93 dalam berbahasa, penting untuk memiliki model pembelajaran yang sesuai agar proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal. Model bertukar komunikasi dan model pemecahan masalah pribadi merupakan strategi pembelajaran yang efektif karena mendorong partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mereka. Dalam model bertukar komunikasi, siswa ditempatkan dalam konteks di mana mereka saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama siswa, baik secara lisan maupun tulisan, untuk menukar gagasan, ide, dan pengetahuan. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pemikiran mereka secara jelas dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran melalui kolaborasi dan diskusi. Manfaatnya termasuk pengembangan keterampilan berbicara, mendengarkan, dan berpikir kritis, serta meningkatkan rasa percaya diri dan kerjasama antar siswa. Sebagai contoh, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa dapat diberi tugas untuk membaca cerita dan kemudian berdiskusi dalam kelompok kecil tentang tema, karakter, atau pesan dalam cerita tersebut. Sementara itu, model pemecahan masalah pribadi menempatkan siswa dalam situasi di mana mereka dihadapkan pada masalah atau tantangan yang memerlukan pemikiran kreatif dan penemuan solusi yang efektif. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk melatih siswa dalam mengidentifikasi masalah, merumuskan strategi penyelesaian, dan mengimplementasikan solusi yang mereka pilih.
94 Manfaatnya termasuk pengembangan keterampilan pemecahan masalah, peningkatan kepercayaan diri, dan penghargaan terhadap proses belajar. Sebagai contoh, dalam pembelajaran matematika, siswa dapat diberi tugas untuk menyelesaikan serangkaian masalah yang kompleks, yang memerlukan pemikiran kritis dan analitis untuk menemukan solusi yang tepat. Dengan menerapkan model bertukar komunikasi dan model pemecahan masalah pribadi, guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang dinamis dan kolaboratif, yang memfasilitasi pencapaian optimal potensi belajar siswa. 3. Keterpaduan Dalam Lintas Kurikulum Penggunaan pendekatan keterpaduan memungkinkan bahasa mencapai performa maksimal dengan mengintegrasikannya erat dengan pembelajaran lain. Integrasi antar lintas kurikulum menjadi kunci karena membuka peluang untuk menggabungkan pelajaran bahasa dengan bidang lain seperti sains, sosial, seni, dan matematika. Dengan demikian, pembelajaran bahasa tidak hanya berkonsentrasi pada pengembangan keterampilan berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis, melainkan juga memfasilitasi siswa menggunakan bahasa sebagai alat untuk memahami dan mengekspresikan konsep dalam berbagai konteks. Sebagai contoh, dalam pengajaran bahasa Indonesia, siswa dapat membaca kisah tentang lingkungan alam dan setelahnya menggunakan bahasa untuk berdiskusi mengenai dampak lingkungan tersebut
95 pada masyarakat atau menulis laporan tentang permasalahan lingkungan yang diangkat. Menurut Busching dan Achwartz, dalam proses pemilihan mata pelajaran yang terpadu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, mata pelajaran yang dipilih haruslah dipadukan dengan pelajaran yang memiliki nilai berguna bagi siswa. Artinya, integrasi antara mata pelajaran harus memberikan manfaat yang nyata dan relevan bagi perkembangan siswa, baik dalam konteks akademik maupun kehidupan sehari-hari. Kedua, integrasi tersebut harus memiliki nilai antar mata pelajaran yang dipadukan. Ini berarti bahwa setiap mata pelajaran yang terlibat dalam integrasi harus saling mendukung dan menguatkan, sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan terpadu tentang materi pelajaran tersebut. Harapannya memperhatikan kedua hal ini dalam pemilihan mata pelajaran yang terpadu, pengajaran dapat menjadi lebih bermakna dan efektif bagi siswa, memungkinkan mereka untuk mengembangkan pemahaman yang holistik dan beragam tentang berbagai konsep dan keterampilan yang diajarkan.
96
97 pa yang Anda ketahui tentang sastra anak? Sesuatu yang sering kali kita dengar, bukan? Seberapa pentingkah sastra anak bagi perkembangan dan pendidikan anak-anak? Untuk memahami lebih lanjut mengenai peran dan signifikansi sastra anak, silakan membaca uraian berikut ini. Sastra anak berasal dari bahasa Sansekerta yakni shaastra yang mempunyai arti teks yang berisi pedoman. Selanjutnya, Plato (Amalia dan Fadhilasari, 2022) memaparkan bahwa sastra adalah bentuk tiruan berdasarkan representasi dari kenyataan (mimesis). Lain halnya dengan Esten (1978) yang memaparkan bahwa sastra adalah ungkapan berdasarkan fakta yang artistik dan imajinatif sebagai wujud kehidupan manusia. Sedangkan Taum (1997) memaparkan bahwa sastra merupakan bentuk dari karya fiksi yang memiliki sifat imajinatif serta menggunakan bahasa yang indah dan kehadirannya berguna untuk hal lainnya. Saxby (1991:4) mengemukakan bahwa sastra merupakan representasi dan bayangan kehidupan (image of life). Dalam sastra anak, perlu diberikan gambaran mengenai konteks yang sesuai dengan tahapan perkembangannya Lain halnya dengan Nurgiyantoro (2005: 6) yang mengemukakan bahwa sastra anak yakni sastra yang dalam aspek emosional psikologis bisa dipahami dan dimengerti anak berdasarkan fakta yang nyata dan dapat dibayangkan oleh anak. Pendapat lain yakni Resmini (2010) memaparkan bahwa sastra anak yaitu bahan baca atau cerita anak yang ditujukan untuk A
98 anak. Sastra anak dapat dikatakan pula sebagai sastra yang memberikan gambaran mengenai apa yang dirasakan oleh anak dan pengalaman anak berdasarkan pandangan anak. Davis (dalam Sarumpaet, 2010:2) memaparkan bahwa sastra anak yakni karya sastra yang dibaca oleh anak-anak dengan pengawasan orang tua, dan juga penulisnya merupakan orang dewasa. Pengertian selanjutnya mengenai sastra anak dikemukakan oleh Kurniawan (2009:22) yaitu karya sastra yang memiliki acuan pada cerita yang berkaitan dengan anak (sesuatu yang dimengerti oleh anak) serta bahasa yang dpakai disesuaikan berdasarkan perkembangan kognitif dan emosi anak (bahasa yang dimengerti oleh anak). Pendapat tersebut sama dengan Puryanto (2008:2) yang mengemukakan bahwasannya sastra anak merupakan karya sastra yang khas dan mudah dimengerti anak-anak yang di dalamnya mengandung sesuatu yang dekat dengan anak-anak, secara spesifik untuk anak yang memiliki usia 3-12 tahun. Sedangkan Hunt (Witakania, 2008:8) memaparkan bahwa sastra anak yakni bahan baca yang dibaca dan cocok untuk memberikan kepuasan pada sekelompok anggota yang disebut anak-anak. Paparan di atas memaparkan bahwa terdapat hal-hal mengenai hakikat sastra (Didipu & Masie, 2020:2-3). Yang pertama yaitu sastra anak dibuat bagi seluruh golongan (anak-anak dan orang dewasa). Hal utama yang diperhatikan yakni penyesuaian kapasitas kognitif dan psikologis yang sesuai dengan usia anak-anak, dapat dikatakan bahwa penyesuaian kognitif dan psikologis ini harus memuat hal-hal yang dekat dengan hal anak-anak. Yang kedua yaitu bahasa yang dipakai cocok dengan
