39 sistem informasi yang terintegrasi membantu organisasi dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan data pelanggan untuk mempersonalisasi layanan. Ini memungkinkan perusahaan untuk lebih memahami kebutuhan dan preferensi pelanggan, sehingga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Di era digital, di mana pengalaman pelanggan menjadi faktor kunci dalam membangun loyalitas (Abdul Rozak et al., 2022), SIM berperan penting dalam menyediakan layanan yang cepat, efisien, dan personal. Dengan meningkatnya ketergantungan pada sistem informasi, keamanan data dan privasi menjadi aspek kritis dalam SIM. Menurut (Hevner & Chatterjee, 2010), tantangan keamanan di era digital meliputi perlindungan terhadap serangan siber, pencurian data, dan pelanggaran privasi. Organisasi harus menerapkan kebijakan keamanan informasi yang kuat dan memastikan SIM mereka dilengkapi dengan kontrol keamanan terbaru. Pengelolaan risiko dan kepatuhan terhadap peraturan privasi data menjadi penting untuk menjaga kepercayaan pelanggan dan mematuhi hukum. SIM merupakan tulang punggung organisasi di era digital. Menurut (McAfee & Brynjolfsson, 2017), SIM tidak hanya mendukung efisiensi operasional tetapi juga menggerakkan inovasi dan pertumbuhan. Kemampuan organisasi untuk beradaptasi dengan teknologi informasi melalui SIM akan menentukan keberhasilannya dalam lingkungan bisnis yang dinamis dan kompetitif saat ini. Investasi dalam pengembangan dan peningkatan SIM adalah investasi untuk masa depan organisasi dalam mencapai keberlanjutan dan pertumbuhan jangka panjang..
40 B. Perencanaan SIM Perencanaan Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan proses kritis yang menentukan efektivitas dan kesuksesan penerapan SIM dalam sebuah organisasi. Menurut (Laudon & Laudon, 2016), perencanaan SIM harus memperhitungkan baik kebutuhan bisnis saat ini maupun proyeksi ke depan. Proses ini melibatkan pemahaman menyeluruh tentang strategi bisnis, proses operasional, dan tujuan organisasi. Perencanaan yang efektif mengidentifikasi teknologi yang diperlukan, sumber daya yang akan digunakan, dan kerangka waktu untuk implementasi. Perencanaan SIM yang baik memastikan bahwa sistem informasi yang dikembangkan tidak hanya teknis memadai tetapi juga mendukung pencapaian tujuan strategis organisasi. Langkah awal dalam perencanaan SIM adalah melakukan analisis kebutuhan yang mendalam dan menetapkan tujuan organisasi yang spesifik. Menurut (O'brien & Marakas, 2008), analisis ini melibatkan mengumpulkan informasi tentang operasi bisnis saat ini dan kebutuhan informasi. Tujuan organisasi harus jelas dan terukur, memberikan arah bagi pengembangan SIM. Analisis ini membantu dalam menentukan fitur dan fungsionalitas yang diperlukan dalam SIM, serta cara sistem dapat membantu mencapai tujuan organisasi. Proses ini penting untuk memastikan bahwa investasi dalam SIM berorientasi pada hasil yang diharapkan. Setelah menetapkan kebutuhan dan tujuan, langkah selanjutnya adalah menentukan teknologi dan infrastruktur yang diperlukan. Menurut (Turban, et al., 2018), pemilihan teknologi harus didasarkan pada kriteria seperti keandalan,
41 skalabilitas, kompatibilitas dengan sistem yang ada, dan biaya. Pertimbangan ini harus mencakup baik perangkat keras maupun perangkat lunak. Infrastruktur teknologi yang dipilih harus mendukung kebutuhan saat ini dan dapat disesuaikan untuk kebutuhan masa depan. Penentuan ini adalah komponen kunci dalam perencanaan SIM, menentukan kemampuan dan batasan sistem. Alokasi sumber daya dan pengelolaan proyek adalah aspek penting dalam perencanaan SIM. Menurut (Hevner & Chatterjee, 2010), manajemen sumber daya melibatkan penentuan anggaran, waktu, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk pengembangan SIM. Pengelolaan proyek termasuk penjadwalan, pemantauan kemajuan, dan memastikan bahwa proyek berada di jalur yang benar. Alokasi sumber daya yang efektif dan pengelolaan proyek yang baik memastikan bahwa pengembangan SIM dilakukan secara efisien dan efektif, menghindari pemborosan waktu dan biaya. Evaluasi dan adaptasi berkelanjutan adalah bagian penting dari perencanaan SIM. Menurut (McAfee & Brynjolfsson, 2017), lingkungan bisnis yang berubah cepat dan perkembangan teknologi membutuhkan pendekatan adaptif dalam perencanaan SIM. Evaluasi berkelanjutan dari rencana SIM dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi baru sangat penting. Proses ini memastikan bahwa SIM tetap relevan, efektif, dan mampu mendukung organisasi dalam menghadapi perubahan internal dan eksternal. Adaptasi dan fleksibilitas dalam perencanaan memungkinkan organisasi untuk memanfaatkan peluang dan menghadapi tantangan dengan lebih efektif.
42 C. Pengembangan Strategi SIM Pengembangan strategi untuk Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah proses penting yang memastikan SIM mendukung tujuan strategis organisasi. Proses ini melibatkan perencanaan menyeluruh yang mencakup evaluasi kebutuhan bisnis, sumber daya yang tersedia, dan lingkungan teknologi yang berubah. Menurut (Laudon & Laudon, 2016), strategi SIM harus selaras dengan strategi organisasi secara keseluruhan untuk mencapai sinergi. Pengembangan strategi ini tidak hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang bagaimana teknologi tersebut dapat digunakan untuk mendukung proses bisnis, inovasi, dan pengambilan keputusan. Strategi ini harus cukup fleksibel untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis dan teknologi. Langkah awal dalam pengembangan strategi SIM adalah identifikasi tujuan dan kebutuhan bisnis yang jelas. Menurut (O'Brien & Marakas, 2011), ini melibatkan pemahaman mendalam tentang operasi organisasi, tujuan jangka panjang, dan tantangan yang dihadapi. Strategi harus berfokus pada peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keunggulan kompetitif melalui pemanfaatan teknologi informasi. Tujuan yang ditetapkan harus spesifik, terukur, relevan, dan terikat waktu. Identifikasi ini membantu dalam merumuskan strategi SIM yang tidak hanya teknis canggih tetapi juga relevan dengan tujuan organisasi. Perencanaan dan alokasi sumber daya merupakan bagian penting dari pengembangan strategi SIM. Hal ini mencakup penentuan anggaran, sumber daya manusia, dan infrastruktur teknologi yang diperlukan. Menurut (Turban, et
43 al., 2018), alokasi sumber daya yang efisien memastikan bahwa SIM dikembangkan dan dikelola dengan cara yang berkelanjutan dan efektif biaya. Perencanaan ini harus memperhitungkan biaya operasional dan pemeliharaan sistem, serta investasi untuk pembaruan dan inovasi di masa depan. Pengalokasian sumber daya yang tepat memungkinkan implementasi strategi SIM yang sukses dan berkelanjutan. Integrasi SIM dengan proses bisnis dan teknologi lain adalah komponen kunci dari strategi SIM. Menurut (Hevner & Chatterjee, 2010), integrasi ini memastikan bahwa sistem informasi mendukung dan meningkatkan proses bisnis yang ada, bukan menghambatnya. Strategi harus mencakup bagaimana SIM akan berinteraksi dengan sistem lain, termasuk infrastruktur TI, aplikasi bisnis, dan database. Integrasi yang efektif memperkuat alur kerja, memfasilitasi pertukaran informasi, dan meningkatkan kolaborasi antar departemen. Hal ini memungkinkan organisasi untuk memanfaatkan sepenuhnya investasi mereka dalam teknologi informasi. Evaluasi dan penyesuaian berkala adalah bagian penting dari strategi SIM. Strategi harus fleksibel dan mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis dan teknologi. Menurut (McAfee & Brynjolfsson, 2017), evaluasi berkala membantu dalam mengidentifikasi keberhasilan dan kekurangan dalam strategi yang ada. Proses ini memungkinkan penyesuaian strategi untuk memastikan bahwa SIM tetap relevan dan efektif dalam mendukung tujuan organisasi. Evaluasi yang berkelanjutan juga memastikan bahwa SIM tetap selaras dengan inovasi teknologi terbaru dan praktik terbaik industri..
