43 Metode dan teknik yang digunakan dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia disesuaikan dengan sasaran yang ingin dicapai, sehingga setiap langkah dalam pengajaran dirancang untuk mendukung pencapaian sasaran tersebut. Oleh karena itu, pemilihan metode seperti diskusi kelompok, ceramah, atau praktik langsung, serta teknik seperti penggunaan media visual atau pembelajaran berbasis proyek, semuanya dirancang agar selaras dengan hasil pembelajaran yang diinginkan. Pendekatan ini memastikan bahwa setiap aktivitas di kelas memiliki relevansi dan kontribusi nyata terhadap pencapaian sasaran akhir, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif, terarah, dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Jika diingat kembali, Kurikulum 1975 merupakan kurikulum yang berorientasi pada pendekatan tujuan, di mana setiap pelajaran dirancang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Kurikulum ini menekankan pentingnya setiap komponen pembelajaran dalam mendukung pencapaian hasil akhir yang diinginkan. Begitu pula dengan pembelajaran Bahasa Indonesia, di mana setiap kegiatan dan materi pelajaran disusun untuk mencapai kompetensi yang spesifik, seperti kemampuan membaca, menulis, dan berbicara dengan baik. Dengan pendekatan ini, proses pembelajaran menjadi lebih terstruktur dan fokus, memastikan bahwa setiap langkah yang diambil di kelas memberikan kontribusi nyata terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
44 Pendekatan struktural adalah sebuah metode yang didasari oleh keyakinan bahwa bahasa terdiri dari seperangkat aturan atau kaidah yang sistematis dan terorganisir. Metode ini menekankan pentingnya memahami struktur internal bahasa, termasuk tata bahasa, fonologi, dan morfologi, sebagai dasar utama dalam proses belajar dan penggunaan bahasa. Dengan memberikan fokus pada analisis serta identifikasi polapola linguistik, pendekatan struktural membantu peserta didik dalam memahami bagaimana elemen-elemen bahasa saling berinteraksi dan berperan dalam komunikasi yang efektif. Dalam konteks pendekatan struktural, memiliki pemahaman yang mendalam tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan susunan suku kata menjadi hal yang mutlak, sebab kesadaran akan struktur internal bahasa menjadi inti dari metode ini. Pendekatan ini menitikberatkan pada dimensi kognitif bahasa, dengan menyoroti urgensi analisis serta identifikasi pola-pola linguistik guna meresapi bagaimana unsur-unsur bahasa bersinergi dan bertindak dalam konteks komunikasi yang efektif. Dengan fokus yang ditujukan kepada sistem dan aturan yang terstruktur, pendekatan struktural mendorong pengembangan keterampilan bahasa yang kokoh dan teratur bagi para pembelajar. Setelah mengeksplorasi pendekatan struktural, terutama dalam konteks penyusunan kalimat, anak-anak akan meningkatkan pengetahuan mereka secara substansial. Pemahaman yang mereka peroleh mengenai
45 prinsip-prinsip dan norma-norma bahasa akan memberikan mereka kemampuan yang lebih baik dalam mengatur kalimat dengan jelas dan teratur. Sebelumnya, seorang anak mungkin cenderung menggunakan kalimat tanpa mempertimbangkan tata bahasa yang benar, seperti dalam contoh "Dia pergi sekolah", yang seharusnya "Dia pergi ke sekolah". Namun, setelah mendalami konsepkonsep struktural tersebut, anak-anak akan cenderung lebih mampu menghasilkan kalimat yang tepat dan sesuai dengan standar bahasa yang berlaku. Kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan salah satu tujuan utama yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yang dilandasi oleh pendekatan komunikatif. Pendekatan ini menekankan pentingnya interaksi dan penggunaan bahasa dalam konteks nyata, sehingga peserta didik tidak hanya menguasai tata bahasa dan kosakata, tetapi juga mampu mengaplikasikannya secara efektif dalam percakapan sehari-hari. Bahasa bukanlah sesuatu yang dipandang semata-mata sebagai sekumpulan kaidah atau aturan, melainkan sebagai sarana utama dalam berkomunikasi. Melalui pendekatan komunikatif, individu diberikan kesempatan untuk mempelajari bahasa dalam konteks yang lebih luas dan dinamis, yang mencakup penggunaan bahasa dalam situasi nyata dan interaksi sosial. Pendekatan ini memungkinkan pembelajar untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi yang efektif dan bermakna, serta memperluas pemahaman
46 mereka tentang fungsi dan aplikasi bahasa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga proses pembelajaran bahasa menjadi lebih relevan dan kontekstual. Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan komunikatif, diperlukan beragam kegiatan yang mendukung interaksi dan penggunaan bahasa secara nyata dalam pengajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat mencakup diskusi kelompok, simulasi dialog, permainan peran, dan proyek kolaboratif yang melibatkan penggunaan bahasa dalam konteks nyata. Selain itu, siswa juga dapat diajak dalam kegiatan menulis kreatif, debat, dan presentasi yang mengharuskan mereka menerapkan keterampilan berbahasa secara praktis. Dengan demikian, siswa tidak hanya memahami teori bahasa tetapi juga mampu menggunakannya secara efektif dalam berbagai situasi komunikasi, sehingga keterampilan berbahasa mereka berkembang secara holistik dan fungsional. Pendekatan terpadu atau sering disebut pendekatan integratif merujuk pada pendekatan pembelajaran bahasa yang didasarkan pada kenyataan bahwa penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, baik secara formal maupun tidak formal, tidak pernah berdiri sendiri. Pendekatan ini menggabungkan berbagai aspek bahasa seperti mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis ke dalam kurikulum yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang menyeluruh dan kontekstual bagi siswa, sehingga mereka
47 dapat mengembangkan kemampuan berbahasa secara holistik dan beragam. Aktivitas seperti membaca dan berbicara sangat umum dalam kehidupan kita sehari-hari. Saat membaca, kita sering menemukan kosakata baru, yang kemudian mendorong kita untuk membuat catatan penting dari apa yang telah kita baca. Demikian pula, ketika berbicara dan menulis, kita harus memilih kata dan ejaan yang tepat. Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan pendekatan yang mengintegrasikan berbagai aspek penting, termasuk pemahaman kosakata, kemampuan berbicara, menulis, dan ejaan. Pendekatan ini menjadikan pembelajaran lebih menyeluruh dan efektif, memungkinkan siswa untuk menguasai bahasa dengan lebih baik dalam berbagai konteks. Untuk mencapai target dalam proses belajar, ada beberapa aspek kunci yang perlu dikuasai oleh siswa, termasuk pelafalan, tata bahasa, dan kosakata. Aspekaspek ini sebaiknya disusun dalam konteks tema-tema yang terperinci agar lebih mudah dipahami, serta dihubungkan dengan bidang-bidang lain. Sebagai contoh, pengajaran pelafalan dapat terintegrasi dengan latihan mendengarkan dan berbicara dalam narasi atau dialog, sementara pemahaman tata bahasa dapat diperkuat melalui aktivitas menulis dan membaca. Dengan demikian, siswa tidak hanya mempelajari setiap aspek secara terpisah, tetapi juga memahami cara mengaplikasikannya secara komprehensif dan sesuai dengan konteks dalam berbagai situasi.
48 Pendekatan rasional merupakan suatu metode pendekatan dalam proses pembelajaran yang menekankan pada pemahaman yang sistematis dan logis terhadap suatu konsep atau materi pelajaran. Pendekatan rasional dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia menekankan pada pemahaman yang mendalam terhadap struktur dan aturan bahasa, serta penerapannya secara logis dan sistematis. Dalam pendekatan ini, siswa diajak untuk memahami konsep-konsep dasar dalam bahasa, seperti tata bahasa, kosakata, dan struktur kalimat, melalui penjelasan yang rasional dan terstruktur. Siswa didorong untuk memahami alasan di balik aturan-aturan bahasa, sehingga mereka dapat memahami dan menginternalisasi bahasa dengan lebih baik. Selain itu, pendekatan rasional juga mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan analisis dan penalaran dalam memahami dan menggunakan bahasa, sehingga mereka dapat menghasilkan ekspresi bahasa yang lebih tepat dan efektif. Pada pendekatan rasional dalam belajar berbahasa, anak harus aktif dan terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Kemampuan berbahasa tidak hanya diperoleh melalui pembiasaan atau repetisi, tetapi juga melalui proses kreatif di mana anak mampu menciptakan kalimat-kalimat baru yang sesuai dengan kaidah tata bahasa. Aktivitas yang mendorong anak untuk berpikir secara kritis dan analitis, seperti menganalisis struktur kalimat, memahami makna kata, dan mengidentifikasi pola bahasa, sangat penting dalam pendekatan ini.