99 tingkatan penguasaan terkait dengan bahasa anak. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa bahasa yang digunakan harus dicocokkan dengan tingkatan penguasaan dan pemahaman kosakata serta struktur kalimat anak sehingga tidak perlu memakai kata-kata yang memuat bermakna konotasi yang susah dipahami anak-anak. Yang ketiga adalah karya sastra mengandung berbagai macam hal mengenai kehidupan sehari-hari anak seperti rasa sayang pada orang tua, persahabatan, kasih sayang, dan keindahan lingkungan sekitar. Dan yang terakhir yaitu sastra anak dibuat supaya dibaca oleh anak-anak, orang dewasa tetap boleh membaca sastra anak. Sastra anak bisa dibaca oleh siapapun karena nilai-nilai yang termuat dalam sastra anak dapat diterapkan oleh para pembaca. Berdasarkan paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sastra anak merupakan jenis karya sastra yang diciptakan dengan tujuan khusus untuk menghibur serta mendidik anak-anak. Sastra anak sering kali memuat cerita-cerita yang dekat dengan dunia anak-anak, baik dari segi tema, tokoh, maupun alur cerita. Cerita-cerita ini biasanya mengangkat hal-hal yang akrab dalam kehidupan sehari-hari anak-anak, seperti persahabatan, petualangan, keluarga, dan imajinasi. Dengan pendekatan ini, sastra anak menjadi lebih mudah dicerna oleh anak-anak karena mereka dapat memahami dan mengaitkan cerita-cerita tersebut dengan pengalaman dan lingkungan mereka sendiri. Dengan demikian, sastra anak memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan kognitif, emosional, dan sosial anak-anak. Melalui sastra anak, anak-anak dapat mengembangkan imajinasi, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, serta memperluas
100 wawasan dan pengetahuan mereka. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sastra anak dianggap sebagai salah satu alat pendidikan yang sangat berharga dan efektif dalam mendukung tumbuh kembang anak-anak. Pembelajaran sastra bertujuan supaya siswa dapat mengetahui, menikmati, serta menggunakan karya sastra untuk meningkatkan kepribadian, menambah informasi tentang kehidupan, menambah pengetahuan, serta keterampilan berbahasa (Depdiknas, 2001). Adapun tujuan sastra di sekolah dasar adalah menambah keterampilan siswa dalam hal penghayatan, pemahaman, menikmati, serta menghargai karya sastra sehingga karya sastra yang dikaji hanya konsep umum atau sekedar pengetahuan yang menunjang apresiasi sastra. Huck dkk. (1987) memaparkan bahwa materi sastra di SD wajib menyediakan pengalaman pada siswa yang hendak memberikan kontribusi atas empat tujuan, tujuan tersebut yakni sebagai berikut. 1. Membangkitkan kegembiraan terhadap buku Tujuan ini menggarisbawahi pentingnya menumbuhkan minat baca pada siswa sejak dini. Melalui materi sastra, siswa diharapkan dapat merasakan kegembiraan dan antusiasme terhadap buku dan cerita. Pengalaman positif ini akan mendorong mereka untuk terus membaca dan menjadikan membaca sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Dengan cara ini, budaya membaca dapat tertanam
101 kuat dalam diri siswa, membantu mereka untuk berkembang secara akademis maupun pribadi. 2. Menafsirkan teks karya sastra Materi sastra di SD juga bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam menafsirkan dan memahami teks sastra. Siswa diajarkan untuk menggali makna di balik kata-kata, memahami pesan yang disampaikan penulis, dan menghubungkan cerita dengan pengalaman pribadi mereka. Kemampuan menafsirkan teks ini penting untuk mengembangkan pemikiran kritis dan analitis, yang akan sangat bermanfaat bagi siswa dalam berbagai aspek kehidupan. 3. Meningkatkan kesadaran dalam hal sastra Melalui pembelajaran sastra, siswa diharapkan menjadi lebih sadar akan keanekaragaman dan kekayaan dunia sastra. Mereka diperkenalkan pada berbagai genre, gaya penulisan, dan latar belakang budaya yang berbeda. Kesadaran ini tidak hanya memperluas wawasan siswa tetapi juga membantu mereka memahami dan menghargai perbedaan, baik dalam karya sastra maupun dalam kehidupan nyata. 4. Meningkatkan penghargaan Tujuan terakhir adalah meningkatkan penghargaan siswa terhadap karya sastra. Siswa diajarkan untuk menghargai nilai estetika dan moral yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Mereka belajar untuk melihat sastra sebagai bentuk seni yang memiliki kekuatan untuk menginspirasi, menghibur, dan
102 memberikan pelajaran hidup. Penghargaan terhadap sastra ini akan membantu siswa mengembangkan rasa hormat terhadap karya orang lain dan menginspirasi mereka untuk mungkin menciptakan karya mereka sendiri di masa depan. Oleh karena itu, melalui pembelajaran sastra di SD, siswa diharapkan tidak hanya mendapatkan pengetahuan akademis yang dibutuhkan untuk kesuksesan mereka dalam pendidikan formal, tetapi juga pengalaman yang kaya dan beragam yang melampaui lingkungan kelas. Pengalaman ini mencakup pengenalan terhadap berbagai jenis sastra, gaya penulisan, dan latar belakang budaya yang berbeda, yang pada akhirnya memperluas wawasan dan pemahaman mereka tentang dunia. Melalui sastra, siswa belajar untuk menafsirkan dan memahami pesan-pesan mendalam yang disampaikan oleh penulis, yang membantu mengasah kemampuan berpikir kritis dan analitis mereka. Selain itu, siswa juga belajar untuk menghargai nilai estetika dan moral dalam karya sastra, yang menumbuhkan rasa hormat terhadap karya seni dan budaya. Pengalaman ini secara keseluruhan membantu siswa untuk mengembangkan empati, karena mereka diajak untuk melihat dunia dari perspektif yang berbeda dan memahami perasaan serta pengalaman orang lain. Akhirnya, dengan pemahaman dan penghargaan yang lebih mendalam terhadap sastra, siswa tumbuh menjadi individu yang lebih berpengetahuan, berempati, dan berbudaya, yang mampu menghargai keanekaragaman dan keindahan dalam kehidupan
103 sehari-hari serta memberikan kontribusi positif dalam masyarakat. Horatius (Didipu & Masie, 2020:9) memaparkan bahwa terdapat beberapa fungsi utama sastra anak, yakni dulce et utile (sweet and useful). Dulce (sweet) memiliki arti sangat menikmati, kemudian utile (useful) memiliki arti mendidik. Hal tersebut sejalan oleh Bressler (1999:12) yang mengemukakan bahwa terdapat dua fungsi sastra anak yaitu “to teach” atau disebut mengajar dan to “entertain” atau disebut menghibur. Fungsi dari menghibur (dulce) yaitu sastra dapat memberi kegembiraan pada diri orang yang membacanya dan merasakan perasaan tertarik pada saat membaca sastra. Fungsi yang kedua yaitu fungsi mengajar (utile) yang berarti memberi petuah dan menanamkan moral sehingga orang yang membaca dapat mencontoh hal-hal positif yang terdapat pada karya sastra. Selain itu, terdapat fungsi khusus pada karya sastra yakni sebagai berikut (Didipu & Masie, 2020:11-13). 1. Menanamkan dan melatih anak untuk terbiasa membaca Tujuan anak-anak membaca untuk mencari kesenangan, namun hal tersebut dapat menjadi awal mula pembiasaan anak untuk membaca buku. Apabila anak-anak terbiasa untuk membaca, maka akan terbiasa membaca buku pelajaran maupun buku yang lain.