44 D. Desain dan Implementasi SIM Desain Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah tahap kritis dalam proses pengembangan yang memastikan sistem memenuhi kebutuhan spesifik organisasi. Menurut (Laudon & Laudon, 2016), desain yang baik mencakup pemahaman mendalam tentang proses bisnis dan kebutuhan pengguna. Desain ini harus mencerminkan kebutuhan fungsional dan teknis yang diidentifikasi selama analisis kebutuhan. Desain yang efektif juga mempertimbangkan aspek seperti antarmuka pengguna, keamanan data, dan integrasi dengan sistem lain. Penting bagi desain untuk memastikan sistem mudah digunakan, efisien, dan mampu beradaptasi dengan perubahan kebutuhan atau teknologi di masa depan (Orlov, Kukartsev, Suprun, Gek, & Ageev, 2023). Fase desain dalam pengembangan SIM melibatkan pembuatan model dan prototipe sistem. Menurut (O'brien & Marakas, 2008), model desain membantu dalam visualisasi sistem dan fungsionalitasnya. Prototipe, yang merupakan versi awal dari sistem, digunakan untuk mengumpulkan umpan balik dari pengguna akhir. Proses ini memastikan bahwa sistem yang dikembangkan sesuai dengan ekspektasi pengguna dan kebutuhan bisnis. Desain juga harus mempertimbangkan infrastruktur TI yang ada dan bagaimana sistem baru akan diintegrasikan dengannya. Fase desain ini penting untuk mengurangi risiko dan kesalahan selama implementasi sistem (Berrada, Boutahar, & Houssaïni, 2023). Implementasi SIM adalah proses menerjemahkan desain menjadi sistem yang berfungsi. Menurut (Turban, et al., 2018), implementasi melibatkan pengkodean, pengujian, dan
45 penerapan sistem. Proses ini harus diikuti dengan pelatihan untuk pengguna akhir dan staf pendukung. Implementasi yang sukses memerlukan perencanaan yang hati-hati, pengelolaan proyek yang efektif, dan komunikasi yang baik antara tim pengembangan dan pemangku kepentingan. Selama tahap ini, penting untuk memantau kemajuan proyek, mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang muncul, dan memastikan bahwa proyek tetap sesuai dengan jadwal dan anggaran. Desain dan implementasi SIM sering menghadapi sejumlah tantangan. Menurut (Hevner & Chatterjee, 2010), tantangan ini termasuk mengelola perubahan kebutuhan selama proses pengembangan, memastikan keamanan data, dan integrasi dengan sistem lain. Tantangan lain adalah mengelola ekspektasi pengguna dan memastikan bahwa sistem akhir memenuhi kebutuhan mereka. Penting untuk memiliki strategi yang efektif untuk pengelolaan perubahan, termasuk komunikasi yang jelas dan dukungan untuk pengguna akhir. Mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan perencanaan yang cermat, keterlibatan stakeholder, dan fleksibilitas untuk menyesuaikan rencana sesuai dengan kebutuhan. Setelah implementasi, evaluasi pasca implementasi sangat penting untuk menentukan keberhasilan SIM. Menurut (McAfee & Brynjolfsson, 2017), evaluasi ini harus mempertimbangkan apakah sistem memenuhi tujuan yang ditetapkan selama fase perencanaan. Evaluasi melibatkan pengumpulan umpan balik dari pengguna akhir, analisis kinerja sistem, dan penilaian dampak sistem terhadap proses bisnis. Evaluasi ini membantu dalam mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan dan memberikan arah untuk
46 peningkatan masa depan. Evaluasi pasca implementasi juga penting untuk memastikan bahwa investasi dalam SIM memberikan nilai yang diharapkan bagi organisasi. E. Pengujian dan Evaluasi SIM Pengujian dan evaluasi merupakan tahapan penting dalam pengembangan Sistem Informasi Manajemen (SIM). Proses ini bertujuan untuk memastikan bahwa sistem berfungsi sesuai dengan spesifikasi dan memenuhi kebutuhan pengguna. Menurut (Laudon & Laudon, 2010), pengujian dilakukan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki bug, sementara evaluasi menilai seberapa baik sistem mendukung proses bisnis. Pengujian dan evaluasi yang efektif meminimalkan risiko kegagalan sistem dan memastikan keandalan serta kegunaannya dalam lingkungan operasional. Tahapan ini juga memberikan kesempatan untuk melakukan perbaikan sebelum sistem sepenuhnya diimplementasikan. Pengujian dalam pengembangan SIM harus dilakukan dengan metodologi yang sistematis. Menurut (O'Brien & Marakas, 2011), ini termasuk pengujian unit, pengujian integrasi, pengujian sistem, dan pengujian penerimaan pengguna. Pengujian unit memastikan bahwa masing-masing komponen sistem berfungsi dengan benar. Pengujian integrasi memeriksa interaksi antar komponen. Pengujian sistem menilai keseluruhan sistem dalam konteks operasional, dan pengujian penerimaan pengguna memverifikasi bahwa sistem memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pengguna. Metodologi ini membantu dalam mengidentifikasi
47 dan mengatasi masalah sebelum sistem digunakan secara luas. Evaluasi merupakan langkah kritis setelah implementasi SIM. Menurut (Turban, et al., 2018), evaluasi berfokus pada penilaian efektivitas sistem dalam mendukung proses bisnis dan pengambilan keputusan. Ini termasuk menilai apakah sistem memberikan informasi yang akurat, tepat waktu, dan relevan. Evaluasi juga melibatkan penilaian dampak sistem terhadap kinerja organisasi, termasuk peningkatan efisiensi, pengurangan biaya, dan peningkatan kualitas layanan. Proses ini memungkinkan organisasi untuk mengukur ROI (Return on Investment) dari SIM dan menentukan apakah investasi dalam teknologi memberikan nilai yang diharapkan. Pengumpulan feedback dari pengguna merupakan komponen penting dalam evaluasi SIM. Menurut (Hevner & Chatterjee, 2010), feedback dari pengguna akhir memberikan wawasan berharga tentang kegunaan dan keefektifan sistem dalam konteks nyata. Strategi ini melibatkan survei, wawancara, dan sesi fokus grup dengan pengguna. Evaluasi juga harus mempertimbangkan pelatihan dan dukungan yang disediakan kepada pengguna. Feedback ini penting untuk mengidentifikasi area perbaikan dan untuk membuat penyesuaian yang diperlukan dalam sistem agar lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna. Setelah evaluasi awal, peninjauan berkelanjutan dan proses peningkatan sistem adalah kunci untuk memastikan SIM tetap relevan dan efektif. Menurut (McAfee & Brynjolfsson, 2017), perubahan dalam lingkungan bisnis atau teknologi dapat mempengaruhi kinerja dan relevansi sistem. Oleh karena itu, penting untuk secara teratur meninjau dan
48 memperbarui SIM untuk memastikan bahwa sistem terus mendukung tujuan bisnis. Proses ini termasuk pembaruan perangkat lunak, peningkatan infrastruktur, dan pelatihan pengguna yang berkelanjutan. Peninjauan ini memastikan bahwa SIM tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini tetapi juga siap menghadapi tantangan masa depan. F. Pengelolaan Risiko dan Keamanan dalam SIM Pengelolaan risiko dan keamanan merupakan aspek penting dalam pengembangan dan pengoperasian Sistem Informasi Manajemen (SIM). Proses ini bertujuan untuk melindungi sistem dan data dari ancaman serta meminimalkan dampak risiko. Menurut (Laudon & Laudon, 2016), pengelolaan risiko melibatkan identifikasi, analisis, dan mitigasi potensi risiko yang bisa memengaruhi sistem. Keamanan informasi menangani perlindungan data dari akses yang tidak sah, kerusakan, atau kehilangan. Kedua aspek ini penting untuk memastikan integritas, ketersediaan, dan kerahasiaan informasi dalam organisasi. Identifikasi dan analisis risiko adalah langkah awal dalam proses pengelolaan risiko. Menurut (O'Brien & Marakas, 2011), proses ini melibatkan penilaian sistem untuk mengidentifikasi kerentanan dan ancaman potensial. Hal ini mencakup analisis risiko teknologi, seperti kerentanan perangkat lunak dan hardware, serta risiko operasional, termasuk kesalahan manusia dan bencana alam. Analisis risiko membantu dalam menentukan probabilitas dan dampak potensial dari berbagai ancaman, memungkinkan organisasi untuk memprioritaskan dan merencanakan mitigasi risiko secara efektif.
