The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Berawal dari tugas wajib sebagai dosen yaitu tridharma perguruan tinggi salah satunya adalah Pengabdian Masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan di 3 sekolah di dua Kabupaten yaitu 2 sekolah di kabaupaten Bireuen dan 1 sekolah di takengon, kegiatan tersebut mengilhami penulisan buku ini. Buku ini ditulis hasil kolaborasi antara satu dosen K3 dan 2 mahasiswa semester 3.

Buku ini menjelaskan tentang pengantar ergonomic pada sekolah. Dimulai dari sejarah ilmu ergonomic di dunia dan Indonesia dan kegunaannya pada lingkungan sekolah. Kemudia buku ini juga menjelaskan terkait dengan antopomteri dan kesesuaian antara stasiun belajar dengan antropometri pada siswa disekolah. Banyak factor yang mempengerauhi prestasi belajar disekolah diantaraya, factor pencahayan dan warna, factor kebisingan, suhu dan getaran yang semua berikat pada ketidaknyamanan pada siswa disaat melakukan aktivitas pembelajaran. Didalam buku ini juga dijelaskan terkait dengan penyakit yang bisa ditimbulkan oleh stasiun belajar yang tidak ergonomic.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by penamudamedia, 2024-02-16 11:07:35

Pengantar Ergonomi pada Anak Sekolah

Berawal dari tugas wajib sebagai dosen yaitu tridharma perguruan tinggi salah satunya adalah Pengabdian Masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan di 3 sekolah di dua Kabupaten yaitu 2 sekolah di kabaupaten Bireuen dan 1 sekolah di takengon, kegiatan tersebut mengilhami penulisan buku ini. Buku ini ditulis hasil kolaborasi antara satu dosen K3 dan 2 mahasiswa semester 3.

Buku ini menjelaskan tentang pengantar ergonomic pada sekolah. Dimulai dari sejarah ilmu ergonomic di dunia dan Indonesia dan kegunaannya pada lingkungan sekolah. Kemudia buku ini juga menjelaskan terkait dengan antopomteri dan kesesuaian antara stasiun belajar dengan antropometri pada siswa disekolah. Banyak factor yang mempengerauhi prestasi belajar disekolah diantaraya, factor pencahayan dan warna, factor kebisingan, suhu dan getaran yang semua berikat pada ketidaknyamanan pada siswa disaat melakukan aktivitas pembelajaran. Didalam buku ini juga dijelaskan terkait dengan penyakit yang bisa ditimbulkan oleh stasiun belajar yang tidak ergonomic.

PENGANTAR ERGONOMI PADA ANAK SEKOLAH Copyright© PT Penamudamedia, 2024 Penulis: Muhammad Zia Ulhaq, Amanda Dwinata Halim, Mahlia Ulfa ISBN: 978-623-88948-0-2 Desain Sampul: Tim PT Penamuda Media Tata Letak: Enbookdesign Diterbitkan Oleh PT Penamuda Media Casa Sidoarium RT 03 Ngentak, Sidoarium Dodeam Sleman Yogyakarta HP/Whatsapp : +6285700592256 Email : [email protected] Web : www.penamuda.com Instagram : @penamudamedia Cetakan Pertama, Februari 2024 x + 133, 15x23 cm Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin Penerbit


v UMMAH ACEH merupakan Perguruan Tinggi Swasta di Indonesia dibawah pengawasan Organisasi Muhammadiyah yang diamanahi tugas mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang diamanatkan pada “preambule” UUD-RI. Atas dasar itu, maka UMMAH Aceh dalam gerak membangun sumber daya manusia, selain mendidik, kegiatan penelitian tetap menjadi program prioritas dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang kemudian hasil karya ini dapat dijadikan pedoman dan diimplementasikan kepada masyarakat, itulah yang disebut sebagai Pengabdian pada Masyarakat. Aktivitas transfer ilmu piranti keras dan lunak sangat dibutuhkan agar penerimaan pengetahuan akan berjalan lancar dan berhasil baik. Buku adalah piranti penting yang harus dimiliki oleh seorang dosen dan mahasiswa. Saya menyambut baik atas karya tulis Muhammad Zia Ulhaq, SKM.,MKM.,CRA. Amanda D.H dan Mahlia Ulfa tentang “Ergonomi Sekolah”, dimana suatu pertanda bahwa UMMAH Aceh yang saya pimpin


vi ada kemajuan dalam bidang pengetahuan. Untuk itu saya ucapkan selamat atas karya ini, dan berterima kasih karena telah menambah pustaka yang berarti bagi dunia perguruan tinggi, tidak hanya di manfaatkan oleh Universitas saja tetapi seluruh perguruan tinggi dan masyarakat Indonesia. Karya tulis ini akan lebih mendorong para dosen dan mahasiswa UMMAH Aceh untuk berpacu dalam menciptakan karya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai disiplin ilmu. Disadari bahwa membangun bangsa dan negara diperlukan pemikir-pemikir yang cerdas, arif dan bijaksana, oleh karenanya tidak berlebihan dikatakan bahwa sesungguhnya Perguruan Tinggi adalah “think-tank” negara. Tanggung jawab ini mendorong saya agar UMMAH Aceh yang terletak di kawasan ujung barat Indonesia akan lebih maju dan berjaya serta makin signifikan sumbangsihnya pada pembangunan Indonesia. Akhirnya, kita sebagai hamba Allah SWT harus berperan dalam memanusiakan manusia lain, dan sebaik baik manusia adalah yang berguna bagi manusia lainnya. Rektor UMMAH Aceh Dr. Muharrir Asy’Ari Lc.,M.Ag


vii ALHAMDULILLAH, segala puji syukur bagi Allah SWT, karena atas Rahmat nya Penulis dapat menyelesaikan buku yang berjudul “ Ergonomi Sekolah” dengan lancer. Buku ini ditulis untuk membantu pengajar, dosen, mahasiswa maupun pelajar yang membutuhkan dasar pengetahuan tentang ergonomic dan aplikasinya didalam dunia Pendidikan. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah membantu, sehingga buku ini dengan sangat baik, yaitu: Bapak Rektor Universitas Muhammadiyah Mahakarya Aceh, Bapak Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Mahakarya Aceh, Keluarga ku tercinta, serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis dengan sangat kerendahan hati menyadari masih banyak kekurangan didalam penulisan buku ini, untuk itu mengharapkan kritik dan saran membangun untuk perbaikan. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. Bireuen, 7 Januari 2024 Penulis


