143 an berbahasa, serta membantu mereka untuk memahami dan mengatasi berbagai situasi dan emosi yang akan dipaparkan berikut. 1. Kisah untuk anak bukan hanya bersifat hiburan semata, melainkan juga merupakan sarana yang efisien dalam melatih keterampilan bahasa pada anakanak. Dengan rutin mendengarkan, menyimak, atau membaca kisah, anak-anak diberikan kesempatan untuk memperluas kosakata mereka dan meningkatkan pemahaman mereka tentang struktur bahasa. Bahkan, jika kisah tersebut menggunakan bahasa asing seperti Bahasa Inggris, hal ini bisa menjadi nilai tambah dalam meningkatkan kemampuan berbahasa asing anak-anak yang gemar membaca cerita dalam bahasa tersebut. 2. Stimulasi kreativitas pada anak dimulai dari kebiasaan mendengarkan dan membaca cerita anak sejak usia dini. Anak-anak yang terbiasa dengan cerita-cerita tersebut memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk menunjukkan kreativitas dalam perilaku dan sikap mereka. Hal ini disebabkan oleh latihan mereka dalam membangun dan mengaktifkan daya imajinasi terkait dengan alur cerita yang mereka dengar atau baca. Dari penggambaran karakter hingga latar dan konflik dalam cerita, anak-anak terlatih untuk berpikir secara kreatif. Proses ini secara bertahap melatih mereka untuk menghasilkan beragam ide, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan kreativitas mereka. Selain itu, imajinasi yang terbentuk dari pengalaman mendengarkan cerita juga berdampak pada pembentukan sikap dan perilaku
144 yang kreatif pada anak-anak, membantu mereka mengembangkan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru dan menemukan solusi kreatif untuk masalah yang dihadapi. 3. Membaca atau mendengarkan narasi memiliki efek positif dalam meningkatkan kecerdasan dan melatih keterampilan berpikir kritis pada anak-anak. Ketika terlibat dalam cerita, minat mereka terhadap informasi cenderung meningkat, mendorong mereka untuk menelaah plot cerita dalam pikiran mereka sendiri. Dari penjabaran di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa menganalisis cerita anak merupakan suatu proses yang rumit, yang melibatkan pemahaman yang mendalam terhadap berbagai faktor yang memengaruhi cara anak memahami dan merespons cerita tersebut. Penting untuk mempertimbangkan elemen-elemen seperti kecerdasan anak, keterampilan berpikir kritis, dan implikasi emosional dan moral yang terdapat dalam cerita. Memberikan peluang kepada anak-anak untuk mengeksplorasi dan memahami pesan-pesan yang terdapat dalam cerita tidak hanya berkontribusi pada perkembangan kepribadian mereka, tetapi juga mengasah kemampuan berpikir mereka dengan lebih mendalam.
145
146 Komunikasi merupakan suatu aktivitas dalam penyampaian informasi atau pesan yang dilakukan antara dua orang atau lebih. Komunikasi itu sendiri, bisa dilakukan dengan satu arah ataupun dua arah tergantung pada konteksnya. Komunikasi akan berlangsung lebih efektif serta efisien, jika diperlukan media pembelajaran pada suatu proses penyampaian informasi kepada pendengar atau penonton, sehingga bisa lebih jelas dan dapat dipahami. Hampir seluruh kehidupan sudah memanfaatkan media untuk penyampaian informasi atau pesan, seperti halnya dalam dunia Pendidikan sangat dibutuhkan media pembelajaran agar siswa dapat menerima penyampaian materi yang diberikan. Dalam dunia pendidikan, sebagai seorang pengajaratau guru dapat memilih dan menggunkan media debagai alat peraga penyampaian informasi kepada peserta didik saat pembelajaran. Peserta didik adalah pihak yang menerima informasi yang disampaikan oleh guru informasi dalam bentuk ilmu, keterampilan dan sikap. Dalam RPP atau yag biasa disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, guru dan semua pegawai di sekolah mampu memili dan menentukan media apa yang akan disiapkan dan dijadikan alat peraga, alat bantu pada setiap kompetensi yang ingin dicapai, ini yang dinamakan dengan media pembelajaran, (Try et al., 2022). Media pembelajaran adalah sarana, alat, atau teknik yang digunakan dalam proses pendidikan untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran kepada siswa dengan cara yang lebih efektif, efisien, dan menarik.