49 Setelah identifikasi dan analisis, langkah selanjutnya adalah mengembangkan strategi mitigasi risiko dan rencana kontinjensi. Menurut (Turban, et al., 2018), strategi mitigasi risiko dapat mencakup penerapan kontrol keamanan, pelatihan staf, dan pengembangan protokol keamanan. Rencana kontinjensi bertujuan untuk memastikan kelangsungan operasi bisnis dalam kasus terjadinya insiden keamanan atau kegagalan sistem. Ini termasuk prosedur pemulihan bencana dan backup data. Rencana ini harus secara berkala diuji dan diperbarui untuk memastikan efektivitasnya. Keamanan data dan privasi adalah elemen kunci dalam pengelolaan risiko dan keamanan SIM. Menurut (Hevner & Chatterjee, 2010), perlindungan data melibatkan penggunaan teknologi enkripsi, firewall, dan sistem deteksi intrusi. Penting juga untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan standar keamanan informasi, seperti ISO 27001 dan peraturan perlindungan data seperti GDPR. Privasi data menyangkut perlindungan informasi pribadi pengguna dan karyawan, yang memerlukan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan data. G. Tren Terkini dalam SIM Dalam dunia yang terus berubah, tren terkini dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM) menjadi krusial untuk dipahami dan diadopsi oleh organisasi. Menurut (Laudon & Laudon, 2016), perkembangan teknologi terbaru memiliki dampak signifikan terhadap cara organisasi mengelola dan memanfaatkan sistem informasinya. Tren ini tidak hanya mencakup kemajuan teknologi tetapi juga perubahan dalam
50 praktek manajemen, strategi bisnis, dan kebutuhan pengguna. Mengikuti tren terkini memungkinkan organisasi untuk tetap kompetitif, meningkatkan efisiensi, dan mengoptimalkan pengambilan keputusan. Penting bagi peneliti dan praktisi SIM untuk terus mengikuti perkembangan ini agar dapat memanfaatkan potensi penuh dari teknologi informasi. Salah satu tren terkini dalam SIM adalah pemanfaatan big data dan analitik. Menurut (O'Brien & Marakas, 2011), big data mengacu pada volume data yang sangat besar, yang tidak dapat diproses dengan cara tradisional. Analitik big data memungkinkan organisasi untuk memperoleh wawasan mendalam dari data tersebut. Penerapan ini melibatkan penggunaan algoritma canggih, machine learning, dan kecerdasan buatan untuk menganalisis data dan menghasilkan informasi berharga. Organisasi yang mampu memanfaatkan big data dan analitik dapat membuat keputusan yang lebih informasi, memprediksi tren pasar, dan mempersonalisasi layanan untuk pelanggan. Cloud computing telah menjadi tren penting dalam pengembangan dan pengoperasian SIM. Menurut (Turban, et al., 2018), cloud computing menawarkan fleksibilitas, skalabilitas, dan efisiensi biaya yang tidak dapat dicapai dengan infrastruktur TI tradisional. Dengan cloud computing, organisasi dapat mengakses sumber daya TI melalui internet, yang memungkinkan mereka untuk dengan cepat menyesuaikan sumber daya berdasarkan kebutuhan. Ini juga memudahkan kolaborasi dan berbagi informasi di antara pengguna yang berada di lokasi yang berbeda. Adopsi cloud computing telah memungkinkan banyak organisasi
51 untuk meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, dan inovasi dalam pengelolaan informasi. Penggunaan Artificial Intelligence (AI) dan machine learning adalah tren yang berkembang dalam SIM. Menurut (Hevner & Chatterjee, 2010), AI dan machine learning memungkinkan organisasi untuk mengotomatisasi tugas yang kompleks dan meningkatkan pengambilan keputusan. Teknologi ini membantu dalam mengidentifikasi pola dan wawasan dalam data yang besar dan kompleks, yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia. Penggunaan AI dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi kesalahan, dan memungkinkan pengalaman pelanggan yang lebih personalisasi. AI dan machine learning telah membuka jalan bagi inovasi baru dalam pengelolaan informasi dan operasional bisnis.
52 DESAIN DAN IMPLEMENTASI BASIS DATA UNTUK SISTEM INFORMASI MANAJEMEN A. Desain Basis Data Desain Basis Data adalah kumpulan proses yang memfasilitasi perancangan, pengembangan, implementasi, dan pemeliharaan sistem manajemen data perusahaan. Basis data yang dirancang dengan benar mudah dipelihara, meningkatkan konsistensi data, dan hemat biaya dalam hal ruang penyimpanan disk. Desainer database memutuskan bagaimana elemen data berkorelasi dan data apa yang harus disimpan.
53 Tujuan utama perancangan basis data adalah untuk menghasilkan model desain logis dan fisik dari sistem basis data yang diusulkan. Model logis berkonsentrasi pada persyaratan data dan data yang akan disimpan terlepas dari pertimbangan fisik. Itu tidak peduli dengan bagaimana data akan disimpan atau di mana akan disimpan secara fisik. Model desain data fisik melibatkan penerjemahan desain logis dari database ke media fisik menggunakan sumber daya perangkat keras dan sistem perangkat lunak seperti sistem manajemen basis data (DBMS). Desain basis data merupakan hal yang penting karena bisa membantu menghasilkan sistem database: 1. Untuk memenuhi persyaratan para pengguna. 2. Memiliki sistem database dengan performa tinggi. Desain basis data sangat penting untuk membuat sistem database performa tinggi. B. Jenis - Jenis Dan Model Basis Data Menurut Zaenal Mustofa (2022), jenis-jenis basis data beserta fungsinya bisa dibedakan sebagai berikut: 1. Operational database Operational database memiliki fungsi sebagai suatu tempat untuk mengelola data dinamis secara langsung dan realtime. Hal ini menyebabkan para penggunanya bisa melihat, memanggil, dan merubah data, dengan cara menambah atau mengubah, ataupun menghapus data secara langsung. Contoh : JSON (JavaScript Object Notation), XML (Extensible Markup Language) 2. Database warehouse
54 Database warehouse yaitu repository sentral data yang terpadu yang berasal dari satu atau lebih dari satu sumber yang berbeda. Database tersebut juga mempunyai tempat untuk menyimpan data terbaru. Serta history satu tempat yang telah dipakai untuk membuat sebuah laporan analisis. Contoh : Microsoft SQL Server. 3. Distributed database Distributed database merupakan suatu basis data dengan perangkat penyimpanannya yang terpasang pada sebuah perangkat komputer yang berbeda. Komunikasi sistem ini terdistribusi melalui suatu situs yang tergabung dan tidak mempunyai sebuah komponen fisik. Contoh : Microsoft Access (Office). 4. Relational database Relational database atau basis data relasional merupakan basis data yang mengorganisir berdasarkan pada model data relasi. Banyak sekali software yang mengatur dan memelihara basis data melalui hubungan setiap data. Seperti: My SQL, PostgreSQL, MariaDB, MongoDB, Oracle Database, SAP HANA, IBM Db2, MemSQL, Interbase, Firebird. Menurut Setiyowati dan Sri Siswanti (2008), model basis data adalah suatu data yang terintegrasi dalam menggambarkan hubungan (relationships) antar data dan batasan-batasan (constraint) data dalam suatu sistem basis data. Model data yang paling umum, berdasarkan pada bagaimana hubungan antar record dalam database (Record Based Data Models), terdapat tiga jenis, yaitu:
55 a. Model basis data hirarki (hierarchical database model) b. Model basis data jaringan (network database model) c. Model basis data relasi (relational database model) Model basis data yang paling banyak digunakan saat ini adalah model basis data relasi, karena mampu menyelesaikan berbagai permasalahan dalam sistem basis data. Sementara model basis data hirarki dan jaringan merupakan model database yang tidak banyak lagi digunakan saat ini, karena adanya berbagai kelemahan dan hanya cocok untuk struktur hirarki dan jaringan saja. C. Langkah – Langkah dalam mendesain Basis Data untuk Sistem Informasi manajemen. Ada beberapa hal harus diperhatikan dalam menyusun langkah - langkah mendesain basis data untuk Sistem Informasi Manajemen : 1. Menetapkan desain atau model Sistem Informasi Manajemen yang digambarkan dalam diagram arus data (DAD). 2. Menentukan kebutuhan file basis data. 3. Menentukan parameter dari file basis data, meliputi : a. Tipe file : file induk, file transaksi, dll. b. Media file : harddisk, disket, dll c. Organisasi file : file tradisional (file urut, urut berindeks, atau file akses langsung) dan organisasi database (struktur berjenjang, jaringan atau hubungan). d. Field kunci dari file
56 4. Alat bantu dan metode dalam pengembangan sistem basis data. Alat bantu merupakan teknik yang digunakan untuk mempermudah atau mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan proyek. D. Manfaat dan Tujuan Basis Data Untuk Sistem Informasi Manajemen Sistem informasi manajemen secara umum bermanfaat sebagai penghasil informasi yang cepat dan mudah untuk digunakan. Beberapa manfaat Sistem Informasi Manajemen untuk basis data diantaranya yaitu: 1. Tercapainya penghasilan data yang tepat dan akurat. 2. Terjaminnya ketersediaan kualitas dan keterampilan secara lebih mudah. 3. Mengidentifikasi ketersediaan dana yang akan digunakan pada sistem informasi. 4. Berusaha memperkecil kesalahan yang akan terjadi dari penggunaan sistem informasi dan teknologi yang lebih maju. 5. Meningkatkan produktivitas pengembangan dan pemeliharaan sistem. Tujuan Basis Data untuk Sistem Informasi Manajemen. Secara umum sistem informasi manajemen memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Sebagai penyedia informasi pada saat pengambilan keputusan. 2. Sebagai penyedia informasi untuk suatu perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan yang terus-menerus.