104 2. Memberikan bantuan pada perkembangan kognitif dan psikologi anak Apabila anak-anak awam untuk membaca, maka anak terbiasa untuk memahami suatu bacaan yang telah dibacanya. Kebiasaan memahami bacaan tersebut dapat memberikan bantuan pada perkembangan kognitif anak. Dalam karya sastra anak termuat nilai-nilai moral yang dapat membangkitkan rasa simpati dan empati anak. Oleh karena itu, sastra anak bisa menolong perkembangan psikologi anak supaya peka pada lingkungan sekitarnya. 3. Mempercepat dalam hal perkembangan bahasa pada anak Perkembangan bahasa anak sejalan bersama perkembangan fisik serta kognitifnya. Pemikiran matang dalam hal mencerna dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, hal tersebut juga berlaku sebaliknya yaitu perkembangan bahasa anak dapat mempengaruhi kematangan dalam hal berpikir (Dirgayasa, 2011:79). Anank-anak yang telah terbiasa untuk membaca mendapatkan bahasa seperti kosa kata dan kalimat yang banyak dan cepat apabila dibandingkan dengan anak lainnya. Maka anak-anak yang memiliki kecepatan dalam perkembangan bahasanya akan memberikan bantuan pada tingkatan pemikiran matang 4. Meningkatkan khayalan anak-anak Imajinasi dapat dikatakan “khayalan”, tetapi dalam karya sastra tidak semua memuat khayalan tanpa hubungannya dengan realita. Imajinasi yang terdapat pada sastra merupakan media yang
105 digunakan dalam mengekspresikan pemikiran dan rasa yang dialami pengarang. Maka dari itu, realitas hidup manusia menjadi bagian yang termuat dalam esensi serta substansi imajinasi karya sastra. Adapun manfaat sastra anak yang dipaparkan oleh Lazar (2002: 15-19) yaitu terdapat enam manfaat pembelajaran sastra yakni sebagai berikut. 1. Memberi motivasi pada siswa 2. Memberikan jalan pada background budaya 3. Memberikan jalan dalam pendapatan Bahasa 4. Meluaskan perhatian siswa berkaitan dengan Bahasa 5. Meningkatkan keahlian interpretatif siswa 6. Mendidik siswa secara menyeluruh Sastra anak memiliki berbagai macam manfaat apabila digunakan di dalam pembelajaran, yakni sebagai berikut (Latifah, dkk, 2021: 23). 1. Manfaat rekreatif Memberikan hiburan untuk para pembaca atau penikmatnya. 2. Manfaat estetis Memberikan kesan keindahan untuk para penikmat atau pembaca. 3. Manfaat didaktik Dapat memberikan pengaruh dan mendidik pembaca atau penikmatnya berdasarkan nilai-nilai kebenaran serta kebaikan yang terdapat di dalam sastra. 4. Manfaat moralitas Memberikan pengetahuan berkaitan moral untuk para penikmat atau pembaca sehingga pembaca atau
106 penikmatnya dapat menyeleksi sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk. 5. Manfaat religious Membuahkan karya yang berisi ajaran agama yang dapat menjadi teladan bagi pembaca dan penikmat. Tarigan (2011) memaparkan bahwa terdapat beberapa manfaat sastra, yakni sebagai berikut. 1. Menyajikan kesenangan dan kebahagiaan untuk anak. 2. Meningkatkan khayalan anak sehingga menolong anak menimbang-nimbang pengalaman dan pemikiran dengan berbagai cara. 3. Menyajikan pengalaman yang aneh dan seakan-akan dialami oleh anak. 4. Mengembangkan pengetahuan anak menjadi tingkah laku kemanusiaan. 5. Mengenalkan serta menyajikan pengalaman secara menyeluruh. 6. Sumber utama dalam hal meneruskan warisan dari generasi ke generasi. Pendapat tersebut sejalan dengan manfaat sastra dilihat berdasarkan unsur intrinsiknya yakni sebagai berikut (Panglipur dan Listiyaningsih, 2017:690). 1. Memberikan kegembiraan, kesenangan, serta kenikmatan untuk anak. 2. Meningkatkan imajinasi anak serta memberikan bantuan pada anak untuk mempertimbangkan serta berpikir berkaitan dengan pemikiran atau pengalaman, kehidupan, dan alam. 3. Memberi pengalaman yang baru yang dirasakan dan dialami oleh diri anak sendiri.
107 4. Meningkatkan pandangan kehidupan anak menjadi tingkah laku berkaitan dengan kemanusiaan. 5. Memaparkan dan mengenalkan anak pada pengalaman secara keseluruhan. 6. Melanjutkan warisan karya sastra Adapun manfaat sastra dilihat berdasarkan unsur ekstrinsiknya yakni sebagai berikut. 1. Kemajuan pada aspek Bahasa Sastra berperan dalam meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Melalui membaca dan menganalisis karya sastra, siswa dapat memperkaya perbendaharaan kata, memahami struktur kalimat yang rumit, dan mengasah kemampuan berbicara dan menulis dengan lebih baik. Sastra juga membantu siswa memahami penggunaan bahasa dalam berbagai konteks. 2. Kemajuan pada aspek kognitif Studi sastra memiliki efek positif pada perkembangan kognitif siswa. Analisis terhadap cerita kompleks dalam sastra membutuhkan pemikiran kritis, kemampuan memecahkan masalah, dan pemahaman konsep abstrak. Sastra membangkitkan imajinasi dan kreativitas siswa serta membantu mereka mengembangkan kemampuan analisis dan penalaran yang lebih mendalam. 3. Kemajuan pada aspek tingkah laku Sastra memiliki potensi untuk membentuk karakter dan perilaku siswa. Cerita dalam sastra sering kali mengangkat nilai-nilai moral seperti kejujuran, keberanian, kesetiaan, dan empati. Melalui pembelajaran sastra, siswa dapat memahami dan
108 menerima nilai-nilai tersebut, yang pada akhirnya membentuk kepribadian yang lebih baik. 4. Kemajuan pada aspek sosial Sastra juga berperan penting dalam pengembangan aspek sosial siswa. Dalam cerita sastra, siswa dapat belajar tentang berbagai budaya, latar belakang, dan pengalaman hidup yang beragam. Ini membuka pikiran mereka terhadap keanekaragaman dunia dan membantu membangun rasa toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, serta kemampuan berempati terhadap orang lain. Diskusi tentang karya sastra juga membantu siswa berkomunikasi dengan lebih baik dan membangun hubungan sosial yang positif. Genre sastra merupakan jenis dan ragam yang terdapat dalam sastra (Mikics, 2007:132). Faruk (2014) memaparkan bahwa kehadiran sastra mempunyai berbagai macam jenis tergantung dari sudut pandang yang digunakan dalam menilai karya sastra. Pemahaman mengenai perkembangan siswa sangat perlu diperhatikan untuk menentukan karya sastra yang sesuai. Macammacam genre atau jenis sastra anak dapat diuraikan sebagai berikut (Didipu & Masie, 2020:15-63). 1. Puisi anak Puisi merupakan genre sastra yang memuat perasaan-perasaan yang dirasakan oleh pengarang dan memiliki wujud baris dan bait dengan menggunakan bahasa yang singkat, padat yang bermakna
109 dan memuat permainan suara yang artistik, serta kata yang memiliki makna simbolis (Didipu, 2013a:29). Puisi anak memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh puisi pada umumnya. Karakteristik khusus tersebut yaitu gaya bahasa yang sederhana, pendek, lugas, dan penuh dengan irama. Karakteristik khusus selanjutnya yaitu substansi yang memiliki hubungan dengan hidup keseharian anak serta memuat sesuatu khayalan. Jika dilihat dari isi, puisi anak dikelompokkan pada tiga bentuk, yakni sebagai berikut. a. Puisi tradisional Puisi tradisional merupakan salah satu puisi yang muncul dan bertumbuh di satu kawasan dengan memakai bahasa lokal daerah tersebut. Pada umumnya, puisi tradisional memiliki sifat yang tidak diketahui siapa penciptanya dikarenakan puisi tradisional diturunkan turun temurun secara lisan dari satu generasi ke generasi lainnya. Berikut merupakan contoh puisi tradisional yang berjudul “Aja ngewak-ewakake” (Endraswara, 2005:219).
110 b. Puisi lama Puisi lama adalah salah satu puisi yang dipengaruhi sastra Melayu lama. Puisi lama kekurangan pada jenis pantun yakni pantun untuk anak-anak. Berikut merupakan contoh puisi lama tentang pantun sukacita (Riyadi, dkk (2008:13-15). c. Puisi modern Puisi modern yakni puisi yang dibuat di masa sekarang dan terdapat pada berbagai macam media cetak. Puisi modern meliputi puisi tertulis serta puisi yang dilagukan. Berikut merupakan contoh puisi modern karya Akhmad Immaduddin (Sarumpaet,
111 2010:211) dengan judul “Ternyata Tuhan Sangat Pemurah”. 2. Cerita anak tradisional atau fiksi Cerita anak tradisional atau fiksi termasuk ke dalam macam cerita yang tumbuh turun temurun di masyarakat serta dianggap benar bagi sebagian orang dikarenakan mempunyai nilai sejarah dari suatu daerah. Di Indonesia sendiri, macam sastra ini umumnya terkenal dengan nama “cerita rakyat”. Terdapat beberapa jenis cerita rakyat atau cerita anak tradisional, yakni sebagai berikut. a. Dongeng Danandjaja (1997:83) memaparkan bahwasannya dongeng merupakan cerita rakyat yang sebenarnya tidak terjadi. Dongeng yakni suatu cerita imajinasi yang memuat nilai-nilai moral bagi anak supaya
112 dongeng dapat terus ada di lingkungan masyarakat. Apabila terdapat penggalan cerita yang dirasa betul dan cocok dengan realita, hal tersebut merupakan suatu kebetulan. Dongeng digunakan sebagai sarana dalam menggambarkan kehidupan manusia lewat cerita imajinasi untuk memperoleh nilai-nilai yang baik sehingga dapat dijadikan teladan oleh pembacanya. Pada mulanya, dongeng hanya diceritakan lewat mulut ke mulut secara lisan tetapi seiring waktu dongeng berkembang dan disajikan dalam bentuk tulisan dan buku. Dongeng yang terdapat di Indonesia sangat beragam. Beberapa dongeng yang ada di Indonesia yaitu Bawang Merah dan Bawang Putih, Malin Kundang, dan Timun Mas. b. Legenda Legenda merupakan salah satu cerita rakyat yang berhubungan erat peristiwa alam. Hampir separuh orang di kawasan tertentu percaya bahwa cerita pada legenda terjadi secara nyata dikarenakan hal tersebut sebagai penyebab terbentuknya suatu wilayah, maupun kejadian alam yang ada di kawasan tersebut. Indonesia memiliki berbagai macam legenda dari sabang sampai merauke. Legenda yang terdapat dan berkembang di Indonesia yaitu Danau Batur (berasal dari Bali), Lahilote (berasal dari Gorontalo), Danau Toba (berasal dari Sumatera Utara), Oheo (berasal dari Kendari), Telaga Biru (berasal dari Maluku Utara), dan Legenda Danau Lipan (berasal dari Kalimantan Timur).