147 Media ini berfungsi sebagai perantara antara pengajar dan peserta didik dalam proses transfer pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Penggunaan media pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, memperjelas penyampaian materi, dan memotivasi siswa untuk belajar lebih giat dan mendalam. Media pembelajaran pada sisi lain juga diartikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga terjadi proses belajar. Media ini dapat berupa alat fisik, teknologi digital, bahan cetak, atau bentuk lainnya yang membantu memfasilitasi komunikasi pendidikan antara pengajar dan peserta didik. Media pembelajaran memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan dinamis, serta membantu siswa dalam memahami dan menginternalisasi materi Pelajaran. Media pembelajaran adalah alat atau sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa. Dalam penyusunan dan pemanfaatan media pembelajaran, terdapat beragam komponen dan karakteristik yang mempengaruhi efektivitasnya. Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing komponen dan karakteristik tersebut. 1. Komponen Visual Bagian visual merangkum gambar, grafik, diagram, serta ilustrasi yang dipakai untuk menyajikan data secara visual. Pemanfaatan elemen visual membantu menjelaskan konsep atau gagasan, mempermudah pemahaman, serta menjadikan proses
148 pembelajaran lebih menarik dan interaktif bagi peserta didik. 2. Komponen Audia Bagian audia mencakup penggunaan suara, musik, ataupun rekaman guna mendukung penyaluran informasi. Suara atau penceritaan yang jelas dan menarik berpotensi menaikkan keterlibatan peserta didik, menjelaskan konsep-konsep yang kompleks, serta menyediakan variasi dalam proses pembelajaran. 3. Komponen Audio Visual Bagian audio visual menggabungkan unsur visual dan audia, seperti video, film, ataupun presentasi multimedia. Gabungan kedua elemen ini menciptakan pengalaman belajar yang lebih lengkap, dinamis, serta menarik bagi peserta didik, membolehkan mereka untuk belajar baik secara visual maupun audial secara simultan. 4. Komponen Interaktif Bagian interaktif memungkinan peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui media, semacam aplikasi komputer, permainan edukatif, ataupun simulasi interaktif. Interaksi langsung antara peserta didik dan materi pembelajaran dapat meningkatkan keterlibatan, motivasi, serta pemahaman mereka. 5. Komponen Teks: Bagian teks mencakup materi tulisan seperti buku, artikel, ataupun modul yang menawarkan informasi secara tertulis. Walaupun lebih tradisional, komponen teks tetap penting dalam media pembelajaran karena dapat memberikan informasi
149 yang mendalam dan rinci tentang topik tertentu, serta memfasilitasi pemahaman dan pembelajaran mandiri. Media pembelajaran diperlukan untuk membantu proses belajar mengajar supaya menjadi efektif dalam hal penyampaian pesan serta menyampaikan materi. Media menjadi sarana dalam proses belajar guna meningkatkan kegiatan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Adapun fungsi dan manfaat dari media pembelajaran yakni sebagai berikut. 1. Fungsi Media Pembelajaran Wahid (2018) memaparkan bahwa terdapat dua fungsi media pembelajaran jika dilihat dari segi sejarahnya yakni yang pertama adalah AVA (Audio, Visual, Aids atau Teaching Aids). Fungsi AVA dapat menyajikan pengalaman nyata atau konkrit pada siswa. Bahasa adalah sesuatu yang abstrak sehingga guru perlu memperhatikan dalam menggunakan alat yang bisa memudahkan guru dalam memaparkan suatu materi pelajaran sehingga siswa dapat memahami materi yang diajarkan oleh guru. Alat bantu dalam hal ini seperti gambar, benda konkret maupun model. Maka dari itu, dapat dinyatakan fungsi media adalah alat yang bantu dan berguna untuk menjelaskan materi yang diajarkan guru sehingga siswa mudah paham akan materi tersebut. Fungsi media selanjutnya yaitu fungsi komunikasi. Dalam fungsi komunikasi terdapat dua hal
150 yakni menulis dan membentuk media serta penerima (orang yang menyaksikan, mendengar, juga membaca). Media dibuat dengan berbagai bentuk seperti film, modul, slide, dan lainnya yang berisi pesan yang hendak disampaikan pada penerima pesan. Kemudian orang yang melihat, mendengar, serta membaca disebut dengan audience. Selain itu, apabila komunikasi dilakukan dengan tatap muka maka dalam menyampaikan pesan si pembicara berhadapan secara langsung dengan penerima pesan tanpa perantara. Hamalik (2008:49) memaparkan bahwa fungsi dari media pembelajaran yakni 1) menciptakan kondisi belajar secara efektif, 2) media pembelajaran menjadi satu kesatuan bagian yang terdapat pada sistem belajar mengajar, 3) media belajar merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk memperoleh suatu tujuan dalam proses belajar, 4) media belajar membantu percepatan belajar mengajar serta memudahkan siswa paham mengenai materi yang dipaparkan guru, (5) media belajar dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Levie dan Lentz (Azhar Arsyad, 2018) memaparkan bahwa media pembelajaran memiliki empat fungsi khususnya pada media visual, berikut keempat fungsi tersebut. a. Fungsi atensi Fungsi media pembelajaran dilihat secara media visual adalah gambaran yang disajikan disertai teks materi belajar supaya menggugah perhatian serta