viii Daftar Isi SAMBUTAN REKTOR UMMAH ACEH ...................................... v KATA PENGANTAR .............................................................. vii Daftar Isi ........................................................................... viii BAB 1 ERGONOMI DI SEKOLAH .............................................. 1 A. Pengertian Ergonomi ...................................................... 1 B. Sejarah singkat ergonomi ................................................ 4 C. Penerapan Ergonomi di Sekolah ...................................... 8 D. Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Kesehatan Anak .10 E. Peran ergonomic pada sekolah .......................................13 REFERENSI ........................................................................ 17 BAB 2 ANTROPOMETRI ....................................................... 21 A. Latar Belakang ..............................................................21 B. Ergonomi......................................................................25 C. Antropometri ................................................................32 REFERENSI ........................................................................ 41


ix BAB 3 KEBISINGAN DAN GETARAN DI SEKOLAH ................... 43 A. Latar Belakang .............................................................. 43 B. Definisi Kebisingan dan Getaran..................................... 45 C. Sumber kebisingan dan getaran...................................... 48 D. Dampak Kebisingan dan Getaran .................................... 51 E. Pengendalian Kebisingan di Sekolah ............................... 57 REFERENSI ........................................................................ 67 BAB 4 SUHU LINGKUNGAN SEKOLAH .................................. 71 A. Suhu Tubuh Manusia ..................................................... 71 B. Proses Pengaturan Suhu................................................. 73 C. Aktivitas fisik dan suhu tubuh......................................... 74 D. Pakaian yang Tepat........................................................ 76 E. Hubungan Suhu dengan Belajar...................................... 77 F. Dampak Suhu terhadap Proses Belajar ............................ 80 G. Ergonomic suhu dalam lingkungan sekolah..................... 82 H. Pengaruh musim panas dan dingin terhadap tubuh pelajar .................................................................................... 85 REFERENSI ........................................................................ 87 BAB 5 PENCAHAYAAN DAN WARNA .................................... 91 A. Pengaruh Pencahayaan Pada Kesehatan Mata Anak ......... 91 B. Psikologi Warna dalam Ruang Belajar Warna................... 95 C. Ergonomi Pencahayaan dan Warna di Sekolah................. 98


x D. Penerapan Ergonomi Pencahayaan dan warna di Sekolah101 REFERENSI ....................................................................... 103 BAB 6 PENYAKIT AKIBAT TIDAK ERGONOMI ........................ 107 A. Latar Belakang ............................................................ 107 B. Ergonomic .................................................................. 111 C. Penyakit Akibat Tidak Ergonomi................................... 113 D. Gejala Penyakit yang timbul ......................................... 124 REFERENSI ....................................................................... 128 TENTANG PENULIS ............................................................ 130


1 BAB 1 ERGONOMI DI SEKOLAH A. Pengertian Ergonomi Ergonomi merupakan ilmu dan seni yang berkaitan dengan desain dan pengorganisasian objek, ruang, serta sistem dengan memperhatikan interaksi manusia dengan elemen tersebut. Fokus utama ergonomi adalah meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan kinerja manusia dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Dalam konteks ini, ergonomi memiliki peran penting dalam mengoptimalkan lingkungan kerja dan kehidupan sehari-hari manusia.


2 Bab 1. Ergonomi di Sekolah Pengertian ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu "ergon" yang berarti pekerjaan, dan "nomos" yang berarti hukum. Secara harfiah, ergonomi dapat diartikan sebagai hukum atau aturan pekerjaan. Namun, definisi modern ergonomi lebih luas dan mencakup studi tentang interaksi antara manusia, peralatan, tugas, dan lingkungan kerja Definisi Umum Ergonomi: Ergonomi adalah disiplin ilmu yang memahami interaksi antara manusia dan elemenelemen sistem, dengan tujuan menciptakan kondisi yang mendukung kesehatan, kenyamanan, dan kinerja optimal manusia Penerapan Ergonomi di Berbagai Sektor: Penerapan ergonomi dapat ditemukan di berbagai sektor, termasuk industri, transportasi, kesehatan, dan pendidikan. Dalam konteks pendidikan, ergonomi dapat berarti perancangan ruang kelas, kursi dan meja belajar, serta integrasi teknologi pembelajaran yang mendukung kenyamanan dan efektivitas siswa. Peran Ergonomi dalam Peningkatan Kesejahteraan dan Produktivitas: Ergonomi memiliki peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan individu dan produktivitas. Dengan memahami karakteristik fisik dan psikologis manusia, desain sistem dan lingkungan kerja disesuaikan untuk menciptakan kondisi yang mendukung kesejahteraan dan efisiensi.


3 Di Indonesia, pemahaman tentang ergonomi telah berkembang seiring dengan pertumbuhan industri dan kesadaran akan pentingnya kesejahteraan pekerja. Meskipun masih dalam tahap pengembangan, ergonomi telah menjadi perhatian dalam berbagai sektor, terutama industri manufaktur, pendidikan, dan Kesehatan. Pada tingkat akademis, perguruan tinggi di Indonesia mulai menyelenggarakan program studi ergonomi untuk mendukung pengembangan sumber daya manusia yang dapat mengimplementasikan prinsip-prinsip ergonomi dalam desain dan pengelolaan sistem. Ergonomi memiliki implikasi yang signifikan terhadap kesejahteraan anak sekolah. Dalam lingkungan pendidikan, anak-anak menghabiskan sejumlah besar waktu untuk belajar dan berinteraksi dengan peralatan dan lingkungan sekitar. Peralatan dan mebel yang tidak ergonomis dapat berkontribusi pada masalah kesehatan, seperti gangguan postur, ketidaknyamanan fisik, dan kelelahan Kesejahteraan anak sekolah tidak hanya terkait dengan aspek fisik, tetapi juga psikologis. Ergonomi dapat memainkan peran dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung konsentrasi, kreativitas, dan motivasi siswa. Penerapan prinsip-prinsip ergonomi dalam desain kelas, kursi, dan meja dapat membantu menciptakan


4 Bab 1. Ergonomi di Sekolah pengalaman belajar yang lebih positif dan produktif bagi anak-anak Dengan demikian, pemahaman dan penerapan ergonomi di lingkungan sekolah menjadi sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan anak sekolah secara menyeluruh, menciptakan dasar yang kuat bagi perkembangan mereka, serta mempersiapkan generasi masa depan yang lebih produktif dan sehat. B. Sejarah singkat ergonomi Sejarah ergonomi dapat ditelusuri kembali ke abad ke-18 di Eropa, ketika para peneliti mulai memahami hubungan antara pekerja dan alat kerja mereka. Pada awalnya, perhatian utama adalah pada ergonomi fisik, yang mencakup penyesuaian peralatan dengan karakteristik fisik individu. Seiring waktu, ergonomi berkembang menjadi disiplin multidisiplin, melibatkan bidang-bidang seperti psikologi, ilmu komputer, antropologi, dan desain industri. Abad ke-20, terutama setelah Perang Dunia II, ergonomi semakin diakui sebagai elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi dan keamanan di tempat kerja. Penelitian dan pengembangan ergonomi semakin berkembang di berbagai negara, dengan fokus pada perancangan sistem dan peralatan