57 3. Sebagai penyedia informasi yang akan diperlukan dalam perhitungan harga pokok, jasa serta untuk kepentingan lain yang diperlukan oleh organisasi tersebut. E. Implementasi Basis Data Dalam Sistem Informasi Manajemen Implementasi basis data dalam sistem informasi manajemen ini bisa memberikan manfaat yang sangat bagus sekali dalam dunia bisnis. Kemampuan mengelola data dengan sangat baik system informasi manajemen ini sangat membantu berbagai pihak dalam mengelola data dengan lebih efektif. Sistem informasi manajemen ini juga sangat bagus diterapkan dalam pengambilan keputusan yang lebih baik berdasarkan informasi yang kita dapatkan atau informasi yang tersedia, sistem informasi manajemen juga bisa meningkatkan kualitas sebuah produk dan layanan. Tapi, ada juga beberapa tantagan yang sering didapatkan dalam mengimplementasikan basis data dalam Sistem Informasi manajemen ini seperti kita harus memastikan kemanan data yang kita punya dan mengelola ukuran basis data yang akan berkembang kedepan nantiknya. Beberapa Manfaat mengimplementasikan Basis Data dalam Sistem Informasi Manajemen yang kita punya, yaitu : 1. Mengurangi redundancy, data yang sama pada beberapa aplikasi cukup disimpan sekali saja. 2. Integrity, data tersimpan secara akurat. 3. Menghindari inkonsisten, karena redundancy berkurang, maka update data jadi lebih efisien. 4. Penggunaan data bersama, data yang sama dapat diakses oleh beberapa user pada saat bersamaan.
58 5. Menyangkut keseragaman penyajian data. 6. Menyeimbangkan kebutuhan, dapat ditentukan prioritas suatu operasi, misal antara update dengan retrieval. F. Hambatan Dalam Mengimplementasikan Basis Data dalam Sistem Informasi Manajemen Berikut pemasalahan atau hambatan yang sering kita temui atau dapatkan dalam mengimplementasikan Basis Data kedalam Sistem Informasi Manajemen yaitu : 1. Struktur Database Belum Memiliki Standar Dalam operasional sebuah bisnis, perlu diadakan standardisasi yang bertujuan untuk memastikan bahwa semua aktivitas yang dilakukan memiliki output yang sama dan sesuai yang diminta. Begitu pun dalam pengelolaan database. Di mana struktur penyusunan data juga harus ditentukan standarnya sehingga antara satu data dengan yang lain tidak akan memiliki susunan yang berbeda. Selain itu, struktur database yang berbeda antara satu sama lain akan membuat orang yang membacanya bingung dan sulit untuk dipahami. Maka dari itu, dibutuhkan standardisasi mengenai susunan data yang ingin digunakan agar seluruhnya dapat disajikan dalam bentuk yang seragam. 2. Sistem Database Masih Manual Tak sedikit pelaku usaha yang masih mengelola data secara manual. Tentu tak ada yang salah dengan hal tersebut. Hanya saja, proses pengelolaan data yang masih manual seringkali memicu terjadinya human
59 error. Berbeda jika Anda menggunakan aplikasi mutakhir yang banyak tersebar saat ini, seluruh sistem database dapat berjalan secara otomatis sehingga mampu meminimalisir risiko terjadinya kesalahan. Selain itu, data yang dikelola dengan cara manual biasanya hanya disimpan dalam bentuk fisik. Risiko hilang dan rusak sewaktu - waktu pun tak dapat dihindarkan.
60 KEAMANAN INFORMASI DAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM) A. Definisi Keamanan Informasi dan Sistem Informasi Manajemen (SIM) Menurut (Nurul, Anggrainy and Aprelyani, 2022) Keamanan informasi didefinisikan sebagai melindungi informasi dan sistem informasi dari akses, pengguna-an, pengungkapan, pengoperasian, modifikasi, atau peng-hancuran oleh pengguna yang tidak berwenang untuk memasti-kan kerahasiaan, integritas, dan kemudahan penggunaan. Menurut(Harahap et al., 2024) Keamanan informasi adalah Keamanan informasi adalah upaya perlindungan dari berbagai macam ancaman untuk memastikan keberlanjutan bisnis, meminimalisir resiko bisnis, dan meningkatkan investasi dan peluang bisnis.
61 Dengan demikian, keamanan informasi dapat didefinisikan sebagai penjagaan informasi dari seluruh ancaman yang mungkin terjadi dalam upaya untuk memastikan atau menjamin kelangsungan bisnis, meminimalisir, resiko bisnis dan memak-simalkan atau mempercepat pengembalian inventasi dan peluang bisnis. Keamanan informasi terdiri dari empat bidang: organisasi, orang, proses dan teknologi. Setiap perbatasan berinteraksi tidak hanya dalam hal faktor manusia, tetapi juga dalam hal budaya, manajemen, arsitektur,penampilan, revitalisasi dan dukungan. Keamanan informasi mencakup tiga aspek penting yaitu : 1. Kerahasiaan (Confidentiality), merupakan informasi hanya dapat diakses oleh yang berwenang. 2. Integritas (integrity), merupakan informasi tetap asli dan tidak dimodifikasi tanpa izin. 3. Ketersediaan (availability), merupakan informasi dapat diakses oleh orang yang berwenang ketika dibutuhkan. Keamanan informasi perlu dijaga untuk melindungi berbagai jenis informasi, seperti: 1. Data pribadi mengenai informasi yang dapat diidentifikasikan dengan individu tertentu, seperti nama, alamat, nomor telepon, dan nomor rekening bank. 2. Data keuangan yaitu informasi yang berkaitan dengan transaksi keuangan, seperti data transaksi penjualan, pembelian dan pembayaran. 3. Data rahasia yaitu informasi yang bersifat rahasia, seperti data penelitian dan pengembangan, data strategi bisnis, dan data keamanan nasional.