151 memberi arah siswa dalam konsentrasi pada materi pelajaran yang dipaparkan. b. Fungsi afektif Fungsi media belajar ditengok secara media visual adalah lambang visual yang bisa membangkitkan emosional dan perilaku siswa. Hal tersebut dapat ditengok dari tingkatan kepuasan siswa dalam belajar serta membaca bacaan yang disertai gambar. c. Fungsi kognitif Dalam hal ini, media belajar dilihat secara media visual yakni berdasarkan temuan pada penelitian bahwasannya gambar atau lambang visual dapat melancarkan tercapainya suatu tujuan dalam memikirkan serta mencerna informasi yang ada pada suatu lambang visual. d. Fungsi Kompensatoris Dalam hal ini, media belajar dilihat secara media visual adalah menyajikan konteks dalam mencerna teks serta menolong siswa yang mengalami kesulitan membaca dalam mengkonstruksikan pesan pada bacaan dan mengingat. Adapun lima fungsi media belajar yang dipaparkan oleh Sanjaya (2014) yakni sebagai berikut. a. Fungsi komunikatif Untuk memudahkan komunikasi antara penyampai dengan penerima pesan, maka dalam hal ini digunakanlah suatu media pembelajaran. Digunakannya media pembelajaran dalam hal ini yaitu untuk mengatasi kendala penyampaian bahasa secara lisan
152 serta menghindari kesalahan pemahaman pada penyampaian pesan atau informasi. b. Fungsi motivasi Media belajar bukan hanya berisi komponen keindahan namun dapat mempermudah siswa dalam belajar suatu materi supaya menambah motivasi belajar. c. Fungsi kebermaknaan Media belajar bukan hanya membantu siswa dalam menambah wawasannya tetapi juga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam hal penyelidikan atau analisis dan mencipta. d. Fungsi penyatuan pemahaman Media belajar dapat digunakan dalam penyamaan pemahaman tiap-tiap siswa sehingga mempunyai pemahaman yang satu pada informasi atau pengetahuan yang disampaikan oleh guru. e. Fungsi individualitas Setiap siswa mempunyai latar belakang yang bermacam-macam dalam hal gaya belajar, keterampilan, maupun pengalaman. Oleh karena itu, media pembelajaran dapat memfasilitasi semua gaya belajar, kebutuhan, maupun minat siswa. Ramli (2012) memaparkan bahwa fungsi media pembelajaran terbagi ke dalam tiga kelompok, yakni sebagai berikut. a. Membantu guru dalam menjalankan tugasnya Setiap guru memiliki kelemahan dan kelebihan dalam menjalankan tugasnya pada proses pembelajaran. Jika guru dapat mengaplikasikan media
153 belajar dengan benar pada proses belajar, maka media pembelajaran tersebut dapat mengatasi kekurangan guru. Dengan menggunakan media pembelajaran dapat: 1) Menambah produktivitas berdasarkan materi yang dipaparkan, alokasi waktu menjadi efektif, dan meminimalisir beban kerja guru. 2) Membantu siswa dalam hal menganalisis dan menalar mengenai materi yang dipaparkan oleh guru. 3) Menambah kreativitas siswa dalam mengelaborasi materi pelajaran. b. Membantu siswa dalam belajar Dengan memakai media belajar dengan benar, dapat menolong siswa dalam hal: 1) Meningkatkan pemahaman pada materi pelajaran Penggunaan media pembelajaran membantu siswa untuk memahami materi pelajaran dengan lebih baik karena menyajikan informasi secara visual, auditif, atau interaktif, yang dapat memperkaya pengalaman belajar mereka. 2) Memacu daya tangkap siswa terhadap materi yang dipaparkan guru Media pembelajaran yang menarik dan interaktif dapat menarik perhatian siswa dan mempertahankan minat mereka terhadap materi yang dipaparkan oleh guru, sehingga meningkatkan daya tangkap mereka terhadap pelajaran.
154 3) Melatih siswa untuk berpikir Berbagai jenis media pembelajaran, seperti video, simulasi, atau permainan edukatif, dapat merangsang pemikiran kritis dan analitis siswa, membantu mereka untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih kompleks. 4) Menambah aspek afektif, kognitif, dan psikomotor siswa berdasarkan materi yang diajarkan oleh guru Media pembelajaran dapat merangsang berbagai aspek pembelajaran siswa, termasuk aspek afektif (perasaan dan sikap), kognitif (pengetahuan dan pemahaman), dan psikomotor (keterampilan fisik). Melalui pengalaman belajar yang bervariasi dan interaktif, siswa dapat mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan pengetahuan dalam pembelajaran. Media pembelajaran jika digunakan dengan tepat dapat berkontribusi dalam hal perbaikan pembelajar-an yakni dalam hal-hal berikut. 1. Apabila dalam proses pembelajaran tidak memperoleh hasil yang diinginkan sehingga guru perlu mengulang materi yang dipaparkan, maka media belajar bisa dipakai dalam meningkatkan mutu pembelajaran. 2. Untuk memperoleh tujuan yang diharapkan, guru dapat memakai berbagai macam media belajar dalam proses pembelajaran.
