalam Majid, 2010) menunjukkan bahwa “Character is personality evaluated and personality is character devaluated” artinya watak adalah kepribadian yang dinilai, sedangkan kepribadian adalah watak yang tak dinilai).
5 A. Tujuan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter pada hakikatnya menitikberatkan pada mutu pelaksanaan dan hasil pendidikan agar pengembangan karakter peserta didik terwujud secara holistik, menyeluruh dan seimbang atau luhur, tergantung pada tingkat kinerja lulusannya. Melalui pelatihan karakter, peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menerapkan ilmu pengetahuan, mempelajari nilai-nilai akhlak dan akhlak mulia, serta mampu menginternalisasikan dan mempersonalisasikannya serta merefleksikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dikembangkan dengan tujuan mewujudkan UUSPN pendidikan nasional Bab 2 Pasal 3 Nomor 20 Tahun 2003: Peranan pendidikan nasional adalah mengembangkan keterampilan, membentuk karakter dan peradaban bangsa yang berharga, dan mencerdaskan kehidupan nasional. Mengembangkan potensi peserta didik menjadi pribadi yang percaya diri, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan berwarga negara. Dari sudut pandang pedagogi, pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu pelaksanaan dan hasil pendidikan agar pengembangan karakter dan akhlak
6 mulia peserta didik terwujud secara utuh, terpadu dan seimbang. Pendidikan karakter pada hakikatnya bertujuan untuk membangun bangsa yang penuh ilmu pengetahuan dan teknologi, keuletan, kompetisi, moralitas, toleransi, kerjasama, patriotisme dan pembangunan yang dinamis, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Kemendiknas, tujuan pendidikan karakter yakni mengembangkan potensi siswa dalam pikiran, hati nurani, dan emosi sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Mengembangkan pada diri siswa kebiasaan dan perilaku yang terpuji dan sesuai dengan nilai-nilai universal dan tradisi agama-budaya negara. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis meyakini bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat menjadi individu yang siap menghadapi dan bertahan di masa depan serta menghadapi tantangan yang dinamis dengan perilaku terpuji memaksimalkan perkembangan seksual. B. Sumber-Sumber Pendidikan Karakter Membangun karakter masyarakat yang berkualitas melalui pendidikan didasarkan pada sumber yang sesuai dengan tujuan nasional Indonesia (Karim, 2010). Sumber
7 Nilai Pendidikan Karakter antara lain agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Nilai-nilai dalam upaya membentuk kebudayaan dan karakter suatu bangsa harus berlandaskan pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang bersumber dari agama. Artinya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila banyak yang berupa nilai politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, dan kehidupan seni. Selain itu, Pendidikan Kebudayaan dan Kebangsaan bertujuan untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang lebih baik, warga negara yang berkeinginan dan mampu menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Kedudukan penting kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat menuntut kebudayaan menjadi sumber nilai bagi pembentukan kebudayaan dan karakter bangsa. Hal tersebut terbentuk dari ciri-ciri yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia dan dikembangkan melalui berbagai satuan pendidikan pada jenjang dan cara yang berbeda-beda. Adapun pelaksanaan pendidikan karakter dapat dimaksimalkan melalui pemahaman dari beberapa sumber di antaranya yaitu:
8 1. Agama Pendidikan agama saat ini masih pada tataran pengenalan norma dan nilai, bukan pada tataran internal atau tataran aktivitas sehari-hari yang sebenarnya. Oleh karena itu, dalam pendidikan agama baru penekanannya diberikan pada aspek kognitif, disusul aspek emosional dan psikomotorik, yang menjadi inti pembelajaran nilai itu sendiri. Lembaga pendidikan yang mengembangkan landasan dan sumber pendidikan nasional melakukan pendalaman nilai-nilai khas bangsa Indonesia: nilai-nilai agama, Pancasila, kebudayaan nasional dan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, agama adalah suatu ajaran, suatu sistem kepercayaan dan pengaturan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta aturan-aturan mengenai hubungan manusia antara manusia dengan lingkungannya. Kehidupan individu, masyarakat dan negara selalu dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada agama. Berdasarkan aspek-aspek tersebut, maka nilai-nilai pendidikan karakter hendaknya didasarkan pada nilai dan kaidah yang bersumber dari agama.