62 Menurut (Wahyu, Muhammad, 2022) Sistem informasi manajemen atau sering kita dengar SIM, berasal dari bahasa inggris yaitu management information system. Pengertian sistem informasi manajemen adalah sistem suatu awalan bagian dari pengerjaan internal dalam bisnis yang terdiri atas penggunaan dokumen-dokumen, manusia, teknologi serta prosedur dalam akuntansi dan manajemen. Menurut (Laia, Halawa and Lahagu, 2022)Sistem informasi manajemen merupakan kumpulan elemen yang saling ber-hubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses data dan menyimpan data untuk bisa digunakan dalam pengambilan suatu keputusan oleh seorang manajer. Dengan demikian, Sistem Informasi Manajemen (SIM) didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengumpulkan, mem-proses, menyimpan, menganalisis dan menyebarkan informasi untuk mendukung pengambil keputusan dan manajemen dalam suatu organisasi. Sistem Informasi Manajemen (SIM) terdiri dari 5 komponen utama yaitu : 1. Manusia, komponen manusia adalah orang yang menggunakan SIM termasuk manajer, staf dan pengguna akhir lainnya. 2. Perangkat keras, komponen perangkat keras adalah perangkat fisik yang digunakan untuk menjalankan SIM, seperti komputer, server, dan perangkat penyimpanan. 3. Perangkat lunak, komponen perangkat lunak adalah program komputer yang digunakan untuk memproses data dan menghasilkan informasi seperti sistem operasi, aplikasi bisnis, dan alat analisis data.
63 4. Data, komponen data adalah kumpulan fakta yang dikumpulkan oleh SIM, seperti data penjualan, data keuangan dan data pelanggan. 5. Prosedur, komponen prosedur adalah aturan dan pedoman yang digunakan untuk mengelola SIM, seperti prosedur keamanan dan prosedur bakup. B. Keamanan Informasi dan Risiko Manajemen Keamanan informasi dan manajemen risiko adalah dua hal yang saling terkait erat. Keamanan informasi adalah proses melindungi informasi dari ancaman, sedangkan manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi, menilai dan mengelola risiko. Dalam konteks keamanan informasi, manajemen risiko digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko terhadap informasi organisasi. Risiko ini dapat berupa ancaman dari luar, seperti serangan siber atau ancaman dari dalam, seperti kesalahan manusia. Setelah risiko diidentifikasi dan dinilai, manajemen risiko dapat digunakan untuk mengembangkan kontrol keamanan untuk mengurangi risiko tersebut. Menurut (Kurniati, Nugroho and Rizal, 2020)Manajemen risiko keamanan informasi adalah langkah praktis dalam mengelola risiko bidang keamanan informasi suatu organisasi dan bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap informasi dan aset organisasi. Berikut adalah beberapa langkah dasar dalam manajemen risiko keamanan informasi :
64 1. Identifikasi aset informasi, adalah informasi yang bernilai bagi organisasi. Aset informasi dapat berupa data, sistem atau infrastruktur. 2. Identifikasi ancaman, adalah peristiwa atau tindakan yang dapat berupa serangan siber, kesalahan manusia atau bancana alam. 3. Identifikasi kerentanan, adalah kelemahan dalam sistem keamanan yang dapat dimanfaatkan oleh ancaman. Kerentanan dapat berupa lubang keamanan, kesalahan konfigurasi atau kelemahan kebijakan. 4. Penilaian risiko, adalah proses untuk menentukan kemungkinan dan dampak dari risiko. Penilaian risiko digunakan untuk menentukan seberapa tinggi risiko tersebut. 5. Mitigasi risiko, adalah proses untuk mengurangi risiko. Mitigasi risiko dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti penerapan kontrol keamanan atau perubahan kebijakan. Manajemen risiko keamanan yang efektif dapat membantu organisasi untuk melindungi informasinya dari ancaman.Dengan menerapkan manajemen risiko keamanan informasi, organisasi dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pelanggaran keamanan informasi dan mengurangi dampak dari pelanggaran tersebut. Manfaat dari manajemen risiko keamanan informasi: 1. Meningkatkan perlindungan informasi 2. Mengurangi biaya akibat pelanggaran keamanan informasi. 3. Meningkatkan kepercayaan pelanggan dan mitra. 4. Meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan.
65 Ancaman Sistem Informasi Manajemen Ancaman terhadap sistem informasi manajemen dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Ancaman Internal Ancaman internal berasal dari dalam organisasi, seperti karyawan, manajer serta pihak-pihak yang memiliki akses ke sistem informasi. Ancaman internal dapat berupa a. Penyalahgunaan informasi, seperti penggunaan informasi secara tidak sah untuk keuntungan pribadi atau kepentingan lainnya. b. Kesalahan manusia, seperti kesalahan dalam memasukan data, kesalahan dalam konfigurasi sistem atau kesalahan dalam mengelola sistem. c. Kejahatan internal, seperti penggelapan, korupsi, atau sabotase. 2. Ancaman Eksternal Ancaman eksternal berasal dari luar organisasi, seperti peretas, organisasi kriminal atau pihak-pihak lain yang memiliki niat jahat terhadap organisasi. Ancaman eksternal dapat berupa : a. Serangan siber, seperti serangan peretasan, serangan malware atau serangan denial-of-service. b. Insiden fisik, seperti kebakaran, banjir, atau bencana alam. c. Ancaman sosial, seperti penipuan, phishing atau spear phishing. 3. Ancaman hibrida Ancaman hibrida merupakan kombinasi dari ancaman internal dan eksternal. Ancaman ini dapat berupa: Ancaman ini dapat berupa:
66 a. Serangan insider yang bekerja sama dengan pihak eksternal. b. Ancaman sosial yang digunakan untuk melancarkan serangan siber. c. Insiden fisik yang dimanfaatkan oleh pihak eksternal untuk melakukan serangan siber. Ancaman terhadap sistem informasi manajemen dapat menimbulkan berbagai kerugian, seperti: a. Kerugian finansial, seperti biaya untuk memperbaiki sistem, biaya untuk mengganti data yang hilang atau biaya untuk membayar ganti rugi kepada korban. b. Kerugian reputasi, seperti kehilangan kepercayaan dari pelanggan, investor atau mitra bisnis. c. Kerugian operasional, seperti gangguan operasional, penurunan produktivitas atau bahan hilangnya bisnis. C. Kebijakan keamanan informasi Kebijakan keamanan informasi adalah dokumen yang menetapkan prinsip, kebijakan dan prosedur untuk melindungi informasi dari berbagai ancaman.Kebijakan ini harus dikomunikasikan dan dipatuhi oleh semua karyawan di organisasi. Kebijakan keamanan informasi harus mencakup hal-hal berikut: 1. Definisi informasi yang dilindungi Kebijakan keamanan informasi harus mendefinisikan informasi apa yang dilindungi oleh organisasi. Informasi yang dilindungi dapat mencakup informasi
67 rahasia perusahaan, informasi pribadi atau informasi sensitif lainnya. 2. Prinsip keamanan informasi Kebijakan keamanan informasi harus menetapkan prinsip keamanan informasi yang diikuti oleh organisasi.Prinsip-prinsip dapat mencakup kerahasiaan, Integritas dan Ketersediaan. 3. Kebijakan dan prosedur keamanan informasi Kebijakan keamanan informasi harus menetapkan kebijakan dan prosedur keamanan informasi yang akan diikuti oleh organisasi. Kebiajakan dan prosedur ini dapat mencakup : Kebijakan penggunaan perangkat lunak dan perangkat keras , kebijakan penggunaan internet dan email, kebijakan keamanan fisik, kebijakan keamanan data. 4. Tanggung jawab karyawan Kebijakan keamanan informasi harus menetapkan tanggung jawab karyawan dalam penerapan keamanan informasi. Tanggung jawab ini dapat mencakup : Menggunakan informasi secara bertanggung jawab, Menjaga kerahasiaan informasi, Memperbarui informasi keamanan. 5. Prosedur pelaporan insiden Kebiajkan keamanan informasi harus menetapkan prosedur pelaporan insiden keamanan informasi. Keamanan dapat dilaporkan dengan cepat dan mudah. D. Kasus Bisnis Pada Keamanan Informasi Dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM) PT. Mutiara adalah sebuah perusahaan manufaktur yang menggunakan SIM untuk mengelola berbagai proses
68 bisnisnya. SIM PT. Mutiara menyimpan berbagi informasi penting, seperti data pelanggan, data keuangan dan data produksi. PT. Mutiara menyadari pentingnya keamanan informasi, sehingga perusahaan menerapkan kebijakan keamanan informasi tersebut mencakup hal-hal berikut: 1. Identifikasi dan penilaian risiko PT. Mutiara telah mengidentifikasi berbagai risiko keamanan informasi seperti siber, penipuan, dan penyalahgunaan informasi. 2. Pemantauan dan evaluasi PT. Mutiara secara rutin memantau dan mengevaluasi penerapan kebijakan keamanan informasi. 3. Penanggulangan PT. Mutiara memiliki rencana penanggulangan untuk mengatasi berbagai ancaman keamanan informasi. Untuk mendukung penerapan kebijakan keamanan informasi, PT. Mutiara telah melakukan berbagai hal, antara lain : 4. Teknis PT. Mutiara telah memasang firewall, antivirus dan enkripsi untuk melindungi jaringan dan data perusahaan.