155 Lain halnya dengan Suwardi (dalam Novery, 2021:8) yang memaparkan bahwa fungsi dari media belajar yaitu sebagai berikut. 1. Media sebagai sumber belajar Dalam hal ini, media pembelajaran yang digunakan oleh guru memiliki fungsi sebagai wadah dimana bahan pembelajaran tersebut ada. Bentuk media pembelajaran sebagai sumber belajar yaitu benda, manusia, dan peristiwa atau kejadian yang membuat siswa mendapatkan bahan pembelajarannya sendiri. 2. Media untuk alat bantu Media belajar menolong guru pada proses belajar mengajar dan mencapai suatu tujuan pembelajaran. Adanya media belajar yang menarik, maka memudahkan siswa dalam hal pemahaman materi pelajaran. 3. Manfaat Media Pembelajaran Manfaat media yang dipakai dalam proses belajar jika dilihat secara umum yaitu memberikan kemudahan dalam hal interaksi guru dan siswa sehingga proses belajar menjadi praktis dan realistis. Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (1995) memaparkan bahwa terdapat delapan manfaat media belajar yang dipakai dalam proses belajar, berikut merupakan manfaatnya. a. Pemaparan materi pelajaran dapat disamakan Tiap-tiap guru memiliki pemahaman yang bermacam-macam mengenai materi pelajaran. Pemahaman guru yang bermacam-macam tersebut
156 dapat dihindari dengan menggunakan media pembelajaran sehingga materi yang dipaparkan kepada siswa dapat disamakan. Siswa yang menerima materi pelajaran dengan media yang sama mendapatkan pesan yang sama pula sehingga menghindari adanya kesenjangan dalam penerimaan informasi oleh siswa. b. Proses belajar mengajar semakin jelas dan menarik Dalam media pembelajaran terdapat gambar, suara, warna, dan komponen lainnya serta materi pelajaran dikemas dengan jelas dan lengkap sehingga dapat menyenangkan siswa. Dengan adanya media pembelajaran materi pelajaran dikemas dengan menyenangkan sehingga menambah perasaan ingin tahu, membantu guru menciptakan kondisi proses belajar mengajar menjadi menarik, inovatif, bervariasi, dan menyenangkan. c. Kegiatan belajar mengajar menjadi interaktif Apabila media pembelajaran ditentukan dan disusun dengan benar, maka akan menolong guru maupun siswa dalam proses berkomunikasi secara dua arah pada saat belajar mengajar berlangsung. Jika guru tidak menggunakan media pembelajaran dalam mengajar, maka guru akan cenderung lebih banyak bicara satu arah pada siswa, maka adanya media pembelajaran guru bisa mengorganisasi kelas supaya guru dapat menumbuhkan rasa aktif siswa pada proses belajar.
157 d. Waktu dan tenaga menjadi lebih efisien Guru sering mengalami kendala dalam hal waktu dan tenaga seperti kekurangan waktu dalam mencapai target kurikulum ataupun kekurangan waktu dalam memaparkan materi. Maka dari itu, media belajar dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mengatasi kendala tersebut. Dengan bantuan media pembelajaran, materi pelajaran lebih cepat dan mudah diajarkan pada siswa. Media pembelajaran juga dapat memudahkan dalam mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal namun dengan meminimalkan waktu dan tenaga. Selain itu, media belajar memudahkan guru untuk menjelaskan materi supaya guru tidak memaparkan secara berulang mengenai materi yang diajarkan pada siswa. e. Meningkatkan mutu hasil belajar Media belajar menolong siswa dalam memahami materi pelajaran. Apabila siswa mendengarkan guru saja, maka siswa terbatas dalam memahami materi pelajaran. Sebaliknya, jika dalam proses pembelajaran terdapat suatu kegiatan melihat, meraba, dan merasakan sendiri dengan memanfaatkan media pembelajaran maka penafsiran siswa mengenai materi yang diajarkan menjadi meningkat. f. Adanya media membuat proses belajar dapat dilaksanakan dimanapun dan kapanpun Dikarenakan terbatasnya waktu dalam proses pembelajaran di sekolah serta siswa banyak menggunakan waktu di luar sekolah, maka dengan adanya media pembelajaran siswa dapat belajar kapan dan dimana saja sera tidak ketergantungan terhadap
158 kehadiran seseorang. Selain itu, media pembelajaran yang menggunakan media audio visual mencakup program pembelajaran memakai komputer dapat digunakan siswa untuk belajar mandiri tanpa ketergantungan oleh tempat serta waktu g. Membangkitkan sikap positif siswa pada materi dan dalam kegiatan pembelajaran Adanya media belajar dapat mengarahkan siswa untuk mencari sumber-sumber ilmu pengetahuan sendiri dan menyenangi ilmu pengetahuan. Selain itu, media pembelajaran dapat menanamkan sikap inisiatif siswa untuk selalu mencari bermacam-macam sumber belajar yang diperlukan oleh siswa sendiri. h. Tugas guru diubah menjadi produktif dan positif Dengan menggunakan media ajar, guru tidak lagi sebagai sumber utama belajar siswa dan guru tidak memaparkan lagi semua materi dikarenakan guru dapat membagi tugasnya dengan media pembelajaran. Oleh karena itu, guru dapat mempunyai waktu yang banyak untuk memberikan perhatiannya pada aspek edukatif yang lain yaitu menolong siswa yang mengalami kendala dalam belajar, memberi perhatian pada aspek pembentukan kepribadian siswa, dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Nasution (2013) memaparkan bahwa manfaat media belajar untuk membantu kegiatan belajar mengajar yakni sebagai berikut. a. Belajar menjadi menggugah perhatian siswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar.