5 yang dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas pekerja. Ergonomi, sebagai disiplin ilmu, memiliki sejarah panjang yang melibatkan evolusi pemikiran, perkembangan industri, dan peningkatan pemahaman akan interaksi manusia dengan lingkungannya. Sejarah ergonomi di dunia dimulai pada awal abad ke-20, ketika revolusi industri mencapai puncaknya dan aktivitas manusia di tempat kerja mengalami transformasi besar. 1. Awal Mula dan Perang Dunia I : Sejarah ergonomi dapat ditelusuri kembali ke Perang Dunia I, di mana pertumbuhan industri dan perang yang melibatkan teknologi baru menyebabkan kebutuhan akan desain peralatan dan sistem yang lebih efisien. Pada periode ini, fokus utama ergonomi adalah pada peningkatan efisiensi pekerjaan dan pengurangan kecelakaan 2. Era Perang Dunia II dan Pembentukan Ergonomi Modern : Peran ergonomi semakin berkembang pada Perang Dunia II, di mana aspek-aspek seperti desain cockpit pesawat dan peralatan militer menjadi kritis untuk keberhasilan operasi. Dalam konteks ini, ergonomi menjadi disiplin ilmu yang lebih terorganisir, dan pemahaman akan peran manusia dalam sistem semakin mendalam


6 Bab 1. Ergonomi di Sekolah 3. Pasca Perang dan Penerapan di Industri : Setelah Perang Dunia II, ergonomi semakin diterapkan di sektor industri. Organisasi dan asosiasi ergonomi mulai muncul, seperti The Ergonomics Society yang didirikan di Inggris pada tahun 1949. Penerapan ergonomi di tempat kerja menjadi fokus untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan pekerja. 4. Era Teknologi dan Ergonomi Kognitif : Dengan berkembangnya teknologi komputer pada akhir abad ke20, ergonomi semakin melibatkan aspek kognitif, yang dikenal sebagai ergonomi kognitif. Fokusnya bergeser dari aspek fisik pekerjaan ke aspek kognitif, seperti antarmuka pengguna, desain perangkat lunak, dan pemahaman terhadap proses mental manusia Sejarah ergonomi di Indonesia mencerminkan perubahan sosial dan ekonomi di negara ini. Meskipun pengembangan ergonomi di Indonesia tidak secepat di negara-negara maju, tetapi pemahaman akan pentingnya ergonomi semakin meningkat seiring dengan perkembangan industri dan kesadaran akan kesejahteraan pekerja. 1. Era Awal Kemerdekaan : Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, fokus utama masih pada pembangunan dan kestabilan politik. Ergonomi belum menjadi


7 perhatian utama dalam pembangunan industri pada masa ini. 2. Era Industriasi dan Peningkatan Kesadaran : Pada dekade-dekade berikutnya, dengan masuknya era industriasi, kesadaran akan pentingnya ergonomi semakin meningkat. Organisasi dan institusi yang mendukung ergonomi mulai muncul, meskipun belum sebanyak di negara-negara maju. 3. Perkembangan Ergonomi di Perguruan Tinggi: Pada era lebih modern, perguruan tinggi di Indonesia mulai menawarkan program-program studi dan pelatihan ergonomi. Ini menciptakan generasi muda yang lebih sadar akan pentingnya ergonomi dalam berbagai sector Di Indonesia, kesadaran akan ergonomi sebagai bagian integral dari desain lingkungan hidup dan kerja masih perlu ditingkatkan. Dalam konteks pendidikan, masih banyak sekolah yang belum sepenuhnya menerapkan prinsip-prinsip ergonomi dalam desain ruang kelas dan pemilihan peralatan pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya ergonomi pada anak usia sekolah di lingkungan sekolah Indonesia. Konteks sistem pendidikan juga memainkan peran kunci dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip ergonomi. Sistem


8 Bab 1. Ergonomi di Sekolah pendidikan tidak hanya melibatkan interaksi langsung antara siswa dan lingkungan fisik, tetapi juga melibatkan interaksi dengan peralatan pembelajaran modern dan teknologi. Dalam era digital saat ini, di mana penggunaan perangkat teknologi dalam pendidikan semakin meningkat, pertimbangan ergonomi menjadi semakin penting untuk mencegah dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental anak-anak. C. Penerapan Ergonomi di Sekolah Sistem pendidikan memiliki peran yang sangat vital dalam pembentukan karakter, peningkatan pengetahuan, dan kesiapan sumber daya manusia untuk menghadapi tantangan masa depan. Namun, sering kali aspek ergonomi dalam sistem pendidikan kurang mendapat perhatian yang memadai. Ergonomi dalam konteks pendidikan melibatkan perancangan lingkungan belajar dan penggunaan peralatan yang mendukung kesehatan dan kenyamanan siswa serta pengajar. Pentingnya ergonomi dalam sistem pendidikan dapat dilihat dari dampaknya terhadap kesejahteraan dan kinerja siswa. Anak-anak yang menghabiskan banyak waktu dalam aktivitas belajar memerlukan lingkungan yang mendukung, agar proses belajar dapat berlangsung secara optimal.


9 1. Masalah Postur Siswa saat Belajar Siswa seringkali menghabiskan waktu yang lama duduk di meja dan kursi saat belajar. Postur yang tidak tepat dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang, seperti sakit punggung, masalah tulang belakang, dan bahkan masalah postur yang dapat berlanjut ke masa dewasa. Pembahasan dalam bagian ini akan mencakup penelitian dan studi kasus yang menyoroti masalah postur siswa, penyebabnya, serta solusi ergonomis yang dapat diimplementasikan di lingkungan sekolah. 2. Penggunaan Furniture yang Tidak Ergonomis Furniture di lingkungan sekolah, seperti meja dan kursi, seringkali tidak dirancang dengan mempertimbangkan ukuran dan kebutuhan fisik siswa. Penggunaan furniture yang tidak ergonomis dapat menyebabkan ketidaknyamanan, gangguan kesehatan, dan bahkan dapat menghambat konsentrasi belajar. Pembahasan dalam bagian ini akan mengeksplorasi berbagai studi kasus terkait penggunaan furniture yang tidak ergonomis di sekolah, serta rekomendasi perbaikan dan peningkatan desain furniture


