Studi Kelayakan Bisnis - 41 eksternal, seperti pelanggan, pemasok, dan mitra bisnis. Prinsip ini menekankan pentingnya memberikan informasi yang akurat, jujur, dan transparan dalam setiap interaksi bisnis. Hal ini mencakup kewajiban untuk menyampaikan produk atau layanan sesuai dengan yang dijanjikan dan menjaga kepercayaan pihak terkait. Tanggung Jawab Terhadap Pihak Ketiga juga melibatkan pemberian perlindungan terhadap kepentingan pihak ketiga, terutama dalam hal keamanan produk atau layanan yang disediakan. Perusahaan perlu memastikan bahwa produk atau layanan yang mereka tawarkan memenuhi standar kualitas dan keamanan yang ditetapkan, serta memberikan informasi yang cukup kepada konsumen untuk membuat keputusan yang cerdas. Melalui pemahaman dan implementasi Tanggung Jawab Terhadap Pihak Ketiga, perusahaan dapat membangun reputasi yang positif, meningkatkan kepercayaan pelanggan, dan menciptakan hubungan bisnis yang berkelanjutan. Prinsip ini menciptakan landasan etika yang kuat untuk operasional perusahaan, memastikan bahwa perusahaan bukan hanya berfokus pada keuntungan tetapi juga pada kesejahteraan dan kepuasan pihak terkait. b. Penanganan Sengketa Hukum Penanganan Sengketa Hukum merupakan aspek kritis dalam Tanggung Jawab Hukum Bisnis yang memastikan perusahaan mampu menanggapi konflik dengan integritas dan efisiensi. Langkah pertama
42 - Studi Kelayakan Bisnis dalam penanganan sengketa adalah identifikasi dini. Perusahaan harus memiliki sistem untuk mendeteksi potensi sengketa sejak dini, baik dengan pihak eksternal maupun internal. Ini memungkinkan perusahaan untuk merespon sengketa sebelum mencapai tingkat eskalasi yang tinggi. Selanjutnya, pemilihan metode penyelesaian sengketa yang tepat menjadi langkah penting. Ini dapat mencakup mediasi, arbitrase, atau litigasi, tergantung pada kompleksitas dan sifat sengketa. Pemilihan metode ini harus mempertimbangkan kecepatan, biaya, dan keadilan dalam menyelesaikan sengketa dengan cara yang paling efektif. Penanganan Sengketa Hukum juga melibatkan komunikasi yang terbuka dan jelas antara pihak-pihak yang terlibat. Pemahaman terhadap permasalahan yang muncul, penyampaian argumen yang baik, dan upaya penyelesaian kolaboratif dapat mengurangi ketegangan dan meningkatkan peluang penyelesaian yang memuaskan semua pihak. Pentingnya pendekatan preventif juga tidak boleh diabaikan. Perusahaan dapat mengadopsi kebijakan internal yang mendorong mediasi atau negosiasi sebelum mencapai tingkat litigasi. Ini dapat mengurangi beban biaya dan waktu yang terkait dengan penyelesaian sengketa. Dengan menerapkan strategi Penanganan Sengketa Hukum yang efektif, perusahaan dapat mengelola risiko, melindungi reputasi, dan meminimalkan dampak negatif pada operasional
Studi Kelayakan Bisnis - 43 bisnis. Pemahaman yang mendalam terhadap prinsipprinsip ini memungkinkan perusahaan untuk menangani sengketa dengan cara yang paling bijak dan sesuai dengan nilai-nilai hukum dan etika bisnis. 4. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan pilar strategis dalam Aspek Hukum Pengelolaan Bisnis, terutama saat melaksanakan Studi Kelayakan Bisnis. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual bukan hanya sekadar aspek hukum, tetapi juga merupakan strategi bisnis yang memungkinkan perusahaan memonopoli keunikan produk atau layanan mereka. Dengan mengintegrasikan Identifikasi dan Pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual serta Langkah-langkah Proteksi Hukum dalam Studi Kelayakan Bisnis, perusahaan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi, menjaga keunggulan kompetitif, dan melindungi nilai intelektual yang menjadi modal berharga dalam dunia bisnis yang terus berkembang. a. Identifikasi dan Pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual Identifikasi dan Pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah langkah esensial dalam menjaga dan mengoptimalkan nilai dari aset intelektual yang dimiliki perusahaan. Proses identifikasi melibatkan pengenalan dan dokumentasi hak kekayaan intelektual yang mencakup paten, merek dagang, hak cipta, dan rahasia dagang yang
44 - Studi Kelayakan Bisnis dimiliki perusahaan. Ini menciptakan kejelasan terkait kepemilikan, lingkup, dan nilai dari setiap aset intelektual yang dimiliki. Pengelolaan HKI melibatkan pemantauan dan pemeliharaan hak tersebut selama masa berlaku. Perusahaan perlu memastikan bahwa dokumendokumen perizinan atau pendaftaran diperbaharui secara berkala sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu, pembuatan kebijakan internal terkait penggunaan dan perlindungan HKI juga menjadi langkah krusial. Hal ini melibatkan edukasi internal untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya melibatkan dan melindungi hak kekayaan intelektual dalam setiap aspek operasional. Melalui Identifikasi dan Pengelolaan HKI, perusahaan dapat membangun dasar yang kuat untuk melindungi aset kreatifnya dan mengoptimalkan nilai dari inovasi. Selain itu, pemantauan yang cermat dan pemeliharaan yang efektif dapat mencegah risiko pelanggaran atau penggunaan yang tidak sah oleh pihak lain, sehingga mempertahankan keunggulan kompetitif di pasar. Pentingnya langkah-langkah ini tidak hanya terbatas pada aspek legal, tetapi juga berdampak pada reputasi perusahaan dan kemampuannya untuk bersaing dalam lingkungan bisnis yang semakin global dan dinamis.
Studi Kelayakan Bisnis - 45 b. Langkah-Langkah Proteksi Hukum Langkah-langkah Proteksi Hukum dalam konteks Hak Kekayaan Intelektual (HKI) menjadi langkah penting untuk menjamin keberlanjutan dan keamanan aset intelektual perusahaan. Berikut adalah beberapa langkah kunci dalam melindungi HKI secara hukum: Pertama, yaitu pendaftaran Paten, Merek Dagang, dan Hak Cipta: Melibatkan pendaftaran formal ke kantor paten atau lembaga yang berwenang sesuai dengan jenis HKI yang dimiliki. Pendaftaran ini memberikan hak eksklusif dan landasan hukum yang kuat untuk menuntut pelanggaran. Kedua, yaitu Pengembangan Kebijakan Internal: Menyusun kebijakan internal yang jelas terkait dengan penggunaan, perlindungan, dan pemantauan HKI. Kebijakan ini dapat mencakup langkah-langkah untuk menghindari pelanggaran internal, serta prosedur untuk menanggapi pelanggaran yang mungkin terjadi. Ketiga, yaitu Penyelesaian Sengketa: Mempersiapkan strategi untuk menangani pelanggaran HKI, baik melalui mediasi, negosiasi, atau tindakan hukum. Penyelesaian sengketa ini melibatkan pemahaman mendalam terhadap proses hukum yang berlaku di bidang HKI. Keempat, yaitu Edukasi dan Kesadaran Internal: Meningkatkan kesadaran dan pemahaman karyawan terkait pentingnya melibatkan dan melindungi HKI.