159 b. Bahan ajar memiliki makna yang jelas sehingga mudah dipahami serta memudahkan siswa mencapai tujuan pembelajaran. c. Dengan adanya media belajar, maka metode yang digunakan dalam pembelajaran semakin bervariasi sehingga guru tidak berkomunikasi secara verbal dengan menggunakan kata-kata yang disampaikannya secara lisan, guru dapat menghemat tenaga, dan siswa tidak mudah bosan. d. Siswa tidak sekedar mendengarkan pemaparan dari guru saja, tetapi ikut melaksanakan kegiatan menganalisis, mengerjakan, dan mempresentasikan sehingga siswa banyak melaksanakan kegiatan belajar. Manfaat lain dari media pembelajaran dapat juga dilihat dalam hal manfaat praktis. Berikut merupakan manfaat praktis dari media belajar yang dipakai dalam proses belajar. a. Memperjelas pemaparan informasi atau pesan sehingga melancarkan serta meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. b. Meningkatkan dan memberikan arah perhatian siswa sehingga dapat muncul motivasi belajar dalam diri siswa, siswa dan lingkungan dapat berinteraksi secara langsung, dan siswa dapat belajar mandiri sesuai dengan minat dan keterampilannya. c. Keterbatasan ruang, waktu, dan indra dapat ditanggulangi dengan media belajar.
160 d. Media belajar memberi pengalaman yang sama pada siswa mengenai kejadian atau peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, serta memungkinkan berlangsungnya hubungan antara guru, masyarakat, serta lingkungan misalnya dengan adanya kegiatan karya wisata, kegiatan berkunjung ke museum maupun kebun binatang (Azhar Arsyad, 2007). Berdasarkan paparan di atas, maka manfaat media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua yakni sebagai berikut. 1. Manfaat media belajar untuk guru Menyajikan acuan pada guru dalam memperoleh suatu tujuan pembelajaran sehingga bisa memaparkan materi penjelasan secara urut, sistematis, serta menyajikan materi secara menyenangkan guna menaikkan mutu proses belajar mengajar. 2. Manfaat media belajar untuk siswa Menaikkan dorongan belajar serta ketertarikan siswa sehingga bisa menganalisis dan berpikir berkaitan dengan materi pelajaran dengan kondisi belajar yang mengasyikkan sehingga materi pelajaran mudah dipahami oleh siswa. Media belajar memainkan peran yang sangat penting dalam menunjang proses belajar siswa di berbagai
161 tingkatan pendidikan. Khususnya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Sekolah Dasar, penggunaan media pembelajaran dapat memperkaya pengalaman belajar siswa dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi ajar. 1. Media Cerita Bergambar Proses pembelajaran memiliki berbagai macam kelemahan, salah satunya yaitu guru kurang kreatif dalam menentukan media pembelajaran dengan tepat. Sementara itu, media adalah sarana yang mendukung keberhasilan dan tercapainya suatu tujuan dalam pembelajaran termasuk pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Maka dari itu, guru harus mempunyai kreativitas supaya proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menjadi menyenangkan dan tidak membuat bosan siswa. Media belajar bahasa dan sastra Indonesia yang dapat dipakai yaitu dengan menggunakan media cerita bergambar. Cerita bergambar adalah suatu kumpulan cerita atau kegiatan yang dipaparkan secara urut yang kemudian digunakan dapat digunakan oleh siswa dengan cara siswa diminta untuk menceritakan setiap kegiatan atau adegan yang jika disusun akan menjadi suatu cerita. Cerita bergambar yang dipaparkan mempunyai makna dan diangkat berdasarkan kehidupan yang ada di lingkungan siswa. Apabila media cerita bergambar digunakan secara tepat dapat memberikan rangsangan dan stimulus keterampilan siswa dalam hal membaca nyaring dan berani berbicara di depan kelas. Dengan didukung media
162 cerita bergambar yang memiliki sifat visual yang menarik perhatian siswa, maka informasi yang hendak diberikan pada siswa menjadi jelas dan mudah diingat oleh siswa. Dengan memakai media cerita bergambar pada kegiatan belajar, maka bisa meminimalisir rasa bosan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran (Munawarah, Dkk, 2021) 2. Media Boneka Tangan Media boneka tangan dibuat dari potonganpotongan kain flanel, kaos tangan atau kaos kaki, katun, dan lainnya lalu dibuat menyerupai boneka dan dihias dengan kreativitas sehingga membentuk benda atau karakter yang dijadikan masing-masing tokoh. Cara penggunaan media boneka tangan yaitu jari-jari tangan dimasukkan ke dalam boneka sehingga dapat digerakkan, orang yang menggerakkan boneka dapat menggunakan suara yang berbeda-beda pada tiap-tiap tokoh yang diperankannya. Media boneka tangan cocok digunakan pada materi ajar bahasa dan sastra Indonesia karena dapat meningkatkan keterampilan imajinasi siswa dan keterampilan berbicara dengan cara memerankan berbagai macam tokoh, media boneka tangan juga dapat membantu siswa dalam mengutarakan pemikirannya lewat tokoh yang diperankannya. 3. Media Monotun (Monopoli Pantun) Pembelajaran bahasa Indonesia erat kaitannya dengan pembelajaran sastra Indonesia. Salah satu materi sastra Indonesia yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah pantun. Guru