9 Oleh karena itu, karakter adalah nilai tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan hidup, dan kebangsaan, yang diwujudkan dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan tindakan. Pendidikan karakter juga dipahami sebagai suatu proses dan upaya untuk meningkatkan kecerdasan dalam berpikir, menjunjung tinggi bentuk sikap dan mengamalkan dalam bentuk perilaku yang selaras dengan berbagai nilai luhur pembentuk jati diri seseorang. Hal itu diwujudkan dalam hubungan kita dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Nilainilai luhur tersebut antara lain kejujuran, kemandirian, kesopanan, keluhuran sosial, pemikiran intelektual termasuk haus akan ilmu pengetahuan, dan pemikiran logis. Oleh karena itu, pendidikan karakter bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan atau melatih keterampilan tertentu. 2. Pancasila Pentingnya internalisasi prinsip-prinsip Pancasila karena merupakan salah satu hal yang sakral. Oleh karena itu, seluruh warga negara negara harus menghafal seluruh butir Pancasila dan berusaha
10 mengamalkannya. Namun di sisi lain, sebagian besar masyarakat Indonesia hanya menganggap Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi, tanpa mempertimbangkan makna dan manfaatnya bagi kehidupan. (Cianturri dan Dewi, 2021). Padahal, meski masyarakat tidak menyadari makna yang terkandung dalam Pancasila, namun sangat bermanfaat dan bermanfaat (Nurgiansah, 2020). Saat ini terjadinya berbagai penyimpangan dan kesalahan sebenarnya disebabkan karena tidak mengamalkan asas Pancasila itu sendiri. penting bukan hanya sekedar memahami Pancasila , namun juga mengamalkan dan melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai pendidikan karakter. Sebab, pendidikan karakter merupakan upaya mewujudkan pelaksanaan amanat Pancasila dan UUD 1945 serta dilatarbelakangi oleh realitas yang berkembang saat ini di lembaga pendidikan (Dewantara, et al., 2021). Pancasila yang merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki makna dan nilai luhur dalam setiap perintahnya, karena setiap butir Pancasila dirumuskan dari nilai-nilai yang telah ada dalam kehidupan pribadi bangsa Indonesia sejak
11 dahulu kala. Arti dan nilai dari setiap sila adalah sebagai berikut: a. Ketuhanan (religiusitas) Nilai-nilai keagamaan merupakan nilai-nilai yang erat kaitannya dengan aktivitas individu dan diyakini suci, ketuhanan, luhur, dan mempunyai kekuatan luhur. Proses memahami ketuhanan sebagai pedoman hidup merupakan perwujudan masyarakat bertakwa, pembangunan bangsa Indonesia yang mempunyai semangat dan semangat untuk mendapatkan keridhaan Tuhan atas setiap perbuatan baik. Dari segi agama dan etika, negara yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah negara yang menjamin kebebasan seluruh warga negaranya untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing. Berdasarkan hal tersebut, WNI juga harus merupakan orang yang beriman kepada Tuhan, orang yang beragama, apapun agama atau keyakinannya. b. Kemanusiaan (moralitas) Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah semacam keteraturan, suatu prinsip hidup, suatu kesadaran. Karena setiap orang mempunyai kesempatan untuk menjadi manusia seutuhnya, manusia yang
12 beradab. Tentu saja, masyarakat di peradaban maju lebih mudah menerima kebenaran dengan sepenuh hati, cenderung mengikuti adat istiadat dan pola kehidupan sosial yang normal, serta mengetahui hukum yang berlaku. Kesadaran ini merupakan semangat yang membangun jagat raya kehidupan masyarakat dan alam serta mewujudkan kebahagiaan melalui upaya jangka panjang serta dapat diwujudkan sebagai jalan hidup yang penuh dengan toleransi harmonis dan kedamaian. (Dewantara dkk, 2021). c. Persatuan Indonesia (kebangsaan) Persatuan menyatukan banyak bagian Indonesia yang tak terbantahkan dan keberadaan manusia di planet ini. Bangsa Indonesia telah berdiri sejak tahun dan menunjukkan kecintaan dari seluruh suku bangsa mulai dari Sabang hingga Merauke. Persatuan Indonesia harus dijadikan sebagai upaya untuk memandang diri kita secara lebih objektif dari luar, bukan sebagai suatu sikap atau pandangan yang sewenang-wenang dan sempit. Negara Republik Indonesia Serikat lahir setelah melalui perjuangan sejarah yang panjang dan terdiri dari beberapa suku bangsa, namun perbedaan tersebut tidak dapat
13 dipungkiri dan membentuk kesatuan Indonesia. (Nurgiansah dkk, 2020). d. Permusyawaratan dan perwakilan Manusia adalah makhluk sosial dan harus selalu hidup berdampingan dengan orang lain. Interaksi sosial ini biasanya berujung pada persatuan dan saling menghormati berdasarkan kesamaan tujuan dan kepentingan. Prinsip Populis merupakan kunci dalam upaya menyemangati masyarakat Indonesia di dunia saat ini untuk menjadi populis yang otonom, populis otonom yang tetap mempertahankan pemerintahan sendiri di tengah kerusuhan besar guna mewujudkan perubahan dan pembaharuan. Kebijaksanaan merupakan suatu kondisi sosial yang membuat manusia berpikir pada tingkat yang lebih tinggi dari manusia dan membebaskan diri dari belenggu berpikir yang didasarkan pada kelompok atau arus sempit tertentu. (Alfaqi, 2016). e. Keadilan sosial Nilai keadilan merupakan nilai-nilai yang mengikuti standar yang didasarkan pada keadilan, keseimbangan, dan keadilan dalam segala hal. Di Indonesia, mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat adalah cita-cita bernegara dan bangsa. Semua