49 Pusat perhatian dalam pendekatan rasional terhadap penguasaan bahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat berpikir. Sejalan dengan pemahaman bahwa bahasa yang aktif adalah bahasa yang dapat dipergunakan untuk berpikir, pendekatan ini meninjau penguasaan bahasa dari perspektif kemampuan mengaplikasikan bahasa dalam aktivitas mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Siswa diberangsang untuk mengasah keterampilan berbahasa secara sistematis dan logis, sehingga mereka mampu memahami serta mengekspresikan gagasan mereka dengan efektif. Lewat metode ini, siswa tidak sekadar belajar untuk mengidentifikasi struktur bahasa dan kosakata, melainkan juga untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks berpikir yang kritis dan analitis, memungkinkan mereka menjadi peserta didik bahasa yang lebih kompeten dan percaya diri dalam beragam situasi komunikatif. Pendekatan formal adalah pendekatan yang telah lama menjadi bagian tradisional dalam masyarakat. Pendekatan formal dalam konteks pembelajaran atau penalaran mengacu pada pendekatan yang mengikuti aturan atau peraturan yang sudah ada sebelumnya, tanpa mempertimbangkan latar belakang teoritis atau konsep yang mendasarinya. Pendekatan ini cenderung lebih fokus pada penggunaan aturan atau prosedur yang telah mapan atau dipandang sebagai norma, tanpa mempertimbangkan konteks atau pemikiran yang lebih mendalam di balik aturan tersebut. Dengan demikian, pendekatan formal
50 seringkali terbatas pada apa yang sudah ada dan terbukti efektif dalam praktiknya, tanpa mempertimbangkan kemungkinan adanya inovasi atau penemuan baru yang mungkin lebih relevan atau efisien. Semi mengindikasikan bahwa proses pembelajaran dimulai dengan eksplorasi rumusan-rumusan teoritis sebelum kemudian diaplikasikan melalui contoh-contoh pemakaian yang konkret. Pendekatan ini menekankan pentingnya pemahaman yang mendalam terhadap aspekaspek teoritis bahasa sebelum siswa mengaplikasikannya dalam konteks nyata. Dengan demikian, siswa akan memiliki dasar yang kuat dalam memahami prinsipprinsip dan aturan-aturan bahasa sebelum mereka mempraktikkannya dalam situasi komunikatif yang beragam. Melalui pendekatan ini, diharapkan siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan komprehensif terhadap bahasa serta mampu menggunakannya dengan lebih efektif dalam kehidupan sehari-hari.
51
52 eterampilan berbahasa (atau language arts, language skills) dalam kurikulum dan pembelajaran di sekolah, terdapat empat keterampilan berbahasa. Dalam kebahasaan terkhususnya Bahasa Indonesia mempunyai empat keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa khususnya merujuk pada kemampuan menggunakan bahasa dalam konteks atau kegiatan tertentu, seperti berbahasa di sekolah, di kantor, dan dalam presentasi formal, atau dalam penulisan karya ilmiah. Keterampilan berbahasa khusus dapat berkaitan dengan situasi atau konteks komunikasi yang lebih terbatas dan memerlukan pemahaman yang lebih mendalam tentang bahasa dan konteks yang digunakan. Keterampilan berbahasa secara umum mengacu pada kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa secara efektif untuk berkomunikasi (Syamsuddin, 2021). Ketermpilan berbahasa mencakup empat keterampilan utama, yaitu : Keterampilan Menyimak/ Mendengarkan (Listening Skills); Keterampilan Berbicara (Speaking Skills); Keterampilan Membaca (Reading Skills); dan Keterampilan Menulis (Writing Skills) . Hal pertama yang dilakukan oleh seseorang dalam melakukan kebahasaan ialah menyimak atau mendengarkan dengan baik dan benar. Menyimak adalah salah satu proses kegiatan kebahasaan mendengarkan bunyi Bahasa yang diujarkan dengan mengidentifikasi, menilai dan memberikan respon kembali. Pada keterampilan berbahasa menyimak adalah unsur yang sangat penting dan mendasar dari semua interaksi. Menyimak yang baik K
53 membutuhkan kesiapan fisik dan mental, karena menyimak membutuhkan kondisi yang baik, (Syamsuddin, 2021). Keterampilan menyimak (listening/skills) merupakan kemampuan seseorang mendengarkan serta memahami informasi yang disampaikan oleh orang lain secara efektif. Keterampilan ini melibatkan proses aktif dalam memperhatikan, memahami, dan memberikan respon terhadap apa yang didengar. Keterampilan menyimak mencakup lebih dari sekadar mendengarkan kata-kata, ini juga melibatkan pemahaman intonasi, nada suara, dan ekspresi wajah pembicara untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pesan yang disampaikan. Keterampilan menyimak melibatkan kemampuan seseorang untuk memahami apa yang dikatakan orang lain secara verbal maupun non-verbal. Ini melibatkan tidak hanya pemahaman kata-kata yang diucapkan tetapi juga intonasi, nada suara, dan bahasa tubuh yang digunakan oleh pembicara. Menyimak yang baik penting untuk memahami informasi dengan baik, merespons dengan tepat, dan membangun hubungan yang baik dalam komunikasi (Harifa, 2021) Langkah-langkah menyimak yang baik dan tepat: 1. Dibutuhkan kesiapan fisik dan mental; 2. Memiliki motivasi yang tinggi dalam melakukan kegiatan menyimak; 3. Menghargai dan objektif; 4. Menyeluruh; 5. Menyesuaikan diri; 6. Memberikan perhatian penuh; 7. Kontak langsung dengan penutur;
54 8. Menyimpulkan dan menilai; 9. Memberikan respon kembali; Langkah-langkah menyimak yang tepat tidak hanya membantu dalam meningkatkan keterampilan mendengarkan, tetapi juga berkontribusi pada perkembangan kemampuan berbahasa secara keseluruhan. Berikut ini adalah berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan langkah-langkah menyimak yang telah diuraikan sebelumnya. 1. Meningkatkan pemahaman dan memperoleh pengetahuan baru Dengan menyimak secara efektif, siswa dapat memahami materi pelajaran dengan lebih baik dan menyerap informasi baru. Hal ini memungkinkan mereka untuk memperluas wawasan dan pengetahuan mereka. 2. Menghindari kesalahpahaman Penyimak yang baik dapat menangkap informasi secara akurat, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahpahaman. Ini penting dalam situasi belajar maupun komunikasi sehari-hari. 3. Aktif Menyimak secara aktif membuat siswa lebih terlibat dalam proses pembelajaran. Mereka menjadi lebih responsif dan mampu memberikan umpan balik yang konstruktif. 4. Mempererat hubungan Kemampuan menyimak yang baik dapat membantu siswa untuk berinteraksi lebih efektif dengan guru dan teman-teman sekelas mereka. Ini dapat
55 mempererat hubungan interpersonal dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih harmonis. 5. Meningkatkan kemampuan komunikasi Menyimak yang efektif adalah bagian integral dari komunikasi yang baik. Dengan memahami informasi yang disampaikan, siswa dapat merespons dengan tepat dan berkomunikasi secara lebih efisien. Selain Langkah-langkah dan manfaat menyimak terdapat tujuan menyimak untuk menangkap, memahami, dan menghayati pesan atau ide, gagasan yang tersirat dalam Bahasa (Syamsuddin, 2021). Terdapat berbagai jenis menyimak yang dapat diterapkan sesuai dengan tujuan dan situasi komunikasi. Setiap jenis menyimak memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda-beda, sehingga penting untuk memahami dan menggunakan jenis yang tepat sesuai kebutuhan. Berikut adalah beberapa jenis menyimak yang umum : 1. Menyimak Kreatif Tujuan utama dari menyimak kreatif ialah pemecahan masalah. Menyimak dapat dikaitkan dengan imajinasi penyimak dengan materi yang disimak. 2. Menyimak Konsentratif Tujuan menyimak konsentratif ialah untuk memperoleh informasi yang utuh. Menyimak konsentratif yaitu menyimak yang dilakukan oleh penyimak secara konsentrasi, untuk memperoleh informasi dari pembaca dan pembicara. 3. Menyimak Interofratif Tujuan menyimak interofratif ialah menyimak untuk memperoleh informasi yang disampaikan oleh