163 menggunakan berbagai macam cara dan media dalam memaparkan materi pantun kepada siswa. Media belajar yang bisa dipakai oleh guru untuk memaparkan materi pantun yaitu memakai media monotun (monopoli pantun). Apabila guru memakai media monotun pada kegiatan belajar di kelas maka akan mendapatkan banyak manfaatnya. Selain itu, siswa juga diikutsertakan dalam secara langsung dalam bermain. Penggunaan media monotun tidak jauh beda dengan bermain monopoli, yang menjadi pembedanya yaitu monotun tidak menggunakan properti seperti yang terdapat pada permainan monopoli. Media monotun berisi materi pantun meliputi pengertian, jenis, struktur, serta contoh pantun. Media monotun memiliki petunjuk pembelajaran yakni sebagai berikut. a. Sebelum digunakan, siapkan dan atur monopoli pantun b. Menentukan urutan pemain yang akan bermain c. Guru bertugas memantau siswa dalam bermain monopoli pantun d. Permainan dimulai ketika dadu telah dilempar e. Pemain berpindah tempat sesuai dengan angka pada dadu f. Siswa membacakan materi secara keras, apabila pemain berhenti di kotak materi g. Apabila pemain berhenti pada kotak kuis, maka siswa harus menjawab pertanyaan yang terdapat di halaman kuis
164 h. Pemain mendapatkan satu bintang apabila berhenti dalam satu kotak i. Apabila semua telah sampai pada kotak finish, maka permainan dianggap telah selesai j. Kartu bintang yang didapatkan oleh tiap-tiap pemain dapat ditukar dengan hadiah 4. Media Pembacaan Dongeng Media pembacaan dongeng merupakan media belajar yang bisa dipakai pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dongeng memiliki arti suatu cerita yang tidak nyata terjadi lebih-lebih mengenai suatu peristiwa lampau. a. Pembacaan dongeng menjadi salah satu sarana dalam penyampaian nilai-nilai kehidupan yang meliputi moral, sosial, dan lainnya yang memiliki pengaruh pada karakter dan tumbuh kembang siswa. Berikut merupakan petunjuk yang dapat dilakukan dalam penggunaan media pembacaan dongeng. b. Guru menentukan dongeng sesuai dengan tema yang hendak diajarkan pada siswa. Selain itu, guru perlu kreatif dalam membuat variasi pada dongeng seperti mengganti tokoh yang ada pada dongeng. c. Siswa dibagi ke dalam kelompok berdasarkan kebutuhan serta isi pada dongeng d. Guru memberikan contoh tentang cara membaca, mempresentasikan, dan membagi
165 naskah juga tokoh yang hendak diperankan oleh siswa. e. Siswa mempraktikkannya f. Sesi pembacaan dongeng diakhiri oleh guru, kemudian guru menangkap dan mempelajari nilai-nilai yang terdapat pada dongeng. g. Guru memaparkan hubungan antara dongeng dengan tema-tema pada kompetensi dasar serta pada hidup sehari-hari. h. Siswa untuk memaparkan pesan serta kesan berkaitan dengan dongeng yang telah dipelajari oleh siswa. i. Guru serta siswa bersama menciptakan kesimpulan tentang materi yang sudah dipelajari kemudian menutup proses belajar Adapun media digital yang bisa dipakai pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yakni sebagai berikut (Setiana et al., 2021). a. Aplikasi Poetry Media pembelajaran ini merupakan aplikasi yang di dalamnya terdapat fitur-fitur yang membantu siswa dalam memahami materi mengenai puisi. Dalam aplikasi ini, materi puisi digolongkan dengan rinci serta siswa dapat berlatih soal-soal secara digital. b. Aplikasi Messi Media pembelajaran ini merupakan aplikasi yang di dalamnya terdapat materi komponen-komponen pembangun puisi. Dalam aplikasi ini juga terdapat rangkuman, latihan dan kunci jawaban, serta cara menganalisis puisi.
166 c. Aplikasi Teprodiwa Media pembelajaran ini merupakan aplikasi yang di dalamnya terdapat materi mengenai teks eksplanasi yang dijelaskan mendetail meliputi ciri-ciri teks, struktur teks, kaidah-kaidah kebahasaan, dan cara penyusunan teks. d. Aplikasi Marbel Teksi Media pembelajaran ini merupakan aplikasi yang di dalamnya terdapat materi mengenai teks deskripsi. Dalam aplikasi ini memuat materi teks deskripsi yang dijelaskan secara mendetail dan terdapat soal-soal sebagai bahan evaluasi.