46 - Studi Kelayakan Bisnis Ini melibatkan pelatihan terkait dengan hak dan kewajiban dalam menggunakan aset intelektual perusahaan. Kelima, yaitu Pemantauan Pasar: Melakukan pemantauan terhadap pasar dan industri untuk mendeteksi adanya potensi pelanggaran atau penggunaan yang tidak sah terhadap HKI perusahaan. Ini dapat melibatkan penggunaan layanan pemantauan atau kerjasama dengan pihak ahli yang memahami tren dan risiko di sektor tersebut. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, perusahaan dapat memastikan bahwa HKI mereka dilindungi secara efektif, mendukung inovasi, dan memberikan perlindungan hukum yang diperlukan. Proteksi HKI yang baik tidak hanya menciptakan keunggulan kompetitif, tetapi juga menjadi investasi jangka panjang untuk keberlanjutan bisnis. E. Analisis Kelayakan Bisnis dari Perspektif Hukum Analisis Kelayakan Bisnis dari Aspek Hukum menjadi langkah penting dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola faktor-faktor hukum yang dapat mempengaruhi keberlanjutan dan kesuksesan suatu usaha. 1. Risiko Hukum yang Mungkin Timbul Pada tahap ini, perusahaan perlu mengidentifikasi potensi risiko hukum seperti sengketa kontrak, pelanggaran hak kekayaan intelektual, atau potensi tuntutan hukum dari pihak ketiga. Pemahaman
Studi Kelayakan Bisnis - 47 mendalam terhadap risiko ini memungkinkan perusahaan untuk mengambil langkah-langkah proaktif dalam meminimalkan dampaknya. a. Identifikasi Potensi Risiko Hukum Dalam tahap ini, perusahaan akan melakukan kajian menyeluruh untuk mengidentifikasi potensi risiko hukum yang dapat muncul selama operasional bisnis. Ini mencakup penilaian risiko terkait kontrak, litigasi, hak kekayaan intelektual, dan faktor hukum lain yang dapat memengaruhi stabilitas perusahaan. b. Strategi Mitigasi Risiko Hukum Setelah identifikasi risiko, perusahaan perlu merancang strategi mitigasi yang efektif. Ini melibatkan pengembangan tindakan pencegahan, perbaikan prosedur kontrak, dan langkah-langkah lainnya yang dapat mengurangi dampak potensial risiko hukum. Fokus pada pendekatan proaktif untuk mengelola risiko secara efektif. 2. Kepatuhan Terhadap Peraturan Evaluasi kelayakan bisnis juga memerlukan pemahaman terhadap regulasi yang berlaku dalam industri dan wilayah tempat perusahaan beroperasi. Memastikan kepatuhan terhadap perizinan, persyaratan lingkungan, dan regulasi bisnis lainnya adalah kunci untuk menghindari sanksi hukum dan menjaga reputasi perusahaan.
48 - Studi Kelayakan Bisnis a. Evaluasi Tingkat Kepatuhan Perusahaan akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk mengukur tingkat kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Hal ini mencakup pemeriksaan perizinan, persyaratan lingkungan, dan pemahaman mendalam terhadap norma hukum yang relevan dengan industri dan lokasi operasional. b. Penerapan Perubahan untuk Kepatuhan Optimal Berdasarkan hasil evaluasi, langkah-langkah perubahan akan diimplementasikan untuk mencapai tingkat kepatuhan yang optimal. Ini dapat melibatkan penyesuaian prosedur operasional, penyusunan kembali kebijakan internal, atau pelibatan pelatihan untuk memastikan keselarasan dengan peraturan yang berlaku. 3. Dampak Hukum Terhadap Keberlanjutan Bisnis Analisis harus mencakup penilaian terhadap bagaimana perubahan dalam regulasi atau perubahan lingkungan hukum dapat memengaruhi kelangsungan operasional perusahaan. Ini melibatkan pemahaman terhadap potensi dampak pada struktur bisnis, strategi pemasaran, dan hubungan dengan pihak ketiga. a. Evaluasi Dampak Hukum Jangka Pendek dan Panjang Dalam tahap ini, perusahaan akan mengevaluasi dampak hukum yang mungkin terjadi dalam jangka pendek dan panjang. Ini mencakup pemahaman terhadap perubahan regulasi yang dapat
Studi Kelayakan Bisnis - 49 memengaruhi model bisnis serta risiko sengketa hukum jangka panjang. b. Strategi Pengelolaan Risiko Jangka Panjang Perusahaan perlu mengembangkan strategi pengelolaan risiko yang berfokus pada jangka panjang. Ini melibatkan pemantauan kontinu terhadap perubahan hukum, peningkatan kepatuhan, dan pengembangan rencana tanggap darurat untuk menghadapi potensi sengketa hukum atau dampak perubahan regulasi dalam jangka panjang. F. Kesimpulan 1. Temuan Utama terkait Aspek Hukum Aspek hukum dalam pengelolaan bisnis memiliki peran krusial dalam menentukan keberlanjutan, pertumbuhan, dan reputasi perusahaan. Temuan utama terkait risiko hak kekayaan intelektual dan kepatuhan regulasi lingkungan memberikan gambaran mengenai kompleksitas tantangan hukum yang dapat dihadapi oleh perusahaan. Oleh karena itu, praktik bisnis yang efektif harus melibatkan manajemen risiko hukum yang proaktif, kepatuhan penuh terhadap regulasi, dan kolaborasi erat dengan penasihat hukum yang terkemuka. Rekomendasi untuk peningkatan pengelolaan bisnis, seperti audit kepatuhan rutin, penguatan perlindungan hak kekayaan intelektual, dan penerapan sistem manajemen risiko terintegrasi, menjadi pedoman untuk membentuk fondasi yang kokoh dalam menghadapi dinamika lingkungan hukum dan bisnis.
50 - Studi Kelayakan Bisnis 2. Rekomendasi untuk Peningkatan Pengelolaan Bisnis Berikut adalah beberapa rekomendasi untuk meningkatkan pengelolaan bisnis, terutama terkait aspek hukum: Pertama, Audit Kepatuhan Rutin: Lakukan audit rutin untuk memastikan kepatuhan penuh terhadap peraturan dan regulasi yang berlaku, mengidentifikasi potensi risiko, dan mengambil langkah-langkah pencegahan. Kedua, Penguatan Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual: Tingkatkan perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual melalui paten, merek dagang, dan strategi legal lainnya untuk mengurangi risiko sengketa. Ketiga, Kemitraan dengan Penasihat Hukum: Membangun kemitraan yang kuat dengan penasihat hukum yang ahli dalam industri dan regulasi yang relevan untuk mendapatkan saran strategis yang tepat waktu. Keempat, Pengembangan Keterampilan Internal: Fokus pada pengembangan keterampilan internal dalam tim untuk memahami dan mengelola risiko hukum. Pelatihan yang berkelanjutan adalah kunci. Kelima, Sistem Manajemen Risiko Terintegrasi: Implementasikan sistem manajemen risiko terintegrasi yang mencakup pemantauan kontinu terhadap perubahan hukum, identifikasi risiko potensial, dan respons cepat terhadap perkembangan tersebut.
Studi Kelayakan Bisnis - 51 Aspek Teknis dalam Bisnis Febrina Soraya Tanjung, S.P., M.M
52 - Studi Kelayakan Bisnis nalisis aspek teknis menjadi sebuah keharusan untuk menghindari adanya kegagalan bisnis di masa yang akan datang yang disebabkan karena adanya masalah teknis. Aspek teknis adalah aspek yang menilai layak atau tidaknya suatu usaha dengan pertimbangan dari aspek teknik operasional secara rutin dan teknologi yang akan digunakan, sehingga dalam pengoperasiannya tidak terjadi kesalahan yang serius yang akan membuat biaya produksi semakin tinggi dan faktor-faktor lainnya yang kan membuat kerugian bagi perusahaan di masa depan (Umar, 2009). Aspek teknis adalah tahapan penting yang menetukan apakah rencana bisnis dapat diimplementasikan dengan tepat dari sisi teknis dan teknologi, baik selama tahap pembangunan proyek maupun saat operasi normal berjalan. Maka dari itu, penting untuk melakukan evaluasi sebelum memulai suatu usaha karena terkait erat dengan teknologi/operasional, sehingga perlu untuk melakukan analisis untuk mencegah kegagalan di masa depan. Dalam studi kelayakan bisnis ini, kajian aspek teknis bertujuan untuk menemukan solusi dari berbagai masalah, seperti: 1. Bagaimana memeilih strategi produksi, merencanakan produk, dan meningkatkan ualitas sehingga mengetahui langkah apa yang harus diambil untuk langkah selanjutnya. 2. Bagaiman cara menentukan kapasitas produksi yang terbaik sehingga kita dapat mengetahui kemampuannya, baik untuk memenuhi permintaan pasar yang A
Studi Kelayakan Bisnis - 53 ditargetkan maupun merencanakan peningkatan pangsa pasar. 3. Bagaimana cara memilih teknologi yang sesuai agar dapat mencapai hasil yang diinginkan. 4. Pemilihan lokasi pabrik untuk industri manufaktur atau tempat usaha untuk industri jasa. 5. Penentuan tata letak (layout) dalam pabrik atau tata letak bagi industri jasa seperti ruangan-ruangan kantor. 6. Menentukan rencana operasional, termasuk dalam hal produksi 7. Dalam industri manufaktur, penting untuk menjaga persediaan bahan baku agar tidak terlalu sedikit maupun terlalu banyak, begitu juga dengan persediaan barang jadi. 8. Pengendalian mutu produk, baik berupa produk maupun jasa yang seharusnya dijalankan secara efektif. A. Pemilihan Strategi, Perencanaan Produk dan Peningkatan kualitas. Memilih strategi produksi, merencanakan produk, dan meningkatkan kualitas produk merupakan langkahlangkah penting dalam mengelola bisnis tertutama dalam bisnis manufaktur. Berikut adalah langkah – langkah yang dapat diambil untuk setiap tahapan.