56 pembicara atau penutur. Menyimak interfratif yaitu memyimak yang dilakukan benar-benar memusatkan perhatian, selektif, dan pemilik informasi atau permasalahan yang disampaikan oleh pembicara. 4. Menyimak Eksploratori Menyimak eksploratori ialah menyimakyang bertujuan untuk menemukan fakta- fakta baru yang manarik dari pembaca yang masih baru atau hangat saat itu. 5. Menyimak Kritis Menyimak kritis ialah menyimak dengan seksama mendengarkan pembaca atau pembicara dalam memberikan informasi. Tujuan menyimak kritis memperoleh fakta yang kemudian disimpulkan. Keterampilan berbicara adalah keterampilan yang penting setelah keterampilan menyimak. Keterampilan berbicara merupakan salah satu kebahasaan yang diungkapkan hasil dari ide pokok atau gagasan yang disampaikan atau didengarkan oleh orang lain. Tujuan dari berbicara adalah untuk menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain, sebagai komunikasi lisan yang dilakukan dua orang atau lebih. Keterampilan berbicara merupakan kemampuan untuk mengungkapkan pikiran, ide, gagasan dan perasaan secara langsung atau lisan dengan cara yang jelas, terstruktur, dan efektif. Keterampilan ini melibatkan tidak hanya pengucapan kata-kata, tetapi juga penggunaan intonasi, ekspresi wajah, gerakan tubuh, serta pemahaman konteks sosial dan
57 budaya. Secara umum, keterampilan berbicara dapat dibagi menjadi dua kategori: keterampilan berbicara umum dan keterampilan berbicara khusus, (Sukma & Saifudin, 2021). 1. Keterampilan Berbicara Secara Umum Keterampilan berbicara secara umum merujuk pada kemampuan dasar yang diperlukan untuk berkomunikasi secara efektif dalam berbagai situasi sehari-hari. Beberapa aspek penting dari keterampilan berbicara umum meliputi : a. Kemampuan untuk mengucapkan kata-kata dengan jelas dan benar sehingga dapat dimengerti oleh pendengar. b. Menggunakan struktur kalimat yang benar sesuai dengan aturan tata Bahasa. c. Memiliki perbendaharaan kata yang cukup untuk mengungkapkan berbagai macam pikiran dan ide. d. Berbicara dengan lancar tanpa banyak jeda atau gangguan, yang mencerminkan penguasaan materi dan percaya diri. e. Menggunakan artikulasi yang baik sehingga setiap kata terdengar jelas. f. Menggunakan variasi intonasi dan tekanan untuk menekankan poin penting dan menjaga perhatian pendengar. g. Mampu menghubungkan ide-ide secara logis dan koheren sehingga pesan dapat dipahami dengan baik oleh pendengar.
58 h. Memahami dan merespons umpan balik dari pendengar, yang menunjukkan keterlibatan dalam percakapan dua arah (Syamsuddin, 2021). 2. Keterampilan Berbicara Secara Khusus Keterampilan berbicara secara khusus lebih berfokus pada konteks tertentu dimana keterampilan berbicara digunakan antara lain: a. Berpidato Pidato adalah salah satu jenis keterampilan berbicara dalam Bahasa Indonesia yang disajikan secara lisan pada suatu kelompok. Kemampuan untuk menyampaikan pidato atau presentasi di depan audiens, yang memerlukan persiapan materi, pengaturan struktur pidato, penggunaan alat bantu visual, serta mengelola rasa gugup. Jenis-jenis pidato yaitu; 1) Sambutan adalah salah satu bentuk keterampilan berbicara yang sering digunakan dalam berbagai acara resmi dan tidak resmi. Memberikan sambutan memerlukan kemampuan untuk menyampaikan pesan yang efektif, menarik perhatian audiens, dan menyampaikan informasi penting dengan cara yang jelas dan terstruktur. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang sambutan dalam konteks keterampilan berbicara. Sambutan adalah pidato singkat yang disampaikan oleh seseorang pada awal suatu acara untuk menyambut hadirin, menyampaikan ucapan terima kasih, atau memberikan informasi mengenai acara yang
59 akan berlangsung. Sambutan sering kali disampaikan oleh pejabat, tuan rumah, atau panitia acara dan bertujuan untuk membuka acara dengan suasana yang positif dan informati. 2) Khotbah adalah salah satu bentuk keterampilan berbicara yang sering digunakan dalam konteks keagamaan. Khotbah adalah pidato atau ceramah yang disampaikan oleh seorang pemuka agama atau penceramah di hadapan jemaah dengan tujuan menyampaikan pesanpesan keagamaan, moral, atau sosial. Khotbah memiliki peran penting dalam menyebarkan ajaran agama, memberikan inspirasi, dan membimbing jemaah dalam kehidupan sehari-hari. 3) Ceramah adalah salah satu bentuk keterampilan berbicara dimana seseorang menyampaikan pidato atau presentasi kepada pendengar dengan tujuan memberikan informasi, pengetahuan, atau nasihat tentang topik tertentu. Ceramah sering digunakan dalam konteks pendidikan, keagamaan, seminar, dan berbagai acara publik lainnya. Ceramah yang efektif tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga mampu mempengaruhi, menginspirasi, dan memotivasi pendengar. Ceramah adalah kegiatan berbicara di depan umum yang bertujuan untuk menyampaikan pesan atau informasi tertentu kepada audiens. Orang
60 yang menyampaikan ceramah disebut penceramah. Ceramah dapat bersifat informatif, persuasif, atau inspiratif, tergantung pada tujuan dan konteksnya. 4) Diskusi adalah salah satu bentuk keterampilan berbicara dimana dua orang atau lebih bertukar pikiran, pendapat, atau informasi tentang suatu topik tertentu. Diskusi bertujuan untuk mencapai pemahaman yang lebih baik, menemukan solusi atas suatu masalah, atau membuat keputusan bersama. Diskusi yang efektif memerlukan kemampuan berbicara yang baik, mendengarkan dengan aktif, dan kemampuan untuk berpikir kritis. 5) Wawancara adalah salah satu bentuk keterampilan berbicara dimana seseorang (pewawancara) mengajukan pertanyaan kepada orang lain (terwawancara) dengan tujuan mengumpulkan informasi, pandangan, atau opini tentang topik tertentu. Wawancara dapat berlangsung dalam berbagai konteks, seperti jurnalistik, pekerjaan, penelitian, dan seleksi akademi. 6) Pembawa acara, juga dikenal sebagai master of ceremonies (MC), adalah seseorang yang memandu dan mengelola jalannya suatu acara, memastikan acara berlangsung sesuai rencana dan tetap menarik bagi audiens. Keterampilan berbicara yang diperlukan oleh seorang pembawa acara meliputi kemampu-
61 an komunikasi yang baik, kepercayaan diri, kemampuan untuk mengimprovisasi, dan kepekaan terhadap suasana acara (Syamsuddin, 2021). Keterampilan berbicara adalah bagian integral dari komunikasi manusia dan memainkan peran penting dalam kehidupan pribadi, akademik, dan profesional. Keterampilan ini tidak hanya melibatkan aspek teknis dari pengucapan kata-kata tetapi juga keterampilan interpersonal seperti empati, kepekaan terhadap isyarat non-verbal, dan kemampuan untuk menyesuaikan pesan dengan kepada orang lain. Dalam konteks pendidikan, keterampilan berbicara adalah salah satu pilar dari kemampuan literasi yang mencakup membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Guru sering kali menggunakan keterampilan berbicara untuk mengajar, memberi umpan balik, dan berinteraksi dengan siswa, yang menekankan pentingnya penguasaan keterampilan ini bagi para pendidik (Syamsuddin, 2021). Membaca adalah keterampilan dalam memahami, menganalisis, dan menginterpretasikan teks tertulis. Keterampilan membaca tidak hanya melibatkan kemampuan mengenali kata-kata, tetapi juga memahami makna, konteks, dan pesan yang disampaikan dalam teks. Membaca adalah salah satu keterampilan dasar yang sangat penting dalam proses berjalannya pembelajaran di sekolah dan kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan
62 membaca diperlukan sebuah pemahaman arti, inti dari bacaan oleh pembaca. Menurut tarigan (Try et al., 2022) menjelaskan membaca memiliki sebuah tujuan utama yaitu tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari dan memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Sebagai pembaca harus bisa memahami sehingga bisa memberikan suatu makna pada sebuah tulisan yang dibaca. Terdapat berbagai jenis membaca, yaitu; 1. Membaca Nyaring Membaca nyaring adalah proses mengartikulasikan teks tertulis dengan jelas dan keras sehingga dapat didengar oleh orang lain. Membaca nyaring adalah salah satu bentuk keterampilan membaca dimana seseorang membaca teks dengan suara keras sehingga dapat didengar oleh dirinya sendiri dan orang lain. Kegiatan ini sering digunakan dalam konteks pendidikan untuk membantu meningkatkan kemampuan membaca, memahami intonasi dan ekspresi, serta melatih kelancaran berbicara. Membaca nyaring adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan menyuarakan tulisan yang dibaca dengan suara yang sesuai, intonasi yang tepat supaya pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis baik yang berupa pikiran, sikap, atau pengalaman penulis. Saat melakukan membaca nyaring kemampuan yang harus dimiliki pembaca adalah harus mengucapkan dengan tepat,