69 5. Manajerial PT. Mutiara telah memberikan pelatihan keamanan informasi kepada karyawan dan menerapkan prosedur keamanan untuk melindungi informasi. Penerapan kebijakan keamanan informasi telah memberikan hasil yang positif bagi PT. Mutiara.Perusahaan telah berhasil mengurangi risiko keamanan informasi dan melindungi informasi penting dari ancaman. E. Bagaimana Cara Membangun Keamanan Informasi Dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM) Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan keamanan informasi dalam sistem informasi manajemen, yaitu : 1. Identifikasi dan penilaian risiko Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi dan menilai risiko keamanan informasi yang mungkin terjadi. Risiko keamanan informasi dapat 2. Penerapan kebijakan dan prosedur keamanan Setelah risiko keamanan informasi teridentifikasi dan dinilai, maka perlu diterapkan kebijakan dan prosedur keamanan harus mencakup aspek-aspek kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan informasi. 3. Penerapan kontrol keamanan Kontrol keamanan merupakan tindakan teknis dan non-teknis yang dilakukan untuk mengurangi risiko keamanan informasi. Kontrol keamanan teknis meliputi pengguna firewall, antivirus dan antimalware. Kontrol keamanan informasi bagi karyawan dan penerapan
70 kebijakan penggunaan perangkat lunak dan perangkat keras. 4. Pemantauan dan evaluasi Sistem keamanan informasi perlu dipantau dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa sistem tersebut berfungsi dengan baik dan dapat melindungi informasi dari ancaman. Pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode seperti audit keamanan dan penggunaan perangkat lunak keamanan.
71 MANAJEMEN PROYEK SISTEM INFORMASI alam pengembangan sistem informasi perusahaan, manajemen proyek sangat penting. Banyak proyek pengembangan sistem informasi gagal karena tidak memahami cara mengelola proyek sistem informasi. Apa itu Manajemen proyek dan bagaimana mengelolanya akan dijelaskan dalam Bab ini. A. Pengertian Manajemen Proyek Manajemen Proyek merupakan Proses memimpin tim untuk mencapai tujuan proyek dalam batas waktu tertentu. Manajemen proyek bertujuan untuk mengelola fungsi-fungsi manajemen sehingga hasil yang optimal dapat dicapai sesuai dengan tuntutan saat ini dan untuk memungkinkan pengelolaan sumber daya dengan cara yang paling efektif dan efisien mungkin. D
72 Ada beberapa Fungsi dalam manajemen proyek, antara lain: 1. Scoping, Menentukan batasan proyek. Mampu menentukan jenis pekerjaan apa yang termasuk dalam proyek atau tidak. 2. Planning, mengidentifikasi pekerjaan yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan proyek. 3. Estimating, mengidentifikasi sumber daya untuk menyelesaikan proyek. 4. Scheduling, Mengembangkan rencana untuk menyelesaikan proyek. 5. Organizing, memastikan anggota memahami peran dan tanggung jawab mereka. 6. Directing, Untuk mencapai tujuan proyek, kegiatan pengarahan ini mencakup pembimbingan, instruksi, dan pelatihan komunikasi tim. 7. Controlling, kegiatan untuk memastikan bahwa semua pekerjaan proyek berjalan sesuai rencana atau tidak menyimpang. 8. Closing, kegiatan evaluasi dan penilaian hasil akhir proyek telah diselesaikan. B. Konsep Manajemen Proyek Suatu proyek memiliki "5 batasan"—ruang lingkup, waktu, dan biaya. (Handijono, 2020) 1. Ruang Lingkup (Scope) - mengidentifikasi jenis pekerjaan yang termasuk atau tidak termasuk dalam proyek.
73 2. Waktu (Time) - Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek. 3. Jumlah biaya (Cost) yang diperlukan untuk proyek Sistem Informasi termasuk biaya hardware, software, dan ruang kerja dan dikalikan dengan biaya sumber daya manusia. 4. Kualitas (Quality) adalah ukuran seberapa baik hasil akhir proyek memenuhi tujuan manajemen. 5. Risiko (Risk) adalah masalah yang dapat mengancam keberhasilan sebuah proyek. Masalah-masalah ini dapat menghambat proyek dari mencapai tujuannya, menyebabkan lebih banyak waktu dan biaya, hasil yang lebih buruk, atau mencegah proyek selesai sama sekali. C. Siklus Manajemen Proyek Menurut Panduan Manajemen Proyek (PMBOK), yang dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI), siklus atau tahapan manajemen proyek terdiri dari lima tahap yang berbeda: permulaan, persiapan, pelaksanaan, pengawasan, dan penutupan proyek. Untuk memaksimalkan hasil, manajer proyek kemudian akan mengelola kelima tahapan ini menggunakan metodologi manajemen proyek. 1. Project Initiation, dimulai dengan pembuatan dokumen yang menjelaskan kebutuhan proyek dan perkiraan keuntungan finansial. Berbagai informasi dikumpulkan pada tahap ini, termasuk keuntungan proyek, kerugian, biaya, dan resiko. 2. Project Planning, Dimulai dengan menentukan tujuan dan sasaran perusahaan. Selanjutnya, ditentukan ruang lingkup, biaya, sumber daya yang tersedia, dan jadwal proyek.
74 3. Project Execution, Pada tahap ini, hasil proyek diproses hingga selesai dan manajer proyek mengalokasikan kembali sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. 4. Project Monitoring, Pada tahap ini, proyek dipantau untuk memastikan bahwa semua tindakan sesuai dengan rencana manajemen proyek. 5. Project Closure, Pekerjaan proyek telah selesai. Pemangku kepentingan menerima hasil akhir. D. Siklus Pengembangan Sistem Informasi Untuk membangun dan mendesain perangkat lunak berkualitas tinggi, tim pengembangan menggunakan proses yang hemat biaya dan hemat waktu yang dikenal sebagai siklus hidup pengembangan perangkat lunak (SDLC). SDLC bertujuan untuk mengurangi risiko proyek melalui perencanaan ke depan untuk memastikan bahwa perangkat lunak memenuhi harapan pelanggan selama proses produksi dan setelahnya. Untuk membangun aplikasi perangkat lunak, siklus hidup pengembangan perangkat lunak (SDLC) mencakup sejumlah tugas yang harus diselesaikan. Selama proses pengembangan, pengembang menambahkan fitur baru dan memperbaiki bug perangkat lunak. Proses SDLC berbeda untuk setiap tim, tetapi kami menguraikan beberapa fase yang umum di bawah ini. 1. Perencanaan (Planning) Analisis biaya-manfaat, penjadwalan, estimasi sumber daya, dan alokasi adalah tugas-tugas yang biasanya termasuk dalam fase perencanaan.