54 - Studi Kelayakan Bisnis 1. Memilih Strategi Produksi a. Analisis Pasar Analisis pasar merupakan langkah – langkah yang terencana untuk memahami situasi dan perubahan yang terjadi di pasar tertentu secara teratur. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang karakteristik pasar, tingkah laku pelanggan, persaingan, trend, serta potensi dan hambatan yang tersedia. Analisis pasar memberikan dasar yang kokoh untuk membuat keputusan bisnis yang strategis, seperti perencanaan produk, pengembangan strategi pemasaran, dan menentukan arah keseluruhan bisnis. b. Evaluasi Sumber Daya Proses evaluasi sumber daya melibatkan penilaian sumber daya yang ada di perusahaan, termasuk tenaga kerja, keuangan, teknologi, dan infrastruktur, serta bagaimana cara terbaik untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya tersebut guna mencapai tujuan organisasi. c. Pilih Metode Produksi Metode produksi mengacu pada metode atau strategi yang digunakan dalam proses mengubah bahan mentah menjadi produk akhir. Proses ini mencakup serangkaian tindakan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menciptakan produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pasar. Pilihan Metode Produksi yang tepat bergantung oada sifat produk, pemrintaan pasar, kebutuhan konsumen, dan strategi bisnis secara keseluruhan.
Studi Kelayakan Bisnis - 55 d. Perencaan Keuangan Menghitung biaya produksi sangat penting untuk menemukan strategi yang paling efisien dan menguntungkan secara finansial. Biaya produksi mencakup seluruh pengeluaran perusahaan untuk mencipatkan produk atau jasa yang ditawarkan. Ini mencakup semua biaya yang terkait langsung dan tidak langsung dengan proses produksi. Total biaya produksi diperoleh dengan menjumlahkan seluruh biaya yang terlibat dalam produksi. 2. Merencanakan Produk Perencanaan produk melibatkan proses penciptaan produk, baik itu barang maupun jasa. Tahapan– tahapannya meliputi perencanaan, pengujian, produksi dalam jumlah besar, hingga evaluasi regulasi. 3. Meningkatkan Kualitas Meningkatakan barang dan jasa adalah suatu upaya yang dilakukan perusahaan atau organisasi untuk meningkatkan nilai dan kepuasan pelanggan. Dengan menerapkan sistem manajemen kualitas seperti ISO 9001 untuk memastikan proses produksi yang konsisten dan terkendali. Merekrut karyawan dalam hal teknik produksi dan kontrol kualitas. Memanfaatkan teknologi seperti otomatisasi dan sensor untuk memantau dan meningkatkan kualitas produk, dan menerima umpan balik dari pelanggan secara teratur dan menggunakan informasi tersebut untuk terus meningkatkan produk dan layanan.
56 - Studi Kelayakan Bisnis B. Penentuan Kapsitas Produksi yang Optimal Penentuan kapasitas produksi adalah proses menentukan dan merencanakan jumlah maksimum unit produk atau layanan yang dapat dihasilkan perusahaan dalam jangka waktu tertentu, dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang memepengaruhi operasi produksi. Perencanaan kapasitas produksi adalah rencana sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menghasilkan target produksi tertentu dengan tujuan utamanya dalah penjadwalan manajemen produksi yang strtegis untuk menghasilkan kapasitas yang efektif (Ma’rif & Tanjung, 2003). Menurut (Buffa, 2006), hal-hal yang dilakukan pada proses perencanaan kapasitas produksi adalah dengan memprediksi permintaan di masa yang akan datang, mempersiapkan kebutuhan material atau bahan baku dalam bentuk fisik, mengatur jadwal produksi yang terencana dengan kebutuhan, mengkaji perttumbuhan ekonomi, dan menentukan jadwal pengoperasian fasilitas produksi. Menurut (Yamit, 2011), terdapat 2 (dua) jenis perencanaan kapasitas produksi, yaitu prencanaan kapasitas jangka pendek yang merupakan untuk mengantisipasi peristiwa yang terjadi secara bersamaan dalam periode waktu yang singkat, dan perencanaan kapasitas jangka panjang yang merupakan kegiatan perencanaan produksi yang kemungkinan besar akan terjadi dan diantisipasi, misalnya merencanakan produksi dalam skala besar dalam rangka perayaan hari besar.
Studi Kelayakan Bisnis - 57 C. Pemiliha Mesin Peralatan dan Teknologi Pemilihan mesin, peralatan, dan teknologi merupakan hal yang penting, karena kesalahan dalam pemilihan mesin, peralatan dan teknologi yang digunakan dapat menimbulkan masalah jangka panjang. Berikut beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti kesesuaian dengan teknologi, harga perolehan, kemampuan, tersedianya pemasok, tersedianya suku cadang, kualitasm dan umur ekonomis (Suliyanto, 2010). Teknologi yang paling maju tidak selalu cocok dengan situasi yang ada. Oleh karena itu, teknologi yang dipilih harus mempertimbangkan manfaat ekonomi yang diharapkan. Selain manfaat ekonomi, terdapat beberapa aspek lain yang perlu dipertimbangkan seperti kemampuan tenaga kerja dalam menggunakan teknologi, kesesuaian teknologi dengan bahan baku yang digunakan, kemungkinan untuk mengembangkan teknologi di masa yang akan datang, dan keberhasilan pemakian teknologi yang tepat. D. Penentuan Lokasi Bisnis Lokasi bisnis sangat penting karena dapat memepengaruhi jumlah pelanggan yang datang, aksebilitas produk atau layanan, dan potensi pertumbuhan bisnis itu sendiri. Oleh karena itu, pemiliha lokasi bisnis haruslah dilakukan dengan cermat dan strategis untuk memastikan kesukssan bisnis di masa depan. Jika bisnis berlokasi di tempat yang strategis dan mudah dijangkau, peluang sukses bisnis akan lebih besar. Sebaliknya, jika bisnis berlokasi di tempat
58 - Studi Kelayakan Bisnis yang kurang strategis, bisnis tersebut mungkin mengalami kesulitan dalam menarik pelanggan dan mencapai potensi maksimalnya. Penentuan lokasi bisnis ditentukan oleh sejumlah variabel yang dapat diklasifikasikan menjadi variabel primer (utama) dan variabel sekunder (pendukung). Bobot variabel perimer dan sekunder bergantung pada jenis usaha yang dijalankan. Selain itu, terdapat juga standar berbeda untuk menentukan variabel primer dan sekunder dalam menentukan lokasi bisnis. Artinya, satu variabel boleh saja menjadi variabel primer dalam menentukan lokasi bisnis tipe A, namun hanya menjadi variabel sekunder dalam menentukan lokasi bisnis tipe B, begitu juga sebaliknya (Suliyanto, 2010). Secara umum variabel utama dalam memilih lokasi bisnis adalah sebagai berikut: 1. Ketersediaan bahan baku 2. Lokasi pasar sasaran 3. Ketersediaan sumber energi air dan fasilitas komunikasi 4. Ketersediaan tenaga kerja 5. Ketersediaan fasilitas transportasi. E. Penentuan Tata Letak (Layout) dalam Pabrik dan Industri Jasa Penentuan tata letak (layout) merupakan aspek penting dalam merancang dan mengoptimalkan ruang kerja, baik dalam industri manufaktur (pabrik) maupun industri jasa (seperti ruangan kantor). Tata letak yang baik
Studi Kelayakan Bisnis - 59 dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keselamatan kerja. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan: 1. Jenis dan sifat produknya Karakteristik produk jasa yang dihasilkan akan memperngaruhi alur kerja dan kebutuhan ruang. 2. Proses produksi/operasional Memahami alur kerja dan proses operasional membantu menentukan penempatan mesin, peralatan, dan area kerja 3. Aliran material dan informasi Menentukan rute yang efisien untuk pergerakan material, produk, dan informasi dalam ruang kerja. 4. Ergonomi dan keselamatan Menciptakan tata letak yang ergonomis dan aman bagi pekerja, meminimalisir resiko kecelakaan dan kelelahan 5. Komunikasi dan kolaborasi Memudahkan komunikasi dan kolaborasi antar karyawan, mempertimbangkan penempatan area kerja dan ruang meeting. 6. Efisiensi ruang Memakasimalkan pemanfaat ruang dan meminimalisir area yang tidak terpakai.