14 ini berarti terwujudnya masyarakat yang terintegrasi secara organik dimana setiap anggotanya mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh, berkembang dan belajar hidup sesuai dengan kemampuan alamiahnya. Segala kegiatan kemudian diarahkan pada peningkatan potensi, karakter, dan kualitas manusia sehingga tercapai pemerataan kesejahteraan (Bahrudin, 2019). Dari penjelasan lima butir nilai Pancasila, kita dapat melihat betapa cermat dan mulianya nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu sangat disayangkan jika beberapa nilai tersebut hanya menjadi wacana dan karena kurangnya kesadaran tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana mestinya dan Pancasila tidak dapat dihayati. Jika nilai-nilai tersebut tertanam dalam kehidupan setiap orang, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat mainstream, maka nilai-nilai tersebut akan mampu merasuk jauh ke dalam hati dan jiwa setiap orang Indonesia (Pamungkas, 2015). 3. Budaya Pendidikan dan kebudayaan mempunyai hubungan timbal balik karena kebudayaan dapat dilestarikan dan dikembangkan dengan mewariskan
15 kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pendidikan (Marsono, 2019). Pendidikan berbasis budaya merupakan gerakan yang meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya dan manfaat pembelajaran sepanjang hayat yang berkelanjutan untuk menghadapi perubahan kehidu-pan dan tantangan yang semakin sulit. Lebih lanjut, Pendidikan memberikan jawaban dan solusi untuk menciptakan budaya berdasarkan orientasi terhadap kebutuhan masyarakat, sesuai dengan nilai dan sistem yang diterapkan dalam masyarakat. Gunawan mengartikan pendidikan sebagai proses sosialisasi, sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap dan keterampilan (Gunawan, 2000). Proses pendidikan harus mempunyai nilai budaya dalam arti seluas-luasnya. Sebab, sebagai warga negara, kita harus mulai mengenali jati diri kita melalui penghayatan dan pengamalan budaya. Media edukasi harus menjadi prioritas, karena upaya perubahan nilai-nilai budaya sangat diperlukan saat ini. Tujuan utama pendidikan itu sendiri tidak lain adalah upaya individu untuk memahami dirinya, lingkungannya, dan masyarakatnya (Gutek, 2004). Meskipun efek domino pendidikan membutuhkan
16 waktu yang relatif lama untuk terwujud pada tahun , namun secara umum diyakini bahwa efek tersebut bertahan dalam jangka waktu yang lama dan berdampak kuat pada masyarakat. Kurikulum dan metode pelatihan juga harus dapat beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang selalu berubah. Perubahan selama Revolusi Industri berdampak besar terhadap umat manusia dan dunia kerja, dan keterampilan yang dibutuhkan berubah dengan cepat. Oleh karena itu, Kurikulum hendaknya lebih memperhatikan kebudayaan dan pendidikan nasional dibandinkan dengan Kurikulum sebelumnya (Depdiknas, 2010). Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan menitikberatkan pada kepribadian berbasis budaya, namun lebih berorientasi pada tujuan. Artinya menerima persepsi siswa, nilai-nilai budaya dan jati diri bangsa sebagai miliknya, serta bertanggung jawab penuh terhadap masyarakat. Tujuan dari ketiga proses tersebut adalah untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam melakukan aktivitas sosial dan mendorong mereka untuk memandang dirinya sebagai makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari aspek budayanya sendiri.
17 4. Tujuan Pendidikan nasional Prioritas pembangunan nasional meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) tahun 2005-2025 (UU No. 17 Tahun 2007) untuk mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, beradab dan beradab berlandaskan pada falsafah pancasila. Salah satu upaya untuk mencapai hal tersebut yaitu melalui penguatan jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan. karena itu, tujuan pembentukan karakter. Upaya tersebut ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa, taat hukum, menjaga kerukunan rumah tangga dan antaragama, melakukan pertukaran antar budaya, mengembangkan modular sosial, dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya luhur bangsa. Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang dan tidak boleh ditinggalkan. Pendidikan adalah bagian kehidupan yang kuno dan selalu ada, bukan suatu proses yang direncanakan, dipertimbangkan, dan dilaksanakan secara teratur berdasarkan aturan yang disepakati oleh masyarakat sebagai mekanisme penegakan hukum (Omeri, 2015). Kedua, pendidikan dipandang sebagai proses sadar dan terencana, diatur oleh aturan-aturan yang