167 DAFTAR PUSTAKA Amalia, A. K. A. & Fadhilasari, I. (2022). Buku Ajar Sastra Indonesia. Bandung: PT. Indonesia Emas Group. Antari, L. P. S. (2019). Bahasa Indonesia sebagai identitas nasional bangsa Indonesia. Jurnal Jisipol, 8(November), 17. http://ejournal.unibba.ac.id/index.php/jisipol/article/v iew/115 Ardhyantama, V. dan C. A. (2020). PERKEMBANGAN BAHASA ANAK. Stiletto Indie Book. Asip, M., dkk (2022). Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Bandung: CV. Media Sains Indonesia. Assapari, M. M. (2014). Eksistensi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Perkembangannya di Era Globalisasi. Prasi, 9(35), 29–37. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/artic le/view/8943/5776 Book, ·. (2023). Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Di SD. https://doi.org/10.31219/osf.io/k937b Buku Ajar SASTRA INDONESIA. (n.d.). Chaer, A., & Muliastuti, L. (2004). Makna dan Sematik. International Journal of Artificial Organs, 27(5), 22–23. core.ac.uk/download/pdf/198234669.pdf Collins, J. T. (2005). BAHASA MELAYU BAHASA DUNIA. Darwin, D., Anwar, M., & Munir, M. (2021). Paradigma
168 Strukturalisme Bahasa: Fonologi, Morfologi, Sintaksis, dan Semantik. Jurnal Ilmiah SEMANTIKA, 2(02), 28– 40. https://doi.org/10.46772/semantika.v2i02.383 Devianty, R., & Pd, M. (2017). MEMBANGUN KARAKTER ANAK MELALUI SASTRA: Vol. V (Issue 1). Djuanda, D. (2014). Pembelajaran sastra di SD dalam gamitan Kurikulum 2013. Mimbar sekolah dasar, 1(2), 193. Ernawati & Rasna (2020) Menumbuhkan Keterampilan Menyimak Peserta Didik Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Bahasa Indonesia Vol 9 No 2, Oktober 2020. Program Studi Pendidikan Bahasa. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Gani, S., & Arsyad, B. (2019). KAJIAN TEORITIS STRUKTUR INTERNAL BAHASA (Fonologi, Morfologi, Sintaksis, dan Semantik). `A Jamiy : Jurnal Bahasa Dan Sastra Arab, 7(1), 1. https://doi.org/10.31314/ajamiy.7.1.1- 20.2018 Hanafy, M. S. (2014). Konsep Belajar Dan Pembelajaran. Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 17(1), 66–79. https://doi.org/10.24252/lp.2014v17n1a5 Harianto, E. (2020). “Keterampilan Membaca dalam Pembelajaran Bahasa.” Jurnal Didaktika, 9(1), 2. https://doi.org/https://doi.org/10.58230/27454312.2 Harifa, S. K. & M. F. S. (2021). Keterampilan Menyimak Dan Berbicara. Hasmidar, D. (2024). MENGENAL BAHASA INDONESIA.
169 Indah, R. (2019). Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Face Threatening Act of Different Ethnic Speakers in Communicative Events of School Context, 8(1), 104–115. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpbsi/article /view/24018 Indriyani, L. (2019). PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PROSES BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KOGNITIF SISWA (Vol. 2, Issue 1). Isna, A. (2019). Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. AlAthfal, 2(2), 62–69. Jatining Panglipur, P., & Listiyaningsih, E. (n.d.). Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks Global SASTRA ANAK SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA UNTUK MENUMBUHKAN BERBAGAI KARAKTER DI ERA GLOBAL. Khoirunnisa, I., Diniyah, T., & Noviyanti, S. (2023). Pemerolehan Bahasa Dan Faktor Pendukung Pemerolehan Bahasa Anak. Innovative, 3, 4353–4363. Krissandi, A., Widharyanto, & Dewi, R. P. D. (2020). Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SD:Pendekatan dan Teknis. In Media Maxima. Kuntarto, E. (2019). Telaah Linguistik untuk Guru Bahasa. Modul Universitas Jambi, 1–40. https://repository.unja.ac.id/5908/1/BUKU TELAAH LINGUISTIK.pdf Latifah, N., Pd, M., Munajah, R., & Hasanah, U. (n.d.). PENGANTAR SASTRA ANAK Tim Penyusun.
170 Mailani, O., Nuraeni, I., Syakila, S. A., & Lazuardi, J. (2022). Bahasa Sebagai Alat Komunikasi Dalam Kehidupan Manusia. Kampret Journal, 1(1), 1–10. https://doi.org/10.35335/kampret.v1i1.8 Masdul, M. R. (2018). Komunikasi Pembelajaran Learning Communication. Iqra: Jurnal Ilmu Kependidikan Dan Keislaman, 13(2), 1–9. https://www.jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/IQR A/article/view/259 Mulyati, Y. (2015). Hakikat Keterampilan Berbahasa Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD, 1–34. Mustadi Ali, Risky Amelia, Wahyu Nuning, Budiarti, Deri Anggarini, Eva Amelia, & Sri Susandi, (2021) Strategi Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dan Bersastra Yang Efektif Di Sekolah Dasar. Universitas Negeri Yogyakarta Karangmalang Yogyakarta. Nafinuddin, S. (2018). Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 1(01), 10. https://ejournal.metrouniv.ac.id/index.php/alfathin/article/view/1186 Noermanzah. (2019). Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Citra Pikiran, dan Kepribadian. Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa (Semiba), 306–319. https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba Pradita, E. L., Kumala Dewi, A., Nasywa Tsuraya, N., & Fauziah, M. (2024). Peran Orang Tua dalam Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Indo-MathEdu