60 - Studi Kelayakan Bisnis 7. Fleksibilitas dan Skalabilitas Merancang tata letak yang mudah diubah dan dapat beradaptasi dengan perubahan kebutuhan di masa depan. 8. Estetika dan Kenyamanan Menciptakan ruang kerja yang nyaman dan estetis dapat meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. F. Manajemen Operasional Persoalan-persoalan utama dalam manajemen operasioanl adalah: 1. Perencanaan Jumlah Produksi Perencanaan produksi hars dilakukan secara cermat untuk menghindari jumlah produski yang berlebihan atau terlalu sedikit. Beberapa elemen kunci dalam industri manufaktur akan mempengaruhi perencanaan produksi perusahaan yang seringkali menjadi faktor pembatas dalam menentukan jumlah produksi yang akan dihasilkan. Faktor-faktor tersebut adalah : a. Permintaan b. Kapasitas pabrik c. Suplai bahan baku d. Modal kerja e. Peraturan pemerintah dan ketentuan teknis lainnya
Studi Kelayakan Bisnis - 61 2. Manajemen Persediaan Persediaan produk umumnya disiapakan untuk menghadapi lonjakan permintaan dari konsumen, atau untuk mengatasi kekurangan bahan baku. Adapun aspek-aspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam sebuah studi kelayakan bisnis adalah sebagai berikut : a. Penentuan jumlah order b. Safety stock c. Inventory sistem d. Materials Requiment Planning 3. Pengawas Kualitas Produk Kualitas produk dan jasa merupakan hasil dari banyak faktor, termasuk pemasaran, reayasa manufaktur, dan pemeliharaan. Semua faktor ini harus bekerja bersama untuk memastikan bahwa produk dan jas dapat memenuhi harapan konsumen. Tahapan yang perlu diperhatikan adalah: a. Perencanaan kualitas Aktivitas ini merupakan pengembangan dari produk dan proses untuk memenuhi kebutuhan konsumen, yang terdiri dari langkah-langkah seperti menentukan siapa konsumennya, menentukan apa kebutuhan atau keinginan konsumen, mengembangkan produk dan kualitas yang sesuai, dan mengembangkan proses sebagai pedoman bagian operasi/produksi.
62 - Studi Kelayakan Bisnis b. Pengendalian Kualitas Pengendalian kualitas bertujuan untuk menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan, meningktkan efisiensi dan efektivitas proses produksi, mengurangi biaya produksi dan meningkatkan profitabilitas, dan meningkatkan daya saing pasar. c. Perbaikan Kualitas Suatu upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas produk, jasa, atau proses dengan cara mengidentifikasi dan menghilangkan akar penyebab masalah. Perbaikan kualita dapat dilakukan dengan mengidentifikasi area yang perlu dioptimalkan dan menetukan akar penyebab masalah, mengumpulkan dan menganalisis data yntuk memahami masalah dan mencari solusi yang tepat, menerapkan solusi yang telah dipilih dan memantau efektivitasnya, mendokumentasikan solusi yang efektif dan menjadikannya standar baku, dan menerakan sistem pencegahan untuk mencegah terjadinya masalah di masa depan.
Studi Kelayakan Bisnis - 63 Penetapan Harga Produk dan Layanan Rahayu Kusumawati, S. Pd., MM
64 - Studi Kelayakan Bisnis roduk adalah merupakan hasil akhir atas suatu proses produksi. Untuk menghasilkan produk ini, tentu saja banyak pengorbanan atas sumber daya yang dikorbankan. Proses mengubah bentuk dari yang awalnya berupa barang mentah/bahan baku menjadi barang setengah jadi/barang dalam proses saja sudah menyerap berbagai macam sumber daya, apalagi untuk mengubah barang setengah jadi/barang dalam proses menjadi barang jadi/produk akhir sudah pasti memerlukan tambahan sumber daya. Demikian halnya dengan layanan, yang merupakan hasil akhir atas jenis usaha jasa, di dalamnya juga berisi berbagai macam pengorbanan atas sumber daya. Semuanya itu perlu dipertimbangkan dan diperhitungkan dengan sangat matang dan tepat agar dapat dihasilkan penetapan harga atas produk dan layanan yang dihasilkan. A. Definisi Harga Harga adalah suatu besaran nilai yang pantas diberikan atas suatu produk atau layanan yang dinikmati oleh konsumen dengan mempertimbangkan berbagai macam faktor biaya yang telah dikorbankan atas suatu produk atau layanan tersebut. Menurut Kottler (2014; 345) bahwa harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk dan jasa kepada pelanggan yang memperoleh manfaat atas penggunaan produk dan jasa tersebut. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa harga ini merupakan suatu nilai tertentu yang dianggap pantas untuk melihat ukuran pengorbanan dalam hal menghasilkan suatu produk dan jasa. P
Studi Kelayakan Bisnis - 65 Melalui definisi atas harga ini, maka suatu entitas bisnis harus mampu menghitung dengan cermat ats segala pengorbanan yang telah dikeluarkan dalam rangka menghasilkan produk dan jasa yang akan dinikmati oleh pelanggan ini. Untuk dapat menikmati sebuah produk berupa baraang jadi, maka pelanggan ini akan dikenai harga yang terdiri atas bahan mentah/bahan baku atas produk tersebut, biaya tenaga kerja yang memproses bahan mentah/bahan baku agar bisa menjadi produk akhir, serta berbagai macam biaya pendukung lainnya. Setelah semua rincian hitungan tersebut diperoleh, maka pemilik produk masih harus tetap merinci beberapa biaya lain yang tidak termasuk atas biaya sebelumnya, serta juga mempertimbangkan tingkat keuntungan (margin) atas harga dasar produk tersebut. B. Analisis Biaya Biaya adalah segala sesuatu yang memang harus dikorbankan oleh setiap pelaku usaha agar produk/jasa yang dihasilkannya dapat memiliki nilai jual di mata konsumen. Menurut Horngren (2012; 27) bahwa biaya merupakan suatu pengorbanan atas sumber daya yang dimiliki agar mampu menghasilkan suatu objek yang spesifik. Selain itu, suatu biaya juga harus dapat diukur dalam satuan nilai tertentu agar dapat dibayarkan oleh konsumen atas produk dan jasa yang dihasilkan tersebut. Jika kita melihat deifinisi biaya diatas, maka sebagai pelaku usaha kita harus mampu menghitung jumlah biaya yang sudah kita keluarkan untuk menghasilkan produk/jasa. Biaya yang akan kita hitung dimulai dari
66 - Studi Kelayakan Bisnis biaya dasar sampai dengan tambahan-tambahan biaya yang dianggap memiliki kontribusi atas terjualnya produk/jasa tersebut. Dalam usaha menghitung biaya-biaya yang terlibat dalam proses tersebut, sebagai pelaku usaha harus mampu untuk mengidentifikasi terlebih dahuku terkait biaya-biaya yang berhubungan dengan objeknya. Setelah berhasil melakukan identifikasi atas biaya tersebut, maka Langkah selanjutnya adalah melakukan pengelompokan atas beberapa biaya yang memiliki sifat yang sama untuk kemudian dapat dialokasikan menurut objek biayanya. Lebih lanjut dikatakan menurut Vanderback (2010; 18) bahwa prosedur akuntansi biaya digunakan untuk mengakumulasi dan mengalokasikan semua unsur biaya produksi sesuai dengan peruntukkannya yang nantinya akan menghasilkan data yang bermanfaat untuk kepentingan internal manajemen serta untuk menyiapkan laporan keuangan bagi pihak eksternal. Begitu pentingnya identifikasi biaya, maka jika terjadi kesalahan dalam melakukan identifikasi biaya ini, harga suatu produk/jasa bisa saja dilaporkan terlalu rendah ataupun terlalu tinggi daripada harga yang seharusnya. Oleh karena itu, setelah dilakukan identifikasi biaya, maka pelaku usaha dapat mengelompokkan biaya tersebut menjadi suatu ‚cost object‛ agar lebih mudah untuk menilai suatu produk dan jasa tersebut. Menurut Barfield (1972; 90) bahwa objek biaya adalah sesuatu yang dinilai cukup mampu memberikan informasi terkait dengan suatu produk, jasa, departemen ataupun wilayah. Untuk dapat mengalokasikan ataupun menempatkan biaya-biaya
Studi Kelayakan Bisnis - 67 ini agar dapat menjadi suatu objek biaya, maka kita harus menggunakan suatu pemicu biaya. Pemicu biaya ini akan membuat suatu nilai atas produk dan jasa memiliki nilai yang berbeda-beda. Sehingga, jika pengambil keputusan ini memiliki pandangan yang berbeda-beda terkait pemicu biaya ini, maka bukan tidak mungkin bahwa jenis biaya yang sama, maka akan menjadi objek biaya yang berbeda. Agar dapat lebih memahami terkait dengan pemicu biaya ini, maka seorang pelaku usaha harus bisa membedakan antara dua jenis biaya, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung (direct cost) merupakan biaya terkait secara langsung dengan produk dan jasa yang dihasilkan, sedangkan biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak terkait secara langsung dengan produk dan jasa yang dihasilkan. Diantara kedua jenis biaya tersbut, yang paling mudah untuk diidentifikasi adalah biaya langsung. Sebaliknya, untuk biaya tidak langsung masih diperlukan analisis lebih lanjut ketika akan memasukkan biaya ini ke dalam objek biaya yang dimaksud. Adapun definisi terkait biaya langsung menurut Kinney (2011; 26) yaitu suatu biaya yang secara ekonomi mudah untuk dilacak secara langsung terhadap objek biaya yang dimaksud. Sedangkan menurut Kinney (2011; 47) biaya langsung dapat dilacak melalui objek biaya sesuai dengan jenis kegiatan yang sedang dilakukan saat itu. Sebagai contohnya, Gambar 1 berikut ini merupakan contoh klasifikasi biaya yang dilakukan oleh suatu perusahaan permen.