63 pengucapan frasa yang sesuai, posisi sikap yang baik, menguasai tanda baca, dengan tidak terbata-bata, mengerti dan memahami isis bacaan yang dibacanya, dan menggunakan intonasi suara yang sesuai dan sewajarnya (Syamsuddin, 2021) 2. Membaca Memindai (Scanning) Membaca memindai (scanning) adalah teknik membaca yang digunakan untuk mencari informasi spesifik dalam teks dengan cepat. Dalam membaca memindai, pembaca tidak membaca setiap kata atau kalimat secara mendetail, melainkan fokus pada menemukan kata kunci atau informasi tertentu yang dibutuhkan. Membaca memindai adalah metode membaca yang bertujuan untuk menemukan informasi spesifik tanpa harus memahami seluruh isi teks. Teknik ini sering digunakan ketika pembaca memiliki tujuan tertentu, seperti mencari tanggal, nama, angka, atau kata kunci lainnya yang relevan dengan kebutuhan informasi saat itu, (Syamsuddin, 2021) 3. Membaca Indeks Membaca indeks adalah membaca yang digunakan untuk mencari informasi tertentu dalam indeks suatu buku, jurnal, atau referensi lainnya. Indeks adalah daftar yang berisi daftar alfabetis dari kata kunci, topik, atau nama yang terdapat dalam buku atau dokumen, disertai dengan halaman tempat kata kunci tersebut ditemukan. Membaca indeks membantu pembaca untuk menemukan informasi yang relevan dengan cepat tanpa harus membaca seluruh
64 teks. Membaca indeks adalah proses membaca daftar kata kunci atau topik yang disusun secara alfabetis dalam suatu karya tulis untuk menemukan halaman atau bagian tertentu yang berhubungan dengan kata kunci tersebut. Indeks memberikan panduan yang efisien bagi pembaca untuk menemukan informasi yang mereka cari tanpa harus membaca seluruh teks (Syamsuddin, 2021). 4. Membaca Tabel Grafik, Bagan, Dan Petunjuk Membaca tabel, grafik, bagan, dan petunjuk merupakan keterampilan penting dalam membaca yang melibatkan pemahaman informasi yang disajikan dalam bentuk visual. Ini melibatkan kemampuan untuk menginterpretasikan data dan informasi yang disajikan dalam format grafis atau tabel, serta mengambil kesimpulan atau informasi yang diperlukan dari visual tersebut. a. Membaca Tabel dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana data diorganisir dalam bentuk tabel, serta kemampuan untuk menginterpretasikan data tersebut. b. Membaca grafik melibatkan kemampuan untuk menginterpretasikan data yang disajikan dalam bentuk grafis, seperti diagram batang, diagram garis. c. Membaca bagan tentang hubungan antara berbagai elemen yang disajikan dalam bentuk bagan, seperti alur proses atau organisasi hierarkis. d. Membaca petunjuk adalah membaca instruksi atau panduan yang disajikan dalam bentuk
65 tertulis, termasuk langkah-langkah atau informasi penting yang perlu diikuti, (Syamsuddin, 2021) 5. Membaca Tajuk Rencana Membaca tajuk rencana (headline) adalah kolom dalam surat kabar yang berisikan tanggapan suatu media terhadap suatu peristiwa. Berisi suatu tanggapan bisa mendukung, mengkritik, memuji, atau mencela. Tajuk rencana ada yang berupa fakta (suatu kejadian yang benar-benar nyata) dan opini (berisi tentang pendapat, pikiran) (Syamsuddin, 2021). 6. Membaca Berita Membaca berita pada keterampilan berbicara adalah proses menyampaikan berita yang tertulis dalam bentuk lisan dengan cara yang jelas, terstruktur, dan menarik. Ini biasanya dilakukan oleh penyiar berita atau pembaca berita di radio, televisi, atau media online. Berita adalah peristiwa atau kejadian yang telah dilaporkan. Bersifat faktual dan menyangkut suatu peristiwa atau kejadian. Membaca berita meliputi 5 W+1 H yaitu (what) apa, (who) siapa, (where) dimana, (when) kapan, (why) Bagaimana (Syamsuddin, 2021) 7. Membaca Dalam Hati Membaca dalam hati adalah proses menginterpretasikan teks secara internal tanpa mengeluarkan suara. Dalam membaca dalam hati, pembaca mengandalkan penglihatan dan pemahaman kognitif untuk mengerti isi teks. Ini melibatkan pengenalan kata, pemahaman kalimat, dan analisis makna secara
66 mental. Membaca dalam hati berbeda dengan membaca nyaring yang menggunakan suara sewajarnya. Membaca dalam hati dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : a. Membaca Survey (Survey Reading) Membaca survei adalah kegiatan membaca yang melibatkan pemindaian cepat terhadap suatu teks untuk mendapatkan gambaran umum atau pemahaman awal tentang isinya sebelum membaca lebih mendalam. Teknik ini sangat berguna dalam keterampilan membaca karena membantu pembaca mengidentifikasi poin-poin utama, struktur, dan informasi penting dari teks dengan lebih efisien. Biasanya pembaca harus meneliti terlebih dahulu apa yang akan ditelaah nantinya. Contonya: mengecek indeks buku, mengecek judul dan isi bacaan, mengecek tebal, bagan atau skema dan lain- lainnya. b. Membaca Sekilas (Skimming) Membaca sekilas (skimming) adalah jenis membaca cepat yang membuat mata kita bergerak lebih cepat dalam hal melihat tulisan. ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum atau inti dari suatu teks tanpa membaca setiap kata. Teknik ini sangat berguna untuk menghemat waktu dan untuk memutuskan apakah teks tersebut perlu dibaca lebih mendalam. Dalam keterampilan membaca, membaca sekilas dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemrosesan informasi, dalam membaca sekilas menggunakan metode kosa kata (menambah kosa kata sendiri saat membaca), metode motivasi (harus memberikan motivasi kepada pembaca yang
67 mulanya mengalami keterlambatan atau hambatan), dan metode gerak mata (harus melatih kecepatan mata dalam menangkap isi tulisan). c. Membaca Dangkal Membaca dangkal adalah hakikatnya memiliki tujuan untuk mendapatkan informasi dan pemahaman yang dangkal. Membaca dangkal yang melibatkan pemahaman teks pada tingkat yang dasar atau permukaan tanpa menyelami detail atau analisis mendalam. Teknik ini berguna untuk mendapatkan pemahaman umum dan cepat tentang isi teks dari buku, jurnal, dan bacaan lainnya, ini sering kali digunakan saat pembaca ingin mengidentifikasi apakah teks tersebut relevan atau menarik untuk dibaca lebih lanjut. 8. Membaca Intensif Membaca intensif adalah membaca yang dilakukan dengan penuh pemahaman yang mendalam saat menganalisis detail dari suatu teks atau bacaan yang perlu dikuasai. Teknik ini digunakan untuk menggali makna, struktur, dan nuansa dari bacaan, serta untuk mempelajari dan mengingat informasi dengan cermat. Membaca intensif sangat berguna dalam konteks akademik, penelitian, dan situasi di mana pemahaman penuh dan detail dari teks diperlukan, terdapat beberapa yang membaca yang termasuk membaca intensif; a. Membaca Telaah Bahasa Membaca telaah Bahasa mencakup dua hal yaitu:
68 1) Membaca bahasa dalam keterampilan membaca merujuk pada kemampuan untuk memahami dan menginterpretasi teks dalam bahasa tertentu dengan baik. Ini melibatkan berbagai aspek bahasa, seperti kosakata, tata bahasa, struktur kalimat, dan konteks budaya. Membaca bahasa tidak hanya tentang mengenali kata-kata dan frasa, tetapi juga tentang memahami makna yang lebih dalam, implikasi, dan nuansa yang terkandung dalam teks. Daya kata dapat lebih berkembang bertujuan untuk mengetahui ragam-ragam Bahasa, makna dari setiap kata yang sesuai konteks, bentuk-bentuk kata, sinonim, idiom, dan antonym, konotasi dan denotasi, makna dari setiap varian dan derivasi. Sedangkan dalam mengembangkan kosakata diperlukan beberapa hal seperti Bahasa kritik pada sastra, mengambil makna dari konteks, dan petunjuk-petunjuk pada konteks. 2) Membaca sastra, Membaca sastra dalam keterampilan membaca adalah merujuk pada keindahan, keserasian, keharmonisan, dan mengapresiasi karya sastra seperti puisi, novel, drama, dan cerita pendek. Membaca sastra tidak hanya melibatkan pemahaman dasar teks tetapi juga interpretasi yang lebih mendalam mengenai tema, karakter, gaya bahasa, dan konteks budaya.