113 c. Fabel Fabel merupakan salah satu cerita rakyat yang semua tokohnya adalah binatang. Tokoh-tokoh tersebut menggambarkan realita kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa tokoh binatang dalam cerita fabel merupakan simbol atau penggambaran sifat manusia pada realita hidup. Indonesia memiliki beragam cerita fabel. Cerita fabel yang populer di Indonesia adalah Si Kancil, Kelinci dan Kura-Kura, Burung Balam dan Semut Merah, Kisah Kera dan Ayam, dan Ayam Bertanduk. d. Mitos atau mite Mitos atau mite merupakan salah satu cerita rakyat yang memiliki erat kaitannya oleh tokoh dewa serta tokoh yang mempunyai kemampuan yang hebat. Mitos dipercaya benar-benar terjadi pada zaman dahulu. Adapula masyarakat yang percaya bahwa mitos merupakan sesuatu yang suci (Bunanta, 1998:44). Meskipun terdengar tidak masuk logika, mitos masih ada dan berkembang di masyarakat serta diceritakan dari generasi ke generasi. Indonesia memiliki beragam mitos dari sabang sampai merauke. Mitos yang terkenal di Indonesia adalah Nyi Roro Kidul, Bandung Bondowoso dan Roro Jongrang, , Jaka Tarub dan Dewi Nawang Wulan, Dewi Sri, Ki Ageng Mangir, dan Putri Sedoro Putih. e. Epos atau sage Epos atau sage merupakan salah satu cerita rakyat yang memuat cerita sejarah kepahlawanan pada suatu kawasan. Dalam hal ini, epos atau sage bercerita mengenai satu atau lebih tokoh yang terkenal karena
114 perjuangan, jasa, kekuatan, dan keberanian yang dimiliki oleh tokoh tersebut. Sebagian besar masyarakat percaya akan keberadaan tokoh tersebut, meskipun tokoh-tokoh tersebut sulit ditelaah silsilah, asal-usul, keturunan, maupun pemakamannya. Sedangkan sebagian besar masyarakat lainnya mementingkan nilai-nilai keteladanan yang terkandung dalam cerita dan tidak mementingkan kehadiran tokoh tersebut. Indonesia memiliki beragam epos dari sabang sampai merauke. Epos yang terkenal di Indonesia adalah Pangeran Diponegoro (berasal dari Yogyakarta), Jayaprana (berasal dari Bali), Si Pitung (berasal dari Betawi), dan cerita Damarwulan (berasal dari Jawa). 3. Cerita anak modern atau fiksi Ampera (2010:17) memaparkan bahwa cerita anak modern atau fiksi modern merupakan kisah yang memiliki pengarang yang jelas, ditulis relatif baru, dan berwujud buku dan cetak melalui media massa. Cerita anak modern atau fiksi dibagi menjadi empat jenis, yakni sebagai berikut. a. Novel anak Novel anak merupakan salah satu cerita yang memiliki jalan cerita yang panjang, menyajikan bermacam sekali tokoh dan permasalahannya, serta menyajikan bermacam kejadian (Kurniawan, 2013:44). Novel anak mempunyai karakteristik tertentu, yakni sebagai berikut. 1) Memuat cerita yang dekat dengan hidup anak-anak
115 2) Memiliki total lembar yaitu 50-100 lembar 3) Memuat gambar-gambar pada lembar tertentu 4) Beralur sederhana Novel yang populer yaitu Congklak Misterius karya Anjali, Semut Pesolek karya Marliana Kuswanti, dan Suara Misterius karya Tian. b. Cerpen anak Cerpen anak merupakan cerita pendek untuk anak-anak. Cerpen anak memiliki karakteristik yang dapat membedakan dengan cerpen untuk orang dewasa. Karakteristik-karakteristik tersebut yakni sebagai berikut. 1) Memuat cerita yang dekat dengan kehidupan anak-anak 2) Memiliki alur maju dan sederhana 3) Memiliki tokoh yang dekat dengan anak, seperti keluarga, guru, dan teman 4) Memiliki latar yang tipikal, seperti sekolah, rumah, dan desa Salah satu cerpen anak yakni “Syifa dan Syafa” karya Erni (Majalah anak Just for Kids edisi 18 Th. IV, 28 Maret - 9 April 2014). c. Drama anak Drama anak merupakan salah satu genre sastra berbentuk percakapan atau dialog. Sastra anak dan sastra dewasa memiliki perbedaan pada esensi cerita. Drama anak mirip seperti cerpen anak yang mengarah pada peristiwa yang dekat dengan dunia anak-anak.
116 Salah satu contoh drama anak yaitu “Majalah Dinding” karya Bakdi Soemanto (Sarumpaet, 2010:241). d. Komik Ampera (2010:17) memaparkan bahwasannya komik merupakan cerita dengan gambar yang memiliki tulisan yang sedikit dan ada juga yang hanya terdapat gambar saja tanpa tulisan. Komik sangat menarik perhatian anak-anak karena menyajikan cerita berbentuk kata-kata pada tokoh cerita, adanya gambar di dalam komik dapat menunjang gerakan dan dialog para tokoh cerita sehingga tidak banyak menuntut pembacanya untuk berimajinasi. Anak usia prasekolah juga menyukai komik karena anak usia prasekolah belum bisa membaca dan menulis sehingga mereka hanya melihat gambar kartu yang menarik di dalam komik. Komik terbagi menjadi dua yakni komik anak serta komik dewasa. Komik anak menceritakan mengenai hidup anak-anak seperti bercerita tentang persahabatan, petualangan, humor, heroik, dan halhal fantasi. Sedangkan komik dewasa menceritakan tentang peristiwa yang dialami oleh orang dewasa seperti percintaan, pertempuran, balas dendam, dan perkelahian. Contoh komik anak yaitu komik berjudul “Sepeda Baru Nana” karya Callista Gianna Then (Komik KecilKecil Punya Karya: Funny Day yang diterbitkan oleh Muffin Graphics).