68 - Studi Kelayakan Bisnis Gambar 1. Contoh Klasifikasi Biaya Sumber: Crosson. S, and BE. Needles, (2011), Managerial Accounting, 9th ed, page 49. Berdasarkan gambar 1 di atas, kita dapat melihat bahwa suatu produk jika dibedah lebih lanjut, terdiri atas beberapa macam biaya. Jika ditelusuri berdasarkan hubungan keterikatan biaya dengan produk yang dihasilkan, maka kita dapat melihat bahwa untuk dapat menghasilkan suatu produk berupa permen, maka biaya langsung yang meliputinya adalah biaya bahan baku berupa gula untuk permen tersebut dan biaya tenaga kerja yang memproses gula tersebut agar menjadi sebuah permen. Sedangkan biaya lainnya seperti biaya supervise, penyusutan atas mesin pencampur dikategorikan sebagai biaya tidak langsung karena ketidakmudahannya untuk dilakukan penelusuran secara langsung pada objek biaya nya. Kemudian untuk biaya seperti komisi penjualan dan biaya gaji seorang akuntan dikategorikan sebagai biaya lain-lain diluar biaya produksi. Hal ini dikarenakan bahwa ketika pelaku usaha pembuat permen ini memberikan komisi atau pun penggajian kepada bagian penjualan atau akuntan, maka biaya tersebut tidak hanya didedikasikan pada satu produk permen saja.
Studi Kelayakan Bisnis - 69 Setelah mengetahui tentang tingkat kemudahan dalam melacak biaya di suatu produk dan jasa, maka biaya terkait harga suatu produk dan jasa dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam biaya agar dapat dilaporkan dengan benar dalam laporan keuangan. Dua macam biaya tersebut adalah biaya produk dan biaya periode (period cost). Kedua jenis biaya ini sangat penting untuk dipisahkan karena dengan adanya pemisahan ini, pelaku usaha dapat dengan mudah untuk melakukan penentuan besarnya keuntungan (margin) atas produk dan jasa yang sudah dihasilkan. Menurut Horngren (2012; 46) biaya produk adalah sejumlah biaya yang terkait dengan produk dan jasa yang dihasilkan untuk tujuan tertentu. Lebih lanjut lagi, definisi biaya produk jika dikaitkan dengan kegiatan akuntansi menurut Vanderbeck (2010; 202) bahwa biaya produk dari suatu persediaan baik itu bahan baku, barang setengah jadi ataupun barang jadi akan ditangguhkan sampai dengan biaya persediaan pada periode berikutnya ketika persediaan tersebut diproses ataupun terjual. Berdasarkan kedua jenis define tersebut, dapat kita ambil kesimpulan bahwa biaya produk (product cost) itu dihitung mulai dari pembelian bahan baku, proses barang setengah jadi sampai dengan menjadi bentuk produk jadi hingga barang tersebut siap untuk dijual. Jika biaya produk telah diketahui dengan pasti oleh pelaku usaha, maka pelaku usaha dapat menetapkan margin sesuai dengan keinginannya ataupun berdasarkan keinginan rata-rata pesaing produk dan jasa yang ada. Selain menghitung biaya produk, perlu juga diperhaikan
70 - Studi Kelayakan Bisnis pentingnya untuk menghitung biaya periode (period cost). Biaya periode ini merupakan biaya yang terjadi selama satu periode akuntansi. Jadi, perhitungan biaya periode ini bisa saja menghasilkan beberapa jenis produk dan jasa. Oleh karena ini, jika biaya periode ini dimasukkan sebagai biaya atas dihasilkannya suatu produk dan jasa, mungkin saja harga atas produk dan jasa yang dimiliki menjadi berlebih. Menurut Barfield (1972; 78) biaya periode adalah biaya terkait dengan usaha atau bisnis perusahaan itu. Dengan demikian, akan menjadi tidak sesuai jika seorang pelaku usaha memasukkan dan membebankan biaya periode ini ke dalam biaya suatu produk dan jasa. Setelah mengetahui tentang klasifikasi biaya tersebut, maka kita sebagai pelaku usaha akan lebih mudah untuk menghitung besarnya harga pokok produk dan jasa. Sebelum menetapkan harga atas suatu produk dan jasa, penghitungan harga pokok ini menjadi titik krusial bagi suatu pelaku usaha. Seperti yang digambarkan pada Gambar 2 berikut ini tentang proses merubah bermacammacam biaya menjadi produk akhir bagi suatu perusahaan manufaktur dan jasa. Gambar 2. Perbedaan Input dan Output antara Perusahaan Manufaktur dengan Perusahaan Jasa Sumber: Crosson. S, and BE. Needles, (2011), Managerial Accounting, 9th ed page 81.
Studi Kelayakan Bisnis - 71 Berdasarkan gambar 2 di atas dapat kita lihat bahwa pada perusahaan manufaktur sebagai output nya adalah barang jadi/barang siap jual, maka dalam proses pengendalian biaya nya terdapat di dalam 3 (tiga) pos, yaitu pos bahan baku, pos barang setengah jadi, dan pos barang jadi/produk jadi. Seluruh biaya yang terdapat dalam tiga pos ini mnantinya dijumlahkan menjadi satu sehingga terciptalah harga pokok produk (cost of goods sold). Sedangkan pada perusahaan jasa yang outputnya berupa layanan jasa, maka pos yang perlu dilakukan pengendalian hanyalah satu saja, yaitu pos jasa yang belum diselesaikan. Karena dalam proses bisnis perusahaan jasa, input yang kita miliki identik dengan output yang dihasilkan. Bedanya adalah pada saat suatu perusahaan menerima pesanan atas jasa, maka biaya layanan atas jasa baru akan dihitung setelah layanan jasanya selesai. Jika layanan jasa tersebut belum selesai, maka pengendalian atas biaya yang terjadi tetap harus berjalan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disusun perhitungan atas harga pokok produk dan harga pokok jasa sebagai berikut ini: 1. Perhitungan Harga Pokok Produk (cost of goods sold) a. Menentukan nilai bahan baku langsung, dapat dilakukan dengan cara: Persediaan bahan baku awal xx Pembelian bahan baku xx + Bahan baku siap digunakan xx Persediaan bahan baku akhir xx -
72 - Studi Kelayakan Bisnis Bahan baku langsung yang digunakan xx b. Menentukan nilai tenaga kerja langsung, yaitu dilakukan dengan cara mengalikan: Jumlah jam kerja langsung xx Tarif per jam kerja xx X Biaya tenaga kerja langsung xx c. Menentukan biaya overhead pabrik, dengan melihat beberapa macam biaya tidak langsung terkait dengan kegiatan produksi, seperti: 1) Biaya penyusutan atas mesin pabrik 2) Biaya penyusutan atas penyusutan Gedung pabrik 3) Biaya pemeliharaan pabrik 4) Biaya bahan baku tidak langsung 5) Biaya tenaga kerja tidak langsung 6) Biaya utilitas pabrik 7) Biaya sewa pabrik (jika status pabrik adalah sewa) 8) Menyusun biaya produksi, dilakukan dengan cara menjumlah tiga proses sebelumnya, yaitu: Biaya bahan baku langsung xx Biaya tenaga kerja langsung xx Biaya overhead pabrik xx + Biaya produksi xx
Studi Kelayakan Bisnis - 73 d. Menentukan nilai atas barang yang diproduksi, dapat dihitung dengan cara: Persediaan awal barang dalam proses xx Biaya produksi xx Persediaan akhir barang daam proses (xx) + Nilai barang yang diproduksi xx e. Menghitung harga pokok produk, yang diperoleh dengan cara: Persediaan awal barang jadi xx Nilai barang yang diproduksi xx + Barang jadi siap dijual xx Persediaan akhir barang jadi xx - Harga pokok produk (COGS) xx 2. Perhitungan Harga Pokok Jasa (cost of service) a. Lakukan identifikasi untuk biaya tenaga kerja langsung, dengan mengalikan antara: Jumlah jam kerja langsung xx Tarif per jam kerja xx X Total biaya kerja langsung xx b. Kemudian indentifikasi untuk penggunaan biaya bahan langsung (jika ada). Hal ini mungkin terjadi namun tidak di setiap perusahaan jasa. Jika dalam layanan jasa yang diberikan terdapat biaya bahan atas penggunaan alat tertentu, maka biaya terkait alat bantu tersebut akan dimasukkan sebagai biaya pokok jasa.