171 Intellectuals Journal, 5(1), 1238–1248. https://doi.org/10.54373/imeij.v5i1.883 Riana, R., & Sugiarti, R. (2020). Penerapan Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Konsep Merdeka BelajarKampus Merdeka. Seminar Nasional PIBSI Ke-42 : Peran Bahasa Dan Sastra Indonesia Dalam Kerangka Merdeka Belajar Pada Masa Pandemi Covid-19, 294– 306. https://repository.usm.ac.id/files/proceding/A021/A02 1-20201225065132.pdf Santoso, B. (2017). Bahasa Dan Identitas Budaya. Sabda : Jurnal Kajian Kebudayaan, 1(1), 44. https://doi.org/10.14710/sabda.v1i1.13266 Santoso, G., Muzaqi, A., Raihan, M., & Mahesa, S. F. (2023). Dampak Positif Sumpah Pemuda pada Organisasi Besar di Indonesia. Jurnal Pendidikan Transformatif (Jupetra), 02(02), 194–202. Saragih, D. P., Simarmata, Y. A., & Surip, M. (2024). TANTANGAN PEMERTAHANAN KEASLIAN BAHASA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI DAN PENGARUH MEDIA SOSIAL. 8(5), 506–514. Sary, H. N. (2018). Perbedaan Bentuk Verba Pada Bahasa Melayu Tinggi Dan Bahasa Melayu Rendah: Studi Kasus Injil Matius Terjemahan Klinkert. Sirok Bastra, 2(1). https://doi.org/10.37671/sb.v2i1.37 Slamet, S. Y. (2019). PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (di Kelas Rendah dan Kelas Tinggi Sekolah Dasar). UNS Press. Suarim, B., & Neviyarni, N. (2021). Hakikat Belajar Konsep
172 pada Peserta Didik. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(1), 75–83. https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i1.214 Sukma Hanum Harifa & M. Fakhrur Saifudin (2021) Keterampilan Menyimak Dan Berbicara. Yogyakarta. Syamsuddin, R. (2021). Buku keterampilan berbahasa indonesia. Universitas Negeri Makassar, May, 64. Sitanggang, Indah Mutia, Juliana, Rina Devianti, Eka Rihan, Dwi Setyaninggsih, Lika Apreasta, Juliati, Maisura, Try Anisa Lestari, & Muhammad Asip (2020) Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonnesia di Sd. Kota BandungJawa Barat. Tarigan, H. G. (1985). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa. Wahid, A. (2018). Pentingnya media pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar. Istiqra: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam, 5(2). Wulandari, A. P., Salsabila, A. A., Cahyani, K., Nurazizah, T. S., & Ulfiah, Z. (2023). Pentingnya media pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Journal on Education, 5(2), 3931-3933. Wiratno, T., & Santosa, R. (2014). Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Konteks Sosial. Modul Pengantar Linguistik Umum, 1– 19. http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wpcontent/uploads/pdfmk/BING4214-M1.pdf
173 TENTANG PENULIS Garib Firman Buaga. Lahir di Nanga Pinoh, 20 Januari 2000. Alumni dari Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Saat ini sedang melanjutkan studi S2 di Universitas Negeri Yogyakarta. Keberadaan penulis yang ceria dan ramah telah mempermudah interaksi sosialnya di antara berbagai kelompok usia. Penulis memiliki sejumlah karya buku diantaranya Goresan Pena Bersyair dan Bahan Ajar Sistem Peredaran Pada Hewan Dan Manusia Untuk Kelas V Sekolah Dasar (Berbasis Multiple Intelligence Dan Pembelajaran Berdifirensiasi). Untuk berkomunikasi lebih lanjut dengan penulis, Anda dapat menghubungi melalui berbagai saluran komunikasi Instagram @garibbuagaa ; Email : [email protected]. Jumiati Debora Lenni. Lahir di Kalimbu Tillu, 27 Desember 1995. Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar Inpres Lete Garona tahun 2008, SMP Negeri 1 Wewewa Barat tahun 2011, SMA Negeri 1 Wewewa Timur tahun 2014. Kemudian penulis melanjutkan Studi S-1 di STKIP Bina Insan Mandiri Surabaya dengan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar (PGSD) tahun (2016-2020). Saat ini penulis sedang melanjutkan Studi S-2 di Universitas Negeri Yogyakarta dengan program studi Pendidikan Dasar. Sebelum
174 melanjutkan Studi S-2 penulis memiliki pengalaman mengajar di SD Swasta Kristen Bethel Surabaya. Motto hidup penulis “Masa depanmu adalah kamu yang memperjuangkan, maka sesakit apapun kamu berjuang, percayalah ada harapan dan masa depan yang kamu harus raih”. Penulis adalah Wanita pekerja keras, sejak kecil sudah ditinggalkan oleh orangtuanya,oleh karena itu dia ber-komitmen untuk memperjuangkan masa depannya. Lucia Vania Yosefa Herdiana. Lahir di Yogyakarta pada tahun 2000. Penulis menempuh pendidikan sekolah menengah atas di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma dan menjadi mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Sekarang, penulis sedang menempuh pendidikan S2 di Universitas Negeri Yogyakarta. Unik Ambar Wati, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dosen aktif di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi, jurusan Pendidikan Sekolah Dasar. Beliau merupakan sosok yang sangat berdedikasi dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian, dengan banyak karya publikasi ilmiah yang telah dihasilkannya. Jika ingin berkomunikasi langsung dengannya atau melihat hasil karyanya lebih lanjut, dapat menghubungi : https://scholar.google.co.id/citations?user=b62wlasAAAAJ&hl=en
175