10 Bab 1. Ergonomi di Sekolah Gambar 1. Penggunaan Kursi yang tidak ergonomic pada SMAN 4 Takengon D. Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Kesehatan Anak Lingkungan Sekolah yang tidak memperhatikan prinsipprinsip ergonomi dapat berdampak negatif pada kesehatan anak. Hal ini meliputi pencahayaan yang kurang baik, ventilasi yang buruk, dan suara yang bising. Studi kasus dan penelitian akan membahas bagaimana lingkungan kelas yang tidak mendukung ergonomi dapat mempengaruhi kesehatan


11 anak, termasuk dampaknya terhadap konsentrasi, mood, dan kesejahteraan secara keseluruhan Berikut adalah prinsip-prinsip desain ergonomis yang penting untuk diterapkan pada peralatan sekolah : 1. Ergonomi Antropometris: Desain peralatan sekolah harus memperhitungkan variasi antropometris siswa, yang melibatkan ukuran dan proporsi tubuh manusia. Peralatan sebaiknya dapat disesuaikan atau memiliki variasi ukuran untuk mengakomodasi perbedaan tinggi, berat badan, dan dimensi tubuh siswa 2. Prinsip Postur: Peralatan sebaiknya didesain untuk mendukung postur tubuh yang alami dan sehat. Kursi dan meja seharusnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat duduk dengan punggung tegak, kaki menyentuh lantai, dan tangan dapat mencapai permukaan meja dengan nyaman. 3. Kenyamanan Visual: Desain ergonomis juga mencakup kenyamanan visual. Pencahayaan ruang kelas dan kontras warna dalam materi pembelajaran harus dirancang untuk mengurangi ketegangan mata dan memastikan bahwa siswa dapat melihat dengan jelas tanpa kesulitan 4. Fleksibilitas dan Penyesuaian: Peralatan seharusnya memiliki kemampuan penyesuaian untuk memenuhi


12 Bab 1. Ergonomi di Sekolah kebutuhan beragam siswa. Misalnya, kursi yang dapat diatur tingginya, meja yang dapat disesuaikan, atau peralatan lainnya yang dapat disesuaikan untuk mengakomodasi variasi fisik siswa. 5. Material dan Tekstur: Material yang digunakan dalam peralatan sekolah juga penting dalam desain ergonomis. Bahan yang nyaman, tahan lama, dan mudah dibersihkan dapat meningkatkan pengalaman siswa. Tekstur permukaan meja dan kursi juga perlu dipertimbangkan agar tidak menyebabkan ketidaknyamanan. 6. Ruangan Kaki dan Mobilitas: Kursi dan meja seharusnya memberikan ruang kaki yang cukup untuk meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi tekanan pada bagian bawah tubuh. Selain itu, peralatan yang mendukung mobilitas, seperti kursi dengan roda atau meja yang mudah dipindahkan, dapat meningkatkan fleksibilitas dan kenyamanan siswa 7. Prinsip Universal Design: Desain ergonomis sebaiknya memasukkan prinsip universal design untuk memastikan aksesibilitas bagi semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Peralatan yang dapat diakses oleh semua siswa tanpa memandang


13 kemampuan fisik atau kondisi tertentu menciptakan lingkungan inklusif. E. Peran ergonomic pada sekolah Ergonomi, sebagai ilmu yang memperhatikan hubungan antara manusia dan elemen-elemen sistemnya, memainkan peran yang krusial dalam meningkatkan kinerja siswa di lingkungan sekolah. Melalui pendekatan desain yang mempertimbangkan karakteristik fisik dan psikologis siswa, ergonomi dapat memberikan kontribusi positif terhadap pengalaman belajar dan prestasi akademis. Berikut adalah pembahasan mengenai peran ergonomi dalam meningkatkan kinerja siswa : 1. Desain Furniture yang Ergonomis: Salah satu aspek penting dari ergonomi di lingkungan sekolah adalah desain furniture yang ergonomis. Meja dan kursi yang dirancang dengan memperhatikan dimensi tubuh siswa, tinggi yang tepat, dan dukungan ergonomis dapat mengurangi ketidaknyamanan fisik, meningkatkan postur, dan mendorong konsentrasi. Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan furniture yang sesuai dengan kebutuhan fisiknya memiliki tingkat kenyamanan yang lebih tinggi dan mampu menjaga konsentrasi lebih baik selama proses belajar.


14 Bab 1. Ergonomi di Sekolah 2. Pengaturan Ruang Kelas yang Optimal: Ergonomi juga mencakup pengaturan ruang kelas secara keseluruhan. Penempatan papan tulis, pencahayaan yang baik, dan tata letak meja dan kursi yang memfasilitasi interaksi adalah faktor-faktor yang harus dipertimbangkan. Dengan menciptakan lingkungan yang ergonomis, siswa dapat merasa lebih nyaman, fokus, dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. 3. Pencahayaan dan Kualitas Visual: Aspek ergonomi juga memasukkan pencahayaan yang tepat dalam ruang kelas. Penelitian menunjukkan bahwa pencahayaan yang baik dapat meningkatkan kewaspadaan, mengurangi kelelahan mata, dan memperbaiki kualitas tidur siswa. Oleh karena itu, desain pencahayaan yang memperhatikan kebutuhan visual siswa dapat memberikan kontribusi positif terhadap kinerja akademis. 4. Teknologi yang Mendukung: Integrasi teknologi dalam proses pembelajaran memerlukan perhatian khusus terhadap aspek ergonomi. Pemilihan perangkat keras dan perangkat lunak yang sesuai dengan kapabilitas fisik dan mental siswa, serta pengaturan tempat duduk dan layar yang optimal, dapat meningkatkan produktivitas dan efektivitas penggunaan teknologi dalam pembelajaran.