18 berlaku, terutama peraturan hukum dan kontrak masyarakat. Pendidikan sebagai suatu kegiatan dan proses tindakan sadar menjadi penting dalam masyarakat, terutama ketika masyarakat mulai memahami betapa pentingnya menciptakan, membimbing dan mengatur masyarakat dalam memenangkan cita-cita penguasa. Dengan kata lain, tujuan dan pelaksanaan pendidikan harus mengikuti arah pembangunan sosial ekonomi yang berkelanjutan, dan bagaimana arah pendidikan harus direncanakan berdasarkan orang-orang dalam masyarakat yang mempunyai kekuasaan withering besar. Pendidikan nasional adalah pengembangan karakter dan peradaban bangsa yang bernilai dalam rangka pendidikan kehidupan nasional, yang bertujuan untuk membantu peserta didik agar beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, menjadi manusia yang sehat dan cakap peluang dan menjadi warga negara yang kompeten, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan dan tidak boleh ditinggalkan. Tujuan
19 pendidikan nasional sebagai sumber pendidikan karakter sebagai suatu rencana mutu yang wajib dimiliki oleh seluruh warga negara Indonesia telah dikembangkan di berbagai satuan pendidikan pada tingkatan yang berbeda-beda dan dengan cara yang berbeda-beda. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki oleh warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional merupakan modular yang withering efektif bagi pendidikan kebudayaan dan pengembangan karakter bangsa. Berdasarkan tujuan tersebut, pendidikan mempunyai fungsi ganda yaitu transformasi ilmu pengetahuan, perubahan budaya, pengembangan karakter, penyiapan nasional, dan penyiapan tenaga kerja serta menjadi landasan pengembangan pendidikan karakter adalah rumusan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, tujuan pembentukan karakter adalah Mengembangkan potensi emosional peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang mempunyai nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji sesuai dengan nilai-nilai universal, tradisi budaya, karakter bangsa
20 kepemimpinan dan tanggung jawab, Siswa sebagai generasi penerus bangsa, mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan, kehidupan sekolah berkembang menjadi lingkungan belajar yang aman, jujur, kreatif dan bersahabat serta rasa kebangsaan yang kuat. Berdasarkan karakter dan nilai budaya, diidentifikasi beberapa sifat karakter yang merupakan kebajikan. Yakni: religius, jujur, toleran, disiplin, pekerja keras, mandiri, kreatif, demokratis, rasa ingin tahu, berjiwa kebangsaan, patriotik, menghargai prestasi, dan ramah/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, sadar lingkungan dan bertanggung jawab secara sosial.
21 Bab 2 Membangun Sekolah Berkarakter A. Hakikat Sekolah Berkarakter Sekolah merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan secara formal. Oleh karena itu, Sekolah merupakan tempat dimana siswa diajarkan nilai-nilai dan ilmu sehingga menghasilkan individu berprestasi yang cerdas dan penuh individualitas. Sekolah berkarakter merupakan inisiatif sekolah yang menanamkan nilai-nilai
22 budaya individualitas pada setiap siswa dan menciptakan suasana sekolah melalui berbagai kegiatan dalam proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar sekolah. Lingkungan sekolah perlu diperbaiki agar budaya karakter menjadi sikap batin (sistem kepercayaan) dan landasan dalam bertingkah laku dan berperilaku. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka perlu dan penting untuk mengintegrasikan nilai-nilai luhur negara ke dalam proses pendidikan di sekolah. Nilai-nilai budaya yang muncul dari bangsa Indonesia merupakan hasil tradisi leluhur. Nilai-nilai tersebut bersumber dari nilai jati diri bangsa Indonesia. Berikut adalah sumber-sumber dari nilai budaya bangsa: 1. Agama Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu berlandaskan pada ajaran dan keyakinan agama. Secara politik, kehidupan di negara bagian juga dilandasi oleh nilainilai yang bersumber dari agama. Memperhatikan hal tersebut, nilai-nilai pendidikan seperti budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai dan kaidah yang bersumber dari agama.
23 2. Pancasila Negara kesatuan Republik Indonesia didirikan berdasarkan asas kehidupan berbangsa dan bernegara yang disebut Pancasila. Pancasila disebutkan dalam Pembukaan UUD 1945 dan dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal UUD 1945. Artinya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah politik, hukum, ekonomi, kehidupan sosial, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, warga negara yang cakap, bercita-cita tinggi, dan mampu menerapkan nilainilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara. 3. Budaya Memang benar tidak ada manusia yang hidup dalam masyarakat yang tidak dilandasi oleh nilai-nilai budaya yang diakui dalam masyarakat tersebut. Nilainilai budaya tersebut dijadikan landasan dalam memberi makna pada konsep dan memberi makna pada komunikasi antar anggota suatu masyarakat. Kedudukan penting kebudayaan dalam kehidupan masyarakat menuntut kebudayaan menjadi sumber pendidikan budaya dan nilai-nilai karakter bangsa.