74 - Studi Kelayakan Bisnis c. Identifikasi biaya overhead yang mendukung terjadinya layanan jasa akan dilakukan apabila dalam melakukan usaha tersebut juga terdapat penggunaan alat pendukung pekerjaan jasa namun tidak melekat secara langsung pada jasa tersebut. d. Alokasikan biaya tidak langsung, jika terdapat penggunaan biaya bersama untuk beberapa jenis layanan jasa yang sama kepada pelanggan yang berbeda. Dasar pengalokasian ini bisa dengan menggunakan pembagian secara proporsional ataupun menggunakan persentase terstentu. C. Segmentasi Pasar Keberhasilan suatu pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya tidak hanya diperoleh melalui keberhasilannya untuk melakukan analisis biaya saja, melainkan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan lagi seperti adanya segmentasi pasar. Suatu produk ataupun jasa apabila sudah menghitung harga pokok nya dengan tepat namun salah melakukan pemetaan atas target pasar yang diinginkan, maka bukan tidak mungkin perhitungan yang telah dilakukan dengan sangat detil pun akan tetap mengalami kerugian yang cukup besar. Segmentasi pasar ini merupakan suatu strategi yang melibatkan adanya kecukupan data terkait dengan perilaku konsumen. Data ini dikumpulkan lalu membagi pasar menjadi beberapa kelompok konsumen yang lebih kecil lagi berdasarkan kebutuhan dan karakteristik konsumen yang serupa. Kegiatan mengelompokkan pasar
Studi Kelayakan Bisnis - 75 ini akan sangat bermanfaat bagi pelaku usaha untuk dapat menetapkan harga. Karena, setelah adalah penghitungan harga pokok produk dan harga pokok jasa ini, maka penyesuaian harga jual yang akan ditawarkan kepada konsumen menjadi hal yang tidak kalah penting. Dengan adanya segmentasi pasar ini, pelaku usaha juga dapat melakukan penyesuaian atas produk dan jasa yang benar-benar cukup diminati oleh pasar yaitu para kelompok konsumen ini. Setelah mengetahui dengan pasti jenis produk dan jasa yang diinginkan, maka strategi selanjutnya adalah melakukan promosi yang sesuai dengan krakteristik dari kelompok konsumen tadi. Selain itu, melalui segmentasi pasar ini pelaku usaha dapat mengoptimalisasi strategi harga untuk diterapkan pada setiap segmen pasar. Misalkan saja, untuk segmentasi pasar yang cukup sensitive atas perubahan harga, maka pelaku usaha dapat menetapkan strategi harga yang lebih kompetitif. Sebaliknya untuk kelompok konsumen yangn berada di segmen pasar yang kurang sensitif terhadap harga sehingga para konsumen ini bersedia untuk membayar tambahan biaya, maka pelaku usaha dapat menetapkan harga yang lebih tinggi dengan fiikuti tambahan layanan yang sifatnya lebih eksklusif/ premium. Laba perusahaan juga dapat meningkat jika pelaku usaha cukup jeli untuk dapat membagi segmen pasar ini. Pengenaan harga yang tepat untuk kelompok konsumen yang tepat sudah pasti akan mendongkrak jumlah penjualan atas produk dan jasa tersebut. Untuk kelompok yang sensitif terhadap harga, perusahaan dapat
76 - Studi Kelayakan Bisnis meningkatkan penjualan dengan cara menurunkan margin keuntungan. Sebaliknya untuk kelompok yang tidak sensitif, maka peningkatan laba dapat dilakukan dengan cara meningkatkan margin keuntungan melalui penjualan produk dan jasa dengan harga jual yang lebih tinggi. Dengan demikian, melalui segmentasi pasar ini kepuasan konsumen akan meningkat begitu pula hanlnya dengan loyalitas pelanggan. Dalam mencapai segmentasi pasar yang cukup baik, maka perlu diperhatikan beberapa angkah-langkah berikut ini, yaitu: 1. Melakukan identifikasi atas segmentasi pasar yang terbagi atas kemungkinan beberapa karakteristik yang mudah dikelompokkan, seperti berdasarkan usia, jenis kelamin, pendapatan, gaya hidup, perilaku belanja, penggunaan produk, sampai dengan lokasi dari target pelanggan. 2. Setelah dilakukan identifikasi, maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis atas pasar yang bisa dihasilkan melalui penyebaran kuesioner ataupun survei langsung kepada konsumen. 3. Jika hasil survei atas konsumen telah didapaykan, maka hal selanjutnya adalah menetapkan strategi harga berdasarkan beberapa teknik. 4. Hal terakhir yang dilakukan sebelum melakukan produksi secara besar-besaran adalah melakukan uji coba pada setiap segmen pasar untuk kemudian dilakukan beberapa penyesuaian sampai pada
Studi Kelayakan Bisnis - 77 akhirnya produk dan jasa yang dihasilkan mampu menarik hati pelanggan/konsumen. D. Promosi dan Diskon Kegiatan promosi dan pemberian diskon merupakan alat penting yang digunakan dalam pemasaran suatu produk dan jasa. Melalui dua kegiatan ini, diharapkan pengaruh positif atas keberadaan produk dan jasa di mata konsumen akan tercipta. Promosi itu sendiri merupakan bagian dari kegiatan divisi pemasaran perusahaan yang dilakukan dengan cara mengomunikasikan seluruh produk dan jasa yang ingin ditawarkan kepada konsumen melaui beberapa teknik komunikasi. Tujuan dilakukan kegiatan promosi ini adalah agar konsumen dapat terinformasikan mengenai produk dan jasa yang ditawarkan, hingga kemudian konsumen memiliki ketertarikan atas produk dan jasa yang dipromosikan. Melalui adanya promosi ini, diharapkan akan terjadi: 1. Peningkatan persepsi nilai atas suatu produk dan jasa di mata konsumen karena konsumen merasa bahwa produk dan jasa tersebut layak untuk dibeli. 2. Peningkatan volume penjualan karena adanya harga yang lebih kompetitif. 3. Pengenalan beberapa produk dan jasa yang baru sesuai dengan kebutuhan dan peminatan dari konsumen. 4. Penguatan atas merek (branding) dari produk dan jasa yang ditawarkan, karena kepercayaan konsumen akan
78 - Studi Kelayakan Bisnis meningkat seiring dengan perbaikan kualitas atas produk dan jasa yang ditawarkan. Diskon atau potongan harga merupakan bentuk dari kegiatan untuk menarik konsumen. Pengurangan harga yang ditawarkan kepada konsumen bertujuan agar para konsumen mau membeli produk dan harga yang ditawarkan dengan lebih cepat. Kondisi pemberian diskon juga bermanfaat untuk mengosongkan stok persediaan pada perusahaan manufaktur, sehingga pelaku usaha ini akan segera melakukan pembaharuan produknya. Sedangkan untuk jenis usaha jasa, pemberian diskon merupakan bagian dari strategi promosi agar konsumen tertarik dengan jasa yang ditawaarkan. E. Strategi Penetapan Harga Strategi penetapan harga merupakan metode yang digunakan oleh pelaku usaha untuk dapat menjual produk dan jasa yang sudah mereka hasilkan sebelumnya. Terdapat beberapa teknik untuk menetapkan harga agar mampu diterima oleh konsumen. Beberapa teknik tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penetapan harga berbasis biaya (cost-based pricing) Merupakan teknik menetapkan harga dengan cara menghitung harga produk dan jasa terlebih dahulu, setelah itu pelaku usaha menambahkan margin keuntungan sesuai dengan keinginannya. Strategi ini bisa digunakan dengan dua cara, yaitu: a. Cost-plus pricing, merupakan strategi dengan cara menambahkan margin keuntungan dengan
Studi Kelayakan Bisnis - 79 besaran yang sama/tetap di atas biaya produksi. Jadi, besaran margin untuk setiap produk dan jasa aakan sama. b. Mark-up pricing, adalah strategi yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah nilai tertentu tanpa mempertimbangkan konsistensi margin produk dan jasa. 2. Penetapan harga berbasis nilai (value-based pricing) Adalah penetapan harga yang ditentukan berdasarkan nilai yang bisa dirasakan manfaatnya oleh konsumen. Terdapat dua strategi yang bisa dilakukan dalam hal ini, yaitu: a. Perceived value pricing, dilakukan dengan cara menetapkan harga berdasarkan nilai yang mampu dibayar oleh konsumen. b. Premium pricing, dilakukan penetapan harga tinggi untuk produk dan jasa yang dianggap oleh konsumen memiliki kualitas yang tinggi 3. Penetapan haraga kompetitif (competition-based pricing) Teknik ini dilakukan dengan cara membandingka harga atas produk dan jasa sejenis yang beredar di pasaran. Harga yang tercipta ditentukan oleh adanya pesaing. Strategi yang dapat dilakukan seperti: a. Going-rate pricing, adalah penetapan harga dengan cara mendekati harga yang ditawarkan oleh pesaing atau bahkan mungkin sama dengan harga pesaing.