15 5. Aksesibilitas dan Universal Design: Prinsip ergonomi juga mencakup konsep universal design yang menekankan pada aksesibilitas untuk semua individu, termasuk siswa dengan kebutuhan khusus. Penggunaan furniture dan fasilitas yang dapat diakses dengan mudah oleh semua siswa, tanpa memandang kondisi fisik atau kebutuhan spesifik, adalah langkah menuju inklusivitas yang lebih baik. 6. Pengelolaan Suara dan Kebisingan: Lingkungan yang bising dapat menjadi distraksi serius bagi siswa. Ergonomi juga mempertimbangkan manajemen suara dan kebisingan di ruang kelas. Desain akustik yang baik dapat meningkatkan kualitas komunikasi di kelas, mengurangi kelelahan, dan meningkatkan konsentrasi siswa. 7. Ergonomi dalam Penggunaan Teknologi Pendidikan: Dengan pesatnya penggunaan teknologi dalam pendidikan, ergonomi juga berperan dalam merancang perangkat keras dan perangkat lunak yang mendukung kenyamanan dan efisiensi siswa. Faktor-faktor seperti ukuran font, kontras warna, dan navigasi yang mudah merupakan bagian dari prinsip ergonomi dalam desain antarmuka pengguna. 8. Pengaruh Lingkungan Hijau: Penelitian telah


16 Bab 1. Ergonomi di Sekolah menunjukkan bahwa keberadaan elemen alam atau hijau di lingkungan belajar dapat memberikan efek positif terhadap kesejahteraan siswa. Ergonomi lingkungan yang mencakup keberadaan tanaman, pencahayaan alami, dan akses ke area terbuka dapat meningkatkan mood dan mengurangi tingkat stres siswa. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ergonomi ini, lingkungan belajar di sekolah dapat menjadi lebih mendukung, memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif, dan pada akhirnya meningkatkan kinerja siswa secara keseluruhan.


17 REFERENSI ASHRAE. (2017). ASHRAE Standard 169-2017: Climatic Data for Building Design Standards. Brager, G., & de Dear, R. (1998). Thermal adaptation in the built environment: A literature review. Energy and Buildings, 27(1), 83–96. Brown, A., & Jones, C. (2019). Ergonomic Design in School Furniture: A Comprehensive Review. International Journal of Applied Ergonomics, 41, 112-125. Chen, L., & Wang, G. (2020). "Effects of Classroom Environmental Factors on Students' Learning Performance: A Literature Review." Frontiers in Psychology, 11, 160. De Gennaro, G., Farella, G., Buonanno, G., de Gennaro, L., Marzocca, A., & Viegi, G. (2013). Indoor air quality in school environment: Combined effects of target air pollutants. Environmental international, 61, 1-9. Dul, J., Bruder, R., Buckle, P., Carayon, P., Falzon, P., Marras, W. S., & Wilson, J. R. (2012). A strategy for human factors/ergonomics: Developing the discipline and profession. Ergonomics, 55(4), 377–395.


18 Bab 1. Ergonomi di Sekolah Frontczak, M., & Wargocki, P. (2011). Literature survey on how different factors influence human comfort in indoor environments. Building and Environment, 46(4), 922-937. Gagge, A. P., Fobelets, A. P., & Berglund, L. G. (1986). A standard predictive index of human response to the thermal environment. ASHRAE Transactions, 92(2), 709–731. Grandjean, E. (1980). Ergonomics in Computerized Offices. Taylor & Francis. Green, T., & Harris, J. (2016). "Assessing the Impact of Classroom Design on Pupils' Learning: A Literature Review." Sage Open, 6(1). Hartig, T., Evans, G. W., Jamner, L. D., Davis, D. S., & Gärling, T. (2003). Tracking Restoration in Natural and Urban Field Settings. Journal of Environmental Psychology, 23(2), 109- 123. Hedge, A. (2008). Human Factors and Ergonomics in Consumer Product Design: Methods and Techniques. CRC Press. Hedge, A. (2016). Fundamentals of Ergonomics in Theory and Practice. CRC Press. International Ergonomics Association. (2000). Definition and Domains of Ergonomics. Johnson, M., & Davis, R. (2017). "Postural Discomfort and Behavioral Concentration in Students." Journal of School Health, 87(3), 109-117.


19 Knez, I. (2014). Effects of Colour of Light on Nonvisual Psychological Processes. Journal of Environmental Psychology, 38, 158-164. Lan, L., Wargocki, P., & Lian, Z. (2011). Quantitative measurement of productivity loss due to thermal discomfort. Energy and Buildings, 43(5), 1057-1062. Iida, K. (2017). Engineering Design Process. Springer. Lippman, P. C., & Rivers, J. M. (1998). The Role of Architecture in Human Memory: A Study of Two Museums. Environment and Behavior, 30(3), 427-451. Molenbroek, J. F. M., & Hale, A. R. (1997). Office Ergonomics: Practical Applications. CRC Press. Moore, G. T., & Lackney, J. A. (1994). School Design: A Two-Tiered Study Examining the Relationship Between School Building Conditions and Student Achievement. The American Institute of Architects Press. Panero, J., & Zelnik, M. (1979). Human Dimension & Interior Space: A Source Book of Design Reference Standards. Watson-Guptill. Pheasant, S. (1996). Bodyspace: Anthropometry, Ergonomics and the Design of Work. CRC Press. Seppänen, O., Fisk, W. J., & Lei, Q. H. (2006). Effect of temperature on task performance in office environment. Indoor Air, 16(6), 364–376.


20 Bab 1. Ergonomi di Sekolah Smith, J. (2018). The Impact of Ergonomics on Learning in Educational Environments. Journal of Educational Ergonomics, 12(2), 45-58. Tanner, K. D. (2013). Structure Matters: Twenty-One Teaching Strategies to Promote Student Engagement and Cultivate Classroom Equity. CBE—Life Sciences Education, 12(3), 322-331. Tsutsumi, H., Tanabe, S. I., Harigaya, J., Iguchi, Y., & Nakamura, G. (2007). Effect of humidity on human comfort and productivity after step changes from warm and humid environment. Building and Environment, 42(12), 4034- 4042. Wargocki, P., & Wyon, D. P. (2013). Providing better thermal and air quality conditions in school classrooms would be costeffective. Building and environment, 59, 581-589. Wargocki, P., & Wyon, D. P. (2017). Ten questions concerning thermal and indoor air quality effects on the performance of office work and schoolwork. Building and Environment, 112, 359-366.