75 2. Desain (Design) Teknisi perangkat lunak menganalisis persyaratan selama tahap desain dan menemukan solusi terbaik. Misalnya, teknisi dapat mempertimbangkan untuk membuat pilihan teknologi, menemukan alat pengembangan, dan mengintegrasikan modul yang sudah ada sebelumnya. 3. Penerapan (Implementation) Tim pengembangan mengodekan produk selama fase penerapan. Mereka menganalisis persyaratan untuk menemukan pekerjaan tambahan yang dapat mereka lakukan sehari-hari untuk mencapai hasil akhir. 4. Pengujian (Testing) Tim pengembangan menguji perangkat lunak dengan pengujian otomatis dan manual untuk menemukan bug. Analisis kualitas terdiri dari pengujian kesalahan perangkat lunak dan mengevaluasi apakah hasilnya memenuhi persyaratan pelanggan atau tidak. 5. Lakukan Deployment (Deployment) Tim mengevaluasi dan menguji berbagai replika perangkat lunak saat mengembangkannya. 6. Pemeliharaan (Maintenance) Tim harus memperbaiki bug, menyelesaikan masalah pelanggan, dan mengelola perubahan perangkat lunak selama fase pemeliharaan.
76 Gambar 1. siklus hidup pengembangan perangkat lunak (SDLC) E. Ukuran Keberhasilan Proyek Proyek system informasi dikatakan berhasil jika: 1. Sistem Informasi dapat diterima oleh dengan baik oleh pelanggan. 2. Sistem dapat dikerjakan tepat waktu. 3. Sistem yang dikerjakan sesuai anggaran proyek yang disepakati. 4. Pengembangan sistem memiliki dampak terhadap operasi bisnis yang sedang berjalan. F. Penyebab Kegagalan Proyek Manajer proyek harus tahu bagaimana menjalankan proyek dengan sukses dan menghindari hasil yang tidak diinginkan. Untuk mengetahui lebih banyak tentang berbagai kemungkinan kegagalan proyek, mari kita pelajari jenis-jenis kegagalan proyek berikut ini:(Prasimsha, 2020) 1. Kegagalan perencanaan terjadi ketika sebuah proyek tidak memiliki nilai tambah atau kemampuan untuk mengatasi hambatan yang muncul di sepanjang rutenya. Ini menunjukkan bahwa ada masalah sejak awal proyek; 2. Ruang lingkup proyek tidak jelas. Tim implementasi proyek akan kesulitan dalam desain, definisi, dan menentukan ruang lingkup karena mereka tidak tahu apa yang akan disampaikan;
77 3. Kegagalan manajemen tingkat atas untuk membangun komitmen terhadap proyek; 4. Kurangnya komitmen organisasi terhadap metodologi pengembangan sistem; 5. Mengambil jalan pintas melalui atau menghindari metodologi pengembangan sistem; 6. Manajemen ekspektasi yang buruk; 7. Komitmen terlalu dini terhadap anggaran dan jadwal yang tetap; 8. Kegagalan untuk beradaptasi dengan perubahan bisnis; 9. Sumber daya yang tidak mencukupi. G. Alat dan Teknik Manajemen Proyek Dua metode yang paling umum untuk mencatat dan mengawasi rencana proyek adalah Gantt Chart dan PERT Diagram. PERT DIAGRAM – model jaringan grafis yang digunakan untuk menggambarkan saling ketergantungan antara tugastugas proyek. PERT Diagram berisi daftar kegiatan proyek dan menunjukkan kegiatan mana yang harus diselesaikan sebelum setiap kegiatan dapat dimulai. Diagram ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan bagaimana kegiatankegiatan tersebut berhubungan satu sama lain. Gambar 2. PERT DIAGRAM
78 GANTT CHART – DIAGRAM batang yang digunakan untuk menggambarkan tugas proyek berdasarkan kalender. Gantt Chart menunjukkan kapan kegiatan proyek dimulai dan berakhir. Gambar 3 Gantt Chart H. TIM Proyek Tim Proyek adalah Semua anggota yang tergabung dalam organisasi pengelola proyek. Saat ini, proyek TI dibagi menjadi tiga skala: kecil, menengah, dan besar. Meskipun proyek kecil, peran sangat diperlukan untuk menyelesaikan proyek dengan lancar dan tepat waktu dengan klien. Berikut adalah beberapa tugas umum yang dilakukan dalam proyek IT, dari skala kecil hingga skala besar. 1. Project Manager, Project manager mengatur, merencanakan, dan melaksanakan proyek sesuai anggaran dan penjadwalan. 2. System Analyst, profesi di bidang teknologi informasi yang berfokus pada penelitian, perencanaan, pengkoordinasian, dan pemilihan perangkat lunak dan sistem
79 untuk memenuhi kebutuhan organisasi; profesi ini sangat penting untuk pengembangan sistem. 3. Technical Writer, Seorang Technical Writer juga ditugaskan untuk menulis buku panduan atau manual yang memungkinkan orang awam memahami seluruh sistem hanya dengan membacanya. 4. UI/UX Designer, Designer UI/UX sangat penting karena peran mereka membuat tampilan website Anda lebih nyaman dan betah karena informasi yang ditampilkan jelas dan mudah dipahami. 5. Frontend Developer, mereka yang bertanggung jawab dalam mengembangkan dan memelihara bagian depan suatu aplikasi. 6. Web Developer/ Mobile Developer, Sebenarnya, pekerjaan ini lebih berfokus pada pengembang backend, yang bertanggung jawab untuk membangun sistem website yang telah ditentukan sebelumnya. seorang spesialis yang berkonsentrasi pada pembuatan sisi BackEnd sebuah aplikasi atau situs web. 7. Quality Assurance, Peran Quality Assurance sangat penting karena tanggung jawabnya adalah memastikan bahwa sistem yang dibuat oleh seorang backend developer berjalan sesuai dengan keinginan dan tampilannya 8. Database Administrator, Seseorang yang memiliki kemampuan untuk perencanaan kapasitas, instalasi, konfigurasi, desain database, migrasi, pemantauan kinerja, keamanan, pemecahan masalah, dan pencadangan dan pemulihan data adalah individu yang memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai tugas.
80 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN A. Konsep Sistem Pendukung Keputusan Sistem adalah elemen-elemen yang saling berkaitan yang bertanggung jawab terhadap input sehingga menghasilkan output. Sedangkan pendukung Keputusan (SPK) adalah system informasi yang menyediakan informasi, pemodelan, dan manipulasi data. SPK dibangun untuk mendukung Solusi atas suatu masalah atau mengevaluasi suatu kemungkinan. Aplikasi SPK digunakan untuk mendukung pengambilan Keputusan yang jumlah datanya banyak dan memerlukan Keputusan yang cepat, sehingga aplikasi SPK dibuat dengan sangat fleksibel, interaktif, dan dapat diadaptasi yang
81 dikembangkan untuk mendukung solusi atas masalah manajemen spesifik yang tidak terstruktur. (Laluma 2018) Tujuan dari SPK : 1. Memberikan pertimbangan manajer bukan untuk menggantikan fungsi manager. 2. Membantu manajer dalam pengambilan Keputusan atas masalah semi-terstruktur. 3. Meningkatkan efektivitas Keputusan yang diambil manajer lebih dari perbaikan efesiensinya. 4. Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan pengambil Keputusan untuk melakukan banyaknya komputasi secara cepat dengan biaya rendah. 5. Meningkatkan produktivitas terutama pakar bisa sangat mahal. 6. Komputer bisa meningkatkan kualitas Keputusan yang dibuat. Semakin banyak data yang diakses, makin banyaknya juga alternatif yang bisa dievaluasi. 7. Mempunyai daya saing disebabkan tugas pengambilan Keputusan menjadi sulit. Organisasi harus mampu secara sering dan cepat mengubah mode operasi, merekayasa ulang proses dan struktur, memberdayakan karyawan serta berinovasi. 8. Mengatasi keterbatasan dalam proses dan penyimpanan informasi. Di samping berbagai kemampuan dan karakteristik seperti dikemukakan di atas, sistem pendukung keputusan memiliki juga keterbatasan, antara lain: 1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model
82 yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan yang sebenarnya. 2. Kemampuan suatu sistem pendukung keputusan terbatas pada pengetahuan dasar serta model dasar yang dimilikinya. 3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh sistem pendukung keputusan biasanya tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang digunakannya. 4. Sistem pendukung keputusan tidak memiliki intuisi seperti yang dimiliki oleh manusia. Karena sistem pendukung keputusan hanya suatu kumpulan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi oleh kemampuan berpikir. Secara implisit, sistem pendukung keputusan berlandaskan pada kemampuan dari sebuah system berbasis komputer dan dapat melayani penyelesaian masalah. B. Sistem Arsitektur Pendukung Keputusan Arsitektur sistem pendukung keputusan merupakan landasan struktural yang mendukung fungsi-fungsi kompleks dari DSS (Decision Support System). Berikut adalah narasi tentang arsitektur sistem pendukung keputusan yang memainkan peran vital dalam membimbing keputusan yang bijak. Seperti dalam gambar berikut ini (Pribadi, 2020):
83 Arsitektur system pendukung terdiri dari : 1. Komponen Inti Arsitektur DSS terdiri dari beberapa komponen inti, termasuk: Database: Merupakan tempat penyimpanan data yang diperlukan untuk analisis keputusan. Data yang disimpan dapat berasal dari berbagai sumber seperti internal perusahaan, eksternal, atau data historis. Model Analisis: Menyediakan algoritma dan teknik analisis data untuk menghasilkan informasi yang relevan. Model ini dapat mencakup analisis statistik, prediksi, simulasi, atau metode lainnya yang sesuai dengan kebutuhan. Antarmuka Pengguna: Menyediakan cara interaktif bagi pengguna untuk berinteraksi dengan sistem. Antarmuka ini dapat berupa tampilan grafis, laporan, atau dashboard yang mempermudah pemahaman informasi.