80 - Studi Kelayakan Bisnis b. Competitive parity pricing, adalah penetapan harga dengan kondisi sedikit lebih tinggi ataupun sedikit lebih rendah dari harga pesaing dengan cara mengakomodasi keunggulan dna juga kelemahan pesaing. 4. Penetapan harga psikologis (psychological pricing) Dalam hal menetapkan harga, teknik ini memanfaatkan aspek psikologis konsumen dengan tujuan agar tercipta kesan tertentu oleh konsumen terkait dengan harga yang ditawarkan. Strategi yang bisa dilakukan seperti: a. Odd pricing, memberikan efek psikologis kepada pelanggan dengan cara menetapkan harga sedikit dibawah harga yang memiliki angka bulat, seperti lebih memilih memasang harga jual Rp499.000,00 daripada menggunakan harga Rp500.000,00. b. Prestige pricing, memberikan efek psikologis kepada konsumen bahwa produk dan jasa yang diberikan merupkan produk dan jasa berkualitas tinggi, sehingg harga yang diberikan lebih tinggi dari harga rata-rata produk tersebut. 5. Penetapan harga penetrasi (penetration pricing) Teknik penetapan harga ini biasanya dilakukan pada saat awal perkenalan produk dan jasa diperkenalkan kepada konsumen. Harapannya, dengan harga pembukaan produk yang cukup rendah, maka konsumen akan tertarik. Jika sudah terbentuk segmentasi pasar yang tetap serta adanya loyalitas
Studi Kelayakan Bisnis - 81 pelanggan, maka harga produk dan jasa biasanya akan dinaikkan. 6. Penetapan harga skimming (skimming pricing) Teknik ini adalah kebalikan dari seperti penetapan harga penetrasi. Pada teknik ini harga awal ditetapkan dengan harga yang tinggi untuk kemudian mengalami penurunan secara bertahap sampai dengan segmentasi pasar dan loyalitas pelanggan terbentuk. Oleh karena itu, dalam teknik ini kenaikan harga akan selalu naik secara bertahap 7. Penetapan harga bundling (bundling pricing) Mirip seperti teknik promosi produk dan jasa hanya saja untuk penetapan harga ini, beberapa produk dan jasa akan digabung menjadi satu, sehingga seolah-olah konsumen akan lebih merasa untung jika membeli produk gabungan ini dibandingkan membeli produk secara terpisah. 8. Penetapan harga frremium (freemium pricing) Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan produk dan jasa secara gratis, namun untuk dapat menikmati tingkatan produk dan jasa yang lebih tinggi, pelanggan akan dikenakan tarif tambahan. Biasanya untuk harga yang gratis tersebut hanya merupakan layanan dasar saja, sedangkan layanan dan produk yang sangat dibutuhkan oleh konsumen berada dilayanan premium.
82 - Studi Kelayakan Bisnis 9. Penetapan harga geografis (geographical pricing) Merupakan penetapan harga berdasarkan lokasi geografis dari konsumen, yang di dalamnya sudah meliputi tentang biaya pengiriman, pajak, ataupun biaya lainnya terkait dengan area tertentu. Seluruh teknik penetapan harga di atas bisa dilakukan dan dipilih oleh pelaku usaha tergantung dengan motif dan tujuan serta proses bisnis nya. Penetapan harga pun dapat berubah-ubah dna tidak mengikat untuk setiap produk dan jasa.
Studi Kelayakan Bisnis - 83 Persiapan Inovasi Dimasa Depan Devid Saputra, S.E., S.Kom, M.M.
84 - Studi Kelayakan Bisnis ada era digital saat ini, data telah melesat menjadi inti dari setiap inovasi modern. Tidak hanya sebagai alat bantu, data kini menjadi kekuatan pendorong utama yang membentuk cara kita bekerja, berinteraksi, dan membuat keputusan. Penggunaan data yang strategis telah membuka pintu bagi kemajuan teknologi baru dan pengembangan produk yang lebih baik, memungkinkan bisnis tidak hanya untuk bertahan dalam kompetisi yang sengit tetapi juga untuk mengungguli pesaing mereka (Morgan & Liker, 2020). Pada dasarnya, data memberikan wawasan yang mendalam tentang perilaku konsumen, tren pasar, dan operasional internal perusahaan, ketika dianalisis dengan benar dapat mengarah pada penemuan solusi kreatif untuk masalah yang ada dan pengidentifikasian peluang baru. Kekuatan dari data tidak hanya terletak pada jumlahnya yang masif (dikenal sebagai big data) tetapi juga pada kemampuannya untuk diurai, dipahami dan diterapkan secara real-time (Jan et al., 2019). Ini memungkinkan organisasi untuk bergerak dengan lebih cepat dan lebih tepat daripada sebelumnya, mengadaptasi diri dengan dinamika pasar yang terus berubah dan ekspektasi konsumen yang semakin meningkat. Inovasi berbasis data telah terbukti menjadi kunci penting dalam menciptakan produk yang lebih personal (Trabucchi & Buganza, 2019), pengalaman pelanggan yang lebih menyenangkan (Bresciani et al., 2021), mengoptimalkan operasi bisnis (Keiningham et al., 2020), dan bahkan dalam mengembangkan model bisnis yang sepenuhnya baru (Kühne & Böhmann, 2019). Contohnya, layanan streaming seperti Netflix menggunakan algoritma prediktif untuk merekomendasikan film atau acara TV kepada pengguna berdasarkan riwayat tontonan mereka, sebuah inovasi yang P
Studi Kelayakan Bisnis - 85 pada hakikatnya didukung oleh analisis data yang cermat. Demikian juga, di sektor perbankan dan keuangan, big data digunakan untuk mendeteksi kegiatan penipuan secara realtime, memperkuat keamanan dan kepercayaan pengguna (Rawat et al., 2019). Lebih lanjut, teknologi seperti artificial intelligence (AI) dan machine learning (ML) kini menggantungkan kemajuan mereka pada kemampuan untuk mengolah dan belajar dari set data yang besar (Tyagi & Chahal, 2022), menunjukkan betapa integralnya data dalam inovasi teknologi saat ini. Dari pengembangan mobil otonom hingga alat diagnostik medis yang lebih akurat, ketersediaan data dalam jumlah besar dan kemampuan untuk mengolahnya dengan cara yang bermakna adalah kunci untuk kemajuan. Akan tetapi, dengan kekuatan besar datang juga tanggung jawab yang besar. Isu seperti privasi data, keamanan, dan etika penggunaan data menjadi semakin penting untuk ditangani dengan hati-hati (Atlam & Wills, 2020). Organisasi harus berjalan di garis tipis antara memanfaatkan data untuk inovasi dan memastikan bahwa mereka tidak melanggar trust atau ekspektasi konsumen (Risna et al., 2022). Manusia telah berupaya mengorganisir, memahami, dan menggunakan informasi sejak zaman kuno hingga era digital saat ini. Perjalanan panjang ini mencerminkan bagaimana kemampuan kita untuk mengelola data telah berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan sosial yang terus berubah. Pengelolaan data dimulai dengan sistem pencatatan yang sangat sederhana, seperti mengukir tanda pada batu atau kayu untuk menghitung kuantitas, misalnya ternak atau persediaan makanan. Dengan berkembangnya