21 BAB 2 ANTROPOMETRI A. Latar Belakang Antropometri terdiri dari bahasa Yunani, yakni anthropos (man) yang berarti manusia serta metreinn /to measure yang berarti ukuran, maka Antropometri dapat diartikan sebagai sain tentang pengukuran ukuran tubuh manusia. Sami (2019) antropometri adalah berupa data seperti angka menggambarkan tubuh dengan segi ukuran. Data Antropometri dapat dijadikan pertimbangan dalam rancang alat bantu pekerjaan sehingga mendapatkan system pekerjaan yang mantap, aman, dan nyaman, serta efisien. Antropometri ialah mengukur body manusia, layaknya berat dan tinggi badan, lingkar dari kepala, panjang dari lengan, panjang dari tungkai, maupun lemak dan yang


22 Bab 2. Antropometri lainnya sebagaimana yang dilaksanakan pada beberapa alat ukur dengan bermacam - macam fungsinya yang bertujuan untuk membantu kepentingan manusia contohnya rancangan pada pakaian, pada ergonomik, pada arsitektur, pada pendikikan jasmani dan sebagainya. Gambar 2. Pengukuran Panjang tulang hasta Pada sains antropometri ada bermacam cara pengukuran yang dilaksanakan agar dapat mengetahui ukuran tubuh manusia yang bertujuan tertentu seperti di sekolah menengah atas antropometri biasanya diukur agar kita tahu pertumbuhan fisik terhadap siswa. Antropometri diukur pada siswa ada beberapa tahap, yaitu tinggi dan panjang, lebar lingkar dan tebalnya lemak tubuh. Untuk dapat tahu data antropometri tubuh bisa dilihat dari pola


23 perkembangan fisik apakah perkembangan tubuh anak tersebut lebih cepat ataupun lambat, bisa dilihat juga bedanya perkembangan antara pria dan wanita. Semua keluarga pasti mendambakan anaknya tumbuh dengan optimal sehat secara fisikal, mentalitas atau kognitif, dan sosial), dan bisa dibanggakan, dan bermanfaat terhadap negara. Menjadi asset negara mereka juga perlu untuk dapatkan perhatian dari dini hingga anak-anak tumbuh jadi dewasa. Beberapa dari mereka yang lebih kurang berumur sama nampaknya melihatkan kemiripan dari tubuh, badan, dan kemampuan. Jika dilihat dari dekat bagaimana juga, ada banyak bedanya individualis. Mau kesamaan ataupun perbedaan individualis ini tergantung dari keberagaman proses tumbuh kembang anak. Di Kamus Besar Bahasa Indonesia, pertumbuhan terdiri dari kata tumbuh artinya bertambah besar atau sempurna. Syamsussabri (2013, hlm. 1), pertumbuhan ialah sebuah proses berubahnya dari ukuran dari volume, berat, dan banyak sel yang bersifat irreversible atau tidak dapat kembali ke asal. Kambali (2018, hlm.130) “pertumbuhan dapat diarti sebagai Growt yang terorientasi terhadap fisik, contohnya berat, pertumbuhan, bentuk tubuh, dan lainnya”. Perkembangan terhadap anak-anak ialah perkembangan yang berhubungan terhadap tinggi serta berat tubuh, dan


24 Bab 2. Antropometri lekuk tubuh serta juga pertumbuhan otak. Saat anak- anak ataupun balita perkembangan tinggi serta berat badan cenderung turun kecepatannya dibanding saat bayi. Tinggi serta berat sama-sama naik akan tetapi persentase dari penaikkannya berbeda. Sunarto dan Hartono A (2008). Setiap orang alami periode pertumbuhan, dimana perkembangan tersebut dibagi menjadi beberapa periode, tahapan ketika insan alami perkembangan cepat dan ada perkembangan lambat ataupun tetap/stabil. Setiap anak pasti masuk periode cepat pada saat dia bayi dan remaja, saat usia dini sampai belum masuk saat remaja anak itu sendiri akan alami pertumbuhan yang menurun, namun tidak berarti anak itu tak alami pertumbuhan, namun pertumbuhan saat itu dibilang tetap/stabil atau tidak seperti saat bayi dan remaja, sama halnya ketika saat dewasa yang sama halnya saat dini yang alami pertumbuhan menurun. masa belajar itu tidak hanya selalu tentang kurikulum saja, namun semua fasility yang dipakai akan jadi aspek yang sangat penting yang berperan demi keberhasilan pendidikan. Antara lain peralatan pembelajaran layaknya meja, kursi sebab murid menghabiskan 80 persen belajar dengan posisi duduk. Murid memakai meja serta tempat duduk disekolah kurang lebih enam jam selama seminggu.


25 Pemerintah mewajibkan anak Indonesia bersekolah selama 9 tahun hingga terbiasa belajar serta menghabiskan waktu disekolah selama enam jam per hari (Irham dan Mulyadi, 2015). Pada saat proses belajar mengajar di sekolah, murid memakai meja belajar sekolah yang tak ergonomis bisa mengakibatkan tidak enak bagi siswa, dan dapat membuat konsentrasi terganggu. Akibatnya bisa membuat rasa yang nyeri pada punggung dan pinggang belakang serta bisa membuat kesehatan tulang belakang rusak (Irham dan Mulyadi, 2015). Ini dikarenakan alat bantu sekolah yang dipakai ialah peralatan tradisional tak ergonomis seiring ukuran dari anthropometri body murid, hingga menyebabkan murid belajar pada kondisi duduk membungkuk. Untuk kondisi belajar semacam ini bisa menyebabkan murid lekas merasa lelah, dan bila dilaksanakan pada waktu yang lama bisa mengakibatkan gangguan kesehatan. B. Ergonomi Ergonomi sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu terdiri dari dua kata yakni “ergon” dan “nomos”. Ergon dapat diartikan sebagai kerja dan nomos yang berarti aturan atau hukum. Ergonomi sendiri ialah seni dan ilmu, serta penerapan teknologi yang berguna untuk menserasikan kegiatan yang dilakukan baik itu sedang melakukan kegiatan maupun sedang rehat dengan kesanggupan manusia baik segi


26 Bab 2. Antropometri fisik maupun mentalitas hingga hidup berkualitas secara kesuluruhan menjadi baik, (Masruri dan Patradhiani, 2019). Ergonomi ialah tekhnologi dari rancangan kerja yang berdasarkan dengan biologi, anatomi, fisiologi, dan psikologi dari manusia. Adapun fungsi dari ilmu ergonomi adalah : 1. Menaikkan tingkat kesejahteraan terhadap tubuh fisik maupun mentalitas dengan cara melakukan pencegahan terjadinya cedera dan sakit karena bekerja, membantu mengurangi kerja secara fisikal serta mentalitas, mengutamakan pemberitahuan serta kenikmatan bekerja. 2. Menaikkan kemakmuran dari sosial dengan peningkatan kontak sosial yang berkualitas, melakukan pengelolaan serta mengkoordinasi bekerja dengan baik dan tepat agar menjamin sosial yang bagus selang usia waktu produktif serta setelah usia waktu tidak produktif. 3. Meningkatkan kesetaraan nasional dari macam aspek antara lain teknis, antropologis, ekonomis, dan kultur dari berbagai konsep kerja yang dilaksanakan hingga tercapai kerja yang berkualitas dan hidup yang berkualitas tinggi. Penerapan Ergonomic : 1. Posisi beKerja, Posisi bekerja terdiri dari posisi ketika duduk dan posisi ketika berdiri, posisi ketika duduk ketika posisi kaki tidak terbeban dengan beratnya tubuh