117 4. Cerita nonfiksi Cerita nonfiksi merupakan salah satu ragam cerita anak yang berasal dari kisah nyata. Dalam konteks ini, "nonfiksi" mengindikasikan bahwa cerita tersebut berdasarkan pada realitas dan bukanlah hasil ciptaan belaka. Artinya, tokoh-tokoh, sumber informasi, lokasi, dan segala peristiwa yang diuraikan dalam cerita merupakan gambaran dari peristiwaperistiwa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata. Cerita nonfiksi memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai dunia nyata kepada pembaca, sambil memberikan deskripsi yang tepat tentang beragam peristiwa, tokoh, atau tempat yang menjadi fokus cerita. Cerita nonfiksi sendiri dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yakni sebagai berikut. a. Cerita sejarah Cerita sejarah merupakan salah satu cerita yang memuat cerita perjuangan di masa lampau untuk menjaga kemerdekaan negara atau daerah. Cerita sejarah merupakan suatu kebenaran dikarenakan didasarkan pada peristiwa masa lalu. Cerita sejarah diberikan untuk anak-anak karena bisa meningkatkan nasionalisme dan patriotisme sehingga anak-anak dapat terbiasa dengan nilai-nilai sejarah bangsa Indonesia dan menghargai juga menghormati jasa pahlawan Indonesia. Guru memiliki peran yang vital dalam memupuk semangat nasionalisme pada siswa, dan salah satu metode yang efektif adalah melalui penyampaian cerita sejarah yang relevan. Cerita sejarah merupakan
118 alat yang kuat untuk mengilhami dan menyentuh hati siswa, mengenalkan mereka pada nilai-nilai, peristiwa, dan tokoh-tokoh yang membentuk identitas bangsa. Di Indonesia, terdapat beragam kisah sejarah yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk tujuan ini, dan beberapa di antaranya sangat terkenal. Sebagai contoh, "Pangeran Antasari" karya Rahimsyah merupakan salah satu cerita sejarah yang dapat memicu semangat nasionalisme. Kisah ini menceritakan tentang perjuangan Pangeran Antasari dalam melawan penjajah Belanda di Kalimantan. Melalui cerita ini, siswa dapat terinspirasi oleh semangat kepahlawanan dan perjuangan yang ditampilkan, yang kemudian dapat mendorong mereka untuk mengembangkan rasa cinta tanah air dan semangat memperjuangkan kemerdekaan.. b. Biografi Biografi merupakan buku yang memuat kisah hidup seseorang. Biografi termasuk dalam cerita nonfiksi karena isinya memuat kehidupan tokoh yang dikisahkan dan hal tersebut bersifat realita. Biografi menyajikan bagian yang penting dalam hal ini berupa peristiwa yang berkesan dan mengandung nilai positif berdasarkan kehidupan orang yang diceritakan. Sumber-sumber dalam biografi didapatkan langsung dari tokoh tersebut, keluarga, sahabat, maupun orang yang mengenal tokoh yang dikisahkan tersebut. Biografi dengan otobiografi dapat dibedakan berdasarkan siapa yang menulisnya. Apabila riwayat tokoh ditulis orang lain maka dapat dikatakan sebagai biografi, sedangkan jika riwayat dalam otobiografi
119 ditulis tokoh tersebut maka dapat dikatakan otobiografi. Berdasarkan esensinya, biografi dan otobiografi dapat diambil nilai-nilai positifnya. Dalam hal ini, tidak semua biografi dapat diberikan pada anak-anak. Maka dari itu, guru serta orang tua harus menyeleksi biografi yang cocok untuk anak-anak. Buku biografi yang cocok dibaca untuk semua usia yaitu “Habis Gelap Terbitlah Terang” karya R.A. Kartini, Habibie & Ainun karya Prof. B.J. Habibie, Ayahku: Kisah Buya Hamka karya Irfan Hamka, dan “Galileo Galilei”. Depdiknas No. 22 Tahun 2006 memaparkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia meliputi bahasa dan sastra, hal tersebut mencakup aspek mendengarkan, membaca, berbicara, serta menulis. Pada keterampilan bahasa dilaksanakan dengan melakukan aktivitas yakni mendengarkan cerita, membaca pedoman maupun perintah, berkomunikasi atau melaksanakan percakapan. Kemudian pada keterampilan sastra yakni apresiasi dongeng, membacakan puisi, dan melihat drama. 1. Mendengar atau menyimak Mendengarkan termasuk pada kemampuan pada pemahaman bahasa secara verbal dikarenakan kemampuan ini dipakai untuk mencerna bahasa yang disajikan. Kemampuan mendengarkan memerlukan fokus supaya mendapatkan pemahaman berdasarkan
120 bahasa yang didengar. Maka dari itu, mendengarkan dapat dikatakan sebagai menyimak. Menyimak dapat diartikan yakni jalannya kegiatan dari mendengar sampai pemahaman informasi dalam bahasa. Berikut penggolongan kecakapan menyimak siswa SD yang dipaparkan oleh Anderson (Ramadhani, 2021). Kelas Kecakapan Menyimak 1 a. Menyimak dipakai untuk menyajikan penjelasan dan memperoleh jawaban atas berbagai pertanyaan. b. Pengulangan atas sesuatu yang sudah didengar. c. Menyimak suara tertentu dalam kata serta lingkungan 2 a. Menyimak dengan kecakapan memilih yang berkembang. b. Menghasilkan saran, pendapat, serta menyampaikan pertanyaan untuk memastikan hakikat. c. Menyadari kondisi kapan waktu menyimak dan waktu tidak menyimak. 3 dan 4 a. Sadar mengenai nilai menyimak sebagai sumber informasi dan kegembiraan. b. Menyimak pelaporan orang lain, rekaman laporan diri sendiri, serta tayangan televisi atau radio untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan. c. Menyajikan kesombongan memakai
121 kata-kata maupun ekspresi yang tidak dipahami artinya. 5 dan 6 a. Menyimak secara jeli kelalaian, propaganda, serta pedoman yang salah. b. Menyimak bermacam-macam puisi, cerita, dan kata-kata untuk mendapatkan kesenangan serta tipe baru. 2. Berbicara Berbicara yakni kecakapan dalam penyampaian ide, usul, dan perasaan secara lisan dengan berkomunikasi dengan orang lain dalam hidup seharihari. Berbicara juga dapat diartikan kecakapan pengucapan suara serta pengekspresian kata dalam memaparkan pemikiran dan perasaan pada orang lain secara lisan. Saddhono dan Slamet (2012) memaparkan bahwa terdapat materi pembelajaran berbicara, yakni ceramah, debat, cakap-cakap, khotbah, bertelefon, bercerita, pidato, bertukar ide, bertanya, bermain peran, wawancara, diskusi, kampanye, sambutan, melaporkan, menanggapi, menyanggah, menolak, menjawab pertanyaan, mengemukakan sikap, memberi informasi, membahasa, melisankan isi drama, menjabarkan cara membuat sesuatu, menawarkan sesuatu, minta maaf, memberi petunjuk, perkenalan diri, menyapa, mengajak, mengundang, memberi peringatan, mengkoreksi, dan tanya jawab.
122 Materi di atas disajikan untuk kelas rendah dengan metode ulang ucap, lihat ucap, merincikan, menjawab, bertanya, pertanyaan yang menggali, dan melanjutkan. Kemudian pada kelas tinggi memakai metode menceritakan kembali, bermain peran, parafrase, reka cerita, memberi pedoman, pelaporan, wawancara, diskusi, bertelefon, dan dramatisasi. 3. Membaca Membaca yakni kegiatan yang dilaksanakan supaya memperoleh informasi berdasarkan teks yang selanjutnya digabungkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki yang kemudian menghasilkan pengetahuan baru. Farida (2007) memaparkan bahwa terdapat tiga unsur dasar pada kegiatan membaca yakni recording, decoding, serta meaning. Recording berpusat pada kata serta kalimat dan digabungkan dengan suara-suara yang cocok dengan penulisan yang dipakai. Kemudian decoding berpusat pada aktivitas menerjemahkan keseluruhan ilustrasi dalam kata-kata. Sedangkan meaning berpusat pada aktivitas interpretasi nilai berdasarkan tingkatan penafsiran. Recording dan decoding dipakai pada kelas rendah, kemudian meaning dipakai untuk kelas tinggi. Mulyati (2014) memaparkan bahwasannya terdapat metode yang dipakai pada kelas rendah untuk belajar membaca, yakni sebagai berikut. a. Metode Abjad atau eja Metode ini memberi pengajaran mengenalkan kata lewat aktivitas mendengar serta melafalkan bunyi huruf demi huruf. Pada metode ini, anak diajarkan
123 mengenal semua huruf dan kemudian anak dikenalkan bunyi huruf dan melafalkannya. Huruf-huruf tersebut digabungkan menjadi suatu kata yang selanjutnya dapat diberikan pada anak untuk berlatih membaca, /m/, /e/, /j/, /a/, dieja /em/, /e-me/, /je/, aja/, dibaca /meja/. b. Metode Bunyi Metode ini memberi pengajaran mengenalkan huruf penyuaraan huruf konsonan berbantuan suara vokal tengah maupun depan yang diidentikkan dengan huruf e, misalnya /b/, /a/, /t/, /u/, ejaannya bea, tu, dibaca /batu/. c. Metode Suku kata Metode ini mengajarkan pengenalan kata dengan penjabaran kata menjadi huruf-huruf dan huruf-huruf disatuan menjadi kata, misalnya min-ta menjadi m-in-t-a kemudian menjadi m i n t a. d. Metode Kata Metode ini mengajarkan pada anak mengenai suku kata yang kemudian suku kata tersebut disusun menjadi sebuah kata sederhana, misalnya ba-ju menjadi baju lalu b-a-j-u menjadi ba-ju dan menjadi baju. e. Metode Global Metode ini mengenalkan pada anak beberapa kalimat untuk dibaca, lalu kalimat diuraikan menjadi kata, suku kata, dan huruf. Setelah itu huruf digabungkan menjadi kalimat. f. Metode SAS Metode ini mengenalkan pada anak mengenai kalimat lalu dijabarkan menjadi kata, kemudian kata
124 menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf, huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan terakhir kata menjadi kalimat. 4. Menulis Menulis yang dilaksanakan di kelas rendah memiliki ciri khas yakni melukiskan gambar, sehingga pada menulis kelas rendah anak tidak memaparkan idenya tetapi hanya memindahkan suara menjadi bentuk tertulis. Kemudian pada kelas tinggi, aktivitas menulis bertujuan memaparkan ide lewat menulis. Menulis di kelas rendah lebih menekankan pada aturan duduk yang tepat saat menulis, aturan memegang alat tulis, cara untuk meluweskan jari pada saat menggambar, dan lainnya. Dalam pemilihan sastra untuk disajikan kepada anakanak, terdapat sejumlah pertimbangan dan kriteria yang perlu diperhatikan secara cermat. Memilih sastra yang tepat untuk anak-anak tidak hanya tentang menawarkan cerita yang menarik, tetapi juga mempertimbangkan kecocokan dengan usia, kematangan emosional, dan tingkat pemahaman anak. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sastra anak. 1. Diksi atau kata-kata Dalam hal ini, guru perlu memilih kata-kata yang mudah untuk dipahami anak sehingga amanat atau pesan dapat tersampaikan dan dapat ditangkap oleh
125 anak, tidak menimbulkan makna ganda, dan menyajikan cerita yang sesuai dengan kehidupan anak-anak. 2. Penyusunan narasi atau kalimat Guru perlu memperhatikan penyusunan kalimat yakni kalimat yang cenderung pendek dan saling berkesinambungan supaya mudah dipahami oleh siswa. Dalam penyusunan kalimat perlu diperhatikan bahwa penyusunan kalimat sebaiknya tidak terlalu panjang dikarenakan akan membuat siswa kebingungan dalam menentukan pesan dan makna dalam karya sastra. Sama halnya dengan penyusunan narasi, penyusunan narasi sebaiknya beralur pendek sehingga memudahkan siswa memahami narasi yang disajikan. 3. Plot Plot merupakan alur cerita. Dalam sastra anak, alur cerita memiliki akur progresif dikarenakan siswa memiliki pola pikir yang bersifat linear. Berpikir linear merupakan berpikir yang berpusat disatu fokus. Oleh sebab itu, guru perlu memilih alur cerita satu arah dari masa lampau menuju masa kini. 4. Penokohan Penokohan adalah sarana yang digunakan dalam menyisipkan ideologi ke dalam cerita lewat tokoh di dalam cerita. Dengan adanya karakter tokoh-tokoh yang menarik dan juga sederhana maka memiliki dampak yang positif pada sastra. Penokohan juga harus menggunakan alur cerita yang sederhana.