69 b. Membaca Telaah Isi Membaca telaah isi adalah membaca yang bertujuan untuk menuntut ketelitian, pemahaman dan berpikir kritis serta memiliki keterampilan dalam memahami ide tersirat yang ada dalam bacaan. Membaca telaah isi dapat memahami, menganalisis, dan mengevaluasi isi dari suatu teks secara mendalam. Teknik ini sering digunakan dalam konteks akademik dan profesional untuk memastikan bahwa pembaca tidak hanya memahami informasi dasar tetapi juga dapat mengevaluasi kualitas dan relevansi informasi tersebut. Terdapat empat bagian membaca telaah isi, yaitu; a. Membaca teliti adalah membaca dengan cara teliti dan bisa dibaca berulang-ulang sehingga dapat menemukan inti dari bacaan. b. Membaca pemahaman adalah membaca yang harus penuh dengan perhatian sehingga dapat memahami isi bacaan dengan baik, contohnya memahami norma-norma kesastraan yang sesuai standarnya, resensi kritis, dan pola-pola fiksi. c. Membaca kritis, membaca yang perlu didalami, dianalisis benar- benar, bijaksana, mampu menarik kesimpulan yang tepat serta memiliki rasa tanggung jawab. d. Memahami ide, hal ini pembaca harus memiliki rasa ingin tahu dan mencari inti dari bacaan, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang dapat dipahami dan dikembangkan, (Syamsuddin, 2021)
70 Keterampilan menulis adalah salah satu komponen fundamental dalam penguasaan bahasa, yang melibatkan kemampuan untuk mengekspresikan ide, perasaan, dan informasi secara tertulis dengan cara yang jelas, efektif, dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. Keterampilan ini tidak hanya melibatkan penguasaan aspek teknis dari menulis, seperti tata bahasa dan ejaan, tetapi juga mencakup kemampuan untuk mengorganisasikan dan mengembangkan ide, serta menyunting dan merevisi tulisan, (Syamsuddin, 2021). Keterampilan menulis adalah keterampilan yang perlu dikuasai setiap orang sebagai pelengkap keterampilan berbahasa. Menulis adalah kegiatan bahasa yang dilakukan dengan cara tulis. Tujuan dari keterampilan menulis ini adalah untuk memberikan informasi secara langsung dengan cara menulis. Menulis dilakukan untuk mengungungkapkan buah pikiran melalui suatu lambing yaitu tulisan (Syamsuddin, 2021) Terdapat beberapa pengertian menurut para ahli sebagai berikut : 1. Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tidak bertatap muka dengan orang lain atau pembaca, menulis adalah kegiatan yang produktif dan ekspresif, penulis harus terampil dalam menggunakan struktur Bahasa, grafologi, serta kosa kata. 2. Keterampilan menulis adalah keterampilan atau kemampuan mengungkapkan gagasan, ide, pendapat,
71 dan perasaan kepada orang lain dengan melalui Bahasa tulis. 3. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan yang menuangkan isi pikiran, pendapat, gagasan, maupun perasaan melalui tulisan, atau sesuatu tanggapan terhadap suatu pernyataan serta keinginan, pengungkapan perasaan dengan menggunakan Bahasa tulis. 4. Keterampilan menulis adalah suatu aktivitas dalam mengungkapkan gagasan melalui media Bahasa (tulis). Menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif sehingga penulis harus memiliki kemampuan dalam menggunakan kosakata, tata Bahasa, tata tulis sesuai dengan EYD, dan struktur Bahasa, (Syamsuddin, 2021) Berikut adalah penjelasan mendalam mengenai berbagai aspek keterampilan menulis (Syamsuddin, 2021) : a. Penguasaan Tata Bahasa dan Ejaan Penguasaan tata bahasa yang baik adalah dasar dari keterampilan menulis. Ini mencakup pemahaman dan penggunaan struktur kalimat yang benar, tanda baca, dan ejaan. Tata bahasa yang baik memastikan bahwa tulisan mudah dipahami dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Kesalahan tata bahasa dan ejaan dapat mengganggu alur tulisan dan mengurangi kredibilitas penulis. b. Pengorganiasasian Ide Kemampuan untuk mengorganisasikan ide secara logis dan koheren sangat penting dalam menulis.
72 Tulisan yang terorganisir dengan baik memudahkan pembaca untuk mengikuti alur pemikiran penulis. Pengorganisasian ide melibatkan penyusunan kerangka tulisan, pengembangan paragraf yang koheren, dan penggunaan transisi yang tepat antar paragraf untuk memastikan kesinambungan. c. Pengembangan Konten Menulis yang efektif tidak hanya menyajikan ideide utama, tetapi juga mengembangkan ide-ide tersebut dengan memberikan detail, contoh, dan penjelasan yang relevan. Pengembangan konten yang baik membantu memperjelas dan memperkuat argumen atau informasi yang disampaikan, serta membuat tulisan lebih menarik dan informatif bagi pembaca. d. Gaya Penulisan Gaya penulisan mencakup penggunaan bahasa yang sesuai dengan tujuan dan audiens tulisan. Gaya penulisan yang efektif dapat bervariasi dari formal hingga informal, bergantung pada konteks dan audiens. Penulis harus mampu menyesuaikan nada dan suara tulisan untuk mencapai efek komunikasi yang diinginkan, serta menggunakan teknik retorika yang tepat untuk memperkuat pesan yang disampaikan. e. Kreativitas Kreativitas dalam menulis melibatkan kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang orisinil dan menarik, serta menyajikannya dengan cara yang unik dan memikat. Kreativitas dapat meningkatkan daya tarik dan keterlibatan pembaca, serta membantu
73 menyampaikan pesan dengan cara yang lebih efektif dan mengesankan. f. Revisi dan Penyuntingan Revisi dan penyuntingan adalah langkah penting dalam proses menulis. Revisi melibatkan peninjauan kembali dan pengubahan bagian-bagian tulisan untuk meningkatkan struktur, isi, dan gaya. Penyuntingan berfokus pada perbaikan kesalahan tata bahasa, ejaan, dan tanda baca. Proses revisi dan penyuntingan memastikan bahwa tulisan akhir adalah produk yang paling jelas, tepat, dan efektif. Keterampilan menulis memiliki berbagai tujuan yang tidak hanya terbatas pada kemampuan mengungkapkan ide atau informasi secara tertulis, tetapi juga mencakup aspek-aspek yang lebih luas dalam perkembangan akademis dan personal siswa. Berikut ini adalah tujuantujuan utama yang ingin dicapai melalui pengembangan keterampilan menulis. 1. Tujuan penugasan Tujuan penugasan sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri melainkan diberikan tugas yang harus dikerjakan 2. Tujuan altruistic Menulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penularannya.