27 dan posisi tetap stabil selama dalam bekerja. Posisi ketika berdiri posisi dari tulang belakang harus vertikal serta badan yang berat bertumpu dengan imbang dengan kedua kaki. 2. setiap pekerja bisa memperoleh alat untuk bekerja sesuai pada posisi ketika melakukan pekerjaan dan harus selaras terhadap ukuran anthropometri. begitu juga ukuran dari anthropometri barat serta timur harus dibedakan. 3. Posisi tempat bekerja, Display dapat dengan baik dilihat ketika dilakukannya pekerjaan. adapun symbol yang ada secara internasional banyak digunakan dibandingkan kata-kata. 4. Memikul beban, Banyak kiat dalam memikul beban yaitu, dengan bahu, tangan, kepala, punggung dan laim - lainnya. pikulan yang sangat berat sekali, bisa mengakibatkan tulang punggung bisa cedera, otot serta sendi akibat pergerakan yang berlebih. a. Memikul beban, Beban yang dipikul tak boleh lebih dari peraaturan yang telah ditentukan ILO sebagai berikut : 1) Pria dewasa 2) Perempuan dewasa 3) Pria (16-18 th)


28 Bab 2. Antropometri 4) Perempuan (16-18 th) b. Institusi kerja, dalam bekerja juga bisa di atur dengan bermacam kiat : 1) Kapanpun diperlukan Alat bantu mekanik 2) Diminimalisasi dari frekuensi pergerakan 3) Kurangi beban dengan jarak jauh 4) Ketika ada beban, penting diketahui bahwa teksturnya jangan licin serta jangan terlalu tinggi di angkat. 5) Prinsip dari ergonomi yang baik dapat diterapkan. c. Metode memikul beban, Setiap para pekerja juga penting diberi tahu ketika memikul beban. Gaya kinetik dalam panduan penanganan penting digunakan yang berdasarkan dua prinsip : 1) lebih banyak memakai otot lengan dari otot punggung 2) Dalam mengawali pergerakan horizontal yang dipakai ialah momentum berat badan. Metode ini terdapat lima faktor dasar : 1) Letak kaki yang baik 2) Punggung baik dan kuat 3) Posisi tangan berdekatan dengan tubuh 4) Memikul dengan baik


29 5) Gunakan berat badan d. Kontrol medis, Setiap bekerja dengan kontinu diharuskan dapat kontrol medis yang rutin. 1) Pengecekan sebelum kerja dapat menserasikan dengan beban kerja 2) Pemeriksaan rutin dapat menegaskan para pekerja selaras dalam pekerjaannya dan bisa dideteksi bila terdapat kelainan 3) Instruksi juga diberi mengenai hygienis dan kesehatan, khususnya terhadap perempuan muda dan yang sudah tua. Fungsi ergonomic Fungsi ergonomic di lokasi bekerja baik terhadap pergerakan berulang-ulang, posisi bekerja yang tak nyaman, memikul beban berat lama kelamaan dapat mendapatkan nyeri pada otot (myalgia), nyeri pada punggung (low back pain) dan adanya cacat terhadap sistem otot dengan rangka. Pola bekerja yang tidak baik terkait pada bagian ergonomi, bisa mengakibat ketidakefisiennya terhadap produksi dan berpotensi mengakibatkan kesehatan terganggu dan ketidaknyamannya pada para pekerja dan bisa mengakibatkan perusahaan rugi terkait ekinomi. Kesehatan yang tyerganngu karena paparan ergonomic di lokasi bekerja bisa seperti :


30 Bab 2. Antropometri 1. Datangnya lelah kerja 2. Datangnya penyakit karena kerja 3. Aadanya kecelakaan ketika kerja Implementasi ergonomic pada pekerjaan bisa dilaksanakan ketika melaksanakan identifikasi proses bekerja dan lokasi bekerja. Manfaat ergonomic bisa memperoleh manfaat terhadap keselamatan pekerja dan kesehatan dan bisa memberi manfaat lain antara lain : 1. Meminimalisasi usaha ketika bekerja 2. Meminimalisasi adanya kerusakan terhadap peralatan kerja 3. Produktivitas dalam bekerja meningkat pada lokasi kerja yang sudah didesai secara efisien, pastinya para pekerja pastinya bisa membuat produksi lebih meningkat dengan kerja yang maksimal dan resiko pada kesehatan dan keselamatan pekerja dapat ditekan. Dampak ergonomi bisa didapat melalui : 1. Para pekerja lokal yang sudah beradaptasi terhadap lingkungan kerja 2. Analisis alur kerja peseorangan 3. Perbandingan kinerja dan kompetensi pekerja


31 4. Melakukan penyeimbangan kerja yang menuntut fisikal dan mentalitas para pekerja terhadap cara mendesain lokasi kerja yang efisien dan bagus 5. Menaikkan sistem pengaturan seluruh organisasi Ergonomi sendiri dibagi 4 kelompok utama, yaitu: 1. Bio mekanik Menitik beratkan terhadap kegiatan ketika bekerja dan pola menilai pada setiap kegiatan tersebut. 2. Display Menitik beratkan terhadap bagian pada lingkungan yang menghubungkan pada manusia. 3. Lingkungan Menitik beratkan pada fasilitas dan ruang yang biasa dipakai oleh manusia dan kondisi lingkungan lokasi kerja sebab dua hal ini berpengaruh terhadap tingkah laku manusia. 4. Antropometri Menitik beratkan terhadap nilai ukuran yang sesuai pada ukuran manusia. ini karena gabungan serta terpakainya data dari antropometri dalam statistik sains yang jadi syarat pertama.


32 Bab 2. Antropometri C. Antropometri Antropometri ialah cabang dari sains ergonomic yang terkait terhadap ukuran tubuh yang bisa dipakai dalam rancang fasilitas yang ergonoms. Pengujian ergonomi dapat dilaksanakan terhadap 6 bentuk dan nilai ukur meja ajar yang dipakai disekolah itu sendiri. nilai ergonomi terhadap meja yang diukur, antara lain: 1. Tinggi dari meja belajar 2. Tinggi dari kursi 3. Tinggi dari laci 4. Panjang dari meja belajar 5. Lebar dari meja belajar. Berdasarkan dari cara ukurnya, antropometri terdiri dari dua jenis, yaitu : 1. Antropometri Statis Antropometri statis ialah penilaian data yaitu mencakup penilaian dari bagian tubuh layaknya ukuran kepala, kerangka tubuh, dan anggota tubuh lain terhadap bagian standar (tegak sempurna). dimensi antropometri statis juga dipakai dalam merancang barang yang dipakai seperti meja, kursi, dan pakaian.