84 2. Pengolahan Data dan Informasi Ekstraksi dan Transformasi Data (ETL): Proses untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber, membersihkan data, dan mentransformasikannya menjadi format yang dapat digunakan oleh sistem. Data Mining: Menggunakan teknik-teknik khusus untuk menemukan pola atau informasi yang tersembunyi dalam data. Data mining membantu pengambil keputusan memahami tren dan hubungan yang mungkin tidak terlihat secara langsung. Penyimpanan Data Terpusat: Memastikan konsistensi dan aksesibilitas data yang diperlukan oleh sistem. Penyimpanan data terpusat memfasilitasi proses pengambilan keputusan dengan menyediakan sumber data yang terintegrasi. 3. Manajemen Keamanan dan Kinerja Keamanan Sistem: Melibatkan pengelolaan akses pengguna, enkripsi data, dan perlindungan terhadap ancaman keamanan. Keamanan sistem sangat penting untuk melindungi informasi sensitif yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Pemantauan Kinerja: Memantau kinerja sistem secara terus-menerus untuk memastikan bahwa DSS beroperasi secara efisien. Ini mencakup pemantauan beban kerja, waktu respons, dan kapasitas penyimpanan. 4. Integrasi dengan Sistem Lain Keterhubungan dengan Sistem Enterprise: Memastikan bahwa DSS terintegrasi dengan sistem-sistem lain dalam organisasi. Keterhubungan ini memungkinkan
85 aliran data yang lancar dan konsistensi antara berbagai sistem. Penggunaan Teknologi Terkini: Mengadopsi teknologi terbaru seperti kecerdasan buatan (AI), analisis big data, dan teknologi cloud untuk meningkatkan kemampuan analisis dan skalabilitas sistem. Arsitektur sistem pendukung keputusan menjadi tulang punggung dalam membimbing keputusan organisasi. Dengan komponen-komponen yang terintegrasi dan proses yang terkelola dengan baik, DSS memastikan bahwa para pengambil keputusan memiliki informasi yang akurat, relevan, dan tepat waktu untuk membuat keputusan yang cerdas dan berdaya saing. C. Sistem Pendukung Keputusan kelompok Sistem Pendukung Keputusan Kelompok (Group Decision Support System atau GDSS) adalah evolusi dari sistem pendukung keputusan yang dirancang khusus untuk memfasilitasi proses pengambilan keputusan dalam konteks kelompok. GDSS tidak hanya menyediakan alat analisis, tetapi juga memberikan platform kolaboratif yang memungkinkan anggota kelompok bekerja sama secara efektif. Berikut adalah narasi tentang GDSS, sebuah sistem yang menghubungkan pemikiran dan pengalaman anggota kelompok untuk mencapai keputusan kelompok yang optimal.(Normatias and Ders 2021) 1. Kolaborasi Real-Time: GDSS menyediakan lingkungan kerja yang memungkinkan anggota kelompok berinteraksi secara real-time. Melalui konferensi daring, diskusi chat, dan berbagai alat
86 kolaboratif lainnya, anggota kelompok dapat berkomunikasi dan berbagi informasi dengan cepat, mengatasi kendala waktu dan ruang geografis. 2. Antarmuka Pengguna yang Intuitif: Antarmuka pengguna GDSS didesain agar mudah dipahami dan digunakan oleh semua anggota kelompok. Fasilitas seperti pemilihan menu yang jelas, sistem voting, dan kemampuan untuk menyajikan ide-ide dalam format multimedia membantu mendukung pengambilan keputusan secara inklusif. 3. Pengelolaan Informasi Terpusat: GDSS mengintegrasikan penyimpanan data yang terpusat, memastikan bahwa seluruh anggota kelompok memiliki akses ke informasi yang sama. Ini membantu mengurangi kesalahan interpretasi dan memastikan bahwa keputusan dibuat berdasarkan pemahaman yang seragam. 4. Alat Analisis dan Visualisasi: Selain menyediakan alat analisis seperti model matematis dan simulasi, GDSS juga menawarkan alat visualisasi yang membantu anggota kelompok memahami implikasi dari setiap keputusan. Grafik, diagram, dan presentasi multimedia dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dengan cara yang lebih memikat. 5. Sistem Voting dan Konsensus: GDSS memfasilitasi proses pengambilan keputusan kelompok dengan menyediakan sistem voting dan mekanisme pencapaian konsensus. Ini memungkinkan
87 anggota kelompok untuk menyatakan preferensi mereka dan mencapai kesepakatan bersama secara efisien. 6. Manajemen Keamanan dan Hak Akses: Keselamatan informasi dan hak akses dikelola dengan cermat dalam GDSS. Ini mencakup pengelolaan peran pengguna, enkripsi data, dan langkah-langkah keamanan lainnya untuk melindungi integritas informasi kelompok. GDSS tidak hanya membantu kelompok mengatasi tantangan dalam pengambilan keputusan, tetapi juga memperkaya proses tersebut dengan menggabungkan berbagai perspektif dan pengetahuan individu. Dengan kolaborasi yang kuat dan fasilitas analisis yang canggih, GDSS menjadi pilar penting dalam memastikan keputusan kelompok yang terinformasi dan optimal. D. Model Keputusan Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah suatu metode analisis keputusan yang dikembangkan oleh matematikawan Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an. Metode ini dirancang untuk membantu pengambil keputusan dalam mengatasi kompleksitas dan ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan, terutama ketika harus mengevaluasi dan memilih di antara beberapa kriteria atau alternatif. Berikut adalah narasi tentang konsep dan penggunaan Analytical Hierarchy Process (AHP). 1. Pemahaman Hierarki:
88 AHP memulai dengan membangun hierarki yang terstruktur dari elemen-elemen keputusan. Hierarki ini terdiri dari tiga tingkatan utama: tujuan (goal), kriteria, dan alternatif. Tujuan adalah tujuan utama yang ingin dicapai, kriteria adalah faktor-faktor yang digunakan untuk mengevaluasi tujuan, dan alternatif adalah pilihan yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan. 2. Penilaian Pasangan Perbandingan: Pada tingkat kriteria dan alternatif, pengambil keputusan memberikan penilaian pasangan perbandingan untuk mengekspresikan tingkat kepentingan relatif dari satu elemen terhadap yang lain. Skala Saaty, yang berupa skala numerik dari 1 hingga 9, digunakan untuk mengukur perbandingan ini.