24 4. Tujuan Pendidikan Nasional Dikembangkan oleh satuan pendidikan di berbagai jenjang, kurikulum sebagai formula untuk mewakili kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional merupakan sumber pendidikan kebudayaan dan pengembangan karakter bangsa yang paling efektif. B. Nilai Karakter Yang Dikembangkan di Sekolah Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional mengidentifikasi nilai pembentukan karakter dalam publikasinya berjudul Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Karakter. Demikian hasil penelitian empiris Pusat Kurikulum mengenai agama, Pancasila, asal usul kebudayaan dan tujuan pendidikan nasional. Deskripsi setiap nilai dikembangkan oleh Pusat Kurikulum, badan penelitian dan pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dapat dilihat bahwa Agama Suatu sikap atau tingkah laku yang terdiri dari taat menjalankan ajaran agama sendiri, bertoleransi terhadap ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan pemahaman yang mengutamakan kepentingan
25 rakyat dan bangsa di atas kepentingan diri sendiri atau kelompok. Cara berpikir, bertindak dan memahami yang mengutamakan kepentingan bangsa dan kepentingan diri sendiri dan kelompok. Apresiasi atas Prestasi Suatu sikap atau perilaku yang mendorong seseorang untuk menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat serta mengakui dan menghargai keberhasilan orang lain. ramah atau komunikatif sikap atau perilaku yang menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mendorong pengakuan dan penghargaan terhadap keberhasilan orang lain. Cinta Damai Sikap atau perilaku yang mendorong seseorang untuk menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat serta mengakui dan menghargai keberhasilan orang lain. Pertimbangan Lingkungan Hidup Suatu sikap dan perilaku yang selalu bertujuan untuk mencegah kerusakan lingkungan alam sekitar dan memperbaiki kerusakan alam yang telah terjadi. Pekerjaan Sosial Sikap dan tindakan selalu ditujukan untuk memberikan bantuan kepada orang lain atau masyarakat yang membutuhkan. Tanggung Jawab Sikap dan tindakan seseorang untuk menunaikan tugas dan kewajibannya terhadap dirinya, masyarakat, lingkungan hidup (alam, sosial, budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
26 Ciri khas anak usia sekolah dasar adalah kesukaannya pada kegiatan manipulatif, segala sesuatunya harus konkrit dan terpadu. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka pendekatan pembelajaran atau model yang cocok untuk siswa sekolah dasar dianggap sebagai model pembelajaran yang berbasis interaksi sosial dan personal. Penyajian materi dan pokok bahasan untuk siswa sekolah dasar didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Dari yang mudah ke yang sulit. 2. Dari yang sederhana ke yang rumit. 3. Dari yang konkret ke yang abstrak. 4. Dari lingkungan terdekat anak daripada lingkungan sosial yang lebih luas. C. Membangun Budaya Moral di Sekolah Moralitas pada dasarnya adalah seperangkat nilai mengenai berbagai perilaku yang harus dipatuhi. Moralitas adalah norma dan lembaga yang mengatur tingkah laku individu terhadap kelompok sosial dan masyarakat. Moralitas adalah standar benar dan salah yang ditentukan bagi individu berdasarkan nilai-nilai sosiokultural di mana mereka menjadi anggota masyarakat. Moralitas merupakan aspek kepribadian yang dibutuhkan seseorang secara serasi, adil, dan seimbang
27 dalam kehidupan bermasyarakat. Dari segi budi pekerti, akhlak merupakan landasan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk mencapai akhlak yang baik. Ratna Megawangi mengatakan ada perbedaan antara akhlak dan akhlak karena akhlak merujuk pada watak (kebiasaan) seseorang, bukan langsung digerakkan (driven) oleh otak. Dari sudut pandang budi pekerti, akhlak merupakan landasan dasar yang harus dimiliki seseorang agar dapat mencapai akhlak yang baik. Ratna Megawangi mengatakan ada perbedaan antara akhlak dan akhlak karena akhlak mengacu pada watak (kebiasaan) seseorang yang lebih langsung digerakkan (digerakkan) oleh otak. Moralitas, di sisi lain, mengacu pada pengetahuan manusia tentang apa yang benar dan salah. Dari sudut pandang kesetaraan, mengingat fungsi dan peran setiap individu, budi pekerti dan moralitas berpedoman pada tindakan individu dan keinginan untuk membangun kehidupan dan masyarakat yang baik, tertib dan aman. Budaya sekolah yang baik dapat menciptakan suasana yang mendorong semua orang di sekolah untuk belajar bersama. Dalam komunitas sekolah, semangat masyarakat untuk mempelajari sesuatu yang berharga selalu tinggi. Budaya sekolah yang positif dapat meningkatkan kinerja sekolah baik bagi pimpinan sekolah, guru, siswa, staf, dan