126 5. Penutup dan solusi yang terdapat dalam cerita Penutup cerita memberi penekanan dibagian kesimpulan, kemudian penyelesaian menekankan pada petuah yang digunakan dalam menanggapi kesimpulan. Nasihat atau petuah cerita merupakan nilai dalam hidup yang disajikan penulis yang terdapat di dalam cerita tersebut. Guru dapat menentukan cerita yang memiliki penutup dan solusi yang tepat untuk anak supaya memudahkan anak dalam mengambil pesan yang hendak disampaikan.
127
128 alam eksplorasi tentang cerita dan drama, penting untuk memahami kaitannya dengan pengalaman anak-anak. Bahasan selanjutnya akan membawa kita untuk menjelajahi cerita-cerita yang cocok dan sesuai dengan dunia anak-anak. Cerita-cerita ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga merupakan sarana penting dalam pengembangan emosi, imajinasi, dan pemahaman dunia anakanak. Dengan memperkenalkan cerita yang tepat, kita dapat membantu anak-anak dalam proses pertumbuhan dan pembelajaran mereka. Cerita anak adalah bagian dari karya sastra anak yang merupakan sastra yang ditujukan untuk dibaca oleh anakanak. Sastra anak ini seringkali memerlukan bimbingan dan arahan dari orang dewasa di dalam masyarakat, baik dalam pengenalan akan bahan bacaan yang sesuai dengan usia dan minat anak-anak, maupun dalam memfasilitasi proses pembacaan dan interpretasi. Selain itu, karya sastra anak juga umumnya ditulis oleh penulis dewasa yang memiliki pemahaman mendalam tentang dunia anak-anak serta kebutuhan mereka dalam proses pembelajaran dan pengembangan. Cerita anak merupakan bentuk karya sastra anak yang umumnya berupa prosa dan mengisahkan peristiwa atau pengalaman, baik yang sesuai dengan urutan waktu yang sebenarnya dialami seseorang maupun yang bersifat imajinatif menggambarkan dunia anak-anak. Dalam cerita anak, penulis seringkali menggunakan bahasa yang sesuai dengan pemahaman dan kebutuhan anak-anak, dengan tujuan untuk menghibur, mengD
129 inspirasi, serta mengajarkan nilai-nilai moral atau pelajaran hidup yang penting bagi perkembangan mereka. Cerita anak memiliki karakteristik yang khas dan berbeda jika dibandingkan dengan cerita fiksi yang ditujukan untuk remaja maupun dewasa. Beberapa ciri khas yang membedakan cerita anak meliputi : Pertama, unsur pembatas, yang memperhitungkan tema serta pesan cerita yang disesuaikan dengan pengertian dan kebutuhan anak-anak. Topik yang pas untuk pembaca dewasa mungkin tidak selalu tepat untuk anak-anak, dan sebaliknya. Kedua, presentasi dengan gaya langsung, sederhana, dan jelas. Kisah anak-anak umumnya disajikan dengan singkat dan langsung ke inti masalah, dengan deskripsi yang minim dan fokus pada peristiwa yang jelas. Ketiga, unsur penerapan, yang melibatkan hadirnya informasi yang berguna untuk perkembangan pengetahuan dan keterampilan anak-anak. Ini bisa berupa pengetahuan umum, keterampilan praktis, atau bahkan pelajaran tentang nilai-nilai moral atau kehidupan. Dalam beragam cerita anak, terdapat refleksi yang dalam tentang berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Isi dari cerita-cerita ini mencakup berbagai topik, mulai dari pengajaran nilai-nilai moral dan budi pekerti, hingga penjelajahan tentang lingkungan, kebudayaan, dan pendidikan. Melalui cerita-cerita ini, anak-anak tidak hanya dibawa pada petualangan yang menarik, tetapi juga diajak untuk merenungkan dan memahami dunia di sekitar mereka serta memperoleh wawasan yang luas tentang nilai-nilai yang mendasari kehidupan. Dengan demikian, bacaan anak menjadi lebih dari sekadar hiburan; mereka menjadi sarana pem-
130 belajaran yang penting untuk membentuk karakter dan pemahaman anak tentang dunia. Berdasarkan penjelasan sebelumnya mengenai hubungan antara cerita anak dengan pengalaman serta perkembangan anak-anak, dapat diambil kesimpulan bahwa peranan cerita anak sangatlah vital dalam membentuk dan memengaruhi kehidupan si kecil. Cerita anak tidak hanya merupakan bentuk hiburan semata, tetapi juga merupakan alat untuk mengajarkan moral, memperluas cakrawala imajinasi, dan memperkaya pemahaman mereka tentang dunia sekitar. Lewat cerita anak, anak-anak dapat mempelajari cara menghadapi ketakutan, mengembangkan rasa empati, dan merangsang minat mereka terhadap membaca. Karena itu, seleksi cerita anak yang sesuai dengan tahap perkembangan serta minat anak menjadi sangat penting untuk mendukung pertumbuhan serta pembelajaran mereka secara menyeluruh. Cerita anak-anak adalah bentuk karya sastra yang ditulis atau disusun khusus untuk anak-anak. Cerita ini dirancang untuk menghibur, mendidik, dan merangsang imajinasi serta perkembangan moral anak-anak. Cerita anak dapat muncul dalam berbagai bentuk, termasuk buku bergambar, dongeng, fabel, legenda, dan cerita rakyat, serta cerita yang lebih modern seperti novel pendek atau serial. Cerita anak adalah bersifat edukatif, yaitu memiliki nilai pendidikan yang akan disampaikan
131 oleh pengarang kepada para pembaca. Cerita anak terdiri dari dua unsur yaitu ada intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik sendiri adalah adalah elemen-elemen yang terdapat didalam teks cerita itu sendiri. Unsur ini berperan langsung dalam membangun cerita dan menciptakan keseluruhan narasi. Unsur-unsur intrinsik dalam cerita anak. Sedangkan Unsur ekstrinsik adalah elemen-elemen diluar teks cerita yang mempengaruhi penciptaan dan pemahaman cerita. Unsur ini meliputi faktor-faktor yang ada diluar teks, seperti latar belakang penulis, konteks sosial dan budaya, serta tujuan penulisan cerita, (Try et al., 2022) Adapun unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam cerita anak, akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Unsur Instrinsik yang Membangun Cerita Anak a. Tema Tema adalah inti dari cerita, ide pokok yang mendasari seluruh alur cerita. Dalam cerita anakanak, tema sering kali mengandung nilai-nilai moral atau pelajaran hidup yang relevan, membangun koneksi emosional, memberikan inspirasi, dan motivas dengan pengalaman dan pemahaman anakanak. Misalnya, tema tentang persahabatan, keberanian, kejujuran, atau pentingnya kerjasama. Tema membantu memberikan arah dan tujuan bagi cerita serta memungkinkan pembaca untuk mendapatkan pesan yang bermanfaat. Stanton (Try et al., 2022) mengemukakan bahwa dalam menafsirkan tema dalam sebuah cerita, haruslah didasarkan pada hal-hal berikut ini.