74 3. Tujuan persuasive Tulisan memiliki tujuan meyakinkan para pembacanya akan kebenaran gagasan, ide yang diungkapkan. 4. Tujuan kreatif Tujuan kreatif ini melebihi pernyataan diri dan melibatkan dirinya sendiri dengan keinginan untuk mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. 5. Tujuan pemecahan masalah Penulis ingin menjelaskan secara cermat atau dengan tepat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca. 6. Tujuan informasional/penerangan Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca. 7. Tujuan pernyataan diri Bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca Terdapat manfaat yang sangat penting dalam menulis (Syamsuddin, 2021) yaitu: a. Peningkatan kecerdasan b. Pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, c. Penumbuhan keberanian, dan d. Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
75
76 Keterampilan berbahasa adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dengan baik dan efektif. Ini mencakup kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis memiliki keterkaitan yang sangat erat satu sama lain (Syamsuddin, 2021), seperti yang akan dijelaskan berikut ini. 1. Hubungan Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis Keterampilan membaca dan menulis saling melengkapi karena keduanya merupakan dua sisi dari proses komunikasi tertulis (Tarigan, 1985). Kita tidak bisa menulis dengan baik tanpa pemahaman yang diperoleh dari membaca, karena membaca memperkaya kosa kata dan pemahaman tentang struktur bahasa. Sebaliknya, tidak ada yang bisa dibaca jika belum ada yang menulis, karena tulisan adalah sumber bahan bacaan. Dengan demikian, membaca dan menulis membentuk siklus yang saling mendukung: membaca meningkatkan kemampuan menulis, dan menulis menghasilkan materi yang dapat dibaca. Kedua keterampilan tersebut melibatkan penggunaan simbol-simbol visual sebagai representasi dari kata-kata yang diucapkan. Melalui membaca, kita menginterpretasikan simbol-simbol ini untuk memahami pesan yang disampaikan, sementara melalui menulis, kita menggunakan
77 simbol-simbol tersebut untuk mengekspresikan ide dan pengalaman. Pada kenyataannya di lapangan, anak-anak cenderung lebih sering menggunakan kata-kata yang telah mereka ketahui sejak lama dan mudah dipahami, yang mereka peroleh dari berbagai bahan bacaan. Pengalaman membaca memperkenalkan mereka pada kosa kata dan konsep yang beragam, tetapi mereka biasanya memilih kata-kata yang sudah akrab dalam komunikasi sehari-hari. Bahan bacaan yang mereka akses, seperti buku cerita, majalah, dan artikel sederhana, menjadi sumber utama yang memperkaya dan memperkuat pemahaman bahasa mereka, membantu mereka mengembangkan keterampilan bahasa secara bertahap dan alami. Walaupun anak telah membaca banyak buku sebagai bahan bacaan, tidak semua informasi dan kata-kata yang mereka dapatkan akan dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Hal ini karena untuk menerapkan penggunaan kata-kata tersebut dalam tulisan, diperlukan pemahaman yang sangat mendalam, tidak hanya sekadar memahami saat membacanya. Menulis memerlukan kemampuan untuk memproses informasi, memahami konteks, dan mengungkapkan ide dengan jelas dan tepat, yang membutuhkan latihan dan pemahaman yang lebih mendalam dibandingkan sekadar membaca. Oleh karena itu, meskipun membaca adalah langkah awal yang penting, keterampilan menulis memerlukan waktu dan usaha lebih untuk dikuasai.
78 2. Hubungan Keterampilan Berbicara dan Keterampilan Menulis Keterampilan berbicara dan keterampilan menulis merupakan dua kemampuan yang sangat esensial dalam menyampaikan informasi, karena keduanya memungkinkan individu untuk mengekspresikan pikiran, ide, dan perasaan dengan jelas dan efektif kepada audiens yang lebih luas. Keterampilan berbicara memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi secara langsung dan dinamis, menggunakan intonasi, gestur, dan ekspresi wajah untuk memperkuat pesan yang disampaikan, sementara keterampilan menulis memberikan kesempatan untuk merangkai kata-kata dengan lebih hati-hati dan mendalam, serta memungkinkan informasi tersebut untuk didokumentasikan dan diakses kembali di masa depan. Keterampilan ini sangat produktif karena tidak hanya meningkatkan kemampuan individu untuk berkomunikasi dengan orang lain, tetapi juga berkontribusi pada penyebaran pengetahuan dan informasi di berbagai bidang, mulai dari pendidikan, bisnis, hingga pemerintahan. Keterampilan berbicara dan keterampilan menulis memerlukan keahlian khusus dalam menyampaikan simbol-simbol lisan dan tertulis yang efektif untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan jelas oleh Pendengar (Mulyati, 2015). penyusunan ide adalah langkah penting dalam kegiatan berbicara dan menulis. Dengan menyusun ide dengan baik, seseorang dapat mengatur informasi yang diterima
79 agar lebih terstruktur dan mudah dipahami oleh audiens atau pembaca. Terutama dalam menulis, proses penyusunan ide memungkinkan penulis untuk merancang teks dengan lebih sistematis dan koheren. Ini membantu dalam menyusun informasi yang telah diperoleh menjadi sebuah narasi atau argumen yang konsisten dan mudah diikuti. Ini menjadi dasar bagi pembicara untuk merencanakan atau mengkonsepkan pidatonya dalam bentuk tulisan sebelum menyampaikannya secara lisan. Proses ini memungkinkan pembicara untuk menyusun pikiran mereka dengan lebih terstruktur dan jelas, serta memastikan bahwa pesan yang ingin disampaikan dapat dikomunikasikan dengan efektif kepada pendengar. Sebagai perbandingan, pada tahap awal perkembangan bahasa pada anak-anak, mereka umumnya memahami dan menggunakan bahasa lisan sebelum mereka mampu menguasai keterampilan menulis. Ini menunjukkan bahwa pemahaman terhadap bahasa lisan adalah dasar yang krusial sebelum kemampuan menulis dapat diperoleh sepenuhnya. Oleh karena itu, serupa dengan pembicara yang merencanakan pidatonya terlebih dahulu, anak-anak juga membutuhkan pemahaman bahasa lisan sebelum mereka mampu mengekspresikannya dalam bentuk tulisan. 3. Hubungan Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Berbicara Keterampilan menyimak dan berbicara adalah dua aspek komunikasi yang saling melengkapi. Proses komunikasi dimulai dengan menyimak atau men-
80 dengarkan apa yang dikatakan orang lain, yang kemudian direspon melalui berbicara atau berkomunikasi kembali (Mulyati, 2015). Ini menciptakan hubungan timbal balik antara penyampai dan penerima pesan. Keberadaan keterampilan menyimak memastikan bahwa informasi yang diterima dapat dipahami dengan baik, sementara keterampilan berbicara memungkinkan individu untuk merespons, menyampaikan pemikiran, dan berbagi informasi kepada orang lain. Pentingnya keterampilan ini dalam proses komunikasi adalah bahwa mereka memerlukan sebuah penyandian dalam bentuk simbol lisan, baik itu kata-kata, intonasi, maupun ekspresi wajah, yang kemudian disuarakan kepada orang lain. Dalam realita kehidupan sehari-hari, lingkungan sosial memainkan peran yang sangat signifikan dalam perkembangan keterampilan menyimak dan berbicara, terutama melalui pengaruh yang diberikan oleh orang tua dan guru di sekolah. Anak-anak secara alami cenderung meniru bahasa dan perilaku yang mereka lihat dan dengar dari orang-orang terdekat mereka, seperti orang tua dan guru. Oleh karena itu, penting bagi orang dewasa untuk berbicara dengan hati-hati dan memberikan contoh yang baik dalam komunikasi mereka sehari-hari, karena hal ini akan memengaruhi perkembangan bahasa dan keterampilan berbicara anak-anak. Mereka harus memperhatikan bahwa setiap kata dan ungkapan yang mereka gunakan dapat menjadi model bagi anak-anak, dan memastikan bahwa pembicaraan yang tidak baik
81 dihindari agar anak-anak tidak meniru perilaku yang tidak diinginkan. Etika dalam keterampilan berbicara sangatlah penting karena mempengaruhi apa yang didengarkan oleh anak-anak dan bagaimana informasi tersebut diproses dan digunakan oleh mereka. Ketika seseorang berbicara dengan etika, mereka memperhatikan cara berbicara yang sopan, tidak menyakiti perasaan orang lain, menghindari penggunaan bahasa yang kasar atau merendahkan, serta memberikan informasi yang akurat dan berguna. Sikap yang etis dalam berbicara menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung, yang memungkinkan anak-anak untuk belajar dan tumbuh dengan memperoleh pemahaman yang baik tentang norma-norma sosial dan nilai-nilai moral. 4. Hubungan Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Membaca Keterampilan menyimak dan keterampilan membaca adalah dua aspek penting dalam upaya individu untuk mendapatkan informasi baru dan memperluas pengetahuan mereka. Keterampilan menyimak memungkinkan individu untuk aktif mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan oleh orang lain dalam konteks percakapan, presentasi, atau media audiovisual. Di sisi lain, keterampilan membaca memungkinkan individu untuk mengolah informasi yang tersedia dalam bentuk tulisan, baik itu buku, artikel, atau dokumen lainnya. Kedua keterampilan ini bersifat reseptif karena mereka
82 memungkinkan individu untuk menerima informasi dari lingkungan mereka. Penting untuk dicatat bahwa, meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama dalam hal menyediakan akses ke informasi baru, keterampilan menyimak berkaitan dengan pendengaran dan pengenalan simbol lisan, sementara keterampilan membaca berkaitan dengan pengenalan simbol tertulis. Pada penyandian simbol lisan atau keterampilan menyimak, individu memiliki kesempatan untuk mentransfer suara yang mereka dengar ke dalam pengalaman dan pemahaman yang lebih dalam (Tarigan, 1985). Misalnya, ketika seseorang mendengar kata "sepeda", penyandian simbol lisan tersebut memungkinkan mereka untuk menghubungkan bunyi kata tersebut dengan pengalaman atau konsep yang terkait dalam pikiran mereka, seperti gambaran fisik sebuah sepeda, pengalaman mengendarainya, atau asosiasi emosional yang terkait dengan aktivitas bersepeda. Pengkodean simbol tertulis, atau kemampuan membaca, memberikan peluang bagi individu untuk mentransfer informasi dalam dua tahap yang berbeda. Pertama, individu membaca simbol-simbol tertulis, seperti huruf-huruf yang membentuk kata "bernyanyi". Selanjutnya, mereka mengubah simbol-simbol tersebut menjadi simbol-simbol lisan, atau bunyi, yang sesuai dengan pengucapan kata tersebut dalam bahasa yang bersangkutan. Setelah itu, mereka akan mengaitkan informasi tersebut dengan pengalaman yang pernah mereka alami terkait dengan konsep "bernyanyi".