28 pengguna sekolah lainnya. Budaya sekolah yang baik secara efektif akan menghasilkan kinerja yang tinggi antara individu, kelompok/satuan kerja, dan sekolah sebagai suatu organisasi, sehingga tercipta hubungan yang sinergis antara ketiga jenjang tersebut. Budaya sekolah yang sehat memberikan peluang bagi sekolah dan warga sekolah untuk berfungsi secara optimal, bekerja secara efisien, energik dan bersemangat, menunjukkan antusiasme yang besar dan berkembang. Oleh karena itu budaya sekolah ini perlu dikembangkan lebih lanjut. Berdasarkan analisis terhadap budaya sekolah menemukan bahwa rekayasa sosial diperlukan untuk menciptakan budaya sekolah yang ramah, dinamis, dan proaktif. Ketika mengembangkan budaya sekolah yang baru, perhatian harus diberikan pada dua tingkat kehidupan sekolah: tingkat individu dan tingkat organisasi atau sekolah. Mengubah budaya sekolah memerlukan perubahan perilaku individu. Dalam hal ini mungkin disebabkan oleh sikap kepala sekolah khususnya guru dan cara mereka memperlakukan siswa. Thomas Licona mengemukakan beberapa unsur budaya moral positif yang dapat diterapkan di sekolah sebagai berikut:
29 1. Kepemimpinan moral dan akademis kepala sekolah Kepala sekolah merupakan unsur sentral dalam suatu lembaga pendidikan dan menjadi perhatian para pendidik, staf dan peserta didik. Ketika pemimpin sekolah berhasil menerapkan budaya moral, maka akan lebih mudah untuk memberikan kebijakan yang dapat diterapkan oleh seluruh elemen di sekolah. 2. Disiplin sekolah dalam memberikan teladan, mengembangkan dan menegakan nilai-nilai sekolah dalam lingkungan sekolah Kepala sekolah menetapkan kebijakan dan mengambil keputusan mengenai penerapan budaya moral di sekolah. Dalam rangka melaksanakan kebijakan tersebut secara berkelanjutan dan sistematis, menjadikan disiplin sekolah sebagai suatu kebiasaan juga tidak kalah pentingnya dalam pembentukan budaya moral di sekolah. Disiplin tersebut dapat diterapkan sebagai kontras bagi mereka yang enggan mengamalkan budaya moral dan diberikan sebagai contoh dan acuan model yang dapat diikuti oleh guru dan siswa. 3. Pengertian sekolah terhadap masyarakat Hal ini bertujuan agar siswa memahami sosialisasi dan mempertimbangkan nilai-nilai yang
30 ada di masyarakat serta memberikan pembelajaran kontekstual yang memungkinkan siswa memahami apakah sesuatu itu baik atau buruk. 4. Pengelola sekolah yang melibatkan siswa dalam pengembangan diri yang demokratis Manajemen sekolah melibatkan siswa dalam melaksanakan tindakan disiplin. Misalnya, peraturan diambil berdasarkan konsensus yang dicapai melalui konsultasi dengan siswa, sehingga siswa merasa bahwa peraturan, norma, dan nilai tersebut berlaku bagi mereka, dan merupakan milik sekolah masingmasing. Mereka ikhlas mengamalkan kode etik tanpa adanya paksaan, dan juga tidak mau melanggar aturan kedisiplinan yang telah mereka buat, sehingga berharap dapat mengurangi pelanggaran. 5. Atmosfer moral terhadap sikap saling menghormati, keadilan dan kerja sama yang mempererat hubungan sekolah dengan para siswa. Memelihara suasana moral saling menghormati antara siswa dan guru serta antara siswa dan guru. Sebab, disiplin moral bisa terus ditegakkan dengan cara seperti itu. Mengupayakan sikap saling menghormati mendorong guru dan siswa untuk menjaga semangat kerja, begitu pula antara siswa dan guru.
31 Menarik perhatian orang lain yang berupaya ikut serta dalam menaati kode moral yang diterapkan siswa di sekolah. 6. Meningkatkan pentingnya moral dengan mengorbankan banyak waktu untuk peduli terhadap moral manusia. Dengan sering berinteraksi dengan lingkungan, siswa mampu memperkuat rasa kasih sayang terhadap sesama dan belajar tentang baik buruknya akhlak manusia dengan mengamati realitas yang terjadi di masyarakat. Pendidikan tidak bisa dan tidak boleh lepas dari kebudayaan. Hal ini sejalan dengan pemikiran Berkowitz tentang Margi dan Sugen yang dikutip oleh Elkind, Sweet dan Samani. Pak Samani mengatakan perubahan budaya dan pengenalan konsep karakter dalam kehidupan sekolah dirasa lebih efektif dibandingkan perubahan sosial.
32 Bab 3 Menciptakan Ruang Kelas yang Berkarakter A. Membangun Kelas Berkarakter Kelas karakter sangatlah penting guna menunjang internalisasi prinsip moral pada siswa. Membangun kelas karakter membutuhkan peran dan keterlibatan guru. Karena peranan guru dalam membangun kelas yang berkarakter adalah sebagai badan pengelola yang utama di dalam kelas. Penguatan karakter merupakan dasar
33 adaptasi terhadap seluruh permasalahan masyarakat. Dalam skala yang lebih sedikit, dalam komunikasi kelas karakter yang kuat juga memiliki ikatan yang signifikan dalam penciptaan perilaku siswa yang positif dan perkembangan prestasi siswa. Dalam lingkungan sekolah terlebih di dalam kelas, karakter yang ada pada siswa perlu dioptimalkan menjadi lebih baik, oleh karenanya siswa akan lebih berkembang ketika kegiatan kelas berlangsung. Siswa akan berkembang secara moral moral dan secara akademis.. Muhibbin (2023) menggambarkan bahwa jika anak dideskripsikan sebagai kanvas putih yang kosong yang siap di ukir dengan norma-norma dan karakter bermoral. Maka pendidik adalah senimannya, yang bertugas menuntun mereka dalam proses pengembangan diri yang terbaik. Lickona (2020) mendeskripsikan bahwa apabila menginginkan untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan atau membantu orang lain menjadi lebih baik, penting untuk memahami dan mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan kita terhadap lingkungan sekitar. Hal tersebut artinya proses penciptaan yang berkarakter akan berpengaruh terhadap lingkungan. Anak yang terbiasa berpikir sesuai dengan kesadaran moral akan lebih mudah