132 1) Penafsiran terhadap tema cerita harus benarbenar memperhatikan setiap uraian yang menonjol dalam cerita. 2) Penafsiran terhadap tema sebaiknya tidak bertentangan dengan setiap uraian cerita. 3) Penafsiran tema sebaiknya tidak tergantung pada keterangan yang benar-benar ada atau tersirat dalam cerita. b. Tokoh atau penokohan Penokohan adalah cara penulis menggambarkan dan mengembangkan karakter-karakter dalam cerita. Penokohan meliputi deskripsi fisik, kepribadian, latar belakang, cara berpikir, dan perilaku tokoh-tokoh dalam cerita. Penokohan yang baik membantu pembaca memahami, merasakan, dan mengidentifikasi diri dengan tokoh-tokoh tersebut seperti deskripsi langsung, dialog, Tindakan dan perilaku, pikiran dan perasaan, dan reaksi antara tokoh. Tokoh dan penokohan adalah unsur penting dalam cerita anak yang membantu membangun narasi dan menyampaikan pesan-pesan moral. Melalui penokohan yang efektif, penulis dapat menciptakan karakterkarakter yang menarik, kompleks, dan mudah diingat oleh pembaca anak-anak. Tokoh-tokoh ini menjadi pemandu dalam alur cerita dan membantu anak-anak memahami nilai-nilai serta pelajaran yang ingin disampaikan oleh cerita. Menurut Sarumpaet (dalam Titik W.S. dkk. 2012:89) tokoh merupakan pemain dalam sebuah cerita. Tokoh yang digambarkan secara baik dapat menjadi teman, tokoh identifikasi, atau
133 bahkan menjadi orang tua sementara bagi pembaca, (Try et al., 2022) Pembedaan tokoh-tokoh dapat dibedakan sebagai berikut: 1) Berdasarkan keterlibatannya dalam keseluruhan cerita a) Tokoh utama b) Tokoh tambahan 2) Berdasarkan fungsi penampilan tokoh a) Tokoh protagonist b) Tokoh antagonis 3) Berdasarkan watak atau karakteristiknya a) Tokoh sederhana b) Tokoh bulat 4) Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan a) Tokoh berkembang b) Tokoh statis 5) Berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap sekelompok manusia dari kehidupan nyata a) Tokoh tipikal b) Tokoh netral, Peristiwa yang sangat menarik akan dinikmati oleh anak-anak, tokoh-tokoh yang berperan dan cerita haruslah penting dijelaskan perananya masingmasing sehingga anak-anak memahami aturan yang ada dalam cerita. Tokoh adalah pemeran yang akan ditampilkan pada sebuah cerita anak tentunya tanpak hidup dan menyisahkan kisah nyata agar anak. Terdapat dua aspek yang perlu dipahami dalam tokoh yaitu penokohan dan perkembangan tokoh. Penokoh-
134 an adalah melukiskan sesuatu mengenai tokoh pada cerita atau peristiwa baik secara lahir batin berupa pandangan hidup, perilaku, keyakinan, adat-istiadat, (Hasnur Ruslan, 2023). c. Plot atau Alur Cerita Plot atau alur dalam cerita anak adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dalam cerita yang disusun secara teratur dan logis. Alur menggambarkan bagaimana cerita dimulai, berkembang, mencapai klimaks, dan akhirnya diselesaikan. Alur adalah tulang punggung cerita yang menghubungkan semua unsur cerita seperti tokoh, latar, dan tema menjadi satu kesatuan yang utuh dan menarik (Hasnur Ruslan, 2023). Alur dalam cerita anak biasanya mengikuti struktur sebagai berikut: 1) Pendahuluan Bagian ini memperkenalkan tokoh-tokoh utama, latar (waktu dan tempat), dan situasi awal cerita. Pembaca dikenalkan pada dunia cerita dan diberikan informasi dasar yang diperlukan untuk memahami apa yang akan terjadi. 2) Konflik Peristiwa yang memicu konflik utama dalam cerita. Ini adalah titik di mana masalah atau tantangan yang akan dihadapi oleh tokoh utama mulai muncul. 3) Pengembangan Bagian di mana konflik berkembang dan menjadi semakin rumit. Tokoh utama berusaha
135 mengatasi tantangan yang dihadapi, dan berbagai peristiwa dan hambatan muncul. 4) Klimaks Puncak dari cerita di mana ketegangan mencapai titik tertinggi. Ini adalah momen paling dramatis dan menentukan dalam cerita, di mana tokoh utama menghadapi konflik utama secara langsung. 5) Antiklimaks Peristiwa yang terjadi setelah klimaks di mana ketegangan mulai mereda. Tokoh utama dan pembaca mulai melihat bagaimana konflik akan diselesaikan 6) Penyelesaian Bagian akhir cerita di mana konflik diselesaikan, dan keadaan kembali ke situasi yang stabil. Semua masalah dan pertanyaan yang muncul sepanjang cerita dijawab dan ditutup, (Try et al., 2022) Plot atau alur adalah aspek penting dalam cerita anak yang mengatur rangkaian peristiwa dari awal hingga akhir cerita. Dengan struktur yang jelas dan logis, alur membantu membuat cerita menarik, mudah dipahami, dan bermakna bagi pembaca anakanak. Alur yang baik tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik, mengajarkan nilai-nilai moral, dan membantu anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan imajinasi mereka, (Try et al., 2022) d. Latar atau Setting Latar atau setting dalam cerita anak adalah elemen cerita yang mencakup waktu dan tempat di
136 mana peristiwa-peristiwa dalam cerita terjadi. Latar memberikan konteks bagi alur cerita dan membantu pembaca membayangkan dunia di mana cerita berlangsung. Latar juga dapat mencakup suasana atau atmosfer yang mendukung tema dan suasana hati cerita. Menurut Nurgiyantoro 2005 (Try et al., 2022) latar (setting) dapat dipahami sebagai landas tumpu berlangsungnya berbagai peristiwa dan kisah yang diceritakan dalam cerita. Latar menunjuk pada tempat, yaitu lokasi dimana cerita itu terjadi, waktu, kapan cerita itu terjadi, dan lingkungan sosial budaya, keadaan hidup bermasyarakat tempat tokoh dan peristiwa terjadi. Kejelasan deskripsi latar penting karena ia dipergunakan sebagai pijakan pembaca untuk ikut masuk mengikuti alur cerita dan sekaligus mengembangkan imajinasi. Dalam latar inilah segala peristiwa yang menyangkut hubungan antar tokoh terjadi. Sebuah cerita fiksi yang hadir dengan menampilkan tokoh dan alur memerlukan kejelasan tempat di mana cerita itu terjadi, kapan waktu kejadian, dan latar belakang kehidupan social budaya masyarakat tempat para tokoh berinteraksi dengan sesama. Tanpa kejelasan hal-hal tersebut cerita yang dihadirkan akan terasa kurang realistis yang berakibat kurang dapat dipahaminya cerita yang ditampilkan. Komponen latar seperti latar tempat, latar waktu, latar sosial, dan latar suasana. Fungsi dari latar tersebut untuk memberikan konteks pada cerita, membangun suasana, mendukung karakterisasi, menggarahkan plot, dan menekankan tema, (Hasnur Ruslan, 2023)
137 e. Sudut Pandang (point of view) Dalam sudut pandang ini, cerita yang disampaikan oleh tokoh utama atau tokoh tertentu dalam cerita menggunakan kata ganti "aku" atau "saya". Pembaca melihat dan mengalami peristiwa melalui mata dan pikiran tokoh tersebut. Sudut pandang adalah aspek penting dalam cerita anak yang menentukan perspektif dari mana cerita disampaikan. Pilihan sudut pandang mempengaruhi cara pembaca memahami, merasakan, dan terhubung dengan cerita dan tokohtokohnya. Dengan memilih sudut pandang yang tepat, penulis dapat menciptakan pengalaman membaca yang lebih kaya, menarik, dan bermakna bagi anakanak, (Hasnur Ruslan, 2023). f. Pesan Moral Pesan moral dalam cerita anak adalah suatu yang penting, bertujuan untuk mendidik dan membentuk karakter anak-anak melalui nilai-nilai positif dan pelajaran hidup. Melalui tokoh, alur cerita, dialog, dan penyelesaian konflik, pesan moral disampaikan secara efektif dan membantu anak-anak memahami dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Cerita dengan pesan moral yang kuat tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan pelajaran berharga yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial dan emosional anak-anak. Dalam cerita anak pesan moral yang terkandung biasa dikatakan sebagai memberikan suatu pengajaran kepada pembaca. Moral dalam cerita bisa dilihat sebagai sarana ataupun perilaku moral secara