83 Misalnya, ketika seseorang membaca kata "bernyanyi", mereka akan membayangkan suara bernyanyi, mengingat momen-momen ketika mereka atau orang lain bernyanyi, atau merasakan emosi yang terkait dengan aktivitas tersebut. 1. Efektivitas Komunikasi Secara Menyeluruh Setiap individu, terutama anak-anak, memerlukan keterampilan berbahasa yang sangat optimal karena kemampuan ini merupakan dasar utama untuk berkomunikasi dan belajar secara efektif sepanjang hidup. Keterampilan berbahasa yang baik memungkinkan anak-anak untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kebutuhan mereka dengan jelas, serta memahami informasi dan instruksi dari orang lain (Mulyati, 2015). Hal ini tidak hanya penting untuk perkembangan akademis mereka, tetapi juga untuk interaksi sosial yang sehat dan membangun hubungan yang positif. Pertumbuhan dan perkembangan anak-anak melibatkan interaksi dengan berbagai kalangan usia, mulai dari teman sebaya hingga orang dewasa. Dalam tahap ini, sangat penting bagi mereka untuk memahami kondisi dan sudut pandang orang di sekitarnya. Anak-anak perlu mampu berkomunikasi dengan teman sebaya untuk membangun persahabatan dan bekerja sama dalam aktivitas kelompok. Selain itu, mereka harus bisa menyampaikan tujuan dan kebutuhan mereka secara efektif kepada orang dewasa, seperti guru dan orang
84 tua, untuk mendapatkan dukungan dan bimbingan yang diperlukan. Kemampuan ini juga melibatkan pengambilan keputusan yang bijaksana, sehingga mereka dapat membuat pilihan yang tidak hanya menguntungkan diri sendiri tetapi juga mempertimbangkan kesejahteraan orang lain, menghindari konflik, dan menjaga hubungan yang harmonis. Apabila individu mampu menggunakan bahasa secara optimal dalam berbagai situasi, ini menandakan bahwa individu tersebut sudah mahir berkomunikasi. Keterampilan ini mencakup kemampuan untuk menyesuaikan gaya bahasa sesuai dengan situasi dan lawan bicara, menyampaikan pesan dengan jelas dan efektif, serta memahami dan menanggapi informasi dari orang lain dengan tepat. Keahlian ini memungkinkan individu untuk berinteraksi dengan berbagai kalangan secara efektif, mengatasi perbedaan persepsi, dan membangun hubungan yang baik. Penguasaan bahasa yang optimal ini tidak hanya mempermudah komunikasi yang lancar, tetapi juga meningkatkan kemampuan individu untuk bekerja sama dan berpartisipasi aktif dalam berbagai konteks sosial dan profesional. Penggunaan bahasa yang baik dalam berbagai situasi memungkinkan seseorang untuk memahami dengan jelas bentuk bahasa yang digunakan dan bagaimana hal itu sesuai dengan konteksnya. Ini berarti individu dapat memilih kata-kata, nada, dan gaya komunikasi yang tepat berdasarkan situasi tertentu, seperti percakapan santai dengan teman, diskusi formal di tempat kerja, atau interaksi dengan orang yang lebih
85 tua. Kemampuan ini memastikan bahwa pesan yang disampaikan diterima dengan baik oleh pendengar dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Pembelajaran bahasa bertujuan untuk membiasakan anak-anak dalam berkomunikasi secara efektif, memungkinkan mereka untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang berdampak pada kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan orang lain (Harianto, 2020). Melalui pembelajaran bahasa, anak-anak belajar untuk menyampaikan ide, gagasan, dan perasaan mereka dengan jelas dan tepat, memperkuat hubungan interpersonal, serta memperluas cakupan pengetahuan dan wawasan mereka tentang dunia yang melingkupi mereka. Melalui penekanan ini, ditekankan bahwa pembelajaran bahasa sebaiknya tidak hanya terfokus pada pemerolehan pengetahuan tentang bahasa itu sendiri, tetapi juga harus memperhatikan kemampuan praktis dalam menggunakan bahasa secara efektif dalam situasi komunikatif nyata. Artinya, penting bagi pembelajaran bahasa untuk tidak hanya menekankan pada aspek teoritis, tetapi juga memberikan peluang dan latihan dalam berkomunikasi secara aktif, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan serta meningkatkan kemampuan mereka dalam beradaptasi dengan berbagai situasi komunikatif yang berbeda. 2. Skenario Pembelajaran Yang Sesuai Konteks Proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk berkomunikasi secara efektif adalah kunci dalam membentuk mereka
86 menjadi individu yang kompeten dalam mendengar, berbicara, membaca, dan menulis (Mulyati, 2015). Dalam lingkungan yang mendukung, anak-anak dapat mengembangkan keterampilan bahasa mereka dengan percaya diri melalui interaksi sosial, diskusi, dan proyek kolaboratif. Melalui kegiatan yang didasarkan pada konteks yang bermakna, anak-anak diberi kesempatan untuk mengikuti pembelajaran secara optimal. Ketika materi pelajaran disajikan dalam konteks yang relevan dengan kehidupan seharihari mereka, anak-anak lebih cenderung terlibat secara aktif dalam pembelajaran dan memperoleh pemahaman yang lebih dalam. Sebaliknya, jika kegiatan pembelajaran tidak relevan atau tidak sesuai dengan konteks kehidupan mereka, anak-anak mungkin kehilangan minat dan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan serta pengetahuan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka. Peran guru dan orangtua sangat penting dalam membantu anak menciptakan pembelajaran yang efektif yang sesuai dengan minat dan aktivitas yang bermanfaat bagi mereka. Misalnya, anak-anak mungkin mulai dengan asumsi mereka sendiri tentang bahasa, kemudian mempraktikkannya dalam interaksi sehari-hari, dan akhirnya mengevaluasi apakah asumsi tersebut tepat. Dalam proses ini, belajar bahasa menjadi sebuah eksplorasi yang melibatkan percobaan dan kesalahan, yang kemudian dianalisis dan dipahami. Dengan dukungan dari guru dan orangtua yang memfasilitasi lingkungan belajar yang
87 inklusif dan memberikan umpan balik yang konstruktif, anak-anak dapat mengembangkan keterampilan bahasa mereka dengan lebih baik dan memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang cara berkomunikasi dengan efektif. Pendekatan komunikatif dalam program pembelajaran Bahasa sangat kondusif karena memberikan kesempatan luas bagi para pelajar untuk berlatih menggunakan bahasa dalam konteks komunikatif yang nyata. Pendekatan ini menekankan interaksi langsung antara siswa, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam percakapan, permainan peran, dan situasi komunikatif lainnya. Dengan fokus pada penggunaan bahasa dalam situasi kehidupan seharihari, siswa dihadapkan pada tantangan-tantangan yang mendorong mereka untuk memecahkan masalah secara aktif, seperti mencari cara untuk menyampaikan pikiran dan ide-ide mereka dengan cara yang efektif. Sehingga siswa tidak hanya belajar bagaimana menggunakan bahasa secara praktis, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang timbul selama proses komunikasi. Pada pengembangan program pembelajaran di sekolah, pertimbangan yang maksimal dalam memilih konteks yang tepat sangatlah penting agar program tersebut efektif. Konteks pembelajaran yang dipilih haruslah sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, serta mencakup unsur-unsur yang relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan memilih konteks yang relevan dan menarik