86 - Studi Kelayakan Bisnis peradaban Mesir Kuno, Babylonia, dan Yunani Kuno, muncul penggunaan sistem tulisan seperti hieroglif (Ben-Dor Evian, 2021) dan alfabet Phoenicia (Putra, n.d.) yang merepresentasikan langkah awal dalam pengarsipan dan pengelolaan informasi. Selama Abad Pertengahan, penyimpanan data terutama terbatas pada teks-teks tertulis yang disalin tangan oleh para biarawan dalam skriptorium (Mandasari, 2021). Walaupun prosesnya lambat dan melelahkan, ini merupakan cara penting dalam pemeliharaan dan penyebaran pengetahuan selama berabad-abad. Selama Revolusi Industri, kebutuhan untuk mengelola informasi dalam jumlah besar, terutama untuk tujuan bisnis dan pemerintahan, menjadi semakin kritis (Savitri, 2019). Ini mendorong pengembangan teknologi mekanik baru, seperti mesin tabulasi oleh Herman Hollerith yang digunakan untuk sensus AS tahun 1890 (Strawn, 2023), menjadikannya salah satu contoh awal mesin pengolah data mekanis. Era komputer dimulai dengan munculnya komputer elektronik pada pertengahan abad ke-20, merevolusi cara kita mengelola data (Pangondian et al., 2019). Dari komputer mainframe besar pada tahun 1950-an hingga PC pada tahun 1980-an, kemampuan untuk menyimpan, mengakses, dan memproses data meningkat secara eksponensial (Weinberg, 2019). Pengembangan internet dalam beberapa dekade terakhir abad ke-20 mengubah pengelolaan data sekali lagi, memungkinkan akses dan distribusi informasi secara global dan real-time (Sturgeon, 2021). Memasuki abad ke-21, kita memasuki era big data, ditandai dengan volume, kecepatan, dan varietas data yang belum pernah terjadi sebelumnya
Studi Kelayakan Bisnis - 87 (Sheng et al., 2019). Kemajuan dalam teknologi penyimpanan data dan kecepatan pemrosesan memungkinkan kita untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis dataset yang luas. Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) menjadi instrumental dalam pengelolaan dan penganalisisan data ini, memungkinkan penemuan pola dan wawasan baru yang kompleks dari dalam set data yang masif (Berente et al., 2021). Saat ini, cloud computing menyediakan infrastruktur yang fleksibel dan skalabel untuk pengelolaan data (Islam & Reza, 2019), sementara teknologi seperti Internet of Things (IoT) menambahkan lagi dimensi baru pada volume dan jenis data yang dikumpulkan (Greengard, 2021). Privasi dan keamanan data menjadi perhatian utama, mendorong pengembangan teknologi dan peraturan baru untuk melindungi informasi pribadi dan sensitif. Peran data dalam inovasi modern tidak dapat diremehkan, dengan memanfaatkan data secara strategis, organisasi tidak hanya dapat menemukan kunci untuk pertumbuhan dan keberhasilan di masa kini tetapi juga menata jalur mereka menuju masa depan. Data, dengan semua potensinya benarbenar merupakan sumbu dari roda inovasi di dunia modern, membuka jalan bagi kemungkinan-kemungkinan baru yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. A. Prinsip Dasar Data pada Struktur Organisasi Data memainkan peran kunci dalam memastikan penggunaan informasi yang efektif dan efisien di dalam perusahaan atau lembaga (Sestino et al., 2020). Data merupakan aset berharga yang harus dikelola dengan hatihati untuk mendukung pengambilan keputusan, operasi
88 - Studi Kelayakan Bisnis sehari-hari, dan perencanaan strategis (Loftus et al., 2020). Berikut ini adalah beberapa prinsip dasar yang harus diterapkan oleh organisasi dalam mengelola data mereka: 1. Ketersediaan, data harus tersedia bagi pemangku kepentingan yang relevan kapan pun mereka membutuhkannya (Yundari, 2023). Hal ini memerlukan infrastruktur IT yang solid, kebijakan akses yang jelas, dan protokol yang memastikan bahwa data dapat diakses secara tepat waktu oleh individu yang berhak (Zebua et al., 2023). 2. Integritas, integritas data merujuk pada keakuratan dan konsistensi data sepanjang siklus hidupnya (Wei et al., 2020). Organisasi harus menerapkan kontrol untuk memastikan data tetap utuh, tidak ada yang termodifikasi secara tidak sah, dan mencerminkan realitas sebenarnya tanpa distorsi. 3. Keamanan, data yang sensitif dan berharga harus dilindungi dari akses tidak sah, perusakan, atau kehilangan. Hal ini mencakup penerapan langkahlangkah keamanan fisik dan digital, seperti enkripsi, otentikasi pengguna, dan firewall untuk melindungi data dari ancaman dan kerentanan (Ahmed et al., 2020). 4. Kualitas, organisasi harus berusaha untuk memastikan bahwa data yang mereka kumpulkan dan simpan berkualitas tinggi. Ini berarti data harus akurat, lengkap, relevan, dan terkini. Investasi dalam proses pembersihan dan validasi data secara berkala penting untuk memelihara kualitas data (Wahdiniawati et al., 2023).
Studi Kelayakan Bisnis - 89 5. Kepatuhan, organisasi harus mematuhi semua hukum dan peraturan yang berlaku terkait pengelolaan data, termasuk melindungi informasi pribadi dan sensitif pengguna atau karyawan sesuai GDPR (General Data Protection Regulation) di Eropa (Truong et al., 2019), Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik di Indonesia (Permatasari & Wijaya, 2019) dan undang-undang serupa di jurisdiksi lain. Kepatuhan ini juga mencakup pelaporan keuangan dan audit yang sesuai. 6. Manajemen Siklus Hidup, data memiliki siklus hidup yang meliputi pembuatan, penyimpanan, penggunaan, pemeliharaan, dan akhirnya, penghapusan (Ren et al., 2019). Penerapan manajemen siklus hidup data yang efektif memastikan data tetap relevan dan manfaatnya optimal bagi organisasi, sekaligus mengurangi risiko yang terkait dengan penyimpanan data yang tidak lagi diperlukan atau usang. 7. Desentralisasi vs Sentralisasi, organisasi perlu menimbang antara pendekatan desentralisasi dan sentralisasi dalam pengelolaan data mereka (Kokoris Kogias et al., 2021). Desentralisasi memungkinkan departemen atau tim memiliki kontrol lebih besar atas data mereka (Kaufmann et al., 2019), sedangkan sentralisasi memudahkan pengawasan, kontrol kualitas, dan integrasi data (J. Li et al., 2020). Keputusan ini seringkali tergantung pada ukuran, struktur, dan kebutuhan khusus organisasi. 8. Literasi Data, mempromosikan literasi data di semua tingkatan organisasi memastikan bahwa setiap
90 - Studi Kelayakan Bisnis anggota tim dapat memahami, menggunakan, dan membuat keputusan berdasarkan data. Ini mencakup pelatihan dan dukungan yang berkelanjutan bagi karyawan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola dan menganalisis data secara efektif. Menerapkan prinsip-prinsip ini dalam strategi pengelolaan data organisasi membutuhkan pemikiran yang matang, investasi dalam teknologi yang tepat, dan komitmen terhadap budaya yang berorientasi data. Dengan demikian, data menjadi kekuatan pendorong di balik inovasi, efisiensi, dan keberhasilan jangka panjang. B. Pendekatan Strategis Menggunakan Big Data Pendekatan strategis menggunakan big data merupakan metode yang melibatkan penggunaan data besar dan kompleks untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik dan lebih efektif dalam sebuah organisasi (Oussous et al., 2018). Pendekatan strategis ini melibatkan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data besar untuk menghasilkan wawasan yang berharga bagi perusahaan. Salah satu langkah pertama dalam pendekatan strategis menggunakan big data adalah mengidentifikasi tujuan atau masalah yang ingin dipecahkan oleh perusahaan (Vassakis et al., 2018). Misalnya, perusahaan dapat ingin meningkatkan penjualan, mengoptimalkan rantai pasokan, atau meningkatkan kepuasan pelanggan. Setelah tujuan ditetapkan, perusahaan akan mengidentifikasi data yang relevan dan diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.