138 langsung, namun bukan suatu arahan dalam berperilaku,(Try et al., 2022). 1) Yang tergolong dalam wujud nilai moral adalah a) Nilai moral yang terlihat dari perilaku manusia terhadap Tuhan. b) Nilai moral yang terlihat dari perilaku manusia terhadap sesama manusia. c) Nilai moral yang terlihat pada perilaku manusia untuk diri sendiri. d) Nilai moral yang terlihat dari perilaku manusia pada lingkungan hidupnya, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah/ kantor dan lingkungan Masyarakat. 2) Nilai moral yang tergolong religious dan kritik sosial Pesan moral religius dan kritik sosial dalam cerita anak adalah cara yang efektif untuk mengajarkan nilai-nilai penting dan mengembangkan kesadaran sosial serta spiritual pada anak-anak. Melalui cerita, anak-anak dapat belajar tentang prinsip-prinsip keagamaan seperti kejujuran, kasih sayang, dan pengampunan, serta memahami isu-isu sosial seperti ketidakadilan, lingkungan, dan kesetaraan. Cerita dengan pesan-pesan ini tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik, membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang berintegritas, berempati, dan berpikir kritis. 3) Cara menyampaikan pesan moral Menyampaikan pesan moral dalam cerita anak memerlukan pendekatan yang kreatif dan sesuai dengan usia pembaca. Melalui tokoh utama, alur
139 cerita, dialog, konflik, simbol, pengulangan, cerita rakyat, akhir cerita yang inspiratif, dan aktivitas tambahan, pesan moral dapat disampaikan dengan cara yang efektif dan menarik. Cerita yang baik tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik, membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang berkarakter dan berintegritas, (Try et al., 2022). g. Gaya Bahasa Penggunaan gaya bahasa yang tepat dalam cerita anak sangat penting untuk menciptakan pengalaman membaca yang menyenangkan dan mendidik. Bahasa yang sederhana, pengulangan, rima, dialog realistis, personifikasi, metafora, deskripsi hidup, humor, dan repetisi struktural adalah aspek-aspek gaya bahasa yang dapat digunakan untuk membuat cerita lebih menarik dan efektif dalam menyampaikan pesan kepada anak-anak. Dengan menggunakan gaya bahasa yang sesuai, penulis dapat membantu anak-anak mengembangkan imajinasi, keterampilan bahasa, dan pemahaman mereka tentang dunia di sekitar mereka. Perlu diketahui bahwa Bahasa anak dapat mempengaruhi pekembangan kognitifnya, nahasa anak dapat lihat sesuai perkembangan kognitifnya agar seimbang, (Hasnur Ruslan, 2023). Menurut ahli psikolohi perkembangan yaitu Swis Jean pieget, (Try et al., 2022) terdapat empat tahap yaitu: 1) Tahap motoric anak (usia 0-2 Tahun) a) Mulai meniruh, memiliki ingatan yang bagus, dan bisa berpikir b) Sudah mengenal benda atau objek dengan jelas
140 c) Sudah berkembangan dengan gaya reflek pada sesuatu 2) Tahan anak berpikir sederhana pada (usia 2-7 Tahun) a) Anak sudah memiliki perkembangan dalam berbahasa dan berpikir b) Sudah bisa berpikir dengan cermat atau logis c) Tidak terlihat masalah apapun dar sudut pandang orang lain. 3) Tahap berpikir konkret pada anak (usia 7-11 Tahun) a) Anak dapat memecahkan masalahnya dengan berpikir yang sederhana b) Anak dapat memahami hukum Bersama, golongan, dan pertautan yang sederhana c) Anak dapat memahami sesuatu yang kembalikan. 4) Tahap berpikir secara formal di (usia11-15) a) Anak dapat memahami tahap memecah masalah secara abstrak dan logis. b) Anak dapat berpikir secara ilmiah c) Anak dapat memberikan perhatiannya pada masalah sosial dengan identitas yang sudah mulai berkembang, (Try et al., 2022). Seiring dengan tahap perkembangan kognitif anak, perlu memahami mengapa anak Sekolah Dasar sering sekali mengalami kesulitan dalam memahami kata-kata yang abstrak misalnya hukum dan ekonomi. Anak-anak perlu memahami pernyataanpernyataan dengan tersurat serta sering salah mengartikan atau memahami ungkapan. Oleh karena
141 itu, perkembangan kognitif pada cerita anak harusnya memperhatikan konteks Bahasa yang digunakan, sosial budaya, atau kehidupan anak-anak dalam mengolah bahasa dalam cerita anak. Dari empat aspek tersebut sangatlah penting sehingga cerita anak dapat dikembangkan dan dapat menjadi milik anak-anak secara relevan, fungsional, menantang, dan menarik, (Hasnur Ruslan, 2023). 2. Unsur Ekstrinsik pada Cerita Anak Unsur ekstrinsik dalam cerita anak mencakup berbagai faktor eksternal yang memengaruhi penulis dan proses penciptaan karya sastra. Latar belakang pengarang, kondisi sosial dan budaya, kondisi ekonomi dan politik, pandangan filsafat dan agama, pengaruh sastra lain, kondisi psikologis penulis, tujuan penulisan, serta reaksi pembaca dan penerimaan masyarakat semuanya berkontribusi dalam membentuk cerita. Memahami unsur ekstrinsik membantu pembaca dan peneliti mengapresiasi cerita anak secara lebih mendalam dan komprehensif. Wallek dan Warren, (Try et al., 2022) mengemukakan bahwa unsur ekstrinsik karya sastra meliputi unsur biografi; unsur psikologis; keadaan lingkungan; dan pandangan hidup pengarang. Sedangkan Menurut Kosasih 2012 (Try et al., 2022) unsur ekstrinsik karya sastra yaitu: (1) latar belakang pengarang (2) kondisi sosial budaya (3) tempat novel dikarang. Hal senada disampaikan oleh Nurgiyantoro (2005: 24) unsur ekstrinsik meliputi: (1) keadaan
142 subjektivitas pengarang (2) biografi pengarang (3) keadaan psikologi (4) keadaan lingkungan pengarang. Meninjau cerita anak-anak melibatkan pemahaman mendalam terhadap unsur-unsur cerita yang digunakan pengarang dalam proses bercerita. Unsur-unsur ini, seperti karakter, alur, setting, konflik, dan tema, saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tidak ada unsur cerita yang lebih penting dari yang lain, karena semuanya berperan penting dalam membentuk keutuhan sebuah cerita yang layak dihadirkan di tengah-tengah masyarakat, khususnya bagi anak-anak. Karakter-karakter yang kuat, alur yang menarik, pengaturan setting yang tepat, konflik yang membangun, dan tema yang bermakna, semuanya bekerja bersama untuk menciptakan pengalaman membaca yang memikat dan berharga bagi anak-anak. Apabila kita mengkaji kembali unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terdapat dalam cerita anak, maka kita akan menemukan bahwa karya sastra seperti cerita anak sangatlah cocok untuk diajarkan kepada anak-anak. Cerita anak tidak hanya menyajikan cerita yang menarik, tetapi juga memainkan peran penting sebagai media pembentukan karakter anak. Melalui narasi yang sederhana namun bermakna, cerita anak membawa pesan moral dan nilainilai yang penting bagi perkembangan moral dan emosional anak-anak. Selain itu, cerita anak juga memberikan banyak manfaat lainnya, seperti merangsang imajinasi dan kreativitas anak, meningkatkan keterampil-