34 tergerak hatinya terhadap perasaan serta bermoral terbentuk pada lingkungan. Terbentuknya kesadaran moral pada siswa tercipta secara bertahap melalui lingkungan mereka, hal ini juga akan melatih cara berpikir siswa, merasakan dan berperilaku secara bermoral. Untuk menerapkan pendidikan moral yang efektif di sekolah, pendidik perlu membuat suasana kelas dan belajar yang menyenangkan untuk memotivasi anak guna menginternalisasi keyakinan serta prinsip mereka. Hal tersebut akan membuat siswa terbiasa bertindak selaras pada prinsip prinsip moral yang telah dibentuk oleh pendidik di kelas, oleh karena itu, pendidik harus mampu menerapkan lingkungan kelas yang kaya akan nilai-nilai dari karakter. Kelas karakter berperan penting guna menunjang kesuksesan implementasi pendidikan karakter di sekolah. Hal tersebut disebabkan karena anak akan lebih gampang menerapkan nilai-nilai karakter di sekolah dasar yang diciptakan dari kebiasaan di lingkungannya, daripada guru mengajarkan langsung hal tersebut di sekolah. Siswa akan menggambarkan ide nya terkait dengan konsep menjadi orang baik yang dilakukan sesuai dengan peraturan sekolah yang sudah diterapkan, kebiasaan-
35 kebiasaan yang dikembangkan di kelas, kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan di kelas setiap hari, serta konsekuensi dari perilaku yang dilakukan. Pengembangan karakter di sekolah dasar lebih banyak menekankan pada kegiatan kelas. Oleh karena itu, perhatian harus lebih ditekankan untuk membangun ruangan kelas yang lebih aman dan nyaman untuk mengembangkan karakter anak, penerapan kelas karakter tentunya tidak terlepas dari peranan dan keterlibatan guru. 1. Konsep Ruang Kelas Berkarakter Pengembangan kelas karakter memiliki peranan yang begitu dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Pengembangan kelas yang berkarakter yaitu sebuah upaya guna menciptakan ruangan kelas yang lebih aktif serta kreatif, mengembangkan kelas karakter juga dapat mengembangkan kompetensi siswa, hal tersebut dapat menciptakan karakter yang baik bagi siswa. Menciptakan kelas berkarakter bukan hanya berkaitan dengan guru, namun siswa juga mempunyai peran dalam membangun kelas berkarakter. Untuk menciptakan kelas yang berkarakter maka diperlukan interaksi dan kerja sama dari pendidik dan siswa, hal ini guna meningkatkan pendidikan yang berkarakter yang berkualitas di dalam kelas. Aktivitas tersebut
36 terlihat dalam partisipasi serta motivasi belajar mengajar yang tinggi, baik itu secara individu maupun kelompok guna mengembangkan karakter yang baik. berikut adalah hal yang perlu diterapkan oleh pendidik untuk menciptakan kelas karakter yaitu: a. Membentuk jalinan model karakter b. Memberi bimbingan karakter dan akademik secara bertepatan c. Menerapkan disiplin berdasarkan karakter d. Membimbing siswa untuk selalu bertanggung jawab. 2. Aktivitas-Aktivitas Pembentuk Ruang Kelas Berkarakter a. Membentuk ruangan kelas dengan rapi dan lebih nyaman bagi siswa, mendorong tekad dan perasaan anak guna mengingat dan menerapkan suatu yang baik selama berlangsungnya proses pembelajaran, maka hal tersebut bisa membangun karakter yang lebih baik bagi anak. b. Membangun kondisi kelas yang tenang dan nyaman bagi siswa
37 c. Selalu melakukan pengecekan absensi siswa secara berkala d. Mengajarkan materi yang sesuai e. Guru dapat menghadirkan aktivitas pemecahan masalah berbasis kasus yang dapat diselesaikan dengan mandiri. Hal tersebut dilakukan guna meningkatkan kecakapan dan pemahaman anak terhadap materi. f. Menciptakan sebuah kegiatan diskusi secara berkelompok, hal tersebut dapat melengkapi satu sama lain, guru perlu memahami setiap perbedaan karakter dari siswanya. g. Guru dapat mendorong interaksi dan kolaborasi antar siswa dengan memberikan pertanyaanpertanyaan diskusi yang menarik, atau tugas berdialog secara berpasangan. Hal ini diyakini dapat membimbing anak untuk memperluas kemampuan berbahasa, kesantunan, serta membangun karakter yang baik. h. Sekolah dapat memaksimalkan potensi sarana dan prasarananya dengan memberikan video motivasi kepada siswa. Hal tersebut diyakini