33 Gambar 3. Pengukuran Panjang lengan tangan 2. Antropometri Dinamis Antropometri dinamis ialah penilaian yang dilaksanakan terhadap posisi tubuh ketika sedang bekerja atau sedang melaksanakan kegiatan. Bagian yang diukur terhadap antropometri dinamis diukur dengan cara lurus dan ketika pemakai melaksanakan kegiatannya contohnya ketinggian seseorang ketika sedang berjalan. aturan yang bisa dilihat terhadap terapan data antropometri terhadap proses rancangan, sebagai berikut :


34 Bab 2. Antropometri a. Menentukan pekembangan dari pemsakai rancang produk atau stasiun kerja. Orang yang beragam dengan jenis umur akan berbeda pula karakteristik fisiknya. Begitupun dengan kelompok dengan jenis kelamin, suku, kelompok etnis. b. Menentukan ukuran tubuh yang dikira penting terhadap rancangan (contohnya : tinggi duduk, luas pinggul, tinggi jari pada kaki dan lai sebagainya). contohnya pada rancangan pintu utama harus dipertimbangin tinggi dan lebar bahu badan maksimal dari pemakai, sedangkan perancangan tempat duduk penting mengakomodasikan luas pinggul pemakai. c. Pilih persentasi populasi agar diakomodasikan terhadap rancang. Sebuah yang tak mungkin ialah suatu rancangan bisa mengakomodasi 100% populasi pemakai. d. Bagi masing-masing dari ukuran tubuh tentukan hasil persentil yang relevan dengan cara melihat tabel antropometri. Jika data persentasi pada tabel tak ada maka pakai nilai rata-rata (mean) dan simpang baku (standart deviation) ukuran pada data antropometri. e. Berikanlah kelapangan daripada hasil yang telah ada, jika perlu. Pakaian adalah sebuah yang penting ditimbangkan dalam membuat kelapangan. Kelapangan sendiri pun perlu dilakukan untuk perlengkapan contohnya sepatu, sarung tangan, serta masker dan lainnya.


35 f. Pakai Mock-ups atau simulasi untuk melakukan uji perancangan. pendesign juga perlu mengoreksi suatu design apabila sudah seiring atau tidak dengan kebutuhan. maka kita dapat memakai mock-ups ataupun simulasi dalam uji rancangan dengan cara mengambil contoh pemakai agar melakukan simulasi. Adapun pendekatan yang terdapat pada pemakaian dari data Antropometri adalah : 1. Pilih standar deviasi yang sama 2. Cari rata serta salurkan dari dimensi yang ada 3. Pilih nilai persentasi yang sama 4. Pilih jenis kelamin yang sama Gambar 4. Dimensi Antropometri Untuk Rancangan Kursi


36 Bab 2. Antropometri Tabel-1. Data antropometri posisi pada duduk Dikarenakan dari design tempat duduk yang tak ergonomis sendiri bisa menyebabkan dampak yang tidak bagus bagi pemakainya, sebab tersebut adalah : 1. Ketinggian kursi pada landasan dari kursi posisinya sangat tinggi, maka bisa mengakibatkan paha bawah bisa


37 tertekan dan perjalanan darah seseorang bisa terhambat. Gambar 5. Akibat Letak Landasan Kursi Terlalu Tinggi Bila posisi dari kursi yang posisinya agak rendah bisa mengakibatkan kaki tersorong ke muka, jika tubuh jauh dari keadaan stabil. Untuk penambahan, gerakan tubuh ke muka dapat membuat punggung jauh dari sandaran sehingga penopang lumbar tak terjaga dengan baik dan akurat. Gambar 6. Akibat Landasan Kursi Terlalu Rendah


38 Bab 2. Antropometri Jika kedalaman posisi landas dari kursi lebih panjang, ujung dari kursi dapat menekankan darah tepat pada lutut belakang dan dapat menyebabkan tidaknyamannya serta terganggu pada pengaliran darah. Gambar 7. Akibat Landasan Kursi Terlalu Lebar Bila posisi landasan dari Kursi lebih sempit dapat membuat topangan yang letaknya di bagian paha hilang. Maka ini bisa menyebabkan rasa ingin terjatuh ataupun ingin terjungkkil balik dari kursi. Gambar 8. Akibat Landasan Kursi Yang Sempit


39 Adapun 3 prinsip utama yang dipakai ketika menggunakan data antropometri supaya dapat membuat rancang produk, fasilitas, ataupun stasiun kerja yang selaras dengan ukuran dari tubuh populasi pengguna adalah sebagai berikut: 1. Prinsip rancangan produk terhadap individual pada ukuran ekstrim (Design for extreme individuals) dari prinsip diatas ini, rancang product dibikin agar bisa mengelompokkan antara yang memiliki ukuran dari yang kecil hingga yang besar (dipilih salah satu) harapannya jika perancangan yang dicipta agar selalu bisa dipakai oleh banyaknya populasi yang ada. 2. Prinsip rancangan product yang dapat dikendalikan antara rentang ukuran tertentu (Design for adjustable range). dari prinsip diatas ini, rancangan product yang ukurannya dapat diubah hingga cukup fleksibel dikendalikan oleh banyak orang yang memiliki mempunyai berbakai ukuran tubuh, baik itu mereka yang punya ukuran tubuh kecil hingga yang besar. Adapun data antropometric yang sering dipakai ialah antara nilai persentasi ke 5 s/d 95 persen. Misalnya ialah rancangan kursi mobil seperti kita ketahui hal ini posisinya dapat dipukul maju mundur atau sudut sandaran dapat dirubah sesuai yang kita inginkan.


40 Bab 2. Antropometri 3. Prinsip rancangan product dengan nilai ukur rata- rata (Design for average) Dari prinsip diatas ini, rancangan (design) product berdasarkan dengan rerata ukuran dari tubuh populasi. Perancangan (desain) product yang dibikin berdasarkan prinsip ini sangat lumrah didapati pada rancangan product ataupun fasilitas yang dipakai untuk banyak orang antara lain misalnya tempat duduk kereta api, bus, dan fasilitas umum lain yang digunakan oleh orang banyak. Walaupun demikian, permasalahan yang didapati merupakan sedikitnya antara lain yang beda dari segi nilai ukur rata-rata sehingga perancangan product yang dilakukan tidak selaras dari kebanyakan populasi yang ada.


Click to View FlipBook Version