88 bagi siswa, seperti kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, minat mereka, atau isu-isu yang relevan secara sosial, pembelajaran menjadi lebih menarik dan relevan bagi siswa. Dalam mengembangkan pembelajaran Bahasa yang efektif, diperlukan tiga konteks utama: ekspresif, kognitif, dan sosial. Konteks ekspresif memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan menulis, memfasilitasi mereka untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan ide dengan jelas dan persuasif. Konteks kognitif memperkuat proses pemikiran siswa melalui analisis, sintesis, dan evaluasi, memungkinkan mereka untuk memahami dan menggunakan bahasa dengan lebih mendalam. Sementara itu, konteks sosial membawa dimensi interaktif yang penting, memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan rekan sebaya dan guru dalam situasi komunikatif yang nyata, mengasah keterampilan mendengar dan berbicara, serta memperluas pemahaman mereka tentang budaya dan norma sosial yang terkait dengan bahasa yang dipelajari. Harapannya dengan penyatuan ketiga konteks tersebut, pembelajaran Bahasa dapat menjadi lebih beragam, menarik, dan efektif, memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan bahasa mereka secara menyeluruh dan mempersiapkan mereka untuk berkomunikasi dengan sukses dalam berbagai konteks kehidupan.
89 3. Mengoptimalkan Kolaborasi Antar Keterampilan Bahasa Pengoptimalan kolaborasi antar keterampilan bahasa dapat terbentuk jika dilandasi dengan pengajaran secara terpadu, namun menciptakan keterpaduan tersebut bukanlah proses yang mudah (Syamsuddin, 2021). Keterpaduan ini memerlukan pendekatan holistik yang mengintegrasikan berbagai aspek bahasa seperti mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis secara bersamaan dalam satu kesatuan yang harmonis. Tantangan ini menimbulkan pertanyaan penting: “Bagaimana keterpaduan dalam pembelajaran dapat tercipta dengan tujuan mendukung pola belajar yang terpadu pada anak?” Untuk menjawabnya, diperlukan strategi pendidikan yang inovatif, kurikulum yang terstruktur dengan baik, serta pelatihan yang memadai bagi pendidik agar mereka mampu mengembangkan lingkungan belajar yang kondusif dan menyeluruh. Menyimak dan membaca adalah kegiatan yang mirip, di mana individu menerima dan merespons suatu isyarat, serupa dengan cara penulis dan pembaca menggunakan pesan untuk memahami simbol-simbol dalam berbagai bentuk (Tarigan, 1985). Program pembelajaran bahasa yang dilakukan secara terpadu memberikan manfaat besar dengan memanfaatkan persamaan dalam penggunaan bahasa yang bersifat reseptif (menerima) dan produktif (menghasilkan) pada anak-anak. Dengan pendekatan terpadu ini, anak-anak dapat lebih mudah memahami dan menggunakan bahasa secara menyeluruh,
90 mengoptimalkan kemampuan mereka dalam menyimak, membaca, berbicara, dan menulis melalui proses yang saling berhubungan dan mendukung satu sama lain. Usaha mencapai integrasi dalam pembelajaran bahasa dilakukan melalui pendekatan holistik atau whole language. Whole language adalah metode pengajaran yang menekankan pemahaman bahasa secara utuh, di mana siswa belajar membaca dan menulis dalam konteks yang bermakna, bukan dengan memisahkan elemen-elemen bahasa. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman dan keterampilan berbahasa siswa secara menyeluruh, dengan menghubungkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam satu kesatuan yang terpadu. Contohnya, dalam pembelajaran whole language, siswa membaca cerita lengkap kemudian mendiskusikan isi cerita, menulis pendapat mereka, dan berlatih mengenali kata-kata baru dari teks tersebut, sehingga semua keterampilan bahasa berkembang secara simultan dan kontekstual. Busching dan Schwartz (1983: 16-24) mengemukakan bahwa Pengajaran Bahasa Indonesia Terpadu di Sekolah Dasar mengadopsi tiga pendekatan utama, yaitu: keterpaduan pada satu keterampilan berbahasa, antarketerampilan berbahasa, dan lintas kurikulum (Slamet, 2019).
91 1. Keterpaduan Pada Satu Keterampilan Dalam Berbahasa Keterpaduan pada satu keterampilan berbahasa merujuk pada integrasi yang menyeluruh dari berbagai aspek yang terkait dengan keterampilan bahasa tertentu, seperti mendengarkan, berbicara, membaca, atau menulis. Keterpaduan ini mengharmoniskan pengajaran dan pembelajaran agar siswa dapat memahami, menggunakan, dan mengembangkan kemampuan bahasa tersebut secara holistik. Misalnya, dalam pembelajaran mendengarkan, siswa tidak hanya belajar untuk memahami katakata, tetapi juga konteks, intonasi, dan makna di balik ucapan. Begitu pula dalam pembelajaran menulis, siswa tidak hanya mempelajari tata bahasa dan ejaan, tetapi juga bagaimana menyusun ide-ide mereka dalam sebuah narasi yang koheren dan bermakna. Dalam keterpaduan pada satu keterampilan berbahasa, pendekatan yang cocok adalah model kegiatan tunggal berdasarkan rancangan guru dan model lokaya. Model kegiatan tunggal berdasarkan rancangan guru adalah pendekatan di mana guru merancang dan mengelola serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan satu keterampilan berbahasa tertentu, seperti membaca atau menulis, dalam satu sesi pembelajaran. Guru memilih materi, metode, dan strategi pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Contohnya, dalam pelajaran membaca, guru mungkin memilih sebuah cerita atau artikel yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa, kemudian mengajukan
92 pertanyaan, memfasilitasi diskusi, dan memberikan latihan membaca yang relevan. Sementara itu, model lokaya adalah pendekatan di mana guru memanfaatkan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar yang nyata dan bermakna. Guru mengintegrasikan materi pembelajaran dengan situasi kehidupan seharihari atau konteks lokal siswa untuk meningkatkan pemahaman dan motivasi belajar. Sebagai contoh, dalam pembelajaran menulis, guru dapat mengajak siswa untuk menulis cerita tentang pengalaman mereka di lingkungan sekolah atau desa mereka, sehingga siswa dapat mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman pribadi mereka dan memperkaya materi pembelajaran dengan aspek budaya dan lokal. 2. Keterpaduan Antar Keterampilan Dalam Berbahasa Keterpaduan antar keterampilan dalam berbahasa menekankan pentingnya mengintegrasikan berbagai aspek kemampuan bahasa, seperti mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, sebagai suatu kesatuan yang saling terkait dan saling mendukung. Ketika seseorang terlibat dalam proses komunikasi, mereka tidak hanya menggunakan satu keterampilan bahasa secara terpisah, tetapi secara bersamaan mengaktifkan beberapa keterampilan sekaligus. Sebagai contoh, saat seseorang membaca sebuah teks, mereka tidak hanya menggunakan keterampilan membaca untuk memahami teks tersebut, tetapi juga mengaktifkan keterampilan menulis untuk merefleksikan atau merespons isi teks tersebut. Dalam keterpaduan antar keterampilan