38 mampu memberikan efek baik terhadap karakter dan perkembangan pribadi siswa. i. Sekolah dapat memberikan pengakuan atas prestasi siswa dengan memberikan penghargaan atau hadiah pada saat pembagian hasil belajar. Hal ini diantisipasi bisa mendorong anak untuk lanjut belajar dan mengembangkan prestasinya. 3. Mendesain Ruang Kelas Berkarakter Peningkatan kualitas aktivitas pembelajaran di ruang kelas perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius dari guru dan pihak sekolah. Membentuk ruang kelas yang nyaman dan aman merupakan kebutuhan esensial untuk seluruh siswa. Untuk mewujudkannya, guru dituntut untuk memiliki kreativitas dalam mendesain ruangan kelas yang berkarakter. Desain ruangan kelas yang rapi dan indah dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena anak akan lebih gampang berkonsentrasi dan fokus pada materi pelajaran ketika berada di lingkungan belajar yang kondusif. Aspek terpenting dalam mendesain kelas berbasis karakter adalah dengan mempertimbangkan kondisi psikologis anak. Hal tersebut bertujuan untuk
39 membentuk ruangan belajar secara kondusif serta membantu perkembangan karakter anak. Setiawati, menjelaskan bahwa jenjang tingkat pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi psikologis siswa. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa tingkat pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Desain kelas memiliki variasi dan fleksibilitas yang tinggi, disesuaikan dengan jenjang pendidikannya. Guru dapat berkolaborasi dengan siswa dalam proses desain kelas, memanfaatkan kreativitas mereka untuk menciptakan ruang belajar yang inspiratif. Siswa yang merasa nyaman di kelas akan lebih senang dan bahagia, yang pada gilirannya tidak akan menyulitkan pendidik guna mengajarkan sifat-sifat karakter pada anak. Ruangan kelas yang tertata rapi dan bersih dapat menginspirasi siswa untuk berperilaku positif, seperti menjaga kebersihan dan kerapian. Selain itu, menyediakan peluang pada anak untuk menunjukkan kreativitas anak dalam mendekorasi kelas dapat meningkatkan rasa saling menghargai dan rasa memiliki terhadap kelas. Menikmati kesejukan alam dapat membangkitkan kesadaran siswa untuk
40 menjaga kelestarian alam. Rasa syukur atas karunia yang ilahi pun akan tertanam pada diri mereka, mendorong mereka untuk memperkuat kecintaan kepada-Nya. B. Membangun Ikatan dan Model Karakter Sekolah menjadi wadah utama bagi terjalinnya komunikasi yang mendalam antara pendidik dan siswa. Dalam kurun waktu yang panjang, dari hari ke hari, semester ke semester, bahkan tahun ke tahun, guru dan siswa senantiasa menjalin komunikasi dan pertemuan. Oleh sebab itu, jalinan yang kuat antara pendidik dan peserta didik menjadi pondasi penting guna membangun proses aktivitas pembelajaran yang inspiratif dan menantang. Tanpa hubungan yang baik, rasa bosan dan kurangnya motivasi belajar akan menghambat proses pembelajaran kebosanan yang dialami siswa dapat menghambat proses belajar mengajar dan menurunkan semangat belajar. Memperkuat interaksi dan membentuk jalinan yang baik antara pendidik dan peserta didik menjadi solusi efektif untuk memerangi kebosanan dan meningkatkan motivasi belajar. Membangun hubungan yang positif antara pendidik dan peserta didik merupakan pondasi terpenting guna
41 menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Berikut tahapan yang bisa dilaksanakan oleh pendidik guna memperkuat hubungan tersebut: 1. Membantu siswa agar merasa dicintai Pendidik memiliki peran sebagai orang tua selanjutnya (kedua) di sekolah bagi para siswa yang akan berinteraksi serta belajar bersama. Untuk menciptakan rasa aman dan nyaman, guru perlu memposisikan diri sebagai figur yang penuh kasih sayang dan cinta. Hal ini dapat membantu siswa menghilangkan rasa canggung dan asing, sehingga mereka merasa lebih terbuka dan nyaman untuk belajar dan berinteraksi dengan gurunya. Selain perannya sebagai pengajar, guru juga perlu meniru pendekatan orang tua dalam menjalin hubungan dengan siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan menunjukkan perhatian, menanggapi pertanyaan, mendengarkan keluh kesah, dan berbagai bentuk kepedulian lainnya, seperti yang biasa dilakukan orang tua di rumah. Pada intinya, guru menjalankan beberapa peran orang tua di rumah dalam membimbing dan membina siswanya.
42 Mirip dengan peran orang tua, guru memiliki tanggung jawab sebagai agen pertumbuhan moral siswa. Penelitian menunjukkan bahwa menjalin ikatan yang erat, saling menjaga dan penuh kepercayaan terhadap siswa, dan memusatkan perhatian pada keperluan mereka, merupakan kunci dalam menjalankan peran ini secara efektif. Membentuk interaksi positif antara guru dan siswa merupakan kunci utama dalam mencapai pembelajaran yang efektif. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun hubungan yang hangat, saling mendukung dan penuh kepercayaan, serta memotivasi siswa untuk selalu memberikan yang terbaik. 2. Memotivasi siswa untuk melakukan yang terbaik Membangun karakter positif pada siswa membutuhkan peran aktif guru dalam memberikan motivasi dan penguatan positif. Salah satu strateginya adalah dengan melaksanakan metode hadiah (reward) dan hukuman (punishment) yang teratur dan terarah. Hal tersebut dimaksudkan guna memberikan dorongan pada anak untuk berperilaku sesuai dengan prinsipprinsip moral yang ingin diajarkan. Dalam tahap prakonvensional, anak di sekolah dasar masih berada dalam tahap awal perkembangan